TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959...

79
TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959-2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : EDO NABIL AROVI 216-14-003 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

Transcript of TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959...

Page 1: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI

INDONESIA TAHUN 1959-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Humaniora (S.Hum)

Oleh :

EDO NABIL AROVI

216-14-003

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

Page 2: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi
Page 3: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Edo Nabil Arovi

NIM : 21614003

Fakultas : Ushulluddin, Adab dan Humaniora

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Menyatakan bahwa naskahskripsi saya berjudul “Tema Islami dalam

Genre Film di Indonesia Tahun 1959-2008“ adalah benar-benar hasil

penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

sumbernya berdasakan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiatisme. Jika

kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, 08Oktober 2018

Yang menyatakan,

Edo Nabil Arovi

Page 4: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Edo Nabil Arovi

NIM : 21614003

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Judul : Tema Islami dalam Genre Film di

Indonesia Tahun 1959-2008

telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 08 Oktober 2018

Pembimbing

Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A.

Page 5: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara Edo Nabil Arovi dengan Nomor Induk Mahasiswa

21614003 yang

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

Jalan Nakula Sadewa VA/No. 09 Salatiga 50721 Telp (0298)

323706 Fax. 323433

Page 6: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Masa depan bergantung dari sekarang, jika anda melakukannya

dengan sangat baik bagi hidup anda, maka sejarah anda akan bermakna.

Jangan pernah mengeluh dan mengatakan tidak bisa, lakukan hal

apapun (jika itu baik) dengan selalu bersyukur dan ikhlas”.

(Edo Nabil Arovi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta yang

telah memberi dukungan materi dan moral serta tak pernah lelah

mendoakan saya.

Untuk Bapak Haryo Aji yang selalu sedia membimbing disetiap kesulitan

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk Ayahanda tercinta, Mohammad Akhsin, yang selalu bekerja

keras demi kelangsungan hidup saya.

Teruntuk Ibunda tercinta, Dyah Anggraini, yang selalu mendoakan saya

dalam keadaan apapun.

Teruntuk Kakak Tercinta. Hanif Aditya Iga Nugraha, yang menjadi

teman dalam kehidupan saya.

Page 7: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

vi

Teruntuk keluarga besar Bani Rastawi dan Keluarga Mbah Suwarno yang

selalu mendukung dan memberi semangat kepada saya.

Teruntuk orang terkasih yang selalu mensuport dan membantu saya

dalam penyelesaian skripsi ini.

Teruntuk sahabat dan keluargaku mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

angkatan 2014.

Teruntuk teman-teman HMI Cabang Salatiga yang telah membantu saya

memberikan inspirasi dan pengalaman hidup saya.

Teruntuk keluarga besar IMKS yang telah bersediameluangkan waktunya

untuk berbagi inspirasi.

Untuk teman-teman seperjuangan yang selama ini menemai saya hingga

detik ini. Terima Kasih.

Page 8: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

vii

ABSTRAK

Perkembangan film religi Islam telah banyak mewarnai wajah

perfilman Indonesia yang tidak bisa terlepas dari pengaruh modernisasi

terhadap nilai-nilai budaya Islam dalam masyarakat. Film religi Islam

merupakan kajian media visual berisikan nilai-nilai dasar dan simbol-

simbol agama Islam dengan tujuan dakwah yang dimaksudkan untuk

mengenalkan Islam dalam ruang publik. Mengenai film bertemakan

Islam tidak bisa terlepas dari pengaruh kebangkitan Islam pasca

kemerdekaan Indonesia, dimana terjadi pergulatan politik antar dua kubu

besar, yaitu Komunis dan Islam. di Indonesia pada masa Orde Baru

memang baru menggeliatnya kajian atau budaya Islamisme yang

menginspirasi para mahasiswa dan orang-orang kelas menengah untuk

gencar-gencarnya membuat gerakan Islamisasi. Meningkatnya jumlah

perempuan berjilbab dan munculnya budaya pop bertema Islam, seperti

novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

indikator yang signifikan yang menunjukkan identitas Islam yang di

ekspresikan dalam ruang publik.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah,

dimana terdapat metode heuristik, verifikasi, intepretasi, dan hisoriografi

dengan menggunakan perspektif Islam. Penelitian ini dilakukan karena

melihat banyaknya perbincangan mengenai film-film bertemakan Islam

yang relatif potensial untuk dijual.

Kata Kunci : Film Religi , Film, Budaya, Islam.

Page 9: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi allah swt, tuhan semesta alam, yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua. Sehingga penulis

mampu menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini dengan lancar.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabiyullah nabi

muhammad saw beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan tabiin-tabiin.

Sungguh suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi penulis dalam mencari,

mengumpulkan, menyeleksi, menganalisis, dan menulis data-data yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Namun berkat usaha, kesabaran, dan

do‟ a akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana humaniora. Adapun judul skripsi

ini adalah “Tema Islami dalam Genre Film di Indonesia Tahun 1959-2008”

penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana berkat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab,

dan Humaniora IAIN Salatiga.

3. Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos. M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam IAIN Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi

penulis yang berkenan memberikan pengarahan, meluangkan waktu serta

mencurahkan waktu dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

4. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Jurusan Sejarah

Peradaban Islam yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

Page 10: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

ix

Page 11: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................ ii

Persetujuan Pembimbing...................................................................... iii

Pernyataan Kelulusan ........................................................................... iv

Motto Dan Persembahan ...................................................................... v

Abstrak ................................................................................................. vii

Kata Pengantar .................................................................................... viii

Daftar Isi ............................................................................................. x

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ..... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ......................................................... 6

E. Kerangka Konseptual .................................................. 7

F. Metode Penelitian ....................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ................................................. 14

II. PERFILMAN NASIONAL TAHUN 1900-1959..................... 16

A. Lahir dan Perkembangan Indusri Film di Indonesia .... 16

B. Perfilman Indonesia Masa Penjajahan hingga Peralihan

...................................................................................... 20

1. Film Propaganda .................................................... 20

2. Film Perjuangan ..................................................... 24

C. Perkembangan Film Nasional di Indonesia ................. 26

III. AKHLAK ISLAMIYAH DALAM FILM RELIGI ISLAM

TAHUN 1959-2000 .................................................................... 29

A. Lonjakan Pertama Film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”

...................................................................................... 29

B. Genre Film Religi bertemakan Islam ........................... 31

1. Film Religi Sejarah dan Mitos .............................. 32

Page 12: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

xi

2. Film Religi Drama-Musikal ................................... 34

3. Film Religi Horor ................................................... 35

C. Pengaruh Islam dalam Film Indonesia Masa Orde Baru

...................................................................................... 36

IV. DOMINASI PERCINTAAN DALAM FILM RELIGI ISLAM

TAHUN 2000-2008 .................................................................... 40

A. Dari Foklor hingga Ekranisasi Novel ........................... 40

B. Film Ayat-Ayat Cinta : “Booming-nya” Film Religi Islam

di Indonesia .................................................................. 42

V. PENUTUP .................................................................................. 46

A. Kesimpulan ................................................................. 46

B. Saran............................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 49

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi
Page 14: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film layar lebar sudah menjadi tontonan yang relatif diminati oleh

masyarakat secara luas di Indonesia. Dua dekade terakhir, produksi film di

Indonesia telah meningkat pesat baik kualitas maupun kuantitas, yang bukan

hanya diminati oleh warga Indonesia sendiri, namun dikenal di negara lain

juga menikmati film indonesia. Seperti misalnya, film Tjoet Nja’ Dhien

(1988), film yang menceritakan tentang perjuangan Pahlawan Naional

melawan penjajah yang dibintangi oleh Cristine Hakim dan disutradarai oleh

Eros Djarot berhasil mengundang penonton sebanyak 214 ribu penonton dan

menjadi film pertama yang diputar dalam Festival Film Channes.1 Kemudian

film The Mirror Never Lies atau Laut Bercermin (2001) dengan

sutradaranya Kamila Adini berhasil diputar di sejumlah festival

internasional, seperti Busan International Film Festival,Vancouver

International Film Festival, Mumbai Film Festival, Tokyo International Film

Festival, Seattle International Film Festival, dan Melbourne International

Film Festival. Film Ini juga memenangkan Naskah Asli Terbaik dalam

Festival Film Indonesia tahun 2001.2 Itulah beberapa prestasi yang diraih

para sineas Indonesia yang sukses dengan filmnya.

Namun, jika dilihat dari perkembangannya, kemunculan “gambar

Idoep” atau perfilman Indonesia mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia

sejak awal abad ke-20.3 Hal ini dapat dilihat dari sejumlah iklan di surat

kabar pada masa itu.4 Kemunculan film Indonesia tidak terlepas dari

1https://www.liputan6.com/showbiz/read/2471476/8-film-indonesia-yang-sukses-

mendunia, diakses pada 4 September 2018 pukul 11.31 WIB. 2Ibid.

3Biran, Misbach Yusa,Sejarah Film 1900-1950,Cet. II, Komunitas Bambu dan

Dewan Kesenian Jakarta, (Jakarta: 2009), hlm. xvi. 4Iklan dari De Nederlandsche Bioscope Maatschappij yang dipasang di suratkabar

Bintang Betawi, Jumat 30 November 1900 menyatakan “...bahoewa lagi sedikit hari ija

Page 15: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

2

kebudayaan yang dibawah oleh orang-orang Eropa untuk menonton sebuah

panggung hiburan yang bertransformasi dari era tradisional seperti

pertunjukan opera menuju ke era digital seperti film.

Pada awalnya hanya dikenal film hitam putih dan tanpa suara atau

dikenal dengan sebutan “film bisu”. Di Indonesia, film bisu pertama kali

diproduksi tahun 1926 dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” oleh perusahaan

NV Java Film Company, dan diputar pertama kali pada Jum’at malam, 31

Desember 1926, di Bioskop Elita dan Oriental.5 Setelah berakhirnya film

bisu, kemudian berkembang pula “film bicara” yang dibuat untuk penonton

utama kalangan Cina yang berjudul “Boenga Roos dari Tjikembang” oleh

perusahaan Cino Motion Picture pada tahun 1931.6

Seiring perkembangannya, film Indonesia memproduksi berbagai

macam film dengan genre yang cukup bervariasi. Misalnya film horror,

komedi, drama, action,thriller, bahkan religi yang bertemakan Islam dalam

dua dekade terakhir.

Sebenarnya, film-film bertemakan Islam pada dasarnya cukup

mendominasi dalam berbagai genre yang berkembang. Apabila dari film

tersebut menceritakan tokoh Kyai atau sesuatu yang mengidentik-kan agama

Islam seperti sholat, mengaji, dakwah, dan lain sebagainya, itu sudah

menunjukkan identitas Islam dalam film dan bisa disebut film religi Islam.

Namun ada beberapa faktor yang masih diperbincangkan mengenai karakter

film religi Islam.

nanti kasi lihat tontonan amat bagoes jaitu gambar-gambar idoep dari banyak hal...”.

Dalam suratkabar yang sama terbitan Selasa 4 Desember 1900, ada iklan yang berbunyi“...besok hari Rebo 5 Desember PERTOENJOEKAN BESAR JANG PERTAMA di

dalam satoe roemah di Tanah Abang Kebondjae (MANAGE) moelain poekoel TOEDJOE

malem...”. 5Ibid, hlm. 68.

6Biran, Misbach Yusa,Sejarah Film 1900-1950,hlm. 94.

Page 16: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

3

Genre film religi Islam sendiri mulai menggeliat ketika masa Orde

Baru, ketika revolusi Islam besar-besaran yang terjadi di Iran tahun 1979

membuat banyak negara di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia

mulai mengadopsi budaya pop bertema Islam, seperti novel, progam televisi,

sinetron-film, lagu-lagu dan sebagainya merupakan indikator yang

signifikan yang menunjukkan bagaimana identitas Islam telah diekspresikan

dalam ruang publik.7 Didukung pula dengan menggeliatnya para pelajar dan

cendekiawan muslim di Indonesia yang mencoba mengapresiasikan identitas

Islam dalam ruang publik melalui berbagai media, termasuk film.

Asrul Sani, seorang sutradara legendaris, telah memproduksi

beberapa film religi, seperti “Titian Serambut Dibelah Tujuh” dan “Al-

Kautsar”. Film-film lain yang cukup populer di era 80-an adalah film

“Sunan Kalijaga” atau “Walisongo”. Namun film-film religi pada periode

revormasi berbeda dengan film-film pada periode Orde Baru. Film-film

religi dalam dua dekade terakhir dinilai sebagai komoditas yang potensial

untuk dijual. Akibatnya film-film religi seringkali dituduh hanya menjadikan

nilai-nilai Islam sebagai bagian dari strategi pemasaran. Nilai-nilai Islam

yang ditampilkan hanyalah kemasan yang membungkus kisah romantik yang

menjadi narasi dari film tersebut.8

Namun dari kalangan lain, khususnya anak muda, belakangan mulai

menaruh perhatiannya terhadap film yang bertemakan cinta, oleh karena itu

Hanung Bramantyo, seorang sutradara, melihat peluang untuk membuat film

yang diangkat dari novel yang berjudul “Ayat-Ayat Cinta” karangan

Habiburrahman Saerozi yang merupakan film bertemakan cinta dibalut

dengan nuansa Islami. Film ini menjadi histori tersendiri, mengingat film ini

berhasil meraih jumlah penonton yang relatif sukses yakni sebanyak tiga juta

penonton hanya dalam tiga minggu pertama sejak film itu diputar.

