Tentang Code of Conduct

36

Transcript of Tentang Code of Conduct

Page 1: Tentang Code of Conduct
Page 2: Tentang Code of Conduct

1

Page 3: Tentang Code of Conduct

2

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

DALAM MENERAPKAN PEDOMAN GCG

(CODE OF GCG)

Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Pedoman Good Corporate

Governance (Code of GCG) ini merupakan penyempurnaan berkelanjutan dari dokumen

sebelumnya yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Acuan untuk penyempurnaan

Pedoman GCG (Code of GCG) tersebut adalah praktek-praktek terbaik (best practices)

hasil benchmark dari perusahaan-perusahaan yang telah mencapai level pengelolaan

GCG yang sangat baik dan juga Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011

tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik.

Pedoman GCG (Code of GCG) ini merupakan pedoman utama dalam implementasi

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di PT PJB Services.

Perusahaan menyadari dan meyakini bahwa menjaga agar pengelolaan perusahaan

selalu patuh pada hukum dan perilaku etis menjadi salah satu pilar bagi PT PJB

Services untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan pengelola aset pembangkit listrik

dan pendukungnya dengan standar internasional.

Dengan kesadaran dan kesepakatan dalam menjalankan ketentuan yang terdapat dalam

Pedoman GCG (Code of GCG) ini, maka PT PJB Services akan selalu melaksanakan

prinsip-prinsip GCG yang mencakup transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), dan

kewajaran (fairness) sehingga reputasi PT PJB Services semakin kuat.

Sidoarjo, 13 Oktober 2014

Komisaris Utama Direktur Utama

Trilaksito Sunu Hari Suharso

Page 4: Tentang Code of Conduct

3

KOMITMEN DALAM

MENERAPKAN PEDOMAN GCG (CODE OF GCG)

Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Pedoman Good Corporate

Governance (Code of GCG) ini merupakan penyempurnaan berkelanjutan dari dokumen

sebelumnya yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Acuan untuk penyempurnaan

Pedoman GCG (Code of GCG) tersebut adalah praktek-praktek terbaik (best practices)

hasil benchmark dari perusahaan-perusahaan yang telah mencapai level pengelolaan

GCG yang sangat baik dan juga Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011

tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik.

Pedoman GCG (Code of GCG) ini merupakan pedoman utama dalam implementasi

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di PT PJB Services.

Perusahaan menyadari dan meyakini bahwa menjaga agar pengelolaan perusahaan

selalu patuh pada hukum dan perilaku etis menjadi salah satu pilar bagi PT PJB

Services untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan pengelola aset pembangkit listrik

dan pendukungnya dengan standar internasional.

Dengan kesadaran dan kesepakatan dalam menjalankan ketentuan yang terdapat dalam

Pedoman GCG (Code of GCG) ini, maka PT PJB Services akan selalu melaksanakan

prinsip-prinsip GCG yang mencakup transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), dan

kewajaran (fairness) sehingga reputasi PT PJB Services semakin kuat.

Sidoarjo, 13 Oktober 2014

Direktur Utama

Hari Suharso

Page 5: Tentang Code of Conduct

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Tujuan dari Implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate

Governance (GCG) di PT PJB Services adalah untuk menjamin pengelolaan perusahaan

selalu patuh pada hukum dan perilaku etis.

Kepatuhan pada hukum dan perilaku etis di atas akan menjadi salah satu pilar PT PJB

Services dalam mencapai Visi Perusahaan untuk menjadi perusahaan pengelola aset

pembangkit listrik dan pendukunganya dengan standar internasional.

Implementasi GCG berlandaskan pada prinsip-prinsip GCG yang meliputi :

1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ (RUPS, Dekom, dan Direksi) sehingga pengelolaan

perusahaan terlaksana secara efektif

3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat

4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun

yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan.

1.2. Sistem Pengelolaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Guna menjamin bahwa GCG diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan,

maka PT PJB Services mengembangkan sistem pengelolaan tata kelola perusahaan yang

baik sebagai berikut :

Page 6: Tentang Code of Conduct

5

Gambar 1.1 Sistem Pengelolaan GCG di PT PJB Services

Sistem pengelolaan GCG terdiri dari 6 (enam) tahapan yang pada setiap tahapan dapat

dijelaskan input, proses, dan outputnya sebagai berikut :

Tahap 1 : Adopt and Set Guidelines

Input : Undang-Undang, Peraturan atau Ketentuan Lain, maupun Norma yang

terkait dengan bisnis perusahaan

Proses : Melakukan analisis terhadap berbagai Undang-Undang, Peraturan atau

Ketentuan Lain, maupun Norma untuk menentukan hal-hal yang wajib

ditaati oleh perusahaan

Output : 1. Anggaran Dasar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

2. Kumpulan Peraturan atau Ketentuan Lain, maupun Norma yang

wajib ditaati oleh perusahaan

3. Tata Nilai (core values) PT PJB Services

Tahap 2 : Plan the Guidelines

Input : Output dari tahap 1

Proses : Menjabarkan Kumpulan Peraturan atau Ketentuan Lain, dan Norma

yang wajib ditaati oleh perusahaan, serta Anggaran Dasar perusahaan

kedalam suatu pedoman utama dalam pengelolaan tata kelola

perusahaan yang baik

Output : 1. GCG Roadmap

2. Code of GCG (GCG Manual atau Pedoman GCG)

3. Code of Conduct (Pedoman Perilaku)

Page 7: Tentang Code of Conduct

6

Tahap 3 : Cascade to Align Stakeholders

Input : Output dari tahap 2

Proses : Menjabarkan pedoman utama dalam pengelolaan GCG kedalam suatu

pedoman kerja dari organ perseroan (RUPS, Dewan Komisaris, dan

Direksi) serta stakeholder lain

Output : 1. Tata Laksana Kerja Dekom-Direksi (Board Manual)

2. Infrastruktur GCG organ RUPS

3. Infrastruktur GCG organ Dewan Komisaris

4. Infrastruktur GCG organ Direksi

5. Infrastruktur GCG stakeholder lain

Tahap 4 : Execution

Input : Output dari tahap 3

Proses : Melaksanakan seluruh infrastruktur GCG yang telah ditetapkan

Output : Hasil evaluasi dan penilaian GCG setiap tahun (feedback report hasil

assessment GCG)

Tahap 5 : Monitor and Learn

Input : Output dari tahap 4

Proses : Melakukan pemantauan terhadap kinerja implementasi GCG yang

diukur dari skor GCG yang diraih setiap tahunnya

Output : Rencana tindakan perbaikan berkelanjutan atas implementasi GCG

berdasarkan feedback report hasil assessment GCG

Tahap 6 : Test and Adapt

Input : Output dari tahap 5

Proses : Test adalah melakukan pengujian kesesuaian dan kecukupan

infrastruktur GCG yang telah ada dibandingkan dengan tuntutan bisnis,

potensi blind spot, perubahan peraturan dan lingkungan usaha lainnya

antara lain dengan melakukan benchmarking implementasi GCG di

perusahaan best practices.

Apabila diperlukan dilakukan pemutakhiran

Output : 1. Revisi Anggaran Dasar, GCG Road Map, Code of GCG, Code of

Conduct, dan/atau infrastruktur GCG lainnya (apabila diperlukan)

2. Infrastruktur GCG baru yang belum pernah ada sebelumnya (apabila

diperlukan)

1.3. Pengertian Pedoman GCG

Code of GCG atau seringkali disebut juga sebagai GCG Manual atau Pedoman GCG

atau Panduan GCG merupakan pedoman utama di bawah Anggaran Dasar yang menjadi

Page 8: Tentang Code of Conduct

7

acuan atau sumber dalam penyusunan infrastruktur dan implementasi GCG di

perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, maka Code of GCG memuat garis besar

dari infrastruktur GCG yang dikembangkan dan dikelola perusahaan, mencakup :

1. Pedoman Perilaku (Code of Conduct)

2. Tata Laksana Kerja Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual)

3. Manajemen Risiko Manual

4. Sistem Pengendalian Internal

5. Sistem Pengawasan Internal

6. Mekanisme Pelaporan atas Dugaan Penyimpangan

7. Tata Kelola Teknologi Informasi

1.4. Dasar Hukum Pedoman GCG

Code of GCG yang dikembangkan PT PJB Services mengacu pada berbagai Undang-

Undang, Peraturan atau Ketentuan Lain, maupun Norma yang terkait dengan bisnis

perusahaan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia, di antaranya adalah:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

c. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan

atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (BUMN).

h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial.

