tata kota

71
Indonesia Garap Proyek Infrastruktur Timor Leste Senilai Rp 4,4 Triliun Saturday, 11 April 2015, 05:00 WIB Republika/Prayogi Infrastruktur Jalan REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia siap mendukung transfer pengetahuan dan pembangunan infrastruktur di Timor Leste. Hal tersebut tampak dari hubungan kerja sama yang telah terjalin sejak 2011. Sementara, kerja sama terbaru di 2015 ditandai dengan hadirnya Menteri PU Timor Leste Gastao Franscisco ke Kantor Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono di Jakarta pada Jumat (10/4). "Hingga kini, kerja sama kita mencapai 344,212 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,4 Triliun," kata Menteri Basuki. Negara yang dulunya sempat menjadi bagian dari Indonesia itu, kata dia, mesti didukung pembangunan Infrastruktur dibarengi pembibitan sumber daya manusia bidang konstruksinya. Sebagai timbal balik, BUMN dan BUMN Indonesia bisa memeroleh kontrak kerja di sajpna serta yang terpenting, kedua belah pihak bisa menjalin hubungan baik di bidang politik dan perdamaian. Disebutkannya, proyek infrastruktur yang sedang dan akan

description

tata kota dan permukiman

Transcript of tata kota

Page 1: tata kota

Indonesia Garap Proyek Infrastruktur Timor Leste Senilai Rp 4,4 TriliunSaturday, 11 April 2015, 05:00 WIB Republika/Prayogi

Infrastruktur Jalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia siap mendukung transfer pengetahuan dan pembangunan infrastruktur di Timor Leste. Hal tersebut tampak dari hubungan kerja sama yang telah terjalin sejak 2011. Sementara, kerja sama terbaru di 2015 ditandai dengan hadirnya Menteri PU Timor Leste Gastao Franscisco ke Kantor Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono di Jakarta pada Jumat (10/4).

"Hingga kini, kerja sama kita mencapai 344,212 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,4 Triliun," kata Menteri Basuki. Negara yang dulunya sempat menjadi bagian dari Indonesia itu, kata dia, mesti didukung pembangunan Infrastruktur dibarengi pembibitan sumber daya manusia bidang konstruksinya. Sebagai timbal balik, BUMN dan BUMN Indonesia bisa memeroleh kontrak kerja di sajpna serta yang terpenting, kedua belah pihak bisa menjalin hubungan baik di bidang politik dan perdamaian.

Disebutkannya, proyek infrastruktur yang sedang dan akan dikerjakan di Timor Leste meliputi infrastruktur air, jalan, jembatan, perumahan dan permukiman berikut pembiayaannya. Selain itu, dilakukan pula pengembangan infrastruktur perkotaan, penelitian dan pengembangan sumber daya manusia di bidang konstruksi.

Di tempat serupa, Menteri PU Timor Leste Gastao Franscisco de Sousa berharap pertemuan tersebut dapat membuka peluang kerja sama di bidang riset dan pengembangan laboratorium serta memperkuat hubungan pengembangan kapasitas yang selama ini telah berjalan.

"Semoga pula bisa menambah eksistensi di Timor Leste karena seperti kalian tahu, kami merdeka baru 12-13 tahun, dan sedang giat-giatnya membangun negara kami," tuturnya. Disebutkannya, proyek-proyek yang dikerjasamakan melibatkan 11 kontraktor dan 4 konsultan asal Indonesia, di samping jumlah tenaga kerja teknis Indonesia yang terlibat baik

Page 2: tata kota

ahli maupun terampil berkisar seribu orang.

Maka, kedatangan para pejabat Timor Leste itu sekaligus bertujuan memperpanjang kerjasama untuk capacity building. "Kita sudah melakukan training ke 20 orang dan 18 ahli kita di Kementerian PU untuk sektor jalan, jembatan, irigasi, konstruksi, tata ruang di Timor Leste," tambahnya.

Berdasarkan data Kementerian PU-Pera, proyek-proyek yang digarap BUMN maupun swasta Indonesia di Timor Leste di antaranya PT Wijaya Karya Tbk menggarap 6 proyek infrastruktur di Timor Leste. Meliputi pembangunan diesel engine power plant yang berlokasi di Hera dengan nilai investasi 15 juta dolar AS, pembangunan engine power plant di Betano senilai 22 juta dolar AS.

Kemudian pembangunan Jembatan Comoro di Dili senilai 9,7 juta dolar AS, pembangunan Jembatan Comoro 2 di Dili senilai 8 juta dolar AS, rehabilitasi jalan nasional 23 Km Batugade-Maliana di Bobonara senilai 7 juta dolar AS dan pembangunan Bandara Oekusi di Oekusi senilai 75 juta dolar AS.

Page 3: tata kota

DITERTIBKAN : Dinas Perumahan Tata Kota dan Tata Ruang membantah bahwa pihaknya melakukan penggusuran terhadap rumah warga di bantara sungai Jole, tetapi yang benar adalah penertiban. Nampak aktifitas penertiban beberapa waktu lalu. [foto Dok/Luwuk Post]

Bukan Digusur, Tapi Ditertibkan7 March 2015 in Metro Luwuk Leave a comment

LUWUK—Kepala Dinas Perumahan Tata Kota dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, Arman Muid, meluruskan pemberitaan media yang menyebut pihaknya melakukan penggusuran terhadap rumah warga di bantaran sungai jole, Kecamatan Luwuk Selatan.Menurut Arman, apa yang dilakukan instansi yang dipimpinnya itu hanyalah penertiban, karena ganti rugi terhadap rumah–rumah tersebut telah dilakukan. “Sudah menjadi milik pemda makanya ditertibkan,” katanya.Arman mengatakan, penertiban terhadap rumah yang telah diganti rugi mendesak dilakukan karena program pengembangan kota hijau akan dilaksanakan. Apalagi kementrian Pekerjaan Umum mendesak agar pihaknya segera memasukkan data mengenai luasan lahan yang telah siap untuk Program Pengembangan Kota Hijau itu. “Ada sekitar 1 hektar lebih lahan yang sudah siap. Lahan yang tersebar di bantaran sungai jole itu diminta oleh kementrian untuk pelaksanaan tender kegiatan,” katanya.Kata dia, tender terhadap kegiatan program pengembangan kota hijau paling lambat akan digelar bulan april nanti. “Pelaksanaan P2KH berjalan sesuai dengan jadwal yang direncanakan, bahkan kegiatannya akan segera ditender,” paparnya. (ris)

Page 4: tata kota

Revisi Pajak Disetujui, Harga Rumah Bakal Makin MencekikPenulis : Hilda B Alexander | Jumat, 10 April 2015 | 15:15 WIB

www.shutterstock.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan sektor properti pada tahun 2015 diperkirakan tetap melambat, dan tak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seiring transisi dan reformasi pemerintahan baru yang sedang berlangsung.

"Ada tekanan temporer yang menghantam sektor properti, terkait turunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan aturan rasio kredit atau loan to value (LTV) yang diberlakukan sejak 2013 lalu," tutur Analis PT ICRA Indonesia, Setyo Wijayanto, kepada Kompas.com, di Jakarta, Kamis (9/4/2015).

Selain itu, revisi peraturan perpajakan atas transaksi properti dalam waktu dekat juga menjadi tantangan berat, dan akan semakin memperlambat pertumbuhan sektor properti. Setyo memprediksi, revisi aturan perpajakan ini akan menekan penjualan (marketing sales).

Penjualan bakal mengalami penurunan pertumbuhan menjadi rerata 7 persen. Khusus untuk segmen apartemen, pertumbuhan unit terjual di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek) sudah menurun menjadi sekitar 13,2 persen pada 2013. Itu pun karena masih didukung oleh pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit pemilikan apartemen (KPA) yang mencapai 26,6 persen.

"Tahun ini pertumbuhan penjualan tidak akan lebih baik dengan tahun 2014. Tahun lalu, ekspansi KPR dan KPA turun menjadi 12,8 persen, terutama disebabkan oleh aturan kredit yang ketat, sehingga memengaruhi penjualan apartemen sekitar 0,9 persen lebih rendah menjadi 12,3 persen," papar Setyo.

Page 5: tata kota

Harga tinggi

Mempertimbangkan kondisi tahun lalu, kata Setyo, tahun ini ekspansi KPR dan KPA bakal stagnan karena bank melihat realisasi revisi aturan perpajakan, dan akan menyesuaikan dengan peraturan baru tersebut.

Untuk diketahui, pemerintah berencana merevisi tiga aturan perpajakan dalam waktu dekat yakni pajak bumi dan bangunan (PBB), PPH 22 (Pajak Penghasilan), dan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah).

Jika revisi aturan perpajakan disetujui, harga properti perumahan akan semakin mahal. Karena, mengacu pada histori sektor properti, pengembang cenderung akan membebankan kenaikan pajak ini kepada konsumen.

"Kenaikan harga justru berpotensi menekan permintaan dan penawaran sehingga dapat menyebabkan perlambatan sektor properti. Karena belum ada batasan yang jelas untuk produk perumahan apakah betul seharga Rp 2 miliar yang akan dikenakan PPnBM atau tidak. Sementara, rumah seharga ini mudah ditemui di Jadebotabek," tandas Setyo.

Dampak ikutannya, lanjut Setyo akan sangat besar. Termasuk terhadap pendapatan, rencana belanja modal, dan juga harga saham para emiten properti.

Saat ini saja, sebagai dampak pemberlakuan LTV dan melemahnya perekonomian Nasional yang tumbuh hanya 5,2 persen pada 2014 lalu menyebabkan penjualan (marketing sales) para emiten turun signifikan.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) contohnya. Dalam siaran pers yang dikirimkan kepada Kompas.com, melalui surel pada Jumat (10/4/2015), penjualan marketing perseroan ini anjlok tajam menjadi Rp 939,7 miliar per kuartal I 2015. Sementara pencapaian penjualan marketing periode yang sama tahun lalu masih sebesar Rp 1,828 triliun.

Page 6: tata kota

"Smart City" dan Tradisi Pengelolaan Kota yang BurukPenulis : Hilda B Alexander | Jumat, 10 April 2015 | 11:30 WIB

TRIBUN JABAR / GANI KURNIAWANWarga berjalan di trotoar yang pengerjaannya belum selesai di Jalan Braga, Kota Bandung, Senin (5/1/2015). Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung kembali akan melakukan lelang tender proyek trotoar di Jalan Braga dan RE Martadinata setelah memutus kontraktor sebelumnya yang tidak bisa menyelesaikan proyek tersebut. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berharap proyek kembali bisa dikerjakan April dan selesai Agustus 2015.

JAKARTA, KOMPAS.com - Asia Afrika Smart City Summit (AASCS) boleh saja digelar pada 22-23 April 2015 nanti, dan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) boleh saja diluncurkan untuk menilai kota-kota yang berhasil menerapkan konsep kota cerdas dalam menjawab masalah perkotaan.

Namun, kota cerdas bukan semata pada penggunaan dan pembaruan teknologi informasi, dan telekomunikasi, melainkan pada panjangnya tradisi pengelolaan kota secara berkelanjutan, dan simultan.

Urbanis Indonesia, Bambang Eryudhawan, mengungkapkan pendapatnya terkait konsep smart city, dan IKCI kepada Kompas.com, Kamis malam (9/4/2015).

