Teknologi Hidroponik Sawi Menggunakan DFT

27
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/270105961 Teknologi Hidroponik untuk Tanaman Sawi Menggunakan Metode DFT TECHNICAL REPORT · DECEMBER 2014 DOI: 10.13140/2.1.4745.6326 READS 10,078 15 AUTHORS, INCLUDING: Avicienna Ulhaq Bogor Agricultural University 3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE Available from: Avicienna Ulhaq Retrieved on: 26 December 2015

Transcript of Teknologi Hidroponik Sawi Menggunakan DFT

Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:http://www.researchgate.net/publication/270105961

TeknologiHidroponikuntukTanamanSawiMenggunakanMetodeDFT

TECHNICALREPORT·DECEMBER2014

DOI:10.13140/2.1.4745.6326

READS

10,078

15AUTHORS,INCLUDING:

AviciennaUlhaq

BogorAgriculturalUniversity

3PUBLICATIONS0CITATIONS

SEEPROFILE

Availablefrom:AviciennaUlhaq

Retrievedon:26December2015

1

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROPONIK

BUDIDAYA SAWI

Oleh:

Devi Phina F14100117 Azmi Syahrian Zehn F14110095

Davin Pradana F14110020 Norisa Adhi Tina F14110097

Rizal Erwin S F14110044 Fahmi Faizal F14110098

Rusnaldi F14110045 Lois Marihot F14110101

Gerry andryana K F14110064 Wahyudi Rahari F14110105

Prakoso Ari Wibowo F14110068 Avicienna Ul-haq M F14110108

Jantammy R. M F14110080 Faturrahman N F14110128

Antoni Wijaya F14110084

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PEMBAGIAN TUGAS 1

PENDAHULUAN 2

Latar Belakang 2

Tujuan 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan 9

Tata Letak 9

Rona Lingkungan 10

Alat dan Bahan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

SIMPULAN DAN SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

DAFTAR TABEL

1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok 1

2 Pengukuran parameter pertumbuhan dan nutrisi hidroponik 13

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi rangkaian zig zag 4

2 Laboratorium greenhouse pengamatan 9

3 Denah tata letak budidaya hidroponik 9

4 Grafik perkembangan tinggi tanaman 13

5 Grafik perkembangan jumlah daun pada tanaman 14

6 Grafik perubahan PH pada nutrisi 14

7 Grafik Perubahan EC 14

8 Sampel nomor 7 setelah panen 18

9 Sampel nomor 8 setelah panen 18

10 Sampel nomor 3 setelah panen 19

11 Sampel nomor 9 setelah panen 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data lengkap pengukuran parameter hidroponik 18

1

Pembagian Tugas untuk Laporan Teknologi Greenhouse dan Hidroponik

Tabel 1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok

No. Tugas Penanggung Jawab

1 Menyusun Pendahuluan

1.1 Latar belakang

1.2 Tujuan

1.3 Tinjauan Pustaka

i) Mengenai budidaya menggunakan

teknologi hidroponik khususnya

menggunakan deep flow

technique.

ii) Pembibitan sawi.

iii) Mengenai budi daya sawi

iv) Mengenai nutrisi (Larutan AB)

dan cara menurunkan dan

meningkatkan PH.

(1.1) Norisa Adhi Tina (F14110097)

(1.2) Rusnaldi (F14110045)

(1.3.i) Fahmi Faizal (F14110098)

(1.3.ii) Faturrahman N. (F14110128)

(1.3.iii) Prakoso A.W. (F14110068)

(1.3.iv) Avicienna U. M. (F14110108)

2 Metodologi (Jika memungkinkan sertakan

gambar)

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

2.2 Tata Letak Budidaya

2.3 Rona lingkungan (iklim, topografi,

dan ketersediaan air)

2.4 Alat dan Bahan (meliputigreenhouse

dan alat-alat yang digunakan

sepanjang praktikum)

2.5 Metode/Prosedur

i) Persiapan

Prosedur pembibitan

Pemeliharaan bibit

Pengukuran

ii) Pelakasanaan (Hidroponik)

iii) Pemeliharaan (Hidroponik)

iv) Pengukuran parameter-parameter

di hidroponik

(2.1) Davin Pradana (F14110020)

(2.2) Azmi Syahrian Zehn (F14110095)

(2.3) Jantammy R.M. (F14110080)

(2.4) Rizal Erwin S. (F14110044)

(2.5.i) & (2.5.ii) Wahyudi R. (F14110105)

(2.5 iii) & (2.5.iv) Devi P. (F14100117)

3 Hasil, Pembahasan, Kesimpulan, Daftar

Pustaka

3.1 Kompilasi data

3.2 Pengolahan data

3.3 Pembahasan/evaluasi data

(dasar pembahasan/evaluasi didapat

dari bab-bab diatasnya, seperti

tinjauan pustaka dan metodologi,

tajam untuk menjawab tujuan)

3.4 Kesimpulan

(disusun berdasarkan pembahasan

dalam jawaban dari tujuan)

3.5 Daftar Pustaka

(3.1; 3.2; 3.3) Lois Marihot (F14110101)

(3.3; 3.4; 3.5) Antoni Wijaya (F14110084)

(3.3; 3.4; 3.5) Gerry A. K. (F14110064)

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar

maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang

mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi

hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso,

caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok

pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.

Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur

(untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok

alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya

lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok

(pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai

dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan

pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,

memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.

Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak,

karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Sawi bukan

tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. karena Indonesia mempunyai

kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di

Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas

maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun

dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih

baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari

ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.

Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian

100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan,

sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya

tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam

dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang

menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir

musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,

banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat

kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6

sampai pH 7.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih

yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan

benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi

berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.

Warna kulit benih coklat kehitaman.

Budidaya caisim dapat dilakukan dengan cara konvensional ataupun

dengan cara organik dengan menggunakan sistem hidroponik. Budidaya

3

hidroponik dilakukan untuk dapat menghasilkan produk caisim yang bebas

pestisida serta fisik produk yang baik karena terlindungi dan ternaungi oleh

tutupan greenhouse. Budidaya caisim dilakukan karena merupakan salah satu

sayuran daun yang digemari pasar sehingga sampai sekarang ini terus dilakukan

perkembangan proses pembudidayaan caisim agar dihasilkan produk yang baik,

dan bermutu tinggi hingga menyebabkan naiknya nilai jual produk caisim

dipasaran. Salah satu proses pembelajaran budidaya caisim dilakukan dengan

skala kecil untuk dapat mengamati pola tumbuh caisim, kebutuhan nutrisi, dan

lingkungan optimum untuk caisim di dalam ruangan greenhouse.

Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan budidaya caisim dengan sistem hidroponik

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses penyemaian benih caisim menggunakan media

arang sekam.

2. Mengetahui dan memahami bagaimana budidaya caisim menggunakan

sistem hidroponik.

3. Untuk mempelajari dan memahami cara budidaya tanaman sawi

mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

4. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas hasil budidaya tanaman sawi

mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

5. Memahami proses pertumbuhan dan kebutuhan pertumbuhan caisim

mulai awal pembibitan hingga panen.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Deep Flow Technique

Sistem Hidroponik Deep Flow Technique merupakan metode budidaya

tanaman hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang

dalam. Kedalaman lapisan berkisar antara 4-6 cm. prinsip kerja system hidroponik

DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus menerus selama

24 jam. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai system hidroponik tertutup.

Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan pada budidaya tanaman

daun dansayuran buah (Chadirin, 2007)

Pada teknik DFT system pipa, aliran nutrisi dengan kedalaman 2-3 cm

mengalir pada pipa PVC berdiamaeter 10 cm dan pada pipa tersebut dikletakkan

tanaman dalam pot plastic, sehingga tanaman akan menerima nutisi yang mengalir

tersebut. Pot plastic tersebut mengandung material seperti arang sekam sebagai

tumpuan akar dan bagian bawah dari material tersebut menyentuh larutan nutrisi

yang mengalir. Pipa PVC dapat dirangkai dalam satu bidang atau zig zag,

tergantung pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Sistem rangkaian pipa zigzag

lebih memanfaatkan tempat secara efisien, namun hanya dpat dipraktikan pada

tanaman yang mempunyai dengan tinggi tanaman yang rendah. Sedangkan system

rangkaian satu bidang dapat dipraktikkan pada tanaman yang tinggi atau rendah.

(Ruaf-asia Foundation, 2010)

Gambar 1 Ilustrasi Rangkaian system zig zag pada DFT (Ruaf-asia

Foundation, 2010)

Tanaman diletakkan dalam pot plastik dan diletakkan secara tepat pada

lubang yang telah dibuat disepanjang pipa pvc. Pot plastic tersebut dilubangi

pada bagian bawah dan samping, sebagai penyerapan nutrisi. Pipa PVC dipasang

pada slop 1 inch per 30-40, untuk membuat aliran nutrisi mengalir. Aerasi nutrisi

terjadi pada saat larutan kembali ke tangki larutan (Solution Tank). (Ruaf-asia

Foundation, 2010)

5

Pembibitan Sawi

Ada 2 cara pembibitan tanaman sawi. Cara pertama, benih di semai di

bedengan yang berukuran kecil 0.5 x 1 m² atau luas ukuran sesuai dengan

kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai di wadah plastik dengan luas ukuran

wadah sesuai kebutuhan bibit (dapat dibeli ditoko). Benih merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan

tanaman yang tumbuh dengan bagus. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.

Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat

kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,

seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu

dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih

harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.

Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus

memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai

benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan

benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan

dilakukan misalnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan

lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama ± 2 jam.

Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang

tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara merata diatas

bedeng persemaian dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang

1:1, (media tanam) setebal ± 7 cm. Benih yang telah disebar disiram sampai

basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari.

Sebaiknya bedeng persemaian diberi naungan. Bila bibit sudah berumur 2-3

minggu setelah disemai, bibit tersebut sudah siap untuk ditanam. Perlakuan yang

sama pula dilakukan jika benih disemai di wadah plastik. Wadah tersebut

diteduhkan di rumah persemaian sampai bibit berumur 2-3 minggu. Bibit tersebut

sudah siap untuk ditanam.

Budidaya Sawi Konvensional Menggunakan Tanah sebagai Perbandingan

Teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan adalah benih,

pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan.Tahap benih

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik

akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi

untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Apabila benih yang kita

gunakan dari hasil penanaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu,

misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70

hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang

lain lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

Tahap kedua adalah pengolahan tanah. Secara umum tahap ini adalah

penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu

pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara serta

pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan

menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak

6

digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan

yang tumbuh. Selain itu lahan harus bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman

sawi membutuhkan cahaya matahari langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang

dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk

penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10

ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan

bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai

pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan

jauh hari sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu

sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah

yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan

adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

Tahap ketiga adalah pembibitan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan

dengan pengolahan tanah untuk penanaman agar benih dapat lebih cepat

beradaptasi terhadap lingkungannya. Ukuran bedengan pembibitan adalah lebar

80-120 cm, panjang 1-3 meter, dan tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu

sebelum benih ditabur ke lahan, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk

kandang terlebih dahulu lalu ditambah pupuk 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5

gram KCl. Cara melakukan pembibitan adalah: benih ditabur, lalu ditutupi tanah

setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih

akan tumbuh, setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan

ke bedengan.

Tahap keempat adalah penanaman. Seminggu sebelum penanaman

dilakukan, pemberian pupuk terlebih dahulu, yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP

100 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Jarak tanam dalam bedengan adalah 40 x 40 cm, 30 x 30

cm, dan 20 x 20 cm. Bibit dipindahkan dengan hati-hati. Tahap terakhir adalah

pemeliharaan. Pemeliharaan adalah hal yang penting dalam budidaya tanaman.

Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Hal yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, dan

pemupukan. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman, penyulaman

ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru, biasanya

penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman disesuaikan dengan

kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman, dan pemupukan tambahan

diberikan setelah 3 minggu tanam (Margiyanto 2008).

Hal Penting dalam Budidaya Sawi

Dalam budidaya tanaman sawi, unsur hara (nutrisi) dan kondisi iklim

mikro merupakan hal yang sangat berpengaruh. Unsur hara yang tersedia cukup

akan diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sedangkan iklim berkaitan

dengan faktor di luar tanaman dalam mendukung pertumbuhannya. Untuk itu

harus diketahui sifat-sifat tanaman terkait dengan iklim yang sesuai dengan

pertumbuhannya. Tanaman sawi lebih sesuai jika ditanam di dataran tinggi

dengan intensitas sinar matahari yang cukup, karena selama pertumbuhannya

tanaman sawi memerlukan suhu yang rendah hingga hangat (22 - 33 °C), suhu

tanah pada kisaran 7 - 28 ℃, dan kelembaban lingkungan ± 75 % . Kualitas

7

penyinaran dengan sinar matahari merupakan faktor utama di dalam pertumbuhan

optimal tanaman sawi (Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso 2014).

Sawi mulai dipanen setelah tanaman berumur 45-50 hari. Panen dilakukan

dengan cara mencabut atau memotong pangkal batang. Bila panen terlambat dapat

menyebabkan tanaman cepat berbunga. Sawi yang baru dipanen ditempatkan di

tempat yang teduh, agar tidak cepat layu. Untuk mempertahankan kesegaran

sayuran ini perlu diberi air dengan cara dipercik (Rieuwpassa 2011).

Larutan Hara

Menurut Jensen (1997), larutan hara tanaman merupakan bahan-bahanyang

diserap oleh tanaman dan berisi satu atau lebih unsur esensial yangdiperlukan oleh

tanaman. Syarat yang harus dipenuhi oleh unsur esensial sebagaihara tanaman

adalah 1) kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanamantidak dapat

melengkapi pertumbuhan vegetatif maupun generatif dalam siklushidupnya, 2)

unsur tersebut secara langsung terlibat sebagai hara tanaman.

Tanaman dapat berkembang dengan baik dalam larutan garam

nutrisisebagai pengganti tanah dimana tanaman menerima oksigen dan semua

komponenmineral penting dalam komposisi yang tidak meracuni.Terdapat 16

elemenpenting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tigabelas unsur fungsional diperoleh tanaman dalam tanah antara lain nitrogen

(N),fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S).

unsurunsur tersebut diperlukan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur

haramakro. Unsur besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron

(Bo),molibdenum (Mo), dan klor (CI) digunakan dalam jumlah sedikit

sehinggadisebut unsur hara mikro. Unsur-unsur lain seperti karbon (C) dan

oksigen (0)diperoleh langsung dari udara dan hidrogen (H) diperoleh baik

langsung maupuntidak langsung dari dalam tanah (Soepardi, 1983). Menurut Resh

(1998) dalambudi daya hidroponik diperlukan 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca,

Mg dan S) dan7 unsur hara mikro (Fe, CI, Mn, Cu, Zn, B dan Mo) untuk

mendukungpertumbuhan tanaman.

Parameter yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman, salahsatunya

adalah pH. Menurut Diatloff (1999) pH merupakan kepanjangan

daripadahydrogenii (potensial hidrogen) yaitu nilai (dari 1 sampai 14) yang

menunjukkanreaksi asam atau basa dari suatu larutan. Larutan hara budi daya

hidroponik seladabiasanya dipertahankan antara pH 5.6-6.0 (Morgan 1999).

Tetapi sebagian besarbudi daya tanaman hidroponik, larutan dipertahankan

konstan pada kisaran pH 5.5-6.5 dengan menambah larutan asam atau basa

(Adam, et al., 1995). Tinggirendahnya nilai pH akan mempengaruhi ketersediaan

beberapa mineral yangdiperlukan oleh tanaman. Tingkat keasaman larutan hara

mudah berubali karenaketidakseimbangan antara anion dan kation yang diserap

oleh tanaman (Harjadi,1989). Nilai pH dan Menurut Suhardiyanto (2010), harus

diupayakan bertahan pada nilai sekitaran 5.5 – 6.5 menyesuaikan dengan tanaman

8

yang dibudidayakan. Penurunan dan peningkatan pH dapat dilakukan dengan

menambah senyawa asam – basa seperti HNO3, H3PO4, atau H2SO4untuk asam

dan senyawa KOH untuk basa.

Parameter kedua yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman adalah

konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) yang juga dikenalsebagai faktor

konduktivitas (CF, Conductivity factor) atau Daya Hantar Listrik(DHL) yaitu

pengukur kadar garam dalam larutan hara. Konduktivitas listrikmemberi indikasi

mengenai nutrisi yang terkandung pada larutan dan yangdiserap oleh akar.

Larutan yang kaya nutrisi akan mempunyai konduktivitas listrikyang lebih besar

daripada larutan yang mempunyai sedikit ion-ion garam. NilaiEC tergantung dari

jenis-jenis ion yang terkandung di dalam larutan nutrisi,konsentrasi ion, dan suhu

larutan (Morgan 2000b). Tingkat EC yang digunakan dalam hidroponik tanaman

daun seperti seladayang ditanam di dataran rendah adalah 0.5-2.5 mS.cm-3. Total

konsentrasi elemendalam larutan nutrisi antara 1000-1500 ppm (Morgan 1999).

Pada penelitian Nurfinayati (2004), menyatakan bahwaselada masih bisa tumbuh

baik sampai EC 1 550 µS.cm-1.

9

Hydroponic kit 1

Rakit

apung

Airoponic 1

Airoponic 2

Hydroponic kit 2

Sistem budidaya

kelompok 1

U

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum matakuliah Teknologi Greenhouse dan Hidroponik dilakukan

setiap 1 minggu sekali. Pengamatan pada tanaman dilakukan setiap hari. Waktu

pengamatan dimulai pada tanggal 11 November 2014 s/d bulan 16 Desember

2014. Tempat pengamatan laboratorium Greenhouse “Siswadhi

Soepardjo”Departemen Teknik Mesin dan BiosistemFakultas Teknologi Pertanian

(Gambar 2).

Gambar 2 Laboratorium greenhouse pengamatan, Leuwikopo

Tata Letak

Gambar 3 Denah tata letak budidaya hidroponik

10

Budidaya kelompok kami menggunakan hidroponic kit dengan sistem deep flow

nutrition. Letak dari hidroponic kit di sebelah selatan dekat dengan pintu keluar. Di dalam

greenhouse bagian selatan terdapat saluran air dan listrik. Hidroponic kit membutuhkan

asupan daya listrik untuk menggerakkan pompa sehingga letak yang dekat dengan sumber

listrik dianjurkan. Apabila terlalu jauh dapat menggunakan kabel terminal. Cahaya untuk

tanaman selalu tersedia karena bangunan greenohouse yang memanjang dari arah utara ke

selatan sedangkan arah datangnya cahaya matahari dari timur ke barat. Tanaman akan

mendapatkan cahaya yang cukup dari pagi sampai sore. Bangunan greenhouse yang

dindingnya terbuat dari kasa atau kawat akan mempermudah aliran angin untuk

menurunkan suhu di dalam greenhouse. Hidroponic kit yang terletak di tengah sebelah

belakang akan mengalami pertukaran udara dengan baik.

Rona Lingkungan

Lokasi pembangunan greenhouse terletak di Leuwikopo, Bogor. dengan

koordinat 6°33'52"LS 106°43'31"BT. Secara umum Bogor terletak pada

ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan

suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 °C dan kelembaban udaranya

kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 °C, paling sering

terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh

angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat.

Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0–15% dan sebagian kecil

daerahnya mempunyai kemiringan antara 15–30%. Jenis tanah hampir di seluruh

wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih

dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi.

Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya

akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air

masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap

air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di

kota ini dalam setahun (70%).

Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

a. Greenhouse

b. EC(Electrical Conductivity

c. PH meter

d. Penggaris

e. Saluran pipa

f. Pompa

g. Gelas plastik

h. Bibit sawi

i. Arang sekam

j. Larutan nutrisi A dan B

11

Prosedur

1. Persiapan Hidroponik

Pembersihan benih

Perhitungan jumlah awal benih

Persiapan media tanam

Penyebaran benih di media tanam

Peletakkaan benih di greenhouse

Penyiraman benih

Peletakkan kode sampel pada bibit

Pengambilan data (tinggi, jumlah

daun dan dokumentasi)

Pengamatan

Benih sawi

Bibit sawi

12

2. Pelaksanaan Hidoroponik

a. Pemindahan tanaman sawi ke dalam dipflow tehnique paralon

Pembersihan perlengkapan dipflow tehnique paralon

Pengecekan Fungsional alat

Persiapan media tanam hidroponik :

1. Gelas plastik sebanyak 65-70

buah (dinding berpori)

2. Arang sekam

Pemasukan arang ke gelas media

tanam (3/4 tingginya)

Penyiraman

Penyiraman benih

Peletakkan bibit sawi ke dalam

media tanam gelas

Peletakkan media tanam ke dalam

plot Dipflow Tehnique Paralon

Pengamatan

Bibit sawi

A

13

b. Pemberian larutan nutrisi

Pengisian air ke dalam wadah penyedia air

Pemberian air pada pipa plot tanaman

Pengaturan kemiringan aliran air

pada pipa agar seragam

Pemberian 100 ml larutan AB mix ke dalam wadah

larutan nutrisi

Pengaturan pH (5.5-6.5), EC (±1000)

Larutan AB mix

A

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran Parameter Pertumbuhan dan Nutrisi Hidroponik

Tanggal Tinggi Rata-rata

Tanaman (cm)

Jumlah Daun

Rata-rata

Electrical

Conductivity (μC) PH

11/11/2014 3.75 3 1013 7.3

12/11/2014 4.35 4 1212 7.5

13/11/2014 5.07 4 1247 7.6

14/11/2014 5.43 4 1276 7.2

15/11/2014 5.54 4 1037 8

16/11/2014 5.88 4 1108 7.5

17/11/2014 6.26 4 1127 7.4

18/11/2014 6.93 5 1389 7.5

19/11/2014 7.94 5 2017 7

20/11/2014 8.19 5 1023 7.1

21/11/2014 8.39 5 1145 7.4

22/11/2014 8.84 5 1042 7.4

23/11/2014 8.86 5 1174 7.3

24/11/2014 9.53 6 1176 7

25/11/2014 10.53 6 1190 7.2

26/11/2014 12.39 6 1183 6

27/11/2014 12.95 6 1197 6.9

28/11/2014 13.36 6 1171 7.3

29/11/2014 13.88 6 1189 6.8

30/11/2014 15.18 6 1160 6.9

01/12/2014 16.17 7 1162 7

02/12/2014 17.65 7 1158 6.9

03/12/2014 18.72 7 1154 7

04/12/2014 18.99 7 1144 7.4

05/12/2014 19.84 7 1166 7.2

06/12/2014 20.65 7 1189 6.9

07/12/2014 21.37 7 1136 6.9

08/12/2014 23.27 7 1100 7.66

09/12/2014 24.2 8 1073 7.68

10/12/2014 25.85 8 1046 7.7

11/12/2014 26.5 8 1046 7.605

12/12/2014 27.15 9 1046 7.51

13/12/2014 28.07 9 1105 7.65

14/12/2014 29.69 10 1164 7.79

15/12/2014 30.44 10 1084 7.595

16/12/2014 31.51 10 1004 7.4

Tabel 2Pengukuran parameter pertumbuhan dan nutrisi hidroponiksetiap hari

(data pengukuran lengkap ada pada lampiran 1)

15

Gambar 4 Grafik perkembangan tinggi tanaman hidroponik setiap hari

Gambar 5 Grafik perkembangan jumlah daun tanaman di hidroponik setiap hari

Gambar 6 Grafik perubahan PH pada nutrisi pada hidroponik setiap hari

0

5

10

15

20

25

30

35

11

/11

/20

14

13

/11

/20

14

15

/11

/20

14

17

/11

/20

14

19

/11

/20

14

21

/11

/20

14

23

/11

/20

14

25

/11

/20

14

27

/11

/20

14

29

/11

/20

14

01

/12

/20

14

03

/12

/20

14

05

/12

/20

14

07

/12

/20

14

09

/12

/20

14

11

/12

/20

14

13

/12

/20

14

15

/12

/20

14

0

2

4

6

8

10

12

11

/11

/20

14

13

/11

/20

14

15

/11

/20

14

17

/11

/20

14

19

/11

/20

14

21

/11

/20

14

23

/11

/20

14

25

/11

/20

14

27

/11

/20

14

29

/11

/20

14

01

/12

/20

14

03

/12

/20

14

05

/12

/20

14

07

/12

/20

14

09

/12

/20

14

11

/12

/20

14

13

/12

/20

14

15

/12

/20

14

0

500

1000

1500

2000

2500

11

/11

/20

14

13

/11

/20

14

15

/11

/20

14

17

/11

/20

14

19

/11

/20

14

21

/11

/20

14

23

/11

/20

14

25

/11

/20

14

27

/11

/20

14

29

/11

/20

14

01

/12

/20

14

03

/12

/20

14

05

/12

/20

14

07

/12

/20

14

09

/12

/20

14

11

/12

/20

14

13

/12

/20

14

15

/12

/20

14

16

Gambar 7 Grafik perubahan EC pada nutrisi hidropinik setiap hari

Tabel 2 Bobot semua sampel tanaman setelah dipanen

No.

Sampel

Bobot Tanaman dan

Gelas

Bobot

Gelas

Bobot

Tanaman

1 32.18 2.92 29.26

2 8.1 2.93 5.17

3 55.75 2.96 52.79

4 38.05 2.76 35.29

5 25.95 2.83 23.12

6 17.55 2.77 14.78

7 84.83 2.79 82.04

8 38.17 2.77 35.4

9 39.65 (tidak pakai

gelas) 39.65

10 13.4 2.75 10.65

Tabel 3 Bobot semua tanaman setelah dipanen

Parameter nilai(g)

Bobot Bahan + Nampan 3280

Bobot Nampan 820

Bobot Bahan 2460

0

500

1000

1500

2000

2500

11

/11

/20

14

13

/11

/20

14

15

/11

/20

14

17

/11

/20

14

19

/11

/20

14

21

/11

/20

14

23

/11

/20

14

25

/11

/20

14

27

/11

/20

14

29

/11

/20

14

01

/12

/20

14

03

/12

/20

14

05

/12

/20

14

07

/12

/20

14

09

/12

/20

14

11

/12

/20

14

13

/12

/20

14

15

/12

/20

14

17

PEMBAHASAN

Berdasarkan Gambar 4, terlihat pertumbuhan tanaman yang memiliki tren

meningkat secara linier. Namun pada data pengamatan tanggal 20 November

2014, grafik jatuh pada titik nol karena tidak ada pengukuran pada hari tersebut.

Hal yang sama juga ditunjukan pada Gambar 5 dimana jumlah rata-rata daun

cenderung meningkat mendekati angka 6. Pada Gambar 6, nilai pH larutan nutrisi

mayoritas di atas nilai 7 sehingga larutan terlalu basa. Hal ini masih di atas nilai

pH optimum yang yang berkisar antara5.5 – 6.5 (Suhardiyanto 2010). Pada

Gambar 7 terjadi peningkatan EC yang mencapai nilai 2017 pada hari Kamis

tanggal 19 November 2014 karena penambahan larutan AB yang mencapai 1 liter.

Pertumbuhan sawi yang meningkat setiap hari bisa disebabkan oleh

ketersediaan larutan nutrisi yang selalu mengalir, suhu lingkungan yang berada

dalam kisaran suhu yang rendah hingga hangat (26 0C) sesuai dengan

Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso (2014), dan kelembaban udara yang

cukup (70 %) tinggi pada rona lingkungan. Nilai EC yang didapat pada

pengamatan berada di atas 1 000 µS.cm-1 . Hal ini masih sesuai dengan literatur

yang dikemukakan Morgan (1999) dimana nilai ideal berkisar antara 1 000

sampai 1 500 µS.cm-1.

Perubahan nilai EC yang bisa meningkat disebabkan karena jumlah larutan

garam terlarut meningkat seiring penyerapan hara oleh tanaman. Jumlah ion yang

diserap bergantung kebutuhan unsur oleh tanaman yang dibudidayakan. Pada

tanaman yang dibudidayakan untuk diambil daunnya, unsur K untuk

perkembangan daun menjadi yang utama, sehingga pada larutan nutrisi yang ada

dalam tangki, jumlah ion K akan bekurang. Jumlah air yang ada dalam tangki

nutrisi juga mengalami pengurangan karena ada air yang terserap oleh tanaman.

Jumlah potasium berpengaruh pada jumlah daun yang setiap hari

meningkat karena salah satu fungsi potasium adalah perannya pada pertumbuhan

daun. Bila dilihat pada Lampiran 1, sebaran pertumbuhan pada sampel tidak

merata terlihat dari tinggi tanaman yang berbeda jauh, misalnya pada sampel

nomor 2 dengan nomor 3.

Proses pemanenan dilakukan pada umur 36 hst yaitu pada tanggal 16

Desember 2014. Berdasarkan Tabel 3, distribusi sebaran massa sampel pada

talang yang berada di atas memiliki bobot yang besar misalnya sampel 7, 8, 3, dan

9. Namun ada juga individu yang posisinya berada di talang bagian atas tetapi

bobotnya tidak terlalu besar seperti pada sampel 6. Nilai bobot sawi secara

keseluruhan 3280 g. Bila bobot total tersebut dibagi total individu saat panen yang

berjumlah 63 buah maka bobot rata-rata per individu sebesar 52 g per individu.

Nilai ini masih lebih kecil dari potensi bobot maksimum sawi yang mencapai 400

g per individu (Soenaryono 1983). Hal ini disebabkan karena sawi dipanen lebih

cepat yaitu baru 36 hst sedangkan umur panen sawi adalah 45-50 tergantun

varietasnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan dalam larutan

nutrisi yang tidak diukur menganai kandungan ion yang mendukung pertumbuhan

vegetatif dari tanaman sawi dan hanya mengukur nilai EC saja.

Kekerdilan yang terjadi pada beberapa sampel tanaman juga disebabkan

oleh distribusi ketinggian dari air larutan yang berpengaruh pada pertumbuhan

18

akar pada awal penanaman. Beberapa sampel pada minggu ke 3 masih memiliki

akar yang belum mampu menjangkau air karena ketinggian air pada beberapa

tingkatan talang tidak terlalu tinggi sesuai literatur yaitu sekitar 6 cm. Gambar

mengenai keadaan beberapa sampel tanaman saat panen bisa dilihat pada Gambar

8,9,10, dan 11.

Gambar 8 Sampel nomor 8 setelah panen

Gambar 9 Sampel nomor 7 setelah panen

19

Gambar 10 Sampel nomor 5 setelah panen

Gambar 11 Sampel nomor 9 setelah panen

20

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sistem hidroponik deep flow technique merupakan salah satu teknik

hidroponik yang menggunakan aliran air pada akar. Kualitas dan kuantitas

tanaman pada sistem hidroponik ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

kelembaban udara, suhu lingkungan, keberadaan larutan nutrisi, ketersedian

kandungan larutan nutrisi (nilai EC), pH larutan nutrisi, dan sebagainya. Nilai EC,

suhu lingkungan dan kelembaban pada pengamatan sudah sesuai literatur. Nilai

pH pada pengamatan belum sesuai dengan literatur. Bobot per individu saat panen

sawi pada praktikum ini belum memenuhi standar literatur yang ditetapkan karena

faktor panen yang terlalu cepat, larutan nutrisi, dan tinggi aliran pada awal tanam.

Saran

Perlu adanya pembagian jadwal yang lebih ketat mengenai pengamatan

dan perbaikan infrastruktur pendukung dalam pengamatan. Perlu penambahan

bahan kimia pada larutan nutrisi untuk menurunkan pH. Perlu kalibrasi penentuan

tinggi dari media tanam dan aliran yang sesuai dengan pemanjangan akar pada

awal masa tanam.

21

DAFTAR PUSTAKA

Adam CR., Bamford, KM and Early, KM. 1995. Principle of Horticulture.

Butterworth Heinemang. London. 278 p.

Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah

Departemen Teknik Pertanian, IPB.

Diatloff E. 1998. pH-what does it really mean? Practical hydroponics

&Greenhouse-International Trade Directory 1998-1999:148-151.

Harjad, SS. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian.

IPB. Bogor. hal506

Jensen M. H. 1997. Hydroponics. Hort.Science 32(6) :1018- 1020.

Morgan L. 1999. Hydroponic Lettuce Production. Casper Publ. Pty Ltd.

Narrabeen. lllp.

Morgan, L. 2000b. The pH Factor In Hydroponics, p.47-51. In Amy Knutson

(ed). The Best of The Growing Edge. New Moon Publ. Inc. Corvallis.

Nurfinayati. 2004. Pemanfaatan berulang larutan nutrisi pada budidaya selada

(Lactuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST).

Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. IPB.

Resh HM. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co.

Santa Barbara. 527p.

Ruaf-asia Foundation, 2010. Hydroponics. Departement of Agriculture, Ministry

of Agriculture

Priyowidodo, Titis. 2014. Cara Budidaya Caisim Organik.

http://alamtani.com/budidaya-caisim-organik.html [tanggal unduh 23

November 2014)

Rieuwpassa, Alexander J. Teknologi budidaya sawi [internet]. [diunduh tahun

2014 nov 24]. Tersedia pada:

http://maluku.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&

view=article&id=289:teknologi-budidaya-sawi&catid=15:benih

Maspary. 2014. Cara tepat menanam sawi dan caisim [Internet]. [diunduh tahun

2014 nov 24]. Tersedia pada:

http://www.gerbangpertanian.com/2014/09/cara-tepat-menanam-sawi-dan-

caisim.html

Edi S dan Bobohoe J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.

Margiyanto E. 2008. Budidaya Tanaman Sawi.

http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/

[terhubung berkala].

Rieuwpassa AJ. 2011. Teknologi Budidaya Sawi.

http://maluku.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&

view=article&id=289:teknologi-budidaya-sawi&catid=15:benih

[terhubung berkala].

Soenaryono H. 1989. Budidaya Brassica (Kubis) Terpenting di Indonesia . Hal

371-400 dalam Harjadi S S (Ed). Dasar-dasar Hortikulutra. Jurusan

Budidaya Pertanian. Bogor (ID) : Fakultas Pertanian IPB.

22

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah.Fakultas Pertanian. IPB.

Bogor.

Suhardiyanto H. 2010. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Bogor :

IPB Press.

Telaumbanua M, Purwantana B, dan Sutiarso L. 2014. Rancang Bangun Aktuator

Pengendali Iklim Mikro di Dalam Greenhouse untuk Pertumbuhan

Tanaman Sawi. Jurnal Agritech 34:2(213-222).

https://earth.google.com/

Pemerintah Kota Bogor[tahun tidak diketahui].Letak geografis[internet].[diunduh

2014 nov 24]. Tersedia pada:

http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/letak-geografi

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data lengkap pengukuran paratemer tumbuh tanaman dan nutrisi hidroponik

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

EC PH

T n t n t n t n t n t n t n t n t n t n

11/11/2014 12/11/2014

5 3 3.5 3 4.5 3 2 3 4.5 2 3 3 3 3 3.2 3 2.8 4 6 3 1013 7.3

5.5 3 4 4 5.6 4 3 4 6 3 3.4 4 3 4 4 4 3 5 6 4 1212 7.5

13/11/2014 6.7 3 4 4 6.5 4 3.4 4 6.6 3 4 4 4.2 4 4.5 4 3.8 5 7 4 1247 7.6

14/11/2014 6.7 4 4.5 4 6.6 4 3.7 4 8 3 4.2 3 4.4 4 5 4 4 4 7.2 4 1276 7.2

15/11/2014 6.7 4 4.6 4 6.6 4 3.8 4 8 4 4.4 3 4.8 4 5.3 4 4 4 7.2 4 1037 8

16/11/2014 7 4 5 4 7 4 4 4 9 4 4.6 4 5 4 5.7 4 4.2 5 7.3 4 1108 7.5

17/11/2014 7.3 4 5.6 4 8 4 4.5 4 9.3 4 4.6 4 5.5 4 5.8 4 4.5 5 7.5 4 1127 7.4

18/11/2014 7.4 4 7 4 8.4 5 5.8 5 9.4 5 4.9 4 6 5 7 4 5.6 5 7.8 4 1389 7.5

19/11/2014 9 4 7.2 4 10.3 5 6.3 5 9.7 5 5 4 7.2 5 9 5 7.2 5 8.5 5 2017 7

20/11/2014 9.1 4 7.2 4 11 5 6.4 5 9.7 5 5.3 5 7.35 5 9.1 5 8.25 6 8.5 5 1023 7.1

21/11/2014 9.1 4 7.3 4 11.2 5 6.5 5 9.7 5 5.6 5 7.5 5 9.2 5 9.3 6 8.5 5 1145 7.4

22/11/2014 10 5 7.5 5 12 5 7 5 9.8 6 6 5 8 5 10 6 9.5 6 8.6 6 1042 7.4

23/11/2014 10.1 5 7.8 5 10.9 6 7.1 5 9.8 6 6.3 4 9.5 5 11 6 7.4 6 8.7 6 1174 7.3

24/11/2014 10.3 6 7.8 5 12 6 7.2 6 9.8 6 9.8 4 10 6 12 6 7.5 6 8.9 6 1176 7

25/11/2014 11 6 8 5 14.7 6 7.5 6 10 6 10.1 5 13 7 13 6 9 7 9 6 1190 7.2

26/11/2014 11.5 6 8.1 5 16.8 7 9.9 6 10.3 7 12.5 5 16.5 7 14 7 14.5 7 9.8 6 1183 6

27/11/2014 12 5 8.1 5 18 7 10 7 10.4 7 12.1 5 17.9 7 15.6 7 15.4 8 10 4 1197 6.9

28/11/2014 12 5 8.2 5 18.2 7 11 7 11 8 13 6 18.6 6 16 7 15.6 8 10 4 1171 7.3

29/11/2014 13 5 8.2 4 18.5 7 12 7 11 8 13.5 6 19.5 6 17 7 16 8 10.1 4 1189 6.8

30/11/2014 17 5 8.2 4 19.5 7 14.4 8 11.3 8 15.5 5 20.5 6 18.6 7 16.5 8 10.3 5 1160 6.9

01/12/2014 18.3 5 8.1 4 20 8 15.7 8 12 8 17 5 21.1 7 20 8 17 8 12.5 5 1162 7

02/12/2014 18.6 5 9.4 4 22.3 8 17 8 13.2 8 18 5 23.5 7 21.5 8 20.5 7 12.5 5 1158 6.9

03/12/2014 19 5 10.7 5 22.4 8 18.2 9 13.5 8 23.7 8 24 8 22 8 21 7 12.7 5 1154 7

24

04/12/2014 21 4 11 5 22.7 8 19 9 14 8 19 8 25 8 24 8 21.5 7 12.7 6 1144 7.4

05/12/2014 22 4 11 5 23.5 8 21 9 15 8 20.5 8 26 8 25 8 21.7 8 12.7 6 1166 7.2

06/12/2014 23 4 11 6 24.5 7 22 7 16 8 22 6 27.5 7 25.5 8 22 8 13 7 1189 6.9

07/12/2014 24.5 7 11 6 24.5 7 23.5 7 16.7 7 23 6 28.5 7 26 8 22.5 7 13.5 7 1136 6.9

08/12/2014 26.5 7 13 6 28.2 7 24 8 18.4 7 24.5 6 32.5 7 27 9 23.2 7 15.4 7 1100 7.66

09/12/2014 25 8 14 7 29 7 25 8 20 8 25 6 33 9 29 10 25 7 17 7 1073 7.68

10/12/2014 26.5 8 15.5 7 31 7 25.5 9 22 9 27 6 35 11 30 10 27 8 19 7 1046 7.7

11/12/2014 26.5 8 15.8 7 32 7 25.5 9 23 9 29 7 35 11 31 10 28 8 19.2 8 1046 7.605

12/12/2014 26.5 8 16 7 34 8 26 9 23.5 9 29.5 7 11 31.5 10 29.5 8 19.5 8 1046 7.51

13/12/2014 29 9 17 8 35 8 27.5 10 23.7 11 29.5 7 36 11 32 11 30 8 21 8 1105 7.65

14/12/2014 30.3 9 19.8 8 38 12 29 10 26 11 29.6 9 37.5 11 33.7 11 31 9 22 10 1164 7.79

15/12/2014 32 9 19.8 8 39 12 29.5 11 26 11 29.6 9 39 11 34 11 33 9 22.5 10 1084 7.595

16/12/2014 34 9 19.8 8 39.7 12 31 11 26.8 11 29.6 9 42.2 11 35 11 34 9 23 10 1004 7.4

Keterangan:

t = tinggi tanaman (cm)

n = jumlah daun