Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

51

Click here to load reader

Transcript of Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Page 1: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

IMPLIKASI ETIS DARI TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 10

Nama Kelompok :

Indah Suryani 0211 11 042 Fajrina Nur Chair 0211 11 060

Ita Puspitasari 0211 11 066

Page 2: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Tujuan Pembelajaran

Memahami perbedaan antara moral, etika dan hukum

Mengenal undang-undang mengenai komputer yang telah dikeluarkan di Amerika Serikat dan memahami bagaimana undang-undang di suatu negara dapat mempengaruhi penggunaan komputer di negara lain

Memahami bagaimana perusahaan menciptakan budaya etika dengan cara menetapkan dahulu kredo perusahaan, kemudian menetapkan program-program etika, dan terakhir menetapkan kode etik perusahaan

Page 3: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Memahami mengapa masyarakat menuntut agar komputer digunakan secara etis

Memahami empat hak dasar yang dimiliki masyarakat yang berkenaan dengan komputer

Memahami bagaimana auditor internal perusahaan dapat memainkan peranan yang positif dalam menciptakan sistem informasi yang didisain untuk memenuhi kriteria kinerja yang etis

Page 4: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Mengetahui apa yang dapat dilakukan orang direktur informasi ( Chief Information Officer- CIO ) sebagai pusat kekuatan ketika perusahaan menjalankan pratek-praktek yang etis

Mengenali jenis undang-undang yang paling penting yang diterapkan di dunia akhir-akhir ini – undang-undang sarbanes-oxley

Page 5: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Implikasi Etis Dari Teknologi Informasi

Perilaku kita diarahkan oleh moral, etika, dan hukum. Undang-undang mengenai komputer telah ditetapkan di banyak negara untuk mengatasi kekhawatiran seperti hak mendapatkan akses data, hak akan privasi kejahatan komputer, dan paten peranti lunak. Beberapa negara lebih maju dibandingkan yang lain dan mengeluarkan undang-undang semacam ini, dan hukum disatu negara dapat memengaruhi penggunaan komputer ditempat lain di dunia.

perusahaan memiliki kewajiban untuk menetapkan budaya etika yang harus diikuti oleh para karyawannya.

Page 6: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Budaya ini didukung oleh kredo perusahan dan program-program etika .

Etika berkomputer amat penting karena masyarakat memiliki presepsi dan ketakutan tertentu yang terkait dengan penggunaan komputer. Fitur-fitur penggunaan komputer yang mengkhawatirkan masyarakat adalah kemampuan untuk memprogram komputer untuk melakukan nyaris apa saja, fakta bahwa komputer dapat mengubah kehidupan sehari-hari, dan fakta bahwa apa yang dilakukan komputer bisa jadi tidak terlihat oleh orang yang menjadi korban.

Page 7: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Masyarakat memiliki empat hak dasar yang berkenaan dengan penggunan komputer : privasi, akurasi, properti, dan akses .

auditor internal perusahaan dapat berkontribusi terhadap penggunaan etis sistem informasi dengan cara melakukan tiga jenis audit – oprasional, financial, dan beriringan-serta melibatkan diri dalam desain sistem pengendalian internal .

Page 8: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

• Direktur informasi (chief information officer-CIO) dapat memainkan peran yang amat penting dalam praktek etika komputer suatu perusahaan. CIO dapat menjalankan program proaktif untuk menjaga agar sistem informasi yang diperlukan para eksekutif dan manajer untuk mendukung upaya-upaya etis perusahaan tersebut, agar eksekutif dan manajer bukan hanya memahami sistem informasi yang menyediakan data finansial namun juga berkontribusi terhadap perancangannya agar elemen-elemen perusahaan linkungan seperti pemegang saham dan pemilik memahami bahwa perusaan tersebut menggunakan komputer secara etis, dan agar biaya IT tidak terbuang sia-sia.

Page 9: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Dengan memainkan peranan ini, CIO menjaga agar perusahaan tersebut memenuhi kewajibannya untuk menyusun keterangan keuangan secara akurat dan tepat waktu, seperti yang diharuskan oleh undang-undang serbaner oxley. Kunci terhadap jasa-jasa informasi yang menyediakan dukungan ini adalah gabungan pengendalian terhadap semua sistem yang akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

Page 10: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Moral, Etika, dan hukum

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diarahkan oleh banyak pengaruh. Sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab sosial, kita ingin melakukan hal yang secara moral benar, berlaku etis, dan mematuhi hukum.

Moral

Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku yang benar dan yang salah. Moral adalah institusi sosial dengan sejarah dan seperangkat aturan.

