TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)

204
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) 2014

Transcript of TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)

2014

1www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

KATA PENGANTAR

Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat

yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.

PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis

peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program

ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand

side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program

KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.

Di bidang Distribusi Guru Proporsional (DGP), Program KINERJA mendorong pemerintah daerah agar

menyelenggarakan manajemen guru yang lebih merata secara proporsional sehingga mutu layanan

pendidikan di daerah menjadi lebih merata pula. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat

kabupaten/kota agar program DGP dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah sekolah lainnya.

Mengingat praktik-praktik DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan

pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan secara

bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam

menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan,

pendampingan, dan pelaksanaannya.

Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan

program DGP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses

dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu

KINERJA dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan program DGP.

Jakarta, Januari 2014

2 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 3Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 4Rekomendasi kepada para Calon OMP 5Rekomendasi Kepada Para Penyedia Latihan 5

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 6Pendekatan Umum Proyek KINERJA 6Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 7Prinsip Dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP) 8

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)

9

Situasi yang Dihadapi di Daerah 9Bagaimana Kita Memulai Inisiatif 111. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 112. Pengaturan Pekerjaan 113. Penyusunan Rencana Kerja 12Proses Kerja 121. Peran Masing-masing Stakeholder 122. Pelaksanaan Rencana Kerja 133. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja 14

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 15Tantangan 15Keberhasilan Program 151. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara 152. Program Pengungkit 18

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 19Rekomendasi Untuk Replikasi di Daerah Lain 19Rekomendasi Untuk OMP 20Rekomendasi Untuk Lembaga Diklat 20DAFTAR LAMPIRAN 22

3www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

Tujuan Umum Program KINERJA

KINERJA merupakan program yang bertujuan membantupemerintahdaerahmeningkatkan tata kelola dalam

penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima

ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan

disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil

keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan Kinerja di daerah mereka. Buku

ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan DGP

dimana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi

pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program DGP.

Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun

hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima

mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,

dan Kemitraan.

KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan

dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga paket,

yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional satuan

pendidikan (DGP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan pada tata

kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan sekolah

melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan. Ketiga

paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif, dan responsif.

Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan aman dan

ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan

akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam perencanaan dan

penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga

negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang

diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan

untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).

4 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Di sektor iklim usaha yang baik Kinerja memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha di bawah

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog

pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim

usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog

pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.

Lokasi Program Kinerja

Kinerja bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:

1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue

2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung

3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar

4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau

5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika.

Keberhasilan Program DGP

Hingga akhir 2013 ini, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

• Enamkabupaten/kotamitraKinerjatelahmenyelesaikanpenghitunganDGPsecaratransparandan

partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.

• KabupatenLuwuUtarasudahmendistribusikan51kepalasekolahdan129gurusesuaihasilpenghitungan

DGP.

• KabupatenLuwu,Barru,danAcehSingkiltelahmengeluarkanregulasidalambentukPeraturanBupati

tentang Pemerataan dan Penataan Guru.

• KabupatenBondowosodanSambastelahmenyelesaikandrafakhirPeraturanBupatitentangPemerataan

dan Penataan Guru dan dalam waktu tidak lama lagi akan ditandangani oleh Bupati.

Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah

Program DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama Pemerintah Daerah dan Forum Multi Stakeholder

menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan

pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah, yakni (a) diperlukan komitmen

yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP, (b) setiap

kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi

5www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang

ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah

daerah terkait, (f) menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi

pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

Rekomendasi kepada para Calon OMP

Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum

multi stakeholder dalam melaksanakan program DGP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa

dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata

kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau

forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan

jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai

pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikembangkan Kinerja untuk

penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

pelatihan dan Diklat pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil

(PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholder yang

ikut serta dalam program DGP. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola

yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

pelatihan.

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul

tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul Kinerja, terutama dalam hal

tata kelola dan ‘governance’.

6 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Program KINERJA

KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang

kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik.

KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik

di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah

di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif

terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.

Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),

dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada

pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian

besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan

peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah

daerah dan masyarakat adalah:

1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa

Anggaran Daerah dan Analisa Kesenjangan Distribusi Guru.

2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan

masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif.

3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan

pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta

4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk

menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan

pelayanan publik yang lebih baik.

7www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:

1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik

2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan

mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan

3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di

Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.

Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam

melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan,

DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di

empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini

dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah

lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan

Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,

keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.

• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat

diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan

sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-

program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.

• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara

berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat

dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi

juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme

warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar

8 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan kebijakan

pemerintah daerah. Di masa lalu, distribusi guru ke sekolah adalah hak pemerintah, namun Kabupaten Luwu

Utara misalnya melibatkan masyarakat untuk melaksanakan distribusi guru dengan mempertimbangan sisi

permintaan dan jam mengajar standar. Dari sisi masyarakat, pemerataan layanan pendidikan yang memadai

dapat diperoleh.

Prinsip dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola DGP dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Penghitungan DGP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah

atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat.

2. Penghitungan DGP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas

Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama.

3. Merujuk pada SPM sehingga distribusi guru di sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik,

pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi.

4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program

DGP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.

5. Monitoring dan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelasanaan program DGP dapat

tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan.

6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai masalah-masalah kekurangan guru.

7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang

berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.

9www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Situasi yang dihadapi di daerah

Karakteristik geografis Indonesia menyebabkan distribusi guru antar wilayah tidak merata. Secara geografis,

Indonesia memiliki berbagai wilayah sulit yang dikenal dengan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pada

umumnya guru enggan ditempatkan dan bertugas di daerah-daerah tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Di daerah-daerah itu moda transportasi dan fasilitas hidup – terutama tempat tinggal dan ketersediaan bahan

kebutuhan pokok – sangat terbatas. Akibatnya, guru cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah nyaman. Di

sisi lain, di daerah-daerah perkotaan pun ketidakmerataan guru antar sekolah kerap terjadi yang disebabkan

oleh penempatan dan penataan guru yang lebih didasarkan pada pertimbangan politis dibandingkan

kebutuhan sekolah.

“Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu,

pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013”

H. Andi Idris Syukur, Bupati Barru, Sulawesi Selatan

Dalam hal penyebaran guru, rasio guru-murid yang rendah, khususnya di tingkat sekolah dasar, tidak otomatis

berarti bahwa semua sekolah memiliki jumlah guru yang diperlukan. Bahkan masih banyak sekolah yang

kekurangan guru, terutama di daerah terpencil, daerah perbatasan, dan daerah tertinggal. Sebagian besar

kabupaten/kota tidak memiliki sistem manajemen guru yang efektif untuk secara cermat menganalisis

kekurangan dan kelebihan guru di setiap satuan pendidikan. Dinas Pendidikan cenderung memberi perhatian

lebih pada kekurangan guru dibandingkan kelebihan guru.

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)

10 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

“Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan. Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan,

pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan

kualitas yang sama”

H. Abustan Andi Bintang, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan

Ketidakmerataan guru mempunyai dampak negatif pada dua hal. Pertama, pelayanan publik bidang pendidikan

di sekolah-sekolah yang kekurangan guru menjadi tidak maksimal karena pada jam pelajaran banyak kelas

dibiarkan kosong tanpa kegiatan belajar, kriteria ketuntasan mengajar tidak tercapai, dan akhirnya kompetensi

murid manjadi rendah. Kedua, guru-guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berkelebihan guru menjadi

‘idle’ dan tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sesuai standar (24 jam per minggu) karena harus berbagi

dengan guru lainnya. Keadaan ini menimbulkan kerugian pada guru karena berpengaruh pada pengembangan

karir guru, yakni sertifikasi dan kenaikan pangkat yang mensyaratkan terpenuhinya jam mengajar.

Sementara itu dapat diasumsikan bahwa peningkatan jumlah guru dan rasio guru-murid yang rendah akan

menunjukkan jumlah murid per rombongan belajar menjadi kecil dan dengan demikian proses pembelajaran

lebih efektif. Ada dua aspek terkait dengan situasi tersebut yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut, yakni

pengangkatan guru baru dan distribusi guru. Dalam era desentralisasi, tanggung jawab pengangkatan guru

menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah pusat berwenang menetapkan kuota jumlah

guru PNS. Kuota untuk guru PNS di semua tingkatan terus meningkat dan menyebabkan terus meningkatnya

jumlah guru, terutama di tingkat sekolah dasar. Untuk sebagiannya, peningkatan ini disebabkan oleh

perubahan status guru honorer menjadi guru PNS. Logikanya, hal ini akan menyebakan menurunnya jumlah

guru non-PNS. Namun, kenyataannya di sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan terpencil masih banyak

ditemukan guru yang berstatus honorer, baik yang dibayar oleh pemerintah daerah, maupun oleh sekolah sendiri.

Pelimpahan wenangan pengelolaan guru ke pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas

untuk pengelolaan guru, khususnya berkaitan dengan analisis kebutuhan nyata di setiap tingkat dan jenis

sekolah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya daerah yang berkelebihan guru kelas (dilihat dari rasio guru

untuk jumlah kelas) di tingkat SD, dan guru mata pelajaran tertentu di tingkat SMP dan SMA jika dilihat dari

jumlah rombongan belajar dan beban mengajar guru. Padahal saat ini dapat diasumsikan bahwa jumlah anak

usia sekolah dasar terus menurun turun.

11www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Jelaslahbahwakelebihangurumenyebabkaninefisiensipenggunaansumberdaya.Dalamkonteksiniperlu

dicatat bahwa banyak kabupaten mengalokasikan dana di sektor pendidikan sekitar 30% sampai 40% dari total

anggaran daerah, dan 80% sampai 85% dari porsi itu digunakan untuk membayar gaji/honor dan tunjangan guru.

Bagaimana kita memulai inisiatif

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program DGP dengan diskusi intensif

dengan manajemen Kinerja dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan

(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.

Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan

dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif

sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.

Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,

khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan

masyarakat sehingga tata kelola DGP dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat

dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya

termasuk DPRD.

Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Perturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru (di

Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Barru, dan Aceh Singkil) berikut petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat

dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas

Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA).

2. Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kotaKinerja memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan

publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah mengkoordinir

7www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:

1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik.

2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan

mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan.

3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di

Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.

Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam

melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan,

DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di

empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini

dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah

lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan

Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,

keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.

• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat

diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan

sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-

program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.

• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara

berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat

dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi

juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme

warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar

13www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya.

Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi

teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.

Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan

analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.

2. Pelaksanaan rencana kerja

Program DGP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

• PenghitunganDGP.Penghitungandidasarkanpadakebutuhanoperasionalsekolahyangdikaitkandengan

kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional

pendidikan (SNP).

• Analisiskesenjangan.Analisiskesenjanganinidiarahkanpadasekolah-sekolahyangkekuranganguru

dan sekolah-sekolah yang berkelebihan guru.

• Rekomendasiteknis.IsirekomendasiteknisyangpalingutamaadalahmengusulkanagarPemerintah

Daerah melaksanakan distribusi guru sesuai hasil analisis kekurangan dan kelebihan guru.

• Ujipublik.HasilpenghitunganDGPdanrekomendasididiskusikandenganberbagaipihak,termasuk

masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan memberi

masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan distribusi guru.

• Regulasi.Setelahsemuapihakyangberkepentinganmemahamidanmenyetujuihasilpenghitungandan

rekomendasi DGP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang Pemerataan dan Penataan Guru

yang diikutioleh petunjuk teknis pelaksanaannya.

• Perencanaandanpenganggaran.Untukbisadilaksanakan,hasilpenghitungandanrekomendasi

dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun

satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).

• Pelaksanaan.Sesuaidenganperencanaandanpenganggaranyangtelahditentukan,makadistribusiguru

dilaksanakan secara transparan dan sesuai dengan petunjuk teknis.

• Pelaporan,monitoring,danevaluasi.Untukmenjamindistribusigurudilaksanakansesuaiperaturan,maka

pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga program ini dapat mencapai tujuannya.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga perbaikan-perbaikan penyelenggaraan

distribusi guru dapat dilaksanakan.

14 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja

Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program DGP

dengan pendekatan Kinerja:

• Peningkatankapasitaspemerintahdaerahdalamdayatanggapterhadapketimpangandistribusiguru.

• PeningkatanketerlibatanmasyarakatdalampenyelenggaraanprogramDGP.Forum-forummulti

stakeholderdidaerah-daerahmitraKINERJAtelahmenunjukkanketerlibatandanberperansecarasignifikan

dalam setiap tahapan program.

• Peningkatankemampuansekolahdalammelaksanakankegiatanpembelajarannyauntuksecarabertahap

mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.

Pengalaman di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa program DGP terus berlanjut walaupun masa

pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen pemerintah daerah, DPRD

sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi program tersebut.

15www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tantangan

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program

DGP, yakni antara lain:

• Kadangkalapelaksanaanprograminimembutuhkanperubahanperencanaandaerahyangtidakmudah

dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan DGP dan rekomendasi teknisnya

tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.

• Keterbatasananggaranyangtersediadanprioritaspemenuhankebutuhansektorlainmenyebabkan

program DGP tidak dapat segera dilaksanakan.

• KapasitasparapegawaiyangmenanganiprogramDGPmasihkurangsehinggaprosespenghitungan,

penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi

terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang

intensif.

• Kapasitaspersonilsebagianorganisasimitrapelaksanamasihkurangsehinggapadaawalpelaksanaan

program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang

diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.

• Pergantianpejabatpemerintahdaerahyangmenyebabkanperubahankomitmendaripejabatbaru.

Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami

dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.

Keberhasilan Program

1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara

Kabupaten Luwu Utara di Provinsi Sulawesi Selatan menghadapi masalah serius dalam hal ketidak-

setaraan dalam kualitas layanan pendidikan yang ditawarkan di sekolah-sekolah. Ketimpangan ini

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES

16 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

disebabkan karena distribusi guru yang tidak merata di sekolah-sekolah perkotaan dan pedesaan. Meskipun

rasio guru-murid di Indonesia masih lebih rendah daripada di banyak negara maju, rekrutmen dan penempatan

guru terutama dipengaruhi oleh faktor politik daripada kebutuhan sekolah.

Sebagai tindakan jangka pendek untuk mengatasi kekurangan ini, banyak sekolah mengangkat guru honorer

yanggajinyadibayarlangsungolehsekolahtanpaperhatianyangcukuptentangkualifikasiataukompetensi

mereka. Data distribusi guru di Luwu Utara dikumpulkan dan dianalisis oleh LPKIPI (Lembaga Pelatihan dan

Konsultasi Inovasi Pendidikan) menunjukkan bahwa ketersediaan guru kelas dan mata pelajaran hanya 47,76%

untuk SD. Selanjutnya, analisis mengungkapkan ketidakseimbangan dalam distribusi guru mata pelajaran dan

kelas tertentu. Data menunjukkan bahwa hanya 33,62% SD memiliki guru pendidikan jasmani PNS dan hanya

46,5% memiliki jumlah guru agama PNS yang cukup. Hal ini menimbulkan kesenjangan kualitas pendidikan

antar sekolah dan kecamatan.

Dalam rangka mengatasi tantangan dengan distribusi guru, pemerintah Kabupaten Luwu Utara

bekerja sama dengan LSM Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan (LPKIPI) melakukan

pemutakhiran menyeluruh dan validasi data guru serta melakukan analisis mendalam data yang dihasilkan

dari pemutakhiran distribusi guru tersebut.

Berdasarkan analisis tersebut forum multi-stakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota

masyarakat melakukan advokasi untuk mengeluarkan peraturan baru untuk memastikan distribusi guru

proporsional dimasukkan ke dalam perencanaan dan diimplementasikan secara efektif. Melalui serangkaian

diskusi intensif dan negosiasi antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat, peraturan tersebut disahkan pada

23 Oktober 2013 yang menandai kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah distribusi guru yang

tidak merata.

Implementasi Peraturan Bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan mereka bangga melaporkan

bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dengan mendistribusikan 129 guru SD ke sekolah-sekolah

yang mengalami kekurangan guru. Luwu Utara, sebagai kabupaten percontohan untuk reformasi birokrasi,

membuat upaya khusus untuk menekankan proses yang transparan dan mendorong partisipasi masyarakat.

Untuk melengkapi upaya forum multi-stakeholder yang disebutkan di atas, organisasi lokal (Fakta),

memfasilitasi diskusi rutin dalam forum ‘Warung Demokrasi’ yang melibatkan berbagai pihak seperti wartawan

untuk surat kabar nasional, anggota komisi pemilihan, pimpinan asosiasi guru, pemilik stasiun radio lokal,

guru honorer, dan anggota organisasi kemasyarakatan lainnya. Sambil minum kopi, makan makanan ringan,

mereka aktif berdiskusi mengenai distribusi guru dan isu-isu pendidikan dasar lainnya. Acara ini disiarkan

secara langsung oleh sebuah stasiun radio lokal guna meningkatkan akses informasi bagi masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil, dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan diskusidalam mempromosikan isu-

17www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

isu tersebut dan meningkatkan kesadaran di antara anggota masyarakat yang mempunyai pengaruh untuk

mendukung perubahan.

a. Strategi Program

Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program DGP adalah sebagai

berikut :

1. Sosialisasi dan berbagi praktek yang baik tentang sirkulasi guru, pengenalan manajemen PTK,

penyamaan persepsi dan membangun komitmen antar stakeholder.

2. Pelatihan pengolahan Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati Web

3. Pengolahan data base pendidik dan kependidikan, Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-

NUPTK, dan Padati Web.

4. Analisis manajemen pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Pendampingan perumusan rekomendasi kebijakan.

6. Penyampaian perumusan rekomendasi kepada Bupati dan atau stakehoder pendidikan.

7. Advokasi dan pendampingan penganggaran replikasi.

8. Piloting implementasi sirkulasi guru.

9. Monitoring dan evaluasi.

10. Forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau pelaksanaannya ke sekolah-sekolah.

b. Hasil-hasil Program DGP

Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :

• Datasebaranguruyangvaliddanmutakhir;

• Analisisdistribusigurudiseluruhkecamatandikabupaten/kotamitra;

• Rekomendasiteknisdistribusiguruproporsional;

• Rencanakerjadistribusiguruproporsional;

• Skemainsentifbagiguruyangditempatkandidaerah“terpencil”;

• PeraturanBupati/Walikota;

• Petunjukteknispelaksanaandistribusiguruproporsional;

• Implementasidistribusigurusecaraproporsionalsesuairekomendasiteknis.

18 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Program Pengungkit

Program DGP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh enam pemerintah daerah telah

menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan lahirnya

kebijakan pemeratan dan penataan guru dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga keterlibatan

masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan

masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh

peraturan perundangan.

Keberhasilan program DGP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di

sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak program-

programpendidikanyangdapatdilaksanakandenganpendekatanini,sepertipeningkatankualifikasidan

kompetensi guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran.

Demikian juga di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program

ini dapat dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk

secara bersama-sama melaksanakannya.

19www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Program KINERJA untuk DGP bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari ratusan daerah di Indonesia.

Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah

lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi

penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program DGP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi

daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan

organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain

Berdasarkan pengalaman Kinerja, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan

mereplikasi metoda dan pendekatan Kinerja untuk program DGP.

a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan

program DGP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,

petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan

penganggaran daerah.

b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama

pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan.

c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP. Oleh

karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan

masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,

dan pelaksanaannya.

d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.

Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,

melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

20 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program DGP

memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda, BKD, dan Bagian Keuangan. Selain

itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap

program dan anggaran.

f. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui

pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.

g. Mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh Kinerja. Bahan-

bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan

acuan pelaksanaan program.

Rekomendasi untuk OMP

Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program DGP

adalah:

a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan

pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.

b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.

c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang

melaksanakan program.

d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun

penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk Lembaga Diklat

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran

strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk

pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan Kinerja dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola

yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

21www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

pelatihan.

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul

tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata

kelola dan ‘governance’.

22 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Lampiran ini dirancang agar mudah di akses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat

komentar pihak lain tentang upaya KINERJA di bidang penghitungan DGP, silahkan membaca Lampiran A

tentang tesimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang hendak mempelajari lebih dalam

tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA

melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 24

LAMPIRAN B Uraian Substansi 27

Pendahuluan 27Daerah Percontohan 27

MODUL I Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

30

MODUL 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional 52MODUL 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 74MODUL 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP 94MODUL 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran 112MODUL 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP 132

LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan 170

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan 170Uraian Lampiran Ini 173

MODUL I Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

174

MODUL 2 Pendekatan dan Konsep Tata Kelola Distribusi Guru Proporsional 178MODUL 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 181MODUL 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP 185MODUL 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran 188MODUL 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP 191

23www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

LAMPIRAN D BAHAN DI CD 194

LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 195

DAFTAR PUSTAKA 197

24 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi

Testimoni:

1. Bupati Barru, Sulawesi Selatan

Pada prinsipnya komitmen kami pemerintah kabupaten dan juga cita-cita rakyat Kabupaten Barru adalah

menciptakan sistem pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Oleh karenanya salah satu hal yang sangat penting harus kita atur untuk mencapai optimalisasi pelayanan

pendidikan kepada rakyat kita adalah sumber daya guru yang ada sehingga sistem belajar mengajar itu bisa

berjalan dengan baik.

Nah, di Kabupaten Barru ini mulai tahun lalu 2012 kita telah mulai mengkaji. Alhamdulillah bersama USAID

kajian itu kita dapat temu kenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan hal-hal yang perlu

mendapatkan perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mendistribusikan dengan

baik tenaga guru yang ada sesusi dengan kompetensi, sesuai dengan bidang masing-masing. Oleh karenanya

tahun 2012 yang lalu hal ini telah kita lakukan di Barru ini di tujuh kecamatan dan sekolah yang tersebar di

55 kelurahan/desa.

Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri

terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan

antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013. Jadi melalui pendistribusian ini sekaligus kita memperoleh

database guru dan diharapkan ini menjadi dasar untuk menciptakan suatu standardisasi sistem pendidikan.

Jadi yang ada di kota, yang ada di pedalamaan, yang ada di interland antara kota dan pedalaman itu punya

standar yang sama karena memang undang-undang dasar kita mengamanatkan bahwa seluruh rakyat

Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dari pemerintah.

25www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pendistribusian dan pentataan guru akan kita laksanakan secara sekaligus dan menyeluruh supaya ‘stressnya’

cuma satu kali. Jadi friksi-friksi yang timbul kita selesaikan sekali saja. Selain itu kita tidak ingin melakukan

kerja setengah-setangah.

2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan

Program distribusi guru secara proporsional tadinya akan dilaksanakan di tiga kecamatan. Tetapi pada saat

mau dilakukan, penataan dan pendistribusian guru itu bisa menimbulkan permasalahan baru yang akhirnya

kami dari pemerintah kabupaten bekerjasama dengan USAID-KINERJA melakukan secara keseluruhan di

tujuh kecamatan. Dan itu sudah kita lakukan pemetaan gurudi tujuh kecamatan dan sudah melakukan

analisis datanya.

Kita sudah melakukan dengar pendapat, menyampaikan kepada seluruh stakeholder pendidikan untuk

memberikan masukan-masukan, indikator-indikator, dan variable-variabel apa yang digunakan untuk

melakukan penataan guru itu.Jadi bukan hanya pada satu wilayah. Kemudian untuk prosesnya kita sudah

terbitkan Peraturan Bupati Nomor 16/2013 Tentang Penataan dan Distribusi Guru PNS di Kabupaten Barru.

SekarangfinalisasidatadanInsyaallahtahuninikitaakanmelakukanimplementasisecaratotalpadaseluruh

kecamatan.Kami menyiapkan anggaran dalam APBD itu kurang lebih Rp. 100 juta. Dalam prosesnya kita

melibatkan seluruh komponen yang ada di tiap kecamatan, yakni UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah).

Dinas Pendidikan terlibat secara langsung. Pendataan guru dilakukan secara langsung di kecamatan yang

meliputi jumlah guru, latar belakang pendidikan guru, lama bertugas sebagai guru, dan bidang studi yang

diajar. Pendataan dilakukan dari bawah dan ini bekerjasama dengan Kinerja USAID itu di dalam analisa

melalui bantuan organisasi mitra pelaksana KINERJA, yakni LPKIPI.

Kami punya wilayah yang tertinggal dan aksesbilitasnya terbatas, tidak bisa dijangkau oleh kendaraan

sehingga itu menjadi satu kendala ketika mau melaksanakan distribusi itu karena banyak guru yang tidak mau

ditempatkan di situ. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi bahwa ini harus dilakukan untuk penataan guru

dan pendistribusiannya itu supaya ada pemerataan akses dan mutu pendidikan.

Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan . Nah, salah satu tujuan

pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan.

Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus

dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama. Memang ada kendala yang terkait dengan persepsi

26 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

guru yang menganggap pemindahan merupakah sebuah hukuman, padahal bukan itu, melainkan untuk

kepentingan guru itu sendiri dan pendidikan secara umum.

Juga ada peran dan dukungan dari stakeholder lain seperti Dewan Pendidikan, LSM, dan Pers yang secara

aktif memberikan masukan kepada kita untuk mencari solusi-solusi ketika ada permasalahan. Bukan hanya

untuk penataan guru, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan.

Saya kira keberhasilan program DGP ini juga ditentukan oleh komitmen yang kuat dari Bupati karena beliau

meyakini bahwa memperbaiki pendidikan ini harus dimulai dari gurunya dulu.

Laporan Media dan Bahan Promosi

DisediakandalambentukfilediCDterlampir.

27www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lampiran B Uraian Substansi

Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan DGP, upaya mendorong agar hasil

penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan DGP, sebagai

sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID di daerah

yang terbukti sukses dalam tata kelola DGP. Materai ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak

melakukan fasilitasi penghitungan DGP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan (berdasarkan hasil

penghitungan DGP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon

organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan

training saja.

Daerah Percontohan

Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi

di daerah-daerah sebagai berikut:

• KabupatenLuwu,

• KabupatenLuwuUtara

• KabupatenBarru

• KabupatenAcehSingkil

• KabupatenBondowoso

• KabupatenSambas

Uraian lampiran B

Materi yang dibahas dalam modul implementasi program DGP ini terbagi menjadi 7 topik, sebagaimana

diuraikan berikut ini:

Pendahuluan

28 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• MODULIPENTINGNYADGPDALAMPENINGKATANMUTUPELAYANANPENDIDIKAN.Membahas,

tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan, Pengertian Distribusi Guru secara Proposional (DGP),

Dasar Hukum DGP dan Tatakelola beroreintasi pelayanan Publik, Standar Nasional Pendidikan (SNP)

tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) ) tentang Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, Manfaat dan tantang an dalam implementasi DGP

• MODULIIPENDEKATANDANKONSEPTATAKELOLAPROGRAMDGP.MembahastentangPrinsip-

prinsipDGP(efektif,efisien,berkeadilan,partisipatif,akuntabel,transparan,responsif),PengarusUtamaan

Isu Gender dalam DGP, Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi Penerapan DGP dalam

Program Kinerja. dan Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.

• MODULIIIANALISISDATAPENDIDIKDANTENAGAKEPENDIDIKAN.MembahastentangSosialisi

Pentingnya DGP, Pengumpulan Database , Sinkronisasi data Pendidik dan Kependidikan, Analisa data

PTK,KonsolidasiInternal,IdentifikasiIsuStrategisDGP,PublikasiIsuStrategisDGP,Rekomendasi

Teknis DGP, Konsultasi Publik, Model implementasi dan Pilot Project DGP, dan Sosialisasi rencana

implementasi DGP.

• MODULIVADVOKASIKEBIJAKANDGPMembahastentangAdvokasiPenyedialayanan(Perbup/Perwal,

Juknis, pembentukan Tim PPG dengan SK Bupati/Walikota) dan Advokasi penerima layanan (Policy

Position), dan Peran FMS dalam Advokasi kebijakan.

• MODULVINTEGRASIDGPKEDALAMPERENCANAANDANPENGANGGARAN.Membahastentang

Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan

Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran

Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.

• MODULVICONTOHPRAKTIKBAIKPENERAPANDGPmembahastentangdokumentasipraktekbaik

implementasi program DGP di Luwu Utara (proses, kebijakan dan implementasi),

29www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

11

30 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

MODUL 1

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang pentingnya

Distribusi Guru Proposional (DGP)

..........

Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai peraturan

perundang-undangan yang mendasari dgp yaitu

antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Sebagai

Landasan Standar Nasional Pendidikan, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru Dan Dosen, Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS

(Peraturan Bersama Mendikbud, Menpan, Mendagri, Menkeu Dan Menteri Agama) : nomor

05/x/pb/2001 nomor spb/03/m.pan-rb/2011 nomor 48

tahun 2011 nomor 158/pmk.01/2011 nomor 11 tahun

2011 tentang penataan dan pemerataan guru PNS.

Standar Nasional PendidikanUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia,

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu

diselaraskan dengan dinamika perkembangan

masyarakat lokal, nasional, dan global guna

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional maka pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP No.

32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

BAHAN BACAAN

31www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Standar Nasional Pendidikan.Adapun mengenai

penjelasan dari PP Nomor 32 Tahun 2013 adalah

sebagai berikut: Peningkatan mutu dan daya saing

sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan

telah menjadi komitmen nasional. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –

2014: ”menyebutkan bahwa salah satu substansi inti

program aksi bidang pendidikan adalah penataan

ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong

penciptaan hasil didik yang mampu menjawab

kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung

pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan

demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan

dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat

penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut.

Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan

Distribusi Guru secara Proporsional (DGP)

menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan

khususnya pada level manajemen sekolah untuk

merencanakan pengembangan kualitas pendidik

dan tenaga kependidikan dalam menunjang

pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional

pendidikan.

Pada tataran manajemen sekolah, program awal

yang dilakukan adalah melaksanakan evaluasi diri

sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan

memunculkan rekeomendasi terkait dengan arah

kebijakan pengembangan sekolah. Evaluasi Diri

Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar

nasional pendidikan yang memuat secara holistic

pencapaian standar pendidikan yang berlaku di

Indonesia.

Evaluasi Diri Sekolah merupakan program yang

memetakan kebutuhan satuan pendidikan.

Dengan demikian kebijakan pengembangan

satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil

EDS yang dicapai melalui skala prioritas yang

tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan

rekomnedasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah

yang merupakan program jangka menengah bagi

satuan pendidikan. Kemudian isi RKS dijabarkan

secara terinci melalui rencana tahunan dalam

bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS).

Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi

8 (delapan) standar yang menjadi pedoman

bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional

Pendidikan Indonesia:

Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai

pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan

peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut

meliputi standar kompetensi lulusan minimal

satuan pendidikan dasar dan menengah, standar

kompetensi lulusan minimal kelompok mata

pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal

mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan diatur

dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas

Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

32 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

dan Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Standar Isi

Standar Isi mencakup lingkup materi minimal

dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai

kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat

kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban

belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan

kalender pendidikan. Standar ini diatur dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Standar Proses

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

danperkembanganfisiksertapsikologispeserta

didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran

pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan

proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaranyangefektifdanefisien.Standar

Proses diatur dalam Permendiknas Nomor 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikharusmemilikikualifikasiakademikdan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasiakademikyangdimaksudkandiatas

adalah tingkat pendidikan minimal yang harus

dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan

denganijazahdan/atausertifikatkeahlianyang

relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi

Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi

Profesional, dan Kompetensi Sosial.

Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/

MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan

Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan

pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala

sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan,

tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,

tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok

belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur

dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007

tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,

33www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas

Nomor16Tahun2007tentangStandarKualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas

Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Administrasi Sekolah, Permendiknas Nomor 25

Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan

Sekolah/Madrasah, dan Permendiknas Nomor 27

Tahun2008tentangStandarKulifikasiAkademikdan

Kompetensi Konselor.

Standar Sarana dan Prasarana

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana

yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib

memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang

kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang

pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,

ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang

unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,

tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat

bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat

lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Standar sarana dan prasarana diatur dalam

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/

MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA).

