tata kelola penerapan standar pelayanan minimal (spm) bidang ...
Transcript of tata kelola penerapan standar pelayanan minimal (spm) bidang ...
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
TATA KELOLA PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PENDIDIKAN DASAR UNTUK KABUPATEN/KOTA
PE
NG
HITU
NG
AN
KE
BU
TUH
AN
PE
ME
NU
HA
N TA
RG
ET S
PM
PE
ND
IDIK
AN
DA
SA
RUSAID-KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
Maret 2014
1www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga, Program
KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang pendidikan dasar Program KINERJA mendorong pemerintah daerah memperbaiki dan
meningkatkan pelayanan Pendidikan Dasar (basic education) dengan fokus pada Biaya Operasional Satuan
Pendidikan (BOSP), Distribusi Guru Proporsional (DGP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau
Operational Costs of Education Unit, Proportional Teacher Distribution (PTD), School Based Management
(SBM). Peningkatan pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat menyelenggarakan
kegiatannya untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan
standar nasional pendidikan (SNP).
KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar praktek baik dalam
pelayanan pendidikan dasar dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya, maka untuk lebih
memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan
sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin menerapkan tatakelola yang baik dan
penghitungan kebutuhan pemenuhan target standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan dasar. Untuk
membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat
daftar organisasi/ konsultan yang selama ini membantu Program KINERJA.
Jakarta, Maret 2014
2 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2
BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 3Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6Rekomendasi kepada OMP dan Konsultan 7Rekomendasi kepada Lembaga Diklat 7
BAB 2 PENDEKATAN KINERJA 8Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8Fokus Intervensi Kinerja pada Sektor Pendidikan 9Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 11Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar
12
BAB 3 PENGALAMAN KINERJA DALAM PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM PENDIDIKAN DASAR
14
Situasi yang Dihadapi di Daerah 14Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif 15Proses Kerja 17
BAB 4 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 20Tantangan 20Keberhasilan Program 21
BAB 5 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 25Rekomendasi kepada Daerah Lain yang ingin masuk Kedalam Program KINERJA 25Rekomendasi kepada Daerah Lain yang ingin untuk Replikasi Pendekatan SPM 26Rekomendasi untuk Calon Konsultan dan OMP 27Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 27
3www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
1. Tujuan Umum Program KINERJA
Program Kinerja adalah sebuah program tata kelola pemerintahan yang baik yang difokuskan pada
peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik di sektor Pendidikan Dasar (basic education), Kesehatan
Ibu & Anak (Mother and Child Health) dan Iklim Usaha yang baik (Business Enabling Environment). Program
Kinerja dibiayai oleh donor USAID dan dilaksanakan oleh suatu konsorsium konsultan RTI International
sebagai lead-firm dan mitra konsorsiumnya, yaitu The Asia Foundation (TAF), Kemitraan - Partnership, Social
Impact (SI), Lembaga Penelitian SMERU dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jangka waktu pelaksanaan
program ini adalah 5 tahun dari tanggal 30 September 2010 sampai 28 Februari 2015.
Program Kinerja bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 Propinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan. Kinerja bekerja dengan Pemerintah Daerah, Provinsidan Pusat serta Organisasi Masyarakat
Sipil untuk memperkuat mekanisme partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan membantu pemerintah daerah
agar dapat lebih tanggap (responsive) terhadap kebutuhan masyarakat atas tata kelola pelayanan publik yang baik.
Program KINERJA dilakukan melalui pendekatan dua sisi yaitu sisi penyedia layanan (supply) dan sisi
pengguna layanan (demand). Kedua sisi tersebut didorong untuk peningkatan aspek-aspek tatakelola yang
baik (good governance), Pada sisi penyedia layanan, dalam hal ini SKPD/Dinas, unit layanan serta Pemda
(eksekutif dan legislatif) didorong untuk meningkatkan manajemen efisien dan efektif yang berorientasi pada
standar pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan publik. Padapendekatan pengguna layanan (demand
side) dilakukan dengan meningkatkan kepedulian, keterlibatan dan pengawasan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan publik melalui peran forum multi stakeholder (FMS) atau forum peduli serta jurnalisme warga/media.
Sedangkan pada pendekatan penyedia layanan (supply side) dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi dan penerapan praktik yang baikuntuk
perbaikan kualitas pelayanan publik yang mengacu kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal yang telah ditetapkan melalui peraturan perundangan
pemerintah (untuk sektor Pendidikan dengan Permendikbud No.23 th 2013 tentang SPM Pendidikan Dasar di
kab/kota). Ada 27 indikator SPM yang harus dipenuhi sejakdari ketersediaan buku, alat peraga, ruang kelas,
guru, pengawas sekolah, hingga penerapan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF
4 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Program Kinerja mempunyai sasaran:
1. Menciptakan insentif untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah. Insentif tersebut
mencakup harapan hasil kinerja yang lebih baik, akibat adanya peningkatan keterlibatan warga dan
pertanggungjawaban kepada warga, penghargaan (atau sanksi) atas kinerja yang baik (atau buruk), dan
kebanggaan (atau perasaan malu) ketika kinerja pemerintah daerah diumumkan kepada publik. Bantuan
teknis menghasilkan insentif yang lebih kuat dengan memberi warga suara yang lebih efektif dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, mendukung sistem manajemen kinerja pada pemerintah daerah, dan
meningkatkan persaingan melalui benchmarking, serta program pemberian penghargaan yang kompetitif.
2. Mendorong pengadopsian penyelenggaraan pelayanan yang inovatif. Program Kinerja menawarkan
pilihan intervensi teknis yang tepat sasaran dan dirancang dengan baik di tiga sektor pendidikan,
kesehatan dan iklim usaha. Program berfokus pada elemen-elemen penting dari pelayanan di sektor-
sektor khusus tersebut, beberapa elemen yang mampu memberikan dampak, bukan melaksanakan terlalu
banyak kegiatan yang berlainan.
3. Mereplikasi sistem manajemen yang lebih baik dan mendiseminasinya dengan skala yang lebih luas
melalui organisasi-organisasi perantara dan konsultan. Dampak program Kinerja diperluas secara nasional
melalui diseminasi-diseminasi.
4. Menerapkan skema evaluasi dampak yang cermat dengan menggunakan kabupaten kontrol yang
dipilih secara teliti dan studi mendalam. Evaluasi ini mengukur hasil untuk memberikan informasi tentang
intervensi mana saja yang efektif, mengapa dan bagaimana.
2. Lokasi Program KINERJA
KINERJA bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue, danKota Banda Aceh
2. Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Bondowoso, Jember,Probolinggo dan Tulungagung, dan Kota
Probolinggo,
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu dan Luwu Utara, danKota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat:, Kabupaten Bengkayang, Melawi, Sambas, Sekadau dan Kota Singkawang
Dari 20 kab/kota mitra Kinerja diatas, Kinerja melaksanakan pendampingan sektor pendidikan di 16 kab/kota, 4
kab/kota lainnya memilih fokus yang lain, misal: iklim usaha/perijinan PTSP.
5www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Keberhasilan Program Perencanaan SPM KINERJA
Bantuan teknis KINERJA di sektor pendidikan dasardi kabupaten/kota terdiri dari 3 paket fokus pelayanan
publik, yaitu :
1. BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan): Upaya dukungan terhadap kecukupan kebutuhan
operasional sekolah yang diberikan oleh Pemerintah berdasarkan metode perhitungan biaya operasional
satuan pendidikan untuk mencapai standar pelayanan yang ditetapkan sesuai dengan harga satuan
daerah setempat.
2. DGP (Distribusi Guru yang Proporsional): Upaya melaksanakan penataan dan pemerataan guru-guru
PNS agar ketersediaan dan kualifikasi gurudi tiap sekolah-sekolah dapat memenuhi standar pelayanan
yang ditetapkan.
3. MBS (Manajemen Berbasis Sekolah): Upaya meningkatkan tata kelola manajemen sekolah/satuan
pendidikan agar lebih transparan, akuntabel, partisipatif dan responsif sehingga dapat menyelenggarakan
pelayanan yang baik dan melakukan perbaikan berkelanjutan.
Ketiga fokus tersebut merupakan kunci pendekatan universal/internasional untuk reformasi pendidikan di
seluruh sekolah, karena dengan tersedia guru yang cukup dan berkualitas, sekolah punya dana operasional
yang cukup dan mempunyai manajemen pengelolaan yang baik maka dipastikan akan terselenggara
pelayanan pendidikan yang baik dan bermutu.
Keberhasilan KINERJA pada pendampingan perencanaan dan penganggaran SPM sektor pendidikan dasar di
16 kab/kota (BOSP di 3 kab/kota, DGP di 6 kab/kota, MBS di 7 kab/kota), adalah:
• Tim SPM kab/kota dan Dinas Pendidikan telah memahami dan melaksanakan tahapan dan metode
penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM pendidikan dasar, serta mengetahui kesenjangan (gap)
masing-masing indikator-indikator SPM terhadap sasaran target SPM nasional, provinsi maupun lokal.
• Dinas Pendidikan dan Satuan Pendidikan/sekolah telah menganalisis dan menghitung gap/kesenjangan
SPM sehingga mengetahui kebutuhan pembiayaan untuk memenuhi target SPM 3 sd 5 tahun kedepan.
• Hasil penghitungan SPM (costing SPM) telah diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran Dinas atau Daerah, seperti dokumen RKA, KUA-PPAS, Renja dan digunakan sebagai
acuan penyusunan Renstra Dinas dan RPJMD kab/kota.
• Hasil perencanaan untuk pemenuhan target SPM pendidikan telah dialokasikan anggarannya melalui
APBD dan dilaksanakan untuk perbaikan & peningkatan pelayanan publik pendidikan dasar.
6 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Dinas Pendidikan dan/atau Satuan Pendidikan/sekolah melaksanakan perbaikan pelayanan publik yang
berbasis standar pelayanan yang jelas, fokus dengan landasan regulasi yang kuat. Pendekatan KINERJA
juga berhasil mendorong perbaikan pelayanan yang berkelanjutan.
• Terjadi perluasan dan replikasi penerapan SPM di sekolah-sekolah lainnya diluar sekolah yang didampingi
oleh Kinerja.
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Program perencanaan dan penganggaran SPM yang dilaksanakan Dinas Pendidikan bersama stakeholder
kabupaten/kota dengan dukungan dari KINERJA menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah
membawa hasil, sebagaimana disampaikan di atas. Rekomendasi pertama KINERJA kepada pimpinan daerah,
adalah untuk belajar dari pengalaman KINERJA, dari pengalaman itu menghitung kebutuhan pemenuhan SPM
Pendidikan dan mengintegrasikan hasilnya dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran
daerah hingga tertuang dalam DPA (dokumen pelaksanaan anggaran). Berdasarkan pengalaman tersebut, ada
beberapa rekomendasi, yakni:
a) Diperlukan komitmen yang kuat dari para pimpinan daerah Sekda, Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas
Pendidikan untuk menerapkan SPM/standar pelayanan minimal,
b) Setiap kebijakan pada pelayanan publik hendaknya berorientasi pada standar sehingga bisa diukur
capaiannya dengan jelas,
c) Melibatkan organisasi masyarakat sipil/OMS atau forum multi stakeholder (FMS) dalam penyelengaraan
tata kelola pelayanan pendidikan dasar,
d) Mendayagunakan staf, struktur organisasi dan sumber daya lokal yang ada tanpa perlu membentuk unit
organisasi baru, seperti: Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, UPTD, Dinas, Dewan Pendidikan, PGRI dan
Perguruan Tinggi setempat.
e) Berkoordinasi dan sinergi antar SKPD dan instansi pemerintah daerah terkait,
f) Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program, dan
g) Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah disusun oleh KINERJA.
7www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Rekomendasi kepada OMP dan Konsultan
Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dan Konsultan mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu
Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan dan forum multi stakeholder, mereka merupakan aset daerah yang
berharga dan berpengalaman. Ada beberapa rekomendasi bagi OMP dan Konsultan dalam upaya melanjutkan
perannya, yakni:
a) Mengintegrasikan aspek tata kelola yang baik (good governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat danforum multi stakeholder,
b) Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatandan jumlah peserta kegiatan,
c) Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program,
d) Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
e) Bekerjasama antar OMP dan Perguruan Tinggi setempat untuk lebih meningkatkan kapasitas/kemampuan.
f) Menempatkan tenaga lapangan dan narasumber yang kompeten dan berdedikasi tinggi.
Rekomendasi kepada Lembaga Diklat
Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan di berbagai tingkat pemerintahan (Diklat Kab/Kota, Diklat Provinsi,
Diklat Pusat) mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik
menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga tersebut
memasukkan pendekatan-pendekatan dan praktek-praktek baik KINERJA dalam kurikulum dan pelatihan yang
diselenggarakan Diklat yang meliputi:
a) Tata kelola (governance) yang melibatkan warga masyarakat sebagai pengguna layanan publik,
b) Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman,
c) Mengadopsi modul, inovasi dan praktek baik (good practice) yang dikembangkan KINERJA DONOR lain,
serta Kementerian Teknis terkait, seperti KemenPAN.
d) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan pelayanan publik secara berkala, dengan membuka
kesempatan melibatkan narasumber (OMP, Konsultan, Dinas/Instansi) yang sudah menerapkan praktek
baik inovasi pelayanan publik.
8 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
BAB 2PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dasar dan iklim usaha yang baik.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak replikasi, pemerintah daerah di
Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih berkualitas serta lebih responsif terhadap
kebutuhan dan permintaan warga negara atau pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan warga masyarakat, organisasi masyarakat
sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
perencanaan dan penerapan SPM peran legislatif DPRD sangat dominan karena fungsi penganggaran berada
di dewan perwakilan rakyat daerah. Peran Bappeda selaku koordinator perencanaan daerah juga sangat
penting.
Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) dan Konsultan
(short term/STTA) Kinerja, yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa
contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui kajian dan analisa, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipatif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta
9www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
5. Membentuk Tim Penyusun perencanaan SPM kab/kota yang terdiri dari multistakeholder untuk
menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang
partisipastif;
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik (demand side);
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang berstandar;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.
Dengan bekerja disisi penyedia (supply side) dan dan pengguna layanan (demand side), maka pendekatan
yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas,
partisipatif, dan responsif.
Fokus Intervensi Kinerja pada Sektor Pendidikan
Paket bantuan teknis KINERJA di sektor pendidikan dasar di kab/kota meliputi 3 paket fokus pelayanan publik,
yaitu :
1. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
BOS (Bantuan Operasional Sekolah) merupakan dukungan terhadap kecukupan kebutuhan operasional
sekolah yang telah diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah dan diteruskan ke
sekolah. Berdasarkan survai, jika disesuaikan dengan harga satuan (unit cost) setempat dan usaha
mencapai target SPM (IP-15 sd IP-27) Pendidikan Dasar, maka ditemukan bahwa BOS belumlah
mencukupi, sehingga masih ada kesenjangan (kekurangan) pendanaan kebutuhan biaya operasional
suatu sekolah atau disebut biaya operasional satuan pendidikan (BOSP). Dilain pihak, banyak kab/
10 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
kota yang berminat untuk memenuhi kesenjangan pendanaan tersebut, tetapi belum tahu bagaimana
menghitungnya. Program DBE-USAID sebelumnya, telah memulai dengan metode penghitungan Biaya
Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Pendekatan ini mendorong SKPD dan pemangku kepentingan
terkait untuk menganalisa berapa biaya operasional yang nyata per anak/tahun di tingkat SD/MI dan
SMP/MTs sesuai dengan kondisi dan biaya setempat. Hal ini menjadi dasar untuk merancang alokasi
dana pendidikan secara menyeluruh di kabupaten/kota. Jika hasil analisis atau perhitungan menunjukkan
bahwa masih terjadi kesenjangan biaya pendidikan, maka direkomendasikan bagaimana APBD dapat
menutupi kesenjangan tersebut. Jika APBD masih belum dapat menutupi semua kesenjangan tersebut,
maka bagaimana mencari alternatif pendanaan, dari sisi pengguna atau komunitas lainnya (misal melalui
kemitraan pemerintah dan swasta), sepanjang masih diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku.
2. Penguatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Setelah berjalan 5 tahun sejak Juli 2005, tahun 2011 Pemerintah Pusat memperkenalkan mekanisme
pencairan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang baru. Dana APBN ditransfer langsung ke Kas
Daerah, kemudian dana tersebut diberikan ke SD/MI dan SMP/MTs untuk memenuhi SPM sekolah.
Kemendiknas bersama beberapa mitra pembangunan telah mengembangkan pendekatan dan modul
dalam melengkapi mekanisme ini untuk mendampingi pemangku kepentingan di tingkat Dinas Pendidikan
kab/kota maupun di sekolah. Perencanaan dan penganggaran melalui penyusunan Rencana Kerja
Sekolah (RKS) yang partisipatif, pelaksanaan dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel
merupakan pendekatan yang disiapkan bagi pemangku kepentingan sekolah. Dari berbagai sumber
diketahui bahwa hal diatas belum dilaksanaakan secara konsisten dilapangan. Kinerja menyiapkan
pendekatan secara menyeluruh dari sudut pemberian pelayanan dan pengguna layanan. Penguatan
MBS ditujukan tidak hanya untuk pencapaian indikator SPM IP-27 Penerapan prinsip-prinsip manajemen
berbasis sekolah (MBS), tetapi juga untuk pencapaian 13 indikator SPM (IP-15 sd IP-27) di tingkat sekolah/
satuan pendidikan.
Pemangku kepentingan pada tingkat kabupaten/ kota, adalah orang/ lembaga yang berkepentingan
dengan pendidikan, termasukDewan Pendidikan, DPRD untuk komisi terkait, tokoh agama, tokoh
masyarakat, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), perwakilan kepala sekolah, guru, Komite Sekolah
(KomSek) dan orang tua. Sedangkan pada tingkat sekolah adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah,
tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan dinas pendidikan dan pemerhati.
11www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Distribusi Guru yang Proporsional (DGP)
Banyak kabu/kota yang melaporkan bahwa beberapa sekolahnya mengalami kekurangan guru, dan
meminta tambahan guru, baik dalam hal jumlah maupun spesialisasi guru dalam mata pelajaran tertentu.
Permintaan ini berdasarkan atas kebutuhan sesuai dengan bukti nyata di lapangan serta usaha dalam
memenuhi indikator SPM (IP-5 sd IP-9) yang berkaitan dengan kecukupan dan kualifikasi guru di SD/MI
dan SMP/MTs. Proyek rintisan BERMUTU di Kemendiknas, dengan dukungan Bank Dunia, memfasilitasi
Dinas Pendidikan untuk mengkaji ulang, menganalisis, dan mengembangkan rekomendasi yang
berhubungan dengan sumber daya guru, jumlah sekolah dan jumlah murid. Rasio yang dihasilkan dalam
analisis sering menunjukkan bahwa Kab/Kota mengalami surplus tenaga guru, tetapi terjadi ketimpangan
antar sekolah dan kecamatan.Para guru kurang terdistribusi dengan seimbang, lebih sering berkumpul
di daerah perkotaan, sedangkan hanya segelintir yang berminat mengajar di daerah terpencil. Bantuan
teknis dirancang untuk memberikan asistensi teknis kepada Kab/ Kota dan komunitas tentang analisis
penyebaran guru, mengembangkan rekomendasi teknis dan keuangan untuk kebijakan terkait, dan
melaksanakan inovasi dalam penyebaran tenaga guru yang proporsional, termasuk manajemen pendidikan.
Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan paket program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan),
DGP (Distribusi Guru yang Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yang berorientasi standar
pelayanan minimal (SPM).Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai
berikut:
• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum,
Badan Kepegawaian Daerahdan DPRD. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor
pendidikan, keterlibatan antar instansi/lembaga sangat penting.
• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-
program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan, akuntabel dan perbaikan secara terus-
menerus.
12 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
• Berorientasi Standar. Dengan mengacu kepada standar pelayanan yang jelas sesuai regulasi maka
kinerja pelayanan dapat diukur lebih baik dan dapat diperbandingkan secara nasional, regional dan lokal.
Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar
Prinsip-prinsip umum perencanaan SPM sebagai berikut:
1. Dengan menerapkan SPM atau standar pelayanan akan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang berkelanjutan (continuous improvement).
2. Peraturan pemerintah/ kementerian terkait SPM dan standar lainnya, dimaksudkan sebagai alat untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara merata dan terfokus.
3. Penghitungan SPM menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu ketersediaan data yang baik di
Dinas Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama.
4. Penghitungan SPM berdasarkan pedoman peraturan regulasi Pemerintah yang berlaku dan mengacu
kepada kesenjangan (gap) antara capaian yang saat ini dengan sasaran yang ditetapkan secara nasional/
provinsi, jadi bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah, kelompok warga, atau Bupati/Walikota.
5. Penghitungan SPM dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan membentuk Tim Penyusun SPM
yang terdiri dari berbagai unsur: eksekutif, legislatif, masyarakat (tokoh/ahli).
6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan
publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang semakin tinggi.
7. Didasarkan pada regulasi daerah (Surat keputusan, Peraturan bupati/walikota atau Peraturan daerah). Hal
ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapanSPM dapat
tepat sasaran dan selalu terus disempurnakan,
9. Pengelolaan setiap pengaduan masyarakat secara jujur, agar pengaduan menjadi sumber perbaikan yang
tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan.
13www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Proses perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM di kabupaten/kota dilaksanakan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan dengan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta Kepala Bappeda untuk
disepakatinya kegiatan perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM pendidikan dasar.
2. Membentuk Tim Penyusun SPM yang ditetapkan Kepala Dinas Pendidikan. Tim terdiri unsur-unsur
eksekutif, unsur legislatif, dan unsur masyarakat, antara lain: Bidang Perencanaa/Penyusunan Program
DisDik, Bidang Pendidikan Dasar DisDik, Bidang SosBud Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi
Setda, Komisi DPRD membidangi pendidikan, Kemenag kab/kota, Perwakilan forum masyarakat peduli
pendidikan, Dewan Pendidikan, Pengawas Sekolah, Perwakilan Kepala Sekolah, Perwakilan Komite Sekolah.
3. Menetapkan Fasilitator/Pelatih yang akan mendampingi Tim diatas selama proses penyusunan costing SPM.
4. Mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan jika diperlukan
melakukan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan bidang pendidikan.
5. Setelah proses diatas dilalui maka tahap selanjutnya adalah proses yang akan dilaksanakan oleh Tim
Penyusun SPM yang sudah dibentuk, sejak penghitungan SPM, integrasi hasil kedalam perencanaan dan
penganggaran daerah, pelaksanaan program-kegiatan, monitoring & evaluasi.
14 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Situasi yang Dihadapi di Daerah
Dari hasil mini survei di 5 kab/kota di Sulawesi Selatan dan hasil angket kuisioner evaluasi diri penerapan SPM
dalam perencanaan dan penganggaran daerah kab/kota pada saat lokakarya, banyak daerah kab/kota mitra
Kinerja yang belum cukup paham berkaitan dengan SPM Pendidikan Dasar dan belum/kurang menerapkan
SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Dari hasil analisa dan penghitungan costing SPM
selama pendampingan berlangsung, masih banyak
daerah ataupun sekolah yang belum memenuhi
SPM sesuai target nasional yang ditetapkan dalam
Permendikbud No.23 Th 2013 dimana disebutkan
target SPM harus dicapai pada akhir tahun
2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah
belum memprioritaskan pencapaian SPM dalam
perencanaan dan anggaran daerahnya.
Sebagai contoh di Provinsi Kalimantan Barat,
Pencapaian SPM dari 76 sekolah dasar di kab/
kota mitra yang didampingi oleh program Kinerja-USAID masih banyak yang belum memenuhi. Dari 21
indikator pencapaian untuk sekolah dasar, baru 9 indikator yang dapat dicapai oleh seluruh sekolah, yakni:
jarak maksimum siswa mengakses sekolah, rasio rombongan belajar dan ketersediaan kelas, ketersediaan
ruangan guru, ketersediaan minimal 6 orang guru, ketersediaan guru berpendidikan sarjana/setara dan
memiliki sertifikasi pendidik, ketersediaan kepala sekolah yang berpendidikan sarjana/ setara dan memiliki
sertifikasi pendidik, kunjungan supervisi pengawas, ketersediaan buku teks, ketersediaan alat peraga IPA dan
ketersediaan buku pengayaan dan referensi. Sementara 10 indikator masih belum tercapati, yakni: kecukupan
BAB 3 PENGALAMAN KINERJA DALAM PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM PENDIDIKAN DASAR
15www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
jam kerja guru, kecukupan jam pendidikan, ketersediaan kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran,
pelaksanaan program penilaian, supervisi kepala sekolah, penyampaian hasil evaluasi oleh guru, pelaporan
UAS/ UKK/ US/UN dan pelaksanaan MBS.
Jika dilihat berdasarkan kewenangan yang bertanggung jawab memenuhi, sebagian besar yang telah tercapai
adalah indikator-indikator yang kewenangannya ada di pihak sekolah/unit layanan. Sementara indikator SPM
yang kewenangannya pada pemerintah kab/ kota sebagian besar besar belum terpenuhi di seluruh sekolah.
Catatan: dua (2) indikator lainnya, yakni: ketersediaan pengawas berpendidikan sarjana/setara dan memiliki
sertifikasi pendidik dan rencana daerah mendukung pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran,
tidak dianalisis karena tidak tersedia data. Dibeberapa daerah kesenjangan/kekurangan sudah diketahui tapi
tidak ada komitmen kuat untuk menyediakan anggaran guna memenuhi SPM tersebut. Dengan demikian,
perencanaan dan penganggaran untuk pemenuhan SPM sangat penting, dan SPM menjadi acuan intervensi
peningkatan tata kelola pelayanan publik oleh KINERJA.
Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif
Bantuan Teknis KINERJA di kab/kota dalam peningkatan tata kelola pelayanan publik melalui pendekatan dua
sisi, supply dan demand, membutuhkan dukungan dan komitmen seluruh Stakeholder daerah.
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders
KINERJA memulai pendampingan perencanaan SPM dengan menyelenggarakan Lokakarya Peningkatan
Pemahaman Service Standard dan Kesadaran atas SPM kepada para Stakeholder daerah termasuk
Bupati/Walikota dan DPRD.Selanjutnya memfasilitasi para pejabat daerah kunjungan studi komparatif/
banding penerapan Standar Pelayanan di kab/kota yang mempunyai praktek baik dan inovasi majudi bidang
pendidikan. Di beberapa kabupaten/kota DPRD dan Wakil Bupati atau Sekretaris Daerah atau Kepala
Dinas Pendidikan serta perwakilan masyarakat terlibat dalam kunjungan studi komparatif tersebut. Sasaran
kunjungan studi komparatif antara lain praktek MBS di Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur, DGP di Kabupaten
Boalemo Gorontalo, BOSP di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Klaten–Jawa Tengah.
Dengan pelaksanaan lokakarya dan studi banding tersebut muncul kesadaran dan pemahaman tentang
standar pelayanan, sehingga lebih jelas dipahami para pengambil keputusan di kab/kota. Selanjutnya Dinas
Pendidikan kab/kota membentuk Tim Penyusun SPM Pendidikan Dasar
16 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kab/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan
publikyang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist) yang ditempatkan di tiap-tiap kab/kota mitra.
Tugas utamanya adalah mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi Stakeholder (MSF),
Konsultan KINERJA (STTA) dan organisasi mitra pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab
atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
Program pendampingan penghitungan kebutuhan pemenuhan (Costing) SPM dilaksanakan oleh Konsultan
KINERJA dan LPSS yang bekerja secara periodik mendampingi Tim Penyusun SPM melaksanakan tahap-
tahap perencanaan SPM. Untuk pendampingan tersebut, KINERJA merekrut seorang Konsultan SPM
Pendidikan di tiap-tiap Provinsi.Konsultan SPM telah mendapat pelatihan dari KINERJA dan bekerja sama
dengan OMP Pendidikan yang ada di tiap-tiap kab/kota mitra KINERJA.
Secara berkala Spesialis dari kantor pusat National Office (NO) Kinerja akan memperkuat pemahaman tentang
penerapan SPM di masing-masing kab/kota atau pada event penting Lokakarya integrasi SPM dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran daerah.
LPSS selalu berkoordinasi dengan Dinas Pendidikandan Tim Penyusun SPM yang terdiri dari unsur-unsur
Kepala Bidang/Seksi Dinas Pendidikan, Pengawas Sekolah, Bappeda, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan,
dan lembaga-lembaga non pemerintah.
3. Penyusunan Rencana Kerja
Setelah terbentuk Tim Penyusun SPM, maka Tim bersama Dinas Pendidikan danLPSS menyusun rencana
kerja berikut jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahap untuk kegiatan di tingkat Sekolah serta kegiatan
di tingkat kab/kota atau dinas pendidikan. Jadwal rencana kerja harus sesuai jadwal perencanaan dan
penganggaran daerah sehingga pada saat hasil penghitungan SPM selesai bisa langsung diintegrasikan ke
dalam perencanaan daerah dan dianggarkan dalam APBD kab/kota. Tahap-tahap perencanaan SPM adalah
sebagai berikut dibawah, yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran pemerintah :
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan Standar
Pelayanan bidang pendidikan.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Pendidikan.
17www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM.
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan
Strategi Penanganan,
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen Perencanaan
dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD,
7. Monitoring dan Evaluasi Capaian SPM.
8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Sekolah atau instansi/SKPD lainnya.
Proses Kerja
1. Peran Masing-masing Stakeholder
Pada prinsipnya semua Stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan perencanaan SPM di semua tahapan,
namun masing-masing Stakeholder mempunyai peran khusus, yaitu :
• Konsultan STTAdan/atau oragnisasi mitra pelaksana/OMP berperan melaksanakan lokakarya/pelatihan
yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penghitungan kebutuhan (costing) pemenuhan
target SPM dan pendampingan dalam penghitungan.
• Tim Penyusun SPM berperan melakukan penghitungan SPM dan menyusun rekomendasi teknis yang
disampaikan kepada pengambilan keputusan, serta melaksanakan advokasi untuk pengalokasian
anggaran pemenuhan SPM dan integrasi ke dalam dok.perencanaan daerah.
• Kepala Dinas dan Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti rekomendasi teknis dengan
mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dinas/daerah, serta mengalokasikan
anggaran untuk pembiayaan kegiatan prioritas pemenuhan SPM.
• Tim Anggaran dan DPRD berperan dalam menyetujui alokasi dana pemenuhan SPM yang diusulkan
sesuai dengan hasil analisis dan penghitungan serta mengawasi pelaksanaan implementasi program SPM
daerah.
• Tim SPM bersama MSF atau unsur CSO melaksanakan advokasi kebijakan dan pengawasan penerapan
SPM untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan publik secara berkelanjutan. Selain terlibat dalam Tim
Penyusun SPM yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi teknis, forum multi
Stakeholder/MSF berperan dalam pengawasan pelaksanaan program-kegiatan prioritas pemenuhan
18 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
SPM di tingkat unit layanan/sekolah dan tingkat kab/kota (SKPD/Dinas). Pengawasan dilakukan melalui
Monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada
para pengambil kebijakan.
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
Kegiatan perencanaan SPMKinerja dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan
Standar Pelayanan bidang pendidikan: Menyelenggarakan lokakarya di kab/kota dengan mengundang
semua Stakeholder terkait untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran atas pentingnya SPM dan
Standar Layanan/service standard. Jika memungkinkan Pejabat daerah melakukan studi komparatif
(banding) ke kab/kota yang telah menerapkan SPM dan Standar Layanan secara baik dan berhasil
untuk memahami dan mendalami langsung permasalahan penerapan SPM.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Pendidikan: Tim Penyusun SPM dan Dinas melakukan review peraturan-
peraturan terkait SPM untuk mengkaji peraturan yang mendukung / menghambat pencapaian
pemenuhan SPM dan menentukan target sasaran SPM yang harus dicapai kab/kota.
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM: Mengidentifikasi capaian masing-masing
indikator SPM IP1 sd IP27 pada tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, baik ditingkat unit layanan/
sekolah dan tingkat kab/kota (Dinas).
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan
Strategi Penanganan: Menganalisis kesenjangan (gap) masing-masing indikator SPM Pendidikan
antara capaian dengan target Nasional/Provinsi yang ditetapkan. Serta mengidentifikasi nilai gap
yang terbesar hingga terkecil. Gap yang besar akan prioritas ditangani lebih dahulu. Dilanjutkan
menganalisis penyebab terjadinya gap dengan memilih salah satu metode misal “pohon masalah” atau
“fishbone”, kemudian menyusun program-kegiatan untuk mengatasi masalah serta membuat priotitas
rangking dan strategi penanganannya.
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan: Setelah ditentukan rangking program-kegiatan dan strateginya maka dilakukan
penghitungan kebutuhan biaya untuk melaksanakannya secara bertahap, pada umumnya dalam
jangka menengah 3-5 tahun, disesuaikan dengan target SPM yang harus dicapai.
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD: Melaksanakan lokakarya hasil
penghitungan costing SPM dengan mengundang berbagai pihak (uji publik) dan mengintegrasikan hasil
19www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran Dinas dan Daerah, seperti : RKA,
KUA-PPAS, RENJA, RKPD, RENSTRA DINAS dan RPJMD Kab/Kota.
7. Monitoring dan Evaluasi Capaian SPM : Tim Penyusun SPM dan Dinas memantau/ Monitoring
pelaksanaan program-kegiatan yang sedang diimplementasikan, mengevaluasi capaian SPM
secara periodik serta melakukan review jika ada rencana yang pelaksanaanya perlu diperbaiki atau
ditingkatkan.
8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Sekolah atau instansi/
SKPD lainnya: Kab/kota yang sudah menyelesaikan tahapan penghitungan Costing SPM dapat
mengadopsi atau melaksanakan praktek baik guna memaksimalkan pelayanan publik, misalnya:
membuat Peraturan Walikota/Bupati tentang penerapan SPM beserta petunjuk teknisnya, memperluas
penghitungan costing SPM keseluruh unit layanan/sekolah, menerapkan SPM di Dinas/SKPD lain
diluar Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, menerapkan indikator-indikator SPM sebagai acuan
dalam penyusunan Renstra Dinas dan RPJMD Kab/Kota, menerapkan Standar Pelayanan Publik/SPP
untuk pelaksanaan pelayanan publik sesuai indikator SPM yang ingin dicapai.
3. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja
Sekurang-kurangnya ada perubahan-perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program
SPM dengan pendekatan KINERJA:
• Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan
sekolah/pendidikan berbasis SPM, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan pembiayaan SPM
Pendidikan Dasar, Staf/Pejabat Sekolah & Dinas yang turut langsung melakukan penghitungan SPM
akan lebih menjiwai peningkatan pelayanan publik berbasis standar.
• Peningkatan keterlibatan elemen masyarakat dalam penyelenggaraan program SPM. Forum-forum
multi Stakeholder di Kabupaten/Kota mitra Kinerja telah menunjukkan keterlibatan dan berperan
secara signifikan dalam setiap tahapan program.
• Peningkatan kemampuan alokasi anggaran sekolah dalam melaksanakan program-kegiatannya untuk
mencapai SPM.
20 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
BAB 4 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam perencanaandan
pelaksanaan SPM Pendidikan Dasar, yakni antara lain:
• Tantangan dalam pelayanan publik adalah belum adanya dan belum meratanya pelayanan dasar yang
diberikan daerah kab/kota kepada warga masyarakatnya. Dengan penerapan SPM maka penyediaan
pelayanan dasar yang diberikan kepada warga masyarakat dari Pemerintah Daerah lebih terjamin dengan
kualitas mutu tertentu (sudah ditetapkan standar pelayanannya).
• Begitu pula berkaitan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh dinas/instansi Pemerintah daerah,
dengan adanya penerapan SPM adalah sebagai tolok ukur kinerja pelayanan dasar kepada masyarakat.
SPM sebagai landasan untuk menentukan anggaran yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan
dasar, dan perimbangan keuangan yang lebih merata serta transparan.
• Dalam perencanaan SPM dituntut manajemen data yang baik/valid dan lengkap, sehingga dengan
penerapan SPM, dinas/instansi Pemda penyelenggara pelayanan harus mempunyai pengelolaan data
yang baik agar dapat menerapkan SPM dengan baik juga.
• Selain tantangan utama diatas, hambatan/kendala dalam pelaksanaan pendampingan SPM di daerah adalah:
o Sebagian besar staff/pejabat Dinas Pendidikan sudah mengerti SPM Pendidikan Dasar, namun masih
banyak pejabat kab/kota yang belum memahami pentingnya penerapan SPM dalam pelayanan publik,
termasuk DPRD,Bupati/Walikota dan Wakilnya.
o Perihal manajemen data cukup bermasalah/tidak lengkap, kadang validitasnya diragukan (misal:
data murid SD negeri di UPTD dobel dengan data siswa Madrasahdi Kemenag). Sehingga pada saat
melaksanakan identifikasi capaian SPM kesulitan dalam penyediaan data yang diperlukan sehingga
dibutuhkan waktu panjang untuk mengumpulkan dan klarifikasi data. Hal ini terjadi di tingkat Sekolah
dan tingkat Dinas dan Kab/Kota.
o Proses penghitungan costing SPM oleh Tim daerah terlambat sehingga tidak tepat dengan waktu
siklus perencanaan dan penganggaran daerah. Akibatnya hasil costing SPM terlambat di-integrasikan
21www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
ke dalam dokumen penganggaran daerah, hal ini berdampak tidak/kurang tersedia alokasi anggaran
untuk pemenuhan target SPM.
o Keterbatasan anggaran daerah yang tersedia dan kebutuhan sektor lain yang dipandang lebih prioritas
menyebabkan pemenuhan SPM Pendidikanbelum terpenuhi dan rencana program-kegiatan pemenuhan
SPM tidak dapat direalisasikan.
o Keterbatasan waktu dan kapasitas para pegawai yang menangani SPM masih kurang sehingga proses
penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian menjadi lambat. Namun secara
bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.
o Kapasitas personil sebagian Konsultan atau organisasi mitra pelaksana/OMP masih kurang sehingga
pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder
belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasi melalui dukungan bimbingan teknis oleh kantor pusat
National Office KINERJA.
o Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan dan sosialissi ulang tentang program KINERJA sehingga
pejabat baru dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.
Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program SPM Pendidikandi Kabupaten Barru
Program SPM Pendidikan di Kab Barru, Sulawesi Selatan dapat dijadikan contoh keberhasilan Program
Penghitungan (Costing) Kebutuhan Pemenuhan Target SPM Pendidikan. Kabupaten ini menghadapi
masalah dalam hal kualitas layanan pendidikan di sekolah-sekolah yang salah satunya disebabkan karena
kurangnya jumlah guru disebagian sekolah akibat tidak meratanya distribusi guru sehingga sekolah tidak
dapat mencapai standar pelayanan minimalnya. Permasalahan secara umum adalah sekolah-sekolah
dan bidang Pendidikan dasar belum dapat memenuhi standar SPM yang ditentukan dalam peraturan
perundangan.
a) Upaya Mengatasi Kekurangan Jumlah Guru di Sekolah
Dalam rangka untuk mengatasi tantangan kekurangan jumlah guru di sebagian sekolah akibat
tidak meratanya distribusi guru, pemerintah Kabupaten Barru bekerja sama dengan forum multi
22 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
stakeholder pendidikan Kab. Barru (Forum Pemerhati Pendidikan Barru/FP2B) dan Konsultan STTA
KinerjasertaOMP Pepopeda (lokal), melakukan penghitungan indikator SPM (IP5 sd IP9) dan analisis
pemetaan terkait ketersediaan guru SD/MI dan SMP/MTS di 3 kecamatan (pilot project). Berdasarkan
analisis kesenjangan tentang situasi, forum multi-stakeholder (FP2B) melakukan upaya advokasi untuk
mengeluarkan Peraturan Bupati tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS dan petunjuk teknis
pelaksanaannya. Dengan komitmen Bupati dan Dinas Pendidikan diputuskan pendistribusian guru
akan dilaksanakan secara serentak di seluruh kecamatan di Kab.Barru. Mengingat baru 3 kecamatan
yang dianalisis, maka Bappeda dengan dana APBD sendiri menyewa Konsultan (ex-konsultan Kinerja)
untuk melaksanakan analisis pemetaan guru di sisa kecamatan lainnya (4 kec.).
Melalui serangkaian diskusi dan advokasi intensif antara wakil-wakil pemerintah dan forum multi
stakeholder beserta OMP Pepopeda, peraturan tersebut disahkan dan meresmikan kebijakan
pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kekurangan guru di sekolah-sekolah dengan penataan
dan pemerataan guru PNS diseluruh kecamatan. Implementasi peraturan bupati ini dipantau oleh
forum multi-stakeholder.
b) Pendekatan KINERJA
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (supply :
Dinas/SKPD dan unit layananan/sekolah) dan sisi pengguna layanan (murid/siswa, orangtua). Di sisi
penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat pemerintah daerah dalam hal:
• Meningkatkan perhatian pada dampak kesenjangan SPMdi sekolah-sekolah bidang pendidikan
dasar untuk peningkatan layanan pendidikan berkualitas.
• Meningkatkan kemampuan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM Pendidikan dalam rangka
secara bertahap memenuhi standar pelayanannya.
• Secara efektif menerapkan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS dalam siklus
perencanaan organisasi daerah.
Disisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat dan orangtua murid, sehingga
mereka:
• Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas.
• Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah
yang mempengaruhi masyarakat.
23www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Melakukan peran pengawasan dan advokasi pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan penataan & pemerataan guru secara transparan, akutabel, partisipatif.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini
didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang
menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, mutasi guru adalah hak mutlak pemerintah
kab/kota, namun Kabupaten Barru melibatkan unsur multi stakeholder untuk melaksanakan distribusi
guru yang didasakan analisis data lapangan.
c) Strategi Program
Secara kronologi strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program BOSP
adalah sebagai berikut :
1). Penguatan organisasi masyarakat sipil
Pemerintah Kabupaten Barru membuka ruang organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan
mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Selain itu, instansi pemerintah dan
masyarakat sipil bekerjasama bersama-sama, berdialog-diskusi mencari solusi terbaik.
2). Pembentukan dan penguatan forum multi-stakeholder (MSF)
Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Pemerhati Pendidikan Barru dan OMP
Pepopeda melibatkan anggota masyarakat, para profesional bidang pendidikan, anggota dewan pendidikan
dan wartawan. Forum ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan distribusi guru.
3). Pembentukan Tim SPM
Pemerintah Kabupaten Barru membentuk Tim SPM yang melibatkan beberapa SKPD terkait, termasuk
Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bagian Pendidikan dan
Pelatihan, Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah, Bagian Hukum , Bagian Organisasi,
dan Forum Pendidikan Barru untuk menghitung, menganalisis, dan memverifikasipenataan dan
pemerataan guru sekolah, dan untuk menyusun Peraturan Bupati dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan.
4). Advokasi kebijakan oleh Tim SPM
Dinas Pendidikan Kabupaten Barru bekerjasama dengan forum multi-stakeholder (MSF)
mensosialisasikan Peraturan Bupati dan Petunjuk Teknisnya melalui diskusi-diskusi dan lokakarya
dengan para guru, kepala sekolah, pejabat UPTD Pendidikan.
5). Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh MSF
Menyusul penerbitan Peraturan Bupati forum multi-stakeholder, Dewan Pendidikan dan jurnalisme
warga (JW) memantau pelaksanaan penataan & pemerataan guru PNS.
24 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
d) Perluasan Program SPM
Dengan keberhasilan melaksanakan program Distribusi Guru Proporsional (DGP) dengan pendekatan
yang governance, Kab.Barru semakin mantap untuk memperluas intervensi lainnya di sektor
Pendidikan yaitu menerapkan Program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan Program BOSP
(penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan). Sehingga dengan ketiga program tersebut
sasaran target SPM dapat dicapai untuk keseluruhan 27 indikator SPM (IP1 sd IP27). Pendekatan dan
praktek baik Program MBS dan program BOSP juga mengadopsi dari pendekatan program KINERJA.
e) Hasil-hasil Program Penerapan SPM Pendidikan
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif adalah sebagai berikut :
• Peraturan Bupatitentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS Kab. Barru.
• Menerapkan prosedur dan petunjuk teknis pelaksanaan penataan dan pemerataan guru.
• Pembentukan Tim Tim Implementasi oleh pemerintah daerah.
• Pembentukan Forum Multi Stakeholder (Forum Pemerhati Pendidikan).
• Pengalokasian anggaran biaya bidang Pendidikan untuk mencapai pemenuhan target SPM.
• Partisipasi orangtua murid dan masyarakat untuk pembangunan fasilitas sekolah.
2. Program Pengungkit
Program SPM yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah telah
menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru di sekolah-sekolah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik,
tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga
pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan
akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan perundangan.
Keberhasilan Program SPM ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di
sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak program-
program pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini, seperti pengangkatan dan distribusi
guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran. Demikian juga
di sektor-sektor pelayanan publik lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-
program ini dapat dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan
kemauan untuk secara bersama-sama melaksanakannya.
25www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
BAB 5 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Program KINERJA untuk SPM Pendidikan bekerja di sebagian kabupaten/kota, dari ratusan daerah kabupaten/
kota di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan
di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi
pemerintah daerah dan masyarakat dari penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM, dan bersedia mereplikasi
dan mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program peningkatan pelayanan
publik sektor pendidikan. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan untuk pegawai dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Masuk ke Dalam Program KINERJA
Bagi daerah kab/kota yang berminat menerapkan program Perencanaan SPM Pendidikan Dasar dengan
pendekatan tata kelola (governance) dua sisi supply dan demand yang dikembangkan KINERJA, maka akan
lebih mudah memahami jika sebelumnya mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran
atas pentingnya SPM dana kan lebih baik lagi jika para pejabat pengambil keputusan bisa melakukan studi
komparatif kunjungan kesalahsatu kab/kota KINERJA yang telah menerapkan SPM dengan baik. Sehingga
dapat melihat secara nyata penerapan SPM bidang Pendidikan.
Dalam melaksanaan program pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA, pemerintah daerah diharapkan
memanfaatkan Konsultan atau OMP yang telah dibina oleh KINERJA karena mereka yang mengetahui dan
menguasai pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA.
26 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Untuk Replikasi Pendekatan SPM
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program SPM.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan
program SPM. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,
petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan.
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola perencanaan
SPM. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk
kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan,
perencanaan, dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program
SPM memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda dan Bagian Keuangan. Selain
itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap
program dan anggaran.
f. Menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
g. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.
27www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Rekomendasi Untuk Calon Konsultan dan OMP
Rekomendasi untuk Konsultan atau OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi
program SPM adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program.
d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat
Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran
strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk
pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul
tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal
tata kelola dan ‘governance’.
28 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Bagi pembaca yang mau membaca komentar pihak lain tentang upaya KINERJA untuk memenuhi SPM
pendidikan, silahkan membaca Lampiran A tentang praktek baik, testimoni, laporan media dan bahan
promosi.
Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam tentang substansi modul ini, silahkan membaca Lampiran B.
Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca pada CD yang terlampir.
Lampiran D, E, F adalah Isi CD & Daftar Bacaan, serta Daftar Singkatan/Istilah.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 32
LAMPIRAN B Uraian Substansi 35
Uraian Singkat Tentang SPM Pendidikan 35
MODUL I Pengantar: Relevansi Paket Program Kinerja dengan SPM Pendidikan 37Tujuan 37Tiga Program KINERJA Bidang Pendidikan dengan Relevansi SPM Pendidikan 38Pendekatan Tata Kelola yang Baik 46Peran serta Masyarakat 48Perspektif Gender Dalam Tata Kelola Layanan Publik 51
MODUL 2 SPM Bidang Pendidikan 52Tujuan 52Pengantar 52SPM Bidang Pendidikan 53Regulasi Tentang Standar Pelayanan Pendidikan 54Mengapa SPM Pendidikan Penting? 56Hubungan SPM dengan SNP 58Hubungan SPM dengan Peningkatan Mutu Pendidikan 59
29www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Indikator SPM Pendidikan Dasar 62SPM yang Terkait dengan BOSP, Distribusi Guru dan MBS 65SPM Responsif Gender 68
MODUL 3 Analisis Gap dan Standar Biaya Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar 69Tujuan 69Pengantar 69Pengelompokan Indikator SPM Pendidikan 70Langkah-langkah Analisis 78Penghitungan dengan Menggunakan Variabel Proxi 106Referensi di CD yang Terlampir 112
MODUL 4 Integrasi Hasil Costing SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran 114Tujuan Pembelajaran 114Pendahuluan 114Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah 115Korelasi SPM dengan Sistem Perencanaan dan Penganggaran Nasional 117Integrasi SPM dalam Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 118Tahapan Pengintegrasian SPM ke dalam Dokumen Perencanaan 119Proses Integrasi SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran 120Mekanisme Perencanaan Pembiayaan Pencapaian SPM 121Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RPJMD 122Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Renstra-SKPD 128Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RKPD, KUA-PPAS
134
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Renja dan RKA 139
MODUL 5 Teknik Monitoring, Evaluasi & Laporan Kinerja Pemenuhan SPM Pendidikan 149Tujuan Pembelajaran 149Pendahuluan 149Memahami Monitoring dan Evaluasi 151Penyusunan Laporan Pencapaian SPM 155Memahami Pengukuran SPM 155Profil Pelayanan Dasar Pendidikan 157Umpan Balik Hasil Monev 159
30 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
MODUL 6 Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan di Daerah 160Tujuan Pembelajaran 160Pendahuluan 160Memahami Praktek yang Baik (Good Practice) 162Teknik Praktis Perluasan (Scale-Up) 165Penutup 168
LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 169
Latar Belakang 169
MODUL I Pengantar: Relevansi Paket Program Kinerja dengan SPM Pendidikan 173Peserta yang Diundang 173Fasilitasi 174Tindak Lanjut 175Contoh Bahan Presentasi 175
MODUL 2 SPM Bidang Pendidikan 176Peserta yang Diundang dan Tujuan Fasilitasi 176Fasilitasi 177Contoh Bahan Presentasi di CD 179
MODUL 3 Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional 182Peserta yang Diundang dan Tujuan Modul 182Persiapan Peserta 182Fasilitasi 183Contoh Bahan Presentasi 186
MODUL 4 Integrasi Hasil Costing SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran 189Peserta yang Diundang dan Tujuan Fasilitasi 189Persiapan untuk Training 189Fasilitasi 190Dokumen di CD yang Terlampir 193Contoh Presentasi di CD 193
MODUL 5 Teknik Monitoring, Evaluasi dan Laporan Kinerja Pemenuhan SPM Pendidikan 196Peserta yang Diundang dan Tujuan 196
31www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Fasilitasi 196Contoh Presentasi di CD 198
MODUL 6 Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan di Daerah 201Peserta yang Diundang dan Tujuan Pembelajaran 201Fasilitasi 202Contoh Presentasi di CD 203
LAMPIRAN D DAFTAR PUSTAKA 207
LAMPIRAN E Bahan di CD 209
LAMPIRAN F Daftar Singkatan/Istilah 210
32 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MELALUI BOSP DI BUTTA PANRITA LOPPI
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) adalah bagian dari dana pendidikan, yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar
minimal pendidikan (SPM) dan secara berkelanjutan ditingkatkan untuk mencapai standar nasional pendidikan
(SNP). Hal inilah menjadi landasan berpikir dari Bulukumba Forum untuk mengawal peningkatan layanan
pendidikan di Kabupaten Bulukumba.
Bulukumba Forum memulai engan mengidentifikasi, membuat pertemuan dengan stakeholders pendidikan
(Dewan Pendidikan Kabupaten Bulukumba, DPRD Bulukumba komisi D, Dinas Pendidikan dan Pemuda OLah
Raga, Bappeda, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, Bagian Humas, Muhammadia, NU, Organisasi Mahasiswa
dan Pelajar, Media dan LSM) di kabupaten Bulukumba. Kemudian mengundang dalam diskusi dan lokakarya
untuk membahas pelayanan pendidikan sampai pembiayaan yang dianggarkan oleh pemerintah kabupaten
Bulukumba.
Dari hasil diskusi dan lokakarya, teridentifikasi bahwa Kabupaten Bulukumba belum mencapai standar
pendidikan yang diamanah oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menetapkan bahwa tandar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya, UU 20/2003 menetapkan bahwa
standar nasional pendidikan terdiri atas: (1) standarisi, (2) standar proses, (3) kompetensi lulusan, (4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (6) standar
pembiayaan, dan (7) standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Kedua penggunaan anggaran dana BOS dan program pendidikan gratis, belum efektif dan efesien karena
33www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
petunjuk penggunaan dana BOS dan Program Pendidikan Gratis masih bersifat umum. Ketiga Sekolah belum
mampu menghitung/mempergunakan anggaran tersebut, karena belum memiliki pedoman menyusun RKAS
(Rencana Kerja Anggaran Sekolah) dan RKT (Rencana Kerja Tahunan) sekolah.
Dari hasil tersebut, dilakukan hearing dengan Bupati Bulukumba H. Zainuddin Hasan, yang melahirkan komit
menuntuk mengsuport proses yang telah dilaksanakan oleh Bulukumba Forum dengan Program USAID-
KINERJA, karena member manfaat yang besar bagi peningkatan layanan dan kualitas pendidikan di Butta
Panrita Loppi (Bulukumba). Ini di tandai dengan lahirnya Peraturan Bupati no. 19 tahun 2013 tentang Petunjuk
Teknis Penghitungan BOSP, peningkatan anggaran Biaya Operasional Sekolah (BOS) melalui program
pendidikan gratis kabupaten Bulukumba, pada APBD perubahan 2012 bertambah Rp. 773.476.899, APBD
murni tahun 2012 sebesar Rp. 20.296.105.600 menjadi Rp. 21.069.582.499 di APBD Perubahan 2012, APBD
murni tahun 2013, naik menjadi Rp. 23.418.129.910. Pada APBD 2013, ini dianggarkan pula pelatihan Teknis
Penghitungan BOSP berdasarkan Perbup No. 19 tahun 2013, sebesar Rp. 50.000.000,-
Menanggapi komitmen pemerintah kabupaten Bulukumba, Pahri program manejer Bulukumba Forum
menyatakanakan siap mengkawal perbaik antata kelola pemerintahan untuk peningkatan layanan pendidikan
sehingga akses masyarakat Bulukumba untuk mendapatkan pendidikan dapat terbuka lebar, tidak ada lagi
anak yang tidak bersekolah di Butta Panrita Loppi karena tidak mampu membayar uang sekolah.
KOMITMEN KUAT BUPATI UNTUK MELAKSANAKAN PENATAAN GURU
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan
Target Program Kinerja USAID untuk mendorong implementasi distribusi guru di 3 kecamatan pilot tetapi Bupati justru mau langsung implementasi distribusi guru di semua Kecamatan (Audensi Stakeholder pendidikan dengan Bupati Kab. Barru: H. Ir. Andi Idris Syukur. MS, Tanggal 5 February 2013 di ruang Kerja Bupati).
Proses mendorong lahirnya regulasi peraturan Bupati tentang penataan dan pemerataan guru cukup lama
dibahas di berbagai forum diskusi multi stakeholder. Kurang kuatnya dorongan dari Dinas Pendidikan sebagai
leading sektor untuk segera menuntaskan perencanaan pemetaan keadaan guru khususnya 3 kecamatan
34 www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
contoh yang diasistensi oleh Program Kinerja melalui mitra kerjanya termasuk dalam perumusan regulasinya
sehingga tahapan pelaksanaannya masih jauh dari harapan.
Dalam sebuah pertemuan dengar pendapat dengan Bupati yang difasilitasi oleh OMP Lokal Pepopeda
mengenai pentingnya Peraturan Bupati tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS di Barru sebagai
landasan hukum dalam melaksanakan distribusi guru guna memenuhi standar pelayanan minimal (SPM).
Bupati Barru membuat penyataan mengejutkan semua stakeholder termasuk Dinas Pendidikan sebagai
leading sektor untuk melaksanakandistribusi Guru secara menyeluruh di 7 Kecamatan bukan hanya terbatas 3
Kecamatan sesuai dengan target USAID-KINERJA.
Bupati menila ikinerja Dinas Pendidikan cukup lamban, sehingga pada saat itu juga Bupati langsung
memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan beserta jajarannya untuk membuat analisis keadaan guru untuk
4 kecamatan yang belum dianalisis oleh KInerja USAID. Bupati memberi batas waktu selama 4 Bulanuntuk
melakukan persiapan baik analaisis data guru maupun dukungan regulasinya sehingga pada awal tahun ajaran
2013/2014 Bupati siap untuk melaksanakan redistribusi guru. Statement bupati untuk mengimplementasikan
distribusi guru diliput esoknya di media lokal, dan untuk memperkuat komitmen tersebut bupati mengulangi lagi
pada saat pengambilan gambar dalam rangka pembuatan film dokumenter fasilitasi penyiapan regulasi perbup
Disttibusi guru oleh OMP Pepopeda.
Setidaknya ada empat alasan sehingga bupati memiliki komitmen kuat untuk melakukan penataan guru
adalah (1) menindaklanjuti peraturan bersama 5 menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS (2)
Untuk mengupdate secara menyeluruh data keadaan guru (3) Mengantisipasi lebih awal perubahan kurikulum
(4) Pemerataan standarisasi mutu pendidikan. Selain itu bupati menginginkan dengan melaksanakan
penataan guru secara serentak di semua kecamatan akan mengurangi tahapan pekerjaan dan hanya satu
kali menghadapi stress dari kemungkinan adanya dampak protes ketidakpuasan bagi guru yang terkena
mutasi. Tetapi sepanjang tujuannya adalah untuk penataan dan pemerataan guru dan mereka tahu alasannya
sehingga mereka dimutasi maka tingkat resistensinya juga akan berkurang.
Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.
35www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran B Uraian Substansi
Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan dasar yang menjadi
bagian dari urusan wajib Pemerintah Daerah sebagaimana didelegasikan dalam UU 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah.Urusan pendidikan merupakan salah satu pelayanan wajib yang harus
diselenggarakan oleh pemerintah kab/kota.Ketentuan lebih rinci mengenai pembagian kewenangan
antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota dijabarkan lebih lanjut dalam PP 38/2007.
Lebih lanjut UU tersebut menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib berpedoman pada
Standar Pelayanan Minimal yang dilaksanakan secara bertahap. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dalam
Uraian Singkat Tentang SPM Pendidikan
36 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.SPM adalah
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal.
Penerapan SPM dimaksudkan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan dasar dari pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
SPM Pendidikan Dasar disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu, SPM merupakan bagian integral dari pembangunan
pendidikan yang berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional;
2. diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten/kota. SPM dimaksudkan untuk menjamin tersedianya
pelayanan kepada publik tanpa kecuali mencakup jenis dan mutu pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat;
3. menjamin akses masyarakat guna mendapatkan pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu;
4. merupakan indikator kinerja, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumberdaya;
5. bersifat dinamis, artinya dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan layanan di masyarakat;
6. ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar.
Permendagri 54/2010 menegaskan tentang pentingnya memasukkan indikator SPM pada penyusunan
dokumen RPJMD.
Lampiran ini menguraikan substansi tentang konsep, teknik dan langkah-langkah penyusunan
perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM bidang pendidikan dasa, yang dapat digunakan
sebagai panduan oleh pelaku dalam perencanaan SPM pendidikan dasar, serta dapat digunakan oleh
setiap pihak yang penerapan replikasi perencanaan SPM cara KINERJA pada daerah lain.
37www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 1 Pengantar: Relevansi Paket Program KINERJA dengan SPM Pendidikan
Modul pertama ini penjelaskan kepentingan perencanaan untuk memenuhi SPM bidang pendidikan dan
mengenalkan pembaca secara umum mengenai pendekatan KINERJA untuk pelaksanaan perencanaan
tersebut, dengan menjelaskan:
Tiga program KINERJA di bidang pendidikan dan relevansi SPM
Pendekatan tata kelola yang baik (governance) program KINERJA
Peran masyarakat dan peran penyedia layanan dalam proses perencanaan pemenuhan SPM
Pentungnya peningkatan sensitifitas gender dalam proses perencanaan pemenuhan SPM.
Tujuan
38 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
1. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
BOS (Bantuan Operasional Sekolah) merupakan dukungan terhadap kecukupan kebutuhan operasional
sekolah yang telah diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah dan diteruskan ke sekolah.
Berdasarkan beberapa survai, jika disesuaikan dengan harga satuan (unit cost) setempat dan usaha mencapai
target Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pendidikan Dasar, maka ditemukan bahwa BOS belumlah
mencukupi, sehingga masih ada kesenjangan pendanaan kebutuhanbiaya operasional suatu sekolah atau
disebut biaya operasional satuan pendidikan
(BOSP). Dilain pihak, banyak kab/ kota yang
berminat untuk memenuhi kesenjangan
pendanaan tersebut, tetapi belum tahu
bagaimana menghitungnya. Program DBE1–
USAID, telah memulai dengan pendekatan
dan metode penghitungan Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP). Pendekatan ini
mendorong SKPD dan pemangku kepentingan
terkait untuk menganalisa berapa biaya
operasional yang nyata per anak/tahun di tingkat SD/MI dan SMP/MTs sesuai dengan kondisi dan biaya
setempat. Hal ini menjadi dasar untuk merancang alokasi dana pendidikan secara menyeluruh di kabupaten/
kota. Jika hasil analisis atau perhitungan menunjukkan bahwa masih terjadi kesenjangan biaya pendidikan,
maka direkomendasikan bagaimana APBD dapat menutupi kesenjangan tersebut. Jika APBD masih belum
dapat menutupi semua kesenjangan tersebut, Kinerja akan mendampingi bagaimana mencari alternatif
pendanaan,dari sisi pengguna atau komunitas lainnya (misal melalui kemitraan pemerintah dan swasta),
sepanjang masih diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku.
Adapun desain intervensi Kinerja untuk hal adalah sebagai di tabel yang berikut.
Tiga Program KINERJA bidang Pendidikan dengan Relevansi SPM Pendidikan
39www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Disain Intervensi Kinerja untuk BOSP
Pilihan Intervensi di sisi:PENYEDIA LAYANAN
KETERKAITANPilihan Intervensi di sisi:
PENERIMA MANFAAT
Kegiatan Hasil yang diharapkan Kegiatan
Berbagai rapat/ FGD/ Lokakarya untuk SKPD dan jajaran pemangku kepentingan yang terkait:
PerhitunganBOSP dengan berpatokan pada harga satuan setempat dan SPM pendidikan
Perhitungan kesenjangan pendanaan antara BOSP dan BOS
Menganalisis total pendapatan dan belanja pada alokasi dana pendidikan di APBD
Menyetujui besaran kesenjangan pendanaan
Penyusunan rekomendasi teknis dan keuangan, dalam pemenuhan kesenjangan pendanaan
Penyusunan proposal bagi SKPD untuk penutupan kesenjangan pendanaan
Pendampingan ke SKPD dalam mengajukan proposal ke tim Anggarandan DPRD
Pendampingan kepada SKPD dan PPID untuk menyediakan dan mempublikasikan informasipublik yang relevan. ke berbagai media
Pendampingan teknis kepada SKPDdalam pemenuhan kesenjangan pendanaan
Terdapatnya informasi mengenai pendapatan dan belanja sekolah dari total alokasi anggaran pendidikan
Disetujuinya perbedaan finansial antara BOSP dan BOS serta identifikasi potensial dana untuk menutup/mengurangi perbedaan tersebut
Kabupaten/kota memberikan tambahan dana berdasarkan perhitungan perbedaan dana
Adanya sumber-seumber lain (Misal: kerjasama dengan pihak swasta) yang memberikan tambahan dana
Meningkatnya ketersediaan dana di tingkat sekolah
Pemerintah kabupaten/kota mengadopsi metodologi BOSP untuk proses penganggaran tahunan
CSO dan media melajukan pemantauan dan pemberitaan secara reguler mengenai isu terkait biaya pendidikan
Memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan Dinas Pendidikan, dengan tujuan untuk menguatkan masyarakat mengenai pemahaman atas pentingnya isu terkait BOSP dan anggaran operasional pendidikan
Memperkuat masyarakat mengenai pemahaman, advokasi, dan pemantauan atas isu-isu penting seperti perbedaan finansial antara BOS dan BOSP
Memperkuat masyarakat mengenai pemahaman, advokasi, dan pemantauan mengenai beberapa hal penting seperti:
Anggaran operasional pendidikan yang sebenarnya
Rekomendasi dan proporsal atas analisa atas kesenjangan finansial
Rekomendasi berlangsung dari SKPD hingga DPRD
Rekomendasi alternatif sumber dana untuk menutup kekurangan anggaran APBD
Fasilitasi pemberitaan media mengenai anggaran operasional pendidikan yang sebenarnya, BOSP, dan alternatif sumber dana yang memungkinkan.
Memperkuat masyarakat mengenai pemahaman, advokasi, dan pemantauan atas isu penting terkait dengan pemenuhan kesenjangan pembiayaan
40 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Penguatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Setelah berjalan sejak Juli 2005 s/d 2010, tahun 2011 Pemerintah Pusat memperkenalkan mekanisme
pencairan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang baru.Dana APBN ditransfer langsung ke Kas
Daerah,kemudian dana tersebut diberikan ke SD/MI dan SMP/MTs penerima BOS. Kemendiknas
bersama beberapa mitra pembangunan telah mengembangkan pendekatan dan modul dalam
melengkapi mekanisme ini untuk mendampingi pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota maupun
di sekolah. Perencanaan dan penganggaran melalui penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang
partisipatif, pelaksanaan dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabelmerupakan pendekatan
yang disiapkan bagi pemangku kepentingan sekolah. Dari berbagai sumber diketahui bahwa hal di atas
belum dilaksanaakan secara konsisten dilapangan. Kinerja menyiapkan pendekatan secara menyeluruh
dari sudut pemberian pelayanan dan pengguna layanan. Penguatan MBS ditujukan tidak hanya untuk
pencapaian indikator SPM IP27 Penerapan
prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah
(MBS), tetapi untuk pencapaian 13 indikator
SPM (IP15 sd IP27) di tingkat satuan
pendidikan.
Pemangku kepentingan pada tingkat
kabupaten/ kota, adalah orang/ lembaga yang
berkepentingan dengan pendidikan, termasuk
Dewan Pendidikan/ MPD, DPRD untuk komite
terkait, tokoh agama, tokoh masyarakat,
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), perwakilan kepala sekolah, guru, Komite Sekolah (KomSek)
dan orang tua. Sedangkan pada tingkat sekolah adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah, tokoh
masyarakat, tokoh agama, perwakilan dinas pendidikan dan pemerhati yang terkait).
Desain intervensi Kinerja untuk hal ini sebagai di tabel yang berikut:
41www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Disain Intervensi Kinerja untuk MBS
Pilihan Intervensi di sisi:PENYEDIA LAYANAN
KETERKAITAN Pilihan Intervensi di sisi:PENERIMA MANFAAT
Kegiatan Hasil yang diharapkan Kegiatan
Berbagai rapat/ FGD/ Lokakarya untuk SKPD dan jajaran pemangku kepentingan yang terkait:
Persetujuan atas tujuan dan pendekatan oleh Bupati/ Walikota, Kepala SKPD, pemangku kepentingan dan sekolah mitra.
Fasilitasi kepada kab/kota untuk menyadari gunanya proses yang partisipatif, transparan dan akuntabel pada tata kelola di sekolah.
Menkaji ulang RKS dengan pemangku kepentingan di sekolah mitra.
Persetujuan untuk menggunakan data terbaru sebagai masukan pada RKS
Menganalisis RKS dengan menggunakan alat Analisis yang dikembangkan tim BOS dan DBE1.
Kesepakatan untuk menyusun RKSyang partisipatif, transparan, akuntabel dan terintegrasi di sekolah mitra.
Menyediakan informasi yang relevan dan dapat diakses publik (misal: dipajang di tembok sekolah atau papan pengumuman).
Tercapainya proses yang partisipatif dalam menyiapkan Rencana Kerja Sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah dan tokoh masyarakat
Tercapainya proses yang transparan dan akuntabel dalam implementasi RencanaTercapainya proses yang transparan dan akuntabel dalam pelaporan Rencana Kerja Sekolah Kerja Sekolah
Tercapainya proses yang partisipatif, transparan dan akuntabel pada manajemen sekolah yang berkelanjutan ke peningkatan kualitas pendidikan
Memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sekolah dan Dinas Pendidikan, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan penyusunan Rencana Kerja Sekolah yang partisipatif.
Memfasilitasi dan menguatkan proses pemantauan dan advokasiterhadap.
Dialog dan penyelesaian masalah diantara pemangku kepentingan sekolah mengenai hasil temuan pemantauan Rencana Kerja Sekolah, implementasi serta rekomendasi yang diberikan bagi pemerintah.
Menggunakan berbagai saluran media (misal: blog atau sistem SMS) untuk menyuarakan masukan mereka.
Peningkatan kapasitas kualitas isi produksi media melalui pelatihan bagi jurnalis lokal.
Memfasilitasi dan menguatkan proses pemantauan dan advokasi melalui.
42 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pilihan Intervensi di sisi:PENYEDIA LAYANAN
KETERKAITAN Pilihan Intervensi di sisi:PENERIMA MANFAAT
Kegiatan Hasil yang diharapkan Kegiatan
Penyusunan Laporan Keuangan sekolah yang akurat.
Menyediakan informasi yang relevan dan dapat diakses publik.
Fasilitasi kab/kota tentang pentingnya proses tata kelola di sekolah yang memakai konsep partisipatif, transparan dan akuntabel.
Jika terjadi praktek yang baik (PB) di sekolah mitra, maka mendukung mekanisme proses saling belajar antar sekolah melalui mekanisme KKKS, KKG/MGMP.
Mempresentasikan hasil PB dan alternative replikasi ke kecamatan dan sekolah lainnya.
Mendukung kesiapan SKPD menyediakan informasi yang relevan ke dan dapat diakses publik ke berbagai media.
Pertemuan rutin untuk berdialog diantara para pemangku kepentingan.
Mendorong media mengenai peningkatan kualitas isi media.
43www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Distribusi Guru yang Proporsional (DGP)
Banyak kabupaten/ kota yang melaporkan bahwa beberapa sekolahnya mengalami kekurangan guru,
dan meminta tambahan guru, baik dalam hal jumlah maupun spesialisasi guru dalam mata pelajaran
tertentu. Permintaan ini berdasarkan atas kebutuhan sesuai dengan bukti nyata di lapangan serta usaha
dalam memenuhi indikator SPM yang berkaitan dengan kecukupan dan kualifikasi guru di SD/MI dan
SMP/MTs. Proyek rintisan BERMUTUdi Kemendiknas, dengan dukungan Bank Dunia, memfasilitasi
Dinas Pendidikan untuk mengkaji ulang, menganalisis, dan mengembangkan rekomendasi yang
berhubungan dengan sumber daya guru, jumlah sekolah dan jumlah murid. Rasio yang dihasilkan
dalam analisis sering menunjukkan bahwa Kab/Kota mengalami surplus tenaga guru, tetapi terjadi
ketimpangan antar sekolah dan kecamatan.Para guru kurang terdistribusi dengan seimbang, lebih
sering berkumpul di daerah perkotaan, sedangkan hanya segelintir yang berminat mengajar di daerah
terpencil. Kinerja dirancang untuk memberikan asistensi teknis kepada Kab/ Kota dan komunitas tentang
analisis penyebaran guru, mengembangkan rekomendasi teknis dan keuangan untuk kebijakan terkait,
dan melaksanakan inovasi dalam penyebaran tenaga guru yang proporsional, termasuk manajemen
pendidikan terkait.
44 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Disain Layanan Distribusi Guru yang Proporsional (DGP) KINERJA
Pilihan Intervensi di sisi:PENYEDIA LAYANAN
KETERKAITAN Pilihan Intervensi di sisi:PENERIMA MANFAAT
Kegiatan Hasil yang diharapkan Kegiatan
Berbagai rapat/ FGD/ Lokakarya untuk SKPD dan jajaran pemangku kepentingan yang terkait:
Persetujuan atas tujuan dan pendekatan oleh Bupati/ Walikota, Bapeda, Kepala SKPD, BKD, dan DPRD.
SKPD, perwakilan kepala sekolah dan guru, serta pemangku kepentingan terkait mengkaji ulang data terkini, dan berkomitmen untuk mempunyai kualitas dan manajemen data yang lebih baik.
Jika diperlukan, diadakan rekoleksi data, dengan menggunakan LI dari Kemendiknas.
Verifikasi dataPersetujuan untuk memakai
data terkiniKesiapan untuk berbagi
informasi publik yang yang relevan ke publik Analysis data pendidikan yang terkait dengan menggunakan instrument yang telah teruji dan dikembangkan BERMUTU, dan dikaitkan dengan SPM Pendidikan. Hal ini akan berkait dengan rasio guru – murid, penggabungan sekolah, sekolah terpencil, dlsb.
Kesiapan untuk berbagi informasi publik yang yang relevan ke publik
Penyussunan rekomendasi dan proposal teknik serta keuangan
Valid and updated relevant education data Tersedianya data pendidikan yang terbaru dan valid
Analysis of the district education data relevant for teacher distribution Terdapatnya hasil analisa data di tingkat distrik mengenai distribusi guru
Adanya rekomendasi mengenai distribusi guru yang proporsional kepada SKPD dan DPRD
Adanya rekomendasi pemberian insentif bagi guru yang ditempatkan di daerah terpencil kepada SKPD dan DPRD
Adanya rencana kerja bagi distribusi guru
Guru didistribusikan secara proporsional
Memfasilitasi keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan terkait dengan Dinas Pendidikan, dengan tujuan untuk:
Memperkuat masyarakat untuk lebih memahami perlunya data yang terkini dan valid.
Memperkuat keterlibatan, pemantauan, dan advokasi ke masyarakat mengenai analisa data yang relevan dan sesuai.◦ Memfasilitasi keterlibatan
masyarakat dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan Dinas Pendidikan, dengan tujuan untuk mengembangkan proposal mengenai.
◦ Sistem/rencana pemberian insentif bagi guru yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, misal: insentif keuangan/transportasi/perumahan, pelatihan, promosi dini, dll.
◦ Inovasi manajemen pendidikan dan pembelajaran guru, misal: pembelajaran kelas rangkap (multi-grade classroom), guru berkeliling (rolling teachers), penggabungan sekolah, peningkatan kapasitas bagi masyarakat lokal untuk menjadi asisten guru.
Meningkatkan penggunaan media oleh masyarakat
Mendorong masyarakat untuk terlibat dalam penyusunan proposal rekomendasi
45www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pilihan Intervensi di sisi:PENYEDIA LAYANAN
KETERKAITAN Pilihan Intervensi di sisi:PENERIMA MANFAAT
Kegiatan Hasil yang diharapkan Kegiatan
Pendampingan pengajuan rekomendasi ke SKPD tentang:
◦ Sistem/rencana pemberian insentif bagi guru yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, misal: insentif keuangan/transportasi/perumahan, pelatihan, promosi dini, dll.
◦ Inovasi manajemen pen-didikan dan pembelajaran guru, misal: pembelajaran kelas rangkap (multi-grade classroom), guru berkeliling (rolling teachers), penggabungan sekolah, peningkatan kapasitas bagi masyarakat lokal untuk menjadi asisten guru.
Pendampingan SKPD dalam mengajukan proposal ke tim Executive.
Pendampingan SKPD dalam mengajukan proposal ke DPRD
Kesiapan untuk berbagi informasi publik yang relevan misal; rasio guru murid yang proporsional di seluruh kab/kota, jumlah dana yang disiapkan dalam mendukung tunjangan redistribusi guru
Penyiapan Petugas Purel/ IPO di SKPD.
Berdasarkan persetujuan rekomendasi, maka SKPD mengembangkan rencana aksi
Pendampingan penyusunan SK Bupati/ Walikota.
Mendukung Kab/Kota dan SKPD dalam melaksanakan SK dan Rencana aksi.
Mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan dan advokasi mengenai:
Implementasi dari rencana kerja.
Setuju atas komitmen rencana dan kebijakan pada SK.
Media memberitakan informasi mengenai mobilisasi distribusi ulang guru.
46 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pendekatan Tata Kelola yang Baik
1. Tata Kelola (Governance) dalam Paket Program Pendidikan KINERJA
KINERJA diberi mandat untuk bekerja di sektor pendidikan, kesehatan dan peningkatan iklim usaha. Di
sektor pendidikan fokus pada program pendidikan dasar. KINERJA akan fokus pada intervensi pada tingkat
SKPD dan pada tingkat fasilitas pelayanan primer (unit layanan/sekolah). Intervensi tidak hanya berbasis
sektor teknis, tetapi akan fokus pada perspektif governance (tata kelola). Dengan demikian, intervensi akan mencakup keduanya: sisi supply/penyedia layanan dan sisi permintaan/demand.
a) Perspektif Tata Kelola/Governance di sisi Supply Sektor Pendidikan
Di sisi supply, di SKPD maupun di unit pelayanan, KINERJA mempromosikan dan mendukung
untuk membuka dan/atau meningkatkan akses informasi, manajemen partisipatif, dan memperkuat
akuntabilitas. Kegiatannya termasuk yang berikut:
• Target reformasi kebijakan lokal.
• Bantuan teknis untuk menghitung kesenjangan dan kebijakan pendanaan untuk Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP).
• Mengembangkan sistem insentif dan disinsentif.
• Memperkuat kemitraan antara unit pelayanan (supply) dengan masyarakat dan media masa/media
sosial.
• Memperkuat peran masyarakat dalam isu pendidikan dan advokasi.
b) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Demand
Di sisi permintaan, KINERJA akan fokus pada penguatan kapasitas advokasi dari organisasi masyarakat sipil dan media sehingga mereka dapat terlibat mendorong layanan publik yang lebih baik atau berkualitas. Kegiatan dukungan KINERJA mungkin termasuk berikut:
• Peningkatan kesadaran dalam hak sipil sehingga mereka dapat meminta untuk layanan yang lebih baik
• Mempromosikan keterlibatan warga dalam perencanaan dan monitoring pelayanan publik melalui
forum multi-stakeholder/FMS (atau MSF).
47www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Advokasi kebijakan (berupa analisis situasi sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan).
• Revitalisasi lembaga lokal/mitra dalam mengorganisir warga, mediasi pemantauan dan advokasi
• Dukungan media kampanye untuk layanan publik yang baik.
• Pembentukan atau penguatan forum warga.
• Pengembangan jaringan dengan lembaga yang lebih tinggi (Kabupaten/DPRD, provinsi dan
nasional seperti Ombudsman dan KIP) dalam penyelesaian sengketa pelayanan publik.
c) Tata Kelola/Tata Pemerintahan untuk Pendidikan (Education Governance)
Tata kelola/tata pemerintahan adalah suatu mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial
yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif (UNDP 2008). Definisi ini mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dalam tata pemerintahan,
dimana tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Para aktor ini meliputi:
pemerintah, masyarakat sipil dan pihak swasta, termasuk juga anggota legislatif/DPRD, penegak
hukum dsbnya.
KINERJA dalam tata kelola pemerintahan untuk Pendidikan bertujuan untuk mempromosikan dan
mendukung;
• keterbukaan dan peningkatan akses terhadap informasi Pendidikan yang terkait dengan isu
tertentu seperti capaian SPM, perencanaan dan penggunaan dana pendidikan yang dikelola oleh
layanan pendidikan.
• pengelolaan layanan pendidikan yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat.
• penguatan akuntabilitas dari sektor pendidikan.
d) Contoh Penerapan Tata Kelola Pendidikan yang Baik
1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan, rencana, peraturan, prosedur dan standar
berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi Pendidikan, alokasi sumber daya, pola belanja dan
sebagainya.
2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang alokasi sumber daya untuk layanan Pendidikan
berdasarkan bukti mengenai kebutuhan dan efektivitas layanan dan sesuai dengan kebijakan.
48 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Pembuat regulasi/kebijakan secara teratur mencari masukan dari para ahli teknis dalam organisasi
pemerintah dan masyarakat sipil dan pengguna layana sebagai masukan ke dalam kebijakan
daerah, termasuk peran dari masyarakat, masyarakat sipil dan swasta.
4. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta ada untuk memantau kepatuhan terhadap protokol,
standar, dan kode perilaku di depan umum, LSM dan organisasiswasta penyedia
5. Struktur dan prosedur ada untuk memungkinkan / mendorong, para ahli teknis publik dan
masyarakat lokal untuk meninjau dan memberi komentar pada prioritas Pendidikan, keputusan
alokasi sumber daya dan kualitas layanan dalam proses perencanaan strategis pemerintah.
Peran serta Masyarakat
1. Penguatan Forum Multi Stakeholder (MSF) tentang Pengawasan Pelayanan Publik
KINERJA bekerja melalui forum multi pihak yang ada di tingkat regional/Kabupaten Kota dan lokal/tingkat
unit layanan sebagai target perantara. Para anggota forum multi pihak akan terdiri dari OMS, Universitas, eksekutif, DPRD/DPRK, tokoh masyarakat/agama/lokal, pemerhati dan penggiat isu sektoral terkait dan sektor swasta. KINERJA mengharapkan bahwa kelompok-kelompok pada gilirannya akan bekerja di tingkat
masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan juga secara bersama melakukan advokasi kebijakan.
Forum multi pihak 'bisa untuk pelayanan publik dalam pengawasan umum dan juga dapat dibagi menjadi sektor
yang berbasis forum multi pihak (pada tingkat dinas-dinas Pendidikan). Intervensi KINERJA akan fokus pada
penguatan kapasitas mereka dalam pemantauan dan advokasi.
Kegiatan: pertemuan reguler untuk forum multi pihak berbasis wilayah ataupun sektor/unit layanan akan
dilakukan dan aktivitas khusus akan ditetapkan tergantung pada dinamika kelompok. Analisis mendalam
hasil pemantauan BOS dan BOSDA (BOS Daerah) dan merumuskan rekomendasi untuk perubahan kebijakan
bisa menjadi contoh dari topik diskusi. Acara khusus untuk kelompok seperti hearing di DPRD atau konsultasi
publik dengan para eksekutif bisa dilakukan berdasarkan dinamika lokal.
Target : tokoh terkemuka dari OMS, Universitas, dan sektor swasta adalah target utama kegiatan ini.
Hasil yang Diharapkan: Peningkatan keterlibatan warga negara dalam proses pembuatan kebijakan publik
Deliverable: kertas Kebijakan (Position/Policy Paper) untuk meningkatkan pelayanan publik
49www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik Melalui Survei Pengaduan (Complaint Survey) dan Maklumat Layanan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diamanatkan dalam konstitusi Indonesia dan telah
diterjemahkan ke dalam hukum dan peraturan. Survey Pengaduan/Complain survei adalah alat yang terbukti
efektif partisipasi warga negara untuk meningkatkan pelayanan publik. Ini berfungsi sebagai semacam
advokasi berbasis bukti dan pada saat yang sama sebagai upaya peningkatan kesadaran bagi warga. Di
sisi lain, juga dapat berfungsi sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan pengiriman. Survei ini harus
dilakukan melalui cara partisipatif melibatkan sebanyak mungkin stakeholder, termasuk perempuan masyarakat
adat dan/ kelompok disable. Survey Pengaduan harus dimulai dan dilaksanakan oleh masyarakat sipil tetapi
mereka juga harus dikoordinasikan dengan pimpinan daerah.
Kegiatan: Survei Pengaduan pada dasarnya terdiri dari 5 langkah sebagai berikut:
1. Persiapan: Langkah ini meliputi membangun komitmen politik di antara stakeholder, alat berbagi, sumber
daya dan pengaturan logistik.
2. Lokakarya Multi pihak yang berfokus pada peningkatan kesadaran hak-hak warga, membangun
komitmen formal antara pemegang saham, adopsi atau adaptasi dari alat-alat, dan rencana merumuskan
aksi
3. Melakukan Survey Pengaduan melalui wawancara di unit pelayanan dan user untuk mengidentifikasi
keluhan seperti terkait dengan efektivitas, responsivitas, efisiensi, sumber daya manusia, logistik dll
4. Analisis masalah dan tindak lanjut. Melalui langkah ini, penyebab dan konsekuensi dari keluhan akan
dianalisis secara strategis sehingga akar masalah dapat diidentifikasi. Dan pada gilirannya, solusi strategis
untuk meningkatkan layanan yang dapat dirumuskan.
5. Pemantauan berkala dan evaluasi harus dilakukan. Idealnya forum independen yang terdiri dari multi
forum stakeholder melakukan tugas ini. Hal ini untuk memantau jika tindak lanjut sarankan telah dilakukan
dan mengevaluasi efektivitas mereka.
Target Sasaran: Kegiatan ini ditargetkan untuk Forum Multi Pihak di tingkat kabupaten
Diharapkan Hasil: hasil dari kegiatan ini akan menjadi identifikasi keluhan, analisis dan rekomendasi untuk
menangani mereka. Hasil tersebut kemudian akan digunakan untuk kesadaran yang lebih luas meningkat pada
isu-isu kepada para pemangku kepentingan terkait, terutama LSM dan DPRD. Pada akhirnya, hasilnya akan
digunakan sebagai advokasi berbasis bukti untuk menuntut pelayanan publik yang lebih baik.
50 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Deliverable: Kiriman terakhir dari laporan aktivitas dan hasil survey pengaduan dan mekanisme penanganan
di setiap wilayah kerja. Milestone/tonggak yang akan terjadi:
a. Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pelayanan publik.
b. Kesepakatan di antara stakeholder/multi-pihak pada "(Piagam/Maklumat/Janji Layanan)”.
c. Laporan analisis keluhan dan rekomendasi.
d. Forum Multi Pihak/Multi Stakeholder yang secara teratur memantau pelayanan publik.
e. Laporan kemajuan penanganan keluhan.
3. Media (Berbasis Elektronik dan internet) untuk Advokasi dan Penanganan Keluhan
Liputan media mainstream - dalam hal wilayah geografis dan isi/masalah - sering memiliki keterbatasan
tertentu. Publik baru-baru ini telah membiasakan dengan media komunitas dan media sosial. Keuntungan
dari teknologi informasi membuat orang lebih mudah berkomunikasi satu sama lain dan mengekspresikan
keinginan mereka di ruang publik. Selain itu, contoh-contoh tertentu yang membuktikan efektivitas penggunaan
media sosial dan media masyarakat untuk advokasi dan penanganan keluhan. KINERJA akan menggunakan
jenis teknologi informasi untuk lebih luas bidang pengawasan publik dalam penyediaan layanan publik.
Pada akhir KINERJA 2015, publik memiliki "media" yang mudah bagi mereka untuk mengakses dan
menggunakannya untuk mengeluh dan untuk advokasi pelayanan publik.
Deskripsi Kegiatan: Pada tahun pertama, KINERJA akan menilai kemungkinan menggunakan media berbasis
elektronik, internet, media alternative lainnya untuk memperluas sistem penanganan pengaduan dan advokasi
publik.
Target/Sasaran: organisasi masyarakat sipil, LSM dan pemangku kepentingan lain yang relevan.
Hasil yang Diharapkan: Organisasi masyarakat sipil, LSM dan stakeholder terkait lainnya di daerah KINERJA
memiliki kesempatan untuk memperluas mobilisasi suara publik atau memperkuat opini publik dan keluhan
untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik.
Deliverable: Dokumen studi terkait pengembangan penggunaan media sosial dan media masyarakat untuk
kemungkinan mekanisme penanganan keluhan dan proses advokasi di daerah wilayah kerja KINERJA.
51www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Perspektif Gender dalam Tata Kelola Layanan Publik
Strategi program KINERJA mengintegrasikan pertimbangan gender di seluruh aspek pada semua paket. Pendekatan teknis yang digunakan dengan mempekerjakan dua strategi yang luas untuk integrasi
gender. Yang pertama adalah untuk melibatkan perempuan secara luas dalam (a) pengambilan keputusan
tentang pemilihan intervensi di daerah sasaran, (b) kelompok kerja yang merencanakan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan, (c) kelompok yang tercakup dalam survei awal (d) target kelompok dipilih untuk intervensi
layanan; dan (e) kelompok yang tercakup dalam pengawasan pemantauan dan evaluasi. Pendekatan kedua
adalah memastikan bahwa KINERJA berfokus pada layanan yang sangat relevan dengan perempuan –
ini merupakan tugas yang mudah dengan adanya mandat untuk bekerja di bidang Pendidikan Ibu dan Anak,
dimana penerima manfaatutama dari layanan publik yang berkualitas adalah perempuan dan anak.
Di bawah ini adalah contoh dari perspektif gender dalam kegiatan.
1. Memantau kinerja para mitra, dalam menjamin kualitas dan kesetaraan gender dalam semua aspek
pelaksanaan proyek.
2. Dalam KINERJA "toolkit," memberikan panduan dan insentif untuk memastikan bahwa perempuan dan
kelompok yang kurang beruntung adalah mitra penuh dalam mengukur akuntabilitas layanan supply.
3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk perempuan, dan juga laki-laki untuk meningkatkan peran
serta mereka dalam sektor pendidikan
4. Memastikan bahwa perempuan memiliki akses ke layanan dalam kerangka waktu dan konteks budaya
yang tepat, melalui kerja sama dengan pemerintah lokal dan penyedia layanan pendidikan.
5. Mempromosikan kesetaraan gender dalam pemerintahan lokal melalui penelitian, analisis, dan pelatihan
yang ditargetkan seperti kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, manajemen, dan pemasaran.
6. Menyediakan data yang terpilah gender dalam M & E dan penilaian dampak.
52 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 2SPM Bidang Pendidikan
Tujuan
Substansi modul ini menguraikan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), kerangka regulasi, mampu
mengidentifikasi masing-masing indikator SPM pendidikan dasar dan kaitannya dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP), serta pentingnya Penerapan SPM di Kabupaten/Kota.
Pengantar
Kebijakan penerapan Standar Pelayanan sudah lebih dari sepuluh tahun yaitu sejak dikeluarkannya UU
22/99 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan PP 25/00 tentang Kewenangan
53www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom dan SE Mendagri 100/757/OTDA/2002,
yang selanjutnya diperbaharui dengan UU 32/04 tentang Pemerintah Daerah yang memuat penerapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dioperasionalisasikan dengan PP 65/05 dan Permendagri 6/07.
Terakhir SPM Pendidikan dasar dituangkan dalam Permendiknas 15/10 tentang SPM Pendidikan Dasar
di Kabupaten/Kota yang diperbaharui dengan Permendikbud 23/ 2013. Namun implemantasi dan
penerapan kebijakan tersebut belum mencapai hasil yang menggembirakan, saat ini masih banyak kab/
kota yang belum mencapai SPM pendidikan dasar karena berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh adalah belum terintregrasinya SPM dalam Perencanaan dan
Penganggaran Daerah, disamping belum adanya kesamaan pemahaman antara perumus kebijakan di
tingkat Pusat dan Pelaksana kebijakan di tingkat Daerah. Tidak tersosialisasinya dengan baik SPM dari
Pusat ke daerah merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab lambatnya pencapaian SPM di
daerah. Apalagi regulasi Pusat yang menegaskan perlunya pengintegrasian dalam perencanaan daerah
baru dimulai sejak dikeluarkan Permendagri 54/10 tentang Pelaksanaan PP8/2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Oleh karena itu Program Kinerja USAID mendukung Pemerintah Daerah dalam usaha mencapai SPM
tersebut dengan:
1. Mendukung komitmen pemerintah daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik dan pencapaian
target secara nasional terkait dengan standar pelayanan minimal pada sektor Pendidikan dasar.
2. Mendukung peningkatan pemenuhan sumberdaya pendukung bagi pemerintah Kabupaten/Kota dalam
menyusun strategi daerah untuk mencapai kualitas layanan yang lebih baik.
3. Dorongan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pengalaman baru yang mengarah
pada perubahan-perubahan kebijakan untuk peningkatan kualitas pelayanan publik terutama untuk
pencapaian SPM di daerah.
SPM Bidang Pendidikan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakanurusan wajib daerah yang berhakdiperoleh setiap warga secaraminimal. Pelayanan dasar
adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhikebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sosial ekonomidan pemerintahan. Urusan wajib pelayanan dasar dan SPM dilaksanakan
secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.
54 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pemerintah Pusat menyusun SPM dengan maksud dan tujuan perlindungan hak konstitusional;
kepentingan nasional; ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan komitmen nasional sehubungan perjanjian dan konvensi internasional.
Pemerintah Propinsi berdasarkan SPM dari Pusat dalam kapasitasnya sebagai wakil Pemerintah Pusat
di Daerah memfasilitasi Kabupaten dan Kota yang ada dalam wilayah kerjanya untuk menerapkan dan
mencapai SPM tersebut.
Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling dekat
dengan masyarakat adalah di tingkat daerah c.q. Kabupaten/Kota. Dalam Bidang Pendidikan, Pemerintah
telah mengeluarkan peraturan dalam upaya pelaksanaan SPM, mulai undang-undang sampai peraturan
menteri dengan tujuan untuk mendorong tercapainya mutu pendidikan.
SPM Pendidikan Dasar adalah jenis dan tingkat pelayanan minimal pendidikan yang harus disediakan
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana diatur dalam PP38/07 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
SPM Pendidikan Dasar merupakan tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs),
sekaligus sebagai acuan dalam perencanaan program dan penganggaran pencapaian target masing-
masing daerah kabupaten/kota.
Regulasi tentang Standar Pelayanan Pendidikan
1. UU 20/03 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. UU 32/04 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU 12/08
3. PP 19/05 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. PP 65/05 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
5. PP 38/07 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
6. PP 17/10 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP
66/10
55www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
7. permendagri 6/07 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
8. Permendagri 79/07 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
9. Permendiknas 63/09 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
10. Permendiknas 12/07 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas 13/07 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
12. Permendiknas 16/07 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
13. Permendiknas 18/07tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
14. Permendiknas 19/07 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah
15. Permendiknas 20/07 tentang Standar Penilaian Pendidikan
16. Permendiknas 24/07 tentang Standar Sarana Dan Prasaranan Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah(SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA)
17. Permendiknas 41/07 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
18. Permendiknas 44/07 tentang Alokasi, Klasifikasi, Mekanisme Belanja dan Pertanggungjawaban Anggaran
Belanja Departemen Pendidikan Nasional
19. Permendiknas 50/07 Tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah
20. Permendiknas 15/10 tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/
Kota, yang kemudian diperbaharui dengan
Permendikbud 23/13.
Kerangka regulasi ini bersifat wajib bagi pemerintah
dan setiap unit penyelenggara pendidikan. Karena
dasar yuridis formal ini berupa undang-undang maka
pemerintah baik pusat maupun daerah berkewajiban
menjamin implementasinya.Disebutkan pula, bahwa
SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan merupakan paradigma baru yang
bertujuan menciptakan pemerataan mutu pendidikan serta
diharapkan mampu mempersempit
kesenjangan mutu pendidikan antar
wilayah.
56 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Mengapa SPM Pendidikan Penting ?
SPM bidang pendidikan merupakan paradigma baru yang bertujuan menciptakan pemerataan mutu
pendidikan. SPM yang merupakan ketentuan minimal tentang apa yang harus tersedia dan apa yang
harus terjadi di SD/MI dan SMP/MTs, adalah tahapan paling rendah untuk mencapai sekolah bermutu.SPM
diharapkan mampu mempersempit kesenjangan mutu pendidikan yang kedepannya juga diharapkan
berimplikasi pada mengecilnya kesenjangan sosial ekonomi.
Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui
jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. SPMPendidikan merupakan
ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/
Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota secara langsung
maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah.
Secara normatif indikator dapat diartikan sebagai sebuah ukuran tertentu yang mampu mengambarkan
kecenderungan, indikasi, nilai, perkembangan atau indek tertentu. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM. Indikator tersebut dapat berupa indikator masukan, proses, keluaran, hasil dan/atau manfaat
pelayanan dasar. Tiap indikator harus jelas standar pencapaiannya (threshold), yang dalam Permendagri
disebut dengan nilai (lihat lampiran di CD Permendagri 6/2007).
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan target untuk masing-masing
indikator yang tertuang dalam Permendiknas 15/10 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di
Kabupaten/Kota, yang kemudian diperbaharui denganPermendikbud 23/13.
Pengukuran indikator layanan SPM secara umum diformulasikan dalam bentuk pembilang dibagi penyebut x 100%.
Indikator SPM =Pembilang
X 100%Penyebut
Pembilang menunjukkan representasi dari target yang sudah dilayani, sedang penyebut merupakan
representasi dari keseluruhan target yang ada. Dengan mengikuti formula di atas, maka pencapaian indikator
57www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
SPM tersebut dapat diartikan sebagai persentase jumlah target group pelayanan dasar SPM yang telah
menerima pelayanan. Hal ini menunjukkan status atau posisi pelayanan SPM pada tahun yang bersangkutan.
Penerapan SPM dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi
minimum yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai.
SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan yang:
1. Merupakan tanggung-jawab langsung Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi tugas pokok dan fungsi
Dinas Pendidikan untuk sekolah atau Kantor Kementerian Agama untuk madrasah (misalnya: penyediaan
ruang kelas dan penyediaan guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi maupun kompetensi);
2. Merupakan tanggung-jawab tidak langsung Pemerintah Kabupaten/Kota c/q Dinas Pendidikan dan Kantor
Kementerian Agama - karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah, para guru dan tenaga
kependidikan, dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian
Agama (contoh: persiapan rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi di sekolah,
dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota).
SPM Pendidikan menyatakan secara jelas, tegas dan rinci kepada pemerintah daerah dan warga masyarakat:
1. berbagai tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota c/q oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian
Agama dalam menyelenggarakan layanan pendidikan
2. berbagai hal yang harus disediakan dan dilakukan oleh dinas pendidikan, sekolah/madrasah untuk
memastikan bahwa pembelajaran bisa berjalan dengan baik
3. tentang tingkat layanan pendidikan yang dapat mereka peroleh dari sekolah/madrasah di daerah mereka
masing-masing.
Dengan ditetapkannya SPM Pendidikan Dasar maka
setiap daerah perlu menyusun perencanaan program/
kegiatan untuk mencapai SPM. Untuk mengukur
sejauh mana kinerja dinas pendidikan telah mencapai
SPM atau belum maka dinas pendidikan perlu
melakukan pemetaan terhadap kinerja layanan dinas
pendidikan/depag serta sekolah-sekolah (SD/MI dan
SMP/MTs). Dari pemetaan tersebut diketahui kinerja
mana yang belum mencapai SPM dan kinerja mana
yang sudah mencapai SPM.
“SPM bukan sasaran akhir, melainkan merupakan
tahapan antara menuju pencapaian Standar Nasional Pendidikan
58 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dinas pendidikan perlu menganalisis pencapaian masing-masing
indikator yang tercantum dalam standar pelayanan minimum (SPM) bidang pendidikan. Hasil analisis kondisi
pencapaian SPM digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan, program, kegiatan dan
juga pembiayaan ketika menyusun dokumen rencana strategis pencapaian SPM.Dengan demikian dalam
mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan setiap kabupaten/kota perlu memperhatikan kondisi
pencapaian SPM di daerah masing-masing. Setiap tahun program pencapaian SPM perlu dilaksanakan
sampai SPM benar-benar tercapai.
Dalam Permendikbud 23/13 pasal 6 bahkan disebutkan bahwa SPM pendidikan merupakan acuan dalam
perencanaan program dan penganggaran untuk masing-masing daerah kabupaten/kota. Perencanaan
program dan penganggaran SPM pendidikan dilaksanakan sesuai dengan pedoman/standar teknis yang
ditetapkan. Disebutkan bahwa target pencapaian pelayanan dasar bidang pendidikan harus tercapai pada
akhir tahun 2014 (yaitu yang seharusnya sudah direncanakan pada tahun 2013 untuk dicapai dalam TA 2014).
Juga disebut SPM bukan sasaran akhir, melainkan merupakan tahapan anatar menuju pencapaian Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Hubungan SPM dengan SNP
Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik. Standar Nasional Pendidikan merupakan penjabaran UU
20/03 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dituangkan dalam PP 19/05 yang kemudian diubah dengan
PP 32/13.
Implementasi SNP secara utuh membutuhkan
sumberdaya besar, kapasitas SDM tinggi dan
kelembagaan yang produktif. Karena dipahami
bahwa beberapa standar dalam SNP terlalu tinggi
dan sulit dicapai oleh semua sekolah dengan
kondisi saat ini.Untuk itulah SPM dirancang
sebagai tahapan awal untuk mencapai SNP dan
standar pendidikan lainnya.
Definisi, Fungsi dan Tujuan SNP adalah sebagai berikut:
59www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Definisi, Fungsi dan Tujuan SNP
Definisi Fungsi Tujuan
Kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu
Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Untuk mencapai SNP diperlukan strategi, yaitu
melalui penerapan SPM. SNP berisi 8 standar
yang mengatur spesifikasi input, proses dan
output pendidikan yang berkualitas. Oleh
karena spesifikasi SNP cukup tinggi dan akan
berdampak pada kebutuhan sumber daya
yang besar, maka diperlukan strategi untuk
mencapainya secara bertahap.
Hubungan SPM dengan Peningkatan Mutu Pendidikan
Sistem penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan sesungguhnya tidaklah sama dengan mutu pendidikan
(quality of education) itu sendiri. Mutu pendidikan lebih sebagai wujud terbaik yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran optimal di satuan pendidikan. Jadi, mutu pendidikan berfokus pada kualitas sosok yang tercipta
sesuai yang diharapkan. Sementara sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan siklus manajemen
dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi kegiatan mengukur, mengevaluasi, dan mengawal mutu,
menyangkut praktik dan tradisi akademik dan non akademik pada satuan pendidikan.
Ilustrasi Pemenuhan SPM dalam rangka mencapai SNP Ilustrasi Pemenuhan SPM dalam
rangka mencapai SNP
60 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pemerintah telah menetapkan 8 Standar (Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompentensis Lulusan,
Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan) dalam Standar Nasional Pendidikan yang harus dijalankan
melalui siklus Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan di daerah dan disekolah. Untuk menjamin
ketercapaian 8 standar pendidikan perbaikan dilakukan terus menerus tiada pernah henti (continuous
improvement), dari waktu ke waktu. Oleh karena itu parameter dan ukuran pencapaian menjadi sangat penting.
Hubungan standar SNP dan Indikator SPM Pendidikan Dasar
8 SNP(Standar Nasional
Pendidikan)
SPM Pendidikan Dasar(27 Indikator Pencapaian = IP)
Kab/Kota: 14 IP Satuan Pendidikan: 13 IP
ISI IP 13 - Pengembangan Kurikulum IP 7 - KTSP; IP 8 - Guru susun RPP
PROSES IP 14 - Kunjungan Pengawas IP 5 - Jam kerja guru; IP 6 - Jam kerja sekolah; IP 10 - Supervisi Kepsek
KOMPETENSI LULUSAN
------ ------
PENDIDIK & TENAGA KEPENDIDIKAN
IP 5 - Kecukupan Guru SD; IP 6 - Kecukupan Guru SMP; IP 7 - Kualifikasi Guru SD; IP 8 - Kualifikasi Guru SMP; IP 9 - Kualifikasi Guru Mapel; IP 10 - Kualifikasi Kepala SD; IP 11 - Kualifikasi Kepala SMP; IP 12 - Kualifikasi Pengawas
-----
SARANA & PRASARANA
IP 1 - Distribusi sekolah;IP 2 - Rombel dan RK; IP 3 - Lab IPA; IP 4 - Ruang Guru
IP 1 - Buku Teks SD; IP 2 - Buku Teks SMP; IP 3 - Peraga IPA; IP 4 - Buku Pengayaan
PENGELOLAAN ---- IP 13 - Pelaksaanaa MBS
PEMBIAYAAN ----- -----
PENILAIAN PENDIDIKAN
----- IP 9 - Penilaian; IP 11 - Laporan evaluasi; IP 12 - Laporan ujian
61www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Peningkatan ketercapaian SPM menuju ketercapaian indikator SNP akan meningkatkan akreditasi sekolah
dan seiring dengan waktu menuju sekolah yang berstandar nasional/internasional. Selain itu ketercapaian
SPM akan meningkatkan mutu sekolah dari indikator lain seperti jumlah guru bersertifikat, pengumpulan data
sekolah yang teratur, dan peningkatan peran monitoring Pemda terhadap sekolah.
Ilustrasi Pemenuhan SPM dalam rangka mencapai SNP
BAN S/M : Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah SPMP : Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Peningkatan kualitas bidang pendidikan hanya dapat diukur jika standar pelayanan pendidikan ditentukan.
Seberapa jauh pencapaian standar ditentukan melalui mekanisme analisis dan pelaporan serta penilaian. Hasil
dari proses tersebut dapat berimplikasi pada target baru peningkatan kualitas dan pemenuhan standar-standar
baru bidang pendidikan.
62 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Indikator SPM Pendidikan Dasar
SPM Pendidikan mengatur indikator-indikator mengenai pemenuhan tenaga pendidik dan kependidikan,
sarana dan prasarana, buku dan media pembelajaran, kurikulum dan rencana pembelajaran, proses
pembelajaran, dan penjaminan mutu pendidikan.
Sebagian indikator adalah indikator tingkat sekolah dan sebagian lain indikator tingkat kabupaten/lkota,
sebagaimana digambarkan dalam gambar dan tabel berikut.Indikator SPM diatur dengan Permendiknas 15/10
tentang SPM Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota dengan beberapa indikatornya diubah dalam perubahan
Permendiknas tersebut dengan Permendikbud 23/13, sebagaimana ditandai bold dalam tabel.
Ilustrasi Pemenuhan Indikator SPM level Pemerintah Kab/Kota dan level Sekolah
63www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Indikator SPM Pendidikan Dasar level Kabupaten/Kota
IP Indikator
1 Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;
2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;
3 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;
4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru
5 Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
6 Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;
7 Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;
8 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh di antaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%
9 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris dan Pendidikan Kewarganegaraan ;
10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
11 Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
12 Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
13 Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan
14 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.
64 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Indikator SPM Pendidikan Dasar Level Satuan Pendidikan
IP Indikator
15 Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Pendidikan Kewarganegaraan dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;
16 Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik
17 Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;
18 Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;
19 Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan
20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut :Kelas I – II : 18 jam per minggu;Kelas III : 24 jam per minggu;Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atauKelas VII - IX : 27 jam per minggu
21 Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku
22 Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
23 Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik
24 Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester
25 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik
26 Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan
27 Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS)
65www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Permendikbud 23/13 juga mengatur pada pasal 6, bahwa Target pencapaian pelayanan dasar bidang
pendidikan harus tercapai pada akhir tahun 2014.
SPM yang Terkait dengan BOSP, Distribusi Guru dan MBS
Tabel yang berikut menguraikan SPM yang berkaitan dengan tiga program KINERJA untuk membantu pemda
meningkatkan mutu pendidikan, yaitu BOSP (supaya sekolah dapat sumber keuangan operasional yang
memadai), Distribusi Guru (supaya sekolah dapat guru yang memadai) dan manajemen berbasis sekolah
(supaya sekolah dapat mengelola sumberdayanya secara memadai),
Kaitan Indikator SPM Pendidikan Dasar dengan BOSP, Distribusi Guru (DGP) dan MBS
DISTRIBUSI GURUIndikator5 - 9
MBSIndikator 15-27
BOSPIndikator 15-18 & 21-27
5. setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
6. setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;
7. setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;
8. di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV
15. setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;
16. setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;
17. setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh
15. setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;
16. setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;
17. setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh PP) yang
66 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
DISTRIBUSI GURUIndikator5 - 9
MBSIndikator 15-27
BOSPIndikator 15-18 & 21-27
sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;
9. setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;
18. setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;
19. setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;
20. satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut : a. Kelas I – II : 18 jam per
minggu; b. Kelas III : 24 jam per
minggu; c. Kelas IV - VI : 27 jam per
minggu; atau d. Kelas VII - IX : 27 jam per
minggu; 21. satuan pendidikan
menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;
22. setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan
peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;
18. setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;
19. -20. -21. satuan pendidikan
menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;
22. setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (Rdisusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;
23. setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;
24. kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;
25. setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk
67www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
DISTRIBUSI GURUIndikator 5 - 9
MBSIndikator 15-27
BOSPIndikator 15-18 & 21-27
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;
23. setiap guru mengembangkan dan menerapkan programpenilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;
24. kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;
25. setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhirsemester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
laporan hasil prestasi belajar peserta didik;
26. kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
68 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
SPM Responsif Gender
Fakta dan data membuktikan meskipun standarisasi penyediaan layanan pendidikan telah diberlakukan sama
untuk semua baik laki-laki maupun perempuan, namun kesenjangan masih tetap terjadi, contohnya: masih
terjadinya kesenjangan antara guru laki-laki dan perempuan SD yang mendapatkan sertifikasi (perempuan
25% dan laki-laki 75% ). Adanya kesenjangan angka rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan (di daerah
perkotaan perempuan 6,68sedangkan laki-laki 9,48, sedangkan di pedesaan kesenjangan lebih tinggi lagi
dimana perempuan hanya 5,72 dan laki-laki 8,53; artinya penduduk perempuan di desa rata-rata belum tamat
sekolah dasar sedangkan di perkotaan perempuan rata-rata sudah tamat SD, namun dibanding laki-laki di kota
dan pedesaan rata – rata wajib belajar 9 tahun (Diknas:2008)
Kaitan gender dan standar penjediaan layanan pendidikan yang responsif gender dapat diukur dari, misal:
1. Apakah kurikulum dan buku teks yang digunakan sudah mempertimbangkan gender?
2. Apakah sudah terdapat keseimbangan jumlah dan kualitas guru perempuan dan laki-laki, akses belajar
disekolah, dan keanggotaan komite sekolah dan dewan pendidikan?
3. Apakah fasilitas sekolah (kamar mandi, fasilitas olah raga dan tempat bermain) telah mempertimbangkan
kebutuhan laki-laki dan perempuan?
69www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 3Analisis Gap dan Standar Biaya Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar
Modul ini menguraikan tentang cara mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM dan menganalisi
kesenjangan (gap) kinerja SPM serta cara menguasai perhitungan biaya pemenuhan SPM.
Pengantar
Beberapa tahun terakhir Pemerintah mengejar pencapaian dua tujuan utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dasar. Tujuan pertama adalah pendidikan dasar untuk semua warganegara dan secara
Tujuan
70 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
bertahap meningkatkan akses ke jenjang pendidikan menengah. Tujuan ini akan tercapai melalui
investasi tambahan untuk infrastruktur sekolah. Tujuan kedua adalah memberikan kesempatan yang
sama untuk pendidikan yang bermutu. Ini merupakan isu yang penting karena masyarakat tahu ada
ketidakadilan penyediaan layanan pendidikan dimana ada anak yang belajar di lingkungan yang
menyenangkan dengan jumlah guru yang sesuai, sementara anak lainnya belajar di gedung sekolah yang
rusak tanpa buku dan kekurangan guru.
Salah satu instrumen kebijakan yang diinginkan untuk mencapai kesempatan yang sama terhadap pendidikan
yang bermutu adalah menerapkan standar-standar yang mengarahkan penyediaan pendidikan, yaitu standar
pelayanan minimum (SPM) dan standar biaya operasional (nonpersonel) di tingkat satuan sekolah (BOSP).
SPM adalah standar antara dalam rangka mencapai standar nasional pendidikan (SNP). Setelah suatu sekolah
memenuhi SPM, standar secara bertahap ditingkatkan sampai mencapai SNP. Standar biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP) di tingkat sekolah bertujuan menjamin bahwa sekolah akan memiliki pendanaan
yang diperlukan sesuai dengan SPM.