7Thesis.umy.ac.id/../PNLT1745.pdf, hlm. 2. Diakses pada hari Sabtu, 6 Mei 2017

pukul 17.15 WIB. 8 Thesis.umy.ac.id/../PNLT1744.pdf, hlm. 3. Diakses pada hari Sabtu, 6 Mei 2017

pukul 17.20 WIB.

Page 17: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

4

Pencapaian lain dari film ini adalah film ini disaksikan oleh masyarakat dari

berbagai kelas dalam masyarakat, yang menarik adalah film ini berhasil

membawa komunitas religiusuntuk pergi ke bioskop, padahal sebelumnya

mereka tidak pernah berkunjung ke bioskop karena dianggap sebagai tempat

yang tidak Islami.9

Karena hal tersebut maka peneliti ingin meneliti lebih mendalam

tentang film religi bertemakan Islam utamaya mengenai pengertian,

karakter, dan perkembangannya dengan latar belakang budaya keagamaan

dan politik tertentu terkait film religi Islam yang belakangan banyak

diadopsi dari novel-novel tentang percintaan, persahabatan, baik dari

kalangan remaja, hingga dewasa sehingga nantinya dapat menjadikan bahan

diskusi yang menarik untuk dibicarakan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Spasial

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang film religi Islam

tahun 1959 sampai tahun 2008 mulai dari sejarah perfilman nasional, jenis-

jenis perfilman nasional, munculnya genre film religi bertemakan Islam,

perkembangan film religi Islam masa orde baru, sampai citra film religi

Islam pasca orde baru (masa reformasi) dan tanggapan masyarakat mengenai

film religi Islam di Indonesia.

2. Batasan Temporal

Pada penelitian ini peneliti akan membatasi kajian penelitian mulai

dari tahun 1959, karena pada tahun tersebut mulai berkembang film-film

bertemakan Islam yang awalnya adalah untuk mengajarkan ajaran agama

Islam dan akhlak dalam hidup melalui film “Titian Serambut dibelah Tujuh”

yang nantinya seiring dengan perkembangannya film religi mulai terdapat

unsur percintaan seperti yang terdapat dalam film “Ayat-Ayat Cinta” tahun

2008.

9Thesis.umy.ac.id/../PNLT1745.pdf, hlm. 3. Diakses pada hari Sabtu, 6 Mei 2017

pukul 17.20 WIB.

Page 18: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

5

Berdasarkan pada latar belakang dan jenis penelitian, maka

perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi perfilman nasional tahun 1900-1959 ?

2. Bagaimana perkembangan film religi bertemakan Islam tahun

1959-2000 ?

3. Mengapa unsur percintaan mendoninasi film religi bertemakan

Islam tahun 2000-2008 ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan

Penelitian tentang perkembangan film religi di Indonesia pada

tahun 1959-2008 mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi perfilman nasional tahun 1900-1959.

2. Mengetahui perkembangan film religi bertemakan Islam tahun

1959-2000.

3. Mengetahui alasan unsur percintaan mendominasi film religi

bertemakan Islam tahun 2000-2008.

b. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan di bidang sejarah

maupun perfilman bahwa perfilman Indonesia khususnya film

religi bertemakan Islam merupakan suatu perkembangan media

massa visual dengan latar belakang budaya keagamaan dan

politik tertentu yang dapat menjadi inspirasi bagi penelitian

selanjutnya terkait film religi di Indonesia.

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum yang ingin

mengetahui perkembangan perfilman Indonesia khususnya

perkembangan film religi dari tahun 1959 – 2008.

Page 19: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

6

D. Kajian Pustaka

Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan

dan berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada

sebuah penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas, pembicaraan

mengenai perfilman Indonesia dan perkembangannya memang bukan

merupakan suatu hal yang baru, akan tetapi karya tulis yang meneliti tentang

perkembangan film religi Islam dari tahun 1959-2008 belum ditemukan.

Diantara beberapa karya ilmiah yang pernah mengupas tentang

perkembangan film di Indonesia adalah buku karangan Misbach Yusa Biran

yang berjudul “Sejarah Film 1900-1950” membahas tentang kemunculan,

pembuatan, serta perkembangan film di Indonesia. Dimana pada awalnya

masyarakat Indonesia membutuhkan suatu hiburan seperti seni pertunjukan

Opera, Wayang dan seni tari lainnya. Namun setelah kemunculan film,

panggung hiburan banyak berubah menjadi tempat Layar Tancep (Bioskop).

Pasang surut industri perfilman pun cukup mewarnai pertumbuhan film

indonesia, mulai dari pemikiran para produser menganut pada penonton,

orang panggung tidak berkembang, serta pada saat penjajahan jepang, film

dijadikan sebagai media propaganda, yang membuat para produser film

tidak dapat berekspresi dengan bebas.Namun di dalam buku tersebut tidak

menjelaskan tentang pemikiran religiusitas, sehingga tidak dapat

menjelaskan tentang pertumbuhan, serta perkembangan film religi.

Dalam sumber lain, peneliti juga menemukan skripsi karya Nur

Fatimah yang berjudul “Produksi Film Dokumenter Religi : Bukan Seperti

Miskin Tidak Seperti Kaya” tahun 2015 juga menjelaskan tentang kajian-

kajian film dokumen bergenre religi mulai dari pengertian, tipe, sampai

proses produksi film dokumenter religi. Namun peneliti tidak menemukan

perkembangan film religi dari masa ke masa. Karena penulis lebih

menonjolkan proses produksinya mulai dari rancangan dan desain,

implementasi sampai hasilnya.

Page 20: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

7

Peneliti juga menemukan tulisan lain, dalam jurnal yang berjudul

“New Wave of Islamic Feminism in the Religious Film Ketika Cinta

Bertasbih 2” karya Lukman Hakim, yang membahas tentang warna baru

dalam islam feminim diimplementasikan dalam film Religi Ketika Cinta

Bertasbih 2. Yang merupakan representasi dari gerakan feminism Islam

yang mencoba mendekonstruksi pandangan para muslim fundamentalis yang

mensubordinasi perempuan dalam relasinya dengan laki-laki, baik di ranah

pendidikan, politik, ekonomi, sosial maupun di ruang domistik, dengan tetap

mendasarkan pada rasionalitas agama yang dikontekstualisasikan dengan

realitas sosial kontemporer dan tradisi lokal. Namun peneliti tidak

menemukan sisi perkembangan film religinya, melainkan lebih menjelaskan

tentang karakter feminisme Islam dalam film religi KCB 2.

Dalam jurnal lain dengan judul “Dakwah Dalam Film Islam di

Indonesia (Antara Idealisme dan Komoditas Agama)” karya Hakim Syah,

yang hampir menyerupai penelitian ini menjelaskan tentang pengertian film

Islam dan perkembangan film Islam di Indonesia secara garis besar, namun

peneliti tidak menemukan kesamaan antara karya tulis tersebut dengan

penelitian ini,melainkan karya tulis tersebut lebih mengarah tentang

ideologisme dalam film Islam, berbeda dengan penelitian ini yang lebih

membahas tentang perkembangan secara lebih spesifik tentang film religi

Islam.

E. Kerangka Konseptual

Dalam kajian ini, penulis membuat kerangka konseptual berdasarkan

pengertian dan fungsinya. Menurut Sifaul Fauziyah, dalam skripsinya, film

adalah perpaduan dari berbagai unsur seni, yaitu seni akting, seni musik,

seni tari, seni tulis atau sastra dan sebagainya. Film tidak terlepas dari

skenario atau naskah. Naskah film seperti naskah-naskah drama pada

umunya dan merupakan bentuk karya sastra tertulis, yang didalamnya

Page 21: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

8

terkandung ide, gagasan, pesan, ajaran yang diungkapkan dalam bentuk

cerita dan selanjutnya divisualisasikan.10

Lebih jauh, film merupakan gambaran dan realitas sosial yang

terjadi di masyarakat yang disajikan kembali dengan logika dan sistematik.

Media film ini juga sebagai salah satu sarana bagi umat Islam dalam

melaksanakan kewajiban menyampaikan pesan untuk mengajak kepada

kebaikan. Seiring dengan perkembangan zaman, film pun mengalami

perkembangan genre, mulai dari film bergenre horror, komedi, drama,

action, thriller, bahkan religi dalam dua dekade terakhir, yang mana ini

merupakan kabar gembira bagi kita umat Islam untuk proses penyampaian

pesan kebaikan kepada khalayak umat.

Menurut The Liang Gie (1976), tema merupakan ide pokok yang

dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya seni dapat dipahami

atau dikenal melalui pemilihan subject matter (Pokok soal) dan judul karya.

Pokok soal dapat berhubungan dengan nilai estetis atau nilai kehidupan.

Contohnya dalam kajian ini adalah mengenai film religi Islam di Indonesia.

Menurut Alicia, dalam bukunya Gender and Islam in Indonesian

Cinema, menjelaskan bahwa film bergenre religi Islam adalah film yang

dibuat oleh orang Islam untuk tujuan dakwah dan dibuat sebagaimana

mungkin menggunakan audiovisual sehingga para penonton bisa mengetahui

dan beranggapan bahwa film tersebut adalah film Islam.11

Sedangkan menurut M.J. Wright, dalam bukunya, Religion and film:

an introduction(2007). Film religi merupakan film yang didalamnya terdapat

unsur atau gagasan-gagasan agama yang bersumber dari kitab suci,ritual

atau aktivitas kegamaan, serta komunitas agama, bahkan menampilkan

10

Sifaul Fauziyah, Representasi Pesan Sedekah dalam Film Kun Fayakun,

Yogyakarta : Fakultas Dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Kalijaga, 2012, hlm. 6. 11

Alicia Izharuddin, Gender and Islam in IndonesianCinema, 2017, Kuala Lumpur:

Palgrave Macmillan, hlm. 40.

Page 22: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

9

secara implisit tentang ideologi, life style, keramahtamahan, dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan.12

Dalam beberapa film religi yang ditayangkan di Indonesia, selain

untuk menunjukkan citra Islam tujuan lainnya adalah untuk berdakwah.

Samsul Munir Amin, dalam bukunya Ilmu Dakwah (2009) menyebutkan

bahwa dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan

seorang muslim, dimana esensinya berada pada ajakan dorongan (motivasi),

rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran

agama Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan

untuk kepentingan pengajaknya.13

Sejalan dengan gagasan yang dikemukakan budayawan

Kuntowijoyo, dalam bukunya, Muslim Tanpa Masjid (2001), hendaknya

umat Islam juga memahami dan menyeru kepada kebaikan, terutamanya

dalam hal menyampaikan dakwah secara terang-terangan dalam bentuk

media apapun.14 Lebih jauh, kuntowijoyo mengatakan bahwa umat Islam

dalam berdakwah sebenarnya mempunyai pekerjaan rumah. Salah satunya

adalah perubahan sistem pengetahuan. Yaitu pengetahuan tentang aktualisasi

Islam dalam masyarakat luas.15 Melalui media film religi bisa menjadi

bagian dari aktualisasi Islam dalam masyarakat luas, sehingga dapat

tersampaikan nilai-nilai Islam di dalam masyarakat modern yang dimulai

dalam satu dekade terakhir.

Setelah melakukan dakwah maka output-nya adalah akhlak yang

baik. Imam Al-Ghazali, dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din, Juz III,

menjelaskan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia

yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan

12

M.J. Wright, Religion and film: an introduction, ib. Tauris, London & New York,

2007, hlm. 2-6. 13

Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta, Amzah, 2009, hlm. 6. 14

Kuntowijoyo.,Muslimtanpa Masjid, Bandung : Mizan, 2001, hlm. 136. 15

Ibid.

Page 23: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

10

pemikiran ataupun pertimbangan.16 Akhlak sendiri menempati posisi yang

sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama Islam

itu selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia,

yang disebut al-akhlâq alkarîmah. Akhlakiyah (moralisme) menjadi karakter

Islam karena akhlakiyah merasuk kedalam semua eksistensi Islam dan

dalam semua ajarannya, sampai kepada akidah, ibadah, dan mu'amalah, serta

masuk ke dalam politik dan ekonomi.17

Kemudian konsep yang terakhir adalah mengenai percintaan dalam

perspektif Islam. Erich Fromm dalam bukunya The Art of loving, Erich

Fromm (1983) menyatakan bahwa cinta sebagai alat untuk mengatasi

keterpisahan manusia,sebagai pemenuhan kerinduan akan kesatuan.tetapi di

atas kebutuhan eksistensi dan menyeluruh itu, timbul suatu kebutuhan

biologis, yang lebih spesifik yaitu keinginan untuk menyatu antara kutub-

kutub jantan dan betina. Ide pengutupan ini diungkapkan dengan adanya

mitos bahwa pada mulanya laki-laki dan wanita adalah satu, kemudian

mereka dipisahkan menjadi setengah setengah dan sejak itu sampai

seterusnya, setiap laki-laki terus mencari belahan wanita yang hilang dari

dirinya untuk bersatu kembali dengannya.18

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian sejarah, peneliti menggunakan metode penelitian

sejarah diantaranya yaitu :

A. Heuristik

Tahap pertama adalah heuristik atau mencari sumber.

Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia

16

Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz III, (Mesir: Isa Bab al-Halaby, tt.), hlm. 53.

17 Mahmud Thohier, Kajian Islam Tentang Akhlak dan Karakteristiknya, (Jurnal

Sosial dan Pembangunan: Volume XXIII No. 1 Januari-Maret 2007), LPPM-UNISBA, 2007, hlm. 2.

18 Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm. 419.

Page 24: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

11

yang menunjukkan segala aktivitasnya di masa lampau baik

berupa peninggalan-penilnggalan maupun catatan-catatan.19

Pada tahap ini, peneliti akan mencari sumber yang berkaitan

dengan film religi, perkembangan film religi di Indonesia sejak

kemunculan film “Titian Serambut dibelah Tujuh” (1959)

sampai film “Ayat-Ayat Cinta (2008).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk

mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk

menyusun penelitian ini yaitu :

Lokasi atau tempat penelitian berada di Sinematek

Indonesia, tepatnya Gedung Pusat Perfilman Nasional H. Usmar

Ismail, yang berada di Jl. HR. Rasuna Said, RT.2/RW.5, Karet

Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan. Peneliti menjadikan

lokasi tersebut sebagai prioritas utama dan selanjutnya di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yang berada di Jl.

Medan Merdeka Selatan No. 11 Senen, Gambir, RT.11/RW.2,

Gambir, Jakarta Pusat, sebagai lokasi kedu. Alasan lain peneliti

mengadakan penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan

sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian berada di

daerah tersebut.Adapun sumber fisik dalam penelitian ini adalah

koran, arsip, buku, karya tulis, jurnal, maupun film yang

berkaitan dengan tema penelitian.

Adapun sumber-sumber yang penulis dapatkan dari

Sinematek Indonesia adalah sumber berupa, buku katalog film

tahun 1926-2007, buku karangan Usmar Ismail, daftar bioskop

di Indonesia, daftar penonton tahun 1926-2007, foto tokoh

pendiri industri film pertama di Indonesia, The Teng Chun, dan

tokoh yang mempengaruhi perkembangan film di Indonesia,

Asrul Sani, dan Misbach Yusa Biran. Dan beberapa kliping

berisi koran-koran tentang film Darah dan Do’a, Untuk Sang

19

Prof. A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012, hlm.

27.

Page 25: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

12

Merah Putih, Kenangan Revolusi, Bungan Bangsa, Sunan

Kalijaga, Walisongo, poster Tengkorak Hidoep, poster Loetoeng

Kasaroeng, dan Ayat-Ayat Cinta.

Sumber lain yang penulis dapatkan pula dari

Perpustakaan Nasional adalah daftar buku berisikan sinopsis dari

judul film dari tahun 1950-1990, buku-buku tentang

perkembangan perfilman di Indonesia, terutama pada masa orde

baru.

B. Verifikasi

Dalam penulisan sejarah dikenal ada dua macam jenis

sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder, sumber

primer adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala

sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat

mekanis. Sumber sekunder, merupakan kesaksian dari siapapun

yang bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada

peristiwa yang dikisahkan.

Pada tahap ini, peneliti mencoba memilah dan memilih

sumber-sumber yang telah ditemukan, antara lain adalah sumber

primer berupa dokumen, berupa lampiran yang berisi daftar

judul film dari tahun 1926-2007 berbentuk buku katalog, dari

sumber tersebut penulis dapat mengetahui film-film yang

berkaitan dengan film Religi bertemakan Islam, dengan cara

melihat sinopsis dari setiap film yang penulis kaji. Lampiran

koran yang berisi tentang berita, opini, kritikan tentang film

Darah dan Do’a, Untuk Sang Merah Putih, Kenangan Revolusi,

Bungan Bangsa, Sunan Kalijaga, Walisongo, Poster Tengkorak

Hidoep, Poster Loetoeng Kasaroeng, Ayat-Ayat Cinta, dari data

tersebut penulis mendapatkan mengetahui informasi mengenai

keberadaan film pada periode tersebut, karena berkaitan dengan

Page 26: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

13

proses perjalanan film religi dari masa Orde Baru hingga Masa

Revormasi.

Sumber primer berupa foto dan video, yaitu foto pendiri

industri perfilman pertama di Indonesia, The Teng Chun, dan

beberapa foto tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan

dunia film di Indonesia, H. Usmar Ismail, Asrul Sani, Misbach

Yusa Biran, dan foto-foto bioskop masa lalu dari berbagai kota

di Indonesia. Termasuk juga film Titian Serambut di Belah

Tujuh, Al-Kaustar, Sunan Kalijaga, Darah dan Do’a, Ayat-Ayat

Cinta.

Sumber sekunder diperoleh dari beberapa referensi buku,

jurnal, ataupun artikel yang berkaitan dengan film religi

bertemakan Islam.

C. Interpretasi

Tahap selanjutnya adalah intepretasi atau penafsiran

sejarah. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-

data atau sumber-sumber yang diperoleh yang akhirnya

dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh

atau disebut dengan historiografi. Setelah peneliti

mengkomunikasikan hasil penelitiannya maka disebut tulisan

atau karya sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah

dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi suatu kesatuan

yang harmonis dan masuk akal.20

D. Historiografi

Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses

kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan

sejarah. Proses penelitian dilakukan agar fakta-fakta yang

sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan, sehingga

20

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode Penelitian Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2012,

hlm. 31-32.

Page 27: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

14

menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk

narasi kronologis.

Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta

sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah

bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap

data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu

bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga

untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan

struktur dan gaya bahasa penulisannya. Sejarawan harus

menyadari dan berusaha agarorang lain dapat mengerti pokok-

pokok pemikiran yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan, peneliti akan membahas beberapa hal

yang sekiranya penting dan bersangkutan dengan tema atau judul dalam

penelitian ini.Pada bab satu, peneliti akan membahas mengenai latar

belakang permasalahan, rumusan masalah yang ada dalam penelitian

tersebut, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konseptual yang

digunakan dalam penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

Pada bab dua, peneliti akan mengutarakan kondisi perfilman

nasional indonesia tahun 1900-1959. Mulai dari lahir dan berkembangnya

industri film di Indonesia, Perfilman Indonesia masa penjajahan hingga

peralihan meliputi film propaganda, film perjuangan, dan film hiburan. Dan

perkembangan film nasioanl di Indonesia.

Pada bab tiga peneliti lebih meneliti tentang perkembangan film

religi bertemakan Islam tahun 1959-2000. Mulai dari lonjakan pertama dari

film ”Titian Serambut Dibelah Tujuh”, genre film bertemakan Islam

meliputi film religi sejarah, film religi drama-musikal, dan film religi horor.

Dan pengaruh Islam dalam film Indonesia masa Orde Baru.

Page 28: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

15

Pada bab empat ini, peneliti akan menjelaskan tentang dominasi

percintaan dalam film religi Islam tahun 2000-2008. Mulai dari foklor

hingga ke ekranisasi novel, danfilm Ayat-Ayat Cinta : Boomingnya” film

religi Islam di Indonesia.

Bab terakhir adalah penutup, pada bab ini akan dijelaskan mengenai

kesimpulan terhadap suatu keseluruhan penelitian yang telah terlaksana dan

pada bab ini pula akan ditambahkannya saran-saran terhadap peneliti.

Page 29: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

16

BAB II

PERFILMAN NASIONAL TAHUN 1900-1959

A. Lahir dan Perkembangan Industri Film di Indonesia

Pada tahun 1911-an, film-film di wilayah Hindia Belanda mulai

bermunculan dan hanya membuat sebuah film dokumenter, atau hanya

sekedar mendokumentasikan apa yang nampak, bahkan cara perekamannya

sangat kuno, yaitu hanya dengan meletakkan kamera di sudut ruangan atau

dengan merekam secara langsung dari aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan oleh orang-orang Belanda dan pribumi pada waktu tersebut. Salah

satu contoh dari film Dokumenter yang dibuat di Hindia Belanda adalah film

rekaman Pasar Gambir (Miniatur Jakarta Fair) yang film-film tersebut

masih tersimpan baik di Pusat Audio-Visual Kerajaan Belanda.21 Industri

film sendiri di wilayah Hidia Belanda mulai berdiri pada tahun 1926, yaitu

perusahaan NV Java Film Company yang didirikan oleh L. Heuveldorp dari

Batavia dan G. Krugers dai Bandung, dengan film pertamanya berjudul

Loetoeng Kasaroeng buatan L. Hoveldorp.22

Pertunjukan perdana film Loetoeng Kasaroeng diadakan pada Jumat

malam, 31 Desember 1926, di Bioskop Elita dan Oriental. Sejak 30

Desember 1926, iklannya antara lain dimuat di koran Kaoem Moeda dan De

Indische Telegraaf.23Dan ketika film tersebut dimuat di dalam koran, sudah

wajar jika film tersebut ditambah bubu propaganda. Dalam Kaoem Moeda,

film Loetoeng Kasaroeng disebut film yang ditunggu-tunggu oleh penduduk

Bandung, karena pembuatan film tersebut berada di sekitar Bandung.

Setelah keberhasilan film Loetoeng Kasaroeng, garapan selanjutnya

adalah film Eulis Atjih, sebuah film rumah tangga modern, bukan lagi cerita

dongeng kuno. Setelah selesai diproduksi, film tersebut diputar pertama kali

21

Misbah Yusa bIran, Sejarah Film tahun 1900-1950, hlm. 54. 22

Ibid,hlm. 60. 23

Ibid, hlm. 68.

Page 30: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

17

di Bioskop Bandung pada Agustus 1927. Hasilnya kurang memuaskan,

karena penataannya masih kurang sempurna, walaupun tekniknya tidak

kalah dari film luar negeri. Namun setelah film Eulis Atjih di putar di

Singapura, Eropa, dan Amerika, Universal Picture Coy. di Amsterdam, First

National di Singapura, dan Film Arts Guild di New York memberikan

pinjaman obligasi sebesar f 25.00. yang terbagi dalam kupon dari f 100, 250,

500, 1000 dengan bunga sebesar 9% dan tiap bulannya ditebus f 1000.24

Setelah keberhasilan dua film tersebut, banyak perusahaan film yang

mencoba membuat film cerita yang ditandai dengan kedatangan para

pengusaha dari Thionghoa, yang sebelumnya mereka hanya menjadi

pengusaha bioskop dan importir film. Secara perlahan para pengusaha

Thionghoa mulai menguasai pasar, karena banyka film-film China yang laku

di pasaran dan mulai menggeser pengusaha dari orang kulit putih. Pada

periode ini sampai masa kependudukan Jepang, perusahaan dari Thionghoa

yang berkuasa di pasaran.

Pada tahun 1926 sampai tahun 1930, tercatat ada sekitar delapan

perusahaan film di Indonesia, yaitu Java Film Company dan Cosmos Film

(keduanya berasal dari Bandung), serta Halimoen Film, Batavia Motion

Pictures, Nangsin Film Coorporation, Tan Film, Prod. Tan Boen Soan, dan

Kruger Film Bedrijf dari Batavia. Dari semua perusahaan film tersebut,

hanya dua perusahaan film yang menjadi milik orang kulit putih, yaitu

Cosmos Film milik Carli dan Kruger Film Bedrijf milik Kruger, selebihnya

milik orang-orang Thionghoa. Rata-rata pada periode ini perusahaan film

hanya memproduksi sekitar dua sampai tiga film saja, kecuali Tan’s Film

yang bisa memproduksi sampai lima film. Dan pada periode ini juga banyak

perusahaan yang mengalami kebangkrutan salah satunya adalah perusahaan

Nangsin Film karena pemborosan produksi film yaitu dengan mendatangkan

24

MYB, Sejarah Film Indonesia 1900-1950, hlm. 75.

Page 31: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

18

secara langsung artis dari Sanghai China, Olive Young, untuk membintang

film Resia Boroboedoer yaitu sebesar 10.000 gulden untuk artis tersebut.25

Pada tahun 1930, muncul perusahaan yang menjadi cikal-bakal

terbentuknya Java Industrial Film, perusahaan tersebut yaitu Cino Motion

Pictures oleh The Teng Chun yang sudah berpengalaman dalam urusan

bisnis film. Perusahaan Cino Motion Pictures memproduksi film dengan

cerita Thionghoa, antara lain : Sam Pek Eng Tay (1931), Pat Bie To (1932),

Pat Kiam Hiap (1933), serta Ouw Phe Tjoa(1934). Setelah memproduksi

film tersebut, The Teng Chun mengganti nama perusahaan tersebut menjadi

Java Industrial Film pada 1935. Kemudian perusahaannya meneruskan

produksi-produksi film klasik Tionghoa, seperti Lima Siloeman Tikoes

(1935), Pan Sie Tong (1935), The Pat Kai Kawin (1935), Ouw Phe Tjoa II

(1936), dan Hong Lian Sie (1937).26

Pada tahun 1937, perusahaan ANIF (Algemeene Nederlandsch Indie

Film Syndicaat) dengn sutradaranya Albert Balink, memproduksi sebuah

film Terang Boelan yang sangat laku di pasaran, karena komposisi sistem

bintangnya dan adegan-adegan yang disukai publik pada masa itu. Adegan

seperti nyanyian, lelucon, perkelahian, dan keajaiban adalah yang paling

banyak disukai publik penikmat film.

Pada tahun 1937 hingga 1942, terdapat perusahaan film yang mulai

aktif berproduksi lagi hingga menjelang kedatangan Jepang, yaitu Java

Industrial Film, Tan’s Film, Popular’s Film, Oriental Film, Djawa Film,

Union Film, Star Film, Majestic Film Coy, dan Standard Film. sejak

kesuksesan film Terang Boelan, dunia perfilman menunjukkan grafik yang

sangat luar biasa hingga pada masa kependudukan Jepang. Tercatat ada

sekitar 52 judul film yang dihasilkan. Hebatnya, 15 dari 52 judul film

25

Fandi Hutari, Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal, 2011, Yogyakarta: INSISTPress, hlm. 140.

26Ibid, hlm. 142.

Page 32: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

19

tersebut film-film tersebut hasil produksi dari perusahaan Java Industrial

Film milik The Teng Chun.27

Salah satu yang menjadi tonggak kesuksesan dari The Teng Chun

adalah dengan mempergunakannya aktris-aktris dari perkumpulan sandiwara

yang ada untuk bermain dalam film hasil dari produksi mereka. Strategi ini

dipergunakan untuk meningkatkan mutu film dan untuk menarik minat

penonton sebesar-besarnya.

Besar kemunkinan, The Teng Chun mempergunakan artis mantan

anggota Dardanella karena perkumpulan tersebut adalah perkumpulan besar

pada dekade 1926-1935 dan pemain-pemainnya sudah dikenal masyarakat

dan sangat berpengalaman di atas panggung, seperti Astaman, Ali Yugo, M.

Rasjid Manggis, Ferry Kock dan istrinya Dewi Mada, Tan Tjeng Bok

(ketiga-nya dari perkumpulan Sandiwara Dardanella), dan Inoe Perbatasari

(dari perkumpulan Bolero), serta beberapa pemain lain seperti Raden Ismail,

Ludi Mara, dan Aisyah.

Pada perkembangan selanjutnya, perusahaan The Teng Chun

membentuk dua anak perusahaan, yaitu Jacatra Film dan Action Film. dan

ketika itu pula perusahaan Java Industrial Film berubah nama menjadi New

Java Industrial Film. Antara tahun 1940 hingga akhir 1941, perusahaan in

menghasilkan 15 judul film, yaitu Rentjong Atjeh, Dasima, Melatie van

Agam, Soerga Palsoe, Matoela, Serigala Item, Matjan Berbisik, Si Gomar,

Singa Laoet, Kartinah, Elang Darat, Ratna Moetoe Mankam, Poetri Rimba,

Tengkorang Hidoep, dan Noesa Penida.28

Hampir seluruh film produksi Java Industrial Film laku di pasaran.

Namun sayangnya, banyak yang menyadap dari film-film luar

negeri/Amerika. Seperti film Zorro disadap menjadi film Serigala Item dan

Singa laoet, serta film Tarzan yang diadaptasi menjadi film Rentjong Atjeh

27

Ibid, hlm. 142. 28

Ibid, hlm. 143.

Page 33: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

20

dan Alang-Alang. Mungkin strategi ini merupakan alasan suksesnya film

Terang Boelan yang diadaptasi dari film The Jungle Princess yang

dibintangi oleh Dorothy Lamour, yang film tersebut sudah beredar di

Batavia pada tahun 1936. Kemudian Java Industrial Film mengakhiri

riwayatnya setelah ditutup paksa oleh tentara Jepang pada tahun 1942.

Pemerintah Jepang meyatukan seluruh perusahaan film dalam Jawa Eiga

Kosha (perusahaan Film Jawa).

B. Perfilman Indonesia Masa Penjajahan Hingga Peralihan

Setelah melihat perkembangan perusahaan film dari tahun 1926

hingga 1942, sudah dapat dirasakan bahwa masyarakat Indonesia pada

periode tersebut mulai melirik bidang perfilman, yaitu sebagai penonton

yang setia menunggu hiburan sesuai dengan minatnya masing-masing. Dari

perkembangan tersebut pula, dapat dilihat bahwa pertumbuhan bioskop di

kota-kota besar mulai didirikan, mulai dari kota Batavia (sekarang Jakarta),

Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, hingga Yogyakarta. Para sineas

film pun meng-kategori-kan karakter/genre dari masing-masing film yang

diproduksi, mulai dari film-film yang dianggap propaganda, dari masa

kependudukan Jepang, film-film Perjuangan, yaitu film-film pasca

kemerdekaan, dan film-film hiburan, yang dianggap sebagai pertumbuhan

kembali perfilman nasional.

1. Film Propaganda

Setelah masa kependudukan Jepang, beberapai cabang kesenian

mampu dikuasai untuk menyebarluaskan propaganda politiknya, yang

dianggap ampuh untuk mencapai penduduk. Dimasa ini pula, mulai tersebar

idiom-idiom musik baru yang biasanya hanya musik tradisional yang banyak

didengarkan oleh masyarakat jawa. Antara lain musik tersebut adalah

Page 34: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

21

musik/lirik Cornel Simanjuntak dan Usmar Ismail serta lagu Bekerja karya

bersama Nobuo Iida dan Inoe Kertapati. Jepang juga menguasai radio dan

media cetak untuk mempengaruhi penduduk kota yang bisa baca tulis.

Bahkan Jepang juga memanfaatkan wayang kulit untuk alat propaganda,

disamping sandiwara dan film.29

Di Jepang sendiri, pemerintah menggariskan dengan tajam panduan

tentang peraturan perfiman Jepang30 :

1. Ide hidup individualistik pengaruh barat harus dilenyapkan.

2. Semangat Jepang, khususnya megenai keindahan sistem hidup

kekeluargaan harus diangkat, dan semangat pengorbanan diri demi

kepentingan bangsa dan masyarakat harus didorong.

3. Film harus mengambil peran yang positif dalam mendidik massa,

khususnya dalam menghilangkan westernisasi di kalangan anak

muda, terutama anak perempuan.

4. Perbuatan dan ucapan yang sembarangan dan sembrono harus

dihilangkan dari layar serta harus dilakukan dorongan untuk

memperkuat rasa dan sikap hormat kepada yang lebih tua.

Pada tahun 1940, tambahan pengarahan diberikan kepada

Departemen Dalam Negeri sebagai berikut31:

1. Apa yang diinginkan adalah hiburan melalui suara dan gambar

dengan tema positif.

2. Penampilan dan dialog lawak yang biasanya tidak lazim pada

sajian film harus dikurangi untuk mengurangi akibat buruk.

3. Hal-hal berikut harus dilarang:

a. Cerita tentang tokoh Borjuis kecil.

29

Taufik Abdullah, dkk, Film Indonesia Bagian I , 1993, Jakarta:Perum Percetakan

Negara RI, hlm. 289. 30

Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950, hlm. 333. 31

Ibid.

Page 35: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

22

b. Cerita yang mengkisahkan hanya tentang kebahagiaan

orang secara individu.

c. Adegan wanita merokok.

d. Adegan cafe (tempat hiburan yang menyajikan minuman

keras).

e. Watak sembrono dan sembarangan.

4. Direkomendasikan film yang menceritakan sektor produktif dari

masyarakat, seperti kehidupan pedesaan.

5. Skrip harus disensor secara ketat, jika terdapat masalah maka

harus dikembalikan da ditulis ulang.

Hampir semua film Jepang yang ditayagkan di Jawa adalah film-film yang

mematuhi “kebijakan nasional tentang film” tersebut.

Jepang sangat menyadari amat pentingnya media film sebagai alat

propaganda. Hal ini terlihat ketika Gunseikanbu mendirikan Sindenbu

(badan propaganda). Pada Oktober 1942, badan ini juga segera mendirikan

Jawa Eiga Kosha (Perusahaan Film Jawa). Pimpinannya diserahkan kepada

Soichi Oya. Sebelum itu, pemerintah Jepang telah menentukan

kebijaksanaan bagi film propaganda di wilayah Asia Tenggara (Nampo Eiga

Kosha).

Pada mulanya, kegiatan bidang film adalah hanya memutar film

yang didatangkan dari Jepang. Film yang berbahasa Jepang itu diberi

subtitle atau teks bahasa Indonesia. Beberapa film Jepang yang khusus

dibuat untuk penduduk Asia Tenggara, termasuk Indonesia, narasi bahasa

Indonesianya dibuat di Tokyo. Akan tetapi, sebagian besar film tidak

meggunakan subtitle maupun narasi.32

32

Eiko Kurasawa, Film as Propaganda Media in Java under the Japanese, 1942-1945. In Japanese Culture Policies in South East Asia during Word War II, ed. By Grant K.

Goodman, hlm. 50.

Page 36: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

23

Mengenai hal itu, akibat dari Perang Dunia ke-II, film-film impor

terutama Amerika diberhentikan, karena Amerika merupakan musuh dari

Jepang, dan pasokan impor menjadi tidak terurus. Sehingga yang

ditayangkan di bioskop-bioskop adalah film-film dalam negeri dan sisa-sisa

film Jerman (sekutu Jepang) yang diimpor sebelum Perang Dunia ke-II.

Diantaranya film-film tersebut yang dibintangi aktris populer Roekiah,

seperti Gagak Item (1939), Roekihati (1940) dan Koeda Sembrani (1941).

Dalam surat kabar Tjahaya (Bandung) terbitan 23 Juli 1944 juga

mengabarkan bahwa bioskop Tayo memutar film Indonesia, Moestika dari

Djemar (1941) dengan bintang utamanya Rd. Mochtar dan Dhalia.

Sedangkan bioskop Fuji memutar film Jerman, Es Leuchten die Sterne. Di

bioskop Futaba maupun Nippon diputar film Cina, masing-masing Tien Lun

dan Pai Sheek Kung Tjoe.33

Sebelumnya, pada bulan Juli 1938, Departemen Dalam Negeri

Jepang pernah mengeluarkan undang-undang film (Eiga Ho). Kemudian

undang-undang film (Eiga Ho) diperbaiki kembali pada bulan Oktober 1939,

dan diberlakukan juga di Indonesia, karena untuk menghindari pikiran

individualistis ala Barat,dan harus mengambil peranan positif dalam

mendidik massa, dengan cara menghilangkan sikap santai dan berani

berkorban demi kejayaan bangsa.

Selanjutnya, dampak dari pertunjukan film, baik film perang yang

didatangkan dari Jepang, maupun film propaganda yang dibuat Nippon

Eigasha, sangat besar pengaruhnya bagi rakyat jelata. Film mengenai praktik

gotong royong dalam mengangkut air untuk memadamkan kebakaran, secara

beranting, segera dijadikan cara praktis untuk mengerjakan sesuatu bersama-

sama. Film tentang Tonari Gumi, melahirkan organisasi warga, yang sampai

sekarang menjadi organiasasi Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga

(RW). Pertunjukan film perang, yang selalu dipertotonkan adalah mengenai

33

Ibid.

Page 37: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

24

kemenangan bala tetara Jepang yang selalu menang melawan musuh, yang

dianggap kekuatan tetara Jepang yang sangat hebat, namun masyarakat

terkejut ketika pada tahun 1945 tentara Jepang kalah dengan pasuka

Amerika.

2. Film Perjuangan

Pasca kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945

yang diprokalamasikan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, kaum pemuda

hingga pejuang mulai mengobarkan semangat revolusi dari penjajahan

Jepang. Mereka melulucti tentara Jepang dan mulai mengambil alih dan

menguasai alat-alat propaganda tersebut, dan semuanya menjadi alat

perjuangan.

Beberapa hari sesudah proklamasi, para seniman yang bekerja di

Pusat Kebudayaan, Keimin Bunka Shidoso Jakarta, mendirikan Badan

Perjuangan dengan nama Seniman Merdeka. Didukung oleh Usmar,

Djajakusuma, Cornel, Surjosumanto, Hamidi T. Djamil serta Malidar.

Setelah mereka berhasil mengambil alih Kantor Pusat Kebudayaan, mereka

mengganti kantor tersebut dengan nama Badan Perjoeangan Seniman

Merdeka. Rombongan sandiwara Seniman Merdeka ini berkeliling kampung

hingga kota menerangkan bahwa rakyat Indonesia sudah merdeka dan

terbebas dari penjajahan manapun.

Pada saat penyerbuan gedung-gedung milik tentara Jepang pasca

kemerdekaan, karyawan film Indonesia yang berada di studio film milik

Jepang, merebut Nippon Eiga Sha atas perintah dari R.M. Soetarto, dan

mengubah namanya menjadi Berita Film Indonesia (BFI). Pada tanggal 6

Oktober 1945, studio tersebut secara resmi diserahkan oleh Ishimoto kepada

pemerintah Indonesia, yang diwakili R.M. Soetarto, dengan disaksikan oleh

menteri penerangan RI.

Sementara itu, Belanda dan sekutunya (Inggris) mulai mendarat di

Tanjung Priok pada 29 September 1945. Tentara Belanda menteror BFI dan

Page 38: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

25

menganggap bahwa kantor tersebut milik Belanda (Multi Film) dan

membebaskan J.C. Moll dan V. Fedoroff , selaku pimpinan Multi Film.

akibat daripada itu, Usmar dan teman-temannya termasuk studio BFI

dipindahkan ke Solo, kemudian ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta, Seniman Merdeka mulai membuat suatu kegiatan

yang tujuannya agar masyarakat Yogya merasa terhibur dengan pertunjukan

yang diberikan dengan mengelilingi Daerah Istimewa Yogyakarta dan

memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pendidikan

sandiwara.Dari Yogya pula, tepatnya di Jl. Sumbing No. 5, pendidikan

Sinematografi mulai diadakan, meski hanya bersifat Lingkaran Studi, tetapi

hasil dari pendidikan ini melahirkan tokoh-tokoh perfilman Nasional, sperti :

Usmar, Gayus, Djajakusuma, Surjosumanto, Soemarjono, dan lain-lain.

