TENGGOROK.pptx
-
Upload
erick-rangga-junior -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
Transcript of TENGGOROK.pptx
THT (TELINGA, HIDUNG,
TENGGOROK)
TENGGOROK (= FARING DAN LARING)
FARING I. NASOFARING (EPIFARING)II. OROFARING (MESOFARING)III. LARINGOFARING (HIPOFARING)
Dr. H. Amdad Umar Mansyur, SpTHT
Berhubungan dg rongga hidung melalui Koana (Nares Posterior)
Bag.dari faring paling atas Nasofaring dan orofaring dibatasi oleh palatum
mole Didalamnya terdapat jaringan limfoid yaitu
adenoid (pada atap nasofaring) Pada sisi lateral kanan dan kiri terdapat ostium
tuba eustachius dan fosa Rossenmuleri Fisiologi
*.1. Respirasi *.2. Aerasi *.3. Drainase : - Hidung
- SPN- Kavum timpani
*.4. Resonator
I. NASOFARING
Terletak dibawah nasofaring Tertelak juga sebelah dorsal (belakang) rongga mulut (kavum
oris) Pd mukosa orofaring terdapat jaringan limfoid disebut granula
(pada dinding posterior). Sedang pada sisi lateral. Dibelakang arkus posterior tdpt jaringan limfoid dsbt Lateral Band.
Antara orofaring dan kavum oris dibatasi ismus fausium. Ismus fausium dibentuk oleh arkus anterior, arkus posterior (kanan dan kiri), uvula dan pangkal lidah. Kavum oris dibagian depan, kanan dan kirinya adalah deretan gigi atas dan bawah. Sedang atapnya dibentuk oleh palatum durum ( langit 2 keras) dan palatum mole (langit 2 lunak). Didalam kavum oris terdapat jaringan limfoid, yg terletak pada fosa tonsilaris yg disebut TONSIL. Fosatonsilaris ini dibatasi arkus anterior dan arkus posterior. Tonsilnya disebut Tonsila Palatina.
Fisiologi ◦ Deglutisi (Reflek Menelan)
II. OROFARING
Terbentang mulai setinggi Oshyoid/Epiglotis sampai ujung atas usofagus / introitus usofagei, setinggi vertebra cervicalis (VC VI)
Diantara dinding lateral laringofaring dan laring didapatkan cekungan yg disebut Fosapiriformis yg terkait dg proses menelan
Fisiologi ◦ Deglutisi
III. LARINGOFARING
A. NASOFARING B. OROFARING C. LARINGOFARING
GAMBAR FARING
1. SINUS FRONTALIS 2. KONKA : - SUPERIOR
- MEDIUS
- INFERIOR
3. TONSILA PALATINA4. SINUS SPENOIDALIS 5. ADENOID (TONSILA FARINGEA)6. MUARA TUBA EUSTACHII
1. UVULA 2. ARKUS ANTERIOR 3. ISMUS FAUSIUM 4. ARKUS POSTERIOR 5. TONSILA PALATINA6. LINGUA
GAMBAR PENAMPANG KAVUM ORIS
Di nasofaring terdapat jaringan Limfoid yaitu Adenoid (faring tonsil)
Di orofaring terdapat jaringan Limfoid yaitu Granula dan Lateral Band kanan dan kiri. Pada pangkal lidah terdapat Lingual Tonsil. Dikavumoris terdapat Tonsila Palatina.
Adenoid Granula Membentuk lingkaran / Lateral Band Cicin “Ring
Waldeyer”(Kanan & Kiri)
Lingual Tonsil Tonsila Palatina
Dari uraian diatas, disimpulkan
Fungsi Ring Waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan dan saluran nafas dari serangan mikroorganisme yg masuk mll kedua saluran tersebut dg membentuk antibodi dan limfosit.
