tenaga kerja dan kependudukan

36
I. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan dari suatu tipe perekonomian menjadi tipe lain yang lebih maju (Hirschman,1970). Sedangkan menurut Meier dan Baldwin (1964), pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses dimana pendapatan nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang. Kadang-kadang istilah pembangunan ekonomi sering disamakan dengan modernisasi, westernisasi, serta industrialisasi (Sitohang,1970). Faktor- faktor yang dapat menghambat pembangunan ekonomi, diantaranya adalah (1) pertumbuhan penduduk yang cepat, (2) sumberdaya alam yang tidak memadai, (3) pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien, (4) sumberdaya manusia yang tidak memadai (Lipsey, dkk, 1990). Konsekuensi dari adanya faktor-faktor penghambat pembangunan ekonomi menurut Lipsey (1990) dapat menyebabkan adanya pengangguran di suatu negara. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) tanah dan kekayaan alam lainnya, (2) jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, (3) barang-barang modal dan tingkat teknologi, (4) sistem sosial dan sikap masyarakat (Sukirno,1981). Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan yang biasa diukur dengan pendapatan riil perkapita. Standar hidup tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output, maka diperlukan adanya 1

Transcript of tenaga kerja dan kependudukan

Page 1: tenaga kerja dan kependudukan

I. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan dari suatu tipe perekonomian

menjadi tipe lain yang lebih maju (Hirschman,1970). Sedangkan menurut Meier dan Baldwin

(1964), pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses dimana pendapatan

nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang.

Kadang-kadang istilah pembangunan ekonomi sering disamakan dengan modernisasi,

westernisasi, serta industrialisasi (Sitohang,1970). Faktor-faktor yang dapat menghambat

pembangunan ekonomi, diantaranya adalah (1) pertumbuhan penduduk yang cepat, (2)

sumberdaya alam yang tidak memadai, (3) pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien, (4)

sumberdaya manusia yang tidak memadai (Lipsey, dkk, 1990). Konsekuensi dari adanya

faktor-faktor penghambat pembangunan ekonomi menurut Lipsey (1990) dapat menyebabkan

adanya pengangguran di suatu negara. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) tanah dan kekayaan alam lainnya, (2) jumlah dan mutu dari

penduduk dan tenaga kerja, (3) barang-barang modal dan tingkat teknologi, (4) sistem sosial

dan sikap masyarakat (Sukirno,1981).

Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk negara

yang bersangkutan yang biasa diukur dengan pendapatan riil perkapita. Standar hidup tidak

akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada

pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output, maka

diperlukan adanya penambahan investasi yang cukup besar untuk dapat menyerap

pertambahan penduduk. Pada kesempatan kali ini, akan membahas tentang hubungan

pertumbuhan penduduk dengan perkembangan ekonomi khususnya tenaga kerja yang

berpartisipasi dalam perekonomian.

Untuk mempelajari tenaga kerja dan kependudukan maka ada baiknya kita

mengetahui definisi dari masing – masing pengertian tersebut.

kependudukan atau demografi merupakan cabang  ilmu yang mempelajari bagaimana

dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,

kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara

keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria

seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Sedangkan tenaga kerja

1

Page 2: tenaga kerja dan kependudukan

adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat

memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh

penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990).

Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja

adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

Pertumbuhan penduduk ternyata banyak membantu ekonomi negara maju karena

mereka sudah makmur dan modalnya berlimpah, sedangkan jumlah buruh kurang. Pada

kenyataannya bahwa kenaikan jumlah penduduk justru menghasilkan GNP yang naik lebih

tinggi dibandingkan hanya sekedar proporsional.Akibat adanya pertumbuhan jumlah

penduduk dalam pembangunan berbeda dengan negara maju. Hal ini disebabkan ekonomi di

negara berkembang, modalnya berkurang dan jumlah buruhnya melimpah. Ini menunjukkan

adanya perbedaan yang sangat tajam bahkan bertolak belakang dengan kondisi di negara-

negara kaya atau di negara maju. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk di negara-negara

berkembang dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaan

dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin

banyak jumlahnya. Pertumbuhan penduduk terutama berpengaruh yang sangat besar baik

dalam hal pendapatan per kapita, standar kehidupan, pembangunan pertanian, lapangan kerja,

tenaga buruh, maupun dalam hal pembentukan modal

2

Page 3: tenaga kerja dan kependudukan

II. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1. Kependudukan

A. Pengertian Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama

enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi

bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas,

mortalitas dan migrasi. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi

yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini

menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang

dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi

pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang

ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan

secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.

Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat

adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor

pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi

termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk

menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas

administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan

yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.

B. Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi

Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan negara-negara sedang berkembang,

yaitu:

Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi

Adanya struktur umum yang favorable

Tidak adanya distribusi penduduk yang merata

Tidak adanya tenaga kerja yang terlatih dan terdidik

3

Page 4: tenaga kerja dan kependudukan

1) Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi

Tidak selamanya pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan dampak yang negatif

terhadap perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Kaum klasik mengemukakan bahwa

pertumbuhan penduduk yang cepat pada suatu negara yang maju, akan memberikan dampak

positif. Dengan bertambahnya penduduk maka daya beli masyarakat semakin meningkat. Hal

ini dikarenakan dalam negara maju, tingkat tabungan yang dimiliki mampu mengimbangi laju

pertumbuhan penduduk, sehingga dengan penduduk yang banyak justru meningkatkan

purchasing power. Permintaan akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Penawaran

pun akan bertambah pula karena semakin banyak kebutuhan penduduknya yang harus

dipenuhi. Efek yang lain, dengan semakin banyaknya penduduk yang berkualitas, maka

sektor tenaga kerja ahli mudah didapat. Apalagi di negara maju ditunjang oleh banyak faktor.

Hal ini sesuai dengan pendapat Keynes, bahwa dalam negara maju meningkatnya

produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja akan selalu mengiringi kenaikan

jumlah penduduk.

Pertumbuhan penduduk di negara berkembang umumnya memberikan efek yang

negatif, karena pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan kualitas dan produktivitas

manusianya tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Kaum Klasik bahwa selalu ada

perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk

yang akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Hal itu terjadi karena

penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, sehingga biasanya sering terdapat kesulitan

dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau misalnya penduduk tersebut dapat mendapatkan

pekerjaan, maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya, namun apabila tidak,

mereka akan menjelma menjadi pengangguran yang hanya akan meningkatkan angka

ketergantungan dan otomatis menurunkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Produktivitas

penduduk di negara berkembang relatif rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi.

Hal itu dikarenakan sebagian besar penduduk di negara berkembang berasal dari sektor

agraris, sehingga hasil dari produksinya biasanya hanya habis untuk dikonsumsi sendiri.

Bahkan untuk konsumsi sendiri saja masih kurang, sehingga mereka tidak terlalu memikirkan

tentang menabung (saving) apalagi investasi.

4

Page 5: tenaga kerja dan kependudukan

a) Isu Kependudukan

Di negara berkembang, masalah kependudukan merupakan masalah yang sulit untuk

diatasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tingkat tabungan

yang cukup. Apalagi jika kualitas penduduk itu sendiri tidak cukup bagus setidaknya untuk

memproduksi atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia akan menjadi pengangguran yang

tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di negara berkembang

dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian.

b) Trend Fertilitas dan Mortalitas

Pada umumnya tingkat kelahiran yang tinggi dihubungkan dengan kemiskinan

nasional. Namun adalah keliru bila kita menyiimpulkan bahwa berhubung angka kelahiran

yang tinggi pada umumnya terdapat di negara miskin. Sedangkan angka kelahiran rendah

terdapat di negara maju. Maka dengan meningkatkan pendapatan per kapita lalu tingkat

kelahiran akan menurun. Juga tidak ada kepastian hubungan antara laju pertumbuhan

pendapatan nasional per kapita dengan tingkat kelahiran. Namun jelas ada bukti bahwa ada

hubungan positif anatara sidtribusi pendapatan dengan tingkat kelahiran. Akhirnya kita dapat

menyimpulkan bahwa negara-negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya

penghasilan atau dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil (benefit) dari pembangunan

ekonomi ke sebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat

kelahiran daripada negar-negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan

ekonominya.

c) Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Investasi

Untuk meningkatkan output, tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat

meningkatkan penghasilan riil per kapita. Tetapi kesulitan dalam hal ini sering dialami oleh

negara berkembang, sesuai dengan Teori Perangkap pada Keseimbangan Pendapatan yang

Rendah Malthus. Kesimpulannya untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya

negara berkembang memerlukan kebijakan dorongan yang besar. Atau perekonomian harus

memenuhi apa yang disebut “usaha minimum yang sangat perlu”. Pembangunan yang secara

sedikit demi sedikit pun bisa dilakukan asal dengan memilih sektor yang yang mempunyai

kapasitas berkembang yang cepat.

5

Page 6: tenaga kerja dan kependudukan

Struktur Umur yang Tidak Favorable

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negara

yang berkembang memiliki angka ketergantungan yang tinggi karena besarnya jumlah

penduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan

bagi pembangunan ekonomi, karena:

Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan per

kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam

perekonomian tersebut.

Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara akan

mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah “investasi-

investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”. Oleh karena itu, paling

tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.

2) Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang

Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya terjadi pada daerah-daerah yang sudah

maju. Sebab para penduduk lebih banyak berpindah dari daerah yang kurang maju ke daerah

yang lebih maju, sehingga pada negara maju tingkat urbanisasi lebih kecil. Adanya tingkat

upah yang leih menarik di sektor industri mendorong penduduk yang ada di desa berpindah

ke kota yang menyebabkan penduduk di negara maju yang bekerja di sektor pertanian lebih

sedikit. Berbeda dengan di negara yang berkembang. Urbanisasi yang tinggi menyebabkan

ketidakseimbangan dalam proses perkembangan ekonomi antara sektor pertanian dengan

sektor industri. Ketidakseimbangan distribusi penduduk baik antara desa dan kota maupun

antara daerah yang lebih berkembang dan daerah yang kurang berkembang akan menghambat

jalannya pembangunan ekonomi karena pembangunan ekonomi memerlukan mobilitas tenaga

kerja yang lebih mudah, yang didapati di negara-negara atau daerah-daerah yang memiliki

distribusi penduduk yang lebih merata.

3) Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah

Rendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatu

negara disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja yang rendah. Maka

menurut Schumacher pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya

dibandingkan faktor-faktor produksi yang lain.

6

Page 7: tenaga kerja dan kependudukan

C. Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia

Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu

berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam

peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan penduduk

tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi normal,

pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 – 15

tahun).

Nilai pertumbuhan penduduk

Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana

jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan

populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam

populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus: P = Poekt

Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai.

Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika

dimulainya periode. Yang merupakan:

Lapangan kerja datang dari adanya pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang

tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi

pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh

pada kurun waktu 1971 – 1980, pertumbuhan ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun

daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu hanya bertambah tiga persen setahun.

Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai pertambahan angkatan kerja dan kesempatan

7

Page 8: tenaga kerja dan kependudukan

kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti

proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan

kesempatan kerja sampai dengan akhir Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan

kerja diperkirakan akan berada di atas angkatan kerja (Tabel 3).

Sumber:

BPS,1993

Namun

sekali lagi bahwa

proyeksi ini dibuat

sebelum adanya

krisis ekonomi.

Hal lain yang juga

harus

diperhatikan dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja

adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja bukan berarti masalah

ketenagakerjaan, atau lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya kesempatan kerja baru

merupakan “potensi” dan “potensi” tersebut mungkin saja tidak dapat dimanfaatkan bila

angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.

D. Solusi Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi di Negara-Negara   Berkembang

Pertambahan penduduk yang pesat tidak selalu merupakan penghambat jalannya

pembangunan ekonomi, asal saja penduduk tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi untuk

menghasilkan dan menghisap hasil produksi yang dihasilkan. Keberhasilan usaha

pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor,

salah satunya yaitu faktor tenaga kerja.

Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga

kerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha di lapangan pekerjaan yang tersedia.

