Tata Surya

25

Click here to load reader

description

tata surya,planet bumi, lapisan lapisannya,asal mula bumi

Transcript of Tata Surya

Page 1: Tata Surya

PEMBAHASAN

A. Sistem Tata Surya1. Asal Usul Tata SuryaTata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai,dan satelit alami.Tata surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6x1017 km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi pusat galaksi bima sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu sekitar 226 juta tahun untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur tata surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita telah mengelilingi pusat galaksi sebanyak 18 kali dari semenjak terbentuk.

a. Hipotesis NebulaHipotesis Nebula atau teori kabut pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg pada tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Kemudian hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Leplace.Hipotesi ini mengemukakan bahwa pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es dan gas yang disebut nebula, serta unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas dan akhirnya mejadi bintang raksasa atau biasanya disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat. Cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet-planet.

b. Hipotesis PlanetisimalThomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton mengemukakan hipotesis ini pertama kali pada tahun 1900. Hipotesis ini mengatakan tata surya terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa pembentukan matahari. Karena jarak yang dekat tersebut, kemudian terjadi benjolan pada permukaan matahari, dan bersama dengan proses internal matahari, bintang lain tersebut manarik materi berulang-ulang dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan tebentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain tetap berada di orbit, mendingin dan memadat, menjadi benda-benda berukuran kecil yang disebut planetesimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sedangkan sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

c. Hipotesis Pasang Surut BintangHipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Menurut hipotesis ini, planet terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan ini menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudain terkondensasi menjadi planet. Akan tetapi, astronom Harold Jeffreys tahun 1929 menyebutkan bahwa tabrakan itu

Page 2: Tata Surya

tidak mungkin terjadi. Demikian astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

d. Hipotesis KondensasiHipotesis kondensasi dikemukakan tahun 1950 oleh astronom Belanda, G.P. Kuiper. Menurutnya, tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

e. Hipotesis Bintang KembarFred Hoyle pada tahun 1956 mengemukakan bahwa dahulu tata surya berupa dua bintang yag hampir sama ukurannya dan letaknya pun berdekatan, kemudian salah satunya meledak menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

2. Bintang dan MatahariBintang adalah benda langit yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya. Hipparchus, astronom Yunani untuk petama kalinya dengan mata telanjang mengklasifikasikan tingkat kecemerlangan bintang. Dari bintang Magnitudo 1 dan Magnitudo 6, perbedaan tingkat kecemerlangan 100 kali lipat. Dengan melihat tingkat kecemerlangan warna bintang, kita juga bisa mengetahui usia bintang. Saat lahir, bintang mengeluarkan warna biru muda, semakin lama bintang berubah menjadi merah. Semakin tinggi suhu sebuah bintang, maka warnanya akan semakin biru, yang suhunya sedang warnanya putih dan kuning, sedangkan bintang yang suhunya rendah berwarna merah.Bintang terlahir dari nebula raksasa. Partikel-partikel yang terdiri dari gas dan debu dalam nebula tersebut, pelan-pelan saling tarik dan merapat selama milyaran tahun. Ketika makin rapat, gaya tarik menarik akan semakin kuat, sampai suatu saat akan terjadi tarikan yang cepat kearah pusat gravitasi nebula tersebut. Gerakan serentak materi nebula tersebut ke satu titik menimbulkan ledakan dan panas di pusat gravitasinya dan dari sinilah lahir sebuah bintang.Berikut ini adalah tabel bintang-bintang yang jaraknya dekat dengan Bumi.Nama Bintang Jarak (Tahun Cahaya) Magnitudo Visual (Magnitudo Tampak) Luminositas (Matahari=1) KategoriMatahari 0 -26.8 1 Bintang KuningProxima Centauri 4,2 11.0 0,00005 Bintang Kerdil MerahAlpha Centauri A 4,3 0,0 1,3 Bintang KuningAlpha Centauri B 4,3 1,4 0,36 Bintang OranyeBintang Barnard 5,9 9,5 0,00044 Bintang Kerdil MerahWolf 359 7,6 13,5 0,00002 Bintang Kerdil MerahLeland 21185 8,1 7,5 0,0052 Bintang Kerdil MerahSirius A 8,6 -1,5 23 Bintang PutihSirius B 8,6 8,7 0,002 Bintang Kerdil PutihBintang UV A Rasi Cetus 8,9 12,4 0,00006 Bintang Kerdil MerahBintang UV B Rasi Cetus 8,9 12,9 0,00004 Bintang Kerdil Merah

Matahari merupakan bintang besar yang menjadi pusat tata surya, karena semua planet dan benda-benda di tata surya beredar mengelilinginya. Matahari berotasi, sedangkan planet-planet melakukan rotasi dan revolusi. Jarak rata-rata matahari dengan Bumi dinamakan satu satuan astronomi, dan

Page 3: Tata Surya

besarnya kira-kira 150.000.000 km. Suhu permukaan matahari kira-kira 6.0000C, dengan diameter 109 kali diameter Bumi atau sekitar 1.400.000km.Prominensa adalah pancaran gas berbentuk kembang api merah yang menyembur dari dalam matahari. Prominensa terjadi karena matahari terdiri dari gas hidrogen. Hidrogen terus-menerus meledak dan berubah menjadi unsur yang lain, namun karena gravitasinya terlalu besar, unsur tersebut tidak terlepas keluar melainkan kembali tersedot kedalam inti.Pada permukaan matahari terdapat bintik hitam. Sebenarnya bintik hitam ini merupakan daerah permukaan matahari yang yang suhunya lebih rendah dibandingkan dengan suhu permukaan lainnya. Sehingga warnya menjadi lebih gelap, namun sebenarnya suhunya masih lebih dari 4.000OC. Bintik hitam ini terkadang mengalami ledakan yang biasa disebut sunflare (semburan matahari). Pada saat terjadi ledakan bintik hitam, sunflare memancarkan energi, seperti sinar ultraviolet, sinar x dan sebagainya. Sinar-sinar inilah yang kemudian dapat mengacaukan lapisan ionosfer yang dianggap sebagai cermin gelombang elektromagnetik maka muncul lah fenomena Dellinger. Selain fenomena dellinger, terjadi pula fenomena aurora. Saat masuk ke lapisan ionosfer, partikel yang dipancarkan oleh flare bertabrakan dengan atom yang ada di atmosfer Bumi. Peristiwa ini menimbulkan sinar yang indah di daerah kutub.

3. PlanetPada tanggal 24 Agustus 2006 di Praha Ceko, pertemuan International Astronomical Union dikeluarkan definisi baru mengenai planet:1) Benda antariksa yang mengorbit mengelilingi bintang, sementara benda tersebut bukan bintang.2) Memiliki massa yang cukup besar lebih dari 5x1020 kg3) Berdiameter lebih dari 800 km4) Memiliki gravitasi cukup berat sehingga bentuknya mendekati bulat serta membebaskan lingkungan sekitar orbit (tidak memotong orbit planet lain).Berdasarkan posisinya, planet di tata surya dibagi atas planet dalam dan planet luar. Planet dalam adalah planet yang bila dibandingkan dengan Bumi, lebih dekat dengan matahari, yaitu Merkurius dan Venus. Sedangkan planet luar, adalah planet yang jaraknya dengan matahari lebih jauh bila dibandingkan dengan Bumi, yaitu Mars, Jupiter, Satrunus, Uranus dan Neptunus.Berdasarkan besar dan massa jenisnya planet dibagi menjadi Terrestrial Planet dan Giant Planet/Jovian Planet. Planet yang ukurannya kecil dan massa jenisnya tinggi disebut Planet Terrestrial atau Keluarga Bumi. Planet-planet yang termasuk dalam Keluarga Bumi adalah planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Giant atau Jovian Planet biasa juga disebut Planet Keluarga Jupiter merupakan kelompok planet yang ukurannya besar namun massa jenisnya rendah, planet-planet ini adalah Jupiter, Satrunus, Uranus dan Neptunus.Sejak ditetapkannya definisi planet yang baru, Pluto tidak berhak menyandang nama planet. Berkat perkembangan teknologi observasi astronomi, diketahui bahwa ternyata ukuran Pluto lebih kecil dibandingkan Bulan dan orbitnya oval tidak beraturan. Status Pluto mulai diragukan pada tahun 2003, hingga akhirnya Pluto resmi dikeluarkan dari daftar planet pada tahun 2006 dan kemudian nama Pluto dirubah menjadi 134340, sedangkan Charon, yang dulunya dikenal sebagai satelitnya Plutomenjadi 134340 I. Dan kini, 134340 termasuk kedalam daftar Planet Kerdil atau Planet Katai, yaitu planet yang gravitasinya lemah dibandingkan dengan kedelapan planet yang lainnya. Namun, standar definisi planet kerdil dan benda-benda langit lainnya sampai sekarang masih belum ditetapkan. Sedangkan anggota planet katai yang lainnya adalah Ceres, Haumea, Makemake, dan

Page 4: Tata Surya

Eris.

a. MerkuriusMerkurius adalah planet yang paling dekat jaranknya dengan Matahari. Jarak antara Merkurius dan Matahari kira-kira 57.900.000 kilometer atau 0,39 SA. Hal ini mengakibatkan suhu di Merkurius pada siang hari bisa mencapai 430oC, sedangkan pada malam hari suhunya turun menjadi -180oC.Diantara Planet Keluarga Bumi, Merkurius lah yang ukurannya paling kecil, yaitu 38% diameter Bumi dengan massa 1/18 massa Bumi dengan periode revolusi kurang lebih 88 hari dan periode rotasinya kira-kira 59 hari. Merkurius tidak memiliki atmosfer dan satelit. Sedangkan penampakan permukaan planet ini berupa kawah-kawah yang diduga hasil dari pengerutan pada periode wala sejarah planet ini. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri atas atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin Matahari.

b. VenusVenus (0,7 SA) adalah planet yang terlihat paling terang, dilihat dari Bumi. Venus nampak paling jelas dari Bumi, karena sebagian besar atmosfer tebal di Venus terbentuk dari karbondioksida dan Venus memantulkan 75% sinar Matahari yang diterimanya. Karena atmosfer Venus yang tebal, maka panas terperangkap dalam atmosfer, sehingga muncullah efek rumah kaca. Selain efek rumah kaca yang kuat, permukaan Venus juga tertutup oleh banyak gunung berapi dengan asap yang pekat dengan lava yang panas, hingga mahluk hidup sulit untuk hidup disana. Hal ini pula lah yang menyebabkan Venus menjadi planet yang terpanas di tata surya dengan suhu permukaan mencapai 465oC.Venus juga sering dijuluki Bintang Fajar atau Bintang Kejora karena tampak menjelang matahari terbit atau beberapa saat sesudah matahari terbenam. Setelah bulan, Venus adalah benda langit yang paling terang dilihat dari Bumi. Venus juga dianggap sebagai kembarannya Bumi karena massanya yang hampir mirip dengan Bumi, yaitu 0,815 dari massa Bumi, ukurannya pun hampir sama dengan Bumi, yaitu 12.100 km. sedangkan gravitasinya kira-kira 0,88 kalinya Bumi. Namun Venus memiliki arah rotasi yang berbalikkan dengan Bumi, sehingga di Venus Matahari terbit dari sebelah barat dan tenggelam dari sebelah timur. Dengan waktu tempuh rotasi 243,2 hari dan revolusi 224,7 hari.

c. BumiBumi merupakan satu-satunya planet pada tata surya yang mendukung kehidupan. Kombinasi cairan air, atmosfer yang terdiri atas oksigen dan nitrogen, dan pola cuaca yang dinamis memberikan unsur-unsur dasar untuk beraneka ragam kehidupan mahluk hidup didalamnya. Bumi memiliki bualn sebagai satelit alami. Jarak Bumi ke Matahari adalah 1 AU, dengan diameter Bumi 12.760 km dan rotasi 23,56 menit serta revolusi 365,26 hari. Suhu terendah di Bumi adalah -70oC dan tertinggi mencapai 55oC.

d. MarsPlanet Mars atau yang biasa dipanggil “si planet merah” ini memang tampak merah bila dilihat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena permukaan tanah di Mars yang berupa batu-batuan dan tanah liat banyak mengandung oksida besi. Sedangkan unsur penting di atmosfer di Mars yang tipis adalah karbondioksida dan karena hampir tidak ada uap air menjadikan Mars sangat kering. Pemukaan Mars juga terdapat banyak gunung, yang salah satunya merupakan gunung terbesar di tata surya, yaitu Gunung Olympus dengan diameter permukaan bawannya 500-600 km. selain

Page 5: Tata Surya

gunung, juga terdapat Ngarai (canyon) Marineris. Suhu terendah dipermukaan Mars -120oC dan suhu tertingginya mencapai 25o C. Jarak rata-rata Mars dari Matahari adalah 1,5 AU dengan ukuran lebih kecil dari Venus dan Bumi (0,107 massa Bumi) dan diameter ekuatorialnya 6.790 km. Dengan diameter Mars yang hampir separuhnya Bumi, satu harinya lebih panjang 41 menit daripada Bumi, sedangkan satu tahun di Mars sama dengan 687 hari.Di kutub Mars juga terdapat es seperti es yang terdapat di kutub Bumi, es ini sebagian besar merupakan campuran air dan karbondioksida beku. Mars memiliki dua satelit, Phobos dan Deimos. Satelit Mars ini diduga merupakan asteroid yang terjebak oleh gravitasi Mars, karena bentuk Phobos terlihat seperti batu hitam gelap berukuran 15x12x11 km, dengan lubang-lubang kecil dipermukaannya. Sedangkan Deimos, berukuran 27x21x19 km dengan lebih banyak lagi lubang pada permukaannya bila dibandingkan dengan Phobos.

e. JupiterJupiter (5,2 AU) merupakan planet terbesar di tata surya dengan diameter 11 kalinya Bumi dengan massa 318 massa Bumi. Unsur pembentuk utama lapisan atmosfernya adalah hidrogen dan sedikit helium. Jupiter berotasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, yaitu sekitar 10 jam. Hal inilah yang mengakibatkan permukaan di planet Jupiter tampak seperti belang-belang. Bintik merah raksasa dipermukaan planet Jupiter sendiri merupakan pusaran raksasa yang sangat besar. Namun, revolusi planet ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu 11,86 tahun. Sedangkan planet ini memiliki cukup banyak satelit, sekitar lebih dari 60 satelit. Tapi ini masih bisa berubah lagi, karena satelit-satelit planet yang ditemukan akan semakin banyak seiring dengan kemajuan teknologi observasi astronomi. Io, Europa, Ganymede dan Callisto adalah satelit Jupiter yang ditemukan oleh astronom Italia, Galileo Galilei pada tahun 1610. Karena itulah keempat satelit ini dikenal sebagai empat satelit Galileo. Ganymede adalah satelit terbesar ditata surya dengan ukuran yang lebih besar dari pada Merkurius.

f. SaturnusSaturnus (9,5 AU), adalah planet yang dikenal dengan cincinnya yang terbentuk dari debu luar angkasa, batu, es dan lain-lain. Planet ini memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, antara lain komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, berat planet ini kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa Bumi, sehingga menjadi planet yang paling tidak padat di tata surya. Satu hari di Saturnus sama dengan 10 jam 40 menit dengan masa revolusi 29,5 tahun. Dengan diameter ekuatorialnya 120.540 km dan suhu di puncak awannya -180oC.Sejauh ini, Saturnus memiliki 60 satelit (dan tiga yang belum dipastikan). Kecuali Titan, kesemua satelit Saturnus tersusun atas bongkahan es, sebagian bercampur dengan batu disana-sini. Satelit-satelit yang memiliki gravitasi sama seperti planet ini mengitari Saturnus dan menarik cincin Saturnus. Makanya, interval jarak cincin juga berubah. Beberapa satelit Saturnus adalah Mimas, Enceladus, Dione, Iapetus, Rhea dan Titan. Titan berukuran lebih besar daripada Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit yang memiliki atmosfer yang cukup berarti, berupa hidrogen dan makromolekul organik yang kompleks. Sedangkan permukaan Titan terdapat bagian lautan yang nampak berwarna biru tua dan diperkirakan dipenuhi dengan etana atau metana cair. Keadaan di Titan ini diperkirakan mirip dengan awal mula Bumi ketika belum ada kehidupan.

g. Uranus

Page 6: Tata Surya

Uranus (19,6 AU), yang ditemukan oeh William Herschel, astronom Inggris pada tahun 1781, berjarak kurang lebih 2.900.000.000 km dari Matahari. Jarak ini kira-kira 20 kali lipat jarak antara Matahari dan Bumi, massanya kira-kira 14,5 kali massa Bumi. Uranus memiliki keunikan, karena sudut rotasi planet ini miring 98 derajat dari orbit revolusinya. Hal ini lah yang menyebabkan kutub utara dan kutub selatan di Uranus bergiliran menghadap Matahari, sehingga selama 42 tahun terus menerus musim panas, dan begitu pula sebaliknya. Namun demikian, temperatur musim dingin Uranus lebih tinggi dari pada musim panas. Hal ini dikarenakan pada musim panas, molekul hidrogen yang terdiri dari dua atom hidrogen menyerap panas dan sinar ultraviolet secara terpisah. Ketika tiba musim dingin, keduanya akan bersatu menjadi molekul hidrogen. Panas yang tadi diserap dilepaskan kembali. Hal inilah yang menyebabkan saat musim dingin suhunya menjadi lebih panas.Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Bagian inti ini dibungkus oleh campuran air, amoniak, dan metana. Suhu di puncak awannya -210oC. Jika dilihat dari dekat, Uranus juga sebenarnya memiliki 11 buah cincin yang sangat tipis. Sampai saat ini, Uranus memiliki 27 satelit. Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda adalah beberapa satelit Uranus yang diketahui lewat gambar-gambar yang dikirimkan oleh teleskop luar angkasa Hubble dan Wahana Voyager 2. Periode rotasi planet ini 17 jam 24 menit dan periode revolusinya 84 tahun.

h. NeptunusNeptunus ditemukan berdasarkan perhitungan matematika. Setelah menemukan Uranus, para astronom mengetahui bahwa planet ini sedikit demi sedikt keluar dari orbitnya karena terseret suatu gravitasi. John Couch Adam dari Inggris dan Urbain le Verrier dari Perancis dengan matematika menghitung tempat yang seharusnya ada planet yang tak terlihat. Akhirnya, pada tahun 1846, Johann Gottfried Galle dari Jerman menemukan Planet Neptunus. Setelah itu, para astronom menemukan dua buah satelit Neptunus dan kemudian ditemukan 11 satelit lagi, hingga berjumlah 13 buah satelit.Neptunus (30 AU) bermassa sedikit lebih kecil daripada Uranus, tetapi memiliki 17 kali massa Bumi sehingga lebih padat. Neptunus memancarkan panas dari dalam, tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Diameter ekuatorialnya 49.530 km dengan volumen 57 kali volume Bumi, sedangkan massanya 17,14 kali massa Bumi. Kala revolusi planet biru ini adalah 164,79 tahun, dengan masa rotasi 16 jam 7 menit. Suhu di puncak awan planet Neptunus adalah -210oC. atmosfer Neptunus tersusun dari hidrogen, helium dan metana.Neptunus juga mempunyai 6 buah cincin, 4 buah cincin lebar dan 2 buah lainnya kecil. Ada 13 satelit yang diketahui dimiliki oleh Neptunus, diantaranya adalah Proteus dan Triton. Satelit terbesar adalah Triton merupakan satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retro-gade) dan satelit ini juga merupakan satelit paling dingin di tata surya dengan suhu 240o-235o dibawah nol.Lewat Wahana Voyager 2, diketahui bahwa di Neptunus juga terdapat pusaran raksasa yang mirip dengan Bintik Merah Raksasa yang ada di Jupiter. Dua bintik hitam tersebut merupakan badai besar yang dihasilkan oleh atmosfer Neptunus yang sangat kuat. Badai raksasa sebesar Bumi tersebut berputar dengan kecepatan 2000 km/jam. Merupakan angin yang paling cepat di dalam tata surya.

4. AsteroidAsteroid secara umum adalah objek tata surya yang terdiri atas batuan dan mineral logam beku. Dalam tata surya diperkirakan ada lebih dari 100.000 asteroid. Asteroid terbesar bernama Ceres dengan garis tengah kurang lebih 685 km, namun setelah tahun 2006 Ceres diklarifikasi lebih lanjut

Page 7: Tata Surya

dan kemudian dinyatakan sebagai anggota dari Planet Kerdil. Asteroid lainnya adalah Gaspra, Ida, Vesta, dan Hygeia.Asteroid banyak dijumpai diantara lintasan Mars dan Jupiter. Diantara Mars dan Jupiter ini terdapat daerah yang disebut Sabuk Asteroid, yang merupakan kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanayakan asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Sabuk asteroid utama terletak diantara orbit Mars dan Jupiter, berjarak antara 2,3 hingga 3,3 AU, diduga merupakan sisa dari formasi tata surya yang gagal.

5. MeteorMeteor merupakan benda-benda langit kecil yang juga mengelilingi Matahari dan jumlahnya sangat banyak. Meteor banyak mengandung besi dan nikel. Sering beberapa diantara meteor jatuh ke Bumi. Meteor yang jatuh ke Bumi akan bergesekan dengan atmosfer Bumi dan terbakar, hingga meteor biasanya akan habis dahulu sebelum mencapai permukaan Bumi. Gesekan meteor dan atmosfer Bumi menghasilkan sinar yang nampak sebagai bintang jatuh atau bintang pijar. Batu meteor yang berhasil mencapai permukaan Bumi disebut meteorit. Batu ini akan meninggalkan bekas berupah kawah pada permukaan Bumi. Kawah Barringer di Arizona, Amerika Serikat merupakan hasil dari jatuhnya meteor ke permukaan Bumi. Kawah ini berdiameter 1.200km dengan kedalaman mencapai lebih dari 175 meter.

6. KometKomet adalah bintang pengembara, yang melintasi Matahari sambil melintas orbit elips yang sangat panjang. Komet terbentuk dari gas, debu, dan bongkahan es sisa penciptaan tata surya. Seperti pada umumnya, komet akan terlihat lebih bercahaya ketika posisi mereka lebih dekat dengan matahari, karena radiasi matahari mendidihkan partikel es dan debu di inti komet. Material berbentuk awan ini disebut kepala (coma) kadang-kadang memiliki ekor, terlihat bercahaya karena memantulkan bentuk sinar matahari. Panjang ekor komet bisa mancapai lebih dari 100 juta kilometer. Sambil mengelilingi orbit yang oval panjang, kepala komet selalu menghadap Matahari.Beberapa komet yang sudah dikenal adalah Komet Hyakutake, Komet Halley, Komet Encke (secara resmi dinamai 2P/Encke), Komet West, Komet Ikeya-Seki, Comet Kohoutek, Komet Shoemaker-Levy 9 (SL9, secara resmi disebut D/1993 F2), dan Komet Biela (sebutan resmi: 3D/Biela).

Page 8: Tata Surya

Pasti pada binggungkan mengapa Pluto dikeluarkan dari sistem tata surya kita?

Jawabannya karena planet Pluto ukurannya terlalu kecil sehingga tidak layak disebut sebagai planet, selain itu orbit yang dimiliki oleh pluto tidak sesuai/berbahaya untuk planet lain (dapat bertabrakan dengan planet lain), tetapi pluto juga tidak dapat memancarkan sinar sendiri jadi pluto juga bukan bintang, maka dari itu pluto disebut benda langit.Pluto telah mendapat nama baru sesuai dengan statusnya saat ini sebagai planet kerdil. Sejak sepekan lalu Pusat Planet Minor (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab untuk pegumpulan data tentang asteroid dan komet di dalam sistem tata surya, ternyata telah mendaftarkan bekas planet kesembilan itu sebagai asteroid ke-134340.

Masuknya Pluto dalam katalog asteroid itu menegaskan keputusan Uni Astronomi Dunia tiga minggu lalu untuk menyingkirkan Pluto dari keluarga planet tata surya. Sejak itu Pluto hanya disetarakan dengan obyek-obyek kecil tata surya dengan garis orbit yang sudah pasti.

Bulan-bulan Pluto, Charon, Nix dan Hydra dianggap sebagai bagian dari sistem yang sama dan tidak didaftarkan dengan nomor yang berbeda. "Mereka hanya akan disebut 134340 I, II, dan III," kata Brian Marsden, Direktur Emeritus MPC.

Mulai Kamis (24/8/2006) jangan pernah terpeleset mengucapkan Planet Pluto. Karena sejak hari itu, Pluto sudah tidak lagi berhak menyandang predikat sebagai planet.

Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, yang berakhir 25 Agustus, menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan Pluto dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Mulai sekarang, anggota Tata Surya hanya terdiri dari delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata Surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.

Dalam resolusi tersebut dinyatakan, sebuah benda langit bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat, yakni mengorbit Matahari, berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat, dan memiliki jalur orbit yang jelas dan "bersih" (tidak ada benda langit lain di orbit tersebut).

Definisi tersebut adalah definisi universal pertama tentang planet sejak istilah planet dikenal

Page 9: Tata Surya

di kalangan astronom, bahkan sebelum era Nicolaus Copernicus yang tahun 1543 membuktikan Bumi adalah salah satu planet yang berputar mengelilingi Matahari.

Dengan definisi baru tersebut, Pluto tidak berhak menyandang nama planet karena tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.

Planet kerdil

Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut planet kerdil atau planet katai (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.

Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet atau tidak.

"Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet," ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu planet ini.

Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari.

Page 10: Tata Surya

Hasil sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional ke-26 di Praha, Ceko, 25 Agustus lalu, mencabut status Pluto sebagai planet ke sembilan dalam tata surya kita. Dalam sidang tersebut Pluto dinyatakan tidak masuk dalam kategori planet namun hanya sebagai benda angkasa biasa. Definisi baru planet dalam sidang tersebut berubah, yaitu memiliki orbit yang mengelilingi Matahari, memiliki massa yang cukup besar dengan diameter lebih dari 800 kilometer. Ciri terakhir adalah memiliki orbit yang tidak memotong orbit planet lainnya. Sedangkan dalam kenyataannya, Pluto sudah dikenal sebagai planet ke sembilan dalam sistem tata surya kita. Namun, dalam pengamatannya, ternyata Pluto memiliki orbit yang sering kali menyimpang atau bersinggungan dengan orbit planet lainnya. Berdasar definisi terbaru itulah, akhirnya Pluto ditetapkan sebagai benda angkasa biasa dan planet kerdil.

Beberapa KBO sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau "bulan". Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu. Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya.Tidak hanya kehilangan statusnya sebagai planet kesembilan di tata Surya, nama Pluto kini tinggal kenangan. Sejak 7 September, Minor Planet Center (MPC), organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan data mengenai asteroid dan komet di Tata Surya memberinya identitas baru sebagai asteroid dengan nomor 134340. "Satelit-satelit yang mengelilingi Pluto, yakni Charon, Nix, dan Hydra dianggap satu sistem sehingga tidak diberikan penomoran berbeda," kata direktur emeritius MPC, Brian Marsden. Namun, ketiganya akan disebut 134340 I, II, dan III. Penamaan ini merupakan tindak lanjut keputusan Himpunan Astronomi Internasional (IAU) yang mengeluarkan Pluto dari kategori planet yang ditetapkan dalam Sidang Umum IAU. Meski belum didefiniskan secara formal. Pluto dikelompokkan ke dalam kategori planet kerdil bersama asteroid terbesar Ceres, dan Xena yang dipopulerkan sebagai planet kesepuluh saat penemuannya. Dengan masuknya Pluto sebagai asteroid, sejauh ini ada 136.563 objek asteroid yang telah dicatat MPC. Sebanyak 2.224 objek baru dicatat selama seminggu terakhir dan Pluto merupakan yang pertama. Xena yang saat penemuannya diberi identitas 2003 UB313 kini juga dikategorikan asteroid dengan nomor 136199. Sedangkan, dua objek baru yang ditemukan di daerah Kuiper Belt yakni 2003 EL61 dan 2003 FY9 disebut asteroid dengan nomor 136108 dan 136472. Meski demikian, MPC juga mengeluarkan pengumuman terpisah yang menyatakan bahwa pemberian identitas nomor asteroid kepada Pluto dan objek-objek besar dekat orbit Neptunus tidak menghalangi kemungkinan pengelompokan ganda. Misalnya, saat IAU menentukan katalog spesifik astronomi mengenai planet kerdil, objek-objek tersebut mungkin masuk dalam kelompok ini. mungkin masuk dalam kelompok ini.

Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. "Pilihannya adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga planet sehingga jumlah planet menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang disepakati," tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.

Kesepakatan itu sendiri bukannya datang dengan mudah. Taufiq mengatakan, pengambilan keputusan itu bahkan dicapai dengan cara pemungutan suara di antara para anggota IAU yang

Page 11: Tata Surya

hadir setelah didahului perdebatan yang sangat sengit. Empat astronom senior dari Indonesia turut serta dalam Sidang Umum IAU tersebut, yakni Jorga Ibrahim, Iratius Radiman, Suryadi Siregar, dan Ny Permana Permadi. Mereka belum bisa diwawancarai karena belum kembali di Tanah Air sampai tulisan ini dibuat.

Kontroversi

Keputusan melepas status planet dari Pluto tentu saja sangat mengejutkan semua pihak. "Kata 'planet' dan gagasan tentang planet bisa menjadi sangat emosional karena itu adalah hal yang kita pelajari sejak kita masih kanak-kanak," ungkap Richard Binzel, profesor ilmu-ilmu planet dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang menentang "pemecatan" Pluto, seperti dikutip Associated Press.

Orang paling terpukul dengan keputusan ini adalah Patricia Tombaugh (93), janda Clyde Tombaugh, ilmuwan yang menemukan Pluto pada 18 Februari 1930. "Ini sangat mengecewakan dan sangat membingungkan. Saya tidak tahu bagaimana harus menghadapi ini, rasanya seperti kehilangan pekerjaan," tuturnya kepada AP dari rumahnya di Las Cruces, New Mexico.

Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It's bad science. Ini belum selesai," ujar Stern.Wajar

Wajar saja pencopotan gelar planet dari Pluto memicu reaksi yang emosional. Pluto selama ini memiliki tempat tersendiri di hati para astronom, baik yang profesional maupun amatir. Pluto sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya.

Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Pluto kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian dari legenda Pluto.

Page 12: Tata Surya

Selain itu, keputusan pencabutan Pluto dari keluarga planet Tata Surya ini juga membawa konsekuensi perubahan seluruh buku pelajaran, kamus astronomi, buku pintar, dan ensiklopedia di dunia yang sudah terlanjur mencantumkan Pluto sebagai planet ke-9. Bayangkan kerepotan yang akan terjadi.

Page 13: Tata Surya

HOME Sejarah Dunia Profil Tokoh Kejadian Unik Berita Teknologi Internet Tutorial Blog Sitemap

31 Maret 2010

Pluto Dikeluarkan Dari Tata Surya

Dalam dunia astronomi mutakhir saat ini, Pluto dikenal sebagai sebuah planet kerdil (dwarf planet) dalam Tata Surya. Sebelum tahun  2006,  Pluto masih menyandang status sebagai sebuah planet terkecil dan terjauh (terletak di urutan kesembilan),bersama dengan delapan planet anggota Tata Surya lainnya mengelilingi matahari.

Namun, pada sidang umum Perhimpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Ibu Kota Republik Czeko, yang berakhir 25 Agustus 2006, para astronom mengumumkan perubahan definisi planet, termasuk Pluto. Para astronom sepakat Pluto statusnya bukan merupakan planet lagi, meskipun masih mempunyai sebutan ’’planet kerdil’’ (dwarf planet). Hal ini disebabkan Pluto mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan kedelapan planet dalam tata surya kita.

Pada 7 September 2006 nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Centre (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita. Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian  pada tahun 2005 ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra Sejarah Penemuan Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling kontroversial. Mungkin di Galaksi Bima Sakti ini tidak ada planet yang sekontroversi Pluto.

Penemuan Pluto sebenarnya tak lepas dari ditemukannya Planet Neptunus oleh Urbain L Verrier dan kawan-kawan. Sejak Neptunus ditemukan pada  23 September 1846, diketahui

Page 14: Tata Surya

bahwa orbit Neptunus tidak sama tepat dengan yang diperoleh dari perhitungan. Beranjak dari ketidaksesuaian ini, para astronom menduga adanya planet X sebagai objek yang bertanggung jawab atas ’’gangguan’’ orbit yang terjadi.

Parchival Lowell adalah astronom pertama yang mencoba menemukan planet hipotesis ini dari observatoriumnya di Arizona. Upaya pencarian ini dimulai pada tahun 1905. Sayangnya, Lowell gagal menemukan benda langit yang diburunya itu. Upaya serupa pada 1919 di Observatorium Mount Wilson California juga menemukan kegagalan.

Pada tahun 1929 dibangun sebuah teleskop dengan medan pandang luas di observatorium Lowell. Seorang astronom bernama Clyde W Tombaugh mencari objek yang belum berhasil ditemukan tersebut. Dengan teleskop baru itu, Tombaugh berhasil memperoleh foto-foto daerah langit tempat objek diperkirakan berada. Pada 18 Februari 1930, Tombaugh membandingkan dua foto daerah langit sama yang telah diperolehnya beberapa minggu sebelumnya.  Dari dua foto tersebut, Tombaugh melihat ada sebuah objek yang terlihat bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Tambaugh makin yakin bahwa ia telah berhasil menemukan planet yang selama ini dianggap bertanggung jawab dalam menjelaskan ketidakselarasan orbit Neptunus.

Penemuan planet X itu terjadi 14 tahun setelah kematian Lowell sebagai pelopor dalam perburuan yang melelahkan tersebut dan belum diumumkan ke publik sampai tibanya hari kelahiran astronom ini pada 13 Maret 1930. Menariknya, penemuan ini ternyata belum dapat menjelaskan keanehan dalam orbit Neptunus, yaitu adanya perbedaan antara orbit yang teramati dan yang diperoleh dari perhitungan. Massa Pluto terlalu kecil untuk dapat dianggap sebagai objek yang bertanggung jawab atas perbedaan tersebut. Bila demikian, apakah ini berarti masih ada lagi planet di luar orbit Pluto yang belum ditemukan? Alih-alih berpikir demikian, hasil studi terkini justru berpendapat bahwa perbedaan orbit tersebut tidak benar-benar nyata, melainkan hanya ’’dirasa’’ saja keberadaannya.

Pemberian Nama Tentang nama yang diberikan untuk planet misterius ini, ada kisah yang tidak kalah uniknya. Pluto adalah nama Dewa yang menguasai dunia kematian dalam mitologi Romawi (dikenal juga sebagai Hades dalam mitologi Yunani). Meskipun nama ini disarankan oleh banyak orang, penghargaan diberikan kepada Venetia Burney, seorang gadis kecil berusia 11 tahun asal Inggris. Nama pilihan ini berhasil menyingkirkan nama-nama lain yang diusulkan, seperti Minerva (Dewa Ilmu pengetahuan) yang sudah digunakan sebagai nama asteroid.

Begitu hebohnya berita  tentang Pluto di media kala itu telah menginspirasi pembuat tokoh anjing dalam film serial animasi (kartun) Walt Disney untuk menggunakan nama serupa. Sejak saat itu jadilah Pluto sebagai nama anjing peliharaan Mickey Mouse.

Dengan orbitnya yang sangat lonjong, jarak Pluto ke Matahari bervariasi antara 29,34 AU (jarak terdekat) sampai 49.30 AU (jarak terjauh). Satuan astronomi (AU) adalah skala jarak dalam Tata Surya yang nilai satuannya mengambil jarak rata-rata Bumi dari Matahari, yaitu 1 AU sama dengan 149.600.000 kilometer.Sedemikian lonjongnya, orbit Pluto diketahui memotong orbit Neptunus sehingga sebagian orbit Pluto berada di sebelah dalam Neptunus. Dengan orbit yang seperti ini, Pluto pun tidak selalu menjadi planet terjauh dari matahari. Selama 1979 - 1999, rekor sebagai planet terjauh dari matahari justru dipegang oleh Neptunus, karena pada saat yang bersamaan Pluto menghabiskan sebagian waktunya mengitari matahari di sebelah dalam orbit Neptunus.

Page 15: Tata Surya

Planet-planet dalam (mulai dari Merkurius sampai Mars) dikenal pula sebagai planet batuan, sehingga disebut Terrestrial Planets. Sementara itu, di luar orbit asteroid, bersarang planet-planet raksasa (Saturnus hingga Neptunus) yang sebagian besar komposisinya tersusun atas gas. Pluto justru berbeda dengan kedelapan saudaranya itu. Pluto yang menghuni ’’tepian’’ Tata Surya, dalam komposisinya justru memiliki banyak kemiripan dengan benda-benda langit lain yang juga mendiami daerah yang disebut Sabuk Kuiper tersebut, yakni tersusun atas 70% batuan dan 30% es cair. Atmosfernya sangat tipis terdiri atas nitrogen, karbon monoksida, dan metana (CH4) yang hampir selalu berupa gas beku. Suhu permukaan kelewat dingin, yakni mencapai  ñ 220 derajad Celcius.

Sejauh ini astronom tidak menyebut benda-benda langit yang ditemukan di daerah Sabuk Kuiper, yang juga dikenal sebagai daerah Trans-Neptunean, sebagai planet. Posisi Pluto yang juga berada di daerah ini bersama-sama dengan objek trans-Neptunean berukuran besar lainnya telah membangkitkan kembali sanggahan lama tentang status Pluto sebagai planet. Selain alasan-alasan di atas, ada alasan-alasan lain yang dapat dikemukakan untuk mendukung sanggahan tersebut.

Orbit Pluto lonjong bila dibandingkan dengan orbit delapan planet lainnya. Selain sangat lonjong, orbit Pluto juga memiliki kemiringan yang sangat besar terhadap bidang ekliptika (bidang orbit Bumi mwengitari Matahari), yaitu mencapai 17 derajad. Mirip dengan karakteristik orbit bnyak komet. Ketujuh planet lainnya memiliki kemiripan orbit terhadap orbit Bumi dalam rentang 0,8 derajad (kemiringan orbit Uranus) sampai yang terbesar 7 derajad (kemiringan  orbit Merkurius).

Keanehan lainnya adalah ukuran satelit alam (bulan)  Pluto, Charon, yang relatif sangat besar bila dibandingkan dengan ukuran planet induknya yang hanya berdiameter 2.300 km. Sebagai perbandingan, bulan sebagai satu-satunya satelit alam Bumi, hanya memiliki diameter º diameter Bumi. Ukuran Cheron yang mencapai sekitar setengah kali ukuran planet induknya ini membuat astronom memandang Pluto-Charon sebagai planet kembar, julukan yang juga diberikan pada Bumi dan Venus atau Uranus dan Neptunus.

Bagaimana Pluto dan Charon yang berbeda dalam komposisi bisa berada bersama dalam satu sistem masih merupakan teka-teki. Namun, pada Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (IAU) Ke-26 di Praha, Republik Czeko, yang menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan Pluto dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Mulai sekarang, anggota Tata Surya hanya terdiri atas delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata Surya selama puluhan tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.

Dalam resolusi tersebut dinyata-kan, sebuah benda langit bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat, yakni mengorbit Matahari, berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat, dan memiliki jalur orbit yang jelas dan “bersih” (tidak ada benda langit lain di orbit tersebut).

Definisi tersebut adalah definisi universal pertama tentang planet sejak istilah planet dikenal di kalangan astronom, bahkan sebelum era Nicolaus Copernicus yang tahun 1543

Page 16: Tata Surya

membuktikan Bumi adalah salah satu planet yang berputar mengelilingi Matahari.

Dengan definisi baru tersebut, Pluto tidak berhak menyandang nama planet, karena tidak memenuhi syarat  ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus, sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.Planet Kerdil Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut planet kerdil atau planet katai (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.

Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet atau tidak. “Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet,” ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu planet ini.

Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Objek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari.

Beberapa KBO sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau “bulan”. Beberapa objek tersebut antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah objek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu.

Objek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya.

Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. “Pilihannya adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga planet, sehingga jumlah planet menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang disepakati,” tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.

Kontroversi Keputusan melepas status planet dari Pluto tentu saja sangat mengejutkan semua pihak. “Kata planet dan gagasan tentang planet bisa menjadi sangat emosional, karena itu adalah hal yang kita pelajari sejak kita masih kanak-kanak,” ungkap Richard Binzel, profesor ilmu-ilmu planet dari Massachusetts Institute of Tech-nology (MIT) yang menentang “pemecatan” Pluto, seperti dikutip Associated Press.

Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari 2006, mengaku merasa “malu” terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu, tetap akan dilanjutkan. “Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It’s bad science. Ini belum selesai,” ujar Stern.

Page 17: Tata Surya

Namun, menurut Taufiq Hidayat, pencopotan gelar planet Pluto itu wajar saja. ’’Ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan definisi planet dan keluarnya Pluto dari keluarga planet hanyalah sebuah pengingat bagi kita semua bahwa ilmu pengetahuan yang kita pahami dan kita yakini kebenarannya sekarang ini bukanlah sebuah kesimpulan final. Masih banyak kebenaran yang belum kita temukan,’’ kata Taufik.

Sampai sekarang belum ada teleskop maupun wahana antariksa yang mampu  menghasilkan foto-foto tajam tentang Pluto. Karenanya, atmosfer (meski sangat tipis) dan permukaan planet ini pun masih merupakan teka-teki yang misterius.Untuk mencari jawaban atas misteri yang menyelimuti, perjalanan ruang angkasa pun dirancang.

Badan Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA), telah berencana mengirimkan wahana antariksa ke daerah Sabuk Kuiper untuk menyelidiki Pluto dan satelitnya, Charon, termasuk juga objek-objek Kuiper lainnya.

Misi ruang angkasa yang diberi nama Pluto Kuiper Express yang semula akan diluncurkan pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lambat tahun 2008, namun misi ini akhirnya dibatalkan, karena masalah dana dan diganti dengan misi baru bernama New Horizons. Misi senilai 700 juta dolar AS yang baru diluncurkan pada 19 Januari 2006 itu, perlu waktu sekitar 10 tahun untuk tiba di orbit Pluto