FISIOLOGI
Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit2 pada faring diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yg baik. Untuk anamnesis diperlukan simtomatologi sebagai berikut :
1. Sakit waktu menelan : Odinofagi 2. Kesukaran menelan : Disfagi 3. Sama sekali tidak dapat menelan : Afagi 4. Sendawa/Peristaltik kearah kranial :
Regurgitasi5. Rasa gatal : Itching 6. Rasa panas/terbakar : Burning 7. Muntah : Vomitus 8. Sekret lengket 9. Sakit kepala : Sefalgia 10. Ludah (Saliva) berlebihan : Hipersalivasi
PEMERIKSAAN FARING
Pemeriksan dg menggunakan spatula lidah. Bag. faring yg terlihat adalah orofaring dan laringofaring. Nasofaring diperiksa dg rinoskopi posterior, yaitu dg menggunakan cermin datar menghadap keatas dimasukkan mll Kavum Oris.
Yg perlu diperhatikan warna mukosa (Hiperemi Normal) udim, sekret, tumor.
Pada tonsil diperhatikan : permukaannya, warna, ada bercak putih mudah berdarah (Beslag pada Difteri)
PEMERIKSAAN
Terdiri atas beberapa tulang rawan : Tiroid Krikoid Aritenoid Masing2 dihubungkan oleh Ligamentum dan dapat digerakkan
oleh otot/muskulus. Organ penting pd laring adalah Korda Vokalis (Plika Vokalis). Plika Vokalis terpasang melintang dari muka ke belakang. Dimuka
melekat pd Kartilago Tiroid, dibelakang melekat pd Aritenoid. Ada 2 kelompok otot yg menggerakkan Plika Vokalis, yaitu : Otot Aduktor yg berfungsi menggerakkan plika vokalis kegaris
tengah Otot abduktor yg menggerakkan plika vokalis kelateral Diantara Plika Vokalis kanan dan kiri terdapat celah yg disebut
Rima Glotis, yg merupakan tempat lewatnya udara pernafasan ke paru.
Pd saat stadium respirasi plika vokalis ditarik kelateral, hingga rima glotis melebar.
Pd saat stadium fonasi plika vokalis bergerak kemedial (merapat), sehingga secara simetris bertemu digaris tengah.
LARING
Syarat-syarat agar suara dapat nyaring : 1. Tepi plika vokalis rata2. Fungsi plika vokalis harus normal (dapat
bergerak kelateral dan dapat merapat ke medial)
3. Harus ada udara yg cukup kuat dari paru Kalau salah satu syarat tidak dipenuhi,
akan terjadi suara parau (=Hoarsnes=Disfoni)
Gangguan pd plika vokalis dpt menyebabkan :- Parau - Sesak nafas
A. Suara Parau : - Paresis - Vokal Nodul (Singer Node)
B. Suara parau disertai sesak nafas, bila plika vokalis :
*. Tidak dapat bergerak ke lateral. Penyebabnya : Tumor atau Radang pd Plika Vokalis
*. Tepi plika vokalis tidak rata.Penyebabnya : Tumor Ganas,
Papiloma, TBCC. Suara nyaring, tetapi sesak nafas: bila plika
vokalis tidak dapat bergerak ke lateral (Paresis otot abduktor)
Pertemuan sayap kartilago tireoidea kanan dan kiri yg menyatu dilinea mediana yg membentuk sudut, dimana pada pria lebih menonjol, sedang pada wanita tidak menonjol.
Bagian-bagian Laring ◦ Vestibulum ◦ Ventrikulus : antara plika ventrikularis
dan plika vokalis ◦ Subglotis : dibawah rima glotis◦ Rima glotis : celah antara plika vokalis
kanan dan kiri
JAKUN (Adam Apple)
Bagian-bagian berdasarkan hasil pemeriksaan laringoskopi tidak langsung
1. Epiglotis 2. Plika Vokalis 3. Komisura Anterior 4. Komisura Posterior 5. Aritenoid 6. Plika Ariepiglotika 7. Plika ventrikularis (plika vokalis spuria / plika
vokalis palsu) Fisiologi Laring 1. Proteksi 2. Fonasi 3. Respirasi 4. Fiksasi 5. Deglutisi 6. Sirkulasi
GAMBAR LARING DILIHAT DARI DALAM (POTONGAN VERTIKAL)
1. ADITUS LARINGIS2. VESTIBULUM 3. PLIKA VOKALIS SPURIA 4. VENTRIKULUS 5. PLIKA VOKALIS 6. RIMA GLOTIS 7. SUBGLOTIS
GAMBAR LARING DILIHAT BERDASARKAN PEMERIKSAAN LARINGOSKOPIA INDIREKTA (TIDAK LANGSUNG)
1. EPIGLOTIS 2. KOMISURA ANTERIOR 3. PLIKA VOKALIS SPURIA 4. KOMISURA POSTERIOR 5. PLIKA VOKALIS 6. PLIKA ARIEPIGLOTIKA 7. ARITENOID
PEMERIKSAAN LARING Untuk dpt menegakkan diagnosis penyakit2 pd
laring diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yg baik.
Untuk anamnesis diperlukan simtomatologi sebagai berikut :
1. Serak : Hoarsnes, Disfoni 2. Sesak Nafas : Dispnu3. Suara Pernafasan Berbunyi : Stridor
PEMERIKSAAN ◦ Pemeriksaan laring secara tidak langsung
(Laringoskopia Indirekta) dg memakai cermin datar. Bayangan laring akan ditangkap oleh cermin
◦ Pemeriksaan laring secara langsung laringoskopia direkta dg memakai laringoskopi
◦ X-foto, dll
Sumbatan laring dapat menyebabkan sesak nafas (Distres Respirasi) yg sangat tergantung berat ringannya sumbatan.
Jackson membagi distres respirasi yg progresif menjadi 4 stadium / derajat
STADIUM 1 - Cekungan Suprasternal - Stridor - Pasien tampak tenang
STADIUM 2 - Cekungan Suprasternal makin dalam - Timbul cekungan
epigastrium - Pasien mulai gelisah
DISTRES RESPIRASI
STADIUM 3 - Cekungan Suprasternal- Cekungan Epigastrium - Cekungan Infraklavikula- Cekungan Interkostal - Pasien sangat gelisah - Dispnu
STADIUM 4- Cekungan-cekungan pd stad.3 makin jelas - Pasien sangat gelisah- Tampak ketakutan & sianosis - Dispnu meningkat - Bila keadaan berlangsung terus penderita kehabisan tenaga, pusat pernafasan paralitik karena hiperkapnea - Pd keadaan ini penderita tampaknya tenang dan tertidur. Akhirnya dapat meninggal karena asfiksia.
Operasi membuat lubang pd trakea, dg tujuan mengatasi gangguan lalu lintas udara pernafasan.
Jenis trakeostomi ◦ EMERGENCY (DARURAT)◦ ELEKTIF (DIRENCANAKAN)
T. EMERGENCY : Untuk distres respirasi derajat III dan IV
T. ELEKTIF : Untuk distres respirasi derajat I dan II
TRAKEOSTOMI
Mengatasi sumbatan laring Mengurangi ruang rugi (Dead Air Space)
disaluran pernafasan atas Mempermudah penghisapan sekrit dari
bronkus Untuk memasang respirator Untuk mengambil benda asing dari
subglotik
INDIKASI TRAKEOSTOMI
TONSIL DAN FARING Untuk dapat memeriksa faring dan tonsil mulut
dibuka lebar-lebar, lidah ditarik kedalam, dilunakkan lidah ditekan kebawah, dibagian medial penderita disuruh bernafas : ◦tak boleh menahan nafas◦tak boleh nafas kuat◦tak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”
MEMERIKSA MOBILITAS TONSIL Spatula menekan jaringan peritonsiler sedikit
lateral dari arkus anterior (sebelumnya didahului dg menekan lidah
sebelah anterior tonsil, sehingga kelihatan pole bawah tonsil)
Pada : Tumor tonsil fiksasi Tonsilitis kronik tonsil mobil dan sakit
T1 T2 T3 T4
Besar Tonsil Ditentukan Sbb : • T0 : tonsil telah diangkat • T1 : besar tonsil ¼ jarak arkus anterior dan uvula • T2 : besar tonsil 2/4 jarak arkus anterior dan uvula• T3 : besar tonsil 3/4 jarak arkus anterior dan uvula• T4 : besar tonsil mencapai arkus anterior atau lebih
Memeriksa Patologi Tonsil Dan Palatum Mole TONSILITIS AKUT : - semua merah
- titik-titik putih pada tonsil TONSITILITS KRONIK : - arkus anterior merah
- ditekan sakit ABSES PERITONSIL : - ismus fausium kecil
- tonsil terdesak kemedial - sekitar tonsil merah dan
udim - uvula terdesak
heterolateral udimatus DIFTERI : - pseudomembran kotor, hemoragis
- mukosa normal - bull neck - perlu usap tenggorok
RADANG SPESIFIK : - TBC TUMOR : - keras, fiksasi tonsil SIKATRIK : - akibat tonsilektomi
- pasca insisi abses peritonsil
Memeriksa Patologi Faring FARINGITIS AKUT semua merah FARINGITIS KRONIK hanya granulae
merah DIFTERI pseudomembran menutup
tonsil, arkus anterior, faring PARALISIS N.VAGUS : saat mengucapkan
“aa” uvula menunjukkan kearah sisi sehat
ADENOIDITIS AKUT Suatu Peradangan Akut Pada Jaringan
Adenoid (Tonsila Faringea) ETIOLOGI
◦ Streptokokus ◦ Hemofilus influensa ◦ Virus
GAMBARAN KLINIK Adenoid secara fisiologis dijumpai pada
anak baru lahir sampai pubertas. Pada umur 12 th mulai mengecil dan pada umur 17-18 th sudah menghilang.
YG DIKELUHKAN : panas badan tinggi, dapat sampai kejang-
kejang buntu hidung gelisah, tidak dapat menyusui dg tenang,
sehingga sering menangis karena kelaparan pda rinoskopi anterior : adenoid membesar
dan hiperemi. kavumnasi dapat penuh sekret. sering bersamaan dg tonsilitis
komplikasi : otitis media supuratif akut, laringitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumoni
TERAPI : - ANTIBIOTIK (GOL. PENISILIN)- ANALGETIK / SIMTOMATIK
TONSILITIS AKUT Merupakan peradangan akut pada tonsila
palatina. Terbanyak pada usia 5-10 th ETIOLOGI
◦ GOL STREPTOKOKUS◦ VIRUS
Tonsil merupakan jaringan limfoid yg disebut folikel. Diantara folikel terdapat saluran yg bermuara dipermukaan tonsil yg disebut kripte, yg berfungsi sebagai jalan penyaluran eksudat. Dari kripte dapat keluar berupa detritus yg merupakan kumpulan : epitel yg lepas, limfosit dan lekosit
GAMBARN KLINIK Odinofagi Rasa sakit dapat smpai ke telinga “reffered pain” Panas tinggi dapat sampai kejang-kejang (terutama bila pada
bayi), sakit kepala, badan lesu Nafsu makan berkurang Pada saat bicara terdengar mulut seperti penuh makanan,
disebut “plummy voice” Foetor exore Ptialismus (ludah menumpuk dalam mulut) Pada pemeriksaan
◦ Tonsil udim, hiperemi, detritus (+)◦ Ismus fausium tampak menyempit ◦ Dapat terjadi pembesaran kelenjar regional leher, yg nyeri
tekan Dapat terjadi komplikasi : abses peritonsil, abses parafaring,
otitis media. Glomerulonepritis akut, rematik dan endokarditisTERAPI : Pada umumnyapadat sembuh sendiri, istirahat, makanan
lunak Obat simtomatik, kalau perlu antibiotik
TONSILITIS KRONIK
Merupakan Keradang Kronik Pada Tonsil
PATOFISIOLOGI Merupakan kelanjutan infeksi akut
berulang atau infeksi subklinik pada tonsil. Terjadi pembesaran tonsil sebagai akibat hipertrofi folikel-folikel.
Pada anak-anak biasanya disertai hipertrofi adenoid, sehingga disebut adenotonsilitis kronik.
DIAGNOSIS 1. Anamnesis Odinofagi bersifat kronik, menghebat bila ada serangan
akut Rasa mengganjal ditenggorok Mulut berbau Badan lesu, makan kurang Cefalgia Pada adenoiditis kronik / adenotonsilitis kronik terjadi
buntu hidung, tidur ngorok (mendengkur)
2. Pemeriksaan Tonsil membesar (umumnya), hiperemi pada serangan
akut Kripte melebar, terisi detritus Arkus anterior dan posterior hiperemi Pada adenotonsilitis kronik dapat terjadi “adenoid face” Pada rinoskopi anterior fenomena palatum mole negatif,
kadang tertutup sekret.
KOMPLIKASI ◦OTITIS MEDIA, SINUSITIS PARANASAL
TERAPI ◦Pada serangan akut terapinya sama seperti
tonsilitis akut ◦Bila perlu dilakukan tonsilektomi atau
adenoton-silektomi
Indikasi Tonsilektomi / Adenotonsilektomi Tonsilitis akut residivans (kambuh > 5x
setahun) Tonsilitis kronik, yg mengalami
eksaserbasi akut lebih dari 5x setahun Tonsil sebagai sumber infeksi Tonsilitis sebagai penyulit abses
peritonsil Tonsil besar dg gangguan menelan/
bernafas Tonsil sebagai karier difteri Tumor tonsil
A. LARINGITIS AKUT Merupakan komplikasi rinitis dan faringitis Etiologi
◦ Virus ◦ Streptokokus ß hemolitikus ◦ Hemofilu influensa
Gejala klinis◦ Hoarsnes = disfoni = parau ◦ Bila berat dapat sampai afoni (tidak dapat
bersuara)◦ Tenggorok gatal dan dapat sampai sakit untuk
bicara◦ Seringkali disertai batuk◦ Suhu tubuh subfebris
Pemeriksaan laringoskopi tidak langsung ◦ Plika vokalis / kordavokalis
Hiperemi & udim
◦Pada orang dewasa tidak terlalu menimbulkan masalah
◦Bila menyerang anak-anak dapat menyebabkan sesak nafas hebat. Yg dapat berakibat fatal. Hal ini karena adanya udim plika vokalis yg dapat menyebabkan rima glotis tertutup. Selain hal tersebut juga jaringan sekitar laring memang mudah sekali udim
◦Udim karena itu laringitis pada anak harus mendapat penanganan yg lebih serius
PENGOBATAN Dewasa
◦ Istirahat bersuara (vokal res)◦ Antibiotika◦ Obat simtomatik ◦ Kasus ringan dapat sembuh sendiri (self limiting)
Anak ◦ MRS◦ Selain pengobatan diatas ditambah
kartikosteroid ◦ Nebulaiser (stoom uap)◦ Kalau perlu tracheostomi
B. LARINGITIS KRONIS Merupakan laringitis yg sering kambuh (misalnya
pada perokok) Atau oleh karena iritasi sekret pada sinusitis dan
faringitis kronik Gambaran klinik
◦Batuk ◦Horsnes yg sifatnya hilang timbul ◦Banyak diderita oleh orang yg banyak berbicara
Pemeriksaan laringoskopi langsung ◦Plika vokalis : hiperemi dan tebal ◦Gerakan plika vokalis normal
Pengobatan ◦Vokal res ◦ Jangan merokok ◦Hindari Tempat Berdebu / Berasap
KARSINOMA LARING Banyak diderita laki-laki, umur 40 th keatas Sering dikaitkan dg kebiasaan merokok atau berada
pada lingkungan berdebu Gambaran klinik
◦ Horsnes kronik yg tidak sembuh-sembuh, walaupun sudah sering diobati
◦ Rasa tidak enak ditenggorok sepert ada sesuatu yg tersangkut
◦ Fase lanjut timbul odinofagi ◦ Sesak nafas bila rima glotis tertutup / hampir
tertutup (80%). Sesak nafas terjadi secara pelan-pelan sehingga penderita dapat beradaptasi. Merasakan sesak bila tumor besar. Hal ini berarti merupakan stadium lanjut penderita terlambat
Fase lanjut juga ditandai pembesaran kelenjar Bila menjumpai kasus dg gambaran klinik
sebagaimana diatas segera dirujuk