Teori musik penunjang geraeja

39
1 TEORI MUSIK (BAHAN PENUNJANG KURSUS MUSIK GEREJA) Disusun untuk bahan pelatihan/kursus Musik Liturgi- Musik Gereja Katolik Di Postulat dan Novisiat Suster JMJ Tomohon Oleh: Lastiko Runtuwene SENI adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsur-unsur keindahan, dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. NADA adalah bunyi yang teratur (beraturan) menurut tinggi rendahnya bunyi tersebut. Bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya. ILMU HARMONI MUSIK Harmoni atau ilmu harmoni dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tangga nada; menyusun tangga nada, menyusun dan menyambung nada menjadi akor-akor. Harmoni memiliki peranan sangat penting sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan dalam menyelenggarakan musik disertai dengan latihan dan praktek secara sungguh-sungguh dalam bermain musik, bernyanyi, sehingga diperoleh pengetahuan, kesenangan, apresiasi, dan keterampilan musik. 1. TANGGA NADA Untuk lebih memperdalam pengertian tentang tangga nada, maka perlu diketahui terlebih dahulu sejarah musik. Perkembangan musik saat ini, tidak terlepas dari sejarah musik yang tercatat. Sebagai musik awal yang terdokumentasi dengan baik adalah jenis musik monofon yaitu Gregorian. Ada beberapa pendapat mengenai pembentukan musik Gregorian ini. Ada yang mengatakan bahwa Gregorian sangat dipengaruhi oleh musik Yunani, tetapi ada juga yang menunjukkan pengaruh musik Yahudi lebih besar. Musik klasik yang kemudian berkembang adalah berdasarkan dari musik Gregorian. Pada awalnya, teori musik diajarkan di sekolah-sekolah pada abad pertengahan yang umumnya terletak dekat biara. Sehingga tidak mengherankan bahwa karangan yang menerangkan tentang teori musik (ilmu harmoni, istilah harmoni pada abad pertengahan tidak membahas tentang akor atau keselarasan nada, namun dipakai sebagai istilah untuk “prinsip yang mengatur” bagaimana cara untuk mengukur keindahan termasuk di dalam musik) disusun oleh para biarawan. Seorang pengarang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan teori musik adalah Hucbald (840 – 930) dari biara St. Amand dengan karangannya yang berjudul De Harmonica Instituione. Dalam bukunya, Hucbald memberikan nama tangga nada dengan

description

gereja

Transcript of Teori musik penunjang geraeja

Page 1: Teori musik penunjang geraeja

1

TEORI MUSIK (BAHAN PENUNJANG KURSUS MUSIK GEREJA)

Disusun untuk bahan pelatihan/kursus Musik Liturgi- Musik Gereja Katolik

Di Postulat dan Novisiat Suster JMJ Tomohon

Oleh: Lastiko Runtuwene

SENI adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsur-unsur keindahan, dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain.

NADA adalah bunyi yang teratur (beraturan) menurut tinggi rendahnya bunyi tersebut. Bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya.

ILMU HARMONI MUSIK

Harmoni atau ilmu harmoni dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tangga nada; menyusun tangga nada, menyusun dan menyambung nada menjadi akor-akor. Harmoni memiliki peranan sangat penting sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan dalam menyelenggarakan musik disertai dengan latihan dan praktek secara sungguh-sungguh dalam bermain musik, bernyanyi, sehingga diperoleh pengetahuan, kesenangan, apresiasi, dan keterampilan musik.

1. TANGGA NADA

Untuk lebih memperdalam pengertian tentang tangga nada, maka perlu diketahui terlebih dahulu sejarah musik. Perkembangan musik saat ini, tidak terlepas dari sejarah musik yang tercatat. Sebagai musik awal yang terdokumentasi dengan baik adalah jenis musik monofon yaitu Gregorian. Ada beberapa pendapat mengenai pembentukan musik Gregorian ini. Ada yang mengatakan bahwa Gregorian sangat dipengaruhi oleh musik Yunani, tetapi ada juga yang menunjukkan pengaruh musik Yahudi lebih besar. Musik klasik yang kemudian berkembang adalah berdasarkan dari musik Gregorian.

Pada awalnya, teori musik diajarkan di sekolah-sekolah pada abad pertengahan yang umumnya terletak dekat biara. Sehingga tidak mengherankan bahwa karangan yang menerangkan tentang teori musik (ilmu harmoni, istilah harmoni pada abad pertengahan tidak membahas tentang akor atau keselarasan nada, namun dipakai sebagai istilah untuk “prinsip yang mengatur” bagaimana cara untuk mengukur keindahan termasuk di dalam musik) disusun oleh para biarawan. Seorang pengarang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan teori musik adalah Hucbald (840 – 930) dari biara St. Amand dengan karangannya yang berjudul De Harmonica Instituione. Dalam bukunya, Hucbald memberikan nama tangga nada dengan

Page 2: Teori musik penunjang geraeja

2

menggunakan nama tangga nada yang dipakai oleh para ahli musik Yunani, walaupun nama tersebut sama namun ternyata berlainan penggunaannya.

Istilah-istilah untuk tangga nada: modus (gregorian), maqam (Arab), raga (India), pathet (Jawa).

TANGGA NADA GREGORIAN

Seperti halnya musik kuno Yunani, musik Gregorian juga berdasarkan pada 4 nada atau tetrachord, yaitu D – E – F dan G. Di atas nada tersebut disusun tangga nada gregorian otentik, dengan 4 nada tersebut sebagai nada finalis (nada penutup) atau nada dasar. Dari sini terbentuklah 4 tangga nada atau sistem modalitas Gregorian yang terdiri masing-masing dari 2 jenis, yaitu Otentik dan Plagal. Plagal berasal dari kata Yunani, yaitu plagios yang artinya miring atau dalam hal ini sebagai pembantu atau bersifat sekunder.

Nyanyian Gregorian menggunakan modus. Masing-masing mempunyai nada pusat. Terdapat 8 modus (tangga nada) nyanyian Gregorian yaitu:

Doris re mi fa sol la si do re (PS 518) Hypodoris la si do re mi fa sol la (PS 34) Phrygis mi fa sol la si do re mi (PS 501) Hypophrygis si do re mi fa sol la si (PS 560) Lydis fa sol la si do re mi fa (PS 76) Hipolydis do re mi fa sol la si do (PS 387) Mixolydis sol la si do re mi fa sol (PS 491) Hypomyxolydis re mi fa sol la si do re (PS 53)

Modus-modus tersebut digunakan selama berabad-abad di Eropa. Dari modus-modus tersebut, berkembanglah tangga nada mayor dan minor yang umum digunakan sejak abad ke-17.

Mayor do re mi fa sol la si do (PS 319) Minor la si do re mi fa sol la (PS 595) Beberapa pedoman membawakan/menyanyikan nyanyian/lagu Gregorian dengan not angka: (Lih. PS Hal. xxiv):

1. Garis di atas not dimaksudkan untuk menunjukkan himpunan nada; kalau ada tiga not dengan garis satu, itu bukanlkah triol; setiap not tetap sama panjangnya (1/8). Di samping itu juga dimaksudkan supaya lagu dinyanyikan lebih lancar/cepat.