Page 11: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Etika

Etika (ethics) adalah sekumpulan kepercayaan, standar, atau teladan yang mengarahkan, yang merasuk kedalam seseorang atau masyarakat. Semua individu bertanggung jawab terhadap komunitas mereka atas perilaku mereka. Komunitas dapat berarti rukun tetangga, kota, negara, atau profesi.

Hukum

Hukum (law) adalah peraturan perilaku formal yang diterapkan oleh otoritas yang berwenang, seperti pemerintah, terhadap subyek atau warga negaranya.

Page 12: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

HAK DAN BATASAN AKSES DATA

Undang – undang kebebasan informasi ( Freedom of Information Act ) tahun 1996 memberi warga negara dan organisasi – organisasi Amerika Serikat hak terhadap akses data yang dipegang oleh pemerintah federal, dengan beberapa perkecualian. Pada tahun 1970-an dikenal beberapa hukum tambahan dalam bentuk undang – undang pelaporan kredit yang wajar ( Fair Credit Reporting Act ) tahun 1970, yang berkaitan dengan penanganan data kredit, dan undang – undang hak privasi federal ( Right to Federal Privacy Act ) tahun 1978, yang

Page 13: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

membatasi tindakan pemerintah federal untuk melaksanakan penyelidikan pada catatan – catatan baik. Hukum lain yang ditujukan untuk membatasi pemerintah federal, undang – undang privasi dan pencocokan komputer ( Computer Matching Privacy Act ) tahun 1998 membatasi hak pemerintah federal untuk mencocokan file komputer yang bertujuan untuk menentukan kelayakan program pemerintah atau mengidentifikasi para debitor.

Page 14: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

PRIVASI

Tidak lama setelah undang – undang kebebasan informasi ( Freedom of Information Act ) diterapkan, pemerintah federal mencanangkan undang – undang privasi komunikasi elektronik ( Electronic Communications Privacy Act) tahun 1968. Namun, undang – undang ini hanya mencakup komunikasi suara. Undang – undang ini ditulis ulang tahun 1986 agar mencakup data digital, komunikasi video dan surat elektronik.

Page 15: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

KEJAHATAN KOMPUTER

Pada tahun 1984, kongres Amerika Serikat memperkuat undang – undang mengenai penggunaan komputer dengan mengeluarkan peraturan – peraturan yang secara khusus diterapkan pada kejahatan komputer :

• Undang – undang keamanan komputer usaha kecil dan pendidikan (The Small Business Computer Security and Education Act) ditetapkan oleh dewan penasihat keamanan komputer usaha kecil dan pendidikan

Page 16: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

(Small Business Computer Security and Education Council). Dewan ini bertanggung jawab untuk memberi nasihat kepada kongres mengenai masalah yang berhubungan dengan kejahatan komputer terhadap usaha – usaha kecil dan untuk mengevaluasi efektivitas dari hukum pidana negara dan federal dalam mencegah dan menghukum kejahatan komputer.

Page 17: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

• Undang – undang perangkat akses palsu dan kejahatan serta penipuan melalui komputer (Counterfeit Access Device and Computer and Abuse Act) menetapkan bahwa merupakan suatu kejahatan federal jika seseorang mendapatkan akses tanpa otorisasi atas informasi yang berhubungan dengan pertahanan negara atau hubungan luar negeri. Undang – undang ini juga mengenakan tindak pidana ringan pada usaha mendapatkan akses tanpa otoritas ke suatu komputer yang dilindungi oleh undang – undang hak privasi keuangan (Right to Financial Privacy Act)

Page 18: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

PATEN PERANTI LUNAK

Pada bulan Juli 1988, oengadilan banding federal Amerika Serikat ( U.S. Court of Appeals for the Federal Circuit ) memutuskan bahwa proses bisnis harus dipatenkan. Kasus ini kemudian dikenal dengan State Street Decision. yang bermasalah pada saat itu adalah sebuah paket peranti lunak untuk mengelola reksa dana.

Hingga saat itu, pengadilan selalu menetapkan bahwa peranti lunak tidak dapat dipatenkan karena 2 alasan :

Page 19: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

1. Algoritma matematika tidak dapat dipatenkan

2. Metode bisnis tidak dapat dipatenkan

Karena merasa bahwa paten peranti lunak seharusnya memiliki beberapa pembatasan, kongres Amerika Serikat pada tahun 2001 memperkenalkan proposal hukum yang mewajibkan ditentukannya pentingnya paten.

Dengan cara ini, pemerintah federal Amerika Serikat secara bertahap telah menetapkan sebuah kerangka hukum untuk penggunaan komputer.

Page 20: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Undang – undang Paten Peranti Lunak di Uni Eropa

Pada awal 2002, sebagai jawaban atas State Street Decision, yang telah mendorong banjirnya pendaftaran paten peranti lunak di Amerika Serikat dan akhirnya memengaruhi perusahaan – perusahaan Eropa, Parlemen Uni Eropa (UE) mengusulkan agar standar paten peranti lunak yang lebih ketat dibandingkan standar di Amerika Serikat ditetapkan.

Page 21: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Undang – undang Privasi Pribadi di Republik Rakyat Cina

Baik pemerintah dan warga negara Republik Rakyat Cina (RRC) semakin sadar akan kebutuhan untuk menentukan privasi pribadi. Salah satu masalah adalah istilah privasi sering kali memiliki konotasi yang negatif, karena diasosiasikan dengan seseorang yang menyembunyikan sesuatu. Para aktivis privasi pribadi di Cina menuntut diadakannya peraturan yang akan melindungi data pribadi seperti :

Page 22: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

tingkat pendapatan, pekerjaan, status pernikahan, sifat fisik dam bahkan alamat dan nomor telepon.

Pada saat ini, pemerintah Cina sedang berfokus untuk menerapkan peraturan penggunaan komputer dan internet.

Page 23: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Meletakkan Moral, Etika dan Hukum pada tempatnya

Penggunaan komputer di dunia bisnis diarahkan oleh nilai moral dan etis manajer, spesialis informasi dan penggunaan serta hukum yang berlaku. Hukum adalah yang termudah untuk di enterpretasikan karena bersifat tertulis. Tetapi etika tidak terdefinisi demikian tepat, dan mungkin bahkan tidak disetujui oleh semua anggota masyarakat.

Page 24: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Kebutuhan akan Budaya Etika

Opini yang dipegang secara luas di dunia bisnis adalah bahwa bisnis merefleksikan kepribadian dari pemimpinnya. Sebagi contoh :

pengaruh James Cash Penney pada JCPenney Colonel John Patterson di National Cash Register (NCR), atau Thomas J.Watson, Sr.di IBM menentukan kepribadian dari perusahaan – perusahaan tersebut. Di masa kini CEO perusahaan seperti FedEx, Southwest Airlines dan Microsoft memiliki pengaruh yang amat penting pada organisasinya sehingga masyarakat cenderung memandang perusahaan tersebut seperti CEOnya.

Page 25: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

keterkaitan antara CEO dengan perusahaannya merupakan dasar untuk budaya etika. Jika perusahaan dituntut untuk berlaku etis, maka manajemen tingkat tinggi harus bersikap etis dalam segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakannya. Manajemen tingkat atas harus memimpin melalui contoh. Perilaku ini disebut dengan budaya etika ( ethics culture )

Page 26: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Bagaimana Budaya Etika Diterapkan

Tugas dari manajemen tingkat atas adalah untuk menyakinkan bahwa konsep etikanya merasuk ke seluruh organisasi, dan turun ke jajaran bawah sehingga menyentuh setiap karyawan. Para eksekutif dapat mencapai implementasi ini melalui tiga tingkat, dalam bentuk kredo perusahaan, bentuk etika, dan kode perusahaan yang telah disesuaikan.

Page 27: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Kredo perusahaan( corporate credo ) adalah pernyataan singkat mengenai nilai-nilai yang ingin dijunjung perusahaan. Tujuan kredo tersebut adalah untuk memberitahu individu dan organisasi, baik di dalam dan di luar perusahaan, akan nilai-nilai etis yang dianut perusahaan tersebut.

Page 28: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Program Etika Progran Etika (ethics program) adalah upaya yang terdiri atas berbagai aktivitas yang didesain untuk memberikan petunjuk kepada para karyawan untuk menjalankan kredo perusahaan. Aktivitas yang biasa dilakukan adalah sesi orientasi yang diadakan untuk para karyawan baru.

Page 29: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Kredo perusahaan yang disesuaikan

Banyak perusahaan merancang sendiri kode etik perusahaan mereka. Terkadang kode-kode etik ini merupakan adaptasi dari kode untuk industri atau profesi tertentu.

Page 30: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Meletakkan Kredo, Program, dan Kode pada Tempatnya

Kredo perusahaan memberikan dasar untuk pelaksanaan program etika perusahaan. Kode etik tersebut menggambarkan perilaku-perilaku tertentu yang diharapakan dilaksanakan oleh para karyawan perusahaan dalam berinteraksi antara satu dengan lain dan dengan elemen-elemen lingkungan perusahaan.

