TEK 0811 final

download TEK 0811 final

of 20

Transcript of TEK 0811 final

TINJAUANEKONOMIDANKEUANGAN

ISSN 2088-3153

MENSINERGIKANPEMBANGUNANEKONOMI Volume1Nomor8Agustus2011KementerianKoordinatorBidangPerekonomian

SINERGIPEMBANGUNANPERIKANANDANKELAUTANStrategidanImplementasiPembangunanBerkelanjutan BerbasisKelautan MelihatAngkaKemiskinanIndonesia2011

LIPUTAN DinasPerikanandanKelautan ProvinsiJawaTimur LembagaKeuanganMikro PerikanandanKelautan

TINJ JAUAN NEKON NOMID DANKE EUANG GANKEMENTERIAN NKOORD DINATOR RBIDANG GPEREKO ONOMIAN N ME1NOM MOR8A AGUSTUS2 2011 VOLUM DAFTA ISI AREditoria al Perkemb bangan Ekonomi Makro o Perkembangan Ek kspor Impor Perkembangan Inf flasi Pertu umbuhan Ekonomi Triwulan II-2011 n Perkembangan Inv vestasi PMA-P PMDN Triwula II-2011 an Perkembangan Jumlah Kedatan ngan Wisataw Mancaneg wan gara Perkembangan Ne eraca Pembay yaran Triwulan II-2011 2 3 4 5 6 6 1 REDAKSI Pembina Menteri Koordinator Bidang K Perekono omian

Pengarah Sekretaris Kementerian s Koordinat Bidang tor Perekono omian Deputi Ek konomi Makro d dan Keuangan n

Perkemb bangan Ekon nomi Interna asional Sekilas Tentang P Penurunan Peringkat Utang Amerika Serikat dan Dampaknya T Terhadap Pere ekonomian Ind donesia 7

Koordinator Bobby H. Rafinus

Kontributor Tetap r

Perkemb bangan APB BN RAP 2012 PBN 8

Perkemb bangan Keb bijakan dan R Regulasi Ekonom mi Strat dan Imple tegi ementasi Pem mbangunan Be erkelanjutan 9 Berb basis Kelautan n Melih Angka Kemiskinan Indo hat onesia 2011 11 Sosialisasi KUR T oleh Keme TKI enterian Koord dinator Bidang Perekonomia g an di La 12 arantuka, Flore Timur es Liput Hasil Waw tan wancara dengan LKM di Pro ovinsi Jawa Tiimur: Sulitnya Permodalan untuk Pen ngembangan L Bagi Pem LKM mbiayaan 13 Sekt Kelautan dan Perikanan tor

Edi Prio Pambudi P M. Edy Yu usuf Mamay Sukaesih Tri Kurnia Ayu a Rista Ama allia Susiyanti Alexcius Winang W Andi Komite Ke ebijakan KUR

r Kontributor Per Edisi Jafi Alzag gladi Dinas Per rikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur J Bank Buk kopin LKM Kope erasi Mitra Bah hari Surabaya a LKM BPR Pesisir Mina R Mandiri Kabupaten Pasu K uruan LKM Swa amitra Mina Probolinggo LKM Kope erasi Mina Seja ahtera Kabupate Probolinggo en Tinjauan Ekon nomi dan Keua angan dapat didownload pada website www.ekon.go o.id

bangan Sekt Keuanga tor an Perkemb Peninjauan ke LKM di Flores Perkemb bangan Peny yaluran KUR R Perk kembangan Re ealisasi KUR h hingga 31 Julii 2011

14

15

bangan Ekonomi dan Keuangan Da aerah Perkemb

Liput Hasil Waw tan wancara dengan Dinas Perikanan dan Ke elautan Prov Jawa Tim : Masalah dan Tantanga Pembiayaa vinsi mur an an Sekt Perikanan dan Kelautan di Jawa Timu tor ur

16

Daftar Is stilah

Tinjauan Ekonomi dan K Keuangan diterbitkan dalam rangka menin ngkatkan pem mahaman pimp pinan daerah terhadap t perkemban ngan indikator ekonomi mak dan APBN sebagai sala satu Direktif Presiden pa retreat di Bogor, Agustu 2010 kro N, ah ada B us

EDITORIALIndonesia memiliki garis pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 95 ribu km dengan luas lautan 5,8 juta km2. Kontribusi ekonomi kelautan mencapai 22,42% dari PDB pada tahun 2005. Untuk sub sektor perikanan kontribusinya mencapai 3,10% dari PDB tahun 2010, dengan pertumbuhan rata-rata 2,75% pertahun selama periode 2006-2010. Nilai tambah sektor kelautan Indonesia relatif kecil jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Hal ini terungkap jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Korea Selatan dan Vietnam yang memiliki garis pantai lebih pendek. Pada kedua negara tersebut sektor kelautan menyumbang sekitar 37% dan 57,63% dari PDB. Upaya meningkatkan peran sektor kelautan juga sedang dilakukan oleh Pemerintah Cina untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan, ledakan penduduk, dan perlindungan lingkungan. Langkah yang sedang ditempuh adalah mengkonsolidasikan kegiatan eksplorasi sumber daya kelautan, dan menyempurnakan desain kawasan ekonomi pantai agar dapat menfasilitasi perubahan struktur industri terkait. Pemerintah Cina mentargetkan ekonomi kelautannya, yang saat ini kontribusinya 15,8% dari PDB, menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi mulai tahun 2020. Indonesia mempunyai misi mewujudkan negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional pada tahun 2025. Untuk mewujudkan misi ini, Dewan Kelautan Indonesia dalam publikasi Kebijakan Ekonomi Kelautan Nasional 2010 menggariskan sepuluh langkah kegiatan, seperti mewujudkan kebijakan ekonomi nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kelautan dan mengembangkan aktivitas ekonomi kelautan. Kedepan kita berharap lebih banyak lagi alokasi APBN dan APBD kepada perhubungan laut, industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumberdaya mineral, bangunan dan kelautan, serta jasa kelautan. Semoga. (BHR)Indikator Utang Pemerintah* (USD milyar) Ekspor (USD juta) Impor (USD juta) Wisatawan Mancanegara (ribu orang) Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) Realisasi Belanja APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* Realisasi Pendapatan APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* PDB Nominal Tw II-2011 (Rp. Triliun) Surplus NPI Tw II-2011 (USD miliar) Juni 2011 200,52 18.415 15.083 674,40 12,24 442,3** 497,0** 1.811,1 11,9 Mei 2011 201,07 18.287 14.826 600,19 12,24

Dalam konteks produksi, daftar ketimpangan struktur ekonomi Indonesia nampaknya perlu ditambah lagi yaitu antara ekonomi daratan dan ekonomi lautan. Pengungkapan ketimpangan ini dimaksudkan untuk mendorong overhaul mesin ekonomi agar dapat berjalan dengan kekuatan penuh. Bisa jadi sebenarnya tersimpan potensi yang besar pada bagian mesin yang belum bekerja untuk menghasilkan akselerasi roda kegiatan ekonomi seperti yang dicanangkan melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bagian tersebut adalah sumber daya kelautan. Hal ini nampaknya yang menjadikan karunia negara kepulauan masih lebih sering menjadi bagian dari persoalan bukan potensi. Sekitar 60% pemukiman nelayan merupakan wilayah miskin. Pakar sumber daya kelautan dan perikanan, Profesor Rokhmin Dahuri, pada forum Economist Talk bulan ini menyampaikan bahwa dari 11 (sebelas) sektor kelautan, baru satu sub sektor saja yaitu yang terkait dengan pertambangan dan energi yang tergarap intensif. Sementara 10 (sepuluh) sub sektor lain pemanfaatannya masih rendah dibanding potensi yang ada. Sebagai contoh disampaikan ada sekitar 24,5 juta ha area laut tersebar di 26 provinsi yang dapat dimanfaatkan untuk sub sektor perikanan budidaya seperti rumput laut, kerapu, baronang, dan tiram mutiara. Pengolahan rumput laut jenis Eucheuma seluas 1 juta ha diperkirakan dapat menciptakan lapangan kerja untuk 4 juta orang dan pendapatan devisa US$ 20 miliar per tahun. Manfaat tersebut dapat diperoleh apabila budidaya rumput laut ini dilakukan secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Untuk mewujudkannya diperlukan antara lain skala usaha yang besar, kepastian dukungan tata ruang yang berkelanjutan, dan infrastruktur yang memadai, serta skema pembiayaan yang kondusif.

Indikator EkonomiIndikator Juli 2011 Juni 2011 5.54 3,888.57 $113,82 181,41 $119,66 104.79 8.564 6,5 6,8

Inflasi (% yoy) Harga Minyak ICP (USD per barel) Cadangan Devisa* (USD milyar) Nilai Tukar Petani Nilai Tukar (Rp/USD) Pertumbuhan Ekonomi Tw.II-2011 (%) Tingkat Pengangguran (Feb. 2011) (%)*kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia,

Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Perdagangan Besar

4.61% 4,130.80 $117,15 182,30$122,67

104.87 8.533

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

1

Perkembangan Ekonomi Makro 1

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPORSurplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juni 2011 mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan Mei 2011. Namun jika dibandingkan dengan Juni 2010, surplus neraca perdagangan meningkat signifikan sebesar 484,4% (yoy) yaitu mencapai US$ 3,3 miliar. Baik migas maupun nonmigas mengalami surplus neraca perdagangan masing-masing sebesar US$ 0,35 miliar dan US$ 2,9 miliar. Nilai ekspor Indonesia pada bulan Juni 2011 naik sebesar 49,8% (yoy) menjadi US$ 18,4 miliar. Namun jika dibandingkan dengan Mei 2011, ekspor meningkat tipis sebesar 0,7%. Ekspor migas pada Juni 2011 naik signifikan yaitu 88,9% (yoy) dan ekspor nonmigas naik 42,6% (yoy). Melanjutkan bulan-bulan sebelumnya, ekspor gas mengalami kenaikan paling tinggi yaitu 145,9% (yoy). Ekspor minyak mentah dan hasil minyak masing-masing naik 34,3(yoy) dan 41,5% (yoy). Untuk golongan komoditas nonmigas, bahan bakar mineral dan lemak dan minyak hewan/nabati masih menjadi komoditas unggulan ekspor. Namun demikian, terjadi penurunan nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati sebesar minus 6,8% (mtm) seiring meningkatnya produksi CPO yang mendorong penurunan harga. Secara sektoral, ekspor sektor industri merupakan ekspor nonmigas terbesar yaitu mencapai US$ 60,7 miliar hingga Juni 2011 atau naik 36,7% (yoy). Pertumbuhan impor Indonesia Juni 2011 sebesar 28,7% (yoy) atau mencapai US$ 15,1 miliar. Pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan impor bulan sebelumnya 47,4% (yoy). Impor golongan komoditas migas mengalami kenaikan sebesar 35,8% (yoy) terutama didorong oleh kenaikan impor gas 84,7% (yoy) dan hasil minyak 46,4% (yoy). Impor nonmigas naik 26,9% (yoy) yang masih didominasi oleh impor mesin dan peralatan mekanik dan listrik. Impor serealia masih mengalami kenaikan impor yang tinggi sepanjang semester I-2011 sebesar 207,7% (yoy). Berdasarkan penggunaan golongan barang, bahan baku/penolong mendominasi impor nonmigas yaitu sebesar 75,2% dari total impor nonmigas sepanjang tahun 2011. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke pasar ASEAN pada Juni 2011 mencapai US$ 2.970,9 juta sehingga secara kumulatif sudah mencapai US$ 16,7 miliar atau naik 31,6% (yoy). Ekspor ke Cina pada bulan Juni 2011 naik mencapai US$ 1,9 miliar, sehingga secara kumulatif ekspor ke Cina sudah mencapai US$ 8,9 miliar atau naik 47,9% (yoy). Sementara itu, secara kumulatif, ekspor nonmigas ke Jepang dan Amerika juga meningkat masing-masing sebesar 17,4% (yoy) dan 26,5% (yoy).

Sumber: BPS

Sementara itu, terkait dengan penyempurnaan basis data ekspor-impor Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 2011, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman tentang pertukaran data kegiatan ekspor-impor oleh Gubernur BI, Menteri Keuangan dan Kepala BPS. Selain melanjutkan kerja sama yang telah lama berlangsung, kerja sama yang baru mencakup pertukaran data secara online atau berjaringan. Dengan semakin luas data online yang dapat diakses, integritas data diyakini semakin baik. Dengan demikian, waktu penyusunan akan lebih cepat dan bermanfaat bagi instansi, profesi, dan dunia usaha. (TKA)

PERKEMBANGAN INFLASIPada bulan Juli 2011 terjadi inflasi sebesar 0,67% mtm lebih tinggi dari bulan sebelumnya (0,55% mtm). Sebaliknya secara tahunan, inflasi tercatat 4,61%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 5,54% (yoy). Inflasi (headline inflation) tersebut mulai mencapai target inflasi Pemerintah dan Bank Indonesia yaitu sebesar 51%. Semua komponen inflasi (inflasi inti (core inflation), inflasi harga diatur pemerintah (administered prices) dan inflasi barang bergejolak (volatile food)) secara tahunan mengalami penurunan pada Juli 2011. Sedangkan secara bulanan, hanya administered prices yang mengalami penurunan. Tekanan inflasi komponen barang bergejolak (volatile food) secara tahunan terus menurun sejak Februari 2011. Pada Juli 2011, volatile food mengalami inflasi sebesar 0,42% mtm yang dipicu oleh kenaikan harga beras. Secara tahunan kelompok volatile food mencapai inflasi sebesar 5,07% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Lebih tingginya inflasi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

2

Perkembangan Ekonomi Makro2

bulanan dikarenakan kenaikan harga beras, daging ayam ras dan telur ayam ras karena terganggunya pasokan dan distribusi. Namun demikian kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena cuaca yang lebih baik dan pasokan bumbu-bumbuan yang memadai. Komoditas lain yang mengalami kenaikan harga antara lain emas perhiasan seiring dengan kenaikan harga emas internasional dan biaya pendidikan khususnya SLTA (faktor musiman). Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi) adalah bawang putih karena impor. Inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 0.42% mtm atau 4.55% yoy lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Tekanan inflasi inti mulai menurun. Meningkatnya harga emas global mempengaruhi tekanan inflasi inti namun tekanan tersebut masih dapat diredam karena nilai tukar yang masih cenderung menguat. Untuk inflasi komponen yang harganya diatur pemerintah (administered prices) tercatat sebesar 0.21%(mtm) atau 4.54%(yoy) lebih rendah dari bulan sebelumnya. Tekanan inflasi administered prices relatif rendah terkait minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan pemerintah. Komoditas administered yang berkontribusi pada inflasi bulan Juli adalah tarif angkutan udara, rokok kretek filter dan uang sekolah SLTA. Tarif angkutan udara turut memberikan sumbangan inflasi pada musim lebaran dalam 3 tahun terakhir.

Pantauan atas 66 kota, tingkat inflasi secara tahunan pada Juli 2011 di 12 kota melebihi target inflasi nasional 5 1%. Inflasi tertinggi terjadi di kota Tarakan (9,1% yoy) dikarenakan adanya gangguan jalur distribusi dan pasokan beberapa komoditas. Inflasi yang tinggi terjadi di kota-kota Pulau Sulawesi, Kalimantan dan Maluku. Pemerintah telah melakukan beberapa langkah-langkah kebijakan stabilisasi harga dalam menghadapi Bulan Ramadhan dan dul Fitri 2011. Beberapa hal yang dilakukan terkait kebijakan stabilisasi harga dan ketersediaan pangan, ketersediaan bahan bakar minyak dan listrik serta kesiapan trasnportasi untuk mengangkut barang dan penumpang (MS)

3

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

3

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II-2011Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,5% pada triwulan II-2011 dan semester I-2011. Nilai PDB nominal pada triwulan II- 2011 tercatat sebesar Rp 1.811,1 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi (10,7% yoy). Sektor industri pengolahan menunjukkan pertumbuhan pesat selama satu tahun terakhir dari 4,5% pada triwulan II-2010 menjadi 6,1% pada triwulan II-2011 karena pertumbuhan industri besi baja yang tercatat sebesar 15.5%. Pertumbuhan industri pengolahan memiliki tren yang meningkat sejak triwulan IV-2009. Struktur PDB triwulan II-2011 didominasi sektor industri pengolahan dan pertanian yang masing-masing berkontribusi sebesar 24.3% dan 15.4%. Menurut Kepala BPS, pertumbuhan per kapita Indonesia 2011 bisa mencapai US$ 3.500 3.600 apabila nilai tukar rupiah adalah Rp 8.600/US$. 4

Perkembangan Ekonomi Makro Komponen investasi (PMTB), belanja pemerintah dan ekspor pada triwulan II-2011 menunjukkan potensi akselerasi ke depan. Secara tahunan pertumbuhan ketiga komponen tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat masing-masing sebesar 9.2%, 4.5% dan 17.4%. Peningkatan PMTB terutama terjadi pada mesin dan perlengkapan luar negeri dan barang modal lainnya yang berasal dari luar negeri. Sementara kinerja ekspor yang menguat sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor komoditas primer dan tren kenaikan harga komoditas dunia baik migas maupun non migas. Kinerja ekspor secara sektoral akan ditopang oleh sektor pertanian dan pertambangan yang merespon tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, tingkat optimisme para pelaku bisnis meningkat sepanjang triwulan II-2011 terlihat dari indeks tendensi bisnis yang naik di semua sektor. Sementara peningkatan ekspor terjadi pada komoditas barang dan jasa. Secara spasial pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 masih didominasi oleh Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 57,7% kemudian Pulau Sumatera sebesar 23,5%. (MS) Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan 6

Pertumbuhan Komoditas Primer, Industri Pengolahan dan Jasa 5 7

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

4

Perkembangan Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN INVESTASI PMA-PMDN TRIWULAN II-2011Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari perusahaan PMDN-PMA, realisasi investasi PMDN-PMA semester I 2011 mencapai Rp 115,6 triliun atau meningkat sebesar 24,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peran investor domestik meningkat cukup signifikan selama semester I 2011. Realisasi investasi PMDN meningkat sebesar 50,7% (yoy) dari Rp 21,9 triliun menjadi Rp 33 triliun. Sedangkan realisasi investasi PMA meningkat 16,3% (yoy) dari Rp 71 triliun menjadi Rp 82,6 triliun. Meskipun peran investor domestik mengalami peningkatan, realisasi PMA masih lebih besar yaitu mencapai 2,5 kali realisasi investasi PMDN (tabel 1). Secara sektoral, sektor industri makanan dan sektor tanaman pangan dan perkebunan menjadi sektor yang paling diminati investor domestik dengan nilai investasi masing-masing sebesar Rp 4,6 triliun dan Rp 4,5 triliun. Sedangkan investor asing memilih sektor pertambangan sebagai sektor prioritas dengan nilai investasi US$ 2,5 miliar. Meskipun tidak menjadi sektor yang paling diminati, sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi termasuk sektor yang menarik bagi investor domestik dan asing dengan nilai investasi masing-masing Rp 4,3 triliun dan US$ 1 miliar. Berdasarkan lokasi proyek, terjadi peningkatan sebaran dan besaran aliran investasi ke luar Pulau Jawa pada semester I 2011. Sebaran lokasi proyek di luar Jawa mencapai Rp 56,8 triliun atau 49,1% dari total investasi.

Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat peningkatan sebesar 68,5% (yoy). Meskipun nilai realisasi investasi terbesar masih di Pulau Jawa, namun nilainya mengalami penurunan. Realisasi investasi PMDN terbesar pada semester I 2011 terdapat di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 15,5% dari total realisasi investasi PMDN atau senilai Rp 5,1 triliun. Diikuti dengan investasi PMDN di DKI Jakarta dan Jawa Timur yang masing-masing senilai Rp 5 triliun dan Rp 4,6 triliun. Investor asing ternyata juga memiliki minat yang hampir sama dimana realisasi investasi PMA pada semester I 2011 terbesar masih terdapat di Jawa Barat senilai US$ 2 miliar untuk 432 proyek. Diikuti investasi di DKI Jakarta (US$ 1,5 miliar), Papua (US$ 0,8 miliar), Banten (US$ 0,8 miliar), dan Sumatera Selatan (US$ 0,5 miliar). Penyerapan tenaga kerja dari investasi selama semester I 2011 sebesar 225.804 orang, yaitu proyek PMDN menyerap 91.533 orang dan proyek PMA menyerap 134.271 orang. Secara total, penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 7% (yoy). Menurut Kepala BKPM, peningkatan realisasi investasi ini selain didorong oleh peningkatan PMDN dan pemerataan sebaran wilayah berdasarkan Koridor Ekonomi juga terdapat hilirisasi atau pengembangan nilai tambah dari kegiatan investasi. Diantaranya industri karet dan barang dari karet, kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit dan turunannya termasuk bio diesel, pengolahan produk pertambangan seperti bauksit menjadi chemical grade alumina, bijih besi menjadi sponge iron, industri semen dan investasi di bidang infrastruktur, seperti listrik dan telekomunikasi. (TKA)

Tabel 1. Realisasi Investasi PMA-PMDN 2010 Q2 PMDN (Triliun Rp) PMA (Triliun Rp) Total Investasi 15.2 35.6 50.8 Smt I 21.9 71 92.9 Q2 18.9 43.1 62 %(yoy) 24.3 21.1 22.0 2011 Smt I 33 82.6 115.6 %(yoy) 50.7 16.3 24.4

Tabel 2. Realisasi Investasi Berdasarkan Koridor Ekonomi Periode Semester I-2011 Koridor Ekonomi Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara Papua-MalukuSumber: BKPM

PMDN (Rp.Triliun) 5.8 17 4.9 3.6 0.3 1.4

PMA (Rp.Triliun) 11 41.9 11.6 4.6 5.3 8.2

Total (Rp.Triliun) 16.8 58.9 16.5 8.2 5.6 9.6

% 14.5 51.0 14.3 7.1 4.8 8.3

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

5

Perkembangan Ekonomi Makro PERKEMBANGAN JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARASelama semester I-2011, jumlah kedatangan wisatawan mancanegara mengalami tren meningkat. Pada Januari 2011, jumlah wisman tercatat sebanyak 548.821. Sedangkan pada Juni 2011, jumlah wisman tercatat sebanyak 674.402. Secara akumulatif, jumlah wisman selama semester I-2011 tercatat sebanyak 3.597.632. Angka tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 6,42% dari semester I-2010 yang tercatat sebesar 3.380.544. Khususnya pada bulan Juni 2011, jumlah wisman tercatat 674.402 meningkat 12,36% dibandingkan jumlah wisman pada Juni 2010 yang tercatat 613.422. 8

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARANSurplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2011 meningkat signifikan sebesar 119,1% menjadi US$ 11,9 miliar dari US$ 5,4 miliar pada triwulan II 2010 Peningkatan ini terutama didorong oleh surplus transaksi modal dan finansial yang naik 238,6% menjadi US$ 12,5 miliar dari US$ 3,7 miliar pada triwulan II 2010. Sedangkan transaksi berjalan mengalami penurunan sebesar minus 83,5% (yoy). Namun masih mencatatkan surplus sebesar US$0,2 miliar. Dengan demikian, jumlah cadangan devisa pada triwulan II 2011 mencapai US$ 119,7 miliar atau naik 56,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (US$ 76,3 miliar). Nilai cadangan devisa ini setara dengan 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Pada triwulan II 2011 surplus transaksi berjalan turun 83,5% (yoy) menjadi US$ 0,2 miliar dibanding triwulan yang sama tahun 2010. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan defisit neraca perdagangan minyak sebesar 133,6% (yoy) dan peningkatan defisit neraca jasa sebesar 58,2% (yoy). Selain itu juga karena kenaikan defisit neraca pendapatan akibat peningkatan pembayaran lebih besar daripada penerimaan. Pembayaran meningkat sebesar 59,6% (yoy). Hal ini didorong oleh kenaikan imbal hasil kepada investor asing mengikuti kenaikan impor dan arus masuk modal asing. Namun demikian, neraca perdagangan mengalami kenaikan surplus berkat tingginya pertumbuhan ekspor komoditas nonmigas, khususnya yang berbasis sumber daya alam (minyak sawit, karet, batu bara, gas), seiring kuatnya permintaan dunia dan tingginya harga di pasar internasional. Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan II 2011 masih tumbuh 42,1% (yoy) meskipun nilai tukar riil mengalami apresiasi. Sementara itu, surplus transfer berjalan masih mendapatkan sumbangan terbesar dari penerimaan devisa TKI di luar negeri. Namun, besaran remitansi pada triwulan II 2011 sedikit lebih rendah menjadi US$ 1,17 miliar dari US$ 1,22 miliar pada triwulan II 2010 dikarenakan kenaikan pembayaran TKA sedangkan penerimaan remitansi TKI mengalami penurunan. Dari sisi transaksi modal dan finansial, pada triwulan II 2011 diperoleh kenaikan surplus sebesar 238,6% dibandingkan dengan triwulan II 2010 hingga mencapai US$ 12,5 miliar. Kenaikan surplus ini didorong oleh arus masuk investasi langsung yang meningkat 17,4% (yoy) didorong peningkatan investasi asing di Indonesia seiring kondisi global yang belum stabil.(bersambung ke halaman 10 TKA)

Sumber: BPS

Sejak tahun 2008, jumlah kedatangan wisman ke nusantara mengalami tren meningkat. Tren meningkat selama semester I-2011 diharapkan berlanjut pada semester II2011 untuk mencapai target jumlah kedatangan wisman sebanyak 7,7 juta pada tahun 2011. Target tersebut diantaranya dapat dicapai dengan memanfaatkan momentum liburan Hari Raya Idul Fitri, Natal dan akhir tahun selama semester II-2011. Kedatangan wisman hingga Juni 2011 tampak masih terkonsentrasi pada tujuan wisata Bali. Hal tersebut tercermin dari jumlah kedatangan wisman pada bandara Ngurah Rai sebanyak 245.248 atau 36,4% dari total wisman selama Juni 2011. Sedangkan jumlah kedatangan wisman pada bandara Soekarno-Hatta sebanyak 164.689 setara 24,4% dan bandara Batam sebanyak 111.619 atau 16,6% dari total wisman selama Juni 2011. Perkembangan tersebut menunjukkan kesesuaian dengan rencana pemerintah dalam membangun Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara dengan tema Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Untuk mencapai target peningkatan kedatangan wisman perlu upaya berbagai daerah lain untuk menarik minat kedatangan wisman ke daerahnya. Upaya tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan pengembangan obyek wisata dan pembangunan infrastruktur untuk mempermudah mobilisasi dan memperkecil biaya transportasi. (RA)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

6

Perkembangan Ekonomi Internasional SEKILAS TENTANG PENURUNAN PERINGKAT UTANG AMERIKA SERIKAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIAHari Jumat 5 Agustus 2011 akan tercatat sebagai hari yang kelam dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat (AS). Hari itu untuk pertama kalinya rating utang jangka panjang Amerika Serikat diturunkan peringkatnya oleh lembaga pemeringkat Standard and Poors menjadi AA+ dari sebelumnya yang mencapai rating tertinggi AAA. Penurunan ini jelas merupakan tamparan bagi perekonomian Amerika Serikat. Pengaruh Penurunan Utang Standard and Poors beralasan bahwa penurunan rating layak diberikan kepada AS mengingat jumlah utang yang sangat besar lebih dari 100% PDB-nya yang mencapai 14,3 triliun dollar AS. Dengan jumlah ini, tentu dalam beberapa tahun ke depan anggaran AS masih mengalami defisit. Selain itu perating S&P menyatakan bahwa keadaan politik di AS tidak menumbuhkan kepercayaan adanya kesepakatan penurunan defisit secara signifikan. Para politisi dan pemerintah Obama masih takut dalam mengambil keputusan secara lebih efektif soal isu-isu yang harus diatasi untuk memperbaiki beban utang AS Oleh karena itu tidak ada jaminan negara adi daya ini bahkan untuk mempertahankan rating sekarang ini. Penurunan rating ini jelas merupakan peringatan kepada para pembeli obligasi dan utang jenis lain bahwa peluang mereka untuk tidak mendapatkan kembali uangnya akan meningkat (setidaknya sedikit meningkat). Secara teori, penurunan peringkat akan membuat tingkat suku bunga yang harus dibayarkan oleh penerbit obligasi (pemerintah AS) meningkat, karena para investor meminta tingkat suku bunga lebih tinggi jika menanggung risiko yang lebih besar. Dengan kondisi tersebut, tingkat suku bunga obligasi bertenor 10 tahun yang merupakan patokan dari tingkat suku bunga lainnya dapat melonjak. Kenaikan ini akan membuat tingkat suku bunga konsumen seperti kredit mobil juga naik. Kenaikan tingkat suku bunga akan menyebabkan pemerintah, perusahaan dan konsumen membayar bunga lebih tinggi jika mengutang. Oleh karenanya tentu pada akhirnya perekonomian AS mengalami perlambatan. Standard and Poors menyatakan diperlukan waktu beberapa tahun lagi bagi AS untuk kembali keposisi peringkat AAA. Lembaga pemeringkat ini masih perlu menunggu dan mengamati situasi fiskal AS dan kemampuan pemerintah dalam memangkas utang serta pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien. Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia Penurunan rating utang tersebut dan kekhawatiran terjadinya perlambatan perekonomian AS membuat panik pasar modal dunia sehingga memicu pelaku pasar memilih melepas saham. Hal ini berakibat bursa saham global maupun regional terguncang sepanjang pekan kedua Agustus 2011. Indeks Dow Jones turun hampir 6%, London turun 3,5%, Indeks Nikkei (Jepang) turun 3,4%. Indeks Hangseng (Hongkong) turun 4,4%. Sedangkan indeks Shanghai mengalami penurunan sebesar 3,79%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri pun turun hampir 6,5% melorot menjadi 3.869 dibandingkan pada awal Agustus 2011 yang mencapai rekor 4.131 poin. Namun demikian dibandingkan awal Agustus 2010, indeks pada awal Agustus ini masih mengalami kenaikan sebesar 35%. Gejala penurunan indeks yang besar di bursa saham dunia membuat pasar modal kita terguncang dan banyak pelaku pasar was-was. Bahkan sebagian pihak mengkawatirkan akan terjadi krisis mengingat kondisi AS dan juga ditambah kondisi ekonomi Negara-negara euro zone yang mengalami perlambatan ekonomi akan mempengaruhi perekonomian Indonesia karena AS dan Uni Eropa merupakan mitra dagang utama. Kekhawatiran tersebut mencakup kemungkinan terjadinya sudden reversal capital inflow; depresiasi rupiah terhadap US $; penurunan cadangan devisa; pelepasan surat utang negara; penundaan rencana investasi AS di Indonesia; dan penurunan ekspor Indonesia ke AS. Namun kekhawatiran ini dapat ditepis dengan fundamental perekonomian Indonesia secara umum tergolong sangat baik bahkan dibandingkan dengan kondisi pada saat krisis keuangan global pada tahun 2008. Inflasi relatif stabil mencapai 4,61% per Juli 2011 (yoy), pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2011 mencapai 6,5% (yoy) dan cadangan devisa mencapai rekor US $ 123 miliar. Disamping itu nilai tukar rupiah pun cenderung stabil pada kisaran Rp 8.500 sd 8.600 per 1 US $.

Pemerintah sudah menyiapkan langkah mitigasi diantaranya penggunaan dana cadangan resiko perubahan asumsi makro dan stabilisasi harga sebesar Rp. 4,7 triliun; anggaran bantuan sosial seperti PNPM, Program Keluarga Harapan, Jamkesmas dan bencana alam sebesar Rp. 81,8 triliun; penggunaan anggaran subsidi pangan sebesar Rp. 15,3 triliun dan kebijakan pemberian raskin ke-13 sebesar Rp. 1,3 triliun. Selain itu pemerintah juga siap melakukan pembelian kembali (buyback) Surat Berharga Negara melalui skema Bond Stabilization Framework dan menyiapkan Protokol Manajemen Krisis. Dalam protokol tersebut diantaranya mencakup Jaring Pengaman Sektor Keuangan yang disempurnakan; penyelesaian RUU Otoritas Jasa Keuangan; dan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis. (MEY) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

7

Perkembangan APBN

RAPBN 2012RAPBN 2012 disusun berdasarkan RKP 2012 yang bertema Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif, dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Sasaran strategis RKP 2012 adalah target kemiskinan 10,5-11,5%; target pengangguran 6,4-6,6%; target penyerapan tenaga kerja setiap 1% pertumbuhan adalah 440.000 orang; dan defisit terhadap PDB 1,5-1,6%. Selain sasaran strategis tersebut, RKP 2012 juga mencakup empat prakarsa baru yaitu MasterPlan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Penguatan Program Pro Rakyat-Klaster 4; Percepatan Pembangunan Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT; Percepatan Pencapaian MEF (Minimum Essential Force/Pembangunan Kekuatan Minimum) Tahap I. Sebagai dasar perhitungan, RAPBN 2012 disusun dengan asumsi dasar ekonomi makro berikut: Tabel 3. Asumsi Makro RAPBN 2012 Pertumbuhan Ekonomi (YoY, %) Inflasi (YoY, %) Nilai Tukar (Rp/US$) Suku Bunga SPN 3 bulan (%) Harga Minyak ICP (US$/barel) Lifting Minyak (juta barel/hari)Sumber: Kementerian Keuangan

komponen Belanja Pemerintah Pusat tampak fokus pemerintah dalam membiayai pembangunan. Belanja Barang menurun dari Rp 142,8 triliun menjadi Rp 138,5 triliun. Sebaliknya Belanja Modal meningkat dari sekitar Rp 141 triliun menjadi Rp 168 triliun. Subsidi menurun dari Rp 237, 2 triliun menjadi Rp 208,9 triliun. Penurunan Subsidi khususnya pada komponen Subsidi Energi dari Rp 195,3 triliun menjadi Rp 168,6 triliun. Subsidi Energi yang menurun sejalan menurunnya subsidi BBM akibat menurunnya tingkat harga ICP, program pemerintah dalam rangka penyaluran tertutup, energi terbarukan serta konversi dari BBM ke gas bumi. Transfer Daerah meningkat dari Rp 412,5 triliun menjadi Rp 464,4 triliun. Transfer Daerah terdiri atas Dana Perimbangan sekitar Rp 394,1 triliun dan Dana Otsus dan Penyesuaian Rp 70,3 triliun. Dana Perimbangan terdiri atas DBH Rp 98,5 triliun, DAU Rp 269,5 triliun dan Rp 26,1 triliun. Sedangkan Dana Otsus dan Penyesuaian terdiri atas Dana Otsus Rp 11,8 triliun dan Dana Penyesuaian Rp 58,5 triliun.

6,7 5,3 8.800 6,5 90 0,95 9

Sumber: Kementerian Keuangan

Berdasarkan asumsi ekonomi makro tersebut, RAPBN 2012 mentargetkan Pendapatan Negara dan Hibah sebesar Rp 1.292,9 triliun, Belanja Negara Rp 1.418,5 triliun, Defisit Anggaran Rp 125,6 triliun dan Pembiayaan Defisit Rp 125,9 triliun. Sedangkan rasio utang pemerintah terhadap PDB ditargetkan turun menjadi 24%. Pendapatan Negara dan Hibah dalam RAPBN 2012 ditargetkan meningkat sebesar 10,5% dari APBN-P 2011. Peningkatan tersebut berasal dari penerimaan perpajakan yang ditargetkan meningkat 16% dari Rp 878,7 triliun pada APBN-P 2011 hingga mencapai Rp 1019,3 triliun. Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ditargetkan Rp 272,7 triliun atau turun sekitar 5% dari Rp 286,6 pada APBN-P 2011. Dibandingkan APBN-P 2011, komponen-komponen Belanja Negara dalam RAPBN 2012 mengalami peningkatan. Belanja Pemerintah Pusat meningkat dari Rp 908,2 triliun menjadi Rp 954,1 triliun. Pada komponen

Untuk membiayai defisit anggaran, pembiayaan defisit RAPBN 2012 diutamakan berasal dari pembiayaan dalam negeri Rp 125,9 triliun yang khususnya berasal dari SBN.Sedangkan pembiayaan luar negeri neto diperkirakan negatif sebesar Rp 0,3 triliun yang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri berupa pinjaman program dan pinjaman proyek. (RA)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

8

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS KELAUTANDalam forum Economist Talk bulan Agustus 2011 yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dengan pembicara Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS dengan topik Strategi dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Kelautan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi SDA kelautan yang sangat besar dan beragam sebagai keunggulan komperatif maupun kompetitif bangsa. Oleh karena itu strategi dan implementasi pembangunan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan yang merupakan asset nasional sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Prof. Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa secara makroekonomi, Indonesia cukup berhasil (Indonesia masuk dalam G-20 dan cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah yang mencapai US$ 122,67 miliar pada Juli 2011). Namun, secara mikroekonomi (kehidupan sosial, ekonomi dan budaya riil masyarakat) masih banyak yang harus diperbaiki seperti kesenjangan sosial ekonomi. tingkat daya saing ekonomi namun masih kalah dibandingkan dengan negara lainnya. Peringkat Indonesia dalam World Competitiveness tahun 2010 meningkat menjadi 44 dari sebelumnya 51 pada tahun 2008. Sementara itu, peringkat negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina masing-masing ke - 3, 17, 25 dan 40 pada tahun 2010. Daya saing sektor kelautan Indonesia juga masih relatif rendah.Produksi perikanan pada tahun 2010 mencapai sebesar 10,8 juta ton (terbesar ketiga di dunia). Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB mencapai sekitar 3,10%. Ekspor hasil perikanan sebesar US$ 2,66 miliar. Disamping itu, kontribusi PDB 7 (tujuh) sub sektor kelautan terhadap PDB nasional baru mencapai 22,42% pada tahun 2005. Kontribusi ini relatif rendah dibanding negara lain dengan panjang garis pantai yang lebih pendek seperti Korea Selatan 37% dan Vietnam 57,63% serta Cina 15,80%.

10

Penyebab rendahnya kinerja ekonomi kelautan diantaranya (1) pada umumnya usaha sektor kelautan tidak memenuhi economy of scale, tidak menerapkan supply chain system secara terpadu, tidak menerapkan IPTEK mutakhir, dan kurang/tidak ramah lingkungan kecuali sektor ESDM, (2) kondisi infrastruktur dan pasokan energi yang buruk menyebabkan rendahnya konektivitas dan inefisiensi ekonomi (3) sarana produksi jumlahnya terbatas dan harganya relatif mahal. (4) kegiatan ekonomi illegal (5) rendahnya kualitas SDM (6) ketergantungan pada teknologi impor (7) ketiadaan basis data dan sistem informasi yang komprehensif dan sahih (8) kurangnya kerjasama sinergis antar pemangku kepentingan (stakeholders). Untuk meningkatkan peran sektor kelautan, maka dalam rencana jangka panjang sektor ini telah dirumuskan 7 misi pembangunan yaitu (1) meningkatkan kontribusi sektor kelautan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan (2) menghasilkan produk dan jasa kelautan yang berdaya saing (3) mensejaherakan seluruh rakyat, khususnya masyarakat kelautan, secara berkeadilan (4) meningkatkan status gizi dan kecerdasan bangsa melalui peningkatan konsumsi seafood dan produk perikanan (5) menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar (6) memelihara daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya kelautan (7) meningkatkan budaya maritim dan persatuan- kesatuan bangsa. Laju pembangunan ekonomi kelautan yang terdiri dari 11 sektor ditentukan oleh APBN dan APBD, kebijakan pemerintah dan investasi swasta seperti pada bagan dibawah ini. Kerangka pembangunan ekonomi kelautan yang dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejateraan rakyat secara berkelanjutan. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Pembicara Economist Talk Bulan Agustus 2011

9

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi EkonomiKerangka Pembangunan Ekonomi Kelautan 11

Sambungan halaman 13 Liputan hasil wawancara dengan LKM di Provinsi Jawa Timur Melihat sulitnya penyaluran pinjaman pada nelayan, membuat swamitra ini beralih memprioritaskan penyaluran pinjaman pada sektor lain, yaitu perdagangan dan pertanian. Penyaluran pada sektor perikanan hanya 5%. Bentuk LKM lain di Jawa Timur yang menyalurkan pinjaman pada sektor perikanan adalah BPR Mina Mandiri yang terdapat di Pasuruan. Sebagian saham BPR ini dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Tidak berbeda dengan lembaga Swamitra Mina, BPR ini pun mengalami keterbatasan modal untuk tumbuh di daerah pesisir. Kepercayaan pada BPR masih relatif rendah, masyarakat pesisir menganggap BPR hanya sebagai tempat meminjam dana. Perolehan dana dari tabungan atau deposito masyarakat relatif sedikit. Bahkan untuk meningkatkan perolehan dana simpanan masyarakat, salah satu cara yang dilakukan BPR ini adalah menyediakan jasa pengambilan simpanan secara door to door ke rumah nasabah. Cara ini juga merupakan bentuk edukasi pada masyarakat untuk gemar menabung. Penyaluran pinjaman pada masyarakat pesisir relatif kecil dikarenakan hanya 5% masyarakat pesisir yang bankable. Pekerjaan nelayan yang musiman juga berpengaruh pada NPL BPR. Sebagian besar pinjaman disalurkan pada sektor perdagangan dan pertanian.

Beberapa kebijakan dan program dalam pembangunan ekonomi kelautan yang sedang dilaksanakan antara lain (1) penegakan hukum dan kedaulatan di wilayah laut, (2) penataan ruang pesisir dan lautan secara terpadu (3) penguatan dan pengembangan sektorsektor ekonomi kelautan yang efisien, berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan (4) pendayagunaan sumberdaya kelautan non-konvensional dan penguatan sinergi kelembagaan kelautan (5) peningkatan fungsi intermediasi perbankan bagi sektor-sektor ekonomi kelautan dengan menurunkan suku bunga pinjaman dan persyaratan pinjam seperti di negara-negara maju dan emerging economies. (6) penerapan sistem ekonomi syariah: perbankan syariah (tanpa riba), (7) penguatan sinergi kelembagaan kelautan (8) penguatan dan pengembangan kerjasama Internasional (8) konservasi sumber daya hayati dan ekosistem laut. (JA dan MS)

Sambungan halaman 6 Perkembangan Neraca Pembayaran Selain itu, iklim investasi dan kondisi makroekonomi Indonesia yang baik menjadi faktor lain pendorong masuknya investasi asing. Perlu diperhatikan terkait sisi kerentanan eksternal adalah bahwa rasio investasi langsung (FDI) terhadap investasi portofolio mengalami penurunan dari 80,1% pada triwulan I 2011 menjadi 47% pada triwulan II 2011. Terjadi peningkatan investasi pada pasar keuangan yang cenderung bergerak cepat (jangka pendek) dibandingkan investasi jangka panjang (investasi proyek). (TKA)

Peran LKM seperti Koperasi dan BPR memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pesisir. Namun, kondisi masyarakat pesisir yang belum bankable (tidak ada agunan), membuat mereka kesulitan mendapatkan akses pinjaman. LKM sendiri dihadapkan pada masalah kurangnya modal untuk pengembangan. Selain itu, risiko yang besar juga dihadapi dalam penyaluran pinjaman pada sektor kelautan dan perikanan sehingga muncul keterbatasan dan keengganan untuk menyalurkan pinjaman pada sektor ini. (TKA dan MS)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

10

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

MELIHAT ANGKA KEMISKINAN INDONESIA 2011Kedeputian Bidang Ekonomi dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan Forum Diagnosa Ekonomi pada tanggal 18 Agustus 2011 dengan tema Melihat Angka Kemiskinan Indonesia 2011. Narasumber acara tersebut terdiri atas Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Direktur Eksekutif INDEF), Dr. Kecuk Suhariyanto (Direktur Analisa dan Pengembangan Statistik, BPS), dan Ririn Salwa Purnamasari (Anggota Tim Peneliti Kemiskinan, Bank Dunia). Kemiskinan merupakan suatu fenomena multidimensi yang tidak hanya mencakup kebutuhan konsumsi tetapi juga pendidikan, kesehatan, akses terhadap air bersih, rasa aman, serta partisipasi dalam kehidupan sosialpolitik. Penggunaan beberapa indikator, bukan satu indikator, disarankan untuk memahami kondisi kemiskinan suatu wilayah. Untuk mengentaskan kemiskinan, terlebih dahulu perlu diketahui jumlah penduduk miskin. Dalam menghitung jumlah penduduk miskin, sejak tahun 1998 BPS menggunakan konsep yang juga digunakan beberapa negara lain yaitu kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar direpresentasikan dengan garis kemiskinan (GK). Garis kemiskinan terdiri atas komponen GK makanan (2100 kkal/kapita/hari) dan GK non makanan (kebutuhan minimun untuk 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sehingga secara nominal garis kemiskinan yang digunakan BPS untuk menghitung tingkat kemiskinan bervariasi antar provinsi sesuai dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain garis kemiskinan yang diukur berdasarkan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar, terdapat pula GK PPP (Purchasing Power Parity/ Paritas Daya Beli). GK PPP membandingkan konsumsi antarnegara, disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat masing-masing negara. Bank Dunia menggunakan GK PPP untuk membandingkan tingkat kemiskinan relatif antar negara. GK PPP dapat berupa GK PPP US$1, GK PPP US$1.25, dan GK PPP US$2. Perhitungan GK PPP US$1, tidak dengan mengalikan US$1 dengan nilai tukar (asusmsi Rp 8.800/dolar). Melainkan dengan menghitung PPP pada tahun tersebut. Sebagai contoh pada tahun ini US$1 Rp 5.800. GK nasional 2011 sekitar Rp 233.740 US$ 1,3. Pembicara dari Bank Dunia menekankan perhitungan GK Nasional BPS lebih tepat dalam mengukur kemiskinan di Indonesia. Garis kemiskinan diantaranya berguna untuk mengklasifikasikan masyarakat ke dalam kelompok miskin dan tidak miskin. Namun untuk penerapan kebijakan

pengentasan kemiskinan yang lebih baik, masyarakat diantaranya dapat dikelompokkan sebagai berikut: tidak miskin, hampir miskin, miskin, sangat miskin yang ditetapkan dengan ukuran garis kemiskinan. Misalnya, kelompok hampir miskin merupakan kelompok dengan klasifikasi 1.2 x GK. Pilihan garis kemiskinan umumnya disesuaikan dengan sasaran kebijakan/ program yang akan dilaksanakan.

12

Sumber: BPS

Selain garis kemiskinan, terdapat beberapa indikator lain yang perlu diperhatikan, yaitu i) Indeks Kedalaman Kemiskinan (ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan), ii) Indeks Keparahan Kemiskinan (mengukur tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin), dan iii) Gini Ratio (mengukur ketimpangan pengeluaran penduduk). Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan menurun namun gini ratio meningkat.

13 Sumber: BPS

Untuk program pengentasan kemiskinan yang lebih efektif, Prof. Ahmad Erani Yustika mengusulkan: spesifikasi program berdasarkan komunitas, penerapan program yang memperkuat struktur aset kaum miskin seperti reforma agraria, memperluas lapangan kerja, mendongkrak sektor pertanian dan industri, serta perbaikan institutional arrangements yang memperkuat posisi tawar petani dalam memasarkan produknya. (RA) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

11

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

SOSIALISASI KUR TKI OLEH KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DI LARANTUKA, FLORES TIMURMenindaklanjuti program penyaluran KUR bagi TKI, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Pusat dan Cabang Larantuka menyelenggarakan sosialisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI)pada tanggal 28 Juli 2011 di Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Dipilihnya Flores Timur sebagai tempat penyelenggaraan sosialisasi mengingat daerah tersebut merupakan salah satu daerah pemasok TKI yang besar khususnya yang berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Sosialisasi sendiri bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang KUR TKI. KUR TKI adalah skema KUR yang disalurkan kepada TKI untuk memenuhi pembiayaan yang menjadi tanggung jawabnya dalam proses penempatan ke luar negeri. Tujuan utama KUR TKI ini diantaranya adalah untuk mengurangi beban jumlah hutang yang harus dibayar oleh TKI serta membantu keuangan keluarganya sebelum mendapatkan remitansi. Kelebihan KUR TKI ini adalah suku bunga yang dibebankan kepada TKI relatif rendah, yaitu maksimal 22 persen efektif per tahun (setara dengan sekitar 11% flat per tahun) untuk pinjaman sampai dengan Rp 20 juta dan maksimal 14 persen efektif per tahun (setara dengan sekitar 7% flat per tahun) untuk pinjaman di atas Rp 20 juta sampai dengan Rp 500 juta. Sosialisasi dihadiri pejabat dari Kemenko Perekonomian, Pemda Kabupaten Flotim, BNP2TKI, Bank Indonesia, BP3TKI Kupang, BPD NTT, BPR di Larantuka dan para calon dan mantan TKI yang ada di Flores Timur dan sekitarnya (sekitar 150 orang). Pejabat dari Setda Flores Timur yang hadir adalah Asisten Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian, dan Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam sambutannya Asisten Sekda Flores Timur, Mikael Ruron menyampaikan rasa terima kasih dan gembiranya Flores Timur dapat menjadi tuan rumah dalam sosialisasi ini dan benar-benar mengharapkan masyarakat Flores Timur yang ingin bekerja di luar negeri dapat memanfaatkan KUR TKI. Sehingga masyarakat bisa menghindari praktek lintah darat yang membebani TKI dengan bunga sangat tinggi yang di Flores dikenal dengan konsep satu dua yaitu jika

kita meminjam Rp 1 juta, maka harus mengembalikan Rp 2 juta (membayar dua kali lipat dari nilai pinjaman), sehingga bunganya sangat tinggi. Dengan adanya KUR, calon TKI membayar dengan pinjaman bunga yang lebih rendah dan tidak memberatkan. Asisten Deputi Analisa Kebijakan Makro Kemenko Perekonomian, Bobby Hamzar Rafinus memaparkan bahwa KUR TKI diberikan bagi calon TKI yang legal dan produktif. Artinya, calon TKI harus memenuhi persyaratan antara lain usia minimal 18 tahun, mendapatkan ijin dari suami/istri/ orangtua/ wali untuk bekerja di luar negeri; dan memiliki perjanjian penempatan dengan PPTKIS. Untuk TKI Purna, yaitu TKI yang telah pulang bekerja dari luar negeri juga disarankan untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam mengembangkan usahanya.

Kepala BRI Cabang Larantuka, David menjelaskan bahwa dalam penilaian kredit yang akan diberikan kepada debitur, bank akan selalu memperhatikan aspek karakter dan kelayakan usaha calon debitur serta kelengkapan administrasinya.

Romo Jansen dari Keuskupan Larantuka mengharapkan sosialisasi ini dapat mendorong Pemda Flores Timur memberikan perhatian yang lebih besar kepada TKI. Acara sosialisasi yang dihadiri lebih dari 180 warga sekitar Larantuka ini ditutup dengan pemberian doorprize yang disediakan BRI Cabang Larantukaberupa TV, rice box, setrika, dispenser air, kipas angin dan DVD player. (MEY)

Suasana sosialisasi KUR TKI di Larantuka, Flores Timur

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

12

Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi LIPUTAN HASIL WAWANCARA DENGAN LKM DI PROVINSI JAWA TIMUR : SULITNYA pendampingan, persetujuan calon debitur dilakukan oleh swamitra itu sendiri.

PERMODALAN UNTUK PENGEMBANGAN LKM BAGI PEMBIAYAAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANANIndonesia adalah negara maritim dengan luas wilayah laut tiga per empat dari luas wilayah Nusantara. Sebagai negara kepulauan,Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dengan potensi ekonomi pesisirsangat besar. Wilayah pantai yang tersebar luas ini dapat menjadi sumber potensi pertumbuhan ekonomi daerah untuk mencapai pemerataan pertumbuhan ekonomi. Saat ini sekitar 35% dari penduduk Indonesia bekerja di sektor kelautan. Sayangnya, mayoritas nelayan dan masyarakat yang bergantung hidup dari sektor kelautan ini masih berada dalam kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan hidup dan kegiatan produksi penangkapan ikan tidakmemberikan penghasilan memadai yang stabilkarena masih sangat tergantung pada kondisi cuaca. Lebih jauh lagi, jumlah ikan di dekat pantai semakin berkurang akibat penangkapan yang melebihi produksi lestari ikan dan para nelayan kecil tidak mempunyai kemampuan (kapal dan dana) untuk dapat menangkap ikan ke laut yang lebih jauh dari pantai. Pembiayaan untuk menaikkan kemampuan mereka pun masih belum tersedia luas. Melihat lebih jauh pembiayaan sektor perikanan, Tim TEK meninjau beberapa lokasi usaha perikanan di Jawa Timur.Keterbatasan modal memang menjadi salah satu akar masalah mengapapengusahaan hasil tangkapan ikan nelayan masih rendah. Sebagai solusi Pemda Jatim melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) telah berupaya mengeluarkan program pinjaman bergulir Pembiayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang disalurkan melalui Lembaga Ekonomi Pemberdayaan Pesisir-Mikro Mina Mina (LEPP-M3). Dalam penyaluran pinjaman bergulir ini, DKP juga melakukan kerja sama dengan Bank Bukopin. Sebagai respon, Bank Bukopin membentuk unit khusus penyaluran kredit mikro dengan nama Swamitra Mina. Dana PEMP dikelola dan disalurkan oleh Bank Bukopin kepada unit-unit koperasi dan kelompok usaha bersama sektor perikanan dan kelautan yang telah ditentukan oleh DKP. Selain dana dari DKP, Bank Bukopin juga melakukan penambahan dana untuk pengembangan Swamitra Mina. Penyaluran pinjaman menggunakan sistem kredit dengan agunan. Ada dua jenis Swamitra Mina, yaitu swamitra online dan swamitra offline. Untuk swamitra online, Bank Bukopin memberikan pendampingan sistem dan manajemen serta persetujuan calon debitur. Sedangkan pada swamitra offline Bank Bukopin hanya memberi

Menurut Manager Bisnis Mikro Bank Bukopin Surabaya, Taufik Agus Ryanto, saat ini Bank Bukopin Surabaya mengelola empat Swamitra di Tuban, Brondong, Gresik (swamitra offline), dan Kenjeran. Secara performa kredit, NPL swamitra tergolong cukup tinggi, di Tuban 8,5% dan Lamongan 43% karena para nelayan di wilayah tersebut tidak dapat melaut akibat cuaca yang tidak menentu. Koperasi Mitra Bahari Surabaya adalah salah satu koperasi yang ditunjuk oleh DKP untuk mendapatkan pinjaman dana melalui Bank Bukopin. Koperasi ini menjadi koperasi primer perikanan satu-satunya di Surabaya dan mendapatkan dana hibah PEMP pada tahun 2003 yang kemudian dikelola sebagai Swamitra Mina bersama Bank Bukopin. Namun, 75% dari total dana yang disalurkan pada masyarakat pesisir tersendat karena masalah pemahaman yang keliru oleh debiturbahwa dana tersalur adalah dana hibah Pemerintah yang tidak wajib dikembalikan. Debitur dikenaik wajib agunan dan bunga 18% untuk memperoleh pinjaman. Menurut pengurus Koperasi, besaran bunga tersebutmasih lebih rendah jika dibandingkan dengan bunga pinjaman dari para rentenir. Untuk mengembangkan usaha, koperasi menemui hambatan modal.Selain membentuk Swamitra, Koperasi Mitra Baharimembangun unit Grameen Bank pada Juli 2009. Unit ini merupakan bentuk lembaga pembiayaan mikro khusus bagi kaum wanita. Pada unit ini debitur tidak harus memiliki agunan dan tidak dikenakan denda apabila terjadi keterlambatan pembayaran dengan masa angsuran hingga satu tahun. Sistem tanggung renteng diberlakukan pada Grameen Bank ini. Bunga yang dikenakan memang lebih besar yaitu 25%, tetapi tetap masih lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman rentenir. Sistem Grameen Bank ini ternyata diminati oleh masyarakat ditandai dengan jumlah anggota yang sudah mencapai 200 orang. Sekali lagiketerbatasan modal menjadi kendala penyaluran pinjaman.

Berbeda dengan Koperasi Mitra Bahari Surabaya, Swamitra Mina yang dibina dan dikelola oleh Bank Bukopin Probolinggo menilai bahwa karakteristik masyarakat pesisir yang keras menjadi kendala utama terjadinya gagal bayar. Dana PEMP sudah ditarik dari swamitra ini,sehingga permodalan usaha diperoleh dari simpanan masyarakat dan penambahan kredit dari Bank Bukopin. (bersambung ke halaman 10 TKA dan MS)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

13

Perkembangan Sektor Keuangan

PENINJAUAN KE LKM DI FLORES Pada Juli lalu, tim Kemenko Bidang Perekonomian bersama BNP2TKI melakukan lawatan ke Larantuka, Kabupaten Flores Timur dan Maumere.Selain untuk mensosialisasikan program KUR bagi TKI, tim juga mewawancarai Lembaga Keuangan Mikro (LKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Larantuka dan Cabang Maumere. Pada lawatan pertama, tim berkunjung ke Koperasi Pegawai Negeri Gelakat Nara yang berdekatan dengan pasar di jantung kota Larantuka. Gelakat Nara menurut pengurus koperasi berarti Pelayan Saudara karena memang bertujuan untuk mensejahterakan anggota. BRI menilai koperasi ini termasuk LKM yang sukses dengan keanggotaan mencapai1.500 PNS yang sebagian besar berprofesi sebagai guru. LKM ini juga mempunyai 27 perwakilan yang tersebar di tiga pulau besar Flores Timur. Selain menjalankan usaha simpan-pinjam, LKM ini mempunyai outlet minimarket pertama di Larantuka dan sedang membangun sebuah penginapan dua lantai dengan kapasitas 25 kamar persis di sebelah outlet. Usaha minimarket mendapat dukungan pembiayaan dari BRI sebesar Rp 500 juta. Sedangkan untuk pembangunan pengingapan sepenuhnya berasal dari iuran anggota.

Untuk memenuhi kebutuhan sembako dan komoditas pangan, LKM menyediakan layanan pesan-antar serta membuka tempat pelayanan koperasi di beberapa lokasi perwakilan. Pengurus mengaku telah menjalin kerjasama dengan hotel-hotel di Larantuka untuk penyewaan sarana tempat pertemuan maupun kamar penginapan yang tengah dibangun ini.Larantuka menjadi tempat di NTT yang paling ramai dikunjungi pada setiap peringatan Paskah, sehingga penginapan yang saat ini terbatas akan menjadi peluang usaha yang menguntungkan.

Lawatan kedua adalah ke Credit Union Sinar Saron Larantuka, sebuah LKM yang memperoleh dukungan dari Yayasan TIFA milik George Soros. Sistem usaha yang dijalankan oleh LKM ini telah banyak mengundang perhatian para peneliti LKM karena kecermatannya dalam mengelola usaha simpanpinjam sekaligus memberikan pelatihan edukasi keuangan bagi rumah tangga. Secara singkat, sistem usaha LKM ini mewajibkan anggota mempunyai tabungan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dan tidak ada agunan lain. Dengan bunga 3% per bulan, peminjam juga menyisihkan sebagian untuk tabungan sehingga secara net bunga kredit hanya 2%. Sistem kredit juga tidak mengenakan penalti bunga seandainya ada debitur yang melunasi pinjaman sebelum waktunya. Sejak didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, aset LKM ini sudah mencapai Rp 36 milyar. Pengurus mengakui bahwa pada masa-masa tertentu, angsuran kredit tersendat karena adanya tahun ajaran baru sekolah, upacara agama atau adat, dan kedukaan atau pernikahan. Namun, angsuran yang tertunggak akan diperhitungkan dengan tabungan debitur sesuai kesekapatan, sehingga saat usaha debitur sudah lancar mereka akan mengejar jumlah tabungan yang harus dipenuhi. LKM ini menjunjung adat istiadat masyarakat Flores seperti Breu, artinya sahabat atau mitra yang telah membuat janji untuk bertemu. Dengan nilai-nilai ini proses peminjaman dilakukan hanya kepada mereka yang betul-betul mereka kenal. LKM telah banyak membantu pengembangan usaha kepada para TKI purna yang dengan modal pinjaman mereka dapat mengembangkan usaha sesuai keahlian yang pernah mereka peroleh selama di perantauan. (EP2)

Pengurus Koperasi berfoto bersama Tim dari Kemenko Perekonomian dan BNP2TKI

Koperasi ini telah didirikan sejak 1976 dan saat ini mempekerjakan 20 pegawai. Besaran SHU terendah yang diterima anggota antara Rp 200-300 ribu memberi sinyal bahwa peredaran usaha LKM ini cukup besar mengingat jumlah anggotanya mencapai 1.500 orang.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

14

Perkembangan Penyaluran KUR

REALISASI PENYALURAN KUR HINGGA 31 JULI 2011Berdasarkan catatan Komite Kebijakan KUR, hingga 31 Juli 2011, jumlah plafon KUR sebesar Rp 51,9 triliun. Plafon KUR tersebut disalurkan kepada 4.999.096 debitur dengan rata-rata kredit sebesar Rp 10,4 juta/debitur dan NPL 2,28%. Dana KUR tersebut 91% atau sekitar Rp 47,4 triliun disalurkan melalui enam Bank Pelaksana kepada 99% debitur atau sebanyak 4.945.580. Sisanya sekitar Rp 4,5 triliun disalurkan melalui 13 BPD kepada 56.516 debitur. Rata-rata kredit KUR enam Bank Pelaksana mencapai Rp 9,4 juta/debitur dengan NPL sekitar 2,36%. Sedangkan rata-rata kredit KUR di 13 BPD sebesar Rp 80,1 juta dengan NPL 1,81%. Rendahnya rata-rata kredit enam Bank Pelaksana disebabkan oleh sebagian besar KUR yang disalurkan melalui Bank Pelaksana merupakan KUR Mikro. Sekitar 52% plafon KUR enam Bank Pelaksana disalurkan dengan skema KUR Mikro melalui BRI. Jumlah debitur KUR Mikro BRI sekitar 95% dari total debitur enam Bank Pelaksana, yaitu 4.683.473 debitur. Rata-rata kredit KUR Mikro BRI sebesar Rp 5,3 juta/debitur dengan NPL 1,94%. Sedangkan dana KUR Ritel yang disalurkan melalui BRI sebesar Rp 8,4 triliun kepada 58.463 debitur. Sehingga rata-rata kredit KUR Ritel BRI Rp 143 juta/debitur dengan NPL 4,51%. Setelah BRI, bank kedua yang menyalurkan dana KUR terbanyak adalah Bank Mandiri dengan plafon sebesar Rp 5,7 triliun kepada 122.148 debitur. Jumlah debitur KUR Ritel Bank Mandiri merupakan yang terbanyak dibandingkan lima Bank Pelaksana lainnya. Rata-rata kredit KUR melalui Bank Mandiri sekitar Rp 46,4 juta/debitur dengan NPL terendah sekitar 0,8%. Dana KUR disalurkan melalui BNI, BTN, Bank Syariah Mandiri dan BUKOPIN masing-masing sekitar Rp 5,1 triliun, Rp 1,4 triliun, Rp, 1,3 triliun dan Rp 1 triliun. Sedangkan NPL KUR melalui bank-bank ini tercatat tertinggi sekitar 8,38%. Diantara 13 BPD, tiga BPD penyalur KUR terbesar berada di Pulau Jawa. Ketiga BPD tersebut adalah Bank Jatim, Bank Jabar Banten (BJB) dan Bank Jateng. Bank Jatim menyalurkan 38,6% dana KUR Rp 1,7 triliun kepada (28%) 15.811 debitur. BJB menyalurkan Rp 1,3 triliun kepada 13.877 debitur dan Bank Jateng menyalurkan Rp 567.415 triliun kepada 9.499 debitur. Sedangkan tiga BPD penyalur KUR terendah adalah BPD Maluku, BPD DIY dan BPD NTB. BPD Maluku menyalurkan Rp 32 miliar kepada 1126 debitur. Sedangkan dari sisi debitur, BPD DIY memiliki debitur paling sedikit yaitu sebanyak 404 debitur.

14Sumber: Komite Kebijakan KUR

Dari sisi sektoral, sebagian besar dana KUR 62% yaitu Rp 32 triliun disalurkan kepada 76% atau 3.780.562 debitur yang bergerak di sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan merupakan sektor kedua yang memperoleh dana KUR terbesar yaitu Rp 8,7 triliun kepada 655.787 debitur. Hanya sekitar Rp 63 miliar yang disalurkan kepada 1.166 debitur di sektor perikanan. 15

Sumber: Komite Kebijakan KUR

Pada tingkat provinsi, penyaluran KUR masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Tiga provinsi dengan plafon KUR terbesar adalah Jatim, Jateng dan Jabar. Jumlah plafon pada ketiga provinsi tersebut tercatat Rp 8 triliun, Rp 7,6 triliun dan Rp 6,9 triliun. Dibandingkan dengan data penyaluran KUR melalui BPD, penyaluran dana KUR pada Provinsi Jatim dan Jabar melalui BPD relatif lebih optimal dibandingkan dengan penyaluran KUR di Provinsi Jateng. Tiga provinsi dengan jumlah plafon terendah adalah Provinsi Bangka Belitung, Maluku Utara dan Irian Barat. Sedangkan Provinsi dengan jumlah debitur paling sedikit ada di Provinsi Irian Barat,yaitu sekitar 9.291 debitur. (RA) Tinjauan Ekonomi dan Keuangan |Agustus 2011

15

LIPUTAN HASIL WAWANCARA DENGAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR :

Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerahjauh, usaha perikanan dapat menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi seperti usaha pengolahan hasil perikanan untuk obat-obatan. Ada beberapa masalah dalam penyaluran KUR sektor perikanan dan kelautan seperti sosialisasi KUR yang belum maksimal karena ketersediaan dana terutama di tingkat Kabupaten/Kota. Batasan dana menyebabkan pelaksanaan sosialisasi oleh Pemerintah Provinsi tidak dapat diikuti dengan sosialisasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Masalah lainnya adalah komunikasi data dari perbankan yang kurang memadai, misalnya masih ada bank yang tetap mensyaratkan agunan untuk memperoleh KUR mikro dan juga marjin keuntungan UMKM perikanan lebih rendah dari bunga KUR. Pengembangan LKM di sektor perikanan dan kelautan provinsi Jawa Timur masih menemui masalah, yaitu kekurangan modal awal pembentukan LKM. Padahal strategi dan program pengembangan LKM di sektor perikanan dan kelautan provinsi Jawa Timur diperlukan untuk mendorong kelompok - kelompok usaha bersama sektor perikanan dan kelautan provinsi Jawa Timur agar memperoleh akses perbankan secara berkelompok, kemudian mereka dapat didorong menjadi sebuah lembaga keuangan mikro. Untuk pembinaan dan pengawasan LKM sektor perikanan dan kelautan, Dinas Perikanan dan Kelautan terus melakukan pertemuan-pertemuanrutin minimal 2 kalisetahun, melaksanakan kunjungan dan pantauan melalui telepon dan evaluasi. Selama ini Dinas Perikanan dan Kelautan dalam melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat terkait penyaluran KUR dan Pengembangan LKM selalu dikoordinir oleh Bank Indonesia dan Biro Administrasi Perekonomian Provinsi Jawa Timur. (MS dan TKA)

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN DI JAWA TIMURProvinsi Jawa Timur merupakan provinsi pengekspor hasil perikanan dan kelautan terbesar di Indonesia dan telah meraih beberapa penghargaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Untuk mengetahui masalah dan tantangan pembiayaan sektor perikanan dan kelautan di Jawa Timur, tim TEK telah melakukan wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Kardani. Dalam wawancara tersebut Kardani menyatakan bahwa ekspor hasil perikanan dan kelautan provinsi Jawa Timur sudah merambah ke 107 negara. Potensi perikanan dan kelautan di Jawa Timur cukup besar walaupun belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi tambak dan mina padi dan sawah tambak sudah dimanfaatkan lebih dari 80%, sementara potensi kolam, keramba dan budidaya laut pemanfaatannya masih belum maksimal, yaitu masing-masing sebesar 23%, 34,23% dan 44,23%. Komoditas unggulan perikanan dan kelautan antara lain udang, rumput laut, ikan nila dan lele. Untuk meningkatkan pemanfaatan sektor kelautan dan perikanan Jawa Timur diperlukan pembiayaan yang cukup besar. Pembiayaan dari perbankan ke sektor perikanan dan kelautan masih minim. Langkah-langkah yang diambil oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur untuk meningkatkan pembiayaan di sektor perikanan dan kelautan antara lain LEPP-M3, pemanfaatan kredit program (KKPE dan KUR) dan sertifikasi tanah untuk nelayan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi salah satu pembiayaan di sektor perikanan dan kelautan. Salah satu tantangan penyaluran KUR di sektor perikanan dan kelautan adalah tingkat suku bunga KUR yang dirasakan masih tinggi, berkisar antara 14%-22%. Hal ini yang membuat UMKM sektor perikanan dan kelautan kurang tertarik untuk meminjam modal melalui KUR. Sebagai terobosan untuk mendukung pembiayaan sektor perikanan dan kelautan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Bank Jatim akirnya memberlakukan suku bunga KUR spesial untuk sektor perikanan dan kelautan menjadi sebesar 12%. Pihak perbankan diharapkan pemerintah dapat menurunkan suku bunga yang ditentukan, sedangkan pihak UMKM perikanan dan kelautan diharapkan dapat mengembangkan usahanya supaya memperoleh keuntungan yang memadai agar mampu melunasi kredit bank. Faktanya, UMKM sektor perikanan dan kelautan lebih suka memilih bunga yang ringan dibandingkan dengan pemberian bantuan jaminan atau agunan. Ditilik lebih

Bpk. KardaniKepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur

Bpk. Totok SudartoKepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Agustus 2011

16

DAFTAR ISTILAH Ekonomi kelautan adalah kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir atau lautan, dan/atau kegiatan ekonomi di wilayah daratan yang menggunakan SDA dan jasa-jasa lingkungan yang berasal dari wilayah pesisir atau lautan untuk menghasilkan barang dan jasa ( goods and services) yang dibutuhkan umat manusia (Dahuri, 2003; Kildow, 2005)

Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya (terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup) untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

Mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H Mohon Maaf Lahir dan Batin

Untuk Inform Lebih Lanjut Hubungi : masi h edaksi Tin njauan Eko onomi dan Keuangan n Re Ke ementerian Koordinator Bidan Perekon ng nomian Gedung Sjaf fruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) La a antai 4 alan ng No. arta, 0 Ja Lapangan Banten Timur N 2-4 Jaka 10710 Te elepon. 021 1-3521843, Fax. 021-3521836 Em : tinjau mail uan.ekon@ @gmail.comTin njauan Ekonomi dan Keuan ngan dapat did download pad website ww da ww.ekon.go.id

ISSN 2088-31 S 153