TEKNOLOGI PANEN AIR DAN IRIGASI HEMAT AIR...
Transcript of TEKNOLOGI PANEN AIR DAN IRIGASI HEMAT AIR...
TEKNOLOGI PANEN AIR DAN IRIGASI HEMAT AIR
MENDUKUNG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN DAN
PRODUKTIVITAS LAHAN KERING
BIMBINGAN TEKNIS IDENTIFIKASI SUMBERDAYA AIR DAN PENGEMBANGAN POLA TANAM BOGOR, 5-6 MARET 2019
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2019
BUDI KARTIWA PENELITI HIDROLOGI
PENDAHULUAN
Luas daratan Indonesia : 188,20 juta ha 148 juta ha lahan kering (78%)
76,22 juta ha (52%) sesuai untuk budi daya pertanian 23,26 juta ha pada dataran rendah sesuai untuk tanaman pangan
40,20 juta ha lahan basah (22%).
Permasalahan pemanfaatan lahan kering Kesuburan tanah Kemasaman tanah Topografi Ketersediaan air
PENDAHULUAN
Keterbatasan air pada lahan kering : IP < 1,50.
Kelangkaan air menjadi pembatas utama pengelolaan lahan kering.
Diperlukan inovasi teknologi pengelolaan air: Teknik identifikasi potensi sumberdaya air Teknik panen hujan (water harvesting) Teknologi irigasi hemat air Teknologi konservasi tanah dan air
POTENSI DAN PERMASALAHAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN
Luas lahan kering yang sesuai untuk pertanian
PERMASALAHAN PENYEDIAAN AIR BAGI UPAYA PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING
• Permasalahan pada Sisi Ketersediaan Air
adanya ketimpangan ketersediaan air, baik dalam perspektif ruang (secara spasial) maupun waktu
• Permasalahan pada Sisi Kebutuhan Air
pemanfaatan air yang tidak efisien dalam sistem produksi pertanian
TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR LAHAN KERING
• Identifikasi Potensi Sumberdaya Air Lahan Kering
• Teknik panen hujan dan aliran permukaan (water harvesting)
• Teknologi irigasi hemat air
• Teknologi konservasi tanah dan air
POTENSI KETERSEDIAAN AIR
• Air Permukaan – Curah Hujan
– Aliran Sungai, Mata Air, Aliran Air Saluran Irigasi
– Simpanan Cekungan Tanah (Waduk, Danau, Embung)
• Air Tanah – Sumur Dangkal ked <40 m (Sumur
Gali, Sumur Pantek)
– Sumur Air Tanah Dalam, D>80 m
Embung KP Naibonat, Kapasitas 34,000 m3
Sumur Air Tanah Dalam dan Rumah Pompa
IDENTIFIKASI POTENSI KETERSEDIAAN AIR
Identifikasi Potensi Air Permukaan
Identifikasi potensi aliran sungai
Identifikasi Potensi Pengembangan Embung
• Prediksi Dinamika Ketersediaan Air • Luas Layanan Irigasi Optimal
Analisis Neraca Air Embung
Survei Topografi
• Sebaran dan Jumlah
• Kapasitas Tampungan
• Desain Irigasi
Vi=Chi.Kr.DTA+Vi-1–(ETPi+PERCi).A
FLUKTUASI KETERSEDIAAN AIR EMBUNG KP NAIBONATUNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN IRIGASI LAHAN JAGUNG SELUAS 5 HA
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1-J
an
-08
25
-Ja
n-0
8
18
-Fe
b-0
8
14
-Ma
r-0
8
7-A
pr-
08
1-M
ay-0
8
25
-Ma
y-0
8
18
-Ju
n-0
8
12
-Ju
l-0
8
5-A
ug
-08
29
-Au
g-0
8
22
-Se
p-0
8
16
-Oct-
08
9-N
ov-0
8
3-D
ec-0
8
27
-De
c-0
8
Tanggal
Ke
ters
ed
iaa
n A
ir (
m3)
0
50
100
150
200
250
300
Cu
rah
Hu
jan
(mm
)Hujan
Volume Ketersediaan Air
Estimasi Potensi Debit Menggunakan Persamaan Hidraulik
Q = C x L x 𝑯𝟏.𝟓 x (2x9.8)0.5
H=TMA diatas Mercu
Q : Debit (m3/s) C : konstanta (0.35) L : Lebar Bendung (m) H : TMA dari dasar mercu (m)
L=Lebar Bendung
Pra-Survey :
Interpretasi Peta
Geohidrologi
Survey Geolistrik Pengeboran
Analisis Data :
Pemrosesan , Pemodelan
LAPISAN PELAPUKAN
AIR MINYAK G
AS
BA
TU
AN
SED
IMEN
Geophone`
2D
Identifikasi Potensi Air Tanah
Uji Pompa (Pumping Test) Instalasi Sistem Irigasi
Geoscanner Terrameter
Accu
Kabel Electrode
• Peralatan – Terrameter : ARES G4, 1 unit – Geoscanner : 2 unit – Kabel Utama : 4 unit @ 75 meter (big) – Kabel Tambahan: 4 unit @ 75 meter – Electrode : 64 buah (stainless steel) – Sumber Tenaga: Accu
• Sumberdaya Manusia – Teknisi : 2 orang – Pekerja : 8 orang – Sopir : 1 orang
Perbandingan Hasil Survey Geolistrik : Metode 1D dan 2D
INFRASTRUKTUR PANEN AIR
Prasarana dan sarana pertanian yang dibangun untuk :
• mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan untuk irigasi
• menyediakan sumber irigasi alternatif pada saat sumber irigasi utama
tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman
(1) Pemanfaatan Air Permukaan (Pompa Irigasi); (2) Dam Parit; (3)
Embung; (4) Long Storage; (5) Sumur Dangkal (6) Sumur Bor
JENIS INFRASTRUKTUR PANEN AIR
TEKNIK PANEN AIR (WATER HARVESTING) Teknik untuk mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan ataupun aliran sungai, selama musim hujan ke dalam suatu tampungan, atau peresapan air permukaan ke akuifer di bawah permukaan), lalu menggunakan air dalam tampungan tersebut untuk irigasi selama musim kemarau,
PENENTUAN JENIS INFRASTRUKTUR PANEN AIR MENURUT KARAKTERISTIK SUMBER DAYA AIR
No Parameter Karakteristik Jenis Infrastruktur
Panen Air
1 Jenis sumber air : aliran sungai Debit minimum > 25 l/s, lebar sungai < 15
m, kedalaman < 2 m, elevasi muka air
lebih tinggi dari lahan dan berjarak <1
km.
Dam Parit
2 Jenis sumber air : aliran sungai,
saluran Irigasi, danau
Debit Minimum > 25 l/s, elevasi sumber
air lebih rendah dari lahan dan berjarak
<100 m
Pemanfaaatan Air
Sungai
(Pompanisasi)
3 Jenis sumber air : curah hujan,
saluran drainase, sungai
intermittent (sungai yang kering
saat musim hujan)
Topografi sekitar lahan berombak-
berbukit yang merupakan daerah
tangkapan air (DTA), dekat dengan
saluran drainase atau sungai intermittent
Embung
4 Jenis sumber air : curah hujan,
saluran drainase, sungai
intermittent, pasang surut sungai
Topografi sekitar datar, dekat dekat
dengan saluran drainase, sungai
intermittent, atau pasang surut sungai
Long Storage
5 Jenis sumber air : air tanah Kedalaman muka air tanah < 20 m Sumur Dangkal
DESAIN KARAKTERISTIK/DIMENSI INFRASTRUKTUR PANEN AIR
(1) Pemanfaatan Air Permukaan :
< 4 m
< 6 m
1000 m
Pipa Hisap 4 inci
Satuan Luas Lahan Irigasi
Bak Bagi + Pintu
Saluran Terbuka
Pompa + Mesin Penggerak
Sungai
Sumber Air Permukaan Melimpah, Tapi IP 100
• Pompa Sentrifugal • Bak Bagi • Saluran
Studi Kasus Desa Negara Bumi Udik, Kec. Anak Tuha, Kab. Lampung Tengah, Lampung
Pemilihan Spesifikasi Pompa dan Pengujian di Lapang
Pengujian Kapasitas Debit Pompa Honda WT 40 X di Lapangan
• Kapasitas Debit > 20 lt/s pada Head Total 10 m • Inlet dan Outlet 4” • Mesin Kapasitas 11 HP • Mudah dipindahkan
Kinerja Pompa Menurut Pabrikan
Kriteria Pemilihan Spesifikasi Pompa
• 17 l/s pada Total Head 15 m
• 23 l/d pada Total
Head 8.5 m
Debit Aktual
(3) Embung : Waduk mikro untuk memanen aliran permukaan dan curah hujan sebagai sumber irigasi suplementer di musim kemarau
Prasyarat dan Karakteristik Embung
Parameter Prasyarat Karakteristik Infrastruktur
• Daerah Tangkapan Air (DTA) Luas DTA > 10 ha Volume tampungan embung minimum 1.000 m3 (PxLxD=20x20x2,5m)
• Sifat Fisik Tanah Tanah Tidak Poros, tidak mudah longsor, dan tidak mengalami rekahan saat kering
Dinding embung perlu diperkuat dengan pasangan batu. Pelapisan Geomembran perlu dilakukan pada tanah tipe 2:1 (mengalami rekahan saat kering)
• Teknik Pemberian Irigasi Pemberian air secara gravitasi melalui saluran terbuka
Embung perlu dilengkapi dengan pintu outlet.
Pemberian Air Secara Manual (Timba dan Sembor) atau menggunakan Pompa
Embung Tidak perlu dilengkapi pintu Outlet
• Kualitas Aliran permukaan pemasok embung
Tidak banyak mengandung sedimen
Pada Inlet perlu dilengkapi kolam penenang (untuk mengendapkan sedimen)
Identifikasi Calon Lokasi Embung :Lahan Berbukit
Daerah Tangkapan Air (DTA)
Embung Dengan Pelapis Geomembran
Embung Tlogo Pucang Temanggung
(4) Long Storage : Tampungan air memanjang berfungsi menyimpan luapan aliran permukaan dan curah hujan sebagai sumber irigasi suplementer di musim kemarau
Prasyarat dan Karakteristik Long Storage (LS)
Parameter Prasyarat Karakteristik Infrastruktur
• Calon LS: Saluran Drainase Kemiringan saluran =< 0.1 % (Beda tinggi 1 m untuk jarak 1 km)
Pembuatan bendung dilengkapi pintu Stop Log setiap jarak 500 m. Pintu dalam kondisi terbuka selama MH, dan ditutup menjelang akhir musim hujan.
• Calon LS : Lahan Pertanian Kemiringan lahan <= 1%, ada sumber air ( sungai, saluran irigasi, atau aliran permukaan dari DTA >30 ha
Volume tampungan long storage minimum 5.000 m3 (PxLxD=500x4x2,5m)
• Teknik Pemberian Irigasi Pemberian air secara gravitasi melalui saluran terbuka
Pada bendung atau salah satu sisi LS perlu dibuat bangunan intake saluran irigasi.
Pemberian Air Secara Manual (Timba dan Sembor) atau menggunakan Pompa
LS tidak perlu dilengkapi bangunan intake
21
Desain Long Storage Desa Puntang, Kec. Losarang, Kab. Indramayu
No. Uraian Sat. Volume
A PEKERJAAN TANAH
1 Galian tanah biasa langsung untuk timbunan m3 33.100
B PEKERJAAN PASANGAN
1 Pasangan batu kali/batu belah dengan spesi 1 PC : 4 Ps m3 100.354
2 Plesteran dengan spesi 1 PC : 3 Ps m2 126.443
3 Siaran dengan spesi 1 PC : 2 Ps m2 41.238
C PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pintu skot balok m3 1.17
2 Beton bertulang K125 untuk plat jembatan m3 0.546
Spillway
Pintu Air pada Long Storage di Merauke
Long Storage dari penggalian lahan pertanian di Merauke
LS dengan memanfaatkan saluran drainase (Kec. Sindang Indramayu)
MODEL INFRASTRUKTUR PANEN AIR TERPADU
Studi Kasus Daerah Irigasi Taoyuan, Taiwan
Desain Integrasi Embung dan Long Storage Desa Sinyalemen, Indramayu
Desain Bangunan Sadap Pasangan Beton
Bangunan Sadap Sederhana
Inlet Bangunan
Sadap Arah
Aliran Sungai
IRIGASI HEMAT AIR
Hemat Air dalam irigasi terkait 3 hal meliputi :
Teknik distribusi dari sumber menuju lahan
Teknik pemberian air ke tanaman/teknik penyiraman
Aplikasi Dosis dan Frekuensi Irigasi
TEKNIK DISTRIBUSI IRIGASI • Saluran Terbuka (Open Channel)
– Cocok diaplikasikan pada lahan datar
– Kapasitas pengaliran besar dan tidak terjadi penyusutan dari debit masuk (inflow) menjadi debit keluar (outflow). Kapasitas pengaliran tergantung pada beberapa faktor : lebar saluran, kedalaman saluran, kemiringan saluran, jenis permukaan saluran (faktor kekasaran (rugosity)) :
Rumus Manning
TEKNIK DISTRIBUSI IRIGASI • Saluran Tertutup/perpipaan (pipeline system)
– Cocok diaplikasikan pada daerah berbukit dan bergelombang
– Desain sistem distribusi irigasi tertutup lebih rumit dibandingkan dengan sistem saluran terbuka.
– Kapasitas pengaliran terbatas, dan dapat terjadi penyusutan dari debit masuk (inflow) menjadi debit keluar (outflow). Kapasitas dan penyusutan debit tergantung pada beberapa faktor : panjang pipa, diameter pipa, jumlah dan jenis sambungan pipa (fitting), beda tinggi antara sumber dan target HEAD LOSS
PERSAMAAN HAZEN-WILLIAM
DESAIN SISTEM DISTRIBUSI PIPA
POMPA NS 100 Kurva Kinerja NS 100
Panjang (m)
Diameter (inchi)
Debit (l/s) Frictional Head Loss
(m)
Total Head Loss (m)
500 4
8 4.47
22.98
Elevasi 3
Suction Head 3
Elbow 4" 2 buah 7.98
Tee 4" 2.53
Vlosox 4 x 1.5" 2
Hitung Head Loss
Q = 8 l/s
H= 22.98 m
Outlet PVC 1.5 inci
l/s l/min m3/Jam
1 1.14 68.42 4.11
1.5 1.71 102.63 6.16
2 2.28 136.84 8.21
3 3.42 205.26 12.32
DebitDiameter
(inci)
Kecepatan
(m/s)
1.5
Debit outlet (PVC 1 ½ = 1.71 – 2 l/s)
TEKNIK PENYIRAMAN • Teknik Irigasi Submersi/leb
– Boros air, dapat diterapkan apabila sumber air melimpah dan dapat dialirkan secara gravitasi tanpa menggunakan pompa
– Cocok untuk irigasi padi ladang ataupun jagung yang ditanam pada lahan berteras berukuran sempit
• Teknik Irigasi parit (furrow irrigation) – Sama seperti teknik irigasi leb, irigasi parit umumnya terintegrasi dengan
sistem distribusi saluran terbuka.
– Lebih hemat dibandingkan teknik irigasi leb, karena irigasi hanya dialirkan pada parit disamping jalur tanaman
– Cocok untuk budidaya tanaman pangan di lahan datar yang luas
KONSEP DESAIN ALTERNATIF IRIGASI FURROW Selang Pemadam diameter 4 inci panjang 25 m
Coupler 4” Lubang Ukuran 1 1/4”, berjumlah 17, interval 1.5
Coupler 4”
Adapter 4” Selang Pemadam diameter 4 inci panjang 25 m
Diatas permukaan tanah, dapat Dipindah dan Digulung
Adapter 4”
SDD 4”
Stop Kran 4”
Tee 4”
PV
C 4
”, 5
0 m
PVC 6” Flotee 6 x 4”
PV
C 4
”, 5
0 m
Ditanam Permanen Dalam Tanah
Ke Pompa
Elbow 4”
17 Jalur Furrow
400 m
Furr
ow
17
Jalu
r in
terv
al 1
.5 m
Selang Pemadam 4”: berlubang ukuran 1.25 inci dengn interval 1,5 m
Sela
ng
Pe
mad
am 4
” p
anjn
ag 2
5 m
20
0 m
Pompa Kapasitas Q = 52 lt/s pada head 68 m
100 m
40
0 m
TEKNIK PENYIRAMAN • Teknik Irigasi menggunakan Emitter – Emiter adalah komponen dalam sistem irigasi yang
berfungsi untuk memancarkan air dengan karakteristik tertentu (debit, tekanan, jangkauan)
– Teknik irigasi menggunakan emitter hanya dapat diaplikasikan dalam sistem irigasi dengan teknik distribusi saluran tertutup/pipa pada tekanan tinggi (> 0.8 bar) baik menggunakan bantuan dorongan pompa maupun mengandalkan energi potensial (beda ketinggian yang besar (>10 m) antara sumber dan target)
– Ada 3 jenis emitter : • Tipe Tetes (Drip Irrigation) : Debit Kapasitas Rendah
• Tipe Semprot (Sprayer Irrigation): Debit Kapasitas Sedang
• Tipe Curah (Sprinkler Irrigation) : Debit Kapasitas Tinggi
Irigasi Tetes
Irigasi Curah
KARAKTERISTIK EMITER
Jenis Emiter Tekanan
(bar)
Kapasitas Debit
(liter/jam)
Diameter
Irigasi (m)
Stick Drip 0,8 2
Streamline (1 emiter) 0,8 0,72
Octa Mitter 1 33 0,4
Fan Spray Jet (JSH 12) 1,5 55 2,4
Fan Spray Jet (JSF 16) 1,5 90 3,2
Sprinkler Impact FC 1/2" SRM 2,5 - 4 530 - 1.580 20 - 24
Big Gun Sprinkler Nelson SR 75 3 - 6 6.500 - 17.000 47 -72
TEKNIK PENYIRAMAN
• Teknik Penyiraman Manual/Kocor – Teknik kocor adalah teknik pemberian irigasi dengan
cara tanaman disiram satu per satu pada areal perakaran menggunakan alat bantu penyiraman. Sejak jaman dahulu, alat kocor adalah cerek/gembor terbuat dari tanah liat dengan volume 5 – 10 liter.
– Saat ini, alat kocor tersebut berupa tanki air gendong kapasitas 10-15 lt yang terhubung dengan pipa PVC yang dilengkapi dengan katup yang dapat dibuka/tutup untuk mengatur pemberian air. Alat ini sudah diproduksi dan dipasarkan pada beberapa wilayah tertentu yang sudah mengenal teknik kocor. Permasalahan dari alat kocor konvensional dosis irigasi tidak diberikan berdasarkan kebutuhan air tanaman akan tetapi diberikan menurut perkiraan dari petani
SIEMPRITA
Sistem irigasi dari embung yang terkoneksi dengan tampungan secara berantai (renteng) melalui pipa distribusi.. Fungsi tampungan untuk menampung air dari embung, lalu menyiramkan air pada tanaman satu per satu menggunakan alat bantu siram khusus.
Analisis Jumlah dan Volume Tampungan
1 2 3
1/6 ha ~ (1/4 Bau) 1,667 5,917 2,296 3 2 1
1/4 ha 2,500 8,875 3,444 4 2 2
1/3 ha ~ (1/2 Bau) 3,333 11,833 4,591 5 3 2
1/2 ha 5,000 17,750 6,887 7 4 3
1 ha ~ (1.5 Bau) 10,000 35,500 13,774 14 7 5
9 Ha 90,000 319,500 123,966 124 62 42
Kebutuhan Tampungan Kapasitas 1000
liter (Unit)
Skenario Golongan Irigasi (Golongan)Petak Lahan Luas (m2)
Populasi
Jagung (Jarak
Tanam 70 x
40 cm)
Kebutuhan Air
Interval 7 Harian
(liter)
PENYEMPURNAAN ALAT SIRAM TEKNIK KOCOR
TIRTA-MINI ALAT SIRAM HEMAT AIR-MODEL TANKI
GENDONG INOVATIF
TIRTA-MIDI ALAT SIRAM HEMAT AIR-MODEL TANKI RODA
DORONG INOVATIF
SKEMA TIRTA-MIDI
SKENARIO VOLUME TANKI PENAKAR
Fase Tanaman
Panjang Fase
Tumbuh (Hari)
Periode Kebutuhan Irigasi Neto
(mm)
Irigasi Harian (mm)
Interval Irigasi (hari)
Volume Tanki
Penakar (ml)
Inisiasi 20 5-Sep-18 24-Sep-18 6.3 1.05
7
550
Vegetatif 30 25-Sep-18 24-Oct-18 12.6 3.14 1,500
Pembungan 30 25-Oct-18 23-Nov-18 18.8 3.14 1,500
Pembentukan Biji
10 24-Nov-18 3-Dec-18 25.1 1.79 900
Total Frekuensi Irigasi (Kali) 12
Kebutuhan Air Tanaman
• Jeluk/tebal air yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan
air karena evapotranspirasi.
• Jumlah air yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh secara
optimal.
ANALISIS DOSIS DAN FREKUENSI IRIGASI
KEBUTUHAN AIR TANAMAN MENURUT STANDAR DIRJEN SDA PU
• Padi Sawah : 1.0 liter/det/ha 86 m3/hari/ha
8,600 m3/musim/ha
• Jagung/palawija : 0.6 liter/det/ha
: 52 m3/hari/ha
: 4,300 m3/musim/ha
Tanaman Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan
air sedang, berkisar antara 400-500 mm/musim 4,000 – 5,000
m3/musim (FAO, 2001).
KEBUTUHAN AIR TANAMAN JAGUNG MENURUT FAO
ETtan : evapotranspirasi tanaman (mm)
ETo : evapotranspirasi referensi (mm)
Kc : koefisien tanaman
ETtan = Kc x ETo
MENGHITUNG KEBUTUHAN AIR TANAMAN
Pola Kc Selama Masa Pertumbuhan Tanaman
Parameter Satuan Simbol Keterangan
Fase Pertumbuhan - GP Tabel Buletin FAO No. 56
Panjang Fase Pertumbuhan hari LGP Tabel Buletin FAO No. 56
Evapotranpirasi mm/hari ETo Data Pengukuran
Koefisien Tanaman - Kc Tabel Buletin FAO No. 56
Evapotranpirasi Tanaman mm/hari ETc ETc = Kc * ETo
Kadar Air Kapasitas Lapang % KAKL Sampel Lapang dan Analisis Lab.
Kadar Air Titik Layu Permanen % KATLP Sampel Lapang dan Analisis Lab.
Kerapatan Jenis g/cm3 BD Sampel Lapang dan Analisis Lab.
Air Tersedia mm/m AW AW = (KAKL-KATLP) * BD * 10
Kedalaman Akar Maksimum m Z Tabel Buletin FAO No. 56
Total Air Tersedia mm TAW TAW = AW * Z
Fraksi Deplesi Air Tanah - p Tabel Buletin FAO No. 56
Kebutuhan Irigasi Neto mm NID NID = TAW * p
Interval Irigasi hari IF IF = NID/ETc
Dosis Irigasi Harian mm/hari Irr Irr = NID/IF
METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (DOSIS DAN FREKUENSI/INTERVAL IRIGASI)
Karakteristik Parameter Perhitungan Kebutuhan Air Beberapa Tanaman Menurut Buletin FAO No. 58 (Allen, et all, 1998)
Tanaman Kedalaman Perakaran Max (m)
Fraksi Penurunan Air
Tanah (p)
Kc
Awal Tengah Akhir
Tomat 0.7 - 1.5 0.40 0.60 1.15 0.80 Kc Tanah 0.5 - 1.0 0.50 0.40 1.15 0.60 Kedelai 0.6 - 1.3 0.50 0.40 1.15 0.50 cabe 0.7 - 1.0 0.40 0.60 1.15 0.80 Jagung 0.8 - 1.2 0.50 0.30 1.15 0.60 Padi 0.5 - 1.0 0.20 1.05 1.20 0.90 Bawang Merah 0.3 - 0.6 0.30 0.70 1.05 0.75 Kentang 0.4 - 0.6 0.35 0.50 1.15 0.75 Kubis 0.5 - 0.8 0.45 0.70 1.05 0.95
Karakteristik Sifat Fisika Tanah
Parameter Satuan Tekstur Tanah
Ringan Sedang Berat
Kapasitas Jenuh (KJ) % 25 - 35 35 - 45 55 - 65
Kapasitas Lapang (KL) % 8 - 10 18 - 26 32 - 42
Titik Layu Permanen (TLP) % 4 - 5 10 - 14 20 - 24
Kerapatan Jenis (BD) g/cm3 1.4 - 1.6 1.2 - 1.4 1.0 - 1.2
Air Tersedia, AT = (KL- TLP) x BD % 6 12 16 - 20
Air Tersedia, AT = (KL- TLP) x BD x 10) mm/m 60 120 160 - 200
Waktu yang dibutuhkan dari Jenuh sampai KL Jam 18 - 24 24 - 36 36 - 89
Laju Infiltrasi mm/Jam 25 -75 8 -16 2 -6
Tanggal Tanam 4-Sep-18
Inisiasi 20 5-Sep-18 24-Sep-18 4.1 0.30 1.23
Vegetatif 30 25-Sep-18 24-Oct-18 3.4 1.15 3.91
Pembungan 30 25-Oct-18 23-Nov-18 3.2 1.15 3.68
Pembentukan Biji 10 24-Nov-18 3-Dec-18 3.2 0.60 1.92
Inisiasi 20 5-Sep-18 24-Sep-18 4.1 0.10 13 6 6 1.0
Vegetatif 30 25-Sep-18 24-Oct-18 3.4 0.20 25 13 4 3.1
Pembungan 30 25-Oct-18 23-Nov-18 3.2 0.30 38 19 6 3.1
Pembentukan Biji 10 24-Nov-18 3-Dec-18 3.2 0.40 50 25 14 1.8
ANALISIS DOSIS DAN FREKUENSI IRIGASI TANAMAN JAGUNG DESA PANUNGGALAN, KEC. PULO KULON, GROBOGAN
Fase Pertumbuhan
Panjang Fase
Tumbuh
(Hari)
PeriodeETo
(mm/hari)Kc ETc (mm/hari)
Kandungan Air (%)Kerapatan
Jenis
(g/cm3)
Air
Tersedia
(%)
Kapasitas
Lapang
(0.3 bar)
Titik Layu
Permanen
(15 bar)
34.9 24.5
125.5 0.5
Fase Pertumbuhan
Panjang Fase
Tumbuh
(Hari)
PeriodeETo
(mm/hari)
Air
Tersedia
(mm/m)
Kedalaman
Perakaran
Maksimum
(m)
Air
Tersedia
Total,
TAW
(mm)
Fraksi
Penurunan
Air Tanah
(p)
Kebutuhan
Irigasi Neto
(mm)
1.21 12.6
Interval
Irigasi
(Hari)
Irigasi
Harian
(mm)
MENGHITUNG KEBUTUHAN AIR TANAMAN TEKNIK KOCOR
Irigasi diberikan hanya pada areal perakaran Diameter Irigasi 15 cm Luas Areal Irigasi =176.7 cm2
Irigasi diberikan pada seluruh permukaan tanam Jarak Tanam 70 x 40 cm Luas Areal Irigasi =2,800 cm2
15 cm
70 cm
Luas Areal Penyiraman Pada Teknik Kocor dan Irigasi Standar
40 cm
MENGHITUNG KEBUTUHAN AIR TANAMAN TEKNIK KOCOR
HITUNGAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN JAGUNG DESA PANUNGGALAN, KEC. PULO KULON, GROBOGAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
(1) (2) (3) (4) (5) (4) x (5) (7) (7) x 10 (9) (8) x (9) (11) (10) x (11) (12) / (6)
Awal 20 1 - 20 3.0 0.30 0.90 12.6 126.0 0.10 13 0.5 6.3 7.00
Vegetatif 30 21 - 50 3.0 1.15 3.45 12.6 126.0 0.20 25 0.5 12.6 3.65
Pembungan 30 51 - 80 3.0 1.15 3.45 12.6 126.0 0.30 38 0.5 18.9 5.48
Pembentukan Biji 10 81 - 90 3.0 0.60 1.80 12.6 126.0 0.40 50 0.5 25.2 14.00
Fraksi
Penurunan Air
Tanah (p)
Kebutuhan Air
Tanaman
(mm)
Interval
Irigasi (Hari)
Hari Setelah
Tanam (HST)
Air Tersedia
(mm/m)
Kedalaman
Perakaran
Maksimum
(m)
Air Tersedia
Total (mm)
Air
Tersedia
(%)
Fase Pertumbuhan
Panjang
Fase
Tumbuh
(Hari)
Penguapan
Permukaan
Tanah (ETP)
(mm/hari)
Koefisien
Tanaman
Jagung (Kc)
Penguapan dan
Transpirasi
Tanaman
Jagung
(mm/hari)
(1) (2) (3) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
(1) (2) (3) (14) 22/7 x (15/2)^2 (14)/10 x (15) (16) x 10 70 x 30 (14)/10 x (18) (16) x 10
Awal 20 1 - 20 0.9 176.7 15.9 159.0 2,100.0 189.0 1,890.0
Vegetatif 30 21 - 50 3.5 176.7 61.0 609.7 2,100.0 724.5 7,245.0
Pembungan 30 51 - 80 3.5 176.7 61.0 609.7 2,100.0 724.5 7,245.0
Pembentukan Biji 10 81 - 90 1.8 176.7 31.8 318.1 2,100.0 378.0 3,780.0
Kebutuhan
Air Tanaman
Harian (mm)
Luas Areal
Kocoran (cm2)
Volume Irigasi
harian
(ml/hari/tanaman)
Fase Pertumbuhan
Panjang
Fase
Tumbuh
(Hari)
Hari Setelah
Tanam (HST)
Volume Irigasi
10 harian
(ml/10
hari/tanaman)
Luas Areal Irigasi
Standar FAO
(Jarak Tanam 70
x 30) (cm2)
Volume Irigasi
harian
(ml/hari/tanaman)
Volume Irigasi
10 harian
(ml/10
hari/tanaman)
TEKNIK PENYIRAMAN
Fase Tanaman
Panjang
Fase
Tumbuh
(Hari)
Kebutuhan
Irigasi Neto
(mm)
Irigasi
Harian
(mm)
Interval
Irigasi
(hari)
Dosis Irigasi per
Tanaman
(Diameter Areal
Irigasi 15 cm) (ml)
Frekuensi
Irigasi
(Kali)
Dosis Irigasi per
Tanaman per
Fase
pertumbuhan
(ml)
Populasi
Jagung/ha
(Jarak
Tanam 70 x
40 cm)
Kebutuhan
Irigasi
(m3/ha)
Kapasitas
Tampung
Embung
Maksimum
(m3)
Luas
Layanan
Irigasi
Optimal
(ha)
Persentasi
Kebutuhan
Air terhadap
Kebutuhan
Air Menurut
Konsep FAO
(%)
Inisiasi 20 6.3 1.05 129 3 388 13.8
Vegetatif 30 12.6 3.14 388 4 1,552 55.1
Pembungan 30 18.8 3.14 388 4 1,552 55.1
Pembentukan Biji 10 25.1 1.79 222 1 222 7.9
12 3,715 131.9
Fase Tanaman
Panjang
Fase
Tumbuh
(Hari)
Kebutuhan
Irigasi Neto
(mm)
Irigasi
Harian
(mm)
Interval
Irigasi
(hari)
Dosis Irigasi
Interval 7 hari
(mm)
Frekuensi
Irigasi
(Kali)
Dosis Irigasi per
Fase
pertumbuhan
(mm)
Populasi
Jagung/ha
(Jarak
Tanam 70 x
40 cm)
Kebutuhan
Irigasi
(m3/ha)
Kapasitas
Tampung
Embung
Maksimum
(m3)
Luas
Layanan
Irigasi
Optimal
(ha)
Kebutuhan
Irigasi
Menurut PU
(m3/ha)
Inisiasi 20 6.3 1.05 7 3 22 219.6 1036.8
Vegetatif 30 12.6 3.14 22 4 88 878.5 1555.2
Pembungan 30 18.8 3.14 22 4 88 878.5 1555.2
Pembentukan Biji 10 25.1 1.79 13 1 13 125.5 518.4
12 210 2,102.2 4,665.6
KEBUTUHAN IRIGASI TANAMAN JAGUNG MENURUT ANALISIS METODE FAO
KEBUTUHAN IRIGASI TANAMAN JAGUNG MENURUT ANALISIS KONSEP IRIGASI HEMAT AIR
6.3
735,500 1,200
Jumlah Total
0.6
71,20035,500 9
Jumlah Total
Perbandingan Volume Irigasi Menurut Teknik Kocor dan Standar FAO
Kajian di Desa Panunggalan dan Tambiredjo, Grobogan
1. Lahan kering yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan mencakup areal seluas 23,26 juta ha di dataran rendah dan sekitar 2,07 juta ha di dataran tinggi.
2. Keterbatasan air pada lahan kering mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun, dengan indeks pertanaman (IP) kurang dari 1,50.
3. Ketersediaan air pada pengembangan pertanian lahan kering dapat ditingkatkan melalui implementasi beberapa teknologi pengelolaan air diantaranya panen air (water harvesting) serta teknik irigasi hemat air
KESIMPULAN