TEORI KONSTITUSI

41
TEORI KONSTITUSI TEORI KONSTITUSI Prof. Dr. Ramly Prof. Dr. Ramly Hutabarat, Hutabarat, S.H., M.Hum S.H., M.Hum FHUI FHUI

description

TEORI KONSTITUSI. Prof. Dr. Ramly Hutabarat , S.H., M.Hum FHUI. ISTILAH KONSTITUSI. Konstitusi Contitutio = Jus atau Ius berarti Hukum atau prinsip Constitution (Inggris) Constitutie dan Grondwet (Belanda) Verfassung dan gerundgesetz (Jerman) - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of TEORI KONSTITUSI

TEORI KONSTITUSITEORI KONSTITUSI

Prof. Dr. Ramly Hutabarat, Prof. Dr. Ramly Hutabarat,

S.H., M.HumS.H., M.Hum

FHUIFHUI

ISTILAH KONSTITUSIISTILAH KONSTITUSI

Konstitusi Contitutio = Jus atau Ius berartiKonstitusi Contitutio = Jus atau Ius berartiHukum atau prinsipHukum atau prinsip Constitution (Inggris)Constitution (Inggris) Constitutie dan Grondwet (Belanda)Constitutie dan Grondwet (Belanda) Verfassung dan gerundgesetz (Jerman)Verfassung dan gerundgesetz (Jerman) Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis)Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis) Staatsregeling = Grondwet (Belanda)Staatsregeling = Grondwet (Belanda) Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD)Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD)Dalam bahasa Yunani Kuno kata “konstitusi” berasal dari Dalam bahasa Yunani Kuno kata “konstitusi” berasal dari

PoliteiaPoliteia dan dlm bahasa latin berasal dari kata dan dlm bahasa latin berasal dari kata ConstitutioConstitutioDalam Yunani Kuno tidak dikenal istilah Dalam Yunani Kuno tidak dikenal istilah Constitutio Constitutio atau atau JusJus

sbgmn di Romawisbgmn di Romawi

ISTILAH KONSTITUSI (lnjt)ISTILAH KONSTITUSI (lnjt)

Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih bersifat materil. Artinya blm diformalkan bersifat materil. Artinya blm diformalkan sebagaimana konstitusi zaman sekarang inisebagaimana konstitusi zaman sekarang ini

Aristoteles misalnya membedakan antara konstitusi Aristoteles misalnya membedakan antara konstitusi dengan hukum biasa berdasarkan adanya pengertian dengan hukum biasa berdasarkan adanya pengertian kata kata PoliteiaPoliteia dan dan NomoiNomoi. . PoliteiaPoliteia dapat diartikan dapat diartikan sebagai konstitusi. Sedangkan sebagai konstitusi. Sedangkan NomoiNomoi diartikan diartikan sebagai Undang-Undang biasasebagai Undang-Undang biasa

2. PENGERTIAN KONSTITUSI2. PENGERTIAN KONSTITUSI1.1. Carl J. Friedrich dalam bukunya: “Constitutional Government Carl J. Friedrich dalam bukunya: “Constitutional Government

and Democracy Theory and Practice in Europe and America” and Democracy Theory and Practice in Europe and America” mendefinisikan konstitusi dalam 5 konsep:mendefinisikan konstitusi dalam 5 konsep:1. Filosofis (Philosophical)1. Filosofis (Philosophical)2. Struktural (Structural)2. Struktural (Structural)3. Legal (Legal)3. Legal (Legal)4. Dokumentarian (Documentarian)4. Dokumentarian (Documentarian)5. Prosedural (Procedural)5. Prosedural (Procedural)

2. Prof. Dr. G.J. Wolhoff mendefinisikan Undang-Undang Dasar 2. Prof. Dr. G.J. Wolhoff mendefinisikan Undang-Undang Dasar atau konstitusi sbg Undang-Undang yang tertinggi dalam atau konstitusi sbg Undang-Undang yang tertinggi dalam negara yang memuat dasar-dasar seluruh sistem hukum dalam negara yang memuat dasar-dasar seluruh sistem hukum dalam negara itunegara itu