Standar Pengelolaan PendidikanStandar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian,

yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,

standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan

standar pengelolaan oleh Pemerintah. Standar

Pengelolaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas

Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Standar Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,

biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi

satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan

sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya

manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal

meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan

oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji

pendidik dan tenaga kependidikan serta segala

tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau

peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya

operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,

pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar

Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas

Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya

Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/

MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

34 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan

Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Standar Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil

belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh

satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh

Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar

oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh

satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada

jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud

di atas diatur oleh masing-masing perguruan

tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian Pendidikan.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan

yang diselenggarakan daerah pemerintah melalui

Menteri Pendidikan Nasional telah menetapkan

Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar,

yang dituangkan dalam bentuk regulasi. Seperti

SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas

No.053/U/2001 yang menyatakan bahwaSPM

bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja

pelayanan pendidikan atau acuan bagi

penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan

kabupaten/kota sebagai daerah otonom.

Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan

Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan

adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat

untuk membuat kebijakan tentang perencanaan

nasional dan standarisasi nasional.

Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional

itulah, Mendiknas telah menerbitkan Keputusan

No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang

SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai

pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam

penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi,

kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat sekolah.

Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan

hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai

dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan

manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini

pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan

Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan

nonformal seperti pendidikan keaksaraan,

pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan

ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok

bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga

secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan

untuk masing-masing SPM.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005

tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa

Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya

disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan

35www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga

secaraminimal.Definisitersebutjikadikaitkan

dengan bidang penyelenggaraan pendidikan dapat

diartikan sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

di bidang pendidikan yang berhak di peroleh oleh

seluruh bagian dari subsistem pendidikan.

Dalam Permendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

dijelaskan bahwan Standar Pelayanan Minimal

bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja

pelayanan pendidikan yang diselenggarakan

Daerah. Sedangkan pelayanan dasar yang diberikan

kepada masyarakat merupakan fungsi Pemerintah

dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar

masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan

rakyat.

Definisiyanglebihmengerucutlagiadalahyang

tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan,

bahwa Standar pelayanan minimal adalah kriteria

minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar

Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap

satuan pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/

Kota. Dalam Permendiknas tersebut dikemukakan

bahwa Standar pelayanan minimal pendidikan dasar

(SPM)merupakan tolok ukur kinerja pelayanan

pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan

dalam perencanaan program dan penganggaran

pencapaian target masing-masing daerah

kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan

bahwa “Penyelenggaraan pelayanan pendidikan

dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”

Standar pelayanan minimal merupakan batas

minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi

lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian pendidikan yang harus dipenuhi oleh

setiap satuan pendidikan dasar dan menengah,

serta pencapaian target pembangunan pendidikan

nasional.

Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam DGP

Ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan

dengan standar nasional pendidikan yaitu standar

isi, standar pengelolaan, standar penilaian,

dan standar proses. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini. Selain standard

yang berkaitan dengan pendidika dan tenaga

kependidikan itu sendiri

Sesuai dengan ketentuan Permendiknas Nomor

15 Tahun 2010 Pasal 2, penyelenggara pelayanan

pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan

merupakan kewenangan kabupaten/kota.

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan tersebut

terdiri atas 27 indikator. Untuk lebih jelasnya

indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada table

berikut ini.

36 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 4. Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Perhitungan Indikator SPM bidang Pendidikan.

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

1 SARANA DAN PRASARANA

Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/

MI dalam jarak kurang dari 3 km X 100%

Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani

SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km

X 100%Jumlah kelompok pemukiman

permanen di Kab/Kota

2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP dan MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas

Jumlah rombel SD/MI yang tidak melebihi 32 orang

X 100%Jumlah keseluruhan rombel SD/MI

di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah ruang kelas SD/MIX 100%

Jumlah rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah rombel SMP/ MTs yang tidak melebihi 36 orang

X 100%Jumlah keseluruhan rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah ruang kelas SMP/MTsX 100%

Jumlah rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota

37www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik

Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang

dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik

X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di

wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA

untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik

X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di

wilayah Kabupaten/Kota

4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang

guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya

X 100Jumlah sekolah di wilayah

Kabupaten/Kota

Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi

dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya; dan ruang kepala sekolah

yang terpisah dari ruang guru.X 100

Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota

38 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

5 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan

Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta

didikX 100

Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus.

X 100Jumlah keseluruhan SD/MI di

wilayah Kabupaten/Kota

6 Di setiap SMP dan MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran

Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran

[atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata

pelajaranX 100

Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota

7 Di setiap SD dan MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhikualifikasiakademikS1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guruyangtelahmemilikisertifikatpendidik

Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi

kualifikasiakademikS1atauD-IVX 100

Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki

sertifikatpendidikX 100

Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

39www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

8 Di setiap SMP dan MTs tersedia gurudengankualifikasiakademikS-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memilikisertifikatpendidik,untukdaerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.

Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengankualifikasiS1atauD-IV≥70%[untukdaerahkhusus

≥40%X 100

Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengansertifikatpendidik≥35%[untukdaerahkhusus≥20%]

X 100Jumlah keseluruhan SMP atau MTs

di wilayah Kabupaten/Kota

9 Di setiap SMP dan MTs tersedia gurudengankualifikasiakademikS-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidikmasing-masingsatu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengankualifikasiakademikS1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidik,masing-

masing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris

X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di

wilayah Kabupaten/Kota

10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepalaSDdanMIberkualifikasiakademik S-1 atau D-IV dan telahmemilikisertifikatpendidik.

Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasiakademikS-1atau

D-IVdantelahbersertifikatpendidikX 100

Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

11 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP dan MTs berkualifikasiakademikS-1atauD-IVdantelahmemilikisertifikatpendidik.

Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasiakademikS-1atau

D-IVdantelahbersertifikatpendidikX 100

Jumlah Sekolah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota

40 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

12 Di setiap Kabupaten/Kota semua pengawas sekolah dan madrasahmemilikikualifikasiakademik S-1 atau D-IV dan telahmemilikisertifikatpendidik

Jumlah pengawas sekolah atau madrasahyangberkualifikasi

akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikatpendidik

X 100Jumlah pengawas sekolah atau madrasah di wilayah Kabupaten/

Kota

13 KURIKULUM Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif

bila Kab/kota memiliki rencana dan telah melaksanakan kegiatan untuk memmbantu sekolah mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif

bila memiliki rencana tetapi belum melaksanakan

bila tidak memiliki rencana untuk membantu sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.

14 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan

Jumlah satuan pendidikan yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dansetiapkunjunganselama≥3

jamX 100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

15 SARANA DAN PRASARANA

Setiap SD dan MI menyediakan buku teks yang sudah disertifikasiolehPemerintahmencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik

Jumlah set buku teks Mata pelajaran (Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA dan IPS) yang sudahdisertifikasi

X 100Jumlah peserta didik

Jumlah SD/MI yang telah memenuhi IP-15.1 Sekolah

X 100Jumlah SD/MI di wilayah

Kabupaten/Kota

41www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

16 Setiap SMP dan MTS menyediakan buku teks yangsudahdisertifikasioleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik

Jumlah set buku teks mata pelajaranyangsudahdisertifikasi

X 100Jumlah peserta didik

Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi IP-16.1 Sekolah

X 100Jumlah SMP/MTs di wilayah

Kabupaten/Kota

17 Setiap SD dan MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster IPA.

Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara

lengkapX 100

Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota

18 Setiap SD dan MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi.

Jumlah judul buku pengayaan dan referensi

X 100110 judul buku

Jumlah judul buku pengayaan dan referensi

X 100220 judul buku

Jumlah SD/MI yang telah memenuhi (hasil rumus di atas

X 100Jumlah SD/MI di wilayah

Kabupaten/Kota

Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi (hasil rumus di atas)

X 100Jumlah SMP/MTs di wilayah

Kabupaten/Kota

42 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

19 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Setiap guru tetap bekerja 35 jam per minggu di satuan pendidikan termasuk kegiatan tatap muka di dalam kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.

Jumlah rata-rata jam kerja per minggu seluruh guru tetap

X100Jumlah keseluruhan guru tetap di

satuan pendidikan

Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di

atas)X100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: Kelas I-II: 18 jam per minggu, Kelas III : 24 jam per minggu, Kelas IV–VI: 27 jam per minggu, dan Kelas VII– IX : 27 jam per minggu

Jumlah satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses

pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan

kegiatan tatap muka seperti diatasX 100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

21 KURIKULUM Setiap Satuan Pendidikan menyusun dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku

Jumlah satuan pendidikan yang menerapkan KTSP sesuai dengan

ketentuan yang berlakuX100

Jumlah keseluruhan satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/

Kota

22 Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya

Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya

X100Jumlah keseluruhan guru di

satuan pendidikan

Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi

X100Jumlah satuan pendidikan di

wilayah kabupaten/kota

43www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

23 PENILAIAN PENDIDIKAN

Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik

Jumlah guru yang mengembangkan dan

menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan

kemampuan belajar peserta didikX100

Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan

Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di

atas)X100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

24 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester

Jumlah satuan pendidikan yang kepala sekolahnya melakukan

supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali

dalam setiap semesterX100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

25 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik

Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata

pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir

semesterX100

Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan

Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di

atas)X100

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

44 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

26 Kepala Sekolah atau Madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag pada setiap akhir semester\

Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil

Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas

(UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik

X 100Jumlah satuan pendidikan di

wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan rekapitulasi hasil

tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota/ Kandepag pada setiap akhir semester

X 100Jumlah satuan pendidikan di

wilayah Kabupaten/Kota

27 MANAJEMEN SEKOLAH

Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Mana-jemen Berbasis Sekolah (MBS).

Jumlah satuan pendidikan yang memiliki rencana kerja tahunan

X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah satuan pendidikan yang memiliki laporan tahunan

X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

Jumlah satuan pendidikan yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik

X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota

45www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Manfaat DGP

Bagi Murid

Output dari proses pendidikan ini pada akhirnya

adalah meningkatnya mutu peserta didik, baik dari

sisi pengetahuan, moralitas, tingkah laku maupun

etika . Hal ini akan sulit terjadi jika permasalahan

pemenuhan Pendidik (guru) saja tidak terwujud.

Distribusi Guru secara Proporsional akan memberi

peluang bagi guru untuk mengoptimalkan kewajiban

mengajar sesuai standar (Standar Isi, Standar

ProsesdanStandarKualifikasidanKompetensi).

Hal ini akan membuka pintu peningkatan proses

pembelajaran dan pemenuhan hak anak untuk

memperoleh pelayanan terkait proses dan kualitas

pembelajaran.

DGP akan meminimalisir jam kosong murid karena

ketidak tersediaan guru. Selain itu Distribusi

Guru secara Proporsional ini akan memangkas

kesenjangan pelayanan pembelajaran antara

sekolah yang di pedesaan/terpencil dan perkotaan,

antara sekolah kecil dan sekolah yang banyak

muridnya dan antara sekolah maju dan sekolah

yang tidak maju.

Bagi Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah

lompatan desentralisasi dalam bidang pendidikan.

Otonomi sekolah dalam mengelola (merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi) program di

satuan pendidikan merupakan tuntutan dan amanah

dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Hal ini akan

sulit terwujud jika sumberdaya manusia yang ada

disekolahsajatidakmemenuhikualifikasidan

kompetensi dalam memberikan pelayanan.

DGP akan membantu satuan pendidikan untuk

memenuhi ketersediaan tenaga pendidik dan

kependidikan sesuai standar (SNP dan SPM).

Dalam hal ini DGP akan memeberikan rekomendasi

rekomendasi teknis penyedian, pengembangan

(peningkatan kualitas dan kompetensi) dan distribusi

guru hingga ketingkat satuan pendidikan yang akan

memudahkan kepala sekolah dalam mengelola

proses pembelajatran di satuan pendidikannya

Bagi Masyarakat/Orangtua

Orangtua murid dan masyarakat sebagai penerima

manfaat dalam proses pendidikan. Dalam program

DGP ini posisi orangtua dan masyarakat tidak

hanya sebagai objek pasif menerima manfaat,

lebih dari itu DGP mengoptimalkan peran orang-

tua, masyarakat dan stakeholder pendidikan

untuk terlibat aktif sejak perencanaan (sosialisasi),

implementasi (pengembangan rekomendasi teknis

dan kebijakan) dan pengawasan implentasi DGP.

Hal ini dilakukan program DGP melalui kegiatan

pendampingan penguatan masyarakat untuk

memahami haknya terkait layanan pendidikan,

mendukung kerja pemerintah dalam upaya

tranparansi dan akuntabilitas, dan pengawasan

dalam implementasi DGP.

46 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Program DGP ini memberikan peluang bagi

masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya

dalam upaya memenuhi hak partisipasi untuk

mewujudkan pelayanan pendidikan yang

berorientasi pada pelayanan publik (efisien, efektif,

berkeadilan, akuntable, tranparan dan responsif)

Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pemerintah Kabupaten/Kota

Salah satu kendala utama dalam implementasi

otonomi daerah adalah rendahnya kapasitas

sumberdaya manusia di tingkat daerah dalam

mengelola sumberdaya pendidikan itu sendiri.

Lemahnya koordinasi antar SKPD dan antar sub-

bagian dalam SKPD Dinas Pendidikan menjadi

unsur penghambat dalam upaya mengelola

sumberdaya manusia (pendidik dan tenaga

pendidikan).

Program DGP memberikan alternatif pemecahan

dalam implementasinya dengan memberikan

pendampingan baik melalui kegiatan pelatihan,

workshop maupun penguatan team work baik

internal Dinas Pendidikan maunpun antar SKPD

dalam upaya memberikan layanan terutama terkait

Distribusi Guru secara Proporsional. Program DGP

memecah kebuntuan komuniakasi antar bidang

dan SKPD dalam melakukan koordinasi baik

terkait pendataan, perencanaan dan pengelolaan

sumberdaya manusia di SKPD Dinas Pendidikan.

Pengembangan payung hukum dalam DGP

memberikan kepercayaan bagi SKPD untuk

menjalankan pengelolaan sumberdaya pendidikan.

Keterlibatan banyak pihak dalam setiap tahapan

meyakinkan SKPD pendidikan untuk memberikan

layanan yang berorietasi pada pelayanan publik.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Secara struktural DPRD merupakan lembaga

yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

kinerja pemerintah kabupaten/kota. Dalam

kaitannya dengan tugas tersebut, DPRD melakukan

pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan

pemerintah kabupaten secara keseluruhan mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, sampai akhir

kegiatan.

DPRD juga berperan aktif dalam pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang

APBD dan sangat menentukan dalam menyetujui

usulan anggaran baru dari pemerintah daerah setiap

tahunnya. Sekalipun Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 memberi peluang pemerintah daerah untuk

menetapkan rancangan peraturan bupati tentang

APBD. Jika DPRD tidak menyetujuinya, maka nilai

anggaran maksimalnya adalah sejumlah tahun

anggaran sebelumnya. Selain menjadi salah satu

bentuk sanksi bagi pemerintah daerah, mekanisme

tersebut memberi peluang bagi anggota DPRD

untuk memainkan perannya dalam mendorong

pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan

demikian, penghitungan BOSP diharapkan DPRD

memiliki acuan dalam melakukan pengawasan

dan penganggaran terhadap biaya operasional

pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

berikut ini.

47www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 5. Fungsi Pengawasan dan Penganggaran dalam Distribusi Guru secara Proporsional

No Fungsi Pengawasan Fungsi Penganggaran

1 Akuntabilitas Keuangan di Pemda Acuan menghitung anggaran pendidikan

2 Referensi dan Transparansi Bahan pembanding dengan penganggaran SKPD lainnya

3 Rujukan pengawasan keuangan internal Satuan Pendidikan

Rujukan menghitung disparitas anggaran tersedia dengan anggaran dibutuhkan

4 Bagian dari fungsi pengawasan melekat Data awal untuk menghitung APBD Perubahan

Tantangan Dalam Menjalankan Program DGP

Dalam menjalankan sebuah program, terutama

terkait dengan program governance (tata-layanan)

beberapa tantangan yang perlu di “bumikan” pada

setiap pemerintah kabupaten/kota yang akan

melaksakan kegiatan tersebut diantaranya:

1. Komitmen

2. Anggaran

3. Ketersediaan Sumberdaya

4. Birokrasi

48 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

BAHAN PRESENTASI

● Tidak meratanya distribusi guru● Terbitnya Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.● SKB 5 menteri 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru

PNS● Dana pendidikan80% untukPTK,● Pendidikan menjadi urusan Prioritas● Telah dikembangkannya Sistem Informasi Manajemen

Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K).

LATAR BELAKANG

TUJUAN

● Memberikan pemahaman kepada stake holder (PGRI, LSM, Komite Sekolah, DPRD, dll) tentang latar belakang, konsekwensi dan isu anggaran terkait distribusi guru sehingga mampu memberikan masukan yang bermakna kepada pembuat kebijakan.

● Mendapatkan pengetahuan tentang indikator-indikator pencapaian SPM (Permendiknas No. 15 tahun 2010) dan akses pendidikan dasar.

49www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Langkah Kegiatan

10

51www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pendekatan dan Konsep Tata KelokaDistribusi Guru Proporsional

22

52 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

......peserta memiliki

pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsip-

prinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan,

partisipatif, ......

Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional

Pengantar

Dalam satu dasawarsa terakhir rasio murid-

guru di Indonesia telah menurun ke tingkat yang

rendah menurut standar internasional, karena

pertambahan jumlah tenaga pendidik lebih cepat

daripada peningkatan partisipasi siswa pada

pendidikan Rasio saat ini berada di bawah tolak

ukur internasional yang berkaitan dengan mutu

pendidikan yang baik, dan bukti terbaru di Indonesia

menunjukkan bahwa pada tingkat ini hubungannya

lemah dengan hasil pembelajaran. Dengan kata

lain, hasil analisis mengisyaratkan bahwa upaya

peningkatan angka rasio murid - guru dari nilai

yang ada saa ini tidak akan berpengaruh besar

terhadap hasil pembelajaran siswa. Di sisi lain,

Kenaikan belanja publik untuk pendidikan baru-baru

ini sebagian besar dihabiskan untuk menambah

perekrutan guru dan juga perbaikan gaji guru yang

ada.Programsertifikasiyangsedangberlangsung,

yangditujukanuntukmensertifikasisemuaguru

sampai dengan tahun 2015, menjamin guru

bersertifikasiakanmemperolehtunjanganprofesi

setara gaji pokok mereka. Walaupun evaluasi

dampakbaru-baruinimenemukanbahwasertifikasi

hanya berpengaruh kecil terhadap perbaikan hasil

pembelajaran siswa, program tersebut berdampak

besar terhadap anggaran.

Padatahun2012,35persengurutelahdisertifikasi

dan tunjangan profesi menghabiskan 9 persen

dari keseluruhan belanja publik untuk pendidikan.

Proyeksi dari Kajian Belanja Publik untuk

Pendidikan yang terakhir mengisyaratkan bahwa

MODUL 2

53www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

seiringbertambahnyajumlahguruyangtersertifikasi

beban terhadap anggaran pendidikan akan semakin

besar dan mungkin dapat menyisihkan investasi

untuk meningkatkan kualitas pendidikan lainnya

yang juga penting. Selain itu, guru yang direkrut

oleh sekolah merupakan bagian terbesar dari

tenaga pendidik yang ada saat ini, terutama di

tingkat sekolah dasar.

Pada tahun 2010, guru yang direkrut sekolah pada

tingkat SD mencapai 30 persen dan pada tingkat

SMP 36 persen dari jumlah keseluruhan pada tiap

jenjang pendidikan. Guru-guru ini belum menjalani

prosedur perekrutan formal dan tidak selalu direkrut

berdasarkan standar kepegawaian sekolah. Selain

itu, jumlah guru yang diperkirakan oleh pemerintah

pusat dan daerah biasanya tidak termasuk guru-

guru yang direkrut sekolah, sehingga banyak

kabupaten/kota yang melaporkan kekurangan guru

PNS secara keseluruhan.

Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri

telah mengeluarkan surat Nomor 421.2/2501/

Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan

Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar.

Tujuan penggabungan tersebut adalah untuk

mengatasi masalah kekurangan tenaga guru,

peningkatanmutu,efisiensibiayabagiperawatan

gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan

dimungkinkan penggunaannya untuk rencana

pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau setara

sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat untuk

menampung lulusan sekolah dasar.

Memangdarisisiefisiensitujuanpenggabungan

tersebut sangat bagus, misalnya sarana atau

gedung yang ditinggalkannya dapat dimanfaatkan

untuk penyelenggaraan SMP kecil atau SMP kelas

jauh. Disamping itu, langkah ini juga sekaligus

untuk mensukseskan program belajar 9 tahun.

Efisiensiinidengankasatmatadapatdilihat

bahwa untuk penyelenggaraan SMP sebagaimana

dimaksud, pemerintah atau masyarakat tidak perlu

mempersiapkan lahan, dan gedung serta fasilitas

lainnya untuk sebuah investasi. Malahan sekolah

yang digabung oleh pemerintah dapat ditawarkan

kepada pihak swasta, sehingga dapat memperoleh

pemasukan tambahan dari hasil penggabungan

tersebut. Secara teoretik melalui kebijakan

penggabungan (regrouping) pemerintah dapat

menambah jumlah SMP, atau pemerintah juga dapat

memperoleh pendapatan atas sewa gedung (SD

yangdigabung),danjugaefisiendalammembiayai

SMP kecil/SMP jarak jauh, sehingga alokasi tersebut

dapat dialokasikan untuk keperluan sektor lainnya.

Hasil penelitian Kiemas Rizka (2005)

menunjukkan bahwa perencanaan sarana

dan prasarana pendidikan SDN yang terkena

kebijakan penggabungan yang tidak digunakan

untuk KBM umumnya sudah direncanakan dan

dimusyawarahkan terlebih dulu oleh kedua belah

pihak (sekolah yang digabungi dengan yang

digabung) yang dihadiri oleh kepala sekolah, guru,

komite sekolah/BP3 kedua SD serta dihadiri oleh

perangkat desa setempat dan Dinas Pendidikan

Kulonprogo.HasilpenelitianYuliana(2004)

menunjukkan bahwa penggabungan SD Balangan

54 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

1 dan SD Sendangrejo mampu berperan dalam

meningkatkanefisiensipendidikandisekolahdasar.

Dijelaskanlebihjauh,nilaiindeksefisiensimeningkat

dari1, 0 menjadi 2, 3 atau meningkat dari 0,43

menjadi1,0.Efisiensibiayaproduksitiapsatuan

produk (unit cost) sebesar Rp.1.587.119,566

dengan peningkatan produktivitas dari 9,75

menjadi 15,59 atau terjadi peningkatan produktivitas

sebesar 5,84. Penggabungan juga mampu

mengatasi kekurangan guru sekolah dasar di

Kecamatan Minggir dengan sumbangan efektif 6,4%,

dari total kekurangan guru sejumlah 78 orang.

Penggabungan juga mampu meningkatkan mutu

pendidikan melalui perbaikan sarana prasarana

pendidikan. Hasil penelitian Marsono (2003)

menunjukkan bahwa penggabungan menimbulkan

masalah, baik masalah organisasi, kesiswaan,

kurikulum (pengajaran), kepegawaian, pembiayaan,

hubungan sekolah dengan masyarakat,

dan ketatalaksanaan, karena pelaksanaan

penggabungan sudah dilakukan, tetapi surat

keputusan penggabungan belum terbit. Sayangnya,

baik penelitian Kiemas maupun Marsono tersebut

baru terbatas pada persoalan teknis penggabungan,

rekomenedasi yang diberikan juga baru bersifat

teknis.PenelitianYuliana,nampaknyalebih

memberikankejelasanterhadapefektifitasdan

efisiensitujuanpenggabungan,bahkanimplikasi

terhadap hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa

sekalipun kesimpulannya merupakan sebuah

indikasi positif bagi pelaksanaan penggabungan

sekolah, namun demikian kehati-hatian dalam

mengalisa indikasi penggabungan sekolah sangat

diperlukan mengingat jumlah penduduk yang

kemungkinan besar terus bertambah banyak.

Hal yang tak kalah penting harus diingat adalah

sebagaimana telah diingatkan oleh Vilfredo Pareto,

bahwaefisiensimenuruthukumparetoyang

sering disebut dengan pareto optimally adalah

pengorbanan atau kerugian pribadi mungkin

diharuskan untuk mengamankan pengorbanan

publik dan manfaat yang lebih kecil mungkin harus

dikorbankan untuk merealisasikan manfaat yang

lebih besar. Dengan demikian pasti terdapat

dampak bagi sekolah yang diregroup, siswa, guru

yang dimutasi serta stakeholder yang berkompeten

demi tercapainya sejumlah manfaat dan tujuan

penggabungan sekolah dasar (SD Balangan 1 dan

SD Sendangrejo).

Sebagaimana kita pahami bahwa pendidikan,

utamanya pendidikan dasar, dan khususnya

sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan

yang menjadi target pemerintah untuk dilakukan

wajib belajar. Ini berarti bahwa pendidikan di sekolah

dasar harus menjadi kewajiban pemerintah untuk

menuntaskannya. Pada sisi lain pendidikan di

sekolah dasar khususnya, dan pendidikan pada

umumnya menjadi barang publik. Artinya, sebagai

barang publik (publicgoods), pendidikan haru

smenjadi kewajiban pemerintah. Implikasinya adalah

pemerintahtidakhanyaberpikirefisiensidalam

penyelenggaraan pendidikan. Jika pemerintah

melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya

berpikirtentangefiiensipendidikan,makamakna

pendidikan telah direduksi sedemikian rupa,

sehingga perspektif pendidikan hanya terbatas pada

masalah ekonomis.

Penyelenggaraan pendidikan menyangkut banyak

aspek dan melibatkan berbagai stakeholder, yaitu:

55www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

murid, guru, komite sekolah, bahkan para wali murid

atau orangtua. Semua stakeholder ini pasti terkena

dampak dari kebijakan penggabungan, yang tidak

selamanya sejalan dengan konsep penggabungan

itu sendiri.

Undang-undang juga mengamanahkan bahwa

guru sekolah dasar merupakan guru kelas.

Berdasarkan kuota sebenarnya guru sekolah

dasar di Sleman relatif terpenuhi. Persoalan yang

timbul adalah masalah pemerataan. Dalam kontek

ini maka daerah-daerah perbatasan umumnya

sangat sarat dengan guru, karena guru-guru di

wilayah tersebut merupakan sebuah dampak dari

mutasi kepegawaian. Dengan demikian jika terjadi

penggabungan kemungkinan yang terjadi adalah

banyak guru yang posisinya tidak lagi sebagai guru

kelas, sehingga berimplikasi terhadap kenaikan

jabatan guru karena kekurangan jam mengajar.

Nilai kemanusiaan tidak bisa dianaktirikan,

karena pendidikan untuk meningkatkan derajat

kemanusiaan, bukan untuk mereduksi nilai-nilai

kemanusiaan. Oleh karena itu, mereka (para teoritisi

kritis) sangat menyayangkan pendidikan sekarang

ini yang terlalu terfokus pada konsep investasi,

yang dengan jelas mereduksi konsep pendidikan.

Nah, sekiranya hasil pendidikan memiliki kondisi

yang dimaksud, berarti ada sesuatu yang salah,

apakah ”kebijakan pendidikan” sebagai sebuah

rekayasa sosial telah memberikan ruang gerak yang

justru menghasilkan manusia yang hanya memiliki

satu dimensi, yaitu dimensi ekonomi dan rasional.

Inilah yang oleh Horkheimer disebut sebagai

”rasional instrumental” dan oleh Ardono disebut

sebagai ”pemikiran identitas”, sementara Marcuse

menyebutnya sebagai ”rasionalitas teknologis”,

Habermas menyebutnya sebagai ”rasionalitas

teknis” (Sudiyono,2000).

Dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah

saat ini, telah terjadi pelimpahan kewenangan

dalam pengelolaan pendidikan sebagai urusan

wajib daerah. Dengan demikian, guru sebagai

salah satu komponen dalam pendidikan saat ini

dikelola secara penuh oleh kabupaten terkait

dengan proses pengadaan, pengelolaan dalam hal

penempatan (distribusi), mutasi, rotasi, promosi

dan penghargaan. Pengelolaan penuh di tingkat

kabupaten ini merupakan upaya untuk mendekatkan

layanan sehingga proses kebijakan akan menjadi

semakin cepat dan sesuai dengan kebutuhan nyata

dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan yang

berkualitas. Salah satu dampaknya adalah alokasi

anggaran untuk belanja tidak langsung di sektor

pendidikan adalah untuk membayar gaji guru.

Karena hingga saat ini jumlah pegawai terbanyak

disebuah kabupaten adalah guru yang mencapai

hingga 60% dari pegawai yang ada.

Dalam perjalanannya, berbagai permasalahan

teridentifikasiterjadisebagaiakibattidakberjalannya

paradigma layanan dalam era otonomi daerah

dianataranya, pengadaan guru yang formasinya

tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah,

penempatan guru yang tidak merata, insentif guru

yangtidakefisiensehinggatidakberdampakpada

kinerja, serta banyak guru yang saat ini menjadi

pejabat struktural termasuk menjadi pejabat di

berbagai kabupaten pemekaran tanpa pengelolaan

dan tingginya guru mangkir dari tugas mengajar.

56 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Dengan demikian, dari aplikasi distribusi guru

proporsional diharapkan akan membantu

kabupaten dalam pengelolaan sumberdaya guru

secara proporsional. Berdasarkan hasil analisis

pivot tabel dari aplikasi distribusi guru, maka

didapatkan berbagai gambaran berkaitan dengan

kecukupan guru kelas dan guru mata pelajaran pada

semua jenjang pendidikan. Berdasarkan temuan

kondisi yang ada, maka diperlukan pengelolaan

sumberdaya manusia yang tepat sehingga akan

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi untuk

meningkatkan kualitas layanan sektor pendidikan.

Selain itu, pengelolaan sumber daya manusia

jugamempertimbangkanaspekefisiensidalam

prosesdanefektifitasuntukmencapaitujuan

yang diharapkan. Pengelolaan sumberdaya guru

mempertimbangkan SKB 5 Menteri terkait penataan

guru pegawai negeri sipil, dan Permendiknas No

15 tahun 2010 terkait Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar.

Full Time Teaching Equivalent (FTE) dan Mobilitas Guru Sebagai Upaya Efisiensi dan Efektifitas Distribusi Guru

Untuk menghitung dan menganalisa kebutuhan

gurusecaraefisiendanefektifsalahsatucarayang

menjadi pertimbangan adalah pemenuhan jam

mengajar guru berdasarkan aturan minimal 24 jam

per minggu dari 37,5 jam kerja dalam satu minggu

(Full-time Teaching Equivalent) dan mobilitas guru

dengan memberikan kesempatan kepada guru yang

masih belum memenuhi jam mengajar 24 jam untuk

dapat mengajar di sekolah lain dengan pangkal

administrasi hanya di satu sekolah. Ini dapat

dilakukan hanya untuk daerah dengan sekolah yang

terjangkau satu dengan yang lain. Contoh guru

matapelajaran Penjaskes di satu sekolah SD hanya

akan memiliki jam mengajar 12 jam per minggu,

sehingga idealnya satu guru Penjaskes mengelola

2 sekolah SD reguler sehingga dapat memenuhi

kewajiban minimal 24 jam per minggu.

Perhitungan kecukupan guru didasarkan atas

formula sebagai berikut:

Kebutuhan Guru Mapel = Jumlah Rombel x Jam Per Minggu Mapel

24

57www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Sekolah Rombel Formula Kebutuhan Guru Ditugaskan

SMPN 01 3 0.5 1

SMPN 02 9 1.5 2

SMPN 03 15 2.5 3

SMPN 04 21 3.5 4

Total 48 10

Lihat contoh di bawah ini, untuk kebutuhan analisa mobilitas guru matematika, didasarkan atas

hasil analisa ketercukupan guru di masing-masing sekolah:

Kebutuhan dengan Mobilitas = 48 x 4

= 824

Dengan demikian, ada 8 orang guru yang harus melaksanakan pembelajaran di lebih dari satu sekolah untuk

mendapatkan pemenuhan 24 jam pelajaran per minggu.