Pada periode ini pula, pertumbuhan perusahaan film mulai lahir,

yang pertama dari perusahaan film bernama Kino Drama Atelier, yang

dipimpin oleh Huyung, mantan prajurit Jepang keturunan Korea, dengan

film pertamanya Antara Bumi dan Langit (1950), film tersebut termasuk

film hiburan karena menceritakan tentang percintaan antara seorang pribumi

yang mencintai gadis Belanda, dan belum termasuk film perjuangan karena

film pertama tersebut sebagai batu loncatan untuk film-film selanjutnya,

sekaligus memancing para penonton yang kala itu masih menginginkan

panggung hiburan.

Adanya film-film perjuangan dirasa masyarakat Indonesia masih

merasakan dampak dari penjajahan Jepang sebelum kemerdekaan. Film-film

perjuangan diharapkan dapat menggugah semangat masyarakat Indonesia

dengan mengingat kembali perjuangan tentara Indonesia dalam

memerdekakan NKRI. Adapun judul film-film perjuangan yang diproduksi

tahun 1950-1959, antara lain : Djembatan Merah (1950), Darah dan Doa

(1950), Untuk Sang Merah Putih (1950), Bunga Bangsa (1951), Enam Djam

Page 39: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

26

di Djogdja (1951), Peristiwa 10 Nopember (1956), Bunga dan Samurai

(1958), dan Detik-Detik Revolusi (1959).34

C. Perkembangan Film Nasional di Indonesia

Salah satu tanda bahwa Indonesia dikatakan sedang dalam masa

pertumbuhan dalam bidang teknologi dan multimedia adalah film. Film pada

masa ini mengalami perkembangan pesat sehingga dapat melahirkan

identitas baru di Indonesia, dengan munculnya film Darah dan Do’a (1950)

oleh Usmar Ismail, yang nantinya film ini bisa menjadi cikal bakal

pertumbuhan film Nasional. Film nasional dapat dihasilkan dari karya

kreatifitas seseorang, dan juga nantinya bisa menjadi suatu identitas baru

dari produk budaya sebuah bangsa. Menurut Anon dalam bukunya Sight and

Sound (Hjort, 2000:69) yang menyatakan bahwa35 :

“Perfilman nasional adalah proyek realis bahwa... ia akan

mencerminkan waktu, kehidupan dan budaya penduduk suatu

negara. Bisa dibayangkan betapa kita akan kehilangan performa

sosial sesungguhnya akan sebuah bangsa-negara kitika efek

globalisasi benar-benar menghilangkan identitas-identitas yang

sesungguhnya, karena setiap pembuat film akan dipacu dengan

kecepatan globalisasi dalam proses penggambarannya di film.”

Salah satu ide konsep perfilman nasional adalah invasi film-film

Hollywood ke seluruh dunia, terutama pada awal tahun 1910. Bahkan

sampai tahun 1915 sekitar 50 persen semua film yang terdistribusi di dunia

34

Sumber dari buku Katalog Film Indonesia 1926-2007 karangan J.B. Kristanto,

penulis merangkum berdasarkan tahun produksi film pada periode tersebut. 35

Arda Muhlisiun, Film “Darah dan Do’a” sebagai Wacana Film Nasional

Indonesia, Jurnal Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016, hlm. 235.

Page 40: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

27

adalah hasil produksi Hollywood.36 Maka dari itu film Nasional dihadirkan

diharapkan agar budaya bangsa tetap terjaga dan tidak terpengaruhi oleh

budaya lain yang diperkenalkan dari film-film Amerika.

Berbicara mengenai film Nasional, tidak dapat dipungkiri bahwa

Usmar Ismail adalah penggagas lahirnya film nasional, lewat filmnya Darah

dan Do’a, sutradara dan para pemian film mencoba membuka dunia bahwa

Indonesia juga mempunyai eksistensi sebagai negara yang berdaulat,

tentunya melalui pepresentasi film.37

Sejak pembuatan film Darah dan Do’a yang dilakukan tepat tanggal

30 Maret 1950, ditetapkanlah hari tersesbut sebagai Hari Film Nasional.38

Dengan beberapa pertimbangannya sesuai dengan keputusan Presiden

Republik Indonesia adalah karena untu pertama kalinya film cerita Indonesia

dibuat oleh orang dan perusahaan Indonesia sendiri, dan untuk

meningkatkan motivasi dan kepercayaan orang-orang Indonesia akan film

produksinya yang relatif baik. Dan menurut Misbach Yusa Biran, dalam

bukunya sejarah film 1900-1950, sejak Usmar Ismail pembuatan film sudah

didasarai oleh kesadaran nasional, dan ia (Usmar Ismail) akan membuat film

yang bisa mencerminkan national personality, kepribadian bangsa. –Ketika

diucapkan dalam wawancaranya.39

Film Darah dan Do’a juga mencerminkan terdapat unsur Islami

dalam film tersebut. Menunjukkan bahwa proses Islamisasi sudah dimulai

36

Andrea Gronemenyer, Film, 1998, New York: Barron’s Educational Series, Inc,

hlm. 41. 37

Arda Muhlisiun, Film “Darah dan Do’a” sebagai Wacana Film Nasional

Indonesia, hlm. 236. 38

Ibid, hlm. 237. Tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional memalui Keputusan

Presiden Republik Indoneisa Nomor 25 Tahun 1999, yang kala itu dijabat oleh Presiden BJ. Habibie. Tepatnya ditandatangani tanggal 29 Maret 1999 di Jakarta. Jauh sebelumnya, rapat

kerja Dewan Film Nasional dengan organisasi-organisasi perfilman tanggal 11 Oktober 1962

telah menetapkan hari syuting dalam pembuatan film nasional yang pertama Darah dan Do’a sebagai Hari Film Indonesia.

39 MYB, Sejarah Film 1900-1950, hlm. 49.

Page 41: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

28

sejak periode ini. Selain daripada film Darah dan Do’a, terdapat juga film

Titian Serambut dibelah Tujuh (1959) karya Asrul Sani, yang juga

merupakan film bernuansa Islami. Film ini bercerita tentang seorang guru

beragama Islam yang mencoba mengajar di desa lain. Di desa tersebut guru

Ibrahim (nama tokoh utama film tersebut) mulai mendapat beberapa

rintangan mulai dari ancaman oleh guru agama sesepuh desa tersebut,

ancaman jika menolong Halimah (orang yang dianggap gila oleh penduduk

setempat karena sering bertingkah laku tidak wajar), padahal Halimah

seperti itu karena trauma mendapat fitnah dan hampir menjadi korban

pemerkosaan.40 Dengan diputarnya film tersebut, Asrul Sani, Sutradara film

tersebut berusaha menunjukkan bahwa komoditas agama Islam pun dapat

direalisasikan dalam media film.

40

Sumber-sumber mengenai film Titian Serambut dibelah Tujuh tahun 1959 masih

sulit ditemukan. Bahkan di Sinematek pun data berbentuk koran yang sumber primernya pun

berhubungan dengan film tersebut tidak ditemukan. Maka penulis berusaha merangkum beberapa sumber sekunder yang dihasilkan dari buku atau dokumen yang berhubungan

dengan film tersebut.

Page 42: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

29

BAB III

AKHLAK ISLAMIYAH DALAM FILM RELIGI ISLAM

TAHUN 1959-2000

A. Lonjakan Pertama Film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”

Di dalam Islam kita mengenal adanya konsep Tauhid, suatu konsep

sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat segala sesuatu, dan

bahwa manusia harusmengabdikan diri sepenuhnya kepada-Nya. Konsep

tauhid ini mengandung implikasi diktrinal lebih jauh bahwa tujuan hidup

manusia harus diorientasikan utuk penganbdian kepada Allah inilah yang

merupakan kunci dari seluruh ajaran Islam.

Film Titian Serambut dibelah Tujuh mencoba memberikan tononan

bermoral dan menjunjung tinggi nilai moral yakni keyakinan, perjuangan,

kepasrahan, kesetiaan serta harapan. Film ini juga berisi tentang dakwah

Islam, dengan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di desa Batu Hampar

yang dilakukan oleh okoh protagonis Ibrahim dalam mengaktualisasika

ajaran Islam yag sesuai dengan konteks amar ma’ruf nahi munkar. Ibrahim

dalam mengaktualisasikan ajaran agama Islam yang sesuai dalam konteks

amar ma’ruf nahi munkar. Ibrahim dalam meangsungkan dakwahnya

terbukti telah memberikan perubahan yang signifikan bagi desa Batu

Hampar dengan menggapas dan mengimplementasikan Islam yang berpihak

pada transformasi sosial. Memang pada awalnya usaha untuk merintis

gagasan Islam yang transformatif banyak mendapatkan tantangan terutama

dari H. Sulaeman selaku guru agama dan sesepuh kampung kehidupannya

banyak dipengaruhi kebejatan moral Harun, orang terkaya di kampung itu.

Di tambah ulah seseorang pemuda berandalan yang bernama Arsad dengan

Page 43: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

30

berbagai cara ia tempuh untuk menghentikan usaha Ibrahim dalam

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di desa Batu Hampar.41

Megenai tentang pesan moral yang dapat tersampaikan dalam film

tersebut adalah, antara lain42 :

1. Tentang keimanan kepada Allah SWT.

Dalam skenario ini, isi cerita yang diangkat megenai

perjuangan Ibrahim sebagai guru muda yang teguh, menemuka

kejanggalan-kejanggalan dalam kehiupan kampung yang akan ia

tinggali. Namun Ibrahim tidak berputus asa. Ibrahim senantiasa

memberikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat desa Batu

Hampar, Ibrahim selalu berdoa meminta pertolongan kepada

Allah dan pada akhirnya Allah memberikan jalan keluar atas

permasalahan yang sedang dihadapi, dan mereka percaya bahwa

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar adalah suatu perbuatan

yang amat terpuji.

2. Tentang ikhtiar

Dalam film ini, penulis mencoba menggambarkan fakta

mengenai kepasrahan seorang ibu yang telah merawat Halimah

dari kecil hingga dewasa yang menceritakan kepada guru

Ibrahim tentang keadaan anaknya yang telah difitnah berzina.

Oleh karena itu ibu Halimah selalu menangis melihat keadaan

psikologis dari Halimah yag terkadang membingungkan.

3. Tentang kesabaran

Film ini menggambarkan tentang kesabaran guru ibrahim

yang tinggal di desa Batu hampar yang telah melihat

kejanggalan-kejanggalan. Kesabaran Ibrahim ditunjukkan dalam

mengatasi problematika yang hadir di tengah prahara yang

membelutnya. Disetiap langkahya selalu saja di terpa oleh

41

Skripsi : Zakka Abdul Malik Syam, Analisis Wacana Film Titian Serambut

dibelah Tujuh Karya Chaerul Umam, Jurusan KPI, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010, hlm. 6.

42Ibid, hlm. 57-61.

Page 44: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

31

cobaan yang hadir disaat ingin menegakkan amar ma’ruf,

namun kesabaran guru Ibrahim dalam mengarungi kehidupan

yang nyata dengan penuh kesabaran.

4. Tentang perjuangan

Selain kesabaran, film ini juga mengangkat tema tentang

perjuangan menegakkan amar ma’ruf dan melawan munkar,

sosok guru Ibrahim dalam membela yang haq dan bathil melihat

dari usaha untuk menciptakan ajaran Islam yang benar. Ketika

dihadapkan sebuah masalah yang penuh dilematika, maka

Ibrahim selalu memperjuangkan dengan bentuk perbuatan yang

sebenarnya dan tidak melalui peperangan tetapi melalui reorika

yang baik dan benar.

5. Muamallah

Di dalam film ini juga digambarkan mengenai pesan

muamallah. Manusia hidup di dunia tidak sendiri tetapi masih

ada orang lain di sekitar kita, karena sesama muslim dengan

muslim lainnya adalah bersaudara. Jadi, apabila ada seseorang

yang butuh pertolongan, maka kewajiban kita seharusnya

menolong orang tersebut.

B. Genre Film Religi bertemakan Islam

Menurut Alicia, dalam bukunya Gender and Islam in Indonesian

Cinema, menjelaskan bahwa film bergenre religi Islam adalah film yang

dibuat oleh orang Islam untuk tujuan dakwah dan dibuat sebagaimana

mungkin menggunakan audiovisual sehingga para penonton bisa mengetahui

dan beranggapan bahwa film tersebut adalah film Islam.43 Sesuai genrenya,

tentu saja film tersebut selalu menampilkan idiom/simbol tentang ajaran

agama Islam, seperti menyembah Allah SWT. Melaksanakan sholat,

mengaji, berpakaian Islami, dan melakukan syiar Islam dengan cara dakwah.

Dakwah merupakan rekonstruksi masyarakat sesuai dengan ajaran Islam,

43

Alicia Izharuddin, Gender and Islam in IndonesianCinema, 2017, Kuala Lumpur:

Palgrave Macmillan, hlm. 40.

Page 45: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

32

bahkan seluruh aspek kehidupan bisa digunakan untuk sarana atau alat

dakwah.

Berdakwah dapat menggunakan media apapun terutamanya melalui

film, film-film pada masa orde baru lebih mempunyai ciri khas tentang

identitas keislaman. Dimana budaya Islam dan pemerintah saling bisa

berkolaborasi dalam membangun bangsa Indonesia.

1. Film Religi Sejarah dan Mitos

Kesenian yang merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia sudah

berkembang pesat sebelum Islam datang di Nusantara dan semakin

menunjukkan corak yang khas ketika bersentuhan dengan agama baru.

Kesenian ini lebih bercirikan Hindu dan Budha yang sudah terlebih dahulu

melekat di kebudayaan Nusantara dalam waktu yang lama, kemudian

disambung dengan kebudayaan Islam yang relatif membawa dampak

perubahan di masyarakat indonesia (pada abad ke-20) utamanya foklor,

hingga dituangkan dalam film.44

Komoditi film-film sejarah bernuansa Islam pada periode ini relatif

menuai pro dan kontrak dari kalangan sineas maupun masyarakat, seperti

kata Dr. Budhisantoso, dalam koran Kompas edisi 5 Mei 1985, hlm. 6.

“Besar kemungkinan merangsang dan meningkatkan

kesadaran pemuka agama untuk memperoleh wewenang

yang lebih besar dalam mengatur penyebaran ajaran agama,

termasuk kalau perlu menghukum orang yang dianggap

tidak menguntungkan.”

Anggapan itu ditambahkan dengan sejumlah pendapat, bahwa

digambarkan dalam film-film religi tersebut selalu disertai dengan gambaran

44

Nurrohim dan Firtri Sari Setyorini, Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 3, No. 1, Juni 2018 : Analisis Historis terhadap Corak Kesenian Islam

Nusantara, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humuniora, IAIN Salatiga, hlm. 126.

Page 46: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

33

“biadab” nya masyarakat Indonesia sebelum mereka memeluk agama Islam.

Padahal sebelum kedatangan Islam, nenek moyang kita sudah mampu

mendirikan tempat-tempat ibadah seperti Borobudur, itu menunjukkan

bahwa masyarakat Indonesia pada waktu itu sudah mengenal budi pekerti

yang luhur.

Anggapan lain mengungkapkan bahwa Islam menawarkan konsep

kerukunan beragama. Dalam film Sunan Kalijaga misalnya, produksi PT

Tobali Indah bersama PT Empat Gajah Film, sang sutradara, Sofyan Shama,

dalam film ini berusaha menampilkan “tongkat” yang dijaga oleh Sunan

Kalijaga (Dedi Mizwar) yang diperintahkan oleh gurunya, Sunan Bonang,

bahwa tongkat tersebut merupakan lambang agama yang akan menjadi

tetunjuk dan penopang kehidupan manusia. Sedangkan gagang tongkat yang

terbuat dari emas menunjukkan keimanan yang merupakan syarat mutlak

dalam beragama yang harus selalu dipegang.45

Kemudian, dalam film tersebut juga ditayangkan bahwa Sunan

Kalijaga melarang anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran di tempat

peribadatan umat Budha yaitu di candi Borbudur, menunjukkan bagaimana

Islam sangat menghargai keberagaman umat beragama seperti yang

diperankan oleh Raden Mas Sahid (Sunan Kalijaga) tersebut.

Melihat dari kondisinya, nampaknya film Sunan Kalijaga ini yang

menjadi film religi yang sangat fenomena pada periode ini, dikabarkan di

beberapa surat kabar bahwa film ini mendapatkan dukungan dari berbagai

pihak karena keseriusan penggarapan film ini dengan persiapan lebih dari

satu tahun dan biaya yang dibutuhkan untuk produksi film tersebut sekitar

500 juta untuk segala persiapan hingga proses cetak copy film ini.

Dikabarkan juga bahwa ilustrator film ini, Sudharnoto, mendapatkan

predikat ilustrator musik film kolosal terbaik.46

Dengan mengambil tiga lokasi shooting di Solo, Yogyakarta, dan

Demak. Di Solo, di Langen Budaya Istana Pakubowono diatas tanah seluas

45

Lihat koran Pelita, edisi 7 Juli 1984 hlm. 8, didapatkan dari koleksi Sinematek Indonesia, pusat perfilman Indonesia. (Lihat di Lampiran).

46Koran Berita Yudha Miggu, edisi 19 Juni 1983, hlm. 8.

Page 47: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

34

2,5 hektar telah dibuat set disamping melakukan pemugaran istana, dengan

menelan biaya sekitar 45 juta rupiah. Disamping itu, untuk dapat menyorot

hasil gambar yang bagus, telah dibuat crane berderek seperti dolli yang

bergerak vertikal dengan ketinggian 25 meter dengan biaya 4 juta rupiah.

Dan rupanya, pihak produser tidak ingin sembarangan dalam membuat film,

banyak nama-nama dan pejabat pemerintah yang berkompeten ikut terlibat

langsung seperti KH. Dr. Idham Chalid dan KH. Abdurrohman Ma’shum

duduk sebagai penasehat, sedangkan Drs. Masbuchin dari Departemen

Agama turut hadir sebagai penasehat lapangan dan Kuswadji K sebagai

penasehat mengenai budaya Jawa.47

Dan beberapa film religi sejarah yang lain, film Arya Penangsang

(1983), Jaka Sembung Sang Penakluk (1981), Sembilan Wali (Walisanga)

tahun 1985, Sunan Gunung Jati (1985), Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar

(1985), Syeh Siti Kobar Membangkang (1989), Fatahillah (1997) yang

merupakan kelanjutan dari perkembangan film religi Islam berdasarkan film

sejarah.

Dan tidak dapat dipungkiri, film mempunyai pengaruh besar

terhadap masyarakat. Dan menghimbau produser-produser film untuk tidak

membuat film sekedar tontonan untuk mencari penghasilan semata tetapi

juga dapat berguna bagi masyarakat secara luas.48 Dari perkembangan film

sejarah bernuansa Islam tersebut diharapkan masyarakat dapat memahami

tentang sejarah para wali dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara

pada abad ke-14 hingga 16.

2. Film Religi Drama-Musikal

Salah satu genre film adalah film musikal. Genre film musikal

adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak

(koreogragbfi). Dalam flm musikal, unsur yang paling sering muncul adalah

47

Koran Pelita, edisi 1 Juli 1983, hlm. 8. 48

Lihat di lampiran, Majeli Ulama Dukung Film “Wali sanga”.

Page 48: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

35

lagu dan tarian. Kedua unsur itulah yang berperan penting pada film

musikal. Hal ini menyebabkan film musikal sagat minim ditemuka dialog.49

Film-film religi Islam pada masa Orde Baru yang beraliran Drama-

Musikal didominasi oleh artis sekaligus penyanyi dangdut terkenal Rhoma

Irama. Raja dangdut tersebut (sebutan sekarang) sering menyiarkan dakwah

melalui lagu-lagu yang dibawakannya, seperti : Keagungan Tuhan (1980),

Perjuangan dan Doa (1980), Nada dan Dakwah (1991) dan masih banyak

diantaranya.

3. Film Religi Horor

Kebanyakan film horor di Indonesia masa Orde Baru berbau

pornografi, mulai tindakan pelecehan terhadap wanita dan pemerkosaan

yang akhirnya meninggal dunia, kemudian film-film tersebut selalu

digambarkan dengan arwah gentayangan yang tujuannya untuk mencari

jawaban atau pertanggungjawaban atas apa yang telah orang lain lakukan

terhadapnya. Tak jarang pula berakhir dengan datangnya seorang ulama/kyai

untuk mengusir hantu/arwah gentanyangan tersebut.

Karl Heider dalam Rusdiarti (2009:11) menyatakan bahwa film

horor pada Orde Baru tidak bisa lepas dari tiga unsur. Tiga unsur tersbut

antara lain, unsur komedi, seks, dan religi. Ketiga unsur tersebut menjadi

resep yang mampu membuat film horor digemari oleh penonton masa Orde

Baru.

Terdapat lagi beberapa ciri-ciri film horor di Indonesia, sebagai

berikut :

a. Tokoh utama identik dengan korban yang mengalami teror atau

tokoh pembawa bencana.

b. Tokoh antagonis atau tokoh pembawa kejahatan biasanya

terasing atau tesingkir secara sosial atau bukan bagian dari dunia

nyata.

49

Skripsi: Lianita Musikaning Raras, Film Musikal Dokumeter “Generasi Biru”: Sebuah Tinjauan Semiotika Umberto Eco, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010, hlm.

1.

Page 49: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

36

c. Dekor ruang relatif monoton. Misal, sebuah rumah, kota

terpencil, rumah sakit, dekor waktu didominasi malam hari atau

suasana gelap.

d. Tokoh agama sering dilibatkan untuk menyelesaikan masalah.

e. Hal-hal supranatural dipakai untuk menjelaskan peristiwa yang

tidak dapat dijelaskan secara rasional.

f. Tokoh anak biasanya memiliki kekuatan berkat kemurnian

jiwanya.

g. Adegan kekerasan fisik sering menjadi warna utamanya. Misal,

pembunuhan, teror, dan mutilasi.

h. Teknologi sering menjadi salah satu pemicu masalah kearifan

lokal dan kedekatan manusia dengan alam justru yang menjadi

pemenangnya.

Berikut beberapa film horor bernuasa Islami: Pengabdi Setan

(1980), Perjanjian Setan (1983), Kuburan Angker (1987), Arwah Anak Ajaib

(1988), Nenek Lampir di Rumah Angker (1988), Manusia Penunggu

Jenazah (1988), Santet (1988), Setan Pocong (1988), Pembalasan Setan

Karang Bolong (1989), Susuk (1989), Titisan Nenek Lampir (1989), Nyi

Lamped (1990), Perjanjian Terlarang (1990).

C. Pengaruh Islam dalam Film Indonesia Masa Orde Baru

Selama hampir lima tahun setelah kemerdekaan, Indonesia

memasuki masa revolusi (1945-1950). Selama periode tersebut, tidak ada

hambatan serius antara aktivis Islam dengan politik dengan kelompok

nasionalis, mereka cenderung lebih memikirkan bagaimana cara

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru berdiri

dan mencegah Belanda menjajah kembali.

Setelah Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia pada

Desember 1949, kelompok Islam mulai menunjukkan kekuatannya dengan

membentuk partai Masyumi pada November 1945 dan mendapat dukungan

Page 50: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

37

yang relatif banyak.50 Setelah Masyumi, lahir pula partai-partai Islam selain

dari Masyumi, seperti NU (yang memisahkan diri dari Masyumi), PSII, dan

Perti. Sementara dari kaum nasionalis diwakili oleh Partai Nasional

Indonesia (PNI), akhirnya kelopok Islam mampu menguasai 114 dari 257

kursi (43,5 % suara) dalam parlemen.51

Namun demikian, terjalinnya komunikasi yang baik dari komunitas

Islam dengan kaum Nasionalis tidak berjalan lama, ini karena dari kalanan

elit politik negara terlibat dalam perdebatan-perdebatan ideologis-politis

mengenai bentuk negara dan kerangka konstitusionalnya.

Seiring perkembangannya, komunitas Islam semakin besar hingga

ingin mendirikan Negara Islam yang dipelopori oleh Muhammad Natsir.

Beberapa kejadian seperti pemberontakan DI/TII dan pemberontakan G30S

PKI turut mewarnai arus perpolitikan Indonesia pada periode tersebut.

Akibat dari pada itu, banyak tokoh-tokoh yang dipenjara hingga dibunuh

mulai dari kalangan Islam maupun kaum komunis atau bahkan siapapun

yang mencoba menentang Pancasila dan UUD 1945.

Kemudian Islam mendapatkan harapan cukup besar dalam

mengembangkan politiknya ketika Presiden Soeharto membebaskan tokoh-

tokoh Masyumi dari penjara, termasuk Muhammad Natsir, Sjafruddin

Prawiranegara, Mohammad Roem, Kasman Singodimedjo, Prawoto

Mangkusasmito, dan Hamka. Namun dengan syarat, bahwa mereka (orang-

orang Masyumi) bersedia mengikuti dan menaati peraturan yang dibuat

pemerintah, yaitu ideologi Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas satu-

satunya yang harus ditaati.

50

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik

Islam di Indonesia, 1998, Jakarta: Paramadina, hlm. 93. Terdapat beberapa pendapat tentang

Masyumi, sebagian kalangan menyatakan bahwa partai Masyumi merupakan kelanjutan dari Masyumi yang dibentuk kolonial Jepang, seperti dalam tulisan Harold Crouch, Indonesia,

Muhammed Ayoob (ed.), The Politics of Islamic Reassertion, 1981, London: Croom Helm, hlm. 193; B.J. Boland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, hlm. 42. Mengenai

referensi lainnya, menganggap bahwa partai itu adalah organisasi baru dan berbeda, seperti

dalam tulisan George Mc.T. Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, hlm. 156; dan Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, hlm. 47.

51Ibid, hlm. 94.

Page 51: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

38

Pada masa Orde Baru bisa dikatakan bahwa perfiman Indonesia

sudah mencapai kesuksesan cukup besar, fim Indonesia banyak

memenangkan festifal yang diadakan di Fhilipina dan Hongkong, dan di

Indonesia sendiri. Dan pada periode ini juga perfilman Indonesia

mempunyai beberapa organisasi, diantaranya : PPFI, KFT, Parfi, GPBSI,

GASFI. Ditambah pula, sidang MPRS pada tahun 1960 mengeluarkan suatu

keputusan yang berbunyi : “Film bukan semata-mata barang dagangan,

melainkan alat pendidikan dan penerangan.” Keputusan ini kemudian

menjadi sumber hukum dari Penetapan Presiden No. 1 tahun 1964 tentang

Pembinaan Perfilman, yang kemudian ditingkatkan menjadi UU No.

I/Pnps/64.52

Umat Islam baik dari kalangan tradisional terutama dari kalangan

modernis masing berkeinginan melestarikan formalisme pendidikan.

Disamping karena dari kalangan elit muslim untuk bernostalgia pada masa

kejayaan politik Islam Orde Lama, juga untuk menghadapi tantangan zaman

modernisasi dimana dunia Islam dan non-Islam (Barat) saling berhadapan.53

Pada pariode ini pula, Islam mendapat ruang publik lebih luas karena

mendapat dukungan dari pemerintah sehingga mampu melahirkan aktivis

dan cendikiawan Islam, yang nantinya juga melahirkan suatu bentuk idiom-

idiom masyarakat Muslim dengan intelektual yang tinggi.

Berkaca dari film-film religi Islam masa Orde Baru yang merupakan

proses islamisasi yang relatif sukses, meskipun selera masyarakat Indonesia

pada periode tersebut adalah selera humor dan sensual, budaya Islam

mampu menjawab tantangan zaman tersebut, terbukti dengan diproduksinya

film-film seperti Pengabdi Setan (1980), Perjanjian Setan (1983), Kuburan

Angker (1987), Susuk (1989), Titisan Nenek Lampir (1989), Nyi Lamped

(1990), walaupun film-film tersebut bertemakan horor dimana sisi

sensualitasnya lebih mendominasi, namun simbol-simbol keislaman masih

52

H. Amura, Perfilm Indonesia dalam Era Orde Baru, 1989, Jakarta : Lembaga

Komunikasi Massa Islam Indonesia, hlm. 154. 53

Okrisal Eka Putra, Jurnal Dakwah: Hubungan Islam dan Politik Masa Orde Baru, vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008, hlm. 189, diakses pada hari Selasa, 20 Maret 2018

pukul 21.45 WIB.

Page 52: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

39

terasa dengan kehadiran seorang santri, kyai, atau bahkan ulama yang

mensiasati tokoh protagis dalam film-film yang ditayangkan. Disisi lain,

film-film bertemakan drama-musikal seperti film-nya Rhoma Irama yang

selalu membawa pesan-pesan moral dari ajaran agama Islam melalui ucapan

atau bahkan lagu yang dilantukan seperti dalam film Nada dan Dakwah

(1991).

Page 53: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

40

BAB IV

DOMINASI PERCINTAAN DALAM FILM RELIGI

ISLAM TAHUN 2000-2008

A. Dari Foklor Hingga Ekranisasi Novel

Mitologi dan dongeng adalah sastra lisan yang unik. Sastra lisan

(folklor lisan) adalah kreativitas manusia berupa prosa atau puisi yg

disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Menurut Robson (1978)

kajian terhadap karya sastra lisan sangat penting karena merupakan

perbendaharaan pemikiran warisan nenek moyang yang berguna untuk masa

ke masa. Sudjiman (1990) menyebutkan bahwa Folklor (cerita rakyat)

adalah kisahan anonim yang tidak terikat pada ruang dan waktu, beredar

secara lisan di tengah masyarakat. Danandjaya (1984) menyebutkan bahwa

cerita prosa rakyat merupakan satu Genre folklor lisan indonesia yang

diceritakan secara turun menurun, Bentuknya berupa mite, legenda,

dongeng. ataupun seni tradisi, upacara tradisi. Ciri pengenal

Folklor:Penyebaran secara lisan. Kini terjadi dengan bantuan mesin cetak,

elektronik,bersifat tradisional, menyebar dalam bentuk relatif tetap,folklor

hadir dlm versi-versi, bahkan dlm varian berbeda,bersifat anonym, memiliki

pola atau bentuk tertentu dan memanfaatkan bentuk bahasa klise, fungsi

dalam kehiupan bersama secara kolektif sebagai alat pendidikan, pelipur

lara, protes sosial, proyeksi keinginan terpendam, bersifat pralogis,

mempunyai logika sendiri yang individual (ciri berlaku bagi folklore lisan

atau sebagian lisan), milik bersama (kolektif).54

Foklor juga bisa diaktualisasikan dalam bentuk film. Film bukan

sekedar teknologi hiburan gambar bererak. Film juga bisa menunjukkan

54

Suwardi Endaswara, Foklor Nusantara : Hakekat, Bentuk, dan Fungsi,

Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013, hlm. 47.

Page 54: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

41

periodesasi, tren masyarakat, dan pemikiran dan keyakinan. Film Indonesia

yang diangkat dari cerita-cerita rakyat, seperti film Walisongo (1983), film

ini diangkat dari cerita sejarah yang juga dituturkan secara turun temurun

(foklor). Menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya

Indonesia dengan menunjukkan atau mengkisahkan nenek moyang kita

yang menyebarkan ajaran agama Islam.

Namun, tema cerita film religi Indonesia mengalami perkembang,

yang pada masa Orde Baru, film-film Indonesia banyak menceritakan

tentang kisah-kisah heroit dimana kisahya diambil dari cerita rakyat atau

foklor, pada akhir abad ke-20 mulai beranjak dari foklor ke ekranisasi novel.

Menurut Eneste (1991: 11) Ekranisasi merupakan proses pelayar putihan

atau pemindahan dari novel ke dalam film.55 Ekranisasi juga bisa bersifat

subjektif atau suatu bentuk representasi dari hasil pemikiran pembaca yang

mencoba menuangkan hasil interpretasinya ke dalam film, yang dalam hal

ini bisa disebut sutradara.

Di Indonesia, proses ekranisasi sudah dimulai sejak zaman Hindia

Belanda, yaitu ketika novel Siti Noerbaja karya Marah Rusli (1922)

difilmkan dengan judul yang sama oleh sutradara Lie Tek Swie tahun 1942.

Siti Noebaja versi Lie masih dalam bentuk film hitam putih dan diiklankan

sebagai flm pencak bergaya Padang. Film ini pertama kali ditayangkan di

Surabaya pada 23 Januari 1942.56

Beberapa film lain juga diantaranya yang diangkat dari novel

menurut yang disebutkan Eneste dalam bukunya yang berjudul Novel dan

Film adalah film Atheis karya Sjumandjaja (1975) yang diangkat

berdasarkan novel Atheis karya Achdiat K. Mihardja, Si Doel Anak Betawi

(1932) karya Sjumandjaja yang diangkat dari novel Si Doel Anak Betawi

(1972) karya Aman Dt. Madjoindo, film Salah Asuhan (1972) karya Asrul

55

Pamusuk Eneste, Novel dan Film, 1991, Flores: Penerbit Nusa Indah, hlm.11. 56

Jurnal karangan Istadiyantha dan Riana Wati, Ekranisasi Sebagai Wahana

Adaptasi dari Karya Sastra ke Film, FIB UNS, hlm. 5.

Page 55: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

42

Sani yang diangkat berdasarkan novel Salah Asuhan (1928) karya Abdoel

Moeis, film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) karya Ami Priyono yang

diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari,

film Jangan Ambil Nyawaku (1981) yang diangkat dari novel karya Titi

Said, film Roro Mendut karya Ami Priyono (1984) yang diangkat dari novel

Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, film Ca Bau Kan karya Nia Dinata

yang diangkat dari novel Ca Bau Kan karya Remy Sylado (2002).

Terdapat pula, film Detik Terakhir (2005), Me vs High Hell – Aku vs

Sepatu Hak Tinggi (2005), Jomblo (2006), Badai Pasti Berlalu (2007), yang

film-film tersebut diangkat dari novel dengan judul yang sama.

Dan salah satu proses ekranisasi novel ke dalam film yang paling

terkenal adalah film Ayat-Ayat Cinta (2008) karya Hanung Bramantyo yang

diangkat dari novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Dan

dilihat dari segi ceritanya, film yang diangkat dari novel dengan judul sama

tersebut, tidak terlalu istimewa. Hanya mengisahkan dongeng klasik tentang

seorang lelaki yang mencintai empat wanita dan ia harus menentukan

pilihan.57

B. Film Ayat-Ayat Cinta : “Booming-nya” Film Religi Islam di

Indonesia

Sejak tahun 2000an, film Indonesia banyak mengadirkan film-film

bertemakan cinta, karena mengikuti arus perkembangan anak-anak muda

yang identik dengan percintaan. Diawali dengan film Ada Apa Dengan

Cinta ? (2002) dimana film tersebut menceritakan tentang kisah percintaan

antara Rangga dan Cinta yang diperankan oleh Nicholas Saputra dan Dian

Sastrowardoyo. Cerita cinta tersebut dibalut dengan cerita anak SMA,

dimana Cinta (Dian Sastro) dan Rangga (Nicholas) sama-sama suka menulis

57

Ungkap Hanung, dalam Koran Kompas, edisi 2 Maret 2018, hlm. 21.

Page 56: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

43

puisi, dan mereka mulai menjalin cinta. Masalah timbul ketika Alya, sahabat

Cinta yang mencoba bunuh diri karena masalah keluarga dan Cinta tidak

bisa menolong karena sering kencan dengan Rangga. Masalah lagi timbul

ketika Cinta dijauhi oleh sahabat-sahabatnya dan diminta untuk melupakan

Rangga. Singkat cerita, Rangga akhirnya ingin pergi ke Amerika,

mengetahui hal itu Cinta menyusulnya di bandara, setelah mereka bertemu

Rangga memberikan sebuah Buku yang isinya di halaman terakhir terdapat

puisi yang berisi tentang Cinta, dan di tulisan terakhir mengatakan bahwa

Rangga akan kembali sebelum bulan purnama.58

Film ini mempunyai cerita tersendiri dimana sutradara, Rudi

Soedjarwo, mampu memnghadirkan film yang patut untuk dijadikan

komoditi sehingga para kaum muda bisa ikut meramaikan bioskop yang

belakangan digemari oleh kaum muda. Tebukti dengan diputarnya film

tersebut, berhasil ditonton lebih dari 1,3 juta penonton.59

Setelah film yang cukup laris dipasaran tersebut, terdapat pula film

Ayat-Ayat Cinta. Ceritanya berdasarkan novel yang telah disebutkan di atas.

Alasan film ini juga menjadi penting untuk dibahas karena film ini mampu

menjadikan Islam sebagai wadh yang cocok untuk disandingkan dengan

fenomena yang sedang hangat dibicarakan, yaitu tentang percintaan dan

poligami.

Film Ayat-Ayat Cinta merupakan salah satu film Indonesia yang

telah mendorong perdebatan di kalangan aktivis feminis dan ahli budaya

mengenai masalah hubungan gender, dengan referensi khusus untuk

poligami dalam Islam. Ayat-Ayat Cinta berurusan dengan sejumlah isu

sensitif seperti perlakuan Islam terhadap wanita dan poligami. Beberapa

orang menyebutkan bahwa film ini mendukung poligami dan penggambaran

stereotipikal perempuan sebagai pasif, ekspresif dan bergantung. Afriadi

menyatakan bahwa Ayat-Ayat Cinta justru mendukung poligami sebagai

58

Sinopsis dari Wikipedia. Diakses pada 28 Maret 2018 pukul 15.20. 59

http://www.bintang-indonesia.com.

Page 57: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

44

masih dipraktekkan oleh Muslim konservatif. Iswarini dalam menganalisis

novel Ayat-Ayat Cinta, menunjukkan bahwa penulis novel mencoba untuk

mendomestikasi peran wanita dengan memberi label dan mengklasifikasikan

perempuannya karakter sebagai wanita buruk atau baik, sementara juga

menempatkan agama sebagai hanya satu klaim kebenaran yang diwakili oleh

tradisionalis. Namun, orang lain menyatakan bahwa Ayat-Ayat Cinta

cenderung mewakili nilai-nilai kapitalis daripada islam. Syam berpendapat

bahwa beberapa adegan dalam film tidak layak dalam ajaran Islam dan tabu,

seperti adegan ciuman dan bulan madu.60

Dan film tersebut juga mengalahkan banyak film-film Hollywood di

box office,mendapatkan audiens lebih dari 4 juta orang. Ayat-AyatCinta

dengan jelas menempatkan simbol-simbol Islam ke depan, seperti

menyajikan ayat-ayatdari Al Qur'an, berjilbab, dan seterusnya. SejakOrde

Baru runtuh pada tahun 1998, telah terjadikecenderungan baru tentang

kehidupan beragama yang tidak dapat dipisahkan dariproduksi film.

Kecenderungan baru ini terlihat pada kebangkitan Islamkonservativisme

atau fundamentalis Muslim dan Islam liberal. Namun,di Indonesia Islam

moderat diakui sebagai masih dominan.61

Film ini menjadi histori tersendiri, mengingat film ini berhasil

meraih jumlah penonton yang relatif sukses yakni sebanyak tiga juta

penonton hanya dalam tiga minggu pertama sejak film itu diputar.

Pencapaian lain dari film ini adalah film ini disaksikan oleh masyarakat dari

berbagai kelas dalam masyarakat, yang menarik adalah film ini berhasil

membawa komunitas religiusuntuk pergi ke bioskop.62 Bukti lain

kesuksesan dari film Ayat-Ayat Cinta adalah film ini mampu menggandakan

pita film sebanyak 100 copy. Sebuah angka yang fenomenal untuk ukuran

film nasional. Karena rata-rata film Indonesia paling banyak hanya dicetak

60

Lukman Hakim, Conservative Islam Turn Or Popular Islam ? an Analysis of the

Film Ayat-Ayat Cinta. Jurnal: Al-Jami’ah vol. 48, No. 1, 2010, hlm. 103-104. 61

Ibid, hlm. 104. 62

Thesis.umy.ac.id/../PNLT1745.pdf, hlm. 3.

Page 58: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

45

10-20 copy. Bahkan film-film utama Hollywood pun paling banyak dicetak

sebanyak 60-70 copy.63

Film ini, menurut Presiden SBY, menunjukkan bagaimana

mengapresiasikan nilai-nilai yang lebih dari sekedar simbol-simbol sehingga

masyarakat dunia dapat hidup berdampingan dalam perbedaan. Ia juga

menyebutkan, saat ini (pada periode 2008) negara Indonesia bersama dengan

negara lain sedang membangun kebersamaan guna menghindari perpecahan.

Disisi lain, Islam banyak disalahartikan, ini adalah bagian pelajaran bagi

semua Muslim bahwa Islam adalah peace, love, tolerance, and harmony dan

Islam benci kekerasan.64

Dalam situasi seperti inilah film Ayat-Ayat Cinta menjadi sebuah

karya yang memiliki nilai jual yang besar. Fim ini menjadi titik temu dari

berbagai gejala yang memperlihatkan fenomena mainstreaming dalam

diskusi mengenai budaya populer Islam. Bentuk sinema menjadi sesuatu

yang bukan kebetulan, dan juga dapat memberikan wacana budaya populer

Islam ini menjadi demikian luas dan masif.

Fase ini aka segera tampak dengan membanjirya film-film bernuansa

Islam ke bioskop pada tahun-tahun mendatang. Pembanjiran itu datang dari

dua arah. Pertama, para pelaku industri film akan membuat deretan epigon

karena melirik dari kesuksesan film AAC. Kedua, terbukanya pasar

penonton Islam akan merangsang para pelaku baru dalam dunia film.

Mereka percaya akan ada penonto muslim yang siap untuk diberi sajian

film-filmIslami.65

63

ungkap Manoj, dalam Koran Kompas, edisi 2 Maret 2018, hlm. 21. 64

Koran Republika, edisi 30 Maret 2008, hlm. B1. 65

Kompas, edisi 4 April 2008, hlm. 50.

Page 59: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

kemunculan film religi Islam di Indonesia bukan hanya tumbuh dan

berkembang serta merta, namun mengalami perkembangan yang cukup

signifikan bahwa industri film sendiri di wilayah Hidia Belanda mulai

berdiri pada tahun 1926, yaitu perusahaan NV Java Film Company yang

didirikan oleh L. Heuveldorp dari Batavia dan G. Krugers dai Bandung,

dengan film pertamanya berjudul Loetoeng Kasaroeng buatan L. Hoveldorp.

Pada tahun 1930, muncul perusahaan yang menjadi cikal-bakal

terbentuknya Java Industrial Film, perusahaan tersebut yaitu Cino Motion

Pictures oleh The Teng Chun yang sudah berpengalaman dalam urusan

bisnis film. Perusahaan Cino Motion Pictures memproduksi film dengan

cerita Thionghoa, antara lain : Sam Pek Eng Tay (1931), Pat Bie To (1932),

Pat Kiam Hiap (1933), serta Ouw Phe Tjoa(1934). Setelah memproduksi

film tersebut, The Teng Chun mengganti nama perusahaan tersebut menjadi

Java Industrial Film pada 1935. Kemudian perusahaannya meneruskan

produksi-produksi film klasik Tionghoa, seperti Lima Siloeman Tikoes

(1935), Pan Sie Tong (1935), The Pat Kai Kawin (1935), Ouw Phe Tjoa II

(1936), dan Hong Lian Sie (1937). Pada tahun 1937, perusahaan ANIF

(Algemeene Nederlandsch Indie Film Syndicaat) dengn sutradaranya Albert

Balink, memproduksi sebuah film Terang Boelan yang sangat laku di

pasaran, karena komposisi sistem bintangnya dan adegan-adegan yang

disukai publik pada masa itu. Adegan seperti nyanyian, lelucon, perkelahian,

dan keajaiban adalah yang paling banyak disukai publik penikmat film.

Kemudian dilanjutkan pada masa penjajahan Jepang yang mulai

mempropagandakan film untuk kepentingan politik mereka. Film-film yang

Page 60: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

47

diputar haruslah melalui badan sensor mereka (Nippon Eigha) yang

mempuyai syarat yaitu; film haruslah mempunyai unsur membangun,

menghilangkan budaya-budaya yang mencirikan budaya Barat, film haruslah

sopan, dan film yang dipertontonkan adalah tentang kebudayaan Jepang

mengenai norma-norma yang ada di Jepang dan juga bala tetaranya yang

dianggap kuat mengalahkan lawannya. Setelah Indonesia merdeka, film-film

nasional mulai bermunculan, utamaya film yang dianggap Islami pada era

Orde Lama, film Titian Serambut dibelah Tujuh (1959) karya Asrul Sani,

yang juga merupakan film bernuansa Islami. Film ini bercerita tentang

seorang guru beragama Islam yang mencoba mengajar di desa lain. Di desa

tersebut guru Ibrahim (nama tokoh utama film tersebut) mulai mendapat

beberapa rintangan mulai dari ancaman oleh guru agama sesepuh desa

tersebut, ancaman jika menolong Halimah (orang yang dianggap gila oleh

penduduk setempat karena sering bertingkah laku tidak wajar), padahal

Halimah seperti itu karena trauma mendapat fitnah dan hampir menjadi

korban pemerkosaan. Dengan diputarnya film tersebut, Asrul Sani,

Sutradara film tersebut berusaha menunjukkan bahwa komoditas agama

Islam pun dapat direalisasikan dalam media film. Film ini juga mengajarkan

tentang akhlak terpuji walaupun banyak rintangan yang guru alami dalam

film tersebut.

Kemudian disusul pula pembuatan film pada masa Orde Baru, yaitu

film yang sangat fenomenal, film Sunan Kalijaga (1983) yang hingga saat

ini masih dipertontonkan di beberapa daerah untuk mengenang jasa para

tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Film ini juga mengajarkan

tentang toleransi dalam beragama, dimana Islam datang adalah untuk

membawa kedamaian untuk kita semua, bukan malah merusak suatu

kebudayaan sebelumnya. Namun pada era reformasi hingga saat ini, film-

film religi yang ditampilkan lebih menonjolkan unsur percintaan, karena

mengikuti budaya populer yang berkembang, seperti dalam film Ayat-Ayat

Cinta (2008) yang mencapai angka tiga juta penoton dalam satu minggu

pertama. Ini menunjukkan bagaimana perkembangan film religi Islam

Page 61: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

48

menjadi suatu kajian yag menarik, mulai dari akhlak-akhlak terpuji yang

diajarkan dalam agaman Islam menjadi dominasi percintaan sesuai dengan

ajaran agama Islam pula.

B. Saran

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan diskusi

tentang wacana keislaman dalam bingkai film religi Islam dari tahun 1959

hingga 2008. Besar harapannya para pembaca dapat mengetahui dan

memahami tentang apa yang sedikit saya singgug mengenai perkembangan

film religi di Indonesia, dan harapannya pula akan ada kajian lanjutan

megenai perkembangan film religi Islam di tahun-tahun berikutnya.

Page 62: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

49

Daftar Pustaka

Biran, Misbach Yusa. 2009. Sejarah Film 1900-1950. Cet. II. Jakarta :

Komunitas Bambu dan Dewan Kesenian Jakarta.

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Agama; Wisata Pemikiran dan

Kepercayaan Manusia.Jakarta: Rajawali Pers.

Kuntowijoyo. 2001. Muslim tanpa Masji. Bandung : Mizan.

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Eneste, Pamusuk. 1991.Novel dan Film. Flores: Penerbit Nusa Indah.

Hutari, Fandy. 2011. Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal. Yogyakarta :

INSISTPress.

Abdullah, Taufik, dkk. 1993. Film Indonesia Bagian I (1900-1950). Jakarta :

Perum Percetakan Negara RI.

Kristanto, JB. 2007. Katalog Film Indonesia 1926-2007. Jakarta : Nalar.

Amura, H. 1989. Perfilman Indonesia dalam Era Orde Baru. Jakarta :

Lembaga Komunikasi Massa Islam Indonesia.

Madjid, Nurcholis. 1970.Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan

Masalah Integrasi Umat. Jakarta: Penerbit Islamic Research Center.

Effendy, Bahtiar. 1998. Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan

Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina.

Page 63: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

50

Izharuddin, Alicia. 2017. Gender and Islam in IndonesianCinema. Kuala

Lumpur: Palgrave Macmillan.

Gronemenyer, Andrea. 1998. Film. New York: Barron’s Educational Series,

Inc.

Amin, Samsul Munir, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta, Amzah.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz III, (Mesir: Isa Bab al-Halaby,tt.).Sobur,

Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Endaswara, Suwardi. (2013). Foklor Nusantara : Hakekat, Bentuk, dan

Fungsi, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kurasawa, Eiko. Film as Propaganda Media in Java under the Japanese,

1942-1945. In Japanese Culture Policies in South East Asia during

Word War II, ed. By Grant K. Goodman

Fatimah, Nur. Produksi Film Dokumenter Religi: Bukan Seperti Miskin

Tidak Seperti Kaya. 2015. Semarang:IAIN Walisongo.

Fauziyah, Sifaul. Representasi Pesan Sedekah dalam Film Kun Fayakun.

(2012). Yogyakarta : Fakultas Dakwah dan komunikasi Universitas

Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

http://digilib.uinsby.ac.id/878/

Musikaning Raras, Lianita. Film Musikal Dokumeter “Generasi Biru”:

Sebuah Tinjauan Semiotika Umberto Eco. (2010). Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Page 64: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

51

Abdul Malik Syam, Zaka. Analisis Wacana Film Titian Serambut dibelah

Tujuh Karya Chaerul Umam. (2010). Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Putra, Okrisal Eka.Jurnal Dakwah: Hubungan Islam dan Politik Masa Orde

Baru. vol.IX No. 2. Juli-Desember 2008.

e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217.

Muhlisiun, Arda. Jurnal Panggung: Film “Darah dan Do’a” sebagai

Wacana Film Nasional Indonesia, Vol. 26 No. 3. September 2016.

Rusdiarti, SR. Film Horor Indonesia: Dinamika Genre.

Hakim, Lukman. Conservative Islam Turn Or Popular Islam ? an Analysis

of the Film Ayat-Ayat Cinta. Jurnal: Al-Jami’ah vol. 48 No. 1. 2010.

Thohier, Mahmud. Kajian Islam Tentang Akhlak dan Karakteristiknya,

(Jurnal Sosial dan Pembangunan: Volume XXIII No. 1 Januari-

Maret 2007). LPPM-UNISBA.

Setyorini, Fitri Sari dan Nurrohim. Millati, Journal of Islamic Studies and

HumanitiesVol. 3, No. 1, Juni 2018:Analisis Historis terhadap

Corak Kesenian Islam Nusantara. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan

Humuniora, IAIN Salatiga.

Page 65: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

LAMPIRAN

Page 66: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 1 : Berita tentang film Loetoeng Kasaroeng

Page 67: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 2 : Berita tentang film Sunan Kalijaga

Page 68: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 3 : Berita tentang film Sunan Kalijagamenawarkan

kerukunan beragama

Page 69: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 4 : Berita tentang film Sunan Kalijaga mendapat

dukungan dari MUI

Page 70: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 5 : Berita tentang memfilmkan Sunan Kalijaga

Page 71: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi
Page 72: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 6 : Foto The Teng Chun

Page 73: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 7 : Berita tentang film Ayat-Ayat Cinta mengajarkan

toleransi

Page 74: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 8 : Berita tentang kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta

Page 75: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

Lampiran 9 : Berita tentang film Ayat-Ayat Cinta ditonton di

Belanda

Page 76: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi
Page 77: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

I. Data Pribadi

1. Nama : Edo Nabil Arovi

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kudus, 21 Desember 1996

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Status Pernikahan : Belum Kawin

6. Warga Negara : Indonesia

7. Alamat KTP : RT: 02/RW: 02, Kota, Kudus

8. Alamat Sekarang : RT: 02/RW: 02, Kota, Kudus

9. Nomor Telepon / HP : 085740120140

10. e-mail : [email protected]

11. Kode Pos : 59317

II. Pendidikan Formal :

Periode

(Tahun) Sekolah / Institusi Alamat

Jenjang

Pendidikan

2002 - 2008 SD NU NAWA

KARTIKA

Langgar Dalem, Kota,

Kudus SD

2008 - 2011 MTs NEGERI 1

KUDUS

Prambaan Lor,

Kaliwungu, Kudus SMP

2011 - 2014 SMK NU

MAARIF KUDUS

Prambatan Kidul,

Kaliwungu, Kudus SMK

Page 78: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi

2014 - 2018 IAIN Salatiga Salatiga, Jawa Tengah S1

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 08 Okober 2018

Edo Nabil Arovi

Page 79: TEMA ISLAMI DALAM GENRE FILM DI INDONESIA TAHUN 1959 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4688/1/SKRIPSI.pdf · novel, progam televisi, sinetron, lagu-lagu dan sebagainya menjadi