Telepon genggam yang mencemaskan
-
Upload
khairunisa-wulandari -
Category
Education
-
view
131 -
download
6
Transcript of Telepon genggam yang mencemaskan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak dapat dihindarkan lagi, perkembangan media teknologi komunikasi di
Informasi di Indonesia saat ini semakin canggih, hal ini dapat dilihat dari semakin
bertambah banyaknya masyarakat yang menggunakan media komunikasi berupa
handphone. Handphone pada awalnya merupakan barang yang langka dan dianggap
mewah, serta hanya orang kalangan ekonomi atas yang dapat memilikinya. Namun
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kini handphone menjadi
barang primer serta mudah dibeli. Handphone sekarang ini sudah menjadi alat
komunikasi yang penting dan di gemari oleh berbagai kalangan masyarakat, baik
anak-anak, remaja maupun orang tua. Selain dijadikan sebagai alat komunikasi,
handphone juga sudah menjadi trend gaya hidup di masyarakat pada saat ini.
Komunikasi memang diperlukan untuk menjalin suatu interaksi dalam
masyarakat. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi.
Kontak tidak hanya terjadi secara berhadapan langsung, kontak dapat terjadi melalui
perantara, perantara tersebut bisa melalui peralatan. Oleh karena itu, orang dapat
mengadakan hubungan komunikasi dengan orang lain tanpa bertemu, misalkan
dengan berbicara dengan orang lain (Soerjono, 1982: 58). Untuk berbicara dengan
orang lain diperlukan suatu komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-
tanda, atau tingkah laku (Rochajat, 2 2011: 20). Komunikasi dapat berlangsung dari
mana saja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalkan dengan
menggunakan media komunikasi berupa handphone yang sekarang ini sedang trend
di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja teori yang relevan dari telepon genggam yang mencemaskan?
b. Apa yang dimaksud dengan penggunaan telepon genggam yang
mencemaskan?
1
c. Apa saja akibat yang ditimbulkan saat kita menggunakan telepon
genggam yang berlebihan?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa saja teori yang relevan dari penggunaan telepon
genggam yang mencemaskan.
b. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan penggunaan
telepon genggam yang mencemaskan.
c. Mengetahui apa saja akibat yang ditimbulkan saat kita menggunakan
telepon genggam secara berlebihan.
1.4 Manfaat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah sosial dan
media massa yang ada di dalam masyarakat, yaitu penggunaan telepon genggam
yang mencemaskan. Dan membuat pembaca sadar bahwa menggunakan telepon
genggam secara berlebihan dapat menimbulkan banyak akibat.
2
BAB II
TEORI YANG RELEVAN
2.1 Teori Ketergantungan Media
Teori Ketergantungan Media (bahasa Inggris: Dependency Theory) adalah teori
tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada
suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin
penting untuk orang itu. Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin
DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak
terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar.
Teori ini memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakat
yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini pada
dasarnya merupakan suatu pendekatan struktural sosial yang berangkat dari gagasan
mengenai sifat suatu masyarakat modern (atau masyarakat massa), di mana media
massa dapat dianggap sebagai sitem informasi yang memiliki peran penting dalam
proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, atau
individu dalam aktivitas sosial.
Jenis dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhi oleh jumlah kondisi
struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkat perubahan,
konfliknya atau tidak stabilnya masyarakat tersebut, dan kedia, berkaitan dengan apa
yang dilakukan media yang pada dasarnya melayangi berbagai fungsi informasi.
2.2 Teori Determinisme
.
Marshall McLuhan adalah pencetus dari teori determinisme teknologi ini pada
tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic
Man. Dasar teorinya adalah perubahan pada cara berkomunikasi akan membentuk cara
berpikir, berperilaku, dan bergerak ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan
manusia.
3
Sebagai intinya adalah determinisme teori, yaitu penemuan atau perkembangan
teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Seperti
yang disampaikan dalam edisi kelima buku A First Look At Coommunication Theory
By Griffin dan Emory A, McLuhan memetakan sejarah peradaban kehidupan manusia
ke dalam empat periode:
1. The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era ini dikenal dengan nama era purba atau
era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam
berkomunikasi. Komunikasi pada era ini hanya mendasarkan diri pada narasi,
cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya dimana telinga adalah “raja”, atau dalam
istilah lama orang mengenal paham“hearing is believing”, dan kemampuan visual
manusia belum banyak diandalkan dalam komunikasi. sehingga, Era primitif ini
kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.
2. The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia
berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi dominan di
era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi
mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan.
3. The Print Age. Era ini dimulai sejak ditemukannya mesin cetak yang menjadikan
alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin
cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media
cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi.
4. The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau
teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax, komputer,
dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut sebagai
“global village”. Media massa pada era ini mampu membawa manusia mampu
untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, dan
seketika itu juga.
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan
dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang
jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup
kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang
kehidupan kita.
4
Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang
disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi
memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang
keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja
sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah
lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka
sampaikan.
Inti dari teori McLuhan ini jelas menjadi gambaran yang disebut determinisme
teklologi. Yang berarti penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi yang
sebenarnya yang mengubah kebudayaan manusia.Determinisme menurut sumber
wikipedia indonesia berasal dari bahasa Latin determinare yang artinya menentukan
atau menetapkan batas atau membatasi. Secara umum, pemikiran ini berpendapat bahwa
keadaan hidup dan perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor
fisik geografis, biologis, psikologis,sosiologis, ekonomis dan keagamaan yang ada
termasuk didalamnya perubahan pada peradaban manusia. Determinisme juga
berpegangan bahwa perilaku etis manusia ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat,
tradisi, norma dan nilai etis masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat
olehWilliam Hamilton yang menerapkannya pada Thomas Hobbes. Penganut awal
pemikiran determinisme ini adalah demokritos yang percaya bahwa sebab-akibat
menjadi penjelasan bagi semua kejadian sesuai dengan landasan setiap perubahan yang
terjadi didalamnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut McLuhan eksistensi
manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi dimasing-masing tempat
berlangsungnya peradaban mereka.
Namun tidak sebatas ini saja, ternyata hadirnya sekian banyak teknologi disekian
peradaban yang dilalui manusia ternyata masih saja ditemui dilema yang kemudian
muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yaitu
berupa keadaan dimana manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi yang
diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukannya dikontrol oleh manusia namun
justru kebalikannya, kita yang dikontrol oleh mereka. Sebagai contoh, betapa
gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode sinetron kesayangan yang biasanya
kita tonton tiap hari. Atau mungkin kalau kita sudah lebih dari seminggu tidak
membuka halaman Friendster di internet. Satu hari saja tidak menonton televisi
5
mungkin kita akan merasa betapa kita telah ketinggalan berapa banyak informasi hari
itu. Ini menjadi fakta bahwa kehadiran media massa, dan segala kemajuan teknologi
komunikasi lainnya yang seharusnya menjadikan kehidupan manusia lebih baik justru
menjadi sebuah ironi dimana dominasi media massa dan teknologi komunikasi semakin
pesat dan tidak begitu membaik.
Selanjutnya, Frederic Le Play (1806-1882) menggunakan perspektif determinisme
ini untuk menganalisa faktor adat dan nilai-nilai budaya tradisional dalam proses
pembentukan tertib sosial. Menurutnya Teori determinisme merupakan teori
monocausal yang menganggap ada faktor tunggal yang menyebabkan sebuah
perubahan. Ia memberikan pertanyaan mendasar, apa yang harus diperbuat agar orang
kembali dapat memperoleh kehidupan dengan rasa aman, kembali berada dalam
kehidupan yang dikendalikan oleh nilai-nilai etika, serta kembali bersatu dengan penuh
pengertian? Ia menjawab bahwa faktor struktural, dalam hal ini keluarga dan pola-pola
relasinya mempengaruhi apakah masyarakat akan bergerak menuju tertib sosial seperti
yang diharapkan.
Keadaan keluarga menurut Le Play dipengaruhi oleh lingkungan dan pekerjaan,
yang pada akhirnya mempengaruhi pola relasi sebuah keluarga. Pola relasi itu lalu
mempengaruhi munculnya masalah dan fakta-fakta sosial. Le Play kemudian melihat
masyarakat Asia Tengah menjumpai lingkungan padang rumput, yang kemudian
melahirkan pola pekerjaan sebagai pengembara, dan membangun pola keluarga yang
menempatkan ayah sebagai pemegang kuasa mutlak. Ledakan penduduk menyebabkan
mereka kemudian terdislokasi, lalu mencari ladang baru. Dalam perburuan ladang baru,
mereka menemukan lingkungan geografis yang berbeda di daratan tepi Samudera
Atlantik. Mereka kemudian mengenal mata pencaharian sebagai nelayan. Mereka tidak
lagi bertahan dengan dengan model keluarga besar, tetapi mengubahnya menjadi
keluarga-keluarga kecil. Individualisme kemudian menjadi kepribadian mereka, dan
muncullah persaingan yang kemudian melahirkan kesadaran pentingnya hubungan
kontraktual.
Masyarakat dari Asia Tengah tersebut sebagian diantaranya menemukan daratan
Afrika dan Amerika Tengah yang kemudian memaksa mereka menjadi pemburu karena
lingkungan yang mereka temui adalah hutan belantara. Budaya dan hukum rimba
6
kemudian menjadi penyebab struktur keluarga yang tidak stabil. Mereka yang kuat akan
menjadi pemimpin dan mendiktekan apa yang harus dilakukan masyarakat.
Teori determinisme geografis Le Play, di samping menunjukkan determinisme
faktor struktural juga diwarnai spirit etnosentrisme yang kuat. Ia beranggapan bahwa
manusia barat memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan ras-ras lainnya. Keyakinan
terhadap faktor lingkungan alam begitu kuat sehingga mengabaikan kemungkinan-
kemungkinan manusia menjinakkan alam itu sendiri. Terkait dengan konteks ini,
Veeger mengingatkan bahwa pandangan determinisme geografis hanya berguna sejauh
kita diperingatkan olehnya bahwa manusia selalu dibatasi oleh situasi dan kondisi, akan
tetapi di dalam ruang gerak yang terbatas ini manusia tetap bebas untuk dapat bertindak,
berfikir dan mengikuti perkembangan teknologi sepanjang peradabannya sendiri
sebagai manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Telepon genggam adalah media komunikasi modern yang bermanfaat
kepada manusia. Namun akhir-akhir ini, HP berkembang kearah yang
mencemaskan. Pertama, kuantitas HP berkembang dalam jumlah yang sangat besar
seirama dengan produsen-produsen HP memproduksi HP murah yang masa
penggunaanya terbatas sehingga diperikrakan akan menjadi limbah yang
menghawatirkan di dunia.
7
Kedua, HP berkembang ke arah disfungsi sosial, dimana penggunaan HP dapat
merusak sendi-sendi hubungan sosial masyarakat. Seperti umpamanya HP digunakan
sebagai alat pemantik bom yang dapat meneror masyarakat. HP juga dapat digunakan
sebagai media komunikasi dan informasi, namun di masyarakat HP juga dapat
digunakan sebagai media “selingkuh”, membohongi orang lain, membohongi suami
atau istri, mahasiswa dapat menggunakan HP untuk menyontek di kelas atau menjoki
ujian orang lain.
Pada masyarakat Indonesia yang sedang euforia bersama HP, kadang kala
pengguna HP yang tidak sesuai dengan fungsinya malah menimbulkan berbagai
persoalan. Beberapa contoh umpamanya :
1. Menggunakan HP ketika mengendarai kendaraan bermotor sangat beresiko
mencederai diri sendiri dan orang lain.Karena ber-SMS atau menerima
telepon saat berkendaraan akan mengurangi konsentrasi pengendara serta
mengurangi keterampilan pengendara itu sendiri. Apabila hal ini dilakukan
maka akan sangat berbahaya karena seringkali terjadi kecelakaan di jalan
raya karena pengendara menggunakan telepon sambil menyetir motor atau
mobil. Di beberapa negara perilaku ini menjadi objek pelanggaran
hukum,namun diindonesia perilaku ini sudah biasa.
2. HP seringkali mengganggu suatu forum rapat, majelis taklim,suasana belajar
di kelas, bahkan suasana ibadah di tempat ibadah, karena sering kali peserta
rapat atau majelis taklim mnerima atau menggunakan telepon di saat ia
berada di dalam forum-forum itu. Seringkali pula mahasiswa ber SMS ria
dikelas saat kuliah sedang berlangsung sehingga mengganggu
konsentrasinya.
3. HP yang kadangkala menjadi media yang digunakan untuk hal-hal yang
tidak layak digunakan seperti menggunakan HP untuk menipu,meneror,
memarahi orang, menghasut orang, memfitnah orang dan sebagainya. Sering
pula HP digunakan untuk berselingkuh, hal itu disebabkan karena berkirim
8
SMS seseorang lebih leluasa menyampaikan apa saja yang harus kontak
langsung dengan orang lain.
4. Penggunaan HP yang berlebihan akan meningkatkan pembelian pulsa, hal
ini menyebabkan seseorang sangat boros karena terbiasa bicara panjang
lebar di HP atau mengirim SMS berbaris-baris. Saat ini diperkirakan
penggunaan pulsa HP melebihi anggaran-anggaran perokok
mengonsumsikan tembakau perhari sehingga mengganggu pemenuhan
kebutuhan dasar riil keluarga setiap hari. Tentu hal ini berdampak pula pada
keluarga setiap hari, juga berdampak pula pada kemampuan dan kemauan
orang tua untuk menjalankan uang mereka kepada investasi pendidikan
anak-anak mereka,karena biaya hidup keluarga terkuras habis untuk mebeli
pulsa.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Jadi dapat kita simpulkan, bahwa penggunaan telepon genggam yang
mencemaskan disebabkan oleh konsumsi kita terhadap pemakaian telepon genggam itu
sendiri. Pemakaian telepon genggam di Indonesia yang secara berlebihan dapat
menyebabkan beberapa akibat, antara lain:
1. Dapat mencelakakan diri kita sendiri apabila menggunakan HP saat
mengendarai kendaraan.
2. Penggunaan HP dapat menggangu berjalannya rapat, majillis taklim, suasana
belajar, beribadah, dan lain-lainnya.
3. HP digunakan untuk menipu, dan merugikan orang lain.
4. Penggunaan HP yang berlebihan akan meningkatkan pembelian pulsa.
4.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca bahwa menggunakan HP seharusnya
digunakan dengan bertanggung jawab, dan tidak berlebihan, sehingga tidak merugikan
orang lain maupun individu itu sendiri. Penulis juga menyarankan kepada para
mahasiswa dan pelajar untuk menonaktifkan HP nya saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung agar lebih fokus dan ilmu yang diberikan oleh guru/dosen dapat kita terima
dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
11