Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten...

53
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG TEKNIK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK UNTUK LAHAN TERDEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Donal Fernando Sinaga NIM A1E006037 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2010

description

Konservasi tanah dan Air Secara Mekanik

Transcript of Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten...

Page 1: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

TEKNIK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK UNTUK LAHAN

TERDEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN DI KABUPATEN

GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Donal Fernando Sinaga

NIM A1E006037

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2010

Page 2: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

TEKNIK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK UNTUK LAHAN

TERDEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN DI KABUPATEN

GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Donal Fernando Sinaga

NIM A1E006037

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian/Teknologi Pertanian pada Fakultas

Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2010

Page 3: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

TEKNIK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK UNTUK LAHAN

TERDEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN DI KABUPATEN

GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :

Donal Fernando Sinaga

NIM A1E006037

Diterima dan disetujui

Tanggal:

Mengetahui: Pembimbing,

Pembantu Dekan I,

Dr. Ir. Ponendi Hidayat, MP. Dr. Ir. Ismangil, MS.

NIP 19610920 198803 1 003 NIP 19580909 198601 1 001

Page 4: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan praktek kerja lapang yang berjudul Teknik Konservasi

Tanah Secara Mekanik untuk Lahan Terdegradasi dan Rehabilitasi Hutan

Di Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta.

Laporan praktek kerja lapang ini disusun berdasarkan pada tinjauan

pustaka dan tinjauan langsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Gunung Kidul. Atas tersusunnya usul praktik kerja lapang ini, penulis

mengucapkan terima kasih pada:

1. Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

2. Dr. Ir. Ismangil, MS. Selaku dosen pembimbing praktik kerja lapang yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan praktik

kerja lapang ini.

3. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunung Kidul yang

telah memberikan izin untuk dapat melaksanakan praktik kerja lapang.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usul praktik kerja

lapang.

Semoga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat nermanfaat bagi daerah

PKL, Pembaca, dan bagi yang membutuhkannya.

Purwokerto, Januari 2010

Penulis,

Page 5: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ................................................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan Praktik Kerja Lapang .................................................................... 3

C. Manfaat Praktik Kerja Lapang .................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5

A. Konservasi Tanah secara Mekanik ............................................................ 5

B. Lahan Terdegradasi ................................................................................... 7

C. Rehabilitasi Hutan ..................................................................................... 10

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG ......................................................... 12

A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang ................................................. 12

B. Materi Praktik Kerja Lapang ..................................................................... 12

C. Metode Praktik Kerja Lapang.................................................................... 12

D. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ............................................................ 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16

A. Kondisi Umum Daerah Praktik Kerja Lapang .......................................... 16

B. Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunungkidul ..... 22

C. Konservasi Tanah ...................................................................................... 26

D. Rehabilitasi Hutan ..................................................................................... 31

V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 38

A. Simpulan .................................................................................................... 38

B. Saran .......................................................................................................... 39

Page 6: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 40

LAMPIRAN ...............................................................................................................

Page 7: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. Jumlah penduduk berdasarkan usia tahun 2007 .......................................18

II. Curah hujan bulan pada Gunungkidul .......................................................19

III. Luas kegiatan konservasi tanah dan air metode vegetatif Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kab. Gunungkidul ........................................................... 27

IV. Kegiatan konservasi tanah dan air metode mekanik Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kab. Gunungkidul ..................................................................28

V. Beberapa status peruntukkan hutan ...........................................................31

VI. Persebaran hutan rakyat Gunungkidul per kecamatan...............................37

VII. Jenis tanaman dan produksi hutan kabupaten Gunungkidul tahun 2009 ...35

Page 8: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Strukur Organisasi Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Gunungkidul .......................................................................................................... 24

2. Terras bangku di tanah terdegradasi Kab. Gunungkidul ....................................... 29

3. Hutan dengan tanaman jati .................................................................................... 36

4. Tanaman akasia dengan ketebalan solum tanah dangkal ...................................... 36

5. Akar tanaman akasia mampu menembus batuan induk ........................................ 37

Page 9: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Peta Topografi Gunungkidul .................................................................................

2. Peta Jenis Tanah ....................................................................................................

3. Peta Kemiringan Lahan .........................................................................................

4. Peta Penggunaan Lahan .........................................................................................

Page 10: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik yang

sifatnya sementara maupun tetap. Akibat lanjut dari degradasi lahan adalah

timbulnya areal - areal yang tidak produktif atau dikenal sebagai lahan kritis.

Kabupaten Gunungkidul adalah satu dari kabupaten yang ada di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten

Gunungkidul 148.536 ha atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota

Yogyakarta (Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39

km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144

desa. (pemerintahan gunungkidul, 2010).

Luas lahan terdegradasi di Gunung kidul terdapat 12.749 ha yang terletak di

17 kecamatan yaitu Kec. Ponjong seluas 241 ha, Kec. Purwosari seluas 1.273 ha,

Kec. Patuk seluas 589 ha, Kec. Nglipar seluas 440 ha, Kec. Karangmojo seluas

212 ha, Kec. Wonosari seluas 292 ha, Kec. Rongkop seluas 1.269 ha, Kec.

Girisubo seluas 1.611 ha, Kec. Tanjungsari 1.440 ha, Kec. Playen seluas 19 ha,

Kec. Panggang seluas 1.142 ha, Kec. Tepus seluas 1.224 ha, Kec. Semin seluas

548 ha, Kec. Ngawen seluas 760 ha, Kec. Gedangsari seluas 18 ha, Kec. Saptosari

seluas 1.290 ha, dan Kec. Semanu seluas 381 ha. (Pemerintahan Kabupaten

Gunungkidul, 2009)

Page 11: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Menurut Silalahi (2010, komunikasi pribadi), bahwa penyebab degradasi

lahan di Gunungkidul karena daerah tersebut merupakan wilayah yang bersolum

tanah dangkal sehingga sulit untuk ditanami, lahan bekas pertambangan, dan

pemanfaatan potensi – potensi yang tidak berorientasi lingkungan.

Tanah dangkal di daerah terdegradasi di Gunungkidul terjadi karena daerah

tarsebut merupakan daerah perbukitan karst, kondisi tersebut ditambah dengan

bentuk topografi yang berbukit menyebabkan sangat rawan terhadap proses erosi

tanah. Pertambangan yang ada di Gunungkidul adalah pertambangan kapur di

perbukitan karst Gunungkidul (potensial di zona selatan), bahan galian

pertambangan batupasir tufan (banyak terdapat di kecamatan gedangsari, semin,

nglipar, ngawen, karangmojo, dan ponjong), breksi batuapung (kecamatan

gedangsari, patuk, ngawen, semin, karangmojo, dan ponjong), kaolin dan feldspar

(kecamatan semin), dan zeolit (terdapat di kecamatan gedangsari dan ngawen).

Pemanfaatan potensi – potensi yang tidak berorientasi lingkungan adalah

pertambangan kapur yang dilakukan secara berlebihan, penebangan hutan secara

liar yang dilakukan masyarakat sekitar.

