(Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur...

26

Transcript of (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur...

Page 1: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung
Page 2: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada KomitePenanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparanteknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusununtuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai dokumen latarbelakang tentang persoalan dan pilihan-pilihan kebijakankunci yang sangat penting bagi pengentasan kemiskinan.Dan kedua, sebagai pondasi dalam penyusunan laporankomprehensif: "Terbebas dari Kemiskinan: Masukan ILO atasPRSP Indonesia".

Paparan teknis ini membahas: Menghapuskan Bentuk-bentukTerburuk Pekerja Anak. Tema-tema lain dalam seri paparanteknis singkat meliputi:

• Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro danSektoral

• Desentralisasi dan Pekerjaan yang Layak:Mengaitkannya dengan MDGs;

• Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (UsahaKecil, Menengah dan Ekonomi Lokal);

• Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dariSekolah menuju Pekerjaan;

• Pembangunan Pedesaan: Akses, Ketenagakerjaan danPeluang Meraih Pendapatan;

• Pengembangan Keterampilan untuk PertumbuhanEkonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan;

• Mempromosikan Deklarasi ILO mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja;

• Perlidungan Sosial bagi Semua;

• Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di PasarKerja dengan memperkuat Tripartisme dan DialogSosial;

• Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi PengentasanKemiskinan.

• Jender dan Kemiskinan

Page 3: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Hak Cipta © Kantor Perburuhan Internasional 2004

Pertama terbit tahun 2004

Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi HakCipta Dunia (Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yangdiambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agarmenyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, suratlamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions),International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor PerburuhanInternasional akan menyambut baik lamaran tersebut.

_______________________________________________________________________________

ILO

Seri Rekomendasi Kebijakan:Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2004

ISBN 92 2 015540 0

_______________________________________________________________________________

Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa Bangsa, pencantuman informasi dalampublikasi publikasi ILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapat di dalamnya samasekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional(International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukumsuatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukumpihak pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuanbatas batas negara tersebut.

Dalam publikasi publikasi ILO sebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentukkontribusi tertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatangani oleh masing masingpenulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing masing penulis tersebut.Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa KantorPerburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.

Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidakberarti bahwa Kantor Perburuhan Internasional mengiklankan atau mendukungperusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatu perusahaan,produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagaitanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional.

Publikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama ataumelalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung melalui KantorPusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH 1211 Geneva22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin,Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250. Katalog atau daftar publikasi terbarudapat d iminta secara cuma cuma pada a lamat tersebut , a tau mela lu i email:[email protected] ; [email protected].

Kunjungi website kami:www.ilo.org/publns ; www.un.or.id/ilo, www.ilo-jakarta.or.id

Dicetak di Jakarta, Indonesia

Page 4: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Pendahuluan

MENGHAPUSKANBENTUK-BENTUK TERBURUKPEKERJA ANAK

Di suatu dunia yang sempurna, takseorangpun yang bisa membantah hak seoranganak untuk menikmati masa kanak-kanaknya,memperoleh pendidikan, perlindungan, kasihsayang dan waktu untuk tumbuh dan berkembangmenjadi dewasa. Namun pada kenyataannya, adalebih dari 1,5 juta anak-anak berusia antara 10sampai 14 tahun yang menjadi pekerja diIndonesia. Anak-anak itu terpaksa melepas hak-hak mereka untuk menikmati masa kanak-kanaknya.

Dalam banyak kasus, kemiskinanlah yangmenyebabkan pekerja anak mengalami masa-masa yang tidak menyenangkan. Dan, kemiskinanjugalah yang menggiring pekerja anak ke suatutitik dimana mereka nantinya juga akan melahirkangenerasi baru yang sama atau mungkin lebih miskindari mereka. Tanpa masa kanak-kanak, pada masaketika dasar-dasar kemampuan manusiadikembangkan, tak dapat diingkari lagi ada lebih1,5 juta anak-anak yang memiliki kemampuanterbatas untuk mendapatkan penghidupan yanglayak dan juga pilihan yang terbatas untukmenanggulangi kemiskinan. Kemiskinan diwariskandari satu generasi ke generasi berikutnya dimanapekerja anak merupakan perantara aktif yangmenyebabkan lingkaran setan kemiskinan tetaplestari, sekaligus menyebabkan kemampuannasional untuk memerangi kemiskinan secarakeseluruhan terus menurun.

Kehadiran pekerja anak ini merupakan akibatdari pembangunan sosial ekonomi yang tidak

1

Page 5: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

memadai dan tidak layak. Dan problema ini tidakdapat diselesaikan secara efektif j ika tetapdipisahkan dari proses pembangunan yang lebihluas.1 Dalam hal ini Indonesia cukup peka dantanggap. Program Pembangunan Nasional LimaTahunan (PROPENAS) yang sedang berjalan, 2000-2004, mengakui ada banyak permasalahanmenyangkut pekerja anak. Hal ini mengacu padakonteks kebutuhan untuk memperkuat peraturandan undang-undang tentang tenaga kerja yangmasuk dalam kategori “anak-anak yang tidak punyapilihan lain, selain bekerja” Pengakuan tentangadanya pekerja anak dalam konteks pembangunannasional merupakan langkah pertama menuju upayamengurai dan memisahkan hubungan yang kait-mengait dan sangat erat antara pekerja anak dankemiskinan.

Menempatkan masalah pekerja anak menjadibagian utama dalam konteks pembangunannasional dan pengentasan kemiskinan secarakeseluruhan tidak hanya akan meningkatkanefektivitas dan keterkaitan tindakan yang diambildalam soal pekerja anak, tapi juga akanmenimbulkan efek ganda. Hal semacam ini bisamemobilisasi para aktor yang berbeda untukmemberikan dukungan multidimensi yang dapatmengatasi akar penyebab munculnya pekerja anak,seperti kemiskinan. Dengan melakukan upayaseperti itu, kesempatan untuk menjangkau lebihbanyak anak bisa menjadi semakin terbukadibandingkan dengan yang mampu dijangkautindakan-tindakan yang hanya dikhususkan untukpekerja anak. Dukungan para pelaku yang berbedayang bersifat multidimensi dan komprehensif jugamemungkinkan direalisasikannya zona bebaspekerja anak.

Di Indonesia, pekerja anak merupakanfenomena yang umum dan telah lama masuk dalamdata nasional dengan nama “tenaga kerja anak’Karena usia minimum anak yang diperbolehkanbekerja adalah 15 tahun (Undang-undang No. 20/1999), fokus tulisan ini diberikan pada anak-anakberusia 10-14 tahun. Berdasarkan tiga survai

Statistik PekerjaAnak

1 Aksi-aksi utama untuk memerangi masalah pekerja anak dalampembangunan dan stategi pengentasan kemiskinan, Hamid Tabatabi,ILO-IPEC, Juni 2003, halaman 2.

2

Page 6: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

nasional berbeda, diperkirakan jumlah anak-anakberusia 10-14 tahun yang bekerja sebagai pekerjamencapai 1.575.000 (7,5 persen).2 Juga perlu dicatatbahwa 26,1% dari pekerja anak adalah mereka yangberusia 15-17 tahun3. Dan mereka yang bekerjadalam pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya danbentuk pekerjaan lain yang lebih buruk menuntutperhatian khusus dan penanganan yang bersifatsegera.

Anak-anak bekerja di berbagai sektor danbentuk pekerjaan. Namun sebagian besar darimereka bekerja di sektor pertanian keluarga dan diperusahaan manufaktur serta perdagangan skalakecil. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 telahmengubah struktur pekerja anak. Akibat perubahansignifikan dalam pasar tenaga kerja setelah krisis,terjadi informalisasi pekerja anak, jumlah anak yangbekerja di sektor pertanian berlipat ganda, danmenurunnya upah riil.4 Lebih jauh lagi, pekerja anakdi perkotaan meningkat tajam. Semua itumencerminkan adanya gelombang pekerja anakyang memasuki sektor informal.5 Krisis ekonomitampaknya telah pula menyebabkan semakinbanyaknya anak-anak bekerja pada pekerjaan yangtidak menyenangkan, yang tidak diatur denganjelas, tidak terlindungi dan tidak formal dan kondisitersebut lebih buruk dibandingkan sebelum krisisekonomi.

Sementara itu, dunia internasional mulaimemberikan perhatian khusus terhadap bentukterburuk dan sifat pekerja anak. Sebagai negarayang pertama kali menandatangani Konvensi ILO182 (tentang Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak),pada 2002 Indonesia telah menetapkan satulangkah yang signifikan ke arah penghapusan

2 Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) pada 2001 memperkirakanjumlah tenaga kerja yang berusia 10-14 tahun mencapai 6,34 persen.Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2001 memperkirakananak-anak pada rentang usia yang sama baik yang sudah bekerja maupunsedang mencari kerja mencapai 9,2 persen. Pengumpulan data lainuntuk Sakernas 1999 yang tidak dipublikasikan mencatat angka 6,9persen. (Sebelum 1998, Sakernas merumuskan pekerja adalah merekayang bekerja mulai usia 10 tahun. Karena itu, sejak 1998, Sakernastidak mengelompokkan secara khusus pekerja anak di bawah 15 tahun,dan akibatnya tidak ada data yang menyebut secara khusus pekerjaanak berusia 10-14 tahun). Data Sakernas 1999 maupun 2001 sama-sama dipakai, tapi paper ini lebih memilih Sakernas 1999 karena jumlahsampelnya lebih besar.

3 Sakernas 1999

4 Makalah ILO/IPEC, The Economic Crisis and Child Labour in Indonesia,Chris Manning, 2000, hal. 10

5 Makalah ILO/IPEC, The Economic Crisis and Child Labour in Indonesia,Chris Manning, 2000, hal. 23

3

Page 7: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

pekerja anak, terutama yang masuk dalam jenis-jenis pekerjaan terburuk. Keputusan Presiden No.59/2002 tentang Rencana Aksi NasionalPenghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburukuntuk Anak (NAP-WFCL) menyebutkan 13 bentukpekerjaan terburuk untuk pekerja anak. Programini telah menetapkan lima dari 13 jenis pekerjaanterburuk itu sebagai prioritas dalam lima tahunpertama pelaksanaan program tersebut yangdirencanakan berlangsung selama 20 tahun ini.Kelima bentuk pekerjaan terburuk itu adalah anak-anak yang terlibat dalam penjualan, produksi, danperdagangan narkoba, anak-anak yangdiperdagangkan untuk dijadikan pelacur dan anak-

anak yang bekerja dipenangkapan ikan lepaspantai, pertambangan danpembuatan alas kaki.

Secara umum, untukmendapatkan data yang sahihtentang bentuk-bentukpekerjaan terburuk pekerjaanak bukanlah hal yang mudahkarena si fatnya yangterselubung, mobilitasnya yangtinggi dan keterbatasan akses.Namun demikian, ada satuupaya yang dilakukan untukmenghitung jumlah anak-anakdalam delapan sektor, yangberkaitan dengan bentukpekerjaan terburuk dari pekerjaanak yang disebutkan dalamNAP-WFCL (Lihat Tabel 1).Angka-angka pada Tabel 1tidak menunjukkan jumlahanak-anak yang terlibat dalambentuk pekerjaan terburukdalam pengertian mutlak;

namun demikian, angka-angka tersebutmenunjukkan jumlah anak-anak yang bekerja diberbagai sektor yang sangat berbahaya. Sebanyak4.201.425 anak-anak berusia di bawah 18 tahunterl ibat dalam pekerjaan-pekerjaan yangberbahaya, dan lebih dari 1,5 juta diantaranyaadalah perempuan.

13 Bentuk Pekerjaan Terburuk dari Pekerja AnakKeputusan Presiden No. 59/2002

§ Mempekerjakan anak-anak sebagai pelacur;§ Mempekerjakan anak-anak di pertambangan;§ Mempekerjakan anak-anak sebagai penyelam

mutiara;§ Mempekerjakan anak-anak di bidang konstruksi;§ Menugaskan anak-anak di anjungan penangkapan

ikan lepas pantai (yang di Indonesia disebutjermal);

§ Mempekerjakan anak-anak sebagai pemulung;§ Melibatkan anak-anak dalam pembuatan dan

kegiatan yang menggunakan bahan peledak;§ Mempekerjakan anak-anak di jalanan;§ Mempekerjakan anak-anak sebagai tulang

punggung keluarga;§ Mempekerjakan anak-anak di industri rumah

tangga (cottage industries);§ Mempekerjakan anak-anak di perkebunan;§ Mempekerjakan anak-anak dalam kegiatan-

keg iatan yang berka i tan dengan usahapenebangan kayu untuk industri atau mengolahkayu untuk bahan bangunan dan pengangkutankayu gelondongan dan kayu olahan;

§ Mempekerjakan anak-anak dalam berbagaiindustri dan kegiatan yang menggunakan bahankimia berbahaya.

4

Page 8: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Ada semacam kekhawatiran yang kian harimakin menyedot perhatian kita, yakni begitubesarnya jumlah anak-anak yang terlibat dalampenjualan, produksi, dan perdagangan narkoba,seperti yang terlihat dalam beberapa studi terakhir.Menurut Kantor Wilayah Departemen Pendidikan DKIJakarta (2000), 14% dari 1.603 SMP dan 16,13%dari 1.029 SMU di Jakarta melaporkan masalahnarkoba di kalangan siswa mereka. Informasi yangdikumpulkan dari para pengguna narkobamenunjukkan bahwa 10-20% anak-anak yangmenggunakan narkoba adalah mereka yang terlibatdalam penjualan narkoba, untuk menjaga kebiasaanmereka dan karena berbagai alasan lain.6

Risiko pertama yang dihadapi seorang anakyang terlibat dalam penjualan, produksi, danperdagangan narkoba menyangkut aspek legal daritindakan mereka. Ada argumentasi bahwa anak-anak cenderung diperalat sebagai pengedarnarkoba karena mereka merasa tidak ada yang salahdalam perbuatan itu, dan mereka juga tidakmenyadari dampak perbuatan mereka. Celakanya,jika mereka ditangkap polisi, anak-anak tersebuttidak hanya akan menghadapi hukuman berat daripenegak hukum, tapi juga dari orang-orang yangmengendalikan mereka. Di samping itu, risiko-risikoyang mereka hadapi lebih dari sekedar hukuman.Risiko itu antara lain terampasnya kesempatananak-anak itu mendapatkan pendidikan karenamereka dipaksa keluar dari sekolah.7 Penggunaannarkoba juga merusak perkembangan fisik mereka.Perlu juga disebutkan di sini bahwa narkobabiasanya tidak hanya digunakan secara sukarela,tapi dalam beberapa kasus, juga dengan carapemaksaan. Narkoba dapat digunakan untukmenguasai anak-anak dan menjadikan rawanterhadap jenis-jenis pekerjaan yang bersifateksploitatif, seperti eksploitasi seks komersial.

Akibat dan penderitaan yang harus dihadapianak-anak yang terlibat dalam eksploitasi sekskomersial juga tidak kalah seriusnya. Beberapa studimemperlihatkan bahwa kenaikan perdagangan

Hal-hal yangperlu mendapatperhatianserius

Anak-anak yangterlibat dalampenjualan,produksi, danperdagangannarkoba

Eksploitasi sekskomersial padaanak-anak

6 ‘Children involve in sale, production, and trafficking of drugs, in Jakarta’,a Rapid Assesment, Irawanto Phd dan Riza Sarasvita, 2003.

7 Berdasarkan penilaian yang cepat tadi, sebagian besar yang diwawancaraimenunjukkan mereka menjual narkoba ketika mereka sedang bersekolah,terutama ketika mereka berada di SMP atau SMA (hal.6)

5

Page 9: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

remaja untuk dijadikan pelacur cukup signifikansebagai pemicu migrasi (antarnegara dan domestik)serta perdagangan tenaga kerja. Berdasarkan datatahun 1999 yang diperoleh dari Departemen Sosial,ada sekitar 70.000 anak yang terjerumus menjadipekerja seks (ILO/IPEC, 2001b:9). Angka tersebutcocok dengan pernyataan Farid bahwa 30 persenpekerja seks berusia di bawah 18 tahun (Irwanto,dkk., 2001:30).8 Menjamurnya jasa hiburan yangberaneka ragam memberikan peluang bagi berbagaibentuk pekerjaan seks yang beraneka ragam.Kompleks hiburan, panti pijat, bar, karaoke, gadis-gadis yang mempromosikan bir, para penjualminuman ringan dan teh, dan sebagainyamemungkinkan terjadi eksploitasi seksual komersial.

Jenis pekerjaan yang membahayakan anak-anak seperti penangkapan ikan di sektor lepaspantai, pertambangan dan pembuatan alas kakimemerlukan penanganan segera. Enam macambahaya seperti kecelakaan, bahaya kimia, fisik,ergonomis, psikososial dan biologi akanmempengaruhi perkembangan anak dalam berbagaibentuknya. Misalnya, penggunaan air raksa dipertambangan, dan perekat yang mengandungpelarut organik beracun seperti toluena, methylethyl keton, dan aseton pada pekerjaan pembuatanalas kaki informal dapat menimbulkan kerusakanotak atau kerusakan sistem saraf pusat. Peralatandan perkakas yang digunakan anak-anak seringkalidibuat untuk memenuhi persyaratan pekerjadewasa, dan tidak memberikan perlindungankhusus kepada anak-anak yang secara fisik belumsepenuhnya berkembang. Dalam skenario terburuk,bahaya-bahaya semacam ini bisa merenggut nyawaseorang anak/atau menyebabkan kerusakanpermanen pada diri anak. Suatu kecelakaan parahyang terjadi di Kalimantan Timur pada tahun 1998telah merenggut nyawa 32 orang pekerja, danseparuh dari korban tersebut adalah anak-anak.

Anak-anak yang potensial menghadapilingkungan kerja yang berbahaya, tapi belummendapat perhatian adalah anak-anak yang bekerjadi rumah tangga. Menurut survai dasar pertamapada tahun 2002/2003 yang dilakukan oleh

Bentuk-bentukpekerjaan yangberbahaya bagi

pekerja anak

Pekerja anak dirumah tangga

8 Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, ICMC and SolidarityCenter, USAID, 2003, hal. 68

6

Page 10: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Universitas Indonesia dan ILO-IPEC, ada sekitar688.132 anak-anak yang menjadi pekerja rumahtangga di Indonesia. Sangatlah sulit menentukanjumlah pekerja rumah tangga anak-anak atau untukmenggeneralisasi kondisi kerja mereka karenasituasi kerja yang mungkin dihadapi oleh anak-anaktersebut sangat beragam tergantung padamajikannya. Namun demikian, tidak ada seorangpunyang bisa meniadakan risiko yang harus dihadapioleh pekerja anak-anak di rumah tangga di balikpintu tertutup tanpa adanya dukungan dari luar.Anak- anak itu seringkali berada dalam pengawasanpenuh para majikan mereka, sehingga hal semacamini seringkali dipandang “mirip perbudakan”.Seringkali, para pekerja anak-anak di rumah tanggamenghadapi siksaan fisik, siksaan seksual danemosional. Namun demikian, mereka cenderungmenyembunyikan keadaan yang sebenarnya karenatakut kehilangan pekerjaan. Meskipun masalahnyacukup serius, pekerja anak-anak di rumah tanggasampai saat ini belum mendapat perhatian yangmemadai dan belum dimasukkan ke dalam sektor-sektor yang diprioritaskan pada fase pertamaRencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentukTerburuk Pekerjaan Anak (RAN-PBTPA)

Dalam tiga dasawarsa terakhir, setelah tahun1965, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomiyang mantap kecuali selama krisis ekonomi padakuartal ke-4 tahun 1997 dan 19989. Menurut laporandari ILO/IPEC, perkembangan ekonomi makroIndonesia selama dua puluh tahun terakhir (1976sampai 1996) memperlihatkan hubungan yang unikdengan kemiskinan pekerja anak. Laporan tersebutmenyebutkan bahwa tingkat kemiskinan nasionalbisa diturunkan menjadi hanya seperlima dari tahun1970-an (berkurang sebanyak 81%), tapi penurunankemiskinan di kalangan pekerja anak hanya 42persen (lihat Lampiran 2).10

Orang mungkin bertanya-tanya mengapapenurunan angka kemiskinan tidak sertamertamenurunkan kemiskinan pada pekerja anak.

Pertumbuhanekonomi yangmemihak kaummiskin danpekerja anak

9 Tingkat kemiskinan turun dari 40,1 persen pada 1976 menjadi 11,3persen (1996), tapi krisis ekonomi mengembalikan Indonesia ke tahun1981 dan 1984, Pada tahun 2002, tingkat kemiskinan di Indonesiamencapai 17,9 persen (Indonesian-interim PRSP, hal. 3).

10 Makalah Kerja ILO tentang Pekerja Anak di Indonesia, Unger dan Irawan,hal. 5, 2002, ILO Jakarta.

7

Page 11: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

Jawabannya barangkali adalah pertumbuhanekonomi tidak secara langsung memberikan efekyang sama pada pertumbuhan ekonomi kaummiskin, sehingga hal itu tidak bisa diterjemahkanmenjadi pengentasan kemiskinan di kalangan orangmiskin. Karenanya, tidak berarti hal itu akanmempengaruhi tingkat kemiskinan pekerja anak.Pendapat ini semakin diperkuat oleh tren padakoefisien Gini yang memperlihatkan semakinburuknya ketidakmerataan pendapatan dari tahun1964 (0,333) ke tahun 1996 (0,356). Hal inimenunjukkan bahwa tanpa pertumbuhan ekonomiyang berpihak pada kaum miskin, pertumbuhanekonomi tidak akan menyebabkan terjadinyadistribusi pendapatan yang lebih baik, sehinggarumah-tangga miskin tetap saja miskin dan rawanterhadap persoalan pekerja anak.

Ini semakin memperjelas art i pentingpertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada kaummiskin untuk mengatasi masalah pekerja anak.Gerakan dan arah strategi pengentasan kemiskinandi Indonesia seperti yang disebut dalam UU. 25/2000 tentang Propenas (Program PembangunanNasional Lima Tahunan) 2000-2004 dan StrategiPengentasan Kemiskinan Sementara (Interim-PRSP)pada 2002 menempatkan dampak terhadap rumahtangga miskin dan membantu pertumbuhan ekonomiyang memihak kaum miskin sebagai sasaran. I-PRSPmenyoroti pengentasan kemiskinan di luar“pertumbuhan ekonomi makro” dan menekankanbahwa pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup,karena ia haruslah seiring sejalan dengan upayamengarahkan pertumbuhan ekonomi yang berpihakkepada orang miskin.11 Karena kita percaya bahwapengentasan kemiskinan dengan fokus padapertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orangmiskin akan sangat membantu dalam mengurangipekerja anak, upaya-upaya untuk menghapuspekerja anak senantiasa berjalan seiring denganupaya-upaya untuk mendorong pertumbuhanekonomi yang berpihak kepada orang miskin.Dengan demikian, upaya-upaya ke arahpenghapusan pekerja anak dapat dianggap sebagaikontribusi langsung untuk pertumbuhan ekonomiyang berpihak kepada orang miskin.

11 Indonesian Interim-Poverty Reduction Strategy paper (I-PRSP), BadanPerencanaan Pembangunan Nasional, 2002, hal. 7.

8

Page 12: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Empat tujuan strategis program pengentasankemiskinan telah ditetapkan dalam Interim-PRSP: (i)menciptakan peluang kerja untuk orang miskin; (ii)pemberdayaan masyarakat; (iii) pengembangankemampuan; dan (iv) perlindungan/jaminan sosial.Dalam kerangka kerja yang telah disusun untukpengentasan kemiskinan, kontribusi ataspenghapusan pekerja anak yang bisa berujungkepada pengentasan kemiskinan memiliki fungsiganda.

I-PRSP memberi perhatian yang lebih besarpada aspek pengembangan sumber daya manusiadalam upaya mengentaskan kemiskinan sebagaijawaban untuk tujuan strategis ketiga -pengembangan kemampuan. Karena itu, programpendidikan wajib sembilan tahun mendapat prioritaspaling tinggi dalam pengembangan sumber dayamanusia. Tak pelak lagi, anak-anak yang tidak punyapilihan lain selain bekerja, memiliki waktu dankesempatan terbatas untuk belajar. Karena merekasemakin dijauhkan dari peluang untuk memperolehpendidikan pada tahap awal kehidupan mereka, kitatidak bisa berharap bahwa pekerja anak-anakdengan pencapaian pendidikan yang rendah akantumbuh menjadi pekerja yang produktif yang bisamenikmati manfaat melebihi tingkat subsistensimereka. Data yang diperoleh dari Badan PusatStatistik (BPS) pada tahun 1999 memperlihatkanbahwa sekitar 72,01% rumah tangga miskin didaerah pedesaan dikepalai oleh mereka yang tidaktamat sekolah dasar, dan 24,3% dikepalai olehlulusan SD.12

Di samping itu, beberapa studi menyebutkanbahwa pencapaian pendidikan yang lebih rendahdi kalangan kepala keluarga terbukti berkaitan eratdengan kemiskinan dalam hal memaksa orang untukmenempatkan prioritas pada kebutuhan jangkapendek seperti makanan dan tempat tinggal, di ataskebutuhan strategis jangka panjang sepertipendidikan. Kemiskinan di tingkat rumah tanggamemaksa anak-anak untuk bekerja dan menambahpenghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Oleh karena itu, pekerja anak di rumahtangga miskin cenderung menciptakan generasipekerja berikutnya dengan kemampuan terbatas

12 I-PRSP, hal. 4.

Kontribusipengentasankemiskinan

Pengembangansumber dayamanusia

9

Page 13: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

dan ini melanggengkan siklus kemiskinan. Upayamemperbaiki tingkat pendidikan kepala keluargadan menggalakkan pendidikan merupakan kunciuntuk memutus lingkaran setan kemiskinan antargenerasi serta mencegah menjamurnya pekerjaanak.

Pencapaian pendidikan yang lebih rendah tidakhanya menghambat pengembangan sumber dayamanusia, tetapi juga mengurangi kemampuannasional dalam mengurangi kemiskinan karenakondisi itu menyebabkan produktivitas turun dankondisi itu menghasilkan tenaga kerja tidak terampil.Orang bisa saja berargumentasi bahwa anak-anak,karena memasuki dunia kerja pada usia lebih dini,nantinya bisa memperoleh keterampilan yangdibutuhkan untuk pekerjaan mereka. Namundemikian, keterampilan yang didapat oleh anak-anak dari pekerjaan mereka seringkali bersifatelementer (tidak mendalam). Dengan teknologimodern yang semakin meningkat, t ingkatkemampuan dan keterampilan para pekerjadiharapkan makin tinggi dan canggih. Kesenjanganpendidikan pada level sekolah menengah pertama(SMP) antara Indonesia dengan negara-negaratetangga (lihat lampiran 3) menjadi masalah besarbagi kinerja perekonomian perekonomian Indonesiadi masa depan. Karena itu, penting untuk terusmenggalakkan pendidikan wajib sembilan tahunsehingga produktivitas dan kemampuan pekerjabisa ditingkatkan.

Meskipun Indonesia menikmati keberhasilandalam hal pencapaian pendidikan secarakeseluruhan 13, namun tantangan tetap sajamenghadang mereka yang hidup dalam jeratkemiskinan: etnis minoritas dan kaum miskin,terutama perempuan. Bagi kaum miskin, biaya untukmengirim anak ke sekolah begitu tinggi baik dari segibiaya untuk sekolah ataupun hilangnya pendapatanyang bisa dipakai untuk keperluan lain. Suatu studimemperlihatkan bahwa setelah krisis ekonomi,penurunan jumlah anak-anak yang tidak bersekolahbegitu besar terutama pada 40% penduduk yangmemiliki tingkat belanja terendah. Kondisi ini makinmemperkuat kesimpulan bahwa turunnya jumlahanak sekolah, sebagian terkait dengan kemampuan

13 Berdasarkan statistik nasional, pekerja berpendidikan di bawah SD padatahun 1971 mencapai 74 persen dari total pekerja. Sekarang angkanyasudah mendekati 25 persen.

10

Page 14: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

membayar biaya sekolah di kalangan kelompokmasyarakat yang miskin.14 Untuk pekerja anak, yangsecara alami cenderung gagal memanfaatkankesempatan mendapatkan dan meningkatkanpendidikan dan juga yang mengharapkan efek daripendidikan yang bersifat segera ketimbang merekayang tidak membutuhkan pekerjaan, diperlukanrespon yang luas untuk meningkatkan efek (returns)dari pendidikan dan untuk mengarahkan anak-anakmenjadi pekerja produktif.

Walaupun penekanan sudah ditetapkan padapencapaian pendidikan wajib sembilan tahun bagisemua orang dan sosialisasi pendidikan yangberkesinambungan, harus pula dicatat bahwapendidikan dasar memiliki ruang lingkup terbatasdalam mengarahkan anak-anak ke pekerjaan yangmendatangkan hasil lumayan secepatnya danmendatangkan keuntungan yang cepat yangnantinya akan memenuhi kebutuhan ekonomimereka. Agar anak-anak di atas usia minimumbekerja (15 tahun) bisa mendapatkan pekerjaanyang mendatangkan hasil lumayan perlu dilakukanupaya peningkatan pekerjaan kaum muda15 melaluipengembangan pelatihan keterampilan dankejuruan.

Seperti yang terlihat pada tabel (Lampiran 1),jumlah anak-anak yang berusia 15-17 yangberpeluang bekerja di beberapa jenis pekerjaanyang berbahaya cukup besar. Karena itu, dari sudutpandang pencegahan pekerja anak, penciptaanlapangan kerja cukup efektif untuk mencegah anak-anak tersebut memasuki pekerjaan yang berbahayadengan cara mempersiapkan mereka sebagaipekerja produktif serta memberikan perlindungandan keterampilan yang sesuai. Tanpa adanyapemahaman yang memadai tentang pasar kerja danpilihan pekerjaan, maka para remaja akan menjadisangat rawan terhadap eksploitasi sosial dan fisik.

Dari sudut pandang pengentasan kemiskinan,pekerjaan bagi kaum remaja sangat penting, karenaia menjadi penghubung antara pekerja anak dengantenaga kerja nasional dalam spektrumpengembangan sumber daya manusia. Pelatihan

Pekerjaan kaummuda (lihat jugapaparan teknissingkat tentangpekerjaan kaummuda)

14 Keadaan dan Perkembangan Pendidikan Setahun Setelah Krisis, Boediono,Suryadi, dan Heriawan, 1999, hal. 38

15 kategori Muda didefinisikan dalam MDGs sebagai orang yang berusia 15-24 tahun.

11

Page 15: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

kejuruan dan keterampilan yang akan diberikankepada anak-anak tersebut (di atas 15 tahun) harusdisesuaikan dengan kebutuhan pasar. Khusus bagipekerja anak-anak dan orangtua mereka, nilaipendidikan dan pelatihan ditentukan vis-à-visdengan kelayakan kerja dan kemampuan untukmenghasilkan pendapatan tambahan. Dengandemikian, ILO-IPEC sejauh ini telah memberikanpelatihan keterampilan praktis dan kesempatanmagang untuk anak-anak yang lebih tua yangberusia antara 15-17 dengan maksud untukmeningkatkan kemampuan mereka untuk menjadiwirausahawan dan/atau kelayakan kerja di sektor-sektor formal.

Seperti tampak pada analisis di atas, hubunganantara pekerja anak dengan kemiskinan bersifatmultidimensi dan kompleks. ILO melalui ProgramInternasional tentang Penghapusan Pekerja Anak(the International Programme on the Elimination ofChild Labour/IPEC) terus mendukung PemerintahIndonesia dan masyarakat madani untuk mengatasidimensi kemiskinan yang kompleks pada pekerjaanak dengan memberikan respon multidimensi sejaktahun 1992. Dukungan ILO-IPEC bersifat holistikdengan aktivitas bertingkat yang langsungditargetkan pada penerima manfaat danmenciptakan l ingkungan yang kondusif bagipenghapusan Pekerja Anak.

Pemerintah Indonesia telah membuatkemajuan berarti dalam mengubah kebijakan-kebijakan dan meningkatkan kesadaran tentangpekerja anak dengan dukungan dari masyarakatmadani dan ILO-IPEC. Pengesahan Konvensi UsiaMinimum ILO No. 138 dan Konvensi Bentuk-bentukTerburuk dari Pekerja Anak No. 182 merupakancontoh konkrit dari prestasi tersebut. Keduakonvensi tersebut tidak saja telah memberikanlandasan yang kokoh bagi upaya-upayapenghapusan pekerja anak di Indonesia, tapi jugadukungan bagi perencanaan Rencana Aksi Nasionaluntuk Mengatasi Bentuk-bentuk terburuk untukPekerja Anak dalam kurun waktu 20 tahun.

Komitmen yang dibuat oleh Pemerintah telahmenghasilkan dampak ganda dengan memasukkan

Tindakan-tindakan untuk

menghapuspekerja anak di

Indonesia

Advokasikebijakan dan

peningkatankesadaran

12

Page 16: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

masalah pekerja anak ke dalam program-programpemerintah yang ada sekarang ini. Komponenpekerja anak diintegrasikan ke dalam programpengentasan kemiskinan yang di laksanakanpemerintah, yang bertujuan mendukung kamumiskin pedesaan melalui pembiayaan ekonomi mikrodan aktivitas yang menghasikan pendapatan.Departemen Dalam Negeri bersama denganDirektorat Jenderal Pengembangan Pedesaan telahmelaksanakan program untuk mendukung anak-anak dari keluarga sasaran untuk melanjutkanpendidikan dengan cara memberikan beasiswa.Masyarakat dan keluarga didorong oleh penyuluhyang dilatih khusus, untuk mengirim anak-anakmereka ke sekolah dan bukannya ke tempat kerja.Model seperti ini dianggap berhasil dan dijiplak untukdigunakan di provinsi lain.

Pekerja anak juga dimasukkan ke dalamprogram kerja Departemen Pendidikan Nasional.ILO-IPEC mendukung pengaturan kembali programpendidikan non-formal yang dilakukan pemerintahuntuk memenuhi kebutuhan anak-anak yangbekerja dengan cara mengadaptasi metodologipengajaran dan meningkatkan akses anak-anakyang bekerja terhadap program ini. Kegiatansemacam ini sudah lama berusaha mempengaruhiDirektorat Pendidikan Masyarakat untuk mengakuiadanya masalah pekerja anak dan memikirkankembal i peran pendidikan nonformal dalammendukung upaya-upaya penghapusan pekerjaanak. Dengan mempertimbangkan jumlah danpotensi dalam pencapaian pendidikan pekerja anakdi rumah tangga, kelompok anak-anak ini dijadikansasaran strategis untuk pencapaian 100%pendidikan wajib sembilan tahun di Indonesia.

Sejak Januari 2001, pemerintah daerah diIndonesia memasuki era otonomi yang baru, yangmemungkinkan mereka menyusun anggaran danrencana pembangunan daerah. Sekarang ini, setiapwilayah diharapkan merumuskan StrategiPengentasan Kemiskinan mereka masing-masingsetelah rampungnya Program Strategi PengentasanKemiskinan (PRSP) tingkat nasional. Karena itu,kerja sama dengan pemerintah daerah menjadisemakin penting. Pemerintah daerah berada dalamposisi yang lebih baik untuk mengenali

Desentralisasiinisiatifpenghapusanpekerja anak

13

Page 17: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

permasalahan yang sesungguhnya di masyarakatakar rumput dan menjawab kebutuhan mereka. Jadi,untuk memobi l isasi masyarakat agar dapatmemerangi pekerja anak di tingkat akar rumput, ILO-IPEC mendukung fungsi komite aksi tingkat provinsidan kabupaten/kota dalam penghapusan bentuk-bentuk terburuk dari pekerja anak. Komite tersebutberfungsi sebagai wahana untuk bekerja secaraefektif dan untuk mengarusutamakan pekerja anakke dalam rencana pembangunan tingkat provinsi dantingkat daerah.

Salah satu contoh positif dari pendekatan iniadalah pencanangan “Daerah Bebas Pekerja Anak”oleh Kabupaten Kutai Kertanegara, KalimantanTimur. Pada bulan April 2002 Bupati KutaiKertanegara membahas rencana memerangi pekerjaanak di kabupaten tersebut dengan ILO-IPEC.Pemerintah Kabupaten menyadari bahwapenanganan pekerja anak merupakan satu unsurdari upaya yang lebih luas melawan kemiskinan danuntuk memajukan ekonomi dan pembangunandaerah.

Proyek perikanan yang dibentuk oleh ILO-IPECdi Sumatera Utara merupakan contoh lain dariupaya terdesentralisasi untuk menghapus bentuk-bentuk terburuk dari pekerja anak. Pemerintahprovinsi Sumatera Utara, yang merupakan aktorutama dari proyek tersebut, mengambil inisiatifuntuk menghapus bentuk-bentuk terburuk daripekerja anak dengan cara membentuk komite aksiprovinsi berdasarkan peraturan daerah provinsitanggal 7 Oktober 2002. Pemerintah provinsi jugatelah menetapkan peraturan daerah untukmenghapus bentuk-bentuk terburuk dari pekerjaanak di provinsi tersebut, yang diharapkan bisadiadopsi sebelum bulan Februari 2004.

Intervensi sektor yang spesifik yang didukungILO-IPEC di di sektor penangkapan ikan (jermal) diSumatera dan pembuatan alas kaki di Cibaduyut,Bandung, Jawa Barat pada bulan Desember 1995,telah mulai membuahkan hasil dalam empat tahunterakhir ini. Menjelang akhir bulan Juni 2003,sebanyak 295 anak-anak telah ditarik dari jermaldan 1.354 anak-anak telah dilarang bekerja di jermalmelalui intervensi berupa proyek pengadaan

Intervensi sektoryang spesifik

14

Page 18: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

pendidikan nonformal, pelatihan kerja, programmagang, program peningkatan kehidupan, dan skimpembiayaan mikro. Di sektor industri alas kakitercatat ada 603 pekerja anak yang berhasil ditarikkeluar dari industri yang berbahaya tersebut dan3.015 anak lagi berhasil dicegah masuk ke industriseperti itu. Lebih dari 1.700 anggota keluarga yangsudah dewasa juga memperoleh manfaat dariproyek seperti itu.

Selain adanya komitmen dari pemerintahdaerah, proyek tersebut juga didukung olehorganisasi pekerja dan organisasi pengusaha ditingkat kabupaten/kota atau provinsi. SPTSK(Serikat Pekerja Tesktil, Sandang, dan Kulit) secaraaktif membantu dalam kaitannya dengan masalahpekerja anak dan mendukung dibentuknya AsosiasiTukang (Asosiasi Tukang Cibaduyut, ASPEC). Parapengusaha juga ikut serta mendukung proyektersebut dengan membentuk Asosiasi PengusahaPembuatan Alas Kaki Skala Kecil Cibaduyut (ASPC)yang tujuannya adalah untuk memperkuatkemampuan para pengusaha pembuatan alas kakiinformal melalui pengembangan jaringan dan pasarserta pelatihan pengembangan usaha.

Proyek-proyek tersebut juga dimaksudkanuntuk memberikan solusi yang berkesinambungandan yang disesuaikan dengan kebutuhan kelompok-kelompok sasaran. Salah atu solusi yang realitisadalah dengan memperbaiki kondisi kerja pekerjaanak-anak yang berusia 15 tahun ke atas.Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KKK)dalam proyek yang berkaitan dengan alas kaki telahpula mendukung pengembangan kemampuan parapengusaha dan pekerja untuk mengakui danmembahas masalah-masalah KKK dan untukmemperbaiki kondisi kerja melalui upaya-upayaberbiaya rendah.

15

Page 19: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesiameluncurkan Rencana Aksi Nasional tentang Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Pekerja Anak (PBTPA)yang akan berlangsung 20 tahun.16 Tujuan dari FasePertama RAN-PBTPA pada tahun 2003-2007 adalah(i) meningkatkan kesadaran publik, (ii) memetakankeberadaan PBTPA, dan (iii) menghapus lima jenispekerjaan yang terburuk bagi pekerja anak,terutama anak-anak yang terlibat dalam penjualan,produksi, dan perdagangan narkoba, perdagangananak-anak untuk dijadikan pelacur dan anak-anakyang bekerja di penangkapan ikan di lepas pantai,tambang, dan pabrik alas kaki. ILO-IPEC,berdasarkan pengalaman yang didapat dariberbagai kegiatannya sejak tahun 1992, mendukungRAN-PBTPA Indonesia melalui Program Terikat Waktu(Time-Bound Programme/TBP) (lihat Lampiran 4).Berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan olehRAN-PBTPA, program pendukung senilai US$ 4 jutaini dimaksudkan untuk menarik dan mencegahsejumlah 31.450 anak bekerja di lima sektortersebut, dan mendukung pemberdayaan ekonomi7.000 keluarga. Ini juga akan memberi kontribusiterhadap rencana nasional untuk penghapusanpekerja anak secara menyeluruh sebelum tahun2022 dalam dua sektor (perdagangan anak-anakuntuk di lacurkan; penjualan, produksi danperdagangan narkoba) di wilayah-wilayah yangtelah ditentukan.

TBP akan menggunakan strategi yang terdiridari dua bagian. Bagian pertama strategi ini akandifokuskan pada upaya melakukan perubahankebijakan dan lingkungan yang kondusif. Bagian inijuga mencakup sosialisasi aksi menentang pekerjaanak dalam kerangka kebijakan dan programnasional dan daerah, memperbaiki pengetahuan,memperbaiki lingkungan hukum, meningkatkankesadaran dan melakukan pendampingan, danmengembangkan kemampuan para pihak yangberkepentingan. Melalui pekerjaan ini, proyektersebut diharapkan bisa membantu kemajuanupaya nasional untuk menghapus bentuk-bentukpekerjaan terburuk dari pekerja anak secarakualitatif. Pekerjaan ini juga diharapkan bisamembantu meningkatkan komitmen sumberdaya laindari badan nasional dan internasional lainnya, dalam

Rencana aksinasional

Indonesia untukpenghapusan

bentuk-bentukterburuk untuk

pekerja anak(RAN-PBTPA)

16 Keputusan Presiden 59/2002 tentang Rencana Aksi Nasional PenghapusanBentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.

16

Page 20: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

upaya mengembangkan dukungan kepada NPA-WFCL Indonesia.

Baik analisis hubungan antara pekerja anakdan kemiskinan maupun pengalaman ILO-IPECsemakin mempertegas bahwa pekerja anak dankemiskinan adalah saling terkait dan tidak dapatdipisahkan satu sama lain. Pekerja anak merupakanmanifestasi dari kemiskinan dan sekaligus jugamerupakan penyebab kemiskinan itu sendiri. Olehkarena itu, pekerja anak harus dianalisis dandiartikulasikan dalam setiap proses PRSP Indonesia,terutama penilaian kemiskinan partisipatif,pengkajian kebijakan/program dan perumusanstrategi. Selain itu, ILO juga merekomendasikandimasukkannya pekerja anak (anak-anak berusia 10sampai 14 tahun dalam ketenagakerjaan) sebagaisalah satu indikator dalam indikator kinerjapengentasan kemiskinan dalam PRSP, bersamadengan tingkat bekerja tenaga kerja muda (berusia15-17 dan 18-24) yang diperlukan untuk SasaranPembangunan Milenium (Millenium DevelopmentGoals/MDGs). Sebagaimana dibahas sebelumnya,prevalensi pekerja anak sangat erat kaitannyadengan tingkat pertumbuhan ekonomi yangmemihak kepada kaum miskin. Meskipun PRSPdimaksudkan untuk dapat mengentaskankemiskinan dengan cara mengintensifkan upaya kearah pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepadakaum miskin, indikator pekerja anak yang dapatmengukur dampak pengentasan kemiskinan untukkaum miskin di tingkat rumah tangga harusdiperkenalkan.

Aspek penting lain yang berkaitan denganindikator pekerja anak adalah bahwa indikatortersebut dianggap sebagai kontra indikator dariindikator pendidikan seperti tingkat partisipasisekolah, tingkat kehadiran dan proporsi anaksekolah yang bergerak dari level (grade) satu hinggalima. Walaupun indikator-indikator pendidikanmenunjukkan perkembangan posit i f kearahpengembangan sumber daya manusia, indikatorpekerja anak memperlihatkan adanya beberapavariabel yang menghalangi keberhasi lanpengembangan sumber daya manusia. Berbagaivariabel yang dapat secara langsung digambarkanoleh prevalensi pekerja anak adalah mutu,

Indikatorpekerja anak

17

Page 21: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

kemudahan akses, keterjangkauan, relevansipendidikan dengan masyarakat miskin danterpinggirkan, serta sikap orangtua terhadappendidikan anak-anak mereka. Variabel-variabel inisecara terpisah bisa memainkan peran pentingdalam menentukan kesempatan anak-anak untukmelanjutkan pendidikan dan/atau memasuki duniakerja. Dengan mengukur kemajuan positif dannegatif dari pengembangan sumber daya manusia,yang merupakan dasar kemampuan nasional dalammemerangi kemiskinan, kinerja pengentasankemiskinan akan bisa dinilai.

Akhirnya, perlu juga ditekankan di sini bahwabiaya usulan indikator cukup kompetitif. Sampaitahun 1997, Survei Tenaga Kerja Nasional(SAKERNAS) mendefinisikan tenaga kerja dari anak-anak yang berusia 10 tahun keatas, dan datadikumpulkan secara teratur. Pada tahun 1998,batasan usia tenaga kerja direvisi menjadi 15 tahunkarena argumen bahwa pekerja di bawah batasanusia minimum tidak diakui oleh definisi yang adasekarang.17 Melihat kondisi riil yang dihadapi anak-anak berusia di bawah 15 tahun dalam dunia kerja,tampaknya masuk akal untuk memasukkan anak-anak usia 10 tahun ke atas dalam survei tenagakerja sebagaimana sebelumnya.18

Dengan merevisi batasan usia tenaga kerja,data pekerja anak berusia 10-14 dan 15-17 bisadiperoleh dengan mudah dan secara teratur tanpaharus mengeluarkan biaya tambahan untukSAKERNAS. Lebih jauh, data historis juga tersedia,yang bisa memberikan kontribusi dalam penetapanangka yang menjadi target dan proyeksikecenderungannya di masa datang. Adapun angkapaling mutakhir tentang jumlah pekerja anak-anakberusia 10-14 yang diperoleh dari SAKERNAS (2001)yang bisa digunakan sebagai angka dasar adalah6,34%.

Usulan angka dasar

17 Meskipun demikian, Sakernas tetap mengumpulkan data mengenai anak-anak berusia 10-14 tahun dalam sebagai bagian dari tenaga kerja. Tapi,angka ini tidak pernah dipublikasikan sejak tahun 1998.

18 Data resmi mengenai pekerja anak

18

Page 22: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Keterlibatan dan potensi terjerumus ke dalam bentuk-bentukterburuk pekerjaan yang mempekerjakan pekerja anak

Sektor Usia 10-14 Usia 15-17

Pelacuran tidak ada data 27.000

Perdagangan narkoba tidak ada data (Minimum)100.000

Pertanian 912.677 1.702.805Pertambangan 16.182 28.444

Pekerjaan rumah tidak ada data 310.000tangga

Perikanan 31.172 106.383

Konstruksi 6.912 94.623

Manufaktur 209.943 655.311

Total 1.176.886 3.024.566

Sumber: Unger dan Irawan, Kertas Kerja ILO tentang Pekerja Anak diIndonesia, 2002, berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) untuktahun 1999 perkiraan optimis tentang pelacuran dan perdagangannarkoba)

Lampiran 1

19

Page 23: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

Lampiran 2Jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan dan pekerja anak,

1976-1996 dan 1997-2000 (%)

Tahun

197619801986199019961998 Des.1999 Feb.1999 Agt.2000 *

% jumlah

40.1028.0021.6015.1011.3024.2023.5018.2019.00

Angka(juta)

54.242.335.027.222.549.548.437.537.3

Jumlahanak-anak(juta)

15.117.621.021.522.621.7-20.920.2

jumlahanak-anakpada pasarkerja

2.101.982.722.241.921.79-1.521.06

%kelom-pokumur

13.0011.2712.9410.41 8.51

7.91-

6.864.71

Orang yang hidupdalam kemiskinan

Anak-anak berusia 10-14

Yang ada dalampasar kerja

20

Page 24: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Tingkat Partisipasi di SMP

Negara % tingkat pendaftaran

Malaysia 83 (1990)

Filipina 79 (1993)

Thailand 63 (1994)

Indonesia 47 (1995

Sumber: Pendidikan di Indonesia, Bank Dunia, 1998

Lampiran 3

21

Page 25: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak

Lampiran 4

Proyek ini menggabungkan upaya-upayamemperkuat lingkungan yang kondusif pada levelnasional dengan target intervensi membantu anak-anak yang terlibat dalam enam sektor utama sepertitergambar pada peta di bawah ini. Daerah-daerahtersebut diidentifikasi untuk kepentingan intervensiyang didasarkan pada pemahaman mengenaisituasi di daerah-daerah tersebut dalam informasikhusus yang dikumpulkan selama penilaian singkat(rapid assesment) yang baru saja dilakukan.

CakupanGeografis TBP

22

Page 26: (Technical Briefing Notes-TBNs) filePublikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung

Target penghapusan bentuk pekerjaan terburuk pekerja anak didaerah yang dicakup TBP

Sektor

Perdaganganperempuan untukdilacurkan: JawaBarat, Jawa Timur danJawa Tengah

Penjualan,produksi, danperdagangannarkoba:Jakarta

Pertambangan:Kalimantan Timur

Pabrik Alas Kaki:Jawa Barat

Penangkapan ikandi laut dalam:Sumatra Utara

Perkiraanoptimis #yangtermasukdalam WFCLdi provinsiyangdicakup TBP

21,500

15,000

10,000

9,000

7,157

Targetsetelah

5 tahun

17,200

14,000

7,000

1,000

1,000

Targetsetelah

10 tahun

10,750

10,000

0

0

0

Targetsetelah

20 tahun

0

0

0

0

0

23