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)3. H. Rahman dalam bukunya “Political Science and 3. H. Rahman dalam bukunya “Political Science and

Government” mengartikan konstitusi sebagai:Government” mengartikan konstitusi sebagai:“ “ a body of Fundamental rules, written or unwritten, a body of Fundamental rules, written or unwritten, which determines the organization or structure of the which determines the organization or structure of the government, distributes powers and determines the government, distributes powers and determines the relations among the organs of the government”relations among the organs of the government”

4. Hans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and 4. Hans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and State” yang telah dialihbahasakan oleh Drs. Somardi ke State” yang telah dialihbahasakan oleh Drs. Somardi ke bhs Indonesia mengatakan: “konstitusi adalah dasar dari bhs Indonesia mengatakan: “konstitusi adalah dasar dari tata hukum nasional”. Kelsen membedakan konsep tata hukum nasional”. Kelsen membedakan konsep konstitusi menurut tinjauan Teori Hukum dan teori politikkonstitusi menurut tinjauan Teori Hukum dan teori politik

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)

Konstitusi menurut pengertian hukum adalah Konstitusi menurut pengertian hukum adalah konstitusi dalam pengertian material yang konstitusi dalam pengertian material yang meliputi norma-norma yang mengatur proses meliputi norma-norma yang mengatur proses pembentukan Undang-Undang. Dalam teori pembentukan Undang-Undang. Dalam teori politik konsep konstitusi mencakup juga politik konsep konstitusi mencakup juga norma-norma yang mengatur pembentukan norma-norma yang mengatur pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan judikatif tertinggijudikatif tertinggi

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)

5. Ferdinand Lasalle dalam bukunya “Uber 5. Ferdinand Lasalle dalam bukunya “Uber Verfassungwessen” (1862) membagi Verfassungwessen” (1862) membagi konstitusi dalam 2 pengertian:konstitusi dalam 2 pengertian:

1) 1) Pengertian sosiologis dan politisPengertian sosiologis dan politis

2) 2) Pengertian Juridis. Konstitusi dilihat Pengertian Juridis. Konstitusi dilihat sebagai satu naskah hukum yang memuat sebagai satu naskah hukum yang memuat ketentuan dasar mengenai bangunan negara ketentuan dasar mengenai bangunan negara dan sendiri-sendiri pemerintahan negaradan sendiri-sendiri pemerintahan negara

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)

6. Herman Heller dalam bukunya “Staatsrecht” 6. Herman Heller dalam bukunya “Staatsrecht” mengemukakan tiga pengertian konstitusi, yaitu:mengemukakan tiga pengertian konstitusi, yaitu:

1. Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis 1. Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan sosial politik yang nyata sebagai cermin kehidupan sosial politik yang nyata dalam masyarakatdalam masyarakat

2. Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu 2. Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum yang hidup dalam kesatuan kaedah hukum yang hidup dalam masyarakatmasyarakat

3. Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah 3. Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai hukum yang tertinggi Undang-Undang Dasar sebagai hukum yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negarayang berlaku dalam suatu negara

3. KLASIFIKASI KONSTITUSI3. KLASIFIKASI KONSTITUSI

Konstitusi terdiri dari:Konstitusi terdiri dari:

1. Konstitusi dalam arti luas yaitu konstitusi 1. Konstitusi dalam arti luas yaitu konstitusi tertulis dan tidak tertulistertulis dan tidak tertulis

2. Konstitusi dalam arti sempit yaitu konstitusi 2. Konstitusi dalam arti sempit yaitu konstitusi tertulis atau Udang-Undang Dasar (UUD)tertulis atau Udang-Undang Dasar (UUD)

