TELAAH KONSTRUKSI TEORI

24
TELAAH KONSTRUKSI TEORI Penulisan Karya Tulis Ilmiah Oleh : ABDURRAFIQ 19690414 200501 1 006 PUSDIKLAT TEKNIS KEAGAMAAN KEMENTERIAN AGAMA JAKARTA

Transcript of TELAAH KONSTRUKSI TEORI

Page 1: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

TELAAH KONSTRUKSI TEORI

Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Oleh :

ABDURRAFIQ

19690414 200501 1 006

PUSDIKLAT TEKNIS KEAGAMAAN

KEMENTERIAN AGAMA

JAKARTA

2010

Page 2: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas Rahmat

dan pertolongan-Nya hingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan taslim

senantiasa kita haturkan kepada Nabiullah Muhammad saw, yang telah membawa

kita ke gerbang ilmu pengetahuan.

Penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan, baik dari segi penulisannya maupun dari kontennya.

Karena itu kepada para pembaca, penulis dengan senang hati dan penuh harap akan

saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.

Meskipun penyusunan makalah ini cukup sederhana, namun semuanya itu

tidak terlepas darin usaha dan bimbingan yang telah diupayakan oleh ibu Dra. Kokom

Komala, M.Pd. sebagai pembimbing. Karena itu kepadanya penulis ucapkan banyak

terima kasih.

م والسال

Penulis

Abdurrafiq

Page 3: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul................................................................................................................ i

Kata Pengantar.............................................................................................................. ii

Daftar Isi....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3

A. Pengertian Teori dan Paradigma............................................................... 3-4

B. Konstruk Teori......................................................................................... 5-11

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 12

A. Kesimpulan................................................................................................ 12

B. Saran...................................................................................................... 12-13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

Page 4: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada dasarnya suatu teori dirumuskan untuk menjelaskan dan meramalkan fenoma

yang ada. Bangunan suatu teori yang merupakan abstrak dari sejumlah konsep yang

disepakatkan dalam definisi-definisi akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu

terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah.

Jika suatu teori ingin diakui sebagai ilmiah, teori ini haruslah cocok (compatible) dengan

teori-teori lain yang telah diakui sebelumnya. Dan jika suatu teori memilki kesimpulan

prediktif yang berbeda dengan teori lainnya, salah satu diantara kedua teori tersebut salah.

Penerimaan suatu teori dalam komunitas ilmiah, tidak berarti bahwa teori tersebut

memiliki kebenaran mutlak. Setiap teori selalu sudah dipengaruhi oleh pengandaian-

pengandaian dan metode ilmuwan yang merumuskannya. Kemampuan suatu teori untuk

memprediksi apa yang akan terjadi merupakan kriteria bagi validitas teori tersebut. Semakin

prediksi dari teori tersebut dapat dibuktikan, semakin besar pula teori tersebut akan diterima

di dalam komunitas ilmiah.1 Ketika suatu bentuk teori telah dianggap mapan di dalam

komunitas ilmiah, maka hampir semua ilmuwan dalam komunitas ilmiah tersebut

menggunakan teori yang mapan itu, di dalam penelitian mereka. Teori yang mapan dan

dominan itu disebut oleh Kuhn sebagai paradigma.2

Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berfikir yang berdasarkannya fakta

atau gejala diinterpretasi dan dipahami. Para ilmuwan bekerja dalam kerangka seperangka

aturan yang sudah dirumuskan secara jelas berdasarkan paradigma dalam bidang tertentu,

1 Reza A.A. Wattimena, Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 95.

2 Ibid,. h. 187.

Page 5: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

sehingga pada dasarnya solusinya sudah dapat diantisipasi terlebih dahulu. Jika dalam

perjalanan kegiatannya timbul hasil yang tidak diharapkan, atau penyimpangan dari

paradigmanya yang oleh Kuhn disebut sebagai anomali.3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, pemakalah mengemukakan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konstruk paradigma?

2. Bagaumana pengertian teori dan paradigma?

3. Bagaiman konstruk teori?

3 G. T. W. Patrich, C. A. Van Peusen, Ayn Rand, et.al., Apakah filsafat dan Filsafat itu?, (Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra, 2008), h. 95.

Page 6: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori dan Paradigma

Kata “teori” secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theorea, yang berarti

melihat, theoros yang berarti pengamatan.4

Adapun pengertian teori menurut terminologi memiliki beberapa pengertian seperti yang

dikemukakan oleh ilmuwan sebagai berikut :

Kerlinger mengemukakan bahwa teori adalah suatu kumpulan variabel yang saling

berhubungan, defini-defini, proposisi-proposisi yang memberikan pandangan yang sistematis

tentang fenomena dengan mempesifikasikan relasi-relasi yang ada diantara beragam variabel,

dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada.5

Cooper dan Schindler (2003) mengemukakan bahwa, a theory is a set

systematically interrelated concepst, defintion, and proposition that are advanced to explain

and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang

tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan

fenomena.

Teori menurut Sugiyono adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan

seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum

4 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Ed. 1., (Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002), h. 1097.5 Reza A.A. Watimena, op. Cit., h. 257.

Page 7: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan

(prediktion), dan pengendalian (control) suatu gejala.6

Selanjutnya kata “paradigma” berasal dari bahasa yunani yaitu paradiegma yang

berarti contoh, tasrif, model.7 Paradigma ini dapat pula berarti : 1. Cara memandang sesuatu,

2. Dalam ilmu pengetahuan berarti model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomena yang

dipandang, diperjelas. 3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan

atau mendefinisikan suatu ilmiah konkret. 4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan

pola untuk memecahkan problem-problem riset.8

Thomas Kuhn dalam bukunya The Struktural of Scentific Revolution (1972)

menggunakan istilah paradigma dalam dimensi yang berbeda yaitu: 1. Paradigma berarti

keseluruhan perangkat – ‘kontelasi’ – keyakinan, nilai-nilai, tekhnik-tekhnik, dan selanjutnya

yang dimiliki oleh para anggota suatu masyarakat. 2. Paradigma berarti unsur-unsur tertentu

dalam perangkat tersebut, yakni cara-cara pemecahan atas suatu teka-teki, yang digunakan

sebagai model atau contoh, yang dapat menggantikan model atai cara yang lain sebagai

landasan bagi pemecahan atau teka-teki dalam ilmu pengetahuan normal.

B. Konstruk Teori

Bangunan teori adalah abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan dalam

definisi-definisi. Konsep sebagai abstraksi dari banyak empiri yang telah ditemukan

kesamaan umumnya dan kepilahannya dari yang lain atau abstraksi dengan cara menemukan

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2007), h.52-54

7 Komaruddin, Yooke Tjuparnah S. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.173.

8 Lorens Bagus, op. Cit., h, 779.

Page 8: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

sejumlah esensi pada suatu kasus, dan dilakukan berkelanjutan pada kasus-kasus lainnya,

dapat dikonstruksikan lebih jauh menjadi proposisi atau pernyataan, dengan membuat

kombinasi dari dua konsep atau lebih. Bangunan-banguanan teori tersebut :

1. Teori Ilmu

Teori ilmu memiliki dua kutub arti teori. Kutub pertama adalah teori sebagai

hukum eksperiment muncul beragam, mulai dari hasil eksperimen tersebut meluas ke hasil

observasi phisik seperti teori tentang panas bumi. Kutu ke dua adalah hukum sebagai

kalkulus formal dapat muincul beragam pula, mulai dari yang dekat dengan kutub pertama

seperti teori sebagai eksplanasi phisik misalnya teori Galileo tentang peredaran planet

pada porosnya, teori sinar memancar melengkung bila lewat bidang grafitasi. Selanjutnya

teori sebagai interpretasi terarah atas observasi seperti sosial statis dan sosial dinamis dari

August Conte dan pada ujung kutub ke dua adalah teori sebagai prediksi logic; dengan

sifatnya berlaku umum dan diprediksikan berlaku kapan pun dahulu dan yang akan

datang. Seperti teori evolusi dari Darwin, teori relativitas dari Einstein.9 Yang

memberikan penjelasan alternatif tentang sumber energi yang memungkinkan matahari

menghasilkan energi besar dalam waktu yang begitu lama.10

2. Temuan Substantif Mendasar

Temuan –temuan atas bukti empirik dapat dijadikan tesis substantive, dan

diramu dalam konsep lain dapat dikonstruk menjadi teori subtantive. Asumsi keberlakuan

subtantif tersebut ada pada banyak kasus yang sama di tempat dan waktu yang berbeda.

9 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivism, dan Post Modernisme, Ed.II, (Cet. I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001), h. 39-40.

10 Reza A.A. Wattimena, op. Cit., h. 193.

Page 9: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

Demikian pula presepsi ilmuwan tentang atom, berkembang. Dari partikel

terkecil, diketemukannya unsur radioaktif pada atom dan diketemukannya unsur-unsur

elektron yang berputar mengorbit pada proton yang mempunyai kekuatan magnetik.

Kemudian pada tahun 1937 diketemukan neutron, semacam proton, tetapi tidak

mempunyai kekuatan magnetik. Berat neutron beragam dan inilah yang menyebabkan

atom satu beda beratnya dengan atom yang lain. Temuan teori atom ini merupakan

temuan ilmiah substantif mendasar.11

3. Hukum-hukum Kteraturan

a. Hukum Keteraturan Alam

Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate. Ilmu pengetahuan

alam biasa disebut hard science, karena segala proses alam yang berupa benda

anorganik sampai organik dan hubungan satu dengan lainnya dapat diekspalanasikan

dan diprediksikan relatif tepat. Kata relative tepat memuat dua makna : pertama, bila

teori yang kita gunakan untuk mebuat ekplanasi atau prediksi sudah sangat lebih baik,

dan ke dua, bila variabel yang ikut berperan terpantau.12 Menurut al- Kindi ketertiban

alam ini, baik susunan, interaksi, relasi bagian dengan bagiannya, ketundukan suatu

bagian pada bagian-bagian lainnya, dan kekukuhan strukturnya di atas landasan prinsip

yang terbaik bagi proses penyatuan, perpisahan, dan muncul serta lenyapnya sesuatu

dalam alam, mengindikasikan adanya pengaturan yang mantap dan kebijakan yang

kukuh. Tentu ada pengatur yang maha bijaksana dibalik semua ini, yaitu Allah.13

b. Hukum Keteraturan Hidup Manusia

11 Noeng Muhadjir, op. Cit., h. 41.12 Ibid.13 Amroeni Drajat, Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 16-17.

Page 10: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

Hidup manusia itu memiliki keberagaman sangat luas. Ada yang lebih suka

kerja keras dan yang lain menyukai hidup santai, ada yang tampil ulet meski selalu

gagal, yang lain mudah putus asa, ada yang berteguh pada prinsip dan sukses dalam

hidup, yang lain berteguh pada prinsip, dan tergilas habis. Kehidupan manusia

mengikuti sunnatullah, mengikuti hukum yang sifatnya indeterminate. Mampu

membaca kapan harus teguh prinsip, kapan diam dan kapan berbicara dalam nada yang

bagaimana, dia akan sukses beramal ma’ruf nahi mungkar. Manusia mempunyai

kemampuan untuk memilih yang baik, dan menghindari yang tidak baik. Dataran baik

tersebtu dapat berada pada dataran kehidupan prakmatik sampai pada dataran moral

human ataupun moral religius. Memilih kerja yang mempunyai prospek untuk

menghidupi keluarganya, merupakan lebebasan memilih manusia dengan

konmsukuensi ditempuhnya keteraturan sunnatullah; harus tekun bekerja dan berupaya

berprestasi didunia kerjanya. Untuik diterima kepemimpinannya, seorang pemimpin

perllu berupaya menjadi siddiq, amanah, dan maksum. Keadaan demikian berkenan

dengan pemikiran ibnu bajjah yang membagi perbuatan manusia kepada perbuatan

manusia, yaitu perbuatan yang didorong oleh kehendak / kemauan yang dihasilkan

oleh pertimbangan pemikiran, dan perbuatan hewani yaitu perbuatan instingtif

sebagaimana terdapat pada hewan, muncul karena dorongan intim dan bukan dorongan

pemikiran.14

c. Hukum Keteraturan Rekayasa Tekhnologi

Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

keteraturan substantif dan keteraturan esensial. Seperti pohon mangga golek akan

berbuah mangga golek. Ketika ilmuwan berupaya menemukan ensensi rasa enak pada

14 Ibid. H. 64-65.

Page 11: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

mangga, menemukan ensensi buah banyak pada mangga, dan menemukan esensi

pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya, mebuat rekayasa agar dapat

diciptakan pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya, banyak buahnya, dan

pohonya tahan penyakit, disini nampak bahwa ilmuwan mencoba menemukan

keteraturan esensial pada benda organik. Prodek tekhnologi merupakan produk

kombinasi antara pemahaman ilmuwan tentang keteraturan esensial yang determinate

dengan upaya rekayasa kreatif manusia mengikuti hukum keteraturan sunnatullah.15

4. Konstruk Teori Model Korespondensi

Konstruk berfikir korespondensi adalah bahwa kebenaran sesuatu dibuktikan

dengan cara menemukan relasi relevan dengan sesuatu yang lain. Tampilan korespondensi

tersebut beragam mulai dari korelasi, kausal, konstributif, sampai mutual. Konstruk

berfikir statistik kuantitatif dan juga pendekatan positifistik menggunakan cara ini.16

Menurut Bertand Russel suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang

dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan obyek yang

dituju oleh pernyataan itu, misalnya, jika ada seseorang yang mengatakan “Ibukota

republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu benar sebab pernyataan itu sesuai

dengan fakta objektif.17

5. Konstruk Teori Model Koherensi

Konstruk teori model koherensi merentang dari koheren dalam makana rasional

sampai dalam makna moral. Konstruk kohren dalam makna rasional adalah kesesuaian

15 Noeng Muhajir, op. Cit., h. 43. 16 Ibid., h. 52.17 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama I, Jilid I. (Cet. I; Pamulung Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu,

1997), h. 33.

Page 12: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

sesuatu dengan skema rasional tertentu, termasuk juga kesesuaian sesuatu dengan

kebenaran objektif raional.

Aristoteles dalam teori koherensi memberikan standar kebenaran dengan cara

dedukatif, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kriteria koherensi yang dapat diungkap.

Bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu

bersifat koheren atau konsisten denga pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila

kita menganggap benar bahwa “ Semua manusia pasti mati” adalah pernyataan yang

benar, maka pernyataan bahwa “Si Fulan adalah seorang manusia dan si Fulan pasti mati”

adalah benar pula. sebab pernyataan ke dua adalah konsisten dengan pernyataan yang

pertama.18

6. Konstruk Teori Model Pragmatis

Konstruk teori pragmatis berupaya menkonstruk teorinya dari konsep-konsep,

pernyataan-pernyataan yang bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.

Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat

fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak; artinya suatu pernyataan adalah benar, jika

pernyataan itu atau inflikasinya mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Kaum prakmatis berpaling pada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari

pengetahuan tentang alam ini yang dianggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan

gejala-gejala alamiah. Agama bisa dianggap benar karena memberikan ketenangan pada

jiwa dan ketertiban dalam masyarakat. Para ilmuwan yang menganut asas ini tetap

menggunakan suatu teori tertentu selama teori itu mendatangkan manfaat.19

18 Ibid., h. 32.19 Ibid., h. 34.

Page 13: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

7. Konstruk Teori Iluminasi

Teori Iluminasi menurut Mehdi Ha’iri Yasdi adalah pengetahuan yang semua

hubungannya berada dipandang dalam kerangka dirinya sendiri, sehingga seluruh anatomi

gagasan tersebut bisa dipandang benar tanpa membutuhkan hubungan ekterior. Artinya

hubungan mengetahui, dalam bentuk pengetahuan tersebut adalah hubungan swaobjek

tanpa campur tyangan koneksi dengan objek eksternal.20

Selanjutnya Iluminasi oleh Yasdi disebut sebagai ilmu hudhuri yaitu pengetahuan

dengan kehadiran karena ia ditandai oleh keadaan neotik dan memiliki objek imanen yang

menjadikannya pengetahuan swaobjek. Ilmu hudhuri tidak memiliki objek di luar dirinya,

tetapi objek itu sendiri ada adalah objek subjektif ada pada dirinya. Oleh sebagian sufi,

iluminasi itu adalah pengetahuan diri tentang diri yang berasal dari penyinaran dan anugerah

Tuhan yang digambarkan dengan berbagai ungkapan dan keadaan. Ada yang

menyebutkannya dengan terbukanya hijab antara dirinya dengan Tuhan, sehingga

pengetahuan dan rahasianya dapat diketahui. Ada yang mengungkapkan dengan rasa cinta

yang sangat dalam sehingga antara dia dan Tuhan tidak ada rahasia lain. Pengetahuan Tuhan

adalah pengetahuan-Nya. Dan ada yang menyatakan dengan kesatuan kesadaran

(ittihad/hulul).21

20 Ibid., h. 35-36.

21 Ibid., h. 37.

Page 14: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka pemakalah mengemukakan

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara

sistematis untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Suatu teori akan

mengalami perkembangan apabila teori tersebut sudah tidak relevan dan kurang

berfungsi lagi untuk mengatasi masalah.

Penerimaan suatu teori dalam komunitas ilmiah, tidak berarti bahwa teori

tersebut memiliki kebenaran mutlak. Teori yang telah mapan dan digunakan oleh

mayoritas ilmuwan dalam komunitas ilmiah dalam penelitian selanjutnya disebut

sebagai paradigma.

Paradigma dibangun oleh para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya atas

berbagai konsep, asumsi-asumsi teoritis umum dalam tatanan tertentu,

menyederhanakan yang kompleks yang dapat diterima umum.

Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berfikir yang mampu menjadi

wacana temuan ilmiah dan dianut secara bersama oleh para anggota suatu komunitas

ilmiah dan atau masyarakat. Sikap para iluwan terhadap paradigma yang berlaku

dapat saja berubah ika dalam perjalanan kegiatan ilmiahnya atau penelitiannya

terdapat anomali. Dengan demikian dapat menyebabkan perubahan paradigma karena

Page 15: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

adanya anomali itu, selanjutnya menyebabkan sikap para ilmuwan terhadap

paradigma yang berlaku berubah, oleh karena itu sifat penelitian mereka juga

berubah. Hal itu membuat para ilmuwan berusaha untuk menciptakan paradigma

baru, dalam rangka memberikan penyelesaian terhadap anomali yang ditemukan. Jika

paradigma baru itu diterima oleh komunitas ilmiah maka paradigma terdahulu ditolak

dan ditinggalkan. Paradigma yang baru akan diterima sebagai pengganti paradigma

yang lama.

Page 16: TELAAH KONSTRUKSI TEORI

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Ed. 1., Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002.

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama 1, Jilid I. Cet. I; Pamulung Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997.

Drajat, Amroeni. Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu, Jakarta: Erlangga, 2006.

Muhadjir, Noeng. Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme, dan Post Modernisme, Ed. II, Cet. I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001.

Patrick C. A. G.T.W. Van Peursen, Ayn Rand, et.al., Apakah Filsafat danFilsafat Itu?, Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dn R&D, Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2007.

Wattimena, Reza A.A. Filsafat dan Sains Sebuah Pegantar, Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Yooke Tjuparnah S. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002.