Teori Douglas Mc Gregor
-
Upload
aji-safari -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Teori Douglas Mc Gregor
-
1
Presented by :
M Anang Firmansyah
Teori Douglas McGregor
Douglas McGregor lahir pada 1906 dan mendapatkan pendidikan di City
College of Detroit dan Graduate School of Arts and Sciences di Harvard. Dia
mendapatkan gelar doktoral dalam psikologi sosial dari Harvard lalu mengajar di
sana selama beberapa tahun sebelum pindah ke Massachusetts Institute of
Technology (MIT) pada 1937. di MIT dia membantu membangun bagian
hubungan industri sebelum pergi pada 1948 untuk menjadi presiden Anticoh
Collge di mana dia tinggal hingga 1954. Pada tahun tersebut dia kembali ke MIT
sebagai Sloan Fellows Professor pertama dan tetap di sana hingga meninggal pada
1964. selama awal 1950 an McGregor mulai merumuskan ide-idenya tentang
manajemen yang kadang diterbitkan dalam karya tunggal The Human Side of
Enterprise pada 1960. seperti yang dia sampaikan dalam pembukaan buku
tersebut:
Beberapa tahun yang lalu selama pertemuan Advisory Committee of
MITs School of Industrial Management, Alfred Sloan mengemukakan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isu apakah para manajer
dilahirkan atau diciptakan.. Diskusi ini yang berfungsi mempertajam
minat tertentu yang saya miliki dalam uji sistmeatis terhadap banyak
asumsi yang tidak konsisten tentang bagaimana manajer diciptakan. Pada
1954 Alfred P Sloan Foundation memberi bantuan kepada saya untuk
menyelidiki beberapa ide tersebut dengan lebih menyeluruh.
(McGregor 1960/1987, hal vii)
-
2
Riset McGregor membawanya pada pandangan bahwa pertanyaan kunci bagi top
manajemen adalah apa asumsi-asumsi anda (implisit dan eksplisit) tentang cara
paling efektif untuk mengelola orang-orang dan dia menambahkan dari jawaban
terhadap pertanyaan ini mengalir jawaban-jawaban bagi pertanyaan yang diajukan
Tn Sloan dan juga jawaban-jawaban bagi banyak pertanyaan lain yang
membingungkan dan memperumit manajemen ketika mencoba mencapai tujuan-
tujuan usaha ekonomi yang lebih sukses (McGregor, 1960/1987. hal viii). Dalam
The Human Side of Enterprise, McGregor memperluas keyakinanya bahwa di
balik setiap keputusan manajerial atau tindakan manajerial terdapat asumsi-asumsi
tentang sifat manusia dan perilaku manusia yang penting dalam menentukan
gaya operasi setiap manajer. Dia membagi asumsi-asumsi tersebut menjadi dua
kategori luas, yang dia sebut sebagai Teori X (berdasarkan pada asumsi-asumsi
petunjuk dan kontrol) dan Teori Y (berdasakan asumsi-asumsi integrasi dan
dukungan). Ini akan diuraikan lebih detail dalam dua bagian berikut.
Teori X: Pandangan tradisional petunjuk dan kontrol
McGregor mengklaim bahwa asumsi-asumsi Teori X meliputi sebagian besar
literatur selanjutnya tentang organisasi dan juga sangat implisit dalam banyak
kebijakan dan praktek manajemen kontemporer. Asumsi pertama yang ia sebutkan
adalah rata-rata manusia secara inheren tidak menyukai pekerjaan/ (McGregor,
1960/1987 hal 33). McGregor melacak asumsi ini kembali pada masa-masa
biblical dan mengklaim bahwa ini dibuktikan pada penekanan yang diberikan
manajemen terhadap produktivitas dan banyaknya kejahatan pembatasan output
yang dipublikasikan. Lebih lanjut, penekanan kontemporer terhadap reward untuk
kinerja individu mencerminkan keyakinan dasar yang harus dihadapi manajemen
sebagai kecenderungan manusia untuk menghindari kerja.
Asumsi kedua mengikuti asumsi yang pertama dan menyatakan bahwa karena
karakteristik manusia yang tidak suka kerja ini, sebagian besar orang harus
dipaska, dikontrol, diarahkan, diancam dengan tujuan-tujuan organisasional
(McGregor, 1960/1987, hal 34). Sehingga meski banyak reward bisa ditawarkan,
ara pekerja tidak akan merampungkan tugas-tugas yang diperlukan. Hanya
ancaman hukuman yang memadai, dengan asumsi dasar adalah orang-orang akan
-
3
bekerja di bawah paksaan dan kontrol eksternal. Asumsi ketiga yang
diidentifikasi oleh McGregor adalah bahwa rata-rata manusia memilih untuk
diarahkan, berharap menghindari tanggungjawab, memiliki ambisi yang relatif
kecil, menginginkan keamanan. (McGregor 1960/1987. hal 34). Meski dengan
nilai sosial dan politik Amerika yang berlaku bisa membayar lip servce pada ideal
nilai dari manusia rata-rata, mayoritas manajer percaya pada mediokritas masa.
Seperti dia sebutkan Paternamlisme menjadi kata yang jorok, tapi tidak berarti
mematikan filosofi manajerial (McGregor, 1960/1987, hal 34).
Dengan mengidentifikasi tiga asumsi dasar Teori X, McGregor dengan berat hati
menunjukkan bahwa ini secara akurat merepresentasikan praktek manajemen dan
tidak hanya sebuah gagasan intelektual. Seperti dia jelaskan:
Teori X bukanlah orang-orangan sawah untuk tujuan penghancuran, tapi
ini merupakan teori yang secara material mempengaruih strategi
manajerial dalam sektor industri Ameirka yang lebih luas saat ini. Lebih
lnajut, prinsip-prinsip organisasi yang merupakan bagian besar literatur
manajemen hanya bisa diperolehd ari asumsi-asumsi seperti asusmi Teori
X. beberapa keyakinan lain tentang sifat manusia akan mendorong pada
prinsip-prinsip organisasi yang berbeda.
(McGregor, 1960/1987, hal 35).
McGregor bersedia mengakui bahwa Teori X memberikan penjelasan tentang
beberapa perilaku manusia dalam industri. Dalam pengertian yang luas dia
menganggap teori X tidak cukup, khususnya dalam perkembangan-perkembangan
terbaru yang berkaitan tentang pemahaman motivasi manusia. Dengan menyadur
secara bebas kata-kata Abraham Maslow dia mengklaim bahwa:
manusia adalah binatang yang berkehendak segera setelah salah satu
kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul menggantikannya.
Proses ini tidak berakhir. Proses ini berlnajut dari kelahiran hingga
kematian. Manusia terus berusaha bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya.. sebuah kebutuhan yang terpuaskan bukanlah motivator
perilaku! Ini merupakan fakta dari signifikansi yang nyata. Ini merupakan
-
4
fakta yang tidak dikenali dalam teori X dan oleh karena itu diabaikan
dalam pendekatan konvensional terhadap manajemen manusia.
(McGregor 1960/1987, hal 36).
Menurut McGregor, para manajer menyadari validitas hirarki kebutuhan ini tapi
memilih melihatnya sebagai ancaman daripada pengetahuan yang bermakna ke
dalam perilaku manusia. Misalnya, banyak studi menyebutkan bahwa rajutan
yang terlalu kuat, karya kerja kelompok okhesif mungkin berada pada kodisi
yang benar, mungkin jauh lebih efektif daripada sejumlah individu yang sama tapi
terpisah dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajemen yang
mengkhawatirkan permusuhan terhadap tujuan-tujuannya sendiri seringkali
bertindak cukup jauh untuk mengontrol dan mengarahkan usaha-usaha manusia
dengan cara yang bertentangan dengan pengelompokan alami manusia
(MCGregor 1960/1987, hal 37-38). McGregor tidak menambahkan bahwa ada
banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok kerja kohesif yang terikat
kuat kemungkinan membatasi output. Meski demikian dia tiadk terlalu tertaruk
dalam melawan argumen ini dengan lebih memilih menekankan problem-problem
yang muncul dari p dihambatnya keinginan alami manusia untuk bekerja dalam
kelompok. Seprti dia katakan ketika kebutuhan sosial manusia dan mungkin
kebuthuan akan keselamatannya juga dihalangi, dia bertindak dengan cara yang
cenderung menentang tujuan-tujuan organisasi. Dia menjadi antagonistik, tidak
kooperatif. Tapi perilaku ini merupakan konsekwensi, bukan penyebab
(McGregor 1960/1987, hal 38).
Dalam pandangan McGregor organisasi industri tertentu menawarkan peluang
yang sangat terbatas bagi para pekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
yang lebih tinggi. Seperti dia amati metode-metode konvensional kerja
organisasi, khususnya dengan produksi massa, dengan sedikit perhatian pada
sepk-aspek motivasi manusia tersebut ktia mungkina kan disalahkan jika kita
menyebut.. pasivitas resultan, atau permusuhannya, atau penolakannya untuk
menerima tanggungjawab bagi sifat manusia inherennya. Bentuk-bentuk perilaku
ini merupakan gejala-gejala penyakit dari deprivasi kebutuhane ogistik dan
sosialnya da.a kondisi tersebut Mc Gregor menyatakanbahwa para manajer tidak
-
5
boleh terkejut jika meningkatnya upah gagal menghasilkan peningkatan
produktivitas. Karena karya mereka tidak memiliki minat intrisnik dan tidak
memiliki rasa pemenuhan diri, para pekerja bisa menggunakanr eward fiannsial
ekstra untuk mengejar kepuasan dari kebutuhan yang lebih tinggi diluar kerja
ketika mereka memulai kehidupan pribadi mereka. dalam situasi ini para pekerja
memusuhi pekerjaan mereka seperti dikatakan McGregor tidak mengejutkan..
bahwabagi banyak pencari upah pekerjaan dianggap sebagai bentuk hukuman
yang merupakan harga yang harus dibayar untuk beragam jenis kepuasan yang
jauh dari pekerjaan selama ini menjadi perspesi mereka, kita akan sulit
mengharapkan mereka menjalani hukuman yang lebih daripada yang diperlukan
(McGregor, 1060/1987, hal 40).
Mengingat McGregor menulis pada saat terjadi boom ekonomi setelah eprang dia
mampu mengklaim bahwa para majikan memberikan dengan relatif baik utnuk
memuaskan kebutuan keamanan dan psikologis. Akiabtnya keinginan pekerja
bergeser ke atas untuk memenuih kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yang
belum terpenuhi. Frustasi terhadap kebtuuhan-kebutuhan yang lebih tingi
mewujud dalam ketidakpuasan pekerja dan mendorong manajemen merespon
dengan menggunakan kombinasi reward finansial danhukuman yaitu wortel dan
tongkat. Seperti dikatakannya:
Kecuali ada peluang-peluang dalam pekerjaan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, orang-orang akan mengalami
putus asa ; dan perilaku mereka akan mencerminkan deprivasi ini. Di
bawah kodnisi-kondisi terebut, penetapan reward saja tidak akan efektif,
dan mengandalkan pada ancaman hukuman tidak akant erhindarkan..
orang-orang akan terus menuntut uang yang lebih banyak di bawha
kondisi-kondiis tersebut. Akan menjadi lebih penting daripada sebelumnya
untuk membeli barang-barang material dan jasa yangbisa memberiakn
kepuasan terbatas atas kebutuhan-kebutuhan yang terhalangi. Meski uang
hanya bernilai terbatas dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi, ini menjadi fokus minat jika uang merupakan satu-satunya cara
yang ada.. teori motivasi wortel dan tongkat.. bekerja dengan baik di
-
6
bawah kondisi-kondisi tertentu.. tetapi .. tidak berhasil sama sekali setelah
manusia mencapai level subsistensi yang adekuat dan dimotivasi terutama
oleh kebutuhan-kebutuhan yang lebih tingi.. orang-orang menghilangkan
peluang-peluang untuk memuaskan kebutuhan yang sekarang penting bagi
mereka dalam pekerjaan, bertindak spereti yang kita prediksikan dengan
lamban, pasif, tidak bersedia menerima tnaggungjawab, resisten terhadap
perubahan, kesediaan untuk mengikuti demagogue, tuntutan-tuntutan yang
tidak masuk akal untuk keuntungan-keuntungan ekonomi.
Bagi McGregor, Teori X memberikan penejlasan tentang konsekwensi-
konsekwensi strategi manajemsen spesifik yang dia identifiksai dengan
pendkeatna manajemen ilmiah. Semtnara dalam bidang pengasuhan anak sudah
umum untuk menmodifikasi strategi-strategi parental untuk beradaptasi dengan
kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang berubah dari seorang bayi yang
berkembang, teori X tidak mengasumsikan kapsitas bagi perkembangan pekerja.
Malahan sebuah asumsi yang jelas di buat bahwa rata-rata manusia tertahan
secara permanen dalam perkembangannya pada masa remaja awal. Teori X
dibangun pada denomiantor yang paling tidak umum tangan pabrik di masa
lalu.. selama asumsi Teori X terus mempengaruhi strategi manajemen, kita akan
gagal menemukan dan menggunakan potensi-potensi manusia rata-rata
(McGregor, 1960/1987, hal 43).
Teori Y: Integrasi tujuan organisais dan individu
Dengan menguraikan dan mengirktiik asumsi Teori X, McGreggor beralih ke
asumsi-asumsi teori Y. dia mengklaim bahwa pengeluaran usaha fisik dan mental
dalam pekerjaan sama alaminya dengan p bermain atau istirahat (McGregor,
1960/1987, hal 47). Rata-rata manusia tidak menolak untuk bekerja tapi akan
melihatnya sebagai sumber kepuasan atau hukuman bergantung pada kondisi-
kondisi yang bisa dikontrol. (McGregor 1960/1987, hal 47). Sebenarnya menurut
McGregor ini merupakan kasus di mana para pekerja bisa menggunakan petunjuk
diri dan kontrol diri dengan mereka cukup berkomitmen terhadap tujuan-tujuan
organisasi. Komitmen ini merupakan fungsi reward yang dikaitkan dengan
prestasi mereka dan reward paling signifikan (seperti pemenuhan kebuthan harga
-
7
diri dan aktualisasi diri) bisa menjadi produk langsung usaha yang diarahkan
pada tujuan organisasi (McGregor, 1960/1987, hal 48).
Berbeda dengan asumsi-asumsi yang mendasari teori X, rata-rata manusia belajar
di bawah kodnisi-kondisi yang benar tidak hanya menerima tapi juga mencari
tanggungjawab. (MCGregor 1960/1987, hal 48). Keengganan dari beberapa
pekerja untuk menerima tanggungjawba bersama dengan tidak adanya ambisi dan
penekanan pada keamanan merupakan konsekwensi umum dari pengalaman,
bukan karakteristik inheren manusia.. sebenarnya kemapuan untuk menggunakan
tingkat imajinasi, kepandaian dan krateivitas dalam solusi rblem-problem
organisasi disebarkan secara luas di dalam populasi. Berdasarkan hal ini adalah
kesalahan yang jelas untuk mengusahakan pemabgian yang sebenarnya antara
perencanaan dan pelaksanaan kerja yang implisit di dalam manajemen ilmiah.
Sebuah pendekatan akan menghilangkan banyak kemampuan pekerja dan pada
saat yang sama menguranginya hingga pada level membosankan. Seperti
dikatakan McGregor di bawah kondisi kehidupan industir modern, potensialitas
intelektual manusia rata-rata hanya digunakan sebagian.
Menurut McGregor asumsi Teori Y menawarkan kemungkinan yang kuat
pertumbuhan dan perkembangan manusia di dalam kotneks situasi kerja.
Berdasakan Teori Y tenaga kerja menjadi sumberdaya yang memiliki potensialitas
substansial. McGregor berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari Teori Y
menyatakan bahwa batas-batas kolaborasi manusia dalam seting organisasional
tidak muncul dari sifat inheren manusia tapi dari kegagalan manajamen. Teori X
memberi cara-cara manajemen merasionalisasikan kegagalan tersebut
memungkinkan mereka menyalahkan kualitas sumber daya manusia di mana
mereka terbatas untuk bekerja. Teori Y, disisi lain mnempatkan problem secara
persegi dalam lap manajemen. Jika pekerja malas, acuh tak acuh, tak bersedia
mengambil tanggungjawab, tidak kreatif, tidak kooperatif, Teori Y menyatakan
bawha penyebabnya terletak pada metode organisasi dan kontrol manajemen.
Semntara prinsip-prinsip utama organisasi yang berasal dari teori X adalah
petunjuk dan kontrol, prinsip utama yang berasal dari teori Y adalah integrasi dan
dukungan. Integrasi menempatkan tanggungjawab atas manajemen untuk
-
8
menciptakan kodnisi-kondisi di mana para anggota organisasi bisa mencapai
tujuan-tujuannya dengan cara mengarahkan usaha kepada keberhasilan usaha.
Kontrol diri menggantikan kpntrol eksternal, tujuan-tujuan organisasi akan
diinternalisasi oleh para pekerja dan pencapaian tujuan-tujuant ersebut akan
memenuhi kebutuhan pekerja untuk harga diri dan aktualisasi diri. Seperti
dinyatakan oleh McGregor integrasi berarti bekerjasama demi keberhasilan
usaha sehingga kita semua bisa berbagi reward yang dihasilkan (McGregor,
1960/1987, hal 53). Dengan mengatakan semua ini McGregor tidak mengklaim
bahwa asumsi-asumsi Teori Y pada akhirnya divalidasi. Malah dia melihatnya
sebagai tantangan kuat bagi ortodoksi teori X yang berlaku yaitu sebagai sebuah
undangan untuk berinovasi.
Tinjauan kritis
Ada beberapa sumber pengaruh pada karya McGregor. Ide-ide Drucker (lihat bab
15) tentang manajemen menurut tujuan dan kontrol diri yang terkandung dalam
bukunya tahun 1954 The Practice of Management dimasukkan oleh McGregor
dalam The Human Side of Enterprise. Ide-ide Chris Argyris yang diuraikan dalam
bukunya Personality and Organization (1957) di mana dia berpendapat bahwa
kepribadian bisa dikembangkan melalui organisasi, juga digunakan sebagai ide-
ide Frederick Herzberg pada pengayaan kerja. Meski demikian pengaruh utama
tunggal terhadap ide-ide McGregor adalah Abraham Maslow. Teori Y McGregor
adalah perpanjangan logis hrirarki kebuuhan m maslow. Jika kategori-kategori
Maslow akurat maka ini mengukuti bahwa pola-pola yang berlaku dari karyanya
tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia untuk harga diri dan aktualisasi diri.
Asumsi-asumsi teori X mendorong pada petunjuk daripada itnegrasi dan kontrol
daripada koitmen. Seperti diamati Wren:
para manajer yang menerima citra Y dari sifat manusia tiadk akan
menyusun, mengontrol atau mengawasi lingkungan kerja dengan erat.
Malahan mereka akan berusaha membantu motivasi par abawhan dengan
memberi mereka kecenderungan lebih luas dalam pekerjaan mereka,
mendorong kreativitas, menggunakan kontrol eksternal yang lebih kecil,
mendorong kontrol diri dan memoptivasi melaliu kepuasan yang berasal
-
9
dari tantangan pekerjaan itu sendiri. Penggunaan otoritas kontrol eksternal
oleh manajemen akan digantikan dengan meminta orang-orang
berkomitmen pada tujuan-tujuan organisasional karena mereka merasa ini
sebagai cara terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. integrasi
sempurna tidak mungkin, tapi McGregor berharap bahwa penerapan
asumsi-asumsi Y oleh para manajer akan memperbaiki praktek industri
yang ada.
Tentu saja meski seorang manajer mungkin memiliki disposisi untuk menerapkan
pendekatan teori Y, ini mungkin tidak cukup mengubah sikap-sikap para pekerja.
Pekerjaan itu sendiri mungkin harus dirancang ulang untuk menghasilkan peluang
kreativitas yang lebih besar seperti yang saat ini didukung oleh Herzberg. Sifat
proses produski mungkin terbukti menentang implementasi asumsi-asumsi teori
Y. yang terakhir, para pekerja mungkin terbukti resisten terhadap usaha-suaha
manajemen untuk menerapkan rezim yang lebih progresif. Bagaimanapun,
MCGregor megindikasikan petunjk di mana gaya manajemen mungkin
berkembang secara konstruktif jika kepercayaan yang cukup antara manajemen
dan pekerja bisa dikemabngkan dan dipertahankan. Ide-ide McGregor tetap
berpengarh dan baru-baru ini dikaitkan dengan pengembangan tim manajemen
diri dan usaha-usaha terbaru untuk memberi kewenangan kepada para pekerja
(Van Maurik, 2001, hal 16).
McGregor berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari Teori Y menyatakan
bahwa batas-batas kolaborasi manusia dalam seting organisasional tidak muncul
dari sifat inheren manusia tapi dari kegagalan manajamen. Teori X memberi cara-
cara manajemen merasioanisaslikan kegagalan tersebut meungkinkan mereka
menyalahkan kualitas sumber daya manusia di mana mereka terbatas untuk
bekerja. Teori Y, disisi lain mnempatkan problem secara persegi dalam lap
manajemen. Jika pekerja malas, acuh tak acuh, tak bersedia mengambil
tanggungjawab, tidak kreatif, tidak kooperatif, Teori Y menyatakan bawha
penyebabnya terletak pada metode organisasi dan kontrol manajemen. Semntara
prinsip-prinsip utama organisasi yang berasal dari teori X adalah petunjuk dan
kontrol, prinsip utama yang berasal dari teori Y adalah integrasi dan dukungan.
-
10
Inetgrasi menempatkan tanggungjawba atas manajemen untuk menciptakan
kodnisi-kondisi di mana para anggota organisasi bisa mencapai tujuan-tujaunnya
dengan cara mengarhakan usaha kepada keberhasilan usaha. Kontrol diri
menggantikan okntrol eksternal, tujuan-tujuan organisasi akan diinternalisasi oleh
para pekerja dan pencapaian tujuan-tujaunt ersebut akan memenuhi kebutuhan
pekerja untuk harga diri dan aktualisasi diri. Seperti dinaytakan oleh McGregor
integrasi berarti bekerjasama demi keberhasilan usaha sehingga kita semua bisa
berbagi reward yang dihasilkan (McGregor, 1960/1987, hal 53). Dengan
mengatakan semua ini McGregor tidak mengklaim bahwa asumsi-asumsi Teori Y
pada akhirnya divalidasi. Malah dia melihatnya sebagai tantangan kuat bagi
ortodoksi teori X yang berlaku yaitu sebagai sebuah undangan untuk berinovasi.
Tinjauan kritis
Ada beberapa sumber pengaruh pada karya McGregor. Ide-ide Drucker tentang
manajemen menurut tujuand an kontrol diri yang terkandung dalam bukunya
tahun 1954 The Practice of Management dimasukkan oleh McGregor dalam The
Human Side of Enterprise. Ide-ide Chris Argyris yang diuraikan dalam bukunya
Personality and Organization (1957) di mana dia berpendapat bahwa kepribadian
bsia dikemabngkan melalui organisasi, jgua digunakan sebagai ide-ide Frederick
Herzberg pada pengayaan kerja. Meski demikian pengaruh utama tunggal
terhadap ide-ide McGregor adalah Abraham Maslow. Teori Y McGregor adalah
perpanjagnan logis hrirarki kebuuhan m maslow. Jika kategori-kategori Maslow
akurat maka ini mengukuti bahwa pola-pola yang berlaku dari karyanya tidak bisa
memenuhi kebutuhan manusia untuk harga diri dan aktualisasi diri. Asumsi-
asumsi teori X mendorong pada petunjuk daripada itnegrasi dan kontrol daripad
akoitmen. Seperti diamati Wren:
para manajer yang menerima citra Y dari sifat manusia tiadk akan
menyusun, mengontrol atau mengawasi lingkungan kerja dengan erat.
Malahan mereka akan berusaha membantu motivasi par abawhan dengan
memberi mereka kecenderungan lebih luas dalam pekerjaan mereka,
mendorong kreativitas, menggunakan kontrol eksternal yang lebih kecil,
mendorong kontrol diri dan memoptivasi melaliu kepuasan yang berasal
dari tantangan pekerjaan itu sendiri. Penggunaan otoritas kontrol eksternal
-
11
oleh manajemen akan digantikan dengan meminta orang-orang
berkomitmen pada tujuan-tujuan organisasional karena mereka merasa ini
sebagai cara terbaik untuk mencapai tujuan-tujaun mereka. integrasi
sempurna tidak mungkin, tapi McGregor berharap bahwa penerapan
asumsi-asumsi Y oleh para manajer akan memperbaiki praktek industri
yang ada.
Tentu saja meski seorang manajer mugnkin memiliki disposisi untuk menerapkan
pendekatan teori Y, ini mugnkint idak cukp mengubah sikap-sikap para pekerja.
Pekerjaan itu sendiri mungkin harus dirancang ulang untuk menghasilkan peluang
kreativitas yang lebih besar seperti yang saat ini didukung oleh Herzberg. Sifat
proses produski mungkin terbukti menentang implementasi asumsi-asumsi teori
Y. yang terakhir, para pekerja mungkin terbukti resisten terhadap usaha-suaha
manajemen untuk menerapkan rezim yang lebih progresif. Bagaimanapun,
MCGregor megindikasikan petunjk di mana gaya manajemen mugnkin
berkemabgn seara konstruktif jika kepercayaan yang cukup antara manajemen dan
pekerja bisa dikemabngkan dan diperahankan. Ide-ide McGregor tetap berpengarh
dan baru-baru ini dikaitkan dengan pengembangan tim manajemen diri dan usaha-
usaha terbaru untuk memberi kewenangan kepada para pekerja (Van Maurik,
2001, hal 16).