Telaah staf; oka
-
Upload
oka-hadisasmita -
Category
Documents
-
view
4.516 -
download
16
Transcript of Telaah staf; oka
Telaah Staff
Penekanan Losses Dengan Pemerataan Beban pada trafo distribusi
Studi Kasus UPJ Benjeng Area Pelayanan Dan Jaringan Gresik
([email protected] / 085273253532)
I. PENDAHULUAN
Selain sebagai sebuah Perusahaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
terbaik bagi konsumen listrik, PT PLN Persero dalam kapasitas nya sebagai Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) merupakan sebuah perusahaan yang berorientasi Profit. Tetapi
pada kenyataannya, Intervensi pemerintah dalam penetapan TDL (Tarif Dasar Listrik)
Menyebabkan PT PLN Persero tidak mampu menjalankan fungsi bisnis semestinya.
Tentu terlalu kompleks untuk membahas bagaimana meningkatkan TDL, aspek yang
melingkupinya terlalu rumit, ini terkait aspek politis dan seluruh makna yang mengalir
didalamnya.
Sehingga satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pendapatan PT PLN Persero
adalah mengurangi semaksimal mungkin potensi yang dapat menyebabkan
berkurangnya pendapatan dari penjualan listrik dan hal itu adalah menekan susut /
Losses. Losses sendiri sederhananya dapat diartikan Listrik (KWH) yang tidak menjadi
rupiah, pengertian ini membawa kita pada kesimpulan bahwa penekanan losses dapat
menyebabkan profit PT PLN Persero Meningkat, dan –paling tidak- dapat mengurangi
beban pemerintah dalam mensubsidi PLN.
II. PERMASALAHAN
Area Pelayanan dan Jaringan Gresik sebagai salah satu bagian dari PT PLN Persero
juga harus dapat mengambil peran dalam proses penurunan Losses ini. Ada banyak hal
yang dapat menyebabkan timbul losses, salah satu diantara nya adalah Akibat dari
Ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi yang menyebabkan arus
mengalir pada penghantar netral trafo dan menyebabkan losses, tentu saja
keseimbangan sempurna tidak dapat dilakukan, karena –tentu- tidak memungkinkan
1
Telaah Staff
pengguna listrik menghidupkan peralatan yang sama dan dalam waktu bersamaan. Yang
bisa kita lakukan adalah membuat kondisi pemerataan yang maksimal.
Permasalahan ini muncul acap kali disebabkan kurangnya pengawasan terhadap
pihak ketiga mengenai pemasangan beban, sehingga yang terjadi adalah kondisi dimana
salah satu fasa dibebankan jauh melebihi fasa yang lain dan hal inilah yang
menyebabkan arus yang mengalir pada penghantar netral semakin besar. Adapun
penulisan telaah staf ini mengambil sample UPJ Benjeng dikarenakan, pada pelaporan
susut (RB-12), UPJ benjeng menyumbangkan susut yang relatif besar.
III. PRA ANGGAPAN
1. Karena kurang nya pengawasan kepada pihak rekanan terkait masalah pemasangan
beban pada phasa tertentu
2. Kondisi kurang nya pengawasan yang terjadi cukup lama, sehingga kemungkinan
terjadinya ketidakseimbangan beban semakin besar
3. Besarnya losses di UPJ benjeng, sehingga diperlukan sebuah program untuk
menurunkan losses
IV. DASAR TEORI
4.1. Losses
Losses pada jaringan distribusi dalam sistem ketenagalistrikan merupakan
kehilangan kwh energi yang tidak dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini merupakan salah
satu bentuk pemborosan energi serta menurunkan efisiensi.
