teknologi pembenihan kerang abalon

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Budidaya Laut Kerang Abalone Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energy, untuk meningkatkan produksi laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. kegiatan budidaya telah dilakukan sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara. Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi. Awal budidaya laut atau marikultur di Indonesia ditandai dengan adanya keberhasilan budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton- Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan percobaan dan pengembangan budidaya rumput laut (Euchema sp.) di Pulau Samaringa-Sulawesi Tengah, dengan adanya kerjasama antara Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusaan Denmark. Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan kerapu 1

description

pembahasan pembenihan kerang abalon

Transcript of teknologi pembenihan kerang abalon

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSejarah Budidaya Laut Kerang Abalone Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energy, untuk meningkatkan produksi laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. kegiatan budidaya telah dilakukan sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara. Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi.Awal budidaya laut atau marikultur di Indonesia ditandai dengan adanya keberhasilan budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton- Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan percobaan dan pengembangan budidaya rumput laut (Euchema sp.) di Pulau Samaringa-Sulawesi Tengah, dengan adanya kerjasama antara Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusaan Denmark. Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan kerapu hidup di Kepulauan Riau membuat karamba jaring tancap serta karamba jaring apung sebagai tempat penampungan ikan kerapu hidup hasil tangkapan sebelum di ekspor ke Singapura dan Hongkong. Adapun perkembangan budidaya laut khususnya dalam karamba jaring apung (KJA) dipicu oleh keberhasilan pembenihan ikan bandeng dan ikan kerapu di hatchery secara massal pada tahun 1990-an di Loka Penelitian Budidaya Pantai di Gondol Bali.Komoditas baru yang patut di budidayakan yakni Abalone karena komoditas ini bisa menjadi santapan eksotis yang bernilai premium, bahkan laku di mancanegara. Mungkin belum banyak orang tahu tentang Abalone, meski komoditas laut ini sudah cukup lama dieksploitasi terutama di Amerika. Menurut sejarah, di Kalifornia Abalone sudah ditangkap oleh penduduk Amerika keturunan Cina sejak 1850-an. Sementara di Indonesia sampai sekarang cuma sedikit orang yang mengetahuinya. Budidaya Abalone mulai diteliti Loka Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 1999. Dalam klasifikasi hewan, Abalone termasuk makhluk laut dari kelas Gastropoda, keluarga Haliotidae, jenis Haliotis (kuping laut). Penampilannya mirip siput yang hanya mempunyai cangkang sebelah atas saja. Yang unik, binatang ini endemik, tidak semua tempat ada. Bergerak sangat lambat sehingga predator mudah memangsanya, termasuk manusia. Ia hidup di dasar laut, khususnya dikarang-karang. Wilayah Indonesia yang mempunyai spesies ini adalah NTB (Lombok tengah selatan), Ambon, Madura, dan Bajo (Sulsel).Pertambahan penduduk dan perubahan konsumi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat adalah salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan produk perikanan. Kegiatan budidaya laut dan pantai berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap yang terus menurun pengembangan usaha budidaya kerang abalone dimasa datang mempunyai prospek cukup cerah, mengingat beberapa keunggulan yang dimilikinya baik dari teknik budidaya sampai dengan pemasaran.Daging abalon mempunyai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%; lemak 3,20%; serat 5,60%, abu 11,11%; dan kadar air 0,60% serta cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi kerang abalone saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam, dan ini akan menimbulkan kekwatiran akan terjadinya kelangkaan yang berakhir pada kepunahan. Di luar negeri Abalone bisa menjadi makanan eksotik yang harganya mahal. Keeksotisan menu abalon tersebut terlihat di salah satu restoran di Hongkong yang memajang produknya di internet. Menu bernama Abalone with congee dipatok seharga US$82 (lebih dari Rp 700.000,00). Karena sifatnya di alam yang mudah ditangkap dan memiliki nilai ekonomis tinggi (sebagai sea food), maka mendorong terjadinya over eksploitasi dan perdagangan hewan ini.1.2 Biologi

A. Klasifikasi Abalone :Kelas: GastropodaSub Kelas: OrthogastropodaOrdo: VetigastropodaSub Family: PleurotomarioideaFamily: HaliotidaeGenus: HaliotisSpesies:Haliotis asinina