"Sebagai sebuah upaya untuk membuat kota kita lebih baik tentu boleh dicoba IKCI. Tetapi itulah, kota bukanlah sekadar pembaruan teknologi. Peralatan bisa dibeli, UPS kek, USB kek, tetapi tradisi menata kota yang berkesinambungan oleh pelaku kota, khususnya pemerintah kota masih mimpi," beber Yudha, sebutan karib Bambang Eryudhawan.

Mengutip Francis Fukuyama dalam buku berjudul State Building: Governance and World Order in The Twentieth-first Century, Yudha mengatakan, betapa negara-negara dunia ketiga,

Page 7: tata kota

atau negara berkembang dengan mudah mengambil alih teknologi, telekomunikasi, penerbangan, media siar, dan sebagainya, macam Command Center di Kota Bandung, di satu sisi. Sementara di sisi lain, pemerintah kota justru masih kelabakan mengurus kota.

Yudha kemudian mencontohkan, memperbaiki trotoar atau jalur pedestrian saja tak kunjung beres. Diperbaiki sisi utara, sisi selatan terdapat galian, demikian sebaliknya. Demikian halnya dengan masalah perizinan, seperti kasus Summarecon Bandung yang merupakan bagian dari Bandung Technopolis.

Padahal, berkas perizinan yang diajukan PT Summarecon Agung Tbk sudah lengkap. Hal ini diakui Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung, Aos Bintang. Menurutnya semua berkas perizinan Summarecon Bandung tidak bermasalah, dan lengkap.

"Semua lengkap dan tidak masalah. Masih sedang diproses semuanya," ungkap Aos.

Jadi, kata Yudha, mengelola kota bukan hal instan yang bisa disulap hanya dengan pembaruan teknologi informasi dan komunikasi. Sumber daya manusia (SDM) di jajaran birokrasi, dan seluruh pengelola kota juga perlu diperbarui.

"Soal gagasan kota cerdas perlu diacungi jempol. Upaya Ridwan Kamil juga patut diapresiasi. Tapi sekali lagi, ini bukan sekadar teknologi canggih dengan peralatannya. Ini soal sumber daya manusia, soal kesabaran, dan seterusnya," tandas Yudha.

Kerepotan mengurus perbaikan trotoar kota merupakan cermin apakah kota tersebut bisa dinilai cerdas atau tidak. Karena itu, tambah Yudha, para wali kota dan pemimpin kota harus banyak belajar dari Wali Kota Bogota yang konsisten, sabar, dan telaten. 

"Surabaya menjadi seperti sekarang karena sudah dirintis jauh sebelum Bu Risma jadi wali kota. Sejak di Dinas Pertamanan dan Kebersihan, dia sudah memulainya dan ditersukan ketika menjabat Kepala Badang Perencanaan Pembangunan Kota dan sekarang Wali Kota," papar Yudha.

Jika dihadapkan pada dua gagasan, Livable City  dan Smart City, Yudha lebih memilih yang pertama. Alasannya, lebih komprehensif, dan kolektif. Sementara smart city bisa saja lebih eksklusif.

Page 8: tata kota

Ruko Masih Diminati sebagai Instrumen InvestasiPenulis : Hilda B Alexander | Selasa, 31 Maret 2015 | 12:16 WIB

dokumen CitraLand Puri Serang Imej ruko Alegro Plaza CitraLand Puri Serang, Banten.

SERANG, KOMPAS.com - Kendati sempat disalip oleh jenis properti lain macam apartemen murah-menengah, dan small office home office (SOHO), reputasi rumah toko atau ruko ternyata belum pudar.

Di beberapa lokasi, ruko masih sangat dibutuhkan sebagai pemicu (trigger) hidupnya sebuah kawasan. Bahkan, jenis properti yang mengombinasikan hunian dan ruang usaha ini selalu mendapat alokasi khusus dalam rancangan sebuah kota baru atau pengembangan proyek baru.

Di CitraLand Puri Serang, Serang, CitraRaya Tangerang, Summarecon Bekasi, Kota Wisata Cibubur, dan Tamasari Lagoon Manado, sekadar menyebut nama, memasukkan ruko sebagai fitur utama dalam area pusat bisnisnya.

Menurut Marketing Manager CitraRaya Tangerang, Ryan Lie, ruko mampu mengakomodasi kepentingan warga penghuni, dan non-penghuni untuk berbisnis, dan berinvestasi. Peminatnya banyak, terutama ruko yang dikembangkan di area bisnis dalam kawasan perumahan.

"Pasalnya, captive market-nya ada yakni warga perumahan. Ruko bisa dijadikan sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggal. Satu properti, dua fungsi," jelas Ryan kepada Kompas.com, usai seremoni pemancangan tiang pertama EcoPlaza CitraRaya Tengarang, Senin (30/3/2015).

Tak mengherankan, meskipun di CitraRaya sudah ribuan unit ruko yang dibangun, namun karena peminatnya masih banyak, dipasarkan seri terbaru bertajuk Garden Boulevard dengan harga perdana Rp 1,29 miliar per unit.

"Garden Boulevard ditawarkan sebanyak 290 unit," imbuh Ryan.

Demikian halnya dengan CitraLand Puri Serang. Kota baru yang juga dikembangkan Ciputra Group ini juga dilengkapi dengan ruko sebagai sarana komersialnya. Produk terbaru yang ditawarkan adalah Alegro Plaza CitraLand Puri Serang.

Project Manager CitraLand Puri Serang, Ardian Hendra, menjelaskan, dalam beberapa bulan

Page 9: tata kota

terakhir, permintaan ruang usaha macam ruko di wilayah Kota Serang meningkat tajam. Terbukti, sebelum diluncurkan perdana sudah ada beberapa konsumen menitipkan booking fee, dan serius membeli ruko Alegro Plaza.

“Tingginya harga ruko di kawasan-kawasan yang sudah mapan membuat para investor  mengalihkan perhatiannya ke kawasan-kawasan baru, yang trennya terus berkembang," tandas Ardian kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2015).

Hal tersebut dimungkinkan, karena harga ruko di kawasan sedang berkembang belum terlalu tinggi, dan cenderung terus meningkat seiring kuatnya permintaan. Selain itu, belum banyak investor yang mengetahui atau mendapat informasi tentang kawasan tersebut.

Alegro Plaza CitraLand Puri Serang, menurut Ardian, dirancang untuk memenuhi kebutuhan investasi. Lokasinya yang berada di wilayah Lingkar Selatan, Ciracas, Serang, Banten yang sejak dua tahun terakhir berkembang pesat, mulai dibidik para investor pemburu rente.

"Dalam perkenalan perdana, beberapa potential buyer macam perusahaan perbankan, jasa keuangan, industri makanan, minuman, dan pakaian menitipkan rerata dua ruko untuk dimiliki dan dijadikan sebagai instrumen investasi maupun ruang usaha untuk ekspansi," beber Ardian.

Demikian halnya dengan ruang komersial di Tamansari Lagoon yang dikembangkan PT Wika Realty. Menurut GM Marketing Realty Tamansari Lagoon, Ugik Sugiyanto, pihaknya menambah sarana ruang ritel komersial untuk melengkapi kondotel dan apartemen yang lebih dulu dibangun.

"Jumlahnya memang terbatas hanya 11 unit. Namun harga yang kami tawarkan cukup tinggi yakni Rp 45 juta per meter persegi. Investor yang meminati sangat banyak, karena mereka membidik para penghuni apartemen dan tamu kondotel Tamansari Lagoon," tutur Ugik.

Potensi kenaikan harga

Dijelaskan Ryan, potensi kenaikan harga ruko di dalam kawasan perumahan, maupun pusat bisnis cukup tinggi. Khusus untuk kawasan CitraRaya potensi kenaikan harga bisa mencapai 20 persen per tahun.

"Sementara untuk kawasan perumahan yang baru dikembangkan sekitar 10 persen hingga 15 persen per tahun," tambah Ryan.

Ugik mengamini, pertumbuhan harga akan terjadi seiring dengan progres pembangunan, dan juga beroperasinya ruang komersial tersebut. "Mendekati masa operasional atau pembukaan harga bisa dua kali lipat, terlebih bila dikunjungi banyak orang," ucap Ryan.

Hal ini dibuktikan dengan fenomena ruko Kensington di Summarecon Kelapa Gading, Jakarta Utara yang digarap PT Summarecon Agung Tbk. Harga tertinggi penawaran perdana ruko yang memang sangat diburu investor tersebut bahkan mencapai Rp 38 miliar.

Page 10: tata kota

Pusat Gaya Hidup Rp 100 Miliar di Tangerang Resmi DibangunPenulis : Hilda B Alexander | Senin, 30 Maret 2015 | 17:00 WIB

HBA/KOMPAS.comEcoPlaza seluas 13.000 meter persegi yang dikembangkan di kawasan Ecopolis, CitraRaya, Tangerang, Banten, resmi dimulai pembangunannya pada Senin (30/3/2015).

TANGERANG, KOMPAS.com - Pusat gaya hidup (lifestyle center) EcoPlaza di kawasan Ecopolis, CitraRaya, Tangerang, Banten, secara resmi dimulai pembangunannya pada Senin (30/3/2015).

EcoPlaza yang menempati area seluas 2,5 hektar direncanakan menelan dana investasi sekitar Rp 100 miliar. Tahap pertama akan dibangun seluas ruang ritel seluas 13.000 meter persegi. Pusat gaya hidup ini akan mengombinasikan EcoClub seluas 1.200 meter persegi, dan area untuk peritel makanan, hiburan, hobi, dan sebagainya.

Hingga saat ini, menurut President Direktur PT Ciputra Residences Budiarsa Sastrawinata, peritel yang sudah menyatakan konfirmasi untuk bergabung adalah Toko Buku Gramedia, Blitz Megaplex, dan Farmers Market.

"Ke depan, kami akan melengkapinya dengan anchor tenant lainnya macam drugstore, food festival serta kedai kopi," tutur Budiarsa kepada Kompas.com, usai seremoni pemancangan tiang pertama EcoPlaza, Senin (30/3/3015).

Budiarsa menegaskan, pangsa pasar EcoPlaza dan ruang-ruang komersial ritel lainnya sangat luas. Tidak saja warga penghuni kawasan kota mandiri CitraRaya, melainkan juga warga Tangerang lain pada umumnya.

"Bisnis ritel akan sangat prospektif, dan terus hidup, terlebih produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ditambah lagi, populasi CitraRaya saat ini sudah mencapai

Page 11: tata kota

60.000 jiwa yang tentu saja membutuhkan pusat gaya hidup, pusat belanja, dan ruang komersial lainnya," tandas Budiarsa.

Ada pun harga sewa EcoPlaza dipatok dengan angka rerata Rp 110.000 per meter persegi per bulan, di luar biaya servis (service charge).

EcoPlaza berada di kawasan Ecopolis yang merupakan bagian dari kota mandiri CitraRaya seluas 2.760 hektar. Ecopolis ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Ciputra Residences, dan Mitshui Fudosan dengan luas lahan 100 hektar. Selain kawasan komersial, di dalamnya terdapat sembilan klaster hunian premium.

Page 12: tata kota

Cari Rumah Dekat Jalan Raya? Pertimbangkan Risikonya...Penulis : Arimbi Ramadhiani | Sabtu, 11 April 2015 | 10:00 WIB

Daily Mail Ilustrasi

KOMPAS.com - Kita semua tahu bahwa lokasi, dan akses dapat memengaruhi nilai properti, baik rumah, apartemen, ruko maupun jenis properti lainnya. Semakin dekat dengan jalan raya, dan jalan tol pandangan umum akan mengatakan, kian tinggi nilai properti Anda.

