TEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC: SALAH SATU STRATEGI · PDF filesebuah software untuk menghitung ......
Transcript of TEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC: SALAH SATU STRATEGI · PDF filesebuah software untuk menghitung ......
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
TEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC: SALAH SATU STRATEGI MENCIPTAKAN GREEN ARCHITECTURE
Oleh: Ernaning Setiyowati – 3206 204 001
ABSTRAK
Krisis energi dunia dan semakin tingginya harga sumber energi menyebabkan semakin berkembangnya inovasi dalam pemanfaatan energi alternatif yang tidak menimbulkan polusi udara maupun radioaaktif. Salah satu alternatif pemanfaatan energi adalah pemanfaatan matahari sebagai sumber energi. Ada beberapa cara dalam memanfaatkan matahari, salah satunya dengan menggunakan teknologi photovoltaic, yaitu sebuah teknologi tenaga matahari yang menggunakan sel solar untuk mengubah cahaya dari matahari menjadi listrik. Aplikasi photovoltaic pada arsitektur membawa kepada sebuah perancangan arsitektur yang ramah lingkungan dengan penghematan energi, yang sering disebut sebagai konsep green architecture. Kata kunci: energi, photovoltaic, tropis LATAR BELAKANG
Issue-issue mengenai sustainability mulai sering diperdengarkan
belakangangan ini, seiring dengan semakin maraknya orang yang peduli dengan
keselamatan dan keberlajutan bumi. Hal ini disebabkan karena manusia
semakin sadar bahwa sumber daya yang tersedia di bumi ini semakin hari
semakin menipis, dan semakin menyebabkan timbulnya masalah krisis energi
sehingga untuk mendapatkan energi sekarang ini tidaklah murah.
Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh arsitek untuk berperan dalam
menyelamatkan bumi dan menghemat energi adalah dengan melalui
perancangan arsitektur yang berkonsep green architecture atau sering juga
disebut sebagai arsitektur ekologi, yaitu sebuah perancangan arsitektur yang
peduli dengan alam dan sumberdayanya. Fokus dari green architecture adalah
keseimbangan dengan alam dan sumberdaya di sekitar site bangunan, serta
penggunaan material yang tumbuh berlanjut atau dapat didaurulang. Green
architecture sering menitikberatkan pada sumberdaya alam yang dapat
diperbarui, salah satunya dengan cara menggunakan cahaya matahari. Cahaya
matahari merupakan sumber daya yang potensial dan tidak pernah habis,
terutama di negara-negara yang beriklim tropis seperti Indonesia. Jadi
menggunakannya sebagai sebuah sumber energi adalah hal yang potensial untuk
penghematan energi yang semakin menipis ini. Beberapa cara dalam
1
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
menggunakannya adalah melalui passive solar, active solar, dan teknik
photovoltaic.
PERMASALAHAN
Permasalahan utama pada tulisan ini adalah untuk mengeksplorasi apakah
teknologi photovoltaic cocok diterapkan di iklim tropis. Daerah yang beriklim
tropis adalah daerah yang disinari matahari sepanjang tahun. Ini adalah potensi
yang dapat digunakan dalam menggunakan cahaya matahari sebagai energi.
Sangat berbeda dengan negara-negara dengan 4 musim yang matahari justru
menghilang di musim-musim tertentu. Hal itu akan menyebabkan tenaga
matahari tidak akan bisa digunakan.
Di iklim tropis terdapat suatu fenomena bahwa sinar matahari adalah
sesuatu yang dihindari dan sedapat mungkin tidak dimasukkan ke dalam
bangunan. Sedangkan teknologi photovoltaic berarti akan mencari sinar
matahari yang kemudian digunakan untuk energi. Apakah hal ini mungkin
dilakukan di iklim tropis? Apakah kondisi termal di dalam bangunan tetap
nyaman dengan penggunaan photovoltaic?
LANDASAN TEORI
Green Building yaitu meningkatkan efisiensi di mana bangunan dan
sitenya menggunakan energi, air, dan material, serta mengurangi pengaruh
bangunan pada kesehatan manusia dan lingkungannya, melalui desain yang
lebih baik (wikipedia.org).
