Teddy Hutama LBM 5 MP

28
Step 7 1. Tujuan melaksanakan EBM? Tujuan EBM Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti- bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik yang evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti- bukti ilmiah yang relevan dengan masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review sistematik, dan randomised controlled trial (RCT). http://hmt2ntb.wordpress.com/2009/05/12/evidence- based-medicine-3/ Mensurvei suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis internasional yang menerapkan ukuran-ukuran tegas untuk mutu dan kebenaran riset www.cochrane.org a. untuk mengembangakn kemampuan berpikir kritis b. menghasilkan pemikiran yang akurat c.pemeriksaannya secara teliti agar diagnosisnya tepat untuk memperoleh penyembuhan penyakit www.deliveri.org

Transcript of Teddy Hutama LBM 5 MP

Page 1: Teddy Hutama LBM 5 MP

Step 7

1. Tujuan melaksanakan EBM?Tujuan EBMTujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.Dengan demikian maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik yang evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review sistematik, dan randomised controlled trial (RCT).http://hmt2ntb.wordpress.com/2009/05/12/evidence-based-medicine-3/

Mensurvei suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis internasional yang menerapkan ukuran-ukuran tegas untuk mutu dan kebenaran riset www.cochrane.org

a. untuk mengembangakn kemampuan berpikir kritisb. menghasilkan pemikiran yang akuratc. pemeriksaannya secara teliti agar diagnosisnya tepat

untuk memperoleh penyembuhan penyakitwww.deliveri.org

Tujuan Utama: Diharapkan akan didapatkan hasil yang

optimal dalam pengobatan kualitas dari kehidupan serta

perubahan dari kebiasaan dokter.

(Liliana sugiarto,bagian anatomi fak.kedokteran

Unika Atma Jaya)

Page 2: Teddy Hutama LBM 5 MP

untuk menentukan apakah suatu pengobatan tertentu

sudah benar dalam persidangan oleh seorang hakim

untuk menentukan harga saham pabrik obat,yang

disebarkan mass media ekonomi

(www.wandar mansyah.web.id)

Diharapkan akan didpatkan hasil yang optimal dalam

pengobatan kualitas dari kehidupan serta perubahan dari

kebiasaan dokter.

(Liliana sugiarto,bagian anatomi fak.kedokteran

Unika Atma Jaya)

2. Manfaat EBM?

Manfaat EBM adalah:

1. Dengan EBM, dokter mendapat informasi yang uptodate daripada cara konvensional

2. Mengurangi risiko kesalahan pemilihan terapi

3. Mempermudah dokter menguasai informasi terkini

4. Membantu proses pengambilan keputusan klinis

5. Menyeragamkan pendapat dan pengetahuan antara team dokter (senior dan junior)

http://dc256.4shared.com/doc/jA9eTMIL/preview.html

clinical review.Evidence Based Medicine:What it is What it isn’t.www.bmj.com [2009]

meningkatkan kualitas pelayanan, efisien, dan outcomes klinis

Page 3: Teddy Hutama LBM 5 MP

seorang dokter dapat mengintegrasikan kemampuan klinisnya dengan kemampuan pelacakan bukti eksternal, yang terbaik dan tersedia dari riset yang sistematis.www.servers.medlib

dapat mengendalikan data-data yang terpaparkan baik dari kepustakaan, makalah ataupun website karena tidak semua data / makalah /informasi tersebut valid

meningkatkan kemampuan kita untuk mendiagnosis dan memberikan terapi kepada pasien dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.www.gpnotebook.co.uk

Mencari kebenaran suatu hasil karya ilmiah Kita dapat mengetahui secara tepat hasil karya ilmiah Menambah ilmu pengetahuan Mencari nilai guna dan ketepatan hasil karya ilmiah Kritis terhadap suatu hasil penelitian

( wiryo, h., 2002, kajian kritis makalah ilmiah kedokteran klinik menurut keokteran berbasis bukti, sagung seto, jakarta )

3. Langkah langkah melaksanakan EBM?

Langkah-langkah EBMEvidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai s’rtuasi, khususnya jika timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah dalam EBM adalah sbb:Langkah I: Memformulasikan pertanyaan ilmiahSetiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang menyangkut beberapa hal seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling tepat, faktor-faktor risiko, prognosis hingga upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dijumpai pada pasien.Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk mensintesis dan menelaah beberapa permasalahan yang ada. Sebagai contoh, dalam skenario 1 disajikan suatu kasus dan bentuk

Page 4: Teddy Hutama LBM 5 MP

kajiannya.Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM selain dapat berkaitan dengan diagnosis, prognosis, terapi, dapat juga berkaitan dengan risiko efek iatrogenik, quality of care, hingga ke ekonomi kesehatan (health economics). Idealnya setiap issue yang muncul hendaknya bersifat spesifik, berkaitan dengan kondisi pasien saat masuk, bentuk intervensi terapi yang mungkin dan outcome klinik yang dapat diharapkan.Langkah II: Penelusuran informasi limiah untuk mencari “evidence”Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan mencoba menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk ini diperlukan kemampuan penelusuran informasi ilmiah (searching skill) serta kemudahan akses ke sumber-sumber informasi. Penelusuran kepustakaan dapat dilakukan secara manual di perpustakaan-perpustakaan fakultas Kedokteran atau rumahsakit-rumahsakit pendidikan dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam journal-journal.Pada saat ini terdapat tebih dari 25.000 journal biomedik di seluruh dunia yang dapat di-akses secara manual melalui bentuk reprint. Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka penelusuran kepustakaan dapat dilakukan melalui internet dari perpustakaan, kantor-kantor, warnet-wamet (warung internet), bahkan di rumah, dengan syarat memiliki komputer dan seperangkat modem serta saluran telepon untuk mengakses internet.Untuk electronic searching dapat digunakan Medline, yaitu CD Rom yang berisi judul-judul artikel/publikasi disertai dengan abstrak atau ringkasan untuk masing-masing artikel. Database yang terdapat dalam Medline CD-Rom ini memungkinkan kita melakukan penelusuran (searching) artikel dengan cara memasukkan “kata kunci” (key words) yang relevan dengan masalah klinik yang kita hadapi (misalnya pharyngitis, tonsilitis, dan pneumonia). Dengan memasukkan kata kunci maka Medline akan menampilkan judul-judul artikel yang ada di sebagian besar journal biomedik lengkap dengan nama pengarang (authors), sumber publikasi (source) (misalnya JAMA, BMJ, Annals of Internal Medicine), tahun publikasi hingga abstrak atau ringkasan dari

Page 5: Teddy Hutama LBM 5 MP

artikel yang bersangkutan.Penelusuran kepustakaan dapat juga dilakukan melalui internet, misalnya dengan mengakses Cochrane Database of Systematic Reviews, Scientific American Medicine on CD-ROM, dan ACP Journal Club. Pada saat ini kita telah dapat mengakses beberapa journal biomedik secara gratis dan full-text, misalnya British Medical Journal yang dapat diakses melalui internet.Langkah III: Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang adaDalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian (apprisaf) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari penelaahan kritis ini adalah untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara klinik untuk membantu proses pengambilan keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya tidak semua studi yang dipublikasikan melalui journal-journal internasional memenuhi kriteria metodologi yang valid dan reliable.Untuk mampu melakukan penilian secara ilmiah seorang klinisi atau praktisi harus memahami metode yang disebut dengan “critical appraiser atau “penilaian kritis” yang dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris. Critical appraisal ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menjaring apakah artikel-artikel yang kite peroteh memenuhi kriteria sebagai artikel yang dapat dkjunakan untuk acuan.Langkah IV: Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktekDengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi atau praktisi dapat langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-diskusi untuk menyusun suatu pedoman terapi. Berdasarkan infprmasi yang ada maka dapat saja pada Skenario 1 diputuskan untuk segera memulai terapi dengan warfarin. Ini tentu saja didasarkan pada pertimbangan risiko dan manfaat (risk-benefit assessment) yang diperoleh melalui penelusuran bukti-bukti ilmiah yang ada.Dalam label 1 dipresentasikan derajat evidence, yaitu kategorisasi daiam menempatkan evidence berdasarkan kekuataannya. Evidence level 1a misalnya, merupakan evidence yang diperoleh dari meta-analisis terhadap berbagai uji klinik acak terkendali (randomised controlled trials). Evidence level 1a

Page 6: Teddy Hutama LBM 5 MP

ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan derajat paling tinggi yang layak untuk dipercaya.Level : Jenis bukti ilmiahIa : Bukti berasal dari suatu meta-analysis atau systematic reviewIb: Bukti berasal dari minimal 1 randomised controlled trialIIa : Bukti berasal dari minimal 1 studi non randomized trialIIb : Bukti berasal dari minimal 1 studi quasi experimentalIII : Bukti berasal dari studi non-experimental, seperti comparative studies, correlational studies, and case studies, cohort, dan case control studyIV : Evidence berasal dari laporan komite ahli (expert committee) atau opini dan atau pengalaman klinis dari individu yang berkompeten

Langkah V: Follow up dan evaluasiTahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence yang digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara optimal bag! pasien, dan memberikan risiko yang minimal. Termasuk dalam tahap ini adalah mengidentifikasi evidence yang lebih baru yang mungkin bisa berbeda dengan apa yang telah diputuskan sebelumnya. Tahap ini juga untuk menjamin agar intervene! yang akhimya diputuskan betul-betul “do more good than harm”.http://hmt2ntb.wordpress.com/2009/05/12/evidence-based-medicine-4/

Mengubah keluhan atau gejala pada pasien menjadi pertanyaan untuk mencari informasi yang spesifik

Mencari best evidence untuk menjawab pertanyaan dari no 1

Menilai secara kritis fakta fakta yang diperoleh dari sudut keabsahan, manfaat, dan kemungkinan untuk diterapkan.

Terapkan pada pasien (setelah mengintegrasikan penilaian kritis dengan critical expertise dan keadaan yang unik dari pasien).

Evaluasi efektifitas dan efisiensi pada tahap 1-4 untuk suatu kemajuan.

Page 7: Teddy Hutama LBM 5 MP

Liliana Sugiharto Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005

Formulasi pertanyaan (masalah) yang dapat dicari jawabannya

Penelusuran pustaka dalam rangka pencarian bukti Penelaahan bukti hasil penelusuran Penerapan hasil penelaahan Evaluasi penerapansoedigdo

a. Mengubah keluhan atau gejala pada pasien menjadi

pertanyaan untuk mencari informasi yang spesifik

b. Mencari best evidence untuk menjawab pertanyaan

dari no 1

c. Menilai secara kritis fakta fakta yang diperoleh dari

sudut keabsahan, manfaat, dan kemungkinan untuk

diterapkan.

d. Terapkan pada pasien (setelah mengintegrasikan

penilaian kritis dengan clinical expertise dan keadaan

yang unik dari pasien).

e. Evaluasi efektifitas dan efisiensi pada tahap 1-4 untuk

suatu kemajuan.

(Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari

2005)

Identifikasi dan formulasi masalah

Mencari atau menelusuri masalah

Kajian kritis bukti

Page 8: Teddy Hutama LBM 5 MP

Menerapkan hasih-hasil kajian kritis pada pasien dan

evaluasi

(dr.Wiryo Harnanto,Spa)

a. Identifikasi dan penguasaan masalah

b. Mencari atau menelusuri bukti

c. Kajian kritis bukti terhadap masalah

d. Menerapkan dan mengitegrasikan hasil penilaian pada

pasien

e. Mengevaluasi efektivitas dan efesiensi langkah-langkah

yang dilakukan.

(www.woolf sh.evidences-based medicine and

practice guidelines)

4. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam EBM?

Komponen EBM:

keahlian klinis individu

bukti penelitian yang terbaik

harapan dari penilaian pasien

(www.ahrq.gov)

Mendapatkan evidence secepatnya Membuat kebijakan berdasarkan evidence Menerapkan kebijakan tersebut pada waktu dan tempat

yang sesuaisoedigdo

Page 9: Teddy Hutama LBM 5 MP

5. Kelemahan EBM?

o  Kurangnya akses terhadap bukti ilmiaho  Kurangnya pengetahuan dalam telaaho  Kritis dan metodologinyapenelitiano  Tidak adanya dukungan organisasi, dano  Tidak adanya dukungandari para kolega

(http://www.kalbe.co.id/files/edk/files/23_169Strategionline.html)

6. Mengapa harus dilakukan EBM?a. Karena tidak semua penelitian berdasarkan pada bukti-

bukti sebenarnyab. Supaya memiliki kemampuan berpikir kritisc. Karena sering terjadi ketidaktepatan dalam hasil

penelitian

Karena dalam menangani pasien seorag dokter harus menggunakan langkah2 yang sudah terbukti dan teruji.Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik, tepat, dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien.

Liliana Sugiharto Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005

7. Jenis critical appraisal? Dan penjelasannya? Telaah kritis uji diagnosis

Upaya menegakkan diagnosis suatu penyakit adalah: o Suatu proses yang tidak sempurna dan

menghasilkan hanya suatu probabilitas dari pada suatu kepastian dan kebenaran.

Page 10: Teddy Hutama LBM 5 MP

Seorang klinisi sering sulit untuk memperoleh informasi tentang uji diagnosis terbaru bila tidak mau belajar.

Uji diagnosis berkembang sesuai dengan zamannya. Suatu uji diagnosis pada awalnya sangat bagus,

tetapi dengan perkembangan tehnologi akan menjadi ketinggalan, karena telah ditemukan uji diagnosis terbaru.

Dalam menentukan uji diagnosis seorang klinisi harus mempertimbangkan seberapa besar sensitifitas dan spesifitas terhadap uji diagnosis baru dibandingkan uji diagnosis lama.

Pedoman membaca artikel Uji Diagnosis: Apakah terdapat ketersamaan antara uji

diagnosis yang sedang diteliti dengan baku emas [Gold Standart] ?

Uji diagnosis baru harus dilakukan pada kelompok penyakit baik yang mempunyai baku emas maupun yang tidak mempunyai baku emas.

Hasil uji diagnosis harus bisa digunakan oleh seorang klinisi untuk menentukan bahwa seseorang benar-benar sakit atau tidak.

Uji diagnosis baru harus diabndingkan dengan uji diagnosis baku emas.

Cara menentukan uji diagnosis baru:- Cara yang paling banyak dipakai

untuk membandingkan uji diagnosis baru dengan uji diagnosis baku emas adalah dengan menggunakan tabel 2x2.

- Dengan melihat tabel tersebut dapat dihitung:

Page 11: Teddy Hutama LBM 5 MP

o Sensitifitas.o Spesifitas.o Nilai prediksi.

• Positif palsu diakibatkan karena kesalahan dalam menginterpretasi alat diagnostik yang sebenarnya penderita tersebut sehat.

• Bila hasil test makin rendah prosentase positif palsu dikatakan spesifitasnya makin tinggi.

• Negatif palsu diakibatkan karena kesahan dalam menginterpretasikan alat diagnostik yang sebenarnya pendeita tersebut sakit.

• Jika hasil tes makin rendah prosentase negatif palsu dikatakan sensitifitasnya makin tinggi

• Menentukan nilaiSensitifitas = a

a + cAdalah indek prosentase yang menunjukkan kemampuan uji diagnosis baru dalam mendeteksi adanya penyakit kalau memang ada penyakitnya berdasarkan uji diagnosis baku emas.Spesifitas = d

b + dAdalah indek yang menunjukkan kemampuan uji diagnosis yang sedang diteliti dalam mendeteksi tidak adanya penyakit bila memang tidak ada penyakit berdasarkan uji diagnosis baku emas.

Apakah sampel subyek penelitian meliputi spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat, penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ?

Penyakit demam berdarah biasanya tidak sulit untuk menentukan diagnosisnya.

Page 12: Teddy Hutama LBM 5 MP

Arti klinis sesungguhnya dari suatu uji diagnosis baru adalah terletak pada nilai prediksinya dari kasus yang samar-samar.

Jadi penulis harus menjelaskan spektrum penyakit dari subyek yang diteliti.

Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan jelas ?

Nilai prediksi sangat dipengaruhi oleh prevalensi.

Pasien yang datang ke puskesmas tentunya berbeda dengan pasien yang datang ke rumah sakit tipe A.

Dalam artikel harus di cantumkan lokasi penelitian dan seleksi pasien, sehingga pembaca dapat menghitung nilai prediksi bila ingin diterapkan di tempat kerjanya.

Seleksi harus dicantumkan, sebab pembaca sepantasnya menerima jaminan bahwa hasil uji diagnosis disebabkan oleh mekanisme penyakit bukan oleh perbedaan sifat seperti umur, jenis kelamin, diet dari subyek penelitian.

Apakah presisi uji diagnosis dan variasi pengamat dijelaskan ?

Validitas suatu uji diagnosis menuntut tidak adanya bias dan adanya presisi.

Deskripsi dari suatu uji diagnosis harus jelas agar pembaca dapat mengulanginya dengan cara yang sama.

Apakah istilah “ normal “ dijelaskan ? Dalam makalah penulis harus menjelaskan

apa yang dimaksud dengan “normal” dan pembaca harus puas bahwa istilah yang

Page 13: Teddy Hutama LBM 5 MP

dipakai oleh penulis memang mempunyai arti klinis.

Beberapa istilah yang dipakai sebagi standar normal adalah:

1.Percentil.

2.Faktor resiko ( resiko terhadap kesakitan atau kematian)

3 Kriteria kultur ( lebih baik langsing dari pada gemuk)

4.Suatu rentang harga dimana suatu terapi memberikan hasil yang bermanfaat diabnding kerugiannya

Misal harga normal tekanan darah adalah 130/80 mmHg

Apakah uji diagnosis yang diteliti merupakan bagian dari suatu kelompok uji diagnosis, apakah kontribusinya pada kelompok uji diagnosis tersebut dijelaskan ?

Kebanyakan suatu uji diagnosis hanya menguji satu dari beberapa manifestasi klinis dari suatu penyakit.

Apakah penulis menjelaskan kontribusi manifestasi klinis yang diuji tersebut terhadap manifestasi penyakit yang sesungguhnya.

Apakah cara dan tehnik melakukan uji diagnosis yang sedang diteliti dijelaskan, sehingga dapat direplikasi ?

Penulis harus menerangkan dengan jelas mengenai bagaimana mengerjakan uji diagnosis tersebut yang meliputi:

Page 14: Teddy Hutama LBM 5 MP

- Bagaimana melakukan dan bagaimana menginterpretasikan hasilnya,

- Apakah ada persyaratan khusus seperti diet atau aktifitas fisik tertentu.

- Obat apa yang harus dihindari.- Bagaimana tranports dari spesimen dan

penyimpanan untuk analisis lebih banyak.

Apakah kegunaan uji diagnosis yang sedang diteliti disebutkan ?

Kriteria utama dari uji diagnosis atau tindakan klinis adalah apakah pasien menjadi lebih baiak atau tidak?

Apakah kelainan dapat terdeteksi atau tidak.

Apakah tindakan lebih lanjut dapat dikurangi atau tidak?

Apak pasien atau dokter mendapat keuntungan dengan uji diagnosis baru tersebut ?

Bila tidak ada sebaiknya pembaca mencermati bagai mana akurasi, presisi terhadap uji diagnosis baru tersebut

Telaah kritis journal terapi

Ada 3 hal pokok yang harus diketahui sebelum memilih terapi yang terbaik yaitu

1. Menentukan tujuan terapi

2. Memilih terapi yang spesifik.

3. Menentukan target terapi.

Page 15: Teddy Hutama LBM 5 MP

Di Amerika serikat semua obat sebelum digunakan oleh seorang klinisi harus dilakukan uji klinik tentang efeketifitas obat tersebut.

Contoh pemberian terapi captoril pada penderita hipertensi.

Tujuan terapi : mencegah kerusakan target organ seperti otak, jantung, mata, ginjal ayng dapat menyebabkan kematian atau kerusakan permanen.

Pilihan terapi spesifik: berdasarkan uji klinik tersamar ganda.

Target terapi : tekanan sistolik 130 mmHg dan diastolik 80 mmHg.

Ada 3 kemungkinan setelah memlilih terapi:

Berdasarkan pengalaman tanpa kontrol dari dokter yang bersangkutan.

Berdasarkan rekomendasi dari guru / senior/konsultan/ kolega dokter.

Berdasarkan berdasarkan suatu uji klinik tersamar ganda yang formal.

Mana yang terbaik dalam menentukan terapi ?

Jawab : dalam memilih obat adalah berdasarkan uji klinik tersamar ganda ( Randomized controlled clinical trial/ RCT).

Makna “ controlled” mempunyai arti bahwa pasien (subyek penelitian) menerima obat baru dibandingkan dengan pasien kontrol (placebo) yang tidak menerima obat baru atau tetap menerima obat sebelumnya.

Page 16: Teddy Hutama LBM 5 MP

Makna “ randomized” subyek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok subyek penelitian dan placebo dengan dilakukan random alokasi.

Cara memilih terapi yang baik:

Klinisi harus membaca jurnal / artikel kedokteran tentang terapi.

Klinisi harus memilih jurnal yang baik dengan cepat. Klinisi harus mengetahui pedoman telaah kritis

tentang terapi.Pedoman telaah kritis tentang terapi:1. Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok

terapi atau kontrol betul betul secara acak (random) atau tidak ? Subyek penelitian harus mempunyai probabilitas

yang sama pada alokasi kelompok terapi atau kontrol.

Istilah ” randomized trial” atau “random allocation” harus ada dalam abstrak pada jurnal tersebut.

Dengan “random allocation “(alokasi random) bertujuan untuk menghilangkan bias pada hasil penelitian.

Telusuri artikel yang mencantumkan “randomized clinical trial”

Bila tidak ditemukan artikel tentang “randomized clinical trial” , maka klinisi dianjurkan memilih artikel yang memuat investigasi subeksperimental.

2. Apakah semua keluaran ( autcome) dilaporkan ?3. Apakah studi menyerupai lokasi anda bekerja atau

tidak ? Subyek penelitian harus diketahui secara

demografi sosial dan secara klinis, sehingga klinisi

Page 17: Teddy Hutama LBM 5 MP

dapat membandingka dengan situasi tempat bekerja.

Subyek penelitian harus mirip dengan tempat bekerja klinisi.

Kalau semua jawaban diatas ya, berati artikel tersebut bisa digunakan untuk pedoman terapi.

4. Apakah kemaknaan statistik maupun klinis dipertimbangkan atau dilaporkan ? Kemaknaan klinis berhubungan dengan seberapa

manfaat klinis terhadap terapi obat tertentu. Kemaknaan statistik berhubungan dengan hasil

kesimpulan penelitian benar-bernar bermakna secara statistik tanpa memperitmbangkan kepentingan klinis.

Kemaknaan klinis dapat dilihat pada RRR atau ARR5. Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat

dilakukan ditempat anda bekerja atau tidak ?Terdapat 4 pokok :1. Perlakuan harus dijelaskan dengan terperinci agar dapat direplikasi.2. Perlakuan harus punya arti biologis dan klinis.3. Perlakuan harus tersedia dan dapat diterima penderita.4. Peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana cara menghindari kontaminasi atau co-intervensi.

6. Apakah semua subyek penelitian diperhitungkan dalam kesimpulan ? Pembaca harus jeli mencatat berapa subyek

penelitian yang termasuk kelompok perlakuan (terapi) atau kelompok kontrol.

Tabel 3 dari hasil penelitian uji klinis acak( randomized clinical trial) jumlah kasus sebesar 151 penderita dengan rincian : pembedahan versus medikamentosa ( 79

Page 18: Teddy Hutama LBM 5 MP

dioperasi vs 72 medikamentosa ) setelah dihitung terdapat penurunan reduction in risk sebesar 27 % (p=0,02), tetapi

Setelah diteliti jumlah kasus sebesar 167, dan ada 16 kasus meninggal karena stroke atau meninggal waktu masuk sehingga bila dihitung penurunan reduction in risk hanya 16 % (p=0.09) berarti tidak bermakna.

Sumber:

Gaede P, et al. 2003. Multifactorial Intervention and Cardiovascular Disease in Patient with type 2 Diabetes;348 :383-393

Greenberg, et al, 2001 . Medical Epidemiology. Edisi 3 Lange Medical Books/ MCGraw-Hill.Toronto

Hawkins R. 2005. The Evidence Based Medicine Approach to Diagnostic Testing : Practicalities and limitations. Clin Biochem Rev:Vol 25.

http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based _medicine Soeparto ,dkk. 1998. Epidemiologi Klinis Gramik FK

UNAIR.

8. Bagaimana manfaat dan tujuan dari critical appraisal?Manfaat:

Bisa meningkatkan daya analisis Informasi yang diperoleh detail Memperoleh kebenaran dari info Menentukan alternative yang lebih baik

Tujuan: Mampu mengevaluasi dan menhganalisis info yang diperoleh Mampu memahami info Mampu mengikuti info yang ada

www.criticalappraisal.com

Page 19: Teddy Hutama LBM 5 MP

9. Langkah langkah dalam critical appraisal?

a. menyiapkan sesi analisia

b. baca keseluruhan artikel tanpa mencatat untuk

memahami gagasa dan tujuan penulisan serta topik

utama dari artikel tersebut

c. menggaris bawahi gagasan utama dan membuat

catatan lengkapnya

d. mengoraksi tujuan utama, metode yang digunakan,

hasil penelitian dan kesimpulan dari hasil analisis

e. menyusun CA sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah

yaitu introdution, body dan conclusion

f. mengidentifikasi proses yang perlu diperbaiki

www.deliveri.org

a. Menyiapkan sesi analisa kritis.

b. Mengidentifikasi proses yang perlu diperbaiki.

c. Penyusunan agenda.

d. Formulasi kebijakan.

e. Adopsi kebijakan.

f. Implementasi kebijakan.

g. Menilai kebijakan.

(www.deleveni.org)

Baca dengan singkat meliputi: judul, nama penulis,

pendahuluan, sub bahasan, hasil penelitian dan

kesimpulan.

Page 20: Teddy Hutama LBM 5 MP

Baca secara keseluruhan untuk mendapatkan tujuan,

topik utama serta kepahaman terhadap informasi

tersebut

Analisis secara kritis mengenai gagasan utama dan

topik utama informasi tersebut (dengan mencatat)

Telitilah catatan ringkas anda sehingga memuat:

Topik/gagasan utama, Tujuan utama untuk

menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, sharing,

diskusi pendapat yang berbeda

(www.criticalappraisal.com/gostudy/

deepinformation.htm)

Sumber :Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD. Makalah “Pengantar Evidence-Based”. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

Page 21: Teddy Hutama LBM 5 MP

10. Kendala dalam melaksanakan EBM? Sulit fokus langsung

Timbulnya kritikan selama sesi berlangsung

Menyimpulkan masalah membutuhkan penilaian yang

tepat

Kesulitan dalam memilih jenis-jenis masalah

Keraguan peserta diskusi mengeluarkan pendapat

(www.deleveni.org)

Butuh proses Bisa timbul rasa malas Sulit mencari info Dokter senior(sudah merasa puas dgn ilmunya) tidak

mau melaksanakan EBM Kurangnya fasilitas () Kurangnya rasa ingin tau

11. SEBERApa PENTING ebm dalam long live education?jelaskan ?

Penting karena dalam memilih EBM harus up to date Long live education erat sekali hubungan nya dengan

EBM ilmu baru tidak langsung diterakan pada pasien qta harus lakukan EBM terlebih dahulu

Page 22: Teddy Hutama LBM 5 MP

12. Pengelompokan sumber EBM?

http://fk.uns.ac.id/static/materi/EBM_Overview_2011_Prof_Bhisma_Murti.pdf

13. Criteria up to date?

Page 23: Teddy Hutama LBM 5 MP

14. Journal yang bagaimana yg qta ambil(syaratnya)?(terbaru, eror,metodenya random, desain penelitian,hasil signifikan, validitas)