TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN …
Transcript of TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN …
TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN
SURAH YANG LAINNYA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
RIKO FARTANIO BUDI RAHAYU
A310150054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN SURAH
YANG LAINNYA
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan isi tema induk dan turunan perkawinan
pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya. Metode penelitian ini yaitu
deksriptif kualitatif. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu metode padan. Objek
penelitian pada penelitian ini yaitu teks terjemahaan al-quran surah Al-Baqarah dengan
surah yang lainnya. Hasil temuan isi tema induk perintah menikah dijelaskan pada QS
An-Nur (24);32 dan turunan yang menjelaskan isi tema perkawinan diantaranya, a)
lelaki pezina hanya akan mengawini perempuan lacur QS An-Nur (24):3, b) menahan
pandangan dan menjaga kemaluan QS An-Nur (24):31 dan 33, c) segala sesuatu
berpasangan QS Ya-Sin (36):36, QS Ar-Rum (30):21, QS Az-Zariyat (51):49, d) iddah
QS Al-Baqarah (2):235, QS At-Talaq (65):4, e) talak QS Al-Baqarah (2):228 dan 229,
f) rujuk sebelum lepas iddah QS Al-Baqarah (2):231 dan 232, g) memilih teman hidup
QS Al-Baqarah (2):221, h) perempuan yang tidak boleh dinikahi QS An-Nisa (4):22,
23, dan 24, serta i) perceraian QS At-Talaq (65):1 dan QS Al-Baqarah (2):230.
Implementasi untuk pengembangan bahan yaitu pada KD 3.6 Menganalisis isi, struktur,
dan kebahasaan dalam teks ceramah diantaranya Guru dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai bahan ajar teks ceramah dalam mengasah keterampilan peserta
didik menganalisis isi teks ceramah. Serta Peserta didik dapat mengevaluasi dan
memahami tentang tema perkawinan pada teks terjemahan al-quran.
Kata Kunci: perkawinan, al-baqarah, tematik
Abstract
The purpose of this study is to describe the contents of the main theme and the
derivative of marriage in Surah Al-Baqarah with other suras. This research method is
descriptive qualitative. The data analysis technique in this research is the matching
method. The object of research in this study is the translation of the text of the Koran
Al-Baqarah with other suras. The findings on the contents of the main theme of the
marriage order are explained in QS An-Nur (24); 32 and descendants explaining the
contents of the marriage theme include, adulterous men will only marry female
prostitutes QS An-Nur (24): 3, hold views and keep the genitals of QS An-Nur (24): 31
and 33, everything in pairs QS Ya-Sin (36): 36, QS (30): 21, iddah QS Al-Baqarah (2):
235, QS (65): 4, divorce Surah Al-Baqarah (2): 228 and 229, refer to before the release
of Sidda QS Al-Baqarah (2): 231 and 232, choose a life partner QS Al-Baqarah (2):
221, women who must not be married QS (4) : 22, 23, and 24, and divorce QS (65): 1
and QS Al-Baqarah (2): 230. Implementation for the development of materials is in KD
3.6 Analyzing the content, structure, and language in the lecture text including the
teacher can use the results of this study as teaching text lectures in honing the skills of
students analyzing the contents of the lecture text. And Students can evaluate and
understand the theme of marriage in the text of the translation of the Koran.
Keywords: marriage, al-baqarah, thematic
2
1. PENDAHULUAN
Perkawinan merupakakan ikatan perjanjian secara hukum atau ikatan sosial antara
pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan suatu budaya setempat yang
meresmikan antar hubungan yang biasanya diresmikan pada pernikahan. Padahal
makna perkawinan bukanlah semata antara hubungan pria dan wanita, melainkan
menyatukan hubungan keduabelah pihak antara keluarga pria dan keluarga wanita untuk
mendapatkan ridho dari keluarga dan ridho Allah SWT sehingga menuju perkawinan
yang saikinah mawadah warohmah.
Menurut Eriyanto dalam (Sari 2018) menyatakan bahwa wacana menurut Van
Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial,
dan konteks sosial. Unsur yang diteliti pada dimensi teks adalah bagaimana struktur teks
dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada kognisi sosial
dibahas proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan
sebagai pembuat teks. Aspek konteks sosial mempelajari bagaimana teks tersebut
dihubungkan dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam
masyarakat atas suatu wacana.
