Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam...

56
TAUBAT PELAKU JARIMAH HIRABAH (PERAMPOKAN) PERSPEKTIF IMAM MALIK DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SH.I.) Oleh : FINALTO NIM : 104045101548 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Transcript of Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam...

Page 1: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

TAUBAT PELAKU JARIMAH HIRABAH (PERAMPOKAN) PERSPEKTIF

IMAM MALIK DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SH.I.)

Oleh :

FINALTO

NIM : 104045101548

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

TAUBAT JARIMAH HIRABAH (PERAMPOKAN) FERSPEKTIF IMAM

MALIKI DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHi)

Oleh:

FINALTO

104045101548

Di bawah Bimbingan

Prof. Dr.H.M. Abduh Malik

Nip. 150094391

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 3: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT. Alhamdulillah

atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat beserta salam kehadirat suri tauladan ummat

sedunia, Nabi Muhammad SAW, karena dengan segenap perjuangannya penulis

dapat menikmati keragaman dunia.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Akademik

Jurusan Pidana Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada bidang

Syariah. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi yang berjudul “Taubat Pelaku

Jarimah Hirabah (Perampokan) Perspektif Imam Malik dan Relevansinya di

Indonesia” tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang tulus pada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri “ Syarif

Hidayatullah” Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri “ Syarif Hidayatullah” Jakarta.

3. Bapak . Asmawi, M.Ag, ketua Program Studi Jinayah Siyasah Universitas Negeri

“ Syarif Hidayatullah” Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing yang telah Memimbing

penulis dengan sepenuh hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 4: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

5. Ayahanda (Junaidi) dan Ibunda (Nursua), atas semua pengorbanan, kasih sayang,

dukungan baik moril maupun materil dan doa yang tak hentinya untuk

kesuksesan penulis. Kakak-kakakku (Paslim Pindari beserta istri) terima kasih

atas semua pengorbanan kalian untuk penulis, dan terima kasih untuk semua

dukungannya. Adiku dan bibiku (Helti dan Suniarti), semoga harapan dan cita-

cita kalian dapat terwujud, I love you All.

6. Teman-temanku Cevi, Nandes, Aris, Komson, Oji, Amin, Devison. Riko, Johan,

Hilmi, Pay, Unay, Rijal, Reva, Putih, Irna dan Zulfa, yang selalu berbagi

pengalaman dan saling memberi dukungan kepada penulis good luck .

7. Teruntuk Adek Meri Juniana terima kasih atas semua dukungan yang adek

berikan. Semua kenangan kita akan terukir abadi dalam sanubariku.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Akhir kata penulis sangan mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat bagi

semua pihak, khususnya bagi kemajuan penulis dimasa yang akan datang, semoga

Allah berkenan membalas seluruh kebaikan dan kemudahan yang telah diberikan,

serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 1 Desember 2008

FINALTO

Penulis

Page 5: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembataan dan Perumusan Masalah............................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8

D. Review Pustaka ............................................................................. 9

E. Metode Penelitian.......................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II TINJAUAN TENTANG JARIMAH HIRABAH MENURUT HUKUM

ISLAM

A. Pengertian Jarimah Hirabah dan Taubat........................................ 14

B. Macam-macam Jarimah ................................................................ 16

C. Unsur-unsur Jarimah Yang Dapat Dikenakan Hukuman................ 35

D. Sanksi Bagi Pelaku Jarimah Hirabah ............................................ 37

BAB III TAUBAT DALAM HUKUM ISLAM MENURUT IMAM MALIK

DAN PEMAAFAN DALAM HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Sekilas Biografi Imam Malik ......................................................... 44

B. Syarat-syarat Taubat dan Cara Bertaubat Menurut Imam Malik......... 47

Page 6: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

C. Dasar Pemikiran Imam Malik Tentang Taubat Yang Dapat

Mengugurkan Hukuman Jarimah Hirabah..................................... 52

D. Pemaafan Bagi Pelaku Tindak Pidana Dalam hukum Pidana di

Indonesia ....................................................................................... 53

BAB IV ANALISA TENTANG PELAKU JARIMAH HIRABAH MENURUT

IMAM MALIK DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA

A. Faktor Penyebab Gugurnya Hukuman Pelaku Jarimah Hirabah

Dalam Hukum Islam ..................................................................... 61

B. Analisa Tentang Taubat pelaku Jarimah Hirabah Dan

Relevansinya di Indonesia........................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 65

B. Saran ............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

BAB II

TINJAUAN TENTANG JARIMAH HIRABAH MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Jarimah Hirabah dan Taubat

1. Pengertian Jarimah

Menurut pengertian secara etimologi kata jarimah berasal dari kata

jarama, atau jarim, artinya perbuatan dosa atau jahat, berbuat salah atau

melakukan maksiat, dan disebut mujrim artinya orang yang berbuat dosa, jahat,

atau melanggar larangan-larangan syara’. Yang dimaksud dengan perbuatan yang

dilarang adalah perbuatan yang melanggar atau mengabaikan perbuatan-

perbuatan yang diperintahkan oleh syara’. Sedangkan yang dimaksud dengan

perbuatan maksiat ialah perbuatan yang menentang, mengabaikan, perintah

ataupun larangan-larangan syara’.1

Maka jarimah dapat berarti melakukan perbuatan terlarang (haram) yang

mengakibatkan adanya hukuman terhadap perbuatan tersebut atau meninggalkan

perbuatan yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga perbuatan tersebut juga akan

dikenai sanksi atau hukuman.2

Dari uraian tentang pengertian kata jarimah di muka, dapat dipahami

bahwa jarimah adalah perbuatan, tindak kejahatan, atau pristiwa kriminal yang

1 Warsum, Hukum Pidan Islam, 1991, h. 2-3. 2 Abdul Qadir ‘Audah, at-tasyri al-Jina-I al-islam Muqaranan bi al-Qanun al-wad’I (Beirut :

Miassasah al-Risalah, 1994), 1 h. 66.

Page 8: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

dilakukan oleh seseorang. Karena perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan,

karena tindakan seperti ini berupa kejahatan yang merugikan, membahayakan,

atau merusak jiwa ataupun harta seseorang. Jarimah diartikan pula perbuatan-

perbuatan dosa atau kemaksiatan, oleh karena itu orang yang melakukannya

dikenakan hukuman sebagai pertanggungjawaban atas akibat perbuatannya.

Sedangkan perampokan adalah terjemahan dari kata al-hirabah yang oleh para

Ulama Fiqh diartikan sebagai qath’u al-thariq, yang berarti tindakan menghambat

orang di suatu jalan. Pengertian ini dipahami dalam konteks adanya tindakan

sekelompok orang, atau perorangan, sebagai penyamun yang sengaja mencegat

orang-orang yang melalui sebuah jalan secara menakutkan untuk mengambil

barang bawaannya. Tim penyusun R.U.U. Hukum Pidana Islam Mesir tahun 1975

mendefinisikan hirabah sebagai tindakan pencegatan orang yang melewati sebuah

jalan yang dengan sengaja mengancam nyawa, dan atau mengambil hartanya, atau

untuk menakut-nakuti.3

2. Pengertian Taubat

Sedangkan Pengertian Taubat adalah pernyataan maaf kita kepada tuhan

atas kesalahan yang kita lakukan dengan sengaja ataupun tidak. Akan tetapi

secara harfiah taubat berarti kembali, maksudnya kembali dari perbuatan yang

salah dan dosa menuju perbuatan yang baik (amal saleh) yang disertai penyesalan

yang mendalam terhadap kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan dan bertekad

tidak akan mengulangi lagi, yang dibuktikan dengan tindakan nyata.

3 Muhammad Athiyah, hal.78.

Page 9: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Akan tetapi bila seseorang melakukan tindak pidana, seperti dalam

jarimah hirabah, taubat tidak mempunyai tampilan khusus atau proses simbolik

petunjuk, adanya taubat bisa ditandai dengan pengembalian harta kepada

pemiliknya ketika meharib mempunyai kemampuan untuk mengembalikan, dan

mengembalikan harta hasil rampasan sebelum ia ditangkap artinya belum masuk

dalam kekuasaan imam.4

B. Macam-macam Jarimah

1. Zina

Zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam

pengertian istilah adalah hubungan kelamin diantara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan

perkawinan.5

Para fuqaha (ahli hukum Islam) mengartikan bahwa zina, yaitu

melakukan hubungan seksual dalam arti memasukan zakar (kelamin pria) ke

dalam vagina wanita yang dinyatakan haram, bukan karena subhat, dan atas dasar

syahwat. Wanita yang dinyatakan haram adalah wanita yang bukan istrinya dan

amat (budak). Seorang pria yang menggauli dalam arti melakukan hubungan seks

dengan seorang wanita yang bukan istrinya, jika wanita yang digauli itu diduga

istrinya, atau sarirahnya atau amatnya, tidaklah termasuk perbuatan zina.

4 Asna’ Mataiib Syarh Raudit Talib (Penerbit al-Mayymaniyyah), cet, 1; Hassyiyah Abi al-

Abas Ahmad ar-Ramliy (Penerbit al-Mayymaniyyah), Jld. IV, h. 155 5 Abdurahman, Hukum Pidana Dalam Syariat Islam 1992, h.31.

Page 10: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Misalnya seorang pria yang mempunyai seorang istri yang sah. Suami tidak bisa

membedakan mana istri dan mana saudara kembar istrinya. Pintu kamar tidak

dikunci, dan kondisi kamar gelap gulita. Pria tersebut masuk ke kamar lantas

menggauli wanita yang diduga istrinya itu. Perbuatan pria dalam kasus seperti ini

tidak termasuk perbuatan zina, karena syubhat. Hubungan seksual atas dasar

perkosaan, maka pihak yang diperkosa tidak termasuk perbuatan zina.

a. Larangan hukum zina

Di dalam Al-Qur’an dinyatakan sebagai perbuatan keji dalam firman

Allah sebagai berikut:

�ا ا����� إ��� آ�ن ��� � و�ء ����� و#"!�

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu adalah suatu perbuatan

yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (QS.Al-Israa (17):32.

1. Larangan melakukan zina atas dasar Nas (teks)

Alasannya yaitu kalimat laa taqrabuzzinaa, maknanya jangan melakukan

zina, seperti kalimat laa taqrabu shalaata maknanya janganlah melakukan

shalat.

2. Larangan melakukan zina atas dasar Mafhum Aulawy

Redaksi yang terdapat pada ayat di atas adalah laa taqrabuu, yang arti

harfiahnya adalah jangan mendekati. Atas dasar itu makna yang

terkandung dari ayat tersebut adalah larangan mendekati zina. Maksudnya

melakukan perbuatan yang mengarah ke perbuatan zina.

Page 11: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Ada beberapa perilaku yang dilarang dalam Alqur’an diantaranya

firman Allah SWT dalam Surah An-Nuur (24): 30-31.

�ا ��و59% ذ7� أزآ� 5�% 34 ��012+/�* ی.-,�ا +* أ�)�ره% وی:;<و34 ��012+/�ت ی.--* +* } 30{إن� ا@ ?��� ��1ی)/=�ن

�5/+ �5F�+�#5*� إG/ی* زیH�و59*� و#ی�ره*� وی>;:* ��(�أ�9 �2I �*ه�1J� *��5*� و#یH�ی* زی/5G*� إ#� ��=�5G�*� أو و��-��

�5G�*� أو إ?�ا5�*� أو =�ء /�5K*� أو أ/��5G�*� أو أ=�ء �5K*� أو ءا�ءا5K*� أو +L� ا"5*� أو��+NO2 أی5��1*� أو �/M إ?�ا5�*� أو �/M أ?

�2I وا�ی* �% ی:5P3 ا��;�Q�9ل أو ا���ا� *+ ���=�* T�� أو�� اSر��Gا� �*5G/زی *+ *�;Jر529*� ��=2% +�یU� *�ء و#ی-�L�/رات ا��I

�ا إ�� ا@ �19=���ن � أی,� ا01�+/و"<2;" %O�2=� ن�

Artinya: “ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:”Hendaklah

mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang meeka perbuat.” (31)”Katakanlah kepada wanita yang

beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali

yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain

kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali

kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak

yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasannya

yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,

hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur (24):

30-31.

b. Had pidana zina

Page 12: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Sebagai konsekuensi atau larangan zina Allah berfirman dalam Surah An-

Nuur (24), 2 sebagai berikut:

ا���ا��� وا���اH29�� M�وا آ�3 واH29 �K�+ �15/�+ H�ة و#"P?Uآ% ��15 رأ�� �ن ��@ وا��/+0" %G/دی* ا@ إن آ M� *�+ �;KY �15��م اZ?� و�� PI H5ا

ا01�+/�*

Artinya: “Wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka derahlah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan

kepada keduanya sampai mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika

kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)

hukuman terhadap mereka disaksikan oleh sekumplan orang-orang yang

beriman. (QS. An-Nuur (24):2)

Hadits Nabi:

Hوزی �/I @ا Mة رض�ی�ه M�إن ر�9 +* ا�=�اب ..... ا�* ?��IH* أی�ر��ل ا@ إ# M� N�-4 : �� ر��ل ا@ ص�2 ا@ ��2I و�2% �!�ل أ

��GOب ا@ : ��GOب ا@ "=���، �!�ل اZ?� ه� أ�!� +/� �//�� b4�� ،%=��/M آ�ن �2I �;�LI هPا ���� ��+�أ"� : واPKن �M �!�ل *T 34 �4ل

�K�1� ش�ة وو��Hة �N��L . %وإ�M أ?��ت أن �2I ا�/M ا��9 �/+ NیHG=�وأن �2I . أه3 ا�=�?U� %2��M و أن �2I ا�/K�+ H29 M� و".�ی�I eم

�رة و�9ءوا �!�رئ . ا+�أة هPا ا��%9G����!�ل ر��ل ص�د�g� ،*�4ءوا �� 3�!� ،��2I hHی i�5، ووض/+ iض�: �5% �!�ا��G إذا ا��5G إ�� +

2�ح" Mذا هk� ،hHی i��� *آHی iا: ، �!�ل ار��ی� +>H1، إن ���5 : أو �!����15 ر��ل ا@ ص�2 ا@ ��2I و�%2 �+U� ،�//�� �1"�OG� �/O9% و��ا�

. +H!2� .��2I l;G رای�G ی�15�2I �/g ی!��5 ا�>�gرة �/;�L: ���19، �4ل

Artinya: “Dari Abu hurairah dan Zaid bin Khalid r.a.: sesungguhnya seorang

lelaki Arab Badwi dating menghadap Rasulullah SAW. Seraya berkata: “Ya

Rasulullah saya tidak memohon kepada engkau selain putusan bagiku

berdasarkan kitabullah (Al-Qur’an). “ periwayat yang lain dan dia lebih

mengerti dari pada dia, berkata: “ Ya, putuskanlah kami berdasarkan kitabullah

dan izinkan saya, : “lalu beliau bersabda: Katakan (jelaskan dulu perkaranya),

“Dia berkata, “Sesungguhnya anak saya menjadi buruh pada orang ini lalu ia

bezina dengan istri majikan ini. Dan sesungguhnya saya telah beritahu bahwa

Page 13: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

hukuman atas anak saya ini adalah rajam lalu saya menebusnya dengan seratus

ekor kambing dan seorang hamba wanita. Setelah saya menanyakan ulam, lalu

memberitahukan saya bahwa hukuman atas anak saya dera seratus kali dan

hukuman buangan setahun; Dan sesungguhnya atas istri majikannya itu adalah

rajam. “ Lalu Rasulullah bersabda: Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya,

sungguh saya akan memutuskan perkara anatara kamu berdasarkan kitabullah;

Hamba sahaya dan kambing itu ambil kembali. Dan hukuman atas anakmu, dera

seratus kali dan pembuangan/pengasingan setahun. Pergilah wahai Unais

kepada istri lelaki itu. Jika ia mengakui perbuatannya, maka rajamlah dia”

(Muttafaq ‘alaih dan susunan matan hadits ini menurut riwayat Muslim)

Dalam hal ini zina zina terbagi dua yaitu:

1. Zina muhsan ialah perzinaan antara laki-laki dan perempuan yang belum

menikah. Hukumannya adalah didera seratus kali sebagaiamana yang

terdapat dalam nas Al-qur’an.

�15�ا���ا��� وا���اH29�� M�وا آ�3 واH29 �K�+ �15/�+ H�ة و#"P?Uآ% H5 �ن ��@ وا���م اZ?� و��/+0" %G/دی* ا@ إن آ M� ��رأ

K;� +�* ا01�+/�*Y �15� PIا

Artinya: “Wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka

derahlah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan

janganlah belas kasihan kepada keduanya sampai mencegah kamu untuk

(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari

akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman terhadap mereka

disaksikan oleh sekumplan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur

(24):2)

Namun sebagian ulama fiqih menambahkan hukukaman dengan

diasingikan selama satu tahun, dengan berpegang pada hadits Rasulullah Saw

bersabda:

��O���H29 �K�+ة و".�ی�I eم �O��ا Artinya: “ Jika yang belum menikah berzinah dengan yang belum menikah

maka hukumannya di dera seratus kali dan diasingkan selama setahun.

Page 14: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

2. Zina Ghair Muhsan ialah perzinahan antara laki-laki dan perempuan yang

sudang menikah. Hukuman bagi pezina yang sudah menikah adalah

dirajam dengan batu kerikil sampai mati. Ada yang berpendapat didera

lalu dirajam .

Pendapat yang pertama adalah pendapat mayoritas ulama, sementara

pendapat yang kedua, adalah pendapat yang menyatukan anatar hukuman dera

dan rajam, pendapat teresebut merupakan pendapat mazhab Zhahiriyah dan iman

Ahmad bin Hanbal. Pendapat yang kedua berdalil dengan hadits yang

diriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit. Dari Nabi Saw, dia berkata:

�K�+H2� e�m��� e�mرة- ود+� أور9% -ا��g<��� Artinya: “ Pelaku zina yang sudah menikah (laki-laki ataupun perempuan) di

dera dan dirajam dengan batu.

c. Tujuan hukuman pidana zina

Sanksi terhadap pelaku zina demikian berat, mengingat dampak negatif

yang ditimbulkan akibat perbuatan zina, baik terhadap diri, keluarga, dan

masyarakat. Diatntara dampak negatif, yaitu sebagi berikut:

1. Penyakit kelamin seperti virus HIV Aids, penyakit gonorchoe atau

syiphilis, merupakan penyakit yang mencemaskan. Penyakit tersebut

terjangkit melalui hubungan kelamin. Di beberapa negara, terutama

negara-negara yang mentolerir, paling tidak memberikan peluang kepada

warganya melakukan perzinaan, termasuk Indonesia telah dirisaukan

dengan isu mewabahnya penyakit kelamin yang membahayakan.

Page 15: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

2. Perbuatan zina, menjadikan seseorang enggan melakukan pernikahan

sehingga dampak negatifnya cukup kompleks, baik terhadap kondisi

mental maupun fisik seseorang.

3. Keharmonisan hubungan suami istri akan berkurang lantaran salah satu

pihak, yaitu suami atau istri telah mengadakan hubungan dengan lawan

jenisnya bukan dengan suami/istrinya yang sah. Ketidakpuasan dalam

pemenuhan seksual antara suami istri besar kemungkinan menimbulkan

ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga.

4. Di Negara-negara yang menghormati kesusilaan, masyarakatnya akan

mencela seorang wanita yang hamil tanpa ada suami yang sah, terutama di

Indonesia.

2. Qodzaf

Qodzaf menurut bahasa adalah ramyu asy-syai yang artinya melempar

sesuatu. Maksud yang dikendaki syara’ adalah melemparkan tuduhan zina (wathi)

kepada orang lain atau tidak mengakui keturunan (nasab) dari istri yang sah.6

Bentuk qodzaf ini dapat berupa ucapan, seperti ‘engkau telah berzina”,

atau menyebar luaskan berita yang menyatakan bahwa seorang telah berzina.

Bentuk lain adalah pengingkaran terhadap nasab. Tidak mengakui keturunan atau

menyangkal janin dalam kandungan seorang tersebut istri. Bentuk terakhir ini

biasanya terjadi dalam rumah tanga. Bila tuduhan suami tersebut dapat

dibuktikan, maka si istri dapat dikenakan hukuman hadd zina, dan bila ternyata

6 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al-Hudud fi al-Islam, h. 202.

Page 16: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

tuduhan itu tidak dapat terbukti, maka si suami dapat dikenakan hukman hadd

qodzaf. Akan tetapi untuk menghindari hukuman tersebut, (suami dan istri) dapat

bermula’anah (li’an, walaupun resikonya sangat berat, karena telah berani

berbohong di hadapan Allah SWT, maka siksa yang berat akan di dapat di akhirat

nanti.

Satu prinsip dalam Fiqh Jinayah adalah bahwa seorang yang menuduh

orang lain dengan suatu yang haram itu. Apabila tuduhannya itu tidak dapat

terbukti, maka di wajibkan dikenakan hukuman.7

Asas legalitas Jarimah Qazaf secara jelas disebutkan dalam al-Qur’an:

�5دة أH�ه% � %5L;أ� nء إoH55% ش�� *Oن أزوا59% و�% ی�وا��Pی* ی�+أر�i ش�5دات ��@ إ��� 1�* ا�)��د�4* واL+�J�� أن� �=/N ا@ 2I�� إن

/I رؤاHوی *���5 ا�=Pاب أن " H5 أر�i ش�5دات ��@ إ��� آ�ن +* ا�O�ذ5�2 إن آ�ن +* ا�)��د�4*I @ا e-T أن� �L+�J�وا *�� 1�* ا�O�ذ

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka

tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian

orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sessungguhnya dia

adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa

laknat Allah atasnya jika ia termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu

dihindarkan dari hukuman dengan bersumpah empat kali atas nama Allah

(bahwa) sesungguhnya sauminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang

berdusta, dan sumpah yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya bila suaminya itu

termasuk orang-orang yang benar. (Qs. An-Nuur (24): 6-9.

�ا �Uر�=� شoH5ء H29��وه% ث�1��* "Uن ا1�>)/�ت ث%� �% ی�وا��Pی* ی�+�H29ة و#"!2��ا 5�% ش�5دة أ�Hا وأو7r� ه% ا�;��!�ن�ا +* إ#� ا��Pی* "�

�ر ر���%;T @ن� اk� ا��=H ذ7� وأص2> Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik

(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka

7 H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah, h. 63.

Page 17: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

derahlah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali derah, dan janganlah

kamu teriam kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-

orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan

memperbaiki (dirinya) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (QS. An-Nuur (24):4.

إن� ا��Pی* ی�+�ن ا1�>)/�ت ا�.���ت ا01�+/�ت �=/�ا M� ا�H,��� واZ?�ة %�:I ابPI %5�و

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik,

yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan

akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (QS. An-Nur (24):23.

Dalam jarimah qodzaf ini beberapa unsur yang harus ada sehingga dapat

dikatakan sebagai suatu jarimah, yaitu pertama, adanya ucapan yang

mengandung tuduhan atau penolakan terhadap keturunan, kedua tertuduh haruslah

salamat dari tuduhan tersebut. dan ketiga adanya kesengajaan untuk berbuat jahat

atau adanya itikad yang tidak baik.8

3. Riddah (al-Murtad)

Pengertian Murtad

Secara etimologi, kata riddah merupakan isim masdhar dari kata ( ار��اد )

yang berarti mundur, kembali ke belakang.9

10ا��9�I* ا�Q�یl ا�Pي �9ء +/� : ا��دة

Artinya: “Riddah (murtad) adalah: kembali mundur dari jalan di mana dia

datang.

11ا��9�ع I* ا� Mء إ�� �T�h : ا��دة

8 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Isalam, h. 79-80. 9 Ahmad Warson Munawwri, h. 522. 10 Sayid Sabiq, h. 450. 11 Wahbah al-Zuhaili, h. 183.

Page 18: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Artinya: Riddah (murtad) adalah: kembali dari sesuatu kepada yang lainnya.

Sementara secara terminologis, para ulama menefinisikannya sebagai

berikut:

�اء � �;Oم إ�� ا���Sدی* ا *I ع��ل����r� ا��9!���12 أو ���;=3 ا�O1;� أو

Artinya: “Keluar dari agama Islam menjadi kafir, baik dengan niat, perkataan,

maupun perbuatan yang menyebabkan orang yang bersangkutan dikatagorikan

kufur/kafir.

hا�دون إآ hر��G?�� �;Oم إ�� ا���Sا *I u2% ا�=�34 ا����L1ع ا��ر9

H13+* أ�

Artinya: “Keluarnya seorang Muslim yang telah dewasa dan berakal sehat dan

beragama Islam kepada kekafiran, dengan kehendaknya sendiri tanpa paksaan

dari siapa pun.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan murtad (riddah) adalah:

keluarnya seorang muslim dari agama yang dianutnya (agama islam) kepada

kekafiran dengan menyatakan atau melakukan sesuatu yang menyebabkan orang

tersebut kafir.

Umpanya mengingkari adanya Tuhan, mendustakan Rasulullah,

menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, menyembah kepada

berhala, melemparkan kitab suci al-Qur’an ke dalam kotoran,14

dan lain-lain.

Adapun Syarat-sayarat murtad (riddah)

Seorang dapat dinyatakan murtad dengan persyaratan sebagai berikut:15

1. Berakal, karena tidak murtadnya orang gila.

12 Ibid, h. 183 13 Sayid Sabiq, h. 451. 14 Wahbah al-Zuhaili, h. 183. 15 Ibid,. h. 184-186.

Page 19: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

2. Telah mencapai usia baligh (dewasa), karena tidak murtadnya anak kecil

yang telah mencapai usia mumayyiz menurut ulama Syafi’iyya, sementara

jumhur ulama berpendapat sebaliknya.

3. Dilakukan atas kehendak sendiri, karena tidak sah murtadnya orang yang

dipaksa, dengan catatan hatinya tetap bersihteguh dalam keimanannya.

Dalam hubungan ini, seorang Sahabat Nabi bernama ‘Ammar ibn Yasir

pernah dipaksa mengucapkan kata-kata kekufuran (kalimat la-kufr) sehingga ia

terpaksa mengucapkannya, maka terunlah ayat 106 surat al-Nahl:

� v*r1Q+ ��24و h�إی�1�� إ#� +* أآ H=� *+ @��S�ی�1ن وO�* +�* +* آ;� %�:I ابPI %5�ا@ و *�+ e-T %5�2=� راHص �;O��� ش�ح

Artinya: “barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia

mendapat kemurkaan Allah) kecuali orang yang dipaksa kafir, padhal hatinya

tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). Akan tetapi, orang yang

melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpahnya

dan baginya Azab yang besar. (Q.S. AL-Nahl (16): 106.

4. Minum Khamr

Ada beberapa yang diberikan oleh para ulama berkenaan dengan jarimah

ini. Al-Bughari memberikan nama syaribul kahmar, atau Dawud menamakannya

al-haddu fil khamr. Ibnuh Majah menyebutnya dengan Haddus sakran, Imam

Srafi’i Haddul khamr dan Imam Hanafidengan haddus syurb.16

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian As-Syurbu

(meminum). Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, sebagaimana

dikutip oleh Abdul Qadir Audah bahwa pengertian As-Syurbu (meminum) adalah

16 Drs. Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinnayah), CV. Pustaka Setia, Bandung

2000, h. 95

Page 20: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

minum-meminam yang memabukan baik minuman tersebut dinamakan khamr

atau bukan khamr, baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari perasan

bahan yang lain. Sedangkan pengertian As-syurbu menurut Imam Abu Hanifah

adalah meminum minuman khamr saja, baik yang diminum itu banyaj maupun

sedikit.17

Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa khamr menurut Imam

Abu Hanifah adalah minuman yang diperoleh dari perasan Anggur. Dengan

demikian imam Abu Hanifah membedakan antara khamr dan muskir (mabuk).

Khamr diharamkan minumnya baik sedikit maupun banyak dan

keheramannyaterletak pada dzatnya (lidzatihi). Adapun selain khamr yaitu muskir

yang terbuat dari bahan-bahan selain dari perasab buah anggur yang sifatnya

memabukan, keharamannnya tidak terletak pada minuman itu sendiri (lidzatihi),

tetapi pada minuman terakhir yang menyebabkan mabuk. Jadi menurut Abu

Hanifah orang yang muskir baru dikenakan hukuman apabila yang meminumnya

tersebut mabuk. Apabila tidak mabuk maka tidak dikenai hukuman.18

Tampaknya pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmadiah

yang diikuti oleh dunia Islam yakni bahwa minum khamr atau minum yang lain

yang memabukan adalah haram, baik bannyak maupun sedikit.19

Seperti yang dikemukakan oleh H. Arif Furqan, dkk dalam bukunya

(Islam Dan Disiplin Ilmu Hukum). Delik pidana yang dimaksud dalam

17 Drs. H. Ahmad Wardi Muchlish, Hukum Pidana Islam, h. 73 18 Ibid, h. 74 19 Prof. Drs. H.A.Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatn dalam Islam), h. 97

Page 21: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

pembahasan ini yaitu seluruh tindakan untuk mengkonsumsi makanan atau

minuman melalui pencernaan atau jaringan seperti pennyuntikan dan cara yang

membuat pemakainya mengalami gangguan kesadaran.20

Larangan ini dijelaskan oleh Allah dalam Surah al-Baqarah (2): 219.

Sebagai berikut:

34 15��إث% آ��� و+/�i� 2�/��س وإث151 �L�1�وا �1J�ا *I 7��2rLی %O� @7� ی���* اPآ �2�7� +�ذا ی/;!�ن 34 ا�=;rL+* ��;=�15 وی �أآ�

اZی�ت �=�O;G" %O�2�ون

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang Khamar dan judi, katakanlah:

“pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,

tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.”Dan mereka bertanya

kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: yang lebih dari keperluan.

”Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu

berfikir. (QS,Al-Baqarah (2):219.

Kemudian dinyatakan tidak boleh melakukan sholat dalam keadaan

mabuk sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut:

��ن �12�ا +�"!=" ��G� رى�O� %Gا ا�)��ة وأ��� ی�أی,�5 ا��Pی* ءا+/�ا #"!�

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu

dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (QS.

An-Nisa (4):43.

Dan terakhir tegas-tegas dinyatakan bahwa khamar salah satu perbuatan

setan dan karenanya harus dijauhi. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai

berikut:

Zوا �L�1�وا �1J�ا إ���1 ا��)�ب واZز#م رy9 +�* ی�أی,�5 ا��Pی* ءا+/�ن<2;" %O�2=� h��/G9�� ن�Q�� 31I ا�

20 Prof. Dr. H. Zinudun Ali, Hukum Pidana Islam, h. 78.

Page 22: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamar,

berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah

termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maaidah (5): 90.

Unsur-unsur jarimah minum khamr;

1. Minum minuman yang memabukan

Seperti telah dijelaskan bahwa ketiga Imam Madzhab yaitu Imam Malik,

Imam Syafi’i dan Imam Ahmad mengharamkan minuman khamr dan

minuman lain yang memabukan baik sedikit maupun banyak dan baik

mabuk ataun tidak. Jadi dengan minum itu sendiri sudah merupkan

jarimah. Disyaratkan benda yang memabukan itu itu berupa minuman,

namun selain minuman tetap haram namun hukumnya bukan hukum

hadmelainkan hukuman ta’zir.

2. Ada niat yang melawan hukum (itikad jahat)

Yang dimaksud dengan itikad jahat adalah sudah tau bahwa minuman

yang memabuukan itu haram, tetapi tetap diminum juga. Oleh karena itu

tidak dikenai sanksi seseorang yang minum minuman khamr atau minum

lain yang memabukan, sedangkan ia tidak tahu bahwa yang diminum itu

adalah minuman yang memabukan atau tidak tahu bahwaminuman itu

haram.21

21 Prof. Drs. H.A.Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatn dalam Islam), h.98

Page 23: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

5. Pencurian

Pengertian Pencurian

Kata pencurian adalah terjemahan dari kata bahasa Arab al-Sariqah, yang

menurut etimologi berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara

tersembunyi, misalnya; istaraqqa al-sama’a (mencuri dengar) dan musaraqqat

al-nazara (mencuri pandang).22

Yang dimaksud dengan pencurian disini adalah mengambil harta orang

lain secra diam-diam tanpa sepengetahuan pemiliknya.23

Dari definisi tersebut

dapat dapat dilihat bahwa Unsur-unsur pencurian adalah:

a. Megambil harta secar diam-diam, pengambilan itu dapat dikatakan sempurna,

jika harta itu diambil dari tempatnya dan telah dipindah tangan dari

pemiliknya kepada pelaku pencurian.

b. Harta yang dicuri disyaratkan harta yang berharga, memilki tempat

penyimpanan yang layak dan sampai pada nisab.

c. Harat yang dicuri itu adalah harta orang lain dan tidak subhat.

d. Ada itikad tidak baik untuk memiliki harta yang bukan haknya.

Pelaku pencurian yang terbukti, baik berdasarkan dua orang saksi atau

berdasarkan pengakuan dari palaku, dapat dihukum dengan potong tangan.

Sebagaimana firman Allah:

22 Ibnu al-Manzhur. Lisan al-‘arab. Dar al-Ma’rif , juz III, hal, 1998. Al-Muqry al-Fayyumi.

Al-Misabah al-Minir, juz.I. h. 274 (tanpa menyebutkan tahun dan penerbit), dan lihat juga. Wahbah al-

Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Dar al-Fikr Damaskus, Cet. II th. 1989, juz VI, h. 92. 23 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al-Hudud fi al-Islam, h. 215

Page 24: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

�ا أیHیo�9 �15ء ��1 آ�O� ��L# +�* ا@ وا@ =Q4�� �4ر��Lرق وا���Lوا�%�O� ��یI

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah

tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan

sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. (QS.

Al-Maaidah (4): 38.

Hukum potong tangan ini diterapkan apabila harta yang dicuri sampai pada

nisab yang sudah ditentukan, para ulama berbeda pendapat mengenai ukuran

nisab ini, Imam Syafi’i, Malik Dan Ahmad berpendapat bahwa nisabnya adalah

seper-empat Dinar emas atau tiga Dirham dan yang seharga dengannya.

Sedangkan Hanafi menetapkan nisab sepuluh dirham.24

6. Hirabah (perampokan)

Perampokan adalah pengambilan harta orang lain secara terang-terangan

atau disertai dengan kekerasan. Tindakan ini dapat dilakukan oleh satu kelompok

atau satu orang yang memiliki kekuatan untuk melakukan intimidasi terhadap

orang lain.25

Sumber hukum dari jarimah hirabah ini adalah ayat al-qur’an yang

berbunyi:

�ن M� اZرض �L�دا أن =Lوی ����ن ا@ ور��إ���1 9�اؤا ا��Pی* ی>�ر2�ا أو ی)�2��ا أو"!i�Q أیHی5% وأر529% +�* ?�ف أو ی/;�ا +* اZرض �G!ی

M� اZ?�ة PIاب I:�%ذ7� 5�% ?�ي M� ا�H,��� و%5�Artinya: ”Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi

Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka

dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal

balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu

(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka peroleh

siksaan yang besar. (Qs. Al-Maidah (5): 33.

24 Ibid, h. 224-228 25 Muhammad bi Muhammad Abu Syahbah, al-Hudud Fi al-Islam, h. 224-228

Page 25: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Atas dasar ini ulama mensyaratkan pada seorang perampok harus

mempunyai kekuatan fisik untuk memaksa. Bahkan Imam Abu Hanifah dan

Imam Ahmad mensyaratkan seoarng prampok harus membawa senjata tajam,

sedangkan menurut Imam Syafii.yang penting seorang perampok harus

mempunyai kekuatan fisik untuk memksa26

bahkan Imam Maliki menganggap

pelaku perampokan cukup menggunakan tipu daya tanpa menggunakan kekuatan

dan dalam keadaan tertentu menggunakan anggta tubuh, seperti meninju dan

memukul dengan kepalan tangan.27

Sanksi bagi pelaku perampokan menurut Imam Malik ialah perampokan

itu diserahkan kepada hakim untuk memilih hukuman mana yang lebih sesuai

dengan perbuatan dari alternatif hukuman yang tercantum dalam Surah Al-

Maaidah ayat 33 tersebut. Hanya saja Imam Malik membatasi pilihan tersebut

untuk selain dibunuh atau disalib.28

Akan tetapi jika pelaku perampokan bertaubat

sebelum perkaranya diangkat kepengadilan (menyerahkan diri) khususnya pada

pelaku yang hanya meng-intimidasi dan merampas harta.

Adaupun syarat-syarat pelaku hirabah yang dapat dikenakan hukuman

adalah:29

1. Pelaku Hirabah orang mukallaf.

26 H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah, h. 88 27 Alaudin al-Kasani, Bada’i as-Sana’i fi Tartibisy Syara’i, Jld, VII, h. 90 28 Ibid 29 Said Sabiq Fiqih Sunnah, Jld 9. h. 177

Page 26: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

2. Pelaku hirabah membawa senjata.

3. Lokasi hirabah jauh dari keramaian.

4. Tindakan hirabah secara terang-terangan.

7. Bughat (Pemberontakan)

Pengertian Bughat

Ada perbedaan dikalangan ulama dalam memberikan definisi

pemeberontakan (al-Bagyu). Ulama Malikiyyah mengartikan denga penolakan

untuk taat kepada Imam yang telah ditetapkan, tanpa ada upaya untuk

mengulingkannya. Ulama Hanafiyah mendefinisikan dengan keluarnya seorang

dari ketaatan kepada yang iama yang tanpa alasan. Sedangkan ulam Syafi’iyah

lebih cendrung kepada pengertian bahwa al-Bagyuitu adalah sekelompok orang

beserta pememimpinnya yang menyalahi imam dengan car tidak mentaati dan

melepaskan diri darinya serta menimbulkan kekacauan.30

Tindakan larangan ini ditegaskan dalam firman Allah Swt yang berbunyi :

�2I �1اهH�إ N.�2�ا U�ص2>�ا ��/k� �15ن GG4ن +* ا01�+/�* ا�G;KY وإناZ?�ى �!�"2�ا ا����G� M.�" MG ";�ء إ�� أ+� ا@ k�ن �ءت U�ص2>�ا

��*�QL!1�ا ,e<ا إن� ا@ ی�QL4ل وأH=��� �15/ Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang

maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu

berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang

berbuat aniaya itu sehingga mereka kembali kepada perintah Allah. Jika

golongan telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah keduanya

dengan adil. Dan berlaku adilah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang berlaku adil. (QS. Al-Hujarat (49): 9.

30 Mahmud Fuad, Ahkam al-Hudud, h. 16.

Page 27: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Upaya pemberontakan ini dapat dikatan sebagai kejahatan yang benar-

benar kejahatan besar apabila terdapat beberapa unsur, yaitu :

1. Mempunyai idealisme atau motivasi untuk menggulingkan pemerintah.

2. Sifat gerakannya melawan pemerintahan yang sah.

3. Memiliki kekuatan atau senjata yang cukup kuat sebagai alat dan sarana

untuk menjalankan upayanya.

4. Mempunyai camp base atau pusat sebagai daerah kekuasaan.

5. Memliki pendukung yang cukup kuat.

Pemberonntakan merupakan delik poltik yang pada perkembangannya

dapat mengancam aksistensi kekuasaan Negara. Dengan demikian setiap ada

upaya yang mengarah kepada menculnya kekuatan-kekuatan yang tidak sejalan

dengan pemerintah yang sah harus segera ditindak, sehingga tidak menimbulkan

tekanan-tekanan terhadap stabilitas Negara.

C. Unsur-unsur Jarimah Yang Dapat Dikenakan Hukuman

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bahwa yang dimaksud dengan

jarimah ialah larangan-larangan syara’, orang yang melanggar larangan itu dikenakan

hukuman atau sanksi hadd atau ta’zir. Larangan tersebut adakalanya besifat perintah

meninggalkannya dan atau juga dicegah. Larangan yang dimaksud harus dari sumber

yang jelas, yakni berdasarkan nash-nash syara’ dan baru dapat dianggap jarimah

apabila dapat dikenakan hukuman, yaitu perbuatan yang dilarang tetapi dilakukan

oleh orang-orang yang sudah baligh, berakal sehat, dan dilakukan secara sengaja.

Page 28: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Dari penjelasan tersebut maka diketahui bahwa tiap jarimah mengandung

unsur umum sebagai berikut:

1. Ada nash-nash yang melarang perbuatan dan mengancamnya hukuman-

hukuman-hukuman, unsure yang demikian disebut unsur formil atau rukun

syar’i.

2. Adanya tinndakan yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan maupun

sikap tidak berbuat, unsur yang demikian disebut unsur matriel

3. Ada orang yang melakukan perbuatan, dan orang itu telah dapat dianggap

telah dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya karena ia sudah

mukallaf, unsur demikian disebut unsur moril.31

Dari ketiga unsur diatas harus ada atau terdapat pada suatu perbuatan yang

termasuk jarimah atau perbuatan yang dilarang. Sedangkan unsur khusus dari jarimah

itu sehingga dapat dijatuhkan hukuman atas si pelaku adalah adanya barang bukti,

bahwa perbuatan itu telah dilakukan, seperti pencurian. Unsur khusus dalam kasus

pencurian antara lain adalah dilakukan dengan diam-diam atau sembunyi.

Disisi lain dapat pula diberikan contoh kasus, misalnya dalam kasus menuduh

orang lain berzina. Selain dari hal yang dituduhkan telah memenuhi unsur unsur

umum, yakni ada nash al-Qur’an yang melarang zina, dilakukan oleh orang mukallaf,

si tertuduh baru dapat dianggap betul-betul berbuat zina apabila ada empat orang

saksi yang menyatakan secara rinci di muka Hakim bahwa memang benar mereka

menyaksikan perbuatan zina antara si A (laki-laki) dengan si B (perempuan) di suatu

31 Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana,1993, h. 6

Page 29: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

tempat. Jika tuduhan itu hanya disaksikan oleh tiga orang saksi, atau tidak cukup

empat orang, maka si tertuduh tidak dapat dikenakan hukuman rajam atapun dera.

Dari uraian mengenai unsur-unsur jarimah yang dapat dikenakan hukuman di

muka, maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur jarimah yang dapat menentukan

apakah seseoarng pelaku suatu jarimah yang dapat dijatuhi hukuman, walaupun sudah

ada dasar hukum dari al-Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah Saw jika yang

merupakan unsur-unsur umum, tetapi diperlukan juga unsur-unsur khusus, yang ada

pada pelaku ataupun jenis jarimah masing-masing.32

D. Sanksi Bagi Pelaku Jarimah Hirabah

Mengenai sanksi bagi pelaku jarimah hirabah (perampokan) menurut hukum

Pidana Islam dikategorikan kedalam jarimah hirabah. Yang dimaksud dengan jarimah

hirabah adalah tindakan kekerasan, pemberontakan, pengrusakan, ataupun pengacau

keamanan dalam masyarakat, seperti; merusak tanaman, ternak, citra agama,

penculikan anak-anak dan wanita, perampasan harta, dan lain sebagainya yang

dilakukan secara bergerombol ataupun sendirian secara pemaksaan dengan

menggunakan senjata untuk memudahkan aksinya.

Hirabah dalam konteks perampokan atau pencurian dengan kekerasan,

termasuk tindakan kejahatan terhadap harta benda orang lain, dilakukan tanpa

prikemanusian, atau dilakukan secara kejam dan tidak hanya terhadap harta si korban,

bahkan dapat menimpa jiwa dan kehormatan apabila melakukan perlawanan untuk

32 Warsum Jinayat, Hukum Pidana Islam1991, h. 6-7

Page 30: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

mempertahankan harta benda miliknya itu. Oleh karena itu Islam memberikan

hukuman yang berat terhadap pelaku hirabah seperti perampokan tersebut.

Menurut Imam Malik hukumannya untuk pelaku perampokan itu diserahkan

kepada hakim untuk memilih hukuman mana yang lebih sesuai dengan perbuatan dari

alternatif hukuman yang tercantum dalam Surah al-Maidah 35 tersebut.33

Adapun yang mejadi perbedaan yaitu; perbedaan penafsiran terhadap huruf

aw yang terdapat dalam Surat al-Maidah ayat 33, yang berbunyi:

2�ا �G!دا أن ی�L� رضZا M� ن�=Lوی ����ن ا@ ور��إ���1 9�اؤا ا��Pی* ی>�رأو ی)�2��ا أو"!i�Q أیHی5% وأر529% +�* ?�ف أو ی/;�ا +* اZرض ذ7� %5�

M� اZ?�ة PIاب I:�%?�ي M� ا�H,��� و%5�Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah

dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan dimuka bumi, hanyalah mereka dibunuh,

atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan berimbal balik atau

dibuang dari negeri(tempat kediamannya).(QS.Al-Maaidah (5):33.

Jumhur ulama berpendapat bahwa huruf aw dalam ayat tersebut dimaksudkan

untuk bayan (penjelasan) dan tafshil (rincian). Dengan demikian menurut mereka

hukuman-hukuman tersebut sesai dengan berat ringannya perbuatan (jarimah) yang

dilakukan oleh pelaku perampokan, akan tetapi imam Malik berpendapat bahwa huruf

aw dalam surah Al-Maaidah ayat 33 dimaksudkan untuk takhyir (pilihan). Dengan

demikian, menurut Imam Malik ayat tersebut mengandung arti bahwa hakim diberi

kebebasan untuk memilih hukuman yang di pandangnya paling tepat dan sesuai

dengan jenis jarimah perampokan yang dilakukan oleh pelaku.34

33 Abd Al- Qodir Audah, II, cit., h. 647. 34 Abd Al-Qadir Audah, II, h. 647

Page 31: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Hanya saja Imam Malik membatasi pemilihan hukum untuk tindak pidana

jenis pembunuhan, antara hukuman mati dan salib. Alasannya adalah karena setiap

pembunuhan hukumannya adalah dibunuh (hukuman mati), sehingga tidaklah tepat

apabila tindak pembunuhan dalam perapokan dihukum dengan potong tangan dan

kaki atau pengasingan. 35

Berikut ini adalah rincian untuk masing-masing hukuman dari perbuatan

tersebut:

1. Hukuman untuk menakut-nakuti.

Hukuman untuk jenis tindak pidana perampokan yang menakut-nakuti

adalah pengasingan sesuai dengan firman Allah surah al-Maaidah ayat 33:

...أو ی/;�ا +* اZرض Artinya : …atau diasingkan dari tempat negerinya…(Qs. Al-Maaidah (4):33.

Menurut Imam Malik, bahwa penguasa berhak memilih antara menghukum

mati muharib, menyalib,memotong tangan, atau mengasingkan perintah memilih

ni berdasarkan atas ijtihad dan kesungguhan untuk mencapai maslahat umum.

Jika muharib termasuk yang mempunyai wawasan dan pemikiran yang luas.

Ijtihad diarahkan untuk menghukum mati atau menyalib karena potong tangan

tidak bisa menghilangkan bahaya yang dapat ditimbulkan si pelaku. Jika pelaku

orang yang tidak mempunyai pikiran, tetapi memiliki kekuatan, ia harus dijatuhi

hukuman potong kakidan tangan bersilang. Jika pelaku tidak mempunyai sifat

35 Ibid, h. 648

Page 32: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

tersebut, ia hanya dijatuhi hukuman ringan dan hukuman yang sudah ada, yaitu

diasingkan dan ta’zir.36

2. Hukuman untuk Mengambil Harta Tanpa Membunuh

Imam Malik berpendapat, bahwa sesuai dengan penafsiran huruf aw

dalam surah al-Maaidah ayat 33. Hukuman untuk pelaku perampokan dalam

pengambilan harta ini adalah diserahkan kepada hakim untuk memilih hukuman

yang terdapat dalam surah al-Maaidah ayat 33, asal jangan pengasingan hal ini

karena hirabah itu adalah pencurian berat, sedangkan hukuman pokok untuk

pencuri adalah potong tangan. Oleh karena itu, untuk perampokan jenis kedua ini

(mengambil harta) tidak boleh lebih ringan daripada potong tangan.37

3. Hukuman untuk membunuh tanpa mengambil harta

Menurut pendapat Imam Malik apabila mereka membunuh saja dan tidak

mengambil/merampas harta, maka hendaklah mereka dibunuh dan boleh

sesudahnya ditepang (disalib) pula.38

Jika mau, ia bisa memutuskan hukuman

mati dan penyaliban atau hukuman mati tanpa penyaliban.39

4. Hukuman untuk membunuh dan mengambil harta.

Menurut pendapat Imam Malik yang paling kuat, bahwa pelaku

dihukum mati yang dilaksanakan setelah penyaliban. Dengan demikian, menurut

pendapat ini, orang yang terhukum disalib dalam keadaan hidup, baru kemudian

36 Al-Mudaawwanah al-Kubra (Penerbit Sa’adah), cet. 1, Jld. XV1. h. 98-99 Nihayatul

Mujtahid, Jld. II, 380-381 37 Abd Al-Qodir Audah, II. h. 650-651 38 Ibid, II, h. 654-652. lihat di Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 101-104. 39 Al-Mudawwanah al-Kubra (Penerbit Sa,adah), cet.I, Jld XV1. h. 99

Page 33: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

ia dibunuh dalam keadaan disalib. Alasan mereka adalah bahwa hukuman salib

adalah salah satu jenis hukuman, dan hukuman tidak dapat dikenakan terhadap

orang yang mati. Oleh karena itu, orang yang terhukum harus disalib pada saat ia

masih hidup.40

Mengenai sanksi atau hukuman Hirabah (perampokan) menurut hukum

Pidana Islam ialah:

a. Jika perampok itu merampas harta dan membunuhnya, maka

hukumannya adalah dibunuh dengan cara disalib.

b. Jika perampok hanya membunuh korbannya, tidak mengambil hartanya

maka hukumannya dibunuh saja.

c. Jika perampok itu hanya merampas korbannya, tidak membunuh maka

hukukmannya adalah dipotong tangan dan kakinya secara silang.

d. Jika perampok itu hanya menakut-nakuti atau hanya mengacau

keamanan umum maka hukumannya di buang atau diasingkan jauh-jauh

atau dipenjarakan saja.

Dari pernyataan diatas dapat dipahami, bahwa hukuman bagi pelaku

perampokan sangat berat, karena sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya

yaitu merusak dan merugikan pihak atau orang lain dengan cara melanggar atau

melawan hukum yang ditetapkan Allah.

Berdasarkan firman Allah sebagai berikut:

40 Ibid, II, h. 653-654. dan lihat juga Wahbab Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, h. 141.

lihat di Ahmad Wardi.

Page 34: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

�ن M� ا=Lوی ����ن ا@ ور��Zرض �L�دا أن إ���1 9�اؤا ا��Pی* ی>�ر2�ا أو ی)�2��ا أو"!i�Q أیHی5% وأر529% +�* ?�ف أو ی/;�ا +* اZرض �G!ی

%�:I ابPI ة�?Zا M� %5�و ���,Hا� M� ذ7� 5�% ?�ي Artinya : ”Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi

Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka

dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal

balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu

(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka peroleh

siksaan yang besar. (Qs. Al-Maidah (5): 33.

Ayat di atas dapat dipahami bahwa hukuman bagi orang-orang yang

memerangi (melanggar) hukum Allah dan Rasul-Nya, atau berbuat kesalahan atau

kejahatan di muka bumi ini adalah dibunuh, disalib, potong kaki dan tangannya

secara silang atau dibuang dari negerinya.

Di samping itu Imam Malik berpendapat, apabila si pelaku perampokan

itu membunuh, maka hukumannya adalah dibunuh pula. Dalam hal ini penguasa

atau hakim tidak boleh memilih untuk memotong tangan atau kaki, atau

diasingkan. Dan pilihan tersebut hanya berlaku pada panjatuhan hukuman mati

atau penyaliban atasnya. Apabila si pelaku hanya mengambil harta, maka

hukumannya tidak lain kecuali dibuang atau diasingkan dari negerinya. Pilihan

hanya terdapat penjatuhan hukuman mati penyaliban ataupun potong tangan dan

kaki secara silang.41

Menurut fuqaha, sebuah tindak pidana di anggap hirabah jika tidak keluar

dari empat bentuk, yaitu;

1. Menakut-nakuti tanpa mengambil harta dan tidak membunuh.

41 Abd Al-Qodir Audah, II. h. 650-651

Page 35: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

2. Mengambil harta tanpa membunuh.

3. Membunuh tanpa mengambil harta.

4. Pembunuhan dan mengambil harta.

Apabila kejahatan yang dilakukan oleh si pelaku keluar dari empat poin

diatas, misalnya seperti terjadinya perkosaan, hal ini tidak dikategorikan

kejahatah hirabah akan tetapi kejahatan diluar hirabah yang ketepan hukumnya

tidak ada dalam Al-qur’an surat Al-Maaidah (5): 33. Namun bila dalam

perampokan itu terjadi perkosaan (hا�آS�� maka wanita itu dibebaskan dari (ا��طء

hukuman had. Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

�ر ر���%;T @2�� إن� اI %د �� إث�I #غ و�� ��T ��Q1�* اض Artinya: ”Tetapi barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa (memakannya)

sedang ia tidak mengingikannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak

ada dosa baginya.” (Al-Baqarah (2): 173.

Begitu juga Nabi SAW. Mengatakan orang yang dipaksa perbuatan yang

dilarang, di dibebaskan dari hukuman.

ر�I i* أ+�G ا�>�Qء : وا����ل ��2I ا�)�ة وا��Lم ی!�ل .�OG�ه�ا ��2Iوا�/��Lن و+� ا

Artinya: “Rosulullah SAW mengatakan : di bebaskan umatku dari hukum,

mereka yang keliru (tersalah) lupa dan karena dipaksa.”

Adapun bagi pelaku, menurut Imam Malik dan Syafi’i berpendapat wajib

si pria memberikan suatu pemberian (اقHص) kepada si wanita itu.

Menurur Imam Malik, yang sumbernya dari Ibnu Syihab seperti yang

disebutkan dalam Al-Muatta’ (ء�Y� bahwa Abdul Malik bin Marwan pernah (ا�1

Page 36: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

mengambil putusan pria yang menggagahi seorang wanita secara paksa ia wajib

memberikan sesuatu yang bersifat materi kepada perempuan yang dugaghinya.42

42 Abdul Malik Muhammad, Prilaku Zina Dalam Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Cet.

Pertama, h. 143

Page 37: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

BAB III

TAUBAT DALAM HUKUM ISLAM MENURUT IMAM MALIK DAN

PEMAAFAN DALAM HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Sekilas Biografi Imam Malik

Imam Malik imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai dalam Islam

dari segi umur. Beliau dilahirkan di kota Madinah, suatu daerah di negeri Hijaz tahun

93 H/12 M, dan wafat pada hati Ahad, 10 Rabi’ul Awal 179 H/798 M di Madinah

pada masa pemerintahan Abbasyiah dibawah kekuasaan Harunal-Rasyid. Nama

lengkapnya ialah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu ‘Amir ibn al-

Harits. Beliau adalah keturunan bangsa Arab dusun Zu Ashbah, sebuah dusun di kota

Himyar, jajahan Negeri Yaman.

Imam Malik adalah seorang yang berbudi mulia, dengan pikiran yang cerdas,

pemberani dan teguh mempertahankan kebenaran yang diyakininya. Beliau seoarng

yang mempunyai sopan santun dan lemah lembut, suka menengok orang sakit,

mengasihani orang miskin dan suka memberi bantuan kepada orang yang

membutuhkannya. Beliau juga seorang yang sangat pendiam, kalau bicara dipilihnya

mana yang perlu dan berguna serta menjauhkan diri dari segala macam perbuatan

yang tidak bermanfaat. Di samping itu juga beliau seorang yang suka begaul dengan

Handai Taulan, orang yang mengerti agama terutama para gurunya, bahkan begaul

dengan para pejabat pemerintah atau wakil-wakil pemerintah.

Page 38: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Imam Malik terdidik di kota Madinah pada masa pemerintahan kholifah

Sulaiman ibn Abd Malik dari Bani Umaiyah VII. Pada waktu itu di kota tersebut

hidup beberapa golongan pendukung Islam, antara lain: golongan sahabat Anshar dan

Muhajirin serta para cerdik pandai ahli hukum Islam. Suasana seperti itulah imam

Malik tumbuh dan mendapat pendidikan dari beberapa guru yang terkenal. Adapun

guru yang pertama dan bergaul lama serta erat adalah Imam Abd. Rahman ibn

Hurmuz salah seorang ulama besar di Madinah. Kemudian beliau belajar fiqh kepada

salah seorang ulama besar kota Madinah, yang bernama Rabi’ah al-Ra’yi ( wafat

pada tahun 136 H ). Selanjutnya Imam Malik belajar ilmu Hadits kepada imam Nafi’

Maula Ibnu Umar (wafat pada tahun 117 H), juga belajar kepada Imam ibn Syihab al-

Zuhry.

Menurut riwayat yang dinukil Moenawar Cholil, bahwa diantara para guru

Imam Malik yang utama itu tidak kurang dari 700 orang yang tergolong ulama

tabi’in.

Adapun metode isdtidlal Imam Malik dalam menetapkan hukum Islam

berpegang kepada: Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ Ahl al-Madinah, Fatwa Sahabat,

Khabar Ahad dan Qiyas, Al-Istihsan, al-Mashlahah al-Mursalah, Sadd al-Zara’I,

Istishab, dan Syar’ u Man Qablana Syar’un Lana.

Karya-Karya Imam Malik:

Pertama : diantara karya-karya Imam Malik adalah Kitab al-Muwathta’. Kitab

tersebut ditulis tahun 144 H. atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan Abu Bakar al-Abhary, atas Rasulullah SAW. Sahabat dan

Page 39: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

tabi’in yang tercantum dalam kitab al-Muwathta’ sejumlah 1.720 buah. Pendapat

Imam Malik ibn Anas dapat sampai kepada kita melalui dua buah kitab, yaitu al-

Muwathta dan al-Mudawanah al-kubra. Dalam kitab al-Muwathta terdapat dua aspek

yaitu hadits dan aspek fiqh.

Kedua : kitab al-mudawanah al-Kubra berisi tentang kumpulan risalah yang

memuat kurang dari 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan Asad

ibn al-furat al-Naisabury yang berasal dari Tunis.

Mazhab Imam Malik pada mulanya timbul dan berkembang dikota madinah,

tempat kediaman beliau, kemudian tersiar ke negeri Hijaz.

Perkembangan Mazhab Maliki sempat surut di Mesir, karena pada masa itu

berkembang pula Mazhab Syafi’i dan sebagian penduduknya telah mengikuti mazhab

Syafi’i tetapi pada zaman pemerintahan Ayyubiyah, mazhab Maliki kembali hidup.

Sebagimana di Mesir, demikian pula di Andalusia, di masa pemerintahan

Hisyam ibn Add. Rahmany, para ulama yang mendapat kedudukan tinggi menjabat

sebagai hakim Negara, adalah mereka yang mengatur mazhab Maliki, sehingga

mazhab Maliki ini bertambah subur dan berkembang pesat disana. Dengan demikian

tepatlah apa yang dikatakan Imam ibnu Hasyim, “dua aliran mazhab yang kedua-

duanya tersiar dan berkembang pada permulaannya adalah kedudukan dan kekuasaan,

yaitu: Mazhab Hanafi di Timur dan Mazhab Maliki di Andalusia.

Diantara para sahabat Imam Malik yang berjasa mengembangkan mazhabnya

antara lain: ‘Utsman ibn al-Hakam al-Juzami,Abd Rahman ibn Kahalid ibn Yazid ibn

Page 40: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Yahya, Abd. Rahman ibn al-Qasim, Asyab ibn Abd Aziz, Ibn al-Hakam, Haris ibn

Miskin dan orang-orang yang semasa dengan mereka.43

B. Syarat-Syarat Taubat dan Cara Bertaubat Menurut Pendapat Imam Malik

Syarat-syarat taubat maksudnya disini adalah syarat-ayarat taubat yang dapat

menggugurkan hukuman. Dalam hal ini. Imam Malik mengemukakan: Taubat itu

meliputi lahir bathin, tetapi hukum melihatnya dari segi lahirnya. Masalah bathin

hanya Allah semata yang mengetahuinya. Jika pelaku hirabah melakukan perampasan

harta atau perampokan taubat sebelum tertangkap, maka taubatnya diterima dan

segala konsekwensinya berlaku. Tetapi sebagian ulama mensyaratkan bahwa yang

bertaubat itu menyerahkan diri kepada penguasa atau pemerintah, lalu penguasa atau

pemerintah menerimanya.44

1. Hadd gugur atas dirinya.

�ر ر���%;T @ا أن� ا�12I�� %5�2I رواH!" ا +* 3�4 أن�� إ#� ا��Pی* "�

Artinya : “kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum

kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasannya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Maidah (5): 34.

�ر ر���% ;T @2�� إن� اI ب�Gن� ا@ یk� �212� وأصF H=� 1�* "�ب +* Artinya:“Maka barangsiapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu)

sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya

Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Qs. Al-Maidah (5): 39.

43 Huzaimah Tahido Yango, Pengantar Perbandingan Mazhab. Logos Wacana Ilmu, 2003. 44 Said Sabiq Fiqh Sunnah 1987.9, H. 191.

Page 41: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Nabi Muhammad Saw bersabda:

�� e�آ1* # ذ e��Pا� *+ eK��Gا�

Artinya: “orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tak punya

dosa.

Dengan demikian, orang yang tak punya dosa tak bisa di jatuhi hadd.

2. Had tidak bisa gugur atas dirinya.

Menurut pendapat imam Malik, yang berdasarkan firman Allah berikut:

H29�� M�ةا���ا��� وا���اH29 �K�+ �15/�+ H�وا آ�3 وا

Artinya: “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka

derahlah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali. (Qs. An-Nur (24): 2.

Dan firman Allah:

�ا أیHی=Q4�� �4ر��Lرق وا���L�15وا�

Artinya : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah

tangan keduanya. (Qs. Al-Maidah (5): 38.

Ayat diatas dapat dipahami bahwa orang yang melakukan perbuatan yang keji

atau kejahatan harus dikenakan hukuman, tetapi jika ia bertaubat dan memperbaiki

diri maka bebaskan ia dari hukuman dan Allah menerimah taubatnya, demikian

pendapat Imam Malik.45

Landasan berikutnya adalah berdasarkan firman Allah berikut ini:

��2I ب�Gن� ا@ یk� �212� وأصF H=��ر ر���% 1�* "�ب +* ;T @إن� ا

Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu)

sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya

45 Ibid. h. 195.

Page 42: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Qs. Al-Maidah (5): 39.

Ayat diatas dapat dipahami, bahwa siapa yang bertaubat setelah melakukan

kejahatan dan memperbaiki dirinya, Maka Allah menerima taubatnya. Jika Allah

sendiri telah menerima taubat hamba-hamba-Nya yang menyesal atau insyaf atas

kejahatan yang telah dilakukannya dan bebaskan dari hukumannya. Maka manusia

tidak boleh menghukumnya Allah-lah yang berhak menghukum orang-orang yang

bersalah, tetapi yang bersalah, dia pula yang berhak memberi pengampunan atas

orang yang berdosa itu.

Penjelasan diatas didukung pula oleh hadis Rasulullah SAW yang

diriwayatkan oleh imam at-Tarmidzi dari Ibnu Umar r.a sebagi berikut:

�4ل ر��ل ا@ ص�2 ا@ I : ��2I* ا�* 1I� رض� ا@ I/�15 �4ل�� ا�=�H +� �% ی.� T� : و�%2�رواh (ان ا@ �I و39 ی!�3 "

46)ا�G�P+ى

Hadits di atas menjelaskan, bahwa Allah SWT itu sesungguhnya tetap

menerima taubat hamba-hambanya, sebelum nyawanya berada ditenggorokan.

Selanjutnya pendapat yang mengatakan haddnya tidak gugur, pendapat ini

berasal dari Imam Malik beralasan dengan firman Allah surat An-Nur berikut ini:

�15�ا���ا��� وا���اH29�� M�وا آ�3 واH29 �K�+ �15/�+ H�ة و#"P?Uآ% �?Zم ا��ن ��@ وا��/+0" %G/دی* ا@ إن آ M� ���15 رأ� و�� PI H5ا

K;� +�* ا01�+/�*Y

46 Al-Baqi 1347 H. 1 : 779).

Page 43: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada

keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman

kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS. An-Nur (24): 2.

Ayat diatas menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki yang berzina, maka

hukum deralah masing-masing sebanyak seratus kali dera (pukulan)

�ا أیHیo�9 �15ء ��1 آ�O� ��L# +�* ا@ وا@ =Q4�� �4ر��Lرق وا���Lوا� %�O� ��یI

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan

dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah (5): 38

Ayat ini dapat dipahami, bahwa siapa yang mencuri, baik Ia laki-laki maupun

perempuan harus dipotong tangannya.

Dalil yang mereka pergunakan untuk mengatakan, bahwa hadd tidak gugur

dengan bertaubat karena mereka beranggap bahwa sesungguhnya hadd itu kifarat,

tidak bisa gugur dengan bertaubat. Selain itu hadd merupakan ketentuan yang harus

diterima olehnya, sebagimana hadd bagi pelaku hirabah yang telah dapat dibekuk

atau ditangkap oleh pihak yang berwajib.47

Pertanyaan selanjutnya Gugurnya hadd itu karena bertaubat. Ataukah karena

taubat dan perbaikan tingkah lakunya? Terhadap hal ini ada dua pendapat, yakni :

1. Hadd gugur karena taubat (saja).

47 Said Sabiq 1987. 9, h. 196.

Page 44: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Karena taubat itu sendiri menggurkan had. Jadi ini disamakan dengan

taubatnya pelaku hirabah sebelum dapat dibekuk. Dan mengembalikan harta

ramapsannya kepada pihak korban.

2. Selain taubat, perbaikan tingkah lakunya juga turut menentukan apakah hadd

menjadi gugur atau tidak.

Dalam hal ini Firman Allah menyatakan:

�ر ر���%;T @2�� إن� اI ب�Gن� ا@ یk� �212� وأصF H=� 1�* "�ب +* Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu)

sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya

Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (Qs. Al-Maidah (5): 39.

Sebagai logisnya pendapat ini, maka taubat dan perbaikan tingkah laku dapat

di ketahui setelah beberapa waktu kemudian.

Pendapat ini sesunggunya pendapat yang memberikan batasan waktu kepada

sesuatu yang seharusnya tidak perlu pembatasan waktu. Karena bagi pelaku hirabah

setelah bertaubat tidak mempunyai batasan untuk berbuat baik. Maksudnya tanpa

pembatasan waktu, seketika ia telah menujnjukan perilaku setelah ia mengucapkan

atau bertaubat saat itu pula ia menunjukan sikap ataupun tingkah laku yang baik.48

48 Said Sabiq, Fiqh Sunnah. Jld. 9, h. 197.

Page 45: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

C. Dasar Pendapat Imam Malik Tentang Taubat Yang Dapat Menggugurkan

Hukuman Jarimah Hirabah.

Sebagaimana telah diketahui dari uaraian dimuka, bahwa taubat dapat

menggurkan hukuman atau sanksi jarimah hirabah (perampokan menurut pendapat

Imam Malik adalah berdasarkan fiman Allah dalam berikut ini:

�ر ر���%;T @ا أن� ا�12I�� %5�2I رواH!" ا +* 3�4 أن�� إ#� ا��Pی* "�

Artinya: “kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat

menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasannya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Maidah (5): 34.

Ayat diatas dapat dipahami, bahwa Allah mengampuni bagi orang-orang

yang melakukan kejahatan setelah ia bertaubat dan sebelum perkaranya di adili oleh

hakim atau sebelum tertangkap oleh penguasa. Artinya jika ia sudah tertangkap oleh

yang berwajib baru berbuat, maka hukumnya tetap harus dilaksanakan. Karena

kemungkinan besar ia berbuat disebabkan akan hukum, jika tidak tertangkap ia tidak

berbuat.49

Kemudian menurut pendapat Imam Malik, bahwa taubat dapat menggugurkan

hukuman jarimah hirabah yang menakut-nakuti dan merampas harta, yang mana

pelaku taubat sebelum perkaranya diangkat kepengadilan dan mengembalikan harta

secara utuh kepada si korban. Diterimamnya taubat sebelum ditangkap bisa

memeberikan harapan bagi pelaku untuk bertaubat dan berhenti dari melakukan

gangguan keamanan dan merusak. Hal inilah yang mebuat hukuman hudud layak

digugurkan. Tidak ada alasan untuk memberikan harapan kepada orang yang taubat

49 Said Sabiq, fiqh Sunnah 1987.jld. 9.h. 195.

Page 46: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

setelah ditangkap karena ia sudah tidak mampu melakukan gangguan keamanan dan

merusak 50

Ayat diatas juga dapat dipahami, bahwa siapa yang melakukan kejahatan,

kemudian ia menyesal atau bertaubat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan, maka

Allah mengampuninya. Karena Allah itu mempunyai sifat pengampun dan penyayang

terhadap hamba-hambanya.

Taubat bagi pelaku hirabah sebelum mereka ditangkap atau diadili oleh hakim

merupakan pertannda mereka mulai menyadari dan menyesali perbuatan kejahatan

yang dilakukan, mereka insyaf dan kemudian hendak memperbaiki diri atau

membersihkan diri dari dosa-dosa dan tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan

itu51

.

Disisi lain Imam Malik berpendapat bahwa:

Taubat itu menggurkan had yang berkenaan dengan hak Allah saja, adapun

yang berkenaan dengan hak manusia tetap dituntut.52

Demikian uraian mengenai masalah taubat bagi pelaku jarimah hirabah

menurut Imam Malik. Dari uraian tersebut diketahui bahwa taubat dapat

mengugurkan hukuman apabila ia bertaubat sebelum ditangkap dan di adili.

50 Muhammad Abdullah bin Qudamah, al-Mugniy’ ala Mukgtasa al-Kharaqiy (Penerbit al-

Manar), h. 20 51 Asna’ Matalib Syarh Raudit thalib (Penerbit al-Maymaniyyah), cet 1, Hasyiyyah Abi al-

Abbas Ahmad ar-Ramliy (Penerbit Al-Maymaniyyah), jld. IV, h. 155 52 Said Sabiq, Fiqh Sunnah. Jld. 9, h. 191

Page 47: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

D. Pemaafan Bagi Pelaku Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana di Indonesia

1. Pengertian Garasi dan Amnesti

Grasi dan Amnesti di dalam bahasa belanda itu ditulis dengan “Gratie dan

Amnesti” yang mana artinya: grasi adalah merupakan ampunan dari hukuman yang

telah dijatuhkan dengan putusan pengadilan, yang telah diperoleh kekuatan hukum

yang tetap padanya. Dan yang berhak memberikan grasi adalah presiden. Sedangkan

amnesti adalah merupakan penghapusan hukuman pidana secara umum mengenai

perbuatan-perbuatan pidana tertentu, dengan tidak melihat apakah sudah diperiksa

dan ataupun diputus.53

Amnesti hanya dapat diberikan dengan undang-undang

ataupun atas kuasa Undang-undang oleh presiden dengan mendapat nasehat dari

Mahkamah.

Selain dari pada itu ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwasanya

grasi adalah merupkan upaya hukum yang diajukan oleh terpidana (pelaku tindak

pidana) kepada Presiden, sehingga dengannya orang itu tak harus menjalani hukuman

yang dijatuhkan oleh hakim terhadap dirinya jikalau presiden mengabulkannya.54

Dalam arti bahwa grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh presiden atas

permintaan, yang dapat berupa penghapusan hukuman ataupun berupa pengurangan

hukuman. Sedangkan amnesti adalah suatu pengampunan yang diberikan oleh

presiden terhadap terpidana atau pelaku tindak pidana tanpa harus adanya permintaan.

53 Martias Gelar Imam Radjo Mulano, Pembahasan Hukum (Penjelasan Istilah-istilah Hukum

Belanda-Indonesia) (Jakarta:Ghalia Indoneisa, 1982), Cet.Ke-1, h. 96 54 Sutachod Kertanegara SH, dan Pendapat-pendapat Para Ahli Hukum, Hukum Pidana

Kumpulan Kuliah II, Balai Lektur Mahasiswa, Tth), h. 239

Page 48: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Ataupun juga suatu ketentuan dimana dinyatakan bahwa kejahatan tertentu yang telah

dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang, tidak mempunyai akibat hukum bagi

orang yang tersangkut dari kejahatan.55

Atau dapat dikatakan juga bahwa amnesti

adalah wewenang Kepala Negara dengan Undang-undang atau atas kuasa undang-

undang, dan dengan diberikannya amnesti ini maka semua akibat hukum pidana

terhadap orang-orang yang telah melakukan suatu delik dihapuskan atau ditiadakan,

dan amnesti ini mempunyai akibat hukum yang lebih luas, sebab amnesti ini dapat

diberikan kepada mereka yang telah dihukum maupun kepada yang belum di

hukum.56

Dari kedua istilah diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya

keduanya adalah sama, yaitu sama-sama merupakan pemberian pengampunan kepada

pelaku tindak pidana oleh kepala negara atau Presiden. Dan jika diberikan karena

permintaan. Maka disebut grasi, dan jika diberikan kepada sekelompok orang

terpidana atau kepada keseluruhan mereka dan tanpa adanya permohonan atau

permintaan, maka hal itu disebut amnesti.

Sebenarnya grasi itu disebut dengan istilah “guns betoon” yang artinya

kemurahan hati, yaitu kemurahan hati dari seorang raja terhadap orang-orang yang

melakukan pelanggaran tindak pidana dengan cara mengampuni dan memaafkan, dan

bisa disebut juga sebagai hadiah, karenanya diangap bukan suatu tindakan hukum.

Bagi orang yang mendapatkannya diberikan kebebasan, artinya ia bisa menerima atau

55

Ibid, h. 233 56 Ibid,

Page 49: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

bahkan menolaknya karena hal tersebut bukan merupakan sebuah tindakan hukum,

melainkan hanya bersifat sebagai hadiah yang diberikan oleh kepala negara atau

penguasa terhadap orang yang dikehendakinya dengan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang dianggap penting. Namun seiring dengan perkembangan jaman, mak

istilah itu berubah menjadi “Daad Vanreegt” yang artinya tindakan hukum, dalam

arti, pada saat sekarang ini bahwa grasi adalah merupakan suatu tindakan hukum

yang berproses pada hukum.

Sehingga untuk pemberian grasi ini harus ada persetujuan dan ditandatangani

oleh menteri kehakiman, karena merupakan tindakan hukum, bagi siapa saja yang

mendapatkannya maka dia harus dapat menerimanya sebagai “Guns betton’

(kemurahan hati atau hadiah) maka siapun bisa untuk menolak dan tak mesti

menerimanya.57

Perbandingan antara Grasi dan Amnesti yang mengandung

penghapusan pelaksanaan tindak pidana adalah sebagai berikut.58

a. Pemberian grasi tidak meniadakan kesalahan atau sifat melawan hukum dari

tindakan yang dilakukan oleh terpidana yang karenanya cap dia sebagai

terpidana atau narapidana tetap adanya. Lain halnya dengan amnesti yang

mana ia meniadakan adanya kesalahan adan atau sifat melawan hukum dari

tindakan tertentu tersebut. Karenanya bagi mereka yang menerima amnesti

tidak ada lagi padanya cap terpidana ataupun narapidana.

57 Ibid, h.238 58 S. R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di indonesia dan penerapannya. (Jakarta: Alumni

AHEAM-PETEHEAM, 1996), Cet. Ke-4. h.44)

Page 50: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

b. Grasi itu diberikan kepada seseorang atau terpidana dengan menyebut nama,

sedangkan amnesti diberikan kepada pelaku-pelaku tanpa menyebut nama-

nama dari suatu kejahatan tertentu yang dilakukan dalam waktu dan daerah

tertentu.

c. Pemberian grasi tidak meniadakan ketentuan pengulangan (residiv) sebagai

tindakan yang pertama, sedangkan untuk pemberian amnesti meniadakan

tindakan tersebut sebagai dasar atau alasan untuk penerapan ketentuan

resediv.

2. Dasar Alasan adanya Grasi dan Amnesti

Dalam bukunya Satochid menyatakan alasan dari pemberian grasi adalah

demi untuk memperbaiki akibat dari pelaksanaan undang-undang yang dianggap

dalam beberapa hal kurang adil, dan demi untuk kepentingan Negara dan Bangsa.59

Hal itu seiring dengan pendapat, E. Utrecht yang menjelaskan bahwasanya grasi itu

lebih bersifat suatu koreksi atas keputusan hakim, yaitu suatu koreksi yang diadakan

berdasarkan alasan-alasan yang diketahui sesudah hakim memutuskan perkara yang

bersangkutan.60

Oleh karenanya berdasarkan pada ketentuan-ketentuan ini, maka setiap

hukuman yang dijatuhkan dan telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, itu

masih dapat dimohonkan grasi.

59 Satochid Kartanegara SH. Cet., h.240. 60 E. Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hkum Pidana II, (Surabaya: Pustaka Pinta Mas, 19870,

Cet. Ke-3, h.251.

Page 51: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Namun E. Utrecht juga menambahkan bahwa alasan-alasan diberikannya grasi

terhadap terpidana diantaranya adalah:

a. Adanya kepentingan keluarga dari yang terhukum.

b. Yang terhukum diduga menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Yang terhukum ia pernah sangat berjasa bagi masyarakat.

d. Yang terhukum berkelakuan baik di penjara dan memperlihatkan keinsyafan

atau kesalahannya.61

Namun dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1954 disebutkan bahwa

Presiden atas kepentingan Negara, dapat memberikan amnesti adan abolisi kepada

orang-orang yang melakukan tindak pidana. Hal ini merupakan kewenangan Presiden

sebagai kepala Negara. Amnesti ini adalah suatu pengampunan dari presiden yang

dapat menghapuskan semua akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah

melakukan suatu tindakan pidana. Amnesti ini juga dapat diberikan kepada orang-

orang yang telah melakukan tindak pidana dengan tidak terkait oleh waktu kapan

amnesti akan diberikan. Jadi amnesti dapat diberikan sesudah maupun sebelum ada

keputusan pengadilan.62

Pada dasarnya amnesti adalah merupakan hak yang diberikan kepada presiden

untuk menghapuskan hak penuntutan dari penuntut umum yang penghentiannya serta

sekaligus penghapus hak (menyuruh) melaksanakan pidana dari penuntut umum

61 Ibid 62 Ali Yuswandi, Penuntutan, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan Menjalankan Pidana,

(Jakarta: CV pedoman Ilmu Jaya. 1995), Cet. Ke-1, h. 113-114

Page 52: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

terhadap pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana tertentu demi kepentingan negara.

Adapun cara pemberian amnesti itu dapat dilakukan dengan dua kemungkinan, yaitu;

a. Diberikan dengan undang-undang

b. Berdasarkan undang-undang

Upaya hukum grasi adalah sebagai salah satu upaya hukum atas putusan

hakim dalam perkara pidana. Ia mempunyai sifat berbeda (khusus) dibandingkan

upaya hukum seperti “banding” maupun “kasasi”. Karena di dalam upaya hukum

seperti banding maupun kasasi, pihak pemohon pada dasarnya tidak mengakui

dirinya bersalah dan meminta kepada pengadilan yang lebih tinggi untuk memeriksa

dan mengadili sendiri atas perkara yang dimohonkan banding atau kasasi tersebut.63

Adapun pada upaya hukum grasi ini pada dasarnya telah mengakui dirinya

bersalah dan menerima putusan hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim

kepadanya dan atas kesalahannya tersebut pemohon mengajukan permohonan ampun

kepada presiden dan meminta agar hukuman yang telah dijatuhkan kepadanya dapat

dikurang bahkan dihapuskan.64

Dari uraian-uraian diatas tadi sedikitnya penulis akan memberikan catatan

terhadap perbedaan-perbedaan dan sedikit kesamaan yang ada dalam hukum (Pidana

Indonesia) dan Hukum Islam.

1. Dalam Hukum Islam grasi dan amnesti dikenal dengan istilah al-Afu

(pemaafan), yang mana pengampunan/pemaafan tersebut boleh dilakukan

63 Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, h.90. 64 Ibid, h.91.

Page 53: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

apabila perkara tersebut belum ditangani atau sampai kepada tangan

pengadilan atau penguasa, hal ini hanya terdapat pada jarimah hirabah,

pencurian, dan qazap. Untuk pemaafan atau pengampunan tersebut, hanyalah

dapat diberikan oleh korban pelaku tindak pidana tersebut, bukan oleh

penguasa. yang mana pemaafan tersebut adakalanya dengan diyat, peringanan

atau rekonsiliasi tanpa diyat.

2. Grasi dan amnnesti adalah merupakan Pemberian pengampunan yang dapat

mengurangi atau menghapuskan sangsi hukuman yang telah diberikan pada

pelaku tindak pidana. Begitu pula dalam hukum Islam yang dikenal dengan

istilah Al-Afu dari korban.

3. Bahwa grasi dan amnesti yang terdapat pada Hukum Pidana Indonesia adalah

mempunyai makna pengurangan, penghapusan hukuman atupun tuntutan.

Yang mana inti dari keduanya adalah sama, yaitu adanya benntuk

pengampunan atapun penghapusan.

4. Perbedaan yang paling mendasar adalah: bahwa dalam Hukum Islam

Pembagian tindak pidana sangat mempengaruhi terlaksananya sangsi

hukuman pada pelaku tindak pidana.

Page 54: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

DAFTAR PUSTAKA

Al-QUR’AN AL-KARIM.

Al-Muaatha

Al-Mudawwanah

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Di terjemahkan Oleh; Moh. Nabhan Husein. Bandung:

PT. Alma’Arif Jalan : Tamblong. No.48-50. Jilid 9-10.

Bahriesj, Husein. Kamus Hadits Sahih Bukhari Muslim. Bandung: PT. Al Huda.

Amin Suma, Muhammad. Dkk.: Pidana Islam di Indonesia. Pustaka Firdaus 2001.

Abdurrahman. Perbandingan Mazhab. Bandung: Sinar Baru, 1991.

Djazuli, H.A, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi: Kejahatan Dalam Islam),

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1997,cet. ke-2.

Undang-undang, No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Abbas, Siradjudin. Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i. Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 1983.

Asqalani,al-Hafiz Ibnu Hajar .t.t. Bulugh al-Maram. Mesir: Syirkati an- Nur Aisiyah.

Al-Bukhari. Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismai’il. 1182 H. Sahih Bukhari. Mesir:

Maktabah Dar al-Kutub al-Arabiyah.

Chalil, Mounawar. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang,

1992.

Depag RI. Al-Fiqih. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Dan Pengembangan

Pendidikan Tinggi Agama,1988.

Debdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Page 55: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Doi, Abdurrahman. Hukum Pidana Dalam Syariat Islam. Jakarta: Andes

Utama,1992.

Ghazali, M. Bahri dan Djumadris. Perbandingan Mazhab. Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1992.

Haliman. Hukum Pidana Syari’at Islam. Jakarta: Bulan Bintang,1970.

Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Ibnu Rusyd. Bidayah al-Mujtajid. Diterjemahkan Oleh Imam Ghozali Said dan A.

Zainudin. Jakarta: Pustaka Amani1995, Jilid 5.

Malik bin Anas. Al-Muwatha’. Diterjemahkan oleh Adib Bisri Musthopa. Semarang:

asy-Syifa’, 1995. Jilid 2.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Diterjemahkan oleh Bahrun

Abubakar. Semarang: Toha Putra, 1984. Jilid 2.

Marsum. Jinayat (Hukum Pidana Islam). Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

------- Jarimah Ta’zir. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Muslim, Ibnu al-Hajjaj. t.t. Sahih Muslim. Mesir: Mustafa al-Babi Wa Auladuh

Rifa’I Moh. Et. Al. Terjemah Khulasah Kifayah al-Akhayar. Semarang: Toha

Putra,1978.

Sabig, Sayyid. 1990. Fiqih Sunnah. Diterjemahkan oleh A. Ali. Bandung: al-

Ma’arif,1990. Jilid 9 dan 10.

As-San ‘ani, Muhammad bin Isma’il. Subul as-Salam. Surabaya: al-Ikhlas,1995

Jilid 3.

Ash-Shddieqy, M. Hasbi. Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab. Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

-------Hukum-Hukum Fiqih Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Asy-Syarqawi, Abdurrahman. Kehidupan Pemikiran dan Perjuangan Lima Imam

Mazhab. Diterjemahkan oleh Ismuha, Jakarta: Raja Garafindo Persada, 1994.

Asy-Syaukani, Muhammad Ibnu Ali. 1347 h. Nail al-Autar. Mesir: Mustafa al-Babi

al-Halabi WA Auladuh. Jus 5.

Page 56: Taubat Pelaku Jarimah Hirabah Perampokan Perspektif Imam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8335/1/FINALTO... · 4. Bapak Prof. Dr.H.M. Abduh Malik. selaku Pemimbing

Asy-Syurbasi, Ahmad. Sejarah Dan Biografi Empat Mazhab. Diterjemahkan oleh

Sabil Huda dan A. Ahamadi. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Thalib, Moh. t.t. Fiqih Nabawi. Surabaya: al-Ikhlas.