Telaah Studi Amdal

26
TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP OPERASIONAL PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ABSTRAK Telaah studi AMDAL yang dilakukan pada pabrik peleburan timah (smelter) PT. Laba-laba Multindo Pangkalpinang Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ini mempunyai tujuan antara lain (a). Identifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak pabrik peleburan timah; (b). Prakiraan dampak terhadap komponen lingkungan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting; dan (c).Evaluasi terhadap komponen llingkungan yang terkena dampak besar dan penting. Kegiatan pada tahap operasional pabrik peleburan timah adalah berupa : mobilisasi tenaga kerja, pengangkutan bahan baku, pengolahan bahan baku, house keeping (pemeliharaan pabrik) dan penanganan slag. Berdasarkan kegiatan pada tahap operasional tersebut, maka diketahui isu-isu pokok berupa : penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, limbah padat, serta perubahan sikap/ persepsi masyarakat. Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian; Analisis kebisingan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari Rau and Woote, dan analisis kebisingan sumber tidak bergerak. Hasil analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan. Sedangkan sikap/persepsi masyarakat dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Hasil telaah didapatkan hasil identifikasi dampak besar dan penting sebagai berikut : (a).Penurunan kualitas udara berasal pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu mempunyai dampak relatif kecil sehingga pentingnya dampak negatif cukup penting dengan potensi dampak sangat kecil. Sedangkan pada kegiatan proses pengolahan bahan baku tergolong dampak negatif lebih penting dan besaran dampak sedang; (b). Kebisingan pada tahap operasional berasal dari pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu serta kegiatan pengolahan bahan baku. Peningkatan kebisingan ini tergolong dampak negatif sangat penting dengan potensi dampak besar ; (c). Limbah padat (slag) yang dihasilkan dapat dikategorikan mempunyai dampak negatif sangat pentin dengan besaran dampak sedang; (d). Perubahan sikap/persepsi masyarakat pada tahap operasional yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang akan diterima tergolong dampak positif penting dengan besaran dampak tergolong besar. 1

Transcript of Telaah Studi Amdal

Page 1: Telaah Studi Amdal

TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP OPERASIONAL PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO

PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ABSTRAK

Telaah studi AMDAL yang dilakukan pada pabrik peleburan timah (smelter) PT. Laba-laba Multindo Pangkalpinang Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ini mempunyai tujuan antara lain (a). Identifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak pabrik peleburan timah; (b). Prakiraan dampak terhadap komponen lingkungan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting; dan (c).Evaluasi terhadap komponen llingkungan yang terkena dampak besar dan penting.

Kegiatan pada tahap operasional pabrik peleburan timah adalah berupa : mobilisasi tenaga kerja, pengangkutan bahan baku, pengolahan bahan baku, house keeping (pemeliharaan pabrik) dan penanganan slag. Berdasarkan kegiatan pada tahap operasional tersebut, maka diketahui isu-isu pokok berupa : penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, limbah padat, serta perubahan sikap/ persepsi masyarakat.

Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian; Analisis kebisingan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari Rau and Woote, dan analisis kebisingan sumber tidak bergerak. Hasil analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan. Sedangkan sikap/persepsi masyarakat dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

Hasil telaah didapatkan hasil identifikasi dampak besar dan penting sebagai berikut : (a).Penurunan kualitas udara berasal pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu mempunyai dampak relatif kecil sehingga pentingnya dampak negatif cukup penting dengan potensi dampak sangat kecil. Sedangkan pada kegiatan proses pengolahan bahan baku tergolong dampak negatif lebih penting dan besaran dampak sedang; (b). Kebisingan pada tahap operasional berasal dari pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu serta kegiatan pengolahan bahan baku. Peningkatan kebisingan ini tergolong dampak negatif sangat penting dengan potensi dampak besar; (c). Limbah padat (slag) yang dihasilkan dapat dikategorikan mempunyai dampak negatif sangat pentin dengan besaran dampak sedang; (d). Perubahan sikap/persepsi masyarakat pada tahap operasional yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang akan diterima tergolong dampak positif penting dengan besaran dampak tergolong besar. Selain berdampak positif, penerimaan tenaga kerja dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang berakibat kepada keresahan sosial. Namun dampak keresahan masyarakat ini tergolong negatif cukup penting dengan besaran dampak kecil. Dampak ikutan terhadap keresahan sosial juga berakibat kepada konflik sosial. Dampak ini diperkirakan negatif cukup penting dan besarnya dampak kecil.

Kata kunci : AMDAL, tahap operasional, pabrik peleburan timah.

1

Page 2: Telaah Studi Amdal

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Bangka merupakan salah satu penghasil timah terbesar di dunia. Timah sekarang ini

merupakan produk andalan yang berasal dari Pulau Bangka dan Belitung. Namun pasir timah

adalah suatu kategori sumber daya alam yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus

dijaga keberlangsungan atau sumber daya tersebut dapat dipertahankan.

Lokasi pabrik smelter PT. Laba-laba Multindo terletak di Jalan Ketapang Dalam Kelurahan

Bacang Kecamatan Bukit Intang Pangkalpinang. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03

Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang, lokasi pabrik smelter

terletak di Kawasan Industri Ketapang.