Page 9: Tentang Code of Conduct

8

2. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diantaranya adalah:

a. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan BUMN

b. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan

Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)

c. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-102/MBU/2002 tentang Penyusunan

Rencana Jangka Panjang (RJP)

d. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara pada Badan Usaha Milik Negara.

e. Peraturan menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/2011 tanggal 6 Juli 2012

tentang perubahan PER-01/MBU/2011 pasal 12 mengenai tugas dan wewenang

Dewan Komisaris/Pengawas.

f. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-12/MBU/2012 tentang organ pendukung

Dewan Komisaris/Pengawas.

3. Anggaran Dasar PT PJB Services

Selain mengacu pada berbagai Undang-Undang, Peraturan atau Ketentuan Lain,

maupun Norma, Code of GCG yang dikembangkan PT PJB Services juga mengacu

visi, misi, dan tata nilai (core values) perusahaan sebagai berikut :

1. Visi

Menjadi perusahaan pengelola aset pembangkit listrik dan pendukungnya dengan

standar internasional

2. Misi

- Melaksanakan pengelolaan aset pembangkit listrik dan pendukungnya dengan

standar internasional.

- Menerapkan manajemen total solusi untuk meningkatkan kinerja unit

pembangkit listrik secara berkelanjutan.

- Mengembangkan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan secara berkelanjutan guna memenuhi harapan stakeholders

3. Tata Nilai (Core Values)

Tata nilai PT PJB Services adalah S.I.A.P yang merupakan kependekan dari :

- Service Oriented

- Integrity

- Active Learning

- Professional

Page 10: Tentang Code of Conduct

9

BAB II

PRINSIP-PRINSIP

TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental yang dijadikan sebagai pedoman untuk

berpikir atau bertindak. Prinsip dalam tata kelola perusahaan yang baik mencakup :

transparansi atau keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

responsibilitas (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness)

atau seringkali disingkat TARIF.

2.1. Transparansi (Transparency)

- Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

mengemukakan informasi material yang relevan bagi Perusahaan.

- Transparansi diupayakan dan diwujudkan oleh Perusahaan dengan selalu berusaha

untuk mempelopori pengungkapan informasi keuangan dan non-keuangan kepada

stakeholder serta dalam pengungkapannya tidak terbatas pada informasi yang

bersifat wajib dengan tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan sesuai dengan praktik terbaik GCG.

2.2. Akuntabilitas (Accountability)

- Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ Perusahaan sehingga

pengelolaan Perusahaan dilaksanakan secara efektif.

- Perusahaan meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan dengan keberadaan sistem

yang mengendalikan hubungan antara individu dan/atau organ yang ada di

Perusahaan maupun hubungan antara Perusahaan dengan pihak yang

berkepentingan. Akuntabilitas oleh Perusahaan diperlukan sebagai salah satu solusi

mengatasi masalah yang timbul sebagai konsekuensi logis adanya perbedaan

kepentingan individu dengan kepentingan Perusahaan maupun dengan kepentingan

stakeholder.

- Perusahaan menerapkan akuntabilitas dengan mendorong seluruh individu dan/atau

Organ Perusahaan agar menyadari hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab

serta kewenangannya.

- Akuntabilitas senantiasa dilaksanakan supaya Perusahaan selalu dapat

mengkomunikasikan kepada stakeholder agar benar-benar memahami hak dan

kewajiban masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

- Perusahaan mengakui adanya tiga tingkatan akuntabilitas, yaitu:

a. Akuntabilitas Individual yang merujuk kepada hubungan akuntabilitas antara

atasan-bawahan yang berlaku kepada kedua belah pihak baik yang

mempunyai wewenang dan yang mendapatkan penugasan dari pemegang

wewenang.

b. Akuntabilitas Tim yang merujuk kepada akuntabilitas yang ditanggung

bersama oleh suatu kelompok kerja atas kondisi dan kinerja yang tercapai.

Page 11: Tentang Code of Conduct

10

c. Akuntabilitas Perusahaan yang merujuk kepada akuntabilitas Perusahaan

dalam menjalankan peranannya sebagai entitas bisnis.

2.3. Pertanggungjawaban (Responsibility)

- Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip tata kelola perusahaan dan etika bisnis yang sehat dalam pengelolaan

Perusahaan.

- Pertanggungjawaban diwujudkan oleh Perusahaan dengan selalu berusaha menjadi

warga perusahaan yang baik (Good Corporate Citizen).

2.4. Kemandirian (Independency)

- Pengelolaan Perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

sehat.

- Kemandirian merupakan suatu keharusan agar Organ Perusahaan dapat bertugas

dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi Perusahaan dan

dilaksanakan dengan selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung

jawab serta kewenangan masing-masing Organ Perusahaan.

2.5. Kewajaran (Fairness)

- Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder sesuai perjanjian dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Perusahaan menjamin bahwa setiap pemegang saham dan stakeholder mendapatkan

perlakuan yang wajar, dan dapat menggunakan hak-haknya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 12: Tentang Code of Conduct

11

BAB III

POKOK-POKOK PEDOMAN PERILAKU

Guna mencapai keberhasilan bisnis jangka panjang, maka GCG perlu

diimplementasikan dengan didasarkan pada komitmen dan konsistensi tinggi untuk

selalu patuh pada hukum berperilaku etis. Oleh karena itu diperlukan pedoman perilaku

sebagai standar atau acuan berperilaku bagi perusahaan sebagai entitas bisnis dan bagi

seluruh organ perusahaan (RUPS, Dekom, dan Direksi), karyawan, dan stakeholder

lainnya.

Pedoman perilaku memuat tata nilai (core values), etika bisnis, dan etika kerja :

- Tata Nilai (core values) perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai

visi dan misi perusahaan yang telah ditetapkan.

- Etika bisnis adalah standar atau acuan perilaku usaha bagi perusahaan sebagai

suatu entitas bisnis dalam berinteraksi atau berhubungan dengan pihak-pihak

yang berkepentingan (stakeholders) baik internal maupun eksternal

- Etika kerja adalah standar atau acuan perilaku kerja yang digunakan oleh

seluruh jajaran perusahaan dalam melaksanakan tugas untuk dan atas nama

Perusahaan, maupun dalam berinteraksi dan berhubungan dengan sesama rekan

kerja, atasan, maupun bawahan.

Rumusan etika bisnis dan etika kerja dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam

Pedoman Perilaku (Code of Conduct) agar dapat dipahami dan diterapkan secara

konsisten.

Pedoman Perilaku PT PJB Services disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

Pedoman Perilaku (Code of Conduct) memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Pernyataan Komitmen Direksi dan Dewan Komisaris

2. Tata Nilai (core values) perusahaan

3. Pengaturan Benturan Kepentingan

4. Pemberian dan penerimaan hadiah, jamuan, hiburan, dan pemberian donasi

5. Komitmen kepedulian terhadap Kesehatan dan Keselamatanan Kerja dan

pelestarian lingkungan

6. Komitmen Memberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan

dan promosi

7. Integritas Laporan Keuangan

8. Komitmen dan kewajiban perlindungan informasi perusahaan dan intangibles

asset

9. Perlindungan Harta Perusahaan

10. Pengaturan kegiatan Sosial dan Politik

Page 13: Tentang Code of Conduct

12

11. Pengungkapan etika perusahaan yang terkait dengan masing-masing

stakeholder

12. Mekanisme penegakan Pedoman Perilaku termasuk pelanggaran dan pelaporan

13. Pelanggaran dan sanksi

Page 14: Tentang Code of Conduct

13

BAB IV

POKOK-POKOK PANDUAN ORGAN PERUSAHAAN

Salah satu kunci keberhasilan dalam implementasi GCG adalah peran dan hubungan

antar Organ Perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan

Direksi).

Hubungan kerja antara Dewan Komisaris dan Direksi akan dituangkan dan dijabarkan

lebih lanjut dalam Tata Laksana Hubungan Kerja Dewan Komisaris dan Direksi (Board

Manual) agar dapat dipahami dan diterapkan secara konsisten

4.1. Hubungan Antar Organ Perusahaan

- Perusahaan memiliki keyakinan bahwa salah satu keberhasilan dalam menerapkan

GCG sangat bergantung kepada hubungan antar Organ Perusahaan dimana

berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tegas telah

memisahkan fungsi serta peranan Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan

Komisaris, dan Direksi.

- Agar terjalin hubungan yang harmonis antara Rapat Umum Pemegang Saham,

Dewan Komisaris dan Direksi, maka ketiga Organ Perusahaan tersebut selalu

berhubungan atas dasar prinsip-prinsip kebersamaan dan rasa saling menghargai,

menghormati fungsi dan peranan masing-masing dan bertindak demi kepentingan

perusahaan.

- Perusahaan mendorong Organ Perusahaan agar dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi oleh itikad baik, nilai moral dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di

sekitar Perusahaan.

4.2. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

4.2.1. Fungsi RUPS

- RUPS merupakan Organ Perusahaan yang mempunyai wewenang yang tidak

diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris.

- RUPS adalah sarana bagi Pemegang Saham dalam mempengaruhi dan mengarahkan

Perusahaan.

- RUPS merupakan forum di mana Direksi dan Dewan Komisaris melaporkan dan

bertanggung jawab terhadap pelaksanan tugas serta kinerjanya kepada Pemegang

Saham.

4.2.2. Hak-Hak Pemegang Saham

- Hak pemegang saham yang harus dilindungi, antara lain adalah:

a. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS dengan ketentuan satu

saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;

Page 15: Tentang Code of Conduct

14

b. Memperoleh informasi material mengenai secara tepat waktu, terukur, dan

teratur;

c. Menerima pembagian dari keuntungan yang diperuntukkan bagi pemegang

saham sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya;

d. Hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan;

- Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham adalah

pemegang saham yang memiliki hak-hak sebagaimana dimaksud di atas;

- Pemegang saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama diperlakukan

setara (equal treatment);

4.2.3. Pengambilan Keputusan dalam RUPS

- Terdapat dua jenis RUPS yang dikenal oleh Perusahaan yaitu RUPS Tahunan serta

RUPS Luar Biasa.

- RUPS tahunan diadakan tiap-tiap tahun, meliputi :

a. RUPS Tahunan untuk menyetujui laporan tahunan dan mengesahkan

perhitungan tahunan yang diadakan selambat-lambatnya dalam bulan Juni

setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan, dan dalam rapat tersebut

oleh Direksi diajukan: Laporan Tahunan; Pembagian keuntungan dan besarnya

dividen yang dibayarkan; Mengajukan permintaan penetapan penunjukan

akuntan yang diusulkan oleh Komisaris cq. Komite Audit untuk keperluan

pemeriksaan tahun buku berjalan; dan Pemberian pelunasan dan pembebasan

(acquit et de charge) bagi Direksi dan Komisaris, sejauh tindakan tersebut

tercatat dalam laporan dan perhitungan tahunan

b. RUPS Tahunan untuk mengesahkan rencana kerja dan anggaran Perusahaan

(RUPS RKAP) yang diadakan selambat-lambatnya pada hari ke 30 (tiga puluh)

bulan pertama setelah tahun buku baru dimulai, dengan memperhatikan

ketentuan bahwa : Direksi diwajibkan mengirimkan usulan rencana kerja dan

anggaran tahunan Perusahaan kepada Komisaris dan Pemegang Saham untuk

dimintakan pengesahan kepada RUPS Tahunan selambat-lambatnya 60 (enam

puluh) hari sebelum tahun buku baru mulai berlaku; dan Apabila sampai

dengan batas waktu akhir pelaksanaan RUPS RKAP, rencana kerja dan

anggaran Perusahaan belum disahkan oleh RUPS, maka yang berlaku bagi

Perusahaan adalah rencana kerja dan anggaran tahunan Perusahaan yang

diajukan untuk tahun buku yang bersangkutanRUPS Luar Biasa dapat diadakan

setiap saat, jika dianggap perlu oleh Direksi dan/atau Komisaris dan/atau

Pemegang Saham.

- Pada setiap pelaksanaan RUPS, Perusahaan senantiasa berpedoman pada hal-hal

sebagai berikut:

a. Setiap Pemegang Saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi

yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan

penyelenggaraan RUPS, termasuk penjelasan mengenai hal-hal lain yang

berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum RUPS berlangsung

maupun pada saat RUPS berlangsung;

Page 16: Tentang Code of Conduct

15

b. Informasi dan/atau usulan-usulan dalam panggilan untuk RUPS tersebut harus

disediakan di kantor Perusahaan sebelum RUPS diselenggarakan;

c. RUPS dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan sepanjang

semua Pemegang Saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui

tambahan mata acara RUPS.

d. Keputusan atas mata acara tambahan di atas harus disetujui dengan suara bulat.

e. Keputusan RUPS harus diambil melalui prosedur yang transparan dan adil;

f. Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang sekurang-

kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat yang

berkembang dalam RUPS, dan keputusan RUPS. Risalah RUPS wajib

ditandatangani oleh ketua RUPS dan paling sedikit 1 (satu) Pemegang Saham

yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS;

g. Setiap pemegang saham berhak untuk memperoleh salinan risalah RUPS;

- Pemegang saham dapat mengambil keputusan di luar RUPS, dengan ketentuan :

a. Keputusan sah apabila semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui

secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang dimaksud

b. Keputusan pemegang saham di luar RUPS di atas mempunyai kekuatan hukum

mengikat yang sama dengan keputusan RUPS secara fisik

4.2.4. Akuntabilitas Pemegang Saham

- Pemegang saham melaksanakan GCG sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawabnya

4.3. Dewan Komisaris

4.3.1. Fungsi Dewan Komisaris

- Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas mematuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar;

- Dewan Komisaris bertanggung jawab dan berwenang melakukan pengawasan atas

kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai

Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan oleh Direksi, serta memberikan

nasihat kepada Direksi;

- Pengawasan dan pemberian nasihat di atas, dilakukan untuk kepentingan Perseroan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, dan tidak dimaksudkan untuk

kepentingan pihak atau golongan tertentu;

- Dewan Komisaris membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri;

- Dewan Komisaris wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dan RKAP;

- Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan yang

telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS;

Page 17: Tentang Code of Conduct

16

- Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk senantiasa memantau efektivitas

pelaksanaan kebijakan dan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

Direksi agar selalu sesuai dengan tujuan Perusahaan dan arahan Pemegang Saham,

dengan senantiasa berpegang pada pedoman pengawasan Dewan Komisaris, yaitu:

a. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris akan selalu mematuhi

Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris terhadap pengelolaan

perusahaan oleh Direksi;

c. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris bertindak sebagai majelis

dan tidak dapat bertindak sendiri-sendiri mewakili Dewan Komisaris;

d. Pengawasan tidak boleh berubah menjadi pelaksanaan tugas-tugas eksekutif,

kecuali dalam hal perusahaan tidak memiliki Direksi dengan kewajiban

dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tidak adanya

Direksi harus memanggil RUPS untuk mengangkat Direksi;

e. Pengawasan dilakukan tidak hanya dengan sekedar menyetujui atau tidak

menyetujui terhadap tindakan-tindakan yang memerlukan persetujuan

Komisaris, tetapi pengawasan dilakukan secara pro-aktif, mencakup semua

aspek bisnis Perusahaan;

f. Komisaris dapat menggunakan jasa profesional yang mandiri dan/atau

membentuk Komite untuk membantu tugas Komisaris

4.3.2. Komisaris dari Kalangan di Luar Perusahaan (Komisaris Independen)

- Perusahaan menyadari pentingnya keberadaan Komisaris dari kalangan yan mampu

bertindak independen, yang sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:

a. Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak

langsung dengan Perusahaan atau perusahaan yang menyediakan jasa dan

produk kepada Perusahaan dan afiliasinya;

b. Tidak menjabat sebagai Direktur di perusahaan yang menjadi pemegang

saham pengendali Perusahaan;

c. Tidak memiliki kepemilikan saham di Perusahaan;

d. Tidak mempunyai hubungan keluarga/afiliasi dengan Direktur dan/atau

Anggota Komisaris lain di Perusahaan;

e. Tidak bekerja di Perusahaan atau afiliasinya dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir;

f. Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk departemen, lembaga non

departemen dan kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir;

g. Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat

menghalangi atau mengganggu kemampuannya untuk bertindak atau

berpikir secara independen.