Di satu sisi, tinggal di dekat jalan raya atau jalan tol berarti harus tahan dengan bising, asap, dan lalu lintas yang sibuk. Namun, di sisi lain, juga menguntungkan karena nilai properti akan terus merangkak naik karena akses lebih mudah. Benarkah demikian? 

Semakin dekat semakin baik?

Kebisingan jalan raya yang sibuk dinilai memiliki dampak negatif pada nilai properti. Hal ini akan tampak terutama pada properti yang lebih dekat dengan jalan raya.

Namun sebaliknya, model statistik dari studi transit kereta api menunjukkan bahwa setiap meter rumah yang terletak ke stasiun kereta api tertentu, nilai propertinya naik sebesar 2,29 dollar AS atau Rp 30.000. Penelitian ini menunjukkan bahwa rumah yang berbatasan langsung dengan stasiun dijual 38 persen lebih tinggi.

Dalam beberapa kasus, katakanlah jalan raya belum dibangun saat rumah dibeli atau dibangun, apakah menurunkan nilai properti Anda? Jawabannya, tergantung.

Sebuah studi tentang nilai properti dan ekspansi jalan raya menunjukkan bahwa nilai rumah tergantung pada berbagai faktor misalnya jarak, kebisingan, emisi, dan getaran.

Peningkatan lalu lintas, penurunan keselamatan

Jelas, jalan raya membawa peningkatan arus lalu lintas. Sementara hal ini berdampak positif dari perspektif bisnis, jalan raya bisa berdampak negatif bagi suatu komunitas perumahan.

Jalan raya memungkinkan banyak kendaraan dikemudikan dengan berbagai kecepatan. Pemilik rumah yang memiliki anak, harus yakin bahwa anak-anak mereka bisa bermain di halaman tanpa harus khawatir tentang mobil yang menumpuk, atau pengemudi mabuk. Faktor ini bisa membuat nilai rumah menurun dan membuatnya sulit untuk dijual kembali.

Page 13: tata kota

Jika memang harus membeli rumah di tepi jalan raya yang bising, Anda bisa mendesain eksterior dengan menambahkan pagar, air terjun untuk meredam kebisingan, dan dinding hijau yang mempercantik dan meredam suara.

Menaikkan nilai properti

Tentu saja, adanya peningkatan risiko, rumah di dekat jalan raya bisa meningkatkan keuntungan dari bisnis dan nilai properti.

Ada beberapa situasi di mana jalan raya benar-benar dapat meningkatkan nilai properti. Hal ini terutama berlaku untuk daerah komersial.

Sama seperti bisnis, semakin sering orang berlalu lalang, semakin tinggi nilainya.

Jadi, apakah Anda tertarik membeli rumah di dekat jalan raya?

Page 14: tata kota

Atap Hijau Gedung Mampu Mereduksi Panas Matahari 60 PersenPenulis : Arimbi Ramadhiani | Senin, 30 Maret 2015 | 16:00 WIB

National Geographic Atap hijau di Chicago City Hall, Chicago, Amerika Serikat.

KOMPAS.com - Untuk meneruskan hasil pembicaraan tentang iklim global pada Desember 2014, Perancis menyetujui undang-undang yang mengharuskan atap bangunan komersial baru ditumbuhi tanaman atau dipasangi panel solar.

Atap hijau sedang menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir karena banyak kota di seluruh dunia mempromosikan penggunaannya sebagai cara untuk menghemat energi. Kota Toronto di Kanada, dan Basel di Swiss bahkan memandatkan pemilik gedung untuk membuat atap vegetasi.

Atap hijau ini, baik yang diisi oleh tanaman sayuran maupun bunga-bunga liar, bisa melindungi bangunan dari panas atau hujan secara langsung. Atap ini juga mereduksi kebutuhan pemakaian pemanas dan pendingin udara.

Dampaknya sangat besar. Sebuah studi yang dilakukan oleh seorang peneliti Spanyol menemukan, bahwa dedaunan lebat dapat mengurangi masuknya suhu panas matahari ke dalam gedung melalui atap hingga 60 persen. Dengan demikian atap hijau bertindak juga sebagai sistem pendingin pasif.

Tidak hanya itu, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, atap hijau membantu mengurangi limpahan air hujan. Cara kerjanya adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas udara dengan menyerap polutan.

Di kota-kota padat, atap hijau juga berfungsi sebagai tempat burung bersarang dan orang-orang menanam sayur, dan buah-buahan.

Memang, atap hijau memerlukan biaya tinggi dalam hal pemasangan dan pemeliharaannya. Namun, studi dari University of Michigan pada 2008, menyebutkan keuntungan yang didapat dari atap hijau lebih banyak, terutama karena umurnya yang panjang ketimbang atap konvensional.

Page 15: tata kota

Kamis, 26 Maret 2015 | 23:40 WIB

Cirebon Disiapkan Jadi Kota Metropolitan

Balai Kota Cirebon. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta Pemerintah Kota Cirebon mempersiapkan diri menjadi kota metropolitan. “Kota Cirebon akan menjadi pusat kawasan metropolitan Cirebon yang meliputi Cirebon, Majalengka, Kuningan, Indramayu,” kata Heryawan setelah melantik Wali Kota Cirebon yang baru, Nasrudin Azis, di Bandung, Kamis 26 Maret 2015. Nasrudin menggantikan Ano Sutrisno, wali kota sebelumnya yang meninggal karena sakit.

Ia menuturkan, sejumlah infrastruktur baru akan mendongkrak kegiatan perekonomian di kawasan tersebut. Misalnya PT Pelindo II, tahun ini rencananya akan memperluas wilayah pelabuhan di sana. Pada tahap pertama, anggaran akan dicairkan Rp 1,5-2 triliun. “Pelabuhan itu akan membuat Kota Cirebon semakin maju,” kata Heryawan.

Selain pelabuhan, infrastruktur lainnya adalah Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati Majalengka, jalan tol Cikampek-Palimanan, serta pengembangan kereta api cepat Jakarta-Bandung menuju Cirebon. “Kalau bandara jadi (misalnya), orang-orang akan memadati Bandung atau Cirebon,” kata Heryawan.

Nasrudin mengatakan, permintaan gubernur itu sejalan dengan target Pemerintah Kota Cirebon sejak masih dijabat Ano Sutrisno. Di sektor perekonomian, misalnya, Kota Cirebon mengembangkan sektor perdagangan dan jasa. “Kota Cirebon tidak bisa hanya mengandalkan pabrik. Orientasi kami juga di sektor jasa,” kata dia.

Sektor jasa yang berperan penting antara lain pariwisata. “Kami berharap, dengan adanya jalan tol, Kota Cirebon tidak lagi hanya menjadi kota transit. Kami sedang berbenah,” katanya.

Selain pariwisata, pihaknya akan menggenjot sektor lain. Di bidang pendidikan, misalnya, Nasrudin menargetkan ranking-nya naik menjadi peringkat tiga besar di Jawa Barat.

AHMAD FIKRI | IVANSYAH

Page 16: tata kota

Jum'at, 27 Februari 2015 | 08:12 WIB

Menteri Andrinof: Bandung Jadi Model Pembangunan Kota Lain

Bappenas/Menteri PPN Andrinof Chaniago TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Bandung - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengatakan sejumlah ide Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dalam membangun kota telah melampaui harapannya. Menurut Andrinof, Bandung merupakan kota pertama di Indonesia yang dibangun dengan penataan yang baik.

"Kami sudah bikin tim khusus untuk fokus pada perkotaan berdasarkan kebijakan makro. Tapi ide ini sudah melampaui dugaan saya," kata Andrinof, saat bertemu dengan Ridwan di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Kamis malam, 26 Februari 2015.

Andrinof sangat tertarik dengan ide yang disampaikan Ridwan. "Sudah jadi, tinggal tunggu eksekusinya saja," ujar Andrinof. Dengan demikian, Bandung, kata Andrinof, akan dijadikan model percontohan pembangunan untuk kota-kota lainnya di Indonesia.

Sebelumnya Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, membeberkan idenya di depan Andrinof. Ridwan mengatakan tahun ini kotanya memiliki empat inovasi, antara lain proyek Bandung teknopolis, creative center, apartemen tanpa penggusuran tanah rakyat, dan Konferensi Asia Afrika.

Pada Bandung teknopolis, Ridwan akan membuat antara lain pusat pemerintahan, danau anti banjir, dan masjid apung di kawasan Gede Bage, Bandung. "Gubernur sudah menyetujui masjid apung dan akan dijadikan sebagai Masjid Agung Jawa Barat," kata Ridwan.

Ridwan pun menjelaskan proyek creative center sebagai wadah bagi anak muda Bandung. Proyek ini merupakan tempat pertemuan anak muda yang dilengkapi dengan perpustakaan, studio, galeri, dan fasilitas lainya. "Di Asia Tenggara baru Thailand yang punya, namanya TCDC. Kami ketinggalan 10 tahun lamanya," ujar Ridwan.

Adapun proyek pembangunan apartemen rakyat tanpa penggusuran hingga saat ini masih menunggu pembuatan surat izin mendirikan bangunan. Menurut Ridwan, IMB itu akan diperoleh pada pertengahan tahun ini.

PERSIANA GAL

Page 17: tata kota

Kamis, 19 Juni 2014 | 16:24 WIB

Survei: Warga Yogyakarta Nyaman dengan Kotanya

Prajurit budaya berbaju merah mengikuti Kirab Budaya untuk Kemanusiaan Indonesia Timur di sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (14/04/2012). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro mengatakan sebanyak 66 persen masyarakat Yogyakarta merasa nyaman akan kotanya. Angka ini berada di atas rata-rata nasional yang menunjukkan 46 persen masyarakat di 15 kota merasa tak nyaman dengan kota tempat mereka tinggal. "Masyarakat Yogyakarta menilai hubungan antar-penduduk sangat baik, sehingga mereka nyaman untuk tinggal di sana," kata Bernardus, Kamis, 19 Juni 2014.

Angka ini didapat dari survei most liveable city index yang dilakukan IAP pada 2011 lalu. Pada survei tersebut, masyarakat perkotaan diminta menilai kenyamanan kota, antara lain, berdasarkan aspek tata ruang, transportasi, lingkungan, pendidikan, dan budaya sosial masyarakat.

Menurut Bernardus, masyarakat Yogyakarta merespons positif pada hampir semua aspek penilaian. Satu-satunya aspek yang dikeluhkan masyarakat adalah rendahnya kesempatan kerja di Yogyakarta. "Makanya kami sering lihat bandara Yogyakarta selalu penuh setiap akhir minggu. Itu orang-orang yang pulang bekerja dari luar kota," ujar Bernardus

Meski demikian, untuk aspek-aspek lainnya seperti pendidikan, tata ruang, dan hubungan antar-penduduk, penilaian masyarakat Yogyakarta sangat positif.

Page 18: tata kota

Survei dilakukan IAP di 15 kota metropolitan, antara lain Denpasar, Palangkaraya, Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Medan, dengan melibatkan 500 partisipan di tiap kota. Indeks kenyamanan paling rendah ada di Kota Medan. Sebanyak 54 persen masyarakat kota tersebut mengaku tidak nyaman dengan kotanya.

