tektonika

download tektonika

of 5

description

TEKTONIKA

Transcript of tektonika

Korelasi Granitoid Sumatra dengan Paleogeografi Strike-slip dan Cekungan Sedimen di Asia Tenggara

Fatma Widiyaningsih21100113120007 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Latar belakang pembuatan paper ini adalah untuk analisis lebih lanjut sifat granitoid di Pulau Sumatra yang dikorelasikan dengan evolusi tersier atau paleogeografi sesar semangko dan cekungan sedimen di Asia Tenggara. Di pulau Sumatera, pergerakan lempeng India dan Australia yang mengakibatkan kedua lempeng tersebut bertabrakan dan menghasilkan penunjaman menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P. Siberut hingga P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif The Great Sumatera Fault yang membelah Pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh. Sesar besar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Patahan aktif Semangko ini diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dan merupakan daerah rawan gempa bumi dan tanah longsor. Akibat dari pergerakan lempeng yang mengontrol Pulau Sumatra, secara umum sesar semangko adalah pergeseran antara kedua lempeng benua dimana kita ketahui bahwa lempeng benua memiliki sifat asam, apabila terjadi differensiasi antara kedua lempeng yang memiliki sifat asam maka hasil differensiasi magma cenderung asam. Magma asam inilah yang mengontrol persebaran granitoid di Sumatra, pada umumnya terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Volcanic Arc Granitoid, Main Range Granitoid, dan Eastern Granitoid (Barber et al., 2005). Kata kunci: Paleogeografi dan Evolusi Tersier Strike-slip, granitoid, di Sumatra

Fatma Widiyaningsih21100113120007Teknik Geologi Kelas A, absen urutan ke 15

PENDAHULUANLatar belakang pembuatan paper ini adalah untuk analisis lebih lanjut sifat granitoid di Pulau Sumatra yang dikorelasikan dengan evolusi tersier atau paleogeografi sesar semangko dan cekungan sedimen di Asia Tenggara. Objek permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini adalah analisis paleogeografi Pulau Sumatra khusunya evolusi tektoniknya yang dikorelasikan dengan persebaran Granitoid di Pulau Sumatra. Tujuannya untuk mengetahui persebaran Gratinoid di Pulau Sumatra yang dikarenakan evolusi tektoniknya. Metodelogi yang digunakan adalah studi pustaka, yaitu dengan menggabungkan kedua paper yang saling berkaitan yakni A tectonic model for the Tertiary evolution of strikeslip faults and rift basins in SE Asia dan Sumatran granitoids and their relationship to Southeast Asian terranesGEOLOGI REGIONALPulau Sumatra terletak di bagian barat gugusan kepulauan Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Luas pulau ini sekitar 473.606 Km2. Secara astronomis Sumatra berada pada posisi 6LU-6LS dan antara 95BB-109BT. Kondisi fisiografi di Pulau Sumatra sangat unik yaitu berupa pulau-pulau di sebelah barat Sumatra yang membentang dari Simeuleu hingga Enggano, rangkaian bukit barisan, zone Semangko, dataran alluvial pantai timur, rangkaian pulau ini terbentuk suatu palung yang dalam dan suatu palung kecil yang terbentuk di sebelah timur laut jajaran pegunungan Bukit Barisan, serta bukit, lembah lereng, dan dataran rendah di sebelah timur. Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat Lempeng Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar Sumatra.

Gambar 1. Pembentukan Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatra (Barber dkk, 2005).

Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman dan Sidi, 2000). Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan (Gambar 1).Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah Lempeng Benua Eurasia pada arah N20E dengan rata-rata pergerakannya 6 7 cm/tahun. Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik back-arc. Sumatra dapat dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):1. Sunda outer-arc ridge, berada sepanjang batas cekungan fore-arc Sunda dan yang memisahkan dari lereng trench.2. Cekungan Fore-arc Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik punggungan outer-arc dengan bagian di bawah permukaan dan volkanik back-arc Sumatra.3. Cekungan Back-arc Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra Utara, Tengah, dan Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit Barisan.4. Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan terbentuk terutama pada Perm-Karbon hingga batuan Mesozoik.5. Intra-arc Sumatra, dipisahkan oleh uplift berikutnya dan erosi dari daerah pengendapan terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip pada fore-arc dan back-arc basin.HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan referensi yang telah dibaca, dapat diketahui evolusi tektonik di Asia Tenggara, yaitu sebagai berikut :1. Zona geser ASRR aktif di Eosen - Oligosen untuk menghubungkan dengan ekstensi di Laut Cina Selatan. 2. Zona melange kompleks mempengaruhi Indocina dari Oligosen - Miosen (Mogok gneiss belt; Doi Inthanon dan Doi Suthep; sekitar zona geser ASRR). Oligosen - Awal Miosen uplift sepanjang Mae Ping dan ASRR Strike - Slip zona sesar sebelumnya dikaitkan dengan fase Strike - tergelincir deformasi. Tekanan-apung terkait, di daerah di luar Himalaya yang - zona tumbukan Dataran Tinggi Tibet merupakan aspek penting dari pengembangan SE tektonik Asia.3. Tektonik ekstrusi Model yang mengontrol ada subduksi kerak samudera antara speading center Laut Cina Selatan dan Palawan.4. Eosen - Oligosen tabrakan NE India dengan Burma mengakibatkan aktivasi dari Tiga Pagoda, Mae Ping, Ranong dan Klong Marui sesar dan penebalan kerak selektif di Indochina (khususnya Lanping - kali lipat belt Simao5. Sagaing zona sesar aktif sebagai Strike-slip dexstral dari Miosen akhir - Terbaru, dan kinematik terkait dengan rifting Laut Andaman. 6. Strike slip geser ke margin NW Borneo terjadi hanya melalui tren (sinistral) Aliao Shan - sistem sesar Red River, yang melewati sepanjang srrike menjadi sistem dextral mengubah sesar di sekitar dari Baram line. Mae Ping dan Tiga Pagoda kesalahan tidak link ke NW Borneo.7. Model elemen hingga sekarang yang memperlakukan Himalaya tabrakan zona sebagai pendorong utama untuk pola stres di seluruh Indochina tampaknya telah disederhanakan terutama untuk memahami Oligosen - Miosen stres evolusi.

Gambar 2. Paleogeografi Asia Tenggara

Batuan granitoid di wilayah Sumatra dan sekitarnya terdistribusi hampir pada sebagian besar wilayah Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Lingga, dan Bangka-Belitung (Barber et al., 2005; Setijadji, 2011). Batuan granitoid yang ada di Sumatra memiliki umur yang berkisar antara 264-5 Ma (Barber et al., 2005) atau Silurian hingga Tersier (Setijadji, 2011). Batuan granitoid di Sumatera pada umumnya terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Volcanic Arc Granitoid, Main Range Granitoid, dan Eastern Granitoid (Barber et al., 2005). 1. Volcanic Arc Granitoid Distribusinya pada wilayah Pulau Sumatra bagian barat yang berdekatan pada Zona Patahan Sumatra, meliputi Geunteut Granodiorit, Sikuleh Batholit, Unga Diorit, Ombilin, Sulit Air, Padangpanjang, Lessi Batolit, Lolo, Garba Batolit, Padean, Bengkunat (Bemmelen, 1949) - Waybambang Pluton, Aroguru, Jatibaru, Sulan Tonalite, dan Branti. Kelompok granitoid ini terdiri atas batuan biotit-horblend diorit, tonalit, granodiorit, monzogranit. Setting tektonika pembentuk batuan granitoid berkaitan dengan busur vulkanis. Komposisi kimia granitoid menunjukkan bahwa batuan granitoid tergolong dalam Tipe-I. Umur batuan granitoid pada kelompok ini adalah 203-5 Ma (Triassic Atas - Pliosen). 2. Main Range Granitoid Distribusinya pada wilayah Pulau Sumatra bagian tengah dari utara hingga selatan serta kepulauan di sebelah timur Pulau Sumatra (Kepulauan Riau, Kepulauan Lingga, dan Bangka-Belitung), meliputi Serbadjadi Batolit, Hatapang Pluton, Muarasipongi, Rokan, Siabu, (Clarke & Beddoe-Stephens, 1987), Sijunjung, Sungai Isahan, Bukit Batu, Tanjung Binga (Bemmelen, 1949)-Tanjung Pandang Pluton, Kundur, Klabat, Bangka-Belitung. Granitoid pada kelompok batuan ini merupakan biotit-monzogranit. Setting tektonika pembentuk batuan granitoid adalah fase setelah tumbukan antar lempeng terjadi. Komposisi kimia granitoid menunjukkan Tipe-S dan berasosiasi dengan timah, besi, bauksit (Setijadji, 2011) serta tungsten, lantanida, cerium, neodimium (Bemmelen, 1949)., dan Rare Earth Element lain (REE). Umur batuan granitoid pada kelompok ini berkisar antara 247 hingga 143 Ma (Triassic Bawah Cretaceus Bawah). 3. Eastern Granitoid Distribusinya pada sebagian Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan Bangka-Belitung meliputi, Sibolga Batolit, Dabo-Singkep, Riau, Bangka-Belitung, Karimun. Batuan granitoid pada kelompok ini merupakan biotit dan biotit-hornblend monzogranit. Setting tektonika adalah fase setelah tumbukan antar lempeng terjadi. Komposisi kimia granitoid menunjukkan Tipe-I. Umur batuan granitoid pada kelompok ini antara 264 hingga 216 Ma (Permian Atas - Jurassic Atas).

KESIMPULANPulau Sumatra dibentuk oleh kolisi dan suturing dari mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah Lempeng Benua Eurasia pada arah N20E dengan rata-rata pergerakannya 6 7 cm/tahun. Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik back-arc. Di pulau Sumatera, pergerakan lempeng India dan Australia yang mengakibatkan kedua lempeng tersebut bertabrakan dan menghasilkan penunjaman menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P. Siberut hingga P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif The Great Sumatera Fault yang membelah Pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh. Sesar besar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Patahan aktif Semangko ini diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dan merupakan daerah rawan gempa bumi dan tanah longsor.Akibat dari pergerakan lempeng yang mengontrol Pulau Sumatra, secara umum sesar semangko adalah pergeseran antara kedua lempeng benua dimana kita ketahui bahwa lempeng benua memiliki sifat asam, apabila terjadi differensiasi antara kedua lempeng yang memiliki sifat asam maka hasil differensiasi magma cenderung asam. Magma asam inilah yang mengontrol persebaran granitoid di Sumatra, pada umumnya terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Volcanic Arc Granitoid, Main Range Granitoid, dan Eastern Granitoid (Barber et al., 2005).

REFERENSIA tectonic model for the Tertiary evolution of strikeslip faults and rift basins in SE Asia

Sumatran granitoids and their relationship to Southeast Asian terranes