TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran...

166
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan tertib pengelolaan administrasi data PBB- P2 dan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, dipandang perlu menetapkan petunjuk teknis tata cara pemberian NOP, agar dapat memberikan pemahaman yang sama dalam proses bisnis yang berkaitan dengan pemberian NOP. Adanya kesamaan pemahaman tersebut, maka akan terwujud NOP sebagai identitas objek pajak PBB-P2 yang mempunyai spesifikasi unik, tetap dan standar yang digunakan dalam pengelolaan data PBB-P2 dan digunakan oleh wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Dengan spesifikasi yang dimiliki, NOP dapat memberikan manfaat dalam mengetahui letak relatif objek pajak, memudahkan pemantauan pendaftaran dan pendataan, menghindari adanya ketetapan pajak ganda, memudahkan pemantauan pembayaran dan penagihan serta merupakan identitas kunci (primary key) untuk menghubungkan data atribut dengan data spasial. 1.2. Pengertian dan Istilah a. Pendaftaran objek pajak adalah kegiatan subjek pajak untuk mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP); b. Pendataan objek pajak adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi, dan menatausahakan data objek dan subjek pajak PBB-P2; c. Basis data adalah kumpulan informasi objek dan subjek pajak PBB- P2 dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu serta disimpan dalam media penyimpan data; d. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi data objek dan subjek PBB-P2 dengan bantuan komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas objek pajak dengan NOP, perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (dokumen perpajakan), pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan sampai dengan pelayanan perpajakan kepada wajib pajak; e. Objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di dalamnya, sedangkan permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan, yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat diusahakan;

Transcript of TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran...

Page 1: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan tertib pengelolaan administrasi data PBB-P2 dan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, dipandang perlu menetapkan petunjuk teknis tata cara pemberian NOP, agar dapat memberikan pemahaman yang sama dalam proses bisnis yang berkaitan dengan pemberian NOP. Adanya kesamaan pemahaman tersebut, maka akan terwujud NOP sebagai identitas objek pajak PBB-P2 yang mempunyai spesifikasi unik, tetap dan standar yang digunakan dalam pengelolaan data PBB-P2 dan digunakan oleh wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Dengan spesifikasi yang dimiliki, NOP dapat memberikan manfaat dalam mengetahui letak relatif objek pajak, memudahkan pemantauan pendaftaran dan pendataan, menghindari adanya ketetapan pajak ganda, memudahkan pemantauan pembayaran dan penagihan serta merupakan identitas kunci (primary key) untuk menghubungkan data atribut dengan data spasial.

1.2. Pengertian dan Istilah a. Pendaftaran objek pajak adalah kegiatan subjek pajak untuk

mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP);

b. Pendataan objek pajak adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi, dan menatausahakan data objek dan subjek pajak PBB-P2;

c. Basis data adalah kumpulan informasi objek dan subjek pajak PBB-P2 dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu serta disimpan dalam media penyimpan data;

d. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi data objek dan subjek PBB-P2 dengan bantuan komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas objek pajak dengan NOP, perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (dokumen perpajakan), pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan sampai dengan pelayanan perpajakan kepada wajib pajak;

e. Objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di dalamnya, sedangkan permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan, yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat diusahakan;

Page 2: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

f. Kode wilayah administrasi pemerintahan adalah identitas wilayah administrasi pemerintahan, yang memuat kode dan nama wilayah administrasi pemerintahan mulai dari tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, tingkat kecamatan sampai dengan tingkat gampong;

g. Objek pajak bersama merupakan satu kesatuan objek pajak yang dimiliki, dimanfaatkan dan atau dikuasai oleh lebih dari satu subjek pajak dan terdapat bagian objek pajak yang dimiliki, dimanfaatkan dan/atau dikuasai oleh masing-masing subjek pajak serta terdapat bagian objek pajak yang dimiliki, dimanfaatkan dan/atau dikuasai secara bersama;

h. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek pajak yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus perkotaan;

i. Pemekaran wilayah administrasi pemerintahan adalah pemecahan wilayah administrasi pemerintahan menjadi lebih dari satu wilayah administrasi pemerintahan;

j. Penggabungan wilayah administrasi pemerintahan adalah penyatuan dari beberapa wilayah administrasi pemerintahan menjadi wilayah administrasi pemerintahan yang baru; dan

k. Bidang objek pajak adalah tanah dan/atau bangunan yang dibatasi oleh sisi-sisi atau batas-batas tanah dan/atau bangunan atau batas alam dan batas buatan lainnya yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh subjek pajak.

BAB II

NOP DAN BLOK 2.1 Definisi dan Struktur NOP 2.1.1 Definisi NOP

Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat dengan NOP adalah nomor identitas objek pajak PBB-P2 yang diberikan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah pada saat dilakukan pendaftaran dan/atau pendataan objek pajak PBB-P2 dan digunakan dalam administrasi perpajakan serta sebagai sarana wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NOP mempunyai sifat: a. Unik, yaitu setiap objek pajak PBB-P2 diberikan satu NOP dan

berbeda dengan NOP yang diberikan untuk objek pajak lainnya; b. Tetap, yaitu NOP yang diberikan kepada setiap objek pajak PBB-P2

tidak berubah dalam jangka waktu lama; dan c. Standar, yaitu hanya ada satu sistem pemberian NOP yang berlaku

dalam Kabupaten Aceh Timur.

2.1.2 Struktur NOP Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit, sebagaimana pada gambar 2.1, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. digit ke-1 dan ke-2 merupakan kode provinsi; b. digit ke-3 dan ke-4 merupakan kode kabupaten; c. digit ke-5 sampai dengan digit ke-7 merupakan kode kecamatan; d. digit ke-8 sampai dengan digit ke-10 merupakan kode gampong; e. digit ke-11 sampai dengan digit ke-13 merupakan kode nomor urut

blok; f. digit ke-14 sampai dengan digit ke-17 merupakan kode nomor urut

objek pajak; dan g. digit ke-18 merupakan kode tanda khusus.

Page 3: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2.2 Definisi dan Konsep Blok 2.2.1 Definisi Blok

Blok adalah zona geografis yang terdiri dari sekelompok objek pajak PBB-P2 yang dibatasi oleh batas alam dan/atau buatan manusia yang bersifat permanen/tetap, seperti jalan bebas hambatan, jalan arteri, jalan lokal, jalan kampung/desa, jalan setapak/lorong/gang, rel kereta api, sungai, saluran irigasi, saluran buangan air hujan (drainage), kanal dalam satu wilayah administrasi pemerintahan gampong.

2.2.2 Konsep Blok Sebagai identitas objek pajak PBB-P2, NOP harus dapat menunjukkan letak relatif objek pajak di lapangan. Satu wilayah gampong dianggap terlalu luas untuk dapat menunjukkan letak relatif objek pajak dengan mudah. Untuk itu, satu wilayah gampong dibagi menjadi blok-blok yang merupakan satuan wilayah yang lebih kecil. Pembentukan blok mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Batas blok merupakan batas alam atau buatan manusia yang tidak

berubah dalam kurun waktu yang lama seperti jalan, sungai, saluran irigasi, saluran buangan air hujan (drainage), dan kanal;

b. Batas blok tidak melampaui batas wilayah administrasi gampong. Batas wilayah dusun/RT/RW atau sebutan sejenis lainnya tidak perlu diperhatikan dalam penentuan batas blok;

c. Satu blok dirancang untuk dapat menampung 200 bidang objek pajak atau dengan luasan sekitar 15 hektar untuk perdesaan dan 10 hektar untuk perkotaan. Apabila kondisi setempat tidak memungkinkan untuk menerapkan pembatasan tersebut dalam hal jumlah objek pajak dan luas tanah, maka di bawah atau di atas angka tersebut tetap diperbolehkan; dan

d. Batas blok tidak boleh diubah kecuali dalam hal yang luar biasa, misalnya perubahan wilayah administrasi pemerintahan termasuk perubahan penggunaan tanah.

Gambar 2.2. Contoh Blok

Gambar 2.1.

Bagan Struktur NOP

Kode Wilayah Administasi Pemerintahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Provinsi Kabupaten Kecamatan Gampong Nomor Blok

Nomor Urut Objek Pajak

Tanda Khusus

Page 4: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

BAB III TATA CARA PEMBERIAN DAN PENGHAPUSAN NOP

3.1 Pemberian NOP 3.1.1 Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan

NOP meliputi kode provinsi, kode wilayah kabupaten/kota, kode wilayah kecamatan, kode wilayah gampong, kode blok, kode objek pajak dan kode tanda khusus. NOP diberikan berdasarkan pada letak objek pajak. Kode provinsi, kode kabupaten, kode kecamatan dan kode gampong merupakan kode administrasi pemerintahan. Adapun kode administrasi pemberian NOP untuk Kabupaten Aceh Timur adalah sebagaimana tercantum pada table 3.1. berikut:

Tabel 3.1.

Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur

NAMA WILAYAH KODE

PULAU PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN GAMPONG 1 2 3 4 5 6

Sumatera 1 Aceh 1 1 Aceh Timur 1 1 03 Darul Aman 1 1 03 010 Alueluddin Sa 1 1 03 010 001 Alueluddin Dua 1 1 03 010 002 Alue Dalam 1 1 03 010 003 Dama Pulo Sa 1 1 03 010 004 Dama Pulo Dua 1 1 03 010 005 Buket Kulam 1 1 03 010 006 Seuneubok Teungoh 1 1 03 010 007 Jungka Gajah 1 1 03 010 008 Seuneubok Simpang 1 1 03 010 009 Matang Pineung 1 1 03 010 010 Lhok Geulumpang 1 1 03 010 011 Blang Buket 1 1 03 010 012 Meunasah Keutapang 1 1 03 010 013 Buket Rumia 1 1 03 010 014 Alue Gadeng 1 1 03 010 015 Kapai Baro 1 1 03 010 016 Seuneubok Tuha Sa 1 1 03 010 017 Seuneubok Tuha Dua 1 1 03 010 018 Seuneubok Buloh 1 1 03 010 019 Gaseh Sayang 1 1 03 010 020 Alue Lhok 1 1 03 010 021 Trieng Gadeng 1 1 03 010 022 Grong-grong 1 1 03 010 023 Matang Geutou 1 1 03 010 024 Alue Merbo 1 1 03 010 025 Buket Raya 1 1 03 010 026 Gampong Keude 1 1 03 010 027 Peukan Idi Cut 1 1 03 010 028 Beunot 1 1 03 010 029 Seuneubok Baroh 1 1 03 010 030 Teupin Drum 1 1 03 010 031 Kuala Idi Cut 1 1 03 010 032 Seuneubok Aceh 1 1 03 010 033 Meunasah Blang 1 1 03 010 034 Gampong Baro 1 1 03 010 035 Bagok Panah Sa 1 1 03 010 036 Bagok Panah Dua 1 1 03 010 037

Page 5: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Bagok Panah Lhee 1 1 03 010 038 Bagok Panah Peut 1 1 03 010 039 Buket Tualang 1 1 03 010 040 Keumuneng Sa 1 1 03 010 041 Keumuneng Dua 1 1 03 010 042 Keumuneng Lhee 1 1 03 010 043 Keumuneng Peut 1 1 03 010 044 Keumuneng Limong 1 1 03 010 045 Julok 1 1 03 020 Blang Keumahang 1 1 03 020 001 Blang Jambe 1 1 03 020 002 Keumuneng 1 1 03 020 003 Ladang Baro 1 1 03 020 004 Buket Panyang 1 1 03 020 005 Seuneubok Rambong 1 1 03 020 006 Seuneubok Baro 1 1 03 020 007 Blang Mideun 1 1 03 020 008 Paya Bakong 1 1 03 020 009 Teupin Raya 1 1 03 020 010 Lhok Rambong 1 1 03 020 011 Julok Tunong 1 1 03 020 012 Ulee Ateung 1 1 03 020 013 Ulee Blang 1 1 03 020 014 Labuhan 1 1 03 020 015 Naleung 1 1 03 020 016 Mane Rampak 1 1 03 020 017 Matang 1 1 03 020 018 Blang Uyok 1 1 03 020 019 Blang Pauh Sa 1 1 03 020 020 Blang Pauh Dua 1 1 03 020 021 Ulee Tanoh 1 1 03 020 022 Keude Kuta Binjei 1 1 03 020 023 Bukit Seroja 1 1 03 020 024 Kuala Geulumpang 1 1 03 020 025 Simpang Lhee 1 1 03 020 026 Tumpok Teungoh 1 1 03 020 027 Seumatang 1 1 03 020 028 Ujong Tunong 1 1 03 020 029 Buket Dindeng 1 1 03 020 030 Paya Pasi 1 1 03 020 031 Alue Cek Doi 1 1 03 020 032 Blang Gleum 1 1 03 020 033 Tanjong Thok Blang 1 1 03 020 034 Buket Makmu 1 1 03 020 035 Gampong Baro 1 1 03 020 036 Lhok Seuntang 1 1 03 020 037 Idi Rayeuk 1 1 03 030 Gampong Jawa 1 1 03 030 001 Keude Blang 1 1 03 030 002 Tanoh Anoe 1 1 03 030 003 Gampong Aceh 1 1 03 030 004 Kuala Peudawa

Puntong 1 1 03 030 005

Kuta Blang 1 1 03 030 006 Gampong Tanjong 1 1 03 030 007 Blang Geulumpang 1 1 03 030 008 Meunasah Pu’uk 1 1 03 030 009 Bantayan Timu 1 1 03 030 010 Seuneubok Rambong 1 1 03 030 011 Keutapang Mameh 1 1 03 030 012 Kuala Idi 1 1 03 030 013 Keude Aceh 1 1 03 030 014 Gampong Baro 1 1 03 030 015 Seuneubok Teungoh

Peudawa Puntong 1 1 03 030 016

Page 6: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Seuneubok Bacee 1 1 03 030 017 Teupin Batee 1 1 03 030 018 Alue Dua Muka O 1 1 03 030 019 Alue Dua Muka S 1 1 03 030 020 Ulee Blang 1 1 03 030 021 Buket Jok 1 1 03 030 022 Buket Meulinteng 1 1 03 030 023 Tanjong Kapai 1 1 03 030 024 Kuta Lawah 1 1 03 030 025 Gureb Blang 1 1 03 030 026 Titi Baro 1 1 03 030 027 Seuneubok Tutong 1 1 03 030 028 Buket Juara 1 1 03 030 029 Seuneubok Tuha 1 1 03 030 030 Buket Pala 1 1 03 030 031 Dama Pulo 1 1 03 030 032 Sampoimah 1 1 03 030 033 Buket Langa 1 1 03 030 034 Gampong Jalan 1 1 03 030 035 Birem Bayeun 1 1 03 040 Keude Birem 1 1 03 040 001 Aramiyah 1 1 03 040 002 Paya Peulawi 1 1 03 040 003 Merbo Dua 1 1 03 040 004 Bayeun 1 1 03 040 005 Buket Tiga 1 1 03 040 006 Paya Bili Sa 1 1 03 040 007 Alue Gadeng Sa 1 1 03 040 008 Alue Gadeng Dua 1 1 03 040 009 Alue Drien 1 1 03 040 010 Buket Seulemak 1 1 03 040 011 Blang Tualang 1 1 03 040 012 Paya Bili Dua 1 1 03 040 013 Paya Tampah 1 1 03 040 014 Alue Teh 1 1 03 040 015 Paya Rambong 1 1 03 040 016 Alue Nyamok 1 1 03 040 017 Alue Buloh 1 1 03 040 018 Alue Canang 1 1 03 040 019 Jambo Labu 1 1 03 040 020 Benteng 1 1 03 040 021 Birem Rayeuk 1 1 03 040 022 Alue Gadeng Gampong 1 1 03 040 023 Afdeling Dua Buket 1 1 03 040 024 Alue Sentang 1 1 03 040 025 Peutow 1 1 03 040 026 Kemuning Hulu 1 1 03 040 027 Serbajadi 1 1 03 050 Lokop 1 1 03 050 001 Tualang 1 1 03 050 002 Terujak 1 1 03 050 003 Leles 1 1 03 050 004 Ujung Karang 1 1 03 050 005 Nalon 1 1 03 050 006 Jering 1 1 03 050 007 Loot 1 1 03 050 008 Sekualan 1 1 03 050 009 Sunti 1 1 03 050 010 Umah Taring 1 1 03 050 011 Bunin 1 1 03 050 012 Sembuang 1 1 03 050 013 Seulemak 1 1 03 050 014 Mesir 1 1 03 050 015 Rampah 1 1 03 050 016 Arul Durin 1 1 03 050 017

Page 7: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Nurussalam 1 1 03 060 Keude Bagok Sa 1 1 03 060 001 Keude Bagok Dua 1 1 03 060 002 Asan Tanjong 1 1 03 060 003 Bantayan 1 1 03 060 004 Matang Seulemak 1 1 03 060 005 Teupin Pukat 1 1 03 060 006 Matang Neuheun 1 1 03 060 007 Kuala Bagok 1 1 03 060 008 Meunasah Teungoh 1 1 03 060 009 Meudang Ara 1 1 03 060 010 Peulawi 1 1 03 060 011 Baroh Bugeng 1 1 03 060 012 Seumatang Aron 1 1 03 060 013 Blang Panjou 1 1 03 060 014 Buket Panyang 1 1 03 060 015 Seuneubok Dalam 1 1 03 060 016 Gampong Mesjid 1 1 03 060 017 Seuneubok Rambong 1 1 03 060 022 Buket Panjoe 1 1 03 060 023 Buket Meurak 1 1 03 060 024 Pulo U 1 1 03 060 025 Cot Asan 1 1 03 060 026 Paya Enjee 1 1 03 060 027 Seulemak Muda 1 1 03 060 028 Matang Panyang 1 1 03 060 029 Meunasah Hagu 1 1 03 060 030 Matang Kunyet 1 1 03 060 031 Peureulak 1 1 03 070 Tualang 1 1 03 070 001 Pasir Putih 1 1 03 070 002 Keude Peureulak 1 1 03 070 003 Leuge 1 1 03 070 004 Uteun Dama 1 1 03 070 005 Punti 1 1 03 070 006 Alue Dua Paya Gajah 1 1 03 070 007 Blang Bitra 1 1 03 070 008 Kuala Bugak 1 1 03 070 009 Paya Lipah 1 1 03 070 010 Seumatang Muda Itam 1 1 03 070 011 Lhok Dalam 1 1 03 070 012 Beusa Meurano 1 1 03 070 013 Bangka Rimung 1 1 03 070 014 Tanoh Rata 1 1 03 070 015 Bandrong 1 1 03 070 016 Blang Balok 1 1 03 070 017 Cot Muda Itam 1 1 03 070 018 Keumuneng 1 1 03 070 019 Blang Batee 1 1 03 070 020 Matang Peulawi 1 1 03 070 021 Cot Geulumpang 1 1 03 070 022 Alue Rambong 1 1 03 070 023 Cot Keh 1 1 03 070 024 Balee Buya 1 1 03 070 025 Alue Nibong 1 1 03 070 026 Seuneubok Peusangan 1 1 03 070 027 Seuneubok Aceh 1 1 03 070 028 Seuneubok Pidie 1 1 03 070 029 Dama Tutong 1 1 03 070 030 Matang Gleum 1 1 03 070 031 Kuala Leuge 1 1 03 070 032 Lubok Pempeng 1 1 03 070 033 Buket Pala 1 1 03 070 034 Paya Kalui 1 1 03 070 035 Cek Mbon 1 1 03 070 036

Page 8: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Paya Meuligo 1 1 03 070 037 Blang Simpo 1 1 03 070 038 Rantau Seulamat 1 1 03 080 Bayeun 1 1 03 080 001 Sarah Kayee 1 1 03 080 002 Alue Seulemak 1 1 03 080 003 Alue Kaul 1 1 03 080 004 Alue Punti 1 1 03 080 005 Alue Tuwi 1 1 03 080 006 Damar Siput 1 1 03 080 007 Sarah Teube 1 1 03 080 008 Rantau Panjang 1 1 03 080 009 Alue Raya 1 1 03 080 010 Seuneubok Dalam 1 1 03 080 011 Alue Kumba 1 1 03 080 012 Simpang Peut 1 1 03 080 013 Simpang Aneuh 1 1 03 080 014 Simpang Ulim 1 1 03 090 Bantayan 1 1 03 090 001 Kuala Simpang Ulim 1 1 03 090 002 Lampoh Rayeuk 1 1 03 090 003 Teupin Mamplam 1 1 03 090 004 Gampong Blang 1 1 03 090 005 Keude Tuha 1 1 03 090 006 Peulalu 1 1 03 090 007 Gampong Baro 1 1 03 090 008 Teupin Breuh 1 1 03 090 009 Matang Rayeuk 1 1 03 090 010 Alue Buloh Dua 1 1 03 090 011 Blang Nie 1 1 03 090 012 Matang Kumbang 1 1 03 090 013 Nicah Awe 1 1 03 090 014 Alue Buloh Sa 1 1 03 090 015 Pucok Alue Sa 1 1 03 090 016 Pucok Alue Dua 1 1 03 090 017 Matang Weng 1 1 03 090 018 Titi Baroh 1 1 03 090 019 Arakundo 1 1 03 090 020 Pucok Alue Barat 1 1 03 090 021 Alue Muling 1 1 03 090 022 Matang Seupeng 1 1 03 090 023 Ranto Peureulak 1 1 03 100 Buket Pala 1 1 03 100 001 Paya Unou 1 1 03 100 002 Mata Ie 1 1 03 100 003 Alue Udep 1 1 03 100 004 Seumali 1 1 03 100 005 Punti Payong 1 1 03 100 006 Paya Palas 1 1 03 100 007 Pertamina 1 1 03 100 008 Alue Batee 1 1 03 100 009 Seuneubok Johan 1 1 03 100 010 Seuneubok Baro 1 1 03 100 011 Pulo Blang 1 1 03 100 012 Blang Barom 1 1 03 100 013 Seuneubok Dalam 1 1 03 100 014 Seuleumak Muda 1 1 03 100 015 Bhom Lama 1 1 03 100 016 Pasi Puteh 1 1 03 100 017 Alue Dua 1 1 03 100 018 Tampak 1 1 03 100 019 Kliet 1 1 03 100 020 Alue Genteng 1 1 03 100 021 Beurandang 1 1 03 100 022 Seumanah Jaya 1 1 03 100 023

Page 9: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Pantee Bidari 1 1 03 110 Blang Seunong 1 1 03 110 001 Suka Damai 1 1 03 110 002 Pante Labu 1 1 03 110 003 Pante Rambong 1 1 03 110 004 Alue Ie Mirah 1 1 03 110 005 Seuneubok Tuha 1 1 03 110 006 Seuneubok Saboh 1 1 03 110 007 Buket Kareung 1 1 03 110 008 Buket Bata 1 1 03 110 009 Sah Raja 1 1 03 110 010 Sijudo 1 1 03 110 011 Meunasah Tunong 1 1 03 110 012 Meunasah Teungoh 1 1 03 110 013 Keude Baro 1 1 03 110 014 Matang Perlak 1 1 03 110 015 Grong-grong 1 1 03 110 016 Matang Kruet 1 1 03 110 017 Meunasah Leubok 1 1 03 110 018 Pante Panah 1 1 03 110 019 Paya Demam Sa 1 1 03 110 020 Paya Demam Dua 1 1 03 110 021 Paya Demam Lhee 1 1 03 110 022 Matang Pudeng 1 1 03 110 023 Putoh Sa 1 1 03 110 024 Putoh Dua 1 1 03 110 025 Madat 1 1 03 120 Madat 1 1 03 120 001 Matang Keupula Sa 1 1 03 120 002 Matang Keupula Dua 1 1 03 120 003 Blang Ubit 1 1 03 120 004 Paya Demam Peut 1 1 03 120 005 Rambong Lop 1 1 03 120 006 Matang Jrok 1 1 03 120 007 Tanjong Ara 1 1 03 120 008 Matang Nibong 1 1 03 120 009 Matang Keupula Lhee 1 1 03 120 010 Ulee Ateung 1 1 03 120 011 Abeuk Geulanteu 1 1 03 120 012 Paya Naden 1 1 03 120 013 Tanjong Minje 1 1 03 120 014 Neubok Pidie 1 1 03 120 015 Blang Andam 1 1 03 120 016 Bintah 1 1 03 120 017 Blang Awe 1 1 03 120 018 Lueng Peut 1 1 03 120 019 Meunasah Asan 1 1 03 120 020 Pante Merbo 1 1 03 120 021 Lueng Sa 1 1 03 120 022 Lueng Dua 1 1 03 120 023 Matang Guru 1 1 03 120 024 Pantee Bayam 1 1 03 120 025 Meunasah Tingkeum 1 1 03 120 026 Indra Makmu 1 1 03 130 Alue Itam 1 1 03 130 001 Blang Nisam 1 1 03 130 002 Bandar Baro 1 1 03 130 003 Alue Patong 1 1 03 130 004 Seuneubok Bayu 1 1 03 130 005 Alue Ie Mirah 1 1 03 130 006 Suka Makmur 1 1 03 130 007 Jambo Lhee 1 1 03 130 008 Jambo Lubok 1 1 03 130 009 Seuneubok Cina 1 1 03 130 010 Pelita Sagop Jaya 1 1 03 130 011

Page 10: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Perkebunan Julok

Rayeuk Utara 1 1 03 130 012

Perkebunan Julok Rayeuk Selatan

1 1 03 130 013

Idi Tunong 1 1 03 140 Seuneubok Buloh 1 1 03 140 001 Seuneubok Baro 1 1 03 140 002 Seuneubok Meureudu 1 1 03 140 003 Seuneubok Teupin

Panah 1 1 03 140 004

Teupin Panah 1 1 03 140 005 Keumuneng 1 1 03 140 006 Keude Keumuneng 1 1 03 140 007 Keumuneng Lhok 1 1 03 140 008 Paya Awee 1 1 03 140 009 Paya Gaboh 1 1 03 140 010 Padang Kasab 1 1 03 140 011 Buket Teukuh 1 1 03 140 012 Buket Pu’uk 1 1 03 140 013 Blang Minje 1 1 03 140 014 Alue Kumbang A 1 1 03 140 015 Alue Kumbang M 1 1 03 140 016 Alue Lhok 1 1 03 140 017 Seuneubok Buya 1 1 03 140 018 Seuneubok Drien 1 1 03 140 019 Bantayan Barat 1 1 03 140 020 Blang Siguci 1 1 03 140 021 Buket Rumiya 1 1 03 140 022 Seuneubok Punti 1 1 03 140 023 Seuneubok Jalan 1 1 03 140 024 Seuneubok Dalam 1 1 03 140 025 Banda Alam 1 1 03 150 Jalan Dua 1 1 03 150 001 Jambo Reuhat 1 1 03 150 002 Seuneubok Benteng 1 1 03 150 003 Seuneubok Pango 1 1 03 150 004 Seuneubok Simpang 1 1 03 150 005 Seuneubok Kandang 1 1 03 150 006 Ulee Jalan 1 1 03 150 007 Uram Jalan 1 1 03 150 008 Seuneubok Bayu 1 1 03 150 009 Blang Rambong 1 1 03 150 010 Buket Drien 1 1 03 150 011 Panton Rayeuk A 1 1 03 150 012 Panton Rayeuk B 1 1 03 150 013 Panton Rayeuk M 1 1 03 150 014 Panton Rayeuk T 1 1 03 150 015 Paya Laman 1 1 03 150 016 Peudawa 1 1 03 160 Gampong Keude 1 1 03 160 001 Meunasah Krueng 1 1 03 160 002 Kuta Baro 1 1 03 160 003 Alue Batee 1 1 03 160 004 Matang Rayeuk 1 1 03 160 005 Paya Bili Dua 1 1 03 160 006 Alue Ie Itam 1 1 03 160 007 Asan Rampak 1 1 03 160 008 Gampong Kuala 1 1 03 160 009 Paya Dua 1 1 03 160 010 Seuneubok Teungoh 1 1 03 160 011 Buket Kuta 1 1 03 160 012 Sama Dua 1 1 03 160 013 Blang Kuta 1 1 03 160 014 Blang Buket 1 1 03 160 015 Seuneubok Punteut 1 1 03 160 016

Page 11: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 Paya Bili Sa 1 1 03 160 017 Peureulak Timur 1 1 03 170 Buket Meuriam 1 1 03 170 001 Alue Gurep 1 1 03 170 002 Seuneubok Teupin 1 1 03 170 003 Seuneubok Teungoh 1 1 03 170 004 Alue Bugeng 1 1 03 170 005 Seuneubok Punti 1 1 03 170 006 Alue Bu Alue Lhok 1 1 03 170 007 Seumatang Keude 1 1 03 170 008 Seuneubok Jalan 1 1 03 170 009 Seuneubok Paya 1 1 03 170 010 Alue Tho 1 1 03 170 011 Seuneubok Rawang 1 1 03 170 012 Alue Bu Alue Nireh 1 1 03 170 013 Seuneubok Dalam 1 1 03 170 014 Seuneubok Lapang 1 1 03 170 015 Geulanggang Meurak 1 1 03 170 016 Babah Krueng 1 1 03 170 017 Kruet Lintang 1 1 03 170 018 Jengki 1 1 03 170 019 Tualang Pateng 1 1 03 170 020 Peureulak Barat 1 1 03 180 Beusa Sebrang 1 1 03 180 001 Paya Gajah 1 1 03 180 002 Alue Bu Tuha 1 1 03 180 003 Alue Bu Jalan 1 1 03 180 004 Mon Geudong 1 1 03 180 005 Beusa Baroh 1 1 03 180 006 Alue Bu Jalan Baroh 1 1 03 180 007 Alue Bu Tunong 1 1 03 180 008 Kabu 1 1 03 180 009 Beuringen 1 1 03 180 010 Tanjong Tualang 1 1 03 180 011 Paya Seungat 1 1 03 180 012 Teumpeun 1 1 03 180 013 Kebon Teumpeun 1 1 03 180 014 Paya Biek 1 1 03 180 015 Sungai Raya 1 1 03 190 Alue Rangan 1 1 03 190 001 Geulumpang Payong 1 1 03 190 002 Labuhan Keude 1 1 03 190 003 Buket Seulamat 1 1 03 190 004 Buket Drien 1 1 03 190 005 Alue Itam 1 1 03 190 006 Paya Keutapang 1 1 03 190 007 Gajah Meuntah 1 1 03 190 008 Seuneubok Pase 1 1 03 190 009 Seuneubok Aceh 1 1 03 190 010 Krueng Lingka 1 1 03 190 011 Sungai Simpang 1 1 03 190 012 Kuala Parek 1 1 03 190 013 Simpang Jernih 1 1 03 200 Simpang Jernih 1 1 03 200 001 Batu Sumang 1 1 03 200 002 Pante Kera 1 1 03 200 003 Rantau Panjang 1 1 03 200 004 Meulidi 1 1 03 200 005 Tampor Paloh 1 1 03 200 006 Tampur Bor 1 1 03 200 007 HTI Ranto Naro 1 1 03 200 008 Darul Ihsan 1 1 03 210 Meudang Ara 1 1 03 210 001 Gunong Putoh 1 1 03 210 002 Keude Dua 1 1 03 210 003

Page 12: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

001

002 003

004

005

006 007

008

009 010

1 2 3 4 5 6 Seuneubok Lapang 1 1 03 210 004 Alue Jangat 1 1 03 210 005 Buket Peulawi 1 1 03 210 006 Lhok Panjoe 1 1 03 210 007 Pulo Blang 1 1 03 210 008 Meunasah Aron 1 1 03 210 009 Seuneubok Aceh Baro 1 1 03 210 010 Lhok Dalam 1 1 03 210 011 Lhok Leumak 1 1 03 210 012 Seuneubok Kulam 1 1 03 210 013 Panton Meureubo 1 1 03 210 014 Seuneubok Teungoh 1 1 03 210 015 Seuneubok Meureu 1 1 03 210 016 Darul Falah 1 1 03 220 Tunong Bugeng 1 1 03 220 001 Ceumpeudak 1 1 03 220 002 Buket Tufah 1 1 03 220 003 Tunong Ulee Gajah 1 1 03 220 004 Keudondong 1 1 03 220 005 Seuneubok Panton 1 1 03 220 006 Buket Teumpeun 1 1 03 220 007 Keude Blang 1 1 03 220 008 Paya Kruep 1 1 03 220 009 Tunong Paya Kruep 1 1 03 220 010 Alue Siwah 1 1 03 220 011 Idi Timur 1 1 03 230 Seuneubok Barat 1 1 03 230 001 Seuneubok Teungoh 1 1 03 230 002 Seuneubok Timu 1 1 03 230 003 Seuneubok Dalam 1 1 03 230 004 Matang Rayeuk SM 1 1 03 230 005 Matang Bungong 1 1 03 230 006 Keutapang Dua 1 1 03 230 007 Ulee Glee 1 1 03 230 008 Seuneubok Kuyun 1 1 03 230 009 Tualang Dalam 1 1 03 230 010 Meunasah Jeumpa 1 1 03 230 011 Lhok Asahan 1 1 03 230 012 Matang Rayeuk PP 1 1 03 230 013 Peunaron 1 1 03 240 Arul Pinang 1 1 03 240 001 Peunaron Baru 1 1 03 240 002 Sri Mulya 1 1 03 240 003 Peunaron Lama 1 1 03 240 004 Bukit Tiga 1 1 03 240 005 3.1.2 Kode Nomor Urut Blok

Dari 18 digit NOP, kode nomor urut blok disediakan 3 (tiga) digit yaitu digit ke-11 sampai dengan digit ke-13. Pemberian kode nomor urut blok dilakukan secara berurutan mulai dari kode 001 dan seterusnya sesuai jumlah blok dalam 1 (satu) gampong. Kode nomor urut blok diberikan secara spiral dimulai dari kiri atas ke arah kanan kemudian kembali ke kiri dan seterusnya, sebagaimana gambar 3.1.2. Kode blok meliputi kode wilayah gampong dan kode nomor urut blok.

Gambar 3.1.2.

Kode Nomor Urut Blok

Page 13: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3.1.3 Kode Objek Pajak Dari 18 digit NOP, kode nomor urut objek pajak disediakan 4 (empat) digit yaitu digit ke-14 sampai dengan digit ke-17. Pemberian kode nomor urut objek pajak dilakukan secara berurutan mulai dari kode 0001 dan seterusnya sesuai dengan jumlah objek pajak dalam 1 (satu) blok. Kode nomor urut objek pajak diberikan secara spiral dimulai dari kiri atas ke arah kanan kemudian kembali ke kiri dan seterusnya. Kode objek pajak meliputi kode blok dan kode nomor urut objek pajak.

3.1.4 Kode Tanda Khusus

Digit ke-18 merupakan kode tanda khusus yang digunakan untuk membedakan objek pajak berdasarkan sektor. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan diberikan kode tanda khusus mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. angka 7, merupakan kode tanda khusus objek pajak yang terletak di

gampong yang belum dilakukan pembentukan basis data SISMIOP; b. angka 8, merupakan kode tanda khusus objek pajak bersama yang

terletak di gampong yang belum dilakukan pembentukan basis data SISMIOP;

c. angka 9, merupakan kode tanda khusus objek pajak bersama yang terletak di gampong yang sudah dilakukan pembentukan basis data SISMIOP; dan

d. angka 0, merupakan kode tanda khusus objek pajak yang terletak di gampong yang sudah dilakukan pembentukan basis data SISMIOP.

3.2 Pemberian NOP untuk Objek Pajak yang Memiliki Areal Mencakup

atau Melintasi Beberapa Wilayah Administrasi Pemerintahan dalam Kabupaten Aceh Timur

3.2.1 Kode Wilayah Kecamatan

Kode wilayah kecamatan ditulis dengan angka sesuai dengan kode wilayah kecamatan yang wilayahnya meliputi letak objek pajak. Apabila objek pajak terletak di 2 (dua) atau lebih wilayah kecamatan, maka kode wilayah kecamatannya ditulis dengan angka sesuai dengan kode wilayah kecamatan yang wilayahnya meliputi areal terluas letak objek pajak. Dalam hal bagian objek pajak luasnya sama terletak pada 2 (dua) atau lebih kecamatan, maka atas objek pajak tersebut menggunakan kode wilayah kecamatan terkecil. Contoh: Objek pajak A dengan luas 10.000 m2, terletak di tiga wilayah kecamatan. Bagian bidang dengan luas 3.500 m2 terletak di Kecamatan Idi Rayeuk, bagian bidang dengan luas 6.500 m2 terletak di Kecamatan Idi Timur. Kode wilayah kecamatan untuk objek pajak A adalah sesuai dengan kode wilayah untuk Kecamatan Idi Timur yaitu 11.03.230.

3.2.2 Kode Wilayah Gampong Kode wilayah gampong ditulis dengan angka sesuai dengan kode wilayah gampong yang wilayahnya meliputi letak objek pajak. Apabila objek pajak terletak di 2 (dua) atau lebih wilayah gampong, maka kode wilayah gampongnya ditulis dengan angka sesuai dengan kode wilayah gampong yang wilayahnya meliputi areal terluas letak objek pajak. Dalam hal bagian objek pajak luasnya sama terletak pada 2 (dua) atau lebih gampong, maka atas objek pajak tersebut menggunakan kode wilayah gampong terkecil.

Page 14: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Contoh: Objek pajak A dengan luas 6.000 m2 di wilayah Kecamatan Rantau Selamat, terletak di tiga wilayah gampong. Bagian bidang dengan luas 1.000 m2 terletak di Gampong Bayeun, bagian bidang dengan luas 1.500 m2 terletak di Gampong Alue Seulemak dan bagian bidang dengan luas 3.500 m2 terletak di Gampong Simpang Aneuh. Kode wilayah kelurahan untuk objek pajak A adalah sesuai dengan kode wilayah untuk Gampong Simpang Aneuh yaitu 11.03.080.014.

3.2.3 Kode Nomor Urut Blok Kode nomor urut blok untuk objek pajak PBB-P2 yang memiliki areal mencakup atau melintasi beberapa wilayah administrasi pemerintahan dalam Kabupaten Aceh Timur ditulis dengan angka 900.

3.3 Pemberian NOP untuk Objek Pajak Bersama Ciri khusus pada pemberian NOP terletak pada pemberian kode tanda khusus, yaitu pada digit ke-18 struktur NOP. NOP pada objek pajak bersama terdiri dari: a. NOP bersama yang diberikan atas bagian bidang objek pajak yang

dimiliki, dimanfaatkan dan/atau dikuasai secara bersama oleh subjek pajak secara keseluruhan, diberikan kode tanda khusus digit ke-18 struktur NOP dengan angka 8 atau 9; dan

b. NOP untuk masing-masing bidang objek pajak yang merupakan anggota dari objek pajak bersama yang dimiliki, dimanfaatkan dan/atau dikuasai oleh masing-masing subjek pajak, diberikan kode tanda khusus digit ke-18 struktur NOP dengan angka 0 atau 7.

3.4 Pemberian NOP dalam Hal Terjadi Mutasi Subjek Pajak Mutasi subjek pajak adalah beralihnya subjek pajak atas suatu objek pajak kepada 1 (satu) atau lebih subjek pajak lainnya. Pemberian NOP atas terjadinya mutasi subjek pajak diatur sebagai berikut:

3.4.1 Mutasi Seluruh Objek Pajak kepada 1 (Satu) Subjek Pajak NOP untuk objek pajak apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada 1 (satu) subjek pajak adalah tetap atau tidak berubah.

Contoh: Objek pajak NOP xx.xx.010.001.001.0010.0 dengan subjek pajak A. Subjek pajak atas seluruh objek pajak tersebut dimutasikan kepada subjek pajak B, maka NOP untuk objek pajak tersebut tetap xx.xx.010.001.001.0010.0

3.4.2 Mutasi Seluruh Objek Pajak kepada Beberapa Subjek Pajak Pemberian NOP apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada beberapa subjek pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. NOP asal diberikan untuk satu objek pajak; dan b. NOP untuk bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek

pajak lainnya diberikan NOP baru dengan menggunakan kode nomor urut objek pajak setelah kode nomor urut objek pajak terakhir dalam blok letak objek pajak.

Contoh: Satu bidang objek pajak yang terletak di blok 006 dengan nomor urut bidang 0041 atas nama subjek pajak A sebagaimana pada gambar 3.4.1.1. Bidang objek pajak nomor urut 0041 tersebut dimutasikan seluruhnya kepada subjek pajak masing-masing B, C dan D. Nomor urut objek pajak terakhir pada blok 006 adalah 0250.

Page 15: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Pemberian NOP atas mutasi tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. NOP asal dengan nomor urut objek pajak 0041 diberikan untuk satu

objek pajak, misalnya diberikan kepada subjek pajak B; dan b. NOP atas subjek pajak C dan D diberikan dengan nomor urut bidang

objek pajak masing-masing 0251 dan 0252.

3.4.3 Mutasi Sebagian Objek Pajak kepada 1 (Satu) atau Beberapa Subjek Pajak Pemberian NOP apabila terjadi mutasi sebagian objek pajak kepada 1 (satu) atau beberapa subjek pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Bagian bidang objek pajak yang tidak dimutasikan menggunakan

NOP asal; b. Bidang objek pajak yang dimutasikan diberikan NOP dengan kode

nomor urut objek pajak setelah kode nomor urut pajak terakhir dalam blok letak objek pajak;

c. Dalam hal satu bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya (misalnya subjek pajak A), berbatasan dengan bidang objek pajak lainnya yang telah memiliki NOP atas nama subjek pajak yang sama (subjek pajak A) dan dijadikan 1 (satu), NOP atas objek pajak tersebut mengikuti NOP bidang objek pajak atas nama subjek pajak A; dan

d. Dalam hal satu bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya (misalnya subjek pajak A), berbatasan dengan bidang objek pajak lainnya yang telah memiliki NOP atas nama subjek pajak yang sama (subjek pajak A) dan tidak digabung, diberikan NOP mengikuti ketentuan pada huruf b.

Contoh: Objek pajak dengan nomor urut 0097 dengan subjek pajak A sebagaimana pada gambar 3.4.3.1. Sebagian objek pajak tersebut dimutasikan kepada B dan C. Nomor urut objek pajak terakhir pada blok tersebut adalah 0250. Pemberian NOP atas mutasi tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Bagian bidang objek pajak yang tidak dimutasikan menggunakan

NOP asal yaitu dengan nomor urut bidang 0097; dan b. Bagian bidang objek pajak yang dimutasikan masing-masing kepada

subjek pajak B dan C diberikan NOP dengan nomor urut bidang 0251 dan 0252.

Apabila subjek pajak B telah memiliki objek pajak dengan nomor urut bidang 0096 yang terletak bersebelahan dengan objek pajak yang baru dimutasikan ke subjek pajak B, dan terhadap kedua objek pajak tersebut: a. Digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada

subjek pajak B menggunakan NOP dengan nomor urut bidang 0096; dan

b. Tidak digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada subjek pajak B diberikan NOP dengan nomor urut bidang baru yaitu 0251.

3.5 Penghapusan NOP NOP adalah nomor identitas yang melekat pada objek pajak, oleh karena itu penghapusan NOP dapat dilakukan apabila objek pajak mengalami kondisi karena hal-hal sebagai berikut: a. Faktor alam, yang megakibatkan hilangnya objek pajak antara lain,

erosi, luapan lumpur;

Page 16: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Penggabungan 2 (dua) atau lebih objek pajak yang terletak berbatasan dengan subjek pajak yang sama;

c. Perubahan sektor pengenaan PBB-P2 menjadi sektor PBB lainnya; dan

d. Kesalahan pemberian NOP pada objek pajak, sehingga menyebabkan satu objek pajak diberikan 2 (dua) NOP (double NOP).

NOP yang sudah dihapus tidak dapat diberikan lagi untuk objek pajak lainnya.

3.5.1 Penghapusan NOP karena Faktor Alam Penghapusan NOP dilakukan terhadap objek pajak karena terjadinya bencana akibat faktor alam yang menyebabkan kondisi objek pajak di lapangan sudah tidak dapat diidentifikasi batas-batasnya. NOP bidang objek pajak karena terjadinya bencana alam tersebut harus dihapus dari basis data.

3.5.2 Penghapusan NOP karena Penggabungan 2 (Dua) atau Lebih Objek Pajak Penghapusan NOP terjadi karena adanya penggabungan 2 (dua) atau lebih objek pajak dengan subjek pajak sama yang letaknya berbatasan. Contoh: Bidang objek pajak dengan nomor urut 0030 yang letaknya bersebelahan dan digabungkan dengan objek pajak dengan nomor urut 0029. NOP atas objek pajak nomor urut 0030 dihapuskan dan NOP atas penggabungan objek pajak tersebut diberikan dengan nomor urut 0029.

3.5.3 Penghapusan NOP karena Perubahan Sektor Pengenaan PBB-P2 menjadi sektor PBB Lainnya Penghapusan NOP karena adanya perpindahan sektor pengenaan PBB-P2 ke sektor PBB Lainnya terjadi apabila objek pajak berubah sektor pengenaannya dan menyebabkan ketentuan pemberian NOP untuk objek pajak tidak sesuai dengan ketentuan pemberian NOP di sektor lainnya dimaksud.

Contoh: NOP A dengan nomor urut 0013 merupakan objek pajak PBB-P2dengan penggunaan bidang tanah sebagai lahan persawahan yang luas tanahnya 22.000 m2 (2,2 ha). Objek pajak A berubah penggunannya dari lahan persawahan menjadi tempat penanaman tanaman perkebunan, maka pengenaan PBB terhadap objek pajak A berubah dari sektor PBB-P2 ke sektor perkebunan. NOP A dengan nomor urut 0013 harus dihapuskan. Selanjutnya atas objek pajak A diberikan NOP baru mengikuti ketentuan pemberian NOP untuk objek pajak sektor perkebunan.

BAB IV

PEMBERIAN NOP DALAM HAL TERJADI PERUBAHAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN BLOK

Perubahan kode wilayah administrasi pemerintahan terjadi karena adanya pembentukan wilayah administrasi pemerintahan baru yang meliputi pemekaran dan/atau penggabungan. Perubahan kode wilayah administrasi pemerintahan menyebabkan: a. perubahan kode pada wilayah administrasi pemerintahan tingkat lebih

rendah; dan b. perubahan NOP.

Page 17: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4.1 Kode Provinsi

4.1.1 Pemberian Kode Provinsi Apabila Terjadi Pemekaran Provinsi Apabila terjadi pemekaran provinsi, maka pemberian kode provinsi adalah sebagai berikut: 1. Kode untuk provinsi asal adalah tetap memakai kode yang lama; dan 2. Kode untuk provinsi baru hasil pemekaran adalah meneruskan kode

provinsi terakhir dari kode provinsi masing-masing wilayah. Wilayah Sumatera Kode provinsi terakhir di wilayah Sumatera adalah 21 yaitu Provinsi Kepulauan Riau, sehingga kode provinsi untuk provinsi baru diberikan kode 22 dan seterusnya.

4.1.2 Pemberian Kode Provinsi Apabila Terjadi Penggabungan Provinsi Apabila terjadi penggabungan provinsi, maka pemberian kode provinsi adalah sebagai berikut: 1. Provinsi hasil penggabungan menggunakan nama dari salah satu

provinsi yang digabung, maka kode provinsi hasil penggabungan menggunakan kode provinsi asal yang namanya masih dipakai; dan

2. Provinsi hasil penggabungan tidak menggunakan nama dari salah satu provinsi yang digabung, maka kode wilayah provinsi mengikuti ketentuan pada sub bab 4.1.1 (pemberian kode wilayah provinsi apabila terjadi pemekaran provinsi) angka 2.

4.2. Kode Wilayah Kabupaten

4.2.1 Pemberian Kode Kabupaten Apabila Kabupaten Aceh Timur Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Beberapa Kabupaten/Kota Apabila terjadi pemekaran Kabupaten Aceh Timur menjadi dua atau lebih, maka pemberian kode kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1. Kode kabupaten asal adalah tetap; dan 2. Kode kabupaten/kota pecahan diberi kode nomor urut berikutnya

setelah kode kabupaten/kota terakhir dalam provinsi yang bersangkutan.

Contoh: Kabupaten Aceh Timur yang terletak di Provinsi Aceh dimekarkan menjadi tiga kabupaten/kota yang terdiri dari Kabupaten Aceh Timur sebagai kabupaten asal serta Kabupaten C sebagai kabupaten baru dan Kota D sebagai kota baru. Kode wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah 11.03 dimana kode wilayah kabupaten/kota terakhir yang ada di Provinsi Aceh tersebut adalah 11.22, maka kode wilayah kabupaten C dan Kota D sebagai kabupaten/kota baru di Provinsi Aceh diberikan kode wilayah masing-masing11.23 dan 11.24.

4.2.2 Pemberian Kode Kabupaten Aceh Timur Apabila Kabupaten Aceh Timur Mengalami Penambahan/Pengurangan Wilayah dari atau ke Kabupaten/Kota Lain Kode Kabupaten Aceh Timur apabila mendapat penambahan wilayah atau pengurangan dari atau ke kabupaten/kota lain adalah tetap. Objek pajak yang bertambah mengikuti Kabupaten Aceh Timur, sementara untuk objek pajak yang berkurang atau masuk ke kabupaten/kota lain mengikuti Kode kabupaten/kota bersangkutan.

4.3 Kode Wilayah Kecamatan

4.3.1 Pemberian Kode Kecamatan untuk 1 (Satu) Kecamatan yang Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Beberapa Kecamatan dan Kecamatan Asal Masih Memakai Nama yang Tetap

Page 18: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Kode kecamatan untuk kecamatan asal adalah tetap, sedangkan kecamatan baru diberikan kode kecamatan dengan ketentuan: a. digit ke-1 dan ke-2 menggunakan kode digit ke-1 dan ke-2

kecamatan asal; dan b. digit ke-3 diberikan angka 1 s.d. 9 sesuai dengan jumlah kecamatan

pemekarannya. Contoh: Kecamatan Peureulak mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Peureulak, Kecamatan C dan Kecamatan D. Pemberian kode wilayah kecamatan hasil pemekaran tersebut, adalah sebagai berikut: a. Kode wilayah kecamatan Peureulak tetap 11.03.070; b. Kode wilayah kecamatan C menjadi 11.03.071; dan c. Kode wilayah kecamatan D menjadi 11.03.072.

4.3.2 Pemberian Kode Kecamatan untuk 1 (Satu) Kecamatan yang Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Beberapa Kecamatan dan Kecamatan Asal Namanya Berubah Pemberian Kode Kecamatan untuk Satu Kecamatan yang Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Beberapa Kecamatan dan Kecamatan Asal Namanya Berubah, maka kode kecamatan asal tidak digunakan lagi atau dihapus dan untuk kecamatan baru termasuk kecamatan yang telah berubah nama tersebut dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. digit ke-1 dan ke-2 menggunakan kode digit ke-1 dan ke-2

kecamatan asal sebelum berbah nama; dan 2. digit ke-3 diberikan angka 1 s.d. 9 sesuai dengan jumlah kecamatan

pemekarannya.

Contoh: Kecamatan C di Kabupaten Aceh Timur dengan kode wilayah kecamatan adalah 11.03.250, dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu : Kecamatan D dan Kecamatan E. Kecamatan D merupakan Kecamatan C yang telah berubah nama. Pemberian kode wilayah kecamatan hasil pemekaran tersebut, adalah sebagai berikut: a. Kode wilayah kecamatan C 11.03.250 tidak digunakan lagi/dihapus; b. Kode wilayah kecamatan D menjadi 11.03.251; dan c. Kode wilayah kecamatan E menjadi 11.03.252.

4.3.3 Pemberian Kode Kecamatan yang Mengalami Penambahan Wilayah dari Wilayah Kecamatan Lain Kode kecamatan untuk kecamatan yang mendapat penambahan wilayah dan kecamatan yang berkurang wilayahnya adalah tetap. Kode kecamatan untuk objek pajak yang terletak di bagian wilayah yang mengalami perubahan kecamatan mengikuti kode kecamatan yang baru.

4.3.4 Pemberian Kode Kecamatan Baru yang Berasal dari 2 (Dua) Kecamatan atau Lebih Apabila terjadi pembentukan 1 (satu) atau lebih kecamatan baru yang berasal dari pemekaran 2 (dua) atau lebih kecamatan, pemberian kode kecamatan untuk kecamatan baru mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. digit ke-1 dan ke-2 mengikuti kode digit ke-1 dan ke-2 kecamatan

asal yang memiliki kode kecamatan terkecil; dan b. digit ke-3 diberikan angka 1 sampai dengan 9 sesuai dengan jumlah

kecamatan pemekarannya.

Page 19: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Contoh: Kecamatan A dan B dengan kode kecamatan masing-masing 020 dan 030. Kedua kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan A, B dan D. Pemberian kode kecamatan untuk ketiga kecamatan tersebut adalah sebagai berikut: a. kode kecamatan untuk Kecamatan A dan Kecamatan B adalah tetap

020 dan 030; dan b. kode kecamatan untuk Kecamatan D, mengikuti ketentuan sebagai

berikut: 1) digit pertama dan digit kedua mengacu pada kode Kecamatan A

karena kode Kecamatan A memiliki angka terkecil dibandingkan dengan kode Kecamatan B; dan

2) digit ke-3 diberikan angka 1, sehingga kode kecamatan untuk Kecamatan D adalah 021.

4.3.5 Pemberian Kode Kecamatan Baru karena Pemekaran Wilayah yang Berasal dari Wilayah Kabupaten/Kota Lain 1. Apabila kecamatan baru berasal dari wilayah kabupaten/kota lain,

diberikan kode kecamatan setelah kode kecamatan terakhir di Kabupaten Aceh Timur.

Contoh: Kabupaten Aceh Timur dengan kode wilayah kota adalah 11.03 terdiri dari 24 kecamatan. Misalkan Kabupaten Aceh Timur diperluas wilayahnya dengan mengambil 2 (dua) gampong di Kota Langsa Kecamatan Langsa Barat, yaitu Gampong Timbang Langsa dan Gampong Alue Dua. Kemudian dibentuk kecamatan baru di Kabupaten Aceh Timur dari kedua gampong di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa tersebut dengan nama Kecamatan A. Maka kode kecamatan untuk Kecamatan A adalah 250 (240 adalah kode setelah kode kecamatan terakhir di Kabupaten Aceh Timur, yaitu kode Kecamatan Peunaron) dan kode wilayah Kecamatan A adalah 11.03.250.

2. Apabila kecamatan baru berasal dari gabungan gampong di Kabupaten Aceh Timur dan wilayah kabupaten/kota lain, diberikan kode kecamatan mengikuti ketentuan sub bab 4.3.1 (Pemberian kode kecamatan untuk satu kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah menjadi beberapa kecamatan dan kecamatan asal masih memakai nama yang tetap).

4.4 Kode Wilayah Gampong

4.4.1 Pemberian Kode Gampong yang Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Beberapa Gampong dan Gampong Asal Masih Memakai Nama yang Tetap Pemberian kode kelurahan untuk gampong asal adalah tetap, sedangkan kelurahan/desa yang baru diberikan kode gampong setelah kode gampong terakhir di kecamatan tersebut.

Contoh: Kecamatan Peunaron, terdiri dari 5 (lima) gampong yaitu: a. Gampong Arul Pinang dengan kode wilayah gampong 11.03.240.001; b. Gampong Peunaron Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.002; c. Gampong Sri Mulya Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.003;

Page 20: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

d. Gampong Peunaron Lama dengan kode wilayah gampong 11.03.240.004; dan

e. Gampong Bukit Tiga dengan kode wilayah gampong 11.03.240.005.

Gampong Peunaron Baru dipecah menjadi 2 (dua) gampong, yaitu : Gampong Peunaron Baru dan Gampong X, maka kode gampong untuk masing-masing gampong adalah: a. Kode Gampong Peunaron Baru adalah tetap 11.03.240.002; dan b. Kode Gampong X diberikan kode 006 sehingga kode wilayah

gampong X adalah 11.03.240.006.

4.4.2 Pemberian Kode Gampong Apabila 1 (Satu) Gampong Dimekarkan Menjadi 2 (Dua) atau Lebih dan Nama Gampong Asal Tidak Dipakai Lagi Pemberian kode gampong adalah sebagai berikut: a. kode gampong asal tidak digunakan lagi; dan b. kode gampong hasil pemekaran, diberikan kode gampong setelah

kode terakhir gampong di kecamatan yang bersangkutan.

Contoh: Kecamatan Peunaron, terdiri dari 5 (lima) gampong yaitu: a. Gampong Arul Pinang dengan kode wilayah gampong 11.03.240.001; b. Gampong Peunaron Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.002; c. Gampong Sri Mulya Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.003; d. Gampong Peunaron Lama dengan kode wilayah gampong

11.03.240.004; dan e. Gampong Bukit Tiga dengan kode wilayah gampong 11.03.240.005.

Gampong Peunaron Baru dipecah menjadi 2 (dua) gampong, yaitu : Gampong X dan Gampong Y, maka kode gampong untuk masing-masing gampong adalah: a. Kode Gampong Peunaron Baru 11.03.240.002 tidak dipakai lagi atau

dihapus; b. Kode Gampong X diberikan kode 006 sehingga kode wilayah

gampong X adalah 11.03.240.006; dan c. Kode Gampong Y diberikan kode 007 sehingga kode wilayah

gampong X adalah 11.03.240.007.

4.4.3 Pemberian Kode Gampong Apabila 2 (Dua) Gampong atau Lebih Digabung Menjadi 1 (Satu) Gampong dan Menggunakan Nama dari Salah Satu Gampong yang Digabung Kode gampong hasil penggabungan menggunakan kode gampong asal yang namanya masih dipakai.

Contoh: Kecamatan Peunaron, terdiri dari 5 (lima) gampong yaitu: a. Gampong Arul Pinang dengan kode wilayah gampong 11.03.240.001; b. Gampong Peunaron Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.002; c. Gampong Sri Mulya Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.003; dan d. Gampong Peunaron Lama dengan kode wilayah gampong

11.03.240.004; e. Gampong Bukit Tiga dengan kode wilayah gampong 11.03.240.005.

Gampong Peunaron Baru, Gampong Peunaron Lamadan Gampong Sri Mulya digabung dengan menggunakan nama Gampong Sri Mulya, maka kode wilayah gampong yang digunakan 11.03.240.003.

Page 21: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4.4.4 Pemberian Kode Gampong Apabila 2 (Dua) Gampong atau Lebih Dalam Satu Kecamatan Digabung Menjadi 1 (Satu) Gampong, Namun Tidak Menggunakan Nama dari Salah Satu Gampong Asal Pemberian Kode Gampong Apabila 2 (Dua) Gampong atau Lebih Dalam 1 (Satu) Kecamatan Digabung Menjadi 1 (Satu) Gampong, Namun Tidak Menggunakan Nama dari Salah Satu Gampong Asal, mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. kode gampong asal tidak digunakan lagi; dan b. kode gampong hasil penggabungan diberikan kode setelah kode

gampong terakhir di kecamatan yang bersangkutan.

Contoh: Kecamatan Peunaron, terdiri dari 5 (lima) gampong yaitu: a. Gampong Arul Pinang dengan kode wilayah gampong 11.03.240.001; b. Gampong Peunaron Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.002; c. Gampong Sri Mulya Baru dengan kode wilayah gampong

11.03.240.003; d. Gampong Peunaron Lama dengan kode wilayah gampong

11.03.240.004; dan e. Gampong Bukit Tiga dengan kode wilayah gampong 11.03.240.005.

Gampong Peunaron Baru dan Gampong Peunaron Lama digabung, namun tidak menggunakan nama salah satu gampong yang bersangkutan, akan tetapi nama Gampong X, maka pemberian kode wilayah gampong dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk kode wilayah Gampong Peunaron Baru 11.03.240.002 dan

Gampong Peunaron Lama 11.03.240.004 tidak digunakan lagi atau dihapus; dan

b. Untuk gampong X diberikan kode wilayah gampong 11.03.240.006.

4.4.5 Pemberian Kode Gampong Apabila Sebuah Kecamatan Dimekarkan Menjadi 2 (Dua) atau Lebih Tanpa Tambahan Gampong dari Kecamatan Lain Pemberian Kode Gampong Apabila Sebuah Kecamatan Dimekarkan Menjadi 2 (Dua) atau Lebih Tanpa Tambahan Gampong dari Kecamatan Lain dilakukan dengan mengikuti ketentuan, sebagai berikut: a. Kode gampong yang merupakan wilayah kecamatan asal adalah

tetap walaupun kodenya tidak berurutan; dan b. Kode gampong yang merupakan wilayah kecamatan baru diberikan

kode sesuai dengan ketentuan pada bab III sub bab 3.14 (kode wilayah gampong).

Contoh: Misalkan Kecamatan Madat dengan kode wilayah kecamatan 11.03.120 dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Madat dan Kecamatan S. Kode gampong di Kecamatan Madat adalah tetap walaupun tidak berurutan, sedangkan kode gampong di Kecamatan S diurutkan kembali mulai dari 001 sampai seluruh gampong diberi kode sesuai dengan tata letaknya. Adapun untuk pemberian kode kecamatan mengikuti ketentuan sub bab 4.3.1 (pemberian kode kecamatan untuk satu kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah menjadi beberapa kecamatan dan kecamatan asal masih memakai nama yang tetap). Dengan demikian kode wilayah untuk Kecamatan Madat adalah tetap 11.03.120, sedangkan kode wilayah untuk Kecamatan S adalah 11.03.121.

Page 22: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4.4.6 Pemberian Kode Gampong Baru yang Berasal dari 2 (Dua) Gampong atau Lebih dalam 1 (Satu) Wilayah Kecamatan Gampong baru diberikan kode berikutnya setelah kode gampong terakhir pada kecamatan yang bersangkutan.

Contoh: Kecamatan Madat, terdiri dari 26 (dua puluh enam) gampong. Gampong Matang Keupula Sa, Gampong Matang Keupula Dua dan Gampong Matang Keupula Lhee, dari ketiga gampong tersebut dimekarkan menjadi 4 (empat) gampong, yaitu: a. Gampong Matang Keupula Sa; b. Gampong Matang Keupula Dua; c. Gampong Matang Keupula Lhee; dan d. Gampong X.

Maka pemberian kode wilayah gampong dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Gampong Matang Keupula Sa adalah tetap dengan kode wilayah

11.03.120.002; b. Gampong Matang Keupula Dua adalah tetap dengan kode wilayah

11.03.120.003; c. Gampong Matang Keupula Lhee adalah tetap dengan kode wilayah

11.03.120.010; dan d. Sedang Gampong X diberikan kode wilayah 11.03.120.027, karena

kode gampong terakhir adalah 11.03.120.026.

4.5 Perubahan Blok dalam Hal Terjadi Penambahan Luas Wilayah Gampong Penambahan luas wilayah gampong dapat mengakibatkan perubahan blok, berupa: a. Penambahan blok baru yang berasal dari wilayah gampong lain. Blok

baru diberikan kode setelah kode blok terakhir dalam wilayah gampong yang bersangkutan; dan

b. Pengurangan blok ke gampong lain, kode blok yang berkurang tidak dipakai lagi atau dihapus.

Contoh: Gampong Bayeun dan Gampong Simpang Aneuh terletak di Kecamatan Rantau Selamat, dengan masing-masing kode wilayah gampongnya 11.03.080.001 dan 11.03.080.014. Gampong Bayeun mempunyai 12 (dua belas) blok, sementara Gampong Simpang Aneuh 11 (sebelas) blok. Dalam rangka pengembangan wilayah gampong Bayeun membutuhkan tambahan wilayah dari gampong Simpang Aneuh yaitu blok dengan kode blok 010 yang bersebelahan dengan gampong Bayeun. Pemberian kode blok dilakukan dengan cara: a. Blok untuk Gampong Bayeun bertambah menjadi 13 (tiga belas) blok

dan Blok Gampong Simpang Aneuh berkurang menjadi 10 (sepuluh) blok; dan

b. Blok tambahan untuk gampong Bayeun memperoleh kode 013, sementara blok yag berkurang di Gampong Simpang Aneuh tidak dipakai lagi atau dihapus meskipun kode blok di Gampong Simpang Aneuh menjadi tidak berurutan.

BAB V

PENGGUNAAN NOP DALAM ADMINISTRASI PBB 5.1 Penggunaan NOP Dalam Administrasi PBB

NOP melekat dalam setiap produk dokumen perpajakan yang terkait dengan data objek pajak. Selain itu, NOP digunakan sebagai identitas

Page 23: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

kunci (primary key) dalam Sistem Informasi Pengelolaan Basis Data Pajak Bumi dan Bangunan (SISMIOP).

5.1.1 Pemberian NOP pada Kegiatan Pendaftaran dan Pendataan NOP diberikan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah terhadap seluruh objek pajak pada saat kegiatan pendaftaran dan pendataan objek pajak. NOP diberikan pada setiap objek pajak meskipun objek pajak tersebut tidak dikenakan PBB-P2. a. Pemberian NOP Pada Kegiatan Pendaftaran

Atas pendaftaran objek pajak, diberikan NOP dimulai dari kode nomor urut objek pajak setelah nomor urut terakhir yang ada pada blok bersangkutan sesuai wilayah gampong, kecamatan, kabupaten dan provinsi letak objek pajak.

b. Pemberian NOP pada Kegiatan Pendataan NOP diberikan atas bidang objek pajak pada saat dilakukan pembuatan sket letak relatif objek pajak, identifikasi batas-batas objek pajak, verifikasi batas-batas bidang untuk mengetahui subjek pajak dari bidang objek pajak yang telah tercantum dalam peta dan pengukuran bidang objek pajak sesuai dengan blok bersangkutan di wilayah gampong, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi letak objek pajak tersebut.

5.1.2 Pencantuman NOP dalam Dokumen Perpajakan Dalam rangka memudahkan administrasi objek dan subjek PBB-P2, pencantuman NOP dilakukan pada setiap dokumen perpajakan sebagai berikut: a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT); b. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP); c. Peta Blok PBB-P2; d. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP); e. Surat Tanda Terima Setoran (STTS); f. Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP); g. Daftar Hasil Rekaman (DHR); h. Surat Keterangan NJOP; i. Lembar Kerja Objek Khusus (LKOK); j. Laporan Penilaian Individual Objek Pajak; dan k. Dokumen perpajakan lainnya.

Tata letak dan format pencantuman NOP pada masing-masing dokumen perpajakan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.2 Penempelan Stiker NOP 5.2.1 Tujuan

Stiker NOP adalah sarana penanda yang dapat diberikan kepada objek pajak pada saat kegiatan pendaftaran dan pendataan objek pajak. Stiker ini merupakan representasi atas NOP yang dimiliki oleh objek pajak bersangkutan dan berguna untuk memudahkan petugas lapangan/pendata dalam mengidentifikasi objek pajak.

5.2.2 Bentuk, Ukuran dan Informasi yang Tercantum dalam Stiker NOP Stiker NOP memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 6 cm, terbuat dari bahan tahan air berwarna dasar putih dengan tulisan dan logo berwarna hitam, bagian belakang stiker dibuat berperekat sehingga dapat ditempelkan pada bidang/dinding bangunan. Stiker dibagi menjadi empat bagian yang dirancang untuk dapat memberikan informasi yang jelas. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut: a. Bagian I terletak di kiri atas

Terdiri dari logo Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan nama Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah sesuai letak objek pajak bersangkutan.

Page 24: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Bagian II terletak di kanan atas Terdiri dari nama dan kode wilayah gampong sesuai ketentuan yang berlaku. Kode wilayah gampong ditulis dibawah nama gampong yang terdiri dari kode Provinsi, kode Kabupaten, kode Kecamatan dan kode gampong yang masing-masing dibatasi dengan sebuah titik.

c. Bagian III terletak di kiri bawah Area kiri bawah dari stiker NOP digunakan untuk penulisan kode nomor urut blok yang terdiri dari kata BLOK yang ditulis dalam kapital dan angka kode yang diletakkan dibawah kata BLOK, penulisan kode nomor urut blok ditulis dengan ukuran huruf yang lebih besar dibandingkan dengan kode lain agar lebih kontras dan mudah terbaca.

d. Bagian IV terletak di kanan bawah Merupakan area untuk penulisan nomor urut objek pajak, penulisan kode nomor urut objek pajak dituliskan dalam ukuran huruf yang sama dengan kode nomor urut blok. Dalam hal objek pajak merupakan objek pajak bersama maka kode nomor urut perlu ditambahkan dengan angka "9" yang merupakan kode tanda khusus untuk objek pajak bersama.

Contoh Stiker NOP

Gambar 5.2. 5.2.3 Penempelan Stiker pada Objek Pajak

Stiker yang sudah dicocokkan dengan Nomor Objek Pajak, ditempelkan pada permukaan yang rata dan bersih dari bidang bangunan objek pajak bersangkutan, misalnya : kaca jendela depan, dinding depan, pintu atau gerbang. Penempelan diusahakan dilakukan pada tempat yang dapat terbaca dengan jelas. Dalam hal objek pajak berupa tanah kosong, stiker NOP tidak perlu ditempelkan. Untuk kasus tertentu, stiker secara khusus dapat dibuat dari aluminium dan ditempelkan pada bidang bangunan objek pajak menggunakan paku beton (ukuran 1/2") pada 4 (empat) sisinya yang dilengkapi dengan ring untuk memperkokoh.

BUPATI ACEH TIMUR,

HASBALLAH BIN M. THAIB

DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

SEUNEUBOK LAPANG

11.03.210.004

BLOK

005

BLOK

075-9

Page 25: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN I I PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN

SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN BASIS DATA SISTEM MANAJEMEN

INFORMASI OBJEK PAJAK (SISMIOP)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1. Pasal 22 Qanun Kabupaten Aceh Timur 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah;

2. Asas perpajakan nasional adalah self assessment, yaitu suatu asas yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya dibidang perpajakan, sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan secara adil. Dalam pengenaan PBB-P2, salah satu pemberian kepercayaan tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan (self assessment dibidang pelaporan) ke Dinas atau tempat-tempat lain yang ditunjuk;

3. Mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, maka Dinas mengadakan kegiatan pendataan Objek dan Subjek PBB-P2. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan sendiri oleh Dinas atau bekerjasama dengan pihak lain/ketiga yang ditentukan oleh Dinas. Kegiatan pendataan dapat dilaksanakan dengan 4 (empat) alternatif, yaitu: a. Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP, lebih lanjut

dibagi menjadi pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP perorangan serta penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Kolektif;

b. Identifikasi objek pajak; c. Verifikasi data objek pajak; dan d. Pengukuran bidang objek pajak.

4. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai dasar pengenaan pajak ditentukan melalui kegiatan penilaian atas objek pajak. Dalam melaksanakan kegiatan ini, dapat dipergunakan pendekatan data pasar, pendekatan biaya dan pendekatan kapitalisasi pendapatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penilaian adalah secara individu atau secara massal. Dengan semakin pentingnya kedudukan NJOP sebagai acuan dalam berbagai jenis kegiatan khususnya yang berkaitan dengan akurasi data objek pajak dan nilai jual objek pajak, terutama setelah diundangkannya Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 1

Page 26: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, maka kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian objek dan subjek pajak harus semakin ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

5. Basis data SISMIOP yang telah terbentuk yaitu seluruh objek dan subjek PBB-P2 yang telah diberi Nomor Objek Pajak (NOP), kode ZNT dan DBKB dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu yang disimpan dalam media komputer, perlu selalu dipelihara dan disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pemeliharaan basis data tersebut didasarkan kepada informasi/laporan baik yang diterima langsung dari wajib pajak bersangkutan, laporan petugas Dinas maupun laporan pejabat lain sebagaimana diatur dalam Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian objek dan subjek PBB-P2 dimaksudkan untuk menciptakan suatu basis data yang akurat dan up to date dengan mengintegrasikan semua aktivitas administrasi PBB-P2 ke dalam satu wadah, sehingga pelaksanaannya dapat lebih seragam, sederhana, cepat, dan efisien. Dengan demikian, diharapkan akan dapat tercipta pengenaan pajak yang lebih adil dan merata, peningkatan realisasi potensi/pokok ketetapan, peningkatan tertib administrasi dan peningkatan penerimaan PBB-P2 serta dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak. Untuk menjaga akurasi data objek dan subjek pajak yang memenuhi unsur relevan, tepat waktu, andal dan mutakhir, maka basis data tersebut diatas perlu dipelihara dengan baik.

1.3 ISTILAH DAN PENGERTIAN 1. Basis Data

Kumpulan informasi objek dan subjek PBB-P2 serta data pendukung lainnya dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu serta disimpan dalam media penyimpan data.

2. Blok Zona Geografis yang terdiri dari sekelompok objek pajak yang dibatasi oleh batas alam dan/atau buatan manusia yang bersifat permanen/tetap, seperti jalan, selokan, sungai dan sebagainya untuk kepentingan pengenaan PBB-P2 dalam 1 (satu) wilayah administrasi pemerintahan gampong. Penentuan batas blok tidak terikat kepada batas Dusun/RT/RW dan sejenisnya dalam 1 (satu) gampong.

3. Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) Daftar yang dibuat untuk memudahkan perhitungan nilai bangunan berdasarkan pendekatan biaya yang terdiri dari biaya komponen utama dan/atau biaya komponen material bangunan dan biaya komponen fasilitas bangunan.

4. Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Daftar himpunan yang memuat data nama wajib pajak, letak objek pajak, NOP, besar serta pembayaran pajak terutang yang dibuat per gampong.

5. Daftar Hasil rekaman (DHR) Daftar yang memuat rincian data tentang objek dan subjek pajak serta besarnya nilai objek pajak sebagai hasil dari perekaman data.

Page 27: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

6. Daftar Perubahan Objek dan Subjek PBB-P2 Daftar yang ditentukan oleh Dinas yang dipergunakan untuk melaporkan perubahan/mutasi objek dan subjek PBB-P2 secara kolektif melalui Keuchik.

7. Data Harga Jual Data/informasi mengenai jual beli tanah dan/atau bangunan yang didapat dari sumber pasar dan sumber lainnya seperti Camat PPAT, Notaris PPAT, aparat gampong, iklan media cetak, dan lain-lain.

8. Duplikasi (Back Up) Proses Penggandaan/duplikasi data ke dalam media penyimpan data dengan tujuan untuk keamanan dari kemungkinan rusak atau hilangnya data yang tersimpan dalam hard disk.

9. Editing Kegiatan memperbaiki, melengkapi, dan menyempurnakan data grafis hasil pekerjaan scanning agar dapat dimanfaatkan oleh aplikasi SIG PBB-P2.

10. Gambar Sket Gambar tanpa skala yang menunjukkan letak relatif objek pajak, zona nilai tanah dan lain sebagainya dalam 1 (satu) wilayah administrasi pemerintahan gampong.

11. Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Pengelompokan bangunan berdasarkan tipe konstruksi dan peruntukkan/penggunaannya.

12. Keputusan Bupati tentang Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak. Keputusan Bupati yang digunakan sebagai dasar pengenaan PBB-P2.

13. Lembar Kerja Objek Khusus (LKOK) Formulir tambahan yang dipergunakan untuk menghimpun data tambahan atas objek pajak yang mempunyai kriteria khusus yang belum tertampung dalam SPOP dan LSPOP.

14. Nomor Objek Pajak (NOP) Nomor identifikasi objek pajak yang mempunyai karakteristik unik, permanen, standar dengan satuan blok dalam 1 (satu) wilayah administrasi pemerintahan gampong dalam Kabupaten Aceh Timur.

15. Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) Nilai Pasar rata-rata yang dapat mewakili nilai tanah dalam suatu zona nilai tanah.

16. Objek Acuan Suatu objek yang mewakili, dari sejumlah objek yang serupa/sejenis yang nilainya telah diketahui dan telah berfungsi sebagai objek acuan dalam melakukan penilaian objek khusus secara individual.

17. Objek Pajak Non Standar Objek pajak yang tidak memenuhi kriteria objek pajak standar.

18. Objek Pajak Umum Objek pajak yang memiliki jenis konstruksi dan material pembentuk yang umum digunakan. Jenis objek pajak umum dibagi 2 (dua) yaitu objek pajak standar dan non standar.

19. Objek Pajak Khusus Objek Pajak yang memiliki jenis konstruksi khusus baik ditinjau dari segi material pembentuk maupun keberadaannya memiliki arti yang khusus. Contoh : pelabuhan udara, pelabuhan laut, lapangan golf, pabrik semen/kimia, jalan tol, dan lain-lain.

Page 28: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

20. Objek Pajak Standar Objek pajak yang memiliki luas bangunan ≤ 10.000 m2.

21. Pelayanan Informasi Telepon (PIT) Salah satu bentuk pelayanan wajib pajak dari Kantor Dinas yang dapat diakses melalui pesawat telepon/faxsimile.

22. Pembentukan Basis Data Suatu rangkaian kegiatan untuk membentuk suatu basis data yang sesuai dengan ketentuan SISMIOP (pendaftaran, pendataan dan penilaian serta pengolahan data objek dan subjek PBB-P2) dengan bantuan komputer pada suatu wilayah tertentu, yang dilakukan oleh Dinas atau pihak lain yang ditentukan oleh Dinas.

23. Pemeliharaan Basis Data Kegiatan memperbaharui atau menyesuaikan basis data yang telah terbentuk sebelumnya melalui kegiatan verifikasi/penelitian yang dilakukan oleh Dinas dan/atau laporan dari wajib pajak yang bersangkutan dalam rangka akurasi data.

24. Pemulihan (Recovery) Kegiatan untuk memulihkan kembali data dan/atau program yang rusak dalam basis data dengan jalan memasukkan (restore) data dan/atau program cadangan.

25. Pemutakhiran Basis Data (Up Dating) Pekerjaan yang dilakukan untuk menyesuaikan data yang disimpan didalam basis data dengan data yang sebenarnya dilapangan.

26. Pendaftaran objek dan subjek PBB-P2 Kegiatan subjek pajak untuk mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sesuai Prosedur Pelayanan Satu Tempat.

27. Pendataan Objek PBB-P2 Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas untuk memperoleh data objek dan subjek pajak sesuai prosedur Pembentukan Basis Data. Kegiatan ini dapat dilaksanakan bekerja sama dengan pihak lain yang ditentukan oleh Dinas.

28. Pendekatan Biaya Cara penentuan Nilai jual Objek Pajak (NJOP) dengan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut pada waktu penilaian dilakukan dikurangi dengan penyusutannya.

29. Pendekatan Data Pasar Cara penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang telah diketahui harga jualnya, dengan memperhatikan antara lain faktor letak, kondisi fisik, waktu, fasilitas, dan lingkungan.

30. Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan Cara penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan mengkapitalisasi pendapatan bersih 1 (satu) tahun dari objek pajak tersebut.

31. Pengiriman (Transfer) Kegiatan pengiriman data ke dalam media komputer dari Dinas ke pihak lain agar data tersebut selalu sama.

32. Penilaian dengan bantuan komputer (Computer Assisted Valuation=CAV) Proses penilaian yang menggunakan bantuan komputer dengan kriteria yang sudah ditentukan.

Page 29: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

33. Penilaian individual Penilaian terhadap objek pajak dengan cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap objek pajak.

34. Penilaian Massal Penilaian yang sistematis untuk sejumlah objek pajak yang dilakukan pada saat tertentu secara bersamaan dengan menggunakan suatu prosedur standar yang dalam hal ini disebut Computer Assisted Valuation (CAV).

35. Penilaian Objek PBB-P2 Kegiatan Dinas untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak dengan menggunakan pendekatan data pasar, pendekatan biaya dan pendekatan kapitalisasi pendapatan.

36. Penyusutan Berkurangnya nilai bangunan yang disebutkan yang disebabkan oleh keusangan/penurunan kondisi fisik bangunan.

37. Peta Blok Peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang dibatasi oleh batas alam dan/atau batas buatan manusia, seperti : jalan, selokan, sungai dan sebagainya untuk kepentingan pengenaan PBB-P2 dalam 1 (satu) wilayah administrasi pemerintahan gampong.

38. Peta Digital Peta yang mempunyai format digital, mempunyai besaran vektor dan tersimpan dalam media komputer.

39. Peta Gampong Peta wilayah administrasi gampong dengan skala tertentu yang memuat segala informasi mengenai jenis tanah, batas dan nomor blok, batas wilayah administrasi pemerintahan, dan keterangan lainnya yang diperlukan.

40. Peta Foto Peta yang detailnya adalah bayangan fotografis yang sudah dibetulkan serta diberikan keterangan tambahan yaitu data kartografi yang penting, sehingga dapat digunakan sebagai peta.

41. Peta Garis Peta yang menggambarkan unsur-unsur di permukaan bumi dalam bentuk bayangan garis, unsur yang digambarkan dinyatakan dalam bentuk simbol, serta dilengkapi dengan legenda.

42. Peta Kerja Salinan/fotocopy peta garis, peta foto atau foto udara yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan pendataan di lapangan.

43. Plotting Pencetakan peta digital ke media kertas/drafting film/kalkir.

44. Peta Zona Nilai Tanah Peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang mempunyai 1 (satu) Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam 1 (satu) wilayah administrasi gampong. Penentuan batas Zona Nilai Tanah tidak terikat kepada batas blok.

45. Scanning/pemindai Kegiatan entry data grafis ke dalam media komputer.

46. Sistem Informasi Geografis PBB-P2 (SIG PBB-P2) Aplikasi yang mengintegrasikan antara data grafis dan numerik serta merupakan bagian dari SISMIOP.

Page 30: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

47. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) Sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi/data objek PBB-P2 dengan bantuan komputer sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas objek pajak (Nomor objek Pajak), perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (berupa SPPT, STTS, DHKP dan sebagainya). Pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak sampai dengan pelayanan kepada wajib pajak melalui Pelayanan Satu Tempat.

48. Sistem Pelayanan Satu Tempat Tata cara pemberian pelayanan urusan Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak/masyarakat pada tempat yang telah ditentukan dan mudah dijangkau oleh wajib pajak/masyarakat.

49. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Surat yang ditentukan oleh Dinas beserta lampirannya dan digunakan oleh subjek/wajib pajak untuk melaporkan data objek pajaknya.

50. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Surat yang ditentukan oleh Dinas untuk menetapkan besarnya pajak terhutang

51. Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Surat yang ditentukan oleh Dinas sebagai bukti pembayaran pajak terhutang.

52. Zona Nilai Tanah Zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang mempunyai 1 (satu) Nilai Indikasi Rata-Rata yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam satuan wilayah administrasi pemerintahan gampong tanpa terikat pada batas blok.

1.4 STRUKTUR/BAGAN UMUM 1. SISMIOP terdiri atas 5 (lima) unsur dan beberapa sub sistem. Di

dalamnya terdapat unsur NOP, Blok, ZNT, DBKB, Program Komputer, sub sistem pendataan, dan sub sistem Pelayanan Satu Tempat;

2. Sub sistem tersebut diatas masing-masing melakukan fungsi yang berlainan akan tetapi menggunakan basis data yang sama;

3. Untuk mengoperasikan sistem ini dengan bantuan komputer, setiap objek pajak diberi NOP sebagai tanda pengenal yang unik, permanen dan standar;

4. NOP merupakan alat yang dapat mengintegrasikan fungsi-fungsi dari masing-masing sub sistem yang ada dalam SISMIOP untuk pemenuhan fungsi dan tugas pokok Dinas; dan

5. Struktur/Bagan Umum SISMIOP dapat dilihat pada Lampiran I Peraturan ini.

1.5 UNSUR-UNSUR POKOK SISMIOP SISMIOP terdiri atas 5 (lima) unsur yaitu NOP, Blok, ZNT, DBKB, dan Program Komputer.

1.5.1 Nomor Objek Pajak (NOP) A. Spesifikasi Nomor Pajak (NOP)

Penomoran objek pajak merupakan salah satu elemen kunci dalam pelaksanaan pemungutan PBB-P2 dalam arti luas. Spesifikasi NOP dirancang sebagai berikut: 1. Unik, artinya 1 (satu) objek PBB-P2 memperoleh 1 (satu) NOP

dan berbeda dengan NOP untuk objek PBB-P2 lainnya;

Page 31: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Tetap, artinya NOP yang diberikan pada 1 (satu) objek PBB tidak berubah dalam jangka waktu yang relatif lama; dan

3. Standar, artinya hanya ada 1 (satu) sistem pemberian NOP dalam Kabupaten.

B. Maksud dan Tujuan Pemberian NOP 1. Untuk menciptakan identitas yang standar bagi semua objek

PBB-P2, sehingga semua aparat pelaksana PBB-P2 mempunyai pemahaman yang sama atas segala informasi yang terkandung dalam NOP;

2. Untuk menertibkan administrasi objek PBB-P2 dan menyederhanakan administrasi pembukuan, sehingga sesuai dengan keperluan pelaksanaan PBB-P2. Dalam pelaksanaannya NOP juga identik dengan nomor SPPT, STTS dan DHKP; dan

3. Untuk membentuk file induk PBB-P2 (master file) yang terdiri atas beberapa file yang saling berkaitan melalui NOP.

C. Manfaat Penggunaan NOP 1. Mempermudah mengetahui lokasi/letak objek pajak; 2. Mempermudah untuk mengadakan pemantauan penyampaian

dan pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sehingga dapat diketahui objek yang belum/sudah terdaftar;

3. Sebagai sarana untuk mengintegrasikan data atributik dan data grafis (peta) PBB-P2;

4. Mengurangi kemungkinan adanya ketetapan ganda; 5. Memudahkan penyampaian SPPT, sehingga dapat diterima wajib

pajak tepat pada waktunya; 6. Memudahkan pemantauan data tunggakan; dan 7. Dengan adanya NOP wajib pajak mendapatkan identitas untuk

setiap objek pajak yang dimiliki atau dikuasainya.

D. Tata Cara Pemberian NOP Secara rinci tata cara pemberian NOP sebagaimana lampiran I Peraturan Bupati ini.

1.5.2 Blok Blok ditetapkan menjadi suatu areal pengelompokkan bidang tanah terkecil untuk digunakan sebagai petunjuk lokasi objek pajak yang unik dan permanen. Syarat utama sistem identifikasi objek pajak adalah stabilitas. Perubahan yang terjadi pada sistem identifikasi dapat menyulitkan pelaksanaan dan administrasi. Alasan kestabilan ini yang menyebabkan Dusun/RT/RW atau sejenisnya yang cenderung mengalami perubahan yang relatif tinggi tidak dimanfaatkan sebagai salah satu komponen untuk mengidentifikasi objek pajak yang bersifat permanen dalam jangka panjang. Sehingga apabila Dusun/RT/RW atau sejenisnya dimasukkan sebagai bagian dari NOP/blok dapat menyebabkan NOP/blok tidak permanen. Blok merupakan komponen utama untuk identifikasi objek pajak. Jadi penetapan definisi serta pemberian kode blok semantap mungkin sangat penting untuk menjaga agar identifikasi objek pajak tetap bersifat permanen. Untuk menjaga kestabilan, batas-batas suatu blok harus ditentukan berdasarkan suatu karakteristik fisik yang tidak berubah dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, batas-batas blok harus memanfaatkan karakteristik batas geografis permanen yang ada, jalan bebas hambatan, jalan arteri, jalan lokal, jalan gampong, jalan setapak/lorong/gang rel kereta api, sungai, saluran irigasi, saluran buangan air hujan (drainage), kanal, dan lain-lain.

Page 32: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Dalam membuat batas blok, persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah tidak diperkenankan melampaui batas Dusun/RT/RW dan dusun. Batas lingkungan dan Dusun/RT/RW atau sejenisnya tidak perlu diperhatikan dalam penentuan batas blok. Dengan demikian dalam 1 (satu) blok kemungkinan terdiri atas 1 (satu) Dusun/RT/RW atau sejenisnya atau lebih. 1 (satu) blok dirancang untuk dapat menampung lebih kurang 200 (dua ratus) objek pajak atau luas sekitar 15 (lima belas) hektar, hal ini untuk memudahkan kontrol dan pekerjaan pendataan di lapangan dan administrasi data. Namun jumlah objek pajak atau wilayah yang luasnya lebih kecil atau lebih besar dari angka di atas tetap diperbolehkan apabila kondisi setempat tidak memungkinkan menerapkan pembatasan tersebut. Untuk menciptakan blok yang mantap, maka pemilihan batas-batas blok harus seksama. Kemungkinan pengembangan wilayah di masa mendatang penting untuk dipertimbangkan sehingga batas-batas blok yang dipilih dapat tetap dijamin kestabilannya. Kecuali dalam hal yang luar biasa, misalnya perubahan wilayah administrasi, blok tidak boleh diubah karena kode blok berkaitan dengan semua informasi yang tersimpan di dalam basis data.

1.5.3 Zona Nilai Tanah (ZNT) ZNT sebagai komponen utama identifikasi nilai objek pajak bumi mempunyai 1 (satu) permasalahan yang mendasar, yaitu kesulitan dalam menentukan batasnya karena pada umumnya bersifat imajiner. Oleh karena itu secara teknis, penentuan batas ZNT mengacu pada batas penguasaan/pemilikan atas bidang objek pajak. Persyaratan lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan nilai tanah antarzona. Perbedaan tersebut dapat bervariasi misalnya 10% (sepuluh persen). Namun pada prakteknya penentuan suatu ZNT dapat didasarkan pada tersedianya data pendukung (data pasar) yang dianggap layak untuk dapat mewakili nilai tanah atas objek pajak yang ada pada ZNT yang bersangkutan. Penentuan nilai jual bumi sebagai dasar pengenaan PBB-P2 cenderung didasarkan kepada pendekatan data pasar. Oleh karena itu keseimbangan antar zona yang berbatasan dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan mulai dari tingkat yang terendah sampai dengan tingkat petinggi perlu diperhatikan. Informasi yang berkaitan dengan letak geografis diwujudkan dalam bentuk peta atau sket salah satu hal terpenting adalah pemberian kode untuk setiap ZNT. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan menentukan letak relatif objek pajak di lapangan maupun untuk kepentingan lainnya dalam pengenaan PBB-P2. Setiap ZNT diberi kode dengan menggunakan kombinasi dua huruf dimulai dari AA sampai dengan ZZ. Aturan pemberian kode pada peta ZNT mengikuti pemberian nomor blok pada peta gampong atau NOP pada peta blok (secara spiral).

1.5.4 Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (2) Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah, objek PBB-P2 adalah bumi dan/atau bangunan. Sebagaimana halnya dengan bumi, bangunan juga harus ditentukan nilai jualnya. Nilai Jual Objek Pajak Bangunan dihitung berdasarkan biaya pembuatan baru untuk bangunan tersebut dikurangi dengan penyusutan. Untuk mempermudah penghitungan Nilai Jual Objek Pajak

Page 33: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

bangunan harus disusun Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). DBKB terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu komponen utama, material dan fasilitas. DBKB berlaku untuk setiap Daerah dan dapat disesuaikan dengan perkembangan harga dan upah yang berlaku.

1.5.5 Program Komputer SISMIOP, sebagai pedoman administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang mulai diaplikasikan (diberlakukan) di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 1992, merupakan sistem administrasi yang mengintegrasikan seluruh pelaksanaan kegiatan PBB. SISMIOP diharapkan dapat meningkatkan kinerja sistem perpajakan di masa mendatang yang membutuhkan kecepatan, keakuratan, kemudahan dan tingkat efisiensi yang tinggi. Untuk menunjang kebutuhan akan sistem perpajakan diatas maka SISMIOP memasukkan Program Komputer sebagai salah satu unsur pokoknya. Program komputer adalah aplikasi komputer yang dibangun untuk dapat mengolah dan menyajikan basis data SISMIOP yang telah tersimpan dalam format digital. Pada awalnya sistem komputerisasi PBB dibangun dalam suatu plat form sebagai berikut: - Menggunakan perangkat keras berbasis Personal Computer (server); - Sistem operasi Unix; - Perangkat lunak basis data Recital; dan - Program aplikasi SISMIOP yang dibangun menggunakan perangkat

lunak Recital. Program komputer ini dikembangkan pada aplikasi lainnya, antara lain aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) PBB dan aplikasi Pelayanan Informasi Telepon (PIT). Aplikasi SIG PBB dan PIT merupakan suatu sistem yang terintegrasi dengan SISMIOP dan tetap menggunakan basis data SISMIOP sebagai sumber informasi data numeris. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk lebih meningkatkan kinerja, kemampuan yang lebih baik dalam mengolah basis data yang besar serta terjaminnya keamanan basis data yang tersimpan, maka aplikasi SISMIOP telah dikembangkan dalam perangkat lunak basis data yang dipilih oleh Departemen Keuangan RI sebagai standar pengolahan basis data, sehingga Pemerintah Daerah diharapkan akan lebih mudah dalam tukar menukar informasi. Sistem SISMIOP yang dibangun dengan Perangkat Lunak Basis data Oracle sejak tahun 2000 tersebut selanjutnya dinamakan i-sismiop. Nama tersebut mempunyai dua pengertian yaitu Integrated dan Internet Ready. 1. Integrated mempunyai pengertian bahwa sistem tersebut

mengintegrasikan seluruh aplikasi yang ada yaitu SISMIOP, SIG, PIT, aplikasi BPHTB, dan aplikasi P3, dengan menggunakan basis-data Oracle; dan

2. Internet Ready dimaksudkan bahwa sistem tersebut mempunyai kemampuan interkoneksi dengan sistem yang lain dengan memanfaatkan teknologi internet. Hal ini dimungkinkan dengan menggunakan perangkat lunak yang digunakan secara luas di kalangan pengguna teknologi informasi.

Page 34: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

BAB II PEMBENTUKAN BASIS DATA

Pembentukan basis data dapat dilaksanakan dengan cara: 2.1 PENDAFTARAN

Pendaftaran objek PBB-P2 dilakukan oleh subjek pajak denan cara mengambil, mengisi dan mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ke Dinas atau tempat-tempat lain yang ditunjuk untuk pengambilan/pengembalian SPOP. Pengisian SPOP dalam rangka pendaftaran harus dilengkapi dengan denah objek pajak. Pendaftaran di wilayah yang basis datanya belum terbentuk dengan pola SISMIOP, NOP yang diberikan bukan merupakan hasil kegiatan pendataan sehingga tidak dapat menunjukkan posisi relatifnya. Adapun tahap kegiatan pendaftaran adalah sebagai berikut:

2.1.1 Pekerjaan Persiapan 1. Dinas memberitahukan kepada Pemerintah Gampong setempat

tentang kegiatan pendaftaran objek pajak sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, Dinas menunjuk tempat-tempat pengambilan dan pengembalian SPOP, tempat yang dapat ditunjuk antara lain: a. Dinas; b. Unit Pelaksana Teknis Dinas; c. Petugas Operasional Kecamatan; dan d. Tempat lainnya yang memungkinkan.

2. Dinas memberikan penjelasan kepada penanggung jawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP;

3. Dinas menyerahkan SPOP dan perangkat administrasi lainnya (seperti tanda terima SPOP, daftar penjagaan, dan lain-lain) kepada penanggung jawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP dengan Berita Acara Penyerahan SPOP. SPOP harus diberi nomor urut terlebih dahulu dan ditatausahakan;

4. Dinas menyiapkan Keputusan Bupati untuk tahun berjalan tentang penentuan klasifikasi besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2 khususnya yang menyangkut NIR dan DBKB; dan

5. Dinas memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang rencana kegiatan pendaftaran objek dan subjek pajak.

2.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pendaftaran objek pajak melibatkan 3 (tiga) unsur, yaitu subjek pajak, petugas pada tempat pengambilan dan pengembalian SPOP serta petugas Dinas. Masing-masing unsur mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. Kewajiban Petugas pada Tempat Pengambilan dan Pengembalian

SPOP 1. Memberikan formulir SPOP kepada subjek pajak yang datang

untuk mendaftarkan objek pajaknya; 2. Memberikan Tanda Terima Penyampaian SPOP kepada subjek

pajak untuk diisi dan ditandatangani; 3. Mencatat identitas subjek pajak dan/atau kuasanya yang

menerima SPOP; Dalam hal ini kepada subjek pajak atau kuasanya supaya diminta menunjukkan identitasnya (salinan KTP/SIM atau identitas lainnya yang masih berlaku);

Page 35: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4. Menerima SPOP, yang sudah diisi, ditandatangani dan dilengkapi dengan data pendukungnya, yang dikembalikan oleh subjek pajak atau kuasanya serta memberikan Tanda Terima Pengembalian SPOP;

5. Mengirimkan Laporan Daftar Penjagaan Penyampaian dan Pengembalian SPOP kepada Dinas pada setiap hari kerja terakhir dalam setiap minggunya (jumat) atau hari kerja berikutnya apabila hari jumat jatuh pada hari libur disertai dengan: a. Tanda Terima Penyampaian SPOP; b. SPOP yang sudah dikembalikan oleh subjek pajak beserta

Tanda Terima Pengembalian SPOP; dan c. Surat Pengantar.

6. Mengajukan permintaan kepada Dinas melalui Bidang Pendapatan untuk mendapatkan formulir SPOP dalam hal persediaan SPOP sudah tidak mencukupi.

b. Kewajiban subjek Pajak pada Pelaksanaan Pendaftaran Objek Pajak 1. Mengambil formulir SPOP pada tempat-tempat yang ditunjuk; 2. Mengisi formulir SPOP dengan jelas, benar dan lengkap serta

menandatanganinya, apabila perlu dilengkapi dengan data pendukung;

3. Dalam hal yang menjadi subjek pajak adalah badan hukum, maka yang menandatangani SPOP adalah pengurus/direksi tanda terima SPOP harus diberi penjelasan secukupnya yang menjelaskan siapa yang menandatangi SPOP;

4. Dalam hal SPOP ditandatangani oleh bukan subjek pajak yang bersangkutan, maka harus dilampiri Surat Kuasa dari subjek pajak; dan

5. Mengembalikan formulir SPOP yang sudah diisi ke Dinas atau tempat dimana formulir SPOP diperoleh selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPOP.

c. Kewajiban Petugas Dinas 1. Membuat Buku Penjagaan Penyampaian dan Pengembalian SPOP

mengenai semua SPOP yang dikeluarkan oleh Dinas baik dari Dinas sendiri maupun dari tempat yang ditunjuk sebagai tempat pengambilan dan pengembalian SPOP dalam Daftar Rekapitulasi SPOP yang diterima kembali dari Subjek Pajak;

2. Menerima dan menatausahakan laporan yang disampaikan oleh petugas penanggung jawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP;

3. Meneliti SPOP yang sudah dikembalikan baik langsung dari subjek pajak maupun dari tempat-tempat yang ditunjuk sebagai tempat pendaftaran, yang perlu diteliti antara lain adalah kebenaran pengisian dan kelengkapan data pendukung SPOP. Dalam hal diperlukan penelitian lapangan, SPOP berikut data pendukungnya diteruskan kepada petugas yang ditunjuk untuk mengadakan penelitian lapangan;

4. Memberikan laporan kepada Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Pendapatan mengenai subjek pajak yang belum mengembalikan SPOP setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPOP, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah batas waktu pengembalian SPOP yang ditetapkan dalam Surat Teguran Pengembalian SPOP ditentukan paling lama 15 (lima belas) hari terhitung mulai tanggal pengiriman (stempel pos);

Page 36: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

5. Menetapkan tindakan oleh Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Pendapatan apabila subjek pajak tidak juga mengembalikan SPOP, setelah melewati batas waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran Pengembalian SPOP untuk diterbitkan SKPD-nya; dan

6. Meneliti permintaan tertulis dari subjek pajak tentang perpanjangan atau penundaan pengembalian SPOP dan melaporkan kepada Kepala Dinas. Dalam hal Kepala Dinas menyetujui permintaan tersebut, maka diterbitkan Surat Persetujuan Penundaan Pengembalian SPOP. Batas waktu penundaan ditentukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima.