Pada penelitian ini isi tema induk dan turunan perkawinan dalam QS. Al-
Baqarah dengan surah yang lainnya yang menjadi dasar. Penulis akan meneliti isi tema
induk dan turunan perkawinan pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya.
Tujuan pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan isi tema induk dan turunan
perkawinan pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya. Penelitian yang
dilakukan (Rosyadi 2007) Pernikahan Muslim dengan Non Muslim dalam Tafsir
Tematik Al-Qur’an. Persamaan penelitian Rosyadi dengan penelitian ini yaitu sama-
sama meneliti tentang perkawinan. Tetapi pada penelitian Rosyid fokus pada
perkawinan muslim dengan non muslim dalam tafsir tematik al-quran sedangkan pada
penelitian ini ditemukan tema perintah menikah, lelaki pezina hanya akan mengawini
perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah, talak, rujuk sebelum lepas iddah,
memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi, dan perceraian.
2. METODE
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data yang dianalisis bukan
berupa data angka-angka (data kualitatif) melainkan berupa kata-kata Mahsun (2014).
3
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deksriptif kualitatif artinya data dan
hasil analisis data berbentuk dekskritif beberapa kalimat.
Teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan metode padan. Metode
padan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca markah, adalah pemarkah itu
menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kontituen tertentu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Isi Tema Induk dan Turunan Perkawinan pada Surah Al-Baqarah dengan
Surah yang Lainnya
3.1.1 Induk
Induk merupakan inti ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi
tema secara lengkap. Induk tema perintah menikah dalam tema perkawinan pada
penelitian ini terdapat pada QS An-Nur(24);32.
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nur(24):32)
Dalam tafsir Al-Magraghi (Mushthafa, 1989:182) pada terjemahan Dan kawinkanlah
orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin)
dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan yaitu kawinkanlah lelaki merdeka yang tidak beristri dan wanita merdeka
yang tidak bersuami. Jadi isi tema perintah menikah pada QS An-Nur(24):32
berdasarkan tafsir tersebut yaitu ulurkanlah bantuan kepada mereka dengan berbagai
jalan agar mereka mudah menikah dan Allah akan memberikan anugerah kepada umat-
Nya yang mau melaksanakan perkawinan.
3.1.2 Turunan
Berikut penjelasan masing-masing turunan tersebut.
3.1.2.1 Lelaki Pezina Hanya akan Mengawini Perempuan Lacur
Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau
dengan perempuan musyrik: dan pezina perempuan tida boleh menikah kecuali
dengan pezina laki-laki musyrik: dan yang demikian itu haram bagi orang-orang
mukmin. (QS An-Nur(24):3)
Dinyatakan pada tafsir Al-Maraghi (Mushthafa, 1989:124) bahwa laki-laki mukmin
yang saleh diharamkan mengawini perempuan lacur, menaruh keinginan terhadapnya
4
dan menempuh jalan orang-orang fasik yang terkenal selalu melakukan zina. isi tema
QS An-Nur(24):3 mengajarkan tidak pantas laki-laki mukmin kawin dengan perempuan
pezina, demikian sebaliknya, perempuan mukminah kawin dengan laki-laki pezina.
3.1.2.2 Menahan Pandangan dan Menjaga Kemaluan
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.(QS An-Nur(24):31)
Tafsir Al-Maraghi mengatakan janganlah memandang aurat laki-laki dan aurat
perempuan yang tidak halal baginya. Hendaklah mereka menjaga kemaluannya dari
perbuatan yang diharamkan seperti berzinah (Mushthafa, 1989:170). Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Isi tema
pada QS An-Nur(24):31 memerintahkan umat-Nya untuk menahan pandangan terhadap
sesuatu yang dilarang, memelihara kemaluan dengan cara menutupnya, tidak
menampakkan keindahan tubuh dan perhiasan yang dapat menggoda laki-laki, seperti
dada, lengan, dan leher, kecuali yang terlihat tanpa maksud untuk ditampak-tampakkan,
seperti wajah dan tangan.
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang
kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian
dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.
Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah
mereka dipaksa itu. (QS An-Nur(24):33)
Isi tema QS An-Nur(24):33 Allah menegaskan kepada umat-Nya apabila belum mampu
melakasanakan perkawinan dapat memelihara kesucian hidupnya dan jangan mudah
5
tergoda bujukan-bujukan setan yang menarik-narik untuk berbuat zina. Hal tersebut
selaras dengan tafsir Al-Maraghiy (Mushthafa, 1989:181) Allah memerintahkan umat-
Nya untuk menahan padangan, memelihara kemaluan, dan lain-lain yang dapat
berdampakk pada perbuatan zina. Ditandai pada terjemahan Dan orang-orang yang
tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya.
3.1.2.3 Segala sesuatu berpasangan
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat
(kebesaran Allah). (QS Az-Zariyat(51):49)
Makna terbatas tafsir Al-Azhar (Hamka, 1981:45) pada terjemahan Dan segala sesuatu
Kami ciptakan berpasang-pasangan yaitu seluruh alam yang telah diciptakan Allah
tidak sendirian dan tidak kurang. Berdasarkan makna tafsir Al-Azhar dapat disimpulkan
isi tema pada QS Az-Zariyat(51):49 yaitu menyatakan segala sesuatu yang Allah
ciptakan berpasang-pasangan, berlaki-laki, berperempuan, dan diperkecil yang bersuami
isteri.
Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri,
maupun apa yang tidak mereka ketahui. (QS Ya-Sin(36):36)
Tafsir (Ibnu Katsir, 1990:408) Maha Suci Allah yang telalh menciptakan segala sesuatu
yang ditumbuhkan oleh bumi maupun pada diri mereka sendiri berpasang-pasangan laki
dan perempuan. Berdasarkan tafsir tersebut dapat disimpulkan isi tema QS Ya-
Sin(36):36 yaitu segala sesuatu yang telah diciptakan Allah berpasang-pasangan, baik
tumbuh-tumbuhan, manusia, dan lain-lainnya yang tidak diketahui manusia. Ditandai
pada terjemahan Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-
pasangan.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung daan merasa
tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Rum(30):21)
Allah telah menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan agar saling
mengisi kebutuhan hidup di dunia dan menjadikannya tentram dengan rasa kasih saying
di antara keduanya (Katsir, 1990:232). Berdasarkan tafsir pada terjemahan Dan di
antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung daan merasa tentram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang isi tema pada QS
6
Ar-Rum(30):21 yaitu kekuasaan Allah yang mampu menciptakan istri-istri bagi kaum
laki-laki dari jenis manusia yang sama, guna melaksanakan kehidupan yang tenteram.
3.1.2.4 Iddah
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,
kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan
janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu: maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah(2):235)
Dalam tafsir Al-Azhar penjelasan QS Al-Baqarah(2):235 yaitu seorang laki-laki yang
“ada hati” kepada seorang janda yang dalam masa berkabung, tidaklah berdosa jika
dimulainya pinangan secara sindiran atau disimpan saja satu cita-cita dalam hati akan
meminang perempuan itu jika iddahnya sampai (Hamka, 1983:240). Pada terjemahan
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu menjelaskan
masa iddah istri yang ditinggal mati suaminya adalah empat bula sepuluh hari dan
membolehkan menggunakan isyarat atau sindiran bukan dengan terang-terangan dan
jangan memberi janji kawin kepada mereka kecuali dengan cara isyarat atau sindiran
yang baik.
Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu
jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddahnya adalah tiga
bulan: dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah meraka itu sampai mereka
melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya
Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. (QS At-Talaq(65):4)
Isi tema QS At-Talaq(65):4 yaitu menentukan masa iddah perempuan yang sudah
ditalak suaminya ialah tiga bulan lamanya dan tidak mungkin lagi mengalami
menstruasi atau sama sekali tidak pernah mengalaminya. Namun, perempuan yang
ditalak dalam keadaan hamil masa iddahnya sampai anak tersebut dilahirkan.
Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika
kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddahnya adalah tiga bulan: dan
begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-
perempuan yang hamil, waktu iddah meraka itu sampai mereka melahirkan
kandungannya. Pada terjemahan QS At-Talaq(65):4 yang dijelaskan dalam tafsir Al-
7
Azhar menyatakan iddah perempuan itu ada dua, pertama perempuan yang telah putus
dari haid masa iddahnya tiga kali haid tiga kali bersih, dan yang kedua perempuan yang
tidak pernah haid, iddahnya tiga bulan saja.
3.1.2.5 Talak
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para
suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah(2):228)
Dalam tafsir Al-Azhar menahan diri maksudnya belum boleh bersuami, lamanya tiga
quru’ tiga kali suci dan haid (Hamka, 1983:208). Pada terjemahan Wanita-wanita yang
ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' menyatakan bahwa masa
iddah perempuan yang ditalak suaminya adalah tiga quru (tiga kali suci), dan selama
masa dalam masa iddah, suami berhak merujuk apabila mereka memang bermaksud
hidup bersuami istri kembali.
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik atau melepas dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya
(suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah,
maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah
orang-orang zalim. (QS Al-Baqarah(2):229)
Isi tema QS Al-Baqarah(2):229 mengajarkan bahwa talak masih dapat rujuk apabila
baru dijatuhkan dua kali. Pada terjemahan Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali
ditegaskan dalam tafsir Al-Azhar (Hamka, 1983:212) laki-laki mengucapkan lafaz
talaknya satu kali, maka terjadilah cerai satu kali pula kemudian keduanya menyesal
dan kembali rujuk. Pada terjemahan ini Allah menasihatkan sebaiknya sehingga dua
kali talak saja.
3.1.2.6 Rujuk Sebelum Lepas Iddah
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya,
maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan
cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi
kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa
berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat
Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan
8
Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang
diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqarah(2):231)
Tafsir Al-Azhar menyatakan jika tidak rujuk biarkan selesai iddahnya agar perempuan
itu bersuami lain. Jangan rujuk dengan bermaksud menyusahkan dan memandang
perempuan sebagai makhluk yang bisa dipermainkan (Hamka, 1983:217). Apabila
kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka
rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara
yang ma'ruf (pula) pada terjemahan tersebut dapat disimpulkan isi tema yang
menjelaskan apabila suami menceraikan istrinya dan telah mendekati akhir masa iddah,
maka rujuklah dengan mereka, dengan niat untuk memenuhi hak-hak mereka. Dan
hindarilah sikap menjadikan rujuknya kalian dengan niat menyakiti.
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang
ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al-Baqarah(2):232)
Apabila kalian menjatuhkan talak kepada istri, dan mereka telah menghabiskan masa
idahnya lalu berniat memulai kembali kehidupan berumah tangga yang baru dengan
bekas suaminya atau dengan laki- laki lain, maka tidak dibenarkan bagi para wali atau
suami untuk menghalang-halangi kehendak mereka(Hamka, 1983:217).
3.1.2.7 Memilih Teman Hidup
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
(QS Al-Baqarah(2):221)
Tafsif Al-Azhar pada terjemahan Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu menyatakan laki-laki yang
beriman apabila mengawini perempuan musrik akan terjadi hunbungan yang kacau
dalam rumahtangga (Hamka, 1983:194). Berdasarkan tafsir tersebut dapat disimpulkan
isi tema QS Al-Baqarah(2):221 yang menjelaskan adanya makna yang membahas
9
mengharamkan bagi kaum muslimin untuk menikahi wanita-wanita musrik. Mencakup
semua wanita baik dari kalangan ahlul kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) maupun
penyembah berhala.
3.1.2.8 Perempuan yang Tidak Boleh Dinikahi
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat
keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (QS An-
Nisa(4):22)
Isi tema yang terkandung dalam surah di atas pada terjemahan Dan janganlah kamu
kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu yakni melarang laki-laki
menikah dengan janda ayah kandungnya. Tafsir Al-Azhar juga menerangkan
perempuan-perempuan yang tidak boleh dinikahi (mahram). Sebelum disebut satu
persatu (Hamka, 1984:308).
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu: anak-anakmu yang
perempuan: saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan: saudara-saudara ibumu yang perempuan: anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki: anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan: ibu-ibumu yang menyusui kamu:
saudara perempuan sepersusuan: ibu-ibu isterimu (mertua): anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
maka tidak berdosa kamu mengawininya: (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu): dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau: sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS
An-Nisa(4):23)
Tafsir Al-Azhar menerangkan perempuan-perempuan yang tidak boleh dinikahi yang
disebut Mahram (Hamka, 1984:208). Pada terjemahan Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu: anak-anakmu yang perempuan: saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan: saudara-saudara ibumu
yang perempuan: anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki:
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan: ibu-ibumu yang
menyusui kamu: saudara perempuan sepersusuan: ibu-ibu isterimu (mertua): anak-
anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri
dapat disimpulkan isi tema yang menerangkan macam-macam perempuan yang haram
dikawini laki-laki karena nasab, persusuan, dan pertalian keluarga.
Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-
Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)
10
mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.
Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban: dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah
saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisa(4):24)
Setelah ayat ini bersama ayat yang sebelumnya, terjemahan QS An-Nisa(4):24 Dan
(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas
kamu bertemakan melarang laki-laki mengawini perempuan yang dalam ikatan
perkawinan dengan laki-laki lain. Dan dijelaskan pula dalam tafsir Al-Azhar Tidak halal
menikahi wanita-wanita yang sudah menikah kecuali setelah terjadinya perpisahan
antara sang wanita dengan suami dengan cara perceraian ataupun kematian dan setelah
selesai dari iddah juga. Allah mengecualikan istri-istri dari kalangan hamba sahaya,
ialah wanita yang didapat dari rampasan perang yang sesuai dengan syariat, yaitu jihad
di jalan Allah (Hamka, 1984:308).
3.1.2.9 Perceraian
Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar), dan hitunglah waktu iddah itu, serta bertawakalah kepada Allah
Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah
(diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas.
Itulah hukum-hukum Allah, dan barang siapa melanggar hukum-hukum Allah,
maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak
mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang
baru. (QS At-Talaq(65):1)
Isi tema terjemahan Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar), dan hitunglah waktu iddah itu, serta bertawakalah kepada Allah
Tuhanmu memeritahkan (apabila talak sudah tidak dapat dihindarkan lagi) hendaklah
talak dijatuhkan dalam keadaan istri mengalami suci dan tidak dicampuri sebelumnya.
Dijelaskan pula dalam tafsir Al-Azhar yang dimaksud dengan menceraikan “bagi
iddahnya” ialah supaya perceraian itu dilakukan jangan sampai membuat susah kepada
isteri yang telah diceraikan itu dalam dia menunggu iddahnya (Hamka, 1985: 261).
Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami
yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada
dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas istri) untuk menikah kembali
jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
11
Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang
yang berpengatahuan. (QS Al-Baqarah(2):230)
Tafsir Al-Azhar menyatakan bahwa orang yang telah bercerai dua kali diberi nasihat
oleh Allah untuk mencukupkan bercerai sampai dua kali. Apabila sudah terjadi cerai
ketiga suami tidak boleh surut lagi. Selepas iddah perempuan itu boleh menikah dengan
laki-laki yang lain (Hamka, 1983:212). Pada terjemahan Kemudian jika dia
menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi
baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Terjemahan tersebut
mengajarkan apabila seorang istri telah dijatuhi talak sampai tiga kali, ia tidak dapat
kawin lagi dengan bekas suaminya, kecuali apabila telah kawin dengan laki-laki lain
dan akhirnya bercerai.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dijelaskan pembahasan penelitian
ini dengan penelitian terdahulu dilakukan Rosyadi (2007). Persamaan penelitian
Rosyadi dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang perkawinan. Tetapi
pada penelitian Rosyid fokus pada perkawinan muslim dengan non muslim dalam tafsir
tematik al-quran sedangkan pada penelitian ini ditemukan tema perintah menikah, lelaki
pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah,
talak, rujuk sebelum lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh
dinikahi, dan perceraian.
Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Nasution
(2018) temuan Khoirudin Nasution memerintahkan pemberitahuan publik tentang
pernikahan (walimahan, iklan). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nasution
sama-sama ditemukan segala sesuatu berpasangan dalam teks terjemahan al-quran.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Nurnazli (2015)
yaitu sama-sama ditemukan perintah atau anjuran menikah dalam surah al-quran.
Perbedaannya penelitian ini juga membahas tentang lelaki pezina hanya akan
mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah, talak, rujuk sebelum
lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi, dan
perceraian.
Sedangkan temuan penelitian yang dilakukan M. Khoirul Hadi al-Asyari dkk,
dalam penelitian ini yaitu meneliti hukum perkawinan islam. Perbedaannya Hadi
menemukan pentingnya usia perkawinan sedangkan pada penelitian ini ditemukan lelaki
12
pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah,
talak, rujuk sebelum lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh
dinikahi, dan perceraian
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Novita (2017) yaitu merujuk, dan
orang-orang musyrik yang dilarang untuk dinikahi. Sedangkan perbedaannya pada
penelitian ini yaitu lelaki pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu
berpasangan, iddah, talak, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi,
dan perceraian.