B. Morfologi Abalone :Abalone (Haliostis assiana)memiliki ciri khas lubang terbuka di cangkangnya sebanyak enam atau tujuh buah dan kaki yang lebih besar dari bukaan cangkangnya (Hegner dan Engeman, 1968). Pada bagian anterior yakni mantel tepi cangkang akan muncul lubang yang berfungsi dalam proses respirasi. Lubang tersebut akan bertambah jumlahnya seiring dengan bertambahnya ukuran cangkang, sampai terbentuk di sepanjang sisi kiri cangkang. Ketika abalone sedang rileks, tentakel dan mata akan menonjol dari bagian anterior ke cangkang. Penonjolan tersebut merupakan epipodium yang merupakan perluasan dari kaki dan merupakan sensor kecil tentakel (Fallu, 1991). Abalon ini memilikiepipodadi sekeliling tubuhnya yang diselingi oleh tentakel-tentakelepipodial, keduanya berfungsi sebagai alat peraba. Lubang ketujuh pada cangkang abalon akan tertutup jika lubang baru di cangkang bagian depan terbentuk. Semua organ-dalam abalon berada tepat di bawah cangkang. Gonad abalon menutupi hati yaitu di bagian kanan (bila dilihat dari sisi dorsal). Organ ini melengkung seperti tanduk melingkari otot dorsal bagian posterior. Pada bagian depan tubuhnya terdapat sepasang mata dan sepasang tentakel sefalik yang panjang (Gilbert, 1949dalamFeisal, 2004).Lubang pada cangkang abalon berfungsi sebagai jalan air. Air akan masuk melalui bukaan cangkang anterior, seterusnya melalui insang yang bekerja mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Air kemudian akan dikeluarkan kembali melalui lubang respirasi ini. Arus di daerah dangkal tempat abalon bercangkang halus hidup, lebih cepat dan bergelombang tinggi (Tissot, 1992). Lubang yang tidak menonjol dan cangkang yang halus padaH. Asininamenandakan aliran air dalam rongga mantel dibantu oleh gerakansilia(Tissot, 1992).

Penampakan Kerang Abalone tanpa cankang

Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan Protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,60%, dan abu 11,11%. cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalone saat ini lebih banyak di peroleh dari tangkapan di alam. hal tersebut akan menimbulkan kehawatiran terjadinya penurunan produksi di alam dengan adanya penangkapan yang dilakukan secara intensif sehingga melampaui batas maksimum lestarinya habitat abalone, maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan usaha pembenihan

BAB IIISI PEMBAHASAN

2.1PembenihanAbalone dapat memijah sepanjang tahun. Waktu pemijahan berlangsung 2 kali setiap bulannya, yaitu waktu bulan gelap dan bulan terang. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan terlebih dahulu melepaskan sperma untuk merangsang induk betina melepaskan telur. Pemijahan umumnya terjadi pada pagi hari antara pukul satu hingga tiga dini hari. Induk yang telah terseleksi dimasukkan kedalam bak pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 1:3 atau 1:4. Induk betina dengan cangkang berukuran 5-8 cm dapat menghasilkan 100.000 sampai 1 juta telur dalam satu kali pemijahan. Kerang bercangkang tunggal tersebut siap untuk berkembang biak saat berumur sekitar delapan bulan dengan diameter cangkang yang telah mencapai ukuran 3540 cm (Anonim, 2006).Kerang yang siap memijah dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Bak pemijahan dapat berupa bak fiberglass, akuarium atau toples volume yang dilengkapi dangan saluran keluar (outlet). Bak dilengkapi air masuk, aerasi dan heater (bila diperlukan). Pada bagian atas terdapar saluran pelimpasan yang diarahkan ke bak penampungan telur atautrochopore. Bak penampungan telur dilengkapi denganegg collectorberupa wadah plastik dilengkapi dengan plankton net denganmesh size60 atau 80m pada outlet saluran pelimpasan. Saat pemijahan kondisi ruangan pemijahan dalam keadaan gelap. Selain pada bulan gelap dan terang, pemijahan abalone juga dapat dilakukan dengan kejut suhu, yaitu dengan menaikkan suhu sekitar 30C dari suhu normal.Telur abalone berwarna hijau. Telur yang terbuahi mengendap di dasar bak dengan diameter 100-120m. Embriogenesis berlangsung selama 8 jam dari mulai pembuahan. Selanjutnya telur menetas menjaditrochoporeyang melayang atau planktonis. Proses perkembangan telur adalah sebagai berikut :1. setelah telur dibuahi, proses selanjutnya adalah pembelahan pertama yang terjadi pada menit ke-20-30 setelah pembuahan.2. Pembelahan kedua terjadi 40-45 menit setelah proses pembuahan.3. Pembelahan ketiga terjadi setelah 60 menit dari proses pembuahan.4. Pembelahan keempat terjadi setelah 80-90 menit dari proses pembuahan.5. Fase morula terjadi setelah 120 menit dari proses pembuahan.6. Fase morula berubah menjadi fase gastrula setelah 3 jam dari proses pembuahan.7. Fase trochopore terbentuk setelah 6-7 jam dari proses pembuahan.8. Fase Veliger terjadi setelah 8 jam dari proses pembuahan.Pemanenan telur dilakukan saat abalone sudah terlihat memijah. Telur yang telah dibuahi disiphon dengan selang (0,5-0,75 inchi) dan ditampung ke toples yang dilengkapi saringanmesh size60m. Diameter telur berkisar 100-120m. Pemanenantrochoporeyang terkumpul di bak penampungan telur dilakukan dengan cara mengambilnya dengan menggunakan gayung dan disaring dengan saringan 60m. Diupayakantrocophoretetap dalam air atau saringan terendam air. Selanjutnya dibilas dan dikumpulkan dalam toples. Untuk memisahkantrocophoredari kotoran dilakukan penyaringan lagi menggunakan saringan 200m. Setelah telur atautrocophoredimasukkan dalam toples selanjutnya dilakukan pengenceran sampai volumenya mencapai 10 liter. Banyaknya telur dantrochoporeyang terdapat di dalam toples dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana berikut:

Jumlah telur = Jumlah telur sample x Volume wadah (10 liter) Volume sample

2.2Pengadaan indukUntuk mendapatkan induk abalone dapat diperoleh dengan cara menangkap dari alam dan induk hasil breeding yang dibudidayakan.Induk dari alam biasanya diambil dengan cara melepaskan dari subtratnya berupa karang dengan menggunakan alat kait yang terbuat dari kawat. Untuk itu perlu diperhatikan luka pada organ tubuh dan cangkang sebelum dijadikan induk. Memilih induk alam biasanya karena dapat langsung diperoleh yang memiliki tingkat kematangan gonad yang penuh.Induk abalone yang baik adalah sebagai berikut : Otot kaki/daging terlihat segar dengan warna yang gelap dan tidak lembek/lemas, Melekat kuat pada subtrat, Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi terbali, Sehat/organ tubuh tidak luka dan utuh, Ukuran panjang cangkang 5 cm, dan Merayap/berjalan bila dilepaskan dari genggaman.Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam melakukan pemilihan induk abalone hasil budidaya di karamba jaring apung, yaitu : A. Ukuran IndukAbalone (Haliotis asinina) mulai dewasa pada ukuran (panjang cangkang) 3cm. Sehingga pastikan abalone yang akan kita gunakan sebagai induk memiliki panjang cangkang minimal 7cm. Semakin besar ukuran induk yang kita gunakan akan semakin baik karena fekunditasnya juga semakin tinggi.B. Membedakan jenis kelamin indukJenis kelamin induk harus diperhatikan karena dalam kegiatan pemijahan diperlukan jumlah induk betina yang lebih banyak (perbandingan 2:1). Pastikan induk dalam kondisi yang benar-benar matang gonad. Kelamin abalone dapat ditentukan dengan melihat warna gonadnya. Bagian gonad sendiri dapat dilihat dengan cara mengangkat cangkang bagian bawah. Induk jantan : Warna gonad gading kecoklatan atau kuning kemerahan Induk betina : Warna gonad, hijau kebiruan.

C. Memilih Induk Yang SehatInduk sehat adalah syarat mutlak dalam kegiatan pemeliharaan induk dan pemijahan abalone. Induk hasil tangkapan dikatakan sehat bila:

i. Tidak cacat/terlukaDalam pengambilan abalone terkadang kita tidak memperhatikan letak dan posisi menempel sehingga sering kali mengakibatkan luka pada induk yang akan kita pijahkan untuk itu perlu adanya langkah- langkah sebelum dilakukan pemijahan yaitu: Untuk itu beberapa langkah yang dilakukan antara lain: Perhatikan dan amati induk yang akan diambil satu-persatu; Amati dan raba bagian cangkangnya karena terkadang ada retakan yang tidak terlihat; Tarik cangkang secara perlahan untuk mengetahui kekuatan ototnya, Cangkang yang mudah direnggangkan dengan bagian tubuh menandakan adanya kerusakan otot; Perhatikan secara seksama seluruh bagian tubuh abalone untuk mengetahui ada tidaknya luka akibat penangkapan. Luka-luka itu biasanya berupa goresan berwarna putih atau luka robek pada bagian yang menempel dengan cangkang; Teliti juga bagian gonadnya, karena bagian tersebut sering luka/robek akibat terkait.

ii. Dapat melekat dengan kuat dan aktif bergerakAbalone yang baru diambil dari KJA biasanya dalam keadaan lemah/pingsan karena cara pengangkutan yang tidak benar. Tidak jarang abalone yang tidak cacat/luka tetapi tidak dapat diambil sebagai induk karena kondisinya yang terlalu lemah. Oleh karena itu dalam pemilihan induk diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: Sediakan wadah berisi air laut dan airator di tempat penampung abalone; Masukan induk yang tidak luka/cacat (hasil seleksi pertama) kedalam wadah berisi air laut. Biarkan selama beberapa menit sampai kondisi induk benar-benar pulih; Pilih induk yang dapat menempel dengan kuat dan bergerak secara aktif. Induk yang tidak bergerak atau tidak menempel secara kuat berarti kondisinya terlalu lemah.Pemberian pakan dilakukan setiap hari atau dua hari sekali dengan takaran 30-40% dari biomass setiap harinya.Bersihkan pakan sebelum diberikan agar bebas dari hama/ predator seperti kepiting ataupun bintang laut dan kotoran bahan organik dll.Stock pakan induk ditempatkan dalam bak terpisah dengan air mengalir. Stock pakan yang menumpuk dan disimpan terlalu lama dapat mengakibatkan pembusukan.

2.3Seleksi indukSeleksi induk dilakukan 3-4 hari menjelang bulan terang dan bulan gelap karena abalon akan matang gonad pada waktu-waktu tersebut sepanjang tahun. Setyono (2003) menyatakan bahwa peristiwa pematangan sel telur H. asinina di perairan Lombok dipengaruhi secara langsung oleh rentang pasang surut. Lundelius & Freeman (1986) dalam Setyono (2004) menyatakan bahwa sinyal panjang hari terang diterima oleh sebuah reseptor cahaya yang terdapat pada ganglion otak. Sinyal tersebut selanjutnya mengaktifkan sel neurosekresi dalam ganglion otak untuk melepaskan hormon yang menstimulasi perkembangan organ reproduksi. Induk yang dipijahkan biasanya berukuran cangkang 4-5 cm, dalam kondisi segar dan sehat, tidak terluka serta gonadnya tampak menggembung dengan warna gonad yang jelas. Warna gonad menunjukkan jenis kelamin. Gonad jantan berwarna putih keruh dan gonad betina berwarna biru tua kehitaman. Tingkat kematangan gonad abalon dilihat dengan memegang cangkang abalon kemudian menyingkap otot kaki pada sisi yang berlawanan dengan letak lubang cangkang menggunakan spatula berbahan plastik. Adapun karakteristik induk abalone yang baik adalah:

TKG cukup Otot kaki terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek Melekat kuat pada substrat Dapat membalikkan tubuhnya sendiri jika diletakkan dalam keadaan terbalik Sehat, dan organ tubuh tidak luka Ukuran panjang cangkang sekitar 5 cm Merayap atau berjalan jika dilepaskan dari tangan

Pemeliharaan induk dilakukan pada bak yang bersih. Ketinggian air dalam bak sekitar 60-70 cm. Untuk menjaga kualitas air dilakukan sistem sirkulasi selama 24 jam. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah induk jantan dan betina harus dipelihara dalam bak terpisah untuk menghidndari pemijahan liar (spontanious spawning). Abalone adalah hewan herbivora, sehingga dalam pemeliharaan induk perlu juga disediakan fasilitas pemeliharaan rumput laut. Pakan yang umumnya disukai abalone adalah Gracillaria.Membedakan individu jantan dan betina secara morfologi sulit dilakukan. Untuk melihat gonad abalone diperlukan bantuan spatula, selanjutnya otot pada sisi yang berlawanan dari letak lubang-lubang dibagian cangkang dikuak dengan menggunakan spatula. Induk betina ditandai dengan warna biru dan jantan dengan warna orange muda (putih tulang). Induk yang siap dipijahkan memiliki kandungan gonad lebih dari 60 %.

2.4Fasilitas PembenihanFasilitas utama dalam pembenihan abalon terdiri dari bak tendon, bak pemeliharaan induk, bak pemijahan, bak penetasan telur yang juga berfungsi sebagai bak pemeliharaan larva, bak pemeliharaan benih, wadah kultur pakan alami, serta wadah penyimpanan rumput laut. Dimana dalam penempatannya dibagi menjadi dua wadah yang berbeda, yaitu wadah pemeliharaan dan pemijahan induk serta wadah pemeliharaan larva.

2.5Teknologi Pembenihan

A. Seleksi Benih Siap Tebar Benih merupakan salah tahap suatu kegiatan budidaya yang sangat menentukan keberhasilan yang akan dicapai. Kesalahan dalam memilih benih akan menimbulkan danpak kerugian yang besar, seperti tingginya tingkat kematian saat proses pemeliharaan dan lambatnya pertumbuhan. Oleh karena itu, seleksi benih sebelum penebaran harus dilakukan dengan tepat. Kriteria benih siap tebar untuk budidaya kerang abalone adalah sebagai berikut: Ukuran benih relatif seragam yaitu 1 cm/ekor (ukuran panjang cangkang). Telah mampu memanfaatkan pakan rumput laut segar sebagai makanannya, seperti Gracilaria sp atau Ulva sp. Sensitif terhadap respon dari luar.

Benih kerang abalone yang sehat akan cepat merespon ransangan dari luar. Tanda-tanda yang diberikan adalah sebagai berikut: kerang abalone yang cenderung melekat kuat pada substrak jika disentuh jika direndam dalam air tawar akan mengkerut dan mengeras, dan apabila dikembalikan ke air laut akan cepat melakukan pergerakan. jika dipegang terasa kenyal dan padat serta tidak lemas. Cangkang tidak pecah atau cacat. Tidak terdapat luka pada bagian badan/daging.

Benih kerang abalone siap tebar.

B. Padat Tebar dan AklimatisasiDaya dukung lahan sangat perlu dipertimbangkan untuk menentukan padat penebaran (stocking density) dan ukuran benih tebar, selain itu tingkah laku dan sifat yang dimiliki oleh biota juga dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan padat tebar. Diantara sifat kerang abalone yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan padat tebar adalah pergerakan yang lanbat dan hidup menempel pada substrak dan tidak memerlukan areal yang luas untuk melakukan aktivitasnya. Hal ini sangat memungkinkan untuk penebaran tinggi. Di Negara Jepang, padat penebaran H. asinina ukuran 25mm 731-1426 ekor/m2 (Singhagraiwan and Doi, 1993). Di Indonesia, Loka Budidaya Laut-Lombok yang memelihara kerang abalone dengan penerapan 2 metode memiliki padat tebar dan cara aklimatisasi yang berbeda. Langkah awal sebelum penebaran adalah aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Aklimatisasi mutlak dilakukan sebelum penebaran kedalam wadah budidaya. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko kegagalan (kematian) saat awal pemeliharaan. Perubahan lingkungan secara tiba-tiba akan dapat menimbulkan stress pada biota, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Karena itu, lakukanlah aklimatisasi terlebih dahulu sebelum penebaran. Tingkat padat tebar dan cara aklimatisasi pada ke dua metode adalah sebagai berikut:i. Metode Pen-CulturePertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dalam penentuan padat tebar pada metode pen-culture, selain sifat dan tingkah laku kerang abalone adalah kondisi perairan saat surut terendah yang dapat berlangsung beberapa saat. Pada saat surut, kuantitas air yang berada dalam pen-culture sangat minim serta kemungkinan tidak terjadi pertukaran air. Keadaan ini sangat mengkwatirkan jika dilakukan dalam penebaran tinggi. Oleh karena itu, padat tebar metode pen-culture sebaiknya berkisar antara 100-150 ekor/m2.Cara aklimatisasi pada metode ini yaitu dengan cara aklimatisasi dalam bak terlebih dahulu dengan mempergunakan media air dari lokasi pen-culture. Kantong diapungkan beberapa saat (15-20 menit), kemudian dibuka dan dimasukkan air perlahan-lahan. Tebar benih abalone kedalam bak selama 20-30 menit dengan keadaan sirkulasi air.

Aklimatisasi dalam bak sirkulasi.

Penebaran dalam pen-culture dapat dilakukan setelah kerang abalone terlihat telah dapat menerima kondisi linkungan yang baru, ditandai dengan gerak aktif kerang abalone untuk mencari tempat bersembunyi. Penebaran dilakukan pada saat air mulai pasang yang ditebar merata dalam pen-culture (dibeberapa tempat).

Penebaran benih kerang abalone dalam pen-culture.

ii. Metode Karamba Jaring Apung (KJA)Berbeda dengan metode KJA, padat tebar bisa lebih tinggi. Tingginya padat penebaran pada metode ini dikarenakan sirkulasi air selalu terjamin setiap saat sehingga kualitas air lebih terjamin. Pada metode ini, yang harus dipertimbangkan selain sifat dan tingkah laku kerang abalone serta sirkulasi air adalah luas permukaan substrak. Hal ini erat kaitannya dengan penyebaran kerang abalone. Dengan percobaan yang telah dilakukan oleh Loka Budidaya laut-Lombok, padat tebar metode KJA sebaiknya berkisar antara 350-400 ekor/m2. Cara aklimatisasi di KJA dapat dilakukan dalam bak ataupun langsung didalam wadah pemeliharaan. Kantong yang berisi benih diapungkan dalam wadah pemeliharaan 15-20 menit, kantong dibuka dan dimasukkan air dari luar kantong secara perlaha-lahan hingga hampir penuh, balik bagian dalam kantong menjadi luar kantong dan biarkan benih kerang abalone lepas dengan sendirinya. Setelah beberapa saat, benih kerang abalone yang masih menempel pada kantong segera dilepas dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan.

Aklimatisasi dan penebaran benih kerang abalone di KJA

C. Pakan dan Pemberian PakanPakan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang keberhasilan budidaya kerang abalone, kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Ketepatan jenis pakan yang diberikan menjadi pertimbangan utama dalam pemberian pakan. Jenis pakan kerang abalone adalah seaweed yang biasa disebut makro-alga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber makanan. Saat ini, pakan yang terbaik yang diberikan adalah Gracilaria sp yang merupakan makanan favorit untuk kerang abalone. Selain Gracilaria sp, jenis seaweed yang yang lain juga dapat diberikan, seperti Ulva sp. Saat pemberian pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan kesegaran pakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya predator-predator yang terbawa dan menghindari pakan yang hampir/telah mati yang nantinya akan membusuk dan menimbulkan racun bagi kerang abalone.

Gracilaria sp (kiri) dan Ulva sp (kanan). Pada metode pen-culture, pemberian pakan dilakukan jika ketersediaan pakan yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam wadah terlihat mulai sedikit. Pemberiannya dilakukan pada saat air sedang surut dengan cara menyelipkan antara jejeran genteng. Jumlah setiap penambahan pakan yang diberikan sebanyak 25-30 kg berat basah/unit pen-culture.

Penambahan pakan dalam pen-culture.

Pemberian pakan pada metode KJA berbeda dengan metode pen-culture. Pada metode KJA, frekuensi pemberian pakan dilakukan 2-3 hari sekali sebanyak 2-5kg/unit wadah. Kelebihan dalam pemberian pakan pada metode KJA akan menimbulkan bahaya yaitu matinya sebagian Gracilaria sp dalam wadah yang menimbulkan bau busuk yang kemungkinan besar mengandung bahan beracun (seperti NH3 dan H2S) yang dapat bersifat racun dan mematikan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengontrolan pakan harus dilakukan dengan tepat.

Pemberian pakan di KJA.D. Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Konversi PakanKerang abalone adalah hewan yang sangat lambat tumbuh. Untuk mencapai ukuran diatas 8cm/ekor dengan berat 30-40gr/ekor, dibutuhkan masa waktu pemeliharaan 12-14 bulan dengan ketersediaan pakan yang selalu cukup. Pada awal pemeliharaan, pertumbuhan panjang cangkang sejalan dengan pertumbuhan berat hingga mencapai ukuran cangkang 4cm dengan berat 11,5-13,37gr. Setelah mencapai ukuran diatas 4cm, pertumbuhan lebih mengarah terhadap pertumbuhan berat. Kelangsungan hidup kerang abalone yang dicapai dalam masa pemeliharaan 12-14 bulan sebesar 55-63%. Sifat kerang abalone yang sangat rakus namun lambat tumbuh mengakibatkan tingginya nilai konversi pakan (Feeding Convercation of Ratio; FCR) yang dapat mencapai 27-29, artinya untuk meningkatkan berat badan sebesar 1 gr, kerang abalone harus memakan makanan sebanyak 27-29gr.E. Pengontrolan dan Pergantian waring.Gerakan kerang abalone yang sangat lambat juga merupakan suatu titik kelemahan, yaitu mudahnya predator-predator untuk memangsanya. Dengan adanya tindakan pengontrolan, predator-predator dapat langsung dimusnahkan dengan cara pengambilan langsung dari dalam wadah budidaya.Pada metode pen-culture, pengontrolan sangat sulit untuk dilakukan dikarenakan ketergantungan pada surutnya air laut dan desain substrak yang cukup sulit untuk menemukan adanya predator. Salah satu cara untuk mencegah adanya predator adalah desain pen-culture yang rapat sehingga tidak terdapat lubang/tempat masuknya predator serta melakukan pengontrolan secara menyeluruh setiap 3 atau 4 bulan sekali dengan cara membongkar susunan substrak. Hal ini juga bertujuan untuk memperbaiki kembali susunan substrak.

Pengontrolan pada pen-culture

Dinding pen-culture yang terbuat dari waring sangat mudah kotor akibat dari sedimen yang terbawa dalam badan air serta tumbuhan biofouling (tumbuhan penempel) yang dapat mennganggu sirkulasi air. Selain itu, waring yang telah kotor akan lebih mudah sobek dikarenakan tertahannya arus hempasan ombak. Oleh karena itu pergantian waring perlu untuk dilakukan minimal 1 bulan sekali.Pada metode KJA, pengontrolan terhadap predator lebih mudah untuk dilakukan. Pengontrolan dapat dilakukan minmal 3-4 hari sekali atau sebelum pemberian pakan dengan cara mengangkat wadah budidaya ke permukaan. Predator-predator dapat segera dimusnahkan serta kerang abalone yang sakit dapat dilakukan tindakan pengobatan. Untuk memperlancar sirkulasi air dalam wadah, pergatian wadah/waring minimal dilakukan setiap bulan.

Pengontrolan dan pergantian waring

F. HamaHama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budidaya kerang abalone. Jenis hama yang terdapat dalam wadah budidaya kerang abalone diberdakan menjadi 3 golongan, yaitu; Hama pengganggu, Penyaing Pemangsa/predator. Diantara ke tiga golongan hama tersebut, predator merupakan hama yang sangat berbahaya terhadap kehidupan kerang abalone. Gerakan kerang abalone yang lambat sangat memudahkan predator-predator untuk dapat memangsanya. Jenis predator yang sering dijumpai dalam wadah budidaya kerang abalone adalah kepiting-kepiting laut. Sedangkan hama yang lain seperti udang-udangan dan kerang-kerang laut menjadi pengganggu dan penyaing ruang gerak serta makanan. Contoh; teritip. Teritip harus selalu dibersihkan sebagai tindakan pencegahan akan terjadinya luka, karena cangkangnya yang runcing dan tajam. Teritip akan menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah banyak pada substrak, selain sebagai penyaing oksigen juga akan menyulitkan kerang abalone untuk bergerak leluasa dan bahkan dapat tumbuh pada cangkang kerang abalone.

Teritip yang menempel pada substrak dan cangkang.

Masuknya hama dapat melalui lubang-lubang yang terdapat pada wadah ataupun melalui makanan yang diberikan. Oleh karena itu, tindakan penanggulangan dan pemberantasan perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari partikel yang melekat ataupu hewan lainnya. Pengontrolan dalam wadah budidaya secara kontinyu/periodik. Pemusnahan hama yang ditemukan didalam maupun diluar wadah budidaya. Pengontrolan terhadap keadaan wadah.

G. PenyakitPenyakit merupakan suatu hal yang sangat mengkwatirkan dalam keberhasilan kegiatan budidaya. Penyakit pada kerang abalone akan timbul saat kondisi kerang abalone menurun akibat adanya perubahan suatu keadaan tertentu, seperti lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air menurun yang menimbulkan stress pada kerang abalone atau penanganan yang kurang hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan seperti ini, kerang abalone sangat riskan terhadap serangan penyakit. Pada metode KJA, penyebab lingkungan yang kotor sering kali disebabkan oleh pemberian pakan yang terlalu banyak. Pakan tersebut akan membusuk jika tidak habis dalam waktu 3-4 hari. Oleh karena itu, pemberian pakan yang berlebihan harus dihindari serta kesegaran pakan yang diberikan tetap terjamin. Penyakit yang menyerang kerang abalone, saat masih terus di identifikasi untuk mengetahui penyebabnya. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya warna merah seperti karat pada bagian selaput gonad (bagian bawah cangkang). Kerang abalone yang mengalami gejala ini, dalam waktu 5-6 hari lapisan selaput akan sobek, nampak lemas dan jika dipegang sangat lembek (tidak dapat merespon ransangan luar) yang akhirnya mengalami kematian. Tindakan pencegahan yang telah dilakukan saat ini adalah tindakan karantina atau pemisahan pada tempat khusus sebelum selaput gonad sobek/terpisah dari cangkang, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan cara pengolesan acriflavin atau betadine dalam dosis tinggi (500ppm) pada selaput tersebut secara kontinyu selama 3 hari. Tindakan ini juga dilakukan pada kerang abalone yang mengalami luka.

Gejala kerang abalone yang sakit, nampak lemas (kiri), warna karat (kanan).

Oleh karena itu, tindakan pencegahan merupakan tindakan yang sangat tepat sebagai langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan budidaya kerang abalone. Tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu: Hindari pemberian pakan yang berlebih Pakan yang diberikan dalam keadaan segar dan bersih. Pakan yang telah rusak/busuk segera dibuang dari wadah budidaya. Hindari luka akibat penanganan, baik saat pergantian wadah maupun saat melepas dari substrak serta hindari penanganan yang dapat menimbulkan stress. Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalone dari substrak. Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang menempel, seperti teritip. Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu tersedia dan dalam jumlah yang cukup.

2.6Prinsip ReproduksiInduk abalon biasanya memijah selama 3-4 hari dalam satu periode pemijahan. Hasil pengamatan selama kegiatan pembenihan (Tabel 3) menunjukkan bahwa rata-rata jumlah telur yang dihasilkan dari 12 ekor induk yang sama pada satu kali periode pemijahan adalah 250.000-400.000 telur dengan rata-rata 209.600 telur. Dari perhitungan ini, dapat diketahui bahwa fekunditas induk abalon adalah 21.300 telur/induk betina. Pemijahan abalon dapat berlangsung 2 kali dalam 1 bulan, yaitu saat bulan gelap dan bulan terang. Pemijahan berlangsung pada malam hari sekitar pukul 23.00 hingga 06.00. Rangsangan pemijahan yang diberikan berupa peningkatan suhu sebesar 3-5o dari suhu normal, dalam hal ini suhu air ditingkatkan dari 27oC menjadi 32oC. Peningkatan suhu ini mulai dilakukan pada sore hari hingga proses pemijahan telah selesai yang ditandai dengan telah terkumpulnya telur berwarna hijau pada egg collector.

2.7Tehnik Penangann Telur Hingga Larva A. Pemeliharaan telurProses pembuahan abalon terjadi di luar tubuh (external fertilization). Betina dan jantan yang berdekatan akan mengeluarkan telur dan sperma kemudian bercampur di dalam air. Telur abalon tidak mengapung tetapi tenggelam, namun karena ukuran dan masa jenisnya sangat kecil dan tidak berbeda jauh dengan masa jenis air menyebabkan telur-telur ini terangkat ke kolom air oleh gerakan air. Selama 4 jam telur akan mengapung di permukaan selanjutnya memasuki kolom air dan melayang mengikuti arus (Fallu, 1991). Telur ini kemudian keluar melalui saluran pembuangan (outlet) sehingga tertampung di egg colector serta menempel di tepian plankton net. Setelah dihitung kepadatannya dengan metode sampel, telur ditebar ke dalam bak fiber kapasitas 1,5 m3 yang telah dilengkapi 20 unit rearing plate bersih dalam posisi berjajar memanjang di kedua sisi panjang bak. Telur yang menetas menjadi larva terus berubah bentuk menjadi larva trocophore dan stadia veliger. Setelah satu minggu, larva tenggelam untuk menempati subtrat (tempat menempel). Pada stadia ini abalon disebut stadia spat dengan ukuran 5 mm (Fallu, 1991). Larva abalon membutuhkan stimulan yang sangat spesifik untuk melangsungkan proses metamorfosis dan menetap menjadi larva bentik. Apabila larva tidak menemukan tempat menetap, ia akan bertahan sebagai plankton hingga 3 minggu dalam kondisi lingkungan yang optimal. Walaupun demikian, kurang dari 1% yang akan berhasil menyelesaikan metamorfosis dan tumbuh menjadi abalon dewasa (Searcy-Bernal et al.,1992 dalam Feisal, 2006) Rearing plate merupakan media penempelan pakan alami dan larva abalon yang terbuat dari vinil gelombang berbentuk persegi panjang berukuran 50x40 cm2. Enam lembar vinil gelombang disatukan dengan batang aluminium berdiameter 0,5 cm dan panjang 20 cm. Antar lembar dipisahkan dengan potongan pipa paralon sepanjang 3-4 cm. Dengan demikian, padat tebar pakan alami maupun larva abalon dapat ditingkatkan.

B. Pemeliharaan larvaPada Trochopore yang telah siap untuk ditebar, dilakukan aklimatisasi agar trochopore tidak stres. Aklimatisasi dilakukan dengan cara meletakkan toples berisi trochopore di dalam bak pemeliharaan benih selama 10 menit. Kemudian toples dimiringkan dan air dalam bak diciprat-cipratkan ke dalam toples agar suhu air dalam toples menjadi sama dengan suhu air yang ada di dalam bak. Setelah itu barulah trochopore ditebar ke dalam bak pemeliharaan.Setelah trochopore ditebar, aliran air dimatikan dan diaerasi. Trochopore akan memanfaatkan cadangan makanan (yolk sack) hingga habis pada hari ke 4-5 (D4-D5). Setelah yolk sack habis larva mencari substrat untuk menempel dan mulai memakan bentik diatom yang terdapat pada substrat. Larva memakan bentik diatom yang menempel pada substrat dan dinding bak dengan cara mengikis. Masa kritis dalam pemeliharaan larva abalone adalah pada minggu pertama, karena larva akan terus bertahan hidup bila menempel pada substrat yang ditumbuhi bentik diatom yang sesuai dengan kebisaan makannya, sebaliknya apabila pakan alami tidak sesuai dengan kebiasan makannya maka larva akan mati.Hari ke 10 (D10) dari penebaran (larva sudah dapat menempel pada substrat dengan stabil) sudah dapat dialirkan air secara perlahan ke bak. Spat atau benih sudah dapat dilihat dengan mata telanjang mulai umur D18 dan semakin lama akan semain jelas terlihat menempel pada dinding substrat atau bak sebagai bintik merah kecoklatan dan bila diraba perlahan akan terasa muncul dipermukaan dinding bak atau substrat. Abalone yang telah berumur 60 hari (D60) sudah dapat dikenalkan dengan makroalga seperti jenis Gracillaria yang ditempatkan diatas feeder plate dengan jumlah secukupnya. Biasanya pakan akan lama habis sehingga kondisi pakan menjadi keras atau kaku. Karena itu sebaiknya pakan diganti setiap hari dengan yang lebih segar dan lunak.Untuk menjaga kualitas air dilakukan pergantian air dengan mengalirkan air baru ke bak pemeliharaan larva. Selain pergantian air, untuk menjaga kualitas air tetap baik, sarana lain yang perlu dibersihkan yaitu filter dan bak tandon yang dibersihkan secara periodik. Pada umur kurang dari 60 hari tidak dianjurkan dilakukan penyiponan, karena spat kemungkinan dapat tersedot.

BAB IIIKESIMPULANAbalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir. Abalon mempunyai situ cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada. Cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dengan jumlah yang sesuai dengan ukuran abalon. Semakin besar ukuran abalon, semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang. Pada cangkang tersebut berbentuk telinga, rata, dan tidak memiliki overculum. Bagian cangkang sebelah dalam berwarna putih mengkilap, seperti perak. Siput ini memiliki mata tujuh. Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,6o%, dan abu 11,11%. Cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam.

DAFTAR PUSTAKA

Keisit, Tisna. 2011. Pembenihan dan Pembesaran Abalone. Jawa Timur Diperoleh dari situs URL :http://kekerangan.blogspot.com/2008/09/teknik-budidaya-abalone-haliotis.htmlhttp://kekerangan.blogspot.com/2008/07/cara-pemilihan-induk-abalone-hasil.html

Septiarusli, Irman. 2010. Proses Budidaya Laut Kerang Abalone. BandungDiperoleh dari situs URL :http://irmaneka.wordpress.com/2010/06/02/pengertian-konsep-dan-proses-budidaya-laut-kerang-abalon/

Fish Blog, Budidaya Perikanan. Diperoleh dari situs URL :http://hobiikan.blogspot.com/2009/05/budidaya-abalon.html

Wordpress, Pembenihan Abalone. Diperoleh dari situs URL :http://aquacultureubb.wordpress.com/2010/02/02/pembenihan-abalone/

http://fish-article.blogspot.com/2007/12/abalone-sekilas-tentang-abalone-abalone.htmlhttp://viracwantik.wordpress.com/2010/12/06/pembenihan-abalon-haliotis-squamata-balai-budidaya-laut-lombok-desa-sekotong-nusa-tenggara-barat-ntb/

http://zonaikan.wordpress.com/2010/12/27/klasifikasi-dan-morfologi-abalon/

http://mustikalautkidul.wordpress.com/2008/07/29/cara-pemilihan-induk-abalone-hasil-budidaya-di-kja/12