Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

206
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) 2014

Transcript of Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Page 1: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

2014

Page 2: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Page 3: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

1www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

KATA PENGANTAR

Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat

yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.

PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis

peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program

ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand

side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program

Kinerja menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.

Di bidang Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Program KINERJA mendorong pemerintah daerah

agar menyediakan dana yang cukup bagi sekolah-sekolah agar dapat menyelenggarakan kegiatannya

untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional

pendidikan (SNP). Di hampir semua daerah dana yang diperoleh sekolah dari pemerintah pusat melalui

program Bantuan Opersional Sekolah (BOS) tidak mencukupi dan masih ada kesenjangan pembiayaan

operasional. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar proses penghitungan

kesenjangan pembiayaan sekolah yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan dapat diadopsi dan

disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya.

Mengingat praktik-praktik penghitungan BOSP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra

merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan

secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan

dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan,

pendampingan, dan pelaksanaannya.

Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan

BOSP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan

teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA

dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan BOSP.

Jakarta, Januari 2014

Page 4: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

2 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 3Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 5Rekomendasi kepada para Calon OMP 5Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 6

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 7Pendekatan Umum Proyek KINERJA 7Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 8Prinsip dalam Tata Kelola BOSP 9

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA BOSP 10Situasi yang dihadapi di daerah 10Bagaimana KINERJA memulai inisiatif 11Proses kerja 12

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 15Tantangan 15Keberhasilan Program 15

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 19Rekomendasi kepada daerah lain yang ingin untuk replikasi pendekatan BOSP 19Rekomendasi untuk OMP 20Rekomendasi untuk Para Penyedia Latihan 20DAFTAR LAMPIRAN 23

Page 5: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

3www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

1. Tujuan Umum Program KINERJA

KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam

penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima

ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan

disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil

keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku

ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan

BOSP di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi di angkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin

mengadopsi pendekatan-pendekatan kinerja dalam melaksanakan program BOSP.

KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan

dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga

paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional

satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan

pada tata kelola di tingkat SKPD. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada tingkat sekolah demi peningkatan

pelayanan sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei

pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akuntabilitas, partisipatif,

dan responsif.

Di sektor kesehatan KINERJA memusatkan perhatian pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan

aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup

perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam

perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan

pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan

pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola

penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).

Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha dibawah

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijakan berbasis bukti dan meningkatkan dialog

pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim

usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog

pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.

Page 6: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

4 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

2. Lokasi Program KINERJA

KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:

1. Provinsi Aceh: Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue, danKota Banda Aceh.

2. Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Bondowoso, Jember, Probolinggo. Tulungagung, dan Kota Probolinggo.

3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar.

4. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau

5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Mimika, dan Kota Jayapura.

Berdasarkan pilihannya sendiri, tiga daerah menerima bantuan KINERJA untuk menyusun BOSP, yakni

Kabupaten Bululumba, Kota Banda Aceh, dan Kabupaten Simeulue.

3. Keberhasilan Program BOSP

Pada tahun ini KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk

menggunakan formula yang memperhitungkan besar kecilnya sekolah dalam menentukan alokasi dana

penunjuang pendidikan. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

• Ketigakabupaten/kotamitraKINERJAtelahmenyelesaikanpenghitunganBOSPsecaratransparandan

partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.

• KabupatenBulukumbasudahmengalokasiBOSDAsesuaihasilpenghitunganBOSPsejaktahun2012dan

berlanjut hingga tahun 2014 ini.

• KabupatenSimeuluesudahmulaimengalokasidanatambahansejak2011walaupunbelummenutup

secara penuh kesenjangan pembiayaan sekolah. Namun pemerintah daerah sudah berkomitmen untuk

memenuhi seluruh kebutuhan pembiayaan sekolah di tingkat SD dan SMP pada 2014.

Kita tahu anggaran di daerah tidak besar. Jadi BOSP telah memberikan kita arahan meskipun kita akui bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhannya,

tapi paling tidak pencapaiannya sudah luar biasa”

Ras Manudin Rahamin, Ketua Komisi D, DPRK Simeulue, Aceh

Page 7: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

5www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

• SamahalnyadenganKabupatenSimeulue,pemerintahKotaBandaAcehjugasudahmulaimengalokasi

dana tambahan sejak 2011.

“Program BOSP merupakan hal yang sangat penting sehingga kita mengetahui dengan pasti berapa dana yang sesungguhnya dibutuhkan setiap sekolah.

Dari situ kita bisa merencanakan pemenuhannya kalau belum cukup dari dana BOS.”

Zulfata, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan SDM, Bappeda Kabupaten Simeulue, Aceh

Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah

Program BOSP yang dilaksanakan Pemerintah Daerah bersama Forum Multi Stakeholder dengan dukungan

dari KINERJA menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan,

sebagaimana disampaikan di atas. Rekomendasi pertama KINERJA kepada pimpinan daerah lain, khususnya

daerah dengan anggaran terbatas dan/atau kesenjangan diantara sekolah yang maju dan sekolah yang

ketinggalan, adalah untuk belajar dari pengalaman KINERJA, dan dari pengalaman itu menghitung BOSP dan

mengintegrasikan hasilnya dalam penyusunan APBD.

Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi lain untuk Pemerintah Daerah, yakni (a)

diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan

program BOSP, (b) setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat

atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola BOSP, (d) mendayagunakan staf dan

struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-

instansi pemerintah daerah terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program,

dan (g) mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

Rekomendasi kepada para Calon OMP

Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum

multi stakeholder dalam melaksanakan program BOSP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa

dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata

kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau

Page 8: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

6 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan

jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai

pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA

untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan

latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga tersebut memasukkan

pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain (a) tata kelola yang

melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik, (b) lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan

dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman, (c) mengadopsi sebagian modul yang

dikembangkan KINERJA.

Page 9: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

7www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Proyek KINERJA

KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di

bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik.

KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik

di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah

di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif

terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.

Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil

(LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis

kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

KINERJA berkerjasama organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan peningkatan

kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan

masyarakat adalah:

1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa

Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;

2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan

masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;

3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan

pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta

4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk

menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan

pelayanan publik yang lebih baik.

Page 10: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

8 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:

1. Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;

2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan

mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;

3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di

Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.

Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA

dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

KINERJA percaya bahwa landasan bagi masa depan Indonesia adalah di bidang pendidikan. Empat pilar

pendidikan adalah; (a) pendanaan (b) ketersediaan guru (c) manajemen sekolah yang efektif dan (d)

peningkatan standar pendidikan. Program KINERJA mendukung setiap pilar tersebut.

Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP, DGP (Distribusi Guru Proporsional),

dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

umum sebagai berikut:

• Keikutsertaaninstansi-instansiterkait.Program-programdisektorpendidikantidaksemata-mata

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah

lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan

Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,

keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.

• Keikutsertaanforummultistakeholder.Darisisipenggunapelayanan,keterlibatanmasyarakatsangat

diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan

sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-

program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.

• Berkelanjutan.Semuapendekatanprogramsektorpendidikanharusdapatberlangsungterussecara

berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat

dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi

juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

Page 11: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

9www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Prinsip dalam Tata Kelola BOSP

Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola BOSP dilaksanakan dengan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Pelaksanaan dan monitoring alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelaksanaan program BOSP dapat

tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan.

2. Penghitungan BOSP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah

atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat.

3. Penghitungan BOSP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas

Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama.

4. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan

pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih

tinggi.

5. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program

BOSP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.

6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat agar pengaduan dengan aspek keuangan sekolah menjadi

sumber perbaikan alokasi dana.

7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang

berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.

Page 12: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

10 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Situasi yang dihadapi di daerah

Banyak daerah yang meluncurkan program pendidikan gratis tanpa mengetahui dengan pasti jumlah dana

yang dibutuhkan sekolah untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pencapaian

standar pelayanan minimal yang diamanatkan oleh peraturan perundangan. Itulah sebabnya diperkirakan

sekitar 70% sekolah belum mencapai standar pelayanan minimal tersebut.

Bagi sekolah-sekolah yang dana operasionalnya tidak

mencukupi, pernyataan sekolah gratis menyulitkan dalam

upaya memperoleh dukungan dana dari sumber-sumber lain.

Masyarakat beranggapan bahwa dengan program sekolah gratis

pemerintah (pusat maupun daerah) telah mampu memenuhi

seluruh kebutuhan pembiayaan sekolah.

Pada kenyataannya tidaklah demikian. Sebagai contoh,

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan meluncurkan program

pendidikan gratis dengan mengalokasi dana sebesar Rp48.000

per siswa per tahun untuk sekolah dasar. Padahal jumlah itu

belum mampu menutup kesenjangan pembiayaan sekolah, yang

dari hasil penghitungan biaya operasional satuan pendidikan,

membutuhkan total biaya Rp837.000 per siswa per tahun.

Setelah dikurangi dana dari BOS (Rp580.000) dan pemerintah provinsi, masih ada kesenjangan sebesar

Rp209.222.

Dengan demikian, pengitungan BOSP menjadi besar manfaatnya.

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA BOSP

Page 13: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

11www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Bagaimana KINERJA memulai inisiatif

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program BOSP dengan diskusi intensif

dengan KINERJA. Beberapa daerahakui pentingnya manfaat dari penghitungan BOSP yang lebih sistematis

dan menyepakati pelaksanaan program kerjasama melalui penandatanganan kesepakatan (memorandum of

understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.

Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan dan

anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif bidang pendidikan

dan legislatif bidang pendidikan supaya ada champion di dua belah pihak untuk menterjemahkan penghitungan

BOSP menjadi program dan anggaran sekolah yang adil dan cukup dalam APBD.

Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,

khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Keterlibatan masyarakat dalam penghitungan BOSP

dan dalam promosi BOSP yang lebih adil dan cukup menjadi landasan sehingga tata kelola BOSP dapat

dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini hanya dapat dilaksanakan karena ada komitmen

yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait

lainnya termasuk DPRD dan masyarakat.

Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang Dana Bantuan Operasional

Sekolah (di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simelue disebut dengan Dana Penunjang Pendidikan) berikut

petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran

di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Naskah akademis Peraturan Walikota Banda

Aceh dilampirkan.

2. Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang

pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah

mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder (MSF), dan organisasi mitra

pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

Page 14: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

12 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Program BOSP dilfasiltasi oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya

dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program BOSP, KINERJA

bekerjasama dengan dua OMP, yakni:

• LembagaPelatihandanKonsultasiInovasiPendidikan(LPKIPI)yangbekerjadiKabupatenBulukumba,

Sulawesi Selatan.

• GERAKyangbekerjadiKotaBandaAcehdanKabupatenSimeulue,Aceh.

OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui suatu Tim Teknis yang terdiri dari unsur-

unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian Daerah, dan

lembaga-lembaga non pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat Keputusan

Bupati/Walikota.

3. Penyusunan rencana kerja

Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut

jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal

perencanaan dan penganggaran daerah.

Proses kerja

1. Peran masing-masing stakeholder

Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program BOSP di semua tahapan,

namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-

lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penghitungan BOSP dan pendampingan

dalam penghitungan. Tim Teknis berperan melakukan penghitungan BOSP dan menyusun rekomendasi

teknis yang disampaikan kepada pengambilan keputusan. Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti

rekomendasi teknis dengan menerbitkan berikut petunjuk teknisnya. Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian

Daerah berperan dalam melaksanakan alokasi dana ke sekolah sesuai dengan hasil penghitungan dan

rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya.

Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi

teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.

Page 15: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

13www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan

analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.

2. Pelaksanaan rencana kerja

Program BOSP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

● Penghitungan BOSP. Penghitungan didasarkan pada kebutuhan operasional sekolah yang dikaitkan

dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan

standar nasional pendidikan (SNP).

● Analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan ini merupakan kekurangan pembiayaan operasional

sekolah berdasarkan selisih hasil penghitungan biaya operasional dan dana bantuan operasional

sekolah (BOS) yang diterima dari Pemerintah Pusat.

● Rekomendasi teknis. Isi rekomendasi teknis yang paling utama adalah mengusulkan agar

Pemerintah Daerah menutup kekurangan pembiayaan operasional sekolah dengan menganggarkan

dan mengalokasikan dana tambahan ke sekolah-sekolah. Disamping itu diusulkan juga tentang

mekanisme pengalokasian dana, termasuk monitoring dan evaluasinya.

● Uji publik. Hasil penghitungan BOSP dan rekomendasi didiskusikan dengan berbagai pihak, termasuk

masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan

memberi masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan bantuan operasional sekolah yang

bersumber dari pemerintah daerah (BOSDA).

● Regulasi. Setelah semua pihak yang berkepentingan memahami dan menyetujui hasil penghitungan

dan rekomendasi BOSP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang BOSDA yang

diikuti oleh petunjuk teknis pelaksanaannya.

● Perencanaan dan penganggaran. Untuk bisa dilaksanakan, hasil penghitungan dan rekomendasi

dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun

satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).

● Pelaksanaan. Sesuai dengan perencanaan dan penganggaran yang telah ditentukan, maka dana

bantuan operasional didistribusikan ke sekolah-sekolah yang dilaksanakan secara transparan dan

sesuai dengan petunjuk teknis.

● Pelaporan, monitoring, dan evaluasi. Untuk menjamin distribusi dana ke sekolah-sekolah

dilaksanakan sesuai peraturan, maka pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga

program ini dapat mencapai tujuannya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga

perbaikan-perbaikan penyelenggaraan distribusi dan penggunaan dana bantuan sekolah dapat

dilaksanakan.

Page 16: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

14 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja

Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program BOSP

dengan pendekatan KINERJA:

● Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan

sekolah, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan pembiayaan operasional sekolah.

● Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan program BOSP. Forum-forum multi

stakeholder di Kabupaten Bulukumba dan Kota Banda Aceh telah menunjukkan keterlibatan dan

berperansecarasignifikandalamsetiaptahapanprogram.

● Peningkatankemampuanfinansialsekolahdalammelaksanakankegiatan-kegiatannya,khususnya

pembelajaran untuk secara bertahap mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.

Pengalaman di Kabupaten Bulukumba menunjukkan bahwa program BOSP terus berlanjut walaupun

masa pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen Pemerintah Daerah

dan DPRD sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi

program tersebut.

Page 17: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

15www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES

Tantangan

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program BOSP, yakni antara lain:

● Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan daerah yang tidak mudah

dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan BOSP dan rekomendasi teknisnya

tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.

● Keterbatasan anggaran yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sektor lain menyebabkan

program BOSP tidak dapat segera dilaksanakan.

● Kapasitas para pegawai yang menangani program BOSP masih kurang sehingga proses penghitungan,

penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi

terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang

intensif.

● Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan

program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang

diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.

● Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru.

Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami

dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.

Keberhasilan Program

1. Contoh keberhasilan Program BOSP di Kabupaten Bulukumba

Program BOSP di Kabupaten Bulukumba dapat dijadikan contoh keberhasilan Program BOSP dengan

pendekatan KINERJA. Kabupaten ini menghadapi masalah serius dalam hal kualitas layanan pendidikan di

sekolah-sekolah yang salah satunya disebabkan karena terbatasnya dana operasional sehingga sekolah

tidak dapat mencapai standar pelayanan dan standar pelayanan. Dana yang diterima dari Program BOS

Page 18: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

16 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

yang bersumber dari APBN tidak mencukupi sehingga pemerintah daerah perlu menutup kekurangan dana

operasional tersebut.

a) Upaya mengatasi kekurangan Biaya Operasional Sekolah

Dalam rangka untuk mengatasi tantangan kekurangan dana operasional sekolah, pemerintah Kabupaten

Bulukumba bekerja sama dengan LSM Forum Pendidikan Bulukumba dan LPKIPI sebagai OMP, melakukan

penghitungan biaya operasional sekolah per murid per tahun. Berdasarkan analisis LPKIPI, forum multi-

stakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota masyarakat memimpin upaya

advokasi untuk mengeluarkan Peraturan Bupati untuk memastikan Program BOSP dilaksanakan secara efektif.

Melalui serangkaian diskusi dan negosiasi intensif antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat , peraturan

tersebut disahkan sehingga menjadi kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kekurangan

biaya operasional untuk sekolah. Implementasi peraturan bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan

mereka bangga melaporkan bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dan telah berjalan selama 3 tahun.

b) Pendekatan KINERJA

Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (pemerintah

daerah) dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk

memperkuat pemerintah daerah dalam hal:

● Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan biaya opersional sekolah untuk peningkatan

layanan pendidikan berkualitas

● Meningatkan kemampuan penghitungan biaya operasional yang dibutuhkan sekolah dalam rangka

secara bertahap memenuhi standar pelayanannya

● Secara efektif menerapkan kebijakan biaya operasional sekolah dalam siklus perencanaan dan

penganggaran daerah

Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga

mereka akan:

● Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas

● Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah yang

mempengaruhi masyarakat

Page 19: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

17www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

● Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan

kebijakan biaya operasional sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif

(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong

atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang menjadi tujuan

kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, alokasi dana ke sekolah adalah hak pemerintah, namun

Kabupaten Bulukumba melibatkan masyarakat untuk melaksanakan alokasi.

c) Strategi program

Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program BOSP adalah

sebagai berikut :

1). Penguatan organisasi masyarakat sipil

Pemerintah Kabupaten Bulukumba memperkuat organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan

mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi . Selain itu, organisasi pemerintah

dan masyarakat sipil bekerjasama selama dialog café demokrasi dan dirujuk bersama-sama di media

cetak.

2). Pembentukan dan penguatan forum multi-stakeholder (MSF)

Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Pendidikan Bulukumba melibatkan

anggota masyarakat, pekerja pembangunan desa, anggota dewan pendidikan, dan wartawan. Forum

ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan tata kelola BOSP.

3). Pembentukan Tim Teknis

Pemerintah Kabupaten Bulukumba membentuk tim teknis yang melibatkan beberapa SKPD terkait,

termasuk Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Bagian Pendidikan dan

Pelatihan, Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah, BagianHukum, Bagian Organisasi, dan

ForumPendidikanBulukumbauntukmenghitung,menganalisis,danmemverifikasibiayaoperasional

sekolah, dan untuk menyusun Peraturan Bupati dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan.

4). Advokasi kebijakan oleh Tim Teknis

Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba bekerjasama dengan forum multi-stakeholder

menyebarluaskan Peraturan Bupati melalui diskusi-diskusi dan koran lokal.

5). Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh MSF

Menyusul penerbitan Peraturan Bupati forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau

pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.

Page 20: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

18 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

d) Hasil-hasil Program BOSP

Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :

● Peraturan Bupati No.19 Tahun 2013 tentang Penghitungan BOSP

● Menerapkan prosedur alokasi biaya opersional ke sekolah-sekolah

● Pembentukan Tim Teknis dan Tim Implementasi oleh pemerintah daerah

● Pembentukan Forum Multi Stakeholder (Forum Pendidikan Bulukumba)

● Alokasi dana untuk biaya operasional ke sekolah-sekolah

2. Program pengungkit

Program BOSP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh tiga pemerintah daerah telah

menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan alokasi

dana untuk biaya operasional ke sekolah-sekolah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga

keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya.

Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang

dimandatkan oleh peraturan perundangan.

Keberhasilan Program BOSP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di

sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya.Masih banyak program-

program pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini, seperti pengangkatan dan distribusi

guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran. Demikian juga

di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program ini dapat

dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara

bersama-sama melaksanakannya.

Page 21: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

19www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Program KINERJA untuk BOSP bekerja di sedikit daerah, hanya di tiga dari ratusan daerah di Indonesia.

Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah lain.

Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi pemerintah daerah dan

masyarakat dari penghitungan BOSP secara lebih adil dan cukup, dan bersedia mereplikasi dan mengadopsi

pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program BOSP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi

daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan

organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi kepada daerah lain yang ingin untuk replikasi pendekatan BOSP

Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan

mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program BOSP.

a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk

melaksanakan program BOSP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui

penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus

perencanaan dan penganggaran daerah.

b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi

utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan

perundangan.

c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola

BOSP. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah

untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan

kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya.

d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.

Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,

melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.

e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program

Page 22: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

20 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

BOSP memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda dan Bagian Keuangan.

Selain itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan

pada setiap program dan anggaran.

f. Menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.

g. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh

KINERJA. Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan,

pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.

Rekomendasi untuk OMP

Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program BOSP

adalah:

a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan

pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.

b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.

c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang

melaksanakan program.

d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri

maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk para Penyedia Latihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan

latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum diklat yang meliputi antara lain tata

kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan

dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni

pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan

hasil-hasil pelatihan.

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul

tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam

hal tata kelola dan ‘governance’.

Page 23: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

21www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Tata Kelola Biaya OperasionalSatuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN

www.kinerja.or.id

Page 24: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

22 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang hendak

mengetahui komentar pihak lain tentang upaya KINERJA untuk penghitungan BOSP, silahkan membaca

Lampiran A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi.

Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B

Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran

C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.

Lampiran akhir adalah isi CD, Daftar Bacaan, dan Daftar Singkatan dan Istilah

Page 25: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

23www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 26

LAMPIRAN B Uraian Substansi 29

Pendahuluan 29Daerah Percontohan 30Uraian lampiran ini 30

MODUL I Pentingnya BOSP Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan 32• Pendahuluan 32• ManfaatPenghitunganBOSP 33• PeranMSFdanMediadalamPenyusunanBOSP 35• StandarNasionalPendidikan 36• StandarPelayananMinimal(SPM) 40• StandarBiayaOperasionalPendidikan 42• ContohBahanPresentasi 45

MODUL 2 PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN

48

• Pendahuluan 48• BiayaPendidikan(BP) 48• Biaya Satuan Pendidikan (BSP) 49• BiayaInvestasi 50• BiayaOperasional 50• BiayaOperasionalSatuanPendidikan(BOSP) 51• BiayaOperasiPersonaliaSatuanPendidikan(BOPSP) 51• BiayaOperasiNonpersonaliaSatuanPendidikan(BONSP) 52• SumberPendanaan 53• ContohBahanPresentasi 64

MODUL 3 PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP SERTA CARA PENGHITUNGANNYA 66• Pendahuluan 66• SejarahPenghitunganBOSP 66• Pendekatan KINERJA Penghitungan BOSP 67• CaraPenghitunganBOSP 70• PenghitunganBOSPBerdasarkanKlasifikasiSekolah 78

Page 26: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

24 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

MODUL 5 Pengawalan dan Advokasi Pembentukan Kebijakan BOSP 100• Pendahuluan 100• Kesempatan bagi masyarakat dalam penyusunan kebijakan BOSP 103• Contoh Bahan Presentasi 106

MODUL 6 Integrasi BOSDA ke dalam Perencanaan dan Penggangaran 108• Pendahuluan 108• PerencanaanDaerah 108• Peran Masyarakat, MSF, dan Media 113• ContohBahanPresentasi 116

LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 119

Pilihan pelaksanaan fasilitasi dan training 119Uraian lampiran ini 122Bahan pendukung 123

MODUL 1 Pentingnya BOSP dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan 124• TujuanPembelajaran 124• TahapPersiapan 124• Waktutrainingdanfasilitasi 125• ProsesTrainingdanFasilitasi 125

MODUL 2 Biaya dan Sumber Pendanaan Biaya Operasional Sekolah 127• Tujuan Pembelajaran 127• Tahap Persiapan 127• Waktu 128

MODUL 3 Pendekatan dan Konsep BOSP Serta Cara Penghitungannya 130• TujuanPembelajaran 130• TahapPersiapan 130

• PersiapanuntukpenghitunganBOSP 80• ContohBahanPresentasi 83

MODUL 4 Proses Penghitungan BOSP 86• Pendahuluan 86• Tahap-tahapPenyusunanBOSP 86• Contoh Bahan Presentasi 91

Page 27: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

25www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

• Waktu 130• ProsesFasilitasi 131

MODUL 4 Proses Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan 133• TujuanPembelajaran 133• Peserta 134• ProsesdanWaktuLatihan 135• Tindaklanjut 136

MODUL 5 Pengawalan dan Advokasi Penyusunan Kebijakan BOSP 137• TujuanPembelajaran 137• Persiapan 137• Waktupelatihan 138• Prosesfasilitasi 138

MODUL 6 Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran 140• TujuanPembelajaran 140• Persiapan 140• Waktupelatihan 140• Prosesfasilitasi 141

LAMPIRAN D Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan Indikator SPM Bidang Pendidikan

142

LAMPIRAN E Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan IndikatorSPM Bidang Pendidikan

172

LAMPIRAN F Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh 178

LAMPIRAN G Daftar Bacaan 198

LAMPIRAN H Bahan di CD 200

LAMPIRAN I Daftar Singkatan/Istilah 201

Page 28: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

26 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi

Testimoni

1. Ras Manudin Rahamin, SE, Ketua Komisi D, DPRK Simeulue, Aceh

Pendidikan itu program nasional dan sudah ditentukan anggaran pendidikan itu tidak kurang dari 20

persen. Dan kita alhamdulilah hampir 30 persen untuk pendidikan. DPRK itu mempunayi tiga peran, yakni

penganggaran, legislasi, dan pengawasan. Jadi saya kira perannya sangat luas dan juga sangat menentukan

bagi alokasi anggaran yang tidak kurang dari 20 persen itu.

Kalau yang di bidang pendidikan, kita terbantu ketika menetapkan standar biaya operasional atau BOSP bagi

sekolah SD dan SMP dan itu satu hal yang sangat membantu baik itu bagi pemerintah terutama bagi kami di

Komisi D di DPRK untuk mengalokasikan itu. Karena pada prinsipnya kami setuju dan mendukung itu. Hanya

saja proses penganggaran itu kan dari eksekutif. Nah ketika proses penganggaran sebelumnya itu tidak

mendekati BOSP karena belum diformulasikan dalam sebuah kebijakan dan rumusan tertentu, ya tentu kita

tidak punya pedoman. Terkadang itu proses politik yang tinggi sehingga tidak tercapai, misalnya.

Kita tahu anggaran di daerah tidak besar. Jadi BOSP telah memberikan kita arahan meskipun kita akui bahwa

masih ada kekurangan dalam pemenuhannya, tapi paling tidak pencapaiannya sudah luar biasa. Sampai yang

terakhir ini misalnya kalau untuk SMA itu sudah terpenuhi meskipun tidak masuk di program. Tapi kalau SMP

sederajat itu hanya tinggal Rp. 133 per murid per tahun saja kurangnya. Sementara untuk SD itu Rp.79.500-an

per murid per tahun. Mudah-mudahan ini kita berharap sebulan lagi kami akan membahas kebijakan umum

anggaran, platform, KUA/PPAS 2014, mudah-mudahan ini bisa tertutupi untuk lebih kurang 13.500 siswa

bagi SD.

Kita juga dari Komisi D menyarankan agar kebijakan anggaran bagi pendidikan ke depan itu lebih kepada

mutu,bukanlagikepadafisik.Ituyangpertama.Lalukemudianhalyanglainjugaadalahpersoalandistribusi.

Tetapi saya kira ini adalah teknis sebetulnya bagi kebijakan di eksekutif, terutama di Dinas Pendidikan.

Page 29: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

27www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Selama ini kita terbuka dan berterimakasih kepada USAID-KINERJA.Saya mengikuti program ini efektifnya

sejak awal 2012 sampai sekarang. Itu sekali lagi sangat luar biasa karena saya tahu betul bagaimana interaksi

Kinerja dengan Pak Rizal sebagai supervisornya di sini yang membantu kita dan sharing data dan lain

sebagainya. Kami memberikan informasi dan begitu juga sebaliknya kita mendapatkan informasi untuk kita

formulasikan dalam kebijakan kita, baik itu anggaran maupun peraturan-peraturan di tingkat daerah.

Kalau boleh berharap program ini bisa dilanjutkan. Nah, kami pemerintah daerah eksekutif dan legislative dan

semua stakeholder yang ada di sini tentu punya kewajiban dan tanggung jawab untuk meneruskan ini. Tentu

yang paling menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana meneruskanBOSP yang sudah ada. Kami juga

berharap program BOSP dapat berlanjut terus, terutama alokasi dana ke sekolah-sekolah ketika ditinggalkan

USAID-KINERJA. Atau mungkin juga akan ada program yang lain, dan itu akan melengkapi. Saya kira

memang kalau secara khusus, kita belum membicarakan itu. Karena memang tentu ketika intervensi USAID-

KINERJA selesai dan kita ketemu, kemudian ada rekomendasi. Rekomendasi itu kemudian kita masukkan di

dalam perumusan kebijakan. Kita berharap rekomendasi itu yang akan sangat berharga dan membantu kita

dan kita berterimakasih untuk itu.

2. Zulfata, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan SDM, Bappeda Kabupaten Simeulue, Aceh

Pihak kami mendukung penuh program BOSP dari awal perencanaan untuk meningkatkan pelayanan publik di

sektor pendidikan karena sesuai fungsi kami dalam pembangunan sumberdaya manusia melalui pendidikan.

Masalah utama pendidikan di Kabupaten Simeulue adalah mutu dan untuk itu perlu dukungan pendanaan

yang cukup untuk meningkatkan mutu tersebut. Sekolah membutuhkan dana untuk melaksanakan pendidikan

yang bermutu. Program BOSP merupakan hal yang sangat penting sehingga kita mengetahui dengan pasti

berapa dana yang sesungguhnya dibutuhkan setiap sekolah. Dari situ kita bisa merencanakan pemenuhannya

kalau belum cukup dari dana BOS. Tapi pemenuhan itu juga mungkin tidak bisa sekaligus, bertahaplah, sesuai

dengan kemampuan APBD. Yang penting sekolah fokus pada kebutuhan, bukan keinginan. Jadi itu dana untuk

operasional sekolah. Makanya kita bersama-sama dengan USAID-KINERJA mencoba advokasi supaya ini kita

fokuskan untuk operasional pembangunan di bidang pendidikan, terutama dalam hal kualitasnya.

ProsesperhitunganBOSPitukitamulaidariidentifikasidilapangan,dicheck.Kemudianmemangternyata

setelah kita komunikasi dengan para pelaku di lapangan, kepala-kepala sekolah, mereka menyatakan dana

untuk opersional sekolah memang masih kurang. Setelah itu kita ajak mereka, duduk secara bersama-sama

kita hitung dan kesimpulannya memang masih kurang. Pada tahun 2013 sudah kita mulai mengalokasikan

dana ke sekolah untuk menutup kekurangan tersebut. Untuk SMP sudah kita tambah Rp.77.000 per siswa

Page 30: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

28 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

per tahun. Sementara ke depan ini semua kebutuhan BOSP sesuai dengan perhitungan nyata dengan kepala

sekolah kita penuhi.

Untuk tahun 2014 semua perhitungan BOSP yang semula kita anggap ada kesenjangan dipenuhi dari dana

Otonomi Khusus (Otsus) Aceh dan APBK Simeuleu. Ya otomatis sebelum perhitungan, dana yang kita

sediakan untuk mendukung operasional di sekolah itu masih kecil dan belum dapat memenuhi kebutuhan.

Namun setelah kita sepakat untuk memenuhi, tentu ini akan menguras anggaran. Oleh karena itu kita siasati

penganggaran itu sebagiannya kita ambil dari dana Otsus kemudian kita tampung di APBK.

Tantangannya kemudian pada saat operasional di lapangan. Pada saat implementasi itu harus ada

pengawasan yang ketat. Karena kita berharap kekurangan biaya yang selama ini dianggap sebagai

masalah kenapa pendidikan kita kurang bermutu dengan BOSP ini harus sudah dapat meningkatkan mutu.

Jadi tantangannya lebih ke arah bagaimana BOSP ini mendorong supaya kualitas pendidikan.Harus ada

pengawasan melekat. Artinya, dari sisi perjalanan kita sudah anggarkan, dan sudah kita alkoasikan dana untuk

itu. Kemudian secara periodik kita akan melakukan monitoring dan sekaligus kita evaluasi. Jadi yang penting

sejauh mana ketersediaan anggaran ini mampu berpengaruh atau berdampak terhadap peningkatan mutu

atau kualitas pendidikan di Simeuleu sesuai dengan SPM.

Laporan Media dan Bahan Promosi

DisediakandalambentukfilediCDterlampir.

Page 31: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

29www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran B Uraian Substansi

Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan BOSP, upaya mendorong agar

hasil penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan BOSP,

sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID

di daerah yang terbukti sukses dalam tata kelola BOSP. Materi ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang

hendak melakukan fasilitasi penghitungan BOSP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan

(berdasarkan hasil penghitungan BOSP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa

berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau

calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja.

Pendahuluan

Contoh Praktik yang Baik Pemerintah Bulukumba Berkomitmen Super dalam Peningkatan BOSDA

Pendidikan merupakan program penting dan menjadi focus perhatian Pemerintah Kabupaten

Bulukumba bersama Kinerja USAID, Pemkab Bulukumba melalui Bupati H. Zainuddin Hasan telah

membuatkan formulasi yang akan mengefektifkan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) di

Butta Panrita Lopi. Hal ini terungkap dalam Hearing Forum Multi Stakeholders Pendidikan dengan

Bupati pada tanggal 9 November 2012 di ruang rapat Bupati.

Regulasi penghitungan BOSP ini akan dijadikan pedoman bagi unit layanan Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk menghitung kebutuhan anggaran dalam pelaksanaan

pelayanan pendidikan yang berstandar.

Mengacu kepada hasil analisis penghitungan BOSP Pendidikan Dasar berbasis SPM, Kabupaten

Bulukumba melalui APBD-P TA 2012, Bappeda dan Dinas Pendidikan telah melakukan penambahan

biaya operasi untuk SD dan SMP sebesar Rp773.476.899,- sehingga terjadi peningkatan anggaran

dari APBD murni Rp20.296.105.600 menjadi Rp21.069.582.499.

Page 32: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

30 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Dinas Pendidikan juga telah mengalokasikan anggaran Rp23.418.129.910 (tertuang dalam DPA-

SKPD Pendidikan 2013) untuk pendidikan gratis SD dan SMP di Kabupaten Bulukumba.Jumlah ini

meningkat Rp2.348.547.411 dari sebelumnya sebesar Rp21.069.582.499.

Alokasi anggaran ditujukan untuk pemenuhan biaya operasional pendidikan dasar yang belum

dapat dicukupi oleh dana BOS Pusat. Dinas Pendidikan melalui pendampingan KINERJA

USAID telah melakukan penghitungan BOSP berbasis standar pelayanan minimal (SPM). Hasil

penghitungan menunjukkan gap yang harus dipenuhi daerah sebesar Rp11.030.847.203 dan ini

akan dipenuhi secara bertahap sampai tahun 2016.

Sumber: Jurnal Kinerja Bulukumba-USAID KINERJA Edisi Hari Jadi Bulukumba ke 53, 4

Februari 2013

Daerah Percontohan

Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi di

daerah:

• KabupatenBulukumba,SulawesiSelatan

• KotaBandaAceh,Aceh

• KabupatenSimeulue,Aceh

Uraian lampiran ini

Substansi terbagi menjadi 7 modul, sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. MODUL 1 PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Disini

dibahas tentang Standar Nasional Pendidikan, Standar Pelayanan Minimal, Standar Biaya Operasional

Pendidikan, Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan, dan Peran MSF dan Media dalam

Penyusunan BOSP, peserta pelatihan dapat mengerti landasan penyusunan BOSP.

Page 33: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

31www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

2. MODUL 2. BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH. Disini dibahas

landasan penganggaran operasional sekolah, dan dasar item-item didalam templat KINERJA untuk

penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul yang berikutnya. Juga dibahas tentang Biaya

Pendidikan, Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan,

Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan, dan Sumber Pendanaan.

3. MODUL 3. PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP DAN CARA PENGHITUNGANNYA. Modul ini membahas

tentang Pendekatan Penghitungan BOSP, Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, Penentuan

Komponen/Subkomponen Biaya, Penentuan Volume, Penentuan Harga Satuan, dan Penghitungan BOSP

BerdasarkanKlasifikasiSekolah.PadaakhirmodulinidibahastentangcaraKINERJAuntukmembentuk

Tim Penyusun BOSP.

4. MODUL 4. PROSES PENGHITUNGAN BOSP. Modul membahas tentang Tahap-tahap Penyusunan BOSP.

5. MODUL 5. ADVOKASI KEBIJAKAN PENYUSUNAN BOSP. Modul ini membahas tentang advokasi dari

dua sisi. Pertama, “advokasi” dari sisi penyedia layanan (supply side) yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah daerah sesuai peraturan perundangan dan prosedur yang berlaku. Kedua, advokasi dari sisi

pengguna layanan (demand side) yang dilakukan oleh masyarakat melalui forum multi stakeholder (FMS)

atau multi-stakeholder forum (MSF). Tujuan advokasi adalah untuk mendorong pemerintah daerah untuk

melakukan penghitungan biaya operasional sekolah, membuat kebijakan bantuan operasional sekolah

melalui penerbitan Peraturan Bupati/Walikota berikut petunjuk teknisnya, memasukkan alokasi biaya

operasional ke dalam perencanaan dan penganggaran, dan melaksanakan alokasi biaya operasional ke

sekolah-sekolah. Peran MSF menjadi sangat penting untuk menjamin kebijakan pembiayaan operasional

sekolah dilaksanakan sesuai kebutuhan transparan dan akuntabel.

6. MODUL 6. INTEGRASI BOSP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Manfaat dari

penghitungan BOSP dihasilkan bila sekolah diberi anggaran untuk kegiatan operasionalnya. Modul

ini membahas proses perencanaan dan penganggaran daerah, sampai RKA dan DPA, dan cara

KINERJA untuk memastikan hasil penghitungan BOSP dipakai dalam proses tersebut. Dibahas tentang

Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan

Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran

Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.

Page 34: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

32 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 1 Pentingnya BOSP dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) adalah bagian dari dana pendidikan, yang diperlukan

untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung

sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Salah satu sumber dana dalam

pemenuhan BOSP adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

BOS merupakan program Pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya

operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun,

dana BOS belum mampu memenuhi biaya operasional satuan pendidikan sesuai tuntutan standar

nasional pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus menyiapkan dana untuk menutupi

kekurangan melalui dana BOSDA. BOSDA adalah dana Bantuan Operasional Sekolah yang berasal dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Istilah yang digunakan untuk BOSDA di masing-

masing daerah sangat beragam, misalnya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Bantuan untuk

Pendidikan Gratis, dan lain sebagainya.BOSDA berhubungan erat dengan program BOS di mana tujuan

utamanya adalah meringankan biaya pendidikan untuk menuju pendidikan yang bermutu sesuai tuntutan

standar nasional pendidikan.

Dalam Modul ini akan dibahas manfaat menghitung BOSP baik bagi sekolah, masyarakat/orangtua,

maupun pemerintah, juga peran MSF dalam penyusunan BOSP.

Dasar hukum yang mendasari BOSP dibahas, yaitu antara lain Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai landasan standar nasional pendidikan serta Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi

Nonpersonalia. Selanjutnya, menguraikan standar pelayanan minimal, standar biaya operasional

pendidikan.

Pendahuluan

Page 35: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

33www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

1. Sekolah

Manfaat penghitungan BOSP detil bagi sekolah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan untuk Pedoman mengenai BOSP yang harus dimiliki sekolah berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 52 Ayat (1) huruf (i).

2. Sebagai pedoman bagi sekolah di dalam menyusun anggaran.

3. Sebagai bahan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dana tambahan bagi biaya operasional sekolah

dengan pihak-pihak yang berpotensi memberi dana seperti orangtua, dunia usaha/dunia industri, dan lain-

lain.

4. Sebagai pendukung lancarnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan SPM dan SNP.

2. Masyarakat/Orangtua

Manfaat penghitungan BOSP detil bagi masyarakat/orang tua adalah sebagai informasi yang transparan

dan mudah dimengerti tentang (1) biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh sekolah untuk dapat

memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu (sesuai standar), dan (2) besarnya dana tambahan

yang masih dibutuhkan sekolah untuk menutupi biaya operasionalnya, jika pendapatan sekolah dari

pemerintah dan sumber-sumber lain belum mencukupi. Penghitungan BOSP detil bersifat transparan dan

mudah dimengerti sehingga akan lebih mudah mendorong partisipasi masyarakat dalam hal pendanaan

untuk sekolah, dan (3) Diperoleh gambaran tentang alokasi penggunaan dana operasional di sekolah,

sehingga memberi peluang untuk ikut mengawasi penggunaan dana di sekolah.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Manfaat penghitungan BOSP detil bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai dasar untuk menghitung

kebutuhan pendanaan untuk biaya operasional sekolah untuk seluruh sekolah dalam kabupaten/kota

untuk dijadikan sebagai dasar untuk:

a. mengalokasikan dana ke sekolah, misalnya sebagai dana pendamping BOS dari pemerintah, bilamana

nilai BOSP lebih tinggi dari nilai BOS pusat.

Manfaat Penghitungan BOSP

Page 36: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

34 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

b. melakukan negosiasi guna mendapatkan tambahan dana pendamping BOS pusat dari pemerintah provinsi.

c. menetapkan kebijakan tentang pendanaan pendidikan, misalnya kebijakan diperbolehkannya atau tidak

diperbolehkannya penarikan dari orang tua peserta didik jika nilai BOSP lebih tinggi daripada nilai dana

BOS pusat ditambah dana pendamping BOS dari APBD Kabupaten/Kota dan APBD Provinsi.

Dalam hal kebijakan “Sekolah Gratis” perlu diperhatikan bahwa jika sekolah tidak boleh lagi menarik

dana dari orang tua peserta didik, maka sekolah harus mendapat dana yang cukup sesuai BOSP dari

Pemerintah. Kebijakan “Sekolah Gratis” tanpa pendanaan yang cukup bagi sekolah akan memaksa

sekolah memberikan pelayanan pendidikan yang tidak/kurang bermutu.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Secara struktural DPRD merupakan lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja

pemerintah kabupaten/kota.Dalam kaitannya dengan tugas tersebut, DPRD melakukan pengawasan

dan pemantauan terhadap kegiatan pemerintah kabupaten secara keseluruhan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, sampai akhir kegiatan.

DPRD juga berperan aktif dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang

APBD dan sangat menentukan dalam menyetujui usulan anggaran baru dari pemerintah daerah

setiap tahunnya.Sekalipun Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberi peluang pemerintah daerah

untuk menetapkan rancangan peraturan bupati tentang APBD.Jika DPRD tidak menyetujuinya, maka

nilai anggaran maksimalnya adalah sejumlah tahun anggaran sebelumnya.Selain menjadi salah satu

bentuk sanksi bagi pemerintah daerah, mekanisme tersebut memberi peluang bagi anggota DPRD

untuk memainkan perannya dalam mendorong pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan

demikian, penghitungan BOSP diharapkan DPRD memiliki acuan dalam melakukan pengawasan dan

penganggaran terhadap biaya operasional pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini.

Fungsi DPRD dalam Penganggaran dan Pengawasan BOSP

No Fungsi Pengawasan Fungsi Penganggaran

1 Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Di Pemda Acuan menghitung anggaran pendidikan

2 Referensi dan Transparansi Bahan pembanding dengan penganggaran SKPD lainnya

3 Rujukan pengawasan keuangan internal Satuan Pendidikan

Rujukan menghitung disparitas anggaran tersedia dengan anggaran dibutuhkan

4 Bagian dari fungsi pengawasan melekat Data awal untuk menghitung APBD Perubahan

Page 37: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

35www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) merupakan salah satu rujukan bagi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah untuk melakukan kontrol atas perencanaan dan penggunaan anggaran

pendidikan, baik pada tingkat pemerintah daerah maupun pada tingkat satuan pendidikan, sehingga

dinamika penganggaran untuk sektor pendidikan dapat dioptimalkan pengawasannya oleh lembaga

legislatif. Dengan demikian alur perencanaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban atas penggunaan

anggaran yang bersumber dari berbagai pos anggaran dapat dipantau, sehingga dengan BOSP

memudahkan bagi DPRD melakukan peran dan fungsinya dari sisi pengawasan.

Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP

Salah satu inovasi KINERJA-USAID yang paling berhasil adalah perkembangan peranserta masyarakat

dan media dalam proses tata kelola BOSP, karena mereka terbukti dapat membantu dalam peningkatan

mutupendidikan, dandaripengalamanitumereka lebih mampu melaksanakan pengawasan atas pengelolaan

BOSP. Karenainimerupakahal yang baru bagi masyarakat dan media, perantersebutmemerlukan proses

pendampingan.

1. Peran MSF

Peran Forum Multi Stake Holder dalam program bantuan teknis KINERJA-USAID, terkait dengan Biaya

Operasional Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat terkait isu biaya pendidikan.

b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan.

c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara pemerintah daerah (penyedia layanan) dengan masyarakat

selaku pengguna layanan.

d. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam pemenuhan anggaran untuk pendidikan dasar.

e. Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan kebijakan terkait dengan biaya pendidikan.

2. Peran Media

Peran media tidak hanya memberitakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam dunia pendidikan, namun media

juga turut andil dalam memberikan masukan dalam inovasi di dunia pendidikan.Perkembangan teknologi

mediaberjalandenganpesatdandalammasyarakatmodern,mediamempunyaiperanyangsignifikan

Page 38: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

36 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

sebagai bagian dari kehidupan dalam semua aspek termasuk dunia pendidikan. Adapun peran media dalam

penyusunan BOSP adalah:

a. Membantu dalam publikasi

b. Melakukan penguatan untuk Jurnalis Warga di bidang pendidikan;

c. Pendampingan PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), khususnya di Dinas Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Standar

Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan telah diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global guna

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dengan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP

No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Adapun mengenai penjelasan dari PP tersebut adalah sebagai berikut: Peningkatan

mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu

substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat

mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung

pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan

pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan PP tersebut, pembiayaan pendidikan terdiri atas tiga jenis biaya, yaitu; (1) biaya investasi, (2)

biayaoperasional,dan(3)biayapersonal.StandarPembiayaandidefinisisebagaistandaryangmengatur

komponen dan besarnya Biaya Operasi Satuan Pendidikan (BOSP) yang berlaku selama satu tahun, dan

BOSP adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan

pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar nasional pendidikan secara teratur

dan berkelanjutan. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan Biaya Operasional Satuan Pendidikan. Biaya operasional

satuan pendidikan BOSP) menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan khususnya pada level manajemen

Page 39: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

37www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

sekolah untuk merencanakan mekanisme penganggaran dalam menunjang pelaksanaan 8 (delapan) standar

nasional pendidikan.

Pada tataran manajemen sekolah, program awal yang dilakukan adalah melaksanakan Evaluasi Diri

Sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan memunculkan rekomendasi terkait dengan arah kebijakan

pengembangan sekolah .Evaluasi Diri Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar nasional pendidikan

yang memuat secara holistic pencapaian standar pendidikan yang berlaku di Indonesia.Evaluasi Diri

Sekolah merupakan program yang memetakan kebutuhan satuan pendidikan. Dengan demikian kebijakan

pengembangan satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil EDS yang dicapai melalui skala prioritas

yang tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan rekomendasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah

(RKS) yang merupakan program jangka menengah bagi satuan pendidikan.Kemudian isi RKS dijabarkan

secara terinci melalui rencana tahunan dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi 8 (delapan) standar yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan

Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional

Pendidikan Indonesia:

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai

pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL tersebut meliputi standar kompetensi

lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata

pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

SKL diatur dalam:

• PermendiknasNomor23Tahun2006tentangStandarKompetensiLulusan(SKL)untukSatuan

Pendidikan Dasar dan Menengah,

• PermendiknasNomor24Tahun2006tentangPelaksanaanStandarIsidanStandarKompetensiLulusan

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan

• PermendiknasNomor6Tahun2007tentangPerubahanPeraturanMenteriPendidikanNasionalNomor

24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Page 40: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

38 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

2. Standar Isi

Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi

lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan

struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.Standar ini

diatur dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

3. Standar Proses

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa,kreativitas,dankemandiriansesuaidenganbakat,minat,danperkembanganfisiksertapsikologis

peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif

danefisien.StandarProsesdiaturdalamPermendiknasNomor41Tahun2007tentangStandarProsesuntuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikharusmemilikikualifikasiakademikdankompetensisebagaiagenpembelajaran,sehatjasmanidan

rohani,sertamemilikikemampuanuntukmewujudkantujuanpendidikannasional.Kualifikasiakademikyang

dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

dibuktikandenganijazahdan/atausertifikatkeahlianyangrelevansesuaiketentuanperundang-undangan

yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional,

dan Kompetensi Sosial.

Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK,

satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga

kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga

kebersihan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007

tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

KepalaSekolah/Madrasah,PermendiknasNomor16Tahun2007tentangStandarKualifikasiAkademikdan

Page 41: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

39www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah,

Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan

PermendiknasNomor27Tahun2008tentangStandarKualifikasiAkademikdanKompetensiKonselor.

5. Standar Sarana dan Prasarana

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib

memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,

ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang

kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan

ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Standar sarana dan prasarana diatur dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana

dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

6. Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar

pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.Standar Pengelolaan

Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan

pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan

modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk

bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan

meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan

atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi,

dan lain sebagainya. Standar Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009

tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/

MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Page 42: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

40 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

8. Standar Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh

pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian

pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian

hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana

dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

1. Sejarah SPM bidang pendidikan

Di permulaan masa desentralisasi, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional menetapkan

Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar sebagai standar nasional mutu pendidikan yang harus

diselenggarakan daerah. Kepmendiknas No.053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan

(SPM) menyatakan bahwaSPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan

bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan SPM

ini mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan yang mengisyaratkan adanya

hak dan kewenangan Pemerintah untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi

nasional.

Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah menerbitkan Kepmendiknas

No.053/U/2001 tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran

keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat

sekolah.

Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan

yang terjadi dalam sistem dan manajemen pendidikan nasional, dengan penerbitan UU no 20 tahun 2003

Page 43: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

41www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan

pendidikan usia dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan

kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan

kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM.

SPM bidang pendidikan menjadi tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan Daerah.

Pada tahun 2004, UU Pemerintahan daerah diganti dengan UU no 32 tahun 2004, yang mengenalkan

konsep urusan wajib dalam pelayanan dasar.Pelayanan dasar yang diberikan kepada masyarakat merupakan

fungsi Pemerintah dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan rakyat. Pasal 11 (4) mengatur bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat

wajib (termasuk pendidikan) berpedoman pada standar pelayanan minimal (SPM) yang dilaksanakan secara

bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Pada PP No 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Definisitersebutjikadikaitkandenganbidangpenyelenggaraanpendidikandapatdiartikansebagaiketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib di bidang pendidikan yang berhak di

perolehan oleh seluruh bagian dari subsistem pendidikan.

DefinisiyanglebihmengerucutlagiadalahyangterteradalamPPno17tahun2010tentangPengelolaan

dan Penyelengaraan Pendidikan (sebagai peraturan pelaksanaan UU sisdiknas), bahwa SPM adalah kriteria

minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap

satuan pendidikan.

2. Permendikbud yang berlaku

Permendikbud No 23 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permendiknas No 15 tahun 2010 tentang SPM

Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota mengemukakan bahwa SPM pendidikan dasar merupakan tolok ukur

kinerja pelayanan pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan dalam perencanaan program dan penganggaran

pencapaian target masing-masing daerah kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa

“Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”

Standar pelayanan minimal merupakan batas minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi lulusan,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian

pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan dasar dan menengah, serta pencapaian target

pembangunan pendidikan nasional.

Page 44: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

42 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

3. Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam BOSP

Dalam penghitungan SPM dalam BOSP, ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan dengan standar

nasional pendidikan yaitu standar isi, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar proses. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Indikator SPM Standar Nasional Pendidikan

1 •SekolahmenyusunKTSP•GurumenyusunRPP

Standar Isi

2 Sekolah menerapkan MBS Standar Pengelolaan

3 •Penilaian•Laporanevaluasi•Laporanujianpenilaian

Standar Penilaian

4 Supervisi kepala sekolah kepada guru Standar Proses

Sesuai dengan ketentuan Permendiknas 15/2010 Pasal 2, kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan

pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan yang diukur dengan 27 indikator.Untuk lebih jelasnya indikator-

indikator tersebut dapat dilihat pada Lampiran C.

Standar Biaya Operasional Pendidikan

UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara

berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya

dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa

untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, UUD mengatur tentang

pembiayaan pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah mengatur

beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan, yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan

Page 45: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

43www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga

negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa

setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang

orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang

orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta

didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang

dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun

dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya

wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan

tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3)

diatur lebih lanjut dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,

kecukupan, dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,

efisiensi,transparansi,danakuntabilitaspublik.

Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan

dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan

dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan berperan serta dalam

pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya

sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat

bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat

dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah.

UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah

wajibmenyediakananggaranuntukpeningkatankualifikasiakademikdansertifikasipendidikbagigurudalam

jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.Ketentuanlebihlanjutmengenaianggaranuntukpeningkatankualifikasiakademikdansertifikasi

pendidik diatur dengan PP

Page 46: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

44 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pada PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan

Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar

Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah

mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku

selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup “biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”. Pada Bab

IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana

dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan

oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:

a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.

b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana

dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 5 Oktober 2009, menerbitkan Permendiknas Nomor 69 Tahun

2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah

(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah

aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah

pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) (Lihat Lampiran 1). Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tersebut diterbitkan berdasarkan usulan BSNP, yang telah

melakukan penghitungan standar biaya operasi untuk setiap jenjang satuan pendidikan.

PeraturanMenteriPendidikanNasionalNomor69Tahun2009mendefinisikanstandarbiayaoperasi

nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai standar biaya

yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun, sebagai bagian dari

keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan

berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 ditetapkan per sekolah/program studi, per rombongan

belajar, dan per peserta didik dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009. Di

samping itu, disediakan table indeks biaya pendidikan untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia

Page 47: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

45www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

untuk Tahun 2009 dengan basis biaya pendidikan DKI Jakarta. Untuk mengetahui standar biaya operasi

nonpersonalia tahun 2009 untuk suatu daerah, biaya operasi nonpersonalia DKI Jakarta dikalikan dengan

indeks biaya pendidikan daerah yang bersangkutan. Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum bias

memenuhi Standar Nasional Pendidikan menggunakan biaya satuan yang lebih rendah dari standar biaya ini

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009.

BAHAN PRESENTASI

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di

filePresentasi1pentingnyaBOSPdiCDyangterlampir.

PENTINGNYA BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN (BOSP) DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN

BAB 1

Page 48: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

46 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

• Definisi BOSP adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan sekolah untuk mendidik satu peserta didik di sekolah.

• Hanya penghitungan biaya operasi saja.• Hasilnya dinyatakan dalam Unit Cost atau Biaya Operasional per-

Peserta didik.• Hasil penghitungan BOSP akan dibandingkan dengan besarnya

dana BOS, BOSDA (Prov 40%, Kab 60%). - Apakah perlu tambahan dana BOS + BOSDA jika tidak cukup.

12

MANFAAT HASIL PENGHITUNGAN BOSPBagi Sekolah•AcuanpenyusunanRKASdanRKT•Dasarusulanpermintaantambahandana(jikakebutuhanlebihbesardaridanayang

tersedia) kepada pemerintah, masyarakat, orangtua.Bagi Masyarakat/OrangTua• Memberikaninformasitentangkebutuhandanaoperasionaldisekolah.Bagi Pemda (Pemprov, Pemkab/kota)• Menjadiacuankebyakanpembiayaanpendidikan.Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah• Sebagaibahandalammelakukanpengawasanterhadapkinerjapemerintahkabupaten

dalam pembiayaan pendidikan khususnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan. 14

Page 49: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

47www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

12

Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP

• Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat terkait isu biaya pendidikan.

• Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan.• Sebagai forum konsultasi, khususnya antara pemerintah daerah

(penyedia layanan) dengan masyarakataselaku pengguna layanan.• Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam pemenuhan

anggran untuk pendidikan dasar.• Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan kebijakan terkait dengan

biaya pendidikan.

Page 50: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

48 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 2 BOSP dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global.

Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis. Salah satu faktor penentu

dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah biaya pendidikan. Biaya pendidikan merupakan

nilai besar dana yang diperkirakan perlu disediakan untuk mendanai berbagai kegiatan pendidikan.

Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan

mengelola pendidikan. Secara umum pembiayaan pendidikan di Indonesia lebih banyak dilakukan

oleh pemerintah dan pemerintah daerah, sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal belum dapat

diwujudkan. Pemerintah pun terbatas kemampuannya dalam memenuhi tuntutan pembiayaan, baik biaya

investasi maupun biaya operasional. Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, masyarakat diberi

kesempatan untuk turut serta memikirkan dan berkontribusi pada sector pembiayaan pendidikan.

Oleh karena itu, dalam bahan bacaan ini akan dibahas tentang biaya pendidikan, Biaya Satuan

Pendidikan (BSP), Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Personalia Satuan

Pendidikan, Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan, dan Sumber Pendanaan. Dalam

pembahasannya, dasar hukum masing-masing biaya dan sumber dana dibahas bersama cara

penghitungan historis, yang disempurnakan dengan pendekatan KINERJA-USAID.

Biaya Pendidikan (BP)

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang

sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan

pendidikan – baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif – biaya pendidikan memiliki peran yang sangat

menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga

Pendahuluan

Page 51: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

49www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan. Biaya dalam pengertian ini

memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga.

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan

sekolah.Analisisefisiensikeuangansekolahdalampemanfaatansumber-sumberkeuangansekolah

dan hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan (unit cost) per siswa.

Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah

dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya

biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif

kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam PP No 19 tahun 2005, pembiayaan pendidikan terdiri atas: (1) biaya investasi, (2) biaya operasi,

dan (3) biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya: (a) penyediaan sarana

dan prasarana, (b) pengembangan sumberdaya manusia, dan (c) modal kerja tetap. Biaya personal

merupakan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan ole peserta didik untuk bias mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan, antara lain seragam sekolah, transport, buku pribadi,

konsumsi, akomodasi, dan biaya pribadi lainnya. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi; (a) gaji

pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, (b) bahan atau

peralatan pendidikan habis pakai, dan (c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,

asuransi, dan lain sebagainya.

Pembagian biaya pendidikan dalam PP tersebut sejalan dengan PP No 48 tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan, yang mengatur bahwa biaya satuan pendidikan terdiri atas: (a) biaya investasi,

(b) biaya operasi, (c) bantuan biaya pendidikan, dan (d) beasiswa. Biaya penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan terdiri atas; (a) biaya investasi dan (b) biaya operasi. Sedangkan biaya pribadi

peserta didik merupakan biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh

peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya Satuan Pendidikan (BSP)

Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan rata-rata tiap tahun, sehingga

mampu menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Page 52: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

50 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Dari cara penggunaannya BSP dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu; Biaya Investasi dan Biaya Operasional.

Biaya Investasi

Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah biaya yang dikeluarkan per-siswa per-tahun untuk menyediakan

sumber daya yang tidak habis pakai yang digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk

pengadaan tanah, bangunan, buku, alat peraga, media, perabot dan alat kantor.

Biaya Operasional

Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan per-siswa per-tahun untuk menyediakan sumber daya

pendidikan yang habis pakai yang digunakan satu tahun atau kurang. BSP Operasional mencakup biaya

personil dan biaya non personil.

a) Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan, honor guru tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT),

uang lembur dan pengembangan profesi guru (pendidikan dan latihan diklat guru), musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP), musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS), kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),

kelompok kerja guru (KKG), dan lain-lain.

b) Biaya non personalia adalah biaya untuk penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM), evaluasi penelitian,

perawatan atau pemeliharaan, daya dan jasa, pembinaan kesiswaan dan supervise.

Satuan pendidikan yang dimaksud di dalam Modul ini adalah sekolah. Biaya satuan pendidikan yang

disebutkan dalam PP No 19 tahun 2005 terdiri atas: (1) biaya investasi dan 2) biaya operasi. Sedangkan

dalam PP No 48 tahun 2008, biaya satuan pendidikan terdiri atas; (a) biaya investasi, (b) biaya operasi, (c)

bantuan biaya pendidikan, dan (d) beasiswa. Biaya investasi dan biaya operasi dalam PP No 48 tersebut juga

dikategorikan sebagai bagian dari biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan. Dengan demikian,

baik PP No 19 tahun 2005 maupun PP No 48 tahun 2008 menggunakan istilah biaya operasi sebagian dari

biaya pendidikan.

Pasal 6 Keputusan Mendiknas No 056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan

di Sekolah menyebutkan, penyelenggaraan pendidikan di sekolah dibiayai terutama dari anggaran daerah

Page 53: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

51www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

otonom penyelenggara sekolah yang bersangkutan. Selain itu, pembiayaan dapat dilakukan melalui

pemberdayaan peran serta masyarakat, orangtua, dan sumber lainnya. Prinsip yang harus diperhatikan adalah

asas musyawarah, mufakat, keadilan, transparansi, akuntabilitas, kemampuan masyarakat, dan ketentuan lain

yang berlaku.

Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Biaya operasional satuan pendidikan (BOSP) adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk

membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar

nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan yang terdiri atas biaya operasi kepersonaliaan dan biaya

operasi non kepersonaliaan. Sekolah memerlukan adanya pembiayaan operasional pendidikan yang diperoleh

dari sumber-sumber yang telah ditentukan demi kelancaran kegiatan pendidikan.

Menurut PP No 19 tahun 2005, BOSP adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar

nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. BOSP tersebut meliputi; (1) gaji pendidik dan tenaga

kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,

dan (3) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Dalam PP No 48 tahun 2008, biaya operasi terdiri atas; (1) biaya personalia, dan (2) biaya nonpersonalia.Bila

biaya operasi dalam PP tersebut dicocokkan dengan biaya operasi dalam PP No 19 tahun 2005, maka biaya

personalia mencakup butir 1, sedangkan biaya nonpersonalia mencakup butir 2 dan 3 yang disebut di atas.

Dengan demikian, pembagian BOSP menjadi BOSP Personalia dan BOSP Nonpersonalia dalam PP No 48

tahun 2008 sejalan dengan PP No 19 tahun 2005 dan juga dengan pembagian BOSP yang dibuat oleh BSNP.

Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP)

Dalam PP No 48 tahun 2008 disebutkan bahwa biaya personalia satuan pendidikan meliputi; (a) gaji pokok, (b)

tunjangan yang melekat pada gaji, (c) tunjangan struktural, (d) tunjangan fungsional, (e) tunjangan profesi, (f)

tunjangan khusus, dan (g) maslahat tambahan.

Page 54: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

52 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Personalia yang terdiri atas pendidik dan tenaga kependidikan di dalam standar pembiayaan, yang seharusnya

ada pada satuan pendidikan ditetapkan berdasarkan baik standar pendidik dan tenaga kependidikan maupun

standar pengelolaan pada PP No 19 tahun 2005. Dalam penghitungan BOSP oleh BSNP, jumlah personalia

(pendidik dan tenaga kependidikan) tersebut diasumsikan sama dengan yang terdapat dalam standar

pengelolaan pendidikan. Asumsi penghitungan BOSP BSNP dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Asumsi Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

UraianJenjang Pendidikan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA

Jumlah Tenaga Kependidikan (Tendik) 3 5 6

Golongan dan Masa Kerja Kepsek/Wakepsek IIIc, 5 thn IIIc, 5 thn IIIc, 5 thn

Golongan dan Masa Kerja Pendidik IIIa, 0 thn IIIa, 0 thn IIIa, 0 thn

Golongan dan Masa Kerja Tenaga Kependidikan:

Pustakawan IIa, 3 thn IIb, 3 thn IIb, 3 thn

Tata Usaha IIb, 3 thn IIa, 3 thn IIa, 3 thn

Tenaga Kebersihan Ib, 0 thn Ib, 0 thn Ib, 0 thn

Laboran IIb, 3 thn IIb, 3 thn

Teknisi IIb, 3 thn IIb, 3 thn

Jumlah Matapelajaran 9 11 11

Persentase Jumlah Pendidik Penerima Tunjangan Profesi 10% 30% 30%

Sumber: Panduan Penyusunan BOSP, Versi Juni 2011.

Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP)

Pengertian Biaya Operasi Satuan Pendidikan menurut PP no 19 tahun 2005 adalah bagian dari dana

pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya

kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Standar

pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang

berlaku selama satu tahun.

Page 55: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

53www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Sejalandenganpendapattersebut,masihdalamPPtersebut,klasifikasibiayaoperasinonpersonaliasatuan

pendidikan yaitu; (a) alat tulis sekolah, (b) bahan dan alat habis pakai, (c) daya dan jasa, (d) pemeliharaan

dan perbaikan ringan, (e) transportasi, (f) konsumsi, (g) asuransi, (h) pembinaan siswa, dan (i) penyusunan

data dan laporan. Selain menetapkan komponen biaya operasi nonpersonalia satuan pendidikan, BSNP juga

telah menetapkan subkomponen dari masing-masing komponen tersebut.Di sisi lain, DBE 1 USAID juga telah

memfasilitasi beberapa kabupaten/kota di Indonesia dalam menghitung BOSP-nya masing-masing dengan

menetapkan subkomponen dari masing-masing komponen berdasarkan 8 (delapan) Standar Pendidikan.

KlasifikasiBSNPdanDBEIUSAIDdapatdilihatdiCDBOSP.

Sumber Pendanaan

Pada program pendanaan satuan pendidikan diharapkan secara ideal memenuhi semua unsur pembiayaan,

utamanya membiayai pemenuhan semua standar nasional pendidikan. Tetapi pada kenyataannya kondisi ideal

tersebut belum dapat dicapai, karena belum semua satuan pendidikan dapat dipenuhi kebutuhannya secara

maksimal, seperti pengadaan perpustakaan, laboratorium, ruang belajar, mebeler, buku, media pembelajaran,

tenaga pendidikan professional dan tenaga kependidikan, dan lain-lainnya. Kondisi seperti itulah yang

menyebabkan perlunya dukungan/partisipasi semua pihak terkait (stakeholder), karena pendanaan pendidikan

bukan hanya tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, akan tetapi masyarakat diharapkan mengambil

peran dalam tanggungjawab pendanaan pendidikan (UU no 20 tahun 2003 ). Adapun sumber-sumber

pendanaan pendidikan dapat lihat pada uraian berikut ini.

1. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Program BOS diluncurkan sebagai langkah nyata Pemerintah maupun daerah dalam rangka peningkatan

akses masyarakat terhadap pendidikan dasar, sekaligus sebagai upaya penuntasan target wajib belajar

pendidikan dasar 9 tahun. Tahap demi tahap Pemerintah melakukan penambahan BOS untuk meringankan

beban masyarakat mendapatkan pendidikan yang layak.

Biaya Operasional Sekolah sebagai tindak lanjut kewajiban konstitusional Pemerintah dalam pendanaan

pendidikan merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pada satuan pendidikan untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak warga negara dalam hal pemenuhan kebutuhan akan pendidikan. BOS juga merupakan

dana stimulus yang dapat meringankan beban orang tua peserta didik (masyarakat) dalam memperoleh

jaminan mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas.

Page 56: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

54 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Bantuan Operasional Sekolah adalah program Pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi

nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada

beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara

umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam

rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Adapun perkembangan jumlah Dana BOS yang telah disalurkan

oleh pemerintah untuk tiap siswa jenjang SD dan SMP, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Perkembangan Jumlah Dana BOS yang Telah Disalurkan oleh Pemerintah pada Jenjang SD dan SMP per Siswa per Tahun

NoJenjang

Pendidikan

Tahun

2010 2011 2012 2013

1 SD 100.000 400.000 580.000 580.000

2 SMP 150.000 575.000 710.000 710.000

3 SMA 0 0 0 1.000.000

Sumber: Data telah diolah

2. Dana Dekonsentrasi

Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil

Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi,

tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

Dana Dekonsentrasi merupakan bagian anggaran kementerian negara/lembaga yang dialokasikan

berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga. Pendanaan dalam rangka

Dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui kementerian negara/

lembaga kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah. Pengaturan Dana Dekonsentrasi bertujuan

untuk menjamin tersedianya dana bagi pelaksanaan kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada

gubernur sebagai wakil Pemerintah. Dengan demikian, pelaksanaan pelimpahan wewenang didanai oleh

Pemerintah yang disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan. Kegiatan Dekonsentrasi di Daerah

dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh gubernur. Gubernur memberitahukan

rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Dekonsentrasi

Page 57: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

55www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

di daerah kepada DPRD. Rencana kerja dan anggaran tersebut diberitahukan kepada DPRD pada saat

pembahasan RAPBD. Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat

nonfisikantaralainkoordinasiperencanaan,fasilitasi,pelatihan,pembinaan,pengawasan,danpengendalian.

Contoh Praktik yang Baik

Penerapan Pendidikan Gratis di Sulawesi Selatan

J ika dikaji secara saksama, program pendidikan gratis sesungguhnya bukan cuma membuka

akses yang luas kepada anak tidak mampu untuk dapat mengenyam bangku sekolah tanpa

dipungut biaya. Lebih dari itu, program ini secara gradual akan memutus mata rantai kemiskinan,

mengembalikan hak-hak anak sekaligus memanusiakan mereka yang selama ini ditindas oleh kuasa

modal.

“Pendidikan Gratis” di sini adalah komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan tanpa

mengikutsertakan masyarakat (orang tua) dalam hal pembiayaan, khususnya untuk keperluan

operasional sekolah. pengertian diatas mengandung, konsekuensi bahwa kebijakan pendidikan gratis

sangat bergantung pada akurasi perhitungan tentang biaya satuan (unit cost) di sekolah. Biaya satuan

memberikan gambaran berapa sebenarnya rata-rata biaya (average rill cost) yang diperlukan oleh

sekolah untuk melayani satu murid. Besarnya biaya satuan kemudian harus dibandingkan dengan

dana BOS (bantuan operasional sekolah) selisihnya di tutupi oleh pemerintah daerah melalui regulasi

anggaran yang telah di tetapkan dalam APBD provinsi, kabupaten dan kota. inilah yang kita maksud

dengan sebutan dana sharing antara pemerintah pusat dan daerah

Kebijakan pendidikan gratis jelas tidak membebankan kekurangan biaya tersebut kepada masyarakat

(orang tua). Alternatifnya hanya dua, yaitu dipenuhi oleh pemerintah (pemda) atau dibiarkan tanpa

satu pihak pun yang menutupnya. Jika pemda yang akan menutup kekurangan biaya di sekolah

berarti diperlukan alokasi APBD sesuai dengan jumlah murid. Semakin besar selisih antara BOS

dengan biaya satuan dan semakin besar jumlah murid di suatu daerah semakin besar alokasi APBD

yang diperlukan(Prof. Dr. Hj. Syamsiah Badruddin, M.Si). Namun faktanya tidak sedikit sekolah yang

berinisiatif untuk menutupi kekurangan anggaran sekolah dengan membebankan kepada siswa

dengan bentuk pembiayaan yang berangam.

Realisasi peraturan daerah (perda) nomor 4 tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan gratis di

Sulawesi Selatan. Faktanya, dalam merealisasikan komitment pendidikan gratis tidaklah menghabiskan

Page 58: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

56 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

sedikit anggaran dari APBN dan APBD Provinsi, kabupaten/kota yang ada d Sulawesi selatan.

Sebelumnya di tahun 2008 telah dibuat Memorandum of understanding (Mou) sebagai bentuk nota

kesepahaman antara pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota untuk merealisasikan program ini

dengan uji coba di 11 kabupaten/kota yakni Makassar, Gowa, Takalar, Bantaeng, Bulukumba,

Selayar, Pangkep, Barru, Tana Toraja, Luwu Utara, dan Sinjai.Anggaran untuk ujicoba pendidikan

gratis di 11 daerah tersebut berkisar Rp 644 miliar yang bersumber dari dana bantuan operasional

sekolah (BOS) Rp 405 miliar, APBD provinsi Rp 125 miliar, dan sisanya dari pos APBN. Pemerintah

juga tidak melarang adanya bantuan pihak ketiga untuk membantu kelancaran pendidikan. Dalam

petunjuk teknis (juknis) disebutkan sedikitnya 15 komponen pembiayaan yang masuk dalam alokasi

program pendidikan gratis. di tahun kedua 2009, jumlah alokasi dana pendidikan gratis dari APBD

provinsi mencapai 193.6 miliyar, (Kep. Gubernur Sul-Sel tahun 2008), jumlah ini meningkat tajam

setelah program pendidikan gratis direalisasikan merata di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi

selatan, kemudian alolasi terakhir yang dipublikasikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi “bahwa jumlah

yang telah kucur ke kabupaten kota untuk penyelenggaraan pendidikan gratis telah mencapai 216

miliyar.

Khusus di kota Makassar, 18/11 (ANTARA), RAPBD Pokok 2009 untuk mendanai 400-an sekolah

tersebut, makassar dibutuhkan anggaran sekitar Rp70an miliar. Dana tersebut akan digunakan

untuk membiayai operasional pendidikan dan kegiatan penunjang sekolah. Dana ini lebih besar

dari alokasi dana program sekolah gratis tahun 2008 yang hanya Rp3 miliar untuk 31 sekolah

yang diprioritaskan bagi keluarga kurang mampu. dana yang diusulkan untuk APBD Pokok 2009

itu merupakan dana “sharing” dengan Pemprov Sulsel yang berkewajiban mengalokasikan 40

persen dana dari total kebutuhan setiap kabupaten/kota. Untuk kota Makassar alokasi dana sharing

pendidikan gratis berdasarkan keputusan gubernur sel-sel berkisar Rp. 23,7 miliyar,-, ini merupakan

jumlah alokasi yang tersesar di provinsi Sul-Sel, berdasarkan jumlah sekolah dan jumlah siswa yang

ada di kota Makassar. Sehingga kewajiban pemerintah kota makassar untuk mengalokasikan dana

program pendidikan gratis dari APBD terbilang paling besar yakni mencapai 58 miliyar.(Fajar: 22

Mei 2013).

Dipelbagai kalangan mengapresiasi yang cukup tinggi terhadap komitmen pendidikan gratis yang

tidak hanya sekedar bumbu-bumbu kampanye pilkada, namun mampu menunjukkan fakta yang

rill, atas kerjasama Pemrov dan Pemda kabupaten/Kota se-Sul-Sel, meskipun pada persoalan

teknis masih bayak yang perlu di benahi. pernyataan bahwa “masyarakat tidak butuh janji namum

butuh bukti” mungkin lebih tepat di sandingkan dengan kenyataan di atas, namun mesti diakui di

Page 59: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

57www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

beberapa kalangan politisi, maupun pemerintahan masih memandang kebijakan ini tidak efektif

karena tidak sesuai dengan peruntukannya, dan parahnya ada pula yang merasa ini semacam

tekanan. kita bisa saja berasumsi bahwa beban APBD yang semakin membengkak menjadi

persolalan pokok (grand problem) yang menyebabkan komitmen pemerintah terhadap pendidikan

gratis tergoyahkan, mendahului proses evaluasi terhadap kebijakan yang telah dijalankan dengan

komitmen bersama.

Indikator biaya menyebabkan sebahagian pihak menjadi gamang dalam bertindak. Padahah

adalah jelas bahwa konsep pendidikan gratis bukanlah perencanaan tanpa rencana (planning

without plan).

Pendidikan yang tidak diskriminatif

Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan yang dituangkan dalam UU Sisdiknas

2003 bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan , nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Salah satu makna dari kata tidak diskriminatif adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak

mendikotomikan antara yang kaya dan yang miskin dan merupakan hak azazi setiap warga

negera. Adalah benar bahwa kebijakan pembatasan pendidikan gratis hanya pada masyarakat

miskin, tepat untuk menekan pengeluaran pemerintah (GE), dari alokasi APBD utuk pendidikan

gratis, sehingga selisih yang ada dapat di peruntukkan ke alokasi yang lain, (Oppourtunity cost).

Namun asumsi ini akan memperkokoh Gap masyarakat yang diakibatkan oleh strata sosial yang

berbeda. Sehingga jangan heran bagi mereka yang merasa dirinya kaya mengtakan bahwa “kami

menempuh pendidikan dengan biaya yang ekslusif” wal hasil pendidikan membentuk kesadaraan

naïf yang menilai pendidikan sebagai investasi yang hanya dipandang dari sisi Nilai-nilai ekonomis

belaka.

Pemikiran lain, dalam hubungan antara masyarakat dan negara sudah jelas ada hubungan timbal

balik. Masyarakat punya tanggung jawab terhadap negara dan negara punya tanggung jawab

terhadap masyarakat. Hanya saja, dalam beberapa hal hubungan ini dinilai timpang. Masyarakat

dipaksa menjalankan kewajibannya, antara lain, membayar pajak, di sisi lain negara belum

sepenuhnya menjalankan kewajibannya, termasuk dalam pendidikan.Pendidikan bukanlah BBM,

yangantarapremiumdanpertamaxmemilikisekathargayangsignifikan.(Wardihan Sabar, 2013).

Page 60: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

58 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)

BOSDA berhubungan erat dengan program BOS di mana tujuan utamanya adalah meringankan biaya

pendidikan untuk menuju pendidikan yang bermutu. BOSDA adalah dana Bantuan Operasional Sekolah yang

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Istilah yang digunakan untuk BOSDA di

masing-masing daerah sangat beragam, misalnya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Bantuan untuk

Pendidikan Gratis, dan lain sebagainya.

Bantuan Operasional Sekolah secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non personal.

Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka penggunaan BOS dimungkinkan

untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Prioritas

utama BOS adalah untuk biaya operasional non personil bagi sekolah. Oleh karena itu, keterbatasan dana

BOS dari pemerintah Pusat, maka biaya untuk investasi sekolah/madrasah/ponpes dan kesejahteraan guru

harus dibiayai dari sumber lain, dengan prioritas utama dari sumber pemerintah, pemerintah daerah dan

selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.

Kerjasama dengan DUDI

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat juga mengambil

kebijakan untuk menjalin kerjasama dengan dunia usaha/dunia industri dan komponen masyarakat lainnya

untuk mendapatkan dana tambahan guna menutupi kesenjangan pendanaan BOSP.

Masalah pendidikan tidak boleh diabaikan karena amanat konstitusional, sehingga harus menjadi perhatian

bukan hanya pemerintah provinsi, daerah, melainkan BUMN dan perusahaan swasta. Keterlibatan perusahaan

swasta dalam mendorong dunia pendidikan, menurutnya, sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah.

“Selama ini anggaran pendidikan dari pemerintah sangat terbatas untuk melayani kebutuhan belajar mengajar

masyarakat Indonesia.

Contoh Praktik yang Baik

Perusahaan Perkebunan Karet PT Lonsum

Perusahaan perkebunan karet PT Lonsum di Bulukumba menyalurkan CSRnya berupa:

1. Membantu pengaspalan jalan sepanjang 5 km yang dapat diakses oleh masyarakat untuk

Page 61: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

59www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

memudahkan menjangkau sekolah/satuan pendidikan terdekat di daerah Palangisang

Kecamatan Ujung Loe.

2. Membantu tunjangan honorarium bagi guru honorer yang mengajar di satuan pendidikan

yang mayoritas peserta didiknya adalah anak karyawan (lokasi 15 km dari ibu kota

kabupaten).

3. Memfasilitasi pembentukan kelas jauh untuk anak usia sekolah yang tidak dapat

mengakses sekolah dasar karena lokasi jauh dari pemukiman karyawan. Dengan demikian,

perusahaan menyiapkan ruangan belajar beserta fasilitasnya, sedangkan guru disiapkan

oleh sekolah induk, akan tetapi honorarium guru menjadi tanggungan perusahaan.

Sekarang ini, dengan adanya kelas jauh tersebut, sebanyak 20 siswa dapat menikmati

pendidikan.

Pendapatan Asli Sekolah (PAS)

Pasal 46 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab

bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sumber-sumber pendapatan sekolah

bisa berasal dari pemerintah, usaha mandiri sekolah, orangtua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain

seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yayasan penyelenggara

pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta masyarakat luas. Berikut ini disajikan rincian masing-

masing sumber pendapatan sekolah.

Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang bisa menghasilkan pendapatan sekolah

antara lain:

a) Pengelolaan Kantin Sekolah

Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi,

harganya yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah.

Hasil penjualan atau sewa tempat penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber pendapatan. Pengelolaan

kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Tempatkantinstrategisdidalamsekolah,yangmemudahkanwargasekolahuntukmengunjunginya,serta

dapat terpantau oleh pengelola sekolah.

Page 62: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

60 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

• Bangunankantindidesainsecarabaik,indah,bersih,nyamansehinggamenyenangkanpengunjungnya.

• Menumakanandanminumanbervariasisesuaiselerapembelidanberkualitasbaik,namunharganya

diusahakan yang semurah mungkin.

• Keuangankantinatauhasilpengelolaankantindikelolasecaratransparan.

b) Pengelolaan Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah, adanya koperasi sekolah disamping memiliki manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan

harga yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah.

Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa berupa toko yang menyediakan seragam sekolah,

buku tulis dan cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar lainnya. Terkait dengan kebutuhan guru, koperasi bisa

menyediakan seragam guru, alat tulis dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan

kebutuhan lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru, koperasi bisa mengelola usaha simpan

pinjam dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga di bank agar guru dan pegawai sekolah

tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya koperasi di sekolah.

c) Pengelolaan Wartel

Pengelolaan wartel yang tepat juga bisa merupakan pemasukan pendapatan rutin bagi sekolah. Dalam hal ini

perlu ditunjuk petugas yang mampu mengelola kegiatan secara tertib, teliti dan memiliki tingkat kejujuran yang

tinggi.

d) Pengelolaan Jasa Antar Jemput Siswa

Pengelolaan jasa antar jemput bagi siswa, barangkali bisa dilakukan bagi sekolah yang lokasinya jauh dari

jalur transportasi umum, meskipun usia anak SMA/SMK mungkin kurang berminat menggunakannya. Tetapi

tidak ada salahnya kalau pihak sekolah menjaga kemungkinan banyak siswa yang berminat menggunakannya.

e) Panen Kebun Sekolah

Sekolah yang masih memiliki lahan luas bisa mengelola lahannya dengan menanam tumbuhan yang hasilnya

bisa dijual dan bisa menjadi pemasukan pendapatan bagi sekolah. Tentunya sekolah perlu bekerja sama

dengan penggarap tanah di sekitar sekolah, agar semua kegiatan berjalan lancar.

f) Pengelolaan usaha yang lain

Di kotak yang berikut ada pengalaman dari salah satu sekolah di Makassar untuk menggali sumber dana dari

masyarakat dengan pengelolaan usaha.

Page 63: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

61www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

g) Kegiatan yang Menarik Sehingga Sponsor Bersedia Memberi Dana

Sekolah bisa menyelenggarakan kegiatan yang menarik warga di dalam sekolah dan perusahaan di sekitar

sekolah, sehingga ada sponsor yang memberi dana ke sekolah. Kegiatan ini bisa berupa gerak jalan sehat,

pertandingan sepak bola antar sekolah atau kegiatan yang sejenis.

h) Kegiatan Seminar/Pelatihan/Lokakarya

Kegiatan seminar, pelatihan, lokakarya dengan dana dari peserta yang bisa disisihkan sisa anggarannya

untuk sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ini tentunya harus dipilih tema yang hangat, perkembangan

terkini sehingga menantang peserta mengikutinya. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa menyisihkan

sebagian untuk sekolah.

i) Penyelenggaraan Lomba Kesenian dengan Biaya dari Peserta atau Perusahaan

Penyelenggaraan gelar dan lomba kesenian antar sekolah dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang

berminat membantunya. Sebagian dana bisa disisihkan untuk sekolah.

Contoh Praktik yang Baik

Pemanfaatan Unit Produksi Sebagai Sumber Dana Sekolah

Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 4 Makassar, maka dikembangkan

unit produksi yang meliputi :

1. Unit Percetakan

2. Unit Travel Agent

3. Unit Penyewaan Gedung

4. Unit Foto Studio

5. Unit Pertokoan/Swalayan

Unit Swalayan SMK Negeri 4 Makassar yang diberi nama Swalayan KESIMA (Kesejahteraan Siswa

dan Masyarakat) adalah salah satu Swalayan di Makassar yang menjalin kerja sama dengan GORO.

Page 64: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

62 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

j) Masyarakat

Upaya peningkatan mutu tidak bisa dibebankan sepenuhnya pada sekolah.Memang, sekolah adalah ujung

tombak dan pemilik kuasa terbesar dalam peningkatan mutu ini.Karenanya, diperlukan kemandirian, kemauan

kuat, dan kerja keras bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya.Tetapi, kalau kita mengacu pada

konsep “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah” maka diperlukan sinergi dan kerjasama antara

beberapa komponen (stakeholders) yang melingkupi sekolah.

Sumber pendanaan dari masyarakat (komite sekolah, alumni, orangtua peduli pendidikan, dan lain-lain). Salah

satu sumber dana sekolah yaitu melalui komite sekolah. Dimana Komite Sekolah merupakan suatu lembaga

mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah

dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pada tingkat satuan pendidikan.

Pemberdayaan Komite Sekolah dapat diwujudkan diantaranya melalui pelibatan mereka dalam penyusunan

rencana dan program sekolah, RKAS, pelaksanaan program pendidikan dan penyelenggaraan akuntabilitas

pendidikan. Salah satu tugas dan fungsi komite adalah sebagai badan pertimbangan dan pendukung dalam

halpenyusunandanpenetapanRKASsertamemberidukungandalamfinancialkhususnyadalampenggalian

dana dari wali siswa atau masyarakat. Adapun sumber dana dari masyarakat dapat berupa:

● Bantuansukarelamasyarakatumuminsidental

● Bantuansukarelamasyarakatumumrutin

● Bantuanalumni

Sumber dana yang berasal dari orangtua siswa dapat berupa sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan

pembangunan gedung, dan iuran Komite Sekolah.

Selain itu bisa juga sekolah mengembangkan penggalian dana dalam bentuk: (1) Amaljariyah, (2) Zakatmal,

(3) Uang tasyakkuran, dan (4) Amal Jumat.

Contoh upaya menggali dana dari masyarakat dapat dilihat di kotak yang berikut.

Page 65: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

63www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Contoh Praktik yang Baik

IKA SMADA 86 MAKASSAR

Visi: Menjalin kebersamaan demi citra sekolah dan alumni SMADA 86 Makassar

Misi: Menjadi wadah organisasi bagi alumni SMADA86 Makassar

• BerperanaktifdalampeningkatankualitaspendidikansekolahSMADAMakassar

• BerperanmeningkatkankesejahteraansesamaalumniSMADA86Makassar

• Turutberpartisipasidalamaktivitassosialkemasyarakatan

Ikatan SMADA 86 Makassar telah memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu

pendidikan di SMA Negeri 2 Makassar. Salah satu kontribusi yang diberikan tahun 2013 yaitu renovasi

Perpustakaan dengan total anggaran adalah Rp 96.500.000,- (Sembilan puluh enam juta lima ratus

ribu rupiah). Bentuk renovasi perpustakaan yang dilakukan adalah merubah dan memperbaiki

tampilan perpustakaan yang ada tanpa merubah volume ruangan. Sumber dana berasal dari iuran

setiap bulannya minimal Rp.10.000 per anggota yang disetor atau ditransfer ke rekening Bendahara

IKA SAMADA 86 Makassar.

Sumber: SMA Negeri 2 , Jl. Baji Gau, Makassar.

k) Sumber lain

Selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber pembiayaan alternatif yang berasal dari proyek

pemerintah baik yang bersifat block grant maupun yang bersifat matching grant (imbal swadaya). Di tahun

anggaran 1997 sampai dengan 2003, sumber alternatif itu dikucurkan oleh Proyek Perluasan dan Peningkatan

Mutu Pendidikan melalui mekanisme block grant maupun yang bersifat matching grant.

Untuk memperoleh dana dari berbagai pihak utamanya dari dana hibah atau block grant, kepala sekolah

perlu menyusun proposal yang menggambarkan kebutuhan pengembangan program sekolah. Komponen

proposaldapatdisusunsebagaiberikut:rumusanvisi,misi,dantujuansekolah,identifikasitantangannyata

yangdihadapisekolah,sasaran,identifikasifungsi-fungsisasaran,analisisSWOT,alternatiflangkah-langkah

pemecahan persoalan, rencana dan Program Peningkatan mutu, anggaran dan rincian penggunaannya.

Page 66: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

64 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

BAHAN PRESENTASI

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses

difilePresentasi 2 Sumber pendanaan biaya operasional sekolah di CD yang terlampir.

BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL

BAB 2

Pengkategorian Biaya Pendidikan (PP 19/2005 & PP 48/2008)

8

Page 67: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

65www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Sumber Pendanaan

• Bantuan Operasional Sekolah (BOS)• Dana Dekonsentrasi• Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)• Kerjasama dengan DUDI• Pendapatan Asli Sekolah (PAS)• Masyarakat

14

Page 68: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

66 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 3 Pendekatan dan Konsep BOSP Serta Cara Penghitungannya

Modul ini memfokuskan pembahasan pada pendekatan dan konsep BOSP dan cara penghitungannya.

Langkah awal penghitungan BOSP oleh Pemerintah Kabupaten/Kota adalah memahami pendekatan

dan konsep BOSP. Setelah itu memahami cara penghitungannya yang dimulai dari menentukan

berbagai asumsi dasar (kondisi sekolah). Selanjutnya, menetapkan kegiatan-kegiatan dan komponen/

subkomponen biaya untuk menghitung volume dan menentukan harga satuan dari setiap komponen/

subkomponenbiayaberdasarkanklasifikasisekolah.

Setelah substansi penghitungan dibahas, modul ini membahas pembentukan Tim Penyusun BOSP yang

bertanggungjawab atas seluruh rangkaian proses baik secara akademik maupun secara legal formal.

Untuk itu, diperlukan keterwakilan dari berbagai unsur seperti Dinas Pendidikan, BPKAD/DPKAD/Bagian

Keuangan Sekretariat Daerah, Bappeda, Sekolah (SD/MI, SMP/MTs), dan Multi Stakeholder Forum

(MSF).

Sejarah Penghitungan BOSP

Bank Dunia telah melakukan penghitungan BOSDA melalui program BOSDA dengan menggunakan

pendekatan formula sehingga pengalokasian BOSDA lebih adil dan berbasis kinerja. Program

inimeminimalkanketimpanganantarsekolahmelaluialokasiyanglebihadil,sementaraefisiensi

penggunaan anggaran dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan,

termasuk untuk mendorong prestasi sekolah. Program BOSDA berformula diterapkan berdasarkan tiga

jenis alokasi yaitu alokasi dasar, alokasi karakteristik sekolah dan alokasi prestasi sekolah. Alokasi dasar

digunakan untuk memastikan bahwa semua sekolah dalam kondisi apapun menerima BOSDA.Alokasi

karakteristik sekolah adalah alokasi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antar sekolah

Pendahuluan

Page 69: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

67www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

agar lebih adil. Sementara alokasi prestasi sekolah merupakan alokasi untuk mendorong peningkatan

prestasi sekolah.Penentuan variable dalam masing-masing alokasi merupakan kesepakatan para

pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan prioritas daerah. Dengan demikian, program ini

tidak menghitung kebutuhan rata-rata setiap siswa per tahun sesuai dengan tuntutan Standar Pelayanan

Minimal. Ada kecenderungan hasil penghitungan lebih besar pada sekolah yang memiliki prestasi lebih

tinggi.

Sedangkan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) juga telah melakukan penghitungan

Standar BOSP dengan menggunakan “Pendekatan Biaya”. Untuk menghitung Standar BOSP, BSNP

mengembangkan template untuk setiap jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA (lihat Lampiran 4).Akan

tetapi, karena modul ini hanya membahas BOSP pada jenjang SD/MI, dan SMP/MTs, maka template-

template BSNP untuk SMA/MAdan SMK tidak dicantumkan di sini.

BSNP telah menghitung Standar Biaya Operasional Nonpersonalia, untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA

(3 JURUSAN), SMK (76 Program Keahlian), SDLB (5 Tuna), SMPLB (5 Tuna), SMALB (4 Tuna). BNSP

melakukan penghitungan dengan menetapkan komponen menggunakan pendekatan biaya yaitu Biaya

Personalia (Pendidik & Tenaga Kependidikan) meliputi Gaji dan Tunjangan, dan Biaya Nonpersonalia

meliputi: ATS, Daya dan jasa, Pemeliharaan dan perbaikan ringan, Transportasi, Konsumsi, Asuransi,

Pembinaan siswa/ekstra-kurilkuler, Bahan dan alat habis pakai, dan Pelaporan.

Harga satuan dari setiap komponen BOSP yang digunakan oleh BSNP untuk menghitung nilai BOSP

menggunakan harga satuan DKI Jakarta. Daftar tabel indeks biaya pendidikan untuk tahun 2009 masih

menggunakan indeks kemahalan konstruksi (IKK) yang dianggap belum benar-benar tepat untuk

menghitung biaya pendidikan.

Pada saat ini BSNP telah menyusun indeks biaya pendidikan dengan cara mengumpulkan harga satuan

komponen BOSP dari setiap kabupaten/kota di Indonesia. Proyek USAID-DBE 1 membantu BSNP

mengumpulkan harga satuan komponen BOSP di kabupaten/kota mitra DBE 1.

Pendekatan KINERJA Penghitungan BOSP

KINERJA memfasilitasi kabupaten/kota dalam menghitung BOSP-nya dengan mengadopsi pendekatan

penghitungan BOSP yang telah dilakukan oleh DBE 1 denganmenggunakan template yang telah

dikembangkan dari template BSNP. Hal tersebut, disebabkan bahwa “pendekatan penghitungan” yang

Page 70: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

68 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

telahdilakukanolehDBE1dengan“pendekatankegiatan”dianggaplebihefisiendanefektifdibanding

dengan menggunakan “pendekatan biaya” mengingat setiap kabupaten/kota memiliki kebutuhan yang

berbeda-beda berdasarkan kondisi daerahnya masing-masing. Disamping itu, DBE 1 juga menentukan

biaya-biaya yang diperlukan dalam suatu kegiatan, tidak hanya didasarkan kebutuhan terhadap biaya

tetapi juga dengan mempertimbangkan kesesuaian biaya dengan peraturan yang ada. Template

penghitungan berdasarkan pendekatan kegiatan yang telah dikembangkan oleh DBE 1 dapat dilihat di CD

BOSP.

Pendekatan penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) harus diubah dari pendekatan

biaya ke pendekatan program kegiatan dengan tolok ukur relevansi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

pada satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Perubahan itu dinilai perlu, karena

akan memutuskan rantai biaya pendidikan dan birokrasi yang rumit, sehingga dana yang diterima sekolah

bisa lebih besar. Secara umum, penghitungan biaya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: (1)

pendekatan biaya dan (2) pendekatan kegiatan, sebagaimana diilustrasikan:

1. Pendekatan Biaya

Penghitungan BOSP dengan menggunakan “pendekatan biaya” dilakukan dengan menyusun/menghitung

biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan komponen biaya (dengan menggabungkan/ menjumlahkan

komponen biaya yang sama) untuk semua kegiatan yang akan dilakukan dan merinci kegiatan-kegiatan

yang membutuhkan biaya tersebut.

Ilustrasi 1Pendekatan Biaya Ilustrasi 2 Pendekatan Kegiatan

Page 71: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

69www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

2. Pendekatan Kegiatan

Penghitungan BOSP dengan menggunakan “pendekatan kegiatan” dilakukan dengan menyusun/

menghitung biaya berdasarkan kegiatan yang akan dilakukan dan dirinci jenis biaya yang dibutuhkan

untuk setiap kegiatan tersebut. Dengan demikian, pada kegiatan yang berbeda terdapat kemungkinan

munculnya jenis biaya yang sama. Sebagai contoh, kegiatan “A” membutuhkan kertas HVS 1 rim untuk

surat menyurat, kegiatan “B” juga membutuhkan kertas HVS 2 rim (karena juga memerlukan surat

menyurat).

Dengan demikian, jika contoh pada “pendekatan kegiatan” di atas dimana kegiatan “A” membutuhkan

kertas HVS 1 rim untuk surat menyurat, dan kegiatan “B” juga membutuhkan kertas HVS 2 rim (karena

juga memerlukan surat menyurat), maka dalam “pendekatan biaya” dapat dibuat dalam bentuk: kertas

HVS untuk kegiatan “A” 1 rim dan kegiatan “B” 2 rim. Untuk mengetahui perbedaan kedua pendekatan

tersebut di atas dapat dilihat dari 2 bentuk penghitungan berikut ini.

3. Bentuk 1 Rincian Barang Dijabarkan

Bentuk ini cocok digunakan apabila jumlah kegiatan yang membutuhkan barang yang sama dirasa tidak

terlalu banyak dan rinciannya ingin dijabarkan.

Pendekatan Biaya Pendekatan Kegiatan

Page 72: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

70 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

4. Bentuk 2 Rincian Barang Tidak Dijabarkan

Bentuk ini cocok digunakan apabila jumlah kegiatan yang membutuhkan barang yang sama dirasa cukup

banyak dan rinciannya tidak ingin dijabarkan.

Cara Penghitungan BOSP

Adapun cara penghitungan BOSP dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Penentuan Asumsi Dasar

Hasil penghitungan BOSP diharapkan untuk memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

Besaran dana operasional per individu peserta didik per tahun yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan agar

kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

Kenyataan menunjukkan bahwa keadaan sekolah pada setiap jenjang/jenis pendidikan di suatu daerah

bervariasi, baik dari jumlah rombel, jumlah siswa per rombel, jumlah guru, jumlah tenaga kependidikan,

dan lain-lain. Dengan demikian, untuk menentukan suatu hasil penghitungan BOSP dari setiap jenjang/jenis

pendidikan yang variasi tersebut diperlukan suatu asumsi penghitungan.

Adapun asumsi dasar yang diperlukan dalam penghitungan BOSP, meliputi:

Pendekatan Biaya Pendekatan Kegiatan

Page 73: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

71www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

1. Jumlah rombongan belajar (rombel) per sekolah.

2. Jumlah peserta didik (siswa) per rombel.

3. Jumlah pendidik (guru) dan tenaga kependidikan per sekolah (sesuai jumlah rombel yang dihitung).

4. Jumlah mata pelajaran.

5. Persentase jumlah pendidik penerima tunjangan profesi.

Asumsi dasar tersebut ditetapkan sesuai dengan kondisi umum (kondisi rata-rata) di daerah dengan tetap

mempertimbangkan standar-standar yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penghitungan

BOSP yang sesuai kebutuhan riil di sekolah namun tetap mengacu pada standar-standar yang ada.

Sebagai contoh dalam menentukan asumsi untuk jumlah pendidik pada jenjang SD/MI:

1. Jika kondisi di daerah (secara faktual) di bawah standar, maka yang diikuti adalah kondisi faktual tersebut.

Misalnya: Suatu daerah memiliki kondisi jumlah pendidik pada jenjang SD/MI sebanyak 5 orang pendidik

(termasuk kepala sekolah), maka yang menjadi asumsi jumlah pendidik untuk jenjang SD tersebut adalah

5 orang pendidik.

2. Jika kondisi di daerah (secara faktual) di atas standar, maka yang diikuti adalah Standar. Misalnya, suatu

daerah memiliki kondisi jumlah pendidik pada jenjang SD/MI sebanyak 11 orang pendidik (termasuk kepala

sekolah), maka yang menjadi asumsi jumlah pendidik untuk jenjang SD tersebut adalah 9 orang pendidik.

Berdasarkan Standar jumlah tenaga pendidik untuk jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak

9 pendidik meliputi; 6 guru kelas, 1 kepala sekolah, dan 2 guru matapelajaran (Agama dan

Olahraga).

Contoh berikutnya yaitu dalam penentuan asumsi dasar seharusnya dilakukan berdasarkan data. Khusus

untuk asumsi jumlah rombel sebaiknya untuk SD/MI diambil kelipatan enam, sedangkan untuk SMP/MTs dan

SMA/MA dengan jumlah rombel kelipatan tiga.

Sebagai contoh, kenyataan di lapangan di suatu kabupaten/kota menunjukkan:

1. Jumlah rombel SD/MI sebagian besar 12 rombel, bukan 6 rombel sebagaimana asumsi yang digunakan

BSNP.

2. Jumlah peserta didik SD/MI per rombel sebagian ebsar 36 orang, bukan 28 orang sesuai Standar Proses.

Jika kondisi demikian, maka untuk penghitungan BOSP SD/MI digunakan asumsi jumlah rombel sebanyak 12

rombel, jumlah peserta didik per rombel sebanyak 28 orang.

Page 74: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

72 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Dengan demikian, penentuan pertimbangan jika secara faktual asumsi dasar di bawah standar, maka yang

diikuti adalah faktual, didasarkan pada pertimbangan bahwa kebutuhan terhadap sejumlah dana tersebut

adalah hanya sebesar itu (meskipun belum memenuhi standar), sedangkan penentuan pertimbangan jika

secara faktual asumsi dasar di atas standar maka yang diikuti adalah standar, didasarkan pada pertimbangan

bahwa kalau penghitungan didasarkan pada keadaan faktual yang di atas standar, maka penghitungan

yang dilakukan akan menghasilkan nilai kebutuhan terhadap sejumlah dana “di atas” standar bukan untuk

“memenuhi” standar.

Di sisi lain, asumsi penghitungan tidak perlukan apabila jumlah sekolah pada jenjang/jenis yang akan dihitung

BOSP-nya (misalnya SMK) hanya satu sekolah. Demikian pula jika penghitungan BOSP ini akan dilakukan

berdasarkan individu sekolah. Dalam keadaan demikian, unsur-unsur dasar ini akan didasarkan pada kondisi

sekolah yang bersangkutan.

2. Penentuan Kegiatan

Biaya Operasional Satuan Pendidikan terdiri atas Biaya Operasi Personalia dan Biaya Operasi Nonpersonalia.

Biaya operasi personalia tidak dirinci dalam kegiatan tetapi langsung ke dalam komponen biaya. Biaya

Operasional Nonpersonalia dirinci dalam berbagai kegiatan sesuai dengan standar-standar nasional

pendidikan sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian terdahulu. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah

ditetapkan terlebih dahulu dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan (Lihat contoh di

Lampiran 4). Namun demikian, Tim Penyusun BOSP harus tetap meninjau ulang kelengkapan dari kegiatan-

kegiatan yang sudah terlebih dahulu dicantumkan pada template penghitungan dan melakukan perbaikan

jika terdapat dasar dan alasan yang kuat. Misalnya, jika ada kegiatan yang wajib dilaksanakan di setiap

sekolah berdasarkan aturan atau kebijakan pemerintah daerah, maka kegiatan tersebut dapat ditambahkan

di template penghitungan yang telah disediakan. Sebaliknya, jika dalam template ada kegiatan yang tidak

dilaksanakan di sekolah karena adanya aturan atau kebijakan pemerintah daerah, maka nama kegiatan dalam

template tidak perlu dihapus, cukup menulis angka 0 (nol) pada kolom volume, satuan, dan harga satuan tanpa

menghilangkan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tersebut dalam template.

3. Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya

a) Biaya Operasi Personalia

Biaya Operasi Personalia meliputi gaji dan tunjangan (yang melekat pada gaji, fungsional, dan profesi) untuk

pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut:

Page 75: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

73www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

a. Biaya operasional untuk Pendidik, meliputi;

1) gaji Pokok dan Tunjangan yang melekat pada gaji, untuk pendidik yang merangkap sebagai Kepala

Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah;

2) gaji pokok dan Tunjangan yang melekat pada gaji untuk pendidik lainnya (yang tidak merangkap

sebagai Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah);

3) tunjangan fungsional, untuk guru termasuk yang merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah (tidak

termasuk pendidik yang merangkap sebagai Kepala Sekolah); dan

4) tunjangan profesi, untuk guru termasuk yang merangkap sebagai Kepala Sekolah dan Wakil Kepala

Sekolah.

b. Biaya operasional untuk Tenaga Kependidikan, meliputi;

1) tunjangan Kepala Sekolah (berupa tunjangan fungsinal dan tunjangan lain jika ada) dan Wakil Kepala

Sekolah (jika ada) dan

2) gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji untuk Laboran, Pustakawan, Teknisi Sumber Belajar,

Tenaga Tata Usaha, dan Tenaga Kebersihan.

Penghitungan BOSP dimaksudkan untuk menetapkan berapa dana yang diperlukan oleh sekolah untuk

kegiatan operasional yang biayanya dibayar langsung oleh sekolah, sehingga template Penghitungan BOSP

berdasarkan Kegiatan tidak mencantumkan rincian dari Biaya Operasi Personalia. Dimana pada umumnya,

pendidik dan tenaga kependidikan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga gaji dan tunjangan mereka

tidak dibayarkan oleh sekolah, melainkan dibayar langsung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Apabila kondisi pendidik atau tenaga kependidikan di sekolah bukan semuanya PNS (sebagian masih

berstatus honorer) dan gajinya maupun tunjangannya (jika ada) sebagian dibayar oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan sebagian dibayar oleh sekolah

tergantung peraturan atau kebijakan daerah masing-masing, maka dalam penghitungan BOSP, komponen

Biaya Operasi Personalia ini dapat ditambahkan dan juga dapat dihilangkan, tergantung kondisinya. Jika gaji

dan tunjangan personalia honorer harus dibayar oleh sekolah terjadi secara umum (rata-rata), maka gaji dan

tunjangan personalia honorer tersebut perlu ditambahkan pada template penghitungan, sebaliknya apabila gaji

dan tunjangan personalia honorer tersebut secara umum (rata-rata) dibayar oleh pemerintah atau pemerintah

Daerah (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota), maka gaji dan tunjangan personalia honorer

tersebut tidak perlu ditambahkan dalam template penghitungan.

Kondisi demikian, nilai BOSP yang ditetapkan akan juga mencakup biaya Operasi Nonpersonalia dan Biaya

Personalia untuk personalia honorer tersebut. Demikian juga, dalam penghitungan alokasi dana ke sekolah

Page 76: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

74 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

untuk mendanai BOSP, komponen gaji dan tunjangan (bila ada) personalia honerer termasuk di dalammnya.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa gaji dan tunjangan (jika ada) personalia honerer ditambahkan dalam Biaya

Operasional Personalia, harus ditetapkan terlebih dahulu dalam asumsi dasar mengenai personalia honorer

tersebut, misalnya jumlah rata-rata personalia honorer dan gaji dan tunjangan (bila ada) per personalia honorer

pada setiap sekolah.

b) Biaya Operasi Nonpersonalia

Biaya Operasi Nonpersonalia yang dimaksudkan dalam modul ini adalah jumlah seluruh pengeluaran

sekolah selain yang dimanfaatkan untuk kebutuhan kesejahteraan (gaji dan tunjangan) pendidik dan tenaga

kependidikan di sekolah. Perlu dicatat bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi nonpersonalia yang sifatnya

pribadi bagi pendidik, tenaga kependidik, dan peserta didik tidak termasuk di dalam biaya ini. Dengan

demikian, untuk setiap kegiatan yang akan dihitung biayanya, perlu ditetapkan komponen dan subkomponenya

(jika ada) biayanya. Selain kegiatan yang sudah dicantumkan dalam Template Penghitungan BOSP

berdasarkan Kegiatan sudah dicantumkan juga komponen dan subkomponen biayanya. Tim Penghitungan

BOSP harus tetap meninjau ulang kelengkapan komponen dan subkomponen biaya tersebut dan melakukan

perbaikan jika perlu.

c) Penambahan, Pengurangan, dan Penyesuaian komponen/subkomponen

Setiap penambahan, pengurangan, dan penyesuaian nama terhadap komponen/subkomponen yang telah

disusun di dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan harus memiliki dasar yang kuat, yaitu:

a. Penambahan komponen/subkomponen biaya dapat dilakukan apabila komponen/ subkomponen biaya

yang ditambahkan tersebut merupakan komponen/subkomponen biaya yang benar-benar dibutuhkan

oleh sekolah (berdasarkan standar atau peraturan tertentu). Walaupun demikian, tidak diperbolehkan

menambahkan komponen/subkomponen biaya jika berdasarkan peraturan yang ada, sekolah tidak

diperbolehkan mengeluarkan dana untuk komponen biaya tersebut. Misalnya, jika suatu daerah memiliki

aturan atau kebijakan tersendiri untuk mewajibkan setiap sekolah membina “Dokter Kecil” atau “Polisi

Cilik”, maka subkomponen ini dapat ditambahkan.

b. Pengurangan komponen/subkomponen biaya dapat dilakukan apabila komponen/ subkomponen biaya

dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan tidak dapat direalisasikan di daerah (meskipun

mungkin dibutuhkan oleh sekolah). Misalnya, honor dan transport untuk kegiatan. Walaupun mungkin

secara logis honor dan transport tersebut dapat diterima, namun ada aturan di daerah tersebut yang

melarang pemberian honor dan transport tersebut. Pengurangan komponen/ subkomponen biaya ini

dianjurkan dilakukan dengan memasukkan angka nol (0) ke dalam volume, satuan, dan harga satuan

Page 77: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

75www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

tanpa menghilangkan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tersebut dalam template. Dengan

demikian, secara otomatis pengeluaran untuk komponen/subkomponen tersebut tidak terhitung dalam

BOSP (meskipun tetap ada dalam daftar kegiatan dan komponen biaya).

c. Penyesuaian nama subkomponen biaya dapat dilakukan apabila nama subkomponen biaya dalam

template penghitungan BOSP, di daerah yang bersangkutan lebih dikenal dengan nama yang lain.

Misalnya, dalam template dicantumkan nama subkomponen “Peringatan Maulid Nabi Muhammad”

dan daerah tersebut mayoritas masyarakatnya nonmuslim seperti Kabupaten Tana Toraja, maka nama

subkomponen biaya tersebut dapat disesuaikan dengan nama yang sesuai seperti “Perayaan Natal”.

d) Komponen Investasi Ringan dan Bantuan untuk Peserta Didik (Siswa Miskin)

Komponen investasi ringan yang dimaksudkan dalam Modul ini yaitu keperluan dalam proses pembelajaran

berupa buku teks pelajaran, alat peraga sederhana, dan investasi ringan lain. Sedangkan Bantuan Siswa

Miskin yaitu bantuan yang diperuntukkan kepada peserta didik yang orang tuanya kurang mampu agar beban

biaya personalnya lebih ringan. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan dana transportasi, buku, alat tulis,

pakaian seragam, dan uang saku.

Komponen investasi ringan dan Bantuan Siswa Miskin ini bisa saja ditambahkan dalam penghitungan BOSP

jika Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kebijakan dimana sekolah diminta bertanggung jawab untuk juga

mengelola dana atas beberapa tambahan selain Biaya Operasi Personalia (khusus untuk personalia honorer

yang biaya personalianya dibayar langsung oleh sekolah) dan Biaya Operasi Nonpersonalia. Dalam hal ini,

Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menyalurkan dana ke sekolah sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing

sekolah atau untuk kemudahan administrasi Pemerintah Kabupaten/Kota dapat juga meminta agar komponen

dimaksud dimasukkan sebagai komponen BOSP dan arena itu dihitung kebutuhan rata-ratanya.

Misalnya, Pemerintah Kabupaten/Kota ingin agar sekolah mengelola dan membeli sendiri buku teks pelajaran

untukpendidikandanpesertadidik,alatperagasederhana,dancomputeruntukadministrasi(secaradefinsii,

komponen-komponen ini sebenarnya adalah komponen biaya investasi, bukan komponen biaya operasional,

karena manfaatnya lebih dari satu tahun). Demikian pula, jika Pemerintah Kabupaten/Kota ingin agar

sekolah mengelola sendiri bantuan biaya pendidikan, bukan komponen biaya operasional) karena mungkin

menganggap sekolah yang paling tahu peserta didiknya yang mana saja yang berasal dari keluarga kurang

mampu.

Apabila Pemerintah Kabupaten/Kota akan mengalokasikan dana untuk komponen biaya investasi setiap

tahun ke sekolah dan memperlakukannya sebagaimana komponen BOSP, maka harga dari komponen biaya

Page 78: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

76 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

investasi tersebut dapat dibuat menjadi pertahun dengan cara membaginya dengan umur ekonomis (umur

pakai) barang tersebut. Jika harga komponen biaya investasi dihitung penuh untuk satu tahun (tidak dibagi

umur ekonomis) maka nilai BOSP Nonpersonalia akan menjadi terlalu tinggi. Jika alokasi dana ke sekolah

didasarkan pada nilai yang terlalu tinggi, sekolah akan menerima dana terlalu besar, melebihi yang benar-

benar diperukan setiap tahunnya.

4. Penentuan Volume

Volume yang dimaksudkan dalam modul ini adalah total kebutuhan atas suatu komponen/subkomponen biaya

untuk kegiatan tertentu dalam satu tahun. Dengan demikian, volume dihitung dengan mengalikan antara

frekuensi penggunaan/pembayaran/kebutuhan dalam setahun, jumlah pengguna yang membutuhkan, dan

jumlah penggunaan/kebutuhan setiap pengguna atau yang membutuhkan.

Penentuan volume untuk setiap komponen/subkomponen biaya harus dilakukan secara rinci untuk satu tahun

agartransparandangunamemudahkanverifikasi.Rincianvolumetersebutharusmencantumkaninformasi

tentang:

a) Frekuensi per Tahun

Bagian ini menunjukkan berapa kali penggunaan/pemakaian/pembayaran untuk komponen biaya untuk

kegiatan tertentu dalam satu tahun. Misalnya, untuk gaji, frekuensi per tahun adalah 12 kali atau 13 kali,

karena guru dan tenaga kependidikan dibayar 12 kali atau `13 kali dalam satu tahun.

b) Jumlah Pengguna atau yang Membutuhkan

Bagian ini menunjukkan jumlah pengguna atau yang membutuhkan yaitu obyek yang menjadi pemicu

biaya (cost driver) yang dijadikan dasar untuk penghitungan komponen biaya. Jumlah pengguna/yang

membutuhkan dapat berupa jumlah pendidik, jumlah peserta didik, jumlah kelompok peserta didik, jumlah

rombel, jumlah matapelajaran, atau bahkan jumlah sekolah (yaitu satu sekolah). Misalnya, jumlah pendidik

yang dibayar gaji pokoknya, jumlah peserta didik yang dijadikan dasar penghitungan biaya fotokopi untuk

administrasi, dan sebagainya.

c) Jumlah Penggunaan/Kebutuhan setiap Pengguna atau yang Membutuhkan

Bagian ini menunjukkan jumlah penggunaan/pembayaran/kebutuhan per satu kali penggunaan/pemakaian/

pembayaran per satu pengguna/yang membutuhkan.

Page 79: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

77www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

d) Satuan

Bagian ini menunjukkan satuan dari komponen/subkomponen biaya. Misalnya, lembar untuk fotokopi,

batang untuk pensil, dan sebagainya.

Contoh:

Jika buku absensi peserta didik untuk SD/MI dibutuhkan, satu buah di setiap rombel (misalnya 6 enam

rombel) pada setiap semester, berarti:

a. Frekuensi per tahun : 2 kali (1 tahun = 2 semester)

b. Jumlah yang membutuhkan : 6 rombel

c. Jumlah kebutuhan setiap rombel : 1 buah

Ini berarti, volume buku absensi tersebut dapat diformulasi sebagai berikut:

Buku absensi : 2 semester x 6 rombel x 1 buah = 12 buah

Penentuan volume harus konsisten dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara teknis,

penentuan volume di dalam Template telah menggunakan formula penghitungan sehingga nilai volume dapat

diperoleh secara otomatis setelah mengisi rincian volume sebagaimana disebutkan di atas.

5. Penentuan Harga Satuan

a) Penentuan Harga Satuan Biaya Operasional Personalia

Penentuan harga satuan biaya operasi personalia yang secara umum meliputi gaji dan tunjangan dilakukan

berdasarkan peraturan yang mengatur tentang hal tersebut antara lain Undang-undang, Peraturan Pemerintah,

Peraturan Presiden (Perpres), dan peraturan lain seperti Peraturan Gubernur, Peraturan/Keputusan Bupati/

Walikota untuk pemberian tunjangan/insentif bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Peraturan-peraturan

tersebut dapat berubah setiap tahun, oleh karena itu peraturan yang digunakan adalah peraturan terakhir.

b) Penentuan Harga Satuan Biaya Operasional Nonpersonalia

Penentuan harga satuan biaya operasi nonpersonalia dilakukan berdasarkan Standar Harga Satuan Barang

dan Jasa (biasanya dalam bentuk Keputusan Bupati/walikota) setiap daerah. Namun dalam kenyataannya,

terkadang ada komponen/ subkomponen biaya yang tidak terdapat dalam Standar Harga Satuan Barang

dan Jasa tersebut. Jika hal ini terjadi, maka menentukan harga satuan atas komponen/subkomponen biaya

Page 80: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

78 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

tersebut dilakukan dengan menggunakan keputusan pemerintah (misalnya, harga buku teks), menggunakan

harga yang ditetapkan instansi yang berwenang (misalnya, listrik per Kwh, air per M3), atau menggunakan

harga pasar rata-rata (bukan harga tertinggi atau termurah).

Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah

1. Klasifikasi Sekolah

Apabila Pemerintah Kabupaten/Kota menginginkan penghitungan BOSP yang berbeda karena terdapat

kelompok-kelompok sekolah yang dianggap cukup berbeda dalam berbagai hal, yang menyebabkan kebutuhan

biaya opersionalnya berbeda satu sama lain, maka penghitungan BOSP dapat dilakukan berdasarkan

klasifikasisekolah.Klasifikasisekolahdapatdilakukandenganmengelompokkansekolah-sekolahberdasarkan

berbagai kriteria, seperti; jumlah rombel, jumlah kegiatan “tambahan” di sekolah, jarak sekolah dari pusat

kegiatan, status sekolah, dan hasil akreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS).

Jikajumlahkegiatan“tambahan”disekolahdijadikansebagaipertimbangandalammelakukanklasifikasi

sekolah, disarankan untuk menggunakan kegiatan “tambahan” di sekolah yang berkaitan langsung dengan

peningkatan kemampuan peserta didik, antara lain:

a. Pramuka

b. Dokter kecil atau kegiatan sejenisnya

c. Karya ilmiah atau kegiatan sejenisnya

d. Kursus Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya di sekolah

e. Kursus komputer di sekolah

f. Penggunaan laboratorium bahasa

g. Kegiatan pengayaan di bidang keagamaan

h. Kegiatan pengayaan untuk peserta didik berprestasi

i. Kegiatan pembelajaran intensif untuk peserta didik kelas akhir

j. Kegiatan keterampilan (ekstra kurikuler).

Selanjutnya, sekolah dikelompokkan berdasarkan jumlah kegiatan tersebut di atas. Salah satu alternative cara

pengelompokan sekolah adalah:

a. Sekolah kategori C : 1 – 4 kegiatan

Page 81: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

79www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

b. Sekolah kategori B : 5 – 8 kegiatan

c. Sekolah kategori A : > 8 kegiatan

Seharusnya,klasifikasisekolahdilakukandengantujuanmendorongsekolahmenggunakandanaoperasional

yangdikelolauntukhal-halyangmemangbertujuanmeningkatkanlayanankepadapesertadidik.Klasifikasi

sekolah juga dapat dilakukan dengan menyusun standar pelayanan. Pada umumnya yang menjadi bahan

diskusi adalah wacana untuk mengelompokkan sekolah-sekolah ke dalam tiga kelompok, yaitu Sekolah

Minimal, Sekolah Standar, dan Sekolah Ideal. Apabila itu dilakukan, tentu saja yang harus dilakukan adalah

menyusun kriteria (yang berimplikasi pada kegiatan dan komponen baiya operasional) untuk “minimal”,

“standar”, dan “ideal” tersebut.

2. BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah

Apabilapengklasifikasiansekolahtelahdilakukansehinggakegiatandankomponenbiaya(besertavolume

penggunaannya) untuk setiap jenis sekolah dapat dibedakan dengan jelas. Penghitungan BOSP dapat

dilakukan dengan mudah sesuai tahapan implementasi dan dengan menggunakan contoh template BOSP

yangada(tanpaklasifikasisekolah)yangdisesuaikan.Dengankatalain,titikkritispenghitunganBOSP

berdasarkanklasifikasisekolahterletakpadapenentuankegiatandankomponenbiayauntuksetiapkategori

sekolah.Meskipundemikian,dasarklasifikasidanperbedaankegiatandankomponenbiayauntuksetiap

kategori sekolah terkadang memerlukan perdebatan yang panjang. Oleh karena itu, meskipun terlihat mudah,

praktekpenghitunganBOSPberdasarkanklasifikasisekolahtidakmudahdilakukan.

PadadasarnyapenghitunganBOSPberdasarkanklasifikasisekolahini“gampang-gampangsusah”,maka

disarankan:

a. Mengingat bahwa biasanya terdapat keterbatasan waktu dan sumberdaya, sebaiknya diprioritaskan

untukmenghitungBOSPtanpaklasifikasisekolah.Dalamkondisidemikian,BOSPyangdihitungadalah

BOSP minimal yang memasukkan biaya dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh atau tak

terhindarkan bagi sekolah.

b. JikapenghitunganBOSPberdasarkanklasifikasisekolahsangatdiperlukanmakasebaiknyadilakukan

denganklasifikasiseklahyangsederhana(tidakrumit).Dariberbagaialternatif,klasifikasisekolah

berdasarkanjumlahrombelmerupakanklasifikasiyanglebihmudahdanlebihbermanfaat.Halini

disebabkankarenaklasifikasisekolahberdasarkanjumlahrombeltidak“harus”menimbulkanadanya

perbedaan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tetapi dapat dilakukan hanya dengan perbedaan

volume yang disebabkan terutama karena perbedaan jumlah pengguna/yang membutuhkan. Selain itu,

Page 82: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

80 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

nilaiBOSPyangdihasilkandariperbedaanjumlahrombeltersebutjugaakancukupberbeda.Klasifikasi

sekolah berdasarkan jumlah kegiatan di sekolah juga merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan

karena kegiatan di sekolah dapat mencerminkan bentuk layanan pendidikan yang diberikan. Semakin

banyak jumlah kegiatan yang dilakukan seharusnya mencerminkan semakin baiknya layanan pendidikan

yang diberikan.

DirekomendasikanagarpenghitunganBOSPberdasarkanklasifikasisekolahinidilakukanjikabenar-benar

diperlukankarenaakanterkaitdenganrencanakebijakantertentuyangdidasarkanpadaklasifikasiseklah

tersebut.Jikatidak,makadisarankanagarpenghitunganBOSPdilakukantanpaklasifikasisekolah.

Persiapan untuk penghitungan BOSP

1. Identifikasi Pemangku Kepentingan

Setelah mengambil keputusan untuk menghitungkan BOSP dengan pendekatan KINERJA-USAID, Sekda

dalam konsultasi dengan kepala instansi terkait menetapkan

1. Kecamatan yang dipilih sebagai pilot

2. Satuan pendidikan di kecamatan tersebut) untuk disertakan sebagai sasaran

3. Instansi yang terkait yang akandiikutsertakan: Dinas Pendidikan, BPKAD/DPKAD/

BagianKeuanganSekretariat Daerah, Bappeda, Sekolah (SD/MI, SMP/MTs)

4. Multi Stockholder Forum (MSF) yang akan diikutsertakan.

5. Membentuk Tim Penyusun BOSP dengan memperhatikan keterwakilan perempuan, dan mengajukan

susunan anggota Tim Penyusun BOSP untuk di-SK-kan oleh Kepala Daerah.

2. Pembentukan Tim Penyusun BOSP

Tim Penyusun BOSP terdiri atas:

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Anggota

Tim Penyusun BOSP dibentuk selain mempertimbangkan keterwakilan dari lembaga/instansi terkait dan

mempertimbangkan keterwakilan perempuan. Wakil unsur sekolah disesuaikan dengan jenjang/jenis

Page 83: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

81www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

pendidikan yang BOSP-nya akan dihitung. Sebagai contoh, jika yang akan dihitung hanya jenjang SD/MI dan

SMP/MTs maka wakil-wakil SMA/MA dan SMK tidak diperlukan. Wakil sekolah biasanya adalah kepala sekolah

yang dipilih dari sekolah negeri yang terbaik, karena yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang memiliki

pemahaman yang cukup mengenai kegiatan di sekolah. Suatu contoh komposisi Tim Penyusun BOSP dapat

dilihat pada tabel berikut ini. Dimana keanggotaannya bersifat lintas instansi/lembaga, pembentukan Tim

Penyusun BOSP sebaiknya ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota.

Untuk menghindari bias gender di dalam melakukan penyusunan BOSP, maka perlu keterwakilan perempuan

di dalam Tim Penyusun. Hal tersebut disebabkan, adanya beberapa kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan

oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang berjenis kelamin perempuan. Sebagai contoh kebutuhan

siswa perempuan untuk memenuhi standar proses seperti penyediaan peralatan praktik olahraga, tentu jenis

dan berat peralatan untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Selain itu, keperluan dalam standar sarana dan

prasarana seperti kebutuhan WC Perempuan dan Laki-laki berbeda. Dengan demikian, dalam Tim Penyusun

BOSP diperlukan keterwakilan perempuan.

Pemilihan wakil dari setiap unsur sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan utama, yaitu

kompetensi dalam bidang keuangan/penganggaran/perencanaan.

Contoh Komposisi Tim Penyusun BOSP

No Unsur Jumlah (orang)1 Bidang Dikdas (Pengelola BOS) Dinas Pendidikan 22 DPKAD/BPKAD/Bagian Keuangan Setda 13 Bidang Sosial Budaya Bappeda 14 Wakil SD/MI 25 Wakil SMP/MTs 26 Wakil SMA/MA -7 Wakil SMK (bila ikut dihitung jumlahnya berdasarkan jenis SMK

yang ada)-

8 Multi Stakeholder Forum (MSF) 2Total (tidak termasuk wakil SMK) 10

Anggota tim atau staf pendampingan harus mampu mengoperasikan computer. Kemampuan menggunakan

MSOfficeExceldiperlukanuntukpencatatandanpenghitunganpadasaatpenghitunganBOSP,kemampuan

menggunakanMSOfficePowerPointdiperlukanuntukmenyiapkanbahandanmempresentasikanhasil

penghitunganBOSP,sedangkankemampuanmenggunakanMSOfficeWorddiperlukanuntukmenyusun

Laporan Hasil Penghitungan BOSP.

Page 84: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

82 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Persiapan untuk penghitungan BOSP

Berikut adalah beberapa slide dari tiga presentasi KINERJA-USAID berkaitan dengan modul ini. Seluruh

presentasidapatdiaksesdifilePresentasi 3 konsep BOSP pendekatan dan cara penghitungannya di CD

terlampir.

Page 85: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

83www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

BAHAN PRESENTASI

PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP DAN CARA PENGHITUNGANNYA

BAB 3

Pendekatan Penghitungan BOSP

• Bank Dunia telah melakukan penghitungan BOSDA melalui program BOSDA berformula dengan menggunakan pendekatan formula pengalokasian BOSDA yang lebih adil dan berbasis kinerja.

• Program BOSDA berformula diterapkan berdasarkan tigajenis alokasi yaitu alokasi dasar, alokasi karakteristik sekolah dan alokasi prestasi sekolah.

5

Page 86: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

84 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pendekatan .....

6

• BadanStandarNasionalPendidikan(BSNP)jugatelah melakukan penghitungan Standar BOSP dengan menggunakan Pendekatan Biaya.

Komponen BOSP DBE 1 (Berdasarkan Kegiatan)

Biaya Personalia (Pendidik & Tenaga Kependidikan)• (Tidakdihitung)

Biaya Nonpersonalia• Standar ..... ○ Kegiatan ..... ► Komponen Biaya ..... ► Komponen Biaya ..... ○ Kegiatan..... ► Komponen Biaya ..... ► Komponen Biaya .....

9

Page 87: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

85www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

KINERJA

10

• KINERJAmemfasilitasikabupaten/kotadalammenghitungBOSP-nya dengan mengadopsi pendekatan penghitungan BOSP yang telah dilakukan oleh DBE 1 dengan menggunakan template yang telah dikembangkan dari template BSN.

Penentuan Kegiatan

Penentuan Kegiatan

•Mengacupadastandar-standarnasionalpendidikan

Yang dapat dilakukan:

Penambahan => Jika kegiatan tersebut benar-benar dibutuhkan sekolah karena ada standar/peraturanPengurangan => Jika kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sekolah karena:

•adaperaturanlainyangmelarang •saranadanprasaranayangdiperlukantidakadasamasekali

13

Page 88: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

86 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 4 Proses Penghitungan BOSP

Tim Penyusun BOSP bertugas melaksanakan implementasi BOSP, yang terdiri atas tahap-tahap

penyiapan dokumen pendukung, penghitungan BOSP, dan tindak lanjut hasil penghitungan BOSP.

Module inimembahas tahap-tahap penghitungan BOSP meliputi tahap penyiapan dokumen pendukung,

penghitungan BOSP (penyamaan persepsi, metode penghitungan, pengenalan template penghitungan),

dan tindak lanjut hasil penghitungan. Pembahasan berikutnya adalah Finalisasi Hasil Penghitungan

BOSP, Konsultasi Internal, dan Penyusunan laporan hasil penghitungan BOSP, serta konsultasi publik,

dan pada bagian akhir dibahas tentang Rekomendasi Teknis dalam Pemenuhan Kesenjangan. Untuk

lebih jelasnya diuraikan secara rinci berikut ini.

Tahap-tahap Penyusunan BOSP

Tim Penyusun BOSP bertugas melaksanakan implementasi BOSP, yang terdiri atas 3 tahapan yaitu:

1) Tahap Penyiapan Dokumen Pendukung

2) Tahap Penghitungan BOSP

3) Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP.

1. Tahap Penyiapan Data dan Dokumen Pendukung

Penghitungan BOSP memerlukan dokumen pendukung antara lain;

a. Data Pokok Pendidikan (Dapodik), yang memuat informasi tentang setiap sekolah dalam satu kabupaten/

kota (nama sekolah, jenjang sekolah, jenis sekolah, jumlah rombel, jumlah peserta didik dalam setiap

rombel, jumlah pendidik, jumlah tenaga kependidikan, dan lain-lain).

b. Data capaian SPM dan SNP sekolah.

Pendahuluan

Page 89: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

87www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

c. Daftar Harga Satuan Barang dan Jasa (biasanya berupa Surat Keputusan Bupati/Walikota atau pejabat

lain yang berwenang.

d. Dokumen-dokumen regulasi mengenai pendidikan yang relevan, khususnya mengenai pendanaan

Pendidikan (yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah).

e. Hasil survey pengaduan di tingkat satuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan penghitungan

BOSP (bila ada).

Data tersebut diperlukan terutama untuk memperoleh informasi yang menjadi dasar penentuan asumsi

dasar yang akan digunakan dalam penghitungan BOSP. Data tersebut juga diperlukan untuk menjadi dasar

dalam menentukan dalam menghitung besarnya tambahan dana yang diperlukan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan BOSP dalam hal dana BOS Pusat dan dana pendamping BOS Pusat dari Pemerintah Daerah (jika

ada) tidak mencukupi.

2. Tahap Penghitungan BOSP

a) Penghitungan BOSP

Penghitungan BOSP dilaksanakan oleh tim dalam lokakarya khusus selama dua hari efektif dengan tujuan

untuk menghitung dan menghasilkan nilai BOSP tentatif. Adapun peserta lokakarya ini terdiri atas:

1) Tim Penyusun BOSP

2) Pemangku Kepentingan:Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD, Ketua dan Wakil Ketua

Dewan Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama, Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan,

wakil Pengawas Sekolah, dan wakil sekolah (sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung), dan

perwakilan lembaga-lembaga non pemerintah.

Nilai BOSP tentative tersebut dihitung untuk masing-masing tingkat pendidikan sekolah. Data relevan

dimasukkan dalam tempat Excel yang disediakan dalam CD terlampir:

● Template 4a BOSP SD MI

● Template4bBOSPSMPMTs

● Template4cBOSPSMAMA

JugacontohdariKabupatenBulukumbaterlampirdifileContoh BOSP SD MI Bulukumba dan Contoh

BOSP SMP Bulukumba.

Page 90: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

88 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Kabupaten Simeulue dan Kota Banda Aceh sedang mengupayakan untuk menghitungkan BOSP secara

berbeda untuk sekolah besar dan sekolah kecil, karena ada hipotesis BOSP per murid yang sama tidak adil

untuk sekolah kecil. BOSP ini belum dilaksanakan untuk membuktikan hipotesisnya.

b) Finalisasi Penghitungan BOSP

Finalisasi penghitungan BOSP dilaksanakan dalam bentuk kegiatan lokakarya selama dua hari efektif. Tujuan

Lokakarya 3 pada hari pertama adalah untuk memperoleh masukan dari peserta, terutama wakil dari sekolah-

sekolah yang belum pernah diundang dalam lokakarya 2 sehingga, jika diperlukan Tim Penyusun BOSP dapat

melakukan penyesuaian terhadap nilai BOSP tentatif agar menjadi lebih representatif dan realistis. Tujuan

Lokakarya 3 pada hari kedua adalah agar Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai

BOSP tentatif (dengan mempertimbangkan masukan peserta pada hari pertama) serta dapat menyusun bahan

presentasi untuk Lokakarya 4 Konsultasi Internal.

Peserta lokakarya pada hari pertama berasal dari unsur Tim Penyusun BOSP serta Pemangku Kepentingan

yang terdiri atas unsur anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD, Ketua dan Wakil Ketua Dewan

Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama, Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Kantor

Departemen Agama Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Pengawas Sekolah, dan wakil

sekolah (sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakarya-

lokakarya sebelumnya. Peserta lokakarya pada hari kedua terdiri hanya dari Tim Penyusun BOSP.

c) Konsultasi Internal

Konsultasi Internal juga dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk

memperoleh tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan, terhadap nilai

BOSP tentatif, sehingga jika diperlukan Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai

BOSPtentatifdankemudianmenghitungnilaiBOSPfinalyangdisepakatisecarainternalDinasPendidikan.

Adapun peserta lokakarya ini terdiri atas:

1) Tim Penyusun BOSP

2) Unsur internal Dinas Pendidikan (Kepala, Sekretaris, para Kepala Bidang, wakil UPTD/KCD, wakil

pengawas sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung

3) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

4) Badan Anggaran (Banggar).

Page 91: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

89www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

d) Konsultasi Publik

Konsultasi publik dilaksanakan dalam bentuk lokakarya selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk

mempresentasikannilaiBOSPfinalkepadaparapenentukebijakandanparapemangkukepentingan.Melalui

lokakarya ini, diharapkan ada tanggapan dari penentu kebijakan mengenai kebijakan yang akan diambil

sebagai tindak lanjut dari hasil penghitungan BOSP. Diharapkan pula agar para pemangku kepentingan dapat

memberi dukungan dan akan mendorong terwujudnya dan para pemangku kepentingan. Dalam lokakarya ini,

dilakukan penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP yang telah dibuat oleh Tim Penyusun BOSP kepada

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk selanjutnya diserahkan kepada Bupati/Walikota, DPRD,

Dewan Pendidikan, dan pihak lain yang dianggap penting.

Adapun peserta lokakarya konsultasi publik terdiri atas:

1) Tim Penyusun BOSP

2) Penentu Kebijakan: Bupati atau Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bappeda, Kepala

DPKAD/BPK/Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, Ketua Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran

DPRD.

3) Pemangku Kepentingan: Ketua dan Wakil Ketua Dinas Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama,

Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Pengawas Sekolah, wakil Sekolah (sesuai jenjang

pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakarya sebelumnya, wakil LSM

Pendidikan, dan wakil Media.

e) Rekomendasi Teknis Pemenuhan Kesenjangan

Rekomendasi teknis pemenuhan kesenjangan antara BOSP dan BOS dalam bentuk lokakarya dilaksanakan

selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk mengembangkan rekomendasi teknis dan keuangan kebijakan

terkait penyusunan dan implementasi kebijakan Biaya Operasional Satuan Pendidikan, serta pendampingan

teknis dalam pengajuan proposal kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran

(Banggar) DPRD khususnya mengenai pemenuhan kesenjangan antara BOSP dan BOS. Adapun peserta

lokakarya terdiri atas:

1) Tim Penyusun BOSP

2) Penentu Kebijakan: Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bappeda, Kepala DPKAD/BPK/Kepala Bagian

Keuangan Sekretariat Daerah, Ketua Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD.

3) Pemangku Kepentingan: Ketua dan Wakil Ketua Dinas Pendidikan, Kepala Bagian Perencanaan Dinas

Page 92: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

90 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pendidikan, Bappeda, Ketua Dewan Pendidikan, Ketua PGRI, wakil Pengawas Sekolah, wakil Sekolah

(sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakarya

sebelumnya.

3. Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP

Biaya Operasional Satuan Pendidikan adalah pemetaan atas kebutuhan biaya operasional non personalia

yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan operasional non personalia .Hasil penghitungan

BOSP dapat menjelaskan berapa biaya sesungguhnya yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan, dari mana

sumber pembiayaannya dan jika terjadi perbedaan (kurang) siapa yang menanggungnya. Dengan demikian

hasil penghitungan BOSP dapat meretas sumber-sumber pembiayaan yang terakumulasi dalam Biaya

Operasional Sekolah Daerah (BOSDA ).

Laporan Hasil Penghitungan BOSP seharusnya ditindaklanjuti sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan

pendanaan BOSP, jika tidak ditindaklanjuti, maka penghitungan BOS tidak ada manfaatnya. Lihat template

untuklaporantersebutpadafileTemplat4dLaporanhasilpenghitunganBOSPdiCDterlampir.

Kebijakan pendanaan BOSP setidaknya mencakup beberapa hal sebagai berikut:

a. Penetapan nilai BOSP; Penetapan nilai BOSP untuk setiap jenjang pendidikan untuk tahun yang

bersangkutan.

b. Sumber Dana untuk menutupi kesenjangan pendanaan BOSP; Kita sadari bahwa dana BOS dari

Pemerintah tidak dapat sepenuhnya mendanai kebutuhan BOSP, Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota) perlu mengambil keputusan tentang besarnya kesenjangan pendanaan

BOSP yang akan ditutupi dan sumber-sumber dana dari mana saja yang akan digunakan untuk menutupi.

Sesuaikemampuanfiskalnyadansumber-sumberdanayangtersedia,PemerintahDaerahdapatjuga

mengambil keputusan untuk menutupi sebagian kesenjangan pendanaan BOSP dalam satu tahun

anggaran sebagai langkah awal, dan kemudian secara bertahap menutupi sepenuhnya dalam beberapa

tahun anggaran ke depan.

c. Pengawasan Keuangan di Sekolah; Terpenuhinya kebutuhan pendanaan BOSP bagi sekolah, baik

sebagian maupun sepenuhnya, maka kebijakan perlu mengatur tata cara penggunaan, pencatatan,

pelaporan, dan pengawasan penggunaan dana di sekolah.

d. Pemutakhiran Nilai BOSP; Biaya Operasional Satuan Pendidikan dihitung berdasarkan harga satuan

untuk tahun tertentu serta mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berlaku saat penyusunan. Oleh

karena itu, kebijakan perlu mewajibkan penghitungan kembali (pemutakhiran) nilai BOSP, antara lain

Page 93: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

91www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

terkait berapa sering pemutakhiran harus dilakukan dan pihak-pihak yang harus melakukannya, serta

dalam kondisi apa dapat dimutakhirkan meskipun waktu yang ditentukan didalamnya belum berakhir

(misalnya karena adanya perubahan peraturan).

Pada dasarnya, kebijakan pendanaan BOSP harus diformulasikan ke dalam sebuah dokumen kebijakan

formal, misalnya Surat Keputusan atau Peraturan Bupati/Walikota.

Contoh Bahan Presentasi

Berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD

terlampir.

Page 94: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

92 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a) Presentasi 4a Proses penghitungan BOSP

PROSES PENGHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN

BAB 4

No. Unsur Jumlah (orang)*1 Bidang Dikdas (Pengelola BOS) Dinas Pendidikan 2

2 DPKAD BPKAD Bagian Keuangan Setda 1

3 Bidang Sosial Budaya Bappeda 1

4 Wakil SD/MI 2

5 Wakil SMP/MTs 2

6 Wakil SMA/MA -

7 Wakil SMK (bila ikut dihitung jumlahnya berdasarkan jenis SMK yang ada)

-

8 Mitra Stakeholder Forum (MSF) 2

Total (tidak termasuk wakil SMK) 10

Komposisi Tim Penyusun BOSP

Page 95: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

93www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

• Tahap Penyiapan Dokumen Pendukung• Tahap Penghitungan BOSP• Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP

Tahap-tahap Penyusunan BOSP

Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP

Hasil Penghitungan BOSP seharusnya ditindaklanjuti sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan pendanaan BOSP, jika tidak ditindaklanjuti, maka penghitungan BOS Tidak ada manfaatnya.

Page 96: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

94 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

b) Presentasi 4b Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan

Biaya Operasional Non PersonaliaSatuan Pendidikan (BOSP)

Penyamaan Persepsi

Pengantar

PP 19/2005 Standar Nasional Pendidikan

UU 20/2003Sistem Pendidikan Nasional

Standar Biaya OperasiNonpersonalia Tahun 2009• Standar Biaya Jakarta• Ada indeks untuk setiap daerah

(provinsi & kabupaten/kota)

Memuat antara lain:

Delapan Standar Nasional Pendidikan

Jenis-Jenis Pembiayaan PendidikanPeng-

hitung-an olehBSNP

Permendiknas 69/2009 Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009

SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB

Page 97: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

95www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

13

MANFAAT HASIL PENGHITUNGAN BOSP

Bagi Pemda (Pemprov, Pemkab/kota)menjadi acuan kebijakan pembiayaan pendidikan

Bagi Sekolah• Acuan penyusunan RKAS dan RKT • Dasar usulan permintaan tambahan dana (jika kebutuhan lebih besar

dan dana yang tersedia) kepada pemenntah, masyarakat, orangtua

Bagi Masyarakat/Orang Tuamembenkan informasi tentang kebutuhan dana operasional di sekolah

Ilustrasi 1: Tdk ada Dana Tambahan dan Pemda

Siapa yang tanggung?

Dana BOSRp580.000

Sumber Dana

Kekurangan Rp220.000BOSP

Rp800.000

Pembiayaan

Page 98: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

96 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

c) Presentasi 4c Metode Penghitungan Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan

Metode Penghitungan

Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan (BOSP)

Langkah 2: Penentuan KegiatanPenentuan Kegiatan• Mengacupadastandar-standarnasionalpendidikan

Yang dapat dilakukan:• Penambahan=>Jikakegiatantersebutbenar-benardibutuhkan

sekolah karena ada standar/peraturan• Pengurangan=>Jikakegiatantersebuttidakdapatdilaksanakan

sekolah karena:- ada peraturan lain yang melarang- sarana dan prasarana yang diperlukan tidak ada sama sekali

Page 99: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

97www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

13

URAIAN JUMLAH KETERANGANJumlah Rombel 6 ------Jumlah Siswa Per Rombel 32 Didasarkan pada SPMJumlah Siswa Satu Sekolah 192 ------Jumlah Kepsek dan Guru 9 1 Kepsek, 6 Guru Kelas,

2 Guru MapelJumlah Tenaga Kependidikan 3 1 Pustakawan, 1 Keamanan,

1 KebersihanJumlah Matapelajaran 9 8 Mapel Umum, 1 Mapel Mulok

Asumsi Dasar Penghitungan Jenjang SD/MI

Kebutuhan Dana Tambahan untuk Memenuhi BOSP

DESKRIPSI SD/MI SMP/MTsAsumsi Rata-Rata Sekolah 6R-32SR-9G-1TK 12R-36SR-21G-9TKBOSP-Nonpersonalia 837.222 1.002.709BOS Pusat 580.000 710.000Dikurangi untuk Buku 72.000 120.000BOS Pusat-Buku 508.000 590.000Dana Pendidikan Gratis (DPG) 48.000 211.200BOS-Buku + Dana Pendidikan Gratis 556.000 801.200Kebutuhan Dana BOSP Tambahan per Siswa 281.222 201.509Jumlah Siswa 34.072 7.191Kebutuhan Dana BOSP Tambahan Total (Milyar Rp) 9.58 1.45

Page 100: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

98 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

d) Presentasi 4d pengenalan template penghitungan BOSP

PENGENALAN TEMPLATE PENGHITUNGAN BOSP

DeskripsiYang Membutuhkan Kebutuhan Sedap yang

MembutuhkanFrekuensiper Tahun Volume Biaya

Satuan (Rp)

TotalBiaya (Rp)

Jumlah Keterangan Jumlah Satuan Jumlah Keterangan Jumlah Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8=2x4x8 9 10 11

3. STANDAR PENILAIAN 3.1. Tes Formatir

(Ulangan Harian)

•PenggandaanSoal mapel lembar kali 0 lembar 0

Sub Total

3.2. Ujian Tengah Semester

3.2.1 Ujian Tengah Semester Ganjil

•PenggandaanSoal mapel lembar 1 kali 0 lembar 0

3.2.1 Ujian Tengah Semester Genap

•PenggandaanSoal mapel lembar 1 kali 0 lembar 0

STANDAR PENILAIAN

Page 101: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

99www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

13

DeskripsiYang Membutuhkan Kebutuhan Sedap yang

MembutuhkanFrekuensiper Tahun Volume Biaya

Satuan (Rp)

TotalBiaya (Rp)

Jumlah Keterangan Jumlah Satuan Jumlah Keterangan Jumlah Satuan1 2 3 4 5 6 7 8=2x4x8 9 10 11

4. STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (Permendiknas 23/2008)4.1. Kegiatan

Keagamaan4.1.1. Peringatan

Maulid Nabi Muhammad SAW

a. Honor Penceramah penceramah hari 1 tahun 0 hari 0

b. Sewa Tenda kegiatan paket 1 tahun 0 paket 0

c. Spanduk kegiatan paket 1 tahun 0 paket 0

d. Dokumentasi kegiatan paket 1 tahun 0 paket 0

e. Konsumsikepsek,

guru, tendik, siswa dan undangan

paket 1 tahun 0 paket 0

STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN

Perbandingan Total Biaya Operasi Non Personalia

Berdasarkan Standar BOSP Jenjang SD/MI di Kabupaten Bulukumba

5%

44%

9% 9%5% 6%

4%

18%

Page 102: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

100 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 5Pengawalan dan Advokasi Pembentukan Kebijakan BOSP

Hasil penghitungan BOSP adalah dasar rancangan kebijakan kepala daerah mengenai BOSP, yaitu

peraturan kepala daerah (bupati/walikota) tentang Alokasi BOSDA Beserta Perunjuk Teknisnya dan

Penyediaan Anggaran untuk Implementasinya. Kebijakan tersebut disusun sesuai dengan prosedur yang

diatur peraturan perundang-undangan untuk pembentukan kebijakan. Anggota Tim Penyusunan BOSP

dan MSF dapat ikut serta dalam proses pembentukan kebijakan kepala daerah dengan dua cara, sebagai

berikut:

● Paraaparatdapatikutprosesperancanganuntukmemastikanhasilyangdihitungtetapmenjadibasis

pembentukan kebijakan tersebut.Kami sebut peran ini sebagai pengawalan, karena kepentingan

masyarakat dalam perhitungan BOSP dikawal dalam proses perancangan kebijakan

● MSFdanorganisasi-organisasinonpemerintahdapatmelakukanadvokasiuntukkepentinganmasyarakat,

dengan mendorong dan memberi masukan dalam proses perancangan kebijakan tersebut.Advokasi

merupakan bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemangku kepentingan

dalam pengambilan kebijakan atau keputusan untuk kepentingan pihak tertentu. Proses advokasi ini

sangat penting, agar tujuan penghitungannya tercapai, yaitu, sekolah dapat anggaran yang dibutuhkan

demi pendidikan anak-anak bangsa.

Adapun langkah-langkah penyusunan setiap instrumen hukum berbeda satu dari yang lain, tetapi secara

umum proses penyusunannya harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Sebagai contoh, untuk menyusun kebijakan baru, para perancang peraturan sebaiknya melalui enam

langkah yaitu:

Langkah 1: Identifikasi masalah. Perancang peraturan mengawali penyusunan naskah peraturan

denganmenganalisamasalahsecarailmiahbersamaparapakaruntukmengidentifikasibahayadanrisiko,

masyarakat terkena dampak, tindakan yang diperlukan, dan prioritas.

Pendahuluan

Page 103: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

101www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Langkah 2: Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan. Pada langkah ini, penyusun peraturan

mengidentifikasiperangkathukumyangrelevan,menganalisakapasitaspemerintahuntukmenegakkan

peraturan dan anggaran, serta mengawasi lembaga terkait dalam pelaksanaan peraturan.

Langkah 3: Penyusunan kertas kerja kebijakan tentang tiga masalah substansial: alasan kebijakan

perlu disusun, komponen utama dan cakupan peraturan tersebut, serta proses penyusunan dan

pengesahan. Bagi kebijakan yang perlu penelitian lebih dalam atau pembahasan lebih luas, disusun

naskah akademik yang terdiri dari: Visi, misi, kajian ilmiah, kerangka hukum dan kelembagaan, serta

cakupan dan serta rencana proses penyusunan.

Langkah 4: Perancangan usulan kebijakan dengan Konsultasi Publik. Masalah dan perkembangan

pikiran tentang usulan kebijakan perlu dibahas dengan pemangku kepentingan.Rancangan naskah dapat

disajikan kepada panel atau melakukan diskusi kelompok terfokus dengan komunitas khusus, seperti

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan akademik, untuk mendapatkan tanggapan dan umpan

balik. Konsultasi ini juga merupakan caramensosialisasikan rancangan naskah kepada media, pemangku

kepentingan dan masyarakat luas.Hasil dari langkah ini adalah usulan rancangan peraturan perundang-

undangan.

Langkah 5: Pembahasan usulan rancangan peraturan perundang-undangan. Langkah ini mulai

dengan proses harmonisasi usulan rancangan agar konsisten dengan kebijakan yang sudah ada,

dan sesuai dengan standar perancangan. Proses pembahasan dengan kepala daerah, DPRD dan

Gubernur biasa diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pembahasan dengan kelompok lain yang

berkepentingan dapat diatur seperti asosiasi, universitas, dan masyarakat berisiko. Proses ini dilanjutkan

sampaiadakeputusanuntukmenetapkanusulansebagairancangankebijakanyangdefinitif.

Langkah 6: Pengesahan. Rancangan kebijakan berlaku demi hukum bila disahkan dan masuk kedalam

berita daerah.Langkah ini merupakan langkah akhir dari penyusunan perangkat hukum.Langkah pertama

penerapannya adalah sosialisasi ke masyarakat.

Berdasarkan prinsip ini, daerah akan menentukan proses untuk membentuk kebijakan BOSP, dan proses

itu akan memberi kesempatan bagi aparat dari tim penyusunan BOSP untuk mengawali penghitungan

BOSP dan bagi organisasi masyarakat advokasi untuk kepentingan masyarakat umum.

Dalam penyusunan perundang-undangan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi masyarakat itu

sendiri. Masyarakat dapat menyampaikan pendapat dan masukan-masukan kepada pemerintah atau

lembaga pemerintah yang berwenang untuk membuat perundang-undangan tersebut.

Page 104: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

102 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Partisipasi atau peranan masyarakat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan lembaga-lembaga penyalur aspirasi masyarakat yang telah ada, yaitu MPR, DPR,

DPRD, Orsospol, Badan Permusyawaratan Desa, dan media massa. Lembaga-lembaga itu melakukan

pengembangan dalam bidang politik sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 28 yaitu “Kemerdekaan berserikat

dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya yang ditetapkan

dengan undang-undang.” Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang RI No.9 tahun 1998 tentang

kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.

2. Mengawasi berlangsungnya proses pengolahan penyusunan peraturan perundang-undangan dengan

menjunjungtingginilai-nilaiobyektifitasdantanggungjawabsertahakdankewajibansebagaiwarga

masyarakat yang baik.

3. Sebagai motivator percepatan penyusunan dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan.

4. Sebagai subyek pendukung ketertiban suasana penyusunan peraturan perundang-undangan. Contoh:

Dalam sidang DPR atau MPR yang sedang menyusun RUU atau ketetapan Majelis harus selalu didukung

oleh suasana yang aman, tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya. Hal ini tidak terlepas dari partisipasi

masyarakat yang tanpa membuat gaduh suasana sidang, baik di dalam maupun di luar sidang.

Apabila di dalam pelaksanaan undang-undang yang telah ada dan disahkan oleh pihak berwenang

seperti yang dikemukakan di atas terdapat undang-undang yang tidak mengakomodasi aspirasi

masyarakat Indonesia, maka undang-undang tersebut tidak akan mungkin terlaksana dengan baik. Oleh

karena dalam pelaksanaan undang-undang tersebut harus terdapat keinginan, harapan dan kenyataan

yang diaspirasikan oleh masyarakat itu sendiri.

Pemerintah atau pihak yang berwenang harus dapat menerima aspirasi rakyatnya karena pemerintah

tanpa rakyat tidak akan berarti apa-apa. Begitu pula sebaliknya rakyat tanpa ada pemerintah yang

berdaulat tidak berarti apa-apa. Pihak yang satu membutuhkan pihak yang lain sebagai subyek maupun

objek pelaksana undang-undang itu sendiri. Pemerintah harus memperhatikan, menindaklanjuti aspirasi-

aspirasi masyarakatnya dengan bertanggung jawab.

Page 105: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

103www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Kesempatan bagi masyarakat dalam penyusunan kebijakan BOSP

Di daerah yang ikut sistem KINERJA diadakan serangkaian rapat atau lokakarya dimana masyarakat

diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan masukan untuk hasil kajian penghitungan BOSP

menjadi dasar kebijakan daerah.

Sebelum lokakarya ini, sudah ada kesempatan MSF memberi masukan dalam penghitungan BOSP

seperti dibahas di modul sebelumnya. Lokakarya yang berikut memberi kesempatan kepada masyarakat

umum diikutsertakan.

1. Lokakarya penyamaan persepsi

Tujuan lokakarya ini adalah penyatuan persepsi dan orientasi stakeholder tentang penghitungan BOSP

dalam pemenuhan standar pelayanan minimum SPM. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini :

• TeridentifikasinyaStakeholderpendidikandalamwadahMSFpendidikan

• Melalui MSF stakeholder dapat memahami isu-isu berkaitan dengan pendidikan, khususnya BOSP

• Adanya rekomendasi tentang strategi pengawalan hasil penghitungan BOSP.

2. Diskusi tematik BOSP

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah peningkatan dan penguatan kapasitas para stakeholder

dan penyelenggara pendidikan dalam pengawalan dan advokasi BOSP untuk penyelenggaraan pendidikan

dasar yang memenuhi standar pelayanan. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah:

• MSF semakin memahami isu BOSP dan Standar Pelayanan Pendidikan Dasar.

• Lahirnya kesepakatan agenda kerja bersama dan strategi MSF dalam mengadvokasi BOSP.

• Lahirnya rekomendasi para stakeholder kepada pemerintah daerah dan DPRD dalam mempersiapkan

kebijakan dalam bentuk regulasi dan anggaran berkenaan dengan BOSP.

3. Dengar Pendapat I dengan Bupati

Tujuan Kegiatan ini meliputi:

• Membangun intensitas komunikasi antara MSF dengan Bupati/Walikota.

• Melaporkan kepada pihak Pemerintah Kabupaten/Walikota tentang agenda kerja MSF dalam

mengadvokasi BOSP.

Page 106: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

104 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

• Menindaklanjuti Rekomendasi Stakeholder dalam hal mempersiapkan kebijakan regulasi

berkenaan dengan BOSP.

Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu ada wakil/tokoh dari masyarakat dapat menjadi anggota

team penyusun peraturan tentang BOSP.

4. Focus Group Discussion (FGD) I Penyusunan Usulan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• Lahirnya rekomendasi MSF kepada Pemda dalam mempersiapkan kebijakan BOSP.

• Lahirnya draf awal Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP.

5. FGD II Penyusunan Draft Peraturan Bupati/Walikota

Tujuan FGD II BOSP adalah meninjau kembali dan melakukan analisa secara partisipatif tentang muatan

Draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP yang telah disiapkan oleh tim menyusun. Hasil yang ingin

dicapai:

• Draf Peraturan Bupati/Walikota direvisi sesuai dengan masukan masyarakat.

• Ada mekanisme pengawasan dan partisipasi publik untuk memonitor.

• Adanya rencana kongkrit bagi MSF dalam keterlibatan perumusan kebijakan untuk peningkatan

pelayanan pendidikan di Kabupaten/Kota.

6. Dengar Pendapat I dengan DPRD

Tujuan kegiatan ini adalah membangun komunikasi dengan DPRD tentang adanya agenda kerja MSF

terkait pembentukan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP, dan membangun persepsi yang sama

dengan unsur DPRD Komisi Pendidikan sebelum pembahasan RAPBD.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah legitimasi agenda kerja MSF dari DPRD, dan

kesadaran anggota DPRD berkaitan dengan konsekuensi untuk penganggaran.

Page 107: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

105www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

7. FGD III Semi Final draft Peraturan Bupati/Walikota

Tujuan FGD III adalah meninjau kembali draf Peraturan Bupati/Walikota DGP yang telah direvisi

sebelumnya, serta menyamakan persepsi persiapan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota dan DPRD

yangberikut.HasilyangingindicapaidalamlokakaryainiadalahfinalisasidrafPeraturanBupati/Walikota.

8. Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota

Tujuan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota:

• Memberikan informasi kepada kepala daerah sejauh mana draf Peraturan Bupati/Walikota ini telah

disusun

• Memberitahukan kepala daerah peran serta masyarakat, dan harapan masyarakat untuk peraturan

tersebut

• Mendengarkan pendapat Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan Bupati/Walikota tersebut.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah pemahaman Bupati/Walikota atas maksud dan tujuan

penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP untuk kepentingan masyarakat.

9. Dengar Pendapat II dengan DPRD

Tujuan kegiatan ini adalah untuk berbagi informasi dengan DPRD sejauh mana Penyusunan draf

Peraturan Bupati/Walikota ini telah dilaksanakan. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah

meminta kepada DPRD untuk membantu MSF dalam hal pengawasan implementasi Peraturan Bupati/

Walikota di lapangan nantinya.

10. Lokakarya Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP

Tujuan lokakarya ini adalah untuk memaparkan proses penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota

tentang BOSP. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah rencana tahapan-tahapan

penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP, serta masukan dari masyarakat berkaitan

dengan substansi peraturan.

Page 108: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

106 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

11. FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/Walikota BOSP “Penyelarasan Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Bupati/Walikota BOSP”

TujuanlokakaryainiadalahuntukmelakukanfinalisasidrafPeraturanBupati/WalikotatentangBOSP.

Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah:

• Konsiderans rekomendasi dari MSF diakomodasi dalam rancangan peraturan.

• Penyempurnaan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP.

12. Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialisasi Peraturan Bupati/ Walikota tentang Petunjuk Teknis Penghitungan BOSP”

Tujuan kegiatan Lokakarya adalah sebagai medium sosialisasi peraturan tersebut kepada masyarakat

lebih luas. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:

• Lahirnya Rekomendasi Multi Stakeholder Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah dan DPRD tentang

pelaksanaan peraturan Bupati/Walikota, dalam proses penganggaran di DPRD, rencana kegiatan

dinas dan sekolah dalam tata kelola BOSP.

• Pemaparan Regulasi Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP kepada Kepala Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Contoh Bahan Presentasi

BerikutadalahbeberapaslidedaripresentasiKINERJA-USAID.Seluruhpresentasidapatdiaksesdifile

Presentasi 5 pengawalan dan advokasi kebijakan penyusunan BOSP di CD terlampir.

Page 109: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

107www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

ADVOKASI KEBIJAKAN PENYUSUNAN BOSP

BAB 5

Page 110: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

108 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 6Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran

Pelaksanaan program Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) yang diterapkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota merupakan suatu program yang positif dalam rangka peningkatan dan kemudahan yang

diberikan dalam menempuh pendidikan untuk masyarakat. Memang benar untuk menopang, mendukung,

dan memberikan kemudahan dalam pendidikan, selain dana BOS dari pusat, Pemerintah Kabupaten/Kota

harus mengintegrasikan BOSDA dalam perencanaan dan penganggaran di Dinas Pendidikan

dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan menengah.

Dalam pengalaman KINERJA, banyak peserta inisiatif BOSP kurang mengerti peran dan proses

perencanaan dan penganggaran daerah. Dengan mengikuti presentasi materi berikut ini, tim penyusunan

BOSP mendapat pengertian yang sama mengenai program, dan fasilitator KINERJA membangun

kemitraan dengan anggota tim yang menguasai prosesnya.

Dalam modul ini dibahas tentang perencanaan daerah yang meliputi perencanaan jangka menengah

(RPJMD dan Renstra) dan perencanaan tahunan (RKPD dan Renja). Selanjutnya, dibahas tentang

penganggaran daerah meliputi KUA/PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan. Pada akhir modul

dibahas tentang Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.

Perencanaan Daerah

Perencanaan daerah merupakan suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusan-

keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada di daerah dengan sasaran untuk

mencapai visi dan misi di masa yang akan datang. Perencanaan Daerah dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu

Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan Tahunan. Untuk lebih Jelasnya diuraikan berikut ini.

Pendahuluan

Page 111: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

109www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

1. Perencanaan Jangka Menengah

Secara normatif RPJM Daerah merupakan rencana kepala daerah terpilih untuk memenuhi janjian

politiknya dalam lima tahun ke depan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana

diamanatkan UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan UU no

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemda berkewajiban untuk menyusun RPJMD sebagai

penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan daerah.

Salah satu sasaran pembangunan daerah dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008-2013

adalah peningkatan kualitas manusia yang indikator utamanya berupa IPM, dan RPJMD tersebut telah

mengintegrasikan BOSDA di dalamnya, sebagaimana digambarkan dalam kotak berikut.

Sebagai penjabaran RPJMD, setiap SKPD juga menyiapkan rencana strategisnya.Renstra Dinas Pe

ndidikanseharusnyamemberiprioritaspadapeningkatanmutupendidikan dengan program peningkatan

kompetensi guru, program peningkatan fasilitas sekolah, dan pembiayaan operasional sekolah yang

memadai.Untukdaerah yang sudahmenghitungBOSP, hasilnyadapatdiintegrasikan dalam Renstra SKPD

dengan tiga aspek:

• Renstra mengatur BOSP sebagai sumber daya untuk program peningkatan mutu operasional sekolah

secara berkelanjutan

• Dengan kegiatan operasional sekolah yang makin baik, fasilitas yang ada akan dipakai secara optimal,

dan guru yang baik dapat mengajar dengan baik. Juga, kekurangan fasilitas sekolah dan kekurangan

kompetensi guru akan semakin jelas, sebagai dasar perencanaan peningkatan kompetensi guru dan

perbaikan fasilitas.

• Renstra dapat melembagakan proses meng-update penghitungan BOSP setiap tahun.

Contoh Integrasi BOSDA dalam RPJMD-RPJMD di Provinsi Sulawesi Selatan

Visi Pembangunan Sulawesi Selatan untuk 5 tahun pertama RPJMD 2008-2013 “Sulawesi Selatan

Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pemenuhan Hak Dasar“. Untuk mencapai visi tersebut

dijabarkan dalam misi-misi pembangunan Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2008-2013 ada

5 (lima), salah satunya adalah “meningkatkan kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar

Page 112: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

110 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

masyarakat”. Hak dasar yang dimaksud diantaranya adalah layanan pendidikan yang terjangkau

dan berkualitas.

Dalam RPJMD tersebut dicantumkan agenda pembangunan salah satunya adalah masalah

utama bidang pendidikan terletak pada akses masyarakat dalam mendapatkan layanan

pendidikan dasar, khususnya dalam menuntaskannya wajib belajar sembilan tahun. Ini terkait

dengan biaya yang harus ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan berbagai bentuk

pungutan.

Di samping itu, ketersediaan dan sebaran fasilitas pendidikan yang kurang memadai

dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan fasilitas ini semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya strata pendidikan. Kualitas penyelenggaraan pendidikan juga

membutuhkan perhatian khusus. Kualitas dimaksud terkait dengan standar isi dan proses

pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Penyebab ketiga adalah sikap atau wawasan

masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

Di kalangan petani dan nelayan, anak lebih banyak dipandang sebagai aset produktif ketimbang

sebagai "media" investasi (melalui pendidikan). Sikap dan wawasan ini juga tercermin dari

rendahnya pengeluaran rata-rata masyarakat untuk pendidikan. Walau pun tetap perlu

digarisbawahi bahwa alokasi belanja yang relatif sangat kecil itu terutama disebabkan oleh karena

porsi terbesar dari pendapatan telah terserap pada pemenuhan kebutuhan pangan.

Sasaran kebijakan peningkatan kualitas pendidikan antara lain:

1. Pendidikan Gratis

Sasaran kebijakan ini adalah tersedianya fasilitas dan meningkatnya kualitas penyelenggaraan

pendidikan dasar dan menengah (SD dan setara SMP) dan yang sepenuhnya dibiayai oleh

pemerintah bagi sebagian besar anak usia sekolah (6-15 tahun). Kebijakan ini diimplementasikan

dalam bentuk pembiayaan bersama penyelenggaraan pendidikan dimaksud antara pemerintah

melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Provinsi melalui APBD masing-masing. Porsi Pemerintah Provinsi adalah maksimum

sebesar 40% dari sisi kebutuhan dana yang tidak tercover oleh dana BOS.

Page 113: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

111www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

2. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Pendidikan Kebijakan ini pada dasarnya bersifat saling melengkapi dengan kebijakan pertama

dan diarahkan pada peningkatan pengetahuan rata-rata masyarakat yang dicerminkan antara lain

oleh Rata-rata Lama Sekolah 8,5 tahun (2013). Implementasi kebijakan ini difokuskan kepada

upaya-upaya untuk menyediakan fasilitas pendidikan, khususnya SD dan SMP; peningkatan

kualitas manajemen sekolah; pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; perbaikan

kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru; serta peningkatan akses masyarakat terhadap

fasilitas dimaksud, termasuk penyediaan insentif khusus bagi murid berprestasi, khususnya yang

berasal dari kalangan miskin , termasuk peningkatan kualitas pendidikan dalam penanaman

wawasan dan sikap serta budaya olahraga.

3. Promosi Pendidikan

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap

peranan pendidikan bagi peningkatan kualitas hidup mereka (melalui peningkatan kinerja

individu).

Sumber: RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2013

2. Proses Perencanaan and Penganggaran Tahunan

Perencanaan dan penganggaran tahunan diharapkan berpihak kepada kepentingan masyarakat sebagai

upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kepentingan masyarakat disini menyangkut

segalafasilitassertapelayananyangdiperlukanmasyarakatsecaraumumbaiksecarafisikmaupunnon

fisiksepertifasilitasdanpelayanandibidangpendidikan.Olehkarenaituuntukmengetahuikeberpihakan

pemerintah daerah terhadap rakyat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dinilai dari

seberapa besar anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan rakyat di bidang pendidikan.

Sebagai contoh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, dengan fasilitasi KINERJA dalam penghitungan BOSP,

memberikan perhatian di bidang pendidikan dengan mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk

membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat praktik yang baik berikut ini.

Page 114: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

112 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Praktik yang Baik

Pendidikan Gratis Dianggarkan Rp.15,5 M

Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk

membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Anggaran ini bersumber dari APBD Tana Toraja

sebesar 60 persen dan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen.

Pengelola pendidikan gratis 2013 pada Dinas Pendidikan Tana Toraja, Tato Alik, menjelaskan

besarnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan

sekolah menengah pertama tahun 2013 … dialokasikan ke-305 sekolah, dengan rincian, 228

SD dengan jumlah siswa sebanyak 37.677 orang dan SMP 76 sekolah dengan jumlah siswa

sebanyak 15.340 siswa…

Dana pendidikan gratis SD dan SMP ini akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing

sekolah sesuai dengan jumlah siswa. ''Dananya akan ditransfer setiap triwulan atau tiga bulan

sekali,'' katanya. Tato menegaskan, dengan adanya dana pendidikan gratis ini, pihak sekolah

dilarang keras melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa SD dan SMP. Sebab,

semua pembiayaan pendidikan sudah ditanggung dalam pendidikan gratis ini. Adapun item-item

yang dibiayai dari program pendidikan gratis, diantaranya ATK siswa, perangkat sekolah, dan

insentif kepala sekolah, pegawai pustakawan dan bujang sekolah. “Jika ada sekolah yang masih

melakukan pungutan kepada siswa bisa dikategorikan pungutan liar,” tegasnya.

Untuk menjaga agar penggunaan dana pendidikan gratis ini tepat sasaran, Tato mengatakan

pihak Dinas Pendidikan akan melakukan pengawasan secara ketat, baik dari sisi penggunaan

maupun pelaporan.“ Kepada orang tua siswa kami menghimbau, jika masih ada sekolah yang

melakukan pungutan, segera melapor ke Dinas Pendidikan,” pungkasnya. (rp6/uce/t)

Sumber: Palopo Pos, Rabu, 13 Feb 2013

Page 115: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

113www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Proses perencanaan dan penganggaran tahunan mulai dengan persiapan rencana kerja (Renja) sebagai

penjabaran RPJM dan Renstra SKPD dengan masukan dari masyarakat lewat proses Musrenbang. Renja

menjadi dasar untuk penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) sebagai landasan persiapan APBD yang disepakati diantara aparatur dan DPRD.

Langkah pertama SKPD dalam penyusunan APDB adalah penyesuaian Renja dengan KUA dan PPAS, dalam

bentuk Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Usulan Rancangan APBD disiapkan masing-masing SKPD

dengan koordinasi Bappeda dan konsultasi komisi DPRD yang terkait.Setelah disusun, RAPBD disampaikan

kepada DPRD dan dibahas sampai disepakati. Setelah disetujui Gubernur, APBD yang disahkan dijabarkan

dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang menjadi basis pengendalian kinerja dan keuangan.

Dalam program KINERJA, tim penyusun BOSP dan MSF bekerjasama untuk mengawali BOSP lewat proses

perencanaan dan penganggaran tersebut agar hasil penghitungannya menjadi basis anggaran operasional di

sekolah.

Peran Masyarakat, MSF, dan Media

1. Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang telah diatur dalam berbagai perundangan dirasa kurang mampu dilaksanakan

sesuai dengan yang telah ditetapkan. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Dalam

perencanaan pembangunan, aspek yang dikaji bukan hanya perencanaan, namun juga pada penganggaran,

pengawasan, dan pelaksanaan. Dalam perwujudan realisasi suatu program tidak lepas dari tahapan

perencanaan dan penganggaran.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan masyarakat

sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai

pelaksana amanat masyarakat. Usulan yang telah disampaikan masyarakat dalam tahapan perencanaan

patut direspon oleh Pemerintah sehingga kegiatan yang direalisasikan dalam APBD merupakan wujud aspirasi

masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraannya. Tujuan umum yang ingin dicapai dari pelibatan masyarakat

dalam bidang perencanaan dan penganggaran adalah terciptanya suatu kondisi anggaran yang murni

sehingga dapat menciptakan mekanisme pelaksanaan anggaran yang transparan.

Page 116: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

114 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Dalam UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, masyarakat berhak menyampaikan

aspirasinya dalam proses bottom-up planning pada Musrenbang desa, kecamatan, dan kabupaten/kota. Agar

dalam proses ini masukan dari masyarakat tidak dikalahkan di tingkat Musrenbang tingkat lebih tinggi.

2. Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)

Multi Stakeholder Forum (MSF) merupakan media dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan

untuk merespon isu-isu pendidikan yang menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya mencapai

tujuan bersama. Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan dari masyarakat (individu dan atau kelompok),

eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama antar pemangku

kepentingan menjadi penting untuk mengembangkan proses dialogis dan membangun kesadaran bersama dan

melakukan aksi bersama.

Dalam konteks pelayanan publik, MSF ini merupakan proses dialogis antara penyedia layanan dan

penggunalayananuntukmencapaisuatupelayananpublikyangefektif,efisien,danterjangkau.Apayang

telah diupayakan oleh pemerintah (selaku penyedia layanan publik) serta apa yang terjadi dan diharapkan

masyarakat (selaku pengguna layanan) harus diupayakan ada titik temu.

Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh

masing-masing pelaku dalam berbagi peran dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam

upaya perbaikan bersama. MSF tidakharusmerupakanpertemuan formal, lokakarya atau bahkan merupakan

organisasi atau lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal. Pada

tahapan lebih lanjut, MSF bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan

sesuai dengan dinamika dan kebutuhan setempat.

3. Peran Media

Peran media dalam perencanaan dan penganggaran di bidang pendidikan dilakukan melalui pemantauan,

investigasi, advokasi, pengumpulan pendapat masyarakat (poling), evaluasi, kritik/komentar, pengawalan dan

penyebarluasan informasi serta memberi ruang bagi masyarakat luas dalam menyampaikan opini tentang

pendidikan.

Page 117: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

115www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan dan penganggaran di bidang pendidikan, antara lain:

• Meningkatkanwawasanmasyarakatdengancaramensosialisasikanvisidanmisipendidikandan

berbagai kebijakan pokok di bidang pendidikan yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah.

• Meningkatkankesadaranmasyarakatterhadapmaknadantanggungjawabpembangunandibidang

pendidikan di daerahnya, sehingga mendorong partisipasi mereka dalam proses perencanaan/

pelaksanaan/pengawasan pembangunan di bidang pendidikan.

• Meningkatkanketerbukaandantransparansidenganmensosialisasikankepadamasyarakatmengenai

informasi dan agenda daerah berkaitan dengan proses perencanaan pendidikan.

• Meningkatkanpartisipasidankontribusipemikiranmasyarakatmelaluikegiatanjarringaspirasi(poling

pendapat) masyarakat berkaitan dengan isu-isu pendidikan yang strategis, harapan masyarakat, dan

substansi-substansi rencana pembangunan pendidikan di daerah.

• Meningkatkanakuntabilitasprosesperencanaandenganmempublikasikanpelaksanaanproses-proses

perencanaan pendidikan dan hasil-hasil rumusan materi rencana dan kebijakan daerah di bidang

pendidikan untuk dikritisi dan ditanggapi masyarakat lainnya.

• Meningkatkandemokratisasidankomitmendaerahterhadappengurangankesenjanganmelalui

evaluasi, kritik, dan pengawalan terhadap isu-isu pembangunan di bidang pendidikan yang terkait

kepentingan masyarakat marginal dan masalah kesenjangan pendidikan.

• Meningkatkansupremasihukummelaluiinvestigasi,pengkajian,danadvokasiterhadapproses

perumusan kebijakan publik dan penganggaran daerah di bidang pendidikan.

• Meningkatkanefisiensidanefektifitaspemerintahdaerahdalamperencanaandanpenganggaran

pembangunan di bidang pendidikan melalui pemantauan dan pengawasan, kajian dan kritik/masukan,

sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh proses perencanaan dan penganggaran pembangunan di

bidang pendidikan serta hasil-hasil yang dicapai.

Praktik yang Baik

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Dan Penganggaran Pembangunan Daerah Di Kabupaten Pati

Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten yang telah mencoba menerapkan proses

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dalam bidang perencanaan. Kabupaten Pati dipilih

sebagai good praktis karena Kabupaten Pati merupakan Kabupaten pertama di Indonesia yang

Page 118: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

116 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

mencoba menerapkan pelibatan masyarakat bukan hanya pada tahapan perencanaan,

namun juga pada tahapan penganggaran daerah. Proses pelaksanaan melibatkan PERFORM

Project untuk tahapan perencanaan dan Program Pendampingan Anggaran Kinerja oleh BIGG

(Building Institutions for Good Governance). Uji coba penerapan perencanaan partisipatif

Kabupaten Pati dilaksanakan sejak tahun 2002 dengan mengambil tiga kecamatan sebagai

sampelnya awal yaitu Kecamatan Tayu, Kecamatan Pati, dan Kecamatan Juwana, dari total

dua puluh satu kecamatan yang ada.

Pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tiap daerah tentu memiliki pengalaman berbeda

disesuaikan dengan keadaan tiap daerah yang mempunyai ciri khas tertentu. Tahapan

perencanaan dan penganggaran di Kabupaten Pati secara sinergis diterapkan untuk

Tahun Anggaran 2003. Sejak menerapkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan

penganggaran, Kabupaten Pati menjadi salah satu kabupaten best practice.

Hal ini tidak lepas dari peran Bappeda Kabupaten Pati yang lebih dahulu menerapkan

perencanaan dan penganggaran, bahkan sebelum dikeluarkannya UU SPPN yang mengatur

sinergisme perencanaan dan penganggaran.

Peran Bappeda bertambah ketika Kabupaten Pati menerapkan aturan tersendiri tentang

pelaksanaan partisipasi masyarakat, terutama dalam perencanaan. Hal ini merupakan inovasi

yang dilakukan oleh Kabupaten Pati. Inovasi tersebut terkait dengan metode-metode yang

digunakan, tahapan yang dilalui selama Musrenbang, dan tatacara penentuan stakeholder

Inovasi yang dilakukan tersebut tidak lepas juga dari pengaruh organisasi non pemerintah

(Non-Government Stakeholder) yang turut mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap

perubahan yang terjadi. (Wahyu Dyah Widowati, 2007).

Contoh Bahan Presentasi

BerikutadalahbeberapaslidedaripresentasiKINERJA-USAID.Seluruhpresentasidapatdiaksesdifile

Presentasi 6 integrasi BOSDA ke dalam perencanaan dan penganggaran di CD terlampir.

Page 119: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

117www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

INTEGRASI BOSDA KE DALAM PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN

BAB 6

4

POKOK BAHASAN

1. Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)

2. Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA)

3. Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang

Pendidikan

Page 120: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

118 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

18

• Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran

tersebut mencerminkan hubungan masyarakat sebagai penyumbang

pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan

pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.

Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran Bidang Pendidikan

17

• Sebagai media dalam mempertemukan antar pemangku

kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan yang

menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya

mencapai tujuan bersama.

Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)

Page 121: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

119www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN CLampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Pada saat awal dimana sebuah daerah memutuskan bawa BOSP akan diterapkan dengan menggunakan

pendekatkan KINERJA, prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dengan pelatihan pada awal setiap

lokakarya. Berdasarakan pengalaman KINERJA, proses yang sama dipakai pada tahun berikutnya,

karena ada peserta baru yang belum terlatih, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk

diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah siap untuk menghitung BOSP untuk tahun

ketiga. Tahun ketiga kebanyakan peserta menguasai substansinya, akan tetapi seri lokakarya masih

penting agar:

• Pertemuan semua pemangku kepentingan diatur dengan baik

• Adafasilitatoryangmendorongtimuntukmenyempurnakanpenghitungannyaagarmakinadil,efisien,

transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.

Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang

hendak melakukan fasilitasi penghitungan BOSP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan

(berdasarkan hasil penghitungan BOSP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa

berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau

calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja.

Fasilitator BOSP. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut disini sebagai Fasilitator

BOSP. Sangat penting para fasilitator BOSP, baik untuk fasilitasi proses penghitungan dan penyusunan

BOSP maupun fasilitasi pelatihan bila dibutuhkan, menguasai bahannya, dan berfokus kepada

keberhasilan tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan

keterampilan sebagai fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi,

dan mendampingi pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/

evaluasi implementasi BOSP.

Pilihan pelaksanaan fasilitasi dan pelatihan

Page 122: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

120 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator BOSP adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun

BOSP yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun

BOSP. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan

tersebut, khususnya Tim Penyusun BOSP. Dalam praktis KINERJA-USAID, tugas fasilitasi dilaksanakan

oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang menyediakan fasilitator baik untuk pelatihan dan pendampingan.

Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai:

• Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan BOSP di daerah

• Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan BOSP

• Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penghitungan BOSP sebagai bahan

dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku

Seri Pembelajaran KINERJA-USAID tentang MSF)

• Media (lihat juga buku Seri Pembelajaran KINERJA-USAID tentang MSF)

Proses. Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:

Page 123: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

121www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.

Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum

dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8.Proses

fasilitasi penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.

Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan. Tujuan

pelatihan adalah:

• Supaya setiap peserta proses memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya.

• Supaya setiap peserta yang pernah ikut pelatihan sebelumnya ingat kembali prosesnya agar

dilaksanakan makin cepat dan profesional.

Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan

menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan

oleh pemda, sebagaimana ditulis di kotak berikut.

Pengetahuan dan ketrampilan dari pelatihan

Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggotaTim

Penyusun BOSP akan mempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:

1. Memahami pentingnya BOSP dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah.

3. Memahami pendekatan dan konsep BOSP ndidikan dan cara penghitungannya

4. Memahami proses penghitungan BOSP.

5. Mampu melakukan penghitungan BOSP.

6. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan BOSP.

7. Mampu mengintegrasikan hasil penghitungan BOSP dalam perencanaan dan penganggaran

daerah dan SKPD.

8. Mengetahui contoh praktik baik penerapan BOSP.

Tugas fasilitator pelatihan adalah untuk menjamin Tim Penyusun BOSP mampu dan siap untuk melaksanakan

tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan BOSP yang efektif.

Anggota Tim Penyusun BOSP termasuk:

Page 124: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

122 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

• Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf

Bappeda (Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.

• Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA

• Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang,

konsekuensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk

pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada

pembuat kebijakan BOSP.

Uraian lampiran ini

Proses penghitungan BOSP dan tidak-lanjutnya diatur berdasarkan uraian substansi pada Lampiran B, dengan

proses, fasilitasi dan latihan diatur dalam himpunan modul sebagai berikut:

• MODUL 1. PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Modul ini

dapat digunakan sebagai pembukaan tugas penyusunan BOSP

• MODUL 2. BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH. Dengan modul ini

Fasilitator BOSP dapat membangun pengertian Tim Penyusun BOSP dengan stakeholder yang lain

atas latar belakang dan dasar hukum perhitungan landasan penganggaran operasional sekolah, dan

dasar item-item di dalam template penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul yang berikutnya.

• MODUL 3. PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP DAN CARA PENGHITUNGANNYA. Setelah mengikuti

modul pelatihan, fasilitator akan mendukung pemda untuk membentuk Tim Penyusun BOSP, memilih

kecamatan dan sekolah percontohan dan mengumpul data yang dibutuhkan.

• MODUL4. PROSES PENGHITUNGAN BOSP. Setelah modul pelatihan ini, Tim Penyusun BOSP

difasilitasi menghitung BOSP.

• MODUL 5. ADVOKASI KEBIJAKAN PENYUSUNAN BOSP. Setelah modul pelatihan, Pemda bersama

Tim Penyusun BOSP dan MSF difasilitasi merancangkan kebijakan BOSP

• MODUL 6. INTEGRASI BOSP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Setelah

pelatihan ini, Pemda bersama Tim Penyusun BOSP dan MSF difasilitasi agar hasil penghitungan BOSP

diintegrasikan dalam perencanaan dan anggaran daerah dan anggaran sekolah.

Page 125: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

123www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Bahan pendukung

Lihat juga:

• Bahan di CD.LihatLampiranFuntukdaftarfile-fileyangadadiCDyangdilampirkan,termasukTemplate BOSP, contoh bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai

referensi.

• Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun BOSP. Proses penghitungan BOSP oleh Tim Penyusun

BOSP diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran

G.

Page 126: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

124 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Modul 1Pentingnya BOSP dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

Module pertama ini disampaikan kepada aparat senior daerah sebelum Tim Penyusun BOSP dibentuk,

dan diatur sebagai pertemuan sosialisasi tentang penyusunan BOSP, dengan memberi penjelasan

tentang:

• Standar Nasional Pendidikan

• Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang pendidikan

• Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

• Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

• Peran MSF dan media dalam penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Tahap Persiapan

1. Persiapan segala hal yang diperlukan untuk penyelenggaraan pertemuan sosialisasi tentang

penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan.

2. Undang pihak yang terkait dengan pengambilan keputusan kebijakan berkaitan dengan penganggaran

dan keuangan sekolah (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs, Bappeda,

dan Multi Stakeholder Forum).

3. Lakukan pemetaan awal mengenai kesadaran dan pengetahuan peserta terkait dengan penyusunan

BOSP.

4. Bagi daerah yang sudah hitung BOSP secara KINERJA, diusulkan dinas menyiapkan survei dari

sekolah tentang manfaat dan masalah perhitungan BOSP tahun yang berjalan.

Tujuan Pembelajaran

Page 127: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

125www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Waktu Pelatihan dan Fasilitasi

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

Pemaparan Materi:

Standar Nasional Pendidikan

Standar Pelayanan Minimal di bidang pendidikan

2x10 menit Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Peran MSF dan media dalam penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

40 menit Diskusi dan tanya jawab

5 menit Penutup

Proses Pelatihan dan Fasilitasi

a) Pengantar (10 menit)

Fasilitator menyampaikan desain pelatihan pada hari pertama yang terbagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama

yaitu penyajian materi tentang pentingnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dalam peningkatan

mutu pelayanan pendidikan. Sesi kedua yaitu penyajian materi tentang biaya dan sumber pendanaan biaya

Page 128: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

126 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

operasional sekolah. Dan sesi ketiga yaitu penyajian materi tentang pendekatan dan konsep BOSP dan cara

penghitungannya.

b) Pemaparan Materi (2x40 menit = 80 Menit)

Pemaparan Materi diberi bila hasil pemetaan awal menentukan banyak peserta belum mengerti substansinya.

Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang Fasilitator

atau narasumber, masing-masing menggunakan waktu 40 menit. Fasilitator (atau narasumber) pertama

menjelaskan tentang pentingnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dalam peningkatan mutu

pelayanan pendidikan meliputi; Standar Nasional Pendidikan dan Standar Pelayanan Minimal, selanjutnya

dilanjutkan oleh Fasilitator (atau narasumber) kedua tentang Standar Biaya Operasional Pendidikan, Manfaat

Biaya Operasional Satuan Pendidikan, dan Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP. Bahan

presentasiKINERJAdiCDdengannamafilePresentasi1pentingnyaBOSP.

Padatahunpertama BOSP dihitung dengan cara KINERJA, disarankanpelatihandiatasdiperpendek, dandiikuti

dengan presentasi tentang pengalaman keberhasilan BOSP pada tahun yang berjalan yang disiapkan Dinas

Pendidikan.

c) Diskusi/Tanya Jawab (40 menit)

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pentingnya BOSP. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing

dengan peserta.

d) Penutup (5 menit)

Fasilitator menutup Sesi I dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Page 129: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

127www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Modul 2Biaya dan Sumber Pendanaan Biaya Operasional Sekolah

Modul kedua ini menjadi dasar pengertian pemangku kepentingan atas landasan penganggaran operasional

sekolah, dan dasar item-item di dalam template penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul

berikutnya. Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Biaya Pendidikan

(BP), Biaya Satuan Pendidikan (BSP), Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi

Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP), Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP), dan

Sumber Pendanaan.

Peserta pelatihan modul ini adalah orang yang dipilih untuk mewakili peserta pelatihan modul pertama, untuk

menjadi anggota Tim Penyusunan BOSP dan narasumbernya.

Tahap Persiapan

Undang pihak yang terkait dengan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/

MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).

Staf dari badan pengelolaan keuangan daerah dan bagian perencanaan Dinas Pendidikan dapat menjadi nara

sumber presentasi.

Tujuan Pembelajaran

Page 130: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

128 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Waktu

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut.

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

Biaya Pendidikan (BP)

Biaya Satuan Pendidikan (BSP)

Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

2x40 menit Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP)

Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP)

Sumber Pendanaan

45 menit Diskusi dan tanya jawab

5 menit Penutup

Proses Fasilitasi

a) Pengantar (5 menit)

Page 131: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

129www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

b) Pemaparan materi (2x40 menit = 80 menit)

Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang fasilitator

atau narasumber masing-masing menggunakan waktu selama 40 menit. Fasilitator (narasumber)

pertama menjelaskan tentang Biaya Pendidikan (BP), Biaya Satuan Pendidikan (BSP), Biaya

Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), selanjutnya fasilitator (narasumber) kedua menjelaskan tentang

Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan

(BONSP),danSumberPendanaan.LihatbahanpresentasiKINERJAdiCDdengannamafilePresentasi

2 Sumber pendanaan biaya operasional sekolah.

c) Diskusi dan Tanya Jawab (45 menit)

Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya jawab.

d) Penutup (5 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab

Page 132: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

130 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Modul 3Pendekatan dan Konsep BOSP Serta Cara Penghitungannya

Modul ini adalah lanjutan dari modul sebelumnya, dan dibagi dua karena intensitas substansi untuk orang yang

baru masuk ke dalam dunia penghitungan BOSP.Setelah mengikut modul training ini, peserta akan mengerti

kekhususan cara KINERJA-USAID untuk menghitung BOSP (Pendekatan Penghitungan BOSP,

Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya, Penentuan

Volume,PenentuanHargaSatuan,danPenghitunganBOSPBerdasarkanKlasifikasiSekolah).Setelahmodul

ini peserta siap untuk membahas seleksi anggota Tim Penyusun BOSP dan perancangan SKnya.

Tahap Persiapan

Undang peserta yang hadir di modul 2 (dari Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/

MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).

Waktu

Total waktu yang dibutuhkan: 5 x 45 menit (205 menit), dengan rincian sebagai berikut:

Tujuan Pembelajaran

Page 133: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

131www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

Pendekatan Penghitungan BOSP

Penentuan Asumsi Dasar

Penentuan Kegiatan

2x40 menit Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya

Penentuan Volume

Penentuan Harga Satuan

PenghitunganBOSPBerdasarkanKlasifikasiSekolah

45 menit Diskusi dan Tanya Jawab

5 menit Penutup

Proses Fasilitasi

a) Pengantar (5 menit)

• Fasilitator melanjutkan Sesi III dengan melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta

agar dapat mengikuti sosialisasi/pelatihan dengan baik.

• Fasilitator juga menyampaikan desain penyajian pada Sesi III yaitu Pendekatan dan Konsep BOSP dan

Cara Penghitungannya dengan membagi dua yaitu penyajian materi dan diskusi/tanya jawab.

• Selanjutnya, mempersilahkan narasumber untuk menyajikan materi.

b) Pemaparan Materi (2 x 40 menit = 80 menit)

Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang fasilitator

(narasumber) masing-masing menggunakan waktu 40 menit. Fasilitator (narasumber) pertama menjelaskan

tentang Pendekatan Penghitungan BOSP, Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, selanjutnya

Fasilitator (narasumber) kedua melanjutkan menjelaskan tentang Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya,

PenentuanVolume,PenentuanHargaSatuan,danPenghitunganBOSPBerdasarkanKlasifikasiSekolah.

Page 134: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

132 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

c) Diskusi dan Tanya Jawab (45 Menit)

Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya jawab.

d) Susunan anggota Tim Penyusun BOSP (45 menit)

Fasilitator mempresentasikan bentuk ideal untuk susunan Tim Penyusun BOSP dan seleksi kecamatan

percontohan dari pengalaman KINERJA di daerah lain. Dalam pembahasan, model dari daerah lain

disesuaikan untuk daerah yang bersangkutan.

e) Seleksi anggota Tim dan pemberian tugas untuk merancang SK (45 menit)

Peserta diminta mengusulkan kepada Sekda dan kepala daerah siapa sebaiknya menjadi anggota tim

penyusunan BOSP, dan siapkan yang diberi tugas untuk merancang SKnya.

f) Penutup (5 Menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Page 135: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

133www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Modul 4Proses Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan

Setelah sesi training modul ini, Tim Penyusun BOSP dapat menyiapkan rencana aksinya untuk menghitung

BOSP. Modul training membahas Tahap-tahap Penyusunan BOSP. Setelah mengikuti pelatihan ini peserta

diharapkan dapat:

1. Memahamitahap-tahap penghitungan BOSP meliputi tahap penyiapan dokumen pendukung,

penghitungan BOSP (penyamaan persepsi, metode penghitungan, pengenalan template

penghitungan).

2. Mampu mempraktekkan penghitungan BOSP dengan menggunakan template penghitungan

BOSP dengan baik (lihat template di CD terlampir)

3. MelakukanfinalisasihasilpenghitunganBOSPdenganbaik.

4. Melakukan konsultasi internal dengan baik.

5. Menyusun laporan hasil penghitungan BOSP dengan sistematis dan baik.

6. Melakukan konsultasi publik dengan baik.

7. Menyusun rekomendasi teknis dalam pemenuhan kesenjangan.

Rencana aksi Tim Penyusun BOSP meliputi 6 lokakarya sebagai mana diusulkan pada Lampiran G, dimana

peserta menyusun BOSP dan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan, serta tugas persiapan dan

tindak lanjut dari masing-masing lokakarya oleh masing-masing anggota Tim. Dalam pengalaman KINERJA-

USAID, kemampuan Tim Penyusun BOSP beragamdan semua Tim lebih berhasil bila difasilitasi setiap langkah

dalam proses dalam lokakarya sebagaimana diusulkan di lampiran tersebut.

Tujuan Pembelajaran

Page 136: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

134 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Tahapan Lokakarya Penghitungan BOSP

Nama Lokakarya Durasi Waktu

Jumlah Peserta Peserta

Latihan penghitungan BOSP

1 hari 30 Tim Penyusun BOSP, Penentu Kebijakan, dan Pemangku Kepentingan/MSF (termasuk wakil sekolah-sekolah)

Lokakarya 1:Penghitungan BOSP

2 hari 10 Tim Penyusun BOSP dan Pemangku kepentingan (termasuk Wakil sekolah-sekolah)

Pendampingan Perhitungan BOSP

2 hari 10 Tim Penyusun BOSP

Lokakarya 2:Finalisasi Penghitungan BOSP

2 hari Hari I: 25

Hari II: 10

Tim Penyusunan BOSP dan pemangku kepentingan (termasuk wakil sekolah-sekolah yang tidak diundang pada LK 1 & 2.Tim Penyusun BSOP

Lokakarya 3:Konsultasi Internal

1 hari 20 Tim Penyusun BOSP, Dinas Pendidikan, UPTD/KCD, Pengawas Sekolah

Lokakarya 4:Penyusunan Laporan Hasil Penghitungan BOSP

2 hari 10 Tim Penyusun BOSP

Lokakarya 5:Konsultasi Publik

1 hari 30 Tim Penyusun BOSP, Penentu kebijakan, dan pemangku kepentingan (termasuk wakil sekolah-sekolah yang diundang pada LK 1, 2, dan 3)

Lokakarya 6:Rekomendasi Teknis Pemenuhan Kesenjangan

1 hari 10 Tim Penyusun BOSP

PesertaDiusulkan peserta latihan modul ini sebagai berikut.

Kegiatan Hari Efektif Jumlah Orang

Lokakarya 1: Penyamaan Persepsi tentang BOSP 1 30Komposisi peserta:• Tim Penyusun BOSP 6• Penentu Kebijakan:• Kepala Dinas Pendidikan 1• Kepala Bappeda 1• Kepala BPKAD/DPKAD/Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah 1

Page 137: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

135www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Kegiatan Hari Efektif Jumlah Orang

• Ketua KomisiPendidikan/Panitia Anggaran DPRD 1• Pemangku Kepentingan:• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan 2• Wakil Kantor Departemen Agama 1• Wakil LSM Pendidikan 1• Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung) 3• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan 1• Wakil SD/MI 5• Wakil SMP/MTs 4• Wakil SMA/MA 3

Proses dan Waktu Latihan

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Materi PenanggungJawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta (Tim Penyusun BOSP serta nara sumber) Panitia/Fasilitator08.30–09.00 Pengarahan:

Arah kebijakan pembiayaan pendidikan Kabupaten/KotaLatar belakang penghitungan BOSP Pembukaan Lokakarya

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

09.00–10.00 Sesi1PresentasiprosespenghitunganBOSP(lihatfilePresentasi 4a proses penghitungan BOSP di CD)Tanya Jawab/Diskusi

Fasilitator

10.00–10.15 Rehat Panitia/Fasilitator

Page 138: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

136 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

10.15–11.15 Sesi 2 Presentasi Metode dan langkah-langkah penghitungan BOSP(lihatfilePresentasi 4b Biaya Operasional Non Personalia Satuan PendidikandanfilePresentasi 4c Metode Penghitungan Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan di CD)TanyaJawab/Diskusi

Fasilitator

11.15-12.15 Sesi3PengenalantemplatpenghitunganBOSP(LihatfilePresentasi 4d pengenalan template penghitungan BOSP di CD)TanyaJawab/Diskusi

12.15-13.00 Ishoma Panitia/Fasilitator13.00-13.05 Pembagian Kelompok untuk diskusi asumsi dasar

penghitungan berdasarkan jenjang pendidikan sebagai dasar mempelajari template masing-masing jenjang pendidikan.

Panitia/Fasilitator

13.05–14.15 Diskusi Kelompok•TelaahterhadapAsumsiDasar•TelaahterhadapKegiatandanKomponen•Perlutidaknyapenambahankomponeninvestasiringandanbantuansiswamiskinsertaklasifikasisekolah

Fasilitator

14.15-15.15 Presentasi Hasil Diskusi KelompokTanyaJawab/Tanggapan

Fasilitator

15.15-15.30 Penutupan Kepala/Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Tindak lanjut

Pada waktu penutupan pelatihan, anggota Tim Penyusun BOSP diberi tugas persiapan untuk lokakarya-

lokakarya sebagaimana digambarkan di Lampiran G.

Page 139: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

137www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Modul 5 Pengawalan dan Advokasi Penyusunan Kebijakan BOSP

Modul ini membahas tentang upaya untuk mengawali hasil penghitungan BOSP sampai menjadi kebijakan

dalam bentuk peraturan Bupati/Walikota.Upaya ini dari dua sisi. Pertama, pengawalan dari sisi penyedia

layanan(supply side) yang dilakukan oleh aparat yang menyusun dan mendukung BOSP, sesuai peraturan

perundangan dan prosedur yang berlaku. Kedua, advokasi dari sisi pengguna layanan (demand side) yang

dilakukan oleh masyarakat melalui multi-stakeholder forum (MSF). Tujuan pengawalan tersebut adalah untuk

mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penghitungan biaya operasional sekolah berdasarkan

kebutuhan aktual, membuat kebijakan bantuan operasional sekolah melalui penerbitan Peraturan Bupati/

Walikota berikut petunjuk teknisnya, memasukkan alokasi biaya operasional ke dalam perencanaan dan

penganggaran, dan melaksanakan alokasi biaya operasional ke sekolah-sekolah. Peran MSF menjadi

sangat penting untuk menjamin kebijakan pembiayaan operasional sekolah dilaksanakan sesuai kebutuhan,

transparan dan akuntabel.

Setelah latihan ini Tim Penyusun BOSP dan MSF akan siap untuk kerjasama aparat Pemda dalam proses

pembentukan peraturan tentang BOSP, mulai dengan kerjasama untuk menyiapkan rencana aksi proses

perancangannya.

Tahap Persiapan

Undang pihak yang terkait dengan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/

MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).

Staf dari badan pengelolaan keuangan daerah dan bagian perencanaan Dinas Pendidikan dapat menjadi nara

sumber presentasi.

Tujuan Pembelajaran

Page 140: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

138 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Waktu Pelatihan

Total waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan: 2x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Pokok Bahasan

2 x 45 menit

Pengawalan intern pemda (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)Advokasi (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang BOSDA)Diskusi dan Tanya Jawab

Proses fasilitasi

a) Pengantar (5 menit)

Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti lokakarya

dengan baik. Dalam hal ini fasilitator mencoba untuk membangkitkan semangat peserta dengan mengajukan

pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta untuk berpikir tentang advokasi kebijakan

biaya pendidikan.

Fasilitator menyampaikan desain lokakarya terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu penyajian materi tentang

advokasi supply dan demand kebijakan biaya pendidikan. Sesi kedua adalah diskusi/tanya jawab.

Page 141: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

139www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

b) Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator menjelaskan tentang pengawalan intern (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah

daerah) dan advokasi (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/

walikotatentangBOSDA).LihatfilePresentasi 5 pengawalan dan advokasi kebijakan penyusunan BOSP di

CD terlampir.

c) Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing

dengan peserta.

d) Penutup (5 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Page 142: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

140 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Modul 6 Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran

Manfaat dari penghitungan BOSP dihasilkan bila sekolah diberi anggaran untuk kegiatan operasionalnya.

Tim Penyusun BOSP ditugaskan untuk menindaklanjuti penghitungannya lewat proses perencanaan

dan penganggarannya, sampai RKA dan DPA, didukung oleh masyarakat. Modul ini membahas tentang

Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan

Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran Masyarakat

dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.

Setelah latihan ini Tim Penyusun BOSP dan MSF akan siap kerjasama aparat Pemda dalam proses

perencanaan dan penganggaran demi kepentingan biaya operasional sekolah yang memadai.

Tahap Persiapan

Konfirmasikanjadwalperencanaandanpenganggarandaerah.Mengaturlatihaninidanmenyesuaikan

presentasinya untuk optimalisasi integrasi penghitungan BOSP dengan anggaran tahunan.

Undang Tim Teknis Penghitungan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/

MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.

Waktu pelatihan

Total waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan: 2 x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut:

Tujuan Pembelajaran

Page 143: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

141www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Waktu Pokok Bahasan

2 x 45 menitJadwal perencanaan dan penganggaran daerahKesempatan dalam jadwal tersebut untuk memastikan integrasi penghitungan BOSPDiskusi dan Tanya Jawab

Proses fasilitasi

a) Pengantar (5 menit)

b) Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator atau nara sumber dari Bappeda menjelaskan tentang jadwal perencanaan dan penganggaran

daerah dan kesempatan untuk memastikan hasil penghitungan BOSP masuk dalam anggaran sekolah. Lihat

filePresentasi 6 integrasi BOSDA ke dalam perencanaan dan penganggarandi CD terlampir.

c) Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing

dengan peserta.

d) Penutup (5 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Page 144: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

142 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran D CONTOH SUSUNAN ACARA LOKAKARYA PENGHITUNGAN BOSPLampiran ini melengkapi informasi di Modul 4 tentang Proses Penghitungan Biaya Operasional Satuan

Pendidikan.

Komposisi Peserta Masing-masing Lokakarya Penyusunan Peraturan tentang BOSP

Kegiatan Hari Efektif Jumlah OrangLokakarya 1: Penyusunan BOSP 2 26Komposisi peserta:Tim Penyusun BOSP 6Pemangku Kepentingan:• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan 2• Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD 1• Wakil KantorDepartemenAgama 1• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan 1• Wakil Pengawas Sekolah(untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung) 3• Wakil SD/MI (yang diundang pada Lokakarya 1) 5• Wakil SMP/MTs (yang diundang pada Lokakarya 1) 4• Wakil SMA/MA (yang diundang pada Lokakarya 1) 3

Lokakarya 2: Finalisasi Penyusunan BOSP 2Hari 1: 26Komposisi peserta:Tim Penyusun BOSP 6Pemangku Kepentingan:• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan 2• Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD 1• Wakil KantorDepartemenAgama 1• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan 1

Page 145: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

143www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

• Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung) 3• Wakil SD/MI (yang tidak diundang padaLokakarya 1& 2) 5• Wakil SMP/MTs (yang tidak diundang pada Lokakarya 1 & 2) 4• Wakil SMA/MA (yang tidakdiundang pada Lokakarya1 & 2) 3Hari 2: 6Komposisi peserta:Tim Penyusun BOSP 6

Lokakarya 3: Konsultasi Internal 1 20Komposisi peserta:Tim Penyusun BOSP 6Kepala Dinas Pendidikan 1Sekretaris Dinas Pendidikan 1Kepala-Kepala Bidang Dinas Pendidikan 4Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan 1Wakil-Wakil UPTD/KCD Dinas Pendidikan 4Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung) 3

Lokakarya 4: Penyusunan Laporan Hasil Penghitungan BOSP 2 6Komposisi peserta:Tim Penyusun BOSP 6

Lokakarya 5: Konsultasi Publik 1 30Komposisi peserta:

Page 146: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

144 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

2. Proses Fasilitasi

a) Pengantar (10 menit)

Fasilitator menayangkan slide tentang judul sesi dan sedikit mereviu hasil diskusi sebelumnya tentang

penyepakatan agenda. Fasilitator menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dicapai dalam

sesi ini.

b) Kerja Kelompok atau Diskusi Kelompok (30 menit)

Fasilitator meminta setiap kelompok mengerjakan atau mengisi templat dengan cermat dan teliti.

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal

yang kurang dimengerti.

c) Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (20 menit)

Fasilitator meminta setiap kelompok menunjukkan hasil pekerjaannya secara bersamaan melalui LCD

Projector sehingga peserta lokakarya lainnya dapat melihatnya dan memberikan masukan bila perlu.

d) Penguatan Fasilitator (20 menit)

Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi

kelompok.Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam

menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga.

Lokakarya 1: PENGHITUNGAN BOSP

1. Susunan Acara

Page 147: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

145www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

e) Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan dilanjutkan di rumah dan akan dibahas

pada sesi berikutnya.

3. Hasil yang Diharapkan

• Pesertamemahamikegiatan,komponendansubkomponenBOSPyangadapadatemplate

Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan dan mampu menyesuaikan (jika perlu) dengan kondisi

Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

• PesertamampumenghitungdanmenghasilkannilaiBOSPtentatifuntukKabupaten/Kotayang

bersangkutan.

a) Waktu:

2 hari efektif

b) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta

Peserta dibagi dalam kelompok yang dibentuk sesuai jenjang sekolah yang BOSP-nya akan

dihitung. Kelompok sekolah dapat melanjutkan kelompok yang dibentuk pada Lokakarya 1 ditambah

dengan anggota dari Kelompok I yang disebar ke setiap kelompok sekolah. Peserta duduk sesuai

kelompoknya masing-masing.

Anggota kelompok sekolah terdiri dari: Tim Penyusun BOSP (wakil sekolah dan non-sekolah), wakil

sekolah, dan wakil pengawas. Peserta lainnya dipersilahkan memilih ke dalam kelompok sekolah yang

mana mereka ingin ikut berdiskusi dan menghitung, tetapi diusahakan agar jumlahnya seimbang pada

setiap kelompok. Catatan: Harus ada minimal satu peserta disetiap kelompok sekolah yang terampil

mengoperasikan komputer (laptop), khususnya program Microsoft Excel.

Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya dibuat dalam bentuk U.

c) Bahan dan Alat

RKAS tahun terakhir dari setiap sekolah yang wakilnya hadir pada lokakarya.

Print out template Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan (sudah dibagikan pada Lokakarya 1).

Page 148: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

146 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

CDyangberisisoftcopytemplatePenghitunganBOSPBerdasarkanKegiatandalamfileExcel

untuk di-copy ke dalam komputer setiap kelompok sesuai jenjang sekolah.

Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.

White board/papan tulis.

Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.

Catatan: Agar diskusi kelompok dapat berjalan sesuai yang diharapkan (seluruh peserta dapat

berpartisipasi), disarankan agar laptop yang digunakan pada setiap kelompok cukup 1 unit.

d) Metode

1. Curah pendapat

2. Kerja kelompok

3. Presentasi dan Diskusi

Notulen

Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan

catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan

rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.

e) Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan dilanjutkan di rumah dan akan dibahas

pada sesi berikutnya.

3.1 Urutan Kegiatan

a) Pleno1: Pengantar

1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan dan materi yang mencakup:

• RangkaianlokakaryaBOSPdantujuanLokakarya2BOSP.

• Hal-halyangdiputuskanpadalokakaryasebelumnya,yangakanmenjadidasardanarah

penghitungan BOSP (asumsi dasar, kegiatan, komponen dan subkomponen, dan lain-lain).

• MetodepenghitunganBOSPberdasarkankegiatansecaradetil.

Page 149: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

147www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

2. Tanya jawab/diskusi, dipandu fasilitator.

b) Kerja Kelompok1: Penentuan Kegiatan dan Komponen Biaya (Review Hasil Lokakarya 1)

1. Fasilitator membentuk kelompok dan membagi peserta ke dalam kelompok. Ketua Kelompok

sebaiknya dari unsur TimPenyusun BOSP. Masing-masing kelompok dipersilahkan menunjuk

notulis.

2. Fasilitator meminta peserta membuka print out template Penghitungan BOSP Berdasarkan

Kegiatan (yang sudah dibagikan pada Lokakarya 1).

3. Fasilitator menjelaskan apa yang perlu didiskusikan dalam Kerja Kelompok 1, yaitu apakah

kegiatan dan komponen biaya yang dipergunakan dalam template Penghitungan BOSP

BerdasarkanKegiatanpadaLokakarya1“sebagian”telahdiidentifikasiagar“disesuaikan”dengan

kondisidi Kabupaten/Kotayang bersangkutan sudah tidak perlu diubah lagi. Jika masih perlu,

peserta bisa mengusulkan perubahan untuk disepakati bersama. Fasilitator perlu memberikan

penekanan bahwa yang akan dihitung adalah standar minimal.

4. Ketua Kelompok memimpin diskusi tentang kegiatan dan komponen biaya. Dimulai dengan

membaca kembali bahan yang telah dibagikan secara singkat selama kurang lebih 10menit.

Kemudian Ketua Kelompok memimpin diskusi dan meminta usulan-usulan tambahan dari

peserta. Fasilitator mengamati/mendampingi dan mengarahkan jika diskusi keluar dari fokus/topik

pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta bisa menyampaikan pendapatnya.

5. Diskusi difokuskan pada: Apa yang dianggap kurang sesuai? Apa usulan perubahan yang

diajukan?

Catatan: Usulan perubahan harus disertai dengan alasan/dasar hukum yang jelas, bukan hanya

karena “keinginan”.

6. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam kertas plano atau ke

dalam komputer untuk kemudian dicetak. Hasil diskusi kelompok ditampilkan dalam bentuk tabel/

matriks yang berisi: Nomor, Butir (yang dianggap kurang sesuai), Tentang, Usulan Perubahan,

Alasan/Dasar Hukum.

Page 150: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

148 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

Catatan: Jika Fasilitator melihat kerja kelompok berjalan alot atau terlalu lama, Fasilitator dapat

menyampaikan bahwa kegiatan, komponen dan sub komponen biaya hasil kerja kelompok ini

masih dapat diubah pada sesi penghitungan BOSP jika ada yang belum terpikirkan (terlupakan)

saat ini. Penyampaian informasi tersebut diharapkan dapat membantu untuk memperlancar kerja

kelompok.

c) Presentasi dan Diskusi Hasil Kerja Kelompok 1

1. Ketua Kelompok dan Notulis dari setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan

memberi penjelasan.

2. Peserta lainnya mendengar dan mencatat komentar serta masukan untuk kemudian disampaikan

secara lisan pada sesi tanya jawab.

3. Tanyajawab/tanggapan,dipandu oleh fasilitator.

4. Fasilitator dan notulis dari masing-masing kelompok mencatat hal-hal yang menjadi kesepakatan

bersama, dan juga hal-hal yang belum disepakati.

Catatan: Untukmengefisienkan waktu, presentasi kelompok tidak selalu harus dilakukan dari

podium utama tetapi dapat dilakukan dari meja masing-masing kelompok.

d) Pleno 2: Membangun Kesepakatan tentang Kegiatan dan Komponen Biaya

1. Fasilitator menyampaikan butir-butir yang telah disepakati.

2. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan hal-hal yang belum disepakati dan berusaha

semaksimal mungkin agar mencapai kesepakatan.

3. Fasilitator menyampaikan bahwa langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan BOSP.

e) Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP

1. Fasilitator memastikan agar semua anggota kelompok berada dikelompok masing-masing. Pada

kerja kelompok2, kelompok harus bekerja dengan menggunakan komputer dan template BOSP

Page 151: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

149www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Excel sesuai dengan jenjang sekolahnya untuk melakukan penghitungan BOSP, yang notulis dari

setiap kelompok sebelumnya meng-copy dari fasilitator.

2. Fasilitator menjelaskan bahwa yang akan dilakukan adalah menterjemahkan berbagai asumsi

kegiatan dan komponen biaya yang telah disepakati sebelumnya dan menghitungnya kedalam

bentuk uang dengan menggunakan template BOSP Excel sesuai jenjang sekolah masing-masing.

Perubahan kegiatan dan komponen/subkomponen BOSP masih dimungkinkan selama proses

penghitungan.

3. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya ke dalam komputer.

f) Presentasi dan Diskusi Draf Hasil Penghitungan BOSP

1. Sebelum mempersilahkan kepada salah satu Ketua Kelompok dan Notulis untuk melakukan

presentasi draf hasil penghitungan BOSP, fasilitator mengarahkan agar peserta/kelompok yang lain:

• membandingkandanmenyesuaikandengandrafhasilpenghitunganmereka,baikdarivolume

(dan unsur-unsurnya) maupun harga.

• menyamakanhargabarang(maupunkegiatandankomponen/subkomponen)yangsama,

terutamajikabarangtersebutspesifikasinyajugasama.Hargayangdipilihsesuaidengan

kesepakatan.

2. Fasilitator mempersilahkan kepada salah satu Ketua Kelompok dan Notulis untuk mempresentasikan

softcopy Excel dari Penghitungan BOSP jenjang sekolah kelompoknya. Untuk menghemat waktu

dan agar tidak membosankan, Ketua Kelompok dan Notulis terutama mempresentasikan hal-hal

yang berubah dari template Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan asli dari DBE1.

3. Peserta lainnya dapat menanggapi dan memberi masukan secara langsung presentasi yang

disampaikan. Tanggapan atau masukan yang diberikan dapat menyangkut volume (dan unsur-

unsurnya) maupun harga setiap komponen/subkomponen. Tanya jawab/diskusi ini, dipandu fasilitator.

4. Tanggapan dan atau masukan yang disampaikan peserta diupayakan untuk dijawab/diselesaikan

dengan tuntas. Jika ada tanggapan dan atau masukan yang memerlukan revisi/koreksi terhadap

draf hasil penghitungan BOSP yang dipresentasikan, revisi/koreksi dapat dilakukan secara

langsung, baik oleh kelompok yang melakukan presentasi maupun kelompok yang lain.

5. Fasilitator dan Notulis dari masing-masing kelompok mencatat komentar dan masukan peserta.

Page 152: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

150 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

g) Presentasi dan Diskusi Draf Hasil Penghitungan BOSP (lanjutan)

1. Setelah salah satu kelompok melakukan presentasi draf hasil penghitungan BOSP, Fasilitator

mempersilahkan kelompok yang lain untuk melakukan presentasi yang sama.

2. Proses pelaksanaan presentasi kelompok tersebut dilakukan sebagaimana presentasi kelompok

sebelumnya.

h) Pleno2: Penyusunan RencanaTindak Lanjut (RTL)

Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain

mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

3.3 Contoh Susunan Acara Lokakarya 1

a) Hari pertama

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/Fasilitator08.30–08.45 Pengarahan

Pembukaan LokakaryaKepala/Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

08.45–09.00 • PenentuanKelompok• Rambu-RambuLokakarya

Fasilitator

09.00–10.30 Presentasi• RangkaianLokakaryaBOSPdanTujuan

Lokakarya 2• Kesepakatan Lokakarya sebelumnya (asumsi

dasar, kegiatan, komponen)• Metode Penghitungan BOSP Berdasarkan

Kegiatan detil• Cara Penghitungan BOSP Detil Tanya Jawab/

Diskusi

Fasilitator

10.30–11.00 Rehat Kopi-Teh Panitia/ Fasilitator11.00–12.00 Kerja Kelompok 1:

Penentuan Kegiatan dan Komponen/ Subkomponen BOSP (Review hasil Lokakarya 1)

• Fasilitator• Ketua dan Notulis

Page 153: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

151www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

12.00–13.00 Ishoma Panitia/ Fasilitator13.00–14.00 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok

Tanya Jawab/Tanggapan Fasilitator14.00–14.15 Membangun Kesepakatan tentang Kegiatan dan

Komponen/ Subkomponen BOSPTanya Jawab/ Tanggapan

Fasilitator

14.15–15.30 Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP • Fasilitator• Ketua dan Notulis

15.30–16.00 Rehat Kopi-Teh Panitia/ Fasilitator16.00–17.00 Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP (Lanjutan) • Fasilitator

• Ketua dan Notulis

a) Hari kedua

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.30–08.45 RefleksiHasilLokakaryaHariPertama Panitia/ Fasilitator08.45–09.30 Kerja Kelompok:

Penghitungan BOSP (lanjutan)• Fasilitator• Ketua dan Notulis

09.30–10.00 Rehat Kopi-Teh Panitia/ Fasilitator10.00–12.00 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok

Tanya Jawab/Tanggapan Fasilitator

12.00–13.00 Ishoma Panitia13.00–15.30 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (lanjutan)

Tanya Jawab/ TanggapanFasilitator

15.30–16.00 Rehat Kopi-Teh Panitia/ Fasilitator16.00–16.15 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

• Rencana kerja• Jadwal lokakarya selanjutnya

Fasilitator

16.15–16.30 Penutupan Kepala/Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Page 154: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

152 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

a) Pengantar (5 menit)

Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti pelatihan dengan

baik berupa perkenalan, bermain game, dan menginformasikan bahwa Tim Penyusun telah melakukan

penghitungan.

b) Pemaparan Materi (50 menit)

Fasilitator meminta setiap kelompok mengerjakan atau mengisi templat dengan cermat dan teliti.

Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal

yang kurang dimengerti.

Masing-masing sesi diawali dengan presentasi materi 50 menit, dan diskusi 30 menit.

1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I

a. Wakil dari kelompok 1 jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok I

2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II

a. Wakil dari kelompok 2 jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok II

3. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi III

a. Wakil dari kelompok 3 jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok III

Lokakarya 2: FINALISASI PENGHITUNGAN BOSP

1.1 Versi A

Page 155: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

153www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

4. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi IV

a. Wakil dari kelompok 4 jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya..

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok IV

c) Penguatan dan Penutup (25 menit)

Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi

kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam

menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga. Fasilitator menutup sesi dengan menarik

kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

1.2 Versi B

Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi

kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam

menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga.

a) Tujuan

1. Hari Pertama: Tim Penyusun BOSP memperoleh masukan dari peserta, terutama wakil dari

sekolah-sekolah yang belum pernah diundang sebelumnya terhadap nilai BOSP tentatif yang

dihasilkan dalam Lokakarya 2.

2. Hari Kedua: Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai BOSP tentatif

sesuai masukan peserta pada lokakarya hari pertama agar menjadi lebih representatif dan

realistis.

b) Waktu

2 hari efektif

c) Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Pelaksanaan Lokakarya

Hasil penghitungan BOSP tentatif pada lokakarya 2 harus sudah diterima oleh para calon peserta 3-5

hari sebelum pelaksanaan lokakarya. Hal tersebut dimaksudkan agar para peserta memiliki waktu

yang cukup untuk menelaah hasil penghitungan tersebut sebelum mengikuti lokakarya. Untuk itu, hasil

penghitungan BOSP tentatif dilampirkan pada undangan untuk para peserta. Dalam undangan tersebut

Page 156: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

154 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

dapat disampaikan bahwa lampiran tersebut untuk ditelaah dan mendapat tanggapan mengenai

kegiatan, komponen/ subkomponen, volume, dan harga.

d) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta

Hari 1: Peserta duduk sesuai jenjang sekolah masing-masing (terutama pada saat Kerja Kelompok).

Hari 2: Peserta duduk bebas.

e) Bahan dan Alat

1. RKAS tahun terakhir dari setiap sekolah yang wakilnya hadir pada lokakarya.

2. Printout hasil Lokakarya 2 untuk setiap peserta sesuai dengan kelompok (jenjang sekolah).

3. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.

4. White board/ papan tulis

5. Laptop, LCD, dan layar.

f) Metode:

1. Curah pendapat

2. Kerja kelompok

3. Presentasi dan Diskusi

g) Notulen:

Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan

catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan

rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.

1.3 Urutan Kegiatan

Hari Pertama

a) Pleno1: Pengantar

1. Fasilitator menyampaikan materi Pengenalan BOSP (File: Penyamaan Persepsi BOSP.ppt dan

Metode Penghitungan BOSP.ppt) secara singkat.

Page 157: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

155www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

2. Pada bagian Rangkaian Lokakarya BOSP, fasilitator menyampaikan rangkaian lokakarya yang

telahdilakukansertatujuanLokakarya3yaitumemperolehmasukandanmemfinalisasihasil

penghitungan BOSPtentatif.

3. Tanya jawab/diskusi, dipandu Fasilitator.

b) Pleno 2: Presentasi Hasil Penghitungan BOSP Tentatif

Tim Penyusun BOSP yang menjadi Ketua atau Notulis setiap kelompok sekolah menyampaikan

ringkasan hasil penghitungan BOSP tentatif yang dihasilkan dalam Lokakarya 2, disertai dengan

penjelasan mengenai berbagai perubahan (tambahan, pengurangan, penyesuaian nama kegiatan dan

komponen/ subkomponen) yang telah dilakukan.

(Tidak ada tanyajawab/ diskusi dalam sesi ini, tanya jawab/diskusi akan dilakukan setelah kerja

kelompok).

c) Kerja Kelompok: Telaah terhadap Hasil Penghitungan BOSP

1. Fasilitator membentuk kelompok dan membagi peserta ke dalam kelompok sekolah. (Tim

Penyusun BOSP tidak menjadi anggota kelompok tetapi hanya mendampingi/mengamati). Masing-

masing kelompok dipersilahkan menunjuk Ketua dan Notulis.

2. Fasilitator menjelaskan apa yang perlu didiskusikan dalam Kerja Kelompok yaitu apakah kegiatan,

komponen biaya beserta volume dan harga satuannya dari hasil penghitungan BOSP tentatif yang

dihasilkan pada lokakarya sebelumnya sudah sesuai dengan kondisi di Kabupaten/Kota yang

bersangkutan. Peserta bisa mengusulkan perubahan berdasarkan hasil telaah yang dilakukan

sebelum lokakarya maupun yang berkembang saat kerja kelompok untuk disepakati bersama.

Catatan: Usulan perubahan harus disertai dengan alasan/dasar hukum yang sangat jelas, bukan

hanya karena “keinginan”.

3. Fasilitator mengingatkan agar kerja kelompok fokus pada penyempurnaan hasil penghitungan

BOSPtentatifdanmemfinalisasipenghitungantersebut,bukan mengulang penghitungan dari awal.

4. Ketua Kelompok memimpin diskusi yang dimulai dengan membaca hasil Penghitungan BOSP

tentatif dari lokakarya sebelumnya secara singkat selama kurang lebih 10 menit. Kemudian Ketua

Kelompok memimpin diskusi tentang setiap kegiatan, komponen biaya beserta volume, dan

harga satuannya dari penghitungan BOSP yang sudah ditetapkan dalam Lokakarya sebelumnya

maupun usulan-usulan penyempurnaan daripeserta. Fasilitator mendampingi/mengamati dan

Page 158: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

156 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

mengarahkan jika diskusi keluar dari fokus/topik pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta

bisa menyampaikan pendapatnya.

5. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya ke dalam komputer untuk

kemudian dicetak. Hasil diskusi kelompok ditampilkan dalam bentuk tabel/matriks yang berisi

penyempurnaan terhadap hasil penghitungan BOSP tentatif yang merupakan hasil lokakarya

sebelumnya dengan detil sebagai berikut: Nomor, Butir (yang dianggap kurang sesuai), Tentang,

Usulan Perubahan, Alasan/Dasar Hukum.

d) Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok

1. Sesi tanya jawab/diskusi, dipandu oleh Fasilitator.

2. Ketua atau Notulis setiap kelompok menyampaikan komentar dan masukan hasil kerja

kelompoknya dan memberi penjelasan. (Penyampaian hasil kerja kelompok dapat dilakukan

dari meja kelompok). Catatan: Presentasi difokuskan pada perubahan-perubahan terhadap

hasil penghitungan BOSP tentatif hasil lokakarya sebelumnya, tidak perlu meliputi keseluruh

Penghitungan BOSP.

3. Komentar dan masukan peserta dapat direspon langsung oleh Tim Penyusun BOSP (sesuai

kelompok sekolah). Jika perlu melakukan perubahan, perubahan tersebut dapat segera dilakukan

pada saat itu juga sehingga pada akhir presentasi perubahan-perubahan yang diperlukan telah tuntas.

Hari Kedua

e) Pleno1: Pengantar

1. Fasilitatormenyampaikanrefleksilokakaryaharipertama.

2. Fasilitator menyampaikan tujuan lokakarya hari kedua, yaitu melakukan review terhadap hasil

penghitungan BOSP serta penyesuaian yang telah dilakukan pada hari pertama. Review dilakukan

untuk memastikan bahwa penghitungan telah dilakukan dengan benar (tidak ada bagian yang tidak

terhitung maupun terhitung ganda).

f) Kerja Kelompok: Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif

Tim Penyusun BOSP melakukan review terhadap hasil penghitungan BOSP Tentatif hari pertama untuk

memastikan bahwa penghitungan telah dilakukan dengan benar (tidak ada bagian yang tidak terhitung

maupun terhitung ganda).

Page 159: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

157www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

g) Pleno 2: Penyusunan Bahan Presentasi untuk Lokakarya 4

Berdasarkan hasil penghitungan BOSP tentatif yang telah direview, Tim Penyusun BOSP menyusun

bahan presentasi untuk Lokakarya 4. (Bahan presentasi untuk Lokakarya 4 meliputi konsep BOSP dan

hasilpenghituganBOSPtentatif(file:HasilPenghitunganBOSPTentatif.ppt)

h) Pleno3: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain

mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

1.4 Contoh Susan Acara Lokakarya 2

Hari Pertama

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/ Fasilitator08.30–08.45 Pengarahan

Kegiatan Penghitungan BOSP Pembukaan LokakaryaKepala/ Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota

08.45–09.00 •Rambu-Rambu Lokakarya•Penentuan Kelompok

Fasilitator

09.00–10.00 PresentasiPengenalan BOSP•Konsep•Latar Belakang•Metode Penghitungan•Rangkaian Lokakarya BOSP•Tujuan Lokakarya 2•Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSPTanya Jawab/ Diskusi

Fasilitator

10.00–10.30 Rehat Kopi -Teh Panitia/Fasilitator10.30–11.30 Presentasi

Hasil Penghitungan BOSP Tentatif•Tim Penyusun BOSP•Fasilitator

11.30–12.30 Kerja KelompokTelaah terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif

•Fasilitator•Ketua dan Notulis

12.30–13.30 Ishoma Panitia

Page 160: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

158 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

13.30–15.30 Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok

Tanggapan Tim Penyusun BOSP

•Ketua/ Notulis•Tim Penyusun BOSP•Fasilitator

15.30–16.00 Rehat Kopi -Teh Panitia/Fasilitator16.00–17.00 Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok

(Lanjutan)

Tanggapan Tim Penyusun BOSP

•Ketua/Notulis•Tim Penyusun BOSP•Fasilitator

Hari Kedua

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/Fasilitator08.30–08.45 RefleksiHasilLokakaryaHariPertama Fasilitator08.45–09.30 Tujuan lokakarya hari kedua Fasilitator09.30–10.30 Kerja Kelompok

Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif• Tim Penyusun BOSP• Fasilitator

10.30–11.00 Rehat Kopi -Teh Panitia/Fasilitator11.00–12.00 Kerja Kelompok (Lanjutan)

Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif• Tim Penyusun BOSP• Fasilitator

12.00–13.00 Ishoma Panitia13.00–14.30 Penyusunan Bahan Presentasi Lokakarya 4 • TimPenyusunBOSP

• Fasilitator14.30–15.00 Rehat Kopi -Teh Panitia/Fasilitator15.00–15.30 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

•Rencanakerja• Jadwal lokakarya selanjutnya

Fasilitator

15.30–16.00 Penutupan Kepala/Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Page 161: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

159www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

a) Pengantar (5 menit)

Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti lokakarya

dengan baik berupa perkenalan, bermain game, dan menginformasikan bahwa Tim Penyusun telah

melakukan penghitungan.

b) Pemaparan Materi dan Diskusi (180 menit)

Masing-masing sesi diawali dengan pemaparan hasil kerja kelompok 45 menit dan diskusi 45 menit.

1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I

a. Wakil dari kelompok jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja kelompok SD

2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II

a. Wakil dari kelompok jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok SMP

Lokakarya 3: KONSULTASI INTERNAL

1.1 Versi A

Lokakarya ini menghasilkan tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan

Page 162: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

160 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

c) Penyesuaian Nilai Hasil Penghitungan

Fasilitator mengarahkan kepada Tim Penyusun BOSP untuk dapat melakukan penyesuaian terhadap

nilai BOSP tentatif berdasarkan masukan-masukan dari peserta lokakarya lainnya.

d) Menghitung BOSP Final

FasilitatormendampingiTimPenyusununtukmenghitungnilaiBOSPfinalyangdisepakatisecara

internal Dinas Pendidikan

e) Penutup (5 menit)

Fasilitatormenutupsesidenganmenarikkesimpulandarihasilpenghitunganfinalyangdisepakati

secara internal Dinas Pendidikan.

1.2 Versi B

a) Hasil yang Diharapkan

Tim Penyusun BOSP memperoleh tanggapan/masukan dari peserta terhadap nilai BOSP tentatif,

sehingga jika diperlukan, Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian dengan terhadap

nilaiBOSPtentatifdankemudianmenghitungnilaiBOSPfinalyangdisepakatisecarainternalDinas

Pendidikan.

b) Waktu

1 hari efektif

c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta

Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya

dibuat dalam bentuk U.

Page 163: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

161www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

d) Bahan dan Alat

1. Printout hasil penghitungan BOSP tentatif.

2. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.

3. White board/papan tulis.

4. Laptop, LCD, dan layar.

e) Metode

Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.

Notulen

Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanyajawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan

catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan

rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.

1.3 Urutan Kegiatan

a) Pengarahan dan Pembukaan Lokakarya oleh Dinas Pendidikan b) Pengantar oleh Fasilitator

Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:

• RangkaianlokakaryaBOSPdantujuanLokakarya4BOSP

c) Presentasi Hasil Penghitungan BOSP Tentatif

Ketua Tim Penyusun BOSP mempresentasikan hasil penghitungan BOSP tentatif dan memberi

penjelasan pada bagian-bagian yang penting.

d) Tanya Jawab/ Diskusi

1. Sesi tanya jawab/ diskusi dipandu oleh Fasilitator.

Page 164: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

162 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan tanggapan dan masukan.

Tanggapan dan masukan peserta diharapkan terutama difokuskan pada bagian-bagian penting

yang perlu disepakati.

3. Tanggapan dan atau masukan yang disampaikan peserta diupayakan untuk dijawab/diselesaikan

dengan tuntas. Jika ada tanggapan dan atau masukan yang memerlukan revisi/koreksi terhadap

hasil penghitungan BOSP tentatif yang dipresentasikan, revisi/koreksi dapat dilakukan secara

langsung oleh Tim Penyusun BOSP.

e) Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain

mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

1.4 Contoh Susunan Acara Lokakarya 4

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 RegistrasiPeserta Panitia/ Fasilitator08.30–08.45 Pengarahan

Pembukaan LokakaryaKepala/ Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota

08.45–09.00 Pengantar Lokakarya•RangkaianLokakaryaBOSP•TujuanLokakarya4

Fasilitator

09.00–10.00 Presentasi• Konsep BOSP•AsumsiDasarPenghitunganBOSP(Kabupaten/Kota

yang bersangkutan)•HasilPenghitunganBOSP

Tim Penyusun BOSP

10.00–10.30 Rehat Panitia/ Fasilitator10.30–12.00 Tanyajawab/ Diskusi •Fasilitator

•TimPenyusunBOSP12.00–13.00 Ishoma Panitia13.00–14.00 Penyusunan Bahan Presentasi Lokakarya 5 •TimPenyusunBOSP

•Fasilitator14.00–14.30 Rehat Panitia/ Fasilitator14.30–15.00 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

• Rencana kerja•Jadwallokakaryaselanjutnya

Fasilitator

15.00–15.15 Penutupan Kepala/ Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota

Page 165: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

163www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

a) Pengantar (10 menit)

Fasilitator menayangkan slide tentang judul sesi (penyusunan laporan) dan menjelaskan kerangka

penyusunan laporan hasil penghitungan. Fasilitator menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang

akan dicapai dalam sesi ini.

b) Kerja Kelompok atau Diskusi Kelompok (90 menit)

Fasilitator meminta kedua setiap kelompok menyusun laporan hasil penghitungan BOSP.Fasilitator

memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal yang kurang

dimengerti.

c) Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (70 menit)

Fasilitator meminta setiap kelompok menunjukkan hasil pekerjaannya masing-masing 35 menit melalui

LCD Projector sehingga peserta lokakarya lainnya dapat melihatnya dan memberikan masukan bila

perlu.

Lokakarya 4: PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PENGHITUNGAN BOSP

1.1 Versi A

Lokakarya ini menghasilkan tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan

Page 166: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

164 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

d) Penguatan Fasilitator (45 menit)

Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi

kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok

dalam menyusun laporan hasil penghitungan. Selanjutnya, fasilitator meminta kesediaan perwakilan

dari masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil kerja kelompok pada lokakarya berikutnya

(Konsultasi Publik).

e) Penutup (10 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan diselesaikan dan membuat bahan

presentasi pada lokakarya 6 Konsultasi Publik sesi berikutnya.

1.2 Versi B

a) Hasil yang Diharapkan

LaporanHasilPenghitunganBOSPyangberisinilaiBOSPfinaldanrekomendasitindaklanjut,yang

selanjutnya akan diserahkan oleh Tim Penyusun BOSP kepada para penentu kebijakan.

b) Waktu

2 hari efektif

c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta

Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya

dibuat dalam bentuk U.

d) Bahan dan Alat

1. SoftcopyhasilpenghitunganBOSPfinal

2. PrintouthasilpenghitunganBOSPfinal.

3. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.

Page 167: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

165www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

4. Whiteboard/ papan tulis.

5. Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.

6. Printer dan kertas HVS A4.

e) Metode

Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.

1.3 Urutan Kegiatan

a) Pengantar oleh Fasilitator

Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:

• Refleksilokakarya-lokakaryaBOSPsebelumnya

• TujuanLokakarya6BOSP

b) Penyusunan Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP

Tim Penyusun BOSP bersama Fasilitator melakukan penyusunan draf Laporan Hasil Penghitungan

BOSP. Penyusunan Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP sebaiknya dilakukan secara berurutan

berdasarkan bab-bab yang ada.

c) Review terhadap Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP

Setelah draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP selesai, Tim Penyusun BOSP dan Fasilitator

sebaiknya melakukan review terhadap draf tersebut. Review dilakukan untuk memastikan bahwa

bagian-bagian laporan telah lengkap serta tidak ada kesalahan penulisan.

d) Finalisasi Laporan Hasil Penghitungan BOSP

Hasil review terhadap draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP ditindaklanjuti dengan melakukan

koreksi/perubahan terhadap hal-hal yang dianggap perlu, serta mencetaknya untuk dijilid.

Page 168: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

166 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

e) Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindaklanjut lokakarya, antara lain

mencakup: jadwal waktu penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP kepada pihak-pihak terkait,

dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

1.4 Contoh Susunan Acara Lokakarya 5

Hari Pertama

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/ Fasilitator08.30–09.00 Pengantar

•RefleksiLokakarya-lokakaryasebelumnya•TujuanLokakarya6

Fasilitator

09.00–10.00 Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian I)•Bab 1•Bab2

- Fasilitator- Tim Penyusun BOSP

10.00–10.30 Rehat Kopi -Teh Panitia/ Fasilitator10.30–12.00 Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian II)

•Bab 3•Bab4

- Fasilitator- Tim Penyusun BOSP

12.00–13.00 Ishoma Panitia13.00–15.00 Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian III)

• Bagian Awal•Lampiran

- Fasilitator- Tim Penyusun BOSP

15.00–15.30 Rehat Kopi -Teh Panitia/Fasilitator15.30–16.00 Review Draf Laporan BOSP - Fasilitator

- Tim Penyusun BOSP

Page 169: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

167www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Hari Kedua

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/ Fasilitator08.30–09.00 RefleksiLokakaryaharisebelumnya Fasilitator09.00–10.00 Review Draf Laporan BOSP (lanjutan) - Fasilitator

- Tim Penyusun BOSP10.00–10.30 Rehat Kopi -Teh Panitia/ Fasilitator10.30–12.00 Finalisasi Laporan BOSP - Fasilitator

- Tim Penyusun BOSP12.00–12.30 Penutupan Fasilitator12.30–14.00 Ishoma Panitia

Page 170: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

168 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

a) Pengantar (5 menit)

Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti pelatihan dengan

baik berupa perkenalan, bermain game, dan menyampaikan bahwa proses penghitungan sampai saat

ini (kegiatan konsultasi publik).

b) Pemaparan Materi dan Diskusi (2 x 90 menit)

Masing-masing sesi diawali dengan presentasi materi 45 menit, dan diskusi 45 menit.

1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I SD

a. Wakil dari kelompok jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja kelompok SD

2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II SMP

a. Wakil dari kelompok jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok SMP

Lokakarya 5: KONSULTASI PUBLIK

1.1 Versi A

Lokakarya ini menghasilkan umpan balik dari para penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan.

Page 171: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

169www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

c) Penutup (5 menit)

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil pemaparan dan tanya jawab.

1.2 Versi B

a) Hasil yang Diharapkan

TimPenyusunBOSPdapatmelakukanpenyesuaiansehinggadiperolehnilaiBOSPfinalyang

disepakati bersama dengan para penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan.

b) Waktu

1 hari efektif

c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta

Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya

dibuat dalam bentuk U.

d) Bahan dan Alat

1. PrintouthasilpenghitunganBOSPfinal.

2. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.

3. White board/papan tulis.

4. Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.

e) Metode

Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.

Page 172: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

170 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara Lokakarya Penghitungan BOSP

f) Notulen

Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan

catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan

rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.

1.3 Urutan Kegiatan

a) Pengarahan dan Pembukaan Lokakarya oleh Bupati/ Walikota

b) Pengantar oleh Fasilitator

Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:

• RangkaianlokakaryaBOSPdantujuanLokakarya5BOSP

c) Presentasi Hasil Penghitungan BOSP

Ketua Tim Penyusun BOSP mempresentasikan hasil penghitungan BOSP tentatif dan memberi

penjelasan pada bagian-bagian yang penting.

d) Tanya Jawab/ Diskusi

1. Sesi tanya jawab/diskusi dipandu oleh Fasilitator.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta (khususnya pemangku kepentingan) untuk

menyampaikan tanggapan dan masukan, yang diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk

tindak lanjut hasil penghitungan BOSPini.

3. Fasilitator memberi kesempatan kepada para pengambil kebijakan untuk menyampaikan

tanggapan, terutama bentuk kebijakan yang diambil sebagai tindak lanjut hasil penghitungan

BOSP ini.

Page 173: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

171www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

e) Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain

mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu

1.4 Contoh Agenda Lokakarya 5

Hari Pertama

Waktu Materi Penanggung Jawab/ Narasumber

08.00–08.30 Registrasi Peserta Panitia/ Fasilitator08.30–08.45 Pengantar Lokakarya

•RangkaianLokakaryaBOSP•TujuanLokakarya5

Kepala/ Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

08.45–09.00 Pengarahan

Pembukaan Lokakarya

Bupati/ Walikota

09.00–10.00 Presentasi•Konsep BOSP•AsumsiDasarPenghitunganBOSP

(Kabupaten/ Kota yang bersangkutan)•HasilPenghitunganBOSP

Tim Penyusun BOSP

10.00–10.15 Penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP dari Tim Penyusun BOSP kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk selanjutnya diserahkan kepada Bupati, DPRD, Dewan Pendidikan (dan pihak lain yang dianggap penting)

Fasilitator

10.15–10.30 Rehat Kopi - The Panitia/ Fasilitator10.30–12.00 Tanya jawab/ Diskusi - Fasilitator

- Tim Penyusun BOSP12.00–13.00 Ishoma Panitia13.00–14.00 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

•Rencana kerja•Jadwallokakaryaselanjutnya

Fasilitator

14.00–14.30 Rehat Kopi -The Panitia/ Fasilitator14.30–15.00 Penutupan Kepala/ Sekretaris Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota

Page 174: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

172 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran E

JENIS PELAYANAN, INDIKATOR SPM, DAN FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR SPM BIDANG PENDIDIKAN

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

1 SARANA DAN PRASARANA

Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen.

Prosentase Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 km.Prosentase Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota yang sudah dilayani SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km.

2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP dan MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas.

Prosentase Jumlah keseluruhan rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang tidak melebihi 32 orang.Prosentase Jumlah ruang kelas SD/MI dibagiJumlah rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota.Jumlah keseluruhan rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang tidak melebihi 36 orang.Prosentase Jumlah ruang kelas SMP/MTs dibagiJumlah rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota.

3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik.

Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik.Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik.

4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya;

Prosentase Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya.

Page 175: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

173www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

Prosentase Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya; dan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

5 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan.

Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik.

Prosentase keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus].

6 Di setiap SMP dan MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran.

Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran [atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran.

7 Di setiap SD dan MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhikualifikasiakademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memilikisertifikatpendidik.

Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki 2 orang guruyangmemenuhikualifikasiakademikS1atau D-IV.

Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki 2 orang guruyangtelahmemilikisertifikatpendidik.

8 Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasiakademikS-1atau D-IV sebanyak 70% danseparuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memilikisertifikatpendidik,untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.

Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru dengankualifikasiS1atauD-IV≥70%[untukdaerahkhusus≥40%.

Prosentase Jumlah keseluruhan SMP atau MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru dengansertifikatpendidik≥35%[untukdaerahkhusus≥20%].

9 Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasiakademikS-1atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidikmasing-masing satu orang untuk mata

Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru dengankualifikasiakademikS1atauD-IVdantelahmemilikisertifikatpendidik,masing-masing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Page 176: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

174 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN E - Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan Indikator SPM Bidang Pendidikan

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD dan MI berkualifikasiakademikS-1atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidik.

Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/KotayangberkualifikasiakademikS-1atauD-IVdantelahbersertifikatpendidik.

11 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP dan MTs berkualifikasiakademikS-1atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidik.

Prosentase Jumlah Sekolah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota yang kepala sekolahnyaberkualifikasiakademikS-1atauD-IVdantelahbersertifikatpendidik.

12 Di setiap Kabupaten/Kota semua pengawas sekolah dan madrasahmemilikikualifikasiakademik S-1 atau D-IV dantelahmemilikisertifikatpendidik.

Prosentase Jumlah pengawas sekolah atau madrasah di wilayah Kabupaten/Kota yang berkualifikasiakademikS-1atauD-IVdantelahbersertifikatpendidik.

13 KURIKULUM Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.

Bila Kab/kota memiliki rencana dan telah melaksanakan kegiatan untuk membantu sekolah mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.

Bila memiliki rencana tetapi belum melaksanakan.

bila tidak memiliki rencana untuk membantu sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.

14 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulandansetiapkunjunganselama≥3jam.

15 SARANA DAN PRASARANA

Setiap SD dan MI menyediakanbuku teks yangsudahdisertifikasiolehPemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.

Jumlah set buku teks Mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) yang sudahdisertifikasiyangdisediakandibagi Jumlah peserta didik, sebagai prosentase.

Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi IP-15.1 Sekolah.

Page 177: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

175www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

16 Setiap SMP dan MTS menyediakan buku teks yangsudahdisertifikasiolehPemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.

Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudahdisertifikasi.

Jumlah peserta didik.

Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi IP-16.1 Sekolah.

Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota.

17 Setiap SD dan MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster IPA.

Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara lengkap.

18 Setiap SD dan MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi.

Jumlah judul buku pengayaan dan referensi

110 judul buku.

Jumlah judul buku pengayaan dan referensi

220 judul buku.

Jumlah SD/MI yang telah memenuhi (hasil rumus di atas.

Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota.

Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi (hasil rumus di atas).

Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota.

19 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIK-AN

Setiap guru tetap bekerja 35 jam per minggu di satuan pendidikan termasuk kegiatan tatap muka di dalam kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.

Jumlah rata-rata jam kerja per minggu seluruh guru tetap.

Jumlah keseluruhan guru tetap di satuan pendidikan.

Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di atas).

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota.

Page 178: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

176 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN E - Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan Indikator SPM Bidang Pendidikan

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: Kelas I-II: 18 jam per minggu, Kelas III : 24 jam per minggu, Kelas IV–VI: 27 jam per minggu, dan Kelas VII– IX : 27 jam per minggu.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka seperti di indikator.

21 KURIKULUM Setiap Satuan Pendidikan menyusun dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku.

Prosentase jumlah keseluruhan satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kotayang menerapkan KTSP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

22 Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya.

Prosentase jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya.

Prosentase jumlah satuan pendidikan di wilayah kabupaten/kota yang setiap guru menerapkan RPP.

23 PENILAIAN PENDIDIKAN

Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.

Prosentase jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan yang mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi (hasil rumus di atas).

24 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester.

25 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir.

Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester.

Page 179: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

177www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula

semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi (hasil rumus di atas).

26 Kepala Sekolah atau Madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag pada setiap akhir semester.

Prosentase jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang kepalanya menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang kepalanya menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/ Kandepag pada setiap akhir semester.

27 MANAJEMEN SEKOLAH

Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki rencana kerja tahunan.

Prosentase Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki laporan tahunan.

Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik.

Page 180: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

178 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran F NASKAH AKADEMIK DANA PENUNJANG PENDIDIKAN DASAR KOTA BANDA ACEH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 17 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh menegaskan

bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan urusan wajib yang harus diemban oleh kabupaten/kota di

Aceh. Dengan demikian, Kota Banda Aceh sebagai daerah otonom juga memiliki urusan wajib tersebut. Urusan

wajib penyelenggaraan pendidikan dimaksud, menurut Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyangkut Pendidikan Dasar dan Menengah, juga melekat pada

pemerintah kabupaten/kota.

Dalam kaitan dengan pendidikan dasar ini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi pihak yang harus

memastikan terselenggarakannya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib

memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta

satuan pendidikan lain yang sederajat.

Berdasarkan aturan tersebut, maka Pemerintah (Pusat dan Daerah) bertanggung jawab untuk membangun

sekolah,membayargajiguru,menyediakansaranafisik,fasilitasruangkelas,danperalatankantorsekolah

dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi,

akan memiliki peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.

Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan operasional non personalia pendidikan dasar selain dibiayai oleh

Pemerintah Pusat yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Kota Banda Aceh

juga telah menyediakan dana penunjang guna membiayai operasional pendidikan lainnya pada setiap tahun

Page 181: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

179www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

anggarannya, yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Hal ini didasarkan

padakonsep,bahwaOtonomiDaerahharusdidefinisikansebagaipelimpahanhakdankewenanganbagi

Pemerintahan dan Rakyat di daerah untuk merencanakan program-program pembangunan daerah di semua

sektornya secara otonom dan mandiri1.

Lebih lanjut, bahwa dasar hukum yang juga dapat digunakan dalam pembiayaan pendidikan adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, sebagaimana dimaksudkan

dalam Pasal 26 ayat (2). Yaitu pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar pelaksana

program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan harus dialokasikan dalam anggaran

Pemerintah Daerah. Selain itu, Pasal 39 ayat (3) dari PP tersebut, juga menyebutkan bahwa syarat pemberian

bantuan pendanaan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya harus diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah (Perwal/Perbup).

B. Identifikasi Masalah

Sejak tahun 2011, satuan pendidikan dasar di Kota Banda Aceh selain mendapatkan dana BOS yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), juga memperoleh Dana Penunjang

Pendidikan (BOSDA) dari Anggaran Pendapatan Belanja Kota Banda Aceh. Mulai tahun 2011 Pemerintah Kota

Banda Aceh telah menyediakan dana penunjang pendidikan sebesar Rp. 17.804.205.000, yang dilanjutkan

pada tahun 2012 sebesar 9.129.010.000,- dimana untuk BOSDA SD dan SMP Rp. 2. 723.010.000,- sedangkan

untuk BOSDA SMA dan SMK sebesar Rp. 5.918.600.000,-.

Dana Penunjang Pendidikan Dasar yang disebut dengan BOSDA itu, didistribusikan kepada 71 Sekolah Dasar

Negeri dan 19 Sekolah Menengah Pertama Negeri yang bernaung di bawah Pemerintah Kota Banda Aceh.

Letak sekolah tersebut menyebar pada kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kota Banda Aceh.Lokasi dimaksud,

ada yang berada pada pusat Kota Banda Aceh, dan ada pula yang berada di pinggiran Kota Banda Aceh.

Sementara letak dari sekolah-sekolah tersebut telah mempengaruhi pada jumlah siswa yang bersekolah di situ.

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang letaknya di pusat kota jumlah siswanya lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah siswa pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang

letaknyadipinggirankota.Akibatnya,sekolah-sekolahtersebutdapatlahkemudiandiklasifikasikankedalam

tiga kategori, yaitu Sekolah Besar, Sekolah Sedang, dan Sekolah Kecil.

1 J. Kaloh, KepemimpinanKepaladaerah, SinarGrafika, Jakarta, 2010, hal.15.

Page 182: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

180 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

Pemberian BOS dan BOSDA kepada sekolah-sekolah selama ini, hanya didasarkan pada jumlah siswanya,

sebagaimana dapat diketahui dari Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Banda Aceh Tahun 2012. Maka semakin banyak jumlah

siswa, semakin besar pula jumlah BOS dan BOSDA yang diterima sekolah, dan sebaliknya, semakin sedikit

jumlah siswa maka semakin kecil pula BOS dan BOSDA yang diterima sekolah.

Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya kesulitan pengembangan bagi sekolah-sekolah kecil, bahkan untuk

kebutuhan-kebutuhan yang minimal saja sekalipun dari sekolah tersebut terasa sulit terpenuhi.Sedangkan

Sekolah Besar dan Sekolah Sedang, lebih memiliki peluang bagi pengembangan diri sekolah-sekolah tersebut.

Realitas dimaksud telah mempengaruhi kepada minat orang tua dan calon siswa dalam memilih sekolah.

Sekolah besar dan sedang telah menjadi prioritas pertama dan kedua dalam pemilih sekolah oleh para orang

tua dan calon siswa, sedangkan sekolah kecil dipilih ketika calon siswa telah gagal diterima di sekolah besar

dan sedang. Akhirnya kondisi ini telah menyebabkan ketidakmerataan mutu pendidikan pada Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terdapat di Kota Banda Aceh.

Di sisi lain pemberian dana BOSDA dimaksud, dalam kenyataannya belum cukup memberi rangsangan bagi

upaya peningkatan mutu Pendidikan Dasar di Kota Banda Aceh. Hal ini terjadi karena porsi penggunaan dana

BOSDA lebih banyak ke Belanja Pegawai (dalam hal ini honorarium), dibandingkan pada pembiayaan untuk

program peningkatan Mutu Pendidikan dan Mutu Layanan Pendidikan. Misalnya, pembiayaan bagi program-

program peningakatan kapasitas Sumber Daya Guru dan pembiayaan atas usaha-usaha penertiban sistem

tata-kelola sekolah yang partisipatif, terbuka, bertanggung-jawab dan adanya kepastian pelaksanaan aturan

yang adil dan tidak diskriminatif.

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik2 ini disusun untuk menjadi rujukan dasar bagi perancangan muatan Peraturan Wali Kota

Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan, yang tentu penyusunannya harus dilandasi

padatinjauan-tinjauanfilosofis,sosiologisdanyuridis.Lantas,naskahakademikini,diharapkandapat

memberikan masukan nilai-nilai dan menjadi pedoman yang jelas dalam perancangan muatan-muatan

2 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan menyebutkan, bahwa Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat

Page 183: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

181www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

substansial aturan-aturan yang seharusnya dikandung dalam Peraturan Walikota nantinya. Sehingga terjalinlah

harmonisasi dan sinkronisasi antara Peraturan Walikota tentang Dana Penunjang Pendidikan yang nantinya

dirancang dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan prinsip-prinsip tata kelola

dana BOSDA yang sesuai dengan tuntutan manajemen modern yang bersifat partisipatif, terbuka (transparent),

bertanggung-jawab (akuntabel) dan memiliki tingkat kepastian penegakan hukum yang berkeadilan dan

nondiskriminatif.

D. Metode Pendekatan

Proses penyusunan naskah akademik yang akan menjadi rujukan dan pedoman dasar dalam perancangan

Peraturan Wali Kota Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan (BOSP) bagi Pendidikan

Dasar Kota Banda Aceh, telah melalui berbagai tahapan proses dan pendekatan, seperti apa yang akan

diuraikan sebagai berikut:

(1) Adanya pertemuan reguler Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh untuk membahas seputar

persoalan pola distribusi dan pengaruh kontributif dana BOS bagi proses penyelenggaraan pendidikan di

sekolah-sekolah. Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh ini terdiri dari para pihak yang meliputi: Dinas

Pendidikan, MPD, Perwakilan Sekolah Jenjang SD dan SMP, Perwakilan Komite Sekolah jenjang SD dan

SMP, PGRI, LSM Peduli Pendidikan, Media dan Perwakilan masyarakat. Dari diskusi intensif dalam Forum

Multi Stakeholder inilah lahir sejumlah penilaian kritis terhadap dana BOS dan lahirnya gagasan-gagasan

kreatif untuk menjadi solusi upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Rekomendasi utamanya

adalah, bahwa dana BOS dan BOSDA harus dikelola secara lebih partisipatif, transparan, akuntabel dan

berkeadilan, demi upaya meminimalisir kesenjangan kemajuan antar sekolah, untuk kemudian dapat

membangun secara bersama-sama dan untuk kemajuan bersama dari semua sekolah yang ada di kota

Banda Aceh.

(2) Dilakukannya penelusuran dan penelaahan dokumen secara kritis dan mengembangkan suatu analisis

komprehensif menyangkut alasan-alasan dan tujuan-tujuan mendasar yang selama ini melatari kebijakan

pengalokasian Dana Penunjang Pendidikan Dasar dalam APBK kota Banda Aceh;

(3) Melakukan diskusi-diskusi akademik dengan para pihak yang berkompeten, menyangkut aturan-aturan

perundang-undangan baik pada tingkat nasional maupun daerah, menyangkut dasar hukum pengalokasian

Dana Penunjang Pendidikan Dasar dan menyangkut kerangka pola distribusi dan mekanisme pengelolaan

yang harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Good Governance;

(4) Pengamatan atas realitas lapangan tentang praktek penyediaan dan distribusi Dana Penunjang Pendidikan

Dasar oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, sesungguhnya memerlukan suatu sistem tata kelola yang benar,

transparan, akuntabel dan partisipatoris.

Page 184: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

182 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

BAB II

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan bahwa sesungguhnya, salah satu dari

tujuan Pembangunan Nasional adalah tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,

pendidikan menjadi salah satu hak dasar semua warga negara (education for all) yang wajib dipenuhi dan

diselenggarakan secara terencana, sistematis dan dengan penuh tanggung-jawab oleh Negara.

Berdasarkantinjauanfilosofistersebut,makapembiayaanolehNegara(termasukdidalamnyakeuangan

daerah) menjadi salah satu faktor yang paling menentukan keberlangsungan layanan pendidikan yang dipenuhi

negara. Tanpa pembiayaan dimaksud, maka tujuan pembangunan nasional berupa mencerdaskan kehidupan

bangsa menjadi tidak dapat dicapai dan akhirnya hanya sekedar menjadi cita-cita hukum yang utopis belaka3.

Demi tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dimaksud, maka penyelenggaraan pendidikan yang baik

dan benar serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat dimana pun ia berada, adalah hal yang sangat perlu

diperhatikan secara adil, merata dan terbuka. Oleh karenanya, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat

(4) menegaskan secara eksplisit bahwa: ”Negara memprioritaskan Anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya

dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari anggaran-anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi pembiayaan penyelenggaraan Pendidikan Nasional”.

Pembangunan di Indonesia, termasuk pembangunan pendidikan yang diselenggarakan oleh Negara harus

dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan

kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat4, yang didasarkan pada konsep negara

kesejahteraan5.

3 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 3.4 Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, Ed. 2, Cet. 4, Jakarta, Penerbit

Bumi Aksara, 2005, hal. 775 Jimly Asshidiqie, Konstitusi Ekonomi, Kompas, Jakarta, 2010, hal.15.

Page 185: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

183www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Norma-norma yang dirumuskan dalam penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar

hukum, berupa keadilan dan kepastian, yang merupakan prinsip yang dapat berfungsi sebagai pondasi yang

memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, yang mengandung nilai-nilai, dan tuntutan-tuntutan

etis6. Melalui prinsip-prinsip hukum, keadilan dan kepastian, kiranya dapat menjadi nilai intrinsik dalam suatu

tatanan etis yang sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan. Disamping itu, dapat pula mempola kesediaan

dirinya untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan mutualis simbiosis.

Ada beberapa prinsip dalam pendanaan pendidikan bagi daerah, yang sangat penting menurut Pasal 47 dan

48Undang-UndangNomor20Tahun2003adalah,prinsipkeadilan,kecukupan,keberlanjutan,efisiensidan

efektivitas, transparansi dan akuntabilitas publik.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip utama yang harus diemban

dan diperhatikan secara seksama dalam pengalokasian anggaran dan pengelolaan dana pendidikan, karena

hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan7 dan salah satu tujuan hukum adalah untuk

menciptakan keadilan.

Melalui prinsip keadilan ini, perlu diupayakan pemberian hak persamaan, tapi bukan per-samarata-an.

Aristoteles membedakan hak persamaannya sesuai dengan hak proporsional8. Kesamaan hak dalam

pandangan manusia, dapat dipahami bahwa semua orang atau setiap warga negara di hadapan hukum adalah

sama dan sejajar. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan

kemampuan dan prestasi yang telah dilakukannya.

Lebih lanjut, keadilan menurut pandangan Aristoteles dibagi ke dalam dua macam keadilan, keadilan

“distributive” dan keadilan “commutative.” Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap

orang porsi sesuai menurut pencapaian prestasinya. Sedangkan Keadilan Komunikatif memberikan sama

banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan pencapaian prestasinya, dalam hal ini berkaitan

dengan peranan tukar menukar barang dan jasa9. Keadilan hanya bisa dipahami jika ia dijabarkan batasan

indikatifnya sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum.

Upaya untuk mewujudkan keadilan merupakan proses yang sering kali membutuhkan banyak waktu, yang

berlangsungdalamruangdialektikasosialyangniscayabergerakdinamis.Penjabarandefinitifdanindikatif

6 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya bakti, Bandung, 2000, hal. 45.7 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, cet VIII, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm. 196.8 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004, hlm. 25.9 L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, cetakan ke duapuluh enam, 1996, hlm. 11-12.

Page 186: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

184 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

tentang batasan-batasan keadilan ini, acapkali juga dipengaruhi dan didominasi oleh kekuatan-kekuatan politik

yang bertarung dalam kancah sosial-politik, yang kemudian menghasilkan kerangka umum tatanan social

politik sebagai wahana bagi aktualisasi keadilan tersebut10.

FilosofidanaBantuanOperasionalSekolah(BOS)adalahsuatuupayapemerintahuntukmemastikanbahwa

kegiatan belajar-mengajar di kelas, dapat berlangsung sedemikian rupa. Betapapun sesungguhnya diyakini,

bahwa BOS itu belumlah mampu membiayai seluruh kebutuhan pembiayaan pendidikan yang pasti akan

saling berbeda-beda satu sama lain antar daerah-daerah. Sehingga dapatlah dipahami bahwa pemberian

dana BOS itu lebih sebagai bentuk stimulan dari pemerintah Pusat bagi menggerakkan keberlangsungan

pendidikan secara nasional yang merupakan amanah konstitusi. Kendati demikian, aturan pelaksanaan dan

petunjuk distribusi pengalokasian BOS, tentu terus perlu dikritisi dan dikembangkan dalam pola-pola yang lebih

memberi rasa keadilan dan kepastian anggaran dalam usaha pengembangan kemajuan sekolah.

Selama ini, perhitungan dana BOS dari Pemerintah Pusat, demikian pula BOSDA yang berasal dari Pemerintah

Kota Banda Aceh, hanya didasarkan pada jumlah siswa di sekolah. Sehingga sekolah-sekolah kecil, yang

jumlah siswanya kurang dari 90 orang, dapatlah dipastikan bahwa dana BOS yang diterima sebuah sekolah

kecil tersebut tidak dapat membiayai berbagai kebutuhan operasionalnya. Disini tampak bahwa kebijakan

distribusi dana BOS luput dari pertimbangan terhadap sekolah-sekolah kecil yang jumlah siswanya sedikit.

Oleh karena itu dana BOS dan BOSDA tentu memerlukan pendekatan dan perspektif lain dalam konteks

aturan-aturan pendistribusiannya. Hal ini selain untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan keseimbangan,

juga untuk mewujudkan prinsip kecukupan bagi pembiayaan operasional pendidikan dan keberlanjutan

keberadaan suatu lembaga pendidikan sebagaimana harapan yang telah dituangkan dalam Pasal 47,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Adalah sudah semestinya, bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah niscaya mempertimbangkan

perwujudan nilai-nilai kesamaan atau kesetaraan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada setiap

satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Yaitu

bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

10 Carl Joachim Friedrich, FilsafatHukumPerspektifHistoris, Bandung: NuansadanNusamedia, 2004, hal 239.

Page 187: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

185www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

B. Landasan Sosiologis

Dewasa ini dunia pendidikan di Indonesia telah dan sedang dihadapkan pada berbagai problema krusial yang

amat membutuhkan perhatian kita semua. Mulai dari persoalan ketidakmerataan akses pendidikan dan mutu

layananpendidikan,kurangefektifdanefisiennyaprosespendidikanyangberlangsungdisekolah-sekolah,

dalam upaya membentuk Sumber Daya Manusia yang handal dan berkarakter, dan luputnya pertimbangan

konstektual terhadap entitas kurikulum dalam perspektif link and match (relevansi lulusan dengan dunia kerja).

Itulah sejumlah masalah-masalah besar yang harus dicermati dan dikritisi secara seksama, untuk kemudian

dapat ditemukan jalan-jalan pemecahannya. Sesungguhnya, bahwa berbagai problema krusial tersebut

tidaklah semata disebabkan keterbatasan anggaran yang tersedia, dari berbagai sumber, yang seringkali

dijadikan alas an dari keterpurukan dunia pendidikan Indonesia. Tetapi juga menyangkut kebijakan-kebijakan

pendidikan yang dikeluarkan oleh para penyelenggara Negara/pemerintah yang acapkali tidak didasarkan

pada kajian-kajian sosiologis yang memadai, dalam rangka upaya menjawab berbagai realitas permasalahan

sosial melalui kebijakan pendidikan.

Angka Partisipasi Kasar (APK ) di Kota Banda Aceh yang tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu 136,48 persen

dan yang terendah di tingkat SM yaitu 107,65 persen. Tingginya APK adalah akibat banyaknya siswa usia di

luar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut ditambah dengan siswa lain penduduk luar Kota Banda Aceh

yang bersekolah di Kota Banda Aceh. Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Murni (APM)SD 114, 99

persen lebih dipengaruhi oleh anak diluar usia sekolah.

Penyebaran sekolah untuk jenjang SD sampai sekolah menengah sudah merata dan menjangkau seluruh

wilayah Kota Banda Aceh sampai ke daerah pinggiran Kota, namun jumlah siswa pada satuanpendidikante

rdapatkesenjangan.Oleh karenanya, berdasarkan jumlah siswanya, maka sekolah dimaksud dibagi menjadi

sekolah kecil, sekolah sedang, dan sekolah besar. Yang dimaksud dengan sekolah kecil adalah sekolah yang

jumlah siswanya kurang dari 190 orang, sekolah sedang adalah sekolah-sekolah yang jumlah siswanya antara

191 sampai dengan jumlah 220, berikutnya sekolah besar adalah sekolah yang jumlah siswanya di atas

220 orang.

Dari segi penyebaran letak sekolah, SD dan SMP yang berada di pada pusat kota jumlah siswa lebih banyak

dibandingkan pada SD di pinggiran kota. Penyebaran siswa di berbagai Sekolah Dasar ini dapat dilihat pada

table berikut:

Page 188: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

186 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

TABEL 1SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA BANDA ACEH

NOMOR NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA KATEGORI

1 SD Negeri 58 25 Kecil

2 SD Negeri 52 42 Kecil

3 SD Negeri 21 48 Kecil

4 SD Negeri 23 58 Kecil

5 SD Negeri 7 62 Kecil

6 SD Negeri 38 71 Kecil

7 SD Negeri 19 72 Kecil

8 SD Negeri 59 73 Kecil

9 SD Negeri 15 74 Kecil

10 SD Negeri 68 74 Kecil

11 SD Negeri 13 75 Kecil

12 SD Negeri 48 78 Kecil

13 SD Negeri 61 85 Kecil

14 SD Negeri 49 88 Kecil

15 SD Negeri 47 93 Kecil

16 SD Negeri 46 94 Kecil

17 SD Negeri 41 95 Kecil

18 SD Negeri 60 100 Kecil

19 SD Negeri 57 103 Kecil

20 SD Negeri 30 105 Kecil

21 SD Negeri 70 107 Kecil

22 SD Negeri 6 110 Kecil

23 SD Negeri 34 110 Kecil

24 SD Negeri 11 115 Kecil

25 SD Negeri 64 118 Kecil

26 SD Negeri 14 122 Kecil

27 SD Negeri 66 126 Kecil

28 SD Negeri 39 141 Kecil

29 SD Negeri 65 142 Kecil

Page 189: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

187www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

NOMOR NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA KATEGORI

30 SD Negeri 8 152 Kecil

31 SD Negeri 31 152 Kecil

32 SD Negeri 35 159 Kecil

33 SD Negeri 55 164 Kecil

34 SD Negeri 42 165 Kecil

35 SD Negeri 43 168 Kecil

36 SD Negeri 28 170 Kecil

37 SD Negeri 71 171 Kecil

38 SD Negeri 36 173 Kecil

39 SD Negeri 45 173 Kecil

40 SD Negeri 44 174 Kecil

41 SD Negeri 37 176 Kecil

42 SD Negeri 17 178 Kecil

43 SD Negeri 69 180 Kecil

44 SD Negeri 63 187 Kecil

45 SD Negeri 9 190 Kecil

46 SD Negeri 40 196 Sedang

47 SD Negeri 33 207 Sedang

48 SD Negeri 26 212 Sedang

49 SD Negeri 51 214 Sedang

50 SD Negeri 18 218 Sedang

51 SD Negeri 25 220 Sedang

52 SD Negeri 10 245 Besar

53 SD Negeri 27 267 Besar

54 SD Negeri 4 295 Besar

55 SD Negeri 32 300 Besar

56 SD Negeri 12 341 Besar

57 SD Negeri 67 343 Besar

58 SD Negeri 56 348 Besar

59 SD Negeri 16 378 Besar

60 SD Negeri 29 393 Besar

61 SD Negeri 62 400 Besar

Page 190: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

188 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

NOMOR NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA KATEGORI

62 SD Negeri 5 420 Besar

63 SD Negeri 20 420 Besar

64 SD Negeri 53 447 Besar

65 SD Negeri 3 486 Besar

66 SD Negeri 54 504 Besar

67 SD Negeri 2 593 Besar

68 SD Negeri 22 600 Besar

69 SD Negeri 50 667 Besar

70 SD Negeri 1 688 Besar

71 SD Negeri 24 782 Besar

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa pada berbagai SD Negeri sangatlah bervariasi. Sekolah Dasar

”kecil” lebih banyak jumlah siswanya dibandingkan Sekolah Dasar ”sedang” dan Sekolah Dasar ”besar”.

Sekolah Dasar ”kecil” yang berjumlah 45 unit, memiliki jumlah siswa sebanyak 5.338 orang. Sementara

Sekolah Dasar ”sedang” yang berjumlah 6 unit, jumlah siswanya sebanyak 1.267 orang dan Sekolah Dasar

”besar” yang berjumlah 19 unit jumlah siswanya sebanyak 8.917 orang.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa jumlah siswa pada Sekolah Dasar ”kecil” mencapai sepertiga dari

keseluruhan jumlah siswa Sekolah Dasar. Berikut ini dapat kita lihat pula distribusi siswa pada sekolah

menengah negeri di Kota Banda Aceh sebagaimana digambarkan pada tabel berikut:

TABEL 2SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KOTA BANDA ACEH

NOMOR NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA KATEGORI

1 SMP Negeri 12 134 Kecil

2 SMP Negeri 15 138 Kecil

3 SMP Negeri 11 207 Sedang

4 SMP Negeri 5 232 Besar

5 SMP Negeri 14 252 Besar

6 SMP Negeri 4 268 Besar

7 SMP Negeri 16 278 Besar

Page 191: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

189www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

8 SMP Negeri 19 306 Besar

9 SMP Negeri 9 318 Besar

10 SMP Negeri 18 342 Besar

11 SMP Negeri 13 422 Besar

12 SMP Negeri 10 533 Besar

13 SMP Negeri 8 542 Besar

14 SMP Negeri 7 614 Besar

15 SMP Negeri 6 624 Besar

16 SMP Negeri 2 648 Besar

17 SMP Negeri 17 707 Besar

18 SMP Negeri 1 727 Besar

19 SMP Negeri 3 864 Besar

Data pada Tabel 2 di atas juga memperlihatkan variasi jumlah antar sekolah, namun variasi jumlah siswa tidak

terlalu jarak sebagaimana halnya pada Sekolah Dasar, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yang berkategori kecil hanya ada dua sekolah dengan jumlah siswanya sebanyak 272 orang.

Sedangkan jumlah SMP yang berkategori besar lebih banyak, yaitu 15 unit dengan jumlah siswanya sebanyak

7.677 orang.

Dengan dasar perhitungan BOSDA yang didasarkan pada jumlah siswa, maka sekolah besar akan

mendapatkan dana BOSDA yang lebih besar pula. Di sisi lain, pada sekolah besar ini pula terdapat siswa

dari para orang tua yang tergolong mampu. Bagi orang tua yang tergolong mampu, pengeluaran bantuan

pendidikan untuk sekolah anaknya tidak menjadi persoalan, sehingga SD Negeri yang jumlah siswa besar

akan memiliki pendanaan yang lebih dari cukup untuk membiayai operasional sekolah. Kondisi ini akan terjadi

sebaliknya pada SD Negeri yang jumlah siswanya sedikit, selain penerimaan dari BOSDA yang kecil, juga

mendapatkan kontribusi pembiayaan yang juga kecil dari para orang tua siswa. Hal ini tentunya berimbas pada

terjadinya kesenjangan dalam kapasitas Sumber Daya Manusia yang ada di Sekolah-Sekolah Dasar dan juga

terjadi kesenjangan mutu pendidikan antar Sekolah-Sekolah Dasar yang berkategori kecil, sedang dan besar.

Sementara pada sekolah tingkat SMP, distribusi BOSDA tidak memberikan ketimpangan yang berarti karena

distribusi jumlah siswa relatif lebih merata.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Sekolah Dasar ”kecil” dapat saja tidak mampu memenuhi

kebutuhan pembiayaan pendidikan, yang kemudian berkonsekuensi pada rendahnya mutu lulusan sekolah

dimaksud. Tidak selamanya pengeluaran sekolah dapat dilihat pada jumlah siswa, misalnya pembiayaan untuk

Page 192: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

190 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

program pengembangan mutu guru dan honorarium guru, dari guru honorer juga tidak dapat dilihat dari jumlah

siswa belaka. Karena pada Sekolah Dasar ”kecil,” honorarium diberikan lebih kecil maka akan berdampak

pada bobot/kualitas dari guru honor yang dipakai. Guru honor berkualitas justeru akan lebih memilih mengajar

pada Sekolah Dasar ”besar”, karena honorarium jauh lebih besar. Selain itu, berdasarkan fakta yang ada,

bahwapenyebarangurubidangstuditertentujugatidakmeratapenyebarandankualifikasinyapadasetiap

Sekolah Dasar.

Oleh karena itu, BOSDA seharusnya dapat menutupi ketimpangan pembiayaan pendidikan antara Sekolah

Dasar ”kecil” dan Sekolah Dasar ”sedang” dengan Sekolah Dasar ”besar”, sehingga Sekolah Dasar kecil dan

Sekolah Dasar ”sedang” dapat juga menyelenggarakan pendidikan yang lebih bermutu sebagaimana yang

diselenggarakan pada Sekolah Dasar ”besar.” Dengan dasar distribusi BOSDA yang tidak sekedar didasarkan

pada jumlah siswa, Sekolah Dasar ”kecil” dapat diharapkan akan mampu membiayai sedikitnya untuk

pelayanan minimal, untuk kemudian secara bertahap, suatu saat nanti bahkan dapat mencapai tingkat ideal.

C. Landasan Yuridis

Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi

tingkatkeberlangsungandankualifikasiyangmenyertainya.Dalamkonteksini,pasal11,UUSISDIKNAS

menegaskan, bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,

serta menjamin terselenggaranya layanan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara di wilayah-

wilayah kewenangannya secara tanpa diskriminasi. Selain itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga

wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggarakannya layanan Pendidikan Dasar bagi setiap warga

negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

Berkenaan dengan itu, pendanaan pendidikan menurut pasal 46, UU SISDIKNAS menjadi tanggung jawab

bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat, dimana Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam

Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehubungan dengan

itu, maka Pasal 49 menegaskan, bahwa Dana Pendidikan, selain komponen gaji pendidik dan biaya-biaya

kedinasan lain, harus dialokasikan minimal 20% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai pelaksanaan UU SISDIKNAS, berkaitan dengan pendanaan pendidikan telah dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Dalam PP ini disebutkan bahwa biaya

pendidikan meliputi:

Page 193: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

191www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

a. Biaya Satuan Pendidikan.

b. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan.

c. Biaya Pribadi Peserta Didik.

Dalam ketentuan Pasal 50 PP ini, ditegaskan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan

prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.Prinsip keadilan mengandung makna, bahwa besarnya

pendanaan pendidikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing.Sedangkan prinsip kecukupan berarti bahwa pendanaan pendidikan cukup

untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya

prinsip keberlanjutan berarti bahwa pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk

memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

Page 194: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

192 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

BAB III

FORMULA DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN BOSDA

KOTA BANDA ACEH

Program Pengembangan BOSDA adalah program yang bertujuan untuk mendorong daerah mengalokasikan

BOSDA berbasis keadilan (equity) dan kinerja (performance). Untuk pengalokasian yang lebih berkeadilan

dan berbasis kinerja, dikembangkan suatu formula yang kemudian disebut BOSDA berbasis formula. BOSDA

berbasis formula adalah pengalokasian BOSDA yang mempertimbangkan karakteristik sekolah (besar kecil,

tingkat keterpencilan, jumlah siswa, dan lain lain) dan prestasi sekolah (status sekolah unggulan, nilai ujian

nasional (UN), capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan lain lain).

Dalam perkembangannya, BOSDA di Banda Aceh yang sudah berjalan sejak tahun 2011, perlu secara terpadu

(gabungan) menganut prinsip-prinsip antara pemerataan dan proporsionalitas, yang dalam ilmu hukum dikenal

dengan konsep Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa) dan Keadilan Distributif (Justitia Distributiva).11

Dengan bersandarkan pada prinsip ini, maka dampak negatif bahwa sekolah besar akan semakin besar dan

sekolah kecil akan semakin kecil, dapat dihindarkan sedemikian rupa sejak awal.

Disisi yang lain Pemerintah Kota Banda Aceh mempunyai harapan besar bahwa adanya BOSDA bisa menjadi

daya ungkit untuk peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu penerapan BOSDA yang berbasis formula akan

mengakomodasi 2 tujuan sekaligus, yaitu tujuan pemerataan alokasi dana, khususnya untuk sekolah kecil dan

peningkatan mutu untuk semua sekolah penerima.

Untuk itu formula BOSDA akan menggunakan tiga variable sebagai penentu distribusi yaitu:

1. Alokasi Dasar, adalah alokasi dana yang sama besarnya untuk semua sekolah.

2. Alokasi Karakteristik Sekolah, adalah alokasi dana yang didasarkan pada besar kecilnya sekolah (yang

ditentukan dengan ukuran jumlah siswa per sekolah), semakin kecil sekolah akan mendapat alokasi dana

yang lebih besar .

3. Alokasi Reward, adalah alokasi dana yang didasarkan pada prestasi sekolah, semakin bagus dan bermutu

suatu sekolah, akan mendapatkan alokasi dana lebih besar, sebagai insentif/reward.

11 Keadilan Kommmutatif adalah keadilan menyamaratakan, sedangkan Keadilan Distributif adalah keadilan berdasarkan prestasi atau kebutuhan.

Page 195: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

193www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Untuk keseluruhan alokasi BOSDA ditentukan kuota, yang besarnya menyesuaikan dengan plafon anggaran

yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk BOSDA. Untuk setiap alokasi anggaran ditentukan

berdasarkan kuota persentase, dimana pada tahap awal akan digunakan persentase sebagai berikut:

1. Alokasi Dasar sebesar 30%

2. Alokasi Karakteristik Sekolah (Alokasi Berdasarkan Kategori Sekolah)sebesar 60%, dan

3. Alokasi Reward sebesar 10 %.

Karakteristik sekolah dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yang didasarkan pada jumlah siswa per sekolah

dengan 6 rombel, yaitu:

1. Sekolah Kecil, dengan jumlah siswa 90-168 orang (atau rata-rata 15-28 orang siswa per kelas)

2. Sekolah Sedang, dengan jumlah siswa diatas 169-240 orang (atau rata-rata di atas 28-36 orang siswa per

kelas)

3. Sekolah Besar, dengan jumlah siswanya di atas 240 orang, dan biasanya jumlah rombelnya mencapai di

atas 6.

Kuota 30% untuk variabel Alokasi Dasar dimaksudkan adalah 30% dari besaran pagu BOSDA dibagi sama

rata untuk semua sekolah tanpa membedakan karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah). Kuota 60

% untuk variabel Alokasi Karakteristik Sekolah dimaksudkan adalah 60 % dari besaran pagu BOSDA akan

didistribusikan secara proporsional ke sekolah-sekolah menurut karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah)

dengan menggunakan angka perbandingan sementara yaitu:

1. Sekolah Kecil, dengan bobot 1 dan

2. Sekolah Sedang dan Sangat Besar, dengan bobot 2.

Pada tahap awal kesenjangan antara sekolah kecil dan sekolah besar tidaklah terlalu besar untuk menjaga

tidak terjadi resistensi dari sekolah besar.Dibandingkan sebelumnya yang memberi porsi sangat besar untuk

sekolahbesar,perbandinganinisudahcukupsignifikan.Namundemikiankedepannyaperludiberikanporsi

yang jauh lebih besar lagi untuk sekolah kecil.

Kuota 10 % untuk variabel Alokasi Reward dimaksudkan adalah 10 % dari besaran pagu BOSDA, yang

akan di bagikan kepada sekolah-sekolah yang masuk dalam variabel Alokasi Reward, yaitu sekolah dengan

keunggulan tertentu. Dinas Pendidikan perlu melakukan penilaian untuk melihat sekolah yang mengalami

kinerja baik dengan kriteria tertentu merujuk pada kriteria Standar Nasional Pendidikan (SNP). Namun dalam

tahap awal akan digunakan kategori keunggulan yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu sekolah berstandar

Page 196: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

194 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

nasional (SSN), sekolah mandiri (dulu RSBI) dan sekolah boarding. 10 % dari pagu BOSDA dibagikan

kepada sekolah-sekolah dimaksud secara proporsional menurut sifat sekolah yang juga ditentukan oleh angka

perbandingan :

1. Sekolah Boarding, dengan bobot 2,

2. Sekolah Mandiri, dengan bobot 2, dan

3. Sekolah SSN, dengan bobot 1.

Bentuk Formula yang dimaksudkan di atas, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Penerapan formula ini akan berpengaruh pada besaran nominal penerimaan BOSDA pada setiap sekolah.

Kalau dibandingkan dengan skenario BOSDA sebelumnya maka setiap sekolah akan menerima dana yang

hanya tergantung pada jumlah siswanya, sehingga sekolah besar dengan jumlah siswa yang banyak akan

mendapatkan penerimaan jauh lebih besar. Dengan formula ini, sekolah besar tetap akan mendapatkan

penerimaan yang lebih besar, tetapi derajat kesenjangannya sudah tidak terlalu jauh lagi dibanding sekolah

kecil. Ke depan penerimaan sekolah kecil dapat semakin ditingkatkan lagi, seiring semakin besarnya upaya-

upaya yang perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan sekolah-sekolah kecil dibanding sekolah-sekolah

besar. Sehingga pada gilirannya nanti, kemajuan pendidikan dapat berlangsung dan berkembang secara

relative merata di semua sekolah secara bersama-sama.

Page 197: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

195www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Besaran BOSDA yang akan diterima sekolah dituangkan dalam tabel dan tabel ini merupakan lampiran

Peraturan Walikota tentang Pengelolaan Dana BOSDA bagi sekolah-sekolah di Kota Banda untuk setiap tahun.

Setiap tahun Walikota perlu mengeluarkan Keputusan dimaksud dengan mempedomani pada formula ini.

Dengan BOSDA berformula ini, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan prinsip ketercukupan (khususnya

di jenjang pendidikan dasar), meskipun masih menyisakan adanya kesenjangan penerimaan antara sekolah

besar dan sekolah kecil yang sebenarnya dapat dikatakan sesuatu yang wajar. BOSDA berformula ini jelas

akan memperbaiki pola distribusi yang lebih proporsional, berkeadilan dan sekaligus mengurangi jurang

kesenjangan. Perbandingan pola distribusi yang didasarkan pada jumlah siswa dan pola distribusi berformula,

dapatdilihatpadagrafikdibawahini.

GrafikdiatasmemperlihatkanbahwapendistribusianBOSDABerformula(yangakanditerapkan—garismerah)

meskipun belum mengarah pada pendistribusian yang proporsional berkeadilan tetapi sudah memperbaiki

pola pendistribusian BOSDA berdasarkan jumlah siswa yang justru menambah kesenjangan, meskipun tidak

setinggi kesenjangan dari dana BOS. Secara bertahap ke depan perlu memperbaiki formula tersebut agar

lebih berpihak pada sekolah-sekolah kecil (BOSDA Ideal).

Selain itu, bahwa penggunaan distribusi dana BOSDA berformula yang kiranya baru menjamin penerimaan

sekolah yang lebih proporsional berkeadilan, namun tidak secara otomatis akan berdampak pada terwujudnya

Page 198: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

196 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh

peningkatan mutu pendidikan. Utamanya jika penggunaan dana BOSDA itu tanpa pengaturan penggunaan

dan pengawasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih.

Prinsip-prinsip tersebut meliputi: partisipasi masyarakat sejak tahap-tahap perencanaan anggaran hingga

pengawasan pelaksanaan program, yang harus dilaksanakan secara transparan, dimana seluruh informasi

tentang program dan anggaran dapat diakses masyarakat secara terbuka dan akhirnya sekolah wajib pula

memberikan pertanggungjawaban publik (akuntabilitas) secara terbuka dan terpercaya.

Untuk itu penggunaan BOSDA Berformula juga perlu diatur secara jelas dan tegas pemanfaatannya

pada kegiatan-kegiatan yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.Selain itu, juga senantiasa

dilaksanakan dalam sistem tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih (Good and Clean School

Based Management). Untuk itu, pola alokasi penggunaan dana BOSDA adalah sebagai berikut:

1. Untuk Belanja Aparatur, maksimal 20%

2. Untuk Belanja Publik yang menunjang peningkatan mutu, seperti :

a. Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidik (Guru) yang mencakup peningkatan sejumlah kompetensi

(pedagogik, sosial, personal/kepribadian dan professional) baik melalui pelatihan khusus maupun

pembinaan KKG/ MGMP:

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler bidang akademik dan non-akademik;

c. Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter dan Keagamaan Siswa; dan

d. Kegiatan Pengembangan Minat dan Budaya Baca;

e. Kegiatan Penguatan Kapasitas Komite Sekolah;

f. Kegiatan Pembinaan Sistem Manajemen Sekolah yang berorientasi pada pelayanan Prima dan

Terpercaya.

AgarBOSDAyangdidistribusikanberjalansecaraefektif,efisiendantepatsasaran,makadiperlukanlangkah-

langkah pengawasan khusus yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kota Banda Aceh. Dan secara bersama-sama perlu pula melibat masyarakat multi pihak yang

kini telah tergabung dalam Forum Bersama Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh.

Untuk berjalannya pengawasan tersebut, maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

perlu menyusun petunjuk teknis pengawasan dan pola pelibatan masyarakat, baik secara individu maupun

kelompok.Pengawasan dimaksud meliputi pengawasan program, pengawasan pelaksanaan dan pengawasan

evaluasi pelaporan. Dalam hal ini, pengawasan dari masyarakat di sekolah menjadi aspek yang sangat penting

untuk diadakan.

Page 199: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

197www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

BAB IV

PENUTUP

Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Kota Banda Aceh maka kebijakan pemberian BOSDA

perlu dipertahankan dan untuk memberikan keadilan perlu dilakukan sedikit perubahan sistem perhitungan

pembagian dana BOSDA. Sistem perhitungan dengan hanya menggunakan variabel jumlah murid seperti

yang dipergunakan pada tahun-tahun sebelumnya dirasakan kurang memberikan rasa keadilan bagi sekolah-

sekolah kecil. Dengan sistem yang lama, sekolah-sekolah kecil tidak akan mendapat perhatian yang lebih dan

nyaris menutup kesempatan berkembang, sehingga bisa berdampak sekolah kecil akan semakin kecil, akan

suka berkembang.

Sistem dengan Formula baru ini akan memberi perhatian lebih pada sekolah kecil, sekaligus membuka

peluang untuk berkembang secara bersama dengan sekolah-sekolah sedang dan besar. Dengan pola ini maka

sekolah kecil akan bisa didukung untuk lebih baik, sekolah unggulan-unggulan tetap mendapat dukungan,

dan sekolah yang berprestasi akan mendapat penghargaan (reward) untuk terus dapat berkembang secara

optimal.

***

DAFTAR PUSTAKA

Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia, Bandung.

J. Kaloh, 2010, Kepemimpinan Kepala daerah,SinarGrafika,Jakarta.

Jimly Asshidiqie, 2010, Konstitusi Ekonomi, Kompas, Jakarta.

L..J. Van Apeldoorn, 1996, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan kedua puluh enam,Pradnya Paramita, Jakarta.

Muhammad Djafar Saidi, 2011, Hukum Keuangan Negara, RajagrafindoPersada,Jakarta.

Satjipto Raharjo, 2000,Ilmu Hukum, Citra Aditya bakti, Bandung.

Sondang P. Siagian,2005, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, Ed. 2, Cet. 4, Bumi

Aksara, Jakarta.

Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum dalam lintasan Sejarah, cet VIII, Kanisius, Yogyakarta, 1995.

Banda Aceh, 17 Desember 2013-12-18

Revised and edited by Fuad Mardhatillah

Page 200: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

198 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN G - Daftar Bacaan

Lampiran G DAFTAR BACAAN

Fattah, Nanang. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Keputusan Menteri Pendidik Nasional Nomor 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minamal.

Panduan Penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Versi Juni 2011. Decentralized Basic

Education 1 USAID.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor l9 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan

Pendidikan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal .

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

PermendiknasNomor16Tahun2007tentangStandarKualifikasiAkademikdanKompetensiGuru.

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24

Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.

Page 201: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

199www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

PermendiknasNomor27Tahun2008tentangStandarKualifikasiAkademikdanKompetensiKonselor.

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah

dasar/madrasah ibtidayah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),

sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah dasar

luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar

biasa (SMALB).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Sabar, Wardihan. 2013. Penerapan Pendidikan Gratis di Sulawesi Selatan. http://wardihan sabar.blogspot.

com/2013/02/kritik-pendidikan-gratis-di-sulawesi.html. Diakses tanggal 23 Juli 2013.

Supriadi, Dedi. 2010. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Rosdakarya.

UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyu Dyah Widowati. 2007. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan dan Penganggaran

Pembangunan Daerah di Kabupaten Pati. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro.

Page 202: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

200 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN H - Bahan di CD

Lampiran H BAHAN DI CD

Page 203: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

201www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional

Satuan Pendidikan (BOSP)

Lampiran I DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

ABPN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Banggar Badan Anggaran

BAS Badan Akreditasi Sekolah

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan

BOP Bantuan Operasional Pendidikan

BOPSP Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan

BOS Bantuan Operasional Sekolah

BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah

BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan

BP Biaya Pendidikan

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKAD Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah

BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan

BSP Biaya Satuan Pendidikan

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CSR Coperate Social Responsibility

DAK Dana Alokasi Khusus

DBE Desentralized Basic Education

DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

EDS Evaluasi Diri Sekolah

GTT Guru Tidak Tetap

IKK Indeks Kemahalan Konstruksi

KBM Kegiatan Belajar Mengajar

KCD Kantor Cabang Dinas

Kepsek Kepala Sekolah

KKG Kelompok Kerja Guru

KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah

KSM Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KUA Kebijakan Umum Anggaran

LK Lembar Kerja

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MA Madrasah Aliyah

MBS Manajemen Berbasis Sekolah

Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional

Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran

MI Madrasah Ibtidayah

MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

Page 204: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

202 www.kinerja.or.idTata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

LAMPIRAN I - Daftar Singkatan/Istilah

MSF Multi Stakeholder Forum

MTs Madrasah Tsanawiyah

PAD Pendapatan Asli Daerah

PAS Pendapatan Asli Sekolah

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

PNS Pegawai Negeri Sipil

PP Peraturan Pemerintah

PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

PPG Pemerataan dan Penataan Guru

PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

PTT Pegawai Tidak Tetap

RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah

Renja Rencana Kerja

Renstra Rencana Strategi

Renstrada Rencana Strategi Daerah

RKA Rencana Kerja dan Anggaran

RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RKS Rencana Kerja Sekolah

Rombel Rombongan Belajar

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPP Rencana Pelaksanaan Pengajaran

SD Sekolah Dasar

SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

SKL Standar Kompetensi Lulusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SMA Sekolah Menengah Atas

SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SNP Standar Nasional Pendidikan

SPM Standar Pelayanan Minimal

SPP Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan

TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah

TK Taman Kanak-Kanak

ToF Training of Facilitator

ToT Training of Trainer

UAS Ulangan Akhir Sekolah

UKK Ulangan Kenaikan Kelas

UN Ujian Nasional

US Ujian Sekolah

UUD Undang-undang Dasar

UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas

Wakasek Wakil Kepala Sekolah

Page 205: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Page 206: Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)

USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS