Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif I Part II

download Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif I Part II

of 11

description

tentir modul gastro

Transcript of Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif I Part II

  • 1

    TENTIR GASTROINTESTINAL 2011 SUMATIF I - PART II

    DISUSUN OLEH:

    Arnesya Ayu Pramadyani

    Nanda Lucky Prasetya

    MIKROBIOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL

    Untuk membahas mikrobiologi dalam Sistem Gastrointestinal, kita harus lebih dahulu

    mengetahui istilah-istilah penting ini:

    Gastroenteritis Sindrom gastrointestinal yang ditandai dengan rasa mual, muntah, diare, dan

    ketidaknyamanan di daerah abdominal

    Diare

    Ketidaknormalan BAB yang bercirikan buang air besar berkali-kali dalam sehari

    dan/atau dengan bentuk tinja yang cair. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada

    usus halus serta mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah

    besar

    Disentri

    Inflamasi pada sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya pus dan darah

    pada feses disertai dengan rasa sakit, demam, dan kram abdominal. Biasanya

    disebabkan oleh kelainan pada usus besar.

    Enterokolitis Inflamasi pada mukosan usus besar dan usus halus

    *Beda diare dan disentri yang paling mencolok: Disentri adalah diare+darah+lender.

    Sumbernya juga beda

    Banyak faktor host yang mempengaruhi infeksi mikroba, seperti:

    1. Spesies host: Mikroba tertentu hanya akan menginfeksi spesies tertentu,

    contohnya Salmonella typhii hanya akan menginfeksi manusia

    2. Gen

    3. Usia: Usia yang rentan akan infeksi mikroba adalah usia balita dan usia lanjut.

    Usia produktif lebih sedikit terkena infeksi mikroba

    4. Kebersihan diri: Makin jorok gaya hidup seseorang, makin gampanglah ia

    terserang infeksi mikroba

    5. Asam lambung dan pertahanan fisik lainnya: Asam lambung dengan pH-nya yang

    asamnya bukan main (

  • 2

    1011/g feses, bakteri E.coli berjumlah 108/g feses, dan bakteri gram negative lainnya

    berjumlah 105-107 / g feses. Flora normal terbanyak terdapat di kolon.

    8. Imunitas intestinal: ada IgA dan lisozim

    *Lisozim: nama lainnya N-asetilmuramid glikanhidrolase. Fungsinya adalah

    menghancurkan dinding sel bakteri menghancurkan peptidoglikan dan chitodextrin

    9. Faktor proteksi lainnya di serum dan human milk (laktoferin, lisozim, dll)

    *Laktoferin berfungsi sebagai antibakteri dan antifungal lhoo

    Selain pada host, faktor mikroba juga memengaruhi, yaitu:

    1. Toksin

    Ada 3 macam toksin yang dibedakan menurut sasaran penyerangannya, seperti:

    Neurotoksin : Menyerang sistem saraf. Contoh: botullinum, staphylococcal

    superantigen

    Enterotoksin: Menyerang saluran cerna. Contoh: ETEC, V.cholerae

    Sitotoksin: Menyerang sel. Contoh: Shiga toksin, C.difficile (pintu masuk lewat

    saluran cerna)

    2. Attachment (perlekatan): Kemampuan mikroba untuk melekat dan berkoloni pada

    mukosa saluran cerna

    3. Invasiveness (penyerangan): Kemampuan mikroba untuk berpenetrasi dan menyerang

    saluran cerna. Setelah itu mereka akan masuk ke saluran limfe dan peredaran darah

    4. Faktor virulensi lainnya, seperti motilitas, kemotaksis, dan produksi mucinase (suatu

    enzim hialuronidase yang menghidrolisis substansi mukopolisakarida, seperti musin)

    Perlu diketahui

    bahwa sebagian

    besar mikroba itu

    punya sifat untuk

    melakukan

    attachment dulu

    baru mengeluarkan

    toksinnya. Jadi

    jarang yang hanya

    mengeluarkan satu

    jurus saja.

    Inilah jalur masuk

    mikroba hingga

    mereka menyebabkan

    penyakit (English

    version)

    Kelainan/ penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada sistem GI, yaitu:

    1. Reaksi farmakologi toksin bakteri pada daerah local ataupun distal akibat infeksi

    (cholera, staphylococcal food poisoning)

    2. Inflamasi local sebagai akibat dari invasi mikroba yang superficial (shigellosis,

    amebiasis)

    3. Invasi dalam sampai ke pembuluh darah dan jaringan limfa; penyebaran hingga ke

    organ lain (Hepatitis A, tifus)

    4. Perforasi dari epitel mukosa sebagai akibat dari infeksi, operasi, atau trauma

    (peritonitis, intra abdominal abscesses)

    PENYAKIT GASTER

    Disebabkan oleh Helicobacter pylori

    Helicobacter pylori adalah bakteri gram-negatif, berbentuk spiral, dan bersifat motil

    (bisa bergerak). Mereka membentuk koloni di gaster dan intestinal.

    Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri dodol ini antara lain: gastritis,

    peptic ulcer, gastric adenocarcinoma, gastric MALT B-cell lymphomas, dan

    proctitis, proctocolitis, enteritis.

    Selain oleh Helicobacter pylori, penyakit-penyakit di atas juga dapat disebabkan

    oleh H.cinaedi, H.fennelliae, dan H.canadensis, namun frekuensinya lebih jarang.

    Kenapa bakteri ini bisa berkoloni???

    Pertama, cara adalah dengan memblok produksi dari asam lambung (ingat2

    fungsi asam lambung itu apaa) dan menetralisasi asam lambung dengan

    memproduksi ammonia yang merupakan hasil dari aktivitas urease* bakteri

    (*urease: enzyme yang menghidrolisis urea menjadi karbon dioksida dan

    ammonia)

    Kedua, mereka memiliki Heat shock protein (HspB) untuk meningkatkan

    aktivitas urease

    Ketiga, kerusakan jaringan local disebabkan oleh prokduk sampingan

    urease yaitu: mucinase (menetralisasi asam lambung bakteri tidak mati), phospholipase, vacuolating cytotoxin

    Keempat, mereka memiliki superoksida dismutase dan katalase yang

    berguna untuk melindungi bakteri dari fagositosis dan penyerangan

    intraselular.

    Penyakit ini agak sulit dibedakan dari penyakit gaster pada umumnya, karena itulah

    kita butuh diagnosis lab untuk memastikan. Uji-uji yang dapat dilakukan antara lain:

    1. Mikroskopik: Spesimen biopsy gaster, pewarnaan bakteri (Gram, hematoxylin-

    eosin, Warthin-Starry silver)

    2. Tes urease: Spesimen biopsy gaster, deteksi basa menurut produk (??)

    3. Kultur: Spesimen biopsy gaster

  • 3

    4. Tes serologi: -Antigen: feses (polyclonal enzyme immuno assay)

    -Antibody: serum (ELISA)

    *Tes serologi ini sensitivitasnya lebih rendah dari kultur

    Sebenarnya, untuk diagnosis penyakit ini jarang sampai harus periksa ke lab,

    soalnya sebagian besar diare itu yaa disebabkan oleh H.pylori, jadi langsung saja

    dibasmi dengan antibiotic.

    Diare

    Patofisiologi-patogenesis

    Infeksi usus halus bagian atas (Upper small bowel infections)

    Biasanya noninvasive, tidak menyebabkan inflamasi, secretory, menyebabkan

    BAB cair banyak cairan keluar

    Pertukaran Na+ dan Cl- terganggung (sekresi Cl- naik, absorpso Na+ turun)

    Permeabilitas mukosa naik

    Disebabkan oleh :

    o V.cholerae mengeluarkan toksin cholera. Cara kerjanya: Melekat pada

    reseptor GM1 aktivasi adenil siklase cAMP aktivasi kanal Cl-

    o E.coli mengeluarkan enterotoksin. Cara kerjanya adalah dengan

    mengaktivasi adenil siklase dan guanil siklase

    Infeksi usus halus distal dan kolon

    Biasanya invasive, mengakibatkan inflamasi colitis

    Etiologi: Shigella, Salmonella, Campylobacter, Yersinia, invasive E.coli, EAEC,

    C.difficile, B.fragilis, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Adenovirus, CMV

    Cara kerja: Bakteri menginvasi sel atau mengeluarkan toksin respon inflamasi

    sekresi kemokin dan rekruitmen sel imun

    Secretory Diarrhea

    EAEC (Enteroaggregative Escherichia coli) dan EPEC (Enteropathogenic

    Escherichia coli)

    Cara kerja: Berkoloni di sistem GI dan memicu reaksi inflamasi

    atau dengan attaching and effacing response (melekat dan menghapus

    untuk kata menghapus ini saya masih kurang yakin). Lalu dengan cara

    memprokduksi toksin mengganggu fungsi absorbsi usus.