58 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Berdasarkan aplikasi SIMP-K, maka didapatkan

outputgrafikkecukupangurujenjangpendidikan

tertentu di tingkat kabupaten. Contoh, kecukupan

guru SMP Negeri sebagai berikut:

Grafikdiatasmenunjukkansimulasimanajemen

guru.Padagrafikbirumudamenunjukkantingkat

kecukupan guru PNS di jenjang pendidikan SMP,

terlihat bahwa terjadi kelebihan guru untuk semua

matapelajaran,tetapijikadiperhatikangrafik

warna biru tua menunjukkan bahwa jika dilakukan

mobilitas guru maka kebutuhannya tidak sebanyak

guru saat ini.

59www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pemenuhan guru segera S-1 sehingga dapat

memenuhi standart pelayanan dengan minimal satu

sekolah terdapat seorang guru berpendidikan S-1.

Tabel di atas menunjukkan contoh proses

pengadaanguruberdasarkankualifikasipendidikan.

Perlu dilihat apakah dalam proses nyata di daerah

masih memberikan kesempatan calon guru

dengankualifikasikurangdariS-1danbagaimana

dengan kompetensinya apakah calon tersebut

adalah lulusan dari Lembaga Pendidik Tenaga

Kependidikan (LPTK).

Dengan demikian, terkait dengan kondisi ini alternatif

kebijakan yang didorongkan adalah:

• Memastikangurubaruyangdiangkatsudah

berkualifikasiS-1kependidikan

• Pengadaanguruharusberdasarkankajian

kebutuhan guru kelas dan matapelajaran sesui

hasil analisa kecukupan guru

Dalam perhitungan Full-time Teaching Equivalent

(FTE) menunjukkan bahwa dalam informasi individu

guru terkait pemenuhan jam mengajar 24 jam per

minggu. Dari data ini maka dapat ditetapkan siapa

guru yang masih mungkin mengajar di sekolah lain

sesuai dengan mata pelajaran yang diampu atau

yang serumpun.

Dengan memperhatikan hasil perhitungan di atas

maka dapat ditetapkan alternatif kebijakan sebagai

berikut:

1. Pengadaan (recruitment) guru

Jika mengacu pada undang-undang guru dan

dosen serta Standar Nasional Pendidikan maka

ditetapkanbahwaguruharussudahberkualifikasi

S-1 pada tahun 2014. Dengan demikian, perlu

dikajibagaimanakondisikualifikasiguruuntukyang

berpengalaman kerja 1-5 tahun. Perlu ada kebijakan

60 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel di atas menunjukkan sebaran jam mengajar

gurupadasetiapjenjangpendidikan.Yangharus

menjadi perhatian adalah kelompok guru yang

meng ajar kurang dari 24 jam dan yang lebih dari 30

jam. Meski demikian, kebijakan utama yang akan

diambil adalah untuk menyelesaikan masalah guru

yang mengajar kurang dari 24 jam karena secara

otomatis akan mengurangi beban jam mengajar di

kelompok guru dengan beban mengajar lebih dari

30 jam.

2. Penugasan guru

Salah satu alternatif kebijakan yang didorongkan

adalah penugasan guru untuk memenuhi 24 jam

mengajar guru. Pemanfaatan secara lebih baik jam

mengajar minimal ini akan memberikan kesempatan

bagi semua guru untuk memperoleh tunjangan

sertifikasidanmenjadikanpengelolaanguru

menjadilebihefisien.Dariprosespengolahandata

didapatkangambarangrafikkondisigurudengan

jumlah jam mengajar.

Disisi lain, harus dilakukan kajian terkait dengan

sebaran sekolah, sehingga untuk rombongan belajar

yang kondisnya separoh dari jumlah siswa ideal,

maka didorong untuk menjadikan kelas rangkap

sehinggaakanlebihefisien.

Kebijakan yang diajukan dalam menyikapi kondisi ini

adalah:

• Redistribusiguruuntukefisiensi

• Meyakinkanbahwabesaransekolahcukupefisien

61www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Pengembangan

Dari guru yang telah tersedia saat ini, maka perlu

dikaji kondisi pemenuhan SPM terkait dengan

minimal2guruberkualifikasiS-1disetiapSDdan

MI dan 70% guru di jenjang SMP harus sudah S-1

untuk menuju standar pendidikan nasional seluruh

guru harus sudah S-1.

Dari tabel di atas, menggambarkan bahwa kondisi

kualifikasipendidikangurujenjangpendidikanTK

dan SD masih sangat rendah dengan dominasi

kurang dari diploma. Pertimbangan lain yang harus

disampaikan adalah sebaran usia guru yang masing

belum mencapai S-1, sebagai dasar pertimbangan

untuk memberikan dukungan bagi guru yang belum

memenuhikualifikasiS-1.Dalamkonteksusia

guru,diharapkandukunganbeasiswakualifikasidi-

alamatkan bagi guru dengan usia muda sehingga

dampak dari beasiswa akan dirasakan dalam

pemenuhan standart pelayanan minimal (SPM).

Dengan demikian, alternatif kebijakan yang

didorongkan adalah:

• Peningkatankualifikasigurudengan

menyediakan beasiswa belajar untuk guru

dengan usia kurang dari 30 tahun.

62 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

4. Evaluasi

Kinerja seorang guru harus dinilai dari keluaran

proses pembelajaran, yaitu tingkat angka

mengulang kelas, dan hasil ujian nasional.

Berdasarkan kondisi ini maka akan diketahui

sekolah-sekolah mana yang mengalami kondisi

seperti ini. Dari analisa ini di kaji silang dengan

kondisikualifikasiguruyangtersedia,sehingga

akan diketahui korelasi/hubungan antara

rendahnya kinerja sekolah dengan kondisi

kualifikasi.Jikahubungankeduanyasangat

kuat maka hasil evaluasi ini menjadi bagian

penguat dari pelaksanaan kebijakan penyediaan

beasiswabelajaruntukkualifikasi.

Dengan segala keterbatasan di Papua, maka

evaluasi kinerja harus diarahkan bagi distrik

(kecamatan) yang sudah menyelesaikan

tahapan penyediaan akses bagi pendidiknya.

5. Pensiun (Atrisi)

Salah satu komponen dalam manajemen

sumber daya adalah pengelolaan masa pensiun.

Masa pensiun mengakibatkan organisasi

kehilangan sumberdayanya yang senior dan

berpengalaman. SIMPK akan mengeluarkan

kondisi usia guru kelompok yang mendekati

masa pensiun dan informasi individu di

dalamnya.

1. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik dalam DGP

Dalam pelaksanaan Distribusi Guru secara

Proporsional, perlu disusun sistem manajemen

yang dapat mendorong terwujudnya transparansi

dan partisipasi publik, akuntabilitas, taat asas,serta

prinsip-prinsip pelaksanaan program Distribusi Guru

secara proporsional lainnya. Lebih detail, unsur

utama tata kelola pelaksanaan rehabilitasi dan

rekonstruksi adalah:

Penerapan Prinsip Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan

pengendalian sumber daya dan pelaksanaan

kebijakan termasuk keberhasilan atau kegagalan

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan melalui media pertanggungjawaban

berupa laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)

secara periodik.

Unsur-unsur pendukung akuntabilitas meliputi:

1) Penetapan Tujuan dan Sasaran yang jelas, baik

untuk jangka pendek maupun jangka menengah.

Rencana Distribusi Guru secara Proporsional

harus mengandung visi dan misi yang jelas,

sebagai acuan untuk menyusun tujuan dan

sasaran Distribusi Guru secara Proporsional.

2) Struktur Kelembagaan yang solid untuk

mendorong terwujudnya sistem manajemen

yangefisiendanefektifgunamencapaitujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan.

63www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3) Penetapan Kebijakan yang jelas dan terarah,

konsisten dengan tujuan organisasi, tertulis, dan

transparan.

4) Perencanaan yang realistis, terinci dan sesuai

dengan kebutuhan, transparan dan partisipatif,

akomodatif terhadap sosial budaya masyarakat

setempat, dan merupakan penjabaran tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan Badan

Pelaksana.

5) Penetapan Prosedur Kerja yang tepat dan jelas,

mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan

transparan, serta mempertimbangkan peraturan

perundangan yang terkait.

6) Sumber Daya Manusia yang kompeten,

profesional dan bermoral.

7) PelaksanaanKegiatanyangefektifdanefisien,

tertib administrasi, transparan, baik dalam

pengadaan barang dan jasa, pengelolaan

keuangan, pengelolaan barang inventaris,

pengelolaan barang persediaan, maupun

pengelolaan barang bantuan.

8) Sistem Pendataan yang jelas, akurat dan

sederhana.

Laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)

Distribusi Guru secara Proporsional mengacu pada

prinsip-prinsipobyektifitas,transparansi,akurasi

yang tinggi, serta profesionalisme yang dapat

diandalkan.

Penerapan Prinsip Transparansi dan Partisipasi

Penerapan prinsip transparansi dimaksudkan

agar data/informasi kegiatan Distribusi Guru

secara Proporsional di Kabupaten/Kota termasuk

perumusan kebijakan dan pelaksanaan kerja

organisasi, dapat diakses oleh publik.Transparansi

menumbuhkan kepercayaan timbal balik antara

pemerintah, masyarakat dan stakeholders lainnya.

Prinsip partisipasi dimaksudkan agar publik

dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif dalam

pengambilan keputusan Distribusi Guru secara

Proporsional, baik secara langsung maupun

melalui institusi yang mewakili kepentingannya.

Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan

berasosiasi dalam menyampaikan pendapat demi

keberhasilan pencapaian tujuan/sasaran Distribusi

Guru secara Proporsional. Tiga faktor utama yang

dapat mendorong dan mempercepat terwujudnya

transparansi dan partisipasi di atas adalah:

1) Ketersediaan data/informasi yang akurat,

komprehensif, dan terkini;

2) Kemudahan mengakses data/informasi; serta

3) Keseragaman data/informasi yang disampaikan.

Informasi dan kegiatan yang harus transparan

meliputi pengelolaan dana yang meliputi sistem,

jumlah dan sumber dana, serta penyalurannya;

organisasi dan personal meliputi struktur,

tugas, personal, dan sistem manajemennya;

perencanaan meliputi rencana jangka pendek dan

menengah; pelaksanaan meliputi progress report

serta kendala yang dihadapi serta mekanisme

pertanggungjawaban.

64 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Pengarusutamaan Gender dalam DGP

a. Gender

Disadari bahwa isu gender merupakan isu baru bagi

masyarakat, sehingga menimbulkan berbagi tafsiran

dan respon yang tidak proposional tentang gender.

Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah

bermacam-macamnya tafsiran tentang pengertian

gender.

Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti

perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis

dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut

Caplan (1987) menegaskan bahwa gender

merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan

perempuan selain dari struktur biologis, sebagian

besar justru terbentuk melalui proses social dan

cultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai

pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan

pada ciri sosial masing- masing (Zainuddin, 2006:1).

Hilary M.Lips mengartikan gender sebagai harapan-

harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan

(cultural expectations for women and men).

Sedangkan Linda L. Lindsey menganggap bahwa

semua ketetapan masyarakat perihal penentuan

seseorang sebagai laki-laki dan perempuan

adalah termasuk bidang kajian gender (What a

given society defines as masculine or feminim is

a componentofgender).H.T. Wilson mengartikan

gender sebagai suatu dasar untuk menentukan

perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan

pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang

sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan

perempuan. Elaine Showalter menyebutkan bahwa

gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan

perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya

(Nasaruddin Umar, 2010: 30).

Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan gender

sebagaimana yang disampaikan dalam materi

Workshop olehTim Gender Direktorat SMP adalah

sebagai berikut:

1) Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender adalah strategi

yang digunakan untuk mengurangi

kesenjangan antara penduduk laki-laki dan

perempuan Indonesia dalam mengakses dan

mendapatkan manfaat pembangunan, serta

meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses

pembangunan.

2) Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi

bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh

kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia,

agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam

kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,

pendidikan dan pertahanan dan keamanan

nasional (Hankamnas) serta kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya

kesetaraan gender ditandai dengan tidak

adanya diskriminasi antara perempuan dan

laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki

akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas

pembangunan dan memperoleh manfaat yang

65www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

setara dan adil dari pembangunan. Adapun

indikator kesetaraan gender adalah sebagai

berikut:

a) Akses

Yangdimaksuddenganaspekaksesadalah

peluang atau kesempatan dalam memperoleh

atau menggunakan sumber daya tertentu.

Mempertimbangkan bagaimana memperoleh

akses yang adil dan setara antara perempuan

dan laki-laki, anak perempuan dan laki-laki

terhadap sumber daya yang akan dibuat.

Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi

guru adalah akses memperoleh beasiswa

melanjutkan pendidikan untuk guru

perempuandan laki-laki diberikan secara adil

dan setara atau tidak.

b) Partisipasi

Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan

atau partisipasi seseorang atau kelompok

dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan

keputusan. Dalam hal ini guru perempuan dan

laki-laki apakah memiliki peran yang sama

dalam pengambilan keputusan di sekolah atau

tidak.

c) Kontrol

Kontrol adalah penguasaan atau wewenang

atau kekuatan untuk mengambil keputusan.

Dalam hal ini apakah pemegang jabatan ditribusi

guru sebagai pengambil keputusan didominasi

oleh gendertertentu atau tidak.

d) Manfaat

Manfaat adalah kegunaan yang dapat

dinikmati secara optimal. Keputusan

yang diambil oleh sekolah memberikan

manfaat yang adil dan setara bagi

perempuan dan laki-laki atau tidak.

3) Keadilan Gender

Keadilan gender adalah suatu proses dan

perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-

laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada

pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,

marginalisasi dan kekerasan terhadap

perempuan maupun laki-laki.

4) Kesenjangan Gender

Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila

salah satu jenis kelamin berada dalam keadaan

tertinggal dibandingkan jenis kelamin lainnya

(L>P atau L<P).

b. Kebijakan Pengarusutamaa Gender

Untuk mencapai kesetaraan gender, negara harus

melakukan intervensi atau campur tangan dengan

melakukan kebijakan untuk sebuah pembangunan.

Oleh sebab itu pemerintah telah menetapkan

beberapa kebijakan tentang pengarusutamaan

gender (PUG) yang diturunkan sebagai berikut:

66 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

1) INPRES No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional.

“Komponen kunci keberhasilan

pengarusutamaan gender ditentukan oleh

ada tidaknya komitmen politik dan kerangka

kebijakan pemerintah dalam mendukung

pembangunan berperspektif gender, sumber

daya manusia yang memiliki gender analysis

skill dan sumber dana yang memadai, data

dan statistik gender, alat dan sistem monitoring

dan evalusi, media KIE, serta peran serta

masyarakat”

2) Permendagri No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan di Daerah.

“Dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan masyarakat di

daerah, masih terdapat ketidaksetaraan dan

ketidakadilan gender, sehingga diperlukan

strategi pengintegrasian gender melalui

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pengangguran, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

daerah”.

3) Permendiknas No. 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG di Bidang Pendidikan:

“Untuk memperlancar, mendorong,

mengefektifkan dan mengoptimalkan

pelaksanaan kegiatan pengarusutamaan gender

di bidang pendidikan secara terpadu dan

terkoordinasi, maka perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang

Pendidikan”.

c. PUG dalam Pendidikan

Zainuddin Maliki (2006:7) mengatakan bahwa salah

satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan

diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam

dunia pendidikan. Ariyanto Nugroho dalam Kompas

(2011:12) menyebutkan bahwa pada materi ajar

banyak contoh peran laki-laki dan perempuan yang

bias gender. Anak-anak harus dilatih sejak dini untuk

tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan.

Mengubah pola pikir hanya bisa melalui pendidikan.

Suatu kebijakan pendidikan dikatakan responsif

gender apabila mengandung ketetapan yang jelas

untuk memperkecil adanya kesenjangan gender

di bidang pendidikan. Bappenas bersama-sama

dengan WSP II dan CIDA mengembangkan alur

kerja analisis gender (gender analysis pathway-

GAP) yang dapat digunakan untuk membantu para

perencana dalam melakukan pengarusutamaan

gender dalam perencanaan kebijakan/program

pembangunan (Ismi, 2009 : 136).

Dengan menggunakan GAP, para perencana

pembangunandapatmengidentifikasikan

kesenjangan gender (gendergap) dan permasalahan

gender (genderissues) serta sekaligus menyusun

rencana/ kebijakan/ program pembangunan yang

ditujukan untuk memperkecil atau menghapus

kesenjangan gender tersebut.

a) Tahap Analisis Kebijakan Gender

Tahap ini ditujukan untuk mengetahui apakah

sebuah kebijakan, responsif gender atau

tidak. Ini ibarat sebuah kegiatan untuk men-

“diagnosa” kebijakan. Langkah awal dalam

67www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

tahapiniadalahmengidentifikasitujuanatau

sasaran kebijakan yang ada saat ini, serta

tujuan atau sasaran kebijakan apa saja yang

telah dirumuskan untuk mewujudkan kesetaraan

dan keadilan gender. Selanjutnya sajian data

kuantitatif dan kualitatif yang terpilih menurut

jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan.

Data tersebut dapat melihat apakah program

yang ada saat ini sudah memberikan dampak

yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan.

Langkah berikutnya untuk menganalisis sebuah

kebijakan responsif gender atau tidak adalah

dengan menganalisis berbagai sumber dan atau

faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan

gender, dengan tujuan untuk mengetahui

ada tidaknya kesenjangan gender dengan

menggunakan empat elemen utama yaitu akses,

kontrol, partisipasi, dan manfaat.

Langkah terakhir dalam tahap ini adalah

identifikasimasalahgender.Identifikasi

masalah gender dapat dilakukan dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa

masalah-masalah gender yang diungkapkan

oleh faktor-faktor kesenjangan gender?

Dimana letak kesenjangan gender antara

laki-laki dan perempuan? Kemudian mengapa

terjadi kesenjangan dan bagaimana cara

mengatasinya?

b) Formulasi Kebijakan Gender

Tahap ini merupakan tahap kedua dalam

analisis gender, sebagai kelanjutan dari tahap

sebelumnya. Tahap ini berusaha merumuskan

formula kebijakan yang responsif gender. Untuk

itu yang perlu dilakukan adalah melakukan

identifikasitentangindikatorgenderbaik

berupa indikator kuantitatif dan kualitatif apa

sajayangperludiidentifikasidengantujuan

untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan

program yang responsif gender. Selanjutnya

perlu mengetahui indikator apa saja yang dapat

menjelaskan apakah faktor-faktor kesenjangan

sudah berkurang atau tetap atau bahkan

bertambah? dan apakah ukuran keberhasilan

kesetaraan dan keadilan gender?

c) Rencana Tindak Kebijakan Gender

Tahap ketiga ini merupakan tahap krusial

karena merupakan tindak lanjut dari dua

tahap sebelumnya yang menentukan apakah

sebuah kebijakan dapat diimplementasikan

atau tidak. Untuk itu ada dua langkah dalam

tahap ini yaitu penyusunan rencana tindakan

kebijakan/program yang responsif gender perlu

disusun untuk mengurangi atau menghilangkan

kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.

setelah itu yang perlu dilakukan adalah

menentukan sasaran-sasaran apa (kualitatif dan

atau kuantitatif) yang perlu dirumuskan untuk

setiap rencana tindak kebijakan yang telah

disusun.

d. Implementasi PUG dalam DGP

Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan

yang berwawasan gender dalam Distribusi Guru

secara Proposiaonal meliputi:

68 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

1) Perencanaan pengelolaan tenaga pendidik

dan tenaga kependidikan yang peka

terhadap isu gender;

2) Data pilah tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan berdasarkan jenis kelamin;

3) Akses yang sama dalam (Implementasi

DGP) perekrutan, ditribusi, pengembangan

danpeningkatankapasitas(kualifikasidan

kompetensi) ;

4) Formulasi kebijakan DGP yang peka

terhadap isu gender;

5) Evaluasi kebijakan dengan analisa yang

peka terhadap isu gender.

3. Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP

Koordinasi adalah bagian penting diantara anggota-

anggota atau unit organisasi yang pekerjaannya

saling bergantung. Semakin banyak pekerjaan

individu – individu atau unit – unit yang berlainan

tetapi erat hubungannya, semakin besar pula

kemungkinan terjadinya masalah – masalah

koordinasi. Proses pendidikan yang baik dan

bermutu tinggi,apabila pengoordinasian input

pendidikan dilakukan secara harmonis sehingga

mampu menciptakan suasana manajemen yang

menyenangkan, mendorong motivasi bekerja,dan

memberdayakan sumber daya pendidikan.

Dalam implementasi program Distribusi Guru secara

Proporsional, setidaknya ada 4 tahap koordinasi

yang perlu dilakukan agar implementasi kegiatan ini

berjalanefektif,efisiendanberkeadilan.Tahapan

tersebut adalah:

1. Koordinasi pada tahap perencanaan

2. Koordinasi tahap pendataan dan analisa

3. Koordinasi pada tahap implentasi

4. Koordinasi pada tahap penilaian

Pada setiap tahapan tersebut pihak dinas

pendidikan sebagai salah satu penyedia layanan

hendaknya melibatkan banyak pihak dalam

berkoordinasi, baik koordinasi antar penyedia

layanan dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah

(SKPD) Dinas pendidikan yang di dalamnya meliputi

sub-sub bidang: Ketenagaan, Penyusunan Program,

Bidang-bidang menurut jenjang pendidikan,

Satuan Pendidikan, Unit Pelaksana Tingkat Daerah

(UPTD) Dinas Pendidikan, dan Kesekretariatan.

Selain itu Koordinasi juga harus dilakukan antar

SKPD penyedia layanan terkait dengan Pendidik

dan Tenaga Kependidikan diantaranya Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

sub-bidang Sosial Budaya, Badan Kepegawaian

Daerah (BKD), Bagian Keuangan Daerah, Bagian

Organisasi dan Tata Laksana (ORTALA) dan

Sekretariat Daerah. Selain itu pelibatan dan

koordinasi juga dilakukan dengan penerima layanan

dan manfaat dalam program ini diantaranya: Guru,

Kepala Sekolah, Dewan Pendidikan, stakeholder

pendidikan, dan Media.

Keterlibatan tersebut dapat dilakukan sesuai

proporsi dalam berbagai tahapan kegiatan. Misalnya

dalam sosialisasi dan formulasi draft kebijakan

sedapat mungkin melibatkan stakeholder penerima

layanan untuk mendapat perspektif yang luas terkait

rencana implementasi dan kebijakan program ini.

Untuk kegiatan analisa data dapat melibatkan BKD,

69www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

UPTD dan bagian ORTALA yang mempunyai basis

data bervariasi terkait pendidik dan kependidikan.

Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP

Pendekatan Program KINERJA dalam semua area

(Kesehatan, Pendidikan dan Perijinan Terpadu)

selalu dilakukan secara terintegrasi, baik penguatan

kapasitas Penyedia Layanan (Suplay) maupun

Penerima manfaat (Demand). Pendampingan

terhadap Penyedia layanan dilakukan dalam upaya

peningkatan kualitas/mutu layanan (efektif, efisien,

berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan,

responsif). Sementara pendampingan terhadap

penerima manfaat/layanan dilakukan dalam upaya

penguatan pemahaman terhadap Hak (Partisipasi)

dan fungsi pengawasan terhadap program DGP.

Dalam hal ini dilakukan dalam bentuk penguatan

Forum Multi Stakeholder (FMS)

Pendampingan Penguatan Stakeholder dalam

pengawasan dan pelaksanaan Distribusi Guru

secara Proporsional perlu dilakukan agar terdapat

para pihak yang melakukan pengawasan terhadap

kesepakatan yang ada. Oleh karena itu, peran

Forum Multi Stakehoder (FMS) dan Media sebagai

salah satu elemen penting dalam masyarakat

yang dapat membantu dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui pengawasan pengelolaan Guru

secara Proporsional. Adapun peran Guru secara

Proporsional sebagai berikut.

Peran Forum Multi Stakeholder

Peran Forum Multi Stakeholder dalam program

bantuan teknis USAID-KINERJA, terkait dengan

Distribusi Guru secara Proporsional adalah:

a. Sebagai forum untuk penyadaran dan

pengorganisasian masyarakat terkait isu Guru

secara Proporsional;

b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar

pihak yang berkepentingan;

c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara

pemerintah daerah (penyedia layanan) dengan

masyarakata selaku pengguna layanan;

d. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan

dalam pemenuhan SPM dan SNP terkait

Distribusi Guru secara Proporsional;

e. Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan

kebijakan Distribusi Guru secara Proporsional.

Peran Media

Peran media tidak hanya memberitakan kegiatan-

kegiatan tertentu dalam dunia pendidikan, namun

media juga turut andil dalam memberikan masukan

dalam inovasi di dunia pendidikan. Perkembangan

teknologi media berjalan dengan pesat dan dalam

masyarakat modern, media mempunyai peran yang

signifikansebagaibagiandarikehidupandalam

semua aspek termasuk dunia pendidikan. Adapun

peran media dalam DGP adalah:

a. Membantu dalam publisitas;

b. Melakukan penguatan untuk Jurnalis Warga di

bidang pendidikan;

c. Pendampingan PPID (Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi), khususnya di dinas

pendidikan.

70 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

BAHAN PRESENTASI

1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat.3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia

pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan.4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.

MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”

KONSEP PELAYANAN PUBLIK

71www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Prolog: Gender dan PUG• Gender: bukanlah Jenis kelamin tetapi peran sosial yang “sepantasnya” dimainkan oleh lelaki dan perempuan dalam kehidupan sosialnya.

Laki dan Perempuan hanya berbeda dalam jenis kelamin (kodratik), tetapi tidak dalam peran dan posisi sosial (kultur).

LK PR

73www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

33

74 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian

dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan

DGP dengan aplikasi SIMPK ..........

Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Persiapan

Tahapan ini merupakan langkah awal untuk memulai

kegiatan penghitungan distribusi guru. Kegiatan

dimulai dengan pengenalan software SIMP-K yang

membutuhkan instalasi program Dapodik atau

Padati Web, atau PADAMU (Pangkalan data ini akan

berkembang sesuai dengan panduan yang diberikan

oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).

Kegiatan hari pertama difokuskan pada penyusunan

tabelprofilpendidikdanpenggunaanaplikasiSIMPK

untuk menghasilkan perhitungan distribusi guru

proporsional dan pencapaian standar pelayanan

minimal.

2. Impor Data PadatiWeb

Impor data Padati Web dapat dilakukan dimana

komputer tersebut atau komputer di Dinas

Pendidikan terpasang aplikasi PadatiWeb, terlebih

dahulu instal MySQL Connector.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN (SIMP) KABUPATEN/KOTA

BAHAN BACAANMODUL 3

75www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Padati Web bisa dibaca oleh SIMPK. Kemudian

jalankan aplikasi SIMPK di komputer tersebut, bisa

dengan fashdisk langsung atau dicopy ke dalam

komputer yang ada apalikasi Padati Web. Pilih menu

Import Data, kemudian pilih Import data Padati Web,

maka akan muncul tampilan seperti gambar di

bawah.

76 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Untuk nama server, port dan user id jarang atau

tidak pernah terjadi perubahan, termasuk password

(p@ssword123padati). Sedangkan pada version,

pilih sesuai dengan data Padatiweb yang akan

diimport, lanjutkan dengan meng-klik tombol test.

Jika muncul pesan koneksi berhasil, lanjutkan

dengan menekan tombol Impor. Impor berhasil jika

muncul pesan seperti gambar berikut.

77www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Impor Data SIM-NUPTK

Gambar di atas adalah tampilan dari program SIM-

NUPTK yang ada di Dinas Pendidikan khususnya

pada Bidang Ketenagaan/Kepegawaian. Berbeda

dengan proses impor yang ada pada Padatiweb,

yangdibutuhkandisiniadalahhanyafiledatabase

NUPTK dalam bentuk access dengan extension

.mdb, dimana database tersebut dapat dilihat

di SIMPNUPTK pada layar bagian bawah yang

menunjukkan dimana posisi database tersebut

berada.

Kemudian lakukan Impor NUPTK dengan mengklik

tombolBrowse,pilihfiledatabaseNUPTK.mdb

yangmemilikidatemodifiedterbaru,kemudian

lanjutkan dengan menekan tombol Impor seperti

gambar di bawah.

78 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Jika impor selesai dilakukan, maka akan muncul pesan seperti gambar di bawah ini:

4. Review Database

Untuk melihat hasil impor yang sudah dilakukan,

dapat dilihat pada menu Review Database, maka

SIMPK akan menampilkan data-data yang terekam

hasil dari proses impor tersebut seperti Total

Satuan Pendidikan dan Total Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, terdapat pada gambar berikut.

79www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

5. Matching NSS (Nomor Statistik Sekolah)

Matching NSS adalah proses penggabungan database SIM-NUPTK dengan Padati Web, dilakukan dengan

menyandingkan NSS sekolah di SIM-NUPTK dengan NSS sekolah Padati Web. Sebetulnya dalam kondisi

ideal NSS di dalam SIM-NUPTK dengan Padati Web akan sama untuk satu sekolah yang sama, dan dapat

menggunakan Auto-Match, sementara kondisi lainnya matching harus dilakukan secara manual.

• Automatch NSS

Automatch NSS dapat dilakukan dengan cepat dengan meng-klik tombol Automatch NSS, maka akan muncul

layar seperti dibawah beserta petunjuk:

80 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Matching NSS Manual

Matching NSS juga dapat dilakukan secara manual pada tombol Matching NSS dan akan menampilkan seperti

pada gambar berikut, pada layar ini dapat memilih salah satu Tab acuan sekolah, yaitu dari daftar Padati atau

dari daftar SIM-NUPTK. Namun secara umum banyak yang mengacu sekolah-sekolah dari daftar Padati,

karena kondisi sekolah di Padati Web lebih banyak/lengkap.

Proses matching secara manual dapat dilakukan dengan mengetik pada kolom sekolah NUPTK atau bisa juga

dengan mengklik tanda panah pada setiap baris di dalam kolom tersebut dengan mengacu terhadap baris

sekolah di sebelah kanan, yaitu kolom sekolah Padati. Pengetikan harus diawali dengan nama kecamatan (liat

gambar di bawah).

81www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Dalam proses matching manual, Jika terjadi pesan error duplikat data seperti pada gambar di bawah, contoh

pada SDN Cemorokandang 1. Berarti sekolah tersebut sudah ada yang menggunakan atau terpasang dengan

sekolah lain.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan croscheck terhadap sekolah yang mengalami duplikat data

seperti pada gambar dibawah. Jika sekolah sudah di temukan dan terpasang dengan sekolah lain, maka perlu

di lepas matchingnya dengan cara meng-klik tulisan Unpair di kolom sebelah kanan pada baris yang sama,

seperti pada gambar berikut. Kemudian lakukan matching ulang sesuai dengan sekolah yang sama.

82 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Backup/Restore

Menu Backup NSS berfungsi untuk menyimpan pasangan NSS yang sudah di matchingkan ke dalam SIMPK

sehingga pasangan tersebut aman dan tidak terhapus, jika suatu saat terjadi error atau data terhapus,

kemudian melakukan impor ulang data yang sama, maka tidak perlu melakukan matching ulang. Cukup

dengan menggunakan fasilitas Restore NSS. Maka sistem secara otomatis akan mengembalikan kembali data

yang sudah matching.

• Export/Import Backup

83www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Sedangkan pada menu Export dan Import NSS, fungsinya hampir sama dengan Backup/Restore. Namun ada

sedikitperbedaan,yaitupadaExportNSS,backupdisimpanmenjadifileMSExcel,sedangkanpadaImport

untukmengembalikanbakcupmatchingNSSyangtersimpandalamfileMSExcelkedalamdatabaseSIMPK.

6. Out-put

• Generate Output Pivot

Jika proses Import sampai dengan Matching sudah dilakukan dengan benar, maka proses Generate Output

dapat dilakukan dengan menekan tombol Generate seperti pada gambar di bawah, kemudian anda dapat

menentukandimanafile-fileoutputtersebutakandisimpan.

• Memahami file output

SetelahGenerateOutputsudahselesaidilakukan,makaakanadasebanyak30fileoutputyangakan

tersimpanotomatiskedalambentukfileMSExcel.Terdapat3kelompokprogramyangbisadimanfaatkan

dari output tersebut, yaitu:

a. File 10001 – 10007, digunakan untuk mengetahui pemetaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

b. File 20001 – 20015, digunakan untuk mengetahui analisis pemetaan Manajemen Sumber Daya

Manusia (MSDM) atau Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)

c. File 50011 – 50044, digunakan untuk analisis data perencanaan strategis Dinas Pendidikan

(RENSTRA).

