Teknologi Konservasi Lingkungan Dalam Penghijauan Kota

67
TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM PENGHIJAUAN KOTA I. Sistem Penghijauan Konservasi Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim, tanaman, ternak, gulma, hama- penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari

description

nkjdnkjbhcbdsjhabkjdbhlkliabshdlfbj;ljkbvlkh;jnas'dlijblhvk;jnsldajbvhlkjfhaio;dshdlbj;sn'kavhfbohurhioajewiohfuiewhfuihewuahfuwhuofhwoifhiewjfoiehafiosjdaklafgruowhfioranfkjdhscnksdjafuiwpflwkjdbsjhfbkdjs

Transcript of Teknologi Konservasi Lingkungan Dalam Penghijauan Kota

TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM PENGHIJAUAN KOTA

I. Sistem Penghijauan Konservasi

Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang

stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya

terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan

sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan

sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari

suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada

tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem

kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim,

tanaman, ternak, gulma, hama-penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling

mempengaruhi satu dengan lainnya.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah

mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat

pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah

menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki.

Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan

kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau

punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada

sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi; termasuk juga usaha

rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan perkotaan atau

lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat dipertahankan

kesinambungannya.

Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan

yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumberdaya alam, baik

pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari potensinya

dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling menguntungkan antara komponen-

komponennya.

Wadah dari kegiatan komponen-komponen atau unit-unit usaha penghijauan itu

ada halaman rumah hunian, pekarangan, tegalan, kebun campuran, lahan terbuka

atau ruang-ruang publik lainnya. Seorang penghuni rumah tinggal memiliki satu atau

lebih wadah dari unit-unit usaha penghijauan tersebut dan bahkan ada kalanya mereka

memiliki seluruhnya (halaman rumah, pekarangan, kebun campuran, tegalan dan

ruang terbuka). Dalam keadaan masyarakat tergantung kepada pemilik wadah-wadah

tersebut dan melihat kepada penanaman atau kedudukan warga itu sendiri apakah dia

penggarap penyakap, pemilik penggarap atau pemilik-bukan penggarap.

Hasil pemantauan pengaruh status Iahan terhadap konservasi tanah

menunjukkan bahwa:

- Pemilik lahan (dengan sertifikat pemilikan) lebih memperhatikan konservasi tanah

daripada mereka yang bukan pemilik lahan (penggarap lahan terasebut secara

turun temurun yang tidak dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan yang

memperkuat)

- Sistem sakap, sewa dan gadai mengbambat usaha penghijauan konservasi karena

cenderung untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan biaya minimal.

Berdasarkan hal di atas maka sasaran utama kegiatan sistem penghijauan

konservasi ialah pemilik lahan atau pemilik lahan bukan penggarap. Merekalah yang

perlu diberi pengertian tentang penghijauan konservasi sebagai dasar untuk

memberikan persyaratan bagi pengelolaan lingkungan kota.

1.1. Sistem Usaha-penghijauan dan Diversifikasi Pertanaman

Pada kenyataannya pendapatan rumahtangga berasal dari aneka usaha seperti

budidaya tanaman pangan tanaman tahunan (industri / perkebunan, buah-buahan,

kayu-kayuan), ternak atau ikan dan usaha non-pertanian seperti dagang, buruh dsb.

Dengan kata lain masyarakat sebenarnya telah menerapkan penganekaragaman

(diversifikasi) usaha (Gambar 1). Diversifikasi usaha pada tingkat rumahtangga (skala

mikro) dapat dikatakan merupakan sistem usaha itu sendiri.

DlVERSIFIKASI PERTANAMAN

VERTIKAL HORISONTAL

skala makro skala mikro

batas agroekologis batas lahan pemilikan

Zone Komoditi Z0NE SISTEM SISTEM USAHATANI DOMINAN USAHATANI DOMINAN

Ekspor non migas Swasembada pangan Peningkatan pendapatanIndustri Perluasan kesempatan Pengembangan industri kerja pedesaan Substitusi Impor

Gambar 1. Diversifikasi Sistem Pertanaman

Faktor-faktor yang menentukan sistem usaha-penghijauan konservasi adalah

usaha/kegiatan penanaman aneka jenis pohon yang dipengaruhi oleh kondisi lahan,

kedalaman tanah dan erodibilitas tanah (kepekaan tanah akan erosi). Berdasarkan

faktor-faktor tersebut dapat dianjurkan penggunaan teknik konservasi mekanik yang

dilengkapi dengan leknik vegetatif seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan teknik konservasi pada pola pertanaman

Kedalaman tanah

> 90 cm 40-90 cm < 40 cm

Kepekaan erosi Kurang Tinggi Kurang Tinggi Kurang TinggiKemiringan (%) Macam teras< 15 B/G B/G B/G BIG G G15- 30 B/G B/G B/G G G G30-45 B/G G G G G I> 45 G / l I I I I I

Keterangan,B : TERAS bangku + rumput /legum penguat teras G : Teras gulud + rumput / legum penguat terasI : Teras individu + rumput/legum penutup teras.

2. KONSERVASI LINGKUNGAN: LAHAN DAN AIR

2.1. Usaha-Penghijauan konservasi

Usaha-penghijauan konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan

ruang / lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi mekanik maupun vegetatif

dalam pola pertanaman terpadu. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah

- Kemiringan lahan;

- kedalaman tanah dan air;

- kepekaan tanah terbadap erosi (erodibilitas);

- sistem pertanaman atau pola penghijauan.

2.2. Penetapan teknik konservasi

Pemilihan teknik konservasi secara mekanik (macam teras) diterapkan

berdasarkan kemiringan lahan , kedalaman tanah, dan kepekaan tanah akan erosi.

Pada dasarnya terdapat dua tipe utama teras, yaitu Teras Bangku dan Teras Gulud.

Pengaruh beberapa bentuk teras terhadap produksi tanaman dan erosi tanah

disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Produksi dan erosi pada beberapa bentuk teras

Teras Erosi (ton/ha/9 bl)

Produksi (ton/ha)

Jagung UbikayuTanpa teras 9.9 1.84 42.13Teras Gulud 3.6 2.17 55.56Teras Kredit 2.9 0.90 38.30Teras Bangku Miring 2.0 3.04 44.00Teras Bangku Datar 1.5 2.06 39.26

Sumber: H. Sembiring, M.Thamrin, A. Farid, G.Kartono dan A.Rachman, 1989.

2.3. Teras bangku dan gulud

2.3.1. Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan

meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga.

Teras bangku berfungsi

- memperlambat aliran permukaan;

- menampung dan menyalurhn aliran permukam dengan kekuatm yang tidak

merusak;

- mempermudah pengolahan tanah pada tanab bcrlcreng; dan

- meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah

Teras bangku yang biasa diterapkan adalah:

- Teras bangku datar;

- Teras bangku miring keluar;

- Teras bangku miring ke dalam; dan

- Teras irigasi.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembuatan teras bangku adalah bahwa

teras ini:

- Sangat cocok pada tahan dongan kemiringan 10-30 %

- Tidak cocok pada tanah yang dangkal jenis tanah Litosol;

- Tidak dianjurkan pada tanah dalam lap; terdapat Iapisan bawah yang men r

aluminium (Al) yang merugikan pertumbuhan tanaman aerh zaD Merah Kuning

dan Latosol tua);

- Tidak dianjurkan pada tanah yang mudah longsor acnili tanah Grumusol

Dalam pembuatan teras bangku pertama-tama harus ditentukan batas-batas daerah

yang akan diteras.

Peralatan dan bahan yang diperlukan antara lain:

1. Peta kontur skala 1:5000 alau 1:10000 untuk memudahkan dalam penentuan

lokasi/ tempat yang akan diteras, menemukan arah dan panjang saluran

2. Peta tata guna tanah

3. Peta administrasi

4. Ondol-ondol (A frame — kerangka A) penyipat datar untuk menentukan arah

kontur

5. Tali dan meteran untuk menentukan panjang teras, saluran dsb

Vertical interval yaitu beda tinggi antar teras disesuaikan dengan kemiringan.

