TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN …

17
TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN SURAH YANG LAINNYA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: RIKO FARTANIO BUDI RAHAYU A310150054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN …

TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN

SURAH YANG LAINNYA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

RIKO FARTANIO BUDI RAHAYU

A310150054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

i

ii

iii

1

TEMA PERKAWINAN PADA SURAH AL-BAQARAH DENGAN SURAH

YANG LAINNYA

Abstrak

Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan isi tema induk dan turunan perkawinan

pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya. Metode penelitian ini yaitu

deksriptif kualitatif. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu metode padan. Objek

penelitian pada penelitian ini yaitu teks terjemahaan al-quran surah Al-Baqarah dengan

surah yang lainnya. Hasil temuan isi tema induk perintah menikah dijelaskan pada QS

An-Nur (24);32 dan turunan yang menjelaskan isi tema perkawinan diantaranya, a)

lelaki pezina hanya akan mengawini perempuan lacur QS An-Nur (24):3, b) menahan

pandangan dan menjaga kemaluan QS An-Nur (24):31 dan 33, c) segala sesuatu

berpasangan QS Ya-Sin (36):36, QS Ar-Rum (30):21, QS Az-Zariyat (51):49, d) iddah

QS Al-Baqarah (2):235, QS At-Talaq (65):4, e) talak QS Al-Baqarah (2):228 dan 229,

f) rujuk sebelum lepas iddah QS Al-Baqarah (2):231 dan 232, g) memilih teman hidup

QS Al-Baqarah (2):221, h) perempuan yang tidak boleh dinikahi QS An-Nisa (4):22,

23, dan 24, serta i) perceraian QS At-Talaq (65):1 dan QS Al-Baqarah (2):230.

Implementasi untuk pengembangan bahan yaitu pada KD 3.6 Menganalisis isi, struktur,

dan kebahasaan dalam teks ceramah diantaranya Guru dapat menggunakan hasil

penelitian ini sebagai bahan ajar teks ceramah dalam mengasah keterampilan peserta

didik menganalisis isi teks ceramah. Serta Peserta didik dapat mengevaluasi dan

memahami tentang tema perkawinan pada teks terjemahan al-quran.

Kata Kunci: perkawinan, al-baqarah, tematik

Abstract

The purpose of this study is to describe the contents of the main theme and the

derivative of marriage in Surah Al-Baqarah with other suras. This research method is

descriptive qualitative. The data analysis technique in this research is the matching

method. The object of research in this study is the translation of the text of the Koran

Al-Baqarah with other suras. The findings on the contents of the main theme of the

marriage order are explained in QS An-Nur (24); 32 and descendants explaining the

contents of the marriage theme include, adulterous men will only marry female

prostitutes QS An-Nur (24): 3, hold views and keep the genitals of QS An-Nur (24): 31

and 33, everything in pairs QS Ya-Sin (36): 36, QS (30): 21, iddah QS Al-Baqarah (2):

235, QS (65): 4, divorce Surah Al-Baqarah (2): 228 and 229, refer to before the release

of Sidda QS Al-Baqarah (2): 231 and 232, choose a life partner QS Al-Baqarah (2):

221, women who must not be married QS (4) : 22, 23, and 24, and divorce QS (65): 1

and QS Al-Baqarah (2): 230. Implementation for the development of materials is in KD

3.6 Analyzing the content, structure, and language in the lecture text including the

teacher can use the results of this study as teaching text lectures in honing the skills of

students analyzing the contents of the lecture text. And Students can evaluate and

understand the theme of marriage in the text of the translation of the Koran.

Keywords: marriage, al-baqarah, thematic

2

1. PENDAHULUAN

Perkawinan merupakakan ikatan perjanjian secara hukum atau ikatan sosial antara

pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan suatu budaya setempat yang

meresmikan antar hubungan yang biasanya diresmikan pada pernikahan. Padahal

makna perkawinan bukanlah semata antara hubungan pria dan wanita, melainkan

menyatukan hubungan keduabelah pihak antara keluarga pria dan keluarga wanita untuk

mendapatkan ridho dari keluarga dan ridho Allah SWT sehingga menuju perkawinan

yang saikinah mawadah warohmah.

Menurut Eriyanto dalam (Sari 2018) menyatakan bahwa wacana menurut Van

Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial,

dan konteks sosial. Unsur yang diteliti pada dimensi teks adalah bagaimana struktur teks

dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada kognisi sosial

dibahas proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan

sebagai pembuat teks. Aspek konteks sosial mempelajari bagaimana teks tersebut

dihubungkan dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam

masyarakat atas suatu wacana.

Pada penelitian ini isi tema induk dan turunan perkawinan dalam QS. Al-

Baqarah dengan surah yang lainnya yang menjadi dasar. Penulis akan meneliti isi tema

induk dan turunan perkawinan pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya.

Tujuan pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan isi tema induk dan turunan

perkawinan pada surah Al-Baqarah dengan surah yang lainnya. Penelitian yang

dilakukan (Rosyadi 2007) Pernikahan Muslim dengan Non Muslim dalam Tafsir

Tematik Al-Qur’an. Persamaan penelitian Rosyadi dengan penelitian ini yaitu sama-

sama meneliti tentang perkawinan. Tetapi pada penelitian Rosyid fokus pada

perkawinan muslim dengan non muslim dalam tafsir tematik al-quran sedangkan pada

penelitian ini ditemukan tema perintah menikah, lelaki pezina hanya akan mengawini

perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah, talak, rujuk sebelum lepas iddah,

memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi, dan perceraian.

2. METODE

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data yang dianalisis bukan

berupa data angka-angka (data kualitatif) melainkan berupa kata-kata Mahsun (2014).

3

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deksriptif kualitatif artinya data dan

hasil analisis data berbentuk dekskritif beberapa kalimat.

Teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan metode padan. Metode

padan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca markah, adalah pemarkah itu

menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kontituen tertentu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Isi Tema Induk dan Turunan Perkawinan pada Surah Al-Baqarah dengan

Surah yang Lainnya

3.1.1 Induk

Induk merupakan inti ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi

tema secara lengkap. Induk tema perintah menikah dalam tema perkawinan pada

penelitian ini terdapat pada QS An-Nur(24);32.

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-

Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nur(24):32)

Dalam tafsir Al-Magraghi (Mushthafa, 1989:182) pada terjemahan Dan kawinkanlah

orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin)

dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang

perempuan yaitu kawinkanlah lelaki merdeka yang tidak beristri dan wanita merdeka

yang tidak bersuami. Jadi isi tema perintah menikah pada QS An-Nur(24):32

berdasarkan tafsir tersebut yaitu ulurkanlah bantuan kepada mereka dengan berbagai

jalan agar mereka mudah menikah dan Allah akan memberikan anugerah kepada umat-

Nya yang mau melaksanakan perkawinan.

3.1.2 Turunan

Berikut penjelasan masing-masing turunan tersebut.

3.1.2.1 Lelaki Pezina Hanya akan Mengawini Perempuan Lacur

Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau

dengan perempuan musyrik: dan pezina perempuan tida boleh menikah kecuali

dengan pezina laki-laki musyrik: dan yang demikian itu haram bagi orang-orang

mukmin. (QS An-Nur(24):3)

Dinyatakan pada tafsir Al-Maraghi (Mushthafa, 1989:124) bahwa laki-laki mukmin

yang saleh diharamkan mengawini perempuan lacur, menaruh keinginan terhadapnya

4

dan menempuh jalan orang-orang fasik yang terkenal selalu melakukan zina. isi tema

QS An-Nur(24):3 mengajarkan tidak pantas laki-laki mukmin kawin dengan perempuan

pezina, demikian sebaliknya, perempuan mukminah kawin dengan laki-laki pezina.