Pada dasarnya susut jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Susut teknis
2. Susut non teknis
2
Telaah Staff
SUSUT TEKNIS akan memunculkan alternatif penanganan energi yang hilang pada sistem
jaringan distribusi karena faktor karakteristik dan kondisi teknis
SUSUT NON TEKNIS, adalah energi yang hilang bukan karena sebab teknis, diantaranya
karena salah pengukuran, salah perhitungan, salah catat, salah baca, salah data entri
baik disengaja maupun tidak disengaja
Pendistribusian Neraca KWH di elemen jaringan
SUSUT = I2 x R x Jam x Rp
SUSUT TOTAL = kWh beli – kWh jual TT – kWh jual TM – kWh jual TR – kWh PS
SUSUT TEKNIK = I2 R JTM + TRAFO + I2 R JTR
SUSUT NON TEKNIS = SUSUT TOTAL – SUSUT TEKNIS
Pengendalian & penanggulangan susut/losses teknis
a) Pembebanan trafo yang tidak seimbang antar fasanya
b) Pembebanan trafo melebihi kapasitas dalam waktu yang lama (over load)
c) Loss contact pada peralatan listrik
d) Pemasangan trafo arus (ct) terlalu besar tidak sesuai dengan daya yang diukur
e) Akurasi alat ukur ( kwh meter )
3
SUSUT
NON TEKNIS
Telaah Staff
4.2. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan
daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika
Perhitungan Arus Beban Penuh (Ifl) Transformator
Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana:
S = Daya transformator (kVA)
Vll = Tegangan antar fase sisi primer (V)
I = Arus jala-jala (A)
Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load current, Ifl) dapat menggunakan
rumus:
Dimana:
Ifl = Arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
Vll = Tegangan antar fase sisi sekunder (V)
4.3. Rugi-rugi Akibat Adanya Arus Netral Pada Penghantar Netral Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fase pada sisi
sekunder transformator (fase R, fase S, fase T) mengalirlah arus di netral transformator.
Arus yang mengalir pada penghantar netral transformator ini menyebabkan rugi-rugi.
Rugi-rugi pada penghantar netral transformator ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
4
Telaah Staff
Dimana:
Pn = Rugi-rugi pada penghantar netral transformator (Watt)
In = Arus yang mengalir pada netral transformator (A)
Rn = Tahanan penghantar netral transformator (Ω)
4.4. Ketidakseimbangan Beban
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana:
Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di mana
salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan
tidak seimbang ada 3 yaitu :
Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120o satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o satu sama lain.
Gambar 4.1. Vektor Diagram Arus
Gambar 4.1(a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol
sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 4.1(b) menunjukkan
5
Telaah Staff
vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga
vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu
arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
ketidakseimbangannya.
4.5. Penyaluran Dan Susut Daya
Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar
netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan seimbang, maka
besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = 3 . [V] . [I] . cos
Dengan :
P : Daya pada ujung kirim (Watt)
V : Tegangan fasa – netral pada ujung kirim (V)
cos : Faktor daya
Daya yang sampai ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi penyusutan
dalam saluran.
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaan
seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tak seimbang
besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b dan c sebagai berikut:
dengan IR , IS dan IT berturut-turut adalah arus di fasa R, S dan T.
Bila faktor daya di ketiga fasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda,
besarnya daya yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai:
P = (a + b + c) . [V] . [I] . cos
Apabila persamaan-persamaan di atas menyatakan daya yang besarnya sama, maka dari
kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien a, b, dan c yaitu:
6
Telaah Staff
a + b + c = 3
dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1.
V. PEMBAHASAN
Langkah Pertama dari dari pembahasan telaah staff ini adalah pengumpulan data.
Data-data yang diperlukan ;
1. Data pengukuran GTT UPJ Benjeng. Data didapat dari Rekanan CV Tiga Putra Jaya yang
ditunjuk sebagai pelaksana Pengukuran GTT UPJ Benjeng Catur Wulan IV (Okt-Des 08)
2. Data impedansi kawat/SPLN 64 tahun 1985
3. Data panjang penghantar netral/line (jurusan) setiap trafo. Data didapat dari Mapping
APJ Gresik
4. Data susut kumulatif UPJ Benjeng tahun 2008 (laporan RB-12)
5. Data mengenai harga/kwh beli (transfer Pricing)
7. Data Beban penyulang Morowudi dan Ngabetan UPJ Benjeng
6. Data Harga Prakiraan Sendiri (HPS) metropolis 2008
5.1. Pembebanan Trafo
Sample perhitungan di ambil dari data Trafo
No Gardu : T 04
Penyulang : Morowudi
Merk : TRAFINDO
Seri/Tahun : SERI No. 32535/1985
Daya Trafo : 100 KVA
7
Telaah Staff
Phasa Tegangan (V) Beban (Ampere)P-P 381 Line A Line B Line C Line DR 217 23 75S 219 58 54T 215 68 62N 29 23
Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Trafo 04 Penyulang Morowudi
S Total = SLINEB + SLINED
SLINE B = SR line B + SS Line B + ST Line B
SLINE B = ( 217 x 23 ) +( 219 x 58 ) + ( 215 x 68 )
= 32.313 KVA
SLINE D = SR line D + SS Line D + ST Line D
SLINE D = ( 217 x 75 ) +( 219 x 54 ) + ( 215 x 62 )
= 41.431 KVA
S Total = 32.313 + 41.431 = 73.744 KVA
Ketidakseimbangan pada Transformator Line B
maka:
maka:
maka:
Rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah:
8
Telaah Staff
Sehingga diketahui ketidakseimbangan beban pada T 04 sebesar 35,79 %
5.2. Losses Akibat adanya Arus Netral
Losses Akibat adanya arus netral pada Trafo 04 penyulang morowudi
Data R Penghantar ;
Netral AAAC 1 x 50 mm2 : 0,6452 Ω/km ( Data Impedansi Kawat / SPLN 64 Tahun
1985 )
Panjang Penghantar Netral ;
Line B : 892 Meter, sehingga R = 0,892 x 0,6452 = 0,5755 Ω
Line D : 873 Meter, sehingga R = 0,873 x 0.6452 = 0,5633 Ω
P N LINE B = IN LINE B 2
X R N LINE B
P N LINE B = 292 X 0,5755 = 0,484 KW
P N LINE D = IN LINE D 2
X R N LINE D
P N LINE D = 232 X 0,5633 = 0,298 KW
P N TOTAL = P N LINE B + P N LINE D
P N TOTAL = 0,484 + 0,298 = 0,782 KW
Dimana daya aktif trafo adalah sebesar:
Persentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral transformator
adalah:
9
Telaah Staff
Perhitungan Di atas dilakukan untuk seluruh Gardu Di UPJ Benjeng Area Pelayanan Dan
Jaringan Gresik (Berdasarkan Laporan Pengukuran). Dengan Menggunakan Excell di
dapat data sebagai berikut (terlampir).
DAYA (KVA) 25 50 75 100 150 160 200 250 TotalJumlah Gardu 9 38 16 85 9 67 9 1 234Beban < 60 % 3 20 2 58 5 48 1 0 137Beban 60 % - 80 % 2 10 7 22 4 14 1 1 61Beban > 80 % 4 8 7 5 0 5 7 0 36PN (Kw) 6.563 35.949 25.621 89.894 7.744 61.504 7.835 1.695 236,805
Tabel 5.2. Hasil perhitungan Losses akibat arus pada penghantar netral
Dari data diatas, dapat terlihat bahwa losses yang diakibatkan ketidakseimbangan beban
untuk UPJ Benjeng adalah 236,805 kW
Losses WBP
Melihat data beban penyulang, penulis berkesimpulan karakteristik WBP benjeng terjadi
pada pukul 18.00 WIB – 22.00 WIB (6 Jam)
Sehingga :
PN
WBP = 236,805 kW x 6 h (hour) x 365 hari
= 518.602,95 kWh
Losses LWBP
10
Telaah Staff
Karena pengukuran dilakukan pada malam hari, maka untuk perhitungan losses LWBP
dilakukan dengan faktor kali (FK) yang merupakan perbandingan beban rata-rata LWBP
dibagi beban rata-rata WBP. Faktor kali didapat dari data yang beban penyulang yang
mensupply UPJ benjeng dengan acuan beban perbulan.
Sehingga :
Faktor Kali = 2690,283 kW
Faktor Kali = 0,362
Sehingga Losses LWBP :
PN
LWBP = 236,805 x 0,362 x 18 h x 365
= 563.202,804 kWh
Maka Losses total akibat ketidakseimbangan pada UPJ benjeng
PN
Total = PN
WBP + PN
LWBP
= 518.602,95 kWh + 563.202,804 kWh
11
7426,499
Telaah Staff
= 1.081.805,754 kwh
Dari data 12-RB, diketahui bahwa kWh tersalur untuk upj benjeng sebesar 82.410.672
kWh, sehingga dapat diketahui sumbangan losses kerena ketidakseimbangan beban,
yaitu :
Jika dirupiahkan dengan mengacu pada harga rata-rata transfer pricing tahun 2008
(857,42/kWh), maka kerugian akibat arus mengalir pada penghantar netral sebesar :
Losses dalam Rupiah =1.081.805,754 kWh x Rp857,42 = Rp 927.561.889
5.3. Perhitungan Losses setelah pemerataan beban
Untuk melakukan perhitungan pemerataan losses setelah dilakukan pemerataan
beban, penulis melakukan observasi, diskusi dan data-data mengenai program
pemerataan beban, sehingga diperoleh beberapa asumsi untuk perhitungan,
diantaranya:
12
Telaah Staff
Keseimbangan trafo telah dianggap baik, apabila ketidakseimbangan arus phasa
R, S dan T, lebih kecil atau sama dengan 20 % hasil perhitungan (terlampir)
Arus Netral telah dianggap baik, apabila Arus netral lebih kecil atau sama dengan
10 % dari nilai rata-rata arus yang mengalir pada phasa R, S dan T
Perhitungan dilakukan dengan Logika IF – AND, dengan pengertian bahwa trafo
yang yang masuk dalam program pemerataan beban adalah trafo yang tidak
memenuhi 2 syarat diatas, (di anggap tidak dalam kondisi baik)
Pemerataan beban akan mengurangi 40 % dari nilai arus yang mengalir pada
penghantar netral
Dari asumsi tersebut, dilakukan perhitungan dengan program excell (hasil perhitungan
terlampir). Dan dari 234 trafo di UPJ benjeng, hanya 154 trafo yang perlu diseimbangkan
bebannya.
losses akibat penghantar netral setelah pemerataan adalah sebesar : 46,323 kW
Dari perhitungan tersebut kita dapat menghitung nilai losses yang diselamatkan dengan
program pemerataan beban;
13
Telaah Staff
PN
setelah pemerataan beban :
= PN
154 Trafo setelah penyeimbangan + PN
80 Trafo yang tidak diseimbangkan bebannya
= 46,323 kW + 55,2545 kW
= 101,578 kW
PN
terselamatkan = PN
sebelum pemerataan beban - PN
setelah pemerataan beban
= 236,805 kW – 101,578 kW
= 135,227 kW
Losses WBP
PN
WBP = 135,227 kW x 6 h (hour) x 365 hari
= 296.147,13 kWh
Losses LWBP
PN
LWBP = 135,227 x 0,362 x 18 h x 365
= 321.615,78 kWh
Maka Losses total terselamatkan akibat pemerataan beban ;
14
Telaah Staff
PN
Total = PN
WBP + PN
LWBP
= 296.147,13 kWh + 321.615,78 kWh
= 617.762,91 kwh
Dari data 12-RB, diketahui bahwa losses upj benjeng sebesar 9.182.348 kWh, sehingga
dapat diketahui penekanan losses akibat pemerataan beban pada UPJ benjeng :
9.182.348 kWh – 617.762,91 kWh = 8.564.585,1 kWh
Losses benjeng pada Laporan RB-12 sebesar 11,14 %, dan pada perhitungan diatas
menjadi 10,39 %, sehingga dapat diketahui, bahwa pemerataan beban memungkinkan
menurunkan losses sebesar :
Penurunan Losses benjeng = Losses sebelum pemerataan – Losses setelah pemerataan
= 11,14 % - 10,39
= 0.75 %
15
Telaah Staff
5.4. Cost Benefit
Muara akhir dari seluruh program penekanan Losses adalah pendapatan yang diperoleh
PT PLN Persero sebagai perusahaan dengan orientasi keuntungan.
Perhitungan Cost benefit diperoleh dari :
Rupiah Losses yang diselamatkan akibat pemerataan beban ;
= PN
setelah pemerataan beban x Rp. 857,42 (asumsi harga /kwh)
= 617.762,91 kWh x Rp 857,42
= Rp. 529.682.274
Perhitungan Kebutuhan Material
No Gardu : T 04
Penyulang : Morowudi
Daya Trafo : 100 KVA
Phasa Tegangan BebanP-P 381 Line A Line B Line C Line DR 217 23 75S 219 58 54T 215 68 62N 29 23
16
Telaah Staff
Tabel 5.3. Hasil Pengukuran Trafo 04 Penyulang Morowudi
Material Untuk Line B
Perhitungan per phasa :
IR
=23–50 = -27 (Phasa R mengambil beban 27 Ampere untuk menuju keseimbangan)
I S
= 58 – 50 = 8 ( Phasa S Melepaskan beban 8 Ampere untuk menuju keseimbangan)
I T
= 68 – 50 = 18 ( Phasa T melepaskan 18 Ampere untuk menuju keseimbangan)
Sehingga kita memindahkan 8 Ampere Phasa S ke Phasa R, dan 18 A Phasa T ke Phasa R
Perhitungan Material dan Jasa
Pelanggan 900 VA adalah pelanggan 4 Ampere, tapi dengan asumsi pelanggan hanya
menggunakan 50% dari daya terpasang sehingga pemindahan pelanggan 900 VA dapat
diartikan pemindahan 2 Ampere ke phasa lain. Pemindahan phasa membutuhkan
material Line Tap 35/16 mm
2.
Sehingga dengan asumsi kita merencanakan pemindahan 900 VA,
kita membutuhkan material sebanyak :
17
Telaah Staff
Perhitungan diatas dilakukan keseluruh Trafo/line dengan Microsoft Excell sehingga
diperoleh kebutuhan material sebagai berikut :
No. N a m a M a t e r i a l SAT
VOL Harga Satuan
TOTALTUNAI Material Pasang
1 Line Tap Connector Type G 35-16 mm2 Bh 2334 10,000 5,300 35,710,200
PPN 10 % 3,571,020
TOTAL 39,281,000
Tabel 5.4. Data perhitungan kebutuhan material untuk pemerataan beban UPJ benjeng
Gambar 5.1 aktivitas pemindahan phasa
18
Telaah Staff
Perhitungan harga patokan standard untuk jasa pengukuran dan penyeimbangan beban
I. Pelaksanaaan Pengukuran & Penyeimbangan Beban Gardu Trafo Distribusi
Untuk 1 regu pelaksana penyeimbangan dibutuhkan = 4 orang
Untuk 1 regu pelaksana pengukuran dibutuhkan = 2 orang
Peralata pekerjaan yang dibutuhkan = 1 lot
Kendaraan yang dibutuhkan :
- Mobil pick up untuk penyeimbangan beban gardu trafo distribusi= 1 pick up
- Mobtor untuk pengukuran gardu trafo distribusi= 1 motor
Rata-rata BBM yang dibutuhkan untuk 1 hari :
- Rata-rata BBM mobil pick up = 6 liter- Rata-rata BBM motor = 3 liter
Tenaga kerja per hari = Rp 2,550,000 : 22 x 4 Rp 463,636Tenaga kerja per hari = Rp 2,550,000 : 22 x 2 Rp 231,818Biaya peralatan kerja = Rp 4,000,000 : 22 x 1 Rp 181,818Sewa mobil per hari = Rp 3,500,000 : 22 x 1 Rp 159,091Swa motor per hari = Rp 550,000 : 22 x 1 Rp 25,000BBM per hari = Rp 4,500 x 6 Rp 27,000
19
Telaah Staff
BBM per hari = Rp 4,500 x 3 Rp 13,500 Jumlah Biaya Per Hari Rp 1,101,864
II. Penyeimbang Beban Gardu Trafo Distribusi per hari
III. Pengukuran Gardu Trafo Distribusi per hari
JASA PEKERJAAN PENGUKURAN BEBAN DAN PENYEIMBANGAN GARDU DISTRIBUSI
Biaya Jasa untuk 154 Pengukuran dan penyeimbangan daya adalah:
Rp. 173.000 x 154 = Rp. 26.642.000
Sehingga didapatlah perhitungan cost benefit :
= Rp. 529.682.274 – (Rp. 26.642.000 + 39.281.000)
= Rp. 529.682.274 – 65.923.000
20
Waktu kerja per hari 8 jam
Waktu untuk perjalanan kelokasi 1 jamWaktu untuk istirahat / sholat / makan siang 30 menitWaktu untuk efektif untuk pelaksanaan penyeimbangan beban gardu trafo distribusi
6.5 jam
Waktu penyeimbangan beban gardu trafo distribusi 195 menitJumlah Penyeimbangan beban gardu trafo distribusi per hari 2 gardu trafo
Waktu kerja per hari 5 jam
Waktu untuk perjalanan ke lokasi 1 jam
Waktu untuk efektif untuk pelaksanaan pengukuran gardu trafo distribusi
4 jam
Waktu untuk pengukuran gardu trafo distribusi 48 menit
Jumlah pengukuran gardu trafo distribusi per hari 5 gardu trafo
Biaya penyeimbangan beban dan pengukuran gardu trafo distribusi / gardu
Rp.1,101,864 : 7 Rp. 157,409
ROK (10 %) Rp. 15,741
JUMLAH BIAYA UNTUK JASA PENGUKURAN DAN PENYEIMBANGAN/GTT
Rp. 173,000
Telaah Staff
= Rp. 463.759.274
Keuntungan yang dapat diperoleh dari program pemerataan beban pada UPj benjeng
dalam setahun, sekitar Rp. 463.759.274
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
1. Semakin tidak seimbang beban antar phasa, semakin besar arus yang mengalir di
penghantar netral
2. Ketidakseimbangan beban menyumbang losses yang cukup tinggi sekitar 1,31 %
pada UPJ Benjeng
3. Pemerataan beban cukup efektif dalam menekan losses sampai 0,75 % pada UPJ
benjeng
4. Pemerataan beban menguntungkan secara financial sekitar Rp.463.759.274 pada
UPJ benjeng
6.2. SARAN
1. diupayakan melakukan program pemerataan beban ke seluruh Area Pelayanan Dan Jaringan Gresik, terkhusus UPJ Benjeng
21
Telaah Staff
2. Memperbesar ukuran penghantar netral untuk mengurangi Losses di penghantar
netral, karena semakin besar Ukuran penghantar akan semakin kecil hambatan (R),
tetapi penggantian ukuran penghantar netral harus dilakukan kajian terlebih dahulu
mengenai cost benefit nya
3. Dari data pengukuran kita dapat mengetahui trafo overload, karena trafo overload
akan mengurangi efisiensi dan menyebabkan susut trafo, maka disarankan untuk
segera melakukan penyisipan trafo (trafo sisipan)
4. Menganalisa data untuk memperoleh kemungkinan untuk melakukan manajemen
trafo, misalnya trafo trafo 100 KVA dengan beban 30 % dapat di relokasi dengan
trafo 50 KVA dengan beban 90 %.
5. Memperbaiki sistem pengawasan pada saat pasang baru/tambah daya agar
pembebanan pada phasa/phasa pada trafo diusahakan mencapai ke-seimbangan
yang maksimal.
REFERENSI
1. Teori penurunan losses SDM DJBB
2. Teori perencanaan konstruksi udiklat Bogor
3. Teori Transformator ; Jasa Pendidikan Dan Pelatihan PT PLN Persero
4. Data impedansi kawat / SPLN 64 tahun 1985
5. Jurnal Teknik Elektro Vol 6, No.1 Maret 2006 : 68-73
6. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung: ITB,1991
22
Telaah Staff
23