Teknik Budidaya Rotifer (Brachionus Sp.) Sebagai Pakan Alami Ikan Lokal Jambi

13
Tugas 3 : Budidaya Perikanan Padel Purnama 500631632 Teknik Budidaya Rotifer ( Brachionus sp.) Sebagai Pakan Alami Ikan Lokal Jambi Abstrak Jenis ikan spesifik lokal perairan Jambi seperti; botia dan jelawat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan keberadaannya sebagian besar masih diperoleh dari penangkapan di alam. Teknologi pembenihan dengan induce breeding yang sudah dikembangkan di BBAT Jambi pada ikan spesifik lokal tersebut menghasilkan larva yang membutuhkan pakan alami dengan ukuran sangat kecil sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jenis pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva tersebut adalah rotifera air tawar (Brachionus sp). Rotifera merupakan pakan alami yang memiliki kandungan protein tinggi dan budidaya secara terkontrol akan memastikan keberhasilan kegiatan pemeliharaan larva ikan. Budidaya rotifera dilakukan pada media bervolume 3000 liter dengan bahan media dan pupuk yang terdiri dari urea dan dedak masing-masing 300 gram, tepung ikan dan tepung kedelai masing-masing 150 gram, molase 700 gram, probiotik 300 ml, Chlorella sp 100 liter dan inokulan rotifera dengan kepadatan 2 ind/ml. Pakan yang digunakan adalah fitoplankton dan bakteri. Satu siklus budidaya dilakukan selama 10-14 hari dengan jumlah panen berkisar antara 700 ml (± 1,8 x 10 6 ind/ml). Penggunaan rotifera dalam bentuk hidup sebagai pakan larva pada pembenihan di hatchery atau inokulan pakan alami di kolam. Kata kunci : spesifik lokal, pakan alami, rotifer

description

budidaya pakan alami

Transcript of Teknik Budidaya Rotifer (Brachionus Sp.) Sebagai Pakan Alami Ikan Lokal Jambi

Tugas 3 : Budidaya PerikananPadel Purnama 500631632

Teknik Budidaya Rotifer (Brachionus sp.) Sebagai Pakan Alami Ikan Lokal JambiAbstrakJenis ikan spesifik lokal perairan Jambi seperti; botia dan jelawat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan keberadaannya sebagian besar masih diperoleh dari penangkapan di alam. Teknologi pembenihan dengan induce breeding yang sudah dikembangkan di BBAT Jambi pada ikan spesifik lokal tersebut menghasilkan larva yang membutuhkan pakan alami dengan ukuran sangat kecil sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jenis pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva tersebut adalah rotifera air tawar (Brachionus sp). Rotifera merupakan pakan alami yang memiliki kandungan protein tinggi dan budidaya secara terkontrol akan memastikan keberhasilan kegiatan pemeliharaan larva ikan. Budidaya rotifera dilakukan pada media bervolume 3000 liter dengan bahan media dan pupuk yang terdiri dari urea dan dedak masing-masing 300 gram, tepung ikan dan tepung kedelai masing-masing 150 gram, molase 700 gram, probiotik 300 ml, Chlorella sp 100 liter dan inokulan rotifera dengan kepadatan 2 ind/ml. Pakan yang digunakan adalah fitoplankton dan bakteri. Satu siklus budidaya dilakukan selama 10-14 hari dengan jumlah panen berkisar antara 700 ml ( 1,8 x 106 ind/ml). Penggunaan rotifera dalam bentuk hidup sebagai pakan larva pada pembenihan di hatchery atau inokulan pakan alami di kolam.

Kata kunci : spesifik lokal, pakan alami, rotifer

I. PENDAHULUANLatar BelakangPerairan air tawar Jambi memiliki jenis ikan spesifik lokal yang bernilai ekonomi tinggi seperti Botia (Botia macracantha) dan Jelawat (Leptobarbus hoevenii). Umumnya ikan ini keberadaanya ada di sungai Batanghari dan sebagian besar masih dilakukan kegiatan penangkapan di alam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Hal ini terjadi karena teknologi pembenihanya masih belum berkembang dimasyarakat dan sangat rentanya masa pemeliharaan larva. Di BBAT Jambi sendiri sudah dikembangkan teknologi pembenihanya dengan induce breeding, dengan hasil cukup baik. Untuk menjaga kesinambungan dan ketersediaan jenis ikan tersebut perlu adanya paket teknologi budidaya yang diantaranya termasuk penyediaan pakan alami bagi larva.Larva ikan dari jenis ikan diatas rata-rata memiliki ukuran bukaan mulut yang lebih kecil dari ikan air tawar lain yang umum dipelihara di hatchery (patin dan lele). Sehingga penggunaan pakan alami yang biasa digunakan seperti Artemia dan Daphnia kurang memberikan hasil yang memuaskan, karena sebagian besar pakan tidak terkonsumsi dan kelansungan hidup larva rendah. Untuk penggunaan pakan buatan berukuran mikro juga sulit diterapkan, selain harganya sangat mahal ketersediaanya di daerah juga sulit. Sehingga diperlukan upaya pemberian pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar kegiatan pemijahan yang telah berhasil dilakukan bisa berlanjut sampai ke pemeliharaan larva. Jenis pakan alami yang memiliki ukuran sesuai dengan bukaan mulut ikan spesifik lokal Jambi adalah rotifera air tawar. Rotifera atau dalam bahasa latin disebut Brachionus sp. merupakan salah satu jenis pakan alami dari golongan kutu air, namun memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan Daphnia sp. Sejalan dengan perkembangan teknologi pemijahan buatan yang telah sukses dijalankan, upaya produksi pakan alami perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan pemeliharan larva. Terkait dengan hal itu di BBAT Jambi telah dilakukan serangkaian upaya pengembangan paket teknologi budidaya rotifer secara terkontrol. Ketersedian pakan yang sesuai dengan kebutuhan pada fase larva berpengaruh pada peningkatan kelangsungan hidup benih.TujuanMemberikan informasi mengenai teknik produksi pakan alami zooplankton rotifera sebagai pakan alami ikan-ikan spesifik lokal Jambi.Tinjauan Pustakaa. Ikan lokal JambiJenis ikan lokal jambi seperti jelawat dan botia umum ditemukan di perairan Sungai Batanghari. Masyarakat sekitar umumnya menangkap dari alam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Saat ini telah terjadi penurunan hasil tangkapan alam, selain karena pengurangan jumlah juga karena ancaman kegiatan penambangan liar. Upaya pembenihan jenis ikan lokal ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan jenis dan memenuhi kebutuhan konsumsi. Jelawat (Leptobarbus hoevenii) adalah ikan perairan sungai dan danau berasal dari Pulau Kalimantan dan Sumatera. Ikan ini pemakan segala (omnivora) dan hidup dalam kelompok (www.fishbase.org). Permintaan pasar terhadap ikan ini cukup tinggi dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat dan dibeberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei, sehingga merupakan komoditas yang sangat potensial dan mendorong minat masyarakat untuk mengembangkannya. Terlebih lagi produksi ikan yang lebih mengandalkan hasil penangkapan perairan umum cenderung labil dan sudah ada kecendrungan di beberapa tempat terjadi penurunan (Atmaja, 1992).Meskipun telah lama berkembang dan pemeliharaan ikan jelawat cukup memasyarakat, namun benih ikan sebagai faktor produksi utama sementara ini lebih mengandalkan dari hasil penangkapan di alam. Di alamnya ikan ini berkembang biak di sungai pada permulaan musim penghujan, yang berarti pasokan benih tersedia secara musiman. Sedangkan benih dari hasil budidaya masih terbatas jumlahnya sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan benih yang terus meningkat.Sedangkan ikan Botia merupakan ikan hias asli Indonesia, ikan ini hanya bisa dijumpai di dua tempat di Indonesia yakni Sungai Batanghari, Jambi dan Sungai Barito, Kalimantan (www.alamikan.com). Saanin (1984) menyebutkan 2 macam spesies, yaitu Botia macaracanthus dan Botia hymenphysa. Jenis yang ada di perairan Jambi adalah Botia macaracanthus yang memiliki 3 pita hitam di badan. Karakteristik perairannya sesuai dengan habitat ikan botia yang menyukai perairan tenang, gelap dan suka bersembunyi tapi ia tidak menyukai adanya lumpur. Ikan botia yang suka hidup berkelompok. Teknologi pemijahan dengan cara induce breeding telah berhasil diterapkan. Hanya saja yang menjadi kendala adalah kelangsungan hidup larva yang rendah akibat ketersediaan pakan alami yang sulit (BBAT, 2013).b. RotiferaRotifera mempunyai kisaran ukuran tubuh antara 50-250 mikron, dengan struktur yang sangat sederhana, ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini berbentuk bulat dan berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti roda, sehingga dinamakan rotifera. Rotifera Umumnya bersifat omnivora dan suka memakan jasad-jasad renik yang mempunyai ukuran tubuh kecil dari dirinya, seperti : alga, ragi, bakteri dan protozoa. Rotifera bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter-feeder). Pakan diambil secara terus menerus sambil berenang (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Makanan utama dari rotifera adalah phytoplankton dan plankton lainnya, detritus dan bahan-bahan organik terutama yang mengendap di dasar perairan. Brachionus juga pemakan segala dan partikel-partikel yang berukuran sesuai dengan besar alat penghisapnya.

Gambar 1. Rotifera (Brachiunus sp.)(sumber : www.alamikan.com)Rotifera memiliki klasifikasi sebagai berikut sumber (kartaj09.student.ipb.ac.id) :Phylum : AvertebrataKlas : AschelmintesSub klas : RotariaOrdo : EurotariaFamily : BrachionidaeSub family : BrachioninaeGenus : BrachionusBrachionus merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga sangat diperlukan dalam budidaya. Jika penyediaan pakan alami berupa plankton tidak cukup tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan. Sehingga keberhasilan budidaya rotifer sangat membantu dalam pengembangan kegiatan pembenihan ikan lokal Jambi.

II. ISIBudidaya rotifer yang dilakukan di BBAT JambiBudidaya Brachionus dengan media / pakan Chlorella sp. + bakteri probiotik dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :1 Melakukan sterilisasi bak budidaya dengan membersihkan dan mengeringkan bak. 2 Melakukan setting aerasi pada bak budidaya.3 Memasukkan air media kedalam bak budidaya sebanyak 3 ton.4 Melakukan pemupukan air media dengan pupuk teknis dan organik dengan dosis per 1.000 liter air media masing masing adalah urea (100 g), tepung ikan (50 g), tepung kedelai (50 g) dan dedak (100 g).5 Memasukkan inokulan Chlorella sp sebanyak 1.000 ml ke dalam bak (untuk volume media 3.000 liter).6 Memasukkan molase sebanyak 700 gr dan probiotik (EM4) 300 ml kedalam media budidaya7 Melakukan penambahan suplai oksigen selama budidaya Brachionus sp dan melakukan pencatatan / pengamatan perkembangan budidaya dan kualitas air / lingkungan media budidaya (waktu budidaya berkisar antara 7 s.d 14 hari)

Gambar 2 & 3. Budidaya rotifera dalam bak beton

Gambar 4 & 5. Panen rotifera dengan plankton net

Dari hasil panen rotifer diketahui kombinasi media antara Chlorella sp dan bakteri probiotik (EM4) memberikan hasil yang cukup baik. Pemanenan dengan menyaring menggunakan plankton net untuk kemudian ditimbang dengan kondisi basah (hasil saringan basah) didapatkan hasil panen (berat basah) 700 ml dengan jumlah individu /ml berat basah 1,8 x 106 ekor (BBAT, 2014).Berdasarkan pengamatan dan penghitungan kepdatan bakteri (Angka Lempeng Total) yang dilakukan pada air media budidaya Brachionus sp diketahui bahwa kelimpahan bakteri mencapai 108 CFU (Colony Formin Unit) (BBAT, 2014). Hasil ini menunjukkan bahwa bakteri yang diinokulasi pada media budidaya dapat berkembang dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Ciri visual yang dapat digunakan untuk melihat berkembang atau tidaknya bakteri budidaya adalah adanya busa dan bau busuk yang menyengat pada media budidaya. Dengan demikian keberadaan bakteri ini dapat digunakan sebagai pakan bagi rotifera selain jenis pakan fitoplankton (dalam hal ini adalah Chlorella sp).Penggunaan rotifer untuk ikan lokal JambiHasil panen pakan alami berupa rotifer segar bisa langsung diberikan pada larva ikan jelawat dan botia ada hari ke-3 setelah menetas dalam pemeliharaan akuarium (BBAT, 2014), sedangkan pada betutu bisa diberikan setelah kuning telur mulai habis pada hari ke 3-5 setelah menetas. Pemberian juga bisa dilanjutkan pada saat pemeliharaan di kolam. Dalam pemeliharaan larva jelawat dikolam tanah (umur 1 minggu) terjadi peningkatan kelangsungan hidup sampai 25 % saat diberikan inokulan pada kolam pendederan (BBAT, 2014). Kondisi kualitas air pada kolam pendederan Jelawat yang diberi inokulan pakan alami berada dalam kisaran biologis untuk kebutuhan budidaya, dimana kisaran pH: 6,57 7,52; DO : 4,36 7,4 mg/l; Suhu : 26,2 29,5 0C; Ammonia : 0,01-0,02 (BBAT, 2014).Penggunaan rotifera yang merupakan pakan alami memiliki kelebihan dibanding pakan buatan. Karena bersumber dari lingkungan perairan yang merupakan lingkungan hidup ikan rotifer tidak memberikan efek negatif terhadap kondisi kualitas air karena merupakan flora normal. Disamping itu pakan alami merupakan bagian dari rantai makanan yang menjaga keseimbangan perairan. Berbeda dengan buangan pakan buatan yang tidak termakan akan menjadi limbah (amonia) dan menurunkan kualitas perairan. Kandungan nutrisi dan sifat fisik (ukuran pakan) rotifera sesuai dengan kebutuhan ikan, dan saat diberikan dalam keadaan hidup memiliki daya cerna lebih baik daripada pakan buatan.

III. KESIMPULANPakan alami Rotifera (Brachionus sp.) air tawar dapat dibudidayakan secara terkontrol menggunakan media Chlorella sp. dan bakteri probiotik (EM4). Penggunaan rotifer sebagai pakan larva ikan spesifik lokal Jambi yang bernilai ekonomis tinggi (ikan botia, jelawat dan betutu) yang telah berhasil dipijahkan secara inducee breeding. Hal ini dikarenakan larva yang dihasilkan memiliki bukaan mulut sangat kecil dan memerlukan pakan alami dengan ukuran yang sesuai. Penggunaan pakan alami rotifera bisa meningkatkan kelangsungan hidup larva dan tidak memberi dampak negatif pada kualitas air lingkungan perairan.ReferensiAlim dan Kurniastuty (1995), Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton. Pakan Alam untuk pembenihan organism laut, Kanisius,Yokyakarta.Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. YogyakartaHardjamulia, Atmaja. 1992. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor.http://kartaj09.student.ipb.ac.id/2010/09/28/filum-rotifera akses 3/4/2015http://www.alamikan.com/search/label/Rotifera?max-results=5 akses 3/4/2015http://www.encyclopedia.com/topic/Rotifera.aspx#4 akses 3/4/2015http://www.fishbase.org/summary/5376 akses 3/4/2015Laporan Tahunan Balai Budidaya Air Tawar Jambi, tahun 2013. BBAT Jambi, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya-KKP.Laporan Tahunan Balai Budidaya Air Tawar Jambi, tahun 2014. BBAT Jambi, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya-KKP.Penerapan Prinsip Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB). 2006. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan RISaanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta Isnansetyo