Tax News 25 Mei 2010

33
Menhut: PPN Log Resmi Dibatalkan Kontan Online.com, 24 Mei 2010 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% terhadap log atau kayu bulat telah dibatalkan. Kepastian ini disampaikan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Zulkifli bilang, pembatalan ini sudah diteken Menkeu Sri Mulyani berdasarkan surat yang dilayangkannya awal April lalu. “Menkeu sudah setuju pembatalan PPN Log dan berlaku bulan ini,” ujarnya. Menurut Zulifli, PPN memang tak seharusnya dikenakan pada log. Sebab akan membebani industri olahan kayu yang membutuhkan bahan baku log. Lagipula, pengenaan PPN ini bisa menimbulkan pajak ganda karena produk jadinya juga dikenai PPN. “Memang tak seharusnya dikenai pajak kecuali produk akhirnya,” kata Menhut. Pembatalan PPN log ini memberi peluang bagi industri untuk meningkatkan produksi sekaligus daya saing produk kehutanan. Manfaatnya bagi pemerintah akan mendukung upaya Kemenhut menambah areal hutan rakyat sebagai salah satu pemasok industri kehutanan. “Penerapan PPN log telah membuat hasil hutan, terutama hutan rakyat menjadi tidak kompetitif. Sekarang kita upayakan akan kompetetif lagi,” tukasnya. Keberatan atas pengenaan PPN terhadap kayu bulat, rotan, bambu, dan getah pinus muncul seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Padahal dalam aturan sebelumnya, yaitu Pasal 4 A UU No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No.8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM, komoditas hasil hutan ini masuk dalam kategori barang strategis sehingga dibebaskan dari PPN. Soal ini ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2007 yang merupakan penjabaran dari UU tadi. “Namun dalam UU PPN yang baru, pasal ini dihapus dan membuat PP nya tidak lagi punya payung hukum,” tukasnya. Ekspor Log sedang dikaji

Transcript of Tax News 25 Mei 2010

Page 1: Tax News 25 Mei 2010

Menhut: PPN Log Resmi Dibatalkan Kontan Online.com, 24 Mei 2010

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% terhadap log atau kayu bulat telah dibatalkan. Kepastian ini disampaikan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Zulkifli bilang, pembatalan ini sudah diteken Menkeu Sri Mulyani berdasarkan surat yang dilayangkannya awal April lalu. “Menkeu sudah setuju pembatalan PPN Log dan berlaku bulan ini,” ujarnya.

Menurut Zulifli, PPN memang tak seharusnya dikenakan pada log. Sebab akan membebani industri olahan kayu yang membutuhkan bahan baku log. Lagipula, pengenaan PPN ini bisa menimbulkan pajak ganda karena produk jadinya juga dikenai PPN. “Memang tak seharusnya dikenai pajak kecuali produk akhirnya,” kata Menhut.

Pembatalan PPN log ini memberi peluang bagi industri untuk meningkatkan produksi sekaligus daya saing produk kehutanan. Manfaatnya bagi pemerintah akan mendukung upaya Kemenhut menambah areal hutan rakyat sebagai salah satu pemasok industri kehutanan. “Penerapan PPN log telah membuat hasil hutan, terutama hutan rakyat menjadi tidak kompetitif. Sekarang kita upayakan akan kompetetif lagi,” tukasnya.

Keberatan atas pengenaan PPN terhadap kayu bulat, rotan, bambu, dan getah pinus muncul seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Padahal dalam aturan sebelumnya, yaitu Pasal 4 A UU No. 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No.8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM, komoditas hasil hutan ini masuk dalam kategori barang strategis sehingga dibebaskan dari PPN. Soal ini ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2007 yang merupakan penjabaran dari UU tadi. “Namun dalam UU PPN yang baru, pasal ini dihapus dan membuat PP nya tidak lagi punya payung hukum,” tukasnya.

Ekspor Log sedang dikaji

Sementara itu, Kemenhut saat ini juga sedang melakukan pengkajian terhadap ekspor log. Kajian dilakukan untuk mengukur seperti apa dampaknya terhadap industri kayu rakyat. “Mudah-mudahan dalam tahun ini hasil kajiannya bisa dirampungkan,”ungkap Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK), Hadi Daryanto.

Sebagai awalan, log yang akan diekspor adalah milik Perum Perhutani yang selama ini kurang diminati pembeli dalam negeri. Tahun lalu BUMN ini kesulitan menjual log jati spesifikasi fancy sebanyak 5.000 meter kubik di dalam negeri. Harga di dalam negeri yang masih berkisar Rp 9-Rp 10 juta per meter kubik membuat pembeli lebih memilih jenis kayu lain yang lebih murah. “Sementara di pasar lelang internasional, log Jati dengan spesifikasi fancy bisa mencapai Rp 20 juta per meter kubik,” kata Dirut Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin dalam kesempatan yang berbeda.

Dari ekspor kayu milik Perhutani ini saja, Upik memperkirakan potensi devisa yang bisa dikantongi sebesar Rp750 miliar. Sementara pendapatan Perhutani bisa mencapai Rp3 triliun

Page 2: Tax News 25 Mei 2010

Setelah Perhutani, ekspor log akan ditujukan bagi kayu yang berasal dari hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang diperkirakan enam tahun mendatang bisa mulai dipanen.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9278&q=&hlm=1

Tjiptardjo Minta Proses Hukum PHS Tak DiintervensiKoran Tempo, 24 Mei 2010

Jakarta -- Direktorat Jenderal Pajak meminta Panitia Kerja Perpajakan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat tak mengintervensi penanganan kasus restitusi pajak fiktif PT Permata Hijau Sawit. Apalagi, kata Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo, proses hukum kasus pidana restitusi pajak menggunakan faktur pajak fiktif senilai Rp 300 miliar itu telah masuk tahap penyidikan.

Meski demikian, Tjiptardjo mempersilakan Panitia Kerja Pajak meminta Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa penanganan kasus restitusi pajak fiktif PHS tersebut. "Kalau bapak-bapak mengetahui adanya penyimpangan, mau menggunakan BPK silakan, itu koridor hukum," kata Tjiptardjo dalam rapat dengar pendapat dengan Panitia Kerja Pajak di Senayan, Jakarta, pekan lalu.

Sebagai Direktur Jenderal Pajak, Tjiptardjo memastikan bahwa penanganan restitusi pajak fiktif PHS sudah sesuai dengan prosedur dan tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh aparat Pajak. Karena itu, Tjiptardjo menegaskan, dirinya akan melanjutkan penyidikan restitusi pajak fiktif PHS ini. "Saya akan jalan terus," katanya. Ia mengungkapkan, dalam penanganan kasus PHS ini, sudah ada saksi yang dipanggil dan terbukti menjual faktur tanpa adanya transaksi. "Saksi-saksi itu sudah dijebloskan ke penjara," katanya.

Menurut Tjiptardjo, pihaknya menyidik PHS ini tidak langsung ke PHS, namun melalui jalan memutar. "Sesudah fakta-fakta diperoleh, baru dilakukan penyidikan. Jadi yang kami lakukan sudah cukup memadai," katanya. Selain itu, kata dia, PHS sudah diberikan kesempatan membetulkan laporan SPT. Tapi, kata dia, PHS ngotot tidak mau membetulkan dan merasa benar.

Saat ini, kata dia, proses penyidikan PHS masih dalam proses dan data-data sedang dikumpulkan. "Jadi belum sampai titik akhir," katanya. Penanganan kasus restitusi pajak fiktif ini, dia menambahkan, sudah dalam koordinasi dengan Markas Besar Kepolisian RI. "Begitu saya menyidik, saya sudah memberi tahu Kejaksaan via Polri, setiap langkah kami dibina Mabes Polri," katanya.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9276&q=&hlm=1

Pemerintah Hitung Pengaruh Tax HolidayKoran Tempo, 24 Mei 2010

Jakarta - Pemerintah tengah mengkaji pemberian fasilitas pembebasan pajak sementara waktu atau tax holiday untuk menarik investasi langsung ke Indonesia. "Menteri Keuangan setuju membentuk tim mengkaji insentif itu," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa di kantornya, Jumat pekan lalu.

Menurut Hatta, tim akan mengkaji pengaruh tax holiday dan insentif lainnya terhadap fiskal pemerintah, termasuk berapa besaran insentif diberikan, dan seberapa besar dampaknya menyerap tenaga kerjanya.

Page 3: Tax News 25 Mei 2010

Hatta mengatakan, pemerintah memperhatikan serius pengkajian insentif ini karena banyak sekali investasi asing yang masuk skala besar, yang meminta pemberian tax holiday. Ia mencontohkan investasi perusahaan baja asal Korea Selatan, Pohang Steel and Iron Company, yang akan bekerja sama dengan Krakatau Steel membangun pabrik baja senilai US$ 6 miliar. "Mereka bicara insentif, bicara tax holiday," katanya.

Menurut Hatta, untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 7 persen dari produk domestik bruto, diperlukan investasi Rp 2.000 triliun setiap tahunnya. Angka itu akan terus meningkat hingga Rp 3.000 triliun pada 2014. Penanaman modal langsung asing maupun dalam negeri sangat diandalkan. Sebab, "(investasi) Belanja APBN kira-kira hanya 14-17 persen," ujarnya.

Selasa pekan ini, Hatta mengungkapkan, ia akan bertemu dengan Menteri Commercial Amerika Serikat, yang akan membawa pimpinan OPIC Overseas Private Investment Corporation, pengurus investasi Amerika di luar negeri. "Kami sudah melakukan kesepakatan," katanya.

Selain itu, kata dia, Jepang tertarik mengembangkan kawasan ekonomi di koridor Karawang dan Bekasi. "Jadi tren masuknya investasi ke Indonesia saat ini besar sekali," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan mengatakan, kebijakan fiskal penting guna mendongkrak investasi ke Indonesia. "Negara-negara lain yang terbukti bisa mendatangkan investasi dengan skala besar itu sudah menyikapi dengan kebijakan-kebijakan fiskal yang tepat," katanya.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9275&q=&hlm=1

PPN Log Dihapus Media Indonesia.com, 24 Mei 2010

JAKARTA--MI: Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menegaskan Kementerian Keuangan menerima usulan Kementerian Kehutanan untuk menghapus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kayu bulat (log).

Di akhir-akhir masa jabatannya, kata Menteri Kehutanan di Jakarta, Minggu (23/5), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah meneken surat pembatalan Peraturan Menkeu soal penerapan PPN log. "Ya, Ibu Ani sudah setuju membatalkan PPN log. Aturan itu berlaku bulan ini. Ini bagus karena tidak akan membebani industri. Soalnya bahan baku memang tak seharusnya dikenai pajak, kecuali hasil akhir produknya," kata Menhut.

Dengan pembatalan PPN log ini, kata dia, industri berkesempatan untuk meningkatkan produksi, sekaligus daya saing produk kehutanan. Menhut Zulkifli Hasan juga menyebut jika PPN log tidak di batalkan, upaya Kemenhut menambah areal hutan rakyat sebagai pemasok utama industri kehutanan akan terganggu. "Ini bagus untuk industri kehutanan. Apalagi log atau kayu bulat itu bahan baku. Hutan rakyat kini makin luas, pasokan kayunya juga besar," katanya.

Pengenaan kembali PPN Log, kata Menhut, hanya membuat hasil hutan, terutama hutan rakyat, menjadi tidak kompetitif. "Sekarang kita upayakan makin kompetetif lagi," kata Zulkifli Hasan. Sebelumnya, kalangan pebisnis di sektor kehutanan juga telah mengajukan keberatan atas pengenaan PPN terhadap kayu bulat dan komoditas hasil hutan lainnya seiring dengan pemberlakukan secara efektif Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN

Page 4: Tax News 25 Mei 2010

dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Ketua Umum Masyarakat Perhutanan Indonesia (MPI), Sudradjat DP menyatakan pengenaan PPN terhadap kayu bulat dan hasil hutan bisa menekan daya saing produk hasil hutan. Pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk komoditas kehutanan jelas tidak adil dan akan menekan daya saing produk hasil hutan.

Sebelumnya, log dan sejumlah komoditas hasil hutan seperti rotan, bambu, dan getah pinus masuk dalam kategori barang strategis, sehingga dibebaskan dari PPN. Hal itu, kata dia, diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) 7/2007 yang merupakan penjabaran dari Pasal 4 A UU 18/2000 tentang Perubahan Kedua atas UU 8/1983 tentang PPN dan PPnBM.

Namun, dalam beleid PPN yang baru No.42/2009, Pasal 4A dihapus dan membuat PP 7/2007 tidak lagi punya payung hukum. Penetapan jenis barang yang bebas dari PPN kemudian diatur di dalam UU 42/2010. "Sayangnya kayu bulat dan hasil hutan tidak termasuk yang ditetapkan sebagai barang bebas PPN," ujarnya.

Menurut Sudradjad, pengenaan PPN untuk hasil hutan juga dinilai tidak adil karena jenis barang lain dengan karakteristik sama, yakni belum diolah dan diambil langsung dari sumbernya, seperti bahan tambang, justru dibebaskan dari PPN. "Undang-undang tersebut diskriminatif terhadap sektor kehutanan. Apa bedanya bahan tambang dengan kayu bulat? Sama-sama belum diolah dan diambil langsung dari sumbernya, tapi kenapa hanya bahan tambang bebas PPN?"http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9271&q=&hlm=1

Ditjen Pajak bangun kulturHarian Bisnis Indonesia, 24 Mei 2010

JAKARTA: Wahyu Tumakaka, Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (Kitsda) Ditjen Pajak, tengah menyusun strategi untuk membangun kultur yang lebih baik di lembaganya itu.

Pembangunan kultur, yang disebut sebagai kultur bermartabat itu, merupakan bagian dari transformasi sumber daya aparatur di Ditjen Pajak.

Dengan kultur tersebut, dia berjanji petugas pajak akan lebih terbuka kepada wajib pajak dan tidak lagi bersikap otoriter dalam menyelesaikan sebuah sengketa pajak.

"Kami ingin membangun culture value dalam organisasi agar setiap orang merasa diawasi dalam sebuah sistem," katanya kepada Bisnis, pekan lalu.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9267&q=&hlm=1

Kerahasiaan data WP perlu aturan rinciHarian Bisnis Indonesia, 24 Mei 2010

JAKARTA: Ketentuan kerahasiaan data wajib pajak yang diatur dalam pasal 34 Undang-Undang No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) harus diatur secara lebih detail, karena dinilai masih terlalu umum.

Darussalam, pengamat perpajakan internasional dari Tax Center Universitas Indonesia,

Page 5: Tax News 25 Mei 2010

mengatakan berdasarkan best practice di negara-negara maju, kerahasiaan data wajib pajak yang dilindungi oleh UU adalah data wajib pajak yang terkait dengan transaksi yang mempunyai tujuan bisnis yang baik (bonafide business principle).

"Di negara maju, ketentuan kerahasiaan data wajib pajak itu memang ada, tetapi [diatur] dengan kriteria yang jelas," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Menurut dia, ketentuan kerahasiaan data wajib pajak di Indonesia masih bersifat umum sehingga perlu diatur lebih detail lagi perihal dalam kondisi apa data wajib pajak boleh dibuka kepada DPR atau BPK.

"Prinsipnya sepanjang wajib pajak melakukan transaksi bisnisnya dengan bonafide business principle, kerahasiaan data wajib pajak harus dilindungi terhadap akses pihak ketiga," jelasnya.

Pasal 34 Ayat 1 UU KUP menyebutkan setiap pejabat Direktorat Jenderal Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak.

Tolak berikan data

Masalah kerahasiaan data wajib pajak ini kembali disoal setelah pihak Ditjen Pajak menolak memberikan data-data terkait dengan tunggakan pajak dan penanganan kasus penyidikan pajak kepada anggota Panja Perpajakan Komisi XI DPR.

Ketua Panja Perpajakan Melkias Markus Mekeng mengatakan petugas pajak selama ini cenderung menyalahgunakan keberadaan Pasal 34 UU KUP yang mengatur perihal kerahasiaan data wajib pajak.

"Ditjen Pajak menggunakan Pasal 34 untuk hal-hal yang tidak dibenarkan dalam rangka penyalahgunaan wewenang. Ini kebobrokan dalam Ditjen Pajak yang menyebabkan terjadinya praktik mafia pajak. Ini harus dibongkar," katanya pekan lalu.

Darussalam menambahkan kerahasiaan data wajib pajak bisa diabaikan untuk kepentingan perpajakan.

"Kerahasiaan data bank yang terkait data wajib pajak dapat ditiadakan untuk kepentingan perpajakan." http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9266&q=&hlm=1

Investasi swasta jadi andalanHarian Bisnis Indonesia, 24 Mei 2010

Pemerintah kaji pemberian tax holiday               JAKARTA: Pemerintah menargetkan 50% dari kebutuhan investasi untuk tahun depan yang dipatok sebesar Rp2.243,8 triliun dapat dipenuhi oleh pihak swasta.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan porsi pemerintah yang dicerminkan melalui belanja pemerintah dalam anggaran pendapatan dan belanja negara

Page 6: Tax News 25 Mei 2010

(APBN) hanya mencakup 14%-17% dari kebutuhan total investasi.

"Yang kita andalkan swasta, baik domestik maupun asing. Kalau lihat tren investasi yang naik, optimistis 50% dari investasi itu bisa diambil dari swasta," ujarnya pekan lalu.

