Teknik Pertambangan

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan potensi bahan mineral bukan logam dan batuan untuk menunjang pembangunan fisik di Kabupaten Majalengka masih mengalami konflik yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan. Banyak yang beranggapan bahwa kegiatan eksploitasi bahan galian merupakan salah satu kegiatan yang memberikan andil terhadap degradasi kualitas lingkungan fisik dan infrastruktur berupa kerusakan lahan, penurunan muka air tanah, pencemaran udara maupun suara, serta kerusakan jalan. Kebijakan dan strategi pengelolaan dalam usaha pemanfaatan sumber daya mineral adalah optimalisasi pemanfaatn sumber daya mineral untuk kesejahteraan rakyat, tetapi tetap pada prinsip konservasi yang menjamin daya dukung kelestarian dan keseimbangan lingkungan untuk kehidupan masa depan. Upaya yang dapat dilakukan adalah mitigasi (mengecilkan dampak) terhadap lingkungan dengan lebih memahami karakteristik proses

description

kaidah teknis pertambangan

Transcript of Teknik Pertambangan

Page 1: Teknik Pertambangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan potensi bahan mineral bukan logam dan batuan untuk

menunjang pembangunan fisik di Kabupaten Majalengka masih mengalami

konflik yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan. Banyak yang beranggapan

bahwa kegiatan eksploitasi bahan galian merupakan salah satu kegiatan yang

memberikan andil terhadap degradasi kualitas lingkungan fisik dan infrastruktur

berupa kerusakan lahan, penurunan muka air tanah, pencemaran udara maupun

suara, serta kerusakan jalan.

Kebijakan dan strategi pengelolaan dalam usaha pemanfaatan sumber daya

mineral adalah optimalisasi pemanfaatn sumber daya mineral untuk kesejahteraan

rakyat, tetapi tetap pada prinsip konservasi yang menjamin daya dukung

kelestarian dan keseimbangan lingkungan untuk kehidupan masa depan. Upaya

yang dapat dilakukan adalah mitigasi (mengecilkan dampak) terhadap lingkungan

dengan lebih memahami karakteristik proses alam tersebut. Dampak dan

perubahan lingkungan dari pengusahaan mineral tergantung pada rona lingkungan

hidup awal yaitu: fisiografi dan geologi; ruang, lahan dan tanah; flora dan fauna

serta sosial dan kesehatan masyarakat.

Dalam upaya meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

aktifitas penambangan mineral maka perlu dibuat AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan) / UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan UPL

(Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Disamping itu perlu perencanaan tata

Page 2: Teknik Pertambangan

ruang daerah untuk kegiatan penambangan dan hanya dapat dilakukan pada zona

layak tambang.

Zona layak tambang dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

diperbolehkan adanya kegiatan pertambangan karena tidak mempunyai kendala

lingkungan. Adapun zona layak tambang hendaknya tidak berada pada : Daerah

Permukiman Penduduk; Lokasi Wisata; Kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan di bawahnya (Kawasan hutan lindung, Kawasan resapan air); Kawasan

Perlindungan Setempat (Sempadan sungai; Kawasan sekitar danau/waduk;

Kawasan sekitar mata air; Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya; Kawasan

Rawan Bencana.

Pengelolaan pertambangan yang baik perlu disusun suatu Rencana Induk

Pertambangan. Rencana Induk merupakan suatu bentuk perencanaan jangka

panjang yang disusun untuk merumuskan strategi dan program pembangunan.

Pada dasarnya Rencana Induk (RENDUK) yang dikenal juga sebagai master plan,

general plan, atau comprehensive plan.

Dalam kaitannya dengan perencanaan jangka panjang bidang pertambangan di

Kabupaten Majalengka maka pengertian Rencana Induk Pertambangan adalah

sebagai berikut :

(1). Perencanaan pertambangan atau Rencana Induk Pertambangan dilakukan

untuk tercapainya keterpaduan dalam pengelolaan secara kewilayahan di

Kabupaten Majalengka serta untuk melakukan perlindungan terhadap

daerah-daerah tidak layak tambang;

Page 3: Teknik Pertambangan

(2). Perencanaan pertambangan dilakukan dengan jalan menetapkan zona

pertambangan, kawasan pertambangan dan daerah pencadangan potensi

bahan galian tambang;

(3). Penentuan zona pertambangan, kawasan pertambangan dan daerah

pencadangan potensi bahan galian tambang ditetapkan oleh Bupati;

(4). Perencanaan pertambangan disusun secara terpadu dengan perencanaan

Tata Ruang.

Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, yang memberikan kewenangan kepada

Daerah Otonom untuk mengatur kegiatan pengelolaan sumber daya alam

termasuk bahan mineral.

Sumber daya alam berupa bahan galian merupakan salah satu kekayaan

negara yang apabila dimanfaatkan secara baik dan benar akan dapat menjadi

penopang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka menggerakan roda

pembangunan daerah. Agar kegiatan usaha pertambangan dapat memberikan

kontribusinya secara nyata bagi daerah, maka aspek legalitas dalam bentuk

perizinan perlu mendapat perhatian secara serius. Aspek ini merupakan hal yang

paling mendasar karena legalitas adalah bukti tertulis mengenai hak dan

kewajiban di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara jelas dan

transparan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan aspek legalitas dinilai penting,

karena sebelum mendapatkan izin, hal teknis dan administratif terlebih dahulu

dinilai oleh instansi teknis, apakah badan usaha atau perorangan yang akan

Page 4: Teknik Pertambangan

melakukan penambangan memang layak dan bonafide untuk melaksanakan

kegiatan penambangan secara baik dan benar. Kompetensi dan bonafiditas pelaku

usaha pertambangan sangat menentukan terselenggaranya pengelolaan

keselamatan pertambangan dan lingkungan pertambangan.

Kegiatan pertambangan dapat berlangsung sesuai dengan kaidah-kaidah

dan ketentuan yang berlaku, memerlukan persyaratan diantaranya perusahaan

harus sadar dan taat dalam melaksanakan hak dan kewajiban serta pemerintah

selaku pembina dan pengawas melaksanakan tugasnya secara konsisten dan

berkesinambungan.

Meskipun kegiatan usaha pertambangan di Kabupaten Majalengka lebih

dominan merupakan bahan galian konstruksi dan bahan galian industri yang

teknis pelaksanaannya hanya membutuhkan teknologi dan peralatan yang

sederhana, namun kenyataannya cukup banyak kasus-kasus kecelakaan maupun

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan ini. Dengan demikian

kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pertambangan

harus secara teratur dan berkesinambungan dilaksanakan, dalam rangka

membangun dan mengarahkan usaha pertambangan melaksanakan prinsip good

mining practise.

Agar pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap para pelaku usaha

pertambangan dapat efektif dan efisien, maka kegiatan tersebut harus dilakukan

secara sinergis bersama stakeholder (pihak yang berkepentingan) dalam

pengelolaan usaha pertambangan.

Berdasarkan uraian di atas dan sesuai dengan kedudukan dan tugas pokok

penulis, maka judul yang dipilih adalah “Rencana Kerja Peningkatan

Page 5: Teknik Pertambangan

Pengetahuan Bagi Pelaku Usaha Pertambangan melalui Kegiatan

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Usaha Pertambangan pada

Bidang Pertambangan dan Energi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air,

Pertambangan dan Energi Kabupaten Majalengka”.

B. Isu Aktual

Baru-baru ini, di media massa sering kita membaca pemberitaan bahwa

kegiatan penambangan mineral dan batuan menyebabkan terjadinya kerusakan

lingkungan. Pemerhati lingkungan seringkali menuding, aktifitas penambangan

merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Aktifitas penambangan

pulalah yang dituding sebagai salah satu penyebab kerusakan jalan. Lagi-lagi kita

akan berkesimpulan yang sama apabila kita berkunjung ke suatu lokasi

penambangan. Lengkap sudah tudingan bahwa kegiatan penambangan sebagai

penyebab kerusakan lingkungan. Benarkah penambangan merusak lingkungan?

Segala kegiatan industri, termasuk industri pertambangan, dan aktifitas

manusia di dalam menyediakan prasarana dan sarana kehidupannya seperti

membangun rumah, jalan, jembatan, pasar, dan sebagainya, akan menyebabkan

dampak positif dan negatif terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya

ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang tidak

dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti perlindungan tanah, tata

air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam

lingkungan.

Page 6: Teknik Pertambangan

C. Dasar Teori

Kebijakan dan strategi pengelolaan dalam usaha pemanfaatan sumber daya

mineral adalah optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral untuk

kesejahteraan rakyat, tetapi tetap pada prinsip konservasi yang menjamin daya

dukung kelestarian dan keseimbangan lingkungan untuk kehidupan masa depan.

Upaya yang dapat dilakukan adalah mitigasi (mengecilkan dampak) terhadap

lingkungan dengan lebih memahami karakteristik proses alam tersebut.

Dampak dan perubahan lingkungan dari pengusahaan mineral tergantung

pada rona lingkungan hidup awal yaitu: iklim dan udara; fisiografi dan geologi;

ruang, lahan dan tanah; flora dan fauna serta sosial dan kesehatan masyarakat.

Dampak tersebut merupakan harga yang harus dibayar atas pemanfaatan sumber

daya mineral dalam kehidupan manusia.

Dalam upaya meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

aktifitas penambangan mineral maka perlu disusun dokumen AMDAL (Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan) atau UKL (Usaha Pengelolaan Lingkungan

Hidup)- UPL (Usaha Pemantauan Lingkungan Hidup). Disamping itu perlu

perencanaan tata ruang daerah untuk kegiatan penambangan.

Kegiatan penambangan hanya dapat dilakukan pada zona layak tambang.

Zona layak tambang dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

diperbolehkan adanya kegiatan pertambangan karena tidak mempunyai kendala

lingkungan seperti: Daerah Permukiman Penduduk, Lokasi Wisata, Kawasan

Hutan Lindung, Kawasan Resapan Air, Sempadan Sungai, Kawasan sekitar

Danau/Waduk, Kawasan sekitar Mata Air, Kawasan Suaka Alam, Taman

nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, Kawasan cagar budaya dan

Page 7: Teknik Pertambangan

ilmu pengetahuan, Kawasan Rawan Bencana. Dalam menyamakan persepsi

mengenai dampak lingkungan, perlu dibuat kriteria kerusakan lingkungan bagi

kegiatan penambangan bahan mineral.

Untuk memberikan landasan hukum yang tegas dan jelas dalam rangka

mengatur pengusahaan pertambangan mineral agar lebih terarah, terpadu dan

menyeluruh serta berkelanjutan, yang bertujuan agar pengelolaan pertambangan

dilakukan secara tertib, berdayaguna dan berhasilguna serta berwawasan

lingkungan agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat maka perlu

disusun tata cara izin usaha pertambanga.

Prosedur izin usaha pertambangan perlu segera dibuat, mengingat aturan-

aturan (Perda No. 3 tahun 2004 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan dan

Perbup Majalengka Nomor 12 tahun 2005 tentang Tata Cara dan Syarat-Syarat

Pengajuan Izin Pertambangan) yang berlaku hingga saat ini sudah tidak sesuai

dengan tuntutan yang ada di Kabupaten Majalengka. Di samping itu dengan

diundangkannya UU No. 4 tahun 2009, maka Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan sudah tidak berlaku.

Agar pemegang IUP dalam melakukan kegiatan penambangan maupun

pasca penambangan tetap menjaga keseimbangan dan ketertiban lingkungan, perlu

dilakukan usaha pembinaan dan pengawasan yang berkelanjutan. Pemegang IUP

wajib melaksanakan segala kewajibannya seperti: melaksanakan segala ketentuan

yang tertuang dalam dokumen UKL dan UPL, melakukan teknik penambangan

yang benar sesuai dengan syarat teknis, melaporkan hasil produksi bahan galian

yang diproduksi setiap bulan kepada Dinas/Instansi yang berwenang, membayar

pajak galian C sesuai dengan peraturan yang ada, bertanggung jawab atas segala

Page 8: Teknik Pertambangan

kerusakan sarana umum yang diakibatkan oleh mobilisasi kegiatan penambangan.

Di samping itu, baik IUP masih berlaku maupun habis masa berlakunya, wajib

melakukan reklamasi pada lahan bekas tambang. Reklamasi ini wajib dilakukan

pada saat kegiatan penambangan sedang dilakukan dan diharapkan akan selesai

apabila penambangan dihentikan karena deposito habis maupun izin habis.

Apabila reklamasi tidak dilaksanakan pada saat IUP habis masa berlakunya, maka

akan dituntut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C.1. ASPEK KELAYAKAN TEKNIS

C.1.1. Kelayakan Tata Ruang dan Peruntukkan Lahan

Dalam upaya meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

aktifitas penambangan mineral perlu perencanaan tata ruang daerah untuk

kegiatan penambangan. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) hendaknya

tidak berada pada :

a) Daerah Permukiman Penduduk, yaitu suatu wilayah yang terdapat

sekelompok atau bererapa kelompok rumah untuk tempat tinggal.

b) Kawasan Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang memiliki sifat

khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan

sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,

pencegahan banjir dan erosi serta pemerliharaan kesuburan tanah.

c) Kawasan Resapan Air, yaitu kawasan yang mempunyai kemampuan

tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat

pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.

Memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah

resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah

Page 9: Teknik Pertambangan

dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya

maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan resapan air dicirikan

dengan curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah

meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan

air hujan secara besar-besaran.

d) Sempadan sungai, yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai,

termasuk sungai buatan/ kanal/saluran/irigasi primer yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan melestarikan

fungsi sungai. Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat

mengganggu dan merusak kwalitas air sungai, kondisi fisik pinggir

dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Sekurang-

kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri

kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

e) Kawasan sekitar danau/waduk, yaitu kawasan tertentu di sekeliling

danau/waduk yang mem-punyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi danau/ waduk.

f) Kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan di sekitar mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi mata air. Melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya

yang dapat merusak kwalitas air, dan kondisi fisik kawasan

sekitarnya. Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter

disekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum.

Page 10: Teknik Pertambangan

g) Suaka Alam, yaitu kawasan yang memiliki ekosistem khas yang

berupa habitat alami yang memberikan perlindungan bagi

pengembangan flora dan fauna yang khas dan beranekaragam.

h) Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, yaitu

kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,

parawisata, rekreasi dan pendidikan.

i) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu kawasan

pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan atau

bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,

kebudayaan, pariwisata dan rekreasi.

j) Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Melindungi manusia dan

kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara

tidak langsung oleh perbuatan manusia. Daerah yang didefinisikan

sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan

gunung berapi, gempa bumi, longsor dan lainnya.

Di samping itu peruntukkan lahan perlu diperhatikan. Lahan yang akan

digunakan sebagai wilayah izin usaha pertambangan merupakan bukan lahan

produktif atau lahan pasca pertambangan hendaknya lebih produktif atau sama

dengan lahan awal sebelum penambangan.

B. Kelayakan Teknis Penambangan

Page 11: Teknik Pertambangan

Aturan pertama dari eksploitasi tambang adalah memilih suatu metode

penambangan yang paling sesuai dengan karakteristik unik (alam, geologi,

lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang. Dalam

menentukan pemilihan suatu penambangan maka perlu diketahui terlebih dahulu

letak endapan dibandingkan dengan tanah penutupnya.

System penambangan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) macam cara/ metode

penambangan, yaitu :

a. Tambang terbuka (surface mining).

b. Tambang bawah air (under water mining).

c. Tambang bawah tanah (underground mining).

Untuk saat ini tambang yang ada adalah tambang terbuka dan

tambang bawah air, sehingga pedoman tambang bawah tanah tidak

dibahas.

4.1.2.1 Tambang Terbuka

Metoda penambangan ini pada prinsipnya dilakukan berdasarkan

“permukaan”, secara garis besar dapat dibagi menjadi :

4.1.2.2 Open Pit

Operasi penambangan dengan metoda open pit dilakukan dengan

melaksanakan beberapa tahap pekerjaan antara lain : pemecahan batuan

dengan pemboran dan peledakan diikuti operasi penanganan material

penggalian, pemuatan dan pengangkutan.

Pada ‘open pit mining’ tanah penutup (over burden) dikupas dan

ditransportasikan ke suatu daerah penambangan yang tidak ada endapan

mineral berharga di bawahnya.

Page 12: Teknik Pertambangan

4.1.2.3 Open Cut Mining

Operasi penambangan dengan metoda ‘open cut mining’

hamper sama dengan ‘open pit mining’, namun pada ‘open cut

mining’ tanah penutup (over burden) tidak dibuang pada

daerah pembuangan, akan tetapi langsung diangkut ke daerah

yang berbatasan dengan daerah yang telah ditambang.

4.1.2.4 Alluvial Placer Mining

Secara geologi suatu endapan ‘placer’ adalah suatu

konsentrasi mekanik dari mineral berat, yang dapat menjadi

suatu endapan bijih jika menguntungkan dari segi nilainya.

Pada umumnya endapan ini adalah emas, intan, timah

Page 13: Teknik Pertambangan

(cassiterite). Placer disebut alluvial, sebab endapan ini

dikategorikan sebagai residual ditinjau dari segi lokasi.

4.1.2.5. Strip Mining

Penambangan yang berlapis mendatar biasanya lapisan

batubara, adapun operasi penambangannya terlabih dahulu

dengan cara mengupas tanah penutupnya (over burden),

kemudian diambil batubaranya lapis demi lapis, sehingga

akhirnya akan membentuk cekungan yang luas, kalau terisi air

hujan maka akan membentuk seperti danau buatan/waduk.

4.1.2.6. Quary Mining

Kuari hampir sama dengan open pit, tetapi jenjangnya adalah

pendek dan hampir vertical. Meskipun ‘quary’ selama ini

diterapkan untuk bahan galian non logam, namun lebih disukai

terutama untuk batu gamping.

Page 14: Teknik Pertambangan

4.1.2.7. Teknik Penambangan di Sungai

Pengertian sungai merupakan system pengaliran air mulai

dari mata air sampai dengan muara, dibatasi kanan-kiri dan

sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan atau tempat-

tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai

dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan-kirinya

sepanjang pengairannya oleh garis sempadan. Di sekitar

sungai terdapat Daerah Manfaat Sungai yaitu merupakan

mata air, palung sungai dan daerah sempadan yang telah

dibebaskan, serta Daerah Pemanfaatan Sungai yaitu

merupakan dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau

daerah sempadan yang tidak dibebaskan.

Page 15: Teknik Pertambangan

Prinsip penambangan di alur sungai adalah tidak semata-mata

melakukan penambangan dalam pengertian untuk

mendapatkan keuntungan dari penjualan bahan galian, namun

diusahakan dalam rangka pengamanan fungsi sungai dan

merupakan alternative terakhir.

Upaya memperkecil dampak Negatif harus dilakukan kajian

awal baik dari segi teknis, lingkungan maupun sosial

masyarakat sehingga diharapkan pelaksanaannya dapat

memperkecil dampak negative yang ditimbulkan akibat

kegiatan penambangan tersebut. Objek Fungsi Sungai

meliputi aliran sungai, morfologi sungai, palung sungai,

bantaran dasar dan tebing, lapisan perisai sungai, lahan kiri-

kanan yang dapat mempengaruhi morfologi sungai, serta

bangunan-bangunan pengairan dan bangunan-bangunan

umum.

4.1.2.7.1 Pengamanan Sungai, yaitu melindungi,

mengamankan dan melestarikan fungsi sungai berikut

bangunan-bangunan pengairan dan bangunan-bangunan

umum.

4.1.2.7.2 Garis Sempadan

Merupakan garis batas luar sungai

Merupakan garis bats luar pengamanan sungai

Page 16: Teknik Pertambangan

4.1.2.7.3 Daerah Sempadan, yaitu kawasan sepanjang kiri-

kanan sungai termasuk sungai buatan yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian sungai.

4.1.2.7.4 Morfologi Sungai, yaitu hal yang berhubungan

dengan bentuk, sifat dan perilaku sungai

4.1.2.7.5 Bantaran

Adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai

sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.

Adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai yang

terendam air pada debit aliran yang melebihi kapasitas

tampung palung sungai.

4.1.2.7.6 Tanggul, yaitu bangunan pengendali sungai yang

dibangun dengan persyaratan teknis tertentu untuk

melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpahan air

sungai.

4.1.2.7.7 Tepi Sungai , yaitu batas luar palung sungai.

4.1.2.7.8 Klasifikasi Usaha Tambang di Alur Sungai

Pertambangan Besar, yakni dengan produksi lebih dari

100 M3 per hari, yang dilakukan dengan atau tanpa mesin.

Ijinnya diterbitkan oleh Gubernur

Usaha Tambang Sedang, yakni produksi rata-rata 20 – 100

M3 perhari yang dilakukan tanpa mesin.

Usaha Pertambangan Rakyat, yakni produksi kurang dari

20 meter kubik per hari yang dilakukan tanpa mesin.

Page 17: Teknik Pertambangan

4.1.2.7.9 Syarat Penambangan

Tidak menimbulkan perubahan perilaku yang berbahaya

Tidak menimbulkan degradasi ataupun agradasi

Tidak melampaui ketebalan minimal lapisan perisai sungai

4.1.2.7.10 Lokasi Tambang

Ditetapkan pada daerah agradasi, sediment tikungan dalam,

daerah rencana sudetan dan kantong-kantong pasir/lahan.

4.1.2.7.11 Bangunan Pengaman Sungai

Untuk pengamanan sungai terhadap penambangan bahan

galian golongan C di sungai dapat disyaratkan dibangun

bangunan pengamanan sungai seperti bangunan pengontrol

dasar sungai, krip atau pengaman tebing.

4.1.2.7.12 Posisi Tambang

Jika posisi tambang yang pasti terhadap bangunan sungai

ditentukan oleh macam bangunan, jenis material & ketebalan

lapisan perisai dasar sungai. Penentuan secara umum sebagai

berikut:

Lokasi penambangan yang berada disebelah hulu bangunan

sungai sekurang-kurangnya berjarak 500 m dari bangunan

sungai yang bersangkutan.

Lokasi penambangan yang berada disebelah hilir bangunan

sungai sekurang-kurangnya berjarak 1000 m dari bangunan

sungai yang bersangkutan

Page 18: Teknik Pertambangan