Tenaga kerja di negara – negara berkembang yang banyak bekerja di sektor pertanian dapat

disalurkan pada sektor industri yang mampu menyerap relatif lebih banyak tenaga kerja,

terutama yang bersifat padat karya. Jumlah penawaran tenaga kerja di negara – negara

berkembang yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang pesat dapat

dimanfaatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan oleh pemerintah. Pelatihan-pelatihan

8

Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesempatan

Kerja Dalam

PJP II (X 1000) Angkatan Kerja Kesempatan Kerja

Repelita VI (1998) 12.704 11.913

Repelita VII (2003) 13.232 12.427

Repelita VIII (2008) 12.701 12.744

Repelita IX (2013) 12.095 12.177

Repelita X (2018) 11.455 11.871

Page 9: tenaga kerja dan kependudukan

yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberdayakan tenaga kerja yang berlebih agar

sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara maksimal menghasilkan

sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.

Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur, tidak

selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang produktif

terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja,

yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga penciptaan lapangan

pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan.

Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang

dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap

tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi

pendidikan dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang

tersedia diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai

dengan keperluan pembangunan.

E. Jumlah Penduduk dan Pembangunan

Salah satu tanda negara berkembang umumnya terletak pada jumlah penduduk yang

begitu banyak, sedangkan jumlah yang banyak itu sebagian besar tidak produktif, karena

kualitasnya yang sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk di negara-negara berkembang

disebabkan tidak seimbangnya jumlah kelahiran dan kematian. Walaupun sudah sejak lama

diadakan pengendalian melalui keluarga berencana.

Masalah jumlah penduduk yang begitu banyak baik di negara-negara yang

terbelakang maupun negara-negara berkembang sebenarnya sudah sejak lama dikhawatirkan

oleh hipotesis Malthus yang mengatakan bahwa konsumsi keseimbangan jangka panjang

tidak terletak lebih tinggi dari pada tingkat subsistence. Bahkan secara umum para mahasiswa

lebih kenal dengan teori Malthus yang menekankan bahwa jumlah produksi makanan

menurut deret hitung, sedangkan jumlah pertumbuhan penduduk menurut deret ukur. Walau

teori Malthus akhirnya juga ditolak oleh para ahli yang menyatakan bahwa:

1. Teori Malthus tidak memperhitungkan peranan serta pengaruh adanya kemajuan

teknologi.

9

Page 10: tenaga kerja dan kependudukan

2. Teori itu hanya didasarkan pada satu hipotesis, yang berkaitan dengan hubungan

makro antara jumlah pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita, yang ternyata

tidak tahan uji secara empiris.

3. Teori Malthus hanya menitik beratkan pada variabel yang ternyata dianggap keliru,

dimana pendapatan perkapita sebagai determinan utana dalam pertumbuhan pendudul.

Tapi seharusnya berdasarkanp pada mikro ekonomi yang menitik beratkan pada taraf

hidup individu, dimana determinan utamanya bagi keluarga adalah keputusan

mengenai jumlah anak, dan bukannya pada taraf hidup masyarakat secara

keseluruhan.

Penduduk dan Pendapatan Per-Kapita

Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pendapatan per-kapita biasanya tidak

menguntungkan. Pertumbuhan penduduk cenderung memperlambat pendapatan per kapita

dalam 3 cara :

1. Memperberat beban penduduk pada lahan.

2. Menaikan biaya barang konsumsi karena kekurangan faktor pendukung untuk

meningkatkan penawaran mereka.

3. Memerosotkan akomodasi modal, karena dengan tambah anggota keluarga , biaya

meningkat.

Penduduk dan standar kehidupan

Karena salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan per kapita,

maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita dalam hubungannya dengan

pertumbuhan penduduk sama-sama mempengaruhi standar kehidupan.

