Tatib Sidang Imm

46
RANCANGAN TATA TERTIB PEMILIHAN PIMPINAN PADA TANWIR KE XVII TAHUN 2004.

description

tatib sidang muskom

Transcript of Tatib Sidang Imm

Page 1: Tatib Sidang Imm

RANCANGAN TATA TERTIB PEMILIHAN PIMPINAN PADA TANWIR KE XVII TAHUN 2004.

Page 2: Tatib Sidang Imm

TATA TERTIB PEMILIHAN PIMPINAN

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud pimpinan dalam tata tertib ini adalah Pimpinan Komisariat, Pimpinan Cabang, Dewan

Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pemilihan dilakukan

oleh lembaga permusyawaratan tertinggi di tingkat pimpinan masing-masing.

BAB II

PELAKSANAAN PEMILIHAN

Pasal 2

Tanggung jawab pemilihan terletak pada pimpinan masing-masing tingkat

Pasal 3

Untuk melaksanakan pemilihan, dibentuk Panitia Pemilihan yang dipilih dan ditetapkan oleh pimpinan

masing-masing tingkat, melalui rapat pleno pimpinan

Pasal 4

Anggota panitia pemilihan dapat dipilih dari anggota pimpinan dan anggota lain, sekurang-kurangnya 3

(tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Pasal 5

Tugas Panitia Pemilihan adalah:

Menyampaikan permohonan calon formatur dan calon ketua umum kepada pimpinan masing-masing

tingkat di bawahnya, kecuali pimpinan komisariat kepada anggotanya.

Menerima usulan calon formatur dan calon ketua umum.

Meneliti dan menyeleksi persyaratan administrasi dan syarat calon

Mengumumkan nama-nama calon, selambat-lambatnya 24 jam sebelum pemilihan.

Memimpin pelaksanaan pemilihan sampai terpilih ketua umum dan terbentuknya tim formatur.

Page 3: Tatib Sidang Imm

Pasal 6

Dengan terpilihnya ketua umum dan terbentuknya tim formatur, maka berakhirlah tugas panitia

pemilihan.

 

BAB III

SYARAT-SYARAT

Pasal 7

Syarat Umum

Syarat-syarat untuk dapat dicalonkan menjadi formatur pimpinan adalah:

Setia kepada asas, tujuan, perjuangan Ikatan dan persyarikatan

Taat kepada garis kebijakan pimpinan Ikatan dan persyarikatan

Mampu membaca Al-qur’an secara tartil

Dapat menjadi teladan utama dalam organisasi, terutama akhlak dan ibadah

Berpengalaman dalam pimpinan Ikatan setingkat di bawahnya, kecuali Pimpinan Komisariat.

Bersedia berdomisili di tempat kedudukan sekretariatnya, jika terpilih menjadi pimpinan.

Pasal 8

Syarat khusus

Syarat khusus Dewan Pimpinan Pusat : 

a. Telah menjadi anggota biasa sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

b. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh DPP IMM dan atau PP.

Muhammadiyah.

c. Tidak menjadi anggota dan atau pengurus salah satu partai politik.

Syarat khusus Dewan Pimpinan Daerah :

a. Telah menjadi anggota biasa sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

b. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh DPD IMM dan atau PW.

Muhammadiyah.

Syarat khusus Pimpinan Cabang :

a. Telah menjadi anggota biasa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun

b. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh PC. IMM dan atau PD. Muhammadiyah.

Syarat khusus Pimpinan Komisariat :

a. Telah menjadi anggota biasa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

b. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh PC. IMM dan atau PC. Muhammadiyah

Page 4: Tatib Sidang Imm

Pasal 9

Syarat-syarat Ketua Umum

Dewan Pimpinan Pusat

a. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh DPP IMM dan atau PP.

Muhammadiyah.

b. Usia maksimal 30 tahun.

c. Pendidikan Pasca Sarjana dan atau 2 (dua) tahun setelah S-1.

Dewan Pimpinan Daerah

a. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh DPP IMM dan atau PW.

Muhammadiyah.

b. Usia maksimal 28 tahun dan atau 2 (dua) tahun setelah S-1.

Pimpinan Cabang

a. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh DPD IMM dan atau PD.

Muhammadiyah.

b. Masih aktif kuliah di perguruan tinggi.

c. Usia maksimal 25 tahun.

Pimpinan Komisariat

a. Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan oleh PC IMM dan atau PC. Muhammadiyah.

b. Masih aktif kuliah di perguruan tinggi.

c. Usia maksimal 23 tahun

Page 5: Tatib Sidang Imm

BAB IV

PENCALONAN

Pasal 10

Pencalonan Ketua Umum

Dewan Pimpinan Pusat

Setiap Dewan Pimpinan Daerah secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak-banyaknya 1

(satu) orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Pusat.

Dewan Pimpinan Pusat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 1 (satu) orang yang

disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Pusat.

Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada panitia pemilihan pusat

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan muktamar.

Dewan Pimpinan Daerah

Setiap Pimpinan Cabang secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak-banyaknya 1 (satu)

orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Daerah.

Dewan Pimpinan Daerah secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 1 (satu) orang yang

disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Daerah.

Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada panitia pemilihan Daerah

selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum diselenggarakan Musyawarah Daerah.

Pimpinan Cabang

a.    Setiap Pimpinan Komisariat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak-banyaknya 1

(satu) orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Cabang.

b.    Pimpinan Cabang secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 1 (satu) orang yang

disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Cabang.

c.    Pengajuan nama-nama calon trersebut disampaikan secara tertulis kepada panitia pemilihan cabang

selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum diselenggarakan musyawarah cabang.

Pimpinan Komisariat

a.    Setiap Anggota berhak mengajukan calon sebanyak-banyaknya 1 (satu) orang, yang disampaikan

secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Komisariat.

b.    Pimpinan Komisariat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 1 (satu) orang yang

disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Komisariat.

c.    Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan

Komisariat selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum diselenggarakan Musyawarah Komisariat.

Page 6: Tatib Sidang Imm

Pasal 11

Pencalonan Formatur

Dewan Pimpinan Pusat

a.    Setiap Dewan Pimpinan Daerah secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8 (delapan)

orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Pusat.

b.    Dewan Pimpinan Pusat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8 (delapan) orang,

yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Pusat.

c.    Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada panitia pemilihan pusat

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan muktamar.

Dewan Pimpinan Daerah

a. Setiap Pimpinan Cabang secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8

(delapan) orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Daerah.

b. Dewan Pimpinan Daerah secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8

(delapan) orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Daerah.

c. Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada Panitia

Pemilihan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum diselenggarakan Musyawarah

Daerah.

Pimpinan Cabang

a. Setiap Pimpinan Komisariat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8

(delapan) orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Cabang.

b. Pimpinan Cabang secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 8 (delapan)

orang, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Cabang.

c. Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada Panitia

Pemilihan Cabang selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum diselenggarakan Musyawarah

Cabang.

Pimpinan Komisariat

a. Setiap anggota berhak mengajukan calon sebanyak 9 (sembilan) orang, yang disampaikan

secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Komisariat.

b. Pimpinan Komisariat secara kelembagaan berhak mengajukan calon sebanyak 9

(sembilan) orang, yang disampaiakan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Komisariat.

c. Pengajuan nama-nama calon tersebut disampaikan secara tertulis kepada Panitia

Pemilihan Komisariat selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum diselenggarakan

Musyawarah Komisariat.

Page 7: Tatib Sidang Imm

 

BAB V

PEMILIHAN

Pasal 12

Pemilihan pimpinan dapat dilakukan dalam :

Muktamar untuk memilih Dewan Pimpinan Pusat.

Musyawarah Daerah untuk memilih Dewan Pimpinan Daerah.

Musyawarah Cabang untuk memilih Pimpinan Cabang.

Musyawarah Komisariat untuk memilih Pimpinan Komisariat.

Pasal 13

Tahapan Pemilihan dilakukan melalui tiga tahapan:

Tahapan pertama menetapkan tiga orang calon ketua umum yang memperoleh suara terbanyak pertama,

kedua dan ketiga untuk masuk pada putaran kedua. Jika terdapat kesamaan jumlah suara pada nomor tiga,

maka diadakan pemilihan tambahan.

Tahapan kedua adalah memilih ketua umum dari tiga orang calon ketua umum yang telah ditetapkan pada

tahap pertama.

Tahap ketiga adalah pemilihan delapan orang formatur.

 Setiap tahapan dilakukan secara berurutan dan atau tidak bersamaan.

Pasal 14

Pemilihan dilakukan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pasal 15

Pemilihan dilakukan berdasarkan satu peserta satu suara, kecuali DPD, PC dan PK diserahkan kepada

musyawarah pimpinan masing-masing.

Page 8: Tatib Sidang Imm

BAB VI

TATA CARA PEMILIHAN

Pasal 16

Pemilihan Ketua Umum / Ketua Formatur

a.    Calon Ketua Umum dinyatakan sah apabila ditetapkan oleh panitia pemilihan melalui sidang tanwir.

b.    Calon Ketua Umum yang dinyatakan sah, wajib menyampaikan konsep dan visi kepemimpinan

melalui forum debat kandidat.

c.    Calon Ketua Umum yang dinyatakan sah, wajib mengikuti pemilihan pada putaran pertama.

d.    Calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua ditetapkan sebagai peserta

calon Ketua Umum pada pemilihan putaran kedua.

e.    Calon Ketua Umum yang masuk putaran kedua dilarang mengundurkan diri.

f.     Calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua dinyatakan sah sebagai

Ketua Umum/Ketua Formatur.

g.    Apabila terdapat lebih dari satu calon yang memperoleh suara terbanyak, maka diadakan pemilihan

ulang sampai terdapat selisih suara.

h.    Apabila terdapat calon Ketua Umum kurang dari tiga orang, maka pemilihan dilakukan satu putaran.

Pasal 17

Pemilihan Anggota Formatur

Setiap peserta berhak memilih 8 (delapan) nama calon anggota formatur.

Calon anggota formatur yang mendapat suara terbanyak 1 sampai 8, dinyatakan sah sebagai anggota

formatur.

Apabila terdapat suara berimbang pada suara terbanyak terakhir, maka diadakan pemilihan ulang sampai

terdapat selisih suara.

Pasal 18

Pembentukan Formatur

Ketua Umum / Ketua Formatur memimpin sidang formatur untuk :

Menyusun komposisi tim formatur (Sekretaris dan Anggota)

Menyusun personalia pimpinan secara lengkap dan sudah harus terbentuk selambat-lambatnya sebelum

acara penutupan musyawarah.

Apabila poin 2 tidak terpenuhi, maka minimal sudah terpilih Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum dan

Bendahara Umum.

Komposisi kepengurusan sedapat mungkin ditetapkan dari formatur terpilih dan calon formatur.

 

Page 9: Tatib Sidang Imm

Pasal 19

Hasil sidang Tim Formatur diumumkan pada saat penutupan musyawarah.

Pasal 20

Segala hal yang belum diatur dalam tata tertib pemilihan ini akan ditetapkan kemudian selama tidak

bertentangan dengan AD/ART IMM.

Pasal 21

Tata Tertib pemilihan ini menjadi pengganti tata tertib pemilihan sebelumnya, dan berlaku sejak tanggal

ditetapkannya.

Ditetapkan di  : ........................................

Pada tanggal............................................ :    

Pukul            : ..........................................

Catatan:

1.        Perubahan terjadi pada pasal 13.

2.        Penambahan hanya pada pasal 16

Page 10: Tatib Sidang Imm

Anggaran Dasar

Anggaran Rumah Tangga

&

Tata Tertib Pemilihan Pimpinan

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)

 

Diterbitkan oleh

KOMISARIAT AUFKLARUNG PERIODE 2005-2006

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 11: Tatib Sidang Imm

ANGGARAN DASAR

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: Tatib Sidang Imm

ANGGARAN DASAR

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)

MUQADIMAH

ANGGARAN DASAR

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

, , , , , نستعين واياك نعبد اياك الدين يوم ملك الرحيم الرحمن العلمين رب لله الحمد الرحيم الرحمن الله بسم

, الضالين وال عليهم المغضوب غير عليهم انعمت ين الذ صراط المستقيم الصراط نا اهد

“Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh

alam semesta. Yang Maha Menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan

hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus yakni jalan

orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau

murkai atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat".

Bahwa sesungguhnya Islam adalah satu-satunya agama tauhid yang Haq di sisi Allah dengan berprinsip

pada aqidah tauhid dan membawa misi sebagai hudan rahmatan lil’alamin (Petunjuk dan Rahmat bagi

sekalian Alam). Oleh sebab itu, Islam harus ditegakkan dan dilaksanakan dalam kehidupan bersama

ditengah-tengah masyarakat. Hal tersebut merupakan sunnatullah bagi manusia, khususnya  umat Islam

sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi ini.

Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam adalah salah satu kreasi manusia Muslim dalam

upaya menggerakan dan membimbing umat agar mampu melaksanakan fungsi dan peranannya. Dalam

rangka kelangsungan hakikat dan misinya. Muhammadiyah memerlukan tumbuhnya kader pelopor,

pelangsung dan penyempurna cita-cita sekaligus sebagai stabilisator, dinamisator gerak dan

perjuangannya.

Maka pada 29 syawal 1384 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M didirikanlah Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, yang merupakan wadah

perjuangan untuk menghimpun, menggerakkan dan membina potensi mahasiswa Islam guna

meningkatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai kader Persyarikatan, kader umat dan kader bangsa,

Page 13: Tatib Sidang Imm

sehingga tumbuh kader-kader yang memiliki kerangka berpikir ilmu amaliyah dan kader amal ilmiah

sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah. Kesemuanya itu dilaksanakan secara bersama dengan

menjunjung tinggi musyawarah atas dasar iman dan taqwa serta hanya mengharap ridha Allah SWT.

Page 14: Tatib Sidang Imm

ANGGARAN DASAR

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

BAB I

NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM adalah gerakan mahasiswa

Islam yang beraqidah Islam bersumber Alqur’an dan As-sunnah.

 

Pasal 2

IMM didirikan pada tanggal 29 syawal 1384 H bertepatan dengan 14 Maret 1964 di Yogyakarta untuk

waktu yang tidak terbatas.

Pasal 3

Tempat  kedudukan IMM adalah di tempat kedudukan Dewan Pimpinan Pusatnya.

Tempat kedudukan Dewan Pimpinan Pusatnya  seperti tersebut pada ayat 1 adalah di Ibukota Negara

Republik Indonesia.

BAB II

ASAS, GERAKAN DAN TUJUAN

Pasal 4

Organisasi ini berasas Islam

Pasal 5

IMM adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan

kemahasiswaan.

Pasal 6

Tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka

mencapai tujuan Muhammadiyah.

BAB III

USAHA

Page 15: Tatib Sidang Imm

Pasal 7

1.    Membina para anggotanya menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat dan kader

bangsa yang senantiasa setia terhadap keyakinan dan cita-citanya.

2.    Membina para anggotanya untuk selalu tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan mengamalkan

ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan ketaqwaannya dan pengabdiannya kepada Allah SWT.

3.    Membantu para anggota khususnya dan mahasiswa pada umumnya dalam menyelesaikan

kepentingannya.

4.    Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi

munkar kepada masyarakat teristimewa masyarakat mahasiswa.

5.    Segala usaha yang tidak menyalahi asas, gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala

hukum yang berlaku dalam negara Republik Indonesia

BAB IV

ORGANISASI

Pasal 8

Keanggotaan

1.    Anggota IMM terdiri dari :

ANGGOTA BIASA, ialah mahasiswa Islam yang menyetujui asas dan tujuan IMM.

ANGGOTA LUAR BIASA, ialah alumni IMM yang tetap setia kepada IMM dan Muhammadiyah.

ANGGOTA KEHORMATAN, ialah  orang-orang yang dipandang berjasa mengembangkan dan

melestarikan IMM.

2.    Peraturan dan syarat keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

 

Pasal 9

Susunan Organisasi

Susunan Organisasi  Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  (IMM) terdiri dari :

1.    KOMISARIAT, ialah kesatuan anggota dalam suatu Fakultas/Akademi atau tempat tertentu.

2.    CABANG, ialah kesatuan komisariat-komisariat dalam suatu daerah kabupaten / kota atau daerah

tertentu.

3.    DAERAH, ialah kesatuan Cabang-Cabang dalam suatu Propinsi

4.    PUSAT, ialah kesatuan Daerah-Daerah dalam Negara Rebuplik Indonesia.

 

Page 16: Tatib Sidang Imm

Pasal 10

Pimpinan

1.    Pimpinan Komisariat

a. Pimpinan Komisariat  adalah pimpinan tertinggi dalam komisariatnya yang memimpin

dan melaksanakan kepemimpinan di atasnya, peraturan-peraturan dan keputusan organisasi dalam

lingkungannya.

b. Angggota Pimpinan Komisariat sekurang-sekurangnya 5 (Lima) orang  untuk masa

jabatan 1 (satu) tahun.

c. Ketua Pimpinan Komisariat karena jabatannya menjadi wakil Pimpinan Cabang di

komisariatnya.

2.    Pimpinan Cabang

a. Pimpinan Cabang adalah pimpinan tertinggi dalam Cabangnya yang memimpin dan

melaksanakan kepemimpinan di atasnya, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi

kepada komisariat-komisariat di lingkungannya.

b. Angggota Pimpinan Cabang sekurang-sekurangnya 9 (Sembilan) orang  untuk masa

jabatan 2 (dua) tahun.

c. Untuk mewakili kepentingan-kepentingan Cabang serta mengatur kerjasama antara

Pimpinan Komisariat dalam suatu Perguruan Tinggi /Universitas/Institut, Pimpinan Cabang dapat

membentuk  Koordinator Komisariat (KORKOM) yang ketentuan dan syarat.

d. Ketua Pimpinan Cabang karena jabatannya menjadi wakil Dewan Pimpinan Daerah di

Daerahnya.

3.    Dewan Pimpinan Daerah

a.     Dewan Pimpinan Daerah adalah pimpinan tertinggi dalam Daerahnya yang memimpin dan

melaksanakan kepemimpinan diatasnya, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi dalam

lingkungannya.

b.     Angggota Dewan Pimpinan Daerah sekurang-sekurangnya 9 (Sembilan) orang  untuk masa jabatan 2

(satu) tahun.

c.     Ketua Dewan Pimpinan Daerah karena jabatannya menjadi wakil Dewan Pimpinan Pusat di

daerahnya.

4.    Dewan Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin organisasi, terdiri dari sekurang-

kurangnya 9 (sembilan) orang, yang dipilih dan ditetapkan  oleh Muktamar untuk masa jabatan 3 (tiga)

tahun.

 

Page 17: Tatib Sidang Imm

Pasal 11

Pergantian dan Pemilihan Pimpinan

1.    Pergantian Pimpinan dilaksanakan pada setiap musyawarah tertinggi di masing-masing tingkat

pimpinan.

2.    Pemilihan pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12

Permusyawaratan

1.    Permusyawaratan terdiri dari :

a.     MUKTAMAR, ialah permusyawaratan tertinggi dalam organisasi yang diikuti oleh anggota Dewan

Pimpinan Pusat, utusan-utusan Dewan Pimpinan Daerah, utusan-utusan Pimpinan Cabang.

b.     TANWIR, ialah permusyawaratan tertinggi dalam organisasi di bawah Muktamar yang diikuti oleh

Dewan Pimpinan Pusat, utusan-utusan Dewan Pimpinan Daerah untuk membicarakan kepentingan-

kepentingan organisasi yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsung Muktamar, diadakan

sekurang-kurangnya  2 (dua) kali dalam satu periode.

c.     MUKTAMAR LUAR BIASA, ialah permusyawaratan yang diadakan untuk membicarakan masalah

yang mendesak yang tanwir tidak berwenang memutuskannya dan tidak dapat ditangguhkan sampai

Muktamar.

d.     MUSYAWARAH DAERAH, ialah permusyawaratan tertinggi dalam Daerah, yang diikuti oleh

anggota Dewan Pimpinan Daerah, utusan-utusan Pimpinan Cabang, dan utusan-utusan Pimpinan

Komisariat diadakan 2 (dua) tahun sekali.

e.     MUSYAWARAH CABANG, ialah permusyawaratan tertinggi dalam Cabang yang diikuti oleh

anggota Pimpinan Cabang dan Pimpinan Komisariat dan seluruh anggota, diadakan 2 (dua) tahun sekali.

f.      MUSYAWARAH KOMISARIAT, ialah permusyawaratan tertinggi dalam Komisariat yang diikuti

oleh Pimpinan Komisariat dan seluruh anggota, diadakan 1 (satu) tahun sekali.

2.    Keputusan

a.     Musyawarah dapat berlangsung dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asal yang

berkepentingan telah diundang secara sah.

b.     Keputusan musyawarah diusahakan dengan suara bulat. Apabila terpaksa diadakan pemungutuan

suara, maka keputusan di ambil dengan suara terbanyak mutlak.

c.     Keputusan Muktamar berlaku setelah disetujui oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, disyahkan dan

ditanfidzkan dewan pimpinan pusat IMM.

d.     Keputusan Musyawarah Daerah berlaku setelah disetujui oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah,

disyahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat IMM, dan ditanfidzkan oleh Dewan Pimpinan Daerah IMM.

Page 18: Tatib Sidang Imm

e.     Keputusan Musyawarah Cabang berlaku setelah disetujui oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah,

disyahkan oleh Dewan Pimpinan Daerah IMM, dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang IMM. 

f.      Keputusan Musyawarah Komisariat berlaku setelah disyahkan oleh Pimpinan Cabang IMM,

ditanfidzkan Pimpinan Komisariat IMM.

Page 19: Tatib Sidang Imm

BAB V

KEUANGAN

Pasal 13

Keuangan organisasi diperoleh dari :

1.    Uang Pangkal dan Iuran.

2.    Sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat.

BAB VI

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 14

1.    Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

2.    Anggaran Rumah Tangga dapat diubah oleh Dewan Pimpinan Pusat dengan tidak menyalahi

Anggaran Dasar, kemudian disyahkan oleh Tanwir dan atau Muktamar.

BAB VII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 15

Anggaran Dasar hanya dapat diubah oleh Muktamar dan perubahannya sah apabila diputuskan dengan

suara sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir, yang memang sengaja

diundang untuk membicarakan perubahan Anggaran Dasar.

BAB VIII

PEMBUBARAN

Pasal 16

1.    Pembubaran IMM menjadi wewenang kedaulatan Muktamar, berdasarkan kesepakatan bersama.

2.    Setelah IMM dibubarkan  tanggung jawab IMM menjadi tanggung jawab Muhammadiyah.

Page 20: Tatib Sidang Imm

BAB IX

PENUTUP

Pasal 17

Anggaran Dasar ini menjadi pengganti Anggaran Dasar sebelumnya, dan telah disyahkan oleh Muktamar

Ke-11 di Denpasar pada tanggal 24-28 Agustus 2003  M, dan Mulai Berlaku sejak disahkan oleh

Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ditetapkan di  ………………………………….

Tanggal   ……………………………………….

Bertepatan dengan tanggal …………………….

Page 21: Tatib Sidang Imm

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

BAB I

MILAD

Pasal 1

Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret

BAB II

KEANGGOTAAN

Pasal 2

1.    Yang dapat diterima menjadi anggota biasa adalah ;

a.    Mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan diperguruan tinggi atau yang setingkat.

b.     Mahasiswa yang telah menyelesaikan perkuliahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf

a paling lambat 2 (dua) tahun.

2.    Prosedur menjadi anggota biasa :

a.    Permintaan menjadi anggota biasa diajukan secara tertulis kepada pimpinan Cabang dan

meneruskannya kepada Dewan Pimpinan Daerah.

b.     Calon anggota diharuskan mengikuti pengkaderan Darul Arqam Dasar.

c.     Apabila permintaan menjadi anggota diterima, kepadanya diberikan kartu tanda anggota oleh Dewan

Pimpinan Daerah atas nama DPP IMM.

d. Bentuk tanda anggota ditentukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

3.    Anggota IMM  pada dasarnya tidak boleh merangkap pada organisasi ekstra kampus lain yang

sejenis.  

Pasal 3

Hak dan Kewajiban

1.    Anggota biasa berhak menyatakan pendapat, suara, memilih dan dipilih.

2.    Kewajiban anggota biasa adalah :

a.     Mempelajari dan mengamalkan kepribadian dan khittah perjuangan Muhammadiyah.

b.     Menjadi tauladan utama bagi mahasiswa Islam.

c.     Tunduk dan taat kepada keputusan, peraturan-peraturan dan menjaga nama baik organisasi.

d.     Turut melaksanakan dan mendukung usaha-usaha organisasi.

e.     Membayar iuran anggota yang besarnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Page 22: Tatib Sidang Imm

Pasal 4

Anggota berhenti karena :

1.    Meninggal dunia.

2.    Permintaan sendiri.

3.    Keputusan Dewan Pimpinan Daerah atas usulan Pimpinan Cabang karena pelanggaran terhadap

aturan dan ketentuan organisasi.

4.    Keputusan Dewan Pimpinan Daerah tentang pemberhentian anggota sesuai pasal 4 ayat 3 hanya

dapat dilaksanakan setelah :

a.     Diadakan penelitian oleh Pimpinan Cabang

b.     Diberikan peringatan oleh Pimpinan Cabang secara tertulis

c.     Dilakukan skorsing oleh Pimpinan Cabang, apabila peringatan tersebut pada pasal 4 ayat 4 huruf b

tidak diindahkan.

e. Anggota yang diberhentikan oleh dewan pimpinan daerah diberi kesempatan membela

diri dalam musyawarah yang diadakan oleh dewan pimpinan daerah.

Pasal 5

Status anggota luar biasa ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

Status anggota Kehormatan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Hak dan kewajiban serta ketentuan anggota Luar Biasa  dan Kehormatan diatur dalam peraturan khusus.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 6

Komisariat

1.    Komisariat adalah institusi IMM dapat dibentuk setelah mempunyai anggota minimal 10  (sepuluh)

orang.

2.    Pembentukan dan pengesahan serta ketentuan luas teritorial komisariat ditetapkan dengan surat

keputusan dewan pimpinan daerah setelah mendengar pertimbangan pimpinan cabang yang bersangkutan.

3.    Komisariat berkewajiban melaksanakan usaha-usaha organisasi untuk menghimpun, membina dan

meningkatkan kualitas serta menyalurkan bakat dan minat anggotanya untuk kepentingan organisasi.

Page 23: Tatib Sidang Imm

Pasal 7

Cabang

Cabang dibentuk oleh Dewan Pimpinan Pusat, terdiri dari sekurang kurangnya 2 (dua) Komisariat yang

telah disyahkan.

Pembentukan dan pengesahan serta ketentuan luas teritorial cabang ditetapkan dengan surat keputusan

Dewan Pimpinan Pusat atas usul Dewan Pimpinan Daerah yang bersangkutan.

Pasal 8

Daerah

1.    Daerah dapat dibentuk oleh Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari sekurang kurangnya 2 (dua) Cabang

yang telah disyahkan.

2.    Pembentukan dan pengesahan serta ketentuan luas teritorial daerah ditetapkan dengan surat

keputusan Dewan Pimpinan Pusat atas usul Musyawarah Daerah dan setelah mendengar pertimbangan 

calon Dewan Pimpinan Daerah yang bersangkutan.

BAB IV

PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 9

Syarat syarat Pimpinan

Syarat-syarat untuk dapat dicalonkan dan dipilih sebagai Pimpinan Ikatan :

1.    Syarat Umum

a.     Telah menjadi anggota Muhammadiyah.

b.     Setia kepada asas, tujuan dan perjuangan ikatan dan persyarikatan.

c.     Taat kepada garis kebijaksanaan pimpinan ikatan dan pimpinan persyarikatan.

d.     Mampu membaca al-qur’an secara tartil.

f. Mampu dan cakap melaksanakan tugas.

g. Dapat menjadi tauladan utama dalam organisasi terutama dalam bidang akhlaq dan

beribadahnya.

h. Tidak merangkap dengan pimpinan organisasi politik dan organisasi lainnya, kecuali

telah mendapat ijin secara tertulis dari pimpinan setingkat diatasnya, kecuali untuk Dewan

Pimpinan Pusat mendapat rekomendasi dari sidang pleno.

i. Berpengalaman dalam memimpin ikatan setingkat dibawahnya, kecuali untuk pimpinan

Komisariat.

Page 24: Tatib Sidang Imm

j. Bersedia berdomisili di kota, dimana sekretariat berkedudukan jika terpilih menjadi

pimpinan.

2.    Syarat-syarat khusus bagi Dewan Pimpinan Pusat

a.     Telah menjadi anggota biasa sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun.

b.     Telah lulus pengkaderan yang telah dilaksanakan Dewan Pimpinan pusat dan atau yang dilaksanakan

oleh Pimpinan Pusat  Muhammadiyah.

3.    Syarat-syarat khusus bagi Dewan Pimpinan Daerah.

a.     Telah menjadi anggota biasa sekurang kurangnya 2 (dua) tahun.

b.     Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan Dewan Pimpinan Daerah dan atau yang dilaksanakan

oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.

4.    Syarat-syarat khusus bagi  Pimpinan Cabang.

a.     Telah menjadi anggota biasa sekurang kurangnya 1 (satu) tahun.

b.     Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan Pimpinan Cabang dan atau yang dilaksanakan oleh

Pimpinan Daerah Muhammadiyah.

5.    Syarat syarat khusus bagi Pimpinan Komisariat.

a.     Telah menjadi anggota biasa sekurang kurangnya 6 (enam) bulan.

b.     Telah lulus pengkaderan yang dilaksanakan Pimpinan Cabang dan atau yang dilaksanakan oleh

Pimpinan Daerah Muhammadiyah.

Pasal 10

Berhentinya pimpinan karena :

Berhalangan tetap

Permintaan sendiri

Melanggar konstitusi ikatan dan persyarikatan

Pasal 11

Dewan Pimpinan Pusat

1.    Dewan Pimpinan Pusat disusun oleh formatur yang dipilih oleh Muktamar.

2.    Dewan Pimpinan Pusat memimpin organisasi, mentanfidzkan keputusan serta mengawasi

pelaksanaannya.

3.    Untuk melaksanakan pekerjaan sehari hari yang bersifat administratif, Dewan Pimpinan Pusat

mengangkat Sekretaris Eksekutif dari anggota anggota Dewan Pimpinan Pusat.

4.    Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk Badan

Pimpinan yang diserahi tugas dan menyelenggarakan pekerjaan khusus.

Page 25: Tatib Sidang Imm

Pasal 12

Dewan Pimpinan Daerah

1.    Dewan Pimpinan Daerah disusun oleh formatur yang dipilih oleh Musyawarah Daerah dan disahkan

oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2.    Dewan Pimpinan Daerah adalah wakil Dewan Pimpinan Pusat di daerahnya.

3.    Dewan Pimpinan Daerah dapat membentuk Badan pimpinan sesuai dengan ketentuan dan peraturan

yang berlaku.

4.    Dewan Pimpinan Daearh harus memberikan laporan kepada Dewan Pimpinan Pusat sekurang-

kurangnya 6 (enam) bulan sekali dan atau apabila ada hal-hal yang dianggap perlu.

Pasal 13

Pimpinan Cabang

1.    Pimpinan Cabang disusun oleh formatur yang dipilih oleh Musyawarah Cabang dan disahkan oleh

Dewan Pimpinan Daerah.

2.    Pimpinan Cabang memberikan  laporan kepada Dewan Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya 6

(enam) bulan dan atau apabila ada hal-hal yang dianggap perlu.

Pasal 14

Pimpinan Komisariat

1.    Pimpinan Komisariat disusun oleh formatur yang dipilih oleh Musyawarah Komisariat dan disahkan

oleh Pimpinan Cabang.

2.    Pimpinan Komisariat memberikan laporan kepada Pimpinan Cabang sekurang kurangnya 3 (tiga)

bulan sekali dan atau apabila ada hal hal yang dipandang perlu.

Pasal 15

Badan Pimpinan Otonom

1.    Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya pimpinan dapat membentuk Badan Pimpinan Otonom

yang diserahi tugas-tugas khusus.

2.    Badan Pimpinan Otonom dibentuk dan disyahkan oleh pimpinan yang bersangkutan.

Pasal 16

Pemilihan Pimpinan

1.    Pemilihan pimpinan diatur dalam pedoman pemilihan pimpinan.

Page 26: Tatib Sidang Imm

2.    Pedoman pemilihan pimpinan dibuat oleh dewan pimpinan pusat dan disyahkan dalam Tanwir.

Pasal 17

Pergantian dan Perubahan Pimpinan

1.    Pimpinan IMM yang telah habis masa jabatannya tetap menjalankan tugasnya sampai dilakukan

serah terima jabatan dengan pimpian yang baru.

2.    Dalam satu masa jabatan, dapat dilakukan perubahan pimpinan.

3.    Perubahan pimpinan diatur dalam peraturan khusus yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

4.    Setiap pergantian dan perubahan pimpinan IMM harus menjamin adanya peningkatan efisiensi dan

efektifitas jalannya kepemimpinan.

BAB VI

PERMUSYAWARATAN

Pasal 18

Muktamar

1. Muktamar diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat.

2. Dewan Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas pelaksanaan Muktamar.

3. Undangan, acara dan materi Muktamar sedapat mungkin sampai kepada yang

bersangkutan sebulan sebelumnya.

4. Muktamar dihadiri oleh :

A.    Peserta

1.    Anggota Dewan Pimpinan Pusat.

2.    Badan Pimpinan tingkat Pusat yang jumlahnya ditentukan oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah.

3.    Wakil Dewan Pimpinan Daerah masing-masing 4(empat) orang.

4.    Wakil Pimpinan Cabang masing-masing 2(dua ) orang.

B.    Peninjau

1.    Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah Tingkat Pusat,

masing-masing 2(dua) orang.

2.    Mereka yang diundang oleh Dewan Pimpinan Pusat.

5. Setiap peserta Muktamar berhak 1(satu ) suara.

6. Isi dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Tanwir.

7. Acara Pokok Muktamar :

Page 27: Tatib Sidang Imm

8. Laporan Dewan Pimpinan Pusat tentang :

a. Kebijaksanaan Pimpinan Pusat.

b. Organisasi.

c. Keuangan.

d. Pelaksanaan keputusan Muktamar /Tanwir.

e. Penyusunan program IMM periode berikutnya.

f. Pemilihan dewan pimpinan pusat.

g. Masalah-masalah umum IMM yang bersifat urgen.

h. Rekomendasi.

9. Ketentuan tentang tata tertib Muktamar dibuat oleh Dewan Pimpinan Pusat dan disahkan

oleh Muktamar.

10. Pada waktu berlangsungnya Muktamar dapat diselenggarakan acara atau kegiatan

pendukung yang tidak mengganggu jalannya Muktamar.

11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Muktamar, Dewan Pimpinan Pusat  harus

menyampaikan hasil Keputusan Muktamar kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk

mendapatkan pengesahan.

12. Apabila sampai satu bulan sesudah penyerahan hasil keputusan Muktamar belum ada

jawaban dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maka keputusan dianggap sah.

13. Selambat-lambatnya dua bulan setelah Muktamar, keputusan Muktamar harus

ditanfidzkan  oleh Dewan Pimpinan Pusat dan selanjutnya disosialissi ke Dewan Pimipanan

Daerah se-Indonesia.

14. Keputusan Muktamar mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan

tetap berlaku sampai di ubah atau dibatalkan oleh Muktamar berikutnya.

Pasal 19

Tanwir

1.    Tanwir diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat.

2.    Dewan Pimpinan Pusat bertanggungjawab atas penyelengaraan Tanwir.

3.    Undangan, acara dan materi Tanwir sedapat mungkin sampai kepada yang bersangkutan sebulan

sebelumnya.

4.    Tanwir dihadiri oleh :

a)    Peserta

1)    Anggota Dewan Pimpinan Pusat

2)    Badan Pimpinan TIngkat Pusat yang jumlahnya ditentukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Page 28: Tatib Sidang Imm

3)    Wakil Dewan Pimpinan Daerah masing masing 4 (empat) orang.

b)    Peninjau

1)    Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah Tingkat Pusat,

masing-masing 1(satu) orang.

2)    Mereka yang diundang oleh Dewan Pimpinan Pusat.

5.    Setiap anggota Tanwir berhak 1 (satu) suara.

6.    Isi dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

7.    Acara Pokok Tanwir :

a.    Laporan kebijakan Dewan Pimpinan Pusat dalam memimpin dan melaksanakan keputusan Muktamar

/ Tanwir.

b.    Masalah-masalah mengenai kepentingan umum organisasi yang tidak dapat ditangguhkan sampai

berlangsungnya Muktamar.

c.    Mempersiapkan tempat dan acara yang akan datang.

8.    Ketentuan tentang tata tertib Tanwir dibuat oleh Dewan Pimpinan Pusat dan disahkan oleh Tanwir.

9.    Pada waktu berlangsungnya Tanwir dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak

mengganggu jalannya Tanwir.

10.  Selambat-lambatnya sebulan setelah Tanwir, Dewan Pimpinan Pusat  harus menyampaikan hasil

Keputusan Tanwir kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mendapatkan pengesahan.

11.  Apabila sampai satu bulan sesudah penyerahan hasil keputusan Tanwir belum ada jawaban dari

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maka keputusan dianggap sah.

12.  Selambat-lambatnya dua bulan setelah Tanwir, keputusan Tanwir harus ditanfidzkan  oleh Dewan

Pimpinan Pusat dan selanjutnya disosialisasi ke Dewan Pimpinan Daerah se-Indonesia..

13.  Keputusan Tanwir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Dewan Pimpinan Pusat  dan tetap berlaku

sampai diubah atau dibatalkan oleh Tanwir atau Muktamar kemudian.

Pasal 20

Muktamar Luar Biasa

1.    Muktamar Luar Biasa diadakan untuk membicarakan masalah-masalah yang sifatnya di luar

wewenang Tanwir dan tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Muktamar.

2.    Muktamar Luar Biasa dihadiri oleh anggota Muktamar sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran

Rumah Tangga pasal 18 ayat 4 sub A point 1dan 2.

3.    Undangan Muktamar Luar Biasa disampaikan secepat mungkin kepada yang bersangkutan.

4.    Muktamar Luar Biasa dianggap sah apabila di hadiri oleh ½ +1 dari junlah DPD se-Indonesia.

Page 29: Tatib Sidang Imm

5.    Segala ketentuan dalam Anggaran  Rumah Tangga pasal 18 yang tidak bertentangan dengan pasal 20

ayat (1), (2) dan (3), berlaku untuk Muktamar Luar Biasa.

Pasal 21

Musyawarah Daerah

1.    Musyarah Daerah diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Daerah.

2.    Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Daerah.

3.    Undangan, acara dan materi Musyawarah Daerah sedapat mungkin sampai kepada yang

bersangkutan, sebulan sebelumnya.

4.    Musyawarah Daerah dihadiri oleh :

A.    Peserta :

1)    Anggota Dewan Pimpinan Daerah.

2)    Badan Pimpinan tingkat daerah dan jumlahnya ditentukan DPD.

3)    Wakil Pimpinan Cabang masing-masing 4 (empat) orang .

4)    Wakil Pimpinan Komisariat masing-masing 2 (dua) orang.

5)    Wakil Dewan Pimpinan Pusat 1 (satu) orang.     

B.    Peninjau

1)     Pimpinan Wilayah Muhamadiyah, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah tingkat Wilayah,

masing-masing 2 (dua) orang.

2)     Mereka yang diundang oleh Dewan Pimpinan Daerah.

5.    Setiap peserta Musyawarah Daerah berhak satu suara.

6.    Isi dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

7.    Acara Pokok  Musyawarah Daerah

       A.  Laporan Dewan Pimpinan Daerah tentang :

            1.  Kebijaksanaan Dewan Pimpinan Daerah.

            2.  Organisasi.

            3. Keuangan

            4.  Pelaksanaan keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah Daerah serta instruksi dan ketentuan

Dewan Pimpinan Pusat.

       B. Penyusunan Program IMM periode berikutnya.

       C.             Pemilihan Dewan Pimpinan Daerah.

       D.             Masalah-masalah umum IMM bersifat urgen dalam daerah.

       E. Rekomendasi.

Page 30: Tatib Sidang Imm

8.    Ketentuan tentang  tata tertib Musyawarah Daerah dibuat oleh Dewan Pimpinan Daerah dan disahkan

oleh Dewan Pimpinan Daerah.

9.    Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Daerah dapat diselenggarakan acara atau kegiatan

pendukung yang tidak mengganggu jalannya musyawarah Daerah.

10.  Selambat-lambatnya sebulan setelah musyawarah Daerah, Dewan Pimpinan Daerah harus

menyampaikan hasil Musyarah Daerah kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk mendapatkan

persetujuan, dan kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk mendapatkan pengesahan.

11.  Apabila sampai satu bulan sesudah penyerahan hasil keputusan  Musyawarah Daerah belum ada

jawaban dari Dewan Pimpinan Pusat  maka keputusan dianggap sah.

12.  Selambat-lambtnya 2 (dua ) bulan setelah Musyawarah Daerah, keputusan Musyawarah Daerah harus

ditanfidzkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan selanjutnya disosialisasikan ke Pimpinan Cabang di

wilayah masing-masing . 

13.  Keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Dewan Pimpinan Daerah

dan tetap berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Daerah berikutnya.

Pasal 22

Musyawarah Cabang

1.    Musyawarah Cabang diadakan atas undangan Pimpinan Cabang.

2.    Pimpinan Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan musyawarah Cabang.

3.    Undangan, acara dan materi Musyawarah cabang sedapat mungkin sampai kepada yang

bersangkutan,  15 (lima belas) hari sebelumnya.

4.    Musyawarah cabang dihadiri oleh :

A. Peserta :

         1)   Anggota Pimpinan Cabang.

         2)   Badan Pimpinan tingkat Cabang dan jumlahnya ditentukan Pimpinan Cabang.

         3)   Wakil Pimpinan Komisariat jumlahnya ditentukan oleh Pimpinan Cabang  dengan

memperhatikan usulan dari Komisariat.

         4)   Wakil Dewan Pimpinan Daerah 1 (satu) orang.  

       B.  Peninjau

          1)   Pimpinan Daerah Muhamadiyah, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah tingkat

cabang, masing-masing 2 (dua) orang.

          2)   Mereka yang diundang oleh Pimpinan Cabang.

5.    Setiap peserta Musyawarah cabang berhak satu suara.

6.    Isi dan susunan acara Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang,

Page 31: Tatib Sidang Imm

7.    Acara Pokok  Musyawarah Cabang.

       A.  Laporan Pimpinan Cabang tentang :

            1.  Kebijaksanaan Pimpinan Cabang.

            2.  Organisasi.

            3. Keuangan

            4.  Pelaksanaan keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang serta

instruksi dan ketentuan Pimpinan di atasnya.

       B. Penyusunan Program IMM periode berikutnya.

       C.             Pemilihan Pimpinan Cabang.

       D.             Masalah-masalah umum IMM bersifat urgen dalam Cabang.

       E. Rekomendasi.

8.    Ketentuan tentang  tata tertib Musyawarah Cabang dibuat oleh Pimpinan Cabang dan disahkan oleh

Musyawarah Cabang.

9.    Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Cabang dapat diselenggarakan acara atau kegiatan

pendukung yang tidak mengganggu jalannya musyawarah Cabang.

10.  Selambat-lambatnya sebulan setelah musyawarah Cabang, Pimpinan Cabang harus menyampaikan

hasil Musyawarah Cabang kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah untuk mendapatkan persetujuan,

dan kepada Dewan Pimpinan Daerah untuk mendapatkan pengesahan.

11.  Apabila sampai satu bulan sesudah penyerahan hasil keputusan  Musyawarah Cabang belum ada

jawaban dari Dewan Pimpinan Daerah maka keputusan dianggap sah.

12.  Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Musyawarah Cabang, keputusan Musyawarah Cabang

harus ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang dan selanjutnya disosialisasikan ke Pimpinan komisariat di

wilayah masing-masing. 

13.  Keputusan Musyawarah Cabang mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang dan tetap

berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Cabang berikutnya.

Pasal 23

Musyawarah Komisariat

1.    Musyawarah Komisariat diadakan atas undangan Pimpinan Komisariat.

2.    Pimpinan Komisariat bertanggung jawab atas penyelenggara musyawarah Komisariat.

3.    Undangan, acara dan materi Musyawarah Komisariat sedapat mungkin sampai kepada yang

bersangkutan,  7 (tujuh) hari sebelumnya.

4.    Musyawarah Daerah dihadiri oleh :

A. Peserta :

Page 32: Tatib Sidang Imm

            1)  Anggota Pimpinan Komisariat.

            2)  seluruh anggota komisariat.

            3)  Wakil Pimpinan Cabang 1(satu) orang

       B.  Peninjau

       1)  Mereka yang diundang oleh Pimpinan Komisariat.

5.    Setiap peserta Musyawarah Komisariat berhak satu suara.

6.    Isi dan susunan acara Musyawarah Komisariat ditetapkan oleh Pimpinan Komisariat.

7.    Acara Pokok  Musyawarah Komisariat.

       A.  Laporan Pimpinan Komisariat tentang :

            1.  Kebijaksanaan Pimpinan Komisariat.

            2.  Organisasi.

            3. Keuangan

            4.  Pelaksanaan keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang serta

instruksi dan ketentuan Pimpinan di atasnya.

       B. Penyusunan Program IMM periode berikutnya.

       C.             Pemilihan Pimpinan Komisariat.

       D.             Masalah-masalah umum IMM bersifat urgen dalam Komisariat.

       E. Rekomendasi.

8.    Ketentuan tentang  tata tertib Musyawarah Komisariat dibuat oleh Pimpinan Komisariat dan disahkan

oleh Musyawarah Komisariat.

9.    Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Komisariat dapat diselenggarakan acara atau kegiatan

pendukung yang tidak mengganggu jalannya musyawarah Komisariat.

10.  Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah musyawarah Komisariat, Pimpinan Komisariat harus

menyampaikan hasil Musyawarah Komisariat kepada Pimpinan Cabang untuk mendapatkan pengesahan.

11.  Apabila sampai 15 (lima belas) hari sesudah penyerahan hasil keputusan  Musyawarah Komisariat

belum ada jawaban dari Pimpinan Cabang maka keputusan dianggap sah.

12.  Selambat-lambtnya 1 (satu) bulan setelah Musyawarah Cabang, keputusan Musyawarah Komisariat

harus ditanfidzkan oleh Pimpinan Komisariat.

13.  Keputusan Musyawarah Komisariat mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Komisariat

dan tetap berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Komisariat berikutnya.

Pasal 24

Keputusan Musyawarah

1.   Keputusan Permusyawaratan diusahakan diambil dengan musyawarah untuk mufakat.

Page 33: Tatib Sidang Imm

2.   Apabila keputusan permusyawaratan terpaksa dilakukan dengan pemungutan suara, maka keputusan

diambil dengan suara terbanyak mutlak, yaitu separoh lebih satu dari jumlah peserta yang memberikan

hak suara.

3.   Pemungutan suara atas seseorang atau masalah yang penting dapat  dilakukan secara tertulis dan

rahasia, atau secara langsug.

4.   Apabila dalam pemungutan suara terdapat jumlah suara yang sama banyak, maka pemungutan suara

diulangi dengan memberi  kesempatan masing-masing  pihak untuk menambah penjelasan. Apabila

setelah tiga kali pemungutan suara ternyata hasilnya tetap sama atau tidak memenuhi syarat pengambilan

keputusan  pembicaraan dihentikan tanpa suatu keputusan, atau diserahkan  kepada pimpinan di atasnya,

sedangkan untuk Muktamar/Tanwir diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

5.   Apabila keputusan telah diambil, maka seluruh peserta musyawarah harus menerima keputusan 

tersebut  dengan ikhlas dan tetap bertawakal kepada Allah SWT.

BAB VI

LAPORAN

Pasal 25

1.   Setiap  Pimpinan berkewajiban untuk membuat laporan tentang keadaan IMM yang meliputi bidang

organisasi, gerakan, amal usaha, keuangan dan inventarisasi organisasi, termasuk pula laporan

bidang/lembaga khusus.

2.   Laporan seperti dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada pimpinan di atasanya,  dengan ketentuan ;

bagi  Dewan Pimpinan Daerah setiap 6 (enam) bulan, sedangkan bagi

Pimpinan Cabang dan Komisariat setiap 3 (tiga) bulan.

BAB VII

KEUANGAN

Pasal 26

1.    Keperluan IMM secara umum dibiayai bersama oleh Pimpinan Komisariat, Pimpinan Cabang,

Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Pusat.

2.    Keperluan pimpinan IMM setempat dibiayai oleh Pimpinan yang bersangkutan berdasarkan

keputusan musyawarah masing-masing.

3.    Uang Pangkal dan Iuran Anggota besarnya ditentukan oleh tiap level pimpinan.

4.    Distribusi Uang Pangkal dan Iuran Anggota diatur sebagai berukut.

Page 34: Tatib Sidang Imm

       a.  50% untuk Pimpinan Komisariat

       b.  25% untuk Pimpinan Cabang.

       c.  15% untuk Dewan Pimpinan Daerah

       d.  10% untuk Dewan Pimpinan Pusat.

5.    Untuk memeriksa keabsahan laporan keuangan dan harta kekayaan, diatur sebagai berikut :

       a.  Pemeriksaan dilakukan oleh tim verifikasi yang dibentuk sebelum permusyawaratan.

       b.  Ketentuan tetang pemeriksaan diatur dengan peraturan khusus yang ditetapkan oleh Dewan

Pimpinan Pusat.

       c.  Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam permusyawaratan.

6.    Pengelolaan/penarikan  keuangan diatur dalam peraturan khusus yang  dibuat oleh Dewan Pimpinan

Pusat.

BAB VIII

PERATURAN KHUSUS DAN PEDOMAN KERJA

Pasal 27

Setiap pimpinan dapat membuat peraturan khusus dan pedoman kerja asal tidak bertentangan dengan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan yang dibuat pimpinan di atasnya.

BAB IX

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 28

Anggaran Rumah Tangga ini dapat  diubah oleh Muktamar dan atau Muktamar dan atau Tanwir, dan

perubahannya sah apabila disetujui oleh  sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari peserta Muktamar dan atau

Tanwir yang hadir untuk membicarakan hal tersebut.

BAB X

KETENTUAN LAIN

Pasal 29

1.    Segala ketentuan peraturan yang ada masih tetap berlaku sebelum ada ketentuan atau peraturan baru

menurut Anggaran Rumah Tangga ini.

2.    IMM menggunakan tahun takwim, dimulai tanggal 1 januari dan berakhir 31 Desember.

Page 35: Tatib Sidang Imm

3.    Pedoman administrasi  diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat.

BAB XI

PENUTUP

Pasal 30

1.    Segala peraturan yang bertentangan dengan peraturan  dalam Anggaran Rumah Tangga ini

dinyatakan  tidak berlaku lagi.

2.    Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini  diatur lebih lanjut  dengan peraturan

yang dibuat oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 31

Anggaran Rumah Tangga ini telah disahkan  dalam  Tanwir ke-16 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,

pada tanggal 1 Ramadhan 1413 Hijriyah bertepatan tanggal 6 November 2002 Masehi di Banten dan

dinyatakan berlaku sejak tanggal tersebut sebagai pengganti Anggaran Rumah Tangga sebelumnya.