4. PENUTUP
Hasil temuan isi tema induk perintah menikah dijelaskan pada QS An-Nur (24);32 dan
turunan yang menjelaskan isi tema perkawinan diantaranya, a) lelaki pezina hanya akan
mengawini perempuan lacur QS An-Nur (24):3, b) menahan pandangan dan menjaga
kemaluan QS An-Nur (24):31 dan 33, c) segala sesuatu berpasangan QS Ya-Sin
(36):36, QS Ar-Rum (30):21, QS Az-Zariyat (51):49, d) iddah QS Al-Baqarah (2):235,
QS At-Talaq (65):4, e) talak QS Al-Baqarah (2):228 dan 229, f) rujuk sebelum lepas
iddah QS Al-Baqarah (2):231 dan 232, g) memilih teman hidup QS Al-Baqarah (2):221,
h) perempuan yang tidak boleh dinikahi QS An-Nisa (4):22, 23, dan 24, serta i)
perceraian QS At-Talaq (65):1 dan QS Al-Baqarah (2):230.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Al-Asyari, dkk, (2016). "Objektifikasi Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
Perspektif Maqasid Syar’Iyyah Upaya dari Integrasi Keilmuan Ke- Islaman".
Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 7(1), 200–237.
(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)
Hamka. 1981. Tafsir Al Azhar Juzu’ XXVII-XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar Juzu’ II. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hamka. 1984. Tafsir Al Azhar Juzu’ IV. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hamka. 1985. Tafsir Al Azhar Juzu’ XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hermawan, B. (2018). "Tinjauan Atas Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang
Konsep Ahli Kitab dalam Perkawinan Beda Agama di Indonesia". Jurnal Studi
Hukum Islam, 5(1), 20–35.
13
(https://link.springer.com/article/10.10990/s10993-018-9478-2)
Katsir, Ibnu. 1990. Terjemahan Singkat Ibnu Katsir Jilid VI. Surabaya. PT Bina Ilmu
Khairi, Z. (2009)."Teologi Muhammadiyah (Kasus Pernikahan dengan Ahli Kitab dan
Kepemimpinan Wanita". Jurnal Ilmiah Keislaman, 8(2), 360-381.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814024356)
Mushtafa, Ahmad. 1989. Tafsir Al Maraghiy. Semarang: Tohaputra
Nasrullah. (2017). "Dari Tafsir Ke Pemaknaan Hukum Studi Penafsiran Abdul Hamid
Hakim Tentang Perluasan Makna Ahli Kitab dan Implikasinya terhadap
Argumentasi Perkawinan Muslim dengan Wanita Ahli Kitab". Jurnal Syahadah,
5(1), 2–43. (https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)
Nasution, K. (2018). "Pencatatan Sebagai Syarat atau Rukun Perkawinan: Kajian
Perpaduan Tematik dan Holistik". Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam,
12(2),165.(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S18770428140260
20)
Novita, A. Y. A. (2017)."Pandangan Imam Ibnu Taimiyah Tentang Perkawinanan Laki-
Laki Muslim dengan Wanita Ahlul Kitab". Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum
Islam, 1(2), 290–318. (https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-
9478-2)
Nurnazli. (2015). "Wawasan Al-Qur’an Tentang Anjuran Pernikahan". Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, 8(2), 58–74.
(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)
Pardianto. (2018). "Menelisik Fenomena Nikah Siri (Sebuah Kajian Tematik dalam
Komunikasi Islam)". Jurnal Sulesana, 12(2), 129–142.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)
Payuyasa, I. N. (2017). "Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk dalam Program Acara
Mata Najwa di Metro TV". Segara Widya: Jurnal Hasil Penelitian, 5,14–24.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)
Rosyadi, I. (2007)." Pernikahan Muslim dengan Non Muslim dalam Tafsir Tematik Al-Qur’an".
Jurnal Suhuf,19(1), 1–8.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)
Sari, Cut Purnama. (2018). "Struktur Tematik Berita Penyalahgunaan Narkoba Harian
Media Indonesia(Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk)". Jurnal Pendidikan
dan Bahasa Indonesia, 12(1), 11–26.
(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)