10

Page 11: tenaga kerja dan kependudukan

Penduduk pembangunan pertanian

Di negara terbelakang , kebanyakan rakyat tinggal di wilayah pedesaan. Pertanian

merupakan mata pencarian utama oleh karena itu pertambahan penduduk akan

mempengaruhi rasio lahan manusia. Produktivitas per kapita yang rendah mengurangi

kecenderungan untuk menabung dan menginvestasi. Akibatnya , pemakaian teknik yang lebih

baik dan perbaikan lainnya pada lahan menjadi tidak mungkin

Penduduk dan lapangan kerja

Penduduk yang meningkat dengan cepat menjerumuskan perekonomian

pengangguran dan kekurangan lapangan kerja. Kerena penduduk meningkat proporsi pekerja

pada penduduk total menjadi naik. Tetapi karena ketiadaaan sumber pelengkap, tidaklah

mungkin untuk mengembangkan lapangan pekejaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran

dan kekurangan lapangan kerja meningkat. Penduduk yang meningkat dengan cepat

mengurangi pendapatan, tabungan dan investasi. Karenanya pembentukan modal menjadi

lambat dan kesempatan kerja kurang dan dengan begitu meningkatkan pengangguran. Lebih

dari itu , apabila tenaga buruh dibandingkan dengan lahan meningkat, sumber modal dan

sumber lainnya, faktor komplemen tersedia per pekerja merosot dan akibatnya pengangguran

dan kekurangan pekerjaan meningkat.

Penduduk dan tenaga buruh

Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang

bekerja dengan penduduk total .dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata di

negara ter belakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 15-

50 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan kematian

menurun. Akibatnya, sebagian terbesar penduduk berada pada kelompok usia rendah 25-50

tahun, dan hanya sebagian kecil yang terrmasuk pada kelompok usia tanaga buruh. Adanya

anak-anak dewasadi dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang

berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran

mulai menurun, tenaga buruh yang tersediabagi pekerjaan produktif pun dalam jangka

11

Page 12: tenaga kerja dan kependudukan

pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak-anak menjadi turun dan pendapatan

nasional meningkat karena jumlah konsumen menurun.

Penduduk dan pembentukan modal

Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Jika penduduk

meningkat , pendapatan per kapita yang di dapat menurun. Dengan pendapatan yang sama

orang terpaksa member makan kepada anak-anak yang lebih banyak. Itu berarti bagian

terbesar pendapatan terpakai untuk pengeluaran konsumsi. Tabungan yang memang sudah

rendah menjadi semakin rendah.akibatnya, tingkat investasi juga menjadi semakin rendah.

penduduk yang meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan di

negaara terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan

teknologi yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan

penduduk mengakibatkan produktifitas pertanian merosot, pendapatan per kapita rendah ,

standar kehidupan rendah, pengangguran dan tingkat pembentukan modal rendah.

F. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

1. Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan dan wilayah

Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan

transformasi struktur produksi dan perbedaan pertumbuhan produktivitas per pekerja menurut

sector atau lapangan pekerjaan yang terjadi selama pertumbuhan ekonomi berlangsung.

Perkembangan produktivitas per pekerja di suatu negara biasanya dipengaruhi oleh : (1)

perkembangan stok barang modal per pekerja; (2) perkembangan mutu tenaga kerja, yang

tercermin pada perbaikan pendidikan, keterampilan dan kesehatan pekerja; (3) peningkatan

skala unit usaha; (4) pergeseran pekerja dari kegiatan yang relatif lebih rendah

produktivitasnya ke yang lebih tinggi; (5) perubahan product mix atau komposisi output pada

masing-masing sektor atau sub-sektor; dan (6) pergeseran teknik produksi dari padat karya ke

padat modal.

12

Page 13: tenaga kerja dan kependudukan

2. Pergeseran struktur pekerja menurut status pekerjaan

Statistik ketenagakerjaan membagi pekerjaan menurut status menjadi 5 golongna.

Pertama, golongan yang berusaha sendiri tanpa dibantu pakerja keluarga atau buruh tidak

tetap (status 1). Kedua, golongan yang berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh

tidak tetap (status 2). Ketiga, golongan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap (status 3).

Keempat, buruh dan/atau karyawan (status 4). Dan status (5) pekerja keluarga. Dalam

perkonomian yang sedang berkembang, struktur pekerja menurut status seperti di atas juga

mengalami pergeseran. Persentase pekerja yang termasuk status 1, 2 dan 5 (pekerja sector

nonformal) biasanya cenderung menurun, sementara pekerja status 3 dan 4 (sektor formal)

meningkat.

