Tema Isra Miraj

4
Peringatan isra’ mi’raj sebagaimana juga halnya dengan pe- ringatan maulid Nabi Muhammad saw., bukanlah suatu upacara keagamaan yang memiliki dalil Alquran dan Hadis. Namun demikian, peringatan isra’ mi’raj tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Tapi sebagian juga mengatakan dasar hukum pelaksa- naannya lebih dari sekedar mubah. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, yang terpenting adalah bagaimana supaya kaum Muslimin dapat mengambil hikmah dari peristiwa isra’ mi’raj itu. Artinya, peringatan tersebut tidak hanya sekedar kegiatan seremonial. Karena kecenderungan yang terjadi di masyarakat sekarang ini, kaum Muslimin larut dalam seremoni sehingga lupa memetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, sering kali peringatan isra’ mi’raj yang dilaksanakan dengan penuh variasi tidak meninggalkan bekas. Rasulullah saw. mengadakan perjalanan dari bumi (isra’) naik ke langit (mi’raj) sebagai bentuk pendakian rohani. Oleh karenanya, isra’ mi’raj yang senantiasa diperingati kaum Muslimin harus mampu menghidupkan akal, jiwa dan rohaninya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena esensi perjalanan isra’ mi’raj merupakan revolusi pemikiran, penghayatan dan peningkatan keimanan melalui tahapan-tahapan imaniyah (pendakian rohaniyah). Ada empat nilai yang penting dari peristiwa tersebut Pertama,peristiwa Isra’, -yang berarti perjalanan Nabi Muhammad Saw malam hari dari Masjidil Haram Mekah ke MasjilAqshaPalistina-, memberikan isyarat bahwa manusia perlu membangun komunikasi sosial- horisontal Keislaman seseorang jangan hanya diukur ketika di masjid.Sebab tidak jarang sewaktu di masjid seseorang tampak khusyuk shalatnya, namun begitu keluar dari masjid malah nyolong sandal. Saat sholat, ia tampak khusyuk, begitu di kantor atau ruangkerja, nilai khusyukan sholat ia tinggalkan. Akibatnya, ia melakukan korupsi dan manipulasi. Ada pula orang rajin ke masjid, namun dengan tetangganya tidak bisa rukun, bahkan memelihara konflik berkepanjangan hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa isra’ mi’raj adalah keteladanan moral. Peringatan isra’ mi’raj bukan hanya sekedar peringatan dari segi konteks perjalanan saja, tetapi menyangkut keteladanan Rasululullah saw., sehingga para sahabatpun tidak meragukan akan hal tersebut. Perilaku yang sangat terpuji seperti shiddiq:(jujur,ikhlas,adil), amanah:(gigih, kerjakeras, disiplin,bersih,bertanggungjawab), pathonah :(bervisi, cerdas,

Transcript of Tema Isra Miraj

Page 1: Tema Isra Miraj

Peringatan isra’ mi’raj sebagaimana juga halnya dengan peringatan maulid Nabi Muhammad saw., bukanlah suatu upacara keagamaan yang memiliki dalil Alquran dan Hadis. Namun demikian, peringatan isra’ mi’raj tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Tapi sebagian juga mengatakan dasar hukum pelaksanaannya lebih dari sekedar mubah. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, yang terpenting adalah bagaimana supaya kaum Muslimin dapat mengambil hikmah dari peristiwa isra’ mi’raj itu. Artinya, peringatan tersebut tidak hanya sekedar kegiatan seremonial. Karena kecenderungan yang terjadi di masyarakat sekarang ini, kaum Muslimin larut dalam seremoni sehingga lupa memetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, sering kali peringatan isra’ mi’raj yang dilaksanakan dengan penuh variasi tidak meninggalkan bekas.Rasulullah saw. mengadakan perjalanan dari bumi (isra’) naik ke langit (mi’raj) sebagai bentuk pendakian rohani. Oleh karenanya, isra’ mi’raj yang senantiasa diperingati kaum Muslimin harus mampu menghidupkan akal, jiwa dan rohaninya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena esensi perjalanan isra’ mi’raj merupakan revolusi pemikiran, penghayatan dan peningkatan keimanan melalui tahapan-tahapan imaniyah (pendakian rohaniyah).

Ada empat nilai yang penting dari peristiwa tersebutPertama,peristiwa Isra’, -yang berarti perjalanan Nabi Muhammad Saw malam hari dari Masjidil Haram Mekah ke MasjilAqshaPalistina-, memberikan isyarat bahwa manusia perlu membangun komunikasi sosial-horisontalKeislaman seseorang jangan hanya diukur ketika di masjid.Sebab tidak jarang sewaktu di masjid seseorang tampak khusyuk shalatnya, namun begitu keluar dari masjid malah nyolong sandal. Saat sholat, ia tampak khusyuk, begitu di kantor atau ruangkerja, nilai khusyukan sholat ia tinggalkan. Akibatnya, ia melakukan korupsi dan manipulasi. Ada pula orang rajin ke masjid, namun dengan tetangganya tidak bisa rukun, bahkan memelihara konflik berkepanjanganhikmah yang dapat dipetik dari peristiwa isra’ mi’raj adalah keteladanan moral. Peringatan isra’ mi’raj bukan hanya sekedar peringatan dari segi konteks perjalanan saja, tetapi me-nyangkut keteladanan Rasululullah saw., sehingga para sahabatpun tidak meragukan akan hal tersebut. Perilaku yang sangat terpuji seperti shiddiq:(jujur,ikhlas,adil), amanah:(gigih, kerjakeras, disiplin,bersih,bertanggungjawab), pathonah :(bervisi, cerdas, kreatif,terbuka) dan tabligh :(peduli, demokratis,gotong royong, suka membantu) serta sikap terpuji lainnya mem-buat kaumnya senantiasa yakin dan percaya pada apa yang disampaikannya. keteladanan Nabi Muhammad SAW akan perilaku-perilaku yang mulia, terpuji, murah senyum, dan berbuat baik kepada siapa sajakesucian hati adalah hati yang bersih sehingga merefleksikan pada perbuatan atau moralitas yang terpujiperingatan Isra Mi’raj harus melahirkan kesadaran akan meningkatnya keshalehan individu dan kepedulian sosial. Ritual ini juga harus mampu meningkatkan optimisme hidup untuk menghadapi segala tantangan zaman, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Kondisi seburuk apa pun, bukanlah akhir dari segalanya. Allah swt akan senantiasa menjadi sumber kebahagiaan hakiki dan tempat menggantungkan harapan.

Page 2: Tema Isra Miraj

Kedua, peristiwa mi’raj, di mana Nabi Saw kemudian naik ke Sidratul Muntaha,berjumpa dengan Allah Swt. Perjalanan spiritual itu memberikan pelajaran penting bahwa manusia harus melakukan “transedensi”, dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, sehingga terhindar dari jebakan kehidupan materialisme, yang seringkali membuat manusia kalap dan lupa diri, sehingga melakukan tindakan pelanggaran hukumyang banyak merugikan orang lainFenomena kehidupan yang dilalui oleh sebahagian kaum Muslimin begitu terlihat sangat mewah dan serba wah, tapi ternyata miskin dari sisi spritual. Kemiskinan spritual itu terjadi karena kehidupan yang serba konsumtif, hedonistis, materialistis dan sekuler sehingga mengesampingkan nilai-nilai imaniyah. Tanpa kita sadari, itu tercipta dengan sendirinya karena segalanya kita ukur dengan kekayaan materi dan akumulasi kapital, sementara dimensi spritual kita pandang sebagai komplementer, bahkan tidak masuk dalam hitungan. Gaya hidup yang terpasung dalam dunia materi menimbulkan kemiskinan spritual. Akibatnya, manusia kehilangan tali pergantungan spritual dan terlepas dari tambatan transedental, yang menyebabkan munculnya manusia-manusia yang memiliki kepribadian yang terpecah (split personality).

Ketiga, setelah Nabi Muhammad menjalani mi’raj (naik) keatas, beliau berjumpa denganTuhan, sebuah pengalaman spiritual yang sangat indah.Namun luar biasa, Nabi Saw kemudian masih mau turun kembali untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umatnya, demi keselamatan umatnya.Seandainya Nabi Saw itu orang yang egois, niscaya beliau enggan turun lagi bumi.Bukankah saat itu Nabi Saw telah berada dalam puncak kenikmatan spiritual yang sangat indah? Sebuah pertemuan antaraal-habib (pencinta) danal-mahbub(kekasih) yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Itu cermin bahwa beliau adalah manusia paripurna (insan kamil) dan seorang sufi yang otentik, yang bukan hanya shalih( baik pribadi dirinya), tetapi juga mushlih (membuat orang lain jadi baik).Peristiwa itu juga memberi pelajaran penting bahwa kita tidak boleh terjebak pada kesalehan ritual-spiritual semu. Sebab kesalehan yang otentik adalah manakala seseorang bisa membangun relasi yang harmonis dan seimbang, antara dirinya denganTuhan (hablun min Allah),dan dirinya dengan sesama manusia (habl min al-nas), termasuk alam lingkungan sekitarnyaIsra miraj Kebahagiaan yang disertai dengan kebijaksanaan inilah, yang seharusnya kita miliki. Kebahagiaan yang tidak membuat kita lupa diri. bahwa pengalam keagamaan Nabi Muhammad saw yang telah mencapai Sidratul Muntaha dan bertemu langsung dengan Allah swt, merupakan puncak kenikmatan. Sehingga, seandainya yang mengalami hal tersebut adalah manusia biasa, maka dapat dipastikan tidak akan kembali ke bumi, kembali pada kenyataan yang penuh dengan persoalan dan tantangan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Muhammad saw, kebahagiaan dan kedamaian tersebut, tidak membuatnya lupa pada tugas utamanya untuk menebar rahmat Allah swt.pelajaran berharga bagi kita sebagai umatnya. Bahwa Islam tidak mengajarkan kehidupan yang sangat individualistis (mementingkan diri sendiri), tetapi sangat mengedepankan semangat kepedulian sosial. Kita tidak boleh hanya memikirkan kebahagian dan surga untuk diri sendiri serta golongan, tetapi harus peduli dan tidak melupakan nasib sesama; apa pun posisi kita.

Page 3: Tema Isra Miraj

Keempat, dalam Isra’ Mi’raj, Nabi Saw mendapat perintah yang sangat penting yaitu perintah shalatbagaimana kita memaknai ulang pesan moral dalam ritual shalat tersebut.Jangan kita terjebak pada shalat seremonial, tanpa makna. Al-Qur’an mengkrtik orang-orang yang shalat sebagai pendusta agama dan masih akan celaka, jika mereka lalai akan pesan moral di balik ajaran shalat. Seolah Allah Swt berpesan kepada kita, wahai umat Islam, kalian itu ma’af“ (sujud-rukuk), tidak ada gunanya, jika tidak membuahkan kesadaran moral dalam hidup kalian. Jadi, ritualitas itu harus membuahkan kesalehan moralHikmah yang dapat diperoleh dari pelaksanaan isra’ mi’raj dalam pembinaan rohani dan pemantapan keimanan adalah shalat

Shalat sesungguhnya mengajarkan kepada kita semua akan pentingnya disiplin waktu, Di dalam shalat terkandung pesanke-tawadlu’an(rendah hati), Shalat mengajarkan kita akan pentingnya menebar nilai kedamaian dan keharmonisan

tujuan utama shalat adalah berdzikir (mengingat) kepada Allah swt. Dzikir atau shalat yang dilakukan dengan khusyu akan mendatangkan ketentraman jiwa serta kebahagiaan hidup. Namun demikian, keberhasilan shalat seseorang tidak hanya untuk dirinya saja; tidak hanya untuk melahirkan ketentraman dan kebahagiaan bagi dirinya. Tetapi, shalat seseorang harus menimbulkan atsar (bekas) bagi perilaku sosialnya.

bahwa shalat yang benar akan menumbuhkan berbagai macam kebajikan. Seperti tumbuhnya kesadaran berinfaq, berzakat, menghindarkan diri dari zina dan perilaku sia-sia, serta menjaga amanat baik dari Allah swt maupun sesama manusia

Orang yang telah melaksanakan shalat dengan baik, juga diharapkan akan mampu terhindar dari sifat kikir serta berkeluh kesah, tidak melaksanakan perbuatan keji dan tercela. Bahkan, Rasulullah saw pernah mengingatkan, bahwa shalat yang tidak mampu mencegah perbuatan keji dan munkar, tidak akan menambah apa-apa kecuali hanya semakin menjauhkan diri pelakunya dari Allah swt