Page 31: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

ALASAN DIBALIK ETIKA KOMPUTER

James H. Moor mendefinisikan etika komputer(computer ethics) sebagai analisis sifat dan dampak sosial teknologi komputer serta perumusan dan justifikasi dari kebijakan-kebijakan yang terkait untuk penggunaan teknologi tersebut secara etis.

Dengan demikian, etika komputer terdiri atas dua aktivitas utama. Orang di perusahaan yang merupakan pilihan yang logis untuk menerapkan program etika ini adalah CIO.

Page 32: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Seorang CIO harus: menyadari dampak penggunaan komputer terhadap

masyarakat, dan merumuskan kebijakan yang menjaga agar teknologi

tersebut digunakan di seluruh perusahaan secara etis.

satu hal yang amat penting: CIO tidak menanggung tanggung jawab manajerial untuk penggunaan komputer secara etis sendirian. Eksekutif-eksekutif lain juga harus memberikan konstribusi. Keterlibatan di seluruh perusahaan ini merupakan kebutuhan absolut dalam era komputasi pengguna akhir masa kini, di mana para manajer di semua wilayah bertanggung jawab untuk menggunakan komputer di wilayah mereka secara etis.

Page 33: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Alasan Pentingnya Etika Komputer

James H. Moor mengidentifikasi tiga alasan utama di balik minat masyarakat yang tinggi akan etika komputer: kelenturan secara logis, faktor transformasi, dan faktor ketidaktampakan.

o Kelenturan Secara Logis

Moor mengartikan kelenturan secara logis (logical malleability) sebagai kemampuan untuk memprogram komputer untuk melakukan hampir apa saja yang ingin kita lakukan.

Page 34: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

o Faktor Transformasi

Alasan atas etika komputer yang ini didasarkan pada fakta bahwa komputer dapat mengubah cara kita mengerjakan sesuatu dengan drastis. Salah satu contoh yang baik adalah e-mail. E-mail tidak menggantikan surat biasa atau sambungan telepon; melainkan menyediakan cara berkomunikasi yang benar-benar baru.

Page 35: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

o Faktor ketidaknampakan

Alasan ketiga untuk minat masyarakat atas etika komputer adalah karena masyarakat memandang komputer sebagai kotak hitam. Seluruh operasi internal komputer tersebut tersembunyi dari penglihatan.

Page 36: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Ketidaknampakan operasi internal ini memberikan kesempatan terjadinya nilai-nilai pemrograman yang tidak tampak, perhitungan rumit yang tidak tampak, dan penyalahgunaan yang tidak tampak:

Nilai pemrograman yang tidak tampak adalah perintah rutin yang dikodekan programer ke dalam program yang menghasilkan proses yang diinginkan si pengguna. Selama proses penulisan program, programer tersebut harus melakukan serangkaian penilaian mengenai bagaimana program tersebut harus mencapai tugasnya.

Page 37: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Perhitungan rumit yang tidak tampak berbentuk program yang sangat rumit sehingga pengguna tidak dapat memahaminya. Seorang manajer dapat menggunakan program semacam ini tanpa mengetahui bagaimana komputer melakukan semua perhitungan tersebut.

Penyalahgunaan yang tak tampak mencakup tindakan yang disengaja yang melintasi batasan hukum maupun etis. Semua tindakan kejahatan komputer berada pada kategori ini, misalnya tindakan tak etis seperti pelanggaran hak individu akan privasi dan memata-matai orang lain.

Page 38: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Itulah sebabnya masyarakat amat peduli akan penggunaan komputer-bagaimana alat ini dapat diprogram untuk melakukan hampir semua hal, bagaimana alat ini mengubah cara kita melakukan banyak hal, dan fakta bahwa apa yang dilakukan komputer bersifat tidak terlihat. Masyarakat mengharapkan dunia usaha agar berpanduan pada etika komputer agar berbagai kekhawatiran ini tidak terjadi

Page 39: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Hak sosial Komputer

Klasifikasi hak-hak manusia dalam wilayah komputer yang paling banyak dipublikasikan adalah PAPA rancangan Richard O. Mason. Mason menciptakan akronim PAPA untuk mempresentasikan empat hak dasar masyarakat sehubungan dengan informasi: privasi (privacy), akurasi (accuracy), kepemilikan (property), dan aksesibilitas (accessbility).

Page 40: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Hak Privasi

Mason merasa bahwa hak ini terancam oleh dua hal. Pertama, meningakatnya kemampuan komputer untuk digunakan dalam kegiatan mata-mata. Kedua, meningkatnya nilai informasi dalam proses pengambilan keputusan. Pemerintah federal menjawab sebagian dari masalah ini dalam Undang-Undang Privasi (Privacy Act) tahun 1974. Namun, undang-undang ini hanya mencakup pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Page 41: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Hak untuk mendapatkan Keakuratan

Komputer memungkinkan tingkat keakuratan yang tidak dapat dicapai dengan sistem nonkomputer. Potensi ini memang tersedia, namun tidak selalu didapatkan. Beberapa sistem berbasis komputer berisikan lebih banyak kesalahan daripada yang diberikan sistem manual.

