Tentang Dunia Kedokteran

download Tentang Dunia Kedokteran

of 13

Transcript of Tentang Dunia Kedokteran

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    1/13

    TENTANG DUNIA KEDOKTERAN

    REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Kandidat doktor ilmu hukum, Eka Julianta Wahjoepramono

    mengatakan, praktik kedokteran tidak terlepas dari kelalaian dan perlu dikaji lebih serius dalam

    pandangan hukum kedokteran, sehingga memberikan kedudukan seimbang antara dokter dan pasien.

    "Tujuannya untuk mencari perlindungan dan jaminan hukum kedua pihak (dokter dan pasien, red).

    Kelalaian medik yang sering diistilahkan dengan malapraktik mempunyai perbedaan dengan risiko

    medik, sehingga perlu adanya jaminan hukum," kata Prof Dr dr Eka Julianta Wahjoepramono di

    Tangerang, Kamis.

    Eka Julianta Wahjoepramono mengungkapkan hal tersebut menjawab pertanyaan penguji Prof Dr

    Indriyanto Seno Adji SH MH dalam sidang promosi terbuka gelar doktor ilmu hukum pada Universitas

    Pelita Harapan (UPH) Karawaci, Tangerang, Banten.

    Dekan Fakultas Kedokteran UPH dan spesialis bedah syaraf RS Siloam, Karawaci, Tangerang, itu tampil

    dengan disertasi berjudul "Alasan Pembenar Tindakan Medik Menurut Undang-Undang Praktek

    Kedokteran dan Standar Operasional Prosedur Dalam Sengketa Hukum Malapraktik".

    Menurut dia, disertasi ini didasari oleh maraknya tuntutan pasien terhadap praktik di bidang kedokteran

    yang terjadi di Indonesia, dan mengacu pada negara Amerika Serikat yang sengketa hukum malapraktik

    sudah lebih lengkap.

    Namun di Indonesia, katanya, masih terdapat kesenjangan antara harapan pasien dan keluarganya

    dengan hasil terapi medis yang tidak sesuai dengan harapan, terkadang menimbulkan praduga bahwadokter melakukan malapraktik.

    Dia menambahkan, karena ketidaktahuan masyarakat pada umumnya tumbuh miskonsepsi yang

    menganggap bahwa setiap kegagalan praktek medis (misalnya hasil buruk atau tidak diharapkan selama

    dirawat di RS) sebagai akibat malpraktek medis atau akibat kelalaian medis.

    Padahal suatu hasil tidak diharapkan di bidang kedokteran sebenarnya dapat diakibatkan oleh beberapa

    kemungkinan, diantaranya, dari suatu perjalanan penyakit yang tidak berhubungan dengan tindakan

    medis dilakukan dokter serta hasil dari suatu resiko berlebihan karena suatu kelalaian atau karena suatu

    kesengajaan.

    Fenomena lainnya yang sering menimbulkan sengketa medik dikarenakan faktor penyedia jasa medik,

    dalam hal ini RS dan dokter.

    Bahkan, tambahnya, banyaknya RS tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kesehatan maupun

    dokter, sehingga seorang dokter praktik di satu rumah sakit kemudian praktik juga pada tempat lain dan

    kadang di klinik milik pribadi bahkan sering menimbulkan yang dinamakan "malapraktik" karena

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    2/13

    kurangnya ketersediaan waktu bagi dokter untuk belajar dan memahami ilmunya.

    Berbagai kasus kelalaian praktek kedokteran yang dibawa ke meja hijau juga dapat menjerat dokter

    dengan gugatan perdata dan harus menghadapi proses yang berkepanjangan. Hal ini kemudian

    menjadikan profesi kedokteran menjadi berlebihan karena takut dituntut dan akibatnya biaya berobat

    akan dipikul pasien menjadi sangat mahal.

    Dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa koridor hukum antara hak-hak pasien dan hak-hak dokter

    perlu diperjelas, antara kasus yang tergolong malpraktik atau sengketa medik lainnya.

    Demikian pula supaya pihak dokter semakin profesional dan ahli di bidangnya sehingga dapat

    memberikan pelayanan medis dengan tepat dan benar, maka di lain pihak juga perlu mengerti hak-

    haknya sehingga tidak serta merta membawa sengketa medik ke pengadilan.

    Eka meraih gelar doktor hukum yang ke-7 di UPH dan dia mendapatkan nilai lcum laudel di hadapan

    rektor UPH Dr Jonathan L Parapak dan beberapa tim penguji lainnya di antaranya Prof Ronny Nitibaskara

    dan Prof Sri Setyaningsih.

    Ilmuwan bernama Ehsan Masood mengungkap fakta. Dalam bukunya, 'Science in Islam', ia menyebutkan

    bahwa ilmu kedokteran merupakan bidang sains yang paling produktif di masa awal Islam. Ini bukan

    begitu saja terjadi, namun ada latar belakang sebagai pijakan berkembangnya ilmu kedokteran.

    Aspek medis dan kesehatan, sudah mendapat perhatian besar Rasulullah SAW semasa hidupnya. Inilah

    yang mengilhami pencapaian luar biasa umat Islam dalam ilmu kedokteran. Banyak ayat Alquran dan

    hadis yang berkaitan dengan persoalan kesehatan. Di lapangan, umat telah mempraktikkan ajaran Nabi

    Muhammad terkait kesehatan.

    Bahkan, para Muslimah misalnya, secara sukarela menjadi tenaga perawat untuk mendukung

    perjuangan yang dilakukan pasukan Islam dalam sejumlah pertempuran. Pemanfaatan teknik

    pengobatan dan ilmu kedokteran terus berlanjut. Pada masa selanjutnya, terjadi pula transfer ilmu dari

    masa Yunani kuno.