Untuk daerah-daerah dengan kemiringan di bawah 15 % disarankan vertical interval 1

m dan disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Hal ini dimaksudkan

untuk mengurangi pekerjaan pemindahan tanah dan pemindahan lapisan tanah atas

yang subur.

Pemasangan ajir, harus membentuk garis kontur (contour line) dan ajir akan

garis tengah tampingan teras .

Pengurugan tanah dilaksanakan sampai membentuk tangga dimulai dari

bagian atas ke bagian bawah Iereng. Pada bagian dalam teras dibuat saluran teras,

untuk menampung air berlebih dari badan teras (bidang olah). Pembuatan saluran

teras ini dibuat agak miring, sekitar 1% ke arah saluran air pembuangan (waterway).

Panjang maksimal saluran teras disarankan 50 m.

Badan teras dibuat agak miring ke dalam, dan sepanjang bagian luar atas

teras dibuat guludan atau galengan teras dengan Iebar dan tinggi antara 15-20 cm.

Untuk menstabilkan teras, guludan ini ditanami tanaman berakar rapat, cepat tumbuh

dan dapat dimanfaatkan, misalnya rumput lokal, Brachiaria ruziziensis (Br), Brachiaria

brizantha (Bb) , Brachiaria decumbens (Bd) atau Setaria.

Tampingan teras dibuat dengan perbandingan 1:2 , sebagai kelengkapan

teras yang dibuat, perlu dibuat saluran pembuangan air.

Tabel 3. Besarnya erosi pada tampingan teras bangku bulan k empat setelah tanam

Jenis tanaman penguat Bentuk tampingan Rata-rata Tegak Miring

ton/haTanpa tanaman 1.32 1.68 1.50Pennisetum purpureum 1.03 1.14 1.09P. purpureum + B. brizantha 0.88 0.83 0.86P. purpureum + B. ruziziensis 0.97 0.72 0.85P. purpureum + B. javanica 1.05 0.72 0.89P. purpureum + B. pubescens 1.03 1.54 1.29Rata-rata 1.05 1.12

Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989).

Tabel 4. Jumlah aliran permukaan dari tampingan teras bangku bulan ke empat setelah tanam

Jenis tanaman penguat Bentuk tampingan Rata-rata Tegak Miring

M3 / haTanpa tanaman 73.3 58.6 66.0Pennisetum purpureum 12.3 36.7 24.5P. purpureum + B. brizantha 33.8 25.9 29.8P. purpureum + B. ruziziensis 16.5 16.5 16.5P. purpureum + B. javanica 37.9 29.3 33.6P. purpureum + B. pubescens 55.7 50.7 53.2Rata-rata 38.2 36.3

Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989).

2.3.2. Teras Gulud

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran

pembuangan air, dibuat memotong Iereng dengan jarak antar gulud tertentu. Teras

gulud berfungsi untuk:

Memperpendek panjang Iereng dengan membuat Iereng-lereng menjadi bagian

yang pendek

Mengurangi terjadinya erosi permukaan dan erosi alur.

Mencegah terbentuknya erosi parit (gully erosion).

Menghambat laju aliran permukaan terutama pada daerah dengan curah hujan

tinggi.

Memperbesar infiltrasi tanah sehingga kandungan air tanah meningkat.

Konstruksi teras gulud:

- sangat cocok pada kemiringan Iereng kurang dari 15 % jika ditanami tanaman

pangan;

- cocok uniuk tanah-tanah yang solumnya dangkal maupun dalam.

Perencanaan:

Untuk menentukan jarak antar gulud biasanya digunakan rumus

Vt = 0.12 S+ 0.3

Ht = Vt/S x 100

dimana: Vt - Vertical interval

Ht - Horizontal inteval

S - Kemiringan Iereng dalam %

Dengan menggunakan rumus tersebut, pada Tabel 5 disajikan interval vertikal dan

interval horisontal untuk berbagai kemiringan lahan.

Tabel 5. Besarnya Interval vertikal (Vt) dan Interval horizontal (Ht) pada berbagai derajat kemiringan lereng.

Derajat kemiringan lereng (%)

vertikal interval (Vt) Horisontal interval (Ht) (m)

3 0.7 224 0.8 205 0.9 186 1.0 177 1.1 168 1.3 16

9-10 1.5 1511-15 1.9 14

Pembuatan teras

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan jalan usahatani dan

saluran pembuangan air pada lokasi yang akan dikembangkan.

Dari hasil survei lapangan dapat diketahui derajad kemiringan lokasi rata-rata

sehingga dapal pula ditentukan Vt atau Ht dari teras gulud. Langkah berikutnya adalah

menentukan garis kontur.

Tabel 6. Volume tanah dan jumlah tenagakerja yang dibutuhkan pada pembuatan Teras Bangku dan Teras Gulud

% Kemiri Volume tanah (m3) Rasio volume tanah

Jumlah HOK

ngan Bangku Gulud Bangku/gulud Bangku Gulud10 357 50 7.1 357 3615 607 73 8.3 607 5220 601 107 5.6 601 7625 870 136 6.4 870 9630 857 181 4.7 857 12849 1334 220 6.1 1334 156

Keterangan: Teras bangku didasarkan pada 1 m3 pemindahan tanah (galian-urugan) = 1 HOK; teras gulud didasarkan pada 10 m panjang teras gulud membutuhkan waktu pembuatan 2 jam, 1 HOK = 5 jam kerja/orang. Sumber: A.Rachman, H.Suwardjo dan R.L.Watung, 1989.

Dalam membuat guludan, panjang guludan tidak boleh lebih dari 100 m; bila

Iebih panjang guludan harus dipotong oleh saluran pembuangan air. Di sebelah atas

guludan dibuat saluran searah dengan guludan agar air dapat mengalir dengan lancar

dan lambat. Saluran tersebut digali dan tanahnya dipindahkan ke bagian bawahnya

sehingga terbentuk guludan. Setelah selesai dibuat, guludan perlu segera ditanami

dengan tanaman penguat. Pembuatan guludan dimulai dari bagian atas Iereng

berlanjut ke bagian bawah. Pada waktu dan setelah turun hujan perlu dilakukan

pengamatan terhadap teras gulud yang telah dibuat, apakah cukup kuat atau perlu

diperbaiki.

2.4. Pengelolaan Bahan Organik

2.4.1. Sisa Pertanaman

Salah satu usaha untuk mempertahankan produktivitas lahan terutama lahan

kering adalah dengan mempertahankan bahan organik tanah. Sejak menggunakan

pupuk kimia, banyak dilupakan penggunaan pupuk organik atau bahkan sebagian besar

sisa tanaman diangkut ke luar atau dibakar karena ingin melihat lahannya tetap bersih.

Keadaan ini merugikan karena kunci untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan

adalah mempertahankan kadar bahan organik tanah disamping mencegah erosi.

Sumber asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Daun, ranting, cabang,

batang dan akar tumbuhan di alam menyediakan bahan organik setiap tahunnya.

Bahan tersebut akan mengalami dekomposisi dan menjadi satu dengan tanah yang

disebut humus tanah. Sisa tanaman tersebut selain merupakan sumber utama bahan

pangan bagi berbagai jenis jasad renik, juga untuk mempertahankan dan meningkatkan

produktivitas tanah.

Bahan organik tanah akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah a.l.

- Meningkatkan granulasi tanah sehingga akan memperbaiki struktur tanah

- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air

- Mencegah cepatnya pemadatan tanah

- Meningkatkan kapasitas jerapan tanah, karena 30-90% dari tenaga jerapan suatu

tanah berasal dari bahan organik tanah, sehingga meningkatkan ketersediaan hara

tanah

- Bahan organik juga merupakan sumber hara tanaman.

Beberapa cara untuk mempertahankan bahan organik tanah adalah melalui:

- Pembenaman bahan hijau sisa tanaman

- Penebaran sisa tanaman sebagai mulsa di permukaan tanah.

Penggunaan sisa tanaman sehagai mulsa memberikan beberapa keuntungan:

- Melindungi tanah dari pukulan hujan sehingga tanah tidak Iekas memadat.

- Memperlambat laju aliran permukaan sehingga dapat mengurangi erosi dan

- Bahan mulsa yang melapuk merupakan media yang baik bagi peningkatan aktivitas

biologi tanah

2.4.2. Tanaman Penutup Tanah

Tanaman legume penutup tanah sangat baik untuk rehabilitasi lahan kritis

karena berfungsi (1) melindungimpermukaan tanah dari pengaruh hujan, sehingga

menghurangi erosi, (2) memperbaiki dan mempertahankann sifat fisika dan kimia tanah,

(3) mengurangi penguapan dan kehilangan bahan organik, dan (4) mengendalikan

gulma.

Tabel 7. Hasil seresah beberapa jenis tanaman penutup tanah selama enam bulan

Jenis tanaman Bobot seresah (g/m2) padaKedalaman tanah (cm)

40 10Benguk (Mucuna sp.) 59.8 73.8Centrosema pub. 33.3 97.7Calopogonium sp. 55.0 68.1Pueraria triloba 73.2 36.3Komak (Dolicus lablab) 130.7 123.8Gude (Cajanus cajan) 162.3 126.7Koro pedang (Canavalia sp.) 360.0 244.7

Sumber: Sembiring, Farid, Ispandi, dan Kartono, 1989.

2.5. Pertanaman Lorong (alley cropping)

Pertanaman lorong (alley cropping) sangat baik diterapkan pada lahan kering.

Jenis tanaman leguminosa yang umum digunakan adalah Flemingia congesta,

Glericidea sepium, Teprosia candida , dan Caliandra.

2.6. Pergiliran Tanaman

Dalam setahun, perlu ada pergiliran antara tanaman yang tidak mampu

menghasilkan banyak bahan hijauan seperti kedelai dan kacang hijau dengan tanaman

yang mampu menghasilkan Iebih banyak bahan hijauan seperli jagung dan sorgum.

Kenyatan menunjukkan bahwa di daerah yang berpenduduk padat seperti di daerah

aliran sungai di Jawa, usaha mengembalikan limbah ke tanah sangat sukar dilakukan.

Hal ini disebabkan oleh digunakannya limbah untuk berbagai kepentingan lain seperti

untuk ternak, industri, kayu bakar dan sebagainya. Akibatnya kadar bahan organik

tanah sukar dipertahankan dan produktivitas sebagian besar lahan kering menjadi

sangat rendah.

Dalam usahatani konservasi yang dipadukan dengan ternak, sebagian limbah

sering digunakan untuk ternak. Bila seluruh pupuk kandang dapat dikembalikan ke

tanah maka kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan.

Salah satu cara untuk memelihara produktivitas lahan adalah dengan usaha

menghasilkan bahan hijauan dalam jumlah besar dan mengembalikannya ke tanah

sebagai mulsa (disebar di permukaan) atau dibenamkan ke dalam tanah waktu

pengolahan tanah. Pengembalian sisa tanaman dalam bentuk mulsa akan lebih efektif

karena dapat menekan erosi dan menghindari pemadatan tanah.

3. Rehabilitasi Lahan Tidur

Kerusakan lahan atau degradasi lahan banyak terjadi pada lahan kering

terutama di bagian yang ditanami tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Degradasi

lahan terjadi karena lahan sering terbuka oleh pekerjaan pengolahan tanah dan

penyiangan bersih sehingga tanah mudah tererosi.

Pengusahaan lahan tandus menjadi lahan pertanian tidak ekonomis karena

produktivitasnya yang sudah demikian rendah. Sampai saat ini usaha untuk

memulihkan produktivitas lahan yang telah merosot belum banyak dilakukan padahal

arealnya terus meningkat. Dengan makin bertambahnya penduduk di daerah DAS perlu

dilakukan usaha rehabilitasi lahan yaitu pemulihan produktivitas lahan tandus agar

dapat berproduksi kembali.

3.1. Cara-cara rehabilitasi lahan

3.1.1. Tanaman penutup tanah

Pemilihan tanaMan penutup untuk rehabilitasi lahan didasarkan pada

fungsinya, yakni:

- Menghasilkan bahan hijauan berjumlah banyak dan becrkadar N tinggi (2-6%),

sehingga dalam waktu pendek dapat terjadi dekomposi dan dapat meningkatkan

kadar bahan organik tanah

- Meningkatkan aktivitas biologi tanah yang langsung memperbaiki struktur dan

aerasi tanah

- Melindungi tanah dari daya rusak air hujan yang menimbulkan erosi ; dan

- Dapat mengikat unsur N dari udara sehingga keperluan akan pupuk sintesis seperti

urea dapat ditekan.

Beberapa tanaman penutup yang telah diuji dan punya prospek baik adalah

Centrocema pubescen, Pueraria javanica dan Pueraria phaseloides.

Untuk tanah gundul atau hampir gundul tanah hanya perlu diolah dalam jalur

selebar 20 cm dengan jarak antar jalur 1 m. Biji Centrocema disebar dalam baris,

dennga diberi pupuk TSP sebanyak 50 kg/ha Biji Centrocema diperlukan sekitar 15

kg/ha.

Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dua minggu sebelum dilakukan

pengolahan tanah perlu dilakukan penyemprotan dengan herbisida Roundup atau

Dewpont. Sesudah tanaman penutup tanah berumur satu tahun biasanya telah

terbentuk serasah yang cukup tebal sehingga lahan sudah siap untuk ditanami kembali.

Tanaman penutup tersebut kemudian dibabat sampai di permukaan tanah, kemudian

ditebar di permukaan lahan sebagai mulsa. Pembakaran terhadap sisa penutup tanah

yang telah kering mengakibatkan usaha rehabilitasi yang telah dilakukan menjadi sia-

sia.

Sebagaimana diketahui pembakalan mengakibatkan berbagai kerugian e hasa

N cepat menguap pupuk K meskipun cepat tersedia tetapi juga terganggunya aktivitas

biologi sehingga pembentukan struktur lan2 nbal pula.

Tanaman mucuna (Leguminosa pansan)

Mucuna sp atau tanaman Koro benguk (Jawa) dapat digunakan sebagai

tanaman yang dapat menghasilkan biji berprotein tinggi dan dapat memainkan fungsi

rehabilitasi lahan secara khusus. Biji Mucuna dapat dibuat tempe atau setelah direbus

selama 24 jam akan dapat pula dicampur dengan ubikayu untuk meningkatkan gizi

ubikayu.

Beberapa keuntungan rehabilitasi Iahan tidur dengan tanaman penutup tanah

seperti Centrocema dan Mucuna antara lain adalah:

1. Disamping menghasilkan biji, daun tanaman Mucuna menghilangkan racun HCN

yang cukup tinggi sehingga tidak disukai ternak. Mengurangi gangguan pencurian

oleh pencari rumput dapat diatasi dan penyediaan bahan organik tanah dengan

tanaman ini Iebih terjamin

2. Mucuna juga sangat cepat pertumbuhannya dan dapat beradaptasi pada berbagai

jenis tanah seperti tanah-tanah berkapur (Alfisol) atau pada tanah masam Podsolik.

3. Pertumbuhan Mucuna pada lahan tandus jauh Iebih baik dibandingkan dengan jenis

Ieguminosa lain seperti komak (Dolichus lablab), dan kacang tunggak.

Ada beberapa macam Mucuna yang umurnya bervariasi dari 4, 8, dan 12

bulan, untuk usaha rehabilitasi lahan tidur sebaiknya digunakan yang berumur 8 - 12

bulan karena dapat menghasilkan bahan hijauan yang Iebih banyak.

Pelaksanaan rehabiltasi lahan dengan Mucuna dapat dilaksakan sbb.

Persiapkan biji benih Mucuna yang daya tumbuhnya baik. Pada tanah yang

akan direhabilitasi dilakukan pengolahan tanah pada permulaan musim hujan; bila

hujan telah cukup penanaman biji dilakukan dengan cara ditugal. Dapat digunakan

jarak tanam 20t x 20 cm setiap lubang tanam ditanam dua benih. Dilakukan pemupukan

awal dengan TSP sebanyak 25 ton/ha dan setelah berumur dua hulan biasanya

tanaman Mucuna sudah tampak subur. Tanaman tersebut perlu dibiarkan selama 8

bulan sementara biji yang dihasilkan dapat dipanen. Pada umur tanaman 8 bulan

Mucuna dibabat, dan bahan hijauan sebagai mulsa atau dibenamkan ke dalam tanah

sewaktu pengolahan tanah.

4. SUBSISTEM TANAMAN PANGAN

Proporsi tanaman pangan dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan

lahan adalah:

Kemiringan1. < 15 % = 75% tanaman pangan + 25% tanaman tahunan;2. 15-30% = 50 % tanaman pangan + 50 % tanaman tahunan3. 30 - 45 % = 25 % tanaman pangan + 75 % tanaman tahunan4. >45% = 100% tanaman tahunan

< 15% 15-30% 31-45% > 45%

Gambar 1. Proporsi tanaman pangan dan atanaman tahunan pada berbagai kemiringan lahan

4.1. Pola Penanaman

Pola tanam diatur agar permukaan tanah dapat tertutup tanaman sepanjang

tahun dan mampu menekan bahaya erosi. Beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam lahan kering meliputi iklim,kesuburan

tanah, pemasaran dan ketersediaan tenaga kerja

Faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan. Oleh karena itu perlu dibuat

catatan distribusi (penyebaran) curah hujan bulanan rata-rata dari 5-10 tahun terakhir.

Catatan disusun dalam bentuk diagram menurut musim tanam (Oktober - September).

Sebagai patokan dapat digunakan:

curah hujan > 200 mm/bulan selama 5-7 bulan berturut-turut bisa untuk bertanam

padi gogo

curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturut-turut masih cocok untuk

bertanam palawija

Pola tanam bersifat fleksibel dan dinamis.Untuk meningkatkan pendapatan

petani tanaman yang bernilai ekonomi tinnggi perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh

bila harga ubikayu tinggi, populasinya dalam pola tanam dapat ditingkatkan dengan

catatan di antara barisan tetap ditanami tanaman sela kacang-kacangan atau diberi

tambahan pupuk.

4.1.1. Alternatif pola penanaman

Untuk memudahkan perencanaan pola tanam, Oldeman (1975) telah membagi

Zone Agroklimat berdasarkan pada lamanya bulan basah dan bulan kering yang

berurutan menjadi 14 bagian, yaitu:

Zone A: > 9 bulan basah berurutan; Zone B1; 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone B2: 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone C1: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone C2: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone C3: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone D1: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone D2: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone D3: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone D4: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulanZone E1: <3 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone E2: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone E3: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone E4: <3 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan

Bulan basah dibatasi dengan curah hujan di atas 200 mm/bulan dan bulan kering kurang dari 100 mm/bulan.

Contoh penggunaan segitiga iklim adalah pada lahan sawah tadah hujan:

Bila bulan basah minimal 3 bulan dapat diusahakan satu kali pertanaman

sedangkan bila minimal 5 bulan dapat diusahakan dua kali pertanaman dengan

pertanaman pertama ditanam dalam keadaan kering. Bila bulan basah minimal 7

bulan. dua kali pertanaman padi sawah dapat dilakukan, sedangkan bila minimal 10

bulan, pertanaman sepanjang lahun dapat diusahakan. Penentuan pola tanam untuk

lahan kering sangat ditentukan oleh lamanya bulan kering. Pengunaan segitiga iklim

untuk lahan ini adalah sebagai berikut:

Bila bulan kering kurang dari 2 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang

tahun. Bila bulan kering 2- 3 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang tahun tetapi

dengan perencanaan yang lebih hati-hati. Bila bulan kering 4-6 bulan, dua kuli

pertanaman dapat dilakukan dengan sistem sisipan. Bila periode pertumbuhan hanya

3-5 bulan, pertanaman hanya dapat dilakukan satu kali dan bila bulan kering 9 bulan

daerah tersebut tidak cocok untuk pertanaman pangan bila tanpa irigasi.

4.1.2. Penyediaan Benih

Benih yang baik mempunyai daya kecambah di atas 80%. Karena itu jangan

disimpan terlalu lama terutama benih kedelai. Penyimpanan benih harus baik, kadar

air harus serendah mungkin dan disimpan di tempat yang kering atau dapat juga di

dalam ruangan yang mempunyai alat pendingin (AC ).

Dalam penyimpanan benih kedelai perlu disusun pola tanam yang tepat,

misalnya sbb:

1. Pada lahan kering dapat diatur pola tanam kedelai - kacang tanah-

kacang tunggak

2. Pada lahan kering yang lain padi gogo - kedelai - kacang hijau.

3. Di lahan sawah irigasi/ tadah hujan padi sawah - padi sawah - kedelai

Dengan pertimbangan benih dapat disimpan selang satu musim tanam, maka

dengan pengaturan pola tanam yang baik dari berbagai tipe lahan, masalah benih

dapat diatasi.

Berdasarkan jumlah dan lamanya curah hujan yang ada maka dapat disusun

alternatif pola tanam yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:

1. Jagung + padi gogo / ubikayu - kacang tanah - kacang tunggak.

2. Jagung + kacang tanah/ubikayu - Kedelai - Kacang tunggak

3. Jagung+ kedelai/ ubikayu - kedelai - kacang tunggak.

4. Jagung + kedelai - jagung + Kedelai - bera.

Sebagai tanaman pokok musim pertama sebaiknya lahan ditanami padi gogo,

kacang tanah dan kedelai. Pada musin; kedua lahan ditanami kacang tanah, kedelai,

kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim ketiga apabila masih memungkinkan

dapat diusahakan kacang tunggak Sedangkan untuk meningkatkan intensitas

pertanaman setiap musim tanam dapat diusahakan sistem tumpangsari.

Pengaturan jarak tanam sangat tergantung dari bidang olah yang tersedia.

Karena lahan kering umumnya bergelombang maka sebaiknya dilakukan usaha

pencegahan erosi berupa pembuatan teras bangku dan teras gulud. Pengaturan

barisan tanaman dapat dimulai dari pangkal teras atau 50 cm dari bibir teras.

Barisan jagung dan ubikayu dimulai 50 cm dari pangkal teras. Jumlah barisan

jagung dan ubikayu selanjutnya tergantung dari bidang olah yang tersedia (Gambar

19). Jarak antara barisan jagung 200 cm dan di dalam barisan 40 cm, 2 tanaman

setiap rumpun. Sedangkan jarak antara barisan ubikayu 400 cm dan di dalarn barisan

80 cm/stek/rumpun

Apabila harga ubikayu cukup tinggi jarak tanam dapat diprrsempit menjadi 200

cm antar barisan ubikayu dan di antara ubikayu terdapat 2 rumpun jagung (Gambar

19).

Di antara barisan jagung pada musim pertama dapat ditanam padi gogo,

kacangtanah atau kedelai. Jarak tanam padi gogo 25 cm x 15 cm, 5-8 biji /rumpun,

kacangtanah 25 cm x 20 cm 1 biji / rumpun dan kedelai 25 cm x 20 cm 2 biji/rumpun.

Setelah tanaman pertama dipanen, tanaman berikutnya adalah kacang tanah, kedelai,

kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim tanam ke tiga , bila curah hujan

masih memungkinkan, setelah tanaman ke dua dipanen dapat ditanam kacang

tunggak, kacang hijau, atau benguk (Mucuna).

Untuk pertanaman pertama sebaiknya lahan diolah sempurna. Sedangkan

untuk pertanaman ke dua lahan hanya diolah secara minimum kecuali untuk kacang

tanah memelukan pengolahan tanah lagi. Hal yang sama juga berlaku bagi

pertanaman ke tiga.

Tabel 8. Varietas,Jarak tanam,Jumlah tanaman tiap rumpun dan kebutuhan benih setiap hektar.

Jenis Varietas Jarak tanam Tanaman Kebutuhan benihtanaman 1) (cm x cm) setiap

rumpun tiap hektar (kg)

Padi Gogo C22 25 x 15 5-8 40

BaturPosoSingkarak

Jagung Arjina 200 x 40 2 15 WiyasaKalingga

Ubikayu Adira I/II 400 x 80 1 3500 (2)Lokal

Kacang tanah Macan 25 x 20 1 100 (3)GajahTapir dan Kelinci

Kedelai Orba, Wilis 25 x 20 2 40Lokon, Tidar

Kac.hijau No.129, Merak 25 x 20 2 15Nuri, Walet

Kac Tunggak Lokal 25 x 40 2 20

Keterangan: 1) Pengaturan tanaman secara tumpangsari, bersisipan, dan berurutan dalam satu

tahun; (2) Stek; (3) Polong kering

4.2. Penanaman dan Pemupukan

Untuk mencapai hasil yang tinggi, setiap tanaman memerlukan masukan

pupuk. Takaran pupuk yang dianjurkan adalah berdasarkan anjuran populasi normal.

Oleh karena itu bila bidang olah hanya 80% maka penggunaan pupuk juga hanya

80% dari populasi normal.

Untuk memudahkan prrhitungan dan pelaksanaan di lapangan dibuat

penyederhanan sebagai berikut:

4.2.1. Padi Gogo.

Waktu pemupukan 1/3 bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl

diberikan pada saat tanam; sisa pupuk urea diberikan pada umur 35 hari dan saat

primordia bunga masing-mging 1/3 bagian. Cara pemupukan pertama adalah dilarik

dengan jarak antar larikan 25 cm. Di dalam larikan diletakkan benih dengan jarak

antara calon rumpun 15 rm dan di antara calon rumpun diletakkan campuran 1/3

bagian urea dan seluruh TSP dan KCI. Pupuk urea susulan pertama dan ke dua

diberikan secara dilarik disamping barisan tanaman.

Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat

takaran pupuk untuk luasan 100 m2

Tabel 9. Takaran pupuk untuk pertanaman di lahan kering,

Jenis tanaman dan Jenis pupukluas bidang olah Urea TSP KCl

Kg/haPadi Gogo:Bidang olah 100% 200 100 100Bidang olah 75% 150 75 75Bidang olah 50 % 100 50 50

Jagung:Bidang olah 100% 200 100 100Bidang olah 75% 150 75 75Bidang olah 50 % 100 50 50

Kacang-kacangan:Bidang olah 100% 50 100 100Bidang olah 75% 37.5 75 75Bidang olah 50 % 25 50 50

Keterangan:Untuk jagung berdasarkan populasi normal 500.000 tnm/ha dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm, 2 tanaman/rumpun. Bila diusahakan 50% populasi normal (200 cm x 40 cm), 2 tanaman/rumpun, maka takaran pupuk juga hanya 50% populasi normal.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

100 m2------------ X 200.000 g urea = 2000 g urea, diberikan tiga kali 10000 m2 600 g , 700 g, dan 700 g urea.

Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:

100 m2------------- X 100.000 g TSP / KCl = 1000 g TSP/KCl diberikan10.000 m2 seluruhnya pd saat tanam.

Dengan demikian pemberian pupuk 100 m2 bagi tanaman padi gogo: pada saat tanam

600 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl; sedangkan pupuk urea susulan pertama dan

ke dua maisng-masing 700 g.

4.2.2. Jagung.

Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl diberikan pada

saat tanam. Pemupukan pertama dan ke dua dilakukan dengan jalan ditugal

disamping rumpun tanaman. Sisa pupuk urea diberikan 30 HAT dengan cara ditugal.

Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapang, sebaiknya dibuat

takaran untuk 100 rumpun tanaman jagung.

Perhitungannya adalah:

100 rumpun--------------- x 200.000 g urea = 800 g urea, diberikan dua kali25.000 rumpun masing 300 dan 500 gram urea.

Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:

100 rumpun -------------------X 100.000 g TSP /KCI = 400 gram TSP/KCI, diberikan25000 rumpun seluruhnya pada saat tanam.

Dengan demikian pemberian pupuk pertama adalah 300 gram urea, 400 g

TSP, dan 400 g KCI untuk 100 rumpun jagung. Sesaat sebelum pupuk diberikan,

pupuk dapat dicampur. Selanjutnya di atas lubang benih diberikan insektisida Furadan

3G dengan takaran 8-10 kg/ha, kemudian lubang benih dan lubang pupuk ditutup

dengan tanah

4.2.3. Kacang-kacangan.

Seluruh pupuk diberikan pada saat tanam, dengan dilarik. Jarak antara larikan

calon rumpun adalah 20 cm. Di antara calon rumpun diletakkan campuran pupuk

TSP, KCI dan urea.

Pupuk sebaiknya dicampur sesaat sebelum diberikan. Selanjutnya di atas benih

diberikan insektisida Furadan 3 G dengan takaran 8-10 kg/ha, dan terakhir lubang

larikan ditutup dengan tanah.

Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat

takaran pupuk untuk luasan 100 m2. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

100 m2--------—----- x 50.000 g urea= 500 grarn urea,10000 m2

100 m2—----------- x 100.000 gram TSP/KCI = 1000 g TSP/KCl .10000 m2

Dengan demikian pemberian pupuk untuk 100 m2 pertanaman kacang-

kacangan adalah 500 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl. Khusus untuk pertanaman

kacang tunggak, karena jarak tanamnya cukup jarang maka cara tanam dan

pemupukan dilakukan dengan ditugal pada dua lubang yang berbeda.

4.3. Penyiangan , Pengendalian Hama dan Penyaklt

Penyiangan biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada umur 15 hari dan 30 hari

setelah tanam. Penyiangan bukan hanya untuk mengurangi gulma , tetapi juga untuk

menggemburkan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya infiltrasi tanah

dan dapat juga berfungsi sebagai mulsa (self mulching). Sambil penyiangan juga dapat

dilakukan pembumbunan.

4.3.1. Padi gogo

Penyakit blas (Pirycularia oryzae), busuk daun, dan busuk Ieher. Untuk

melindungi padi dari penyakit tersebut perlu dirgunakan varietas yang toleran atau

disemprot dengan fungisida Delsene, Beam 75 WP, Fongoren 50 WP.

Hama yang sering menyerang padi gogo adalah lalat bibit, hama putih palsu,

penggerek batang wereng, dan walang sangit. Hama-hama tersebut dapat di atasi

dengan disemprot dengan Azodrin, Gusadrin, Thiodan atau insektisida laiun yang

dianjurkan

4.3.2. JAGUNG

Penyakit bulai (Sclerospora maydis) dapat dicegah dengan menanam varietas

yang tahan bulai seperti Arjuna, Kalingga, atau pemberian fungisida Ridomil yang

diperlakukan pada benih sebelum tanam. Cara lain untuk mencegah penyakit tersebut

adalah dengan tanam awal secara serentak

Hama yang banyak menyerang adalah lalat bibit, perusak daun dan

penggerek batang dan tongkol. Untuk mencegah lalat bibit, tanam harus dilakukan

Iebih awal dan serentak atau dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat

digunakan untuk mencegah lalat bibit dan hama lainnya adalah Azodrin 15 WSC,

Gusadrin 15 WSC, Dursban, Agrotion 50 EC dan insektisida lain yang dianjurkan

4.3.3. Kacangtanah

Penyakit karat (Puccinia arachidis) dapat dicegah dengan menggunakan

fungisida Benlate T 20 dan Baycor 300 EC. Penyakit virus belang dan sapu setan

hanya dapat dikurangi dengan eradikasi tanaman yang terserang dan jangan

menggunakan benih yang tanamannya sudah terserang serta harus diadakan rotasi

tanaman.

Hama yang banyak menyerang adalah hama pemakan daundan dapat

dicegah dengan menggunakan insektisida Dursban, Azodrin, Gusadrin 15 WCS atau

insektisida lain yang dianjurkan

4.3.4. Kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak

Penyakit karat daun pada kedelai (Phakospora pachyviz) dapat dikurangi dengan

penggunaan varietaa yang relatif tahan.

Penyakit scab pada kacang hijau dapat dikurangi dengan pengggunaan varietas

yang relalif tahan. Rotasi tanaman mutlak harus dilakukan.

Hama-hama yang penting adalah , hama bibit, pemakan daun dan pengisap serta

penggerek polong. Untuk mengurangi serangan hama-hama tersebut sebaiknya

dilakukan tanam serentak dan diadakan rotasi tanaman. Insektisida seperti

Azodrin 15 WSC, Gusadrin 15 WSC, Dursban, Thiodan dan lain-lain yang

dianjurkan juga dapat digunakan.

4.3.5. UBIKAYU

Penyakit yang banyak menyerang adalah penyakil layu (Pseudomonas sp)

dan Cassava bacterial blight (CBB). Hama yang banyak menyerang adalah hama kutu

merah (Titranychus bimaculatus).

Hama-hama yang banyak menyrang banyak jenis tanaman etermasuk rumput

adalah hama lundi. Untuk mengurangi hama ini dapat digunakan insektisida Furadan

3G dengan takaran 8 - 12 kg/ha. Hama lain adalah hama tikus dan dapat di kurangi

dengan jalan pengumpanan, gropyokan, kebersihan lingkungan dan juga dengan

keserempakan tanam.

4.4. Panen Hasil

Untuk mencapai kualitas hasil yang baik, waktu panen l harus tepat. Padi gogo

atau padi sawah dapat dipanen bila gabah dalam mapai sudah mengunign lebih dari

95%, sedanngkan jagung bila biji telah keras dan sudah terbentuk lapisan hitam pada

biji bagian dalam. (sudah ada black layer). Kedelai dapat dipanen bila daunnya sudah

luruh dan lebih dari 50% polong berwarna coklat; kacang hijau dan kacang tunggak

bila polong sudah mulai mengering; kacang tanah bila bila jaringan dalam dari polong

sudah ada yang berwarna coklat. Sedangkan ubikayu baru dapat dipanen bila berumur

lebih dari 7 bulan.

Segera setelah panen sebaiknya langsung dilakuan penjemuran. Jagung

sebaiknya dikuliti dulu sebelum dijemur. Bila biji-biji pada tongkol sudah kering dan

terlihat ada sedikit rongga karena biji telah sedikit mengecil (susut) , berarti jagung

sudah dapat dipipil. Setelah dipipil jagung sebaiknya dijemur lagi sampai kadar air

mencapai 14%.

Untuk kacang tanah penjemuran harus dilakukan sampai kering benar yang

ditandai oleh biji yang merongga dari kulitnya dan bila dikupas biji sudah cukup

kering. Untuk kedelai, kacang hijau dan kacang tunggak, polong sebaiknya dijemur

sampai cukup kering yang ditandasi oleh pecahnya polong. Bila sudah cukup kering,

polong segera dibijikan dengan jalan penggebugan (secara fisik). Selanjutnya biji

dibersihkand ari polong atau brangkasannya dan biji basil pembersihan tersebut

dijemur lagl sampai cukup kering, yaitu kadar air di bawah 14 %.

5. SISTEM TANAMAN TAHUNAN DAN HORTIKULTURA

5.1. Penggolongan Tanaman

Untuk mempermudah penataan lanaman tahunan pada lahan berlereng maka

tanaman tahunan dibagi menjadi tiga golongan. Penggolongan tersebut didasarkan

kepada kemampuan tanaman untuk menaungi dan umur berproduksinya (Tabel 10)

Tabel 10. Golongan tanaman berdasarkan kemampuan menaungi dan umur berproduksi

Golongan Kemampuan Umur ContohTanaman menaungi berproduksiGolongan 1 Tinggi Lama Kelapa; kedondong;mangga; petai; nangka;

kapukGolonngan 2 Sedang Sedang Pepaya; pisang; kopi; srikaya; melinjoGolongan 3 Rendah Cepat Kapulogo; wijen; Nenas; temu-temuan

Selain penggolongan di atas, tanaman industri/hortikultura bisa pula

dikelompokkan ke dalam zone agroklimat tertentu. Komponen agroklimat yang dapat

digunakan adalah iklim, kedalaman air tanah, dan tinggi tempat di atas permukaan

laut.

5.2. Pemilihan Jenis Tanaman dan Bibit

5.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman

Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman industri/hortikultura yang akan

dikembangkan pada suatu daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, antara

lain:

1. Cocok dengan kondisi agroklimat setempat.

2. Sesuai dengan kondisi sosek pertanian

- tanaman tersebut disenangi petani;

- teknologinya mudah;

- tidak memerlukan masukan tinggi;

- sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja.

3. Tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat

4. mendukung usaha mengkonservasi tanah dan air.

Jenis-jenis tanaman industri / hortikultura yang sesuai dengan kondisi

agroklimat suatu daerah bisa dilihat pada Tabel 11.

5.2.2. Pemilihan bibit

Pemilihan bibit yang baik sangat menentukan keberhasilan usabatani. Karena

itu beberapa petunjuk berikut dapat dipakai sebagai pegangan dalam memilih bibit

tanaman yang baik.

1. Kelapa dalam

- Pilih bibit dari pohon yang berumur 15-30 tahun

- Produksi pohon induk 60 butir/pohon/tahun.

- Benih berasal dari buah tua (umur 12 bulan); berwrna coklat dan cukup

mengandung air.

- Bentuk buah bulat minimal berukuran 22 cm x 17 cm.

- Keadaan kulit buah baik, licin dan bebas dari serangn hama/penyakit

- Bobot buah minimal 1.5 kg dan daging buahnya tebaL

2. Pisang

- Bibit berasal dari belahan bonggol (bit).

- Berasal dari pohon sehat dan menjelang berbuah.

- Setiap bonggol dibagi mcnjadi 3-4 bit

- Sebelum ditanam bit direndam di dalam air panas lebih kurang 50oC selama 20

menit

- Bit disemai pada tempat yang teduh Iebih kurang 1.5 bulan.

- Jenis yang dianjurkan: Ambon, Raja , Kepok, Nangka, Badak dan Mas.

Tabel 11. Jenls tanaman lndustri/Hortikultura menurut syarat agroklimat yang diperlukan.

Jenis tanaman Altitude (m)

Iklim dan tinggi muka air tanah Ketahanan kekeringan

Golongan IPetai 0-1000 Abcd BaikKelapa 0- 700 abc –Babc BaikMelinjo 0-1000 abcd - B1 abc Tidak BaikDurian 0- 800 abcd - B1 abc BaikJengkol 0-1000 abcd- Bcd BaikSukun/Kluwih 0- 700 Abcd - B1 abc BaikAlpokad 0-1500 Abcd - Bbc- Cbc BaikAsam 0-1000 Abcd – Bbcd - Cbe BaikKedondong 0- 700 Abcd – Bbcd - Cbe BaikNangka 0-1000 Abcd – Bbcd - Cbe BaikMangga 0-1000 B2bcd – Cabc - Dabc BaikJambu Mete 0- 500 B2 bcd – Cbe BaikKapok 0- 800 Cabc- Dabc - Eabc Baik sekali

Golongan IIPisang 0-1000 Abcd – Babc - Cab BaikSirsak 0- 800 Abcd – Babc - Cabc BaikBlimbing manis 0- 500 Abcd - Babc - Cabc BaikJambu biji 0-1000 Abcd - Babcd - Cabc BaikPepaya 0-1000 Abcd - Babc - Cab - Dab Baik sekaliCeremai 0- 500 Abcd -Babc - Cabc - Dabc BaikJeruk manis 0-1000 Abcd - Bcd - Cbe -Dbe Baik sekaliSrikaya 0- 500 Bbcd - Cbe Baik

Golongan IIINenas 0-1200 Abcd-Babc-Cab BaikKapulogoTemu-temuan

Sumber: Terra 1949; Dirjen Perkebunan 1977, The Asia Foundation, 1987. Pembagian iklim menurut Mohr (1934): A1 = 12 BB dan O BK; A2 = < 12 BB dan 0 BK; B1 = < 12 BB dan 1 BK hingga 9- 10 BB dan 3 BK; B2 = < 9 BB dan 2 BK hingga 7-8 BB dan 4 BK; C = < 7 BB dan 4 BK hingga 5-6 BB dan 6 BK; D = < 5 BB dan 6 BK hingga 2-4 BB dan 8 BK; E =….; BB = Bulan basah, curah hujan 100 mm/bulan; BK = Bulan kering, curah hujan 60 mm/bulan; a = Kedalaman muka air tanah 50 cm ; b = Kedalaman muka air tanah 50-150 cm; c = kedalaman muka air tanah 150 - 200 cm ; d = kedalaman air tanah tidak terjangkau oleh akar pohon.

Bentuk buah yang baik Bentuk buah yang tidak untuk bibit memenuhi syarat untuk bibit 17 cm

22 cm

Gambar 3. Contoh bentuk BUAH kelapa untuk bibit yang baik.

Bonggol pisang menjelang Bonggol dibagi Bit yang terbentuk berbuah dibersihkan dari menjadi 3-4 bit akar-akarnya

Gambar 4. Tunas pada bonggol dan bibit yang terbentuk pada tanaman pinang

3. Pepaya.

- Pilih bibit dari tanaman sehat, buahnay besar dan panjang, lebat, dan berbuah

terus menerus.

- Buah dipilih yang sudah masak dan sehat

- Biji berasal dari 1/3 bagian, buah setelah jadi, kulit yang menyelimuti biji dibuang

- Biji diseleksi dengna jalan menrendam dalam air

- Bibji-biji yang tenggelam diplih sebagai bibit.

- Biji disemai dalam kantong plastik dengna media pasir dan pupuk kandang

dengan perbandingan 1:1 dan diberi naungan

- Setelah tumbuh daun keempat, bibit diseleksi lagi. Bibit dengna daun ke empat

yang berdaun segitiga dibuang, yang tetap dipertahankan adalah bibit dengan

daun kemepat yang agak menajri.

- Satu munggu sebelum ditanam di lapangan, naunngan dilepas.

- Bibit disemprot dengan KCl dosis 4 sendok makan/20 liter air

- Bibit ditanam di lapang 2 pohon/lubang

- Seleksi terakhir dilakukan dengan mempertahankan bibit berdaun menjari

berlekuk dalam, bibit berdaun menjari dnagkal dibuang.

- Seleksi terakhir dapat pla dilakukan dengan melihat bunga yang muncul pertama

kali pada umur empat bulan. Apabila bunga pertama betina, sebaiknya pohon

dibuang. Apabila bunga pertama jantan akan menghasilkan pohon sempurna

sehingga pohon ini yang tetap dipertahankan hidup.

biji jelek dibuang biji untuk bibit kulit biji

biji yg bagus biji

Biji diambil dari 1/3 Kulit pembungkus Seleksi benihbagian buah sebelah biji dikelupas dengan perendamantengah

Daun menjari berkeluh ke dalam menghasilkan Bunga ke 5 sempurnabuah sempurna, besar dan panjang (Hermaprodit) merupakan tanda pohon sempurna

Bunga ke 5 betina merupakan tanda pohon betina

Daun menjari berkeluh dangkal menghasilkan buah betina kecil dan bulat

Gambar 5. Seleksi benih dan bibit pada pepaya

5.2.3. Perbanyakan tanaman

A. Stek

1. Pilih cabang stek yang berdiameter sebesar jari kelingking (0.5 - 1.0 cm),

panjangnya 1 jengkal (15-20 cm) dan mengnadung banyak mata.

2. Pilih 3-5 mata yang sehat, potong miring bagian atas cabang dan potong rata

bagian bawah cabang. Panjang stek setelah dipotong 10-15 cm.

3. Hilangkan daun, kecuali satu daun pada ujung stek yang dipotong sebagian

4. Masukkan stek ke dalam hormon sedalam 2 cm, misalnya hormon Rootone.

5. Siapkan lubang-lubang sedalam 2/3 panjang stek pada media pembibitan. Jarak

tanam antar lubang 5-10 cm.

6. Tanam stek dalam lubang yang telah disediakan dengna kedudukan miring 45o.

7. Padatkan tanah di sekitar lubang agar kedudukan stek mantap.

8. Jagalah media pembibitan agar tetap lembab dan beri naungan.

B. Cangkok

1. Pilih cabang yang sehat dan kuat berdiameter 1-3 cm dari pohon induk unggul

(yang sudah berproduksi)

2. Kerat cabang/ranting di bawah kuncup daun sebanyak 2 keratan menggunakan

pisau yang tajam dan bersih, jarak antara keratan 5 cm.

3. Buang kulit cabang di antara dua keratan tersebut dan bersihkan lendir yang

menempel dengna menggunakan kertas yang telah dicelup dalam air garam;

setelah itu bersihkan dengna air bersih.

4. Bubuhkan hormon pada sayatan sebelah atas untuk memperbanyak akar.

5. Apabila bagian kayu sudah kering, tutup sayatan dengan tanah lembab yang

telah dicampur kompos lalu dibungkus dengan sabut kelapa yang sudah dibasahi.

6. Potong hasil cangkokan, apabila akar-akar serabut telah banyak yang muncul

(1.5 - 4.0 bulan), usahakan sisa batang di bawah cangkokan tidak terlalu panjang

agar tidak mengundang serangan rayap.

7. Pindahkan hasil cangkokan ke dalam keranjang pembibitan sebelum ditanam di

lapangan dan letakkan di tempat yang sudah teduh/naungan.

miring

10-15 cm rataan 2 cm 1-2 cm lubang stek pd media pembibitan

1/3

2/3

Stek mengandung hormon Stek ditanam dg sudut 45o

Gambar 6. Cara membuat dan penanaman untuk perbanyakan sistem stek

setelah 1.5 bulan

sabut kelapa

tempat pemberian hormon

tanah+kompos dipotong

Gambar 7. Cara pembuatan cangkokan pada tanaman pohon.

C. Rundukan

1. Pilih cabang yang berdekatan dengan permukaan tanah, lalu buatlah sayatan

seperti pada waktu membuat cangkokan

2. Bubuhkan hormon pada bagian atas sayatan, lalu lengkungkan cabang ke atas.

3. Timbun bagian sayatan dengan tanah yang dicampur dengna kompos/pupuk

kandang

4. Ikat cabang dengna tali dan kaitkan pada patok agar kedudukannya stabil, jaga

agar bumbunan tetap lembab.

5. Apabila akar sudah mulai ke luar (1.5 - 2 bulan), potong cabang sebelah bawah.

6. Biarkan hasil rundukan dalam bumbunan selama 1-2 minggu, lalu pindahkan ke

dalam pembibitan atau langsung ditanam di lapangan.

bagian yang ditimbun

dipotong jika sudah tumbuh

Gambar 8. Cara perbanyakan dengan merundukkan tanaman keras.

D. Susuan (sambung lengkung)

Dalam penyusuan, berbeda dengan cara perbanyakan lainnya, antara

batang bawah dan batang atas sama-sama masih hidup di media tumbuhnya masing-

masing. Pada dasarnya ada dua macam cara penyusuan yaitu batang bawah

diletakkan di atas tanah atau para-para (metode lama) dan batang bawah

digantungkan pada cabang entris (cabang atas). Pernyusuan cara ke dua ini lazim

disebut dengan "SUSUAN GANTUNG". Keunggulan dari susuan gantung adalah

memperkecil kerusakan susuan karena gerakan cabang entris oleh angin dapat diikuti

oleh batang bawah. Agar bebean tanah pada bedia batang bawah tidak terlalu berat,

maka dalam penyusuan gantung, tanah diganti dengan Moss atau Spagnum yang

lebih ringan dan bersifat menahan air (lembab).

Cara penyusuan:

1. Siapkan batang bawah yang berumur satu tahun, tingginya 45 cm dan besar

batangnya telah mencapai 0.5-1.0 cm. Masukkan batang bawah tersebut ke

dalam keranjang atau polibag. 2. Pilih batang atas yang diameternya sama atau

sedikit lebih kecil dari diameter batang bawah berasal dari pohon induk sepanjang

20-30 cm dari pucuk, kemudian disayat seperti batang bawah.

3. Pada waktu menempelkan sayatan batang bawah dan batang atas usahakan

kedua kambium (lapisan lendir) bertemu (Gambar 29)

4. Ikat tempelan dengna tali rafia dimulai dari bawah ke atas (seperti susunan

genteng) agar air tidak mudah masuk.

5. Apabila kedua cabang telah bersatu ( 2 bulan), pisahkan susuan (dari pohon

induk dari batang atas pohon yang disusukan) secara bertahap, dengna membuat

irisan dangkal yang semakin dalam semakin dalam.

6. Olesi luka dengan ter tanaman atau cat untuk menghindari infeksi. Tempatkan

hasil cucuan pada tempat yang teduh. Apabila pada masa ini muncul bunga,

hilangkan agar tidak memperlunak hasil susuan.

Sambung pucuk

1. Siapkan batang bawah yang berasal dari semaian biji berumur 2-6 bulan

2. Siapkan calon batang atas yang berupa pucuk batang yang ruas-ruasnya pendek

(tidak etiolasi) dari pohon yang kualitasnya baik, cabang kira-kira sebesar batang

bawah

3. Buanglah daun-daun pada calon batang atas, sisakan 1-2 helai daun paling

pucuk, lalu potong sebagian daun hingga tinggal 1/4 bagian.

4. Potong batang bawha pada ketinggian 10-20 cm dari leher akar atau bagian

batang yang berwarna kehijauan, kemudian dibelah dengna silet sedalam 1-2 cm.

5. Potong batang atas sepanjang 2-3 ruas (10 cm) kemudian iris menyerong pada

kedua sisi bagian pangkal sepanjang 1-2 cm.

6. Sisipkan potongan batang atas ke dalam celah pada batang bawah, usahakan

agar peletakan kedua batang tersebut tepat benar, dimana kedua sisi atau salah

satu sisi kambium batang adas dan batang bawah saling bertemu.

7. Ikat sambungna dengna tali rafia dari bawah ke atas.

8. Tutup batang atas dan bawah dengan kantong plastik bening lalu ikat di bawah

sambungan.

9. Calon bibit kemudian diletakkan di tempat yang teduh

10. Apabila telah muncul tunas baru (3-5 minggu), plastik dibuka

11. Lepaskan ikatan tali, apabila batang bawah pada sambungan telah membengkak.

BENAR

SALAH

Gambar 9. Potongan melintang perbanyakan metode susuan.

Gambar 10. Calon batang bawah dan batang atas

2.5 CM

10-20 cm 10 cm

Gambar 11. Cara mengiris batang abwah dan batang atas

SALAH

disungkup dg kantong plastik

BENAR

Gambar 12. Pelaksanaan penyambungan

Okulasi (Penempelan)

1. Siapkan batang bawah berupa tanaman hasil semaian dari biji yang berumur 1

tahun atau batang bawahnya sudah sebesar pinsil.

2. Usahakan agar di bawah ketinggian 30 cm tidak tumbuh cabang atau tunas;

pangkas tunas apabila tumbuh pada ketinggian tersebut

3. Siapkan mata tunas untuk ditempelkan, berasal dari cabang sehat, berumur 1

tahun, berwarna hijau kecoklatan dan berasal dari pohon induk berkualitas baik.

4. Potong cabang tersebut pada waktu pagi hari, sepanjang 20 cm ( 1 jengkal) dan

mengnadung 3-4 mata, buang semua daun yang terdapat pada cabang

5. Buat irisan eberbentuk huruf H pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah,

dengan irisan melintang selebar 1.5 cm pada batang bawah. Dari ujung-ujung

irisan tersebut buat irisan tegak lurus ke atas dan ke bawah masing-masing

sepanjang 2 cm. Kemudian dari irisan emelintang etersebut, byka kulit kayu ke

atas dan ke bawah sehingga terbentuk dua buah lidah.

6. Ambil mata pada cabang yang telah disiapkan dengna jalan membuat sayatan

sepanjang 3 cm dan lebar 1 cm, usahakan letak mata tunas berada di tengah-

tengah irisan.

7. Pegang tepi sayatan dengna hati-hati, usahakan mata tunas tidak berlubang atau

rusak di bagian dalam yang berkambium (lapisan berlendir0 tidak terpegang.

8. Bukalah kedua lidah pada batang pokok, lalu tempelkan irisan mata yang telah

diperoleh. Tutup luka pada batang dengna lilin, kemudian ikat tempelan tersebut

dengna tali rafia mulai dari bawah ke atas.

9. Bukalah ikatan setelah 2-3 minggu dan periksalah mata tunasnya. Keberhasilan

tempelan ditandai dengna mata tunas berwarna hijau segar.

10. Apabila penempelan berhasil, potonglah batang pokok 10 cm dengna

menyisakan 2-3 helai daun, usahakan agar tunas hasil tempelan tumbuh lurus

dengan cara mengikatnya pada batang pokok.

11. Jika tunas telah tumbuh setinggi 30 cm, potong batang pokok pada ekretinggian 1

cm di atas tempelan.

Tabel 12. Keberhasilan model perbanyakan pada beberapa jenis tanaman (%)

Jenis tanaman Model perbanyakan tanaman: Cangkok Okulasi Sambung

pucukSusuan

Durian 0 - 2 20-60 20-60 60-100Rambutan 30-70 30-70 - 60-100Mangga 30-70 40-70 60-90 60-100Alpokad - 40-60 50-80 70-100Belimbing 0 - 2 40-60 60-90 60-100Jambu biji 80-100 40-70 40-80 70-100Sawo 20- 60 - 70-80 70-100Sukun 60-100 - - - Manggis 0 - 2 0 40-60 40- 80Duku 0 -20 0-10 40-60 40- 80Lengkeng 30-70 - - -

Gambar 14. Penyiapan batang bawah

20 cm

Gambar 15. Cara memotong cabang/mata tunas untuk okulasi

20 cm

Gambar 16. Cara megiris tempat okulasi pada batang bawah

30 cm 30 cm

Gambar 17. Cara menyayat mata tunas.

Gambar 18. Cara menempelkan mata tunas.

10 cm

Gambar 19. Cara pemeliharaan tunas.

(Koleksi : soemarno agustus 2009)