Tauhid Sebagai Landasan Aqidah FIX Haha

30
BAB I PENGERTIAN TAUHID Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”. Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja. Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan paling esensial. Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Formulasi paling pendek dari tauhid itu ialah kalimat thayyibah: la ilaha illa Allah, yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan mengatakan "tidak ada Tuhan selain Allah", seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tak setara dibandingkan hubungannya dengan sesama makhluk.

description

Tauhid Sebagai Landasan Aqidah FIX Haha

Transcript of Tauhid Sebagai Landasan Aqidah FIX Haha

BAB IPENGERTIAN TAUHID

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fiilwahhada-yuwahhidu(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya.Secara istilahsyari, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan paling esensial. Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Formulasi paling pendek dari tauhid itu ialah kalimat thayyibah: la ilaha illa Allah, yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan mengatakan "tidak ada Tuhan selain Allah", seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tak setara dibandingkan hubungannya dengan sesama makhluk.Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan menjadi nilai (value) bagi manusia-tauhid, dan ia tidak akan mau menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan (kepada Tuhan), serta kemauan keras untuk menjalankan kehendak-kehendak-Nya.

BAB IIPEMBAGIAN TAUHID

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: TauhidRububiyah, TauhidUluhiyahdan TauhidAl Asma Was Shifat.

1. TauhidRububiyahYang dimaksud denganTauhid Rububiyyahadalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Taala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Quran:

Artinya : [Semua] pujian [karena] kepada Allah, yang menciptakan langit dan bumi dan membuat kegelapan dan cahaya. Kemudian orang-orang kafir menyamarkan [lain] dengan Tuhan mereka. (QS. Al Anam: 1)

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Quran:

Artinya : Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), Siapa yang telah menciptakan mereka?, niscaya mereka akan menjawab Allah. (QS. Az Zukhruf: 87)

Artinya : Jika kamubertanya kepada mereka,"Siapakah yang menciptakan langitdan bumi danmenundukkanmatahari danbulan?"mereka pastiakan berkata,"Allah."Lalubagaimana merekatertipu? (QS. Al Ankabut 61)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullahshallallahualaihi wasallambernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullahshallallahualaihi wasallam tentunya belum lahir. Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyahPertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.2. Tauhid UluhiyyahTauhid Uluhiyyahadalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin . Dalilnya:

Artinya : Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (Al Fatihah: 5)

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud yang dicintai Allah? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih.Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal,istighotsahdanistianah. Maka seorang yang bertauhiduluhiyahhanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkantauhiduluhiyyah. Allah Taala berfirman:

Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkanPerhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah.

3. Tauhid Al Asma was SifatTauhid Al Asma was Sifatadalah mentauhidkan AllahTaaladalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Quran dan Hadits Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Cara bertauhidasma wa sifatAllah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpatahrif, tanpatathildan tanpatakyif. AllahTaalaberfirman yang artinya:Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya (QS. Al Araf: 180)Tahrifadalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari maknazhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata istiwa yang artinya bersemayam dipalingkan menjadi menguasai.Tathiladalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.Takyifadalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalahtasybihdantafwidh. Tasybihadalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang artinya:

Artinya : [Dia adalah]Pencipta langitdan bumi.Dia telahdibuat untuk kamudari dirimu,pasangan,dan di antara,pasangansapi;Diamengalikankamudemikian.Tidak ada yangserupa dengan Dia,dan DiaadalahMaha Mendengar lagiMelihat. (QS. Asy Syura: 11)Kemudiantafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata Allah Taala memang ber-istiwa di atas Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Maknaistiwakita serahkan kepada Allah. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Taala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Quran dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahamantafwidhmaka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Quran adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

III. Rukun Rukun TauhidInti ajaran islam adalah Laa ilaaha illallaah yang bermakna Laa ma'buda bihaqqin illallaah = tiada yang diibadahi di segala langit dan bumi dengan haq kecuali hanya Allah.Kalimat Tauhid Laa ilaaha illallaah memiliki dua rukun yaitu (An-Nafiyu = menafikan/meniadakan) dan (Al-Itsbat = menetapkan),1. An-Nafy (pada kalimat:Laa ilaaha), yaitu menafikan segala bentuk sesembahan yang ada.2. Al-Itsbat (pada kalimat:Illallaah), dan menetapkan penyembahan hanya kepada Allah Azza wa Jalla.1. An-NafiyuAn-Nafiyu mencakup empat perkara, yaitu An-Nafy (meniadakan) Al-Alihah, Ath-Thaghut, Al-Andad (tandingan-tandingan) dan Al-Arbab.a)Al-AlihahAlihah adalah jamak daripada ilah, yaitu apa yang dituju dengan sesuatu hal (dengan tindakan atau perbuatan) dalam rangka mencari manfaat atau menolak bala (bencana).Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena seorang penyair gila?(QS. As Shaffat 37: 35-36)Apakah dengan menjadikan kebohongan kamu menghendaki sembahan-selain Allah. (QS Ash-Shaffat 37:86).Dan mereka (orang-orang kafir) heran bahwa telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari mereka. Dan telah berkata orang-orang kafir ini adalah penyihir pendusta. Apakah dia telah menjadikan sembahan-sembahan menjadi sembahan yang satu. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang mengherankan. (QS. Shad :4-5)Contoh dari sesuatu hal yang dianggap ibadah disini misalnya memberikan sesajian-sesajian pada batu atau pohon keramat, melemparkan makanan ke laut untuk persembahan, menyembelih tumbal untuk jin penunggu, meminta doa kepada penghuni kubur, dan yang semacamnya dengan maksud menolak bala ataupun meminta manfaat dengan perbuatan tersebut.Meskipun batu, pohon, atau kuburan keramat itu tidak disebut tuhan, akan tetapi hakikat perbuatan mereka itu adalah mempertuhankan selain Allah. Maka orang-orang yang melakukan hal itu adalah musyrik, meski mereka mengaku muslim.Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah berkata: Ulama berijma, baik ulama salaf maupun khalaf dari kalangan para shahabat dan tabiin, para imam dan semua Ahlus Sunnah bahwa orang tidak dianggap muslim kecuali dengan cara mengosongkan diri dari syirik akbar dan melepaskan diri darinya [Ad Durar As Saniyyah: 2/545]. Beliau juga berkata: Siapa yang berbuat syirik, maka dia telah meninggalkan Tauhid [Syarah Ashli Dienil Islam, Majmuah tauhid].b)Al-ArbabArbab adalah bentuk jamak daripada Rabb, yang artinya tuhan yang mengatur dan menentukan hukum. Allah disebut Rabbul alamin karena Allah yang mengatur alam ini baik secara kauniy (hukum alam) maupun secara syariy (syariat). Sedangkan jika ada orang yang mengaku atau mengklaim bahwa dia berhak mengatur, berarti dia memposisikan dirinya sebagai Rabb.Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendefinisikan rabb itu adalah: Yang memberikan fatwa kepada engkau dengan fatwa yang menyelisihi kebenaran, dan kamu mengikutinya seraya membenarkan.Ketika orang mengikuti apa yang bertentangan dengan hukum Allah maka dia disebut mempertuhankan, sedangkan yang diikutinya yang mana ia mengetahui bahwa hal itu pembuatan aturan, maka dia memposisikan dirinya sebagai Rabb.Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At Taubah 9:31)Di dalam atsar yang hasan dari Adiy Ibnu Hatim (dia asalnya Nashrani kemudian masuk Islam) Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam membacakan ayat itu dihadapan Adiy Ibnu Hatim, maka dia berkata: Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah ibadah dan sujud kepada mereka (ahli ilmu dan para rahib) maka Rasulullah berkata, Bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan kalian ikut-ikutan menghalalkannya? Bukankah mereka mengharamkan apa yang telah Allah halalkan lalu kalian ikut-ikutan mengharamkannya? lalu Adiy Ibnu Hatim berkata, Ya, betul lalu Rasulullah berkata lagi, Itulah bentuk peribadatan orang-orang Nashrani kepada mereka itu [HR. At Tirmidzi]Jadi, ketika alim ulama memposisikan dirinya sebagai pembuat hukum mengklaim memiliki kewenangan untuk membuat hukum/undang-undang, maka dia mengkalim bahwa dirinya sebagai Rabb. Sedangkan orang yang mengikuti atau menjalankan hukum-hukum yang mereka buat itu, maka Allah memvonisnya sebagai orang yang telah mempertuhankan, yang beribadah kepada si pembuat hukum itu dan melanggar Laa ilaaha illallaah lagi musyrik.Menentukan hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Yusuf 12:40)Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Taala menjelaskan bahwa hak menentukan hukum itu hanyalah milik Allah, hak membuat hukum, aturan, undang-undang hanyalah milik Allah. Dan Allah memerintahkan agar tidak menyandarkan hukum kecuali kepada Allah. Dalam ayat ini penyandaran hukum disebut ibadah. Jika disandarkannya kepada Allah berarti ibadah kepada Allah, sedangkan jika disandarkan kepada selain Allah berarti ibadah kepada selain Allah, itulah dien yang lurus, akan tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui.Firaun ketika mengatakan Akulah tuhan kalian tertinggi adalah bukan dimaksudkan bahwa dia itu pencipta manusia atau yang menyediakan berbagai sarana kehidupan buat manusia, akan tetapi dia maksudkan Sayalah pembuat hukum bagi kalian yang hukumnya harus kalian ikuti!.Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah ketika menjelaskan surat Al Anam: 121 dan At Taubah: 31, mengatakan: Sesungguhnya setiap orang yang mengikuti aturan, hukum, dan undang-undang yang menyelisihi apa yang Allah syriatkan lewat lisan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, maka dia musyrik terhadap Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai Rabb (Tuhan). [Al Hakimiyyah: 56]Jadi, kesimpulannya bahwa Arbab adalah orang yang mengaku bahwa dirinya berhak membuat hukum/aturan/undang-undang, dengan kata lain Arbab adalah orang-orang yang mempertuhankan diri, sedangkan orang yang mengikuti hukum buatan para Arbab itu disebut dengan orang musyrik, dan peribadatan kepada Arbab ini adalah bukan dengan shalat, sujud, doa, nadzar atau istighatsah, akan tetapi dengan mengikuti, mentaati, dan loyalitas terhadapnya. Sehingga pada saat Firaun mencela Nabi Musa dan Harun, dia mengatakan:Dan mereka berkata: Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang beribadah kepada kita? (QS. Al Muminun 23:47)Maksud beribadah di atas adalah ketaatan, oleh karena itu ketaatan kepada Firaun disebut beribadah kepada Firaun. Dan begitu juga orang sekarang yang taat kepada hukum buatan para Arbab itu adalah disebut orang yang beribadah kepada Arbab tersebut. Inilah penjelasan tentang Arbab yang menjadi bagian kedua yang harus dinafikan oleh Laa ilaaha illallaah.c)Al-AndadAndad adalah jamak dari kata nidd, yang artinya tandingan, maksudnya adalah tandingan bagi Allah Subhanahu Wa Taala. Allah memerintahkan agar kita hanya menghadapkan dan menjadikan-Nya sebagai tujuan satu-satunya. Tidak boleh seseorang mengedepankan yang lain terhadap Allah Subhanahu Wa Taala. Allah berfirman tentang nidd ini atau tentang Andad ini:Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah sedang kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah 2: 22)Andad adalah sesuatu yang memalingkan kamu daripada Al Islam, atau sesuatu yang memalingkan kamu daripada Al Islam atau Tauhid, baik itu anak, isteri, jabatan, harta, atau apa saja yang mana jika hal itu memalingkan seseorang daripada Tauhid atau memalingkan seseorang dari pada Al Islam atau menjerumuskan seseorang kepada kekafiran atau ke dalam kemusyrikan, maka sesuatu hal itu sudah menjadi Andad, tandingan bagi Allah Subhanahuwataala.Dan dari sebagian manusia menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, mereka mencintai tandingan-tandingan itu seperti mencintai Allah. (QS. Al-Baqarah 2:165).Singkatnya, segala sesuatu yang memalingkan seseorang daripada Tauhid dan Al Islam disebut Andad.d)Ath-ThaghutThagut adalah yang disembah dan diminta dari selain Allah, dan dia (yang diminta dan disembah) ridlo terhadap yang demikian itu.Thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada lima :1] Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah.2] Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela.3] Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.4] Orang yang mengaku tahu sesuatu yang ghaib, dan5] Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telahditurunkan oleh Allah.Sesungguhnya kewajiban pertama yang Allah fardhukan atas anak Adam adalah kufur terhadap thaghut dan iman kepada Alah Subhanahu Wa Taala sebagaimana yang Dia firmankan:Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat itu seorang rasul (mereka mengatakan kepada kaumnya): Ibadahlah kepada Allah dan jauhi thaghut (QS. An Nahl 16:36)Perintah kufur terhadap thaghut dan iman kepada Allah adalah inti dari ajaran semua Rasul dan pokok dari Islam. Dua hal ini adalah landasan utama diterimanya amal shalih, dan keduanyalah yang menentukan status seseorang apakah dia itu muslim atau musyrik, Allah taala berfirman:Siapa yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia itu telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kokoh (QS. Al Baqarah 2:256)Bila seseorang beribadah shalat, zakat, shaum, haji dan sebagainya, akan tetapi dia tidak kufur terhadap thaghut maka dia itu bukan muslim dan amal ibadahnya tidak diterima.Sayyidina Umar ibn al-Khattab mengatakan, Thogut adalah syaitanJabir bin Abdullah berkata: Thaghut adalah para dukun yang setan turun kepada mereka di suatu daerah.Menurut Mujahid, Thagut adalah setan yang berbentuk manusia, dia dijadikan sebagai hakim pemutus perkara dan dialah orang yang mengendalikan urusan merekaImam Malik mengatakan, thagut adalah semua hal selan Allah yang disembah manusia. Semisal, berhala, pendeta, ahli sihir, atau semua hal yang menyebabkan syirik.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan orang yang dijadikan pemutus perkara seperti hakim yan memutuskan perkara dengan selain Kitabullah (Al-Quran) adalah toghut [Majmu Fatawa : XXVIII/201]Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata,Thaghut adalah segala sesuatu yang melampaui batas yang berupa mabud (yang diibadahi) atau matbu (yang diikuti) atau mutha (yang ditaati). Sehingga toghut adalah semua orang yang dijadikan pemutus perkara, selain Alloh dan Rasul-Nya didalam suatu kaum, atau mereka yang dibadahi selain Alloh, atau yang mereka ikuti tanpa dasar keterangan dari Alloh, atau yang mereka taati pada perkaraperkara yang mereka tidak mengetahui bahwa taat kepadanya merupakan taat pada Alloh (lamul Muwaqqiin An Rabbil Alamin :I/50]Menurut Sayid Qutb, Thagut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah swt untuk hamba-Nya. Thagut bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban, dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah [Fi Zhilalil Quran I/292]Menurut Syaikh Muhammad Qutb, Thogut adalah seseorang, organisasi atau institusi, jamaah, pemerintahan tradisi atau kekuatan yang menjadi panutan atau aturan manusia, dimana manusia tidak dapat membebaskan diri dari perintahnya dan larangannya.Adapun tata cara kufur kepada thaghut adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah:1. Engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah,2. Engkau meninggalkannya,3. Engkau membencinya,4. Engkau mengkafirkan pelakunya,5. Dan engkau memusuhi para pelakunya.Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala:Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya tatkala mereka mengatakan kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja (QS. Al Mumtahanah 60: 4)Jadi Laa ilaaha illallaah menuntut kita untuk berlepas diri, menjauhi, dan meninggalkan empat hal tadi: Alihah (sembahan-sembahan), Arbab (tuhan-tuhan pengatur), Andad (tandingan-tandingan), dan Thaghut.

2. Al-ItsbatAl-Itsbat mencakup empat perkara, yaitu Al-Qashdu, At-Tazhim dan Al-Mahabbah, Al-Khauf dan Ar-Raja, dan At-Taqwa.a)Al-Qashdu, adalah tidaklah ibadah itu ditujukan melainkan hanya kepada Allah.b)At-Tazhimadalah pengagungan hanya untuk Allah. DanAl-Mahabbah, adalah cinta hanya untuk dan karena Allah.Dan orang-orang yang beriman lebih dahsyat/hebat cintanya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah 2:165).c)Al-Khaufadalah rasa takut/khawatir mendapat kemurkaan dan siksa/adzab Allah (neraka). DanAr-Raja, adalah berharap mendapat rahmat dan nimat dari Allah (surga). Ayat yang berkenaan dengan berharap nimat Allah dan takut terhadap siksa Allah.Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS. An-Anbiya 21:90)Sesungguhnya demikianlah syetan beserta pengikut-pengikutnya menakut-nakuti (orang-orang beriman). Maka janganlah kalian takut kepada mereka (setan dan wali-wali syetan), namun takutlah kepada-Ku, jika kalian orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran 3:175)Maka barangsiapa berharap berjumpa Rabbnya (Allah), hendaklah beramal dengan amalan Shalih, dan tidak menyekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya (Allah) dengan seseorangpun. (QS. Al-Kahfi 18:110)d)At-Taqwa, adalah takut mendapat kemurkaan dan siksa Allah dengan meninggalkan amalan syirik dan maksiat, ikhlas beribadah kepada Allah, mengikuti perintah Allah dan Syariat Allah.Maka berbekallah kalian (untuk menjumpai kematian dan alam akhirat), maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa. (QS. Al-Baqarah 2:197)berkata Abdullah bin Masud tentang Taqwa :Sesungguhnya kamu beramal taat kepada Allah, di atas cahaya (petunjuk) dari Allah, kamu berharap pahala Allah, dan bahwa kamu meninggalkan maksiat/durhaka kepada Allah di atas cahaya (petunjuk) dari Allah, kamu takut (khawatir,cemas) siksa Allah.

IV. Syarat Syarat Kalimat Tauhid

Syarat () secara bahasa artinya tanda atau alamat. Secara istilah, makna syarat adalahsesuatu yang apabila tidak ada menjadikan tidak adanya hukum, namun adanya tidak mengharuskan pasti adanya hukum.Wahab bin Munabbihrahimahullahberkata kepada orang yang bertanya kepadanya: Bukankah La Ilaha Illallah kunci surga? Ia menjawab: Betul. Tetapi, tiada satu kunci-pun kecuali ia memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki gigi-gigi, pasti engkau dapat membuka pintu, namun jika engkau membawa kunci yang tidak ada gigi-giginya pasti pintu itu tak akan terbuka. (HR. Bukhari dalam taliq).Dan gigi-gigi kunci La Ilaha Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu sebagai berikut:1. Al Ilmufirman Allah taala :

Maka ketahuilah, [Muhammad] bahwa tidak ada Tuhan selain Allahdan mntalah ampunan untuk dosamu bagi orang-orang percaya dan wanita yang beriman. Dan Allah mengetahui gerakanmu dan tempat istirahatmu. (QS. Muhammad: 19)Maksudnya kita harus mengetahui betul makna dan segala konsekwensi ketika kita sudah mengucapkan kalimat laa ilaha illallah. Memahami makna kalimat tersebut, baik dari sisi penafian (peniadaan) maupun dari sisi penetapan. Paham bahwa kita harus menjauhi dan meningglakan segala macam bentuk sesembahan dan peribatadan kepada selain Allah, bara darinya dan para pelakunya dan hanya beribadah kepada Allah semata dalam segala bentuk ibadah dalam arti yang luas, sebagaimana telah berlalu penjelasan makna ibadah dan sifatnya. Sehingga tidak terjadi kontradiksi antara amaliyah dan ucapan. Sebagaimana Orang-orang kafir quraisy jaman dahulu, mereka konsisten dengan kemusyrikannya dan mereka paham betul makna laa ilaha illallah, makanya mereka ketika diseru untuk mengucapkan laa ilaha illallah, mereka tidak mau dan menjawab dengan konsekwensi dari kalimat tersebut. Allah berfirman:Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata: Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila? (ash-shaffat :35-36)

Jadi sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan segala konsekwesinya adalah sia-sia dan belum bisa mengantarkan pelakunya ke surga. Rosulullah bersabda:Barangsiapa yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk surga. (HR. Muslim)

2. Al- YaqinLawan yakin adalah keragu-raguan (syak). Yakin merupakan kekuatan dan kesempurnaan ilmu. Seorang yang mengatakan kalimat ini haruslah benar-benar meyakini pengertian dan kandungan kalimat tersebut tanpa adanya keraguan dan kebimbangan sedikitpun. Karena iman itu butuh keyakinan, tidak cukup dengan prasangka.Allah berfirman :

Sesungguhnya orang orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian merekatidak ragu-ragudan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)

Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang munafik. Allah Taala mengatakan kepada orang-orang munafik tersebut, Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hatimereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.(QS. At Taubah : 45)

Dalam beberapa hadits, Allah mengatakan bahwa orang yang mengucapkan laa ilaha illallah akan masuk surga dengan syarat yakin dan tanpa ada keraguan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba pun yang bertemu Allah (baca: meninggal dunia) dengan membawa keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu kecuali Allah akan memasukkannya ke surga (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah juga, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Seorang hamba yang bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu, Allah tidak akan menghalanginya untuk masuk surga. (HR. Muslim) Supaya orang yang mengucapkannya bisa masuk surga, Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menjadikan syarat agar dalam mengucapkannya tidak ragu terhadapnya dan hatinya meyakininya dengan penuh.3. Al IkhlasLawannya adalah syirik. keikhlasan disini bermakna memurnikan, maka apabila ibadahnya diberikan pula kepada selain Allah, maka hilanglah keikhlasan dan jatuh ke dalam kesyirikan. Maka keikhlasan harus meniadakan bentuk amalan kesyirikan, kemunafiqan, riya dan sumah.Allah swt berfirman:Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan agama kepada-Nya.(az-Zumar: 2)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas (memurnikan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah [98] : 5)

Dalam shahih Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda,Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah dia yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah ikhlash dari hatinya atau dirinya.

4. Ash shidquLawannya adalah mendustakan. Seorang yang telah mengucapkan kalimat tauhid, maka orang tersebut harus membenarkannya di dalam hatinya, di mana hatinya selalu sejalan dengan lisannya. Tidaklah cukup bagi kita mengucapkan kalimat saja, namun ucapan ini juga harus dibarengi dengan adanya pembenaran di dalam hati. Adapun orang yang hanya menampakkan lahirnya saja dengan mengucapkan kalimat tersebut, akan tetapi dia tidak membenarkan dalam hatinya, maka dia adalah seorang munafik. Allah Taala berfirman:

Mereka yangtetap tinggaldariBaduiakan mengatakankepadamu,"propertikami dankeluarga kamididudukikita,sehingga memintapengampunanbagi kita." Merekamengucapkan dengan lidahnyaapa yang tidakdi dalam hatimereka.Katakanlah, "Lalu siapa yangbisa mencegahAllahsama sekali jikaDiaditujukan untukAnda membahayakanatau ditujukan untukkamu mendapatkan keuntungan?Sebaliknya,yang pernahadalah Allah,dengan apa yang kamulakukan,Mengenal. (QS. Al-Fath: 11)Begitu juga pada firman-Nya,Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al Munafiqun [63] : 1)

Untuk mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup dengan mengucapkan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus disertai dengan pembenaran (kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata diucapkan tanpa disertai dengan kejujuran dalam hati, tidaklah bermanfaat.Lihatlah hadits dari Muadz bin Jabal, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya dengan kejujuran dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya. (HR. Bukhari)

5. Al mahabbahYaitu mencintai kalimat ini serta makna yang terkandung di dalamnya dan apa saja yang ditunjukkannya, dituntutnya, dan orang-orang yang menggucapkannya, mengamalkan dan berpegang teguh dengannya, serta membenci semua hal yang bertentangan dengannya. dan merasa bahagia dengannya. Bahkan cinta merupakan salah satu unsur pokok dalam ibadah di samping rasa takut dan harap. Barangsiapa mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. (Al Baqoroh: 165)

Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin sangat cinta kepada Allah. Hal ini dikarenakan mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta ibadah. Sedangkan orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang kepada Allah adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun menyelisihi hawa nafsunya dan juga membenci apa yang dibenci Allah walaupun dia condong padanya. Sebagai bentuk cinta pada Allah adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta membenci musuhnya, juga mengikuti Rasul shallallahu alaihi wa sallam, mencocoki jalan hidupnya dan menerima petunjuknya.Dari Anas bin Malik radhiyallaahu anhu berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda :Tiga hal, apabila ketiganya ada pada diri seseorang maka ia akan bisa merasakan manisnya Iman; Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6. Al inqiyad (tunduk dan patuh) terhadap tuntutannya.Yaitu seorang yang mengucapkan laa ilaha illallah haruslah patuh terhadap syariat Allah serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Serta tunduk terhadap konsekwensi kalimat . Lawan sikap tunduk adalah al-iradh (cuek). Artinya, sama sekali tidak mau melaksanakan konsekwensi kalimat tauhid tersebut.Allah Taala berfirman,Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan. . . (QS. Al-Nisa: 125)

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. (QS. Luqman: 22)

Makna Yuslim Wahjahu: dia menyerahkan diri dan tunduk dengan banyak berbuat baik dan bertauhid. Sedangkan orang yang tidak menyerahkan diri dan tidak tunduk kepada Allah, maka dia tidak termasuk berpegang teguh dengan tali yang kuat (Laa Ilaaha Illallaah).Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; Tiada beriman salah seorang kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. al Baihaqi)

7. Al Qabul (menerima)Artinya, menerima dengan sepenuh hati setiap konsekwensi kalimat tauhid. Lawan dari sikap menerima adalah menolak. Seorang muslim yang mengaku dirinya beriman sudah seharusnya menerima kalimat ini dengan hati dan lisannya. Karena ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui maknanya tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain. Maka barangsiapa yang tidak mau menerima kalimat ini, menolaknya, bahkan menyombongkan diri darinya, maka dia telah kafir. Karena sikap menolak kalimat tauhid ini, serupa dengan yang terjadi di kalangan kaum kafir Quraisy di mana mereka melawan dan bersikap sombong serta tidak mau menerima kalimat tauhid tersebut. Allah berfirman:Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata: Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila? (ash-shaffat :35-36)

Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia (melalui tanah tadi, pen); mereka bisa meminumnya, memberikan minum (pada hewan ternaknya, pen) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong, tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu, pen) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya adalahpermisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi, pen) dan tidak menerima petunjuk Allahyang aku bawa. (HR. Bukhari dan Muslim)