Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

44
Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur Istiqomah Beton Bertulang 060212073 BAB I PENDAHULUAN Beton bertulang adalah bahan yang sangat luas digunakan untuk sistem-sistem konstruksi. Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, seperti abu pozolanik, telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum itu. Akan tetapi, awal abad XIX ternyata merupakan awal penggunaan bahan beton bertulang secara lebih intensif. Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan ini terhadap gaya tarik. J. L. Lambot pada tahun 1850 untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari semen untuk dipamerkan pada Perang Dunia tahun 1855 di Paris. J. Monier, seoramg ahli taman dari Perancis, mematenkan rangka metal sebagai penulangan beton yang digunakan untuk wadah tanamannya, dan Koenen pada tahun 1886 menerbitka tulisannya tentang teori dan perancangan struktur beton. Pada tahun 1906, C. A. P. Turner untuk pertama kalinya mengembangkan flat slab tanpa balok. Teori kekuatan batas mulai dikembangkan pada tahun 1938 di Rusia dan pada tahun 1956 di Inggris dan Amerika. Teori-teori ini juga menjadi bagian dari peraturan- peraturan di beberapa negara. Unsur-unsur bahan baru dan komposisi baru dari beton kemudian berkembang, termasuk juga beton dengan kekuatan tekan yang tinggi sampai 20000 1

Transcript of Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Page 1: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

BAB I

PENDAHULUAN

Beton bertulang adalah bahan yang sangat luas digunakan untuk sistem-sistem

konstruksi. Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya,

seperti abu pozolanik, telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

sebelum itu. Akan tetapi, awal abad XIX ternyata merupakan awal penggunaan bahan

beton bertulang secara lebih intensif. Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan

tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan ini

terhadap gaya tarik. J. L. Lambot pada tahun 1850 untuk pertama kalinya membuat

kapal kecil dari semen untuk dipamerkan pada Perang Dunia tahun 1855 di Paris. J.

Monier, seoramg ahli taman dari Perancis, mematenkan rangka metal sebagai

penulangan beton yang digunakan untuk wadah tanamannya, dan Koenen pada tahun

1886 menerbitka tulisannya tentang teori dan perancangan struktur beton. Pada tahun

1906, C. A. P. Turner untuk pertama kalinya mengembangkan flat slab tanpa balok.

Teori kekuatan batas mulai dikembangkan pada tahun 1938 di Rusia dan pada

tahun 1956 di Inggris dan Amerika. Teori-teori ini juga menjadi bagian dari

peraturan-peraturan di beberapa negara. Unsur-unsur bahan baru dan komposisi baru

dari beton kemudian berkembang, termasuk juga beton dengan kekuatan tekan yang

tinggi sampai 20000 psi (137,9 MPa) dan kekuatan tariknya sampai 1800 psi (12,41

MPa). Kekuatan baja tulangan sampai 6000 msi (413,7 MPa) dan kawat las dengan

kekuatan batas 100000 psi juga telah dimulai. Baja tulangan yang tidak polos juga

sudah mulai diproduksi. Adanya aliran pada tulangan membantu mengembangkan

lekatan maksimum yang mungkin antara baja tulangan dengan beton di sekitarnya

sebagai salah satu persyaratan dari beton struktural. Penggunaan kabel prategang yang

kekuatan batasnya 360000 psi (2068 MPa) juga telah dimulai.

Perkembangan di atas disertai dengan riset-riset eksperimental dan teoritis,

khususnya dalam empat dasawarsa terakhir, menghasilkan teori-teori dan peraturan-

peraturan penggunaan beton bertulang.

1

Page 2: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

BAB II

MATERIAL PEMBENTUK BETON

Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan

diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen. Beton

dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah material

pembentuknya. Dengan demikian, perlu dibicarakan fungsi dari masing-masing

komponen tersebut sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Dengan cara

demikian, seorang perencana dan seorang ahli bahan dapat mengembangkan

pemilihan material yang layak dan komposisinya sehingga diperoleh beton yang

efisien, memenuhi kekuatan yang disyaratkan oleh perencana dan memenuhi

persyaratan serviceability.

2.1. Semen Portland

Pembuatan

Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi

utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini

menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti

batu. Berat jenisnya berkisar antara 3,12 dan 3,16, dan berat volume satu sak

semen adalah 94 lb/ft3. Bahan baku pembentuk semen adalah:

a) Kapur (CaO) – dari batu kapur

b) Silika (SiO2) – dari lempung

c) Alumina (Al2O3) – dari lempung

(dengan sedikit persentase magnesia, MgO, dan terkadang alkali). Oksida besi

terkadang ditambahkan untuk mengontrol komposisinya.

Secara ringkas proses pembuatannya adalah sebagai berikut:

1) Bahan baku yang berupa campuran CaO, SiO2 dan Al2O3 digiling bersama

beberapa bahan tambahan lainnya, baik dalam bentuk kering maupun

basah. Bentuk basah ini disebut slurry.

2) Tuangkan campuran ke ujung atas dari kiln yang diletakkan agak miring.

3) Selama klin yang telah dipanaskan bekerja, material tadi mengalir dari

ujung atas ke bawah dengan kelajuan terkontrol yang telah ditentukan

sebelumnya.

2

Page 3: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

4) Temperatur campuran tadi dinaikkan sampai terjadi fusi awal yang disebut

temperatur clinkering. Temperatur ini dipertahankan sampai campuran

membentuk butiran semen portland pada suhu 2700°F. Butiran ini disebut

clinkers yang ukurannya berkisar antara 1/16 dan 2 in.

5) Clinkers tadi didinginkan dan dihancurkan sampai berbentuk serbuk.

6) Sedikit gipsum ditambahkan selama proses pembentukan serbuk untuk

mengontrol waktu pengerasan semen di lapangan.

7) Untuk pengiriman dalam jumlah yang besar, pada umumnya semen

portland ditempatkan di dalam silo, sedangkan untuk pemasaran eceran

dikemas dalam kantung-kantung 94 lb.

Kekuatan

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini

berupa rekristalisasi dalam bentuk interlocking-crystals sehingga membentuk gel

semen yang akan mempunyai kekuatan tekan tinggi apabila mengeras. Tabel 2.1

memperlihatkan kontribusi relatif masing-masing komponen semen dalam

mencapai kekuatannya. Kekuatan awal semen portland semakin tinggi apabila

semakin banyak persentase C3S. Jika perawatan kelembaban terus berlangsung,

kekuatan akhirnya akan lebih besar apabila persentase C2S semakin besar. C3A

mempunyai kontribusi terhadap kekuatan selama beberapa hari sesudah

pengecoran beton karena bahan ini yang terdahulu mengalami hidrasi.

Jika semen portland dicampur dengan air, maka komponen kapur

dilepaskan dari senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepaskan ini sekitar 20%

dari berat semen. Kondisi terburuknya adalah mungkin terjadi pemisahan struktur

yang disebabkan oleh lepasnya kapur dari semen. Situasi ini harus dicegah dengan

menambahkan pada semen suatu mineral silika seperti pozolan. Mineral yang

ditambahkan ini bereaksi dengan kapur bial ada uap air membentuk bahan yang

kuat, yaitu kalsium silikat.

TABEL 2.1 SIFAT-SIFAT SEMEN

KomponenKelajuanReaksi

PelepasanPanas

Besar Penyemenan Batas

Trikalsium silikatC3SDikalsium silikatC2S

Sedang

Lambat

Sedang

Kecil

Baik

Baik

3

Page 4: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Trikalsium aluminatC3ATetrakalsium aluminoferratC4AF

Cepat

Lambat

Besar

Kecil

Buruk

Buruk

TABEL 2.2 PERSENTASE KOMPOSISI SEMEN PORTLAND

Jenis SemenKomponen (%)

Karakteristik UmumC3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgO

Normal, I 49 25 12 8 2,9 0,8 2,4Semen untuk semua tujuan

Modifikasi, II 46 29 6 12 2,8 0,6 3,0

Relatif sedikit pelepasan panas; digunakan unutk struktur besar

Kekuatan awal tinggi,III

56 15 12 8 3,9 1,4 2,6Mencapai kekuatan tinggi pada umur 3 hari

Pemanasan rendah, IV

30 46 5 13 2,9 0,3 2,7Dipakai pada bendungan beton

Tahan sulfat, V 43 36 4 12 2,7 0,4 1,6

Dipakai pada saluran dan struktur yang diekspos terhadap sulfat

Komposisi Persentase Rata-rata

Karena ada berbagai jenis semen untuk berbagai tujuan, maka perlu

dipelajari variasi persentase dalam komposisi kimia masing-masing jenis ini agar

diperoleh variasi perilakunya. Tabel 1.2 yang dipelajari bersama Tabel 1.1

memberikan secara ringkas perbedaan reaksi masing-masing jenis semenb apabila

terjadi kontak dengan air.

Pengaruh Kehalusan Semen terhadap Pencapaian Kekuatan

Ukuran partikel semen mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelajuan

reaksi antara semen dengan air. Untuk suatu berat tertentu semen halus, luas

permukaan partikel lebih besar daripada semen yang kasar. Ini menyebabkn

kecepatan reaksi antara semen dan air akan lebih tinggi, yang artinya proses

pengerasan akan lebih cepat untuk yang luas permukaannya lebih besar. Inilah

yang merupakan salah satu sebab mengapa semen yang berkekuatan awal tinggi

(jenis III) mencapai kekuatannya dalam 3 hari, yaitu kekuatan yang dicapai oleh

semen jenis I dalam 7 hari. Juga kekuatan yang dicapai dalam 7 hari oleh semen

jenis III sama dengan kekuatan yang dicapai dalam 28 hari oleh semen jenis I.

4

Page 5: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Pengaruh Semen terhadap Keawetan Beton

Disintegrasi beton akibat pembahasan, pendinginan, pencairan dan

pengeringan juga penjalaran retak merupakan hal-hal yang sangat penting.

Adanya rongga-rongga udara pada pasta semen menambah daya tahan beton

terhadap disintegrasi. Ini dapat diperoleh dengan penambahan campuran

tambahan pada waktu pengadukan yang menghasilkan air-entrained pada beton.

Disintegrasi kimiawi pada struktur beton, seperti pada struktur pelabuhan

dan substruktur, dapat diperlambat atau dicegah. Karena beton pada struktur-

struktur ini diekspos terhadap klorida dan terkadang magnesium sulfat dan sodium

sulfat, maka perlu dispesifikasi beton yang tahan sulfat. Biasanya semen jenis II

digunakan untuk hal tersebut.

Panas yang Dihasilkan Selama Pengeringan Awal

Karena berbagai jenis semen menghasilkan panas yang berbeda-beda, juga

dengan kelajuan pelepasan panas yang berbeda, mnaka sangat perlu diketahui

untuk struktur apakah semen tersebut digunakan. Semakin besar dan berat

penampang struktur beton, semakin sedikit panas hidrasi yang diinginkan. Untuk

struktur-struktur masif seperti bendung, fondasi sumuran dan dermaga, semen

yang paling menguntungkan untuk digunakan adalah semen jenis IV.

2.2. Air dan Udara

Air

Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan

semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah

pengerjaannya. Pada umumnya, air minum dapat dipakai untuk campuran beton.

Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,

minyak, gula, atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran beton

akan sangat menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen.

Selain itu, air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan

pasta semen dan mungkin pula mempengaruhi kemudahan pengerjaan.

Karena karakter pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen

dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total (semen + agregat

halus + agregat kasar) material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan

antara air dan semen pada campuran yang menentukan. Air yang berlebihan akan

5

Page 6: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan

air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai.

Sebagai akibatnya, beton yang dihasilkan akan kurang kekuatannya.

Air-Entrained

Sebagai akibat terjadinya penguapan air secara perlahan-lahan dari

campuran beton, akan timbul rongga-rongga pada beton keras yang dihasilkan.

Jika rongga ini terdistribusi dengan benar, dapat merupakan karakteristik beton

yang sangat penting. Suatu bahan yang disebut air-entraining agent, seperti vinsol

resin, dapat ditambahkan ke dalam campuran agar diperoleh rongga yang

terdistribusi merata. Adanya rongga-rongga ini memudahkan pengerjaan beton,

mengurangi kerapatannya, menambah keawetan, mengurangi bleeding dan

segregasi, dan mengurangi jumlah pasir yang diperlukan dalam campuran. Karena

itulah persentase air-entrained harus dipertahankan optimum agar diperoleh beton

dengan kualitas yang diinginkan. Kandungan udara optimum ini adalah 9% dari

fraksi mortar dalam beton. Air-entrained yang berlebihan (5% sampai 6% dari

campiran total) akan menurunkan kekuatan beton.

Faktor Air-Semen

Sebagai ringkasan dari pembahasan di atas, pengontrolan ketat perlu

diberikan terhadap faktor air-semen dan persentase udara dalam campuran.

Karena faktor air-semen merupakan ukuran kekuatan beton, maka faktor ini harus

merupakan kriteria yang utama dalam desain struktur beton pada umumnya.

Biasanya dinyatakan dalam perbandingan berat semen dalam campuran.

2.3. Agregat

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam

menentukan besarnya. Pada beton, biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80%

volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh

massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, di

mana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di

antara agregat berukuran besar. Dua jenis agregat itu adalah:

a) Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan-pecahan dari blust-

furnace)

6

Page 7: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

b) Agregat halus (pasir alami dan buatan)

Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak di dalam, maka semakin

banyak persen agregat dalam campuran akan semakin murah harga beton, dengan

syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan untuk elemen struktur yang

memakai beton tersebut.

Agregat Kasar

Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in (6

mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya

tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya.

Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus

mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. Jenis agregat kasar yang umum

adalah:

1) Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang

digali. Batu ini dapat berasal dari gunung berapi, jenis sedimen, atau jenis

metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap

beton, batu pecah kurang meberikan kemudahan pengerjaan dan

pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.

2) Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi

maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan

kekuatan yang lebih rendah daripada batu pecah tetapi memberikan

kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.

3) Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa

digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari

proses lain seperti balst-furnace dan lain-lain.

4) Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Dengan adanya

tuntutan yang spesifik pada zaman atom sekarang ini, juga untuk

pelindung dari radiasi nuklir sebagai akibat dari semakin banyaknya

pembangkit atom dan stasiun tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang

melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan neutron. Pada beton demikian

syarat ekonomis maupun syarat kemudahan pengerjaan tidak begitu

menentukan. Agregat kasar yang diklasifikasikan di sini misalnya baja

pecah, barit, magnatit dan limonit.

7

Page 8: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Berat volum beton yang menggunakan agregat biasa adalah sekitar 144

lb/ft3. Sedangkan beton dengan agregat berbobot berta mempunyai berat volum

sekitar 225 sampai 330 lb/ft3. Sifat-sifat beton penahan radiasi yang berbobot

berat ini bergantung pada kerapatan dan kepadatannya, hampir tidak bergantung

pada sektor air-semennya. Dalam hal yang demikian, kerapatan yang tinggi

merupakan satu-satunya kriteria di samping kerapatan dan kekuatannya.

Agregat halus

Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi

antara ukuran No.4 dan No.100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang

baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil saringan

No.100, atau bahn-bahn lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran

dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan

standar analisis saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials).

Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan

sebagai agregat halus.

2.4. Bahan Campuran Tambahan

Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air,

agregat, maupun semen, yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama

pencampuran. Fungsi bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton agar

“menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis, atau untuk tujuan lain

seperti menghemat energi”. Jenis bahan tambahan yang paling utama yakni

sebagai berikut:

1) Bahan Tambahan Pemercepat (accelerating admixtures)

Bahan ini ditambahkan pada campuran beton untuk mengurangi waktu

pengeringan dan mempercepat pencapaian kekuatan. Yang paling terkenal

adalah kalsium klorida. Bahan-bahan kimia lain yang berfungsi sebagai

pemercepat antara lain senyawa-senyawa garam seperti klorida, bromida,

karbonat, silikat dan terkadang senyawa organik lain seperti trietanolamin.

Perlu ditekankan bahwa kalsium klorida jangan dipergunakan apabila

kontrol progresif dari tulangan baja dapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2%

dari berat semen portland.

2) Bahan Tambahan untuk Air-Entraining

8

Page 9: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Bahan tambahan ini membentuk gelembung-gelembung udara

berdiameter 1 mm atau lebih kecil di dalam beton atau mortar selama

pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan campuran pada

waktu pengecoran dan menambah ketahanan awal beton.

Hampir semua air-entraining admixtures berwujud cair, tetapi ada

yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan, atau gumpalan. Banyaknya bahan

tambahan yang diperlukan untuk memperoleh gelembung udara ini bergantung

pada bentuk dan gradasi agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran

agregat, semakin besar persentase bahan tambahan yang diperlukan.

Persentase ini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lain seperti jenis dan

kondisi pencampur, apakah memakai fly ash ataukah pozolan lain, juga derajat

agitasi campuran. Penambahan udara ini dapat mengurangi kekuatan udara,

tetapi dengan mempertahankan kandungan semen dan kemudahan kerja,

pengurangan kekuatan ini dapat dicegah karena faktor air-semennya

berkurang.

3) Bahan Tambahan Pengurang Air dan Pengontrol Pengeringan

Bahan tambahan ini menambah kekuatan beton. Bahan ini juga

mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan

kandungan air.

Hampir semuanya berwujud cairan. Air yang terkandung dalam bahan

tambahan ini akan menjadi berat air total dalam desain campuran. Perlu

ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak

boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara, atausemen harus diatasi

dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume mortar tidak

berubah.

4) Bahan Tambahan Penghalus Gradasi

Bahan ini berupa mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaan-

perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran butir yang tidak

ada atau kurang pada agregat. Selain itu juga dapat menaikkan mutu beton,

seperti mengurangi permeabilitas atau ekspansi dan juga mengurangi biaya

produksi beton. Bahan ini misalnya adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash

dan pozolan alam yang sudah menjadi kapur atau masih mentah.

5) Bahan Tambahan untuk Beton Tanpa Slump

9

Page 10: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton dengan slump sebesar 1

in (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan

tambahan ini bergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi, seperti

sifat plastisitasnya, waktu pengeringan dan pencapaian kekuatan, efek beku-

cair, kekuatan dan harga.

6) Polimer

Ini adalah jenis bahan tambhan baru yang dapat menghasilkan beton

dengan kekuatan tekan yang sangat tinggi, sebesar 15.000 psi atau lebih, dan

kekuatan belah tarik sebesar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan kekuatan

tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan bahan polimer dengan

cara (1) modifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan, atau (2)

dijenuhkan dan dipancarkan pada temperatur yang sangat tinggi di

laboratorium.

Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polymer Modified

Concrete) ini adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai “bahan

tambahan”. Prinsipnya adalah menggantikan air pencampur dengan polimer

sehingga didapat beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu-mutu

baik lain. Faktor polimer-beton yang optimum adalah sekitar 0,3 sampai 0,45

(dalam perbandingan berat) untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.

7) Superplastisizer

Ini juga merupakan jenis bahan tambahan baru yang dapat disebut

sebagai “bahan tambhan kimia pengurang air”. Tiga jenis plastisizer adalah:

a) Kondensasi sulfonat melamin formaldehid dengan kandungan klorida

sebesar 0,005%.

b) Sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat

diabaikan.

c) Modifikasi lignosulfat tanpa kandungan klorida.

Ketiga jenis tambahan ini dibuat dari sulfonat organik dan disebut

superplastisizer karena bahn ini dapat banyak mengurangi air pada campuran

beton sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208 mm) atau lebih.

Dosis yang disarankan adalah 1 sampai 2% dari berat semen. Dosis yang

berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tekan pada beton.

2.5 Baja Tulangan

10

Page 11: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Beton kuat t5erhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu,

perlu tulangan untuk menhaan gaya tarik untuk memikul beban-beban yang

bekerja pada beton. Adanya tulangan ini seringkali digunakan untuk memperkuat

daerah tekan pada penampang balok.

Baja tulangan untuk beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja

las yang seluruhnya dirakit sesuai dengan standar ASTM. Sifat-sifat terpenting

baja tulangan adalah sebagai berikut:

1. Modulus Young, Es

2. Kekuatan leleh, fy

3. Kekuatan batas, fu

4. Mutu baja yang ditentukan

5. Ukuran atau diameter batang atau kawat

Untuk menambah lekatan antara beton dengan baja, dibuat bentuk ulir

pada permukaan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.1, sesuai dengan

spesifikasi ASTM A16-76 agara dapat diterima sebagai batang-batang ulir. Untuk

memperoleh batang ulir, maka batang dililiti kawat sesuai dengan bentuk yang

diinginkan, kemudian dipres. Kecuali untuk kawat yang dipakai sebagai tulangan

spiral pada kolom, hanya batang ulir, kawat ulir, atau kawat bentukan dari kawat

ulir maupun polos yang dapat digunakan dalam beton bertulang.

11

Page 12: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

BAB III

PONDASI

Beban-beban kumulatif dari lantai superstruktur diterima oleh pondasi

(substruktur) yang berhubungan langsung dengan tanah. Fungsi pondasi tersebut

adalah untuk dengan aman meneruskan reaksi terpusat dari kolom dan atau dinding

ataupun beban-beban lateral dari dinding penahan tanah, ke tanah, tanpa terjadinya

penurunan-tak-sama (differential settlement) pada sistem strukturnya, juga tanpa

terjadinya keruntuhan pada tanah.

Apabila pondasi tersebut tidak dirancang dengan benar, maka akan ada bagian

dari struktur yang mengalami penurunan yang lebih besar daripada bagian di

sekitarnya. Berbgai elemen struktur yang bertemu pada titik kumpul kolom-balok

akan mengalami tegangan lebih yang diakibatkan oleh penurunan yang tidak sama

tersebut, yang pada akhirnya akan terjadi pula deformasi yang berlebihan. Momen-

momen lentur maupun torsi tambahan yang melebihi kapasitas tahanan elemen

struktur dapat mengakibatkan retak yang berlebihan karena lelehnya tulangan, dan

pada akhirnya menyebabkan keruntuhan.

Apabila keseluruhan struktur mengalami penurunan yang seragam (even),

yang akan terjadi hanyalah sedikit atau mungkin tidak ada kelebihan tegangan.

Perilaku yang demikian dapat dipelajari pada pondasi yang sangat kaku dan tanahnya

sangat lunak sehingga struktur di atasnya berperilaku seperti benda yang mengapung,

yaitu dapat berubah posisi tanpa terjadi kerusakan. Contoh-contoh struktur demikian

dapat dilihat, seperti misalnya di Mexico City, yang bangunan-bangunannya memiliki

pondasi dangkal dan mengalami penurunan beberapa feet selama bertahun-tahun

sebagai akibat proses konsolidasi tanah. Contoh-contoh lain yang penurunannya

sangat lambat, atau juga proses konsolidasinya tidak seragam juga ada. Kehilangan

kestabilan struktur secara perlahan-lahan, seperti yang terjadi pada Menara Pisa,

merupakan contoh masalah penururnan pondasi yang tidak seragam.

Denah letak tumpuan suatu struktur sangat beragam, begitu pula kondisi tanah

dapat berbeda di suatu daerah dan di daerah lain yang berjauhan maupun yang

berdekatan. Sebagai akibatnya, jenis pondasi yang dipilih harus didasarkan atas

faktor-faktor tersebut, ditambah faktor lain, seperti misalnya faktor ekonomis.

Ringkasnya, perencana struktur harus memperoleh data tanah selengkap yang

12

Page 13: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

diperlukan sebelum menentukan jenis maupun tata letak pondasi suatu struktur ynag

direncanakan

3.1. JENIS-JENIS PONDASI

Pada dasarnya, ada enam jenis substruktur pondasi, seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pondasi-pondasi tersebut harus cukup mempunyai

kemampuan memikul beban dari kolom, berat sendiri sistem pondasi dan berat

tambahan lainnya, tanpa melampaui tekanan tanah yang diizinkan.

1. Pondasi dinding. Pondasi demikian terdiri atas jalur slab di sepanjang

dinding, tebalnya lebih daripada tebal dinding. Slab ini dianggap sebagai

kantilever yang mengalami beban yang berasal dari tekanan tanah. Panjang

slab ini ditentukan oleh tekanan daya dukung tanah. Penampang kritisnya

terhadap lentur terletak pada muka dinding. Tulangan utama terletak dalam

arah tegaklurus terhadap arah dinding.

2. Tumpuan kolom yang terisolasi bebas (independent isolated column

footings). Jenis ini terdiri atas slab segiempat atau bujursangkar yang

mempunyai tebal konstan maupun tidak. Pondasi demikian mempunyai

tulangan pada kedua arah. Jenis ini cukup ekonomis apabila digunakan

untuk beban yang relatif kecil atau untuk pondasi yang terletak di atas

batu.

3. Pondasi gabungan. Pondasi demikian menerima beban dari dua arah atau

lebih kolom. Jenis demikian diperlukan apabila kolom dinding harus ada

pada garis bangunan dan slab pondasinya tidak dapat terletak pada garis

bangunan. Dalam hal demikian, apabila digunakan pondasi yang terisolasi

bebas (hanya menerima beban dari satu kolom), akan ada eksentrisitas

yang sangat besar, yang dapat mengakibatkan terjadinya tegangan tarik

pada tanah di bawahnya.

TABEL 3.1 PRAKIRAAN DAYA DUKUNG (TON/FT)

Jenis Tanah Daya Dukung

13

Page 14: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Kristal batuan masif seperti granit, diorit, gnesis dan batu trap

Batuan foliated seperti skis atau slate

Batuan endapan seperti hard shale, batu pasir, batu kapur dan batu lanau

Campuran kerikil-pasir dan kerikil (tanah GW dan GP)

Kepadatan tinggi

Kepadatan sedang

Kepadatan lepas (tidak dipadatkan)

Pasir berkerikil dan pasir bergradasi baik (tanah SW)

Kepadatan tinggi

Kepadatan sedang

Kepadatan lepas (tidak dipadatkan)

Pasir berkerikil dan pasir bergradasi buruk (tanah SW)

Kepadatan tinggi

Kepadatan sedang

Kepadatan lepas (tidak dipadatkan)

Campuran kerikil-pasir-lanau dan lanau (tanah GM)

Kepadatan tinggi

Kepadatan sedang

Kepadatan lepas (tidak dipadatkan)

Campuran lanau-pasir dan pasir berlanau (tanah SM)

Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung, pasir kelempungan,

campuran pasir lempung(tanah GC dan SC)

Lanau anorgnaik dan pasir halus; pasir halus kelanauna atau kelempungan dan

lanau kelempungan dengan plastisitas sedang; lempung dengan plastisitas sedang;

lempung berkerikil; lempung kepasiran, lempung kelanauan; lempung kurus (tanah

ML dan CL)

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk; tanah kelanauan

atau kepasiran halus (yang mengandung mika, lanau elastis CH dan MH)

100

40

15

5

4

33

3.75

3

2..25

3

2.5

1.75

3.5

2

1.5

2

1

1

1

Agar diperoleh distribusi tegangan yang relatif merata, pondasi untuk

kolom dinding luar dapat digabungkan dengan pondasi kolom di dekatnya.

Selain itu, pondasi gabungan juga digunakan apabila jarak antara kolom yang

bersebelahan relatif kecil, seperti halnya kolom di koridor yang akan lebih

ekonomis apabila digunakan pondasi gabungan untuk kolom yang berdekatan.

4) Pondasi kantilever or strap. Pondasi ini serupa dengan pondasi gabungan

kecuali dalam hal pondasi untuk kolom interior dan eksterior.yang dibuat

sendiri-sendiri. Masing-masing dihubungkan oleh balok strap untuk

14

Page 15: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

meneruskan momen lentur yang diakibatkan oleh eksentrisnya beban

kolom dinding ke daerah pondasi di bawah kolom interior.

5) Pondasi tiang. Jenis pondasi ini sangat penting apabila tanahnya lunak

sampai kedalaman yang cukup besar. Tiang tersebut dapat dipancang

sampai kepada bantuan yang keras, atau hanya sampai kepada kedalaman

yang cukup untuk memberikan tahanan gesekan (skin friction), atau bisa

saja gabungan keduanya. Tiang tersebut dapat merupakan tiang pracetak

atau beton pratekan. Jenis tiang lain juga ada seperti misalnya yang terbuat

dari bahan baja atau kayu. Untuk semua jenis, tiang tersebut harus

mempunyai kepala tiang (pile cap) dari beton yang ditulangi pada kedua

arah.

15

Page 16: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

6) Pondasi rakit atau pondasi terapung. Pondasi demikian diperlukan apabila

daya dukung tanah yang diizinkan sangat kecil pada kedalaman yang

cukup besar sehingga, apabila digunakan pondasi tiang, menjadi tidak

ekonomis. Dalam hal demikian, penggalian harus dilakukan sampai

tekanan dukung tanah ke pondasi cukup dekat dengan tegangan akibat

beban dari struktur. Pondasi ini harus terentang di seluruh denah struktur

sehingga keseluruhan struktur tersebut dapat dianggap terapung di rakit.

Apabila tanhnya terus-menerus berkonsolidasi, diperlukan substruktur

jenis ini yang pada dasarnya merupakan sistem lantai terbalik. Apabila

tidak digunakan pondasi rakit, untuk itu diperlukan pondasi tiang yang

dipancang sampai ke batuan keras.

16

Page 17: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

BAB IV

KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke

elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Karena

kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu kolom merupakan

lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapes (runtuhnya) lantai yang bersangkutan

dan juga runtuh bats total (ultimate total sollapes) seluruh strukturnya.

Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sangat berarti ditinjau dari

segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom

perlu lebih waspada. Yaitu dengan memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi

daripada yang dilakukan pada balok dan elemen struktural horizontal lainnya, terlebih

lagi karena keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas.

Banyaknya pernulangan dalam hal balok telah dikontrol agar balok dapat

berperilaku daktail. Dalam hal kolom, beban aksial biasanya dominan sehingga

keruntuhan yang berupa keruntuhan tekan sulit dihindari.

Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi di

seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan batas

keruntuhan (limit state of failure), selimut beton di luar sengkang (pada kolom

sengkang) atau di luar spiral (pada kolom berspiral) akan lepas sehingga tulangan

memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya terus bertambah, maka terjadi

keurntuhan dan tekuk lokal (local buckling) tulangan memanjang pada panjang tak

tertumpu sengkang atau spiral. Dapat dikatakan bahwa dalam keadaan batas

keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton hilang.

Seperti halnya balok, kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip

dasar sebagai berikut:

1. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.

2. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (ini berarti regangan

pada baja sama dengan regangan pada beton yang mengelilinginya).

3. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal (untuk

perhitungan kekuatan) adalah 0,003 in/in.

4. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan dalam perhitungan.

17

Page 18: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

4.1. JENIS KOLOM

Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,

posisi beban pada penampangnya da panjang kolom dalam hubungannya dengan

dinding lateralnya. Bentuk dan susunan tulangan pada kolom dapat dibagi menjadi

tiga kategori seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.1

1. Kolom segiempat atau bujursangkar dengan tulangan memanjang dan

sengkang (Gambar 4.1(a)).

2. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa

sengkang atau spiral.

3. kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja struktural di dalamnya.

Profil baja ini biasanya diletakkan di dalam selubung tulangan biasa seperti

yang diperlihatkan pada Gambar 4.1(c).

Kolom

bersengkang

merupakan jenis yang

paling banyak

digunakan karena

murahnya harga

pembuatannya.

Sekalipun demikian,

kolom segiempat

maupun bundar dengan

tulangan berbentuk

spiral kadang-kadang

digunakan juga,

terutama apabila

diperlukan daktilitas

kolom yang cukup

tinggi seperti pada

daerah-daerah gempa.

Kemampuan kolom

berspiral untuk

18

4

Page 19: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

menahan beban maksimum pada deformasi besar mencegah terjadinya collapse pada

struktur secara keseluruhan sebelum terjadinya redistribusi total momen dan tegangan

selesai. Gambar 4.2 memperlihatkan peningkatan daktilitas sebagai efek dari

digunakannya tulangan spiral.

Berdasarkan posisi

beban terhadap penampang

melintang, kolom dapat

diklasifikasikan atas kolom

dengan beban sentris dan

kolom dengan beban

eksentris seperti yang

diperlihatkan pada Gambar

4.3. Kolom yang mengalami

beban sentris (Gambar

4.3(a)) berarti tidak

mengalami momen lentur.

Akan tetapi, dalam

praktenya semua kolom

hendaknya direncanakan

terhadap eksentrisitas yang

diakibatkan oleh hal-hal tak

terduga, seperti tidak

tepatnya pembuatan acuan

beton dan sebagainya.

Kolom dengan beban

eksentris (Gambar 4.3(b) dan (c)) mengalami momen lentur selain juga gaya aksial.

Momen ini dapat dikonversikan menjadi suatu beban P dengan eksentris e seperti

yang diperlihatkan pada Gambar 4.3 (a) dan (c). Momen lentur ini dapat bersumbu

tunggal (uniaxial) seperti dalam hal kolom eksterior bangunan bertingkat banyak dan

kolom A dan B dalam Gambar 4.4 di mana beban pada panel yang berdekatan tidak

sama. Kolom dianggap bersumbu rangkap (biaxial) apabila lenturnya terjadi terhadap

sumbu X dan Y seperti dalam hal kolom pojok C dalam Gambar 4.4.

19

Page 20: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Keruntuhan kolom dapat terjadi apabila tulangan bajanya lelah karena tarik,

atau terjadinya kehancuran pada beton yang tertekan. Selain itu, dapat pula kolom

mengalami keruntuhan apabila terjadi kehilangan stabilitas lateral, yaitu terjadi tekuk.

Apabila

kolom

runtuh

karena

kegagalan

materialnya (yaitu lelehnya baja atau hancurnya beton), kolom ini diklasifikasikan

sebagai kolom pendek (short colomn). Apabila panjang kolombertambah,

kemungkinan kolom runtuh karena tekuk semakin besar. Dengan demikian, ada suatu

transisi dari kolom pendek (runtuh karena material) ke kolom panjang (runtuh karena

tekuk) yang terdefinisi dengan menggunakan perbandingan panjang efektif klu dengan

jari-jari girasi r. Tinggi lu adalah panjang tak tertumpu (unsupported length) kolom,

dan k adalah faktor yang bergantung pada kondisi ujung kolom dan kondisi adakah

penahan deformasi lateral atau tidak. Sebagai contoh, dalam hal kolom yang tidak ada

penahan lateral (unbraced kolom), apabila angka klu/r ≤ 22, maka kolom demikian

diklasifikasikan sebagai kolom pendek sesuai dengan kriteria ACI. Apabila tidak

demikian, kolom tersebut diklasifikasikan sebagai kolom panjang atau lazim disebtu

kolom langsing. Angka klu/r disebut angka kelangsingan.

20

Page 21: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

BAB V

BALOK DAN LANTAI

Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi

(berarah vertikal) maupun beban-beban lain, seperti beban angin (dapat berarah

horizontal), atau juga beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur

menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur pada balok

merupakan akibat dari adanya regangan yang timbul karena adanya beban luar.

Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan

regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya (atau bertambahnya) retak lentur

di sepanjang bentang balok. Bila bebannya semakin bertambah, pada akhirnya dapat

terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapai kapasitas

elemen. Taraf pembebanan demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada

lentur. Karena itulah perencana harus mendesain penampang elemen balok

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak yang berlebihan pada saat beban kerja,

dan masih mempunyai keamanan yang cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan

beban dan tegangan tanpa mengalami keruntuhan.

Jika suatu balok terbuat dari material yang elastis linier, isotropis dan

homogen, maka tegangan lentur maksimumnya dapat diperoleh dengan rumus lentur

balok yang terkenal, yaitu f = Mc/I. Pada keadaan beban batas, balok beton bertulang

bukanlah material yang homogen, juga tidak elastis sehingga rumus ;entur balok

tersebut tidak dapat digunakan untuk menghitung tegangannya. Akan tetapi, prinsip-

prinsip dasar mengenai teori lentur masih dapat digunakan pada analisis penampang

melintang balok beton bertulang. Gambar 5.1 memperlihatkan balok beton bertulang

di atas dua tumpuan sederhana. Jika balok ini direncanakan sedemikian rupa sehingga

semua materialnya (beton dan tulangan baja) mencapai kapasitasnya sebelum runtuh,

ini berarti bahwa beton dan baja tersebut akan runtuh secara simultan pada saat

kekuatan batas balok tercapai. Diagram tegangan dan regangan pada keadaan ini

diperlihatkan pada Gambar 5.2.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam menetapkan perilaku penampang

adalah sebagai berikut:

21

Page 22: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

1. Distribusi regangan dianggap linier. Asumsi ini berdasarkan hipotesis

Bernoulli yaitu penampang yang datar sebelum mengalami lentur akan tetap

datar dan tegak lurus terhadap sumbu netral setelah mengalami lentur.

2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebelum terjadi retak pada

beton atau leleh pada baja.

3. Beton lemah terhadap tarik. Beton akan retak pada taraf pembebanan kecil,

yaitu sekitar 10% dari kekuatan tekannya. Akibatnya, bagian beton yang

mengalami tarik pada penampang diabaikan dalam perhitungan anlisis dan

desain, juga tulangan tarik yang ada dianggap memikul gaya tarik tersebut.

Agar keseimbangan gaya horizontal terpenuhi, gaya tekan C pada beton dan

gaya tarik T pada tulangan harus saling mengimbangi, jadi haruslah:

C = T

Simbol-simbol yang ada pada Gambar 5.2 didefinisikan sebagai berikut:

b = lebar balok yang tertekan

d = tinggi balok diukur dari tepi serat yang tertekan ke titik berat luas beton

h = tinggi total balok

As = luas tulangan tarik

єc = regangan pada tepi serat yang tertekan

єs = regangan pada taraf tulangan baja yang tertarik

f’c = kekuatan tekan beton

fs = tegangan pada tulangan baja yang tertarik

fy = kekuatan leleh tulangan tarik

c = jarak garis netral diukur dari tepi serat yang tertekan.

5.1 BALOK SEGIEMPAT EKUIVALEN

Distribusi tegangan tekan aktual yang terajdi pada penampang mempunyai

bentuk parabola seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.2(c). Menghitung volume

balok tegangan tekan yang berbentuk parabola bukanlah hal yang mudah. Karena itu,

Whitney mengusulkan agar digunakan balok tegangan segiempat ekuivalen yang

dapat digunakan untuk menghitung gaya tekan – tanpa harus kehilangan ketelitiannya

– yang berarti juga dapat digunakan utnuk menghitung kekuatan lentur penampang.

22

Page 23: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

Balok tegangan ekuivalen ini mempunyai tinggi a dan tegangan tekan rata-rata

sebesar 0,85 f’c. Seperti terlihta pada Gambar 5.2(d), besarnya a adalah β1c yang

ditentukan dengan menggunakan koefisien β1 sedemikian rupa sehingga luas balok

segiempat ekuivalen kurang-lebih sama dengan balok tegangan yang terbentuk

parabola. Dengan cara demikian, gaya tekan C pada dasarnya sama untuk kedua jenis

distribusi tegangan.

Harga 0,85 f’c untuk tegangan rata-rata dari balok tegangan segiempat

ekuivalen ditentukan berdasarkan hasil percobaan pada beton yang berumur lebih dari

28 hari. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, regangan maksimum yang

diizinkan adalah 0,003 in/in. Harga ini dipakai pada ACI sebagai harga batas yang

masih aman. Meskipun pada akhir-akhir ini ada usulan mengenai bentuk distribusi

tegangan ekuivalen, seperti misalnya yang berbentuk trapesium, balok segiempat

ekuivalen ini merupakan salah satu bentuk yang digunakan pada standar analisis dan

desain beton bertulang. Perilaku tulangan baja dianggap elastoplatis seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 5.3(a).

Dengan menggunakan semua asumsi di atas, diagrama distribusi tegangan

yang diperlihatkan pada Gambar 5.2(c) dapat digambar ulang seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 5.2(d). Dengan mudah kita dapat menghitung gaya tekan

C sebesar 0,85 f’c ba, yaitu volume balok tekan pada atau dekat keadaan batas, yaitu

bila saja tarik telah leleh (єs > єy). Gaya tarik T dapat ditulis sebagai Asfy. Jadi,

persamaan keseimbangan 5.1 dapat ditulis sebagai:

(5.2)

atau

(5.3)

Momen tahapan penampang, yaitu kekuatan nominal Mn, dapat ditulis sebagai:

atau (5.4a)

di mana jd adalah lengan momen, yaitu jarak antara gaya tarik dan tekan yang

membentuk kopel. Dengan menggunakan balok tegangan segiempat ekuivalen dari

Gambar 5.2(d), maka lengan momennya adalah:

Jadi, momen tahanan nominalnya adalah:

23

Page 24: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

(5.4b)

Karena C = T, maka persamaan momen dapat ditulis sebagai:

(5.4c)

Jika persentase tulangan dinyatakan dengan , maka persamaan 5.3

dapat ditulis kembali sebagai:

Jika r = b/d, maka persamaan 5.4c menjadi

(5.5a)

atau (5.5b)

di mana . Persamaan 5.5b kadang-kadang ditulis sebagai

(5.6a)

di mana

(5.6b)

Persamaan 5.5 dan 5.6 sangat diperlukan dalam membuat kurva yang diperlukan

dalam analisis dan desain. Plot harga R untuk balok bertulangan tunggal diperlihatkan

pada Gambar 5.4.

