Teknologi Diversifikasi Pangan Bakso Belut
-
Upload
dinna-dwi-herliani -
Category
Documents
-
view
77 -
download
3
description
Transcript of Teknologi Diversifikasi Pangan Bakso Belut
TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN
BAKSO BELUT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Teknologi Diversifikasi Pangan
Disusun oleh :
Asri Octaviani (123020290)
Fitrianasari Budiman (123020291)
Citra Sukma Widowati (123020292)
Akbar Maulana (123020297)
Dinna Dwi Herliani (123020298)
Trisna Megawati (123020299)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG
2015
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang dan (2) Maksud dan
Tujuan.
Latar Belakang
Pada hakekatnya kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan utama bagi
setiap orang. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
hubungan pola makan dengan kesehatan, maka menyebabkan permintaan akan
bahan pangan menjadi semakin meningkat. (Anonim,2010)
Sektor pertanian merupakan sektor penyedia bagi kebutuhan bahan pangan
penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan akan makanan dan gizi dapat
diperoleh dari hasil-hasil pertanian, yang berasal dari sub sektor tanaman bahan
pangan, peternakan, dan perikanan. Sektor perikanan merupakan salah satu sub
sektor pertanian yang sangat berperan dalam menyediakan pemenuhan gizi
nasional, khususnya dalam pemenuhan gizi protein hewani. (Anonim,2010)
Pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan industri yang menciptakan
nilai tambah bagi komoditi perikanan melalui produk olahan dalam bentuk
setengah jadi maupun barang jadi yang bahan bakunya berasal dari hasil
perikanan. Usaha-usaha pengolahan hasil perikanan yang mengarah pada kegiatan
industri yaitu pengolahan hasil perikanan menjadi bahan makanan. Salah satu
produk perikanan olahan yang dapat diolah yaitu bakso belut. (Anonim,2010)
Belut merupakan salah satu sumber lauk-pauk yang memiliki kandungan
protein tinggi. Daging belut sendiri mempunyai nilai kandungan gizi yang baik
untuk tubuh. Dalam 100 gram daging belut terkandung protein 14%, lemak 27%,
zat besi 2,0 mg, kalsium 20 mg, vitamin A 1.600 SI (satuan Internasional),
vitamin B 0,1 mg, vitamin C 2,0 mg. (Anonim,2010)
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya bakso belut adalah untuk meningkatkan nilai
tambah, yaitu nilai guna dan nilai ekonomi produk pangan, optimalisasi
pemanfaatan bahan baku selain itu dapat juga meningkatkan penganekaragaman
produk terutama olahan dari ikan belut
BAB I
DEFINISI PRODUK YANG TELAH ADA
Bakso menurut Standar Nasional Indonesia (1995) merupakan makanan yang
berbentuk bulat dan dibuat dari campuran daging sapi atau ikan, tepung, putih
telur, bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, merica yang digiling
dan kemudian direbus dengan air mendidih. Bakso yang baik memiliki standar
baku mutu yakni memiliki bau normal (khas daging), rasanya gurih, bertekstur
kenyal, memiliki kadar protein min 9 % b/b, lemak maksimal 2 % b/b dan tidak
mengandung boraks.
Menurut Andarwulan, pakar teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor
bakso merupakan produk gel dari protein daging, baik dari daging sapi, ayam,
ikan, maupun udang dan dibentuk bulatan-bulatan kemudian direbus. Selain
protein hewani, aneka daging itu juga mengandung zat-zat gizi lainnya, termasuk
asam amino esensial yang penting bagi tubuh (dalam Cahyadi, 2009:292-293).
(Anonim,2013)
BAB II
DEFINISI PRODUK YANG AKAN DI DIVERSIFIKASI
Bakso ikan didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk bulatan atau lain,
yang diperoleh dari campuran daging ikan (kadar daging ikan tidak kurang dari
50%) dan pati atau serealia dengan penambahan atau makanan yang di inzinkan.
Ikan yang dipakai adalah ikan belut sawah. Belut sawah, moa,
atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota
suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai
ekonomi dan ekologi. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran
lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan
kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi. (Anonim. 2013)
Bakso Belut merupakan salah satu pangan fungsional dimana selain memiliki
kadar protein yang tinggi, juga memiliki rasa yang khas sehingga banyak
digemari. Peningkatan konsumsi belut diharap dapat membantu upaya
peningkatan konsumsi protein sehingga permasalahan Kurang Kalori Protein
(KKP) dapat teratasi.
Kriteria bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang
terdapat didalam SNI 01-7266.1-2006 adalah:
Bentuk : bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, tidak
kusam.
Warna : putih merata tanpa warna asing lain.
Rasa : lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang digunakan.
Aroma : bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang
digunakan dan bau bumbu cukup tajam.
Tekstur : kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat
daging, tanpa duri atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair, dan
tidak rapuh. (Anonim,2015)
BAB III
ANALISIS FAKTOR YANG MENJADI ALASAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Pengetahuan Bahan Baku Utama, (2)
Pengetahuan Bahan Penunjang, dan (3) Pengetahuan Produk.
3.1. Pengetahuan Bahan Baku Utama
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku
Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat generasi dengan total 20 jenis. Jenis-
jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu
dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah
tropika).
Adapun manfaat dari Ikan Belut adalah :
Sumber Energi dan Protein
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup
tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi
dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100
g). Hal itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai
sumber energi.
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging
sapi (18,8 g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti
jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga
sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga
usia lanjut.
Kaya Mineral dan Vitamin
Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi
pada telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah
memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat
diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang
mudah lemah, letih, dan lesu.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa
kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu,
konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan
kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk
kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai
kofaktor dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses
metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi
normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah. (Jeny,2011)
3.2. Pengetahuan Bahan Penunjang
Berikut ini beberapa bahan penunjang yang digunakan untuk pembuatan baso
belut tersebut adalah :
Terigu adalah tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum, dan
digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, roti, dan pasta. Kata terigu
dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti gandum.
Tepung terigu roti mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan
dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.
(Anonim,2015)
Tapioka, tepung singkong, tepung kanji (dalam bahasa Jawa), atau aci sampeu
(dalam bahasa Sunda) adalah tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon
atau dalam bahasa Indonesia yaitu singkong. Tapioka memiliki sifat-sifat yang
serupa dengan tepung sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan.
Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Banyak
makanan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya, seperti
bakso. (Anonim,2014)
Bawang putih (Allium sativum; bahasa Inggris: garlic) adalah nama tanaman
dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Mempunyai sejarah
penggunaan oleh manusia selama lebih dari 7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia
Tengah, dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut Tengah,
serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan Eropa. Dikenal di dalam catatan Mesir
kuno, digunakan baik sebagai campuran masakan maupun pengobatan.[3] Umbi
dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia.
Merica adalah sebutan lain dari lada yang sering diistilahkan oleh ibu rumah
tangga. Negara Indonesia adalah Negara yang mempunyai komoditas dari merica.
Karena kandungan alkolid piperin dari lada sehingga sering digunakan sebagai
bumbu penyedap rasa. Manfaat lada untuk kesehatan, dapat melancarkan aliran
darah di sekitar kepala dan melonggarkan saluran pernapasan. Sensasi rasa pedas
merica pada bumbu masakan sangat cocok untuk penderita influenza, kepala
pusing, mual akibat masuk angin dan perut kembung. (Anonim,2015)
Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya
garam dapur yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl) yang
dihasilkan oleh air laut. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila dikonsumsi
secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah
tinggi (hipertensi). Selain itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan
dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering
ditambahi yodium. (Anonim,2015)
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging,
ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung,
seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti
telur ikan kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan (kaviar).
Selain itu dikonsumsi pula juga telur yang berukuran besar seperti telur burung
unta (Kasuari) ataupun sedang, misalnya telur penyu. Sebagian besar produk telur
ayam ditujukan untuk dikonsumsi orang tidak disterilkan, mengingat ayam petelur
yang menghasilkannya tidak didampingi oleh ayam pejantan. Telur yang
disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak
disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan
tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari
pendingin mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur. (Anonim,2015)
Es adalah air yang membeku. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan di
bawah 0 °C (273.15 K, 32 °F) pada tekanan atmosfer standar. Es dapat terbentuk
pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan
tetap sebagai cairan atau gas sampai -30 °C pada tekanan yang lebih rendah.
(Anonim,2015)
Masih menurut teori, air es adalah air biasa. Hanya, suhunya mendekati 0
derajat Celsius. Jika air dingin masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan
menetralisir suhu air tersebut, menjadi 35-37 derajat Celsius. Namun, untuk
menetralisir suhu air es ini, tubuh harus mengeluarkan kalori. Cara mengeluarkan
kalori adalah dengan membakar lemak. Karena itu, rajin-rajinlah membakar lemak
tubuh. Semakin kecil suhu air es yang masuk ke dalam tubuh, semakin banyak
kalori yang diperlukan untuk menetralisir suhunya. (Anonim,2015)
3.3. Pengetahuan Produk
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup
tinggi. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur dan daging sapi.
Hal itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber
energi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai
kofaktor dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses
metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi
normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.
Selain itu, alasan kita memilih membuat produk ini adalah untuk meningkatkan
nilai guna dan nilai ekonomi dari belut tersebut, dimana minimnya pengetahuan
masyarakat untuk melakukan diversifikasi (penganekaragaman) padahal belut
tersebut banyak ditemukan di berbagai daerah serta harganya yang mudah
dijangkau.
Masyarakat kita pun pada umumnya hanya mengetahui beberapa olahan belut
seperti keripik belut, abon belut atau bahkan belut tanpa melalui proses
pengolahan lanjut seperti hanya dijadikan masakan dengan penambahan bumbu
saja.
BAB IV
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Teknologi Pengolahan dan (2) .
4.1 Prinsip Pembuatan
Prinsip pembutan untuk mendapatkan bakso adalah penghancuran dengan es
batu, pencampuran, dan perebusan.
Pada tahap pertama pembuatan bakso belut, dilakukan proses “dressing” pada
belut, sehingga didapat belut yang bersih. Proses dressing daging diartikan
sebagai proses penghilangan bagin-bagian yang tidak diperlukan seperti kepala
belut, tulang, darah, serta jeroan. Selain itu, proses pencucian harus dilakukan
sebersih mungkin.
Pada tahap kedua, setelah didapat belut dilakukan proses penggilingan dan
dilakukan pencampuran oleh tepung tapioka, tepung terigu, penyedap, bawang
dan merica. Prosentase atau jumlah komposisi bahan-bahan tersebut harus
diperhatikan. Karena akan sangat mempengaruhi kualitas dari produk akhir yang
dihasilkan, seperti tekstur dan rasa.
Es batu dicampurkan pada saat proses penggilingan. Hal ini dimaksudkan agar
selama penggilingan, daya elastisitas daging tetap terjaga sehingga bakso yang
dihasilkan akan lebih kenyal (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Proses pencampuran dilakukan secara manual (menggunakan tangan), dengan
menambahkan tapioka, dan bumbu yang telah dihaluskan. Setelah siap adonan
dicetak menjadi bola-bola bakso dengan menggunakan tangan dibantu dengan
sendok. Pada saat pencetakan, ukuran bakso diusahakan seragam, tidak terlalu
besar dan tidak juga terlalu kecil. Jika tidak seragam, matangnya bakso ketika
direbus tidak bersamaan dan menyulitkan pengendalian proses. Selain itu
keseragaman ukuran mempengaruhi mutu bakso.
Pada tahap ketiga, dilakukan proses pembentukan kemudian diikuti proses
perebusan. Pada proses pembentukan sebaiknya ukuran dan bentuk bakso
seragam. Mudah atau tidaknya proses pembentukan ini sangat dipengaruhi oleh
proses pencampuran sebelumnya. Sebaiknya proses pembentukan ini sekaligus
dilakukan proses perebusan, maksudnya bakso yang telah dibentuk langsung
dimasukkan kedalam air perebusan yang telah mendidih dan telah ditambah
minyak goreng sedikit. Pemasakan dapat meningkatkan atau menurunkan
keempukan daging, tergantung pada suhu dan waktu pemasakan. Sedangkan
menurut (Soekarto, 1990), kekenyalan adalah kemampuan produk pangan untuk
pecah akibat gaya tekan. Kekenyalan/keempukan terbentuk sewaktu pemasakan,
dimana protein akan mengalami denaturasi dan molekul-molekulnya
mengembang. Kondisi tersebut mengakibatkan gugus reaktif pada rantai
polipeptida terbuka dan selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus
reaktif yang sama atau berdekatan (Winarno, 2004). Rais (2011) juga menyatakan
bahwa kemampuan mengikat pada tepung yang baik akan menghasikan
kekenyalan pada adonan setelah pemasakan.
4.2 Diagram Alir
4.2.1. Diagram alir pembuatan bakso
Belut
Dresssing
PenghancuranEs batu
PengadonanT.teriguT. tapiokaPenyedamerica
Pencetakan
PerebusanT = 100˚C t = 15’-30’
Air dan minyak sayur
Uap air
Penirisan
Bakso
Air
4.2.2. Diagram alir proses pembuatan kuah bakso
4.2 Alat – alat utama yang digunakan
Gambar 1 ULEKAN
Gambar 2 PANCI
Gambar 3 BLENDER
Air
PerebusanT = 100˚C t = 10-15’
Bawang daunBumbu baksoMinyak bawang
Uap Air
Kuah Bakso
BAB V
FORMULASI PRODUK
Bab ini menguraikan mengenai (1) Formulasi Produk.
5.1. Formulasi Produk
5.1.1. Formulasi Bakso
Belut : 45,11 %
Bawang putih : 1,20 %
Garam : 0,75 %
Merica bubuk : 0,75 %
Tepung tapioka : 7,52 %
Air : 18,35 %
Telur : 18,80 %
Tepung terigu : 7,52 %
5.1.2. Formulasi Kuah Bakso
Air : 94,34 %
Merica bubuk : 0,94 %
Bawang putih : 2,84 %
Bumbu penyedap : 0,94 %
Garam : 0,94 %
Contoh Perhitungan Formulasi Produk :
Formulasi Bakso
Basis : 665 gram
Belut : 300 gram
Bawang putih : 8 gram
Garam : 5 gram
Merica bubuk : 5 gram
Tepung tapioka : 50 gram
Air : 122 gram
Telur : 125 gram
Tepung terigu : 50 gram
Formulasi Kuah Bakso
Basis : 530 gram
Air : 500 gram
Merica bubuk : 5 gram
Bawang putih : 15 gram
Bumbu penyedap : 5 gram
Garam : 5 gram
BAB VI
EKSPERIMEN PROSES PRODUK
Eksperimen dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu
hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan
jenis respon yang diharafkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga
kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini, maka
setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba (Darmika, 2012).
Dalam produk baso belut ini telah dilakukan eksperimen yang dilakukan
dengan uji organoleptik yaitu uji yang cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk, uji ini penilaiannya didasarkan pada kesukaan konsumen
terhadap suatu produk, dimana pengujian dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Hasil dari uji organoleptik ini dari 9 dari 15 orang panelis menyukai baso belut
dan sisanya tidak suka. Faktor-faktor yang menyebabkan panelis tidak suka pada
baso belut ini dikarenakan baso ini masih ada aroma khas belut.
BAB VII
UJI ORGANOLEPTIK
No Spesifikasi Uraian
1. Nama Produk Bakso Belut
3. Ketebalan 5 mm
4. Berat 2 gram
5. Sifat Organoleptik :
a. Warna
b. Aroma
c. Tekstur
d. Bentuk
a. Abu abu
b. Khas Bakso
c. Kenyal
d. Bulat
7. Kandungan Gizi Dalam 100 gram daging belut terkandung
protein 14%, lemak 27%, zat besi 2,0 mg,
kalsium 20 mg, vitamin A 1.600 SI (satuan
Internasional), vitamin B 0,1 mg, vitamin C
2,0 mg
BAB VIII
SPESIFIKASI PRODUK
Hal yang ditonjolkan dari bakso belut ini yaitu dari segi manfaat yang
diperoleh. Manfaat daging belut sendiri bagi kesehatan salah satunya adalah untuk
kesehatan jantung kita. Dengan mengonsumsi daging belut maka akan menurunkan risiko
penyakit jantung, termasuk penyempitan pembuluh darah jantung. Penyempitan pembuluh
darah jantung tentunya menjadi momok yang menakutkan bagi kita semua, terutama bagi
mereka yang telah memiliki faktor risiko. (Anonim,2015)
Selain untuk kesehatan jantung kita, daging belut juga mengandung khasiat untuk kesehatan
penglihatan, perkembangan fungsi syaraf pusat, serta tentu menormalkan tekanan darah di otak.
Hal inilah yang menjadikan alasan mengapa Jepang telah marak dijual kapsul suplemen
makanan dengan bahan utama belut. Beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa diketahui
manfaat belut pada pengurangan risiko dari diabetes mellitus tipe dua. Diabetes mellitus
tipe 2 adalah gangguan metabolisme dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks
resistensi insulin dan defisiensi insulin. Karena itu dengan mengkonsumsi belut, dapat
mengurangi resiko untuk terkena diabetes tipe 2. Dikatakan sebanding gengan ikan tenggiri dan
selar, mangandung 18,6% protein dan 15% lemak. Kaya dengan lemak, kalsium, vitamin B,
vitamin D dan zat besi. (Anonim,2015)
Menurut penelitian belut atau sidat mengandung vitamin B1, B2 dan A yang jumlahnya lebih
banyak dibandingkan susu sapi. Kandungan zinc dan DHA yang terkandung dalam belut itulah
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi otak
terutama untuk kecerdasan anak. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam daging belut
juga dapat menambah imunitas / kekebalan tubuh, menghilangkan racun dan memperlambat
penuaan (Anonim,2015)
BAB XI
UJI PEMASARAN
Bab ini menguraikan mengenai (1) biaya produksi dan (2) sasaran/ target pasar.
9.1. Biaya Produksi
No Bahan Harga (Rp)
1 Belut (1/2 kg) 35000
2 Tepung tapioka (1 kg) 8000
3 Tepung terigu (1/4kg) 2500
4 Bawang putih (1/4kg) 5000
5 Daun bawang (1 ikat) 3000
6 Penyedap (2 bungkus) 2000
7 Garam (1 bungkus) 2000
8 Minyak bawang (1 botol) 20000
9 Minyak sayur (1L) 12000
10 Merica 2000
11 Telur 3000
12 Biaya lain 5500
Jumlah 100000
1 kali produksi menghasilkan 120 butir
1 pak berisi 10 butir
12 bungkus = 12500 x 12 = Rp 150000
9.2. Sasaran / target pasar
Sasaran target konsumen untuk Bakso belut ini adalah semua kalangann
mayarakat pada umumnya, baik di lingkungan sekolahan, lingkungan kerja dsb,
terutama untuk penggemar kuliner Bakso
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2010).Belut.https://h0404055.wordpress.com/2010/02/14/pemasaran-
keripik-belut-di-kabupaten-sukoharjo/.Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2013).Bakso.http://eprints.ung.ac.id/3960/6/2013-1-13201-811409055-bab2-
27072013091922.pdf. Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2013). Belut Sawah. http://id.wikipedia.org/wiki/Belut_sawah. Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2015).Mutu Bakso . http://www.fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E-book/Modul%20Praktikum%20Teknologi%20Pengolahan%20Hasil%20Perikanan/6._modul_1_-_bakso_ikan.pd Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2015).ManfaatDagingBelut.https://www.scribd.com/doc/181364452/
MAKALAH-KIMDAS-II-BELLA-pdf. Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2015).Tepung.http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung. Diakses : 30 Maret
2015
Anonim.(2015).Merica.http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/khasiat-
manfaat-merica.html. Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2015).Garam. http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_dapur. Diakses : 30
Maret 2015
Anonim.(2015).Telur.http://id.wikipedia.org/wiki/Telur_%28makanan%29.
Diakses : 30 Maret 2015
Anonim.(2015).Es.http://id.wikipedia.org/wiki/Telur_%28makanan%29.Diakses :
30 Maret 2015
Jeny.(2011).Ikan Belut.http://cintamajeny.blogspot.com/2011/05/ikan-belut.html
Diakses : 30 Maret 2015
Darmika,(2012), Metode Eksperimen. http://komangwidarmika.blogspot.com/2012/12/metode-eksperimen.html. Diakses : 30 Maret 2015
Rais, H. (2011). Makanan Olahan Daging. http:// harfinad24090112.wordpress.
co m Diakses : 30 Maret 2015
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Widyaningsih. T. D. dan E. S. Murtini. (2006). Pengolahan Pangan Masa Kini.
http://www.e-dukasi.net/trubus Agrisarana. Diakses : 30 Maret 2015