TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS...

113
Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018 Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, S.T., M.T. (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil) Pemimpin Redaksi Rusfina Widayati, S.T., M.Sc. Sekretaris Triana Sharly P. Arifin, ST, M.Sc. Mitra Bestari / Reviewer Prof. Dr- ing. Ir. Herman Parung, M.Eng (Universitas Hasanuddin) [email protected] Dr. Erniati, ST, MT (Universitas Fajar) [email protected] Dr. Tamrin, ST, MT (Universitas Mulawarman) [email protected] Dr. Abdul Haris, ST, MT (Universitas Mulawarman) [email protected] Dr. Ery Budiman, ST, MT (Universitas Mulawarman) [email protected] Penyunting Donni Damara Bima Sentosa Administrator Aspiah, SE Alamat Redaksi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119 Laman : http://sipil.ft.unmul.ac.id, Email : [email protected] Telp. (0541) 736834, Fax (0541) 749315 TEKNOLOGI SIPIL Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ISSN : 2252-7613 Seminar Nasional Teknik Sipil 3 September 2018

Transcript of TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS...

Page 1: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018 Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

Dewan Redaksi :

Penanggung Jawab

Dr. Hj. Mardewi Jamal, S.T., M.T. (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil)

Pemimpin Redaksi

Rusfina Widayati, S.T., M.Sc.

Sekretaris

Triana Sharly P. Arifin, ST, M.Sc.

Mitra Bestari / Reviewer

Prof. Dr- ing. Ir. Herman Parung, M.Eng (Universitas Hasanuddin)

[email protected]

Dr. Erniati, ST, MT (Universitas Fajar)

[email protected]

Dr. Tamrin, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Dr. Abdul Haris, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Dr. Ery Budiman, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Penyunting

Donni Damara

Bima Sentosa

Administrator

Aspiah, SE

Alamat Redaksi

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mulawarman

Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119

Laman : http://sipil.ft.unmul.ac.id, Email : [email protected]

Telp. (0541) 736834, Fax (0541) 749315

TEKNOLOGI SIPIL Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

ISSN : 2252-7613

Seminar Nasional

Teknik Sipil

3 September 2018

Page 2: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Editorial

Redaksi Jurnal Teknologi Sipil dalam edisi Seminar Nasional Teknik Sipil 2018 ini secara khusus

mengucapkan terima kasih kepada Prodi Teknik Sipil dan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang

telah memberikan dukungannya

Diharapkan seluruh penulis makalah akan tetap setia dan konsisten dalam mempublikasikan hasil-hasil

penelitian terbaru. Selain itu kami berusaha agar lingkup edar Jurnal Teknologi Sipil dapat semakin

meluas yang pada akhirnya juga akan memacu peningkatan kualitas dari Jurnal Teknologi Sipil.

Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kontribusi serta kritik dan saran yang

telah diberikan oleh seluruh pendukung setia jurnal ini.

Wassalam

Redaksi

Page 3: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Daftar Isi

Nenny, Hamzah Al Imran Model Penahan Sedimen Sekat Bercincin pada Saluran Irigasi. 1

Sulardi Perbaikan Penurunan Pondasi Pompa dengan Metode Leveling. 6

Ashadi Putrawirawan, Vickers Dwi Marthawati Identifikasi Karakteristik Jalan Raya Penyebaba Kecelakan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi Kota Samarinda. 13

Ahmad Hariyanto, Tumingan, Budi Nugroho, Riza Setiabudi Pengaruh Limbah Abu BatuBara dan Abu Sekam Padi sebagai Subtitusi Semen Terhadap Kuat Tekan Beton. 18

Nindya Fitrisari, Yudi Pranoto, Sujiati Jepriani Desain Jembatan Pelengkung Lamaru-Tritip Menggunakan Tipe Trough Arch. 22

Habir, Frengky Fajar Mukti Analisis Risiko Pelaksanaan Konstruksi Pembangunan Jembatan Mahakam IV Samarinda. 29

Agus Sugianto, Andi Marini Indriani Analisis Pengurangan Tie-Beam sebagai Optimalisasi Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Proyek Terminal Bandara Sepingan Balikpapan. 39

Erwinsyah, Waryati, Ika Meicahayanti Pemanfaatan Filter dengan Media Arang Kulit Pisang Kepok untuk Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Air Danau Perumahan Kayu Manis. 49

Dewi Setyawati, Sulardi Keselamatan Konstruksi Bangunan Gedung Fasilitas Layanan Umum dengan Readiness Fasilitas Tanggap Darurat. 54

Muhammad Busyairi, Brama Kusuma Hartoko, Yunianto Setiawan

Potensi Metode Microbial Fuel Cell Dual Chamber Terhadap Penurunan Kandungan Bahan Organik dan Produksi Listrik pada Limbah Cair Tahu. 59

Muhammad Busyairi, Rezkie Zulfikri, Edhi Sarwono

Teknologi Roughing Filter Dalam Peningkatan Kualitas Air Permukaan dengan Parameter Total Suspended Solids (TSS) Turbiditas dan Total Coliform. 65

Tamrin, Masayu Widiastuti Studi Perbandingan Penggunaan Soil cement dan Penggunaan Agregat untuk Lapisan Pondasi Bawah di Kalimantan Timur. 73

Rusfina Widayati Peningkatan Kerjasama Lintas Sektoral yang Terintegrasi Terhadap Keberhasilan Implementasi Kebijakan Tata Ruang dalam Rangka Pengembangan Wilayah dan Mitigasi Bencana di Daerah. 81

Isnaini Zulkarnain, Fitriyati Agustina, Ilham Wijaya, Maulana Rizki Azis Model Penetapan Proyek Konstruksi Sistem Kontraktual atau Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 86

Fachriza Noor Abdi Analisa Kuat Tekan Mortar dengan Menggunakan Abu Terbang Batubara sebagai Bahan Tambah dan sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen dengan Agregat Halus Pasir Anggana. 99

Page 4: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nenny1, Hamzah Al Imran2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

1

MODEL PENAHAN SEDIMEN SEKAT BERCINCIN

PADA SALURAN IRIGASI

Nenny

1), Hamzah Al Imran

2)

1,2) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar

Jl. Sultan Alauddin No, 259 Makassar, Indonesia [email protected] 1), [email protected] 2)

ABSTRAK

Peranan irigasi sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian. Pendayagunaan air melalui system

pengolahan yang baik untuk pemanfaatan air dilaksanakan secara efektif dan efisien. Angkutan sedimen

pada saluran irigasi dapat mempersingkat umur pelayanan jaringan irigasi, karena terjadinya pendangkalan dan

penurunan kapasitas, sehingga mempersulit air untuk mencapai permukaan sawah dan mengairi sawah. Berbagai

upaya telah dilakukan untuk mengurangi angkutan sedimen di saluran irigasi, salah satunya yang umum dilakukan

adalah pembuatan model penahan sedimen (MPS). Meski demikian, sedimen masih saja tetap masuk ke dalam

saluran irigasi dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga dalam pengoperasian dan pemeliharaannya membutuhkan

biaya yang cukup tinggi untuk pengerukan sedimen tersebut. Mengingat pentingnya suatu bangunan penangkap

sedimen, maka perlu perhatian khusus terhadap masalah ini, antara lain dengan membuat suatu model penahan

sedimen yang mempunyai kemampuan untuk menangkap sedimen dengan baik. Dengan harapan dapat membantu

mengendapkan sedimen agar tidak mengganggu fungsi dari saluran. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium

Teknik Sipil Universitas Muhammadiyan Makassar. Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui sifat aliran yang

terjadi pada bangunan penangkap sedimen, mengetahui volume angkutan sedimen dasar dengan perhitungan secara

langsung dan membandingkan dengan rumus pendekatan. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar volume

sedimen kecepatan aliran cenderung mengecil, dari 0.57 m/dt ; Vs : 0.0039 m3/dt. ke v : 0.16 m/dt. ; Vs :0.0047

m3/dt. Begitu pula sebaliknya semakin kecil volume sedimen kecepatan aliran cenderung membesar mulai dari 1.4

m/dt ; 0.0006 m3/dt ke v : 1.0 m/dt ; Vs : 0.0005 m3/dt

Kata kunci : Model Penahan Sedimen (MPS), Sedimen Dasar, Model Saluran

1. PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan produksi pertanian

selain perbaikan mutu benih, perlu juga

diperhatikan peranan irigasi, untuk pendayagunaan

air melalui sistem pengolahan yang baik, sehingga

pemanfaatan air dapat dilakasanakan secara efektif

dan efisien. Penumpukan sedimen pada saluran

irigasi dapat mempersingkat umur pelayanan jaringan

irigasi karena terjadi pendangkalan dan penurunan

kapasitas kecepatan aliran.

Partikel sedimen yang halus bahkan bisa

menyumbat pori-pori tanah dan menghambat

penyerapan air oleh tanaman (Kuiper, 1989).

Meskipun demikian tidak semua fraksi sedimen

berpotensi merusak jaringan irigasi.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk

mengurangi angkutan sedimen yang dapat mengurangi

efektifitas saluran irigasi. Salah satunya yang umum

dilakukan adalah pembuatan bangunan penangka

sedimen. Namun demikian, sedimen masih saja tetap

masuk ke dalam saluran irigasi dalam jumlah yang

cukup besar. Sehingga dalam pengoperasian dan

pemeliharaannya membutuhkan biaya yang cukup

banyak untuk pengerukkan sedimen tersebut.

Salah satu parameter mengetahui efektifitas suatu

bangunan penangkap sedimen dalam mengendapkan

sedimen adalah mengetahui nilai efesien pengendapan

sedimen pada bangunan tersebut. Mengingat

pentingnya suatu bangunan penangkap sedimen,

terutama jika di kaitkan dangan fungsi dan kelayakan

suatu bangunan penangkap sedimen yang

menghabiskan biaya yang cukup mahal serta adanya

manfaat yang sangat penting untuk kegiatan operasi

dan pemeliharaan pada jaringan irigasi, maka perlu

perhatian khusus terhadap masalah ini, antara lain

dangan membuat suatu bentuk model penahan

sedimen yang mempunyai kemampuan untuk

menangkap sedimen dengan baik.

Pengendapan sedimen pada bangunan penahan

sedimen sangat di pengaruhi oleh panjang bangunan

tersebut. Semakin panjang bangunan tersebut semakin

besar juga tingkat efektivitasnya, tetapi jika terlalu

panjang dapat mengurangi efektivitasnya. Selain

panjang bangunan, bentuk bangunan juga sangat

berpengaruh terhadap efektivitas suatu bangunan

penangkap sedimen.

Page 5: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nenny1, Hamzah Al Imran2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

2

Namun kontruksi bangunan penangkap

sedimen yang terlalu panjang, selain memerlukan

biaya yang mahal untuk perkuatan (lining) dinding

dan dasarnya, yang biasanya terbuat dari pasangan

batu, sehingga diperlukan usaha-usaha lain untuk

mengendapkan sedimen dengan areal yang lebih

kecil dan biaya yang lebih rendah.

Dengan adanya permasalahan diatas maka

kami mencoba membuat model penahan sedimen

(MPS). Dengan harapan dapat membantu

mengendapkan sedimen agar tidak mengganggu

fungsi dari saluran, dengan harapan semua sawah

mendapatkan air yang cukup.

Penelitian ini akan di lanjutkan dengan

pemakaian Model Penahan Sedimen Sekat Bercincin

dengan harapan hasil yang didapatkan jauh lebih baik

dari penelitian sebelumnya, dengan pertimbangan

Model Penahan Sedimen Sekat Bercincin yang di

gunakan efektif untuk mengurangi proses

sedimentasi pada saluran irigasi.

2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,

adalah :

a . Menganalisis pengaruh sifat aliran terhadap

Model Penahan Sedimen.

b . Menganalisis volume angkutan sedimen dasar

(Bed Load) pada Model Penahan Sedimen.

3. METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di labotatorium

Fakulaas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Makassar

Model Saluran

Saluran yang digunakan adalah saluran tanah

yang dihamparkan material pasir dengan penampang

bentuk trapezium. Bentuk geometris dari saluran

adalah saluran lurus dengan dinding permanen, lebar

dasar saluran (B) : 0,50 m, tinggi saluran (h) : 0,20 m

dan panjang saluran (L) : 7.70 m.

770.0 140.0

265.0

166.8

165.0 190.0

140.4

150.0

240.0

217.5

3 0.0 000

6 2.5 000

1 0.0 000

1 5.0 000

1 5.0 000

A

BF

G

H

K

J

I

C

419.9L

D

1 5.0 000

M

NO

Gambar 1. Model Saluran

Model penangkap sedimen sekat bercincin

terbuat dari bahan acrelik dengan lebar dasar (b)

:40 cm, Tinggi bangunan (H) : 40 cm, kemiringan

dasar (i) : 0.0229, dan panjang bangunan penangkap

sedimen (l): 181 cm.

Gambar 2. Model Penahan Sedimen Sekat Bercincin

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah

eksperimental, di mana kondisi tersebut dibuat dan

diatur oleh peneliti dengan mengacu pada literatur-

literatur yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

Penelitian dimulai dengan pengambilan material

pasir di bendung Kampili sekitar jaringan daerah

irigasi Kampili. Pengambilan Material pasir tersebut

untuk pengujian karakteristik material pasir yang

berkaitan dengan rapat massa sedimen (ρs) dan

diameter butiran pasir (dn). Kemudian pasir tersebut

dihamparkan pada saluran sebelum dan sesudah

bangunan penangkap sedimen.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah Penelitian:

a. Kalibrasi semua alat yang akan digunakan

terutama alat pengukur kecepatan.

b. Menimbang sedimen yang akan digunakan.

c. Sedimen dipadatkan sebelum dilakukan

pengaliran

d. Kecepatan aliran diukur dengan flow watch.

e. Air dikeluarkan dengan membuka pintu pembilas

secara hati-hati. Supaya sedimen tidak terbawa

oleh aliran.

Page 6: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nenny1, Hamzah Al Imran2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

3

f. Sedimen yang masuk di bangunan penangkap

sedimen diukur elevasinya.

g. Sedimen dari bangunan penangkap sedimen

dikumpulkan kemudian dikeringkan, lalu

ditimbang.

h. Percobaan dilakukan dengan debit dan waktu

yang bervariasi.

4. ANALISIS HASIL PERHITUNGAN

Angka Froude dan Angka Reynold (Re)

Untuk mengetahui dan menetapkan jenis aliran

yang terjadi dalam saluran pada saat proses

pengaliran maka dapat di jelaskan berdasarkan

bilangan Froude (Fr), pada tabel 1

Tabel 1. Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan

Reynold (Re)

Pengaruh Jarak terhadap Tinggi Endapan

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh jarak

sangat mempengaruhi tingginya endapan di sekitar

bangunan pengendali sedimen, seperti pada gambar 3

dibawah ini.

Gambar 3. Pengaruh Jarak Memanjang Saluran Terhadap

Tinggi Endapan

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa

volume endapan yang paling besar terjadi pada

sekat 3 yaitu 7,03 cm sedangkan untuk volume

endapan yang paling rendah terjadi pada hulu BPS

(Bangunan Penangkap Sedimen) yaitu 0,11 cm.

Sedangkan untuk nilai rata – rata volume endapan

yang paling tinggi terjadi pada sekat 3 yaitu 5,48 cm

dan nilai volume endapan yang paling rendah terjadi

pada hulu BPS yaitu 0,24 cm.

Pengaruh Kecepatan Aliran terhadap Volume

Sedimen

Besarnya volume sedimen sangat dipengaruhi

oleh fluktuasi debit aliran. Kondisi aliran dalam hal

ini kecepatan aliran juga mempengaruhi dari

besarnya volume sedimen seperti gambar dibawah ini

dengan variasi debit yang berbeda, maka dapat

ditunjukkan pada Gambar 4, 5 dan 6

Gambar 4. Pengaruh kecepatan aliran terhadap volume

sedimen untuk Q1

Berdasarkan Gambar 4 untuk debit (Q1)

dengan variasi waktu, maka dapat dilihat volume

sedimen yang paling besar terdapat pada hilir MPS yaitu 0,0047 kg/mᶾ dengan kecepatan (v) : 0.16 m/dt.

Sedangkan volume sedimen yang paling kecil

terdapat pada hulu MPS dengan nilai 0,0005 kg/mᶾ

dengan nilai kecepatan aliran (v) : 1,0 m/dtk.

Page 7: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nenny1, Hamzah Al Imran2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

4

Gambar 5. Pengaruh kecepatan aliran terhadap volume

sedimen untuk Q2

Berdasarkan Gambar 5 untuk debit (Q2) dengan

variasi waktu dapat dilihat volume sedimen yang

paling besar terdapat pada Sekat 4 yaitu (Vs) :

0,0038 kg/mᶾ dengan kecepatan aliran (v) : 0,55

m/dtk . Sedangkan volume sedimen yang paling

kecil terdapat pada hulu MPS, yaitu (Vs) : 0,0005

kg/mᶾ dengan kecepatan aliran (v) : 1,2 m/dt

1.

Gambar 6. Pengaruh kecepatan aliran terhadap volume

sedimen untuk Q3

Berdasarkan Gambar 6 untuk debit (Q3) dengan

variasi waktu dapat dilihat pada grafik untuk volume

sedimen (Vs.3) yang terbesar terdapat pada sekat 4

yaitu 0,0039 kg/mᶾ dengan kecepatan aliran (v3) :

0.57 m/dt. Sedangkan volume sedimen terkecil

terdapat pada hulu BPS yaitu Vs.3 : 0,0006 kg/mᶾ

dengan kecepatan aliran (v3) : 1.40 m/dt..

Dari ketiga gambar tersebut dapat disimpulkan

semakin besar volume sedimen kecepatan aliran

cenderung mengecil, begitu pula sebaliknya semakin

kecil volume sedimen kecepatan aliran cenderung

membesar.

Analisis Volume Sedimen Dasar dengan

Pendekatan Empiris.

Untuk lebih menguatkan hasil penelitian ini,

maka penelitian model penahan sedimen ini perlu

dilakukan mengujian analisis volume sedimen (Vs)

dengan beberapa pendekatan empiris, seperti pada

tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rakapitulasi analisis volume angkutan

sedimen dasar dan Pengendapan dengan Pendekatan

Empiris

Gambar 7. Grafik hubungan perhitungan langsung dengan

perhitungan dengan pendekatan empiris.

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 7, hasil

perhitungan dengan menggunakan pendekatan

empiris paling mendekati dengan hasil perhitungan

adalah pendekatan Meyer Peter dan Muller.

Page 8: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nenny1, Hamzah Al Imran2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

5

5. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan karakteristik aliran pada

model penahan sedimen dibagian hulu MPS aliran

super kritis dan lambat laun cenderung sub kritis

pada sekat 5. Semakin besar volume sedimen

kecepatan aliran cenderung mengecil, dari 0.57 m/dt ;

Vs : 0.0039 m3/dt. ke v : 0.16 m/dt. ; Vs :0.0047

m3/dt. Begitu pula sebaliknya semakin kecil volume

sedimen kecepatan aliran cenderung membesar mulai

dari 1.4 m/dt ; 0.0006 m3/dt ke v : 1.0 m/dt ; Vs :

0.0005 m3/dt

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana atas bantuan Universitas

Muhammadiyah Makassar yakni bantuan dana

penelitian melalui Penelitian Internal.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Alwi, afii achmad, 2004. Efektivitas Bangunan

Penangkap Sedimen Pada Jaringan Irigasi.

Universitas Diponegoro. Semarang

[2]. Hardiyatmo, christady hady. Mekanika Tanah.

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

[3]. Hanwar, Suhendrik dkk. 2007. Desain

Bangunan Penangkap Sedimen dengan

Teknologi Baffle (sekat).

[4]. Herdianto, Revalin dkk. 2010. Kombinasi Sekat

dan Tanaman Air Untuk Optimasi Bangunan

Penangkap Sedimen.

[5]. Nenny.2010. Bahan Ajar Angkutan Sedimen,

Fakultas Teknik Sipil Unismuh Makassar

[6]. Sudirman Andi, 2004. Pengaruh Konsentrasi

Pada Efesiensi Pengendapan Bangunan

Penangkap Sedimen.

[7]. Triatmodjo, Bambang (2008) Hidrolika II. Beta

Offset. Yogyakarta.

[8]. Yang Chih Ted. (1996). Sediment Transport

(theory and practice). Mc. Graw Hill International

Edition Civil Engineering series.

Page 9: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

6

PERBAIKAN PENURUNAN PONDASI POMPA DENGAN

METODE LEVELING

Sulardi

1)

1) Prodi Teknik Sipil Universitas Tridharma, Balikpapan

2) Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI)

3) Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia Komda Kalimantan Timur

4) Stationary Inspection Engineer PT.Pertamina RU V, Balikpapan

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran masalah settlement pondasi pompa yang mengakibatkan

instalasi perpipaan terdeformasi, bengkok, sub standard, unsafe condition dan metode perbaikan yang

dilakukan.Metode penelitian yang digunakan penelitian aplikasi dengan studi kasus penanganan masalah pondasi

pompa minyak yang mengalami penurunan hingga melebihi batas aman dan perbaikannya dengan cara peninggian

toping pondasi (leveling). Hasil perbaikan menunjukan struktur beton pondasi eksisting dengan struktur beton baru

dapat bonding dengan baik. Hasil monitoring setelah pompa dioperasikan indikasi vibrasi pada pondasi dan pada

pompa maupun prime movernya sangat rendah dan dalam batas aman. Success story hasil penelitian aplikasi metode

leveling terhadap 22 Unit pondasi pompa proses kilang ini dapat direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis

di unit kerja Pertamina yang lain maupun diluar Pertamina.

Kata kunci : Settlement pondasi, metode leveling.

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kawasan kilang Balikpapan I PT. Pertamina RU

V Balikpapan pada awalnya adalah kawasan rawa

dan kawasan dataran rendah dan merupakan kawasan

yang selalu tergenang air. Pada masa pembangunan

kilang Balikpapan I kawasan ini dilakukan

pengurugan (reklamasi) untuk mendapatkan elevasi

tanah dasar yang aman terhadap limpasan banjir dan

genangan air permukaan. Proses reklamasi lahan

diawali dengan site preparation yaitu dengan

membersihkan pepohonan, tanaman dan semak

belukar. Dilanjutkan dengan grubbing yaitu dengan

pembersihan terhadap rerumputan, kerikil, kerakal

dan material mudah lapuk lainya dipermukaan tanah.

Dilanjutkan dengan proses eksavasi yaitu dengan

penggalian dan penimbunan kembali tanah, pasir dan

bahan-bahan perbaikan tanah lainnya hingga elevasi

permukaan tanah dasar yang ditentukan yaitu + 1.500

diatas permukaan air laut (sea water level).

Kilang Balikpapan I dibangun pada awal tahun

1994 dan selesai pad akhir tahun 1997 dan memiliki

dua unit proses yaitu Heavy Vaccum Unit dan Crude

Distilation Unit dengan kapasitas olah 60.000

Barells/ Day. Produk kilang Balikpapan I adalah

LPG, Light Naptha, Heavy Naptha, Diesel, HVGO

dan Bottom product Long Residu. Hal yang spesifik

dari kilang Balikpapan I adalah dikhususkan untuk

mengolah crude oil lokal dari Tanjung, Sangata dan

crude oil dari kawasan pulau Kalimantan lainnya

dengan jenis pharafinic crude oil yang dikhususkan

untuk menyediakan bahan baku Wax Plant (pabrik

lilin). Kilang Balikpapan I didukung dengan

peralatan proses utama yang meliputi colum

fraksinator, vessel separator, furnace, heat

exchanger, pompa, kompressor, blower, perpipaan,

flare stack, peralatan kontrol operasi, peralatan

pengaman proses dan peralatan keselamatan dan

ptoteksi kebakaran.

Masalah Penelitian

Permasalahan yang dihadapi adalah setelah

kilang dioperasikan selama tiga tahun terlihat adanya

inidikasi penurunan (settlement) pondasi pompa dan

peralatan kilang, terutama pada peralatan yang

ditumpu dengan pondasi dangkal, naum tidak

demikian dengan peralatan kilang yang ditumpu oleh

pondasi dalam (pondasi pancang). Dari waktu ke

waktu penurunan terus bertambah dan pada tahun ke

lima penurunan pada 22 Unit pondasi pompa telah

sampai pada kondisi yang membahaya peralatan dan

mengancam keselamatan operasi lingkungan (alert).

Page 10: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

7

Tabel 1. Data penurunan pondasi pompa

Hasil assessment diketahui bahwa pondasi pompa

pada kondisi sub standard dan unsafe condition dengan

dampak ditimbulkan adalah secara Quality : Alignment

pompa, nozzle pipa inlet, pipa outlet offset, perpipaan

mengala mi overstress. Secara Cost : Biaya

pemeliharaan dan perbaikan sebesar Rp 300 Juta.

Secara Delivery: Kesulitan spesifikasi material dan

metode pelaksanaan perbaikan pondasi pompa dengan

waktu yang terbatas. Secara Safety : Pondasi pompa

pada kondisi unsafe condition dan sub standard. Dan

secara Moral : Beban moral pekerja terkait

pemeliharaan dan kehandalan peralatan kilang.

Terhadap permasalahan telah dilakukan upaya

perbaikan dengan cara penyambungan, reposisi dan

relokasi perpipaan inlet (suction) dan outlet (discharge)

pompa. Tetapi upaya perbaikan ini juga tidak

menyelesaikan permasalahan karena upaya metode

perbaikan tidak menyelesaikan faktor dan penyebab

masalah. Faktor penyebab adalah material, yakni belum

adanya spesifikasi material perbaikan dan sesuai dan

cocok digunakan. Sedangkan penyebab permasalahan

adalah kesulitan metode pelaksanaan perbaikan. Untuk

itu penelitian ini penting untuk dilakukan dalam rangka

menemukan jawaban atas faktor penyebab dan

penyebab masalah. Jika tidak ditemukan jawaban atas

faktor penyebab dan penyebab permasalahan

dikawatirkan suatu saat pompa akan mengalami

kegagalan (failure).

Rumusan dan Asumsi Masalah Penelitian

Dari faktor dan penyebab permasalahan diatas

diketahui bahwa faktor penyebab masalah dominan

adalah faktor material dan faktor metode kerja. Faktor

penyebab material yakni spesifikasi material apa yang

cocok dan sesuai serta dapat bonding dengan baik

terhadap material beton pondasi eksisting. Sedangkan

faktor penyebab metode yakni bagaimana metode kerja

yang paling cocok dan sesuai digunakan untuk

melaksanakan perbaikan terkait dengan ketersediaan

waktu yang terbatas dan dilakukan pada kesempatan

stop operasi untuk inspeksi dan perbaikan kilang (turn

around) Kilang Balikpapan 1. Untuk itu dipilih

spesifikasi material flowable microconcrete yang

memiliki sifat tidak susut, tidak retak dan memiliki kuat

tekan tinggi. Adapun metode perbaikan yang digunakan

adalah metode leveling yakni dengan memotong bagian

toping beton pondasi, menyambung tulangan,

menyambung baut-baut angker dan meninggikan

permukaan pondasi pompa dengan metode grouting.

Diyakini dengan menggunakan spesifikasi material

flowable microconcrete dan metode perbaikan leveling

dapat mengatasi permasalaha dengan baik dan aman.

Target perbaikan adalah 22 (dua puluh dua) unit

pondasi pompa yang menggunakan jenis pondasi

dangkal dan mengalami settlement.

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang dikembangkan dan diharapkan

akan ditemukan jawabannya melalui penelitian ini

dalam rangka menjawab faktor dan penyebab

permasalahan adalah :

1. Bagaimana gambaran spesifikasi material flowable

microconcrete yang digunakan ?

2. Bagaimana perbaikan pondasi pompa dengan

metode leveling ?

3. Bagaimana tolok ukur hasil perbaikan pondasi yang

digunakan ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini

adalah :

1. Memberikan gambaran spesifikasi material flowable

microconcrete

2. Memberikan gambaran perbaikan pondasi pompa

dengan metode leveling

3. Memberikan gambaran tolok ukur hasil perbaikan

pondasi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pondasi Pompa

Pondasi adalah bagian dari konstruksi yang

berfungsi untuk menempatkan bangunan dan

meneruskan beban dari struktur atas ke tanah dasar

pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya

differential settlement pada sistem strukturnya. Pondasi

peralatan di kilang berfungsi untuk menyedikan

kedudukan bagi pompa, mesin-mesin dan peralatan

operasi kilang lainnya dengan baik dan aman tanpa

terjadi penurunan dan keruntuhan (failure). Untuk itu

pondasi mesin direncanakan dan dibuat dengan kriteria

tertentu agar dapat mengakomodir beban statis mesin,

beban dinamis mesin pada saat mesin dioperasikan dan

beban tambahan akibat seismik, unbalance dan

perubahan pada sistim konfigurasi mesin. Jenis-jenis

mesin di kilang meliputi mesin rotating, mesin

reciprocating dan mesin impact. Mesin rotating adalah

Page 11: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

8

mesin putaran tinggi yang terdiri dari turbo generator,

steam turbines, rotary compressors, motor listrik dan

turbine gas yang memliki kecepatan putara 3000 –

10.000 putara per menit (RPM). Mesin reciprocating

adalah mesin yang cara kerjanya merubah gaya rotasi

menjadi gaya lurus dan termasuk diantaranya internal

combustion engines, steam engines, piston type pump

and compressor dan mesin-mesin lain yang sejenis

yang cara bekerjanya menggunakan ctank shat

mechanism. Mesin impact adalah mesin-mesin yang

menghasilkan beban impact seperti diantaranya mesin

forging hammers, mesin kempa, drop hammer,

stamping machines dengan kecepatan operasi impact

60-150 blows per menit (BPM). Mesin-mesin ini

beroperasi menghasilkan tekanan operasi, getaran dan

impact yang harus diredam oleh sistim pondasi mesin

yang jika sistim redaman (damping system) pondasi

tidak mampu mengendalikan getaran operasi mesin

maka pondasi akan mengalami rotasi, resonansi, un-

balance dan penurunan (vertical amplitude).

Untuk menjamin bahwa pondasi mesin (pondasi

dinamis) stabil maka pondasi mesin harus memenuhi

kriteria daya dukung pondasi dalam batas aman,

settlement pondasi dalam batas aman, tidak boleh

terjadi resonansi yaitu frekuensi mesin sama dengan

frekuensi alami dari sistem mesin pondasi tanah dan

amplitudo pondasi mesin dalam batas aman (amplitudo

dalam batas ijin). Agar pondasi mesin yang digunakan

sesuai kriteria diatas dan aman digunakan maka

historikal data mesin harus diketahui secara lengkap,

yang meliputi data layout mesin, frekuensi operasi

untuk menghindari resonansi, dan kekakuan tanah

dipengaruhi oleh frekuensi, besarnya gaya-gaya

unbalanced, titik bekerjanya gaya-gaya unbalanced dan

amplitudo vibrasi yang di ijinkan. Demikian pula

historikal data parameter dinamis tanah yang terdiri

dari modulus geser (shear modulus) yang didapat dari E

(modulus young atau Vs (kecepatan rambatan

gelombang geser), damping rasio dan poisson ratio.

Informasi data historikal mesin dapat diperoleh dari

manufaktur, sedangkan data informasi mengenai data

dinamis tanah harus dicari dari hasil pengujian.

Jenis-jenis pondasi mesin yang digunakan di

kilang antara lain pondasi mesin massive tipe blok, tipe

box, pondasi tipe dinding (cantilever), dan tipe rangka

(frame). Pada penelitian ini jenis pondasi yang

digunakan sebagai bahan penelitian adalah pondasi

jenis block massive dengan spesifikasi material beton

bertulang mutu beton K-300 dan diletakan diatas diatas

tanah dasar yang dipadatkan. Pondasi-pondasi ini

digunakan untuk mendukung pompa minyak, pompa

utilitas, perpipaan, pompa penunjang operasi dan

peralatan operasi kilang lainnya.

Perbaikan Beton Pondasi Pompa

Perbaikan dan perawatan beton pondasi pompa

peralatan operasi kilang di Pertamina RU V Balikpapan

yang mengalami penurunan adalah inovasi penanganan

pondasi yang mengalami penurunan (settlement)

mengikuti tanah dasar dibawahnya. Settlement pondasi

pompa ini diikuti dengan tertariknya intalasi perpipaan,

fasilitas utilitas dan sistim pengkabelan listrik

penggerak motor pompa. Perbaikan penting untuk

segera dilakukan karena peralatan pada kondisi sub

standard dan unsafe condition. Hal ini sejalan dengan

temuan asuransi yang mendapatkan temuan tersebut

sejak 2009 dan hingga penelitian ini dilakukan belum

dilakukan karena belum ditemukannya metode

perbaikan yang cocok dan sesuai. Dengan telah adanya

metode perbaikan pondasi pompa yang mengalami

penurrunan setempat dengan metode Leveling

diharapkan permasalahan dapat diselesaikan dengan

baik dan aman.

Inovasi perbaikan settlement dengan metode

Leveling adalah metode perbaikan dan perawatan

dengan maksud :

1. Mengembalikan atau memperbaiki integritas

struktural sistim pondasi pompa

2. Perbaiki performance pondasi pompa

3. Meningkatkan daya dukung pondasi

4. Meningkatkan kinerja dan kehandalan peralatan

5. Memperbaikan stabilitas dan stiffeness pondasi.

Hal yang spesifik dari pekerjaan perbaikan beton

pondasi pompa ini adalah digunakannya spesifikasi

material mortar beton khusus yaitu microconrete yang

dapat mengalir adalah non shrink, grout agregat alami

dengan kekuatan awal dan tinggi yang sangat baik. Ini

khusus diformulasikan untuk lingkungan marin dan

lingkungan air laut, dapat segera setting dengan baik

dilingkungan ambeint maupun didalam air dan

memiliki konsistensi campuran mortar yang tetap

meskipun berada dilingkungan air laut.

Spesifikasi material flowable microconcrete ini

cocok digunakan untuk :

a. Pemeliharaan struktur beton pondasi mesin dan

bangunan marin

b. Perbaikan menyeluruh untuk berms, slab dan elemen

struktur beton lainnya

c. Perbaikan struktur beton yang mengalami

permasalahan honey comb (porus seperti sarang

lebah)

d. Struktur beton dengan nilai slump yang rendah

namun bersifat mudah dipompakan (pumpability)

dan dapat menjangkau jarak yang cukup jauh dan

detail.

Kelebihan spesifikasi material ini adalah :

a. Dapat mencapai early streng yang tinggi untuk

memastikan cepat commsioning struktur baru dan

downtime minimum pada pekerjaan perbaikan

beton

b. Bersifat flowable grout, kemudahan grouting, dapat

mencapai detail-detail yang tidak dicapai oleh

mortar beton normal dan mortar beton konvensional

c. Sifat flowable lebih panjang hingga 1,50 jam pada

suhu ambeint tinggi dibandingkan mortar beton

konvensional, fasilitas mesin sagola grouting

dengan kapasitas besar dalam satu tuang dan pada

Page 12: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

9

kondisi tertentu tidak memerlukan pompa untuk

grouting

d. Non metalic, tidak mengandung agregat logam dan

serupa dengan beton biasa, cocok untuk finishing

architechtural

e. Berharap untuk menggunakan, tidak memerlukan

peralatan pencampuran khusus. Hal ini dapat

dicampur dalam mixer beton stsndard atau ini

ember dengan menggunakan grout stimer

f. Dual sistem ekspansi untuk ekspansi terkontrol,

padat dan tidak ada psikiater dalam keadaan

mengeras

g. Pengunaan mudah, tidak memerlukan peralatan

pencampuran khusus, pencampuran (mixing) dapat

dilakukan dengan alat mixer beton stsndard atau

menggunakan ember dengan pengadukan

menggunakan mesin pengaduk (manual mixer)

h. Bersifat dual sistem ekspansi untuk ekspansi

terkontrol, padat dan tidak mengalami retak-retak

dalam akibat pengerasan mortar beton.

Tabel 2. Spesifikasi Flowable microconcrete

Spesifikasi properties flowable microconcerete adalah :

Bentuk (supply form) : Powder

Colour : Cement grey

Density (wet) flowable : 2.25

Plastic : 2.28

Flow trough/ flowable : 30 – 50 Cm

Water : 3.2 – 3.4 Liter

Yield : 12.5 – 12.6 Liter

Penentuan spesifikasi material, metode perbaikan

dan proses perbaikan struktur beton pondasi pompa

dengan mempertimbangkan faktor dan penyebab

permasalahan, bad actor penyebab masalah dan

evaluasi konkret kondisi material beton eksisting, hasil

diagnosa dan strategi perbaikan sesuai dengan

ketersediaan waktu dan ruang lingkup pekerjaan

perbaikan.

Tahapan dan langkah-langkah pelaksanaan

perbaikan pondasi beton dengan metode leveling

dengan langkah sebagai berikut.

1. Memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh

permasalahan

2. Menentukan faktor, penyebab dan bad actor

penyebab permasalahan

3. Menentukan condition grade kerusakan dan strategi

perbaikan yang akan dilakukan

4. Melakukan beberapa bentuk survei kondisi untuk

mengukur masalah

5. berurusan dengan perbaikan analisis dan rekayasa

masalah dalam perbaikan

6. Menentukan strategi perbaikan yang meliputi

penentuan spesifikasi material, metode perbaikan,

peralatan kerja diperlukan, tenaga kerja diperlukan

dan skedul pelaksanaan perbaikan

7. Monitoring dan inspeksi teknik setelah pekerjaan

perbaikan selesai dikerjakan.

3. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina RU V

Balikpapan tepatnya di Kilang Balikpapan I dan

dilakukan pada kesempatan stop kilang dalam rangka

pemeriksaan peralatan dan perbaikan peralatan kilang

yang mengalami kerusakan (turn around). Untuk

kepentingan operasinal dan dalam rangka pemenuhan

kapasitas produksi kilang secara kontinyu beroperasi

terus sepanjang hari dan secara skedul stop operasi

kilang hanya dilakukan sekali dalam tiga tahun.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

aplikasi yakni aplikasi yakni aplikasi metode perbaikan

pondasi pompa dengan metode leveling. Metode

penelitian ini adalah succes story (technical note)

aplikasi metode leveling (surficing) yang pertama

dilakukan pada pekerjaan perbaikan pondasi pompa di

Pertamina RU V. Perbaikan pondasi dengan metode

leveling adalah jawaban atas kesulitan metode

perbaikan pondasi yang selama ini dialami oleh PT.

Pertamina RU V. Prinsip metode perbaikan leveling

dilakukan sesuai standard code ACI 351.1R-99/ ASTM

C 882 (Grouting between foundations and bases for

support of equipment and machinery).

Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

studi kasus penanganan masalah penurunan berlebihan

pondasi pompa (over tolerance maximum vertical

amplitude setlement foundation) terhadap dua puluh

dua unit pondasi pompa di kilang Balikpapan I. Metode

pendekatan ini dalam rangka menemukan solusi terbaik

atas permasalahan unbalance, overstress pipe line,

maximum vertical amplitude dan offset algnment

nozzle flange pipe suction and discharge pompa.

Page 13: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

10

Metode Perbaikan Pondasi

Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan pada pelaksanaan

pekerjaan perbaikan pondasi tangki meliputi :

a. Microconcrete Emaco Crete S 322M (BASF), CCS

min. 300 Kg/Cm2 (3 hari)

b. Tulangan beton, ulir. Dia. 17 mm, Polos dia.10mm

c. Bolt anchor dia. 7/8 Inch ANSI B-16

d. Antro corrosion coating for reinforcing steel, anti

korosi Barrafer A (BASF)

e. Bonding agent (SIKA Bond)

f. Materil coating dengan spesifikasi Mastic

toleranace, Masterseal SP120 PF (BASF)

g. Form work (bekisting) dan shoring

h. Bahan-bahan lain sesuai kebutuhan disite.

Peralatan

Peralatan kerja digunakan terdiri dari :

a. Kompressor angin, tekanan min. 6 Kg/Cm2

b. Tabung sagola set, kapasitas min. 0.5 M3

c. Microconcrete mixer

d. Demolition jack hammer, kapasitas tekan. 5

Kg/cm2

e. Alat Theodolite dan Waterpass

f. Alat kerja bantu lainnya

g. Alat-alat keselamatan kerja dan Alat pelindung diri

(APD)

Metode kerja

Perbaikan beton pondasi pompa dengan metode

leveling dilakukan langkah-langkah pelaksanaan

sebagai berikut.

a. Lakukan topografi posisi base plate pondasi pompa

dan catat hasilnya sebagai data kondisi base plate

pondasi sebelum perbaikan

b. Tentukan posisi standar elevasi base plate dan beri

tanda pada struktur permanent didekatnya yang

permanent sebagai pedoman elevasi reposisi base

plate pondasi pompa

c. Lakukan pengujian kuat tekan beton eksisting

dengan hammer test dan catat hasilnya sebagai

pedoman pemilihan kualitas beton penyambungnya

d. Beri tanda arah vertikal (atas) dan horisontal

(samping) pada flange nozzle suction dan flange

nozzle discharge pompa dengan tanda yang tidak

mudah hilang sebagai kontrol jika terjadi deformasi

posisi perpipaan suction dan discharge

e. Lepas kabel power, kabel instrumentasi, motor

driver dan turbine driver beserta asesorisnya (diberi

tanda agar tidak tertukar)

f. Lepas baut-baut angker pondasi pompa, laburi ulir

dengan grease agar tidak korosif

g. Lepas base plate pondasi pompa dan beri tanda agar

tidak tertukar

h. Bersihkan epoxy grout pada base plate pondasi

hingga bersih dan lakukan coating base plate

dengan coating anti korosi

i. Lakukan pembobokan beton pondasi eksisting

sampai 5 Cm dibawah tulangan pondasi, bersihkan

karat, dan bersihkan sisa-sisa pecahan beton

j. Coating tulangan dengan Barafer A (baru dan

eksisting) dan sambung dengan baik dengan ikatan

kawat tulangan

k. Pasang bekisting dengan baik dan kokoh sesuai

dimensi, bentuk dan elevasi pondasi standar

(+1.535)

l. Pasang mur dan angker baut sambungan, pastikan

baut pondasi terpasang dengan baik, kokoh dan

coating dengan anti korosi

m. Laburi permukaan beton eksisting dengan bonding

agent secara merata dan biarkan mengendap

beberapa saat sampai terindikasi lecak (tacky)

n. Lakukan grouting floawable microconcrete dan

pastikan material telah mencapai tempat terjauh

pada formwork dan agar dipastikan selama proses

grouting tidak terhenti

o. Tutup pondasi dengan terpal atau plastik agar tidak

terkena percikan minyak atau air hujan

p. Setelah beton berumur 2 x 24 jam, bekisting dibuka,

disiram dengan air bersih, ditutup dengan karung

goni basah atau disiram dengan air bersih (beton

dikondisikan tetap tembab)

q. Setelah beton berumur 4 x 24 jam atau kuat tekan

beton telah mencapai > 240 kg/cm2, pasang base

plate, topografi, ikat base plate dengan baik dan

kokoh, laburi permukaan beton dengan bonding

agent, lakukan pengecoran epoxy grout dan

pastikan seluruh sisi dalam base blate terisi oleh

microconcrete.

r. Setelah epoxy grout bermur 2 x 24 jam buka

bekistingnya, siram dengan air bersih kan tutup

dengan karung goni basah (dikondisikan selalu

lembab)

s. Setelah epoxy grout berumur 7 x 24 jam atau kuat

tekan sampel epoxy grout mencapai > 275 kg/cm2,

motor driver & pompa dipasang, dan dilakukan

pengukuran topografi base plate pondasi sebagai

kontrol

t. Setelah beton layer bawah berumur 10 hari atau

menpai kuat tekan > 285 kg/cm2, nozzle pipa

suction & pipa discharge dipasang, sambung kabel

power dan asoseris lainnya, dilakukan pengukuran

topografi

u. Lakukan test run motor driver uncouple selama min.

2 x 24 jam dan lakukan pengukuran vibrasinya

v. Dilakukan alignment motor driver dan pompa,

pasang coupling pompa

w. Lakukan finishing pekerjaan pondasi dengan

coating anti korosi, greasing baut-baut angker

pondasi, perbaikan ajustable pipe support ,

perbaikan pipa buangan air dan pemasangan

kembali nomor tag pondasi pompa dengan warna

sesuai standar

x. Perbaikan selesai, lakukan final inspection dengan

melibatkan bagian terkait, commisioning test, test

run peralatan untuk siap dioperasikan kembali

Page 14: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

11

Pekerjaan lain yang juga dikerjakan dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pekerjaan perbaikan leveling dua puluh dua pondasi

pompa Kilang Balikpapan I, adalah :

a. Perbaikan adjustable support suction pipe dan

discharge pipe nozzle pipe

b. Resposisi dan reseting perpipaan

c. Perbaikan base floor, bundwall, conduit dan cable

ducting

d. Perbaikan sewer system.

Indikator dan ukuran keberhasilan metode

perbaikan :

a. Spesifikasi material, peralatan dan metode kerja

yang digunakan cocok dan sesuai

b. Beton lama (beton konvensional) dan beton baru

(flowable microconcrete) dapat menyatu (bonding)

dengan baik, tidak ada indikasi retakan (crack) atau

mengelupas (lamination)

c. Alignment shaft pompa, prime mover dan nozzle

pipe dalam batas aman

d. Indikasi vibrasi vertical dan horizontal shaft dalam

batas aman

e. Mematuhi prosedur keselamatan kerja dan tidak

terjadi kecelakaan kerja (zero incident).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kesempatan turn around (stop operasi)

Kilang Balikpapan I PT. Pertamina RU V telah

dilakukan perbaikan 22 (dua puluh dua) beton pondasi

pompa di Kilang Balikpapan I menggunakan

spesifikasi material flowable micro concrete Emaco

Crete S 322M (BASF) dan dapat diselesaikan dalam

waktu 17 hari kerja dengan baik dan aman. Penggunaan

spesifikasi material flowable micro concrete ini dipilih

karena material ini bersifat tidak susut, kuat tekannya

tinggi, dapat bonding dengan baik terhadap permukaan

beton eksisting, mudah dilaksanakan dan adanya

tuntutan waktu pelaksanaan pekerjaan perbaikan yang

harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat.

Penggunaan material ini juga didasarkan atas

keberhasilan penggunaan material yang sama pada

perbaikan struktur beton steel chimney reinforced

concrete (F-2-02) yang rusak akibat terpapar panas

pada saat terjadi kebakaran di furnace F-3-04A Kilang

Balikpapan II.

Pekerjaan perbaikan beton pondasi pompa dengan

metode leveling diawali dengan membuang lapisan

beton eksisting yang rusak dan terkarbonasi,

membersihkan kotoran debu dan impurities lain yang

dapat menghalangi bonding permukaan beton baru dan

lama, perbaiki/ ganti dan tambahkan tulangan beton

jika secara analisis dianggap perlu, laburi permukaan

beton eksisting dengan bonding agent, pasang form

work, siapkan adukan mortar flowable micro concrete

dan lakukan grouting dengan mesin sagola chamber.

Form work beton yang digunakan adalah multiflex

yang telah dilapisi film anti lengket. Kontrol elevasi

permukaan pondasi pompa dengan alat ukur theodolite

ketelitian benang ukur 0.5 mm.

Tabel 3. Elevasi pondasi sebelum dan setelah

perbaikan

Hasil perbaikan berdasarkan indikator dan ukuran

keberhasilan perbaikan beton pondasi pompa dengan

metode leveling metode perbaikan yang telah

ditetapkan adalah sebagai berikut.

a. Pemilihan spesifikasi material flowable

microconcrete, peralatan sagola chamber, mixing

grouting, metode mixing dan metode kerja yang

digunakan dapat diaplikasikan dengan mudah, tanpa

kesulitan dan aman

b. Secara visual beton lama (beton konvensional) dan

beton baru (flowable microconcrete) dapat menyatu

(bonding) dengan baik, tidak ada indikasi retakan

(crack) atau mengelupas (lamination)

c. Posisi alignment shaft pompa, prime mover dan

nozzle pipe telah dikembalikan kepada posisi

standar, hasil uji alignment dalam batas aman

d. Data ukur indikasi vibrasi vertical dan horizontal

shaft dalam batas aman

e. Telah dipatuhinya prosedur keselamatan kerja dan

tidak terjadi kecelakaan kerja (zero incident).

Hasil perbaikan lain yang juga telah diselesaikan

pada kesempatan perbaikan pondasi pompa dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pekerjaan perbaikan leveling dua puluh dua pondasi

pompa Kilang Balikpapan I, adalah :

a. Telah dilakukan perbaikan adjustable support

suction pipe dan discharge pipe nozzle pipe

b. Telah dilakukan resposisi dan reseting perpipaan

c. Telah dilakukan perbaikan base floor, bundwall,

conduit dan cable ducting

d. Telah dilakukan perbaikan sewer system

e. Telah dapat diselesaikan dan terpenuhinya (comply)

rekomendasi temuan asuransi.

Hasil perbaikan beton pondasi pompa Kilang

Balikpapan I dari aspek Panca mutu adalah, Secara

quality : Alignment pompa, nozzle pipa inlet dan pipa

outlet pompa pada posisi lurus, perpipaan tidak

mengalami overstress. Secara Cost : Penghematan

biaya pemeliharaan dan perbaikan sebesar Rp 300 Juta.

Secara Delivery: Spesifikasi material, peralatan kerja

Page 15: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

12

dan metode perbaikan cocok dan sesuai digunakan

dengan waktu yang terbatas. Secara Safety : Pondasi

pompa pada kondisi safe condition dan sesuai standard.

Dan secara Moral : Pekerja konfiden, inovasi yang

dilakukan dapat mengatasi permasalahan dilingkungan

kerjanya dengan baik dan aman.

5. PENUTUP

Kesimpulan:

1. Spesifikasi material flowable microconcrete

terbukti cocok digunakan untuk perbaikan beton

pondasi pompa dengan metode leveling

2. Metode perbaikan pondasi pompa dengan metode

leveling terbukti cocok digunakan dan sesuai

dengan ketersediaan waktu perbaikan yang

terbatas dan hanya bisa dilakukan pada

kesempatan turn around (stop kilang)

3. Metode leveling dilakukan dengan tahapan

chipping surface pondasi pondasi eksisting,

pasang tulangan beton perkuatan, pasang bolt

anchor, laburi dengan bonding agent dan grouting

dengan flowable micro concrete

4. Tolok ukur keberhasilan perbaikan beton pondasi

adalah beton baru dan beton lama bonding dengan

baik, tidak ada crack dan tidak ada indikasi

terlaminasi.

Saran-saran:

1. Spesifikasi material flowable microconcrete yang

telah terbukti berhasil dengan baik diaplikasikan

dapat digunakan untuk perbaikan pondasi beton

peralatan kilang dan perbaikan struktur bangunan

gedung maupun struktur bangunan marin yang

mengalami spalling, laminasi dan honeycomb

2. Metode leveling efektif digunakan jika tebal

kerusakan beton tidak lebih dari 15 Cm,

perbaikan dengan waktu terbatas dan

dipersyaratkan diselesaikan tanpa kecelakaan

(zero incident)

3. Spesifikasi material dan metode kerja yang telah

berhasil diaplikasikan dengan baik dapat

direplikasi di unit kerja lain yang mengalami

permasalahan sejenis.

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya penelitian ini peneliti

mengucapkan terimakasih kepada Bapak Puji Wasono

dari PT. Punjas, Bapak Suwondo dari Project

Engineering PT. Pertamina RU V, Bapak Agung

Wahyono dari PT. BASF Construction Chemical dan

Bapak Bonifacius Azis selaku Kepala Pengendalian

Reliability PT. Pertamina RU V Balikpapan yang telah

banyak memberikan bantuan dan dukungannya hingga

penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ACI 351.1R-99, 2013, Grouting Between

Foundations and Bases for Support of Equipment

and Machinery, American Concrete Institute,

Farmington Hills, Detroit, Michigan, USA

[2] ACI 301.1R-99, 20011, Specifications for

Stuctural Concrete for Building, American

Concrete Institute, Farmington Hills, Detroit,

Michigan, USA

[3] ACI 224.1R-93, 2011, Causes Evaluation and

Repair of Cracks in Concrete Structures,

American Concrete Institute, Farmington Hills,

Detroit, Michigan, USA

[4] BASF The Chemical Company, 2011, Non Shrink

Natural Aggregate Fibre Reinforced for Machine

Environment Structure and Concrete Repair

EMACO S322M, BASF Construction Chemical,

Jakarta;

www.ap.cc.basf.com

[5] M.S. Shetty, 2005, Concrete Technology Theory

and Practice, S. Chand & Company LTD, Ram

Nagar New Delhi-110055

[6] Shamsher Prakash, Vijay K. Puri, 1991,

Foundation for Machines Analysis And Design,

John Wiley and Son Publication Inc, Taronto,

Canada

[7] Sulardi, 2016, Mengatasi Kesulitan Pemasangan

Angker Base Plate Pondasi Dengan Metode

Unhead Cotinuous Thread Adhessive Bonded di

RU V Balikpapan, Portal Komet PT. Pertamina

Corporate, Jakarta;

http://ptmkppwab81.pertamina.com/komet/

searchResult.aspx?ptm;Kodefikasi,

No. 160929004

[8]. Sulardi, 2014, Mengatasi Kesulitan Aplikasi

Mortar Beton Mutu Tinggi Dengan Spesifikasi

Material Rappid Setting High Strength Micro

Concrete Repair Mortar di RU V Balikpapan,

Portal Komet PT. Pertamina Corporate, Jakarta;

http://ptmkppwab81.pertamina.com/komet/

searchResult.aspx?ptm;Kodefikasi AC.6208.

[9]. Sulardi, 2011, Laporan Perbaikan Pondasi

Equipment Kilang Balikpapan I Dengan Metode

Surficing, Laporan Kegiatan Turn Around PT.

Partamina RU V, Balikpapan; Non Publikasi

Page 16: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ashadi Putrawirawan1, Vickers Dwi Marthawati2 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

13

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK JALAN RAYA

PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS PADA

RUAS JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO DAN SLAMET

RIYADI KOTA SAMARINDA

Ashadi Putrawirawan

1), Vickers Dwi Marthawati

2)

1,2) Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan/Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda

Jl. Ciptomangungkusumo Kampus Gunung Lipan Samarinda

[email protected] 1)

, [email protected] 2)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering sekali terjadi. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu

lintas, diantaranya adalah faktor cuaca, kendaraan, kondisi jalan maupun perilaku pengendara kendaraan. Jumlah

korban yang cukup besar akan memberikan dampak ekonomi (kerugian material) dan sosial yang tidak sedikit.

Penelitian ini untuk mengetahui kecepatan dan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas serta dapat mengetahui

pula daerah yang rawan kecelakaan (black spot) pada ruas jalan Ciptomangunkusumo dan ruas jalan Slamet Riyadi

Kota Samarinda. Berdasarkan hasil analisis didapatkan kecepatan untuk ruas jalan Ciptomangunkusumo adalah 50

km/jam. Pada ruas ini merupakan daerah dengan angka kecelakaan dalam kategori tinggi. Sedangkan kecepatan

untuk ruas jalan Slamet Riyadi adalah 46 km/jam, termasuk dalam katagori daerah rawan kecelakaan (black spot)

yang berada pada tahun 2017. Aktifitas yang menentukan penyebab kecelakaan lalu lintas tahun 2015-2017 adalah

dari data penyebab kecelakaan. Data jumlah korban dan kerugian material. Data jumlah korban berdasarkan kriteria

umur. Data tipe tabrakan. Data jenis kelamin tersangka. Data kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan. Data jam

kejadian kecelakaan.

Kata kunci : Kecelakaan, Kecepatan, daerah rawan kecelakaan (black spot)

1. PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian

yang sering sekali terjadi. Meskipun telah banyak

sistem keamanan pada kendaraan yang sengaja

dirancang oleh pihak industri kendaraan untuk

mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan, namun

kecelakaan tetap saja tidak dapat dihindari. Kecelakaan

lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian

terbesar di Indonesia. Jumlah korban yang cukup besar

akan memberikan dampak ekonomi (kerugian material)

dan sosial yang tidak sedikit, berbagai usaha telah

dilakukan hingga perbaikan lalu lintas dengan

melibatkan berbagai pihak yang terkait hasilnya belum

sesuai yang diharapkan.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan lalu lintas, diantaranya adalah faktor cuaca,

kendaraan, kondisi jalan maupun perilaku pengendara

kendaraan. Pembangunan fasilitas dan kelengkapan

jalan yang tidak tepat dapat memberikan tambahan

kecelakaan lalu lintas yang semestinya tidak terjadi.

Kondisi jalan sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas

dapat ditinjau dari dua penyebab yaitu geometrik ruas

jalan dan karakteristik fisik jalan. Menurut Peraturan

Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Pasal 93 Ayat 1,

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan

yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa

pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia

atau kerugian harta benda.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan lokasi daerah yang rawan kecelakaan

(black spot) dari perilaku aktifitas penyebab

terjadinya kecelakaaan lalu lintas dari data-data

sekunder.

2. Menentukan solusi penanggulangan kecelakaan

yang berkaitan dengan kondisi geometrik dari data

primer

Page 17: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ashadi Putrawirawan1, Vickers Dwi Marthawati2 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

14

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi mengenai faktor penyebab

kecelakaan pada jalan Ciptomangunkusumo dan

jalan Slamet Riyadi, sehingga dapat diminimalisir

dengan upaya-upaya pencegahan atau perlindungan

dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi

kepolisian Kota Samarinda terkait dengan penetapan

kebijakan lalu lintas dan pengontrolan sistem jalan

raya agar lebih baik.

3. Untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang

transportasi khususnya tentang keselamatan lalu

lintas di Kota Samarinda.

2. METODE PENELITIAN

Dalam perencanaan penelitian akan dilakukan

tahapan sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Terdapat 2 data yang digunakan pada penelitian

ini yaitu data primer yang berisikan survei LHR (lalu

lintas harian rata-rata) untuk memperoleh kecepatan

pada ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet

Riyadi Kota Samarinda. Data sekunder yang diperoleh

dari Satlantas Polres Kota Samarinda pada tahun 2015-

2017.

Metode pengolahan data dalam identifikasi

karakteristik kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi Kota

Samarinda adalah sebagai berikut:

Pengolahan data primer yang diperoleh dari survei

lokasi pada ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet

Riyadi Kota Samarinda. Perhitungan LHR (lalu lintas

harian rata-rata) untuk memperoleh kecepatan yang

didapatkan dari perhitungan manual kapasitas jalan

Indonesia (MKJI) 1997 pada jalan perkotaan.

Perhitungan untuk daerah rawan kecelakaan

(black spot). Hasil analisis data dari pengolahan data

primer maka akan diketahui masing-masing kecepatan

pada ruas jalan yang ditinjau. Dan dari hasil kecepatan

didapatkan juga derajat kejenuhan untuk menentukan

tingkat pelayanan yang dapat mempengaruhi kondisi

geometrik pada ruas jalan yang ditinjau. Serta dari

perhitungan daerah rawan kecelakaan akan diketahui

dimana saja titik-titik daerah yang sering terjadinya

kecelakaan dan juga sebagai perbandingan hitungan

dari Satlantas Polresta Samarinda.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian identifikasi karakteristik

kecelakaan lalu lintas yang akan ditinjau ialah pada

ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi

Kota Samarinda, dimana ruas jalan tersebut merupakan

area yang banyak terjadi kecelakaan lalu lintas. Untuk

ruas jalan Ciptomangungkusumo ditinjau dari simpang

tiga jembatan Mahakam sampai simpang tiga Gunung

Lipan dengan panjang Ruas 3,10 Km. Sedangkan untuk

ruas jalan Slamet Riyadi ditinjau mulai dari depan

SMPN 10 Samarinda sampai Simpang Tiga Meranti

dengan panjang Ruas 2,40 Km.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan klasifikasi jalan pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi adalah jalan

nasional. Karena jalan Ciptomangunkusumo dan

Slamet Riyadi menghubungkan kota Samarinda, kota

Balikapapan dan kota Tenggarong. Data kecelakaan

lalu lintas diambil pada periode 3 tahun terakhir (2015,

2016, 2017) dan merupakan data sekunder dari

Satlantas Polres Samarinda. Dari data yang diperoleh

bahwa penyebab utama dari kecelakaan lalu lintas pada

ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi

adalah karena faktor manusia.

Tabel 1. Jumlah Korban Kecelakaan Berdasarkan

Kriteria Umur Tahun 2015-2017 Pada Ruas Jalan

Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi

Sumber : Satlantas Polres Samarinda

Page 18: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ashadi Putrawirawan1, Vickers Dwi Marthawati2 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

15

Dari data tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah

korban kecelakaan berdasarkan kriteria umur terbanyak

adalah antara umur 26-35 tahun dengan total korban 11

orang pada ruas jalan Ciptomangunkusumo. Dan

antara umur 46-55 tahun dengan total korban 6 orang

pada ruas jalan Slamet Riyadi

Tabel 2. Tipe Tabrakan Tahun 2015-2017 Pada Ruas

Jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi

Sumber : Satlantas Polres Samarinda

Dari data tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tipe

tabrakan yang dominan terjadi adalah tabrak pejalan

kaki (TPJK) baik itu di ruas jalan Ciptomangunkusumo

maupun Slamet Riyadi. Hal ini dapat terjadi karena

kelalainan pengendara ataupun pejalan kaki yang tidak

mematuhi rambu serta tidak mengunakan fasilitas

publik seperti jembatan penyebrang orang (JPO)

Tabel 3. Jenis Kelamin Tersangka Kecelakaan Lalu

Lintas Tahun 2015-2017 Pada Ruas Jalan

Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi

Sumber : Satlantas Polres Samarinda

Dari data tabel 3 jenis kelamin yang paling banyak

menjadi tersangka kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo dan Slamet Riyadi adalah laki-

laki.

Tabel 4. Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan Tahun

2015-2017 Pada Ruas Jalan Ciptomangunkusumo dan

Slamet Riyadi

Sumber : Satlantas Polres Samarinda

Dari data tabel 4 dapat dijelaskan bahwa

kendaraan yang dominan terlibat dalam kecelakaan

pada ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet

Riyadi adalah dominan sepeda motor.

Tabel 5. Jam Kejadian Kecelakaan Tahun 2015-2017

Pada Ruas Jalan Ciptomangunkusumo Dan Slamet

Riyadi

Sumber : Satlantas Polres Samarinda

Dari data tabel 5 dijelaskan bahwa jam kejadian

kecelakaan terbanyak pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo pukul 20.00-21.00 dengan jumlah

kecelakaan sebanyak 4 kejadian sedangkan pada ruas

jalan Slamet Riyadi pukul 07.00-08.00 dengan jumlah

kecelakaan sebanyak 3 kejadian.

Perhitungan Kecepatan Lalu Lintas

Perhitungan kecepatan lalu lintas menggunakan

prosedur perhitungan Lalu lintas harian Rata-rata

(LHR) untuk jalan perkotaan pada MKJI 1997. Dengan

mengacu pada beberapa formulir di MKJI 1997 serta

parameter – parameter umum pendukung perhitugan

yang meliputi kondisi geometrik jalan, lingkungan, lalu

lintas dan volume lalulintas.

Perhitungan kecepatan dan analisis tingkat

pelayanan pada ruas jalan Ciptomangunkusumo:

kondisi geometrik dengan lebar jalur lalu lintas efektif

= 13 m dan lebar bahu efektif pada kedua sisi = 1 m

Page 19: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ashadi Putrawirawan1, Vickers Dwi Marthawati2 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

16

(rata dengan tanah), kondisi lingkungan pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo dengan kondisi lingkungan

banyak angkutan kota, banyak pejalan kaki serta

beberapa kendaraan menggunakan akses sisi jalan

memiliki ukuran kota sebesar 812.597 km2 (tahun

2015), Kondisi Lalu lintas pemisah arah adalah 50 – 50

(4 lajur yang sama tidak terbagi oleh median jalan).

Total volume lalu lintas 2 arah = 52226 SMP.

Berdasarkan tipe jalan Ciptomangungkusumo adalah

empat lajut tak terbagi (4/2 UD) maka dapat ditentukan

kecepatan arus bebas dasar (FVO) = 53 (km/jam),

penyesuaian untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas

(FVW) = -2 (km/jam), faktor penyesuaian untuk

hambatan samping dan lebar bahu (FFVSF) = 1.00 m,

faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FFVCS) = 0.95,

kapasitas dasar (CO) = 1500 (smp/jam), penyesuaian

kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas (FCW) = 0.95,

penyesuaian kapasitas untuk pemisalan arah (FCSP) =

1.00, faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan

samping (FCSF) = 0.97, faktor penyesuaian kapasitas

untuk ukuran kota (FCCS) = 0.94, dari perhitungan

didapat nilai kapasitas (C) = 5197.26 (smp/jam).

Berdasarkan grafik didapat kecepatan rata-rata

kendaraan pada ruas jalan Ciptomangunkusumo = 50

km/jam, derajad kejenuhan (Q/C) = 0.35 sehingga

tingkat pelayanan pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo masuk pada level B dengan

karakteristik arus lalu lintas stabil, tetapi kecepatan

operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas,

pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk

memilih kecepatan.

Perhitungan kecepatan dan analisis tingkat

pelayanan pada ruas jalan Slamet Riyadi: kondisi

geometrik dengan lebar jalur lalu lintas efektif = 16 m

dan lebar bahu efektif pada kedua sisi = 2 m, kondisi

lingkungan pada ruas jalan Ciptomangunkusumo

dengan kondisi lingkungan banyak angkutan kota,

banyak pejalan kaki serta beberapa kendaraan

menggunakan akses sisi jalan memiliki ukuran kota

sebesar 812.597 km2 (tahun 2015), Kondisi Lalu lintas

pemisah arah adalah 50 – 50 (4 lajur yang sama terbagi

oleh median jalan). Total volume lalu lintas 2 arah =

164211 SMP. Berdasarkan tipe jalan

Ciptomangungkusumo adalah empat lajut tak terbagi

(4/2 UD) maka dapat ditentukan kecepatan arus bebas

dasar (FVO) = 53 (km/jam), penyesuaian untuk

pengaruh lebar jalur lalu lintas (FVW) = 4 (km/jam),

faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar

bahu (FFVSF) = 0.99 m, faktor penyesuaian untuk

ukuran kota (FFVCS) = 0.95, kapasitas dasar (CO) =

1650 (smp/jam), penyesuaian kapasitas untuk lebar

jalur lalu lintas (FCW) = 1.08, penyesuaian kapasitas

untuk pemisalan arah (FCSP) = 1.00, faktor penyesuaian

kapasitas untuk hambatan samping (FCSF) = 0.99,

faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS)

= 0.94, dari perhitungan didapat nilai kapasitas (C) =

6566.31 (smp/jam). Berdasarkan grafik didapat

kecepatan rata-rata kendaraan pada ruas jalan

Ciptomangunkusumo = 46 km/jam, derajad kejenuhan

(Q/C) = 0.77 sehingga tingkat pelayanan pada ruas

jalan Ciptomangunkusumo masuk pada level D dengan

karakteristik arus lalu lintas mendekati tidak stabil,

kecepatan masih dapat dikendalikan, V/C masih dapat

ditolerir.

Perhitungan Daerah Rawan Kecelakaan Lalu

Lintas

Adapun hasil perhitungan kecelakaan ruas jalan

Ciptomangunkusumo dan ruas ralan Slamet Riyadi

tahun 2015-2017dapat dilihat pada tabel 6 dan 7

berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi Perhitungan Kecelakaan Ruas

Jalan Ciptomangunkusumo Tahun 2015-2017

Su

Sumber : Satlantas Polres Samarinda dan Hasil Pengolahan

Data

Tabel 7. Rekapitulasi Perhitungan Kecelakaan Ruas

Jalan Slamet Riyadi Tahun 2015-2017

Sumber : Satlantas Polres Samarinda dan Hasil Pengolahan

Data

Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan tabel

diatas, dapat disimpulkan bahwa ruas jalan

Ciptomangunkusumo merupakan daerah dengan angka

kecelakaan dalam katagori tinggi. Namun ruas jalan

Ciptomangunkusumo tidak termasuk dalam katagori

daerah rawan kecelakaan (black spot), karena jarak

kecelakaan yang terjadi pada ruas ini lebih dari 500 m

melebihi panjang ruas jalan yang sudah ditentukan dari

perhitungan Satlantas. Sedangkan untuk ruas jalan

Slamet Riyadi termasuk dalam katagori daerah rawan

kecelakaan (black spot) yang berada pada tahun 2017,

karena pada ruas jalan Slamet Riyadi jarak kecelakaan

pada tahun 2017 kurang lebih berjarak 78 m dan nilai

bobot kerawanan kecelakaan melebihi 30 dalam jangka

waktu 1 tahun. Selain itu untuk penyebab terjadinya

kecelakaan lalu lintas dapat dilihat melalui data tabel

4.1 bahwa penyebab utama dari kecelakaan lalu lintas

Page 20: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ashadi Putrawirawan1, Vickers Dwi Marthawati2 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

17

pada ruas jalan Ciptomangunkusumo dan Slamet

Riyadi adalah karena faktor manusia. Kemudian dari

data tabel 4.2 dan 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah

korban kecelakaan terbanyak adalah di jalan

Ciptomangunkusumo dengan total korban sebanyak 13

korban pada tahun 2016

Dari perhitungan kecepatan lalu lintas, dapat

diketahui kecepatan untuk ruas jalan

Ciptomangukusumo adalah 50 km/jam. Sedangkan

untuk ruas jalan Slamet Riyadi adalah 46 km/jam. Jalan

Ciptomangunkusumo berada pada batas kecepatan

paling tinggu untuk kawasan perkotaan sedangkan

untuk jalan Slamet Riyadi tidak.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1. Ruas jalan Ciptomangunkusumo termasuk lokasi

rawan kecelakaan dengan angka kecelakaan

tinggi, karena nilai Equivalent Accident Numbe

(EAN) lebih dari 30 dengan jarak kecelakaan lebih

dari 500 m. Ruas jalan Slamet Riyadi termasuk

daerah rawan kecelakaan (black spot), karena nilai

equivalent accident number lebih dari 30 dengan

jarak kecelakaan 78 m.

2. Dari perhitungan kecepatan lalu lintas, dapat

diketahui kecepatan untuk ruas jalan

Ciptomangukusumo adalah 50 km/jam.

Sedangkan untuk ruas jalan Slamet Riyadi adalah

46 km/jam. Solusi penanggulangan dari tingkat

kecelakaan untuk kedua ruas jalan tersebut adalah

pemasangan dan penambahan bangunan

pelengkap jalan, seperti rambu lalu lintas batas

kecepatan maksimum, median jalan, pagar

pembatas diatas median, serta lampu penerangan

jalan.

Saran:

1. Adapun penyebab utama terjadinya kecelakaan

adalah manusia, maka perlu adanya kerjasama

Satlantas Polresta Samarinda dengan melakukan

sosialisasi dan pengarahan dalam berlalu lintas

bagi pengguna jalan.

2. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling

banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, maka

direkomendasikan membuat jalur khusus sepeda

motor.

3. Perlu dilakukan perbaikan dan penambahan

infrastruktur jalan berupa median, serta untuk

daerah tikungan sebaiknya ditambahkan pagar

pengaman (guardrill) dan untuk jalan yang

memasuki kawasan padat penduduk sebaiknya

dipasang lampu lalu lintas hati-hati.

4. Untuk pengendara bermotor, diperlukan kesadaran

apabila menggunakan kendaraan bermotor seperti

mobil, truk, bus, dan lainnya perlu menggunakan

safety belt. Kemudian untuk sepeda motor perlu

menggunakan helm. Sedangkan untuk pejalan kaki

perlu menggunakan jembatan penyeberangan

orang (JPO), zebra cross serta fasilitas publik

lainnya agar dapat mengurangi tingkat kecelakaan

lalu lintas.

5. Perlu dilakukan koordinasi antara instansi-instansi

terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum, Kepolisian,

Dinas Perhubungan, Jasa Marga, Jasa Raharja serta

instansi lain untuk membicarakan perihal

kecelakaan lalu lintas dan tindakan yang harus

dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

lalu lintas di Kota Samarinda.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Politeknik Negeri Samarinda yang telah mendukung

dalam penelitian ilmiah yang dilakukan, Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada pihak Satlantas

Polresta Samarinda yang memeberikan informasi data

dalam mendukung perhitungan dan pengolahan data

penelitian serta terima kasih pula kepada Dosen-dosen

senior yang telah memberikan masukan dan diskusi

yang sangat bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Diskusi Internal Korlantas Polri. 2011. Kepolisian

Republik Indonesia.

[2]. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). 1997.

Direktorat Jendral Bina Marga.

[3]. Pedoman Konstruksi Dan Bangunan. 2004. Pd T-

09-2004-B. Departemen Pemukiman Dan

Prasarana Wilayah.

[4]. Pignataro, L.J. 1973. Traffic Engineering Theory

and Practice. New York: Printice Hall.

[5]. Pujiastutie, Elly Tri. 2006. Pengaruh Geometrik

Jalan Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan

Tol. Universitas Diponegoro: Semarang.

[6]. Ramadhana, Zahrul. 2012. Identifikasi Penyebab

Kecelakaan Dan Solusi Penanggulangannya Pada

Jalan Arteri (Studi Kasus Jalan Urip Sumoharjo).

Universitas Hasanuddin: Makassar.

[7]. Republik Indonesia. 1993. Peraturan Pemerintah

No. 43 Tahun 1993 tentang Kecelakaan Lalu

Lintas. Sekretariat Negara. Jakarta.

[8]. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No.

38 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Jalan.

Sekretariat Negara. Jakarta.

[9]. Samarinda Dalam Angka. 2016. Badan Pusat

Statistik (BPS).

https://samarindakota.bps.go.id/statictable/2016/1

0/19/13/jumlah-penduduk-dan-laju-pertumbuhan-

penduduk-menurut-kecamatan-di-kota-samarinda-

2010-2014-dan-2015.html. Diakses 8 April 2018.

[10]. Syahrian, Muhammad. 2012. Studi Karakteristik

Kecelakaan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan

Ciptomangunkusumo Kota Samarinda.

Universitas Mulawarman: Samarinda.

Page 21: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ahmad Hariyanto1, Tumingan2, Budi Nugroho3, Riza

Setiabudi4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

18

PENGARUH LIMBAH ABU BATUBARA DAN ABU

SEKAM PADI SEBAGAI SUBTITUSI SEMEN

TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Ahmad Hariyanto

1), Tumingan

2), Budi Nugroho

3) dan Riza Setiabudi

4)

1, 2, 3, 4) Rekayasa Jalan Dan Jembaatan/Teknik Sipil, Politeknik Negeri Samarinda

Jln Dr Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan Samarinda Seberang, Samarinda, Indonesia

[email protected] 1), [email protected] 2)

ABSTRAK

Beton merupakan material konstruksi yang terbuat dari campuran antara agregat, semen, dan air. Dalam

perkembangannya, penelitian mengenai material penyusun beton sering dilakukan untuk mencari solusi

memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar sebagai pengganti campuran, diantaranya menggantikan semen

dengan abu batubara dan abu sekam padi. Tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh yang

ditimbulkan dari abu batubara dan abu sekam padi yang digunakan sebagai subtitusi semen terhdap komposisi

optimum. Variasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0%, 5%-10%, 10%-7.5%, 15%-5%, dan 20%-2,5%, nilai

factor air semen ditetapkan 0,51, menggunakan benda uji silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Dari hasil

pengujian, dapat diketahui bahwa penggunaan abu batubara dan abu sekam padi sebagai subtitusi semen

berpengaruh pada kenaikan nilai kuat tekan pada awal umur rencana, kuat tekan tertinggi terjadi di variasi IV pada

umur beton 56 hari yaitu sebesar 22,31 MPa dari kuat tekan rencana yaitu 25 MPa . Untuk pesentase optimum

terjadi diantara variasi II dan Variasi III. Pengaruh komposisi bahan ini dapat digunakan untuk keperluan beton non

struktur.

Kata-kata kunci: Abu Batubara, Abu Sekam Padi, Kuat Tekan Beton, Kuat Tekan Optimum

1. PENDAHULUAN

Dalam perkembangannya penelitian mengenai

material penyusun beton sering dilakukan hal itu demi

mencari solusi untuk memanfaatkan sumber daya yang

ada disekitar sebagai pengganti campuran, diantaranya

ialah dengan menggantikan semen dengan abu batubara

dan abu sekam padi.

Abu batubara merupakan zat sisa-sisa dari hasil proses

pembakaran batubara yang dilakukan sebagai bahan

bakar untuk menghasilkan energi listrik, dimana abu

batubara yang digunakan berasal dari PLTD di Tanjung

Batu, Tenggarong Seberang.

Gambar 1. Bahan abu batubara

Abu sekam merupakan hasil dari sisa pembakaran

sekam padi. Selama proses perubahan sekam padi

menjadi abu, pembakaran menghilangkan zat-zat

organik dan meninggalkan sisa pembakaran yang kaya

akan silika (SiO2). Abu sekam yang digunakan berasal

dari penggilingan padi yang ada di Tenggarong

Seberang.

Gambar 2. Bahan abu sekam padi

Page 22: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ahmad Hariyanto1, Tumingan2, Budi Nugroho3, Riza

Setiabudi4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

19

Dalam penelitian ini mencoba untuk

memanfaatkan material yang ada disekitar berupa abu

batubara dan abu sekam padi untuk dijadikan pengganti

sebagian dari semen.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian

ini adalah berapa besar persentase abu batubara dan abu

sekam padi yang optimum dapat digunakan untuk

campuran beton,

Material Penyusun Beton

Pada dasarnya beton merupakan susunan

campuran material-material seperti pasir, batu pecah

/kerikil, semen dan air dengan komposisi masing-

masing bergantung dari mutunya. Dalam penelitian ini

digunakan abu batubara dan abu sekam padi sebagai

subtitusi semen.

Agregat halus (pasir) adalah butiran-butiran

mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan

ukuran butirnya sebagian besar terletak antara 0,075-5

mm, dan kadar bagian yang ukurannya lebih kecil dari

0,063 mm tidak lebih dari 5%.

Agregat kasar adalah butiran mineral keras yang

sebagian besar butirannya berukuran antara 5-80 mm.

Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada

maksud pemakaiannya.

Semen portland komposit adalah bahan peningkat

hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen

Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan

anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen

Portland dengan bubuk bahan anorganik lain.

Air merupakan salah satu bahan penting dalam

pembuatan beton. Air dapat menentukan mutu

campuran beton tujuan utama dari penggunaan air

adalah agar terjadi hidrasi yaitu reaksi kimia antara

semen dan air yang menyebabkan campuran beton

menjadi keras. Selain itu nilai air juga sangat

berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan

(workability) semakin tinggi nilai air semakin mudah

untuk pengerjaannya.

2. PEMBAHASAN

Tahap awal dari penelitian ini adalah pengujian

terhadap abu batubara dan abu sekam padi, meliputi

pengujian berat jenis dan penyerapan, kadar air dan

bobot isi material. Berdasarkan dari hasil pengujian

laboratorium terhadap abu batubara dan abu sekam padi

diperoleh hasil yang ditampilkan dalam Tabel 1.

berikut :

Tabel 1. Pengujian abu batubara dan abu sekam padi

Tahap selanjutnya adalah penentuan kombinasi

agregat gabungan yang digunakan seperti yang

ditampilkan pada Gambar 3. berikut :

Gambar 3. Grafik analisis agregat gabungan material

Setelah didapatkan kombinasi agregat gabungan

selanjutnya ialah menentukan komposisi campuran

beton, dimana komposisi beton normal yang

direncanakan f’c 25 MPa dijadikan parameter untuk

komposisi beton dengan variasi campuran abu batubara

dan abu sekam padi yang ditampilkan pada Tabel 2.

berikut :

Tabel 2. Hasil perhitungan untuk komposisi campuran

beton

Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan pada benda uji dilakukan pada

umur beton 3, 7, 14, 28, dan 56 hari yang dilakukan di

Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri

Samarinda, dengan jumlah sampel setiap umur

pengujian 4 buah. Dalam penelitian ini dibuat 5 variasi

campuran beton dimana variasi 0 adalah beton normal

dan variasi 1-4 merupakan beton campuran abu

batubara dan abu sekam padi. Hasil yang ditampilkan

pada Tabel 3. merupakan nilai rata-rata dari nilai kuat

tekan setiap umur pengujian

Page 23: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ahmad Hariyanto1, Tumingan2, Budi Nugroho3, Riza

Setiabudi4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

20

Tabel 3. Hasil pengujian kuat tekan beton

Dari hasil pengujian peningkatan nilai kuat tekan beton

normal dan beton dengan variasi campuran abu

batubara dan abu sekam padi berdasarkan umur

pengujian ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik hubungan kuat tekan dengan umur beton

Pengaruh penambahan abu batubara dan abu

sekam padi

Berdasarkan dari hasil pengujian terhadap sampel

beton normal dan beton dengan variasi campuran abu

batubara dan abu sekam padi didapatkan pengaruh

terhadap kuat tekan yang ditampilkan dalam Tabel 4.

berikut :

Tabel 4. Pengaruh penggunaan abu batubara dan abu

sekam padi

Analisis Kuat Tekan Beton Optimum

Setelah melakukan perhitungan kuat tekan pada

masing-masing variasi campuran beton dan telah

mendapatkan hasilnya selanjutnya ialah menentukan

kuat tekan optimum berikut adalah nilai optimum

variasi campuran beton abu batubara dan abu sekam

padi dengan estimasi 28 hari yang ditampilkan dalam

Gambar 5. berikut :

Gambar 5. Grafik nilai variasi optimum campuran beton

Berdasarkan Gambar 5. dapat diketahui bahwa

persentase optimum yang terjadi berada diantara variasi

2 (abu batubara 10%-abu sekam 7,5%) dan variasi 3

(abu batubara 15%-abu sekam 5%) dengan nilai kuat

tekan estimasi rata-rata 16,68 MPa.

3. KESIMPULAN

Berdasarkan dari penelitian Pengaruh Limbah Abu

Batubara dan Abu Sekam Padi Sebagai Subtitusi

Semen Terhadap kuat Tekan Beton yang dilakukan

dilaboratorium didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian kuat tekan penggunaan abu

batubara dan abu sekam padi persentase optimum

yang dapat digunakan dalam campuran beton

berada diantara variasi II (abu batubara 10%-abu

sekam 7,5%) dan variasi III (abu batubara 15%-

abu sekam padi 5%) dengan nilai kuat tekan

estimasi 28 hari rata-rata 16,68 MPa.

2. Berdasarkan nilai kuat tekan penggunaan abu

batubara dan abu sekam padi yang dijadikan

pengganti semen mempengaruhi peningkatan kuat

tekan beton dimana terjadi penurunan rata-rata

diatas 10% dari beton normal, oleh sebab itu

beton dengan campuran abu batubara dan abu

sekam padi belum bisa digunakan untuk beton

struktur karena tidak dapat mencapai kuat tekan

yang direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Armeyn, 2006. Hubungan Faktor Air Semen Dan

Lama Waktu Pengadukan Dengan Kuat Tekan

Beton Mutu Tinggi, Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa

Volume 1, Institut Teknologi Padang, Padang.

[2]. A.I. Hadi, Refrizon, dan E. Susanti, 2012. Analisis

Kualitas Batubara Berdasarkan Nilai HGI Dengan

Standar ASTM. Jurnal Ilmu Fisika Indonesia,

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Bengkulu,

Bengkulu, Indonesia.

[3]. A.H. Umboh, 2014. Pengaruh Pemanfaatan

Limbah Abu Terbang (Fly Ash) Dari PLTU II

Page 24: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Ahmad Hariyanto1, Tumingan2, Budi Nugroho3, Riza

Setiabudi4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

21

Sulewesi Utara Sebagai Subtitusi Parsial Semen

Terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal Teknik Sipil,

Universitas Sam Ratulangi, Manado.

[4]. A.I. Hadi, Refrizon, dan E. Susanti, 2012. Analisis

Kualitas Batubara Berdasarkan Nilai HGI Dengan

Standar ASTM. Jurnal Ilmu Fisika Indonesia,

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Bengkulu,

Bengkulu, Indonesia.

[5]. A.P. Marthinus, M.D.J. Sumajouw dan R. S.

Windah, 2015. Pengaruh Penambahan Abu

Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tarik Belah

Beton. Jurnal Teknik Sipil, Universitas Sam

Ratulangi, Manado.

[6]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai

Kartanegara, 2017. Katalog Kecamatan

Tenggarong Seberang Dalam Angka 2017.

http://kukarkab.bps.go.id/.

[7]. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur,

2016. Produksi Batubara 2009-2015, November

07 2016. https://kaltim.bps.go.id/.

[8]. D. Suhirkam dan A. Latif, 2013. Pengaruh

Penggantian Sebagian Semen Dengan Abu Sekam

Padi Terhadap Kekuatan Beton k-400. Jurnal,

Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya,

Palembang.

[9]. E. Prabowo, 2011. Pengujian Kuat Tekan Beton

Dengan Memanfaatkan Limbah Batubara (Bottom

Ash) Sebagai Bahan Tambahan Semen Pada

Campuran Beton, Tugas Akhir, Program Studi

Strata 1 Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas

Jember.

[10]. M.D. Koraia, 2013. Pengaruh Penambahan Fly

Ash Dalam Campuran Beton Sebagai Subtitusi

Semen Ditinjau Dari Umur Dan Kuat Tekan,

Jurnal Teknik Sipil.

[11]. PUBI, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan

di Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum dan

Direktorat Jendral Cipta Karya.

[12]. SNI 03-1968-1990, 1990. Metode Pengujian

Tentang Analisis SaringanAgregat Halus Dan

Agregat Kasar, Departemen Pekerjaan Umum.

[13]. SNI 03-1970-1990, 1990. Metode Pengujian Berat

Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar,

Departemen Pekerjaan Umum.

[14]. SNI 03-1971-1990, 1990. Metode Pengujian Berat

Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus.

Departemen Pekerjaan Umum

[15]. SNI 03-1972-2008, 2008. Metode Pengujian

Slump Beton, Departemen Pekerjaan Umum

[16]. SNI 03-1974-1990, 1990. Metode Pengujian Kuat

Tekan Beton, Departemen Pekerjaan Umum.

[17]. SNI 03-2493-1991, 1991. Metode Pengujian

Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles,

Departemen Pekerjaan Umum.

[18]. E. SNI 03-4810-1998, 1998. Metode Pembuatan

dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium,

Departemen Pekerjaan Umum.

[19]. SNI 03-2847-2002, 2002. Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, ,

Departemen Pekerjaan Umum.

[20]. SNI 2416:2014, 2014. Spesifikasi Abu Terbang

Batubara dan Pozzolan Alam Mentah Atau Yang

Telah Dikalsinasi Untuk Digunakan Dalam Beton,

Departemen Pekerjaan Umum.

[21]. SNI 15-7064-2004, 2004. Semen Portland

Komposit, Departemen Pekerjaan Umum.

[22]. Spesfikasi Umum Edisi 2010 revisi 3. Prasarana

Transportasi Divisi 7 (Struktur), Direktorat

Jendral Binamarga.

[23]. S. Raharja, S. As’ad, dan Sunarmasto,

2013.Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi

Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen

Terhadap Kuat Tekan Beton dan Modulus

Elastisitas Beton Kinerja Tinggi, e-Jurnal Matriks

Teknik Sipil, Vol. 1 No. 4/Desember 2013/503.

[24]. Tumingan, 2017. Compression Strength Concrete

With Pond Ash Lati Berau. IPTEK Journal Of

Procendings Series.

[25]. Y. Setyanto, 2011. Studi Banding Metode

Rancang Campur Beton Sk. SNI-1990-03 dan

ACI 318. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Page 25: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

22

DESAIN JEMBATAN PELENGKUNG LAMARU-TRITIP

MENGGUNAKAN TIPE TROUGH ARCH

Nindya Fitrisari

1), Yudi Pranoto

2), Sujiati Jepriani

3) 1,2,3) Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Samarinda.

Jl. Ciptomangunkusumo, Kampus Gunung lipan, Samarinda, Indonesia

[email protected] 2), [email protected] 3)

ABSTRAK

Di Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur terdapat obyek pariwisata Pantai Teritip yang memiliki potensi

di bidang pariwisata. Namun hingga saat ini daerah tersebut masih belum bisa diakses dikarenakan tidak adanya

sarana untuk menuju daerah tersebut. Dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah tersebut maka Yayasan

Senyiur mengadakan pembangunan jembatan untuk menunjang sarana dan prasarana transportasi warga dan

wisatawan yang berkunjung ke daerah Teritip. Mengingat pentingnya peran jembatan Lamaru-Teritip, maka

pembangunannya harus ditinjau secara teknis, agar aman, nyaman dan juga menarik dari segi estetika agar menarik

minat para wisatawan yang akan berkunjung ke Teritip. Dasar dasar perencanaan mengacu pada peraturan RSNI T

2005, sedangkan perencanaan struktur menggunakan peraturan AISC – LRFD. Pada tahap awal adalah perhitungan

lantai kendaraan dan trotoar. Kemudian dilakukan perencanaan dimensi gelagar memanjang dan melintang, serta

perhitungan shear connector. Analisis konstruksi pemikul utama dan konstruksi sekunder dilakukan dengan

menggunakan program SAP 2000. Setelah didapatkan gaya-gaya dalam yang bekerja dilakukan perhitungan kontrol

tegangan dan perhitungan sambungan. Kemudian memasuki tahap akhir dari perencanaan struktur atas dilakukan

perhitungan dimensi struktur. Dari hasil perencanaan didapatkan profil dan dimensi yang dipakai pada jembatan

Dimensi gelagar memanjang I WF 700 300, gelagar melintang I WF 700 300, rangka busur B WF 550 x 550,

kontruksi penggantung 355,6 X 19, ikatan angin atas Ø 267,4 x 15,1 , ikatan angin bawah IWF 250 x 125.

Kata-kata kunci: jembatan pelengkung, RSNI T 2005, AISC - LRFD

1. PENDAHULUAN

Balikpapan merupakan salah satu kota di

Kalimantan Timur yang sedang berkembang terutama

dari segi pembangunan infrastruktur. Di Kecamatan

Balikpapan Timur terdapat beberapa obyek pariwisata

yang banyak diminati dan sampai sekarang selalu

mengalami peningkatan. Salah satunya pada daerah

Kelurahan Teritip yang dapat dikembangkan potensi

bidang wisatanya. Namun hingga saat ini daerah

tersebut masih belum bisa diakses dikarenakan tidak

adanya sarana yang menghubungkan Kelurahan

Lamaru ke Teritip.

Dalam rangka meningkatkan pembangunan

daerah tersebut maka Yayasan Seniur mengadakan

pembangunan jembatan untuk menunjang sarana dan

prasarana transportasi warga dan wisatawan yang

berkunjung ke daerah Teritip. Jembatan merupakan

salah satu bagian yang sangat penting untuk

menghubungkan suatu daerah yang terhalang oleh

suatu rintangan seperti sungai, danau, lembah, saluran

irigasi, rawa dan lain-lain. Jembatan ini nantinya akan

menghubungkan kawasan wisata Lamaru dan Teritip.

Jembatan ini direncanakan menggunakan jembatan

pelengkung dengan bentang 35 meter dan ditopang oleh

dua abutment.

Mengingat pentingnya peran jembatan Lamaru-

Teritip, maka pembangunannya harus ditinjau secara

teknis, baik dari segi kualitas, kuantitas yang memenuhi

syarat-syarat perancangan dan sesuai standar yang ada.

Selain itu jembatan ini juga harus menunjang dari segi

estetika agar menarik minat para wisatawan yang akan

berkunjung ke Teritip.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Jembatan

Jembatan secara umum adalah bangunan

pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung

dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-

rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai,

danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya

yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.

Jembatan pelengkung (arch bridge) adalah

struktur setengah lingkaran dengan abutmen di kedua

sisinya. Desain pelengkung (setengah lingkaran) secara

alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai

kendaraan jembatan menuju abutmen yang menjaga

kedua sisi jembatan agar tidak bergerak ke samping.

Page 26: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

23

Pembebanan

Standar acuan yang dipakai pada perencanaan

jembatan ini adalah RSNI T-02-2005, yaitu aksi dan

beban tetap, beban lalu lintas, aksi lingkungan dan aksi-

aksi lain. Aksi dan beban tetap terdiri dari berat sendiri

struktur jembatan dan beban mati tambahan. Beban lalu

lintas terdiri dari beban “D”, beban “T”, gaya rem, dan

beban untuk pejalan kaki. Aksi lingkungan terdiri dari

pengaruh temperatur, beban angin, dan pengaruh

gempa. Aksi aksi lain terdiri dari gesekan pada

perletakan dan pengaruh getaran.

Metode Perencanaan

Metode perencanaan yang dipergunakan sesuai

dengan langkah langkah seperti pada gambar di bawah

ini.

3. HASIL PERENCANAAN

Perhitungan Gelagar Memanjang

Dicoba profil IWF 700 x 300 x 13 x 24

Kontrol terhadap lendutan

Lendutan ijin : L/800 = 0,875 cm

Tabel 1. Kombinasi beban akibat lendutan pada

gelagar memanjang

No Jenis

beban

Kom-1 Kom-2 Kom-3 Kom-4

Lendutan

(cm)

Lendutan

(cm)

Lendutan

(cm)

Lendutan

(cm)

1 Berat

sendiri

(MS)

0,3702 0,3702 0,3702 -

2 Beban mati

tambahan (MA)

0,0290 0,0290 0,0290 -

3 Beban

lajur "D"

(TD)

0,0749 0,0749 0,0749 -

4 Gaya rem

(TB)

0,0015 0,0015 0,0015 -

5 Gesekan

perletakan

- 0,0003 0,0003 -

6 Pengaruh

temperatur

(ET)

- 0,0074 0,0074 -

7 Beban angin

(EW)

- - 0,0052 -

8 Beban gempa

(EQ)

- - - 0,0106

Total 0,4756 0,4833 0,4886 0,0106

Dari tabel di atas terlihat bahwa lendutan yang terjadi

lebih kecil dari lendutan ijin

Perhitungan Gelagar Melintang

Dicoba profil IWF 700 x 300 x 13 x 24 Kontrol terhadap lendutan

Lendutan ijin : L/800 = 0,625 cm

Tidak

Page 27: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

24

Tabel 2. Kombinasi beban akibat lendutan pada

gelagar melintang

No Jenis

beban

Kom-1 Kom-2 Kom-3 Kom-4

Lendutan (cm)

Lendutan (cm)

Lendutan (cm)

Lendutan (cm)

1 Berat

sendiri

(MS)

0,124 0,124 0,124 -

2 Beban

mati

tambahan (MA)

0,013 0,013 0,013 -

3 Beban

lajur "D"

(TD)

0,301 0,301 0,301 -

4 Gaya rem

(TB)

0,011 0,011 0,011 -

5 Gesekan perletakan

- 0,00012 0,00012 -

6 Pengaruh

temperatur

(ET)

- 0,001 0,001 -

7 Beban

angin

(EW)

- - 0,014 -

8 Beban gempa

(EQ)

- - - 0,004

Total 0,448 0,449 0,462 0,004

Dari tabel di atas terlihat bahwa lendutan yang terjadi

lebih kecil dari lendutan ijin.

Perhitungan Shear Conector

Digunakan shear conector dengan data sebagai berikut :

Digunakan stud 19 127, L = 127 mm

D = 19 mm

Modulus elastisitas beton, Ec = 2533,21 kN/cm2

Kuat tekan beton, fc’ = 2,91 kN/cm2

Mutu baja stud, BJ – 50 fu = 50 kN/cm2

Kuat geser nominal stud,

Qn = 0,5 As

= 121,61 kN

As fu = 141,76 kN

Kontrol :

Qn ≤ As fu .....Aman

Jumlah shear connector

n = qmax

= 13,63 buah

≈ 14 buah

Jarak shear connector,

s = = 125,00 m

Diambil jarak = 100 mm

Perhitungan Konstruksi Pemikul Utama

Gambar 1. Pemodelan jembatan

Konstruksi pemikul utama merupakan bagian

terakhir dari konstruksi bagian atas jembatan yang

menrima seluruh beban yang ada pada lantai kendaraan

kemudian diteruskan ke abutment.

Perencanaan Dimensi Konstruksi Pemikul Utama

Tinggi Fokus

Syarat tinggi fokus jembatan pelengkung berdasarkan

rumus Hool & Kinne :

≤ ≤

= = 0,20 m

Maka, ≤ ≤

0,17 m ≤ 0,20 m ≤ 0,20 m

........ OK

Gambar 2. Rencana konstruksi pemikul utama

Data perencanaan jembatan :

L = 35 m

F = 7 m (tinggi fokus penggantung terpanjang)

λ = 5 m

Batang penggantung = produk PT.GRP (JIS G

3454) pipe steel Ø355,6 19

Page 28: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

25

Rangka busur

Digunakan profil produk PT GRP WF 550 550 25

Kontrol kekuatan desain

Kondisi leleh :

Tn = Ag fy

= 49600 290

= 14384000 N

ϕTn = 0,9 14384000

= 12945600 N

Kondisi fraktur:

Tn = Ae fu

= 44122,50 500

= 22061250 N

ϕTn = 0,9 22061250

= 16545937,5 N

Digunakan nilai ϕTn = 12945600 N = 12945,6

kN

Cek kekuatan profil

Tu ≤ ϕTn

3909,546 kN ≤ 12945,6 kN

(terpenuhi)

Jadi profil yang digunakan pada rangka busur vertikal

WFB 550 550 25

Ikatan angin atas = profil produk PT.GRP (JIS

G 3454) pipe steel Ø267,4 15,1

Batang diagonal = PT.GRP (JIS G 3454) pipe

steel Ø267,4 15,1

Ikatan angin bawah = profil produk PT.GRP (JIS

G 3192) IWF 250 125

Batang Diagonal

Menghitung faktor kelangsingan

Untuk batang bulat syarat kelangsingan :

Lebar penampang profil, b = 550 mm

Tebal profil, t = 25 mm

= = 22

= = 36,70

Kontrol kelangsingan, 22 ≤ 36,70

..... Terpenuhi

Menghitung arah sumbu kuat (sumbu X)

Panjang batang, Lx = 6100 mm

Kondisi tumpuan, jepit-jepit k = 0,5

=

= 40,67

= 0,49

Untuk 0,2 5 < λc < 1,2,

=

= 1,13

Tegangan kritis,

fcr =

=

= 257,50 N/mm2

Kuat tekan nominal, ϕ = 0,85

Nn = Ag fcr

= 49600 257,5 = 12772051 N

ϕNn = 0,85 12772051

= 10856243 N = 10856,24 kN

Cek kekuatan profil

Nu ≤ ϕNn

6587,67kN ≤ 10856,24 kN (terpenuhi)

Menghitung arah sumbu lemah (sumbu Y)

Panjang batang, Ly = 6100

mm

Kondisi tumpuan, jepit-jepit k = 0,5

=

= 40,67

= 0,49

Untuk 0,2 5 < λc < 1,2,

=

= 1,13

Page 29: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

26

Tegangan kritis,

fcr =

=

= 257,50 N/mm2

Kuat tekan nominal, ϕ = 0,85

Nn = Ag fcr

= 49600 257,50

= 12772051 N

ϕNn = 0,85 12772051

= 10856243 N = 10856,24 kN

Cek kekuatan profil

Nu ≤ ϕNn

6587,67kN ≤ 10856,24 kN

(terpenuhi)

Jadi profil yang digunakan pada rangka busur

pelengkung WFB 550 550 25

Perencanaan Sambungan Konstruksi Pemikul

Utama

Rencana baut

Digunakan baut tipe = A325

Diameter baut, d = 21 mm

Diameter lubang baut, d1 = 23 mm

Kuat tarik minimum baut, fu = 825 Mpa

Tahanan nominal baut diambil berdasarkan daya tahan

baut yang ditinjau dalam kondisi geser baut, tarik baut,

dan tumpu, didapat tahanan nominal baut ϕRn =

1929806,66 N = 192,81 kN.

282 284 285 286 287 288

28272625241110

213

224

234

246

255

266

277

Simpul A Simpul B

Simpul C

Simpul D

Simpul E Simpul F

Gambar 3. Penomoran sambungan pada konstruksi pemikul

Gaya reaksi pada frame 284, Ru = 1227,60

kN

Gaya reaksi pada frame 25, Ru = 1313,49

kN

Tahanan nominal baut, ϕRn = 192,81

kN

Jumlah baut frame 284,

n284 =

= 6,37 buah ≈ 10 buah

Jumlah baut frame 25,

n25 =

= 6,81 buah ≈ 10 buah

Kontrol kekuatan desain

Baut (frame 284)

Tahanan nominal baut, ϕRn = 192,81 kN

Jumlah baut, n = 10 buah

Rubaut =

= 1928,07 kN

≥ 1127,60 kN ....Aman

Baut (frame 25)

Tahanan nominal baut, ϕRn = 192,81 kN

Jumlah baut, n = 10 buah

Rubaut =

= 1928,07 kN

≥ 1227,60 kN ....Aman

Pelat (frame 284)

Luas pelat, Ag = 20080 mm2

Jumlah baut, n = 10 buah

Tebal pelat, tp = 19 mm

Luas netto pelat,

An = Ag – (n d t)

= 16090 mm2

Luas nominal pelat, Ae = An = 16090 mm2

Kuat tarik pelat, fu = 290 Mpa

Kuat leleh pelat, fy = 500 Mpa

Kondisi leleh : ϕ = 0,9

ϕTn = ϕ Ag fy

=0,9 20080 290

= 9036000 N

Kondisi fraktur: ϕ = 0,75

ϕTn = ϕ Ae fu

=0,9 16090 500

= 3499575 N

Digunakan nilai ϕTn = 3499575 N = 3499,58

kN

1227,60 kN ≤ 3499,58 kN

(terpenuhi)

Pelat (frame 25)

Luas pelat, Ag = 49600 mm2

Jumlah baut, n = 10 buah

Tebal pelat, tp = 25mm

Luas netto pelat,

An = Ag – (n d t)

= 44350 mm2

Luas nominal pelat, Ae = An = 44350 mm2

Kuat tarik pelat, fu = 290 Mpa

Kuat leleh pelat, fy = 500 Mpa

Kondisi leleh : ϕ = 0,9

ϕTn = ϕ Ag fy

=0,9 49600 290

= 22320000 N

Kondisi fraktur: ϕ = 0,75

ϕTn = ϕ Ae fu

=0,9 44350 500

Page 30: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

27

= 9646125 N

Digunakan nilai ϕTn = 9646125 N = 9646,13

kN

1313,49 kN ≤ 9646,13 kN

(terpenuhi)

Ketebalan plat penyambung yang digunakan

t ≥

=

= 12,08 mm ≈ 15 mm

100 100

100

100

100

100

150

50

60

60

60

60

50

100100100100

100

100

100

100

150

100 100 100 100

50601306050

Rangka utama WF 550x550

Penggantung Ø355,6 x 19mm

Pelat t=15 mm

Gambar 4. Sambungan simpul B

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kompilasi analisis data

perancangan dan perhitungan struktur dapat

disimpulkan bahwa :

Dimensi gelagar memanjang I WF 700 300, gelagar

melintang I WF 700 300, rangka busur B WF 550 x

550, kontruksi penggantung 355,6 X 19, ikatan angin

atas 267,4 15,1 , ikatan angin bawah IWF 250 x

125.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kepada yayasan senyiur utomo

yang telah memberikan ijin dan suport baik moril

maupun material.

REFERENSI

[1]. Anonimus, Pengertian jembatan. Diambil dari :

https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan diakses

tanggal 7 Februari 2017.

[2]. Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan. (2017).

Balikpapan Dalam Angka 2015. Februari 20,

2017. https://balikpapankota.bps.go.id/

[3]. Badan Standarisasi Nasional. (1989). SK SNI M

18-1989-F Standar Metode Perhitungan Debit

Banjir. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

[4]. Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 07-

2025-2002 Baja Tulangan. Jakarta : Badan

Standarisasi Nasional.

[5]. Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-

2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur

Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Badan

Standarisasi Nasional.

[6]. Badan Standarisasi Nasional. (2004). RSNI T-12-

2004 Perencanaan Struktur Baja Untuk

Jembatan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[7]. Badan Standarisasi Nasional. (2005). RSNI T-02-

2005 Pedoman Pembebanan Untuk Jembatan.

Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[8]. Badan Standarisasi Nasional. (2005). RSNI T-03-

2005 Perencanaan Struktur Baja Untuk

Jembatan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[9]. Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 2833-

2008 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Jembatan. Jakarta : Badan Standarisasi

Nasional.

[10]. Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 3967-

2008 Spesifikasi Bantalan Elastoomer Tipe Polos

dan Tipe Berlapis Untuk Perletakan Jembatan.

Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[11]. Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI 1726-

2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non

Gedung. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[12]. Bowles, J.E (1996) : Foundation Analysis and

Design. McGraw Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo,

Japan.

[13]. Broms, B. B (1964) : The Lateral Resistance of

Piles in cohesionless Soils. Journal of the Soil

Mechanics, ASCE, Vol.90, No.SM2, pp.123-156

[14]. Departemen Pekerjaan Umum. (1992). Bridge

Management System volume 1. Jakarta.

[15]. Departemen Pekerjaan Umum. (1992). Bridge

Management System volume 2.

Jakarta.Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah. (2004). Pd T-04-2004-B Perencanaan

Beban Gempa Untuk Jembatan. Jakarta

[16]. Hardiyatmo, H.C. (2010) : Analisis dan

Perancangan I (3rd

ed). Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

[17]. Hardiyatmo, H.C. (2015) : Analisis dan

Perancangan II (3rd

ed). Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

[18]. Hool, G.A., & Kinne, W.S. (1943) : Moveable

and Long-Span Steel Bridges (2nd

ed). New York

& London : McGraw-Hill Book Company, Inc.

[19]. Karyoto, A. (2017) : Analisis Perencanaan

Struktur Atas Jembatan Pelengkung Baja : Jurnal

Fakultas Teknik Sipil, Universitas Negeri

Surabaya.

[20]. Lacey, G. (1930) : Bearing Capacity and

Settlement of Pile Foundations. ASCE Journal of

Geotechnical Eng. Div. Vol. 102, No. GT3, pp.

197-228.

[21]. Mayerhoff, G.G. (1956) : Penetration Tests and

Bearing Capacity of Cohesionless Soils. JSMFD,

ASCE, Vol.82 SM 1. Pp. 1-19.

[22]. Poulus, H.G. & Davis, E.H. (1980) : Pile

Foundation Analysis and Design. New York :

John Wiley and Sons.

[23]. Septiawan, H.G. & Irawan, D. (2013) : Desain

Jembatan Baru Pengganti Jembatan Kutai

Page 31: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Nindya Fitrisari1, Yudi Pranoto2, Sujiati Jepriani3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

28

Kartanegara Dengan Sistem Busur : Jurnal

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

[24]. Setiawan, A. (2008) : Perencanaan Struktur Baja

dengan Metode LRFD sesuai SNI 03-1729-2002.

Jakarta

[25]. Terzaghi, K. (1943) : Theoritical Soil Mechanics.

New York : John Wiley and Sons.

[26]. U.S. Army Corp of Engineers (1992) :

Engineering and Design Bearing Capacity of

Soils. Engineers Manual No. 1110-1-1905,

Washington DC., 20314-1000

Page 32: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

29

ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN JEMBATAN MAHAKAM IV

SAMARINDA

Habir

1), Frengky Fajar Mukti

2) 1) Dosen Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Saamrinda, Indonesia

2) Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Saamrinda, Indonesia

[email protected] 1)

ABSTRAK

Proyek konstruksi pembangunan jembatan Mahakam IV Samarinda memiliki risiko yang tinggi dari segi geografis

dan aplikasi teknologi.. Teknologi pun menjadi salah satu permasalahan tersendiri, sehingga risiko yang mungkin

terjadi akan berbeda untuk setiap jenis teknologi yang ada. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap

produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang

mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap

mengandung ketidakpastian bahwa akan berjalan sesuai rencana. Risiko bagaimanapun tidak dapat dihilangkan

tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari suatu pihak ke pihak lainnya (Kangari, 1995). Dalam melakukan

penelitian ini, dikumpulkan data-data yang digunakan untuk melakukan analisis penelitian ini, adapun sumber-

sumber data Primer dengan cara Observasi atau pengamatan langsung dilapangan yaitu mengamati

pekerjaan/kegiatan yang dilakukan selama kegiatan konstruksi berlangsung, wawancara langsung dengan pihak

terkait, Kuesioner kepada responden yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi yaitu pihak staf management dan

pekerja konstruksi. Kriteria yang digunakan dalam kuesioner ini adalah jenis kegiatan yang memiliki risiko terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian ini menghasilka identifikasi variabel risiko dan terdapat 40 variabel

risiko sedangkan risiko yang paling besar pengaruhnya adalah faktor Dari indikator faktor variable risiko yang

paling berpengaruh pada proyek pembangunan konstruksi jembatan Mahakam IV Samarinda adalah faktor

Keterlambatan pengiriman alat, Keterlambatan pengiriman Barang, dan Curah hujan.

Kata kunci: Pembangunan jembatan, indikator risiko, dan risiko paling berpengaruh

1. PENDAHULUAN

Samarinda sebagai salah satu ibukota propinsi,

seperti juga kota-kota besar lainnya di Indonesia,

persoalan infrastruktur menjadi masalah di semua

bidang infrastruktur dasar, seperti jalan dan jembatan

beserta dengan drainasenya sangat penting untuk

dibenahi. Sebagai ibukota propinsi, kota Samarinda

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

yang cukup besar, sehingga perlu menyediakan sarana

tidak hanya bagi masyarakat kota tersebut, tetapi juga

masyarakat propinsi secara keseluruhan. Dengan

meningkatnya infrastruktur jalan, jembatan, berarti

akan memudahkan masyarakat dalam melakukan

kegiatan. Jembatan Mahakam yang lama sendiri

dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun

1982. Jembatan Mahakam dibangun oleh kontraktor

PT. Hutama Karya (Persero) dengan Panjang 400

meter, lebar 10 meter dan tinggi sekitar 5 meter di atas

permukaan aspal. Pertambahan jumlah penduduk dan

prasarana transportai tiap tahunnya kian bertambah

yang menyebabkan kapasitas kendaran yang melalui

jembatan Mahakam semakin bertambah hingga

menyebabkan kemacetan di ruas jalan tidak dapat di

hindari.

Penerapan kontrak (framework agreement) pada

pekerjaan konstruksi akan menjadi penting diketahui

terhadap resiko yang akan ditumbulkan mulai dari fase

pelelangan, fase kontrak dan fase konstruksi, sehingga

resiko resiko tersebut dapat diidentifikasi sedini

mungkin sehingga pekerjaan pelaksanaan kontrak yang

akan dikerjaan dapat berjalan sukses waktu, mutu dan

biaya. Risiko dapat menyebabkan kegagalan terhadap

suksesnya pelaksanaan konstruksi, untuk itu risiko-

risiko yang mungkin timbul perlu dikaji agar proyek

dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan, proses

menganalisis kemungkinan risiko dapat menggunakan

sebuah pendekatan yang disebut “Manajemen Risiko”.

Yaitu dengan pelaksanaan identifikasi risiko mulai fase

pelelangan-kontrak-konstruksi, menyebar questioner

dan wawancara, menganalisis dampak yang mungkin

timbul terhadap kekagagalan konstruksi.

Ketidakpastian resiko yang akan ditimbulkan akan

menyebabkan tidak dapat diprediksinya resiko yang

akan diterima dampaknya, sehingga diperlukan

identifikasi dan analisis suatu resiko sehingga resiko

Page 33: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

30

proyek yang akan terjadi dapat dihindari dan diprediksi

sedini mungkin.

Walaupun demikian para pelaksana proyek harus

berusaha agar ketidakpastian itu dapat diperkecil dan

diantisipasi dengan menyediakan beberapa tindakan

alternatif untuk menghadapi ketidakpastian itu, dengan

kata lain risiko harus dikelola dengan sebaik mungkin

agar tujuan dan sasaran proyek dapat tepat mutu, tepat

waktu dan tepat biaya

2. METODOLOGI

Metode penelitian yang diterapkan berbentuk

penelitian survei. Penelitian survei pada umumnya

dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari

pengamatan yang tidak mendalam. Teknik penelitian

survey dilakukan dengan cara menjaring pendapat atau

persepsi, pengalaman, dan sikap responden mengenai

faktor – faktor risiko yang berpotensi muncul dan

berpengaruh dalam siklus proyek dan bentuk-bentuk

penanganan yang diambil untuk mengantisipasi risiko

tersebut.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode angket atau kuesioner dengan

pengukuran skala Likert. Dimana kuesioner ini

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya. Ini merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden.

Sampel dalam penelitian ini adalah pihak-pihak

yang pernah atau sedang terlibat dalam Proyek

konstruksi yang terdiri owner dan kontraktor dan

konsultan berjumlah 30 orang, dengan 23 Responden

menjawab secara relevan dan 7 responden menjawab

tidak relevan.

Analisis Probabilitas dan Dampak Resiko

Dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat atau

besarnya risiko dan dampak terhadap kelangsungan

proyek yaitu proses pelelangan – kontrak – konstruksi

serta respon resiko yang dilakukan. Langkah awal

adalah melakukan analisis menggunakan Severity Index

digunakan untuk menentukan nilai probabilitas dan

dampak. lalu mengkategorikannya berdasarkan besar

probabilitas dampaknya. Severity index dihitung

berdasarkan hasil jawaban dari responden. Severity

index dapat menggabungkan persepsi dari responden

penelitian. Adel Azar et al., (2006) menambahkan

bahwa Severity Index lebih baik digunakan

dibandingkan dengan menggunakan Nilai Mean dan

Metode Variance. Hal ini disebabkan karena hasil yang

dikeluarkan oleh Severity Index lebih akurat dan

konsisten terhadap jawaban dari responden. Hasil yang

dikeluarkan oleh severity index berupa persentase.

Semakin tinggi persentase suatu variabel maka semakin

berpengaruh variabel tersebut. Untuk menghitung

severity index dapat dilihat pada Rumus :

Severity Indeks dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut (Al-Hammad et al., 1996):

4

0

4

0

.

(100%)

4

i

i

ai xi

SI

xi

(1)

Dimana :

ai = Konstanta penilai

xi = Frekuensi responden

I = 0,1,2,3,4,……..n

x0, x1, x2, x3, x4, = respon frekuensi responden

a0=0, a1=1, a2=2, a3=3, a4=4

x0 = frekuensi responden “sangat rendah/kecil” dari

survey, maka a0=0

x1 = frekuensi responden “sangat rendah/kecil” dari

survey, maka a1=1

x2 = frekuensi responden “rendah/kecil” dari survey,

maka a2=2

x3 = frekuensi responden “tinggi/besar” dari survey,

maka a3=3

x4 = frekuensi responden “sangat tinggi/besar” dari

survey, maka a4=4

Klasifikasi dari skala penilaian pada frekuensi dan

dampak adalah sebagai berikut:

Sangat Rendah (SR) 0,00≤SI≤ 12,5

Rendah (R) 12,5 ≤ SI ≤ 37,5

Sedang (C) 37,5 ≤ SI ≤ 62,5

Tinggi (T) 62,5 ≤ SI ≤ 87,5

Sangat Tinggi (ST) 87,5 ≤ SI ≤ 100

Sebelum melakukan analisis risiko, katagori risiko

yang didapat sebelumnya dikonversikan dalam bentuk

angka seperti pada penjelasan berikut :

Probabilitas

Sangat Rendah (SR) = 1, Rendah (R) = 2,

Sedang (S) = 3, Tinggi (T) = 4 dan Sangat

Tinggi (ST) = 5

Dampak

Sangat Kecil (SK) = 1, Kecil (K) = 2, Cukup

(C) = 3, Besar (B) = 4 dan Sangat Besar (SB) =

5

Penilaian Resiko

1. Resiko Tinggi, 2. Resiko Sedang dan 3.

Resiko Tinggi

Setelah didapat kategori dari frekuensi dan

dampak maka dilakukan analisis nilai risiko. Nilai

risiko didapatkan dengan melakukan mengeplotkan

nilai kedalam Matriks Probabilitas dan Dampak.

Page 34: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

31

Analisis Risiko

Setelah diketahui risiko-risiko mana saja yang

telah terjadi pada proyek, lalu dilanjutkan dengan

analisis risiko yang menggunakan matriks probabilitas

dan dampak. Menurut Williams (1993), Probability

Impact Matrix adalah sebuah pendekatan yang

dikembangkan menggunakan dua kriteria yang penting

untuk mengukur risiko, yaitu :

1. Kemungkinan (Probability), adalah kemungkinan

(Probability) dari suatu kejadian yang tidak

diinginkan.

2. Dampak (Impact), adalah tingkat pengaruh atau

ukuran dampak (Impact) pada aktivitas lain, jika

peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor

probabilitas dan skor dampak yang didapat dari

responden (Well-Stam, et.al., 2004). Nilai risiko

merupakan perkalian dari skor probabilitas dan skor

dampak, skor risiko didapat dari responden (Hillson,

2002). Untuk mengukur risiko dapat menggunakan

rumus :

R P I (2)

Dimana :

R = Tingkat risiko

P = Kemungkinan (Probability) risiko yang

terjadi

I = Dampak (Impact) risiko yang terjadi

Pro

ba

bil

ita

s SS 5 5 10 15 20 25

S 4 4 8 12 16 20

N 3 3 6 9 12 15

J 2 2 4 6 8 10

SJ 1 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

SR R N T ST

Severity

Gambar 1. Matriks Probabilitas dan Dampak

Keterangan :

Risiko Tinggi

Risiko Sedang

Risiko Rendah

Dimana untuk mengukur probabiliti dan dampak

kejadian item-item risiko digunakan skala yaitu:

Sangat Rendah / Kecil (SR/SK)

Rendah / Kecil (R/K)

Cukup Tinggi / Besar (CT/CB)

Tinggi / Besar (T/B)

Sangat Tinggi / Besar (ST/SB) Proses pengerjaan matriks probabilitas dan

dampak adalah dengan cara memplotkan nilai risiko

yang telah di dapat ke dalam matriks. Setelah itu di

dapat nilai yang dijadikan acuan untuk mengetahui

risiko-risiko mana saja yang kemungkinan terjadinya

besar dan menimbulkan dampak yang signifikan.

Respon Risiko

Untuk mengetahui bagaimana respon yang

ditentukan pada suatu risiko dilakukan wawancara atau

interview terhadap beberapa responden yang telah

dipilih sebelumnya, mengenai respon risiko terhadap

risiko-risiko yang telah didapat dari analisis risiko

sebelumnya. Variabel risiko yang direspon hanya pada

risiko pada kategori tinggi, yang merupakan risiko yang

kemungkinan terjadinya paling tinggi dan berdampak

paling besar. Cara-cara penanganan risiko terdiri dari 4

cara, yaitu :

1. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)

2. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)

3. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)

4. Menanggung Sendiri Risiko (RiskRetention)

Metode analisisnya adalah dengan cara analisis

statistika deskriptif. Mendeskripsikan terlebih dahulu

persepsi masing-masing responden, lalu setelah

mengambil kesimpulan dan persepsi masing-masing

responden didapat penanganan yang sesuai dengan

risiko tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profile Responden

Sampel dalam penelitian ini adalah pihak-pihak

yang pernah atau sedang terlibat dalam Proyek

konstruksi yang terdiri owner dan kontraktor dan

konsultan berjumlah 30 orang, dengan 23 Responden

menjawab secara relevan dan 7 responden menjawab

tidak relevan dengan hasil seperti table sebagai berikut:

Tabel 1. Jabatan responden

Jabatan Frekuensi Persentasi (%)

Enginer 26 87

Pengawas 4 13

Jumlah 30 100

Sumber : Penulis, 2018

Tabel 2. Pengalaman kerja responden

Pengalaman

Kerja Frekuensi Persentasi (%)

0-2 tahun 7 23

3-4 tahun 15 50

5-7 tahun 3 10

>7 tahun 5 17

Jumlah 30 100

Sumber : Penulis, 2018

Page 35: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

32

Tabel 3. Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir

Frekuensi Persentasi (%)

SMA/Sederajat 1 3

Diploma 2 7

S1 22 73

S2/S3 5 17

Jumlah 30 100

Sumber : Penulis, 2018

Identifikasi Variabel Risiko

Pengolahan data menggunakan skala Guttman

dimana data yang akan diperoleh berupa variabel risiko

yang relevan maupun yang tidak relevan yang terjadi

pada proyek. Data tersebut didapat dari beberapa

responden dimana untuk mendapatkan hasil yang

mewakili jawaban dari beberapa responden.

Tabel 4. Pernyataan Relevan Maupun Yang Tidak

Relevan (Skala Guffman)

Pernyataan Keterangan

5. Sangat setuju

Ya 4. Setuju

3. Agak setuju

2. Tidak setuju

Tidak

1. Sangat tidak setuju

Sumber : penulis, 2018

Jadi berdasarkan data yang didapat dari 30

responden maka di dapat nilai tertinggi 46 yang

menyatakan relevan. Dari analisis seluruh faktor risiko

yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini

dinyatakan 37 relevan dan 3 tidak relevan.

Tabel 5. Identifikasi Risiko Mengunakan Skala Guttman

No. Kategori

Faktor-faktor risiko pada proyek

pembangunan jembatan Mahakam IV

Samarinda

Tidak Ya

TR R

Ket x 1 x 2

1 Biaya (Money)

1 Kurangnya alokasi dana 7 23 7 46 Relevan

2 Biaya tidak terduga 10 20 10 40 Relevan

3 Kenaikan harga material/bahan 17 13 17 26 Relevan

2 Peralatan

(Equipment)

1 Kekurangan jumlah peralatan 8 22 8 44 Relevan

2 Kerusakan alat 8 22 8 44 Relevan

3 Ketidaklayakan peralatan 14 16 14 32 Relevan

4 Keterlambatan pengiriman alat 0 30 0 60 Relevan

5 Kesulitan mendatangkan peralatan 3 27 3 54 Relevan

6 Ketidaksediaan alat yang modern 4 26 4 52 Relevan

3 Manusia (Man)

1 Kurangnya tenaga ahli 15 15 15 30 Relevan

2 Rendahnya produktivitas tenaga kerja 14 16 14 32 Relevan

3 Kurangnya jumlah tenaga kerja 10 20 10 40 Relevan

4 Kurangnya kemampuan dan

pengalaman 6 24 6 48 Relevan

4 Bahan (Material)

1 Kurangnya jumlah material 18 12 18 24 Relevan

2 Rendahnya kualitas material 20 10 20 20 Tidak

Relevan

3 Ketidaktersediaan material 9 21 9 42 Relevan

4 Keterlambatan pengiriman material 1 29 1 58 Relevan

5 Perubahan penambahan spesifikasi

material yang digunakan 7 23 7 46 Relevan

5 Metode (Method)

1 Kurangnya implementasi manajemen

proyek 14 16 14 32 Relevan

2 Ketidaksesuaian metode kerja 14 16 14 32 Relevan

3 Perubahan/penambahan desain konstruksi

2 28 2 56 Relevan

4 Investigasi / survey awal yang tidak

akurat 13 17 13 34 Relevan

5 Respon yang lambat 19 11 19 22 Relevan

6 Kurangnya kemampuan manajerial di

lapangan 17 13 17 26 Relevan

7 Lambat dalam mengambil keputusan 11 19 11 38 Relevan

6 Waktu (Time)

1 reschedule time 15 15 15 30 Relevan

7 Teknis

(Technical) 1 Terjadi penurunan permukaan 20 10 20 20

Tidak

Relevan

Page 36: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

33

No. Kategori

Faktor-faktor risiko pada proyek

pembangunan jembatan Mahakam IV

Samarinda

Tidak Ya

TR R

Ket x 1 x 2

2 Perubahan akibat penyesuaian

dengan kondisi di lapangan 7 23 7 46 Relevan

3 Kendala saat pengerjaan 4 26 4 52 Relevan

8 Lingkungan

(encironment)

1 Kemacetan pada lalu lintas 7 23 7 46 Relevan

2 Kerusakan lingkungan sekitar 11 19 11 38 Relevan

3 kebisingan yang mengganggu saat

pekerjaan berlangsung 17 13 17 26 Relevan

9 Kondisi Fisik di

Lapangan

1 Kondisi lapangan yang tidak terduga 15 15 15 30 Relevan

2 Kondisi pembebasan lahan yang masih digunakan

15 15 15 30 Relevan

3 Kondisi tanah yang kurang baik 4 26 4 52 Relevan

10 Faktor Eksternal

1 Pengaruh cuaca 0 30 0 60 Relevan

2 Pasang surut air sungai 16 14 16 28 Relevan

3 Pengaruh gelombang 24 6 24 12 Tidak

Relevan

4 Pengaruh angin 7 23 7 46 Relevan

5 Terjadi genangan air di sekitar lokasi

proyek 7 23 7 46 Relevan

Sumber : Hasil analisis , 2018

Didapatkan nilai severity index bernilai 60 % dan 49 %, maka kategori probabilitas dari variabel risiko

kurangnya alokasi dana adalah tinggi. Perhitungan untuk penilaian probabilitas terhadap waktu dan biaya juga

menggunakan cara yang sama

seperti diatas. Berikut adalah hasil analisis dari penilaian probabilitas dengan menggunakan metode severity index

pada tabel berikut :

Page 37: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

34

Tabel 6. Penilaian Probabilitas dari Responden

No. Kategori Faktor-faktor risiko pada proyek pembangunan

jembatan Mahakam IV Samarinda

1 2 3 4 5 Total SI (%) Ket

SR R C T ST

1 Biaya

(Money)

1 Kurangnya alokasi dana 1 6 9 8 6 30 60 T

2 Biaya tidak terduga 2 8 11 7 2 30 49 C

3 Kenaikan harga material/bahan 12 5 3 5 5 30 38 R

2 Peralatan

(Equipment)

1 Kekurangan jumlah peralatan 4 4 6 13 3 30 56 C

2 Kerusakan alat 1 7 12 8 2 30 53 C

3 Ketidaklayakan peralatan 4 10 9 6 1 30 42 C

4 Keterlambatan pengiriman alat 0 0 4 10 16 30 85 ST

5 Kesulitan mendatangkan peralatan 0 3 1 16 10 30 78 T

6 Ketidaksediaan alat yang modern 1 3 13 9 4 30 60 T

3 Manusia

(Man)

1 Kurangnya tenaga ahli 6 9 8 6 1 30 39 R

2 Rendahnya produktivitas tenaga kerja 3 11 7 6 3 30 46 C

3 Kurangnya jumlah tenaga kerja 2 8 12 7 1 30 48 C

4 Kurangnya kemampuan dan pengalaman 0 6 17 5 2 30 53 C

4 Bahan

(Material)

1 Kurangnya jumlah material 11 7 5 5 2 30 33 R

2 Ketidaktersediaan material 4 5 10 8 3 30 51 C

3 Keterlambatan pengiriman material 0 1 6 11 12 30 78 T

4 Perubahan penambahan spesifikasi material yang digunakan

3 4 15 8 0 30 48 C

5 Metode

(Method)

1 Kurangnya implementasi manajemen

proyek

7 7 7 9 0 30 40 C

2 Ketidaksesuaian metode kerja 7 7 10 2 4 30 41 C

3 Perubahan/penambahan desain

konstruksi

0 2 12 10 6 30 67 T

4 Investigasi / survey awal yang tidak

akurat

6 7 5 7 5 30 48 C

5 Respon yang lambat 11 8 5 4 2 30 32 R

6 Kurangnya kemampuan manajerial di

lapangan

8 9 3 10 0 30 38 R

7 Lambat dalam mengambil keputusan 2 9 12 4 3 30 48 C

6 Waktu (Time)

1 reschedule time 2 13 5 7 3 30 47 C

7 Teknis

(Technical)

1 Perubahan akibat penyesuaian dengan

kondisi di lapangan

2 5 13 8 2 30 53 C

2 Kendala saat pengerjaan 1 3 10 12 4 30 63 T

8 Lingkungan

(encironmen

t)

1 Kemacetan pada lalu lintas 5 2 12 8 3 30 52 C

2 Kerusakan lingkungan sekitar 2 9 16 3 0 30 42 C

3 kebisingan yang mengganggu saat

pekerjaan berlangsung

7 10 9 3 1 30 34 R

9 Kondisi

Fisik di

Lapangan

1 Kondisi lapangan yang tidak terduga 8 7 8 5 2 30 38 R

2 Kondisi pembebasan lahan yang masih digunakan

6 9 9 3 3 30 40 C

3 Kondisi tanah yang kurang baik 0 4 14 12 0 30 57 C

10 Faktor

Eksternal

1 Curah hujan 0 0 6 5 19 30 86 ST

2 Pasang surut air sungai 15 1 4 7 3 30 35 R

3 Pengaruh angin 0 7 14 7 2 30 53 C

4 Terjadi genangan air di sekitar lokasi

proyek

1 6 16 6 1 30 50 C

Sumber : Hasil analisis, 2018

Page 38: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

35

Hasil analisis dari penilaian dampak dengan menggunakan metode severity index pada tabel berikut :

Tabel 7. Penilaian Dampak / Severity Index dari Responden

No. Kategori

Faktor-faktor risiko pada proyek

pembangunan jembatan Mahakam IV

Samarinda

1 2 3 4 5 Total SI (%) Ket

SR R C T ST

1 Biaya (Money) 1 Kurangnya alokasi dana 0 0 9 7 14 30 79 T

2 Biaya tidak terduga 0 6 12 7 5 30 59 C

3 Kenaikan harga material/bahan 4 9 5 7 5 30 50 C

2 Peralatan

(Equipment)

1 Kekurangan jumlah peralatan 0 0 11 10 9 30 73 T

2 Kerusakan alat 0 0 4 6 20 30 88 ST

3 Ketidaklayakan peralatan 0 2 9 11 8 30 71 T

4 Keterlambatan pengiriman alat 0 0 1 7 22 30 93 ST

5 Kesulitan mendatangkan peralatan 0 0 7 10 13 30 80 T

6 Ketidaksediaan alat yang modern 0 3 12 12 3 30 63 T

3 Manusia (Man) 1 Kurangnya tenaga ahli 1 3 5 6 15 30 76 T

2 Rendahnya produktivitas tenaga kerja 0 5 8 13 4 30 63 T

3 Kurangnya jumlah tenaga kerja 0 3 11 10 6 30 66 T

4 Kurangnya kemampuan dan pengalaman

1 0 2 9 18 30 86 T

4 Bahan (Material) 1 Kurangnya jumlah material 0 3 9 11 7 30 68 T

2 Ketidaktersediaan material 0 0 9 7 14 30 79 T

3 Keterlambatan pengiriman material 0 0 6 0 24 30 90 ST

4 Perubahan penambahan spesifikasi material yang digunakan

0 6 9 13 2 30 59 C

5 Metode (Method) 1 Kurangnya implementasi manajemen

proyek

2 9 9 7 3 30 50 C

2 Ketidaksesuaian metode kerja 0 1 13 5 11 30 72 T

3 Perubahan/penambahan desain

konstruksi

0 3 4 8 15 30 79 T

4 Investigasi / survey awal yang tidak

akurat

1 6 6 6 11 30 67 T

5 Respon yang lambat 1 3 5 11 10 30 72 T

6 Kurangnya kemampuan manajerial di

lapangan

3 5 8 12 2 30 54 C

7 Lambat dalam mengambil keputusan 0 1 12 4 13 30 74 T

6 Waktu

(Time)

1 reschedule time 2 4 10 10 4 30 58 C

7 Teknis

(Technical)

1 Perubahan akibat penyesuaian dengan

kondisi di lapangan

2 1 8 11 8 30 68 T

2 Kendala saat pengerjaan 0 2 6 6 16 30 80 T

8 Lingkungan

(encironment)

1 Kemacetan pada lalu lintas 3 1 12 6 8 30 63 T

2 Kerusakan lingkungan sekitar 0 7 13 9 1 30 53 C

3 kebisingan yang mengganggu saat

pekerjaan berlangsung

7 12 7 3 1 30 33 R

9 Kondisi Fisik di

Lapangan

1 Kondisi lapangan yang tidak terduga 2 7 13 7 1 30 48 C

2 Kondisi pembebasan lahan yang

masih digunakan

0 5 9 9 7 30 65 T

3 Kondisi tanah yang kurang baik 0 1 15 10 4 30 64 T

10 Faktor Eksternal 1 Curah hujan 0 1 1 4 24 30 93 ST

2 Pasang surut air sungai 15 0 6 5 4 30 36 R

3 Pengaruh angin 0 4 12 10 4 30 62 C

4 Terjadi genangan air di sekitar lokasi

proyek

0 2 13 9 6 30 66 T

Sumber : Hasil analisis, 2018

Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probabilitas dan skor dampak yang didapat dari responden.

Perhitungan dampak risiko dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 39: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

36

Tabel 8. Risiko = Probabilitas x Dampak

No. Kategori

Faktor-faktor risiko pada proyek

pembangunan jembatan Mahakam IV Samarinda

Probabilitas Dampak Risiko

Kategori

Risiko P D

R

(P x D)

1 Biaya (Money)

1 Kurangnya alokasi dana 4 4 16 S

2 Biaya tidak terduga 3 3 9 S

3 Kenaikan harga material/bahan 2 3 6 R

2 Peralatan

(Equipment)

4 Kekurangan jumlah peralatan 3 4 12 S

5 Kerusakan alat 3 5 15 S

6 Ketidaklayakan peralatan 3 4 12 S

7 Keterlambatan pengiriman alat 5 5 25 T

8 Kesulitan mendatangkan peralatan 4 4 16 S

9 Ketidaksediaan alat yang modern 4 4 16 S

3 Manusia (Man)

10 Kurangnya tenaga ahli 2 4 8 R

11 Rendahnya produktivitas tenaga kerja 3 4 12 S

12 Kurangnya jumlah tenaga kerja 3 4 12 S

13 Kurangnya kemampuan dan

pengalaman 3 4 12 S

4 Bahan (Material)

14 Kurangnya jumlah material 2 4 8 R

15 Ketidaktersediaan material 3 4 12 S

16 Keterlambatan pengiriman material 4 5 20 T

17 Perubahan penambahan spesifikasi

material yang digunakan 3 3 9 S

5 Metode (Method)

18 Kurangnya implementasi manajemen proyek

3 3 9 S

19 Ketidaksesuaian metode kerja 3 4 12 S

20 Perubahan/penambahan desain

konstruksi 4 4 16 S

21 Investigasi / survey awal yang tidak akurat

3 4 12 S

22 Respon yang lambat 2 4 8 R

23 Kurangnya kemampuan manajerial di lapangan

2 3 6 R

24 Lambat dalam mengambil keputusan 3 4 12 S

6 Waktu

(Time) 25 reschedule time 3 3 9 S

7 Teknis

(Technical)

26 Perubahan akibat penyesuaian dengan kondisi di lapangan

3 4 12 S

27 Kendala saat pengerjaan 4 4 16 S

8 Lingkungan

(encironment)

28 Kemacetan pada lalu lintas 3 4 12 S

29 Kerusakan lingkungan sekitar 3 3 9 S

30 kebisingan yang mengganggu saat pekerjaan berlangsung

2 2 4 R

9 Kondisi Fisik di

Lapangan

31 Kondisi lapangan yang tidak terduga 2 3 6 R

32 Kondisi pembebasan lahan yang

masih digunakan 3 4 12 S

33 Kondisi tanah yang kurang baik 3 4 12 S

10 Faktor Eksternal

34 Curah hujan 5 5 25 T

35 Pasang surut air sungai 2 2 4 R

36 Pengaruh angin 3 3 9 S

37 Terjadi genangan air di sekitar lokasi proyek

3 4 12 S

Sumber : Hasil analisis 2018

Perhitungan ini dilakukan dengan cara penilaian

tingkat risiko. Dari hasil analisis 40 faktor risiko dalam

10 kategori risiko didapat 3 variabel risiko tinggi, 26

variable risiko sedang dan 8 variable risiko rendah.

Presentase tingkat risiko seperti tergambar variabel

risiko dalam matriks :

Tinggi = 8.11% x 25 = 2.0 ≈ 2

Variabel

Sedang = 70.27% x 25 = 17.6 ≈ 18

Variabel

Rendah = 21.62% x 25 = 5.4 ≈ 5

Variabel

Page 40: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil

Tantangan Pengembangan Infrastruktu di Kalimantan Timur

37

1 2 3 4 5

SR R C T ST

SR

DAMPAK

Pro

bab

ilit

as

5

4

3

2

1

SR

T

C

R

Gambar 1: Hasil Analisis Matriks Probabilitas Dan Dampak

Dari gambar 1, bahwa pemetaan level resiko

Tinggi 8,11% adalah ( Keterlambatan Pengiriman

barang dan Curah Hujan), sedangkan variabel risiko

yang lain termasuk dalam katagori Rendah 21,6% dan

Sedang 70,27%.

1. Risiko tinggi, Cara mengatasi terhadap risiko

dengan level tinggi yang artinya risiko tersebut

tidak dapat diterima, maka harus dilakukan respon

yang dapat memperkecil level risiko hingga risiko

tersebut dapat diterima dengan cara dibagi (Risk

Sharing).

2. Risiko sedang , Cara mengatasi terhadap risiko ini

yang berada dalam level sedang atau signifikan

yang artinya risiko masih dapat diterima tapi perlu

dilakukan respon atau mengurangi risiko hingga

dapat menurunkan level risiko menjadi rendah,

dengan cara dikurangi (Risk Reducing).

3. Risiko rendah, Cara mengatasi terhadap risiko ini

dimana variable risiko tersebut dapat diterima tanpa

dilakukan langkah untuk mengurangi risiko jadi

bisa diabaikan (Risk Ignoring).

4. PENUTUP

Kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan, dari hasil identifikasi variabel

risiko dan pengolahan data terdapat 40 variabel

risiko

2. Dari indikator faktor variable risiko yang paling

berpengaruh pada proyek pembangunan konstruksi

jembatan Mahakam IV Samarinda adalah faktor

Keterlambatan pengiriman alat, Keterlambatan

pengiriman Barang, dan Curah hujan.

3. Dari peta tingkat resiko diketahui bahwa semua

responden baik dari kontraktor, Konsultan dan

owner mayoritas berada pada daerah tingkat resiko

sedang dan Resiko Tinggi (pada warna kuning dan

merah), meskipun pada responden owner tidak

diperoleh tingkat resiko tinggi ( warna merah).

Saran:

1. Dalam penelitian ini sebaiknya dilakukan hipotesis

kepada responden yang lebih banyak dan lebih

menguasai atau memiliki pengalaman dibidang

proses konstruksi.

2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan

analisis kajian lanjutan yang lebih mendalam

termasuk responden alokasi resiko.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan

Frengky Fajar Mukti sehingga penelitian dapat

dilaksanakan dengan baik meskipun selama melakukan

surevey banyak tantangan yang harus dihadapi

dikarenakan para responden mempunyai karakter

masing masing sehingga diperlukan kesabaran dalam

mengatasinya agar data data dapat terkolekting secara

baik sesuai dengan tahapan proses yang harus di jalani.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Abdul-Rashid, K. (2004). Guarantee Against

Non-Performance of Construction Contract by the

Contractor Vol. 2, No. 3 Journal of Politics and

Law 32

[2]. Andrian Sutedi, SH, MH Aspek Hukum

Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai

Permasalahannya,

[3]. Antonius, Alijaya, 2007, Enterprise Risk

Management. Ray Indonesia, Jakarta

[4]. Azar, A., Zangoueinezhad, A., Elahi, S and

Moghbel. A (2013), Assessing and understanding

the key risks in a PPP power station projects,

Advances in Management & Applied

Economics,3(1): 11-33.

[5]. Constructing Excellence (2005). Achieving

Business Excellence Frameworking Toolkit.

Available at

http://www.constructingexcellence.org.uk/tools/fr

ameworkingtoolkit Diakses pada 1 April 2014

[6]. Fong, C.K. (2004a). Law and Practice of

Construction Contracts, 3rd Edition, Sweet &

Maxwell Asia, Singapore.

[7]. Fong, L.C. (2004b). The Malaysian PWD Form

of Construction Contract, Sweet & Maxwell Asia,

Petaling Jaya.

[8]. Muslich, Muhammad, 2007, Manajemen Risiko

Operasional. PT. Bumi Aksara, Jakarta

[9]. Huala Adole, SH.LL.M, Ph.D Prof. Dasar – dasar

hokum kontrak Internasional,

[10]. Isnaini, Rizalatul, 2011, Jurnal Analisis Dan

Respon Risiko Pada Proyek Pembangunan

Galangan Kapal KabupatenLamongan.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-

17654-Paper-4650929.pdf

Page 41: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Habir1, Frengky Fajar Mukti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

38

[11]. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Republik Indonesia

[12]. Performance Guarantee Sum versus Performance

Bond, Seminar, 1st International Conference,

Toronto Canada, May 27 2004 – May 28 2004,

World of Construction Project Management.

[13]. PMI (Project Management Institute, Inc), 2004, A

Guide To The Project Management Body Of

Knowledge (PMBOK) 3rd edition, Newtown

Square, Pennsylvania, USA.

[14]. Ismail, N. (2007). Performance Bond and An

Injunction, Master's Project Report (Dissertation),

Universiti Teknologi Malaysia. Jabatan Kerja

Raya (1988). A Guide on the Administration of

Public Works Contracts, Ibu Pejabat JKR

Malaysia.

[15]. Martin, E.A. (2003). A Dictionary of Law, 5th

Edition reissued with new covers, Oxford

University Press, Oxford.

[16]. Murdoch, J. and Hughes, W. (2000). Construction

Contracts – Law and Management, 3rd Edition,

Spon Press, London.

[17]. P.W.D. Form 203A (Rev. 10/83) Standard Form

of Contract to be Used Where Bills of Quantities

Form Part of the Contract.

[18]. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor :

70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas

PERPRES RI No. 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.

Page 42: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

39

ANALISIS PENGURANGAN TIE-BEAM SEBAGAI

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

STRUKTUR PROYEK

TERMINAL BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Agus Sugianto

1), Andi Marini Indriani

2)

1,2) Dosen Program Studi Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan

[email protected] 1), [email protected] 2)

ABSTRAK

Proyek Pengembangan Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan dikerjakan dengan waktu pelaksanaan yang

sangat ketat, luas area sebesar 110.000 m², waktu pelaksanaan dengan segmen lahan yang bertahap selama 24 bulan

memerlukan metode pelaksanaan struktur yang cepat dan tepat tanpa mengurangi kualitas dari pelaksanaan struktur.

Banyak variasi metode yang dapat diterapkan dalam rangka mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan struktur,

tetapi semua metoda itu tentu berlandaskan kepada peraturan perencanaan gedung Indonesia dan peraturan lain yang

berlaku secara internasional. Variasi metoda tersebut meliputi asumsi dalam melakukan model perhitungan dan

metoda pelaksanaan. Penelitian dilakukan dengan cara analisis model 3D program komputasi ETABS 2013. Hasil

analisis berupa Output dari Program ETABS sebagai dasar pemilihan metode pengurangan Tie- Beam.Model

struktur terminal bandara Sepinggan adalah rangka terbuka (open frame) gaya lateral dipikul oleh kolom dan balok

dimana plat lantai sebagai rigid diapraghma yang menyalurkan gaya lateral ke kolom. Plat lantai hanya menahan

gaya gravitasi dari beban mati dan hidup. Tie-beam diperlukan untuk menahan perbedaan penurunan (differensial

settlement) dan pengaku pada kolom.Setelah dilakukan analisis tidak ada potensi perbedaan penurunan disebabkan

Pondasi berada ditanah keras (hard layer) dengan pre-boring, kondisi tanah didominasi oleh tanah lempung

kepasiran sampai tanah keras yang memiliki potensi penurunaan sesaat (immediately settlement). Pemancangan

dilakukan dengan metoda in-jack pile dengan gaya tekan 2x daya dukung pile. Struktur memiliki modul yang

seragam 15 m x 15 m, sehingga tidak ada perbedaan gaya aksial pada kolom yang mengakibatkan adanya perbedaan

penurunan. Loading test menunjukkan daya dukung tiang pancang spun pile diameter 600 mm. sebesar 110 ton

dengan safety factor 3 dan nilai penurunan sesaat (immediately settlement) sebesar 1 mm. Optimalisasi dilakukan

dengan menghilangkan tie-beam pada kolom tengah yang relative memiliki beban seragam. Tie-Beam tetap ada

pada perimeter bangunan dan kolom yang memikul beban terpusat yang besar seperti rangka atap dan avio bridge.

Kata kunci : open frame, Tie-Beam, immediately settlement. differensial settlement.

1. PENDAHULUAN

Tinjauan Umum

Proyek pengembangan Bandar Udara

Internasional Sepinggan, Balikpapan merupakan salah

satu dari sekian banyak proyek pengembangan bandara

terbesar. Bandar Udara Internasional Sepinggan dapat

dikatakan sebagai salah satu bandara tersibuk yang

memiliki frekuensi penerbangan yang padat dan terus

meningkat.

Bandara Sepinggan pada tahun 2010 melayani 5,1

juta penumpang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata

per tahun sebesar 16,6% dalam 5 tahun terakhir.

Jumlah penumpang telah melampaui kapasitas terminal

sehingga dapat mengganggu kenyamanan para

pengguna jasa serta tidak kondusif bagi keselamatan

dalam bidang penerbangan. Tabel 1. menunjukan

fasilitas yang tersedia untuk saat ini dan rencana

pengembangan akan datang.

Page 43: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

40

Tabel 1. Fasilitas dan Rencana Pengembangan Bandara Sepinggan

Fasilitas Saat Ini Yang Akan Datang

Terminal 14.547 m2 110.000 m2

Kapasitas 1.700.000 pax/th 10.000.000 pax/th

Area Komersil 3.908 m2 33.000 m2

Apron 100.372 m2 131.372 m2

Konsep Terminal 1 level 2 level

Aviobridge - 11 unit

Check in Counter 25 72

Immigration Counter 2 8

Baggage Handling System Manual Shorter Conveyor with Barcode Reader

Baggage Claim Conveyor 3 unit 8 unit

Fasilitas Saat Ini Yang Akan Datang

Terminal 14.547 m2 110.000 m2

Kapasitas 1.700.000 pax/th 10.000.000 pax/th

Area Komersil 3.908 m2 33.000 m2

Apron 100.372 m2 131.372 m2

Konsep Terminal 1 level 2 level

Aviobridge - 11 unit

Check in Counter 25 72

Immigration Counter 2 8

Baggage Handling System Manual Shorter Conveyor with Barcode Reader

Baggage Claim Conveyor 3 unit 8 unit

Sistem Oprasional Terminal Manual AIMS (Airport Integrated Master

System)

Parkir Saat Ini Yang Akan Datang

Mobil 473 srp 2310 srp

Bis 14 srp 22 srp

Taksi 40 srp 120 srp

Motor 220 srp 300 p

(Sumber; Data Proyek Pengembangan Bandara Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Konsep Perencanaan Proyek

Konsep perencanaan secara umum

pengembangan Bandar Udara Sepinggan mengacu

pada dua hal dasar, pertama bandara ini direncanakan

dapat menampung hingga 10 juta penumpang per

tahun. Kedua mengacu kepada pengelolahan area dan

alur penumpang yang efektif, efisien, dan memberikan

kenyamanan bagi para pengguna jasa bandara.

Gambar 1. memberikan gambaran landside

perencanaan pengembangan Bandara Sepinggan.

Gambar 1. Landside Perencanaan Pengembangan Bandara

Sepinggan

(Sumber; Dokumentasi Proyek Pengembangan Bandara

Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Page 44: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

41

Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek

Bandara ini dibangun dalam 3 paket

pembangunan. Paket pertama meliputi design and

build gedung penunjang dan fasilitas-fasilitas bandara

lainnya. Paket kedua meliputi pembangunan gedung

terminal dan fasilitas penunjang lainnya. Paket ketiga

meliputi pekerjaan infrastruktur dan fasilitas

penunjang. Paket ketiga meliputi pekerjaan

infrastruktur dan fasilitas penunjang.

Tahapan Pelaksanaan Proyek

Pelaksanaan proyek pembangunan bandara ini

dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama merupakan

tahap pengerjaan paket I yang dimulai dengan blocking

area antara area bandara existing dengan area proyek

agar operasi bandara eksisting tidak terganggu. Tahap

ini dilengkapi dengan pembangunan gedung penunjang

baru yakni gedung kargo, EMPU (Ekspedisi Muatan

Pesawat Udara), dan hanggar. Tahap pertama ini juga

melakukan renovasi lantai 2 terminal lama, membuat

jalan akses baru, membuat apron kargo. Pekerjaan

paket I juga melakukan pembongkaran gedung

penunjang eksisting yang ada di tapak bangunan

terminal dan gedung parkir, membongkar gedung

VVIP, dan pemindahan area parkir inap.

Tahap kedua merupakan pelaksanaan atau

gabungan dari paket II dan paket III. Pembangunan

gedung terminal baru (paket II), gedung parkir,

pekerjaan jalan, landscape, dan fly over (paket III)

terjadi pada tahap kedua ini.

Pelaksanaan Struktur Bangunan Terminal

Pada Gambar 2 menunjukan Struktur Bangunan

Proyek Pengembangan Bandara Internasional

Sepinggan Balikpapan dikerjakan dengan struktur open

frame beton bertulang konvensional, jarak antar kolom

arah sumbu X (Timur-Barat) adalah 15,00 m. arah Y

(Utara-Selatan) juga 15,00 m. bentang Atap Utama

60,00 m. Keseluruhan proses pelaksanaan dikerjakan

sesuai dengan posedur baik dalam pengujian material

maupun pengujian dalam pelaksanaan sebagai upaya

kontrol kualitas.

Gambar 2. Pelaksanaan Gedung Terminal Bandara

Balikpapan

(Sumber; Dokumentasi Proyek Pengembangan Bandara

Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Gambar 3. Pelaksanaan Gedung Terminal Bandara

Balikpapan zone 1

(Sumber; Dokumentasi Proyek Pengembangan Bandara

Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Gambar 4. Pelaksanaan Gedung Terminal Bandara

Balikpapan zone 3

(Sumber; Dokumentasi Proyek Pengembangan Bandara

Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Page 45: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

42

Gambar 5. Pelaksanaan Gedung Terminal Bandara

Balikpapan zone 5

(Sumber; Dokumentasi Proyek Pengembangan Bandara

Sepinggan /PPBIS Balikpapan)

Gambar 3 menunjukkan pelaksanaan

pembangunan Terminal Bandara pada zone 1, Gambar

4 menunjukkan pelaksanaan pembangunan Terminal

Bandara pada zone 3, Gambar 5 menunjukkan

pelaksanaan pembangunan Terminal Bandara pada

zone 5,

Proses Pelaksanaan pekerjaan struktur banyak metoda

yang dapat diterapkan dalam rangka mempercepat

proses pelaksanaan pembangunan, tetapi semua

metoda itu tentunya berlandaskan kepada semua

peraturan perencanaan gedung Indonesia atau referensi

lain yang berlaku secara internasional. Variasi metoda

tersebut meliputi asumsi dalam melakukan modeling

perhitungan dan metoda pelaksanaan dimungkinkan

karena perkembangan teknologi material dan

equipment yang sangat pesat.

Permasalahan

Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan

pembangunan Terminal Bandara ini adalah:

Bagaimana metoda pelaksanaan pekerjaan struktur

yang dapat diterapkan untuk mempercepat proses

pelaksanaan pembangunan dalam kondisi kesiapan

lahan persegmen serta banyaknya jalur M/E yang tidak

dapat diputus dan dipindahkan, tetapi semua metoda

itu tentunya berlandaskan kepada semua peraturan

perencanaan gedung Indonesia atau referensi lain yang

berlaku secara internasional.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimalkan

sistem struktur karena kondisi tanah yang baik dengan

tujuan mempercepat waktu pelaksanaan

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini

secara khusus adalah sebagai bahan masukan bagi

perencana dan pelaksana konstruksi mengenai perilaku

Tie Beam , secara umum sebagai bahan referensi bagi

dunia kerja dan pendidikan mengenai metode

percepatan pelaksanaan dengan pengurangan struktur

Tie-Beam yang dapat dilakukan dan diterapkan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan analisis kondisi

tanah berdasarkan hasil uji dan permodelan

menggunakan analisis program komputasi permodelan

ETABS 2013 - 3D. Hasil analisis yang diperoleh

berupa Output dari Program ETABS sebagai dasar

pemilihan metode pengurangan Tie- Beam.

3. PEMBAHASAN PENELITIAN

Kondisi Tanah

Kondisi tanah secara umum :

lapisan permukaan (0 sampai 3 m.) merupakan tanah

pasir kelempungan dengan warna coklat muda keputih-

putihan. Plastisitas rendah dan kepadatan sedang.

Lapisan kedua (3 sampai 6 m.) merupakan tanah

lempung kepasiran dengan sisipan batu bara. Bersifat

lepas dengan kepadatan sedang sampai sangat padat.

Lapisan ketiga yang merupakan lapisan tanah keras

(hard layer).

Modeling Struktur

Model struktur terminal Bandara Sepinggan

adalah Rangka terbuka (open frame) dengan asumsi

gaya lateral dipikul oleh kolom dan balok dimana plat

lantai sebagai rigid diapraghma yang menyalurkan

gaya lateral ke kolom. Plat lantai hanya menahan gaya

gravitasi dari beban mati dan hidup. Tie-Beam

diperlukan untuk menahan perbedaan penurunan

(differensial settlement) dan pengaku kolom.

Permodelan struktur dilakukan dengan bantuan

software 3D ETABS 2013 dengan data pembebanan

sesuai beban rencana. Perhitungan terhadap beban

Page 46: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

43

Gempa juga dilakukan untuk gempa wilayah 2 sesuai

SNI Gempa 1726. Hasil permodelan ditampilkan

dalam Gambar permodelan ditampilkan dalam Gambar

4. berupa review desain struktur terhadap pembebanan

dan Gambar 5. Pembeban akibat Gempa pada zona 2.

Gambar 4. Review desain struktur terhadap pembebanan.

Gambar 5. Pembebanan Gempa

Hasil Permodelan Struktur

Permodelan struktur dilakukan dengan bantuan

software 3D ETABS 2013 dengan data pembebanan

sesuai beban rencana. Perhitungan terhadap beban

Gempa juga dilakukan untuk gempa wilayah 2 sesuai

SNI Gempa 1726. Hasil permodelan ditampilkan

dalam Gambar 4. berupa review desain struktur

terhadap pembebanan dan Gambar 5. Pembebanan

Gempa.

Page 47: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

44

Gambar 6. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-1

Tabel 2. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-1

Gambar 6 menunjukkan permodelan struktur 3D berdasarkan review desain dengan meghilangkan Tie-Beam pada

area tengah bangunan Block-1 dan Tabel 2 menunjukan nilai dari gaya yang bekerja pada kolom Block-1. Momen

yang terjadi pada K.1-3 dan K.1-4 as C lantai Ground sebesar -12102 kN.m. sehingga menyebabkan kolom

diperbesar dimensinya dari diameter 100 cm menjadi diameter 130 cm.

Page 48: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

45

Gambar 7. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-4

Tabel 3. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-4

Gambar 7 menunjukkan permodelan struktur 3D berdasarkan review desain dengan meghilangkan Tie-Beam pada

area tengah bangunan Block-4 dan Tabel 3 menunjukan nilai dari gaya yang bekerja pada kolom Block-4. Momen

yang terjadi pada K.4-4 as C lantai Ground sebesar -12897 kN.m. sehingga menyebabkan kolom diperbesar

dimensinya dari diameter 100 cm menjadi diameter 110 cm.

Page 49: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

46

Gambar 8. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-6

Gambar 8 menunjukkan permodelan struktur 3D berdasarkan review desain dengan meghilangkan Tie-Beam pada

area tengah bangunan Block-6 dan Tabel 4 menunjukan nilai dari gaya yang bekerja pada kolom Block-6.

Momen yang terjadi pada K.6-1 as H,H’,H” lantai Upper sebesar 4403 kN.m. dan pada K.6-1 as H,H’,H” lantai

Upper Mezzanine sebesar 2173 kN.m. sehingga menyebabkan kolom diperbesar dimensinya dari diameter 80 cm

menjadi diameter 130 cm.

Tabel 4. Resume Gaya pada Kolom Beton Block-6

Page 50: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

47

Tabel 5. Ultimate Bearing Capasity Prediction by

Chin Method

Setelah dilakukan analisis tidak ada potensi

perbedaan penurunan disebabkan karena :

Pondasi aman dari penurunan karena berada

ditanah keras (adanya pre-boring), dengan kata

lain tiang pancang masuk dalam lapisan tanah

keras (hard layer).

Kondisi tanah didominasi oleh tanah lempung

kepasiran yang hanya memiliki potensi

penurunaan sesaat (immediately settlement),

berarti setelah proses pemancangan tidak ada lagi

penurunan. Pemancangan dilakukan dengan

metoda in-jack pile dengan gaya tekan 2x daya

dukung pile.

Struktur memiliki modul yang seragam yaitu 15 x 15

m, sehingga

tidak ada perbedaan gaya aksial (gaya tekan) pada

kolom yang mengakibatkan adanya perbedaan

penurunan.

Hasil loading test yang dilakukan menunjukan

hasil yang sangat memuaskan dimana daya

dukung tiang pancang spun pile diameter 600 mm

adalah sebesar 110 ton dengan safety factor 3 dan

menunjukan nilai penurunan sesaat (immediately

settlement) sebesar 1 mm.

Optimalisasi dapat dilakukan dengan:

Menghilangkan tie-beam pada kolom tengah yang

relative memiliki beban yang seragam, dan

meningkatkan kekakuan kolom.

Tie beam tetap ada pada perimeter bangunan dan

kolom yang memikul beban terpusat yang besar

seperti rangka atap dan avio bridge.

Percepatan Waktu Konstruksi

Akibat dari kondisi tersebut di atas maka akan

terjadi percepatan waktu konstruksi selama kurang

lebih 30 hari. Disamping itu ada pengurangan resiko

akan terganggunya jaringan existing di bawah tanah

saat pelaksanaan pekerjaan sub structure.

4. KESIMPULAN

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa langkah

percepatan waktu konstruksi dengan jalan

menghilangkan Tie-Beam pada kolom tengah dapat

dilakukan karena tidak ada potensi perbedaan

penurunan disebabkan oleh :

Pondasi aman dari bahaya penurunan karena

berada di dalam lapisan tanah keras (hard layer).

Kondisi tanah didominasi oleh tanah kepasiran

yang memiliki potensi penurunaan sesaat

(immediately settlement).

Struktur memiliki modul yang seragam yaitu 15 x

15 m, sehingga tidak ada perbedaan gaya aksial

(gaya tekan) pada kolom yang mengakibatkan

adanya perbedaan penurunan.

Hasil loading test yang dilakukan menunjukan

daya dukung tiang pancang spun pile diameter 600

mm sebesar 110 ton dengan safety factor 3 dan

menunjukan nilai penurunan sesaat (immediately

settlement) sebesar 1 mm.

DAFTAR PUSTAKA

[1] American Concrete Institute (1997) ACI DESIGN

HANDBOOK, Designed of Structural Reinforced

Concrete Elements in Accordance with the

Strenght Design Methode of ACI 318-95

[2] Dipohusodo,I (1999) Struktur Beton Bertulang

Berdasarkan SK-SNI-T-15-1991-03. Departemen

Pekerjaan Umum RI, PT. Gramedia Pustaka,

Jakarta.

Page 51: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Agus Sugianto1, Andi Marini Indriani2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

48

[3] Nawy, Edward G. (1998). Beton Bertulang Suatu

Pendekatan Dasar. PT. Refika Aditama. Bandung

[4] Park, R. and T. Paulay (1975). Reinforced

Concrete Structures. John wiley & sons, New

York, US.

[5] Wang, Chu-Kia., Charles G. Salmon. (1985).

Reinforced Concrete Design (Fourth edition).

Harper & Row Publishers. New York.

[6] Watanabe, Ken., Mitsuyasu Iwanami, Hiroshi

Yokota, and Junichiro Niwa, (2002). Estimation

of The Localized Compressive Failure Zone of

Concrete by AE Method. Proceeding of the 1st fib

Congress, Osaka, Session 13, October 2002,

pp.117-124.

[7] Wight, James K., James G. MacGregor. (2009).

Reinforced Concrete Mechanics & Desain (Fifth

Edition). Pearson Prentice Hall. New Jersey.

[8] Zararis, Prodomoros D., Ioannis P. Zararis. (2008).

Shear Strength of Reinforced Concrete Beams

under Uniformly Distributed Loads. ACI

Structural Journal, November - Desember 2008.

Page 52: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Erwinsyah1, Waryati2, Ika Meicahayanti3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

49

PEMANFAATAN FILTER DENGAN MEDIA ARANG

KULIT PISANG KEPOK UNTUK PENURUNAN KADAR

BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn)

AIR DANAU PERUMAHAN KAYU MANIS

Erwinsyah

1), Waryati

2), Ika Meicahayanti

3)

1,2.3) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Jalan Sambaliung No. 09, Kampus Gunung Kelua, Samarinda, Kalimantan Timur

ABSTRAK

Dari hasil uji sampel air di laboratorium, air danau Perumahan Kayu Manis mengandung kadar logam besi (Fe) dan

mangan (Mn) yang melebihi ambang batas. Kulit pisang merupakan salah satu limbah dari industri pengolahan

pisang, namun belum dimanfaatkan secara nyata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan

arang kulit pisang dengan variasi ukuran arang dan efektifitasnya sebagai media adsorben terhadap kadar besi dan

mangan dalam air Danau Perumahan Kayu Manis. Tahapan pada penelitian ini meliputi proses pembuatan arang,

pembuatan unit filtrasi, proses filtrasi, serta uji kadar besi dan mangan dalam air di laboratorium. Kulit pisang kepok

diolah menjadi arang aktif melalui proses pirolisis. Variasi ukuran arang yang akan digunakan adalah 4,76 mm, 2,38

mm dan 2 mm. Pengolahan dilakukan dengan metode filtrasi sederhana menggunakan filter tipe saringan cepat

dengan debit 1,78 x 10-2

liter/detik selama 7,6 menit. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan uji laboratorium yang

telah dilakukan pada sampel inlet dan outlet filter dengan media arang ukuran 4,76 mm didapatkan penurunan kadar

besi dengan tingkat efisiensi 59,75% yaitu dari 0,569 mg/liter menjadi 0,229 mg/liter, dan penurunan kadar mangan

dengan tingkat efisiensi 42,18% yaitu dari 0,486 mg/liter menjadi 0,281 mg/liter. Kandungan kadar besi dan

mangan setelah pengolahan di bawah standar baku mutu. Untuk filter dengan media arang ukuran 2,38 mm dan 2

mm tidak dapat diuji karena terjadi penyumbatan atau clogging pada media filter.

Kata Kunci: Kulit Pisang Kepok, Pirolisis, Fe, Mn, Filtrasi

ABSTRACT

From the test results of water samples in the lab, it turns out that Kayu Manis Village Lake water contains high

levels of iron (Fe) and mangan (Mn), which exceeds the quality standar. Banana peel is a waste of banana

processing industry, but has not been used for real. The purpose of this research was to examine the utilization of

banana peel char with various sizes and its effectiveness as an adsorbent media to the levels of iron and mangan in

the water of Kayu Manis Village Lake. Steps in this research include the char making, manufacture of filtration unit,

filtration processes, and levels of iron and mangan in the water test in the laboratory. Kepok banana peel is

processed into activated char through the pyrolysis process. Variations in the size of charcoal to be used is 4.76

mm, 2.38 mm and 2 mm. Processing is done by simple filtration method using a fast-type filter with a debit of 1.78 x

10-2

liters / second for 7.6 minutes. From the research, after laboratory tests that have been conducted on the

sample inlet and outlet filter with char media size of 4.76 mm obtained iron levels decrease with the level of

efficiency 59.75% from 0.569 mg/liter to 0.229 mg/liter, and the decrease of mangan with the efficiency of 42.18%

from 0.486 mg/liter to 0.281 mg/liter. The level of iron and mangan after processing is under quality standard. For

filter with media char size of 2.38 mm and 2 mm can not be tested due to clogging of the filter media.

Keywords: Kepok Banana Peel, Pyrolysis, Fe, Mn, Filtration

Page 53: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Erwinsyah1, Waryati2, Ika Meicahayanti3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

50

1. PENDAHULUAN

Danau Perumahan Kayu Manis Kelurahan

Sempaja Selatan Kota Samarinda merupakan salah

satu sumber air yang dapat dimanfaatkan

keberadaannya, ditambah dengan permasalahan

distribusi air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

yang kurang baik di daerah Perumahan Kayu Manis

tersebut. Dari hasil uji sampel air laboratorium di

UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan

Timur, ternyata air danau Perumahan Kayu Manis

mengandung kadar logam Fe dan Mn yang melebihi

ambang batas yaitu kadar Fe sebesar 0,672 mg/liter

dan Mn sebesar 0,538 mg/liter, sedangkan

berdasarkan standar dari Permenkes No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum disebutkan bahwa kadar

maksimal Besi dalam air adalah 0,3 mg/liter dan

kadar maksimal Mangan adalah 0,4 mg/liter.

Penyerapan karbon aktif adalah metode yang

paling menguntungkan filtrasi logam berat. Dimana

karbon aktif dapat digunakan untuk menyerap

anorganik serta organik yang tercemar. Kulit pisang

juga menjadi salah satu limbah dari industri

pengolahan pisang, namun bisa dijadikan teknologi

dalam penjernihan air. Dengan demikian kulit pisang

dapat dijadikan salah satu alternatif untuk pengolahan

air bersih dan sangat menarik untuk dikembangkan

dalam penelitian. Oleh Karena itu, akan dilakukan

penelitian dengan menggunakan kulit pisang kepok

sebagai media filter untuk mengetahui efektivitas

penurunan kadar besi dan mangan yang terkandung

dalam air.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

persyaratan kualitas air minum, air bersih adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan

dapat diminum apabila telah dimasak, dan air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum.

Air permukaan adalah air yang berada di

sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang

tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal

tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut

watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir

dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan

permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di

sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run

off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal

dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk

wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah.

Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi

tangkapan air disebut catchment basin (Effendi,

2003).

Pirolisis dapat didefinisikan sebagai

dekomposisi thermal material organik pada suasana

inert (tanpa kehadiran oksigen) yang akan

menyebabkan terbentuknya senyawa volatil. Pirolisis

pada umumnya diawali pada suhu 200oC dan

bertahan pada suhu sekitar 450-500oC. Pirolisis suatu

biomassa akan menghasilkan tiga macam produk,

yaitu produk gas, cair, dan padat (char) (Danarto

dkk., 2010).

Menurut Lismawan (2013) suhu pirolisis 250-

300oC merupakan suhu optimal untuk mengahasilkan

arang (char) dari kulit pisang dengan kualitas yang

baik, pirolisis selama 2 jam dapat dikategorikan ke

dalam slow pyrolisis atau pirolisis primer. Arang

yang dihasilkan pada pirolisis ini berwarna hitam dan

tidak terdapat abu pada bagian bawah loyang.

Adsorpsi adalah proses dimana molekul cair

atau gas yang terkonsentrasi pada permukaan yang

solid, dalam hal ini karbon aktif. Ini berbeda dengan

penyerapan, dimana molekul diambil oleh cairan atau

gas. Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai zat yang

mengandung karbon tinggi konten seperti batu bara,

kayu dan batok kelapa. Bahan baku memiliki

pengaruh sangat besar terhadap karakteristik dan

kinerja karbon aktif (Cheremisinoff, 2002).

Pisang kepok (Musa acuminate balbisiana C.)

merupakan produk yang cukup perspektif dalam

pengembangan sumber pangan lokal karena pisang

dapat tumbuh di sembarang tempat sehingga

produksi buahnya selalu tersedia, Kulit buah kuning

kemerahan dengan bintik - bintik coklat (Munadjim,

1988). Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang

kepok (Musa acuminate balbisiana C.):

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberraceae

Genus : Musa

Spesies : Musa acuminate

balbisiana C.

Kulit pisang kepok (Musa acuminate balbisiana

C.) didalamnya mengandung beberapa komponen

biokimia, antara lain selulosa, hemiselulosa, pigmen

klorofil dan zat pektin yang mengandung asam

galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa.

Asam galacturonic menyebabkan kuat untuk

mengikat ion logam yang merupakan gugus fungsi

gula karboksil. Didasarkan hasil penelitian, selulosa

juga memungkinkan pengikatan logam berat. Limbah

kulit daun pisang yang dicincang dapat

dipertimbangkan untuk penurunan kadar kekeruhan

dan ion logam berat pada air yang terkontaminasi.

Hanya butuh sekitar 20 menit untuk mencapai

keseimbangan (Hewett et al., 2011).

Page 54: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Erwinsyah1, Waryati2, Ika Meicahayanti3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

51

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pemanfaatan arang kulit pisang kepok

dengan variasi ukuran sebagai media adsorbsi dalam

penurunan kadar besi dan mangan air danau

menggunakan metode filtrasi dan untuk mengetahui

efektifitas arang kulit pisang terhadap penurunan

kadar besi dan mangan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen

dengan menggunakan arang kulit pisang kepok

sebagai media filtrasi dan untuk sampling

menggunakan metode grab sampling. Setelah

dilakukan sampling maka diperlukan metode analisis

sampel yaitu berdasarkan SNI yang berlaku untuk

masing-masing parameter (besi dan mangan). Uji

kadar besi dan mangan yaitu dengan

Spektrofotometri Serapan Atom-nyala.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kadar nilai parameter besi (Fe) dan mangan (Mn).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ukuran

arang kulit pisang kepok yang digunakan sebagai

media filter air.

Prosedur penelitian dimulai dari pembuatan

reaktor pirolisis dari drum bekas, pembuatan arang

kulit pisang kepok melalui proses pirolisis pada suhu

250˚-300˚C selama 2 jam, pembuatan filter air

dengan ukuran tinggi 1 meter dan diameter 10,16 cm

dengan media arang kulit pisang kepok setinggi 70

cm dengan ukuran 4,76 mm, 2,38 mm, serta 2 mm

yang berfungsi sebagai media adsorben dan kerikil

batu alam setinggi 30 cm yang berfungsi sebagai

media penyangga, melakukan uji pendahuluan pada

filter air untuk menghindari kendala yang timbul

pada saat proses filtrasi. Selanjutnya dilakukan

proses filtrasi air sampel melalui filter yang telah

dibuat sesuai rancangan dengan debit 1,76 x 10-2

liter/detik dengan waktu kontak 7,6 menit sebanyak 3

kali pengulangan dengan interval pengulangan 10

menit.

Analisis data yang dilakukan terhadap nilai-nilai

parameter sampel air yaitu Logam besi (Fe) dan

mangan (Mn) dilakukan dengan menggunakan nilai

pada masing-masing parameter yang diuji dan

dibandingkan dengan Standar Baku Mutu. Rumus

berikut digunakan untuk mengetahui kemampuan

kulit pisang kepok terhadap parameter yang di uji :

Keterangan :

Ep = Efisiensi kemampuan penurunan

N0 = Nilai Parameter Sebelum Pengolahan (inlet)

N1 = Nilai Parameter Setelah Pengolahan (outlet)

3. PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Pada penelitian ini pada saat proses uji

pendahuluan didapatkan bahwa pada filter dengan

ukuran media arang 2,38 mm dan 2 mm debit yang

dihasilkan pada outlet sangat kecil menurun drastis

dari debit pada inlet sehingga tidak masuk dalam

kategori saringan cepat dan tidak memungkinkan

untuk diambil sampel pada outlet, oleh karena itu

filter yang dipakai pada penelitian ini hanya filter

dengan ukuran media arang 4,76 mm.

Dari hasil analisis uji laboratorium untuk kadar

besi dan mangan sebelum perlakuan menggunakan

filter dengan media arang ukuran 4,76 mm diperoleh

hasil pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Air Danau

Perumahan Kayu Manis

Pengulangan Ke-

Kadar Besi di

Inlet

(mg/l)

Kadar Mangan di Inlet (mg/l)

I 0,585 0,489

II 0,590 0,494

III 0,532 0,474

Nilai Kadar besi pada inlet dan outlet beserta

efisiensi penurunan kadar besi dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 2. Efisiensi Penurunan Kadar Besi dengan

Media Arang Ukuran 4,76 mm

Pengulangan

Ke-

Kadar Besi di Inlet

(mg/l)

Kadar Besi di Outlet

(mg/l)

Efisiensi

(%)

I 0,585 0,215 63,25

II 0,590 0,224 62,03

III 0,532 0,247 53,57

Rata - rata 0,569 0,229 59,75

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar besi pada

air mengalami penurunan setelah melalui filtrasi.

Gambar 4.1 menunjukkan kadar besi setelah melalui

proses filtrasi.

Page 55: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Erwinsyah1, Waryati2, Ika Meicahayanti3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

52

Gambar 1. Grafik Hubungan Penurunan Kadar Besi pada

Inlet dan Outlet Filter dengan Media Arang Ukuran 4,76

mm

Nilai kadar mangan pada inlet dan outlet beserta

efisiensi penurunan kadar mangan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Efisiensi Penurunan Kadar Mangan dengan

Media Arang Ukuran 4,76 mm

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa kadar mangan

pada air mengalami penurunan setelah melalui

filtrasi. Gambar 2 menunjukkan kadar mangan

setelah melalui proses filtrasi.

Gambar 2. Grafik Hubungan Penurunan Kadar Mangan

pada Inlet dan Outlet Filter dengan Media Arang Ukuran

4,76 mm

Pengaruh Arang Kulit Pisang Terhadap

Penurunan Kadar Besi

Pada Tabel 2 menunjukkan penurunan kadar

besi dalam sampel air sebelum dan setelah

pengolahan. Pada sampel awal di inlet sebelum

pengolahan, kadar besi yang terkandung dengan nilai

rata-rata sebesar 0,569 mg/liter dan setelah

pengolahan mengalami penurunan kadar besi dengan

nilai rata-rata sebesar 0,229 mg/liter dengan nilai

rata-rata efisiensi penurunan sebesar 59,75%. Dari

penelitian ini dapat dilihat penurunan kadar besi pada

air danau setelah dilakukan pengolahan dengan

proses adsorbsi menggunakan adsorben arang kulit

pisang kepok melalui metode filtrasi sederhana.

Pada perairan alami, besi berikatan dengan

anion membentuk senyawa FeCl2, Fe(HCO3), dan

Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi

keperluan domestik, pengendapan ion ferri dapat

mengakibatkan warna kemerahan pada porselin, bak

mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi

meningkat dengan menurunnya pH. Sumber besi di

alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3),

magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite

(HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3]. Senyawa besi pada

umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak

terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga

terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang

bersifat mudah larut dalam air (Effendi, 2003).

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat kadar besi

dalam air setelah pengolahan menggunakan adsorben

arang kulit pisang kepok mengalami penurunan kadar

besi dengan nilai rata-rata 0,229 mg/liter, sehingga

telah memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan

air minum yaitu yaitu 0,3 mg/liter berdasarkan

Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

Pengaruh Arang Kulit Pisang Terhadap

Penurunan Kadar Mangan

Pada Tabel 3 terlihat penurunan kadar mangan

dalam sampel air sebelum dan setelah pengolahan.

Pada sampel awal di inlet sebelum pengolahan kadar

mangan yang terkandung dengan nilai rata-rata

adalah sebesar 0,486 mg/liter dan setelah pengolahan

mengalami penurunan kadar mangan dengan nilai

rata-rata sebesar 0,281 mg/liter dengan nilai rata-rata

efisiensi penurunan sebesar 42,18%. Dari penelitian

ini dapat dilihat penurunan kadar mangan pada air

danau setelah dilakukan pengolahan dengan proses

adsorbsi menggunakan adsorben arang kulit pisang

kepok melalui metode filtrasi sederhana. Proses

filtrasi dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan

untuk mendapatkan rata-rata dari hasil yang didapat

agar lebih akurat.

Pengulangan

Ke-

Kadar Mangan di

Inlet

(mg/l)

Kadar Mangan di

Outlet

(mg/l)

Efisiensi

(%)

I 0,489 0,274 43,97

II 0,494 0,278 43,73

III 0,474 0,290 38,82

Rata - rata 0,486 0,281 42,18

Ka

da

r F

e (

mg

/l)

0.585 0.59

0.532

0.215 0.2240.247

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

I II III

Inlet

Outlet

Pengulangan Ke-

Ka

da

r M

n (

mg

/l)

0.489 0.4940.474

0.274 0.278 0.29

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

I II III

Inlet

Outlet

Pengulangan Ke-

Page 56: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Erwinsyah1, Waryati2, Ika Meicahayanti3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

53

Mangan (Mn) adalah kation logam yang

memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi.

Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+

) dan

manganik (Mn4+

). Kadar mangan pada kerak bumi

sekitar 950 mg/kg. Sumber alami mangan adalah

pyrolusite (MnO2), rhodocrosite (MnCO3), manganite

(Mn2O3.H2O), hausmannite (Mn3O4), biotite mica

[K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2], dan amphibole

[(Mg,Fe)7Si8O22(OH)2]. Kadar mangan pada perairan

air tawar sangat bervariasi, antara 0,002 mg/liter

hingga lebih dari 4,0 mg/liter. Pada air minum kadar

mangan maksimum adalah 0,4 mg/liter. Perairan

yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk

tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki kadar

mangan sekitar 0,2 mg/liter, sedangkan untuk tanah

yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mg/liter.

Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat

mengendalikan kadar unsure toksik di perairan,

misalnya logam berat. Jika dibiarkan di udara terbuka

dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar

mangan (Mn2+

) tinggi (lebih dari 0,01 mg/liter) akan

membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi

Mn2+

menjadi Mn4+

. Koloid ini mengalami presipitasi

membentuk warna cokelat gelap sehingga air menjadi

keruh.

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat kadar

mangan dalam air setelah pengolahan menggunakan

adsorben arang kulit pisang kepok mengalami

penurunan kadar mangan dengan nilai rata-rata 0,281

mg/liter, sehingga telah memenuhi persyaratan

kualitas air bersih dan air minum yaitu yaitu 0,4

mg/liter berdasarkan Permenkes No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum.

4. KESIMPULAN

Dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan

terhadap sampel outlet filter dengan media arang

ukuran 4,76 mm dihasilkan kadar besi dalam air yang

sudah dibawah baku mutu dengan nilai rata-rata

0,229 mg/liter, dan kadar mangan dalam air yang

sudah dibawah baku mutu dengan nilai rata-rata

0,281 mg/liter, sedangkan untuk filter dengan ukuran

media arang 2,38 mm dan 2 mm tidak dapat diuji

karena terjadi penyumbatan atau clogging pada

media filter. Adsorben arang kulit pisang kepok dapat

menurunkan kadar besi dalam air danau Perumahan

Kayu Manis dengan tingkat efisiensi sebesar 59,75%

yaitu dari 0,569 mg/liter menjadi 0,229 mg/liter, dan

kadar mangan dengan tingkat efisiensi sebesar

42,18% yaitu dari 0,486 mg/liter menjadi 0,281

mg/liter.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Chereminisoff, N. P., 2002, Handbook of Water

and Wastewater Treatment Technologies,

Butterworth-Heinemann, United States of

America

[2]. Danarto, Y. C., Utomo P. B., & Sasmita, F.,

2010, Pirolisis Limbah Serbuk Kayu dengan

Katalisator Zeolit, Prosiding Seminar Nasional

Teknik Kimia Kejuangan Pengembangan

Teknologi Kimia Pengolahan Sumber Daya

Alam Indonesia, Yogyakarta

[3]. Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air, Bagi

Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan, Kanisius, Yogyakarta

[4]. Harja, E. J., 2013, Efektifitas Kulit Pisang

Kepok (Musa Acumminate) sebagai Teknologi

Filter Penjernihan Sederhana Terhadap Air

Yang Tercemar Tembaga (Cu) dan Timah (Pb),

http/:endrajuniharja.blogspot.com (diakses pada

tanggal 20 November 2015)

[5]. Hewett, Emma, Stem A. and Mrs. Wildfong,

2011, Banana Peel Heavy Metal Water Filter.

http://users.wpi.edu

[6]. Lismawan, F., 2013, Pemanfaatan Sampah Kulit

Pisang Menjadi Char dengan Proses Pirolisis,

Universitas Mulawarman, Samarinda

[7]. Munadjim, 1988, Teknologi Pengolahan Pisang,

PT. Gramedia, Jakarta

[8]. Noorhandoyo, D.A., 2011, Penurunan Kadar

Besi dan Penetralan pH Air Sumur Bor dengan

Adsorben Arang Aktif, Universitas

Mulawarman, Samarinda

[9]. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum

[10]. Rahayu, T. 2004, Karakteristik Air Sumur

Dangkal di Wilayah Kartasura dan Upaya

Penjernihannya, Universitas Muhammadiyah,

Surakarta

[11]. Sembiring, M.T., Sinaga T.S., 2003, Arang

Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya),

Universitas Sumatera Utara, Medan

Page 57: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dewi Setyawati1, Sulardi2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

54

KESELAMATAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

FASILITAS LAYANAN UMUM DENGAN READINESS

FASILITAS TANGGAP DARURAT

Dewi Setyawati

1),, Sulardi

2)

1 Mahasiswa Prodi D4-K3 Universitas Balikpapan 2 Dosen Prodi D4-K3 Universitas Balikpapan

[email protected] 1), [email protected] 2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran keselamatan konstruksi dengan kondisi aktual ketersediaan

dan kesiapan (readiness) fasilitas layanan tanggap darurat di lingkungan bangunan gedung PT. PLN (Persero) Area

Balikpapan. Metode penelitan yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan studi kasus berdasarkan regulasi standar Permen PU No. 26 Tahun 2008. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ketersediaan dan kesiapan fasilitas layanan gawat darurat secara aktual pada kondisi cukup, namun

memerlukan masih perbaikan. Hasil penelitian juga merekomendasikan agar PT. PLN (Persero) Area Balikpapan

dapat mereplikasi prosedur dan aplikasi fasilitas gawat darurat dari industri BUMN sejenis dengan role model

perusahaan industry Migas PT.Pertamina RU V Balikpapan.

Kata kunci : Keselamatan konstruksi, fasilitas layanan gawat darurat, readine

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Konstruksi gedung fasilitas layanan umum

didesain secara khusus dengan dilengkapi fasilitas

pelengkap terhadap latanan potensi-potensi bahaya

agar bila terjadi kondisi darurat semua pekerja, personil

dan orang-orang yang ada didalam bangunan gedung

dapat dievakuasi dengan baik dan aman. Kondisi

darurat adalah kondisi genting saat terjadi bencana

kebakaran atau gempa bumi sehingga bangunan

gedung dalam bahaya dan ada kemungkinan terjadi

kegagalan bangunan yang membahayakan manusia,

peralatan dan bahan-bahan yang ada didalam bangunan

gedung. Untuk itu pada konstruksi bangunan gedung

yang digunakan untuk layanan fasilitas umum seperti

PT.PLN (Persero) yang mempunyai jumlah karyawan

cukup banyak dan jumlah relasi yang cukup banyak

pula memerlukan fasilitas tanggap darurat yang

memadai. Oleh karena itu pentingnya bagi pekerja dan

relasi didalam bangunan gedung untuk mendapatkan

informasi jika terjadi kondisi darurat demi mencegah

dan meminimalisir terjatuhnya korban jiwa akibat

keadaan darurat tersebut.

Permasalahannya adalah, dari hasil pengamatan

visual terhadap fasilitas layanan darurat di lokasi

diketahui adanya beberapa fasilitas layanan darurat

yang tidak tersedia dan tidak sesuai ketentuan sehingga

dikategorikan sebagai kondisi sub standard dan unsafe

condition. Dampak permasalahan tersebut adalah

secara kualitas fasilitas layanan kondisi darurat pada

kondisi sub standard, secara cost berpotensi

menimbulkan losses akibat terjadi kecelakaan yang

memerlukan biaya cukup besar, secara delivery tidak

terpemuhinya fasilitas kelengkapan bangunan gedung,

secara safety ada potensi kecelakaan saat terjadi

keadaan darurat dan secara moral adanya beban moral

pada pekerja yang bertanggung jawab terhadap

keselamatan dan keamanan gedung.

Dengan hal tersebut maka penelitian ini penting

dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai

pentingnya fasilitas tanggap darurat didalam gedung

layanan umum seperti di lokasi penelitian. Target yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah diperolehnya

data-data penting terkait fasilitas keselamatan dan

kondisi darurat dilingkungan kantor operasi PLN

sehingga dapat memberikan gambaran obyektif

terhadap readiness fasilitas tanggap darurat yang dapat

digunakan dengan baik sewaktu-waktu terjadi kondisi

darurat di kantor operasi PLN.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan

masalah tersebut diatas , maka dapat dirumuskan

permasalahan, Apakah Sistem Penanggulangan

Tanggap darurat, operasional bangunan gedung dan

Page 58: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dewi Setyawati1, Sulardi2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

55

terutama Fasilitas Tanggap Darurat kebakaran sudah

sesuai dengan standard keselamatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penetian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menggambarkan tentang

prosedur dan readiness layanan tanggap darurat

kebakaran dilingkungan PT. PLN (Persero) area

Balikpapan. Diharapkan pula dari penelitian ini adalah

diperolehnya pengetahuan baru dan manfaat praktis

yang merupakan jawaban atas rumusan masalah

penelitian yang kelak akan menjadi bahan

pertimbangan aplikasi dari berbagai pihak. Dari hasil

penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif yang dapat dipergunakan dalam

implementasi tanggap darurat di lingkungan PT. PLN

(Persero) area Balikpapan. Lebih lanjut dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

para pengambil keputusan di lingkungan PT. PLN

(Persero) Area Balikpapan di dalam implementasi

tanggap darurat yang lebih baik dimasa mendatang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Darurat

Menurut departemen tenaga kerja (2003) keadaan

darurat merupakan situasi atau kejadian yang sudah

normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu

kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi.

Adapun penyebab keadaan darurat antara lain karena

bencana alam (natural disaster) seperti banjir,

kekeringan, angin topan, gempa bumi dan petir, karena

terjadi kegagalan teknis, seperti pemadaman listrik,

kebocoran nuklir, peristiwa kebarakan atau ledakan dan

kecelakaan lalu lintas, dank arena huru hara seperti

perang, kerusuhan.

Keadaan darurat dapat dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu keadaan Darurat Tingkat 1 (Tier 1),

adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam

jiwa manusia dan harta benda (asser) yang secara

normal dapat diatasi oleh personel jaga dari suatu

instansi atau pabrik dengan menggunakan prosedur

yang telah dipersiapkan tanpa perlu adanya perlu

bantuan yang di konsinyalir. Keadaan darurat tipe ini

termasuk dalam sumber saja), kerusakan asset dan luka

korban terbatas, dan penanganannya cukup dilakukan

oleh petugas yang ada diperusahaan. Akan tetapi, pada

tipe ini kemungkinan timbulnya bahaya yang lebih

besar dapat terjadi. Untuk itu, program pelatihan yang

bermutu, konsisten, dan teratur sangat diperlukan untuk

mencegah bahaya yang lebih besar. Keadaan Darurat

Tingkat II (Tier II) adalah suatu kecelakaan besar

dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan

peralatan dan material yang tersedia diinstansi

perusahaan tersebut tidak lagi mampu mengendalikan

keadaan darurat seperti kebakaran besar, ledakan

dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar

sumur minyak/fas dan lain-lain, yang mengancam

nyawa manusia/ lingkungannya dan atau assets dan

instalasi/ pabrik tersebut dengan dampak bahaya atas

karyawan/ daerah/ masyarakat sekitarnya. Batuan

tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri

sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat

sekitarnya.

Keadaan darurat yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah suatu kecelakaan atau bencana besar yang

mempunyai konsekuensi (a) terjadi beberapa korban

manusia (b) dapat merusak dan melumpuhkan kerugian

instalasi/pabrik (c) dapat merusak harta benda pihak

lain didaerah setempat dan diluar daerah instalasi (d)

tidak dapat dikendalikan oleh tim tangap darurat dan

dalam pabrik itu sendiri, bahkan harus minta bantuan

pihak luar. Keadaan darurat tingkat III adalah keadaan

darurat berupa malapetaka/ atau bencana dahsyat

dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II

dan memerlukan bantuan, koordinasi kepada tingakat

nasional.

Darurat Kebarakaran

Kebakaran ialah suatu rekasi oksdasi eksotemis

yang berlangsung dari suatu bahan yang disertai

dengan timbulnya nyala api atau penyalaan, Menurut

NFPA kebakaran sebagai peristiwa oksidasi dimana

bertemunya tiga buah unsur yaitu bahann yang

terbakar, oksigen yang terapat diudara dan panas yang

dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda

atau cedera bahkan kematian kematian manusia.

Kebakaran secara umum juga dapat diartikan sebagai

peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak

terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa

maupun harta benda.

Fenomena terjadinya kebakaran yang dapat

diamati, antara lain (a) terjadi tidak diduga sebelumnya

(b) bermula dari api relatif kecil (c) ada faktor/unsur

yang memicunya (d) api kebakaran akan meluas dan

besar ke semua arah secara radiasi, konveksi dan

konduksi (e) kegagalan penanggulangan kebakaran

akibat reaksi lambat dalam operasi pemadaman (f) api

yang terkendali mengakibatkan kerugian harta benda,

kecelakaan yang membawa manusia, hilangnya

lapangan kerja, penderitaan dan lain-lain. Timbulnya

kerugian dan segala akibat yang ditimbulinkan,

sebabkan adanya ketimpangan antara lain (a) tidak ada

deteksi atau alarm (b) sistem deteksi/alarm tidak

berfungsi (c) alat pemadam api tidak sesuai/tidak

memadai (d) alat pemadam api tidak berfungsi, dan (e)

sarana evakuasi tidak tersedia dan lain-lain.

Page 59: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dewi Setyawati1, Sulardi2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

56

3. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero)

Area Balikpapan, tepatnya PLN Area pemasaran

Balikpapan yang memiliki area layanan untuk wilayah

Kota Balikpapan yang terdiri dari wilayah Balikpapan

Kota, Balikpapan Timur, Balikpapan Barat, Balikpapan

Tengah, Balikpapan Selatan dan wilayah pemasaran

Balikpapan Utara. Kantor Layanan PLN ini melayani

penjualan listrik kepada masyarakat, industri, sosial,

pemerintah, instansi dan badan-badan usaha lain yang

memiliki mketergantungan dengan pasokan listrik dari

PLN.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskripsi yakni deskripsi permasalahan, rumusan,

standard dan rujukan baku yang dijadikan referensi

adalah peraturan dan regulasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah dan kementrian yang selanjutnya dijadikan

pedoman standar baku secara umum di Indonesia.

Untuk kepentingan penelitian ini maka perolahan data

dalam penelitian ini menggunakan metode

pengamatan, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan

atau pengetahuan dari makhluk hidup maupun proses

dalam kehidupan tersebut. Pengamatan (observasi)

dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Metode wawancara dalam penelitian ini adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitan dengan

cara tanya jawab sambil bertahap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan dengan si penjawab

atau responden. Metode lain untuk memperoleh data

penelitian adalah dengan dokumentasi. Dokumnetasi

yaitu catatan perintiwa yang sudah belalu. Domunta

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental. Dokumentasi yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), kriteria, biografi, peraturan dan kebijakan.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis tingkat penerapan sistem tanggap darurat

kebakaran dan upaya penanggulangan kebakaran.

Analisis data dalam penelitian ini meliputi organisasi

tanggap darurat dibandingkan dengan NFPA 10 (Life

Safety Code) dan prosedur tanggap darurat

dibandingkan dengan NFPA 101 (Life Safety Code).

Sedangkan untuk mengetahui seberapa persen

pemenuhan sarana penyelamat jiwa kebakaran, yang

kemudian dibandingkan dengan standar acuan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26 Tahun

2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi

Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan,

diantaranya mencakup (a) Jalur evakuasi (b) pintu

darurat (c) tangga darurat (d) , dan (e) tempat

berhimpun dan berkumpul jika terjadi darurat.

Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

studi kasus yakni kasus fasilitas layanan darurat pada

gedung operasional PT. PLN Area Balikpapan yang

merupakan fasilitas gedung layanan terhadap relasi

kelistrikan di wilayah kota Balikpapan. Studi kasus ini

dipilih karena operasi layanan penjualan kelistrikan

adalah salah satu kebutuhan dasar masyarakat dan

dipastikan bahwa kegiatan operasional dilingkungan

gedung PT.PLN (Persero) Area Balikpapan selain

diperuntukan bagi karyawan PLN juga terdapat relasi-

relasi dan sub kontraktor yang terkait dengan

penyediaan dan ketersediaan kelistrikan di kota

Balikpapan. Dengan jumlah yang demikian banyak

orang didalm bangunan gedung tersebut jika sewaktu-

waktu terjadi bahaya dan darurat kebakaran maka

pekerja dan relasi yang ada didalam gedung harus

dievakuasi denga baik dan aman tanpa terjadi

kepanikan dan kecelakaan.

Demikian pula dengan teridentifikasinya fasilitas

layanan kondisi darurat di lingkungan gedung PT. PLN

(Persero) Area Balikpapan maka dapat diketahui

bagaimana readiness atau kesiapan PT. PLN (Persero)

Area Balikpapan jika sewaktu-waktu terjadi darurat

kebakaran atau darurat bencana alam yang

mengharuskan pekerja dan relasi dievakuasi dengan

fasilitas layanan darurat yang dapat berfungsi dengan

baik dan aman.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesiapan Keadaan Darurat

Upaya yang di lakukan PLN area Balikpapan

dalam menangani potensi keadaan darurat adalah

masing-masing manajemen atau yang mewakili

mengidentifikasi keadaan darurat yang potensial di

dalam maupun luar tempat kerja serta menerbitkan

prosedur untuk menanggapi keadaan darurat, prosedure

yang telah dibuat telah diuji secara berkala serta tiap

pekerja wajib mendapatkan pelatihan mengenai

prosedur keadan darurat.

Setiap alat dan sistem tanda bahaya keadaan

darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala.

Tamu dan relasi yang berada diwilayah kerja PLN area

Balikpapan wajib Melaporkan kedatangan dan

kepergiannya kepada petugas security dan melaporkan

barang bawaan dari ataupun keluar unit Serta

Mendapat izin tertulis dari pimpinan unit kerja jika

memasuki wilayah kerja yang berbahaya dan atau

melakukan pekerjaan di wilayah kerjanya.

Page 60: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dewi Setyawati1, Sulardi2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

57

Managemen Tanggap Darurat

Berdasarkan data sekunder, PT PLN (Persero)

Area Balikpapan telah memiliki organisasi tanggap

darurat. Pemenuhan Organisasi Tanggap Darurat PT

PLN area Balikpapan menurut standar National Fire

Protection Association (NFPA) 10 adalah sebagai

berikut :

1. Kondisi secara aktual, terdapat tim

penanggulangan kebakaran

2. Kondisi secara aktual, terdapat organisasi tanggap

darurat

3. Kondisi secara aktual, tetugas penanggung jawab

sudah dilakukan pelatihan penanganan kebakaran

Pelatihan Tanggap Darurat

Berdasarkan data sekunder dari hasil wawancara

PT PLN (Persero) Area Balikpapan memberikan

pelatihan tanggap darurat berupa penanganan darurat

kebakaran dan bencana alam adalah sebagai berikut.

1. Kondisi secara aktual, telah ada program

pelatihan penanggulangan kebakaran dilakukan

setiap enam bulan satu kali dalam setahun atau

dalam periode enam bulan sekali

2. Kondisi secara actual, telah tersedia program

evakuasi pekerja bila terjadi darurat kebakaran

atau darurat bencana alam

3. Kondisi secara aktual, telah terdapat pelatihan

yang diselenggarakan secara periodic dan

diharapka sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat

yang tak terduga, pekerja dan relasi yang ada

didalam gedung PT. PLN (Persero) Area

Balikpapan telah siaga.

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PLN

(Persero) Area Balikpapan adalah untuk mengetahui

fasilitas tanggap darurat kebakaran yang ada digedung

PLN (Persero) Area Balikpapan yang mengacu pada

Permen PU No 26 Tahun 2008 dengan kriteria

efektifitas fasilitas layanan tanggap darurat

sebagaimana tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Tabel kriteria

Persentase Kriteria

100%

81-90%

71-80%

61-70%

<60%

Memenuhi dan Handal

Memenuhi

Cukup Memenuhi

Kurang Memenuhi

Tidak Memenuhi

Pembahasan

Berdasarkan observasi, bangunan kantor di area

PT PLN (Persero) Area Balikpapan memiliki pintu

keluar masuk yang lebih dari satu, kecuali ruangan

dibelakang bangunan utama gedung PLN Balikpapan

yang hanya mempunya satu pintu untuk arah keluar

masuk karyawan. Petunjuk jalan keluar sudah

terpasang diarea kantor, tetapi peletakannya masih

kurang terlihat dibeberapa ruangan ditambah lagi

petunjuk jalan keluar masih belum dilengkapi dengan

sumber daya listrik darurat dan petunjuk arah masih

belum terpasang diruangan belakang gedung utama PT

PLN area Balikpapan. Demikian pula berdasarkan

observasi bangunan gedung kantor di PT PLN

(Persero) Area Balikpapan memiliki beberapa pintu

darurat yang langsung terhubung kehalaman luar. Di

masing-masing lantai terdapat dua pintu darurat yang

menuju tangga darurat, namun kondisi pintu terlihat

kotor, kurang terawat dan kondisi catnya telah buram

mengalami pengelupasan.

Diketahui pula pada semua bangunan gedung PT

PLN (Persero) Area Balikpapan terdapat fasilitas

tangga darurat yang mana masing-masing tangga

terdapat di bagian sisi kanan dan kiri disetiap lantai

pada bangunan gedung. Hanya saja tangga darurat

masih sering dilalui oleh para karyawan dan tidak

adanya tulisan “EMERGENCY EXIT” disetiap bagian

tangga darurat. Hal yang dianggap kurang adalah pada

fasilitas lampu penerangan darurat karena tidak semua

bangunan yang terdapat di area gedung PT PLN

(Persero) Area Balikpapan dilengkapi dengan lampu

penerangan darurat. Untuk kodisi siang hari telah

terbantu dengan adanya pencahayaan dari lampu yang

pasang disetiap ruangan gedung PLN. Akan tetapi

tidak semua lampu penerangan darurat jika terjadi

kondisi darurat kebakaran dapat menyala dengan

sendirinya. Hal ini perlu menjadi perhatian karena

kurangnya cahaya dapat mengakibatkan terjadi

kesalahan identifikasi dan terjadi kecelakaan.

Pada fasilitas tempat berkumpul (muster point),

telah terdapat tempat berkumpul darurat di PT PLN

(Persero) Area Balikpapan ada area diluar bangunan

yaitu area terbuka, untuk untuk area perkantoran

terdapat diarea parkir didepan gedung utama

perusahaan dan area dibelakang gedung utama juga

terdapat diarea parkir didepan genung utama

berkumpul sudah diberikan tanda satu rambu tempat

rambu berkumpul dengan tulisan dan tanda yang jelas

dan mudah dikenal.

perusahaan dan area tempat

Page 61: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dewi Setyawati1, Sulardi2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

58

5. PENUTUP

Kesimpulan:

1. Fasilitas layanan tanggap darurat kebakaran,

darurat bencana alaman dan darurat lain di

lingkungan gedung kantor PT. PLN (Persero)

Area Balikpapan terdiri dari dari fasilitas petunjuk

arah (escape way), fasilitas pintu darurat

(emergency exit), fasilitas tangga darurat lengkap

dengan handrailnya, fasiltas lampu penerangan

dan fasilitas tempat berkumpul (muster point),

secara kondisinya dalam batas cukup, namun

masih memerlukan perbaikan

2. Dilingkungan gedung kantor operasi PT. PLN

(Persero) Area Balikpapan telah tersedia prosedur

tanggap darurat, telah ada pelatihan tanggap

darurat dengan periode dua kali dalam setahun

dan secara periodik dilakukan penyuluhan

terhadap relasi yang datang bertamu di

lingkungan PT. PLN (Persero) Area Balikpapan

lebih dari 2 jam dengan prosedur tanggap darurat

yang harus dipatuhi bila terjadi kondisi darurat,

namun memerlukan perbaikan terhadap prosedur

yang tidak memiliki batas waktu.

Saran-saran:

1. Terhadap fasilitas layanan tanggap darurat

kebakaran, darurat bencana alaman dan darurat

lain di lingkungan gedung kantor PT. PLN

(Persero) Area Balikpapan memerlukan perbaikan

berupa prosedur tanggap darurat harus direvisi

sesuai kondisi aktual, petunjuk escape way dibuat,

dipasang dan dapat dilihat dengan jelas serta

perlunya pemasangan fasilitas lampu penerangan

yang memadai untuk mencegah terjadinya

kecelakaan pada saat evakuasi gawat darurat

2. Prosedur tanggap darurat dilingkungan PT. PLN

(Persero) Area Balikpapan adalah bagian tidak

terpisahkan dari keselamatan konstruksi bangunan

gedung, diperlukan perbaikan dengan mereplikasi

prosedur gawat darurat sejenis dari perusahaan

BUMN seperti PT. Pertamina yang telah

berpengalaman mengatasi permasalahan sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Depnakertrans, 2003 : Majalah : Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Vol. XXXXVI No.2, Periode

April-Juni, Indonesia.

[2] Kepmen Tenaga Kerja R.I, No.KEP/189/1999,

1999, Tentang Penanggulangan Kebakaran di

Tempat Kerja.

[3] Kepmen PU No. 11/KPTS/2000, 2000, Tentang

Managemen Penanggulangan Kebakaran.

[4] Kondarus Dangur, 2006, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Membangun SDM Pekerja

Sehatm, Produktif dan Kompetitif, Jakarta :

Litbang Dangur dan Partners.

[5] National Fire Protection Assosiation (NFPA) 101

1986, Health Care Code USA, 2002.

[6] Permen PU No. 26 Tahun 2008, 2008,

Persyaratan Tekhnis Sistem Proteksi

Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan.

[7] Suardi, Rudi, 2005, Sistem Managemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Panduan

Penerapan Berdasarakan OHSAS 18001 dan

Permenaker 05/1996. Penerbit PPM,

Jakarta.

[8] Sulardi, 2015, Keselamatan Konstruksi Main

Office Building Dengan Readiness Fasilitas

Layanan Tanggap Darurat,

http://ptmkppwab81.pertamina.com/komet/search

Result.aspx? ptm;Kodefikasi, AC 96272

[9] Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum, Pd-T-

11-2005-C, 2005, Pemeriksaan Keselamatan

Kebakaran Bangunan Gedung.

Page 62: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Brama Kusuma Hartoko2,

Yunianto Setiawan3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

59

. POTENSI METODE MICROBIAL FUEL CELL DUAL

CHAMBER TERHADAP PENURUNAN KANDUNGAN

BAHAN ORGANIK DAN PRODUKSI LISTRIK PADA

LIMBAH CAIR TAHU

Muhammad Busyairi

1), Brama Kusuma Hartoko

2), dan Yunianto Setiawan

3)

1,2.3) Prodi Teknik Sipil, Universitas Tridharma Balikpapan

Jln. A.W Syahrani No.7, Balikpapan, 76126

[email protected] 1)

ABSTRACT

Tofu industry has become one of the most widespread home industries. In the production process, the tofu industry

produces liquid and solid waste can cause environmental pollution, especially the aquatic environment. Microbial

Fuel Cell method (MFC) is a waste treatment method by utilizing microbial activity to minimize waste while

producing electricity The purpose of this research is to know the effectiveness of MFC in reducing organic matter in

tofu wastewater, and the amount of electric energy generated. The reactor used is a type of MFC dual chamber.

KMnO4 was used at the cathode space and tofu wastewater in the anode chamber. The electrodes used are graphite

type carbon. Performed COD measurements every 12 hours, while for the current strength and voltage is measured

every 6 hours during the operating time of 48 hours. The results showed that dual chamber MFC method can

decrease dissolved organic matter and produce electricity. The optimum efficiency of COD was decreased 42,86%

and efficiency of BOD decrease 86,83% at 48 hours. As for the maximum electricity production of 28.61 mW / cm2

at the residence of 24 hours.

Keywords: bod, cod, electrical energy, liquid waste tofu, microbial fuel cell dual chamber.

ABSTRAK

Saat ini industri tahu telah menjadi salah satu industri rumah tangga yang tersebar luas. Dalam proses produksinya,

industri tahu menghasilkan limbah cair dan padat yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, khususnya

lingkungan perairan. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan suatu metode pengolahan limbah dengan

memanfaatkan aktifitas mikroba untuk meminimasi limbah sekaligus memproduksi listrik. Tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui efektivitas dari MFC dalam menurunkan bahan organik pada limbah tahu, serta besarnya energi

listrik yang dihasilkan. Reaktor yang digunakan adalah jenis MFC dual chamber. Digunakan cairan elektrolit

KMnO4 pada ruang katoda dan limbah cair tahu pada ruang anoda. Elektroda yang digunakan adalah karbon jenis

grafit. Dilakukan pengukuran COD setiap 12 jam, sedangkan untuk kuat arus dan tegangan listrik diukur setiap 6

jam selama waktu pengoperasian 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan metode MFC dual chamber mampu

menurunkan bahan organik terlarut limbah dan memproduksi listrik. Diperoleh hasil efisiensi penurunan COD

optimum sebesar 42,86% dan efisiensi penurunan BOD sebesar 86,83% pada waktu tinggal 48 jam. Sedangkan

untuk produksi listrik maksimum yaitu sebesar 28,61 mW/cm2 pada waktu tinggal 24 jam.

Kata kunci : bod, cod, energi listrik, limbah cair tahu, microbial fuel cell dual chamber.

1. PENDAHULUAN

Limbah cair industri tahu memiliki keasaman

dengan pH 4-5, COD berkisar 10.000 mg/liter dan

BOD berkisar 5.000 mg/liter (Prihantoro, 2010 dalam

Handayani dan Sari, 2015). Limbah cair tahu

mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD yang

cukup tinggi pula, apabila langsung dibuang pada

badan air berakibat menurunnya kualitas lingkungan

tersebut (Sato et al, 2015).

Microbial Fuel Cell (MFC). MFC suatu metode

pengolahan limbah dengan memanfaatkan aktifitas

mikroba untuk meminimasi limbah sekaligus

memproduksi listrik (Hermawan, 2014). Penggunaan

air limbah dalam sistem MFC mempunyai keuntungan

tersendiri yaitu polutan dalam limbah cair dapat

menjadi sumber karbon untuk menghasilkan energi

listrik (Li et al, 2011 dalam Purwono, 2015).

Page 63: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

60

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas dari Dual chamber Microbial Fuel Cell

dalam menurunkan kandungan bahan organik, COD

dan BOD yang terdapat pada air limbah tahu, serta

besarnya energi listrik yang dihasilkan berdasarkan

variasi waktu tinggal yang telah ditentukan.

2. METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah

reaktor MFC, multimeter, kabel, capit buaya, neraca

analitik, gelas beaker, gelas ukur, erlenmeyer, spatula,

pipet ukur dan pipa diameter ½ inch. Bahan yang

digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair

industri tahu di Jl. Wiraswasta, nutrien agar, elektroda

(grafit), aquadest, NaCl, KMnO4, HCl, NaOH, batu

kerikil ukuran diameter 8-12 mm.

Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi

waktu tinggal dalam reaktor yaitu 12 jam dan 4 jam.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah COD, BOD,

kuat arus, tegangan dan pH.

Persiapan

Jembatan garam dibuat dari campuran komposisi

konsentrasi NA 10% dan konsentrasi larutan garam

NaCl sebesar 10%. Preparasi elektroda dilakukan

dengan merendam elektroda pada larutan HCl 1 M

selama 24 jam dan larutan NaOH 1 M selama 24 jam.

Reaktor MFC dibuat dari toples yang memiliki volume

2 liter dengan panjang diameter 12,6 cm dan tinggi 16

cm. Ruang katoda dan anoda dipisahkan oleh jembatan

garam sepanjang 10 cm berdiameter ½ in. Elektroda

yang digunakan memiliki diameter 0,8 cm dan tinggi

4,7 cm.

Pengoperasian

Tahap pertama yang dilakukan adalah seeding dan

aklimatisasi. Tahap seeding dan aklimatisasi ini

dikondisikan batch selama beberapa hari hingga reaktor

siap dilanjutkan pada tahap running. Tahap seeding dan

aklimatisasi dilanjutkan ke tahap berikutnya saat

penurunan konsentrasi COD diperoleh efisiensi

penyisihan yang relatif fluktuatif dengan toleransi

fluktuasi 10%. Pada penelitian ini, aklimatisasi

dilakukan dengan 2 tahapan yaitu tahap I (75% glukosa

: 25% limbah) dan tahap II (25% glukosa : 75%

limbah).

Pada tahap running dilakukan pengoperasian

selama 48 jam. Pengukuran COD dilakukan setiap 12

jam sekali dan pengukuran BOD dilakukan pada awal

dan akhir pengoperasian, sedangkan untuk besar kuat

arus listrik dan tegangan listrik diukur setiap 6 jam

sekali.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Awal Limbah Cair Tahu

Karakterisasi limbah dilakukan untuk mengetahui sifat

fisik dan kimia pada limbah.

Tabel 1. Hasil uji awal limbah cair tahu

Parameter Satuan Hasil Uji *Baku Mutu

pH - 4,3 6,0 – 9,0

COD mg/L 7920 300

BOD mg/L 603,9 150

*Perda Gubernur Prov. Kaltim No. 02 Tahun 2011

Sumber : Data Primer, 2017

Seeding dan Aklimatisasi

Parameter yang diukur saat proses seeding yaitu

konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD).

Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) selama

proses seeding dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Konsentrasi COD selama proses seeding

Menurut Januarita (2015), konsentrasi COD

semakin menurun dikarenakan substrat yang semakin

habis. Hal ini dikarenakan substrat merupakan karbon

sehingga penting dalam sumber energi bagi

mikroorganisme untuk melakukan metabolisme dan

mendegradasi kandungan COD terlarut dalam limbah

cair tersebut. Nilai konsentrasi COD yang berangsur

mengalami penurunan dari waktu ke waktu,

menunjukkan perkembangan yang baik pada masa

seeding terhadap mikroorganisme yang berusaha untuk

dibiakkan didalam bioreaktor anaerobik. Hasil yang

didapat dari 3 kali pengulangan pada reaktor tersebut,

tahap seeding tercapai dalam waktu 14 hari dengan

persentasi penurunan COD terlarut sebesar 88,23%.

Aklimatisasi merupakan tahap penyesuaian atau

adaptasi bakteri yang dimanfaatkan untuk

mendegradasi limbah cair tahu. Penurunan konsentrasi

COD pada tahap aklimatisasi tahap I dapat dilihat pada

gambar 2.

Page 64: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

61

Gambar 2. Konsentrasi COD selama proses aklimatisasi I

Dalam 3 kali pengulangan pada hari pertama

hingga hari ke-4 konsentrasi COD mengalami

penurunan yang signifikan dari waktu ke waktu.

Konsentrasi COD untuk semua reaktor mencapai

efisiensi penurunan hingga 34,62% - 46,15% yaitu

konsentrasi turun hingga sebesar 5040 mg/l sampai

6120 mg/l dari konsentrasi awal sebesar 9360 mg/l.

Akan tetapi, pada hari ke-5 ke-7 mulai terjadi

peningkatan konsentrasi COD sehingga efisiensi

penyisihan COD mengalami penurunan hingga sebesar

11,54% saja. Peningkatan konsentrasi terjadi karena

adanya gradien konsentrasi akibat dari pengadukan

yang tidak sempurna pada reaktor tersebut. Selain itu

menurut Hermayanti (2014), tidak adanya penurunan

COD diduga karena peningkatan biomassa

mikroorganisme. Pada hari ke-8, konsentrasi COD

kembali mengalami penurunan secara signifikan

dengan jumlah konsentrasi terkecil mencapai 3240 mg/l

pada hari ke-11 dari konsentrasi awal sebesar 9360

mg/l. Tahap aklimatisasi I tercapai selama 12 hari

dengan penurunan COD sebesar 65,38%.

Tahap aklimatisasi II dilakukan dengan variasi

25:75 dalam total volume 1500 liter yaitu 25% untuk

glukosa dan 75% untuk limbah cair tahu. Tahapan

aklimatisasi 50:50 tidak dilakukan dikarenakan proses

aklimatisasi tahap I menunjukkan hasil degradasi COD

yang memuaskan, sehingga dapat dilakukan asumsi

bahwa bakteri dapat mendegradasi substrat berupa

limbah cair tahu yang memiliki kandungan bahan

organik tinggi.

Gambar 3. Konsentrasi COD selama proses aklimatisasi II

Berdasarkan gambar 3 di atas dapat terlihat dari 3

kali pengulangan, penurunan COD pada tahap

aklimatisasi II terbesar terjadi pada hari ke-10 pada

reaktor 2 dengan efisiensi penyisihan sebesar 84,62%.

tetapi pada hari ke-8 hingga hari setelahnya terutama

pada reaktor 1 dan 2 pada grafik mulai terlihat kondisi

yang fluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya gradien

konsentrasi akibat dari pengadukan yang tidak

sempurna pada reaktor tersebut sehingga terjadi

kenaikan konsentrasi. Dari 3 kali pengulangan tersebut,

pada tahap aklimatisasi II tercapai dalam waktu 16 hari

dengan penurunan COD sebesar 57,69%.

Running MFC

Proses running dilakukan dengan sistem batch dan

konsentrasi limbah tahu 100%. Proses running

dilakukan selama 48 jam dan dilakukan pengukuran

terhadap parameter COD, BOD, kuat arus, dan

tegangan. Berikut ini adalah grafik tren perubahan

konsentrasi COD limbah cair tahu selama waktu

pengoperasian yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perubahan konsentrasi COD tahap running

Berdasarkan gambar 4 dapat terlihat bahwa

konsentrasi nilai COD mengalami penurunan dari

waktu ke waktu. Dari 3 kali pengulangan, konsentrasi

COD seluruh reaktor mengalami penurunan tertinggi

pada jam ke-48 dengan efisiensi mencapai 32,14%

sampai 42,86% yaitu konsentrasi turun hingga 5760

mg/l sampai 6840 mg/l dari kosentrasi awal sebesar

10080 mg/l. Penurunan nilai konsentrasi COD terbesar

terdapat pada reaktor 2 yaitu pada jam ke-48 dengan

nilai COD sebesar 5760 mg/l dari konsentrasi awal

sebesar 10080 mg/l dengan efisiensi sebesar 42,86%.

Hal ini membuktikan bahwa reaktor Microbial Fuel

Cell tersebut mampu menurunkan nilai COD limbah

tahu.

Kemampuan reaktor MFC untuk menurunkan

nilai COD limbah secara umum masih belum begitu

baik Akan tetapi, efisiensi penurunan konsentrasi COD

yang didapatkan dalam penelitian ini lebih besar

daripada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Hermawan (2014) yang hanya mampu menurunkan

sebesar 28,9%. Hal ini dikarenakan adanya

penambahan media batu kerikil yang dapat memperluas

tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme.

Pengaruh variasi waktu tinggal dapat terlihat dari awal

pengoperasian hingga waktu tinggal ke 48 jam,

efisiensi penurunan COD cenderung meningkat dari

28,57% menjadi 42,68%. Sehingga dapat disimpulkan

Page 65: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

62

bahwa semakin lama waktu pengoperasian semakin

besar bahan organik yang terdegradasi oleh

metabolisme yang dilakukan mikroorganisme sehingga

semakin besar efisiensi penurunan konsentrasi COD

dalam limbah cair tahu tersebut.

Pada penelitian ini, dilakukan juga pengujian

parameter limbah cair BOD. Hasil uji laboratorium

konsentrasi BOD dan efisiensi penurunan BOD pada

limbah cair tahu pada awal dan akhir pengoperasian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Konsentrasi BOD

Konsentrasi BOD [mg/L]

Jam

ke- Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3

0 603,90 603,9 603,9

48 106,70 79,54 85,36

Efisiensi [%]

0 - - -

48 82,30 86,83 85,87

Berdasarkan tabel 2 dapat terlihat dari 3 kali

pengulangan, penurunan konsentrasi BOD terbesar

terjadi pada reaktor 2 yaitu dengan jumlah konsentrasi

BOD mencapai 79,54 mg/l dari konsentrasi BOD awal

603,9 mg/l dengan efisiensi tercapai sebesar 86,83%.

Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu

menurut Peraturan Daerah Gubernur Kaltim No. 02

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada

tabel 1, nilai BOD telah memenuhi standar baku mutu

dengan nilai dibawah 300 mg/l yaitu sebesar 79,54

mg/l.

Dalam penelitian ini, pengukuran pH dilakukan

setiap 12 jam menggunakan pH meter HANNA HI

98107. Baerikut adalah tren perubahan nilai pH limbah

cair tahu selama waktu pengoperasian dapat dilihat

pada Gambar 5.

Gambar 5. Perubahan nilai pH pada tahap running

Awal pengoperasian hingga jam ke 32 nilai pH

mengalami kenaikan hingga sebesar 5,4 tertinggi dari

nilai awal yaitu 4,3, lalu selanjutnya pada jam ke 48

nilai pH mengalami penurunan dengan nilai pH yaitu

5,2 pada pengulangan 1. Kenaikan pH pada air limbah

disebabkan adanya H+ yang mengalir secara kontinyu

ke katoda sehingga anoda semakin lama kekurangan

ion H+ akibatnya pH menjadi naik. Oleh karena itu,

kenaikan nilai pH air limbah tahu meningkat dari awal

pengoperasian hingga pada jam ke 32. Hal ini sesuai

dengan teori Foster (1957) dalam Hermawan (2014)

yang mendefinisikan pH sebagai nilai logaritma

aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Makin besar

konsentrasi ion H+ maka makin kecil nilai pH-nya

(makin asam larutan), dan begitu juga sebaliknya.

Pada sistem anaerobik, biodegradasi bahan

organik melalui beberapa tahap yaitu hidrolisis,

asidogenesis, asetogenesis, dan metanogensis. Gula

sederhana sebagai molekul biodegradable terdegradasi

seperti pada persamaan 1 berikut.

Mikroorganisme

Cn H2nOn → CO2 + H+ + e

- (1)

Pada tahap diatas tampak bahwa elektron sudah

bisa dihasilkan dari dekomposisi senyawa sederhana.

Menurut Lovely (2008) dalam Purwono (2015), asam

asetat akan terdegradasi seperti yang ditunjukkan dalam

persamaan 2 sebagai berikut.

CH3COOH + 2H2O → CO2 + 8H+ + 8e (2)

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pada

tahap asidogenesis sudah mulai menghasilkan elektron,

akan tetapi masih sangat kecil sehingga arus

perpindahan elektron baru dapat terjadi pada tahap

selanjutnya yaitu tahap asetogenesis. Pada tahap

asetogenesis terjadi pembentukan senyawa asetat yang

merupakan sumber elektron untuk menghasilkan arus.

Oleh karena itu, produksi listrik terjadi pada reaksi

biokimia anaerobik tahap asetogenesis.

Metode pengukuran produksi listrik pada reaktor

MFC adalah menggunakan multimeter digital. Produksi

listrik pada reaktor MFC dapat ditunjukkan dengan

besarnya nilai power density yang didapatkan dari hasil

pengukuran kuat arus dan tegangan pada reaktor

tersebut.

Gambar 6. Produksi listrik pada reaktor MFC

Pada Gambar 6 dapat terlihat bahwa produksi

pada setiap variasi waktu tinggal secara umum

melonjak naik yaitu pada jam ke-0 sampai jam ke-12

dengan perolehan produksi listrik tertinggi sebesar

25,60 mW/cm2 pada waktu tinggal 12 jam. Sementara

Page 66: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

63

itu, perolehan produksi listrik yang dihasilkan pada jam

ke-18 hingga jam ke-48 terlihat fluktuatif akan tetapi

cenderung stabil. Selama pengoperasian berlangsung

produksi listrik tertinggi dari 3 kali pengulangan adalah

sebesar 28,61 mW/cm2 pada jam ke-24 sedangkan pada

akhir pengoperasian produksi listrik yang dihasilkan

lebih kecil dengan nilai 26,76 mW/cm2 pada waktu

tinggal 48 jam. Hasil tersebut menunjukkan adanya

perolehan yang sedikit fluktuatif pada kuat arus dan

tegangan yang diperoleh dari reaktor MFC tersebut. Hal

ini diduga disebabkan karena adanya interaksi atau

persaingan bakteri.

Penurunan COD di reaktor MFC terjadi akibat

adanya proses metabolisme mikroorganisme. Proses

metabolisme ini membutuhkan akseptor elektron untuk

menghasilkan energi yang kemudian dalam sistem

MFC dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.

Hubungan antara penurunan COD dan produksi listrik

dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan efisiensi penurunan COD dan produksi

listrik

Dari gambar 7 diatas, dapat terlihat secara umum

efisiensi penurunan COD mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu sebanding dengan produksi listrik yang

diperoleh pada reaktor MFC. Produksi listrik yang

dihasilkan diperoleh dari aktivitas metabolisme

mokroorganisme yang mendegradasi bahan organik

sehingga konsentrasi COD pun mengalami penyisihan.

Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang

dilakukan sebelumnya, menurut Utami (2013),

Septyana (2014), dan Ardhianto (2014), terdapat

hubungan antara penurunan COD dan produksi listrik

dimana semakin besar penurunan COD, semakin besar

pula produksi listrik yang dihasilkan.

4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan :

Berdasarkan uraian permasalahan, metode penelitian

dan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Metode MFC dual chamber mampu menurunkan

kotaminan bahan organik terlarut di dalam limbah

dengan nilai efisiensi penurunan konsentrasi BOD

sebesar 86,83%.

2. Pengaruh variasi waktu tinggal terhadap penurunan

konsentrasi bahan organik terlarut dapat terlihat dari

efisiensi penurunan COD yang didapatkan selama

pengoperasian berlangsung, efisiensi penurunan

COD cenderung meningkat dari 28,57% menjadi

42,68%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin panjang waktu tinggal semakin besar

bahan organik yang terdegradasi oleh metabolisme

yang dilakukan mikroorganisme sehingga semakin

besar efisiensi penurunan konsentrasi COD dalam

limbah cair tahu tersebut.

3. Penurunan kadar COD dalam limbah berhubungan

dengan produksi listrik yang dihasilkan. Semakin

tinggi produksi listrik yang dihasilkan, semakin

tinggi pula persentase penurunan kadar COD yang

dihasilkan.

Saran-saran :

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan

dengan waktu pengoperasian yang lebih panjang hingga

beberapa hari pada tahap running, sehingga pengukuran

parameter limbah cair dan produksi listrik dapat diukur

per hari selama pengoperasian berlangsung agar

diketahui perubahan pada tiap parameter yang terjadi

setiap hari.

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan

pengoperasian reaktor MFC dengan menggunakan

sistem kontinyu pada tahap running, agar dapat

meningkatkan potensi reaktor MFC tersebut dan dapat

diketahui pegaruh waktu tinggal hidrolik atau waktu

retensi terhadap potensi metode MFC tersebut.

REFERENSI

[1]. Handayani, N., I., Sari, I., R., J., 2015, Teknologi

Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu sebagai

Sumber Energi dan mengurangi Pencemaran Air,

Seminar Nasional Pangan Lokal, Bismis dan Eko-

Industri.

[2]. Hermawan, K., V., 2014, Pengolahan Air Limbah

Industri Tahu menggunakan Sistem Dual

Chamber Microbial Fuel Cell, Jurnal Online

Institut Teknologi Nasional Itenas No. 1 Vol. 2

[3]. Hermayanti, A., Nugraha, I., 2014, Potensi

Perolehan Energi Listrik dari Limbah Cair

Industri Tahu dengan Metode Salt Bridge

Microbial Fuel Cells, Jurnal Sains Dasar 3 (2) 162

– 168.

[4]. Januarita, R., Azizah A., Ulfa, A., W., A.,

Syahidah, H., Samudro, G., 2015, MFC 2 in 1 :

Microbial Fuel Cells Pengolah Air Limbah dan

Penghasil Listrik (Alternatif : Limbah Isi Rumen

Sapi dengan Pengaruh Variasi COD dan pH),

Artikel Ilmiah – Universitas Diponegoro,

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php.

[5]. Purwono, 2015, Penggunaan Teknologi Reaktor

Microbial Fuel Cells (MFC) dalam Pengolahan

Limbah Cair Industri Tahu untuk Menghasilkan

Energi Listrik, Jurnal Presipitasi Vol. 12 No. 2,

ISSN 1907-187X.

Page 67: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

64

[6]. Sato, A., Utomo, Priyo., Abineri H.S.B., 2015,

Pengolahan Limbah Tahu Secara Anaerobik-

Aerobik Kontinyu, Seminar Nasional Sains dan

Teknologi Terapan III Institut Teknologi Adhi

Tama Surabaya, ISBN 978-602-98569-1-0.

[7]. Septiyana, I., 2013, Pengaruh Variasi Debit dan

Jumlah Elektroda terhadap Penurunan COD dan

Produksi Listrik dalam Reaktor Microbial Fuel

Cells (MFC) Studi Kasus : Air Limbah Rumah

Potong Hewan (RPH) Kota Salatiga, DIPA

IPTEKS I (1) 45.

[8]. Utami, T., S., Arbianti, R., Hardiyani, S., P., 2013,

Potensi Microbial Fuel Cell sebagai Pengolah

Limbah Cair Industri Tempe, Prosiding SNTK

TOPI, ISSN 1907 – 0500.

Page 68: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

65

TEKNOLOGI ROUGHING FILTER DALAM

PENINGKATAN KUALITAS AIR PERMUKAAN

DENGAN PARAMETER TOTAL SUSPENDED SOLIDS

(TSS) TURBIDITAS DAN TOTAL COLIFORM (STUDI KASUS: AIR PERMUKAAN SUNGAI KARANG MUMUS)

Muhammad Busyairi

1), Rezkie Zulfikri

2) dan Edhi Sarwono

3)

1,2,3 ) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Jln. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda

[email protected] 1)

ABSTRACT

The high increase of population and economic activity of society. Community needs for clean water continue to

increase. And with the limited capacity of clean water production by PDAM, it causes people to use other water

sources. People who live on the banks of the river Karang Mumus use the river water without a treatment

processing first. River polluted by suspended solids and also the presence of microbiological pollution requires

natural processing, one of which is roughing filters. In this study we studied the decrease of total suspended solids,

turbidity, and total coliform in raw water of Karang Mumus River by using roughing filter. And to know the

effectiveness of gravel and brick media used as a medium of roughing filter. The medium used both pebbles and

bricks, has three different sizes with the size of 12 – 18 mm, 12 – 8 mm, 4 – 8 mm. Roughing filter processing

method used is upflow roughing filter in series with the addition of sedimentation basin at the beginning and slow

sand filter at the end of processing. The results showed that roughing filter could decrease the total suspended solid

parameter from 1450 mg/L to 200 mg/L on gravel media, and 1700 mg/L to 150 mg/L on brick media. In the

turbidity parameter, gravel media can reduce turbidity from 729,33 NTU to 1,21 NTU, and on brick media turbidity

value is lowered from 923,33 NTU to 2,19 NTU. And on total coliform from 35000 MPN/100 ml to 1600 MPN/100

ml on gravel media and from 17000 MPN/100 ml to 110 MPN/100 ml on brick media. There is no significant

difference in the efficiency by using gravel and brick media. But the brick medium is superior in decreasing the total

suspended solids and total coliform parameters.

Keywords : Roughing Filter, Total Suspended Solids (TSS), Turbidity, Total Coliform.

ABSTRAK

Tingginya peningkatan penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan air bersih terus

mengalami peningkatan. Dan dengan terbatasnya produksi air bersih oleh PDAM, menyebabkan masyarakat

menggunakan sumber air lain. Masyarakat Kota Samarinda yang tinggal di tepi sungai Karang Mumus banyak

menggunakan air sungai tanpa dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Air sungai yang tercemar oleh padatan

tersuspensi dan juga pencemaran mikrobiologis membutuhkan pengolahan secara alamiah, salah satunya roughing

filter. Dalam penelitian ini dikaji penurunan TSS, turbiditas, dan total coliform dalam air baku Sungai Karang

Mumus dengan menggunakan roughing filter. Serta untuk mengetahui efektivitas dari media kerikil dan batu bata

yang digunakan sebagai media dari roughing filter. Media yang digunakan baik kerikil dan juga batu bata, memiliki

ukuran yang berbeda yakni dengan ukuran 12 – 18 mm, 12 – 8 mm, 4 – 8 mm. Roughing filter yang digunakan

adalah upflow roughing filter in series dengan penambahan bak sedimentasi di awal dan slow sand filter pada akhir

pengolahan. Hasil menunjukkan bahwa roughing filter mampu menurunkan parameter TSS dari 1450 mg/L menjadi

200 mg/L pada media kerikil, dan 1700 mg/L menjadi 150 mg/L pada media batu bata. Pada parameter turbiditas,

media kerikil mampu menurunkan kekeruhan dari 729,33 NTU menjadi 1,21 NTU, dan pada media batu bata nilai

turbiditas diturunkan dari 923,33 NTU menjadi 2,19 NTU. Dan pada parameter total coliform dari nilai 35000

MPN/100 ml menjadi 1600 MPN/100 ml pada media kerikil serta dari 17000 MPN/100 ml menjadi 110 MPN/100

ml pada media batu bata. Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam efisiensi penurunan dengan menggunakan

media kerikil dan batu bata. Namun batu bata unggul menurunkan parameter TSS dan total coliform.

Kata Kunci : Roughing Filter, Total Suspended Solids (TSS), Turbiditas, Total Coliform

Page 69: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

66

1. PENDAHULUAN

Pengolahan air secara alami sudah diadopsi

sejak dulu sebelum munculnya metode-metode

pengolahan air secara kimia, seperti koagulasi,

flokulasi, serta klorinasi ditemukan dan digunakan.

Kerikil dan pasir digunakan sebagai media penyaring

yang menjadi komponen kunci dalam proses

pengolahan air secara alami. Walaupun pasir mampu

menjaga peran pentingnya dalam teknologi

pengolahan air sejak pengembangan slow sand filter

yang pertama di awal-awal abad terakhir,

penggunaan roughing filter berhasil digantikan oleh

proses pengolahan air secara kimia (Wegelin, 1986).

Namun pada akhirnya, beberapa dokumen

mencontohkan bahwa teknologi roughing filter

merupakan proses pengolahan air model lama yang

digunakan di masa lalu dan kembali ditemukan yang

kemudian dikembangkan beberapa tahun terakhir.

Roughing filter umumnya digunakan untuk

memisahkan padatan halus dari air yang digunakan

atau disandingkan dengan bak atau tangki

sedimentasi. Roughing filter merupakan filter fisik,

dimana material atau zat diserap oleh bahan berpori

(Wegelin, 1996). Media filter yang biasa digunakan

adalah kerikil, arang, dan pecahan keramik.

Roughing filter biasanya menggunakan media dengan

diameter berbeda-beda, pada bagian awal dengan

diameter besar dan diameter yang semakin kecil pada

bagian-bagian selanjutnya. Sehingga tiap bagian

tersebut menyaring padatan dengan diameter yang

berbeda-beda pula (Wegelin, 1996). Menurut

Nkwonta dan Ochieng (2009), mengingat efisiensi

penurunan untuk padatan tersuspensi total, mangan,

kekeruhan, warna, alga dan besi, sistem ini telah

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hasil yang

tercapai di penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa roughing filter dapat dikatakan sebagai pre-

treament yang efisien apabila air permukaan

digunakan sebagai air baku untuk pengolahan.

Penggunaan teknologi Roughing filter

merupakan teknologi sederhana yang dapat

digunakan untuk pengolahan air permukaan. Dalam

aplikasinya teknologi atau unit Roughing filter dapat

digunakan sebagai unit pra-sedimentasi, flokulasi,

dan filtrasi. Sehingga berdasarkan latar belakang

tersebut, masalah yang diangkat oleh peneliti adalah

penggunaan teknologi sederhana roughing filter

sebagai unit pre-treatment¬ dalam menurunkan

tingginya tingkat padatan tersuspensi, kekeruhan, dan

total coliform yang terdapat pada air permukaan

dalam hal ini adalah air sungai Karang Mumus di

Kota Samarinda. Serta dalam penggunaan varian

media yang efektif dalam penurunan padatan

tersuspensi, kekeruhan, dan total coliform yang baik

pada roughing filter. Dan penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui manfaat roughing filter sebagai

pengolahan alternatif dalam upaya-upaya pengolahan

air khususnya air bersih, serta sebagai bahan acuan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

masyarakat luas.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.2. Roughing filter

Roughing filter merupakan salah satu

pengendap multi lase bottom berupa kerikil yang

dapat memisahkan partikel tersuspensi secara efektif.

Media roughing filter biasanya tersusun atas kerikil

dengan diameter yang besar pada bagian awalnya,

kemudian menggunakan kerikil dengan diameter

yang lebih kecil pada bagian berikutnya, begitu

seterusnya. Adanya partikel dengan ukuran yang

kecil pada air baku, terjadi pengendapan dan

pelekatan pada media, tanpa menggunakan

penyaringan secara mekanikal. (Okun & Schultz,

1984)

Proses utama yang terjadi pada roughing filter

adalah proses sedimentasi. Rongga pori pada media

roughing filter relatif lebih besar dari pada rongga

pori pada slow sand filter. Jika terjadi clogging pada

roughing filter, maka dapat dilakukan pembilasan

atau penggantian media. Kecepatan filtrasi roughing

filter tergantung pada besarnya filter, karakteristik air

baku, dan kemampuan menurunkan kekeruhan.

Variasi media filter (porositas), perbandingan tiap

media filter, fraksi media filter, panjang dan lebarnya

bak filter dan optimalisasi untuk menghilangkan zat

tersuspensi. Faktor yang paling berpengaruh dalam

efisiensi penurunan kekeruhan adalah ukuran partikel

yang terkandung dalam air baku dan distribusinya.

(Levine, 1990)

Gambar 1. Mekanisme Kerja Roughing Filter

Page 70: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

67

Air mengalami pengolahan tahap demi tahap,

terutama jika ukuran pengotor di dalamnya berbeda-

beda. Tahap pertama dan termudah dalam skema

pengolahan air ialah pemisahan padatan kasar

(coarse solids separation). Partikel yang lebih halus

dipisahkan di tahap pra-pengolahan kedua, dan pada

akhirnya, pengolahan air berakhir dengan

penghilangan atau penghancuran padatan kecil dan

mikroorganisme. Tahap-tahap pra-pengolahan yang

berbeda ini akan berkontribusi terhadap pengurangan

mikroorganisme patogenik. Patogen yang menempel

pada permukaan padatan terlarut akan tertahan ketika

padatan dipisahkan. Beberapa mikroorganisme yang

mengapung di air juga mungkin terdorong menuju

permukaan dan melekat di lapisan biologis. Dengan

demikian, zat padat dan mikroorganisme menghadapi

berbagai rintangan/penghalang dalam proses

pengolahan. Karena efisiensi pengolahan dari tiap

penghalang (barrier) meningkat searah dengan arah

aliran, maka pengotor menjadi semakin sulit untuk

melalui barrier dalam pengolahan. Penghilangan

padatan terlarut dalam roughing filter membutuhkan

laminar flow (Galvis et al., 2006).

2.2. Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel-partikel

padatan tersuspensi dalam air dengan pengendapan

secara gravitasi. Bak sedimentasi sering disebut juga

sebagai clarifier maupun thickener. Jika tujuan utama

operasi sedimentasi adalah untuk menghasilkan aliran

keluaran yang rendah padatan tersuspensi, maka bak

sedimentasi biasanya disebut sebagai clarifier. Jika

tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan suspensi

pekat, maka bak sedimentasi disebut sebagai

thickener. Namun demikian, istilah clarifier dan

thickener sering digunakan sebagai istilah yang tidak

dapat dibedakan. (Budiyono dan Sumardiono, 2013)

Prinsip utama dari sedimentasi adalah

memberikan kesempatan air untuk tinggal atau

mengalir dengan laju sangat lambat sehingga

partikel-partikel yang lebih berat akan mengendap ke

bawah karena gaya gravitasi. Partikel-partikel dalam

air mempunyai berat jenis (spesific gravity)

bervariasi dari 1,04 hingga 2,65. Partikel-partikel

yang memiliki spesific gravity yang lebih besar dari

1,20 akan dengan mudah mengendap ke dasar bak

sedimentasi. Sebaliknya, partikel-partikel yang lebih

ringan akan sukar mengendap. Laju pengendapan

berbagai ukuran partikel tersaji pada Tabel 2.2.

(Budiyono dan Sumardiono, 2013)

2.2. Sumber Air Baku dan Pengolahannya

Air murni memiliki rumus kimia H2O. Istilah

air umumnya dimaksudkan bukan untuk H2O murni,

tetapi air dengan berbagai macam kandungannya. Air

merupakan bahan pelarut yang baik, sehingga air

banyak mengandung berbagai jenis bahan, baik

dalam bentuk terlarut, tersuspensi, atau koloid.

(Suprihatin dan Suparno, 2013)

Berbagai kegiatan dapat berkontribusi pada

pencemaran air permukaan. Bergantung lokasi badan

air, sumber kontaminan air permukaan umumnya

berasal dari limbah industri, limbah domestik,

limpasan air hujan dari pemukiman, limbah pertanian

dan peternakan, erosi tanah, atau limbah rumah sakit.

Jenis kontaminan air permukaan mencakup

organisme patogen, bahan organik dan minyak,

nutrien (N dan P), bahan organik sintetik/toksik,

bahan anorganik, sedimen, bahan radio aktif atau

panas. (Suprihatin dan Suparno, 2013)

2.2. Jenis dan Sumber Kontaminan Air

Kekeruhan (turbidity) merupakan karakteristik

air yang terlihat pertama kali tentang kondisi air.

Kekeruhan dapat dijadikan indikator mutu air. Air

tampak keruh jika di dalam air tersebut terdapat

partikel-partikel tersuspensi atau koloid seperti tanah,

bahan organik terdispersi, plankton, dan bahan

anorganik lainnya. Air dengan tingkat kekeruhan

tinggi sering terkait dengan tingginya kandungan

mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,

parasit, dan beberapa jenis bakteri. (Suprihatin dan

Suparno, 2013)

Semua kontaminan air selain gas-gas terlarut,

berkontribusi terhadap beban padatan dalam air

tersebut, baik padatan terendapkan, tersuspensi,

koloid, maupun terlarut. Padatan di dalam air dapat

diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan keadaannya,

sifat-sifat kimia, dan distribusi ukurannya. Bahan

padatan dalam air dapat diklasifikasikan berdasarkan

ukuran dan keadaannya seperti padatan terendapkan

(>10-2 mm), tersuspensi (>10-3 mm), koloid (10-6-

10-3 mm) atau terlarut (<10-6 mm).

Gambar 2. Ukuran Partikel Dalam Air

Bakteri, virus, dan hewan kecil lainnya pada

dasarnya selalu ada di dalam air permukaan.

Organisme tersebut kadang-kadang juga terdapat di

dalam air tanah. Meskipun kebanyakan

mikroorganisme di dalam lingkungan air sebenarnya

tidak berbahaya, tetapi sebagian kecil

mikroorganisme yang ada di lingkungan tergolong

mikroorganisme patogen dan dapat menyebabkan

penyakit pada manusia. Jika jenis organisme ini

Page 71: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

68

terdapat dalam sistem distribusi air bersih komunal,

bahaya epidemi dapat terjadi. Oleh karena itu, sistem

penyediaan air minum tidak boleh mengandung

organisme patogen. (Suprihatin dan Suparno, 2013)

3. METODE PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah Roughing Filter

dengan media kerikil dan juga media pecahan bata

tanah liat bakar, yang digunakan sebagai alat

pengolahan pra-sedimentasi dalam menurunkan

parameter Turbiditas (kekeruhan), TSS (Padatan

Tersuspensi Total), dan Total Coliform pada air

permukaan sungai Karang Mumus, Kota Samarinda,

Kalimantan Timur.

Metode analisis penelitian ini adalah metode

analisis kuantitatif, yakni metode eksperimental pada

tes pengujian dari pengolahan air baku sungai Karang

Mumus yang diolah melalui unit roughing filter,

untuk membuktikan kebenaran hipotesis dalam

efektifitas media sesuai dengan parameter yang telah

ditentukan. Selain itu metode yang digunakan dalam

uji yang dilakukan berdasarkan SNI-06-6989-25-

2005 tentang cara uji kekeruhan dengan

menggunakan Nefelometer; SNI-06-6989-3-2005

tentang cara uji padatan tersuspensi total (Total

Suspended Solids, TSS) secara gravimetri; Standard

Methods 9221 B. Standard Total Coliform

Fermentation Technique dalam pengujian Total

Coliform dengan metode MPN.

Dalam penelitian ini ditentukan dua variabel,

yakni variabel terikat dan variabel bebas. Variabel

bebas (independen) adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat. Variabel terikat

(dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas.

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian

ini adalah:

1. Roughing Filter dengan media kerikil.

2. Roughing Filter dengan media pecahan bata tanah

liat.

Variabel terikat yang ditentukan pada penelitian ini

adalah:

1. Parameter Turbiditas (Kekeruhan)

2. Parameter TSS (Padatan Tersuspensi Total)

3. Parameter Coliform (Bakteri Koliform)

Penelitian dimulai dari pengambilan dan

pengujian awal (uji pendahuluan) air permukaan dari

Sungai Karang Mumus. Dan kemudian dilakukan

penentuan metode pengolahan yang tepat dalam

memilih jenis roughing filter.

Rancangan roughing filter yang diteliti adalah

dalam bentuk skala laboratorium atau dalam skala

kecil. Oleh karena itu setidaknya disesuaikan dengan

beberapa variabel yang ada. Sehingga roughing filter:

a. Umumnya terdiri dari 3 unit disusun secara

berangkai (seri).

b. Ukuran media antara 20 – 4 mm, dimana ukuran

coarse 12 – 18 mm; medium sebesar 8 – 12 mm;

fine sebesar 4 – 8 mm.

c. Dioperasikan secara up-flow atau down-flow.

d. Laju filtrasi antara 0,3 – 1,0 m/h.

e. Tinggi filter relatif kecil sekitar 1 m dengan

total 3 meter untuk 3 unit.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Uji Pendahuluan

No. Parameter Hasil Uji

1. Turbiditas 49 FTU

2. Total Suspended Solids 79 mg/L

3. Coliform 4,1 x 102 MPN/100 ml

4.1 Pemilihan Skema Pengolahan Roughing

Filter

Karakteristik air baku sungai Karang Mumus

secara garis besar menentukan bagaimana tipe-tipe

proses pengolahan yang akan digunakan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan uji pendahuluan

yang dilakukan, didapatkan bahwa sungai Karang

Mumus memiliki karakteristik padatan mampu

mengendap halus yang berupa lumpur dan pasir yang

terbawa oleh arus air sungai Karang Mumus baik

pada permukaan maupun pada bagian dasar sungai

tersebut.

Pada bagian kedua skema dilakukan

pengamatan pada saat pengambilan sampel air baku

sungai Karang Mumus. Didapat bahwa sungai

Karang Mumus memiliki karakteristik periode

puncak yang dapat terhitung mingguan hingga

bulanan. Namun dikarenakan pada penelitian ini

tidak dilakukan pengambilan air baku secara

kontinyu sehingga asumsi yang digunakan adalah

sungai Karang Mumus tidak memiliki periode

puncak yang pendek. Oleh karena itu pada skema

bagian kedua tidak ada pengolahan yang perlu

digunakan pada proses pengolahan yang dilakukan

oleh unit roughing filter.

Kemudian bagian ketiga yang ditentukan dalam

penentuan desain roughing filter adalah informasi

tingkat rata-rata dan tingkat jumlah tertinggi

konsentrasi turbiditas dan padatan tersuspensi dari air

baku sungai Karang Mumus. Berdasarkan data yang

didapat dari uji pendahuluan nilai konsentrasi

turbiditas berada pada nilai 49 FTU yang memiliki

nilai yang sama sebesar 49 NTU. Dan nilai turbiditas

dari padatan total tersuspensi berada pada nilai 79

mg/l. Namun pada penentuan skema pengolahan

rounging filter nilai yang akan diambil sebagai acuan

hanyalah nilai konsentrasi turbiditas yakni sebesar 49

FTU/NTU. Dan berdasarkan hasil uji dan

Page 72: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

69

pengamatan yang dilakukan maka didapat bahwa

nilai tersebut berada diantara 30 – 200 NTU sehingga

unit pengolahan yang akan digunakan adalah Upflow

Roughing Filter In Series (URFS). Pada skema

bagian keempat dan kelima ditentukan tingkat faecal

coli, namun pada uji pendahuluan yang digunakan

adalah nilai coliform. Dan hasil coliform yang

didapat adalah sebesar 4,1 x 102 MPN/100 ml.

Sehingga pada penelitian ini tetap digunakan unit

Slow Sand Filter untuk pengolahan air sungai Karang

Mumus.

Gambar 3. Flowchart Skema Pengolahan Roughing Filter

4.2 Hasil Uji Pengolahan Air Baku Sungai

Karang Mumus

Grafik 1. Perbandingan Hasil Uji Total Solids, Total

Suspended Solids, dan Total Dissolved Solids Pengolahan

dengan Media Kerikil

Pada grafik 1 ditunjukkan perbandingan hasil

uji total solids, total suspended solids, dan total

dissolved solids pada pengolahan roughing filter

dengan menggunakan media kerikil. Pada garis

berwarna biru yang merupakan total solids pada

sampel A dimana sampel A merupakan sampel yang

diambil pada bak sedimentasi, yang memiliki nilai

hasil uji total solids sebesar 4000 mg/L. Kemudian

nilai tersebut turun pada sampel B yang merupakan

sampel yang diambil setelah pengolahan roughing

filter memiliki nilai sebesar 400 mg/L dimana

efisiensi dari unit roughing filter adalah sebesar 90%

dan kembali turun pada posisi 200 mg/L pada sampel

C, sampel yang diambil setelah proses slow sand

filter dengan efisiensi sebesar 50%. Pada garis merah

merupakan hasil uji total suspended solid, memiliki

nilai sebesar 1450 mg/L pada bak sedimentasi

kemudian turun mencapai 200 mg/L setelah proses

roughing filter dimana efisiensi penurunan sebesar

86,2%. Setelah proses pengolahan unit slow sand

filter nilai total suspended solids sama sekali tidak

mengalami perubahan pada nilai 200 mg/L. Garis

Page 73: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

70

hijau seperti yang ditunjukkan pada grafik diatas,

merupakan hasil uji total dissolved solids. Pada

pengolahan bak sedimentasi nilai total dissolved

solids adalah sebesar 2550 mg/L dimana setelah

dilakukan pengolahan menggunakan roughing filter

nilai tersebut turun menjadi 200 mg/L dengan

efisiensi penurunan sebesar 92,15%. Kemudian

setelah pengolahan pada unit slow sand filter nilai

tersebut turun menjadi 0 mg/L, dimana efisiensi

penurunan pada unit slow sand filter adalah sebesar

100%.

Grafik 2. Hasil Uji Turbiditas Pengolahan dengan Media

Kerikil

Berdasarkan pada grafik 2 diatas, dapat dilihat

bahwa pada unit pengolahan bak sedimentasi nilai

turbiditas berada pada nilai 729,33 NTU, kemudian

nilai tersebut turun pada pengolahan unit roughing

filter menjadi sebesar 6,82 NTU dimana efisiensi

penurunan pada unit roughing filter adalah sebesar

99,06%. Kemudian pada pengolahan dengan slow

sand filter penyisihan kekeruhan pada air Sungai

Karang Mumus nilai turbiditas menjadi 1,21 NTU

dengan efisiensi penurunan sebesar 82,25%. Dan

berdasarkan data turbiditas diatas berkesesuaian

dengan data penurunan total solids, total suspended

solids, dan total dissolved solids yang merupakan

parameter fisik dari kualitas air Sungai Karang

Mumus yang diolah menggunakan unit-unit

pengolahan roughing filter.

Grafik 3. Hasil Uji Total Coliform Pengolahan dengan

Media Kerikil

Penurunan total coliform air olahan Sungai

Karang Mumus dengan menggunakan pengolahan

roughing filter dapat dilihat pada grafik 3 diatas.

Pada unit pengolahan bak sedimentasi tinggi total

coliform mencapai 35000 MPN/100 ml. Kemudian

setelah melalui proses pengolahan pada unit roughing

filter konsentrasi total coliform turun hingga

mencapai 1600 MPN/100 ml, dimana efisiensi

penurunannya adalah sebesar 95,42%. Kemudian

pada unit pengolahan slow sand filter konsentrasi

total coliform tidak mengalami perubahan dan berada

pada nilai 1600 MPN/100 ml.

Grafik 4. Hasil Uji Total Solids, Total Suspended Solids,

dan Total Dissolved Solids Pengolahan dengan Media

Variasi Batu Bata

Pada grafik 4.4 yang disajikan diatas, terdapat 3

parameter pengujian fisik yang dilakukan pada air

baku Sungai Karang Mumus. Dimana masing-masing

melalui pengolahan pada bak sedimentasi, unit

roughing filter, dan unit slow sand filter secara

berturut-turut ditunjukkan pada kolom A, B, dan C.

Dan dimana garis berwarna biru merupakan

parameter total solids, garis berwarna merah

merupakan parameter total suspended solids, dan

garis terakhir berwarna hijau merupakan parameter

total dissolved solids. Hasil uji total solids pada bak

sedimentasi memiliki nilai sebesar 3000 mg/L,

kemudian turun hingga mencapai nilai 800 mg/L

pada pengolahan roughing filter. Efisiensi penurunan

pada unit roughing filter mencapai 73,3%. Namun

pada unit slow sand filter nilai total solids sama

sekali tidak mengalami perubahan pada besaran 800

mg/L. Pada parameter total suspended solids, hasil

uji air baku yang diambil dari bak sedimentasi

memiliki nilai sebesar 1700 mg/L yang turun hingga

mencapai 150 mg/L pada unit roughing filter dimana

efisiensi penurunannya sebesar 91,17%. Dan tidak

mengalami perubahan sama sekali pada pengolahan

slow sand filter dimana nilai total suspended solids

sebesar 150 mg/L. Dan konsentrasi total dissolved

solids pada bak sedimentasi sebesar 1300 mg/L yang

turun mencapai 650 mg/L pada unit roughing filter,

Page 74: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

71

dimana efisiensi penurunan sebesar 50%. Sama

halnya dengan parameter total solids dan total

suspended solids, hasil uji total dissolved solids sama

sekali tidak mengalami perubahan dan tetap pada

posisi 650 mg/L.

Berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan

pemilihan data terbaik yang akan digunakan sebagai

data pembanding, untuk membandingkan penurunan

dan efisiensi dari media varian batu bata pada

parameter turbiditas. Pada sampel A, hasil uji yang

diambil dari sampel pada bak sedimentasi adalah

sampel A-2 dimana nilai rata-ratanya sebesar 927,33

NTU. Kemudian pada sampel B yang merupakan

sampel air baku yang diambil dari pengolahan unit

roughing filter dipilih data hasil uji dari sampel B-3

yang memiliki rata-rata nilai turbiditas sebesar 3,02

NTU. Dimana efisiensi penurunannya adalah sebesar

99,67%. Pada sampel C hasil uji turbiditas yang

digunakan adalah nilai turbiditas dari sampel C-2

yang memiliki nilai sebesar 2,19 NTU, dimana nilai

efisiensi penurunan turbiditas pada slow sand filter

adalah sebesar 27,48% seperti yang ditunjukkan pada

grafik 4.5 dibawah ini.

Grafik 5. Hasil Uji Turbiditas Pengolahan dengan Media

Variasi Batu Bata

Grafik 6. Hasil Uji Total Coliform Pengolahan dengan

Media Variasi Batu Bata

Sampel A, yang memiliki hasil uji total

coliform sebesar 17000 MPN/100 ml. Kemudian

pada sampel B, hasil uji yang digunakan adalah hasil

uji pada sampel B-3 yang memiliki nilai total

coliform sebesar 920 MPN/100 ml. Efisiensi

penurunan dari pengolahan pada bak sedimentasi

hingga unit roughing filter mencapai 94,58%. Pada

sampel C, data yang akan digunakan adalah hasil uji

pada sampel C-2 yang memiliki nilai total coliform

sebesar 110 MPN/100 ml, dimana efisiensi

penurunannya adalah sebesar 88,04%. Grafik

penurunan total coliform pada pengolahan dengan

media varian batu bata dapat dilihat pada grafik 6.

5. KESIMPULAN

1. Pengelolaan RF media kerikil dan RF media batu

bata dapat menurunkan parameter turbiditas, TSS,

dan Total Coliform pada air permukaan

2. Efektifitas penurunan parameter TSS pada RF-

media kerikil adalah 82,21% dan RF-media batu

bara 91,18%, parameter turbiditas pada RF-media

kerikil adalah 99,83% dan RF-media batu bara

99,76%, parameter coliform RF-media kerikil

adalah 95,43% dan RF-media batu bara 99,35%

3. Efektifitas antara media kerikil dan media

pecahan batu bata tidak terlalu berbeda, namun

media batu bata sedikit lebih efektif dalam

menurunkan total suspended solids dan total

coliform

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Boller M. 1993. Filter Mechanism in Roughing

Filters. Technol: J. Water Supply Res.

[2]. Budiyono., & Sumardiono, Siswo. 2013. Teknik

Pengolahan Air. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[3]. Graham N Ed. 1988. Slow Sand Filtration,

Recent Development in Water Treatment

Technology. Cheicester: Elis Horwood ltd.

[4]. Henry, JG, & Heinke, GW. 1996.

Environmental Science and Engineering 2nd

Ed. New Jersey : Prentice Hall.

[5]. Levine et al. 2008. Pilot Study of Horizontal

Roughing Filter in Northern Ghana as

Pretreatment or Highly Turbid Dugout Water.

Massuchessets : Rice University.

[6]. Masduqi, Ali., & Assomadi, A.F. 2012. Operasi

dan Proses Pengolahan Air. Surabaya : ITS

Press.

[7]. Nkwonta and Ochieng. 2009. Roughing Filter

for Water Pre-Treatment Technology in

Developing Countries: A Review. Pretoria :

Tshwane University of Technology.

[8]. Schulz, C.R. and Okun, D.A. 1984. Surface

Water Treatment for Communities in

Developing Countries. Wiley: ITDG

Publishing.

[9]. Suprihatin, & Suparno, Ono. 2013. Teknologi

Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan

Praktisi Industri. Bogor : IPB Press.

[10]. Wegellin, M. 1996. Surface Water Treatment by

Roughing Filters. A Design, Construction and

Page 75: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Muhammad Busyairi1, Rezkie Zulfikri2, Edhi

Sarwono3 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

72

Operation Manual. Swiss Federal Institute for

Environmental Science and Technology

(EAWAG) and Department Water and

Sanitation in Developing Countries (SANDEC).

Page 76: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

73

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN SOIL CEMENT

DAN PENGGUNAAN AGREGAT UNTUK LAPIS

PONDASI BAWAH DI KALIMANTAN TIMUR

Tamrin

1), Masayu Widiastuti

2)

1,2) Dosen Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda

Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda

[email protected] 1)

ABSTRAK

Pada umumnya jalan yang ada di Samarinda menggunakan agregat sebagai material untuk lapis pondasi

bawah. Namun dengan seiring perkembangan teknologi, ditemukanlah beberapa material yang bisa menggantikan

penggunaan agregat sebagai lapis pondasi bawah jalan. Soil cement menjadi salah satu alternatif pengganti

penggunaan agregat untuk lapis pondasi bawah jalan tetapi tetap mempunyai daya dukung yang memenuhi

persyaratan teknis. Metode analisis harga satuan (AHS) digunakan untuk memperkirakan harga satuan pekerjaan

perkerasan berbutir. Dalam membuat analisis harga satuan setiap satuan pengukuran memerlukan asumsi metoda

pelaksanaan pekerjaan atau cara kerja yang digunakan sehingga rumusan analisis harga satuan yang diperoleh

mencerminkan harga aktual di lapangan. Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak

langsung. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan alat. Komponen biaya tidak langsung terdiri atas

biaya umum atau over head dan keuntungan. Biaya langsung dan tidak langsung akan ditambahkan dengan pajak

pertambahan nilai. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa untuk lokasi ini soil cement lebih murah dari pada

agregat dengan perkiraan biaya untuk soil cement sebesar Rp. 405,682.86/m3 dan agregat sebesar Rp.

906,909.32/m3. Melalui analisis yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan suatu masukan dan bahan

pertimbangan untuk penggunaan material lapis pondasi bawah kepada pihak terkait yang ingin membangun sebuah

jalan.

Abstract

In general road exist in Samarinda use aggregate as materials for foundation layer under. But with along

technology development, be found several materials that can replace aggregate uses as foundation layer under

road. Soil cement be one of the alternative aggregate use successor for foundation layer under road but permanent

has power supports that fulfil technical rules. unit price analysis method (AHS) is used to estimate job unit price

pavement granulous. In make unit price analysis every measurement unit needs job execution method assumption or

procedure that used so that unit price analysis formulation that got to reflect recent price at field. Job unit price

consists of direct cost and indirect expenses. Direct cost component consists of wage, ingredient and tool. Indirect

expenses component consists of general expense or over head and profit. Direct cost and not direct be added with

value added tax. From calculation result is got result that for this location is soil cement cheaper than in aggregate

with cost estimate to soil cement as big as Rp. 405,682.86/m3 and aggregate as big as Rp. 906,909.32/m3. Pass

analysis that done, supposed can give a input and consideration for foundation layer materials use under to related

parties that want to build a road.

Page 77: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

74

1. PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya pembangunan di seluruh

bidang di Indonesia saat ini, transportasi merupakan

sektor yang memegang peranan yang sangat penting

guna menunjang pembangunan di sektor lain.

Pemilihan sarana yang menguntungkan salah satunya

adalah jalan raya.

Jalan raya di di Samarinda pada umumnya

menggunakan agregat sebagai lapis pondasi bawah.

Agregat yang biasa digunakan kebanyakan berasal dari

luar Samarinda. Agregat yang sering digunakan

biasanya didatangkan dari kota Palu, Sulawesi Tengah.

Tetapi pada saat ini ketersediaan agregat mulai menipis

akibat permintaan terus menerus. Oleh karena itu

beberapa pihak mulai mencari bahan alternatif yang

bisa menggantikan penggunaan agregar sebagai lapis

pondasi bawah jalan. Dengan perkembangan teknologi,

ditemukanlah beberapa material yang bisa

menggantikan penggunaan agregat sebagai lapis

pondasi bawah jalan. Soil cement menjadi salah satu

alternatif pengganti penggunaan agregat untuk lapis

pondasi bawah jalan tetapi tetap mempunyai daya

dukung yang memenuhi persyaratan teknis.

Di dalam tugas akhir ini penulis memilih jalan

yang digunakan adalah jalan akses stadion utama

Samarinda, Kalimantan Timur. Dimana pada salah satu

jalan aksesnya yaitu Jalan A.Rifaddin (1600 m)

menggunakan agregat untuk lapis pondasi bawah jalan

dan Jalan Gotong Royong (2876 m) menggunakan soil

cement sebagai lapis pondasi bawah. Dalam kasus ini

panjang jalan yang di tinjau sepanjang 1000 m.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang di angkat dalam

penelitian ini ialah mengenai Studi Perbandingan

Penggunaan Soil Cement Dan Penggunaan Agregat

Untuk Lapis Pondasi Bawah Pada Pembangunan Jalan

Akses Stadion

Utama Samarinda, Kalimantan Timur adalah :

a. Membandingkan penggunaan jumlah alat, waktu

dan jumlah pekerja saat pelaksanaan pekerjaan lapis

pondasi menggunakan agregat dan soil cement.

b. Membandingkan anggaran biaya untuk lapis

pondasi bawah yang menggunakan agregat dan soil

cement.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian

tersebut sesuai dengan judul tugas akhir ini adalah:

a. Mengetahui jumlah alat, lama pekerjaan dan jumlah

pekerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pekerjaan lapis pondasi dengan agregat dan soil

cement.

b. Mengetahui perbandingan biaya antara penggunaan

lapis pondasi dengan material agregat dan soil

cement.

Manfaat Penelitian

Dari apa yang dibahas di atas dapat dipetik

beberapa manfaat yaitu sebagai berikut :

a. Sebagai acuan dalam merencanakan lapis pondasi

bawah yang efektif dan ekonomis.

b. Untuk menambah wawasan tentang penggunaan

agregat dan soil cement untuk konstruksi lapis

pondasi bawah.

2. LANDASAN TEORI

a. Fungsi Jalan

Sesuai dengan undang-undang tentang jalan,

No.38 tahun 2004 dan sistem jaringan jalan di

Indonesia dapat dibedakan mwnjadi berikut ini :

a. Sistem jaringan jalan primer, adalah sistem jaringan

jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi

untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang

kemudian berwujud kota.

b. Sistem jaringan jalan sekunder, adalah sistem

jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa

distribusi untuk masyarakat dalam kota.

Berdasarkan fungsi jalan, jalan dapat dibedakan

sebagai berikut:

a. Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan

umum dengan ciri-ciri pelayanan jarak jauh,

kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara efisien.

b. Jalan kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan

pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan

jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah

jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal, adalah jalan yang melayani angkutan

setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,

kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk

tidak dibatasi.

b. Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari 4 lapisan

struktur perkerasan jalan yang diletakkan di atas tanah

dasar yang telah dipadatkan. Lapisan tersebut berfungsi

untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke

lapisan di bawahnya. Ke-empat (4) struktur perkerasan

jalan adalah :

1. Lapisan Permukaan

Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis

permukaan dan berfungsi sebagai :

a. Lapis perkerasan penahan beban roda.

b. Lapis kedap air.

c. Lapis aus (wearing course).

d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan lain

yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek.

2. Lapisan Pondasi Atas

Fungsi lapisan pondasi atas ini antara lain sebagai :

a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang

dari beban roda dan menyebarkan beban ke

lapisan di bawahnya.

Page 78: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

75

b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.

c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

3. Lapisan Pondasi Bawah

Fungsi pondasi bawah adalah :

a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk

menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

b. Effisiensi penggunaan material. Mengurangi

tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.

c. Lapis peresap, agar air tanah tidak berkumpul di

pondasi.

d. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan

lancar. Lapisan untuk mencegah partikel-

partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis

pondasi atas.

4. Lapisan tanah Dasar

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang

dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang

didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah

yang distabilisai dengan semen atau bahan lainnya.

c. Tanah Dasar

Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik

dan endapan-endapan yang relatif lepas yang terletak di

atas batuan dasar. Tanah terbagi ke dalam dua

klasifikasi yaitu klasifikasi unified dan klasifikasi

AASHTO. Sistem Unified dikembangkan oleh

Casagrande yang pada garis besarnya membedakan

tanah atas 3 kelompok besar yaitu :

a. Tanah berbutir kasar < 50% lolos saringan No.200.

b. Tanah berbutir halus > 50% lolos saringan No.200.

c. Tanah organik dapat dikenal dari warna, bau dan

sisa tumbuh-tumbuhan yang terkandung

didalamnya.

Pada garis besarnya tanah dikelompokkan menjadi

2 kelompok besar yaitu :

a. Kelompok tanah berbutir kasar(< 35% lolos no.

200), terdiri dari kelompok A-1, A-2, A-3.

b. Kelompok tanah berbutir halus (> 35% lolos no.

200), terdiri dari kelompok A-4, A-5, A-6, A-7.

c. Agregat

Agregat didefinisikan secara umum sebagai

formasi kulit bumi yang keras dan padat. ASTM

mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang

terdiri dari mineral padat, berupa massa berukuran

besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Sifat dan

kualitas agregat menetukan kemampuannya dalam

memikul beban lalu-lintas. Sifat agregat yang

menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi

perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu :

1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability)

lapisan perkerasan.

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik.

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan

lapisan yang nyaman dan aman.

d. Soil Cement

Dalam perbaikan tanah dengan metode modifikasi

fisik dan kimia, yang umumnya digunakan adalah

dengan menambahkan bahan additive atau admixture.

Salah satu additive yang sering digunakan adalah

semen. Stabilisasi semen ± 2% mampu merubah sifat-

sifat tanah. Penambahan semen yang lebih banyak

mengakibatkan perubahan yang lebih nyata bahkan

cenderung radikal. Secara prinsip, soil cement terdiri

atas tiga komponen, yaitu:

a. Semen

Jenis semen yang digunakan adalah semen tipe I

dan harus sesuai dengan spesifikasi AASHTO M-

85, M-134 atau ASTM C-595 atau SII-13-1997

b. Air

Air harus relatif bersih dan bebas alkali, asam-asam

organis, dan bahan-bahan organis.

c. Tanah (Soil)

Pada dasarnya soil cement dapat digunakan untuk

setiap macam tanah selama semen dapat dicampur

secara merata dan selama kandungan semen bisa

cukup banyak. Tanah yang akan digunakan harus

dalam kondisi yang kering udara dan lolos saringan

ASTM No.4. Tanah akan ekonomis bila mempunyai

IP < 15 %.

Berdasarkan kandungan semennya, maka campuran

soil cement dapat dibagi ke dalam tiga tipe yaitu :

a. Compacted Soil Cement (sampai 15% berat tanah)

Tipe ini mengandung semen yang cukup untuk

memenuhi kekuatan dan durabilitas untuk tahan

cuaca seperti freeze-thaw dan wet-dry cycles.

b. Cement Modified Soil (sampai 3% berat tanah)

Tipe ini hanya cukup semen untuk merubah

perilaku fisik. Misalnya untuk mengontrol stabilitas

volume tanah dan menambah ketahanan terhadap

erosi.

c. Plastic Soil Cement (flowable mix)

Tipe ini menggunakan campuran yang cukup untuk

mendapatkan sloppy (flowable) consistency. Dalam

pelaksanaannya biasanya tidak dipadatkan.

Umumnya dipakai pada trench backfill atau

structural backfill.

e. Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah bagaimana agar

sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi

dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat

dikelompokkan menjadi manpower, material,

machines, money dan method.

Dalam membuat analisis harga satuan setiap

satuan pengukuran memerlukan asumsi metoda

pelaksanaan pekerjaan atau cara kerja yang digunakan

sehingga rumusan analisis harga satuan yang diperoleh

mencerminkan harga aktual di lapangan. Harga satuan

dasar yang digunakan harus sesuai dengan asumsi

pelaksanaan/penyediaan yang aktual (sesuai dengan

kondisi lapangan) dan mempertimbangkan harga pasar

Page 79: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

76

setempat pada waktu penyusunan HPS. Komponen

utama harga satuan pekerjaan terdiri dari 3 (tiga)

komponen, yaitu: bahan, alat dan tenaga kerja.

f. Alat Berat

Alat-alat berat yang dikenal di dalam ilmu teknik

sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu

manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan

suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di

dalam proyek terutama proyek-proyek konstruksi

dengan skala yang besar. Tujuan pengunaan alat-alat

berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam

mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang

diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada

waktu yang relatif lebih singkat. Alat berat yang

umumnya digunakan dalam proyek konstruksi antara

lain adalah dozer, alat gali (excavator), alat pengangkut

seperti wheel loader dan dump truck, alat pemadat

tanah seperti vibrator roller dan pneumatic tire roller.

3. METODOLOGI PENELITIAN

a. Studi Literatur

Suatu proses mengumpulkan, membaca dan

menganalisis sumber-sumber pustaka yang berkaitan

dengan tema skripsi ini.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang

diperoleh dari sumber yang terkait. Adapun data

tersebut adalah :

- Data job mix lapis pondasi agregat kelas A dan

kelas B serta lapis pondasi tanah semen.

- Gambar kerja Jalan Akses Stadion Utama

Samarinda.

- Harga satuan pokok kegiatan.

- Spesifikasi teknis.

c. Metode Perhitungan

Metode perhitungan biaya lapis pondasi bawah

menggunakan Metode Analisis Harga Satuan dengan:

1. Menghitung pemakaian bahan lapis pondasi bawah.

2. Menentukan berapa banyak alat berat yang akan

digunakan serta waktu alat berat yang diperlukan

untuk tiap m3.

3. Menghitung berapa banyak pekerja yang

dibutuhkan untuk tiap m3.

4. Menghitung berapa lama waktu pelaksanaan

pekerjaan lapis pondasi bawah.

d. Teknis Pelaksanaan

1. Lapis Pondasi Agregat

Untuk urutan pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi

dengan menggunakan agregat adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan tanah dasar

Untuk badan jalan, permukaan tanah dasar

diratakan dengan motor grader dan dipadatkan

dengan mesin pemadat sehingga didapat kepadatan

lapangan sesuai dengan standar teknis tanah dasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan

tanah dasar adalah :

- Nilai kepadatan lapangan didapat setelah

melakukan pengujian lapangan dengan

menggunakan alat DCP untuk mengetahui nilai

CBR-nya

- Ketinggian permukaan tanah dasar harus sesuai

dengan potongan melintang rencana jalan

tersebut.

- Permukaan tanah dasar harus bersih dari semua

kotoran.

2. Setelah tanah dasar siap, kemudian agregat kelas B

dihampar pada badan jalan,dan kemudian diratakan

dengan motor grader sehingga didapatkan ketebalan

yang sesuai dengan rencana. Setelah selesai

penghamparan kemudian dengan pemadatan

menggunakan alat vibrator roller. Setelah

pemadatan agregat kelas B selesai dilakukan maka

dilanjutkan dengan penghamparan agregat kelas A.

Penghamparan agregat kelas A juga tidak berbeda

dengan penghamparan agregat kelas B yaitu agregat

dihamparkan kemudian dibentuk dengan motor

grader sesuai dengan ketebalan yang diingankan

kemudian dipadatkan dengan vibrator roller. Segera

setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap

lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat

pemadat yang cocok dan memadai, hingga

kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan

kering maksimum modifikasi (modified). Untuk

teknis pemadatan dimulai dari sepanjang tepi dan

bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan,

dalam arah memanjang. Operasi penggilasan harus

dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas

hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

Adapun hal yang perlu diperhatikan saat akan

memulai pekerjan yaitu cuaca. Jika cuaca mulai

mendung disarankan pelaksanaan pekerjaan

penghamparan dihentikan sampai cuaca cerah

kembali.

2. Lapis Pondasi Soil Cement

Dalam pelaksanaan lapis pondasi semen tanah ini

menggunakan metode campuran di tempat (mix in

place). Adapun urutan-urutan kerja dari pelaksanaan

pekerjaan lapis pondasi semen tanah dengan cara mix in

place adalah sebagai berikut :

Tebal Agregat Kelas A = 15 cm

Tebal Agregat Kelas B = 20 cm

Tanah Dasar

Page 80: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

77

1. Penyiapan tanah dasar dan bahan timbunan tanah

Untuk badan jalan, permukaan tanah dasar

diratakan dengan motor grader dan dipadatkan

dengan mesin pemadat sehingga didapat kepadatan

lapangan sesuai dengan standar teknis tanah dasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan

tanah dasar adalah :

- Nilai kepadatan lapangan didapat setelah

melakukan pengujian lapangan dengan

menggunakan alat DCP untuk mengetahui nilai

CBR-nya.

- Kemudian tanah dasar yang sudah memenuhi

syarat pengujian lapangan maka diatas tanah

dasar tersebut dapat dihampar material dengan

material timbunan tanah untuk lapis pondasi soil

cement setebal 30 cm.

- Tanah yang sudah dihampar terutama yang

masih berupa gumpalan-gumpalan harus

dipecah atau dihaluskan terlebih dahulu.

- Setelah penghamparan material tanah dan

dibentuk badan jalan sesuai dengan perencanaan

maka dilakukan pemadatan dengan alat vibrator

roller. Setelah pemadatan lapangan selesai maka

dilakukan pengujian kepadatan dengan

menggunakan alat sand cone agar diketahui

kepadatan lapangannya (kepadatan lapangan

harus lebih besar dari 97% kepadatan kering

maksimum laboratorium).

2. Pengadukan semen, tanah dan air

Setelah semen disebar merata di atas permukaan

tanah, serangkaian lintasan mesin pencampur harus

dilaksanakan sampai seluruh tanah dan semen

tercampur merata, yang ditunjukkan dari meratanya

warna adukan.

3. Pemadatan dan pembentukan

Setelah pengadukan semen, tanah dan air selesai,

maka pekerjaan pemadatan harus segera dilakukan

karena reaksi hidrasi semen juga sudah mulai

terjadi. Pemadatan untuk campuran semen tanah

harus dimulai sesegera mungkin setelah

pencampuran dan seluruh operasi, termasuk

pembentukan dan penyelesaian akhir, dan harus

diselesaikan dalam waktu 60 menit sejak semen

yang pertama tercampur tanah. Semua operasi

penghamparan, pencampuran, dan pemadatan dari

Lapis Pondasi Semen Tanah harus dilaksanakan

dalam ruas-ruas yang pendek dan bahan setiap ruas

harus dipadatkan dan dibentuk sampai selesai

sebelum pencampuran pada ruas berikutnya dapat

dimulai.

Pemadatan awal harus dilaksanakan dengan

penggilas sheepsfoot, penggilas roda karet atau

penggilas beroda halus, dimana penggilas ini tidak

boleh membebani secara langsung pada bahan

semen tanah yang sudah dihampar, baik dalam

kondisi sudah mengeras maupun sebagian sudah

mengeras. Setelah penggilasan awal, pembentukan

dengan motor grader mungkin diperlukan sebelum

penggilasan akhir. Pemadatan harus diselesaikan

dengan penggilas roda karet atau penggilas beroda

halus bersamaan dengan motor grader untuk

membentuk Lapis Pondasi Semen Tanah. Pada

umumnya, penggilasan akhir perlu disertai

penyemprotan sedikit air untuk membasahi

permukaan yang kering selama operasi pemadatan.

Derajat kepadatan yang dicapai di seluruh lapisan

Lapis Pondasi Semen Tanah harus lebih besar dari

97 % kepadatan kering maksimum laboratorium

atau lebih tinggi dari batas kepadatan lainnya.

4. Masa pengerasan

Segera setelah pemadatan dan pembentukan Lapis

Pondasi Semen Tanah dan penanaman butiran batu,

selaput tipis untuk perawatan (curing membrane)

harus dipasang di atas hamparan dan dipertahankan

sampai paling sedikit 24 jam.

4. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Waktu Pelaksanaan

1. Lapis Pondasi Agregat

Untuk peralatan yang dipergunakan selama

pelaksanaan pekerjaan di lapangan beserta kapasitas

masing-masing alat per-jam untuk pekerjaan galian

tanah dan lapis pondasi agregat A adalah :

Tabel 1. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan galian tanah

No Nama Alat Kapasitas Alat(1) (M3/Jam)

Waktu yang diperlukan untuk per- M3

1 Dump

Truck

10.94 ( 1/10.94)

= 0.0914 Jam

2 Excavator

19.71 ( 1/19.71) = 0.0507 Jam

Total waktu yang diperlukan

untuk 1M3 pekerjaan galian tanah untuk lapis pondasi

agregat

0.1421 Jam

Tabel 2. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan agregat kelas A

No Nama Alat Kapasitas Alat(2)

(M3/Jam)

Waktu yang diperlukan untuk per-M3

1 Wheel Loader 23,655

( 1/23,655) = 0,0423 Jam

2 Dump Truck 6,60

( 1/6,60)

= 0,1515 Jam

3 Motor Grader 58,85

( 1/58,85) = 0,0170 Jam

4 Vibrator

Roller

93,38

( 1/93,38)

= 0,0107 Jam

Tebal Soil Cement = 30 cm

Tanah Dasar

Page 81: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

78

No Nama Alat Kapasitas

Alat(2)

(M3/Jam)

Waktu yang diperlukan

untuk per-M3

5 Pneumatic

Tire Roller

103,75

( 1/103,75)

= 0,0096 Jam

6 Water Tank

Truck

47,43

( 1/47,43)

= 0,0211 Jam

Total waktu yang diperlukan

untuk 1M3 agregat kelas A

0,2522 Jam

Untuk peralatan yang dipergunakan selama

pelaksanaan pekerjaan di lapangan beserta kapasitas

masing-masing alat per-jam untuk pekerjaan lapis

pondasi agregat B adalah :

Tabel 3. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan agregat kelas B

No Nama Alat Kapasitas

Alat(3)

(M3/Jam)

Waktu yang

diperlukan untuk per-

M3

1 Wheel Loader 28,386

( 1/28,386)

= 0,0352 Jam

2 Dump Truck 7,39

( 1/7,39)

= 0,1353 Jam

3 Motor Grader 53,95

( 1/49,8)

= 0,0185 Jam

4 Vibrator Roller 124,5

( 1/124,5)

= 0,0080 Jam

5 Pneumatic Tire

Roller

138,33

( 1/138,33)

= 0,0072 Jam

6 Water Tank

Truck

47,43

( 1/47,43)

= 0,0211 Jam

Total waktu yang diperlukan untuk 1M3 agregat kelas B

0,2253 Jam

Dari hasil perhitungan di atas, maka waktu yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi

agregat kelas A dan kelas B adalah 0,6196 Jam/M3.

2. Lapis Pondasi Soil Cement

Untuk peralatan yang dipergunakan selama

pelaksanaan pekerjaan di lapangan beserta kapasitas

masing-masing alat per-jam untuk pekerjaan lapis

pondasi soil cement adalah :

Tabel 4 Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan galian tanah

No Nama Alat Kapasitas Alat(4)

(M3/Jam)

Waktu yang diperlukan

untuk per-M3

1 Dump Truck 10.94 ( 1/10,94)

= 0,0914 Jam

2 Excavator

19,71 ( 1/19,71) = 0,0507 Jam

Total waktu yang diperlukan

untuk 1M3 pekerjaan galian tanah

untuk lapis pondasi soil cement

0,1421 Jam

Tabel 5. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan tanah timbunan

No Nama Alat Kapasitas

Alat(5)

(M3/Jam)

Waktu yang

diperlukan untuk per-

M3

1 Wheel Loader 70,97 ( 1/70,97)

= 0,0141 Jam

2 Dump Truck 8,62 ( 1/8,62)

= 0,1160 Jam

3 Motor Grader 92,49 ( 1/92,49)

= 0,0108 Jam

4 Vibrator Roller 124.5 ( 1/124.5)

= 0,0080 Jam

5 Water Tank Truck

47,43 ( 1/47,43) = 0,0211 Jam

Total waktu yang diperlukan untuk

1M3 agregat kelas A

0,17 Jam

Tabel 6. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

penghamparan semen pada lapis pondasi semen tanah

No Nama Alat Kapasitas Alat(6) (M3/Jam)

Waktu yang diperlukan untuk per-

M3

1 Dump Truck 5,98 ( 1/5,98)

= 0,1674 Jam

2 Excavator 22,53

( 1/22,53)

= 0,0444 Jam

Total waktu yang diperlukan untuk

1 ton semen untuk pondasi semen

tanah

0,2118 Jam

Tabel 7. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan pada lapis pondasi semen tanah

No Nama Alat Kapasitas

Alat(7) (M3/Jam)

Waktu yang

diperlukan untuk per-M3

1 Wheel Loader 28,386

( 1/28,386)

= 0,0352 Jam

2 Dump Truck 5,68

( 1/5,68) = 0,1759 Jam

3 Motor Grader 117,71

( 1/17,71)

= 0,0085 Jam

4 Vibrator Roller 186,75

( 1/186,75) = 0,0054 Jam

5 Water Tank Truck 142,29

( 1/47,43)

= 0,0070Jam

6 Soil Stabilizer 99,60

( 1/99,60) = 0,0100 Jam

7 Pneumatic Tire

Roller

207,5

( 1/207,5)

= 0,0048 Jam

Total waktu yang diperlukan untuk 1M3 pekerjaan lapis pondasi semen

tanah

0,2468 Jam

Dari hasil perhitungan di atas, maka waktu yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi

semen tanah adalah 0,7707 Jam/M3.

B. Biaya Pelaksanaan

Perhitungan biaya untuk pekerjaan konstruksi

lapis pondasi bawah yang akan dilakukan dengan

memperhatikan hal seperti, satuan untuk lapis pondasi

bawah yang menggunakan material agregat dan soil

cement menggunakan satuan m3. Perhitungan anggaran

biaya untuk pelaksanaan konstruksi lapis pondasi

bawah berdasarkan analisis harga satuan antara lain :

tenaga, bahan dan peralatan.

Page 82: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

79

Tabel 8. Analisis perhitungan biaya lapis pondasi

bawah

Untuk keseluruhan volume lapis pondasi bawah

menghasilkan biaya sebagai berikut :

- Untuk lapis pondasi agregat dengan volume 2450

m3 menghabiskan biaya sebesar

Rp.1,159,776,374.46.

- Untuk lapis pondasi soil cement dengan volume

2100 m3 menghabiskan biaya sebesar Rp.

683,851,282.66.

b. Perhitungan Soil Cement Per-M2

Tabel 9. Analisis perhitungan biaya lapis pondasi soil

cement per-m2

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

mengenai pekerjaan lapis pondasi agregat dengan

lapis pondasi semen tanah maka dapat disimpulkan

bahwa :

Kesimpulan :

1. Meskipun teknis pelaksanaan pekerjaan lapis

pondasi semen tanah lebih rumit dibandingkan

dengan lapis pondasi agregat biasa, namun

perencana bisa membuat tebal lapis pondasi

semen tanah menjadi lebih tipis dari lapis pondasi

agregat sehingga bisa menekan biaya.

2. Dari Aspek penggunaan alat berat pada ruas yang

diteliti dapat dijelaskan sbb: pelaksanaan

pekerjaan lapis pondasi agregat diperlukan 7 unit

alat berat dengan pemakaian waktu sebanyak

0,6196 jam/M3. Sedangkan untuk pelaksanaan

pekerjaan lapis pondasi semen tanah diperlukan 8

unit alat berat dengan alokasi waktu sebesar

0,7707 jam/M3.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

pekerjaan lapis pondasi bawah dengan panjang

1000 meter dan volume sebesar 2450 m3 untuk

lapis pondasi agregat adalah ,038 bulan setara

31,142 hari atau 217,995 jam. Untuk lapis pondasi

semen tanah waktu yang dibutuhkan untuk panjang

jalan 1000 meter dengan volume 2100 m3 adalah

1,053 bulan yang berarti sama dengan 31,591 hari

atau membutuhkan waktu selama 221,137 jam.

4. Biaya untuk lapis pondasi agregat dengan tebal

lapisan 0,35 m adalah sebesar Rp. 906,909.32 /m3

sedangkan untuk lapis pondasi semen tanah dengan

tebal lapisan 0,30 m adalah Rp. 405,682.86 /m3.

Sedangkan untuk tiap m2 lapis pondasi semen tanah

memerlukan biaya sebesar Rp. 277,529.79. 5. Pada rencana anggaran biaya studi perbandingan

penggunaan soil cement dan penggunaan agregat

untuk lapis pondasi bawah pada pembangunan

jalan akses stadion utama samarinda, lapis pondasi

soil cement lebih murah dibandingkan dengan lapis

pondasi agregat.

Saran :

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas agar dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk daerah pada daerah yang

memiliki agregat untuk mengetahui seberapa jauh

perbedaan harga produksi antara soil semen dan

pondasi agregat biasa

Item Pekerjaan Tebal

Lapisan

Lama

pekerjaan

(jam)

Koefisien

tenaga

kerja (jam)

Jumlah

alat

(unit)

Biaya

(Rp)

- Galian Tanah

- Lapis

Pondasi Agregat

Kelas A

- Lapis Pondasi

Agregat

Kelas B

0,35 m

0,15m

0,20 m

0,1421

0,2522

0,2253

0.2536

0.3805

0.317

2

7

7

41,274.44

437,813.81

427,821.07

Total biaya lapis pondasi agregat per-M3 906,909.32

- Galian Tanah

- Timbunan

Biasa - Semen

Untuk Lapis

Pondasi Soil Cement

- Lapis

Pondasi Soil Cement

0,30

m

0,1421

0,17

0,2118

0,2609

0.2536

0.0986

0.7233

0.0536

2

5

2

8

41,274.44

68,778.66

213,311.4

82,318.3

7

Total biaya lapis pondasi semen tanah per-M3 405,682.86

Item Pekerjaan

Tebal Lapisan

Lama pekerjaa

n

(jam)

Koefisien tenaga

kerja

(jam)

Jumlah alat

(unit)

Biaya (Rp)

- Galian Tanah

- Timbuna

n Biasa - Semen

Untuk

Lapis Pondasi

Soil Cement

- Lapis

Pondasi Soil

Cement

0,30 m

0,1421

0,17

0,2118

0,2609

0.2536

0.0986

0.7233

0.0536

2

5

2

8

41,274.44

50,298.66

103,638.32

82,318.3

7

Total biaya lapis pondasi soil cement per-M2 277,529.79

Page 83: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin1, Masayu Widiastuti2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

80

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Dinas Departemen Pekerjaan Umum dan

Kimpraswil. 2004. Dokumen Kontrak Spesifikasi

Umum. Kalimantan Timur.

[2]. Dinas Departemen Pekerjaan Umum dan

Kimpraswil. 2005. Dokumen Kontrak Spesifikasi

Umum. Kalimantan Timur.

[3]. Dinas Departemen Pekerjaan Umum dan

Kimpraswil. 2005. Dokumen Kontrak Spesifikasi

Umum. Kalimantan Timur.

[4]. Hardiyatmo, Hari Christady. 2002. Teknik

Fondasi 1. Beta Offset. Yogyakarta.

[5]. Munawar, Ahmad. 2005. Dasar-Dasar Teknik

Transportasi. Beta Offset. Yogyakarta.

[6]. Oglesby, Clarkson H. 1993. Teknik Jalan Raya

Jilid II. Erlangga. Jakarta.

[7]. Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan

Raya. Nova. Jakarta.

Page 84: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Rusfina Widayati1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

81

PeningkatanKerjasama Lintas Sektoral yang Terintegrasi

Terhadap Keberhasilan Implementasi Kebijakan Tata

Ruang dalam Kerangka Pengembangan Wilayah dan

Mitigasi Bencana di Daerah

Rusfina Widayati

1)

Program Studi Teknik Sipil Universitas Mulawarman

Jl. Sambaliung No. 9 Kampus Gunung Kelua – Samarinda 75123

[email protected]

ABSTRAK

Provinsi Kalimantan Timur umumnya dan kota Samarinda tentunya sangat berkepentingan terhadap kebijakan satu

peta ini. Seringnya terjadi bencana kebakaran di Samarinda lebih disebabkan zonasi ruang yang tidak

memperhitungkan evakuasi dan sistem penggulangan bahaya kebakaran. Pengembangan kawasan/wilayah dan

infrastruktur seringkali terbentur dengan sejumlah masalah terkait pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan. Untuk

mengatasi hal ini dibutuhkan satu peta yang mengacu pada referensi geospasial, satu standar, satu basis data yang

dapat menjadi rujukan untuk pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan. Kebijakan yang telah direncana dan

dirancang sedemikian baiknya jika pada level teknis, para pelaksana di lapangan dalam hal ini masyarakat pengguna

dan aparatur negara bertindak semaunya. Kebijakan satu peta merupakan upaya mewujudkan satu referensi dan

standar yang menjaadi acuan bersama dalam menyusun berbagai kebijakan perencanaan dan pemanfaatan ruang.

Kebijakan satu peta ini sangat krusial dan penting bagi negara seluas dan sebesar Indonesia yang terdiri dari pulau-

pulau. Dalam kebijakan satu peta ini, setiap kementerian /lembaga baik pusat maupun daerah perlu melakukan

sinkronisasi dalam hal pertukaran informasi dari setiap peta kebijakan dari masing-masing institusi. Rencana tata

ruang tidak akan terlaksana dengan baik jika perangkat penegakan hukum tidak tegas dalam menindak

penyalahgunaan wewenang oleh oknum pemerintah di satu sisi dan masyarakat pelanggardi pihak lain,yang merasa

tidak ada tindakan untuk perbuatan mereka yang melangar hukum. Oleh karena itu perlu penegakan hukum yang

substansinya untuk mengatur dan memberikan kesejahteraan sebesar-besarnya kepada rakyat.

Kata kunci: kebijakan, satu peta, bencana, tata ruang, pengembangan wilayah

ABSTRACT

East Kalimantan Province in general and the city of Samarinda are certainly very interested in this one map policy.

The frequent occurrence of fire disasters in Samarinda is caused more by space zoning which does not take into

account evacuation and fire hazard recovery systems. The development of areas / regions and infrastructure is often

confronted with a number of problems related to space use and land use. To overcome this, one map that refers to

geospatial references, one standard, one database can be used as a reference for spatial use and land use. Policies

that have been planned and designed so well if at the technical level, the implementers in the field in this case the

user community and state apparatus act as they wish. One map policy is an effort to realize a reference and a

standard that is a common reference in formulating various spatial planning and utilization policies. This one map

policy is very crucial and important for a country as large and as large as Indonesia which consists of islands. In

this one map policy, every ministry / institution both central and regional needs to synchronize in terms of

information exchange from each policy map of each institution. The spatial plan will not be implemented well if the

law enforcement tool is not firm in taking action against abuse of authority by government officials on the one hand

and the public is committed to the other, who feels there is no action for their actions that violate the law. Therefore,

it is necessary to enforce the substance of the law to regulate and provide the maximum welfare to the people.

Keywords: policy, one map, disaster, spatial planning, regional development

1. PENDAHULUAN

Tidak lama ini Pansus tengah menyusun Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil (RZWP3K)

untuk provinsi Kalimantan Timur. RZWP3K

menegaskan pentingnya penatakelolaan mengenai

pemanfaatan sumber daya alam terutama di kawasan

Page 85: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Rusfina Widayati1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

82

laut termasuk penetapan batas wilayah perencanaanya.

Dalam hal ini batas wilayah perencanaan 12 mil dari

dan ke arah laut.Penataan Zonasi laut ini berdasarkan

pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.Oleh karena Dinas Perikanan dan

Kelautan khusus meminta agar setiap kabupaten/kota

bisa menyusun RZWP3K. Khusus untuk provinsi

Kalimantan Timur meliputi Paser, PPU, Kutai

Kartanegara, Kutai Timur, Bontang, Balikpapan dan

Berau. [1] Hal ini tentu saja sangat menggembirakan

karena selama ini Kalimantan Timur baru menyusun

Rencana Rata Ruang Wilayah (RTRW). Namun, untuk

implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

sendiri untuk provinsi Kalimantan Timur, masih kurang

optimal.

Sejak tahun 2015 The Nature Conservancy

bekerjasama dengan Badan Perencanaan Daerah

Kalimantan Timur mendukung program Kebijakan Satu

Peta. Peta ini terdiri dari pembangunan kapasitas

sumber daya manusia, Geograpic Information System

dan Teknologi Remote Sensing atau Penginderaan

Jarak jauh. [2] Kebijakan satu peta ini merupakan

bagian dari paket kebijakan Ekonomi VII dan

diharapkan menjadi solusi menjawab permasalahan di

bidang pertanahan terutama tumpang tindih dan konflik

dalam penggunan lahan. Kebijakan ini juga merujuk

Peraturan Presiden Nomor 9/2016 tentang Percepatan

Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan tingkat

ketelitian peta skala 1:50.000, untuk daerah perkotaan

akurasi peta akan dibuat jadi skala 1:5000 sampai saat

ini skala itu baru meliputi pemetaan sawah dan irigasi.

Namun tahapan selanjutnya penyelarasan peta seperti

soal hukum dan perijinan wilayah, untuk Kalimantan

Timur telah disinkronisasi tahun ini. [3]

Akan tetapi Kebijakan Satu Peta seolah masih

terjebak ego sektoral. Pelaksanaan di lapangan

transparansi di daerah minim sekali, dan tidak

sinkronnya data lintas dinas dengan alasan pengelolaan

data pada dinas masing-masing. Terlebih lagi dari sisi

teknologi beberapa data di laman masih belum

sempurna dan tidak lengkap, kualitas data jelek dan

masih banyak data kosong bahkan data tidak

dimutakhirkan. [2]

Provinsi Kalimantan Timur umumnya dan kota

Samarinda tentunya sangat berkepentingan terhadap

kebijakan satu peta ini. Seringnya terjadi bencana

kebakaran di Samarinda lebih disebabkan zonasi ruang

yang tidak memperhitungkan evakuasi dan sistem

penggulangan bahaya kebakaran. Seperti yang baru

terjadi pada tanggal 29 Juli 2018, di jalan Cermai di

dua kelurahan di kota Samarinda. [5] Begitu juga

bencana tanah longsor juga kerap terjadi di kota

Samarinda. Bahkan pernah terjadi dalam satu hari

terjadi bencana tanah longsor dalam satu hari di lima

tempat berbeda. [6] Kawasan yang memiliki

kemiringan lereng tertentu,selain tidak layak untuk

menjadi area permukiman juga mempengaruhi luasan

genangan banjir di dataran rendah di kota Samarinda.

[7] Selain itu, Banjir yang sering melanda akibat

sedimentasi anak sungai dan buruknya drainase serta

pembangunan yang tidak sesuai peruntukan lahan

mengakibatkan jumlah daerah resapan air (catchment

area) semakin berkurang berakibat meluasnya daerah

dataran banjir. [8]

2. PERMASALAHAN

1. Bagaimana meningkatkan kerjasama lintas sektoral

untuk mewujudkan kebijakan Satu Peta, baik

aspek tatakelola dan teknologi dalam kerangka

pengembangan Wilayah?

2. Bagaimana aspek bencana dalam proses

penyusunan tata ruang sebagai salah satu perangkat

pencegahan bencana dan atau penanggulangan

kebencanaan?

3. Bagaimana menerjemahkan dan

mengimplementasikan kebijakan tata ruang yang

pro- rakyat di satu sisi namun juga tetap tegas

dalam pengaturan dan tata kelolanya terutama level

teknis, dalam kaitannya dengan penindakan

terhadap oknum yang menyalahgunakan

wewenang?

3. METODE PEMBAHASAN

Tulisan mengunakan metode Rasionalistik,

analisis dilakukan secara deskripsi kualitatif. Dalam

penelitian rasionalistik, informasi lapangan yang

dikumpulkan bias melingkupi hasil dari pengamatan

fisik (emperik sensual), pertimbangan logika/rasio

(empiric logik), kebenaran empiric etik. Pendekatan

yang dilakukan merupakan pendekatan diskriptif secara

umum, dengan menganalisis aspek Tata Ruang dan

Tata Guna Lahan serta Mitigasi dan Proteksi

Bencana.Pembahasan dijabarkan mengenai bagaimana

koordinasi dan kerjasama lintas sektoral menjadi

penting dalam mewujudkan penatakelolaan Tata Ruang

yang berkeadilan dan pro-rakyat.

4. PEMBAHASAN

a. Kebijakan Satu Peta dan Pengembangan

Wilayah

Sinergi berbagai pemangku kepentingan

geospasial sangat penting agar tujuan besar percepatan

Kebijakan Satu Peta (KSP) tercapai kebijakan satu peta

ini dapat mendukung adanya kepastian lahan dan

tersedianya informasi spasial yang mudah diakses oleh

semua sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya

tarik investasi. Dalam hal ini pendekatan yang

partisipatiif dimana masyarakat dan pemerintah daerah

benar-benar terlibatsangat penting untuk memastikan

keakuratan informasi Tata Ruang. Ini merupakan dasar

perencanaan untuk mengembangkan potensi wilayah

secara berkelanjutan dan meminimalisir terjadinya

tumpang tindih lahan dalam jangka panjang.

Pengembangan kawasan/wilayah dan infrastruktur

seringkali terbentur dengan sejumlah masalah terkait

Page 86: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Rusfina Widayati1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

83

pemanfaatan ruangdan penggunaan lahan. Untuk

mengatasi hal ini dibutuhkan satu peta yang mengacu

pada referensi geospasial, satu standar, satu basis data

yang dapat menjadi rujukan untuk pemanfaatan ruang

dan penggunaan lahan.

Kebijakan satu peta merupakan upaya

mewujudkan satu referensi dan standar yang menjaadi

acuan bersama dalam menyusun berbagai kebijakan

perencanaan dan pemanfaatan ruang. Kebijakan satu

peta ini sangat krusial dan penting bagi negara seluas

dan sebesar Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau.

Dalam kebijakan satu peta ini, setiap kementerian

/lembaga baik pusat maupun daerah perlu melakukan

sinkronisasi dalam hal pertukaran informasi dari setiap

peta kebijakan dari masing-masing institusi.

Tentunya dalam mewujudkan sinkronisasi data

dengan cepat dan terkini maka dibutuhkan tidak saja

kemauan yang kuat dari instansi yang terkait namun

juga dukungan teknologi yang memadai. Untuk

mengadakan tersinkronisasinya data membutuhkan

hardware dan software yang high-technology juga

sumberdaya manusia baik kualifikasi dari berbagai

level juga jumlah yang tidak sedikit. Dengan adanya

teknolgi maka hambatan jarak maupun waktu dapat

diminimalisir dalam mmewujudkan kebijakan satu

peta.

b. Aspek Bencana Dalam Proses Penyusunan

Tata Ruang

Provinsi Kalimantan Timur terletak antara 113044

Bujur Timur dan 119000 Bujur Barat serta diantara 4

024

Lintang Utara dan 2025 Lintang Selatan, memiliki luas

wilayah daratan sekitar 198.441 km2 dan luas

pengelolaan laut sekitar 10.216.57 km2 yang dibagi ke

dalam 10 kabupaten dan empat kota. Dataran Provinsi

Kalimantan Timur umumnya terdiri dari pegunungan

dan bukit yang terdapat hampir di seluruh kabupaten.

Disamping itu provinsi ini juga mempunyai ratusan

sungai yang juga tersebar hampir di semua

kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama

disamping angkutan darat. Selama kurun waktu 1994-2004, wilayah provinsi

Kalimantan Timur mengalami perubahan fungsi lahan

sebagai berikut:

a. Berkurangnya kawasan hutan seluas 1, 85 juta Ha

(11,52%)

b. Bertambahnya kawasan pemukiman menjadi 52,53

ribu Ha (165,22%)

c. Bertambahnya kawasan perkebunan seluas 233, 55

Ha (6.926,31%)

d. Berkurangnya kawasan pertanian lahan basah

(sawah) seluas 357,25 Ha (-79,16%)

e. Berkurangnya hutan mangrove menjadi tambak

seluas 235,03 ribu Ha (42.347,64%)

f. Bertambahnya kawasan tanah terbuka dan areal

bekas tambang seluas 31,43 ribu Ha (416%)

Akibat perubahan yang sangat besar

mengakibatkan terganggunya keseimbangan tata air

dan berkurangnya sumber daya air serta intrusi air laut

di sejumlah kabupaten/kota. Dengan kondisi alam

seperti ini yang diiringi dengan tingkat eksploitasi dan

eksplorasi lahan, maka provinsi Kalimantan Timur

pada dasarnya sangat rawan terhadap bencana alam

maupun non alam.

Potensi Bencana Alam di Provinsi Kalimantan

Timur

Menilik kondisi alam Provinsi Kalimantan Timur

dan degradasi alam yang ditemukan di wilayah ini,

tidak mengherankan jika provinsi ini menyimpan

potensi bencana yang cukup besar. Dari hasil

identifikasi yang dilakukan terhadap wilayah ini maka

terdapat beberapa potensi bencana yang ada di wilayah

ini:

a. Banjir

Bencana banjir selama sepuluh tahun terakhir

sering melanda seluruh wilayah kabupaten/kota setiap

tahunnya. Bencana ini bersifat temporer dan terjadi di

setiap awal musim penghujan dan umumnya terjadi

antara 2 hingga 6 hari. Daerah-daerah yang

diidentifikasi sering mengalami banjir dan paling rawan

banjir adalah kawasan perkotaan di sepanjang hilir

sungai dan pesisir laut.

Berdasarkan data yang ada untuk tahun 2007,

provinsi Kalimantan Timur mengalami banjir sebanyak

20 kali dengan jumlah korban sekitar 80.170 (KK) atau

375.833 jiwa. Sementara untuk tahun 2008, sudah

terjadi 4 kali banjir dengan jumlah korban sebanyak

2.232 KK atau 7.799 jiwa. Untuk lebih lengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

b. Tanah Longsor

Di provinsi Kalimantan Timur, wilayah yang

rentan terhadap tanah longsor adalah Balikpapan,

Samarinda, Bontang, Sengatta dan Sendawar.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, untuk

tahun 2007telah terjadi musibah tanah longsor

sebanyak 6 kali dengan jumlah korban sebanyak 2.195

KK atau 7.647 jiwa dengan jumlah korban meninggal

sebanyak 5 orang. Untuk tahun 2008, frekuensi

kejadian tanah longsor terjadi sebanyak 8 kali dengan

jumlah korban sebanyak 30 KK atau 111 jiwa. Potensi

kejadian ini di masa yang akan datang kemungkinan

akan bertambah mengingat terjadinya perubahan fungsi

lahan yang cukup besar di wilayah Provinsi Kalimantan

Timur.

c. Kebakaran

Kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian

yang berulang di Kalimantan Timur pada musim

kemarau. Jika ditinjau dari sisi penyebab kebakaran

hutan dan lahan di Kalimantan Timur tidak semata-

mata disebabkan oleh ulah manusia, tetapi juga oleh

kondisi alam. Pada musim kemarau, suhu udara di

beberapa wilayah di Kalimantan Timur bahkan

mencapai 34.50C hingga 39.5

0C. Dari data yang

dikeluarkan oleh UPTD PKLH Samarinda, sepanjang

Page 87: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Rusfina Widayati1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

84

tahun 2006 ditemukan hot spot (lokasi kebakaran

vegetasi) sebanyak 6.191 sementara tahun 2007

ditemukan 1.461 titik. Untuk tahun 2008, hingga bulan

Juli telah ditemukan 139 hot spot. Kebakaran hutan

selama ini telah banyak menimbulkan kerugian di

bidang ekonomi, lingkungan, ekologi maupun

kesehatan masyarakat.

Dari sebaran kejadian dan potensi bencana yang

sudah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa

Provinsi Kalimantan Timur memiliki jenis bencana

alam yang relatif lebih sedikit jenisnya dibanding

wilayah lainnya di Indonesia. Namun mengingat alih

fungsi lahan yang cukup tinggi, maka potensi bencana

diperkirakan akan semainn semakin tinggi sehingga

pemerintah perlu menyusun berbagai kebijakan dan

strategi untuk mencegah dan mengatasi bencana yang

sudah sering terjadi.

Kejadian bencana alam dari lingkungan seperti

Banjir, Longsor, Erosi dan kekeringan tidak bias

terlepas dari tata ruang di wilayah daratan, selain itu

juga terdapat factor manusia, iklim dan pola

pembangunan. Wilayah daratan dibagi habis oleh

daerah aliran sungai (DAS) yang merupakan daerah

tangkapan air (wafer catchment area) yang menangkap

air hujan, menyimpan dan mengalirkannya. DAS

termasuk ke dalam satu kesatuan perencanaan dan

manajemen, sehingga perencanaan Tata Ruang

termasuk di dalamnya.

Tata Ruang memiliki peran dalam menjaga

daratan dari bencana lingkungan akibat adanya

aktivitas manusia. Sehingga pembangunan tata ruang

perlu mengutamakan penetapan wilayah yang harus di

jadikan sebagai kawasan lindung, konservasi untuk

penyelamatan pembangunan bagi kesejahteraan

kehidupan. Di daerah tersebut hamper tidak boleh ada

aktivitas manusia, atau sangat dibatasi. Umumnya yang

sering terjadi adalah bencana banjir dan longsor akibat

ulah manusia, seperti hulu sungai yang seharusny

amemiliki pohon atau hutan untuk menjaga kesetabilan

air namun nyatanya banyak masyarakat yang

melakukan penebangan pohon di hulu sungai, sehingga

hal ini menyebabkan terjadinya banjir bandang dan

juga tanah longsor.

Tata ruang juga sangat berperan dalam penetapan

hutan lindung. Hutan lindung berfungsi meresapkan air

hujan (water infiltration), mengendalikan air banjir

(water surface run-off), mengendalikan erosi tanah dan

tanah longsor, serta menghindarkan daerahh ilir dari

kekeringan. Langkah berikutnya menetapkan daerah-

daerah konservasi yang antara lain akan melindungi

berbagai aneka ragam biodiversitas hayati, plasma

nutfah, ciri-ciri bumi, monument alam, mata air, situs

sejarah, monument budaya, dan lainnya. Tahap sisanya

barulah menetapkan wilayah untuk kepentingan

produksi, pemukiman dan areal-areal penggunaan

lainnya. Dengan begini, Tata Ruang memiliki peranan

dalam pencegahan bencana alam terutama bencana

alam yang terjadi akibat factor manusia. Sehingga

kejadian bencana alam mampu di minimalisir.

Pencegahan bencana alam dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek pencegahan dan

penanggulangan bencana dalam penyusunan Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi maupun

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) yang kemudian

didetailkan di dalam Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan (RDTRK) bahkan sampai pada level teknis

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

c. Implementasikan Kebijakan Tata Ruang yang

Pro-Rakyat di satu sisi namun juga Tetap

Tegas dalam Pengaturan dan Tata Kelolanya

Terutama Level Teknis.

Dari dua poin uraian di atas, perencanaan tata

ruang sangat erat kaitannya dengan pengembangan

wilayah yang tentu saja titik berat tujuan

pengembangan wilayah adalah peningkatan kemajuan

daerah dan kesejahteraan rakyat di kawasan itu. Aspek

kesejahteraan ini kemudian menjadi kriteria utama

substansi penyusunan peraturan dan perundang-

undangan. Pada gilirannya luaran dari penyusunan

Rencana Tata Ruang ini adalah tahap pelaksanaan yang

mengatur tiap hak dan kewajiban masyarakat dalam

bidang pertanahan. Artinya negara mengatur zonasi

mana saja yang merupakan hak pemerintah untuk

mengatur dan mengelola. Dalam hal ini jika ada oknum

tertentu yang bertindak dapat membahayakan

kepentingan publik maka pemerintah berhak mengatur

dalam koridor kesejahteraan masyarakat yang lebih

luas.

Kebijakan yang telah direncana dan dirancang

sedemikian baiknya jika pada level teknis, para

pelaksana di lapangan dalam hal ini masyarakat

pengguna dan aparatur negara bertindak semaunya.

Rencana tata ruang tidak akan terlaksana dengan baik

jika perangkat penegakan hukum tidak tegas dalam

menindak penyalahgunaan wewenang oleh oknum

pemerintah di satu sisi dan masyakat pelanggardi pihak

lain, yang merasa tidak ada tindakan untuk perbuatan

mereka yang melangar hukum. Oleh karena itu perlu

penegakan hukum yang substansinya untuk mengatur

dan memberikan kesejahteraan sebesarbesarnya kepada

rakyat.

5. PENUTUP

Sinkronisasi data dengan cepat dan terkini maka

dibutuhkan tidak saja kemauan yang kuat dari instansi

yang terkait namun juga dukungan teknologi yang

memadai. Untuk mengadakan tersinkronisasinya data

membutuhkan hardware dan software yang high-

technology juga sumberdaya manusia baik kualifikasi

dari berbagai level juga jumlah yang tidak sedikit.

Dengan tercukupinya kebutuhan ini maka kebijakan

satu peta bukanlah hal yang mustahil.

Pencegahan bencana alam dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek pencegahan dan

penanggulangan bencana dalam penyusunan Rencana

Page 88: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Rusfina Widayati1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

85

Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi maupun

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) yang kemudian

didetailkan di dalam Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan (RDTRK) bahkan sampai pada level teknis

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Kebijakan yang telah direncana dan dirancang

sedemikian baiknya jika pada level teknis, para

pelaksana di lapangan dalam hal ini masyarakat

pengguna dan aparatur negara bertindak semaunya.

Rencana tata ruang tidak akan terlaksana dengan baik

jika perangkat penegakan hukum tidak tegas dalam

menindak penyalahgunaan wewenang oleh oknum

pemerintah di satu sisi dan masyarakat pelanggardi

pihak lain,yang merasa tidak ada tindakan untuk

perbuatan mereka yang melangar hukum. Oleh karena

itu perlu penegakan hukum yang substansinya untuk

mengatur dan memberikan kesejahteraan

sebesarbesarnya kepada rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.mediatataruang.com/Pansus-

RZWP3K-Kaltim-tegaskan-perlu-Tata-kelola-

Pemanfaatan-SDA

2. http://mediatataruang.com/kebijakan-satu-peta-

masih-terjebak-ego-sektoral-dan-lintas-dinas-tak-

sinkron-soal-tata-ruang/

3. http://mediatataruang.com/maraknya-konflik-

tumpang--tindih-lahan-pemerintah-targetkan-

kebijakan-satu-peta

4. https://www.bappenas.go.id/index.php/download_

file/view/14064/3930/

5. http://pusatkrisis.kemkes.go.id/Kebakaran-di-

KOTA%20SAMARINDA-

KALIMANTAN%20TIMUR-29-07-2018-34

6. http://samarinda.prokal.co/read/news/9529-lima-

longsor-dalam-sehari.html

7. Sundari. Y, Pengaruh Kemiringan lereng dan luas

genangan banjir terhadap penelusuran Banjir,

Jurnal LLdikti, Vol. 9 No. 2 Oktober 2016

8. https://kaltim.antaranews.com/berita/3299/samari

nda-banjir-hujan

9. http://www.big.go.id/berita-surta/show/kebijakan-

satu-peta-untuk-mendukung-pembangunan-

nasional-2

10. https://www.bappenas.go.id/index.php/download_

file/view/14064/3930/

11. https://media.neliti.com/media/publications/52374

-ID-banjir-sebagai-dampak-deforestasi-di-kal.pdf

12. http://www.bpn.go.id/Berita/Berita-

Pertanahan/tata-ruang-dan-bencana-alam-61881

Page 89: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

86

MODEL PENETAPAN PROYEK KONSTRUKSI

SISTEM KONTRAKTUAL ATAU

BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Isnaini Zulkarnain

1), Fitriyati Agustina

2), Ilham Wijaya

3), Maulana Rizki Azis

4)

1,2) Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 3,4) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

ABSTRAK

Pemilihan pelaksanaan proyek konstruksi dengan cara kontraktual maupun pemberdayaan masyarakat

diharapkan mempertimbangkan berbagai kriteria, sub kriteria dan dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien. Sedangkan kriteria yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain adalah

waktu, biaya, mutu, partisipasi masyarakat, dan administrasi. Permasalahan penelitian ini adalah

pemilihan pelaksanaan proyek konstruksi yang tepat dengan harapan tidak menimbulkan permasalahan di

kemudian hari. Maksud penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proyek konstruksi kontraktual dan proyek

konstruksi berbasis pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1)

untuk menentukan faktor – faktor penting dalam memilih pelaksanaan proyek konstruksi, 2) menentukan

bobot kriteria dan sub kriteria diantara sejumlah alternatif dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP),

3) memilih pelaksanaan proyek konstruksi dengan cara kontraktual atau cara pemberdayaan masyarakat

dengan metode AHP. Data primer yang digunakan diambil dengan metode wawancara dan kuisioner yang

kemudian diolah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisis dengan metode AHP

dilakukan untuk seluruh responden dari tiap kriteria, sub kriteria dan alternatif yang menjadi pilihan pelaksanaan

proyek konstruksi. Dari hasil analisis yang diperoleh kemudian dilakukan validasi hasil analisis AHP dengan

metode wawancara dari perwakilan responden. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya berbagai

kriteria yang dipertimbangkan antara lain adalah waktu, biaya, mutu, partisipasi masyarakat, dan adminstrasi. Dari

hasil analisis kriteria yang ada, maka diketahui bobot kriteria yang menjadi pertimbangan pemilihan

pelaksanaan konstruksi. Validasi hasil analisis menunjukkan rekomendasi model pelaksanaan proyek

konstruksi lebih baik dilakukan dengan cara kontraktual atau dengan pemberdayaan masyarakat. Walaupun antara

kontraktual dan pemberdayaan masyarakat sama – sama melakukan kontrak.

Kata Kunci: kontraktual, pemberdayaan masyarakat, Analytical Hierarchy Process (AHP), validasi.

ABSTRACT

Selection of project implementation and construction by way of contractual empowerment is expected to

consider a variety of criteria, sub-criteria, and can be carried out effectictively and efficiently. While the

criteria considered in the implementation of construction project include the time, cost, quality, community,

participation, and administration. The problem of the study is the selection of the proper implementation of

the construction project with the hopes of not cause problems later on. The purpose of this study was to evaluate

the contractual construction project and construction project based on community. While the purpose of

this study was to 1) determine the factor an important factor in choosing the implementation of

construction projects, 2) determine the weights of criteria and sub-criteria among a number of

alternatives to the method of Analytical Hierarchy Process (AHP), 3) selecting the implementation of

construction projects by way of contractual or how to empower people with AHP. Primary data used are taken

by interview and questionnaire were then processed by the method of Analytical Hierarchy Process (AHP).

Analysis by the method of AHP done for all respondents of each criteria, sub-criteria and alternatives is

Page 90: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

87

the choice of the implantation of construction projects. From the analysis results obtained and validated

results of the AHP analysis by interview of representative respondents. The conclusion from this study showed a

range of criteria considered include time, cost, quality, community participation, and administration. With

some sub-criteria that have been presented between these criteria and the alternatives that exist between

contractual and empowerment. Validation of the results of the analysis indicate that the implementation of

the construction project is done by contractual. Although the contractual and community alike- the same

contract, but over the contractual responsibilities are clear and to legal entities.

Keywords : Contractual, community, stakeholders, Analytical Hierarchy Process (AHP), Validation.

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan pembangunan di berbagai bidang

di kota Samarinda. Pelaksanaan pembangunan

konstruksi yang selalu melibatkan penyedia jasa,

dalam hal ini kontraktor. Pemahaman mengenai

konstruksi dapat dibagi dua kelompok yaitu

teknologi konstruksi (construction technologi) dan

manajemen konstruksi (construction management).

Pada umumnya dari berbagai jenis pembangunan

konstruksi yang berada di kota Samarinda,

dilaksanakan secara kontraktual. Dengan kontraktual

pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan secara

efektif dan dapat dipertanggung jawabkan, baik segi

kualitas dan administrasi. Yang bersumber dari

Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Samarinda

Dalam Penataan Kota (Studi Perda No.12 Tahun 2002

Tentang Revisi RT-RW).

Dalam kegiatan proyek konstruksi, perencanaan

dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pelaksana

pekerjaan dan menjadi standar pelaksanaan.

Sehingga proses tersebut melibatkan, pihak – pihak

terkait baik itu secara langsung maupun tak langsung.

Kegiatan proyek pembangunan dapat diartikan sebagai

satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam

jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya

tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk

yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.

Prasyarat keberhasilan proyek pembangunan adalah

tercapainya sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat

mutu dan tepat waktu. Sedangkan seluruh rencana

proyek baik dari tahapan demi tahapan konstruksi

dapat berjalan dengan baik.

Dengan adanya perkembangan pembangunan

yang bersifat top-down mengakibatkan sikap apatis

dari masyarakat. Sehingga pemerintah menumbuhkan

gagasan bahwa pembangunan yang ada tersebut

melibatkan partisipasi masyarakat atau yang biasa di

sebut pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya

perkembangan pembangunan di masyarakat yang

melalui suatu program pemberdayaan masyarakat

dan adanya standart pedoman yang menjadi acuan

bagi para pelaksana program dari tingkat pusat,

provinsi, kabupaten bahkan sampai desa-desa sasaran

dalam menyelenggarakan program. Salah satu program

pemberdayaan yang ada sampai saat ini, adalah

PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan) yang diselenggarakan secara berjenjang

dan berurutan mulai dari tahap persiapan,

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian serta sampai tahap pemanfaatan dan

pemeliharaannya.

Dapat diketahui masih terdapat desa – desa

yang membutuhkan perhatian dari pemerintah,

untuk penanggulangan kemiskinan. Hal ini

meliputi penanggulangan kemiskinan yang terdiri

dari beberapa bidang yang harus ditangani,

diantaranya adalah : penanggulangan kemiskinan

bidang ekonomi, penanggulangan kemiskinan

bidang sosial, serta penanggulangan kemiskinan

bidang infrastrukturnya. Sehingga program –

program pemberdayaan yang ada, dalam hal

pengentasan kemiskinan di setiap kabupaten di

kota Samarinda antara lain adalah : PNPM Mandiri

Perkotaan, PPK dan program lainnya. Hal ini

dilakukan pemerintah dalam rangka pengentasan

kemiskinan di wilayah perdesaan dan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta

memberikan peluang kesempatan kerja bagi

masyarakat miskin.

Dimana Kementerian Pekerjaan Umum

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

melaksanakan berbagai program pemberdayaan.

Sedangkan dalam pembiayaan BLM tersebut

berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prinsip –

prinsip, maksud dan tujuan dari program tersebut.

Sedangkan dalam program pemberdayaan

dilakukan adanya pendekatan – pendekatan antara

lain : pemberdayaan masyarakat, keberpihakan

kepada yang miskin, otonomi dan desentralisasi,

partisipatif, keswadayaan, keterpaduan program

pembangunan, penguatan kapasitas kelembagaan,

Page 91: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

88

kesetaraan dan keadilan gender. Sedangkan maksud

dari program PNPM ini adalah untuk

mengurangi kemiskinan dan memperkuat

implementasi tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance) di tingkat pemerintah daerah.

Selanjutnya tujuan dari program pemberdayaan

khususnya PNPM antara lain adalah : untuk

mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin,

hampir miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum

minoritas terhadap pelayanan infrastruktur dasar

perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam

tata kelola pemerintahan yang baik (Pedoman

Pelaksanaan 2011). Infrastruktur dasar perdesaan

antara lain adalah : transportasi jalan dan sarana

pendukungnya, sarana penyediaan irigasi

pengairan, serta sarana penyediaan air bersih.

2. LANDASAN TEORI

Konstruksi

Menurut (Gould, 2002) proyek konstruksi

dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang

bertujuan untuk mendirikan adanya suatu

bangunan, yang mencakup kebutuhan sumber daya

biaya, tenaga kerja, material dan peralatan yang

digunakan untuk konstruksi secara detail dan jelas.

Dalam konstruksi ada 3 tahapan pengelompokan

konstruksi meliputi :

1. Perencanaan konstruksi

Merupakan penyedia jasa orang/perorangan

ataupun badan usaha yang dinyatakan ahli

professional dalam hal perencanaan jasa

konstruksi yang mampu mewujudkan

pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan

bangunan maupun bentuk fisik lainnya.

2. Pelaksanaan konstruksi

Merupakan penyedia jasa orang/perorangan

ataupun badan usaha yang dinyatakan ahli

profesional di bidang pelaksana jasa

konstruksi yang mampu menyelenggarakan

kegiatan untuk mewujudkan suatau hasil dari

perencanaan bangunan menjadi suatu bentuk

bangunan atau bentuk fisik lainnya.

3. Pengawasan konstruksi

Merupakan penyedia jasa orang/perorangan

ataupun badan usaha yang dinyatakan ahli

professional di bidang pengawasan jasa

konstruksi yang mampu melaksanakan suatu

pekerjaan pengawasan jasa konstruksi sejak

awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai

dengan terselesainya pekerjaan konstruksi dan

diserah terimakan.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pada dasarnya pengertian pemberdayaan

masyarakat yang sebenarnya, mengacu pada kata

“Empowerment”, yaitu sebagai upaya untuk

mengaktualisasikan potensi yang ada maupun yang

sudah dimiliki oleh masyarakat. Hal ini merupakan

pendekatan terhadap pemberdayaan masyarakat

dalam upaya pengembangan masyarakat yang

berkenaan pada penekanan akan pentingnya

masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem

dalam mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan

pemberdayaan masyarakat yang demikian akan

memberikan peranan kepada individu yang bukan

sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor

masyarakat dalam menentukan hidup mereka sendiri.

Lebih lanjut payne (1997 : 266), mengatakan

bahwa “ Pemberdayaan dipandang untuk menolong

klien dengan membangkitkan tenaga dalam

mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan ia lakukan sepanjang hidup,

termasuk mengurangi efek atau akibat dari gejala-

gejala pada masyarakat atau individu untuk melatih

agar kekuatan itu tumbuh dengan meningkatkan

kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer

daya dari lingkungannya. (Sumber : http///F:

Pemberdayaan.Pemberdayaan.htm).

Pemberdayaan masyarakat menurut Bartle

(2003) menyatakan bahwa community development

sebagai alat ataupun prasarana yang digunakan

masyarakat secara komplek dan kuat, hal ini upaya

yang dilakukan untuk perubahan sosial dimana

masyarakat menjadi lebih komplek, institusi lokal

tumbuh, collective power-nya meningkat serta

diharapkan terjadi adanya perubahan secara

kualitatif pada organisasinya.

Tahapan – Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan

Pada dasarnya pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat untuk sekarang akan mengacu pada tiga

klaster program penanggulangan kemiskinan di

perdesaan yang merupakan amanat Keputusan

Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, yang antara

lain :

1. Bantuan dan perlindungan sosial

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

Page 92: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

89

Sedangkan bantuan dan perlindungan sosial ini

ditujukan akan pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat miskin berupa infrastruktur,

pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi dan air

bersih yang disesuaikan dengan program yang

ada. Untuk pemberdayaan masyarakat pada

kesempatan ini diarahkan untuk pembangunan

partisipasi masyarakat secara mandiri dalam

upaya meningkatkan kesadaran, kapasitas, dan

keberdayaan individu maupun komunal, yang dalam

penelitian ini dititik beratkan pada bidang

infrastrukturnya. Untuk itu masyarakat sangat

diharapkan partisipasi dan semangat serta

keikutsertaan masyarakat dalam setiap tahapan

kegiatan yang ada.

Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Metode ini merupakan merupakan model

pendukung yang dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty yang merupakan model pendukung

keputusan untuk menguraikan permasalahan yang

multi faktor atau multi kriteria yang komplek

menjadi satu hierarki, sedangkan menurut Saaty

(1994) hierarki didefinisikan sebagai suatu

presentasi dari sebuah permasalahan yang

kompleks dari suatu struktur yang multi level, yang

di mulai dari level tujuan, level faktor, kriteria, sub

kriteria, dan seterusnya hingga level palng bawah atau

level alternatif. Sehingga dari suatu permasalahan

yang sangat komplek akan terurai berdasarkan

kelompok – kelompoknya yang diatur dalam bentuk

hierarki, agar permasalahan tersebut akan menjadi

bentuk permasalahan yang terstruktur dan sistematis.

Metode AHP sering digunakan dalam suatu

penyelesaian permasalahan dibandingkan dengan

metode lain, hal ini dikarenakan :

1. Struktur hierarki merupakan konsekuensi dari

kriteria yang dipilih hingga sub kriteria yang

paling dalam.

2. Metode AHP memperhitungkan validalitas

sampai pada batas toleransi berbagai kriteria

dan alternatif yang dipilih sebagai pengambilan

keputusan.

3. Metode AHP dapat memperhitungkan daya

tahan output analisis sensivitas pengambilan

keputusan.

Penelitian sebelummya

Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan

Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan Risiko

Persepsi Kontraktor dengan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP). Kontrak yang paling

beresiko berdasarkan persepsi kontraktor adalah

kontrak berbasis kinerja dengan prosentase bobot

56%, sedangkan kontrak tradisional sebesar 44%.

Meskipun demikian, penerapan kontrak berbasis

kinerja memiliki prospek yang cukup baik bagi

peningkatan kualitas infrastruktur jalan di Indonesia.

Salah satu penentu keberhasilan dari penerapan

kontrak berbasis kinerja adalah kesiapan kontraktor

dan kemampuan kontraktor dalam mengidentifikasi

dan mengelola risiko. Oleh karena itu, Pemerintah.

harus aktif melakukan pembinaan jasa konstruksi

terhadap kontraktor terutama berkaitan dengan

risiko dan sosialisasi terhadap dokumen kontrak

berdasarkan kinerja serta diperlukan adanya

regulasi yang jelas untuk menunjang keberhasilan

implementasi kontrak berbasis kinerja.

3. METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Pada obyek penelitian ini adalah dengan

mengkaji proyek – proyek konstruksi yang berbasis

kontraktual dan pemberdayaan masyarakat yang

berada di Kota Samarinda.

Metode Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan metode

kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan

untuk mengetahui hal – hal yang mempengaruhi

evaluasi kinerja pada pelasksanakan konstruksi secara

pemberdayaan masyarakat dan secara kontraktual.

Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk

melaksanakan ranking hierarki dan menghitung

pembobotan setiap kriteria. Kombinasi antara

metode kualitatif dan kuantitatif digunakan

pada saat validasi hasil penelitian dengan cara

memperbandingkan hasil analisis AHP dan hasil

interview terhadap para pemangku kepentingan di

lokasi penelitian.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini meliputi perumusan masalah,

merumuskan maksud dan tujuan, menentukan batasan

penelitian, pengumpulan data, analisa data dan

pembahasan, dan kesimpulan. Penelitian ini meliputi

beberapa tahapan, yaitu :

Tahap I : Tahap ini merupakan tahap awal untuk

menentukan kriteria, sub kriteria, dan alternatif dari

faktor – faktor penting yang menjadi

pertimbangan pelaksanaan proyek konstruksi.

Metode yang digunakan dengan menggunakan

Page 93: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

90

Analythical Hierarchy Process (AHP) yang diperoleh

dari hasil kuisioner yang telah disebar oleh

mahasiswa.

Tahap II : Tahap ini merupakan tahap lanjutan

untuk menentukan faktor penting yang paling

dominan yang menjadi pertimbangan pelaksanaan

proyek konstruksi. Metode yang digunakan dengan

menggunakan Analythical Hierarchy Process

(AHP) yang diperoleh dari hasil kuisioner yang telah

disebar oleh mahasiswa.

Tahap III : Tahap validasi dari hasil analisis

AHP yaitu dengan interview untuk menguji

kembali apakah kriteria dan sub kriteria yang

dominan dalam pelaksanaan proyek konstruksi yang

di teliti konsisten dengan model AHP). Stakeholder

(pemangku kepentingan) yang dilibatkan adalah

orang-orang yang pernah dan atau sedang terlibat

pada pelaksanaan proyek konstruksi. Ketiga tahapan

diatas digambarkan dalam skema (gambar 1) tahapan

sebagai berikut:

4. DATA DAN ANALISIS

Deskripsi Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini meliputi

penyedia jasa, pengguna anggaran, pejabat

pembuat komitmen, tim pelaksana pekerjaan

umum, dan fasilitator. Responden penelitian ini

diambil dengan menggunakan purposive sampling.

Pada penelitian ini telah diambil responden sebanyak

sembilan orang dengan perbedaan tingkat pendidikan

dan pengalaman kerja. Responden dari pengguna

anggaran dan pejabat pembuat komitmen ini sudah

terbiasa menangani program pemberdayaan

masyarakat dan proyek kontraktual.

Pendidikan Responden

Dari grafik 1 dibawah terdapat 2 (dua)

responden berijasah SLTA atau sederajat. Meskipun

latar belakang pendidikan responden SLTA atau

sederajat tapi sudah cukup berpengalaman di bidang

proyek kontraktual. Jadi pengisian kuisioner

dengan responden direktur utama CV. 1 dan

direktur utama CV. 2 disajikan dalam kuisioner,

hal ini karena pertanyaan dalam kuisioner sudah

merupakan hal yang sering ditemui bagi responden

(gambar 2).

Pengalaman Responden

Pengalaman kerja responden minimal 5 (lima) tahun

dan paling lama 15 (lima belas) tahun dengan rata-rata

pengalaman 5 tahun. Tabel pengalaman menampilkan

pengelompokan responden berdasarkan lama

pengalaman kerjanya.

Tabel 1 Pengalaman Responden

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil

responden dari penyedia jasa, pengguna anggaran,

pejabat pembuat komitmen, tim pelaksana

pekerjaan umum, dan fasilitator.

1. Penyedia jasa 4, dalam hal ini penyedia jasa

sebagai kontraktor yang digunakan untuk

responden. Responden ini sudah terbiasa

menangani proyek seperti perkerasan jalan

Page 94: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

91

aspal, saluran drainase, bahkan dinding

penahan tanah.

Seperti yang terlihat dalam tabel yang

merupakan daftar responden penyedia

barang/jasa. (tabel 2 responden)

2. Pengguna Anggaran

Pengguna Anggaran yang digunakan sebagai

responden dalam penelitian ini berjumlah 1 (satu)

orang yaitu Kepala Satuan Kerja DPU Kota

Samarinda.

3. Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen yang merupakan

responden dalam penelitian ini berjumlah 1 (satu)

orang yaitu Kepala Sub Bagian Dinas Pekerjaan

Umum Kota Samarinda.

4. Tim Pelaksana Pekerjaan Umum

Tim pelaksana yang merupakan responden dalam

penelitian ini berjumlah 1 (satu) orang yaitu tim

pelaksana dari Pekerjaan Umum Kota Samarinda

yang ikut terlibat dalam program tersebut.

5. Fasilitator

Fasilitator yang merupakan responden dalam

penelitian ini ada 2 (dua) orang yaitu fasilitator

teknik yang sudah cukup lama berkecimbung

dalam program pemberdayaan khususnya program

pemberdayaan di Kota Samarinda. Responden

tersebut cukup mengerti, memahami mengenai

program pemberdayaan yang dicanangkan

pemerintah guna pengestasan kemiskinan di

wilayah sekitarnya. Sehingga maksud, tujuan dan

sasaran dalam program pemberdayaan dapat tercapai

dan tepat sasaran.

Gambar 3. Siklus Kehidupan Proyek Konstruksi

Tabel 3. Faktor-Faktor Kriteria dan Sub Kriteria Model

AHP Pada Proyek Konstruksi

Sumber: Observasi dan Wawancara

Page 95: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

92

Gambar 4. Hierarki Model AHP

Dari Model AHP Metode Pelaksanaan Proyek Konstruksi, maka alur analisis pelaksanaan proyek konstruksi

dapat dilihat pada (gambar 5) bagan alir berikut:

Page 96: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

93

Tabel 4 Hasil interview responden

Page 97: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

94

Page 98: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

95

6. PEMBAHASAN

Tahapan – tahapan pelaksanaan proyek konstruksi (Tabel 5)

Tahap-tahap

pelaksanaan Kontraktual Pemberdayaan Masyarakat

Feasibility Study Pada tahap ini merupakan awal dari suatu

proyek konstruksi yang akan dilaksanakan.

Sehingga saat melakukan survey lokasi,

perencanaan dan perancangan sampai dengan

dampak yang mungkin terjadi dapat dilakukan

secara lancar.

Tahap ini merupakan awal, sehingga perlu adanya

pengenalan kepada masyarakat. Selanjutnya dilakukan

survey lokasi, identifikasi, dan skala prioritas untuk

mengetahui kebutuhan bangunan yang diprioritaskan.

Tahap ini dapat berjalan lancar, namun memerlukan

waktu yang cukup lama.

Detailed Estimated

Design (DED)

Pada tahap ini merupakan perencanaan gambar

kerja, RAB, dan RKS secara rinci yang

selanjutnya digunakan untuk melakukan tender.

Sehingga tahap ini penyedia jasa dapat

mengajukan dan mengikuti tender. Tahap ini

dapat dilakukan secara lancar.

Tahap ini dilakukan perencanaan mengenai gambar

kerja dan RAB sederhana oleh masyarakat yang

tersusun dalam dokumen kontrak. Selanjutnya dapat

dilakukan penandatangan kontrak antara pihak desa

dengan PPK setempat. Tahap ini dapat berjalan secara

lancar.

Construction Pada tahap ini merupakan realisasi dari tender

yang dilaksanakan. Sehingga tahap ini perlu

adanya pengawasan yang continue mengenai

mutu dan waktu yang dipersyaratkan. Sehingga

perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang

lancar. Karena tahap ini memerlukan waktu

paling panjang dari realisasi biaya, maka sering

terjadi timbulnya problem ataupun

permasalahan.

Tahap ini merupakan realisasi pelaksanakan pekerjaan.

Sehingga perlu pengawasan dan partisipasi masyarakat

mengenai mutu dan waktu tersedia. Karena tahap ini

memerlukan waktu paling panjang dari realisasi

biaya, serta kebutuhan dan keinginan masyarakat

banyak maka sering terjadi adanya permasalahan.

Operasi dan

Maintenance

Pada tahap ini merupakan serahterima pekerjaan

dan setelah itu adanya masa pemeliharaan.

Apabila selama masa pemeliharaan terjadi

adanya kerusakan, maka penyedia jasa

(kontraktor) harus memperbaiki. Biasanya tahap

dapat berjalan lancar.

Pada tahap ini merupakan serahterima pekerjaan

antara pihak desa dengan PPK setempat. Sedangkan

rencana dana pemeliharan diambil berdasarkan

musyawarah masyarakat desa. Tahap ini dapat

dilaksanakan secara lancar.

Dari uraian di atas, maka penelitian ini

dititikberatkan pada pada tahap pelaksanaan

konstruksi (Construction).

Skala prioritas dari responden.

Dengan menganalisis dari kriteria pelaksanaan

proyek konstruksi yang menggunakan metode

Analythical Hierarchy Process (AHP), maka

terdapat bobot yang menunjukkan urutan ranking

kriteria 9 responden yang dilakukan. Berikut ini

merupakan urutan bobot kriteria yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel kriteria dari 9 responden dengan

menggunakan metode Analythical Hierarchy

Process (AHP)

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa kriteria yang

menjadi pertimbangan untuk pelaksanaan proyek

konstruksi berdasarkan 9 responden. Responden

tersebut merupakan responden yang berkecimpung

dan telah menangani proyek konstruksi dan program

pemberdayaan.

Dari hasil analisis dengan menggunakan

Analythical Hierarchy Process (AHP), diketahui

bahwa urutan yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan pelaksanaan proyek konstruksi adalah

urutan 1 adalah biaya dengan bobot 0,262, kemudian

urutan ke-2 adalah mutu dengan bobot 0,253,

selanjutnya urutan ke-3 waktu dengan bobot 0,231, dan

urutan ke-4 partisipasi masyarakat dengan bobot

0,142 serta urutan ke-5 administrasi dengan bobot

0,112.

Page 99: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

96

Hasil analisis dengan menggunakan metode

Analythical Hierarchy Process (AHP), yang

merupakan salah satu sistem pengambilan keputusan

Decision Support System (DSS) akan menghasilkan

output yang sama atau serupa apabila dari

responden yang disajikan tersebut konsisten dalam

memberikan pendapatnya. Selanjutnya dari hasil

analisis alternatif dengan metode Analythical

Hierarchy Process (AHP) dalam memilih

pelaksanaan proyek konstruksi antara pemberdayaan

masyarakat dengan kontraktual seperti yang terlihat

dalam tabel berikut :

Tabel Urutan bobot alternatif dari 9 respoden dengan

menggunakan metode Analythical Hierarchy Process

(AHP).

Dari tabel 7 Urutan bobot alternatif di atas, dapat

terlihat jelas dalam bentuk grafik sebagai berikut ;

Gambar 6. Alternatif Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas

dengan menggunakan metode Analythical

Hierarchy Process (AHP) menunjukkan dari 9

responden yang disajikan berpendapat bahwa

pelaksanaan proyek konstruksi lebih baik dijalankan

secara kontraktual daripada secara pemberdayaan

masyarakat. Dengan cara kontraktual dan adanya

pengawasan ketat, hasil yang dicapai akan lebih

maksimal. Hal ini dikarenakan bobot pilihan

responden yang memilih pelaksanaan proyek secara

konstruksi dengan bobot 0,649 dan yang memilih

pelaksanaan konstruksi secara pemberdayaan

masyarakat dengan bobot 0,351.

Tabel Urutan bobot dari 9 responden secara detail

dari kriteria dengan menggunakan metode

Analythical Hierarchy Process (AHP).

Dari tabel 8 kriteriaAHP di atas akan terlihat jelas

dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 7. Urutan Bobot Secara Detail

5. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang

telah dilakukan, maka dapat dikesimpulan sebagai

berikut :

1. Kriteria atau model yang digunakan pada

pelaksanaan proyek konstruksi

pemberdayaan masyarakat dan kontraktual

yang didasarkan pada survey, interview dan

dikombinasikan dengan Project Management

KPIs (Key Performance Indicators) adalah

kriteria waktu, kriteria biaya, kriteria mutu,

kriteria partisipasi masyarakat, dan kriteria

administrasi.

2. Hasil analisis responden dengan menggunakan

Metode Analythical Hierarchy Process (AHP),

menyebutkan bahwa hal yang dipertimbangkan

dalam pemilihan pelaksanaan proyek

konstruksi dengan urutan ke-1 adalah biaya

dengan bobot 0,262 kemudian urutan ke-2

adalah mutu dengan bobot 0,253 selanjutnya

urutan ke-3 adalah waktu dengan bobot 0,231

dan urutan ke-4 adalah partisipasi masyarakat

Page 100: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

97

dengan bobot 0,142 serta urutan ke-5 adalah

administrasi dengan bobot 0,112.

3. Hasil analisis pelaksanaan proyek

konstruksi pemberdayaan masyarakat dan

kontraktual dari responden berpendapat bahwa

pelaksanaan proyek konstruksi lebih baik

dilaksanakan secara kontraktual. Sehingga model

penentuan jenis kontrak konstruksi dapat

ditentukan jika sudah memenuhi kriteria pada

poin 1.

4. Berdasarkan hasil dari validasi, analisis kriteria

dengan metode AHP dalam memilih

pelaksanaan proyek konstruksi yang lebih

optimal adalah kontraktual. Hal ini

dikarenakan bahwa secara pemberdayaan

masyarakat schedule yang direncanakan

cenderung tidak bisa direalisasikan karena

adanya kultur budaya atau kebiasaan

masyarakat setempat, seperti kepercayaan

masyarakat tentang adanya hari baik dan

adanya doa bersama sebelum dimulainya

pekerjaan. Walaupun antara kontraktual dan

pemberdayaan masyarakat sama – sama

melakukan kontrak, namun kontraktual lebih

adanya tanggung jawab yang jelas dan berbadan

hukum.

SARAN

1. Metode yang digunakan dalam analisis

kriteria pada pelaksanaan proyek konstruksi

yang disarankan dengan metode AHP. Metode

ini dianggap lebih mudah di pahami dan lebih

mudah dalam perhitungan pembobotan serta

pengolahan datanya. Sedangkan hasil analisis

dengan metode AHP dapat mendekati dengan

kondisinya sebenarnya, sehingga dapat dipakai

dalam model penentuan jenis proyek konstruksi

jenis kontraktual atau berbasis pemberdayaan

masyarakat.

2. Telaah faktor pemilihan pelaksanaan

konstruksi dengan mempertimbangkan

berbagai kriteria yang ada dan pengalaman

yang dimiliki, alangkah baiknya jika

pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan cara

kontraktual dan dengan pengawasan yang ketat.

DAFTAR PUSTAKA

Boothroyd (1982 ; 15), http:///pengertian

pemberdayaan.com

Cook (1994), Giarci (2001), Bartle (2003), Subejo dan

Supriyanto (2004), Deliveri (2004),

Chambers(2001),Nasikun(2000:27),http:///F:/Pe

mberdayaan/Pemberdayaan201.htm

Cleland, Wr. King (1987), Pengertian Proyek,

http:///:www.pengertian proyek.com

Dipohusodo, (1996), Manajemen Proyek dan

Konstruksi jilid 1 dan 2, Kannisius,

Yogyakarta

Dipohusodo,(1996),:///F:/pengertianproyek

/-pengertian-ciri-ciri-dan-jenis-

proyek- konstruksi.htm

Elizabeth F. Lotus, John C. Palmer, Reconstruction

of automobile Destruction An Example f the

Interaction Between Language and Memory,

Journal Of Verbal Learning and Verbal

Behavior 13,585-589 (1974)

Ervianto, (2005), Manajemen Proyek Konstruksi,

Edisi 2, Andi, Yogyakarta

Friedmen (1992), Konsepsi Pemberdayaan

Masyarakat-Bahan Kuliah PPS SP ITB

Fauziyah Shifa, Wibowo M. Agung, Suliantoro, Hery

Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan

Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan

Risiko Persepsi Kontraktor dengan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP), Jurnal Ilmu

dan Terapan Bidang Teknik Sipil Volume 22,

No.1, Juli 2016

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/

viewFile/12402/10240(14/12/2017)

Herve Abdi, Lynne J. Williams, (2010) Tukey’s

Honestly Significant Difference (HSD) Test, E-

mail: [email protected]

http://www.utd.edu/~herve

Herve Abdi, Lynne J. Williams, (2010), Newman-

Keuls Test and Tukey Test, E-mail:

[email protected] http://www.utd.edu/~herve

https://www.researchgate.net/publication/50993841_I

MPLEMENTASI_KEBIJAKAN_PEMERINTAH

_KOTA_SAMARINDA_DALAM_PENATAAN

_KOTA_STUDI_PERDA_NO12_TAHUN_2002

_TENTANG_REVISI_RT-RW- /19/01/2018

Ismiyati, (2003), Statistika dan aplikasinya, Program

Pasca Sarjana UNDIP

Keputusan Presiden No. 13 tahun 2009, tentang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

KPIs (Key Performance Indicators), Sumber :

Software Acquisition Gold Practice

TrackEarned Value,2009).

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas,

Page 101: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Isnaini Zulkarnain1, Fitriyati Agustina2, Ilham

Wijaya3, Maulana Rizki Azis4 Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

98

PembiayaanInfrastruktur dan Pemukiman,

stadium General Institut Teknologi Bandung

Moelyarto (1999: 37-38), http///F:

Pemberdayaan.Pemberdayaan.htm

Nazar, (2006) Analisis Pengendalian Biaya dan

Waktu Dengan Metode Earned Value

Concept, Penelitian, Magister Teknik Sipil Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta

Nurdiana, (2011), Aplikasi Manajemen Resiko dari

Persepsi Para Stakeholder (Studi Kasus Proyek

Pembangunan jalan Tol Semarang – Solo

Seksi satu Ruas Tembalang – Gedawang,

2009, Pedoman Pelaksanaan Program

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan,

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal

Cipta Karya 2010, Pedoman Pelaksanaan

Program Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan,

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal

Cipta Karya 2011, Pedoman Pelaksanaan

Program Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan, Kementerian Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pujawan, Mahendrawathi, (2010) Suppy Chain

Management, Institut Teknologi

SepuluhNopember Surabaya, Edisi Kedua, ISBN

979-545-053-0

Payne, (1996:266), http///F:

Pemberdayaan.Pemberdayaan.htm

Page 102: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

99

ANALISA KUAT TEKAN MORTAR DENGAN

MENGGUNAKAN ABU TERBANG BATUBARA

SEBAGAI BAHAN TAMBAH DAN SEBAGAI BAHAN

PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DENGAN AGREGAT

HALUS PASIR ANGGANA

Fachriza Noor Abdi

1), Budi Haryanto

2), Musa Firmanto

3)

1,2,3) Prodi Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda

Jl.Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

[email protected] 1)

ABSTRAK

Abu batubara (fly ash) adalah sisa pembakaran batubara yang sangat halus. Kedepan pemakaian batubara sebagai

sumber energy akan terus meningkat sehingga dapat menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan. Abu

batubara mengandung SiO2, Al2O3, P2O5, dan Fe2O3 yang cukup tinggi sehingga abu batubara memenuhi kriteria

sebagai bahan yang memiliki sifat semen/pozzolan. Salah satu upaya pemanfaatan abu batubara ini adalah untuk

bahan campuran pembuatan paving block. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penambahan abu terbang batubara pada campuran mortar dengan menggunakan agregat halus Pasir Anggana

terhadap kuat tekannya. Kuat tekan maksimal yang dihasilkan dari penambahan abu terbang batubara pada

campuran mortar dengan menggunakan agregat halus pasir Anggana didapat pada umur 56 hari. Kuat tekan

masing-masing persentase penambahan abu terbang batubara adalah 10% (12 Mpa), 20% (14,86 Mpa), 30% (13,5

Mpa), 40% (13,66 Mpa), dan 50% (9,83 Mpa). Kuat tekan maksimal didapat pada penambahan abu terbang

batubara terjadi pada persentase 20% sebesar 14,86 Mpa. Kuat tekan maksimal yang didapat dari pengganti abu

terbang batubara adalah pada persentase 20% dengan kuat tekan sebesar 10,16 Mpa pada umur 56 hari.

Kata kunci : Mortar, Abu Terbang Batubara, Pasir Anggana.

ABSTRACT (bold)

Fly Ash is coal combustion residue. Need of coal as energy source in industries will increase in the future and it

may caused severe effect to environment. Fly ash contains hight consentration of SiO2, Al2O3, P2O5 and Fe2O3.

This characteristic is almous similar to that of cement, and that it is possible to add fly ash in production of paving

block. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of palm ash on mortar mixture using

sand fine aggregate Anggana of Sand to strong compressive. Maximal strength pressure which produced from

increament fly ash in mortar’s mixture by using soft aggregate Anggana sand obtained at 56 days old. Precentage

of each strength pressure from increament fly ash are 10% (12 Mpa), 20% (14,86 Mpa), 30% (13,5 Mpa), 40%

(13,66 Mpa), and 50% (9,83 Mpa). Maximal strength pressure which obtained from replacement fly ash on 20%

percentage with strength pressure as big as 10,16 Mpa at 56 days old.

Keywords: Mortar, Fly Ash, Anggana of Sand.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan

harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan

bahan bangunan baru yang mampu memberikan

alternative kemudahan pengerjaan serta penghematan

dalam biaya. Fly ash sebagai obyek pemanfaatan

dengan beberapa pertimbangan, antara lain jumlah fly

ash lebih banyak ( + 80 % dari total sisa abu

pembakaran batubara ), butiran fly ash jauh lebih kecil (

200 ) lebih berpotensi menimbulkan pencemaran udara.

Oleh karena itu diperlukan bahan pengikat tambahan

yang memiliki harga lebih murah untuk mengurangi

penggunaan semen portland dan diprediksikan dapat

meningkatkan kekuatan dan ketahanan mortar. Bahan

pengikat tambahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah abu batubara (fly ash). Abu batubara

mengandung SiO2, AI2O3, P2O5 dan Fe2O3 namun

kandungan SiO2 cukup tinggi mencapai + 70%. Dengan

kandungan silica yang cukup tinggi ini memungkinkan

abu batubara memenuhi kriteria sebagai bahan yang

memiliki sifat semen/pozzolan.

Page 103: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

100

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang

dikaji dalam tulisan ini adalah :

1. Seberapa besar pengaruh yang diberikan fly ash

sebagai bahan tambah pada campuran mortar

dengan menggunakan agregat halus pasir anggana

terhadap kuat tekannya.

2. Seberapa besar pengaruh yang diberikan fly ash

sebagai bahan pengganti sebagian semen pada

campuran mortar dengan menggunakan agregat

halus pasir anggana terhadap kuat tekannya.

3. Perbandingan komposisi fly ash dengan

kombinasi semen dan agregat halus untuk

mendapatkan hasil yang maksimum pada adukan

campuran mortar agar menghasilkan kuat tekan

mortar yang maksimum.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penambahan fly ash pada

campuran mortar dengan menggunakan agregat

halus anggana terhadap kuat tekannya.

2. Mengetahui pengaruh penambahan fly ash sebagai

bahan pengganti sebagian semen pada campuran

mortar dengan menggunakan agregat halus

anggana terhadap kuat tekannya.

3. Mengetahui persentase penambahan fly ash yang

optimum dalam adukan campuran mortar agar

menghasilkan kuat tekan mortar yang maksimum.

1.4 Batasan Masalah

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada:

1. Metode uji menggunakan metode SNI

2. Benda uji berupa kubus dengan ukuran 5cm x

5cm x 5cm

3. Pengujian kuat tekannya dilakukan pada umur

mortar 28 dan 56 hari.

4. Persentase penambahan abu terbang batubara

sebanyak 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%

masing-masing persentase terdiri dari 3 buah

benda uji.

5. Material yang di gunakan :

a. Semen : Semen Portland type I

b. Agregat Halus : Pasir Ex. Pasir anggana

c. Bahan Tambah : Fly Ash (abu terbang

batubara ).

2. LANDASAN TEORI

2.1 Mortar

Mortar adalah campuran yang terdiri dari pasir,

bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen.

Pasir sebagai bahan bangunan dasar harus direkatkan

dengan bahan perekat. Bahan perekat yang digunakan

dapat bermacam-macam, yaitu dapat berupa tanah liat,

kapur, semen merah (bata merah yang dihaluskan),

maupun semen potland.

2.2 Agregat Halus

Agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari

mineral padat, berupa massa berukuran besar ataupun

berupa fragmen-fragmen. Kandungan agregat dalam

campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan

pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60% -

70% dari berat campuran beton. Agregat halus

berukuran yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75

mm (standar ASTM).

2.3 Air

Air untuk campuran beton harus tidak

mengandung minyak, larutan asam, garam alkali,

material organik, maupun bahan-bahan lain yang dapat

mengurangi kekuatan beton. Air pada campuran mortar

berfungsi sebagai media untuk mengaktifkan pada

reaksi semen, pasir, dan kapur agar saling menyatu. Air

juga berfungsi sebagai pelumas antara butir-butir pasir

yang berpengaruh pada sifat mudah dikerjakan

(workability) adukan mortar.

2.4 Semen

Semen Portland adalah semen hidraulis yang

dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang

terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat

hidraulis bersama bahan –bahan yang biasa digunakan

yaitu gipsum.

2.5 Faktor Air Semen

Semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu

kekuatan beton ataupun mortar. Namun demikian,nilai

FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa

kekuatan beton ataupun mortar semakin tinggi. Rata-

rata ketebalan lapisan yang memisahkan antara partikel

dalam beton ataupun mortar sangat bergantung pada

FAS yang digunakan dan kehalusan butir semennya.

2.6 Bahan Tambah Mineral ( admixture )

Admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan

ke Psi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat

dari mortar agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan

tertentu atau untuk menghemat biaya.

2.7 Fly Ash ( abu terbang batubara )

Fly ash batubara adalah limbah industri yang di

hasilkan dari pembakaran batubara dan terdiri dari

partikel yang halus. Gradasi dan kehalusan fly ash

batubara dapat memenuhi persyaratan gradasi

AASHTO M17 untuk mineral filler.

Page 104: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

101

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian :

- Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Juni

sampai bulan Oktober 2011.

Pelaksanaan penelitian:

- Laboratorium Rekaya Sipil Fakultas Teknik

Universitas Mulawarman Kalimantan Timur,

Samarinda.

3.2 Studi Literatur

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan

adalah mencari referensi dari buku, jurnal dan sumber

lainnya yang berhubungan dengan tema yang yang

diambil dalam penelitian sebagai acuan atau dasar teori

dalam penulisan skripsi.

3.3 Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan,meliputi :

1. Data primer adalah data utama yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan material di laboratorium. Hasil

pemeriksaan laboratorium ini kemudian akan

digunakan untuk perancangan mix design mortar.

2. Data sekunder adalah data-data pendukung dalam

penelitian ini, dimana data-data tersebut dapat

berupa gambar grafik, tabel, dan data pendukung

lainnya.

3. Hasil tanya jawab yaitu konsultasi kepada dosen

pembimbing maupun pihak lain yang berkompeten

dalam penelitian ini.

3.4 Persiapan Bahan

Semua material yang akan digunakan sebagai

bahan uji harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum

masuk ke dalam laboratorium.

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Agregat halus pasir Anggana

2. Semen Portland Tipe I (Semen Tonasa)

3. Air yang berasal dari PDAM

4. Bahan tambah berupa Abu Terbang batubara

3.5 Pengujian Di Laboratorium

3.5.1 Tahap Pengujian Bahan- bahan Penyusun

Mortar

3.5.1.1 Pengujian Kadar Air Agregat Halus (pasir)

Pemeriksaan kadar air pasir dilakukan dengan

cara, pasir ditimbang dan dicatat beratnya (w1),

kemudian dimasukkan ke dalam oven. Pasir yang sudah

kering didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya

(w2). kadar air pasir dihitung dengan rumus :

3.5.1.2 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

(pasir)

Penentuan kadar lumpur pasir dilakukan dengan

cara, memasukkan benda uji ke dalam gelas ukur lalu,

ditambahkan dengan air guna melarutkan lumpur,

kemudian gelas dikocok untuk mencuci pasir dari

lumpur, setelah itu simpan gelas pada tempat yang

datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam,

dan pada akhirnya ukur tinggi pasir (H1) dan tinggi

lumpur (H2). Kadar lumpur pasir dapat dihitung

dengan rumus:

3.5.1.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan

Agregat Halus (pasir)

Contoh pasir uji (SSD) dikeringkan dalam oven

dengan suhu 105° C sampai beratnya tetap. Kemudian

pasir direndam di dalam air selama 24 jam. Air bekas

rendaman dibuang dengan hati-hati sehingga butiran

pasir tidak terbuang. Pasir dibiarkan di atas nampan dan

dikeringkan sampai tercapai keadaan jenuh kering

muka. Untuk pemeriksaan kondisi jenuh kering muka

dilakukan dengan memasukkan pasir pada kerucut

terpancung dan dipadatkan dengan penumbukan

sebanyak 25 kali. Pada saat kerucut diangkat pasir akan

runtuh tetapi masih berbentuk kerucut. Pasir dalam

keadaan kering muka ditimbang sebanyak 500 gram

dimasukkan ke dalam piknometer dan kemudian

diisikan air hingga penuh. Gelembung udara yang

tertinggal dihilangkan dengan cara menggulingkan

piknometer secara berulang-ulang. Piknometer berisi

air dan pasir ditimbang dan dicatat beratnya.

Piknometer kosong dan berisi air ditimbang dan dicatat

beratnya berturut-turut dan .Setelah mengendap pasir

dikeluarkan dari piknometer tanpa ada yang tercecer,

kemudian dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Pasir

yang sudah kering didinginkan, ditimbang dan dicatat

beratnya. Penyerapan Berat jenis pasir dihitung dengan

rumus :

Penyerapan :

Berat jenis (SSD) :

Dimana:

Berat contoh SSD = (A)

Berat contoh kering = (B)

Berat pikno + air + sempel = (C)

Berat pikno + air = (D)

Page 105: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

102

3.5.1.4 Analisa Saringan (Gradasi) Agregat Halus

Pemeriksaan gradasi pasir dilakukan dengan cara,

pasir yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven

dengan suhu 105° sampai beratnya tetap dan ditimbang

beratnya. Ayakan disusun sesuai dengan urutannya,

ukuran terbesar diletakkan pada bagian paling atas,

yaitu : 4,8 mm, diikuti dengan ukuran ayakan yang

lebih kecil yaitu berturut-turut 2,4 mm , 1,2 mm , 0,6

mm , 0,3 mm , 0,15 mm , 0 mm (sisa), kemudian

digetarkan selama kurang lebih 10 menit. Pasir yang

tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang dan

dicatat beratnya. Dari hasil ini dapat dihitung jumlah

komulatif persentase butir-butir yang lolos pada

masing-masing ayakan. Nilai modulus halus butir

dihitung dengan menjumlahkan persentase komulatif

butir tertinggal, kemudian dibagi seratus sehingga dapat

di gambar grafik distribusi ukuran butir agregat.

3.6 Perancangan Campuran Mortar (Mix Design)

Perancangan campuran menggunakan metode

Departemen Pekerjaan Umum yang terdapat dalam SK

SNI M-111-1990-03 "Metode Pengujian Kekuatan

Tekan Mortar Semen Portland Untuk Pekerjaan Sipil

3.7 Pembuatan Benda Uji

Pembuatan mortar dilakukan segera setelah

perancangan campuran mortar selesai dilaksanakan.

Tahapan pembuatan mortar, meliputi:

(1) Persiapan

(2) Penakaran

(3) Pengadukan

(4) Uji Kelecakan (nilai sebar)

(5) Penuangan

3.8 Perawatan Benda Uji Mortar

Perawatan (curring) ini dilakukan setelah mortar

mengeras dan dibuka dari cetakan. Perawatan

dilakukan agar proses hidrasi yang terjadi rendah.

Proses hidrasi yang terlalu tinggi menyebabkan

terjadinya retak pada mortar yang mengeras karena

kehilangan air yang begitu cepat. Curring ini bertujuan

untuk pengendalian mutu mortar sehingga nilai kuat

tekan yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang

diinginkan

3.9 Pengujian Kuat Tekan Mortar

Adapun langkah-langkah pengujian kuat tekan

mortar adalah sebagai berikut :

a. Mengangkat benda uji dari tempat perawatan

b. Meletakkan benda uji pada mesin penekan,

kemudian menekan benda uji tersebut dengan

penambahan besarnya gaya tetap sampai benda uji

tersebut pecah.

c. Mencatat dan menghitung besarnya gaya tekan

maksimum yang terjadi, selanjutnya dihitung kuat

tekan rata – rata benda uji.

3.10 Analisa data

Setelah uji kuat tekan selesai dilakukan maka data

yang dihasilkan dicatat dan dibandingkan dengan data

dari mortar normal. Masing-masing dari data yang

dihasilkan dibuat grafik kuat tekan mortarnya.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Labolatorium Pada Pasir

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Pada Pasir anggana

NO PENGUJIAN NILAI HASIL PENGUJIAN

1 Kadar air 3.14 %

2 Berat jenis SSD 2.57 gram

3 Penyerapan SSD 0.89 gram

4 Kadar Lumpur 0.64%

4.2 Pemeriksaan Gradasi Agregat

Berdasarkan pengujian gradasi agregat halus, diperoleh

data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Nilai Lolos Gradasi Agregat Halus Pasir

Anggana

Gambar 4.1 Grafik Daerah Gradasi Pasir Anggana

Pasir Anggana

Ukuran ayakan (mm) 0,15 0,25 0,6 1,18 2,36 4,75 9,52

% Lolos 5,12 77,27 95,22 99,06 99,84 99,99 100

Page 106: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

103

4.3 Perancangan Campuran (Mix Design)

Tabel 4.3 Perhitungan Mix Design Mortar Normal

Campuran Pasir Grogot

No Uraian Keterangan Symbol Nilai Satuan

1. Kuat tekan yang

diisyartkan.

Ditetapkan fb 9 MPa

2. Jenis semen. Tipe I

3. Jenis agregat Agregat halus :

Alami

4. Faktor air semen.

0,72 FAS

5.

Gradasi

agregat halus.

Zona 4

6.

Uji

kelecakan

(meja sebar)

Ditetapkan 70-115 %

7. Berat jenis

semen 3,1

8. Berat jenis

mortar 2,19

9. Berat jenis

pasir Hasil uji lab

10 Berar air 42,9 Gram

11 Berat semen 59,4 Gram

12 Berat pasir 202,435 Gram

Tabel 4.4 Kebutuhan Mortar Normal Campuran Pasir

Anggana

Uraian Air

(gram)

Semen

(gram)

Pasir

(gram) Kebutuhan Aktual 1

benda uji 42,9 59,4 202,435

Perbandingan berat

Aktual 0,72 1 3,32

Tabel 4.5 Kebutuhan Fly ash 10%, 20%, 30%, 40%,

50% (1 benda uji)

4.4 Uji Kelecakan (Nilai Sebar)

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Nilai Sebar

4.5 Pengujian Kuat Tekan Mortar

4.5.1 Kuat Tekan Mortar Normal

Tabel 4.7 Hasil Kuat Tekan Mortar Normal Benda Uji

Kubus

No. Umur

(Hari)

Luas

bidang

(mm2)

Beban

Tekan

(KN)

Kuat Tekan

fb (MPa)

1 28 2500 22,00 8,8

2 28 2500 25,00 10

3 28 2500 21,00 8,4

Rata-rata 22,66 9,06

No.

Con

toh

Umur

(Hari)

Luas

bidang

(mm2)

Beban

Tekan

(KN)

Kuat Tekan

fb (MPa)

1 56 2500 32,5 13

2 56 2500 27,5 11

3 56 2500 25 10

Rata-rata 28,33 11,33

Hasil pengujian kuat tekan dengan benda uji

kubus pada umur 28 hari didapat kuat tekan rata-rata

9,06 Mpa dan hasil pengujian kuat tekan pada umur 56

hari didapat kuat tekan rata-rata 11,33 MPa, ini

menunjukan bahwa kuat tekan mortar dengan umur 56

hari mengalami kenaikan dibandingkan mortar dengan

umur 28 hari

Dari hasil pengujian kuat tekan mortar

menunjukkan kekuatan tekan mortar akan bertambah

dengan naiknya umur mortar. Kekuatan mortar akan

naik secara cepat (linear) sampai umur 56 hari.

Persentase

Fly ash

Kebutuhan fly ash

(% x berat aktual semen)

10% 10% × 59,4 = 59,4 gram

20% 20% × 59,4 = 11,88 gram

30% 30% × 59,4 = 17,82 gram

40% 40% × 59,4 = 23,76 gram

50% 50% × 59,4 = 29,7 gram

NO FAS

Persentase

Abu Sawit

(%)

d0 d1 d1 d1 d1

(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

1 0.72 0 9 11 11,10 11,10 11,30

2 0,72 10 9 13 13,20 13,40 14,00

3 0.72 20 9 13,80 13,70 13,60 14,20

4 0,72 30 9 13,80 13,80 14 14,80

5 0.72 40 9 14,20 14 14,20 15,10

6 0,72 50 9 14,80 14,70 15 15,20

Nilai Sebar Total

(%)

Rata-

rata(%) sebar

1

sebar

2

sebar

3

sebar

4

22,2 23,3 23,3 25,5 94,3 23,5

44,4 46,6 48,8 55,5 195,3 48,82

53,3 52,2 51,1 57,7 214,3 53,57

53,3 53,3 55,5 64,4 226,5 56,62

57,7 55,5 57,7 67,7 238,6 59,65

64,4 63,3 66,6 68,8 263,1 65,77

Page 107: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

104

4.5.2 Kuat Tekan Mortar Normal dengan

Penambahan Fly ash

4.5.2.1 Kuat Tekan Mortar Normal dengan

Penambahan fly ash umur 28 hari

Tabel 4.7 Hasil Kuat Tekan Mortar Penambahan fly

ash Benda Uji Kubus

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan fly ash umur 28

hari

Dari hasil pengujian kuat tekan mortar diatas

didapatkan kuat tekan mortar dengan penambahan fly

ash 30% mengalami kuat tekan yang lebih tinggi

diantara persentase penambahan fly ash lainnya. Hasil

pengujian kuat tekan didapat sebesar 10 MPa pada

umur 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan mortar

menunjukan penambahan fly ash pada umur 28 hari,

kuat tekannya mengalami peningkatan atau lebih tinggi

dibanding dengan kuat tekan mortar normal. Kuat tekan

yang dihasilkan dari setiap penambahan yaitu

penambahan 10% (9 Mpa), 20% (8,33 Mpa), 30%

(10,00 Mpa), hal ini menunjukkan bahwa kuat tekan

mengalami peningkatan hingga penambahan 30%.

4.5.2.2 Kuat Tekan Mortar penambahan fly ash

Umur 56hari

Tabel 4.19 Hasil Kuat Tekan Mortar Penambahan fly

ash Benda uji Kubus

Kuat Tekan Mortar Hasil Uji Tekan

Variasi fly ash Kuat Tekan

Rencana

11.33 0 9

12 10 9

14.86 20 9

13.5 30 9

13.66 40 9

9.83 50 9

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Penambahan fly ash Umur 56

hari

Dari hasil pengujian kuat tekan mortar diatas

didapatkan kuat tekan mortar dengan penambahan fly

ash 20% mengalami kuat tekan yang lebih tinggi

diantara persentase penambahan fly ash lainnya. Hasil

pengujian kuat tekan didapat sebesar 14.86 MPa pada

umur 56 hari. Hasil pengujian kuat tekan mortar

menunjukan penambahan fly ash pada umur 56 hari,

kuat tekannya mengalami peningkatan dibanding

dengan kuat tekan mortar normal. Kuat tekan yang

dihasilkan dari setiap penambahan yaitu 10% (12 Mpa),

20% (14,86 mpa), 30% (13,5 Mpa), 40% (13,66 Mpa),

dan 50% (9,83 Mpa). Hal ini menunjukkan kuat tekan

mortar terus mengalami kenaikan hingga penambahan

20%.

4.5.2.3 Kuat Tekan Mortar Dengan Pengganti fly

ash Umur 28Hari

Tabel 4.20 Hasil Kuat Tekan Mortar Dengan Pengganti

fly ash Benda Uji Kubus

Kuat Tekan mortar Hasil Uji Tekan

Variasi fly ash

Kuat Tekan Rencana

9.06 0 9

8.66 10 9

9.5 20 9

7.33 30 9

5.33 40 9

4.33 50 9

Kuat Tekan mortar Hasil Uji Tekan

Variasi fly ash Kuat Tekan

Rencana

9.06 0 9

9 10 9

8.33 20 9

10 30 9

10 40 9

8.66 50 9

Page 108: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

105

Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Penggantia Dengan fly ash

Umur 28 hari

Dari hasil pengujian kuat tekan mortar diatas

didapatkan kuat tekan mortar dengan pengganti semen

menggunakan fly ash 20% mengalami kuat tekan yang

lebih tinggi diantara persentase pengganti lainnya.

Hasil pengujian kuat tekan didapat sebesar 9,5 MPa

pada umur 28 hari.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan mortar

menunjukkan bahwa pengganti semen dengan

menggunakan fly ash mengalami kenaikan kuat tekan

pada persentase penambahan 20 % yaitu 9,5 Mpa dan

cenderung mengalami penurunan kuat tekan seiring

dengan penambahan jumlah persentase pengganti

semen yaitu pada persentase penggantian 30% (7,33

Mpa), 40% (5,33 Mpa) dan 50% (4,33 Mpa)

4.5.2.4 Kuat Tekan Mortar Normal dengan

Pengganti fly ash pada Umur 56 hari

Kuat Tekan Mortar Hasil Uji Tekan

Variasi fly ash

Kuat Tekan Rencana

11.33 0 9

9.33 10 9

10.16 20 9

5 30 9

4.16 40 9

5 50 9

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Pengganti Dengan fly ash

Umur 56 hari

Dari hasil penelitian di atas didapat bahwa

pengganti semen dengan menggunakan fly ash sebesar

10% - 50% mengalami penurunan kuat tekan

dibandingkan dengan mortar normal. Hal ini

dikarenakan terjadi kelebihan fraksi halus dan sifat fly

ash yang menyerap air sehingga jumlah air dalam

campuran beton berkurang hal ini membuat mortar

tidak mampu mengikat maksimal material dalam

campuran mortar sehingga kekuatan mortar yang

diperoleh berkurang.

4.5.2.5 Kuat Tekan Mortar Normal dengan

Penambahan fly ash Umur 28 & 56hari

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Penembahan Dengan fly ash

Umur 28 & 56 hari

4.5.2.6 Kuat Tekan Mortar Normal dengan

Pengganti fly ash Pada Umur 28 Hari dan

56 Hari

Gambar 4.8 Grafik Pengaruh Pengganti Dengan fly ash

Umur 28 & 56 hari

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kuat tekan maksimal yang didapat dari penambahan

abu terbang batubara pada campuran mortar dengan

menggunakan pasir anggana terjadi pada

penambahan abu terbang batubara dengan kadar

20% pada umur 56 hari yakni 14,86 Mpa.

2. Kuat tekan maksimal yang didapat pada pembuatan

mortar dengan mengganti sebagian semen

menggunakan abu terbang batubara terjadi pada

penggantian sebesar 20%, pada umur 56 hari yaitu

10,16 Mpa

3. Persentasi yang direkomendasikan untuk digunakan

sebagai bahan tambah yaitu pada penambahan 20%

( 14,86 Mpa ) dengan umur 56 hari, karena pada

penambahan ini mortar mengalami kenaikan kuat

Page 109: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Fachriza Noor Abdi1), Budi Haryanto 2), Musa Firmanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Seminar Nasional Teknik Sipil 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

106

tekan yang cukup tinggi dan melebihi kuat tekan

rencana yaitu minimal 9 Mpa.

Sedangkan pada penggantian sebagian semen

dengan menggunakan abu terbang batubara yaitu

pada persentase 20% ( 10,16 ) dengan umur 56 hari.

Karena kuat tekan yang dihasilkan cukup baik dan

melebihi kuat tekan rencana yaitu 9 Mpa dan

mampu mengurangi penggunaan semen sebanyak

20%, namun tidak melebihi dari kuat tekan mortar

normal yaitu 11,33 Mpa.

4. Pemanfaatan abu terbang batubara dengan

persentase tertentu, dapat mengahasilkan mortar

yang lebih baik dan penggunaan semen lebih

ekonomis.

5.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam

pemanfaatan abu terbang batubara pada campuran

mortar, misalnya penelitian dengan agregat yang

berbeda, jumlah persentase penambahannya yang

berbeda, atau dengan mengkombinasikan abu

terbang batubara dengan bahan tambah atau bahan

ganti lainnya.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam

pembuatan mortar dengan menggunakan abu

terbang batubara sebagai bahan tambah dengan

perbandingan persentase 10% - 30% ataupun

bahan pengganti semen yang menggunakan

perbandingan persentase 10% - 30%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. 2009,

Buku Panduan Skripsi, Tugas Akhir, Seminar dan

Praktek Kerja Lapangan. Samarinda.

2. Fakultas Teknik Sipil & Perancangan Institut

Teknologi Bandung, Pedoman Pelaksanaan

Praktikum Di Laboratorium Struktur & Bahan

Jurusan Teknik Sipil, ITB, Bandung

3. Herry, P dan Sumarnadi, E.T., 1996, Mengubah

Limbah Menjadi Rupiah Pemenfaatan Abu

Batubara PLTU, Puslitbang Geoteknologi LIPI,

Bandug.

4. Hidayat, Syarif., 2009, Semen dan Jenis

Aplikasinya, Jakarta

5. Munir, Misbachul., 2008, Pemanfaatan Abu

Batubara ( Fly Ash ) Untuk Hollow Block Yang

Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan, Tesis,

Jurusan Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro, Semarang.

6. Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Andi,

Yogyakarta

7. Murdock, L.J., dan Brook, K.M., 1991, Bahan

dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.

8. Nugraha, P dan Antoni., 2007 , Teknologi Beton

(dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja

Tinggi), Andi, Yogyakarta.

9. Prakoso, Joko., 2006, Pengaruh Penggnaan Abu

Terbang Terhadap Kuat Tekan dan Serapan Air

Pada Bata Beton Berlubang, Skripsi, Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang (UNNES), Semarang.

10. Sitorus, Tantri Kartika., 2009, Pengaruh

Penambahan Silika Amorf Dari Sekam Padi

Terhadap Silika Mekanis dan Sifat Fisis Mortar,

Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara (USU), Medan.

11. Susilowati, Anni., 2010, Abu Batubara Sebagai

Bahan Pengganti Semen Sebagian Dalam Mortar,

Seminar Nasional Teknik Sipil, Politeknik Negeri,

Jakarta.

12. Supriyanti., 2004, Analisa Waktu Penerapan

Beban Pemadat Terhadap Kuat Tekan Paving

Block, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES),

Semarang.

13. Sutaji, T., 1994, Penelitian Penggunaan Limbah

Abu Terbang Pabrik Gula Untuk Bahan Tambah

Dalam Pembuatan Batu Cetak, Departemen

Pekerjaan umum, Bandung.

14. Tjokrodimuljo, K., Teknologi Beton, Teknik Sipil

Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta

15. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Naviri,

Yogyakarta.

16. Wahyudi, B., 1999, Pengaruh Perbandingan

Agregat-Semen Terhadap Sifat-Sifat Beton Non-

Pasir Dengan Agregat Buatan Tanah Liat Bakar

Asal Purwodadi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM),

Yogyakarta.

Page 110: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

iv

DAFTAR PENULIS JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL (SNTS) 2018

Ahmad Hariyanto, Politeknik Negeri Samarinda

Agus Sugianto, Universitas Balikpapan

Andi Marini Indriani, Universitas Balikpapan

Ashadi Putrawirawan, Politeknik Negeri Samarinda

Brama Kusumo Hartoko, Universitas Mulawarman Samarinda

Budi Nugroho, Politeknik Negeri Samarinda

Dewi Setyawati, Universitas Balikpapan

Edhi Sarwono, Universitas Mulawarman Samarinda

Erwinsyah, Universitas Mulawarman Samarinda

Fachriza Noor Abdi, Universitas Mulawarman Samarinda

Frengky Fajar Mukti, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Habir, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Hamzah Al Ilham, Universitas Muhammadiyah Makasar

Ika Meicahayanti, Universitas Mulawarman Samarinda

Masayu Widiastuti, Universitas Mulawarman Samarinda

Muhammad Busyairi, Universitas Mulawarman Samarinda

Nenny, Universitas Muhammadiyah Makasar

Nindya Fitrisari, Politeknik Negeri Samarinda

Rezkie Zulfikri, Universitas Mulawarman Samarinda

Riza Setiabudi, Politeknik Negeri Samarinda

Rusfina Widayati, Universitas Mulawarman Samarinda

Sujiati Jepriani, Politeknik Negeri Samarinda

Sulardi, Universitas Tridharma Balikpapan

Tamrin, Universitas Mulawarman Samarinda

Tumingin, Politeknik Negeri Samarinda

Vickers Dwi Marthawati, Politeknik Negeri Samarinda

Yudi Pranoto, Politeknik Negeri Samarinda

Yunianto Setiawan, Universitas Mulawarman Samarinda

Waryati, Universitas Mulawarman Samarinda

Page 111: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

v

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI/REVIEWER JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Edisi SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL (SNTS) 2018

Herman Parung, Universitas Hasanuddin

Erniati, Universitas Fajar

Tamrin, Universitas Mulawarman

Abdul Haris, Universitas Mulawarman

Ery Budiman, Universitas Mulawarman

Page 112: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

vi

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA SELURUH PANITIA

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018 Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

Steering Commite :

Penanggung Jawab

Dr. Hj. Mardewi Jamal, S.T., M.T. (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil)

Ketua

Dr. Tamrin, S.T., M.T.

Sekretaris

Triana Sharly P. Arifin, ST, M.Sc.

Anggota

Dr. Ery Budiman, S.T., M.T.

Ir. Hj. Masayu Widiastuti, M.Sc.

Rusfina Widayati, S.T., M.Sc.

Budi Haryanto, S.T., M.T.

Fachriza Noor Abdi, S.T., M.T.

Heri Sutanto, S.T., M.T.

M. Jazir Alkas, S.T., M.T.

Dr. Ir. Abdul Haris, M.T.

Aspiah, SE

Page 113: TEMPLATE UNTUK MENULIS DI JURNAL APLIKA FAKULTAS …sipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_seminar_nas... · Rekapitulasi Bilangan Froude dan Bilangan Reynold (Re) Pengaruh

Seminar Nasional Teknik Sipil (SNTS) 2018

Tantangan Pengembangan Infrastruktur di Kalimantan Timur

vii

Informasi Berlangganan

Apabila Saudara berkeinginan mendapatkan Jurnal Teknologi Sipil secara berkala setiap tahun, yaitu 2

(dua) kali penerbitan, maka :

Jurnal Teknologi Sipil – Unmul terbit 2 (dua) kali dalam setahun (Mei dan November)

Biaya sebesar Rp. 150.000,00 per eksemplar (sudah termasuk biaya pengiriman) dibayar sekaligus per

tahun

Edisi back issue (terbitan lama) tersedia dengan harga Rp. 75.000,00 per eksemplar atau Rp. 300.000,00

per bundle berisi 4 edisi (harga tidak termasuk biaya pengiriman, persediaan terbatas).

Biaya pengiriman per bundel :

Rp. 35.000,00 untuk Kalimantan Timur

Rp. 55.000,00 untuk luar Kalimantan Timur

Mengisi Formulir Berlangganan di bawah ini dengan jelas.

Kirimkan Formulir dan Biaya Berlangganan ke alamat :

Redaksi JURNAL TEKNOLOGI SIPIL – UNMUL

Program Studi Teknik Sipil, Gedung IV Lantai 1 Fakultas Teknik

Jalan Sambaliung No. 9 Kampus Gn. Kelua, Samarinda – 75119, Kalimantan Timur

Telp./Fax : (0541) 736834 / 749315, Website : sipil.ft.unmul.ac.id, email : [email protected]

Pembayaran dapat dilakukan melalui Pos/Biro Pengiriman/Cek dan dianggap sah bila telah diuangkan.

Pembayaran melalui Bank dapat dialamatkan ke :

BNI 46 Cabang Unmul

a.n. Rusfina Widayati

No. Rekening : 0172086662

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon dikirimkan Jurnal Teknologi Sipil sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, untuk selama

……… (………………….) tahun, Sejak Vol………….. No……………. Tahun……..……. Kepada :

Nama : ………………………………………………………………………………………………..

Alamat : ………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………...… Kode Pos : ……………………

Telp/Faks : …………………………………………………………………………………...

Kiriman sebesar :

Rp. …………………………………………… untuk sejumlah ………………. Eksemplar

Rp. …………………………………………… untuk biaya pengiriman

Melalui : Pos/Biro Pengiriman/Bank/Langsung

Form ini dapat di fotokopi