Hasil survei most liveable city index terbaru yang melibatkan 20 kota akan diumumkan IAP pada Earoph World Congress ke-24 pada Agustus mendatang. Dalam acara itu Indonesia akan menjadi tuan rumah. Earoph merupakan organisasi multi-sektoral non-pemerintah yang diakreditasi dan berafiliasi dengan PBB.

MOYANG KASIH DEWI MERDEKA

Page 19: tata kota

Selasa, 23 Desember 2014 | 07:23 WIB

Kompleks Lion Air Tangerang Langgar Siteplan

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Tangerang - Warga Cluster Harmoni, Perumahan Talaga Bestari, Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang menuding kompleks perkantoran, sekolah dan mess pramugari Lion Air yang mengepung cluster mereka telah melanggar siteplan.

" Ada perbedaan antara gambar yang ada di Siteplan dengan fakta yang ada di lapangan," ujar Ketua Rukun Warga Cluster Harmoni, Sutarno, kepada Tempo, Selasa 23 Desember 2014.

Salah satu yang mencolok dari perbedaan pada Siteplan adalah adanya empat pintu gerbang kompleks Lion Air." Yang sebenarnya cuma tiga pintu, kini menjadi empat pintu," katanya.

Pintu gerbang baru yang diduga melanggar Siteplan itu adalah, pintu gerbang yang berada persis di samping pintu gerbang cluster Harmoni yang merupakan akses keluar masuk satu-satunya milik warga.

" Jaraknya sekitar 10 meter, baru dibuat dan dibuka beberapa bulan terakhir ini," kata Sutarno.

Berdasarkan gambar tapak atau Site Plan yang diajukan PT Lion Mentari perusahaan yang menaungi Lion Air pada Agustus 2013 ke Dinas Tata Ruang Kabupaten Tangerang, di kawasan itu akan dibangun 16 gedung bertingkat 2, 3 hingga 4.

Belasan gedung untuk perkantoran, pusat pendidikan hingga mess pilot/co pilot dan

Page 20: tata kota

pramugari Lion Air tersebut berdiri diantara pemukiman warga.

Cluster Harmoni yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga berada persis di samping kompleks perkantoran, sekolah dan posisinya kini sudah terkepung.

Sutarno mengaku terkejut setelah melihat langsung perubahan siteplan yang diperbarui Agustus 2013 tersebut." Kami sama sekali tidak tahu jika pembangunannya akan sedahsyat itu,"katanya.

Selaku perwakilan warga yang pemukimannya sangat terdampak dari pembangunan itu, Sutarno mempertanyakan kajian Amdal dari pembangunan kawasan itu." Karena kami sama sekali tidak pernah dilibatkan dari sisi ijin lokasi maupun ijin gangguan,"katanya. "

Selain itu dipertanyakan,"Bagaimana Lion Air menjamin perumahan kami tidak banjir, kelangsungan hidup warga kami kedepannya seperti apa? ini tanggungjawab siapa?."

Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang Nono Sudarno mengatakan, jika memang ada perbedaan dari gambar tapak dengan fakta di lapangan kemungkinan besar Lion Air telah melanggar Siteplan." Indikasinya seperti itu,"katanya.

Tapi, kata Nono, untuk memastikan itu semua pihaknya perlu turun kelapangan untuk melakukan pengecekan langsung." Kami berharap warga membuat laporan tertulis dan memberikan informasi kepada kami terkait dugaan pelanggaran tersebut,"katanya.

Page 21: tata kota

Sabtu, 27 Desember 2014 | 15:04 WIB

Masuk Alun-alun Bandung, Pengunjung Buka Alas Kaki

Pemandangan taman alun-alun yang akan direnovasi dilihat dari atas menara Masjid Raya Provinsi Jawa Barat (Masjid Agung), Bandung, Jawa Barat, 6 Juli 2014. TEMPO/STR/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung - Para pengunjung membuka alas kaki sebelum masuk ke lapangan rumput sintetis Alun-alun Bandung. Mereka menjaga sendiri kebersihan tempat itu tanpa perintah atau larangan tertulis. Pemerintah Kota Bandung berencana menyediakan tempat penitipan untuk menghindari pencurian alas kaki.

Sejumlah pengunjung terlihat menjaga alas kaki milik anggota keluarganya yang berjejer di pinggir lapangan rumput sintetis itu. "Suami saja yang mengajak main anak, saya jaga sepatu," kata Rini, seorang pengunjung, Sabtu, 27 Desember 2014. Cara lainnya, tempat bermain atau posisi pengunjung tak jauh dari tempat mereka meletakkan alas kaki.

Walau rumput sintetis itu basah karena tersiram hujan, pengunjung seakan tak peduli. Orang tua dan anak-anak tetap bermain bola plastik, sementara pengunjung dewasa terlihat berfoto-foto sambil duduk di atas rumput.

Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arif Prasetya mengatakan

Page 22: tata kota

pembenahan Alun-alun Bandung belum rampung seluruhnya. Beberapa yang masih akan perlu ditambah untuk fasilitas warga di antaranya tempat penitipan alas kaki serta mengaktifkan kembali Internet gratis. "Tempat penitipan sepatu itu memang perlu, nanti akan disediakan," kata Arif.

Penataan ulang Alun-alun Bandung sejak Mei lalu digarap sebuah perusahaan yang juga menghibahkan dana berkisar Rp 5-10 miliar. "Saya belum tahu persis biaya total pengerjaan karena belum ada laporannya," ujar Arif. Ruang terbuka seluas 22 ribu meter persegi lebih itu rencananya diresmikan 31 Desember mendatang bersama 500 anak dari sejumlah tempat pendidikan anak usia dini di Bandung.

Sejauh ini penataan baru menyentuh bagian atas, atau alun-alun. Di bawahnya, yang berfungsi utama sebagai tempat parkir kendaraan, masih tampak kumuh. Dari pantauan Tempo, kolong alun-alun tersebut tak hanya menjadi tempat berjualan, tapi juga hunian dengan deretan kamar dari bahan tripleks.

ANWAR SISWADI

Page 23: tata kota

Senin, 27 Januari 2014 | 03:59 WIB

Tiga Kelemahan Sumur Resapan Jokowi

Pekerja melakukan pengeboran untuk membuat sumur resapan di Jakarta, Selasa (13/11). TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO , Jakarta:Pemerintah Kota DKI Jakarta tengah berupaya menggunakan berbagai cara untuk mengatasi banjir. Pengerukan kali dan danau merupakan satu dari berbagai cara yang tengah dilakukan. Ada juga sumur resapan untuk menampung air sementara ketika hujan turun.

Namun penggunaan sumur resapan dinilai tak efektif untuk menyelesaikan persoalan banjir. Peneliti Utama Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Edi Prasetyo Utomo menganggap semur resapan yang tengah digeber oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kelemahan dalam mengatasi banjir.

"Sumur resapan saja tidak cukup (mengatasi banjir)," kata Edi Prasetyo seperti dikutip Majalah Tempo Edisi 27 Januari 2014. Apa saja kelemahan sumur resapan itu?

1. Secara konstruksi tak ada bak penampung sehingga sumur resapan itu cepat penuh terisi air. Sumur resapan memiliki kemampuan menampung terbatas. Tanpa adanya kontruksi bak penampung jelas saja sumur resapan akan cepat penuuh. Apalagi ketika hujan turun deras.

2. Air permukaan kotor ikut masuk ke dalamnya. Sebagai penampung air, sumur resapan yang semestinya berisi air bersih terkadang kemasukan air kotor yang berasal dari permukaan. Dampaknya, sumur akan cepat mati jika tak dibersihkan secara teratur.

3. Perlu perawatan sumur.Masuknya air kotor memperlukan perawatan khusus terhadap sumur itu. Sumur harus dibersihkan secara berkala. Padahal warga DKI cenderung tidak taat membersihkan bagunan semacam itu. Selokan saja banyak dijumpai penuh sampah, apalagi sumur resapan.

Page 24: tata kota

UW | PRAGA UTAMA

Selasa, 21 Januari 2014 | 19:01 WIB

Seberapa Besar Pengaruh Tata Ruang pada Banjir?

Suasana lansekap tata ruang kota Jakarta dengan komposisi rumah hunian dan gedung-gedung perkantoran menjelang matahari terbenam, Jakarta, (9/1). DPRD DKI Jakarta

menyatakan masih terdapat beberapa kritis Ibu Kota yang perlu diselesaikan di Tahun 2014 diantaranya kemacetan, banjir, dan tata kota. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Putu Indiana mengklaim faktor tata ruang tidak signifikan dalam mempengaruhi banjir Jakarta. "Pengaruhnya tidak seberapa," ujar dia. Dia beralasan, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya banjir. Di Jakarta Selatan, misalnya, banjir bisa terjadi karena kawasan itu termasuk daerah cekungan. "Daerahnya memang legokan. Pasti setiap hujan air lari ke situ."

Namun, Putu mengakui, pelanggaran tata ruang di DKI memang banyak terjadi. Ia mengaku tak memiliki data sebarannya karena bangunan itu ilegal dan tidak terdaftar. "Pelanggaran yang sudah kadung terjadi begitu besar. Seperti kata Pak Gubernur, kalau kita mau robohkan seluruh bangunan yang melanggar di Jakarta, maka kita bumi hanguskan Jakarta."

Dinas tak sanggup mengawasi bangunan satu per satu sejak awal dan menertibkan secara menyeluruh karena keterbatasan tenaga. "Di kecamatan, seksi cuma satu, staf cuma satu. Dia harus layani perizinan, lakukan pengawasan, penertiban. Padahal wilayah Jakarta sangat luas."

Menurut dia, sebagian besar pelanggar adalah rumah tinggal dan usaha kelas menengah. Pengusaha kelas menengah merasa disokong oleh aparat atau kenalan mereka. Pelanggaran terjadi karena tiga hal. Pertama, warga benar tidak mengerti aturan. "Mereka merasa memiliki tanah. Mau membangun di atas tanahnya, kenapa enggak boleh?"

Page 25: tata kota

Kedua, mereka tahu aturan tapi merasa ada orang yang melindungi. "Bisa ormas, aparat, pegawai saja juga." Bahkan menyeret oknum polisi, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat. Putu membenarkan bahwa ada anak buahnya yang terlibat. Tapi dia sendiri kesulitan mengungkap seluruhnya. "Kalau saya panggil, tidak semuanya mau mengaku," kata Putu. Ketiga, pelanggaran terjadi karena pemohon kepepet. "Jenis ini tidak punya tanah di tempat lain, tapi harus membangun."

Untuk membenahi itu, dia mengaku sudah berusaha melakukan sosialisasi perizinan bangunan secara legal. Ia mencoba mendorong masyarakat untuk mengurus IMB sendiri, tanpa lewat calo. "Kami meredam niat mereka melanggar dengan sosialisasi di papan reklame dan LED," ujar dia. Dia menyebut sudah memamfaatkan CSR dari 28 pengusaha reklame sebagai wadah sosialisasi. "Jangan gunakan calo dalam pengurusan IMB. Tanpa IMB, bangunan tidak akan dapat listrik. Saya sudah kerja sama dengan PLN."

Yang paling penting, pembenahan sistem, yaitu dengan memulai layanan pembuatan izin mendirikan bangunan dengan sistem online di situs www.dppb.go.id pada Februari nanti. Ia melakukan program ini pada 2012 lalu dengan mengajukan anggaran pembelian sistem online sebesar Rp 5 miliar. Meski sempat diwarnai deg-degan, program ini hampir rampung. "Kami takut orang enggak ngerti kenapa Rp 5 miliar dan kami dianggap manipulasi."

Dia juga mengaku sudah bersikap tegas pada anak buahnya yang melanggar aturan. "Sudah mulai saya tindak tegas. Ada yang TKD-nya enam bulan ditahan. Ada yang dimutasi ke tempat yang betul-betul enggak ada kerjaan, dan ada yang kenaikan pangkatnya ditunda setahun."

Ia juga mengklaim sudah mengawasi pemenuhan koefisien dasar bangunan (KDB) atau building coverage. KDB mengatur hanya 20 persen dari keseluruhan lahan yang boleh didirikan bangunan. Pelanggar KDB diminta mengkompensasi lahan terbuka di tempat lain. Bagi gedung-gedung bertingkat, menurut dia, ada kewajiban lain berupa kewajiban menyediakan 1 persen lahan untuk sumur resapan. Ini menjadi salah satu syarat mendapat IMB.

ATMI PERTIWI

Page 26: tata kota

Kamis, 27 Februari 2014 | 14:18 WIB

Jokowi Kecewa Kampung Deret Petogogan Molor

Sejumlah anak bermain di lokasi pembangunan kampung deret di kawasan Petogogan, Jakarta (9/2). TEMPO/Eko siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, memeriksa perkembangan pembangunan Kampung Deret Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Keduanya melihat-lihat setiap sudut bangunan yang sedang dikerjakan dari lantai 1 hingga lantai 2.

"Ini kapan selesainya? Sudah lebih dari sepuluh kali ke sini belum selesai," kata Jokowi di lokasi Kampung Deret Petogogan, Kamis, 27 Februari 2014. Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jonathan Pasodung pun segera menjawab singat pertanyaan Jokowi itu. "Segera, Pak."

Kampung Deret Petogogan mulai dibangun Oktober 2013. Sebanyak 123 rumah di RW 05, Petogogan, ini direnovasi. Jokowi berharap pembangunan rumah deret ini menjadi contoh untuk wilayah lain

Page 27: tata kota

Target Jokowi, pembangunannya selesai akhir Februari 2014. Namun sampai Kamis, 27 Februari 2014, pengerjaannya masih berlangsung. Pembangunan kampung deret itu baru mencapai 50 persen. Menurut Jonathan, pelaksana proyek ini telah menambah tenaga kerja 30 orang. Semula proyek ini dikerjakan 130 pekerja

NINIS CHAIRUNNISA

Sabtu, 08 Maret 2014 | 16:47 WIB

Kebudayaan Bahari Belum Jadi Politik Tata Ruang

Suasana lansekap tata ruang kota Jakarta di malam hari, Jakarta, (9/1). DPRD DKI Jakarta menyatakan masih terdapat delapan masalah kritis Ibu Kota yang perlu diselesaikan di Tahun 2014 diantaranya kemacetan, banjir, kemiskinan, lingkungan hidup, dan tata kota, ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Politik kebijakan penataan ruang di Indonesia belum mempertimbangkan aspek kebudayaan bahari. Hal ini berdampak pada meluasnya banjir, kerusakan lingkungan, dan kemiskinan di kota-kota pantai Indonesia.

Menurut Iman Sunario, Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti yang juga arsitek ahli perkotaan Jakarta, memiliki 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Potensi besar yang seharusnya dapat menjadi solusi perkembangan transportasi air dan pariwisata. "Minimnya wawasan kelautan telah menjadikan potensi itu berbalik menjadi ancaman berupa banjir, kemacetan, dan kemiskinan yang urung teratasi," kata Iman.

Berdasarkan data pemantauan 13 sungai oleh BPLHD DKI Jakarta pada September 2012 diketahui ada 82,6 persen dari 67 titik pemantauan berstatus tercemar berat, 10,1 persen tercemar sedang, 7,2 persen tercemar ringan, dan 0 persen kondisi baik.

Pada kondisi demikian, pesisir Teluk Jakarta ditandai pula dengan kemiskinan dan kerusakan lingkungan yang parah. Sebagai kota pantai, Jakarta barometer pembangunan Indonesia. "Jika kondisi sosial dan lingkungan di Teluk Jakarta, yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari Istana Negara, sudah rusak parah, bagaimana kita dapat berharap banyak dengan

Page 28: tata kota

pembangunan kota-kota pantai di timur Indonesia? Atau bahkan di pulau-pulau terdepan," kata Iman.

Untuk menggali dan mengungkap modal budaya bahari dalam pembangunan Indonesia ke depan, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti akan menyelenggarakan sebelas serial diskusi bulanan. Pada Sabtu, 8 Maret 2014, berlangsung serial diskusi keenam dengan tema "Ekspresi Budaya dalam Komunikasi Masyarakat Maritim". Sebagai pembicara Prof Dr Edi Sedyawati; Prof Dr Yasraf Amir Piliang; dan Prof Eko Budihardjo, MSc.

"Dalam budaya luhur kebaharian Indonesia, sungai dan sumber daya alam adalah milik komunal, bukan individual. Karena itu, membiarkan sungai kotor, hutan gundul, dan laut dikaveling-kaveling bukanlah adab pembangunan yang mencerminkan kebudayaan Indonesia," kata Iman.

EVIETA FADJAR

Page 29: tata kota

Senin, 13 Januari 2014 | 16:59 WIB

19 Provinsi Sudah Miliki Aturan Tata Ruang Baru

Coordinating Economic Minister, Hatta Radjasa. ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa mengatakan, saat ini sudah ada sejumlah kabupaten di 19 provinsi dari 33 provinsi yang memiliki Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Provinsi-provinsi tersebut telah memperbarui aturan berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Menurut Hatta, sebanyak 30 persen—sekitar 14 provinsi—masih menggunakan peraturan RTRW yang mengacu pada peraturan lama. Hatta tidak menyebutkan secara detail wilayah yang sudah atau belum memperbarui RTRW. Dia hanya mencontohkan beberapa daerah yang belum menyesuaikan aturan tata ruangnya dan belum mengacu pada ketetapan menteri kehutanan, seperti Batam, Bintan, dan Karimun.

Page 30: tata kota

Hatta mengatakan, jika mengacu pada peraturan kementerian kehutanan, di daerah-daerah tersebut adalah kawasan hutan. ”Tapi sejak lama diketahui bahwa beberapa kawasan itu merupakan wilayah investasi," kata Hatta seusai rapat koordinasi tentang RTRW di kantornya, Senin, 13 Januari 2014.

Perlunya penataan ruang dan wilayah di suatu daerah menjadi hal penting bagi investor yang ingin menanamkan modal. Menurut dia, peraturan daerah RTRW dengan mengacu pada Undang-undang Penataan Ruang penting dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih di wilayah yang telah ditentukan. Misalnya, apakah suatu wilayah merupakah daerah investasi atau daerah konservasi.

Pemerintah, Hatta melanjutkan, telah membentuk tim terpadu yang melibatkan dua kementerian yakni Kementerian Kehutanan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan penyesuaian RTRW di suatu wilayah. Menurut dia, usulan dari tim terpadu adalah melakukan penyesuaian agar memenuhi kedua unsur tersebut. “Ketidaksesuaian itu telah dibahas dan menemukan titik temu. Saat ini sudah dalam proses ponyesuaian," kata Hatta.

Selain Batam, Bintan dan Karimun, daerah yang masih melakukan penyesuaian adalah kawasan teluk Benoa di Bali. Pemerintah provinsi Bali sebelumnya menilai ada ketidaksesuaian antara kawasan konservasi dan daerah investasi di Benoa. Menurut Hatta, Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah diminta untuk melakukan pengkajian.

FAIZ NASHRILLAH

Page 31: tata kota

Jum'at, 13 Desember 2013 | 09:19 WIB

Ahok Akan Usir Pengusaha yang Menolak RTH

Wakil Gebenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Target Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 16 persen tidak mudah. Sejumlah kendala menghadang terutama dari kalangan pengusaha. Kepada pebisnis yang bandel ini, pemerintah DKI akan menyeret mereka ke jalur hukum.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan menggugat orang maupun perusahaan yang menyalahgunakan lahan untuk ruang terbuka hijau. Namun, sebelum gugatan diajukan, Ahok --sapaan akrab Basuki-- terlebih dulu memberi kesempatan kepada warga dan perusahaan untuk memindahkan bangunannya.

Jika menolak, kata Ahok, "Kami suruh pergi. Kalau enggak mau pergi, kami gugat." Penegasan itu dia sampaikan di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis, 12 Desember 2013.

Pemerintah DKI ingin mewujudkan ruang terbuka hijau sebesar 16 persen pada 2030. Upaya ini sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Page 32: tata kota

yang mensyaratkan kota harus memiliki ruang terbuka hijau sebesar 30 persen.

Saat ini di DKI baru tersedia sekitar 9 persen ruang terbuka hijau. Artinya, sangat jauh dari konsep ideal sebagai kota besar yang ramah lingkungan. Minimnya ruang terbuka hijau ini antara lain karena pengusaha gencar membangun pusat belanja dan perkantoran yang tidak mempedulikan areal terbuka.

Basuki mengatakan, pemerintah akan memberikan "terapi kejut" untuk meningkatkan ruang terbuka hijau di Jakarta. Pemerintah menargetkan penambahan 6 persen RTH milik publik menjadi 16 persen. Sementara itu, ada 14 persen ruang terbuka yang harus dipenuhi oleh pemilik lahan dari swasta.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mendesak pemerintah untuk segera menambah jumlah ruang terbuka hijau di Jakarta. Sebab, luas RTH di Jakarta hanya sekitar 270 hektare, kalah jauh dengan luas pusat perbelanjaan yang mencapai 390 hektare. "Ini konyol," kata Tulus.

ANGGRITA DESYANI

Page 33: tata kota

Selasa, 03 Desember 2013 | 17:18 WIB

Pemerintah Yogya Diminta Cepat Tata Malioboro

Jalan Malioboro, Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Menjelang liburan akhir tahun 2013 ini, DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta mendesak Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah DIY mempercepat penataan Malioboro karena kawasan ini makin padat kendaraan bermotor.

Ketua Komisi C DPRD DIY, Suharwanta, mengatakan penataan Malioboro tersendat karena Pemerintah DIY gagal menyelesaikan sengketa lahan bekas Bioskop Indra. “Padahal, jika lahan ini bisa dipakai untuk parkir, akan mengurangi kepadatan kendaraan,” katanya, Selasa, 3 Desember 2013.

Menurut dia, Pemerintah Kota menjadi ujung tombak penataan Malioboro agar nyaman bagi pengunjung. “Mestinya pemerintah bergerak cepat,” ujar Suharwanta. Masalahnya, meski secara administratif wilayah Malioboro tanggung jawab Pemerintah Kota, rencana pembangunan tempat parkir di bekas lahan Bioskop Indra itu merupakan proyek yang digarap Pemerintah DIY.

Page 34: tata kota

Tumpang tindih kewenangan juga terjadi di bekas Stasiun Ngabean yang secara administratif wilayah kota, tapi Pemerintah DIY akan membangun fasilitas parkir dua lantai di tempat itu tahun depan. Proyek itu memakai anggaran APBD DIY sebesar Rp 10 miliar. Tujuan proyek ini adalah mengurangi kepadatan kendaraan di kawasan Keraton Yogyakarta. “Alun-alun akan steril dari kendaraan,” ujarnya. Lantai pertama menampung sekitar 50 bus pariwisata dan lantai kedua 100 mobil.

Jum'at, 18 Oktober 2013 | 03:13 WIB

Banyak Dilanggar, Tata Ruang Jabodetabek Diaudit

Villa mewah di kawasan Tugu Utara, Puncak, Bogor, Jawa Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih melakukan proses audit tata ruang di daerah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur atau Jabodetabek Punjur. Diduga ada 788 titik di daerah tersebut yang melanggar tata ruang.

"Ada sekitar 700 titik yang melanggar tata ruang dan audit masih berjalan," ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Achmad Hermanto Dardak, usai Acara Hari Tata Ruang Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, kemarin.

Dardak mengatakan, audit dilakukan agar masyarakat melakukan pembangunan sesuai dengan tata ruang. "Jika ada yang melanggar akan terkena sanksi."

Direktur Bidang Perkotaan, Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian PU, Dadang Rukmana, menyatakan, audit di Jabodetabek Punjur masih belum selesai. Pasalnya, luas daerah yang mesti diaudit sangat luas. Selain itu, ada keterbatasan tenaga pengaudit karena cakupannya luas.

Page 35: tata kota

Saat ini, kata dia, pihaknya sedang melakukan ground cek di lapangan lamgsung. Setelah sebelumnya, dilakukan analisis menggunakan citra dengan resolusi tinggi dan peta 1:50 ribu. "Kalau hasil ground cek di lapangan ditemukan pelanggaran maka akan segera ditindak," ujar Dadang.

ERWAN HERMAWAN

Rabu, 27 November 2013 | 09:30 WIB

Yogyakarta Hentikan Pembangunan Hotel Baru

Andong Malioboro. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta -- Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti berjanji akan menghentikan pemberian perizinan berdirinya hotel-hotel baru di wilayah Kota Yogyakarta per 1 Januari 2014 mendatang. "Terhitung 1 Januari 2014 semua proses perizinan akan dihentikan," kata dia saat menggelar dialog bersama sejumlah elemen masyarakat Yogyakarta pada Selasa petang, 26 November 2013 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Dalam dialog yang digelar pemerintah kota tersebut turut hadir puluhan seniman yang selama ini gencar mengkritik kebijakan pemerintah, terutama bidang tata ruang melalui gerakan yang disebut Festival Seni Mencari Haryadi.

Penghentian izin hotel baru bisa awal tahun depan karena saat ini sejumlah proyek hotel masih berjalan. "Tidak mudah menghentikan pemberian izin hotel termasuk mengeluarkannya. Sebagian pengusaha sudah memprosesnya sejak dua bahkan tiga tahun silam. Yang ini biarkan berjalan dulu, setelah itu kami hentikan semuanya," kata dia.

Page 36: tata kota

Para seniman yang digalang Agung Kurniawan selaku penggagas Festival Seni Mencari Haryadi pun mempresentasikan bagaimana simbol Yogya, yakni monumen Tugu, makin tenggelam dikepung kabel listrik dan papan reklame hotel berbintang. "Jika jalanan Yogya diambil acak saat jam sibuk, ditempeli papan bertulis Tanah Abang lalu dipotret, pasti orang juga percaya kalau itu Jakarta. Yogya sudah seperti Jakarta kecil sekarang, macet di mana-mana," kata Agung.

Menurut para seniman, kemacetan Yogyakarta salah satunya dipicu makin menumpuknya hotel yang pembangunannya terpusat di sentra arus utama, seperti arus jalan selurus Malioboro, mulai dari Jalan AM. Sangaji, Mangkubumi, serta ruas-ruas yang berada di jalan itu. "Saat hotel itu dibangun di pusat keramaian, terjadi penumpukan dan memicu munculnya aktivitas-aktivitas ekonomi, lalu jalanan macet dan ruang publik hilang," Agung menjelaskan.

Desakan untuk menghentikan pembangunan hotel di Kota Yogya sudah lama bergema. DPRD Kota Yogya mencatat kurun waktu 2012- 2013 ada sekitar 60 hotel baru baik bintang dan melati berdiri. Sebagian besar sudah mengantongi izin membangun bangun bangunan (IMBB) dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

PRIBADI WiCAKSONO

Page 37: tata kota

Rabu, 14 Januari 2015 - 17:40 wib

Perumnas Cuma Sanggup Bangun 36 Ribu Unit Rumah Tahun Ini

Perumnas Cuma Sanggup Bangun 36 Ribu Unit Rumah Tahun Ini (Ilustrasi: Okezone)

Meutia Febrina Anugrah Jurnalis

JAKARTA - Perum Perumnas menyebut hanya sanggup membangun sebanyak 36.000 unit rumah tahun ini. Porsi ini terbilang sangat kecil karena pemerintah Jokowi-JK menargetkan membangun 1 juta rumah di 2015.

"Target kita bangun 36.000 unit, padahal normalnya kita hanya bangun 15.000 unit. Jadi kalau dibilang jumlahnya sedikit, padahal kenyataannya ini sudah dua kali lipat dari target," kata Direktur Pemasaran Perumnas, Muhammad Nawir dalam acara "Tasyarakuran HUT ke-4 The HUD Institut " di Hotel Ambara, Jakarta, Rabu (14/1/2015).

Nawir menyebut, dari 36.000 unit rumah tersebut, Wapres meminta memperbanyak pembangunan hunian vertikal dalam bentuk rusun. Rusun ini dikhususkan untuk di kota-kota besar di Indonesia.

"Lokasinya kalau yang vertikal ini kita bakal bangun di kota-kota besar. Seperti Jabodetabek, Surabaya, Medan, Makassar. Jumlahnya sekira 56 tower," kata dia.

Sebelumnya, Perumnas bertemu dengan Wapres JK beberapa waktu lalu. Dalam pertemuannya dengan JK, Perumnas diminta untuk menggerakkan semua stakeholder perumahan agar target perumahan dapat tercapai. (rzk)

Page 38: tata kota

Rabu, 11 Maret 2015 - 16:19 wib

Menteri Basuki Kembalikan Fungsi Perumnas

Menteri PU-PEra Basuki Hadimuldjono. (Foto: Okezone)

Prabawati Sriningrum Jurnalis

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) akan mengembalikan peran Perum Perumahan Nasional (Perumnas) sebagai penyedia pembangunan rumah, salah satunya melalui Program Sejuta Rumah yang sebagian akan dikerjakan oleh Perumnas. Program tersebut dinilai penting untuk memberi kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpu-PR) Basuki Hadimuljono mengatakan, PMN yang didapat oleh pihak Perumnas sekira Rp1 triliun untuk menangani penyediaan rumah MBR. Sehingga, Perumnas akan mendukung penuh percepatan penyediaan proyek tersebut.

"Perumnas akan kembali ke khitahnya, pasti MBR tahun ini berbeda dengan 40 tahun lalu. Kalau dulu Perumnas pionering pengembangan kawasan, di Tanjung Manik, Semarang bagian selatan, itu pasti kalau dibangun perumahan mewah sangat mahal sekali," ujar Basuki, di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Lebih lanjut Basuki menilai sejak 1998 hingga 2000 dukungan pemerintah berkurang terhadap Perumnas. Sehingga dalam masa pemerintahan ini, pihaknya akan mendorong kembali Perumnas sesuai perannya.

"(Pada) 40 tahun kemudian dengan pasang-surutnya akan kita support kembali karena sejak 1998 dukungan pemerintah berkurang. Kita support lagi untuk Program Satu Juta Rumah ini," imbuh dia.

Page 39: tata kota

Menurutnya, bila ada kegiatan yang mendesak terhadap Program Sejuta Rumah ini yang sejalan dengan pembaharuan PP 15 tentang Perumnas. Dalam perbaruan peraturan itu, peran Perumnas juga diproyeksikan untuk menjadi pengelola perumahan sesuai aturan yang berlaku.

"Terakhir PP 15 2004 soal Perumnas akan dilakukan Perumnas diberi kesempatan untuk jadi landbank. Kegiatan usahanya landbank,tapi nanti pasti akan kita berikan tanah PU yang idol akan diserahkan kepada Perumnas sesuai aturan yang ada untuk dikembangkan," jelas dia.

"Kedua, dia juga akan jadi pengelola perumahan umum, properti manajemen, pengembangan kawasan siap bangun, lingkungan siap bangun, dan kawasan siap bangun kalau dikelola Perumnas. Dan, ia juga jadi national housing development itu yang akan bisa dilakukan Perumnas nantinya dari revisi, jadi tidak hanya support finansial tapi bussines oportunity," tandasnya. (mrt)

Page 40: tata kota

Jum'at, 28 November 2014 - 15:54 wib

Perumnas Dinilai Tepat Fokus ke Perumahan Rakyat

Perumnas Dinilai Tepat Fokus ke Perumahan Rakyat (Foto : Ilustrasi/Okezone)

Meutia Febrina Anugrah Jurnalis

JAKARTA - Langkah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuldjono untuk mengembalikan fungsi Perumnas ke fungsi awalnya ditanggapi positif oleh pengamat properti. Menteri Basuki mengambil langkah ini agar Perumnas fokus menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan tidak lagi fokus ke proyek properti komersial.

"Langkah ini tepat, tapi dengan syarat Perumnas harus keluar dulu dari BUMN. Sekarang kan masih di BUMN, maka orientasinya pasti ke profit dan properti komersial, kata Pengamat Properti Ali Tranghanda kepada Okezone, Jumat (28/11/2014).

Ali berujar, jika Perumnas keluar dari BUMN dan sudah jadi badan, Perumnas bisa lebih fokus pada penyediaan rumah rakyat dan tidak harus mengejar profit. Seperti diketahui, saat ini Perumnas juga ikut membangun beberapa proyek komersial seperti rumah susun milik, mal pusat perbelanjaan dan ruko.

Selain harus keluar dari BUMN, lanjut Ali, untuk mendukung percepatan penyediaan perumahan bagi MBR, Perumnas juga harus memperbaiki kualitas dari segi Sumber Daya Manusianya (SDM). "SDM nya juga harus ditingkatkan," ucapnya.

Sementara itu, terkait proyek properti komersial yang tengah dibangun oleh Perumnas, dirinya menyarankan agar Perumnas menyerahkan proyek tersebut pada anak perusahaannya untuk dilanjutkan.

"Kan ada Propenas. Diserahkan saja ke Propenas," ucap dia.

Page 41: tata kota

Sebelumnya, Menpupera Basuki Hadimuldjono menyebut kedepan akan mengarahkan Perumnas untuk fokus membangun perumahan rakyat. Pasalnya, saat ini dirinya menilai Perumnas tidak ada bedanya dengan developer komersial lainnya yang ada di Indonesia.

"Mengembalikan Perumnas ke fungsi awalnya adalah salah satu program saya dalam perumahan rakyat ke depan. Karena sekarang Perumnas enggak ada bedanya dari Wika Realty, Summarecon dan pengembang komersil lainnya," kata Menteri Basuki.(wdi)

Page 42: tata kota

Rabu, 7 Mei 2014 - 18:22 wib

Perumnas Bakal Bangun 1.500 Rumah Tahun Ini

(Ilustrasi : Okezone)

Akbar Dongoran Jurnalis

MEDAN - Perusahaan Umum (Perum) Perumahan Nasional (Perumnas) berencana membangun 1.503 unit rumah sepanjang 2014 ini. Untuk rencana tersebut, Perumnas sudah menyiapkan dana senilai Rp234,8 miliar.

General Manager Perum Perumnas, Akhmad Rukhiman mengatakan, sebagian besar proyek pembangunan rumah itu akan dipusatkan di Sumatera Utara. Hal itu dilakukan untuk dapat segera mengurangi beban kebutuhan rumah di daerah tersebut.

"Dari total 1.503 rumah itu, 719 unit di antaranya di Sumatera Utara. Anggarannya Rp154 miliar. Tipenya mulai dari tipe 36 dengan harga mulai dari Rp105 juta," ujar Rukhiman di Medan, Rabu (7/5/2014).

Rukhiman juga mengatakan, selain perumahan pihaknya juga akan membangun fasilitas pendukung di perumahan tersebut. Sehingga kegiatan perekonomian di wilayah pemukiman yang dibangun dapat menstimulasi pengembangan wilayah di sekitarnya.

"Nanti di Sumut, tepatnya di kawasan Martubung 3, proyek itu akan kita laksanakan. Tidak hanya rumah, tapi juga pusat perbelanjaan, pusat perniagaan, pasar tradisional dan juga wahana bermain anak. Termasuk ruang terbuka hijau. Jadi konsepnya modern. Sebagai pioner kan kita harus begitu. Bagaimana proyek kita kemudian dapat menghidupkan satu daerah," jelasnya.

Rukhiman mengaku, hingga saat ini sudah sekitar 130 rumah yang berhasil dibangun. Rumah-rumah tersebut pun langsung diserbu masyarakat.

"Kita sudah bangun 130 rumah. Seratus sudah diborong masyarakat. Ya, rumah subsidi," tutupnya.

Page 43: tata kota

Kamis, 26 September 2013 - 10:47 wib

Bangun Rusun di Kemayoran, Perumnas Butuh Rp280 M

Ilustrasi (Foto: Okezone)

Andriana Wahyuningtias Jurnalis

JAKARTA - Perumnas berencana membangun empat tower rusun di Kemayoran. Selain itu, Perumnas juga berencana untuk membangun tujuh tower lagi.

"Akan bangun proyek di Kemayoran sebanyak empat tower, dan proyek ini bekerjasma dengan pemprov DKI," kata GM Divisi perencanaan Strategis Rohmand Budiyanto.

Untuk investasi, lanjutnya, empat tower tersebut diperkirakan membutuhkan dana sekira Rp280 miliar. Proyek tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 1,7 hektare (ha). "Satu tower biayanya Rp70 miliar," ujarnya.

Pembangunan ini akan dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini seiring dengan rencana Pemprov DKI yang akan menata kawasan Jakarta.

Tower tersebut nantinya akan terdiri dari 20 lantai. Targetnya, lima tahun kedepan sudah rampung. Saat ini, Perumnas masih memiliki lahan seluas 100 ha yang belum digarap di Jabodetabek.

(nia)

Page 44: tata kota

Sabtu, 29 November 2014 - 11:49 wib

Perumnas Keluarkan Rp143 Miliar untuk Bangun 1 Tower

Perumnas Keluarkan Rp143 Miliar untuk Bangun 1 Tower. (Foto: Okezone)

Athurtian Jurnalis

JAKARTA - Perum Perumnas selaku penyedia perumahan dan pemukiman murah milik pemerintah menggarap tower untuk hunian murah di kawasan Jakarta Timur. BUMN ini menggandeng PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) untuk proyek tersebut.

"Tower ini tahap kedua. Untuk masyarakat ke bawah dengan konsep hunian yang berkualitas, nyaman dan terpadu," ujar General Manager Regional III Jabodetabek Andi Patria Nusantra di Kawasan Sentra Timur, Cakung Jakarta Sabtu (29/11/2014).

Dia menjelaskan bahwa pembangunan ini sesuai dengan program pemerintah yang ingin mengembangkan hunian rusunami.

"Per unit harganya Rp200 juta-Rp500 juta. Untuk satu tower seperti Tower Brown ini kita habiskan dana Rp143 miliar dengan 24 lantai dan secara keseluruhan untuk tiga tower yang sedang dibangun dengan dana Rp550 miliar," katanya.

Perlu diketahui bahwa Tower Brown Sentra Timur Residence merupakan bagian dari lima tower terbaru pembangunan Sentra Timur Tahap dua, dan bagian dari 15 tower yang akan dibangun secara keseluruhan.

(wdi)

Page 45: tata kota

Senin, 12 Agustus 2013 | 21:42 WIB

Wali Kota Bandung Serahkan Taman ke Kelurahan

Ridwan Kamil. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung - Walikota Bandung terpilih Ridwan Kamil berencana mendesentralisasi kewenangan Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkam) Kota Bandung dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung. Langkah ini dilakukan agar penataan taman dan ruang publik lain di Bandung lebih tertib.

"Saya mencoba mencari manajemen yang dekat dengan sumber masalah, agar penyelesaiannya bisa cepat," kata dia, ketika ditemui Tempo di tengah diskusinya bersama PKS, Jalan Brigjen Katamso pada Senin, 12 Juli 2013.

Untuk itu, dirinya berencana menempatkan petugas Satpol PP di level kecamatan. Karena menurut dia, birokrasi yang terpusat akan berdampak pada keterlambatan menanggapi masalah.

Dia mencontohkan, jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjamur di kota Bandung, dapat dibendung jika Satpol PP ada di tingkat Kecamatan.

Adapun rencana kedua yaitu mendesentralisasi taman kota di tingkat Kelurahan didorong oleh keprihatinan Ridwan melihat 200 taman di kota itu terbengkalai.

"Nantinya taman-taman itu dikelola oleh komunitas peduli lingkungan di kelurahan-kelurahan," ujarnya.

Menurutnya, ciri kota yang sehat adalah banyaknya taman yang dipenuhi masyarakat. Hal itu juga, dia melanjutkan, dapat menyebabkan masyarakat menjadi ramah.

"Kuncinya ada di revitalisasi taman kota. Desentralisasi kewenangan dan kolaborasi dengan warga, jika digabungkan akan menjadi mesin untuk Bandung," kata Ridwan.

Ridwan Kamil akan dilantik menjadi Wali Kota Bandung periode 2013 - 2018 pada 16 September 2013 mendatang. Dia menggantikan Wali Kota Bandung Dada Rosada yang kini jadi tersangka korupsi di KPK. PERSIANA GALIH

Page 46: tata kota

Selasa, 15 November 2011 | 17:23 WIB

Pamulang dan Setu Bakal Jadi Wilayah Resapan

TEMPO/Adri Irianto

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Tangerang Selatan menetapkan Kecamatan Pamulang dan Setu sebagai wilayah resapan air dan ruang terbuka hijau kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang. Ini dilakukan menyusul semakin minimnya resapan air dan ruang terbuka hijau kota di kota yang sebagian besar lahannya dikuasai pengembang perumahan ini.

"Pamulang dan Setu akan kita jadikan ruang terbuka hijau sebagai resapan air," ujar Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Tangerang Selatan, Eddie Nicholas Malonda, Selasa, 15 November 2011.

Pada dua kecamatan itu, menurut Malonda, terdapat sejumlah situ alami yang nanti akan direvitalisasi dan dikelola Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane dan Provinsi Banten. Selain itu, sebagian dari kecamatan itu akan ditanami pohon dan menjadi taman untuk menambah ruang terbuka hijau yang kini hanya 11 persen.

Ketetapan ini, kata Malonda, akan masuk dalam pengaturan izin detail tata ruang lingkungan dan bangunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembangunan. Raperda itu bakal ditetapkan Desember mendatang.

Data yang dilansir Badan Perencana Pembangunan Daerah Tangerang Selatan menyebut, 80 persen dari 147,19 kilometer luas wilayah Tangerang Selatan dikuasai pengembang. Akibatnya, sisa ruang terbuka hijau kawasan ini tinggal 11 persen. “Ini masih jauh dari ketentuan ruang terbuka hijau hingga 20 persen,” ujarnya.

Menurut Malonda, sisa ruang terbuka hijau yang tinggal 11 persen itu di antaranya berada di tujuh kecamatan. Yaitu berada di kawasan milik BSD, Bintaro Jaya, PT Alam Sutera, dan sejumlah pengembang perumahan yang berada di Kecamatan Serpong, Bintaro. Adapun di Pamulang, Ciputat, dan Ciputat Timur, masih minim.

"Harus diakui, Ciputat, Setu, dan Pamulang begitu minim RTH. Untuk itu akan kita

Page 47: tata kota

manfaatkan lahan kosong dan situ-situ untuk dijadikan RTH," ujarnya. “Idealnya sebuah kota/kabupaten harus memiliki RTH seluas 2,8 kilometer persegi, tetapi Tangerang Selatan baru memiliki 1,2 kilometer persegi RTH."

Idham Muchlis, juru bicara BSD, mengakui bahwa ruang terbuka hijau yang dimiliki pengembang telah diserahkan ke pemerintah daerah. "Karena itu, bagian dari fasos-fasum,” ujar Idham Muchlis. JONIANSYAH

Page 48: tata kota

Minggu, 11 Desember 2011 | 16:55 WIB

DKI Rancang Tiga Peta Hijau Jakarta

TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Peta Hijau Jakarta akan menambah tiga peta lagi tahun depan. Peta pertama terkait dengan kawasan Kecamatan Kramat Jati. Kedua, pemetaan terfokus pada mal-mal ramah lingkungan di Jakarta. Lalu peta terakhir mengenai perkampungan kumuh Jakarta yang tidak dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI ataupun Rencana Detail Tata Ruang.

Pembuatan satu peta butuh waktu enam bulan sampai satu tahun. Terdiri dari lokakarya untuk pembuatan standar operasi, survei setiap akhir pekan, hingga akhirnya dicetak. "Dibuatnya secara paralel oleh tiga tim berbeda di waktu bersamaan," kata Nirwana Joga, Koordinator Peta Hijau, ketika ditemui di BPPI, Veteran, Jakarta Pusat, Minggu 11 Desember 2011.

Ada kemungkinan ketiga peta baru selesai dicetak akhir 2012 atau awal 2013. "Tapi kalau satu peta sudah selesai, tak harus menunggu peta lainnya, ya, langsung diluncurkan ke masyarakat," ujar pengamat lingkungan yang akrab dipanggil Yudi ini.

Mulai hari ini komunitas memulai lokakarya. Sedang survei dimulai Januari 2012 nanti. Survei akan dilakukan langsung ke lapangan bekerja sama dengan beberapa komunitas lain.

Peta pertama dibuat untuk melengkapi Rencana Detail Tata Ruang untuk Kecamatan Kramat Jati. Menggunakan peta dasar dari Rencana Tata Ruang Wilayah, komunitas ini akan memetakan potensi alam seperti salak Condet dan habitat Elang Bondol, peninggalan kebudayaan seperti kawasan HEK, juga pemanfaatan lingkungan bantaran kali Ciliwung. "Surveinya langsung dari rumah ke rumah melibatkan warga. Supaya warganya juga tahu potensinya dan mau menjaga lingkungan sekitar," kata Nirwono.

Untuk peta kawasan Kramat Jati, Peta Hijau bekerja sama dengan karang taruna setempat dan beberapa komunitas, di antaranya Komunitas Pengamat Burung, Komunitas Ciliwung-Condet, dan Transformasi Hijau.

Page 49: tata kota

"Kami mau melengkapi dengan peta kawasan karena penjaringan untuk RDTR pasti hanya sedikit masukan warga. Selain harus warga yang proaktif ke kantor kelurahan dan kecamatan, penjaringan juga dilakukan hari kerja saat warga sibuk," kata Nirwono. Jika sukses di Kramat Jati, pembuatan peta hijau serupa akan dilakukan di 43 kecamatan lain di Jakarta.

Ketua Divisi Sosialisasi Peta Hijau, Bayu Wardhana, menambahkan peta mengenai mal ramah lingkungan dirasa perlu karena ada pergeseran makna mengenai mal. Warga Jakarta saat ini lebih suka rekreasi di mal.

Fokus utama peta adalah keamanan dan kenyamanan mal, baik bagi pengunjung maupun warga lingkungan sekitar. Seperti tanda bahaya dan penanganan saat terjadi gempa dan kebakaran, kepatuhan terhadap larangan merokok, ruang ibu menyusui, ketersediaan tempat ibadah, cara pengelola mendaur ulang air, ketersediaan parkir sepeda, hingga penanganan polusi suara akibat keberadaan mal.

"Tak ada hubungan langsung dengan pengelola mal. Surveinya tentu dengan reportase langsung sebagai pengunjung," kata dia.

Sedang peta perkampungan kumuh di Jakarta, kata Nirwono, untuk memetakan area abu-abu atau lubang hitam Ibu Kota. "Daerah ini dianggap tidak eksis karena masalah kependudukan, sengketa lahan, padahal di sana banyak permasalahan lingkungan," ujar Nirwono menambahkan.

Ketiga peta ini akan menambah 9 peta lain yang sudah dikeluarkan Peta Hijau, yaitu peta Kemang (2001), peta Kebayoran Baru (2002), peta Menteng (2003), peta Kota Tua (2005), peta Jelajah Jakarta (naik transportasi) Hijau (2009), Kenali Situ Jakarta dan sekitarnya (2009), Satu Dasawarsa Peta Hijau Jakarta (2010), Keanekaragaman Hayati Jakarta (2011), dan peta Jakarta Dulu Potret Kini (2011). "Ini semua bukti bahwa masyarakat Jakarta masih peduli dengan lingkungannya," kata Nirwono.

ARYANI KRISTANTI

Page 50: tata kota

Senin, 04 Maret 2013 | 07:47 WIB

Pemda Bogor Kewalahan Tertibkan Vila di Citamiang

TEMPO/Arif Fadillah

TEMPO.CO, Bogor - Bupati Bogor Rachmat Yasin menyatakan cukup kewalahan ketika menertibkan vila-vila mewah di Bukit Citamiang, Cisarua, Bogor. Padahal, vila di Desa Tugu Utara tersebut menempati area konservasi, yaitu termasuk dalam kawasan lindung yang semestinya bebas dari bangunan apa pun. “Kawasan seperti ini yang mesti kami jaga,” kata Rachmat di Bogor, Ahad dua pekan lalu.

Menurut dia, setiap tahun pemerintah daerah selalu melakukan operasi penertiban di Puncak. Namun, ketika langkah ini diambil, hambatannya luar biasa, termasuk dari penduduk setempat. “Mereka selalu menghalangi upaya penertiban, bahkan mendemo saya,” katanya. “Selain itu, banyak faktor X yang tidak bisa saya ungkapkan.”

Berdasarka laporan investigasi majalah Tempo edisi Senin, 4 Maret 2013, di bukit itu berdiri sekitar 12 vila di tanah negara. Keberadaan vila itu menerabas sejumlah aturan, di antaranya tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan dan menutupi tanah yang seharusnya menjadi spons air saat hujan turun. Ini menabrak peraturan tentang tata ruang puncak.

Dari penelusuran Tempo, bungalo-bungalo itu masih dimiliki oleh para pesohor, di antaranya Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, mantan Panglima Kostrad Letjen TNI (Purn) Djaja Suparman, mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Suryadi, dan mantan Panglima Kodam Udayana Letjen TNI (Pur) H.B.L. Mantiri. Juga ada Oetojo Usman, Menteri Kehakiman pada masa Orde Baru, dan pengusaha King Yuwono. Ini klop dengan investigasi majalah ini enam tahun silam.

Page 51: tata kota

Akibat vila-vila di kawasan Tugu dan sekitarnya, air hujan langsung turun ke Citamiang, Cisuren, Baru Jeruk, Baru Kiara, dan Pasir Ipis untuk bertemu di badan Ciliwung. Jakarta pun semakin rawan banjir. Maka, setelah banjir pada Februari 2007, yang merendam sebagian Ibu Kota, Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan pemerintah Bogor menggusur vila-vila haram di Puncak, tak terkecuali yang di Citamiang.

Namun, hingga kini, perintah itu belum terlaksana. Malah vila-vila tumbuh cukup pesat. Menurut Kepala Desa Tugu Utara, di wilayahnya saja ada sekitar 35 vila baru dalam lima tahun terakhir. Di antaranya terlihat di Bukit Cisuren. Punggung hingga kaki bukit itu dipapras tegak lurus. Hasilnya, terbuka tanah seluas 8.000 meter persegi. Di atasnya sudah dibangun enam vila. Jajat menyatakan pemilik vila ilegal itu adalah warganya. “Mereka berjanji mau mengurus izin belakangan,” katanya.

Menanggapi tudingan memiliki vila liar, Wiranto mengatakan tanah di Citamiang ia beli dari PT Sumber Sari Bumi Pakuan, pengelola kebun teh Ciliwung, pada 9 Maret 1999. Namun, sejak Mei 2006, tanah tersebut bukan miliknya lagi. “Tanah itu sudah saya alihkan kepemilikannya kepada saudara Mulyono Tejokusumo,” ujar Wiranto, Kamis pekan lalu. Bahkan, Wiranto mengaku memiliki akta jual-beli Ragananda, vilanya, yang dikukuhkan notaris. “Setiap jual-beli tanah/lahan kan tidak selalu diketahui umum karena memang tidak diumumkan,” katanya.

TIM TEMPO

Page 52: tata kota

Selasa, 02 Oktober 2012 | 05:02 WIB

Kunci Tata Kota Versi Boediono

Wakil Presiden Boediono. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO , Jakarta:Amburadulnya tata ruang wilayah perkotaan di Indonesia, terutama Jakarta, ternyata menggelitik Wakil Presiden Boediono untuk berkomentar. Menurut mantan Gubernur Bank Indonesia ini, kota-kota di Indonesia harus ditata ulang. "Bukan permukimannya (yang ditata ulang), tetapi kegiatan usaha atau kegiatan ekonominya. Ini kuncinya menurut saya," kata dia saat peringatan Hari Habitat Dunia 2012 di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2012.

Boediono mengganggap kegiatan ekonomi yang terpusat di sebuah kota akan menyebabkan terjadinya arus urbanisasi. Besarnya arus urbanisasi ini kemudian berpengaruh pada tata ruang perkotaan. Ia mengibaratkan hal ini seperti gula dan semut. "Ada gula, ada semut. Gulanya harus kita tata agar semutnya tertata."

Karena itu, menurut Wakil Presiden, butuh penataan kegiatan ekonomi dalam setiap action plan yang melandasi pembangunan kota. Penataan kegiatan ekonomi ini bisa dilakukan melalui regulasi dan insentif. "Ini bisa kita mainkan atau kombinasikan. Tapi harus dengan dua instrumen itu," ujar Boediono.

Regulasi dan insentif ini bisa diterapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan begitu, ia melanjutkan, berjalannya kegiatan ekonomi ke depan bisa ditempatkan sesuai lokasi yang diinginkan. "(Regulasi dan insentif) ini yang akan kita masukkan ke dalam action plan."

Menurut Boediono, regulasi dan insentif yang diterapkan secara bersama-sama akan memberikan dampak yang jauh lebih besar dalam penataan kota. "Tanpa adanya counter balance atau sesuatu yang mengarahkan, ya, semuanya akan tertumpuk pada suatu tempat," ucapnya.

Ihwal urbanisasi, Boediono mengatakan, masalah yang besar dan tidak bisa diatasi dari sudut pandang kota. "Ini adalah masalah nasional," kata dia. Karena itu, ia melanjutkan, cetak biru pembangunan kota harus diletakkan pada cetak biru pembangunan desa dan kota secara nasional. "Ini tentu di luar dari perencanaan perkotaan secara sempit dan itu adalah tugas dari pemerintah." PRIHANDOKO

Page 53: tata kota

Senin, 18 Maret 2013 | 04:32 WIB

Depok Belum Punya Aturan Basement Gedung

Sejumlah mobil korban banjir yang telah dievakuasi dari basement Plaza UOB diparkir di halaman belakang gedung tersebut, di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (23/1). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO , Depok: Pemerintah Kota Depok mulai memikirkan aturan soal pembangunan gendung bertingkat yang memiliki lahan bawah tanah atau basement di wilayah Depok. Anggota DPRD Depok Edi Sitorus mengatakan, sejauh ini Depok hanya memiliki aturan terkait batas ketinggian lantai gedung, sementara aturan lahan bawah tanah belum memiliki payung hukum.

"DKI Jakarta sudah punya aturan itu. kita belum ada, ini penting," katanya kepada wartawan, Minggu, 17 Maret 2013. Menurut dia, aturan basement itu harus dikaji dengan matang, terutama berkaitan dengan penyediaan cadangan air tanah. "Agar jangan sampai Depok krisis air tanah."

Anggota Fraksi Partai Demokrat ini juga menegaskan regulasi tentang basement itu penting untuk dibuat, terutama terkait sanksi bagi pengusaha yang melanggarnya. Apalagi, kata dia, kedepan diperkirakan pembangunan di Kota Depok sangat padat. Dalam rapat paripurna pada Selasa pekan lalu, DPRD telah mengusulkan aturan tersebut untuk dibahas lebih lanjut oleh pemerintah dalam rancangan peraturan daerah (Raperda).

Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad menyetujui usulan DPRD dan bakal mengkaji aturan yang disulkan tersebut. Idris mengakui sampai saat ini Depok memang belum memiliki aturan soal bangunan bawah tanah. "Ini belum ada aturannya, yang sudah ada baiknya bagaimana juga akan kita rumuskan," katanya.

Idris menjelaskan, mulai tahun depan banyak pengusaha yang akan membangun properti di Depok. Mereka akan membuat basement hingga 20 meter kebawah. Jika kontur tanah yang dipakai gembur dan mengandung banyak air tanah, hal itu akan berbahaya bagi konstruksi

Page 54: tata kota

bangunan.

Idris juga menegaskan dalam merancang raperda tentang basement ini, pemerintah kota Depok akan memanggil para ahli dan pengamat. Masukan dan usulan dari ahli yang mengerti soal teknis kajian tersebut dibutuhkan untuk menjaga kesalahan."Ini baru usulan dalam raperda, dan masih akan kita diskusikan secara teknis bersama para ahli," katanya.

Depok memang kota yang sedang tumbuh pesat. Apalagi pada tahun 2015 mendatang dua jalan tol yang melewati Depok akan beroperasi. Hal itu tentu akan menarik banyak pengusaha untuk mendirikan usaha seperti mall, apartemen, dan hotel di Depok. Sejumlah tempat usaha itu tentunya membutuhkan lahan basement sebagai tempat parkir.

ILHAM TIRTA