    Berikut adalah skema jenis diare dan letak kelainannya

    Dan berikut adalah tabel jenis mikroba dan gejala klinis diarenya

  • 4

    *Perhatikan masa inkubasinya! Penting untuk membedakan penyebab diarenya..

    Agen etiologi diare (secara keseluruhan):

    1. Pathogenic E.coli: EPEC, ETEC, EAEC, STEC

    *E.coli itu sebenarnya baik, ramah, dan menguntungkan lhoo, tp karena banyak

    yang telah mengalami mutasi jadinya banyak jg deh yang menyebabkan penyakit.

    2. Clostidium difficile

    3. Salmonella sp.

    4. Shigella sp.

    5. Campylobacter jejuni

    6. Rotavirus, Norovirus, Astrovirus, Adenovirus

    Selain penyebab yang sudah umum seperti di atas, etiologi diare punya keluarga baru

    nihIni dia keluarga baru itu:

    1. Enterotoxigenic Bacteroides Fragilis (ETBF)

    Menyebabkan diare akut pada anak di bawah umur 5 tahun

    2. Klebisella oxytoca (cytotoxic strain)

    Pada pasien colitis hemorrhagic C.diffile-negatif terkait-antibiotic

    3. Laribacter hongkongensis

    Sumber: insang dan intestinal ikan air tawar

    Diare pada pasien HIV

    Definisi: Diare non-infeksi yang berlangsung selama 1-2 bulan sebagai efek

    samping dari penggunaan antiretroviral

    Bisa juga diare karena infeksi. Kenapa bisa????? Karena kadar sel TCD4+

    rendah (

  • 5

    Penyakit (diare dan disentri) akibat infeksi Shigella sp.

    Etilogi: Shigella dysenteriae, S. flexneri, S. boydii, S. sonnei

    Bisa menyebabkan Bacillary dysentery (disentri akibat Shigella sp. only!)

    Berkoloni di mukosa usus besar melakukan invasi dan replikasi pada sel epitel

    (sel M) lolos dari sergapan fagosom multiplikasi di sitoplasma

    Toksin yang diproduksi: Shiga toxin

    Sign and symptoms: Daire disertai darah dan lendir, demam, nyeri abdominal, dan

    tenesmus (ingin BAB terus)

    Diare akibat infeksi virus

    Penyebab utama diare pada bayi dan balita

    Gejala klinisnya tidak bisa dibedakan dengan diare akibat penyebab lain.

    Etiologi yang paling terkenal: Rotavirus banyak menyerang anak

  • 6

    Penyebab, pathogenesis, dan karakterisitik Food poisoning dan food associated infection

    *Keterangan: Yang diberi tanda garis merah berarti merupakan penyebab Food poisoning

    yang asli!! Yang lainnya merupakan penyebab food associated infection!!

    Naaaahh untuk mempermudah diagnosis diare (untuk mengetahui penyebabnya), lihatlah

    diagram Diagnosis Diare berikut ini.

    Infeksi Sistemik yang Diinisisasi oleh Sistem Gastrointestinal

    Typhoid (tifus)

    Ada 3 jenis Salmonella sp. yang menjadi biang kerok terjadinya demam typhoid, yaitu

    1. Salmonella Paratyphi A

    2. Salmonella scottmuelleri (Paratyphi B)

    3. Salmonella hirshfeldii (Paratyphi C)

    Masa inkubasi: 10-14 hari

    Gejala: demam, malaise, konstipasi atau diare, rose spots (macula merah berdiameter

    2-4 mm yang biasanya timbul akibat demam typhoid), pembesaran limpa,

    hepatomegali

    Bisa juga carrier (ngga keluar gejala aslinya, cuma membawa dan baru ketahuan kalo

    iseng-iseng cek): 1-3 % pasien dengan demam

    Pemeriksaan lab bisa dengan specimen darah, feses, dan urin. Bisa juga dengan tes

    serologi, kultur, dan PCR.

    Penyakit Liver

    Hepatitis

  • 7

    Lebih spesifik lagi, ini diagram tentang Hepatitis B

    Ada juga yang bernama Hepatitis Granulomatosa. Merasa familiar?? Ya, karena

    penyebab terseringnya adalah bakteri yang muncul di semua modul, yaituuu

    Mycobacterium tuberculosis!! Gejalanya adalah demam dan kelainan fungsi liver (tidak

    spesifik), namun jika dibiopsi, maka akan tampak granulom di liver.

    Berikutnya akan disajikan tabel dari organisme-organisme penyebab hepatitis

    granulomatosa dan abnormalitas pada hepatobilier yang terkait infeksi sistemik..

    Pyogenic Lever Abscess (Abses hati yang disebabkan infeksi bakteri pyogen)

    Bakteri bisa mengivasi dari:

    1. Cholangitis akut

    2. Pyelephlebitis infektif supuratif thrombosis dari vena porta 3. Trauma langsung

    4. Organ lain

    Etiologi: Polimikroba dan Mikroba tunggal dari infeksi sistemik (contoh: Candida

    sp.)

    Gejala: Nyeri abdominal, demam, pembesaran liver, tenderness, WBC>>, syok

    Tabel daftar bakteri penyebab Pyogenic Liver Abscess

    Biliary Tract Infection BTI (Infeksi Sistem Bilier) Ada 3 jenis Infeksi Sistem Bilier, yaitu:

    1. Acute Calculous Cholecystitis

    2. Acute Acalculous Cholecystitis

    3. Acute Cholangitis empedu Etiologi: Bakteri gram negative, berbentuk batang, bisa aerob dan anaerob

    Gejala: mual, muntah, nyeri abdominal, tenderness, leukosit turun

    Diagnosis: dengan USG

    Infeksi ini biasanya didahului dengan trauma dan infeksi pada GI

  • 8

    Berikut adalah tabel daftar bakteri yang dapat menyebabkan BTI

    [Arnesya Ayu Pramadyani]

  • 9

    DAFTAR GAMBAR (sudah disadur ke tulisan) Morfologi Cacing;Telur;Siklus hidup (nomor slide) Tt : 4; 7; 5 Fb : 8; -; 9 Sj : 14; 19 ;13 Ts : 22; 25; 23 Eg: 28; 31; 29 Eh : 33; 36; 34 C = menginfeksi di kolon S = menginfeksi di usus halus Ex = menginfeksi di luar pencernaan (juga)

    PARASITOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL

    Salam super kawan-kawan, disini kita akan mempelajari 6 parasit yang di mana-mana infeksinya, namun punya manifestasi di GI. Berikut adalah klasifikasi

    dari parasit yang akan kita pelajari :

    1. Helminths :

    a. Nematoda

    Trichuris trichiura (selanjutnya disingkat Tt) dalang dari penyakit Trichuriasis

    b. Trematoda

    Fasciolopsis buski (Fb)

    Schistosoma japonicum (Sj) dalang dari penyakit Schistosomiasis (snail fever, oriental schistosomiasis, katayama fever)

    c. Cestoda

    Taenia saginata (Ts) dalang dari Taeniasis saginata

    Echinococcus granulosus (Eg)

    2. Protozoa :

    Entamoeba hystolitica (Eh)

    MORFOLOGI EPIDEMIOLOGI SIKLUS HIDUP PATHOGENESIS DIAGNOSIS MANAGEMENT

    Tt

    : 5cm , ekor

    spiral

    : +- 4cm

    C

    Cacing intestinal yang paling

    sering

    Menular via tanah

    Kosmopolitan seluruh dunia

    Daerah tropis dan lembab

    Prevalensi di Indonesia 4,2%,

    di beberapa bagian sampai

    30-90%

    Infective form : mature egg

    Mature eggs ditelan lalu larvanya ke usus

    halus lalu adult wormnya ke kolon

    betina mengeluarkan telur yang akan

    dikeluarkan via tinja

    Habitat di kolon asending

    Lama dari penelanan telur sampai telur di

    tinja 60-70 hari

    Telur akan infeksius dalam 3-6 minggu di

    tanah

    Cacing memasukkan kepalanya pada mukosa

    intestinal dan menyebabkan iritasi dan

    inflamasi dari mukosa intestinal.