2. Not tanpa garis di atasnya, harganya dua kali lipat not dengan garis di atasnya; jadi not itu dinyanyikan dua kali lebih panjang.

3. Not dengan tanda “w “ di atasnya dimaksud untuk mengungkapkan not kuilisma dalam penulisan gregorian asli ( ). Kalau ada not dengan tanda “w “, maka not di depannya diperpanjang sedikit (tanpa dilipatduakan).

4. Garis datar di bawah not dimaksudkan sebagai transversum episema. Not dengan tanda ini diperpanjang sedikit (tanpa dilipatduakan).

5. Nyanyian Gregorian hendaknya dibawakan dengan ringan dan lancar, jangan diulur-ulur.

6. Untuk aba-aba, ictus (arsis-tesis) jatuh pada not pertama dari setiap himpunan. Himpunan yang lebih dari tiga not selalu dibagi dalam himpunan dua atau tiga not.

Page 3: Teori musik penunjang geraeja

3

Dalam Nyanyian Gregorian ada himpunan dengan not liquescens, yakni not yang dicetak lebih kecil. Contoh: Ho – san – na in ex –cel – sis Not ini ada di atas suku kata san dan cel. Maksudnya ialah agar huruf n dan l pada suku kata tersebut diucapkan tersendiri dengan jelas. Dalam penulisan dengan angka, di dalam Buku Puji Syukur, not liquescens dinyatakan dengan angka yang lebih kecil, contoh, sebagai berikut: 6 1 2 2 (2) (2) 2 3 2 1 1 2 Ho-san-na in -ex –cel - sis Ter-pu - ji - la Eng-kau di sur - ga (PS 388)

TANGGA NADA DIATONIS

TANGGA NADA DIATONIS adalah rangkaian 7 (tujuh) buah nada dalam satu oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang teratur. Dalam teori musik barat, tangga nada diatonis atau diatonik adalah susunan satu set kumpulan not yang merupakan komponen paling dasar. Diatonik berasal dari bahasa Yunani, diatonikos, yang artinya merenggangkan. Umumnya digunakan untuk menyebut tangga nada mayor dan minor saja.

Tangga Nada Diatonis Mayor adalah Tangga Nada yang mempunyai jarak antar nadanya 1 (satu) dan ½ (setengah).

Ciri-ciri tangga nada Diatonis Mayor :

1. Bersifat riang gembira 2. Bersemangat 3. Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada Do = C 4. Mempunyai pola interval : 1 , 1 , ½, 1 , 1 , 1, ½

Ciri-ciri Tangga nada Diatonis Minor :

1. Kurang bersemangat. 2. Bersifat sedih 3. Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada La = A 4. Mempunyai pola interval : 1 , ½ , 1 , 1 , ½ , 1 , 1 .

Contoh Lagu yang bertangga nada Mayor : Maju Tak Gentar, Indonesia Raya, Hari merdeka, Halo-halo Bandung, Indonesia Jaya, Garuda Pancasila, Mars Pelajar.

Contoh Lagu yang bertangga nada Minor : Syukur, Tuhan, Gugur Bunga.

Page 4: Teori musik penunjang geraeja

4

TANGGA NADA KROMATIS

Tangga Nada Kromatis adalah tangga nada yang mempunyai jarak antar nadanya hanya ½ . Contoh : C – Cis/Des – D – Dis/Es- E – F – Fis – G – Gis – A – Ais – B

TANGGA NADA ENHARMNONIS

Tangga Nada Enharmonis adalah rangkaian tangga nada yang mempunyai nama dan letak yang berbeda, tetapi mempunyai tinggi nada yang sama.

Contoh : Nada Ais-Bes, Cis-Des, Gis-As, Dis-Es, Fis-Ges.

TANGGA NADA PENTATONIK

Tangga Nada Pentatonik, terdiri dari lima nada : do re mi sol la do (PS 707) do mi fa sol si do (PS 547) (Tangga Nada Pelog/Slendro) do mi fa la si do (PS 651)

TANGGA NADA MAYOR DAN MINOR, KRUIS (KRES) DAN MOL

Tangga nada memiliki dua varian yaituyang biasa disebut “Tangga Nada Dasar” dan ada yang disebut dengan “Tangga Nada # (baca: kruis/kres) atau b (baca: mol). Simbol mol berbentuk seperti huruf ‘b’. Tangga nada kres atau mol mulai dari 1 kres/mol sampai 7 kres/mol.

Tangga Nada Dasar adalah tangga nada dengan nada dasar 1 (baca: do) = C. Pada tangga nada ini tidak ada kres/mol. Dan dari tangga nada inilah semua perhitungan kres/mol dimulai.

Tangga nada 1=C bila ditulis menjadi : C-D-E-F-G-A-B-ke C lagi (1 oktaf)

Dengan menulis tangga nada yg ditulis “do sama dengan” bisa diartikan sebagai tangga nada mayor. Tangga nada minor ditulis bukan dengan “do sama dengan”, melainkan umumnya “la sama dengan”. Bagaimana sebuah tangga nada disebut mayor atau minor? Setiap tangga nada memiliki hukum yang namanya hukum jarak

Pada tangga nada mayor berlaku hukum jarak yaitu :

satu-satu-setengah-satu-satu-satu-setengah 1 1 ½ 1 1 1 ½

Bila dijabarkan menjadi

jarak C ke D = 1, D ke E = 1, E ke F = 1/2, F ke G = 1, G ke A = 1, A ke B = 1, dan B ke C lagi = 1/2.

Yang berjarak setengah di tangga nada ini adalah dari E ke F dan B ke C.

Page 5: Teori musik penunjang geraeja

5

Tangga nada minor berlaku hukum jarak yaitu :

satu-setengah-satu-satu-setengah-satu-satu 1 ½ 1 1 ½ 1 1

Sehingga di tangga nada dasar minornya adalah : A-B-C-D-E-F-G-A

Kres digunakan untuk menaikkan nada setengah, mol digunakan untuk menurunkan nada setengah. Contoh : C# adalah C naik setengah. Nada C# ini sama dengan Db, karena Db adalah nada D turun setengah. Karena jarak C ke D adalah satu, maka C#=Db.

Tangga nada kres (#)

Seperti yang sudah disebutkan di atas, tangga nada kres ada 7 mulai dari tangga nada 1# sampai 7#. Rumusnya adalah:

Untuk menentukan nada dasar tangga nada 1# diambil dari nada kelima tangga nada dasar. Untuk menentukan nada dasar tangga nada 2# diambil dari nada kelima tangga nada 1#, dst.

Sehingga bila diurutkan menjadi :

Tangga nada dasar : C-D-E-F-G-A-B-C

Tangga nada 1# : G-A-B-C-D-E-F#-G

Untuk menentukan nada-nadanya pake rumus satu-satu-setengah-satu-satu-satu-setengah di atas.

Uraiannya : G ke A =1, A ke B = 1, B ke C = 1/2, C ke D = 1, D ke E = 1, E ke F# = 1, dan F# ke G = 1/2.