Dalam melaksanakan operasional PT. Laba-Laba Multindo menggunakan pasir timah,

antrasit dan kapur sebagai bahan baku utama dengan produksi per tahun 5000 ton. Kegiatan

operasional pabrik smelter ini diperkirakan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama

pencemaran udara.

Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

pasal 18 ayat 1, menyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yamg mempunyai

dampak besar dan penting wajib dilakukan kajian AMDAL. Kajian AMDAL tersebut perlu

dilakukan guna mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari operasional kegiatan terutama

pencemaran udara yang diperkirakan punya pengaruh buruk terhadap kesehatan.

1.2. Tujuan Penelitian

a. Identifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak pabrik peleburan timah

b. Prakiraan dampak terhadap komponen lingkungan terutama yang menimbulkan dampak

besar dan penting

c. Evaluasi terhadap komponen llingkungan yang terkena dampak besar dan penting.

1.3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pemerintah

1). Sebagai masukan bagi perencanaan dan pembangunan wilayah

2). Integrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan pembangunan

3). Sebagai Pedoman pemerintah dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan.

b. Bagi Pemrakarsa

1). Masukan dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

2). Informasi kondisi lingkungan awal di sekitar lokasi kegiatan

2

Page 3: Telaah Studi Amdal

c. Bagi Masyarakat

1). Sumber informasi bagi masyarakat tentang rencana pabrik peleburan timah

2). Ikut berperan serta dalam melakukan upaya pemantauan lingkungan yang dilaksanakan

oleh pemrakarsa kegiatan.

II. RONA LINGKUNGAN AWAL

Rona lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di lokasi kegiatan pabrik

peleburan timah (smelter). Rona lingkungan diperlukan dalam kajian analisis dampak lingkungan

karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan dampak yang akan datang. Rona

lingkungan yang ditelaah tidak semua komponen lingkungan tetapi hanya terbatas pada indikator

yang paling tepat dan penting dalam kaitannya dengan dampak atau isu pokok, terutama yang

berkaitan pada tahap operasional.

2.1. Isu-Isu Pokok

Isu pokok pembangunan pabrik peleburan pasir timah (smelter) pada tahap operasional

adalah sebagai berikut :

a. Penurunan kualitas udara

b. Limbah padat (Slag)

c. Peningkatan kebisingan

d. Sikap dan persepsi masyarakat

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kualitas udara dan kebisingan

Parameter kualitas udara yang dianalisis meliputi sulfur dioksida, carbon monoksida,

Nitrogen dioksida, hidrokarbon, partikel suspensi debu dan Pb. Jumlah titik sampel kualitas udara

di wilayah tapak proyek dan sekitar proyek berjumlah 3 titik sampel.

Kebisingan dikumpulkan dengan pengukuran langsung dengan menggunakan sound level

meter. Untuk lebih jelasnya data kualitas udara yang akan diukur dan lokasi pengukuran,

disajikan pada Tabel III.1. berikut :

TABEL III.1.

3

Page 4: Telaah Studi Amdal

PARAMETER KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

No. Parameter Metode Analisis Peralatan

1. NO2 Saltzman Spectrofotometer

2. SO2 Pararosandi Spectrofotometer

3. CO NDIR NDIR Analyzer

4. HC Flame Ionization Gas Chromatografi

5. TSP Gravimetri Hi Vol

6. Pb Gravimetri Hi Vol

7. Kebisingan Sound Level Meter

TABEL III.2LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KUALITAS UDARA

No. Lokasi Kegiatan Kode Sampel

1. Komplek PT. Laba-Laba Multindo U-1

2. Jln. Ketapang U-2

3. Jln. Air Mawar (Perumahan

RT.08.RW.03 Air Mawar)

U-3

Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan

baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara

diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian yang rumusnya sebagai

berikut :

Q -H2

C (x,o,o,h) = x exp y z U 2 z2

C = Konsentrasi konsentarsi pada jarak x meter dari stack.

Q = Laju emisi konstan (g/detik).U = Kecepatan angin (m/detik)H = Ketinggian emisi efektif dari cerobong (m)z = Koefisien dispersi horizontal (m).y = Koefisien dispersi vertikal (m).X,y = Jarak horizontal dari sumber emisi (m).y = Tinggi permukaan di atas tanah. = 3,14

4

Page 5: Telaah Studi Amdal

y dan z ditentukan oleh keadaan cuaca yaitu stabilitas udara yang dipengaruhi oleh

kecepatan angin, penerimaan radiasi surya pada siang hari dan penutupan awan pada malam

hari.

TABEL III.3.STANDAR KUALITAS UDARA

No. ParameterBaku Mutu

Waktu Pengukuran (pg/Nm3)1 Jam 24 Jam 1 Tahun

1.2.3.4.5.6.

NO2

SO2

COHCTSPPb

400900

30.000160 / 3 jam

--

150365

10.000-

2302

10060--

901

Sumber : PP No. 41 Tahun 1999

Analisis kebisingan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :

a. Analisis kebisingan sumber bergerak

Untuk analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari Rau

dan Wooten (1990) sebagai berikut :

Keterangan :

Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe i

Ni = Jumlah kendaraan yang lewat per jam

Si = Kecepatan rata-rata truk

D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran

S = “Shielding faktor” untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = S dBA.

b. Analisis kebisingan sumber tidak bergerak

Metode analisis untuk kebisingan sumber tidak bergerak, digunakan rumus :

L2 = L1 – 10 Log R2/R1,

dimana :

L2 = tingkat kebisingan pada jarak R2 (dBA)

L1 = tingkat kebisingan pada jarak R1 (dBA)

R2 = jarak pendengar dari sumber bising (meter)

R1 = jarak bising dari sumbernya (meter)

Analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-48/MenLH/10/1996

tentang Baku Tingkat kebisingan.

5

Page 6: Telaah Studi Amdal

3.2. Sikap / Persepsi Masyarakat

Sikap/persepsi dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat bantu kuesioner

3.3.Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting

Dalam evaluasi dampak penting digunakan metode diagram alir untuk hubungan kausatif

konfiks dan matrik evaluasi dampak untuk mengerjakan interaksi antara komponen kegiatan dan

komponen lingkungan.

Untuk mempermudah evaluasi dampak perlu ditetapkan besarnya dampak, dengan

menetapkan kriteria sebagai berikut :

a.Pentingnya dampak

1). Kurang penting

2). Cukup penting

3). Penting

4). Lebih Penting

5). Sangat Penting

b.Besarnya dampak

1). Dampak sangat kecil

2). Dampak kecil

3). Dampak sedang

4). Dampak besar

5). Dampak sangat besar

Bahasan besar dampak yang diperoleh dari prakiraan dampak penting, untuk menetapkan

jenis dampak besar dan penting, dilakukan evaluasi dampak penting. Tahap evaluasi di dasarkan

pada Keputusan kepala Bapedal Nomor Kep-056 Tahun 1994 mengenai 6 (enam) Kriteria

dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap dampak penting sehingga dapat

ditentukan penting tidaknya dampak :

a. Jumlah manusia yang terkena dampak

b. Luas wilayah persebaran dampak

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak

e. Sifat kumulatif dampak

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Evaluasi dampak penting merupakan proses penelusuran prilaku dampak dan keterkaitan

antar masing-masing dampak tersebut.

IV. HASIL TELAAH PADA TAHAP OPERASIONAL

4.1. Identifikasi Dampak Besar dan Penting

6

Page 7: Telaah Studi Amdal

Metode pendekatan identifikasi dampak besar dan penting dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu a) metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan komponen

lingkungan, dan b) metode pendekatan matrik evaluasi dampak.

a. Metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan

Metode pendekatan matrik interaksi ini memadukan tahapan kegiatan pelaksanaan

pembangunan pabrik smelter dengan komponen lingkungan yang potensial menerima

dampak. Selanjutnya metode ini disajikan pada Tabel IV.1. berikut :

TABEL IV.1. MATRIK IDENTIFIKASI DAMPAK

No.Komponen/Sub Komponen

Lingkungan

Operasi

Rekrutmen tenaga kerja

Pengangkutan bahan-bahan

Pengolahan bahan Baku House keeping

Penanganan limbah padat

A. Fisik Kimia1. Kualitas Udara2. Kualitas Air3. Kebisingan4. Lahan/Ruang

X

X

XXX

Xxx

B. Biologi1. Flora2. Fauna3. Biota Air x

C. Sosekbud Kesmas1. Peluang Kerja2. Peningkatan Pendapatan3. Keresahan Masyarakat4. Sikap dan persepsi5. Kesehatan Masyarakat6. Konflik Sosial

XXXX

X

X

xX

x

Sumber : Hasil analisis, 2005

b. Metode Pendekatan Matrik Evaluasi Prakiraan Dampak dengan Komponen Lingkungan

Metode ini mengarah kepada pemberian nilai/skore yang berhubungan antara komponen

lingkungan yang terkena dampak dengan tahap-tahap kegiatan. Selanjutnya disajikan pada

Tabel IV.2. berikut ini :

TABEL IV.2. MATRIK EVALUASI PRAKIRAAN DAMPAK

7

Page 8: Telaah Studi Amdal

No.Komponen/Sub Komponen

Lingkungan

Operasi

Rekrutmen tenaga kerja

Pengangkutan bahan-bahan

Pengolahan bahan Baku House keeping

Penanganan limbah padat

A. Fisik Kimia1. Kualitas Udara2. Kualitas Air3. Kebisingan4. Lahan/Ruang

-2/1

-2/1

-4/3-1/1-5/4

-1/1-4/3-1/1

B. Biologi1. Flora2. Fauna3. Biota Air -1/1

C. Sosekbud Kesmas1. Peluang Kerja2. Peningkatan Pendapatan3. Keresahan Masyarakat4. Sikap dan persepsi5. Kesehatan Masyarakat6. Konflik Sosial

+2/1+3/4-2/2-1/2

-2/2

-1/1

-2/1-1/1

-1/1

Sumber : Hasil analisis, 2005

4.2. Prakiraan dan Penentuan Dampak Besar dan Penting

4.2.1. Penurunan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara pada tahap operasional secara umum disebabkan oleh

beberapa tahap kegiatan yaitu :

a. Pengangkutan bahan baku dan bahan pembantu

Pengangkutan bahan baku berupa pasir timah, kapur dan antrasit dilakukan dengan

menggunakan truck atau dump truk dengan kapasitas 5-8 ton. Bahan baku berupa pasir

timah berasal dari kuasa penambangan yang dimiliki oleh perusahaan di luar Kota

Pangkalpinang.

Untuk bahan baku kapur berasal dari Kota Pangkalpinang, sedangkan antrasit

didatangkan dari luar pulau Bangka yang diangkut dengan menggunakan kapal laut.

Hasil pengukuran kualitas udara dijalan Air Mawar Kelurahan Bacang parameter NO2

sebesar 215 g/m3/1 jam, SO2 sebesar 285 g/m3/1 jam, CO sebesar 11 g/m3/1 jam , HC

sebesar 73 g/m3/3 jam, TSP sebesar 499 g/m3/24 jam dan Pb sebesar 0 g/m3/24 jam.

Sedangkan di Jalan Ketapang parameter NO2 sebesar 310 g/m3/1 jam, SO2 sebesar 321

g/m3/1 jam, CO sebesar 10 g/m3/1 jam , HC sebesar 68 g/m3/3 jam, TSP sebesar 593

g/m3/24 jam dan Pb sebesar 0 g/m3/24 jam.

Penurunan kualitas udara ini bersifat temporer dan jalan yang dilalui merupakan jalan

umum, sehingga penurunan kualitas udara bukan hanya berasal dari pengangkutan bahan

dan bahan pembantu saja. Komponen lingkungan yang terkena dampak relatif kecil sehingga

pentingnya dampak negatif cukup penting (-2) dengan potensi dampak sangat kecil (1).

b. Operasional

8

Page 9: Telaah Studi Amdal

Penurunan kualitas udara yang berasal dari kegiatan operasional bersifat mikro dan

makro. Bersifat mikro maksudnya menyebar sekitar lokasi kegiatan, sedangkan makro

menyebar diluar kawasan pabrik smelter. Penyebab terjadinya penurunan ini berasal dari

proses peleburan yang berasal dari tungku bakar yang digunakan dalam proses

pembakaran. Dalam proses tersebut menghasilkan dua jenis pollutan yaitu gas dan debu.

Kandungan gas yang dikeluarkan dari proses peleburan yaitu SO2, CO2 dan NO2. Kandungan

gas SO2 ini berasal dari proses peleburan dengan menggunakan bahan bakar solar sebagai

sumber energi. Sedangkan kandungan debu yang dihasilkan diperkirakan mengandung HC

dan partikel Sn. HC berasal dari proses reduksi yang diperkirakan terjadi akibat adanya

proses pelepasan unsur HC dalam antrasit.

Hasil pengukuran kualitas udara di lokasi pabrik parameter NO2 sebesar 275 g/m3/1

jam, SO2 sebesar 389 g/m3/1 jam, CO sebesar 140 g/m3/1 jam, HC sebesar 84 g/m3/3

jam, TSP sebesar 660 g/m3/24 jam dan Pb sebesar 0,02 g/m3/24 jam. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

kandungan SO2, CO, HC dan Pb di dua lokasi tersebut masih memenuhi baku mutu

lingkungan.

Proses penyebaran gas-gas buang dan debu yang berasal dari proses pembakaran

dipengaruhi kecepatan angin dan arah angin. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan

bahwa kecepatan angin di lokasi kegiatan adalah 35-80 ft/menit. Jadi konsentrasi gas buang

dan debu yang berasal dari kegiatan ini akan berjalan lambat, dan jangka penyebaran gas

buang ini akan sedikit terhambat, hal ini disebabkan di sekitar lokasi kegiatan masih banyak

ditumbuhi tanam-tanaman yang tinggi, dan ini dapat menghambat laju penyebaran gas

buang dan debu ke pemukiman masyarakat.

Untuk memperkirakan gas buang, dipergunakan rumus Gaus untuk menghitung tingkat

pencemaran udara di sekitar lokasi kegiatan dihitung sebagai berikut.

Q -H2

C (x,o,o,h) = x exp y z U 2 z2

C = Konsentrasi konsentarsi pada jarak x meter dari stack Q = Laju emisi konstan (g/detik) : (300 g/m3/1 jam) .U = Kecepatan angin (m/detik) : (30 m/detik)H = Ketinggian emisi efektif dari cerobong (m) : (10 m)z = Koefisien dispersi horizontal (m). (36 m)y = Koefisien dispersi vertikal (m) 16,5).X,y = Jarak horizontal dari sumber emisi (m) (750 m) = 3,14

9

Page 10: Telaah Studi Amdal

= 0,0049 g/m3/jam

Asumsi analisis :

No Parameter Simulasi(g/m3/jam)

Waktu operasi (Jam)

Hasil

123456

SO2

CONO2

HCTSPPb

225475019570

1751

24 x 224 x 224 x 2 24 x 224 x 224 x 2

0,234,90,20,070,18

0,001

Seiring dengan adanya operasional pabrik secara terus menerus, maka dapat

meningkatkan parameter SO2, CO, HC, Pb dan TSP. Peningkatan ini berakibat terhadap

penurunan kualitas udara makro dan mikro. Penurunan kualitas udara mikro ini berasal dari

gas buang yang dibuang melalui cerobong asap, sedangkan secara mikro berpengaruh

terutama kandungan debu yang akan menyebar di sekitar lokasi kegiatan. Perkiraan dampak

parameter kualitas udara diuraikan dibawah ini.

1). SO2

Gas sulfur dioksida (SO2) merupakan gas yang berasal dari bahan bakar fosil,

terutama batubara. SO2 merupakan komponen gas yang tidak berwarna dengan

karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara. Udara yang tercemar SOX

menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernapasan. Hal ini

karena gas SOX yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada

hidung, tenggorokan dan saluran napas lain sampak ke paru-paru. Serangan tersebut

juga dapat menyebabkan iritasi pada bagian tubuh lain.

Adanya pengaruh gas O2 di udara dapat membentuk SO3 dalam bentuk gas jika

terjadi konsentrasi uap sangat rendah, jika uap air cukup, maka dapat mengakibatkan

terbentuknya gas asam sulfat (H2SO4).

Gas SO2 merupakan bahan pencemar yang berbahaya bagi anak-anak, orang tua

dan orang penderita penyakit pernapasan kronis dan penyakit kardiovaskuler. Otot

saluran pernapasan dapat mengalami kejang (spasme) bila teriritasi oleh SO2 lebih tinggi

dari suhu udara rendah. Apabila waktu paparan gas dengan gas SO2 cukup lama maka

akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh paralysis cilia

(kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan epthilium yang pada akhirnydiikuti

oleh kematian.

2). Karbon monoksida (CO)

10

Page 11: Telaah Studi Amdal

Karbon monoksida (CO) timbul karena adanya proses pembakaran yang tidak

sempurna. Dimana gas CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas 1920C. Di udara gas

CO terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm.

Dalam keadaan normal hemoglobin (Hb) yang terdapat didalam darah berfungsi

sebagai pembawa atau pengangkut oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin dari

paru-paru untuk dibagikan kepada sel-sel tubuh yang memerlukannya.

Selain itu hemoglobin juga berfungsi untuk mengambil gas CO2 hasil pembakaran

didalam tubuh (dari sel-sel) dalam bentuk karbondioksihemoglobin untuk dibuang keluar

melalui paru-paru.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu

kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama

8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm

dan waktu paparan (kontak) selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah

menjadi kemerahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm, kulit

akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertasi rasa pusing yang hebat. Untuk

keadaan yang lebih tinggi, akibatnya akan lebih fatal, yaitu kematian.

3). Hidrokarbon (HC)

Gas hidrokarbon muncul akibat adanya pengaruh proses reduksi yang terjadi pada

suhu tinggi yang bahan baku proses pembakaran menggunakan batu bara. Keberadaan

hidrokarbon ini berasal dari proses peleburan adalah padatan, sehingga HC padat

tersebut akan membentuk asap yang padat dan akhirnya mengumpul menjadi debu.

Dalam keadaan ini pencemaran HC tergolong pada pencemaran partikel.

Pengaruh HC terhadap manusia adalah kerusakan pada sistem pernapasan

manusia terutama bagian pulmonia, dan ini dapat berakibat fatal bagi manusia.

4). Plumbum (Pb)

Sumber utama plumbum adalah minyak solar yang digunakan dalam proses

pembakaran, hal ini disebabkan karena proses pembakaran tidak sempurna. Efek

plumbum ini terjadi apabila terhisap dalam konsentrasi yang tinggi. Dapat mengganggu

sistem syaraf pusat dengan gejala pusing, mual dan muntah serta bersifat karsiogenik.

Partikel Pb di udara juga dapat mengganggu ibu-ibu yang sedang hamil terutama

pada janin, penyakit yang ditimbulkan biasa disebut penyakit darah biru.

5). Partikel Debu (TSP)

Partikel debu yang berasal dari proses peleburan, telah terjadi akumulasi

beberapa unsur kimia, sehingga akan sangat berbahaya sekali apabila tidak

11

Page 12: Telaah Studi Amdal

ditanggulangi. Gangguan partikel ini sangat berbahaya kepada kesehatan terutama

dapat menimbulkan sesak napas, dan menimbulkan iritasi pada kulit.

Berdasarkan hasil analisis di atas, berkaitan dengan proses pengolahan bahan

baku yang berdampak terhadap penurunan kualitas udara tergolong dampak negatif

lebih penting (-4) dan besaran dampak sedang (3).

4.2.2. Peningkatan Kebisingan

Sumber kebisingan pada tahap operasional yaitu pengangkutan bahan baku dan pembantu

serta operasional pabrik smelter.

Pengangkutan bahan baku dan pembantu juga berpotensi terjadinya peningkatan

kebisingan yang dihasilkan oleh lalu lalang kendaraan, namun peningkatan ini juga bersifat

temporer sehingga dampak yang ditimbulkan kecil.

Sementara itu pemakaian mesin diesel yang dipergunakan dalam operasional. Mesin

diesel yang dipergunakan mempunyai kapasitas sebesar 200 KVA. Pengoperasian ini dilakukan

selama 24 jam.