G. Perubahan Demografi di Indonesia

Demografi dalam pengertian yang paling sempit dinyatakan sebagai “demografi

formal” yang memperhatikan ukuran atau jumlah penduduk; distribusi atau persebaran

penduduk; struktur penduduk atau komposisi; dan dinamika atau perubahan penduduk.

Ukuran penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu wilayah pada waktu tertentu.

Distribusi penduduk menyatakan persebaran penduduk di dalam suatu wilayah pada suatu

waktu tertentu, baik berdasarkan wilayah geografi maupun konsentrasi daerah pemukiman.

Struktur penduduk menyatakan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan atau

golongan umur. Sedangkan perubahan penduduk secara implicit menyatakan pertambahan

atau penurunan jumlah penduduk secara parsial ataupun keseluruhan sebagai akibat

berubahnya tiga komponen utama perubahan jumlah penduduk: kelahiran, kematian dan

migrasi.

Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai

karakteristik individu maupun kelompok, yang meliputi tingkat sosial, budaya, dan ekonomi.

Karakteristik sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan, dan

lain sebagainya. Karakteristik ekonomi meliputi antara lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan

(occupation), status pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangakan aspek

budaya berkaitan dengan persepsi, aspirasi dan harapan-harapan.

13

Page 14: tenaga kerja dan kependudukan

Dalam pengertian yang paling luas, demografi mempelajari pemakaian data dan

penerapan hasil analisisnya dalam berbagai aspek termasuk berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan proses demografi. Di antaranya, dampak pertambahan penduduk terhadap

lingkungan hidup dan pemanfaataan sumber daya alam.

14

Page 15: tenaga kerja dan kependudukan

2. Tenaga Kerja

A. Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

B. Pemanfaatan Sumberdaya Manusia

1) Beberapa Konsep Ketenagakerjaan

Yang dimaksud dengan human resource disini adalah penduduk yang berupa tenaga

kerja (human power) yang dianggap sebagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk

pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.

Beberapa konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah sbb:

1. Penduduk

Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam

bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan

untuk menetap.

2. Usia kerja

Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically active population) 15

tahun (meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa

batas atas usia kerja.

3. Angkatan Kerja

Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia

kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau

punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

15

Page 16: tenaga kerja dan kependudukan

4. Bukan angkatan kerja

Penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah,

mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainya.

5. Bekerja

Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu

memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam secara tidak terputus

selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja

maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,

misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.

Kriteria satu jam (the one-hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk

mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya

adalah pekerja dengan waktu singkat (short-time work), pekerja bebas, stand-by work dan

pekerja yang tak beraturah lainnya.

Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang

digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerja secra total, sehingga

jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi

pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total.

2) Jenis dan macam-macam Pengangguran

Pengangguran adalah keadaan dimana seorang yang termasuk dalam angakatan kerja,

ingin mencari pekerjaan namun tidak memperolehnya dikarenakan jumlah pencari kerja yang

tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ingin menampungnya. Tenaga kerja yang

menganggur adalah mereka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari

pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.

16

Page 17: tenaga kerja dan kependudukan

sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai

berikut ;

Pengangguran adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak

mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja),

yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai

bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran

dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open

unemployment).

Secara spesifik, pengangguran terbuka dalam Sakernas, terdiri dari :

Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,

Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,

Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan, dan

Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima

bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka dihitung sbb;

TPT =UEAK

x100 %

Dimana :

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka

UE = Peduduk 15+ mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari

pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah punya

pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

AK = Angkatan Kerja

17

Page 18: tenaga kerja dan kependudukan

1) Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang

disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar

kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

2) Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari

lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka

lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan

kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari

sebelumnya.

3) Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi

kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.

Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang

menanti musim durian.

4) Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas

naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada

penawaran kerja.

Di negara berkembang pengangguran dapat digolongkan menjadi:

Visible Employment

Akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih

sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.

Disguised Employment

18

Page 19: tenaga kerja dan kependudukan

Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya

secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain

tanpa mengurangi sektor outpout yang ditinggalkan.

Potential Under Employment

Merupakan suatu perluasan dari pengangguran tak kentara dalam artian suatu pekerja

dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi

dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan

pembentukan kapital yang berarti.

Memanfaatkan Tenaga-tenaga yang menganggur

Tenaga yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang dapat

dikombinasikan dengan faktor produksi yang lain guna meningkatkan output di

negara yang berkembang. Masalah pemanfaatan tenaga kerja yang menganggur ini

baik segi penawaran maupun segi permintaan hanya diperlukan kapital yang relatif

sedikit. Keuntungan tenaga yang menganggur tersebut misalnya saja dalam sektor

pertanian yang tenaganya menganggur saat tidak musim panen dialihkan atau

dimanfaatkan ke dalam industri-industri kecil seperti yang dinyatakan oleh Profesor

Leibenstein bahwa kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak tergantung pada

kalori yang dimiliki tenaga kerja itu, sehingga tidak mudah untuk menarik tenaga

kerja dari sektor pertanian yang kemudian akan diikuti oleh penarikan bahan makanan

dari sektor pertanian pula.

C. Keadaan Tenaga Kerja di Negara-Negara Berkembang

Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang berada dalam keadaan yang

ditandai dengan “kemiskinan massal”. Pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-

negara berkembang sangat cepat laju pertumbuhannya. Sehingga hal tersebut merupakan

faktor dinamika yang paling penting, sebab faktor penduduk mempengaruhi serta

menentukan arah perkembangan suatu negara di masa yang akan datang. Pertumbuhan

penduduk merupakan masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan

penduduk ini terlihat pada pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus

ditambah terutama pengadaan pangan dan mengakibatkan naiknya angkatan kerja.

19

Page 20: tenaga kerja dan kependudukan

Apabila jumlah penduduk tumbuh sama cepat dengan pendapatan nasional, maka

pendapatan per kapita tidak bertambah. Salah satu implikasi yang menonjol dalam masalah

pertumbuhan penduduk di negara – negara berkembang yaitu angkatan kerja produktif harus

menanggung beban yang lebih banyak untuk menghidupi anggota keluarga secara

proporsional jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan yang ada di negara –

negara maju. Artinya, negara – negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban

ketergantungan yang lebih berat.

Bagi negara-negara berkembang pada umumnya mengalami ledakan angkatan kerja,

namun gelombang pekerja yang belum ada tarafnya sekarang sedang memasuki pasaran

kerja, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan lowongan kerja yang baru. Sehingga

pengangguran di kota-kota dan di desa-desa semakin meningkat terus. Pengangguran yang

terjadi di negara-negara berkembang disebabkan oleh banyaknya penduduk usia produktif

yang kurang memiliki keahlian dalam bekerja dengan didukung oleh sempitnya lapangan

pekerjaan yang tersedia.

Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang bekerja di daerah pedesaan.

Lebih dari 65% penduduknya tinggal secara permanen bahkan turun-temurun. Demikian pula

sekitar 58% angkatan kerja di negara-negara berkembang mencari nafkah di sektor pertanian

yang menyumbang GNI sebesar 14%. (Smith,2006). Seperti yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 1.  Populasi Agkatan Kerja, dan Produksi Pertanian di Berbagai Kawasan Maju

dan Berkembang di Tahun 2002-2003

WilayahPopulasi

(Juta)

Kota

(Persen)

Desa

(Persen)

%Pekerja

Pertanian

%Sumbangan

Pertanian bagi

GDP

Dunia 6314 47 53 49 5

Negara Maju

Eropa

1202

727

75

73

25

27

5

7

3

3

20

Page 21: tenaga kerja dan kependudukan

Amerika Utara

Jepang

323

127

79

78

21

22

3

7

2

2

Negara Berkembang

Afrika

Asia Selatan

Asia Timur

Amerika Latin

5112

861

1480

1918

540

40

33

30

40

75

60

67

70

60

25

49

5

7

3

7

14

20

30

18

10

Sumber: Population Reference Bureau, 2003 World Population Data Sheet (Washington, D.C.: Population

Reference Bureau, 2003) : World Bank, World Development Indicators, 2004 (New York : Oxford University

Press, 2004), tabs. 4 dan 12. Angka angkatan kerja pertanian berdasarkan hasil perkiraan bank dunia tahun

1997.

Banyaknya penduduk di negara-negara berkembang yang bekerja di sektor pertanian

serta memproduksi output primer (bahan-bahan mentah) dikarenakan pada suatu kenyataan

bahwa tingkat pendapatan yang rendah sehingga prioritas pertama bagi penduduk tersebut

adalah pangan, pakaian dan papan. Selain itu juga dikarenakan tenaga kerja di negara-negara

berkembang memiliki kualitas yang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju

sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja di negara-negara maju. Indikator dari

rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara berkembang salah satunya dipengaruhi oleh

pendidikan yang rendah.

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan terhadap kualitas dari tenaga kerja di

suatu negara dan merupakan unsur yang mendasar bagi pertumbuhan ekonomi.  Modal

pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi pendapatan.

Sebagian besar tenaga kerja di negara – negara berkembang hanya menempuh pendidikan

hingga bangku Sekolah Dasar dibandingkan dengan negara maju yang standarisasi

pendidikannya lebih tinggi, yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sarjana.

21

Page 22: tenaga kerja dan kependudukan

D. Jumlah penduduk, Kesempatan Kerja dan pengangguran

Jumlah penduduk yang besar pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga

ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang sangat

banyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. Jumlah penduduk

yang besar dan tidak memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat menyebabkan

pengangguran di mana-mana. Hal yang diharapkan kesempatan seimbang dengan angkatan

kerja tetapi hal ini tidak terwujud.

22

Page 23: tenaga kerja dan kependudukan

III. KESIMPULAN

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi, manusia,

sosial budaya, dan politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.

Dalam melaksanakan pembangunan nasional, perluasan lapangan kerja dan peningkatan

kualitas tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku

dan tujuan pembangunan. Masalah yang banyak dihadapi oleh negara – negara berkembang

yaitu laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat sehingga menjadi masalah pokok dalam

pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk ini terlihat pada pengadaan

kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah terutama pengadaan pangan dan

mengakibatkan naiknya angkatan kerja.

Negara – negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat pertumbuhan

penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban ketergantungan

yang lebih berat. Selain itu, ledakan angkatan kerja banyak dialami oleh negara – negara

berkembang yang tidak diikuti dengan meningkatnya perluasan lapangan kerja sehingga

terjadi pengangguran baik di kota – kota maupun di desa – desa. Jumlah penawaran tenaga

kerja yang tinggi di negara – negara berkembang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas

tenaga kerja. Tenaga kerja di negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila

dibandingkan dengan negara-negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja

di negara-negara maju. Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara

berkembang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah.

Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang

dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap

tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi

pendidikan dalam semua aspek. Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu

negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga

kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga

kerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha dilapangan pekerjaan. Pertumbuhan

penduduk yang sangat cepat di negara – negara berkembang, khususnya tenaga kerja yang

menganggur tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan ekonomi. Tenaga

kerja yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja,

yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga permasalahan

23

Page 24: tenaga kerja dan kependudukan

megenai tenaga kerja di negara – negara berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak

lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas

tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi

dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.

24

Page 25: tenaga kerja dan kependudukan

Daftar Pustaka

Albert , Hirschman O. 1970. Strategi dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: PT.Dian

Rakyat.

Amartya , Sen. 1998. “Commodities and Capabilities” dalam Pembangunan Ekonomi.

Jakarta: Erlangga.

Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sanusi, Bahrawi. 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukirno, Sadono.2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja grafindo Persada.

_____________.2006.Ekonomi Pembengunan. Jakarta : Kencana Group

Suryadinata, Leo dkk. 2003. Penduduk Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Suryana, Dr. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba

empat.

Todara, Michael P and Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Jakarta: Erlangga.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan

http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Masalah%20aktual%20ketenagakerjaan

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view

http://maretam08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peningkatan-kulaitas-tenaga-kerja-sebagai-

solusi-pembangunan-ekonomi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19103/3/Chapter%20II.pdf

25