TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT ... - …digilib.unila.ac.id/60680/3/TANPA...
Transcript of TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT ... - …digilib.unila.ac.id/60680/3/TANPA...
TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT SEBAGAI FAKTOR
PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018-2019
(Skripsi)
Oleh:
RENDY SEPTIANTO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT SEBAGAI FAKTOR
PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018-2019
Oleh:
RENDY SEPTIANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
HOSPITAL ADMISSION BLOOD PRESSURE AS MORTALITY
PREDICTOR FACTOR OF HEMORRHAGIC STROKE
IN DR. H. ABDUL MOELOEK HOSPITAL OF
BANDAR LAMPUNG
YEAR 2018-2019
By
Rendy Septianto
Background: Hemorrhagic stroke is a health problem that needs special attention
due to the raising of morbidity and mortality incidence that it causes. The most
important risk factor which is underlying hemorrhagic stroke is high blood
pressure. High hospital admission blood pressure can leads to a poor prognosis
through several mechanisms. The purpose of this study is to determine the
relationship of hospital admission blood pressure as a mortality predictor factor of
hemorrhagic stroke patients in Abdul Moeloek Hospital of Bandar Lampung.
Method: Type of this research is observational analytic with retrospective cohort
study design. The study was conducted in October-November 2019 using medical
records. The population of this study is hemorrhagic stroke patients in Abdul
Moeloek Hospital in the period of January 2018-August 2019 with a total of 133
samples selected using consecutive sampling technique. Data was analyzed using
chi square test.
Result: This study obtained the distribution of hemorrhagic stroke patients with
high hospital admission blood pressure in the amount of 82,7% (110 people). The
mortality rate of hemorrhagic stroke was found in the amount of 37,6% (50
people). Chi square test between hospital admission blood pressure and mortality
obtained a p value of 0,760 and RR of 0,911 with 95% CI 0,496-1,673.
Conclusion: Hospital admission blood pressure is not a mortality predictor factor
of hemorrhagic stroke
Keywords: hemorrhagic stroke, mortality, mean arterial pressure
ABSTRAK
TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT SEBAGAI FAKTOR
PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018-2019
Oleh
Rendy Septianto
Latar belakang: Stroke hemoragik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
perlu mendapatkan perhatian khusus akibat dari peningkatan kejadian morbiditas
dan mortalitas yang disebabkannya. Faktor risiko paling penting yang mendasari
terjadinya penyakit stroke hemoragik adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah
yang tinggi saat masuk rumah sakit dapat menimbulkan prognosis yang buruk
melalui beberapa mekanisme. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
tekanan darah saat masuk rumah sakit sebagai faktor prediktor mortalitas pada
pasien stroke hemoragik di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain
penelitian cohort retrospective. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-
November 2019 dengan menggunakan rekam medis. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien stroke hemoragik di RSUD Abdul Moeloek pada periode Januari
2018-Agustus 2019 dengan jumlah 133 sampel yang dipilih menggunakan teknik
consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil: Penelitian ini mendapatkan distribusi pasien stroke hemoragik dengan
tekanan darah yang tinggi saat masuk rumah sakit sebesar 82,7% (110 orang).
Angka kejadian mortalitas pada stroke hemoragik didapatkan sebesar 37,6% (50
orang). Uji chi square antara tekanan darah saat masuk rumah sakit dan mortalitas
mendapatkan p value sebesar 0,760 dan RR sebesar 0,911 dengan 95% CI 0,496-
1,673.
Kesimpulan: Tekanan darah saat masuk rumah sakit bukan merupakan faktor
prediktor mortalitas stroke hemoragik.
Kata Kunci: stroke hemoragik, mortalitas, mean arterial pressure
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1998, anak ketiga dari
tiga bersaudara yang dilahirkan dari pasangan bapak Ronni Samosir dan ibu
Remintan Sihombing.
Jenjang pendidikan penulis diawali dari Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Bekasi
pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) Abdi Negara pada tahun 2004, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Bekasi pada tahun 2010, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bekasi pada tahun 2013.
Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unversitas Lampung melalui jalur seleksi bersama masuk perguruan
tinggi negeri (SBMPTN). Selama masa studi, penulis juga aktif dalam berbagai
lembaga kemahasiswaan fakultas, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sebagai staf pengabdian masyarakat (Pengmas) pada tahun 2017-2018, sebagai
ketua Unit Fungsional Organisasi (UFO) Futsal pada tahun 2017-2018, dan
sebagai ketua PERMAKO MEDIS FK Unila pada tahun 2018-2019.
This too shall pass
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna”
(2 Korintus 12:9)
SANWACANA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama dalam proses
penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “TEKANAN DARAH SAAT MASUK RUMAH SAKIT
SEBAGAI FAKTOR PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK DI
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018-2019”
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Universitas Lampung.
Terima kasih kepada kedua orang tua saya, ayah Ronni Samosir dan ibu Reminta
Sihombing, yang telah membesarkan dan membimbing penulis dengan penuh
kasih sayang. Kepada kedua abang saya, Rinaldo Marimpul dan Rayindra
Satyabrata, terima kasih atas pelajaran-pelajaran berharga yang selalu diberikan
kepada penulis.
Penulis meyakini bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin merendahkan hati untuk
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. Dyah Wulan SRW, S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
3. dr. Fidha Rahmayani, S.Ked., M.Sc., Sp.S selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
4. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
5. dr. Iswandi Darwis, S.Ked., M.Sc., Sp.PD selaku Penguji Utama yang
telah meluangkan waktu, memberikan saran, ilmu, serta nasihat yang
sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini;
6. dr. Nurul Utami, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak bimbingan, motivasi, dan saran, serta mohon maaf
jika banyak kekurangan yang terdapat dalam diri penulis;
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan FK Unila yang telah banyak
membantu penulis dalam menjalani masa preklinik;
8. Keluarga besar yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu;
9. Teman-teman Batak Squad, Advensius, Eben, Efesus, Gilbert, Rainhard,
Hugo, Jeremi, Pangab, Joshua, Robi, Poldo, Marcho, Marthin, Melki,
David, Rico, Samuel, Tobi, Mario, Wahyu, William, Yonathan, Yosep
yang selalu menjadi tempat untuk berbagi suka duka bagi penulis. Semoga
kelak kita dapat sukses bersama;
10. Teman-teman Amang Family, Hanif, Kharisma, Depa yang telah
memberikan banyak pengalaman berharga dan selalu saya rindukan;
11. Teman sepelayanan pengurus Permako Medis angkatan 2016, Januar,
Ester, Samuel, Ananda, Marlaokta, Jessica yang telah banyak memberikan
hal baik bagi penulis selama ini. Tuhan yesus memberkati kita semua;
12. Kakak-kakak pendamping Permako Medis, Kak Grace, Kak Oliv, Kak
Febe, Bang Harry, Bang Rian, Kak Efry, Kak Lidya, Kak Sema, Bang
Ndon, Bang Josi yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi kepada
penulis, serta mengajarkan banyak hal tentang pelayanan mahasiswa;
13. Adik-adik Permako Medis yang penulis kasihi, Andriani, Daniel, Shania,
Selin, Stefani, Jesica, Clinton, Jessput, Betsheba, Pius, Christ, Ezra, Oliv
yang masih meneruskan tonggak kepengurusan Permako Medis. Penulis
mengucapkan semangat, Tuhan Yesus memberkati kalian;
14. Adik-adik kelompok kecil CAPER yang penulis kasihi, Clinton, Aquila,
Panca, Ephraim yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menjadi kakak pendampingnya dan mengajarkan penulis banyak hal baik;
15. Teman-teman Mahardika dan Sumber Jaya, Abiyyi, Fahmi, Haydar,
Raynaldo, Farid, Erwin, Januar, Kristian, Restu, Ihsan, Rheza, Allan yang
telah membagikan banyak sukacita kepada penulis. Semoga sukses ke
depannya kawan;
16. Teman-teman dinas Pengabdian Masyarakat BEM FK Unila angkatan
2016, Vidi, Andes, Gede, Atica, Dhea, Nadya, Inda, Katya yang pernah
melalui hal hebat bersama;
17. Teman-teman seperbimbinganku, Icha dan Giza yang telah banyak
memberikan motivasi, kekuatan, dan penghiburan kepada penulis.
18. Keluarga besar Permako Medis FK Unila yang telah mengubahkan hidup
penulis terlebih luar biasa.
19. Seluruh teman-teman sejawat Tr16eminus yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga kita menjadi dokter yang berguna bagi
bangsa.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan kiranya karya ini
bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, Desember 2019
Penulis,
Rendy Septianto
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan................................................................................ 6
1.4.2 Bagi Peneliti ................................................................................................ 6
1.4.3 Bagi Institusi ............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak ........................................................................ 7
2.2 Stroke Hemoragik ....................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Stroke Hemoragik .......................................................................... 8
2.2.2 Klasifikasi Stroke Hemoragik ..................................................................... 9
2.2.3 Patofisiologi Stroke Hemoragik ................................................................ 10
ii
2.2.4 Faktor Risiko Stroke Hemoragik ............................................................... 12
2.2.5 Gejala dan Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik ...................................... 13
2.2.6 Diagnosis Stroke Hemoragik ..................................................................... 14
2.2.7 Prognosis Stroke Hemoragik ..................................................................... 15
2.3 Tekanan Darah .......................................................................................... 18
2.3.1 Definisi Tekanan Darah ............................................................................. 18
2.3.2 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................................................ 18
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .................................. 19
2.3.4 Mean Arterial Pressure (MAP) ................................................................. 20
2.3.5 Tekanan Darah sebagai Faktor Prediktor Mortalitas Stroke Hemoragik .... 21
2.4 Kerangka Penelitian .................................................................................. 24
2.4.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 24
2.4.2 Kerangka Konsep ....................................................................................... 25
2.5 Hipotesis ................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 26
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27
3.3 Subyek Penelitian ...................................................................................... 27
3.3.1 Populasi ...................................................................................................... 27
3.3.2 Sampel ....................................................................................................... 27
3.3.3 Kristeria Inklusi ......................................................................................... 29
3.3.4 Kriteria Eksklusi ........................................................................................ 29
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................... 30
3.4.1 Variabel Bebas .......................................................................................... 30
3.4.2 Variabel Terikat......................................................................................... 30
3.5 Definisi Operasional ................................................................................. 30
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................. 31
3.7 Alur Penelitian .......................................................................................... 32
3.8 Pengumpulan Data .................................................................................... 33
3.9 Pengolahan Data ....................................................................................... 33
3.10Analisis data ............................................................................................... 34
3.10.1 Analisis Univariat..................................................................................... 34
3.10.2 Analisis Bivariat ....................................................................................... 34
3.11 Etika Penelitian ......................................................................................... 36
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 37
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 37
4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ................................................................ 37
4.1.2 Analisis Univariat ...................................................................................... 40
4.1.3 Analisis Bivariat Hubungan Tekanan Darah Saat Masuk Rumah Sakit
Terhadap Mortalitas Stroke Hemoragik .............................................................. 42
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 45
4.2.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 45
4.2.2 Analisis Bivariat Hubungan Tekanan Darah Saat Masuk Rumah Sakit
Terhadap Mortalitas Stroke Hemoragik .............................................................. 48
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 54
5.2 Saran ......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi tekanan darah menurut Guideline of the American College of Cardiology
and American Heart Association ..................................................................................... 18
2. Definisi Operasional .................................................................................................... 31
3. Karakteristik umum pasien stroke hemoragik .............................................................. 37
4. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan mean arterial pressure (MAP) ..................... 40
5. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan nilai mean arterial pressure (MAP) yang
tinggi ................................................................................................................................ 41
6. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan mortalitas ..................................................... 42
7. Hasil analisis hubungan antara tekanan darah saat masuk rumah sakit terhadap tingkat
mortalitas stroke hemoragik dengan uji Chi-Square ........................................................ 42
8. Hasil analisis hubungan antara nilai MAP yang tinggi saat masuk rumah sakit terhadap
tingkat mortalitas stroke hemoragik dengan uji Chi-Square ............................................ 44
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori ..................................................................................................24
2. Kerangka Konsep ...............................................................................................25
3. Skema Desain PenelitianCohort Retrospective .................................................27
4. Prosedur Penelitian ............................................................................................32
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Ethical Clearance
Lampiran 3. Hasil Analisis Bivariat Data Penelitian
Lampiran 4. Data Rekam Medis Pasien
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Stroke merupakan penyebab disabilitas pertama di dunia
dan penyebab demensia kedua setelah Alzheimer’s diseasemenurut data
American Heart Association (AHA) pada tahun 2015.Sebuah studi oleh The
Global Burden of Disease pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan absolut
sebanyak 47% dari kasus stroke hemoragik dalam rentang tahun 1990 sampai
dengan 2010. Tingkat kejadian terbesar dari kasus stroke hemoragik, terutama
yang berakhir kematian (63%), terjadi pada negara yang berpendapatan
ringan-menengah, seperti negara-negara Afrika Sub-Sahara, Asia Tengah, dan
Asia Tenggara (An, Kim, and Yoon, 2017).
Penyakit stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dapat
menyebabkan kematian di negara-negara Asia Tenggara. Data South East
Asian Medical Information Centre (SEAMIC) melaporkan bahwa angka
kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara
berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Stroke
iskemik merupakan jenis stroke dengan angka kejadian tertinggi, yaitu
2
52,9%di antara seluruh kasus stroke yang dilaporkan, diikuti stroke
perdarahan intraserebral dengan angka kejadian 38,5%, stroke emboli sebesar
7,2%, dan stroke perdarahan subaraknoid sebesar 1,4% (Dinata, Safrita, and
Sastri, 2013).
Prevalensi stroke di Indonesia juga mengalami peningkatan. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan 8,3 per 1000
penduduk menderita stroke, sedangkan pada tahun 2013 terdapat peningkatan
menjadi sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Jumlah penderita stroke di
Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara terbanyak yang
mengalami stroke di Asia. Data nasional Indonesia menunjukkan bahwa
stroke merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu 15,4% (Trianisaand
Harahap, 2015). Tingkat kejadian stroke di Provinsi Lampung diperolehhasil
3,7% yang terdiagnosis nakes maupun 5,4% yang terdiagnosis atau
menunjukkan gejalaberdasarkan data riskesdas pada tahun 2013 (Kemenkes
RI, 2013). Stroke hemoragik memiliki prognosis yang buruk. Banyak kasus
yang membutuhkan perawatan jangka panjang, hanya sekitar 20% dari seluruh
pasien yang dapat bertahan hidup secara independen, sedangkan 40% kasus
meninggal dalam jangka waktu 30 hari dan sekitar separuhnya meninggal
dalam 48 jam (Darotin, Nurdiana, and Nasution, 2017). Sebuah penelitian
lainberskala global melaporkan angka kematian pada stroke perdarahan
intraserebral adalah sekitar 40% dalam jangka waktu satu bulan dan
meningkat menjadi 54% dalam jangka waktu satu tahun (An, Kim, and Yoon,
2017).
3
American Heart Association (AHA) mendefinisikan stroke sebagai sebuah
episode akut dari disfungsi neurologis yang diduga penyebabnya adalah
proses iskemik atau hemoragik pada sistem serebrovaskular, berlangsung
hingga 24 jam atau lebih atau dapat berakhir dengan kematian, tanpa adanya
bukti penyebab lain, selain penyebab diatas. Stroke merupakan salah satu
penyebab kecacatan dan kematian terbanyak di seluruh dunia, baik di negara
maju maupun berkembang. Stroke hemoragik didefinisikan sebagai gejala-
gejala disfungsi neurologis yang berkembang secara cepat diakibatkan oleh
adanya pengumpulan fokal dari darah dalam ruangan intrakranial (parenkim
otak, sistem ventrikular, ruang subaraknoid) karena pecahnya pembuluh darah
otak, namun bukan disebabkan oleh karena adanya trauma (Sacco et al.,
2013).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit stroke
hemoragik diklasifikasikan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
tidak dapat dimodifikasi. Salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian stroke hemoragik adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan darah
meningkat seiring bertambahnya usia. Batas dari tekanan darah tinggi menurut
klasifikasi American Heart Association and American Stroke Association
adalah 130/80 mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu
panjang dapat menyebabkan kerusakan organ target, salah satunya adalah
gangguan pada sistem serebrovaskular, yaitu penyakit stroke
hemoragik.Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol ditemukan pada sekitar
50% kejadian stroke dan sekitar 70% kasus stroke hemoragik memiliki
4
riwayat hipertensi (Trianisaand Harahap, 2015). Peningkatan tekanan darah
yang tidak mampu dikompensasi dan bersifat patologis akan merusak dinding
pembuluh darah kecil dan menciptakan mikroaneurisma yang dapat ruptur
secara spontan. Perdarahan oleh karena ruptur tersebut akan sangat
mengancam, terutama efek dari massa hematom yang menyebabkan
peningkatkan tekanan intrakranial secara cepat. Kejadian-kejadian tersebut
memberikan luaran klinis yang buruk pada pasien stroke hemoragik (Baehr
and Frotscher, 2016).
Sebuah penelitian melaporkan bahwa hipertensi adalah salah satu faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan dilaporkan sebagai faktor risiko utama terjadinya
perdarahan intrakranial spontan yang menyebabkan stroke hemoragik, namun
nilai prognostik dari besaran tekanan darah dalam menilai mortalitas pasien
stroke hemoragik masih membutuhkan penelitian lebih lanjut (Lee et al.,
2015). Sebuah penelitian lainnya melaporkan bahwa tidak ditemukan adanya
hubungan antara tekanan darah dengan luaran klinis pasien stroke hemoragik,
namun terdapat keterbatasan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
tersebut sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut (Furlan et al., 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas,peneliti tertarik untuk mencari hubungan
antara tekanan darah saat masuk rumah sakit dengan kejadian mortalitas
pasien stroke hemoragik.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian, apakah tekanan darah saat masuk rumah sakitdapat
dijadikanfaktor prediktor mortalitas padapasien stroke hemoragik di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darahsaat
masuk rumah sakit sebagai faktor prediktor mortalitas pada pasien stroke
hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian stroke hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2018-2019
2. Mengetahui proporsi nilai tekanan darah pasien stroke hemoragik saat
masuk RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
3. Mengetahui karakteristik pasien stroke hemoragik di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung berdasarkan jenis kelamin, usia,
riwayat hipertensi, riwayat diabetes melitus, dislipidemia, merokok,
konsumsi alkohol, dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pengetahuan untuk menilai prognosis pasien stroke hemoragik.
1.4.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasanpeneliti di
bidang Neurologi serta dapat menerapkan ilmu tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
1.4.3 Bagi Institusi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk para
akademisi dalam melakukan penelitian pengembangan agar lebih
bermanfaat untuk masa depan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak terdiri dari cerebrum, cerebellum, dan batang otak. Sekitar 100 miliar
neuron diperkiran terdapat di otak, tersusun membentuk anyaman kompleks
yang memungkinkan manusia untuk secara bawah sadar mengatur lingkungan
internal tubuh, mengalami emosi, secara sadar mengontrol gerakan,
merasakan tubuh sendiri dan lingkungan, serta melakukan fungsi-fungsi
kognitif seperti berpikir dan mengingat. Setiap bagian pada otak bekerja
bersamaan karena setiap neuron terhubung melalui komunikasi secara listrik
atau kimiawi, namun neuron-neuron tersebut yang melaksanakan fungsi sama
cenderung tersusun dalam lokasi tertentu. Jadi, otak tersusun menjadi bagian-
bagian yang berbeda walaupun beroperasi sebagai suatu kesatuan. (Sherwood,
2012).
Berat otak hanya sekitar 2,5% dari seluruh berat tubuh, namun otak menerima
sekitar seperenam curah jantung dan seperlima oksigen yang dikonsumsi oleh
tubuh pada saat tidak melakukan aktivitas. Otak merupakan organ dalam
tubuh yang tidak dapat menyimpan energi meskipun keperluannya sedemikian
besar sehingga harus mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi yang kontinu.
8
Aliran darah utama otak berasal dari dua pembuluh darah, yaitu arteri karotis
interna dan arteri vertebralis, yang terletak di dalam spatium subaraknoid.
Arteri-arteri utama tersebut akan bercabang menjadi arteri yang lebih kecil
dan menjadi pembuluh kapiler, sementara drainase darahnya terjadi melalui
vena ensefalon dan vena serebelum yang bermuara ke sinus durae matris di
sekitarnya (Moore and Dalley, 2013).
2.2 StrokeHemoragik
2.2.1 Definisi Stroke Hemoragik
Stroke adalah tanda klinis dari gangguan fokal atau global pada fungsi
otak yang berkembang secara cepat, dengan gejala menetap lebih dari 24
jam atau lebih (kecuali terdapat intervensi pembedahan atau kematian)
atau terdapat lesi yang menandakan stroke akut yang dapat
didemonstrasikan pada pemeriksaan pemindaian computed tomography
atau magnetic resonance imaging, tanpa ada bukti nyata adanya
penyebab lain, selain abnormalitas vaskular (Qin et al., 2017). Stroke
diklasifikasikan menjadi dua tipe secara umum, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke hemoragik dibagi menjadi perdarahan
intraserebral dan subaraknoid berdasarkan lokasi perdarahannya
(Wajngarten andSilva, 2019).
Stroke hemoragik didefinisikan sebagai sebuah cedera neurologis akut
yang terjadi sebagai hasil dari adanya perdarahan ke dalam kepala.
Mekanisme yang mendasari peristiwa ini ada dua, yaitu perdarahan
9
secara langsung ke dalam parenkim otak (perdarahan intraserebral), atau
perdarahan ke dalam cairan serebrospinal termasuk sulkus, fisura, dan
cisterna (perdarahan subaraknoid) (Smith and Eskey, 2011).
2.2.2 Klasifikasi Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik masih menjadi masalah kesehatan yang penting akibat
dari peningkatan kejadian morbiditas dan mortalitasnya walaupun
tingkat kejadiannya lebih sedikit daripada stroke iskemik. Konsensus
American Heart Association (AHA) mengklasifikasikan stroke
hemoragik menjadi 2 subtipe pada tahun 2013 berdasarkan lokasi
perdarahannya, yaitu:
1. Perdarahan Intraserebral
Pengumpulan fokal darah di dalam parenkim otak atau sistem
ventrikular yang tidak disebabkan oleh trauma dan menyebabkan
tanda klinis dari disfungsi neurologis yang berkembang cepat.
Perdarahan intraventrikular merupakan subtipe dari perdarahan
intraserebral. Perdarahan primer pada lokasi ini dapat terjadi karena
adanya hipertensi dan malformasi vaskular idiopatik.
2. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan ke dalam ruang subaraknoid (ruangan antara membran
araknoid dan lapisan pia mater dari otak dan medula spinalis) yang
menimbulkan tanda disfungsi neurologis atau sakit kepala yang
berkembang cepat, serta tidak disebabkan oleh karena adanya trauma
(Sacco et al., 2013).
10
2.2.3 Patofisiologi Stroke Hemoragik
Stroke disebabkan oleh adanya hambatan terhadap aliran darah ke otak
sehingga sel-sel otak tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup
untuk menjalankan fungsinya. Stroke hemoragik terjadi karena adanya
perdarahan primer pada pembuluh darah yang menyebabkan
terbentuknya hematom, dengan hasil akhir peningkatan tekanan
intrakranial. Lesi vaskular tersebut dapat bermigrasi menembus
substansia alba dan masuk ke dalam sistem ventrikular yang
memperberat gejala klinis dari stroke hemoragik.Sebuah hematom di
sistem saraf pusat dapat menimbulkan edema lokal dan kerusakan
neuronal pada parenkim otak yang berdekatan. Thrombin di dalam
hematom memainkan peran utama dalam menyebabkan adanya edema
perihematom. Hemoglobin dan penyusunnya, heme dan besi, poten
sebagai toksin mitokondria yang mengarahkan sel mengalami kematian
(Rymer, 2011).
1. Perubahan vaskular akibat hipertensi
Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah akibat dari proses degenerasi yang terjadi karena
mengalami hipertensi dalam jangka panjang. Sebagai respon terhadap
adanya hipertensi, pembuluh darah kecil mengalami hiperplasia dan
hialinisasi lapisan intima, serta degenerasi lapisan media, yang
merupakan predisposisi kejadian ruptur dan nekrosis fokal. Lesi
pembuluh darah akibat dari hipertensi juga diduga menjadi penyebab
11
terbentuknya mikroaneurisma yang mudah mengalami ruptur,
sehingga terjadi proses hemoragik. (Bosel, 2017).
2. Angiopati amiloid serebral
Gangguan ini memiliki predileksi pada orang lanjut usia, jarang
terjadi pada pasien berusia kurang dari 60 tahun. Angiopati amiloid
serebral (AAS) didefinisikan sebagai deposisi peptida amiloid-B pada
kapiler, arteriol, dan arteri berukuran kecil hingga sedang di korteks
serebri, leptomeninges, dan serebelum. Mekanisme pasti dari deposisi
ini belum sepenuhnya diketahui, namun diperkirakan berkaitan
dengan adanya proses mutasi spesifik pada protein prekursor amiloid,
yaitu dalam penyandian gen apolipoprotein E. Pembuluh darah yang
terpengaruh akan mengalami degenerasi fibrinoid, nekrosis, dan
pembentukan mikroaneurisma yang dapat ruptur spontan (Smith
andEskey, 2011).
3. Patofisiologi molekular
Mekanisme awal abnormalitas pada stroke hemoragik adalah adanya
penekanan pada parenkim otak oleh massa hematom, mengakibatkan
gangguan secara fisik terhadap arsitekturnya. Peningkatan tekanan
intrakranial akibat dari perluasan hematom tersebut akan berdampak
pada aliran darah, deformasi mekanik, pengeluaran neurotransmitter,
disfungsi mitokondria, dan depolarisasi membran. Mekanisme
kerusakan saraf yang kedua berhubungan dengan rangkaian
penggumpalan, khususnya oleh thrombin, setelah adanya jejas endotel
dan pecahnya hemoglobin. Thrombin mengaktivasi sel-sel inflamasi
12
untuk menginfiltrasi otak, proliferasi sel mesenkim, formasi dari
edema otak, dan jaringan parut. Thrombin terikat dengan protease-
activated receptors 1 dan mengaktivasi mikroglia, serta sistem
komplemen. Sebagai hasilnya, terjadi peristiwa apoptosis dan
nekrosis. Heme yang masuk ke dalam neuron setelah terjadinya jejas
endotel juga dapat menyebabkan kerusakan sel saraf (An, Kim, and
Yoon, 2017).
2.2.4 Faktor Risiko Stroke Hemoragik
Faktor risiko adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko untuk
terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko dikelompokkan menjadi 2 tipe
pada stroke hemoragik, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi antara lain adalah hipertensi, diabetes melitus, merokok,
konsumsi alkohol berlebihan, dislipidemia, penggunaan agen
antiplatelet, antikoagulasi, dan simpatomimetik (kokain, heroin,
amfetamin, efedrin, dan PPA), sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain adalah usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, etnis
asia, angiopati amiloid serebral, perdarahan kecil serebral, dan penyakit
ginjal kronik (CKD). Beberapa faktor juga diduga memiliki hubungan
dengan peningkatan risiko kejadian stroke hemoragik, antara lain:
multiparitas, durasi tidur yang panjang, serta kondisi kerja yang buruk
(pekerja lapangan dan kerja lembur) (Alonso et al., 2015).
13
2.2.5 Gejala dan Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik
Beberapa manifestasi klinis sudah dikenal, yaitu hampir semua pasien
perdarahan subaraknoid akan mendeskripsikan “rasa sakit kepala
terseburuk sepanjang hidupnya”. Peristiwa ini dapat disertai oleh tanda
dan gejala neurologis fokal, seperti mual atau muntah, penurunan bahkan
sampai kehilangan kesadaran, atau kejang. Perdarahan intraserebral
digambarkan sebagai proses yang bertahap dengan perburukan gejala
dalam waktu menit hingga jam. Gejala sakit kepala dan mual muntah
lebih dominan pada perdarahan intraserebral dibandingkan dengan pada
stroke iskemik (Smith and Eskey, 2011).
Manifestasi klinis stroke hemoragik bergantung pada lokasinya, secara
umum dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pada kasus intraserebral, jika lokasi perdarahan di ganglia basalis
dengan kerusakan kapsula internal, biasanya akan menyebabkan
hemiparesis kontralateral yang berat.
2. Pada perdarahan pons akan menimbulkan tanda-tanda mati batang
otak.
3. Pada ruptur pembuluh darah intraventrikular dapat terjadi
hidrosefalus, baik melalui obstruksi aliran ventrikular dengan bekuan
darah atau dengan gangguan resorpsi LCS dari granulationes
arachnoideae.
4. Pada fossa posterior hampir tidak ada ruang kosong sehingga
perdarahan intraparenkim di bawah tentorium akan meningkatkan
14
tekanan intrakranial secara cepat yang memungkinkan terjadinya
herniasi.
5. Pada perdarahan subaraknoid akan menunjukkan gejala sakit kepala
tiba-tiba yang sangat hebat intensitasnya, iritasi meninges oleh darah
akan menyebabkan kaku kuduk, kesadaran dapat terganggu segera
atau dalam beberapa jam pertama, kelumpuhan saraf kranial dan
tanda neurologis fokal akan timbul tergantung luas perdarahan (Baehr
and Frotscher, 2016).
2.2.6 Diagnosis Stroke Hemoragik
Diagnosis dan manajemen kritis harus dapat dilakukan dalam waktu
yang cepat dan tepat. Penegakan diagnsosis stroke hemoragik didasarkan
pada anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik-neurologis, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis perlu mengetahui apakah terdapat
riwayat trauma atau tidak, hipertensi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
setiap obat yang digunakan pasien dalam jangka waktu dekat, baik untuk
kasus pengobatan maupun penyalahgunaan, serta kemungkinan
gangguan hematologi (IDI, 2014).
Prioritas utama dalam melaksanakan pemeriksaan fisik adalah untuk
menilai tanda-tanda vital dan menentukan perlu atau tidaknya
tatalaksana gawat darurat awal. Setelah pasien stabil secara klinis,
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan, antara lain hitung darah
lengkap, partial thromboplastin time (PTT), international normalized
15
ratio (INR), fibrinogen, D-dimer, gula darah, fungsi hati, dan profil lipid
(Marilyn, 2011).
Diagnosis definitif stroke hemoragik tidak dapat ditegakkan melalui
gejala klinis saja, pemeriksaan pencitraan harus dilakukan. Computed
tomography(CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosis kasus stroke
hemoragik, namun MRI dapat membantu menegakkan patogenesis yang
mendasari kasus perdarahan lebih baik dari pada CT scan. Kateter
angiografi juga berguna dan memiliki hasil yang baik dalam menilai
patogenesis spesifik penyebab terjadinya perdarahan (Sacco et al.,
2013).Digital subtraction angiography (DSA) dan MRI juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi penyebab spesifik yang mendasari
kejadian hemoragik (misal karena adanya aneurisma, malformasi
vaskular, neoplasma primer atau sekunder, angiopati amiloid, infark
hemoragik, atau thrombosis vena sinus) (Smith and Eskey, 2011).
2.2.7 Prognosis Stroke Hemoragik
Stroke dan penyakit jantung koroner berkontribusi dalam sekitar 15,2
juta kematian di dunia pada tahun 2015. Penilaian proporsi kematian
dan disabilitas masih lebih tinggi pada kejadian stroke hemoragik
walaupun stroke iskemik menyumbang angka tertinggi terhadap
kejadian stroke. Studi epidemiologi pada negara berpendapatan rendah
16
maupun menengah menunjukkan terdapat angka mortalitas sekitar 80%
terkait dengan stroke hemoragik (Katan and Luft, 2018).
Stroke hemoragik memiliki tingkat kejadian lebih kecil jika
dibandingkan dengan stroke iskemik, namun lebih berbahaya dan
banyak menyebabkan kematian. Prognosis dari stroke hemoragik
bergantung luas dan letak lesinya, namun sebagian besar memiliki
luaran yang buruk dengan angka mortalitas yang tinggi. Penanganan
yang lambat, biasanya karena menunggu hasil pemeriksaan CT Scan
atau MRI, dapat berakibat angka kecacatan dan kematian yang tinggi
(IDI, 2014).
Jaringan otak di area perdarahan umumnya tidak rusak total (kebalikan
dengan infark) pada stroke hemoragik. Jaringan otak yang sehat sering
ditemukan di tengah-tengah darah yang mengalami ekstravasasi. Hal ini
menjelaskan mengapa defisit neurologis pasien stroke hemoragik
biasanya pulih lebih cepat ketika hematoma teresorpsi, daripada bila
disebabkan oleh stroke iskemik. Perdarahan dapat berhenti secara
spontan karena terbendung oleh peningkatan tekanan intrakranial pada
kasus stroke yang disebabkan oleh adanya perdarahan subaraknoid.
Hanya pasien dengan aneurisma yang perdarahannya telah berhenti
yang dapat selamat saat dirujuk ke rumah sakit; kematian pra-rumah
sakit pada SAH sekitar 35%. Setelah kejadian akut, pasien berpotensi
17
menghadapi risiko komplikasi, yaitu hidrosefalus, vasospasme, dan
perdarahan ulang (Baehr and Frotscher, 2016).
Kejadian komplikasi dari stroke hemoragik merupakan prediktor utama
dari mortalitas dini dan luaran yang buruk. Beberapa komplikasi yang
sudah ditemukan antara lain adalah perluasan hematoma, edema
perihematoma, perdarahan intraventrikular dengan hidrosefalus, kejang,
tromboemboli vena, hiperglikemia, demam, dan peningkatan tekanan
darah. Hematoma, edema perihematoma, dan hidrosefalus berkontribusi
dalam menimbulkan efek massa oleh karena adanya peningkatan
tekanan intrakranial, menyebabkan penekanan pada parenkim otak
sehingga mempercepat proses kematian jaringan otak yang pada
akhirnya meningkatkan risiko kematian (Balami and Buchan, 2012).
Perluasan dari hematoma awal sangat mempengaruhi tingkat morbiditas
dan mortalitas stroke hemoragik. Rasio risiko mortalitas meningkat
sebanyak 5% setiap terjadi peningkatan volume perdarahan
intraserebral sebanyak 10%. Setiap peningkatan absolut volume juga
akan menyebabkan sekitar 7% luaran pasien berubah dari mampu
bertahan hidup secara independen menjadi tidak mampu menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara independen, seperti pengukuran
pada enam nilai modified Rankin Scale (mRS) (Brouwers and
Greenberg, 2013).
18
2.3 Tekanan Darah
2.3.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah yang
terkandung di dalam pembuluh dan daya regang, atau distensibilitas
dinding pembuluh (Sherwood, 2012). Tekanan darah pada dinding arteri
dipengaruhi oleh kekuatan kerja jantung, kelenturan dinding arteri, serta
volume dan viskositas darah. Tekanan darah terdiri dari dua komponen,
yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan maksimum atau tekanan sistolik
terjadi hampir bersamaan dengan akhir curah sekuncup ventrikel kiri dan
tekanan minimum atau tekanan diastolik terjadi pada akhir dilatasi
ventrikular (Dorland, 2008).
2.3.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Guideline for The Prevention, Detection, Evaluation, and Management
of High Blood Pressure in Adults of the American College of Cardiology
and American Heart Association pada tahun 2017 telah memperbaharui
klasifikasi dari tekanan darah sebagai berikut.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut Guideline of the American College of
Cardiology and American Heart Association
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Meningkat 120-129 <80
Hipertensi derajat I 130-139 80-89
Hipertensi derajat II ≥140 ≥90
Sumber: Whelton et al. (2017).
19
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
1. Peran volume intravaskular
Tekanan darah adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau
curah jantung dan total peripheral resistance (TPR) atau tahanan total
perifer. Volume intravaskular merupakan determinan utama dalam
menilai kestabilan tekanan darah. Ginjal akan merespons agar eksresi
garam bersama urine juga meningkat bila asupan NaCl meningkat.
Jika upaya mengekresi NaCl ini melebihi ambang batas ginjal, maka
ginjal akan meretensi air sehingga volume intravaskular meningkat.
Pada gilirannya curah jantung juga akan meningkat yang berakibat
terjadinya peningkatan tekanan darah. Seiring perjalanan waktu,
tahanan perifer juga akan meningkat. Secara berangsur, curah jantung
akan turun menjadi normal akibat autoregulasi. Bila tahanan perifer
mengalami vasodilatasi maka tekanan darah akan menurun, begitu
juga sebaliknya (Kaplan, 2010).
2. Peran kendali saraf autonom
Faktor-faktor seperti genetik, stres kejiwaan, rokok, dan sebagainya,
dapat mengaktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan
katekolamin dan norepinefrin. Selanjutnya, neurotransmiter ini akan
meningkatkan denyut jantung, diikuti kenaikan curah jantung
sehingga tekanan darah akan meningkat, sedangkan saraf
parasimpatis berfungsi menghambat stimulasi saraf simpatis. Regulasi
sistem simpatis dan parasimpatis berlangsung independen tidak
20
dipengaruhi oleh kesadaran otak, tetapi secara otomatis mengikuti
siklus sirkardian (Siti et al., 2014).
3. Peran renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Secara fisiologis, sistem RAA akan dipicu yang pada
akhirnya renin, angiotensin, dan aldosteron akan disekresi sampai
tekanan darah meningkat kembali (Sherwood, 2012).
4.Peran dinding vaskular pembuluh darah
Disfungsi endotel vaskular bersama dengan faktor-faktor risiko
aterosklerosis yang tidak dikelola dapat mengganggu hemodinamika
tekanan darah (Siti et al., 2014).
2.3.4 Mean Arterial Pressure (MAP)
Mean Arterial pressure (MAP) atau tekanan darah arteri rerata
didefinisikan sebagai rata-rata tekanan arteri sepanjang satu siklus
jantung, sistolik dan diastolik. MAP dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan pembuluh darah sistemik. Metode yang biasa digunakan untuk
mengukur MAP adalah dengan rumus berikut:
MAP = TD + 1
3 (TS-TD) atau MAP = TD +
1
3 TN
Keterangan:
MAP = Mean arterial pressure (Tekanan darah arteri rerata)
TD = Tekanan diastolik
TS = Tekanan sistolik
TN = Tekanan nadi (DeMers and Wachs, 2019)
21
MAP harus terpelihara agar perfusi organ-organ vital tetap adekuat.
MAP dikatakan tinggi apabila didapatkan hasil lebih dari 100 mmHg
pada saat pengukuran. Hal ini mengindikasikan ada tekanan yang besar
pada pembuluh arteri dan bisa menjadi predisposisi terhadap penyakit
jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung, sedangkan MAP
dikatakan rendah apabila didapatkan hasil kurang dari 70 mmHg pada
saat pengukuran. Kejadian ini dapat mengganggu perfusi organ yang jika
terjadi dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan kerusakan organ
target dengan manifestasi iskemik dan infark (DeMers and Wachs,
2019).
2.3.5 Tekanan Darah sebagai Faktor Prediktor Mortalitas Stroke
Hemoragik
Peningkatan tekanan darah biasa ditemukan pada fase akut stroke
hemoragik, terjadi pada lebih dari 70% pasien. Peningkatan ini dapat
terjadi walaupun pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya,
serta secara independen berhubungan dengan luaran yang buruk.
Mekanisme kejadian ini dipengaruhi oleh proses yang multifaktorial,
termasuk di dalamnya adalah aktivasi sistem neuroendokrin (sistem saraf
simpatis, sistem glukokortikoid, atau aksis renin-angiotensin),
peningkatan curah jantung, dan respon stres terhadap kondisi seperti
peningkatan tekanan intrakranial, nyeri kepala, serta retensi urin (Balami
and Buchan, 2012).
22
Variabilitas tekanan darah (VTD), sebuah karakteristik natural dari
tekanan darah, merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara
lingkungan ekstrinsik, faktor perilaku, dan mekanisme regulasi
kardiovaskular intrinsik (saraf pusat, refleks saraf, dan pengaruh
humoral). VTD dihubungkan dengan risiko terjadinya stroke serta
serangan yang berat saat kejadian stroke hemoragik (Zhang et al., 2018).
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko penting yang
dapat dimodifikasi pada kejadian stroke hemoragik, namun manajemen
tekanan darah dan nilai prognostik dari tekanan darah pada fase akut
stroke hemoragik masih menjadi perdebatan. Penurunan dari tekanan
darah dilaporkan memiliki kaitan dengan prognosis yang buruk dan
mortalitas pada pasien stroke akibat perdarahan subaraknoid karena
adanya efek vasospasme pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi
juga berhubungan dengan kejadian perdarahan berulang. Hipoperfusi
yang terjadi karena nilai tekanan darah yang rendah atau perdarahan
berulang pada perdarahan subaraknoid akan menimbulkan perburukan
neurologis yang disebabkan oleh iskemik pada regio otak yang tidak
mendapat perfusi adekuat. Manajemen tekanan darah pada fase akut dari
stroke hemoragik masih menemukan kesulitan oleh karena alasan-alasan
tersebut (Duran et al., 2013).
Penurunan tekanan darah memiliki implikasi positif terhadap luaran
stroke hemoragik. Salah satu mekanisme penting yang mendasari efek
23
menguntungkan dari penurunan tekanan darah intensif secara dini adalah
pertumbuhan hematoma yang berkurang. Kenyataannya, pertumbuhan
hematoma yang paling banyak terjadi dalam beberapa jam pertama
setelah awitan perdarahan intraserebral telah dibuktikan menjadi sebuah
prediktor kuat yang dapat dimodifikasi untuk mencegah prognosis yang
buruk. Hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi pada fase akut
(setelah 24 jam) juga berhubungan dengan peningkatan risiko disfungsi
secara fisik. Beberapa penelitian juga menyebutkan pengaruh lainnya
dari penurunan tekanan darah yang intensif, seperti pengurangan edema
serebral, membatasi lesi vaskular lebih lanjut, dan meminimalisasi
kekambuhandini, mungkin juga memiliki peran yang penting dalam
perbaikan luaran fungsional (Arima et al., 2015).
24
2.4Kerangka Penelitian
2.4.1 Kerangka Teori
Adapun kerangka teori dari penelitian ini dijelaskan pada gambar 1.
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Berpengaruh
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber: Baehr and Frotscher (2016); Smith and Eskey (2011).
Disfungsi endotel vaskular
Pecahnya pembuluh darah otak
Stroke hemoragik
Peningkatan kejadian
Mortalitas
Tekanan darah
yang tinggi saat
terjadinya
serangan
Peningkatan tekanan intrakranial
oleh massa hematom
Perfusi otak tidak
adekuat
Perluasan edema
perihematom
Kerusakan neuronal yang
luas pada otak
Predisposisi kejadian ruptur
pembuluh darah yang berat
25
2.4.2 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dijelaskan pada gambar 2.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hipotesis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H0 = Tekanan darah saat masuk rumah sakit bukanmerupakan faktor
prediktor mortalitas stroke hemoragik
H1 = Tekanan darah saat masuk rumah sakit merupakan faktor prediktor
mortalitas stroke hemoragik
Tekanan Darah saat
Masuk Rumah Sakit
Mortalitas Pasien Stroke
Hemoragik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitikobservasional
karena peneliti hanya mengobservasi tanpa melakukan perlakuan terhadap
variabel yang diteliti dengan menggunakan desain penelitian cohort
retrospective. Peneliti mengidentifikasi faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya suatu efek dan telah terjadi di masa lampau pada penelitian ini.
Penelitian ini mencari hubungan antara dua variabel tersebut dengan cara
membagi suatu populasi yang sama menjadi kelompok yang memiliki risiko
dan tidak (Notoatmodjo, 2014). Kelompok faktor risiko, yaitu pasien stroke
hemoragik dengan nilai tekanan darah tinggi saat masuk rumah sakit, akan
dibandingkan dengan kelompok tanpa faktor risiko, yaitu pasien stroke
hemoragik dengan nilai tekanan darah normal saat masuk rumah sakit,
selanjutnya dinilai efek yang terjadi pada kedua kelompok. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan menganalisis nilai prediktor tekanan darah pasien
saat masuk rumah sakit terhadap mortalitas pasien stroke hemoragik.
27
Tidak terjadi mortalitas
Mortalitas
Gambar 3. Skema Desain PenelitianCohort Retrospective
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bangsal Saraf dan Ruang Rekam Medis RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada bulan Oktober-November 2019.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1Populasi
Populasi pada penelitian ini dilakukan terhadap kasus stroke hemoragik
yang terdiagnosis dan teregistrasi di bagian Rekam Medis RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung pada periode Januari 2018 sampai
dengan Agustus 2019.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini dilakukan terhadap pasien stroke hemoragik
yang termasuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, yaitu
Pasien stroke hemoragik
dengan tekanan darah
tinggi saat masuk rumah
sakit
Tidak terjadi mortalitas
Mortalitas
Pasien stroke hemoragik
dengan tekanan darah
normal saat masuk rumah
sakit
Penelitian
dilakukan
di sini
Apakah terjadi efek?
28
pengambilan sampel yang memenuhi kriteria dalam kurun waktu
tertentu sampai jumlah sampel terpenuhi.Sampel pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk komparatif
kategorik tidak berpasangan satu kali pengukuran tabel 2x2 yang adalah
sebagai berikut.
n = 𝑍𝛼 2𝑃𝑄+𝑍𝛽 𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
𝑃1−𝑃2
2
n = 1,96 2(0,735)(0,265)+0,84 (0,66)(0,34)+(0,81)(0,19)
0,15
2
n = 1,96 0,38955+0,84 0,3783
0,15
2
= 11,52= 132.25
n ≈ 133
Keterangan:
n = Jumlah sampelyang diperlukan
α = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%
Zα = Nilai standar alpha 5% yang diperoleh dari nilai z kurva
normal, yaitu 1,96
β = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%
Zβ = Nilai standar beta 20% yang diperoleh dari nilai z kurva
normal, yaitu 0,84
P1 = Proporsi mortalitas pada pasien dengan tekanan darah
tidak normal, berdasarkan kepustakaan yaitu 0,66 (Darotin,
Nurdiana, and Nasution, 2017)
Q1 = 1-P1= 1 – 0,66 = 0,34
29
P1-P2 = Selisih proporsi mortalitas antara tekanan darah tidak
normal dan tekanan darah normal yang dianggap bermakna,
ditetapkan sebesar 0,15
P2 = Proporsi mortalitas pada pasien dengan tekanan darah
normal, yaitu proporsi mortalitas pada pasien dengan
tekanan darah tidak normal + selisih minimal yang
dianggap bermakna =0,66 + 0,15 = 0,81
Q2 = 1-P2 = 1 – 0,81 = 0,19
P = (P1+P2)/2 = (0,66+0,81)/2 = 0,735
Q = 1 - P = 1 – 0,69 = 0,265
3.3.3 Kristeria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien stroke hemoragik yang terdiagnosis dan teregistrasi di bagian
Rekam Medis RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada
periode Januari 2018 sampai dengan Agustus 2019
2. Pasien dewasa ≥ 18 tahun
3. Terdiagnosis stroke pertama kali
3.3.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien dengan penyulit sepsis, keganasan, dan kelainan hematologi
30
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel yang dibagi ke dalam duabagian, yakni
variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel
terikat). Adapun variabel penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tekanan darah saat masuk
rumah sakit.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah mortalitas stroke hemoragik.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk dalam melaksanakan penelitian dan
berfungsi sebagai kriteria untuk mengamati atau mengukur variabel-variabel
tersebut. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
31
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Tekanan
Darah saat
Masuk
Rumah
Sakit
Nilai Mean arterial pressire
(MAP) atau tekanan darah
arteri rerata yang didapatkan
dari perhitungan dengan
menggunakan hasil
pengukuran tekanan darah
saat pasien pertama kali
masuk ke rumah sakitkarena
penyakit stroke hemoragik
Rumus:
MAP = TD + 1
3 (TS-TD)
Keterangan:
MAP = Mean arterial
pressure
TS = Tekanan sistolik
TD = Tekanan diastolik
Rekam medis Normal:
70-100
mmHg
Tinggi:
>100
mmHg
Ordinal
Mortalitas Menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara
permanen karena penyakit
stroke hemoragik
Rekam medis Iya
Tidak
Nominal
3.6 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Rekam medis hasil pemeriksaan dokter
b. Alat tulis
c. Formulir pengisian data untuk rekam medis
32
3.7 Alur Penelitian
Alur penelitian dimulai dengan meminta surat izin survey pendahuluan di
Bangsal Saraf RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan diakhiri dengan membuat
laporan penelitian.
Berikut ini adalah alur penelitian yang dilakukan.
Gambar 4. Prosedur Penelitian
Pengurusan Surat IzinSurvey
Pendahuluan di Bangsal Saraf
RSUD Abdul Moeloek
Survey Pendahuluan
Menyeleksi data rekam medis pasien
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
Memperoleh data
Pengurusan Surat Izin
Mengolah dan menganalisis Data
Pengurusan Surat Izin
Membuat Laporan
Seminar Proposal
Pembuatan Surat Izin Penelitian
dan Ethical Clearance
Memperoleh izin melakukan penelitian di Bangsal Saraf
dan Ruang Rekam Medis RSUD Abdul Moeloek
33
3.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data
sekunder berupa rekam medis pasien stroke hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung periode Januari 2018 sampai dengan Agustus
2019.
3.9 Pengolahan Data
Setelah dokumentasi data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa data yang terkumpul, apakah
sudah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, sudah lengkap, terbaca
dengan jelas, tidak meragukan, dan apakah ada kesalahan.
b. Coding
Kegiatan mengubah data yang sudah terkumpul menjadi suatu kode tertentu
agar lebih ringkas sehingga memudahkan dalam menganalisis data.
c. Tabulating
Kegiatan menyusun data dengan menggunakan komputer. Data yang telah
diperoleh dari proses pengumpulan data dikelompokkan ke dalam tabel dan
diolah menggunakan komputer.
d. Output
Hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
34
3.10 Analisis data
3.10.1 Analisis Univariat
Penelitian ini melakukan analisis statistik dengan menggunakan
program statistik. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat,
yaitu analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian
dan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
Analisis univariat pada variabel menggunakan persentase dengan
formula:
P = 𝐹
𝑁∗ 100%
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
3.10.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji parametrik,
yaitu chi-squaredengan tabel 2x2 karena penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel kategorik tidak
berpasangan satu kali pengukuran dengan α = 0,05 dan CI = 95%..
Adapun syarat untuk menggunakan uji chi-square adalah bila tidak
ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima. Jika syarat
chi-square tidak terpenuhi, yaitu terdapat sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari lima, maka akan digunakan uji alternatif
fisher(Dahlan, 2014).
35
Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada signifikan
(nilai p), yaitu:
a. Nilai p>0,05 maka hipotesis nol penelitian diterima
b. Nilai p≤0,05 maka hipotesis nol penelitian ditolak
Ukuran kekuatan asosiasi yang digunakan adalah relative risk (RR),
yaitu perbandingan insidensi suatu efek antara kelompok dengan
risiko dan kelompok tanpa risiko. Ukuran ini digunakan karena
penelitian ini merupakan studi insidens. Perhitungan relative risk
menggunakan rumus berikut.
RR = Insidens mortalitas pada kelompok tekanan darah yang tinggi
Insidens mortalitas pada kelompok tekanan darah normal
a. RR > 1 menunjukkan bahwa tekanan darah tidak yang tinggi saat
masuk rumah sakit meningkatkan kejadian mortalitas
b. RR = 1 menunjukkan tidak terdapat asosiasi antara tekanan darah
yang tinggi saat masuk rumah sakit dengan kejadian mortalitas
c. RR < 1 menunjukkan bahwa tekanan darah yang tinggi saat
masuk rumah sakit akan mengurangi kejadian mortalitas
(Notoatmodjo, 2014)
36
3.11 Etika Penelitian
Penelitian ini telah melalui kaji etik dan mendapatkan surat kelayakan etik
untuk melakukan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat
3206/UN26.18/PP.05.02.00/2019.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai nilai prediktor tekanan darah saat masuk rumah sakit terhadap
kejadian mortalitas stroke hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung pada periode Januari 2018 – Agustus 2019 adalah sebagai berikut.
1. Pasien stroke hemoragik dengan nilai tekanan darah yang tinggi saat masuk
rumah sakit sebesar 82,7% pada periode Januari 2018 – Agustus 2019.
2. Pasien stroke hemoragik dengan luaran mortalitas sebesar 37,6% pada
periode Januari 2018 – Agustus 2019.
3. Tekanan darah saat masuk rumah sakit bukan merupakan faktor prediktor
mortalitas stroke hemoragik.
5.2 Saran
Peneliti memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi beberapa
pihak berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Adapun sarannya adalah
sebagai berikut.
1. Kepada masyarakat, hipertensi merupakan faktor risiko stroke hemoragik,
tetapi terdapat faktor lainnya yang dapat meningkatkan kejadian mortalitas,
seperti luas perdarahan berdasarkan hasil pemeriksaan CT scan.
55
2. Kepada Institusi, pembuatan standar operasional prosedur (SOP) untuk
mencapai target nilai tekanan darah pasien stroke hemoragik yang
direkomendasikan akan mengurangi kemungkinan prognosis yang buruk,
terutama terhadap pasien dengan nilai MAP yang tergolong hipertensi
derajat 1.
3. Kepada peneliti selanjutnya, penulis berharap untuk memperluas penelitian
dengan menggunakan faktor-faktor risiko lainnya dalam menilai prognosis
pasien stroke hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
Adeoye O. 2010. Control of elevated blood pressure in acute intracerebral
hemorrhage. F1000 Medicine Reports. 2(75):1-3.
Alonso A, Ebert AD, Kern R, Rapp S, Hennerici MG, Fatar M. 2015. Outcome
predictors of acute stroke patients in need of intensive care treatment.
Cerebrovasc Dis. 40:10-17.
An SJ, Kim TJ, Yoon BW. 2017. Epidemiology, risk factors, and clinical features
of intracerebral hemorrhage: An update. Journal of Stroke. 19(1):3-10.
Arima H, Heeley E, Delcourt C, Hirakawa Y, Wang X, Woodward M, et al. 2015.
Optimal achieved blood pressure in acute intracerebral hemorrhage.
Neurology. 84:464-471.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Baehr M, Frotscher M. 2016. Diagnosis topik neurologi DUUS: Anatomi,
fisiologi, tanda, gejala. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Balami JS, Buchan AM. 2012. Complications of intracerebral haemorrhage.
Lancet Neurol. 11:101-118.
Bosel J. 2017. Blood pressure control for acute severe ischemic and hemorrhagic
stroke. Curr Opin Crit Care. 23:81-86.
57
Brouwers HB, Greenberg, SM. 2013. Hematoma expansion following acute
intracerebral hemorrhage. Cerebrovasc Dis. 35(3):195-201.
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: Deskriptif, bivariat,
dan multivariat, dilengkapi aplikasi menggunakan SPSS. Edisi ke-6.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Darotin R, Nurdiana, Nasution TH. 2017. Analisis faktor prediktor mortalitas
stroke hemoragik di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember. Nurseline
Journal. 2(2):134-145.
DeMers D, Wachs D. 2019. Physiology, mean arterial pressure. Treasure Island
Florida: StatPearls Publishing.
Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. 2013. Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada
pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Nadalas.
2(2):57-61.
Dorland WAN. 2008. Kamus saku kedokteran Dorland. Edisi ke-28. Jakarta:
EGC.
Duran L, Balci K, Kati C, Akdemir HU, Kocabicak E, Dogruel C. 2013. Has
admission blood pressure any prognostic value in patients with
subarachnoid hemorrhage: An emergency department experience. The
Journal of Clinical Hypertension. 15(10):737-741.
Furlan NE, Bazan SGZ, Braga GP, Castro MCN, Franco RJS, Gut AL, et al. 2018.
Association between blood pressure and acute phase stroke case fatality
rate: a prospective cohort study. Arq Neuropsiquiatr. 76(7):436-443.
Hanifah D. 2015. Pengaruh volume perdarahan dan skor glasgow coma scale
(GCS) saat masuk rumah sakit terhadap kejadian mortalitas pada pasien
stroke perdarahan intraserebral di RSUD Dr. Soedarso Pontianak [naskah
publikasi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
58
Haryuni S. 2017. Mean arterial pressure (MAP) berhubungan dengan kejadian
mortalitas pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Jurnal Care.
5(1):123-129.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2014. Panduan praktik klinis: Bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer. Jakarta: IDI.
Kaplan NM, Victor RG. 2010. Kaplan’s clinical hypertension. Edisi ke-10.
Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins.
Katan M, Luft A. 2018. Global burden of stroke. Semin Neurol. 38(2):208-211.
Ko SB, Yoon BW. 2017. Blood pressure management for acute ischemic and
hemorrhagic stroke: The evidence. Semin Respir Crit Care Med.
38(6):718-725.
Kundu RN, Biswas S, Das M. 2017. Mean arterial pressure classification: A better
tool for statistical interpretation of blood pressure related risk covariates.
CA. 6(1):1-7.
Lee SH, Park KJ, Kang SH, Jung YG, Park JY, Park DH. 2015. Prognostic factors
of clinical outcomes in patients with spontaneous thalamic hemorrhage.
Med Sci Monit. 21:2638-2646.
Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga.
Notoatmodjo S. 2014. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugrahanti SS, Ghofir A, Yudiyanta. 2011. Rerata tekanan arteri lebih dari 145
mmHg pada saat masuk rumah sakit sebagai prediktor prognosis kematian
7 hari pada pasien stroke hemoragik. Dam J Med. 10(1):1-7.
59
Qin X, Li Y, Sun N, He M, Tang G, Yin D, et al. 2017. Impact of achieved blood
pressure on first stroke in uncomplicated grade 1 hypertension. Jurnal of
the American Heart Association. 6:1-14.
Rymer MM. 2011. Hemorrhagic stroke: Intracerebral hemorrhage. Missouri
Medicine. 108(1):50-54.
Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ, Culebras A, et al.
2013. An update definition of stroke for 21st century: A statement for
healthcare professionals from the American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 44:2064-2089.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. 2014.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood L. 2012. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC.
Smith SD, Eskey CJ. 2011. Hemorrhagic stroke. Radiol Clin N Am. 49:27-45.
Trianisa R, Harahap MS. 2015. Hubungan antara tekanan darah pasien dengan
jenis stroke di ruang rawat intensif RSUP Dr. Kariadi Semarang. MMM.
4(4):1402-1409.
Wajngarten M, Silva GS. 2019. Hypertension and stroke: Update on treatment.
European Cardiology Review. 14(2):111-115.
Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Himmelfarb CD, et
al. 2017. 2017 guideline for the prevention, detection, evaluation, and
management of high blood pressure in adults. J Am Coll Cardiol. USA:
American College of Cardiology.
Zhang HX, Fan QX, Xue SZ, Zhang M, Zhao JX. 2018. Twenty-four-hour blood
pressure variability plays a detrimental role in the neurological outcome of
60
hemorrhagic stroke. Journal of International Medical Research.
46(7):2558-2568.