Jika fc, fy, b, d, dan A diberikan untuk suatu penampang segiempat dan

baloknya direncanakan sedemikian rupa sehingga keruntuhan terjadi secara simultan,

yaitu lelehnya tulangan tarik dan hancurnya beton yang tertekan, maka kekuatan

momen tahanan dapat diperoleh dengan persamaan 5.4 atau 5.5 dimana As dan a pada

rumus ini diganti dengan Asb (luas tulangan baja balanced) dan ab (tinggi balok

segiempat balanced). Akan tetapi, karena alasan-alasan tertentu, balok seharusnya

direncanakan agar runtuh terhadap tarik, yaitu terjadi leleh pada tulangan tarik

sebelum terjadi kehancuran beton yang tertekan.

Berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami – apakah akan terjadi leleh

tulangan tarik ataukah hancurnya beton yang tertekan – balok dapat dikelompokkan

ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:

1. Penampang balanced. Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton

mencapai regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal

24

Page 25: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diizinkan pada serat tepi yang

tertekan adalah 0,003 in/in. Sedangakan regangan baja sama dengan regangan

lelehnya, yaitu . Distribusi regangan pada penampang balok dalam

keadaan balanced diperlihatkan sebagai garis Aci pada Gambar 5.3b.

2. Penampang over-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton

yang tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja єsyang terjadi masih lebih

kecil daripada regangan lelehnya, єy, sebagaimana yang diperlihatkan dengan

garis Ab2 pada Gambar 5.3(b). Dengan demikian, tegangan baja fs juga kecil

daripada tegangan lelehnya, єy. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang

digunakan lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan balanced.

3. Penampang under-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh

pada tulangan baja, sebagaimana yang ditunjukkna dengan garis Aa3 pada

Gambar 5.3(b). Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan

bertambahnya regangan di atas єy. Kondisi penampang yang demikian dapat

terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai pada balok kurang dari yang

diperlukan untuk kondisi balanced.

Dapat dicatat dari posisi garis netral c, b dan a bahwa garis netral akan bergeser ke

arah tepi yang tertekan untuk penampang balok yang under-reinforced pada saat

terjadinya keruntuhan. Perilaku ini sesuai dengan hasil percobaan bahwa retak lentur

menjalar terus ke arah serat yang tertekan sampai beton hancur. Perlu pula diketahui

bahwa jarak vertikal antara titik-titik c, b dan a ke tepi yang tertekan sangat

bergantung pada angka tulangan dan tidak begitu berbeda karena

regangannya cukup kecil.

Keruntuhan pada beton mendadak karena beton adalah material yang getas.

Dengan demikian, hampir semua peraturan perencanaan merekomendasikan

perencanaan balok dengan tulangan yang bersifat under-reinforced untuk memberikan

peringatan yang cukup, seperti defleksi yang berlebihan, sebelum terjadinya

keruntuhan. Pada struktur statis tak tentu, keruntuhan yang daktail diperlukan agar

terjadi retribusi momen. Jadi, untuk balok, peaturan ACI membatasi tulangan

maksimum baja sampai 75% dari yang diperlukan pada penampang balanced. Akan

tetapi, untuk tujuan praktis, angka tulangan As/bd diharapkan tidak melebihi

untuk menghindari tulangan yang terlalu rapat, juga agar beton dapat dengan mudah

25

Page 26: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

dicor. Jika angka penulangan yang ada adalah dan angka penulangan pada keadaan

balanced adalah , maka harus dipenuhi:

(5.7a)

Peraturan ACI ini juga menuliskan tulangan maksimum sebesar:

(5.7b)

Dimana fy dinyatakan dalam psi, untuk memperhitungkan adanya tegangan-

tegangan akibat perubahan temperatur, juga untuk menjamin keruntuhan daktail pada

kondisi tarik.

26

Page 27: Teknologi Bahan 'Beton Bertulang

Tugas Teknologi Bahan 1 Oleh: Gita Nur IstiqomahBeton Bertulang 060212073

5.2 SLAB SATU ARAH

Slab satu arah adalah suatu lantai beton bertulang struktural yang angka perbandingannya antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek sama atau lebih besar dari 2,0. jika perbandingan ini kurang dari 2,0, slab ini menjadi pelat atau slab dua arah. Slab satu arah dirancang sebagai “balok” dengan lebar 2 in (304,8mm) yang diperlihatkan Gambar 5.11.

Beban pada slab pada umumnya dinyatakan dalam pounds per feet2 (psf). Kita harus mendistribusikan penulangan di seluruh lebar 12 in dan menentukan jarak as ke as tulangan. Dalam desain salab, biasanya tebalnya diasumsikan, dan tulangannya ditentukan berdasarkan lengan momen (d-a/2) atau 0,9d.

Untuk beban-beban yang umum terjadi, pada slab biasanya tidak diperlukan penulangan geser. Penulangan melintang harus diberikan (berarah tegak lurus terhadap arah lenturnya) untuk menahan susut dan tegangan-regangan akibat perubahan temperatur. Penulangan temperatur dan susut tidak boleh kurang dari 0,002 kali luas bruto untuk tulangan mutu 40 atau 5 dan 0,0018 untuk baja tulangan mutu 60 dan jaring kawat baja las.

5.3 PLAT DAN SLAB DUA ARAH

Sistem lantai biasanya terbuat dari beton bertulang yang dicor di tempat. Plat dan slab dua arah merupakan panel-panel beton bertulang yang perbandingan atara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2. Perlu dicatat bahwa yang disebut plat datar (flat plates) adalah slab yang ditumpu lansung pada kolom tanpa adanya balok seperti yang diperlihatkan pada Gambar 11.1(a), sedangkan contoh slab dengan balok diperlihatkan pada Gambar 11.1(b), dan waffle slab diperlihatkan pada Gambar 11.1(c).

27