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)1.1. C.F. Strong: konstitusi tertulis atau tidak tertulis C.F. Strong: konstitusi tertulis atau tidak tertulis

merupakan pembedaan yang keliru, karena tidak ada merupakan pembedaan yang keliru, karena tidak ada konstitusi yang benar-benar tertulis dan tidak tertulis. konstitusi yang benar-benar tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi Inggris dikatakan tak tertulis, tetapi ada Konstitusi Inggris dikatakan tak tertulis, tetapi ada beberapa hukum tertulis atau undang-undang yang telah beberapa hukum tertulis atau undang-undang yang telah memodifikasi konstitusi tersebut, misalnya:memodifikasi konstitusi tersebut, misalnya:The Bill of Right (1689) adalah sebuah hukum tertulis. The Bill of Right (1689) adalah sebuah hukum tertulis. Konstitusi AS merupakan konstitusi tertulis, namun Konstitusi AS merupakan konstitusi tertulis, namun bbrp kebiasaan atau konvensi tak tertulis telah tumbuh bbrp kebiasaan atau konvensi tak tertulis telah tumbuh dan berkembangdan berkembang

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)

Misalnya: pasal II bagian I konstitusi (bersama Misalnya: pasal II bagian I konstitusi (bersama dengan amandemen ke 12) yang menyatakan dengan amandemen ke 12) yang menyatakan bahwa untuk memiliki Presiden rakyat harus bahwa untuk memiliki Presiden rakyat harus memiliki elector yang akan bersidang dan memiliki elector yang akan bersidang dan memiliki dengan suara mayoritas siapapun memiliki dengan suara mayoritas siapapun yang mereka kehendakiyang mereka kehendaki

Oleh karenanya, klasifikasi konstitusi tertulis Oleh karenanya, klasifikasi konstitusi tertulis dan tidak tertulis merupakan sesuatu yang dan tidak tertulis merupakan sesuatu yang tidak nyatatidak nyata

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)

2. H. Rahman mengklasifikasi konstitusi dalam 2. H. Rahman mengklasifikasi konstitusi dalam dua bagian yaitu:dua bagian yaitu:

a) Written Constitutiona) Written Constitution

b) Unwritten Constitutionb) Unwritten Constitution

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)

A Written ConstitutionA Written ConstitutionIs one of which most of the fundamental organization Is one of which most of the fundamental organization are written down in a document or a series of are written down in a document or a series of documents.documents.

For example, the constitution of the USA, France and For example, the constitution of the USA, France and India: in each of these constitutions. The fundamental India: in each of these constitutions. The fundamental principles concerning the legislature the executive principles concerning the legislature the executive and the Judiciary and their powers, the fundamental and the Judiciary and their powers, the fundamental rights of their citizen and lastly provisions regarding rights of their citizen and lastly provisions regarding the amandment of the constitution itself are clearly the amandment of the constitution itself are clearly written down in a documentwritten down in a document

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)

An Unwritten ConstitutionAn Unwritten Constitution

Is one of which most of the fundamental Is one of which most of the fundamental principles are not written down or codified in a principles are not written down or codified in a document or documents. These are mainly document or documents. These are mainly found usages, customs, traditions and found usages, customs, traditions and conventions of the country. The constitution of conventions of the country. The constitution of Britain is a striking example of this type of Britain is a striking example of this type of constitutionconstitution

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)

Akan tetapi menurut H. Rahman klasifikasi Akan tetapi menurut H. Rahman klasifikasi konstitusi tertulis dan tidak tertulis tidaklah konstitusi tertulis dan tidak tertulis tidaklah ilmiah dan komprehensif. Ia memandangnya ilmiah dan komprehensif. Ia memandangnya sebagai “misleading”. Alasan H. Rahman sebagai “misleading”. Alasan H. Rahman karena “every written constitution has some karena “every written constitution has some unwritten element, and every unwritten unwritten element, and every unwritten constitution has some written element”. Dalam constitution has some written element”. Dalam konstitusi USA dan Inggris Raya memuat konstitusi USA dan Inggris Raya memuat kedua elemen itu (the written dan unwritten).kedua elemen itu (the written dan unwritten).

4. TUJUAN KONSTITUSI4. TUJUAN KONSTITUSI1.1. Untuk membatasi tindakan sewenang-wenang Untuk membatasi tindakan sewenang-wenang

pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat (C.F. Strong)yang berdaulat (C.F. Strong)

2. Konstitusi sbg hukum tertinggi dalam negara, maka 2. Konstitusi sbg hukum tertinggi dalam negara, maka tujuan tertinggi itu adalah:tujuan tertinggi itu adalah:

i.i. KeadilanKeadilanii.ii. KetertibanKetertibaniii.iii. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan

atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama bersama (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie)(Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie)

TUJUAN KONSTITUSI (lnjt)TUJUAN KONSTITUSI (lnjt)

3. Tujuan Konstitusi:3. Tujuan Konstitusi:

i.i. KekuasaanKekuasaan

ii.ii. Perdamaian, Keamanan, dan KetertibanPerdamaian, Keamanan, dan Ketertiban

iii.iii. KemerdekaanKemerdekaan

iv.iv. KeadilanKeadilan

v.v. Kesejahteraan dan KebahagiaanKesejahteraan dan Kebahagiaan

(G.S. Diponolo) (G.S. Diponolo)

5. SIFAT KONSTITUSI5. SIFAT KONSTITUSI

1.1. Bersifat Flexible (Luwes)Bersifat Flexible (Luwes)2.2. Bersifat Rigid (Kaku)Bersifat Rigid (Kaku)

Tolak ukur untuk menentukan suatu konstitusi Tolak ukur untuk menentukan suatu konstitusi bersifat flexible atau rigid adalah:bersifat flexible atau rigid adalah:

i.i. Apakah perubahan terhadap suatu konstitusi Apakah perubahan terhadap suatu konstitusi memerlukan prosedur istimewa (sulit) atau tidak.memerlukan prosedur istimewa (sulit) atau tidak.Jika perubahan konstitusi tidak memerlukan Jika perubahan konstitusi tidak memerlukan prosedur istimewa (mudah) maka konstitusi itu prosedur istimewa (mudah) maka konstitusi itu flexible. Jika memerlukan prosedur istimewa (sulit) flexible. Jika memerlukan prosedur istimewa (sulit) maka konstitusiitu bersifat rigid.maka konstitusiitu bersifat rigid.

SIFAT KONSTITUSI (lnjt)SIFAT KONSTITUSI (lnjt)

Konstitusi kerajaan Inggris dinyatakan flexible. Konstitusi kerajaan Inggris dinyatakan flexible. Demikian pula konstitusi kerajaan Italia, karena tidak Demikian pula konstitusi kerajaan Italia, karena tidak ada prosedur khusus (istimewa) yang ditetapkan ada prosedur khusus (istimewa) yang ditetapkan dalam perubahan konstitusidalam perubahan konstitusi

Konstitusi Perancis bersifat kaku karena mewajibkan Konstitusi Perancis bersifat kaku karena mewajibkan adanya prosedur khusus untuk mengubah UUD. adanya prosedur khusus untuk mengubah UUD. Konstitusi AS pun bersifat kaku karena tidak dapat Konstitusi AS pun bersifat kaku karena tidak dapat diamandemen tanpa adanya prosedur istimewa.diamandemen tanpa adanya prosedur istimewa.

SIFAT KONSTITUSI (lnjt)SIFAT KONSTITUSI (lnjt)

ii.ii.Apakah suatu konstitusi mudah atau sulit Apakah suatu konstitusi mudah atau sulit menyesuaikan atau mengikuti perkembangan menyesuaikan atau mengikuti perkembangan zaman. Jika mudah maka konstitusi itu bersifat zaman. Jika mudah maka konstitusi itu bersifat flexible. Jika sulit maka konstitusi itu bersifat flexible. Jika sulit maka konstitusi itu bersifat rigidrigid

6. NILAI KONSTITUSI6. NILAI KONSTITUSI

Karl Loewenstein dalam bukunya “reflection Karl Loewenstein dalam bukunya “reflection of the value of constitutions” mengemukakan of the value of constitutions” mengemukakan ada 3 macam nilai konstitusi. Artinya jenis ada 3 macam nilai konstitusi. Artinya jenis penilaian terhadap pelaksanaan norma-norma penilaian terhadap pelaksanaan norma-norma atau bunyi pasal-pasal konstitusi dalam atau bunyi pasal-pasal konstitusi dalam kenyataannya.kenyataannya.

NILAI KONSTITUSI (lnjt)NILAI KONSTITUSI (lnjt)

1.1. Nilai normativ (normative value) suatu konstitusi Nilai normativ (normative value) suatu konstitusi berlaku dalam negara dan norma-normanya berlaku dalam negara dan norma-normanya dilaksanakan dalam kenyataandilaksanakan dalam kenyataan

2.2. Nilai nominal (nominal value) suatu konstitusi Nilai nominal (nominal value) suatu konstitusi berlaku dalam negara, tetapi ada pasal-pasal berlaku dalam negara, tetapi ada pasal-pasal tertentu (sebagai norma konstitusi) yang belum tertentu (sebagai norma konstitusi) yang belum dilaksanakandilaksanakan

3.3. Nilai semantik (semantical value) suatu konstitusi Nilai semantik (semantical value) suatu konstitusi berlaku dalam negara, tetapi hanya dijadikan berlaku dalam negara, tetapi hanya dijadikan sebagai ‘lip-service’, jargon, semboyan dan sebagai ‘lip-service’, jargon, semboyan dan pemanis pembenaran sematapemanis pembenaran semata

CHARACTERISTICS OF A GOOD CHARACTERISTICS OF A GOOD CONSTITUTIONCONSTITUTION

1.1. Provision of the constitution should be definite and clear in Provision of the constitution should be definite and clear in meaning, so that there hardly arises any occasion for dispute meaning, so that there hardly arises any occasion for dispute or a doubt to their meaningor a doubt to their meaning

2.2. A good constitution should be comprehensive, it should at A good constitution should be comprehensive, it should at the same time be brief. It should cover the whole field of the same time be brief. It should cover the whole field of government, but the treatment should be on principles and government, but the treatment should be on principles and outlines onlyoutlines only

3.3. A constitution should be legal amendable without too much A constitution should be legal amendable without too much difficulty. A constitution should be stable and at the same difficulty. A constitution should be stable and at the same time flexible. Stability and flexibility are the two prime time flexible. Stability and flexibility are the two prime requisities of a good constitutionrequisities of a good constitution

4.4. A good constitution should correspond to the actual A good constitution should correspond to the actual conditions of the state. It should satisfy the ideal, hopes and conditions of the state. It should satisfy the ideal, hopes and aspirations of the peopleaspirations of the people

PERGANTIAN UUDPERGANTIAN UUD

UUD lama diganti dengan UUD baru (rumusan baru)UUD lama diganti dengan UUD baru (rumusan baru) Terjadi loncatan konstitusi dari yang lama ke yang baru.Terjadi loncatan konstitusi dari yang lama ke yang baru. Tahun 1946 Konstitusi Prancis berganti menjadi Tahun 1946 Konstitusi Prancis berganti menjadi

konstitusi baru Republik Prancis ke-IVkonstitusi baru Republik Prancis ke-IV Tahun 1958 diganti lagi dengan menjadi konstitusi baru Tahun 1958 diganti lagi dengan menjadi konstitusi baru

yang melahirkan Republik Prancis ke-Vyang melahirkan Republik Prancis ke-V Di Indonesia terjadi pergantian konstitusi dari: UUD Di Indonesia terjadi pergantian konstitusi dari: UUD

1945 ke Konstitusi RIS 1949. Berganti lagi ke UUDS 1945 ke Konstitusi RIS 1949. Berganti lagi ke UUDS 1950. Berganti lagi ke UUD 1945 setelah Dekrit 1950. Berganti lagi ke UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.Presiden 5 Juli 1959.

PERUBAHAN UUDPERUBAHAN UUD

Perubahan beberapa ketentuan rumusan pasal dalam konstitusi Perubahan beberapa ketentuan rumusan pasal dalam konstitusi melalui prosedur Amandemen konstitusi.melalui prosedur Amandemen konstitusi.

Macam-macam prosedur perubahan UUD:Macam-macam prosedur perubahan UUD:

a.a. Melalui sidang badan lgislatif dengan menetapkan quorum Melalui sidang badan lgislatif dengan menetapkan quorum membicarakan usul perubahan UUD (Belgia, RIS 1949)membicarakan usul perubahan UUD (Belgia, RIS 1949)

b.b. Melalui referendum atau plebisit (Swiss, Australia)Melalui referendum atau plebisit (Swiss, Australia)

c.c. Melalui negara-negara bagian dalam negara federal (AS: ¾ Melalui negara-negara bagian dalam negara federal (AS: ¾ dari 50 negara bagian harus menyetujui).dari 50 negara bagian harus menyetujui).

d.d. Melalui Musyawarah Khusus (special convention)Melalui Musyawarah Khusus (special convention)

(Beberapa negara Amerika Latin)(Beberapa negara Amerika Latin)

PERUBAHAN (AMANDEMEN PERUBAHAN (AMANDEMEN KONSTITUSI) DI INDONESIA KONSTITUSI) DI INDONESIA

Sebab-sebab Amandemen UUD 1945Sebab-sebab Amandemen UUD 1945

a.a. UUD 1945 dibuat secara tergesa-gesaUUD 1945 dibuat secara tergesa-gesa

b.b. UUD 1945 ditetapkan dalam waktu satu hariUUD 1945 ditetapkan dalam waktu satu hari

c.c. UUD 1945 statusnya sementaraUUD 1945 statusnya sementara

d.d. UUD 1945 tidak lengkap dan tidak sempurnaUUD 1945 tidak lengkap dan tidak sempurna

e.e. UUD 1945 bersifat executive heavyUUD 1945 bersifat executive heavy

f.f. UUD 1945 bersifat multi tafsir (ambigu)UUD 1945 bersifat multi tafsir (ambigu)

g.g. UUD 1945 perlu lebih lengkap dan lebih sempurnaUUD 1945 perlu lebih lengkap dan lebih sempurna

AMANDEMEN UUD 1945AMANDEMEN UUD 1945

Tahun 1999Tahun 1999 Tahun 2000Tahun 2000 Tahun 2001Tahun 2001 Tahun 2002Tahun 2002

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR (Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)(Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)

1.1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang Majelis diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyatanggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

2.2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.diubah beserta alasannya.

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR (Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)(Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)

3. Untuk mengubah pasa-pasal UUD Majelis 3. Untuk mengubah pasa-pasal UUD Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.Permusyawaratan Rakyat.

4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan 4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.Majelis Permusyawaratan Rakyat.

5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik 5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

Materi Muatan Konstitusi Tertulis Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan

Konstitusi)Konstitusi)

J.G. Steenbeek:J.G. Steenbeek:

1.1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaradan warga negara

2.2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamentalfundamental

3.3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yg juga bersifat fundamentalkenegaraan yg juga bersifat fundamental

Materi Muatan Konstitusi Tertulis Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan

Konstitusi)Konstitusi) K.C. Wheare, dalam negara kesatuan yg perlu K.C. Wheare, dalam negara kesatuan yg perlu

diatur pd asasnya hanya 3 masalah pokok:diatur pd asasnya hanya 3 masalah pokok:1.1. Struktur umum negara, seperti pengaturan Struktur umum negara, seperti pengaturan

kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudisialkekuasaan yudisial

2.2. Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-kekuasaan tsb satu sama lainkekuasaan tsb satu sama lain

3.3. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tsb dengan Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tsb dengan rakyat atau warga negara rakyat atau warga negara

Materi Muatan Konstitusi Tertulis Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan

Konstitusi)Konstitusi)

A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam sebuah dokumen formal berisikan:sebuah dokumen formal berisikan:

• Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampauHasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau• Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan

bangsabangsa• Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,

baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datangdatang

• Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin

Materi Muatan Konstitusi Tertulis Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara

Jilid I)Jilid I)

Phillips Hood & Jackson:Phillips Hood & Jackson: ““suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-

kebiasaan yg menentukan susunan dan kekuasaan kebiasaan yg menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan di antara berbagai organ negara itu satu sama lain, di antara berbagai organ negara itu satu sama lain, serta hubungan organ-organ negara itu dg warga serta hubungan organ-organ negara itu dg warga negara.” negara.”

Perubahan Konstitusi Perubahan Konstitusi (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan

Konstitusi)Konstitusi)

K. C. Wheare mengemukakan sasaran yg ingin K. C. Wheare mengemukakan sasaran yg ingin diperoleh dengan mempersulit perubahan diperoleh dengan mempersulit perubahan konstitusi:konstitusi:

1.1. Agar dilakukan dg pertimbangan yang matang dan Agar dilakukan dg pertimbangan yang matang dan dikehendakidikehendaki

2.2. Agar rakyat diberikan kesempatan kesempatan utk Agar rakyat diberikan kesempatan kesempatan utk menyampaikan pandangannya sblm perubahan dilakukanmenyampaikan pandangannya sblm perubahan dilakukan

3.3. Agar kekuasaan pemerintah federal dan negara bagian tidak Agar kekuasaan pemerintah federal dan negara bagian tidak diubah secara sepihakdiubah secara sepihak

4.4. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok mendapat Agar hak-hak perseorangan atau kelompok mendapat jaminanjaminan

Macam Cara Perubahan Macam Cara Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan

Konstitusi)Konstitusi)

C.F. StrongC.F. Strong1.1. Dilakukan oleh legislatif dengan pembatasan2 Dilakukan oleh legislatif dengan pembatasan2

tertentutertentu2.2. Dilakukan oleh rakyat melalui referendumDilakukan oleh rakyat melalui referendum3.3. Dilakukan oleh negara-negara serikat (pd negara Dilakukan oleh negara-negara serikat (pd negara

berbentuk negara serikat)berbentuk negara serikat)4.4. Dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan Dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan

oleh suatu lembaga negara khusus yg dibentuk oleh suatu lembaga negara khusus yg dibentuk hanya utk keperluan perubahan hanya utk keperluan perubahan

K.C. WheareCara Merubah Materi Muatan K.C. WheareCara Merubah Materi Muatan UUDUUD

(Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan (Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme)Konstitusionalisme)

1.1. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan mengubah UUD dg langsung memasukkan materi mengubah UUD dg langsung memasukkan materi perubahan itu ke dlm naskah UUDperubahan itu ke dlm naskah UUD

2.2. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan mengadakan penggantian naskah UUDmengadakan penggantian naskah UUD

3.3. Perubahan konstitusi melalui naskah yg terpisah Perubahan konstitusi melalui naskah yg terpisah dari teks aslinya, yg disebut amandemen pertama, dari teks aslinya, yg disebut amandemen pertama, amandemen kedua, dst amandemen kedua, dst

Konstitusi di IndonesiaKonstitusi di Indonesia

1.1. UUD 1945 (BRI Tahun II, No. 7, 15 Februari 1946)UUD 1945 (BRI Tahun II, No. 7, 15 Februari 1946)2.2. Konstitusi RIS (Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1950, LN No. 3 Tahun 1950)Konstitusi RIS (Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1950, LN No. 3 Tahun 1950)3.3. UUD Sementara RI (UU No. 7 Tahun 1950, LN No. 56 Tahun 1950)UUD Sementara RI (UU No. 7 Tahun 1950, LN No. 56 Tahun 1950)4.4. UUD Negara R.I. Tahun 1945 (Keputusan Presiden No. 150 Tahun 1959, LN UUD Negara R.I. Tahun 1945 (Keputusan Presiden No. 150 Tahun 1959, LN

No. 75 Tahun 1959)No. 75 Tahun 1959) Perubahan Pertama UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 11 Tahun 2006)Perubahan Pertama UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 11 Tahun 2006)

Perubahan Kedua UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 12 Tahun 2006)Perubahan Kedua UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 12 Tahun 2006)Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 13 Tahun 2006)Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 13 Tahun 2006)Perubahan Keempat UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 14 Tahun 2006)Perubahan Keempat UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 14 Tahun 2006)

Sejarah Pembentukan dan Penetapan Sejarah Pembentukan dan Penetapan UUD 1945 UUD 1945

(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)Konstitusi)

BPUPK dilantik 28 Mei 1945, 62 anggota, bertugas BPUPK dilantik 28 Mei 1945, 62 anggota, bertugas melakukan penyelidikan ke arah tercapainya kemerdekaan, melakukan penyelidikan ke arah tercapainya kemerdekaan, ketua DR KRT. Radjiman Wediodiningratketua DR KRT. Radjiman Wediodiningrat

Sidang I: 29 Mei-1 Juni 1945 (Pidato Soekarno tgl 1 Juni Sidang I: 29 Mei-1 Juni 1945 (Pidato Soekarno tgl 1 Juni dikenal sebagai Lahirnya Pancasila).dikenal sebagai Lahirnya Pancasila).

Setelah Sidang I berakhir Ketua BPUPK membentuk Panitia Setelah Sidang I berakhir Ketua BPUPK membentuk Panitia Kecil (Panitia 8) yg bertugas meneliti serta mempelajari usul2 Kecil (Panitia 8) yg bertugas meneliti serta mempelajari usul2 yg disampaikan para anggota, melakukan inventarisasi dan yg disampaikan para anggota, melakukan inventarisasi dan kemudian menyusunnyakemudian menyusunnya

Sejarah Pembentukan dan Penetapan Sejarah Pembentukan dan Penetapan UUD 1945 UUD 1945

(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)Konstitusi) Sidang II: 10-16 Juli 1945Sidang II: 10-16 Juli 1945

Disampaikan hasil dari Panitia 8. Juga disampaikan hasil dari Disampaikan hasil dari Panitia 8. Juga disampaikan hasil dari Panitia 9 berupa Rancangan Pembukaan (Piagam Jakarta) Panitia 9 berupa Rancangan Pembukaan (Piagam Jakarta) yang oleh BPUPK tidak disetujui menjadi Pembukaanyang oleh BPUPK tidak disetujui menjadi Pembukaan

Dibentuk 3 panitia:Dibentuk 3 panitia:a.a. Panitia Perancang UUDPanitia Perancang UUDb.b. Panitia Pembelaan Tanah AirPanitia Pembelaan Tanah Airc.c. Panitia Keuangan dan PerekonomianPanitia Keuangan dan Perekonomian

Dalam rapat tgl 16 Juli 1945 dinyatakan bahwa Naskah RUUD Dalam rapat tgl 16 Juli 1945 dinyatakan bahwa Naskah RUUD dengan perubahannya diterima sebulat-bulatnyadengan perubahannya diterima sebulat-bulatnya

Perubahan UUD Negara R.I. Tahun Perubahan UUD Negara R.I. Tahun 19451945

Perubahan Ketiga ditetapkan oleh Sidang Umum Perubahan Ketiga ditetapkan oleh Sidang Umum MPR pada tahun 2001 MPR pada tahun 2001 (perubahan terhadap 7 bab yang (perubahan terhadap 7 bab yang tersebar dalam 23 pasal, ke-23 pasal tersebut jika dirinci tersebar dalam 23 pasal, ke-23 pasal tersebut jika dirinci jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 68 jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 68 ayat atau butir ketentuan dasar)ayat atau butir ketentuan dasar)

Perubahan Keempat ditetapkan oleh Sidang Umum Perubahan Keempat ditetapkan oleh Sidang Umum MPR pada tahun 2002 MPR pada tahun 2002 (perubahan terhadap 19 pasal (perubahan terhadap 19 pasal termasuk 1 pasal yg dihapus, ke-19 pasal tersebut jika dirinci termasuk 1 pasal yg dihapus, ke-19 pasal tersebut jika dirinci jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 31 jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 31 ayat atau butir ketentuan dasar, termasuk 1 butir yg dihapus)ayat atau butir ketentuan dasar, termasuk 1 butir yg dihapus)

Perubahan UUD dalam Sejarah Perubahan UUD dalam Sejarah Ketatanegaraan R.I.Ketatanegaraan R.I.

Pembentukan UUDPembentukan UUD Penggantian UUDPenggantian UUD Perubahan dalam arti pembaruan UUDPerubahan dalam arti pembaruan UUD