    Literatur-literatur medis dari peradaban lama diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Suriah pada

    abad ke-7 hingga ke-9. Khalifah al Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah, mendorong gerakan gerakan

    pengalihbahasaan literatur penting itu. Bahkan, khalifah memberikan imbalan besar bagi ilmuwan yang

    melakukan penerjemahan.

    Tak jarang, proses penerjemahan juga melibatkan para sarjana Kristen atau Yahudi. Salah satu karya

    besar yang diterjemahkan adalah buku de Materia Medica yang ditulis pada abad ke-1 oleh Dioscorides.

    Dia adalah dokter bedah asal Yunani yang bekerja di kententaraan Romawi.

    Beberapa karya monumental dari Gelanus, dokter asal Yunani, turut dialihbahasakan. Salah satu

    penerjemah paling masyhur adalah Hunayn ibn Ishaq (809-873). Tokoh kelahiran al Hira ini tercatat

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    3/13

    sudah menerjemahkan sekitar 116 karya, termasuk menuliskan 21 buku bidang kedokteran.

    Islam juga mengenal sejumlah penerjemah lain, seperti Jurjis ibnu Bakhtisliu dan Yuhana ibn Masawaya.

    Selain itu, penerjemahan literatur medis dari para dokter dan tabib India serta Persia kuno juga gencar

    dilakukan. Peter E Poorman dan Emilie SavageSmith melalui bukunya, Medieval Islamic Medicine,

    mengatakan teks itu menjadi rujukan.

    Berdasarkan teks-teks terjemahan, ujar mereka, para ilmuwan Muslim meneliti, menyempurnakan,

    sekaligus mengembangkan teknik pengobatan baru. Agar mudah dipahami, dipelajari, dan diaplikasikan,

    umat Islam membuat karya itu lebih sistematis. Ini terwujud lewat daftar indeks, ensiklopedia, atau

    kesimpulan.

    Para ilmuwan Muslim juga memadukan teknik medis dari beragam peradaban sehingga ditemukan cara

    pengobatan yang lebih baik. Atas dasar fakta tersebut, tak heran jika Poorman dan Smith kurang

    sependapat dengan anggapan bahwa dokter Muslim hanya mengambil mentah-mentah ilmu kedokteran

    dari Yunani kuno.

    Sejarawan Philip K Hitti menyatakan, ketika Eropa memasuki zaman kegelapan, peradaban Islam

    mengalami masa keemasan. Termasuk, dalam ilmu kedokteran. Ia mengungkapkan, banyak kemajuan

    yang mampu dicapai bangsa Arab pada masa tersebut.

    Mereka, jelas Hitti, membangun apotek pertama, sekolah farmasi, dan buku daftar obat-obatan. Berdiri

    pula banyak balai pengobatan serta rumah sakit besar di sejumlah kota utama Islam. Misalnya,

    Damaskus, Kairo, hingga Baghdad, yang menandai kegemilangan kaum Muslim di ranah kedokteran.

    Sir John Bagot Glupp, seorang sejarawan, mengatakan pada masa itu rumah sakit di dunia Islam

    berfungsi ganda. Rumah sakit tak hanya untuk merawat pasien, tetapi juga tempat para dokter

    mengasah dan mengembangkan keahliannya. Layaknya sekarang, rumah sakit Islam tak membedakan

    latar belakang pasien.

    Baik pemeluk Islam, Kristen, maupun Yahudi, semuanya memperoleh pelayanan terbaik dan tanpa

    mengeluarkan dana sepeser pun. Tenaga dokter dan perawatnya berasal dari beragam etnis dan agama.

    Catatan sejarang menyingkap, rumah sakit pertama berada di Damaskus pada 707 Masehi.

    Rumah sakit itu dibangun pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid ibnu Abdul Malik. Bahkan, untuk

    pertama kali, rumah sakit ini mengenalkan sistem dokter spesialis. Pada 872 Masehi, rumah sakit umum

    dibangun di Kairo. Di kota yang sama, berdiri pula rumah sakit paling modern abad pertengahan, yaitu

    RS al-Mansuri.

    Rumah sakit ini dibangun Sultan alMansur pada 1285. Menurut pakar sejarah, Will Durant, tersedia

    fasilitas lengkap di sana. Di samping terdapat ruang perawatan pasien, ada pula laboratorium,

    perpustakaan, dapur, kamar mandi, gudang obat-obatan, serta ruang studi.

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    4/13

    Pada abad ke-11, di setiap kota Islam sudah berdiri beberapa rumah sakit. Kordoba di Spanyol,

    setidaknya memiliki 50 rumah sakit yang representatif pada masa Abu al-Qasim alZahrawi (Abulcasis). Di

    Tunisia, Pangeran Ziyadad I membangun RS al Qayrawan pada 830 Masehi. Fasilitas umum itu dibangun

    di Kota al-Dimnah.

    Rumah sakit ini telah menerapkan pemisahan antara kamar rawat pasien dan ruang tunggu pengunjung.

    Lalu di Maroko, Khalifah al-Mansur Ya'qub ibnu Yusuf pada 1190 membangun RS Marakesh. Ini menjadi

    rumah sakit terbesar dan terindah pada masanya. Sebuah taman asri membuat suasana rumah sakit ini

    menjadi begitu nyaman.

    Studi kedokteran turut berkembang. Sir John Bagot Glubb menjelaskan, sekolah kedokteran Islam

    pertama hadir di Kota Baghdad pada masa kekhalifahan Abdullah al Ma'mun (786-833).

    "Ketika sistem sudah terbangun, para dokter dan ahli mendapat tugas memberikan kuliah bagi para

    siswa kedokteran," paparnya. REPUBLIKA

    PEMBELAJARAN PARIPURNA

    Saya berpendapat, kepemimpinan adalah salah satu hakikat penciptaan umat manusia.

    Berdirilah sebentar, dan lihat sekeliling Anda : tidakkah semua menundukkan dirinya kepada

    Anda?

    Sungguh aneh, kenyataan bahwa manusia memiliki fisik yang JAUH LEBIH lemah dari seekor

    gajah, justru sanggup memerintah gajah untuk membantu banyak urusan-urusan umat manusia.

    Betapa Anda pun akan menyadari, bahwa hewan-hewan yang jika diciptakan lebih besar dari

    manusia akan sangat menakutkan, telah terlebih dahulu punah dari muka bumi sebelum manusia

    berkeliaran untuk meramaikan bumi.

    Namun semua keistimewaan tersebut, ... tidaklah tanpa suatu pertanggungjawaban.

    Pertanggungjawaban yang sempurna kepada Allah, Pencipta Anda, saya, hewan, tumbuhan,

    bulan, matahari dan segala yang terlihat maupun tidak terlihat. Kenyataan manusia diberikan

    amanah yang teramat dahsyat ini, disampaikan Allah di hadapan para malaikat, "Sesungguhnya

    Aku akan menciptakan khalifah di muka bumi". Khalifah.. pengganti Allah. Pengganti dalam

    konteks melakukan hal-hal yang merupakan tanggung jawab Allah: menyejahterakan Bumi,

    memberikan keadilan kepada Umat Manusia dan menaungi makhluk lain yang lemah. Anda pun

    dituntut secara tegas untuk menundukkan serta merendahkan diri kepada semua makhluk, karena

    secara hakiki, Anda bukan siapa-siapa.

    Indonesia dikenal kaya karena berlimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusia.

    Ironisnya, negara dan rakyatnya tetap miskin.

    Penyebabnya, ada perlakuan eksploitatif terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia

    (SDM). Seperti apa?

    SDM sebagai liability

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    5/13

    Selama ini SDM diperlakukan sebagai liability (kewajiban, tanggungan, pertanggungjawaban).

    Maka, Wikipedia mengartikan liabilitas sebagai segala hal yang menempatkan seseorang pada

    situasi tak menguntungkan.

    Di berbagai perusahaan di Indonesia, praktik eksploitasi dengan memperlakukan karyawan

    sebagai liabilitas masih terjadi. Karyawan menjadi komponen produksi. Ungkapan yang dipakaiadalah mendayagunakan karyawan (konotasi negatif), yakni bagaimana karyawan diarahkan

    mencapai target perusahaan. Dari sana nasib karyawan ditentukan tanpa mempertimbangkan

    faktor esensial, seperti pemberdayaan dan hak karyawan, karena hanya akan muncul sebagai

    faktor biaya.

    Tragikomedi nasib TKW/TKI kita di sejumlah negara juga akibat prinsip manajemen pemerintah

    yang memperlakukan SDM (TKW/TKI) sebagai liabilitas. Meski mungkin bersifat tak langsung,

    mereka didayagunakan untuk bekerja di luar negeri tanpa mempertimbangkan faktor

    pemberdayaan, perlindungan, dan lainnya (faktor yang dianggap biaya). Toh, itu bisa

    mengurangi pengangguran sekaligus menambah devisa negara.

    Dalam dimensi pendidikan, ujian nasional, misalnya, sama saja. Standardisasi lebih sebagai

    upaya memenuhi kepentingan pragmatis pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional) tanpa

    memedulikan esensi pendidikan manusia, seperti proses aktualisasi diri siswa, keunikan individu,

    perbedaan irama belajar, dan akses pendidikan. Semua dimatikan atas nama standardisasi. Pada

    titik ini, eksploitasi peserta didik berlangsung diam-diam. Pada tahap liabilitas ini, kita

    membangun manusia produksi.

    SDM sebagai aset

    Faktor kedua, SDM sebagai aset. Tahap ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahap liabilitas.

    Namun, unsur eksploitasimeski lebih halusmasih terkandung di sana. Pengertian sederhanaaset adalah segala sesuatu yang punya nilai dan siap dikonversikan menjadi uang. Dan SDM

    adalah intangible asset.

    Maka, proses eksploitasi diam- diam terjadi saat SDM dipertimbangkan dari sudut nilai

    ekonomis. Frase manajemen yang berlaku di sini adalah memberdayakan manusia (SDM).

    Namun, semuanya hanya diarahkan pada pemenuhan target organisasi (kepentingan organisasi).

    Maka, ketika seorang karyawan dianggap incapable, dia akan diberdayakan melalui berbagai

    pelatihan di perusahaan. Ketika anak didik dianggap kurang mampu memenuhi standar, ia segera

    diikutkan dalam berbagai bimbingan belajar atau kursus.

    Semua hanya untuk memenuhi target jangka pendek, terbatas kepentingan pragmatis-situasional.

    Karena itu, kata pendidikan amat asing di sebuah perusahaan dan lebih akrab dengan

    pelatihan. Seandainya ada departemen pendidikan dan pelatihan (diklat), tetapi dalam praktik,

    unsur pelatihan lebih menonjol. Pihak sekolah dan orangtua lebih mempraktikkan prinsip

    persekolahan dibandingkan pendidikan dalam arti utuh.

    Nilai ekonomis tetap menjadi pedoman. Karyawan diberdayakan agar mampu memenuhi target

    yang mengandung nilai ekonomis. Anak didik diberdayakan agar memenuhi standar, didasari

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    6/13

    pada pertimbangan nilai ekonomis yang bisa dihitung dari kemampuan memenuhi standar. Pada

    tahap ini, kita membangun manusia profesional.

    Membangun manusia

    Prinsip berbagai perusahaan atau organisasi bahwa SDM merupakan aset terpenting akhirnyagagal karena praktik eksploitasi meski tidak seliar tahap liabilitas. Karena itu lahir tahap ketiga

    yang mencoba meninggalkan prinsip eksploitasi dan mengacu pada Adrian Levy (RLG

    International), yang didasari pada praktik dan observasi pada berbagai great companies: People

    are not the most important assets of a company they are the company. Everything else is an

    asset.

    Pada tahap ini, prinsip manajemen yang dipakai adalah membangun manusia paripurna, tak

    sekadar manusia produksi atau manusia profesional. Ia tidak hanya diarahkan untuk memenuhi

    target, tetapi diberi hak, kesempatan memenuhi tujuan hidup termulia sebagai manusia. Pada

    tahap ini, perusahaan sudah akrab dengan prinsip pendidikan. Jika anak didik, ia tidak sekadar

    diarahkan untuk memenuhi standar kelulusan, tetapi juga tujuan mendasar dan mulia sebagai(calon) manusia dewasa. Demikian juga TKW/TKI diberi kesempatan dan didampingi agar

    menjadi TKW/TKI paripurna, TKW/TKI bermartabat.

    Ringkasnya, SDM adalah perusahaan itu sendiri. Maka, sebagai aset, sumber daya lain wajib

    didayagunakan untuk membangun manusia paripurna yang sadar, punya hak, mau, dan

    mampubukan hanya memenuhi tujuan hidup pribadi termulia, tetapi juga tujuan dan nasib

    lingkungan, orang lain, perusahaan, sekolah, bangsa, bahkan dunia.

    Hanya dengan membangun manusia paripurna SDM Indonesia bisa dijadikan benar-benar kaya.

    Sayang visi dan program membangun manusia paripurna tidak muncul dalam kampanye

    capres-cawapres. Sungguh ironis nasib SDM Indonesia.

    PERAN DA N TANGGUNG

    JAWAB MAHASISWA KEDOKTERAN

    Sudah menjadi fakta sejarah bahwa proses pembentukan fondasi negara Indonesia padaawal abad kedua-puluh, telah menempatkan keberadaan figur dokter-dokter bumi-putra

    sebagai pelopor semangat nasionalisme dan kesadaran berbangsa. Eratnya jalinan benangmerah keberadaan dokter dengan lahirnya semangat tersebut tidak terlepas dari watak

    yang dibentuk oleh proses pendidikan kedokteran dan sumpah serta etika yang harusdipatuhinya sebagai seorang dokter. Dalam salah satu kalimat pada Hippocratic Oath"

    dinyatakan dengan tegas:

    "What ever houses I may visit, I will come for the benefit of the sick, remaining free of all

    intentional injustice, of all mischief and in particular of sexual relations with both female and

    male persons, be the free or slaves..."

    atau seperti yang tertuang dalam dua kalimat pada Physicians Oath The world

    MedicalAssociation, Declaration of Geneva"

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    7/13

    "I will not permit consideration of my religion, nationality, race, party politics or social

    standing to intervene between my duty and my patient...

    "I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception, even under

    threat, I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanity...

    Dokter adalah figur yang mengabdikan profesinya, tanpa dipengaruhi pertimbangan-

    pertimbangan agama, kedudukan sosial, jenis kelamin, suku dan politik kepartaian. Artinya,dalam pekerjaan keprofesiannya dokter sarat dengan nifai kesetaraan. Sebuah nilai yang

    dapat menumbuhkan rasa ketertindasan yang sama akibat proses penjajahan pada masaitu, yang akhirnya menimbulkan rasa kebangsaan yang kemudian dapat berkembang

    menjadi rasa nasionalisme.

    Tidak mengherankan jika pada peniode 1908, kelompok pertama yang memiliki semangat

    nasionalisme adalah dokter. Inilah yang menjadi embrio kesadaran berbangsa yang padagilirannya melahirkan semangat kebangkitan nasional. Dokter Wahidin Sudirohusodo

    penggagas berdirinya Budi Utomo menyadari bahwa keterbelakangan dan ketertindasan

    rakyat harus dihadapi melalui organisasi yang dapat memajukan pendidikan danmeninggikan martabat bangsa.

    Gagasan ini kemudian diwujudkan oleh mahasiswa kedokteran (Sutomo dan teman-temanmitra profesi lainnnya). Dan, sejarah mencatat, 20 Mei 1908 organisasi Budi Utomo lahin.Hari lahir tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah awal

    kebangkitan bangsa yang bertujuan untuk mencapai kehidupan bangsa yangterhormat. Budi Utomo kemudian bukan hanya milik para dokter. Organisasi ini menjadi

    milik bersama yang dijalankan (untuk pertama kalinya) juga oleh tokoh pemerintahan padawaktu itu (sebagai ketuanya, penulis, opsir, dll.

    Kemudian, dalam peran kesejarahannya, kiprah dokter-dokter dan generasi penerusnya --dalam konteks kebangsaan --terus berlanjut, baik di jaman Pendudukan Tentara Jepang,

    fase perang kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan dan sampai hari ini,mengisi kemerdekaan melalui pengabdian profesi menurut ukuran dan standar tertinggi.

    Di hari ulang tahun IDI ke 57, kurang lebih 6 bulan lagi menjelang seabad kebangkitan

    nasional dan sekaligus seabad kiprah dokter Indonesia (20 Mei 2008), apakah tujuan untukmencapai kehidupan bangsa yang terhormat sebagaimana dicita-citakan untuk pertama

    kalinya oleh para dokter tersebut sudah tercapai? Apakah keberadaan dokter --yang

    ditunjang oleh sistem praktiknya --saat ini dapat berperan seutuhnya terkait dengankontribusi profesi kedokteran dalam menggapai cita-cita menciptakan bangsa yang

    terhormat tersebut?

    Marilah kita lihat jawabannya dengan melihat realitas dan ukuran objektif kondisikehormatan sebuah bangsa, melalui beberapa indikator yang dapat mencerminkan hal

    tersebut: dalam setting sehat sakitnya sebuah bangsa. Dan marilah kita cermati pula,

    apakah sistem praktik kedokteran Indonesia perlu direkonstruksi melalui berbagai intervensi

    kesisteman agar para dokter kembali menempatkan kesehatan dalam arti sesungguhnya;yaitu kondisi kesehatan yang sangat membutuhkan adanya revitalisasi peran dokter

    Indonesia sebagai sosok cendekia-profesional sesuai zamannya.

    Sehat yang SesungguhnyaSehat yang sesungguhnya, bukan hanya bebas dan penyakit. Seharihari, masyarakat

    cenderung mengartikan sehat hanya bebas dari penyakit fisik semata. Padahal, sudah sejak

    lama definisi sehat yang diterbitkan World Health Organization (WHO) dan diadopsi juga

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    8/13

    oleh UU RI nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa, sehat selain

    mengandung dimensi fisik,juga mengandung dimensi mental dan sosiaf.4

    ..Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely an

    absence of disease infirmity. . .(WHO, 1948)

    ...Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkansetiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis~(UUNo 23Tahun 1992...)

    Tentu saja, sehat fisik di tempatkan sebagai komponen terpenting dan keadaan sehat

    secara keseluruhan. Sehat fisik artinya seluruh organ tubuh berada dalam ukuran yang

    seharusnya, dan berada dalam kondisi optimal, serta dapat berfungsi normal. Sehat secara

    fisik umumnya diukur dan parameter; dari nilai-nilai normal; dari tanda-tanda vital tubuh,

    antara lain: denyut nadi pada saat istirahat, tekanan darah

    Sehat mental di tempatkan sebagai sisi lain yang terintegrasi dari sehat fisik; sebuah sisilain dari "Koin mata uang kesehatan. Ciri seseorang (dan masyarakat) yang

    dinyatakan sehat secara mental minimal meliputi: merasa puas dengan keadaan dirinya(tidak pernah merasa kecewa dengan keadaan dirinya); patuh pada aturan-aturan; dapat

    menerima dengan baik perbedaan antar sesama; mudah menerima kritik; mempunyaikontrol diri yang baik (tidak akan selalu didominasi oleh emosi, rasa kecewa dan marah).

    Sehat secara sosial (social well-being); yang di beberapa literature ditambahkan dan ataudikaitkan juga dengan sehat rohani; juga memiliki berbagai ciri. Walaupun banyak

    perbedaan pendapat tentang kondisi sehat sosial yang ideal, secara umum disepakati,bahwa ciri seseorang (dan masyarakat) yang sehat secara sosial mellputi atau berkonotasidengan kemampuan seseorang untuk : membina hubungan keakraban dengan sesame;

    memiliki tanggung jawab menurut kapasitas yang dimilikinya; dapat hidup secana efektif

    dengan sesame; dan menunjukkan perilaku sosial yang penuh perhitungan.

    Wacana

    Secara objektif ukuran yang dapat mencerminkan kehormatan satu bangsa, terkait dengansehatnya sebuah bangsa dari sisi sehat fisikmental-sosial, dapat diiihat dan beberapa indeks

    global, antara lain: Human Development Index (HDI), Human Poverty Index (HPI), Index ofEconomic Freedom (IEF).

    HDI merupakan gambaran dan tiga indikator, yaitu: kesehatan, pendidikan dan

    pertumbuhan ekonomi. Di tingkat ASEAN, pada tahun 1996, bangsa kita disalip (ditinggal)oleh Vietnam yang baru saja merdeka (Lihat Gambar 1). Apabila dibandingkan dengan

    Malayasia, Singapore atau Thailand, bangsa kita semakin jauh tertinggal. Kontribusi dan

    rendahnya pencapaian ketiga indikator (kesehatan-pendidikan-pertumbuhan ekonomi)tersebut: saling melengkapi terhadap turunnya kehormatan bangsa. Khusus untuk

    kesehatan, ukurannya hanya satu, yaitu Usia Harapan Hidup (UHH).

    Gambar 1: Hasil Lomba HDI Indonesia dengan Vietnam

    Untuk memperbaiki HDIdalam hal mi melalui kontribusi peningkatan angka UHH - maka

    prioritas program kesehatan fisik jangan sampai terjebak pada program jangka pendek disektor hilir, yaitu program menyehatkan/mengobati orang sakit. Kalaulah prioritas program

    kesehatan lebih pada upaya untuk mengobati orang sakit dengan iming-iming berobatgratis (sebagai catatan: hal ini seringkali menjadi program unggulan beberapa pimpinan

    daerah) maka hal tersebut terlalu riskan. Program kesehatan yang lebih terfokus pada

    upaya mengobati masyarakat sakit akan terlalu dekat dengan risiko kematian. Kondisi ini

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    9/13

    dapat meningkatkan angka kematian pada semua kelompok umur (apalagi pada usia

    rentan, bayi dan anak); atau pada sisi lain akan menurunkan rata-nata UHH

    Semestinya, program kesehatan (dan kampanye politik dalam bidang kesehatan)

    diprioritaskan untuk mencegah rakyat agar tidak jatuh sakit. Sakit-sehatnya rakyat lebihditentukan oleh faktor perilaku sehat dan lingkungan sehat. Program kesehatan harus lebih

    ditujukan pada perubahan perilaku dan penataan lingkungan.Program kesehatan yang ditujukan untuk merubah/pemeliharaan perilaku (health promotion) memberikan

    kontribusi sekitar 50% untuk menyehatkan rakyat. Program kesehatan yang ditujukan untukmerubah/pemeliharaan lingkungan berkontribusi sekitar 20% untuk penyehatan rakyat. Bandingkan

    dengan Program kesehatan yang ditujukan untuk mengobati orang sakit(maksimalisasi rumah-rumahsakit dan puskesmas hanya untuk pengobatan) hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan

    rakyat (Lihat Gambar 2).

    Gambar 2: Modifikasi dari The Force Field and Well-Being Paradigms of Health

    Kalau upaya menyehatkan rakyat ditekankan pada upaya untuk mengobati masyarakat

    yang sakit maka masyarakat akan cenderung tidak menjaga kesehatannya, yang merokokmisalnya tetap merokok (..toh.. kalau nanti saya sakit, saya dapat berobat gratis..");

    akibatnya kalau sudah masuk rumah sakit, risiko kematian semakin meningkat; dan sekalilagi, secara otomatis akan berkorelasi dengan menurunnya angka rata-rata usia harapan

    hidup.

    Untuk itu, marilah kita bersama-sama merenungkan kejadian penyakit-fisik di Indonesia

    yang memiliki risiko kematian tinggi. Contoh aktual adalah Demam Berdarah. Saat ini,angka kejadiannya secara nasional masih menjadi masalah kita bersama. Belum lagi

    kejadian penyakit-penyakit lain seperti: TBC, HIV/AIDS, Malaria. Rakyat yang sakit Demam

    Berdarah, TBC, HIV/AIDS, Malaria, dll, jelas harus diobati namun secara bersamaan harus

    ada intervensi agar kejadian penyakit ini dapat dicegah. Kalau resiko kejadian penyakit iniditekan dan kondisi sakit-fisik tidak sempat muncul, resiko kematian akan menjauh. UHH

    dapat diamankan" UHH yang tinggi akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan HDIsebagai salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan (kehormatan) bangsa.

    Kita bersyukur bahwa saat ini pencapaian pembangunan kesehatanfisik sudah menunjukkan

    hasil yang memuaskan. Namun demikian, tanpa mengurangi penghargaan atas

    keberhasilan pembangunan kesehatan-fisik tersebut,; sejumlah fakta menunjukkan bahwaangka kejadian penyakit-penyakit yang berisiko (seperti contoh di atas) masih

    menyumbangkan angka kematian yang cukup tinggi. Hal ini berarti, masih banyak yangharus diperbaiki dalam upaya tersebut. Pilihan perbaikan tersebut: 1) dapat dilakukan di

    tingkat kebijakan kesehatan; 2) dapat pula dikerjakan di tingkat sistem kesehatan;

    3) dapat juga dijalankan di tingkat subsistem kesehatan (termasuk hanya dalam tingkatmanajemen kesehatan). Artinya, secara ideal harus terus dikembangkan kebijakan-sistem-

    subsistem pembangunan kesehatan-fisik yang dapat mendorong rakyat agar tidak jatuh

    sakit. Karena, rakyat yang sakit-sakitan tidak akan produktif, tidak fit untuk bekerja dan

    tidak akan cerdas dalam pendidikannya.

    Selain HDI, kondisi objektif HPI & lEFjuga harus menjadi perhatian. HPI (Human PropertyIndex) yang meningkat merupakan cerminan dan ketidak adilan distribusi kekayaan dankesejahteraan ekonomi. Sebuah ketidak adilan ekonomi akan berbuah pada kemiskinan.

    Kemiskinan yang tinggi akan menyebabkan lemahnya akses rakyat untuk memperoleh

    kesehatan dan pendidikan yang baik. Akibatnya, masalah sehat sosial menjadi beban baru.Masyarakat yang tidak sehat (sakit) secara sosial terdiagnosis dan kondisi, seperti:

    meningkatnya kriminalitas dan perilaku sosial yang tidak penuh perhitungan

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    10/13

    Belum lagi kondisi objektif yang digambarkan melalui IEF (Index of Economic Freedom).

    Lunturnya martabat sebagai bangsa terhormat suka tidak suka sudah terjadi. Indonesia

    adalah negara yang hampir tidak merdeka, campur tangan negara lain dalam pengaturanekonomi bangsa sangatlah terasa. Kondisi ini semakin diperparah oleh praktik KKN

    (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang masih terus terjadi sampai hari ini. Sebuah penyakitmental yang kronis. Sakit fisik, sakit sosial, yang akhirnya dilengkapi dengan sakit mental.

    Sakit mental -yang tergambar dan kondisi tidak merasa puas dengan keadaan diri; merasakecewa dengan keadaan dirinya; dan tidak mau patuh pada aturan-aturan yang ada

    rasanya sudah menjadi salah satu masalah kesehatan bangsa yang kronis.

    Secara kualitatif, silahkan didiagnosis cerminan kesehatan-mental dan sosial bangsa kita

    saat ini berdasarkan ciri-ciri masyarakat yang sakit secara mental dan sosial.

    Dengan merujuk pada indikator dan ciri-ciri di atas, setujukah kita bahwa bangsa Indonesia,

    dalam perspektif kesehatan yang sesungguhnya adalah bangsa yang sedang sakit, yaitusakit fisik-mental-sosial? Tentu saja, pertanyaan dan wacana ini akan menimbulkan pro

    dan kontra. Namun demikian, terlepas dan pro dan kontra yang akan muncul, secara

    teoritis tidak dapat dipungkiri tentang besarnya kontribusi pembangunan kesehatan, yaitupembangunan kesehatan flsik-mental-sosial dalam mencapai tingkat kehormatan sebuah

    bangsa.

    Penutup WacanaRevitalisasi Peran Dokter

    Apabila hipotesis tentang kondisi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sedang sakit dansisi fisik-mental-sosial, kemudian terbukti benar. Para dokter harus berkontribusi Iebih aktif

    untuk menyehatkan bangsa ini. Dokter harus segera merevitalisasi peran komprehensif

    pengabdiannya. Sebagai sosok profesional-cendekia, dokter selain berkontribusi dalamupaya menyehatkan fisik masyarakat, secara simultan juga harus berupaya

    mengintegrasikan upayanya dalam proses penyehatan mental dan sosial masyarakat.

    Untuk saat ini, apabila peran dokter akan direvitalisasi, dengan harapan mampu melakukan

    intervensi menyeluruh terhadap permasalahan kesehatan bangsa (fisik-mentakosial),mungkin akan muncul skeptisisme di tengah-tengah masyarakat. Sikap skeptis ini wajarkarena selama ini peran dokter lebih terlihat pada upaya penyehatan fisik. Proses reduksi

    peran dokter yang tidak disadari dan telah berlangsung sekian lama, teryata telah

    memarjinalkan fungsi dokter. Persepsi sosial hari ini, sosok dokter tidak lebih dan seorang

    agent of treatment.

    Dewasa ini, para dokter telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Banyak

    dokter (atau lebih tepatnya wawasan kedokterannya), lebih concern bahwa ilmu kedokteranhanyalah mempelajari segala sesuatu tentang penyakit. Akibatnya kewajiban untuk

    menyehatkan rakyat hanya sekadar menganjurkan minum vitamin, mineral, tonik, dll, serta

    mengobati pasien yang sakit. Dokter lupa bahwa selain melakukan intervensi fisik, juga

    harus berperan dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Dokter sebagai

    seorang profesional-cendekia dalam kiprahnya melekat tanggung jawab sebagai agent ofchange sekaligus agent of development untuk masyarakat. Dalam istilah yang berbeda, diera ke-kinian, WHO menggambarkan peran dokter sebagai seorang professional-cendekia

    ini sebagai the five stardoctors", yaitu dokterdokter yang tidak hanya memiliki

    kompetensi sebagai medical care provider, namun juga melekat pada dirinya kompetensi-kompetensi lain, yaitu sebagai community leader, decision maker, communicator dan

    sebagai seorang manager.

    Menuju Seabad Kiprah Dokter Indonesia, 20 Mei 1908-20 Mei 2008

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    11/13

    Negara harus menjamin tercapainya keadaan sehat yang positif, yaitu sehat yang optimal

    dari sisi fisik, mental, dan sosial. Sehat yang positif merupakan modal dasar kehidupan

    rakyat. Negara harus semakin serius memandang bahwa peningkatan derajat kesehatantidaklah hanya melalui upaya pengobatan fisik semata. Pemerintah bersama-sama

    pengandil kepentingan mulai harus memikirkan pengembangan sistem/teknologi/metodeyang sesuai pada masa mi agar terjadi akselerasi dalam proses penyehatan fisik-mentaldan

    sosial masyarakat (Lihat Gambar 3).

    Gambar 3: Kerangka Pikir Revitalisasi Peran Dokter dan Pengembangan Sistem/

    Teknologi/Metode yang sesuai untuk Penyehatan Bangsa

    Dokter tidak boleh terpaku bahwa setelah melakukan penyuluhan kesehatan merasa bahwasemua tugas sudah dilakukan. Pemerintah harus lebih mengembangkan lagi sistem yang

    dapat mendorong dokter untuk melakukan program individual health promotion-health

    education secara terus menerus kepada setiap anggota masyanakat.

    Kalau sistem ini dapat diciptakan maka dokter selain mengintervensi kesehatan fisik, dapat

    pula mengintenvensi kesehatan mental dan sosial anggota masyarakat tersebut.

    Menuju seabad kiprah dokter (dan seabad kebangkitan nasional 2008), sekali lagi, dokterbersama-sama pemerintah harus menata sistem yang memungkinkan dokter dapatmerevitalisasikan peran komprehensifnya sebagai agent of change dan agent of

    development.

    Untuk itu, dibutuhkan proses rekonstruksi sistem kesehatan nasional yang memungkinkanperan komprehensif tersebut dapat diterapkan.

    Salah satu alternatif rekonstruksi tersebut, dan saat ini selalu diadvokasikan secara terusmenerus oleh Ikatan Dokter Indonesia, adalah pengembangan sistem praktik kedokteran

    terpadu. Sistem praktik kedokteran terpadu adalah sistem pelayanan kesehatan perorangan

    yang ujung tombak pelayanannya menggunakan pendekatan praktik kedokteran keluarga.Pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan praktik kedokteran keluarga - apapun

    namanya: kalau di Belanda dikenal dengan istilah dokter keluarga, di lnggris tetap dikenaldengan nama dokter umum/general practitioner, atau dokter-layanan-primer-berdasarkan-

    pendekatan-keluarga menurut istilah kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikankedokteran di Indonesia saat iniadalah entitas pelayanan yang terdiri dari dokter

    keluarga dan timnya, yaitu: bidan keluarga perawat keluarga apoteker keluarga dan

    mitra-mitra profesi lainnya, yang bertugas membina fisik-mental-sosial sekitar 2.500anggota keluarga. Mungkin istilah ini dapat juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi

    pembangunan kesehatan pada saat ini.

    Praktik kedokteran dengan pendekatan keluarga berorientasi pada upaya personal care,primary medical care, continuing care dan comprehensive care. Dengan pendekatan ini,

    dokter dan timnya akan menjadi bagian dan keluarga-keluanga Indonesia. Melalui sistem

    ini, dokter dan timnya akan banyak berbicara dari hati ke hati dengan anggota-anggota

    keluarga, menyehatkan keluargakeluarga (dan bangsa), tidak hanya fisik, namun jugamental dan sosial. Di sinilah letak revitalisasi peran komprehensif dokter yang

    sesungguhnya (Lihat Gambar 4). Apabila dalam tindakan atas empat caring tersebut tidak

    dapat dipenuhi, dokter keluarga kemudian melakukan pendampingan dan merujuk client-nya ke pelayanan tingkat lanjutan (secondary dan tertiary care). Dengan sistem ini juga,

    dokter layanan skunder (spesialis) dan layanan tersier (sub-spesialis) dapat lebih fokus

    melayani dan hanya menjalankan pekerjaan keprofesiannya sebagai seorang spesialis dansub-spesialis.

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    12/13

    Gambar 4: Modiflkasi Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu dengan Praktik Kedokteran

    Keiuarga sebagai Ujung Tombak Pelayanan

    Menuju seabad kebangkitan nasional tahun 2008, tahapan pengembangan sistem praktik

    kedokteran berdasarkan pendekatan keluarga ini harus mulai disepakati oleh selunuhpengandil kepentingan, khususnya di daerah perkotaan. Sistem ini hanya dapat berjalan

    apabila Sistem Jaminan Sosiai Nasional Bidang Kesehatan (asuransi kesehatan sosial)yang sudah mulai berjalan (dengan embrionya) asuransi kesehatan untuk masyarakat

    miskin (ASKESKIN)sudah semakin benkembang. Hal ini mengingat bahwa, sistem praktik

    kedokteran keluarga harus berbasis asuransi kesehatan sosial yang bersifat pra-bayar;tentu saja dengan pembayaran yang sesuai dengan upaya untuk mewujudkan sistem

    kendali mutu dan sistem kendali biaya dalam praktik kedokteran yang baik.

  • 7/30/2019 Tentang Dunia Kedokteran

    13/13

    Catatan Akhir: Gerakan Dokter Untuk BangsaKeberhasilan revitalisasi peran komprehensif dokter akan berkontribusi sangat signifikan

    pada kesehatan fisik-mental-sosial bangsa. Dan, tidak dapat dipungkiri besarnya kontribusikesehatan bangsa pada kelangsungan pembangunan nasional, termasuk ketahanan

    nasional di dalamnya. Khusus untuk ketahanan nasional, sebagaimana yang sudah kita

    ketahui adalah suatu kondisi dinamis satu bangsa yang terdiri atas ketangguhan sertakeuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi

    segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang

    dan dalam maupun luar, secara langsung maupun tidak langsung yang mengancam dan

    membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara sertaperjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

    Ketahanan nasional merupakan integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dannegara. Ketahanan Nasional merupakan kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk

    dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnyapembagunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang

    tangguh akan lebih mendorong pembangunan nasional. Bangsa yang sakit akan menurunkemampuannya dalam pembangunan nasional dan akhirnya dapat melemahkan ketahanan

    nasional. Begitu juga sebaliknya. Gerakan Dokter untuk Bangsadikaitkan dengansemangat dokter Indonesia membangun kembali kehormatan dan ketahanan (nasional)

    bangsaadalah gerakan yang menghimpun dan mengerahkan segenap potensi dokter danpotensi masyarakat untuk menyehatkan bangsa. Melalui TRIAS-PERAN yang seharusnya

    dijalankan dokter, masyarakat dan bangsa akan mendapatkan manfaat yang semakin besar

    dan potensi yang dimiliki oleh profesi kedokteran. Diharapkan gerakan ini juga dapatmenjadi wujud kepedulian profesi dokter (Professional Social Responsibility) untuk

    mencapai kehidupan bangsa yang terhormat dan bermantabat sebagaimana dicita-citakan

    oleh dokter Indonesia di awal abad ke-20 yang lalu.

    Hanya bangsa sehat yang dapat menjadi bangsa terhormat. Menjadikan Indonesia sebagai

    bangsa yang terhormat: itulah citacita dokter Indonesia hampir seadab yang lalu. Mudah-mudahan melalui Hari Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia ke-57 yang dirangkaikan

    dengan Halal Bi Halal Idul Fitri 1428 H dan Pencanangan Gerakan Dokter untuk Bangsa

    menuju Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia (20 Mei 1908-2008), bergaung semangat baru, semangat dan pesan dan Gedung Eks Stovia yang

    bersejarah ini, semangat untuk kembali secara konsisten mempenjuangkan tercapainyakehidupan bangsa yang terhormat. Sebuah kehidupan bangsa yang dicita-citakan jauh

    sebelumnya oleh para dokter yang menjalani pendidikan kedokterannya di gedung ini.

    Semoga Allah SWT senantiasa memberkati usaha dan upaya kita semua. Sekian dan terima

    kasih. DIRGAHAYU IKATAN DOKTER INDONESIA. JAYALAH BANGSA DAN NEGARA KITA.Billahittauflq Wa! Hidayah. Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.