Sehingga bila diteruskan menjadi :

Tangga nada 2# : D-E-F#-G-A-B-C#-D

Tangga nada 3# : A-B-C#-D-E-F#-G#-A

Tangga nada 4# : E-F#-G#-A-B-C#-D#-E

Tangga nada 5# : B-C#-D#-E-F#-G#-A#-B

Tangga nada 6# : F#-G#-A#-B-C#-D#-E#-F#

Tangga nada 7# : C#-D#-E#-F#-G#-A#-B#-C#

Terhenti sampai 7#, karena semua nadanya sudah jadi #.

Page 6: Teori musik penunjang geraeja

6

Tangga Nada Mol (b)

Tangga nada mol rumusnya nada dasar diambil dari nada keempat tangga nada sebelumnya, dan rumus urutannya seperti di atas juga satu-satu-setengah-satu-satu-satu-setengah. Sehingga urutannya menjadi:

Tangga nada dasar : C-D-E-F-G-A-B-C

Tangga nada 1b : F-G-A-Bb-C-D-E-F

Tangga nada 2b : Bb-C-D-Eb-F-G-A-Bb

Tangga nada 3b : Eb-F-G-Ab-Bb-C-D-Eb

Tangga nada 4b : Ab-Bb-C-Db-Eb-F-G-Ab

Tangga nada 5b : Db-Eb-F-Gb-Ab-Bb-C-Db

Tangga nada 6b : Gb-Ab-Bb-Cb-Db-Eb-F-Gb

Tangga nada 7b : Cb-Db-Eb-Fb-Gb-Ab-Bb-Cb

Untuk tangga nada minor, baik kres maupun mol berlaku rumus yang sama untuk penentuan nada dasarnya, namun rumus jaraknya berbeda dengan memakai formula satu-setengah-satu-satu-setengah-satu-satu.

2. SISTEM AKOR MUSIK

Akord adalah kumpulan tiga nada atau lebih yang bila dimainkan secara bersamaan terdengar harmonis. Akord bisa dimainkan secara terputus-putus ataupun secara bersamaan. Akord ini digunakan untuk mengiringi suatu lagu. Ketika Anda menekan tiga tuts piano C, E dan G secara bersamaan, ini berarti anda sudah memainkan akord. Contoh alat musik lainnya yang bisa memainkan akord adalah gitar (akustik dan listrik), organ, electone.

Sejarah Akord Sejak 1725

Musik mengenal notasi sejak tahun 590 yang ditemukan oleh Paus Agung Gregori. Notasi ini disebut Notasi Gregorian. Namun disempurnakan sekitar tahun 950 dengan dikenalnya Notasi Balok. Pada awalnya tahun 1600-1750 (Era Barok) orang mengenal musik polifoni dengan ilmu kontrapung, suara kedua berupa melodi lain yang saling bertentangan. Baru tahun 1725 (Era Klasik 1750-1820) orang mengenal akord dalam musik homofoni, Remeau menulis buku Traite d'Harmonie tahun 1722. Pada awalnya akord disusun dengan tiga nada, kemudian dibalikkan, berupa mayor, minor, augmented, diminished, dan seterusnya ditambah nada septim, sixth, dst. Dan mulai tahun 1750 di Era Klasik akord juga berkembang hingga kini di era blues (1870), jazz (1920), pop dan rock (1955), dll. yang mengenal akord ninth, eleeventh, thirdteenth, dst.

Page 7: Teori musik penunjang geraeja

7

Macam-macam akord

Akord itu banyak macamnya. Antara lain akord mayor, akord minor, akord dominan septim, akord diminished, akord augmented, akord minor 6, akord mayor 7, akord suspended dan masih banyak yang lainnya. Akord yang paling sering dipakai dalam suatu lagu yang sederhana adalah akord mayor, akord minor dan akord dominan septim. Akord lainnya digunakan untuk memperindah atau mengubah kualitas suatu lagu. Penyisipan akord yang berbeda akan memberikan efek rasa yang berbeda dalam iringan suatu lagu.

Akord mayor

Akord mayor adalah akord yang interval antara nadanya 2 - 1 1/2

Contoh akord mayor:

Cb (Cb-Eb-Gb) = B C (C-E-G) C# (C#-E#-G#) = Db (Db-F-Ab) D (D-F#-A) D# (D#-G-A#) = Eb (Eb-G-Bb) E (E-G#-B) = Fb (Fb-Ab-Cb) E# (E#-A-B#) = F (F-A-C) F (F-A-C) F# (F#-A#-C#) = Gb (Gb-Bb-Db) G (G-B-D) G# (G#-B#-D#) = As (Ab-C-Eb) A (A-C#-E) A# (A#-D-E#) = Bb (Bb-D-F) B (B-D#-F#) = Cb B# (B#-E-G) = C

Akord mayor juga bisa dibilang dalam bahasa angka 1-3-5 dalam jarak simetris / seimbang.

Akord yang memiliki nama berbeda namun bila dimainkan bersuara sama disebut Akord Enharmonis. Contohnya: akord Cb (Ces mayor) dengan B (B mayor).

Akord di atas adalah akord dasar. Akord tersebut bisa dibalik-balik urutannya (disebut balikan pertama dan balikan kedua). Misalnya: C on E(C/E). Ini berarti kita harus memainkan akord dengan urutan E-G-C' bukan C-E-G. C on E adalah balikan pertama dari akord dasar C. Balikan keduanya adalah C on G(C/G) yaitu G-E'-C'.

Akord minor

Akord minor adalah akord yang interval antara nadanya 1 1/2 - 2. Apabila anda sudah tahu suatu akord mayor misalnya; C mayor maka anda bisa mengetahui pula akord minornya (C minor) yaitu dengan cara menurunkan nada yang ada di tengah sebanyak setengah interval. Sehingga didapat akord C minor adalah C-Es(E diturunkan setengah menjadi Es)-G.

Page 8: Teori musik penunjang geraeja

8

Akord dominan ketujuh (Akord Dominan Seventh)

Akord dominant 7th ( C7 ) biasanya ada pada bagian lagu dimana perpindahan akan menuju dari C ke F . Pada beberapa lagu dan banyak lagu menggunakan perindahan 1 ke 4 dengan chord 1 dominant 7th . Jadi 1 - 1 dominant 7th - 4 . Pada setiap nada dasar misalnya D , maka D - D7 - G atau nada dasar E , maka E - E7 - A .

Akord teraugmentasi

Akord augmented adalah akord yang interval antara nadanya 2 - 2.

Notasi : Caug / C+

Akord diminis (diminished)

Akord diminis adalah akord yang interval antar nadanya adalah 1 1/2 - 1 1/2.

A. Akor/ Trinada/ Triad

Akor dapat diartikan sebagai susunan nada yang terdiri dari tiga nada (triad) atau

lebih yang dibunyikan secara bersama sekaligus.

Akor yang didirikan dari tangga nada tersebut diberi nama, sebagai berikut:

a. Tingkatan I disebut akor tonika (tonic), nada angka: 1,3,5

b. Tingkatan II disebut akor super tonic, 2, 4, 6

c. Tingkatan III disebut akor median, 3, 5, 7

d. Tingkatan IV disebut akor sub dominan, 4,6,1

e. Tingkatan V disebut akor dominan, 5,7,2

f. Tingkatan VI disebut akor sub median, 6,1,3

g. Tingkatan VII disebut akor loading not/ pembimbing/ sub tonic, 7,3,5

Berdasar interval nada alas + terts + kwint, maka akor dibedakan:

a. Akor mayor; yaitu akor yang memiliki interval 2 + 1½.

Contoh:

1) Pada tangga nada mayor: akor tingkat I, IV, V

2) Pada tangga nada minor: akor tingkat V dan VI

Page 9: Teori musik penunjang geraeja

9

b. Akor minor; yaitu akor yang memiliki interval 1½ + 2.

Contoh:

1) Pada tangga nada mayor: akor tingkat II, III, dan VI

2) Pada tangga nada minor: akor tingkat I dan IV

c. Akor berkurang; memiliki interval 1½ + 1½.

Contoh:

1) Pada tangga nada mayor: akor tingkat VII

2) Pada tangga nada minor: akor tingkat II dan VII

d. Akor berlebih; memiliki interval 2 + 2.

Contoh:

1) Pada tangga nada mayor: tidak ada

2) Pada tangga nada minor: akor tingkat III

Sajian musik atau tekstur dapat berujud: unisono, homofoni, polifoni, kannon, dan diskan. Lagu sering berganti nada dasar baik di tengah atau di akhir lagu, perpindahan nada dasar lagu disebut modulasi. Modulasi dapat ke tingkat IV, V, mayor atau minor senama, dan mayor atau minor senama. Modulasi empat macam itu disebut perkeluargaan tangga nada.

Agar lagu dapat dinyanyikan oleh seluruh audiens dengan berbagai macam latar belakang, misalnya: kemampuan musik, wilayah suara, maka lagu kadang perlu disesuaikan atau diubah yang disebut ditransposisi. Transposisi meliputi not musik ke angka, not angka ke not musik, not musik ke musik sama kunci, not musik ke not musik lain kunci. Akor atau trinada dalam tangga nada C Mayor Jika c’ sebagai nada dasar atau tonika, maka g’ ialah kuintnya, g’ ini disebut dominannya c’. Kuint bawahnya ialah f, disebut sub-dominan. Di antara c’ dan g, terdapat e’ disebut median. Di antara c’ dan f terdapat a, disebut median bawah atau sub-median. Di atas c’ dan d’, disebut super tonika. Di bawah c’ ialah b disebut leading note karena cenderung bergerak ke tonika, dan untuk menyamakan istilah kita bisa menyebutnya dengan sub-tonika. Ada 2 macam fungsi akor, yaitu sebagai akor primer atau akor pokok dan akor sekunder. Akor poko ialah akor yang sangat penting dalam harmoni. Akor pokok ialah akor I (Tonika), akor V ( Dominan ) + V7 ( Dominan sepitme ), dan akor IV (Subdominan). Dengan menggunakan tiga akor tersebut,maka kita sudah dapat mengiringi sebuah lagu sederhana. Iringan musik dengan piano, gitar, atau alat musik pengiring lainnya adalah berdasarkan rangkaian akor-akor ini yang dapat disebut dengan gerak harmoni. Pola harmoni atau gerak rangkaian akor yang muncul pada akhir frase, akhir kalimat lagu,a tau akhir bagian lagu disebut kadens. Kadens ini berfungsi sebagai koma atau titik pada kalimat bahasa. Ada 4 jenis kadens dalam gerak rangkaian akor, yaitu kadens tidak sempurna, kadens sempurna, kadens otentik dan kadens plagal.

Page 10: Teori musik penunjang geraeja

10

3. NOTASI BALOK DAN NOTASI ANGKA

Notasi Gregorian awal notasi balok

Notasi Gregorian, ditemukan oleh Paus Agung Gregori pada tahun 590, adalah awal penulisan musik dengan not balok. Namun, Notasi Gregorian belum ada panjang nada (dinyanyikan sesuai perasaan penyanyi) dan masih dengan balok not yang 4 baris.

Not balok yang sekarang ini telah sempurna sekali untuk musik dibandingkan Notasi Gregorian.

Unsur-unsur notasi balok

Interval not antarspasi (atau antargaris) adalah terts, sedangkan interval antara garis dan spasi adaNama : Not Penuh, Nilai/Durasi : 4 ketuk/hitungan

Spoiler for not penuh=4 ketuk pada birama 4/4:

Nama : Not 1/2, Nilai/Durasi : 2 ketuk/hitungan Spoiler for not 2 ketuk pada birama 4/4:

Nama : Not 1/4, Nilai/Durasi : 1 ketuk/hitungan Spoiler for not 1 ketuk pada birama 4/4:

Page 11: Teori musik penunjang geraeja

11

Nama : Not 1/8, Nilai/Durasi : 1/2 ketuk/hitungan Spoiler for not 1/2 ketuk pada birama 4/4:

Nama : Not 1/16, Nilai/Durasi : 1/4 ketuk/hitungan Spoiler for not 1/4 ketuk pada birama 4/4:

Nama : Not 1/32, Nilai/Durasi : 1/8 ketuk/hitungan Spoiler for not 1/8 ketuk pada birama 4/4:

Bentuk & Nilai Tanda Diam (Istirahat) Nilai/Durasi : 4 ketuk/hitungan Spoiler for rest 4 ketuk pada birama 4/4:

Nilai/Durasi : 2 ketuk/hitungan Spoiler for rest 2 ketuk pada birama 4/4:

Nilai/Durasi : 1 ketuk/hitungan Spoiler for rest 1ketuk pada birama 4/4:

Page 12: Teori musik penunjang geraeja

12

Nilai/Durasi : 1/2 ketuk/hitungan Spoiler for rest 1/2 ketuk pada birama 4/4:

Nilai/Durasi : 1/4 ketuk/hitungan Spoiler for rest 1/4 ketuk pada birama 4/4:

Nilai/Durasi : 1/8 ketuk/hitungan Spoiler for rest 1/8 ketuk pada birama 4/4:

Arti & Pengertian Birama Not Balok

Spoiler for 4/4:

angka 4 yg atas merupakan : terdapat 4 ketuk/hitungan dalam 1 bar, angka 4 yang bawah menunjukkan : not 1/4 memiliki durasi 1 ketuk pada birama perempat

Spoiler for 2/4:

angka 2 yg atas merupakan : terdapat 2 ketuk/hitungan dalam 1 bar, angka 4 yang bawah menunjukkan : not 1/4 memiliki durasi 1 ketuk pada birama perempat

Page 13: Teori musik penunjang geraeja

13

Spoiler for 4/8:

angka 4 yg atas merupakan : terdapat 4 ketuk/hitungan dalam 1 bar, angka 8 yang bawah menunjukkan : not 1/8 memiliki durasi 1 ketuk pada birama perdelapan

Spoiler for 2/8:

angka 2 yg atas merupakan : terdapat 2 ketuk/hitungan dalam 1 bar, angka 8 yang bawah menunjukkan : not 1/8 memiliki durasi 1 ketuk pada birama per delapan Nama Kunci/Clef Pada Not Balok (paranada)

Spoiler for clef G:

Dinamakan Kunci/Clef G biasanya untuk nada wilayah Sopran & Alto

Spoiler for clef F:

Dinamakan Kunci/Clef F biasanya untuk nada wilayah Tenor & Bass

Spoiler for clef C:

Kunci/Clef C Contoh Penulisan Not 1/8

Page 14: Teori musik penunjang geraeja

14

Spoiler for contoh 1:

Spoiler for contoh 2:

Spoiler for contoh 3:

Penggunaan Legatura Menggunakan Dot & Tie -Legatura merupakan penggabungan 2 buah not atau lebih menggunakan dot/titik (.) dan tie

Spoiler for contoh 1:

Spoiler for contoh 2:

Page 15: Teori musik penunjang geraeja

15

Penggunaan Nada Dalam Tangga Nada C mayor di not balok Tangga Nada C mayor di Clef G Spoiler for Clef G not 1/8, birama 4/4:

Tangga Nada C mayor di Clef F Spoiler for Clef F not 1/8, birama 4/4:

Tangga Nada C mayor di Clef C Spoiler for Clef C not 1/8, birama 4/4:

Triplet/Triol/Tuplet Triplet/Triol/Tuplet merupakan pecahan tiga not yang berasal dari satu nilai not, pecahan not tersebut selau bernilai setengahnya dari not asal

Spoiler for triol 1 ketuk/hitungan pada birama 4/4:

Spoiler for triol 2 ketuk/hitungan pada birama 4/4:

Page 16: Teori musik penunjang geraeja

16

Spoiler for triol 4 ketuk/hitungan pada birama 4/4:

lah sekunde.

Notasi balok adalah penulisan lagu/musik dengan menggunakan lambang-lambang pada balok-

balok berupa jajaran baris. Agar dapat memahami penulisan not balok, kita harus mempelajari

terlebih dahulu bagian-bagian yang ada pada sistem penulisan notasi balok tersebut.

Bentuk, nama dan nilai not

BENTUK, NAMA, DAN NILAI TANDA DIAM

Page 17: Teori musik penunjang geraeja

17

Beberapa buah not yang memiliki bendera, jika letaknya bersebelahan, penulisannya dapat digabungkan. Misalnya :

2 buah not ⅛ ( ) yang bersebelahan dapat ditulis

4 buah not 1/16( ) yang bersebelahan, dapat ditulis

1 not ⅛ ( ) & 2 not 1/16 ( ) yang bersebelahan, ditulis

4 buah not 1/64 ( ) yang bersebelahan, dapat ditulis

Notasi juga bisa diberi titik agar durasinya bertambah setengah. Misalnya :

· Not ¼ memiliki durasi 1 ketuk. Jika not ¼ diberi titik ( ), maka durasinya menjadi : 1 + (1 × ½) = 1 ½ ketuk.

· Not ½ memiliki durasi 2 ketuk. Jika not ½ diberi titik ( ), maka durasinya menjadi : 2 + (2 × ½) = 3 ketuk.

Jadi not yang memiliki durasi n ketuk, jika diberi titik, durasinya akan menjadi n + ½n ketuk. Kelompok Not (Group)

Page 18: Teori musik penunjang geraeja

18

Dalam notasi balok, sistem paranada bergaris lima digunakan sebagai dasar. Bersama dengan keterangan mengenai tempo, ketukan, dinamika, dan instrumentasi yang digunakan, not ditempatkan pada paranada dan dibaca dari kiri ke kanan. Durasi nada dilambangkan dengan nilai not yang berbeda-beda, sedangkan tinggi nada dilambangkan dalam posisi not secara vertikal pada paranada. Interval dua not yang dipisahkan satu garis paranada (yaitu berada pada dua spasi yang bersebelahan) seperti digambarkan pada ilustrasi di samping merupakan interval terts, sedangkan interval antara not pada spasi dengan not pada garis adalah interval sekunde. Tanda kunci pada awal paranada menunjukkan tinggi nada yang diwakili oleh garis dan spasi pada paranada tersebut. Pada gambar, kunci-G digunakan, menandakan bahwa garis kedua dari bawah melambangkan nada g¹. Dengan demikian, interval terts pada gambar di samping adalah pasangan nada a1–c2, sedangkan interval sekunde merupakan pasangan nada a1–b1. Not-not yang melambangkan tinggi nada di luar jangkauan kelima garis paranada dapat digambarkan dengan menggunakan garis bantu yang diletakkan di atas atau di bawah paranada.

Contoh penggunaan notasi balok

Penggunaan notasi balok dijelaskan dalam contoh yang diambil dari bagian awal karya Johann Strauss, An der schönen blauen Donau yang disederhanakan.

Page 19: Teori musik penunjang geraeja

19

Bagian awal An der schönen blauen Donau yang disederhanakan.

1. Di sebelah kiri atas pada awal lagu biasanya ditempatkan petunjuk tempo (yaitu kecepatan lagu), seringkali dalam bahasa Italia, yang di sini menunjukkan "tempo waltz". Selain itu juga terdapat penanda metronom dalam satuan BPM (beats per minute), di sini 142 ketukan per menit.

2. Tanda birama menunjukkan ritme lagu. Angka di bagian atas tanda birama menunjukkan jumlah ketukan per birama, sedangkan angka di bawah menunjukkan nilai not per ketukan. Tanda birama 3/4 di sini menunjukkan bahwa terdapat tiga ketukan dalam birama, satu ketukan kuat diikuti dua ketukan lemah, dan masing-masing ketukan bernilai not seperempat.

3. Garis birama merupakan pemisah antarbirama. 4. Pada bagian awal paranada terdapat kunci-G yang menandakan bahwa garis kedua dari

bawah melambangkan nada g¹ (berfrekuensi sekitar 418 Hz). 5. Tanda mula utama yang di sini terdiri dari dua tanda mula kres pada garis nada c dan f

menunjukkan bahwa kedua nada tersebut dinaikkan setengah nada dalam semua oktaf (dimainkan sebagai nada cis dan fis) serta menunjukkan bahwa karya musik bersangkutan bertangga nada D mayor atau B minor.

6. Not pertama adalah not seperempat dengan nada d1, dengan dinamika (nyaring lembutnya suara) mf (bahasa Italia, mezzo forte: agak nyaring). Dapat dilihat bahwa not tersebut langsung diikuti garis birama walaupun tiga ketuk dalam birama tersebut belum selesai. Dengan demikian, karya ini dimulai bukan dengan ketukan pertama bertekanan, melainkan dengan ketukan ketiga lemah dalam suatu birama pembuka (anacrusis).

7. Not kedua juga merupakan not seperempat dan bernada d1 yang jatuh pada ketukan pertama dalam birama berikutnya.

8. Tanda legato menghubungkan not d1 tersebut dengan not fis1 dan a1, menandakan bahwa ketiga not tersebut harus dimainkan secara legato (sambung-menyambung).

9. Pada birama berikutnya terdapat not setengah bernada a1 berdurasi dua ketukan. 10. Berikutnya terdapat not seperempat dengan dua kepala not pada posisi nada fis2 dan a2,

menandakan bahwa kedua nada tersebut harus dimainkan bersamaan. Di atas not tersebut terdapat tanda staccato, menandakan bahwa not tersebut harus dimainkan secara staccato (terpisah nyata dari not sebelum dan sesudahnya).

11. Tanda diam seperempat menandakan bahwa tidak ada nada yang dimainkan selama (dalam hal ini) satu ketukan.

12. Di bawah tiga birama terakhir terdapat tanda decrescendo, menandakan bahwa pada ketiga birama tersebut terdapat perubahan dinamika, yaitu dimainkan makin melembut (dapat juga ditulis decresc. atau dim., diminuendo).

Page 20: Teori musik penunjang geraeja

20

Notasi Angka

Dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la) dan 7 (si). Nada 1 tanpa titik merupakan nada C natural di notasi balok. Tanda satu titik di atas not, menunjukkan bahwa not tersebut naik satu birama dari nada asli, sedangkan tanda satu titik di bawah not menunjukkan bahwa not tersebut turun satu birama dari nada asli.

Membaca Notasi Angka

Notasi angka 4 suara SATB

1. Do = G menunjukkan nada dasar lagu tersebut.

Page 21: Teori musik penunjang geraeja

21

2. 4/4 menunjukkan Tanda birama yang menunjukkan ritme lagu. Angka di bagian atas tanda birama menunjukkan jumlah ketukan per birama, sedangkan angka di bawah menunjukkan nilai not per ketukan. Tanda birama 4/4 di sini menunjukkan bahwa terdapat empat ketukan dalam birama, satu ketukan kuat diikuti tiga ketukan lemah, dan masing-masing ketukan bernilai not seperempat

3. Tempo = 66 menunjukkan tempo lagu, artinya dalam satu menit ada 66 ketuk. 4. SATB menunjukkan tipe suara yang menyanyikan baris tersebut. 5. P berarti 'piano' yang berarti lembut, artinya lagi ini dengan dinamika yang lembut. 6. Tanda Crescendo yang dilanjutkan dengan tanda decrescendo, menunjukkan ada

perubahan dinamika, yakni mengeras, kemudian melembut lagi. 7. Garis birama yang merupakan pemisah antar birama.

4. TANDA DINAMIK DAN TANDA TEMPO

TANDA DINAMIK adalah tanda utuk menyatakan keras, lembutnya sebuah lagu yang dinyanyikan. Contoh-contoh Tanda Dinamik :

1. f : forte = keras

2. ff : fortissimo = sangat keras

3. fff : fortissimo assai = sekeras mungkin

4. mf : mezzo forte = setemgah keras

5. fp : forte piano = mulai dengan keras dan diikuti lembut

6. p : piano = lembut

7. pp : pianissimo = sangat lembut

8. ppp : pianissimo possibile = selembut mungkin

Page 22: Teori musik penunjang geraeja

22

9. mp : mezzo piano = setengah lembut

PERUBAHAN TANDA DINAMIKA :

- Diminuendo (dim) : melembut

- Perdendosi : melembut sampai hilang

- Smorzzande : sedikit demi sedikit hilang

- Calando : mengurangi keras

- Poco a poco : sedikit demi sedikit / lambat laun

- Cresscendo : berangsur-angsur keras

- Decrsescendo : berangsur-angsur lembut

TANDA TEMPO adalah tanda yang diguakan untuk menunjukan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang harus dinyanyikan.

A.TANDA TEMPO CEPAT :

1. Allegro : cepat

2. Allegratto : agak cepat

3. Allegrissimo : lebih cepat

4. Presto : cepat sekali

5. Presstissimo : secepat-cepatnya

6. Vivase : cepat dan girang

B. TANDA TEMPO SEDANG :

1. Moderato : sedang

2. Allegro moderato : cepatnya sedang

3. Andante : perlahan-lahan

4. Andantino : kurang cepat

C. TANDA TEMPO LAMBAT :

1. Largo : lambat

2. Largissimo : lebih lambat

Page 23: Teori musik penunjang geraeja

23

3. Largeto : agak lambat

4. Adagio : sangat lambat penuh perasaan

5. Grave : sangat lambat sedih

6. Lento : sangat lambat berhubung-hubungan.

PERMATA / CORONA adalah tanda untuk menambah hitungan menurut selera.

5. TEKNIK VOCAL

TEKNIK VOCAL adalah : Cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring.

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOCAL :

1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas. 2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian

disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.

Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu :

Pernafasan Dada: cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.

Pernafasan Perut: udara cepat habis, kurang cocok digunakan dalam menyanyi, karena akan cepat lelah.

Pernafasan Diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vocal yang baik.

1. Phrasering adalah : aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

2. Sikap Badan : adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu.

3. Resonansi adalah : usaha untuk memperindah suara dengan mefungsikan rongga-rongga udara yang turut bervibrasi/ bergetar disekitar mulut dan tenggorokan.

Page 24: Teori musik penunjang geraeja

24

4. Vibrato adalah : Usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberigelombang/ suara yang bergetar teratur, biasanya di terapkan di setiap akhir sebuah kalimat lagu.

5. Improvisasi adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya.

6. Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat.

Syarat-syarat terbentuknya Intonasi yang baik :

Pendengaran yang baik Kontrol pernafasan Rasa musical.

SIFAT NADA ADA 4 (EMPAT) :

1. FITCH yaitu ketepatan jangkauan nada. 2. DURASI yaitu lamanya sebuah nada harus dibunyikan 3. INTENSITAS NADA yaitu keras,lembutnya nada yang harus dibunyikan. 4. TIMBRE yaitu warna suara yang berbeda tiap-tiap orang.

AMBITUS SUARA adalah luas wilayah nada yang mampu dijangkau oleh seseorang.

Seorang penyanyi professional harus mampu menjangkau nada-nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sesuai dengan kemampuannya.

CRESCENDO adalah suara pelan berangsur-angsur keras.

DESCRESCENDO adalah suara keras berangsur-angsur pelan.

STACATO adalah suara dalam bernyanyi yang terpatah-patah.

SUARA MANUSIA DIBAGI 3 (TIGA) :

1. Suara Wanita Dewasa ;

Sopran (suara tinggi wanita)

Messo Sopran (suara sedang wanita)

Alto (suara rendah wanita)

1. Suara Pria Dewasa :

Tenor (suara tinggi pria)

Bariton (suara sedang pria)

Bas (suara rendah pria)

1. Suara Anak-anak :

Page 25: Teori musik penunjang geraeja

25

Tinggi

Rendah.

PADUAN SUARA adalah Penyajian musik vocal yang terdiri dri 15 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampakan jiwa lagu yang dibawakan.

JENIS-JENIS PADUAN SUARA:

1. Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan menggunakan satu suara. 2. Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang menggunakan 2 suara manusia

yang sejenis, contoh: Suara sejenis Wanita, Suara sejenis Pria, Suara sejenis anak-anak. 3. Paduan Suara 3 sejenis S – S – A, yaitu paduan suara sejenis dengan menggunakan

suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto. 4. Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan suara yang menggiunakan 3

suara campuran , contoh : Sopran, Alto Bass. 5. Paduan suara 3 sejenis T- T – B, yaitu paduan suara 3 suara sejenis pria dengan suara

Tenor 1, Tenor 2, Bass. 6. Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang mengguanakan suara

campuran pria dan wanita, dengan suara S – A – T – B. Sopran, Alto, Tenor, Bass.

LATIHAN PERNAFASAN

*Cara bernapas yang baik pada saat bernyanyi sebagai berikut: ~ Jangan menggunakan cara pernapasan di mana pada waktu menghirup udara, dada dan bahu terangkat, ini membuat leher menjadi tegang dan mengganggu produksi suara.

~ Pada waktu bernapas daerah sekitar lingkar perut mengembang dan pada waktu membuang napas mengempis. Pada waktu menghembuskan napas untuk memproduksi suara, otot-otot di sekitar perut mengencang dan secara konstan mendorong ke dalam (mengempis) dengan berlahan-lahan dan terus-menerus sampai kalimat lagu habis. Ini yang disebut SUPPORT dan SUSTAIN. ~ Tarik nafas atau hirup nafas anda dalam 8 hitungan (8 detik) : 1 2 3 4 5 6 7 8

~ Tahan nafas saudara dalam 4 hitungan (4 detik) : 1 2 3 4 ~ Keluarkan nafas anda dengan berdesis ( suara ular!) dalam 8 hitungan : 1 2 3 4 5 6 7 8

Page 26: Teori musik penunjang geraeja

26

~ Bisa juga hal itu disebut 8 4 8 karena menghirup nafas dalam 8 hitungan, menahan nafas dalam 4 hitungan dan mengeluarkan nafas dalam 8 hitungan. Lakukan latihan itu berulang-ulang, dan saat mengeluarkan nafas, desis anda bisa diganti dengan mengucapkan mo atau me atau mu, dll.

2. *Intonasi (Penguasaan Notasi).

Intonasi adalah pembidik nada yan tepat atau menyanyikan nada dengan tepat. Untuk bisa memiliki intonasi yang baik, kita sebaiknya berlatih dengan alat music seperti piano atau keyboard supaya nada yang kita mainkan pasti dan terkontrol. Tapi hal ini dapat diakali jika kita tidak memiliki alat music tersebut. Kita bisa merekam suara piano tersebut di handphone kita dan kita dapat pelajari sewaktu-waktu.

Contoh: Kita dapat memainkan tangga nada C kemudian D dan E secara berurutan di piano atau gitar (mungkin kita bisa minta teman kita untuk memainkannya), kemudian kita rekan di handphone. Nada yang dapat direkam mungkin adalah sebagai berikut:

Ascending : Do Re Mi Fa Sol La Si Do 1 2 3 4 5 6 7 1 Descending : Do Si La Sol Fa Mi Re Do atau 1 7 6 5 4 3 2 Ascending : Do Mi Re Fa Mi Sol Fa La Sol Si La Si Do 1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 7 1 Descending : Do La Si Sol La Fa Sol Mi Fa Re Mi Do 1 6 7 5 6 4 5 3 4 2 3 1 Anda bisa melakukan variasi lain misalnya: Ascending : 1 2 3 4 2 3 4 5 3 4 5 6 7 5 6 7 1 Descending : 1 7 6 5 6 5 4 6 5 4 3 5 4 3 2 4 3 2 1

Page 27: Teori musik penunjang geraeja

27

LATIHAN ARTIKULASI

Beberapa alat artikulasi yang tadi perlu dilatih secara baik dan benar, supaya bisa menghasilkan suara yang indah.

1. Pita Suara

Bagaimana melatihnya agar tidak kaku, sehingga getaran yang dihasilkannya tidak tersendat sendat.

Dengan nada : 1 2 3 4 / 5 4 3 2 / 1 2 3 4 / 5 4 3 2 / 1 . . . Bunyikan dengan nanana dan mamama dari kunci C / Cis / D /Dis. Dengan nada dasar c / B / Bes / A & As, bunyikan nada : 5 4 3 2 / 1 2 3 4 / 5 4 3 2 / 1 2 3 4 / 5 . . . Nyanyikan dengan : nononononono dan yoyoyoyoyoyoyoyo

Dengan nada dasar G / A / B / C / D bunyikan staccato : 1 0 3 0 5 0 / 1 0 5 0 3 0 / 1 0 3 0 5 0 / 1 0 5 0 3 0 / 1 . . . Nyanyikan : na na na na na dan ma ma ma ma 2. Bibir

Bibir atas dan bawah harus lentur pada saat membentuk suara, tidak kaku atau kejang. Bibir ini dapat dilatih dengan mengucapkan huruf huruf u m l a u d atau dipotong yaitu :

ui ui ui ui ui ui dan oe oe oe oe oe oe

dengan satu nada yang ditahan beberapa saat

atau :

membunyikan: mmmmmooooo–mmmmmoooo–mmmmooooo

dengan ringan dan rasakan bagian bagian luar dari bibir itu berbentuk corong atau terompet

3. Rahang Bawah

Rahang kita yang kaku itu ibaratkan engsel yang sudak tidak aktif. Hal ini mengganggu keindahan suara, dan cara melatihnya adalah dengan: Membunyikan secara berulang ulang hingga lancar :

Page 28: Teori musik penunjang geraeja

28

12 34 54 32 / 12 34 54 32 / 12 34 54 32 / 1 . . . mi mi mi mi mi – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – - ya ya ya ya ya – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – - wa wa wa wa wa – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – -

5 5 / 5 4 5 / 6 6 / 6 . / 7 7 / 7 6 7 / 1 1 / 1 . / . 0 3 3 / 3 2 3 / 4 4 / 4 . / 5 5 / 5 4 5 / 6 4 / 3 . / . 0 1 1 / 1 6 1 / 2 2 / 2 . / 2 2 / 2 2 2 / 3 2 / 1 . / . 0 ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya (a,e,i,o,u) ma (a,e,i,o,u) h (a,e,i,o,u) 4. Lidah

Lidah yang kaku atau tidak luwes itu juga dapat menghambat atau mengganggu keutuhan suara. Untuk melatihnya dapat dilakukan dengan:

- Membunyikan : aaaaaaaa – - – dengan ujung lidah membentuk lingkaran kecil di dalam mulut, kemudidan gerakkan lidah kekanan dan kekiri dengan cepat. - Membunyikan : ru ro ra – – pli plo pla , la la la berulang ulang dan semakin cepat namun harus bener pengucapannya.

- Juga dapat dilakukan dengan bersiul ria dan merasakan ujung lidah menyentuh belakang gigi bawah.

Yang perlu diperhatikan pada saat latihan ini adalah:

a. Posisi jakun harus tetap berada di bawah atau pada posisi rendah. b. Tenggorokan dan rongga mulut selalu pada posisi seperti sedang menguasai. c. Rasakan juga bahwa semua suara yang keluar dari mulut melintas dikedua mata dan

berbunyi di ubun ubun.

Page 29: Teori musik penunjang geraeja

29

6. MEMBIRAMA (MENJADI DIRIGEN/MEMIMPIN LAGU)

DIRIGEN/CONDUCTOR adalah orang yang memimpin Paduan Suara/Kelompok Penyanyi.

