Tema

7
1. Tema Dalam sebuah naskah drama terdapat landasan atau gagasan umum dari ceritanya. Tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra (Wahyuningtyas dan Santosa, 2011:3). Tema dalam drama akan diketahui setelah membaca naskah dan memperhatikan dengan detail isi ceritanya. Menurut Wahyuningtyas dan Santosa (2011:59) tema berasal dari masalah-masalah yang ada dalam cerita. Teori ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Stanton (2012:42) yaitu cara yang paling efektif untuk menentukan tema suatu karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti konflik yang muncul didalam cerita dan konflik biasanya mengandung sesuatu yang sangat berguna jika benar-benar dirunut. Sedangkan konflik yang muncul dalam naskah drama “Tuk” yaitu: a. Ketika ada isu akan dijualnya lahan Magersaren Mbah Kawit : “ Eh, Prit, Jemprit! Mbokne Menik ki dhek emben rasan-rasan karo Lesman. Ngrembug pikukuh kene barang. Jare regane wis diarepi. Kene arep didol...”

description

tema

Transcript of Tema

1. Tema Dalam sebuah naskah drama terdapat landasan atau gagasan umum dari ceritanya. Tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra (Wahyuningtyas dan Santosa, 2011:3). Tema dalam drama akan diketahui setelah membaca naskah dan memperhatikan dengan detail isi ceritanya. Menurut Wahyuningtyas dan Santosa (2011:59) tema berasal dari masalah-masalah yang ada dalam cerita. Teori ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Stanton (2012:42) yaitu cara yang paling efektif untuk menentukan tema suatu karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti konflik yang muncul didalam cerita dan konflik biasanya mengandung sesuatu yang sangat berguna jika benar-benar dirunut. Sedangkan konflik yang muncul dalam naskah drama Tuk yaitu:a. Ketika ada isu akan dijualnya lahan MagersarenMbah Kawit: Eh, Prit, Jemprit! Mbokne Menik ki dhek emben rasan-rasan karo Lesman. Ngrembug pikukuh kene barang. Jare regane wis diarepi. Kene arep didol...Mbah Kawit: Sampeyan ki pripun ta, Mbokne Menik ki arep adol papan kene. Kowe apa wis padha ora pengin manggon kene?Romli: Sing ajeng nggusur niku sinten? Wong ya durung genah. Soleman ngalor ngidul nawake rak ya ora tau kedadeyan, ora ana sing nuku. Ampun kesusu ngamuk, diampet dhisik, nesune dinggo sesuk. Tiwas mampang-mampang kok mung karo Soleman. Dhe, sing genah adol ki nika lho, Mbokne Menik. Mbokdhe Jemprit: Ngalor-ngidul ketula-tula terus. Neng pasar pendhak byar gegeran, manggrok sedhela wis dikon pindah, nganti bosen oyong-oyong. Mulih butuh leren malah ketambahan perkara. Lesman lempit akal-akalan arep nggusur Magersaren. Kok dha wis edan kabeh....Mbokdhe Jemprit: Akeh tunggale, akeha kancane, nek pendhak byar mung diongkreh-ongkreh. Wong ngeyub neng kene ki rak wis kepepet, kok arep isih ditendhang. Bibit: Nek mung kaya ngene iki bisa diramal, gampang dibethek, bisa dietungke! Suk pirang taun engkas kana bakale dadi apa, kene dadi piye, kabeh wis ana sing ngatur, wis ana sing nggawe, wis ana sing ngrancang, wis ana sing nggolekke dalan, wis ana sing bisa nyulap. Bandar-bandar gedhe mrika dha butuh panggonan nggo ngilekke dhuwit. Kene ki suk dadi bank, apa plasa, apa pabrik, apa hotel, apa dadi lapangan golf....Bibit: Padha bae! Dadi pasar apa pertokoan, sing penting ndang bisa nggo ngeruk dhuwit. Ndang bisa dibabarake. Mulane kabeh ndang dilungakake. Sing nuku lemah ora bakal kentekan akal, wis gaweyane ngosak-asik papan reja, ngosak-asik menungsa. Mbokne Menik dicedhaki, dhasare randha gatel, saya gampang dalane. Bel-bel-bel... kabeh kobong, kabeh bisa dilungake.Soleman: Gebacut ora bisa milih, mung pengin ngeli wae meksa isih klelep. Ilang jagoku, ilang jaganku, wis bacut amblas sing kudune dak bela. Jago-jago sing mbelani aku ya wis dikandhang. Ora bisa kluruk! Ora bisa ngabruk, ora wani cluluk! Hooee! Ora mung merga keluwen aku neng kene, ning aja mung dinggo tumbal, wis wancine wong cilik ora mung dinggo ancik-ancik! Tontonen kae wong-wong sing sakbendinane dha keluwen, mripate luwih awas, kupinge luwih tengen, atine isih bisa ngrasakake sak kabehe!Berdasarkan konflik-konflik yang muncul dalan cerita, tema dalam naskah drama Tuk adalah kesewenangan terhadap rakyat kecil. Dimana kisah-kisah dalam cerita tersebut memang diambil dari kejadian-kejadian kehidupan nyata. Kesewenangan tersebut khususnya adalah penggusuran lahan yang akhirnya lahan tersebut akan dijadikan bank, plaza, pabrik, hotel, dan lapangan golf.2. Alur Alur bisa juga disebut dengan plot. Alur atau plot adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Berdasarkan kriteria waktu, alur atau plot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: plot lurus (maju), plot sorot-balik (plot flash back), dan plot campuran (Wahyuningtyas dan Santosa, 2011:6-7) . Sedangkan alur atau plot cerita dalam naskah drama Tuk adalah plot lurus (plot maju) karena peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti peristiwa selanjutnya dan ceritanya runtut dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir. Tahapan alur dalam drama Tuk yaitu: a. Tahap situation (penyituasian)Tahap ini berisi pengenalan situasi dan tokoh cerita. Dalam naskah Tuk tahap ini mulai dengan pertengkaran Romli dengan Sum (istrinya) dikarenakan Romli yang punya sifat suka selingkuh. Adegan Mbok Jiah yang mendatangi Soleman, Mbok Jiah merupakan orang yang suka menggadai barang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Begitu seterusnya hingga muncul tokoh Mbah Kawit, Lik Bisma, Bibit, menik dll. Situasi yang tergambarkan adalah Magersaren merupakan suatu perumahan kumuh, sempit yang setiap harinya tidak pernah sepi karena selalu saja ada konflik yang terjadi antara penghuni Magersaren tersebut. b. Tahap generating circimtances (pemunculan konflik) Tahap ini berisi masalah-masalah yang menyulut konflik. Tahap ini dimulai ketika Mbah Kawit bercerita pada tetangga-tetangganya itu, bahwa Magersaren akan dijual, sudah diminati dan banyak yang antri untuk membeli lahan tersebut. c. Tahap rising action (peningkatan konfliks)Tahap ini menggambarkan peningkatan dari konflik awal yang mulai berkembang. Tahap ini digambarkan ketika Mbah Kawit, Mbokdhe Jemprit, Lik Bisma, dan Bibit menuduh Soleman Lempit bersengkongkol dengan Menik akan menjual lahan Magersaren. Apabila lahan tersebut laku, maka penghuni tersebut akan digusur karena tidak ada yang memiliki sertifikat tanah. Soleman yang tidak terima atas tuduhan itu pun malah menuduh Mbokdhe Jemprit kalau Mbokdhe Jemprit sebenarnya ingin membeli sebagian tanah dan memaksa Menik untuk mencarikannya sertifikat.d. Tahap climax (klimaks)Tahap klimaks berisi konflik yang mencapai titik puncak. Tahap klimaks digambarkan didalam alam bawah sadarnya Mbah Kawit. Adegan ini digambarkan ketika Menik dan ibunya pergi bersama laki-laki simpanan Ibu Menik. Dan ternyata laki-laki itulah yang menginginkan lahan Magersaren, dia juga memanfaatkan Ibu Menik karena memang Ibunya Menik adalah seorang wanita yang gila laki-laki. Jadi dengan mudah saja laki-laki pembeli lahan itu menghasut Ibu Menik. Rumah Ibu Menik dibakar dengan sengaja oleh lelaki tersebut, maka apipun melahap semua rumah yang ada di magersaren. Dalam adegan ini Lik Bisma menghilang, ditakutkan oleh Mbah Kawit kalau Lik Bisma melakukan pati obong. Penghuni-penghuni lain pun saling bertengkar dan menyalahkan satu sama lain. Mereka menyerukan bahwa penguasa selalu bertindak sewenang-wenang tanpa mempedulikan rakyat kecil. Tahap ini banyak terdapat kritikan yang ditujukan penulis kepada pemerintah yang selalu bertindak kurang adil kepada rakyat kecil. e. Tahap deneouement (penyesuaian)Tahap ini merupakan tahap penyesuaian dari konflik yang terjadi, bisa disebut juga akhir cerita dari suatu lakon drama. Adegan dalam drama Tuk digambarkan ketika Mbah Kawit sudah merasa tidak kuat dengan keadaan Magersaren yang selalu panas dengan berbagai konflik, dan akhirnya Mbah Kawit pun meninggal dunia. Adegan ini merupakan adegan penutup dari cerita drama Tuk.

DP:Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi Robert Stanton. Terjemahan Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.