- Pengangkatan Komisaris independen sepenuhnya menjadi kewenangan RUPS;

Page 18: Tentang Code of Conduct

17

- Pengangkatan Komisaris independen dinyatakan dalam keputusan pengangkatannya

selaku anggota Dewan Komisaris.

4.3.3. Orientasi / Pengenalan Komisaris

- Agar Komisaris selalu dapat bekerja selaras dengan Organ Perusahaan lain, maka

bagi Anggota Komisaris yang baru diangkat akan diberikan program pengenalan

yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Perusahaan;

b. Gambaran mengenai Perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat, lingkup

kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka

pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah

strategis lainnya;

c. Penjelasan yang berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan oleh

Pemegang Saham kepada Komisaris dan Direksi, audit internal dan

eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal serta Komite Audit;

d. Penjelasan mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang Komisaris dan

Direksi; dan

e. Team building yang menyertakan seluruh Anggota Komisaris, jika

dipandang perlu.

- Tanggung jawab pelaksanaan program pengenalan ini berada pada Komisaris Utama

dengan difasilitasi sepenuhnya oleh Perusahaan.

- Perusahaan secara teratur mengadakan program pembelajaran yang berkelanjutan

bagi Komisaris dengan agenda dan materi sesuai kebutuhan Komisaris.

4.3.4. Rapat Dewan Komisaris

- Komisaris memiliki kewajiban untuk mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1

(satu) kali dalam sebulan untuk membicarakan permasalahan yang berkaitan dengan

bisnis Perusahaan serta melakukan evaluasi terhadap kinerja Perusahaan.

- Rapat Komisaris terdiri dari rapat internal Komisaris dan rapat koordinasi Komisaris

dengan Direksi.

- Di samping rapat terjadwal, rapat Komisaris dapat dilakukan setiap saat apabila

diperlukan.

- Pada prinsipnya, panggilan rapat Komisaris dilakukan secara tertulis oleh Komisaris

Utama atau oleh Anggota Komisaris yang ditunjuk oleh Komisaris Utama.

- Panggilan rapat tertulis harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat

rapat. Apabila rencana rapat telah diputuskan dalam rapat Komisaris lengkap, maka

panggilan tertulis bersifat optional, sesuai kebutuhan.

- Rapat Komisaris dinyatakan sah dan dapat mengambil keputusan mengikat apabila

dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Anggota Komisaris.

Page 19: Tentang Code of Conduct

18

- Seorang Anggota Komisaris yang tidak dapat hadir dalam rapat hanya dapat

diwakili oleh seorang Anggota Komisaris lainnya berdasarkan kuasa tertulis yang

diberikan khusus untuk keperluan tersebut.

- Dalam setiap rapat Komisaris dibuat risalah rapat yang menggambarkan pendapat-

pendapat yang berkembang dalam rapat, baik pendapat yang mendukung maupun

yang tidak mendukung atau pendapat berbeda (dissenting opinion),

keputusan/kesimpulan rapat, serta alasan ketidakhadiran anggota Dewan Komisaris

(apabila ada).

- Setiap Anggota Komisaris berhak menerima salinan risalah rapat Komisaris,

meskipun yang bersangkutan tidak hadir dalam rapat tersebut.

- Perbaikan risalah rapat dimungkinkan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari

terhitung sejak tanggal pengiriman.

- Setiap Anggota Komisaris yang hadir dan/atau yang diwakili harus menyampaikan

keberatannya dan/atau usul perbaikan risalah rapat, apabila ada.

- Jika keberatan dan/atau usul perbaikan tidak diterima dalam jangka waktu yang

telah ditentukan, maka disimpulkan bahwa tidak ada keberatan dan/atau perbaikan

terhadap risalah rapat.

- Dalam rapat koordinasi Komisaris dengan Direksi, salinan risalah rapat harus

ditembuskan kepada Direksi melalui Sekretaris Perusahaan

4.3.5. Penggunaan Jasa Profesional

- Apabila diperlukan Komisaris berhak mendapatkan saran profesional independen

atas beban perusahaan untuk hal-hal yang menjadi tanggung jawab profesional

Komisaris.

4.3.6. Organ Pendukung Dewan Komisaris

- Organ pendukung Dwan Komisaris terdiri dari :

a. Sekretaris Dewan Komisaris, bila diperlukan

b. Komite Audit

c. Komite Lainnya, jika diperlukan

- Komisaris memiliki hak untuk membentuk komite-komite sebagai pendukung untuk

membantu Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta

merumuskan kebijakan Komisaris sesuai ruang lingkup tugas komite yang

bersangkutan.

- Komite diketuai salah satu Anggota Komisaris yang ditunjuk oleh Komisaris.

- Anggota Komite dapat berasal dari kalangan profesional maupun dari Manajemen

Perusahaan.

- Anggota Komite yang berasal dari Manajemen Perusahaan hanya berperan sebagai

narasumber dan tidak memiliki hak untuk menyediakan dan/atau memberikan

informasi di luar kewenangan Komite bersangkutan.

- Komite Audit adalah Komite yang dapat dibentuk oleh Komisaris, sedangkan

Komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

Page 20: Tentang Code of Conduct

19

- Komite Audit bertugas membantu Komisaris dalam memastikan efektivitas sistem

pengendalian internal dan menjembatani efektivitas pelaksanaan tugas auditor

eksternal dan auditor internal.

- Komite yang dibentuk sesuai kebutuhan, antara lain adalah:

a. Komite Nominasi yang bertugas menyusun kriteria seleksi dan prosedur

nominasi bagi anggota Komisaris, Direksi dan para eksekutif puncak

lainnya, membuat sistem penilaian dan memberikan rekomendasi tentang

jumlah anggota Komisaris dan Direksi Perusahaan;

b. Komite Remunerasi yang bertugas menyusun sistem penggajian dan

pemberian tunjangan bagi Komisaris, Direksi dan pegawai serta

rekomendasi tentang: Penilaian terhadap sistem remunerasi bagi Komisaris,

Direksi dan pegawai Perusahaan; Sistem pensiun; dan Sistem kompensasi

serta manfaat lainnya dalam hal pengurangan pegawai;

c. Komite Manajemen Risiko yang bertugas melakukan penilaian secara

berkala dan memberikan rekomendasi tentang risiko usaha, tata cara

meminimasi risiko, dalam hubungannya dengan risiko usaha;

d. Komite Good Corporate Governance yang bertugas untuk mengawasi,

memantau, mengkaji dan memberi saran untuk memastikan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance diterapkan dalam pengelolaan Perusahaan.

- Pembentukan Komite disahkan dengan Surat Keputusan Komisaris dan apabila

komite yang dibentuk dinilai tidak relevan, maka dapat diakhiri keberadaannya.

4.3.7. Penilaian Kinerja Dewan Komisaris

- Kinerja Dewan Komisaris ditentukan berdasarkan tugas sebagaimana tercantum

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar Perusahaan

dan amanat Pemegang Saham yang dituangkan dalam Keputusan RUPS.

- Sejalan dengan prinsip akuntabilitas Organ Perusahaan, kinerja Dewan Komisaris

akan dievaluasi setiap tahun oleh Pemegang Saham dalam RUPS.

- Komisaris memiliki kewajiban untuk:

a. Mengusulkan sistem evaluasi kinerja para Komisaris dan Direktur kepada

RUPS;

b. Mengusulkan sistem remunerasi yang sesuai bagi para Komisaris dan

Direktur kepada RUPS.

- Hasil evaluasi kinerja Anggota Komisaris dapat digunakan untuk:

a. Dasar pemberian remunerasi dan insentif;

b. Bahan pertimbangan bagi Pemegang Saham untuk memberhentikan di

tengah masa jabatan Anggota Komisaris;

c. Sarana penilaian efektivitas Anggota Komisaris dan dasar pembebasan dari

tanggung jawab (acquit et de charge).

Page 21: Tentang Code of Conduct

20

4.3.8. Etika Jabatan Komisaris

- Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Komisaris harus melandasi diri dengan

standar etika sebagai berikut:

a. Menghindari terjadinya benturan kepentingan;

b. Senantiasa menjaga kerahasiaan informasi;

c. Tidak mengambil keuntungan dan/atau peluang bisnis Perusahaan untuk

dirinya sendiri;

d. Senantiasa mematuhi segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

dan

e. Memberikan contoh keteladanan dengan mendorong terciptanya perilaku etis

dan menjunjung tinggi standar etika Perusahaan.

4.4. Direksi

4.4.1. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

- Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung

jawab harus bertindak secara cermat, hati-hati dan mempertimbangkan berbagai

aspek penting yang relevan dan menggunakan wewenang, sumber daya yang

dimiliki untuk sebesar-besar meningkatkan keberhasilan bisnis dan akuntabilitas

Perusahaan, serta tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan stakeholder

dengan kegiatan Perusahaan;

- Pelaksanaan pengelolaan Perusahaan yang memiliki potensi mempengaruhi kinerja

Perusahaan, perlu dikomunikasikan kepada Komisaris;

- Apabila terjadi kondisi di mana tugas dan kepentingan Perusahaan berbenturan

dengan kepentingan pribadi, maka Direktur yang bersangkutan harus

mengungkapkan benturan atau potensi benturan kepentingan tersebut kepada

Komisaris dan Direksi;

- Direktur yang mempunyai benturan kepentingan tidak berwenang mewakili

Perusahaan dan digantikan oleh Direktur lain yang tidak mempunyai benturan atau

potensi benturan kepentingan;

- Apabila seluruh Direktur mempunyai benturan atau potensi benturan kepentingan

maka Komisaris atau seorang yang ditunjuk Komisaris untuk mewakili Perusahaan;

- Salah seorang anggota Direksi ditunjuk oleh Rapat Direksi sebagai penanggung

jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di Perusahaan;

- Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya

dan/atau keluarganya (istri/suami dan anak-anaknya) pada Perseroan yang

bersangkutan dan perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya;

- Direksi wajib menyiapkan Rencana Jangka Panjang (RJP) yang merupakan rencana

strategis yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu

5 (lima) tahun;

- Direksi wajib menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)

sebagai penjabaran tahunan dari RJP;

Page 22: Tentang Code of Conduct

21

- Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko korporasi

secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG;

- Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif untuk

mengamankan investasi dan aset Perusahaan;

- Direksi menyusun ketentuan yang mengatur mekanisme pelaporan atas dugaan

penyimpangan pada Perusahaan;

- Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern;

- Direksi wajib menyelenggarakan fungsi sekretaris perusahaan;

- Direksi dapat menetapkan tatakelola teknologi informasi yang efektif.

4.4.2. Orientasi/Pengenalan Direksi

- Agar Direksi Perusahaan selalu dapat bekerja selaras dengan Organ Perusahaan

lainnya, maka bagi Direktur yang baru diangkat akan diberikan program pengenalan

yang sekurang-kurangnya mencakup:

a. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Perusahaan;

b. Gambaran mengenai Perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat, lingkup

kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka

pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah

strategis lainnya;

c. Penjelasan yang berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan oleh

Pemegang Saham kepada Komisaris dan Direksi, audit internal dan

eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal serta komite audit;

d. Penjelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Komisaris dan

Direksi; dan

e. Team building yang menyertakan seluruh Direktur, jika dipandang perlu

- Pelaksanaan program pengenalan Direktur merupakan tanggung jawab Direktur

Utama.

- Perusahaan secara teratur mengadakan program pembelajaran yang berkelanjutan

bagi Direksi dengan agenda dan materi sesuai kebutuhan Direksi.

4.4.3. Rapat Direksi

- Direksi melakukan pertemuan secara berkala sekurang-kurangnya sebulan satu kali

untuk membicarakan masalah dan bisnis Perusahaan, pembuatan keputusan yang

dipandang perlu, dan juga membuat evaluasi terhadap kinerja Perusahaan.

- Di samping rapat terjadwal, rapat Direksi dapat dilakukan setiap saat apabila

diperlukan.

- Pada prinsipnya panggilan rapat Direksi dilakukan secara tertulis oleh Direktur

Utama atau Direktur yang berhak untuk mewakili Perusahaan.

- Panggilan rapat tertulis harus mencantumkan acara, tanggal,waktu dan tempat rapat.

Apabila rencana rapat telah menjadi agenda tetap dan diputuskan secara bersama,

maka panggilan rapat tertulis bersifat optional, sesuai kebutuhan.

Page 23: Tentang Code of Conduct

22

- Panggilan rapat Direksi juga dapat dilakukan secara tidak tertulis dengan catatan

bahwa semua Direktur hadir dalam rapat tersebut atau ketidakhadiran dikuasakan,

sehingga prinsip dasar informasi yang sama (equal information) terhadap semua

Direktur terpenuhi.

- Rapat Direksi dinyatakan sah dan dapat mengambil keputusan mengikat apabila

dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Direksi.

- Seorang Direktur yang tidak dapat hadir dalam rapat dapat diwakili oleh seorang

Direktur lainnya berdasarkan kuasa tertulis yang diberikan khusus untuk keperluan

tersebut dengan seijin Direktur Utama.

- Dalam setiap rapat Komisaris dibuat risalah rapat yang menggambarkan pendapat-

pendapat yang berkembang dalam rapat, baik pendapat yang mendukung maupun

yang tidak mendukung atau pendapat berbeda (dissenting opinion),

keputusan/kesimpulan rapat, serta alasan ketidakhadiran anggota Dewan Komisaris

(apabila ada).

- Setiap Direktur berhak menerima salinan risalah rapat Direksi, meskipun yang

bersangkutan tidak hadir dalam rapat tersebut.

- Perbaikan risalah rapat dimungkinkan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari

terhitung sejak tanggal pengiriman.

- Setiap Direktur yang hadir dan/atau yang diwakili harus menyampaikan

keberatannya dan/atau usul perbaikannya, apabila ada. Jika keberatan dan/atau usul

perbaikan tidak diterima dalam jangka waktu yang ditetapkan, maka disimpulkan

tidak ada keberatan dan/atau perbaikan terhadap risalah rapat.

4.4.4. Penggunaan Jasa Profesional

- Direksi dapat menggunakan jasa profesional independen dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya atas beban Perusahaan sepanjang tidak terdapat benturan

kepentingan.

4.4.5. Penilaian Kinerja Direksi

- Kinerja Direksi ditentukan berdasarkan tugas, wewenang, kewajiban serta tanggung

jawab yang tertuang dalam Anggaran Dasar Perusahaan, keputusan RUPS dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Kinerja Direksi akan dievaluasi setiap tahun oleh Pemegang Saham dalam RUPS.

- Dewan Komisaris mengusulkan kriteria evaluasi kinerja Direksi untuk kemudian

ditetapkan oleh RUPS sejak saat pengangkatannya, yang dituangkan dalam kontrak

pengangkatan Direksi (Appoinment Agreement/ Performance Contract).

- Hasil evaluasi kinerja dan kontrak pengangkatan Direksi dapat digunakan untuk:

a. Dasar pemberian remunerasi dan insentif;

b. Bahan pertimbangan Pemegang Saham untuk memberhentikan di tengah

masa jabatan Direktur; dan

Page 24: Tentang Code of Conduct

23

c. Sarana penilaian efektivitas Direktur dan dasar pemberian pembebasan

dari tanggung jawab (acquit et de charge).

