Teknik Penulisan Karangan
-
Upload
reni-ringgarna -
Category
Education
-
view
982 -
download
3
Transcript of Teknik Penulisan Karangan
1
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
TEKNIK PENULISAN KARANGAN
JAKARTA
2014
Disusun oleh :
- David Pratama(11112731)
- Gamal Septya Windly(13112090)
- Lia Nurma Suwaya (14112190)
- Reni Rahmawati (16112128)
- Triani Rakhman (17112471)
Kelas : 3KA15
Dosen Pembimbing : Budi Santoso,SS
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana menulis makalah ini berawal dari keprihatinan melihat kenyataan sebagian
besar mahasiswa mengalami kesulitan menuliskan hasil pemikirannya menjadi karangan. Kami
semakin tertarik membahas masalah karangan karena ternyata menulis karangan ilmiah juga
menjadi kendala bagi sebagian sarjana. Masih banyak sarjana yang terus berkeinginan menulis
karya ilmiah, namun terhambat oleh kurangnya keterampilan menulis. Hal itu akan menjadi
masalah serius bagi mereka yang memilih profesi sebagai dosen. Seperti kita ketahui, untuk
persyaratan kenaikan pangkat akademik, setiap dosen harus menulis karangan ilmiah.
Setelah mengamati tulisan para mahasiswa melalui tugas-tugas mereka, termasuk
skripsi, dan setelah membaca tulisan beberapa sarjana dalam majalah, termasuk majalah yang
meng-claim dirinya sebagai majalah ilmiah, kami memperoleh kesan bahwa kurangnya
pemahaman tentang metode ilmiah dan lemahnya penguasaan bahasa Indonesia tulis telah
mengakibatkan pekerjaan menulis karangan menjadi sesuatu yang sulit dan karangan mereka
menjadi kurang berbobot.
Makalah ini berisi pembahasan tentang metode penulisan karangan dengan teknis
penulisannya. Untuk menulis karangan ilmiah, penguasaan metode merupakan hal yang utama
mengingat pengertian metode itu sendiri adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu
dengan langkah- langkah sistematis (Senn, 1971:4; dan Suriasumantri, 1995:119). Adapun
yang dimaksud dengan teknis tidak lain adalah pengetahuan tentang operasionalisasi suatu
metode. Tanpa metode, pengetahuan tentang teknis penulisan menjadi kurang berarti, dan
karangan tidak mungkin mencapai bentuknya yang ideal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Kondisi tersebut di atas mengundang sejumlah pertanyaan yang akan diupayakan untuk
menjawabnya dalam makalah ini. Inti pertanyaan itu adalah sebagai berikut.
1. Apa kriteria karangan ilmiah?
3
2. Bagaimana mengorganisasikan karangan ilmiah yang ideal?
3. Apa saja 9 teknik penulisan karangan?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mahasiswa yang sedang menyusun
karangan ilmiah untuk menyelesaikan tugas akhir, agar dapat menyusun karangan dengan
baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta dapat memahami rambu-
rambu tata tulis karangan ilmiah.
Hasil yang dicapai adalah pengolahan karya ilmiah yang efektif dan efisien, serta
mempermudah proses pengolahan suatu karya ilmiah mahasiswa.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KARANGAN DAN KARANGAN ILMIAH
Pada hakikatnya karangan adalah penjabaran suatu pikiran secara resmi dan teratur
tentang suatu topik dengan mengindahkan prinsip komposisi dan konvensi pernaskahan.
Karangan yang paling sederhana dapat berupa satu alinea. Namun, ide suatu karangan pada
prinsipnya lebih luas dari ide alinea sehingga karangan disebut juga suatu wacana.
Wacana ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis (Suriasumantri, 1995:307). Suatu karangan akan
disebut ilmiah apabila karangan atau tulisan itu merupakan laporan dan analisis dari
suatu hasil penelitian, walau bagaimanapun sederhananya.
2.1.1 Ciri Karangan Ilmiah
Ciri karangan ilmiah (karil) yang membedakannya dengan karangan nonilmiah, selain
harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif ) adalah tersusun secara sistematis
(sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik); berlaku umum/bersifat universa l,
dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah (Darmodjo,
1986:12 dan Jasin, 1994:10).
Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian
itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung
pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam
menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .
Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagian- bagiannya
tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang lain harus saling
berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga secara keseluruhan
karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
5
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan langkah- langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi tidak hanya berlaku
atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja. Siapa saja dengan cara
eksperimen dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan yang
diperoleh pendahulunya secara konsisten.
Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya tidak perlu
diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat: bahasa
dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan
mengikuti bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi).
Seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun S. Suriasumantri, menilai persoalan kebahasaan
begitu pentingnya sehingga dalam bukunya Pedoman Penulisan Ilmiah (1986:59) kepada
para calon penulis dia berpesan sebagai berikut.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang
tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan
predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar
akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika
bepikir: tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat pula.
oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah
mempergunakan tata bahasa yang benar.
Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah medium
terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat ,
karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah
6
pengertian. “Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran
pengarangnya,” tambahnya.
2.1.2 Sistematika Karangan Ilmiah
Pada dasarnya isi karangan secara umum dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu (1)
pendahuluan, (2) isi/uraian, (3) penutup. Sebenarnya, pembabakan tersebut hanya cocok
untuk karangan nonilmiah (nonkaril). Adapun sistematika karangan ilmiah yang ideal
adalah (1) pendahuluan, (2) teori, (3) data, (4) analisis, (5) kesimpulan dan saran (kalau
ada).
Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil dan
nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung
(menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara teori
dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau berbagai sudut
pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik simpulan, yaitu memberi
penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi, berhasil tidak berhasil, baik
buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh argumentasi yang tepat dan ukuran
yang akurat.
Bila menganalisis sesuatu yang merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus
diberikan saran perbaikan beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994:
78).
Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian analis is
merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan kalimat
membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat melihat sikap kritis dan
ketajaman nalar seorang penulis.
7
Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya itulah
yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan data
sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan data itu dari
sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa menyusunnya menjadi
bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap merupakan jasa penulisnya.
2.2 METODE PENULISAN KARANGAN
2.2.1 Prosedur Mengarang
Kegiatan menulis karil harus mengikuti prosedur :
1) memilih/menetapkan topik
2) mengidentifikasikan masalah
3) merumuskan tema/tujuan/tesis/hipotesis
4) menyusun kerangka (outline)
5) mengumpulkan data dan bahan rujukan (referensi)
5) melakukan penulisan awal (drafting)
7) melakukan penyuntingan (editing)
8) melakukan penulisan final.
Dalam makalah ini tidak semua langkah-langkah itu dibahas. Garis besar bagian
terpenting akan diuraikan berikut ini.
2.2.2 Topik dan Judul Karangan
Topik adalah pokok pembicaraan tentang suatu hal yang akan digarap menjadi
karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan: masalah apa yang akan
ditulis? atau hendak menulis tentang apa? Ciri khas topik terletak pada permasalahannya
yang bersifat umum dan belum terurai, misalnya perbankan, polusi, korupsi, pengangguran,
bencana alam.
Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga terlalu luas untuk dijadikan
judul karangan, topik perlu dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya sesuai dengan
keinginan penulis.
8
Selain harus menghindari topik yang terlalu luas, penulis juga disarankan jangan
memilih topik yang terlalu sempit dan yang terlalu teknis. Ukuran yang dapat kita jadikan
patokan untuk itu diberikan oleh Cash (1977:17) seperti tersebut di bawah ini.
Suatu topik dikatakan terlalu luas (too broad) apabila untuk membahasnya secara
mendalam diperlukan waktu maupun jumlah halaman yang lebih banyak; dikatakan terlalu
sempit (too narrow) apabila untuk nambahasnya secara mendalam sulit menemukan
referensi yang cukup; dan dikatakan terlalu teknis (too technical) apabila untuk
menulisnya diperlukan pengetahuan khusus yang dirasakan tidak dimiliki oleh penulisnya
secara memadai.
Jadi, topik yang akan dipilih tentulah yang menarik perhatian penulis dan
permasalahannya benar-benar penulis kuasai.
Adapun judul karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan atau
variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan judul, tetapi judul karangan
tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan judul, tentu saja
karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti sangat luas.
Dengan uraian di atas dimaksudkan agar dipahami bahwa langkah pertama untuk
mengarang adalah menetapkan topik, bukan judul. Dari satu topik dapat dibuat
berbagai judul dan judul itu dapat diubah-ubah sesuai dengan tema atau tujuan pengarang;
sedangkan topik tidak boleh diubah, kecuali jika akan mengubah karangan secara total.
2.2.3 Tema dan Thesis
Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan terutama yang akan dituangkan oleh
penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan mendorong
seseorang menuliskan karangannya. Dalam kasus kelangkaan BBM di tanah air kita,
9
misalnya, seseorang yang mengetahui penyebab kelangkaan itu ingin membagi
“pengetahuannya” itu kepada pembaca. Dalam tulisannya ia akan menuangkan pokok
pemikirannya untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Pokok pemikiran itulah yang disebut
tema. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangat penting sebagai pedoman untuk
menulis karangan secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari
tujuan yang ditetapkan oleh penulis sejak semula.
Ide yang kita tangkap setelah selesai mambaca tulisan seseorang terlepas dari kita
menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya itulah yang disebut tema. Tema yang kita
peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya
ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui oleh dosen
pembimbing karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal.
Ilustrasi tersebut di atas dimaksud untuk menjelaskan ekstensi tema dan kedudukan
serta peranan tema dalam karangan. Tema, seperti halnya judul, dapat dibuat bervariasi dan
dapat diganti-ganti jika penulis beranggapan tidak tersedia bahan yang cukup untuk digarap
menjadi karangan, sementara topik atau pokok pembicaraannya dapat saja tetap seperti
semula.
Jika seseorang memikirkan sesuatu (tema) tentulah terkandung maksud, tujuan, atau
sasaran tertentu yang ingin dicapainya. Maksud dan tujuan itu disebut tesis. Tesis adalah
pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut
pengungkapan maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu diungkapkan dalam suatu
kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis sering disebut dengan istilah
hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah, dan oleh karena itu perlu dibuktikan
kebenarannya.
Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab di dalamnya terdapat pokok
pemikiran. Berbeda dengan tesis, menjabarkan tema sering kali tidak cukup dengan satu
kalimat. Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah tema harus bersama-
sama mengungkapkan satu ide atau satu gagasan (ide karangan).
10
Jika penulis merasa dalam karangannya cukup dengan merumuskan tesis, ia tidak perlu
lagi merumuskan tema. Namun, jika dengan tesis terasa belum cukup, penulis perlu
merumuskan tema secara eksplisit untuk memudahkan penyusun bab dan subbab dalam
karangannya nanti. Perhatikan contoh di bawah ini.
1) Topik: Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif
Tesis: Mengemukakan pendapat haruslah secara logis dan sistematis dengan
menggunakan bahasa yang tepat dan cocok.
2) Topik: Dampak Buruk Aborsi
Tesis: Aborsi berdampak buruk ditinjau dari sudut pandang kesehatan, moral, dan agama
3) Topik: Kelangkaan BBM di Beberapa Kota di Indonesia
Tesis: Kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan manajemen
Pertamina.
Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka karangan.
Topik : Kemacetan Lalu-lintas
Subtopik : Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas
Tema : Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah seata-mata menjadi tanggung
jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga
masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa
bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran
berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab.
Perumusan tema seperti contoh di atas pasti akan memudahkan penulis menyusun
kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka karangan akan
11
lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab topik dan
judul belum terurai.
2.2.4 Rumusan Masalah
Suatu hal yang menjadi “masalah” dalam penulisan karil adaIah mencari masalah
yang dapat dijadikan rumusan masalah. Apakah masalah itu? Apa saja yang dapat dijadikan
masalah?
Beberapa definisi yang diformulasikan oleh para pakar menunjukkan pendapat
mereka tentang masalah dapat digeneralisasikan. Para pakar umumnya sepakat bahwa
yang dimaksud dengan masalah adalah kesenjangan antara bagaimana seharusnya (das
solen) dan bagaimana senyatanya (das sain). Dengan perkataan lain, masalah adalah
dampak yang timbul akibat ketidaksesuaian antara teori dan praktik.
Apa saja yang dapat dijadikan masalah? Menurut M. Nazir (1985:133), masalah selalu
ada di sekeliling kita. Masalah timbul karena adanya kesangsian terhadap suatu fenomena,
adanya gap antarkegiatan dan antarfenomena yang telah ada ataupun yang akan ada.
Selanjutnya M. Nazir mengetengahkan 11 sumber untuk memperoleh masalah. Salah satu
sumber itu adalah pengalaman atau catatan pribadi (lihat M. Nazir. 1985:140).
Kegunaan rumusan masalah dalam karil adalah sebagai titik sentral pembahasan. Teori
dan data yang diangkat ke dalam karil harus relevan dengan rumusan masalah. HaI itu
sekaligus berarti analisis juga harus terfokus pada rumusan masalah. Akhirnya,
kesimpulan harus pula merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang memang harus
dibuat dalam bentuk pertanyaan.
2.2.5 Kerangka (Outline) Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan
dalam karangan. Fungsi utamanya untuk menunjukan hubungan di antara gagasan yang
12
ada. Dengan demikian, pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis
(bandingkan dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung).
Rencana kerja dalam kerangka itu dapat mengalami perubahan terus menerus untuk
mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-
catatan sederhana, namun dapat juga mendetail dan digarap dengan sangat cermat.
Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu dilakukan, yaitu memilih topik,
mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.
Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka. Jadi, di dalam
kerangka terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.
Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana daftar isi memang merupakan
salah satu isi outline yang disebut dengan istilah sistematika/ penbabakan skripsi. Outline
adalah rencana penulisan karangan secara keseluruhan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan, selama ini terdapat kekeliruan
penafsiran tentang pengertian dan hakikat outline. Dalam praktik, outline yang dibawa oleh
mahasiswa pada waktu berkonsultasi dengan penbimbing skripsi adalah satu atau dua
lembar kertas yang di dalamnya tertulis judul-judul bab dan subbab yang nantinya akan
menjadi daftar isi dari skripsi yang akan ditulisnya tanpa diskripsi sama sekali.
Outline skripsi memang dapat diartikan sebagai garis besar rencana kerja penulisan
skripsi. Rupanya yang dipegang sebagai key word selama ini adalah frasa garis besar,
sedangkan frasa rencana kerja ternyata dikesampingkan. Seharusnya, pengertian rencana
kerjalah yang harus lebih dimasyarakatkan. Secara harfiah, rencana kerja berarti
penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tampak kata rencana secara implis it
mengandung arti strategi.
Pengertian outline hendaknya disejajarkan dengan proposal karena sebenarnya outline
tidak lain adalah proposal penulisan laporan penelitian (mis. Tentang suatu perusahaan).
13
Kalau rumusan ini disepakati, barulah dapat diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline
analog dengan isi proposal yang umumnya meliputi dasar pemikiran/ latar belakang, tujuan
dan manfaat, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, dst., (bandingkan dengan isi desain
peneIitian).
Perbedaan yang prinsipal antara outline dan proposal adalah terdapatnya komponen
biaya dan kepanitiaan dalam proposal. Kedua komponen tersebut tidak ada dalam outline.
Komponen lainnya boleh dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
ada perguruan tinggi yang menamakan outline sebagai Rancangan Usul Penulisan Skripsi
(RUPS). Menurut konsep ini, RUPS sekurang- kurangnya memuat (a) judul, (b) Iatar
belakang permasalahan, (c) masalah pokok skripsi, (d) kerangka teori, (e) hipotesis, (f)
tujuan penelitian, (g) metode penelitian, (h) sistematika/pembabakan skripsi, (i) daftar
pustaka, (j) rencana jadwal penyelesaian skripsi (Ronda dan Muntaha, 1985 :64)
Rumusan Ronda dan Muntaha tersebut di atas rasanya logis atau masuk akal. Dari segi
penamaan mungkin terdapat perbedaan selera, namun dari segi isi atau komponen ideal
yang harus terdapat dalam outline dirasakan sangat tepat. Outline yang baik seyogianya
berisi uraian singkat tentang keseluruhan rencana kerja penyusunan skripsi mulai dari
latar belakang pemilihan judul dan permasalahannya sampai dengan rencana jadwal
penulisan atau penyelesaian skripsi.
Uraian singkat dari setiap butir outline berguna untuk memberi gambaran terutama
kepada pembimbing atau siapa saja yang akan membaca outline itu dan sekaligus
menjawab pertanyaan yang timbul di hati mereka. Melalui. outline yang terurai, pembaca
akan mengetahui metode penelitian yang dipakai, teknik pengumpulan data dan teknik
analisisnya, sumber data dan sumber pustaka, pendekatan teoritis, dan sebagainya, yang
tidak mungkin terjawab jika outline-nya berupa judul-judul semata.
Sebagai penutup uraian, ingin saya singgung sedikit di sini tentang peranan bakat dalam
mengarang. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, untuk dapat menulis karangan fiksi,
14
faktor bakat sangat dituntut dari seseorang. Untuk menulis karangan nonfiksi, termasuk
karil, faktor bakat tidak dominan dan tidak dituntut secara mutlak dari seseorang.
Jika seseorang berbakat menulis, tentu saja mengarang akan lebih mudah baginya. Bagi
orang yang kurang berbakat, kemampuan menulis sampai taraf tertentu sebenarnya
bisa dipelajari dan dilatih. Menulis adalah suatu keterampilan. Semua orang yang normal
bisa bernyanyi dan menggambarsampai tahap tertentu, walaupun dia bukan penyanyi dan
pelukis. Demikian pula halnya menulis. Setiap siswa, mahasiswa, apalagi sarjana,
seyogianya bisa menulis seperti halnya bernyanyi dan menggambar sampai taraf tertentu
dengan mengikuti norma-norma penulisan tanpa mesti menjadi essais atau kolumnis
yang memang menuntut adanya talent khusus.
2.3 TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
2.3.1 Sistematika Karya Ilmiah
1. Judul Makalah/Skripsi;
2. Nama Mahasiswa (nama pertama) diikuti Nama Pembimbing (nama terakhir)
yang dituliskan tanpa gelar
3. Nama Jurusan/Program Studi dan diikuti alamatnya;
4. Abstrak (judul diikuti teks abstrak) dan diikuti Kata Kunci
5. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan)
6. Landasan teori
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka (hanya dituliskan yang diacu di dalam makalah ini)
Penjelasan :
1. Judul
Judul disesuaikan dengan judul skripsi
2. Penulis
Nama penulis tanpa gelar dan dilengkapi program studi dan alamat email. Nama
pertama adalah nama mahasiswa penyusun, nama kedua dan ketiga adalah nama dosen
Pembimbing I dan II, berturut-turut.
15
3. Abstrak
Ditulis dalam bahasa Indonesia, dibuat tidak lebih dari 200 kata. Merupakan
uraian singkat tetapi lengkap mengenai masalah atau tujuan penelitian, metode
penelitian, dan hasil penelitian. Diakhir abstrak diberi kata kunci maksimal 5 kata
kunci.
4. Pendahuluan
Memuat Latar Belakang, dan Tujuan serta Kegunaan Hasil Penelitian. Dimana muatan
muatan tersebut dijelaskan sebagai berikut;
(1) Latar Belakang
Pada bagian ini diuraikan argumentasi atau justifikasi perlunya masalah ini ditelit i.
Disinggung pula penelitian sejenis yang pernah dilakukan serta perbedaannnya
dengan penelitian sekarang.
(2) Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan
melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan perumusan
masalah. Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak perbaikan yang dapat diperoleh
setelah tercapainya tujuan.
Kedua muatan tersebut di atas diramu menjadi sebuah kerangka karangan berbentu
essay.
5. Landasan Teori
Memuat teori teori yang digunakan dalam proses penulisan jurnal ini. Teori teori yang
dikutip adalah buku buku yang disebutkan di dalam Daftar Pustaka
6. Isi makalah
a. Batasan system
Menguraikan output/ informasi yang diperlukan dan akan disajikan oleh aplikasi yang
dibuat. Misalnya laporan-laporan atau output lainnya berdasarkan hasil pengumpulan
data dari perusahaan atau objek penelitian.
b. Permasalahan Umum
c. Rancangan Sistem
d. Pendukung
16
GAMBAR/DIAGRAM
Tabel diberi nomor dan judul Tabel yang diletakkan di atas Tabel. Tabel diposisikan
center. Ilustrasi:
Tabel 99: Judul Tabel
Gambar diberi nomor dan judul Gambar yang diletakkan di bawah
Gambar. Gambar diposisikan di kiri. Ilustrasi:
Gambar 99: Judul Gambar
7. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan merupakan ringkasan dari pembahasan yang disajikan pada pembahasan
isi jurnal. Kesimpulan merupakan gambaran tujuan yang telah tercapai dalam
penelitian. Saran merupakan manifestasi dari penulis untuk dilaksanakan (sesuatu yang
belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan). Saran dibuat berdasarkan hasil temuan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengembangkan, menindaklanjuti atau
menerapkan hasil penelitian baik bersifat teoritis dan praktis.
8. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua pustaka yang dijadikan acuan dalam penulisan jurnal
yaitu semua sumber yang dikutip. Daftar ini berguna untuk membantu pembaca yang
ingin mencocokkan kutipan-kutipan yang terdapat dalam jurnal. Penyusun diurutkan
secara alfabetis berdasarkan nama penulis tanpa gelar kesarjanaan.
17
2.3.2 Teknik Penulisan
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa
Arab dan atau Bahasa Inggris.
Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung
pada persoalan yang dibicarakan;
Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring
(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out),
gugur gunung (gugur gunung);
Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan
menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya,
memperhatikan tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan
menggunakan mushaf Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat
untuk teks al-Quran dan nama perawi untuk teks al-Hadist.
2.3.3 Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-
beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau
instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan
format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
a. Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman)
dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
b. Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan
huruf ukuran 18;
c. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4)
ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
18
d. Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya
ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri
dan bawah 3 cm;
e. Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak
balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab
dengan jarak 1 spasi;
f. Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah
yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
g. Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf
dengan memperhatikan estetika penulisan.
h. Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis
dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub
judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan
estetika penulisan;
i. Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan
angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor
halaman bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari
tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata
penghubung/sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun
sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada
halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil
(seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;
j. Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1.,
Tabel 2., dst.);
k. Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut
sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
l. Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa
Indonesia.
19
2.4 TEKNIK NOTASI ILMIAH
2.4.1 Kutipan
1) Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang
dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung
tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya
untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang
khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam
teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor
kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika
diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang
lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan
tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan
terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun
kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;
b. Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil
isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis
tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut
sumber pengambilannya;
2) Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
3) Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu
sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris
yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
4) Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
5) Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan
menunjukkan print-outnya.
2.4.2 Cara Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan
1. Kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini
merupakan kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan ini
diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu
tanda petik’.
20
2. Jika kalimat yg dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya
digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak
dua spasi.
3. Jika kalimat yg dikutip terdiri atas empat baris atau lebih , maka kutipan ditulis
tanpa tanda petik/kutip dan diketik dengan jarak satu spasi. Baris pertama
diketik mulai pada pukulan ke enam dan baris kedua dst diketik mulai pukulan
keempat.
4. Jika bagian dari yg dikutip ada bagian yg dihilangkan, maka penulisan bagian
ini diganti dengan tiga buah titik. Contoh: “ … Hipotesis merupakan jawaban
sementara yg perlu diuji kebenarannya”. (Depdikbud, 2005).
5. Penulisan sumber kutipan ada beberapa alternatif sbb:
a. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya: Sebagaimana
dikemukakan oleh Stephen Isaac (1982:25) bahwa ……………………….
b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, cara penulisannya: “When the
researh has been formulated , the next step is to construct the research
design”. (Stephen, 1982:41).
c. Jika kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber
kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi
dengan menyebut siapa yg mengemukakan pendapat tersebut. Contoh:
Depdikbud (Stephen Isaac, 1982:65).
d. Jika penulis terdiri atas dua orang, nama keluarga kedua penulis tsb. harus
disebutkan. Misalnya , Borg dan Gall (1989:152). Kalau penulisnya lebih
dari dua orang, maka yg disebutkan nama keluarga dari penulis pertama dan
diikuti oleh et al. Misalnya Fraenkel et al. (1982 : 79). Titik setelah al. sebagai
singkatan dari ally dan kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.
e. Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dlm sumber yg berbeda, maka cara
penulisan sumber kutipannya sbb: Beberapa studi mengenai kesulitan para
hali zoologi (Storer, 1972, Prasad, 1980, dan Hegner, 1982) mengemukakan
bhw kesulitan dlm menentukan (padukan intisari rumusan yang dipadukan
ketiga sumber tersebut).
21
f. Jika sumber kutipan mrpk beberapa karya tulis dari penulis yg sama pada
tahun yang sama maka cara penulisannya adalah dengan menambahkan
huruf a, b, dst. pada tahun penerbitan. Contoh: Isaac, 1982a, 1982b, 1982c).
g. Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisannya: (Tn. 1970:48). h.
Jika yg diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada
kutipan, cukup dg menyebut sumbernya.
Catatan: Nama penulis dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga
dan ditulis sama dengan daftar pustaka.
2.4.3 Penulisan Daftar Pustaka
1. Disusun secara alfabetis. Jika huruf awal sama, maka huruf kedua dari nama
penulis itu menjadi dasar urutan , dan demikian seterusnya.
2. Nama penulis, dg cara menuliskan dulu nama belakang,kemudian nama depan
(disingkat). Hal ini berlaku utk semua nama , baik nama Indonesia maupun
nama asing. Tanpa memperhitungkan apakan nama itu mrpk nama keluarga
atau bukan. Contoh: Abdul Hamid ditulis Hamid, A. , John Burns ditulis Burns,
J.
3. Tahun penerbitan, judul sumber tertulis ybs. dengan digarisbawahi atau dicetak
miring, kota tempat penerbit berada, dan nama penerbit.
4. Baris pertama diketik mulai pukulan pertama dan baris kedua dst . diketik mulai
pukulan kelima atau satu tab dalam komputer. Jarak antara baris satu dengan
baris berikutnya satu spasi, sedangkan jarak sumber satu dengan sumber
berikutnya dua spasi. Contoh :
Borg,W.R dan Gall, M. (1989). Educational Research. New York: Pitman
Publishing Inc.
Isaac, S. (1981). Handbook in Research and Evaluation. California: Edits
Publishers.
2.4.3.1 Cara penulisan Daftar Pustaka bedasarkan Jenis
1. Sumber berasal dari jurnal
Penulisan jurnal mengikuti urutan; nama belakang , nama depan penulis
(disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung), judul artikel (ditulis di
22
antara tanda petik), judul jurnal dg huruf miring/ digarisbawahi dan ditulis
penuh, nomor volume dengan angka Arab dan digarisbawahi tanpa didahului
dg singkatan “vol”, nomor penerbitan (jika ada) dg angka Arab dan ditulis di
antara tanda kurung, nomor halaman dari nomor halaman pertama sampai
dengan nomor halaman terakhir tanpa didahului singkatan “pp” atau “h”.
Contoh:
Barret-Lennard, G-T. (1983). “The Empathy Cycle; Refinenement of Nuclear
Concept”. Journal of Conseling Psychology. 28, (2), 91 – 100.
2. Sumber berasal dari Buku
Kalau sumbernya buku, urutan-urutan penulisannya: nama belakang penulis,
nama depan (dapat disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung), judul
buku dengan huruf miring/digarisbawahi, edisi, kota asal, penerbit.
Contoh:
a. Jika ditulis oleh satu orang :
Poole,,M.E. (1976). Social Class and Language Utilization atthe
Tertiary Level. Brisbane: University of Queensland.
b. Jika ditulis oleh dua atau tiga orang, maka semua nama ditulis.
c. Jika ditulis oleh lebih dari tiga orang, digunakan et al (dicetak miring atau
digarisbawahi):
Ghiseli, E. et al (1981). Measurement Theory for for The Behavioral
Sciences. San Francisco: W.H. Freeman and Co.
d. Jika penulis sbg. penyunting:
Philip, H.W.S. dan Simpson G.L. (Eds) (1981). Australia in the World of
Education Today and Tomorrow. Canberra: Australian National
Commission.
e. Jika sumber mrpk. karya tulis seseorang dlm suatu kumpulan tulisan
banyak orang;
Pujianto. (1984). “Etika Sosial dalam Sistem Nila Bangsa Indonesia”
dalam Dialog Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang :
YP2LPM.
f. Jika buku itu berupa edisi:
23
Gabriel. (1970). Children Growing Up: Development of Children (third
ed.) London: University of London Press.
3. Sumbernya di luar Jurnal dan buku;
a. Berupa skripsi, tesis, atau disertasi:
Soelaeman,,M.I. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis terhadap
Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi
Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
b. Berupa publikasi Departemen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan
Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional, Jakarta: Depdikbud.
c. Berupa publikasi dokumen
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1983). Laporan Penilaian
Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta: Depdikbud.
d. Berupa makalah
Kartadinata, S. (1989). “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan
Indonesia: Kajian Psikologi”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.
e. Berupa surat kabar
Sanusi, A. (1986). “Menyimak Mutu Pendidikan dengan Konsep Takwa dan
Kecerdasan , Meluruskan Konsep Belajar dalam arti Kualitatif”. Pikiran
Rakyat (8 September 1986).
4. Sumbernya dari Internet
a. Bila karya perorangan, cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul (edisi), (Jenis medium). Tersedia
alamat di internet, (tanggal diakses). Contoh:
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. (Online).
Tersedia:http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/ 1998/thompson.hotml
(30 Maret 2000)
b. Bila bagian dari karya kolektif, cara penulisannya: Pengarang/penyunting.
(Tahun). Dalam sumber (edisi), (Jenis media) Penerbit.
24
Tersedia alamat di internet, (tanggal diakses). Contoh: Daniel,R.T. (1995).
The History of Western Musiic. In Britanica online Macropedia (Online)
Tersedia:http: //www.eb. Com: 180/ cgibin/g:DocF=macro/5004/45/0.html
(28 Maret 2000)
c.Bila artikel dalam jurnal. Cara penulisannya:
Supriadi, D. (1999). Restructuring the Schoolbook Provision System in
Indonesia: Some Recent Initiatives. Dalam Educational Policy Analysis
Archives (Online), Vol 7 (7), 12 halaman. Tersedia :http://epaa.asu.edu./
epaa/v7n7.html/ (17 Maret 2000)
d. Bila artikel dalam majalah. Cara penulisannya:
Goodstein, C. (1991, September). Healers from the deep. American Health.
(CD-ROM), 60-64. Tersedia:1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article
08A(13 Juni 1995)
e.Bila artikel di surat kabar. Cara penulisannya:
Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi
Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran Rakyat (Online), halaman 8. Tersedia
:http://www.(pikiran rakyat.com (9 Maret 2000)
f. Bila Pesan dari e-mail
Cara penulisannya:
Pengirim (alamat e-mail pengirim). (Tahun, tanggal, bulan). Judul pesan . E-
mail kepada penerima (alamat e-mail penerima)
Contoh:
Musthafa, Bachrudin ([email protected]). (2000, 25 April). Bab V
Laporan Penelitian . E-mail kepada Dedi Supriadi ([email protected]).
2.5 9 TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH SECARA UMUM
Seperti halnya proses produksi lainnya, menulis juga memerlukan teknik tertentu.
Sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik, bermanfaat. Teknik menulis jenis
tulisan yang satu dengan lainnya itu berbeda.
Berikut teknik menulis secara umum yang dapat dipakai untuk membuat sebuah tulisan;
1. Menentukan Jenis Tulisan
25
Hal ini perlu dilakukan lebih dahulu karena akan berpengaruh pada hal-hal yang
perlu diperhatikan selanjutnya dalam teknik menulis. Untuk menulis cerita
anak, tentu tekniknya akan berbeda dengan menulis puisi, menulis renungan,
atau menulis kesaksian.
2. Memertimbangkan Pembaca
Hal ini adalah salah satu metode agar tulisan dibaca oleh pembaca. Berikan
sesuatu yang mereka butuhkan, yang mendidik, memberi informasi, maupun
yang menghibur.
3. Berorientasi pada Publikasi
Selain memertimbangkan pembaca, berorientasi pada publikasi akan menolong
penulis untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Penulis juga dapat mempelaja r i
tulisan seperti apa yang diinginkan suatu media tertentu jika tahu ke mana tulisan
tersebut akan dipublikasikan.
4. Menentukan Tema dan Mencari Ide Tulisan
Dari tema yang sudah ditentukan, munculkan ide-ide yang baru dan menarik.
Untuk menunjang ide-ide, lakukan persiapan-persiapan bahan, bahkan riset
sehingga tulisan semakin akurat.
5. Mengembangkan Ide
Jika tema dan ide sudah ditentukan, teknik selanjutnya adalah
mengembangkannya. Ide tidak akan menjadi sebuah tulisan jika penulis tidak
mengembangkannya. Kembangkan ide dalam kalimat-kalimat sehingga dapat
dipahami oleh pembaca.
6. Memerhatikan Unsur-Unsur Tulisan
Dalam mengembangkan ide, perlu diperhatikan pula unsur-unsur tulisan.
Pakailah kata dan kalimat yang efektif. Sehingga pembaca tidak akan bingung
dengan pemaparan ide. Namun, unsur tulisan ini juga perlu memerhatikan jenis
tulisan yang akan dibuat.
7. Menciptakan Gaya Tulisan
Buatlah gaya sendiri. Jangan meniru gaya tulisan orang lain. Hal ini memang
tidak mudah bagi pemula, apalagi kalau mempunyai penulis yang diidolakan.
Biasanya gaya menulis akan terpengaruh olehnya. Namun jangan putus asa,
26
dengan latihan terus-menerus, akhirnya seorang penulis bisa menciptakan
gayanya sendiri.
8. Menguasai EyD
Meskipun ada seorang editor yang akan mengedit tulisan, seorang penulis
sebaiknya juga menguasai ejaan yang disempurnakan dengan baik. Bagaimana
memakai tanda baca, memakai kata dan kalimat baku, menggunakan awalan
maupun kata depan, dan lain sebagainya, lebih baik dikuasai karena hal tersebut
akan menunjang tulisan penulis nantinya.
9. Melakukan Swasunting
Editing bukan semata-mata tugas editor. Penulis yang baik juga melakukan tugas
editing untuk tulisannya sendiri. Setelah Anda menyelesaikan tulisan Anda,
lakukan swasunting untuk memerbaiki tata bahasa kalimat dalam tulisan Anda.
Swasunting ini tidak hanya berlaku bagi pemula, semua penulis hendaknya
melakukannya.
Kunci dari cara menulis di atas adalah berlatih menulis terus-menerus. Karena
keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara instan, namun memerlukan latihan
dan ketekunan yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang penulis yang andal.
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kriteria karya ilmiah yang sekaligus menjadi ciri pembeda dengan karangan nonilmiah
terletak pada ada atau tidaknya masalah (teori), hasil penelitian (data), dan analisis.
Karya ilmiah harus diorganisasikan sesuai dengan metode ilmiah dengan mengikuti
prosedur pemilihan topik sampai penulisan final serta harus mengindahkan konvensi
penaskahan.
Untuk dapat menulis karya ilmiah, kualifikasi pendidikan lebih berperan daripada
bakat, dan menulis ilmiah merupakan keterampilan yang bisa dilatih dan dipelajari.
Di samping penguasaan metode dan teknik penulisan, kemampuan menggunakan
bahasa tulis ilmiah sangat menentukan mutu dan efektivitas suatu karangan.
Semua jenis dan bentuk 9 teknik penulisan karangan memerlukan penguasaan dan
aspek tata kalimat bahasa yang baik dan benar. Dalam membuat penulisan teknik
karangan, tidak hanya asal membuat saja tetapi harus sesuai dengan urutan dari teknik
tsb. Kita juga harus mengerti dulu apa itu mengenai tentang karangan itu sendiri apa,
ciri ciri karangan dan macam – macam karangan.dan biasakan pula membuat penulisan
karangan harus dengan kata – kata yg efektif dan mudah dimegerti atau di pahami oleh
para pembacanya. Dengan berbahasa kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan
dan kita pikirkan sehingga berbahasa bisa mengaktualisasikan perwujudan konsep-
konsep hasil pemikiran
3.2 SARAN
Dalam pembuatan penulisan sebuah karangan, haruslah di buat suatu kerangka
karangan terlebih dahulu agar mendapatkan suatu hasil penulisan karangan yang
sistematis, logis, jelas, terstr dan teratur tentunya akan menghasilkan suatu teknik
penulisan karangan yang berkualitas.