Teori Dan Prinsip Ha1

16
TEORI DAN PRINSIP HAM TEORI POSITIVISME - Teori Positivisme sudah muncul berabad-abad lalu, dalam catatan sejarah, teori ini sudah ada sejak hukum tertulis tertua, yaitu Kodifikasi Urukagina (2350 SM) di kota kuno Sumeria, Mesopotamia Selatan. Kode Hammurabi di Babilonia adalah kodifikasi nomor lima tertua (1700 SM). Hal ini berlangsung hingga negara modern. TEORI UNIVERSALITAS DAN PARTIKULARITAS HAM PRINSIP TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN HAM Pada awalnya dikembangkan melalui (prinsip) tanggung jawab negara atas perlakuan terhadap orang asing (state responsibility for the treatment of aliens). Di dalam prinsip tersebut terkandung aturan mengenai cara bagi orang asing untuk mengajukan tuntutan akibat dari perlakuan yang salah dari negara terhadap dirinya. Dari hal tersebut selanjutnya dikembangkan prosedur dalam hukum hak asasi manusia internasional yang memungkinkan para korban pelanggaran hak asasi manusia untuk mengajukan tuntutan secara langsung terhadap negara. HAK KODRATI Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia semata-mata karena dia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberkan oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia TEORI DAN PRINSIP HAM AMALIA ZHAFARINA MUTIARA FADILA RINA TAUFIKA ANDI SUMANTRI ANGGOTA KELOMPOK: TEORI DAN PRINSIP HAM Asal dari paparan tersebut bersumber dari teori hak kodrati ( natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum kodrati (natural law theory). Hukum kodrati muncul sebagai norma yang berasal dari Tuhan, oleh karenanya dimaknakan sebagai hukum yang bersifat abadi dan berlaku universal. Santo Thomas Aquinas merupakan salah satu pemikir yang

description

HUKUM

Transcript of Teori Dan Prinsip Ha1

Page 1: Teori Dan Prinsip Ha1

TEORI DAN PRINSIP HAM

TEORI POSITIVISME- Teori Positivisme sudah muncul berabad-abad lalu, dalam catatan sejarah, teori ini sudah ada sejak hukum tertulis tertua, yaitu Kodifikasi Urukagina (2350 SM) di kota kuno Sumeria, Mesopotamia Selatan. Kode Hammurabi di Babilonia adalah kodifikasi nomor lima tertua (1700 SM). Hal ini berlangsung hingga negara modern.TEORI UNIVERSALITAS DAN PARTIKULARITAS HAMPRINSIP TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN HAMPada awalnya dikembangkan melalui (prinsip) tanggung jawab negara atas perlakuan terhadap orang asing (state responsibility for the treatment of aliens).Di dalam prinsip tersebut terkandung aturan mengenai cara bagi orang asing untuk mengajukan tuntutan akibat dari perlakuan yang salah dari negara terhadap dirinya. Dari hal tersebut selanjutnya dikembangkan prosedur dalam hukum hak asasi manusia internasional yang memungkinkan para korban pelanggaran hak asasi manusia untuk mengajukan tuntutan secara langsung terhadap negara.HAK KODRATIHak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia semata-mata karena dia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberkan oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusiaTEORI DAN PRINSIP HAMAMALIA ZHAFARINAMUTIARA FADILARINA TAUFIKAANDI SUMANTRIANGGOTAKELOMPOK:TEORI DAN PRINSIP HAMAsal dari paparan tersebut bersumber dari teori hak kodrati ( natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum kodrati (natural law theory). Hukum kodrati muncul sebagai norma yang berasal dari Tuhan, oleh karenanya dimaknakan sebagai hukum yang bersifat abadi dan berlaku universal.Santo Thomas Aquinas merupakan salah satu pemikir yang berpengaruh pada zamannya yang menuliskan mengenai hukum kodrati dari zama kuno hingga ke zaman modern memakai filsafat stoika.Hugo de Groot mengembangkan lebih lanjut teori hukum kodrati Thomas Aquinas dengan memutus asal-usulnya yang teistik dan membuatnya menjadi produk pemikiran sekuler yang raional.Locke mengajukan sebuah pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oelh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut atau dipreteli oleh negara.Jeremy Bentham, merupakan salah satu penentang teori hak-hak kodrati yang berpendapat bahwa hak hanyalah sebagai kata benda. Menurut Bentham, hukum kodrati yang dikhayal dan hanya berbentuk imajiner, dan merupakan omong kosong. Walaupun banyak kecaman dan penolakan dari kalangan utilitarian dan positivis tersebut tidak membuat teori hak-hak kodrati dilupakan orang.

Page 2: Teori Dan Prinsip Ha1

- Kemudian pada tanggal 10 Desember 1948 disepakatilah Deklarasi Nasional Hak Asasi Manusia (DUHAM) oleh negara-negara yang tergabung di dalam PBB. Sejak saat itu, beberapa hak warga negara disimpulkan dan diangkat menjadi hak asasi manusia secara internasional dan bersifat positif. Penganut Teori Positivisme berpendapat, bahwa secara luas dikenal dan percaya bahwa hak harus berasal dari suatu tempat. Kemudian, hak seharusnya diciptakan dan ditetapkan ke dalam konstitusi, hukum atau kontrak. Hal tersebut dikatakan oleh Jeremy Bentham sebagai berikut, “Bagi saya, hak merupakan anak hukum; dari hukum riil lahir hak riil, tetapi dari hukum imajiner, dari hukum ‘kodrati’, lahir hak imajiner...Hak kodrati adalah omong kosong belaka: hak yang kodrati dan tidak bisa dicabut adalah omong kosong retorik, omong kosong yang dijunjung tinggi.”Penganut Teori Positivisme berpendapat, bahwa secara luas dikenal dan percaya bahwa hak harus berasal dari suatu tempat. Kemudian, hak seharusnya diciptakan dan ditetapkan ke dalam konstitusi, hukum atau kontrak. Hal tersebut dikatakan oleh Jeremy Bentham sebagai berikut, “Bagi saya, hak merupakan anak hukum; dari hukum riil lahir hak riil, tetapi dari hukum imajiner, dari hukum ‘kodrati’, lahir hak imajiner...Hak kodrati adalah omong kosong belaka: hak yang kodrati dan tidak bisa dicabut adalah omong kosong retorik, omong kosong yang dijunjung tinggi.”Menurut John Austin yang muncul pada tahun 1790-1859, berpendapat mengenai teori positivime, mengatakan bahwa satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah dari yang berdaulat, atau kekuasaan politik yang berkuasa yang disertai dengan saksi atau ganti rugi yang tepat. Bahkan ia membuat pernyataan, “Eksistensi dan isi hak hanya dapat diturunkan dari hukum negara” juga,“Satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah dari yang berdaulat, bukan datang dari “alam atau “moral”.Teori positivisme secara tegas menolak pandangan teori hak-hak kodrati. Keberatan utama teori ini adalah karena hak-hak kodrati sumbernya dianggap tidak jelas. Menurut positivisme suatu hak mestilah berasal dari sumber yang jelas, seperti dari peraturan perundang-undangan atau konstitusi yang dibuat oleh negara.Teori universalis, HAM berangkat dari konsep universalisme moral dan kepercayaan akan keberadaan kode-kode moral universal yang melekat pada seluruh umat manusia. Universalisme moral meletakkan keberadaan kebenaran moral yang bersifat lintas budaya dan lintas sejarah yang dapat diidentifikasikan secara rasional.Teori relativisme budaya pada intinya berpandangan bahwa HAM harus diletakkan dalam konteks budaya tertentu dan menolak pandangan adanya hak yang bersifat universal. Dengan perkataan lain HAM harus dilihat dari perspektif budaya suatu masyarakat atau negara. Salah satu wacana yang paling hangat dalam masa dua dekade terakhir adalah konflik antara dua “ideologi” yang berbeda dalam penerapan HAM pada skala nasional, yaitu universalisme (universalism) dan relativisme budaya (cultural relativism). Di satu sisi, universalisme menyatakan bahwa akan semakin banyak budaya “primitif” yang pada akhirnya berkembang untuk kemudian memiliki sistem hukum dan hak yang sama dengan budaya Barat. Relativisme budaya, di sisi lain, menyatakan sebaliknya, yaitu bahwa suatu budaya tradisional tidak dapat diubah.Menyinggung perdebatan tersebut, dapat diutarakan bahwa sejak awal masalah universalitas dan relativisme HAM merupakan sumber perdebatan dan pertengkaran. Hal itu dinyatakan sebagai berikut:

Page 3: Teori Dan Prinsip Ha1

“The question of the ‘universal’ or ‘relative’ character of the rights declared in the major instruments of the human rights movement has been a source of debate and contention from the movement’s start.”

