TEKNIK PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMIK.ppt
-
Upload
anugrahhaming -
Category
Documents
-
view
151 -
download
8
description
Transcript of TEKNIK PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMIK.ppt
TEKNIK PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMIK
DR GUNAWAN ARSYADI, SpPA
Copyright 1996-98 © Dale Carnegie & Associates, Inc.
BEBERAPA TEKNIK PATOLOGI ANATOMIK:
HISTOPATOLOGI RUTIN POTONG BEKU (Frozen section) HISTOKIMIA SITOPATOLOGI / SITOKIMIA /
IMUNOSITOLOGI IMUNOHISTOKIMIA /
IMUNOFLUORISENSI INSITU HIBRIDISASI MIKROSKOP ELEKTRON
TEKNIK HISTOPATOLOGI RUTIN
Langkah – langkah umum teknik Histopatologi Fiksasi jaringan Pemilihan sampel / semua bahan dicetak Pengolahan sampel / jaringan ( mesin /
manual ) Embedding Trimming dan ribboning Pulasan jaringan
FIKSASI JARINGAN
Pengawetan jaringan agar substansi jaringan tetap seperti keadaan semula ( bentuk maupun lokalisasi zat kimia yg ada dlm jaringan tersebut )
Mencegah pembusukan jaringan Fiksasi merupakan langkah yg sangat
penting
Prinsip Fiksasi :
– Stabilisasi protein : denaturasi tanpa degradasi
Tujuan Fiksasi :
– Mempertahankan unsur dlm jaringan tanpa bereaksi dgn unsur tsb
– Tidak melarutkan unsur tsb
– Memelihara susunan morfologi mendekati keadaan waktu jaringan masih hidup
– Tidak bereaksi dengan zat pulasan yang akan dipakai selanjutnya
Berdasarkan cara kerjanya fiksator dibagi dalam :– Fiksator Golongan Koagulan
Formaldehida, K2CrO4, CH3COOH, OsO4
– Fiksator Golongan Non-koagulanC2H5OH (etanol / etil alkohol), Hg Cl2,
Aseton
Pemilihan tergantung tujuan pemeriksaan
BEBERAPA TEKNIK PATOLOGI ANATOMIK:
HISTOPATOLOGI RUTIN POTONG BEKU (Frozen section) HISTOKIMIA SITOPATOLOGI / SITOKIMIA /
IMUNOSITOLOGI IMUNOHISTOKIMIA /
IMUNOFLUORISENSI INSITU HIBRIDISASI MIKROSKOP ELEKTRON
FIKSASI RUTIN DGN FORMALDEHID 4% (FORMALIN 10%) Formalin memberi hasil optimal tapi bukan
yang terbaik (dapat terjadi beberapa artefak dalam jaringan)
Kualitas / Mutu Dipengaruhi oleh suhu dan lama fiksasiJaringan harus terendam secara keseluruhan Jaringan besar di “ slice “ dgn syarat tidak
mengganggu orientasi anatomik organModifikasi dengan buffer dengan NaH2(PO4)3 &
Na2H(PO4)3 shg didapat ph netral (7,0) Kuantitas / Jumlah
Jumlah Cairan 10 –20 kali volume jaringan
Pemilihan sampel jaringan
Representatif (dilakukan oleh ahli Patologi) Sampel bisa berasal dari berbagai macam
tindakan medik a.l : biopsi, kerokan, operasi, operasi radikal
Ukuran sampel disesuaikan dgn ukuran casette
Ketebalan sampel tidak melebihi 5 mm Casette ditutup kemudian direndam dalam
formalin buffer sebelum diproses lebih lanjut
Processing Tissue
Syarat proses : jaringan terfiksasi baik Dua cara memproses jaringan :
– Menggunakan mesin Autotechnicon (dgn dehidran Etanol)Digunakan untuk kasus rutin
– Menggunakan cara manual (dgn Aseton)Digunakan untuk kasus cito
Prinsipnya sama (Dehidrasi, Clearing, Infiltrating)
– Menarik air keluar jaringan dgn zat kimia a.l : metanol, propanol, etanol dan aseton
– Dehidrasi dilakukan secara lambat dan bertahap memberi hasil lebih baik
– Dehidrasi cepat dapat menyebabkan kerusakan sel
– Zat kimia yg sering dipakai : etanol dengan konsentrasi yang makin meningkat (etanol 70% s/d absolut)
Dehidrasi
Istilah yg berkaitan dgn penampilan jaringan yg menjadi jernih setelah dehidrasi
Syarat zat untuk clearing : – zat kimia yg dapat melarutkan zat yg dipakai
dehidrasi dan dapat dihilangkan oleh zat yg dipakai pada langkah berikutnya
Zat umum yg dipakai : Xylol, toluena, benzene, chloroform
Cukup 2 kali selama 15 menit
Clearing
Bertujuan memasukkan zat yg akan dipakai sebagai media padat
Dipakai parafin cair suhu 500 – 600 C Xylol akan menguap dan celahnya akan
diisi oleh parafin cair Lama perendaman tgt dari kecepatan
infiltrasi dan tebalnya sayatan Sayatan tebal 4 mikron memerlukan 3-4
jam
Infiltrating
Memakai base mold dan parafin histoplas (titik lebur 560-570 C) / Paraplas / Parafin pasar yg dicampur dengan beewax dgn perbandingan 10 – 20 %
Perlu perhatian saat embedding:– Pada waktu jaringan akan dibuat blok, media parafin tidak
dalam keadan beku
– Bgn jaringan harus diletakkan menghadap sisi bawah apabila kelainan hanya pada 1 sisi
– Kalau jaringan melengkung tekan dgn pinset sampai parafin membeku
– Parafin yg baik harus cukup keras untuk dapat dibuat potongan tipis
Embedding
Pemotongan Jaringan dgn microtome
Blok jaringan diletakkan di atas cold plate agar casette dpt mudah terlepas dari base mold
Letakkan casette pada specimen holder Pasang pisau / blade pada pegangan Potongan pertama (Trimming)
– Sampai seluruh permukaan jaringan terlihat
Potongan spesimen (Ribboning)– Tingkat ketebalan ( 2-5 mikron)
Potongan mikrotom harus sesuai dengan penampang jaringan pada casette
Potongan jaringan dimasukkan dalam water bath agar jaringan mengembang– Air di water bath selalu bersih menghindari
kontaminasi – Suhu air ( < 600 C) agar parafin jangan
meleleh Jaringan secepat mungkin diangkat
kembali– spesimen yg diangkat tidak melipat dan tidak
mengandung gelembung air di bawahnya
Pemberian nomor pada preparat di object glass dgn pensil berujung intan ( jangan sampai tertukar!) , kecuali glass object dgn frost end (dpt langsung ditulis dgn pensil biasa)
Object glass diolesi media ewitt (dibuat dari putih telur)– Tujuannya supaya sediaan dpt melekat dgn baik
Spesimen pada object glass dikeringkan dgn cara:– meletakkan object glass bersandar miring beberapa
saat, kemudian dipindahkan ke atas slide warmer (suhu 500 - 600 C selama 10 -15 menit)
Pemeliharaan microtome
Pembersihan dgn kuas mikrotom Pemberian minyak
– Dovetail Slide (setiap hari)
– Leadsrew Assembly (setiap bulan)
Pulasan Regresive dgn H&E Deparafinisasi
– Memakai media Xylol 2 x 5 menit Rehidrasi
– Dari alkohol absolut sampai alkohol 70 % @ 10 celup
Air Mengalir 2 menit Zat Warna Haematoksilin selama 5 menit Air mengalir 3 menit Alkohol asam 1 % 2 celup Air mengalir 1 menit
Litium Carbonat 2 celup Air mengalir 1 menit Zat warna Eosin 1,5 menit Dehidrasi
– Alkohol 96 % 5 celup
– Alkohol absolut 2 kali @ 5 celup Xylol 2 kali @ 10 celup Mounting dgn entelan
SITOPATOLOGI
Eksfoliatif– Sputum, urine, cairan efusi, nipple
discharge Non Eksfoliatif
– FNAB, Pap smear
Langkah – langkah umum teknik Sitopatologi
Pengambilan / collecting sampel tergantung jenis spesimen yg akan diperiksa
Beberapa perlakuan terhadap spesimen
– Sentrifugasi, cytospin
– Pembuatan sel blok Fiksasi spesimen Pulasan spesimen rutin (Pap Stain atau
Romanovsky-Giemsa)
Teknik Fiksasi pd Sitologi
Kering– Dikeringkan di udara kemudian dilanjutkan
dengan fiksasi metanol
Basah– Etanol 96 % minimal 30 menit
Hair spray (semprotan) utk Pap Smear
Specimen processing I
Langsung ex : Sitologi Sputum, Pap Smear Pengumpulan bahan dgn cara tertentu/ Cara
pengambilan yg representatif Menghapuskan bahan pada kaca benda Fiksasi basah dgn etanol 95 % / fiksasi kering Pewarnaan dgn Romanovsky (Kering) / Pap
stain (Basah)
Specimen Processing II
Tidak langsung misalnya pada cairan efusi atau urine
Pengiriman bahan hrs segera – sel akan lisis jika ditunda, bila tersedia alat
pemusing sangat diharapkan sentrifugasi di tempat pengambilan
Akan lebih baik jika pemrosesan dilakukan dengan pemusing Cytospin
Pulasan dengan PAP Stain / Romanovsky
BIOPSI JARUM HALUS
Teknik pengambilan bahan pemeriksaan selluler dengan atau tanpa aspirasi aktif
Biopsi jarum halus tanpa aspirasi memakai daya hisap kapiler
Biopsi Aspirasi jarum halus memakai tekanan negatif semprit
Bahan berupa aspirat mengandung sejumlah sel
Sampel sel yang terambil harus sesuai dgn kondisi lesi (representatif)
Alat Biopsi Jarum Halus
Pistol Aspirator Semprit Berbagai ukuran jarum
Teknik Biopsi Aspirasi
Didahului biopsi jarum halus– Meminimalisasi kontaminasi sel lain
pada sediaan
– Baik pada tumor yg sangat seluler
– Agar tidak bercampur dengan darah
Teknik Biopsi Aspirasi
Bila biopsi jarum halus kurang berhasil dilakukan tindakan dgn aspirasi aktif– Memakai semprit 3 - 5 cc untuk
memudahkan manuver
– Apabila memerlukan tenaga lebih kuat dapat dipakai semprit 10 – 20 cc dan dengan bantuan pistol aspirator
Hasil yg diperoleh difiksasi dgn cara yg sesuai dgn pulasan– Fiksasi Etanol 95 % dilanjutkan dgn PAP
stain
– Fiksasi Kering di udara dan selanjutnya difiksasi metanol dipulas dengan Romanovsky-Giemsa
Intepretasi diagnosis BAJAH
Positif : sediaan mengandung sel tumor ganas/ pola keganasan
Mencurigakan keganasan : Sediaan menunjukkan sel dgn banyak ciri yg sesuai keganasan namun melum lengkap
Sel atipik : Perubahan ringan ciri sel, dilaporkan juga dalam jawaban sbg Inkonklusif
Intepretasi diagnosis BAJAH
Lesi Jinak : Aspirat mengandung sel yang memadai dengan ciri sel yang tidak menunjukkan ganas– Dikombinasi dgn klinis dan pemeriksaan
penunjang lainnya
Tidak representatif : Aspirat dgn kondisi yg tidak dapat ditafsirkan
Pemeriksaan sel tidak hanya berdasarkan sitomorfologik
Untuk meningkatkan ketepatan diagnostik dapat dilakukan pulasan sitokimia maupun imunositokimia
Imunositokimia a.l dpt dilakukan dgn mendeteksi petanda tumor
SITOPATOLOGI
TERIMA KASIH