TEMA TAHUNAN GPIB: Pemahaman dan Kritik Warga GPIB...
Transcript of TEMA TAHUNAN GPIB: Pemahaman dan Kritik Warga GPIB...
i
TEMA TAHUNAN GPIB:
Pemahaman dan Kritik Warga GPIB Jemaat Eben Haezer
Tana Paser
Oleh:
JEBELINO ADIPUTRA KASTANYA
712013002
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TEMA TAHUNAN GPIB:
Pemahaman dan Kritik Warga GPIB Jemaat Eben Haezer
Tana Paser
oleh:
JEBELINO ADIPUTRA KASTANYA
712013002
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Jacob Daan Engel
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Ketua Program Studi Dekan
Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017
iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jebelino Adiputra Kastanya
NIM : 712013002 Email: [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi
Judul tugas akhir : Tema Tahunan GPIB: Pemahaman dan Kritik Warga GPIB
Jemaat Eben Haezer Tana Paser
Pembimbing : 1. Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D
2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di
institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,
rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah
diketahui dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah
dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini,
serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya
Wacana.
Salatiga, 23 Mei 2017
Jebelino Adiputra Kastanya
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jebelino Adiputra Kastanya
NIM : 712013002 Email: [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi
Judul tugas akhir : Tema Tahunan GPIB: Pemahaman dan Kritik Warga GPIB
Jemaat Eben Haezer Tana Paser
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –
Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir
elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):
a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA
b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 23 Mei 2017
Jebelino Adiputra Kastanya
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D PPdt. Dr. Jacob Daan Engel
* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang
menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil
karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.
** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan
tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jebelino Adiputra Kastanya
NIM : 712013002
Program Studi : Teologi
Fakultas : Teologi
Jenis Karya : Tugas Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas
karya ilmiah saya berjudul:
Tema Tahunan GPIB:
Pemahaman dan Kritik Warga GPIB Jemaat Eben Haezer
Tana Paser
beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 23 Mei 2017
Yang menyatakan,
Jebelino Adiputra Kastanya
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Prof. John A. Titaley Pdt. Dr. Jacob Daan Engel
vi
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur karena tugas akhir ini dapat diselesaikan, bukan
karena kemampuan, kepintaran, kehebatan dari penulis, tetapi semua karena kasih
dan pertolongan Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus yang selalu meliputi
kehidupan penulis hingga saat ini. Penulis percaya bahwa tanpa campur tangan
Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus yang dicurahkan kepada penulis, penulis
belum tentu dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis merasa
bahwa Tuhan telah mengaruniakan akal budi dan kesehatan pada fisik penulis,
sehingga proses pembuatan atau penulisan tugas akhir ini dapat berjalan dengan
baik dan juga dapat diselesaikan. Sungguh besar dan indah karya Tuhan dalam
kehidupan penulis hingga saat ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengucap
syukur atas keterlibatan Tuhan dalam hidup penulis, termasuk dalam proses
penulisan tugas akhir ini.
Karya Tuhan yang dinyatakan tidak hanya sampai di situ. Karya Tuhan itu
juga dinyatakan melalui pihak – pihak yang berada di sekeliling penulis, yang
selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada kampus tempat saya belajar
yaitu Universitas Kristen Satya Wacana dengan fasilitas yang dimiliki dan
pelayanan yang dilakukan termasuk pelayanan kemahasiswaan, yang
memungkingkan penulis dapat menimba ilmu, menambah wawasan dan
pengalaman selama penulis menuntut ilmu dalam Program Studi Teologi. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D dan Pdt. Dr.
Jacob Daan Engel selaku pembimbing bagi penulis dalam proses penulisan Tugas
Akhir. Kedua pembimbing ini senantiasa membimbing, memberikan motivasi,
dukungan, nasihat, saran, maupun kritik kepada penulis agar dalam penulisan dan
penelitian dari Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
berterimakasih kepada Pdt. Irene Ludji dan Pdt. Dr. Retnowati selaku wali studi
saya, yang telah memberikan dukungan dan memotivasi penulis selama berada di
Fakultas Teologi UKSW. Penulis juga berterimakasih kepada seluruh Dosen,
Pegawai, dan Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW yang telah membantu dan
mendorong penulis dalam proses menimba ilmu dan menambah wawasan yang
vii
berguna untuk menjalankan tugas, tanggung jawab dan pelayanan kedepannya
yang ada dalam lingkup jemaat maupun masyarakat.
Ucapan terimakasih, penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa,
khususnya kepada keluarga besar angkatan 2013 Fakultas Teologi UKSW
Salatiga yang selalu berusaha menunjukkan kekompakan dan kekeluargaan, saling
berbagi, saling membantu dan peduli satu sama lain, saling mendorong,
memberikan semangat satu terhadap yang lain dalam susah maupun senang.
Terimakasih kepada 15 Laskar Kristus (Ochi, Vischa, Etha, Abed, Rinda, Naya,
Thea, Andreas, Kristo, Samuel, Vio, Vana, Elly, Arien) yang saling support satu
sama lain dari awal PPL X dan XI hingga saat ini. Hal inilah yang dapat penulis
rasakan hingga saat ini. Terimakasih juga kepada warga GPIB Jemaat Margo
Mulyo Yogyakarta yang telah mendukung dan mendorong studi penulis di UKSW
Salatiga. Terimakasih juga kepada GPIB Jemaat ATK Ambarawa, tempat dimana
penulis melakukan Praktek Pendidikan Lapangan I – IV, beserta supervisor
lapangan (Pdt. Merziline Ch. Ressok dan Pdt. Sisca Maak-Latuputty) dan warga
jemaat yang telah membantu penulis untuk mendapatkan pengalaman dalam
pengenalan terhadap pelayanan dalam jemaat. Disinilah awal penulis terlibat
langsung dalam berbagai pelayanan yang ada dalam jemaat, meskipun secara
bertahap dari PPL I – IV. Terimakasih kepada Panti Asuhan Sion, tempat dimana
penulis melakukan PPL V, beserta supervisor lapangan (Ibu Harti) dan penghuni
panti yang telah membantu dan mendukung penulis selama penulis menjalani PPL
V. Terimakasih juga kepada GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser, tempat
dimana penulis menjalani PPL X-XI, beserta supervisor lapangan (Pdt. Peggy M.
R. Rade-Ririmase) dan warga jemaat yang telah membantu, mendukung,
memotivasi, memberikan nasihat, dan berbagi pengalaman kepada penulis
sehingga penulis semakin banyak belajar bagaimana melakukan pelayanan dalam
kehidupan berjemaat. Terimakasih juga kepada Warga GPIB Jemaat Eben Haezer
Tana Paser yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis untuk
memperoleh data penelitian Tugas Akhir penulis.
Terima kasih kepada Papa Poly Kastanya dan Mama Meity Kastanya
(selaku orang tua serani/baptis penulis) yang selalu membantu, mendukung, dan
mendoakan penulis hingga saat ini. Terimakasih kepada bapak Agus yang juga
viii
sudah banyak membantu penulis selama penulis menuntut ilmu di UKSW.
Terimakasih kepada semua saudara baik keluarga dari pihak ayah penulis maupun
dari pihak alm. ibu penulis yang selalu memberikan semangat, nasihat, motivasi,
dan bantuan-bantuan kepada penulis sehingga penulis semakin semangat untuk
menjalani studi penulis. Terimakasih juga kepada seluruh teman-teman penulis
dan semua pihak yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam suka
maupun duka hingga saat ini.
Ucapan terimakasih yang spesial ini, penulis ucapkan kepada keluarga
yang paling penulis sayangi dan cintai, Papa ( Jan. P. Kastanja), Mama (Alm.
Joice Huwae), adik (Ingielly Melienia) yang telah banyak berkorban, yang selalu
menyayangi, mengasihi, mendukung, membantu, memberikan semangat,
memotivasi dan mendoakan penulis untuk selalu berjuang mencapai apa yang
penulis harapkan dan telah menjadi harapan keluarga juga. Terimakasih untuk
Papa yang selalu berusaha menjadi seorang ayah yang baik dan peduli terhadap
anak-anaknya. Terimakasih yang luar biasa saya ucapkan untuk Mama yang telah
bersama Tuhan Yesus, karena pengorbanannya yang sungguh luar biasa yang
tidak disangka-sangka oleh penulis sendiri. Apapun itu, rela dilakukan Mama,
selama Mama masih mampu melakukannya dengan berbagai usaha Mama, untuk
anak-anaknya dapat mencapai apa yang diharapkan anak-anaknya (penulis dan
adik penulis). Banyak hal yang selalu diajarkan Mama kepada penulis, yang selalu
penulis ingat sampai saat ini. Semua itu dilakukan Mama sampai dimana Mama
dimuliakan oleh Tuhan yang Mahakuasa. Terimakasih untuk Adik terkasih yang
selalu ada untuk penulis dan selalu menunjukkan rasa sayangnya kepada penulis
hingga saat ini. Terimakasih juga kepada Estrela Theodora Kumiang yang juga
sudah dianggap sebagai bagian dalam keluarga penulis oleh keluarga penulis
sendiri, yang telah mendukung, memberikan semangat, dan banyak membantu
penulis selama penulis berupaya mencapai apa yang diharapkan penulis sendiri.
Ungkapan terimakasih bukan hanya penulis tunjukan dengan sebuah
ucapan kata-kata tetapi penulis juga persembahkan Tugas Akhir ini kepada
semuanya, khususnya kepada keluarga yang penulis kasihi dan cintai, sebagai
ungkapan terimakasih yang mendalam atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
........................................................................................................................................... .v
KATA PENGANTAR...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ix
MOTTO ................................................................................................................................ xi
Abstrak ............................................................................................................................... xii
I. Pendahuluan .................................................................................................................... 1
I. 1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
I. 2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
I. 3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
I. 4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 4
I. 5. Metode Penelitian .................................................................................................... 5
I. 6. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 5
II. Landasan Teori ................................................................................................................ 6
II. 1. Gereja adalah Jemaat .............................................................................................. 6
II. 2. Pembinaan bagian dari Pendidikan terhadap Jemaat (Warga Gereja) ................... 8
II. 3. Pembinaan Warga Jemaat Untuk Memahami Tujuan dan Arah Gereja .............. 11
III. HASIL PENELITIAN ........................................................................................................ 13
III. 1. GPIB Jemaat ‘Eben Haezer’ Tana Paser ............................................................... 13
III. 2. Sejarah Singkat ..................................................................................................... 13
III. 3. Tema Tahunan GPIB Sebagai Bagian Kecil dari Tujuan dan Arah Gereja (GPIB).. 15
x
III. 4. Pemahaman Jemaat terhadap Tema Tahunan GPIB ........................................... 18
III. 4. 1. Menata alam secara adil demi kelangsungan hidup sejahtera (tahun
2015/2016) ....................................................................................................... 18
III. 4. 2. Memberdayakan sumber daya insani demi mensejahterakan persekutuan,
pelayanan, dan kesaksian. (tahun 2016/2017)................................................. 19
III. 4. 3. Pendapat Jemaat tentang Tema Tahunan ...................................................... 20
IV. ANALISA ....................................................................................................................... 21
V. PENUTUP ....................................................................................................................... 24
V. 1. Kesimpulan............................................................................................................ 24
V. 2. Saran ..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27
xi
MOTTO
“Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah
kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah,
betapa besar hal-hal yang dilakukan-Nya di antara
kamu.”
( 1 Samuel 12: 24 )
Melakukan segala sesuatu yang berkenan dihadapan
Tuhan membawa sukacita di dalam hidup kita yang
melakukannya penuh sukacita, sekalipun itu penuh
rintangan dan pergumulan.
Berharap kepada Tuhan berarti melibatkan Tuhan
dalam hiudp kita.
xii
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang pemahaman dan kritik jemaat terhadap tema
tahunan GPIB selama ini. Tujuan penulisan ini untuk mendekripsikan dan
menganalisa pemahaman jemaat terhadap tema-tema tahunan, khususnya tema
tahun 2015/2016 dan 2016/2017. Diharapkan penulisan ini dapat membantu
jemaat memahami tema-tema tahunan GPIB, bukan hanya dengan pemahaman
masing-masing warga jemaat tetapi juga, jemaat secara utuh memiliki
pemahaman yang sama terhadap setiap tema tahunan GPIB yang muncul per
tahun/periode. Cara memberikan pemahaman bukan hanya sekedar memberikan
pengajar di bangku sekolah, melainkan pembinaan yang sekaligus upaya
mewujudnyatakan setiap tema-tema tahunan yang hadir dalam kehidupan
berjemaat. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan jemaat baik itu majelis
jemaat, pengurus dan pelayan Pelkat, maupun warga jemaat biasa. Hasil
penelitian adalah jemaat mengenal dan mengetahui (meskipun tidak hafal), serta
memahami tema tahunan GPIB, khususnya pada tema tahun 2015/2016 dan
2016/2017, meskipun dalam pemahaman yang dimiliki belum ada tujuan bersama
untuk mencapai tema-tema tahunan tersebur, agar menjawab persoalan yang ada
dalam lingkup GPIB baik tingkat sinodal maupun dalam tingkat jemaat lokal.
Keyword: Tema Tahunan, GPIB, Pembinaan Warga Jemaat
1
I. Pendahuluan
I. 1. Latar Belakang
Dalam kehidupan berjemaat, jemaat memiliki kesadaran akan
kehadirannya untuk mewujudkan kebaikan Allah di tengah-tengah
pergumulannya dengan menjalankan tugas panggilannya baik dalam jemaat
maupun masyarakat, tentunya menempatkan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja
dan pusat pemberitaan dan pelayanan jemaat1. Dengan demikian, jemaat memiliki
arah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh suatu jemaat/gerejayang
dapat dirumuskan dalam sebuah visi (tujuan) dan misi (tugas yang harus
dilaksanakan untuk menjawab visi), sehingga jemaat mampu menjalankan tugas
panggilannya untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani baik dalam lingkup jemaat
maupun dalam masyarakat secara luas.
Pada kenyataanya, jemaat/ gereja menyadari bahwa untuk menggapai
semua yang diharapkan itu bukanlah hal yang mudah untuk didapatkan dalam
sekejab mata saja. Gereja pun membutukan proses dalam upaya untuk menjawab
apa yang menjadi kebutuhan dan pergumulan mereka dalam kehidupan berjemaat
dan bermayarakat. Dalam upaya-upaya tersebut, gereja harus tetap menjalankan
tugas panggilannya di tengah-tengah dunia ini sebagai kelanjutan misi Kristus
untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani seluruh umat manusia.
Salah satu gereja dari sekian banyak gereja, khususnya di Indonesia yang
menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja adalah Gereja Protestan di Indonesia
bagian Barat (GPIB). Gereja aliran Calvinis ini memiliki harapan yang hendak
dicapainya di masa yang akan datang dan juga berusaha untuk menjawab
pergumulan jemaat baik dalam kehidupan berjemaat maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti yang dirumuskan dalam visi dan misi, yaitu:2 Visi “GPIB
menjadi gereja yang mewujudkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaanNya”,
sedangkan misinya adalah (1) Menjadikan Gereja yang terus menerus
diperbaharui dengan bertolak dari Firman Allah, yang terwujud dalam perilaku
kehidupan warga gereja, baik dalam persekutuan, maupun dalam hidup
1 Majelis Sinode GPIB. Ketetapan Sidang Sinode GPIB XIX, Tata Gereja GPIB,Buku III
(Jakarta, 2010), 17. 2 Majelis Sinode GPIB, Ketetapan Sidang Sinode GPIB XIX, Pokok-Pokok Kebijakan
Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPP) GPIB,Buku II (Jakarta, 2010), 13.
2
bermasyarakat. (2) Menjadi gereja yang hadir sebagai contoh kehidupan, yang
terwujud melalui inisiatif dan pertisipasi dalam kesetiakawanan sosial serta
kerukunan dalam masyarakat, dengan berbasis pada perilaku kehidupan keluarga
yang kuat dan sejahtera. (3) Menjadi Gereja yang membangun keutuhan ciptaan
yang terwujud melalui perhatian terhadap lingkungan hidup, semangat keesaan
dan semangat persatuan dan kesatuan warga Gereja sebagai warga masyarakat.
Guna mewujudkan visi dan melaksanakan misi ini Gereja Protestan di
Indonesia bagian Barat melalui Pokok- Pokok Kebijakan Umum Panggilan dan
Pengutusan Gereja (disingkat: PKUPPG) – yang merupakan pokok-pokok
kebijakan umum GPIB dalam memenuhi panggilan dan pengutusannya di tengah-
tengah gereja, masyarakat dan dunia dalam suatu periode tertentu – GPIB Jangka
Panjang II atau tema jangka panjang II (2006-2026) dirumuskan, dan diuraikan
kembali dalam perumusan tema lima tahunan dantema tahunan.3 GPIB
mengupayakan hal-hal ini untuk diwujudkan sebagai bentuk usaha GPIB
mengarahkan jemaat GPIB menuju Jemaat (Gereja) Misioner. Fokus dari tulisan
ini adalah tema tahunan GPIB. Sebagai sampel, Tema tahunan tahun 2015/2016,
dan tahun 2016/2017, antara lain: Menata alam secara adil demi kelangsungan
hidup sejahtera (tahun 2015/2016); Memberdayakan Sumber Daya Insani demi
mensejahterakan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian (tahun 2016/2017).4
Penulis memilih tema tahunan untuk dibahas karena tema – tema tahunan
inilah yang sering dilihat dan diperhatikan oleh setiap warga jemaat dalam bentuk
spanduk, tertera dalam Warta Jemaat atau melalui penyampaian dalam khotbah
atau bahkan melalui pembinaan warga jemaat lainnya. Tema-tema tahunan ini
harus menjadi arahan bagi seluruh jemaat GPIB untuk membantu jemaat
menjawab setiap pergumulan yang dihadapi masing-masing jemaat GPIB. Oleh
karena itu, tema-tema tahunan ini mungkin harus menjadi bagian dari tugas
panggilan dari masing-masing jemaat GPIB. Ketika tema itu hendak menyatu
dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian jemaat, maka tema-tema tahunan itu
pun harus dipahami secara mendalam oleh masing-masing jemaat.
3 Ibid., 13-16.
4 Ibid., 29-31.
3
Walaupun demikian, penulis hendak membahas lebih mendalam mengenai
pemahaman jemaat Eben Haezer Tana Paser terhadap tema tahunan GPIB,
sehingga penulis menganggap bahwa sangatlah tidak mungkin untuk dibahas satu
per satu jemaat GPIB dalam waktu yang singkat, karena cakupan GPIB di
Indonesia cukup luas dan ditambah dengan banyaknya Pos Pelayanan dan
Kesaksian (PosPelkes) GPIB. Luasnya cakupan jemaat GPIB membuat penulis
memilih salah satu daerah yang memiliki satu-satunya cabang jemaat GPIB.
Jemaat ini terletak di daerah Kalimantan Barat, yaitu GPIB Jemaat Eben Haezer
Tana Paser.
Penulis berpandangan bahwa tema-tema tahunan GPIB yang selalu
dilandaskan secara Alkitabiah itu setidaknya telah mempengaruhi pemahaman
warga jemaat Eben Haezer Tana Paser baik secara langsung maupun tidak
langsung pada setiap aktivitas atau kegiatan dalam lingkup jemaat. Permasalahan
yang muncul di sini adalah ketika tema tahunan itu tidak dimengerti dan dipahami
oleh warga jemaat Eben Haezer Tana Paser, maka keberadaan tema tahunan itu
sama seperti “pajangan” yang hanya dipasang sebagai hiasan dalam gedung
gereja.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa tema-tema tahunan GPIB itu tidak
menjawab pergumulan dari Warga GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser karena
tidak relevan dengan konteks kehidupan berjemaat Warga GPIB Jemaat Eben
Haezer Tana Paser. Hal seperti ini dapat menjadi kritik bagi gereja oleh jemaatnya
sendiri. Kritik terhadap pembinaan warga jemaat yang dilakukan oleh gereja,
dalam hal ini adalah GPIB kepada jemaatnya di GPIB Jemaat Eben Haezer Tana
Paser. Oleh karena itu, Gereja diperlukan untuk dapat melatih, membina, dan
mengarahkan warga jemaatnya supaya dapat memahami dan mengkhayati ajaran
atau pembinaan yang telah dirancang oleh gereja dengan kegiatan-kegiatan yang
dapat membimbing, membina dan melayani jemaat itu sendiri.5
Hal semacam ini perlu oleh warga jemaat dalam kehidupan berjemaat,
khususnya di Pos Pelkes. Seperti apa yang dikemukakan oleh Yohanes Calvin
yang dikutip oleh Robert R. Boehlke bahwa Allah dapat menjadikan semua
5 A. A. Sitompul, Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 1, Pendidikan dan
Kebudayaan(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 46.
4
anggota gereja/ warga jemaat sempurna sekejap mata, tetapi Ia tidak menghendaki
umatnya mencapai kedewasaan tanpa melalui pendidikan/ pembinaan oleh
gereja.6 Kendatipun demikian, pembinaan yang dilakukan gereja baik secara
langsung (melalui khotbah, dll) maupun tidak langsung (melalui kegiatan-
kegiatan yang diadakan gereja yang disesuaikan dengan tema tahunannya) kepada
jemaat di Pos Pelkes, setidaknya, dapat menolong jemaat memahami tema
tahunan GPIB.
Melihat persoalan tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan dengan
difokuskan pada tema tahunan GPIB: pemahaman dan kritik Warga GPIB Jemaat
Eben Haezer Tana Paser. Alasannya karena konteks kehidupan Warga GPIB
Jemaat Eben Haezer Tana Paser yang hadir dalam latar belakang kehidupan yang
beragam sehingga dibutuhkan suatu pemahaman terhadap tema-tema tahunan
yang kontekstual dan relevan bagi kehidupan berjemaat Warga GPIB Jemaat Eben
Haezer Tana Paser dan daerah Pos Pelkes lainnya.
I. 2. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang diajukan dalam penulisan ini sebagai rumusan masalahnya
adalah:
Bagaimana pemahaman Warga GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser
terhadap tema tahunan GPIB antara tahun 2015/2016 dan 2016/2017?
I. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan dan menganalisis pemahaman Warga GPIB Jemaat Eben
Haezer Tana Paser terhadap tema tahunan GPIB antara tahun 2015/2016
dan tahun 2016/2017.
I. 4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemahaman tentang tema tahunan GPIB yang
kontekstual dengan kehidupan berjemaat Warga GPIB Jemaat Eben Haezer Tana
Paser. Penelitian ini pun membantu Warga GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser
6 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen: Dari Plato sampai Ig. Loyola (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 402.
5
dalam memahami tema-tema GPIB lainnya melalui pembinaan yang langsung
atau tidak langsung yang dilakukan oleh gereja kepada warga jemaatnya. Selain
itu, gereja (GPIB) dapat menjadikan kritik warga jemaatnya sebagai pembaharuan
dalam pembinaan yang dilakukan oleh gereja.
I. 5. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif7 yang semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat
yang membedakan sekelompok manusia, benda, atau peristiwa, dengan
melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema
klasifikasi.8 Saya menggunakan jenis penelitian ini untuk dapat mendeskripsikan
setiap pemahaman dan kritik Jemaat Eben Haezer Tana Paser terhadap tema
tahunan GPIB.
Teknik Pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan wawancara
mendalam. Nara sumber dalam penelitian ini adalah ketua majelis, penatua dan
diaken beserta pengurus pelkat dan warga jemaat Eben Haezer Tana Paser.
Tempat penelitian ini berada di Kalimantan Timur, khususnya di Warga GPIB
Jemaat Eben Haezer Tana Paser.
I. 6. Sistematika Penulisan
Pada bagian pertama dari penulisan ini berisi latar belakang yang
membahas mengenai tema-tema dan permasalahannya dalam kehidupan berjemaat
di GPIB Eben Haezer Tana Paser. Kemudian rumusan masalah, tujuannya,
manfaat penelitian, serta metode penelitian. Bagian kedua dari penulisan ini
membahas tentang teori-teori tentang pembinaan warga jemaat yang berkaitan
dengan pembinaan warga jemaat dalam upaya pemahaman terhadap tema-tema
bergereja sebagai tugas pokok panggilan gereja dan tema tahunan GPIB dari
tahun 2015/2016 sampai tahun 2016/2017. Bagian ketiga berisi hasil penelitian
yaitu mendeskripsikan pemahaman Warga GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser
terhadap tema tahunan GPIB antara tahun 2015/2016; atau tahun 2016/2017.
Bagian keempat akan membahas tentang analisa pemahaman Warga GPIB Jemaat
7 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), 77.
8 Ibid., 27.
6
Eben Haezer Tana Paser terhadap tema tahunan GPIB dari tahun 2015/2016
sampai tahun 2016/2017. Sedangkan bagian kelima berisi kesimpulan berupa
temuan-temuan hasil penelitian dan pembahasan serta saran berupa kontribusi dan
rekomendasi penelitian lanjutan.
II. Landasan Teori
II. 1. Gereja adalah Jemaat
Kata “Gereja” merupakan kata serapan dari kata Portugis yaitu “Igreja”,
tetapi kata tersebut mengalami perpindahan bahasa, sehingga kata Igreja
kehilangan huruf hidup „I‟ menjadi “Gereja”.Kata “Gereja” dan Igreja juga
berkaitan dengan kata ekklesia (Yunani).Hal ini terjadi karena adanya perubahan
huruf baik huruf vocal sampai huruf mati seturut daerah artikulasi, tanpa adanya
perubahan atau pergeseran arti kata tersebut. Kata ekklesia dapat diartikan sebagai
sidang, perkumpulan, atau perhimpunan.9
Dalam Perjanjian Baru, kata ekklesia dipakai oleh Paulus untuk
menyatakan bahwa orang-orang pilihan dalam Allah itu mengalami peristiwa
pemenuhan panggilan Allah yang bertolak dari pewartaan tentang Kristus. Dalam
Injil Matius, Gereja diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul dalam
suatu tempat dengan memandang diri mereka sebagai Israel sejati, yang
dipersatukan oleh Kristus. Dari kata ekklesia sampai menjadi kata gereja
digunakan untuk menandakan atau menamai suatu kelompok yang percaya
kepada Kristus. Oleh karena itu, dalam buku Mardiatmadja yang berjudul
Eklesiologi: Makna dan Sejarahnya, “Gereja disebut sebagai Paguyuban Umat
Beriman”.10
Hal ini mungkin dapat diperkuat melalui tulisan Gerrit Singgih dalam
bukunya yang menyatakan bahwa dalam pengakuan iman yang sering diucapkan
oleh warga jemaat dalam ibadah minggu menunjukkan bahwa Gereja adalah
persekutuan orang-orang kudus yang menerima kekudusan dari Allah melalui
kuasa-kuasa Roh Kudus. Maksudnya adalah pada kalimat „Gereja yang kudus dan
9 B. S. Mardiatmadja, Eklesiologi: Makna dan Sejarahnya (Yogyakarta: Kanisius, 1986),
51-53. 10
Ibid., 56-59.
7
am‟ yang dikaitkan dengan kata “persekutuan”, sehingga gereja dapat dikatakan
sebagai persekutuan.11
Beberapa pengertian dari masing-masing ahli, maka disimpulkan
pengertian “gereja” sebagai perkumpulan atau persekutuan orang-orang yang
dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus sebagai wujud dari panggilan Allah bagi umatnya
untuk menjalankan tugas pemberitaan kabar sukacita dalam kehidupannya baik
pribadi maupun kelompok, gereja pun dapat disebut juga sebagai jemaat/ warga
jemaat.
Jemaat bukan hanya sekedar persekutuan biasa (seperti persekutuan doa
atau ibadah) tetapi jemaat adalah persekutuan yang konkrit, sama halnya dengan
persekutuan yang lain yaitu memiliki anggota, peraturan, susunan yang tertentu,
dan lain-lain. Meskipun persekutuan ini (jemaat) mirip dengan persekutuan
lainnya yang ada di dunia ini, tetapi tidak dapat disamakan dengan yang lain
karena persekutuan ini bukan dilandaskan pada apa yang telah ada dunia ini, tetapi
berlandaskan kepada Ia (Allah) yang telah menempatkan persekutuan ini di dalam
dunia ini.12
Dari sini pula, kita dapat melihat bahwa Paulus juga menggambarkan
jemaat sebagai tubuh kristus, dimana warga jemaat digambarkan sebagai anggota-
anggota satu tubuh, dan Kristus adalah kepala dari banyak anggota tubuh (1
Korintus 12:12). Hal ini menunjukkan bahwa persekutuan ini (jemaat) terikat atau
bahkan telah menjadi satu kesatuan di dalam satu tubuh yaitu tubuh Kristus.13
Sebagai persekutuan yang ditempatkan oleh Allah di dunia ini, jemaat
tidak hanya datang untuk berkumpul saja, tetapi jemaat dipanggil untuk bersaksi
sebagai bentuk pengakuan jemaat kepada Yesus Kristus dan bentuk pelayanan
yang dilakukan melalui perkataan. Selain itu, jemaat dalam upaya mendukung
kesaksiannya, diperlukan suatu tindakan yang konkret yaitu pelayanan yang
dilakukan melalui perbuatan. Kedua hal ini cukup terikat dalam kehidupan jemaat,
karena hal ini merupakan tugas panggilan jemaat (gereja) di dunia ini.14
11
Emanuel Gerrit Singgih, Bergereja, Berteologi, dan Bermasyarakat (Yogyakarta:
Taman Pustaka Kristen, 1997), 9-10. 12
J. L. Ch. Abineno, Jemaat: Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan, dan Pelayan-
Pelayannya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983), 17. 13
Ibid., 8-9. 14
Ibid., 22-31.
8
Dengan menyadari keberadaannya di dunia serta tugas panggilannya,
jemaat semakin menghayati perannya dalam kehidupan berjemaat. Jemaat pun
memiliki semangat untuk menjalani tugas panggilannya yaitu bersekutu, bersaksi,
dan melayani. Tidak hanya itu saja, tetapi jemaat sadar bahwa Tuhan berperan
aktif dalam setiap peran dan tugas yang dijalani oleh jemaat itu sendiri.
Melalui tugas panggilannya, jemaat sebagai persekutuan yang konkrit itu
diutus oleh Allah di dunia ini. Pengutusan ini memiliki warna eskalogis, seperti
Yesus yang diutus oleh Bapa-Nya, Ia (Yesus) pula yang mengutus murid-murid-
Nya dan para pengikut-Nya ke dalam dunia (Yoh 17:18). Tampak bahwa jemaat
seperti meneruskan pengutusan Yesus Sang Utusan Utama. Kehadiran jemaat
(gereja) dapat juga dikatakan sebagai kelanjutan dari pekerjaan Kristus. Dalam hal
ini, muncul gambaran dasar tentang Gereja Misioner.15
Jemaat GPIB pun sedang
diarahkan dan digerakan menuju pengembangan Jemaat (Gereja) Misioner yang
digagas oleh Pendeta D. R. Maitimoe.
Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa Jemaat
Misioner merupakan upaya jemaat menjalankan tugas panggilannya untuk
melanjutkan pekerjaan Kristus sebagai pembawa kabar sukacita tentang Yesus
Kristus melalui persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Upaya ini bukan dalam
lingkup jemaat atau gereja saja, melainkan dalam lingkup masyarakat yang lebih
luas. Upaya untuk menjadi Jemaat Misioner ini pun dirancang dan diatur dalam
tujuan jemaat sehingga warga jemaat pun dapat mendukung upaya tersebut
melalui program kerja dan kegiatan pelayanan dalam gereja.
II. 2. Pembinaan bagian dari Pendidikan terhadap Jemaat (Warga Gereja)
Pemahaman tentang gereja yang adalah jemaat itu sendiri – seperti pada
bagian di atas – membuka pemahaman selanjutnya pada bagian ini yaitu
Pembinaan yang merupakan bagian dari dalam dunia pendidikan termasuk dalam
lingkup jemaat. Oleh karena itu, pada bagian ini dimulai dari pengertian dasar
pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar. Pengertian dasar
kata “pendidikan” ini dilihat oleh Daniel Nuhamara pada Thomas H. Groome
dengan dimensi-dimensi penekanannya antara lain: pertama, dimensi waktu masa
15
Mardiatmadja, Eklesiologi, 82-83.
9
lampau maksudnya adalah sesuatu yang telah diperoleh pendidik dan peserta didik
melalui kegiatan membimbing keluar. Kedua, dimensi waktu masa kini adalah
kegiatan membimbing yang sedang berlangsung untuk menemukan sesuatu.
Ketiga, dimensi waktu masa masa yang akan datang adalah kegiatan membimbing
keluar yang diarahkan pada suatu tujuan.16
Groome, melalui dimensi penekanannya, juga memunculkan asumsi dasar
serta perhatian pada pendidikan: yang pertama, asumsi dan perhatian pada masa
lampau yaitu memelihara pengetahuan yang telah diperoleh dari pada masa
lampau, sehingga manusia pada masa kini masih mendapatkan pengetahuan
tersebut. Kedua, asumsi dan perhatian pada masa kini yaitu waktu yang tersedia
bagi manusia masa kini untuk memahami pengetahuan bagi diri sendiri melalui
suatu proses masa kini dan nantinya akan menjadi warisan bagi manusia masa
depan. Ketiga, Asumsi dan perhatian pada masa depan yaitu manusia masa kini
yang ingin mencapai masa depan yang berguna, maka manusia tersebut harus
mendidik ke arah proses mengetahui yang belum direalisasikan pada masa kini.17
Tiga dimensi, asumsi dan perhatian oleh Groome ini – baik secara sadar maupun
tida k sadar – dunia pendidikan berada di dalamnya, termasuk pendidikan (atau
pengajaran) Kristen yang dilakukan dipergunakan oleh lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah dan juga masih dijalani gereja terhadap warga
jemaatnya melalui pembinaan warga jemaat.18
Dengan memperhatikan dimensi waktu tersebut – baik itu masa lampau,
masa kini, dan masa mendatang – pendidikan terus mengalami perkembangan.
Perkembangan itu pun diikuti dengan sasaran dan tujuan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks masyarakat sekitar, secara khusus
yang juga ditujukan kepada jemaat.
Oleh karena itu, pembinaan warga jemaat harus dipahami sebagai tugas
hakiki gereja yang dilakukan secara terus-menerus selama gereja masih ada.
Pembinaan yang dilakukan oleh gereja kepada warga jemaatnya harus berupaya
untuk memberikan pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang diberi
16
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 8-9. 17
Ibid., 10-13. 18
E.G. Homrighousen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011), 19.
10
kesempatan oleh Allah untuk bertumbuh sampai mencapai wujud yang
sepenuhnya di dalam Kristus. Hal ini adalah usaha gereja memperlengkapi
jemaatnya untuk menjadi jemaat dewasa yang menjalankan tugasnya untuk
melayani baik di dalam maupun di luar gereja.19
Dari hasil Laporan Konsultasi Nasional Evaluasi Pembinaan Warga Gereja
yang diadakan di Sukabumi pada tanggal 22-27 Maret 1980, gereja-gereja pun
dapat melihat kembali pembinaan warga jemaat yang dilakukan oleh gereja di
masa lampau itu pun masih terfokus pada persoalan atau permasalahan yang
terjadi atau muncul dalam intern gereja/jemaat setempat dan masih belum melihat
hubungan ekumenis dengan gereja-gereja di sekitarnya dan masalah-masalah yang
dihadapi oleh warga gereja di tengah-tengah masyarakat. Meskipun demikian,
dengan cara pembinaan semacam itu, ada nilai positifnya yaitu seluruh warga
jemaat terlibat aktif dalam tugas gereja, serta didasari atas satu kebutuhan jemaat
sendiri. Dalam pembinaan ini pun juga tampak nilai negatifnya yaitu masih
bersifat introvert, sasaran utama pada golongan jabatan dalam gereja, pembinaan
melalui wadah yang berada dalam stuktur gereja sehingga tidak memungkinkan
dari tingkat sinode turun ke jemaat, dan beberapa hal lain yang berkaitan
hubungan gereja yang ekumenis.20
Pembinaan Warga Jemaat sebagai alat untuk menolong jemaat untuk
memahami tujuan dan perannya dalam menjalankan tugas panggilannya,
meskipun pembinaan warga jemaat di masa lampau masih memiliki kekurangan
dan perlu diperbaiki pada masa kini, dan terus diperbarui pada masa mendatang.
Dengan memahami peranan Pembinaan Warga Jemaat dalam kehidupan
gereja, gereja/jemaat sedang berupaya untuk melakukan Pembinaan Warga Jemaat
di masa mendatang. Di tahun 1980, gereja memperkirakan beberapa kemungkinan
pembinaan warga jemaat di masa mendatang, antara lain:21
Pembinaan Warga
Jemaat termotivasi dari situasi dan kehidupan jemaat setempat dengan selalu
memperhatikan hubungannya dengan gereja lain dan masyarakat sekitar; gereja
pun membutuhkan tenaga-tenaga pembina yang terdidik, terampil, peka dan
19
Dewan Gereja-Gereja di Indonesia, Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan:
Laporan Konsultasi Nasional Evaluasi Pembinaan Warga Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,1980),16. 20
Ibid., 17-18. 21
Ibid., 19.
11
berdaya guna bagi wadah-wadah yang sudah ada dalam gereja baik dari tingkat
sinodal sampai ke jemaat; pembentukan wadah-wadah Pembinaan Warga Jemaat
pada masing-masing gereja harus disesuaikan dengan situasi dan struktur jemaat
setempat sehingga adanya saling memahami, menunjang, dan melengkapi agar
pembinaan dilakukan secara merata kepada seluruh warga jemaat; gereja harus
memiliki tujuan dan sasaran pembinaan dalam suatu sistematika pola kerja yang
jelas dengan menentukan beberapa prioritas untuk periode-periode tertentu yang
berporos pada pokok-pokok permasalahan baik dalam jangkauan nasional maupun
lokal.
Dengan menyadari bahwa pembinaan itu merupakan bagian dalam
pendidikan terhadap jemaat, jemaat pun memiliki upaya untuk terus diperbarui
dalam setiap pemahaman-pemahaman yang dapat mendukung perkembangan
jemaat tersebut. Pembinaan pun dapat dikatakan sebagai wadah untuk menunjang
setiap kegiatan pelayanan gereja. Sebagai penunjang, tentunya sasaran dan tujuan
pembinaan tersebut harus jelas dengan memperhatikan pergumulan dan kebutuhan
dalam jemaat.
II. 3. Pembinaan Warga Jemaat Untuk Memahami Tujuan dan Arah
Gereja
Dengan menyadari bahwa pembinaan warga jemaat merupakan bagian
dari pendidikan dalam gereja, maka warga jemaat pun membutuhkan pembinaan
untuk memahami arah dan tujuan gereja ke depannya. Seperti apa yang telah
diperkirakan gereja-gereja di tahun 1980 dalam pembinaan warga jemaat di masa
mendatang. Hal ini pun merupakan bagian dari tujuan gereja dalam pembangunan
jemaat yang mengarah pada praksis gereja dengan berbagai aktivitas individu
aktivitas yang saling mempengaruhi yaitu pertama, aktivitas berdialog di dalam
gereja yang selalu dihubungkan dengan konteks masyarakat; dan yang kedua,
gereja melakukan reorientasi diri pada tujuan dan tugas-tugas gereja secara
berkesinambungan dalam terang injil.22
22
Rijnardus A. van Kooij, Sri Agus Patnaningsih, dan Yam‟ah Tsalatsa A, Menguak
Fakta, Menata Karya Nyata: Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan
Jemaat Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 5.
12
Dalam perkembangannya, gereja harus ada pembaharuan dan terus
bergerak maju bersama perkembangan zaman. Pembaruan itu jangan sampai
membuat gereja (jemaat) hanyut dalam perkembangan zaman tersebut, melainkan
gereja harus tetap memiliki tujuan yang jelas, serta tetap menjalankan tugas
panggilannya di tengah-tengah masyarakat ini dalam tuntunan Roh Kudus melalui
Alkitab.
Selain itu, J. Hendriks, sebagaimana yang dikutip oleh Rijnandus A. van
Kooij, mengembangkan metode vitalisasi untuk membangun jemaat. Maksud dari
metode vitalisasi adalah proses pembentukan jemaat sebagai gereja organisme dan
berdaya di dalam dunia. Salah satu faktor yang menjadi fokus dari metode
vitalisasi adalah tujuan dan tugas gereja.23
Tujuan adalah suatu harapan, impian,
dan cita-cita yang hendak digapai oleh gereja; dan tugas adalah suatu pekerjaan
yang mampu dilakukan atau dijalani oleh satu maupun banyak orang. Kedua hal
ini saling berkaitan, sehingga ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu: tujuan
yang selalu mempertimbangkan masalah sosial dengan mengacu pada Injil dan
kemampuan pribadi maupun jemaat; Memiliki tujuan yang jelas, nyata, dapat
diwujudkan dan dihayati bersama oleh jemaat; tujuan yang dirumuskan bersama;
memiliki tugas yang jelas, menarik, menantang namun terjangkau, relevan,
berhubungan dengan masalah sosial dan tujuan gereja (jemaat).24
Oleh karena itu, kehadiran gereja yang dihayati sebagai organisme dan
organisasi sangat perlu untuk diperhatikan dalam upaya pembangunan jemaat.
Yang dimaksud gereja sebagai organisme dan organisasi adalah gereja yang terus
hidup, bertumbuh dan berbuah itu pun tidak terjadi dengan sendirinya tetapi
diupayakan dengan proses pertumbuhan yang terarah yang perlu dipikirkan dan
diorganisasi oleh manusia dan peran aktif dari Roh Kudus.25
Menyadari hal ini,
maka gereja (jemaat) berupaya untuk mengadakan pembinaan warga jemaat yang
bertujuan untuk pembentukan dan pemberdayaan jemaat yang utuh dan
berkualitas yang mengandaikan dialektika pertumbuhan dan pembangunan
jemaat.26
23
Ibid., 19. 24
Ibid., 21. 25
Ibid., 6. 26
F. Mardi Prasetyo, Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti 1 (Yogyakarta: Kanisius,
2001), 23.
13
Hal-hal semacam inilah yang perlu dilakukan suatu pembinaan kepada
warga jemaat, sehingga warga jemaat pun dapat memahami apa yang menjadi
tujuan dan arah gerejanya. Bukan hanya sekedar memahami tujuan dan arah
gereja saja, tetapi nantinya warga jemaat pun dapat secara aktif terlibat langsung
dalam proses menggapai tujuan bersama tersebut dengan menjalankan tugas dan
program kerja gereja. Proses ini pun merupakan bagian dari pembangunan dan
pertumbuhan jemaat.
III. HASIL PENELITIAN
III. 1. GPIB Jemaat ‘Eben Haezer’ Tana Paser
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Ebenhaezer
Tana Paser terletak di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Tepatnya di Jl.
Jendral Sudirman No.13 RT 04 / RW 03, letaknya berada di pinggir jalan utama
yang biasa disebut dengan nama “Jalur 2”. Keberadaan gereja di tengah kota
Tanah Grogot ini menunjukkan bahwa latar belakang jemaat Ebenhaezer cukup
beragam, seperti latar belakang suku dan pekerjaan. Warga Jemaat GPIB Jemaat
Ebenhaezer Tana Paser yang memiliki kurang lebih 175 Kepala Keluarga (KK),
didominasi oleh suku Batak dan Toraja, selain itu ada suku-suku lain seperti
Minahasa, Dayak, Timor, Ambon, Jawa, Chinese.27
III. 2. Sejarah Singkat28
Pada tahun 1960-an di Paser, umat Kristiani berkumpul dan melakukan
peribadahan yang bersifat oikumene (ada umat Katolik, Kristen Protestan,
maupun Pentakosta). Kegiatan tersebut berlangsung sampai masing-masing umat
memutuskan untuk mendirikan gereja mereka masing-masing. Di tahun 1971,
umat Protestan pun memutuskan untuk mendirikan dan membangun gedung
gereja, di tanah yang diberikan oleh pemerintah setempat atas bantuan dari bapak
Pattimahu yang merupakan salah satu umat protestan.
Ketika umat Protestan telah membangun gedung gereja, muncul persoalan
yang membuat umat protestan pada saat itu menjadi kebingungan karena letak
gedung gereja dan keberadaan umat Protestan pada saat itu berada dekat wilayah
27
Data Jemaat GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser 28
Data yang diperoleh dari Pdt Peggy R. M. Rade – Ririmase tanggal
14
pelayanan dari Gereja Kristen Euvanggelis (GKE) dan wilayah pelayanan dari
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat. Kebingungan itu terjawab dengan
kehadiran salah satu majelis GPIB yang bernama Bapak Posuma (seorang
Penatua) yang diutus ke Tanah Grogot untuk membantu pelayanan bagi jemaat
mula-mula.
Tanah Grogot dijadikan salah satu Pos Pelayanan dari GPIB Balikpapan,
bahkan beberapa umat dipilih menjadi majelis untuk melayani jemaat di Tanah
Grogot. Selain Tanah Grogot, GPIB Balikpapan juga memiliki pos pelayanan di
Muara Kate, Pinang Jatus, Long Gelang, Blimbingan, dan Kenangan.
Pertumbuhan jemaat di Tanah Grogot terus meningkat dan menunjukkan bahwa
jemaat siap dilembagakan menjadi jemaat yang mandiri. Setelah Jemaat
dilembagakan pada tanggal 1 Maret 1981 oleh Pdt. A. J. Sahetapy Engel sebagai
Ketua Umum Majelis Sinode, GPIB Balikpapan menyerahkan tanggung jawab
pelayanan di pos-pos pelayanan seperti Muara Kate, Blimbingan, Pinang Jatus,
dan Long Gelang.
Rintangan dan tantangan beberapa tahun ke depan setelah pelembagaan
semakin mulai terasa ketika ruang pelayanan makin terbuka luas dengan
bertambahnya pos-pos pelayanan menjadi 18 pos, antara lain: Blimbingan, Pinang
Jatus, Long Gelang, Muara Kate, Krayan IIB, Samuntai, Tajur, Batu Kajang,
Sungai Terik, Babulu Darat, Kayungo IC, Kayungo ID, Payo Klato, Tunan,
Kuaro, Longgur, Sempulang, Suan Selutung. Rintangan dan tantangan ini sempat
dirasakan oleh beberapa pendeta seperti Pdt. J. E. Tomana, Pdt. P. A.
Metanfanuan, Penginjil Jeffry Toner, Pdt. Samuel Rannu Paressa.
Tahun 2001, pos-pos pelayanan tersebut mulai membaik dari segi
pelayanannya karena adanya penempatan pendeta-pendeta jemaat di pos-pos
pelayanan tersebut. Mulai pada saat itu, perkembangan pelayanan di Pos Pelkes
terus membaik sehingga beberapa pos dapat menjadi jemaat yang mandiri.
Beberapa Pos Pelkes yang dilembagakan antara lain : Pos Pelkes/ Bagian Jemaat
Siloam Krayan yang menjadi GPIB Jemaat Siloam Krayan pada tanggal 18
November 2007; Bagian Jemaat Effatha Batu Kajang menjadi GPIB Jemaat
Effatha Batu Kajang pada tanggal 8 November 2009; dan Bagian Jemaat Sion
Samuntai menjadi GPIB Jemaat Sion Samuntai pada tanggal 2 Oktober 2011.
15
Pada saat ini GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser ini hanya memiliki 2
Pos Pelkes yaitu Payo Klato dan Janju. Pos Pelkes yang lainnya telah diserahkan
kepada masing-masing Bajem yang telah dilembagakan menjadi jemaat mandiri
dan menjadi tanggung jawab dari masing-masing jemaat yang telah dilembagakan
tersebut.
Berikut nama-nama pendeta yang pernah melayani dan menjadi Ketua
Majelis Jemaat di GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser:
Nama KMJ Periode
Pdt. J. E. Tomana 1980 – 1984
Pdt. P. A. Metanfanuan 1984 – 1991
Penginjil Jeffrey Joner 1991 – 1992
Pdt. Samuel Rannu Paressa 1994 – 1999
Pdt. Robert William Marthin 1999 – 2005
Pdt. Stephen G. R. F. Sihombing 2005 – 2006
Pdt. Drs, J. B. Pabendan 2006 – 2008
Pdt. Deva Mara Handoro 2008 – 2010
Pdt. Aldo Alva Tumilaar 2010 – 2015
Pdt. Peggy R. M. Rade-Ririmase 2015 – sampai sekarang
III. 3. Tema Tahunan GPIB Sebagai Bagian Kecil dari Tujuan dan Arah
Gereja (GPIB)
Tema Tahunan GPIB merupakan rumusan dari program-program yang
momental secara periodik dan lebih aktual, serta dilandaskan secara Alkitabiah.
Hal ini merupakan bentuk implementasi yang lebih rinci dari PKUPPG. Tema
Tahunan dapat dikatakan juga sebagai dasar kerja yang digunakan jajaran GPIB
16
untuk dapat bekerja dalam tema yang sama dengan membentuk kegiatan yang
mengadaptasi keadaan masing-masing daerah atau jemaat. Dalam proses
perancangan PKUPPG, termasuk dengan tema-tema yang terumuskan didalamnya
harus mampu menjabarkan nilai-nilai misi GPIB dengan pengertian yang seluas-
luasnya tanpa mengabaikan paradigma sosial budaya dan lingkungan komunitas
jemaat.29
Tema-tema tahunan yang diaktulisasikan dalam program kerja, harus
didasarkan pada tiga tugas gereja (Tri Dharma Gereja) – yaitu Koinonia
(Persekutuan), Diakonia (Pelayanan), Marturia (Kesaksian) – sebagai panggilan
dan pengutusan gereja yang menganut sistem Presbiterial Sinodal. Tri Dharma
Gereja juga menjadi dasar Pembinaan Warga Gereja yang memiliki tujuan untuk
membina warga jemaat yang berkualitas secara spiritual dan intelektual agar
mampu menjawab tantangan pembangunan di Indonesia, yang sedang ditampilkan
pada tema-tema tahunan.30
Seperti Tema Tahunan 2014/2015 yaitu Membangun kemitraan antar umat
demi keselamatan bangsa; Tema Tahunan 2015/2016 yaitu Menata alam secara
adil demi kelangsungan hidup sejahtera; dan Tema Tahun 2016/2017 yaitu
Memberdayakan sumber daya insani demi mensejahterakan persekutuan,
pelayanan, dan kesaksian.31
Tema-tema tahunan ini juga memiliki hubungan yang erat dangan Tri
Dharma Gereja, sehingga dirumuskan perangkat Tri Dharma Gereja GPIB sebagai
berikut. Persekutuan: Membangun keterbukaan persekutuan umat terhadap umat
non Kristen dan kemitraan dengan alam lingkungan dalam rangka mewujud-
nyatakan kesadaran tentang keutuhan ciptaan Tuhan (terhubung pada tema
tahunan 2014/2015 dan 2015/2016). Pelayanan: Membina motivasi, kesadaran,
kepedulian dan keterlibatan seluruh warga jemaat, terutama pada potensi dan
kapasitas jemaat lokal (terhubung pada tema tahunan 2015/2016 dan 2016/2017).
Kesaksian:
29
Ketetapan Sidang Sinode GPIB XX, Pokok-Pokok Kebijakan Umum Panggilan dan
Pengutusan Gereja (PKUPPG, . . . 22. 30
Ibid., 23. 31
Ibid., 29-30.
17
Gereja memelihara keseimbangan antara Persekutuan yang
Institusional, Pelayanan yang Etikal, dan Kesaksian yang
ritual, sebagai persekutuan umat Allah yang senantiasa
mengalami transformasi, sehingga mampu menghadirkan
sejahtera Allah sebagai wujud Kerajaan Allah yang membawa
damai sejahtera bagi masyarakat dunia dan seluruh ciptaan 32
(terhubung pada tema tahunan 2015/2016 dan 2016/2017).
Sedangkan tema tahunan 2016/2017 yang berada di bawah Tema
PKUPPG Jangka Pendek III (2016-2021) yaitu Mengembangkan sumber daya
gereja untuk meningkatkan Pelayanan dan Kesaksian yang mendatangkan damai
sejahtera di tengah dan bersama masyarakat.
Ada 4 kata kunci beserta maknanya dalam rumusan
tema tersebut. Sumber daya gereja: meliputi anggota
persekutuan jemaat dengan talenta dan tantangan hidup
mereka masing-masing, serta seluruh kapasitas gereja untuk
melaksanakan tugas panggilan dan pengutusannya di tengah
masyarakat. Pelayanan dan kesaksian: mencakup 3 dimensi
hakikat gereja yang memelihara persekutuan antar manusia
dan dengan alam, yang memberitakan injil Kerajaan Allah
melalui karya pelayanan yang konkrit bagi sesama dan bagi
alam semesta. Shalom/ Damai-sejahtera: suatu situasi di mana
tanda-tanda pemerintah Allah nyata dalam kehidupan
manusia, yaitu keadaan batin yang damai sebagai buah dari
iman yang teguh dan spiritualitas yang hidup, serta keadaan
sosial masyarakat sehari-hari yang adil, damai sejahtera.
Masyarakat: GPIB hidup dan melayani di tengah masyarakat
Indonesia yang majemuk dan masih berjuang mengatasi
berbagai masalah ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan dan
pemiskinan…33
32
Ibid., 50-52. 33
Ibid., 30-31.
18
Ini merupakan pemahaman yang dirumuskan gereja (GPIB) melalui tema-tema,
khususnya tema tahunan yang terkait juga dengan Tri Dharma Gereja GPIB.
III. 4. Pemahaman Jemaat terhadap Tema Tahunan GPIB
Beberapa jemaat yang diwawancarai memiliki pemahaman mereka
masing-masing terhadap setiap tema tahunan yang muncul pada awal periode
tahunan GPIB. Beberapa tema tahunan yang sebelumnya, telah menjadi bagian
dari dalam kehidupan warga jemaat, sehingga warga jemaat dapat memahami
bagaimana tema itu hadir dalam kehidupan berjemaat. Oleh karena itu, hanya ada
2 tema yang digunakan serta, pemahaman dari beberapa warga jemaat yang telah
diwawancarai, dan datanya sebagai berikut:
III. 4. 1. Menata alam secara adil demi kelangsungan hidup sejahtera (tahun
2015/2016)
Menurut Bapak O. N, Jemaat memiliki tugas untuk bekerja memberikan
kesaksian terkait dengan peran alam dalam kehidupan manusia. Ada hubungan
timbal balik antara manusia dengan alam, seperti alam dapat menjadi tempat
tinggal yang indah bagi manusia, dan manusia pun perlu menjaga alam tersebut,
maupun sebaliknya, jika manusia merusak, alam pun dapat menjadi bencana bagi
manusia. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa manusia hidup berdampingan
dengan alam.34
Menurut Ibu S. H, Alam memiliki manfaat dalam kehidupan
manusia, contohnya seperti mendapat oksigen ketika manusia melakukan
penghijauan.35
Menurut Ibu B. S, Manusia sangat membutuhkan alam, sedangkan
alam kurang terlalu membutuhkan manusia, karena seperti tumbuh-tumbuhanan
yang dapat tumbuh dengan sendirinya, tanpa perlu keterlibatan manusia.
Sedangkan manusia memerlukan alam untuk mendapatkan makanan atau obat-
obatan dari alam.36
34
Wawancara dengan Bapak O. N (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 24 Januari 2017, pukul 16.51 WITA.
35 Wawancara dengan Ibu S. H (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017, pukul
15.05 WITA. 36
Wawancara dengan Ibu B. S (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017, pukul 09.59 WITA.
19
Menurut Bapak J. U, hal ini berbicara tentang keharmonisan antar
makhluk ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi. Hidup umat Tuhan dengan alam
pun harus bersinergi dan saling menjaga. Persoalnya adalah ketika manusia
menjadi serakah terhadap alam, sehingga terjadi kekosongan habitat, seperti mulai
punahnya tumbuhan dan hewan. Contohnya seperti penanaman pohon sawit yang
merusak ekosistem atau alam yang ada.37
Menurut Bapak A. D, tema ini cukup baik untuk menyadarkan keadaan di
dunia seperti global warming, efek rumah kaca, tetapi jika dilihat dari
kenyataannya di Kalimantan, khususnya dalam lingkup jemaat sendiri, penataan
alam itu sangat kurang, dan mungkin dalam tindakan nyatanya adalah
penghijauan. Meskipun demikian, lebih banyak penumbangan pohon daripada
menanam pohon, karena banyak orang, khususnya jemaat yang memiliki lahan
untuk melakukan penanaman pohon sawit untuk kedepannya mendapatkan hasil
untuk mereka. Penanaman sawit itu pun sudah termasuk pengrusakan alam karena
merusak ekosistem yang ada.38
III. 4. 2. Memberdayakan sumber daya insani demi mensejahterakan
persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. (tahun 2016/2017)
Menurut Ibu E. K, dengan keaktifan dan kehadiran jemaat dalam ibadah
mendukung upaya untuk menyejahterakan pelayanan dan persekutuan dalam
gereja, contohnya seperti dalam ibadah-ibadah dalam gereja.39
Menurut Bapak P.
P, warga jemaat diberikan kesempatan seluas-luasnya berperan dalam pelayanan
dalam upaya memberdayakan warga jemaat.40
Menurut Bapak S. T, setiap warga jemaat diajak terlibat dalam berjemaat.
Maksudnya bukan hanya ikut ibadah, mendengarkan Firman Tuhan, dan memuji
Tuhan lewat puji-pujian, tetapi jemaat juga diajak untuk memikirkan kemajuan
dari pelayanan itu sendiri, serta turut mengentaskan kemiskinan yang ada dalam
37
Wawancara dengan Bapak J. U (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017, pukul 14.47 WITA.
38 Wawancara dengan Bapak A. D (Inisial). pada hari Minggu, tanggal 16 April 2017,
pukul 12.11 WITA. 39
Wawancara dengan Ibu E. K (Inisial), pada hari Senin, tanggal 23 Januari 2017, pukul 16.23 WITA.
40 Wawancara dengan Bapak P. P (Inisial), pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2017,
pukul 18.27 WITA.
20
jemaat sendiri.41
Menurut Ibu C. H, mengajak semua umat untuk terlibat aktif
untuk menunjang pelayanan yang ada dalam jemaat untuk meningkatkan
kesadaran akan kepedulian jemaat itu sendiri.42
Menurut Saudari K. T, dipanggil dan diajak menjadi berkat bagi sesama
dengan cara menggali potensi yang ada dan memanfaatkannya untuk memuliakan
nama Tuhan. Contohnya apapun yang ada dalam diri kita, contohnya seperti
profesi yang dimiliki dapat diaplikasikan dalam masyarakat.43
Menurut Saudari I.
S, jemaat diajak untuk bertumbuh bersama, bukan hanya sekedar berkumpul,
tetapi juga dapat melakukan pelayanan bersama. Melayani bukan untuk
ditunjukkan ke orang-orang tetapi menunjukkan bahwa yang dilakukan itu berasal
dari hati.44
Menurut Bapak B. K, cara gereja menggerakan umatnya supaya lebih aktif
dalam pelayanan. Bukan hanya itu tetapi juga melihat ekonomi umat bukan hanya
untuk iman mereka. Oleh karena itu, gereja perlu memberdayakan umat agar
dapat melihat aspek ekonomi mereka dan beberapa aspek lainnya dalam
kehidupan umat.45
III. 4. 3. Pendapat Jemaat tentang Tema Tahunan
Warga Jemaat (termasuk majelis jemaat, pengurus dan pelayan pelkat,
serta warga jemaat biasa) yang telah diwawancarai mengetahui tema-tema
tahunan yang mereka baca baik dalam warta jemaat maupun yang tertulis di
dalam Banner. Selain itu, mereka pun menerima keberadaan tema tahunan yang
selama ini terus muncul per tahun, karena tema-tema itu menuntun umat untuk
berilaku dalam kehidupannya baik dalam jemaat maupun pribadi. Alasan lainnya
karena jemaat memiliki arah dalam berjemaat dan dengan adanya tema tahunan
ini pun jemaat tahu dan peduli dengan apa yang menjadi pergumulan gereja
41
Wawancara dengan Bapak S. T (Inisial), pada hari Jumat, tanggal 27 Februari 2017, pukul 19.47 WITA.
42 Wawancara dengan Ibu C. H (Inisial), pada hari Rabu, tanggal 12 April 2017, pukul
12.26 WITA. 43
Wawancara dengan Saudari K. T (Inisial), pada hari Rabu, tanggal 1 Februari 2017, pukul 11.21 WITA.
44 Wawancara dengan Saudari I. S (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017, pukul
16.43 WITA. 45
Wawancara dengan Bapak B. K (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 30 Februari 2017, pukul 12.14 WITA.
21
(GPIB) dari masa ke masa. Meskipun mereka menerima keberadaan tema tahunan
itu dalam kehidupan berjemaat, beberapa warga jemaat yang diwawancarai
kurang merasa ada sosialisasi atau pembinaan secara khusus mengenai tema-tema
tahunan. Warga jemaat hanya mengetahui tema-tema tahunan tersebut dibahas
dalam khotbah-khotbah tetapi tidak secara langsung membahas tentang tema-tema
tersebut, bahkan ada beberapa warga jemaat yang merasa tidak pernah
mendengarkan tema-tema tahunan dibahas dalam khotbah-khotbah biasa, kecuali
pada hari-hari raya gerejawi seperti natal atau paskah. Dari warga jemaat yang
diwawancarai itu juga, ada yang merasa bahwa maksud dan tujuan tema tahunan
itu hanya dipahami oleh mereka yang berada dalam Pelaksana Harian Majelis
Jemaat (PHMJ) GPIB yang pernah mengikuti Persidangan Sinodal GPIB.46
Menurut mereka, tema tahunan perlu untuk disosialisasikan kepada
jemaat (termasuk dengan majelis jemaat), sehingga warga jemaat yang lain dapat
mengetahui dan memahami apa yang dimaksudkan dari tema tahunan GPIB.
Sebagian besar warga jemaat yang diwawancarai merasa bahwa tema-tema
tahunan itu relevan dengan kehidupan jemaat, dan sebagian kecilnya melihat
masih ada beberapa tema tahunan yang kurang relevan dengan kehidupan warga
jemaat. Beberapa dari mereka juga melihat dan merasakan kurangnya aplikasi dari
tema-tema tahunan itu dalam kehidupan berjemaat baik melalui program kerja
maupun kegiatan pelayanan sehingga warga jemaat kurang memperhatikan tema
tahun tersebut apalagi memahaminya, dan bisa saja tema-tema tahunan itu hanya
sebagai pajangan dalam sebuah Banner atau warta jemaat.47
IV. ANALISA
Tema tahunan GPIB yang merupakan bagian kecil dari Pokok-Pokok
Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG). GPIB memiliki
maksud dan tujuan dengan adanya tema-tema tahunan yang merupakan bentuk
implentasi dari PKUPPK itu sendiri. Jadi, GPIB telah merumuskan tema-tema
tahunan itu sesuai dengan pergumulan yang dihadapi oleh GPIB baik ditingkat
lokal maupun ditingkat sinodal. Oleh karena itu, gereja lokal perlu untuk
46
Penuturan dari beberapa warga jemaat yang diwawancarai 47
Ibid,.
22
memahami dan mengerti maksud dari tema-tema tahunan dalam lingkup masing-
masing jemaat.
Ada dua tema tahunan GPIB yang mewakili dari sekian banyak tema
tahunan yaitu Menata alam secara adil demi kelangsungan hidup sejahtera (tahun
2015/2016); Memberdayakan Sumber Daya Insani demi mensejahterakan
persekutuan, pelayanan, dan kesaksian (tahun 2016/2017).
Dari tema tahunan “ Menata Alam secara Adil demi Kelangsungan hidup
yang sejahtera” tahun 2015/2016. Melalui tema tahunan ini, jika disimpulkan
pemahaman jemaat Eben Haezer Tana Paser menyadari bahwa kehidupan mereka
dengan makluk hidup lainnya saling bersinergi, saling berdampingan, saling
membutuhkan satu sama lain. Bukan hanya suatu kesadaran dalam diri umat
Tuhan saja, tetapi ada langkah nyata yang hendak ditunjukan, diajarkan kepada
jemaat ini. Meskipun kesadaran itu sudah ada, tetapi ada beberapa jemaat yang
merasa bahwa tema tersebut kurang terlalu relevan dalam kehidupan warga jemaat
yang hidup dari hasil sawit. Penebangangan secara liar dan pembakaran hutan
adalah cara untuk dapat menanam sawit.
Oleh karena itu, kita perlu melihat kembali hal-hal yang telah dirumuskan
gereja (GPIB), dikaitkan dengan Tri Dharma GPIB seperti Persekutuan:
Membangun keterbukaan persekutuan umat terhadap umat non Kristen dan
kemitraan dengan alam lingkungan dalam rangka mewujud-nyatakan kesadaran
tentang keutuhan ciptaan Tuhan; begitu juga dengan kesaksian yang terdapat
dalam landasan teori. Gereja pun perlu untuk meningkatkan bukan saja kesadaran
tetapi pola berpikir jemaat. Pola berpikir yang tidak hanya untuk mencari
keuntungan saja atau memandang diri manusia sebagai pusat dari kehidupan di
muka bumi ini, tetapi bagaimana cara mengatur dan menata alam lingkungan kita
sebagai wujud dari kebersamaan antar makhluk ciptaan Tuhan. Tentunya bukan
hal yang mudah bagi jemaat mengatur dan menata kembali apa yang telah mereka
lakukan. Jemaat perlu diajarkan untuk melihat situasi yang ada, apakah ada
peluang atau ancaman untuk melakukan sesuatu hal yang dapat dikatakan
merusak lingkungan (contoh seperti penanaman sawit).
Sedangkan tema tahun 2016/2017 “Memberdayakan Sumber Daya Insani
demi mensejahterakan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian” melalui tema
23
tahunan ini, jika disimpulkan pemahaman Jemaat Eben Haezer Tana Paser adalah
warga jemaat terlibat aktif baik partisipasi maupun kehadirannya dalam
persekutuan untuk meningkatkan pelayanan dan kepedulian baik dalam lingkup
jemaat maupun masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki jemaat.
Pemahaman jemaat terhadap tema tahun 2016/2017, menyadarkan dan
mengingatkan kembali sebagai umat Tuhan untuk berperan aktif dalam
persekutuan, pelayanan, dan kesaksian, melalui potensi yang jemaat miliki. Bukan
hanya itu, jemaat diberikan ruang untuk mengeksplorasi potensi-potensi yang ada
dalam diri yang dapat ditingkatkan termasuk kreativitasnya dalam lingkup jemaat,
serta menunjukkan kepedulian yang juga dapat dirasakan dalam masyarakat.
Melihat juga dari rumusan tema PKUPPG Jangka Pendek III, yang
kemudian dijabarkan dalam tema tahunan GPIB. Pemahaman yang muncul dalam
warga jemaat dan rumusan dari Majelis Sinode GPIB, tidak memiliki perbedaan
yang jauh hanya bagaimana masing-masing pihak membahasakan apa yang
mereka pahami terkait dengan tema tahunan tersebut.
Pemahaman-pemahaman warga jemaat terhadap kedua tema tahunan di
atas itu memberikan kesempatan bagi jemaat untuk terus membuka berbagai
pendapat, gagasan, maupun kritik agar tema-tema tersebut bukan hanya sekedar
dipahami tetapi ada upaya untuk mewujudnyatakan dalam kehidupan jemaat
maupun masyarakat melalui program kerja dan kegiatan pelayanan. Hal inilah
yang perlu direnungkan oleh jemaat karena mungkin masih banyak warga jemaat
yang belum mengetahui dan mengenal tema-tema tahunan GPIB, bahkan yang
belum mengerti dan paham dengan apa yang dimaksudkan tema-tema tahunan
GPIB selama ini.
Selain itu, pemahaman-pemahaman warga jemaat tersebut cenderung
pemahaman dari masing-masing warga jemaat sendiri. Meskipun pemahaman dari
diri sendiri, tetapi ada juga pengaruh dari luar seperti khotbah dalam ibadah-
ibadah. Jemaat sendiri pun menyadari bahwa penyampaian tentang tema tahunan
yang disampaikan lewat khotbah maupun suatu pembinaan itu masih terlalu
kurang, bahkan ada pula jemaat yang merasa tema-tema tahunan itu disinggung
baik dalam khotbah maupun dalam pembinaan terhadap warga jemaat. Hal ini
tentunya masih kurang sesuai dengan apa yang dibahas oleh Dewan-Dewan
24
Gereja di Indonesia seperti yang dibahas pada bagian II. 2 mengenai pembinaan
warga gereja yang harus dipahami sebagai tugas hakiki gereja yang dilakukan
secara terus-menerus. Meskipun pemikiran ini dapat dikatakan sudah lama, tetapi
sebenarnya pemikiran tersebut masih cukup relevan dalam kehidupan berjemaat,
seperti yang dibahas pada bagian II. 2 dalam penulisan ini yaitu tiga dimensi,
asumsi, serta perhatian dari Groome.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya pembinaan, khususnya tentang tema
tahunan, dalam jemaat itu membuat jemaat kurang peka terhadap masalah lain
yang tidak mereka sadari dalam kehidupan berjemaat maupun yang berhubungan
dengan masyarakat luas. Meskipun tema tahunan itu dilandaskan secara
Alkitabiah, tetapi jemaat juga kurang untuk mempertimbangkan apa yang mereka
pahami dalam tema tahunan itu yang mengacu pada Injil atau isi Alkitab lainnya.
Jemaat pun menyadari masih ada kekurangan dalam upaya mengadakan
pembinaan warga jemaat yang bertujuan pembentukan dan pemberdayaan jemaat,
seperti yang dibahas dalam bagian II. 3.
Pendeta, penatua, diaken, pengurus dan pelayan pelkat, komisi, panitia dan
seluruh warga jemaat harus bekerjasama dan berupaya untuk memiliki suatu
pemahaman dalam memahami tema-tema tahunan sebagai bentuk kecil PKUPPG
yang mengarahkan gereja untuk dapat menjawab pergumulan baik tingkat sinodal,
maupun pergumulan yang ada di dalam jemaat sendiri.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu pembinaan yang sedikit berbeda dari
biasanya, pembinaan yang bukan hanya seperti duduk mendengarkan pengajar di
kelas. Pembinaan yang juga membutuhkan tindakan nyata sehingga tema-tema
tersebut dapat dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. Pembinaan
tersebut dapat dirancang dalam program kerja. Semua disesuaikan dengan
kebutuhan dan pergumulan di jemaat sendiri, khususnya di GPIB Jemaat Eben
Haezer Tana Paser.
V. PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
Warga Jemaat GPIB Eben Haezer Tana Paser memahami beberapa tema
tahunan terakhir ini, meskipun masih ada beberapa jemaat yang belum paham
25
dengan maksud dan tujuan tema tahunan GPIB. Pemahaman yang dimiliki
masing-masing warga jemaat terhadap dua tema tahunan GPIB terakhir ini cukup
beragam dan mereka pun memahami tema tahunan tersebut dari sudut pandang
mereka sendiri. Meskipun beberapa warga jemaat menyadari bahwa beberapa
tema tahunan itu sudah pernah dibahas baik dalam khotbah atau di sebuah
pembinaan, tetapi pembahasnya tidak langsung mengena dengan tema tahunan
GPIB yang muncul.
Tema-tema tahunan itu juga masih kurang disosialisasikan dalam jemaat
sehingga masih ada warga jemaat yang belum menyadari keberadaan tema
tahunan selama ini. Pemahaman yang masih kurang, serta kurangnya pembinaan
dan sosialisasi tentang tema tahunan, membuat kegiatan/pelayanan yang diadakan
dalam lingkungan gereja/ jemaat itu sendiri menjadi kurang terarah dan fokus
pada arah dan tujuan gereja (GPIB). Beberapa tema tahunan masih belum
terjawab dalam program kerja maupun kegiatan pelayanan jemaat, sehingga
beberapa warga jemaat pun masih merasa ada beberapa tema tahunan yang belum
relevan dengan kehidupan jemaat.
Oleh karena itu, warga jemaat sendiri perlu melibatkan diri secara aktif
dengan suatu kegiatan yang membina mereka untuk dapat memahami maksud dan
tujuan dari tema tahunan itu dalam kehidupan berjemaat. Setiap unsur di dalam
gereja (baik pendeta, penatua, diaken, pengurus dan pelayan pelkat, komisi,
panitia, dan seluruh warga jemaat) berusaha untuk menyadarkan keberadaan
mereka dalam berbagai macam pergumulan akan disesuaikan dengan tema
Tahunan GPIB agar dapat membantu menjawab pergumulan dalam lingkup
jemaat maupun masyarakat.
Pembinaan bukan hanya sekedar duduk dan mendengarkan penjelasan,
tetapi jemaat perlu dikembangkan pemahaman tentang tema tahunan yang ada
dengan lebih menunjukan praksis gereja yang hendak menjawab tema tahunan.
Pembinaan tersebut perlu dilakukan secara berkala, sehingga jemaat benar-benar
memahami maksud dan tujuan GPIB dengan adanya tema tahunan.
V. 2. Saran
Kepada Gereja : Baik kepada GPIB tingkat sinodal maupun GPIB tingkat lokal,
khususnya kepada seluruh warga jemaat GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser.
26
Selama 1 periode ada beberapa kegiatan baik itu berupa pembinaan, atau kegiatan
aksi, yang dapat memberikan pemahaman kepada warga jemaat, agar dapat
memahami maksud dan tujuan dari tema-tema tersebut. Serta setidaknya dalam
lingkup masing-masing jemaat mengadakan kegiatan pembinaan seperti sebuah
pelatihan yang memberikan dampak dalam kehidupan berjemaat. Bahkan kalau
perlu membuat kreativitas untuk mendukung warga jemaat berpikit lebih terbuka
dengan keberadaan yang ada serta pergumulan hidup jemaat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J. L. Ch. Jemaat: Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan, dan Pelayan-
Pelayannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983.
Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen: Dari Plato sampai Ig. Loyola. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002.
Banawiratma, J. B, dan I. Suharyo. Umat Allah Menegaskan Arah. Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
________, Iman, Pendidikan, dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Calvin, Yohanes. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Diterjemahkan oleh
Winarsih, J. S. Aritonang, Arifin, dan Van Den End. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004.
Dewan Gereja-Gereja di Indonesia. Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa
Depan: Laporan Konsultasi Nasional Evaluasi Pembinaan Warga Gereja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980.
Homrighousen, E.G. & I.H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011.
Majelis Sinode GPIB. Ketetapan Sidang Sinode GPIB XIX. Pokok-Pokok
Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPP) GPIB,
Buku II. Jakarta, 2010.
Majelis Sinode GPIB. Ketetapan Sidang Sinode GPIB XIX. Tata Gereja GPIB,
Buku III. Jakarta, 2010.
Majelis Sinode GPIB. Ketetapan Sidang Sinode GPIB XX. Pokok-Pokok
Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG) & Grand
Design PPSDI GPIB, Buku III. Balikpapan, 2015.
Mardiatmadja, B. S. Eklesiologi: Makna dan Sejarahnya. Yogyakarta: Kanisius,
1986.
Maitimoe, D. R. Pembangunan Jemaat Misioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1978.
Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media, 2007.
Prasetyo, Mardi. Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti. Yogyakarta:
Kanisius, 2001.
28
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Singgih, Emanuel Gerrit. Bergereja, Berteologi, dan Bermasyarakat.Yogyakarta:
Taman Pustaka Kristen, 1997.
Sitompul, A. A. Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 1, Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979.
Sitompul, A. A. Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 2, Penggembalaan:
Pelayanan dan Kepemimpinan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979.
Van Kooij, Rijnardus A. van Kooij, Sri Agus Patnaningsih, dan Yam‟ah Tsalatsa
A. Menguak Fakta, Menata Karya Nyata: Sumbangan Teologi Praktis
dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007.
Wuwungan, O. E. Ch. Bina Warga: Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Wawancara
Wawancara dengan Bapak O. N (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 24 Januari
2017, pukul 16.51 WITA.
Wawancara dengan Ibu S. H (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017,
pukul 15.05 WITA.
Wawancara dengan Ibu B. S (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017,
pukul 09.59 WITA.
Wawancara dengan Bapak J. U (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017,
pukul 14.47 WITA.
Wawancara dengan Bapak A. D (Inisial). pada hari Minggu, tanggal 16 April
2017, pukul 12.11 WITA.
Wawancara dengan Ibu E. K (Inisial), pada hari Senin, tanggal 23 Januari 2017,
pukul 16.23 WITA.
Wawancara dengan Bapak P. P (Inisial), pada hari Jumat, tanggal 24 Februari
2017, pukul 18.27 WITA.
Wawancara dengan Bapak S. T (Inisial), pada hari Jumat, tanggal 27 Februari
2017, pukul 19.47 WITA.
29
Wawancara dengan Ibu C. H (Inisial), pada hari Rabu, tanggal 12 April 2017,
pukul 12.26 WITA.
Wawancara dengan Saudari K. T (Inisial), pada hari Rabu, tanggal 1 Februari
2017, pukul 11.21 WITA.
Wawancara dengan Saudari I. S (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017,
pukul 16.43 WITA.
Wawancara dengan Bapak B. K (Inisial), pada hari Selasa, tanggal 30 Februari
2017, pukul 12.14 WITA.
Data Jemaat GPIB Jemaat Eben Haezer Tana Paser
Data yang diperoleh dari Pdt Peggy R. M. Rade - Ririmase