Akibat dari degradasi lahan adalah kekeringan karena hilangnya sumber air

atau rusaknya sumber air akibat pemanfaatan tanah yang dilakukan tanpa adanya

konservasi tanah, potensial menyebabkan semakin rusaknya lahan pertanian

sebagai sumber kehidupan penduduk yang tinggal di kawasan terdegradasi di

Gunungkidul, dan juga dapat mengakibatkan longsor, tapi karena tanah di

Gunungkidul merupakan kawasan batuan sehingga jarang terjadi tanah longsor.

Konservasi tanah dan rehabilitasi hutan merupakan usaha yang tepat untuk

Page 12: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

menanggulangi lahan terdegradasi. Oleh karena itu dalam Praktik Kerja Lapangan

dikaji mengenai teknik konservasi tanah mekanik secara terras dan rehabilitasi

hutan di Kabupaten Gunungkidul.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan yang dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang untuk :

a. mengetahui program dan kegiatan teknis Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Gunungkidul,

b. engetahui usaha konservasi tanah mekanik secara terras yang dilakukan

dalam mencegah dan memperbaiki tanah tergdegradasi di kabupaten

Gunungkidul,

c. mengetahui manfaat dan kendala penerapan metode mekanik secara terras

yang telah dilakukan di kabupaten Gunungkidul, dan

d. mengetahui usaha rehabilitasi hutan di kabupaten Gunungkidul.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat yang diharapkan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah :

a. memberikan informasi mengenai program dan kegiatan teknis di Dinas

Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Gunungkidul,

b. memberikan informasi mengenai usaha konservasi tanah mekanik secara

terras yang dilakukan dalam mencegah dan memperbaiki tanah

tergdegradasi di kabupaten Gunungkidul,

Page 13: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

c. memberikan informasi mengenai manfaat dan kendala penerapan metode

konservasi tanah mekanik secara terras bangku yang telah dilakukan di

kabupaten Gunungkidul, dan

d. memberikan informasi mengenai usaha rehabilitasi hutan di kabupaten

Gunungkidul.

Page 14: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konservasi Tanah Secara Mekanik

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada

cara penggunaan yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak

terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989). Konservasi air pada prinsipnya adalah

penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan

pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat

cukup air pada waktu musim kemarau, hingga untuk menjaga tanah dan air

supaya dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya maka usaha konservasi harus

dilakukan secara tepat (Arsyad, 1989).

Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak

terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan.

Berdasarkan hal ini ada tiga azas cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu

(1) menutup tanah dengan tumbuh – tumbuhan dan tanaman atau sisa – sisa

tanaman agar terlindung dari daya perusak butir – butir hujan yang jatuh, (2)

memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran

agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air

di permukaan tanah, dan (3) mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan

kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi

kedalam tanah (Arsyad, 1989).

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan

terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan

Page 15: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam

konservasi tanah dan air mempunyai fungsi (Arsyad, 1989) : (a) memperlambat

aliran permukaan, (b) penyediaan air bagi tanaman, (c) menampung dan

menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, dan (d)

memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki

aerasi tanah.

Tindakan yang termasuk dalam metode mekanik, yaitu (Hakim et al., 1986):

Pengolahan tanah minimum, pengolahan tanah menurut kontur, guludan, terras,

rorak, dan Jalur-jalur aliran di tempat tertentu. (a) Pengolahan tanah minimum

adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah

diupayakan sesedikit mungkin, (b) pada pengolahan tanah menurut kontur

pembajakan dilakukan menurut kontur atau memotong lereng, sehingga terbentuk

jalur – jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng,

(c) guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis

kontur atau memotong arah lereng, (d) terras merupakan metode konservasi yang

ditujukan untuk mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta

memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah, (e) rorak merupakan

tempat/lobang penampungan atau peresapan air, dibuat dibidang olah atau saluran

peresapan, ditujukan untuk memperbesar resapan air ke dalam tanah dan

menampung tanah yang tererosi, dan (f) jalur – jalur aliran adalah pembuatan

semacam parit atau saluran drainase untuk menampung dan menyalurkan aliran

permukaan dari bagian sebelah atas lereng dengan kecepatan rendah ke saluran

yang ditanami rumput (vegetated waterways).

Page 16: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

B. Lahan Terdegradasi

Definisi degradasi tanah cukup banyak diungkapkan para pakar tanah, dan

kesemuanya menunjukkan penurunan atau memburuknya sifat-sifat tanah apabila

dibandingkan dengan tanah tidak terdegradasi. Degradasi tanah menurut FAO

(1977) adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah

secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang dan jasa.

1. Proses degradasi tanah

Lima proses utama yang terjadi timbulnya tanah terdegradasi, yaitu: (1)

menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, (2) perpindahan liat, (3)

memburuknya struktur dan pemadatan tanah, (4) erosi tanah, (5) deplesi dan

pencucian unsur hara (Lal, 1986). Khusus untuk tanah-tanah tropika basah

terdapat tiga proses penting terjadinya degradasi tanah, yaitu: (1) degradasi fisik

berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga memicu pergerakan,

pemadatan, aliran banjir berlebihan dan erosi dipercepat, (2) degradasi kimia

berhubungan dengan terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur lainnya, (3) dan

degradasi biologi berhubungan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas bahan

organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna tanah (Lal, 1986).

2. Faktor – faktor penyebab degradasi tanah

Faktor degradasi tanah umumnya terbagi 2 jenis yaitu faktor alami dan

faktor campur tangan manusia. Faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain:

areal berlereng curam, tanah mudah rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain,

sedangkan faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung

Page 17: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

maupun tidak langsung antara lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk,

kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan

kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan

pengembangan pertanian yang tidak tepat. (Barrow, 1991).

Oldeman (1994) menyatakan lima faktor penyebab degradasi tanah akibat

campur tangan manusia secara langsung, yaitu: penebangan hutan (deforestasi),

penggembalaan ternak yang terlewat batas atau berlebihan (overgrazing), kegiatan

pertanian, pembukaan hutan secara berlebihan (eksploitasi), dan kegiatan industri

dan bioindustri.

3. Karakteristik lahan terdegradasi

Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan

dengan tanah non terdegradasi yaitu tanah hutan. Perbandingan tanah hutan

sebagai tanah non terdegradasi karena memiliki siklus tertutup artinya semua

unsur hara di dalam sistem tanah hutan berputar dan sangat sedikit yang hilang

atau keluar dari sistem siklus hutan, sedangkan selain tanah hutan merupakan

sistem terbuka dimana siklus hara dapat hilang dari sistem tersebut. Penurunan

sifat pada tanah untuk penggunaan non hutan akan menunjukkan memburuknya

sifat-sifat dari tanah tersebut (Firmansyah, 2003).

4. Pengolahan lahan terdegradasi

Pengolahan tanah untuk perbaikan terhadap degradasi sifat fisik tanah ada

tiga strategi dasar yang perlu untuk disarankan adalah (1) eliminasi pengkerakan

tanah atas melalui ”pengolahan dalam” secara berkala, (2) meningkatan

kandungan bahan organik tanah melalui peningkatan jumlah masukan seresah

Page 18: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

yang bervariasi kualitasnya, dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau

menanam berbagai jenis pohon, dan (3) peningkatan diversitasi tanaman pohon

dalam rangka meningkatkan jumlah dan penyebaran sistem perakaran (Suprayogo

et al., 2001).

Pengolahan tanah terhadap degradasi sifat kimia dan biologi tanah melalaui

perbaikan terhadap lahan yang terdegradasi meliputi penanaman dengan vegetasi

asal, penanaman tanaman penutup tanah yang cepat tumbuh, serta dengan

penggunaan pupuk organik dan anorganik. Rehabilitasi pada tanah terdegradasi

yang dicirikan dengan penurunan sifat kimia dan biologi tanah umumnya tidak

terlepas dari penurunan kandungan bahan organik tanah, sehingga amelioran yang

umum digunakan berupa bahan organik sebagai agen resiliensi. Pemberian bahan

organik jerami atau mucuna sebanyak 10 Mg/ha dapat memperbaiki sifat-sifat

tanah, yaitu meningkatkan aktivitas mikroba, meningkatkan pH H20,

meningkatkan selisih pH, meningkatkan pH NaF (mendorong pembentukan bahan

anoganik tanah yang bersifat amorf), meningkatkan pH 8,2 atau KTK variabel

yang tergantung pH, menurunkan Aldd dan meningkatkan C-organik tanah.

Penurunan Aldd selain disebabkan oleh kenaikan pH dan pengikatan oleh bahan-

bahan tanah bermuatan negatif, juga disebabkan karena pengkhelatan senyawa

humit. Peranan asam fulvik dalam mengkhelat Al jauh lebih tinggi dibandingkan

asam humik sekitar tiga kalinya (Widjaja, 2002).

Page 19: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

C. Rehabilitasi Hutan

Hutan adalah suatu areal tanah yang di atas permukaan tanahnya ditumbuhi

berbagai jenis tumbuhan dari berbagai ukuran terdiri dari tanaman tinggi dan

tanaman rendah sampai rumput-rumputan. Berbagai jenis tumbuhan ini

memberikan manfaat bagi manusia sehingga areal tanah dan tetumbuhannya itu

merupakan (a) sumber penghasil kayu dan hasil-hasil hutan lainnya, (b) sumber

untuk mempengaruhi iklim dan tata air di sekitar lingkungannya (Kartasapoetra,

dkk., 2000).

Hutan memiliki banyak manfaat dari segi ekonomi, klimatologis, hidrolis,

dan ekologis. (1) Manfaat hutan dari segi Ekonomi: Hasil hutan dapat dijual

langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi, membuka

lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal, dan menyumbang devisa negara

dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri, (2) Klimatologis: Hutan

dapat mengatur iklim dan hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang

menghasilkan oksigen bagi kehidupan. (3) Hidrolis: dapat menampung air hujan

di dalam tanah, mencegah intrusi air laut yang asin, dan menjadi pengatur tata air

tanah, (4) Ekologis: mencegah erosi dan banjir, menjaga dan mempertahankan

kesuburan tanah, dan sebagai wilayah untuk melestarikan keanaekaragaman

hayati (Organisasi.Org, 2009).

Rehabilitasi hutan adalah upaya untuk memulihkan kembali (recreate)

ekosistem hutan aslinya melalui penanaman dengan jenis tanaman asli yang ada

pada kawasan atau lahan tersebut sebelumnya, dan tujuannya hanya untuk

mengembalikan hutan pada kondisi stabil dan produktif (Prijanto, 2000).

Page 20: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Kaitannya dengan bahasan rehabilitasi maka manfaat rehabilitasi hutan dapat

diuraikan sebagai berikut (Brown and Lugo, 1994) : (1) Rehabilitasi merubah dari

lahan yang tidak produktif menjadi suatu ekosistem yang lestari, (2) rehabilitasi

mencegah kerusakan ekosistem di bagian hilir (downstream), (3) rehabilitasi

mencegah tekanan pada hutan primer dengan demikian mengurangi laju

deforestasi, dan (4) rehabilitasi dapat memfasilitasi keterlibatan masyarakat yang

tinggal di sekitar hutan dalam kegiatan penanaman, penyediaan tenaga kerja dan

training (fungsi sosial).

Page 21: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapang

Tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapang adalah di Dinas Kehutanan dan

Perkebunan kabupaten Gunungkidul pada bulan Januari sampai Februari 2010.

B. Materi Praktik Kerja Lapang

Materi yang akan dikaji dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ini adalah

usaha-usaha konservasi tanah secara mekanik pada lahan terdgradasi di kabupaten

Gunungkidul.

C. Metode Praktik Kerja Lapang

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik kerja lapang ini adalah

metode survei berupa pengumpulan data dan informasi dilanjutkan dengan

pengamatan langsung, dan studi pustaka di Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Gunungkidul. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data

sekunder.

1. Data primer

Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung di lapang melalui

observasi dan praktik secara langsung :

a. Data mengenai program dan kegiatan teknis di Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Gunungkidul.

Page 22: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

b. Data mengenai konservasi tanah mekanik secara terras di kabupaten

Gunungkidul, yaitu mengenai jumlah atau luas wilayah yang diterras,

kualitas terras, dan jenis terras yang digunakan di kabupaten Gunungkidul.

c. Data mengenai manfaat penerapan konservasi tanah mekanik secara terras,

yang meliputi : untuk mengurangi panjang lereng, menampung dan

menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak,

memungkinkan penyerapan air oleh tanah, dan mempermudah pengolahan

tanah. Berdasarkan manfaat tersebut yang akan dilihat dalam Praktik Kerja

Lapang adalah terras sebagai penampung dan penyalur aliran permukaan

dan terras untuk mempermudah pengolahaan tanah.

d. Data mengenai kendala penerapan konservasi tanah mekanik secara terras,

yaitu meliputi : tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, teknik

konservasi ini tergolong mahal sehingga sulit diterapkan petani tanpa

disertai subsidi dalam pembuatannya, dan sulit dipakai pada usaha pertaian

yang menggunakan mesin-mesin besar pertanian. Berdasarkan kendala-

kendala tersebut yang akan dilihat dalam Praktik Kerja Lapang adalah

terras tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan dan bahwa terras

sulit dipakai pada usaha pertanian yang menggunakan mesin-mesin besar

pertanin.

e. Data mengenai usaha rehabilitasi hutan di kabupaten Gunungkidul, yaitu

mengenai luas kawasan hutan di kabupaten Gunungkidul dan jenis pohon

yang ditanami untuk rehabilitasi hutan.

Page 23: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang dimiliki

dinas serta pustaka yang berkaitan dengan usaha konservasi tanah. Data

sekunder yang diambil meliputi: (a) struktur organisasi Dinas Kehutanan dan

Perebunan di kabupaten Gunung Kidul, (b) peta topografi, (c) peta jenis tanah,

(d) peta kemiringan lereng, (e) peta penggunaan lahan, dan (f) data curah

hujan setempat.

D. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang

Praktik Kerja Lapang akan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan adalah penyelesaian administrasi dan

melengkapi syarat-syarat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, pengumpulan

pustaka yang berhubungan dengan masalah yang dikaji serta penyusunan

usulan Praktik Kerja Lapangan.

2. Tahap Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama satu bulan mengikuti

kegiatan instansi di lokasi Praktik Kerja Lapangan dan mengumpulkan data-

data yang diperlukan, meliputi data primer dan sekunder.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung

di lapangan melalui observasi dan praktik secara langsung.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan atau

dokumen yang dimiliki dinas serta pustaka yang berkaitan dengan usaha

konservasi tanah.

Page 24: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Tahap penyusunan Laporan

Kegiatan yang dilakukan adalah membahas data yang diperoleh pada saat

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja

Lapang.

Page 25: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Daerah Praktik Kerja Lapangan

1. Lokasi (geografi) dan Administrasi

a. Geografi

Letak geografi daerah tanah terdegradasi di Gunungkidul tidak diketahui

tetapi berikut adalah letak geografi Kab. Gunungkidul keseluruhan, yaitu antara

110 21' dan 110 50' BT, dan antara 7 46' dan 8 09' LS. Wilayah Kabupaten

Gunungkidul di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman

(provinsi DIY), sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo

(Propinsi Jawa Tengah), sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri

(Propinsi Jawa Tengah), dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

b. Administrasi

Tanah terdegradasi di Gunungkidul tersebar di 17 kecamatan dari 18

kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW, dan 6844 RT. Kecamatan yang ada

di Gunungkidul antara lain : Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan

(merupakan kecamatan yang tidak ada tanah terdegradasinya), Saptosari, Tepus,

Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo, Wonosari,

Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. 141 desa masuk

klasifikasi Swadaya dan 3 desa termasuk desa Swasembada, sedangkan jumlah

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) tahun 2007 adalah 144,

dengan 95 LPMD klasifikasi tumbuh dan 49 LPMD termasuk klasifikasi

berkembang.

Page 26: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil Sensus Penduduk

2000 dan Sensus Penduduk Antar Sensus 2005 tahun 2007 berjumlah 685.210

jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk

terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 75.517 jiwa. Secara keseluruhan

jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, yaitu

349.799 perempuan dan 335.411 laki-laki.

Penduduk berdasarkan usia tahun 2007 sesuai dengan sensus penduduk

2000 dan Sensus Penduduk Antar Sensus 2005 adalah pada Tabel 1, yaitu jumlah

keseluruhan penduduk Gunungkidul adalah 685.210 jiwa. Pengaruh

kependudukan terhadap degradasi tanah adalah (a) kepadatan penduduk, jika

jumlah penduduk setiap tahun semakin bertambah maka akan banyak lahan yang

dibutuhkan penduduk sebagai tempat tinggal maupun tempat kerja, dan (b)

aktivitas penduduk merupakan penyebab degradasi tanah akibat campur tangan

manusia, yaitu deforestasi, overgrazing, kegiatan pertanian, serta kegiatan industri

dan bioindustri.

Page 27: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan usia tahun 2007

No. Usia (tahun) Jumlah (jiwa)

1. 0 – 4 (balita) 41.935

2. 5 – 9 46.041

3. 10 – 14 53.143

4. 15 – 19 49.730

5. 20 – 24 32.508

6. 25 – 29 40.984

7. 30 – 34 46.246

8. 35 – 39 52.502

9. 40 – 44 49.255

10. 45 – 49 44.409

11. 50 – 54 44.984

12. 55 – 59 44.398

13. 60 + 139.075

Total 685.210

Sumber : Sensus Penduduk 2000 - SUPAS2005 & Proporsi Susesnas

2006

3. Iklim

Schmidt dan Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan adanya

bulan basah dan bulan kering. Sebagai dasar penggolongan iklim digunakan suatu

rasio Q yakni perbandingan antara jumlah rata – rata bulan kering dengan rata –

rata bulan basah. Sistem klasifikasi iklim Oldeman terdapat batasan – batasan

tertentu dalam menentukan iklim disuatu tempat yang didasarkan pada jumlah

bulan basah (tipe utama), bulan lembab, dan bulan kering (subdivisi) secara

berturut-turut.

Berdasarkan kisaran curah hujan di Kab. Gunungkidul selama 10 tahun

dari tahun 1999 sampai dengan 2008 (Tabel 2), menurut sistem Schmidt dan

Ferguson wilayah Kab. Gunungkidul termasuk tipe iklim C (agak basah) yaitu

dengan nilai Q sebesar 50,2%. Tanaman tahunan yang sesuai dengan tipe iklim C

adalah tanaman akasia, jati, sengon, dan sonokeling.

Page 28: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 1. Curah hujan bulan pada kab. Gunungkidul

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul

Menurut sistem klasifikasi Oldeman wilayah kab. Gunungkidul memiliki

4 bulan basah berturut-turut dan 6 bulan kering berturut-turut, maka wilayah kab.

Gunungkidul termasuk tipe iklim D3 yang artinya hanya memungkinkan satu kali

padi satu kali palawija setahun, tergantung pada adanya persediaan air irigasi, jika

tidak ada sistem irigasi yang menjamin ketersediaan air maka pada tipe iklim

tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

4. Tanah

a. Pegunungan Baturagung

Pegunungan baturagung terletak di bagian utara Kabupaten Gunungkidul

dengan luas 33.119,8 ha. Jenis tanah yang terbentuk di kawasan pegunungan

baturagung adalah Latosol, Litosol dan Renzina. Tanah jenis Latosol merupakan

tanah yang masih relatif subur, dengan ketebalan solum tanah yang masih cukup

tebal. Jenis tanah Litosol dan Renzina merupakan tanah yang kurang subur,

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agt Sept Okt Nov Des

BB BL BK mm

1999 298 236 265 189 52 4 - - - 68 216 310 6 1 2

2000 361 460 212 242 88 33 - 8 7 107 160 89 6 2 3

2001 278 120 24 141 65 82 26 - 9 183 160 110 6 2 3

2002 359 328 142 160 33 0.9 0.22 0.17 - 7 144 156 6 - 5

2003 306 445 272 50 122 31 - - 30 56 247 457 6 - 4

2004 198 251 238 36 94 13 11 0.4 1.7 6 174 360 5 1 6

2005 313 209 290 136 2.4 133 220 2.5 67.5 187 145 438 9 1 2

2006 330 260 301 220 100 - - - - - 34 279 5 1 1

2007 136 308 288 207 63 50 - - - 52 134 485 6 1 2

2008 222 319 262 94 14 0.56 - - 0.94 176 407 215 6 1 3

Jumlah 2801 2936 2294 1475 633 347 257 11 116 842 1914 2899 61 10 31

Rerata 280,1 293,6 229,4 147,5 63,3 34,7 25,7 1,1 11,6 84,2 191,4 28,99 6,1 1,0 3,1

Page 29: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan ketebalan solum tanah cukup tipis, bahkan untuk tanah Litosol masa

batuan induk terlihat di permukaan. Tanah terdegradasi pada zona ini adalah

seluas 2.355 ha yang terdapat di kecamatan Patuk, Nglipar, Semin, Ngawen, dan

Gedangsari (pemerintahan Kab. Gunungkidul, 2009).

b. Dataran Wonosari

Dataran Wonosari terletak di bagian tengah Kabupaten Gunungkidul

dengan luas 76.162,042 ha. Jenis tanah yang terbentuk di wilayah dataran Wonosari

adalah Grumosol, Mediteran (Terarosa) dan Renzina (lampiran 2). Grumosol

mempunyai struktur tanah gumpal pada waktu kering dan sangat lekat pada waktu

basah. Jenis tanah Grumosol akan mengalami retakan tanah yang cukup dalam

dan lebar pada waktu musim kemarau. Mediteran mempunyai struktur tanah

cukup remah pada waktu kering maupun basah dibanding tanah Grumosol. Tanah

Mediteran ini tersebar pada lahan yang berbatasan dengan perbukitan di wilayah

pegunungan seribu. Renzina merupakan jenis tanah muda yang berasal dari

pelapukan batuan induk yang masih awal sehingga masa batuan masih terlihat

jelas. Warna tanah Renzina adalah putih. Tanah terdegradasi di kawasan ini

adalah seluas 935 ha yang terdapat di kecematan Wonosari, Ponjong,

Karangmojo, Semanu, dan Playen (pemerintahan Kab. Guningkidul, 2009).

c. Pegunungan Seribu

Pegunungan seribu adalah merupakan deretan pegunungan kapur yang

terletak di bagian selatan Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah

39.254,158 ha. kawasan pegunungan seribu ini merupakan kawasan lahan yang

Page 30: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

kering, tidak ditemukan aliran sungai di atas tanah, sistem aliran sungai banyak

ditemukan sebagai sebuah sistem aliran sungai bawah tanah.

Jenis tanah yang mendominasi pada kawasan pegunungan seribu adalah

tanah Mediteran (Terarosa). Jenis tanah yang lain adalah Litosol dan Renzina.

Tanah mediteran merupakan tanah yang masih relatif subur. Jenis tanah ini

mendominasi pada kawasan aluvial yaitu kawasan lembah perbukitan. Litosol dan

Renzina tersebar pada kawasan lahan perbukitan, pada kawasan lahan lereng bukit

maupun punggung bukit dengan ketebalan solum tanah yang cukup tipis. Derajat

kemiringan pada lahan perbukitan berkisar 30 – 60, bahkan ada yang mendekati

terjal sampai dengan tegak lurus. Tanah terdegradasi pada zona ini adalah seluas

9.249 ha yang terdapat di Kecematan Panggang, Tepus, Rongkop, Girisubo,

Tanjungsari, Saptosari, dan Purwosari (pemerintahan Kab. gunungkidul).

B. Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunungkidul

1. Organisasi

Wilayah kerja Dinas Kehutana dan Perkebunan Kab. gunungkidul

meliputi seluruh wilayah kabupaten. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Gunungkidul memiliki 7 Cabang Dinas Kehutanan (CDK) yang tersebar diseluruh

wilayah kabupaten meliputi CDK Playen, Nglipar, Karangmojo, Semanu,

Panggang, dan Paliyan. CDK berfungsi membantu kelancaran kegiatan dinas

kehutanan dan perkebunan, terutama penyuluhan dibidang kehutanan dan

perkebunan.

Page 31: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunungkidul

terletak di pusat kota Wonosari di jalan Brigjen Katamso No. 8, Desa Kepek,

kecamatan Wonosari. Lokasi kantor meliputi luas ± 1200 m2 pada ketinggian 125

m di atas permukaan laut, dilengkapi dengan bangunan, ruang komputer, ruang

pertemuan, mushola, gudang, dan tempat parkir.

Susunan organisasi dinas ini, terdiri atas kepala dinas, kelompok jabatan,

fungsional, dan bagian tata usaha. Kepala dinas secara langsung membawahkan

bidang kehutanan, bidang perkebunan, bidang bina usaha, bidang pengendalian

dan perkebunan, dan UPT balai pembibitan tanaman hutan dan perkebunan.

Secara lengkap struktur Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul,

dapat dilihat pada Gambar 1.

2. Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul.

a) Program pemantapan sumberdaya hutan

Kegiatannya adalah Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan

produksi, pengembangan hasil hutan non kayu, perencanaan dan

pengembangan hukum, pengelolaan dan pemanfaatan hutan, dan

pengembangan, pengujian dan pengendalian peredaran hasil hutan.

b) Program rehabilitasi hutan dan lahan.

Kegiatan - kegiatannya adalah sebagai berikut

- Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan,

- peningkatan peran serta masyarakat dalam RHL,

- rehabilitasi hutan lindung,

Page 32: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

- peningkatan peran masyarakat dalam gerakan penghijauan sempadan

sungai,

- peningkatan peran masyarakat dalam gerakan penghijauan sumber mata

air,

- peningkatan peran masyarakat dalam gerakan penghijauan habitat

hewan langka,

- peningkatan peran masyarakat dalam gerakan penghijauan sempadan

pantai,

- pengembangan hutan rakyat, dan

- pengembangan hutan tanaman rakyat.

c) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan.

Kegiatannya meliputi penyuluhan kesadaran masyarakat

mengenai dampak kerusakan hutan, peningkatan partisipasi masyarakat

dalam lomba penghijauan, dan sosialisasi perundang-undangan tentang

perlindungan dan konservasi sumber daya alam.

d) Program perencanaan dan pengembangan hutan dengan kegiatan

pendampingan kelompok perhutanan rakyat.

e) Program peningkatan penerapan teknologi pertanian /perkebunan.

Kegiatan – kegiatannya adalah sebagai berikut.

- Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat

guna,

- pengadaan saran dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat

guna,

Page 33: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

- pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/

perkebunan, pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi

pertanian dan perkebunan tepat guna, dan

- pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok

tanam.

f) Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan.

Kegiatannya adalah Penyediaan sarana produksi pertanian/perekbunan dan

pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan.

Program yang diikuti di lapangan adalah program yang pertama yaitu

program rehabilitasi hutan dan lahan beserta kegiatan – kegiatannya. Program

dan kegiatan yang lainnya tidak dapat diikuti karena praktek kerja lapangan

dilaksanakan pada awal tahun 2010 yaitu bulan Januari - Februari, maka masih

banyak program dan kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan kab.

Gunungkidul yang belum terealisasi. Data di atas didapat dari data tahun 2009

dan merupakan rencana program dan kegiatan yang akan direalisasikan juga

ditahun 2010.

C. Konservasi Tanah

Usaha – usaha yang dilakukan dalam menanggulangi lahan terdegradasi

di Kab. Gunungkidul adalah konservasi tanah vegetatif dan mekanik. Konservasi

tanah metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa –

sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan

Page 34: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

daya rusak aliran permukaan dan erosi. Konservasi tanah metode vegetatif yang

telah dilakukan di Kab. Gunungkidul dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Luas kegiatan konservasi tanah dan air metode vegetatif di lahan

terdegradasi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul

No Jenis

Kegiatan

Luas (ha) Jml

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pengembang

an Hutan

Rakyat

440 400 250 375 - 280 100 1845

2. Penanaman

jenis tanaman

konservasi

- - - - - 20 20 40

3. Penghijauan

sempadan

pantai

30 48 20 20 - 60 20 198

4. Penghijauan

DTA telaga

- 21 10 21 - 70 20 72

5. Penghijauan

kawasan

sekitar

sumber air

- 3 2 20 - 10 10

45

6. Pembuatan

dan

pengelolaan

Arboretum

Tanaman

Langka

- 30 - - - - 20 50

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul,2009.

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa pengembangan hutan

rakyat mengalami penurunan tiap tahunnya, hal itu disebabkan karena dinas juga

harus membagi waktu untuk merealisasikan jenis kegiatan lainnya. Pemerintahan

Kab. Gunungkidul lebih memperhatikan pengembangan hutan rakyat

dibandingkan kegiatan lainnya, dapat dilihat dari jumlah luas kegiatan yang

dilaksanakan dari tahun 2003 - 2009 pengembangan hutan rakyat lebih luas

Page 35: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

dibanding kegiatan yang lain, yaitu 1845 ha. Ditahun 2007 di Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Gunungkidul tidak ada melakukan kegiatan konservasi tanah dan

air metode vegetatif, kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007 adalah perawatan

jenis-jenis konservasi vegetatif yang sudah ada.

Konservasi tanah mekanik yang digunakan di lahan terdegradasi adalah

gully plug, sumur resapan, dam penahan air, dan terras bangku (Tabel 5) tetapi

yang paling banyak digunakan adalah konservasi tanah mekanik secara terras

bangku yaitu sejauh ini luas wilayah yang sudah diterras bangku di wilayah lahan

terdegradasi adalah 30.000 ha.

Tabel 4. Kegiatan konservasi tanah dan air metode mekanik di lahan terdegradasi,

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul

No Jenis Kegiatan Volume Jml

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pembuatan

Dam penahan

- - - 25 4 - - 29

2. Pembuatan

gully plug

- 1 - 6 7 - - 14

3. Penguat terras 15 - - - - 15 - 30

4. Sumur resapan - - - 5 5 22 2 34

Sumber : dinas kehutanan dan perkebunan kab. gunungkidul

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kegiatan konservasi mekanik

pada lahan terdegradasi Gunungkidul masih relatif sedikit, karena Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul lebih fokus terhadap konservasi secara

vegetatif. Dam penahan yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul adalah

bendungan yang dibuat dengan menahan beberapa sistem aliran sungai

permukaan. Pembutan Dam penahan pada tahun 2003 – 2005 tidak pernah

dilakukan, kemudian di tahun 2006 dibuat 25 satuan Dam penahan di beberapa

Page 36: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

kecamatan dan di tahun 2007 dibuat 4 satuan Dam penahan yang tersebar di

beberapa kecematan. Data mengenai sebaran lokasi Dam penahan di masing –

masing kecematan belum diketahui, kualitas Dam penahan dapat dikatakan baik,

karena dapat menampung ketersediaan air sehingga pada musim kemarau Dam

penahan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk keperluan masyarakat

setempat.

Kualitas terras bangku di Kab. Gunungkidul cukup baik karena dalam

pembuatan terras dapat memperluas daerah yang dapat ditanami dan menampung

sedimen dari bagian atas sehingga menebalkan solum tanah. Terras bangku di

lahan terdegradasi Kab. Gunungkidul sebagian besar dipasang batuan di muka

terras yang berfungsi sebagai penguat terras dan di bidang yang bisa ditanami

dimanfaatkan dengan tanaman tahunan dan tanaman pangan (Gambar 2).

Muka terras

tanaman hutan

Daerah yang dapat

ditanami

Tanaman pangan

Gambar 2. Terras bangku di tanah terdegradasi Kab. Gunungkidul

Penguat terras adalah tanaman rerumputan atau bebatuan yang

dipasangkan pada muka terras. Penguat terras di wilayah terdegradasi

Page 37: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Gunungkidul menggunakan batu kapur yang dipasangkan pada muka terras

(Gambar 2). Tahun 2003 penguat terras di buat pada 15 terras yang tersebar di

daerah zona selatan, tahun 2004 – 2007 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.

Gunungkidul tidak ada kegiatan pembuatan penguat terras, dan ditahun 2008

pembuatan penguat terras dilakukan pada 15 terras yang masih tersebar di zona

selatan. Maka terras yang sudah dipasang penguat terras di wilayah terdegradasi

Gunungkidul adalah sebanyak 30 terras. Pihak Dinas hanya menghitung jumlah

terras yang sudah dipasang penguat terras pada lahan terdegradasi Gunungkidul.

Oleh karena itu luas terras yang sudah dipasang penguat terrasnya tidak diketahui

karena pihak Dinas tidak melakukan pengukuran terhadap luas terras yang sudah

ada penguat terrasnya.

Manfaat penerapan metode mekanik terras di lahan terdegradasi

Gunungkidul adalah sebagai berikut. Lahan tidak kehilangan lapisan permukaan

tanah, sedimentasi tanah dapat ditampung di bidang yang dapat ditanami dan

memudahkan pemanfaatan tanah. Selain itu juga pada lereng-lereng yang terjal,

kejadian erosi dapat ditekan karena penutupan lahan oleh tanaman tahunan

maupun tanaman semusim. Kendala dalam penerapan metode mekanik secara

terras di tanah terdegradasi Gunungkidul adalah ketebalan solum tanah yang tipis

dan kondisi kemiringan lahan yang sangat terjal, yaitu sebesar 30o

ke atas. Data

mengenai manfaat dan kendala penerapan metode mekanik terras di wilayah

terdegradasi Gunungkidul tidak ada secara spesifik, karena data mengenai

manfaat dan kendala penerapan metode mekanik terras di dapat dari hasil

wawancara dengan pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul.

Page 38: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

D. Rehabilitasi Hutan

Luas total hutan di kabupaten Gunungkidul adalah 43.548,23 ha, yang

terdiri atas 13.221 ha hutan negara, 30.000 ha hutan rakyat, dan 327,23 ha hutan

tanaman rakyat di tanah AB. Hutan negara adalah wilayah yang dikembangkan

pada kawasan lahan milik negara. Di kabupaten Gunungkidul, kawasan hutan

negara ini dikelola oleh kesatuan lembaga yang bernama Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH). Lembaga ini merupakan lembaga pemerintah yang bertugas secara

teknis mengelola kawasan hutan negara di wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kesatuan Pemangkuan Hutan ini berada di bawah kesatuan

organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, berdasarkan status keperuntukanya, hutan dibagi kedalam beberapa

status peruntukan hutan (Tabel 5).

Tabel 5. Beberapa status peruntukkan hutan

No

.

Jenis pemanfaatan Luas (ha) Keterangan

1 Suaka Margasatwa Sodong 434,6 Perlindungan satwa

2 Tahura Bunder 634,1 Konsrvasi/wisata

3 Hutan pendidikan Wanagamma

I

600,0 Diklat dan riset

4 Penangkaran Rusa 10,0 Perlindungan rusa

5 Hutan Kemasyarakatan 1.087,6 Hutan produksi

masyarakat

6 Hutan Produksi 10.454,7 Hutan produksi Negara

7 Hutan rakyat 30.000 Hutan dikembangkan

masyarakat

8 Hutan tanaman rakyat tanah

(AB)

327,22 Hutan yang dikelola

masyarakat

Total 43.548,23

Sumber : dinas kehutanan dan perkebunan Kab. Gunungkidul

Page 39: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Berdasarkan Tabel 5 beberapa pemanfaatan hutan negara, yaitu sebagai

suaka margasatwa yang terdapat di kecamatan Semanu seluas 434,6 ha, di

manfaatkan untuk perlindungan satwa, tahura bunder seluas 634,1 ha yang

dimanfaatkan sebagai konservasi dan tempat wisata, hutan pendidikan wanagama

adalah hutan yang dikelola oleh Universitas Gajah Mada dengan luas 600 ha,

penangkaran rusa seluas 10 ha adalah hutan yang dimanfaatkan untuk

perlindungan rusa, hutan kemasyarakatan 1087,6 ha adalah hutan negara yang

dikelola oleh masyarakat, dan hutan produksi adalah hutan yang produksi

sepenuhnya milik negara yaitu seluas 10.454,7 ha. Suaka margasatwa sodong,

tahura bunder, hutan pendidikan wanagama I, penangkaran rusa, hutan

kemasyarakatan, dan hutan produksi merupakan wilayah hutan negara.

Hutan rakyat adalah hutan yang dikembangkan oleh masyarakat secara

luas di lahan yang berstatus lahan milik. Pola pengembangan hutan rakyat

dilakukan dengan sistem monokultur maupun tumpangsari. Pola monokultur

banyak dilakukan pada kawasan pegunungan kritis maupun pada lahan tidak

produktif lainya, sedangkan pola tumpangsari banyak dilakukan oleh masyarakat

pada lahan-lahan yang masih relatif produktif. Lahan tidak produktif di

Gunungkidul adalah lahan yang terletak di kawasan pegunungan karst, sedangkan

lahan produktif terdapat di daerah-daerah dataran yang memiliki solum tanah

mampu untuk ditembus akar tanaman.

Sebaran hutan rakyat di kab. Gunungkidul di seluruh kecamatan, yaitu

2.317 ha di kec. Ponjong, 1.814 ha di kec. Purwosari, 2.688 ha di kec. Patuk,

2.094 ha di kec. Nglipar, 545 ha di kec. Karangmojo, 860,5 ha di kec. Wonosari,

Page 40: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

2.400 ha di kec. Rongkop, 2.849 ha di kec. Girisubo, 1.894 ha di kec. Tanjungsari,

1.576 ha di kec. Playen, 653 ha di kec. Paliyan, 2.230 ha di kec. Panggang, 1.985

di kec. Tepus, 2.000 ha di kec. Semin, 824 ha di kec. Ngawen, 2.447 ha di kec.

Gedangsari, 2.149 ha di kec. Saptosari, dan 2.674 di kec. Semanu. Total

keseluruha hutan rakyat adalah 30.000 ha (Tabel 6).

Tabel 6. Persebaran hutan rakyat Gunungkidul per kecamatan

No. Kecamatan Luas (ha)

1 Ponjong 2.317

2 Purwosari 1.814

3 Patuk 2.688

4 Nglipar 2.094

5 Karangmojo 545

6 Wonosari 860,5

7 Rongkop 2.400

8 Girisubo 2.849

9 Tanjungsari 1.894

10 Playen 1.576

11 Paliyan 653

12 Panggang 2.230

13 Tepus 1.985

14 Semin 2.000

15 Ngawen 824

16 Gedangsai 2.447

17 Saptosari 2.149

18 Semanu 2.674

Total 30.000

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul

Hutan tanaman rakyat (HTR) adalah luncuran program dari kementrian

Kehutan. Konsep dasar pengembangan HTR ini adalah memberikan ijin kepada

masyarakat sekitar kawasan hutan negara selama 60 tahun untuk mengembangkan

tanaman komoditas kehutanan. Di kabupaten Gunungkidul, HTR dialokasikan

pada lahan yang berstatus lahan negara yang bernama tanah AB. Tanah AB ini

pada dasarnya adalah bagian dari lahan hutan negara yang dikeluarkan dari

Page 41: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

kesatuan pengelolaan hutan yang ada. Hutan tanaman rakyat seluruhnya

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai hutan produksi. Produksi dari hutan

tanaman rakyat adalah tanaman – tanaman pertanian antara lain padi, jagung,

ketela, cabai, dan lain-lain. Data mengenai produksi hutan tanaman rakyat didapat

melalui wawancara dengan petani setempat, oleh karena itu tidak ada data yang

menjelaskan jumlah produksi yang dihasilkan oleh para petani.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Pokok Kehutanan nomor: 41 tahun

1999, bahwa setiap wilayah harus mempunyai zona bervegetasi hutan minimum

30% dari luas total wilayah, maka Kabupaten Gunungkidul minimal harus

memiliki kawasan hutan seluas 50.000 ha. Berdsarkan kondisi hutan di

Gunungkidul saat ini, yaitu seluas 43.548,23 ha, maka untuk mencapai luas

minimum, masih memerlukan penambahan kawasan hutan minimal 6451,77 ha.

Lahan yang potensi untuk pengembangan hutan adalah lahan terdegradasi.

Pemanfaatan lahan terdegradasi ini selain menambah luasan penutupan vegetasi,

juga dapat merahabilitasi lahan – lahan terdegradasi. Pola tanaman keras intensif

diterapkan pada lahan yang terjal dan puncak perbukitan. Jenis tanaman yang

ditanami untuk rehabilitasi di hutan Gunungkidul adalah tanamn jati, mahoni,

akasia, sonokeling, dan bambu (Tabel 7).

Kondisi hutan di Kab. Gunungkidul secara ekologis mengemban dua

misi utama, yaitu peningkatan kualitas lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan

kritis. Berdasarkan konteks peningkatan kualitas lingkungan hidup, syarat

minimum luas penutupan lahan berupa kawasan hutan yang harus dicapai pada

suatu wilayah, berdasarkan Undang-Undang Pokok Kehutanan Nomor : 41

Page 42: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 1999 adalah sebesar 30% dari luas total suatu wilayah, sedangkan dalam

konteks rehabilitasi lahan kritis, luas minimal pengembangan vegetasi penutup

lahan sebagai sebuah pendekatan teknis secara vegetatif adalah seluas lahan kritis

yang ada.

Tabel 7. Jenis tanaman dan produksi hutan kabupaten Gunungkidul tahun 2009

No. Kecamatan Produksi

Jati

(m3)

Mahoni

(m3)

Akasia

(m3)

Sono

(m3)

Bambu

(bt)

1 Ponjong 9.676,690 980,420 8,230 167,940 87.155

2 Purwosari 6.076,670 249,669 0,000 0,000 3.661

3 Patuk 2.843,850 1.589,330 1.671,090 1.288,910 12.300

4 Nglipar 6.654,770 874,160 0,000 3,860 6.600

5 Karangmojo 1.265,171 168,360 0,000 0,000 3.350

6 Wonosari 11.018,280 206,030 0,000 0,000 25.754

7 Rongkop 2.371,229 56,900 0,000 45,001 76.135

8 Girisubo 2.162,396 0,450 0,000 0,000 43.608

9 Tanjungsari 2.557,882 50,560 0,000 220,560 2.150

10 Playen 13.529,270 521,092 4,450 4,320 2.985

11 Paliyan 1000,345 153,240 0,000 3,860 1.247

12 Panggang 906,601 232,745 255,540 0,000 1.135

13 Tepus 3.632,500 112,020 115,120 330,840 1.224

14 Semin 3.883,540 259,904 202,920 215,590 3.813

15 Ngawen 4.003,240 167,240 0,000 0,000 1.360

16 Gedangsai 3.355,400 339,380 4,270 11,080 5.116

17 Saptosari 3.362,960 11,980 0,000 0,000 450

18 Semanu 5.308,080 89,861 18,030 0,000 0

Jumlah 83.608,874 6.063,341 2.279,650 2.291,961 278.043

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul, 2009

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat jumlah keseluruhan produksi hutan

kab. Gunungkidul yang tersebar diseluruh kecmatan, yaitu 83.608,874/ m3

kayu

jati, 6.063,341/ m

3 mahoni, 2.291,961/ m

3 kayu akasia, 2.291,961/ m

3 kayu

sono,dan 278.043 batang bambu. Kayu jati di kab. Gunungkidul merupakan

tanaman yang produksinya paling tinggi.

Kondisi hutan kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada Gambar 3 dan

Gambar 4 yang memperlihatkan jenis tanaman jati dan akasia. Alasan Dinas

Page 43: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Kehutanan dan Perkebunan kab. Gunungkidul menggunakan tanaman tersebut di

atas adalah karena tanaman jati, mahoni, akasia, dan sono merupakan tanaman

yang toleran terhadap lahan kering dan sesuai dengan kondisi iklim di

Gunungkidul.

Tanaman jati

Gambar 3. Hutan dengan tanaman jati

tanaman akasia

batuan induk

Gambar 4. Tanaman Akasia

dengan ketebalan solum tanah

dangkal

Tanaman akasia mampu tumbuh dengan baik di areal lahan yang kurang

subur dengan ketebalan solum tanah yang dangkal (Gambar 4). Tingginya tingkat

kemampuan tanaman ini untuk tumbuh ditanah yang marginal dilatar belakangi

oleh beberapa faktor antara lain sistem perakaran yang dangkal atau mendatar

Page 44: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

yang menyebabkan tanaman ini mampu tumbuh pada lahan dengan solum tanah

tipis, sistem perakaran mampu menembus lapisan batuan induk (Gambar 5).

Akar tanaman akasia

Batuan induk

Gambar 5. Akar tanaman akasia mampu menembus batuan induk

Akar tanaman akasia terlihat mampu menembus batuan dan

menghancurkan batuan induk menjadi serbuk batuan yang kemudian terus

melapuk bersama bahan organik yang dihasilkan menjadii tanah yang cukup

subur. Sistem perakaran bersimbiosis dengan bakteri akar (rizobium) yang mampu

membantu tanaman ini untuk mengikat unsur nitrogen dari udara, sehingga

tanaman ini mampu menyediakan kebutuhan unsur nitrogen secara mandiri.

Page 45: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Program dan kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul adalah

pemantapan sumber hutan potensi, meliputi pemantapan potensi sumber daya

hutan, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), perlindungan dan konservasi

sumber daya hutan, perencanaan dan pengembangan hutan, dan peningkatan

produksi pertanian/perkebunan.

2. Usaha konservasi tanah mekanik secara terras pada lahan terdegradasi di Kab.

Gunungkidul adalah konservasi tanah mekanik secara terras bangku, terras

gulud, gully plug, dam pengendali air, dan dam penahan air. Kualitas terras

bangku di Kab. Gunungkidul cukup baik, karena dalam pembuatan terras dapat

memperluas daerah yang dapat ditanami dan menampung sedimen dari bagian

atas sehingga menebalkan solum tanah.

3. Manfaat penerapan metode mekanik di wilayah lahan terdegrasi Gunungkidul

adalah lahan tidak kehilangan lapisan permukaan tanah, sedimentasi tanah

dapat ditampung di bidang yang dapat ditanami dan memudahkan pemanfaatan

tanah. Selain itu juga pada lereng-lereng yang terjal, kejadian erosi dapat

ditekan karena penutupan lahan oleh tanaman keras maupun tanaman semusim.

4. Kendala dalam penerapan usaha konservasi tanah mekanik di wilayah

terdegradasi Gunungkidul adalah ketebalan solum tanah yang tipis dan kondisi

kemiringan lahan yang sangat terjal, yaitu sebesar 30o ke atas.

Page 46: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

5. Rehabilitasi hutan yang dilakukan di Kabupaten Gunungkidul adalah dengan

penghijauan atau menanami tanaman kayu guna memperluas kawasan. Luas

total hutan di kabupaten Gunungkidul adalah 43.548,23 ha, yang terdiri atas

13.221 ha hutan negara, 30.000 ha hutan rakyat, dan 327,23 ha hutan tanaman

rakyat di tanah AB. Jenis tanaman yang ditanami di kawasan hutan

Gunungkidul adalah tanaman jati, mahoni, akasia, dan tanaman sengon.

B. Saran

1. Upaya rehabilitasi lahan terdegradasi dan pengembangan tanaman sebaiknya

diaplikasikan secara heterogen dengan mengembangkan berbagai tanaman

keras.

2. Kegiatan konservasi tanah dan air dan rehabilitasi hutan sebaiknya dilakukan

secara terpadu dan berkelanjutan agar tercipta kelestarian sumberdaya alam.

3. Pola tanaman keras intensif harus diterapkan pada lahan yang terjal dan

perbukitan, agar kawasan perbukitan tidak gundul dan tidak menyebabkan

erosi.

Page 47: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ahn, P. M. 1993. Tropical soils and fertilizer use. Longman Science &

Technical. 263p.

Arsyad, S . 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor.

Barrow, C. J. 1991. Land degradation. Cambridge University Press. 295p.

FAO. 1977. FAO soil bulletin: assesing soil degradation. UN. Rome. 83p.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, A. Diha, G. B. Hong dan

H. Bailey . 1986 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah . Penerbit Universitas

Lampung, Lampung.

Hamilton, L. S. dan P. N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika

(Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Lakitan,

Benyamin

Lal, R. 1986. Soil surface management in the tropics for intensive land use and

high and sustained production. Stewart, B.A.(editor). Advances in soil

science volume 5. Springer-Verlag New York Inc. p:1-110.

Oldeman, L. R. 1994. The global extent of soil degradation. Greenland,D.J. and

I. Szabolcs (editor). Soil resilience and sustainable land use. CAB

International. p: 99-118.

Rachman, E. 2005. Perencanaa Penanaman untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Terdegradasi. Dinas Kehutanan Jabar.

Rahim, S., E . 2003 . Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian

Lingkungan Hidup . Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Taufik, M., J. P. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya. science. (In

Press).

Taufik, M., J. P. Upaya Terpadu Penanganan Lahan Kritis. secience. (In Press).

Forum Komunikasi Online Gunungkidul. 25 Oktober 2008. Lahan Kritis Di

Wonosari. (On-Line), http://www.wonosari.com/html. diakses 19 Februari

2010.

Page 48: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.21 Maret 2009. Kondisi Umum. (On-Line),

http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php diakses 26 Maret 2010.

Page 49: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Page 50: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Page 51: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Page 52: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Page 53: Teknik Konservasi Tanah Secara Mekanik Untuk Lahan Terdegradasi Dan Rehabilitasi Hutan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta