Teknik Membuat Akta

44
1 PEMBUATAN AKTA A. URAIAN SINGKAT Teknik pembuatan akta yang baku untuk penyusunan akta di bawah tangan, belum terbentuk seperti yang telah dikenal dan dipakai dalam pembuatan akta otentik. Dalam bagian ini dikemukakan model teknik pembuatan akta di bawah tangan yang dibangun melalui adopsi beberapa bagian dari teknik pembuatan akta otentik, dengan tetap tidak abai terhadap pemberian jaminan atas kekuatan bukti dari akta yang disusun.

description

Materi MMR dr chanief teknik pembuatan akta

Transcript of Teknik Membuat Akta

Page 1: Teknik Membuat Akta

1

PEMBUATAN AKTA

A. URAIAN SINGKAT• Teknik pembuatan akta yang baku untuk penyusunan

akta di bawah tangan, belum terbentuk seperti yang telah dikenal dan dipakai dalam pembuatan akta otentik.

• Dalam bagian ini dikemukakan model teknik pembuatan akta di bawah tangan yang dibangun melalui adopsi beberapa bagian dari teknik pembuatan akta otentik, dengan tetap tidak abai terhadap pemberian jaminan atas kekuatan bukti dari akta yang disusun.

Page 2: Teknik Membuat Akta

2

C. TEKNIK PEMBUATAN AKTA Pengertian. Teknik pembuatan akta adalah cara menyusun

tatanan suatu akta dengan tujuan untuk : a. menghindarkan akta dari

kecacatan, baik mengenai subyek pembuat akta maupun mengenai pengelolaan obyek pembuatan akta, b. untuk mewujudkan transaksi yang direncanakan, serta c. untuk memperoleh jaminan akan ketersediaan sebuah alat bukti tulisan pada waktu diperlukan.

Page 3: Teknik Membuat Akta

3

• Prinsip-prinsip pembuatan akta. 1. prinsip kebebasan berkontrak.

ada kebebasan pembuat akta untuk menentukan obyek, isi dan persyaratan kontrak.

2. prinsip itikad baik. a. tidak boleh ada kecurangan dalam negosiasi. b. tidak boleh ada paksaan psikis dalam negosiasi. c. tidak boleh ada ketidakwajaran. 3. prinsip keadilan. harus ada keseimbangan beban tanggungjawab antara para pihak. 4. prinsip ekonomis.

berusaha meminimalkan beaya pembuatan akta. 5. prinsip executabel (executable).

membawakan keabsahan dan dapat dilaksanakan.

Page 4: Teknik Membuat Akta

4

• Anatomi akta.

Suatu akta perjanjian hampir selalu tersusun atas unsur-unsur sebagai berikut : 1. awal akta.

a. kepala akta. b. keterangan tentang penandatangan akta (komparisi). c. praemisse (fakultatif).

2. isi akta.

3. penutup (akhir) akta.

Page 5: Teknik Membuat Akta

5

D. AWAL AKTA • Formulasi awal akta.

Kepala akta pada akta otentik yang berujud akta partai, tersusun atas unsur-unsur :

1. judul akta. 2. nomor akta. 3. penanggalan akta. 4. nama pejabat umum. 5. s.k. pengangkatan pejabat umum. 6. tempat kedudukan pejabat umum.

Page 6: Teknik Membuat Akta

6

• Contoh :PENDIRIAN YAYASAN ABECE

Nomor : 1.---Pada hari ini, hari Senin, tanggal satu (1) Januari-------duaribu lima (2005), pukul duabelas tigapuluh menit------ (12.30) Waktu Indonesia Bagian Barat WIB);----------------menghadap kepada saya, KOEKOE BIMA Sarjana--------Hukum, yang berdasar Surat Keputusan Menteri----------- Kehakiman Republik Indonesia bertanggal 2 Pebruari---- seribu sembilanratus delapanpuluh (1980) nomor :--------JHA.5/8/6, sebagai Notaris di Semarang, dengan dihadiri oleh para saksi yang telah saya, Notaris, kenal dan yang nama-namanya akan disebutkan pada bagian akhir akta ini, yaitu :--------------------------------------------------------------