2.1.3 Pekerjaan Kantor

a. Penelitian Data Masukan Penelitian data masukan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa SPOP dan formulir-formulir pendukungnya telah diisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Pembundelan SPOP 1. Pembundelan SPOP beserta data pendukungnya penting sekali

untuk memudahkan penyimpanan dan pencarian kembali apabila diperlukan. Cara sederhana namun efektif adalah dengan memasang nomor pengenal di setiap formulir SPOP yang dijilid dalam setiap bundel yang berisi kurang lebih 100 (seratus) objek pajak;

2. Setiap bundel SPOP diberi nomor yang unik, terdiri atas 6 (enam) digit dengan sistematika sebagai berikut: a. 2 (dua) digit pertama menyatakan tahun pendataan; dan b. 4 (empat) digit selanjutnya merupakan nomor bundel. Contoh : 97.0001, 97.0125, 97.1450, dst. Nomor bendel ini dapat ditulis atau dicetak kemudian ditempatkan pada sudut kanan atas halaman muka dan disamping kiri ketebalan bundel.

3. Setiap formulir SPOP yang ada pada setiap bundel diberi nomor berurutan pada sudut kanan atas yang terdiri atas 9 (sembilan) digit. 6 (enam) digit pertama menyatakan nomor bundel sebagaimana dimaksud pada angka 2, sedangkan 3 (tiga) digit terakhir menyatakan nomor lembar SPOP dan lampirannya. Contoh : 97.0125.001, 97.0125.002, 97.0125.003, dst Penjilidan bundel sebaiknya menggunakan kertas karton tipis yang ditutup dengan plastik untuk melindungi dari debu dan memperlambat kerusakan; dan

4. Khusus dalam rangka pemeliharaan basis data, pembundelan SPOP dapat dilakukan setelah perekaman data.

c. Perekaman Data 1. Perekaman data ke dalam komputer dilakukan oleh Operator Data

Entry. Proses penerimaan dan perekaman SPOP dikoordinir oleh Operator Console; dan

2. Perekaman data dilaksanakan setiap hari, apabila jumlah yang akan direkam cukup banyak, perekaman dapat dilaksanakan siang dan malam. Untuk itu perlu dibuatkan jadwal penugasan Operator Data Entry.

Page 37: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

d. Penyimpanan Bundel Bundel-bundel SPOP disimpan pada tak bertingkat dan terbuka yang dapat dicapai dari 2 (dua) sisi dengan jarak antar rak kira-kira 45 cm. Letak bundel-bundel SPOP dalam rak disusun sesuai dengan urutan nomor bundel, sehingga memudahkan penempatan dan pencarian kembali apabila diperlukan (terutama apabila ada wajib pajak yang mengajukan keberatan). Penatausahaan bundel-bundel SPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.

e. Produksi Data Keluaran Kegiatan ini dilaksanakan sehubungan dengan adanya permintaan pelayanan dari wajib pajak sesuai dengan kasus yang diajukan, seperti halnya pendaftaran data baru, perubahan data, penerbitan salinan SPPT, pengajuan keberatan data/atau permohonan pengurangan PBB-P2, dan lain sebagainya.

2.2 PENDATAAN

Pendataan objek dan subjek pajak dilaksanakan oleh Dinas atau pihak lain yang ditunjuk oleh Dinas dan selalu diikuti dengan kegiatan penilaian. Pendataan dilakukan dengan menggunakan formulir SPOP dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi gampong dengan menggunakan/memilih salah satu dari empat alternatif sebagai berikut:

a. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Pendataan dengan alternatif ini hanya dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang pada umumnya belum/tidak mempunyai peta, merupakan daerah terpencil atau mempunyai potensi PBB-P2 relatif kecil. Pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut: 1. Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Perorangan.

Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP perorangan dilakukan dengan menyebarkan SPOP langsung kepada subjek pajak atau kuasanya dengan berpedoman pada sket/peta blok yang telah ada; dan

2. Untuk daerah yang potensi PBB-P2-nya relatif lebih kecil, cakupan Wilayah dan objek pajaknya luas, dapat digunakan alternatif pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Kolektif. Dengan alternatif ini, SPOP disebarkan melalui aparat gampong setelah terlebih dahulu membuat sket/peta blok.

Untuk menghindari kelemahan alternatif ini (rendahnya tingkat akurasi data) perlu diperhatikan kemampuan penguasaan wilayah bagi petugas yang bertanggung jawab.

b. Pendataan dengan Identifikasi Objek Pajak Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan PBB-P2. Data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap 3 (tiga) tahun terakhir.

c. Pendataan dengan Verifikasi Data Objek Pajak Alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data administrasi pembukuan PBB-P2 hasil pendataan 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap.

Page 38: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

d. Pendataan dengan Pengukuran Bidang Objek Pajak Alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta gampong (misalnya dari Biro Pusat Statistik atau instansi lain) dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak. Adapun tahapan kegiatan pendataan adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pekerjaan Persiapan a. Penelitian Pendahuluan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi yang diperlukan, baik dalam rangka penyusunan rencana kerja maupun untuk menentukan sasaran dan daerah/wilayah mana yang akan diadakan kegiatan pendataan dengan memperhatikan potensi pajak dan perkembangan wilayah. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian pendahuluan antara lain adalah: 1. Luas wilayah; 2. Perkiraan luas tanah yang dapat dikenakan PBB-P2; 3. Luas tanah yang sudah dikenakan PBB-P2; 4. Luas bangunan yang sudah dikenakan PBB-P2; 5. Jumlah penduduk; 6. Jumlah wajib pajak yang sudah terdaftar; 7. Jumlah objek pajak yang sudah terdaftar; 8. Jumlah pokok ketetapan pajak tahun sebelumnya; 9. Perkiraan harga jual tanah tertinggi dan terendah per m2 dalam

satu gampong; 10. Harga bahan bangunan danstandar upah yang berlaku; dan 11. Peta dan pembukuan PBB-P2, antara lain:

a. Peta gampong yang dimiliki dinas; b. Peta garis/peta foto berkoordinat yang dimiliki dinas; c. Buku Induk atau Buku Himpunan Data Objek/Subjek PBB-

P2 yang lama; d. Buku rincikan yang lama (kalau ada); dan e. Keputusan Bupati tentang klasifikasi NJOP Bumi, Peraturan

PBB-P2, buku-buku administrasi PBB-P2 lainnya.

b. Penyusunan Rencana Kerja Data yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan penelitian pendahuluan terlebih dahulu dianalisis dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun rencana kerja. Materi yang perlu dituangkan dalam rencana kerja tersebut antara lain adalah: 1. Sasaran dan volume pekerjaan; 2. Alternatif kegiatan; 3. Standar prestasi petugas; 4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan; 5. Organisasi dan jumlah pelaksana; 6. Jumlah biaya yang diperlukan; 7. Perkiraan peningkatan pokok ketetapan pajak; dan 8. Hasil akhir. Dalam penyusunan rencana kerja perlu diperhatikan dua hal berikut: 1. Fleksibilitas, artinya rencana kerja tersebut mampu menampung

perubahan-perubahan pelaksanaan dilapangan tanpa harus mengubah rencana kerja; dan

Page 39: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Konsisten, artinya hal-hal yang telah ditentukan dalam rencana kerja tersebut harus dapat dipenuhi secara konsisten, seperti halnya standar prestasi kerja, jumlah personil, waktu yang diperlukan, biaya, dan lain-lain.

Rencana kerja disusun dalam 1 (satu) gampong dan harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas.

c. Penyusunan Organisasi Pelaksana Bentuk dan beban organisasi pelaksana erat kaitannya dengan jumlah objek pajak yang akan didata. Apabila jumlah objek pajak yang akan didata lebih kecil atau sama dengan 5.000 (lima ribu) objek pajak, pelaksanaannya secara fungsional diserahkan kepada seksi yang berwenang dalam pendataan dengan penanggung jawab adalah Kepala Dinas. Demikian juga untuk jumlah objek pajak yang didata jumlahnya lebih dari 5.000 (lima ribu) objek pajak, tim langsung dipimpin oleh Kepala Dinas. Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas, dan tanggung jawab akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab V. Apabila jumlah tenaga pelaksana pada Dinas tidak memadai dibandingkan dengan jumlah objek pajak yang akan didata, maka petugas pendata dapat diambil dari tenaga lulusan SMU atau STM jurusan bangunan/mesin. Pengadaan petugas lapangan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1. Melalui Dinas Tenaga Kerja; 2. Memanfaatkan tenaga yang ada (Karang Taruna) di gampong

setempat; atau 3. Melalui institusi lain yang bisa dipertanggungjawabkan

kemampuan personilnya. Hal-hal yang perlu dilaksanakan sehubungan dengan pengadaan tenaga lapangan sebagaimana dimaksud diatas adalah: 1. Pemilihan dan seleksi calon petugas lapangan; 2. Penentuan jadwal dan materi latihan; 3. Pelaksanaan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan; dan 4. Pembuatan surat perjanjian kerja antara petugas lapangan

dengan Dinas. Pelatihan selain diberikan kepada petugas lapangan sebaiknya juga diberikan kepada pengawas petugas lapangan.

d. Pengadaan Sket, Peta Gampong dan Sarana Pendukung Lainnya Jenis sket/peta gampong disesuaikan dengan alternatif kegiatan pendataan sebagai berikut: 1. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pegembalian

SPOP. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP dapat dilakukan dengan bantuan sket/peta gampong yang dapat diperoleh dari instansi yang berkompeten dalam bidang pembuatan peta, menyalin sket/peta yang sudah ada atau sket kasar yang dibuat oleh petugas pendata.

2. Pendataan dengan identifikasi objek pajak. Peta garis/peta foto dari gampong yang akan didata dapat diperoleh dari instansi yang berkompeten dalam bidang pembuatan peta, seperti Bakosurtanal, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Pekerjaan Umum, BAPPEDA, TOPDAM atau instansi lainnya. Skala peta disesuaikan dengan kondisi wilayah dan dapat ditentukan sebagai berikut: a. Daerah padat (pusat kota) = 1 : 1.000;

Page 40: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Daerah sedang (pinggiran kota) = 1 : 2.000 atau 1 : 2.500; dan c. Daerah jarang (pedesaan) = 1 : 5.000. Dengan catatan : skala peta dalam satu gampong harus sama.

3. Pendataan dengan verifikasi data objek pajak. Pengadaan peta dilaksanakan dengan menggandakan peta gampong dan peta rincik yang sudah ada pada Dinas, sebagai hasil dari kegiatan pedataan 3 (tiga) tahun terakhir.

4. Pendataan dengan pengukuran bidang objek pajak. Pengadaan peta dapat diperoleh dari instansi yang berkompeten dalam pembuatan peta atau membuat sendiri dengan peralatan yang ada sesuai Petunjuk Teknis Pemetaan PBB-P2. Untuk pembuatan kerangka peta dan pengukuran OP dengan menggunakan alat GPS akan diatur dalam surat edaran tersendiri.

Sarana pendukung lainnya untuk melaksanakan pembentukan basis data antara lain berupa: 1. Perangkat komputer beserta kelengkapannya; 2. Almari penyimpanan sket/peta dan SPOP/LSPOP; 3. Perlengkapan pekerjaan lapangan; 4. Perlengkapan pekerjaan administrasi/penggambaran; 5. Stiker NOP; 6. Formulir SPOP dan formulir teknis lainnya; dan 7. Alat tulis kantor.

e. Pembuatan Konsep Sket/Peta Gampong Tahapan pekerjaan dalam pembuatan konsep sket/peta gampong adalah sebagai berikut: 1. Orientasi lapangan

Kegiatan ini bertujuan untuk mencocokkan keadaan yang tergambar pada konsep sket/peta gampong dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dalam hal terjadi perubahan detail di lapangan terutama detail lapangan yang akan dijadikan batas blok, maka perubahan tersebut agar digambarkan pada konsep sket/peta gampong. Orientasi lapangan harus benar-benar dilaksanakan secara teliti guna mengurangi kemungkinan adanya perubahan batas blok pada saat pengukuran bidang atau identifikasi objek pajak.

2. Penentuan batas blok Penentuan batas blok harus memperhatikan karakteristik fisik yang tidak berubah dalam kurun waktu yang lama, sebagai contoh dalam hal terdapat jalan raya dan gang, maka yang ditetapkan sebagai batas blok adalah jalan raya. Batas-batas blok yang telah ditentukan tersebut digambarkan pada konsep sket/peta kerja, dengan menggunakan legenda yang telah ditentukan dan berbeda dengan legenda yang digunakan sebagai batas ZNT. Idealnya satu blok menampung lebih kurang 200 (dua ratus) OP atau luas sekitar 15 (lima belas) hektar. Hal ini untuk memudahkan pengawasan baik dalam pelaksanaan pekerjaan pengumpulan data di lapangan maupun dalam pemeliharaan basis data. Jumlah objek pajak atau luas blok lebih kecil atau lebih besar dari angka tersebut diatas diperbolehkan apabila kondisi setempat tidak memungkinkan untuk diterapkan pembatasan tersebut.

Page 41: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3. Pemberian Nomor Blok Nomor Blok yang terdiri dari 3 (tiga) digit dimulai dari kiri atas (barat laut) peta dengan menggunakan angka arah dan disusun secara spiral sesuai dengan arah jarum jam.

Untuk menunjang pelaksanaan, aplikasi SIG PBB diusahakan pegadaan peta yang mempunyai grid dan koordinat.

f. Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT Tata cara pembuatan konsep sket/peta ZNT dijelaskan dalam Bab II butir 2.3.3 huruf A angka 1 tentang Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT dan Penentuan NIR.

g. Penyusunan DBKB Tata cara penyusunan DBKB dijelaskan dalam Bab II butir 2.3.3 huruf A angka 2 tentang penyusunan DBKB.

h. Koordinasi dengan Pemerintah Gampong dan Instansi lainnya Koordinasi dengan Pemerintah Gampong dan instansi lainnya (misalnya BAPPEDA, Kantor Pertanahan, Dinas Pekerjaan Umum, Real Estate Indonesia, dan lain-lain yang diperlukan) dimaksudkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pembentukan basis data SIMIOP antara lain: 1. Penyuluhan kepada masyarakat dan instansi lainnya mengenai

maksud dan tujuan diadakannya kegiatan pembentukan basis data SISMIOP;

2. Mengadakan keseimbangan penggolongan Nilai Jual Objek Pajak yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan PBB, antar wilayah yang berbatasan mulai dari tingkat gampong sampai dengan tingkat kecamatan;

3. Meningkatkan peran aktif Tim Intensifikasi PBB Kabupaten Aceh Timur;

4. Pelatihan petugas lapangan/perangkat gampong; dan 5. Pembagian tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pendataan.

i. Penyuluhan kepada masyarakat

Dinas memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang rencana kegiatan pendataan objek dan subjek pajak.

2.2.2 Pekerjaan Lapangan Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan lapangan antara lain adalah: a. Pengumpulan Data Objek Pajak serta Pemberian NOP

1. Pendataan dengan Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP a. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan

pengembalian SPOP Perorangan (i) Dengan menggunakan konsep sket/peta blok, petugas

lapangan bersama-sama dengan aparat gampong setempat membuat sket letak relatif bidang objek pajak yang ada pada blok yang bersangkutan; Pada waktu membuat sket letak relatif objek pajak tersebut, Petugas lapangan memberikan NOP pada setiap bidang objek pajak dan mencatat data objek dan subjek pajak PBB dari buku induk/Buku C/Register Gampong/daftar ringkas/ informasi lainnya pada Daftar Sementara Data Objek dan Subjek PBB-P2;

Page 42: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(ii) Setelah letak relatif objek pajak dalam satu gampong selesai dibuat, Petugas Lapangan bersama –sama dengan aparat gampong mengidentifikasikan batas dusun/RT/RW atau yang setingkat dengan itu, dan selanjutnya menyampaikan SPOP dan stiker NOP kepada para Ketua dusun/RT/RW sebanyak jumlah objek pajak yang ada di wilayahnya untuk disampaikan kepada subjek pajak yang ada bangunannya;

(iii) Petugas lapangan mengumpulkan SPOP yang telah diisi dengan jelas benar dan lengkap serta ditandatangani oleh subjek pajak atau kuasanya melalui para ketua dusun/RT/RW yang bersangkutan; Pada konsep sket/peta blok diberi tanda apakah SPOP yang disampaikan kepada wajib pajak tersebut di atas sudah atau belum dikembalikan; dan

(iv) Bila dalam suatu blok terdapat objek pajak yang bernilai tinggi/mempunyai karakteristik objek khusus, dilakukan penilaian individual.

b. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Kolektif. Pada dasarnya, pendataan dengan alternatif ini dilaksanakan dengan tata cara yang sama seperti pendataan dengan penyebaran SPOP Perorangan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (i) Data objek dan subjek pajak yang telah disusun,

disesuaikan dengan keadaan lapangan dan diisikan ke dalam SPOP Kolektif sesuai dengan urutan NOP;

(ii) Pemberian NOP pada objek pajak dilakukan tanpa penempelan stiker NOP;

(iii) Data rinci setiap bangunan dimasukkan ke dalam LSPOP Kolektif sesuai urutan NOP; dan

(iv) Apabila di dalam blok terdapat objek pajak yang bernilai tinggi/mempunyai karakteristik objek khusus, pengisian SPOP menggunakan SPOP Perorangan dan dilakukan Penilaian Individual.

2. Pendataan dengan Identifikasi Objek Pajak a. Dengan menggunakan konsep peta blok, petugas lapangan

mengadakan identifikasi batas-batas objek pajak. Terhadap objek pajak yang tidak dapat diidentifikasikan batasnya, petugas lapangan melakukan pengukuran sisi objek pajak. Kegiatan tersebut dilakukan pada setiap bidang objek pajak. Setelah selesai mengidentifikasikan bidang objek pajak langsung diberi NOP atas bidang objek pajak tersebut dan ditempel stiker NOP untuk objek pajak yang ada bangunannya. Selanjutnya petugas lapangan mengisikan data objek dan subjek pajak pada SPOP;

b. Setelah SPOP diisi, maka petugas lapangan mengkonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya;

Dalam hal pada saat itu, SPOP belum dapat dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya, maka dibuatkan salinan SPOP dan diserahkan kepada gampong atau pihak lain yang berkompeten untuk diteruskan kepada subjek pajak yang bersangkutan. Penyerahan SPOP dimaksud disertai dengan tanda terima SPOP; dan

Page 43: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. Setiap hari petugas lapangan mengumpulkan SPOP yang telah dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya.

3. Pendataan dengan Verifikasi Data Objek Pajak a. Peta blok yang telah diisi dengan batas-batas bidang objek

pajak hasil plotting/fotocopy dari peta rincik, pada masing-masing bidang objek pajaknya diberi nama subjek pajak sesuai dengan yang terdapat dalam buku rincik.

b. Dengan menggunakan peta blok sebagaimana dimaksud pada huruf a, petugas lapangan mengadakan penempelan Stiker NOP untuk objek pajak yang ada bangunannya sekaligus meneliti apakah ada perubahan data.

c. Dalam hal terjadi Perubahan data, maka petugas melakukan kegiatan mulai dari identifikasi dan pengukuran objek pajak sampai dengan mengisi SPOP sesuai dengan data yang sebenarnya dan mengkonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya. Dalam hal SPOP belum dapat dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya, maka dibuatkan salinan SPOP dan diserahkan kepada aparat gampong atau pihak lain yang berkompeten untuk diteruskan kepada subjek pajak yang bersangkutan disertai dengan tanda terima SPOP, dalam hal tidak terjadi perubahan data, maka petugas lapangan mengisi SPOP dengan menyalin data yang sudah ada pada Dinas serta mengkonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya; dan

d. Setiap hari petugas lapangan mengumpulkan SPOP yang telah dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya.

4. Pendataan dengan Pengukuran Bidang Objek Pajak a. Dengan menggunakan konsep sket/peta blok, petugas

lapangan mengadakan pengukuran batas-batas objek pajak sesuai dengan Petunjuk Teknis Pengukuran dan Identifikasi Objek PBB-P2, kegiatan tersebut dilakukan pada setiap bidang objek pajak. Setelah selesai mengukur 1 (satu) bidang objek pajak, langsung diberi NOP atas bidang objek pajak tersebut dan ditempel stiker NOP bagi objek pajak yang ada bangunannya. Selanjutnya petugas lapangan mengisikan data objek dan subjek pajak pada SPOP;

b. Setelah SPOP diisi, maka petugas lapangan mengkonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya; Dalam hal SPOP belum dapat dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya, maka dibuatkan salinan SPOP dan diserahkan kepada aparat gampong atau pihak lain yang berkompeten untuk diteruskan kepada subjek pajak yang bersangkutan. Penyerahan SPOP, dimaksud disertai dengan tanda terima SPOP; dan

c. Setiap hari petugas lapangan mengumpulkan SPOP yang telah dikonfirmasikan kepada subjek pajak yang bersangkutan atau kuasanya.

b. Penyerahan Hasil Pekerjaan Lapangan 1. Petugas lapangan mengadakan penelitian terhadap SPOP hasil

pendataan dan selanjutnya diberi kode ZNT sesuai dengan letaknya;

Page 44: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Penelitian SPOP dan pemberian kode ZNT tersebut di atas dibuatkan Daftar Penjagaannya;

3. Penyerahan hasil pekerjaan lapangan berupa SPOP dan net konsep sket/peta blok kepada Petugas Pengawas Lapangan, harus dibuatkan tanda terima. Selanjutnya Pengawas meneliti hasil pekerjaan lapangan dan menandatanganinya;

4. Untuk SPOP Kolektif, sebelum diserahkan kepada pengawas petugas lapangan, data hasil pendataan terlebih dahulu dikonfirmasikan kepada Keuchik, penyerahan tersebut disertai dengan tanda terima penyerahan; dan

5. Secara hirarki, Pengawasan Petugas Lapangan meneruskan hasil pekerjaan lapangan yang diterimanya dari petugas Lapangan kepada pejabat yang ditunjuk untuk diproses lebih lanjut.

c. Penelitian Hasil Pekerjaan Lapangan 1. Penelitian SPOP

a. Penelitian ini dimaksudkan agar butir yang ada dalam SPOP diisi dengan jelas, benar, lengkap serta ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan;

b. Dalam hal pengisian tersebut belum memenuhi syarat sebagaimana yang telah ditentukan, agar dikembalikan kepada petugas lapangan untuk dilengkapi;

c. Selain itu SPOP dicocokkan dengan sket/peta blok/ZNT agar data atributik yang telah dicatat pada SPOP sesuai dengan data grafisnya (posisi relatifnya pada sket/peta blok);

d. Untuk SPOP Kolektif setelah selesai pelaksanaan pengumpulan data perlu diadakan verifikasi hasil pekerjaan Lapangan oleh petugas Dinas dengan didampingi Keuchik/perangkat gampong/pemuka masyarakat/wajib pajak. Kegiatan verifikasi lapangan meliputi: (i) Mencocokkan nama wajib pajak, data objek dan subjek

pajak termasuk rincian data dalam LSPOP Kolektif; dan (ii) Mencocokkan letak relatif objek pajak pada konsep

sket/peta blok dan batas ZNT. Apabila terjadi perubahan/kesalahan data, petugas verifikasi lapangan segera melakukan perbaikan data dan menandatanganinya dengan sepengetahuan Keuchik. Hasil pelaksanaan verifikasi lapangan dituangkan dalam formulir.

2. Penelitian Net Konsep Sket/peta Blok dan Net Konsep Sket/Peta ZNT a. Penelitian ini dimaksudkan agar net konsep sket/peta blok

yang dibuat telah memenuhi spesifikasi teknis yang ditentukan, seperti halnya penulisan NOP, penentuan batas blok, ukuran peta, skala peta, legenda, dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk pembuatan sket/peta blok; dan

b. Selanjutnya penelitian ini juga dimaksudkan agar net konsep sket/peta ZNT tersebut telah dibuat sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan, seperti halnya penentuan batas ZNT, pencantuman kode ZNT, penulisan NIR, dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk pembuatan sket/peta ZNT.

Page 45: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3. Penyempurnaan NIR dan ZNT Jika berdasarkan hasil pekerjaan lapangan diperoleh data pasar baru serta diketahui bahwa batas ZNT yang terdapat dalam sket/konsep peta ZNT mengalami perubahan, maka NIR beserta sket/konsep peta ZNT dapat diubah berdasarkan data baru tersebut. Pekerjaan penyempurnaan NIR dan ZNT sebagaimana dimaksud diatas selain dilaksanakan dalam 1 (satu) paket dengan kegiatan pembentukan basis data SISMIOP, dapat juga dilaksanakan secara tersendiri serta merupakan kegiatan rutin setiap tahun dalam upaya penyempurnaan ZNT/NIP untuk menentukan penggolongan NJOP bumi.

2.2.3 Pekerjaan Kantor a. Penelitian Data Masukan

Penelitian ini dimaksudkan agar pengisian SPOP dan formulir data harga jual diisi dengan benar, jelas dan lengkap serta ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan net konsep/peta blok digambar sesuai dengan petunjuk teknis pengukuran dan identifikasi objek pajak bumi dan bangunan. Dalam hal pengisian/penggambaran tersebut belum memenuhi syarat, maka data masukan tersebut harus dikembalikan kepada petugas yang bersangkutan.

b. Pembundelan SPOP dan formulir-formulir data pasar 1. SPOP

a. Pembundelan SPOP dan data pendukungnya penting sekali untuk memudahkan penyimpanan dan pencarian kembali apabila diperlukan. Cara sederhana namun efektif adalah dengan memasang nomor pengenal disetiap formulir SPOP yang dijid dalam setiap bendel yang berisi kira-kira 100 objek pajak;

b. Pembundelan SPOP tidak harus dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu (misalnya per blok) tetapi dapat dibundel secara acak karena pengenalan dan lokasi setiap formulir SPOP secara mudah dapat dicari dengan menggunakan komputer;

c. Setiap bundel SPOP diberi nomor yang unik, terdiri atas enam digit dengan sistematika sebagai berikut: (i) 2 (dua) digit pertama menyatakan tahun pendataan; dan (ii) 4 (empat) digit selanjutnya merupakan nomor bundel. Contoh : 97.0001, 97.0125, 97.1450, dst. Nomor bundel ini dapat ditulis atau dicetak, kemudian ditempatkan pada sudut kanan atas halaman muka dan samping kiri ketebalan bundel.

d. Setiap formulir SPOP yang ada pada setiap bundel diberi nomor berurutan pada sudut kanan atas yang terdiri atas sembilan digit. 6 (enam) digit pertama menyatakan nomor bundel sebagaimana dimaksud pada huruf c, sedangkan tiga digit terakhir menyatakan nomor lembar SPOP dan lampirannya.

Contoh : 97.0125.001, 97.0125.002, 97.0125.003, dst : 97.0126.001, 97.0126.002, 97.0126.003, dst. Penjilidan bendel sebaiknya menggunakan kertas karton tipis yang ditutup dengan plastik untuk melindungi dari debu dan memperlambat kerusakan.

Page 46: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Formulir-formulir data pasar Formulir data pasar terdiri dari Formulir Data Harga Jual, Formulir Pengumpulan Data Tanah, Formulir Pengumpulan Data Transaksi, dan Daftar Upah Pekerja, Harga Bahan Bangunan, dan Sewa Alat. Untuk memudahkan menemukan kembali apabila diperlukan, pembundelan formulir data pasar disesuaikan dengan kelompoknya masing-masing. Untuk pemeliharaan basis data, pembundelan SPOP dan formulir-formulir data pasar dapat dilakukan setelah perekaman data.

c. Perekaman Data 1. Perekaman ZNT dan DBKB

Perekaman ZNT dilakukan dengan memasukkan kode masing-masing ZNT beserta NIR-nya ke dalam komputer. Perekaman DBKB dilakukan dengan memasukkan harga bahan bangunan dan upah pekerja dari setiap wilayah Daerah ke dalam komputer. Perekaman ZNT dan DBKB harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan perekaman SPOP.

2. Perekaman SPOP a. SPOP yang sudah dibendel diserahkan kepada masing-

masing Operator Data Entry untuk direkam ke dalam komputer. Proses penerimaan dan perekaman SPOP dikoordinir oleh Operator Console.

b. Perekaman data dilaksanakan setiap hari, dan apabila jumlah yang akan direkam cukup banyak, perekaman dapat dilaksanakan siang dan malam. Untuk itu perlu dibuatkan jadwal penugasan Operator Data Entry.

d. Pengawasan Kualitas Data 1. Validasi DHR

a. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa kebenaran perekaman data dari SPOP ke dalam komputer yang dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang;

b. Petugas Pemeriksa memberi tanda dengan warna tertentu, misalnya merah, atas setiap kesalahan yang ditemui dalam DHR;

c. Petugas pemeriksa membuat Daftar Hasil Pemeriksaan DHR yang memuat nomor urut, NOP, jenis kesalahan, dan keterangan lainnya Daftar tersebut ditandatangani oleh petugas pemeriksa dan diserahkan kepada petugas perekam data melalui Kepala Seksi yang berwenang dalam Pengolahan Data dan Informasi;

d. Hasil Pemeriksaan tersebut dijadikan bahan untuk membetulkan kesalahan yang terjadi dalam perekaman data;

e. Bahan yang dijadikan acuan dalam pemeriksaan DHR adalah SPOP, peta blok dan peta ZNT yang bersangkutan; dan

f. Validasi hasil rekaman dapat juga dilaksanakan tanpa melalui hasil cetakan (hard copy) DHR, yaitu langsung dari SPOP ke layar komputer (screen), kegiatan tersebut dilakukan oleh bukan petugas yang merekam data dari gampong yang sedang divalidasi tetapi harus dilakukan oleh petugas lain.

2. Penggunaan Hasil Validasi a. Mencocokkan Keputusan Bupati dengan peta ZNT, untuk

mengetahui kebenaran dan kesamaan kode ZNT dan NIR yang ada pada Lampiran Keputusan Bupati tersebut yang tidak tercatat pada peta ZNT;

Page 47: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Mencocokkan jumlah objek pajak yang telah direkam dengan objek pajak yang terdapat di lapangan/peta blok;

c. Mengetahui objek-objek, pajak yang tidak dikenakan/dikecualikan dan pengenaan pajak, agar tidak diterbitkan SPPT atas objek dimaksud; dan

d. Mengetahui objek-objek janggal untuk diteliti ulang.

e. Penyimpanan Bundel Bundel-bundel SPOP dan formulir-formulir data pasar yang telah direkam ke dalam komputer, disimpan pada rak bertingkat dan terbuka yang dapat dicapai dari 2 (dua) sisi dengan jarak antar rak kira-kira 45 cm. Letak bundel-bundel SPOP dalam rak disusun sesuai dengan urutan nomor bundel, sehingga memudahkan penempatan dan pencarian kembali apabila diperlukan (terutama apabila ada wajib pajak yang mengajukan keberatan), penatausahaan bundel-bundel SPOP dan Bundel formulir-formulir data pasar dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.

f. Pembuatan dan Penyimpanan Sket/Peta 1. Pembuatan Sket/Peta Blok

Petugas lapangan setiap hari menggambar hasil ukuran di lapangan pada net sket/peta blok (pada milimeter blok) per bidang objek pajak. Yang digambarkan pada peta blok, selain batas penguasaan/pemilikan tanah (dengan garis tegas), juga batas bidang bangunan (dengan garis putus-putus). Petugas gambar memindahkan sket/peta blok dari milimeter blok ke drafting film sesuai dengan Petunjuk Teknis Pemetaan PBB. Sket/peta blok yang sudah selesai digambar kemudian dilichtdruk/fotocopy. Selanjutnya pada peta blok hasil lichtdruk/ fotocopy tersebut digambar/ditegaskan batas ZNT yang ada dalam blok serta kode dari ZNT yang bersangkutan, untuk menunjang pelaksanaan aplikasi SIG PBB diusahakan pengadaan peta yang mempunyai grid dan koordinat.

2. Pembuatan Sket/Peta Gampong Sket/peta gampong dibuat berdasarkan sket/peta blok yang ada pada drafting film/kalkir dengan cara menggambar batas bloknya. Yang perlu diperhatikan dalam penggambaran sket/peta gampong adalah pada waktu penyesuaian batas-batas blok. Detail yang digambar pada peta gampong adalah jaringan jalan, sungai, batas wilayah administrasi pemerintahan, dan batas blok. Tata cara pembuatan sket/peta gampong dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Pemetaan PBB-P2. Untuk menunjang pelaksanaan aplikasi SIG PBB diusahakan pengadaan peta yang mempunyai grid dan koordinat.

3. Pembuatan Peta Digital Pekerjaan pembuatan peta digital untuk keperluan aplikasi SIG PBB dapat dilakukan sepanjang sarana dan prasarana pendukung telah tersedia. Petunjuk mengenai standarisasi Peta Digital akan diatur dalam aturan tersendiri. Adapun pelaksanaan selengkapnya dapat dilihat pada Bab II butir 2.4. tentang Sistem Informasi Geografi PBB.

4. Pembuatan Sket/peta ZNT Tata cara pembuatan konsep sket/peta ZNT dijelaskan dalam Bab II butir 2.3.3 huruf A angka 1 tentang Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT dan Penentuan NIR.

Page 48: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

5. Penyimpanan Sket/peta ZNT a. Sket/peta yang digambar di atas drafting film/kalkir

disimpan di dalam lemari gantung peta yang dapat memuat segala jenis sket/peta. Pada kanan atas gantungan sket/peta diberi indeks yang diambil dari kode wilayah sesuai dengan jenis sket/peta yang bersangkutan. Apabila sket/peta tersebut terdiri atas lebih dari satu lembar, di belakang kode wilayah dimaksud diberi tanda jumlah lembar;

b. Sistematika indeks sket/peta ditentukan sebagai berikut: (i) Sket/peta gampong dan ZNT

00.00.000.000.(00) Nomor Lembar Sket/Peta Kode Gampong Kode Kecamatan Kode Daerah Kabupaten Kode Daerah Propinsi

(ii) Sket/peta blok 00.00.00.000.000.(00) Nomor Lembar Sket/Peta Nomor Blok Kode Gampong Kode Kecamatan Kode Daerah Kabupaten Kode Daerah Propinsi

c. Khusus pada penyimpanan sket/peta blok, setiap gantungan sket/peta blok lembar pertama ditempel karton berwarna bertuliskan indeksnya sebagai penunjuk, batas setiap gampong. Pada setiap gantungan sket/peta blok lembar pertama untuk gampong dalam setiap kecamatan, ditempel karton berwarna lain yang bertuliskan sket/peta tersebut sebagai batas dari setiap kecamatan;

d. Sket/peta yang disimpan tersebut di atas agar dibuatkan buku penjagaannya untuk mengetahui jenis dan jumlah lembar sket/peta yang ada; dan

e. Sket/peta blok hasil lichtdruk/fotocopy dibendel per gampong, serta disimpan pada lemari peta yang cocok untuk itu. Peta ini merupakan peta kerja bagi setiap keperluan administrasi PBB-P2. Perubahan data grafis pada peta ini dilaksanakan oleh petugas khusus yang ditunjuk Kepala Dinas.

2.2.4 Pemutakhiran Data

Selama dalam proses pembentukan basis data dimungkinkan terjadi perubahan objek pajak, subjek pajak, atau zona nilai tanah. Setiap terjadi perubahan harus dilaporkan secara hirarkis sesuai dengan rentang kendali pengawasan. Dalam hal terjadi perubahan sebagaimana dimaksud di atas, maka pemutakhiran datanya dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Perubahan Data Objek Pajak

a. Perubahan data objek pajak dapat terjadi antara lain karena perubahan nama subjek pajak, kesalahan dalam pengukuran objek pajak, pemecahan atau penggabungan bidang objek pajak;

Page 49: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Setiap terjadi perubahan data objek pajak khususnya perubahan yang berhubungan dengan karakteristik objek pajak, agar dibuatkan SPOP. Untuk membedakan dengan SPOP yang telah dibuat terdahulu atas objek pajak yang berubah, maka pada SPOP tersebut diberi tanda “PERBAIKAN”. Pemberian tanda dimaksud dapat ditulis tangan atau dicap;

c. Khususnya perubahan data objek pajak karena adanya pemecahan bidang harus disertakan informasi grafisnya. Dalam hal tidak disertai dengan informasi grafisnya, maka perlu diadakan peninjauan ke lapangan. Hal ini sangat diperlukan guna menentukan NOP bagi pecahan bidang objek pajak dimaksud;

d. Setelah diteliti seperlunya, maka SPOP yang diberi tanda “PERBAIKAN” tersebut dibundel secara khusus dan selanjutnya diadakan pemutakhiran datanya pada komputer; dan

e. Pemutakhiran data yang menyangkut data karakteristik objek pajak dilakukan per bidang objek pajak.

2. Perubahan NIR dan/atau kode ZNT a. Setiap perubahan NIR agar dibuatkan daftar perubahannya.

Dalam daftar perubahan tersebut dicatat kode ZNT-nya, NIR lama, dan NIR yang baru;

b. Apabila terjadi perubahan NIR yang mengakibatkan perubahan batas ZNT, maka disamping dibuat daftar perubahan sebagaimana dimaksud dalam butir (a), juga dibuatkan daftar perubahannya dalam Formulir Pemutakhiran Kode Zona Nilai Tanah. Dalam daftar tersebut, dicatat NOP-NOP yang termasuk dalam ZNT lama maupun yang baru; dan

c. Setelah diteliti seperlunya, maka daftar-daftar sebagaimana dimaksud huruf (a) dan (b) di atas di bundel, dan selanjutnya diadakan pemutakhiran data pada komputer.

Perubahan data lainnya, misalnya penulisan nama jalan dan sebagainya, dapat dilaksanakan pada DHR yang diterbitkan sehubungan dengan standarisasi nama jalan atau persiapan pembuatan Lampiran Surat Keputusan Bupati tentang klasifikasi NJOP. Setiap terjadi perubahan khususnya yang menyangkut perubahan NOP dan ZNT, selain diadakan pemutakhiran datanya pada komputer, juga diadakan perubahan pada peta-peta yang berkaitan dengan perubahan-perubahan dimaksud.

2.2.5 Produk Keluaran

1. Peta Blok manual dan/atau Digital; 2. Peta Gampong Manual dan/atau Digital; 3. Peta ZNT; dan 4. DHR yang divalidasi.

2.3 PENILAIAN

2.3.1 Jenis-Jenis Objek Pajak a. Objek Pajak Umum

Objek Pajak Umum adalah objek pajak yang memiliki konstruksi umum dengan keluasan tanah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Objek pajak umum terdiri atas: 1. Objek Pajak Standar

Page 50: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Objek Pajak Standar adalah objek-objek pajak yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: Tanah : < 10.000 m2 Bangunan : Jumlah lantai < 4 Luas Bangunan : < 1.000 m2

2. Objek Pajak Non Standar Objek Pajak Non Standar adalah objek-objek pajak yang memenuhi salah satu dari kriteria-kriteria sebagai berikut: Tanah : > 10.000 m2 Bangunan : Jumlah lantai > 4 Luas Bangunan : > 1.000 m2

b. Objek Pajak Khusus Objek Pajak Khusus adalah objek pajak yang memiliki konstruksi khusus atau keberadaannya memiliki arti yang khusus seperti: lapangan golf, pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan tol, pompa bensin dan lain-lain.

2.3.2 Pendekatan Dan Cara Penilaian a. Pendekatan Penilaian

Dalam penentuan NJOP dikenal tiga pendekatan penilaian, yaitu: 1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)

Pendekatan data pasar dilakukan dengan cara membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan penyesuaian yang dipandang perlu. Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam penetapan, pendekatan ini adalah tersedianya data jual-beli atau harga sewa yang wajar. Pendekatan data pasar terutama diterapkan untuk penentuan NJOP bumi, dan untuk objek tertentu dapat juga dipergunakan untuk penentuan NJOP bangunan.

2. Pendekatan Biaya (Cost Approach) Pendekatan biaya digunakan untuk penilaian bangunan yaitu dengan cara memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru objek yang dinilai, dikurangi penyusutan. Perkiraan biaya dilakukan dengan cara menghitung biaya setiap komponen utama bangunan, material dan fasilitas lainnya.

3. Pendekatan kapitalisasi pendapatan (Income Approach) Pendekatan kapitalisasi pendapatan dilakukan dengan cara menghitung atau memproyeksikan seluruh pendapatan sewa/penjualan dalam satu tahun dari objek pajak yang dinilai, biaya operasi dan/atau hak pengusaha. Selanjutnya dikapitalisasikan dengan suatu tingkat kapitalisasi tertentu. Pendekatan ini pada umumnya diterapkan untuk objek-objek komersial, yang dibangun untuk usaha/menghasilkan pendapatan seperti hotel, apartemen, gedung perkantoran yang disewakan, pelabuhan udara, pelabuhan laut, tempat rekreasi dan lain sebagainya. Dalam penentuan NJOP, penilaian berdasarkan pendekatan kapitalisasi pendapatan dipakai juga sebagai alat penguji terhadap nilai yang dihasilkan dengan pendekatan lainnya.

Page 51: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Cara Penilaian Mengingat jumlah objek pajak yang sangat banyak dan menyebar, sedangkan jumlah tenaga penilai dan waktu penilaian dilakukan yang tersedia sangat terbatas, maka pelaksanaan dengan dua cara yaitu: 1. Penilaian Massal

Dalam sistem nilai NJOP bumi dihitung berdasarkan NIR yang terdapat pada setiap ZNT, sedangkan NJOP bangunan dihitung berdasarkan DBKB. Perhitungan Penilaian massal dilakukan terhadap objek pajak dengan menggunakan program komputer konstruksi umum (Computer Assisted Valuation/CAV).

2. Penilaian Individual Penilaian individual diterapkan untuk objek pajak umum yang bernilai tinggi (tertentu), baik objek pajak khusus, ataupun objek pajak umum yang telah dinilai dengan CAV namun hasilnya tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya karena keterbatasan aplikasi program. Proses penilaiannya adalah dengan memperhitungkan seluruh karakteristik dari objek pajak tersebut. Pelaksanaan pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP dan LSPOP, sedangkan untuk data-data tambahan dengan menggunakan LKOK ataupun dengan lembar catatan lain untuk menampung informasi tambahan sesuai dengan keperluan penilaian masing-masing objek pajak. Proses penghitungan nilai dilaksanakan dengan menggunakan formulir penilaian masing-masing objek pajak. Proses penghitungan nilai dilaksanakan dengan menggunakan formulir penilaian sebagaimana dalam Lampiran Buku Petunjuk Teknis Penilaian Objek Khusus PBB atau dengan lembaran khusus untuk objek-objek tertentu seperti jalan tol, bandar udara, pelabuhan laut, lapangan golf, pompa bensin dan lain-lain. Setiap penilaian harus memperhatikan tanggal penilaian yang menjadi dasar ketetapan PBB-P2 per 1 Januari tahun pajak.

2.3.3 Pelaksanaan Penilaian

a. Penilaian Massal 1. Penilaian Tanah

Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT dan Penentuan NIR a. Batasan-batasan dalam Pembuatan Sket/peta ZNT

(i) ZNT dibuat per gampong; dan (ii) Pengisian NIR tanah ditulis dalam ribuan rupiah.

Contoh: NO. NIR PENULISAN 1. Rp. 1.500.000 1.500 2. Rp. 220.000 220 3. Rp. 22.500 22,5 4. Rp. 600 0,6

(iii) Garis batas setiap ZNT diberi warna yang berbeda sehingga jelas batas antar ZNT.

b. Bahan-bahan yang Diperlukan (i) Peta gampong yang telah ada batas-batas bloknya.

Peta dimaksud disalin/di foto copy 2 (dua) lembar. Satu lembar untuk konsep peta ZNT dan satu lembar lagi untuk pembuatan peta ZNT akhir;

Page 52: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(ii) File data tahun terakhir serta DHKP. Data ini diperlukan untuk standarisasi nama jalan;

(iii) Buku klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak (Keputusan Bupati) tahun terakhir. Data ini dipakai untuk pembanding dalam penentuan NIR tanah dan sebagai bahan standarisasi nama jalan; dan

(iv) Alat-alat tulis termasuk pensil pewarna. c. Proses Pembuatan Sket/Peta ZNT

(i) Tahap Persiapan Tahapan persiapan meliputi kegiatan-kegiatan: 1) Menyiapkan peta yang diperlukan dalam penentuan

NIR dan pembuatan ZNT, meliputi Peta Wilayah, Peta Gampong, Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Blok;

2) Menyiapkan data-data dari Dinas yang diperlukan, seperti data dari laporan Notaris/PPAT, data NIR dan ZNT lama, Keputusan Bupati tentang Klasifikasi dan Penggolongan NJOP Bumi dan sebagainya;

3) Menyiapkan data-data yang berhubungan dengan teknik penentuan nilai tanah, seperti data Jenis Penggunaan Tanah dari BAPPEDA dan data potensi pengembangan wilayah berdasarkan Rencana Kota (berdasarkan RUTRK dan RDTRK atau sebutan lainnya); dan

4) Pembuatan rencana pelaksanaan meliputi personil, biaya serta jadwal kegiatan dengan mengacu pada Keputusan ini.

(ii) Pengumpulan data harga jual 1) Data harga jual adalah informasi mengenai harga

transaksi dan/atau harga penawaran tanah dan/atau bangunan;

2) Sumber data berasal dari PPAT, notaris, Keuchik, agen properti, penawaran penjualan properti melalui majalah, brosur, direktori, pameran dan sebagainya;

3) Data Lapangan yaitu data harga jual yang diperoleh di lapangan merupakan data yang dianggap paling dapat dipercaya akurasinya. Oleh karena itu pencarian data langsung ke lapangan harus dilakukan baik untuk memperoleh data-data baru maupun mengecek data-data yang diperoleh di kantor;

4) Semua data harga jual yang diperoleh harus ditulis dalam Formulir Data Transaksi Properti; dan

5) Dalam rangka pengumpulan data harga jual, juga diadakan inventarisasi nama-nama jalan yang ada di setiap gampong. Penulisan nama jalan disesuaikan dengan standar Baku Penulisan Nama-nama Jalan.

(iii) Kompilasi Data 1) Data yang terkumpul dalam masing-masing gampong

harus dikelompokkan menurut jenis penggunaannya karena jenis penggunaan tanah/bangunan merupakan variabel yang signifikan dalam menentukan nilai tanah;

2) Kompilasi juga diperlukan berdasarkan lokasi data untuk memudahkan tahap analisis data.

Page 53: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(iv) Rekapitulasi Data dan Plotting Data Transaksi pada Peta Kerja ZNT 1) Semua data yang diperoleh harus dimasukkan dalam

Formulir Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar; 2) Nomor Data yang tertulis pada Formulir Data

Transaksi Properti harus sama persis dengan nomor yang tertulis pada Formulir Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar. Selanjutnya nomor ini akan berfungsi lebih lanjut sebagai alat untuk mengidentifikasi lokasi data pada Peta Taburan Data; dan

3) Penyesuaian terhadap waktu dan jenis data: - Penyesuaian terhadap waktu dilakukan dengan

membandingkan waktu transaksi dengan keadaan per 1 Januari tahun pajak bersangkutan;

- Penyesuaian terhadap faktor waktu dilakukan dengan mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai properti, keadaan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan faktor lain yang berpengaruh. Perubahan nilai tanah tersebut adalah cenderung meningkat. Oleh karena itu perlu dibuat penyesuaian dengan menambah persentase antara 2% (dua persen sampai dengan 10% (sepuluh persen) pertahun;

- Penyesuaian terhadap jenis data diperlukan untuk memenuhi ketentuan Nilai Pasar sebagaimana prinsip-prinsip penilaian yang berlaku. Misalnya data hipotik/agunan di Bank, data penawaran, data dari PPAT/Notaris yang tidak sepenuhnya mencerminkan Nilai Pasar harus disesuaikan. Besar penyesuaian sangat tergantung pada tingkat akurasi data dan keadaan di lapangan. Variasi besarnya prosentase penyesuaian antara penilai satu dengan yang lain tidak dapat dihindari dan tetap dibenarkan asalkan tidak menimbulkan penyimpangan yang terlalu jauh dari Nilai pasar. Untuk mendapatkan nilai tanah data yang digunakan adalah data transaksi jual beli yang memenuhi unsur pasar wajar. Oleh karena itu data harga penawaran perlu disesuaikan dengan mengurangkan dalam persentase 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen) sesuai dengan analisis di lapangan. Untuk data hipotik disesuaikan dengan menambah dalam persentase 10% (sepuluh persen) sampai dengan 35% (tiga puluh lima persen) sesuai analisis di lapangan; dan

- Angka persentase penyesuaian di atas bukan merupakan angka yang mutlak. Persentase penyesuaian harus berdasarkan kepada kenyataan, data dan fakta di lapangan dan di analisis terlebih dahulu, sehingga di setiap wilayah dapat berbeda.

Page 54: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(v) Menentukan Nilai Pasar tanah per meter persegi. 1) Tanah kosong, Nilai Pasar dibagi luas tanah dalam

satuan meter persegi; 2) Tanah dan bangunan:

- Menentukan nilai bangunan dengan menggunakan DBKB setempat; dan

- Nilai Pasar dikurangi nilai bangunan diperoleh Nilai Pasar tanah kosong untuk kemudian dibagi luas tanah dalam satuan meter persegi.

(vi) Membuat batas imajiner ZNT Batas imajiner dituangkan dalam konsep peta ZNT yang telah berisi taburan data transaksi. Prinsip pembuatan batas imajiner ZNT adalah: 1) Mengacu pada peta ZNT lama bagi wilayah yang telah

ada peta ZNT-nya; 2) Mempertimbangkan data transaksi yang telah

dianalisis yang telah diplot pada peta kerja ZNT; dan 3) Pengelompokan persil tanah dalam satu ZNT dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: - Nilai Pasar Tanah yang hampir sama; - Memperoleh akses fasilitas sosial dan fasilitas

umum yang sama; - Aksesibilitas yang tidak jauh berbeda; dan - Mempunyai potensi nilai yang sama.

(vii) Analisis Data Penentuan NIR 1) Analisis data dilakukan berdasarkan Zona Nilai

Tanah, sehingga untuk ZNT yang berbeda harus menggunakan halaman baru Formulir Analisa Penentuan NIR dan Formulir Analisa Perbandingan NIR Baru dengan NIR Lama. Data-data yang dianalisis untuk memperoleh Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) dalam satu ZNT harus memenuhi kriteria sebagai berikut: - Data relatif baru; - Data transaksi atau penawaran yang wajar; - Lokasi yang relatif berdekatan; - Jenis penggunaan tanah/bangunan yang relatif

sama; dan - Memperoleh fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang relatif sama. 2) Penyesuaian nilai tanah dan penentuan NIR.

Sebelum menentukan NIR pada masing-masing ZNT, nilai tanah yang telah dianalisa pada Formulir Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk ZNT yang memiliki data transaksi lebih

dari satu penentuan NIR dilakukan dengan cara merata-rata data transaksi tersebut dengan menggunakan Formulir Analisa Penentuan NIR;

b. Untuk ZNT yang hanya memiliki satu data transaksi NIR ditentukan dengan cara mempertimbangkan data transaksi dari ZNT lain yang terdekat dengan menggunakan Formulir Analisa Penentuan NIR setelah dilakukan proses penyesuaian seperlunya; dan

Page 55: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. Untuk ZNT yang tidak memiliki data transaksi, penentuan NIR dapat mengacu pada NIR di ZNT lain yang terdekat dengan melakukan penyesuaian faktor lokasi, jenis penggunaan tanah dan luasan sebagaimana tercantum pada Formulir Analisa Perbandingan NIR Baru dengan NIR Lama.

(viii) Pembuatan Peta ZNT Akhir 1) Tahap ini dilaksanakan setelah selesai pengukuran

bidang milik dalam 1 (satu) gampong; 2) Garis batas ZNT dibuat mengikuti garis bidang milik

dan tidak boleh memotong bidang milik; 3) Cantumkan NIR (nilai tanah hasil analisis dari

Formulir Analisa Penentuan NIR atau Formulir Analisa Perbandingan NIR Baru dengan NIR Lama bukan nilai tanah hasil klasifikasi NJOP) dan kode ZNT pada peta kerja; dan

4) Peta ZNT akhir diberi warna yang berbeda pada setiap garis batas ZNT.

Contoh Analisis Data 1. Tabel Data Harga Jual NO. IDENTIFIKASI OBJEK DATA NO. 1 DATA NO. 2 DATA NO. 3 DATA NO. 4

1. Alamat Jl. Mawar No. 3 Jl. Mawar No. 19 Jl. Mawar No.40 Jl. Mawar No.15

2. Peruntukan tanah Perumahan Perumahan Perumahan Perumahan

3. Ukuran

a. Tanah 20m x 25m 15m x 17m 15m x 30m 15m x 19m

b. Bangunan 18m x 15m 12m x 15m 15m x 20m 12m x 15m

4. Tahun dibangun

5. Waktu transaksi Akhir tahun 1988 Awal tahun 1986 Akhir tahun 1987 Penawaran pada Desember 1996

6. Harga Jual Rp. 450.000.000,- Rp. 250.000.000,- Rp. 405.000.000,- Harga penawaran Rp. 325.000.000,-

7. Spesifikasi Bangunan :

a. Lantai Keramik Teraso Keramik Keramik

b. Gedung Beton Beton Beton Beton

8. Biaya Reproduksi Baru Bangunan/m2 (thn 1998)

Rp. 332,- Rp. 300,- Rp. 332,- Rp. 332,-

Keempat data tersebut di atas setelah diteliti adalah wajar untuk dijadikan data pembanding, dan setelah diplot dalam peta kerja maka data pembanding di atas berada dalam satu ZNT.

2. Analisis Harga Jual Tanah per m2 a. Jl. Mawar No. 3

(Rp. 000) Harga Transaksi Tanah dan Bangunan Rp. 450.000,00 (-) Nilai bangunan (berdasarkan DBKB) Rp. 37.800,00 Nilai tanah Rp. 387.360,00 (:) Luas Tanah Nilai Tanah/m2 Rp. 500,00 Rp. 775,00 a. Penyesuaian Waktu +4%

(+) 4% x Rp. 775,00 Rp. 31,00

b. Penyesuaian Jenis Data : 0% Rp. - Nilai Tanah/m2 setelah disesuaikan Rp. 805,00

Page 56: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Jl. Mawar No. 19 (Rp. 000) Harga Transaksi Tanah dan Bangunan Rp. 250.000,00 (-) Nilai bangunan (berdasarkan DBKB) Rp. 62.640,00 Nilai tanah Rp. 212.200,00 (:) Luas Tanah Nilai Tanah/m2 Rp. 255,00 Rp. 832,00 a. Penyesuaian Waktu +4%

(+) 4% x Rp. 832,00 Rp. 31,00

b. Penyesuaian Jenis Data : 0% Rp. - Nilai Tanah/m2 setelah disesuaikan Rp. 885,00

c. Jl. Mawar No. 40 (Rp. 000) Harga Transaksi Tanah dan Bangunan Rp. 405.000,00 (-) Nilai bangunan (berdasarkan DBKB) Rp. 69.600,00 Nilai tanah Rp. 335.400,00 (:) Luas Tanah Nilai Tanah/m2 Rp. 450,00 Rp. 745,00 a. Penyesuaian Waktu +8%

(+) 8% x Rp. 745,00 Rp. 60,00

b. Penyesuaian Jenis Data : 0% Rp. - Nilai Tanah/m2 setelah disesuaikan Rp. 805,00

d. Jl. Mawar No. 15 (Rp. 000) Harga Transaksi Tanah dan Bangunan Rp. 325.000,00 (-) Nilai bangunan (berdasarkan DBKB) Rp. 41.760,00 Nilai tanah Rp. 283.240,00 (:) Luas Tanah Nilai Tanah/m2 Rp. 297,00 Rp. 954,00 a. Penyesuaian Waktu (-) 10%

(-) 10% x Rp. 954,00 Rp. 95,00

b. Penyesuaian Jenis Data : 0% Rp. - Nilai Tanah/m2 setelah disesuaikan Rp. 859,00

Contoh analisis penyesuaian atas faktor waktu transaksi:

Untuk menganalisis persentase atas waktu transaksi dapat dilakukan dengan membandingkan 2 (dua) data atau lebih yang mempunyai, ciri-ciri yang hampir sama yang dalam contoh ini adalah data nomor 1 dan 3.

Cara analisis: Rp. 775 - Rp. 745 x 100% = 4% Rp. 745

Page 57: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3. Penentuan NIR

NO. FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN

BERDASARKAN KONSEP FAKTOR

PENILAIAN

PENYESUAIAN

DATA NO.1

DATA NO.2

DATA NO.3

DATA NO.3

Harga Jual Tanah per m2

(Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000)

775 832 745 954 1. Waktu Transaksi Tahun 1996 + 4% + 4% + 8% 2. Jenis Data -10 % Jumlah Persentase Penyesuaian + 4% + 4% + 8% -10 % Nilai yang telah disesuaikan Nilai di rata-rata Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) 834

(ix) Pemberian warna garis batas ZNT dan pencantuman

angka NIR dalam peta kerja. 1) Garis batas imajiner ZNT pada peta kerja diberi

warna yang berbeda sehingga jelas batas antar ZNT; 2) Untuk setiap ZNT dicantumkan angka NIR-nya; dan 3) NIR dicantumkan sebagaimana hasil analisis, bukan

dalam bentuk ketentuan nilai jual bumi. (x) Membuat kode ZNT untuk masing-masing ZNT dalam

peta kerja. 1) Untuk setiap ZNT dibuat kode ZNT dan ditulis tepat

di bawah angka NIR; 2) Kode ZNT dibuat pada peta kerja, dimulai dari sudut

kiri atas (sudut barat laut) berurutan mengikuti bentuk spiral;

3) Setiap ZNT diberi kode dengan menggunakan kombinasi dua huruf, dimulai dari AA s/d ZZ; dan

4) ZNT yang memiliki NIR sama, jika dipisahkan oleh ZNT lain harus dibuatkan kode ZNT yang berbeda.

(xi) Pengisian Formulir ZNT ZNT yang telah diberi kode dan telah ditentukan NIR-nya, datanya diisikan pada Formulir ZNT.

(xii) Membuat sket/peta ZNT akhir 1) Tahap ini dilaksanakan setelah selesai pengukuran

bidang objek pajak dalam satu gampong; 2) Garis batas ZNT dibuat mengikuti garis bidang objek

pajak tetapi tidak boleh memotong bidang objek pajak;

3) Untuk mempermudah penentuan batas ZNT sesuai garis bidang objek pajak, terlebih dahulu dibuat sket/peta ZNT blok yang selanjutnya dipindahkan ke dalam sket/peta ZNT gampong;

4) Cantumkan NIR dan kode ZNT sesuai dengan NIR dan ZNT pada peta kerja, ZNT yang telah diberi kode dan ditentukan NIR-nya, datanya diisikan pada formulir ZNT;

5) Sket/peta ZNT akhir di beri warna pada setiap garis batas ZNT; dan

6) Sket/peta ZNT akhir merupakan lampiran Keputusan Bupati tentang besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB. Dalam hal ini sket/peta ZNT tersebut diperkecil dengan cara fotokopi (lichtdruk) dan tidak perlu diberi warna, namun kode ZNT dan NIR harus jelas.

Page 58: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Penyusunan DBKB a. Metode

Untuk menyusun/membuat DBKB digunakan metode survai kuantitas terhadap model bangunan yang dianggap dapat mewakili kelompok bangunan tersebut dan dinilai dengan dasar perhitungan analisis BOW, yang merupakan perhitungan dengan pendekatan biaya, akan diperoleh biaya pembuatan baru/biaya penggantian baru dari bangunan. Sehubungan dengan kebutuhan program komputer (CAV), maka biaya komponen bangunan perlu dikelompokkan ke dalam biaya komponen utama, komponen material dan komponen fasilitas bangunan. Metode survai kuantitas dipilih menjadi dasar metode yang dipergunakan karena metode inilah yang paling mendasar bila dibandingkan dengan metode-metode perhitungan yang lain, seperti metode unit terpasang, metode meter persegi dan metode indeks, perhitungan harga satuan pekerjaan memakai analisis BOW karena cara ini merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan keseragaman menghitung biaya pembuatan baru bangunan. Karena cara ini akan memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara perhitungan biaya pemborongan pekerjaan di lapangan, maka dalam perhitungan ini digunakan faktor koreksi.

b. Pengelompokan Bangunan Penerapan DBKB tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis penggunaan bangunan sesuai dengan tipe konstruksinya, yaitu: Jenis Penggunaan Bangunan 1 (JPB 1) : Perumahan Jenis Penggunaan Bangunan 2 (JPB 2) : Perkantoran Jenis Penggunaan Bangunan 3 (JPB 3) : Pabrik Jenis Penggunaan Bangunan 4 (JPB 4) : Toko/apotik/pasar/ruko Jenis Penggunaan Bangunan 5 (JPB 5) : Rumah sakit/klinik Jenis Penggunaan Bangunan 6 (JPB 6) : Olah raga/rekreasi Jenis Penggunaan Bangunan 7 (JPB 7) : Hotel/restoran/wisma Jenis Penggunaan Bangunan 8 (JPB 8) : Bengkel/gudang/ pertanian Jenis Penggunaan Bangunan 9 (JPB 9) : Gedung pemerintah Jenis Penggunaan Bangunan 10 (JPB 10) : Lain-lain Jenis Penggunaan Bangunan 11 (JPB 11) : Bangunan tidak kena

pajak Jenis Penggunaan Bangunan 12 (JPB 12) : Bangunan parkir Jenis Penggunaan Bangunan 13 (JPB 13) : Apartemen/ kondominium Jenis Penggunaan Bangunan 14 (JPB 14) : Pompa bensin (kanopi) Jenis Penggunaan Bangunan 15 (JPB 15) : Tangki minyak Jenis Penggunaan Bangunan 16 (JPB 16) : Gedung sekolah Konstruksi bangunan sebagai satu kesatuan terdiri dari beberapa biaya satuan pekerjaan. Biaya satuan pekerjaan tersebut dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen, yaitu biaya komponen utama, biaya komponen material dan biaya komponen fasilitas. Keseluruhan komponen tersebut disusun dalam suatu daftar yang dikelola di DBKB.

Page 59: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. DBKB Standar (i) Tahapan Pembuatan DBKB

Tahap 1 : Menentukan dan membuat tipikal kelompok bangunan sebagai model yang dianggap dapat mewakili bangunan yang akan dinilai. Kriteria untuk menentukan kelompok bangunan dapat ditinjau dari segi arsitektur, tata letak dan mutu bahan bangunan, konstruksi serta luas bangunan. Oleh karena itu dalam tahap 1 ini pekerjaan utama yang harus dilakukan adalah menentukan/membuat model bangunan. Menu layanan model-model tersebut tersedia di dalam program komputer;

Tahap 2 : Menghitung volume setiap jenis/item pekerjaan untuk setiap model bangunan. Perhitungan volume ini dilakukan dengan mengukur/menghitung panjang, luas atau isi dari setiap jenis pekerjaan sesuai dengan satuan yang dipakai atas dasar data yang terkumpul, baik dan gambar denah, tampak, potongan atau peninjauan langsung ke lapangan. Pengukuran/perhitungan atas dasar data yang berupa gambar, harus diperhatikan skala yang dipakai;

Tahap 3 : Mengumpulkan data upah pekerja dan harga bahan bangunan setempat. Harga bahan bangunan dan upah tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan harga pasar yang wajar, dalam arti harga/upah tersebut tidak terlalu mahal atau tidak terlalu murahserta berlaku standar di kawasan setempat. Data dimaksud agar dikumpulkan dengan menggunakan formulir Daftar Upah Pekerja, Harga Bahan Bangunan dan Sewa Alat DBKB Standar dan formulir Daftar Upah Pekerja, Harga Bahan Bangunan dan Sewa Alat DBKB Non Standar;

Tahap 4 : Harga bahan bangunan dan upah pekerja setempat yang sudah dianalisis BOW yang sudah tersedia dalam program komputer (CAV), untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan;

Tahap 5 : Memasukkan volume setiap jenis pekerjaan (hasil pekerjaan tahap 2) dan harga satuan setiap jenis pekerjaan (hasil pekerjaan tahap 4) ke dalam suatu format rencana anggaran biaya bangunan agar diperoleh biaya dasar setiap jenis pekerjaan atau biaya dasar total yang dikeluarkan untuk pembuatan sebuah model bangunan;

Page 60: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Tahap 6 : Melakukan pengelompokan biaya dasar jenis pekerjaan pada tahap 5, yaitu pengelompokan ke dalam komponen utama, komponen material dan komponen fasilitas. Pengelompokan ini ditujukan agar dapat dibedakan antara biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan struktur utama (komponen utama), pekerjaan finishing arsitektural (komponen material) serta pekerjaan tambahan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan mekanikal/ elektrikal, perkerasan halaman, elemen estetika, lansekap dan sebagainya (komponen fasilitas);

Tahap 7 : Melakukan penjumlahan dari biaya setiap jenis pekerjaan dari masing-masing komponen pada tahap 6 agar diperoleh biaya dasar per komponen bangunan untuk keseluruhan model bangunan;

Tahap 8 : Membagi biaya dasar setiap komponen bangunan dengan luas bangunan keseluruhan untuk mendapatkan biaya dasar setiap komponen bangunan per meter persegi lantai bangunan;

Tahap 9 : Setelah diperoleh biaya dasar per komponen bangunan maka dengan cara menjumlahkan setiap komponen yang ada akan diperoleh biaya dasar keseluruhan bangunan. Selanjutnya untuk memperoleh Biaya Pembuatan Baru Bangunan maka perlu dilakukan penyesuaian dengan cara mensubstitusikan faktor-faktor biaya (FAKTOR PENYELARAS) yang mempengaruhi biaya dasar bangunan ke dalam perhitungan biaya dasar bangunan yang telah diperoleh. Faktor-faktor penyelaras tersebut adalah: 1. Koreksi BOW; 2. Biaya-biaya tak terduga proyek; 3. Jasa pemborong; 4. PPN; 5. Jasa/fee konsultan perancang dan

pengawas; 6. Perijinan; dan 7. Suku bunga kredit selama

pembangunan. Tahap 10 : Dengan mensubstitusikan faktor-faktor

penyelaras, hasil dari tahap 9, terhadap biaya dasar setiap komponen bangunan per meter persegi lantai bangunan maka akan diperoleh biaya pembuatan baru setiap komponen bangunan per meter persegi lantai bangunan; dan

Page 61: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Tahap 11 : Penilaian terhadap suatu bangunan dilakukan atas dasar biaya pembuatan baru per meter persegi lantai bangunan setiap komponen bangunan, setelah memperhitungkan adanya faktor penyusun.

(ii) Biaya Komponen Bangunan

1) Biaya Komponen Utama Biaya konstruksi utama bangunan ditambah komponen bangunan lainnya per meter persegi lantai. Unsur-unsur Komponen Utama: - Pekerjaan Persiapan (pembersihan, direksi, keet,

bouwplank); - Pekerjaan Pondasi (mulai dari galian pondasi

sampai dengan urugan tanah kembali); - Pekerjaan beton/Beton Bertulang (termasuk

kolom dinding luar/dalam, lantai dan plat lantai). - Pekerjaan dinding luar (plester, pekerjaan cat); - Pekerjaan Kayu dan Pengawetan termasuk

pekerjaan cat (kusen, pintu jendela, kuda-kuda dan rangka atap kecuali kaso dan reng);

- Pekerjaan Sanitasi; - Pekerjaan Instalasi Air Bersih; - Pekerjaan Instalasi Listrik; dan - Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Faktor

Penyelaras yang besarnya bergantung kepada tipe dari tiap-tiap JPB, dari jumlah 1) sampai dengan 8).

2) Biaya Komponen Material Bangunan Biaya material atap, dinding, langit-langit dan lantai per meter persegi lantai. Unsur-unsur Material Bangunan: a) Atap

− Bahan penutup atap; − Kaso, reng (alumunium foil, triplek jika ada); − Upah; − Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Faktor

Penyelaras sebesar 38% dari jumlah 1) sampai dengan 3); dan

− Faktor penyesuaian kemiringan atap terhadap luas bangunan adalah 1,3 dan 1,2 untuk asbes dan seng (dapat disesuaikan dengan kondisi kemiringan atap).

b) Dinding (dinding dalam tanpa pintu, jendela) − Bahan dinding (plester luar/dalam dan

pekerjaan cat); − Upah; − Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Faktor

Penyelaras sebesar 38% dari jumlah 1) sampai dengan 2); dan

− Faktor penyesuaian dinding bagian dalam terhadap luas bangunan adalah 0,60.

Page 62: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c) Langit-Langit − Bahan langit-langit (pekerjaan cat); − Rangka dan penggantung; − Upah; dan − Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Faktor

Penyelaras sebesar 38% dari jumlah 1) sampai dengan 3).

d) Lantai − Bahan penutup lantai; − Spesi(3 cm, 1:5); − Upah; dan − Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Faktor

Penyelaras sebesar 38% dari jumlah 1) sampai dengan 3).

3) Biaya Komponen Fasilitas Bangunan Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar seluruh unsur-unsur pekerjaan yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas bangunan. Unsur-unsur yang termasuk dalam komponen fasilitas merupakan komponen ataupun sarana pelengkap dari bangunan seperti : kolam renang, lapangan tenis, AC, lift, tangga berjalan, genset, perkerasan baik halaman maupun lantai untuk tujuan tertentu, elemen estetika dan lansekap. Setiap tahun DBKB harus dimutakhirkan sesuai dengan perubahan harga jenis bahan/material bangunan dan upah pekerja yang berlaku.

d. DBKB Non Standar

(i) Proses penyusunan DBKB Non Standar Untuk Objek Pajak Non Standar tahapan-tahapan pembentukan DBKB-nya sedikit berbeda dengan Objek Pajak Standar. Dimana nilai DBKB untuk masing-masing JPB Non Standar tergantung pada jenis komponen utama, material dan fasilitas yang digunakan oleh bangunan tersebut. Konsep penyusunan DBKB Non Standar disesuaikan dengan sistem struktur dan sub struktur sebagai komponen utama dalam bangunan dijadikan satu rangkaian ke dalam komponen utama. Sedangkan kedua komponen lainnya merupakan sistem pendukung dari komponen utama. 1. Komponen utama, yaitu komponen penyusun

struktur rangka bangunan baik struktur atas maupun struktur bawah, yang terdiri dari pondasi, pelat lantai, kolom, balok, tangga dan dinding geser; dan

2. Komponen material, yaitu komponen pelapis (kulit) struktur rangka bangunan. Komponen material bangunan dibedakan menjadi 7 (tujuh) jenis yaitu: a) Material Dinding Dalam (MDD), merupakan

material pembentuk ruang (pemisah) dalam struktur bangunan; Contoh : Gypsum board, plywood (kayu lapis), Triplex dan Pasangan dinding bata.

Page 63: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b) Material Dinding Luar (MDL), merupakan material pembentuk bangunan yang berfungsi sebagai penutup (kulit), rangka struktur bangunan bagian luar; Contoh : Beton pra cetak, Kaca, Celcon (cilicon block) dan Pasangan dinding bata.

c) Pelapis Dinding Dalam (PDD), merupakan material yang berfungsi sebagai pelapis (kulit) dari MDD; Contoh : Kaca, Wallpaper, Granit, Marmer, Keramik, dan Cat.

d) Pelapis Dinding Luar (PDL), merupakan material yang berfungsi sebagai pelapis (kulit) MDL; Contoh : Kaca, Granit, Marmer, Keramik dan Cat.

e) Langit-langit (LL), merupakan material penutup rangka atap atau plat lantai bagian bawah; Contoh : Gypsum board, Akustik, Triplex dan Eternite.

f) Penutup Atap (PA), merupakan material penutup rangka atap bagian atas; dan Contoh : Plat beton, Genteng keramik, Genteng press beton, Genteng tanah liat, Asbes gelombang, Seng gelombang, Genteng sirap dan Spandek.

g) Penutup Lantai (PL), merupakan material bangunan yang berfungsi sebagai pelapis lantai. Contoh : granit, Marmer, Keramik, Karpet, Vinil, Kayu (parquet), Ubin PC abu-abu, Ubin teraso dan Semen.

3. Komponen fasilitas, yaitu merupakan komponen pelengkap fungsi bangunan. Komponen fasilitas ini dibedakan menjadi 22 jenis yaitu: a) Air conditioner (AC), merupakan fasilitas

pendingin ruangan. Sistem pendingin dibedakan menjadi dua bagian: − Sistem pendingin terpusat (central), dimana

pengaturan sistem pendinginan dilakukan terpusat pada satu ruang control;

− Sistem pendinginan unit, dimana sistem pengontrol pendingin terdapat pada masing-masing alat pendingin; Contoh: 1. AC split, merupakan AC per unit yang

memiliki 2 mesin yaitu blower dan compressor;

2. AC window, merupakan AC per unit yang pendingin dan compressornya menyatu dan dipasang pada dinding dengan cara membuat lubang; dan

3. AC floor, merupakan AC per unit berbentuk lemari yang memiliki kapasitas besar untuk mendinginkan ruangan dengan luasan besar.

Page 64: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b) Elevator (lift), merupakan alat angkut berbentuk ruangan kecil (kotak) yang berfungsi untuk sirkulasi barang atau penumpang secara vertical;

c) Eskalator, merupakan alat angkut berupa tangga berjalan yang berfungsi untuk sirkulasi penumpang, secara vertikal maupun horizontal;

d) Pagar, merupakan fasilitas pemisah atau pembatas bangunan;

e) Sistem proteksi api, merupakan fasilitas proteksi terhadap bahaya kebakaran. Terdiri dari: − Hydrant, merupakan alat berupa pipa untuk

menyiram air; − Splinker, alat penyiram air otomatis yang

tergantung dari panas; − Alarm kebakaran, merupakan alat peringatan

terjadinya kebakaran; dan − Intercom, merupakan alat komunikasi untuk

peringatan jika terjadi kebakaran. f) Genset, merupakan fasilitas pembangkit tenaga

listrik yang pada umumnya digunakan sebagai tenaga listrik cadangan;

g) Sistem PABX, merupakan fasilitas telekomunikasi di dalam gedung bertingkat. Yang dimaksud sistem PABX disini adalah jumlah saluran telepon di dalam gedung yang dihasilkan oleh mesin PABX (saluran extension);

h) Sumur artesis, merupakan fasilitas bangunan untuk penyediaan sarana air bersih selain air yang berasal dari PAM, kedalaman sumur ini pada umumnya lebih dari 30 m;

i) Sistem air panas, merupakan fasilitas bangunan untuk penyediaan sarana air panas;

j) Sistem kelistrikan, merupakan fasilitas bangunan untuk penyediaan listrik;

k) Sistem perpipaan (plumbing), merupakan fasilitas instalasi sistem perpipaan baik pipa air kotor maupun air bersih di dalam bangunan;

l) Sistem penangkal petir, merupakan fasilitas untuk menangkal sambaran petir pada gedung-gedung tinggi;

m) Sistem pengolah limbah, merupakan fasilitas untuk sistem pengolahan limbah lingkup kecil yang terdapat di dalam bangunan, contohnya seperti saptictank, peresapan atau STP (sawage treatment plant);

n) Sistem tata suara, merupakan fasilitas untuk sistem instalasi tata suara di dalam gedung;

o) Sistem video intercom, merupakan fasilitas penghubung antar ruangan (lantai) dengan ruang pemanggil, pada umumnya terdapat pada bangunan apartemen;

p) Sistem pertelevisian, merupakan fasilitas sistem pertelevisian yang terdapat di dalam gedung, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Page 65: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

− MATV, merupakan sistem jaringan televisi penerima gambar di dalam gedung; dan

− CCTV (close circuit television), merupakan jaringan kamera untuk security system.

q) Kolam renang; r) Perkerasan halaman, dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu: − Tipe konstruksi ringan, tebal rata-rata 6 cm

dan biasanya menggunakan bahan seperti paving block atau tanah yang dipadatkan;

− Tipe konstruksi sedang, tebal rata-rata 10 cm dan biasanya menggunakan beton ringan atau aspal ringan; dan

− Tipe konstruksi berat, tebal rata-rata lebih dari 10 cm dan pada umumnya menggunakan bahan beton bertulang dengan atau tanpa aspal beton (hot mix).

s) Lapangan tenis; t) Reservoir, merupakan fasilitas penampungan air

pada bangunan gedung yang terbuat dari beton bertulang pada salah satu lantai; dan

u) Sistem sanitasi, merupakan fasilitas sanitasi atau sistem pembuangan air kotor yang terdapat di dalam bangunan.

(ii) Pembuatan DBKB Non Standar Pembuatan DBKB Non Standar ini dilakukan secara bertahap dengan maksud agar diperoleh hasil yang maksimal. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: Tahap 1 : Menentukan material penyusun bangunan

yang akan digunakan sebagai data masukan (input) bagi perhitungan komponen struktur bangunan;

Tahap 2 : Melakukan analisa harga satuan dengan menggunakan metode BOW yang telah disesuaikan bagi komponen utama dan metode unit in place bagi komponen material dan fasilitas;

Tahap 3 : Menentukan model tipikal bangunan sebagai sebagai bangunan yang mewakili struktur bangunan yang akan dinilai, dalam hal ini per JPB minimal diambil 5 model bangunan dengan jumlah lantai yang bervariasi;

Tahap 4 : Menghitung volume setiap jenis/item pekerjaan untuk setiap model bangunan. Perhitungan volume ini dilakukan dengan mengukur/menghitung panjang, luas atau isi dari setiap jenis pekerjaan sesuai dengan satuan yang dipakai atas dasar data yang terkumpul baik dari gambar denah, tampak, potongan atau peninjauan langsung ke lapangan;

Page 66: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Tahap 5 : Menghitung nilai bangunan per JPB menggunakan masing-masing model yang telah dipilih sehingga dihasilkan nilai DBKB per meter persegi;

Tahap 6 : Melakukan generalisasi nilai DBKB komponen utama dari setiap model dalam satu JPB yang dibantu dengan metode statistik tertentu, sehingga dihasilkan sebuah formula tren komponen utama per JPB untuk memprediksi (forecast) jumlah lantai bangunan menjadi “tidak terbatas”;

Tahap 7 : Melakukan generalisasi nilai DBKB komponen material dan setiap jenis material pelapis bangunan yang dibantu dengan metode statistik tertentu, sehingga dihasilkan sebuah formula tren komponen material per jenis pelapis untuk memprediksi (forecast) jumlah lantai bangunan menjadi “tidak terbatas”;

Tahap 8 : Menghitung nilai DBKB fasilitas pendukung menggunakan model yang telah ditentukan, sehingga diperoleh nilai komponen fasilitas lengkap dengan sistem pendukungnya;

Tahap 9 : Menghitung nilai DBKB total dengan cara menjumlahkan nilai DBKB komponen utama, komponen material dan komponen fasilitas, dimana biaya yang terdapat dalam formula ini dihitung dalam ribuan rupiah dan sudah termasuk biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost);

Tahap 10 : Melakukan penyesuaian nilai (up dating) DBKB dengan cara meng-up date harga-harga material (harga resources) dengan memperhitungkan fluktuasi harga material bangunan di pasar, faktor inflasi, biaya transportasi berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku Jurnal Harga Satuan Kontraktor, developer, Dinas Pekerjaan Umum dan instansi terkait lainnya; dan

Tahap 11 : Besarnya penyusutan fisik dihitung berdasarkan tabel yang tercantum dalam lampiran keputusan ini (lampiran 29).

Proses analisa dalam DBKB 2000 merupakan proses berantai yang merupakan perpaduan dari konsep model struktur, statistik dan penilaian. Proses analisanya dapat dilihat dalam diagram berikut:

Harga Resources

Analisa Model

Analisa Harga

Generalisasi Model

Analisa Komponen

Tabel-tabel DBKB

Page 67: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(iii) Biaya Komponen Bangunan Untuk menghitung biaya komponen bangunan yaitu dengan cara menjumlahkan biaya konstruksi yang terdiri: 1. Untuk JPB 1,2,4,5,6,7,12,13,16 biaya komponen

bangunan sama dengan biaya komponen utama (struktur atas dan basemen) + komponen material + komponen fasilitas;

2. Untuk JPB 3 dan 8 biaya komponen bangunan sama dengan biaya komponen utama (struktur atas, struktur bawah, mezzanin dan daya dukung lantai) + komponen material + komponen fasilitas; dan

3. Untuk JPB 14 dan 15 biaya komponen bangunan sama dengan biaya komponen utama.

Untuk Daftar Biaya Konstruksi Bangunan Komponen Utama per m2, Komponen material per m2, Daftar Biaya Komponen Fasilitas, Formulir Perhitungan Biaya Konstruksi Bangunan per m2.

3. Penilaian dengan Bantuan Komputer (CAV)

a. Data yang Diperlukan CAV (i) ZNT untuk penilaian tanah Data ZNT yang telah siap secara otomatis akan

dipergunakan dalam proses CAV. (ii) DBKB objek pajak standar untuk penilaian bangunan Data DBKB objek pajak standar yang telah siap secara

otomatis akan dipergunakan dalam proses CAV. (iii) SPOP dan LSPOP untuk pendataan objek pajak

Data luas tanah dan detail bangunan harus dikumpulkan di lapangan dengan menggunakan SPOP dan LSPOP. Semua data objek harus dimasukkan ke dalam komputer. Setelah itu, data masukan tersebut akan diproses dalam CAV secara otomatis.

b. Validasi Data Data SPOP dan LSPOP akan divalidasi sebagai berikut: (i) Data Tanah dan Bangunan

1) Kode ZNT harus ada di tabel ZNT. Bila tidak ditemui dalam tabel, maka SPOP akan ditolak;

2) Status wajib pajak = 1,2,3,4 atau 5; 3) Pekerjaan wajib pajak = 1,2,3,4 atau 5; 4) Dalam hal “bangunan tanpa tanah” perlu dicek luas

tanah = 0 dan kode ZNT tidak perlu diisi; 5) Jenis tanah = 1,2,3, atau 4; 6) Jumlah bangunan ≥ 0; 7) Bangunan ≥ 1; Bangunan ke tidak boleh > dari pada jumlah

bangunan. Data baru lengkap, bila jumlah LSPOP sama dengan jumlah bangunan.

8) Jenis penggunaan bangunan = 1 sampai dengan 16; 9) Luas bangunan > 0, kecuali tangki minyak

(JPB = 15); 10) Jumlah lantai bangunan ≥ 1, kecuali tanki minyak

(JPB = 15);

Page 68: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

11) Tahun dibangun ≤ tahun perekaman; 12) Tahun renovasi ≥ tahun dibangun atau, t ahun

renovasi ≤ tahun perekaman; 13) Daya listrik ≥ 0; 14) Kondisi pada umumnya = 1,2,3 atau 4; 15) Konstruksi = 1,2,3 atau 4; 16) Atap = 1,2,3, 4 atau 5; 17) Dinding = 1,2,3, 4 atau 5; 18) Lantai = 1,2,3, 4 atau 5; 19) Langit-langit = 1, 2 dan 3; 20) Untuk bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas

seperti kolam renang, lapangan tenis, alat pemadam kebakaran, lift, AC, validasinya dilanjutkan dengan fasilitas;

21) Untuk bangunan-bangunan bertingkat dan mempunyai kelas-kelas/bintang tertentu seperti gedung perkantoran bertingkat tinggi, pusat-pusat perbelanjaan, hotel resort/non resort, apartemen, validasi dilakukan sesuai dengan kelas dan jumlah lantainya;

22) Untuk bangunan perindustrian seperti pabrik, gudang, dan sejenisnya, validasinya dapat ditambahkan sebagai berikut: Tinggi kolom > 0; Lebar bentang > 0; Daya dukung lantai > 0; Keliling dinding > 0; dan Luas mezzanine > 0.

23) Untuk tangki, validasinya sesuai dengan letak dan kapasitas tangki yang bersangkutan.

(ii) Fasilitas 1) Kolam Renang; 2) Lapangan tenis (6x) = Kosong atau numeric; 3) Alat pemadam kebakaran : hydrant, springkler, fire

alarm diisi 1 = ada, atau 2 = tidak ada; 4) Panjang pagar;

Bila panjangnya > 0, bahan harus 1 = baja/besi, atau 2 = bata/batako;

5) Fasilitas AC sentral : 1 = ada, atau 2 = tidak ada; 6) Jumlah AC split = kosong atau numeric; 7) Jumlah AC window = kosong atau numeric; 8) Jumlah saluran pesawat PABX = kosong atau

numeric; 9) Kedalaman sumur pantex = kosong atau numeric.

JPB 1, 14, 15 = 0 (tidak diisi); 10) Jumlah lift (3x) = kosong atau numeric; 11) Jumlah tangga berjalan (2x) = kosong atau numeric;

dan 12) Perkerasan halaman (4x) = kosong atau numeric,

luas perkerasan ≤ luas tanah. c. Tata Cara Perhitungan

Proses CAV dapat dilakukan apabila data ZNT, DBKB objek pajak standar dan data objek pajak sudah dimasukkan ke dalam komputer. (i) Perhitungan Nilai Tanah

Page 69: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

NIR diketahui berdasarkan kode ZNT sebagaimana tercantum dalam SPOP. Untuk menentukan nilai jual objek pajak bumi, NIR dicari dalam tabel ZNT berdasarkan kode ZNT, kemudian dikalikan dengan luas bumi. Contoh Penilaian Objek Bumi Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) = Rp. 100.000,-. Bila luas tanah = 200 m2 maka NJOP bumi = 200 m2 x Rp. 100.000 = Rp. 20.000.000,-.

(ii) Perhitungan Nilai Bangunan Dalam pelaksanaan perhitungan nilai bangunan, harus ditentukan besarnya nilai komponen bangunan menurut masing-masing karakter objek tersebut. NJOP bangunan berdasarkan: 1) Kelas/bintang/tipe; 2) Komponen bangunan utama; 3) Komponen material; 4) Komponen fasilitas/m2; 5) Komponen fasilitas yang perlu disusutkan; 6) Penyusutan; 7) Komponen fasilitas yang tidak perlu disusutkan; dan 8) Kapasitas dan letak (khusus tangki).

Tingkat penyusutan bangunan berdasarkan umur efektif, keluasan dan kondisi bangunan. Umur efektif bangunan secara umum adalah sebagai berikut: Untuk bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan bangunan-bangunan eksklusif lainnya seperti gedung perkantoran, hotel, apartemen dan lain-lain, penentuan umur efektifnya sebagai berikut:

(Tahun Pajak–Tahun Dibangun) + 2 (Tahun Pajak–Tahun Direnovasi)

3 Bila (Tahun Pajak – Tahun Dibangun) ≤ 10 dan Tahun Direnovasi adalah 0 atau kosong, maka UMUR EFEKTIF = Tahun Pajak – Tahun Dibangun. Bila (Tahun Pajak – Tahun Dibangun) > 10 dan tahun direnovasi adalah) atau kosong atau (Tahun Pajak – Tahun Direnovasi) > 10, maka perlu dianggap tahun direnovasi = tahun pajak – 10, dan umur efektif adalah hasil dari rumus yang disebut di atas. Dalam hal itu faktor (Tahun Pajak – Tahun Direnovasi) adalah 10. Contoh: Tahun pajak adalah tahun 1993. Untuk penghitungan Nilai Jual Objek Pajak bangunan secara manual:

Umur Efektif = Tahun Pajak – Tahun Bangunan Bila tahun direnovasi terisi, maka: Umur Efektif = Tahun Pajak – Tahun Direnovasi.

Page 70: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Tahun Dibangun

Tahun Renovasi Umur Efektif

1988 1990

1988 - (1993-1988) = 5

1980 -

1980 1982

1980 1989

(iii) Penyusutan Bangunan

Dalam penentuan nilai bangunan diperhitungkan faktor penyusutan. Penyusutan yang diterapkan dalam CAV hanya penyusutan fisik bangunan. Faktor penyusutan ditentukan berdasarkan pengelompokan besarnya biaya pembuatan/pengganti baru bangunan per meter persegi, umur efektif dan kondisi bangunan pada umumnya, dan dituangkan dalam suatu daftar penyusutan.

b. Penilaian Individual 1. Persiapan

Kegiatan persiapan Penilaian Individual pada prinsipnya sama dengan yang dilakukan dalam penilaian massal. a. Menyusun Rencana Kerja; b. Menyiapkan SPOP, LSPOP dan LKOK; c. Menyeleksi data-data objek pajak yang perlu dilakukan

Penilaian Individual; dan d. Mengumpulkan data-data lama, sebagai pelengkap, dari

objek pajak yang akan dinilai.

2. Penilaian dengan Pendekatan Data Pasar Pada saat ini, untuk kepentingan penilaian, objek pajak PBB, pendekatan data pasar sesuai digunakan untuk Penilaian Individual terhadap tanah. Sedangkan penilaian untuk bangunan menggunakan pendekatan biaya yang akan diterangkan di bagian 3. a. Pengumpulan Data

Pelaksanaan kerja pengumpulan data pasar dalam Penilaian Individual dapat menggunakan formulir pengumpulan data pasar untuk penentuan nilai tanah secara massal. Untuk mendapatkan analisis data yang wajar harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (i) Kesesuaian penggunaan dan luas tanah data pembanding

dengan objek pajak yang dinilai secara individu; dan (ii) Lokasi dan waktu transaksi yang wajar.

b. Penilaian Konsep dasar penilaian perbandingan data pasar untuk Penilaian Individual adalah membandingkan secara langsung data pembanding dengan objek pajak yang dinilai dengan

Page 71: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

menggunakan faktor-faktor penyesuaian yang lebih lengkap. Penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut: (i) Dalam menentukan nilai tanah diperhatikan:

1) Kualitas dan kuantitas data pembanding yang terkumpul; dan

2) NIR dimana objek pajak berada. (ii) Cara membandingkan data dengan faktor-faktor

penyesuaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi objek pajak yang

dinilai dengan diidentifikasi secara detail dan dibandingkan dengan faktor yang sama pada data pembanding, Petugas penilai dapat memilih minimal 3 (tiga) data pembanding yang sesuai dari beberapa data pembanding yang terkumpul. Pada umumnya perbandingan yang dilakukan, meliputi faktor: 1) Lokasi; 2) Aksesibilitas; 3) Waktu transaksi; 4) Jenis data (harga transaksi atau harga penawaran); 5) Penggunaan tanah; 6) Elevasi; 7) Lebar depan (terutama untuk objek komersil); 8) Bentuk tanah; 9) Jenis hak atas tanah; dan 10) Dan lain sebagainya. Besarnya penyesuaian yang akan diberi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman penilai dengan menyebutkan dasar-dasar pertimbangannya.

(iii) Hasil penilaian tanah dengan pendekatan data pasar 1) Apabila diperoleh nilai tanah yang selisihnya terhadap

NIR masih di bawah 10% (sepuluh persen), maka yang digunakan sebagai dasar ketetapan PBB-P2 objek pajak yang dinilai adalah NIR; dan

2) Apabila selisih nilai tanah terhadap NIR sebesar 10% (sepuluh persen) atau lebih, maka nilai tanah hasil penilaian secra individu tersebut dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk penentuan NIR tahun pajak yang akan datang yang merupakan sumber informasi bagi Dinas.

3. Penilaian Dengan Pendekatan Biaya Pendekatan biaya digunakan dengan Cara menambahkan nilai bangunan dengan nilai tanah. a. Pengumpulan Data

(i) Pengumpulan Data Tanah Pada dasarnya pengumpulan data tanah dilakukan dengan cara mengisi SPOP. Disamping itu penilaian juga diminta untuk mengumpulkan data tanah sebagai berikut: 1) Luas; 2) Lebar depan; 3) Aksesibilitas; 4) Kegunaan; 5) Elevasi; 6) Kontur tanah;

Page 72: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

7) Lokasi tanah; 8) Lingkungan sekitar; dan 9) Data transaksi di lokasi sekitar. Untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data tanah dan data transaksi.

(ii) Pengumpulan Data Bangunan Pengumpulan data bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Mengumpulkan data objek pajak dengan

mempergunakan SPOP, LSPOP dan LKOK; dan 2) Data lain yang belum tertampung dicatat dalam

catatan tersendiri. b. Penilaian

(i) Penilaian Tanah Penilaian tanah adalah sebagaimana dalam penilaian

dengan pendekatan data pasar. (ii) Penilaian Bangunan Penilaian bangunan dilakukan dengan cara menghitung

Nilai Perolehan Baru Bangunan kemudian dikurangi dengan penyusutan bangunan. Nilai Perolehan Baru Bangunan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh/membangun bangunan baru. Penghitungan Nilai Perolehan Baru Bangunan ini meliputi biaya komponen utama, komponen material dan fasilitas bangunan. Biaya–biaya tersebut hendaklah sesuai dengan tanggal penilaian dan lokasi objek pajak.

(iii) Perhitungan Nilai Bangunan Pada dasarnya Penilaian Individual adalah dengan

memperhitungkan karakteristik dari seluruh objek pajak. DBKB dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penilaian, akan tetapi apabila karakteristik-karakteristik dari objek pajak baik untuk komponen utama, komponen material dan komponen fasilitas bangunan belum tertampung dalam DBKB, perhitungan dapat dilakukan sendiri dengan pendekatan survai kuantitas.

c. Konversi Nilai Jual Objek Pajak (i) Nilai tanah per meter persegi hasil dari analisis penilai

dikonversi ke dalam “Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan PBB-P2”.

(ii) Nilai bangunan per meter persegi hasil dari analisis penilai dikonversi ke dalam “Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan PBB-P2”.

(iii) Untuk objek pajak yang terdiri dari lebih dari satu bangunan, konversi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh bangunan dan dibagi luas seluruh bangunan. Nilai bangunan per meter persegi rata-rata tersebut kemudian dikonversi ke dalam “Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan PBB-P2”.

4. Penilaian dengan Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan

Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan digunakan dengan cara menghitung seluruh pendapatan dalam satu tahun dari objek pajak yang dinilai dikurangi dengan biaya kekosongan dan biaya

Page 73: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

operasi. Selanjutnya dikapitalisasikan dengan suatu tingkat kapitalisasi tertentu berdasarkan jenis penggunaan objek pajak. a. Pengumpulan Data

Data-data yang harus dikumpulkan dilapangan adalah: (i) Seluruh pendapatan dalam satu tahun (diupayakan data

pendapatan 3 tahun terakhir) dari hasil operasi objek pajak. Pendapatan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Pendapatan dari sewa, seperti objek pajak

perkantoran, pusat perbelanjaan; dan 2) Pendapatan dari penjualan, seperti objek pajak pompa

bensin, hotel, bandar udara, gedung bioskop, tempat rekreasi.

(ii) Tingkat kekosongan, yaitu besarnya tingkat persentase, akibat dari terdapatnya: luas lantai yang tidak tersewa, jumlah kamar hotel yangtidak terisi, jumlah kursi yang tidak terjual untuk gedung bioskop, dalam masa satu tahun.

(iii) Biaya operasi dalam satu tahun yang dikeluarkan, seperti gaji karyawan, iklan/pemasaran, pajak, asuransi. Untuk objek pajak jenis perhotelan, perlu diperoleh data biaya-biaya lain, misalnya: pemberian diskon atau komisi yang diberikan kepada biro perjalanan.

(iv) Bagian pengusaha (operator’s share), biasanya sebesar 25% (dua puluh lima persen) s/d 40% (empat puluh persen) dari keuntungan bersih. Data ini hanya untuk objek pajak dengan perolehan pendapatan dari hasil penjualan.

(v) Tingkat kapitalisasi, besarnya tergantung dari jenis penggunaan objek pajak.

Untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, penilaian dengan pendekatan ini dapat menggunakan formulir Lembaran Kerja Penilaian Pendekatan Pendapatan.

b. Penilaian Proses penilaian dengan pendekatan kapitalisasi pendapatan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis pendapatannya, yaitu: (i) Pendapatan dari sewa

Proses penilaiannya adalah: 1) Menghitung pendapatan kotor potensial dalam satu

tahun yaitu seluruh pendapatan sewa dalam satu tahun yang didapat dengan cara mengalikan besarnya sewa per meter persegi dalam satu tahun dengan seluruh luas lantai bersih yang disewakan;

2) Menentukan tingkat kekosongan dalam satu tahun; 3) Mengurangi pendapatan kotor potential (butir 1)

dengan tingkat kekosongan (butir 2) hasilnya adalah pendapatan kotor efektif dalam satu tahun;

4) Menghitung biaya-biaya operasi (outgoings) dalam satu tahun yaitu biaya pengurusan, pemeliharaan, pajak dan asuransi;

5) Mengurangi pendapatan kotor efektif dalam satu tahun (butir 3) dengan biaya-biaya operasi (butir 4) hasilnya adalah nilai sewa bersih dalam satu tahun; dan

Page 74: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

6) Nilai objek pajak dihitung dengan jalan mengalikan nilai sewa bersih (butir 5) dengan tingkat kapitalisasi.

(ii) Pendapatan dari penjualan Proses penilaiannya adalah: 1) Menghitung pendapatan kotor potensial/dalam satu

tahun yaitu seluruh pendapatan dari penjualan; 2) Menentukan besarnya tingkat kekosongan dalam satu

tahun, diskon serta komisi yang dikeluarkan selama mengoperasikan objek pajak;

3) Mengurangi pendapatan kotor potential (butir 1) dengan tingkat kekosongan, diskon dan komisi (butir 2) hasilnya adalah pendapatan kotor efektif dalam satu tahun;

4) Menambahkan hasil butir 3 dengan pendapatan dari sumber-sumber lain;

5) Menghitung biaya-biaya operasional dalam satu tahun;

6) Mengurangi pendapatan kotor efektif dalam satu tahun (butir 4) dengan biaya-biaya operasi (butir 5) hasilnya adalah keuntungan bersih dalam satu tahun;

7) Kurangkan hak pengusaha (operator share) sebesar 25% (dua puluh lima persen) s/d 40% (empat puluh persen) dari keuntungan bersih dalam satu tahun (butir 6) sisanya adalah keuntungan bersih dalam satu tahun;

8) Menghitung biaya-biaya operasi lainnya (outgoings) dalam satu tahun yaitu biaya pengurusan, perbaikan, pajak dan asuransi;

9) Kurangi nilai sewa kotor setahun (butir 7)dengan biaya-biaya operasi (butir 8) hasilnya adalah nilai sewa bersih dalam satu tahun; dan

10) Nilai objek pajak dihitung dengan jalan mengalikan nilai sewa bersih (butir 9) dengan tingkat kapitalisasi.

c. Penentuan Tingkat Kapitalisasi Tingkat kapitalisasi ditentukan dari pasaran properti yang sejenis dengan properti yang dinilai. (i) Tentukan nilai property. Hal ini dapat diperoleh melalui 2 cara:

1) Transaksi jual beli; dan 2) Nilai investasi ditambah keuntungan

(ii) Tentukan pendapatan bersih dari properti tersebut. Pendapatan bersih ini dapat diperoleh dengan jalan

mengurangkan pendapatan kotor efektif dengan biaya-biaya operasi.

(iii) Contoh perhitungan. Sebuah Hotel “A” mempunyai nilai jual di pasar wajar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan pendapatan bersihnya setahun Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah).

Tingkat Kapitalisasi = 45 juta = 9% 500 juta

Page 75: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(iv) Untuk menentukan standar kapitalisasi suatu jenis objek (misalnya hotel) di suatu kota, diperlukan banyak data dan analisis. Data tersebut kemudian dihitung seperti contoh perhitungan di atas, kemudian ditentukan suatu tingkat kapitalisasi yang standar.

5. Penyusunan Konsep Lampiran Keputusan Bupati Tentang Klasifikasi Dan Besarnya NJOP Konsep lampiran Keputusan Bupati terdiri dari: a. Klasifikasi dan besarnya nilai jual objek pajak bumi yang

disusun per gampong setiap Daerah dan dilengkapi dengan fotokopi peta ZNT;

b. Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) yang dibuat per jenis penggunaan bangunan dan disusun per Daerah; dan

c. Klasifikasi dan besarnya NJOP bumi dan bangunan dengan nilai individu. Daftar Objek Pajak hasil Penilaian Individu beserta nilainya disusun per gampong dan memuat per objek pajak.

Selanjutnya ketiga lampiran tersebut ditetapkan oleh Bupati.

2.4 SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PBB-P2 Sistem Informasi Geografi (SIG) PBB-P2 adalah suatu sistem yang dirancang terintegrasi dengan aplikasi SISMIOP dengan menekankan pada analisis secara spasial (keruangan) yang selama ini tidak dapat ditangani oleh aplikasi SISMIOP. Masukan dasar SIG PBB-P2 berasal peta, foto, citra satelit maupun hasil surve. Dari data yang bersifat ruang (geografi/spasial) ini diharapkan dapat lebih memberikan percepatan visualisasi sehingga mempermudah pengambilan keputusan. Agar dapat menghasilkan analisis yang akurat maka masukan SIG PBB-P2 haruslah mencerminkan keadaan sebenarnya di lapangan.

2.4.1 Latar Belakang Pengembangan SIG PBB-P2 a. Pemeliharaan basis data yang selama ini dilaksanakan masih

ditemukan kekurang selarasan antara data alfanumeris dengan data grafis;

b. Pemutakhiran data grafis alfanumeris dilakukan melalui update pada basis data di komputer, sedangkan data grafis dilaksanakan secara manual, sehingga seringkali data grafis selalu ketinggalan dengan data non grafis; dan

c. Dengan SIG PBB-P2 maka updating data grafis dan alfanumeris dapat dilakukan secara bersamaan sehingga pengelolaan PBB dan pelayanan kepada wajib pajak akan lebih meningkat.

2.4.2 Maksud dan Tujuan Pengembangan SIG PBB-P2 a. Menyediakan informasi grafis secara cepat yang berhubungan

dengan seluruh fungsi dalam administrasi pada semua tingkat organisasi PBB-P2, khususnya bagi kegiatan pemantauan operasional, manajemen, pengambilan keputusan, dan evaluasi kinerja; dan

b. Menyelaraskan pemeliharaan basis data antara data alfanumeris SISMIOP dengan data grafis SIG PBB-P2, disertai modul-modul aplikasi SIG PBB-P2 yang siap pakai dan dapat disajikan secara grafis dengan waktu yang cepat, maka sangat membantu bagi perencana, pelaksana, dan pengawas dalam pengelolaan PBB-P2.

Page 76: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2.4.3 Tahapan Pelaksanaan SIG PBB-P2 Pada garis besarnya, SIG PBB-P2 berintikan pada pekerjaan pembuatan peta digital berkoordinat dengan posisi utara, yang benar. Untuk mendapatkan peta dengan kriteria tersebut, dapat dilakukan melalui pengukuran dengan peralatan survai biasa (meteran dan teodolit) dibantu kompas atau peralatan survai canggih (Total Station) dengan dibantu peralatan GPS (Mapping/Geodetic) guna referensi bila tidak ada titik kontrol hasil GPS sebelumnya maupun dengan konversi peta garis yang telah ada ke peta digital, bagi Dinas yang telah mempunyai peta-peta garis. Pekerjaan konversi peta garis ke peta digital ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan meliputi: 1. Pengumpulan Peta Blok, Peta Gampong, di wilayah lokasi

kegiatan; 2. Pengecekan kelengkapan dan kesesuaian teknis sesuai dengan

kaidah-kaidah Kartografi terhadap peta yang akan dikerjakan, meliputi ketersambungan antar peta blok, kesesuaian NOP antara peta dengan basis data SISMIOP, arah utara pada peta, kelengkapan detail peta yang akan disambung satu sama lain dan keberadaan grid peta blok dan peta kelurahan yang berkoordinat lokal atau koordinat bumi pada peta blok dan/atau peta gampong;

3. Persiapan Personil (drafter dan operator komputer); 4. Persiapan peralatan termasuk di dalamnya pengujian dan set up

seluruh alat yang digunakan baik hardware maupun software; dan

5. Pembuatan rencana waktu pelaksanaan.

b. Evaluasi Data dan Koreksi Peta Kegiatan evaluasi data dan koreksi peta antara lain: 1. Membuat layout peta blok yang dimaksudkan untuk pengecekan

ketepatan sambungan antar blok dan kelengkapan data masing-masing blok pada tiap-tiap gampong. Apabila terjadi ketidakcocokan batas antar blok tersebut maka harus dilakukan koreksi terhadap kesalahan yang ditemui, dengan cara melakukan penggambaran tambahan terhadap peta yang kurang lengkap ataupun rekonstruksi gambar peta yang kurang tepat antar batas-batas bloknya. Peta-peta blok yang digabungkan dalam layout harus dapat membentuk satu peta gampong; dan

2. Melakukan penambahan gambar bidang, NOP, gambar bangunan dan nomor bangunan apabila di dalam peta blok belum ada gambar bidang dan/atau bangunan terbaru dan disesuaikan dengan data yang di basis data SISMIOP.

Pada tahapan ini harus dilakukan sortir terhadap peta-peta yang bisa langsung dikerjakan, perlu diperbaiki atau peta-peta yang secara teknis tidak dapat digunakan sama sekali.

c. Register Peta Blok dan Peta Gampong Agar sebuah peta blok dapat disambungkan secara baik dengan lembar peta blok disampingnya maka masing-masing lembar peta blok yang berbatasan harus memiliki titik-titik registrasi yang koordinatnya sama (baik lokal maupun bumi). Sebagai persiapan masing-masing lembar peta blok perlu dilayout pada lembar kontrol

Page 77: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

dasar mozaik peta gambar kontrol). Tujuan dari layout lembar-lembar peta blok ini adalah membatasi kesalahan dan menentukan arah atau jurusan detail-detail pokok dalam peta blok, peta gampong dan peta kecamatan. Sebelumnya lembar kontrol ini perlu disiapkan terlebih dahulu dengan cara menggambarkan kotak-kotak grid dalam sistem proyeksi yang berlaku di lokasi tersebut (proyeksi, nasional adalah Universal Transverse Mercator/UTM dengan datum DGN 1995 yang diadopsi dari WGS ’84 dan menggambarkan detail-detail pokok yang dikutip dari peta-peta berkoordinat, misalnya : peta minit (minute plan) dari TOPDAM, peta skala besar dari BAKOSURTANAL atau peta sejenis lainnya yang dapat dipercaya ketelitian posisi horisontalnya. Gambar detail pokok ini dibuat berskala sama dengan skala peta blok yang akan dilayout (1 : 1.000 atau 1 : 2.500). Selanjutnya dilakukan layout masing-masing lembar peta blok dengan pedoman orientasi adalah detail-detail pokok yang tergambar pada lembar kontrol. Batas peta blok dan detail peta blok yang gambarnya tidak sesuai dengan gambar batas atau gambar detail pada lembar kontrol dibetulkan secara manual. Layout peta blok ini harus meliputi satu wilayah gampong utuh, selanjutnya masing-masing gampong harus dapat digabung menjadi satu wilayah kecamatan utuh dan seterusnya. Setelah lay out masing-masing lembar peta blok selesai baru dilakukab pemindahi (scanning) atau digitasi. Selain itu apabila peta-peta bloknya berasal dari hasil pengukuran akurat (total station/teodolit) denga referensi titik kontrol yang tepat (GPS) maka dapat secara langsung diproses lebih lanjut tanpa harus melakukan lay out.

d. Perekaman Peta Peta yang direkam adalah peta blok karena merupakan unit terkecil dari peta-peta yang ada. Perekaman peta blok ke komputer dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Melalui scanning yang diikuti dengan registrasi peta di komputer

untuk kemudian dilakukan digitasi screen terhadap setiap detail peta; dan

2. Melalui digitasi pada meja digitizer dimana tetap memerlukan registrasi peta.

e. Registrasi Peta Blok Hasil Scanning Pekerjaan registrasi Peta adalah pekerjaan pemberian titik koordinat meter terhadap masing-masing peta blok minimal 4 titik yang mewakili peta dengan ketentuan register: Projection : Tergantung dari peta input. Sebaiknya Category

Universal Transverse Mercator (WGS 84) dengan zone disesuaikan dengan lokasi kegiatan; dan

Units : Meter.

f. Editing peta blok ke dalam bentuk digital (vektor) Sesuai dengan cara perekaman peta ke dalam komputer, maka ada dua jenis pekerjaan editing peta blok ke dalam bentuk digital (vektor) yaitu: 1. Hasil proses scanning

Editing data raster dimaksudkan untuk merubah data raster hasil scanning/transformasi menjadi data vektor yang dilakukan dengan cara digitasi pada layar (screen) secara manual. Konsep digitasi pada screen adalah sama dengan digitasi melalui alat

Page 78: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

digitizer, perbedaannya hanya terletak pada peralatannya saja (mouse monitor : digit mouse-meja digitasi) dan media input (bila digitasi pada screen, media inputnya berupa hasil scanning sedangkan digitasi pada meja digitizer, media inputnya berupa peta tanpa perlu dilakukan scanning), dimana data vektor ini harus dibuat sesuai dengan format yang akan dipakai untuk keperluan SIG PBB-P2 pada Software Mapinfo® Profesional versi terbaru.

2. Proses digitasi Pembuatan peta digital (vektor) dengan menggunakan peralatan meja digitasi dan sesuai dengan format yang akan dipakai untuk keperluan SIG PBB pada Software Mapinfo® Profesional versi terbaru.

Proses editing peta ke dalam bentuk digital (vektor) ini meliputi pekerjaan: 1. Digitasi pada bidang milik/tanah (layer bidang); 2. Digitasi pada batas bangunan (layer bangunan); 3. Digitasi pada batas wilayah dan utilitas yang terdiri dari:

a. Layer jalan; b. Layer sungai; c. Layar teks; d. Layer batas blok; e. Layer batas gampong; f. Layer batas kecamatan; dan g. Layer batas kabupaten.

4. Pemberian NOP untuk tiap-tiap bidang tanah; 5. Pemberian NOP berikut nomor bangunan pada tiap-tiap

bangunan; dan 6. Pemberian Identitas pada tiap-tiap layer Utilitas.

g. Pemeriksaan Hasil Editing Peta Data Raster Setelah hasil editing diselesaikan kemudian dilakukan pemeriksaan (evaluasi) melalui: 1. Check plot, yaitu dengan membandingkannya hasil pencetakan

peta digital tersebut terhadap peta dasarnya (peta input) dari Dinas atau peta-peta lain yang dipergunakan sebagai sumber tentunya dalam skala yang sama. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya gambar (penarikan garis) yang sangat berbeda (kekurangan, kelebihan, kesalahan mencolok) dengan peta dasarnya, kekeliruan pemberian NOP, dan kekeliruan lain yang dapat dilihat; dan

2. Analisis Data, adalah pekerjaan membandingkan data spasial/peta dengan basis data SISMIOP secara otomatis yang dituangkan dalam laporan hasil analisis. Adapun informasi yang diperbandingkan adalah : NOP, luas bidang, bangunan beserta nomornya. Toleransi yang diperbolehkan antara luasan di peta digital dan luasan di SISMIOP adalah 10%.

Setelah proses evaluasi ini dilaksanakan dan teruji benar, selanjutnya dibuat back up data digital tersebut ke dalam media penyimpan (yang biasanya berupa optical disk).

2.4.4 Ketentuan Di Dalam Pembuatan Peta Digital a. Pemberian Nama File Peta Digital

Pemberian nama file peta digital harus disesuaikan dengan kode wilayah dari peta tersebut.

Page 79: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Contoh: Lembar peta blok yang akan dilakukan editing adalah Blok 001 Gampong Jawa, Kecamatan Idi Rayeuk, maka penyimpanan file peta blok digital adalah 1103030030001. File peta blok digital digabung menjadi satu gampong dengan nama 1103030030 dan ditambah kode sesuai dengan jenis layer yang akan dibuat.

b. Pembuatan Layer Peta Digital 1. Layer tanah/bidang – 1103030030

Gambar memiliki tipe Poligon Fill Pattern None Border Garis penuh Color Black Width 0,17 mm (paling tipis). Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan D_NOP Character 18 Index 1 NOP setiap bidang tanah D_LUAS Decimal

(10,2) Luas Bidang tanah dengan

menggunakan Update Column terhadap Field D_LUAS dengan Value Assist Function Area

2. Layer bangunan – 1103030030bg

Gambar memiliki tipe Poligon Fill Pattern (MapInfo No. 5) Foreground (MapInfo No. 7) Background None Border Style Garis putus (line style MapInfo nomor 5) Color Hijau Width 0,17 mm (paling tipis).

3. Struktur jalan – 1103030030jl Gambar memiliki tipe Polyline Style Garis penuh Color Red Width 0,17 mm (paling tipis). Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_NM_JLN Character (30) Nama Jalan D_LBR_JLN Integer Lebar Jalan (rata-rata lebar

pada jalan tersebut)

4. Layer sungai – 1103030030sg Gambar memiliki tipe Polyline Style Garis penuh Color Blue width 0,17 mm (paling tipis). Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_NM_SNG Character (30) Nama Sungai D_LBR_SNG Integer Lebar Sungai (rata-rata lebar

pada sungai tersebut)

5. Layer text – 1103030030tx Berisi: − Teks mengenai keseluruhan nama utilitas jalan, sungai,

informasi nama wilayah bersebelahan, informasi lokasi penting, dan sebagainya, yang tidak terdapat termasuk layer-layer lain berwarna hitam dengan tipe huruf italic berukuran sesuai gambar input;

Page 80: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

− Batas tepi jalan diperkeras berwarna merah ukuran garis paling tipis;

− Batas tepi jalan tidak diperkeras berwarna coklat kekuningan berukuran garis paling tipis;

− Batas tepi jalan TOL berwarna merah berukuran garis tipis no.2;

− Batas tepi sungai berwarna biru berukuran garis tipis no.2; dan

− Utilitas yang disertai dengan simbolnya.

Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan D_TEXT Character (30) Kosong

6. Layer batas blok – 1103030030bl Gambar memiliki tipe Poligon Fill Pattern None Border Style Garis putus dan titik (line style MapInfo nomor 13) Color Blue Width 0,25 mm (tipis no.2). Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan D_BLOK Character

(13) Kode Wilayah + Nomor Blok

7. Layer Simbol – 1103030030si

Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_KD_SIMBOL Character (4) Kode Simbol Rincian Layer Simbol: Kode Simbol Uraian Simbol

1 Kuburan Islam 2 Kuburan Kristen 3 Kuburan Lainnya 4 Masjid 5 Gereja 6 Candi 7 Pura/Puri 8 Klenteng 9 Kantor 10 Titik Triangulasi 11 Tugu/Titik Poligon

8. Layer batas gampong – 1103030

Gambar memiliki tipe Polygon Fill Pattern None Border Style Garis penuh color Green Width 0,25 mm (tipis no.2). Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_KD_KEL Character (10) Kode Wilayah Gampong D_NM_KEL Character (25) Nama Gampong

Page 81: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

9. Layer batas kecamatan -1103 Gambar memiliki tipe Polygon Fill Pattern None Border Style Garis putus (line style MapInfo nomor 7) Color Black Width 1 mm. Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_KD_KEC Character (7) Kode Wilayah Kecamatan D_NM_KEC Character (25) Nama Kecamatan

10. Layer batas kabupaten/kota-605 Gambar memiliki tipe Polygon Fill Pattern None Border Style Garis positif (line style MapInfo nomor 32) Color Black Width 1 mm. Struktur basis data Nama File Type Index Keterangan

D_KD_DT2 Character (4) Kode Wilayah Kabupaten D_NM_DT2 Character (25) Nama Kabupaten Penamaan layer batas daerah kabupaten/kota menggunakan kode sesuai dengan kode yang ada di basis data wilayah aplikasi SISMIOP. Hal ini disebabkan karena satuan wilayah suatu

BAB III

PEMELIHARAAN BASIS DATA Pemeliharaan basis data dilaksanakan atas basis data yang telah terbentuk karena adanya perubahan data objek dan subjek pajak. Dalam pelaksanaan pemeliharaan basis data yang menyangkut perubahan data seperti pendaftaran objek pajak baru, pemecahan atau penggabungan, tidak dibenarkan dilakukan perubahan data numeris sebelum dilakukan pemutakhiran data grafisnya. Pemeliharaan basis data dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut: 3.1 PEMELIHARAAN BASIS DATA SECARA PASIF

Dilaksanakan pada tahun pajak yang sedang berjalan, digunakan untuk ketetapan tahun pajak berjalan dan atau tahun pajak yang akan datang. Pemeliharaan basis data dapat dilakukan baik secara sebagian maupun sekelompok karena permohonan/pengajuan laporan dari wajib pajak dan atau laporan pejabat instansi yang terkait, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Sistem Pelayanan Satu Tempat (PST), pendaftaran, dan atau pemeliharaan basis data secara kolektif.

3.1.1 Pendaftaran Pemeliharaan basis data karena adanya kegiatan pendaftaran dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan antara lain: 1. Dinas memberitahukan kepada Pemerintah Gampong setempat

tentang kegiatan Pendaftaran objek dan subjek pajak, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak; dan

2. Dinas dan/atau bersama Pemerintah Gampong setempat menunjuk tempat-tempat pengambilan dan pengembalian SPOP. Tempat-tempat yang dapat ditunjuk antara lain: a. Kantor Dinas; b. Kantor Kecamatan;

Page 82: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. Kantor UPT DPKKD; d. Kantor Keuchik; dan e. Tempat lain yang dianggap memungkinkan.

3. Dinas dan atau bersama Pemerintah Gampong setempat memberikan penjelasan kepada para penanggungjawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP;

4. Dinas menyerahkan SPOP dan perangkat administrasi lainnya (seperti tanda terima SPOP, daftar penjagaan, peta blok, dan sebagainya) kepada para penanggungjawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP dengan Berita Acara penyerahan. SPOP harus diberi nomor urut lebih dahulu dan ditatausahakan; dan

5. Dinas memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang rencana kegitan pendaftaran objek pajak.

b. Pelaksanaan Pelaksanaan pendaftaran objek pajak akan melibatkan 3 (tiga) unsur, yaitu subjek pajak, petugas pada tempat pengambilan dan pengembalian SPOP, serta petugas Dinas. Masing-masing unsur mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. Petugas pada Tempat Pengambilan dan Pengembalian SPOP

a. Memberikan formulir SPOP kepada subjek pajak yang datang untuk mendaftarkan objek pajaknya;

b. Memberikan tanda terima penyampaian SPOP kepada subjek pajak untuk diisi dan ditandatangani;

c. Mencatat identitas subjek/wajib pajak dan/atau kuasanya yang menerima SPOP. Dalam hal ini kepada subjek pajak atau kuasanya supaya diminta menunjukkan identitas (copy SIM/KTP dan lain sebagainya yang masih berlaku);

d. Menerima SPOP yang sudah diisi, ditandatangani, dilengkapi dengan data pendukungnya, yang dikembalikan oleh subjek pajak atau kuasanya serta memberikan tanda terima pengembalian SPOP;

e. Mengirimkan laporan Daftar Penjagaan Penyampaian dan pengembalian SPOP kepada Dinas pada setiap hari kerja terakhir dalam satu minggu (Jumat/Sabtu) atau pada hari kerja berikutnya apabila pada hari Jumat/Sabtu jatuh pada hari libur, disertai dengan: (i) Tanda Terima Penyampaian SPOP; (ii) SPOP yang sudah dikembalikan oleh subjek pajak,

beserta tanda terima pengembalian SPOP; dan (iii) Surat Pengantar.

f. Mengajukan permintaan kepada Dinas untuk mendapatkan tambahan formulir SPOP, dalam hal persediaan SPOP sudah tidak mencukupi.

2. Subjek Pajak pada Pelaksanaan Pendaftaran Objek Pajak

a. Mengambil formulir SPOP pada tempat-tempat yang ditunjuk; b. Mengisi formulir SPOP dengan jelas, benar dan lengkap serta

menandatanganinya. Bila perlu dilengkapi dengan data pendukungnya. Dalam pengisian SPOP, letak relatif dan bentuk/sket objek pajak harus digambarkan pada tempat yang telah disediakan, dengan mencantumkan: (i) NOP yang berbatasan (informasi NOP yang berbatasan

dapat diperoleh pada peta blok yang disediakan di tempat pengambilan dan pengembalian SPOP);

(ii) Ukuran sisi objek pajak yang bersangkutan;

Page 83: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(iii) Sket pembagian bidang apabila terjadi pemecahan objek pajak; dan

(iv) Informasi lainnya yang diperlukan dalam pengolahan sket/peta.

c. Dalam hal yang menjadi subjek pajak adalah badan hukum, maka yang menandatangani SPOP adalah Pengurus/direksi atau kuasanya;

d. Tanda terima SPOP harus diberi penjelasan secukupnya yang menjelaskan siapa yang menandatangani SPOP;

e. Dalam hal SPOP ditandatangani bukan oleh subjek pajak yang bersangkutan, maka harus dilampiri Surat Kuasa dari subjek pajak; dan

f. Mengembalikan SPOP yang sudah diisi ke Dinas, UPT, Petugas Operasional Kecamatan atau tempat dimana formulir SPOP diperoleh, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sesudah diterimanya SPOP.

3. Petugas Dinas

a. Menyusun Buku Penjagaan Penyampaian dan Pengembalian SPOP mengenai semua SPOP yang dikeluarkan oleh Dinas baik langsung maupun dari tempat yang ditunjuk sebagai tempat pengambilan dan pengembalian SPOP;

b. Menerima dan menatausahakan laporan yang disampaikan oleh petugas penanggung jawab tempat pengambilan dan pengembalian SPOP;

c. Meneliti SPOP yang sudah dikembalikan, baik langsung dari subjek pajak maupun tempat-tempat yang ditunjuk sebagai tempat pendaftaran. Yang perlu diteliti antara lain adalah: (i) Kebenaran pengisian dan kelengkapan data pendukung

SPOP; dan (ii) Kebenaran NOP (dalam hal objek pajak tersebut telah

diberi NOP). Dalam hal diperlukan penelitian lapangan, SPOP berikut data pendukungnya diteruskan kepada petugas yang ditunjuk untuk mengadakan penelitian lapangan;

d. Memberikan laporan kepada atasannya mengenai subjek pajak yang belum mengembalikan SPOP setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPOP, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah batas waktu pengembalian SPOP untuk diberikan Surat Teguran Pengembalian SPOP;

e. Jangka waktu pengembalian SPOP yang ditetapkan dalam Surat teguran pengembalian SPOP ditentukan paling lama 15 (lima belas) hari, terhitung mulai tanggal pengiriman (stempel pos);

f. Melaporkan kepada atasannya apabila wajib pajak tidak juga mengembalikan SPOP setelah melewati batas waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran Pengembalian SPOP, untuk ditetapkan SKPD-nya;

g. Meneliti permintaan tertulis dari Subjek Pajak tentang perpanjangan atau penundaan pengembalian SPOP dan melaporkan kepada atasannya Dalam hal Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk setempat menyetujui permintaan tersebut, maka diterbitkan Surat Persetujuan Penundaan

Page 84: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Pengembalian SPOP. Batas waktu penundaan ditentukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima; dan

h. Setiap pemutakhiran data objek pajak yang menyangkut perubahan data seperti pemecahan atau penggabungan, tidak dibenarkan dilakukan perubahan data numeris sebelum dilakukan pemutakhiran data grafisnya.

3.1.2 Pemeliharaan Basis Data Kolektif Gampong yang kurang potensial dan letaknya sangat jauh dari tempat kedudukan Dinas yang bersangkutan, pemeliharaan basis data dapat dilakukan secara kolektif melalui Keuchik dengan tahapan sebagai berikut: 1. Keuchik menghimpun perubahan objek dan subjek PBB-P2 ke dalam

Daftar Perubahan Data Objek dan Subjek PBB-P2; 2. Perubahan yang berhubungan dengan bangunan atau penambahan

bangunan agar dilengkapi LSPOP; 3. Melampirkan sket lokasi bidang objek pajak yang mengalami

perubahan dengan dilengkapi nama wajib pajak dan NOP bidang yang berbatasan; dan

4. Daftar Perubahan Data Objek dan Subjek PBB-P2 dan lampirannya setelah ditandatangani oleh Keuchik disampaikan ke Dinas.

3.2 PEMELIHARAAN BASIS DATA SECARA AKTIF

Dilaksanakan untuk tahun pajak berjalan, digunakan untuk ketetapan tahun pajak yang akan datang, dan pada umumnya secara massal atas dasar rencana kerja yang telah disusun oleh Dinas sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam rangka pembentukan basis data SISMIOP.

3.2.1 Pemeliharaan Basis Data Untuk Penyempurnaan ZNT/NIR Kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan dengan tahapan pekerjaan antara lain sebagai berikut: 1. Menentukan/mengevaluasi NIR yang terdapat dalam suatu wilayah

objek pajak dengan berpedoman pada cara pembuatan NIR yang diatur dalam Bab II butir 2.3.3 huruf A angka 1 tentang Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT dan Penentuan NIR; dan

2. Mengadakan penyempurnaan NIR dan kode ZNT apabila berdasarkan hasil analisis sebagaimana dimaksud di atas ternyata terjadi perubahan dari yang telah ditentukan dalam pembentukan basis data.

Sebelum diadakan penyempurnaan, hasil analisis tersebut dapat dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan Pemerintah Gampong dan instansi terkait. Perubahan NIR dan kode ZNT dicatat pada Formulir Zona Nilai Tanah dan Formulir Pemutakhiran Kode ZNT.

3.2.2 Pemeliharaan Basis Data Objek Dan Atau Subjek Pajak

Apabila menurut perkiraan tingkat ketidakcocokan data yang ada pada basis data dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu mencapai minimal 20% (dua puluh persen), maka perlu diadakan pemeliharaan basis data melalui kegiatan Verifikasi Data Objek Pajak.

3.2.3 Pemeliharaan Basis Data Peta Digital

Untuk suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu yang telah berbasis data SISMIOP dan mempunyai peta garis (data grafis), tetapi

Page 85: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

belum menerapkan SIG PBB. Dinas dapat mengkonversi peta garis tersebut menjadi peta digital sebagai salah satu tahapan aplikasi SIG PBB. Pelaksanaan selengkapnya dapat dilihat pada Bab II butir 2.4. tentang Sistem Informasi Geografis PBB. Untuk suatu wilayah administrasi pemerintahan yang telah melaksanakan aplikasi SIG PBB, data grafis peta digital yang ada harus diadakan pemutakhiran dan penyesuaian dengan keadaan di lapangan. Kegiatan pemeliharaan basis data di atas, dapat dilakukan secara sendiri-sendiri ataupun kombinasi dari ketiga kegiatan tersebut. Jika data grafis yang ada tidak dimungkinkan dilakukan verifikasi data objek pajak makan dapat dilakukan pendataan dengan pengukuran bidang objek pajak, baik skala kecil (untuk jumlah OP ≤ 50.000) atau skala besar (untuk jumlah OP > 50.000). Dengan catatan NOP tetap seperti semula kecuali untuk objek pajak baru.

BAB IV

PENGAWASAN, PELAPORAN DAN EVALUASI 4.1 PENGAWASAN PEKERJAAN LAPANGAN

Pengawasan pekerjaan lapangan adalah pekerjaan yang ditekankan pada kendali mutu pekerjaan lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan lapangan sesuai dengan jadwal, prosedur, dan materi dalam rencana kerja yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan dimaksudkan untuk mengetahui secara dini apabila terdapat hambatan atau penyimpangan dalam pekerjaan lapangan. Selanjutnya pengawasan pekerjaan lapangan berfungsi untuk mencarikan alternatif/jalan keluar penyelesaian terbaik dan secepat mungkin dengan tetap berpedoman pada rencana kerja serta petunjuk pejabat yang berwenang, meningkatkan koordinasi pengawasan dan mendukung upaya menghilangkan hambatan/penyimpangan dalam pekerjaan lapangan.

4.1.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup pengawasan pekerjaan lapangan adalah: a. Pengawasan pengumpulan data fisik

Pengawasan ini dilaksanakan agar: 1. Para petugas mengetahui dengan pasti batas blok yang menjadi

tanggung jawabnya; Untuk menentukan kepastian batas-batas blok bagi setiap

petugas diperlukan orientasi lapangan secara bersamaan antara pengawas dan petugas lapangan dengan berpedoman pada peta kerja yang telah ditentukan;

2. Ukuran sisi bidang tanah dan bangunan harus dicantumkan dengan jelas dan benar pada peta kerja. Objek bangunan digambarkan dengan garis putus-putus, kode tingkat bangunan ditulis dengan angka romawi;

3. SPOP diisi dengan jelas, benar, dan lengkap sesuai dengan data objek/subjek yang bersangkutan;

4. Memberikan arahan dan bimbingan kepada petugas apabila petugas menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Dalam hal pengawas tidak dapat mengatasi, pengawas melaporkan kepada koordinator pekerjaan lapangan;

5. SPOP yang telah diisi dengan jelas, lengkap, dan benar ditandatangani oleh petugas lapangan dan oleh subjek pajak atau yang mewakilinya; dan

Page 86: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

6. SPOP yang telah diterima dari petugas diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang serta dilengkapi dengan NIP dan tanggal pemeriksaan.

b. Pengawasan pelaksanaan pemberian NOP NOP Pengawasan ini dilakukan agar: 1. Pengumpulan data dan pemberian NOP dimulai secara berurutan

dari barat laut (kiri atas peta) pada tiap blok, yang selanjutnya urutan pengumpulan/penomoran diusahakan berbentuk spiral;

2. Penempelan stiker NOP hanya objek bangunan ditempat yang mudah terlihat;

3. Penempelan stiker NOP serta pengisian NOP ke dalam SPOP dilakukan pada saat yang bersamaan di lapangan; dan

4. Pemberian NOP pada objek PBB dan pada SPOP harus sama dengan penomoran pada peta kerja/konsep peta blok.

c. Pengawasan pengumpulan data harga jual Pengawasan ini dilaksanakan agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan cara mengadakan: 1. Pengecekan langsung ke lapangan terhadap data yang diragukan

kebenarannya; dan 2. Penyesuaian terhadap data yang diragukan kebenarannya

sehingga mendekati nilai pasar yang sebenarnya.

4.1.2 Cara Pengawasan Pengawasan diterapkan dengan pola berjenjang, mulai dari Penanggung jawab sampai dengan Petugas Lapangan. Cara pengawasan, kepada Petugas Lapangan adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan lapangan mengharuskan kepada setiap petugas

lapangan untuk: a. Mengisi daftar hadir di tempat yang telah ditentukan; b. Memberitahukan secara langsung atu tidak langsung kemana

petugas lapangan yang bersangkutan akan bertugas; c. Mengisi buku produksi untuk mencatat hasil kerja setiap hari;

dan d. Membawa surat tugas dan memakai tanda pengenal.

2. Pengawas lapangan diwajibkan mengawasi petugas lapangan yang menjadi tanggung jawabnya dan berhak menegur serta memberikan pengarahan kepada petugas lapangan;

3. Pengawas lapangan harus memeriksa buku produksi, konsep sket/peta blok yang sedang dikerjakan oleh petugas lapangan dan membubuhkan parafnya pada buku produksi tersebut;

4. Pengawas lapangan harus mengisi Daftar Pengawasan pada saat peninjauan ke lapangan. Daftar Pengawasan tersebut harus ditandatangani pengawas maupun petugas lapangan dan dibuat dalam rangkap 2 (dua), satu lembar untuk laporan dan satu lembar untuk petugas yang bersangkutan; dan

5. Pengawas Lapangan harus mengadakan uji petik terhadap hasil pekerjaan petugas lapangan minimal 5 objek pajak untuk setiap blok dengan menggunakan berita acara.

4.2 PELAPORAN DAN EVALUASI

Dalam hal pembentukan basis data SISMIOP tidak dilaksanakan oleh Tim, maka pelaporan dan evaluasi disesuaikan dengan tugas dan fungsi Dinas. Apabila pembentukan basis data SISMIOP dilaksanakan oleh Tim, maka mekanisme pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dilaksanakan sebagai berikut:

Page 87: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4.2.1 Pelaporan

a. Laporan Mingguan 1. Petugas lapangan setiap minggunya, setelah selesai

melaksanakan pekerjaan di lapangan, melaporkan sekaligus menyerahkan SPOP yang dapat diselesaikan pada minggu tersebut kepada pengawas petugas lapangan;

2. Selanjutnya para Pengawas Petugas Lapangan meneliti SPOP yang diterimanya dari petugas lapangan yang diawasi. Dalam hal terdapat kesalahan/kekurangan dalam pengisian SPOP, maka SPOP tersebut agar dikembalikan kepada petugas lapangan yang bersangkutan untuk diperbaiki;

3. SPOP yang telah diteliti oleh Pengawas Petugas Lapangan, setiap minggunya diserahkan kepada Koordinator Pekerjaan Lapangan (KORLAP) yang bersangkutan disertai rekapitulasi hasil pekerjaan lapngan di dalam Daftar Laporan Perkembangan Pengumpulan Data Objek Pajak;

4. Apabila satu blok telah selesai didata, maka selain SPOP, petugas lapangan juga harus menyerahkan net konsep peta blok kepada pengawas petugas lapangan;

5. Apabila dalam minggu yang bersangkutan terdapat blok-blok yang dapat diselesaikan, maka dalam laporan mingguan agar dilampirkan net konsep peta blok yang telah dilengkapi dengan batas-batas ZNT;

6. Selanjutnya KORLAP menghimpun laporan-laporan mingguan yang diterima dari pengawas petugas lapangan beserta net konsep peta blok;

7. KORLAP menghimpun laporan mingguan untuk selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim melalui Sekretaris Tim; dan

8. Setiap minggu Koordinator Pekerjaan Administrasi Komputerisasi (KORADKOM) membuat laporan perkembangan perekaman data dan pembuatan peta kepada Ketua Tim.

b. Laporan Bulanan Setiap bulan Kepala Bidang Pendapatan melaporkan pertanggungjawaban fisik dan keuangan kepada Kepala Dinas.

c. Laporan Triwulanan Setiap triwulan Kepala Bidang melakukan rekapitulasi laporan bulanan, untuk dianalisa.

d. Laporan Akhir Setiap akhir penyelesaian kegiatan Pembentukan dan atau pemeliharaan Basis Data, Kepala Dinas membuat laporan akhir yang disampaikan kepada Bupati.

4.2.2 Evaluasi

1. Langkah pengendalian pelaksanaan kegiatan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data SISMIOP dilakukan dengan mengadakan evaluasi terdapat pelaksanaan pekerjaan lapangan dan administrasi yang dilaksanakan setiap minggu.

2. Dalam evaluasi mingguan tersebut dihadiri oleh: a. Ketua/Wakil Ketua Tim Pelaksana; b. Kepala Seksi yang berwenang dalam pendaftaran, pendataan dan

penilaian; c. KORLAP; d. KORADKOM; dan e. Pengawasan Lapangan.

Page 88: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3. Materi yang dibahas dalam evaluasi mingguan: a. Laporan dari Koordinator Pekerjaan Lapangan, tentang semua

hasil yang telah dicapai selama satu minggu kepada Ketua Tim; b. Laporan Koordinator Pekerjaan Administrasi tentang

pelaksanaan perekaman dan penggambaran peta kepada Ketua Tim;

c. Pengarahan teknis secara umum dari Ketua Tim atas hasil pekerjaan; dan

d. Evaluasi akhir oleh Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk dengan memberikan petunjuk dan pengarahan secara umum;

BAB V

PENUTUP

1. Petunjuk Pelaksanaan ini berlaku hanya untuk objek dan subjek pajak PBB-P2;

2. Pendaftaran, pendataan dan penilaian yang dilaksanakan oleh pihak ke-III tidak termasuk kegiatan Penelitian Pendahuluan, dan Penyusunan Rencana Kerja;

3. Dalam pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penilaian PBB-P2 agar dilaksanakan peningkatan pemeriksaan dan pengawasan baik secara teknis maupun administratif; dan

4. Setiap petugas yang melakukan pendaftaran,pendataan, dan penilaian PBB harus dilengkapi dengan surat tugas yang dikeluarkan oleh Pejabat yang memberi tugas.

BUPATI ACEH TIMUR,

ttd

HASBALLAH BIN M. THAIB

Page 89: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN I II PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN OBJEK PAJAK KHUSUS

Petunjuk teknis ini merupakan acuan bagi penilai PBB-P2 untuk memperoleh Biaya Pembuatan Baru (Cost Reproduction New/CRN) Bangunan untuk jenis bangunan khusus yaitu Tower/Menara Telekomunikasi/Pemancar, Dermaga/Pelabuhan : Jetty, Connection Bridge, Breasting/Morring Dolphin, Industri : Silo Beton dan Cerobong Asap dan Bandara : Taxiway, Runway, Overrun, Appron, Paved Shoulder. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam petunjuk teknis ini adalah: 1. Penyusunan petunjuk teknis ini mempedomani Surat Edaran Direktorat

Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ.06/2003 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Bangunan Khusus, yang disesuaikan kembali;

2. Data harga bahan disesuaikan kembali dengan peningkatan sebesar 20% (dua puluh persen) sebagaimana lampiran Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ.06/2003 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Bangunan Khusus, yang akan disesuaikan kembali sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali;

3. Sementara upah disesuaikan dengan ketetapan Upah Minimum Provinsi Aceh Tahun 2013, yang akan disesuaikan kembali sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali;

4. Selanjutnya dalam mengestimasi nilai bangunan, CRN dimaksud masih memerlukan analisis penyusutan;

5. Untuk bangunan objek khusus yang tidak tertampung dalam kode JPB pada LSPOP dapat menggunakan kode JPB 10 (sepuluh) (lain-lain) dengan memberikan keterangan pada LSPOP tentang jenis penggunaan bangunan sebenarnya; dan

6. Petunjuk teknis ini hanya digunakan untuk bangunan yang dimaksud, sehingga untuk menilai bangunan-bangunan lain yang berada dalam suatu objek pajak dapat menggunakan alat perhitungan lain seperti CAV (pada SISMIOP), DBKB 2000 (dua ribu) dan perhitungan manual sesuai kebutuhan dalam proses penilaian.

1. Tower/Menara Telekomunikasi/Pemancar

ANALISA PERHITUNGAN

BIAYA PEMBUATAN BARU (CRN) TOWER/MENARA TELEKOMUNIKASI/PEMANCAR

DAFTAR HARGA MATERIAL

NO. JENIS MATERIAL SATUAN HARGA (Rp) 1 2 3 4 1 Kepala Tukang hr 51.000 2 Mandor hr 56.667 3 Pekerja hr 41.310 4 Tukang hr 45.900 5 Batu Kali m3 81.600 6 Pasir Beton m3 102.000 7 Split m3 99.000 8 Tiang pancang uk. 40 x 40 Cm panjang 17 s/d 18 m' m' 162.000

Page 90: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 9 Admixture (Super cement extra) lt 9.312 10 PC abu-abu zak 26.400 11 Slump 10 cm 3.600 12 Baja L 80.80.8 kg 5.040 13 Besi beton ulir kg 3.840 14 Kawat beton kg 6.000 15 Paku segala ukuran (rata-rata) kg 7.200 16 Kayu/papan meranti m3 1.080.000 17 Tripex 4x8x15 mm lbr 126.000 18 Cat besi kg 23.880 19 Meni besi kg 9.900

ANALISA HARGA SATUAN

NO JENIS PEKERJAAN SATUAN VOL HARGA KOMP.

HARGA SATUAN

TOTAL HARGA SATUAN

1 2 3 4 5 6 7

1. PEKERJAAN PERSIAPAN 15.712 a. Pembersihan lapangan m2 2.384 Mandor hr 0,0027 56.667 153 Pekerja hr 0,054 41.310 2.231

b. Pemasangan bouwplank m 13.329 Kayu m3 0,008 1.080.000 8.640 Paku kg 0,025 7.200 180 Mandor hr 0,0011 56.667 62 Pekerja hr 0,0064 41.310 264 Kepala tukang hr 0,064 51.000 3.264 Tukang hr 0,02 45.900 918

2. PEKERJAAN SUB STRUKTUR 4.818.415 a. Tiang pancang m' 252.075 Tiang pancang m' 0,3 162.000 48.600 Alat-alat lain % 33 62.545 Mandor hr 0,3 56.667 17.000 Pekerja hr 3 41.310 123.930

b. Penggalian tanah m3 72.180 Mandor hr 0,08 56.667 4.533 Kepala Tukang hr 0,016 51.000 816 Tukang hr 0,16 45.900 7.344 Pekerja hr 1,44 41.310 59.486

c. Pemotongan tiang pancang unit 15.345 Mandor hr 0,125 56.667 7.083 Pekerja hr 0,2 41.310 8.262

d. Pembuangan tanah m3 15.031 Mandor hr 0,083 56.667 4.703 Pekerja hr 0,25 41.310 10.328

e. Urugan tanah kembali m3 39.596 Mandor hr 0,165 56.667 9.350 Pekerja hr 0,495 41.310 20.448 Sewa alat-alat % 10 9.798

f. Pondasi plat m3 1.301.695 f.1 Penggalian m3 72.180 Mandor hr 0,08 56.667 4.533 Kepala Tukang hr 0,016 51.000 816 Tukang hr 0,16 45.900 7.344 Pekerja hr 1,44 41.310 59.486 f.2 Urugan pasir m3 132.310 Pasir beton hr 1 102.000 102.000 Mandor hr 0,01 56.667 567 Pekerja hr 0,72 41.310 29.743 f.3 Lantai kerja tebal 15

mm m2 49.457

PC zak 0,625 26.400 16.500

Page 91: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 7 Pasir beton m3 0,05 102.000 5.100 Mandor hr 0,02 56.667 1.133 Kepala Tukang hr 0,02 51.000 1.020 Tukang hr 0,2 45.900 9.180 Pekerja hr 0,4 41.310 16.524 f.4 Pembesian m3 505.592 Besi beton kg 110 3.840 422.400 Kawat beton kg 2 6.000 12.000 Mandor hr 0,015 56.667 850 Kepala Tukang hr 0,225 51.000 11.475 Tukang hr 0,675 45.900 30.983 Pekerja hr 0,675 41.310 27.884 f.5 Pengecoran K-175 m3 542.156 PC zak 8 26.400 211.200 Split m3 0,814 99.000 80.586 Pasir beton m3 0,48 102.000 48.960 Admixture ltr 4,52 9.312 42.090 Slump cm 1 3.600 3.600 Mandor hr 0,3 56.667 17.000 Kepala Tukang hr 0,2 51.000 10.200 Tukang hr 1 45.900 45.900 Pekerja hr 2 41.310 82.620 g. Balok Ikat 1.301.695 g.1 Penggalian m3 72.180 Mandor hr 0,08 56.667 4.533 Kepala Tukang hr 0,016 51.000 816 Tukang hr 0,16 45.900 7.344 Pekerja hr 1,44 41.310 59.486 g.2 Urugan pasir m3 132.310 Pasir Beton m3 1 102.000 102.000 Mandor hr 0,01 56.667 567 Pekerja hr 0,72 41.310 29.743 g.3 Lantai kerja m3 49.457 PC zak 0,625 26.400 16.500 Pasir beton m3 0,05 102.000 5.100 Mandor hr 0,02 56.667 1.133 Kepala Tukang hr 0,02 51.000 1.020 Tukang hr 0,2 45.900 9.180 Pekerja hr 0,4 41.310 16.524 g.4 Pembesian m3 505.592 Besi beton kg 110 3.840 422.400 Kawat beton kg 2 6.000 12.000 Mandor hr 0,015 56.667 850 Kepala Tukang hr 0,225 51.000 11.475 Tukang hr 0,675 45.900 30.983 Pekerja hr 0,675 41.310 27.884 g.5 Pengecoran m3 542.156 PC zak 8 26.400 211.200 Split m3 0,814 99.000 80.586 Pasir beton m3 0,48 102.000 48.960 Admixture ltr 4,52 9.312 42.090 Slump cm 1 3.600 3.600 Mandor hr 0,3 56.667 17.000 Kepala Tukang hr 0,2 51.000 10.200 Tukang hr 1 45.900 45.900 Pekerja hr 2 41.310 82.620 h. Kolom 1.774.075 h.1 Bekisting m3 726.327 Triplex m2 0,33 126.000 41.580 Kayu m3 0,4 1.080.000 432.000 Paku kg 4 7.200 28.800 Mandor hr 0,1 56.667 5.667 Kepala Tukang hr 0,5 51.000 25.500 Tukang hr 0,6 45.900 27.540 Pekerja hr 4 41.310 165.240

Page 92: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 7 h.2 Pembesian m3 505.592 Besi beton kg 110 3.840 422.400 Kawat beton kg 2 6.000 12.000 Mandor hr 0,015 56.667 850 Kepala Tukang hr 0,225 51.000 11.475 Tukang hr 0,675 45.900 30.983 Pekerja hr 0,675 41.310 27.884 h.3 Pengecoran m3 542.156 PC zak 8 26.400 211.200 Split m3 0,814 99.000 80.586 Pasir beton m3 0,48 102.000 48.960 Admixture ltr 4,52 9.312 42.090 Slump cm 1 3.600 3.600 Mandor hr 0,3 56.667 17.000 Kepala Tukang hr 0,2 51.000 10.200 Tukang hr 1 45.900 45.900 Pekerja hr 2 41.310 82.620 i. Pengecatan m2 30.760 Meni lt 0,12 9.900 1.188 Cat Besi lt 0,3504 23.880 8.368 Kepala Tukang hr 0,0756 51.000 3.856 Tukang hr 0,0756 45.900 3.470 Pekerja hr 0,336 41.310 13.880 j. Pemasangan tower kg 15.962 Mandor hr 0,0015 56.667 85 Kepala Tukang hr 0,0225 51.000 1.148 Tukang hr 0,12 45.900 5.508 Pekerja hr 0,1 41.310 4.131 Baja kg 1 5.040 5.040 Peralatan lain % 0,1 504 50

PERHITUNGAN BIAYA PEMBANGUNAN TOWER Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : sampai dengan 10 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 84,24 172.329 14.516.995 2. Pemotongan Tiang m’ 3,37 15.345 51.714

IV. BETON 1. Kolom m3 0,37 1.774.075 656.408 2. Foot Plat m3 2,02 1.301.695 2.629.424 3. Tie Beam m3 0,46 1.301.695 598.780

Page 93: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 V. SUPER STR

1. Tower kg 1.589,81 15.962 25.376.388 2. Pengecatan m2 25,41 30.761 781.646 Jumlah 48.946.764 Test 1% 489.468 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 5.873.612 Keuntungan Kontraktor 10% 4.894.676 CRN 86.362.554

Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 11 m sampai dengan 20 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 84,24 172.329 14.516.995 2. Pemotongan Tiang m’ 3,37 15.345 51.714

IV. BETON 1. Kolom m3 0,37 1.774.075 656.408 2. Foot Plat m3 2,02 1.301.695 2.629.424 3. Tie Beam m3 0,46 1.301.695 598.780

V. SUPER STR 1. Tower kg 2.793,12 15.962 44.583.502 2. Pengecatan m2 45,74 30.761 1.407.024

Jumlah 68.779.256 Test 1% 687.793 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 8.253.511 Keuntungan Kontraktor 10% 6.877.926 CRN 130.589.011

Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 21 m sampai dengan 30 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah

Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan

Bouplank m 38,2 13.329 509.157

Page 94: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 140,4 172.329 24.194.992 2. Pemotongan Tiang m’ 5,62 15.345 86.241

IV. BETON 1. Kolom m3 0,62 1.774.075 1.099.926 2. Foot Plat m3 3,37 1.301.695 4.386.712

3. Tie Beam m3 0,77 1.301.695 1.002.305

V. SUPER STR 1. Tower kg 4.446,76 15.962 70.978.738 2. Pengecatan m2 184,53 30.761 5.676.392 Jumlah 111.760.716 Test 1% 1.117.607 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 13.411.286 Keuntungan Kontraktor 10% 11.176.072 CRN 214.120.812

Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 31 m sampai dengan 40 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 226,2 172.329 38.980.820 2. Pemotongan Tiang m’ 9,05 15.345 138.875

IV. BETON 1. Kolom m3 1,00 1.774.075 1.774.075 2. Foot Plat m3 5,43 1.301.695 7.068.203 3. Tie Beam m3 1,24 1.301.695 1.614.102

V. SUPER STR 1. Tower kg 5.566,63 15.962 88.853.991

2. Pengecatan m2 224,21 30.761 6.897.003 Jumlah 149.662.479 Test 1% 1.496.625 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 17.959.497 Keuntungan Kontraktor 10% 14.966.248 CRN 279.835.843

Page 95: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 51 m sampai dengan 60 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 312,00 172.329 53.766.648 2. Pemotongan Tiang m’ 12,48 15.345 191,510

IV. BETON 1. Kolom m3 1,37 1.774.075 2.430.482 2. Foot Plat m3 7,49 1.301.695 9.749.695 3. Tie Beam m3 1,71 1.301.695 2.225.898

V. SUPER STR 1. Tower kg 10.995,20 15.962 175.504.283 2. Pengecatan m2 553,08 30.761 17.013.489

Jumlah 265.217.415 Test 1% 2.652.174 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 31.826.090 Keuntungan Kontraktor 10% 26.521.741 CRN 518.735.191 Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 71 m sampai dengan 80 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH 1 2 3 4 5 6

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 400,00 172.329 68.931.600 2. Pemotongan Tiang m’ 16,00 15.345 245.525

IV. BETON 1. Kolom m3 1,76 1.774.075 3.122.371 2. Foot Plat m3 9,60 1.301.695 12.496.271 3. Tie Beam m3 2,19 1.301.695 2.850.712

Page 96: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6

V. SUPER STR 1. Tower kg 16.583,50 15.962 264.704.169 2. Pengecatan m2 706,86 30.761 21.743.969

Jumlah 378.430.028 Test 1% 3.784.300 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 45.411.603 Keuntungan Kontraktor 10% 37.843.003 CRN 751.917.072 Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 81 m sampai dengan 90 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah

Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 400,00 172.329 68.931.600 2. Pemotongan Tiang m’ 16,00 15.345 245.525

IV. BETON 1. Kolom m3 1,76 1.774.075 3.122.371 2. Foot Plat m3 9,60 1.301.695 12.496.271 3. Tie Beam m3 2,19 1.301.695 2.850.712

V. SUPER STR 1. Tower kg 22.129,82 15.962 353.233.974 2. Pengecatan m2 765,63 30.761 23.551.814

Jumlah 468.767.677 Test 1% 4.687.677 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 56.252.121

Keuntungan Kontraktor 10% 46.876.768 CRN 953.370.031

Spesifikasi model 1. Tipe : SST 2. Ketinggian : 101 m sampai dengan 110 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH 1 2 3 4 5 6

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 133,4 2.384 317.991 2. Pemasangan Bouplank m 38,2 13.329 509.157

Page 97: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 30,85 72.180 2.226.745 2. Pembuangan m3 43,11 15.031 647.979 3. Urugan m3 16,00 39.596 633.538

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 420,00 172.329 72.378.180 2. Pemotongan Tiang m’ 16,00 15.345 245.525

IV. BETON 1. Kolom m3 1,85 1.774.075 3.282.038 2. Foot Plat m3 10,08 1.301.695 13.121.085 3. Tie Beam m3 2,30 1.301.695 2.993.898

V. SUPER STR 1. Tower kg 97.134,00 15.962 1.550.443.195 2. Pengecatan m2 3.885,00 30.761 119.507.853

Jumlah 1.766.307.184 Test 1% 17.663.072 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 211.956.862 Keuntungan Kontraktor 10% 176.630.718 CRN 3.842.508.883

Spesifikasi model 1. Tipe : Greenfield (medium) 2. Ketinggian : 111 m sampai dengan 120 m 3. Jumlah kaki : 4 4. Konstruksi : baja 5. Pemasangan : diatas tanah Analisis perhitungan per unit

NO. JENIS PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan m2 144,00 2.384 343.259 2. Pemasangan Bouplank m 40,00 13.329 533.149

II. PEKERJAAN TANAH 1. Penggalian m3 50,00 72.180 3.608.987 2. Pembuangan m3 35,00 15.031 526.079 3. Urugan m3 15,00 39.596 593.942

III. PONDASI 1. Pemancangan m’ 440,00 172.329 75.824.760 2. Pemotongan Tiang m’ 16,00 15.345 245.525

IV. BETON 1. Kolom m3 1,94 1.774.075 3.441.705 2. Foot Plat m3 10,56 1.301.695 13.745.898 3. Tie Beam m3 2,41 1.301.695 3.137.085

V. SUPER STR 1. Tower kg 118.102,00 15.962 1.885.132.314 2. Pengecatan m2 4.724,00 30.761 145.316.627 Jumlah 2.132.449.329 Test 1% 21.324.493 PPN 10% dan Perizinan 2 % 12% 255.893.919 Keuntungan Kontraktor 10% 213.244.933 CRN 4.653.361.615

Page 98: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Dermaga/Pelabuhan

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PEMBUATAN BARU (CRN)

DERMAGA/PELABUHAN DAFTAR HARGA NO. JENIS MATERIAL/JENIS PEKERJAAN SATUAN HARGA SATUAN

(Rp)

I. UPAH a. PERSIAPAN 1. Pengukuran m’ 4.647 2. Mobilisasi Peralatan ls 29.162 b. KONSTRUKSI UTAMA 1. Pemancangan m’ 30.329 2. Pemotongan Tiang bh 22.746 3. Bekisting m2 224.288 4. Pembesian m3 306.873 5. Pengecoran m3 280.699 6. Floorhard m2 2.187 c. FINISHING 1. Lapisan Penetrasi m2 10.041

II. BAHAN a. PERSIAPAN 1. Pengukuran m’ 8.664 b. KONSTRUKSI UTAMA 1. Pemancangan m’ 62.400 2. Bekisting m2 142.800 3. Pembesian m3 588.600 4. Pengecoran m3 404.940 5. Floorhard m2 6.000 c. FINISHING 1. Lapisan Penetrasi m2 18.162 2. Lapisan Aspal m2 24.522 d. ASESORIS 1. Bolard unit 432.000 2. Fender unit 216.000

JETTY/DERMAGA Analisis Harga Satuan Per M2

JENIS PEKERJAAN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

A. PERSIAPAN 1. Pengukuran m’ 1,00 8.664 4.647 13.311 13.11 2. Mobilisasi Peralatan ls 1,00 29.162 29.162 29.162

B. KONSTRUKSI UTAMA 1. Pemancangan m‘ 2,50 62.400 30.329 92.729 231.823 2. Pemotongan Tiang bh 0,20 22.746 22.746 4.549 3. Bekisting m2 0,34 142.800 224.288 367.088 124.810 4. Pembesian m3 0,34 588.600 306.873 895.473 304.461 5. Pengecoran m3 0,34 404.940 280.699 685.639 233.117 6. Floorhard m2 1,00 6.000 2.187 8.187 8.187

C. FINISHING 1. Lapisan penetrasi m2 1,00 18.162 10.041 28.203 28.203 2. Lapisan aspal m2 1,00 24.522 24.522 24.522 CRN Rp/m2 1.002.145

D. ASESORIS 1. Bolard unit 0,10 432.000 432.000 43.200 2. Fender unit 0,08 216.000 216.000 17.280

Page 99: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

DERMAGA/CONNECTION BRIDGE Analisis Harga Satuan Per M2

JENIS PEKERJAAN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

A. PERSIAPAN 1. Pengukuran m’ 1,00 8.664 4.647 13.311 13.11 2. Mobilisasi

Peralatan ls 1,00 29.162 29.162 29.162

B. KONSTRUKSI UTAMA 1. Pemancangan m‘ 2,00 62.400 30.329 92.729 185.458 2. Pemotongan Tiang bh 0,20 22.746 22.746 4.549 3. Bekisting m2 0,34 142.800 224.288 367.088 124.810 4. Pembesian m3 0,34 588.600 306.873 895.473 304.461 5. Pengecoran m3 0,34 404.940 280.699 685.639 233.117 6. Floorhard m2 1,00 6.000 2.187 8.187 8.187 C. FINISHING 1. Lapisan penetrasi m2 1,00 18.162 10.041 28.203 28.203 2. Lapisan aspal m2 1,00 24.522 24.522 24.522 CRN Rp/m2 955.780

DERMAGA/BREASTING/MORRING DOLPHIN Analisis Harga Satuan Per M2

JENIS PEKERJAAN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

A. PERSIAPAN 1. Pengukuran m’ 1,00 8.664 4.647 13.311 13.11 2. Mobilisasi

Peralatan ls 1,00 29.162 29.162 29.162

B. KONSTRUKSI UTAMA 1. Pemancangan m‘ 0,30 62.400 30.329 92.729 27.819 2. Pemotongan Tiang bh 0,10 22.746 22.746 2.275 3. Bekisting m2 0,32 142.800 224.288 367.088 117.468 4. Pembesian m3 0,32 588.600 306.873 895.473 286.551 5. Pengecoran m3 0,32 404.940 280.699 685.639 219.404 6. Floorhard m2 1,00 6.000 2.187 8.187 8.187 C. FINISHING 1. Lapisan penetrasi m2 1,00 18.162 10.041 28.203 28.203 2. Lapisan aspal m2 1,00 24.522 24.522 24.522 CRN Rp/m2 756.902 D. ASESORIS 1. Bolard unit 0,05 432.000 432.000 21.600 2. Fender unit 0,01 216.000 216.000 2.160

3. Industri

SILO BETON (CEMENT SILO) Spesifikasi Model : 1. Bahan : Beton Bertulang 2. Diameter Bawah : 10 m 3. Diameter Atas : 10 m 4. Tinggi : 20 m 5. Tebal : 0,05 m 6. Luas Tapak : 78,54 m2 7. Pondasi : Pelat Beton dan Tiang Pancang 8. Bentuk : Silinder Tertutup

Page 100: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Analisis perhitungan Silo per luas tapak m2 NO. KOMPONEN SAT VOL BAHAN

(Rp) UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp) HARGA (Rp)

I. PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m2 1,00 2.120 2.120 2.120 2. Pengukuran m 1,00 8.664 4.647 13.311 13.311 3. Galian tanah m3 0,50 27.022 27.022 13.511 4. Pengurukan tanah m3 0,50 36.101 36.101 18.051 5. Pemadatan tanah m2 1,00 2.523 2.523 2.523

II. SUB STRUCTURE 1. Pemancangan m 1,00 62.400 30.329 92.729 92.729 2. Pemotongan bh 0,50 22.746 22.746 11.373 3. Begisting m3 0,30 142.800 224.288 367.088 110.126 4. Pembesian m3 0,30 588.600 306.873 895.473 268.642 5. Slab beton m3 0,30 404.940 280.699 685.639 205.692

III. UPPER STRUCTURE 1. Dinding: - Begisting m3 4,00 142.800 224.288 367.088 1.468.352 - Pembesian m3 4,00 297.900 153.437 451.337 1.805.348 - Pelat Beton m3 4,00 119.040 280.686 399.726 1.598.904

2. Penutup (Baja) kg 20,00 6.561 6.561 131.220 ASESORIS ls 10,00 6.561 6.561 65.610 CRN per m2 5.807.511 Luas tapak 78,54 CRN Rp/m2 456.121.919

CEROBONG ASAP

Spesifikasi Model : 1. Bahan : Beton Bertulang 2. Diameter Bawah : 4 m 3. Diameter Atas : 2 m 4. Tinggi Cerobong : 103 m 5. Tebal Cerobong : 0,05 m 6. Luas Tapak : 12,7 m2 7. Pondasi : Pelat Beton dan Tiang Pancang 8. Bentuk : Kerucut Terpotong Analisis perhitungan Cerobong per luas tapak m2

NO. KOMPONEN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

I. PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m2 2,00 2.120 2.120 2.120 2. Pengukuran m 1,00 8.664 4.647 13.311 13.311 3. Galian tanah m3 0,40 27.022 27.022 10.809 4. Pengurukan tanah m3 0,40 36.101 36.101 14.440 5. Pemadatan tanah m2 1,00 2.523 2.523 2.523

II. SUB STRUCTURE 1. Pemancangan m 1,00 62.400 30.329 92.729 92.729 2. Pemotongan bh 0,50 22.746 22.746 11.373 3. Begisting m3 0,30 142.800 224.288 367.088 110.126 4. Pembesian m3 0,30 297.900 153.437 451.337 135.401 5. Slab beton m3 0,30 119.040 280.699 399.739 119.922

III. UPPER STRUCTURE 1. Dinding: - Begisting m3 6,87 142.800 224.288 367.088 2.521.895 - Pembesian m3 6,87 297.900 153.437 451.337 3.100.685 - Pelat Beton m3 6,87 119.040 280.686 399.726 2.746.118

ASESORIS ls 5,00 6.561 6.561 32.805 CRN per m2 8.916.377 Luas tapak 12,57 CRN Rp/m2 112.078.856

Page 101: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4. Bandara/Bandar Udara Taxiway/Runway/Overrun Analisis harga satuan per m2

NO. KOMPONEN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

I. PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m2 1,00 2.120 2.120 2.120 2. Pengukuran m 1,16 8.664 4.647 13.311 15.441 3. Galian tanah m3 1,16 27.022 27.022 31.346 4. Pengurukan tanah m3 1,00 36.101 36.101 36.301 5. Pemadatan tanah m2 1,00 2.523 2.523 2.523

II. KONSTRUKSI UTAMA 1. Lapisan Sub Graded m3 0,70 23.400 14.352 37.752 26.426 2. Lapisan Sub Base m3 0,64 23.400 14.352 37.752 24.161 3. Lapisan Aggregatte

Base m3 0,28 18.600 10.745 29.345 8.217

III. FINISHING 1. Lapisan Penetrasi m2 1,00 18.162 10.041 28.203 28.203 2. Hotmix m2 1,00 96.988 96.988 96.988 3. Track Coating m2 1,00 3.000 713 3.713 3.713

CRN Rp/m2 275.239 Apron Analisis harga satuan per m2

NO. KOMPONEN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

I. PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m2 1,00 2.120 2.120 2.120 2. Pengukuran m 2,00 8.664 4.647 13.311 26.622 3. Galian tanah m3 0,50 27.022 27.022 13.511 4. Pengurukan tanah m3 0,50 36.101 36.101 18.051 5. Pemadatan tanah m2 1,00 2.523 2.523 2.523

II. KONSTRUKSI UTAMA 1. Lapisan Sub Graded m3 0,40 23.400 14.352 37.752 15.101 2. Lapisan Sub Base m3 0,10 23.400 14.352 37.752 3.775 3. Bekisting m3 0,30 142.800 224.288 367.088 110.126 4. Pembesian m3 0,30 588.600 280.699 869.299 260.790 5. Slab Beton m3 0,30 404.940 280.699 685.639 205.692 6. Floorhard m2 1,00 6.000 2.187 8.187 8.187

III. FINISHING 1. Track Coating m2 1,00 3.000 713 3.713 3.713

CRN Rp/m2 670.210

Paved Shoulder Analisis harga satuan per m2

NO. KOMPONEN SAT VOL BAHAN (Rp)

UPAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

HARGA (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

I. PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m2 1,00 2.120 2.120 2.120 2. Pengukuran m 2,00 8.664 4.647 13.311 26.622 3. Galian tanah m3 0,93 27.022 27.022 25.130 4. Pengurukan tanah m3 0,93 36.101 36.101 33.574 5. Pemadatan tanah m2 1,00 2.523 2.523 2.523

II. KONSTRUKSI UTAMA 1. Lapisan Sub Graded m3 0,56 23.400 14.352 37.752 21.141 2. Lapisan Sub Base m3 0,51 23.400 14.352 37.752 19.254 3. Lapisan Aggregatte

Base m3 0,22 18.600 10.475 29.345 6.456

Page 102: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1 2 3 4 5 6 7 8

III. FINISHING 1. Lapisan Penetrasi m2 1,00 18.162 10.041 28.203 28.203 2. Hotmix m2 1,00 96.286 96.286 96.286 3. Track Coating m2 1,00 3.000 713 3.713 3.713

CRN Rp/m2 265.022

BUPATI ACEH TIMUR,

ttd

HASBALLAH BIN M. THAIB

Page 103: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN I V PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PBB-P2 A. Prosedur Penyelesaian Pengajuan Keberatan PBB-P2

I. Gambaran Umum Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pengajuan dan penyelesaian Keberatan PBB-P2.

II. Prosedur Kerja Penyelesaian Pengajuan Keberatan PBB-P2 1. Wajib Pajak atau Keuchik dalam hal pengajuan keberatan PBB-P2

secara kolektif, menyampaikan pengajuan keberatan PBB-P2 ke Dinas melalui UPTD;

2. Petugas Tempat Pelayanan menerima berkas pengajuan keberatan PBB-P2, merekam berkas, meneruskan berkas pengajuan beserta Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) kepada Account Representative (AR), mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan memberikan BPS kepada Wajib Pajak atau Keuchik; dan

3. AR menerima berkas pengajuan keberatan PBB-P2 Wajib Pajak, AR meneliti kelengkapan persyaratan dengan mengisi Lembar Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2.

Apabila berkas pengajuan memenuhi persyaratan maka lanjutkan ke Prosedur Kerja II.7. 4. Terhadap berkas pengajuan yang tidak memenuhi persyaratan, AR

membuat/mencetak konsep Surat Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan dan menyerahkan kepada Kepala Seksi berwenang untuk diteliti dan diparaf;

5. Kepala Seksi yang berwenang meneliti konsep Surat Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan, memaraf dan meneruskan kepada Kepala Bidang untuk diteliti lebih lanjut dan memarafnya apabila telah sesuai dan meneruskan kepada Kepala Dinas;

6. Kepala Dinas menyetujui dan menandatangani Surat Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan dan SPPT asli yang dilampirkan disampaikan kepada Wajib Pajak;

7. Untuk berkas pengajuan keberatan PBB-P2 yang telah memenuhi persyaratan, AR mengelompokkan berdasarkan wewenang penelitiannya atau wewenang penyelesaian keberatan PBB-P2; dan

8. Apabila pelaksanaan penelitian keberatan PBB-P2 bukan merupakan wewenang Kepala Dinas selaku Satuan Kerja Perangkat Kabupaten atau merupakan kewenangan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) atau Bupati, maka Surat Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 ditanda tangani oleh Kepala Dinas selaku PPKD atau oleh Bupati.

Page 104: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

B. Prosedur Penelitian Keberatan PBB-P2 I. Gambaran Umum

Prosedur operasi ini merupakan pedoman pelaksanaan penelitian keberatan PBB-P2 yang dilaksanakan oleh Dinas terhadap pengajuan keberatan PBB-P2 yang berwenang penyelesaiannya merupakan wewenang PPKD atau Bupati.

II. Prosedur Kerja Penelitian Keberatan PBB-P2 1. Berdasarkan berkas pengajuan keberatan PBB-P2 yang telah

memenuhi persyaratan dan wewenang penyelesaiannya adalah wewenang PPKD/Bupati serta pelaksanaan penelitian atas keberatan PBB tersebut dilaksanakan oleh Dinas dari Account Representative (AR), Kepala Seksi yang berwenang menyerahkan LPAD, berkas pengajuan keberatan, dan Lembar Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan kepada Kepala Seksi yang berwenang untuk menanggani keberatan;

2. Kepala Seksi yang berwenang untuk menanggani keberatan setelah menerima berkas dari Kepala Seksi yang dalam penetapan untuk membuat Surat Tugas Penelitian;

3. Kepala Seksi yang berwenang untuk menanggani keberatan meneliti, menyetujui dan memaraf, kemudian meneruskan konsep Surat Tugas kepada Kepala Bidang;

4. Kepala Bidang memeriksa, menyetujui dan menandatangani Surat Tugas;

5. Berdasarkan Surat Tugas yang telah ditandatangani, petugas peneliti, Penilai PBB-P2, atau petugas lain yang ditunjuk melaksanakan penelitian di kantor;

Apabila tidak diperlukan penelitian di lapangan, dilanjutkan ke prosedur kerja II.6. Apabila diperlukan penelitian di lapangan petugas peneliti melaporkan kepada Kepala Seksi yang menangani keberatan. 6. Kepala Seksi yang menangani keberatan memerintahkan Pelaksana

membuat Surat Tugas penelitian di lapangan dan Surat Pemberitahuan Penelitian di Lapangan Atas Pengajuan Keberatan PBB-P2;

7. Kepala Bidang menyetujui dan menanda tangani Surat Tugas penelitian di lapangan dan Surat Pemberitahuan Penelitian di Lapangan Atas Pengajuan Keberatan PBB-P2;

Surat Pemberitahuan Penelitian di Lapangan atas Pengajuan Keberatan PBB disampaikan kepada Wajib Pajak. Surat Tugas diserahkan kepada petugas peneliti. 8. Berdasarkan Surat Tugas petugas peneliti melaksanakan penelitian

di lapangan; 9. Petugas peneliti membuat Laporan Hasil Penelitian (LHP) Keberatan

PBB-P2, menandatangani LHP dan menyerahkan kepada Kepala Bidang melalui Kepala Seksi yang menangani keberatan;

10. Kepala Seksi yang menangani keberatan meneliti, menandatangani LHP dan kemudian menyerahkan LHP kepada Kepala Bidang;

11. Kepala Bidang meneliti, menyetujui dan menandatangani LHP; 12. Kepala Bidang menyampaikan LHP kepada Kepala Dinas untuk

mendapat persetujuan penerbitan keputusan atas keberatan; 13. Dalam hal Kepala Dinas menyetujui, Kepala Bidang

memerintahkan Kepala Seksi yang menangani keberatan untuk menyiapkan Keputusan atas Keberatan PBB-P2;

Page 105: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

14. Konsep keputusan keberatan harus diparaf oleh Kepala Seksi yang menanggani keberatan dan Kepala Bidang;

15. Kepala Dinas/Bupati menanda tangani Keputusan Keberatan. Dalam hal keberatan atas PBB-P2 terutang diatas RP. 5 Milyar, harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten;

16. Salinan Keputusan Keberatan PBB-P2 disampaikan kepada Wajib Pajak atau Keuchik;

17. Kepala Seksi yang menangani mengarsipkan berkas; dan 18. Proses selesai.

C. Prosedur Tindak Lanjut Keputusan Keberatan PBB–P2

I. Gambaran Umum Prosedur operasi ini merupakan pedoman tindak lanjut yang dilakukan oleh Kepala Bidang atas diterbitkannya Keputusan Keberatan PBB-P2, baik yang perlu maupun yang tidak perlu dilakukan penerbitan SPPT/SKPD PBB-P2 baru.

II. Prosedur Kerja Tindak Lanjut Keputusan Keberatan PBB-P2 1. Kepala Dinas/Kepala Bidang menerima salinan Keputusan

Keberatan PBB-P2, meneliti dan memerintahkan perekaman salinan Keputusan Keberatan PBB-P2 kepada Kepala Seksi yang menangani penetapan;

2. Kepala Seksi yang menangani penetapan meneruskan perintah perekaman kepada Operator Console (OC);

3. OC menerima berkas salinan Keputusan Keberatan PBB-P2 dan merekam pada basis data;

4. Kepala Seksi penetapan memutuskan perlu tidaknya dilakukan penerbitan SPPT/SKPD baru;

5. Dalam hal tidak diperlukan penerbitan SPPT/SKPD baru, maka petugas mengarsipkan keputusan keberatan;

6. Apabila dibutuhkan penerbitan SPPT/SKPD baru, Kepala Seksi yang menangani penetapan memerintahkan pencetakan SPPT/SKPD Baru kepada petugas;

7. Kepala Bidang/Kepala Dinas menanda tangani SPPT/SKPD baru; 8. SPPT/SKPD baru disampaikan kepada petugas/bank/atau tempat

pembayaran lainnya yang ditunjuk; 9. Kepala Seksi yang menangani penetapan memerintahkan

pengarsipan berkas; dan 10. Proses selesai.

Page 106: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

BENTUK-BENTUK SURAT DAN FORMULIR PENYELESAIAN KEBERATAN DAN BANDING ATAS SPPT ATAU SKPD PBB-P2

1. Bentuk Surat Keberatan Perseorangan

Kop Surat1) Nomor : Kepada Lampiran : 1 (satu) set Yth, Bupati/PPKD/Kepala Dinas

Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur2)

Perihal : Keberatan atas SPPT/ SKPD2) PBB-P2 Tahun Pajak …...……

Di - Idi Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : .................................................................................... NPWPD : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... Gampong : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... Nomor Telepon : .................................................................................... sebagai Wajib Pajak/kuasa Wajib Pajak*), atas objek pajak: NOP : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... Gampong : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... PBB-P2 yang terutang : Rp. ............................................. (..............................) Tanggal Diterima : ....................................................................................

........... dengan ini mengajukan Keberatan atas SPPT/SKPD2) PBB-P2 Tahun

Pajak....................... dengan alasan: …………………………………………………………………………………………........... …………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………. Menurut perhitungan kami ketetapan PBB yang seharusnya adalah sebagai berikut: 1. Bumi : ………………………. m2 x = Rp. ……………………………. Rp. ……………...…/m2 2. Bangunan : ………………………. m2 x = Rp. ……………………………. + Rp. ……………...…/m2 3. NJOP : (1+2) = Rp. ……………………………. 4. NJOPTKP = Rp. ……………………………. - 5. NJOP untuk penghitungan PBB-P2 (3-4) = Rp. ……………………………. 6. PBB yang terutang : 1 % x (5) = Rp. ……………………………. Bersama ini dilampirkan: 1. asli SPPT/SKP PBB *) yang diajukan Keberatan; 2. fotocopy identitas Wajib Pajak, dan identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal

dikuasakan; 3. surat kuasa dari Wajib Pajak dalam hal dikuasakan; dan/atau 4. bukti pendukung berupa fotocopy: a. …………………………………………… b. …………………………………………… c. Dst. Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan. …………., …………………….. 20..… Wajib Pajak/kuasa Wajib Pajak2) ( ………………………………… ) Keterangan: 1 : Kalau Badan menggunakan kop surat 2 : Coret yang tidak perlu

Page 107: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Bentuk Surat Keberatan Kolektif Kop Surat

Nomor : Kepada Lampiran : 1 (satu) set Yth, Bupati/PPKD/Kepala Dinas

Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur2)

Perihal : Keberatan atas SPPT/SKPD2) PBB-P2 Tahun Pajak ………

Di - Idi

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Keuchik : ................................................................................... Alamat : ................................................................................... Gampong : ................................................................................... Kecamatan : ................................................................................... Nomor Telepon : ................................................................................... bertindak untuk dan atas nama Wajib Pajak mengajukan Keberatan PBB-P2 yang

terutang Tahun Pajak .................. sejumlah ................ SPPT/SKPD yang terletak di Gampong ............................. dengan alasan Keberatan dan perhitungan PBB-P2 yang terutang menurut Wajib Pajak sebagaimana daftar terlampir.

Bersama ini dilampirkan: 1. asli SPPT Tahun Tahun Pajak ................sejumlah ............ lembar. 2. lampiran Daftar Keberatan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif; dan/atau 3. bukti pendukung berupa fotokopi: a. …………………………………………… b. …………………………………………… c. …………………………………………… Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

…………., ………………….. 20..… Keuchik ………………………. ( ………………………………… )

3. Daftar Keberatan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif

DAFTAR KEBERATAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF

Gampong : …………………………………………….. Kecamatan : ……………………………………………..

No.

Nam

a Wajib Pajak

dan N

PWPD

NO

P

Menurut SPPT/SKPD Menurut Wajib Pajak

Tanda Tan

gan

Wajib Pajak

Luas (m2) NJOP/m2

PBB

yang

Terutan

g (Rp)

Luas (m2) NJOP/m2

PBB

yang

Terutan

g (Rp)

Tanggal S

PPT/ S

KPD

Diterim

a

Alasan

K

eberatan

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1. 2. 3. dst

Jumlah PBB Terutang Menurut SPPT/SKPD Rp. Jumlah PBB Terutang Menurut Wajib Pajak Rp.

………, ………..20… Keuchik ………………., ( ……………………. )

Page 108: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4. Lembaran Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Secara Perseorangan

Kop Dinas LEMBARAN PERSYARATAN PENGAJUAN KEBERATAN PBB-P2

SECARA PERSEORANGAN Nomor : ………………………………………..

I. Surat Pengajuan Keberatan Nomor dan tanggal : …………………………………………………………………….. 1) Tanggal Terima Surat : …………………………………………………………………….. 2) Nomor Tanda Terima

Surat : …………………………………………………………………….. 3)

II. Identitas Pemohon Nama : …………………………………………………………………….. 4) Alamat : …………………………………………………………………….. 5) …………………………………………………………………….. 6) III. Ketetapan PBB-P2 NOP : …………………………………………………………………….. 7) PBB Terutang : …………………………………………………………………….. 8) Tahun Pajak : …………………………………………………………………….. 9) IV. Penelitian Persyaratan No. Uraian Pemenuhan Persyaratan*) Keterangan10) Ya Tidak 1. Satu Surat Keberatan untk 1 (satu)

SPPT/SKPD PBB-P2

2. Tertulis dalam bahasa Indonesia 3. Diajukan kepada Bupati dan

disampaikan ke Kepala Dinas

4. Dilampiri asli SPPT dan/atau SKPD PBB-P2 yang diajukan Keberatan

5. Dikemukan jumlah PBB-P2 yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya

6. Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKPD PBB-P2

7. Ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa dengan melampirkan surat Kuasa/Surat Kuasa Khusus

V. Berdasarkan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi IV,

pengajuan Keberatan dimaksud memenuhi/tidak memenuhi **) persyaratan sehingga pengajuan Keberatan dapat dipertimbangkan/tidak dapat dipertimbangkan**)

………….., ………….. 20….

Mengetahui: Kepala Seksi Yang Menangani Keberatan Petugas,

( ……………………………… ) ( ……………………………… )

NIP. ……………………… NIP. ……………………… Keterangan: *) diisi tanda "√" pada kolom "ya" apabila persyaratan dipenuhi atau kolom

"tidak" apabila persyaratan tidak dipenuhi **) Coret yang tidak perlu 1) diisi nomor Lembar Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2

secara Perseorangan

Page 109: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2) diisi nomor dan tanggal surat pengajuan Keberatan PBB-P2 3) diisi tanggal diterimanya surat pengajuan Keberatan PBB-P2 4) diisi nomor tanda terimanya surat pengajuan Keberatan PBB-P2

(LPAD/BPS) 5) diisi nama Wajib Pajak 6) diisi alamat Wajib Pajak 7) diisi Nomor Objek Pajak (NOP) 8) diisi PBB yang terutang menurut SPPT/SKPD PBB-P2 9) diisi Tahun Pajak SPPT/SKPD PBB-P2 10) diisi Keterangan apabila kolom "Tidak" diisi tanda "√" 11) diisi nama kota dan tanggal dibuatnya Lembar Penelitian Persyaratan

Pengajuan Keberatan PBB-P2 Secara Perseorangan 12) diisi nama Seksi yang bertanggung jawab menyelesaikan pengajuan

Keberatan PBB-P2 13) diisi nama Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada angka 12 14) diisi NIP Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada angka 12 15) diisi nama petugas yang meneliti persyaratan pengajuan Keberatan PBB-

P2 16) diisi NIP petugas sebagaimana dimaksud pada angka 15

5. Lembaran Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Secara

Kolektif Kop Dinas

LEMBARAN PERSYARATAN PENGAJUAN KEBERATAN PBB-P2 SECARA KOLEKTIF

Nomor : ………………………………………..

I. Surat Pengajuan Keberatan Nomor dan tanggal : …………………………………………………………………….. 1) Tanggal Terima Surat : …………………………………………………………………….. 2) Nomor Tanda Terima

Surat : …………………………………………………………………….. 3)

II. Identitas Pemohon Nama : …………………………………………………………………….. 4) Alamat : …………………………………………………………………….. 5) …………………………………………………………………….. 6) III. Ketetapan PBB-P2 Jumlah SPPT : …………………………………………………………………….. 7) Tahun Pajak : …………………………………………………………………….. 8) IV. Penelitian Persyaratan

No. Uraian Pemenuhan Persyaratan*) Keterangan9) Ya Tidak 1. satu pengajuan untuk beberapa SPPT

Tahun Pajak yang sama

2. PBB yang terutang untuk setiap SPPT paling banyak RP 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)

Terlampir

3. Tertulis dalam bahasa Indonesia 4. Diajukan kepada Bupati dan disampaikan

ke Kepala Dinas

5. Diajukan melalui Keuchik setempat 6. Dilampiri asli SPPT dan/atau SKPD PBB-

P2 yang diajukan Keberatan Terlampir

7. Dikemukan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya

Terlampir

8. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

Terlampir

Page 110: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

V. Berdasarkan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi IV, pengajuan Keberatan dimaksud

a. memenuhi persyaratan sehingga pengajuan Keberatan dapat dipertimbangkan sejumlah .............. 10) SPPT; dan

b. tidak memenuhi persyaratan sehingga pengajuan Keberatan tidak dapat dipertimbangkan sejumlah .............. 11) SPPT

………….., ………….. 20….

Mengetahui: Kepala Seksi Yang Menangani Keberatan Petugas,

( ……………………………… ) ( ……………………………… )

NIP. ……………………… NIP. ………………………

Keterangan: *) diisi tanda "√" pada kolom "ya" apabila persyaratan dipenuhi atau kolom

"tidak" apabila persyaratan tidak dipenuhi **) Coret yang tidak perlu 1) diisi nomor Lembar Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2

secara Perseorangan 2) diisi nomor dan tanggal surat pengajuan Keberatan PBB-P2 3) diisi tanggal diterimanya surat pengajuan Keberatan PBB-P2 4) diisi nomor tanda terimanya surat pengajuan Keberatan PBB-P2

(LPAD/BPS) 5) diisi nama Wajib Pajak 6) diisi alamat Wajib Pajak 7) diisi Jumlah SPPT yang diajukan/dilampirkan 8) diisi Tahun Pajak SPPT/SKPD PBB-P2 9) diisi Keterangan apabila kolom "Tidak" diisi tanda "√" 10) diisi Jumlah SPPT yang dapat dipertimbangan 11) diisi Jumlah SPPT yang dapat tidak dipertimbangan 12) diisi nama Seksi yang bertanggung jawab menyelesaikan pengajuan

Keberatan PBB-P2 13) diisi nama Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada angka 12 14) diisi NIP Kepala Seksi sebagaimana dimaksud pada angka 12 15) diisi nama petugas yang meneliti persyaratan pengajuan Keberatan

PBB-P2 16) diisi NIP petugas sebagaimana dimaksud pada angka 15

6. Lampiran Lembar Penelitian Persyaratan Pengajuan Keberatan PBB-P2

Secara Kolektif LAMPIRAN LEMBAR PENELITIAN PERSYARATAN PENGAJUAN PBB-P2 SECARA KOLEKTIF Gampong : Kecamatan : Tahun Pajak :

No.

Nam

a Wajib

Pajak

NO

P

Penelitian Persyaratan*) Pemenuhan Persyaratan*)

Ket

PBB

Paling

Ban

yak Rp.

200.000,-

Dilam

piri S

PPT

Perhitu

ngan

PB

B

Men

uru

t W

P dan

Alasan

K

eberatan

Jangka

Waktu

3 bu

lan

Ya

Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2

dst

Page 111: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Pengajuan Keberatan dapat dipertimbangkan : ……………… Lbr SPPT Pengajuan Keberatan tidak dapat dipertimbangkan : ……………… Lbr SPPT …………………, ……………… 20 ……… Petugas. ( …………………………….. ) NIP. .........................

7. Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Secara Perseorangan Tidak

Dapat Dipertimbangkan Kop Surat

Idi, …………, ………….. 20… M …………, ………….. 14… M Kepada Nomor : Yth, ………………………………….. Sifat : Segera ………………………………….. Lampiran : 1 (satu) berkas Di - Perihal : Pemberitahuan Pengajuan

Keberatan PBB-

P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan.------------

…………………

1. Sehubungan dengan pengajuan Keberatan Saudara melalui surat nomor

...................... tanggal ................... hal ......................... yang diterima tanggal ......................................, bersama ini disampaikan bahwa:

a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, diatur bahwa:

Pengajuan Keberatan secara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) harus memenuhi persyaratan :

a. satu surat Keberatan untuk 1 (satu) SPPT/SKPD PBB-P2; b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. diajukan kepada Bupati/PPKD/Kepala Dinas; d. dilampiri asli SPPT/SKPD PBB-P2 yang diajukan Keberatan; e. dikemukakan jumlah PBB-P2 yang terutang menurut

penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya;

f. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT/SKPD PBB-P2, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya; dan

g. surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak:

1) harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB-P2 yang terutang lebih banyak dari Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) atau Wajib Pajak badan;atau

2) harus dilampiri dengan surat kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB-P2 yang terutang paling banyak Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah)

b. Sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, bahwa Pengajuan Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, dianggap bukan sebagai surat Keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan

Page 112: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Berdasarkan penelitian kami, pengajuan Keberatan Saudara tidak memenuhi ketentuan Pasal 17 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013,yaitu:

a. ……………………………………………………………………………………….. b. ……………………………………………………………………………………….. c. Dst sehingga sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (2) Peraturan Bupati Aceh

Timur Nomor ……. Tahun 2013, pengajuan Keberatan Saudara tidak dapat dipertimbangkan, dan terlampir dikembalikan berkas terkait.

3. Saudara masih dapat mengajukan kembali pengajuan Keberatan dengan terlebih dahulu melengkapi persyaratan sebagaimana tersebut diatas sepanjang masih memenuhi jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKPD PBB-P2.

4. Demikian kami sampaikan, untuk dimaklumi hendaknya.

BUPATI ACEH TIMUR/ PPKD/KEPALA DPKKD KABUPATEN

ACEH TIMUR*) ………………………………………….. NIP. ………………………………. *) Coret yang tidak perlu

8. Pemberitahuan Pengajuan Keberatan PBB-P2 Secara Kolektif Tidak Dapat

Dipertimbangkan Kop Surat

Idi, …………, ………….. 20… M …………, ………….. 14… M Kepada Nomor : Yth, ………………………………….. Sifat : Segera ………………………………….. Lampiran : 1 (satu) berkas Di - Perihal : Pemberitahuan Pengajuan Keberatan

PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan.- …………………

1. Sehubungan dengan pengajuan Keberatan Saudara melalui surat nomor ...................... tanggal ................... hal ......................... yang diterima tanggal ......................................, bersama ini disampaikan bahwa:

a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, diatur bahwa:

Pengajuan Keberatan secara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) harus memenuhi persyaratan :

a. satu pengajuan untuk beberapa SPPT Tahun Pajak yang sama; b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. PBB yang terutang untuk setiap SPPT paling banyak

Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah); d. diajukan kepada Bupati/PPKD/Kepala Dinas; e. diajukan melalui Keuchik setempat; f. dilampiri asli SPPT/SKPD PBB-P2 yang diajukan Keberatan; g. dikemukakan jumlah PBB-P2 yang terutang menurut

penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya;

h. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT/SKPD PBB-P2, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya; dan

b. Sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, bahwa Pengajuan Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, dianggap bukan sebagai surat Keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan

Page 113: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Berdasarkan penelitian kami, pengajuan Keberatan Saudara sesuai ketentuan Pasal 17 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013, yaitu:

a. Tidak dapat dipertimbangka sebanyak

…………. Lbr SPPT

b. Dapat dipertimbangkan sebanyak …………. Lbr SPPT sehingga sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (2) Peraturan Bupati Aceh Timur

Nomor ……. Tahun 2013, pengajuan Keberatan SPPT tidak dapat dipertimbangkan, dan terlampir dikembalikan berkas terkait.

3. Saudara masih dapat mengajukan kembali pengajuan Keberatan dengan terlebih dahulu melengkapi persyaratan sebagaimana tersebut diatas sepanjang masih memenuhi jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKPD PBB-P2.

4. Demikian kami sampaikan, untuk dimaklumi hendaknya. BUPATI ACEH TIMUR/

PPKD/KEPALA DPKKD KABUPATEN ACEH TIMUR*)

………………………………………….. NIP. ………………………………. *) Coret yang tidak perlu

9. Surat Tugas Penelitian Pengajuan Keberatan PBB-P2

Kop Dinas SURAT TUGAS

Nomor : ……………… Sehubungan dengan pengajuan Keberatan PBB, dengan ini kami menugaskan: 1. Nama : ………………………………… NIP : ………………………………… Pangkat/Golongan : ………………………………… Jabatan : ………………………………… 2. Nama : ………………………………… NIP : ………………………………… Pangkat/Golongan : ………………………………… Jabatan : ………………………………… Untuk melaksanakan penelitian atas pengajuan Keberatan PBB-P2 yang disampaikan melalui surat: Nomor : ………………………………… Tanggal : ………………………………… Dari: Nama Wajib Pajak : ………………………………… Alamat : ………………………………… Atas SPPT/SKPD PBB-P2 : NOP : ………………………………… Jumlah SPPT/SKPD : ………………………………… Mulai Tugas : ………………………………… Dari Tanggal : ………………………………… Sampai Dengan Tanggal : ………………………………… Demikian untuk dilaksanakan dan setelah selesai melaksanakan tugas agar menyampaikan laporan. Idi, ………………….. 20 … M ………………….. 14 … M KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ……………………………………. NIP. ………………………………

Page 114: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

10. Laporan Hasil Penelitian Keberatan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Perseorangan

Kop Dinas LAPORAN HASIL PENELITIAN KEBERATAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA PERSEORANGAN

Nomor : LAP-……………………………….. Berdasarkan Surat Tugas nomor ......................... tanggal ............................... telah dilakukan penelitian dari tanggal .............................. sampai dengan tanggal ....................... terhadap pengajuan Keberatan PBB-P2 yang diajukan secara perseorangan oleh Wajib Pajak/kuasa Wajib Pajak*): Nama : ……………………………………… Alamat : ……………………………………… melalui surat nomor ........................ tanggal ......................... yang diterima Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur ...................... berdasarkan LPAD/BPS nomor .................. tanggal ......................., dengan uraian sebagai berikut: I. UMUM 1. NOP : ………………………………… 2. Alamat Objek Pajak : ………………………………… 3. Tahun Pajak : ………………………………… 4. Jenis Ketetapan : SPPT/SKPD* PBB-P2 5. PBB-P2 Terutang : Rp. ………………………………… ( …………………………………………………. ) II. DASAR HUKUM 1. Pasal 40 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak

Daerah; 2. Pasal 17 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor……. Tahun 2013 tentang Sistem dan

Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan; III. HASIL PENELITIAN

No. Unsur Yang Diteliti Menurut Data**) Selisih**)

SPPT/SKPD*) PBB-P2

Wajib Pajak

Petugas Peneliti 5 - 4 5 - 3

1 2 3 4 5 6 7 1. Luas Bumi (m2) 2. Luas Bangunan (m2) 3. NJOP Bumi/m2 4. NJOP Bangunan/ m2 5. NJOP Bumi 6. NJOP Bangunan 7. Perhitungan PBB-P2 a. NJOP sebagai

pengenaan PBB

b. NJOPTKP c. NJOPKP d. Tarif e. PBB-P2 Terutang IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Menerima seluruhnya. Menerima sebagian. Menolak. Menambah besarnya PBB yang terutang sehingga menjadi Rp. …………………… (………………………………………………..) 2. Usul ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… …………………………………………………………………

Page 115: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Idi, …………………. 20….. M …………………. 14….. H Petugas Peneliti I Petugas Peneliti II (…………………… ) (…………………… ) NIP. ……………… NIP. ………………

Mengetahui: Kepala Seksi ………………………………

( …………………………….) NIP. ……………………….

11. Laporan Hasil Penelitian Keberatan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif Kop Dinas

LAPORAN HASIL PENELITIAN KEBERATAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF Nomor : LAP-………………………………..

Berdasarkan Surat Tugas nomor ......................... tanggal ............................... telah dilakukan penelitian dari tanggal .............................. sampai dengan tanggal ....................... terhadap pengajuan Keberatan PBB-P2 yang diajukan secara kolektif: Nama : ……………………………………… Alamat : ……………………………………… melalui surat nomor ......................... tanggal .......................... yang diterima Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur berdasarkan tanda terima surat nomor .................. tanggal ........................, dengan uraian sebagai berikut: I. UMUM Data Wajib Pajak dan objek pajak adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 2, kolom

3, kolom 4, dan kolom 5 lampiran Daftar Hasil Penelitian Keberatan PBB Yang Diajukan Secara Kolektif ini :

II. DASAR HUKUM 1. Pasal 40 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak

Daerah; 2. Pasal 18 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor……. Tahun 2013 tentang Sistem dan

Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan;

III. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian untuk masing-masing Wajib Pajak adalah sebagaimana tercantum

dalam kolom 6 lampiran Daftar Hasil Penelitian Keberatan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif ini.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan usul untuk masing-masing Wajib Pajak adalah sebagaimana tercantum

dalam kolom 7 lampiran Daftar Hasil Penelitian Keberatan PBB Yang Diajukan Secara Kolektif ini.

Idi, …………………. 20….. M …………………. 14….. H Petugas Peneliti I Petugas Peneliti II

(…………………… ) (…………………… ) NIP. ……………… NIP. ………………

Mengetahui: Kepala Seksi ………………………………

( …………………………….) NIP. ……………………….

Page 116: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

12. Daftar Hasil Penelitian Keberatan Pbb Yang Diajukan Secara Kolektif DAFTAR HASIL PENELITIAN KEBERATAN PBB YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF

Gampong : Kecamatan : Tahun Pajak :

No

Nam

a Wajib Pajak

NO

P

Menurut SPPT Menurut Wajib Pajak Menurut Petugas Peneliti

Kesim

pulan

dan U

sul

Luas (m2)

NJOP (m2)

PBB

Yang Teru

tang

Luas (m2)

NJOP (m2)

PBB

Yang Teru

tang

Luas (m2)

NJOP (m2)

PBB

Yang Teru

tang

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

Bu

mi

Ban

gun

an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1

2

3

dst

Jumlah PBB Yang Terutang

BUPATI ACEH TIMUR,

HASBALLAH BIN M. THAIB

Page 117: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN

KELEBIHAN PEMBAYARAN PBB-P2 A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pengembalian pembayaran PBB-P2 yang diajukan oleh Wajib Pajak.

B. Dasar Hukum 1. Pasal 45 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang

Pajak-Pajak Daerah; dan 2. Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50

Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor …. Tahun 2013 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

C. Pihak Terkait 1. Bupati Aceh Timur; 2. PPKD/Kepala Dinas; 3. Kepala Bidang Pendapatan; 4. Kepala Bidang Anggaran; 5. Kepala Bidang Perbendaharaan; 6. Kepala Seksi yang berwenang dalam keberatan Pajak; 7. Kepala Seksi yang berwenang dalam Penagihan Pajak; 8. Petugas Pelayanan; dan 9. Wajib Pajak.

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Permohonan Wajib Pajak; 2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD); dan 3. Surat Jawaban dan Data Tunggakan Pajak.

E. Dokumen Yang Dihasilkan

1. Bukti Penerimaan Surat (BPS); 2. Laporan Hasil Penelitian; 3. Nota Penghitungan PBB-P2; 4. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran PBB-P2 (SKKP PBB-P2); 5. Surat Pemberitahuan (SPb); 6. SKPDLB PBB-P2; 7. Surat Permintaan Konfirmasi Data Tunggakan Pajak; dan 8. Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran PBB-P2 (SPMKP

PBB-P2).

F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran PBB-P2 kepada Bupati melalui Kepala Dinas melalui Tempat Pelayanan;

2. Petugas Tempat Pelayanan menerima permohonan atas pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2 kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan atas pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2 belum lengkap, dihimbau kepada

Page 118: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas permohonan atas pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2 sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan berkas permohonan atas pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2 dan diteruskan ke Kepala Seksi yang berwenang dalam keberatan;

3. Kepala Seksi yang menanggani keberatan menerima berkas permohonan dan meneliti berkas permohonan atas pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2;

4. Dalam hal ditemukan kelebihan pembayaran PBB-P2, Kepala Seksi yang berwenang dalam keberatan meminta informasi utang pajak/ retribusi ke Seksi yang berwenang dalam Penagihan. Dalam hal tidak ditemukan kelebihan pembayaran PBB-P2, Kepala Seksi yang menangani keberatan, menyiapkan surat jawaban kepada wajib pajak.

5. Kepala Seksi yang berwenang dalam penagihan memberikan konfirmasi utang pajak/retribusi kepada Kepala Seksi yang menanggani keberatan;

6. Kepala Seksi yang berwenang dalam keberatan pajak membuat Konsep laporan hasil penelitian dan perhitungan PBB-P2 dan Nota Perhitungan PBB-P2. Konsep laporan hasil penelitian dan nota perhitungan serta Hasil Konfirmasi Piutang Pajak Daerah/Retribusi Daerah kepada Kepala Bidang Pendapatan;

7. Kepala Bidang Pendapatan menanda tangani laporan hasil penelitian dan nota perhitungan dan memerintahkan Kepala Seksi yang berwenang dalam keberatan menyusun konsep SKKP PBB-P2;

8. Berdasarkan laporan hasil penelitian dan nota perhitungan menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas agar menyetujui penyediaan anggaran untuk pengembalian kelebihan PBB-P2;

9. Dalam hal Kepala Dinas menyetujui penyediaan anggaran, Kepala Dinas menanda tangani SKPP-P2 dan Kepala Bidang Pendapatan menyampaikan salinan SKPP-P2 kepada Kepala Bidang Anggaran untuk menyediakan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten;

10. Dalam hal anggaran telah tersedia, Kepala Bidang Pendapatan melalui Kepala Dinas meminta kepada Bendahara Pengeluaran menyiapkan SPMKP PBB-P2;

11. Berdasarkan SPMKP PBB-P2, Kepala Bidang Perbendaharaan memproses pembayaran kelebihan PBB-P2 kepada Wajib Pajak; dan

12. Setelah Wajib Pajak menerima pembayaran kelebihan PBB-P2, proses telah selesai.

G. Jangka Waktu Penyelesaian 1. Penerbitan SKPP PBB-P2/SPb/SKPDKB paling lambat 12 (dua belas)

bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB-P2 dari Wajib Pajak secara lengkap; dan

2. Penerbitan SPMKP PBB-P2 Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya SKKP PBB-P2.

BUPATI ACEH TIMUR,

HASBALLAH BIN M. THAIB

Page 119: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN PBB-P2

PROSEDUR PENYELESAIAN PENGURANGAN PBB-P2

I. Gambaran Umum

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pengurangan PBB yang wewenang penyelesaiannya merupakan kewenangan Kepala Dinas/PPKD/Bupati.

II. Prosedur Kerja Penyelesaian Pengurangan PBB-P2 1. Wajib Pajak atau Pengurus LVRI/organisasi terkait atau Keuchik

mengajukan permohonan atas pengurangan PBB secara tertulis ke kantor Dinas;

2. Petugas Tempat Pelayanan menerima berkas permohonan, menerbitkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan meneruskan permohonan kepada Kepala Seksi yang berwenang dalam penagihan dan keberatan pajak;

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima berkas permohonan dan LPAD, meneliti dan membuat penugasan kepada petugas untuk meneliti pemenuhan persyaratan permohonan Wajib Pajak. Apabila berkas permohonan tidak memenuhi persyaratan, dilanjutkan ke prosedur kerja II.14;

4. Jika permohonan Wajib Pajak memenuhi persyaratan, Petugas meneliti apakah keputusan atas permohonan pengurangan PBB-P2 adalah wewenang Dinas atau tidak;

5. Atas berkas permintaan pengurangan PBB-P2, Petugas membuat konsep Surat Tugas penelitian dan menyerahkan kepada Kepala Seksi yang berwenang dalam penagihan dan keberatan pajak;

6. Kepala Seksi yang berwenang dalam penagihan dan keberatan pajak meneliti, menyetujui dan memaraf, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan;

7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti, menyetujui dan menandatangani Surat Tugas penelitian;

8. Berdasarkan Surat Tugas penelitian yang telah ditandatangani, petugas peneliti melaksanakan penelitian;

9. Dalam hal dibutuhkan penelitian lapangan, petugas peneliti menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak atau Pengurus LVRI/Organisasi sejenis atau Keuchik;

10. Kepala Bidang Pendapatan meneliti LHP, jika menyetujui, LHP ditandatangani dan meneruskan kepada Kepala Dinas. Persetujuan Kepala Dinas, menjadi dasar bagi perekaman;

11. OC melakukan perekaman berkas LHP, meneruskan LHP kepada Seksi yang berwenang dalam penetapan pajak;

12. Seksi yang berwenang dalam penetapan, membuat Surat Keputusan Pengurangan PBB-P2;

13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memaraf Surat Keputusan Pengurangan PBB-P2 sebelum ditanda tangani Kepala Dinas/PPKD. Dalam hal kewenangan pengurangan merupakan kewenangan Bupati,

Page 120: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

maka Surat Keputusan Pengurangan PBB-P2 diparaf oleh Kepala Dinas dan Sekretaris Daerah sesuai ketentuan yang berlaku;

14. Dalam hal permohonan pengurangan tidak memenuhi persyaratan, Kepala Dinas menyampaikan surat pemberitahuan permohonan pengurangan tidak dapat dipertimbangan;

15. Setelah Kepala Dinas/PPKD/Bupati menyetujui pengurangan, Kepala Dinas/PPKD/Bupati menanda tangani Surat Keputusan Pengurangan PBB-P2; dan

16. Proses selesai. 1. Surat Permohonan Pengurangan PBB-P2 secara individual

Kop Surat* ……, ………………. 20…. Nomor : Kepada Lampiran : Yth, Bupati Aceh Timur/PPKD/

Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur

Perihal : Pengurangan PBB-P2 Tahun Pajak ………

di- …………………. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Wajib Pajak : Alamat Wajib Pajak : Alamat Objek Pajak : NOP : PBB Terutang : Tanggal Terima SPPT : Dengan ini mengajukan permohonan pengurangan PBB-P2 sebesar …….

%, dengan alasan sebagai berikut: 1. ………………………………….. 2. ………………………………….. 3. dst Bersama ini dilampirkan pula: 1. ………………………………….. 2. ………………………………….. 3. dst Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Pemohon,

( …………………… )

*) Coret yang tidak perlu

2. Surat Permohonan Pengurangan PBB-P2 secara Kolektif

Kop Surat* ……, ………………. 20…. Nomor : Kepada Lampiran : Yth, Bupati Aceh

Timur/PPKD/Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur di-

Perihal : Pengurangan PBB-P2 Tahun Pajak ………

…………………. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Keuchik/Ketua LVRI* : Gampong :

Page 121: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Dengan ini mengajukan permohonan pengurangan PBB-P2 sebesar ……. %, dengan alasan sebagai berikut:

1. ………………………………….. 2. ………………………………….. 3. dst atas beberapa objek pajak sebagaimana SPPT PBB-P2 terlampir. Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Pengurus LVRI/Keuchik

……………,

( …………………… ) *) Coret yang tidak perlu

3. Daftar Permohonan Pengurangan PBB-P2 Secara Kolektif

DAFTAR PERMOHONAN PENGURANGAN PBB-PE SECARA KOLEKTIF Gampong : …………………………………….. Kecamatan : …………………………………….. Tahun Pajak : ……………………………………..

No. Wajib Pajak Objek Pajak PBB

Terutang (Rp)

Besarnya Permohonan Pengurangan

Alasan Permohonan Nama/Alamat NPWP* NOP Alamat

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3

dst …….., ……………….. 20… M ……………….. 14…. H Pengurus LVRI/Keuchik*

( …………………………. )

4. Surat Pernyataan Besarnya Penghasilan Wajib Pajak

Kop Surat*

SURAT PERNYATAAN BESARNYA PENGHASILAN Nama Wajib Pajak : Alamat Wajib Pajak : Alamat Objek Pajak : NOP : PBB Terutang : Dengan ini menyatakan, bahwa penghasilan saya/Badan* adalah sebesar Rp. ……………. Per bulan/tahun. Penghasilan tersebut di atas saya/badan* peroleh dari: 1. ……………………………………………………….. 2. ……………………………………………………….. 3. ……………………………………………………….. Surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk mendapat pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan tahun pajak ………………….. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

…………………., …………………20….. Yang Membuat Pernyataan, ( ……………………………. ) *) Coret yang tidak perlu

Page 122: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

5. Lembaran Penelitian Persyaratan Permohonan Pengurangan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Perseorangan

Kop Dinas

LEMBARAN PENELITIAN PERSYARATAN PENGAJUAN PENGURANGAN PBB-P2 SECARA PERSEORANGAN

Nomor : ……………………………………….. I. Surat Pengajuan Keberatan Nomor dan tanggal : …………………………………………………………………….. Tanggal Terima Surat : …………………………………………………………………….. Nomor Tanda Terima

Surat : ……………………………………………………………………..

II. Identitas Pemohon Nama : …………………………………………………………………….. Alamat : …………………………………………………………………….. NPWP* : …………………………………………………………………….. III. Identitas Kuasanya* Nama : …………………………………………………………………….. Alamat : …………………………………………………………………….. IV. Ketetapan PBB-P2 NOP/No. SKPD PBB-P2 : …………………………………………………………………….. Besarnya PBB Terutang : …………………………………………………………………….. Tahun Pajak : …………………………………………………………………….. V. Penelitian Persyaratan No. Uraian Pemenuhan Persyaratan*) Keterangan9) Ya Tidak 1. satu pemohonan untuk satu SPPT/SKPD

PBB

2. Tertulis dalam bahasa Indonesia 3. Diajukan kepada Bupati/Kepala Dinas

melalui Dinas

4. Dicantumkan besarnya permohonan dan alasannya

5. Dilampiri asli SPPT dan/atau SKPD PBB 6. Ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau

kuasanya dengan melampirkan surat kuasa

7. Jangka waktu pengajuan permohonan terpenuhi

8. Tidak memiliki tunggakan PBB dan Pajak Daerah lainnya

9. Tidak diajukan keberatan atau surat keputusan keberatan telah terbit atau tidak diajukan banding

VI. Berdasarkan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi V,

pengajuan Keberatan dimaksud memenuhi/tidak memenuhi** persyaratan

………….., ………….. 20….

Mengetahui : Kepala Seksi Yang Menangani

Keberatan Petugas,

( ……………………………… ) ( ……………………………… ) NIP. ……………………… NIP. ………………………

*) Coret yang tidak perlu

Page 123: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

6. Lembaran Penelitian Persyaratan Permohonan PenguranganPBB-P2 yang Diajukan Secara Kolektif Sebelum Penerbitan SPPT

Kop Dinas

LEMBARAN PENELITIAN PERSYARATAN PERMOHONAN PENGURANGAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF SEBELUM PENERBITAN SPPT PBB-P2

Nomor : ……………………………………….. I. Surat Pengajuan Keberatan Nomor dan tanggal : …………………………………………………………………….. Tanggal Terima Surat : …………………………………………………………………….. Nomor Tanda Terima

Surat : ……………………………………………………………………..

II. Identitas Pemohon Nama : …………………………………………………………………….. Jabatan : …………………………………………………………………….. Alamat : …………………………………………………………………….. III. Ketetapan PBB-P2 Jumlah SPPT : …………………………………………………………………….. Tahun Pajak : …………………………………………………………………….. IV. Penelitian Persyaratan a. Surat Permohonan Pengurangan No Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Kondisi Tertentu Wajib Pajak Orang Pribasi a. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai anggota

veteran pejuang kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya/janda atau dudanya

b. Objek pajak berupa lahan pertanian/perikanan dengan luas kurang 400 Meter persegi

c. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai pensiunan PNS/TNI/Polri yang tidak mempunyai penghasilan lain dan terbatas

d. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai masyarakat tidak mampu

e. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai wajib pajak yang penghasilannya rendah yang nilai jual objek pajaknya permeter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan

f. Objek pajak unit rumah susun yang luas lantainya tidak lebih dari 54 meter persegi dan biaya pembangunannya tidak lebih dari Rp. 275.000,- (dua ratus tujuh puluh lima ribu) per meter

2. objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa

a. Objek pajak yang terkena bencana alam berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain sebagainya

b. Sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, hama tanaman dan lain sebagainya

3. Melampirkan daftar objek pajak dengan tahun pajak yang sama

4. Diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia 5. Diajukan kepada Bupati/Kepala Dinas melalui Dinas

oleh Keuchik/Pengurus Legiun Veteran/Pengurus Organisasi sejenis

6. Pengajuan permohonan diajukan sebelum diterbitkan SPPT PBB-P2 atau paling lambat tanggal 10 Januari tahun pajak berkenaan

Page 124: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Lampiran Surat Permohonan Pengurangan No Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Jumlah PBB terutang seluruh SPPT PBB-P2 yang

diajukan paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), berdasarkan SPPT PBB Tahun Pajak sebelumnya

2. Mencantumkan persentase permohonan pengurangan dan alasannya.

3. Tidak memiliki tunggakan PBB-P2 atau Pajak Daerah lainnya

V. Berdasarkan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi IV,

permohonan pengurangan dimaksud: a. memenuhi persyaratan sehingga permohonan pengurangan dapat dipertimbangkan

sejumlah .............. 10) SPPT; dan b. tidak memenuhi persyaratan sehingga permohonan pengurangan tidak dapat

dipertimbangkan sejumlah .............. 11) SPPT

………….., ………….. 20….

Mengetahui: Kepala Seksi Yang Menangani Keberatan Petugas,

( ……………………………… ) ( ……………………………… )

NIP. ……………………… NIP. ………………………

7. Lembaran Penelitian Persyaratan Permohonan PenguranganPBB-P2 yang

Diajukan Secara Kolektif Setelah Penerbitan SPPT Kop Dinas

LEMBARAN PENELITIAN PERSYARATAN PERMOHONAN PENGURANGAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF SETELAH PENERBITAN SPPT PBB-P2

Nomor : ………………………………………..

I. Surat Pengajuan Keberatan Nomor dan tanggal : …………………………………………………………………….. Tanggal Terima Surat : …………………………………………………………………….. Nomor Tanda Terima

Surat : ……………………………………………………………………..

II. Identitas Pemohon Nama : …………………………………………………………………….. Jabatan : …………………………………………………………………….. Alamat : ……………………………………………………………………..

III. Ketetapan PBB-P2 Jumlah SPPT : …………………………………………………………………….. Tahun Pajak : ……………………………………………………………………..

IV. Penelitian Persyaratan a. Surat Permohonan Pengurangan No Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Kondisi Tertentu Wajib Pajak Orang Pribasi a. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai anggota

veteran pejuang kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya/janda atau dudanya

b. Objek pajak berupa lahan pertanian/perikanan dengan luas kurang 400 Meter persegi

c. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai pensiunan PNS/TNI/Polri yang tidak mempunyai penghasilan lain dan terbatas

d. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai masyarakat tidak mampu

e. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai wajib pajak yang penghasilannya rendah yang nilai jual objek pajaknya permeter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan

Page 125: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

f. Objek pajak unit rumah susun yang luas lantainya tidak lebih dari 54 meter persegi dan biaya pembangunannya tidak lebih dari Rp. 275.000,- (dua ratus tujuh puluh lima ribu) per meter

2. objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa

a. Objek pajak yang terkena bencana alam berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain sebagainya

b. Sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, hama tanaman dan lain sebagainya

3. Melampirkan daftar objek pajak dengan tahun pajak yang sama

4. Diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia 5. Diajukan kepada Bupati/Kepala Dinas melalui

Dinas oleh Keuchik/Pengurus Legiun Veteran/ Pengurus Organisasi sejenis

6. Pengajuan permohonan diajukan sebelum diterbitkan SPPT PBB-P2 atau paling lambat tanggal 10 Januari tahun pajak berkenaan

b. Lampiran Surat Permohonan Pengurangan No Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Jumlah PBB terutang seluruh SPPT PBB-P2 yang

diajukan paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), berdasarkan SPPT PBB Tahun Pajak sebelumnya

2. PBB-P2 terutang atas masing-masing objek pajak berdasarkan SPPT paling banyak Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)

3. Mencantumkan persentase permohonan pengurangan dan alasannya.

4. Tidak memiliki tunggakan PBB-P2 atau Pajak Daerah lainnya

V. Berdasarkan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi IV,

permohonan pengurangan dimaksu: a. memenuhi persyaratan sehingga permohonan pengurangan dapat dipertimbangkan

sejumlah .............. 10) SPPT; dan b. tidak memenuhi persyaratan sehingga permohonan pengurangan tidak dapat

dipertimbangkan sejumlah .............. 11) SPPT.

………….., ………….. 20….

Mengetahui : Kepala Seksi Yang Menangani Keberatan Petugas,

( ……………………………… ) ( …………………………… )

NIP. ……………………… NIP. ………………………

8. Surat Pemberitahuan Permohonan Pengurangan PBB-P2 Secara

Perseorangan Tidak Dapat Dipertimbangkan Kop Surat

Idi, …………, ………….. 20… M …………, ………….. 14… M Kepada Nomor : Yth, ………………………………….. Sifat : Segera ………………………………….. Lampiran : 1 (satu) berkas Di - Perihal : Pemberitahuan Permohonan

Pengurangan

PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan.------

…………………

Page 126: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1. Sehubungan dengan Permohonan Pengurangan Saudara melalui surat nomor ...................... tanggal ................... hal ......................... yang diterima tanggal ......................................, bersama ini disampaikan bahwa:

a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, diatur bahwa:

Pengajuan Keberatan secara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 harus memenuhi persyaratan:

a. satu surat permohonan untuk 1 (satu) SPPT/SKPD PBB-P2; b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. diajukan kepada Bupati/PPKD/Kepala Dinas; d. dilampiri asli SPPT/SKPD PBB-P2 yang diajukan pengurangan; e. dikemukakan jumlah PBB-P2 yang terutang menurut

penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonan pengurangannya;

f diajukan dalam jangka waktu: 1) 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT/Keputusan

Keberatan; 2) 3 (tiga) bulan sejak diterimanya SKPD PBB-P2; 3) 3 (tiga) bulan sejak tanggal terjadinya bencana alam atau

sebab lain yang luar biasa. Kecuali Wajib Pajak atau Kuasanya dapat dapat menunjukkan

bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

g. surat permohonan pengurangan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat permohonan pengurangan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak:

1) harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB-P2 yang terutang lebih banyak dari Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) atau Wajib Pajak badan; atau

2) harus dilampiri dengan surat kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB-P2 yang terutang paling banyak Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

b. Sesuai dengan ketentuan Pasal 61 ayat (1) Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, bahwa Pengajuan Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dianggap bukan sebagai surat permohonan pengurangan sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

2. Berdasarkan penelitian kami, permohonan pengurangan Saudara tidak memenuhi ketentuan Pasal 59 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013,yaitu:

a. ……………………………………………………………………………………….. b. ……………………………………………………………………………………….. c. Dst sehingga sesuai ketentuan Pasal 61 ayat (1) Peraturan Bupati Aceh Timur

Nomor ……. Tahun 2013, permohonan pengurangan Saudara tidak dapat dipertimbangkan, dan terlampir dikembalikan berkas terkait.

3. Demikian kami sampaikan, untuk dimaklumi hendaknya. BUPATI ACEH TIMUR/PPKD/

KEPALA DPKKD KABUPATEN ACEH TIMUR*)

………………………………………….. NIP. ………………………………. *) Coret yang tidak perlu

Page 127: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

9. Surat Pemberitahuan Permohonan Pengurangan PBB-P2 Secara Kolektif Tidak Dapat Dipertimbangkan

Kop Surat Idi, …………, ………….. 20… M …………, ………….. 14… M Kepada Nomor : Yth, ………………………………….. Sifat : Segera ………………………………….. Lampiran : 1 (satu) berkas Di - Perihal : Pemberitahuan Permohonan

Pengurangan

PBB-P2 Tidak Dapat Dipertimbangkan.----------------------

…………….

1. Sehubungan dengan Permohonan Pengurangan Saudara melalui surat

nomor ...................... tanggal ................... hal ......................... yang diterima tanggal ......................................, bersama ini disampaikan bahwa:

a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 60 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, diatur bahwa:

Permohonan Pengurangansecara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 harus memenuhi persyaratan :

a. satu permohonan untuk beberapa SPPT Tahun Pajak yang sama;

b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. PBB yang terutang untuk setiap SPPT paling banyak

Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah); d. diajukan kepada Bupati/PPKD/Kepala Dinas; e. diajukan melalui Keuchik atau Pengurus LVRI/Pengurus

organisasi sejenis dengan diketahui Keuchik setempat; f. dilampiri fotocopy SPPT/SKPD PBB-P2 yang diajukan

pengurangan; g. dikemukakan jumlah PBB-P2 yang terutang menurut

penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung Permohonan Pengurangannya;

h. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT/SKPD PBB-P2/atau sejak bencana alam atau kejadian luar biasa lainnya, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya; dan

b. Sesuai dengan ketentuan Pasal 61 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, bahwa Permohonan Pengurangan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dianggap bukan sebagai surat Keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

2. Berdasarkan penelitian kami, Permohonan Pengurangan Saudara sesuai ketentuan Pasal 60Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor ……. Tahun 2013, yaitu:

a. Tidak dapat dipertimbangkan sebanyak …………. Lbr SPPT b. Dapat dipertimbangkan sebanyak …………. Lbr SPPT sehingga sesuai ketentuan Pasal 61 Peraturan Bupati Aceh Timur

Nomor ……. Tahun 2013, Permohonan Pengurangan SPPT tidak dapat dipertimbangkan, dan terlampir dikembalikan berkas terkait.

3. Atas beberapa SPPT/SKPD PBB-P2 yang tidak dapat dipertimbangkan, Saudara masih dapat mengajukan kembali Permohonan Pengurangan dengan terlebih dahulu melengkapi persyaratan sebagaimana tersebut diatas sepanjang masih memenuhi jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKPD PBB-P2.

Page 128: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

4. Demikian kami sampaikan, untuk dimaklumi hendaknya. BUPATI ACEH TIMUR/PPKD/

KEPALA DPKKD KABUPATEN ACEH TIMUR*)

………………………………………….. NIP. ………………………………. *) Coret yang tidak perlu

10. Lampiran Pemberitahuan Permohonan Pengurangan PBB-P2 Secara

Kolektif Tidak Dapat Dipertimbangkan. DAFTAR WAJIB PAJAK YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARAKAT

No. Nama Wajib Pajak NOP Persyaratan Yang Tidak Terpenuhi

1 2 3 4 1 2 3

dst

11. Laporan Hasil Penelitian Pengurangan PBB-P2 secara Perseorangan Kop Dinas

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGURANGAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA PERSEORANGAN

Nomor : LAP-……………………………….. Berdasarkan Surat Tugas nomor ......................... tanggal ............................... telah dilakukan penelitian dari tanggal .............................. sampai dengan tanggal ....................... terhadap pengajuan pengurangan PBB-P2 yang diajukan secara perseorangan oleh Wajib Pajak/kuasa Wajib Pajak*): Nama : ……………………………………… Alamat : ……………………………………… melalui surat nomor ......................... tanggal .......................... yang diterima Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur ....................... berdasarkan LPAD/BPS nomor .................. tanggal ........................, dengan uraian sebagai berikut: I. UMUM 1. NOP : ………………………………… 2. Alamat Objek Pajak : ………………………………… 3. Tahun Pajak : ………………………………… 4. Jenis Ketetapan : SPPT/ SKPD* PBB-P2 5. PBB-P2 Terutang : Rp. ………………………………… ( …………………………………………………. ) II. DASAR HUKUM 1. Pasal 39 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak

Daerah; 2. Pasal 58 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor……. Tahun 2013 tentang Sistem dan

Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan; III. HASIL PENELITIAN

1 Penelitian Kantor ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. 2. Penelitian Lapangan ………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….

Page 129: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. 2. Usul ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. Idi, …………………. 20….. M …………………. 14….. H Petugas

Peneliti I Petugas Peneliti II

(…………… ) (…………… ) NIP.

……………… NIP. ………………

Mengetahui:

Kepala Seksi ………………………………

( …………………………….) NIP. ……………………….

12. Laporan Hasil Penelitian Pengurangan PBB-P2 yang Diajukan Secara Kolektif

Kop Dinas LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGURANGAN PBB-P2 YANG DIAJUKAN SECARA KOLEKTIF

Nomor : LAP-……………………………….. Berdasarkan Surat Tugas nomor ......................... tanggal ............................... telah dilakukan penelitian dari tanggal .............................. sampai dengan tanggal ....................... terhadap permohonan pengurangan PBB-P2 yang diajukan secara kolektif yang diajukan melalui: Nama Geucik/Pengurus LVRI : ……………………………………… Alamat : ……………………………………… melalui surat nomor ......................... tanggal .......................... yang diterima Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur berdasarkan tanda terima surat nomor .................. tanggal ........................, dengan uraian sebagai berikut: I. UMUM Data Wajib Pajak dan objek pajak adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 2, kolom

3, kolom 4, dan kolom 5 lampiran Daftar Hasil Penelitian Pengurangan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif ini.

II. DASAR HUKUM 1. Pasal 39 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak

Daerah; 2. Pasal 60 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor……. Tahun 2013 tentang Sistem dan

Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan; III. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian untuk masing-masing Wajib Pajak adalah sebagaimana tercantum

dalam kolom 6 lampiran Daftar Hasil Penelitian Pengurangan PBB-P2 Yang Diajukan Secara Kolektif ini.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan usul untuk masing-masing Wajib Pajak adalah sebagaimana tercantum

dalam kolom 7 lampiran Daftar Hasil Penelitian Pengurangan PBB Yang Diajukan Secara Kolektif ini.

Page 130: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Idi, …………………. 20….. M …………………. 14….. H Petugas Peneliti I Petugas Peneliti II (…………………… ) (………………… ) NIP. ……………… NIP. ………………

Mengetahui: Kepala Seksi ………………………………

( …………………………….) NIP. ……………………….

13. Daftar Hasil Penelitian Pengurangan PBB-P2 Secara Kolektif DAFTAR HASIL PENELITIAN PENGURANGAN PBB-P2 SECARA KOLEKTIF

Gampong : …………………………………………………… Kecamatan : …………………………………………………… LVRI/ Organisasi : …………………………………………………… Tahun Pajak : ……………………………………………………

No.

Nam

a/Alam

at Wajib

Pajak

NO

P/Alam

at Objek

Pajak

PBB

Terutan

g (Rp)

Besarn

ya Permoh

onan

Pen

guran

gan (%

)

Alasan

Permoh

onan

Hasil Penelitian Usulan Peneliti

Alasan

Terbu

kti/ Tepat

Alasan

Terbu

kti S

ebagian

Alasan

Tidak Terbu

kti/ Tidak Tepat

Besarn

ya Perm

ohon

an

Pengu

rangan

(%

)

PBB

Teru

tang

setelah

Pengu

rangan

(R

p)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3

dst

BUPATI ACEH TIMUR,

ttd

HASBALLAH BIN M. THAIB

Page 131: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

LAMPIRAN VII PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PROSEDUR PENAGIHAN PBB-P2

A. TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH (STPD)

PBB-P2 I. Umum

1. Dasar hukum penerbitan Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (STP PBB) adalah Pasal 31 Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah dan Pasal 65 Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungatan PBB-P2;

2. Pengertian STPD PBB-P2 adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Dinas untuk melakukan tagihan pajak yang terutang dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran dan atau denda administrasi;

3. Jatuh tempo STPD PBB adalah 1 (satu) bulan sejak diterimanya STPD PBB-P2 oleh Wajib Pajak; dan

4. Jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dalam STPD PBB-P2 ditambah denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 15 (lima belas) bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran SPPT atau SKPD sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

II. Kebijakan Penerbitan STPD PBB-P2 1. Penerbitan STPD PBB-P2 tidak didahului dengan Surat Teguran; 2. Setelah diterimanya STPD PBB-P2 oleh Wajib Pajak maka SPPT

atau SKPD yang merupakan dasar penerbitan STPD PBB-P2 tersebut tidak lagi dianggap sebagai dasar penagihan PBB-P2;

3. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 31 ayat (3) Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011, penerbitan STPD PBB-P2 dilakukan setelah lewat jatuh tempo pembayaran SPPT atau SKPD; dan

4. Dalam hal terdapat putusan pengadilan pajak atas banding PBB-P2 yang menghasilkan jumlah pajak yang terutang menjadi bertambah atau lebih besar maka terhadap selisih kurang bayar pajak yang terutang tersebut tidak dikenakan denda administrasi sebagaimana butir 1.4.

III. Proses Penerbitan STPD PBB-P2 1. Seksi yang berwenang dalam penagihan

a. Melakukan penelitian atas SPPT/SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo berdasarkan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) dan negative list yang disusunnya;

b. Membuat Konsep Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 yang dikirimkan ke Seksi yang berwenang dalam Penetapan untuk diteliti dan dikoreksi;

Page 132: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. Berdasarkan Konsep Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 yang telah diteliti dan dikoreksi dari Seksi yang berwenang dalam Penetapan, membuat Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 dalam rangkap 3 (tiga) dan mengirimkannya kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk dimintakan persetujuannya;

d. Menerima Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 yang telah diparaf oleh Kepala Bidang Pendapatan dan mengirimkan: 1. Lembar ke-1 ke Seksi yang berwenang dalam penetapan; dan 2. Lembar ke-2 sebagai pertinggal.

e. Menerima lembar ke-1 STPD PBB-P2 yang telah ditandatangani oleh Kepala Bidang Pendapatan dari Seksi yang berwenang dalam Penetapan dan menyimpannya dalam berkas Wajib Pajak yang bersangkutan; dan

f. Menatausahakan penerbitan STPD PBB-P2 dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2.

2. Seksi yang berwenang dalam penetapan a. Melakukan penelitian dan koreksi atas Konsep Daftar

Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 yang diterima dari Seksi yang berwenang dalam Penagihan berdasarkan tanda terima SPPT/SKPD dari Wajib Pajak dan menyerahkan kembali Konsep Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 yang telah diteliti dan dikoreksi tersebut ke Seksi yang berwenang dalam penagihan;

b. Menerima lembar ke-1 Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 dari Seksi yang berwenang dalam penagihan;

c. Menerbitkan STPD PBB-P2 dan menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk dimintakan persetujuannya;

d. Mengirimkan STPD PBB-P2 yang telah ditandatangani oleh Kepala Bidang Pendapatan: 1. Lembar ke-1 ke Wajib Pajak; 2. Lembar ke-2 ke Seksi yang berwenang dalam penagihan;

dan 3. Lembar ke-3 untuk arsip.

3. Kepala Bidang Pendapatan a. Memberikan persetujuan penerbitan STPD PBB-P2 dengan

memberikan paraf dalam Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2 dari Seksi yang berwenang dalam penagihan; dan

b. Menanda tangani STPD PBB-P2 yang disampaikan seksi yang berwenang dalam penetapan.

B. TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PBB-P2

I. Umum Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang digunakan dalam rangka penagihan PBB-P2. Untuk mempermudah memahami petunjuk pelaksanaan ini maka perlu dijelaskan perbedaan dimaksud sebagai berikut: PBB-P2 hanya mengenal satu dasar penagihan yang apabila tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran dapat ditagih dengan Surat Paksa, yaitu STPD PBB-P2. Dengan diterbitkannya STPD PBB-P2 maka SPPT atau SKPD, yang merupakan dasar penerbitan STPD PBB-P2 tersebut, tidak lagi dianggap sebagai dasar penagihan PBB-P2. Pelaksanaan penagihan PBB-P2 diawali dengan penerbitan Surat Teguran oleh Kepala Dinas atau kuasa yang ditunjuk. Namun demikian, dalam rangka memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, pendekatan persuasif baik melalui pemberitahuan lewat telepon, surat,

Page 133: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

atau cara lain sebelum saat jatuh tempo pembayaran hendaknya dilakukan. Tindakan pelaksanaan penagihan harus dilakukan sampai tuntas dengan hasil akhir berupa pelunasan utang pajak beserta biaya penagihannya.

II. Pelaksanaan Penagihan a. Penerbitan Surat Teguran

Penerbitan Surat Teguran sebagai langkah awal dari tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran STPD PBB-P2 atau Keputusan Pembetulan/Keputusan Keberatan/Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 1. Seksi yang berwenang dalam Penagihan

Sebelum diterbitkan Surat Teguran, harus melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Meneliti lembar STPD PBB-P2 yang tidak atau kurang

dibayar setelah lewat 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo;

b. Hasil penelitian sebagaimanan huruf a tersebut diatas dituangkan dalam Daftar Penjagaan Penerbitan Surat Teguran (Tindakan Awal Penagihan) yang dibuat dalam rangkap 3 (tiga) rangkap: - Lembar ke-1 untuk seksi yang berwenang dalam

penetapan; - Lembar ke-2 untuk seksi yang berwenang dalam

pengendalian; dan - Lembar ke-3 untuk pertinggal.

c. Menyiapkan Surat Teguran untuk mendapat persetujuan dari Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk;

d. Surat Teguran yang telah ditanda tangani Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk disampaikan kepada wajib pajak; dan

e. Menata usahakan penerbitan Surat Teguran dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2 dan menyimpan lembar ke-2 Surat Teguran dalam berkas penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Seksi yang berwenang dalam Penetapan Menerima lembar ke-1 Daftar Penjagaan Penerbitan Surat Teguran (Tindakan Awal Penagihan).

3. Seksi yang berwenang dalam pengendalian Menerima lembar ke-2 Daftar Penjagaan Penerbitan Surat Teguran (Tindakan Awal Penagihan).

4. Kepala Bidang Pendapatan Meneliti dan memaraf Surat Teguran.

5. Kepala Dinas Meneliti dan menanda tangani Surat Teguran.

b. Penerbitan Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus diterbitkan tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran STP PBB dan Keputusan Pembetulan/Keputuasn Keberatan/Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah apabila: 1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-

lamanya atau berniat untuk itu;

Page 134: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2. Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia, ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasainya;

3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu;

4. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau 5. Terjadi penyitaan atas barang Penganggung Pajak oleh pihak

ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Dalam hal terhadap Penanggung Pajak telah diterbitkan Surat Teguran, maka Penagihan Seketika dan Sekaligus dilakukan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran diterbitkan. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa. Oleh karena itu pengecualian jadwal waktu penagihan tersebut hanya berlaku sebelum diterbitkannya Surat Paksa, sedangkan jadwal waktu penagihan setelah diterbitkannya Surat Paksa mengikuti jadwal waktu normal. Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilakukan oleh Seksi yang berwenang dalam penagihan setelah didahului penelitian dan keadaan sebagaimana dimaksud angka 1 sampai dengan 5 di atas terpenuhi, dalam rangkap 2 (dua): - lembar ke-1 untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak; dan - lembar ke-2 untuk pertinggal Seksi yang berwenang dalam

penagihan. Seksi yang berwenang dalam penagihan, menata usahakan penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2 dan menyimpan lembar ke-2 Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dalam berkas penagihan Wajb Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.

c. Penebitan Surat Paksa Surat Paksa diterbitkan segera setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu ) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi atau telah diterbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. Penerbitan Surat Paksa dilakukan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2,

Kepala Dinas menerbitkan Surat Paksa dalam rangkap 2 (dua): - lembar ke-1 untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak; dan - lembar ke-2 untuk pertinggal Seksi yang berwenang dalam

penagihan. Surat Paksa tersebut diserahkan kepada Jurusita Pajak/Petugas yang ditunjuk yang akan melaksanakan tugas penagihan dengan Surat Paksa.

2. Pelaksanaan Surat Paksa tersebut adalah sebagai berikut: a. Jurusita Pajak/Petugas yang ditunjuk memberitahukan

Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa dengan terlebih dahulu memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak/Petugas yang ditunjuk;

b. Pemberitahuan Surat Paksa oleh jurusita pajak/petugas yang ditunjuk kepada Penanggung Pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi Surat Paksa dan

Page 135: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

menuangkannya dalam Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa yang ditandatangani kedua belah pihak sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa telah diberitahukan, dan selanjutnya salinan Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung pajak, sedangkan aslinya disimpan sebagai pertinggal;

c. SebelumSurat Paksa diberitahukan, apabila Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk bertemu langsung dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk hendaknya terlebih dahulu mencocokkan utang pajak menurut STPD PBB-P2 dan Keputusan Pembetulan/Keputusan Keberatan/Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah dengan utang pajak dalam Surat Paksa, meneliti keberadaan Surat Keputusan Pengurangan/Keberatan/Penghapusan, dan meneliti kemungkinan adanya kelebihan pembayaran oleh Wajib Pajak;

d. Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan kepada: 1) Wajib Pajak/Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat

usaha atau di tempat lain yang memungkinkan; 2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun

yang berkerja di tempat usaha Wajib Pajak/Penanggung Pajak, apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai;

3) Salah seorang ahli waris ataupelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; dan

4. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia daan harta warisan telah dibagi.

e. Surat Paksa terhadap badan diberitahukan kepada: 1) Pengurus/dewan direksi/dewan komisaris/direktur/

ketua yayasan, pemegang saham mayoritas, dan pemilik modal baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tingal mereka maupun tempat lain yang memungkinkan; dan

2) Pegawai tingkat pimpinan/pegawai yang mengepalai salah satu bagian di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada butir 1).

f. Apabila pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana huruf d dan c tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa disampaikan melalui aparat Pemerintah Kecamatan atau Pemerintahan Gampong setempat dengan membuat Berita Acara, yang selanjutnya salinan Surat Paksa dimaksud segera diserahkan kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan;

g. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat Paksa diberitahukan kepada Hakim Komisaris atau Balai Harta Peninggalan, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani unutk melakukan pemberesan atau likuidator;

Page 136: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

h. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk orang pribadi/badan dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa dimaksud;

i. Dalam hal Wajib Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat kedudukannya penyampaian Surat Paksa dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman Kantor Dinas atau Kantor Camat atau Kantor Keuchik atau mengumumkannya melalui media massa; dan

j. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menerima surat Paksa dengan berbagai alasan, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk meninggalkan salinan Surat Paksa dimaksud ditempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukan Penanggung Pajak dan dicatat dalam Berita Acara. Dengan demikian Surat Paksa dianggap telah diberitahukan.

3. Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk melaporkan pelaksanaan Surat Paksa dalam Laporan Pelaksanaan Surat Paksa kepada Kepala Dinas disertai Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilaporkan, yaitu: a. Jenis, letak, dan taksiran harga dari barang yang dapat

dijadikan objek dita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya penagihan;

b. Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk agar melaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak, antara lain, kemampuan bayar, itikad baik, pandangan Wajib Pajak tentang penetapan/penagihan pajak dan sebagainya.

4. Kepala Bidang Pendapatan memeriksa dan ikut mengetahui Laporan Pelaksanaan Surat Paksa serta menatausahakannya dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu mencatat pelaksanaan Surat Paksa dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2 dan pada tindakan STPD PBB-P2 atau Keputusan Pembetulan/Keputusan Keberatan/Putusan banding yang bersangkutan.

d. Pelaksanaan Sita Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihannya dari Penanggung Pajak, oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang milik Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau dipinjamkan atau yang dibebani hak tanggungan (hipotik, gadai, agunan), berupa: a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan

deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal kepada perusahaan lain; dan/atau

Page 137: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik.

Penyitaan barang bergerak dan atau barang tidak bergerak berupa tanah atau bangunan dilakukan secara fisik dan sedapat mungkin dokumen bukti kepemilikan seperti sertifikat hak atas tanah dapat ikut disita. Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup dan usaha Penanggung Pajak, terhadap barang bergerak tertentu dikecualikan dari penyitaan yaitu: a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang

digunakan Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya;

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan masak yang ada di rumah;

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas; d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan

Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan;

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); dan

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak, misalnya barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita tidak dijumpai atau barang bergerak yang dijumpai tidak mempunyai nilai atau harganya tidak memadai dibandingkan dengan utang pajak. Urutan barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita ditentukan dengan memperhatikan jumlah utang pajak dan biaya penagihan pajak, kemudahan penjualan atau pencairannya. Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan dengan memperhatikan jumlah dan jenis barang berdasarkan harga wajar yang diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyitaan yang berlebihan. Dalam memperkirakan nilai barang yang disita Jurusita/petugas yang ditunjuk dimungkinkan untuk meminta bantuan jasa penilai/penilai PBB-P2. Terhadap semua jenis barang yang disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang, misalnya Panitia Urusan Piutang Negara, tidak boleh disita lagi oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk.

Pelaksanaan Penyitaan dilaksanakan sebagai berikut: 1. Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak/petugas yang

ditunjuk dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk, dan dapat dipercaya;

2. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk harus: a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita

Pajak/petugas yang ditunjuk dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, serta memberitahukan maksud dan tujuan penyitaan kepada Penanggung Pajak; dan

Page 138: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi.

Dalam hal penangggung Pajak menolak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat;

3. Apabila Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Kecamatan/Pemerintahan Gampong setempat, sebagai saksi legalisator. Dalam hal ini, Berita Acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat;

4. Asli Berita Acara Pelaksanaan Sita diserahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk selanjutnya disimpan dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung pajak yang bersangkutan. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: a. Penanggung Pajak; b. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar; c. Kepala kantor Pertanahan dan Pengadilan Negeri untuk

tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar; d. Pemerintahan Gampong dan Pengadilan Negeri setempat

untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar. Penyampaian salinan berita Acara tersebut kepada Pemerintahan Gampong setempat dimaksudkan untuk digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Riwayat Tanah, sedangkan penyampaian kepada Pengadilan negeri dimaksudkan untuk didaftarkan kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri;

e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk kapal; dan f. Instansi terkait untuk barang tidak bergerak lainnya yang

mempunyai mekanisme pendaftaran dalam kepemilikannya. Penyampaian salinan Berita acara kepada instansi tersebut di atas dimaksudkan untuk mencegah agar barang sitaan tidak dipindahtangankan sebelum utang pajak dan biaya penagihannya dilunasi oleh Penanggung Pajak. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum.

5. Barang yang telah disita dititipkan kepada Penanggung Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk barang tersebut perlu disimpan di Kantor Dinas atau di tempat lain seperti Bank, kantor Pegadaian, atau Kantor Pos. Dasar pertimbangan Jurusita pajak/petugas yang ditunjuk menitipkan barang yang disita antara lain: a. Resiko kehilangan, kecurian, atau kerusakan; b. Jenis, sifat, ukuran, atau jumlah barang yang disita.

6. Apabila hasil lelang barang yang disita tidak cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihannya, Jurusita Pajak/petugas

Page 139: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

yang ditunjuk dapat melakukan penyitaan tambahan lebih dari satu kali sampai diperolehnya jumlah yang cukup.

7. Atas barang yang disita ditempeli Segel Sita dengan memperhatikan jenis, sifat, dan bentuk barang sitaan. Penempelan atau pemberian segel sita pada barang yang disita dimaksudkan sebagai pengumuman bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri ataupun tidak dihadiri oleh penanggung Pajak.

8. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap emas, permata, dan sejenisnya,a. Membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan

yang disita dalam daftar yang merupakan lampiran Berita Acara pelaksanaan Sita; dan

Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk:

b. Membuat berita Acara pelaksanaan Sita. 9. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap uang tunai termasuk

mata uang asing,a. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan

membuat rinciannya dalam lampiran berita acara Pelaksanaan Sita;

Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk:

b. Membuat berita Acara Pelaksanaan Sita; dan c. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat

penyitaan yang selanjutnya ditempeli dengan Segel Sita dan kemudian menitipkannya pada Penanggung pajak atau bank.

10. Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

a. Dalam melaksanakan penagihan pajak denga Surat Paksa, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk berwenang melaksanakan penyitaan terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank. Penyitaan dimaksud dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu;

dilaksanakan sebagai berikut:

b. Kepala Bidang Pendapatan beserta Seksi yang berwenang dalam penagihan meneliti kemungkinan adanya harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank. Apabila diduga terdapat harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank, Kepala Dinas menerbitkan Surat Permintaan pemblokiran Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan Pada Bank dalam rangkap 3 (tiga): - lembar ke-1 untuk Bank; - lembar ke-2 untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak; dan - lembar ke-3 untuk pertinggal.

c. Kepala Dinas mengirim Surat Pemblokiran Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank kepada pimpinan bank tempat harta kekayaan Penanggung Pajak tersimpan, dengan dilampiri salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;

d. Kepala Dinas setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dari bank bersangkutan, segera meneruskannya kepada Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk yang selanjutnya Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada

Page 140: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

bank tersebut kepada Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk;

e. Apabila Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada Bank sebagaimana dimaksud pada butir d, Kepala Dinas mengajukan permohonan kepada Bupati untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dimaksud;

f. Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk segera melaksanakan penyitaan setelah mengetahui saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk, saksi-saksi, dan pimpinan/pejabat bank dan menyampaikan salinannya kepada Penanggung Pajak dan pimpinan bank bersangkutan; dan

g. Kepala Dinas mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank dalam hal: 1) Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya

penagihan pajak; dan 2) Terdapat sisa lebih harta kekayaan Penanggung Pajak

setelah dikurangi dengan jumlah yang disita. 11. Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan

sejenisnya yang diperdagangkan di bursa efek

a. Kepala Dinas mengajukan permohonan kepada Bupati untuk meminta secara tertulis kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) agar memblokir rekening efek pada Kustodian dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai Penanggung Pajak, sebab dan alasan dilakukan pemblokiran;

dilaksanakan sebagai berikut:

b. Dalam hal permintaan pemblokiran tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang rekening efek pada Kustodian, maka permintaan tertulis dari Bupati harus membuat nama Pejabat yang berwenang mendapat keterangan tersebut;

c. Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk setelah menerima dari Bupati atas Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan yang dibuat oleh Kustodian segera melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada Kustodian dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Dalam hal Penanggung Pajak tidak hadir, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk dan saksi-saksi;

d. Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada Penaggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ketua Bapepam dan Kustodian; dan

e. Kepala Dinas mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek Penanggung Pajak pada Kustodian dalam hal: 1) Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya

penagihannya; dan

Page 141: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

2) Terdapat sisa lebih rekening efek setelah dikurangi dengan jumlah yang disita.

12. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan di bursa efeka. Membuat inventarisasi dan rincian tentang jenis, jumlah,

dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam Lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita;

, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk:

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita; dan c. Membuat berita acara pengalihan hak surat berharga dari

Penanggung Pajak kepada Kepala Dinas. 13. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap utang

a. Membuat inventarisasi dan rincian tentang jenis dan jumlah piutang yang disita dalam Lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita;

, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk:

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita; dan c. Membuat berita acara persetujuan pengalihan hak menagih

piutang dari Penanggung Pajak kepada Kepala Dinas, dan salinannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang.

14. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya

a. Membuat inventarisasi dan rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam Lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita;

, Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk:

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita; dan c. Membuat akte persetujuan pengalihan hak penyertaan

modal pada perusahaan lain piutang dari Penanggung Pajak kepada Kepala Dinas, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal.

15. Dalam hal barang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa disertai dengan surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa barang dimaksud akan disita apabila proses pembuktian telah selesai dan diputuskan bahwa barang bukti dikembalikan kepada Penanggung Pajak. Berdasarkan pemberitahuan dari Kejaksaan atau kepolisian, Kepala Dinas, segera melaksanakan penyitaan sebelum barang dimaksud dikembalikan kepada Penanggung Pajak. Namun demikian, apabila barang dimaksud telah dikembalikan kepada Penanggung Pajak tanpa pemberitahuan, penyitaan tetap dapat dilaksanakan.

16. Dalam hal barang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lainnya yang berwenang, Jurusita pajak/petugas yang ditunjuk menyampaikan Surat Paksa kepada Pengadilan Negeri atau instansi lain tersebut, yang selajutnya Pengadilan Negeri melalui sidang berikutnya dan instansi lain yang berwenang menjadikan barang yang telah disita dimaksud sebagai jaminan pelunasan utang pajak (hak mendahulu negara untuk wajib pajak).

Page 142: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

17. Setelah dilaksanakan penyitaan, Kepala Dinas memberitahukan kepada: a. Kepala Kantor Pertanahan/Kepala Pengadilan Negeri/

Administrator Pelabuhan/Keuchik dengan Surat Pemberitahuan Penyitaan Barang Tidak Bergerak atas nama Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dalam hal dilaksanakan penyitaan terhadap tanah/bangunan/kapal;

b. Direktur Penyelenggara Bursa Efek/Biro Administrasi dan Penyelesaian Transaksi/Bank Kustodian yang bersangkutan dengan Surat Pemberitahuan Penyitaan Obligasi, Saham, dan sejenisnya, dalam hal dilaksanakan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan bursa efek;

c. Direksi Bank bersangkutan dengan Surat Pemberitahuan Penyitaan Deposito, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro, atau Bentuk Lainnya yang dipersamakan dengan itu dalam hal dilaksanakan penyitaan Deposito, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro, atau Bentuk Lainnya yang dipersamakan dengan itu; dan

d. Pihak yang berkewajiban membayar utang dengan Surat Pemberitahuan Penyitaan Piutang, dalam hal dilaksanakannya penyitaan terhadap piutang.

18. Seksi yang berwenang dalam penagihan menatausahakan pelaksanakan sita dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2.

e. Pencabutan Sita 1. Pencabutan Sita dilaksanakan:

a. Apabila Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihannya;

b. Berdasarkan putusan pengadilan/putusan hakim dari peradilan umum, misalnya putusan atas gugatan-gugatan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita;

c. Berdasarkan putusan pengadilan pajak misalnya putusan atas gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan sita; dan

d. Berdasarkan penetapan Bupati karena adanya sebab-sebab diluar kekuasaan, misalnya objek sita terbakar, hilang atu musnah.

2. Pencabutan Sita dilaksanakan berdasarkan Surat Pencabutan Sita yang berfungsi sebagai pencabutan Berita Acara Pelaksanaan Sita;

3. Surat Pencabutan Sita diterbitkan oleh Kepala Dinas dan disampaikan oleh Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk kepada penanggung Pajak serta instansi terkait dan tindasannya disimpan dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan sebagai pertinggal;

4. Penyampaian Surat Pencabutan Sita diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Penanggung Pajak;

5. Tembusan Surat Pencabutan Sita kepada instansi terkait sebagaimana butir 3 disampaikan kepada: a. Kepala kantor Pertanahan/Kepala pengadilan

Negeri/Administrator Pelabuhan/Keuchik, dalam hal dilakukan pencabutan sita terhadap tanah/bangunan/kapal;

Page 143: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Bank yang bersangkutan dalam hal pencabutan sita terhadap deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau yang dipersamakan dengan itu;

c. Pihak terkait, dalam hal dilakukan pencabutan sita terhadap surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya, baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek. Dalam hal ini, Surat Pencabutan Sita sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas surat berharga tersebut;

d. Pihak yang berutang, dalam hal dilakukan pencabutan sita terhadap piutang. Dalam hal ini, Surat Pencabutan Sita sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan hak menagih piutang; dan

e. Pihak terkait, dalam hal dilakukan pencabutan sita terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain.

6. Seksi yang berwenang dalam penagihan menatausahakan pelaksanaan pencabutan sita dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB.

f. Pelaksanaan Penjualan Barang Sitaan Secara Lelang Kepala Dinas berwenang menjual secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang, kecuali barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain. Untuk memberi kesempatan kepada Penanggung Pajak guna melunasi utang pajak dan biaya penagihannya serta sesuai dengan peraturan lelang, maka setiap penjualan barang sitaan secara lelang harus didahului dengan pengumuman lelang. Pengumuman lelang dilaksanakan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah penyitaan, sedangkan lelang dilaksanakan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Apabila Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, sedangkan lelang tetap harus dilaksanakan, kepada Penanggung Pajak masih diberi kesempatan untuk menentukan urutan barang yang akan dilelang. Dalam hal Penanggung Pajak tidak menggunakan kesempatan dimaksud atau apabila pelaksanaan lelang terhadap urutan tersebut menjadi terhambat, maka Kepala Dinas menentukan kembali urutan barang yang dilelang dimaksud. Kepala Dinas dan Jurusita Pajak/petugas yang ditunjuk, beserta istri, keluarga sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus dan anak angkat tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang. Mengingat bahwa lelang merupakan tindakan lanjut eksekusi dari Surat Paksa yang kedudukannya sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka lelang tetap dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan keberatan atau tanpa dihadiri oleh Penanggung Pajak. Akan tetapi lelang tidak dilaksanakan: a. apabila Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan

biaya penagihannya; b. berdasarkan putusan pengadilan yang mengabulkan gugatan

pihak ketiga atas kepemilikan barang yang disita; c. berdasarkan putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan

gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak; dan

Page 144: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

d. apabila objek sita yang akan dilelang musnah karena terbakar atau bencana alam.

Pada dasarnya tujuan lelang adalah untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam rangka memberikan perlindungan kepada Penanggung Pajak, maka: a. pelaksanaan lelang agar tidak dilakukan secara berlebihan

misalnya dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada;

b. Kepala Dinas agar tidak sewenang-wenang dalam melakukan penjualan secara lelang, seperti penentuan harga limit; dan

c. Kepala Dinas mengembalikan sisa barang sitaan beserta kelebihan uang hasil lelang kepada Penanggung Pajak segera setelah dibuatnya Risalah Lelang.

Pelaksanaan penjualan barang sitaan secara lelang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan;

a. Kepala Dinas sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaaan jadwal waktu dan tempat pelelangan kepada Kepala Kantor Lelang dengan menggunakan Surat Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan apabila utang pajak dan atau biaya penagihannya tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan; dan

b. Dalam jangka waktu antara pengajuan permintaan dan ditetapkannya jadwal waktu dan tempat pelelangan, Kepala Dinas dapat memberitahukan kesempatan terakhir kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajak danbiaya penagihannya.

2. Pengumuman Lelang a. Setelah mendapat kepastian jadwal waktu dan tempat

pelelangan dari Kepala Kantor Lelang, Kepala Seksi yang berwenang dalam penagihan membuat konsep pengumuman lelang dan meneruskannya kepada Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Pendapatan untuk selanjutnya diumumkan melalui surat kabar; dan

b. Apabila pengumuman lelang sudah dimuat dalam surat kabar maka tanggal pemuatan dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2.

3. Penjualan barang sitaan dilaksanakan oleh Kantor Lelang; dan 4. Seksi yang berwenang menatausahakan pelaksanaan lelang

dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2. Pelaksanaan penjualan barang sitaan lelang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai Lelang Eksekusi Pajak.

g. Pelaksanaan penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang barang sitaan berupa: a. Uang tunai;

Page 145: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

b. Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank seperti deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu;

c. Obligasi; d. Saham; e. Piutang; f. Penyertaan modal; dan g. Surat berharga lainnya. Kepala Dinas dan Jurusita/petugas yang ditunjuk beserta istri, keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus dan anak angkat tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang penjualannya dikecualikan dari penjualan secara lelang. Pelaksanaan penjualan barang sitaan yang dikecualikan penjualannya secara lelang dilakukan sebagai berikut: 1. Kepala Dinas segera menjual, menggunakan dan atau

memindahbukukan barang sitaan untuk pelunasan biaya penagihan pajak dan utang pajak apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak setelah 14 (empat belas) hari sejak penyitaan barang dimaksud.

2. Penjualan, penggunaan, dan atau pemindahbukuan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Uang tunai disetor ke kas daerah; b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dipindahbukukan ke rekening Kas daerah atas permintaan Kepala Dinas kepada Bank yang bersangkutan;

c. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya: 1) Yang diperdagangkan di bursa efek, dijual oleh Kepala

Dinas melalui bursa efek sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) yang tidak diperdagangkan di bursa efek langsung dijual oleh Kepala Dinas kepada pembeli.

Penjualan obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, diikuti dengan pembuatan berita acara pengalihan hak dari Kepala Dinas kepada pembeli yang fungsinya dipersamakan dengan risalah lelang.

d. piutang yang hak menagihnya beralih kepada Kepala Dinas berdasarkan berita acara persetujuan pengalihan hak, dijual oleh Kepala Dinas kepada pembeli diikuti dengan pembuatan berita acara pengalihan hak dari Kepala Dinas kepada pembeli yang fungsinya dipersamakan dengan risalah lelang;

e. penyertaan modal pada perusahaan lain yang penugasannya beralih kepada Kepala Dinas berdasarkan akte persetujuan pengalihan hak, dijual oleh Kepala Dinas kepada pembeli diikuti dengan pembuatan berita acara pengalihan hak dari Kepala Dinas kepada pembeli yang fungsinya dipersamakan dengan risalah lelang; dan

f. hasil penjualan barang sitaan sebagaimana dimaksud pada huruf c, huruf d, dan huruf e disetorkan ke Kas Daerah.

3. Seksi yang berwenang dalam penagihan menatausahakan penjualan, penggunaan, dan atau pemindahbukuan barang sitaan dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2.

Page 146: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

h. Pelaksanaan Surat Paksa/Sita di luar wilayah Kerja Pejabat Dalam hal surat paksa harus dilaksanakan di luar wilayah kerja Kepala Dinas. Bupati meminta bantuan kepada Pemerintah Daerah lainnya yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa, kecuali ditetapkan lain oleh Bupati. Dalam hal objek sita berada di luar wilayah kerja Kepala Dinas yang menerbitkan Surat Paksa, Kepala Dinas tersebut meminta bantuan kepada Pemerintah daerah yang wilayah kerjanya meliputi tempat objek sita berada, untuk mendampingi jurusita/petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan penyitaan.

III. Biaya Penagihan Biaya penagihan pajak meliputi: a. Biaya pelaksanaan Surat Paksa untuk setiap pemberitahuan Surat

Paksa, ditetapkan sebesar ketentuan Peraturan Bupati Aceh Timur mengenai biaya perjalanan dinas yang berlaku di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur untuk biaya perjalanan 1 (satu) orang jurusita pajak;

b. biaya pelaksanaan penyitaan untuk setiap Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan, untuk biaya perjalanan dinas 1 (satu) orang jurusita dan 2 (dua) orang saksi yang berdasarkan ketentuan Peraturan Bupati Aceh Timur mengenai biaya perjalanan dinas yang berlaku di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur. Dalam hal saksi merupakan aparat pemerintahan gampong setempat, maka hanya diberikan uang saku dan uang makan.

c. biaya pencegahan dan atau biaya penyanderaan; d. biaya pelaksanaan lelang meliputi:

1) biaya pengumuman lelang di surat kabar; 2) biaya lelang; 3) biaya penyimpanan barang yang disita; dan 4) biaya lain yang berhubungan dengan lelang.

e. biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang dilakukan tidak secara lelang.

IV. Pencegahan dan Penyanderaan A. Pencegahan

Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Pencegahan diperlukan sebagai salah satu upaya penagihan pajak dan dilaksanakan secara sangat efektif dan hati-hati. Dalam pelaksanaan pencegahan sebagai upaya penagihan pajak harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. kuantitatif, yakni pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap

Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah); dan

b. kualitatif, yakni Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajaknya.

Pelaksanaan pencegahan sebagai salah satu upaya penagihan pajak hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan dengan Keputusan Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, yang antara lain

Page 147: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

menentukan bahwa yang berwenang dan bertanggung jawab atas pencegahan adalah Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang negara. Jangka waktu pencegahan dimaksud dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan. Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung Pajak, Wajib Pajak badan atau ahli waris dan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak serta terhentinya pelaksanaan penagihan pajak. Tindakan pencegahan dilaksanakan sebagai berikut: 1. Bupati mengajukan permintaan kepada Menteri Keuangan

untuk menerbitkan keputusan pencegahan terhadap Penanggung Pajak yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana tersebut diatas;

2. Keputusan pencegahan sebagaimana butir 1 disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan, Menteri Hukum dan HAM, Kepala Dinas yang memohon pencegahan, dan Bupati dimana objek pajak berada; dan

3. Kepala Dinas, setelah menerima tembusan keputusan pencegahan, menyerahkan keputusan tersebut kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk disimpan dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak bersangkutan dan mencatatnya dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB.

B. Penyanderaan Penyanderaan merupakan salah satu upaya penagihan pajak yang wujudnya berupa pengekangan sementara waktu terhadap kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya pada tempat tertentu. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang telah dilakukan pencegahan. Penyanderaan diperlukan sebagai salah satu upaya penagihan pajak dan dilaksanakan secara sangat selektif, hati-hati, dan merupakan upaya terakhir. Dalam pelaksanaan penyanderaan sebagai upaya penagihan pajak harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. kuantitatif, yakni penyanderaan hanya dapat dilakukan

terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah);

b. kualitatif, yakni Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajaknya; dan

c. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

Penyanderaan dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas setelah memperoleh izin tertulis dari Gubernur Aceh. Penyanderaan dilakukan di tempat tertentu dengan syarat sebagai berikut: a. Tertutup dan terasing dari mesyarakat; b. Mempunyai fasilitas terbatas; dan c. Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang

memadai. Sebelum tempat penyanderaan dimaksud dibentuk, Penanggung Pajak yang disandera dititipkan di rumah tahanan negara dan terpisah dari tahanan lain.

Page 148: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal Penanggung Pajak sedang beribadah, sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti Pemilihan Umum/Pemilihan Kepala Daerah. Jangka waktu pencegahan dimaksud dilaksanakan paling lama 6 (anam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan. Izin perpanjangan jangka waktu penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh Gubernur pada waktu memberikan izin penyanderaan. Dalam hal izin perpanjangan penyanderaan sekaligus diberikan maka tidak diperlukan izin baru. Ketentuan jangka waktu maksimum penyanderaan tidak berlaku dalam hal sandera melarikan diri. Penentuan lamanya penyanderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkan dengan itikad tidak baik Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Selama dalam penyanderaan Penanggung Pajak berhak untuk: a. melakukan ibadah ditempat penyanderaan; b. memperoleh pelayanan kesehatan yang layak; c. mendapat makanan yang layak termasuk menerima kiriman

dari keluarga; d. menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas; e. memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya

Penanggung Pajak yang disandera; dan f. menerima kunjungan dari keluarga dan sahabat, dokter pribadi

atas biaya sendiri, dan rohaniawan. Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada Pengadilan Negeri, sepanjang masa penyanderaan belum berakhir. Dalam hal mengajukan gugatan tersebut dikabulkan oleh Pengadilan Negeri, Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi kepada Kepala Dinas yang menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan. Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Kepala Dinas melalui satu kali pengumuman pada media cetak harian berskala nasional dengan ukuran yang memadai, dan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan rehabilitasi nama baik. Ganti rugi yang diberikan Kepala Dinas kepada Penanggung Pajak sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalani, dan diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan ganti rugi. Tindakan penyanderaan dilaksanakan sebagai berikut: 1. Kepala Dinas atau Bupati mengajukan permohonan izin kepada

Gubernur. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya: a. identitas Penanggung Pajak yang akan disandera; b. jumlah utang pajak yang belum dilunasi; c. tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan; dan d. uraian tentang adanya petunjuk bhwa Penanggung Pajak

diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak. 2. Setelah menerima izin tertulis dari Gubernur, Kepala Dinas

seketika menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan yang sekurang-kurangnya memuat identitas Penanggung Pajak, alasan penyanderaan, izin penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan;

Page 149: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

3. Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung kepada Penanggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada pimpinan tempat penyanderaan dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal Jurusita Pajak dan dapat dipercaya;

4. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan, Jurusita Pajak melalui Kepala Dinas atau Bupati dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk menghadirkan Penanggung Pajak yang tidak dapat ditemukan tersebut;

5. Penyanderaan dilaksanakan pada saat Surat Perintah Penyanderaan diterima oleh Penanggung Pajak yang bersangkutan. Apabila dalam melaksanakan penyanderaan mengalami kesulitan ataupun karena alasan keamanan dan keselamatan bagi Jurusita Pajak dan saksi-saksi, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk melaksanakan penyanderaan;

6. Pada saat Penanggung Pajak ditempatkan di tempat penyanderaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, pimpinan tempat penyanderaan dan saksi-saksi dengan memuat sekurang-kurangnya: a. nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan; b. izin tertulis Gubernur Aceh; c. identitas Penanggung Pajak yang disandera; d. tempat penyanderaan; e. lamanya penyanderaan; dan f. identitas saksi penyanderaan. Berita Acara Penyanderaan merupakan syarat formal sahnya penyanderaan dan berfungsi sebagai Berita Acara serah terima Penanggung Pajak yang disandera dari Jurusita pajak kepada pimpinan tempat penyanderaan;

7. Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan kepada pimpinan tempat penyanderaan, Penanggung Pajak yang disandera, Bupati dan aslinya diserahkan kepada Kepala Bidang pendapatan untuk disimpan dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak bersangkutan dan dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2; dan

8. Penanggung Pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan disandera kembali berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang dahulu diterbitkan kepadanya. Masa penyanderaan kembali adalah sama dengan masa penyanderaan menurut Surat Perintah Penyanderaan yang dahulu diterbitkan kepadanya tanpa memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalani sebelum Penanggung Pajak melarikan diri.

Pelepasan sandera dilaksanakan sebagai berikut: 1. Penanggung Pajak yang disandera dilepas:

a. apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas;

b. apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah dipenuhi;

Page 150: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

c. berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

d. berdasarkan pertimbangan tertentu dari Gubernur/Bupati, misalnya Penanggung Pajak menyatakan akan melunasi utang pajak, tetapi berdasarkan bukti yang disampaikan tidak dapat melaksanakan pelunasan utang pajak tanpa meninggalkan tempat penyanderaan atau dalam hal penanggung Pajak menderita sakit berat sehingga memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama di luar tempat penyanderaan.

2. Apabila Penanggung Pajak akan dilepas berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a, huruf c, atau huruf d, Kepala Dinas memberitahukan secara tertulis kepada pimpinan tempat penyanderaan; dan

3. Kepala Dinas menerima pemberitahuan dari pimpinan tempat penyanderaan bahwa Penanggung Pajak telah dilepas, selanjutnya diserahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk disimpan dalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung pajak bersangkutan dan dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan PBB-P2.

V. Lain-lain 1. Kepala Dinas karena jabatan atau atas permohonan Penanggung

pajak dapat membetulkan Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan, dan Pengumuman Lelang yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan nama Wajib Pajak/Penanggung pajak, alamat Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Nomor Objek Pajak (NOP PBB), Nomor Pokok Wajib Pajak dan lain-lain;

2. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah kesalahan atau kekeliruan tersebut pada butir 1 dibetulkan oleh Kepala Dinas;

3. Apabila setelah pelaksanaan lelang ternyata Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang. Dalam hal ini Kepala Dinas mengembalikan kelebihan pembayaran dimaksud hanya dalam bentuk uang sesuai prosedur pengambalian kelebihan pembayaran pajak;

4. Penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan apabila telah kadaluwarsa sesuai peraturan yang berlaku; dan

5. Kepala Dinas melakukan pengawasan terhadap pengenaan BPHTB atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena penjualan barang sitaan yang dilakukan melalui lelang.

VI. Jangka Waktu Pelaksanaan Penagihan Pelaksanaan penagihan pajak sejak tanggal jatuh tempo pembayaran STPD PBB-P2 atau Keputusan Pembetulan/Keputusan Keberatan/Putusan Banding sampai dengan penjualan barang sitaan yang dilakukan secara lelang dan paling cepat 58 (lima puluh delapan) hari untuk penjualan barang sitaan yang dilakukan secara lelang dan paling cepat 44 (empat puluh empat) hari untuk penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang, dengan rincian sebagai berikut:

Page 151: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

1. Pemberian Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan dilakukan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran STPD PBB-P2 atau Keputusan Pembetulan/Keputusan Keberatan/Putusan banding;

2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran maka segera diterbitkan Surat Paksa;

3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 2 (dua) x 24 (dua puluh empat) jam sejak diberitahukan Surat Paksa maka segera diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan

4. a. 1) Apabila utang pajak dan biaya penagihannya yang masih

harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan maka segera dilaksanakan pengumuman lelang; dan

Penjualan barang sitaan secara lelang

2) Apabila utang pajak dan biaya penagihannya yang masih harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pengumuman lelang maka segera dilakukan penjualan barang sitaan melalui kantor lelang.

b.

Apabila utang pajak dan biaya penagihannya yang masih harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, maka segera dilakukan penjualan, penggunaan dan/atau pemindahbukuan barang sitaan.

Penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang

C. BENTUK-BENTUK FORMULIR PENAGIHAN PBB-P2

1. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) PBB-P2 Kop Dinas

SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH (STPD) PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

NOP : Tahun Pajak : 20….. Pajak Terutang

: Rp. ……………….

Letak Objek Pajak : Identitas Wajib Pajak : Kecamatan : Nama : Gampong : Alamat : Jln/Dusun :

Perincian Pajak Terutang : 1. Sisa Pajak Terutang pada SPPT/ SKPD

PBB-P2 Tahun 20…. : Rp. ………………………………

2. Denda Aministrasi : Rp. ……………………………… + 2% x … bulan x Rp. Jumlah Pajak Terutang : Rp. ………………………………

Tanggal Jatuh Tempo …………… Tempat Prmbayaran ………………..

Perhatian: 1. STPD PBB-P2 ini harus dilunasi satu bulan sejak tanggal diterima. 2. Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo jumlah utang pajak belum dilunasi

dapat ditagih dengan Surat Paksa, Sita dan Lelang. 3. Apabila setelah lewat saat jatuh tempo tersebut Surat Tagihan Pajak (STP) ini

belum dilunasi akan tetapi belum diterbitkan surat paksa, maka jumlah pajak yang beserta denda administrasi 2% sebulan dari sisa pajak terutang dihitung sejak saat jatuh tempo STP sampai dengan saat pembayaran.

Page 152: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

STPD Tahun

: Diterima tanggal …………….

Nama : Oleh: Alamat : NOP : Tanda Tangan

2. Daftar Penjagaan Penerbitan STPD PBB-P2

DAFTAR PENJAGAAN PENERBITAN STPD PBB-P2 TAHUN 20…..

No.

Nama dan Alamat WP, Letak OP dan NOP Yang Diusulkan

Untuk Diterbitkan STPD

Tanggal Jatu

h Tem

po SPPT/S

KPD

Pajak Yang Teru

tang D

alam S

PPT/SK

PD (R

p)

Jum

lah Yan

g Dapat D

iperhitu

ngkan

(Rp)

Pajak Yang K

uran

g Dibayar (R

p)

Den

da Adm

inistrasi (R

p)

Pajak Yang Teru

tang B

erdasarkan Pu

tusan

Pen

gadilan Pajak (R

p)

Pajak Yang M

asih H

arus

Dibayar (R

p)

Persetuju

an K

epala Bidan

g Pendapatan

(Paraf)

Keteran

agan

(4-5)

(6+7)-(8-4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 dst ……, ……………… 20 …. Kepala Seksi Yang Berwenang Dalam

Penagihan, …………………………………. NIP. …………………………

3. Daftar Himpunan Keputusan Keberatan/Putusan Banding Yang

Menyebabkan Jumlah Pajak Yang Harus Dibayar Bertambah DAFTAR HIMPUNAN KEPUTUSAN KEBERATAN/PUTUSAN BANDING YANG MENYEBABKAN

JUMLAH PAJAK YANG HARUS DIBAYAR BERTAMBAH

No.

Nama dan

Alamat WP,

Letak OP/ NOP

No & Tgl. Penerbitan Keberatan/

Putusan Banding

Pajak Yang Harus

Dibayar (Rp)

Sanksi Adminstrasi

(Rp)

Pajak Yang Masih Harus

Dibayar (Rp)

Tanggal Diterima Oleh WP

Tanggal Jatuh Tempo

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 dst

Page 153: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

……, ……………… 20 …. Kepala Seksi Yang Berwenang Dalam

Penagihan,

…………………………………. NIP. …………………………

4. Daftar Penjagaan Penerbitan Surat Teguran (Tindakan Awal Penagihan) DAFTAR PENJAGAAN PENERBITAN SURAT TEGURAN (TINDAKAN AWAL PENAGIHAN

TAHUN 20………..

No.

Nam

a dan A

lamat W

P, Letak O

P yang akan

D

iterbitkan S

urat

Teguran

Tahu

n Pajak

No &

Tgl. Penerbitan

S

TPD PB

B-P2/K

ep. Pem

betulan

/ K

eberatan/Pu

tusan

B

andin

g

Tanggal Jatu

h Tem

po

Pajak Yang K

uran

g D

ibayar (Rp)

Den

da/San

ksi A

dmin

istrasi (Rp)

Pajak Yang M

asih

Haru

s Dibayar (R

p)

Keteran

gan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 dst

……, ……………… 20 ….

Kepala Seksi Yang Berwenang Dalam Penagihan,

…………………………………. NIP. …………………………

5. Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus

Kop Dinas

SURAT PERINTAH PENAGIHAN PAJAK SEKETIKA DAN SEKALIGUS Nomor : …………..

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 102 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Pasal 6 Undang-undang Nomor 19 Tahun 997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dengan diperintahkan kepada: Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: …………………………………….

NPWP : ……………………………………. Alamat : ……………………………………. ……………………………………. Untuk melunasi utang Pajak sejumlah

: Rp. ………………………………

Dengan Rincian sebagai berikut :

Tahun Pajak No. & Tgl. STPD/Kep.

Pembetulan/Keberatan/ Putusan Banding

Tanggal Jatuh Tempo

Jumlah Tunggakan Pajak (Rp)

1 2 3 4

Jumlah

Page 154: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

(Dengan huruf : …………….....................................................................…………......) pada hari……………………tanggal………bulan…………………tahun……… ……, ……………… 20 …. Kepala Seksi Yang Berwenang Dalam

Penagihan, …………………………………. NIP. …………………………

6. Surat Teguran

Kop Dinas

SURAT TEGURAN Nomor : …………………………….

Menurut data yang tersedia pada kami, hingga saat ini Saudara masih mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan P2 sebagai berikut:

Tahun Pajak

No & Tgl. STPD PBB-P2/ Kep. Pembetulan/ Keberatan/ Putusan

Banding

Tanggal Jatuh Tempo

Jumlah Tunggakan Pajak

(Rp) 1 2 3 4

Jumlah ( Dengan huruf : …………………………………………………………………………..……)

Untuk mencegah tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pasal 34 ayat (5) Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah, maka diminta kepada Saudara agar melunasi jumlah tunggakan pajak dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal surat teguran ini. Dalam hal Saudara telah melunasi tunggakan pajak tersebut di atas, dimohon agar Saudara segera menginformasikan kepada kami.

PERHATIAN KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH

TIMUR,

PAJAK HARUS DILUNASI DALAM WAKTU 21 (DUA PULUH SATU) HARI SETELAH TANGGAL SURAT TEGURAN INI. SESUDAH BATAS WAKTU TERSEBUT TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKAN DILANJUTKAN DENGAN PENERBITAN SURAT PAKSA. (Pasal 34 ayat (5) Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011

………………………….. NIP. ……………………

7. Surat Paksa

Kop Dinas

SURAT PAKSA Nomor : ……………

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH

KABUPATEN ACEH TIMUR,

Page 155: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Menimbang bahwa : Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: ………………………………………………………………….

NPWP : …………………………………………………………………. Alamat : …………………………………………………………………. …………………………………………………………………. Menunggak PBB-P2 : Rp. ……………………………………………………….. Sebagaimana tercantum dibawah ini:

Tahun Pajak No & Tgl. STPD/Kep.

Pembetulan/Keberatan/ Putusan Banding

Tanggal Jatuh Tempo

Pembayaran

Jumlah Tunggakan Pajak (Rp)

1 2 3 4

Jumlah ( Dengan huruf : …………………………………………………………………………..……) Dengan ini : 1. memerintahkan Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk membayar jumlah

tunggakan pajak tersebut ke Bank/Kantor Pos Persepsi, ditambah dengan biaya penagihan dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam sesudah pemberitahuan Surat Paksa ini;

2. memerintahkan kepada Jurusita yang melaksanakan Surat Paksa ini atau Jurusita lain yang ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan Surat Paksa dengan melakukan penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam Surat Paksa ini tidak dipenuhi.

PERHATIAN : Ditetapkan di : PAJAK HARUS DILUNASI DALAM WAKTU 2X 24 JAM SETELAH MENERIMA SURAT PAKSA INI. SESUDAH BATAS WAKTU TERSEBUT TINDAKAN PENAGIHAN AKAN DILANJUTKAN DENGAN PENYITAAN.

pada tanggal : KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN

DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR,

………………………….. NIP. ……………………

8. Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa Kop Dinas

BERITA ACARA PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA

Pada hari ini …………………………………. Tanggal ……………………………….. atas permintaan Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur yang memiliki tempat kedudukan di Kantor ………………………………………………. Di ………………………………………………. saya ……………………………………….. Jurusita Pajak pada Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur …………………………………………… bertempat kedudukan di ……………………… Nama Wajib Pajak/Penanggung Pajak :………………………………………………................

MEMBERITAHUKAN DENGAN RESMI

Kepada Saudara …………………………….. bertempat tinggal di …………………………………… berkedudukan sebagai ……………………………………………. Surat Paksa disebaliknya ini dengan Nomor …………………… Tanggal ………………………….. dan saya, Jurusita Pajak, berdasarkan ketentuan Surat Paksa tersebut memerintahkan kepada Penanggung Pajak supaya dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam, memenuhi isi Surat Paksa ini dan oleh karena itu harus menyetor di Bank/Kantor Pos *) Persepsi …………………………. Sebanyak Rp …………………… dengan tidak mengurangi kewajiban untuk membayar biaya-biaya

Page 156: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

penagihan ini dan biaya selanjutnya, dan jika ia tidak membayar dalam waktu yang telah ditentukan, maka harta bendanya baik yang berupa barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak akan disita dan dijual di muka umum/dijual langsung kepada pembeli dan hasil penjualannya digunakan untuk membayar utang pajak, denda, bunga, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penagihan ini. Surat Paksa ini dapat dilanjutkan dengan tindakan PENCEGAHAN dan PENYANDERAAN. Saya, Jurusita Pajak, telah menyerahkan salinan Surat Paksa ini kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan saya lakukan di tempat tinggal/kedudukan orang pribadi/badan yang menanggung pajak. Penyerahan salinan Surat Paksa ini dilakukan kepada ………………………………………………… bertempat tinggal di …………………………… disebabkan ………………………………………….

Yang menerima salinan Surat Paksa, Jurusita Pajak,

………………………… ………………………… Jabatan ………………………….. Jabatan …………………………..

Biaya pelaksanaan Surat Paksa sebagai berikut: Biaya harian Jurusita Rp. ………………………………. Biaya Perjalanan Rp. ……………………………….

Jumlah Rp. ……………………………….

9. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

LAPORAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA I. Nama Wajib Pajak/

Penanggung Pajak : ……………………………………………

NPWP : …………………………………………… Alamat : …………………………………………… …………………………………………… II. Pelaksana : 1. Penyerahan salinan Surat Paksa dilaksanakan pada

tanggal…………………………………. 2. Berita Acara pelaksanaan Surat Paksa terlampir. 3. Utang pajak sebagai berikut:

Tahun Pajak

No & Tgl. STPD/ Kep. Pembetulan/Keberatan/

Putusan Banding

Jumlah pajak yang telah dibayar

Jumlah pajak yang masih harus dibayar

Menurut Surat Paksa

Menurut Wajib Pajak

Menurut Surat Paksa

Menurut Wajib Pajak

1 2 3 4 5 6 III. Data mengenai Wajib Pajak/Penanggung Pajak A. Pengajuan/penyelesaian surat keberatan/pengurangan

Tahun Pajak

No & Tgl. STPD/Kep.

Pembetulan/ Keberatan/

Putusan Banding

Tanggal Surat Keberatan/Pengurangan

Penyelesaian Surat Keberatan/Pengurangan

Tanggal Diterim/ Ditolak

Tunggakan (Rp)

1 2 3 4 5 6

Page 157: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

B. Objek Sita 1. Jenis Barang Bergerak Terletak di Taksiran Harga

………………………… …………………… Rp. ………………. ………………………… …………………… Rp. ………………. ………………………… …………………… Rp. ……………….

2. Jenis Barang Tidak Bergerak Terletak di Taksiran Harga ………………………… …………………… Rp. ………………. ………………………… …………………… Rp. ………………. ………………………… …………………… Rp. ……………….

IV. Kesan-kesan dan Usul Jurusita: ………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………….

Mengetahui: …………, ………….20……. Kepala Bidang Pendapatan, Jurusita Pajak,

……………………… ……………………… NIP. ………………… NIP. …………………

10. Permintaan Pemblokiran Kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak

Yang Tersimpan Pada Bank Kop Surat

Idi, ……………… 20….M ……………….14….H Nomor : Lampiran : Kepada Perihal : Permintaan Pemblokiran

Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan Pada

Yth,

Bank……..………....

Sdr. Pimpinan Bank ………...... ……………………………………….

Di - ………………………. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 1998 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 148/KMK 04/1998 Tanggal 27 Pebruari 1998, dengan ini diminta kepada Saudara untuk melakukan pemblokiran atas rekening/Deposito/Tabungan/Giro/Saldo rekening koran *) atas nama:

Nama : …………………………………….. NPWP : …………………………………….. Alamat : …………………………………….. …………………………………….. Untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang pajak sebagaimana

dimaksud dalam Surat Paksa Nomor…………………tanggal……………………..

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terimakasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN

ACEH TIMUR,

……………………………….. NIP. ………………………..

11. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

Kop Dinas

SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN Nomor : ………………..

Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: ……………………………………

NPWP : …………………………………… Alamat : …………………………………… ……………………………………

Page 158: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Kepadanya telah dilakukan penagihan pajak dengan Surat Paksa Nomor……………………………Tanggal…………………….... hingga saat ini belum juga melunasi jumlah pajak yang masih dibayarnya, maka kami sesuai dengan ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pasal 34 ayat (5) Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah dengan ini diperintahkan kepada: Nama : NIP : Jabatan : ………. Bertindak selaku jurusita pada DPKKD Kab. Aceh

Timur untuk melakukan penyitaan barang-barang (Barang bergerak dan atau tidak bergerak) milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak baik yang berada di tempat Wajib Pajak/Penanggung Pajak maupun yang berada di tangan orang lain. Penyitaan agar dilakukan bersama-sama dengan 2 (dua) orang saksi, warga negara Indonesia yang telah mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun atau telah dewasa dan dapat dipercaya. Berita Acara Palaksanaan Sita supaya disampaikan dalam jangka waktu paling lambat ……………hari setelah pelaksanaan penyitaan.

Ditetapkan di PERHATIAN : ……………………..…. PAJAK HARUS DILUNASI DALAM WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI SETELAH DILAKSANAKAN PENYITAAN SESUDAH BATAS WAKTU ITU, KAMI AKAN MENGAJUKAN PERMINTAAN KEPADA KANTOR LELANG NEGARA AGAR BARANG-BARANG YANG TELAH DISITA DIJUAL DI MUKA UMUM/DIJUAL LANGSUNG KEPADA PEMBELI (Pasal 25 UU No. 19 Tahun 1997)

pada tanggal : ………………… 20….

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN

ACEH TIMUR,

……………………………….. NIP. ……………………………

12. Berita Acara Pelaksanaan Sita Kop Dinas

BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA

Nomor : ………………….. Pada hari ini ………….. tanggal ……………….. tahun ………. Atas kekuatan Surat Perintah melakukan Penyitaan Kepala Dinas/Bupati ………………………. Nomor ……………………….. tanggal …………………….. yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dalam hal ini memilih domisili di kantornya di ………………….…………………………… berdasarkan Surat Paksa yang dikeluarkan tanggal ………………………. Nomor ……………………………… yang telah diberitahukan dengan resmi kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akan disebut di bawah ini, maka saya, Jurusita Pajak Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur, bertempat tinggal di ………………………………………………………………… dengan dibantu 2 (dua) orang saksi dan dapat dipercaya, yaitu: 1. ………………………………………… Pekerjaan ……………………………………. 2. ………………………………………… Pekerjaan ……………………………………. telah datang di rumah/perusahaan Wajib Pajak/Penanggung pajak: Nama Wajib Pajak /Penanggung Pajak : …………………………………………………. NPWP : …………………………………………………. Alamat : …………………………………………………. Untuk melaksanakan Perintah Penyitaan dimaksud atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak karena yang bersangkutan masih menunggak Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tersebut di bawah ini:

Tahun Pajak No. & tgl. STP PBB-P2/Keputusan

Pembetulan/Keberatan/ Putusan Banding

Jumlah Tunggakan Pajak (Rp)

1 2 3

Page 159: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan telah dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut: A. Penyitaan dapat dilaksanakan dengan rincian barang-barang yang telah disita

adalah sebagai berikut: 1. Jenis Barang Bergerak: Terletak di: Taksiran Harga:

………………………………….. ………………………… Rp. …………….. ………………………………….. ………………………… Rp. …………….. ………………………………….. ………………………… Rp. ……………..

2. Jenis Barang Tidak Bergerak: Terletak di: Taksiran Harga: ………………………………….. ………………………… Rp. …………….. ………………………………….. ………………………… Rp. …………….. ………………………………….. ………………………… Rp. …………….. B. Penyitaan tidak dapat dilaksanakan karena

……………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………….. Kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dijelaskan bahwa barang yang telah disita tersebut akan dijual di muka umum dengan perantaraan Kantor Lelang Negara, pada tanggal dan di tempat yang akan ditentukan kemudian/dijual langsung kepada pembeli. Untuk penyimpanan barang-barang yang telah disita, saya Jurusita Pajak menunjuk …………………………. Yang bertempat tinggal di ………………………………………sebagai penyimpanan dan untuk itu penyimpanan tersebut menandatangani berita acara dan salinan-salinannya sebagai bukti ia menerima penunjukan itu. Penunjukan sebagai penyimpanan itu dilakukan di depan kedua saksi di atas, yang turut pula menandatangani berita acara dan salinan-salinannya. Salinan berita acara ini disampaikan kepada penyimpanan barang dan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Jurusita Pajak,

( …………………………………. ) ( …………………………………. )

Penyimpan, Saksi-saksi: 1. …………………. ( …………………. )

( …………………………………. ) 2. …………………. ( …………………. ) Biaya penagihan pajak yaitu: 1. Biaya harian Jurusita Rp. ………………………………… 2. Biaya Perjalanan Rp. ………………………………… + Jumlah Rp. ………………………………… Jumlah Yang Telah/belum dlunasi Rp. …………………………………

CATATAN: Memindahtangankan, merusak, atau menggelapkan barang-barang sitaan ini adalah perbuatan yang diancam hukuman penjara sebagaimana tercantum dalam Pasal 231, 372, dan 375 KUH Pidana.

13. Lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita

LAMPIRAN BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA

Nomor : ……………………………

Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: …………………………………………………..

NPWP : ………………………………………………….. Alamat : ………………………………………………….. …………………………………………………..

Page 160: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Daftar rincian barang yang disita: A. Uang Tunai

No. Jenis Mata Uang Pecahan Jumlah

Lembar Jumlah Keterangan

1 2 3 dst Jumlah B. Surat Berharga (Obligasi, Saham, dan Sejenisnya)

No. Jenis Jumlah Nilai Nominal Perkiraan Pasar

Jumlah Nilai Keterangan

1 2 3 dst Jumlah (Rp) C. Piutang

No. Jenis Piutang Nilai Piutang Nama Debitur Keterangan 1 2 3 dst Jumlah (Rp)

D. Penyertaan Modal

No. Jenis/Bentuk Besar Penyertaan

Perusahaan Tempat Penyertaan Keterangan

1 2 3 dst Jumlah (Rp)

Jurusita Pajak, ………………………… NIP. ……………………

14. Segel Sita

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH

D I S I T A KUTIPAN BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA ATAS BARANG

BERGERAK/BARANG TIDAK BERGERAK

NOMOR : TANGGAL :

BARANG INI TERMASUK DALAM BARANG-BARANG YANG DISITA NEGARA, BARANG SIAPA DENGAN SENGAJA MEMINDATANGANKAN/MEMINDAHKAN

HAK/MEMINJAMKAN/MERUSAK BARANG INI DAPAT DITUNTUT BERDASARKAN PASAL 231 KUH PIDANA, DENGAN ANCAMAN HUKUMAN PEJARA

SELAMA-LAMANYA 4 (EMPAT) TAHUN JURUSITA PAJAK, ………………………………. NIP. ……………………….

Page 161: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

15. Pemberitahuan Penyitaan Barang Tidak Bergerak Kop Dinas

Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. Kepala Kantor Pertanahan/ Perihal : Pemberitahuan Penyitaan Barang Ketua Pengadilan Negeri/ Tidak Bergerak atas nama Wajib Administrasi/Keuchik*) ……. Pajak/ Penanggung Pajak.--------- Di - ………………. Dengan ini diberitahukan kepada Saudara bahwa barang tidak bergerak

berupa tanah/bangunan/kapal*) yang terletak di…………………….. dan daftar pada………….. Dengan nomor sertifikat…………………. Tanggal ……………… atas:

Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: …………………………………………….

NPWP : ……………………………………………. Alamat : ……………………………………………. ……………………………………………. sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita Nomor

…………………..tanggal……………………………terlampir, berada dalam penyitaan sebagai jaminan atas utang pajak kepada daerah oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.

Diharapkan bantuan Saudara untuk mencatatnya dalam Buku Pendaftaran Tanah/Bangunan/Kapal*).

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terima kasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ………………………………… NIP. ……………………. *) coret yang tidak perlu

16. Pemberitahuan Penyitaan Obligasi/Saham/sejenisnya

Kop Dinas Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. Direktur Penyelenggara Perihal : Pemberitahuan Penyitaan Obligasi Bursa Efek/Biro Administasi dan /Saham dan sejenis.---------------- Penyelesaian Transaksi/Bank Kostudian*) …………………….. Di - ……………. Dengan ini diberitahukan kepada Saudara bahwa obligasi, saham atau sejenis

atas: Nama Wajib Pajak /

Penanggung Pajak : …………………………………………….

NPWP : ……………………………………………. Alamat : ……………………………………………. …………………………………………….

sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita Nomor

…………………..tanggal……………………………terlampir, berada dalam penyitaan sebagai jaminan atas utang pajak kepada daerah oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.

Page 162: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Diharapkan bantuan Saudara untuk mencatat dan membukukan obligasi, saham dan sejenis atas nama sebagaimana dimaksud diatas.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terima kasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ………………………………… NIP. ……………………. *) coret yang tidak perlu

17. Pemberitahuan Penyitaan Deposito, Tabungan, Saldo Rekening Koran,

Giro atau Bentuk Lainnya yang Dipersamakan dengan itu Kop Dinas

Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. Direksi Bank …………. Perihal : Pemberitahuan Penyitaan Deposito Di - Tabungan, Saldo Rekening Koran, ……………….. Giro atau Bentuk Lainnya yang Di- Persamakan dengan itu.------------- Dengan ini diberitahukan kepada Saudara bahwa deposito, tabungan,

saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu atas:

Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: …………………………………………….

NPWP : ……………………………………………. Alamat : ……………………………………………. ……………………………………………. sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita Nomor

…………………..tanggal……………………………terlampir: 1. Surat Kuasa Wajib Pajak/ Penanggung Pajak**) 2. Izin Bupati Aceh Timur berada dalam penyitaan sebagai jaminan atas utang pajak kepada daerah oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.

Diharapkan bantuan Saudara untuk mencatat dan memblokir deposito, tabungan, saldo rekening 162oran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu atas nama sebagaimana dimaksud diatas.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terima kasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ………………………………… NIP. ……………………. *) coret yang tidak perlu **) cantumkan bila ada

Page 163: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

18. Pemberitahuan Penyitaan Piutang Kop Dinas

Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. …………..…………. Perihal : Pemberitahuan Penyitaan Piutang Di - ……………….. Dengan ini diberitahukan kepada Saudara bahwa piutang atas: Nama Wajib Pajak/

Penanggung Pajak : …………………………………………….

NPWP : ……………………………………………. Alamat : ……………………………………………. ……………………………………………. sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita Nomor

…………………..tanggal……………………………terlampir, berada dalam penyitaan sebagai jaminan atas utang pajak kepada daerah oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terima kasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR,

………………………………… NIP. ……………………. *) coret yang tidak perlu

19. Pencabutan Sita

Kop Dinas Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. …………..…………. Perihal : Pencabutan Sita Di - ……………….. Berhubung Saudara selaku wajib pajak/penanggung pajak sebagai

pemegang NPWP ………… dengan alamat …………………. Telah melunasi tungakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, maka sesuai dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, maka penyitaan atas barang milik saudara yang telah dilakukan pada tanggal ……………….

Dinyatakan DICABUT. Demikian kami sampaikan untuk dimaklumi. KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN

KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR,

………………………………… NIP. …………………….

Page 164: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

20. Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan Kop Dinas

Idi, …………….. 20…. M …………….. 14.…. H Nomor : ……………………….. Kepada Lampiran : ……………………….. Yth, Sdr. Kepala Kantor Lelang Perihal : Permintaan Jadwal Waktu …………..…………………. Dan Tempat Pelelangan.-- Di - ……………..

Sehubungan dengan telah dilakukan penyitaan atas barang-barang bergerak atau tidak bergerak milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, bersama ini kami sampaikan…………………………... berkas penyitaan sebagai bahan yang diperlukan untuk persiapan pelelangan dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak seperti tersebut di bawah ini:

1. Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

: …………………………………..

NPWP : ………………………………….. Alamat : ………………………………….. ………………………………….. Barang-barang yang disita adalah: a. ………………………….. terletak di………………………………… b. ………………………….. terletak di………………………………… c. dst terletak di………………………………… 2. Dan seterusnya*) : …………………………………..

Berdasarkan hal tersebut di atas diminta Saudara untuk menetapkan jadwal waktu dan tempat pelaksanaan lelang agar kami dapat mengumumkan tanggal dan tempat pelelangan barang-barang tersebut di atas kepada masyarakat.

Atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.

KEPALA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH

KABUPATEN ACEH TIMUR, ………………………………… NIP. ……………………. *) (Apabila lebih dari satu Wajib Pajak/Penanggung Pajak dapat dilanjutkan seperti angka 1)

21. Pemberitahuan Kesempatan Terakhir

Kop Dinas Idi, ……………. 20 ….. M ……………. 14 .….. H Nomor : ……………… Kepada Lampiran : ……………… Yth, ……………………………….. Di - …………………….. PEMBERITAHUAN KESEMPATAN TERAKHIR Berdasarkan catatan pada usaha kami hingga saat ini ternyata Saudara

belum juga melunasi tunggakan-tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan atas nama:

Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak

: …………………………………..

NPWP : ………………………………….. Alamat : ………………………………….. …………………………………..

Page 165: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

Dengan rincian sebagai berikut:

Tahun Pajak No. & tgl. STP PBB-P2/Keputusan Pembetulan/Keberatan/Putusan

Banding

Jumlah tunggakan pajak (Rp)

1 2 3 Jumlah ( Terbilang : …………………………………………………………………………….. ) Berhubungan dengan itu, maka kami akan melakukan tindakan penagihan

dengan menjual di muka umum barang-barang milik …………………………………………………........ yang telah disita oleh Jurusita Pajak bernama ………………………………….. NIP …………………………

Biaya-biaya untuk pelaksanaan lelang tersebut yang kesemuanya akan menjadi beban Saudara adalah sebagai berikut:

1. Biaya pengumuman lelang di surat-surat kabar; 2. Biaya lelang; 3. Biaya Jurusita Pajak; 4. Biaya lain yang berhubungan dengan itu. Jelas kiranya bahwa tindakan pelelangan selain akan sangat merugikan

nama baik, juga akan menambah jumlah biaya yang harus menjadi beban Saudara.

Oleh karena itu kami memberikan kesempatan terakhir kepada Saudara untuk melunasi utang pajak tersebut selambat-lambatnya tanggal ……………………… dan melaporkan pelunasannya kepada kami.

KEPALA DINAS PENGELOLA

KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR,

………………………………… NIP. …………………….

22. Tanda Terima Tagihan Pajak

Kop Surat

TANDA TERIMA TAGIHAN PBB-P2 Nama : ………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………… Melalui Bank/Tempat Lainnya*) : ………………………………………………………………… Uang Sejumlah : ………………………………………………………………… ( Terbilang : ……………………………………………….. ) Untuk pembayaran biaya : Pelaksanaan Surat Paksa sehubungan

dengan Surat Paksa Pelaksanaan Penyitaan

sehubungan dengan Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Sesuai dengan Surat Paksa/Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan*) Nomor ………….. Tanggal ………………………. Bendahara Penerimaan, ……………………. NIP. …...………… X Conteng tanda X salah satu atau keduanya

Page 166: TATA CARA PEMBERIAN NOMOR OBJEK PAJAK …jdih.acehtimurkab.go.id/attachments/article/77/Lampiran Perbup 18...Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) adalah sistem yang terintegrasi

23. Tanda Terima Biaya Pelaksanaan Surat Paksa/Surat Perintah Penyitaan

Kop Surat

TANDA TERIMA BIAYA PELAKSANAAN SURAT PAKSA/ SURAT PERINTAH PENYITAAN*)

Nama : ………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………… Melalui Bank/Tempat Lainnya*) : ………………………………………………………………… Uang Sejumlah : ………………………………………………………………… ( Terbilang : ……………………………………………….. ) Untuk pembayaran biaya : Pelaksanaan Surat Paksa sehubungan

dengan Surat Paksa Pelaksanaan Penyitaan

sehubungan dengan Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Sesuai dengan Surat Paksa/Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan*) Nomor ………….. Tanggal ………………………. Bendahara Penerimaan, ……………………. NIP………………… X Conteng tanda X salah satu atau keduanya

BUPATI ACEH TIMUR,

ttd

HASBALLAH BIN M. THAIB

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

SETDAKAB. ACEH TIMUR,

ISKANDAR SH