Green Building terkadang juga disebut sebagai sustainable building atau
environmental building. Konsep Green Building bisa membawa kepada
keuntungan termasuk mengurangi biaya operasional dengan cara meningkatkan
produktivitas dan menggunakan energi dan air yang lebih sedikit, meningkatkan
kesehatan dengan cara meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan
mengurangi pengaruh lingkungan. Green building merupakan komponen yang
esensial dari konsep yang berhubungan dengan sustainable design, sustainable
development dan sustainability secara umum (wikipedia.org).
2
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Green architecture menitikberatkan kepada penggunaan sumberdaya
yang dapat diperbarui, seperti matahari, yang salah satu penggunaannya adalah
dengan menggunakan teknik photovoltaic atau sel surya (solar cell)
(wikipedia.org).
Photovoltaics (PV), merupakan teknologi di mana cahaya diubah menjadi
tenaga listrik. Dikenal sebagai metode untuk membangkitkan tenaga matahari
dengan menggunakan solar sel dalam modul. Listrik terhubung dalam jumlah
yang banyak sebagai solar photovoltaic arrays untuk mengubah energi dari
matahari menjadi listrik (wikipedia.org).
Solar sel menghasilkan arus langsung listrik dari cahaya, yang bisa
digunakan untuk memberi tenaga peralatan atau untuk mengisi baterai
kembali. Aplikasi praktis pertama dari photovoltaic adalah untuk memberi
tenaga pengorbitan satelit dan kendaraan angkasa, serta kalkulator saku. Tapi
sekarang ini mayoritas modul photovoltaic digunakan untuk tenaga pembangkit.
Ada juga penggunaanya yang lain, yaitu emergency telephon di jalan, remote
sensing, dan lain-lain(wikipedia.org).
Sel surya diproduksi dari bahan semikonduktor yaitu silikon, yang
berperan sebagai insulator pada temperatur rendah dan sebagai konduktor bila
ada energi dan panas. Sebuah
silikon sel surya adalah sebuah
diode yang terbentuk dari lapisan
atas silikon tipe n (silicon doping
of phosphorous), dan lapisan
bawah silikon tipe p (silicon
doping of boron). Elektron-
elektron bebas terbentuk dari
jutaan photon atau benturan
atom pada lapisan penghubung
menyebabkan terjadinya aliran listrik (Mintorogo, 2000).
Gb1. Diagram potongan sel surya (sumber: Mintorogo, 2000)
Pengembangan sel surya silikon secara individu (chip):
3
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
1. Mono-crystalline
Dibuat dari silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan
silikon dalam bentuk bujur. Mono-crystalline dapat dibuat setebal
200 mikron, dengan nilai efisiensi sekitar 24%
2. Poly-crystalline/multi-crystalline
Dibuat dari peleburan silikon dalam tungku keramik, kemudian
pendinginan perlahan untuk mendapatkan bahan campuran silikon
yang akan timbul di atas lapisan silikon. Sel ini kurang efektif
dibandingkan dengan sel Poly-crystalline (efektifitas 18%), tetapi
biaya lebih murah.
3. Gallium Arsenide
Sel Surya III-IV semikonduktor yang sangat efisien sekitar 25%
Sel surya silikon terpadu ”Thin Film”:
1. Amorphous Silikon
Sebagai pengganti tinted glass yang semi transparan.
2. Thin Film Silikon
Dibuat dari thin-crystalline atau poly-crystalline pada bahan metal
yang cukup murah (cladding system)
3. Cadmium Telluride
Terbentuk dari bahan materi thin film polycrystalline secara
deposit, semprot, dan evaporasi tingkat tinggi. Nilai efisiensi 16%.
4. Copper Indium Diselenide
Merupakan bahan dari film tipis polycrystalline. Nilai efisiensi
17.7%
5. Chalcopyrites
6. Electrochemical Cells
Sebuah sel surya dalam menghasilkan energi listrik (energi sinar matahari
menjadi photon) tidak tergantung pada besaran luas bidang silikon, dan secara
konstan akan menghasilkan energi berkisar ±0.5 volt – max 600 mV pada 2
amp, dengan kekuatan radiasi sinar matahari 1000 W/m2 = ‘1 sun’ akan
menghasilkan arus listrik (I) sekitar 30 mA/cm2 per sel surya (Mintorogo, 2000).
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa sel surya akan menghasilkan energi
maksimum jika nilai Vm dan Im juga maksimum. Sedangkan Isc adalah arus
4
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
listrik maksimum pada nilai volt = nol; Isc berbanding langsung dengan
tersedianya sinar matahari. Voc adalah volt maksimum pada nilai arus nol; Voc
naik secara logaritma dengan peningkatan sinar matahari, karakter yang
memungkinkan sel surya untuk mengisi accu (Mintorogo, 2000).
Isc = short-circuit current
Vsc = open-circuit voltage
Vm = voltage maximum power
Im = current maximum power
Pm = Power maximum-output dari PV
array (watt)
Gb2. keadaan sebuah sel surya beroperasi secara normal (sumber: Mintorogo, 2000)
Pengoperasian sel surya sangat tergantung pada:
1. ambient air temperature
2. radiasi solar matahari (insolation)
3. kecepatan angin bertiup
4. keadaan atmosfir bumi
5. orientasi panel atau array PV
6. posisi letak sel surya (array) terhadap matahari (tilt angle)
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperature sel
tetap normal (pada 25ºC), kenaikan temperature lebih tinggi dari temperature
normal pada PV sel akan melemahkan voltage (Voc). Setiap kenaikan
temperature sel surya 1ºC (dari 25º) akan berkurang sekitar 0.4% pada total
tenaga yang dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikan temperature
sel per 10ºC (Mintorogo, 2000).
Kecepatan tiup angin di sekitar lokasi PV array dapat membantu
mendinginkan permukaan temperature kaca-kaca PV array (Mintorogo, 2000).
5
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Keadaan atmosfir bumi; berawan, mendung, jenis partikel debu udara,
asap, uap air udara (Rh), kabut, dan polusi sangat menentukan hasil maksimum
arus listrik dari deretan PV (Mintorogo, 2000).
Orientasi dari rangkaian PV (array) ke arah matahari secara optimum
adalah penting agar panel/deretan
PV dapat menghasilkan energi
maksimum. Selain arah orientasi,
sudut orientasi (tilt angle) dari
panel/deretan PV juga sangat
mempengaruhi hasil energi
maksimum. Untuk lokasi yang
terletak di belahan utara latitude,
maka panel/deretan PV sebaiknya
diorientasikan ke selatan.
Orientasi ke timur-barat walaupun
juga dapat menghasilkan sejumlah
energi dari panel-panel/deretan PV, tetapi tidak akan mendapatkan energi
matahari optimum (Mintorogo, 2000).
Gb3. efek temperature sel pada voltage (V) (sumber: Mintorogo, 2000)
Mempertahankan sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan panel PV
secara tegak lurus akan mendapatkan energi maksimum 1000 W/m2 atau 1
kWh/m2. kalau tidak dapat mempertahankan ketegaklurusan antara sinar
matahari dengan bidang PV, maka extra luasan bidang panel PV dibutuhkan
(bidang panel PV terhadap sun altitude yang berubah setiap jam dalam sehari)
(Mintorogo, 2000).
Solar panel PV pada equator yang diletakkan mendatar akan menghasilkan
energi maksimum. Sedangkan untuk lokasi dengan latitude berbeda harus
dicarikan tilt angle yang optimum. Perusahaan BP Solar telah mengembangkan
sebuah software untuk menghitung dan memperkirakan energi optimum dengan
letak latitude, longitude, dan optimum tilt angle untuk setiap lokasi di seluruh
dunia(Mintorogo, 2000).
Agar dapat memperoleh sejumlah voltage atau ampere yang dikehendaki,
maka umumnya masing-masing sel surya dikaitkan satu sama lain baik secara
hubungan seri ataupun secara paralel untuk membentuk suatu rangkaian PV
6
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
7
yang disebut modul. Sebuah modul PV umumnya terdiri dari 36 sel surya atau
33 sel, dan 72 sel
(Mintorogo, 2000).
Beberapa modul PV
dihubungkan untuk
membentuk satu rangkaian
tertentu disebut PV Panel,
sedangkan jika berderet-
deret modul PV dihubungkan
secara baris dan kolom
disebut PV array (Mintorogo, 2000).
Gb4. Diagram hubungan sel surya, modul, panel, array (sumber: Mintorogo, 2000)
Hubungan sel-sel surya dalam modul dapat dilakukan secara seri untuk
mendapatkan varian voltage umumnya 12 V, dan secara paralel untuk
mendapatkan varian ”arus listrik” (current). Hubungan modul-modul PV pada
array juga dapat dihubungkan secara seri untuk mendapatkan voltage yang
tinggi, dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan amps yang besar
(Mintorogo, 2000).
Aliran listrik yang didapat dari panel PV akan berupa listrik DC-direct
current, kemudian disimpan ke accu, dan sebagian listrik DC diubah ke AC-
alternating current dengan alat inverter untuk dipakai dengan alat
rumahtangga, seperti lemari es, TV, lampu, pompa air, dsb. Kemudian sebagian
DC dapat dipakai langsung untuk sebagian alat dengan spesifikasi DC. Insolation
solar matahari akan banyak berpengaruh pada current (I) sedikit pada volt
(Mintorogo, 2000).
Ada 3 sistem rangkaian PV:
1. sistem DC semua
2. sistem DC dan AC
3. sistem interaktif DC, AC dan jaringan listrik lokal PLN
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gb5. Sistem dan Beban dengan DC
(sumber: Mintorogo, 2000) Gb6. Sistem DC dan AC (sumber:
Mintorogo, 2000)
Gb8. Sistem DC dan AC + Back up Generator
(sumber: Mintorogo, 2000) Gb7. Interaktif DC, AC, dan jaringan local PLN
(sumber: Mintorogo, 2000)
Sistem DC dan AC memungkinkan penggunaan Generator Set sebagai
tenaga cadangan untuk membantu pengisian rangkaian baterai bila cuaca atau
radiasi matahari tidak dapat menghasilkan tenaga listrik (Mintorogo, 2000).
Terdapat 5 cara perletakan modul PV:
• Fixed array
Deretan modul PV diletakkan pada struktur penyangga PV (rangka
tersendiri) atau menyatu ke struktur atap. Perhitungan sudut
kemiringan pada suatu lokasi berdasarkan latitude optimum pada
8
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
posisi 21 maret dan 21 september. Ada 2 macam cara pemasangan
photovoltaic pada atap, yaitu shingle module; deretan modul
dikaitkan di atas penutup atap, dan Integral Roof Modules;
deretan modul dipasang secara integral dengan struktur rangka
atap. Sedangkan pada lisplank, deretan PV dipasang secara tetap
pada bidang lisplank overstack. Pada wall-cladding dipakai silikon
efisiensi tinggi yaitu ”Mono-crystalline”, dan sebagai glass
cladding dipakai silikon ’amorphous dan ’crystalline’. PV bisa
dipasang pada bangunan yang telah ada, atau bisa diletakkan
terpisah dari bangunan tapi dihubungkan oleh kabel untuk
mensuply power ke bangunan (wikipedia.org).
Gb.11. Modul PV pada overstack rumah (sumber: Mintorogo, 2000)
Gb.10. Integral roof modules (sumber: Mintorogo, 2000)
Gb.9. Shingle Modules (sumber: Mintorogo, 2000)
• Seasonally Adjusted Tilting
9
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Deretan modul PV dapat diubah secara manual sesuai waktu sesuai
waktu yang dikehendaki untuk pengoptimalan tilt angle.
• One axis tracking
Panel modul PV dapat mengikuti lintasan pergerakan matahari dari
timur ke barat secara otomatis, akan mendapatkan efisiensi 20%
dibandingkan dengan fixed arrays.
• Two axis tracking
Panel modul PV dapat mengikuti lintasan pergerakan matahari dari
timur ke barat serta orientasi Utara-selatan secara otomatis; akan
mendapatkan efisiensi 40% dibandingkan fixed arrays.
• Concentrator Arrays
Deretan lensa optik dan cermin yang memfokuskan pada suatu
area sel surya efisiensi tinggi.
Tenaga puncak total dari
pemasangan solar panel adalah sekitar
5300 MW di akhir 2005. kapasitas
power photovoltaic diukur dalam Wp
(Watt peak). ’Peak power’ adalah nilai
nominal power. Ini adalah ukuran
power di bawah ‘Standart Test
Condition’. Kondisi buatan ini,
dikembangkan untuk standrardisasi
dan pembadingan solar sel atau modul
yang berbeda. Mereka tidak cocok
dengan kondisi kehidupan nyata, dan tidak mewakili peak power dari sel atau
modul pada pencahayaan matahari yang paling tinggi (wikipedia.org).
Gb.12. Concentrator Array (sumber: Mintorogo, 2000)
Jika sebuah bangunan berada jauh dari supply listrik umum, seperti di
daerah pegunungan, PV bisa digunakan sebagai pembangkit listrik, atau PV bisa
digunakan bersamaan dengan angin, diesel generator dan/atau hydroelectric
power. Normalnya, modul photovoltaic bertahan sampai 25 tahun, tapi tetap
bisa digunakan bahkan sampai 30-40 tahun (wikipedia.org).
10
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Tenaga matahari tidak membawa kepada emisi yang berbahaya selama
operasionalnya, tapi produksi panel membawa kepada sejumlah polusi.
Photovoltaic menjadi lebih efisien dan biaya yang lebih sedikit, menyediakan
energi listrik 16 watt per square feet atau lebih (Crowther, 1992).
METODE PENDEKATAN
Aplikasi photovoltaic pada bangunan telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat di seluruh dunia, terutama Jepang, Jerman, dan US. Awal
tahun 1980an, deretan PV modul dengan rangka besi hanya diletakkan pada
bidang atap datar bangunan dengan alat penyangga. Tahun 1990an, sel-sel PV
dikembangkan lebih menyatu menjadi bagian material bangunan yaitu bahan
atap. Pada tahun 1997, modul PV dikembangkan menjadi kesatuan integrasi
bangunan arsitektur dalam berbagai materi bangunan dan aplikasi canggih
(Mintorogo, 2000).
Gb.13. perkembangan photovoltaic (sumber: Mintorogo, 2000)
Gb14. thin film crystalline (sumber: Mintorogo, 2000)
11
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gb14. Bentuk cladding (curtain wall) (sumber: Mintorogo, 2000)
Gb15. pemasangan photovoltaic pada rumah (sumber: Mintorogo, 2000)
Pemanfaatan energi sel surya telah dilakukan di beberapa jenis bangunan,
antara lain: perumahan, komersil, dan industri. hanya membutuhkan extra
ruang utilitas untuk penempatan alat regulator, iverter, baterai, dll. Deretan
modul PV integrasi dengan struktur perumahan secara arsitektur pada aplikasi
atap, lisplank overstack, dinding fasade. Instalasi solar panel memberi
pendekatan baru pada perancangan arsitektur dan menyediakan energi yang
bersih pada bangunan. Solar panel performance sangat bergantung pada
beberapa aspek seperti orientasi bangunan, sudut kemiringan, efek
pembayangan, dan massa bangunan itu sendiri (Mintorogo, 2000).
Meskipun harga jual modul ini masih sangat tinggi untuk bersaing dengan
listrik, di Jepang dan Jerman permintaan modul ini tumbuh dengan pesat,
diikuti oleh produksinya. Meskipun harganya masih mahal saat ini, diharapkan
pada 2010 harganya bisa jatuh. Di awal 2006, harga rata-rata tiap pemasangan
watt untuk ukuran tempat tinggal adalah sekitar 6.5 USD sampai 7.5 USD,
termasuk panel, inverter, mount, dan elektrikal (wikipedia.org).
Solar photovoltaic array memiliki factor kapasitas sekitar 20%, yaitu lebih
rendah daripada sumber listrik yang lain. Karena itu pemasangan 2005 telah
menyediakan rata-rata output sekitar 1060 MW (20% x 5300). Hal ini mewakili
0.03% permintaan pada saat itu. Jerman merupakan negara yang paling pesat
mengembangkan pasar PV (wikipedia.org).
12
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Installed PV Power as of the end of 2005
PV Capacity Cumulative Installed in 2005 Country
Off-grid PV [kW]
Grid-connected [kW]
Total [kW]
Total [kW]
Grid-tied [kW]
Japan 87,057 1,334,851 1,421,908 289,917 287,105
Germany 29,000 1,400,000 1,429,000 635,000 632,000
United States 233,000 246,000 479,000 103,000 70,000
Australia 41,841 8,740 60,581 8,280 1,980
Spain 15,800 41,600 57,400 20,400 18,600
Netherlands 4,919 45,857 50,776 1,697 1,547
Italy 12,300 15,200 37,500* 6,800 6,500
Tabel 1. pemasangan PV pada tahun 2005 (sumber: wikipedia.org)
Maraknya pemakaian photovoltaic tersebut mengindikasikan bahwa
masalah energi sudah menjadi perhatian banyak orang terutama di negara-
negara maju. Dengan semakin banyaknya pengguna photovoltaic diharapkan
dapat membantu penghematan energi demi tercapainya sustainabiliy. Namun
sayangnya, hal itu masih banyak terjadi di negara-negara maju yang
kebanyakan memiliki lokasi jauh dari equator. Padahal pada lokasi-lokasi
tersebut ada musim tertentu di mana matahari tidak muncul, atau hanya
muncul selama beberapa jam saja, itupun dengan sudut deklinasi yang sangat
miring. Sehingga pada musim-musim tersebut, PV kemungkinan besar tidak
dapat bekerja dengan baik. Bagaimana halnya dengan di Indonesia yang
merupakan negara tropis?
Iklim tropis memiliki karakteristik temperatur dan kelembaban yang
tinggi. Temperatur udara berkisar antara 22ºC-32ºC dengan diurnal yang kecil.
Temperatur udara yang dicatat di BMG mengindikasikan peningkatan
temperatur setiap tahunnya. Kelembaban sangat tinggi, lebih dari 75%.
Perubahan cuaca sulit ditebak karena adanya tutupan awan. Radiasi matahari
tersaring tapi masih cukup kuat dan menghasilkan silau. Curah hujan tinggi
(Ahmad, 2000).
13
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Daerah tropis memiliki durasi penyinaran matahari yang tidak mengalami
perbedaan yang signifikan sepanjang tahun. Rata-rata durasi penyinaran
matahari di daerah tropis adalah 66%. Maksimum pada Bulan Maret dan April
adalah 72%, minimum di Bulan Juni 61%. Awan di musim panas memotong
intensitas radiasi matahari (Olgyay, 1992).
Salah satu keharusan di iklim tropis adalah menjauhi radiasi sinar
matahari demi mencapai kenyamanan termal di dalam bangunan. Terdapat
beberapa keharusan dalam perancangan bangunan di iklim tropis menurut
Ahmad, 2000, antara lain:
1. Menghindari sinar matahari langsung ke dalam bangunan. Atap
harus bisa menyediakan pembayangan menyeluruh. Mengerti solar
chart adalah penting. Kita harus mengetahui jalan matahari dan
sudut matahari untuk setiap orientasi bangunan.
2. Semua ruang harus terbayangi sepanjang hari, atau di waktu-
waktu yang kritis.
3. Menggunakan penggunaan maksimum daylighting.
4. Semua ruang harus berhubungan dengan lingkungan ruang. Strategi
ini akan memastikan distribusi dan jumlah daylight yang bagus,
juga menyediakan ventilasi alami.
Dari penjelasan singkat mengenai karakteristik iklim tropis tersebut,
terdapat kontradiksi antara kebutuhan photovoltaic yang mencari sinar
matahari dan keharusan perancangan
bangunan iklim tropis yang menghindari
sinar matahari.
Saat ini sudah terdapat penelitian
mengenai penggunaan photovoltaic pada
perumahan bertingkat di Jakarta.
Penelitian tersebut dilakukan oleh
Hendriana, Surjamanto, dan Mosttavan,
tahun 2005. penelitian itu menggunakan
software PVSYST dan menggunakan solar
panel yang diproduksi oleh Lembaga
Elektronika Nasional (LEN). Para peneliti
Gb16. orientasi bangunan yang digunakan sebagai data input pada penelitian (sumber: Hendriana, Surjamanto,
Mostavan, 2005)
14
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
itu membandingkan beberapa tipe rumah tinggal dengan beberapa orientasi
berbeda dan bagaimana pengaruhnya terhadap penggunaan photovoltaic. Data
output dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar 17, di mana orientasi
1: 45º-225º, orientasi 2: 30º-210º, orientasi 3: 15º-195º, orientasi 4: 0º-180º,
orientasi 5: 345º-165º, orientasi 6: 330º-150º. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa Building Aspek Ratio sangat berpengaruh terhadap penggunaan
photovoltaic. Yang paling cocok pada penggunaan photovoltaic adalah
bangunan dengan aspek rasio 1:2, tipe 21, menggunakan semi double loaded.
Mempertimbangkan kemampuan photovoltaic untuk membangkitkan listrik,
bangunan dengan orientasi 0º-180º menunjukkan karakteristik terbaik. Jadi
penelitian ini sudah membuktikan bahwa teknologi photovoltaic cukup efektif
untuk dilakukan di negara tropis.
Gb17. energi yang hilang pada tiap orientasi, energi yang tersedia pada tiap
orientasi, dan solar fraction pada setiap orientasi (sumber: Hendriana, Surjamanto, Mostavan, 2005)
15
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
HASIL KAJIAN
Dari penjelasan di atas disebutkan bahwa pengoperasian sel surya sangat
tergantung pada ambient air temperature, radiasi solar matahari (insolation),
kecepatan angin, keadaan atmosfir bumi, orientasi panel atau array PV, dan
posisi letak sel surya (array) terhadap matahari (tilt angle). Dari sini dapat
dilihat bahwa apa yang mengendalikan sel surya sangat berpengaruh terhadap
kondisi termal yang juga berpengaruh terhadap kenyamanan termal.
Masih dari penjelasan landasan teori di atas, disebutkan bahwa sebuah sel
surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperature sel tetap normal
(pada 25ºC), kenaikan temperature lebih tinggi dari temperature normal pada
PV sel akan melemahkan voltage (Voc). Setiap kenaikan temperature sel surya
1ºC (dari 25º) akan berkurang sekitar 0.4% pada total tenaga yang dihasilkan
atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikan temperature sel per 10ºC. Bila
dilihat dari keadaan temperatur tersebut, photovoltaic lebih cocok digunakan
di negara tropis. Hal ini disebabkan karena kondisi temperatur di iklim tropis
tidak mengalami fluktuasi yang berarti sepanjang tahun, nilai diurnalnya pun
kecil sekali. Keadaan ini sangat berbeda dengan negara-negara beriklim
subtropis dan panas kering. Dengan kondisi temperatur yang fluktuatif di
negara-negara tersebut, maka tenaga yang dihasilkan sel surya akan sangat
banyak berkurang.
Kalau dilihat dari durasi penyinaran sinar matahari yang sepanjang hari
sepanjang tahun, dan dari kondisi temperatur yang hampir rata sepanjang
tahun, serta kondisi langit yang cerah, photovoltaic punya potensi yang baik
bila digunakan di negara tropis. Tapi bila dilihat dari segi kenyamanan termal,
di mana temperatur udara sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari,
penggunaan photovoltaic mungkin saja dapat menyebabkan temperatur udara
di dalam ruangan meningkat. Mungkin juga hal inilah yang menyebabkan
pesatnya perkembangan photovoltaic di negara-negara maju 4 musim. Karena
dengan meningkatnya suhu di dalam ruangan, kenyamanan termal dapat
dicapai di negara-negara tersebut. Berbeda dengan iklim tropis, semakin
meningkatnya temperatur udara di dalam ruangan, maka akan semakin tidak
nyamanlah kondisi termal di dalam ruangan tersebut. Jadi ada kemungkinan
16
Teknologi photovoltaic: salah satu strategi menciptakan green architecture Ernaning Setiyowati 3206 204 001
penggunaan photovoltaic akan meningkatkan temperatur udara di dalam
ruangan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan termal. Tetapi hal ini
hanya merupakan hipotesa yang belum tentu kebenarannya, dan harus diadakan
penelitian untuk membuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Mohd Hamdan (2000), “Ecological Design: the Must, the Extra, and the
Unnecessary For the Tropic”, dalam Proceeding International Seminar on Sustainable Environment and Architecture, 23-24 Oktober 2000, ITS, Surabaya, h. 9-12
Crowther, Richard L. (1992), Ecologic Architecture, Boston: Butterworth
Architecture en.wikipedia.org.htm Hendriana, Patricia D.H. dan Mostavan, Aman (2005), “Architectural Integrated
Photovoltaic Application on Multi-Storey Housing in Jakarta”, dalam Proceeding The 6th International Seminar on Sustainable Environment and Architecture, 19-20 September 2005, Department of Architecture, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, h. 128-134
Olgyay, Victor (1992), Design With Climate; Bioclimatic Approach to
Architectural Regionalism, New York: Van Nostrand Reinhold Mintorogo, Danny Santoso (2000), “Strategi Aplikasi Sel Surya (Photovoltaic
Cells) pada Perumahan dan Bangunan Komersial”, dalam Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, vol 28 no 2 Desember 2000, h. 129-141.
17