3.1.2.2 Menahan Pandangan dan Menjaga Kemaluan

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang

beriman supaya kamu beruntung.(QS An-Nur(24):31)

Tafsir Al-Maraghi mengatakan janganlah memandang aurat laki-laki dan aurat

perempuan yang tidak halal baginya. Hendaklah mereka menjaga kemaluannya dari

perbuatan yang diharamkan seperti berzinah (Mushthafa, 1989:170). Hendaklah

mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Isi tema

pada QS An-Nur(24):31 memerintahkan umat-Nya untuk menahan pandangan terhadap

sesuatu yang dilarang, memelihara kemaluan dengan cara menutupnya, tidak

menampakkan keindahan tubuh dan perhiasan yang dapat menggoda laki-laki, seperti

dada, lengan, dan leher, kecuali yang terlihat tanpa maksud untuk ditampak-tampakkan,

seperti wajah dan tangan.

Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,

sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang

kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian

dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah

kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.

Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,

sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari

keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya

Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah

mereka dipaksa itu. (QS An-Nur(24):33)

Isi tema QS An-Nur(24):33 Allah menegaskan kepada umat-Nya apabila belum mampu

melakasanakan perkawinan dapat memelihara kesucian hidupnya dan jangan mudah

5

tergoda bujukan-bujukan setan yang menarik-narik untuk berbuat zina. Hal tersebut

selaras dengan tafsir Al-Maraghiy (Mushthafa, 1989:181) Allah memerintahkan umat-

Nya untuk menahan padangan, memelihara kemaluan, dan lain-lain yang dapat

berdampakk pada perbuatan zina. Ditandai pada terjemahan Dan orang-orang yang

tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah

memampukan mereka dengan karunia-Nya.

3.1.2.3 Segala sesuatu berpasangan

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat

(kebesaran Allah). (QS Az-Zariyat(51):49)

Makna terbatas tafsir Al-Azhar (Hamka, 1981:45) pada terjemahan Dan segala sesuatu

Kami ciptakan berpasang-pasangan yaitu seluruh alam yang telah diciptakan Allah

tidak sendirian dan tidak kurang. Berdasarkan makna tafsir Al-Azhar dapat disimpulkan

isi tema pada QS Az-Zariyat(51):49 yaitu menyatakan segala sesuatu yang Allah

ciptakan berpasang-pasangan, berlaki-laki, berperempuan, dan diperkecil yang bersuami

isteri.

Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan,

baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri,

maupun apa yang tidak mereka ketahui. (QS Ya-Sin(36):36)

Tafsir (Ibnu Katsir, 1990:408) Maha Suci Allah yang telalh menciptakan segala sesuatu

yang ditumbuhkan oleh bumi maupun pada diri mereka sendiri berpasang-pasangan laki

dan perempuan. Berdasarkan tafsir tersebut dapat disimpulkan isi tema QS Ya-

Sin(36):36 yaitu segala sesuatu yang telah diciptakan Allah berpasang-pasangan, baik

tumbuh-tumbuhan, manusia, dan lain-lainnya yang tidak diketahui manusia. Ditandai

pada terjemahan Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-

pasangan.

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-

pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung daan merasa

tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Rum(30):21)

Allah telah menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan agar saling

mengisi kebutuhan hidup di dunia dan menjadikannya tentram dengan rasa kasih saying

di antara keduanya (Katsir, 1990:232). Berdasarkan tafsir pada terjemahan Dan di

antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan

untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung daan merasa tentram

kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang isi tema pada QS

6

Ar-Rum(30):21 yaitu kekuasaan Allah yang mampu menciptakan istri-istri bagi kaum

laki-laki dari jenis manusia yang sama, guna melaksanakan kehidupan yang tenteram.

3.1.2.4 Iddah

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran

atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.

Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu

janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,

kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan

janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis

'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam

hatimu: maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah(2):235)

Dalam tafsir Al-Azhar penjelasan QS Al-Baqarah(2):235 yaitu seorang laki-laki yang

“ada hati” kepada seorang janda yang dalam masa berkabung, tidaklah berdosa jika

dimulainya pinangan secara sindiran atau disimpan saja satu cita-cita dalam hati akan

meminang perempuan itu jika iddahnya sampai (Hamka, 1983:240). Pada terjemahan

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau

kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu menjelaskan

masa iddah istri yang ditinggal mati suaminya adalah empat bula sepuluh hari dan

membolehkan menggunakan isyarat atau sindiran bukan dengan terang-terangan dan

jangan memberi janji kawin kepada mereka kecuali dengan cara isyarat atau sindiran

yang baik.

Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu

jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddahnya adalah tiga

bulan: dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan

perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah meraka itu sampai mereka

melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya

Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. (QS At-Talaq(65):4)

Isi tema QS At-Talaq(65):4 yaitu menentukan masa iddah perempuan yang sudah

ditalak suaminya ialah tiga bulan lamanya dan tidak mungkin lagi mengalami

menstruasi atau sama sekali tidak pernah mengalaminya. Namun, perempuan yang

ditalak dalam keadaan hamil masa iddahnya sampai anak tersebut dilahirkan.

Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika

kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddahnya adalah tiga bulan: dan

begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-

perempuan yang hamil, waktu iddah meraka itu sampai mereka melahirkan

kandungannya. Pada terjemahan QS At-Talaq(65):4 yang dijelaskan dalam tafsir Al-

7

Azhar menyatakan iddah perempuan itu ada dua, pertama perempuan yang telah putus

dari haid masa iddahnya tiga kali haid tiga kali bersih, dan yang kedua perempuan yang

tidak pernah haid, iddahnya tiga bulan saja.

3.1.2.5 Talak

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam

rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-

suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para

suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,

mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah(2):228)

Dalam tafsir Al-Azhar menahan diri maksudnya belum boleh bersuami, lamanya tiga

quru’ tiga kali suci dan haid (Hamka, 1983:208). Pada terjemahan Wanita-wanita yang

ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' menyatakan bahwa masa

iddah perempuan yang ditalak suaminya adalah tiga quru (tiga kali suci), dan selama

masa dalam masa iddah, suami berhak merujuk apabila mereka memang bermaksud

hidup bersuami istri kembali.

Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami dapat) menahan

dengan baik atau melepas dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil

kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya

(suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah,

maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)

untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu

melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah

orang-orang zalim. (QS Al-Baqarah(2):229)

Isi tema QS Al-Baqarah(2):229 mengajarkan bahwa talak masih dapat rujuk apabila

baru dijatuhkan dua kali. Pada terjemahan Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali

ditegaskan dalam tafsir Al-Azhar (Hamka, 1983:212) laki-laki mengucapkan lafaz

talaknya satu kali, maka terjadilah cerai satu kali pula kemudian keduanya menyesal

dan kembali rujuk. Pada terjemahan ini Allah menasihatkan sebaiknya sehingga dua

kali talak saja.

3.1.2.6 Rujuk Sebelum Lepas Iddah

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya,

maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan

cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi

kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa

berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.

Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat

Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan

8

Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang

diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqarah(2):231)

Tafsir Al-Azhar menyatakan jika tidak rujuk biarkan selesai iddahnya agar perempuan

itu bersuami lain. Jangan rujuk dengan bermaksud menyusahkan dan memandang

perempuan sebagai makhluk yang bisa dipermainkan (Hamka, 1983:217). Apabila

kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka

rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara

yang ma'ruf (pula) pada terjemahan tersebut dapat disimpulkan isi tema yang

menjelaskan apabila suami menceraikan istrinya dan telah mendekati akhir masa iddah,

maka rujuklah dengan mereka, dengan niat untuk memenuhi hak-hak mereka. Dan

hindarilah sikap menjadikan rujuknya kalian dengan niat menyakiti.

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal

suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang

ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara

kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci.

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al-Baqarah(2):232)

Apabila kalian menjatuhkan talak kepada istri, dan mereka telah menghabiskan masa

idahnya lalu berniat memulai kembali kehidupan berumah tangga yang baru dengan

bekas suaminya atau dengan laki- laki lain, maka tidak dibenarkan bagi para wali atau

suami untuk menghalang-halangi kehendak mereka(Hamka, 1983:217).

3.1.2.7 Memilih Teman Hidup

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia

menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

(QS Al-Baqarah(2):221)

Tafsif Al-Azhar pada terjemahan Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih

baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu menyatakan laki-laki yang

beriman apabila mengawini perempuan musrik akan terjadi hunbungan yang kacau

dalam rumahtangga (Hamka, 1983:194). Berdasarkan tafsir tersebut dapat disimpulkan

isi tema QS Al-Baqarah(2):221 yang menjelaskan adanya makna yang membahas

9

mengharamkan bagi kaum muslimin untuk menikahi wanita-wanita musrik. Mencakup

semua wanita baik dari kalangan ahlul kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) maupun

penyembah berhala.

3.1.2.8 Perempuan yang Tidak Boleh Dinikahi

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,

terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat

keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (QS An-

Nisa(4):22)

Isi tema yang terkandung dalam surah di atas pada terjemahan Dan janganlah kamu

kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu yakni melarang laki-laki

menikah dengan janda ayah kandungnya. Tafsir Al-Azhar juga menerangkan

perempuan-perempuan yang tidak boleh dinikahi (mahram). Sebelum disebut satu

persatu (Hamka, 1984:308).

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu: anak-anakmu yang

perempuan: saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu

yang perempuan: saudara-saudara ibumu yang perempuan: anak-anak

perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki: anak-anak perempuan dari

saudara-saudaramu yang perempuan: ibu-ibumu yang menyusui kamu:

saudara perempuan sepersusuan: ibu-ibu isterimu (mertua): anak-anak

isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,

tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan),

maka tidak berdosa kamu mengawininya: (dan diharamkan bagimu) isteri-

isteri anak kandungmu (menantu): dan menghimpunkan (dalam perkawinan)

dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa

lampau: sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS

An-Nisa(4):23)

Tafsir Al-Azhar menerangkan perempuan-perempuan yang tidak boleh dinikahi yang

disebut Mahram (Hamka, 1984:208). Pada terjemahan Diharamkan atas kamu

(mengawini) ibu-ibumu: anak-anakmu yang perempuan: saudara-saudaramu yang

perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan: saudara-saudara ibumu

yang perempuan: anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki:

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan: ibu-ibumu yang

menyusui kamu: saudara perempuan sepersusuan: ibu-ibu isterimu (mertua): anak-

anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri

dapat disimpulkan isi tema yang menerangkan macam-macam perempuan yang haram

dikawini laki-laki karena nasab, persusuan, dan pertalian keluarga.

Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-

budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-

Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)

10

mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.

Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,

berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban: dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah

saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisa(4):24)

Setelah ayat ini bersama ayat yang sebelumnya, terjemahan QS An-Nisa(4):24 Dan

(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak

yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas

kamu bertemakan melarang laki-laki mengawini perempuan yang dalam ikatan

perkawinan dengan laki-laki lain. Dan dijelaskan pula dalam tafsir Al-Azhar Tidak halal

menikahi wanita-wanita yang sudah menikah kecuali setelah terjadinya perpisahan

antara sang wanita dengan suami dengan cara perceraian ataupun kematian dan setelah

selesai dari iddah juga. Allah mengecualikan istri-istri dari kalangan hamba sahaya,

ialah wanita yang didapat dari rampasan perang yang sesuai dengan syariat, yaitu jihad

di jalan Allah (Hamka, 1984:308).

3.1.2.9 Perceraian

Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu

ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar), dan hitunglah waktu iddah itu, serta bertawakalah kepada Allah

Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah

(diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas.

Itulah hukum-hukum Allah, dan barang siapa melanggar hukum-hukum Allah,

maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak

mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang

baru. (QS At-Talaq(65):1)

Isi tema terjemahan Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya

(yang wajar), dan hitunglah waktu iddah itu, serta bertawakalah kepada Allah

Tuhanmu memeritahkan (apabila talak sudah tidak dapat dihindarkan lagi) hendaklah

talak dijatuhkan dalam keadaan istri mengalami suci dan tidak dicampuri sebelumnya.

Dijelaskan pula dalam tafsir Al-Azhar yang dimaksud dengan menceraikan “bagi

iddahnya” ialah supaya perceraian itu dilakukan jangan sampai membuat susah kepada

isteri yang telah diceraikan itu dalam dia menunggu iddahnya (Hamka, 1985: 261).

Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka

perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami

yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada

dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas istri) untuk menikah kembali

jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.

11

Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang

yang berpengatahuan. (QS Al-Baqarah(2):230)

Tafsir Al-Azhar menyatakan bahwa orang yang telah bercerai dua kali diberi nasihat

oleh Allah untuk mencukupkan bercerai sampai dua kali. Apabila sudah terjadi cerai

ketiga suami tidak boleh surut lagi. Selepas iddah perempuan itu boleh menikah dengan

laki-laki yang lain (Hamka, 1983:212). Pada terjemahan Kemudian jika dia

menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi

baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Terjemahan tersebut

mengajarkan apabila seorang istri telah dijatuhi talak sampai tiga kali, ia tidak dapat

kawin lagi dengan bekas suaminya, kecuali apabila telah kawin dengan laki-laki lain

dan akhirnya bercerai.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dijelaskan pembahasan penelitian

ini dengan penelitian terdahulu dilakukan Rosyadi (2007). Persamaan penelitian

Rosyadi dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang perkawinan. Tetapi

pada penelitian Rosyid fokus pada perkawinan muslim dengan non muslim dalam tafsir

tematik al-quran sedangkan pada penelitian ini ditemukan tema perintah menikah, lelaki

pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah,

talak, rujuk sebelum lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh

dinikahi, dan perceraian.

Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Nasution

(2018) temuan Khoirudin Nasution memerintahkan pemberitahuan publik tentang

pernikahan (walimahan, iklan). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nasution

sama-sama ditemukan segala sesuatu berpasangan dalam teks terjemahan al-quran.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Nurnazli (2015)

yaitu sama-sama ditemukan perintah atau anjuran menikah dalam surah al-quran.

Perbedaannya penelitian ini juga membahas tentang lelaki pezina hanya akan

mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah, talak, rujuk sebelum

lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi, dan

perceraian.

Sedangkan temuan penelitian yang dilakukan M. Khoirul Hadi al-Asyari dkk,

dalam penelitian ini yaitu meneliti hukum perkawinan islam. Perbedaannya Hadi

menemukan pentingnya usia perkawinan sedangkan pada penelitian ini ditemukan lelaki

12

pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu berpasangan, iddah,

talak, rujuk sebelum lepas iddah, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh

dinikahi, dan perceraian

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Novita (2017) yaitu merujuk, dan

orang-orang musyrik yang dilarang untuk dinikahi. Sedangkan perbedaannya pada

penelitian ini yaitu lelaki pezina hanya akan mengawini perempuan lacur, segala sesuatu

berpasangan, iddah, talak, memilih teman hidup, perempuan yang tidak boleh dinikahi,

dan perceraian.

4. PENUTUP

Hasil temuan isi tema induk perintah menikah dijelaskan pada QS An-Nur (24);32 dan

turunan yang menjelaskan isi tema perkawinan diantaranya, a) lelaki pezina hanya akan

mengawini perempuan lacur QS An-Nur (24):3, b) menahan pandangan dan menjaga

kemaluan QS An-Nur (24):31 dan 33, c) segala sesuatu berpasangan QS Ya-Sin

(36):36, QS Ar-Rum (30):21, QS Az-Zariyat (51):49, d) iddah QS Al-Baqarah (2):235,

QS At-Talaq (65):4, e) talak QS Al-Baqarah (2):228 dan 229, f) rujuk sebelum lepas

iddah QS Al-Baqarah (2):231 dan 232, g) memilih teman hidup QS Al-Baqarah (2):221,

h) perempuan yang tidak boleh dinikahi QS An-Nisa (4):22, 23, dan 24, serta i)

perceraian QS At-Talaq (65):1 dan QS Al-Baqarah (2):230.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi Al-Asyari, dkk, (2016). "Objektifikasi Hukum Perkawinan Islam di Indonesia

Perspektif Maqasid Syar’Iyyah Upaya dari Integrasi Keilmuan Ke- Islaman".

Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 7(1), 200–237.

(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)

Hamka. 1981. Tafsir Al Azhar Juzu’ XXVII-XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas

Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar Juzu’ II. Jakarta: Pustaka Panjimas

Hamka. 1984. Tafsir Al Azhar Juzu’ IV. Jakarta: Pustaka Panjimas

Hamka. 1985. Tafsir Al Azhar Juzu’ XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas

Hermawan, B. (2018). "Tinjauan Atas Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang

Konsep Ahli Kitab dalam Perkawinan Beda Agama di Indonesia". Jurnal Studi

Hukum Islam, 5(1), 20–35.

13

(https://link.springer.com/article/10.10990/s10993-018-9478-2)

Katsir, Ibnu. 1990. Terjemahan Singkat Ibnu Katsir Jilid VI. Surabaya. PT Bina Ilmu

Khairi, Z. (2009)."Teologi Muhammadiyah (Kasus Pernikahan dengan Ahli Kitab dan

Kepemimpinan Wanita". Jurnal Ilmiah Keislaman, 8(2), 360-381.

(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814024356)

Mushtafa, Ahmad. 1989. Tafsir Al Maraghiy. Semarang: Tohaputra

Nasrullah. (2017). "Dari Tafsir Ke Pemaknaan Hukum Studi Penafsiran Abdul Hamid

Hakim Tentang Perluasan Makna Ahli Kitab dan Implikasinya terhadap

Argumentasi Perkawinan Muslim dengan Wanita Ahli Kitab". Jurnal Syahadah,

5(1), 2–43. (https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)

Nasution, K. (2018). "Pencatatan Sebagai Syarat atau Rukun Perkawinan: Kajian

Perpaduan Tematik dan Holistik". Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam,

12(2),165.(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S18770428140260

20)

Novita, A. Y. A. (2017)."Pandangan Imam Ibnu Taimiyah Tentang Perkawinanan Laki-

Laki Muslim dengan Wanita Ahlul Kitab". Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum

Islam, 1(2), 290–318. (https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-

9478-2)

Nurnazli. (2015). "Wawasan Al-Qur’an Tentang Anjuran Pernikahan". Jurnal

Pengembangan Masyarakat Islam, 8(2), 58–74.

(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)

Pardianto. (2018). "Menelisik Fenomena Nikah Siri (Sebuah Kajian Tematik dalam

Komunikasi Islam)". Jurnal Sulesana, 12(2), 129–142.

(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)

Payuyasa, I. N. (2017). "Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk dalam Program Acara

Mata Najwa di Metro TV". Segara Widya: Jurnal Hasil Penelitian, 5,14–24.

(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)

Rosyadi, I. (2007)." Pernikahan Muslim dengan Non Muslim dalam Tafsir Tematik Al-Qur’an".

Jurnal Suhuf,19(1), 1–8.

(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814026020)

Sari, Cut Purnama. (2018). "Struktur Tematik Berita Penyalahgunaan Narkoba Harian

Media Indonesia(Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk)". Jurnal Pendidikan

dan Bahasa Indonesia, 12(1), 11–26.

(https://link.springer.com/article/10.1007/s10993-018-9478-2)