    Iritasi dapat menyebabkan perrrrrdarahan dan

    berujung pada anemia dan penurunan berat

    badan

    Tidak bergejala kalau

    pada infeksi ringan

    Anemia

    Penurunan berat

    badan

    Abdominal pain

    Sindrom seperti

    disentri

    Prolepsis rectal

    karena mengejan

    dengan lebay

    Ada telur di tinja

    Ada adult worms

    dengan kolonoskopi

    Albendazole 400 mg (single dose)

    Mebendazole 100 mg (bid, 3 days)

    Fb

    2-7,5cm x 0,8-2cm

    Bentuknya ya

    sperti trematoda

    S

    China, Taiwan, Thailand,

    India, Indonesia, Vietnam

    Adult worm parasit di man,

    pig, dog, rabbit

    Telur matang mirasidia masuk ke

    siput sporokista radia serkaria

    keluar ke air metaserkaria tertelan

    Definitive host (spesies tujuan infeksi):

    human

    Habitat: small intestine

    Reservoir host: babi

    Intermediate host (spesies yang menjadi

    perantara, dan dekat dengan vektor):

    Planorbis snails, Aquatic plant

    Vektor: air coklat kemerah-merahan, caltrops

    [?]

    Adult worm adalah pengisap yang akan membuat inflamasi, ulkus, abses,

    dan perrrrdarahan pada duodenum jejunum bisa berujung pada anemia

    Manifestasinya adalah sakit perut, mual, diare, dan epigastric pain

    Apabila populasi adult worm sudah banyak sekali, bisa obstruksi lumen Selain tukang hisap, dia juga mengeluarkan secret. Metabolit ini bisa

    menimbulkan reaksi alergi. Salah satu manifestasinya edema wajah,

    tungkai bawah dan dinding abdomen

    Diagnosis bisa ditegakkan apabila ada telur di tinja

    Praziquantel: 60 mg/kgbw/ day in divided doses

  • 10

    MORFOLOGI EPIDEMIOLOGI SIKLUS HIDUP PATHOGENESIS DIAGNOSIS MANAGEMENT

    Sj

    1,5-1,9cm

    Suami istri yang

    ditemukan sering

    berpelukan, jarang

    terpisah

    C-Ex

    Indonesia timur yang remote

    Dua endemic area di Sulawesi

    Tengah, yaitu danau lindu dan

    bukit napu

    Reservoir host: Rattus, boar,

    cow, dog and deer

    Oncomelania hupensis

    lindoensis (water snail) adalah

    intermediate host

    habitatnya di sawah dan

    hutan

    Pertama Sj dengan teman temannya

    satu geng seperti Schistosoma

    haematobium dan S. mansoni menjadi

    mirasidia (untuk informasi, Sj

    ditemukan di feses, dan sedikit di urin)

    lalu masuk ke jaringan tubuh keong

    menjadi sporokista menjadi serkaria

    keluar ke air dan berenang bebas.

    Setelah itu masuk ke kulit.

    Seperti sperma yang harus

    meninggalkan ekor indahnya ketika

    masuk ke sel telur, serkaria terpaksa

    menjadi schistosomulae yang tak punya

    ekor.

    Dia masuk ke sirkulasi dan bermigrasi

    ke darah portal di liver dan jadi

    dewasa.

    Kawin di liver dan pasutri parasit ini

    bermigrasi ke vena mesenterika

    Telurnya ikut sirkulasi ke liver, lung,

    bahkan brain atau ikut terbuang via

    tinja

    Cara infeksi adalah dengan penetrasi kulit via

    serkaria (itu fase infektifnya)

    Faktor resikonya: pajanan infected water

    Habitat : Superior Mesenteric Vein

    Eggs: stool, intestinal wall, liver (lung, brain)

    Telur terutama tinggal di hati

    Inflamasi dan granuloma di sekitar telur

    Patogenesis lanjutan: Miracidium dengan egg SEA sensitisasi T

    Cell

    T cell ada dua Th1 + Th2

    Th1 mengeluarkan kemokin IL-2, INF-,

    TNF yang akan mengaktifkan macrophage

    yang akan menginduksi

    cell-mediated immunity

    Th2 mengeluarkan IL-4, IL-5 stimulate IgE

    production/ eosinophilia inflammation and

    granuloma fibrosis portal hypertension

    intestinal polyp

    Stage I: gatal, urtikaria besar,

    manifestasi intoxikasi seperti

    demam, hepatomegali,

    eosinofilia

    Stage II: dysentri syndrome

    Stage III: chirrosis,

    splenomegali, portal

    hypertention, Emasiasi/

    malaise (neurodisorder, lung

    disorder)

    Mikroskopik : ditemukan telur

    di tinja, histopathology

    Serology examination :

    antibody and antigen detection

    (Circumoval precipitin test,

    Indirect hemaglutinin test,

    complement fixation test,

    fluorescent antibody test and

    ELISA)

    Prazikuantel 60 mg/kg, divided in 3 doses

    Ts Scolex (kepala) 1-

    2mm

    Panjang keseluruhan

    bisa 4-12m

    ada leher, strobila,

    dan proglotid

    S

    Kosmopolit, di Indonesia,

    terutama Bali dan Jakarta

    Definitive host: man

    Cacing dewasa hidup di usus halus

    Intermediate host: sapi, kerbau

    larva (kista) di daging sapi/kerbau

    mode of infection : eating

    raw / undercooked beef

    -

    Gastro intestinal : indigestion,

    mual, diare, konstipasi,

    ketidaknyamanan di perut

    Systemic symptoms: lelah,

    anorexia, pusing, turun berat

    badan

    Rare symptoms : obstruksi

    usus apabila cacing sudah

    besar sekali

    Proglotid ditemukan keluar

    sebagian di anus (ketika BAB)

    Telur di tinja

    Praziquantel 10mg/kg, single dose

    Albendazole

  • 11

    MORFOLOGI EPIDEMIOLOGI SIKLUS HIDUP PATHOGENESIS DIAGNOSIS MANAGEMENT

    Eg

    Tape worm, 3-6mm, ada

    segmen imatur, segmen

    matur, dan segmen gravid

    Ex

    New zealand, australia,

    argentina, chili, china

    Definitive host:

    Anjing dan karnivora

    lainnya (cacing

    dewasa di usus

    halus)

    Intermediate host

    Kambing, domba,

    babi, unta, manusia

    Di infeksi primer, kistanya kecil dan tidak

    progresif.

    Kista hidatid, kista yang isi cairan (ada hasil

    MRI menakutkan di slide 31) lama lama

    membesar dan memicu reaksi granulomatosa

    yang diikuti jaringan fibrosa dan

    pembentukan lapisan jaringan ikat

    Kista memroduksi protoscoleces.

    Kebanyakan kista unilokular, beberapa lebih

    kecil dibilangnya kista anak

    Kista itu bisa jalan-jalan maka itu infeksi Eg

    disebut infeksi parasit yang metastatik

    Kistanya ada di: Liver, brain, kidney, lung, spleen

    Kista hepatic bisa buat nyeri abdominal, tepatnya

    di upper abdominal region, hepatomegali,

    kolestasis, sirosis bilier, portal hypertension,

    ascites

    Cairan kista reaksi alergi

    Kista pecah anaphylactic shock, cairan di duktus

    biliaris dapat menyebabkan nyeri kolik and sakit

    kuning

    Serodiagnosis cairan kistanya memiliki antigen

    spesifik

    Imaging techniques: ultrasonography, X-ray

    examination.

    Ditemukan Scolex dari cairan kista

    Ada juga tes intradermal Casoni

    Surgical if possible Albendazole

    Eh

    Ada trofozoit dan kista.

    Gambar di slide 33

    C-Ex

    Kosmopolit seluruh

    dunia, terutama tropic

    dan subtropik

    Kista matang

    tertelan

    Di kolon asending :

    menimbulkan

    penyakit GI

    Di hati, paru, otak:

    penyakit extraGI

    Di kolon transversal:

    non-invasif

    Pengikatan trofozoit ke sel target

    Pengikatannya itu melalui interaksi Gal Nac-

    Lectin, sistein proteinase dan pori amuba

    dengan sel target

    Lalu sel targetnya lisis

    Erythrophagocytosis khas untuk infeksi

    E. histolytica

    Terkadang Asimptomatik

    Dapat menyebabkan amebiasis di intestinal,

    cutaneous, dan extra intestinal.

    Dapat juga menyebabkan colitis, megacolon,

    peritonitis

    Dapat disertai:

    Liver/ Splenic abscess

    Brain abscess

    Empyema

    Pericarditis (radang pleura)

    Microscopic :

    Ditemukan Trophozoit pada tinja cair dan infeksi

    akut

    Ditemukan Kista, tapi kalau kista ini, pada tinja

    yang padat dan infeksi kronik

    Stool antigen detection (specific for E. histolytica)

    Deteksi PCR untuk memastikan spesies

    Deteksi antibody apabila terjadi amebiasis

    extraintestinal

    Histopathology

    Luminal agent (paromomycin, diloxanite furoat)

    Metronidazole diikut luminal agent tadi

    [Nanda Lucky Prasetya]

    T08 MikrobiologiT07 Parasitologi