Menurut Hatta, belakangan ini terlihat minat swasta untuk menanamkan dana mereka di Indonesia terus meningkat, khususnya di bidang energi, minyak dan gas bumi, serta manufaktur.

Namun, para investor tersebut meminta pemerintah memberikan insentif, salah satunya berupa pembebasan pembayaran pajak penghasilan (PPh) dalam waktu tertentu atau yang biasa dikenal dengan tax holiday.

Mengenai permintaan insentif itu, Hatta menyebutkan pemerintah sepakat untuk membentuk tim untuk mempelajari investasi di bidang apa saja yang memerlukan insentif. Pengkajian akan dilakukan dari skala kebutuhan, dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja, dan sejauh mana pengaruhnya ke fiskal pemerintah.

Dalam rencana anggaran pendapatan belanja negara (RAPBN) 2011, pemerintah memperkirakan kebutuhan investasi tahun depan Rp2.243,8 triliun.

Adapun, total akumulasi kebutuhan investasi selama 5 tahun mendatang dipatok Rp11.913,2 triliun hingga Rp12.462,6 triliun, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun.

Hatta yakin investasi di sejumlah bidang, khususnya energi, akan tumbuh tinggi karena Indonesia memiliki potensi dan kebutuhan yang besar di sektor tersebut, terutama energi terbarukan.

Besok, akan ada kunjungan Menteri Perdagangan AS Gary Locke bersama 40 delegasinya khusus untuk mendiskusikan mengenai energi terbarukan tersebut.

"Negara-negara lain minatnya juga besar di sektor lain seperti Jepang, tertarik membangun koridor untuk manufaktur dan pelabuhan-pelabuhan baru. Jadi kebutuhan investasi Rp2.243 triliun kami optimistis tercapai, belum lagi kontribusi dari investasi BUMN kita," kata Hatta yakin.

Relatif ambisius

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan berharap Kementerian Keuangan, di bawah kepemimpinan Agus Martowardojo, bisa meningkatkan peran fiskal dalam pengembangan investasi, antara lain melalui kebijakan tax holiday.

"Kami berharap adanya penyikapan fiskal, siapa pun menteri keuangannya, untuk mendukung program investasi yang relatif ambisius," ujarnya melalui pesan singkat kepada Bisnis, kemarin.

Salah satu dukungan fiskal yang diharapkan BKPM berupa kebijakan tax holiday yang diyakini dapat meningkatkan daya saing investasi di Indonesia.

Page 7: Tax News 25 Mei 2010

Dengan masuknya Agus dalam Kabinet Indonesia Bersatu II sebagai menteri keuangan, Gita melihat peluang yang lebih besar untuk merumuskan bersama kebijakan tersebut dengan melibatkan sejumlah menteri terkait.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9265&q=&hlm=1

Tujuh Tersangka Pajak Pekan Ini Disidang Harian Seputar Indonesia, 23 Mei 2010

SURABAYA(SI) – Instansi penegak hukum di Surabaya bergerak cepat dalam menangani kasus pajak. Ini dibuktikan dengan tujuh tersangka yang berkasnya sudah sampai ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

Jika tak ada aral, pada pekan ini kasusnya segera disidang. Ketujuh tersangka ini merupakan komplotan Fatchan, tersangka yang pertama berhasil ditangkap Polwiltabes Surabaya. Mereka adalah Fatchan,45,warga Jalan Medayu Utara XIII; M Mutarozikin, 33, asal Jalan Mutiara, Perum GKB Driyorejo, Gresik; Gatot Budi Sambodo, 42, warga Jalan Dinoyo Langgar, Surabaya; Herlius Widhia Kembara, 26, Jalan Gunung Anyar, Surabaya; Totok Suratman, 37, warga Jalan Kalidami, Surabaya; M Soni, 35, warga Kendangsari XI, Surabaya; dan Siswanto, 35, warga Taman Pondok Legi IV,Waru,Sidoarjo. ”Berkas mereka sudah kami serahkan ke PN Surabaya.

Mungkin pekan ini sudah ada penunjukan majelis hakim dan ketetapan waktu sidangnya,” kata Kasi Tindak Pidana Umum (Pidum) Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya I Gde Ngurah Sriada. Meski kasus mereka pada satu objek, yaitu penggelapan pajak Wajib Pajak (WP) PT Putra Mapan milik David Sentono,tapi berkas mereka dipisahkan. Pemisahan berkas menjadi tujuh sesuai jumlah tersangka ini karena masing- masing tersangka punya peran berbeda. ”Selain itu, antara satu tersangka dengan tersangka lainnya, ternyata ada yang tidak saling kenal,”urai Sriada.Boleh dibilang jaringan penggelapan pajak yang mereka lakukan ini merupakan jaringan terputus.

Sebenarnya dalam kasus ini masih ada satu berkas lagi yang belum diserahkan ke PN Surabaya. Berkas tersebut atas nama, Iwan Rosidi, 28, warga Tropodo, Waru, Sidoarjo. Berkas Iwan masih dalam tahap penelitian di kejaksaan. Pasalnya, beberapa waktu lalu kejaksaan sempat mengembalikan berkas dengan petunjuk atau P19. Sementara dalam kasus tujuh tersangka yang sebentar lagi disidangkan, Sriada telah menunjuk Djoko Pranoto sebagai jaksa penuntut umum (JPU).Para tersangka ini sama-sama akan dijerat Pasal 372, 378, dan 263 KUHP.Mereka telah menimbulkan kerugian korban hingga Rp933 juta. Seperti yang telah diketahui, kasus penggelapan pajak dila-kukan selama tiga tahun, sepanjang 2007–2009.Mereka menipu David dengan memalsukan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT).

David baru sadar tertipu ketika hendak minta pemindahan pembukuan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surabaya Wonocolo. Mereka memanfaatkan kepercayaan konsultan pajak PT Putra Mapan, Agustri Junaidi, untuk membayarkan pajak.Namun,uang pajak tidak diberikan ke Kantor Pelayanan Pajak,melainkan untuk kepentingan para tersangka. Mereka membuat SPT palsu untuk meyakinkan wajib pajak. Terkait berkas dari Enang Ynyo Untoro dan Hermanto, kejaksaan sudah melakukan penelitian. Untuk saat ini berkasnya dikembalikan ke penyidik Polwiltabes Surabaya karena masih ada beberapa hal yang perlu dilengkapi. ”Kami masih menunggu pengembalian berkas mereka,”kata Sriada.

Page 8: Tax News 25 Mei 2010

Sementara untuk berkas tiga tersangka lainnya, yakni Sudarmono, Eni Rusdiana, dan Herman Susilo, Sriada mengaku belum menerima pelimpahan. Setelah adanya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP), belum ada penyerahan berkas dari penyidik Polwiltabes Surabaya. Terpisah,Ketua PN Surabaya I Nyoman Gede Wirya mengaku telah menerima pelimpahan berkas para tersangka pajak itu. Pihaknya telah menunjuk majelis hakim yang menyidangkan perkara tersebut di antaranya Totok Suratman, yang akan menjalani sidang dengan majelis hakim yang diketuai Bambang Pramudyanto. Di sisi lain, Fatchan disidang dengan majelis hakim yang diketuai Binsar Palopo Pakpahan, sedangkan Mutarozikin berhadapan dengan majelis hakim yang diketuai Ali Makki.

Sementara itu, Hakim IGB Oka Diputra akan memimpin sidang Gatot Budi Sambodo dan Herlius Widhia Kembara yang dihadapkan pada Hakim Ketua Dedeh Suryanti. ”Nanti biar majelis hakimnya yang mengatur jadwal persidangan, tapi kemungkinan akan dilakukan pada pekan ini,”tandas Wirya.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9270&q=&hlm=1

Pajak Tinggi, Investor Tambang Kabur dari AustraliaDetik Finance.com, 23 Mei 2010

Sydney - Investor asing di sektor pertambangan melarikan diri dari Australia setelah pemerintah negeri Kanguru itu memutuskan untuk menerapkan pajak sebesar 40% dari laba perusahaan pertambangan mulai Juli 2012.

Direktur Eksekutif  Fortescue Metals Group (FMG.AX),  Andrew Forrest menyatakan sektor pertambangan telah menyelamatkan Australia dari krisis ekonomi seperti dialami Yunani, namun sayangnya kehadiran aturan pajak yang baru itu justru akan menghambat investasi ke depan.

Dalam wawancarannya dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Minggu (23/5/2010), Forrest menyatakan saat ini para bankir telah menarik diri dari proyek-proyek baru yang sudah direncanakan oleh perusahaan sejak aturan pajak baru itu diumumkan pemerintah, sementara perusahaan tambang yang asetnya dimiliki Australia benar-benar  terpukul di pasar saham.

"Lihatlah mereka melarikan diri dari Australia. Anda dapat lihat seluruh nilai saham perusahaan tambang yang asetnya dimiliki Australia. Anda juga dapat harga saham perusahaan-perusahaan dengan aset di luar negeri. Mereka bisa tetap stabil," ujar Forrest seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/5/2010).

"Sektor pertambangan juga telah menyelamatkan kita dari situasi yang dialami Yunani. Sektor ini menjadi kekuatan yang mendorong kita melalui krisis keuangan global. Sekarang kita tidak memiliki kemampuan untuk berinvestasi, sumber dana yang diperlukan untuk mendukung proyek-proyek masa depan hilang," imbuh Forrest.

Para pengamat mengatakan Fortescue Metals Group termasuk di antara yang paling terpukul oleh aturan pajak baru yang diputuskan pemerintah pada awal bulan ini.

Penerapan pajak 40% untuk laba perusahaan pertambangan mulai Juli 2012 itu dilakukan guna memperoleh dana AUD 12 miliar (US$11,1 miliar) pada dua tahun pertama aturan itu diterapkan.

Page 9: Tax News 25 Mei 2010

Sejak aturan ini diumumkan perusahaan-perusahaan pertambangan, termasuk Fortescue, menangguhkan proyek-proyek investasi yang besar.

Forrest mengatakan struktur pajak baru berarti perusahaan harus membayar pajak sebelum mereka melunasi pinjaman dan bunga  ke bank, sehingga mustahil untuk meningkatkan pembiayaan untuk proyek-proyek baru.

Menurut Forrest, perbankan telah menarik diri dari beberapa proyek yang direncanakan Fortescue, termasuk proyek Solomon Hub di negara bagian Australia Barat senilai US$ 9 miliar. http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9269&q=&hlm=1

Lesu Terbentur Pajak dan Pungli Harian Seputar Indonesia, 23 Mei 2010

SURABAYA (SI) – Pertumbuhan ekonomi kota-kota di Indonesia cenderung lambat.Ini adalah buntut dari ketidakmampuan pemerintah daerah berinovasi menarik investor.Fenomena ini terjadi juga di Surabaya.

Pertumbuhan investasi di Surabaya cenderung melempem. Dalam setahun,volume investasi di Kota Pahlawan hanya berkutat di kisaran 5%. Ketika mengingat posisi geografis Kota Pahlawan, angka itu tentu memprihatinkan. Pasalnya, di level nasional pertumbuhan investasi mencapai 40%. Sebagai kota besar kedua di Indonesia setelah Jakarta, seharusnya pertumbuhan investasi Surabaya tak jauh-jauh dari margin tingkat nasional. Menurut Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura,Ali Wardana, fenomena lesunya iklim investasi di Surabaya ini terjadi lantaran pemerintah daerah kurang memberikan kesempatan maksimal pada investor yang ingin menumbuhkembangkan modal mereka.

Seharusnya, kelebihan letak geografis Surabaya bisa dimanfaatkan secara maksimal.Apalagi, menurut Ali,secara geografis Surabaya lebih menguntungkan daripada Singapura. Dengan hitung-hitungan paling sederhana, seharusnya investasilebihbanyakmengalirke Kota Buaya daripada di Negeri Singa. Namun, fakta yang terjadi justru sebaliknya, investasi di Singapura lebih bergairah daripada Surabaya.“ Banyak peluang yang sebenarnya bisa diambil Surabaya, misalnya pariwisata dan agrobisnis,” tukas Ali Wardana. Menurut beberapa kajian terhadap investasi, menurut Ali, pemerintah Surabaya kurang memperhatikan dua peluang yang disebutnya itu. Sebenarnya banyak investor yang tertarik datang ke Surabaya.

Namun, setelah melihat iklim dan peluang di Surabaya, mereka mengurungkan minat. Sebab,umumnya mereka menilai proses penanaman modal di Surabaya sangat berbelit. Pajak yang dibebankan juga terlalu tinggi. Buntutnya, mereka ”lari” dan memilih wilayah lain yang lebih menjanjikan.Kepastian hukum juga belum memihak pada investor. “Saya sudah membawa tiga investor ke Surabaya, tapi mereka tidak jadi berinvestasi karena prosesnya sulit,”ujar Ali. Rasa prihatin atas minimnya pertumbuhan investasi ke kotakota di seluruh Indonesia juga menyelimuti wakil rakyat yang berkantor di gedung Dewan. Berangkat dari kegelisahan itulah para legislator dari beberapa kota di Indonesia membahas persoalan tersebut dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-IX Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi) yang berlangsung di Surabaya, 14–16 Mei lalu.

Melalui forum tersebut, lahir kesepakatan untuk menarik investor di daerah,khususnya

Page 10: Tax News 25 Mei 2010

kota,agar ekonomi tumbuh sehat dan cepat. “Kami bertekat membawa investor masuk ke daerah,” ucap Ketua Adeksi Wishnu Wardhana yakin. Upaya “merayu” investor ini adalah rekomendasi yang lahir dalam Rakernas.Pasalnya,para legislator menilai,selama ini banyak investor lari dari Indonesia karena pelayanan untuk mereka tidak memuaskan. Beban pajak yang harus mereka tanggung terlalu tinggi.Belum lagi masih langgengnya fenomena pungutan liar (pungli) yang dilakukan oknum di pemerintahan yang menangani perizinan. Demi menyajikan kemudahan investasi, seluruh anggota Adeksi –memanfaatkan fungsi legislasi mereka sebagai wakil rakyat– diinstruksikan agar menyiapkan rancangan peraturan daerah (raperda) inisiatif DPRD tentang insentif bagi investor.

“Raperda ini akan mempermudah investor,” ucap Wishnu. Ketua DPRD Surabaya ini menuturkan, para legislator sangat berniat mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang sehat dan pesat setelah mendapat banyak pengaduan dari investor. Para pemilik modal merasa dipersulit oleh berbagai macam peraturan yang berlaku saat ini. Apalagi, pajak yang dipungut terlalu tinggi. Untuk membuktikan niatan mempermudah investor, dalam raperda juga dicantumkan item, di mana pajak yang dibebankan pada investor hanya 0%. Luar biasa ringan. Namun, kalau usulan tersebut disetujui, itu akan diterapkan bertahap. Minimal di tahap awal ada potongan pajak sampai 50%.

”Jurus” ini menyadur kebijakan yang diterapkan di Singapura dan Cina. Kedua negara tersebut jadi besar setelah investor berlomba- lomba tanam modal, begitu kedua negara tersebut memutuskan untuk meminimalisasi pajak untuk pemilik modal yang berinvestasi. Dampak dari kebijakan ini pun sangat kentara sekarang. Dua negara tersebut jadi raksasa ekonomi di Asia.Produk-produk kedua negara itu tersebar merata ke seluruh dunia, apalagi setelah perdagangan bebas resmi diterapkan. Trik untuk menumbuhkan ekonomi seperti itulah yang coba disadur oleh kota-kota di Indonesia,termasuk Surabaya. Menjadi raksasa ekonomi memang idaman setiap wilayah.“Kami akan memberikan pelayananterbaikbagiinvestor.

Mereka harus dimanja, asal tidak merugikan pihak lain,”tutur Wishnu. Wakil Ketua DPRD Surabaya Akhmad Suyanto juga mengakui kalau proses investasi di Surabaya sangat sulit.Perizinannya lama dan pajaknya menjulang tinggi.Untuk menarik investor ke Surabaya,Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini berharap ada perubahan sistem, misalnya proses perizinan lebih cepat serta pelayanan dipermudah. Memang,di Surabaya ada Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) yang dibangun untuk menyajikan kemudahan penanaman modal.Namun, dalam prakteknya tetap saja otoritas yang menandatangani setiap keputusan adalah masing-masing Kepala Dinas yang berwenang. Dengan begitu, masih banyak mata rantai yang harus dilalui.

Nah,ketika sistem berbelit ini masih berlaku,peluang terjadinya pungli di setiap pos pengurusan masih terbuka lebar. “Kalau ingin memanggil investor, mata rantai proses investasi harus diputus,”tegas pria yang akrab disapaYanto itu. Memang, seiring berjalannya waktu,Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai melakukan pembenahan demi menyuguhkan kemudahan investasi. Salah satunya dengan mendirikan Dinas Penanaman Modal dan Investasi di jalan Kasuari. Maksudnya, agar dalam mengurus investasi bisa lebih ringkas karena hanya ditangani satu dinas.

Namun, Dinas tersebut baru saja lahir dan kerjanya pun belum kelihatan mencorong.Dewan pun menyarankan agar Dinas segera menunjukkan ”taringnya” supaya kemudahan alur investasi benarbenar terwujud dan investor berbondong- bondong boyongan ke Surabaya.

Page 11: Tax News 25 Mei 2010

http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9268&q=&hlm=1

Tanah Hilang tapi Tetap Bayar PajakKoran Tempo, 22 Mei 2010

PURWOKERTO -- Sekitar 50 petani di Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor, Purwokerto, yang tanahnya hilang akibat erosi Sungai Serayu, masih diwajibkan membayar pajak. Padahal tanah mereka kini hampir lenyap tergerus arus sungai akibat penambangan pasir.

"Kami harus membayar pajak atas tanah kami yang hilang," tutur Pramono Hadi, 46 tahun, petani Desa Srowot, kemarin. Dulu dia mempunyai tanah seluas 2.800 meter persegi. Akibat erosi, luas tanahnya kini tinggal sekitar 900 meter persegi. "Tiap tahun saya harus membayar pajak Rp 35 ribu," tuturnya.

Hal yang sama dialami Lana Suwarjo, 45 tahun. Tanahnya lenyap sejak muncul penambangan pasir pada sekitar 1970. Waktu itu lebar Sungai Serayu masih 100 meter. Akibat penambangan pasir, lebarnya kini menjadi sekitar 400 meter. "Kerugian ditaksir mencapai Rp 1 miliar," katanya.

Akibat dari praktek penambangan juga mengancam rumah milik 200 warga di sepanjang aliran sungai yang jaraknya semakin dekat sungai. "Kami minta pemerintah tegas menangani penambangan pasir yang tak terkendali," kata Tugiman, warga lain di kawasan itu.

Menurut dia, petani telah meneken perjanjian bersama dengan penambang pasir dan pemerintah. Namun penambang melanggar perjanjian, tanpa mendapat teguran dari pemerintah. "Hari ini kami melayangkan surat ke Dewan Sumber Daya Air Nasional, karena keluhan kami tidak ditanggapi," dia menambahkan.

Aktivis lingkungan Komunitas Peduli Slamet, Sungging Septifianto, meminta pemerintah memikirkan reklamasi daerah aliran sungai yang tingkat erosinya parah. "Kalau tidak segera direklamasi, tanah yang hilang bertambah luas," katanya.

Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air Serayu-Citanduy, Purwadi, mengatakan 60 persen penambang di Sungai Serayu tidak berizin. "Hanya 40 persen dari total 150 penambang pasir yang mempunyai izin," katanya.

Sementara itu, sedimentasi di Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman, Mrica, Banjarnegara, diperkirakan mencapai 84 juta meter kubik. Untuk mengurangi laju sedimentasi itu, perlu dilakukan reboisasi hutan di Dataran Tinggi Dieng. "Setiap tahun, sedimen yang masuk diperkirakan 4,2-4,5 juta meter kubik," tutur Gunawan, Humas PT Indonesia Power Unit Pembangkit Mrica.

Gunawan mengatakan, sedimentasi itu dipicu oleh semakin kritisnya hutan di bagian hulu. Sedimentasi itu, selain mengganggu produksi listrik, mengganggu pasokan air pada saluran irigasi wilayah Banjarnegara, Purbalingga, hingga Cilacap.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9264&q=&hlm=2

Menjadikan kartu NPWP sebagai previlege cardHarian Bisnis Indonesia, 22 Mei 2010

Page 12: Tax News 25 Mei 2010

Pemerintah harus berani merubah konsep dasar pajak               Marah betul para pembayar pajak yang telah menyampaikan surat setoran pajak (SSP) dan surat pemberitahuan tahunan (SPT) Maret lalu, ketika mengetahui adanya praktik mafia pajak yang dilakukan Gayus Tambunan dkk.

Mereka tidak menyangka bahwa tiap rupiah yang dibayarkan untuk negara, ternyata diselewengkan sendiri oleh aparatur Ditjen Pajak yang telah mendapatkan kenaikan gaji luar biasa.

Kampanye bertema Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya ternyata bertepuk sebelah tangan. Ketika wajib pajak melunasi kewajibannya, ternyata pemerintah sendiri gagal mengawasi aparaturnya. Tidak heran jika kemudian muncul gerakan penolakan sekelompok masyarakat untuk memenuhi kewajiban membayar pajak.

Terlepas dari upaya Menteri Keuangan untuk melakukan pembersihan habis-habisan di "rumah"-nya saat ini, kekecewaan masyarakat-khususnya para pembayar pajak-atas kasus Gayus telah meruntuhkan kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah melakukan pengawasan dan penindakan terhadap aparatur yang korup.

Oleh sebab itu, selain segera melakukan perbaikan sistem pengawasan internal dan pemberian sanksi yang keras kepada para pelaku, pemerintah harus segera bertindak memulihkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan kinerja aparat pemerintah, sehingga dalam skala besar tidak terjadi pembangkangan besar-besaran (public disobedience).

Sudah waktunya pemerintah mulai bertindak sebagai perusahaan produk konsumsi yang sangat menghargai kepuasan pelanggan. Jangan lagi melihat wajib pajak sebagai "sasaran" yang harus "setor" ke negara dan bisa "diperas" oleh aparat kalau ada kesalahan.

Tempatkanlah para pemilik nomor pokok wajib pajak (BPWP) seperti pemegang kartu Prioritas Bank Mandiri yang mendapatkan ruangan khusus untuk transaksi, mendapat minuman segar dan berbagai kemudahan.

Sangat jarang pejabat pemerintah berpikir sebagai orang bisnis. Padahal para wajib pajak juga orang yang punya rasa. Bukan sekadar nama dengan nomor NPWP dan jumlah pajaknya. Sikap mendekati pelanggan, membujuk mereka untuk mau mendengar, mengarahkan mereka agar mau membeli, sampai akhirnya memelihara mereka sebagai sumber pendapatan jangka panjang tidak pernah dilakukan.

Yang sangat jelas terlihat adalah upaya menambah jumlah wajib pajak dengan pendekatan mengingatkan kewajiban melalui kampanye yang bersifat menekan, memaksa, dan mempermalukan dengan semboyan, "Apa kata dunia?"

Pemerintah harus berani mengubah konsep dasar pajak sebagai sekedar kewajiban menjadi pajak adalah alat tukar jasa (trade-off) dengan kualitas pelayanan publik. Di negara maju, rakyatnya sudah sangat sadar bahwa mereka berhak menggugat kualitas pelayanan publik karena mereka dengan tegas mengatakan bahwa saya dalah pembayar pajak (tax payer) dan gaji anda (aparat) semua dibayar dari pajak yang saya bayar.

Page 13: Tax News 25 Mei 2010

Pidato presiden

Langkah inovatif ini dapat dimulai melalui pidato presiden di depan televisi dengan mengatakan bahwa, "60% gaji saya, wapres, para menteri, anggota DPR, gubernur, bupati, wali kota, dan anggota DPRD serta seluruh PNS, anggota TNI, Polri dan aparat pemerintah lainnya adalah dari setoran pajak badan dan orang pribadi".

"Oleh sebab itu, menjadi wajib hukumnya bagi kita semua aparat negara, pemerintah, dan wakil rakyat, untuk sungguh-sungguh melayani kepentingan para pembayar pajak dengan sepenuh hati. Bahkan sangat wajar jika kita melayani mereka lebih khusus dari yang lain".

"Demi untuk menjaga hubungan baik, kepercayaan dan penghormatan antara aparat Pemerintah dan para wajib pajak, maka dengan ini saya instruksikan kepada seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu, gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia agar segera membuat program pelayanan khusus kepada para pemegang kartu NPWP di setiap pos/loket pelayanan publik yang dimiliki. Baik dalam bentuk penyediaan ruang khusus, prioritas percepatan proses maupun kualifikasi personel pelayanan yang lebih andal."

"Mari kita tunjukkan kepada para pembayar pajak, bahwa kita bisa memberikan pelayanan yang baik untuk mereka."

Segera setelah pidato presiden, maka Kapolri akan membereskan loket SIM/STNK/BPKB yang berada di setiap Polda. Para gubernur akan membereskan loket pembuatan/perpanjangan KTP di setiap kelurahan dan seterusnya.

Jika revolusi pelayanan publik ini akan terjadi, dapat dipastikan sistem pasar bekerja dengan sendirinya. Setiap warga yang melihat pemegang kartu NPWP dilayani di ruang khusus dan jauh lebih cepat, tentu akan terdorong untuk segera memiliki NPWP karena ingin mendapat pelayanan yang sama.

Dengan demikian, program ekstensifikasi pajak tidak hanya dilakukan Kementerian Keuangan melalui kampanye kesadaran pribadi, tetapi juga didorong oleh lembaga lain di dalam sistem pemerintahan melalui peningkatan pelayanan di semua lini.

Konsep ini akan mendorong semua pihak saling menyadari bahwa dalam hidup ini harus terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Rakyat sudah pintar dan bisa memilih mana yang baik dan benar. Bahwa di antara aparat masih ada oknum, itu wajar saja. Namun, ketika pelayanan publik sudah terasa memadai-walaupun belum memuaskan-maka kasus Gayus Tambunan hanya akan dianggap kriminal biasa. Bukan merupakan bencana nasional di bidang hukum dan fiskal seperti sekarang ini.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9263&q=&hlm=2

Realisasi tax holiday akan dipercepatHarian Bisnis Indonesia, 22 Mei 2010

PURWAKARTA: Pemerintah berjanji mempercepat realisasi insentif fiskal berupa tax holiday (pembebasan pajak) bagi investasi sektor riil dan manufaktur strategis untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi.

Page 14: Tax News 25 Mei 2010

Tax holiday dirasa menjadi insentif yang paling kompetitif untuk mendorong laju pertumbuhan sektor riil. Namun, sejak beberapa tahun lalu, usulan tax holiday selalu kandas di Kementerian Keuangan.

Pada era Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, tax holiday kembali agresif diusulkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Lagi-lagi, usulan tersebut mendapat tentangan dari Ditjen Pajak yang dinilai akan menyeret Indonesia ke dalam persaingan tidak fair untuk mendapatkan investasi.

"Dengan dilantiknya Agus Martowardojo sebagai Menkeu saya berharap ada terobosan [soal kelanjutan tax holiday] dari beliau karena Agus merupakan profesional dari sektor keuangan swasta yang memahami seluk-beluk sektor riil," kata Hidayat, kemarin.

Saat ini, lanjutnya, Kemenperin dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan telah sepaham bahwa Indonesia harus memiliki kebijakan fiskal yang kompetitif dibandingkan dengan Thailand, Malaysia dan Vietnam dalam mendorong pertumbuhan investasi sektor riil.

"Saya yakin dengan masuknya Agus ke jajaran pemerintahan, kami bertiga bisa memelopori berbagai dukungan kepada industri sehingga dalam 5 tahun bisa tumbuh dengan baik di atas 7%. Tax holiday akan terus didesakkan dan segera dipercepat pembahasan serta realisasinya," papar Hidayat.

Gita Wiryawan menerangkan pemerintah sedang giat memacu realisasi target investasi sebesar Rp10.000 triliun dalam 5 tahun ke depan.

Dari target tersebut, terangnya, 50% atau sekitar Rp5.000 triliun harus datang dari sektor swasta. Dari nilai tersebut, sebanyak 30% atau Rp1.500 triliun harus datang dari sektor infrastruktur dasar.

Untuk mendorong arus investasi ke dalam negeri, jelas Gita, insentif fiskal yang kompetitif berpedoman pada efektivitas peningkatan nilai tambah pajak (tax benefit) kepada negara.

Berkali-lipat

Jika pemerintah memberikan pajak secara cuma-cuma sekitar 100 dari nilai saat itu (present value), terangnya, pajak yang didapat pemerintah akan bertambah beberapa kali lipat dari nilai saat itu.

"Saat ini, harga 1 zak semen di Papua mencapai Rp1,2 juta sedangkan di Jakarta hanya sekitar Rp50.000 per zak. Di sini ada masalah kurangnya konektivitas dan rapuhnya infrastruktur. Penyakit ini harus segera diobati dengan injeksi investasi besar-besaran," katanya.

Dengan adanya tax holiday, jelas Hidayat, Kemenperin memprioritaskan lima sektor industri mendapatkan insentif fiskal dalam mendorong pertumbuhan investasi dalam 5 tahun ke depan.

Kelima sektor tersebut adalah sektor manufaktur berbasis padat modal, padat karya

Page 15: Tax News 25 Mei 2010

berteknologi tinggi, industri setengah jadi (semi-finished), sektor otomotif, pertrokimia serta industri yang berbasis renewable energy. http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9262&q=&hlm=2

Polri periksa 6 petugas pajakHarian Bisnis Indonesia, 22 Mei 2010

JAKARTA: Penanganan praktik makelar kasus terkait perkara Gayus H. Tambunan mulai membidik keterlibatan sindikat di lingkungan Ditjen Pajak, lewat pemeriksaan tiga petugas pajak dan tiga petugas pemeriksa pajak.

Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol. Zainuri Lubis mengatakan perkembangan penyidikan kasus Gayus tidak hanya di lingkungan kepolisian, kejaksaan dan pengadilan ne-geri, tetapi juga sudah mencakup Ditjen Pajak.

Tiga petugas pajak yang sudah diperiksa itu berinisial MP, HI dan MS, sedangkan tiga petugas pemeriksa pajak yang diperiksa tidak disebutkan baik nama maupun inisialnya.

"Enam orang tersebut sudah diperiksa Polri, dengan panggilan sebagai saksi dan hingga kini masih berstatus sebagai saksi," ujarnya di Mabes Polri kemarin.

Tiga petugas pajak dan tiga petugas pemeriksa pajak itu terindikasi bekerja sama dengan Gayus untuk mengubah nilai pajak perusahaan yang berada di bawah domain Gayus saat masih menjabat pegawai Direktorat Keberatan dan Banding Ditjen Pajak.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 149 perusahaan di bawah domain Gayus telah diperiksa Polri untuk melihat kemungkinan keterlibatannya dalam praktik makelar kasus, terutama de-ngan memberikan keuntungan tertentu pada petugas untuk mengurangi nilai pajak, sebagai bentuk tindak pidana penyuapan atau gratifikasi.

Zainuri menuturkan dari pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap perusahaan di bawah do-main Gayus hingga kini baru dapat diinformasikan sebanyak empat perusahaan yakni SAT, DJ, ET dan RM.

Empat perusahaan yang telah diperiksa itu diduga telah melakukan kerja sama dengan sindi-kat Gayus di Ditjen Pajak untuk memperkecil tanggungan nilai pajak yang harus dibayarkan.

Hubungan langsung

Zainuri menyatakan dari empat perusahaan tersebut yang telah diperiksa adalah petugas bagi-an keuangan atau bendahara yang berhubungan langsung dengan penanganan pajak perusahaan terkait.

"Yang bisa disampaikan baru empat perusahaan. Mereka diduga telah bekerja sama dengan sindikat Gayus yang telah diperiksa itu untuk memperkecil pembayaran pajaknya," jelas dia.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Bambang Hen-darso Danuri mengungkapkan penanganan kasus Gayus oleh Tim Independen dipastikan juga akan membongkar sindikasi makelar kasus, termasuk di lingkungan Ditjen Pajak.

Page 16: Tax News 25 Mei 2010

Hal itu mengingat Tim Independen yang dibentuk terdiri dari lima bagian, dengan satu di an-taranya khusus menangani mafia perpajakan di Ditjen Pajak.

Modus tersebut meliputi pengaturan nilai pajak, penyelesaian keberatan WP pada tingkat keberatan dan banding, penyelesaian keberatan WP pada tingkat pengadilan banding, konsultan pajak gelap dan penahanan surat ketetapan pajak (SKP) WP.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9261&q=&hlm=2

Penyidikan hukum ganjal restitusi PPNHarian Bisnis Indonesia, 22 Mei 2010

JAKARTA: Direktorat Jenderal Pajak menegaskan keputusan untuk menahan pembayaran restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) hanya dilakukan bila wajib pajak sedang dalam pe-meriksaan dan penyidikan oleh petugas pajak.

Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo mengatakan bagi wajib pajak yang sedang disidik oleh petugas pajak, pembayaran restitusi PPN-nya menunggu sampai selesainya pro-ses hukum dari kasus itu.

"Kalau ada kasus penyidikan, restitusi menunggu sampai statusnya selesai," katanya kepada Bisnis kemarin.

Pernyataan Tjiptardjo tersebut terkait dengan pengaduan dari manajemen PT Permata Hijau Sawit (PHS), perusahaan yang diduga menggunakan faktur pajak fiktif dalam pengajuan res-titusi PPN, kepada Panja Perpajakan Komisi XI DPR beberapa waktu lalu.

Di depan anggota panja, manajemen PT PHS mempertanyakan penahanan pembayaran restitusi PPN mereka sebesar Rp530 miliar oleh kantor pajak. Padahal, jumlah restitusi PPN yang dianggap bermasalah oleh Kanwil Ditjen Pajak Sumatra Utara I adalah sebesar Rp90 miliar.

Menurut manajemen PHS, penahanan restitusi tersebut oleh Ditjen Pajak selama hampir 2 tahun telah menyebabkan likuiditas perusahaan terganggu.

Menurut Tjiptardjo, sebelum terungkapnya kasus dugaan manipulasi pajak yang dilakukan oleh PT PHS, pembayaran restitusi PPN kepada PT PHS selalu lancar dengan jumlah yang cukup besar.

"Sebelum ada kasus, mereka sudah nikmati restitusi. PHS sudah menikmati restitusi Rp1,8 triliun sebelum ada kasus. Nah, sekarang kan ada kasus, ya nanti diselesaikan dulu di pengadilan," ujarnya.

Dalam rapat kerja dengan Panja Perpajakan pada Kamis, Tjiptardjo menjelaskan proses pe-nyidikan terhadap PT PHS yang masih berlangsung dimulai dari mekanisme informasi, data, laporan, dan pengaduan (IDLP) yang kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan pengamatan dan pemeriksaan bukti permulaan.

Panja akan meminta bantuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan audit investigasi terhadap kinerja Ditjen Pajak dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan kasus pajak.

Page 17: Tax News 25 Mei 2010

Tidak lengkap

Selain karena masalah penyidikan, lanjut Tjiptardjo, lambannya pembayaran restitusi PPN dapat disebabkan oleh ketidaklengkapan dokumen-dokumen yang disampaikan oleh wajib pajak.

"Itu [restitusi] kan harus melalui pemeriksaan biasa, mungkin dalam pemeriksaan kurang ini, kurang itu, jadi dokumen nggak lengkap, ya harus diselesaikan dengan baik," jelasnya.

Lebih jauh Tjiptardjo mengatakan apabila praktik yang terjadi di lapangan melenceng dengan ketentuan yang berlaku, wajib pajak diminta untuk melaporkannya kepada kepala kantor pajak.

"Kalau lambat, tapi nggak ada status pidananya dan dibuat sulit oleh petugas, laporkan ke kepala KPP atau kepala Kanwil. Kalau nggak bisa ya lapor ke kantor pusat," tambahnya.

Direktur Peraturan Perpajakan I Ditjen Pajak Suryo Utomo menambahkan permasalahan mengenai pembayaran restitusi PPN tidak bisa dilihat secara umum tapi harus kasus per kasus, tidak bisa digeneralisasi.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9260&q=&hlm=2

Faktur pajak lama tetap sahHarian Bisnis Indonesia, 25 Mei 2010

JAKARTA: Direktorat Jenderal Pajak menyatakan wajib pajak masih bisa menggunakan faktur pajak lama sampai dengan habis masa berlakunya.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Iqbal Alamsjah mengatakan ketentuan tersebut diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. 56/PJ/2010 tertanggal 27 April 2010.

"Faktur pajak lama masih dapat digunakan oleh pengusaha kena pajak sampai habis dan tetap dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan baik secara formal maupun material," katanya kepada Bisnis kemarin.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9272&q=&hlm=1

Mulai Bulan Ini, Kayu Gelondongan Bebas Pajak Kontan Online.com, 25 Mei 2010

JAKARTA. Ini jelas kabar yang menggembirakan bagi pelaku usaha di sektor kehutanan. Akhirnya pemerintah membebaskan kayu gelondongan (log) dari pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%. Kebijakan itu berlaku mulai Mei 2010 ini.

Menteri Keuangan yang lama Sri Mulyani Indrawati telah mengabulkan permintaan Kementerian Kehutanan untuk tidak mengenakan PPN sebesar 10% atas produk kayu gelondongan. "Memang tak seharusnya dikenai pajak kecuali produk akhirnya," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Senin (24/5).

Zulkifli menyatakan, selain akan membebani industri yang membutuhkan bahan baku kayu

Page 18: Tax News 25 Mei 2010

log, pengenaan pajak tersebut juga bisa menimbulkan pajak ganda karena produk jadinya juga tersebut terkena PPN 10%.

Nah, dengan pembebasan PPN atas kayu log ini, menurut Zulkifli, ada kesempatan bagi industri yang memanfaatkan bahan baku kayu gelondongan guna meningkatkan produksi sekaligus daya saing produk mereka.

Di sisi pemerintah, Zulkifli menjelaskan, kebijakan ini akan mendukung upaya Kementerian Kehutanan menambah areal hutan tanaman rakyat, sebagai salah satu pemasok kayu bagi industri. Selama ini, "Pengenaan PPN atas kayu log telah membuat hasil hutan terutama hutan rakyat jadi tidak kompetitif lagi," ungkap menteri dari Partai Amanat Nasional ini.

Sekadar Anda tahu, pengenaan PPN sebesar 10% terhadap kayu bulat termasuk rotan, bambu, dan getah pinus mengacu pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Padahal, dalam aturan sebelumnya, yaitu Pasal 4 A UU Nomor 18/2000, komoditas hasil hutan ini masuk dalam kategori barang strategis sehingga bebas PPN, yang diperkuat Peraturan Pemerintah Nomor 7/2007 yang merupakan produk turunan dari UU tersebut. Namun, "Dalam UU PPN dan PPnBM yang baru, pasal ini dihapus dan membuat peraturan pemerintahnya tidak lagi punya payung hukum," ujar Zulkifli.

Dengan pembebasan PPN tersebut, Kementerian Kehutanan saat ini sedang melakukan kajian terhadap ekspor kayu log. Tujuannya, untuk mengukur dampak ekspor kayu bulat atas industri kayu rakyat. "Mudah-mudahan dalam tahun ini hasil kajiannya rampung," kata Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Hadi Daryanto.

Kalau rencana ekspor tersebut jadi, sebagai tahap awal, kayu log yang dijual ke luar negeri, adalah milik Perum Perhutani. Setelah itu, kayu-kayu log yang berasal hutan tanaman rakyat.

Direktur Utama Perhutani Upik Rosalina Wasrin bilang, pihaknya akan diuntungkan dengan rencana ekspor tersebut. Pasalnya, kayu log Jati dengan spesifikasi fancy di dalam negeri cuma dihargai Rp 9 juta-Rp 10 juta permeter kubik. Itu pun jarang yang mau beli. "Di pasar internasional, bisa Rp 20 juta per meter kubik," kata Upik. http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9279&q=&hlm=1

Pasar tekstil terganjal aturan pajakHarian Bisnis Indonesia, 25 Mei 2010

Kemenkeu diminta turunkan PPnBM tujuh produk elektronik           JAKARTA: Kementerian Keuangan diminta meninjau ulang implementasi Undang-Undang No. 42/2009, khususnya yang terkait dengan penetapan faktur pajak standar.

UU tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 8/1983 tentang PPN Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) itu dinilai menghambat penjualan dua produk industri utama, yakni tekstil dan produk tekstil (TPT) serta elektronik.

"Banyak para pedagang tekstil yang takut bertransaksi akibat aturan baru itu. Sosialisasi dan edukasi Kemenkeu sangat minim, tetapi peraturannya ingin ditegakkan. Langkah ini kami nilai salah kaprah 

Page 19: Tax News 25 Mei 2010

karena banyak distributor yang belum memiliki NPWP [nomor pokok wajib pajak]. Akibatnya, omzet mereka turun drastis," kata Direktur Eksekutif Indotextiles Redma Gita Wirawasta, kemarin.

Di sektor elektronik, implementasi UU tersebut juga menyebabkan distribusi produk elektronik dari produsen ke diler terhambat.

Implementasi faktur pajak standar menyebabkan diler elektronik menunda pemesanan barang dari produsen karena produsen memperketat para dealer wajib menggunakan faktur pajak standar mulai April di setiap transaksi, bukan faktur sederhana yang selama ini berlaku.

Akibatnya, omzet penjualan produk elektronik pada April merosot hingga 21% dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari Rp2,02 triliun menjadi Rp1,6 triliun.

"Penurunan omzet ini bukan disebabkan oleh kelesuan pasar, melainkan akibat implementasi UU tersebut," kata Ketua Umum Electronic Marketer Club (EMC) Iffan Soejanto.

Kalangan pengusaha elektronik juga mengeluhkan pengenaan PPnBM sekitar 10%-20%. PPnBM masih menghantam daya saing dan penjualan tujuh produk elektronik konsumsi.

Kontraproduktif

Wakil Ketua Umum Gabungan Elektronik (Gabel) Bidang Home Appliances Sukiatno mengatakan di tengah kepungan perdagangan bebas yang menghapuskan hambatan tarif, daya saing industri elektronik nasional justru terancam merosot akibat kebijakan fiskal yang kontraproduktif terhadap pertumbuhan industri.

Menurut dia, tujuh produk elektronik yang masih dikenakan PPnBM itu adalah televisi ukuran 29- 43 inci (HS No. 8528.72.10.00 dan 8528.72.90.00) sebesar 10%-20%, monitor komputer di atas 17 inci (HS 8528.51.10.00) sebesar 10%, lemari es di atas 180 liter, 230 liter, dan 300 liter sebesar 10%-20%.

Selain itu, PPnBM masih dikenakan untuk produk penyejuk ruangan (AC) di atas 1 PK, 2 PK, dan 3 PK sekitar 10%-20%, pemanas air untuk rumah tangga dengan gas atau listrik sebesar 10%, produk audio di atas Rp1 juta sampai Rp2,5 juta per unit sebesar 10%, serta proyektor untuk data video komputer flat panel display (FPD) sebesar 20%.

Karena itu, Gabel mendesak Kemenkeu segera menghapuskan dan menurunkan PPnBM di tujuh kategori produk tersebut mengingat besarnya potensi pasar dan upaya Kementerian Perindustrian meningkatkan daya saing dari gempuran produk elektronik impor.

Redma mengatakan Menkeu yang baru, Agus Martowardojo, harus menuntaskan masalah krusial yang belum bisa diselesaikan oleh Menkeu sebelumnya (Sri Mulyani Indrawati), yakni ketimpangan antara kebijakan moneter dan fiskal.

Saat ini, BI Rate dipatok 6,5% tetapi suku bunga kredit masih berkisar 14%-16% sehingga tidak sejalan dengan dinamika sektor riil. Dari total kebutuhan kredit sektor TPT sekitar Rp5 triliun per 

Page 20: Tax News 25 Mei 2010

tahun, tuturnya, kredit modal kerja yang dikucurkan perbankan pada 2009 tak lebih dari 50% atau sekitar Rp2,5 triliun.

Kondisi ini terjadi akibat kebijakan Menkeu sebelumnya yang mengeluarkan sejumlah surat berharga, seperti obligasi (ORI) dan surat utang (SUN), sehingga membuat perbankan lebih tertarik menyimpan dananya di instrumen tersebut karena diiming-imingi bunga 10%-11%.

"Gara-gara obligasi ini, kredit ke sektor riil macet. Bagi perbankan sendiri sangat menguntungkan, tetapi industri TPT kesulitan dapat kredit. Gara-gara penerbitan surat berharga ini, APBN kita terkuras untuk membayar bunga obligasi dan cicilan utang yang pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp115 triliun atau sekitar 11%-12% dari total APBN," katanya.

Selain itu, lanjut Redma, Kemenkeu harus meneruskan agenda reformasi birokrasi khususnya di tubuh Ditjen Bea dan Cukai untuk meminimalkan penyelundupan. 

http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9274&q=&hlm=1

Pencabutan Izin Importir Terdaftar Picu Pengemplangan Pajak Kontan Online.com, 25 Mei 2010

JAKARTA. Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Amirudin Saud angkat bicara soal langkah Kementerian Perdagangan menata izin importir terdaftar (IT).

Asal tahu saja, per Mei 2010, Kementerian Perdagangan telah mencabut 1325 izin importir terdaftar (IT) untuk komoditi produk tertentu. Pertimbangannya sederhana saja. yaitu, IT tersebut tidak aktif lagi dalam merealisasikan impor.

Jenis perusahaan yang paling banyak dihapus statusnya sebagai importir itu adalah; importir elektronika sebanyak 627 perusahaan; importir pakaian jadi sebanyak 176 perusahaan; importir mainan sebanyak 185 perusahaan; makanan dan minuman 175 perusahaan dan importir alas kaki sebanyak 162 perusahaan.

Amirudin mengkhawatirkan para IT yang izinnya dicabut oleh Kemendag bakal mengemplang pajak. “Kalau impornya dicabut sekarang, maka akhir tahun dia bisa tidak melaporkan pembayaran pajaknya,” kata Amirudin.

Ia mencontohkan, importir merealisasikan impor pada awal tahun; sementara itupada pertengahan tahun izin impornya dicabut. Maka, tegas Amirudin, importir tersebut tidak bisa lagi melakukan aktifitasnya sehingga perusahaan itu bisa dinyatakan pailit atau mengalami masalah keuangan.

“Saat pelaporan pajak, perusahaan itu bisa berdalih izin impornya sudah dicabut sehingga dia tidak bayar pajak,” kata Amirudin. Adanya pengemplangan bayar pajak impor tersebut sangat mungkin dilakukan oleh importir, apalagi ada kebijakan perusahaan yang sudah dicabut izinnya tersebut masih diberikan kesempatan melakukan impor lagi dengan mengajukan persyaratan baru.

Page 21: Tax News 25 Mei 2010

“Mereka yang sudah dicabut izinnya bisa bikin perusahaan baru dan mengajukan izin impor lagi; sementara pajak yang lama tidak dibayar, ini yang berbahaya,” ungkap Amirudin.

Itu sebabnya, Amirudin minta agar sebelum izin dicabut pemerintah melakukan kajian terlebih dahulu. "Soalnya, ada importit tertentu yang hanya impor satu atau dua kali dalam setahun; seperti importir produsen,” katanya. 

http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9277&q=&hlm=1

PPN kayu bulat dibatalkanHarian Bisnis Indonesia, 25 Mei 2010

Pembukaan ekspor log menunggu hasil kajian           JAKARTA: Pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk kayu bulat (log) berdasarkan UU No.42/2009 tentang PPN dan PPnBM akan dibatalkan.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menandatangani peraturan yang menghapus PPN log.

"Ibu Ani [Menkeu Sri Mulyani] sebelum mengundurkan diri sudah setuju pembatalan PPN Log berlaku bulan ini. Ini bagus tidak akan membebani industri. Bahan baku memang tak seharusnya di kenai pajak kecuali hasil akhir atau end product," katanya kemarin.

Zulkifli menjelaskan pembatalan PPN log memberikan kesempatan kepada industri untuk meningkatkan produksi sekaligus daya saing produk kehutanan karena selama ini penerapan PPN log telah membuat hasil hutan terutama hutan rakyat menjadi tidak kompetitif.

"Sekarang harus diupayakan agar makin kompetitif lagi," tegasnya.

Sebelumnya kalangan pebisnis di sektor kehutanan mengajukan keberatan atas pengenaan PPN terhadap kayu bulat dan komoditas hasil hutan lainnya seiring dengan pemberlakuan efektif Undang-Undang No. 42/2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Ekspor log

Di sisi lain, pembukaan kran ekspor kayu bulat (log) yang terus didesak oleh pengusaha kehutanan kini ditanggapi serius oleh pemerintah.

Kementerian Kehutanan akan melaku-kan kajian terkait dengan dampak ekspor kayu bulat terhadap kinerja industri kayu rakyat sebelumnya memberikan rekomendasi pembukaan izin ekspor komoditas kehutanan ini.

Dua pakar ekonomi, Sudarsono dan Chatib Basri, akan diminta menyelesaikan kajian yang diharapkan tuntas pada tahun ini.

Page 22: Tax News 25 Mei 2010

"Dampak ekonomi makronya sudah dikaji pada 2006, tetapi dampak ekspor log terhadap industri kayu rakyat belum dilakukan. Mudah-mudahan dalam tahun ini hasil kajiannya bisa dirampungkan," ungkap Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK) Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto kemarin.

Menurut dia, izn ekspor log dapat diprioritaskan hanya untuk kayu kualitas terbaik jenis hara yang selama ini belum banyak yang membeli.

Setelah itu, lanjut dia, adalah kayu yang berasal dari hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat (HTR) yang diperkirakan sudah mulai produksi dalam 6 tahun mendatang.

"Paling cepat, tahun ini rampung hasil kajiannya. Namun, kapan resminya izin ekspor log dibuka pemerintah, bergantung pada hasil kajiannya dulu," ungkap Hadi.

Sebelumnya, Dirut Perum Perhutani Upik Rosalina Wasrin mengungkapkan Indonesia berpotensi kehilangan devisa dari ekspor log sebesar Rp750 miliar.

Karena itu, Perum Perhutani berharap pemerintah memberikan dukungan untuk membuka kran ekspor log kayu jati dengan spesifikasi tertentu guna meningkatkan kontribusi perusahaan terhadap penerimaan negara.

"Di pasar lelang internasional, log jati dengan spesifikasi fancy bisa mencapai Rp20 juta per meter kubik. Harga itu jauh di atas pasar lokal yang berkisar Rp9 juta-Rp10 juta per meter kubik."

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Salahuddin Sampetoding baru-baru ini juga mengisyaratkan keinginan pengusaha agar pemerintah membuka ekspor kayu gelondongan yang tidak terserap industri.

Ekspor log dilakukan secara selektif disertai penegakan hukum atau sanksi yang tegas.

"Tahap awal, ekspor log diberikan kepada kayu jati dari Perum Perhutani (kayu A3), kayu HTI, kayu hutan alam dari pemegang izin usaha hasil hutan kayu (IUPHHK) yang telah memiliki sertifikasi voluntary dari Lembaga Ekolabel Indonesia dan Forest Stewardship Council (LEI/FSC)," tegasnya.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=9273&q=&hlm=1