Analisis tingkat kebisingan

L2 = L1 – 10 Log R2/R1,

dimana :

L2 = tingkat kebisingan pada jarak R2 (dBA)

L1 = tingkat kebisingan pada jarak R1 (dBA)

R2 = jarak pendengar dari sumber bising (meter)

R1 = jarak bising dari sumbernya (meter)

Diasumsikan bahwa tingkat kebisingan yang berasal dari mesin genset adalah dari sumber

bunyi sebesar 50 dBA, sedangkan jarak pendengar dari sumber bising 15 meter sedangkan jarak

dari sumbernya 5. Dari rumus diatas diperoleh tingkat kebisingan sebesar :

L2 = L1 – 10 Log R2/R1,

L2 = 50 – 10 Log 15/5

= 50 – 10 . 0,48

= 50 – 4.8

= 45,2 dBA

Jadi dari perkiraan tingkat kebisingan pada jarak 15 meter dilokasi kegiatan tingkat

kebisingan sebesar 45,2 dBA. Pengaruh kebisingan ini akan berakibat terhadap efek secara

psikologi, dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan pekerja. Dari pengaruh ini berdampak

terhadap produktivitas pekerja. Sedangkan untuk pemukiman penduduk, diperkirakan tingkat

kebisingan yang dihasilkan sangat kecil sekali, hal ini disebabkan karena jarak lokasi kegiatan

cukup jauh, disamping itu terdapat vegetasi yang menghambat tingkat kebisingan.

12

Page 13: Telaah Studi Amdal

Pengaruh kebisingan ini akan berakibat terhadap efek secara psikologi, dan menimbulkan

rasa ketidaknyamanan pekerja. Dari pengaruh ini berdampak terhadap produktivitas pekerja.

Berdasarkan analisis tersebut, maka peningkatan kebisingan ini tergolong dampak negatif sangat

penting (-5) dengan potensi dampak besar (4).

4.2.3. Limbah Padat (Slag)

Berdasarkan diagram alir proses pada Bab IV, proses peleburan biji timah menghasilkan

slag yaitu hasil sampingan yang diperoleh dari proses peleburan , disamping logam timah basah,

yang merupakan persenyawaan dari SnO, FeO, SiO2, CaO, dan Al2O3 yang sangat stabil baik

secara fisik maupun kimia. Kandungan timah pada slag relatif cukup besar yaitu sebesar 15,20%

sehingga diperlukan upaya penanggan slag tersebut.

Slag yang dihasilkan dari proses peleburan sebesar 10% dari jumlah total per ton pasir

timah yang dilebur dalam proses peleburan. Di samping kandungan zat radioaktif yang terdapat

dalam slag, slag yang dihasilkan juga diperkirakan mengandung limbah B3, yang terdapat dalam

ikutan slag itu sendiri. Kandungan bahan kimia ini perlu dilakukan upaya agar dampak yang

ditimbulkan tidak menjadi lebih besar.

Berdasarkan uraian di atas, maka slag yang dihasilkan dapat dikategorikan dampak negatif

sangat penting (-4) dengan besaran dampak sedang (3).

4.2.4. Sikap dan Persepsi Masyarakat

Penerimaan tenaga kerja dilakukan untuk menerima pekerja yang akan dijadikan sebagai

tenaga operasional pabrik smelter. Penerimaan tenaga kerja ini diperkirakan berjumlah 45 orang

dari berbagai disiplin ilmu pendidikan baik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, tergantung

job discription yang akan diterima oleh pekerja/karyawan.

Penerimaan tenaga kerja perlu memperhatikan keberadaan masyarakat yang berada di

sekitar rencana kegiatan, disebabkan ikutan dampak terhadap penerimaan tenaga kerja sangat

besar sekali sehingga peluang kerja masyarakat akan terbuka lebar, hal ini berkaitan dengan

peningkatan pendapatan masyarakat,

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang akan diterima tergolong dampak positif penting (+3)

dengan besaran dampak tergolong besar (4). Namun masyarakat yang tidak diterima menjadi

karyawan atau tenaga kerja dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap pemrakarsa kegiatan.

Dikatakan dampak positif penting, karena berdasarkan rona lingkungan awal dengan

jumlah penduduk Kelurahan Bacang sebesar 5.081 jiwa, maka akan membantu pendapatan

ekonomi masyarakat, peningkatan ini juga berdampak terhadap status ekonomi masyarakat

Kelurahan Bacang khususnya. Sehingga mempengaruhi sikap dan persepsi masyarakat

berkaitan dengan pembangunan pabrik peleburan timah (smelter)

13

Page 14: Telaah Studi Amdal

Selain berdampak positif, penerimaan tenaga kerja dapat menimbulkan kecemburuan

sosial yang berakibat kepada keresahan sosial. Namun dampak keresahan masyarakat ini

tergolong negatif cukup penting (-2) dengan besaran dampak kecil (2).

Dampak ikutan terhadap keresahan sosial juga berakibat kepada konflik sosial. Dampak ini

diperkirakan negatif cukup penting (-2) dan besarnya dampak kecil (2). Untuk mengantisipasi

dampak tersebut perlu dilakukan pendekatan-pendekatan secara kemasyarakatan terutama

masyarakat yang tidak puas terhadap pelaksanaan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja yang

dilaksanakan oleh pemrakarsa.

4.3. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

4.3.1. Pengelolaan Kualitas Udara

Pengelolaan lingkungan kualitas udara dapat dilakukan dengan berdasarkan

pendekatan teknologi dan sosial ekonomi.

a. Pendekatan teknologi

Pendekatan teknologi dilakukan dengan memasang alat treatment udara sebelum asap

dibuang melalui cerobong asap.

Sistem kerja alat yaitu debu timah yang terbawa oleh gas hasil pembakaran (flue gas)

diperkirakan mengandung + 70% Sn sebagai timah oksida.

GAMBAR 4.1.SISTEM PENGOLAHAN PENCEMARAN UDARA

Debu yang berasal dari tungku bakar, kemudian disedot menggunakan ekshousvan,

kemudian disalurkan melalui filter, setelah debu disaring, maka dialirkan ke dalam bag

terlebih dahulu kemudian didinginkan.

Agar filter bag tidak cepat rusak terbakar (suhu maksimum yang diperbolehkan 1500C),

maka sebelum memasuki filter bag suhu dari dust collecting diturunkan dari 5000C

14

Diresirkulasi

RegeneratorDari Tungku Bakar

Exhousevan

Dust Collecting

Page 15: Telaah Studi Amdal

menjadi 100-1200C dengan mendinginkannya melalui cooling tower. Di pihak lain suhu

flue gas jangan dibiarkan kurang dari 1000C agar jangan sampai terjadi pengembunan

asam sulfat (sebagai hasil reaksi antara gas SOx dengan uap air, yang akan menyerang

filter bag secara kimiawi.

b. Pendekatan sosial ekonomi dan budaya

1). Penyediaan tabung pemadam kebakaran

2). Pemakaian baju tahan api

3). Pemakaian perlengkapan K3 sepeti sarung tangan, helm, kaca mata, dll

4). Membagikan penutup hidung (masker) kepada karyawan masyarakat yang berada

disekitar lokasi kegiatan.

5). Memberikan pengarahan dan peringatan dini tentang gejala penurunan kualitas

udara

6). Memberikan penyuluhan tentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat

untuk mengantisipasi gejala yang tidak diinginkan.

7). Check up kesehatan pekerja ke Dokter atau rumah sakit

4.3.2. Pengelolaan Kebisingan

Pengelolaan lingkungan dilakukan berdasarkan pendekatan teknologi dan sosial ekonomi.

a. Pendekatan teknologi

Pendekatan pengelolaan lingkungan peningkatan kebisingan dilakukan dengan

1). Pembuatan ruangan kedap suara

2). Penggunaa mesin kedap suara seperti merk Yanmar

3). Pemakaian ear plug

b. Pendekatan sosial ekonomi

1). Penerapan pelaksanaan pendekatan keselamatan, kesehatan kerja (K3)

2). Pembuatan kawasan hijau

Pendekatan pemanfatan sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk dijadikan

kawasan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon pelindung seperti

angsana, cemara laut, bambu dan lain sebagainya.

3). Penerapan sanksi terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan kesehatan

keselamatan kerja (K3)

4.3.3. Pengelolaan Limbah Padat (Slag)

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, llimbah padat slag

pengelolaanya merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun demikian diperlukan upaya

pengelolaan secara dini yaitu dengan cara :

15

Page 16: Telaah Studi Amdal

a. Daur ulang limbah sebagai bahan baku campuran.

b. Penempatan limbah padat slag pada tempat yang ditentukan yaitu jauh dari jangkauan

pekerja atau masyarakat (gudang tempat penimbunan slag).

c. Slag ditempatkan didalam karung

d. Pembuatan ruangan tempat penampung limbah padat (slag).

4.3.4. Pengelolaan Sikap dan Persepsi Masyarakat

Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat dilakukan

berdasarkan pendekatan sosial ekonomi dengan pendekatan sebagai berikut :

a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan pembangunan

pabrik smelter PT. Laba-Laba Multindo Pangkalpinang berikut operasional

kegiatannya.

b. Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui media massa lokal (Bangka

Pos, Babel Pos, Rakyat Pos) maupun pengumuman resmi dipapan pengumuman

Dinas Tenaga Kerja ataupun di Kantor Kelurahan Bacang.

c. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.

d. Memberikan bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial

kemasyarakatan.

4.4. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

4.4.1. Pemantauan Kualitas Udara

Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan analisis

a. Metode pengumpulan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di

lapangan dengan menggunakan gas sampler dan dilanjutkan dengan pemeriksaan

laboratorium.

b. Metode analisis

Metode analisis dilakukan membandingkan hasil pemeriksaan dengan PP No. 41 Tahun

1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.

4.4.2. Pemantauan Peningkatan Kebisingan

Pemantauan peningkatan kebisingan dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan

analisis

a. Metode pengumpulan

Metode pengumpulan dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan

dengan menggunakan sound level meter.

16

Page 17: Telaah Studi Amdal

b. Metode Analisis

Metode analisis dilakukan dengan tabulasi, kemudian membandingkan dengan baku

mutu tingkat kebisingan berdasarkan KepMenLH Nomor 48/MenLH/II/1996.

4.4.3. Pemantauan limbah padat (slag)

Pemantauan limbah padat (slag) dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan analisis

a. Metode pengumpulan

Metode pengumpulan dilakukan dengan melakukan pengukuran dan pengamatan

langsung di lapangan tempat penampungan limbah padat (slag).

b. Metode analisis

Metode analisis dilakukan dengan tabulasi, kemudian membandingkan dengan

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.

4.4.4. Pemantauan Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pemantauan sikap dan persepsi masyarakat dapat dilakukan dengan metode pengumpulan

dan analisis

a. Metode pengumpulan

1). Melakukan wawancara dan observasi langsung ke masyarakat di sekitar lokasi

kegiatan. Wawancara dilakukan dengan mewancarai masyarakat sebanyak 40 orang

yang dipilih secara acak, terutama terhadap tokoh masyarakat dan pemuka

masyarakat.

2). Mendata langsung jumlah tenaga kerja yang diterima di PT. Laba-Laba Multindo

3). Mewancarai masyarakat terhadap jumlah dana yang disalurkan langsung guna

pembangunan sarana dan prasarana

4). Mewancarai masyarakat yang terkena PHK

b. Metode analisis

Metode analisis dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan tabulasi selanjutnya

dianalisis secara kuantitatif – deskriftif.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil telaah didapatkan identifikasi dampak besar dan penting sebagai berikut :

a. Penurunan kualitas udara berasal pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu dan kegiatan

pengolahan bahan baku. Kegiatan ini mempunyai Komponen lingkungan yang terkena

dampak relatif kecil sehingga pentingnya dampak negatif cukup penting (-2) dengan potensi

dampak sangat kecil (1). Sedangkan pada kegiatan proses pengolahan bahan baku

tergolong dampak negatif lebih penting (-4) dan besaran dampak sedang (3).

17

Page 18: Telaah Studi Amdal

b. Kebisingan pada tahap operasional berasal dari pengangkutan bahan baku/ bahan pembantu

serta kegiatan pengolahan bahan baku. Peningkatan kebisingan ini tergolong dampak negatif

sangat penting (-5) dengan potensi dampak besar (4).

c. Limbah padat (slag) yang dihasilkan dapat dikategorikan mempunyai dampak negatif sangat

penting (-4) dengan besaran dampak sedang (3).

d. Perubahan sikap/persepsi masyarakat pada tahap operasional yang berkaitan dengan

jumlah tenaga kerja yang akan diterima tergolong dampak positif penting (+3) dengan

besaran dampak tergolong besar (4). Selain berdampak positif, penerimaan tenaga kerja

dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang berakibat kepada keresahan sosial. Namun

dampak keresahan masyarakat ini tergolong negatif cukup penting (-2) dengan besaran

dampak kecil (2). Dampak ikutan terhadap keresahan sosial juga berakibat kepada konflik

sosial. Dampak ini diperkirakan negatif cukup penting (-2) dan besarnya dampak kecil (2).

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya beberapa saran sebagai berikut :

a. Pengelolaan lingkungan kualitas udara dapat dilakukan dengan berdasarkan pendekatan

teknologi dan sosial ekonomi. Pendekatan teknologi dilakukan dengan memasang alat

treatment udara sebelum asap dibuang melalui cerobong asap. Sedangkan pendekatan

sosial ekonomi dapat berupa pemberian alat proteksi diri serta penyuluhan.

b. Pengelolaan lingkungan peningkatan kebisingan dilakukan berdasarkan pendekatan

teknologi dan sosial ekonomi. Pendekatan pengelolaan lingkungan peningkatan

kebisingan dilakukan dengan : (1). Pembuatan ruangan kedap suara; (2).Penggunaa

mesin kedap suara seperti merk Yanmar; dan (3). Pemakaian ear plug . Sedangkan

Pendekatan sosial ekonomi dapat berupa : (1). Penerapan pelaksanaan pendekatan

keselamatan, kesehatan kerja (K3); (2). Pembuatan kawasan hijau dengan pemanfatan

sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk dijadikan kawasan penghijauan dengan

melakukan penanaman pohon pelindung seperti angsana, cemara laut, bambu dan lain

sebagainya; (3). Penerapan sanksi terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan

kesehatan keselamatan kerja (K3)

c. Upaya pengelolaan limbah padat (slag) dapat dilakukan dengan cara :

a. Daur ulang limbah sebagai bahan baku campuran.

b. Penempatan limbah padat slag pada tempat yang ditentukan yaitu jauh dari

jangkauan pekerja atau masyarakat (gudang tempat penimbunan slag).

c. Slag ditempatkan didalam karung

d. Pembuatan ruangan tempat penampung limbah padat (slag).

18

Page 19: Telaah Studi Amdal

d. Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat dilakukan

berdasarkan pendekatan sosial ekonomi dengan pendekatan sebagai berikut :

1). Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan pembangunan

pabrik smelter PT. Laba-Laba Multindo Pangkalpinang.

2). Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui media massa lokal

(Bangka Pos, Babel Pos, Rakyat Pos) maupun pengumuman resmi dipapan

pengumuman Dinas Tenaga Kerja ataupun di Kantor Kelurahan Bacang.

3). Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.

4). Memberikan bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial

kemasyarakatan.

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, C. 2000, AMDAL Prinsip Dasar dan Pemapanannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta.

Marzali, A. 2002, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Salim, E. 1987, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.

Sastrawijaya,T. 2000, Pencemaran Lingkungan, Reksa Cipta, Jakarta.

Soeratmo, 1990, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University, Yogyakarta.

Sugarimbun, 1985, Metode Penelitian Survey, LP3ES, PT. Matahari Tokatri, Jakarta.

Sumarwoto, 1987, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Suriawara, U. 2003, Mikrobiologi Air, Alumni, Bandung

19