Namun tujuan-tujuan kebijakandiatas hanya dapat dicapai jika pendanaan yang diperlukan untuk implementasi
tersedia. Modul ini diharapkan dapat membantu para perencana pendidikan kab/kota dan para pelaku peduli
pendidikan untuk mengestimasi pendanaan yang diperlukan untukmenyelenggarakan pendidikan dasar 9
tahun (SD/MI dan SMP/MTs) yang memenuhi SPM;
Pengelompokan Indikator SPM Pendidikan
Dalam menentukan rencana pencapaian SPM, pemerintah kabupaten/kota harus mempertimbangkan:
a) Kondisi Awal Tingkat Pencapaian Pelayanan Dasar
Kondisi data awal tingkat pencapaian SPM
pelayanan dasar pada saat awal dilakukan
penghitungan/pengukuran pencapaian.
71www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Target Pelayanan Dasar yang akan Dicapai
Target pencapaian SPM pelayanan dasar bidang pendidikan sesuai Permendikbud 23/20 seharusnya
tercapai pada akhir tahun 2014. Karena modul ini mungkin akan dipakai untuk perencanaan TA 2015 ke
atas, pemda-pemda didorong untuk merencanakan pemenuhan SPM secepat mungkin dengan sumber
daya yang ada.
c) Kemampuan, Potensi, Kondisi dan Prioritas Daerah
Analisis kemampuan, potensi dan kondisi daerah disusun berdasarkan data dan informasi yang akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan baik yang bersifat khusus maupun umum. Pengertian khusus dalam
hal ini adalah data dan informasi yang secara langsung terkait dengan penerapan SPM pendidikan dasar
di kabupaten/kota, diantaranya data teknis, sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan,
alokasi anggaran untuk melaksanakan SPM pendidikan dasar di kabupaten/kota. Sedangkan pengertian
umum dalam hal ini adalah data dan informasi yang secara tidak langsung terkait dengan penerapan SPM
pendidikan dasar, namun keberadaannya menunjang pelaksanaan SPM secara keseluruhan, diantaranya
kondisi geografis, demografis, pendapatan daerah, sarana prasarana umum dan sosial ekonomi.
Potensi daerah yang dimaksud dalam hal ini mengandung pengertian ketersediaan sumber daya yang
dimiliki baik yang telah dieksploitasi maupun yang belum dieksploitasi yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang pencapaian SPM.
Faktor kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menganalisis:
1. Penentuan status awal SPM pendidikan yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di daerah;
2. Perbandingan antara status awal dengan target pencapaian indicator SPM dan batas waktu
pencapaian SPM yang ditetapkan;
3. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisis standar belanja kegiatan SPM dan
harga satuan; serta
4. Perkiraan kemampuan keuangan dalam pemenuhan target SPM sesuai batas waktu pencapaiannya
dan melakukan pentahapan yang diperlukan dalam pemenuhannya.
Analisis kemampuan, potensi dan kondisi daerah digunakan untuk menyusun skala prioritas program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pencapaian SPM pendidikan dasar.
72 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Terdapat 27 Indikator SPM (Indikator Pencapaian/IP 1-27) yaitu 14 di tingkat kabupaten/kota dan 13 di
tingkat sekolah. Standar-standar SPM berbeda sehingga pendekatan yang berbeda dibutuhkan untuk
mengukur kinerja kabupaten terhadap standar tersebut. Ke-27 standar dalam SPM dibagi menjadi
kelompok sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut.
Kinerja kabupaten/kota pada standar kelompok 1 akan diukur melalui analisis data di tingkat kabupaten.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan SIMP-K (Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kab/Kota),
yaitu suatu aplikasi yang menggabungkan dataset Padatiweb (Pengelolaan Data Informasi Web, yaitu
pendataan persekolahan berbasis web milik Kemendiknas), sebagian sudah menggunakan data Dapodik
(Data Pokok Pendidikan, yaitu Aplikasi Pendataan Pendidikan, Ditjen Pendidikan Dasar, Kemendiknas
yang lebih baru) dan SIM-NUPTK (Sistim Informasi Manajemen Nomor Unik Pendidik dan Tenaga
Kependidikan), meliputi semua sekolah dan guru di kabupaten/kota.
Begitu gap (kesenjangan) antara kinerja sekarang dan standar-standar pada kelompok 1 telah diketahui,
kebijakan alternatif untuk mengurangi gap akan diidentifikasi, berbagai alternatif dihitung dan kemudian
alternatif terbaik dipilih. Karena SIMP-K meliputi semua sekolah dan guru di kabupaten/kota, analisis
kebijakan akan semakin baik karena kita dapat mengidentifikasisekolah-sekolah mana yang memenuhi
dan belum memenuhi standar-standar dan mengidentifikasi peluang untuk menggunakan kelebihan di
beberapa sekolah untuk dibagikan ke sekolah yang mengalami kekurangan.
Pengelompokan Indikator SPM Pendidikan Dasar
SPM Kabupaten/Kota SPM Tingkat Sekolah
SPM 1 Lokasi Sekolah SPM 15 Buku Teks SD/MI
Kel.1
SIM
P-K
Kelo
mpo
k 1
– SI
MP-
K
SPM 2 Rombel dan Ruang Kelas SPM 16 Buku Teks SMP/MTsSPM 3 Laboratorium IPA SPM 17 Alat Peraga IPA SD/MI
SPM 4 Ruang Guru dan Kepala SPM 18 Buku Pengayaan dan Referensi
SPM 5 Guru SD/MI SPM 19 Jam Kerja Guru
SPM 6 Guru SMP/MTs SPM 20 Jam Operasional SekolahSPM 7 Kualifikasi Guru SD/MI SPM 21 Kurikulum
Kelo
mpo
k 2
BOSPSPM 8 Kualifikasi Guru SMP/MTs SPM 22 Penerapan RPP
SPM 9 Kualifikasi Guru Mata Pelajaran SPM 23 Penilaian
SPM 10 Kualifikasi Kepala SD/MI SPM 24 Supervisi Kepala SekolahSPM 11 Kualifikasi Kepala SMP/MTs SPM 25 Laporan evaluasiSPM 12 Kualifikasi Pengawas Sekolah SPM 26 Laporan ujianSPM 13 Pengembangan Kurikulum SPM 27 MBSSPM 14 Kunjungan Pengawas
73www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
SPM yang termasuk dalam kelompok 2 berkaitan
dengan kegiatan operasional sekolah, khususnya
kegiatan guru yang mencakup isu-isu seperti
persiapan KTSP, persiapan rencana belajar, evaluasi
siswa, dan distribusi hasil evaluasi. Ada kegiatan
yang dilaksanakan secara periodik pada tingkat
sekolah. Karena SIMP-K tidak mencakup semua
informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut,
pendekatan alternatif untuk pembiayaan diperlukan,
seperti perhitungan BOSP yang dirancang untuk
mengestimasi total biaya operasional di tingkat sekolah, termasuk pendanaan yang diperlukan untuk
memenuhi biaya yang berkaitan dengan SPM kelompok 2. Namun demikian untuk kebutuhan identifikasi
capaian kinerja, data sekolah dapat dicari melalui peran Pengawas dan didentifikasi secara cepat dan lebih
banyak kualitatif, termasuk untuk mengidentifikasi standar yang tidak mempunyai implikasi biaya.
Langkah-langkah Analisis
1. Mendefinisikan SPM Menjadi Indikator yang Terukur
Karena definisi SPM terlalu luas dan kadang kala mencakup lebih dari satu jenjang pendidikan, langkah
pertama adalah menformulasikan indikator-indikator yang terukur. SPM kelompok-2 merupakan standar yang
disusun paling bebas (ukuran kualitatif) karena meliputi SD dan SMP dan untuk setiap jenjang pendidikan
terkait dengan daya tampung, ketersediaan ruang kelas, dan ketersediaan perlengkapan sekolah.
Indikator dan Sub-Indikator SPM terkait Rombel dan Ruang Kelas
Indikator SPM IP Sub-Indikator Terukur
SPM 02 – Rombel dan RK 2.1. Besar Rombel SD/MI
2.2. Besar Rombel SMP/MTs
2.3. Kecukupan R. Kelas SD/MI
2.4. Kecukupan R. Kelas SMP/MTs
2.5. Sarana R. Kelas SD/MI
2.6. Sarana R. Kelas SMP/MTs
2.7. Kelayakan R. Kelas SD/MI
2.8. Kelayakan R. Kelas SMP/MTs
74 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Analisis Capaian Kinerja
a. Setiap kabupaten/kota menghitung setiap Indikator Pencapaian (IP) SPM;
b. Pencapaian SPM di kabupaten/kota harus 100% pada akhir tahun 2014;
c. Indikator pencapaian SPM yang kurang dari 100% bermakna masih ada sekolah yang belum
memenuhi SPM untuk indikator terkait;
d. Selisih antara tingkat pencapaian indikator SPM dengan 100% merupakan indikator awal adanya
sekolah yang bermasalah di kabupaten/kota – terjadi kesenjangan/gap.
Ilustrasi:
IP-7.1 (guru SD yang memenuhi S1 atau D-IV) = 90%.
Angka 10% (selisih antara 90% dan 100% = gap) menyatakan bahwa ada 10% dari keseluruhan SD/
MI yang bermasalah dengan pencapaian SPM ini.
Kalau total sekolah di Kabupaten A ada 100 sekolah dan di Kabupaten B ada 120 sekolah dengan
tingkat pencapaian yang sama 90%, maka pencapaian indikator ini hanya menyatakan bahwa di
Kabupaten A ada 10 sekolah dan di Kabupaten B ada 12 sekolah yang belum mencapai SPM (belum
memenuhi IP-7.1).
e. Bila angka pencapaian SPM kurang dari 100% maka pemerintah kab/kota harus mengidentifikasi
sekolah/madrasah mana saja yang bermasalah dengan pencapaian IP tertentu.
f. Indikator pencapaian SPM tertentu memiliki nilai 100% jika seluruh sekolah/madrasah telah memenuhi
indikator pencapaian SPM.
Ilustrasi:
IP-7.1 (SPM01): 2 orang guru SD/MI memiliki kualifikasi S1/D-IV
Di Kabupaten A memiliki 10 SD/MI dengan data sebagai berikut:
No Nama Sekolah Guru dengan S1 Standar SPM Kesenjangan
1 SDN 1 3 2 0
2 SDN 2 2 2 0
3 SDN 3 2 2 0
75www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
No Nama Sekolah Guru dengan S1 Standar SPM Kesenjangan
4 SDN 4 3 2 0
5 SDS 1 6 2 0
6 SDS 2 2 2 0
7 MIN 1 3 2 0
8 MIN 2 2 2 0
9 MIS 1 2 2 0
10 MIS 2 3 2 0
IP-7.1 = 10/10 x 100% = 100% 0
Data menunjukkan bahwa ke sepuluh sekolah di Kabupaten A telah memiliki guru dengan kualifikasi S1/D-IV
minimal 2 orang. Dengan menggunakan rumus:
IP-7.1 Kab/Kota =
Jumlah SD/MI yang memiliki minimal 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV
X 100%Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota
Artinya Kabupaten A memiliki nilai IP-7.1 sebesar 100%.
g. Setelah sekolah yang belum mencapai SPM teridentifikasi maka Pemerintah kabupaten/kota harus
menghitung berapa besar kesenjangan di tiap sekolah untuk IP terkait.
h. Pemerintah kabupaten/kota menghitung pencapaian seluruh indikator SPM.
Dalam melakukan analisis data, digunakan Pivot Table, yaitu sebuah tabel interaktif, yang secara cepat
melakukan penghitungan, seperti sum, count, average, dari data-data yang berjumlah besar, untuk digunakan
dalam analisis dan pengambilan kesimpulan.
3. Mengidentifikasi Kesenjangan (GAP)
a. Setiap kabupaten/kota harus mampu mengidentifikasi setiap individu sekolah/madrasah yang belum
mencapai setiap indikator dan/atau sub indikator SPM
b. Kesenjangan di setiap sekolah dihitung dari selisih nilai nominal antara pencapaian IP tertentu di
sekolah/madrasah dengan standar yang ditetapkan dalam SPM.
76 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Ilustrasi:
Standar SPM setiap SD harus memiliki minimal 2 guru dengan kualifikasi S1/D-IV (IP-7.1)
Data: SD Negeri 6 jumlah guru sebanyak 8 guru; tidak ada guru dengan kualifikasi minimal S1 atau D-IV.
Kesimpulan: kesenjangan di SD Negeri 6 adalah 2 guru, artinya di SD Negeri 6 masih diperlukan 2
orang guru dengan kualifikasi S1/D-IV.
c. Kesenjangan di setiap sekolah/madrasah untuk setiap indikator SPM di jumlahkan untuk mendapatkan
besar kesenjangan setiap indikator SPM di kabupaten/kota. Identifikasi tidak hanya berapa besarnya
gap namun masuk hingga sasaran dimana gap itu berada, baik di sekolah mana atau siapa guru yang
tidak memenuhi SPM. Hal ini akan memperjelas sasaran program pemenuhan dan besarnya biaya
yang dibutuhkan.
4. Mengidentifikasi Kebijakan Alternatif
Untuk mengatasi gap ditentukan beberapa alternatif kebijakan yang memungkinkan. Alternatif kebijakan ini
dicari setelah menganalisis penyebab terjadinya gap.
Dari estimasi biaya di setiap alternatif kebijakan, dipilih kebijakan yang paling efektif dan efisien sesuai
kapasitas anggaran daerah dan sekolah, sehingga mampu dijalankan dan mengentaskan sasaran untuk
mencapai SPM. Hal ini juga memperhatikan waktu akhir capaian yang sudah ditetapkan.
5. Analisis Standar Belanja
Adalah besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan. Perhitungan sederhananya
adalah besarnya kesenjangan dikalikan biaya satuan. Setiap kebijakan memiliki dampak biaya baik
yang besar atau yang kecil. Untuk itu analisis standar belanja diperlukan untuk setiap alternatif kebijakan
sehingga dapat dipilih kebijakan yang tepat dan efektif.. Biaya satuan dihitung dengan menggunakan harga
setempat dan disesuaikan dengan rasionalitas harga pasar.
Perhitungan biaya hanya dilakukan untuk kebutuhan investasi sumberdaya manusia, investasi sarana/
prasarana dan biaya operasional. Konsekwensi biaya yang berimplikasi pada pengeluaran rutin tidak
diperhitungkan, seperti pembayaran gaji.
77www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dalam perhitungan biaya investasi yang sejenis dikelompokkan dan diagregasikan untuk setiap kabupaten.
Pengagregasian diperlukan untuk menyiapkan usulan anggaran.
Dalam menghitung biaya digunakan 3 metode yang berbeda untuk keseluruhan indikator dengan
pembagian sebagai berikut:
Pengelompokan Indikator dan Sub-Indikator SPM
No Indikator SPM/ Metode perhitungan biaya Jumlah Indikator
A Perhitungan Langsung
1 SPM 2 Rombel dan Ruang Kelas 8
2 SPM 3 Laboratorium IPA 2
3 SPM 4 Ruang Guru dan Kepala 5
4 SPM 5 Guru SD/MI 1
5 SPM 6 Guru SMP/MTs 10
6 SPM 7 Kualifikasi Guru SD/MI 2
7 SPM 8 Kualifikasi Guru SMP/MTs 2
8 SPM 9 Kualifikasi Guru Mata Pelajaran 5
9 SPM 10 Kualifikasi Kepala SD/MI 1
10 SPM 11 Kualifikasi Kepala SMP/MTs 1
11 SPM 12 Kualifikasi Pengawas Sekolah 1
B Melalui Proxi (bila keterbatasan data)
12 SPM 3 Laboratorium IPA 1
13 SPM 13 Pengembangan Kurikulum 1
14 SPM 14 Kunjungan Pengawas 1
15 SPM 15 Buku Teks SD/MI 5
16 SPM 16 Buku Teks SMP/MTs 10
17 SPM 18 Buku Pengayaan dan Referensi 4
C Melalui perhitungan kecukupan BOSP
21 SPM 21 – Kurikulum 2
22 SPM 22 – Penerapan RPP 2
23 SPM 23 – Penilaian 2
24 SPM 24 – Supervisi Kepala Sekolah 2
78 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
No Indikator SPM/ Metode perhitungan biaya Jumlah Indikator
25 SPM 25 – Laporan evaluasi 2
26 SPM 26 – Laporan ujian 2
27 SPM 27 – MBS 3
Perhitungan langsung digunakan karena ada kecukupan data sehingga jelas besarnya kesenjangan dan
dimana kesenjangan itu berada (di sekolah mana, guru/pengawas bernama siapa). Metode proxy digunakan
bila data yang dibutuhkan tidak ada atau hanya sebagian, maka dihitung dengan asumsi bahwa tidak ada
ketercapaian (kesenjangan 100%). Sementara metode ketiga dengan menggunakan perhitungan BOSP
dikarenakan ketujuh indikator tersebut adalah kegiatan operasional di sekolah yang perhitungan kecukupannya
sudah dihitung melalui perhitungan BOSP, baik yang dihitung oleh kabupaten sendiri atau oleh BSNP.
Langkah-langkah Analisis
1. SPM 2 – Rombongan Belajar dan Ruang Kelas
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan
belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang,
dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang.
Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1
(satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan
meja dan kursi yang cukup untuk peserta
didik dan guru, serta papan tulis.
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
2-1 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang
2-2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang
79www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Nomor Indikator SPM
2-3 Untuk setiap rombongan belajar SD/MI tersedia 1 (satu) ruang kelas
2-4 Untuk setiap rombongan belajar SMP/MTs tersedia 1 (satu) ruang kelas
2-5 Untuk setiap Ruang kelas SD/MI dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis
2-6 Untuk setiap Ruang kelas SMP/MTs dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis
2-7 Setiap Ruang Kelas SD/MI dalam keadaan layak
2-8 Setiap Ruang Kelas SMP/MTs dalam keadaan layak
c) Analisis IP-2.1. dan IP-2.2 (besaran rombel)
Pemenuhan Indikator SPM ini dilakukan dengan menghitung rasio siswa per rombel tiap-tiap sekolah
dengan rumus berikut ini:
Rasio Siswa per Rombel =
Jumlah Siswa
Jumlah Rombongan Belajar
Berdasarkan rasio tersebut kita membuat pengelompokan sekolah seperti contoh tabel di bawah ini.
Jumlah Sekolah Rasio siswa rombel Grand Total
<= 28 >28<=32 >32<= 36 >36<=40 > 40
Jenis & Status
Sekolah Dasar 98 12 5 4 1 120
Negeri 93 12 5 4 1 115
Swasta 5 5
Madrasah Ibtidaiyah 15 4 1 1 21
Negeri 11 3 1 1 16
Swasta 4 1
5
Grand Total 113 16 5 5 2 141
80 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dari tabel di atas kita dapat melihat hanya terdapat 12 sekolah (8%) yang mempunyai rasio siswa per rombel
di atas 32 (belum memenuhi SPM).
Alternatif Kebijakan
• Menambah rombongan belajar
• Melakukan rayonisasi
• Melakukan pembatasan penerimaan murid
• Tidak mengambil tindakan
Analisa lebih lanjut
Sebelum memutuskan alternatif kebijakan yang akan diambil akan lebih tepat bila kita melihat dahulu
gambaran umum rasio siswa terhadap rombel. Hal ini diperlukan untuk melihat penyebab dari tingginya rasio
siswa terhadap rombel di sekolah-sekolah yang belum memenuhi SPM. Apakah disebabkan: (1) Tidak adanya
alternatif sekolah/madrasah lain; (2) Ada alternatif sekolah lain tetapi juga memiliki rasio yang tinggi; (3)
keinginan orang tua murid untuk mendaftarkan anaknya di sekolah favorit.
Untuk itu kita akan melihat Rasio Siswa terhadap Rombel per tingkat wilayah dari kabupaten/kota ke tingkat
kecamatan (untuk SMP/MTs), atau kabupaten/kotake tingkat Desa (untuk SD/MI).
Rasio Siswa terhadap Rombel di Tingkat Kecamatan Kabupaten
Jenis Sekolah Rerata Siswa_Rb Rasio
Kec. Bandar 23
Kec. Bener Kelipah 32
Kec. Bukit 21
Kec. Gajah Putih 17
Kec. Mesidah 13
Kec. Permata 22
Kec. Pintu Rime Gayo 16
Kec. Syiah Utama 20
Kec. Timang Gajah 19
Kec. Wih Pesam 23
Rerata Rasio seluruh Kabupaten 20
81www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Disini kita melihat di beberapa kecamatan yang memiliki sekolah dengan rasio mendekati batasan SPM (angka
SPM rombel). Jadi adanya sekolah yang belum memenuhi SPM lebih disebabkan akan adanya kondisi khusus
di sekolah-sekolah tersebut, bukan disebabkan kondisi makro kabupaten.
Rasio Siswa terhadap Rombel di Tingkat Desa di Kabupaten
Jumlah Sekolah Rasio siswa rombel Grand Total
<= 28 >28<=32 >32<= 36 >36<=40 > 40
Kecamatan/ Desa Total
Kec. Wih Pesam 13 3 3 1 1 21
Bener Ayu 2 2
Bener Mulie 1 1 2
Blang Benara 1 1
Blang Kucak 1 1
Burni Telong 1 1
Gegerung 1 1
Karang Rejo 1 1
Kebun Baru 1 1
Kp. Bukit Pepanyi 1 1
Lut Kucak 1 1
Merie Satu 1 1
Pante Raya 1 1 1 3
Simpang Teritit 1 1
Suka Jadi 1 1
Suka makur 1 1
Suka Ramai 1 1
Syura Jadi 1 1
Disini kita mencoba menelaah kondisi di tingkat desa. Dari sini kita dapat menarik beberapa kesimpulan atau
mengambil alternatif kebijakan untuk membantu sekolah yang tidak memenuhi SPM. Misalkan:
1. Sekolah di desa Bener Mulie, Pante Raya, Suka Makmuryang memiliki rasio diatas SPM dapat
ditanggulangi dengan pembatasan penerimaan siswa, agar kelebihan siswa dapat ditampung di sekolah
lain yang memiliki rasio rendah
82 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Sekolah di desa Kebun Baru karena semua
memiliki rasio jauh di atas SPM, maka
kemungkinan harus dilakukan penambahan
rombel atau bahkan unit sekolah baru.
3. Untuk kecamatan Bener Kelipah dikarenakan
rasionya tinggi di atas kecamatan yang lain
dapat dilakukan rayonisasi.
d) Analisis IP-2.3. dan IP-2.4 (kecukupan ruang kelas)
Pemenuhan Indikator SPM ini dilakukan dengan menghitung rasio ruang kelas per rombel tiap-tiap sekolah
dengan rumus berikut ini:
Rasio Ruang Kelas per Rombel =Jumlah Ruang Kelas
Jumlah Rombongan Belajar
Berdasarkan rasio tersebut kita membuat pengelompokan sekolah seperti contoh tabel di bawah ini:
Sekolah/Madrasah menurut Rasio Ruang Kelas terhadap Rombel
Jumlah Sekolah Rasio Ruang Kelas ▼ Grand Total
< 0,5 0,5-<0,75 <0,75-<1 1 >1 -1,25 > 1,25 >1,25-1,5 >1,5
Jenis & Status Sekolah ▼
Sekolah Dasar 1 14 18 53 6 4 4 100
Negeri 1 14 18 49 6 4 4 95
Swasta 4 5
Madrasah Ibtidaiyah 1 2 3
Negeri 1 1
Swasta 2 2
Grand Total 1 14 18 53 6 5 6 103
83www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Alternatif Kebijakan
• Membangun Ruang Kelas Baru
• Melakukan Penggabungan Sekolah
• Melaksanakan pembelajaran kelas rangkap
• Tidak mengambil tindakan
Analisis lebih lanjut
Sebelum mengambil alternatif kebijakan, akan lebih tepat bila dilihat lebih dahulu variabel-variabel lain dari sekolah
tersebut. Seperti dapat dilakukan tabulasi silang antara rasio siswa-rombel dengan kecukupan ruang kelas.
Tabulasi Silang Rasio Siswa Rombel dengan Rasio Ruang Kelas Rombel
Jumlah Sekolah Rasio Siswa Rombel Total
Kurang RK ≤16 >16 ≤20 >20≤24 >24≤28 >28≤32 >32≤36 >36≤40 > 40
Kurang RK
-4 1 1
-3 9 1 1 11
-2 2 1 3 1 7
-1 3 1 1 5
Total 14 0 1 3 4 0 1 1 24
Dari tabel di atas kita dapat melihat, dari 24
sekolah yang kekurangan Ruang Kelas, 14 di
antaranya memiliki Rasio Siswa Rombel dibawah
16. Tentunya tidak disarankan untuk menerapkan
pembangunan RKB (ruang kelas baru) untuk
sekolah tersebut. Untuk sekolah kecil yang sangat
kekurangan Ruang Kelas akan lebih disarankan
untuk dilakukan penggabungan sekolah. Sedangkan
untuk sekolah yang sedikit kekurangan ruang kelas
dapat mencukupi kebutuhannya dengan melakukan
pembelajaran kelas rangkap. Sedangkan penambahan Ruang Kelas akan diprioritaskan pada sekolah yang
memiliki siswa per rombel tinggi, atau bahkan di atas SPM.
84 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
e) Analisis IP-2.5. dan IP-2.6 (kecukupan sarana ruang kelas)
Untuk menghitung pemenuhan indikator SPM ini, kita harus melakukan perhitungan kebutuhan masing-
masing sarana yang disebutkan dalam indikator ini, dengan rumus seperti berikut:
Kebutuhan kursi siswa = Jumlah Siswa
Kebutuhan meja siswa = Jumlah Siswa
Kebutuhan meja guru = Jumlah PTK + Ruang kelas digunakan
Kebutuhan kursi guru = Jumlah PTK + Ruang kelas digunakan
Kebutuhan papan tulis = Ruang kelas digunakan
Analisis kebutuhan Lemari untuk Ruang Guru yang ada pada Analisis IP-4.3 dan IP-4.4 juga akan kita hitung
bersama dengan sarana lain yang ada pada analisis ini. Berikut adalah rumus kebutuhan lemari di ruang guru.
Kebutuhan lemari guru = Jumlah PTK
Setelah mengetahui kebutuhan masing-masing sarana kita dapat melakukan penghitungan rasio kecukupan
untuk masing-masing sarana.
Kecukupan Sarana =Ketersediaan Sarana
Kebutuhan Sarana
Dari sini kita dapat melihat tingkat pemenuhan sarana di masing-masing sekolah/madrasah, sehingga dapat
melihat beberapa banyak sekolah yang sudah atau belum memenuhi SPM untuk masing-masing sarana.
Seperti contoh di bawah ini adalah rasio kecukupan untuk kursi siswa.
Sekolah/Madrasah menurut kecukupan Kursi Siswa
SD MI Total Jml
Total %
Negeri Swasta Negeri SwastaJml % Jml % Jml % Jml %
Rasio Kecukupan <0,5 38 7% 2 18% 0% 25 15% 65 9%Rasio Kecukupan <0.5 - <1.0 209 36% 4 36% 0% 77 45% 290 38%
Rasio Kecukupan 1.0 53 9% 1 9% 0% 16 9% 70 9%Rasio Kecukupan >1-2 238 41% 3 27% 2 100% 44 26% 287 38%
Rasio Kecukupan 2 22 4% 0% 0% 5 3% 27 4%N/A 19 3% 1 9% 0% 3 2% 23 3%
Grand Total 579 100% 11 100% 2 100% 170 100% 762 100%
85www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Setelah kita mengetahui adanya sekolah yang masih mengalami kekurangan jumlah sarana, disini kursi siwa,
maka kita dapat mulai mengidentifikasi kebutuhan tambahan sarana yang diperlukan agar sekolah/madrasah
tersebut memenuhi SPM.
Tambahan Sarana = Kebutuhan Sarana - Ketersediaan Sarana
Kebutuhan Tambahan Kursi Siswa Sekolah/Madrasah
SD MI Grand Total
Negeri Swasta Swasta
Jumlah Sekolah 247 6 102 355
Jumlah Siswa 40,480 1,186 14,323 55,989
Ketersediaan Kursi 28,078 792 9,100 37,970
Kebutuhan Tambahan 12,402 394 5,223 18,019
Alternatif Kebijakan
• Pengadaan Sarana Tambahan
• Hibah Sarana
f) Analisis IP-2.7. dan IP-2.8 (kelayakan ruang kelas)
Seperti penghitungan-penghitungan
sebelumnya, disini kita akan melihat seberapa
banyak sekolah yang masih memiliki Ruang
Kelas dalam keadaan tidak layak. Asumsi
keadaan ruang kelas layak adalah ruang kelas
milik dalam keadaan baik, ataupun kalau rusak
hanya rusak ringan. Asumsi ini diambil dengan
dasar bahwa perbaikan untuk kerusakan ringan
sudah masuk dalam anggaran operasional
sekolah, dan bukan anggaran investasi.
Tahap pertama penghitungan kita mulai dengan melihat berapa sekolah yang masih menggunakan Ruang
Kelas yang tidak layak untuk rombongan belajarnya. Seperti yang digambarkan dalam skema di bawah ini:
86 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dalam perhitungan pemenuhan SPM kita hanya akan menghitung biaya yang mungkin timbul dari perbaikan
RK Tidak Layak yang digunakan. Untuk itu, kita harus menghitung berapa Ruang Kelas layak yang digunakan,
dan berapa RK tidak layak yang digunakan menggunakan rumus di bawah ini:
RK Layak Digunakan = If (RK Layak > Rombel | Rombel | RK Layak)
Rombel tanpa RK Layak = Rombel-Rombel Kelas Layak
Bila Rombel Tanpa RK Layak sudah mencapai angka 0, maka semua RK yang digunakan di sekolah tersebut
dalam keadaan layak. Bila tidak, kita harus menghitung RK Tidak Layak yang digunakan
RK Tidak Layak Digunakan = If (RK Tdk Layak < Rombel tanpa RK Layak |
RK Tidak Layak | Rombel tanpa RK Layak)
Setelah ini kita bisa menghitung Rasio Ruang Kelas Tidak Layak yang digunakan
Rasio RK Tidak Layak Digunakan =RK Tidak Layak Digunakan
X 100%RK Digunakan
Pemilahan Ruang Kelas menurut penggunaan dan kondisinya
Ruang KelasDigunakan / difungsikan Tidak digunakan/difungsikan
Kondisi Tidak Layak Kondisi Layak Kondisi Tidak Layak Kondisi Layak
PrioritasRehabilitasi
Prioritas Perawatan Preventif
Bukan Prioritas Rehabilitasi
Bukan Prioritas Perawatan Preventif
RK Tidak Layak yang Digunakan
RK Layak yang Digunakan
Sekolah/Madrasah menurut Rasio Ruang Kelas Layak Digunakan
SD MI Total Jml
Total %
Negeri Swasta Negeri SwastaJml % Jml % Jml % Jml %
Kelas Tidak Layak 100% 24 4% 0% 0% 2 1% 26 3%Kelas tidak layak 50% - <100% 22 4% 0% 0% 4 2% 26 3%Kelas tidak layak < 50% 158 27% 0% 0% 47 28% 205 9%Semua dalam Keadaan Layak 364 63% 11 100% 2 100% 115 68% 492 27%N/A 11 2% 0% 0% 2 1% 13 2%Grand Total 579 100% 11 100% 2 100% 170 100% 762 100%
87www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dari tabel ini kita bisa melihat seberapa banyak sekolah yang tidak memenuhi SPM, dan sejauh mana Ruang
Kelas Tidak Layak digunakan di sekolah tersebut. Dari tabel ini pula kita bisa memulai prioritas renovasi dari
ruang-ruang kelas tersebut.
Untuk menghitung berapa ruang kelas yang harus direnovasi, maka digunakan tabel lain, yang menampilkan
total Ruang Kelas Tidak Layak yang digunakan.
Jumlah Ruang Kelas Tidak Layak yang Digunakan
SD MI GrandTotal
Negeri SwastaJumlah Sekolah 204 53 257Jumlah Ruang Kelas 1299 322 1621Ruang Kelas digunakan 1233 315 1548Ruang Kelas Tidak Layak 604 109 713
Alternatif Kebijakan
• Melakukan rehabilitasi/renovasi ruang kelas
dengan kondisi tidak layak.
• Memberikan dukungan kepada sekolah untuk
menggiatkan perawatan preventif untuk menjaga
kondisi ruang kelas yang masih layak.
• Melakukan penggabungan sekolah untuk
sekolah-sekolah yang memiliki ruang kelas tidak
layak ukuran rombel kecil.
• Melakukan pembelajaran kelas rangkap untuk
mengurangi kebutuhan ruang kelas.
88 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. SPM 3 – Ruang Laboratorium IPA
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang Laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi
yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan
eksperimen peserta didik.
b) Rincian Indikator SPM
Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
3-1 Di setiap SMP/MTs tersedia satu ruang Laboratorium IPA
3-2 Di setiap laboratorium IPA tersedia meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik
3-3 Di setiap laboratorium IPA tersedia satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
c) Analisis IP-3.1
Untuk menghitung pemenuhan SPM pada indikator ini, maka kita dapat menggunakan informasi
jumlah ruang guru di tiap sekolah yang tercatat dalam database PadatiWEB. Berikut adalah output
tabeling yang digunakan untuk melihat pemenuhan indikator ini.
Jumlah Sekolah SMP/MTs Menurut Kepemilikan Laboratorium IPA
Ketersedian Lab IPA Total
Jenis & Status Sekolah 0 1
Sekolah Menengah Pertama 10 18 28
Negeri 10 16 26
Swasta 2 2
Madrasah Tsanawiyyah 6 1 7
Negeri 2 1 3
Swasta 4 4
Grand Total 16 19 35
89www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Alternatif Kebijakan
• Melakukan pembangunan Laboratorium IPA
• Merehab kelebihan ruang kelas untuk Laboratorium IPA
• Menyediakan Laboratorium IPA yang dapat digunakan untuk lebih dari satu sekolah
d) Analisis IP-3.2 (kecukupan sarana Laboratorium IPA)
Untuk menghitung pemenuhan jumlah meja dan kursi di dalam laboratorium, karena tidak adanya
data spesifik meja dan kursi khusus untuk laboratorium kita dapat menggunakan salah satu dari asumsi
berikut ini:
1. Meja dan kursi laboratorium sudah menjadi komponen integral di dalam laboratorium sehingga
tidak perlu dihitung terpisah.
2. Meja dan kursi laboratorium dianggap menggunakan meja dan kursi siswa biasa, sehingga
dihitung bersamaan dengan kebutuhan meja-kursi-siswa yang dihitung dalam IP-2.5 dan IP-2.6.
e) Analisis IP-3.3 (kecukupan alat praktek Laboratorium IPA)
Dikarenakan tidak adanya informasi detail mengenai alat praktek IPA dalam pendataan PadatiWEB
ataupun SIM-NUPTK, maka perhitungan pemenuhan SPM untuk indikator ini tidak dapat dihitung
secara langsung, penghitungan biaya pemenuhan indikator ini akan dijelaskan lebih lanjut di bagian
perhitungan pemenuhan SPM menggunakan proxi.
3. SPM 4 – Ruang Guru dan Ruang Kepala Sekolah
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu
ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan
kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah
dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap
SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang
terpisah dari ruang guru.
90 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
4-1 Di setiap SD/MI tersedia satu ruang guru.
4-2 Di setiap SMP/MTs tersedia satu ruang guru.
4-3 Ruang guru di SD/MI dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya.
4-4 Ruang guru di SMP/MTs dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya.
4-5 Di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah.
c) Analisis IP-4.1 dan IP-4.2 (kecukupan ruang guru)
Untuk menghitung pemenuhan SPM pada indikator ini, maka kita dapat menggunakan informasi
jumlah ruang guru di tiap sekolah yang tercatat dalam database PadatiWEB. Berikut adalah output
tabeling yang digunakan untuk melihat pemenuhan indikator ini.
Sekolah/Madrasah Menurut Kepemilikan Ruang Guru
Jml Sekolah Ruang Guru Total
Jenis & Status 0 1
Sekolah Dasar 53 47 100
Negeri 49 46 95
Swasta 4 1 5
Madrasah Ibtidaiyah 2 1 3
Negeri 1 1
Swasta 2 2
Grand Total 55 48 103
Alternatif Kebijakan
• Melakukan pembangunan Ruang Guru
• Melakukan konversi Ruang Kelas yang tidak terpakai atau ruang lainnya menjadi ruang guru
91www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Analisis Lebih Lanjut
Salah satu alternatif adalah konversi ruang kelas yang tidak terpakai untuk menjadi ruang guru. Untuk itu
kita akan adakah sekolah yang memiliki kelebihan ruang kelas.
Jumlah Sekolah/Madrasah dengan kemungkinan konversi Ruang Kelas menjadi Ruang Guru
Jenis danStatus Sekolah
Ruang Guru
Total0 1
Tidak Lebih RK
Lebih RK
Sekolah Dasar 46 7 47 100
Negeri 42 7 46 95
Swasta 4 1 5
Madrasah Ibtidaiyah 2 1 3
Negeri 1 1
Swasta 2 2
Total 46 9 48 103
Dalam tabel di atas terlihat bahwa dari 55 sekolah yang tidak memiliki ruang guru, ternyata 9 sekolah
diantaranya memiliki kelebihan ruang kelas yang bisa dikonversi menjadi ruang guru.
d) Analisis IP-4.3 dan IP-4.4 (kecukupan sarana Ruang Guru)
Untuk analisis kebutuhan sarana di Ruang Guru, karena meja dan kursi guru juga merupakan komponen
yang dihitung dalam indikator SPM IP-2.3 dan IP-2.4, maka kecukupan meja dan kursi guru akan dihitung
dalam indikator SPM tersebut. Untuk mempermudah penjelasan teknik penghitungan, maka kebutuhan
akan lemari untuk setiap guru juga akan dihitung dalam pemenuhan SPM IP-2.3 dan IP-2.4
e) Analisis IP-4.5 (kecukupan Ruang Kepala Sekolah)
Hampir sama dengan indikator SPM IP-4.1. dan IP-4.2., kita dapat melakukan identifikasi pemenuhan
indikator ini melalui variabel jumlah Ruang Kepala Sekolah yang dicatat dalam PadatiWEB. Berikut adalah
contoh tabel untuk melihat berapa banyak SMP/MTs yang sudah memenuhi SPM.