Page 7: Teknik Membuat Akta

7

• Tatanan kepala akta di bawah tangan. Tatanan kepala akta di bawah tangan,

mengacu pada tatanan kepala akta otentik dengan beberapa perkecualian. • pencantuman nomor akta (fakultatif). • pencantuman penanggalan akta (pilihan);

pada awal akta atau pada akhir akta. • tempat pembuatan akta (pilihan);

pada awal akta atau pada akhir akta. • pencantuman unsur-unsur pejabat, ditiadakan.

Page 8: Teknik Membuat Akta

8

• Contoh- contoh : 1. Dengan nomor dan penanggalan akta.

SURAT KUASA Nomor : 007/Dirut/A/X/2005.

Yang bertandatangan di bawah ini :

2. Tanpa nomor, dengan penanggalan akta.

PERJANJIAN KERJASAMA

Pada hari ini, hari Senin, tanggal 2 Januari 2005, telah dibuat perjanjian antara :

3. Tanpa nomor, dengan penanggalan akta dan tempat pembuatan akta.

PERJANJIAN KERJASAMA

Pada hari ini, hari Senin, tanggal 2 Januari 2005, di Semarang, telah dibuat perjanjian antara :

Page 9: Teknik Membuat Akta

9

Pertanyaan :• Katakanlah anda seorang Wakil Direktur Bidang

Pengembangan SDM dari sebuah rumah sakit swasta, diminta Direktur untuk mewakilinya dalam penandatanganan naskah Perjanjian Studi Lanjut dengan seorang pegawai bernama X.

• Siapa penandatangan kontrak dan siapa pembuat kontrak dalam kasus tersebut?

Page 10: Teknik Membuat Akta

10

E. KOMPARISI.• Pengertian-pengertian.

Komparisi (Belanda: comparitie, Latin: compareo) yaitu : kehadiran pihak-pihak pada suatu perbuatan hukum yang direncanakan, atau pada suatu tindakan peradilan.Dalam pembuatan akta otentik, orang yang menghadap pada pejabat untuk membuat akta disebut dengan istilah comparant atau penghadap.Dari aspek pembuatan kontrak, komparisi bermakna suatu keterangan dalam akta tentang orang yang hadir dalam pertemuan untuk membuat dan menandatangani akta, dan dari keterangan mana dapat diketahui siapa yang menjadi pihak (subyek) dalam perjanjian (kontrak).

Page 11: Teknik Membuat Akta

11

• Formulasi komparisi.Komparisi berupa deskripsi tentang kapasitas comparant (penandatangan akta) dalam pembuatan akta/kontrak; komparisi tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :– Bertindak untuk diri sendiri.

a. identitas comparant. b. kualifikasi tindakan comparant. tanpa/dengan bantuan, izin atau persetujuan.

– Bertindak sebagai wakil pihak. a. identitas comparant. b. basis kewenangan comparant. c. identitas pihak yang diwakili.

– Penutup. frasa sebutan pihak.

Page 12: Teknik Membuat Akta

12

• Identitas comparant.• Unsur-unsur identitas : Identitas comparant, baik pada akta otentik maupun

akta di bawah tangan, tersusun atas unsur-unsur :1. sebutan (addressing). (?)

2. nama (berikut semua dan segala gelar). 3. umur (bilamana diperlukan). 4. kewarganegaraan (bilamana diperlukan). 5. pekerjaan, profesi atau kedudukan dalam

masyarakat. 6. tempat tinggal (kediaman). • Contoh penulisan : Nn. R.A. Kartini, S.Kar., umur 26 (duapuluh enam)

tahun, warganegara Republik Indonesia, dosen, bertempat tinggal di Semarang (Jln. Warak No.100).

Page 13: Teknik Membuat Akta

13

• Basis kewenangan comparant.Kewenangan comparant untuk bertindak sebagai wakil pihak dapat berupa :– kuasa mewakili.

sumber : perjanjian.– perwakilan.

sumber : a. hukum atau perundang-undangan.

pemegang kekuasaan orangtua. wali. pengampu.

b. peraturan/anggaran dasar badan. – ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan

kewenangan comparant, berkaitan dengan kualifikasi tindakan comparant.

– dasar pendirian atau keberadaan badan yang diwakili.

Page 14: Teknik Membuat Akta

14

• Contoh-contoh model penulisan.Kuasa mewakili :……………..…… (identitas comparant) ………………..… berdasar surat kuasa di bawah tangan, yang bermeterai cukup, bertanggal 2 Pebruari 2005, selaku kuasa dari-dan karena itu untuk dan-atas nama : ………………..…… ( identitas pihak) ……..………………Perwakilan bersumber hukum :

………..………… (identitas comparant) ………..………… bertindak selaku orangtua yang hidup terlama dan demikian menurut hukum pemegang kekuasaan orangtua dari-dan karena itu untuk-dan atas nama serta sah mewakili anak perempuan(nya) yang belum dewasa, yaitu : ……………….…… (identitas pihak) …..………..…………

Page 15: Teknik Membuat Akta

15

Perwakilan bersumber peraturan/anggaran dasar badan :

Contoh 1. ……………………… (identitas comparant) ………………… dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku Direktur Utama dari perseroan terbatas yang akan disebut, dan karena demikian untuk-dan atas nama Direksi dari-dan berdasar ketentuan Pasal 11 Anggaran Dasar perseroan terbatas tersebut, sebagaimana telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. : 747), sah mewakili …………………… ………………………… (identitas pihak) ………………………

Page 16: Teknik Membuat Akta

16

Contoh 2.

………………...….… (identitas pihak) …………………… dalam hal ini diwakili oleh ………………………………… ……………..…… (identitas comparant) ….……………… dalam jabatannya selaku Direktur Utama dari-dan karena itu untuk-dan atas nama Direksi dari-dan selaku demikian bertindak atas kekuatan Pasal 11 Anggaran Dasar perseroan terbatas tersebut sebagaimana telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. : 747).

………………..…. (frasa sebutan pihak) …………………

Page 17: Teknik Membuat Akta

17

• Identitas pihak yang diwakili.1. Orang perorangan. Identitas pihak tersusun sama seperti susunan identitas comparant.2. Badan atau badan hukum (persona ficta).

Identitas pihak tersusun atas unsur-unsur : a. bentuk organisasi badan. b. nama badan. c. tempat kedudukan badan.

• Contoh model penulisan.……………(basis kewenangan comparant) …………… ………………………………………..……… sah mewakili perseroan terbatas PT. TIRTA GANGGA, berkedudukan di Semarang (berkantor di Jalan Pemuda nomor 1). ………………… (frasa sebutan pihak) …………………

Page 18: Teknik Membuat Akta

18

• Frasa sebutan pihak. Maksud utama sebutan pihak adalah untuk menghindari

pengulangan nama pihak dalam penulisan akta. Berbagai cara memberikan sebutan kepada pihak,

antara lain berdasar : 1. urutan penulisan. 2. kedudukan pihak dalam perjanjian. 3. bentuk organisasi pihak. 4. bentuk bidang usaha pihak.

Contoh penulisan :1. ......................... (identitas pihak)

…............................ - Selanjutnya disebut : PIHAK PERTAMA; 2. ......................... (identitas pihak) …............................ - Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut :

“Universitas”;

Page 19: Teknik Membuat Akta

19

Tugas kelompok

Membuat narasi komparisi.(kasus sudah disiapkan)

Page 20: Teknik Membuat Akta

20

F. PRAEMISSE.• Praemisse adalah keterangan atau pernyataan dalam

suatu akta tentang substansi transaksi para pihak, yang transaksi mana pengaturannya akan dimuat dalam akta tersebut.

• Praemisse mempunyai fungsi mirip konsiderans dalam peraturan perundang-undangan.

• Tidak semua akta memakai praemisse, pada umumnya hanya dimuat pada akta-akta yang dipandang rumit.

Page 21: Teknik Membuat Akta

21

G. ISI AKTA.• Proses penentuan isi akta.

Langkah-langkah untuk menentukan isi akta (kontrak).1. Melakukan identifikasi seluruh fakta, relasi-relasi dan peristiwa-peristiwa dalam kasus. 2. melakukan skematisasi atas kerangka kasus. 3. melakukan kualifikasi yuridis fakta, relasi-relasi dan peristiwa yang terangkum dalam kerangka kasus. 4. melakukan seleksi atas peraturan-peraturan hukum. 5. melakukan analisa dan interpretasi atas ketentuan (-ketentuan) hukum dari peraturan yang terseleksi. 6. melakukan aplikasi ketentuan-ketentuan hukum pada kasus yang ditangani. 7. membuat argumentasi atas ketentuan-ketentuan hukum yang diaplikasikan. 8. merumuskan dan menyusun ketentuan-ketentuan hukum untuk isi akta, dengan memperhatikan struktur dan jenis kaidah hukum.

Page 22: Teknik Membuat Akta

22

• Formulasi isi akta.• Pembuatan rumusan isi akta merupakan tindakan yang

paling menentukan dari pembuatan kontrak, karena pada bagian isi akta itulah dimuat ketentuan-ketentuan hukum khusus yang dibentuk oleh-dan akan mengikat bagi pembuatnya (pacta sunt servanda).

butuh pemahaman yang cukup tentang substansi transaksi para pihak. butuh pemahaman untuk tindakan-tindakan antisipatif atas prakiraan akibat-akibat hukum yang muncul dari pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak. rumusan tentang obyek, hak dan kewajiban para pihak harus dibuat secermat, seakurat dan seteliti mungkin.

Page 23: Teknik Membuat Akta

23

• Kategori rumusan dalam isi akta.Ketentuan-ketentuan dalam isi akta perjanjian pada umumnya dapat kategorikan dalam :

1. ketentuan-ketentuan esensial. ketentuan-ketentuan yang lebih mengatur tentang obyek-obyek transaksi (causa); - jual beli tentang benda dan harga. - sewa menyewa tentang bezit dan harga. - tukar menukar tentang benda dan benda.

- pinjam pakai tentang benda dan beaya.

2. ketentuan-ketentuan pendukung daya-kerja. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang-dan pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak.

Page 24: Teknik Membuat Akta

24

• Isi akta dalam formulir perjanjian bakuPerjanjian baku adalah perjanjian yang isinya telah dibakukan dan umumnya dibuat dalam bentuk formulir. pada umumnya formulasi isi akta perjanjian baku

ditentukan secara sepihak oleh produsen. pada umumnya dalam perjanjian baku, posisi tawar

konsumen lebih rendah dari posisi produsen.

• Perancang akta perjanjian baku harus selalu memperhatikan prinsip-prisip keadilan (fairness) dan kewajaran (reasonableness).

• Penetapan klausul eksonerasi diusahakan jangan sampai dianggap bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum dan/atau merupakan penyalahgunaan keadaan atau pelanggaran HAM.

Page 25: Teknik Membuat Akta

25

• Cara menyusun isi akta

Untuk akta banyak pihak, cara menyusun isi akta dilakukan seperti layaknya menyusun ketentuan-ketentuan hukum dalam pasal-pasal pada batang tubuh suatu peraturan perundang-undangan. Acuan :

Lampiran UU. No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Page 26: Teknik Membuat Akta

26

H. PENUTUP AKTA.

• Unsur-unsur penutup akta.Ada berbagai model formulasi bagian penutup akta pada akta partai. Dari berbagai model tersebut ada beberapa unsur yang tetap dapat dijumpai dalam setiap model. Unsur-unsur tersebut, yaitu : 1. identitas saksi. 2. meterai. 3. tandatangan comparant dan saksi.

Untuk akta di bawah tangan, selain dari keharusan penandatanganan (Pasal 1874 atau Pasal 1874a KUH. Perdata, Pasal 286 R.Bg. S. 1927 : 227), tidak ada pembakuan lain, maka dengan sedikit modifikasi, unsur-unsur pada penutup akta otentik dapat dipakai sebagai acuan.

Page 27: Teknik Membuat Akta

27

• Modifikasi untuk akta di bawah tangan.Unsur-unsur yang perlu dan dapat dimuat dalam bagian penutup akta di bawah tangan : 1. tempat pembuatan akta (bersifat pilihan). - dimuat bilamana belum dimuat di awal akta. - nama kota atau desa. 2. penanggalan akta (bersifat pilihan). - dimuat bilamana belum dimuat di awal akta. 3. identitas saksi (bersifat alternatif). - bila perlu saksi untuk pembuatan akta. 4. meterai. 5. tandatangan.

Page 28: Teknik Membuat Akta

28

• Identitas saksi.Cara penulisan identitas comparant berlaku juga untuk penulisan identitas saksi.

• Meterai. Suatu akta/surat yang walaupun telah memenuhi

syarat-syarat material dan/atau formal yang ditentukan dalam hukum, tetapi tidak bermeterai, diangap tidak memiliki kekuatan bukti tulisan. Pemakaian kertas meterai, meterai tempel atau mesin teraan meterai, hanya merupakan urusan pelunasan

pajak atas dokumen yang disebut bea meterai (Pasal 1 jo. Pasal 7 ayat 2 UU. No. 13/1985 tentang Bea Meterai dan SK. Menkeu No. 104/KMK.04/1986

tanggal 22 Pebruari 1986).

Page 29: Teknik Membuat Akta

29

• Prinsip pemakaian meterai tempel.

1. meterai tempel dalam keadaan tidak rusak. 2. meterai tempel dilekatkan pada kertas, di tempat

mana tandatangan akan dibubuhkan. 3. pembubuhan tandatangan dilakukan dengan menempatkan sebagian tandatangan pada meterai tempel dan sebagian yang lain pada kertas dokumen. 4. atas satu atau beberapa lembar meterai tempel yang dipakai untuk memenuhi besar bea meterai yang terutang, hanya boleh dibubuhi satu tandatangan. 5. meterai tempel dapat dipakai untuk memenuhi kekurangan besar bea meterai yang terutang karena penggunaan kertas meterai (kertas zegel).

Page 30: Teknik Membuat Akta

30

• Tandatangan. Tidak ada ketentuan undang-undang yang memberi

penjelasan tentang pengertian tandatangan. Beberapa pasal Notaris Reglement (Stb. 1860 : 3)

yang memuat tentang syarat penandatanganan akta, memberi petunjuk, bahwa : yang dimaksud tandatangan adalah tandatangan nama.

Arrest Hoge Raad (HR) tanggal 6 Mei 1910, memutus, bahwa : persyaratan penandatanganan hanya terpenuhi dengan membubuhkan nama yang dipakai oleh penandatangan, dengan atau tanpa menambahkan nama kecilnya.

Kesimpulan : Tandatangan adalah tulisan tentang nama.

Page 31: Teknik Membuat Akta

31

• Contoh model penutup akta di bawah tangan.Model 1.

Pihak Kedua Pihak Pertama

……………………. ……………………….. Saksi – saksi ..…………………… ………………………..

Model 2. Semarang, ………..…………

Pihak Kedua Pihak Pertama

.…………………….. .……………………….. Saksi – saksi ….…………………… ....……………………..

Page 32: Teknik Membuat Akta

32

Model 3. - Demikianlah surat ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di atas.

Pihak Kedua Pihak Pertama

…………………….. ..……………………….. Saksi – saksi ..………………….… ..………………………..Model 4.

- Demikianlah surat ini dibuat di …………..…. pada hari dan tanggal tersebut di atas.

Pihak Kedua Pihak Pertama

…………………….. ………………………….. Saksi – saksi ..……………….…… …………………………..

Page 33: Teknik Membuat Akta

33

Model 5.

- Demikianlah surat ini dibuat dengan disaksikan oleh : 1. ………………………………………................………... 2. ………………………………………………..…………… pada hari ..…………………………………………………..

Salatiga, tanggal ............………..

Pihak Kedua Pihak Pertama

……………………….. .…………………………..

Saksi – saksi

..……………………… .…………………………..

Page 34: Teknik Membuat Akta

34

Model 6.

- Demikianlah surat ini dibuat di …………………… dengan disaksikan oleh : 1. ……………………………………................………... 2. ……………………………………………..…………… pada hari ……………………………………..…………..

Salatiga, tanggal .........………..

Pihak Kedua Pihak Pertama

…………………….... .………………………..

Saksi – saksi

..…………………..… .....……………………..

Page 35: Teknik Membuat Akta

35

Model 7. - Demikianlah surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing--bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan yang sama--untuk pihak pertama dan pihak kedua, dengan disaksikan oleh : 1. ………………………………………................………... 2. ………………………………………………..…………… pada hari ..…………………………………………………..

Salatiga, tanggal …........……….. Pihak Kedua Pihak Pertama

…………………….. ….……………………….. Saksi – saksi ..…………………… .…………………………..

Page 36: Teknik Membuat Akta

36

Model 8. - Demikianlah surat perjanjian ini dibuat di ……………….. dalam rangkap 2 (dua), masing-masing--bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan yang sama--untuk pihak pertama dan pihak kedua dengan disaksikan oleh : 1. …………………………………………................………... 2. ...………………………………………………..…………… pada hari ..…...………………………………………………..

Salatiga, tanggal ...............……….. Pihak Kedua Pihak Pertama

………………………. ………………………….. Saksi – saksi

..…………………….. …………………………..

Page 37: Teknik Membuat Akta

37

I. LAMPIRAN AKTA– Isi akta pada dasarnya merupakan

sekumpulan dari konkretisasi kaidah hukum yang oleh para pembuatnya disepakati akan diberlakukan dalam pelaksanaan transaksi yang diatur dalam akta tersebut.

– Ketentuan atau hal-hal lain yang tidak bersifat pembawa kaidah hukum, seperti gambar, desain dan spesifikasi mesin-mesin atau hal-hal lain semacam itu, selayaknya tidak dimuat dalam isi akta, tetapi dimuat dalam Lampiran Akta.

Page 38: Teknik Membuat Akta

38

• Frasa penunjuk.

Bilamana akta membutuhkan lampiran, agar ada keterikatan antara lampiran dengan akta (induk), maka perlu dibuatkan frasa penunjuk (baik dalam bagian praemisse, dalam isi akta atau bilamana perlu pada lampiran tersebut, seperti dalam peraturan perundang-undangan).

Contoh : ............................... sebagaimana termuat dalam Rencana Konstruksi, yang dilampirkan pada-dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari akta ini.

Page 39: Teknik Membuat Akta

39

J. LEGALISASI.• Suatu akta di bawah tangan yang ditandatangani atau

dibubuhi cap jempol dapat dilegalisir oleh notaris atau pejabat umum lain yang ditunjuk oleh undang-undang.

• Sumber : 1. Pasal 1874 dan Pasal 1874a KUH. Perdata.

2. Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43. 3. Pasal 286 dan Pasal 287 R.Bg. (Stb. 1927 no. 227).

• Pengertian : Legalisasi adalah suatu pernyataan bertanggal tentang : telah dikenal atau diperkenalnya penandatangan atau

pembubuh cap jempol, telah dijelaskan isi akta kepada penandatangan atau pembubuh cap jempol, pembubuhan tandatanganan/cap jempol dilakukan dihadapan pejabat umum.

Page 40: Teknik Membuat Akta

40

K. PENANDAAN (WAARMERKING).• Akta di bawah tangan yang ditandatangani atau

dibubuhi cap jempol, yang tidak dilegalisir, dapat juga ditandai (gewaarmerk) oleh notaris atau pejabat umum lain yang ditunjuk oleh undang-undang.

• Sumber : Pasal 2 (2) Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43.

• Pengertian : Penandaan (waarmerking) adalah suatu keterangan dari pejabat umum yang berwenang bahwa : akta ditandai (gewaarmerk). tanggal pencatatan akta dalam buku register (daftar) pejabat yang disediakan untuk itu.

• Penandaan berguna untuk dijadikan bukti mengenai penanggalan akta terhadap pihak ketiga.

Page 41: Teknik Membuat Akta

41

M. KESIMPULAN• Untuk dapat menyusun komparisi yang baik dan benar,

diperlukan penguasaan atas hukum badan pribadi, hukum perkawinan dan hukum persona ficta.

• Pemahaman atas seluruh aspek teknis dari substansi transaksi, penguasaan asas dan aturan-aturan hukum perjanjian, serta tingginya daya imajinasi antisipatif akan akibat-akibat hukum dari pelaksanaan transaksi, sangat menentukan nilai dari akta yang dihasilkan.

• Prinsip-prinsip penulisan hukum (legal writing) sangat membantu dalam merumuskan ketentuan hukum dalam isi akta untuk meminimalkan potensi sengketa berkaitan dengan masalah interpretasi (penafsiran).

• Asas keadilan dan kewajaran sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan formulir perjanjian baku.

Page 42: Teknik Membuat Akta

42

N. REFERENSIAlgra, N.E., H.R.W. Gokkel (Edit.), Kamus Istilah Hukum

Fockema Andreae : Belanda - Indonesia, Saleh Adiwinata, A. Teloeki, H. Boerhanoeddin St. Batoeah (Penterj.), Binacipta, (Bandung), 1983.

• Hartono Soerjopratiknjo, Perwakilan Berdasar Kehendak, Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1982.

• Komar Andasasmita, Notaris II, Sumur Bandung, Bandung, 1982.

• Ko Tjay Sing, Hukum Perdata Jilid I : Hukum Keluarga, Etikad Baik, Semarang, (tanpa tahun).

• Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Keterampilan Perancangan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

• Normin S. Pakpahan dkk. (Penyunt.), Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Proyek ELIPS, Jakarta, 1997.

Page 43: Teknik Membuat Akta

43

• Peter Mahmud Marzuki, Paramita Prananingtyas, Ningrum Natasya Sirait (Edit.), Hukum Kontrak di Indonesia, Proyek ELIPS, Jakarta, 1998.

• Purwosutjipto, H.M.N., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia : Hukum Persekutuan Perusahaan, Djambatan, Jakarta, 1980.

• Ranuhandoko, I.P.M., Terminologi Hukum : Inggris – Indonesia, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

• Scholten, Paul., Mr. C. Asser, Penuntun Dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda : Bagian Umum, Siti Soemarti Hartono (Penterj.), Sudikno Mertokusumo (Penyunt.), Cetakan Kedua, Gadjah Mada University Press, 1993.

• Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum : Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996.

__________________________________________________________

• Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia : Disusun Menurut Sistem Engelbrecht, Cetakan Kedua, PT. Ichtiar Baru – van Hoeve (Penyus.), PT. Ichtiar Baru – van Hoeve, Jakarta, 1992.

Page 44: Teknik Membuat Akta

44

• Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) , R. Subekti dan R. Tjitrosudibio (Penterj.), Cetakan Keduapuluh empat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.

• Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan, R. Subekti dan R. Tjitrosudibio (Penterj.), Cetakan Keduapuluhdua, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.

• Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

• Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

• Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

• Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.