84 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

► Panduan Pelaksanaan 1. Download semua keperluan di http://infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id

2. Unduh offline-installer.zip,foldertersebutberisifileinstalasilengkap.Berikutisinya

• aplikasi_pendataan.air=> aplikasiutama(desktop)

• AdobeAIRInstaller.exe => runtimeAdobeAir

• SetupAll.exe => gunakaninijikakomputermasihfreshbelumpernahinstal

• SetupDBOffline.exe =>gunakaninijikaruntime&aplikasisudahdiinstalsatu-satu

• unzip.exe => fileiniperluagarSetupAll/SetupDBOfflinebisajalan

• 046.zip => filesampeldataprefill,untukKabupatenLabuhanBatuUtara.

3. Anda harus unduh “Database Aplikasi Pendataan Desktop” di infopendataan.dikdas.kemdiknas.

go.id untuk data kabupaten sesuai tugas anda. Jangan direname setelah unduh, biarkan namanya

sebagaimana adanya.

4. SetupAll dapat digunakan juga untuk instalasi online. Namun jika tidak ditemukan koneksi internet ke

server,aplikasiakanmembacadatabaseofflineygterinstall.

5. Unduhjugafilelainseperti:

• AplikasiPendataanSmartphone -> aplikasiuntukmengambildataGPSdanFoto

• KodeRegistrasiOnline -> daftarkoderegistrasiuntuktiapsekolah(dalamexcel)

6. Hapus isi direktori %AppData%\id.go.kemdiknas.dikdas.pendataan.desktop jika ada. (Copy paste

saja alamat di atas ke alamat di windows explorer untuk menemukan folder tsb.

85www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

7. Jalankan SetupAll, atau secara berurutan : AdobeAIRInstaller, aplikasi_pendataan.air, serta

SetupDBOffline.exe.

8. Jika telah selesai buka aplikasi, akan diminta registrasi. Isikan user/password/kode registrasi. Online

maupunofflineakanberhasil,jikapanduandiatasdiikuti.

9. Pengisian aplikasi desktop dapat dibaca di manual.

10. Setelah aplikasi desktop diisi, lakukan pengiriman.

11. Minta petugas kk datadik untuk login ke aplikasi manajemen pendataan untuk login ke aplikasi

manajemen pendataan ( http://pendataan.dikdas.kemdiknas.go.id ), kemudian masuk ke modul

Register Pengiriman untuk melakukan aproval sehingga data masuk ke database.

12. Lakukan utk semua sekolah.

13. Setelah data semua terkirim, daftarkan tim survey, surveyor dan mappingnya dengan sekolah di

aplikasi manajemen pendataan. Caranya dapat dilihat di manual.

14. Install aplikasi smartphone. Jika sudah kadung diinstall/diregistrasi, reset DB dulu saja.

15. Registrasi smartphone menggunakan user/pass yang didaftarkan sebagai surveyor.

16. Akan muncul daftar sekolah berikut prasarananya.

17. Ambil data posisi dan prasarana. Cara step by stepnya mohon baca manual serta video tutorial di

infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id. Setelah selesai kirim data menggunakan tombol “sinkronisasi”.

86 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Bahan Hari Ketiga

Proses penyusunan kebijakan kepegawaian pendidikan untuk guru didasarkan pada hasil output pengolahan

data dengan menggunakan aplikasi SIMP-K dengan input data Padati Web dan SIM-NUPTK. Skema di bawah

ini menunjukkan tahapan proses secara besaran muali tahap input hingga output berupa distribusi guru dan

pemenuhan SPM kabupaten. SIMPK berbasis access, tidak membutuhkan entry data (entry pada Dapodik/

Padati WebdanNUPTK),berupafile.YangdibutuhkanuntukprosesiniadalahkomputerdimanaDapodik/

Padati Web dan SIM-NUPTK dipasang, aplikasi SIMP dan MySQL connector.

Alat untuk melakukan analisa agregasi data dan juga untuk melakukan crosstab data. Berikut langkah-langkah

dasar dalam membuat pivot tabel:

1. Membuat Pivot Tabel

87www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pastikan ada memiliki data tabel source seperti contoh pada gambar di atas. Langkah 1, pilih menu insert, lalu

klik gambar icon pivotable. Maka akan muncul seperti pada gambar berikut:

Kemudian lanjutkan dengan menekan tombol OK, dan akan muncul tampilan sheet pivot tabel secara otomatis

seperti pada gambar di bawah:

88 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Menyusun Pivot Table

Pada langkah berikut ini, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut hal-hal apa saja yang perlu di lakukan supaya

tabel pivot terisi data sesuai dengan kebutuhan. Pada layar sebelah kanan terdapat kotak menu Pivot Table Field List,dimanafield-fieldtersebutbersumberdarisourcetabelutamasepertinamafieldkabupaten,tahun_data,kecamatan,desa,nama,jenis,status,waktu_penyelenggaraan,gugus,dan seterusnya.

Field tersebut dapat dipilih dengan cara drag and drop, digeser dan dipindahkan menggunakan mouse pada

posisiyangdiinginkansepertidigeserpadaReportfilter,Columnlabels,RowlabelsdanValuespadacontoh

gambar di bawah.

• Report Filter:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadapatdilakukanfiltrasidatasesuaidengandatayang diinginkan.

• Column Labels:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadatadidalamfieldakantampildatapadajudulkolom di atas.

• Row Labels:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadatadidalamfieldakantampildatapadabariskiri.• Values:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makamemungkinkandapatmelakukanperhitungantertentu

dalam bentuk nilai dalam area ini.

89www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Filtrasi Data

Filtrasi data di sini berfungsi untuk memilih tampilan data yang dibutuhkan pengguna data untuk menampilkan

data-data tertentu, contoh menampilkan data pilihan kabupaten/kota, kecamatan, jenis sekolah, status sekolah

dan fielddatayangdapatdilakukanpemilihandenganmeng-kliktomboltandapanahkecilseperticontohdi

bawah ini.

4. Value Operation

Value operation atau nilai operasi di sini adalah untuk menentukan rangkuman dari perhitungan data ataupun

nilai. Langkahnya yaitu dengan meng-klik Field Setting pada menu Options, kemudian akan tampil kotak

Value Field Settings seperti pada gambar di bawah.

90 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pada kotak Value Field Settings ada 2 Tab menu, yaitu Summarize by dan Show values as. Pada kategori

Summarize by terdapat banyak pilihan tipe perhitungan, diantaranya Sum (jumlah), Count (hitung), Average

(rata-rata), Max (paling besar), Min (paling kecil), Product (mengkalikan), Cnt Num (hitung/numeric),

StdDev(P) (standar deviasi) dan Var (varians).

Sedangkan pada menu Show values as terdapat pilihan tampilan data dalam bentuk prosentase, yaitu Normal,

Difference From, % Of, % Difference From, Running Total in, % of row, % of column, % of Total, Running Total

dan Index.

5. Number Format

Number Format atau format penomoran juga dapat dilakukan pada data hasil pivot dengan berbagai kategori,

yaitu General (umum), Number (penomoran, decimal), Currency (mata uang RP, $), Accounting (Akuntansi),

Date(Tanggal),Time(waktu),Percentage(Persentase),Fraction,Scientific,Text,Special(Listdandatabase)

dan Custom (sesuai selera).

91www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

6. Pivot Chart

PivotChartatauyangseringdisebutGrafikPivotadalahsalahsatufasilitasyangdapatmenampilkandata

hasil pivot tabel ke dalam bentuk tampilan yang lebih menarik dan lebih indah sehingga lebih mudah dibaca,

dilihatdandianalisis.Grafikdisinijugabermacammacambentuknya,mulaidariColumn,Line,Pie,Bar,Area,

Scatter dan pilihan lainnya.

Sebelummenambahkangrafik,klikterlebihdahuluareatabelpivot,kemudianpilihmenuInsert,danpilihgrafik

sesuai dengan kebutuhan.

92 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

93www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP

44

94 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

........peserta memiliki

pemahaman tentang Advokasi Suplay

..........

Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP

ADVOKASI KEBIJAKAN DALAM DISTRRIBUSI GURU PROPORSIONAL

BAHAN BACAAN

Pendahuluan

Advokasi sebagai serangkaian tindakan yang

bertujuan untuk mengubah kebijakan, kedudukan

atau program dari segala jenis lembaga. Pengertian

ini mendorong kegiatan advokasi berakhir pada

pengambilan keputusan untuk mencari jalan keluar

yang lebih baik.

Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi

persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi

pemangku kepentingan dalam pengambilan

kebijakan atau keputusan. Proses advokasi ini

sangat penting bagi Tim Teknis DGP (Distribusi

Guru Proporsional) dalam mengkomunikasikan

hasil Analisa dan isu-isu penting dalam bidang

pendidikan, dilakukan dengan perencanaan

strategis dengan target utama adalah pengambil

kebijakan.

Dalam Bab ini dibahas tentang advokasi suplay

yang lebih focus pada langkah-langkah penyusunan

kebijakan oleh pemerintah daerah meliputi

pembentukan tim teknis, peraturan bupati/walikota

(petunjuk teknis), dan akhirnya menjadi peraturan

daerah. Bab ini juga membahas tentang advokasi

demand yang lebih focus pada langkah-langkah

MODUL 4

95www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tata cara pembentukan peraturan daerah (Perda)

menurut Keputusan Mendagri tersebut adalah

sebagai berikut:

• Persiapanpenyusunanraperda(dalam

peraturan tata tertib DPRD) Raperda berasal

dari DPRD atau kepala daerah. Kepala daerah

menyampaikan surat pengantar kepada DPRD,

sedangkan pimpinan DPRD menyampaikan

raperda kepada kepala daerah. Penyebarluasan

raperda dari DPRD dilaksanakan oleh

Sekretariat DPRD. Penyebarluasan Raperda dari

kepala daerah dilaksanakan oleh Sekretaris

Daerah. Bila materi Raperda dari DPRD dan

presiden sama, maka yang dibahas adalah

Raperda yang disampaikan oleh DPRD. Raperda

dari kepala daerah digunakan sebagai bahan

sandingan.

• PembahasanrancanganPerdaPembahasan

Raperda dilakukan oleh DPRD bersama

kepala daerah dalam rapat komisi/panitia/alat

kelengkapan DPRD yang khusus menangani

bidang legislasi dan rapat paripurna.

• PenarikankembaliRancanganPerda(Raperda)

dapat dilakukan sebelum pembahasan oleh

DPRD dan kepala daerah. Penarikan kembali

raperda berdasarkan persetujuan bersama

antara DPRD dan kepada daerah.

• PenetapanRaperdamenjadiPerdayang

telah disetujui bersama oleh DPRD dan

kepala daerah, dalam waktu paling lambat 7 hari

disampaikan pimpinan DPRD kepada kepala

daerah untuk ditetapkan menjadi perda. Raperda

ditandatangani oleh kepala daerah dalam jangka

pengawalan masyarakat di dalam memastikan

terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP.

Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)

Sebelum membahas tentang langkah-langkah

penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah.

Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa jenis

peraturan di daerah terdiri atas 2 (dua) yaitu

keputusan regulatif dan keputusan stifulatif.

Keputusan regulatif dikenal sebagai peraturan,

yang berlaku sebagai petunjuk penerapan Undang-

Undang yaitu Perda dan Peraturan Gubernur/Bupati/

Walikota. Sedangkan keputusan stipulatif, yang

dikenal sebagai Surat Keputusan oleh otoritas dalam

satu lembaga untuk menentukan kebijakan yang

secara khusus mengikat kelompok tertentu dalam

lembaga tersebut.

Adapun langkah-langkah penyusunan peraturan

perundang-undangan tingkat daerah di lingkungan

pemerintah daerah diatur dalam:

• KeputusanMenteriDalamNegeridanOtonomi

Daerah (Keputusan Mendagri) No.21 Tahun

2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi

Muatan Produk-produk Hukum Daerah.

• KeputusanMendagriNo.22Tahun2001tentang

Bentuk Produk-produk Hukum Daerah.

• KeputusanMendagriNo.23Tahun2001tentang

Prosedur Penyusunan Produk-produk Hukum

Daerah.

• KeputusanMendagriNo.24Tahun2001tentang

Lembaran Daerah dan Berita Daerah.

96 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

waktu paling lambat 30 hari sejak Raperda

disetujui bersama, maka Raperda tersebut sah

menjadi Perda dan wajib diundangkan.

Adapun langkah-langkah penyusunan setiap

instrumen hukum berbeda satu dari yang lain,

tetapi secara umum proses penyusunannya

harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik. Sebagai contoh, untuk

menyusun Perda baru, para perancang peraturan

sebaiknya melalui enam langkah yaitu:

Langkah1: Identifikasimasalah.Perancang

peraturan mengawali penyusunan

naskah peraturan dengan menganalisis

masalah secara ilmiah bersama para

pakaruntukmengidentifikasibahaya

dan risiko, masyarakat terkena dampak,

tindakan yang diperlukan, dan prioritas.

Langkah2: Identifikasiperaturandanhukumyang

relevan. Pada langkah ini, penyusun

peraturanmengidentifikasiperangkat

hukum yang relevan, menganalisis

kapasitas pemerintah untuk mengakkan

peraturan dan anggaran, serta

mengawasi lembaga terkait dalam

pelaksanaan peraturan.

Langkah 3 : Penyusunan naskah akademik.

Langkah ini merupakan hasil dari

langkah sebelumnya yang terdiri dari

visi, misi, kajian ilmiah, kerangka

hukum dan kelembagaan, serta

penjelasan tentang tiga masalah

substansial: alasan Perda disusun,

komponen utama dan cakupan

peraturan tersebut, serta proses

penyusunan dan pengesahan Perda.

Langkah 4: Konsultasi Publik. Rancangan naskah

disajikan kepada panel atau melakukan

diskusi kelompok terfokus dengan

komunitas khusus, seperti Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan

akademik, untuk mendapatkan

tanggapan dan umpan balik.

Konsultasi ini juga merupakan cara

menyosialisasikan rancangan naskah

kepada media, pemangku kepentingan

dan masyarakat luas.

Langkah 5 : Diskusi legislative. Langkah ini

merupakan proses pengambilan

keputusan melalui diskusi antara

anggota DPRD, Gubernur, Bupati/

Walikota, dan kelompok yang

berkepentingan seperti asosiasi,

universitas, dan masyarakat berisiko.

Langkah 6 : Pengesahan Perda. Langkah ini

merupakan langkah akhir dari

penyusunan perangkat hukum dan

langkah pertama penerapannya.

Sosialisasi ke masyarakat diperlukan

sebelum peraturan benar-benar

disahkan.

97www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Catatan: Langkah-langkah Pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Gambar 1. Diagram Usulan DPRD Berdasarkan PP. No. 1 Tahun 2001

1. Usul dari Anggota DPRD

4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan

7. Tanggapan dari pengusul

13. Rapat Paripurna menyetujui Raperda yang dituangkan dalam

Keputusan DPRD

2. Usul disampaikan kepada Pimpinan penjelasan secara tertulis disertai DPRD dalam bentuk rancangan

5. Dalam Rapat Paripurna pengusul menjelaskan atas usulan

6. Setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah, usulan disampaikan Pimpinan DPRD pada Rapat Paripurna

8. Keputusan DPRD untuk menerima atau menolak usul menjadi usulan DPRD

9. Pembahasan Raperda oleh komisi/rapat gabungan komisi/pansus bersama pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah

12. Sambutan Kepala Daerah atas Raperda yang hendak disetujui

11. Pendapat akhir Fraksi-fraksi dalam Rapat Paripurna

10. Laporan hasil pembahasan oleh Pimpinan Pansus dalam Rapat Paripurna

14. Pengesahan dan Pengundangan

3. Sekretariat DPRD memberi nomor pokok terhadap usulan

Sedangkan, langkah-langkah pembuatan kebijakan

dalam melakukan Distribusi Guru Proporsional

(DGP) yaitu dimulai dari pembentukan Tim Teknis

DGP, pembuatan Peraturan Bupati/Walikota. Ada

beberapa tahapan dalam pembentukan Tim Teknis

DGP yaitu:

• Menetapkandaerahsasaran(kecamatanyang

dipilih sebagai piloting)

• Memilihsatuanpendidikandikecamatan

(piloting) untuk disertakan sebagai sasaran

• MenetapkanDinasPendidikan,BKD,Bappeda,

Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Sekolah

(SD/MI, SMP/MTs), dan Multi Stockholder Forum

(MSF).

• Membentuk TimTeknisDGPdengan

memperhatikan keterwakilan Gender.

• PengajuansusunananggotaTimTeknisDGP

untuk di-SK-kan oleh Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, langkah-langkah penyusunan kebijakan

oleh pemerintah daerah (Peraturan Bupati/Walikota)

yaitu:

• Diawalidenganpenandatanganannota

kesepahaman (MOU);

• Membentuksatuankerja;

• Memilihisusentralyangmenjadikebutuhan

masyarakat di sektor pendidikan;

• Sosialisasi;

98 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Mempersiapkannaskahakademik;

• Penelitiannaskahakademikolehbagian

hukum;

• KonsultasidankoordinasidenganDinas

Pendidikan;

• Penyempurnaannaskahakademik;

• AudensidenganBupati/Walikota;

• PenandatanganannaskahRancangan

Peraturan Bupati oleh Bupati menjadi

Peraturan Bupati/walikota;

• Agarsetiaporangmengetahuinyaharusdicatat

dalam berita daerah;

• Dokumentasi.

99www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Gambar2. Diagram Usulan Pemda Berdasarkan KepMendagri No. 23 Tahun 2001

1. Pimpinan unit kerja memprakarsai penyusunan Raperda.

5. Penyusunan dan pembahasan Raperda oleh bagian hukum atau Tim antar unit kerja.

2. Usulan yang dilampiri pokok-pokok pikiran diajukan kepada sekretaris daerah untuk diadakan sinkronisasi dan harmonisasi yang ditugaskan pada bagian hukum.

8. Sidang pembahasan raperda oleh pejabat yang ditunjuk oleh

kepala daerah bersama DPRD.

4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan

3. Setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah, unit kerja

menyiapkan draft awal.

6. Penyampaian hasil pembahasan kepada kepada Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum yang selanjutnya

diajukan kepada Kepala Daerah untuk disetujui.

4. pembahasan draft awal oleh unit kerja yang melibatkan bagian hukum dan unit kerja terkait.

7. Sekretaris Daerah menyampaikan Raperda kepada DPRD.

10. Raperda yang disetujui selanjutnya ditetapkan oleh keputusan DPRD.

11. Pengesahan dan Pengundangan Perda.

9. Rapat Paripurna DPRD untuk menyetujui hasil pembahasan dengan mengagendakan penjelasan resmi dari pemda terhadap Raperda.

Untuk meningkatkan status hukum Peraturan

Bupati/Walikota menjadi peraturan daerah (Perda),

maka ada beberapa langkah yang harus dilalui yaitu:

• PeraturanBupati/Walikotadilaksanakandi

satuan pendidikan;

• Evaluasi;

• Didaftarpadaprogramlegislasidaeraholeh

Dinas Pendidikan;

• DiserahkankeBadanMusyawarahDPRD

untuk diagendakan pembahasannya;

• Masareses;

• PembahasanRancanganPeraturanDaerah

• RapatparipurnapenetapanRancangan

Peraturan Daerah menjadi Peraturan daerah;

• Dicatatdalamlembarandaerah.

Advokasi Demand (Langkah Pengawalan Masyarakat Di dalam Memastikan Terbitnya Peraturan Bupati Tentang Distribusi Guru Proporsional)

Partisipasi masyarakat dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan

perundang-undangan di Indonesia tidak terlepas dari

partisipasi masyarakat itu sendiri. Masyarakat dapat

menyampaikan pendapat dan masukan-masukan

kepada pemerintah atau lembaga pemerintah yang

berwenang untuk membuat perundang-undangan

tersebut.

Partisipasi atau peranan masyarakat dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan di

100 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Indonesia adalah sebagai berikut:

• Mengoptimalkanlembaga-lembaga

penyalur aspirasi masyarakat yang telah

ada, yaitu MPR, DPR, DPRD, Orsospol,

Badan Permusyawaratan Desa, dan media

massa. Lembaga-lembaga itu melakukan

pengembangan dalam bidang politik

sesuai dengan isi UUD 1945 Pasal 28 yaitu

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

dan sebagainya yang ditetapkan dengan

undang-undang.”Undang-undang tersebut

adalah Undang-Undang RI No.9 tahun 1998

tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat

di muka umum.

• Mengawasiberlangsungnyaprosespengolahan

penyusunan peraturan perundang-undangan

dengan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas

dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban

sebagai warga masyarakat yang baik.

• Sebagaimotivatorpercepatanpenyusunandan

pemberlakuan peraturan perundang-undangan.

• Sebagaisubjekpendukungketertibansuasana

penyusunan peraturan perundang-undangan.

Contoh: Dalam sidang DPR atau MPR yang

sedang menyusun RUU atau ketetapan Majelis

harus selalu didukung oleh suasana yang aman,

tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya. Hal ini

tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang

tanpa membuat gaduh suasana sidang, baik di

dalam maupun di luar sidang.

Apabila di dalam pelaksanaan undang-undang

yang telah ada dan disahkan oleh pihak berwenang

seperti yang dikemukakan di atas terdapat undang-

undang yang tidak mengakomodasi aspirasi

masyarakat Indonesia, maka undang-undang

tersebut tidak akan mungkin terlaksana dengan baik.

Oleh karena dalam pelaksanaan undang-undang

tersebut harus terdapat keinginan, harapan dan

kenyataan yang diaspirasikan oleh masyarakat itu

sendiri.

Pemerintah atau pihak yang berwenang harus dapat

menerima aspirasi rakyatnya karena pemerintah

tanpa rakyat tidak akan berarti apa-apa. Begitu

pula sebaliknya rakyat tanpa ada pemerintah yang

berdaulat tidak berarti apa-apa. Pihak yang satu

membutuhkan pihak yang lain sebagai subjek

maupun objek pelaksana undang-undang itu sendiri.

Pemerintah harus memperhatikan, menindaklanjuti

aspirasi-aspirasi masyarakatnya dengan

bertanggung jawab.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat

dalam mengawal untuk memastikan terbitnya

peraturan bupati/walikota tentang DGP yaitu:

1. Lokakarya penyamaan persepsi (Analisis kesenjangan DGP dan Alternatif pendanaan)

Tujuan lokakarya ini adalah penyatuan persepsi

dan orientasi stakeholder tentang penghitungan

DGP dalam pemenuhan standar pelayanan

minimum.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• TeridentifikasinyaStakeholderpendidikan

dalam wadah MSF pendidikan;

101www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• MelaluiMSFStakeholderdapatmemahami

isu-isu berkaitan dengan pedidikan

khususnya DGP;

• Adanyarekomendasitentangstrategi

pengawalan hasil penghitungan DGP.

2. Diskusi tematik DGP (Penguatan Kemampuan Analisis Forum Multi Stakeholder dalam Advokasi DGP)

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah

peningkatan dan penguatan kapasitas multi

stakeholders dan penyelenggara pendidikan

dalam advokasi DGP untuk penyelenggaraan

pendidikan dasar yang memenuhi standar

pelayanan.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• MSFsemakinmemahamiisuDGPdan

standar pelayanan pendidikan dasar.

• Lahirnyakesepakatanagendakerja

bersama dan strategi MSF dalam

mengadvokasi DGP.

• Lahirnyarekomendasistakeholder

kepada pemerintah daerah dan DPRD

dalam mempersiapkan kebijakan dalam

bentuk regulasi dan anggaran berkenaan

dengan DGP.

3. Dengar Pendapat I dengan Bupati/Walikota

Tujuan kegiatan ini meliputi:

• Membangunintensitaskomunikasiantara

MSF dengan Bupati/Walikota.

• MelaporkankepadapihakPemerintah

Kabupaten/Walikota tentang agenda kerja

MSF dalam mengadvokasi DGP.

• Menindaklanjutirekomendasistakeholder

dalam hal mempersiapkan kebijakan atau

regulasi berkenaan dengan DGP.

Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu

membentuk team penyusun Regulasi DGP.

4. Focus Group Discussion (FGD) I Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikotatentang DGP

Tujuan FGD I ini adalah untuk menyusun

draf Pertaturan Bupati/Walikota tentang

Distribusi Guru.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• LahirnyaremomendasiMultiStakeholder

Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah

dan DPRD dalam mempersiapkan kebijakan

dalam bentuk regulasi dan anggaran

berkenaan dengan DGP.

• LahirnyadrafawalRancanganPeraturan

Bupati/Walikota tentang DGP.

5. FGD II Penyusunan Draf Peraturan Bupati/Walikota

Tujuan FGD II DGP:

• MeninjaukembalidrafPeraturanBupati/

Walikota tentang DGP yang akan direvisi

• Melakukananalisasecarapartisipatif

tentang muatan draf Peraturan Bupati/

Walikota tentang DGP.

102 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Hasil yang ingin dicapai:

• DrafPeraturanBupati/Walikotadirevisi

sesuai petunjuk teknis SKB 5 Menteri

• Adamekanismepengawasandanpartisipasi

publik untuk memonitor pelaksanaannya.

• AdanyarencanakongkritbagiMSFdalam

keterlibatan perumusan kebijakan untuk

peningkatan pelayanan pendidikan di

kabupaten/kota.

6. Dengar pendapat I dengan DPRD

Tujuan kegiatan ini:

• MembangunkomunikasidenganDPRD

tentang adanya agenda kerja MSF terkait

Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP.

• MenyamakanpersepsidenganunsurDPRD

Komisi Pendidikan.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• LegitimasiAgendakerjaMSFdariDPRD

• Persamaanpersepsimengenaipentingnya

Draf Peraturan Bupati/Walikota tentang

DGP.

7. FGD III Semi Final draf Peraturan Bupati/Walikota

Tujuan FGD III yaitu:

• MeninjaukembalidrafPeraturan

Bupati/Walikota DGP yang telah direvisi

sebelumnya.

• Menyamakanpersepsipersiapandengar

pendapat dengan Bupati/Walikota dan DPRD.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• FinalisasiDraftPeraturanBupati/Walikota

• Persamaanpersepsimengenaidraft

Peraturan Bupati/Walikota DGP.

8. Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota

Tujuan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota:

• MemberikaninformasikepadaBupati/Walikota

sejauh mana draf Peraturan Bupati/Walikota ini

telah disusun.

• MendengarkanpendapatBupati/Walikota

mengenai draf Peraturan Bupati/Walikota

tersebut.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• Bupati/Walikotamemahamimaksuddan

tujuan penyusunan draf Peraturan Bupati/

Walikota tentang DGP.

• Mendapatkanmasukan/tanggapandari

Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan

Bupati/Walikota tersebut.

9. Dengar Pendapat II dengan DPRD

Tujuan kegiatan ini adalah untuk 'share' dengan

DPRD sejauh mana penyusunan draf Peraturan

Bupati/Walikota ini telah dilaksanakan.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini

adalah meminta kepada DPRD untuk membantu

MSF dalam hal pengawasan implementasi

Peraturan Bupati/Walikota di lapangan nantinya.

103www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

10. Lokakarya Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota.

Tujuan lokakarya ini adalah untuk memaparkan

proses penyusunan draf Peraturan Bupati/

Walikota tentang DGP.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini

adalah laporan tahapan-tahapan penyusunan

draf Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP.

11. FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/WalikotaDGP “Penyelarasan Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Bupati/WalikotaDGP”.

Tujuan Lokakarya ini adalah untuk melakukan

finalisasiDrafPeraturanBupati/Walikota

tentangDGP.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini :

• LahirnyaremomendasiForumMulti

Stakeholder (FMS) kepada Pemerintah

Daerah dan DPRD dalam mempersiapkan

kebijakan dalam bentuk regulasi berkenaan

dengan DGP.

• PenyempurnaandrafPeraturanBupati/

Walikota tentang DGP.

12. Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Peraturan Bupati/Walikota tentang Petunjuk Teknis Penghitungan DGP”.

Tujuan kegiatan lokakarya adalah sebagai

medium sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota

tentang petunjuk teknis penggunaan dana DGP.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• LahirnyarekomendasiMultiStakeholder

Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah

dan DPRD dalam mempersiapkan

kebijakan dalam bentuk pengawalan

regulasi berkenaan dengan DGP.

• PemaparanPeraturanBupati/Walikota

tentang DGP kepada Kepala Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Tabel Rencana dan Realisasi Kegiatan Advokasi

No Nama KegiatanPelaksanaan

Rencana Kegiatan Realisasi

1 Lokakarya Penyamaan Persepsi dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

2 Diskusi Tematik dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

3 Dengar Pendapat I dengan Bupati dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

4 FGD I Rancangan penyusunan Draf Peraturan Bupati/ Walikota tentang DGP

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

104 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

No Nama KegiatanPelaksanaan

Rencana Kegiatan Realisasi

5 FGD II penyusunan Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

6 FGD III Semi Final Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

7 FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

8 Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

9 Dengar Pendapat I dengan DPR dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

10 Dengar Pendapat II dengan DPRD dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

11 Lokakarya Perumusan Kebijakan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

12 Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Draf Peraturan Bupati/Walikota DGP”.

dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

13. Monitoring dan Evaluasi dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy

KEGIATAN PENDAMPINGAN

Tahap persiapan dan bahan penunjang

Persiapan:

Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk

penyelenggaraan pertemuan lokakarya penyusunan

DGP.

Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas

Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan

SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang

telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.

105www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lembar Kerja I: Pembuatan Peraturan

1. Identifikasiisudanmasalah:

a. ……………………………………………………………………………………………………...

b. ……………………………………………………………………………………………………...

c. ……………………………………………………………………………………………………...

d. ……………………………………………………………………………………………………...

e. ……………………………………………………………………………………………………...

2. Identikasi dasar hukum (legal baseline) dan bagaimana Perda baru dapat memecahkah

masalah:

a. ……………………………………………………………………………………………………...

b. ……………………………………………………………………………………………………...

c. ……………………………………………………………………………………………………...

d. ……………………………………………………………………………………………………...

e. ……………………………………………………………………………………………………...

Bahan penunjang:

Materi Lokakarya

106 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lembar Kerja 2. Penyusunan Naskah Akademik

I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

1.2 Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

1.3 Metode pendekatan

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

1.4 Pengorganisasian

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

..…………………………………………………………………………….……………………………..

107www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lembar Kerja 3. Penyusunan Naskah Akademik

Konsideran

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

Dasar Hukum: .…………………………………………………………………………….……………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

Ketentuan Umum: .…………………………………………………………………………….……….

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

Ketentuan Pidana: .……………………………………………………………………………….……

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

108 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

II. Ruang Lingkup Naskah Akademik

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………

III. Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan berisi:

a. ……………………………………………………………………………………………………………

b. ……………………………………………………………………………………………………………

c. ……………………………………………………………………………………………………………

3.2 Saran-saran berisi:

a ……………………………………………………………………………………………………………

b. ……………………………………………………………………………………………………………

c. ……………………………………………………………………………………………………………

IV. Lampiran/Daftar Pustaka

109www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

POKOK BAHASAN

4

● Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah)

● Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang DGP)

BAHAN PRESENTASI

Memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP).

TUJUAN PEMBELAJARAN

2

110 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Langkah 1: Identifikasi masalah• Langkah 1: Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan• Langkah 3: Penyusunan naskah akademik• Langkah 4: Konsultasi Publik• Langkah 5: Diskusi legislatif• Langkah 6: Pengesahan Perda

6

Advokasi Suplay(Langkah-langkah penyusunan kebijakan

oleh pemerintah daerah)

111www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran

55

112 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang Perencanaan

Daerah meliputi Perenca-naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)

..........

INTERGRASI DGP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

BAHAN BACAAN

Pendahuluan

Pelaksanaan program Distribusi Guru Proporsional

(DGP) yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten/

Kota merupakan suatu program yang positif dalam

rangka peningkatan dan kemudahan yang diberikan

dalam menempuh pendidikan untuk masyarakat.

Dalam Bab ini dibahas tentang perencanaan

daerah yang meliputi perencanaan jangka

menengah (RPJMD dan Renstra) dan perencanaan

tahunan (RKPD dan Renja). Selanjutnya, dibahas

tentang penganggaran daerah meliputi KUA/

PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan.

Pada akhir Bab dibahas tentang Peran Masyarakat

dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang

Pendidikan.

Perencanaan Daerah

Perencanaan daerah merupakan suatu proses

yang terus menerus yang melibatkan keputusan-

keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber

daya yang ada di daerah dengan sasaran untuk

mencapai visi dan misi di masa yang akan datang.

MODUL 5

113www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Perencanaan Daerah dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu

Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan

Tahunan. Untuk lebih Jelasnya diuraikan berikut ini.

Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)

Secara normatif penyusunan RPJM Daerah

merupakan tuntutan yuridis konstituisional dalam

melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan

serta memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat

yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang

berkembang melalui mekanisme yang berlaku guna

mewujudkan kepemerintahan yang baik.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

merupakan dokumen perencanaan resmi daerah

untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Substansi

dokumen ini mengarahkan pembangunan daerah

untuk menjawab beberapa persoalan, antara lain

arah pengembangan daerah dan sasaran yang ingin

dicapai, serta langkah-langkah yang harus ditempuh

untuk mencapai sasaran tersebut.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pernerintahan

Daerah, menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah

berkewajiban untuk menyusun Pembangunan

Jangka Menengah, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah tersebut dituangkan kedalarn dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi

dan program Kepala Daerah kedalam strategi

pembangunan daerah, kebijakan umum. program

prioritas kepala daerah, dan arah kebijakan

keuangan daerah. Adapun perencanaan jangka

menengah yaitu RPJMD dan Renstra yang akan

diuraikan berikut ini.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota dimaksudkan

untuk mernberikan arah sekaligus menjadi acuan

bagi seluruh komponen pelaku pembangunan di

daerah baik bagi pemerintah, masyarakat dan

dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

pembangunan daerah yang berkesinambungan.

Sedangkan tujuannya adalah melalui RPJMD

daerah, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat

dilakukansecaraefektif,efisien,dantepatsasaran

dalam membangun daerah yang lebih sejahtera.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari

visi, misi, dan program yang memuat kebijakan

umum pembangunan daerah, kebijakan umum

keuangan daerah, strategi dan program Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan

program kewilayahan disertai dengan rencana-

rencana kerja dalam kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Dalam Dokumen ini RPJMD memuat tentang Visi

dan Misi pembangunan dalam kurum waktu 5 tahun.

Dari RPJMD itulah terlihat agenda pembangunan

yang dapat memberikan gambaran tentang upaya-

upaya untuk memenuhi hak dasar masyarakat

yang paling utama, yaitu pendidikan dan kesehatan.

114 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan

berbagai bentuk pungutan.

Di samping itu, ketersediaan dan sebaran fasilitas

pendidikan yang kurang memadai dibandingkan

dengan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan fasilitas

ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

strata pendidikan. Kualitas penyelenggaraan

pendidikan juga membutuhkan perhatian khusus.

Kualitas dimaksud terkait dengan standar isi dan

proses pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik

dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Penyebab

ketiga adalah sikap atau wawasan masyarakat

terhadap pentingnya pendidikan.

Di kalangan petani dan nelayan, anak lebih banyak

dipandang sebagai aset produktif ketimbang

sebagai “media” investasi (melalui pendidikan).

Sikap dan wawasan ini juga tercermin dari

rendahnya pengeluaran rata-rata masyarakat untuk

pendidikan. Walau pun tetap perlu digarisbawahi

bahwa alokasi belanja yang relatif sangat kecil itu

terutama disebabkan oleh karena porsi terbesar

dari pendapatan telah terserap pada pemenuhan

kebutuhan pangan.

Sasaran kebijakan peningkatan kualitas pendidikan

antara lain:

• Pendidikan Gratis

Sasaran kebijakan ini adalah tersedianya

fasilitas dan meningkatnya kualitas

penyelenggaraan pendidikan dasar dan

menengah (SD dan setara SMP) dan yang

sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah bagi

Seperti halnya Pembangunan di Provinsi Sulawesi

Selatan yang memiliki sasaran pembangunan

daerah, yaitu peningkatan kualitas manusia yang

indikator utamanya berupa IPM, dengan demikian

memberikan gambaran bahwa dalam pencapaian

sasaran tersebut harus menjadi salah satu program

utama. Konsekuensi suatu program adalah

tersedianya anggaran dalam pelaksanaannya.

Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan contoh

RPJMD Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan

yang telah mengintegrasikan DGP di dalamnya.

Contoh Integrasi DGP dalam RPJMD

Provinsi Sulawesi Selatan

Visi Pembangunan Sulawesi Selatan untuk 5

tahun pertama RPJMD 2008-2013 “Sulawesi

Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam

Pemenuhan Hak Dasar“. Untuk mencapai visi

tersebut dijabarkan dalam misi misi pembangunan

Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2008-2013

ada 5 (lima), salah satunya adalah “meningkatkan

kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar

masyarakat”. Hak dasar yang dimaksud diantaranya

adalah layanan pendidikan yang terjangkau dan

berkualitas.

Dalam RPJMD tersebut dicantumkan agenda

pembangunan salah satuhnya adalah masalah

utama bidang pendidikan terletak pada akses

masyarakat dalam mendapatkan layanan pendidikan

dasar, khususnya dalam menuntaskan wajib belajar

sembilan tahun. Ini terkait dengan biaya yang harus

115www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

sebagian besar anak usia sekolah (6-15

tahun). Kebijakan ini diimplementasikan dalam

bentuk pembiayaan bersama penyelenggaraan

pendidikan dimaksud antara pemerintah melalui

program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Provinsi melalui APBD masing-

masing. Porsi Pemerintah Provinsi adalah

maksimun sebesar 40% dari sisi kebutuhan

dana yang tidak tercover oleh dana BOS.

• Peningkatan Kualitas Pelayanan

Pendidikan Kebijakan ini pada dasarnya bersifat

saling melengkapi dengan kebijakan pertama

dan diarahkan pada peningkatan pengetahuan

rata-rata masyarakat yang dicerminkan

antara lain oleh Rata-rata Lama Sekolah

8,5 tahun (2013). Implementasi kebijakan

ini difokuskan kepada upaya-upaya untuk

menyediakan fasilitas pendidikan, khususnya

SD dan SMP; peningkatan kualitas manajemen

sekolah; pemanfaatan teknologi komunikasi

dan informasi; perbaikan kesejahteraan dan

peningkatan kualitas guru; serta peningkatan

akses masyarakat terhadap fasilitas dimaksud,

termasuk penyediaan insentif khusus bagi

murid berprestasi, khususnya yang berasal dari

kalangan miskin, termasuk peningkatan kualitas

pendidikan dalam penanaman wawasan dan

sikap serta budaya olahraga.

• Promosi Pendidikan

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan

pemahaman dan kesadaran masyarakat

terhadap peranan pendidikan bagi peningkatan

kualitas hidup mereka (melalui peningkatan

kinerja individu).

(Sumber: RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan

2008-2013)

Rencana Strategis Daerah (Renstrada)

Dokumen Rencana Strategis Daerah (Renstrada)

adalah dokumen kerja pemerintah daerah untuk

masa kerja lima tahun mendatang. Dokumen ini

menjadi penting karena dalam masa lima tahun

tersebut, pemerintah daerah berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

sesuai dengan dokumen perencanaan ini di

hadapan DPRD.

Dokumen Renstrada ini bersifat jangka pendek dan

menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan

jangka panjang, sehingga rumusan visi, misi dan

arah kebijakan pembangunan daerah untuk lima

tahun mendatang menjadi sangat penting dan

strategis. Dokumen Renstrada memuat program-

program strategis yang dibuat berdasarkan strategi

setiap bidang.

Tujuan dan sasaran penyusunan Renstrada adalah

tersedianya suatu dokumen yang strategik dan

komprehensif yang menjamin adanya konsistensi

perumusan kondisi atau masalah daerah,

perencanaan arah kebijakan, pembuatan strategi

hingga pemilihan program strategis yang sesuai

dengan kebutuhan daerah.

Dalam Dokumen Renstrada memuat program-

program strategis yang dibuat berdasarkan strategi

di setiap bidang salah satunya adalah bidang

116 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pendidikan. Dalam penentuan program-program

utama, tentunya dipertimbangkan dengan kondisi

kemampuan daerah. Pada umumnya, pembiayaan

di sektor pendidikan bersumber dari APBD yang

terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan Keuangan, Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan pendapatan lain-lain yang sah serta

tidak menutup kemungkinan dana partisipasi

pihak ketiga sepanjang sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku. Walaupun

dalam Renstra ini tidak dicantumkan secara

konkrit besaran anggaran yang dialokasikan dalam

melaksanakan program di bidang pendidikan, akan

tetapi tentunya dalam melaksanakan program

tersebut, membutuhkan ketersediaan dana yang

cukup termasuk biaya operasionalnya. Sebagai

contoh integrasi DGP dalam Rencana Strategi

Daerah dapat dilihat contoh berikut ini.

Contoh Integrasi DGP dalam Renstra

Pemerintah Kota Makassar

Visi Pemerintah Kota Makassar Tahun 2009 sebagai

berikut : Terwujudnya Makassar sebagai Kota

Maritim, Niaga, Pendidikan yang Bermartabat dan

Manusiawi”.TerwujudnyaatmosfirPendidikanyang

kondusif dalam arti adil dan merata bagi setiap

golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan

dengan dunia kerja, yang mampu meningkatan

kualitas budi pekerti, dan yang relevan dengan

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK).

Dalam mewujudkan visi tersebut dijabarkan dalam

misi. Salah satu misi pemerintah Kota Makassar

adalah mendorong peningkatan kualitas manusia

melalui pemerataan pelayanan pendidikan,

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat. Dalam renstra tersebut dicantumkan

beberapa kebijakan dan program dalam mencapai

misi tersebut, diantaranya adalah Peningkatan

kualitas pendidikan dapat diupayakan melalui

beberapa kegiatan utama, seperti: (1) Pengadaan

sarana dan prasaran sekolah/pendidikan; (2)

Perbaikan/penyempurnaan kurikulum pendidikan;

(3) Pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik;

(4) Sosialisasi peran bidang pendidikan dalam

pembangunan sumberdaya manusia; dan (5)

Pengembangan pendidikan dan latihan kerja. Upaya

pencapaian sasaran Strategi RENSTRA Pemerintah

Kota Makassar Tahun 2004-2009 melalui program

strategi yang penerapannya dilaksanakan dalam

berbagai kegiatan dengan pembiayaan dari APBD

Kota Makassar yang terdiri atas Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan Keuangan, Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan pendapatan lain-lain

yang syah serta tidak menutup kemungkinan dana

partisipasi pihak ketiga sepanjang sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja)

Penyusunan perencanaan tahunan adalah untuk

menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan

pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor

pembangunan dan antar tingkat pemerintahan

sertamenciptakanefisiensialokasisumberdaya

dalam pembangunan daerah. Adapun perencanaan

117www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

tahunan meliputi RKPD dan Renja. Untuk lebih

jelasnya diuraikan berikut ini.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

RKPD merupakan dokumen perencanaan tahunan

daerah, dimana merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD).

RKPD mengoperasionalkan Rencana Strategis

lima tahunan menjadi Rencana Kerja tahunan dan

merupakan aksi nyata bagaimana Visi/ Misi Kepala

Daerah dan indikator kinerja daerah dicapai dari

tahun ke tahun. RKPD memuat tentang evaluasi

dari pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya,

review pelaksanaan RPJMD tahun lalu, rancangan

kerangka ekonomi daerah, program prioritas

pembangunan daerah, serta perkiraan pagu indikatif

dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan

dan pagu indikatif.

Efisiensidanefektivitaspenyelenggaraan

pemerintahan daerah sangat ditentukan oleh baik

buruknya manajemen pemerintahan, termasuk

kualitas perencanaan sebagai salah satu fungsi

di dalam manajemen. Oleh karena itu peraturan

perundangan yang mengatur tentang perencanaan,

sedemikian rupa, sehingga mampu menangkap

setiap perubahan paradigma yang berkembang.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penyusunan

RKPD dilaksanakan melalui mekanisme

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) melalui forum secara berjenjang mulai

tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/

kota dan tingkat provinsi. Dimana seluruh komponen

daerah (Pemerintah Kabupaten, DPRD, Dunia

Usaha Swasta, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat),

dituntut memberikan peranan secara nyata dan aktif.

Sehingga pada akhirnya dokumen perencanaan

yang dibuat bersama-sama menjadi milik bersama

untuk dilaksanakan bersama oleh seluruh komponen

tadi sesuai dengan fungsinya.

Maksud Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) adalah untuk memberikan landasan

bagi para penyelenggara pemerintahan dan para

pelaku/pelaksana pembangunan dalam menyusun

Rencangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan

PPAS.

Adapun tujuan umumnya adalah untuk menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan

serta mempertajam skala prioritas pembangunan di

Daerah yang dibiayai dari sumber dana APBD.

Tujuan khusus penyusunan RKPD adalah:

Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan

merupakan landasan penyusunan usulan RAPBD.

Agar seluruh urusan/program/sasaran kegiatan

dapat sejalan dengan target kinerja Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Dengan demikian, RKPD merupakan acuan dan

pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD

dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan

118 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS). Sehingga dalam

RKPD tidak dicantumkan secara detail mengenai

DGP. Untuk lebih jelasnya Integrasi DGP dalam

RKPD dapat dilihat pada contoh berikut ini.

Contoh Integrasi DGP dalam RKPD

Kabupaten Barru Tahun 2012

Dalam dokumen RKPD Kabupaten Barru Tahun

2012 tercantum bahwa penyelenggaraan

pendidikan perlu didukung dengan ketersediaan

fasilitas pendidikan berupa bangunan sekolah yang

baik pada tingkat SD/MI. SMP/MTs dan SMA/SMK/

MA. Kondisi bangunan sekolah yang baik adalah

jumlah kondisi bangunan pada jenjang SD/MI, SMP/

MTs. dan SMA/SMK/MA dalam kondisi bangunan

baik dibandingkan dengan jumlah seluruh sekolah

SD/MI, SMP/MTS dan SMA/SMK/MA.

Tujuan Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai tahun

2012, salah satunya adalah peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Untuk bidang pendidikan

antara lain; (1) Meningkatnya angka partisipasi

murni dan angka partisipasi kasar anak usia dini SD,

SLTP, dan SLTA dan angka melanjutkan sekolah, (2)

Meningkatnya kualitas guru, dan (3) Meningkatnya

proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan

setiap program dan kegiatan di bidang pendidikan,

pendanaannya bersumber dari APBD, APBN dan

sumber-sumber lainnya yang sah.

Rencana Kerja (Renja) SKPD Dinas Pendidikan

Rencana Pembangunan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renja SKPD) Dinas Pendidikan yang

selanjutnya di sebut Rencana Kerja SKPD (Renja

SKPD) Dinas Pendidikan adalah dokumen

perencanaan satuan kerja perangkat daerah.

Sebagai dokumen rencana tahunan satuan kerja

perangkat Daerah Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota, Renja DPPKA Mempunyai arti yang strategis

dalam mendukung dalam melaksanakan program

pembangunan tahunan Pemerintah Daerah di

bidang pendidikan mengingat beberapa hal sebagai

berikut :

Renja SKPD Dinas Pendidikan merupakan dokumen

yang secara subtansil penerjemahan dari visi,

Misi, dan program SKPD Dinas Pendidikan yang

ditetapkan dalam rencana strategis (Renstra)

instansi sesuai arahan operasional dalam rencana

kerja Dinas Pendidikan.

Renja merupakan acuan SKPD Dinas Pendidikan

untuk memasukkan program kegiatan ke dalam

KUA dan PPAS dan perencanaan program kegiatan

yang akan dilaksanakan dalam Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).

Renja merupakan salah satu instrument untuk

evaluasi pelaksanaan program kegiatan Dinas

Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana capaian

kinerja yang tercantum dalam rencana kinerja

tahunan sebagai wujud dari kinerja SKPD Dinas

Pendidikan.

119www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Mengingat Renja sangat penting dalam mendukung

penyelenggaraan program pembanguan tahunan

pemerintah daerah, maka sejak awal tahapan

penyusunan hingga penetapan dokumen Renja

SKPD Dinas Pendidikan harus mengikuti tatacara

dan alur penyusunannya sebagaimana tertuang

dalam peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

tentang tahapan tata cara penysunan, pengendalian

dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan

daerah.

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja SKPD) Dinas Pendidikan merupakan

dokumen perencanaan resmi SKPD Dinas

Pendidikan yang dipersyaratkan untuk mengarahkan

pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Dinas Pendidikan dan pembangunan daerah

di bidang pendidikan untuk periode 1 (Satu) tahun.

Sebagai Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang mempunyai arti strategis dalam bidang

pembangunan Daerah di bidang pendidikan. Secara

umum Renja SKPD Dinas Pendidikan diharapkan

dapat menjawab dua hal mendasar, yaitu:

Arah pelayanan yang akan dikembangkan dan yang

hendak dicapai SKPD Dinas Pendidikan dalam satu

tahun kedepan;

Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan

agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Contoh Dokumen Integrasi DGP dalam Renja

Kota Banda Aceh

RENJA-SKPD Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kota Banda Aceh merupakan pedoman

dan acuan bagi seluruh jajaran pengelola pendidikan

di Kota Banda Aceh serta instansi lainnya dalam

melaksanakan dan merumuskan kegiatan

pembangunan pendidikan selama lima tahun ke

depan (2012-2017), sehingga tercipta keselarasan

perencanaan peningkatan pelayanan dan mutu

pendidikan, baik pada tataran internal maupun

eksternal.

Renja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota

Banda Aceh tahun 2013 merupakan penjabaran

dari sasaran dan program yang ditetapkan dalam

Renstra. Renja ditetapkan pada awal tahun 2012.

Renja tahun 2013 memuat target kinerja tahun 2013

atas seluruh indikator kinerja pada tingkat kegiatan.

Realisasi program/kegiatan yang memenuhi/

tidak memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang

direncanakan pada Renja Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kota Banda Aceh tahun 2011, salah

satunya adalah Program Pendidikan Dasar 9 Tahun

adalah sebagai berikut:

Pengadaan Perlengkapan Sekolah dengan hasil

berupa tersedianya Ruang Kelas sebanyak 8

RKB dari target yang diharapkan sebanyak 8 RKB

anggaran sejumlah Rp. 1.232.744.000,- dengan

realisasi sebanyak Rp. 1.154.479.000,-

Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)

120 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil berupa

tersedianya biaya Operasional Sekolah sejumlah

23780 siswa dari target yang diharapkan sebanyak

23780 siswa dengan anggaran sejumlah Rp.

2.027.280.000,- dengan realisasi sebanyak Rp.

1.977.312.226,-

Penyedian Dana Pengembangan Sekolah

Berstandar Internasional meningkatnya jumlah

sekolah yang berstandar internasional sebanyak

3 sekolah dari target yang diharapkan sebanyak

12 sekolah anggaran sejumlah Rp. 180.350.000,-

dengan realisasi sebanyak Rp. 174.211.000,-

Pemberian beasiswa untuk siswa/santri jenjang

SD/SMP sebanyak 400 siswa dari target yang

diharapkan sebanyak 400 orang, anggaran sejumlah

Rp. 401.250.000,- dengan realisasi sejumlah

Rp. 401.200.000,-

Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)

pusat jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil

berupa tersedianya bantuan Operasional SD/SMP

sebanyak 23.780 siswa dari target yang diharapkan

sebanyak 23.780 siswa anggaran sejumlah

Rp. 10.964.675.000,- dengan realisasi sejumlah

Rp. 10.964.675.00,-

Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan hasil

meningkatnya sekolah yang memenuhi SPM

sebanyak 50 sekolah dari target yang diharapkan

sebanyak 50 sekolah dengan anggaran

Rp. 12.992.638.000,- dengan realisasi sebanyak

Rp. 1.436.899.800,-

Penganggaran Daerah (KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan)

Penganggaran Daerah merupakan suatu proses

menyusun kerangka kebijakan publik yang

memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah

dan masyarakat yang tercemin dalam pendapatan,

belanja, dan pembiayaan, dengan menggunakan

prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas,

disiplin,keadilan,efisiensi,danefektivitasanggaran.

Adapun penganggaran Daerah yang dimaksud

adalah KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD

Dinas Pendidikan. Untuk lebih jelasnya diuraikan

berikut ini.

KUA dan PPAS

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan

dokumen kebijakan daerah yang menjadi petunjuk

dan ketentuan umum, memuat kondisi ekonomi

makro daerah, kebijakan pendapatan, belanja,

pembiayaan dan strategi pencapaiannya, yang

disepakati sebagai pedoman penyusunan RAPBD.

KUA disusun dengan mengacu pada Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan

dokumen rencana kerja tahunan daerah, disusun

dengan mengacu pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) Perubahan APBD Tahun

Anggaran tertentu adalah untuk menetapkan plafon

anggaran sementara prioritas program dan kegiatan

pembangunan berdasarkan RKPD dan Kebijakan

121www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran tertentu,

sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-

SKPD) dalam proses penyusunan Rancangan

Perubahan APBD Kabupaten/Kota.

Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati,

pemerintah daerah menyusun rancangan Prioritas

dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan

sebagai berikut:

• Menentukanskalaprioritasuntukurusanwajib

dan urusan pilihan;

• Menentukanurutanprogramuntukmasing-

masing urusan; dan

• Menyusunplafonanggaransementarauntuk

masing-masing program.

Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS

yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas

paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun

anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh

TAPD bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan

PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati

menjadi PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun

anggaran berjalan.

KUA dan PPAS yang telah disepakati, masing-

masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan

yang ditandatangani bersama antara kepala

daerah dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala

daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat

menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk

menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS.

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,

penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS

dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat

yang berwenang.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

adalah rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Periode APBD meliputi

masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desember. Penyusunan

APBD dimaksudkan untuk memberikan pedoman

kepada pemerintah daerah dalam hal pengelolaan

keuangan daerah. Oleh karena itu pemerintah

daerah bertanggung jawab untuk menjalankan

APBD tersebut berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Penyusunan APBD diharapkan berpihak kepada

kepentingan masyarakat sebagai upaya untuk

mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Kepentingan masyarakat disini menyangkut

segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan

masyarakatsecaraumumbaiksecarafisikmaupun

nonfisiksepertifasilitasdanpelayanandibidang

pendidikan. Oleh karena itu untuk mengetahui

keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyat

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dapat dinilai dari seberapa besar anggaran yang

dialokasikan untuk kepentingan rakyat di bidang

pendidikan.

122 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pelayanan di sektor pendidikan merupakan salah

satu pelayanan publik yang menjadi urusan wajib

bagi pemerintah daerah. Dan sekarang ini sektor

pendidikan mendapatkan perhatian dari pemerintah

pusat dengan mengalokasikan anggaran 20% dari

APBN. Dengan anggaran tersebut diharapkan bisa

mewujudkan progran wajib belajar sembilan tahun

serta mengurangi angka anak putus sekolah.

Program tersebut dapat terwujud apabila ada

koordinasi yang baik antara pemerintah pusat

dan daerah meskipun setiap daerah mempunyai

wewenang sendiri untuk mengatur daerahnya

masing–masing termasuk di sektor pendidikan.

Beberapa daerah sudah mulai membebaskan biaya

SPP dan buku, perbaikan fasilitas gedung sekolah

serta perbaikan kesejahteraan guru. Upaya ini tidak

terlepas dari kemampuan anggaran setiap daerah.

Sebagai contoh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja

memberikan perhatian di bidang pendidikan dengan

mengalokasikan dana sebesar Rp.15,5 miliar untuk

membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat good practice berikut ini.

PRAKTIK BAIK

PENDIDIKAN GRATIS DIANGGARKAN Rp.15,5 M

Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk

membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Anggaran ini bersumber dari APBD Tana Toraja

sebesar 60 persen dan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen.

Pengelola pendidikan gratis 2013 pada Dinas Pendidikan Tana Toraja, Tato Alik, menjelaskan

besarnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama tahun 2013, sebesar Rp15,525 miliar. Dana sebesar ini akan dialokasikan

ke-305 sekolah. Dengan rincian, 228 SD dengan jumlah siswa sebanyak 37.677 orang dan SMP

76 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 15.340 siswa. ‘’Anggaran pendidikan gratis ini 60

persennya ditanggung pemerintah kabupaten sedangkan 40 persennya ditanggung pemerintah

provinsi,’’ jelas Tato. Dia mengatakan, anggaran sebesar Rp15,5 miliar ini belum termasuk biaya

123www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pendidikan gratis tingkat SMA dan SMK, yang hingga saat ini masih menunggu petunjuk

pelaksanaan dari pemerintah provinsi.

Dana pendidikan gratis SD dan SMP ini akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing

sekolah sesuai dengan jumlah siswa. ‘’Dananya akan ditransfer setiap triwulan atau tiga bulan

sekali,’’ katanya. Tato menegaskan, dengan adanya dana pendidikan gratis ini, pihak sekolah

dilarang keras melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa SD dan SMP. Sebab,

semua pembiayaan pendidikan sudah ditanggung dalam pendidikan gratis ini. Adapun item-item

yang dibiayai dari program pendidikan gratis, diantaranya ATK siswa, perangkat sekolah, dan

insentif kepala sekolah, pegawai pustakawan dan bujang sekolah. “Jika ada sekolah yang masih

melakukan pungutan kepada siswa bisa dikategorikan pungutan liar,” tegasnya.

Untuk menjaga agar penggunaan dana pendidikan gratis ini tepat sasaran, Tato mengatakan

pihak Dinas Pendidikan akan melakukan pengawasan secara ketat, baik dari sisi penggunaan

maupun pelaporan. “Kepada orang tua siswa kami menghimbau, jika masih ada sekolah yang

melakukan pungutan, segera melapor ke Dinas Pendidikan,” pungkasnya.

Alokasi Dana Pendidikan Gratis

* ATK Siswa

* Perangkat Sekolah

* Insentif Kepala Sekolah, Pegawai Pustakawan dan Bujang Sekolah

Sumber: Palopo Pos, Rabu, 13 Feb 2013, view 110 x

124 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

RKA SKPD Dinas Pendidikan

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat

(RKA-SKPD) adalah dokumen perencanaan dan

penganggaran yang berisi rencana pendapatan,

rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta

rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan

APBD.

Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD, sebagai

acuan/pedoman bagi Kepala SKPD dan SKPKD

dalam menyusun rencana kerja dan anggarannya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun

RKA-SKPD dan RKA-PPKD antara lain:

RKA-SKPD disusun dengan menggunakan

pendekatan kerangka pengeluaran jangka

menengah daerah, penganggaran terpadu dan

penganggaran berdasarkan prestasi kerja.

Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi

kerja dilaksanakan dengan memperhatikan

keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran

yang diharapkan dari pelaksanaan program dan

kegiatan serta manfaat yang diharapkan.

RKA-SKPD memuat antara lain :

Rincian anggaran Pendapatan SKPD terdiri

atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain PAD yang sah.

Rincian anggaran Belanja Tidak Langsung SKPD

antara lain gaji pokok dan tunjangan pegawai,

tambahan penghasilan PNS, belanja penerimaan

lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Khusus

untuk Sekretariat DPRD dianggarkan pula Belanja

Penunjang Operasional Pimpinan DPRD, dan lain-

lain.

Rincian anggaran Belanja Langsung menurut

program dan kegiatan SKPD.

Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan

Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang telah diatur dalam

berbagai perundangan dirasa kurang mampu

dilaksanakan sesuai dengan yang telah

ditetapkan. Perlu ditegaskan juga dalam Undang-

undang, partisipasi masyarakat diartikan sebagai

keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan

kepentingan mereka dalam proses penyusunan

rencana pembangunan. Dalam perencanaan

pembangunan, aspek yang dikaji bukan hanya

perencanaan, namun juga pada penganggaran,

pengawasan, dan pelaksanaan. Dalam perwujudan

realisasi suatu program tidak lepas dari tahap

an perencanaan dan penganggaran.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan

penganggaran tersebut mencerminkan hubungan

masyarakat sebagai penyumbang pemasukan

APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan

pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.

Usulan yang telah disampaikan masyarakat

dalam tahapan perencanaan patut direspon oleh

125www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Pemerintah sehingga kegiatan yang direalisasikan

dalam APBD merupakan wujud aspirasi masyarakat

untuk memperbaiki kesejahteraannya. Tujuan

umum yang ingin dicapai dari pelibatan masyarakat

dalam bidang perencaaan dan penganggaran

adalah terciptanya suatu kondisi anggaran yang

murni sehingga dapat menciptakan mekanisme

pelaksanaan anggaran yang transparan.

Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)

Multi Stakeholder Forum (MSF) sebagai media

dalam mempertemukan antar pemangku

kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan

yang menjadi kepedulian bersama dan untuk

melakukan upaya mencapai tujuan bersama.

Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan

dari masyarakat (individu dan atau kelompok),

eksekutif, legislative, media, sektor bisnis, dan

lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama

antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk

mengembangkan proses dialogis dan membangun

kesadaran bersama dan melakukan aksi bersama.

Dalam konteks pelayanan publik, MSF ini

merupakan proses dialogis antara penyedia

layanan dan pengguna layanan untuk mencapai

suatupelayananpublikyangefektif,efisien,dan

terjangkau. Apa yang telah diupayakan oleh

pemerintah (selaku penyedia layanan publik) serta

apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku

pengguna layanan) harus diupayakan ada titik temu.

Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang

untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan

oleh masing-masing pelaku atau berbagi peran

dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling

mendukung dalam upaya perbaikan bersama.

MSF tidaklah harus merupakan pertemuan formal,

lokakarya atau bahkan merupakan organisasi atau

lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan

forum-forum terbatas yang informal. Pada tahapan

lebih lanjut, MSF bisa saja didorong menjadi

organisasi atau lembaga formal jika memang

diperlukan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan

lokal.

Peran Media

Peran media dalam perencanaan dan penganggaran

di bidang pendidikan dilakukan melalui pemantauan,

investigasi, advokasi, pengumpulan pendapat

masyarakat (poling), evaluasi, kritik/komentar,

pengawalan dan penyebarluasan informasi serta

memberi ruang bagi masyarakat banyak dalam

menyampaikan opini tentang pendidikan.

Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan

dan penganggaran di bidang pendidikan, antara lain:

• Meningkatkanwawasanmasyarakatdengan

cara menyosialisasikan visi dan misi pendidikan

dan berbagai kebijakan pokok di bidang

pendidikan yang tertuang dalam dokumen

perencanaan daerah.

• Meningkatkankesadaranmasyarakatterhadap

makna dan tanggung jawab pembangunan

di bidang pendidikan di daerahnya, sehingga

mendorong partisipasi mereka dalam proses

perencanaan/pelaksanaan/pengawasan

pembangunan di bidang pendidikan.

126 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Meningkatkanketerbukaandantransparansi

dengan menyosialisasikan kepada masyarakat

mengenai informasi dan agenda daerah

berkaitan dengan proses perencanaan

pendidikan.

• Meningkatkanpartisipasidankontribusi

pemikiran masyarakat melalui kegiatan jarring

aspirasi (poling pendapat) masyarakat berkaitan

dengan isu-isu pendidikan yang strategis,

harapan masyarakat, dan substansi-substansi

rencana pembangunan pendidikan di daerah.

• Meningkatkanakuntabilitasprosesperencanaan

dengan mempublikasikan pelaksanaan proses-

proses perencanaan pendidikan dan hasil-

hasil rumusan materi rencana dan kebijakan

daerah di bidang pendidikan untuk dikritisi dan

ditanggapi masyarakat lainnya.

• Meningkatkandemokratisasidankomitmen

daerah terhadap pengurangan kesenjangan

melalui evaluasi, kritik, dan pengawalan

terhadap isu-isu pembangunan di bidang

pendidikan yang terkait kepentingan masyarakat

marginal dan masalah kesenjangan pendidikan.

• Meningkatkansupremasihukummelalui

investigasi, pengkajian, dan advokasi terhadap

proses perumusan kebijakan publik dan

penganggaran daerah di bidang pendidikan.

• Meningkatkanefisiensidanefektifitas

pemerintah daerah dalam perencanaan

dan penganggaran pembangunan di

bidang pendidikan melalui pemantauan dan

pengawasan, kajian dan kritik/masukan,

sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh

proses perencanaan dan penganggaran

pembangunan di bidang pendidikan serta hasil-

hasil yang dicapai.

Praktik yang Baik:

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan

penganggaran pembangunan daerah di Kabupaten

Pati.

Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten

yang telah mencoba menerapkan proses partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan dalam bidang

perencaaan. Kabupaten Pati dipilih sebagai 'good

practice karena Kabupaten Pati merupakan

kabupaten pertama di Indonesia yang mencoba

menerapkan pelibatan masyarakat bukan hanya

pada tahapan perencanaan, namun juga pada

tahapan penganggaran daerah. Proses pelaksanaan

melibatkan PERFORM Project untuk tahapan

perencanaan dan Program Pendampingan Anggaran

Kinerja oleh BIGG (Building Institutions for Good

Governance). Uji coba penerapan perencanaan

partisipatif Kabupaten Pati dilaksanakan sejak tahun

2002 dengan mengambil tiga kecamatan sebagai

sampelnya awal yaitu Kecamatan Tayu, Kecamatan

Pati, dan Kecamatan Juwana, dari total dua puluh

satu kecamatan yang ada.

Pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tiap

daerah tentu memiliki pengalaman berbeda

disesuaikan dengan keadaan tiap daerah yang

mempunyai ciri khas tertentu. Tahapan perencanaan

dan penganggaran di Kabupaten Pati secara

sinergis diterapkan untuk Tahun Anggaran 2003.

127www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Sejak menerapkan partisipasi masyarakat dalam

perencanaan dan penganggaran, Kabupaten Pati

menjadi salah satu kabupaten best practice.

Hal ini tidak lepas dari peran Bappeda Kabupaten

Pati yang lebih dahulu menerapkan perencanaan

dan penganggaran, bahkan sebelum dikeluarkannya

UU SPPN yang mengatur sinergisme perencanaan

dan penganggaran.

Peran Bappeda bertambah ketika Kabupaten

Pati menerapkan aturan tersendiri tentang

pelaksanaan partisipasi masyarakat, terutama

dalam perencanaan. Hal ini merupakan inovasi yang

dilakukan oleh Kabupaten Pati. Inovasi tersebut

terkait dengan metode-metode yang digunakan,

tahapan yang dilalui selama Musrenbang, dan

tatacara penentuan stakeholder Inovasi yang

dilakukan tersebut tidak lepas juga dari pengaruh

organisasi non pemerintah (Non Government

Stakeholder) yang turut mempengaruhi pola pikir

masyarakat terhadap perubahan yang terjadi.

(Wahyu Dyah Widowati, 2007).

Kegiatan Pendampingan

Tahap persiapan dan bahan penunjang:

Persiapan:

Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk

penyelenggaraan pertemuan lokakarya tentang

integrasi DGP ke dalam perencanaan dan

penganggaran di Dinas Pendidikan dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas

Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan

SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang

telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.

Bahan penunjang:

Materi Pelatihan/Lokakarya

128 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

BAHAN PRESENTASI

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

RKPD merupakan acuan dan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

● Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan

masyarakat sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.

Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan

17

129www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)

Sebagai media dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan yang menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya mencapai tujuan bersama.

18

131www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Contoh Praktik Baik Penerapan DGP

66

132 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Contoh Praktik Baik Penerapan DGP

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang contoh praktik

yang baik penerapan distribusi Guru secara

Proporsional.

PENERAPAN DISTRIBUSI GURU PROPORSIONAL DI KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN

BAHAN BACAAN

Pendahuluan

Kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan

hampir seluruh daerah di Indonesia seolah menjadi

buah simalakama, pemenuhan kuantitas dan

kualitasnya menjadi suatu keniscayaan sementara

beban anggaran dalam proses pemenuhan tersebut

menjadi tantangan terberat bagi daerah di era

desentralisasi ini terutama bagi dengan APBD

rendah.

Program distribusi guru secara proporsional

(DGP) Kinerja, mempunyai praktek baik dalam

mengimplementasikan program DGP tersebut di

Kabupaten Luwu Utara dengan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

• Sosialisasidanberbagiparktikyangbaik

tentang Sirkulasi guru, pengenalan manajemen

PTK, penyamaan persepsi, dan membangun

komitmen antar stakeholder.

• Pelatihanpengolahandatabasependidikdan

tenaga kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati

Web

MODUL 6

133www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Pengolahandatabasependidikdan

kependidikan, database pendidik dan tenaga

kependidikan , SIM-NUPTK dan Padati Web

• Analisismanajemenpendidikdantenaga

kependidikan.

• Pendampinganperumusanrekomendasi

kebijakan.

• Penyampaianperumusanrekomendasikepada

Bupati/Walikota dan atau stakehoder pendidikan

• Advokasidanpendampinganpenganggaran

replikasi.

• Pilotingimplementasisirkulasiguru.

• Monitoringdanevaluasi.

Hasil Analisa Kebutuhan Pendidik di Luwu Utara

A. Pendahuluan

Sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-2014

di bidang pendidikan ditujukan untukpeningkatan

akses masyarakat terhadap pendidikan dan

peningkatan mutu pendidikan, antara lain ditandai

penurunan jumlah penduduk buta huruf (4,18% di

tahun 2014), peningkatan secara nyata persentase

penduduk yang dapat menyelesaikan program

wajib belajar 9 tahun dengan indikator lama sekolah

rata-rata 8,25 tahun di tahun 2014 dan pendidikan

lanjutan sertaperkembangan positif pendidikan

kejuruan yang ditandai oleh peningkatan jumlah

tenaga terampil.

Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas,

terjangkau,relevan,danefisienmenujupertumbuhan

kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran

budi pekerti,dan karakter bangsa yang kuat.

Pembangunan bidang pendidikan diarahkan

demitercapainya pertumbuhan ekonomi yang

didukung keselarasan antara ketersediaantenaga

terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan

lapangan kerja ataukewirausahaan dan 2) menjawab

tantangan kebutuhan tenaga kerja.

Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang

pendidikan dalam RPJM 2010-2014 antara lain:

1. Pengelolaan: Pemberdayaan peran kepala

sekolah sebagai manajer sistem pendidikan

yang unggul, revitalisasi peran pengawas

sekolah sebagai entitas quality assurance,

mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk

menjamin keterlibatan pemangku kepentingan

dalam proses pembelajaran, dan Dewan

Pendidikan di tingkat Kabupaten;

2. Kualitas: Peningkatan kualitas guru, pengelolaan

dan layanan sekolah, melalui: 1) program

remediasi kemampuan mengajar guru; 2)

penerapan sistem evaluasi kinerja profesional

tenagapengajar;3)sertifikasiISO9001:2008

di 100% PTN, 50% PTS, 100% SMK sebelum

2014; 4) membuka luas kerja sama PTN

dengan lembaga pendidikan internasional;

5) mendorong 11 PT masuk Top 500 THES

pada 2014; 6) memastikan perbandingan

guru-muriddisetiapSD/MIsebesar1:32dan

disetiapSMP/MTs1:40;dan7)memastikan

tercapainya Standar Nasional Pendidikan (SNP)

bagi Pendidikan Agama dan Keagamaan paling

lambat tahun 2013.

134 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Rencana aksi pemerintah bidang pendidikan

tidak terlepas dari “kinerja pendidikan” yang

telah diatur dalam peraturan perundangan

sebelumnya, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang

bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi

peserta didik, dan peningkatan kinerja pendidik

dan tenaga kependidikan serta penyelenggara

pendidikan baik pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat. Dukungan bagi peserta didik tertuang

dalam pasal 11 ayat (1), bahwa pemerintah dan

pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

pendidikan bermutu bagi setiap warga negara

tanpa diskriminasi; dan wajib menjamin tersedianya

dana bagi penyediaan pendidikan untuk setiap

warganegara yang berusia 7-15 tahun. Untuk

pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan

dalam satuan pendidikan diatur pada pasal 41 terdiri

dari ayat (1) Pendidik dan tenaga kependidikan

dapat bekerja secara lintas daerah, ayat (2)

Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran

pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh

lembaga yang mengangkatnya berdasarkan

kebutuhan satuan pendidikan formal, dan ayat

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik

dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk

menjamin terselenggaranya pendidikan yang

bermutu.

Selanjutnya sebagai pendukung dalampenataan

guru diterbitkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, seperti ditegaskan dalam

Pasal 24, 25 dan 28 bahwa 1) pemerintah wajib

memenuhi kebutuhan guru baik dalam jumlah,

kualifikasiakademik,maupundalamkompetensi

secara merata untuk menjamin keberlangsungan

satuan pendidikan usia dini jalur pendidikan

formal dan pendidikan dasar dan menengah yang

diselenggarakan oleh Pemerintah, 2) pengangkatan

dan penempatan guru dilakukan secara obyektif

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 3)

guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah

daerah dapat dipindahtugaskan antar provinsi, antar

kabupaten/antar kota, antar kecamatan maupun

antar satuan pendidikan karena alasan kebutuhan

satuan pendidikan dan atau promosi, 4) guru yang

diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah

dapat mengajukan permohonan pindah tugas baik

antar provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar

kecamatan maupun antar satuan pendidikan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Implementasi awal kebijakan penataan pendidik

dan tenaga pendidik, Departemen Pendidikan

Nasional Tahun 2007 menerbitkan Permendiknas

No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan pada huruf B mengenai Pelaksanaan

Rencana Kerja; angka 6: bidang pendidik dan

tenaga kependidikan yang berisi tentang (a) sekolah/

madrasah menyusun program pendayagunaan

pendidik dan tenaga kependidikan, (b) program

pendayagunaan dengan kriteria antara lain: 1)

disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, 2) dikembangkan

sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah termasuk

pembagian tugas, mengatasi kekurangan

tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan

pengembangan profesi bagi setiap pendidik

dan tenaga kependidikan serta menerapkannya

secara profesional, adil dan terbuka, (c)

135www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan

tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah/

madrasah, (d) sekolah/madrasah perlu mendukung

upaya seperti: 1) promosi pendidik dan tenaga

kependidikan berdasarkan azas kemanfaatan,

kepatutan dan profesionalisme, 2) pengembangan

pendidikdantenagakependidikandiidentifikasi

secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu,

kebutuhan kurikulum dan sekolah/madarasah,

3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan

dengankebutuhanjumlahmaupunkualifikasinya

dengan menetapkan prioritas, dan 4) mutasi

tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain

didasarkan pada analisis jabatan yang disertai

dengan orientasi tugas.

Sehubungan dengan adanya penghentian

sementara pengangkatan CPNS yang dilakukan

pemerintah sejak tahun 2010 sebagai akibat

ketidakseimbangan belanja tidak langsung dengan

belanja langsung, karena berdasarkan data

sebagian besar Pemerintah Daerah Kabupaten/kota

alokasi APBD terbesar digunakan belanja pegawai

yaitu berkisar 70-80% dan sisanya untuk belanja

diluar pegawai (modal dan operasional).Untuk

meningkatkan penggunaan APBD agar digunakan

untuk belanja operasional dan modal, sehingga

pemerintah daerah tidak dapat mengangkat CPNS

fungsional (misalnya guru) dengan mengoptimalkan

ketersediaan guru PNS. Sejalan dengan moratorium

CPNS tersebut, pemerintah melalui 5 kementrian

yang terdiri dari Kementrian Pendidikan Nasional

(No.05/X/PB/2011), Kementrian Agama (No.11

Tahun 2011), Kementrian Keuangan (No.158/

PMK.01/2011), Kementrian Dalam Negeri (No.

48 Tahun 2011, dan Kementrian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (No.

SPB/03/M.PAN-RB/10/2011) membuat peraturan

bersama tentang penataan dan pemerataan guru

PNS. Sesuai dengan amanat Peraturan Bersama

5 Menteri tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2),

Gubernur, Bupati/Walikota bertanggung jawab dan

wajib melakukan penataan dan pemerataan guru

PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan

antar jenis pendidikan di satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah provinsi atau

kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan

guru PNS. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat

(3) dan (4) bahwa Gubernur, Bupati/Walikota

mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan

guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru

PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan

antar jenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai

dengan kewenangannya, ayat (5) Gubernur

mengkoordinasikan dan memfasilitasi antar

satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis

pendidikan sesuai kebutuhan dan kewenangannya

untuk penataan guru antar kabupaten/kota

dalam satu wilayah provinsi. Dalam melakukan

penataan dan pemerataan guru PNS antar

satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis

pendidikan berdasarkan pada analisis kebutuhan

dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan

standarisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan Nasional (ayat 6).

Implementasi perencanaan dan penataan guru

sesuai dengan Peraturan Bersama 5 Menteri dimulai

2 Januari 2012 dan secara efektif berakhir 31

Desember 2013, meskipun dalam peraturan tersebut

pada Februari tahun berjalan Bupati/Walikota sudah

136 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

mengirimkan usulan perencanaan dan penataan

guru PNS kepada Gubernur.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam menganalisa data

DGP adalah metode sederhana dengan memakai

data sekunder yang tersedia dan diolah dengan

aplikasi SIMPK (Sistem Informasi Manajemen

Pendidikan Kabupaten). Aplikasi SIMPK berbasis

Microsoft Excell dikembangkan oleh Program

Decentralized Basic Education (DBE-1, USAID-RTI)

dan digunakan lebih lanjut oleh LPKIPI. Data dasar

SIMPK menggunakan data Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan yang terdapat dalam PadatiWeb,

dan NUPTK. Setiap akhir tahun ajaran (Bulan Juli-

Agustus) satuan pendidikan diwajibkan untuk

mengirimkan LI (lembar individu sekolah) yang

akan diunggah dalam sistem PadatiWeb oleh

operator Padatiwebb Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota dan selanjutnya data tersebut tersimpan

sebagai database Kementerian Dikbud,

demikian juga data NUPTK akan tersimpan dalam

SIM-NUPTK yang secara langsung terkoneksi

dengan Kementrian Dikbud. Update secara

online NUPTK dilakukan setiap saat oleh operator

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan

menggunakandukungandataofflineNUPTK.

Dengan data resmi, valid dan terus menerus

diperbaharui yang diolah dengan aplikasi SIMPK

diperoleh hasil DGP yang mendekati kondisi

nyata. Proses analisa data sangat cepat dengan

menggunakan “tool-pivot” yang terdapat dalam

Microsoft-Excell melalui pendekatan “drag and

drop”. Tim Teknis Dinas Pendidikan telah dilatih oleh

LPKIPI untuk menggunakan SIMPK, dan Tim Teknis

diharapkan dapat melakukan update SIMPK setiap

tahun, karena hasilnya tidak hanya dapat digunakan

untuk melakukan distribusi guru proporsional

secara tepat, namun juga dapat digunakan untuk

menghitung kebutuhan untuk mencapai SPM

(Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar),

pemetaan sarana prasarana satuan pendidikan se-

kabupatan atau se-kecamatan, dan sebagainya.

Analisa data DGP difokuskan pada sekolah negeri

(SDN, SMPN, dan SMAN) karena sesuai dengan

PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggraan Pendidikan, maka penyelenggaraan

dan pengelolaan satuan pendidikan negeri menjadi

tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Metode penghitungan kecukupan guru SDN

dihitung beradasarkan selisih ketersediaan guru

(tidak termasuk kepala sekolah) yang mengajar di

sekolah saat ini dengan kebutuhan guru di SDN.

Ketersediaan guru dihitung berdasarkan jumlah

guru yang saat ini mengajar di SDN baik guru

berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun non

PNS. Untuk guru PNS, setiap guru dihitung sebagai

guru mengajar penuh waktu (full-time teacher),

sedangkan untuk guru non PNS, setiap guru dihitung

menurut jumlah jam mengajar. Perhitungan ini

diperlukan, karena guru PNS akan dibayar penuh

meskipun mengajar kurang dari 24 jam, sementara

guru non PNS akan dibayar sesuai dengan beban

mengajar.

Guru non PNS yang mengajar 24 jam atau lebih

per minggu, dihitung sebagai guru mengajar

penuh waktu (full-time teacher), sedangkan guru

non PNS yang mengajar kurang dari 24 jam per

minggu, dihitung menurut rasio jumlah jam mengajar

137www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

terhadap 24 jam per minggu. Misalnya seorang guru

mengajar 12 jam per minggu, maka guru tersebut

dihitung 0,5 Setara Mengajar Guru Penuh Waktu

(Full-time Teacher Equivalent - FTE).

Metode perhitungan guru mata pelajaran juga

digunakan untuk jenjang SMPN dan SMAN.

C. Hasil

Hasil analisa SIMPK dapat dilihat sampai tingkat

unit satuan pendidikan dan satuan individu guru.

Namun demikian, hasil SIMPK ini yang telah

disepakati bersama stakeholder terkait adalah

dalam 3 Kecamatan pilot proyek, karena data LI

Tahun2011sudahdiverifikasidandataNUPTK

Tahun 2011.

1. Pemetaan kelebihan guru kelas dan mapel per kecamatan pilot proyek DGP Jenjang SDN.

Penetapan lokasi pilot proyek DGP pada

awalnyaberdasarkantopografidankelengkapan

data yang dianalisis, sehingga diperoleh 3

kecamatan yaitu:

a. Daerah Perkotaan diwakili oleh Kecamatan

Sukamaju

b. Daerah pegunungan diwakili oleh Kecamatan

Sekko

c. Daerah pesisir diwakili oleh Kecamatan

Malangke Barat

Hasil pemetaan kelebihan dan kekurangan

guru kelas SD Negeri yang terdapat dalam 3

kecamatan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas

Kecamatan JumlahSekolah

JumlahRombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru

Non PNS

Total Guru

Lebih/kurang Guru

Lebih/Kurang

Guru PNS

% Kecukupan

Kecamatan Malangke

Barat18 141 63 118 181 37 -78 126%

Kecamatan Sekko 19 117 37 42 79 -38 -80 68%

Kecamatan Sukamaju 27 207 102 85 187 -22 -105 89%

Total 64 459 202 245 447 -23 -263 95%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan

2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi

3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

138 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Menurut tabel dan gambar di atas, informasi yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Di semua kecamatan terdapat kekurangan

guru kelas PNS, kekurangan guru kelas paling

banyak terjadi pada Kecamatan Sukamaju,

kekurangan guru kelas diminimalisir dengan

bantuan guru kelas non PNS, namun di

Kecamatan Sukamaju masih terdapat

kekurangan guru kelas sebanyak 22 orang.

Demikian juga untuk Kecamatan Sekko terdapat

kekurangan 74 guru kelas PNS dan dengan

bantuan guru kelas Non PNS masih terdapat

kekurangan 32 orang.

b. Kecamatan Malangke Barat kekurangan 78

orang guru PNS, akan tetapi dengan adanya

bantuan guru kelas non PNS kegiatan proses

belajar mengajar di sekolah berlangsung normal,

bahkan jumlah guru kelas non PNS masih

kelebihan 37 orang guru kelas non PNS.

c. Secara kuantitatif jumlah kekurangan guru kelas

PNS di Kecamatan Sukamaju paling banyak,hal

ini disebabkan jumlah SDN dan jumlah rombel

paling banyak diantara 2 kecamatan lain

dalam lokasi program DGP yaitu sebesar 1,9

kali lipat jumlah rombel di Kecamatan Sekko

atau 1,5 kali lipat jumlah rombel di Kecamatan

Malangke Barat. Akan tetapi, jika dilihat dari

rasio kecukupun guru kelas baik PNS dan Non

PNS, makakecamatan paling kurang kecukupan

guru kelasnya adalah Kecamatan Sekko, karena

Kecamatan Sekko ketersediaan guru kelas

baru tercukupi 71% dari total kebutuhan guru

kelasnya.

Pemetaan guru mata pelajaran Penjaskes per

kecamatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Gambar 1. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas

■ Kec. Sukamaju - Non PNS; -105

■ Kec. Malangke Barat - Non PNS; -78

■ Kec. Sekko - Non PNS; -80

■ Kec. Malangke Barat + Non PNS; 37

■ Kec. Sukamaju + Non PNS; -22

■ Kec. Sekko + Non PNS; -38

■ Kec. Sukamaju ■ Kec. Sekko ■ Kec. Malangke Barat

-120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40

139www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel Penjaskes

Kecamatan JumlahSekolah

JumlahRombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru

Non PNS

Total Guru

Lebih/kurang Guru

Lebih/Kurang

Guru PNS

% Kecukupan

Kecamatan Malangke

Barat18 141 6 19 25 6 -17 142%

Kecamatan Sekko

19 111 1 3 4 -10 -17 20%

Kecamatan Sukamaju

27 207 7 17 24 0 -26 99%

Total 64 459 14 39 53 -2 -60 95%

Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel PAI

Kecamatan JumlahSekolah

JumlahRombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru

Non PNS

Total Guru

Lebih/kurang Guru

Lebih/Kurang

Guru PNS

% Kecukupan

Kecamatan Malangke

Barat18 141 10 11 21 0 -13 102%

Kecamatan Sekko

19 111 0 1 1 -13 -19 5%

Kecamatan Sukamaju

27 207 17 13 30 0 -18 100%

Total 64 459 27 25 52 -13 -50 78%

Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

140 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Menurut data rasio kecukupan guru mata pelajaran

Penjaskes dan PAI masih terdapat kekurangan guru

mapel PNS, namun dengan bantuan guru mapel

non PNS kekurangan guru mapel di Kecamatan

Sukamaju dan Kecamatan Malangke Barat dapat

dicukupi kekurangannya, sedang Kecamatan Sekko

masih kekurangan guru mapel Penjaskes maupun

PAI.

Informasi sangat kasar tersebuthanya bermanfaat

untuk melihat secara umum jumlahkekurangan

atau kelebihan guru kelas atau guru mapel, namun

tidak dapat digunakan untuk melakukan kegiatan

perencanaan serta penataan guru kelas dan mapel

secara rinci. Mengapa demikian? Karena tidak jelas

lokus atau satuan pendidikan yang terjadi kelebihan

atau kekurangan, sebab basis penataan guru

kelas terdapat di dalam satuan pendidikan. Oleh

karena itu, analisa lebih dalam dilakukan per satuan

pendidikan di dalam kecamatan.

2. Pemetaan guru kelas SDN per satuan pendidikan per kecamatan

a. Kecamatan Malangke Barat Analisa data pada tingkat satuan pendidikan

di lingkup Kecamatan Malangke Barat

sangat bervariasi dan dapat digolongkan

menjadi 4 kategori, yaitu:

1) Kategori pertama: Kekurangan guru

kelas/mapel PNS dan Non PNS;

2) Kategori kedua: Kekurangan guru kelas/

mapel PNS dan dicukupi oleh guru

kelas/mapel Non PNS;

3) Kategori ketiga: Kekurangan guru

kelas/mapel PNS dan dicukupi bahkan

kelebihan guru kelas/mapel Non PNS;

4) Kategori keempat: Kelebihan guru kelas/

mapel PNS atau telah tercukupi dan

kelebihan guru kelas/mapel Non PNS.

Sebaran data kekurangan dan kelebihan guru kelas

dapat dilihat dalam tabel berkut ini.

Tabel 4. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/kurang GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 142 POMBAKKA 10 1 4 5 -5 -9 50%

SDN 157 KALITATA 13 1 10 11 -2 -12 83%

SDN 158 LIMBONG WARA 7 1 5 6 -1 -6 86%

SDN 159 PEMBUNIANG 6 2 4 6 0 -4 96%

SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 3 3 6 0 -3 100%

SDN 146 WAELAWI 6 3 4 7 1 -3 117%

141www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/kurang GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 147 LABBU 6 3 5 8 2 -3 133%

SDN 149 BAKU-BAKU 11 7 6 13 2 -4 118%

SDN 150 PAO 12 4 10 14 2 -8 117%

SDN154LAYARPUTIH 6 4 4 8 2 -2 133%

SDN 156 RANTELANGI 6 0 8 8 2 -6 133%

SDN 155 URUKUMPANG 6 4 5 9 3 -2 150%

SDN 152 CENNING 6 5 5 10 4 -1 163%

SDN 160 LANDUNG DOU 7 3 9 12 4 -4 157%

SDN 143 ARUSU 6 3 8 11 5 -3 175%

SDN 151 PENGKAJOANG 7 6 6 12 5 -1 171%

SDN 153 MATTIROWALIE 14 8 13 21 6 -6 145%

SDN 148 AMASSANGAN 6 5 9 14 8 -1 233%

Total 141 63 118 181 37 -78 126%

Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Berdasarkan tabel di atas, dapat diinformasikan

bahwa;

1) 3 SDN yang mengalami kekurangan guru kelas

PNS terbanyak disebabkan jumlah guru kelas

PNSnya paling sedikit, yaitu 1 orang guru kelas

PNS berarti sisanya non PNS. Guru kelas

non PNS ini mengajar 4-10 rombel. Dengan

adanya guru kelas non PNS yang tidak memiliki

ikatan kuat dengan satuan pendidikan, apabila

terdapat kesempatan bekerja diluar satuan

pendidikan tersebut, seperti satuan pendidikan

lain atau diluar bidang pendidikan, maka guru

kelas tersebut akan mudah berpindah keluar

dari satuan pendidikan bersangkutan dan

dampaknya proses PBM sangat rentan dalam

kestablian.

2) Temuan menarik di SDN 156 Rantelangi, semua

guru kelas berstatus non PNS dan hanya kepala

sekolahnya yang PNS. Fakta ini wajib menjadi

perhatian Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu

Utara, perlu adanya distribusi guru PNS ke

satuan pendidikan tersebut.

142 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3) Jumlah guru kelas PNS terbanyak di SDN 153

Mattirowalie yaitu 8 orang, namum dengan

adanya rombel yang melebihi ketersediaan guru

kelas PNS sehingga sekolah tersebut masih

kekurangan guru kelas PNS dan kekurangan

guru kelas PNS dicukupi dengan adanya guru

kelas non PNS yang berlebihan. Fakta ini juga

perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah,

karena dalam operasionalisasi guru kelas non

PNS menggunakan dana BOS APBN yang

seharusnya 80%-nya digunakan diluar honor

guru kelas non PNS atau sukwan.

Berdasarkan informasi di atas, dapat dilihat bahwa:

1) 3 satuan pendidikan atau 16,7% satuan

pendidikan mengalami kekurangan guru kelas

PNS dan bantuan guru kelas Non PNS masih

belum mencukupi. Kekurangan terbesar guru

gelas terdapat di SDN 157 Kalitata sejumlah 12

orang, SDN 142 Pombakkasebanyak 9 orang

dan SDN 158 Limbong Wara sejumlah 6 orang.

2) 2 satuan pendidikan atau 11,1% satuan

pendidikan kekurangan guru kelas PNS,

namun dengan bantuan guru kelas Non

PNS, kekurangan tersebut telah tercukupi

sehingga proses belajar mengajar belum perlu

dikawatirkan.

3) 13 satuan pendidikan atau 72,2% satuan

pendidikan belum tercukupi guru kelas PNSnya,

tetapi dengan bantuan guru kelas non PNS

proses PBM dapat berjalan normal bahkan

terdapat kelebihan guru kelas Non PNS sampai

8 orang, sepertidi SDN 148 Amassangan.

Untuk guru mata pelajaran Penjaskes per satuan

pendidikan dalam lingkup Kecamatan Malangke

Barat, hasil pemetaannya terdapat dalam tabel

di bawah ini.

Gambar 2. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas

■ Series 1 Kategori 4; 0

■ Series 1 Kategori 3; 13

■ Series 1 Kategori 2; 2

■ Series 1 Kategori 1; 3

143www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/kurang GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 142 POMBAKKA 10 -2 -2 0%

SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 -1 -1 0%

SDN 146 WAELAWI 6 -1 -1 0%

SDN 157 KALITATA 13 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 159 PEMBUNIANG 6 -1 -1 0%

SDN 149 BAKU-BAKU 11 0 2 2 0 -2 88%

SDN 150 PAO 12 0 2 2 0 -2 88%

SDN 152 Cenning 6 0 1 1 0 -1 75%

SDN 143 ARUSU 6 0 2 2 0 -1 100%

SDN 147 LABBU 6 0 1 1 0 -1 100%

SDN 151 PENGKAJOANG 7 0 1 1 0 -1 100%

SDN 153 MATTIROWALIE 14 1 1 2 0 -1 100%

SDN154LAYARPUTIH 6 0 1 1 0 -1 100%

SDN NO 158 LIMBONG WARA 7 1 0 1 0 0 100%

SDN 156 RANTELANGI 6 1 1 2 1 0 150%

SDN 148 AMASSANGAN 6 0 2 2 1 -1 175%

SDN 155 URUKUMPANG 6 1 1 2 1 0 175%

SDN 160 LANDUNG DOU 7 1 4 5 3 0 400%

Total 141 6 19 25 6 -17 142%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

144 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Menurut informasi dalam tabel di atas, dapat diulas

sebagai berikut:

1) 5 satuan pendidikan yang kekurangan guru

mapel Penjaskes PNS dan tidak terdapat

dukungan guru mapel Penjaskes Non PNS,

dan 4 satuan pendidikan tersebut rasio

kecukupannya 0%, berarti tidak terdapat guru

mapel Penjaskes PNS maupun non PNS yaitu

di SDN 142 Pombakka, SDN 145 Lamiko-Miko,

SDN 146 Waelawi, dan SDN 159 Pembuniang.

2) 12 satuan pendidikan tidak memiliki guru mapel

Penjaskes PNS dan hanya 7 satuan pendidikan

yang dibantu oleh guru mapel Penjaskes Non

PNS, sisanya tanpa guru mapel Penjaskes.

3) 4 satuan pendidikan telah tercukupi kebutuhan

guru mapel Penjaskes PNS yaitu SDN 158

Limbong wara, SDN 156 Rantelangi, SDN

155 Urukumpang dan SDN 160 Landung Dou,

bahkan 3 satuan pendidikan diantaranya telah

kelebihan guru mapel Penjaskes Non PNS.

4) Secara keseluruhan dengan mempertimbangkan

keterlibatan guru mapel penjaskes Non PNS

terdapat kelebihan guru mapel Penjaskes.

Berdasarkan Gambar 3, sebagian besar satuan

pendidikan tercukupi kebutuhan guru Penjaskes

yaitu sebesar 44,4%, sedangkan satuan pendidikan

yang kekurangan guru mapel Penjaskes PNS dan

Non PNS sebesar 27,8%. Kekurangan guru mapel

ini dapat dicukupi melalui pendekatan redistribusi

dari sekolah berkelebihan dipindahkan ke sekolah

kekurangan guru mapel Penjaskes sesuai dengan

mengikuti kriteria DGP. Kelebihan guru penjaskes

bukan berstatus PNS, akan menemukan kesulitan

Gambar 3. Persentase Guru Mapel Penjaskes per Kategori

■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4

■ Series 1 Kategori 1 5 27,8%

■ Series 1 Kategori 4

4 22,2%

■ Series 1 Kategori 3 1 5,6%

■ Series 1 Kategori 2 8 44,4%

145www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pada saat melakukan redistribusi guru, karena SK

yang dimiliki guru sukwan pada umumnya diterbitkan

oleh kepala satuan pendidikan bukan oleh

Pemerintah Daerah, alternatif yang bisa dilakukan

adalah melakukan himbauan redistribusi guru mapel

Penjaskes non PNS ke SDN yang kekekurangan

Tabel 6. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan

dan memiliki jarak yang berdekatan dengan sekolah

sebelumnya (SPM: jarak kurang 3 km).

Untuk pemetaan guru Pendidikan Agama Islam

per satuan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini.

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 142 POMBAKKA 10 -2 -2 0%

SDN 150 PAO 12 0 1 1 -2 -2 13%

SDN 153 MATTIROWALIE 14 0 1 1 -2 -2 13%

SDN 143 ARUSU 6 -1 -1 0%

SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 -1 -1 0%

SDN 155 URUKUMPANG 6 -1 -1 0%

SDN 159 PEMBUNIANG 6 -1 -1 0%

SDN 156 RANTELANGI 6 0 1 1 -1 -1 50%

SDN 147 LABBU 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 149 BAKU-BAKU 11 1 1 2 0 -1 100%

SDN 152 CENNING 6 1 0 1 0 0 100%

SDN154LAYARPUTIH 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 157 KALITATA 13 1 1 2 0 -1 100%

SDN 158 LIMBONG WARA 7 0 2 2 0 -1 138%

SDN 146 WAELAWI 6 2 0 2 1 1 200%

SDN 148 AMASSANGAN 6 1 1 2 1 0 200%

SDN 160 LANDUNG DOU 7 0 2 2 1 -1 200%

SDN 151 PENGKAJOANG 7 2 1 3 2 1 300%

Total 141 10 11 21 0 -13 102%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

146 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Menurut tabel diatas, terdapat 8 satuan pendidikan

yang tidak memiliki guru mapel Pendidikan Agama

Islam (PAI) baik guru PNS atau Non PNS, dan di

sisi lain 2 satuan pendidikan terdapat kelebihan

guru mapel PAI PNS sebagai contoh SDN 146

Waelanikelebihan 1 guru mapel PNS, SDN 151

Pangkajoang kelebihan 1 guru mapel PNS atau 2

guru mapel PAI (tambahan 1 guru mapel PAI Non

PNS). Analisa secara keseluruhan guru mapel PNS

PAI telah tercukupi dengan baik seperti terlihat

dalam gambar di bawah ini.

Gambar 4. Persentase Guru Mapel PAI per Kategori

■ Series 1 Kategori 1 8 44,4%

■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4

■ Series 1 Kategori 4

6 33,3%

■ Series 1 Kategori 3 1 5,6%

■ Series 1 Kategori 2 3 16,7%

147www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

b. Kecamatan Sekko

Pemetaan guru kelas SDN Kecamatan Sekko

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 234 LORE 6 0 1 1 -5 -6 17%

SDN 075 LAMBIRI 6 1 1 2 -4 -5 33%

SDN 080 POKAPPAANG 6 0 2 2 -4 -6 33%

SDN 082 KARIANGO 6 2 0 2 -4 -4 33%

SDN 070 BANA 6 2 1 3 -3 -4 50%

SDN 084 SIPULUNG 6 1 2 3 -3 -5 50%

SDN 086 LEDAN 6 2 1 3 -3 -4 50%

SDN 073 BUSAK 6 3 1 4 -2 -3 67%

SDN 076 AMBALONG 6 1 3 4 -2 -5 67%

SDN078POYAHAANG 6 0 4 4 -2 -6 67%

SDN081HOYANE 6 3 1 4 -2 -3 67%

SDN 083 MALIMONGAN 6 2 2 4 -2 -4 67%

SDN 085 RANTEDANGA 9 3 4 7 -2 -6 78%

SDN 065 RANTE KASUMMONG 6 4 1 5 -1 -2 83%

SDN 069 PADANG BALUA 6 2 3 5 -1 -4 83%

SDN 077 PEWANEANG 6 1 4 5 -1 -5 83%

SDN 079 TANETE BABA 6 3 3 6 0 -3 100%

SDN 072 TURONG 6 3 4 7 1 -3 117%

SDN 071 TANETE 6 4 4 8 2 -2 133%

Total 117 37 42 79 -38 -80 68%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

148 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Menurut tabel dan gambar di atas, menunjukkan

bahwa:

1) 95% satuan pendidikan di Kecamatan Sekko

memiliki 6 rombel dan terdapat 7 satuan

pendidikan yang cukup parah kekurangan

guru kelas PNS atau non PNS di bawah 50%,

sebagai contoh: (a) SDN 234 Lore kekurangan

5 guru kelas, (b) SDN 075 Lambiri, SDN

080 Pokappaang, dan SDN 082 Kariango

kekurangan 4 guru kelas, (c) SDN 070

Bana, SDN 084 Si Pulung, SDN 086 Ledan

kekurangan 3 guru kelas. Sedangkan 9 SD

yang lain kekurangan guru kelas PNS berkisar

3-6 orang dan dukungan guru kelas non PNS

masih sangat kurang.

2) 3 SDN atau 15% satuan pendidikan telah

tercukupi guru kelas-nya, karena bantuan guru

kelas Non PNS.

Pemetaan guru mapel Penjaskes per setiap satuan

pendidikan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 8. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Sum of Frm Rasio

SDN 065 RANTE KASUMMONG

6 -1 -1 0%

SDN 069 PADANG BALUA 6 -1 -1 0%

SDN 070 BANA 6 -1 -1 0%

Gambar 5. Persentase Guru Kelas per Kategori

■ Series 1 Kategori 1 16 84,2%

■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4

■ Series 1 Kategori 4

0 0,0%

■ Series 1 Kategori 3 2 10,5%

■ Series 1 Kategori 2 1 5,3%

149www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Sum of Frm Rasio

SDN 071 TANETE 6 -1 -1 0%

SDN 072 TURONG 6 -1 -1 0%

SDN 073 BUSAK 6 -1 -1 0%

SDN 075 LAMBIRI 6 -1 -1 0%

SDN 076 AMBALONG 6 -1 -1 0%

SDN 077 PEWANEANG 6 -1 -1 0%

SDN 079 TANETE BABA 6 -1 -1 0%

SDN081HOYANE 6 -1 -1 0%

SDN 083 MALIMONGAN 6 -1 -1 0%

SDN 085 RANTEDANGA 9 -1 -1 0%

SDN 086 LEDAN 6 -1 -1 0%

SDN 234 LORE 6 -1 -1 0%

SDN 082 KARIANGO 6 0 1 1 -1 -1 25%

SDN 084 SIPULUNG 6 0 1 1 -1 -1 42%

SDN 080 POKAPPAANG 6 0 1 1 0 -1 75%

SDN078POYAHAANG 6 1 0 1 0 0 100%

Grand Total 117 1 3 4 -11 -18 19%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

150 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Gambar 6. Jumlah Sekolah Per Kategori

Berdasarkan informasi di atas, dapat ditarik

beberapa temuan sebagai berikut:

1) 17 satuan pendidikan atau 89,5% satuan

pendidikan kekurangan guru mapel Penjaskes

PNS dan bantuan guru mapel non PNS tidak

mencukupi.

2) 2 satuan pendidikan atau 10,6% telah tercukupi

kebutuhan guru mapel Penjaskes, karena

bantuan guru mapel Penjaskes non PNS.

3) Terdapat 15 satuan pendidikan tak memiliki

guru mapel Penjaskes.Nilai kosong data guru

tersebut menunjukkan tidak terdapat data guru,

karenasetelahdiverifikasidiKecamatanSekko

oleh operator LI dan NUPTK Dinas Pendidikan,

memang tidak ada perubahan data.

Untuk pemetaan guru mapel PAI dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 9. Kelebihan dan kekurangan guru mapel PAI per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Sum of Frm Rasio

SDN 085 RANTEDANGA 9 -2 -2 0%

SDN 065 RANTE KASUMMONG

6 -1 -1 0%

SDN 069 PADANG BALUA 6 -1 -1 0%

SDN 070 BANA 6 -1 -1 0%

SDN 071 TANETE 6 -1 -1 0%

■ Series 1 Kategori 4; 1

■ Series 1 Kategori 2; 1

■ Series 1 Kategori 1; 17

■ Series 1 Kategori 3; 0

151www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Sum of Frm Rasio

SDN 072 TURONG 6 -1 -1 0%

SDN 073 BUSAK 6 -1 -1 0%

SDN 075 LAMBIRI 6 -1 -1 0%

SDN 077 PEWANEANG 6 -1 -1 0%

SDN078POYAHAANG 6 -1 -1 0%

SDN 079 TANETE BABA 6 -1 -1 0%

SDN 080 POKAPPAANG 6 -1 -1 0%

SDN081HOYANE 6 -1 -1 0%

SDN 082 KARIANGO 6 -1 -1 0%

SDN 083 MALIMONGAN 6 -1 -1 0%

SDN 084 SIPULUNG 6 -1 -1 0%

SDN 086 LEDAN 6 -1 -1 0%

SDN 234 LORE 6 -1 -1 0%

SDN 076 AMBALONG 6 0 1 1 0 -1 75%

Total 117 0 1 1 -14 -20 5%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Menurut informasi dalam tabel di atas antara lain sebagai berikut:

1) 18 satuan pendidikan atau 94,7% satuan pendidikan kekurangan guru mapel PAI PNS dan tidak terdapat

bantuan guru mapel non PNS.

2) 1 satuan pendidikan atau 5,3% telah tercukupi kebutuhan guru mapel PAI, karena bantuan guru mapel

Penjaskes non PNS.

3) Terdapat 18 satuan pendidikan tak memiliki guru mapel PAI. Nilai kosong data guru tersebut menunjukkan

tidakterdapatdatagurumapelPAI,berdasarkanhasilverifikasidiKecamatanSekkoolehoperatorLIdan

NUPTK Dinas Pendidikan, memang tidak ada perubahan data.

152 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

c. Kecamatan Sukamaju

Pemetaan guru kelas yang terdapat di satuan

pendidikan seperti terlihat dalam tabel di bawah

ini.

Tabel 10. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 182 WONOKERTO 12 2 4 6 -6 -10 49%

SDN 172 SUKAMAJU I 12 5 2 7 -5 -7 58%

SDN 167 TULUNG INDAH I 11 3 4 7 -4 -8 64%

SDN 174 SUKADAMAI 10 5 2 7 -3 -5 70%

SDN 180 RAWAMANGUN i 11 4 4 8 -3 -7 73%

SDN 177 TOLANGI 7 2 3 5 -2 -5 71%

SDN 181 RAWAMANGN II 8 6 0 6 -2 -2 75%

SDN 227 PONGKASE 6 0 4 4 -2 -6 67%

SDN 161 LAMPUAWA 6 3 2 5 -1 -3 83%

SDN179MULYOREJOII 6 4 1 5 -1 -2 83%

SDN 162 MINANGA TALLU 8 2 5 7 -1 -6 88%

SDN 176 SIDORAHARJO 10 4 6 10 -1 -6 91%

SDN 169 KETULUNGAN 7 4 3 7 -1 -3 91%

SDN 164 KALUKU 6 3 3 6 0 -3 96%

SDN 223 SUKAHARAPAN 6 2 4 6 0 -4 96%

SDN 183 SUMBER BARU 6 4 2 6 0 -2 99%

SDN 166 SAPTA MARGA 8 4 4 8 0 -4 99%

SDN 163 TAMBOKE 6 5 1 6 0 -1 100%

SDN 168 TULUNG INDAH II 10 5 5 10 0 -5 100%

SDN 185 PAOMACANG 6 2 4 6 0 -4 100%

SDN 224 LINO 6 1 5 6 0 -5 100%

153www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 173 SUKAMAJU II 12 8 5 13 1 -4 107%

SDN 170 TULUNGSARI I 6 6 1 7 1 0 117%

SDN178MULYOREJOI 9 6 4 10 1 -3 111%

SDN 165 SALULEMO 6 5 2 7 1 -1 117%

SDN 175 SUKAMUKTI 6 3 4 7 1 -3 117%

SDN 184 SUBUR 0 4 1 5 5 4 #DIV/0!

Total 207 102 85 187 -22 -105 89%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Menurut hasil analisa data tersebut mengambarkan

bahwa untuk kelebihan dan kekurangan guru kelas

SDN di Kecamatan Sukamaju adalah sebagai

berikut:

1) Kekurangan guru kelas PNS terbanyak terdapat

di SDN 182 Wonokerto (kekurangan 10 orang),

SDN 167 Tulung Indah I (kekurangan 8 orang),

SDN 172 Sukamaju I, SDN 180 Rawamangun

I (kekurangan 7 orang), SDN 227 Pongkase,

SDN 162 Minanga Tallu, SDN 176 Sidoraharjo

(kekurangan 6 orang), sedangkan SDN lain

kekurangan guru kelas PNS berkisar 1-5

orang.

Gambar 7. Persentase Guru Kelas per Kategori

■ Series 1 Kategori 1 13 48,4%

■ Series 1 Kategori 4

2 7,4%

■ Series 1 Kategori 3 0 0,0%

■ Series 1 Kategori 2 8 29,6%

■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4

154 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 11. Kelebihan dan kekurangan guru penjaskes per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 172 SUKAMAJU I 12 -2 -2 0%

SDN 176 SIDORAHARJO 10 0 1 1 -1 -2 38%

SDN 174 SUKADAMAI 10 0 1 1 -1 -2 42%

SDN 169 KETULUNGAN 7 -1 -1 0%

SDN 180 RAWAMANGUN i 11 0 1 1 -1 -2 50%

SDN 185 PAOMACANG 6 -1 -1 0%

SDN 167 TULUNG INDAH I 11 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 173 SUKAMAJU II 12 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 175 SUKAMUKTI 6 -1 -1 0%

SDN 182 WONOKERTO 12 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 166 SAPTA MARGA 8 0 1 1 0 -1 75%

SDN179MULYOREJOII 6 0 1 1 0 -1 79%

SDN 163 TAMBOKE 6 0 1 1 0 -1 83%

SDN 170 TULUNGSARI I 6 0 1 1 0 -1 83%

SDN 181 RAWAMANGN II 8 0 1 1 0 -1 83%

SDN 183 SUMBER BARU 6 0 1 1 0 -1 83%

SDN 224 LINO 6 0 1 1 0 -1 88%

SDN 165 SALULEMO 6 0 1 1 0 -1 88%

2) Di sisi lain terdapat kelebihan guru kelas

PNS yang cukup besar yaitu SDN 184 Subur

kelebihan 4 orang dan ditambah 1 orang guru

kelas non PNS, fakta ini merupakan potensi

untuk meredistribusikan guru kelas PNS internal

kecamatan.

3) Secara keseluruhan komposisi jumlah satuan

pendidikan sebagian besar yaitu 48,1%

satuan pendidikan masih kekurangan guru

kelas PNS dan dukungan guru kelas non PNS

belum mencukupi, selanjutnya 29,6% satuan

pendidikan kekurangan guru kelas PNS namun

bantuan guru kelas non PNS telah mencukupi

kebutuhan guru kelas.

Pemetaan guru mapel Penjaskes dapat dilihat dalam

tabel berikut ini.

155www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Merujuk dari informasi guru mapel di atas,

dapat digambarkan bahwa:

1) 4 SDN tidak memiliki Guru mapel Penjaskes,

disebabkan data guru penjaskes tidak ada dan

telahdilakukanverifikasidata4SDNtersebut

dan hasilnya tidak terdapat perubahan.

2) 10 satuan pendidikan kekurangan guru mapel

penjaskes PNS dan dukungan guru mapel non

PNS belum dapat mencukupi kebutuhan guru

mapel penjaskes

3) 5 satuan pendidikan telah tercukupi guru

mapel penjaskes PNS-nya, bahkan 2 satuan

SDN 161 LAMPUAWA 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 164 KALUKU 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 168 TULUNG INDAH II 10 1 0 1 0 0 100%

SDN 177 TOLANGI 7 0 1 1 0 -1 100%

SDN178MULYOREJOI 9 0 1 1 0 -1 100%

SDN 227 PONGKASE 6 0 1 1 0 -1 100%

SDN 162 MINANGA TALLU 8 1 0 1 0 0 100%

SDN 223 SUKAHARAPAN 6 0 2 2 1 -1 175%

SDN 184 SUBUR 0 0 1 1 1 0 #DIV/0!

Grand Total 207 7 17 24 0 -26 99%

Gambar 8. Jumlah Satuan Pendidikan Per Kategori

■ Series 1 Kategori 4; 5

■ Series 1 Kategori 3; 1

■ Series 1 Kategori 2; 11

■ Series 1 Kategori 1; 10

156 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 12. Kelebihan dan kekurangan guru PAI per satuan pendidikan

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 174 SUKADAMAI 10 -2 -2 0%

SDN 168 TULUNG INDAH II 10 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 172 SUKAMAJU I 12 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 176 SIDORAHARJO 10 1 0 1 -1 -1 50%

SDN178MULYOREJOI 9 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 180 RAWAMANGUN i 11 1 0 1 -1 -1 50%

SDN 182 WONOKERTO 12 0 1 1 -1 -2 50%

SDN 165 SALULEMO 6 0 1 1 -1 -1 38%

SDN 223 SUKAHARAPAN 6 0 1 1 -1 -1 42%

SDN 163 TAMBOKE 6 0 1 1 0 -1 75%

SDN 181 RAWAMANGN II 8 0 1 1 0 -1 75%

SDN 183 SUMBER BARU 6 0 1 1 0 -1 75%

SDN 167 Tulung Indah I 11 1 1 2 0 -1 88%

SDN 173 SUKAMAJU II 12 1 1 2 0 -1 88%

SDN179MULYOREJOII 6 0 1 1 0 -1 75%

SDN 161 LAMPUAWA 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 164 Kaluku 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 169 KETULUNGAN 7 1 0 1 0 0 100%

SDN 177 TOLANGI 7 0 1 1 0 -1 100%

SDN 185 PAOMACANG 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 224 LINO 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 175 SUKAMUKTI 6 1 0 1 0 0 100%

SDN 162 MINANGA TALLU 8 1 0 1 0 0 100%

SDN .166 SAPTA MARGA 8 0 1 1 0 -1 100%

pendidikan terdapat kelebihan guru mapel

Penjaskes non PNS.Pemetaan guru mapel PAI kecamatan Sukamaju

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

157www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2) 10 SDN atau 37,0% satuan pendidikan telah

tercukupi kebutuhan guru mapel PAI PNS-nya,

bahkan 1 SDN terdapat kelebihan guru mapel

PAI PNS dan 1 SDN kelebihan guru mapel PAI

non PNS. Kelebihan ini dapat digunakan untuk

redistribusi ke tempat yang kekurangan guru

mapel PAI.

Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh informasi

bahwa:

1) 9 SDN atau 33,3% satuan pendidikan

kekurangan guru mapel PAI PNS dan dukungan

guru mapel PAI Non PNS tidak mencukupi

kebutuhannya

Nama Sekolah Jumlah Rombel

Jumlah Guru PNS

Jumlah Guru Non PNS

Total Guru

Lebih/Kurang

Guru

Lebih/Kurang

GuruPNS

Rasiokecukupan

SDN 227 PONGKASE 6 1 1 2 0 0 125%

SDN 170 TULUNGSARI I 6 1 1 2 1 0 150%

SDN 184 SUBUR 0 1 0 1 1 1 #DIV/0!

Total 207 17 13 30 0 -18 100%

Keterangan:

1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS

Gambar 9. Persentase Satuan Pendidikan per Kategori

■ Series 1 Kategori 3 0 0,0%

■ Series 1 Kategori 1 9 33,3%

■ Series 1 Kategori 4

10 37,0%

■ Series 1 Kategori 2

8 29,6%

■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4

158 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Bahan pertimbangan melakukan redistribusi

guru

Kegiatan dalam melakukan redistribusi guru tidak

serta merta kelebihan guru kelas atau guru mapel

dari satuan pendidikan dipindahkan pada satuan

pendidikan yang mengalami kekurangan guru kelas

atau guru mapel, akan tetapi dengan menggunakan

2 aspek pertimbangan, yaitu: siswa dan pendidik.

a. Siswa dengan menghitung rasio siswa rombel.

1) Apabila sekolah mengalami kekurangan

guru kelas atau guru mapel dengan rasio

siswa rombel kecil (kurang dari ½ SPM

atau 16 orang per rombel) yang umumnya

ditemukan pada sekolah kecil, maka

alternatif kegiatan dengan melaksanakan

kelas rangkap (multishift grade class) atau

regrouping sekolah apabila syarat untuk

melakukan regrouping dipenuhi, misalnya

jarak antar sekolah berdekatan atau satu

halaman sekolah.

2) Apabila sekolah mengalami kekurangan

guru kelas atau guru mapel dengan rasio

siswa rombel besar (lebih dari 1 ½ SPM (48

orang per rombel), maka alternatif kegiatan

dilakukan membuat rombel baru dan

melakukan rekrutasi atau redistribusi guru

yang berkelebihan sesuai dengan kriteria

distribusi guru proporsional.

3) Apabila sekolah mengalami kekurangan

guru kelas atau guru mapel dengan rasio

siswa rombel mendekati atau sedikit di

atas SPM (± 32 orang per rombel), maka

alternatif yang digunakan melakukan

redistribusi guru kelas yang berlebihan, atau

alih fungsi guru mapel dari sekolah lain yang

berlebihan untuk menjadi guru kelas sesuai

dengan kreteria distribusi guru.

b. Pendidik dengan menghitung jumlah pendidik per jenis kualifikasi dan rentang usianya

1) Apabila terdapat kelebihan pendidik maka

perludiidentifikasikualifikasigurunya,yang

akandipindahkanadalahberkualifikasiS1

dengan umur produktif (25-55 tahun)

2) Apabilakelebihanpendidikberkualifikasi

DIII, maka perlu dicek umur pendidik

tersepbut apabila masih dalam umur 25 – 50

tahun, masih dimungkinkan mendapatkan

beasiswa atau subsidi melanjutkan ke S-1.

c. Hasil perhitungan DGP dengan mempertimbangan siswa dan pendidiknya

Dengan menggunakan metode tabulasi silang

(cross tab) antara rasio siswa rombel dengan

kekurangan guru kelas PNS maupun dengan

bantuan guru kelas Non PNS, maka dapat

dilakukan penyusunan alternatif strategi untuk

DGP. Rincian tabel cross tab dapat dilihat di

bawah ini.

159www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 13. Jumlah satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel per kecamatan

Kecamatan/Rasio Siswa Rombel

Jml. Sekolah

Jml. Guru Kls. PNS

Jml. Guru Kls. Non PNs

Total Guru Kls.

Kurang/Lebih Guru Kls.

Kurang/Lebih Guru Kls. PNS

Kec. Malangke Barat 18 63 118 181 37 -78

<16 Siswa 3 8 12 20 2 -10

<24 Siswa 10 41 70 111 25 -44

<32 Siswa 5 14 36 50 10 -24

Kec. Sekko 19 37 42 79 -38 -80

< 8 Siswa 4 6 7 13 -11 -18

<16 Siswa 7 16 15 31 -11 -26

<24 Siswa 7 12 19 31 -14 -33

<32 Siswa 1 3 1 4 -2 -3

Kec. Sukamaju 27 102 85 187 -22 -105

< 8 Siswa 1 0 4 4 -2 -6

<16 Siswa 1 2 4 6 0 -4

<24 Siswa 8 30 30 60 -13 -42

<32 Siswa 14 58 41 99 -13 -53

>32 Siswa 2 8 5 13 1 -4

Missing 1 4 1 5 5 4

Total 64 202 245 447 -23 -263

Menurut informasi di atas, fokus analisa adalah pada

rasio siswa rombel kecil yaitu:

1) 3 satuan pendidikan di Kecamatan Malangke

barat dengan jumlah kurang dari 16 siswa per

rombel, kekurangan guru PNS tidak dilakukan

redistribusi atau rekrutasi tetapi dengan

melakukan multishif grade class, dengan

meningkatkankualifikasipendidik.

2) Demikian juga di Kecamatan Sekko terdapat 11

satuan pendidikan kecil dengan jumlah siswa

per rombel kurang 16 orang dilakukan multishif

grade clas atau regrouping sekolah apabila

memenuhi syarat regrouping.

3) Untuk Kecamatan Sukamaju terdapat 2 satuan

pendidikan kecil, tindakan dapat dilakukan

seperti di 2 kecamatan lain.

Adapun sekolah kecil yang disarankan untuk

melakukan multishift grade class seperti terlihat

dalam tabel berikut ini.

160 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 14. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel sangat kecil (< 8 orang per rombel) per kecamatan

Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)

Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNS

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas

PNS

Kec. Sekko 4 6 7 13 -11 -18

SDN 070 BANA 1 2 1 3 -3 -4

SDN 072 TURONG 1 3 4 7 1 -3

SDN 075 LAMBIRI 1 1 1 2 -4 -5

SDN 234 LORE 1 0 1 1 -5 -6

Kec. Sukamaju 1 0 4 4 -2 -6

SDN 227 PONGKASE 1 0 4 4 -2 -6

Grand Total 5 6 11 17 -13 -24

Tabel 15. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel kecil (< 16 orang per rombel) per kecamatan

Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)

Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNS

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas PNS

Kec. Malangke Barat 3 8 12 20 2 -10

SDN 145 LAMIKO-MIKO 1 3 3 6 0 -3

SDN 147 LABBU 1 3 5 8 2 -3

SDN 159 PEMBUNIANG 1 2 4 6 0 -4

Kec. Sekko 7 16 15 31 -11 -26

SDN 065 RANTE KASUMMONG 1 4 1 5 -1 -2

SDN 071 TANETE 1 4 4 8 2 -2

SDN 073 BUSAK 1 3 1 4 -2 -3

SDN 077 PEWANEANG 1 1 4 5 -1 -5

SDN078POYAHAANG 1 0 4 4 -2 -6

SDN 082 KARIANGO 1 2 0 2 -4 -4

161www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)

Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNS

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas PNS

SDN 086 LEDAN 1 2 1 3 -3 -4

Kec. Sukamaju 1 2 4 6 0 -4

SDN 185 PAOMACANG 1 2 4 6 0 -4

Total 11 26 31 57 -9 -40

Untuk rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang

per rombel) tersebar di beberapa sekolah di 3

kecamatan, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 16. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang per rombel) per kecamatan

Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)

Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNS

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas PNS

Kec. Malangke Barat 5 14 36 50 10 -24

SDN 143 ARUSU 1 3 8 11 5 -3

SDN 146 WAELAWI 1 3 4 7 1 -3

SDN 155 URUKUMPANG 1 4 5 9 3 -2

SDN 157 KALITATA 1 1 10 11 -2 -12

SDN 160 LANDUNG DOU 1 3 9 12 4 -4

Kec. Sekko 1 3 1 4 -2 -3

SDN081HOYANE 1 3 1 4 -2 -3

Kec. Sukamaju 14 58 41 99 -13 -53

SDN 161 LAMPUAWA 1 3 2 5 -1 -3

SDN 163 TAMBOKE 1 5 1 6 0 -1

SDN 169 KETULUNGAN 1 4 3 7 -1 -3

SDN 170 TULUNGSARI I 1 6 1 7 1 0

SDN 172 SUKAMAJU I 1 5 2 7 -5 -7

SDN 177 TOLANGI 1 2 3 5 -2 -5

162 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)

Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNS

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas PNS

SDN178MULYOREJOI 1 6 4 10 1 -3

SDN 183 SUMBER BARU 1 4 2 6 0 -2

SDN 173 SUKAMAJU II 1 8 5 13 1 -4

SDN 175 SUKAMUKTI 1 3 4 7 1 -3

SDN179MULYOREJOII 1 4 1 5 -1 -2

SDN 182 WONOKERTO 1 2 4 6 -6 -10

SDN 162 MINANGA TALLU 1 2 5 7 -1 -6

SDN 166 SAPTA MARGA 1 4 4 8 0 -4

Total 20 75 78 153 -5 -80

Menurut tabel di atas, dapat diperoleh informasi

sebagai berikut:

1) Kecamatan Malangke Barat: permasalahan di

proses belajar mengajar di kelas ditemukan dalam

SDN 157 Kalitata karena kekurangan guru kelas

PNS sebanyak 12 orang dan bantuan guru kelas

non PNS masih terjadi kekurangan 2 orang.

2) Kecamatan Sekko: permasalahan kegiatan

PBM terjadi di SDN 081 Hoyane, karena

kekurangan 3 guru kelas PNS dan bantuan guru

kelas non PNS masih terdapat kekurangan 2 orang.

3) Kecamatan Sukamaju: terdapat 7 SDN yang

kekurangan guru kelas PNS dan dukungan guru

kelas non PNS masih terdapat kekurangan,

misalnya di SDN 182 Wonokerto (kekurangan

6 orang), SDN 172 Sukamaju I kekurangan 5

orang dan sebagainya, hal ini akan memicu

terganggunya proses PBM di sekolah.

4) Tindakan redistribusi perlu dilakukan dari

kecamatan lain yang kelebihan guru kelas

PNS atau himbauan kepada satuan pendidikan

yang kelebihan guru kelas non PNS untuk

dimobilisasikan ke satuan pendidikan yang

kekurangan guru kelas, meskipun kegiatan ini

sulit dilakukan. Alih fungsi guru mapel juga agak

kesulitan karena terdapat kekurangan guru

mapel PNS.

Untuk rasio siswa rombel besar (> 32 orang

per rombel), maka pendekatan redistribusi guru

dari satuan pendidikan yang berlebihan yang

berkualifikasiS-1danberumurproduktif,yang

akan dipindahkan pada satuan pendiddikan yang

ber rombel besar dan kekurangan guru kelas PNS.

Hasilnya hanya di temukan dalam Kecamatan

Sukamaju.

163www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Tabel 17. Satuan Pendidikan yang memiliki rombel besar (> 32 orang per rombel)

Nama Sekolah Sekolah Guru Kelas PNS

Guru Kelas Non PNs

Total Guru Kelas

Kurang/Lebih Guru

Kelas

Kurang/Lebih Guru Kelas

PNS

SDN 164 KALUKU

>32 Siswa 1 3 3 6 0 -3

SDN 165 SALULEMO

>32 Siswa 1 5 2 7 1 -1

Total 2 8 5 13 1 - 4

Pemetaan guru kelas PNS di 3 kecamatan terllihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 18. Cross tab kualifikasi pendidik dengan usia saat ini per kecamatan

Jenjang Pendidikan

[1] 26-35 th [2] 36-45 th [3] 46-50 th [4] 51-55 th [5] 56-60 th Total

Kec. Malangke Barat 21 33 14 5 5 78

04D1 1 1

05D2 10 10 2 1 3 26

07S1 11 23 12 4 1 51

Kec. Sekko 18 18 12 3 3 54

03SMA 10 8 2 20

04D1 2 2

05D2 16 3 4 1 1 25

07S1 2 5 7

Kec. Sukamaju 22 39 28 18 18 125

03SMA 2 3 3 4 12

04D1 1 1

05D2 4 15 7 7 7 40

06D3 1 1 2

07S1 17 21 17 8 6 69

08S2 1 1

Total 61 90 54 26 26 257

164 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Berdasarkan informasi di atas, dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Kecamatan Malangke Barat: (a)

sebanyak 51 orang atau 65,4% guru

kelasPNStelahberkualifikasiS-1dan

terbanyak dalam usia 26-45 tahun (34

orang), (b) sebanyak 26 orang atau

33,3%gurukelasPNSberkualifikasi

DII dan terbanyak dalam kelompok

umur 26-45 tahun (20 orang), sehingga

berpotensi untuk meningkatkan

kualifikasiS1,(c)sebanyak5orang

atau 6,4 % guru kelas PNS 5 tahun ke

depan sudah memasuki masa pensiun

sehingga perlu disiapkan penggantinya.

2) Kecamatan Sekko: (a) sebanyak 25

orang atau 46,3% guru kelas PNS

berkualifikasiDIIdansebagianbesar

berusia 26-35 tahun (16 orang), guru

ini berpotensi untuk mendapatkan

pendidikanlanjutanberkualifikasiS-1,

(b) sebanyak 20 orang atau 37,0%

gurukelasPNSberkualifikasiSMAdan

sebagian besar berumur 36-45 tahun

(10 orang), masih berpotensi untuk

mendapatkan jenjang pendidikan S-1,

(c) sebanyak 3 orang atau 5,6% guru

kelas PNS 5 tahun kedepan memasuki

usia pensiun.

3) Kecamatan Sukamaju: (a) sebanyak

70 orang atau 56% guru kelas PNS

berkualifikasiS1keatas,berpotensi

untuk dilakukan redistribusi ke satuan

pendidikan yang kekurangan guru

kelas PNS, (b) sebanyak 42 orang

atau33,6%gurukelasberkualifikasi

DII-D III, dan sebagian besar terdapat

dalam kelompok umur 36-45 tahun

(16 orang), hal ini memiliki potensi

untuk melanjutkan ke jenjang S-1, (c)

sebanyak 18 orang atau 4,4% guru

kelas PNS memasuki usia pensiun di

5 tahun mendatang sehingga perlu

dipersiapkan penggantinta.

4) Menurut kajian di awal sebagian besar

sekolah mengalami kekurangan guru

kelas PNS, sehingga sulit dilakukan

redistribusi guru kelas PNS.

4. Mekanisme untuk penetapan alternatif

strategi guru mapel SDN, SMPN dan SMAN

Basis untuk pengaturan pendidik

mapel berbasis beban kerja 24 jam

per minggu dan khusus untuk pendidik

mapel pengembangan diri (BK) dengan

menggunakan jumlah siswa 150-200 siswa

per pendidik. Mekanisme penghitungan dan

penyusunan alternatif strategi hampir sama

dengan guru kelas SDN.

D. Rekomendasi DGP Kabupaten Luwu Utara

Berdasarkan rangkaian hasil lokakarya yang

dilaksanakan selama Bulan Maret dan April

2012, dirumuskan beberapa rekomendasi,

antara lain:

1. Menindaklanjutiroad map DGP Kab. Luwu

Utara 2012-2014

165www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Penerbitan Perbup tentang perencanaan

dan penataan DGP yangdicatat dalam

lembar daerah, bahkan DPRD mengusulkan

untuk meningkatkan menjadi Perda

perencanaan dan penataan guru PNS.

3. Redistribusi guru di lakukan di dalam

wilayah kecamatan internal kecamatan lebih

dahulu sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan(ketersediaanguru,kualifikasi,

kompetensi guru, waktu mutasi, batas

usia,daerah asal, apabila masih kekurangan

guru maka dipindahkan dari Kecamatan

terdekat).

E. Saran

Berdasarkanhasilverifikasidataterdapat

kendala dalam data LI dan NUPTK, yang jika

dilakukan analisa lebih lanjut akan terjadi bias.

HasiltemuanverifikasidataLIdanNUPTK

adalah sebagai berikut:

1. Dalam data LI ditemukan (a) terdapat jumlah

siswa per kelas, tetapi tidak terdapat jumlah

rombelnya, (b) jumlah siswa sama dengan

jumlah rombel, (c) jumlah guru dalam LI

tidak sama dengan jumlah guru dalam

NUPTK.

2. Dalam data NUPTK ditemukan yaitu data

sertifikasipendidikyangkosong.

Kegiatan update data LI dan NUPTK dilakukan

terus menerus di semua kecamatan, sehingga

di tahun 2013 semua kecamatan telah memiliki

data terbaru.

166 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

BAHAN PRESENTASI

CONTOH PRAKTIK BAIKROAD MAP DGP KABUPATEN LUWU

UTARA TH 2012-1215

MONITORING DANEVALUASI DGP COMPLAIN

SURVEY

REPLIKASI 4 KECAMATAN

REPLIKASI 4 KECAMATANPILOT PROYEK 3 KECAMATAN

DISUSUN PARTISIPATIF, TRANSPARAN

PAYUNG HUKUM

PERBUB UNTUK DGP

PAYUNG HUKUM PERDA

UNTUK DGP

PENGAWALAN

LAW ENFORCEMENT

PRODUK HUKUM DGP

PENG

UATA

N SD

M

PEND

ATAA

N

PEMBANGUNAN

DATABASE

PENDIDIKAN

VERIF

IKAS

I DAT

A

UPDAT

E RUTINMEWUJUDKAN DATA

VALID DAN RIILPEMBANGUNAN JAR.

TIK DAERAH & UPTD

167www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TARGET TAHUN 2012 - MENDEKATI SPM

● Penetapan lokasi pilot proyek DGP: - Kecamatan Malengke Barat (pesisir) - Kecamatan Sekko (pegunungan) - Kecamatan Sukamaju (kota) ● Melakukan analisa untuk DGP - Validasi dan verifikasi data yang berkesinambungan (pertahun (Li) dan per minggu (NUPTK)) - Pembangunan jaringan TlK di dinas dan UPTD ● Penerbitan PERBUP tentang DGP Tingkat Kabupaten dan Tingkat Kecamatan (Th 2012 ada 3 lokasi pilot proyek) - Disusun bersama perwakilan stakeholder pendidikan - Sosialiasi produk hukum ● Monev DGP Tahun KE-1 (complain survey)

1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4

2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT

3. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/DIV

4. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I

TARGET TAHUN 2013 - MENDEKATI SPM

● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan.

● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data

pendidikan di Diknas & UPTD. [Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan

pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)]● Menggunakan sistem data terkoneksi (LAN) antara

Dikpora dengan: - BKD - BAPPEDA

1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4

2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT

1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/D4

2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I

168 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• Penyusunan MoU (Insentif, Disinsentif, Pernenuhan kuantitas dan kualitas tenaga guru sesuai SPM ) antara Ekskutif (Bupati) dengan DPRD tentang pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik di lokasi pilot project (Kecamatan Sekko, Sukamaju dan Malangke Barat).

• Penerbitan PERBUP tentang pemenuhan tenaga pendidik / DGP dan dimasukkan dalam lembar daerah.

• Redistribusi guru dilakukan di dalam wilayah kecamatan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan (ketersediaan guru, kualifikasi, kompetensi guru, waktu mutasi, batas usia, daerah asal, apabila masih kekurangan guru maka dipindahkan dari Kecamatan terdekat).

TARGET TAHUN 2014 - MENDEKATI SPM

DRAFT REKOMENDASI SEMENTARA

● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan.

● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data

pendidikan di Diknas & UPTD. [Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan

pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)].● Terbitnya PERDA tentang DGP.

1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4

2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT

1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/D4

2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I

169www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TERIMAKASIH

● Kriteria Kecamatan Pilot Project selanjutnya (Tahap-2) adalah kecamatan terdekat dengan lokasi yang menjadi daerah Pilot Project (Tahap-1).

● Pengembangan jaringan TIK (tehnologi informasi dan komputasi) di tingkat kecamatan (UPTD) dengan joint program dengan mini KPPT (Kantor Pelayanan Publik Terpadu) yang ada di tiap kecamatan.

● Pembangunan LAN dan peningkatan kapasitas SDM di Dikorda dan pembangunan sistem komputer terkoneksi di 3 kecamatan pilot project (Sekko, Sukamaju, Malangke Barat).

170 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

LAMPIRAN CLampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan DGP akan diterapkan dengan pendekatkan

KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya dengan pelatihan. Proses yang sama dipakai pada

tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk

ingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah mempunyai pengalaman tiga tahun dengan

MBS. Pada tahun ketiga pelatihan tidak begitu penting, akan tetapi seri lokakarya masih penting agar:

• Pertemuansemuapemangkukepentingandiaturdenganbaik

• Adafasilitatoryangmendorongtimuntukmenyempurnakanpenghitungannyaagarmakinadil,efisien,

transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.

Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak

melakukan fasilitasi penghitungan DGP di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk

pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga

diklat yang memasarkan pelatihan saja.

Fasilitator DGP. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai fasilitator DGP.

Sangat penting para fasilitator DGP, baik untuk fasilitasi proses penghitungan dan penyusunan DGP

maupun fasilitasi pelatihan bila dibutuhkan, menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan

tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai

fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi

pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi DGP.

Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator DGP adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun

DGP yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun

DGP. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

171www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

tersebut, khususnya Tim Penyusun DGP. Dalam praktis KINERJA-USAID, tugas fasilitasi dilaksanakan

oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan

on-the-job.

Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai:

• BagiOMPagarmemilikiacuandalammelakukanpendampinganpengelolaanDGPdidaerah

• DalampembahasanparapemimpindaerahdalamprosespenentuankebijakanpenyusunanDGP

• MultiStakeholderForum(MSF)yangdiikutsertakandalamprosespenghitunganDGPsebagaibahan

dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku

seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)

• Media(lihatjugabukuserilessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)

Proses. Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:

172 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.

Langkah 4 dapat didukung oleh training KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum dan

juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses fasilitasi

penghitungan DGP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.

Fokus training. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan training. Tujuan training adalah:

• Supayasetiappesertamemahamisubstansidankompetenuntukmelaksanakantugasnya

• Supayasetiappesertayangpernahikuttrainingsebelumnyaingatkembaliprosesnyaagardilaksanakan

makin cepat dan profesional.

Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai training dengan menguraikan

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun DGP yang ditugaskan oleh pemda,

sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.

Pengetahunan dan ketrampilan dari training

Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim

Penyusun DGP akan mempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:

1. Memahami pentingnya DGP dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah.

3. Memahami pendekatan dan konsep DGP dan cara penghitungannya

4. Memahami proses penghitungan DGP.

5. Mampu melakukan penghitungan DGP.

6. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan DGP.

7. Mampu mengintegrasikan hasil penghitungan DGP dalam perencanaandan penganggaran

daerah dan SKPD.

8. Mengetahui contoh praktik baik penerapan DGP.

Tugas fasilitator pelatihan adalah untuk menjamin Tim Penyusun DGP mampu dan siap untuk melaksanakan

tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan DGP yang efektif.

Anggota Tim Penyusun DGP termasuk:

173www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

• StafDinasPendidikanyangbertugasmenyusunrancanganAPBDbidangpendidikan,sertastafBappeda

(Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.

• WakildariSD/MI,SMP/MTsdanSMA/MA

• WakildariOrganisasiMasyarakatSipil(OMS)yangmemilikipemahamantentanglatarbelakang,

konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk

pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada pembuat

kebijakan DGP.

Uraian lampiran ini

Proses, fasilitasi dan latihan diatur dalam himpunan modul sebagai berikut:

Modul 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

Modul 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional

Modul 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Modul 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP

Modul 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran

Modul 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP

174 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi

Guru Proposional (DGP) terkait dengan peningkatan

mutu pelayanan.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan

dapat:

1. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai

Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang

Pendidik dan Tenaga Kependidikan;

2. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai

Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang

Pendidik dan Tenaga Kependidikan;

3. Memahami pengertian Distribusi Guru Secara

Proposional (DGP);

4. Memahami dasar hukum DGP dan tatakelola

beroreintasi pelayanan publik;

5. Memahami manfaat dan tantangan dalam

implementasi DGP.

POKOK BAHASAN

1. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar

Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik

dan Tenaga Kependidikan.

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang pentingnya

Distribusi Guru Proposional (DGP)

..........

Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

MODUL 1

175www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan

Tenaga Kependidikan.

3. Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional

(DGP).

4. Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi

pelayanan publik.

5. Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP.

METODE

1. Curah pendapat

2. Ceramah

3. Diskusi kelompok

4. Presentasi

5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

Waktu Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

Pemaparan Materi

20 menit Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan

20 menit Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan

20 menit Apa dan bagaimana DGP

20 menit Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik

20 menit Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Presentasi Kelompok

10 menit Penutup

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan adalah 200 menit,

dengan rincian sebagai berikut:

176 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar (10 menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

pelatihan dengan baik. Dalam hal ini Fasilitator

mencoba untuk membangkitkan semangat

peserta dengan mengajukan pertanyaan atau

pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta

untuk berpikir tentang peningkatan mutu

layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,

kompetensi dan ketersediaan pendidik dan

tenaga kependidikan yang ada.

2. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada

hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi. Sesi

pertama yaitu Mutu pelayanan pendidikan

sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)

tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sesi ke dua : Mutu pelayanan pendidikan sesuai

Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang

Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga

:Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional

(DGP), Sesi ke empat: Dasar hukum DGP

dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik.

Sesi kelima: Manfaat dan tantangan dalam

implementasi DGP

Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit)

Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan

secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1

(satu) orang Fasilitator atau narasumber masing-

masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator

(narasumber) pertama menjelaskan Mutu pelayanan

pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan

(SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sesi ke dua fasilitator (narasumber) menjelaskan

tentang mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) terkait Pendidik dan

Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga fasilitator

(narasumber) menjelaskan tentang pengertian

Distribusi Guru Secara Proposional (DGP),

tentang Sesi ke empat fasilitator (narasumber)

menjelaskan dasar hukum DGP dan tatakelola

Penutup(5 menit)

Pemaparan Materi(2x40 menit)

Diskusi/Tanya Jawab

(40 menit)

Pengantar(10 menit)

Diskusi/Tanya Jawab

(40 menit)

177www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

beroreintasi pelayanan publik. Sesi kelima fasilitator

(narasumber) menjelaskan tentang: Manfaat dan

tantangan dalam implementasi DGP.

Diskusi Kelompok (30 menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok.

2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan

dalam kelompok.

3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan.

4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas

plano.

Diskusi Kelompok (50 menit)

1. Wakil Kelompok Presentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta

Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi I dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

178 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang Pendekatan dan

Prinsip-prinsipDGP(efektif,efisien,berkeadilan,

partisipatif, akuntabel, transparan, responsif),

Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP,

Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi

Penerapan DGP dalam Program Kinerja, dan Peran

FMS dan Media dalam implementasi DGP.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan

dapat:

1. Memahami pendekatan dan prinsip-prinsip

DGP

2. Memahami pengarusutamaan isu gender

dalam DGP

3. Memahami pentingnya koordinasi antar

pemangku kepentingan dalam DGP

4. Memahami strategi penerapan DGP

5. Memahami peran FMS dan media dalam

implementasi DGP.

POKOK BAHASAN

1. Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP

2. Pengarusutamaan Isu Gender dalam DGP

......peserta memiliki

pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsip-

prinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan,

partisipatif, ......

Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional

MODUL 2

179www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

3. Pentingnya Koordinasi antar Pemangku

Kepentingan dalam DGP

4. Strategi Penerapan DGP

5. Peran FMS dan Media dalam Implementasi DGP

METODE

1. Presentasi (diseminasi)

2. Presentasi interaktif (ToT/ToF, fasilitasi

pendampingan)

3. Diskusi/tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

Waktu Pokok Bahasan

10menit Pengantar

Pemaparan Materi:

20 menit Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP

20 menit Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP

20 menit Pengtingnya Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP

20 menit Strategi Penerapan DGP.

20 menit Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Presentasi Kelompok

10 menit Penutup

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 210 menit, dengan

rincian sebagai berkut:

180 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar (10 menit)

a) Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator

mencoba untuk membangkitkan semangat

peserta dengan mengajukan pertanyaan atau

pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta

untuk berpikir tentang peningkatan mutu

layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,

kompetensi dan ketersediaan pendidik dan

tenaga kependidikan yang ada.

b) Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada

hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi.

Sesi pertama yaitu Pendekatan dan Prinsip-

prinsip DGP Sesi kedua: Pengarus Utamaan

Isu Gender dalam DG. Sesi ke tiga: Strategi

Penerapan DGP. Sesi keempat: Pentingnya

Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam

DGP Sesi kelima: Peran FMS dan Media dalam

implementasi DGP.

Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit)

Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan

secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1

(satu) orang fasilitator atau narasumber masing-

masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator

(narasumber) pertama menjelaskan Pendekatan

dan Prinsip-prinsip DGP. Sesi kedua fasilitator

(narasumber) menjelaskan tentang Pengarus

Utamaan Isu Gender dalam DGP. Sesi ketiga

fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang

Strategi Penerapan DGP, fasilitator (narasumber)

menjelaskan tentang pentingnya koordinasi antar

pemangku kepentingan dalam DGP. Sesi kelima

fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang peran

FMS dan Media dalam implementasi DGP.

Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta

untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi

penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada

'sharing' dengan peserta.

Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup Sesi I dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Presentasi Kelompok(50 menit)

Pemaparan Materi

(100 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Pengantar(10 menit)

Penutup(10 menit)

181www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Meningkatkan kapasitas pengelola data

kepegawaian dinas pendidikan dalam melakukan

perhitungan DGP dengan aplikasi SIMPK untuk

mendapatkan informasi berkaitan dengan distribusi

guru proporsional, menyusun alternatif kebijakan,

penghitungan biaya dan rekomendasi dalam laporan.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu

dengan menggunakan program

2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di

tingkat kabupaten/kota.

3. Laporan Individu yang terkumpul dapat

diverifikasiolehTimKabupaten.

POKOK BAHASAN

1. Gambaran umum program pendataan mulai dari

level SKPD sampai dengan Kementerian;

2. Jenis-jenis program pendataan yang saat ini

digunakan Kementerian;

3. Langkah-langkah dalam mengenerate data dari

NUPTK dan Dapodik agar menjadi sumber data.

4. Teknis analisa tingkat kesalahan yang telah

dilakukan sekolah.

Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian

dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan

DGP dengan aplikasi SIMPK ..........

Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

MODUL 3

182 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

METODE

1. Presentasi

2. Kerja pribadi

3. Diskusi/tanya jawab

4. Diskusi kelompok kecil untuk menggabung dan

menganalisa tingkat kesalahan data

ALAT DAN BAHAN

1. Panduan perhitungan SIMP-K untuk Distribusi

Guru Proporsional

2. SIM-NUPTK

3. Copy Dapodik/Padati Web

4. Bahan Presentasi SIMPK

5. Kerta plano 30 lembar

6. Selotip kertas

7. Gunting

8. Spidol besar permanen 1 box warna biru

9. Kamera Digital

10. LCD (+ layar) 1 buah

11. Kertas A4 1 Rim

Waktu Pokok Bahasan

30 menit Pengantar Review materi Sosialisasi

30 menit Pengenalan SIMP-K

30 menit Penyiapan data SIMP-K: Import data Dapodik/padatiWeb

45 menit Penyiapan data SIMP-K : Import data SIM-NUPTK

180 menitMatching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK

30 menit Review

150 menit Lanjutan : Matching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK

180 menit Paparan dan Praktik Review data SIMP-K

30 menit Review

300 menit Pengolahan data SIMP-K dengan pivoting

30 menit Evaluasi

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 1.035 menit, dengan

rincian sebagai berkut:

183www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar review kegiatan sebelumnya (15 menit)

1. Secara formal kegiatan dibuka oleh pimpinan

SKPD pendidikan, kepala dinas atau sekretaris

dinas pendidikan. Diharapkan, telah dilakukan

pendekatan kepada pimpinan SKPD sebelum

kegiatan workshop sehingga pidato pembukaan

akan menyemangati peserta untuk bekerja

dengan baik

2. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator

mereview kegiatan sebelumnya tentang

prinsip-prinsip dan pendekatan dalam program

DGP. Kemudian membangkitkan semangat

peserta dengan mengajukan pertanyaan atau

pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta

untuk berpikir tentang peningkatan mutu

layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,

kompetensi dan ketersediaan pendidik dan

tenaga kependidikan yang ada.

3. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada

hari pertama yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi

pertama yaitu Pengenalan SIMP-K dan Import

data Dapodik/padatiWeb, pada hari kedua

yaitu Matching data Dapodik/PadatiWeb dan

data SIM-NUPTK serta Matching data Dapodik/

PadatiWeb dan data SIM-NUPTK, pada hari

ketiga yaitu Praktik Review data SIMP-K

Pengolahan data SIMP-K dengan Pivoting

Evaluasi

Pemaparan Materi Hari Pertama

1. Fasilitator melakukana persepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

Presentasi hasil data matching

(180 menit)

Pemaparan Materi Persiapan

data dan software

(130 menit)

Matching data

(45 menit)

Pengantar dan review kegiatan sebelumnya

masing 30 menit setiap hari

(kegiatan dilakukan selama 3 hari)

Pengolahan data PTK

menggunakan pivot tabel(180 menit)

Evaluasi, RKTL dan Penutup

(30 menit)

184 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator

mereview kegiatan sebelumnya;

2. Fasilitator memulai kegiatan dengan pengenalan

tentang sistem pendataan yang ada di

lingkungan Kemendikbud dan manfaatnya;

3. Fasilitor menjelaskan teknik instalasi software

pendataan dan analisanya;

4. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk

berlatih mengisntal software SIM-PK;

5. Penjelasan pengisian data yang benar untuk

menghasilkan data yang logis;

6. Falitator mempersilahkan peserta untuk meng

import data ke dalam aplikasi;

7. Analisa tingkat kesalahan data yang telah

diinputkan;

8. Hari pertama ditutup dengan kesimpulan dari

peserta;

9. Fasilitator menyampaikan rencana materi pada

hari hari kedua.

Hari Kedua:

1. Review kegiatan hari pertama

2. Menyampaikan fokus kegiatan hari kedua

fokus pada Matching data Dapodik/PadatiWeb

dan data SIM-NUPTK dan Paparan dan Praktik

dalam Review data SIMP-K;

3. Fasilitator menampilkan contoh output SIM-

PK sesuai dengan SPM pendidik dan tenaga

kependidikan;

4. Fasilitator membandingkan data hasil olahan

SIM-PK dan dilakukan pencocokan pada amsing

maaing satuan data guru, satuan pendidikan

dan kecamatan;

5. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk

mempraktikkan dalam membandingkan data

hasil olahan SIM-PK dan mencocokan pada

masing- masing data satuan guru, satuan

pendidikan dan kecamatan;

6. Penutupan (rangkuman hari pertama dan kedua)

kemudian fasilitator menyampaikan rencana

materi hari ketiga.

Pemaparan Hari Ketiga

1. Review kegiatan hari kedua;

2. Menyampaikan fokus kegiatan hari ketiga yaitu:

Praktik Review data SIMP-K Pengolahan data

SIMP-K dengan Pivoting Evaluasi;

3. Fasilitator mengenalkan Pivot table dalam

program Excle;

4. Fasilitator secara bertahap menyampaikan

materi masing-masing; Number Formatting,

Sorting, Filtering, Summary (sum, avg, % of row,

dll),Grouping,Pivotchart,Modifikasifilesource

dan Formula (lihat materi langkah 2);

5. Fasilitator memberi contoh bagaiamana

melakukan analisa data menggunakan Pivot

Table;

6. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan

review data SIMP-K Pengolahan data SIMP-K

7. Hari terkahir ditutup dengan kesimpulan;

workshop dan fasilitator memberi tugas peserta

untuk mengumpulkan data update terkait

pendidik dan tenaga kependidikan yang akan

dianalisa pada kegiatan selanjutnya.

Profilpendidikdantenagakependidikandan

kebutuhan Distribusi Guru Proporsional merupakan

output dari Sistem Informasi Pendidikan Kabupaten

(SIMPK), dengan mengacu pada Standar Pelayanan

Minimum(SPM)kebutuhandankualifikasiguru.

185www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay

(langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi

pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah

pengawalan masyarakat di dalam memastikan

terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi

Guru Proporsional).

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan

dapat:

1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu

dengan menggunakan program;

2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di

tingkat kabupaten/kota;

3. Laporan Individu yang terkumpul dapat

diverifikasiolehTimKabupaten.

POKOK BAHASAN

1. Memahami Advokasi Suplay (Langkah-langkah

penyusunan kebijakan di sisi pemerintah

daerah);

2. Memahami Advokasi Demand (Langkah

pengawalan masyarakat di dalam memastikan

terbitnya peraturan bupati tentang Distribusi

Guru Proporsional).

........peserta memiliki

pemahaman tentang Advokasi Suplay

..........

Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP

MODUL 4

186 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

METODE

1. Presentasi interaktif

2. Simulasi (ToT dan ToF)

3. Diskusi/tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. LCD projector

2. Flipchart atau whiteboard

3. Kertas plano

4. Metaplan

5. Materi presentasi

6. Spidol besar

Waktu Pokok Bahasan

30 menit Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)

30 menit Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang Distribudi Guru Proporsional)

30 menit Diskusi dan Tanya Jawab

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 2 x 45 menit, dengan

rincian sebagai berkut:

187www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar (10 menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

lokakarya dengan baik. Dalam hal ini fasilitator

mencoba untuk membangkitkan semangat

peserta dengan memberikan ice breaking awal

dan mengajukan pertanyaan atau pernyataan

yang sifatnya menstimulasi peserta untuk

berpikir tentang advokasi kebijakan biaya

pendidikan.

2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya

yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu

penyajian materi tentang advokasi suplay dan

demand kebijakan Distribusi Guru. Sesi kedua

yaitu diskusi/tanya jawab.

Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator menjelaskan tentang Advokasi Suplay

(langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi

pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah

pengawalan masyarakat di dalam memastikan

terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi

Guru Proporsional).

Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta

untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi

penyajian. SPesi ini lebih menekankan pada

'sharing' dengan peserta.

Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan

dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Penutup(10 menit)

Pemaparan Materi

(50 menit)

Diskusi/Tanya Jawab

(30 menit)

Pengantar(10 menit)

188 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang Perencanaan

Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah

(RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan

(RKPD dan Renja), Penganggaran Daerah (KUA/

PAS, APBD, dan RKA), dan Peran Masyarakat

dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang

Pendidikan.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan

dapat:

1. Memahami perencanaan daerah meliputi

Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan

Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan

Renja);

2. Memahami penganggaran daerah (KUA/PAS,

APBD, dan RKA);

3. Memahami dan peran masyarakat dalam

perencanaan dan penganggaran bidang

pendidikan.

POKOK BAHASAN

1. Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD,

dan Renja)

Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang Perencanaan

Daerah meliputi Perenca-naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)

..........

MODUL 5

189www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

2. Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan

RKA)

3. Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan

Penganggaran bidang Pendidikan

METODE

1. Presentasi (diseminasi)

2. Presentasi Interaktif (ToT/ToF dan fasilitasi

pendampingan)

3. Diskusi/tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. LCD projector

2. Flipchart atau whiteboard

3. Kertas plano

4. Metaplan

5. Materi presentasi

6. Spidol besar

Waktu Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

50 menit Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)

Penganggaran Daerah (KUA/PPAS, APBD, dan RKA)

Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan

30 menit Diskusi dan Tanya Jawab

10 menit Penutup

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan adalah 100 menit

dengan rincian sebagai berkut:

190 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar (10 menit)

Fasilitator melakukan apresiasi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

lokakarya dengan baik.

Fasilitator juga menyampaikan desain penyajian

pada lokakarya ini yaitu tentang Integrasi DGP ke

dalam Perencanaan dan Penganggaran. Dengan

membagi dua sesi yaitu penyajian materi dan

diskusi/tanya jawab.

Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator sebagai narasumber menjelaskan materi

tentang Integrasi DGP ke dalam perencanaan dan

penganggaran.

Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)

Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya

jawab.

Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan

dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Penutup(10 menit)

Pemaparan Materi

(50 menit)

Diskusi/Tanya Jawab

(30 menit)

Pengantar(10 menit)

191www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang contoh praktik yang

baik penerapan Distribusi Guru secara Proporsional.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan

dapat memahami praktek baik implementasi

program DGP di area kerja Program USAID-KINERJA.

POKOK BAHASAN

1. Metode Penghitungan Distribusi Guru

Kabupaten Luwu Utara

2. Hasil Penghitungan Distribusi Guru

3. Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional

METODE

1. Presentasi interaktif

2. Simulasi

3. Diskusi/tanya jawab

Contoh Praktik Baik Penerapan DGP

........diharapkan peserta

memiliki pemahaman tentang contoh praktik

yang baik penerapan distribusi Guru secara

Proporsional.

MODUL 6

192 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

ALAT DAN BAHAN

1. LCD projector

2. Flipchart atau whiteboard

3. Kertas plano

4. Metaplan

5. Materi presentasi

6. Spidol besar

7. Template penghitungan BOSP

Waktu Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

50 menit Metode Penghitungan Distribusi Guru Kabupaten Luwu Utara

Hasil Penghitungan Distribusi Guru

Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional

50 menit Diskusi dan Tanya Jawab

10 menit Penutup

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan adalah 120 menit

dengan rincian sebagai berkut:

193www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

PROSES FASILITASI

Pengantar (10 menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi

stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti

lokakarya dengan baik. Dalam hal ini fasilitator

mencoba untuk membangkitkan semangat

peserta dengan mengajukan pertanyaan

atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi

peserta untuk berpikir tentang materi yang akan

disampaikan pada sesi ini.

2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya

yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu

penyajian materi tentang contoh praktik baik

penerapan DGP di beberapa kabupaten/kota.

Sesi kedua adalah diskusi/tanya jawab.

Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator menjelaskan tentang praktik penerapan

distribusi guru secara proprsional, mulai dari metode

penghitungan sebaran guru, hasil penghitungannya,

dan rekomendasi kebijakan serta proses perjalanan

rekomendasi kebijakan yang melibatkan MSF.

Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)

Sesi ini dilaksanakan setiap selesai pemaparan

materi. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan

atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

materi penyajian. Sesi ini lebih menekankan

pada 'sharing' dengan peserta.

Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup dengan menarik kesimpulan dari

hasil presentasi dan tanya jawab.

Penutup(10 menit)

Pemaparan Materi

(50 menit)

Diskusi/Tanya Jawab

(50 menit)

Pengantar(10 menit)

194 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN D - BAHAN DI CD

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lampiran DBAHAN DI CD

195www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Lampiran EDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Banggar Badan Anggaran

BAS Badan Akreditasi Sekolah

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan

BOP Bantuan Operasional Pendidikan

BOPSP Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan

BOS Bantuan Operasional Sekolah

BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah

BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan

BP Biaya Pendidikan

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKAD Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah

BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan

BSP Biaya Satuan Pendidikan

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CSR Coperate Social Responsibility

DAK Dana Alokasi Khusus

DBE Desentralized Basic Education

DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

EDS Evaluasi Diri Sekolah

GTT Guru Tidak Tetap

IKK Indeks Kemahalan Konstruksi

KBM Kegiatan Belajar Mengajar

KCD Kantor Cabang Dinas

Kepsek Kepala Sekolah

KKG Kelompok Kerja Guru

KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah

KSM Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KUA Kebijakan Umum Anggaran

LK Lembar Kerja

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MA Madrasah Aliyah

MBS Manajemen Berbasis Sekolah

Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional

Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran

MI Madrasah Ibtidayah

MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

196 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

MSF Multi Stakeholder Forum

MTs Madrasah Tsanawiyah

PAD Pendapatan Asli Daerah

PAS Pendapatan Asli Sekolah

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

PNS Pegawai Negeri Sipil

PP Peraturan Pemerintah

PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

PPG Pemerataan dan Penataan Guru

PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

PTT Pegawai Tidak Tetap

RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah

Renja Rencana Kerja

Renstra Rencana Strategi

Renstrada Rencana Strategi Daerah

RKA Rencana Kerja dan Anggaran

RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RKS Rencana Kerja Sekolah

Rombel Rombongan Belajar

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPP Rencana Pelaksanaan Pengajaran

SD Sekolah Dasar

SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

SKL Standar Kompetensi Lulusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SMA Sekolah Menengah Atas

SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SNP Standar Nasional Pendidikan

SPM Standar Pelayanan Minimal

SPP Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan

TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah

TK Taman Kanak-Kanak

ToF Training of Facilitator

ToT Training of Trainer

UAS Ulangan Akhir Sekolah

UKK Ulangan Kenaikan Kelas

UN Ujian Nasional

US Ujian Sekolah

UUD Undang-undang Dasar

UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas

Wakasek Wakil Kepala Sekolah

197www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

DAFTAR PUSTAKA

Perubahan Ke IV Undang-UndangDasar NegaraRepublik IndonesiaTahun1945

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005–2025

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Bidang Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Badan Hukum Pendidikan

Pemerintah Universitas Pertahanan Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41Tahun 2009 Tentang Tunjangan Profesi Guru dan

Dosen,Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, SertaTunjangan Kehormatan Profesor

Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Bantuan Kesejahteraan Guru yang

Bertugas di Daerah Khusus

198 www.kinerja.or.id

DAFTAR PUSTAKA

Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/P/2007 Tentang Pembentukan

KonsorsiumSertifikasiGuru

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 057/O/2007 Tentang Penetapan

PerguruanTinggiPenyelenggaraSertifikasiBagiGuruDalamJabatan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan

Minimal

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pemberian Bantuan

Kepada Lembaga Pendidikan Nonformal dan Informal

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Penataan Pegawai

Negeri Sipil Kementerian Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Negeri PAN-

RB/10/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, SPB/03/M 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru

Pegawai Negeri Sipil,

Peraturan Menteri Dalam 05/X/PB/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Menteri Keuangan 158/PMK.01/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri

Sipil

Peraturan Menteri Agama Nomor 48 Tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri

Sipil

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah /

Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah/MadrasahDenganRahmatTuhanYangMahaEsa

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Indikator Kinerja

Kunci di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional

PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublikIndonesiaNomor16Tahun2007TentangStandarKualifikasi

Akademik Dan KompetensiGuru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian

Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

199www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Norma, Standar,

Prosedur, dan Kriteria di Bidang Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Pemberian Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota

Wahyu Dyah Widowati. 2007. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran

Pembangunan Daerah di Kabupaten Pati Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro.

Panduan Sistim Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten (SIMP-K) Decentralized Basic Education 1

USAID

Panduan Untuk Fasilitator Sistem Informasi Pendidikan-Perhitungan Guru Proporsional (SIMPK-DGP) SKPD

Pendidikan Kabupaten/Kota di Tanah Papua Usaid, Unicef

USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS