TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan...

79
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam upaya untuk lebih memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak serta agar lebih dapat diciptakan kepastian hukum, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Pertama Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: …

Transcript of TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan...

Page 1: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2000

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983

TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam upaya untuk lebih memberikan keadilan danmeningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak serta agarlebih dapat diciptakan kepastian hukum, perlu dilakukanperubahan terhadap Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakansebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9Tahun 1994;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 sebagaimana telah diubah denganPerubahan Pertama Tahun 1999;

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: …

Page 2: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATASUNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANGKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Nomor 3566) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyisebagai berikut :

"Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurutketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukanuntuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutpajak atau pemotong pajak tertentu.

2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakankesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidakmelakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroankomanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atauDaerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yangsejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapunyang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkanbarang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usahaperdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luarDaerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasadari luar Daerah Pabean.

Page 3: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

4. Pengusaha …

4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksudpada angka 3 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajakberdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannyaditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecualiPengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadiPengusaha Kena Pajak.

5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepadaWajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yangdipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WajibPajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1(satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulantakwim.

7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecualibila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak samadengan tahun takwim ;

8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu)Tahun Pajak;

9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatusaat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalamm BagianTahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

10. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajakdigunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaranpajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dankewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan ;

11. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuksuatu Masa Pajak.

12. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuksuatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

Page 4: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

13. Surat …

13. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakanuntuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yangterutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau bank badanusaha milik Negara atau bank badan usaha milik Daerah atautempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

14. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atauSurat Ketetapan Pajak Nihil.

15. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajakyang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kreditpajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnyasanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah suratketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajakyang telah ditetapkan.

17. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajakyang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karenajumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atautidak seharusnya terutang.

18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlahkredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

19. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajakdan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

20. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak danbiaya penagihan pajak.

21. Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah PajakMasukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi denganpengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangidengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan daripajak yang terutang.

Page 5: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

22. Kredit …

22. Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayarsendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yangterutang dalam Surat Tagihan pajak karena Pajak Penghasilandalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah denganpajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri,dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

23. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orangpribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untukmemperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungankerja.

24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnyauntuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danuntuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan.

25. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yangbertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yangmenjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurutketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

26. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukansecara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuanganyang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neracadan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.

27. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untukmenilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan danlampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaranpenulisan dan penghitungannya.

28. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaiantindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

Page 6: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukantersangkanya.

29. Surat …

29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yangmembetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan ataukekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam suratketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan,Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan SanksiAdministrasi, Surat Keputusan Pengurangan atau PembatalanKetetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat KeputusanPengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan ataskeberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadappemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukanoleh Wajib Pajak.

31. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atasbanding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan olehWajib Pajak.

32. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajakadalah surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalianpendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu."

2. Judul Bab II diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

"BAB IINOMOR POKOK WAJIB PAJAK,

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK,SURAT PEMBERITAHUAN, DAN TATA CARA

PEMBAYARAN PAJAK"

3. Ketentuan Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah,sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 2

Page 7: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor DirektoratJenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atautempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NomorPokok Wajib Pajak.

(2) Setiap …

(2) Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan pajakberdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor DirektoratJenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atautempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usahadilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan:a. tempat pendaftaran dan atau tempat pelaporan usaha selain

yang ditetapkan dalam ayat (1) dan ayat (2);b. tempat pendaftaran pada kantor Direktorat Jenderal Pajak

yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usahadilakukan, di samping tempat mendaftarkan dirisebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bagi Wajib Pajakorang pribadi pengusaha tertentu.

(4) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajakdan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan,apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidakmelaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan atau ayat (2).

(5) Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata carapendaftaran dan pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) termasuk penghapusan NomorPokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Pengukuhan PengusahaKena Pajak diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak."

4. Ketentuan Pasal 3 diubah, dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan1 (satu) ayat yaitu ayat (1a), serta di antara ayat (5) dan ayat (6)disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (5a), sehingga keseluruhan Pasal 3berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 3

Page 8: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasaIndonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuanmata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya kekantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar ataudikukuhkan.

(1a) Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuanganuntuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakanbahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikanSurat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uangselain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur denganKeputusan Menteri Keuangan.

(2) Wajib …(2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (1a) harus

mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yangditentukan oleh Direktorat Jenderat Pajak.

(3) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua

puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah akhir Tahun Pajak.

(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapatmemperpanjang jangka waktu penyampaian Surat PemberitahuanTahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b untukpaling lama 6 (enam) bulan.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diajukansecara tertulis disertai Surat Pernyataan mengenai penghitungansementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan buktipelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

(5a) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai bataswaktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) atau batas waktuperpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunansebagaimana dimaksud dalam ayat (4), diterbitkan Surat Teguran.

(6) Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta keterangan dan ataudokumen yang harus dilampirkan ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan.

(7) Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila tidakditandatangani sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau tidaksepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen sebagaimanadimaksud dalam ayat (6).

Page 9: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

(8) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu yang ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan."

5. Ketentuan Pasal 4 ayat (4) diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat(5) sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 4

(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SuratPemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, danmenandatanganinya.

(2) Dalam …

(2) Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harusditandatangani oleh pengurus atau direksi.

(3) Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani olehorang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasakhusus.

(4) Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan olehWajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapidengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugiserta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untukmenghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diaturdengan Keputusan Menteri Keuangan."

6. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga keseluruhanPasal 6 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 6

(1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajakke kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggalpenerimaan oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu, sedangkanuntuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus diberikan juga buktipenerimaan.

(2) Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melaluiKantor Pos secara tercatat atau dengan cara lain yang diaturdengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Page 10: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

(3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman untuk penyampaian SuratPemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sepanjangSurat Pemberitahuan tersebut telah lengkap dianggap sebagaitanda bukti dan tanggal penerimaan."

7. Ketentuan Pasal 7 diubah dan dijadikan ayat (1), dan ditambah 1 (satu)ayat yaitu ayat (2), sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagaiberikut:

"Pasal 7

(1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangkawaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau bataswaktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan sanksi

administrasi …administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (lema puluh riburupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesarRp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat PemberitahuanTahunan.

(2) Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) tidak dilakukan terhadap Wajib Pajaktertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan."

8. Ketentuan Pasal 8 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah, danditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat (6), sehingga keseluruhan Pasal 8berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 8

(1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SuratPemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikanpernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudahberakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakanpemeriksaan.

(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuanyang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, makakepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar2% (dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhirsampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SuratPemberitahuan itu.

Page 11: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

(3) Sekalipun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sepanjangbelum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanyaketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatanWajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabilaWajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkanketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasankekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutangbeserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kalijumlah pajak yang kurang dibayar.

(4) Sekalipun …

(4) Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah berakhir, dengansyarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapanpajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapatmengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaranpengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan, yangmengakibatkan:a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar;

ataub. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil;

atauc. jumlah harta menjadi lebih besar; ataud. jumlah modal menjadi lebih besar.

(5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat daripengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuansebagaimana dimaksud dalam ayat (4) beserta sanksi administrasiberupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yangkurang dibayar, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelumlaporan tersendiri dimaksud disampaikan.

(6) Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah berakhir, dengansyarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakanpemeriksaan, Wajib Pajak dapat membetulkan SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang telahdisampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima KeputusanKeberatan atau Putusan Banding mengenai surat ketetapan pajak

Page 12: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

tahun pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yangberbeda dari ketetapan pajak yang diajukan keberatan atauKeputusan Keberatan yang diajukan banding, dalam jangka waktu3 (tiga) bulan setelah menerima Keputusan Keberatan atauPutusan Banding tersebut."

9. Ketentuan Pasal 9 diubah, dan di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan1 (satu) ayat yaitu ayat (2a), sehingga keseluruhan Pasal 9 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 9

(1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayarandan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau MasaPajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 (limabelas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajakberakhir.

(2) Kekurangan …

(2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SuratPemberitahuan Tahunan harus dibayar lunas paling lambattanggal dua puluh lima bulan ketiga setelah Tahun Pajak atauBagian Tahun Pajak berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan itudisampaikan.

(2a) Apabila pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), atau ayat (2) dilakukan setelah tanggaljatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenakan sanksiadministrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yangdihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggalpembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harusdilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggalditerbitkan.

(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapatmemberikan persetujuan untuk mengangsur atau menundapembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaransebagaimana dimaksud dalam ayat (2) paling lama 12 (dua belas)bulan, yang pelaksanaannya ditetapkan dengan KeputusanDirektur Jenderal Pajak."

Page 13: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

10. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 10 berbunyisebagai berikut:

“Pasal 10

(1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dikas negara melalui Kantor Pos dan atau bank badan usaha milikNegara atau bank badan usaha milik Daerah atau tempatpembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya sertatata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diaturdengan Keputusan Menteri Keuangan."

11. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 11 …

"Pasal 11

(1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 17B, atau Pasal 17cdikembalikan, namun apabila ternyata Wajib Pajak mempunyaiutang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebihdahulu utang pajak tersebut.

(2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu) bulansejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihanpembayaran pajak sehubungan diterbitkannýa Surat KetetapanPajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, atausejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayarsebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, atau sejakditerbitkannya Surat Keputusan Pengembalian PendahuluanKelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C.

(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukansetelah jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikanbunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas kelambatanpembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saatberlakunya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)sampai dengan saat dilakukan pembayaran kelebihan.

Page 14: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

(4) Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaranpajak diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan."

12. Ketentuan Pasal 12 diubah dan dijadikan ayat (1), dan ditambah 2 (dua)ayat yaitu ayat (2) dan ayat (3), sehingga keseluruhan Pasal 12 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 12

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutangberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya suratketetapan pajak.

(2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yangdisampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutangmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlahpajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka Direktur JenderalPajak menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya.”

13. Ketentuan …13. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 14 berbunyi

sebagai berikut:

"Pasal 14

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajakapabila:a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar;b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat

kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis danatau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa dendadan atau bunga;

d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkanUndang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanyauntuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha KenaPajak tetapi membuat Faktur Pajak;

f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha KenaPajak tidak membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi

Page 15: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya FakturPajak.

(2) Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapanpajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam Surat TagihanPajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf bditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%(dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat)bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau Bagian TahunPajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SuratTagihan Pajak.

(4) Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f,masing-masing dikenakan sanksi administrasi berupa dendasebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak."

14. Ketentuan Pasal 15 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 15 …

"Pasal 15

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan PajakKurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahunsesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, BagianTahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan data baru danatau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkanpenambahan jumlah pajak yang terutang.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat KetetapanPajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah dengan sanksiadministrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) darijumlah kekurangan pajak tersebut.

(3) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakanapabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ituditerbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak ataskehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belummulai melakukan tindakan pemeriksaan.

Page 16: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

(4) Apabila jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasiberupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) darijumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal WajibPajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tersebut dipidanakarena melakukan tindak pidana di bidang perpajakanberdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatanhukum tetap."

15. Ketentuan Pasal 16 diubah dan dijadikan ayat (1), dan ditambah 2 (dua)ayat yaitu ayat (2) dan ayat (3) sehingga keseluruhan Pasal 16 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 16

(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonanWajib Pajak dapat membetulkan surat ketetapan pajak, SuratTagihan Pajak, Surat Keputusan Pengurangan atau PenghapusanAdministrasi, Surat Keputusan Pengurangan atau PembatalanKetetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat KeputusanPengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yang dalampenerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan ataukekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

(2) Direktur …

(2) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulansejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusanatas permohonan pembetulan yang diajukan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) telahlewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,maka permohonan pembetulan yang diajukan tersebut dianggapditerima."

16. Ketentuan Pasal 17B diubah, sehingga keseluruhan Pasal 17B berbunyisebagai berikut:

"Pasal 17B

(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas

Page 17: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selainpermohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WajibPajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal17C harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12(dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untukkegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan DirekturJenderal Pajak.

(2) Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalamayat (1) Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggapdikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harusditerbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelahjangka waktu tersebut berakhir.

(3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkandalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), makakepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktusebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan saatditerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar."

17. Di antara Pasal 17B dan Pasal 18 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal17C, yang berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 17C …

"Pasal 17C

(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian ataspermohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WajibPajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat KeputusanPengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lambat 3 (tiga)bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak Penghasilan danpaling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima untukPajak Pertambahan Nilai.

(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan.

(3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalamayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Page 18: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadapWajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), danmenerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukanpengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam ayat (4), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajakditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaranpajak."

18. Ayat (2) Pasal 18 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 18 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 18

(1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,merupakan dasar penagihan pajak.

(2) dihapus."

19. Ketentuan Pasal 19 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 19 berbunyisebagai berikut :

"Pasal 19 …

"Pasal 19

(1) Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan PajakKurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan, dan tambahan jumlah pajak yang harus dibayarberdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat KeputusanKeberatan, atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempopembayaran tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajakyang tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk seluruhmasa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengantanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat TagihanPajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Page 19: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

(2) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menundapembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

(3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaianSurat Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajakyang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5)kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka ataskekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnyakewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b sampai dengan tanggaldibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian daribulan dihitung penuh 1 (satu) bulan."

20. Ketentuan Pasal 20 diubah dan dijadikan ayat (2), dan ditambah 2 (dua)ayat yaitu ayat (1) dan ayat (3), sehingga keseluruhan Pasal 20 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 20

(1) Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan PajakKurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, SuratKeputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkanjumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak dibayaroleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), penagihan seketika dan sekaligus dilakukan dalam hal:a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk

selama-lamanya atau berniat untuk itu;b. Penanggung …

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimilikiatau yang dikuasai dalam rangka menghentikan ataumengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yangdilakukannya di Indonesia;

c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akanmembubarkan badan usahanya, atau menggabungkanusahanya, atau memekarkan usahanya, ataumemindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yangdikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

d. badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; ataue. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak

ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Page 20: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

(3) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku."

21. Ketentuan Pasal 21 ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah,sehingga keseluruhan Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 21

(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atasbarang-barang milik Penanggung Pajak.

(2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud dalamayat (1), meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga,denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.

(3) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hakmendahulu lainnya, kecuali terhadap :a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu

penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak danatau barang tidak bergerak;

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barangdimaksud;

c. biaya perkara, yang semata-mata disebabkan pelelangan danpenyelesaian suatu warisan.

(4) Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu 2 (dua) tahunsejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat KetetapanPajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat KeputusanKeberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajakyang harus dibayar bertambah, kecuali apabila dalam jangkawaktu 2 (dua) tahun tersebut, Surat Paksa untuk membayar itudiberitahukan secara resmi, atau diberikan penundaanpembayaran.

(5) Dalam …

(5) Dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secararesmi, jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud padaayat (4), dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa, ataudalam hal diberikan penundaan pembayaran jangka waktu 2 (dua)tahun tersebut ditambah dengan jangka waktu penundaanpembayaran."

Page 21: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

22. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 22 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda,kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah lampauwaktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajakatau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau TahunPajak yang bersangkutan.

(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)tertangguh apabila :a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa;b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik

langsung maupun tidak langsung;c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15 ayat (4)."

23. Ketentuan Pasal 23 ayat (2) diubah, dan ayat (1) dan ayat (3) dihapus,sehingga keseluruhan Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 23

(1) dihapus.

(2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan

perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1)dan Pasal 26;

c. Keputusan …

c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak;

d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yangberkaitan dengan Surat Tagihan Pajak;

hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.

(3) dihapus."

Page 22: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

24. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 24 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 24

Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnyapenghapusan diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan."

25. Ketentuan Pasal 25 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah, sehinggakeseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 25

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada DirekturJenderal Pajak atas suatu:a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia denganmengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajakyang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurutpenghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yangjelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejaktanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila Wajib Pajak dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhikarena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak dianggapsebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(5) Tanda …(5) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pejabat

Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tandapengiriman surat keberatan melalui pos tercatat menjadi tandabukti penerimaan surat keberatan.

(6) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan

Page 23: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangansecara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak,penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak.

(7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajakdan pelaksanaan penagihan pajak."

26. Ketentuan Pasal 27 ayat (2), ayat (3), dan ayat (6) diubah, dan ayat (4)dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 27 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanyakepada badan peradilan pajak terhadap keputusan mengenaikeberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(2) Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tatausaha negara.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukansecara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelasdalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampirisalinan dari surat keputusan tersebut.

(4) dihapus.

(5) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajibanmembayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

(6) Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) danPasal 23 ayat (2) diatur dengan undang-undang."

27. Ketentuan Pasal 27A diubah dan dijadikan ayat (1), dan ditambah 2(dua) ayat yaitu ayat (2) dan ayat (3), sehingga keseluruhan Pasal 27Aberbunyi sebagai berikut:

"Pasal 27A …

"Pasal 27A

(1) Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterimasebagian atau seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana

Page 24: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan atauSurat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan telah dibayar yangmenyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihanpembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bungasebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluhempat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran yangmenyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai denganditerbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jugadiberikan atas pembayaran lebih sanksi administrasi berupa dendasebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dan atau bungasebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) berdasarkanKeputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi,sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau PutusanBanding yang menerima sebagian atau seluruh permohonan WajibPajak.

(3) Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan bayar danpemberian imbalan bunga diatur dengan Keputusan MenteriKeuangan."

28. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 28 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 28

(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajibmenyelenggarakan pembukuan.

(2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tetapi wajib melakukanpencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkanmenghitung penghasilan neto dengan menggunakan NormaPenghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadiyang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

(3) Pembukuan …

(3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakandengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaanatau kegiatan usaha yang sebenarnya.

Page 25: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

(4) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesiadengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uangRupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasaasing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

(5) Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan denganstelsel akrual atau stelsel kas.

(6) Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku,harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenaiharta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualandan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yangterutang.

(8) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uangselain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelahmendapat izin Menteri Keuangan.

(9) Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari datayang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran ataupenerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untukmenghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilanyang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yangbersifat final.

(10) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan danmelakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yangtidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan.

(11) Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadidasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajibdisimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu ditempatkegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi,atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan.

(12) Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud dalamayat (2) diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak."

29. Ketentuan …

29. Ketentuan Pasal 29 ayat (2) dan ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan

Page 26: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Pasal 29 berrbunyi sebagai berikut:

"Pasal 29

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuktujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

(2) Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus memilikitanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat PerintahPemeriksaan dan harus memperlihatkannya kepada Wajib Pajakyang diperiksa.

(3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yangberhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatanusaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yangterutang pajak;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atauruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan gunakelancaran pemeriksaan;

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, ataudokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat olehsuatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untukmerahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluanpemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)."

30. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 31 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 31

Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan."

31. Ketentuan Pasal 32 ayat (2) dan ayat (4) diubah, dan di antara ayat (3)dan ayat (4) disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (3a), sehinggakeseluruhan Pasal 32 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 32 …

Page 27: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

"Pasal 32

(1) Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurutketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, WajibPajak diwakili, dalam hal:a. badan oleh pengurus;b. badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau badan

yang dibebani untuk melakukan pemberesan;c. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli

warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus hartapeninggalannya ;

d. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalampengampuan oleh wali atau pengampunya.

(2) Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawabsecara pribadi dan atau secara renteng atas pembayaran pajakyang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan danmeyakinkan Direktur Jenderal Pajak, bahwa mereka dalamkedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebanitanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.

(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengansurat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhikewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

(3a) Kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus memenuhipersyaratan yang ditetapkan dengan Keputusan MenteriKeuangan.

(4) Termasuk dalam pengertian pengurus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf a adalah orang yang nyata-nyata mempunyaiwewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambilkeputusan dalam menjalankan perusahaan."

32. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 33 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 33

Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak sebagaimanadimaksud dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya bertanggungjawab secara renteng atas pembayaran pajak,sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar."

Page 28: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

33. Ketentuan …

33. Ketentuan Pasal 34 diubah, dan di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan1 (satu) ayat yaitu ayat (2a), sehingga keseluruhan Pasal 34 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 34

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segalasesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh WajibPajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untukmenjalankan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jugaterhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajakuntuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

(2a) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) adalah:a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau

saksi ahli dalam sidang pengadilan.b. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada

pihak lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(3) Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang memberiizin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan tenaga-tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)supaya memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulisdari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuknya.

(4) Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkarapidana atau perdata atas permintaan Hakim sesuai dengan HukumAcara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Menteri Keuangan dapatmemberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksuddalam ayat (2), bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang adapadanya.

(5) Pemintaan Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harusmenyebutkan nama tersangka atau nama tergugat,keterangan-keterangan yang diminta serta kaitan antara perkarapidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yangdiminta tersebut."

Page 29: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

34. Ketentuan …

34. Ketentuan Pasal 36 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 36berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 36

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat:a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi

berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang menurutketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafanWajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yangtidak benar.

(2) Tata cara pengurangan, penghapusan, atau pembatalan utangpajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur denganKeputusan Menteri Keuangan."

35. Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal36A, yang berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 36A

Apabila petugas pajak dalam menghitung atau menetapkan pajak tidaksesuai dengan Undang-undang perpajakan yang berlaku sehinggamerugikan negara, maka petugas pajak yang bersangkutan dapatdikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku."

36. Ketentuan Pasal 37 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 37 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 37

Perubahan besarnya imbalan bunga dan sanksi administrasi berupabunga, denda, dan kenaikan, diatur dengan Peraturan Pemerintah."

37. Ketentuan Pasal 38 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 38 berbunyisebagai berikut:

Page 30: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

"Pasal 38

Setiap orang yang karena kealpaannya:a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. menyampaikan …b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar

atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinyatidak benar,

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan ataudenda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak ataukurang dibayar."

38. Ketentuan Pasal 39 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 39 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 39

(1) Setiap orang yang dengan sengaja:a. tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atauPengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2; atau

b. tidak mnenyampaikan Surat Pemberitahuan; atauc. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan

yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; ataud. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29; ataue. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen

lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atauf. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak

memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan,atau dokumen lainnya; atau

g. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatannegara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlahpajak tetutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilipatkan 2 (dua)apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidangperpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejakselesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Page 31: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

(3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindakpidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NomorPokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, ataumenyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yangisinya tidak benar atau tidak lengkap sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c dalam rangka mengajukan permohonan restitusi

atau melakukan …atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling tinggi 4(empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau kompensasiyang dilakukan oleh Wajib Pajak."

39. Ketentuan Pasal 41 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 41 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 41

(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajibanmerahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dandenda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atauseseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yangkerahasiaannya dilanggar."

40. Ketentuan Pasal 41A diubah, sehingga keseluruhan Pasal 41A berbunyisebagai berikut:

"Pasal 41A

Setiap orang yang menurut Pasal 35 Undang-undang ini wajib memberiketerangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberiketerangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidakbenar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dandenda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

Page 32: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

41. Ketentuan Pasal 41B diubah, sehingga keseluruhan Pasal 41B berbunyisebagai berikut:

"Pasal 41B

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulitpenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)."

42. Ketentuan …

42. Ketentuan Pasal 44 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 44 berbunyisebagai berikut:

"Pasal 44

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DirektoratJenderal Pajak diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untukmelakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum AcaraPidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebutmenjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenaiorang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yangdilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidangperpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadiatau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidangperpajakan;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dandokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, sertamelakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaantugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaansedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau

Page 33: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di

bidang perpajakan;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan ;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menuruthukum yang bertanggunjawab.

(3) Penyidik …

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyakepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Pokisi NegaraRepublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku."

43. Di antara Pasal 47 dan BAB XI disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 47A,yang berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 47A

Terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan yang belumdiselesaikan, diberlakukan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994."

Pasal II

Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Perubahan KeduaUndang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan".

Pasal III

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 2 Agustus 2000

Page 34: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakartapada tanggal 2 Agustus 2000SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DJOHAN EFFENDILEMBARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 126

Page 35: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK lNDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2000

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983

TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UMUM

1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentangketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari1984 adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negaradan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraandan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negaradan pembangunan nasional.Undang-undang ini memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakanyang pada prinsipnya berlaku bagi undang-undang pajak materiil,kecuali dalam undang-undang pajak yang bersangkutan telah mengatursendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya.

2. Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994, disadari masih terdapathal-hal yang belum tertampung sehingga perlunya penyempurnaansejalan dengan perkembangan sosial ekonomi dan kebijaksanaanPemerintah. Selain itu harapan masyarakat terhadap adanya aparaturperpajakan yang makin mampu dan bersih, tetap diperhatikan dalamberbagai ketentuan yang bersifat pengawasan dalam Undang-undang ini.

3. Falsafah dan landasan yang menjadi latar belakang dan dasarUndang-undang ini tercermin dalam ketentuan-ketentuan yangmengatur sistem dan mekanisme pemungutan pajak. Sistem danmekanisme tersebut menjadi ciri dan corak tersendiri dalam sistemperpajakan Indonesia karena kedudukan Undang-undang ini yang akanmenjadi "ketentuan umum" bagi perundang-undangan perpajakan yanglain.

Page 36: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Ciri …

Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah :a. bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian

dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung danbersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yangdiperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;

b. tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajaksebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada padaanggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal iniaparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajibanmelakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadappemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yangdigariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan;

c. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapatmelaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistemmenghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkansendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melaluisistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakandengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahamioleh anggota masyarakat Wajib Pajak.

Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuanpenetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada WajibPajak sendiri dan melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutangdan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturanperundang-undangan perpajakan. Dengan sistem ini diharapkan pulapelaksanaan administrasi yang terlalu membebani Wajib Pajak danbirokratis akan dapat dihindari. Sejalan dengan harapan dalam upayapeningkatan pelayanan masyarakat tersebut wewenang DirekturJenderal Pajak yang bersifat teknis administratif dapat dilimpahkankepada aparat bawahannya.

Dalam Undang-undang ini digariskan bahwa administrasi perpajakanberperan aktif dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan,pengawasan, dan penerapan sanksi sesuai peraturanperundang-undangan perpajakan. Pembinaan masyarakat Wajib Pajakdapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain pemberianpenyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media massa maupunpenerangan langsung kepada masyarakat.

4. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dankesederhanaan, maka arah dan tujuan penyempurnaan Undang-undangperpajakan ini mengacu pada kebijaksanaan pokok sebagai berikut :a. menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan

pembiayaan pembangunan yang sumber utamanya berasal daripenerimaan pajak;

Page 37: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

b. menunjang …

b. menunjang usaha pembangunan secara merata, mendoronginvestasi secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia,terutama untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil yangselama ini dirasakan terbelakang atau terlambatperkembangannya, baik dalam rangka pemerataan pembangunandan pendayagunaan sumber daya alam maupun dalam rangkapeningkatan penerimaan pajak dalam jangka panjang;

c. menunjang usaha peningkatan ekspor, terutama ekspor nonmigas, barang hasil olahan, dan jasa jasa dalam rangkameningkatkan perolehan devisa;

d. menunjang usaha pengembangan usaha kecil untukmengoptimalkan pengembangan potensinya, dan dalam rangkapengentasan sebagian masyarakat dari kemiskinan;

e. menunjang usaha pengembangan sumber daya manusia, ilmupengetahuan, dan teknologi;

f. menunjang usaha pelestarian ekosistem, sumber daya alam, danlingkungan hidup;

g. menunjang usaha meningkatkan keadilan dalam partisipasimasyarakat dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengankemampuannya; dan

h. menunjang usaha terciptanya aparat perpajakan yang makinmampu dan bersih, peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajaktermasuk penyederhanaan dan kemudahan prosedur dalampemenuhan kewajiban perpajakan, peningkatan pengawasan ataspelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut, sertapeningkatan penegakan pelaksanaan ketentuan hukum yangberlaku.

PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1Pasal 1

Cukup jelas

Angka 2Cukup jelas

Angka 3Pasal 2Ayat (1)

Page 38: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Semua Wajib Pajak. berdasarkan sistem "self assessment" wajibmendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatatsebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor PokokWajib Pajak.

Kewajiban …Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap

wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidupterpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulisberdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu sarana dalamadministrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diriatau identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajakhanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain daripada itu,Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertibandalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasiperpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan,Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yangdimilikinya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untukmendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi sesuaiperaturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (2)Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-undang Pajak PertambahanNilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya padakantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempattinggal Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Sedangkanbagi Pengusaha badan, kewajiban melaporkan usahanya tersebut adalahpada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputitempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan.

Dengan demikian Pengusaha orang pribadi atau badan yangmempunyai tempat kegiatan usaha di wilayah beberapa kantorDirektorat Jenderal Pajak wajib melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak baik di kantor DirektoratJenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atautempat kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat JenderalPajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain dipergunakanuntuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya,juga berguna untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PajakPertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serta untukpengawasan administrasi perpajakan.

Terhadap Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagaiPengusaha Kena Pajak tetapi tidak melaporkan usahanya untuk

Page 39: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dikenakan sanksi sesuaiperaturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (3) …

Ayat (3)Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena Pajak tertentu,

Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan kantor Direktorat JenderalPajak selain yang ditentukan dalam ayat (1) dan ayat (2), sebagai tempatpendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atauNomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Selain itu bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yaituWajib Pajak orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar dibeberapa tempat, misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko dibeberapa pusat perbelanjaan, di samping wajib mendaftarkan diri padakantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempattinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada kantorDirektorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempatkegiatan usaha Wajib Pajak dilakukan.

Ayat (4)Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak

memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkanusahanya dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan ataupengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Hal ini dapatdilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki olehDirektorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi atau badan atauPengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh NomorPokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Ayat (5)Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok

Wajib Pajak dan kewajiban melaporkan usaha untuk memperolehpengukuhan Pengusaha Kena Pajak dibatasi jangka waktunya, karenahal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakanpajak terutang. Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak danatau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus diselesaikandalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanyapermohonan secara lengkap.

Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporantersebut, tata cara pemberian dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajakserta pengukuhan dan pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajakditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Angka 4

Page 40: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Pasal 3Ayat (1)

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilanadalah sebagai sarana untuk melaporkan danmempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnyaterutang dan untuk melaporkan tentang:

- pembayaran …

- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiridan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

- penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objekpajak;

- harta dan kewajiban;- pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan

atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1(satu) Masa Pajak, yang ditentukan peraturanperundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalahsebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan AtasBarang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkantentang:- pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satuMasa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturanperundangundangan perpajakan yang berlaku;

- bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuanadalah sebagai sarana untuk melaporkan danmempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dandisetorkannya.

Yang dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan adalahmengisi formulir Surat Pemberitahuan dengan benar, jelas, dan lengkapsesuai dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Pengisian Surat Pemberitahuan yang tidak benar yangmengakibatkan pajak yang terutang kurang dibayar, akan dikenakansanksi sesuai peraturan perundang-undangan Perpajakan.

Ayat (1a)Cukup jelas

Ayat (2)

Page 41: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak,formulir Surat Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain yangditentukan oleh Direktur Jenderal pajak dan yang diperkirakan mudahterjangkau oleh Wajib Pajak.

Ayat (3) …

Ayat (3)Ayat ini mengatur tentang batas waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan yang dianggap cukup memadai bagi Wajib Pajak untukmempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembayaranpajak maupun penyelesaian pembukuannya.

Ayat (4)Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi atau badan ternyata tidak

dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan atauneraca perusahaan beserta laporan rugi laba dalam jangka waktu yangtelah ditetapkan dalam ayat (3) huruf b karena luasnya kegiatan usahadan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan, sulit untukmemenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran daribatas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat mengajukanpermohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Perpanjangan jangka waktupenyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanyadapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan.

Ayat (5)Untuk mencegah usaha penghindaran diri dan atau perpanjangan

waktu pembayaran pajak yang terutang dalam satu Tahun Pajak yangharus dibayar sebelum batas waktu pemasukan Surat PemberitahuanTahunan, perlu ditetapkan persyaratan yang berakibat pengenaan sanksiadministrasi berupa bunga bagi Wajib Pajak yang ingin memperpanjangwaktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Persyaratan tersebut berupa keharusan memberikan pernyataantertulis tentang besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkanpenghitungan sementara dalam satu Tahun Pajak, sebagai lampiransurat permohonan penundaan kewajiban penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Ayat (5a)Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak yang sampai

dengan batas waktu yang telah ditentukan ternyata tidak menyampaikanSurat Pemberitahuan, maka terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan

Page 42: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

diberikan Surat Teguran.

Ayat (6)Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan sarana Wajib

Pajak antara lain untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah pajak pembayarannya, maka dalam rangkakeseragaman dan mempermudah pengisian sertapengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat Pemberitahuan ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan.

Surat …

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilaisekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan,jumlah Penghasilan Kena Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlahkredit pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak, serta harta dankewajiban di luar kegiatan usaha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajakorang pribadi.

Untuk Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harusdilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan labarugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untukmenghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilaisekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak, jumlahPajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, danjumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

Surat Pemberitahuan harus dilampiri dengan keterangan dandokumen yang dapat berupa antara lain surat kuasa, surat keterangantentang perkawinan dengan pisah harta dan penghasilan, dokumen yangberkenaan dengan impor atau ekspor dan Surat Setoran Pajak.

Ayat (7)Surat Pemberitahuan beserta lampirannya adalah satu kesatuan

yang merupakan unsur keabsahan Surat Pemberitahuan. Dengandemikian apabila Surat Pemberitahuan disampaikan tetapi tidak atautidak sepenuhnya memenuhi ketentuan yang diharuskan, maka SuratPemberitahuan tersebut dianggap tidak disampaikan.

Ayat (8)Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak Penghasilan diwajibkan

menyampaikan Surat Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efisiensiatau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan dapat menetapkan WajibPajak Pajak Penghasilan yang dikecualikan dari kewajibanmenyampaikan Surat Pemberitahuan, misalnya Wajib Pajak orangpribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan di bawahPenghasilan Tidak Kena Pajak namun karena kepentingan tertentu

Page 43: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 9 -

diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Angka 5Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4) …

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan

memuat hal-hal mengenai antara lain penelitian kelengkapan, pemberiantanda terima, pengelompokan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar, KurangBayar dan Nihil, prosedur perekaman dan tindak lanjut pengelolaannya,yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Angka 6Pasal 6Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak sejalan

dengan perkembangan teknologi informasi, maka perlu cara lain bagiWajib Pajak untuk memenuhi kewajiban menyampaikan SuratPemberitahuannya selain melalui Kantor Pos secara tercatat. Olehkarena itu, cara lain perlu diatur dengan Keputusan Direktur JenderalPajak.

Ayat (3)Tanda bukti dan tanggal pengiriman penyampaian Surat

Pemberitahuan melalui Kantor Pos merupakan bukti penerimaan,sepanjang Surat Pemberitahuan dimaksud telah lengkap yaitumemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),ayat (1a), dan ayat (6).

Angka 7Pasal 7

Page 44: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Ayat (1)Untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan untuk

menjaga disiplin Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak yang dalam batas waktuyang ditentukan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, makadikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (limapuluh ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesarRp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat PemberitahuanTahunan.

Ayat (2)Menteri Keuangan berwenang menetapkan Wajib Pajak tertentu

untuk tidak dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), misalnya Wajib Pajak Non Efektif dan WajibPajak orang pribadi yang penghasilan netonya di bawah jumlahPenghasilan Tidak Kena Pajak.

Angka 8 …

Angka 8Pasal 8Ayat (1)

Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat Pemberitahuan yangdibuat oleh Wajib Pajak, masih terbuka baginya hak untuk melakukanpembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 (dua) tahunsesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau TahunPajak, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukantindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan mulai melakukantindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat PemberitahuanPemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, atau wakil, ataukuasa, atau pegawai, atau diterima oleh anggota keluarga yang telahdewasa dari Wajib Pajak.

Penetapan batas waktu pembetulan tersebut, di satu pihakdipandang cukup waktu bagi Wajib Pajak untuk meneliti danmembetulkan Surat Pemberitahuannya apabila terdapat kesalahan, dilain pihak masih tersedia cukup waktu bagi Direktur Jenderal Pajakuntuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan terhadappembetulan yang dilakukan Wajib Pajak sebelum batas waktu daluwarsaterlampaui.

Ayat (2)Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan atas kemauan

sendiri membawa akibat penghitungan jumlah pajak yang terutang danjumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlahsemula.

Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pembetulantersebut dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (duapersen) perbulan.

Page 45: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut,dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SuratPemberitahuan sampai dengan tanggal pembayaran karena adanyapembetulan Surat Pemberitahuan tersebut.

Ayat (3)Wajib Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38 selama belum dilakukan penyidikan, sekalipun telahdilakukan pemeriksaan terhadapnya dan Wajib Pajak telahmengungkapkan kesalahannya dan sekaligus melunasi jumlah pajakyang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa dendasebesar 2 (dua) kali dari jumlah pajak yang kurang dibayar, makaterhadapnya tidak akan dilakukan penyidikan.

Namun bilamana telah dilakukan tindakan penyidikan danmulainya penyidikan tersebut diberitahukan kepada Penuntut Umum,maka kesempatan untuk membetulkan sendiri sudah tertutup bagiWajib Pajak yang bersangkutan.

Ayat (4) …

Ayat (4)Walaupun jangka waktu dua tahun sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) telah berakhir dan Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkansurat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun yangbelum membetulkan Surat Pemberitahuan masih diberikan kesempatanuntuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuanyang telah disampaikan, yang dapat berupa Surat PemberitahuanTahunan atau Surat Pemberitahuan Masa untuk tahun-tahun ataumasa-masa sebelumnya. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SuratPemberitahuan tersebut terbatas pada hal-hal sebagai berikut:a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar; ataub. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil; atauc. jumlah harta menjadi lebih besar; ataud. jumlah modal menjadi lebih besar.

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Terhadap Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang

mengakibatkan rugi fiskal berbeda dengan ketetapan pajak yangdiajukan keberatan atau Keputusan Keberatan yang diajukan banding,masih terbuka kesempatan bagi Wajib Pajak untuk melakukanpembetulan atas Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilantahun berikutnya walaupun telah melewati jangka waktu 2 (dua) tahunsesudah berakhirnya Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak dengansyarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaanterhadap Wajib Pajak sehubungan dengan Surat Pemberitahuan

Page 46: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 12 -

tersebut.Untuk jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:

a. PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan tahun 2002 pada tanggal 31 Maret 2003 yangmenyatakan rugi fiskal, tetapi tidak lebih bayar, sebesarRp100.000.000,00.

Terhadap Surat Pemberitahuan tersebut dilakukanpemeriksaan, dan pada tanggal 16 Januari 2006 diterbitkan suratketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesarRp50.000.000,00.

Atas surat ketetapan pajak tersebut Wajib Pajak mengajukankeberatan pada tanggal 16 Maret 2006. Pada tanggal 10 November2006 diterbitkan Keputusan Keberatan yang menetapkan rugifiskal PT A tahun 2002 menjadi Rp110.000.000,00.

PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan tahun 2003 pada tanggal 26 Maret 2004 yangmenyatakan:

Penghasilan …

Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00Kompensasi kerugian berdasarkanSurat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun 2002 Rp100.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp100.000.000,00

Tanggal 21 November 2006 Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun 2003 tersebut dilakukan pembetulanmenurut Pasal 8 ayat (6), sehingga menjadi:

Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00Rugi menurut Keputusan Keberatan Rp110.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 90.000.000,00

b. PT B menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan tahun 2002 pada tanggal 31 Maret 2003 yangmenyatakan rugi fiskal, tetapi tidak lebih bayar, sebesarRp150.000.000,00.

Atas Surat Pemberitahuan tersebut dilakukan pemeriksaan,dan pada tanggal 16 Januari 2006 diterbitkan surat ketetapanpajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp100.000.000,00.

Atas surat ketetapan pajak tersebut Wajib Pajak mengajukankeberatan pada tanggal 16 Maret 2006. Pada tanggal 10 November2006 diterbitkan Surat Keputusan Keberatan yang menolakkeberatan Wajib Pajak.

Page 47: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Terhadap Keputusan Keberatan tersebut Wajib Pajakmengajukan banding pada tanggal 22 Desember 2006. Padatanggal 18 Mei 2007 diterbitkan Putusan Banding yang menambahrugi Wajib Pajak menjadi Rp160.000.000,00.

PT B menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan tahun 2003 pada tanggal 26 Maret 2004 yangmenyatakan:

Penghasilan Neto sebesar Rp250.000.000,00Kompensasi kerugian menurutSurat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun 2002 Rp150.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp100.000.000,00

Tanggal 21 November 2007 Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun 2003 tersebut dilakukan pembetulanmenurut Pasal 8 ayat (6), sehingga menjadi:

Penghasilan …

Penghasilan Neto sebesar Rp250.000.000,00Rugi menurut Putusan Banding Rp160.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 90.000.000,00

Angka 9Pasal 9Ayat (1)

Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutanguntuk suatu saat atau Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangandengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah saatterutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Keterlambatan dalampembayaran dan penyetoran tersebut berakibat dikenakannya sanksiadministrasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Ayat (2)Apabila pada waktu pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan ternyata masih terdapat kekurangan pembayaranpajak yang terutang, maka kekurangan pembayaran pajak tersebutharus dibayar lunas paling lambat tanggal dua puluh lima bulan ketigasetelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir sebelum Surat

Page 48: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan itu disampaikan.Misalnya Surat Pemberitahuan Tahunan harus disampaikan pada

tanggal 31 Maret, kekurangan pembayaran pajak yang terutang atausetoran akhir harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 25 Maret,sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

Ayat (2a)Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas keterlambatan

pembayaran atau penyetoran pajak. Untuk jelasnya cara penghitunganbunga tersebut diberikan contoh sebagai berikut:- Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2002 sejumlah

Rp10.000.000,00 sebulan- Angsuran Masa Pajak Mei Tahun 2002 dibayar tanggal 18 Juni

2002 dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2002- Tanggal 15 Juli 2002 diterbitkan Surat Tagihan Pajak- Sanksi bunga dalam Surat Tagihan Pajak dihitung 1 (satu) bulan =

1 x 2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00

Ayat (3 )Cukup jelas

Ayat (4) …

Ayat (4)Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat

memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaranpajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran PajakPenghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo pembayarantelah ditentukan.

Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untuk palinglama 12 (dua belas) bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yangbenar-benar sedang mengalami kesulitan likuiditas.

Angka 10Pasal 10Ayat (1)

Direktorat Jenderal Pajak tidak diperbolehkan menerima setoranpajak dari Wajib Pajak. Semua penyetoran pajak-pajak-pajak negara,harus disetorkan ke kas negara melalui tempat-tempat pembayaran yangditetapkan oleh Menteri Keuangan, seperti Kantor Pos dan atau bankbadan usaha milik Negara atau bank badan usaha milik Daerah atautempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.Dengan usaha memperluas tempat pembayaran pajak yang mudah

Page 49: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 15 -

dijangkau oleh Wajib Pajak, dimaksudkan untuk mempermudah WajibPajak dalam memenuhi kewajibannya sekaligus menghindarkan adanyarasa keengganan dalam melaksanakan pembayaran pajak.

Ayat (2)Dengan adanya penentuan tata cara pembayaran pajak,

penyetoran pajak, dan pelaporannya yang diatur dengan KeputusanMenteri Keuangan demikian juga mengenai tata cara mengangsur danmenunda pembayaran pajak, diharapkan akan dapat mempermudahpelaksanaan pembayaran pajak dan administrasinya.

Angka 11Pasal 11Ayat (1)

Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yangsebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak menunjukkan jumlahselisih lebih (jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yangterutang) atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnyaterutang, Wajib Pajak berhak untuk meminta kembali kelebihanpembayaran pajak, dengan catatan Wajib Pajak tersebut tidakmempunyai utang pajak. Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyaiutang pajak yang meliputi semua jenis pajak baik di pusat maupuncabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut harusdiperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan bilamanamasih terdapat sisa lebih, baru dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak.

Ayat (2) …Ayat (2)

Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi Wajib Pajak danmenjamin ketertiban administrasi, batas waktu pengembalian olehDirektur Jenderal Pajak ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu)bulan:a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17, dihitung sejak tanggal diterimanya permohonantertulis tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17B, dihitung sejak tanggal penerbitan;

c. untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan KelebihanPajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C, dihitung sejaktanggal penerbitan;

Ayat (3 )Untuk terciptanya keseimbangan hak dan kewajiban bagi Wajib

Pajak dengan kecepatan pelayanan oleh Direktorat Jenderal Pajak, ayatini menentukan bahwa atas setiap kelambatan dalam pengembaliankelebihan pembayaran pajak dari jangka waktu seperti tersebut dalam

Page 50: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 16 -

ayat (2), kepada Wajib Pajak yang bersangkutan diberikan imbalan olehPemerintah berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitungsejak berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan sampai dengan saatdilakukan pembayaran, yaitu saat Surat Perintah Membayar KelebihanPajak diterbitkan.

Ayat (4)Cukup jelas

Angka 12Pasal 12Ayat (1)

Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajakyang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasiperpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:a. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh

pihak ketiga;b. pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang

dipotong oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lainatas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak ataspemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan Atas Barang Mewah;

c. pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan.

Jumlah …

Jumlah pajak terutang yang telah dipotong, dipungut, ataupunyang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setelah tiba saat atau masapelunasan pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 danPasal 10 ayat (2), oleh Wajib Pajak harus disetorkan ke kas negaramelalui Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik Negara atau bankbadan usaha milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan.

Berdasarkan Undang-undang ini Direktorat Jenderal Pajak tidakberkewajiban untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas semuaSurat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak. Penerbitan suatusurat ketetapan pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak tertentu yangdisebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuanatau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WajibPajak.

Ayat (2)Dengan ketentuan ini dimaksudkan, bahwa Wajib Pajak yang telah

Page 51: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 17 -

menghitung dan membayar besarnya pajak yang terutang secara benarberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,serta melaporkan dalam Surat Pemberitahuan, kepadanya tidak perludiberikan surat ketetapan pajak ataupun surat keputusan dariadministrasi perpajakan.

Ayat (3)Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan atau

berdasarkan keterangan lain, bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkandalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, misalnyapembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, maka DirekturJenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terutang sebagaimanamestinya menurut ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

Angka 13Pasal 14Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Surat Tagihan Pajak menurut ayat ini dipersamakan kekuatan

hukumnya dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam halpenagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.

Ayat (3) …

Ayat (3)Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga

atas Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan karena:- penelitian Surat Pemberitahuan yang menghasilkan pajak kurang

dibayar karena terdapat salah tulis dan atau salah hitung;- Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar.

Untuk jelasnya cara penghitungannya diberikan contoh sebagaiberikut:

1. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan.

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun2002 yang disampaikan tanggal 31 Maret 2003 setelah dilakukanpenelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak

Page 52: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Penghasilan kurang bayar sebesar Rpl.000.000,00. Ataskekurangan Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan Surat TagihanPajak tanggal 13 Juni 2003 dengan penghitungan sebagai berikut:

- Kekurangan bayarPajak Penghasilan Rp1.000.000,00

- Bunga =3 x 2"% x Rp.1.000.000,00 = Rp 60.000,00

--------------(+)- Jumlah yang harus dibayar Rp1.060.000,00

2. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurangdibayar:

Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2002 setiap bulan sebesarRp100.000.000,00 jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. BulanJuni 2002, dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000,00.

Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebutditerbitkan Surat Tagihan Pajak tanggal 18 September 2002dengan penghitungan sebagai berikut:

- Kekurangan bayar Pajak PenghasilanPasal 25 bulan Juni 2002 = Rp60.000.000,00

- Bunga =3 x 2% x Rp 60.000.000,00 = Rp 3.600.000.00

---------------(+)- Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00

Ayat (4) …

Ayat (4)Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan kegiatan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka iatelah melanggar kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikankepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Oleh karena itu selainharus menyetor pajak terutang dengan tidak diperkenankanmemperhitungkan Pajak Masukan, Pengusaha Kena Pajak jugadikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen)dari Dasar Pengenaan Pajak yang timbul sebelum Pengusahadikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Di samping itu berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditetapkan bahwaFaktur Pajak hanya boleh dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak. Laranganmembuat Faktur Pajak oleh bukan Pengusaha Kena Pajak dimaksudkanuntuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak yang tidak

Page 53: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 19 -

semestinya, dan oleh karena itu terhadapnya dikenakan sanksi berupadenda administrasi. Demikian pula terhadap Pengusaha Kena Pajak yangwajib membuat Faktur Pajak tetapi tidak melaksanakan, tidakselengkapnya mengisi Faktur Pajak, atau membuat Faktur Pajak tetapitidak tepat waktu, dikenakan sanksi yang sama.

Angka 14Pasal 15Ayat (1)

Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata telah ditetapkan lebihrendah atau telah dilakukan pengembalian pajak yang tidak seharusnyasebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,atau pajak yang terutang dalam suatu Surat Ketetapan Pajak Nihilditetapkan lebih rendah, Direktur Jenderal Pajak berwenang untukmenerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalamjangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah saat terutangnya pajak,berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan merupakankoreksi atas ketetapan pajak sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan baru diterbitkan apabila telah pernah diterbitkanketetapan pajak. Dengan perkataan lain Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan tidak akan mungkin diterbitkan sebelum didahuluidengan penerbitan ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan PajakKurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru(novum) dan atau data yang semula belum terungkap yangmenyebabkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapanpajak sebelumnya. Sejalan dengan itu maka setelah Surat KetetapanPajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai akibat telah lewat waktu 12 (duabelas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, Surat KetetapanPajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan hanya dalam hal ditemukan

data baru …

data baru dan atau data yang semula belum terungkap. Dalam halmasih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saatditerbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, danatau data baru yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih dapat diterbitkanlagi.

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keteranganmengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnyajumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukanpada waktu penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan danlampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yangdiserahkan pada waktu pemeriksaan.

Page 54: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Sedangkan yang dimaksud dengan data yang semula belumterungkap adalah data atau keterangan lain mengenai segala sesuatuyang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yangterutang, yang:a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan

beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan ataub. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak

tidak mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lainsecara benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkanfiskus dapat menerapkan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitungjumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan dalam SuratPemberitahuan atau mengungkapkan pada waktu pemeriksaan, akantetapi apabila memberitahukannya atau mengungkapkannya dengancara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkinmenghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehinggajumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya,maka hal tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belumterungkap, misalnya:1. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis

adanya biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnyabiaya tersebut terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di mediamasa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atauhadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidakmengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidakmelakukan koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atauhadiah, sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung secarabenar, maka data mengenai pengeluaran berupa sumbanganhadiah tersebut adalah tergolong data yang semula belumterungkap.

2. Dalam …

2. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangandisebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpadisertai perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud,demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semulaWajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut sehinggafiskus tidak dapat meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud.

Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapatkesalahan, misalnya harta yang seharusnya termasuk dalamkelompok harta berwujud bukan bangunan kelompok 3 namundikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Page 55: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidakmengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukankoreksi atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagaiakibatnya pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar.Apabila kemudian diketahui adanya kesalahan, maka datapengelompokan harta tersebut adalah data yang semula belumterungkap.

3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dariPengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut olehPengusaha Kena Pajak diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barangtersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyaihubungan langsung dengan kegiatan usahanya dan sebagian yanglain tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajaktersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh Pengusaha KenaPajak pembeli.

Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajaktidak mengungkapkan perincian penggunaan barang tersebutdengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas pengkreditanPajak Masukan tersebut, dan sebagai akibatnya Pajak PertambahanNilai yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka apabilakemudian diketahui adanya data atau keterangan tentangkesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak mempunyaihubungan langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data atauketerangan tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.

Ayat (2)Dalam hal setelah diterbitkan ketetapan pajak ternyata

masih ditemukan data baru dan atau data yang belum terungkap yangbelum diperhitungkan sebagai dasar penetapan tersebut, maka ataspajak yang kurang dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar100% (seratus persen) dari pajak yang kurang dibayar.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4) …

Ayat (4)Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan tetap dapat diterbitkan, ditambah sanksi administrasiberupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlahpajak yang tidak atau kurang dibayar, meskipun jangka waktu sepuluhtahun sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) dilampaui.

Page 56: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Angka 15Pasal 16Ayat (1)

Pembetulan ketetapan pajak menurut ayat ini dilaksanakan dalamrangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik, sehingga apabilaterdapat kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi dalamsuatu ketetapan pajak perlu dibetulkan sebagaimana mestinya. Sifatkesalahan atau kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaanantara fiskus dan Wajib Pajak.

Apabila kesalahan atau kekeliruan ditemukan baik oleh fiskusatau berdasarkan permohonan Wajib Pajak maka kesalahan ataukekeliruan tersebut harus dibetulkan. Yang dapat dibetulkan karenakesalahan atau kekeliruan adalah:- surat ketetapan pajak, antara lain Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, SuratKetetapan Pajak Lebih Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Nihil;

- Surat Tagihan Pajak;- Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan pajak;- Surat Keputusan Keberatan;- Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi;- Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak

yang tidak benar.

Ruang lingkup pembetulan yang diatur dalam ayat ini terbataspada kesalahan atau kekeliruan sebagai akibat dari:a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan yang dapat berupa

nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor surat ketetapanpajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuhtempo;

b. Kesalahan hitung yaitu kesalahan yang berasal dari penjumlahandan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagiansuatu bilangan ;

c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturanperundang-undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalampenerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase NormaPenghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksiadministrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruanpenghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dankekeliruan dalam pengkreditan.

Pengertian …Pengertian membetulkan dalam pasal ini dapat berarti menambah

atau mengurangkan atau menghapuskan, tergantung pada sifatkesalahan dan kekeliruannya.

Apabila masih terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, danatau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan

Page 57: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 23 -

perundang-undangan perpajakan dalam Surat Keputusan Pembetulantersebut, Wajib Pajak dapat mengajukan lagi permohonan pembetulankepada Direktur Jenderal Pajak, atau Direktur Jenderal Pajak dapatmelakukan pembetulan lagi karena jabatan.

Ayat (2)Guna memberikan kepastian hukum, terhadap permohonan

pembetulan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diputuskan dalambatas waktu 12 (dua belas) bulan sejak permohonan diterima.

Ayat (3)Dalam hal batas waktu 12 (dua belas) bulan terlewati dan Direktur

Jenderal Pajak belum memberikan keputusannya, permohonan WajibPajak dianggap dikabulkan untuk hal-hal yang dimohonkannya.

Dengan dianggap dikabulkannya permohonan Wajib Pajak,Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pembetulansesuai dengan permohonan Wajib Pajak. Atas hal-hal yang dianggapdikabulkan tidak dapat lagi dimohonkan pembetulan.

Angka 16Pasal 17BAyat (1)

Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajakselain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dariWajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal17C harus diterbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 (duabelas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, dalam artibahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3.

Untuk kegiatan tertentu yaitu ekspor dan penyerahan BarangKena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut PajakPertambahan Nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat dengankeputusan Direktur Jenderal Pajak. Permohonan dapat disampaikandengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau dengansurat tersendiri.

Surat ketetapan pajak tersebut dapat berupa Surat KetetapanPajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau SuratKetetapan Pajak Nihil.

Ayat (2) …

Ayat (2)Dengan batas waktu tersebut dalam ayat (1) dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum terhadap permohonan Wajib Pajak atau

Page 58: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Pengusaha Kena Pajak, sehingga bila batas waktu tersebut dilewati danDirektur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, makapermohonan tersebut dianggap dikabulkan. Selain itu, batas waktutersebut dimaksudkan pula untuk kepentingan tertib administrasiperpajakan.

Ayat (3 )Dalam hal Direktur Jenderal Pajak terlambat menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Lebih Bayar, maka kepada Wajib Pajak diberikanimbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan, dihitung sejakberakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampaidengan saat Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan, bagian daribulan dihitung satu bulan.

Angka 17Pasal 17CAyat (1)

Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajakuntuk Wajib Pajak dengan kriteria tertentu setelah dilakukan penelitianharus diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian PendahuluanKelebihan Pajak paling lambat:

a. 3 (tiga) bulan untuk Pajak Penghasilan;b. 1 (satu) bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai;sejak permohonan diterima secara lengkap, dalam arti bahwa

Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6). Permohonan dapat disampaikandengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau dengansurat tersendiri.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan kriteria tertentu antara lain:

1. Kepatuhan Wajib Pajak yang meliputi penyampaian SuratPemberitahuan, tidak mempunyai tunggakan pajak;

2. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapatwajar tanpa pengecualian;

3. Penghitungan jumlah peredaran usaha dan pajaknya mudahdiketahui karena berkaitan dengan aturan Pemerintah lainnyaseperti peredaran usaha dan Pajak Pertambahan Nilai atauprodusen rokok diketahui dari pelaksanaan cukai.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4) …

Page 59: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Ayat (4)Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak dalam

jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah melakukan pemeriksaanterhadap Wajib Pajak yang telah memperoleh pengembalianpendahuluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Surat ketetapanpajak tersebut dapat berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atauSurat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.

Ayat (5)Untuk mendorong Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak

yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan yang berlaku, maka apabila dari hasil pemeriksaansebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diterbitkan Surat Ketetapan PajakKurang Bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikansebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaranpajak.

Untuk jelasnya cara penghitungan Surat Ketetapan Pajak KurangBayar dan pengenaan sanksi administrasi berupa kenaikan tersebutdiberikan contoh sebagai berikut:

1) Pajak Penghasilan- Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak sebesar Rp80.000.000,00.- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Pajak Penghasilan yang terutang sebesarRp100.000.000,00

b. Kredit Pajak, yaitu:

- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar dengan penghitungan sebagaiberikut:

- Pajak Penghasilan yang terutang sebesar Rp100.000.000,00

Kredit Pajak:- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00

---------------(+)Rp150.000.000,00

Page 60: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 26 -

- Jumlah …

- Jumlah Pengembalian PendahuluanKelebihan Pajak Rp80.000.000,00

---------------(-)Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp70.000.000,00

---------------Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp30.000.000,00Sanksi administrasi berupa kenaikansebesar 100% Rp30.000.000,00

---------------(+)Jumlah yang masih harus dibayar Rp60.000.000,00

===============

2) Pajak Pertambahan Nilai- Pengusaha Kena Pajak telah memperoleh pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak sebesar Rp60.000.000,00.- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:a. Pajak Keluaran Rp100.000.000,00b. Kredit Pajak, yaitu:

- Pajak Masukan Rp150.000.000,00

- Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar dengan penghitungan sebagaiberikut:

- Pajak Keluaran Rp100.000.000,00

- Kredit Pajak:- Pajak Masukan Rp150.000.000,00- Jumlah Pengembalian PendahuluanKelebihan Pajak Rp60.000.000,00

---------------(-)Jumlah pajak yang dapat dikreditkanRp90.000.000,00

---------------Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp10.000.000,00

- Sanksi administrasi berupakenaikan sebesar 100% Rp10.000.000,00

---------------(+)Jumlah yang masih harus dibayar Rp20.000.000,00

===============

Angka 18 …

Page 61: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 27 -

Angka 18Pasal 18Ayat (1 )

Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, merupakansarana administrasi bagi Direktur Jenderal Pajak untuk melakukanpenagihan pajak.

Ayat (2)dihapus.

Angka 19Pasal 19Ayat (1)

Ayat ini mengatur pengenaan bunga penagihan atas jumlah yangmasih harus dibayar menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atauSurat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlahpajak yang harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan,Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang tidak ataukurang dibayar pada saat jatuh tempo pembayaran atau terlambatdibayar. Untuk jelasnya cara penghitungan bunga tersebut diberikancontoh sebagai berikut:

1. Atas jumlah pajak yang kurang dibayar.

Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghasilan.Pajak terutang atau ditagih (dianggap tidak ada jumlah

pajak yang dikreditkan) Rp100.000,00. Surat ketetapan pajak diterbitkantanggal 10 Oktober 2002. Harus dilunasi paling lambat tanggal 9November 2002, tetapi baru dibayar sejumlah Rp60.000,00 pada tanggal1 November 2002. Sampai pada tanggal batas waktu pembayaranterakhir (9 November 2002) sisa tagihan tidak dibayar lagi oleh WajibPajak.

Pada tanggal 18 November 2002 diterbitkan Surat TagihanPajak oleh Direktur Jenderal Pajak dengan penghitungan sebagaiberikut:

Pajak terutang Rp100.000,00Dibayar pada waktunya Rp 60.000,00

------------Kurang dibayar Rp 40.000,00Bunga dihitung satu bulan =

Page 62: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 28 -

1 x 2% x Rp40.000,00 = Rp 800,00Bunga tersebut ditagih dengan Surat Tagihan Pajak.

2. Atas …

2. Atas jumlah pajak yang terlambat dibayar.

Dasarnya sama dengan contoh nomor 1.Dibayar penuh tetapi terlambat, misalnya dibayar tanggal 20

November 2002. Tanggal 25 November 2002 diterbitkan Surat TagihanPajak.

Bunga terutang dalam Surat Tagihan Pajak dihitung satubulan = 1 x 2% x Rp100.000,00 = Rp2.000,00.

3. Atas jumlah pajak yang kurang dan terlambat dibayar.

Dasarnya sama dengan contoh nomor 1.Dibayar sejumlah Rp60.000,00 pada tanggal 20 November

2002.Tanggal 25 November 2002 diterbitkan Surat Tagihan Pajak.Bunga terutang dihitung satu bulan = 1 x 2% x

Rp100.000,00 = Rp2.000,00.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Angka 20Pasal 20Ayat (1)Dalam hal jumlah tagihan pajak tersebut tidak atau kurang dibayarsampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengantanggal jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhiangsuran pembayaran pajak, penagihannya dilakukan dengan SuratPaksa. Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakanterhadap Penanggung Pajak.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus adalah

tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepadaPenanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaranyang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,dan Tahun Pajak.

Page 63: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Ayat (3)Cukup jelas

Angka 21 …

Angka 21Pasal 21Ayat (1)

Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferenyang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milikPenanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.

Setelah utang pajak dilunasi baru diselesaikan pembayarankepada kreditur lain.

Maksud dari ayat ini adalah untuk memberi kesempatan kepadaPemerintah untuk mendapatkan bagian lebih dahulu dari kreditur lainatas hasil pelelangan barang-barang milik Penanggung Pajak dimukaumum guna menutupi atau melunasi utang pajaknya.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Angka 22Pasal 22Ayat (1)

Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untukmemberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapatditagih lagi.

Ayat (2)Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 10 (sepuluh) tahun

apabila:a. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Teguran dan

menyampaikan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidakmelakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuhtempo pembayaran. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihandihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

Page 64: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 30 -

b. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara:- Wajib Pajak mengajukan permohonan angsuran atau

penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuhtempo pembayaran. Daiam hal seperti itu daluwarsapenagihan dihitung sejak tanggal surat permohonanangsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterimaDirektur Jenderal Pajak.

- Wajib …

- Wajib Pajak mengajukan permohonan pengajuan keberatan.Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejaktanggal surat keberatan Wajib Pajak diterima DirekturJenderal Pajak.

- Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utangpajaknya. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihandihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajaktersebut.

c. Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkanterhadap Wajib Pajak karena melakukan tindak pidana di bidangperpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itudaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penerbitan ketetapanpajak tersebut.

Angka 23Pasal 23Ayat (1)

dihapus.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)dihapus

Angka 24Pasal 24

Menteri Keuangan akan mengatur tata cara penghapusan danmenentukan besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagiantara lain karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidakmempunyai harta warisan atau kekayaan, Wajib Pajak badan yang telahselesai proses pailitnya, Wajib Pajak yang tidak memenuhi syarat lagisebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan penagihan telahdaluwarsa. Melalui cara ini akan dapat diperkirakan secara efektifbesarnya saldo piutang pajak yang akan dapat ditagih atau dicairkan.

Page 65: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 31 -

Angka 25Pasal 25Ayat (1)

Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlahpajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimanamestinya, maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepadaDirektur Jenderal Pajak.

Keberatan …

Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dariketetapan pajak yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuanundang-undang perpajakan, jumlah besarnya pajak, pemotongan ataupemungutan pajak.

Perkataan "suatu" pada ayat ini dimaksudkan bahwa satukeberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu tahunpajak, misalnya:

Pajak Penghasilan Tahun Pajak 1995 dan Tahun Pajak 1996keberatannya harus diajukan masing-masing dalam satu suratkeberatan tersendiri. Untuk dua tahun pajak tersebut harus diajukandua buah surat keberatan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Batas waktu pengajuan surat keberatan ditentukan dalam waktu 3

(tiga) bulan sejak diterbitkan surat ketetapan pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), dengan maksud agar supaya Wajib Pajakmempunyai waktu yang cukup memadai untuk mempersiapkan suratkeberatan beserta alasannya.

Apabila ternyata bahwa batas waktu 3 (tiga) bulan tersebut tidakdapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaanWajib Pajak (force mayeur), maka tenggang waktu selama 3 (tiga) bulantersebut masih dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh DirekturJenderal Pajak.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Tanda penerimaan surat yang telah diberikan oleh pejabat

Direktorat Jenderal Pajak atau oleh Kantor Pos berfungsi sebagai tandaterima surat keberatan apabila surat tersebut memenuhi syarat sebagaisurat keberatan. Dengan demikian batas waktu penyelesaian keberatandihitung sejak tanggal penerimaan surat dimaksud.

Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat sebagai surat

Page 66: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 32 -

keberatan dan Wajib Pajak memperbaikinya, maka batas waktupenyelesaian keberatan dihitung sejak diterimanya surat berikutnyayang memenuhi syarat sebagai surat keberatan.

Ayat (6)Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan dengan

alasan-alasan yang kuat, Wajib Pajak diberi hak untuk memintadasar-dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan pajak yang telahditetapkan, sebaliknya Direktur Jenderal Pajak berkewajiban untukmemenuhi permintaan tersebut di atas.

Ayat (7) …

Ayat (7)Untuk mencegah usaha penghindaran atau penundaan

pembayaran pajak melalui pengajuan surat keberatan, maka pengajuankeberatan tidak menghalangi tindakan penagihan sampai denganpelaksanaan lelang.

Ketentuan ini perlu dicantumkan dengan maksud agar Wajib Pajakdengan dalih mengajukan keberatan, untuk tidak melakukan kewajibanmembayar pajak yang telah ditetapkan, sehingga dapat dicegahterganggunya penerimaan negara.

Angka 26Pasal 27Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3 )Cukup jelas

Ayat (4)Dihapus

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Angka 27Pasal 27A

Page 67: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 33 -

Ayat (1)Imbalan bunga hanya diberikan berkenaan dengan Keputusan

Keberatan atau Putusan Banding yang menyangkut Surat KetetapanPajak Kurang Bayar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Ayat (2)Imbalan bunga juga diberikan terhadap pembayaran lebih Surat

Tagihan Pajak yang telah diterbitkan berdasarkan Pasal 14 ayat (4)dan Pasal 19 ayat (1) sehubungan dengan diterbitkannya SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar ata Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan, yang memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksiadministrasi berupa denda atau bunga.

Pengurangan …

Pengurangan atau penghapusan dimaksud merupakan akibat dariadanya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding atas SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan tersebut, yang menerima sebagian atau seluruh permohonanWajib Pajak.

Ayat (3)Cukup jelas

Angka 28Pasal 28Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam

metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegahpenggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuanmisalnya dalam penerapan:

a. Stelsel pengakuan penghasilan;b. Tahun buku;c. Metode penilaian persediaan;d. Metode penyusutan dan amortisasiStelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan

Page 68: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 34 -

biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biayadiakui pada waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilanitu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai.

Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuanpenghasilan berdasarkan metode persentanse tingkat penyelesaianpekerjaan yang umumnya dipakai di bidang konstruksi dan metodelainnya yang dipakai di bidang usaha tertentu seperti Build Operate andTransfer (BOT), Real Estate, dan lain-lain.

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannyadidasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayarsecara tunai.

Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagaipenghasilan bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periodetertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telahdibayar tunai dalam suatu periode tertentu.

Stelsel …Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang

pribadi atau perusahaan jasa misalnya transportasi, hiburan, restoran,yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaanpembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni,penghasilan dari penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada saatditerimanya pembayaran dari langganan, dan biaya-biaya ditetapkanpada saat dibayarnya barang, jasa, dan biaya operasi lainnya.

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkanpenghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yang besarnyapenghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengaturpenerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh karena itu untukpenghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harusmemperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut:1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus

meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkanseluruh pembelian dan persediaan.

2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hakyang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan daripenghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan danamortisasi.

3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas(konsisten).Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakandapat juga dinamakan stelsel campuran.

Ayat (6)Pada dasarnya metode-metode pembukuan yang dianut harus taat

asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnyadalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya(metode kas atau akrual), metode penyusutan aktiva tetap, metode

Page 69: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 35 -

penilaian persediaan dan sebagainya. Namun demikian, perubahanmetode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapatpersetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metodepembukuan harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelumdimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikanalasan-alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat-akibat yangmungkin timbul dari perubahan tersebut.

Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahandalam prinsip taat asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kaske akrual atau sebaliknya atau perubahan penggunaan metodepengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri. Misalnyadalam metode pengakuan biaya yang berkenaan dengan penyusutanaktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.

Contoh: …

Contoh:Wajib Pajak dalam tahun 2002 menggunakan metode penyusutan

garis lurus atau straight line method. Dalam tahun 2003 Wajib Pajakbermaksud mengubah metode penyusutan aktiva dengan menggunakanmetode penyusutan saldo menurun atau declining balance method.

Untuk keperluan tersebut, Wajib Pajak harus minta persetujuanterlebih dahulu kepada Direktur Jenderal Pajak yang diajukan sebelumdimulainya tahun buku 2003 dengan menyebutkan alasan-alasandilakukannya perubahan metode penyusutan dan akibat dari perubahantersebut.

Selain itu, perubahan periode tahun buku juga berakibatberubahnya jumlah penghasilan atau kerugian Wajib Pajak, oleh karenaitu perubahan tersebut juga harus mendapat persetujuan DirekturJenderal Pajak.

Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender)kecuali Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengantahun takwim.

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak samadengan tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yangbersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya termasuk 6 (enam)bulan pertama atau lebih.Contoh:a. Pembukuan 1 Juli 2002 sampai dengan 30 Juni 2003, tahun

pajaknya adalah tahun 2002.b. Pembukuan 1 Oktober 2002 sampai dengan 30 September 2003,

tahun pajaknya adalah tahun 2003.

Ayat (7)Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 angka 26.

Page 70: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 36 -

Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan agar dari pembukuan tersebutdapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Selan dapat dihitung besarnya Pajak Penghasilan, pajak-pajaklainnya juga harus dapat dihitung dari pembukuan tersebut. Agar PajakPertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapatdihitung dengan benar maka pembukuan harus mencatat juga jumlahharga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor,jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan AtasBarang Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang KenaPajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabeandan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkandan yang tidak dapat dikreditkan.

Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan dengan caraatau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkanStandar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undanganperpajakan menentukan lain.

Ayat (8) …

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha dan pekerjaan bebas meliputi peredaran ataupenerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya, sedangkan bagimereka yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha danpekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto,pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek PajakPenghasilan.

Di samping itu pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukanobjek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.

Ayat (10)Cukup jelas

Ayat (11)Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen termasuk

hasil pengolahan data elektronik yang menjadi dasar pembukuan ataupencatatan harus disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia,dengan maksud agar apabila Direktur Jenderal Pajak akanmengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan pembukuan ataupencatatan yang diperlukan masih tetap ada dan dapat segeradisediakan. Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku-buku,catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang menjadi dasarpembukuan atau pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang

Page 71: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 37 -

mengatur mengenai batas daluwarsa penetapan pajak.

Ayat (12)Cukup jelas

Angka 29Pasal 29Ayat (1)

Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan berwenangmelakukan pemeriksaan untuk :a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan;b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan;

pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) ataudi tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkuppemeriksaannya dapat meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahunberjalan.

Pemeriksaan …

Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasukterhadap instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajakatau pemotong pajak.

Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhankewajiban perpajakan dilakukan dengan menelusuri kebenaran SuratPemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhankewajiban perpajakan lainnya, dibandingkan dengan keadaan ataukegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak, yang dilakukan dengan:a. menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan

dalam pemeriksaan pada umumnya, yang dinamakan PemeriksaanLengkap ;

b. menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dankedalaman yang sederhana sesuai dengan ruang lingkuppemeriksaan baik dilakukan di kantor maupun di lapangan, yangdinamakan Pemeriksaan Sederhana.

Selain itu, Pemeriksaan Sederhana dapat juga dilakukan untuktujuan lain, diantaranya :- menetapkan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan

Nilai dan atau Pajak Penghasilan Pasal 21;- mengukuhkan atau mencabut Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak;- memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Page 72: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 38 -

Ayat (2)Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa yang jelas

identitasnya, oleh karena itu harus memiliki tanda pengenal pemeriksadan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan, sertamemperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa. Petugaspemeriksa harus menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan kepadaWajib Pajak.

Petugas pemeriksa harus telah mendapat pendidikan teknis yangcukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalammenjalankan tugasnya petugas pemeriksa harus bekerja dengan jujur,bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta wajibmenghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pendapat dan kesimpulan petugas pemeriksa harus didasarkanpada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan.

Petugas pemeriksa harus melakukan pembinaan kepada WajibPajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (3) …

Ayat (3)Wajib Pajak yang diperiksa dalam rangka pengujian tingkat

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakannya atau untuk tujuan lainsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memperlihatkan danmeminjamkan buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen danketerangan-keterangan lain yang diperlukan yang berkaitan denganperolehan penghasilan atau kegiatan usaha.

Bilamana buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumenyang diperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak dengan dalihuntuk menghindarkan diri, berdasarkan ayat ini petugas pemeriksadiperbolehkan untuk memasuki tempat atau ruangan yang menurutdugaan petugas digunakan sebagai tempat penyimpanan buku-buku,catatan-catatan dan dokumen-dokumen tersebut.

Ayat (4)Untuk mencegah adanya dalih terikat pada kerahasiaan sehingga

pembukuan, catatan, dokumen serta keterangan-keterangan lain yangdiperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak maka ayat inimenegaskan bahwa kewajiban merahasiakan itu ditiadakan.

Angka 30Pasal 31

Cukup jelas

Page 73: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 39 -

Angka 31Pasal 32Ayat (1)

Dalam Undang-undang ini ditentukan siapa yang menjadi wakiluntuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajakterhadap badan, badan dalam pembubaran, warisan yang belum dibagi,dan anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalampengampuan. Bagi Wajib Pajak tersebut perlu ditentukan siapa yangmenjadi wakil atau kuasanya, oleh karena mereka tidak dapat atau tidakmungkin melakukan sendiri tindakan hukum tersebut.

Ayat (2)Ayat ini menegaskan bahwa wakil dari Wajib Pajak yang diatur

dalam Undang-undang ini bertanggungjawab secara pribadi atau secararenteng atas pembayaran pajak yang terutang.

Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajakapabila wakil Wajib Pajak dapat membuktikan dan meyakinkan bahwadalam kedudukannya, menurut kewajaran dan kepatutan tidak mungkindimintakan pertanggungjawaban secara pribadi atau secara renteng.

Ayat (3) …

Ayat (3)Ayat ini memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi Wajib

Pajak untuk minta bantuan pihak lain yang memahami masalahperpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya membantumelaksanakan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Bantuan tersebut meliputi pelaksanaan kewajiban formal danmateriil serta pemenuhan hak Wajib Pajak yang ditentukan dalamperaturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (3a)Cukup jelas

Ayat (4)Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan

kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam rangkamenjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenangmenandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dansebagainya, walaupun orang tersebut tidak tercantum namanya dalamsusunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akteperubahan, termasuk dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam ayatini berlaku pula bagi Komisaris dan pemegang saham mayoritas atau

Page 74: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 40 -

pengendali.

Angka 32Pasal 33

Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas BarangMewah adalah pada pembeli atau konsumen barang atau penerima jasa.Oleh kareha itu sudah seharusnya apabila pembeli atau konsumenbarang dan penerima jasa bertanggung jawab renteng atas pembayaranpajak yang terutang apabila ternyata bahwa pajak yang terutangtersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi jasa danpembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telahmelakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa.

Angka 33Pasal 34Ayat (1)

Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yangmelakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkankerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut masalah perpajakan, antaralain:a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang

dilaporkan oleh Wajib Pajak;b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan;c. dokumen dan atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang

bersifat rahasia;d. dokumen …

d. dokumen dan atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berkenaan.

Ayat (2)Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara, dan sebagainya

yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantupelaksanaan undang-undang perpajakan, adalah sama dengan petugaspajak yang dilarang pula untuk mengungkapkan kerahasiaan WajibPajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Ayat (2a)Yang dimaksud dengan pihak lain antara lain lembaga negara atau

instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan di bidangkeuangan negara. Dalam pengertian keterangan yang dapatdiberitahukan, antara lain identitas Wajib Pajak dan informasi yangbersifat umum tentang perpajakan.

Ayat (3)Untuk kepentingan negara, misalnya dalam rangka penyidikan,

Page 75: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 41 -

penuntutan atau dalam rangka mengadakan kerja sama dengan instansipemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentangWajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentuyang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan harusdicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang ditunjuk dan namapejabat atau ahli atau tenaga ahli yang diizinkan untuk memberikanketerangan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang WajibPajak. Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas dalam hal-halyang dipandang perlu oleh Menteri Keuangan.

Ayat (4)Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam

perkara pidana atau perdata yang berhubungan dengan masalahperpajakan, demi kepentingan peradilan Menteri Keuangan memberikanizin pembebasan atas kewajiban kerahasiaan kepada pejabat pajak danpara ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), ataspermintaan tertulis Hakim ketua sidang.

Ayat (5)Maksud dari ayat ini adalah merupakan pembatasan dan

penegasan, bahwa keterangan perpajakan yang diminta tersebut adalahhanya mengenai perkara pidana atau perdata tentang perbuatan atauperistiwa yang menyangkut bidang perpajakan dan hanya terbatas padatersangka yang bersangkutan.

Angka 34 …

Angka 34Pasal 36Ayat (1)

Dapat saja terjadi dalam praktek, bahwa sanksi administrasi yangdikenakan kepada Wajib Pajak, karena ketidaktelitian petugas pajakdapat membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah atau tidak memahamiperaturan perpajakan. Dalam hal yang demikian, sanksi administrasiberupa bunga, denda, dan kenaikan yang telah ditetapkan dapatdihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Demikian juga Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya, danberlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkanKetetapan Pajak yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolakpengajuan keberatannya karena tidak memenuhi persyaratanformal (memasukkan Surat Keberatan tidak pada waktunya) meskipunpersyaratan material terpenuhi.

Ayat (2)

Page 76: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 42 -

Cukup jelas

Angka 35Pasal 36A

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak danmeningkatkan kemampuan petugas pajak maka terhadap petugas pajakyang menghitung atau menetapkan pajak yang tidak sesuai denganUndang-undang perpajakan yang berlaku sehingga menimbulkankerugian negara, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Angka 36Pasal 37

Sesuai dengan keadaan ekonomi keuangan, nilai uang akan dapatberubah-ubah. Karena itu undang-undang memberikan wewenangkepada Pemerintah apabila diperlukan dapat mengeluarkan PeraturanPemerintah untuk mengubah dan menyesuaikan besarnya imbalanbunga dan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan,sesuai dengan keadaan ekonomi keuangan.

Angka 37Pasal 38

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan olehWajib Pajak, sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakandikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut tindakpidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Perbuatan atautindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini bukan merupakanpelanggaran administrasi tetapi merupakan tindak pidana.

Dengan …

Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan tumbuhnyakesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan sepertiyang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berarti tidak sengaja,lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajibannya, sehinggaperbuatan tersebut menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Angka 38Pasal 39Ayat (1)

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat iniyang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi yang berat mengingatpentingnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan negara.

Ayat (2)

Page 77: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 43 -

Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di bidangperpajakan, maka bagi mereka yang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainyamenjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan,dikenakan pidana lebih berat, ialah dilipatkan 2 (dua) dari ancamanpidana yang diatur dalam ayat (1).

Ayat (3)Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor Pokok Wajib

Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, atau penyampaian SuratPemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangkamengajukan permohonan restitusi pajak dan atau kompensasi pajakyang tidak benar, sangat merugikan negara. Oleh karena itu percobaanmelakukan tindak pidana tersebut merupakan delik tersendiri.

Angka 39Pasal 41Ayat (1)

Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan tidakakan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya Wajib Pajak dalammemberikan data dan keterangan tidak ragu-ragu, dalam rangkapelaksanaan undang-undang perpajakan, maka perlu adanya sanksipidana bagi pejabat yang bersangkutan yang menyebabkan terjadinyapengungkapan kerahasiaan tersebut.

Pengungkapan kerahasiaan menurut ayat ini adalah dilakukankarena kealpaan dalam arti lalai, tidak hati-hati, atau kurangmengindahkan, sehingga kewajiban untuk merahasiakan, keterangan,atau bukti-bukti yang ada pada Wajib Pajak yang dilindungi olehundang-undang perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut dihukumdengan hukuman yang setimpal.

Ayat (2) …

Ayat (2)Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini

yang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi yang lebih beratdibanding dengan perbuatan atau tindakan yang dilakukan karenakealpaan, agar pejabat yang bersangkutan lebih berhati-hati untuk tidakmelakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak.

Ayat (3)Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalahmenyangkut kepentingan pribadi seseorang atau badan selaku WajibPajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Page 78: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 44 -

Angka 40Pasal 41A

Agar pihak ketiga memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajaksebagaimana diatur dalam Pasal 35 maka perlu adanya sanksi bagipihak ketiga yang melakukan perbuatan atau tindakan sebagaimanadimaksud dalam pasal ini.

Angka 41Pasal 41B

Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi ataumempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan misalnyamenghalangi Penyidik melakukan penggeledahan, menyembunyikanbahan bukti dan sebagainya sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini,dikenakan sanksi pidana.

Angka 42Pasal 44Ayat (1)

Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat pegawai negeritertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diangkat olehpejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalamUndang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Angka 43 …

Angka 43Pasal 47A

Dalam rangka memberikan kepastian kepada Wajib Pajak makamengenai hak dan kewajiban perpajakan yang belum diselesaikan untuktahun pajak 2000 dan sebelumnya tetap diberlakukan Undang-undangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9Tahun 1994.

Pasal II

Page 79: TENTANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA ...tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994; Mengingat : 1. Pasal 5

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 45 -

Cukup jelas

Pasal IIICukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK lNDONESIA NOMOR 3984