Perdebatan tersebut terutama akan terkait dengan dua teori yang memiliki pandangan yang saling bertolak belakang menyangkut gagasan dan penerapan HAM, yaitu teori universalis (universalist theory) dan teori relativisme budaya (cultural relativist theory).

Doktrin kontemporer HAM merupakan salah satu dari sejumlah perspektif moral universalis. Asal muasal dan perkembangan HAM tidak dapat terpisahkan dari perkembangan universalisme nilai moral. Prasyarat yang penting bagi pembelaan HAM di antaranya konsep individu sebagai pemikul hak “alamiah” tertentu dan beberapa pandangan umum mengenai nilai moral yang melekat dan adil bagi setiap individu secara rasional. H. Victor Condé mengatakan bahwa belum ada definisi HAM yang diterima secara universal dan otoritatif. Banyak yang mendefinisikannya sebagai suatu klaim yang dapat dipaksakan secara hukum atau hak yang dimiliki oleh manusia vis-á-vispemerintahan negara sebagai perlindungan terhadap martabat manusia yang bersifat melekat dari manusia. Definisi HAM lainnya yang telah dikenal yaitu,HAM secara umum dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak tersebut kita tidak dapat hidup sebagai manusia.Suatu negara memperlakukan orang asing,

1. Pendapat yang datang dari negara-negara Barat (maju). Menurut mereka, dalam memperlakukan orang asing di dalam negeri, suatu negara harus memenuhi apa yang mereka sebut sebagai “standar minimum internasional” (international minimum standard) terlepas dari bagaimana negara tersebut memperlakukan warga negaranya.

2. datang dari negara-negara berkembang yang lahir sebagai reaksi dari pendapat pertama yang berpendapat bahwa dalam memperlakukan orang asing tidak berbeda atau sama saja sebagaimana halnya memperlakukan warga negaranya (national treatment standard). Garcia Amador dalam laporannya tentang tanggung jawab internasional kepada Komisi Hukum Internasional pada tahun 1956. Amador berpendapat bahwa dua pendekatan tersebut bermuara di satu titik temu, yaitu di dalam konsep pengaduan internasional terhadap hak asasi manusia yang esensial. Pertama, bahwa orang asing harus menikmati hak-hak serta jaminan yang sama dengan warga negara yang bersangkutan, maksudnya harus tidak kurang daripada hak-hak asasi/fundamental manusia yang diakui dan ditetapkan dalam hukum internasional.

Kedua, tanggung jawab internasional suatu negara akan timbul apabila hak-hak asasi/fundamental manusia tersebut dilanggarUntuk itu ia merumuskan dua prinsip perlakuan terhadap orang atau warga negara asing:

Page 4: Teori Dan Prinsip Ha1
Page 5: Teori Dan Prinsip Ha1
Page 6: Teori Dan Prinsip Ha1

Instrumen Hukum HAM Internasional

Pelaksanaan perlindungan HAM di berbagai negara dilakukan dengan mengacu pada berbagai instrumen HAM internasional. Beberapa instrumen hukum HAM internasional itu adalah sebagai berikut.

a. Hukum kebiasaan

Hukum kebiasaan merupakan hukum yang diterima melalui praktik umum. Dalam menyelesaikan berbagai sengketa intemasional, hukum kebiasaan merupakan salah satu sumber hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional. Hukum kebiasaan internasional mengenai HAM, antara lain, terdiri dari larangan penyiksaan, larangan diskriminasi, larangan pembantaian massal, larangan perbudakan dan perdagangan manusia, dan larangan terhadap berbagai tindakan pembunuhan dan sewenang-wenang.

b. Piagam PBB

Dalam piagam PBB terdapat ketentuan mengenai HAM, di antaranya, sebagai berikut.

1. Pasal 55 menyatakan: “... Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menggalakkan

standar hidup yang lebih tinggi, pekerjaan penuh, kemajuan ekonomi, dan kemajuan serta perkembangan sosial;

pemecahan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan kesehatan internasional dan masalah-masalah terkait lainnya; budaya internasional dan kerja sama pendidikan; dan

penghormatan universal dan pematuhan hak-hak asasi dan kebebasan dasar manusia bagi semua tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa, dan agama”.

2. Pasal 1 menyatakan: “Tujuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional ... dan menggalakkan serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa, maupun agama ...”.

Page 7: Teori Dan Prinsip Ha1

3. Pasal 56 menyatakan: “Semua anggota berjanji kepada diri mereka sendiri untuk melakukan tindakan secara bersama atau sendiri-sendiri dalam bekerja sama dengan organisasi untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam Pasal 55”.

c. The International Bill of Human Rights

The International Bill of Human Rights merupakan istilah yang digunakan dalam pemilihan tiga instrumen utama HAM beserta dengan protokol opsinya. Ketiga instrumen utama yang dimaksud tersebut meliputi:

Kovenan Internasional mengenai Hak-Hak Sipil dan Politik (The International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR)

Pernyataan Sedunia mengenai Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Rights/ UDHR)

Kovenan Internasional mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights/ICESCR)

protokol opsi pertama pada ICCPR yang kini berubah menjadi UDHR merupakan instrumen HAM terpenting. Semua instrumen internasional HAM dan konstitusi di berbagai negara merujuk pada UDHR.

d. Traktat-traktat pada bidang khusus HAM

Dalam bidang-bidang tertentu yang berkenaan dengan HAM, ada berbagai traktat khusus yang mempunyai kekuatan mengikat bagi negaranegara pesertanya. Adapun traktat-traktat khusus yang terpenting adalah Konvensi tentang Status Pengungsi, Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida, Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Perlakuan dan Penghukuman Hak Manusiawi atau yang Merendahkan Martabat, Konvensi mengenai Hak-Hak Anak, Protokol mengenai Status Pengungsi, Konvensi Internasional mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras, Konvensi mengenai Penyiksaan dan Kekejaman Lainnya, dan Konvensi mengenai Protokol Opsi pada ICCPR yang bertujuan menghapus hukuman mati.

PBB membentuk organ pelengkap untuk lebih mengefektifkan implementasi berbagai ketentuan mengenai HAM tersebut, di antaranya, yaitu Komisi Hak Asasi Manusia (The Commission on Human Rights/CHR). Badan ini melakukan studi, mempersiapkan berbagai rancangan konvensi dan deklarasi, melaksanakan misi pencarian fakta, membahas berbagai pelanggaran HAM dalam sidang-sidang umum atau khusus PBB, serta memperbaiki prosedur penanganan HAM.

Page 8: Teori Dan Prinsip Ha1

Untuk memantau pelaksanaan traktat-traktat khusus di tiap-tiap negara peserta traktat, telah dibentuk enam komite. Keenam komite tersebut adalah

1. Committee on the Rights of Child, mengawasi pelaksanaan Convention on the Rights of the Childs (CRC);

2. Committee on the Elimination of Discrimination against Woman, mengawasi pelaksanaan Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Woman (CEDAW);

3. ICCPR Human Rights Committee, mengawasi pelaksanaan International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR);

4. Committee Against Torture, mengawasi pelaksanaan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment (CAT);

5. Committee on Economic, Social, and Cultural Rights, mengawasi pelaksanaan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (CESCR);

6. Committee on the Elimination of Racial Discrimination, mengawasi pelaksanaan International Covenantion on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (CERD).

e. Konvensi internasional tentang HAM

Konvensi internasional tentang hak asasi manusia merupakan wujud nyata kepedulian masyarakat internasional akan penegakan, perlindungan, pengakuan, dan pemajuan HAM (hak asasi manusia).

Page 9: Teori Dan Prinsip Ha1

Instrumen HAM Internasional A. INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

I. Pengertian Hak

Hak adalah kewenangan atau kekuasaan yang melekat pada suatu individu. Hak merupakan kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Artinya manusia mempunyai wewenang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan kepentingannya. Namun perlu diketahui bahwa wewenang yang dimiliki manusia dibatasi olehhak orang lain .

Selain hak, manusia juga mempunyai kewajiban sebagai pengimbang agar manusia bisa saling menghargai. Disinilah peraturan menjadi salah satu perangkat yang penting untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

I. Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki pribadi manusia sejak lahir secara kodrat sebagai anugrah dari Tuhan. HAM bersifat kodrati karena merupakan hak yang langsung diberikan oleh Tuhan kepada manusia sebagai makhluk-Nya. Oleh karena itu tidak ada yang dapat mencabutnya, namun bukan berarti bahwa dengan hak tersebut manusia dapat berbuat menurut kehendaknya, karena ia harus menghormati juga hak-hak manusia lainnya.

Undang-Undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan menrupakan anugrah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan sert perlindungan harkat dan martabat manusia. HAM tersebut terutama meliputi:

1. Hak hidup,

2. Hak kemerdekaan,

3. Hak memiliki sesuatu

4. Hak mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan

II. Instrumen HAM

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu; seperangkat alat untuk memperoleh data sebagai bahan pengolahan. Seperti telah dijelakan di atas bahwa hak dan kewajiban manusia harus dapat dijalankan dengan seimbang. Demikian pula dalam menggunakan hak, seseorang harus menghormati hak orang lain. Maka dibutuhkan

Page 10: Teori Dan Prinsip Ha1

alat/instrumen sebagai pedoman untuk mencapainya. Instrumen ini merupakan hukum yang melindungi segenap hak kodrati seluruh manusia. Untuk memahami berbagai Instrumen HAM. Pelajarilah skema di bawah ini

Skema di atas menjelaskan beberapa instrumen HAM Internasional. Di negara kita juga ada beberapa instrumen HAM yang sudah dibuat dan disepakati, bahkan pembukaan UUD

Page 11: Teori Dan Prinsip Ha1

1945 merumuskan: bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa. Selain Pembukaan UUD 1945 Instrumen HAM di Indonesia juga termaktub dalam:

1. UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 27, 28, 28A, 28D ayat (3), 28J, 29 ayat (2), 30, 31)

2. TAP MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

TAP MPR RI No. XVII ini disahkan oleh Sidang Istimewa MPR pada 13 November 1998, berisi penugasan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur negara untuk emnghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu MPR juga menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (menandatangani) berbagai dokumen PBB tentang HAM sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasial dan UUD 1945.

3. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Dalam Undang-Undang ini dijelaskan hal-hal berikut:

1)  Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan menrupakan anugrah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan sert perlindungan harkat dan martabat manusia

2) Kewajiban Dasar Manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak meungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia

3) Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengecualian yang langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat penguranagan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusiadan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu mupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya dan aspek kehidupan lainnya.

4) Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat baik jasmani maupun rohani.

5) Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapn belas) tahun dan belum menikah.

6) Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan/atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau klelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini.

7) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya, berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

Pada BAB III dijelaskan tentang HAM dan 10 Kebebasan Dasar Manusia yaitu:

Page 12: Teori Dan Prinsip Ha1

1) Hak untuk hidup

2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan

3) Hak mengembangkan diri

4) Hak memperoleh keadilan

5) Hak atas kebebasan pribadi

6) Hak atas rasa aman

7) Hak atas kesejahteraan

8) Hak turut serta dalam pemerintahan

9) Hak wanita

10) Hak anak

Selain itu Undang-undang ini menjelaskan pula tentang Kewajiban Dasar Manusia; sebagai berikut:

1) Setiap orang yang ada di wilyah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis dan hukum internasional mengenai HAM yang telah diterima oleh negara RI

2) Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

3) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika dan tata tertib kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara

4) Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi manusia orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukannya.

5) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, kemanan dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis.

4. UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Berdasarkan Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat

Page 13: Teori Dan Prinsip Ha1