Page 42: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan intelektual, biasanya dalm bentuk program komputer. Vedor peranti lunak dapat menghindari pencurian hak kepemilikan intelektual melalui undang-undang hak cipta, hak paten, dan persetujuan lisensi. Peranti lunak tidak dilindungi oleh hak cipta atau hukum paten. Sekarang, keduanya dapat digunakan untuk memberikan perlindungan.

Page 43: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Hak Mendapatkan Akses

Sebelum diperkenalkannya basis data yang terkomputerisasi, kebanyakan informasi tersedia untuk masyarakat umum dalam bentuk dokumen cetak atau gambar mikroformat yang disimpan diperpustakaan. Informasi ini berisikan berita, hasil penelitian ilmiah, statistik pemerintah, dan lain-lain. Sekarang, kebanyakan informasi ini telah dikonvesikan ke basis data komersial, sehingga membuat ketersediaannya untuk masyarakat berkurang.

Page 44: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

AUDIT INFORMASI

Saat menyusun etika penggunaan komputer, satu kelompok dapat memegang peranan yang amat penting. Mereka adalah para auditor internal. Perusahaan dengan semua ukuran mengandalkan auditor eksternal (external auditor) dari luar organisasi untuk memverifikasi keakuratan catatan akuntasi. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki staf tersendiri yang berfungsi sebagai auditor internal (internal auditor), yang melaksanakan analisis yang sama seperti auditor eksternal namun memiliki tanggung jawab yang lebih luas.

Page 45: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Pentingnya Objektivitas

Hal unik yang ditawarkan oleh auditor internal adalah objektivitas. Mereka beroperasi secara independen terhadap unit-unit bisnis perusahaan dan tidak memiliki hubungan dengan individu atau kelompok lain didalam perusahaan. Keterlibatan mereka satu-satunya adalah dengan dewan komisaris, CEO, dan CFO.

Page 46: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Jenis Aktivitas Audit

Terdapat empat jenis dasar aktivitas audit internal: Audit Finansial

Audit Finansial (financial audit) memverifikasi catatan-catatan perusahaan dan merupakan jenis aktivitas yang dilaksanakan auditor eksternal.

Audit Operasional

Audit Operasional (operational audit) tidak dilaksanakan untuk menverifikasi keakuratan catatan, melainkan untuk memvalidasi efektivitas prosedur.

Page 47: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Ketika para auditor internal melaksanakan audit operasional, mereka mencari tiga fitur sistem dasar: Kecukupan pengendalian Efisiensi Kepatuhan dengan kebijakan perusahaan

Audit Berkelanjutan

Audit berkelanjutan (concurrent audit) sama dengan audit opersional tetapi audit berkelanjutan berlangsung terus menerus.

Desain Sistem Pengendalian Internal

Dalam audit operasional dan beriringan, auditor internal mempelajari sistem yang sudah ada.

Page 48: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Subsistem Audit Internal

Arsitektur yang umum mencakup subsistem input yang memasukkan data kedalam basis data.

Melibatkan auditor internal dalam tim perancangan sistem merupakan salah satu langkah yang baik untuk mendapatkan sistem informasi yang terkendali dengan baik, dan sistem tersebut merupakan langkah yang baik untuk memberikan yang mereka perlukan kepada manajemen informasi guna mencapai dan mengelola operasional bisnis yang beretika.

Page 49: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Menerapkap Etika Dalam Teknologi

Bantuan dalam bentuk kode etik dan program edukasi etika yag dapat memberikan fondasi untuk budaya tersebut. Program edukasi dapat membantu menyusun kredo perusahaan dan meletakkan program ketika pada tempatnya. Kode etik dapat digunakan seperti apa adanya atau disesuaikan dengan perusahaan tersebut.

Page 50: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

Kode Etik

Kode Etik Dan Perilaku Profesional ACM

Bentuk kode etik ACM diadopsi pada tahun 1992 dan berisikan “keharusan”, yang merupakan pernyataan tanggung jawab pribadi.

Keharusan Moral Umum Tanggung Jawab Profesional yang lebih

Spesifik Keharusan Kepemimpinan Organisasi Kepatuhan Terhadap Kode

Page 51: Teori bab 10 implikasi etis dari teknologi informasi

TERIMA KASIH