4.4.6. Etika Jabatan Direksi

- Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya Direksi harus selalu melandasi diri

dengan standar etika sebagai berikut:

a. Menghindari terjadinya benturan kepentingan;

b. Senantiasa menjaga kerahasiaan informasi;

c. Tidak mengambil keuntungan dan/atau peluang bisnis Perusahaan untuk

dirinya sendiri;

d. Senantiasa mematuhi segenap peraturan perundang-undangan yang

berlaku; dan

e. Memberikan contoh keteladanan dengan mendorong terciptanya perilaku

etis dan menjunjung tinggi standar etika Perusahaan.

4.4.7. Pengelolaan Daftar Khusus dan Daftar Pemegang Saham

- Direksi wajib mengelola Daftar Khusus dan Daftar Pemegang Saham sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Daftar Khusus dan Daftar Pemegang Saham wajib disediakan di kantor pusat

Perusahaan.

- Pemegang Saham, para Komisaris dan Direktur Perusahaan mempunyai hak untuk

membaca Daftar Khusus dan Daftar Pemegang Saham.

- Daftar Khusus dan Daftar Pemegang Saham harus senantiasa dimutakhirkan dan

semua pencatatan dalam daftar tersebut harus ditandatangani sesuai Anggaran Dasar

Perusahaan.

4.5. Prinsip-prinsip Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Komisaris

- Dalam menjaga hubungan kerja yang baik, Direksi dan Dewan Komisaris harus

menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Direksi menghormati tugas, wewenang, dan kewajiban Dewan Komisaris

untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya

pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha

Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

b. Dewan Komisaris menghormati tugas, wewenang, dan kewajiban Direksi

dalam menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

c. Setiap hubungan kerja antara Direksi dengan Dewan Komisaris merupakan

hubungan yang bersifat formal kelembagaan, yang senantiasa dilandasi oleh

suatu mekanisme baku atau korespondensi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 25: Tentang Code of Conduct

24

d. Hubungan kerja yang bersifat informal dapat dilakukan oleh masing-masing

Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris, namun tidak dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

e. Dewan Komisaris berhak memperoleh informasi perusahaan secara akurat,

lengkap, dan tepat waktu, dan Direksi bertanggungjawab atas akurasi,

kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian informasi perusahaan

kepada Dewan Komisaris.

f. Direksi dan Dewan Komisaris menyepakati hubungan kerja antara organ-

organ di bawah Direksi dan organ-organ di bawah Dewan Komisaris.

Page 26: Tentang Code of Conduct

25

BAB V

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PERUSAHAAN

Implementasi GCG perlu diterjemahkan dan terwujud dalam berbagai keputusan atau

kebijakan yang ditetapkan baik oleh RUPS, Dewan Komisaris, maupun Direksi.

Keputusan atau kebijakan pokok PT PJB Services dalam implementasi GCG disusun

dengan mengacu Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Kebijakan pokok tersebut mencakup :

1. Standar Akuntansi dan Keuangan

2. Manajemen Risiko

3. Sistem Pengendalian Internal

4. Sistem Pengawasan Internal

5. Sekretaris Perusahaan

6. Tata Kelola Informasi dan Teknologi Informasi

7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pelestarian Lingkungan

8. Kesempatan Kerja yang Sama

9. Manajemen Aset

10. Persaingan dan Pengembangan Usaha

11. Pengadaan

12. Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

13. Tanggung Jawab Kemasyarakatan

14. Pengelolaan Anak Perusahaan

5.1. Standar Akuntansi dan Keuangan

- Perusahaan wajib memelihara catatan dan menyajikan laporan keuangan sesuai

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang mewajibkan pengungkapan

seluruh transaksi material yang mempengaruhi perubahan nilai asset, kewajiban dan

modal.

- Perusahaan wajib memelihara sistem pengendalian akuntansi internal yang

menjamin keandalan (dapat dipercaya dan tidak menyesatkan) dan kecukupan

(lengkap dalam batasan materialitas dan biaya), dari setiap transaksi.

- Perusahaan mempunyai komitmen untuk mengungkapkan laporan keuangan kepada

semua stakeholder secara adil dan transparan berdasarkan standar akuntansi yang

berlaku di Indonesia.

- Penyajian laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan

perubahan ekuitas) pada setiap tahun buku Perusahaan dilakukan untuk memenuhi

kepentingan semua pihak yang terkait dengan Perusahaan.

- Direksi senantiasa menjamin dan memastikan bahwa transaksi yang dicatat

merupakan transaksi riil.

Page 27: Tentang Code of Conduct

26

- Transaksi yang tercatat dalam sistem akuntansi sekurang-kurangnya telah

mendapatkan persetujuan manajemen yang memiliki kewenangan untuk keperluan

tersebut, dan dicatatkan dengan benar.

- Laporan keuangan Perusahaan sekurang-kurangnya berisikan informasi mengenai

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan

atas laporan keuangan, disajikan secara wajar dan akurat, serta menggambarkan

transaksi yang sebenarnya.

- Direksi dan karyawan Perusahaan yang bertanggungjawab atas fungsi-fungsi dalam

sistem akuntansi Perusahaan wajib memahami dan menjalankan kebijakan sistem

pengendalian internal keuangan dan prosedur pencatatan akuntansi perusahaan.

- Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan diaudit oleh auditor eksternal yang ditunjuk

oleh RUPS.

- Auditor eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Komisaris, Direksi dan pihak

yang berkepentingan di Perusahaan (stakeholders).

- Perusahaan harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang

diperlukan oleh auditor eksternal sehingga memungkinkan auditor eksternal

memberikan pendapatnya tentang kewajaran, ketaat-azasan, dan kesesuaian laporan

keuangan dengan standar akuntansi

- Penetapan auditor ekternal adalah kewenangan RUPS.

a. RUPS dapat menetapkan auditor eksternal yang sama dengan auditor

eksternal perusahaan induk dengan pertimbangan kemudahan dan kecepatan

konsolidasi laporan keuangan; dan/atau

b. RUPS dapat juga mempertimbangkan calon-calon yang diajukan oleh

Dewan Komisaris. Dalam hal auditor eksternal yang ditunjuk ole RUPS

berasal dari calon-calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris, maka :

- Dewan Komisaris melalui Komite Audit melakukan proses penunjukan

calon auditor eksternal sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan

jasa Perusahaan, dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan Direksi

dalam proses penunjukannya.

- Dewan Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS mengenai alasan

pencalonan tersebut dan besarnya honorarium/imbal jasa yang diusulkan

untuk auditor eksternal tersebut.

5.2. Manajemen Risiko

- Perusahaan dapat membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi atau

memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan

fungsi manajemen risiko

- Perusahaan senantiasa berupaya mengendalikan dan meminimalkan risiko-risiko

yang bersifat internal dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential

management) dan prinsip-prinsip manajemen risiko.

- Perusahaan senantiasa berusaha mengidentifikasi dan mengevaluasi secara seksama

dampak risiko yang bersifat eksternal terhadap Perusahaan.

Page 28: Tentang Code of Conduct

27

- Perusahaan senantiasa berupaya mengungkapkan secara transparan kepada

stakeholder, risiko-risiko transaksi bisnis yang secara signifikan dapat

mempengaruhi nilai Perusahaan.

5.3. Sistem Pengendalian Internal

- Perusahaan wajib menetapkan dan memeliharan suatu sistem pengendalian internal

yang efektif.

- Sistem Pengendalian Internal Keuangan diberlakukan untuk memberikan jaminan

agar tidak terjadi penyalahgunaan dan peralihan kepemilikan aset secara tidak sah,

dan menjaga keabsahan catatan-catatan akuntansi, serta keandalan informasi

keuangan Perusahaan.

- Sistem pengendalian internal mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan yang disiplin dan

terstruktur, yang terdiri dari: Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan;

Filosofi dan gaya manajemen; Cara yang ditempuh manajemen dalam

melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya; Pengorganisasian dan

pengembangan sumber daya manusia; dan Perhatian dan arahan yang

dilakukan oleh Direksi;

b. Pengkajian terhadap pengelolaan risiko (risk assessment) yang merupakan

suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola

risiko yang relevan ;

c. Aktivitas pengendalian yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan

dalam suatu proses pengendalian kegiatan pada setiap tingkat dan unit

dalam struktur organisasi Perusahaan, antara lain kewenangan, otorisasi,

verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan

keamanan aset Perusahaan;

d. Sistem informasi dan komunikasi yang merupakan suatu proses penyajian

laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas

ketentuan dan peraturan yang berlaku; dan

e. Monitoring yang merupakan proses penilaian terhadap kualitas sistem

pengendalian internal termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan

unit dalam struktur organisasi Perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan

secara optimal.

f. Mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada Perusahaan

- Dalam melaksanakan tugasnya Auditor Internal dievaluasi dan dimonitor antara lain

meliputi: Independensi, objektivitas dan efektivitas kerja serta ketaatan terhadap

Kode Etik Profesi Auditor.

5.4. Sistem Pengawasan Internal

- Perusahaan menyelenggarakan sistem pengawasan internal dengan membentuk unit

kerja yang menjalankan fungsi Satuan Pengawasan Internal dan membuat Piagam

Pengawasan Internal;

Page 29: Tentang Code of Conduct

28

- Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal perusahaan

dengan persetujuan Dewan Komisaris;

- Fungsi pengawasan intern adalah:

a. Melakukan evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern,

manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan;

b. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas di bidang

keuangan, operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan

kegiatan lainnya;

- Perusahaan menerapkan fungsi pengawasan internal berdasarkan audit sesuai

prinsip-prinsip yang benar dan berlaku umum serta senantiasa mengupayakan agar

tindakan-tindakan ilegal, tidak fair, dan pelanggaran atas norma-norma dan

peraturan yang berlaku dapat dikenai sanksi, baik administrasi, perdata atau pidana.

- Setiap unit kerja wajib menindaklanjuti setiap temuan hasil audit yang disampaikan

oleh fungsi pengawasan.

5.5. Fungsi Sekretaris Perusahaan

- Perusahaan menyelenggarakan fungsi sekretaris perusahaan yang dapat dilakukan

dengan mengangkat seorang Sekretaris Perusahaan

- Sekretaris Perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan

mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris;

- Fungsi pengawasan intern adalah:

a. Memastikan bahwa Perusahaan mematuhi peraturan tentang persyaratan

keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG;

b. memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris

secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta;

c. Sebagai penghubung (liaison officer); dan

d. Menatausahakan serta menyimpan dokumen perusahaan, termasuk tetapi

tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan risalah rapat

Direksi, rapat Dewan Komisaris, dan RUPS

5.6. Tata Kelola Informasi dan Teknologi Informasi

- Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa auditor eksternal, auditor

internal, dan Komite Audit, serta komite lainnya jika ada, memiliki akses terhadap

catatan akuntansi, data penunjang, dan informasi mengenai Perusahaan, sepanjang

diperlukan untuk melaksanakan tugasnya;

- Kecuali disyaratkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, anggaran

dasar dan/atau peraturan perusahaan, auditor eksternal, auditor internal, dan Komite

Audit, serta komite lainnya jika ada, harus merahasiakan informasi yang diperoleh

sewaktu melaksanakan tugasnya;

Page 30: Tentang Code of Conduct

29

- Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab kepada perusahaan untuk

menjaga kerahasiaan informasi perusahaan;

- Informasi, yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau

ketentuan perusahaan merupakan informasi rahasia yang berkenaan dengan

perusahaan, harus dirahasiakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan/atau ketentuan perusahaan;

- Perusahaan wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan dan

Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara tepat

waktu, akurat, jelas dan obyektif;

- Informasi dan segala intangible asset, termasuk hasil riset, teknologi, dan hak atas

kekayaan intelektual yang diperoleh atas penugasan dan/atau atas beban perusahaan

menjadi milik perusahaan yang harus dituangkan dalam perjanjian;

- Perusahaan melarang Komisaris, Direksi dan karyawan untuk mengungkapkan

informasi yang bersifat rahasia mengenai Perusahaan atau pelanggan kepada pihak

ketiga, baik di dalam maupun di luar Perusahaan, baik selama masa kerja atau

sesudahnya.

- Perusahaan melarang siapapun tanpa persetujuan Direksi atau pejabat yang ditunjuk

oleh Direksi mengungkapkan informasi milik pelanggan, rekanan dan mitra kerja

kepada pihak lain kecuali berdasarkan kebutuhan kedinasan.

- Perusahaan wajib mengambil inisiatif untuk mengungkapkan informasi yang

berkaitan dengan peraturan dan perundang-undangan dan informasi mengenai hal-

hal yang penting bagi pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

stakeholder lainnya.

- Perusahaan wajib mengungkap semua informasi penting yang relevan kedalam

laporan tahunan dan laporan keuangan kepda Pemegang Saham secara tepat waktu,

akurat, objektif dan jelas yang sekurang-kurangnya mencakup penjelasan tentang:

a. Nama Anggota Komisaris beserta pekerjaan utama di luar Perusahaan (sejauh

pekerjaan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai

Anggota Komisaris);

b. Nama dan riwayat singkat Direktur;

c. Sasaran dan strategi bisnis;

d. Status Pemegang Saham dan informasi penting yang berkaitan dengan hak

Pemegang Saham;

e. Kajian manajemen mengenai iklim bisnis dan faktor-faktor risiko bisnis;

f. Penilaian Auditor Eksternal tentang Perusahaan;

g. Informasi material mengenai eksekutif, karyawan Perusahaan dan stakeholder

lainnya;

h. Tuntutan perdata dan/atau pidana yang diajukan oleh dan/atau terhadap

Perusahaan, perkara di badan pengadilan atau badan arbitrase yang memiliki

potensi mempengaruhi kinerja Perusahaan;

i. Benturan kepentingan yang mungkin akan terjadi dan/ atau yang sedang

berlangsung;

j. Pelaksanaan Good Corporate Governance; dan

k. Pencantuman secara tegas apabila terdapat hubungan bisnis antara Direktur

dan/atau Anggota Komisaris dengan Perusahaan dan/atau hubungan usaha di

Page 31: Tentang Code of Conduct

30

antara Direktur dan/atau Anggota Komisaris serta penjelasan mengenai

hubungan usaha tersebut.

- Perusahaan senantiasa berusaha melalui Laporan Tahunan maupun media lain untuk

mempelopori dan mengambil inisiatif dalam pengungkapan informasi keuangan dan

non keuangan yang bersifat wajib maupun sukarela bagi pengambilan keputusan

oleh Pemegang Saham, pemodal, kreditur dan stakeholder lainnya.

5.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Pelestarian Lingkungan

- Perusahaan akan selalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja serta

pelestarian lingkungan bagi keberhasilan jangka panjang Perusahaan.

- Perusahaan senantiasa berusaha mengambil tindakan yang tepat untuk menghindari

terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja.

- Perusahaan akan selalu mengusahakan agar pegawai memperoleh tempat kerja yang

aman dan sehat dengan memastikan bahwa aset-aset dan lokasi usaha serta fasilitas

Perusahaan lain, memenuhi peraturan kesehatan dan keselamatan kerja serta

pelestarian lingkungan.

- Perusahaan memiliki kewajiban untuk senantiasa melengkapi dan menyediakan alat,

sarana dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan agar seluruh karyawan dapat

bekerja secara aman dan selamat.

- Perusahaan akan selalu berusaha melakukan audit K3 oleh pihak independen,

sehingga dapat diperoleh hasil yang objektif atas upaya yang telah dilakukan oleh

Perusahaan.

- Perusahaan sangat memperhatikan masalah dampak lingkungan dengan selalu

melakukan evaluasi secara ilmiah untuk menyusun tindakan pengawasan serta

pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat aktivitas operasional

Perusahaan serta menciptakan sumbangsih positif kepada masyarakat.

- Perusahaan beserta Anak Perusahaan dan mitra kerja, wajib menempatkan K3 dan

lingkungan sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP) serta Laporan Tahunan.

5.8. Kesempatan Kerja Yang Sama

- Perusahaan mempekerjakan, menetapkan besarnya gaji, memberikan pelatihan,

menetapkan jenjang karir, serta menentukan persyaratan kerja lainnya, tanpa

memperhatikan latar belakang etnik, agama, jenis kelamin, usia, cacat tubuh yang

dipunyai seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan.

- Perusahaan menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk tekanan

(pelecehan) yang mungkin timbul sebagai akibat perbedaan watak, keadaan pribadi,

dan latar belakang kebudayaan seseorang

Page 32: Tentang Code of Conduct

31

5.9. Pengelolaan Manajemen Aset

- Perusahaan akan selalu berupaya meningkatkan kompetensi manajemen aset baik

aset fisik (physical asset), aset manusia (human asset), aset pengetahuan (knowledge

asset), maupun aset modal (capital asset)

- Perusahaan akan selalu berusaha mengembangkan kemampuan alih teknologi,

pengetahuan, dan keahlian yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Oleh

karena itu Perusahaan senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan

mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan

operasi Perusahaan.

- Perusahaan senantiasa berusaha mengutamakan teknologi, produk dan jasa inovatif

yang memungkinkan dilakukannya konservasi energi dan sumber daya lainnya

dalam upaya pelestarian lingkungan.

5.10. Persaingan Usaha dan Pengembangan Usaha

- Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip persaingan usaha yang melarang adanya

kesepakatan dan tindakan yang dapat mengeliminasi atau tidak mendukung

persaingan usaha yang sehat, menciptakan monopoli, atau melakukan hal-hal lain

yang mempengaruhi pasar secara tidak sehat.

- Perusahaan selalu menjunjung tinggi etika dalam setiap kegiatan bisnisnya dan

senantiasa mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi kegiatan

bisnis Perusahaan.

- Perusahaan melarang setiap karyawan dan manajemen untuk :

a. Melakukan kesepakatan, perjanjian, berkaitan dengan rencana atau skema

tertentu baik secara tersurat maupun tersirat, formal maupun informal,

dengan setiap pesaing berkaitan dengan harga, syarat-syarat penjualan,

pengaturan distribusi dan wilayah atau pelanggan tertentu;

b. Melakukan diskusi atau tukar menukar informasi dengan pesaing berkaitan

dengan harga, persyaratan penjualan atau hal-hal lain yang berkaitan dengan

informasi daya saing perusahaan; dan

c. Terlibat dalam kegiatan lainnya yang dapat melanggar peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan monopoli dan persaingan bisnis yang tidak

sehat.

- Perusahaan melakukan pengembangan usaha sesuai dengan tujuan Perseroan dan

selaras dengan arah pengembangan perusahaan induk.

5.11. Pengadaan

- Perusahaan wajib memiliki peraturan yang jelas dan tertulis untuk menjamin bahwa

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa berjalan sesuai standar GCG yang telah

disepakati yang menjunjung prinsip-prinsip keterbukaan, kompetitif, fair dan dapat

dipertanggungjawabkan (accountable) serta tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 33: Tentang Code of Conduct

32

5.12. Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

- Perusahaan menghormati hak Pemangku Kepentingan (Stakholder) yang timbul

berdasarkan peraturan perundangan-undangan dan/atau perjanjian yang dibuat oleh

Perusahaan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan kreditur serta masyarakat

sekitar tempat usaha, dan Pemangku Kepentingan lainnya.

5.13. Tanggung Jawab Kemasyarakatan

- Perusahaan sangat memperhatikan masalah-masalah masyarakat, khususnya yang

tinggal di dalam wilayah di sekitar operasi Perusahaan. Perusahaan senantiasa

menegakkan komitmen bahwa di mana pun unit kerja Perusahaan beroperasi,

hubungan baik serta pengembangan masyarakat sekitar merupakan landasan pokok

bagi keberhasilan jangka panjang Perusahaan.

- Perusahaan berusaha memahami dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan

membantu pengembangan masyarakat dengan cara yang sesuai dengan prinsip

warga perusahaan yang baik (Good Corporate Citizen).

- Perusahaan sangat menghargai setiap aktivitas kemitraan yang memberikan

kontribusi kepada masyarakat dan meningkatkan nilai sosial Perusahaan, oleh

karena itu Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip kemitraan aktif melalui kerja

sama dengan masyarakat sekitar, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah serta

stakeholder lainnya untuk mencapai komitmen bersama berdasarkan saling percaya

dan keterbukaan dalam mencapai sasaran yang disepakati.

- Perusahaan senantiasa mengikutsertakan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang

bersama-sama Perusahaan.

5.14. Pengelolaan Anak Perusahaan

- Perusahaan bersama-sama dengan Anak Perusahaan agar membangun citra yang

baik dan berusaha untuk saling bersinergi dalam menghadapi persaingan global.

- Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk lebih mengutamakan pemakaian

produk dan jasa Anak Perusahaan yang memenuhi persyaratan kualitas dan harga.

- Dalam hal Anak Perusahaan belum memiliki unit pengawasan intern sendiri, maka

pemeriksaan internal anak perusahaan terhadap kinerja anak perusahaan

dilaksanakan oleh pengawas intern Perusahaan selaku auditor internal

Page 34: Tentang Code of Conduct

33

BAB VI

PROSEDUR PELAPORAN, PELAKSANAAN, EVALUASI,

DAN PERUBAHAN PEDOMAN GCG

6.1. Pelaporan

Setiap orang dapat menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap

Code of GCG kepada Perusahaan melalui surat kepada Pejabat yang berwenang dan

tidak dimaksudkan sebagai mekanisme untuk menyampaikan keluhan pribadi.

- Setiap orang yang menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap

Code of GCG harus memberikan identitas dengan jelas dan akan diberikan

penghargaan apabila dugaan pelanggaran Code of GCG terbukti benar terjadi dan

pihak pelapor tidak terlibat di dalamnya.

- Kerahasiaan pelapor akan dijaga kecuali apabila:

a. Diperlukan dalam kaitan dengan laporan atau penyidikan yang dilakukan

oleh pihak yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku;

b. Diperlukan oleh Bagian Hukum untuk mempertahankan posisi Perusahaan

di depan hukum.

- Setiap laporan pelanggaran Code of GCG tidak akan disebarluaskan kepada pihak

manapun juga (public expose), sebelum terbukti kebenarannya.

- Penyidikan atau penindaklanjutan hasil laporan pelanggaran Code of GCG

senantiasa berlandaskan atas azas praduga tak bersalah.

- Penerima Laporan yaitu Pejabat yang berwenang memiliki kewajiban

menindaklanjuti setiap laporan yang dianggap sah untuk dilaporkan kepada Direksi

dengan tembusan kepada Komisaris .

6.2. Sosialisasi dan Pelaksanaan (Execution)

- Perusahaan wajib membentuk unit atau tim khusus yang bertanggungjawab terhadap

program sosialisasi dan implementasi GCG.

6.3. Evaluasi (Monitor & Learn)

- Perusahaan melalui unit atau tim khusus akan melakukan evaluasi pelaksanaan Code

of GCG.

- Perusahaan (bila dipandang perlu) dapat membentuk sebuah Tim Gabungan (joint

committee) yang terdiri dari unsur Komisaris dan Direksi yang bertanggungjawab

terhadap evaluasi pelaksanaan GCG.

6.4. Pengkajian dan Perubahan (Test & Adapt)

- Perusahaan melalui unit atau tim khusus akan melakukan kajian untuk memperbaiki

dan/atau menyempurnakan Code of GCG apabila dipandang memiliki unsur yang

tidak relevan dan/atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia.

Page 35: Tentang Code of Conduct

34

- Perusahaan, paling lambat dalam waktu satu tahun, melalui unit atau tim khusus

melakukan evaluasi terhadap GCG Code disesuaikan dengan kondisi terbaru yang

berpengaruh terhadap Perusahaan.

Page 36: Tentang Code of Conduct

35