Syarat-syarat seorang Dirigen/ Conductor yang baik :

1. memiliki sifat kepemimpinan 2. memiliki ketahanan jasmani yang tangguh 3. sebaiknya sehat jasmani dan rohani 4. simpatik 5. menguasai cara latihan yang efektif 6. memiliki daya imajinasi yang baik 7. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bermain musik.

SIKAP DIRIGEN (UMUM) Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali. Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen. SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan. GERAKAN AWAL Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai

Page 30: Teori musik penunjang geraeja

30

pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” untuk memulai nyanyian. Fungsi gerakan awal adalah : 1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi. 2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan 3. Menjelaskan tempo yang akan diambil. Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen. Cara melakukannya : Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti “yak – bam”. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses “masuk” ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan. Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen. GERAKAN BERHENTI Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti “ yak – stop”. Pada saat “stop” ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya. TANGAN KIRI Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini : 1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing, dan gerakan awal serta akhir. 2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai. 3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan. 4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat. DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk

Page 31: Teori musik penunjang geraeja

31

memberi aba-aba pada elemen musik yang lain. DINAMIKA Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatu crescendo/diminuendo. AKSEN Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu. PHRASING Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( ‘ ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru. TEMPO Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil. Gunakan pedoman berikut : 1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas. 2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang besar dan lebar. KARAKTER Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda. Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut balik yang lebih tajam. Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan. Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat. Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas. BEBERAPA TIPS Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan. CERMIN. Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak

Page 32: Teori musik penunjang geraeja

32

ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas. LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT. Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya. BERI SEMUA KETUKAN. Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada. WAJAH. Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi. MENYANYI. Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja. MENCATAT PADA TEKS. Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba. MELIHAT KE PENYANYI Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya. MELATIH PADUAN SUARA Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan. PERSIAPAN DIRIGEN 1. Lagu dan penguasaan lagu : · not · kata-kata · phrasing · tempo yang cocok · kerangka harmoni 2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain) 3. Menyiapkan tempat 4. Menyiapkan organis : nada dasar 5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)

Page 33: Teori musik penunjang geraeja

33

PERSIAPAN ORGANIS 1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati 2. membuat intro 3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai. Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu. PEMANASAN UNTUK KOOR Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal : * Energi. Suara yang berenergi, yang “mengangkat”, bukan suara yang datar, lelah bahkan cenderung turun. * Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau bernada tinggi. * Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan. Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek (5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi. Penyanyi diharapkan mengetahui tujuan dari masing-masing langkahnya. 1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali (kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma dengan tetap mengangkat dada. 2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu “mi-me-ma-mo-mu”), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf “m” untuk membangkitkan rongga resonansi di kepala. 3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada. Juga 5555-5555-54321 dengan “ha”’ 5 nada terakhir legato. 4. Indah. Bernyanyi dengan legato. 1 – 54321 dengan vocal : ni – ah, ni – eh , di – o. Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk meningkatkan paduan suaranya : 1. sensitivitas antar penyanyi dengan dirigen : latihan dinamika dari p – f – p

Page 34: Teori musik penunjang geraeja

34

2. menyeragamkan huruf hidup : a – e – i – o – u dan variasinya : ni – e – a – e – i, u – wi – yu – wi – yu, i – yo – i – yo – i. Gunakan nada yang sama dilanjutkan setengah nada di atasnya. 3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk mengikutinya. 4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan “ya” dan tempo yang cepat atau dengan 1231354321 (fanalafanalafanalafa) AMBITUS (JANGKAUAN NADA) Jangkauan nada dari masing-masing kelompok suara : 1. Sopran : c’ – a” 2. Alto : f – d” 3. Tenor : c – a’ 4. Bas : F – d’ F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c’-d’-e’-f’-g’-a’-b’-c”-d”-e”-f”-g”-a” BIRAMA

Birama atau metrum atau maat ialah ketukan-ketukan (tekanan-tekanan) yang datang berulang-ulang dengan teratur dalam waktu yang sama (Atan Hamdju, 1989:26). Birama juga dapat diartikan ayunan rangkaian gerak kelompok beberapa pulsa, yang pulsa pertamanya mendapat aksen kuat sedang pulsa lainnya tidak, berlangsung secara berulang-ulang dan teratur (Jamalus, 1989).

Penulisan birama perulangan yang satu dengan yang berikutnya dibatasi oleh garis tegak lurus yang disebut satu birama. Misal lagu ditulis dengan birama 2/4 berarti setiap birama terdapat 2 ketukan, tiap ketukan bernilai 1/4. Jenis-jenis birama, sebagai berikut:

1. Birama Binair (genap), yaitu lagu bertekanan kelipatan dua, yang terdiri dari:

a. Tunggal (sederhana) ; 2/1, 2/2, 2/4, 2/8, 2/16.

b. Majemuk (campuran) ; 4/1, 4/2, 4/4, 4/8.

2. Ternair (ganjil)

a. Tunggal (bersahaja) ; 3/1, 3/2, 3/4, 3/8, 3/16.

b. Majemuk (campuran) ; 6/2, 6/4, 6/8, 6/16, 9/2, 9/4, 9/8, 9/16, 12/4, 12/8, 12/16.

3. Birama menyimpang dari binair dan ternair;

Page 35: Teori musik penunjang geraeja

35

5/4 (3/4 + 2/4) atau (2/4 + 3/4)

7/4 (3/4 + 4/4) atau (4/4 + ¾)

4. Birama gantung; jika kita perhatikan banyak lagu yang pada biramanya kurang (tidak genap sesuai tanda birama), misalnya: Lagu Indonesia Raya pada birama awal hanya terdapat satu ketukan, kekurangan ketukan itu dilengkapi pada birama terakhir lagu tersebut. Hal ini berarti lagu tersebut mempunyai birama gantung.

Penulisan tanda birama diletakkan sebelah kiri atas lagu dilanjutkan nada dasar lagu tersebut. Misalnya:

3/4 C = do

a. Pembilang berguna untuk menunjukkan jumlah ketukan dalam tiap birama.

b. Penyebut digunakan untuk menunjukkan nilai dari tiap ketukan.

Notasi birama terdiri dari:

1. Tanda birama; ialah tanda berbentuk bilangan pecahan bersusun yang menunjukkan birama mana yang digunakan pada sebuah lagu.

2. Ruang (ruas) birama; tempat untuk menuliskan notasi kelompok irama yang termasuk dalam satu ayunan birama, terletak diantara dua garis birama.

3. Garis birama; garis dalam notasi musik yang membatasi ruang (ruas) birama (birama satu dengan birama berikut atau sebelemnya).

4. Garis penutup; ialah garis birama yang terdiri dua garis; garis pertama tipis dan garis kedua tebal pada akhir penulisan notasi lagu.

Page 36: Teori musik penunjang geraeja

36

Page 37: Teori musik penunjang geraeja

37

MEMAINKAN BEBERAPA ALAT MUSIK

Guitar Chords (Akor Gitar)

Page 38: Teori musik penunjang geraeja

38

TEKNIK AKOR (JARI) PADA ORGAN

Page 39: Teori musik penunjang geraeja

39

SULING/SERULING

do re mi fa sol la si do

1 2 3 4 5 6 7 i