92 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Jumlah Sekolah/Madrasah dengan kemungkinan konversi Ruang Kelas menjadi Ruang Kepsek
Jenis danStatus Sekolah
Ruang Kepsek
Total0 1
Kurang RK Lebih RK 1
Lebih RK > 1
Madrasah Tsanawiyyah 2 5 7
Negeri 1 2 3
Swasta 1 3 4
Sekolah Menengah Pertama 5 2 6 15 28
Negeri 5 2 4 15 26
Swasta 2 2
Grand Total 5 2 8 20 35
Tabel di atas menunjukkan masih ada 15 SMP/MTs yang tidak memiliki Ruang Kepala Sekolah, 10
diantaranya memiliki kelebihan ruang kelas yang dapat dikonversi menjadi Ruang Kepala Sekolah.
Alternatif Kebijakan
• Melakukan pembangunan Ruang Kepala Sekolah
• Melakukan konversi Ruang yang tidak terpakai atau ruang lainnya menjadi ruang guru
4. SPM 5 – Kecukupan Guru Kelas SD/MI
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru
untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam)
orang guru untuk setiap satuan pendidikan,
dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang
guru setiap satuan pendidikan.
93www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
5-1 Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru kelas untuk setiap rombongan belajar
c) Analisis IP-5.1
Indikator SPM IP-5.1, dihitung dengan melihat Rasio Guru Kelas terhadap Rombel (Guru Kelas/
Rombel) dengan rumus berikut ini:
Rasio Guru Kelas per Rombongan Belajar =Jumlah Guru Kelas
Jumlah Rombongan Belajar
Hasil rasio ini pada idealnya ada pada angka 1, yaitu satu guru untuk satu rombongan belajar,
sementara angka di atas satu menggambarkan adanya kelebihan guru, sedangkan angka di bawah
satu menunjukkan kekurangan guru.
Rasio ini dapat digunakan baik untuk analisis di tingkat sekolah ataupun analisis di tingkat kecamatan
dan kabupaten/kota. Analisis menyeluruh membutuhkan dua tingkat analisis tersebut, dan dalam
perhitungan SPM ini kita akan melihat analisis di tingkat wilayah terlebih dahulu.
Rasio Guru Kelas per Rombel di tingkat Kabupaten/Kota
Jenis & Status Jml Guru Kelas Jml Rombel Rasio Guru Kelas +/- GK
Madrasah Ibtidaiyah 21 14 2.4 7
Sekolah Dasar 1,045 659 1.7 386
Grand Total 1,066 673 1.7 393
Seperti kita lihat dari contoh di atas, rasio di tingkat kabupaten keseluruhan (1,7 guru kelas per rombel)
menunjukkan bahwa jumlah guru kelas yang ada sudah mencukupi, bahkan kelebihan 393 orang.
Kita dapat melihat gambaran lebih mendetail mengenai rasio ini bila kita menghitung rasio ini di tingkat
lebih rendah lagi, seperti di tingkat kecamatan.
94 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Jumlah Sekolah berdasarkan perselisihan diantar jumlah Guru Kelas dan jumlah Rombel di tingkat Kecamatan
KecamatanKekurangan dan kelebihan Guru Kelas dibandingkan
dengan jumlah Rombel
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tot
Kec. Pulau Banyak 1 1 1 2 1 6
Kec. Singkil 1 1 3 1 3 1 1 4 2 17
Kec. Singkil Utara 2 2 1 1 2 8
Kec. Kuala Baru 1 1 1 3
Kec. Gunung Mariah 1 4 2 3 3 2 2 4 1 22
Kec. Simpang Kanan 1 3 1 1 2 3 1 1 13
Kec. Danau Paris 1 1 1 1 1 1 1 7
Kec. Suro Makmur 1 1 2 2 2 1 2 11
Kec. Singkohor 1 1 1 2 1 6
Kec. Kuta Baharu 1 1 4 1 2 1 10
Total 1 2 6 11 6 14 10 9 13 9 7 4 5 5 1 103
Dari tabel di atas, kita dapat melihat beberapa informasi menarik bahwa selain ada disparitas kecukupan guru
antar kecamatan, juga ada dipsaritas di dalam kecamatan sendiri, seperti di Kecamatan Singkil, Danau Paris
dan Kuta Baharu, kita melihat disparitas antar Satuan Pendidikan, dimana lebih banyak sekolah yang surplus
namun masih ada sekolah yang kekurangan.
Dua tabel diatas memberikan gambaran mengenai ketersediaan dan kebutuhan guru kelas di masing-masing
wilayah, tetapi SPM mensyaratkan semua SD/MI, maka kita harus melakukan analisis di tingkat sekolah untuk
mengetahui pemenuhan SPM IP-5 ini.
Berlawanan dengan kondisi yang cukup baik ketika kita melihat rasio Guru Kelas/Rombel di tingkat wilayah
yang menunjukkan ketersediaan guru kelas yang cukup. Rasio Guru Kelas/Rombel di tingkat sekolah ternyata
menunjukkan 9% sekolah (9 sekolah) masih memiliki kekurangan guru, walaupun secara makro guru kelas
sudah berlebih.
Untuk sementara, kita dapat menyimpulkan adanya sekolah yang belum memenuhi SPM lebih disebabkan
karena kurang efektifnya distribusi Guru Kelas, dan bukan karena kurangnya ketersediaan guru kelas.
95www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Alternatif Kebijakan
• Melakukan pemindahan guru kelas PNS dari SD Negeri yang kelebihan guru kelas kepada SD Negeri
yang kekurangan.
• Melakukan penugasan PNS agar diperbantukan/diperkerjakan di SD/MI swasta.
• Menawarkan insentip khusus untuk guru yang bersedia ditempatkan di pelosok.
• Melakukan perekrutan Guru Kelas baru.
• Penggabungan sekolah untuk SD Negeri kecil yang kekurangan guru.
• Menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah di daerah khusus.
5. SPM 6 – Kecukupan Guru Mata Pelajaran SMP/MTs
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus
tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran.
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
6-1 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Pendidikan Agama*
6-2 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan*
6-3 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Bahasa Indonesia*
6-4 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris
6-5 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Matematika*
6-6 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam*
6-7 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial*
6-8 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Seni Budaya*
6-9 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan*
6-10 Di setiap SMP/MTs tersedia guru yang cukup untuk setiap mata pelajaran Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi*
96 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Analisis IP-6.5.
Analisis IP-6 membutuhkan analisis untuk dilakukan secara dua tahap. Pertama adalah identifikasi sekolah
yang masih mengalami kekurangan guru (belum memenuhi SPM), dan yang kedua adalah menghitung
total tambahan kebutuhan guru agar sekolah-sekolah tersebut memenuhi SPM. Dalam analisis ini
diasumsikan bahwa semua guru PNS mengajar 24 jam, sementara guru non PNS mengajar sesuai
faktanya dan diequivalenkan (Full Time Equivalent) dengan guru PNS.
Untuk menghitung kebutuhan guru digunakan rumus sebagai berikut:
Kebutuhan Guru (mata pelajaran) =Jumlah Rombel × Jam Per Minggu (mata pelajaran)
Kebutuhan Guru (mata pelajaran)
SMP/MTs menurut Kebutuhan Guru Mata Pelajaran di Kabupaten
Mata Pelajaran Jumlah Guru PNS
Jml FTE Guru Non PNS
Ketersediaan Guru
Kebutuhan Guru
Lebih/Kurang -3
Bahasa Indonesia 39 16 55 34 21Bahasa Inggris 35 18 53 34 19Ilmu Pengetahuan Alam 43 22 65 34 37Ilmu Pengetahuan Sosial 61 24 85 34 51Ketrampilan/TIK - 0 0 17 (17)Matematika 38 20 58 24 25Pendidikan Agama Islam 38 19 58 17 41Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 19 8 27 17 10PPKN 35 9 44 17 27Seni Budaya 17 9 26 17 9Grand Total 326 146 472 254 218
Tabel di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya bila semua guru PNS mengajar 24 jam, jumlah guru mapel
telah mencukupi, bahkan berlebih, namun demikian masih kekurangan untuk guru TIK. Sedangkan bila
dilihat distribusinya di tingkat sekolah (contoh untuk mapel Matematika) terlihat meskipun secara makro telah
mencukupi ternyata masih ada 13 sekolah yang kekurangan guru mapel tersebut, seperti tertera dalam tabel
berikut.
97www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
SMP/MTs menurut kecukupan Guru Mata Pelajaran di Kabupaten
Kabupaten Kab. AcehMata Pelajaran Matematika
Jml Sekolah Lebih Kurang Grand TotalJenis & Status -5 -2 -1 0 1 2 3 4
Sekolah Menengah Pertama 1 2 4 2 10 4 4 1 28Negeri 1 1 4 2 9 4 4 1 25Swasta 1 1 2
Madrasah Tsanawiyyah 6 1 7Negeri 2 1 3Swasta 4 4
Grand Total 1 2 10 2 10 5 4 1 35
Alternatif Kebijakan
• Dilakukan praktek guru mengajar di lebih dari satu sekolah (mobilitas guru)
• Redistribusi guru antar sekolah
• Retraining guru, guru mata pelajaran lain (misal: IPA) diberikan pembekalan sebagai guru matematika
(Mengambil S1/D-IV Matematika)
• Pengangkatan guru baru
Analisis Lebih Lanjut
Salah satu alternatif kebijakan adalah adanya praktek mobilitas guru. Dimana penghitungan pemenuhan SPM
dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa guru bisa mengajar di lebih dari satu sekolah.
Untuk itu kita akan penghitungan total kebutuhan guru kita lakukan dengan melihat juga sekolah-sekolah yang
memiliki kelebihan guru, dan bagaimana bila kelebihan jam guru ini digunakan untuk mengajar di sekolah lain.
98 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
6. SPM 7 – Kualifikasi Guru SD/MI
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2
(dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik.
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM
7-1 Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV.
7-2 Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memiliki sertifikat pendidik.
c) Analisis IP-7.1
Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi pendidikan guru yang tercatat dalam
SIM-NUPTK yang diagregatkan di tingkat sekolah untuk menghitung berapa guru dalam satu sekolah
yang sudah memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV.
Jumlah Sekolah/Madrasah menurut Jumlah Guru S1
Jenis & Status Sekolah
Jumlah Guru S1Total
SekolahBelum memenuhi SPM Memenuhi
SPM0 1 2 atau lebih
Sekolah Dasar 30 26 44 100Negeri 28 25 42 95Swasta 2 1 2 5
Madrasah Ibtidaiyah 2 1 3Negeri 1 1Swasta 2 2
Total 32 26 45 103
Dari tabel ini kita bisa melihat bahwa ada 58 sekolah (56%) yang belum memenuhi SPM. Dan dari output ini
kita juga bisa menghitung berapa jumlah guru S1 yang dibutuhkan agar 214 sekolah ini bisa memenuhi SPM.
99www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Kebutuhan Guru S1 = Sekolah × ( 2 - n )
Kebutuhan Guru S1 = ( Sekolah 0 Guru S1 × 2 ) + ( Sekolah 1 Guru S1 ×1)
Kebutuhan Guru S1 = ( 51 × 2 ) + ( 163 × 1 ) = 265
Alternatif Kebijakan
• Melakukan peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D-IV
• Melakukan perekrutan guru baru yang sudah memenuhi kualifikasi S1/D-IV
• Melakukan pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru S1/D-IV ke sekolah yang
kekurangan guru S1/D-IV
d) Analisis IP-7.2 Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi sertifikasi guru yang tercatat dalam
SIM-NUPTK yang diagregatkan di tingkat sekolah untuk menghitung berapa guru dalam satu sekolah
yang sudah memiliki sertifikasi pendidik. Rumus yang digunakan sama dengan IP 7.1.
Alternatif Kebijakan
• Menyusun prioritas sertifikasi guru untuk sekolah yang kekurangan guru bersertifikasi
• Melakukan perekrutan guru baru yang sudah bersertifikasi
• Melakukan pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru bersertifikasi ke sekolah yang
kekurangan guru bersertifikasi
7. SPM 8 – Kualifikasi Guru SMP/MTs
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70%
danseparuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah
khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.
100 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM8-1 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak
70% atau lebih8-2 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademikS-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik sebanyak 35% lebih
c) Analisis IP-8.1
Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi pendidikan guru yang tercatat dalam
SIM-NUPTK yang diagregatkan di tingkat sekolah untuk menghitung berapa guru dalam satu sekolah
yang sudah memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV.
Jumlah Sekolah/Madrasah menurut Persentase Guru S1
Jenis & Status SekolahJml Guru S1
Total<35% 35-<70% >=70%
Madrasah Tsanawiyyah 3 4 7Negeri 1 2 3Swasta 2 2 4
Sekolah Menengah Pertama 5 16 7 28Negeri 5 16 5 26Swasta 2 2
Grand Total 5 19 11 35
Dari output ini kita bisa melihat bahwa ada 24 sekolah (68%) yang belum memenuhi SPM. Analisis ini
bisa diperdalam dengan menghitung berapa jumlah guru S1 yang dibutuhkan agar 24 sekolah ini bisa
memenuhi SPM.
Alternatif Kebijakan
• Melakukan peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D-IV
• Melakukan perekrutan guru baru yang sudah memenuhi kualifikasi S1/D-IV
101www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Melakukan pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru S1/D-IV ke sekolah yang
kekurangan guru S1/D-IV
Catatan: Untuk alternatif menyusun prioritas peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D-IV akan
lebih tepat sasaran bila prioritas disusun bersama dengan pemenuhan IP-9 yang mensyaratkan
minimal satu guru mata pelajaran matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris harus
berkualifikasi S1/D-IV dan bersertifikat pendidik.
d) Analisis IP-8.2
Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi sertifikasi guru yang tercatat dalam
SIM-NUPTK yang diagregatkan di tingkat sekolah untuk menghitung berapa guru dalam satu sekolah
yang sudah memiliki sertifikasi pendidik.
Jumlah Sekolah/Madrasah menurut persentase Jumlah Guru S1/D-IV Bersertifikat Pendidik
Nama SekolahJml Guru S-1 Bersertifikat
Total<35% 35% - <70% >=70%
Madrasah Tsanawiyyah 9 9Negeri 3 3Swasta 6 6
Sekolah Menengah Pertama 19 6 1 26Negeri 14 6 20Swasta 5 1 6
Grand Total 30 6 1 35
Alternatif Kebijakan
• Menyusun prioritas sertifikasi guru untuk sekolah yang kekurangan guru bersertifikasi.
• Melakukan perekrutan guru baru yang sudah bersertifikasi.
• Melakukan pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru bersertifikasi ke sekolah yang
kekurangan guru bersertifikasi.
102 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Catatan: Untuk alternatif menyusun prioritas sertifikasi guru akan lebih tepat sasaran bila prioritas
disusun bersama dengan pemenuhan IP-9 yang mensyaratkan minimal satu guru mata pelajaran
matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris harus berkualifikasi S1/D-IV dan
bersertifikat pendidik.
8. SPM 9 – Kualifikasi Guru Mata Pelajaran SMP/MTs
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris.
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM9-1 Di setiap SMP/MTs tersedia minimal satu guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan
telah memiliki sertifikat pendidik untuk mata pelajaran Matematika.9-2 Di setiap SMP/MTs tersedia minimal satu guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan
telah memiliki sertifikat pendidik untuk mata pelajaran IPA.9-3 Di setiap SMP/MTs tersedia minimal satu guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan
telah memiliki sertifikat pendidik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.9-4 Di setiap SMP/MTs tersedia minimal satu guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan
telah memiliki sertifikat pendidik untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.
c) Analisis IP-9.1
Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi sertifikasi guru yang tercatat
dalam SIM-NUPTK yang diagregatkan di tingkat sekolah untuk apakah sudah ada guru berkualifikasi
akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk mata pelajaran Matematika
103www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Jumlah Sekolah/Madrasah menurut Jumlah Guru Matematika S1/D-IV dan/atau Bersertifikat Pendidik
Mata PelajaranMatematika
Jumlah Guru S1di sekolahTotal
Bersertifikasi atau belum 0 1 2 3 4 5 8Sudah 13 10 5 3 1 1 33Belum 1 1 2Total 13 10 6 3 1 1 1 35
Dari tabel diatas kita melihat bahwa hanya 15 sekolah (ditandai merah mudah) dari SMP/MTs (42%)
yang memiliki Guru Matematika tidak memenuhi SPM karena kualifikasi belum S1/D-IV atau belum
memiliki sertifikat pendidik.
Alternatif Kebijakan
• Meningkatkan kualifikasi akademik guru matematika yang belum S1/D-IV
• Menyusun prioritas sertifikasi guru untuk sekolah yang kekurangan guru mata pelajaran
matematika bersertifikasi,
• Melakukan perekrutan guru matematika baru yang sudah berkualifikasi S1/D-IV dan juga telah
bersertifikasi
• Melakukan pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru yang memenuhi syarat SPM ke
sekolah yang kekurangan guru tersebut.
Catatan: Untuk alternatif menyusun prioritas peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru akan lebih
tepat sasaran bila prioritas disusun bersama dengan pemenuhan IP-8 yang mensyaratkan 70% guru
harus S1/D-IV dan 35% dari guru itu bersertifikat pendidik.
d) Analisis IP-9.2, IP-9.3, Analisis IP-9.4
Untuk analisis beberapa IP ini, secara garis besar sama dengan analisis IP-9.1., hanya berbeda dalam
mata pelajaran yang akan dianalisis.
104 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
9. SPM 10 – Kualifikasi Kepala SD/MI
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM10-1 Semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan memiliki sertifikat
pendidik
c) Analisis IP-10.1
Untuk melakukan analisis indikator SPM ini kita menggunakan data guru yang tercatat dalam SIM-
NUPTK. Berikut ini adalah contoh pivot yang digunakan untuk melihat berapa banyak kepala sekolah
yang sudah memenuhi SPM.
Kepala Sekolah dan Madrasah menurut Tingkat Pendidikannya
SertifikasiTingkat Pendidikan
TotalSMA D2 S1
Lulus 5 6 11Belum 22 13 24 59Total 22 18 30 70
Alternatif Kebijakan
• Memberikan beasiswa untuk peningkatan kualifikasi akademik kepala sekolah.
• Memprioritaskan sertifikasi pendidik untuk kepala sekolah.
• Melakukan promosi/pengangkatan kepala sekolah baru yang sudah S1/D-IV yang sudah
bersertifikasi.
105www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pengalaman Praktek yang Baik dari Berbagai Daerah:
KREATIVITAS KEPALA SEKOLAH DASAR DAN MADRASAH DALAM MENGELOLA SEKOLAH
(Kab. Blitar, Kab. Probolinggo, Kab. Kebumen, Kab. Banyuwangi)
Kepala Sekolah “mengajak dan memberi contoh” tidak “memerintah”, menciptakan suasana agar semua warga merasa “Sekolahku adalah Istanaku” melalui Transparan
dalam hal keuangan, program-program dikembangkan secara musyawarah dan dipertanggungjawabkan bersama…
10. SPM 11 – Kualifikasi Kepala SMP/MTs
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM11-1 Semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV, dan memiliki sertifikat
pendidik
Pengalaman Praktek yang Baik dari Berbagai Daerah:
PERAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MEMAJUKAN MANAJEMEN DAN PEMBELAJARAN
(Kab. Magetan, Kab. Banyuwangi, Kab. Semarang)
Pelajaran yang dapat diambil (SPM yang telah menerapkan MBS) adalah:• Kepala sekolah telah berfungsi sebagai Educator, Motivator, Administrator,
Supervisor, Leadership, Inovator, dan Managerial;• Adanya kepercayaan dari warga sekolah/stakeholder;• Warga sekolah dapat mengembangkan potensinya;• Mampu menjalin kerjasama dengan warga sekolah/stakeholder;• Adanya keterbukaan oleh warga sekolah.
106 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Analisis
Analisis SPM IP 11-1 dan IP 11-2 ini menggunakan analisis yang sama dengan SPM IP-10, hanya
SPM IP-10 adalah untuk Kepala SD/MI, sedangkan SPM IP-11 berkonsentrasi pada Kepala SMP/MTs.
11. SPM 12 – Kualifikasi Pengawas
a) Uraian Standar Pelayanan Minimal
Di setiap Kabupaten/Kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
b) Rincian Indikator SPM
Nomor Indikator SPM12-1 Semua pengawas berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV, dan memiliki sertifikat
pendidik
c) Analisis
Analisis SPM IP 12-1 dan IP 12-2 ini menggunakan analisis yang sama dengan SPM IP-10, hanya
SPM IP-10 adalah untuk Kepala SD/MI, sedangkan SPM IP-12 berkonsentrasi pada pengawas
sekolah dan madrasah
Penghitungan dengan Menggunakan Variabel Proxi
Beberapa butir SPM seperti kecukupan buku teks untuk siswa, perlengkapan dan peralatan laboratorium
IPA untuk SMP/MTs, serta alat praktik IPA untuk SD/MI tidak pernah tercatat secara baik dalam database
PadatiWEB, dan tentu saja SIMNUPTK. Untuk kebutuhan memetakan capaian kinerja memerlukan pendataan
khusus yang akan dilakukan oleh Pengawas (dengan menggunakan Form Pendataan Sekolah).
107www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Selain butir-butir SPM tersebut, ada beberapa butir SPM lainnya yang pemenuhannya menimbulkan biaya
dengan sifat berulang seperti Dukungan Pengembangan Kurikulum (SPM 13) dan Kunjungan Pengawas (SPM 14).
Untuk menghitung biaya pemenuhan SPM tersebut, dilakukan penghitungan melalui proxi, yaitu penghitungan
pemenuhan SPM dengan variabel selain variabel yang menjadi obyek dalam indikator SPM. Asumsi yang
digunakan adalah capaian kinerja dianggap 0% sehingga gap yang harus dipenuhi adalah 100%. Namun
demikian perhitungan melalui proxy akan disempurnakan bila ada data pendukung.
Setelah menghitung besaran variabel proxy tersebut penghitungan biaya pemenuhan SPM dihitung sebagai
pembiayaan yang berulang yang mencakup seluruh sekolah/madrasah.
Indikator SPM dengan Variabel Proxi-nya
Nomor Indikator SPM Variabel Proxi Biaya Dihitung3-2 Laboratorium IPA dilengkapi dengan minimal satu set
peralatan praktek IPAJumlah laboratorium IPA
Biaya alat dan Perlengkapan Lab IPA
13 Dinas Pendidikan melaksanakan kegiatan yang mendukung pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran
Jumlah Sekolah/ Madrasah
Biaya kegiatan dukungan kurikulum per satuan pendidikan
14 Pengawas melakukan kunjungan ke satuan/pendidikan
Jumlah Sekolah/ Madrasah
Biaya/ insentif kunjungan pengawas
15 Setiap SD/MI menyediakan buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS untuk setiap peserta didik
Jumlah Siswa SD/MI
Biaya pengadaan buku
16 Setiap SMP/MTs menyediakan satu set buku teks yang berisi buku teks siswa untuk semua mata pelajaran
Jumlah Siswa SMP/MTs
Biaya pengadaan paket buku
17 Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA Jumlah SD/MI Biaya pengadaan alat peraga
18-1 Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan Jumlah SD/MI Biaya pengadaan paket buku
18-2 Setiap SD/MI memiliki 10 buku referensi Jumlah SD/MI Biaya pengadaan buku
18-3 Setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan Jumlah SMP/MTs Biaya pengadaan paket buku
108 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
1. Pemenuhan SPM-3 (Laboratorium IPA)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-3 secara analisis dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
• Di akhir umur pakai setiap komponen alat praktik IPA setiap alat praktik IPA harus digantikan dengan
alat yang baru.
• Untuk meyakinkan bahwa setiap laboratorium praktik IPA terjaga kelengkapannya, maka secara
berkala akan dialokasikan anggaran untuk pengadaan alat praktik tersebut.
• Besar anggaran dialokasikan setiap tahun adalah sebanyak alat yang dibutuhkan dibagi dengan umur
pakai alat tersebut.
Bila asumsi ini dirumuskan dalam perhitungan akan menjadi menjadi formula berikut:
Pemenuhan Alat Lab IPA = Jumlah Lab IPA × Jumlah alat IPA × Harga alat IPA
Umur Pakai alat IPA
Alat-alat IPA yang dihitung di sini secara detail dapat dilihat pada Annex 2. Untuk harga masing-masing
alat dapat menggunakan Standar Harga Tertinggi yang berlaku di Kabupaten/Kota. Umur pakai masing-
masing alat dan perlengkapan alat IPA sebetulnya berbeda, tetapi secara umum menggunakan umur pakai
lima tahun.
Alat-alat IPA yang dihitung disini secara detail dapat dilihat pada Annex 2. Untuk harga masing-masing alat
dapat menggunakan Standar Harga Tertinggi yang berlaku di Kabupaten/Kota. Umur pakai masing-masing
alat dan perlengkapan alat IPA sebetulnya berbeda, tetapi secara umum menggunakan umur pakai lima
tahun.
2. Pemenuhan SPM-13 (Pengembangan Kurikulum)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-13 secara analisis dilakukan dengan asumsi bahwa dinas akan
menyelenggarakan program/kegiatan dukungan pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran yang
efektif. Dari anggaran telah lalu, atau sumber perhitungan anggaran lainnya, kita dapat memperoleh biaya
program/kegiatan tersebut per sekolah/madrasah – yang kemudian dapat dikalikan ke jumlah sekolah/
madrasah yang ada.
109www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dukungan Kurikulum SD = Jumlah SD MI ×10 × biaya satuan
3. Pemenuhan SPM-14 (Kunjungan Pengawas)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-14 secara analisis dilakukan dengan asumsi bahwa setiap aktivitas
kunjungan pengawas di sekolah/madrasah akan menimbulkan biaya. Maka biaya pemenuhan SPM ini
akan dihitung dengan mengkalikan jumlah kunjungan pengawas yang diperlukan dengan biaya/insentif per
kunjungan yang dikeluarkan/diterima pengawas.
Kunjungan Pengawas SD = Jumlah SD MI × 10 × biaya per kunjungan
Kunjungan Pengawas SMP = Jumlah SMP MTs × 10 × biaya perkunjungan
4. Pemenuhan SPM-15, SPM-16 (Kecukupan Buku Teks)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-15 dam
SPM-16 secara analisis dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut:
• Di akhir umur pakai buku maka setiap buku
harus digantikan dengan buku baru.
• Untuk meyakinkan bahwa buku selalu
tersedia untuk setiap siswa, maka secara
berkala akan dialokasikan anggaran untuk
pengadaan buku tersebut.
• Besar anggaran dialokasikan setiap tahun
adalah sebanyak buku yang dibutuhkan dibagi dengan umur buku tersebut.
Bila asumsi ini dirumuskan dalam perhitungan akan menjadi menjadi formula berikut:
Pemenuhan Buku Teks mapel = Jumlah Siswa × Harga Buku mapel
Umur Pakai Buku mapel
110 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Harga buku yang menggunakan Standar Harga Tertinggi yang berlaku di Kabupaten/Kota, sedangkan umur
pakai buku yang digunakan adalah tiga tahun.
5. Pemenuhan SPM-17 (Alat Peraga IPA)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-17 secara analisis dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
• Di akhir umur pakai setiap komponen alat peraga IPA setiap alat peraga IPA harus digantikan dengan
alat yang baru.
• Untuk meyakinkan bahwa setiap laboratorium peraga IPA terjaga kelengkapannya, maka secara
berkala akan dialokasikan anggaran untuk pengadaan alat peraga tersebut.
• Besar anggaran dialokasikan setiap tahun adalah sebanyak alat yang dibutuhkan dibagi dengan umur
pakai alat tersebut
Bila asumsi ini dirumuskan dalam perhitungan akan menjadi menjadi formula berikut:
Alat Peraga IPA = Jumlah SD MI × Jumlah alat IPA × Harga alat IPA
Umur Pakai alat IPA
Yang termasuk alat Peraga IPA adalah:
• Model kerangka manusia
• Model tubuh manusia
• Bola dunia (Globe)
• Contoh peralatan optic
• Kit IPA untuk eksperimen dasar
• Poster/carta IPA
Untuk harga masing-masing alat dapat menggunakan Standar Harga Tertinggi yang berlaku di Kabupaten/
Kota. Umur pakai masing-masing alat dan perlengkapan alat IPA sebetulnya berbeda, tetapi secara umum
menggunakan umur pakai lima tahun.
111www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
6. Pemenuhan SPM-18 (Buku Pengayaan dan Buku Referensi)
Penghitungan biaya pemenuhan SPM-18 secara analisis dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
• Di akhir umur pakai buku maka setiap buku
harus digantikan dengan buku baru.
• Untuk meyakinkan bahwa buku selalu
tersedia untuk setiap siswa, maka secara
berkala akan dialokasikan anggaran untuk
pengadaan buku tersebut.
• Besar anggaran dialokasikan setiap tahun
adalah sebanyak buku yang dibutuhkan
dibagi dengan umur buku tersebut.
Bila asumsi ini dirumuskan dalam perhitungan akan menjadi menjadi formula berikut:
Pemenuhan Buku
= Jumlah Sekolah Madrasah
×
jenis buku
Jumlah jenis buku × Harga jenis buku
Umur Pakai jenis buku
Setiap SD/MI membutuhkan 100 judul buku pengayaan, dan SMP/MTs membutuhkan 200 judul buku
pengayaan (SPM IP-18). Mengenai jumlah buku per judul akan menjadi kebijakan dari masing-masing
kabupaten/kota.
Harga buku bisa diambil dari Standar Harga Tertinggi, sedangkan umur pakai standar adalah tiga tahun,
tetapi karena buku pengayaan dan buku referensi tingkat penggunaannya lebih rendah dari buku teks
–dan perubahan kurikulum yang menyebabkan buku teks menjadi tidak dapat digunakan tidak begitu
mempengaruhi buku pengayaan dan referensi.
112 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Referensi di CD yang Terlampir
CD yang terlampir dilengkapi dengan file sebagai berikut
a) Peraturan
• Petunjuk Teknis SPM Perhitungan Indikator Pencapaian (Peraturan Dirjen Mandikdasmen No: 575/C/
KEP/OT/2010, 28 Desember 2010)
• Lampiran Permendikbud No 23 Th 2013 tentang Pengintegrasian SPM dalam Perencanaan &
Penganggaran Kabupaten/Kota; Perhitungan Indikator Pencapaian (IP); Analisa Standar Belanja.
b) Templat
• Templat 3a Lembar Kerja Costing SPM (dalam bentuk spreadsheet excel)
• Templat 3b Lembar Kerja Harga Satuan kegiatan Utk Kalkulasi Biaya SPM
• Templat 3c data umum capaian-kebijakan-biaya
• Templat 3d Form Pendataan Sekolah (Proxy)
c) Lembar Latihan
• Lembar Latihan 3a SPM Bidang Pendidikan Dasar Relevan Dengan Kegiatan MBS
• Lembar latihan 3b SPM Bidang Pendidikan Dasar dan Manajemen Berbasis Sekolah
• Lembar Latihan 3c SPM dan Kesesuaian Dengan Kebijakan Daerah
• Lembar Latihan: Pemetaan Capaian, Analisis Gap, Analisis Penyebab, Perumusan program-kegiatan
dan biaya.
d) Contoh
• Contoh 3a Teknik Identifikasi Faktor Penyebab Kesenjangan/Gap dengan Fish bone dan problem tree
(pohon masalah)
• Contoh 3b lembar Kerja Data Simulasi Kota Beluga
113www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Contoh 3c Analisis Kesenjangan Pencapaian dan Target SPM di Tingkat Satuan Pendidikan
• Contoh analisis pencapaian SPM manajemen berbasis sekolah (MBS)
• Contoh analisis pencapaian SPM Perhitungan BOSP
• Contoh analisis pencapaian SPM Distribusi guru (DGP)
114 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 4Integrasi Hasil Costing SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran
Tujuan Pembelajaran
Modul inimembahas tindak lanjut dari penyusunan usulan rencana pemenuhan SPM pendidikan dasar
sampai usulannya diterima dalam recnancan kerja tahunan, dan anggaran dialokasikan dalam dokumen
pelaksanaan anggaran untuk setiap instansi yang berperan dalam proses pemenuhan SPM.
Pendahuluan
SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga menjadi acuan dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung
115www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
jawaban di daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan urusan wajib. Pada setiap SPM dari seluruh SKPD yang memberikan pelayanan
wajibada indikator (tolok ukur) yang disusun sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD) dan rencana stratejik daerah. Tiap satuan kerja harus menyusun rencana strategis agar
dapat mencapai SPM yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian dijabarkan dalam rencana kerja
SKPD.
Rencana pemenuhan SPM perlu disinkronkan dan diintregrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi SKPD (Renstra SKPD). Target tahunan pemenuhan
SPM dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD), APBD, sampai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA),.
Pentingnya pengintegrasian rencana pemenuhan SPM ke dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah secara ekplisit telah disebutkan dalam berbagai peraturan. Di dalam Permendagri
79/2007 hal tersebut dinyatakan pada Bab V dan VI. Dalam Permendagri 54/2010 tentang Tata Cara
Penyusunan Dokumen Perencanaan Daerah juga telah mencantumkan posisi SPM dalam proses
penyusunan perencanaan daerah. Evaluasi pelaksanaannya juga telah secara jelas dicantumkan dalam
PP 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.Peraturan lain yang menggambarkan kedudukan SPM
dalam rencana pembangunan daerah adalah PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana pencapaian SPM bukan sebuah dokumen
perencanaan tersendiri namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan
pembangunan daerah.
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
1. Peraturan Perundang-undangan tentang Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Dokumen perencanaan pembangunan daerah mengacu pada beberapa produk perundang-undangan dan
peraturan-peraturan :
1. UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
116 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah Jo UU 12 tahun 2008
5. PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Negara
6. Permendagri 13/2006 Jo Permendagri 21/ 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
7. PP 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah
8. Permendagri 54/2010 tentang Pelaksanaan PP 8/2008
2. Skema Sistem Perencanaan dan Penganggaran Nasional
Catatan
• Pertama; bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan anggaran, sehingga program kerja dan kegiatan yang direncanakan akan sesuai dengan
kemampuan pembiayaan yang tersedia. Oleh karena itu perencanaan jangka menengah daerah harus
dilengkapi dengan dokumen perencanaan pembiayaan jangka menengah.
• Kedua; seluruh satuan kerja Perangkat Daerah melaksanakan program kerja dan kegiatan
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/lembaga ditiap tingkat pemerintahan.
• Ketiga; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dikelola berdasarkan prestasi kerja/
anggaran kinerja, yang berarti program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan
APBD harus dirumuskan secara jelas dan terukur apa output dan outcome-nya.
117www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Korelasi SPM dengan Sistem Perencanaan dan Penganggaran Nasional
Keterkaitan Peraturan dalam Pelaksanaan SPM
118 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Diagram Skematik Siklus Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Integrasi SPM dalam Dokumen Perencanaan dan Penganggaran
SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk
menyusunperencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintahan Daerah
harus menyusun rencana aksipemenuhan SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM.
Dalam hal ini dibutuhkan analisis atau kajiankebutuhan pembiayaan pencapaian SPM (Costing).Rencana
aksi pencapaian SPM memperhatikan dan dituangkanke dalam RPJMD dan Renstra SKPD.Target
119www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam RKPD,Renja SKPD, KUA, RKA-SKPD sesuai kemampuan
keuangandaerah. Rencana aksi pencapaian target tahunan SPM sertarealisasinya diinformasikan kepada
masyarakat.
RKA-SKPD adalah masukan untuk proses penyusunan RAPBD, setelah RAPBD disahkan menjadi APBD
bersma DPRD, masing-masing SKPD menyusun DPA sebagai landasan pelaksanaan program-kegiatan. DPA
perlu disusun supaya para pelaksana di SKPD mengetahui secara detail bagaimana harus memenuhi target
SPM dan bagaimana sumberdaya dialokasikan agar target dapat dipenuhi.
Catatan Penting :
• Ketersediaan data dasar atau capaian indikator SPM saat ini (tahun dasar)
• Melakukan estimasi target capaian untuk tahun perencanaan dan 3 tahun berikutnya
• Melakukan perhitungan pembiayaan untuk setiap target capaian indikator SPM
• Melakukan pemetaan setiap kegiatan capaian indikator SPM beserta pembiayaannya ke dalam kegiatan
dan program yang ada dalam dokumen perencanaan atau menciptakan kegiatan dan program baru dalam
dokumen perencanaan
• Menentukan skala prioritas rencana capaian SPM dalam dokumen perencanaan dikaitkan dengan
kapasitas pembiayaan danrencana capaian non SPM lainnya
• Melakukan revisi dan finalisasi rencana capaian SPM dan pembiayaannya dalam dokumen perencanaan
Tahapan Pengintegrasian SPM ke dalam Dokumen Perencanaan
• Dalam perumusan visi dan misi daerah yang berkaitan denganpeningkatan penyediaan layanan dasar bagi
masyarakat danpenanggulanan kemiskinan
• Pada tahap penetapan prioritas, di mana urusan wajib dan kewajiban daerah sudah tentu harus
diprioritaskan
• Pada tahap perumusan kebijakan dan prioritas sektor dalamRenstra SKPD
• Pada tahap penyusunan program-program indikatif tahunan untuk 5 (lima) tahun yang dilengkapi dengan
indikator-inikatorkinerjanya.
• Pada tahap perumusan dan penetapan kebijakan dan prioritas tahunan maupun program-program tahunan
dalam RKPD maupun Renja SKPD.
120 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Pada tahap proses partisipasi masyarakat melalui Musrenbang atau Forum Stakeholders atau Forum
SKPD, di mana para pemangku kepentingan menggunakan Daftar SPM sebagai referensi dan bahan
pembanding untuk menelaah program-program atau rencana tindak yang diusulkan
• Pada tahap perumusan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), di mana target-target pencapaian SPM dari
Urusan-urusan Wajib tertentu harus ditetapkan dalam KUA.
• Pada tahap penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD dan Rancangan APBD sebagai
kelanjutan dari penyusunan Renja SKPD dan Kebijakan Umum Anggaran dalam proses penganggaran
tahunan, di mana sasaran atau target pencapaian SPM tahunan ditetapkan dan dibiayai.
Proses Integrasi SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran
Berikut ini proses integrasi SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah:
1. Mengidentifikasi daftar SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Kementerian/Lembaga Teknis
Sektoral).
2. Mengkaji kondisi status pencapaian SPM sekarang di daerah.
3. Membandingkan pencapaian nilai SPM sekarang dengan daftar SPM yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Bila ada kesenjangan atau kekurangan dari nilai SPM, berarti ada masalah.
4. Identifikasi dan analisis masalah beserta penyebab masalah hingga ditemukan akar masalahnya.
5. Identifikasi dan analisis berbagai kemungkinan untuk menemukan solusi atau tuntutan kegiatan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Gunakan Daftar Standar Teknis yang telah
disusun dan diterbitkan oleh Departemen/Lembaga teknis/sektoral SPM yang bersangkutan.
6. Identifikasi kegiatan-kegiatan serta barang-barang dan jasa-jasa apa saja yang diperlukan untuk menutupi
kesenjangan pencapaian SPM.
7. Hitung ongkos atau biaya-biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan serta
mengadakan barang dan jasa yang teridentifikasi untuk mencapai SPM, baik biaya langsung maupun tidak
langsung (SPM Costing).
8. Identifikasi kapasitas sumber daya dan dana yang tersedia bagi upaya-upaya untuk mencapai SPM
9. Tetapkan berapa lama atau berapa tahun masalah-masalah atau kesenjangan tersebut di atas dapat
diselesaikan berdasarkan sumber daya tersedia dan dana yang tersedia, kemudian tetapkan juga target-
target tahunan pencapaian SPM.
121www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
10. Rumuskan program-program dan kegiatannya beserta indikator-indikator keluaran dan hasil (kinerja) serta
mekanisme kerja danorganisasi sebagai Rencana Tindak untuk menggali dan memobilisasisumber daya
dan dana yang diperlukan untuk mencapai SPM.
11. Integrasikan rencana tindak pencapaian SPM tersebut ke dalam Renstra dan Renja SKPD serta RPJMD
dan RKPD, sehingga akhirnya bisa dimasukkan juga kedalam RKA SKPD dan R/APBD.
12. Kendalikan pelaksanaan upaya-upaya tindakan (Implementasi Rencana Tindak) untuk mencapai SPM
melalui monitoring dan evaluasi (Monev) selama pelaksanaannya agar pencapaian SPM dapat berjalan
sesuai dengan rencana.
13. Evaluasi dampak dari program dan kegiatan pencapaian SPM apabila suatu tahap pelaksanaanya telah
selesai, untuk memperoleh pembelajaran dan umpan balik bagi perencanaan dan penyusunan rencana
tindak pencapaian SPM tahun-tahun selanjutnya.
Mekanisme Perencanaan Pembiayaan Pencapaian SPM
Mekanisme perencanaan pembiayaan pencapaian SPM pendidikan dasar (gambar 4) adalah sebagai berikut:
• Pemerintah kabupaten/kota menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing jenis pelayanan dalam
rangka pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja dan batas waktu pencapaian SPM yang
ditetapkan oleh pemerintah.
• Pemerintah kabupaten/kota daerah menetapkan batas waktu pencapaian SPM untuk daerahnya dengan
mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional, kemampuan dan potensi daerah masing-
masing.
• Pemerintah kabupaten/kota menetapkan target tahunan pencapaian SPM mengacu pada batas waktu
yang sudah ditentukan oleh masing-masing daerah.
• Pemerintah kabupaten/kota membuat rincian belanja untuk setiap kegiatan dengan mengacu pada rincian
belanja yang sudah ditetapkan oleh masing-masing daerah.
• Pemerintah kabupaten/kota dapat mengembangkan jenis kegiatan dari masing-masing jenis pelayanan
yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai kebutuhan daerahnya dalam
pencapaian SPM di daerah masing-masing.
• Pemerintahkabupaten/kotamenggunakanperencanaanpembiayaanpencapaianSPMpendidikandasaruntuk
melihat kondisi dan kemampuan keuangan daerahnya dalam mencapai SPM pendidikan dasar yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
122 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Apabila pembiayaan yang dibutuhkan dalam pencapaian SPM pendidikan dasar melebihi kemampuan
keuangan kabupaten/kota maka dapat dipilih prioritas kegiatan atau dicari sumber anggaran lainnya.
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RPJMD
Tercapainya standar pelayanan minimal merupakan tanggung jawab satuan kerja dalam menyediakan
pelayanan wajib kepada masyarakat. Di bidang Pendidikan tanggung jawab tersebut melekat di institusi Dinas
Pendidikan sebagai SKPD yang membidangi masalah Pendidikan. Dengan demikian keberhasilan pencapaian
SPM bidang Pendidikansangat dipengaruhi oleh kemampuan Dinas Pendidikan dalam menyusun rencana
pencapaian SPM serta menjabarkannyake dalam dokumen Rencana Pembangunan Daerah, mulai dari
RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja SKPD. Hasil costing SPM yang telah diperoleh sebagaimana dijelaskan
pada pokok bahasan sebelumnya, tidak akan banyak bermanfaat jika angka tersebut tidak menjadi input dalam
proses penyusunan rencana pembangunan daerah.
RPJMDmerupakan suatu dokumen rencana resmi daerah untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam
jangka waktu 5 tahun ke depan. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yg
bersifat indikatif.
Tahapan proses penyusunan RPJMD
No Kegiatan Uraian Kegiatan1 Persiapan Penyusunan
RPJMDPembentukan tim, Orientasi, Penyusunan agenda kerja RPJMD, Pengumpulan data dan Informasi
2 Penyusunan Rancangan Awal RPJMD
Pengajuan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah & indikasi program prioritas disertai kebutuhan pendanaan, Pembahasan dan kesepakatan
3 Penyiapan Surat Edaran KDH
-
4 Penyusunan Rancangan RPJMD
Penyampaian rancangan Renstra SKPD, Verifikasi rancangan Restra SKPD
5 Musrenbang RPJMD Penyiapan data dan kegiatan, Pelaksanaan musrenbang RPJMD, Perumusan hasil musrenbang RPJMD
123www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
6 Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD
Perumusan rancangan akhir RPJMD, Pembahasan rancangan akhir RPJMD dengan SKPD dan Kepala daerah, Penyampaian rancangan akhir RPJMD untuk persetujuan Kepala daerah, Konsultasi rancangan akhir RPJMD, Penyempurnaan rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil konsultasi
7 Penetapan Perda RPJMD
Penyampaian rancangan perda tentang RPJMD kepada DPRD, Pembahasan rancangan perda tentang RPJMD bersama DPRD, Persetujuan bersama perda tentang RPJMD oleh DPRD dan Kepala daerah, Penyampaian peraturan daerah tentang RPJMD provinsi kepada menteri dan peraturan daerah tentang RPJMD kabupaten/kota kepada Gubernur
Data dan informasi merupakan unsur penting dalam perumusan rencana yang akan menentukan kualitas
dokumen rencana pembangunan daerah yang disusun. Untuk itu, dalam penyusunan RPJMD perlu
dikumpulkan data dan informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan
data dan informasi yang telah terkumpul, disusunlah rancangan awal RPJMD. Tahapan penyusunan
rancangan awal RPJMD kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
124 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kabupaten/kota
Perumusan isi dan substansi rancangan awal RPJMD sangat menentukan kualitas dokumen RPJMD yang
akan dihasilkan. Di dalam dokumen rancangan awal RPJMD diuraikan indikator kinerja daerah yang menjadi
acuan bagi penyusunan renstra SKPD. Dengan demikian rancangan awal RPJMD ini berperan sangat
strategis untuk mengarahkan penyusunan Renstra SKPD dan berfungsi sebagai koridor perencanaan pem-
bangunan indikatif selama 5 (lima) tahun yang disusun menggunakan pendekatan teknokratis dan partisipatif.
Proses perumusan rancangan awal tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan, salah satunya adalah
forum pembahasan dengan SKPD. Disinilah peran Dinas Pendidikan untuk bisa mengawal indikator SPM
bidang Pendidikan agar masuk sebagai program prioritas.
Tahap selanjutnya kepala daerah membuat surat edaran kepada semua SKPD agar masing-masing
SKPDmenyusun rancangan renstra SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD dan disampaikan kepada
kepala Bapppeda, sebagai masukan untuk menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan
RPJMD. Proses ini termasuk dalam rangkaian kegiatan penyusunan rancangan RPJMD, sebagaimana terlihat
dalam gambar berikut.
SE KDH ttg Penyusunan Rancangan Renstra-SKPD
Penyusunan rancangan renstra SKPD
Renstra SKPD
Verifikasi dan integrasi Renstra SKPD
Rancangan RPJMD: 1. Pendahuluan 2. Gambaran umum kondisi daerah 3. Gambaran pengelolan keuangan daerah serta kerangka pendanaan 4. Analisis isu-isu srategis, 5. Visi, misi, tujuan dan sasaran 6. Strategi dan arah kebijakan 7. Kebijakan umum dan program pembangunan 8. Indikasi rencana program prioritas yang disertai betuhan daerah Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanan
125www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Penyusunan Rancangan RPJMD
Rancangan awal Renstra SKPD antara lain memuat:
1. Perumusan gambaran pelayanan SKPD berdasarkan gambaran umum kondisi daerah;
2. Perumusan isu-isu strategis dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan
fungsi berdasarkan analisis isu-isu strategis;
3. Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran renstra SKPD berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran
pembangunan jangka menengah daerah;
4. Perumusan strategi dan kebijakan program dan kegiatan jangka menengah SKPD berdasarkan strategi
dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah;
5. Perumusan rencana, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran program dan kegiatan serta pendanaan
indikatif SKPD berdasarkan indikator keluaran program dan pagu per-SKPD yang tercantum dalam tabel
kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah; dan
6. Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.
Untuk memastikan bahwa substansi materi rancangan renstra-SKPD telah disusun sesuai dengan rancangan
awal RPJMD, dilakukan verifikasi melalui pembahasan bersama antara Bappeda dengan setiap SKPD.
Verifikasi juga bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempertajam pencapaian sasaran program dan kegiatan
antara satu SKPD dengan SKPD lainnya (lintas SKPD), serta memperoleh klarifikasi/masukan dari SKPD
dalam hal terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah disampaikan dalam surat edaran. Bilamana
terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah ditetapkan, kepala SKPD wajib menyempurnakan
rancangan Renstra SKPD dan menyampaikan kembali kepada Bappeda.
Seluruh Renstra SKPD yang telah diverifikasi selanjutnya dijadikan sebagai masukan untuk penyempurnaan
rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD. Di dalam dokumen RPJMD tersebut disusun rumusan
indikasi rencana program prioritas disertai kebutuhan pendanaannya. Perumusan alokasi pagu untuk setiap
program dihitung berdasarkan capaian indikator program dengan memperhatikan rencana penggunaan
kapasitas riil anggaran berupa alokasi belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Rancangan RPJMD akan disempurnakan melalui Musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD dirumuskan
berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah
disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil musrenbang RPJMD, selanjutnya dibahas dengan seluruh
kepala SKPD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil musrenbang dan ditampung
126 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
dalam rancangan akhir RPJMD. Rancangan akhir RPJMD ini diajukan kepada kepala daerah untuk meminta
persetujuan dikonsultasikan kepada Gubernur.
Perumusan masalah
Analisis isu strategis
Perumusan penjelasan visi &misi
Perumusan tujan dan sasaran
Perumusan strategi dan arah kebijakan
Kebijakan umum dan program pembangunan
daerah
Indikasi rencana program prioritas disertai
kebutuhan pendanaan
Dibahas dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan saran
Analisis gambaran umum kondisi daerah daerah (dibandingkan
dengan standar: internasional/nasional/s
tandar lain)
Program Outcome SPM x standar belanja
Pagu
Posisi pencapaian SPM dalam RPJMD
Proses integrasi SPM ke dalam dokumen RPJMD dimulai dari awal, yaitu pada saat melakukan analisis
gambaran umum kondisi daerah. Kondisi pencapaian SPM bidang Pendidikan saat ini hars menjadi salah satu
aspek yang dikaji. Contoh hasil analisis data adalah sebagai berikut.
Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi/Kabupaten/Kota.
NoAspek/fokus/bidang
urusan/indikator kinerja pembangunan daerah
Capaian kinerjaStandar
Interpretasi (belum tercapai
sesuai, melampaui)(n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)
1234567...
INDIKATOR SPM PENDIDIKAN
127www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan dapat diidentifikasi kinerja masing-masing program dengan melihat
pada tingkat pencapain target.Proses ini dilakukan untuk mengenali masalah yang masih dihadapi sehingga
bisa menjadi dasar dalam menentukan prioritas program.Hasil analisis dapat dituangkan dalam tabel berikut ini.
Identifikasi permasalahan untuk penentuan program prioritas
No
Bidang Urusan dan Indikator Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah
InterpretasiBelum Tercapai (<)
Sesuai (=)Melampaui (>)
Permasalahan Faktor penentu keberhasilan
1234567...
Berbagai permasalahan yang teridentifikasi tersebut dianalisis faktor penyebab dan faktor penentu
keberhasilannya, untuk dirumuskan program atau kegiatan intervensi. Setiap program atau kegiatan intervensi
dihitung kebutuhan biayanya untuk menjadi dasar bagi penentuan alokasi anggarannya. Hasil akhir rencana
program prioritas dan kebutuhan pendanaannya dapat dipelajari pada tabel berikut ini.
INDIKATOR SPM PENDIDIKAN
128 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Provinsi/Kabupaten/Kota
Kode
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program
Prioritas Pembangunan
Indikator kinerja
program (outcome)
Kondisi kinerja pada awal
RPJMD(tahun 0)
Capaian kinerja program dan kerangka pendanaan
SKPD penang-
gung jawab
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
Kondisi kinerja pada akhir periode
RPJMD
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
INDIKATOR SPM PENDIDIKAN
BIDANG PENDIDIKAN
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Renstra-SKPD
Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan,strategi, kebijakan, program, dankegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD. Penyusunan Renstra-SKPDberpedomanpadaRPJMDdanbersifat indikatif.
Tahapan penyusunan Renstra SKPD sesuai dengan Permendagri 54/2010 adalah sebagai berikut:
129www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Tahapan Proses Penyusunan Renstra SKPD
Tahap Kegiatan Uraian Kegiatan
Tahap 1 Persiapan penyusunan Renstra SKPD
Pembentukan Tim Penyusun Renstra SKPD, Orientasi mengenai Renstra SKPD, Penyusunan Agenda Kerja Tim Renstra SKPD, Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap 2 Penyusunan rancangan `Renstra SKPD
Tahap perumusan rancangan Renstra SKPD terdiri dari:
1. Pengolahan data dan informasi,2. Analisis gambaran pelayanan SKPD, 3. Review Renstra Kementerian/Lembaga (K/L) dan Renstra SKPD,4. Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),5. Analisis terhadap Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) sesuai dengan pelayanan atau tugas dan fungsi SKPD,6. Perumusan isu-isu strategis,7. Perumusan visi dan misi SKPD,8. Perumusan tujuan pelayanan jangka menengah SKPD, 9. Perumusan sasaran pelayanan jangka menengah SKPD. Rancangan
renstra s.d rumusan sasaran jangka menengah ini dikirim ke Bappeda, sebagai bahan penyusunan RPJMD. Setelah menerima SE dari kepala daerah, proses penyusunan dilanjtkan,
10. Mempelajari surat edaran kepala daerah perihal penyusunan rancangan Renstra SKPD beserta lampirannya yaitu rancangan awal RPJMD yang memuat indikator keluaran program dan pagu per-SKPD;
11. Perumusan strategi dan kebijakan jangka menengah SKPD guna mencapai target kinerja program prioritas RPJMD yang menjadi tugas dan fungsi SKPD;
12. Perumusan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif selama 5 (lima) tahun, termasuk lokasi kegiatan berdasarkan rencana program prioritas RPJMD
13. Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran dalam rancangan awal RPJMD; dan
14. Pelaksanaan forum SKPD
Tahap Penyajian Rancangan Renstra SKPD: Penyusunan secara sistematis ke dalam naskah rancangan Renstra SKPD
Tahap 3 Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD
Tahap perumusan rancangan akhir Renstra SKPD (berdasarkan hasil verifikasi dan ketetapan RPJMD)
Tahap penyajian rancangan akhir Renstra SKPD: Penyusunan secara sistematis ke dalam naskah rancangan akhir Renstra SKPD, mengikuti format yang berlaku
Tahap 4 Penetapan Renstra RKPD
Rancangan akhir Renstra SKPD disampaikan kepala SKPD kepada Kepala Bappeda untuk memperoleh pengesahan kepala daerah
130 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Perumusan isi dan substansi rancangan Renstra SKPD sangat menentukan kualitas dokumen Renstra SKPD
yang akan dihasilkan. Salah satu dokumen rujukan awal dalam menyusun rancangan Renstra SKPD adalah
Rancangan Awal RPJMD yang menunjukkan program dan target indikator kinerja yang harus dicapai oleh
SKPD selama lima tahun, baik untuk mendukung visi/misi kepala daerah maupun untuk memperbaiki kinerja
layanan dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi SKPD terkait. Dokumentasi perumusan dan keseluruhan
tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas
kerja perumusan dan keseluruhan tahap penyusunan Renstra SKPD merupakan dokumen yang tak terpisah
dan dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen) Renstra SKPD.
Analisis Gambaran pelayanan
SKPD
Perumusan Isu-isu
strategis berdasarkan
tusi
Perumusan Strategi dan
kebijakan
Perumusan rencana kegiatan, indikator kinerja,
kelompok sasaran dan pendanaan
indikatif berdasarkan
rencana program prioritas RPJMD
Pengolahan data dan informasi
Perumusan visi dan misi
SKPD
Perumusan Tujuan
Perumusan sasaran
Rancangan Renstra-SKPD
• Pendahuluan• Gambaran pelayanan SKPD• isu-isu strategis berdasarkan
tugas pokok dan fungsi• visi, misi, tujuan dan sasaran,
strategi dan kebijakan • rencana program, kegiatan,
indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif
• indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.
Perumusan indikator kinerja
SKPD yang mengacu pada
tujuan dan sasaran RPJMD
SPM
Renstra-KLdan Renstra Kabupaten/
Kota
Penelaahan RTRW
Rancangan Renstra-SKPD
Nota Dinas Pengantar Kepala SKPD perihal penyampaian Rancangan Renstra-SKPD
kepada Bappeda
Penelaahan KLHS
Renstra-KLdan Renstra Kabupaten/
Kota
Renstra-KLdan Renstra
SKPD Provinsi
131www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Bagan Alir Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Kabupaten/Kota
Proses integrasi SPM Pendidikan dalam dokumen Renstra Dinas Pendidikandimulai dari saat penyusunan
rancangan renstra SKPD ini. Analisis pelayanan SKPD diantaranya berisi gambaran kinerja pencapaian
SPM bidang Pendidikan. Dengan demikian jika dalam implementasi SPM bidang Pendidikan masih terdapat
masalah, hal itu akan menjadi isu strategis dan menjadi dasar dalam merumuskan tujuan dan sasaran Dinas
Pendidikan.
Analisis dalam menyusun target renstra SKPD berdasarkan realisasi pencapaian indikator SPM
NO Indikator *)SPM/
standar nasional
Target Renstra SKPD tahun ke
Realisasi Capaian tahun ke
Rasio capaian tahun ke Catatan
Analisis1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Indikator SPM Pendidikan menjadi prioritas
Angka pencapaian indikator SPM Pendidikan yang diisikan pada tabel di atas merupakan angka wilayah, hasil
kerja dari seluruh Sekolah dan institusi pelayanan Pendidikan lain di daerah tersebut. Catatan analisis dibuat
untuk melengkapi informasi tentang masalah atau kendala dalam pencapaian masing-masing indikator SPM
Pendidikan yang dihadapi oleh Sekolah dan jejaringnya, sebagai pertimbangan dalam merumuskan rencana
kegiatan dalam renstra Dinas Pendidikan.
Proses perumusan rencana program dan kegiatan dilakukan dengan mengacu pada tahapan berikut ini:
1. Perhatikan indikator program dan pagu per SKPD (memperhatikan SPM)
2. Rumuskan target outcome program SKPD untuk mencapai sasaran pemb.
132 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Lakukan perumusan target output/keluaran yg akan dihasilkan melalui kegiatan dalam rangka mencapai
target outcome program SKPD.
4. Lakukan perumusan kegiatan.
5. Hitunglah biaya kegiatan untuk mencapai target output kegiatan.
6. Hitunglah biaya program untuk mencapai target outcome.
7. Periksalah apakah total biaya program sesuai dgn pagu SKPD. Jika melebihi pagu SKPD, lakukan
prioritisasi program dan kegiatan sehingga sesuai dgn pagu SKPD. Daftar urutan prioritas program dan
kegiatan ini menjadi salah satu bahan yg akan dibahas dalam Forum SKPD penyusunan Renstra SKPD .
8. Susunlah rincian target outcome program ke dalam target tahunan.
9. Berdasarkan target outcome tahunan, susun perkiraan kebutuhan anggaran pembiayaan program per
tahun.
Hasil akhir dari proses di atas selanjutnya dituangkan dalam tabel Rumusan Rencana Program, Kegiatan,
Indikator Kinerja, Dan Pendanaan Indikatif SKPD, seperti contoh berikut ini.
133www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Ren
cana
Pro
gram
, Keg
iata
n, In
dika
tor
Kin
erja
, dan
Pen
dana
an In
dika
tif D
inas
Pen
didi
kan
Kab
upat
en
Tuju
anSa
sara
nIn
dika
tor
Sasa
ran
Prog
ram
da
n Ke
giat
an
Indi
kato
r kin
erja
pr
ogra
m (o
utco
me)
&
indi
kato
r kin
erja
ke
giat
an (o
utpu
t)
Data
capa
ian
pada
tahu
n aw
al pe
renc
anaa
n
Targ
et K
iner
ja da
n ke
rang
ka p
enda
naan
SKPD
pe
nang
gung
jaw
abLo
kasi
Tahu
n 1
Tahu
n 2
Tahu
n 3
Tahu
n 4
Tahu
n 5
Kond
isi
kine
rja
pd a
khir
perio
de
Rens
tra
Targ
etRp
Targ
etRp
Targ
etRp
Targ
etRp
Targ
etRp
Targ
etRp
Men
gacu
par
a re
ncan
a pe
ncap
aian
SPM
134 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Hasil inilah yang diajukan untuk mendapat persetujuan sebagai dokumen rencana strategis Dinas Pendidikan,
sehingga program dan pendanaan yang saat ini masih bersifat indikatif nantinya bisa menjadi definitif, dan
menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja tahunan Dinas Pendidikan.
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RKPD, KUA-PPAS
Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu
menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran
tahunan. Bappeda merupakan institusi yang ditunjuk dan berfungsi sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan perencanaan daerah yang juga mengkoordinasikan berbagai perencanaan yang bersifat
sektoral di daerah. RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan
Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) didasarkan atas
dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses
penyusunan APBD.
Substansi RKPD memuat program dan kegiatan SKPD dan dokumen RKPD merupakan acuan bagi SKPD
dalam menyempurnakan Renja SKPD untuk tahun yang sama. Proses penyusunan RKPD dilakukan secara
paralel dan sifatnya saling memberi masukan dengan proses penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja
SKPD).
135www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Tahapan Proses Penyusunan RKPD Menurut Surat Edaran Mendagri 050/200/II/BANGDA/2008.
Tahap Kegiatan UraianTahap 1 Persiapan dan
Pengorganisasian Para Pemangku Kepentingan
Pada tahap ini dilakukan orientasi mengenai RKPD, identifikasi para pemangku kepentingan untuk dilibatkan dalam proses penyusunan RKPD, pembentukan Tim Penyusun RKPD, Penyusunan Rencanakerja Penyiapan Dokumen, pengumpulan data dan informasi, serta penyusunan daftar isi RKPD.
Tahap 2 Penyusunan Rancangan Awal RKPD
Tahapan ini mencakup kegiatan-kegiatan review RPJMD, review usulan program dan kegiatan SKPD tahun lalu dan prioritas untuk tahun rencana, analisis isu strategis dan prioritas pembangunan daerah untuk tahun yang direncanakan bersama para pemangku kepentingan terkait, menyusun dokumen rancangan awal RKPD, dan pembahasan rancangan awal RKPD dengan SKPD.
Tahap 3 Penyusunan rancangan Renja SKPD
Tahapan ini meliputi kegiatan persiapan penyusunan, kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan penyusunan Rancangan Renja SKPD.
Tahap 4 Penyusunan Rancangan RKPD
Pada tahap ini dilakukan penilaian dan pembahasan atas rancangan Renja SKPD yang disampaikan Kepala SKPD kepada Bappeda, pengintegrasian rancangan Renja SKPD ke dalam Rancangan Awal RKPD untuk menjadi Rancangan RKPD, pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan dan pertimbangan bagi rancangan RKPD, penyiapan ringkasan rancangan RKPD untuk sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang tahunan daerah, dan penyampaian tembusan Rancangan RKPD kepada Bappenas dan Bappeda Provinsi sebagai masukan dalam penyusunan RKP Nasional dan RKPD Provinsi.
Tahap 5 Musrenbang Tahap ini merupakan pelibatan para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan perencanaan, melalui pelaksanaan Musrenbang sejak tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan, Forum SKPD/gabungan SKPD Kabupaten/Kota, Musrenbang Kabupaten/Kota, ForumSKPD/Gabungan SKPD Provinsi, dan Musrenbang Provinsi, sesuai jadwal yang ditetapkan.
Tahap 6 Penyusunan Rancangan Akhir RKPD/Renja SKPD
Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan atas Rancangan RKPD berdasarkan hasil kesepakatan dalam Musrenbangtahunan daerah dengan tetap memperhatikan rancangan RKP untuk RKPD Provinsi, dan rancangan RKPD Provinsi untuk RKPD Kabupaten/Kota.
Tahap 7 Penyiapan dan Penetapan Peraturan RKPD/Renja SKPD
Pada tahap ini dilakukan penyiapan dan penetapan peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan penyiapan dan penetapan peraturan Kepala SKPD untuk Renja SKPD.
Tahap 8 Pengintegrasian RKPD ke dalam Proses Penganggaran Daerah
Pada tahap ini RKPD perlu diterjemahkan ke dalam proses penganggaran melalui penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD.
136 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Penyusunan Rancangan Awal RKPD berpedoman pada hasil review RPJMD dan capaian kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah (baik wajib maupun pilihan), hasil review terhadap usulan
SKPD yang tertuang dalam prakiraan maju yang diajukan tahun sebelumnya, serta memperhatikan perkiraan
kemampuan keuangan daerah. Substansi utama yang termuat dalam rancangan awal RKPD, meliputi:
1. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu
2. Rancangan kerangka ekonomi daerah
3. Arah kebijakan keuangan daerah, termasuk indikasi belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan
4. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah
5. Rencana program dan kegiatan prioritas serta pagu indikatif SKPD.
Perhitungan pagu indikatif anggaran program dan kegiatan yang dialokasikan bagi setiap SKPD didasarkan
pada kebutuhan SKPD untuk melaksanakan urusan pemerintah daerah prioritas sesuai tingkat dan sasaran
pelayanan program dan kegiatan.
Proses Penyusunan Rancangan Awal RKPD
Rancangan Renja SKPD merupakan rancangan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masing-
masing SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka
menunjang pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam rancangan Renja
SKPD masih bersifat indikatif yang diselaraskan dengan program dan kegiatan prioritas daerah. Pada tahap
ini dilakukan kegiatan persiapan penyusunan, kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan
penyusunan Rancangan Renja SKPD. Di dalam Permendagri 65/2007 disebutkan bahwa SPM yang ditelah
137www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan
dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Artinya, kegiatan pencapaian SPM harus
diprioritaskan dan menjadi usulan wajib dalam rancangan Renja SKPD. Berikut ini contoh tabel rencana
program dan kegiatan prioritas dalam RKPD.
Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah dalam RKPD
No
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah Dan
Program/Kegiatan
Prioritas Daerah
Sasaran Daerah Lokasi
Indikator kinerja
PaguIndikatif
Prakiraan Maju
Keterangan
HasilProgram Keluaran Kegiatan Hasil Kegiatan SKPD Jenis
Kegiatan
Tolok Ukur Target Tolok
Ukur Target Tolok Ukur Target 1/2/3 1/2/3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Adanya integrasi perencanaan dan pembiayaan SPM bidang Pendidikan dengan RKPD dapat dilihat pada
sinkronisasi isian indikator kinerja pada tabel diatas dengan indikator kinerja dalam SPM bidang Pendidikan.
Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD yang proses
penyusunannya mengacu pada rancangan awal RKPD. Untuk itu masing-masing SKPD perlu membentuk
tim penyusun Renja SKPD yang bertugas melaksanakan seluruh proses penyusunan dokumen Renja SKPD
sampai dengan penyusunan RKA-SKPD. Kegiatan penyusunan rancangan Renja SKPD dapat dilakukan
sebelum Rancangan Awal RKPD diterima SKPD, atau segera setelah RAPBD tahun sebelumnya disahkan
menjadi APBD (dijadwalkan awal Desember). Terakomodasi atau tidaknya rencana pencapaian SPM bidang
Pendidikan yang telah disusun oleh Sekolah di dalam dokumen Rancangan Renja Dinas Pendidikan menjadi
beban dari tim penyusun Renja Dinas Pendidikan.
Penyusunan rancangan RKPD merupakan tahap lanjutan, berupa kajian dan pembahasan atas rancangan
Renja SKPD yang diintegrasikan dengan Rancangan Awal RKPD untuk diperbaiki menjadi Rancangan RKPD,
pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan dan pertimbangan bagi
rancangan RKPD, penyiapan ringkasan Rancangan RKPD sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang
tahunan daerah. Ringkasan rancangan RKPD Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bappeda Provinsi sebagai
masukan dalam penyusunan RKPD Provinsi. Rancangan RKPD merupakan integrasi dan harmonisasi antara
rancangan awal RKPD dengan rancangan Renja setiap SKPD yang telah mendapatkan konfirmasi dan review
dari setiap SKPD. Penyusunan Rancangan RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan materi
program/kegiatan yang termuat merupakan bahan utama dalam penyelenggaraan musrenbang tahunan daerah.
Mengacu pada target SPM dan hasil costing
138 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Proses Penyusunan Rancangan Renja SKPD
Peran Bappeda dalam proses penyusunan rancangan RKPD sangat penting. Disinilah perlunya advokasi dari
Dinas Pendidikan untuk menyamakan persepsi tentang prioritas program Pendidikan agar segala kegiatan
yang terkait dengan pemenuhan SPM bidang Pendidikan mendapat tempat yang baik dalam rancangan RKPD
tersebut, sehinga pada akhirnya kegiatan pencapaian SPM bidang Pendidikan yang masih indikatif nantinya
bisa dipertahankan dan bisa menjadi definitif.
Setelah melalui forum musrenbang, disusunlah renja SKPD. Renja SKPD merupakan penyempurnaan dari
rancangan Renja SKPD yang berisikan program dan kegiatan yang telah disepakati melalui pembahasan forum
SKPD/gabungan SKPD dan musrenbang kabupaten/kota untuk dilaksanakan oleh masing-masing SKPD pada
tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang pencapaian visi
dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam Renja SKPD bersifat definitif. Penyempurnaan
Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD yang proses penyusunannya mengacu
pada dokumen RKPD yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah. Supaya Renja SKPD menjadi
dokumen resmi yang digunakan sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan RKA-SKPD, maka Renja SKPD
perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.
139www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran tahunan daerah dilakukan melalui 3 (tiga) hal, yaitu:
penyusunan KUA dan PPAS, penyusunan RKA-SKPD, dan penyusunan RAPBD. Penyusunan KUA dan PPAS,
serta penyusunan RKA-SKPD memiliki fungsi penting dan sangat fundamental karena menjembatani proses
penerjemahan rencana ke dalam penganggaran yang disusun untuk memastikan bahwa kesepakatan para
pemangku kepentingan atas tujuan, sasaran, dan target perencanaan dapat direalisasikan. Oleh karena itu
sangat perlu diperhatikan konsistensi dokumen perencanaan seperti RKPD dan Renja SKPD dengan KUA,
PPAS, dan RKA SKPD.
Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) merupakan tanggung jawab Kepala Daerah yang dalam penyusunannya dibantu oleh
TAPD. Penyusunan rancangan KUA dan PPAS mengacu pada Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan
berpedoman pada Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. RKA
SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja
program, dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Penyusunan
RAPBD merupakan tahap akhir dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran tahunan daerah, yang
disusun bersama TAPD dengan Panitia Anggaran DPRD sebagai bahan pembahasan paripurna DPRD untuk
ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan daerah untuk tahun
yang direncanakan.
Di halaman berikut ini berturut-turut ditampilkan alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan
APBD, selanjutnya alur proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD, serta Format daftar
rancangan program dan kegiatanRKPD/Renja SKPD.
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Renja dan RKA
Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun, yang
memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Perumusan program dan kegiatan
Renja SKPD dilakukan berdasarkan penyesuaian antara identifikasi kebutuhan program dan kegiatan
berdasarkan hasil analisis dengan arahan prioritas program dan kegiatan SKPD menurut rancangan awal
RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk SPM), dan kebijakan propinsi.
140 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Form
at d
afta
r ra
ncan
gan
prog
ram
dan
keg
iata
n R
KPD
/Ren
ja S
KPD
Prog
ram
dan
ke
giat
an S
PM Indi
kato
r SP
M
Targ
et ta
huna
n SP
M
Mem
perti
mba
ng-
kan
hasi
l cos
ting
SPM
141www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Alu
r pe
nyus
unan
RK
PD
, Ren
ja S
KP
D, K
UA
, PP
AS
dan
AP
BD
142 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pro
ses
peny
usun
an d
okum
en R
KP
D d
an d
okum
en R
enja
SK
PD
143www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Proses penyusunan renja SKPD terdiri dari 4 tahap utama, yaitu sebagai berikut.
Tahapan Penyusunan Renja SKPD
Tahap Kegiatan Uraian Kegiatan
1 Persiapan Penyusunan Renja SKPD
Pembentukan Tim Penyusun Renja SKPD, Orientasi mengenai Renja SKPD, Penyusunan Agenda Kerja, Pengumpulan Data dan Informasi,
2 Penyusunan Rancangan Renja SKPD
Tahap Perumusan Rancangan Renja SKPD:1. Pengolahan data dan informasi;2. Analisis gambaran pelayanan SKPD;3. Mereview hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu
berdasarkan Renstra SKPD;4. Isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD;5. Telaahan terhadap rancangan awal RKPD;6. Perumusan tujuan dan sasaran;7. Penelaahan usulan program dan kegiatan dari masyarakat;8. Perumusan kegiatan prioritas;9. Penyajian awal dokumen rancangan Renja SKPD;10. Penyempurnaan rancangan Renja SKPD;11. Pembahasan forum SKPD; dan12. Penyesuaian dokumen rancangan Renja SKPD sesuai dengan prioritas
dan sasaran pembangunan tahun rencana dengan mempertimbangkan arah dan kebijakan umum pembangunan daerah, arahan menteri terkait dan SPM.
Tahap Penyajian Rancangan Renja SKPD: Penyajian rancangan Renja SKPD menurut sistimatika tertentu yang telah ditetapkan
3 Pelaksanaan Forum SKPD
Pelaksanaan Forum SKPD Kabupaten/kota: membahas rancangan Renja SKPD kabupaten/kota, dengan menggunakan prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan dari musrenbang RKPD kabupaten/kota di kecamatan, sebagai bahan untuk menyempurnakan rancangan Renja SKPD kabupaten/kota, yang difasilitasi oleh SKPD kabupaten/kota terkait
4 Penetapan Renja SKPD
Verifikasi Rancangan Renja SKPD dengan RKPD, Pengesahan Renja SKPD oleh Kepala Daerah
Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan
menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Dalam prosesnya, penyusunan rancangan Renja SKPD
mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena itu penyusunan
rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel dengan penyusunan rancangan awal RKPD,
dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan
Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD. Berikut ini
bagan alir penyusunan Renja SKPD kab/kota.
144 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Bag
an A
lir T
ahap
an P
enyu
suna
n R
enja
SKPD
Kab
upat
en/K
ota
Bag
an A
lir T
ahap
an P
enyu
suna
n R
enja
SKP
D K
abup
aten
/Kot
a
145www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pengolahan data dan informasi dalam menyusun Renja SKPD, pada dasarnya sama dengan pengolahan data
dan informasi penyusunan RKPD. Bedanya, data dan informasi yang diolah mencakup bahan yang diperlukan
dalam rangka analisis kondisi kinerja dan permasalahan pelayanan SKPD. Analisis kinerja pelayanan SKPD
berupa pengkajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD dan dampak yang ditimbulkan atas kinerja
pelayanan tersebut, serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi untuk penyusunan program dan
kegiatan dalam rangka peningkatan pelayanan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi. Untuk menganalisis
kinerja pelayanan SKPD digunakan beberapa indikator, antara lain mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Indikator Kinerja Kunci (IKK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, dengan
sasaran target sesuai dengan Renstra SKPD dan/atau berdasarkan atas hasil analisis standar kebutuhan
pelayanan. Berikut ini gambaran posisi SPM dalam penyusunan Renja SKPD.
Penerapan SPM Dalam Penyusunan Rancangan Renja-SKPD
Perumusan program dan kegiatan Renja SKPD dilakukanberdasarkan penyesuaian antara identifikasi
kebutuhan program dan kegiatan berdasarkan hasil analisis dengan arahan prioritas program dan kegiatan
SKPD menurut rancangan awal RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk
SPM), dan kebijakan provinsi.Berikut ini contoh format untuk menganalisis kinerja pelayanan SKPD.
146 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pencapaian kinerja pelayanan SKPD tingkat Kabupaten/kota.
NO IndikatorSPM/
standar nasional
Target Renstra SKPD Realisasi Capaian Proyeksi
Catatan AnalisisTahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
(n-2) (n-1) (n) (n+1) (n-2) (n-1) (n) (n+1)
(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Untuk SPM bidang Pendidikan, SKPD yang dimaksud adalah Dinas Pendidikan. Pencapaian SPM Dinas
Pendidikan adalah merupakan hasil kerja seluruh institusi pelayanan Pendidikan di daerah tersebut, dengan
Sekolah sebagai motor penggerak utamanya. Hasil analisis tersebut selanjutnya menjadi dasar dalam
merumuskan rencana program dan kegiatan. Berikut contoh format untuk perumusan rencana program dan
kegiatan SKPD.
Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun (n) dan Prakiraan Maju Tahun (n+1) Provinsi/Kabupaten/Kota.
Kode
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan
Daerah dan Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Program/Kegiatan
Rencana Tahun ......... (Tahun Rencana) Prakiraan Maju Rencana Tahun .........
Lokasi
Target Capaian Kinerja (SPM)
Kebutuhan Dana/ Pagu
Indikatif
Sumber Dana
Target Capaian Kinerja (SPM)
Kebutuhan Dana/pagu
Indikatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) (10)
147www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Karena ujung tombak dari pembangunan Pendidikan di wilayah kabupaten/kota adalah Sekolah, maka
penyusunan dokumen di atas harus mengakomodasi segala permasalahan dan rencana kegiatan yang
disusun di Sekolah. Sehingga diharapkan proses penyusunan Perencanaan Tingkat Sekolah dilakukan sejalan
dengan proses penyusunan Renja Dinas Pendidikan.
Jika digambarkan dalam bentuk skematis, maka urutan penyusunan Renja Dinas Pendidikan adalah sebagai
berikut.
Penyusunan rencana kegiatan Sekolah dengan
melibatkan semua program/unit kerja
PENYUSUNAN PERENCANAAN Di
SEKOLAH
Penyusunan rencana kegiatan oleh masing-masing
Program/unit kerja di Sekolah
Renc Program
A
Renc Program
B
Renc Program
....
Kompilasi dan pembahasan semua rencana
program/unit kerja
RKS Rencana Kerja Sekolah
Kompilasi dan pembahasan semua usulan RKS
RANCANGAN RENJA DINAS PENDIDIKAN
PENYUSUNAN PERENCANAAN
DIDINAS PENDIDIKAN
Penyusunan rencana tahunan Dinas Pendidikan dengan melibatkan semua
Puskemas
RENJA DINAS PENDIDIKAN (DEFINITIF)
Pelaksanaan Forum SKPD untuk membahas
Rancanagan Renja Dinas Pendidikan
Penyesuaian dengan Renja
Dinas Pendidikan
program/unit kerja
RKS-Rencana Kerja Sekolah
Keterkaitan antara PTP dengan Renja Dinas Pendidikan
Dengan memperhatikan gambar di atas, maka penting untuk disepakati waktu penyusunan PTP yang tepat
agar kegiatan yang tercantum dalam PTP dan Renja Dinas Pendidikan bisa sejalan.
148 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Berikut ini tabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi adanya integrasi prencanaan dan pembiayaan SPM
bidang Pendidikan ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.
Analisis kesesuaian perencanaan dan pembiayaan SPM bidang Pendidikan dengan perencanaan dan pembiayaan daerah
SPM Bidang Pendidikan Kesesuain dengan Dokumen
Perencanaan Daerah (RPJMD, RKPD,
KUA-PPAS, Renstra SKPD dan Renja
SKPD)
No Indikator Umum Target Capaian Gap Penyebab
Intervensi Program dan
Kegiatan
Pelayanan Pendidikan Dasar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
dst.
149www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 5Teknik Monitoring, Evaluasi dan Laporan Kinerja Pemenuhan SPM Pendidikan
Tujuan Pembelajaran
Modul ini disusun supaya para pembaja memahami tentang Teknik Monitoring & Evaluasi dan Pelaporan
Kinerja SPM Pendidikan Dasar serta penyusunan umpan balik atau rekomendasi.
Pendahuluan
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiapwarga secara minimal. Untuk mengetahui suatu instansi pemerintah sudah
memenuhi SPM maka diperlukan suatu indikator, Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif
150 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
Pemerintah Daerah dalam menentukan rencana pencapaian SPM mempertimbangkan kondisi awal tingkat
pencapaian pelayanan dasar, target pelayanan dasar yang akan dicapai dan kemampuan, potensi, kondisi,
karakteristik daerahdan dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan daerah. Faktor
kemampuan dan potensi daerah juga didukung oleh partisipasi masyarakat/swasta daerah tersebut.
Rencana pencapaian SPM dalam periode waktu tertentu dijabarkan menjadi target tahunan pencapaian
pemenuhan SPM. Target tahunan pencapaian SPM harus dituangkan dalam Renja SKPD, RKPD, KUA,
PPA,RKA-SKPD dan DPA-SKPD.Rencana tahunan pencapaian SPM yang dituangkan dalam Rencana Kerja
SKPD disusun berdasarkan Renstra SKPD, yang selanjutnya dibahas untuk dianggarkan dalam satu tahun
anggaran dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Rencana pencapaian SPM merupakan tolok ukur tingkat prestasi kerja pelayanan dasar pada urusan wajib
Pemerintah Daerah. Tolok ukur tingkat prestasi kerja pelayanan dasar dalam pencapaian SPM dimuat
dalam program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah. Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA
disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian SPM.
Notakesepakatan tentang KUA dan PPA tersebut menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD. Penyusunan RKA-
SKPD program dan kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja SPM. RKA-
SKPD yang disahkan oleh kepala SKPD menggambarkan secara rinci progam dan kegiatan dalam rangka
pencapaian SPM.
Monitoring dan evaluasi serta pelaporan terhadap kinerja pelaksanaan pencapaian SPM ada duatingkat,
yaitu di tingkat Unit layanan (sekolah atau puskesmas) dan di tingkat SKPD/Dinas atau sektordi Pemerintah
Daerah. Pendekatan program Kinerja dalam pelayanan publik yang ber-tata kelola pemerintahan yang baik
(governance), pendekatan dilaksanakan dari 2 sisi yaitu sisi penyedia layanan (supply side) dan sisi pengguna
layanan (demand side). Dalam Monitoring dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan pencapaian SPM bidang
pendidikan dasar juga dilakukan oleh unsur dari dua sisi yaitu Unit Layanan dan Dinas/SKPD serta unsur
masyarakat. Masyarakat dapat diwakili dari forum multi stakeholder. Program Kinerja juga telah menyusun
program lathan tentang metode dan teknik advokasi dan pengawasan peningkatan mutu pelayanan publik
berbasis standar pelayanan untuk masyarakat dan media. Program tersebut bisa menjadi bahan pengayaan
teknik Monitoring dan evaluasi.
Keberhasilan pelaksanaan suatu program/kegiatan memang diawali oleh adanya perencanaan yang baik.
Tetapi sebaik apapun dokumen perencanaan yang telah disusun, tidak akan banyak bermanfaat jika dalam
pelaksanaannya tidak menggunakan perencanaan tersebut sebagai acuan. Disinilah poin penting bagi adanya
151www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
kegiatan Monitoring dan evaluasi. Monitoring akan membantu pelaksana program agar proses yang dijalankan
sesuai dengan yang seharusnya, sehingga pada akhirnya target kinerja yang ditetapkan dapat tercapai.
Melalui kegiatan evaluasi, akan dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program serta hambatan
atau kendala yang ada, sebagai feedback untuk perbaikan program pada tahap selanjutnya.Merujuk pada pola
pikir tersebut, maka dalam program Kinerja tentang SPM Pendidikan ini pokok bahasan mengenai Monitoring
dan evaluasi, serta pelaporan kinerja menjadi bagian yang penting.
Memahami Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah pemantauan terus menerus pada pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksaan program atau kegiatan tersebut sesuai dengan kondisi yang
seharusnya. Evaluasi adalah penilaian yang sistematik dan objektif pada desain, implementasi, dan hasil yang
dicapai oleh sebuah program atau kegiatan yang sedang atau telah berlagsung. Tujuan dari evaluasi adalah
untuk memperbaiki kebijakan dan rencana intervensi selanjutnya berdasarkan feedback dari hasil evaluasi saat
ini, serta sebagai mekanisme pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat.
Berdasarkan waktu pelaksanaannya evaluasi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan, sedang
evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu program. Evaluasi bertujuan agar
diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar
dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
Monitoring jugasuatu proses pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis dan kontinyu/periodik
bagi proses peningkatan kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan (continues process improvement).
Sedang Evaluasi merupakan penilaian pencapaian tujuan dan penanganan masalah atau kesenjangan
kinerja peningkatan pelayanan publik, untuk memberikan umpan balik (feedback) bagi tindakan koreksi
dan penyempurnaan skema tindakan.Umpan balik akan digunakan untuk dalam pengambilan keputusan
selanjutnya:
• Apakah suatu tindakan akan diteruskan, disempurnakan, atau dihentikan
• Apakah hal positif/negatif sebagai hasil pembelajaran akan direplikasi atau dihindari dalam kegiatan
selanjutnya atau kegiatan di bidang/tempat lain.
Pada tingkat SKPD, Monitoring dan evaluasi juga harus dilaksanakan. Sebagaimana diketahui bahwa
penanggungjawab operasional SPM bidang pendidikan adalah Dinas Pendidikan. Dalam mengemban
152 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
kewajiban menyelenggarakan SPM Dinas Pendidikan bekerja bersama dengan Sekolah, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dan institusi mitra lain serta unsur masyarakat (dan media) di daerah. Pemberi pelayanan
pendidikan yang langsung berhadapan dengan masyarakat adalah Sekolah. Sekolah dengan wilayahnya
mengemban tanggung jawab atas terselenggaranya SPM bidang pendidikan dasar pada masyarakat di
wilayah kerjanya. Di area wilayah kerja ini, Sekolah Negeri tidak bekerja sendiri, ada Sekolah Swasta dan
Madrasah. Gambaran ini menjelaskan bahwa ada pembagian tanggungjawab berjenjang dalam penerapan
SPM bidang pendidikan ini. Oleh karena itulah, pelaksanaan Monitoring dan evaluasi penerapan SPM juga
dilaksanakan secara berjenjang. Berikut gambaran ringkasnya.
Skema pelaksanaan Monev
1. Mengapa Monitoring dan Evaluasi Kinerja Standar Layanan Penting?
Monitoring dan Evaluasi penting dapat membantu para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan
menjawab hal-hal berikut:
• Sudahkah kebijakan, program dan proyek mengarah pada hasilyang diinginkan?
• Bagaimana kita tahu dari mana kita mulai sehingga kita bisa tahu berapa jauh lagi kita harus berjalan?
• Bagaimana kita tahu kita berada di jalan yang benar?
• Bagaimana kita mengetahui jika terdapat masalah dalam perjalanan kita?
153www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Bagaimana kita dapat memperbaikinya setiap waktu?
• Bagaimana kita mengukur kemajuan?
• Bagaimana kita bisa membedakan antara keberhasilan dan kegagalan?
2. Manfaat Kegunaan Evaluasi Bagi Para Pengambil Keputusan di Pemerintahan
Manfaat Evaluasi Bagi Para Pengambil Keputusan di Pemerintahan anatara lain sebagai berikut :
1. Membantu dalam membuat keputusan alokasi sumber daya, program dan kebijakan apa yang lebih
atau kurang berhasil secara hasil/outcome dan pada tingkat layanan mana keberhasilannya.
2. Memandu keputusan mengenai apakah hasil dari usaha-usaha percontohan menyarankan untuk
memperluas, memperbaiki rancangan, atau bahkan menghentikan usaha tersebut.
3. Membantu mempertimbangkan kembali penyebab-penyebab masalah.
4. Evaluasi dapat menumbuhkan kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan kembali atas dugaan
penyebab masalah dan apa alternatif ukuran-ukuran yang mungkin dibutuhkan.
5. Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul misalnya meningkatnya gap suatu indikator.
6. Mendukung pengambilan keputusan atas alternatif yang saling bersaing atau yang terbaik.
7. Mendukung reformasi sektor publik misalnya Pembuktian pada masyarakat dan media.
8. Membangun konsensus atas penyebab masalah dan cara mengatasinya.
9. Menjawab pertanyaan manajemen.
a. Strategi: apakah hal yang benar telah dilakukan/dikerjakan?
b. Operasional: apakah hal-hal tersebut dilakukan/dikerjakan dengan benar?
c. Kepuasan pelanggan/pengguna layanan?
d. Pembelajaran: apakah ada cara yang lebih baik?
3. Monev dalam Peraturan Perundang-undangan
a) PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM
Pasal 15 :
(1) Pemerintah melaksanakan Monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM oleh Pemerintahan
Daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat.
154 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:
a. Pemerintah untuk Pemerintahan Daerah Provinsi; dan
b. Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah untuk Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
b) Permendiknas 15/2010
Pasal 8
(1) Menteri Pendidikan Nasional Melaksanakan Monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM oleh
Pemerintahan Daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Pemerintah untuk
Pemerintahan Daerah Provinsi; dan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah untuk
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 9
Hasil Monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Pendidikan sebagaimana dalam pasal 8
digunakan sebagai:
a. Bahan Masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian SPM
Pendidikan;
b. Bahan Pertimbangan dalam pembinaan dan fasilitasi penerapan SPM Pendidikan termasuk
penghargaan Pemerintah daerah yang berprestasi sangat baik; dan
c. Bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak
berhasil mencapai SPM Pendidikan dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan.
155www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Penyusunan Laporan Pencapaian SPM
Pemerintah daerah secara rutin harus melaporkan hasil pelaksanaan SPM yang menjadi tanggungjawabnya.
Di dalam Permendagri 6/2007 disebutkan bahwa penerimaan data SPM dilaporkan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Aplikasi SPM (yang diinput oleh pengelola data kab/kota atau provinsi)
2. Langsung dari daerah (berkunjung/dikunjungi) dan diinput ke aplikasi SPM
3. Faksimili, E-mail (diinput ke aplikasi SPM)
Pelaporan data SPM bidang Pendidikan saat ini dilakukan sekali setahun. Updating (pemutakhiran) data hasil
SPM bidang Pendidikan dapat dilakukan oleh pengelola data di kabupaten/kota.
Di dalam Permendagri 6/2007 selain disebutkan tentang kewajiban untuk membuat laporan, juga menjelaskan
sistematika pelaporan yang harus disusun. Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja
penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri. Berdasarkan laporan teknis tahunan tersebut Menteri
melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM.
Memahami Pengukuran SPM
1. Formulir
Untuk bisa melakukan monitoring dan evaluasi, serta menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang pendidikan,
harus memahami konsep pengukuran indicator SPM. Masing-masing indikator SPM memiliki formula
pengukuran yang spesifik. Penjelasan selengkapnya tentang formula pengukuran SPM telah dibahas pada
modul sebelumnya.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Data kegiatan SPM sebagai bahan menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang pendidikan secara garis besar
terdiri dai 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari aktivitas pelayanan dasar di Sekolah dan Dinas/SKPD, misalnya catatan jumlah kelas, jumlah Rombel,
156 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
jumlah buku teks, sedang data sekunder adalah data yang diperoleh dari pelaporan pihak lain, misal jumlah
penduduk, jumlah desa/kecamatan.
Data pencapaian SPM yang dilaporkan berasal dari beberapa sumber. Secara garis besar,sumber data yang
diperlukan untuk menghitung pencapaian SPM bidang pendidikan dasar berasal dari:
1. Data dari Institusi Pendidikan :
• Dinas Pendidikan
• Sekolah/Madrasah
• Kantor Kemenag kab/kota/provinsi
• Pemberi pelayanan pendidikan swasta
2. Data dari institusi non pendidikan :
• BPS
• Kecamatan/Kelurahan
• SKDP/Dinas/Lembaga Tingkat Kabupaten/kota
Uraian selengkapnya mengenai jenis dan sumber data telah dibahas dalam Modul 3 buku modul ini.
3. Waktu Pengumpulan Data
Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan wajib membuat laporan penerapan dan
pencapaian SPM bidang pendidikan dasar. Laporan penerapan dan pencapaian SPM bidang pendidikan untuk
daerah kabupaten/kota diserahkan kepada propinsi paling lambat bulan Februari.
157www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pelaporan SPM dilakukan secara rutin periodik dengan mekanisme sebagai berikut:
Skema hubungan pelaporan SPM bidang pendidikan
4. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Data kegiatan bidang kesehatan yang terkumpul dari berbagai sumber, selanjutnya ditotal untuk memperoleh
nilai akhir, dan dimasukkan ke rumus SPM untuk bisa mengetahui tingkat pencapaiannya. Seperti yang telah
dijelaskan pada Modul 3, beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data SPM kesehatan meliputi:
1. Cleaning dan Editing
2. Categorizing
3. Calculating
4. Tabulating
Profil Pelayanan Dasar Pendidikan
Dalam pelaksanaan pencapaian target prestasi kerja pelayanan dasar untuk setiap bidang SPM, maka
SKPD sesuai dengan tugas dan fungsinya, perlu menganalisa profil penerapan dan pencapaian SPM,
mengembangkan sistem informasi serta memutahirkan data pada setiap indikator SPM, memuat program
dan kegiatan prioritas pembangunan daerah sesuai misi SKPK menyangkut kapasitas dan sumber daya yang
dimiliki Daerah serta menghitung pembiayaan pencapaian SPM.
158 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Pengertian dari profil pelayanan dasar adalah sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan, distrukturkan
dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar sebagai bahan masukan dalam mengembangkan
rencana pencapaian SPM kedepan. Penyusunan profil difokuskan kepada data dan informasi yang dibutuhkan
untuk menghitung pencapaian masing-masing indikator SPM.
Profil pelayanan dasar disusun dengan tujuan untuk:
a. Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan, dan kinerja daerah dalam penerapan dan
pencapaian SPM;
b. Mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu segera ditangani dalam rangka pencapaian SPM;
c. Mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan/ketidakberhasilan penerapan SPM;
Profil pelayanan dasar yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis:
1. Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian SPM di Daerah.
2. Perbandingan bila terdapat kesenjangan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu
pencapaian SPM.
3. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisis standar belanja kegiatan berkaitan SPM,
dan satuan harga kegiatan.
4. Perhitungan perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang
memaksimalkan sumber daya daerah serta memproyeksikan tingkat pencapaian dan biaya pemenuhan
SPM.
Hasil Analisa Profile Penerapan dan Hasil Pencapaian SPM ini akan dipergunakan sebagai:
a. Bahan masukan dalam pemutahiran data dan pengembangan sistem informasi pada setiap SKPD yang
bertanggungjawab dengan pendataan indikator SPM.
b. Sebagai masukan dalam melaksanakan perhitungan pembiayaan SPM.
c. Sebagai masukan dalam menyusun Rencana Aksi Penerapan dan Pencapaian SPM Kesehatan.
d. Sebagai masukan dalam mengintegrasikan SPM kedalam dokumen Perencanaan dan Penganggaran
Daerah
e. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dalam pencapaian SPM.
f. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM, termasuk pemberian
penghargaan dan sangsi bagi Unit/UPTD/SKPD yang berprestasi.
159www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Umpan Balik Hasil Monev
Jika laporan data SPM Pendidikan memenuhi kriteria valid maka data SPM dapat dimanfaatkan untuk
beberapa tujuan berikut:
1. Evaluasi kinerja jajaran pendidikan (tiap jenjang administrasi), efektivitas & efisiensi
2. Penyusunan profil pelayanan pendidikan/paket data lain
3. Penghitungan hasil/cakupan program
4. Data daerah setempat (penyusunan bahan kunjungan kerja)
5. Bahan pengusulan anggaran
6. Dasar pengalokasikasi sumber daya pendidikan, misal: pendistribusian guru proporsional, atau
penggabungan sekolah/rombel.
Contoh: Berikut cara menulis Rekomendasi tentang Analisis Masalah SPM
• Tentukan kesenjangan/isu/masalah kinerja
• Latar belakang :
o Siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana ?
• Opsi solusi
• Pro / kontra dalam solusi
• Rekomendasi (Mengapa ini solusi terbaik )
• Analisis pro dan kontra
o Membandingkan dan menyandingkan
o Bagaimana / langkah untuk menerapkan rekomendasi
o Waktu / kapan rekomendasi diterapkan.
160 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 6Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan di Daerah
Tujuan Pembelajaran
Modul ini ditulis untuk presentasikan contoh-contoh Praktek Yang Baik dalam penerapan standar layanan
pendidikan sebagai motivasi untuk para pembaca pelaksanaan praktek yang baik.
Pendahuluan
Satu hal yang paling esensial dalam UU32/2004 tentang Pemerintahan Daerah ialah pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah (kab/kota dan provinsi).
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah
161www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
dengan daerah otonom. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU 32/2004 ditentukan menjadi urusan
Pemerintah (pusat).Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan otonomi. Sesuai isi pasal 10 ayat (3) UU tersebut, urusan pemerintahan yang
tidak menjadi urusan pemerintahan daerah adalah : (1) politik luar negeri, (2) pertahanan, (3) keamanan,
(4) yustisi, (5) moneter dan fiskal nasional, dan (6) agama.
Bidang-bidang lain diluar 6 bidang diatas
menjadi urusan pemerintahan daerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi luas dan nyata.
Dalam rangka merealisasikan otonomi
daerah yang luas dan nyata ini menuntut
pemerintahan daerah yang tanggap, mampu
dan mempunyai kinerja yang tahan uji, yang
menyangkut pemerintah daerah dan DPRD.
Pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
telah memasuki horison baru dalam tata
pemerintahan daerah di Indonesia.
Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan. Dalam hubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat oleh
pemerintahan provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/Kota maka pelaksanaan urusan wajib
dan pilihan tersebut menjadi acuan dan tolok ukur keberhasilannya. Penyelenggaraan urusan wajib
merupakan penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat sesuai dengan SPMsebagai alat ukur yang
ditetapkan pemerintah.
Sedemikian pentingnya pemberian pelayanan ini, sehingga PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan SPM telah menetapkan aturan keharusan diterapkannya SPM dalam urusan wajib
daerah, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Untuk pencapaian SPM tersebut berdasarkan
perundang-undangan dan peratura-peraturan, banyak daerah melakukan inovasi-inovasi yang dapat
dijadikan praktek yang baik dalam upaya penerapan SPM di daerah
162 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Memahami Praktek yang Baik (good practice)
1. Praktek yang Baik
Upaya memperbaiki pendidikan dasar perlu mengetahui apa yang dapat berhasil secara efektif. Untuk
mengetahui apa yang berjalan secara efektif, dapat menggunakan praktik yang baik (good practice).
Banyak kegiatan melalui berbagai proyek telah didedikasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar
di Indonesia, sebagian kegiatan dinyatakan berhasil, namun sebagiannya lagi masih kurang berhasil.
Untuk itu, upaya selanjutnya untuk memperbaiki pendidikan dasar perlu mengetahui apa saja yang dapat
berhasil secara efektif. Untuk mengetahui apa yang berjalan secara efektif, dapat menggunakan
praktik baik.
2. Tujuan Praktek yang Baik
• Mengidentifikasi praktik-praktik yang baik guna diadaptasi ke dalam kondisi daerah masing-masing
• Memperkenalkan proses perbaikan berkelanjutan dan proses analisis kekuatan diri yang digunakan
dalam memfasilitasi proses penyusunan rencana aksi.
3. Manfaat Praktek yang Baik
Ada tiga keuntungan dalam menggunakan praktik
baik. Pertama, tingkat keberhasilan program akan
lebih terjamin karena telah melalui berbagai uji
coba dan evaluasi serta perbaikan. Kedua, dapat
menghemat sumber daya yang ada seperti tenaga
dan dana. Menghasilkan suatu praktik baik sudah
barang tentu membutuhkan biaya yang besar
dan waktu yang lama. Ketiga, dengan praktik
baik, pengguna dapat diarahkan secara lebih baik sejak awal kegiatan. Masalah-masalah yang muncul
seringkali sudah diantisipasi dalam praktik baik.
Menghemat sumber daya
yang adaTingkat
keberhasilan lebih terjamin
Proses lebih mudah dan
terarah
Praktik Baik
163www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Diantara contoh Praktek yang Baik yang dapat dilakukan di daerah
• Kebangkitan Komite Sekolah SD Sidomekar 8 di Kabupaten Jember dalam standar pelayanan MBS.
• Peningkatan Layanan Pendidikan Melalui BOSP di Kabupaten Bulukumba.
• Komitmen Kuat Bupati Kabupaten Barru Untuk Melaksanakan Penataan Guru.
• Penerapan Bosda Berformula di Kota Banda Aceh.
4. Kriteria Praktik Baik dalam SPM Pendidikan
Tidak semua inisitaif dapat langsung diadopsi oleh daerah lain. Beberapa kriteria yang dapat dijadikan
indikasi suatu inisiatif disebut Praktek Baik (good practice) adalah:
1. Kentalnya unsur governance (tata kelola pemerintahan yg baik) pada praktik baik tersebut.
2. Relatif baru pendekatannya atau penerapannya di suatu daerah dan memiliki daya tarik untuk
disosialisasikan kepada wilayah lainnya. Ada pelajaran yang bisa diambil.
3. Memiliki kepedulian yang besar dari masyarakat, kepala daerah, dan media. Hasil penerapan inisiatif
memiliki pengaruh yang besar dan penerapan inisiatif berkelanjutan. Misal: adanya penandatanganan
maklumat atau MoU dihadiri yang disaksikan oleh Bupati/Walikota/gubernur dan banyak orang
sehingga kegiatan itu bisa dianggap sudah bisa merubah perilaku pihak yang terkait (SKPD atau
masyarakat).
4. Telah terjadi perubahan di unit pelayanan, dinas dan/atau di masyarakat (misal: memberikan layanan
sesuai dengan standar SPM dan telah dipublikasikan).
5. Sudah mulai diimplementasikan atau diterapkan di unit layanan atau dinas/SKPD.
6. Berpotensi meningkatkan kinerja unit layanan atau SKPD/Dinas (misal: jumlah guru cukup dan
terdistribusi dengan merata). Ada perbedaan sebelum dan sesudah inisiatif diterapkan. Lebih baik jika
ada data perbandingan sebelum intervensidan sesudah intervensi.
7. Inisiatif dapat diterapkan ke daerah/wilayah lain.
Contoh lain praktik baik perlu diidentifikasi dan dipelajari kemungkinan implementasinya di daerah kita,
meskipun persoalan tpendidikan relatif sama antar satu daerah dengan daerah lain, namun dalam
implementasinya perlu penyesuaian dengan situasi dan kondisi lingkungan sosial politik dan
budaya lokal.
164 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
5. Pengembangan Praktek yang Baik di daerah mitra Program Kinerja-USAID
Program KINERJA telah mengawali implementasi Good Practices ini dalam berbagai bentuk, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan dan Penguatan Forum Multi Stakeholder
Forum Multi Stake Holder adalah media untuk mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk
merespon isu-isu yang menjadi kepedulian bersama serta untuk melakukan upaya mencapai tujuan
bersama. Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan lain-lain. Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang
untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi peran dan tanggung
jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama. Forum Multi Stake
Holder, tidaklah harus merupakan pertemuan formal, loka karya atau bahkan merupakan organisasi atau
lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal. Pada tahapan lebih
lanjut, Forum Multi Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang
diperlukan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan lokal.
b) Sosialisasi Konsep SPM Bidang Pendidikan Kepada Berbagai Pihak
Upaya pencapaian SPM bidang Pendidikan memerlukan kontribusi dari berbagai pihak. Dinas Pendidikan
dalam hal ini berperan sebagai leading sector, tetapi peran serta, kontribusi dan dukungan dari SKPD lain
sangat diperlukan. Menyadari hal tersebut, KINERJA dalam mengawali upaya percepatan pencapaian
SPM di setiap kabupaten/kota mitra, selalu menyelenggarakan workshop yang melibatkan semua unsur
yang terkait, misalnya dari Bappeda, Bagian Organisasi Pemkab, Lintas sektor lain, termasuk dari unsur
pimpinan pemerintah daerah dan DPRD. Melalui langkah ini diharapkan ada kesamaan persepsi dan
kesatuan gerak langkah dari berbagai pihak tersebut untuk bersama-sama mengawal dan mewujudkan
penyelenggaraan SPM Pendidikan secara optimal.
c) Training of Trainer SPM Bidang Pendidikan
Filosofi mendasar yang dimunculkan dalam kegiatan training of trainer SPM bidang Pendidikan yang
diselenggarakan oleh KINERJA adalah penguatan kapasitas lokal (capacity building). Dengan demikian
setiap daerah akan mempunyai tenaga ahli lokal yang bisa berperan sebagai rujukan permasalahan SPM
di daerahnya masing-masing.
165www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
d) Pelaksanaan Costing SPM Bidang Pendidikan dan Integrasi Rencana Pemenuhan SPM ke dalam Perencanaan dan Pembiayaan Daerah
Dukungan dana yang memadai merupakan modal bagi terselenggaranya upaya pemenuhan SPM. Agar
rencana kegiatan pemenuhan SPM mendapatkan alokasi dana yang sesuai, Dinas Pendidikan selaku
penanggungjawab teknis SPM Pendidikan harus mampu menyusun anggaran SPM dengan berdasarkan
pada standar pembiayaan yang jelas dan rasional. Disinilah peran pentingnya costing SPM dilakukan.
KINERJA mendorong dan memfasilitasi daerah dalam melakukan costing SPM, dan mengawal proses
integrasinya ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.
e) Janji Layanan
Sebagai lembaga yang concern dengan standar pelayanan publik (SPP), KINERJA mendorong dan
membentuk sistem pelayanan yang baik di kabupaten/kota mitra KINERJA. Salah satu bentuknya adalah
fasilitasi penyusunan janji layanan.
f) Benchmarking Implementasi SPM
Bentuk upaya akselerasi pencapaian SPM lain yang dilakukan KINERJA adalah melalui kegiatan
benchmarking. Melalui kegiatan benchmarking, kabupaten/kota dapat belajar secara cepat keberhasilan
daerah lain sehingga diharapkan mampu menjadi motivator dan acuan dalam pengembangan di
daerahnya masing-masing.
Teknik Praktis Perluasan (Scale-Up)
KINERJA adalah program pemerintahan yang didanai USAID (2010-2015) untuk meningkatkan pelayanan
publik di Indonesia. KINERJA bekerja dengan pemerintah daerah kabupaten/kota untuk membuat pelayanan
lebih responsif sambil membangun kapasitas masyarakat sipil dan masyarakat untuk menuntut layanan yang
lebih berkualitas dari pemerintah.
Kegiatan pendampingan penerapan SPM bidang Pendidikan oleh Kinerja USAID saat ini dilakukan secara
terbatas. Success story atau keberhasilan penerapan SPM di suatu unit layanan/Dinas/SKPD dan suatu
wilayah yang mendapat pendampingan ini diharapkan dapat menyebar ke unit layanan/Dinas/SKPD dan
wilayah/kecamatan lain, sehingga daerah/unit lain yang tidak mendapat pendampingan langsung juga dapat
166 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
mengalami keberhasilan yang sama. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan perluasan atau pengembangan
(scale up).
Teknik scale up diartikan sebagai sebuah teknik yang dapat ditempuh untuk memperluas cakupan keberhasilan
suatu program atau kegiatan sehingga dampaknya bukan hanya dirasakan oleh sasaran langsung kegiatan
saja. Daerah lain yang bukan sasaran utama kegiatan intervensi bisa mengadaptasi dan meraih keberhasilan
yang serupa dengan daerah proyek.
Istilah scaling up digunakan dalam sektor Pendidikan dalam konteks yang luas, diantaranya:
1. Scaling up input, misal berupa: peningkatan government expenditure dalam kegiatan tertentu, pengadaan
SDM Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan, pengadaan bahan dan alat Pendidikan
untuk menjangkau kebutuhan yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Scaling up penyediaan layanan, misalnya dengan menambah jumlah unit layanan, mendekatkan unit
layanan ke masyarakat, bekerja sama dalam penyediaan layanan dengan pihak lain.
3. Menggunakan existing input dengan lebih efisien, misalnya melalui penataan organisasi, penataan beban
kerja pegawai, dan sebagainya.
4. Scaling up untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
5. Scaling up dari proyek yang kecil ke yang lebih luas (from a small project to a much larger client group).
Scaling up dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu Vertical scaling up dan Horizontal scaling up.
Vertical scaling up dilakukan dengan meluncurkan konsep yang sistematis yang telah terbukti keefektifannya
di tingkat lokal dengan melembagakannya sehingga mencapai dampak yang lebih luas di dalam lembaga/
instansi/Dinas. Contohnya adalah pembuatan peraturan atau kebijakan yang lahir dari konsep percontohan.
Horizontal scaling up berarti meluncurkan suatu konsep yang dapat memperluas cakupan area geografis
kegiatan. Horizontal scaling up yang dapat dilakukan melalui beberapa contoh kegiatan berikut ini:
1. Membuka kesempatan dan memfasilitasi daerah lain untuk melakukan kaji banding dan belajar di daerah
dampingan.
2. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop yang diikuti oleh perwakilan dari berbagai daerah lain agar
konsep pendampingan yang telah dilakukan bisa dipahami dan diadaptasi oleh daerah lain tersebut.
3. Membentuk Self Help Group (SHG) yang terdiri dari tokoh kunci yang berasal dari daerah pendampingan,
untuk bisa berperan sebagai technical assistance bagi daerah lain yang ingin mengadaptasi pola dari
daerah pendampingan.
167www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
4. Mengadakan ‘road show’ di level propinsi dengan melibatkan Self Help Group tersebut agar propinsi lain
mengatui success strory di daerahnya dan berkeinginan untuk mengadaptasi.
Beberapa hal diperlukan agar proses scaling up dapat dijalankan diantaranya adalah:
1. Scaling up pada umunya melibatkan partnership dengan organisasi lain, terutama organisasi yang
bergerak di bidang Pendidikan, keuangan (bisa berupa lembaga donor), dan pemerintah selaku regulator.
2. Scaling up membutuhkan komitmen organisasi yang tinggi untuk mendorong agar proses terus berjalan
3. Pelaksanaan monitoring merupakan hal yang sangat penting untuk mengukur kemajuan terhadap
pencapaian sasaran dan untuk mengidentifikasi faktor penghambat proses scaling up.
Berikut ini checklist yang dapat digunakan untuk mempersiapkan pelaksanaan scale up.
Checklist Persiapan Pelaksanaan Scalling Up
Tahapan kegiatan Pertanyaan kunci + + + - - -
Evaluasi pengalaman
Sudahkah kita menggambarkan pengalaman dan good practices dari kegiatan kita secara jelas dan mudah dipahami?
Apakah kita memahami kondisi organisasi dan kecukupan pendanaan untuk scaling up?
Strategi Scaling up
Sudahkah kita mendiskusikan skenariokegiatan scaling up ini dengan berbagai pihak mitra lain?
Sudahkah kita menyepakati tahapan kegiatan dengan pihak mitra?
Sudahkah kita mendiskusikan berbagai kemungkinan yang terjadi saat scaling up dan menyepakati cara mengantisipasinya?
Memilih partners Sudahkah kita melakukan Stakeholder analysis dan mendiskusikanna dengan berbagai pihak mitra?
Apakah Stakeholder kunci memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk proses scaling up?
Sumber daya Apakah kita memiliki sumber daya manusia dan dana yang mencukupi untuk fase inisiasi?
Apakah inovasi proses scaling up yang akan dilakukan aman dari sisi finansial, ataukah ada skenario pembiayaan yang lain?
168 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Tahapan kegiatan Pertanyaan kunci + + + - - -
Monitoring dan upaya jaga mutu
Apakah kita memiliki instrumen untuk memonitor dan mengendalikan proses yang dijalankan bersama mitra kerja?
Apakah kita sudah memahami ide inti inovasi yang akan di scaling up?
Dengan mengisi checklist di atas akan dapat diketahui kesiapan proses scaling up serta dapat digunakan
untuk menyiapkan proses scaling up agar berhasil dengan baik.
Penutup
Lampiran ini disusun berdasarkan pengalaman pendampingan kegiatan perencanaan SPM di kabupaten/kota
mitra program Kinerja periodeTh 2012- 2013 dan dirasa masih belum sempurna, sehingga diharapkan dapat
disempurnakan dari berbagai masukan pada Edisi berikutnya.
Substansi modul-modul dalam lampiran ini seperti telah diuraikan, bersifat sekuensial. Hasil kerja dari modul
terdahulu menjadi bahan untuk dilanjutkan pada modul selanjutnya. Oleh karena itu diharapkan adanya
konsistensi pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan maupun pendampingan, sehingga alur berpikir
menjadi runtut dan komprehensif.
169www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran C CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN TRAINING
Latar Belakang
1. Tujuan
Lampiran ini disusun sebagai pedoman untuk pihak
yang mau melaksanakan fasilitasi dan training
di Pemda yang mau ikut cara KINERJA untuk
merencanaan dan menganggarkan pemenuhan SPM
di bidang pendidikan yang terbukti sukses dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar.
Himpunan modul training ini ditujukan bagi lembaga/
instansi yang hendak melakukan fasilitasi untuk
pemenuhan SPM tersebut. Lembaga/instansi tersebut
bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra
pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga latihan yang memasarkan training saja.
Pada awal program KINERJA, pekerjaan penyusunan rencana dan anggaran SPM diatur dalam seri lokakarya,
dengan modul training pada awal setiap lokakarya. Proses yang sama dipakai pada tahun berikutnya,
karena ada peserta tim yang belum mengerti tugasnya, dan juga peserta lama tertarik untuk ingat kembali
substansinya. Pada tahun ketiga penyusunan rencana pemenuhan SPM, masih direncanakan seri lokakarya
diaman tim dapat bekerjasama, walaupun tidak semua daerah rasa perlu ulang trainingnya. Lokakarya masih
penting agar:
• Semua pemangku kepentingan dapat mengatur waktunya untuk berpartisipasi.
• Ada fasilitator yang mendorong tim untuk menyempurnakan penghitungannya agar makin adil, efisien,
transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.
170 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Training dan fasilitasi diatur dalam 6 modul sebagaimana uraian substansi di Lampiran B, sebagai berikut:
1. Pengantar: Relevansi Paket Program Kinerja dengan SPM Pendidikan
2. Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM
3. Analisis Gap, Costing dan Standar Biaya pemenuhan SPM
4. Integrasi Hasil Costing SPM dalam Perencanaan dan PenganggaranDaerah dan SKPD
5. Teknik Monitoring & Evaluasi serta Laporan Kinerja SPM
6. Praktek Yang Baik dalam penerapan Standar Layanan dan merekomendasikan teknik praktis untuk
perluasan (scale-up).
Alokasi waktu yang disediakan untuk membahas setiap topik pada setiap modul bersifat estimasi ideal, tetapi
jika dalam pelaksanaannya mengalami hambatan, dimungkinkan untuk dilakukan penyesuaian waktunya.
Lampiran tentang training dan fasilitasi Penghitungan Pemenuhan Target SPM Pendidikan Dasar ini disusun
belum memasukan substansi tentang Teknik Fasilitasi dan pembelajaran orang dewasa. Diharapkan fasilitator
yang akan menggunakan bahan ini sudah menguasai dan trampil dalam teknik fasilitasi dan pelatihan serta
pembelajaran orang dewasa, atau dilakukan pelatihan terpisah untuk peningkatan aspek tersebut.
2. Fasilitator.
Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi yang disebutkandiatas selanjutnya disebut sebagai Fasilitator. Sangat
penting para Fasilitator, baik untuk fasilitasi proses perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di
bidang kesehatan, maupun fasilitasi training untuk itu, menguasai substansi yang diuraikan di lampiran B, dan
berfokus baik kepada keberhasilan Tim Penyusun SPM Pendidikan yang dibentuk pemda dalam menyusun
perencanaan SPM. Ia harus memiliki pengetahuan tentang pelayanan pendidikan di daerah dan keterampilan
sebagai fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan training, memfasilitasi, dan mendampingi
pemerintah daerah di dalam proses pembentukan tim, serta perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
program kesehatan.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok Fasilitator adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun SPM
Pendidikan yang dibentuk dari aparat staf Dinas/UPTD, Pengawas/KaSekolah/guru, wakil dari Komite-
Komite Sekolah, Perguruan Tinggidan LSM yang berkepentingan, untuk merencanakan dan menganggarkan
pemenuhan SPM tersebut. Bahan dukungan fasilitasi ini disusun dari pengalaman KINERJA-USAID, dimana
tugas fasilitasi dilaksanakan oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) KINERJA-USAID yang mengadakan
fasilitator baik untuk training dan dukungan on-the-job.
171www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Proses
Tujuan dari Lampiran ini adalah untuk memberi arahan kepada Fasilitator dalam tugasnya untuk fasilitasi
proses penyusunan rencana dan anggaran pemenuhan SPM, termasuk penyelenggaraan serangkaian
lokakarya yang diatur untukTim Penyusun SPM menyelesaikan tugasnya. Proses fasilitasi KINERJA-USAID
digambarkan dalam bagan yang berikut:
4. Fokus Training
Dalam pengalaman KINERJA-USAID langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana.
Langkah 4 didukung training lain tentang Masyarakat Stakeholder Forum dan juga training tentang peran
media. Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 dan ke-7. Training yang disampaikan secara bertahap
selama proses fasilitasi perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM sampai hasilnya dipakai dalam
proses penganggaran tahunan. Setiap langkah training ditindaklanjuti dengan dukungan on-the-job kepada Tim
Penyusun SPM Kesehatan.
Pemaparan materi dilakukan sebagai langkah awal setiap kegiatan pihak dinas kesehatan dan Puskesmas
dalam perencanaan dan pengganggaran pemenuhan SPM bidang kesehatan.Ada satu modul fasilitasi untuk
setiap modul substansi yang dipresentasikan pada lampiran B.
172 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Alokasi waktu yang disediakan untuk membahas setiap topik dalam modul-modul berikut bersifat estimasi dari
pengalaman KINERJA, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk dilakukan penyesuaian, baik waktu
lebih lama dimana tim kurang cepat memahami substansinya, atau lebih singkat bila tim sudah menguasai
substansi dan aplikasi yang dipakai dalam penghitungan.
173www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 1Pengantar: Relevansi Paket Program Kinerja dengan SPM Pendidikan
Peserta yang Diundang
Modul pertama disampaikan kepada pembentuk kebijakan pendidikan dasar di daerah di dinas
pendidikan, sekretariat daerah dan Bappeda, kepala sekolah terpilih dan pimipinan LSM yang dapat
mewakilipemangku kepentingan di masyarakat. Tujuan pelatihannya agar para peserta memahami
bagaimana Program KINERJA dapatmembantu daerah memenuhi SPM Pendidikan. Setelah itu, peserta
akan memberi masukan kepada Sekda dan Kepala Dinastentang perencanaan program.
Diharapkan modul ini akan dibuka oleh Kepala Daerah, untuk menitikberatkan kepentingan perencanaan
peningkatan mutu pendidikan secara sistematis.
174 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Fasilitasi
1. Waktu
2 x 45 menit (90 Menit)
2. Proses
a) Pembukaan
Kepala Daerah atau yang mewakilinya membuka sesi dengan menyampaikan isu tentang peningkatan/
perbaikan pelayanan publik yang sangat dibutuhkan masyarakat luas, khususnya pendidikan dasar.
Bahan disiapkan dan disajikan melalui power point yang telah disiapkan pada infokus. Fasilitator bisa
merancangkan pidato pembukaannya.
b) Ringkasan Program yang Diusulkan
• Fasilitator atau narasumber untuk menyajikan tentang program, latar belakang, tujuan dan
sasarannya. Contoh presentasi dapat dilihat di file Presentasi 1a SPM pendidikan di CD yang
dilampirkan.
• Diusulkan presentasi dilengkapi dengan presentasi tentang isu gender dalam sektor pendidikan
dasar.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya dan berdiskusi.
c) Pembahasan Perencanaan Program
• Fasilitator mempresentasikan usulan program untuk menyusun rencananapemenuhan SPM
pendidikan, dan hubungan dengan proses perencanaan dan pengangaran daerah
175www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Peseerta diminta memberi masukan tentng pembentukan Tim Penyususan SPM
d) Kesimpulan dan Penutup
Kepala Dinas atau Fasilitator menutup sesi ini dengan menarik kesimpulan dari hasil diskusi, dan
keputusan mengenai persiapan program.
Tindak Lanjut
Setelah modul ini dilaksanakan, Kepala Dinas dengan bantuan Fasilitator merancangkan SK untuk
pembentukan dan memberi tugas kepada Tim Penyusun SPM.
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
a) Presentasi 1a SPM Pendidikan
Lihat materi presentasi pada folder modul-1: Presentasi 1a SPM Pendidikan
176 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 2SPM Bidang Pendidikan
Peserta yang Diundang dan Tujuan Fasilitasi
Anggota Tim PenyusunSPM serta nara sumber dari Dinas Pendidikan, Kantor Agama, Bappeda, dan
Forum multi stakeholder (MSF).
Sebelum modul ini dilaksanakan, Tim Penyusun SPM harus ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota atau
SK Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota.
Fasilitasi diberi agar, sebelum mulai tugasnya, Tim Penysusn SPM mengenal:
1. Latar belakang SPM pendidikan dan regulasi standar pelayanan bidang pendidikan serta pentingnya SPM
Pendidikan
2. hubungan SPM dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
177www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. hubungan SPM dalam peningkatan Mutu Pendidikan
4. indikator-indikator SPM
5. hubungan SPM dengan pengarusutamaan gender.
Fasilitasi
1. Waktu
Satu hari (sekitar 5,5 sampai 6 jam)
2. Proses
a) Pembukaan
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan isu tentang standar pelayanan yang sangat penting
untuk peningkatan/perbaikan pelayanan publik, khususnya sektor pendidikan. Bahan disiapkan dan
disajikan melalui power point yang telah disiapkan pada infokus.
178 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Sesi 1 Introduksi SPM
• SPM Pedidikan dan Regulasi Standar Pelayanan Sektor Pendidikan dan Pentingnya SPM
dipresentasikan dengan powerpoint Presentasi 2a SPM PENDIDIKAN DASAR.
•
• Hubungan SPM dengan SNP dipresentasikan dengan powerpoint Presentasi 2b SPM Pendidikan
Dasar dan Standar Nasional Pendidikan.
• SPM dan Peningkatan Mutu Pendidikan Diskusi.
• Tanya jawab.
c) Sesi II Indokator dan Aplikasi
• Indikator-Indikator SPM Pendidikan Dasar dipresentasikan dengan powerpoint Presentasi
2c Indikator SPM, Fasilitator atau narasumber menyajikan Indikator SPM Pendidikan Dasar
berdasarkan Permendiknas 15/10 dan Permendikbud 23/13.
• Diskusi Kelompok Terfokus, bertujuan agar peserta memahami lebih mendalam indikator-indikator
SPM pendidikan, permasalahannya dan upaya mengatasinya. Kelompok diberi tugas menganalisa
indikator SPM, yaitu mengidentifikasi hambatan/masalah dan upaya solusinya. Hasilnya ditulis di
kertas plano. Ada 27 indikator dibagi rata sesuai jumlah kelompok. Waktu sekitar 45 Menit.Setelah
selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil analisanya masing-masing, dan kelompok
lainnya menambahkan/mengkoreksi jika ada yang salah.
• SPM terkait BOSP, DGP, MBS dan SPM Responsif Gender dipresentasikan dengan powerpoint
Presentasi 2d Hubungan SNP dengan 27 SPM Pendidikan Dasar.
d) Kesimpulan, Persiapan dan Penutup
• Fasilitator menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
• Fasilitator serta tim menyusun rencana kerja untuk proses perencanaan pemenuhan SPM.
179www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Contoh Bahan Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
a) Presentasi 2a SPM Pendidikan Dasar
Lihat Presentasi 2b SPM Pendidikan Dasar dan Standar Nasional Pendidikan
Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2a SPM Pendidikan Dasar
• PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan (PUP) merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 (PP 25/2000).
• PP 65 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan dan penerapan SPM merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004.
SPMLATAR BELAKANG
180 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Presentasi 2c Indikator SPM Pendidikan
Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2c Indikator SPM
• SPM Pendidikan Instrumen untuk mencapai SNP secara bertahap sesuai kemampuan fiskal
• SPM Pendidikan Simbol: ≥ (lebih besar atau sama dengan)
SPM Pendidikan Dasar
INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
PENDIDIKAN DASARPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NO 23 TH 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 15 TH 2010 TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA
181www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Presentasi 2d Hubungan SNP dengan 27 SPM Pendidikan Dasar
Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2d Hubungan SNP dengan 27 (Indikator) SPM
Dendidikan Dasar
182 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 3Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional
Peserta yang Diundang dan Tujuan Modul
Anggota Tim Penyusunan SPM serta nara sumbernya diundang dengan tujuan memahami cara
mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM dan menganalisi kesenjangan (gap) kinerja SPM serta
menguasai perhitungan biaya pemenuhan SPM.Peserta harus sama dengan tahap modul sebelumnya
dan juga tahap yang berikut demi kelancaran kegiatan penyusunan rencana pemenuhan SPM.
Persiapan Peserta
Peserta diminta membawa dokumen berikut ini pada saat lokakarya:
1. Lembar kerja penyimpulan hasil pengolahan data SPM untuk tahun sebelumnya
2. Profil sekolah/ Evaluasi diri sekolah (EDS) / hasil TRIMS
183www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
3. Data informasi terkait indikator-indikator SPM tingkat kab/kota (jumlah & kualifikasi guru, dll). Bisa dari data
DAPODIK /PadatiWeb.
4. Dokumen perencanaan SKPD dank ab/kota : Renstra Dinas, RPJMD.
Fasilitasi
1. Waktu
8 x 45 menit (360 Menit)
2. Proses
a) Pembukaan
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya sesihari ini yang sehari penuh akan
membahas dan berlatih tentang costing SPM pendidikan. Menyampaikan jalannya pelatihan sesuai
alur sesi diatas.
b) Langkah-langkah Analisis Pencapaian SPM
• Fasilitator sedikit mereview indikator-indikator SPM pendidikan dasar yang telah dijelaskan pada
sesi hari sebelumnya.
184 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Fasilitator atau narasumber menyampaikan tentang langkah-langkah analisis costing SPM dan biaya
pencapaian SPM pendidikan sejak identifikasi kondisi awal capaian SPM, analisis gap, analisis
penyebab, alternatif kebijakan & kegiatan dan analisis standar biaya pencapaian target SPM.
• Penyajian dilakukan dalam paparan power point yang juga didukung dengan naratif.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
c) Analisis untuk Setiap Indikator SPM
• Fasilitator atau narasumber menyampaikan dan menjelaskan satau-persatu tentang analisis untuk
setiap indikator SPM dari 27 indikator SPM pendidikan, sesuai uraian substansi dalam modul Bab IV
ini.
• Penyajian dilakukan dalam paparan power point yang juga didukung dengan naratif. Jika diperlukan
atau ada hal yang kurang jelas bisa ditunjukan Petunjuk Teknis (juknis) SPM dari lampiran
Permendikbud.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
d) Analisis untuk Indikator dengan Perhitungan Menggunakan Variabel Proxy
• Fasilitator atau narasumber menyampaikan dan menjelaskan tentang analisis untuk indikator SPM
yang tidak bisa dihitung langsung atau data tidak tersedia (SPM IP3, & IP13-18), sesuai uraian
substansi dalam modul Bab IV ini.
• Penyajian dilakukan dalam paparan power point yang juga didukung dengan naratif.Jika diperlukan
atau ada hal yang kurang jelas bisa ditunjukan Petunjuk Teknis (juknis) SPM dari lampiran
Permendikbud.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
e) Simulasi dan Latihan Costing SPM
• Diskusi kelompok ini ditujukan agar peserta
memahami lebih mendalam indikator-
indikator SPM pendidikan, permasalahannya,
upaya mengatasi dan agar peserta lebih
trampil dalam costing SPM. Peserta
dibagikan lembar kertas form untuk simulasi/
latihan atau bisa menggunakan komputer.
185www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Peserta dibagi 3 kelompok (bisa juga 2 atau 4 kelompok). Setiap kelompok diberi tugas melaksanakan
latihan: pemetaan capaian SPM di tk sekolah & kab/kota, pendataan sekolah indikator SPM,
menghitung analisis gap, menganalisis penyebab, dan yaitu mengidentifikasi hambatan/masalah dan
upaya solusinya. Hasilnya ditulis di kertas plano atau setiap kelompok diberi tugas indikator SPM yang
tanpa variabel proxi dan dengan proxi. Waktu sekitar 60 Menit.
• Setelah selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil latihan dan simulasinya masing-masing,
dan kelompok lainnya menambahkan/mengkoreksi jika ada yang salah.
f) Contoh Analisis dan Perhitungan MBS, BOSP dan DGP
• Fasilitator atau narasumber menyampaikan contoh-contoh analisis dan perhitungan pencapaian
indikator SPM untuk sub-bidang BOSP, DGP, MBS. Narasumber/fasilitator menyampaikan contoh cara
perhitungan standar biaya belanja dan biaya satuan. Materi sudah dilampirkan dalam modul Bab IV ini.
• Penyajian dilakukan dalam paparan power point dan spreadsheet excel (contoh analisis & perhitungan
BOSP, DGP, MBS) yang juga didukung dengan naratif dan
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
g) Kerja Kelompok
• Kerja kelompok ini dimaksudkan peserta memahami dan lebih trampil dalam melakukan analisis
perhitungan costing SPM, serta langsung mengerjakan costing yang akan benar-benar dilaksanakan
nantinya. Tiap kelompok mengerjakan paket BOSP atau DGP atau MBS sesuai mandat masing-
masing peserta.
• Kelompok bekerja dengan menggunakan form lembar kerja dalam komputer dan data-data riil yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
• Peserta dibagi 2 atau 3 kelompok sesuai dengan interest paketnya atau sesuai daerah. Setiap
kelompok diberi tugas mengerjakan analisa dan perhitungan costing SPM sesuai paket masing-
masing.Waktu sekitar 60 Menit.
• Setelah selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil analisanya masing-masing, dan kelompok
lainnya menambahkan/mengkoreksi jika ada yang salah.
h) Kesimpulan dan Penutup
Fasilitator menutup sesi ini dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi masing-masing kelompok
saat sesi latihan & simulasi dan sesi kerja kelompok. Perlu disimpulkan apakah peserta sudah cukup
menguasai materi atau masih kurang, jika perlu peserta bisa diberi tugas untuk dibawa pulang.
186 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses
di CD yang terlampir:
187www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
a) Presentasi 3a Perhitungan Biaya SPM
Lihat materi presentasi pada folder modul-3: Presentasi 3a Perhitungan Biaya SPM
Langkah Kuantitatif
• Pendanaan untuk indikator SPM 1–14 adalah tanggung- jawab Pemerintah Daerah dan Departemen Agama. ○ costing dilakukan oleh Pemda dan Depag• Pendanaan indikator SPM 15–27 adalah tanggung-jawab Satuan Pendidikan. ○ costing dilakukan oleh sekolah/madrasah
Siapa yang melakukan perhitungan biaya?
188 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Presentasi 3b Analisis Gap & Standar Biaya pemenuhan SPM pendidikan
Lihat materi presentasi pada folder modul-3: Presentasi 3b Analisi Gap & Standar Biaya pemenuhan SPM
Pendidikan.
PROSES ANALISIS
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan-Kabupaten/Kota (SIMP-K)
PendataanAnalisis Capaian
KinerjaAnalisis Gap
Analisis Kebijakan
Analisis Standar Biaya
Implementasi
PemetaanSPM
SIM NUPTKPadatiWEB
Setiap GuruSetiap Sekolahdan Madrasah
SIMP-KExcel Pivoting Table
NSS
189www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 4Integrasi Hasil Costing SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran
Peserta yang Diundang dan Tujuan Fasilitasi
Anggota Tim penyusun rencana pemenuhan SPM beserta nara sumbernya.
Tujuan modul ini agar tim memahami tentang sistem perencanaan dan pengganggaran pemerintah dan
kolerasinya dengan pencapaian SPM serta peran yang dapat mereka lakukan agar hasil costing dapat
ter-integrasi ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah/SKPD.
Persiapan untuk Training
Untuk kegiatan sesi latihan atau pendampingan nantinya, dokumen-dokumen sebagai bahan penunjang yang
diperlukan adalah :
190 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Profil Tahunan Pendidikan
• Dokumen RKS (Rencana Kerja Sekolah)
• Bahan bacaan terkait: Permendagri No. 54 Tahum 2010
• Dokumen Renja Dinas Pendidikan
• Dokumen Renstra Dinas Pendidikan
• Dokumen RKPD Kabupaten/kota
• Dokumen RPJMD Kabupaten/kota
Fasilitasi
1. Waktu
4 x 45 menit (180 Menit)
2. Proses
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan menyampaikan isu penting
Integrasi SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah, dimana peserta diharapkan mampu
191www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah
dan SKPD, Bahan disajikan melalui power point yang telah disiapkan pada infokus dan ada sesi latihan.
Fasilitator menjelaskan alur kegiatan dan pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan.
b) Presentasi Mengenai Perencanaan
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah dan Korelasinya dgn SPM
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang Sistem Perencanaan&
Penganggaran, Regulasi Perundang-undangan dan Peraturan-peraturan yang terkait dengan
Perencanaan dan Penganggaran Daerah, Korelasi SPM dengan Sistem Perencanaan &
Penganggaran, Siklus Perencanaan dan Penganggaran.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
Tahapan & proses Integrasi SPM dalam dokumen Perencanaan. &Penganggaran Daerah
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang Tahapan penintegrasian SPM ke
dalam dokumen Perencanaan dan Proses pengintegrasian SPM ke dalam dokumen Perencanaan &
Penganggaran daerah. Narasumber menjelaskan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
Integrasi hasil costing dan Pembiayaan SPM dalam RPJMD
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan
pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan 5 tahunan daerah (RPJMD).
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
Integrasi hasil costing dan Pembiayaan SPM dalam Rentra
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan
pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan 5 tahunan renstra daerah (Renstra).
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
192 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Latihan Kelompok Integrasi SPM dalam Dokumen Perencanaan
• Latihan dan Diskusi kelompok ini ditujukan agar peserta memahami lebih mendalam item-item dan
indikator SPM pendidikan yang diintegrasikan dalam perencanaan daerah. Peserta dibagikan lembar
kertas form untuk latihan atau bisa menggunakan komputer.
• Peserta dibagi 3 kelompok (bisa juga 2 atau 4 kelompok). Setiap kelompok diberi tugas melaksanakan
latihan : pengintegrasian SPM dalam dokumen perencanaan & penganggaran daerah. Materi form
kelompok sudah disediakan dalam modul 4 ini. Waktu sekitar 60 Menit.
• Setelah selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil latihan masing-masing, dan kelompok
lainnya menanggapinya. Jika waktunya terbatas maka satu kelompok saja yang mempresentasikan
hasilnya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
d) Presentasi Mengenai Proses Penganggaran
Integrasi hasil costing & Pembiayaan SPM dalam RKPD dan KUA-PPAS
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan
pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan daerah
(RKPD, KUA-PPAS).
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
Integrasi hasil costing & Pembiayaan SPM dalam Renja dan RKA.
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan
pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan daerah
(Renja dan RKA).
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan bertanya.
e) Kesimpulan dan Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil latihan dan tanya jawab.
193www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Dokumen di CD yang Terlampir
Lihat juga
• File Excel templat 4a Lembar Kerja + Latihan Integrasi SPM dalam Perenc-Penganggaran Drh_1 yang
dapat diadaptasi untuk membantu proses latihan.
• File MS word Bahan Bacaan Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dasar Hukum.
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
194 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
a) Presentasi 4a Integrasi SPM dlm Planning & Budgeting_1
Lihat materi presentasi pada folder modul-4: Presentasi 4a Integrasi SPM dlm Planning & Budgetig_1.
IMPLIKASI PENERAPAN SPM
DAERAH HARUS MEMPUNYAI KAPASITAS DANKOMPETENSI UNTUK MENDUKUNG SPM
• ALOKASI ANGGARAN• SDM• KELEMBAGAAN• SARANA PRASARANA• SISTEM INFORMASI • KERJASAMA ANTAR DAERAH
SosialisasiSPM
PenyusunanRencana Kerja
Data DasarSPM
ProsesPerencanaanPembiayaan
PenetapanSasaranCapaian SPM per Indikator
Proses Pelaksanaan SPM
195www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Presentasi 4b Penentuan Skala Prioritas
Lihat materi presentasi pada folder modul-4: Presentasi 4b PENENTUAN SKALA PRIORITAS
Tujuan
• Membantu perencanaan dalam menyusun program, menganalisis kegiatan dan program-program usulan, sehingga dihasilkan daftar usulan kegiatan yang realistis terpadu dan operasional.
• Untuk menguji serangkaian usulan alternatif program yang dipertimbangkan dengan serangkaian tujuan dan sasaran.
• Untuk mempermudah sejumlah usulan program kegiatan dengan plafon anggaran yang disediakan.
196 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 5 Teknik Monitoring, Evaluasi dan Laporan Kinerja Pemenuhan SPM Pendidikan
Peserta yang Diundang dan Tujuan
Anggota Tim Penyusun Rencana Pemenuhan SPM beserta narasumber.
Setelah selesai mengikuti modul ini, Tim akan memahami tentang teknik monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja SPM Pendidikan Dasar termasuk penyusunan umpan balik dan rekomendasi.
Fasilitasi
1. Waktu
2 x 45 menit (90 Menit )
197www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
2. Proses
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tentang bagaimana pentingnya Monitoring & Evaluasi
dan Pelaporan monev. Misal mengambil contoh yang sederhana: Menyuruh murid sekolah dasar lari
dari 1 km melalui gang-gang kampung, jika tiap belokan tidak ada yang jaga dan memantau maka
kemungkinan besar murid kesasar tidak sampai tujuan.
b) Presentasi: Memahami Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporannya
• Fasilitator atau narasumber menyajikan dan menjelaskan tentang
o Memahami Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SPM Pendidikan
o Pelaporan Pelaksanaan SPM Pendidikan (proses pengumpulan data dan penyusunan laporan)
o Manfaat umpan balik (feedback) dan Penulisan Rekomendasi
• Bahan disajikan melalui power point yangtelah disiapkan pada infokus didukung dengan naratif
selama 45 menit.
• Selesai paparan peserta diberi kesempatan berdiskusi dan bertanya.
c) Latihan Menyusun Monev
• Fasilitator Memberikan penugasan latihan monev
• Peserta dibagi dalam kelompok kerja, menurut unsur manajemen pendidikan dan unit pendidikan.
• Bagi lembar kerja latihan Menyusun rencana monitoring dan evaluasi
198 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
• Peserta dari unit manajemen memilih indikator 5 SPM tingkat daerah dan melengkapi lembar kerja
yang telah disediakan.
• Peserta dari unit mendidikan memilih 5 SPM tingkat Kabupaten/Kota berkaitan dengan program
MBS atau PTD dan melengkapi lembar kerja yang telah disediakan.
• Fasilitator memilih 1-2 kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
• Presentasi dan Diskusi kerangka kerja monitoring pelaksanaan SPM di tingkat kabupaten/kota.
• Fasilitator akan menjaga waktu presentasi dan waktu tanya jawab serta curah pendapat sesuai
dengan masing-masing daerah.
• Diskusi berbagai pengalaman dapat juga disampaikan secara paralel ketika narasumber
menyampaikan materi.
• Peserta yang bertanya dan narasumber yang menjawab harus ringkas dan padat.
d) Kesimpulan dan Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil latihan dan tanya jawab.
3. Templet di CD
Templet 5a Formulir laporan monitoring penerapan SPM
Templet 5b Lembar Kerja Latihan Monitoring SPM
Templet 5c Lembar Kerja Teknik Pengumpulan Data Kinerja Untuk Menilai Hasil Kinerja
Templet 5d Pendataan Dinas Pendidikan untuk Standar Pelayanan Minimal
Templet 5e Pendataan Sekolah untuk SPM SD MI
Templet 5f Pendataan Sekolah untuk SPM SMP MTs
Templet 5g Contoh Formulir Survey Pengumpulan Data
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
199www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
a) Presentasi 5a Monitoring dan Evaluasi SPM
Lihat materi presentasi pada folder modul-5 : Presentasi 5a Monitoring dan Evaluasi SPM
EVALUASI
1. Evaluasi formatif Evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan,
sedang.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu program.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi SPM
200 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Presentasi 5b Penyusunan Laporan SPM
Lihat materi presentasi pada folder modul-5: Presentasi 5b Penyusunan Laporan SPM
PROFIL PELAYANAN DASAR
Sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan, distrukturkan dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar di daerah sebagai bahan masukan dalam mengembangkan rencana pencapaian SPM ke depan.
SUMBER PENGUMPULAN DATA
1. Unit Layanan (sekolah/madrasah)2. UPTD / Cabang Dinas Pendidikan3. Dinas Pendidikan4. SKPD/Dinas terkait (Bappeda, Bagian Keuangan)5. Dinas Pendidikan Provinsi6. Website Kementerian Pendidikan & Kebudayaan 7. Media
201www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Modul 6 Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan di Daerah
Peserta yang Diundang dan Tujuan Pembelajaran
Anggota tim penyusun rencana pemenuhan SPM dan para pemangkau kepentingan seperti yang telah
diundang pada tahap modul pertama. Wakil dari pemerintah provinsi dan sekolah lainnya dapat diundang
sebagai calon daerah penerapan pendekatan yang sama.
Setelah tim penyusun rencana pemenuhan SPM berhasil dalam tugasnya, modul ini memberi
kesempatan kepada peserta untuk membandingkan keberhasilan mereka dengan praktek baik (best
practice) di daerah lain, dan dapat memberi motivasi kepada instansi dan daerah lain untuk juga ikut
praktek yang baik.
202 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Fasilitasi
1. Waktu
2 x 45 Menit (90 Menit)
2. Proses
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tentang Praktek Yang Baik (Good Practices) atau
Inisiatif Baik.
b) Presentasi
Memahami Identifikasi Praktek Yang Baik
• Fasilitator atau narasumber untuk menyajikan dan menjelaskan tentang indikasi dan manfaat
Praktek yang Baik, serta menyebutkan beberapa contohnya, dilanjutkan tanya-jawab.
Teknik Praktis perluasan/scale-up
• Fasilitator atau narasumber untuk menyajikan dan menjelaskan tentang teknik praktis perluasan/
scale-up suatu Praktek yang Baik, dilanjutkan tanya-jawab.
203www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Diskusi Kelompok
• Diskusi kelompok ini ditujukan agar peserta memahami lebih mendalam tentang Praktek baik dan
mengindentifikasi apakah suatu praktek baik bisa diterapkan didaerah mereka.
• Peserta dibagi 3 kelompok. Tiap kelompok peserta dibagikan lembar kertas form cek list untuk
latihan dan bahan bacaan/hand-out contoh-contoh praktek baik.Waktu sekitar 30 Menit.
• Setelah selesai tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil latihan masing-masing, dan
kelompok lainnya menanggapinya. Jika waktunya terbatas maka satu kelompok saja yang
mempresentasikan hasilnya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
• Tanya jawab dan berbagai pengalaman dapat juga disampaikan pada sesi ini.
d) Kesimpulan dan Penutup
Fasilitator menutup sesi ini dengan menarik kesimpulan dari hasil diskusi kelompok dan tanya jawab.
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
204 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
a) Presentasi 6a Praktek yang Baik
Lihat materi presentasi pada folder modul-6: Presentasi 6a Praktek Yang Baik
Apa yang dilakukan?:
• Percepatan kesetaraan kualifikasi guru, Kepala sekolah, pengawas sekolah
• Persamaan kesempatan peningkatan profesi • Pengembangan sistem kinerja lokal sekolah capaian SPM ( Adanya
pemberian Insentif dan sanksi) untuk pemenuhan capaian indikator Standar Nasional Pendidikan)
• Sistem penanganan pengaduan berumpanbalik peningkatan kinerja • Peningkatan akreditasi sekolah • Pemetaan indikator kinerja berbasis kecamatan dan gugus (geografisasi
capaian rendah dan tinggi)
PRAKTIK YANG BAIK (Good Practice)
Upaya memperbaiki pendidikan dasar perlu mengetahui apa yang dapat berhasil secara efektif. Untuk mengetahui apa yang berjalan secara efektif, dapat menggunakan praktik yang baik (good practice).
205www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
b) Presentasi 6b Teknik Praktis Scale-Up
Lihat materi presentasi pada folder modul-6: Presentasi 6b Teknis praktis scale-up.
ISTILAH SCALE UP
• Scaling up input• Scaling up penyediaan layanan• Menggunakan existing input dengan lebih efisien• Scaling up untuk memperoleh hasil yang lebih baik• Scaling up dari proyek yang kecil ke yang lebih luas
SCALE UP
• Teknik yang ditempuh untuk memperluas cakupan keberhasilan suatu program atau kegiatan sehingga dampaknya bukan hanya dirasakan oleh sasaran langsung kegiatan saja.
• Daerah lain yang bukan sasaran utama kegiatan intervensi (bukan daerah proyek) bisa dengan cepat mengadaptasi dan meraih keberhasilan yang serupa dengan daerah proyek.
206 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
c) Presentasi 6c Hasil Riset UNFGI-UGM tentang Best Practices Daerah Mitra Kinerja
Lihat materi presentasi pada folder modul-6: Presentasi 6c Hasil Riset UNFGI-UGM tentang best practices
daerah mitra Kinerja.
Metode• Kajian Dokumen laporan OMP, PC, LPSS • Interview dan FGD dengan responden terpilih
- Instrumen penelitian disusun dengan kerangka pertanyaan sebagai berikut:
○ Latar Belakang (Urgensi dan konteks)○ Proses inisiasi, implementasi dan institusionalisasi○ Monitoring dan evaluasi○ Capaian (substantif, kelembagaan, sistemik)○ Peran dan Intervensi Kinerja○ Replikasi dan Keberlanjutan
Tujuan Riset Kolaboratif II
• Mendokumentasikan good practices di daerah-daerah
dampingan Program KINERJA
• Mengidentifikasi capaian-capaian dan kendala yang
dihadapi oleh Program Kinerja di daerah.
• Menyiapkan paket replikasi Kinerja.
207www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran D DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); kemudian diperbaharui dengan diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737);
PeraturanPemerintahNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
PeraturanPemerintahNomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah
Peraturan MenteriPendidikanNasionalNomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
208 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN D - Daftar Pustaka
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasaranan Untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 Tahun 2007 Tentang Alokasi, Klasifikasi, MekanismeBelanja dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, yang kemudian diperbaharui dengan: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
209www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran E BAHAN DI DALAM CD
210 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN F - Daftar Singkatan/Istilah
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
Lampiran FDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Banggar Badan Anggaran
BAS Badan Akreditasi Sekolah
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan
BOP Bantuan Operasional Pendidikan
BOPSP Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah
BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan
BP Biaya Pendidikan
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPKAD Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah
BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan
BSP Biaya Satuan Pendidikan
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CSR Coperate Social Responsibility
DAK Dana Alokasi Khusus
DBE Desentralized Basic Education
DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
EDS Evaluasi Diri Sekolah
GTT Guru Tidak Tetap
IKK Indeks Kemahalan Konstruksi
KBM Kegiatan Belajar Mengajar
KCD Kantor Cabang Dinas
Kepsek Kepala Sekolah
KKG Kelompok Kerja Guru
KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah
KSM Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat
KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KUA Kebijakan Umum Anggaran
LK Lembar Kerja
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MA Madrasah Aliyah
MBS Manajemen Berbasis Sekolah
Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional
Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran
MI Madrasah Ibtidayah
MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
211www.kinerja.or.idTata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Pendidikan Dasar untuk Kabupaten/Kota
MSF Multi Stakeholder Forum
MTs Madrasah Tsanawiyah
PAD Pendapatan Asli Daerah
PAS Pendapatan Asli Sekolah
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PP Peraturan Pemerintah
PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
PPG Pemerataan dan Penataan Guru
PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
PTT Pegawai Tidak Tetap
RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
Renja Rencana Kerja
Renstra Rencana Strategi
Renstrada Rencana Strategi Daerah
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RKS Rencana Kerja Sekolah
Rombel Rombongan Belajar
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPP Rencana Pelaksanaan Pengajaran
SD Sekolah Dasar
SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa
SKL Standar Kompetensi Lulusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SMA Sekolah Menengah Atas
SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SNP Standar Nasional Pendidikan
SPM Standar Pelayanan Minimal
SPP Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah
TK Taman Kanak-Kanak
ToF Training of Facilitator
ToT Training of Trainer
UAS Ulangan Akhir Sekolah
UKK Ulangan Kenaikan Kelas
UN Ujian Nasional
US Ujian Sekolah
UUD Undang-undang Dasar
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas
Wakasek Wakil Kepala Sekolah
USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS