Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

32
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PSF

description

Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

Transcript of Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

Page 1: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN

BERBASIS KOMUNITAS

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURTATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PROGRAMNASIONAL

PEMBERDAYAANMASYARAKAT

MANDIRI PSF

Page 2: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA i

KATA PENGANTAR

Rangkaian erupsi merapi yang terjadi pada 26 Oktober sampai awal November 2010 telah mengakibatkan 2.856 rumah rusak berat dan kerusakan pada infrastruktur permukiman di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Erupsi tersebut berdampak sangat serius pada 45 desa yang selama ini menjadi wilayah kegiatan REKOMPAK dan 43 desa yang belum menjadi lokasi dampingan REKOMPAK. Perkembangan selanjutnya, banjir lahar yang merupakan dampak sekunder erupsi merapi telah menghacurkan 1.087 unit rumah dan kerusakan infrastruktur pada 14 desa di Kabupaten Magelang dan 3 desa di Kabupaten Sleman Sesuai dengan Perka No.5 Tahun 2011, Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Erupsi Merapi, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dan infrastruktur permukiman dilakukan dengan skema REKOMPAK, yakni dilaksanakan secara swakelola melalui pendekatan pemberdayaan. Permukiman warga yang rusak dan hancur direlokasi ke daerah yang dinyatakan aman untuk permukiman berdasarkan peta kawasan rawan bencana Gunung Merapi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM. Tata cara Pembangunan Rumah dengan Struktur Tahan Gempa (RTG) ini disusun dengan memperhatikan kaidah teknis dan aturan yang berlaku untuk menjadi acuan perencanaan pembangunan rumah dan permukiman bagi warga korban erupsi Merapi yang akan membangun huntap di tempat baru yang lebih aman. Apabila dalam pelaksanaan tata cara ini di lapangan terdapat kekurangjelasan atau ketidaksesuaian kami mengharapkan masukan sebagai bahan penyempurnaannya.

Jakarta, Juli 2011 Kepala PMU REKOMPAK

Ir. Adjar Prayudi, MCM, M.Sc. NIP. 110035108

Page 3: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA ii

DAFTAR ISI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI

Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Istilah dan Singkatan iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Landasan Operasional dan Acuan 1 1.3 Maksud dan Tujuan 2 1.4 Sasaran 3 1.5 Pelaku 3 1.6 Definisi-definisi 3 BAB II PERSYARATAN RUMAH SEDERHANA SEHAT DENGAN

STRUKTUR TAHAN GEMPA 6

2.1 Tipe dan Model Rumah 6 2.2 Arsitektur Bangunan 6 2.2.1 Tata Bangunan 6 2.2.2 Tata Ruang Dalam 7 2.2.3 Penghawaan (Ventilasi) 7 2.2.4 Pencahayaan 7 2.2.5 Air Bersih dan Sanitasi 8 2.2.6 Instalasi Listrik 9 2.2.7 Jalur Penyelamatan Bencana Gempa dan Erupsi

Gunung Api

10 2.2.8 Jalur Penyelamatan Bencana Kebakaran 10 2.3 Struktur Bangunan Rumah Tahan Gempa 10 2.3.1 Persyaratan Umum 10 2.3.2 Tata Letak Bangunan Terhadap Gempa 11 2.3.3 Perencanaan struktur bangunan rumah tinggal

sederhana

12 2.3.4 Pembebanan 17 2.3.5 Konstruksi Struktur Bangunan Atas 17 2.3.6 Konstruksi Struktur Bangunan Bawah 17

Page 4: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA iii

BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN

STRUKTUR TAHAN GEMPA

19 3.1 Spesifikasi Teknis 19 3.2 Perencanaan Detail 20 3.3 Pengukuran dan Survey Lapangan 20 3.4 Pelaksanaan pembangunan dengan struktur tahan

gempa

20 DAFTAR GAMBAR : Gambar 1.1. Tata Letak Bangunan Yang Simetris 11 Gambar 1.2. Perletakan Dilatasi 12 Gambar 1.3. Denah Bangunan yang Dianjurkan 12 Gambar 1.4 Penempatan Dinding Bangunan 12 Gambar 1.5. Penempatan Bidang-Bidang Dinding 13 Gambar 1.6. Atap Bangunan 13 Gambar 1.7 Penempatan Kolom Pengaku 13 Gambar 1.8. Hubungan Kolom Pengaku Beton Bertulang dengan

Pondasi 14

Gambar 1.9. Hubungan Balok Latai dengan Kolom Pengaku 14 Gambar 1.10. Hubungan Ring Balk dengan Kolom Pengaku 15 Gambar 1.11. Tampak Atas Pertemuan Ring Balk 15 Gambar 1.12. Hubungan Kuda-Kuda dengan Ring Balk 16 Gambar 1.13. Alternatif Bentuk Penampang dan Tulangan Ring Balk 16 Gambar 1.14. Jenis Pondasi dan Dimensinya 17 Gambar 1.15. Differential Settlement 18 LAMPIRAN : LAMPIRAN 1 : Tipologi Jenis Model Rumah Dengan Struktur Tahan

Gempa

Page 5: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA iv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BPD Badan Perwakilan Desa BDL Bantuan Dana Lingkungan BDR Bantuan Dana Rumah BKM Badan Keswadayaan Masyarakat DMC District Management Consultant DTPL Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan DTPP Dokumen Teknis Pembangunan Perumahan DED Detailed Engineering Design CSP Community Settlement Plan JRF Java Reconstruction Fund LPD Lembaga Pemberdayaan Desa LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NMC National Management Consultant P2KP Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan PJM Program Jangka Menengah PP Panitia Pelaksana (Pembangunan) PPD Pengelola Pusaka Desa/Kelurahan PSF PNPM Support Facility POT Pedoman Operasional Teknis POU Pedoman Operasional Umum RAB Rencana Anggaran Biaya RKS Rencana Kerja dan Syarat-syarat RPP Rencana Penataan Permukiman RPLS Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial TA Tenaga Ahli TIP Tim Inti Perencana TPK Tim Pengelola Kegiatan Rekompak Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis

Komunitas

Page 6: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasca bencana alam erupsi gunung api pada umumnya meninggalkan masalah yang tidak kecil, baik yang diakibatkan oleh aliran lahar panas, awan panas dan aliran lahar dingin yang meluluh lantakkan area yang dilaluinya. Bencana erupsi Gunung Merapi pada akhir tahun 2010 juga telah menyebabkan kehilangan jiwa, kerusakan infrastruktur, lahan dan tata perekonomian-sosial serta kerusakan lebih dari 3000 rumah warga disekitarnya. Untuk upaya mengembalikan pada kondisi normal baik kondisi lingkungan, rumah, prasarana permukiman, dan kondisi sosial masyarakat, melalui program REKOMPAK bermaksud memberikan dampingan bagi masyarakat tertimpa bencana tersebut dengan memberikan bantuan teknis rehabilitasi, rekonstruksi dan pembangunan permukiman berbasis masyarakat. Dengan berakhirnya masa pemulihan bencana erupsi Gunung Merapi pemerintah menetapkan masa rehabilitasi dan rekonstruksi dimana akan dilaksanakan pembangunan rumah bagi warga desa-desa yang terkena dampak erupsi Merapi di wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Untuk memenuhi kebutuhan rumah-rumah diatas diperlukan pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa dengan merujuk kepada persyaratan teknis Kementerian Pekerjaan Umum RI.

1.2 Landasan Operasional dan Acuan

Landasan operasional yang digunakan mengacu kepada ketentuan-ketentuan dan persyaratan pada :

a. Grant Agreement Java Reconstruction Fund (JRF) for Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and West Java and Yogyakarta Special Region,

b. Grant Agreement PNPM Support Facility (PSF) for Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project,

c. Pedoman Operasional Umum (POU) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010.

d. Pedoman Operasional Teknis (POT) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010.

e. Pedoman-Pedoman Khusus REKOMPAK

Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Prasarana Desa Pedoman Pendampingan Penanganan Kawasan Rawan Bencana Longsor Pedoman Implementasi Heritage

Page 7: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 2

Acuan yang digunakan adalah : a. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, Direktorat

Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Juni 2006.

b. Keputusan Menteri Permukiman & Prasarana Wilayah, No:403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman teknis pembangunan rumah sederhana sehat (Rs Sehat),

c. Kepmeneg PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang kualitas air bersih.

e. Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang Konstruksi dan Bangunan, yaitu :

o SNI 03-1727 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, Tahun 1989 dan Revisi Tahun 2002.

o SNI 03-1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung.

o SNI 03-2397 Tata Cara Perencanaan Bangunan Sederhana Tahan Angin o SNI 03-2453 Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan

Pekarangan o SNI 03-2459 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. o SNI 19-2454 Penentuan Tempat Penampungan Sementara Sampah. o SNI 04-0225 Persyaratan Umum Instalasi Listrik.

f. Standar Operasional Prosedur dan Tata Cara Program rekompak, yaitu:

o SOP Pembentukan Panitia Pembangunan (PP)/Kelompok Pemukim (KP) o SOP Penyusunan Dokumen Teknis Pembangunan Perumahan (DTPP) o SOP Pengelolaan Perkayuan o SOP Pembersihan & Pembuangan Puing o SOP Safeguard (Pengamanan Lingkungan dan Sosial) o SOP Keselamatan & Kesehatan Kerja/K3 o SOP Pengadaan Barang & Jasa o Tata Cara Pencairan dan Penyaluran BDR/BDL.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud

1. Memberikan panduan dan tata cara kepada warga masyarakat desa/kelurahan dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana detail teknis dan pelaksanaan pembangunan rumah sederhana sehat dengan struktur tahan gempa,

2. Sebagai acuan persyaratan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa yang akan dibangun pada program Rekompak Pasca Erupsi Merapi,

3. Memberikan panduan dan tata cara kepada konsultan pendamping REKOMPAK dalam memfasilitasi penyusunan rencana detail teknis dan pelaksanaan pembangunan rumah sederhana sehat dengan struktur tahan gempa di tingkat desa/kelurahan;

Tujuan

1. Menyusun rencana detail pembangunan rumah dan permukinan di tingkat desa/kelurahan berbasis komunitas yang sederhana, sehat, tahan gempa dan berorientasi pada tata bangunan dan tata lingkungan serta pengurangan risiko bencana;

Page 8: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 3

2. Meningkatkan kapasitas warga masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan rumah di tingkat desa/kelurahan;

3. Agar penyusunan rencana detail teknis dapat mencapai target kualitas yang baik, serta tersusunnya dokumen teknis pembangunan permukiman sesuai aturan dan syarat yang berlaku dan menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan rumah dengan benar.

1.4 Sasaran

Kelompok sasaran utama standar operasional porosedur ini, adalah:

1. Tingkat komunitas desa, yaitu para calon pengelola dan pelaksana pembangunan rumah dan permukiman serta para Kelompok Pemukim (KP) desa/kelurahan,

2. Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping masyarakat desa (faskel, building controler/BC),

Sasaran selanjutnya adalah:

1. Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP), Panitia Pembangunan (PP)

2. Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),

3. Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),

4. Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) - Kabupaten/Kota,

5. Konsultan Rekompak; National Management Consultant (NMC), District Management Consultant (DMC),

6. Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan panduan tata cara ini. 1.5 Pelaku

Penanggungjawab keseluruhan dalam pembangunan rumah dan permukiman yang dibiayai melalui dana BDR adalah Kelompok Pemukim (KP) dengan koordinasi dan bimbingan dari BKM/TPK. Pelaksana penyusunan rencana detail teknis dan pembangunan rumah adalah Kelompok Pemukim (KP) dengan melibatkan warga masyarakat desa/kelurahan dan Pemerintah Desa/Kelurahan serta instansi Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan penyusunan rencana detail teknis dan pembangunan rumah , KP mendapatkan pendampingan atau bantuan teknis dari Tim Fasilitator REKOMPAK.

1.6 Definisi-Definisi

Dalam SOP ini yang dimaksud dengan :

1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), adalah lembaga keswadayaan

masyarakat yang terdiri dari anggota masyarakat yang dibentuk dan dipilih melalui rembug musyawarah tingkat desa/kelurahan yang mempunyai fungsi dan peran untuk membuat kebijakan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang disepakati oleh seluruh warga masyarakat desa/kelurahan. BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang sekurang-kurangnya terdiri dari Unit

Page 9: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 4

Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).

2. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) merupakan bagian dari struktur kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan yang berada di tingkat desa. TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dalam mengelola administrasi serta keuangan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Bendahara dan Sekretaris.

3. Rencana Penataan Permukiman (RPP) atau Community Settlement Plan (CSP) adalah rencana penataan permukiman kelurahan/desa dalam kurun waktu 5 (lima), tahun yang disusun masyarakat berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cita-cita masyarakat untuk meningkatkan kondisi permukiman yang tanggap terhadap upaya pengurangan risiko bencana serta mengendalikan dan mengelola pembangunan permukiman kelurahan/desa.

4. Program Jangka Menengah (PJM) adalah yang berisi tentang rencana pembangunan sarana dan prasarana fisik maupin non phisik yang menjadi kebutuhan desa sesuai dengan hasil analisa kebutuhan dalam penyusunan RPP.

5. Verifikasi RPP adalah suatu rangkaian kegiatan peninjauan terhadap usulan program dan kegiatan yang telah terumuskan dalam RPP, untuk menseleksi, memastikan dan memutuskan apakah usulan kegiatan layak atau tidak layak didanai sesuai dengan batasan pendanaan Program Rekompak.

6. Bantuan Dana Lingkungan (BDL) merupakan bantuan dana hibah dari multi donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga masyarakat desa/ kelurahan yang ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi masyarakat serta kerusakan sarana-prasarana lingkungan akibat dampak bencana. BDL merupakan dana stimulan dalam rangka merealisasikan PJM hasil RPP yang disusun oleh komunitas warga masyarakat sendiri.

7. Bantuan Dana Rumah (BDR) merupakan bantuan dana hibah dari multi donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga desa/kelurahan, ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi dan pembangunan rumah warga yang hunian tempat tinggalnya rusak akibat dampak bencana. BDR merupakan bantuan dana stimulan agar warga korban bencana dapat membangun rumahnya kembali dengan layak (sederhana, sehat, aman), bukan merupakan ganti rugi rumah.

8. Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan (DTPL) adalah merupakan dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Panitia Pembangunan/PP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli DMC yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan sarana-prasarana lingkungan dan merupakan dokumen dasar syarat pencairan dana BDL.

9. Dokumen Teknis Pembangunan Permukiman (DTPP) adalah merupakan dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Kelompok Pemukim/KP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli DMC yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan permukiman/rumah/hunian tetap atau hunian sementara (shelter) dan merupakan dokumen dasar syarat pencairan dana BDR.

10. Panitia Pembangunan (PP), PP dibentuk oleh BKM/TPK untuk melaksanakan kegiatan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah warga desa. PP sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/Bendahara, Petugas Belanja/Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.

Page 10: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 5

11. Kelompok Pemukim (KP), dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pembangunan permukinan/rumah terdiri dari anggota-anggota warga masyarakat penerima BDR sebanyak-banyaknya 15 KK. Pembentukan KP difasilitasi oleh BKM/TPK. Organisasi KP sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/ Bendahara, Petugas Belanja/Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.

12. Tim Pengadaan atau Panitia Lelang adalah tim yang dibentuk untuk melaksanakan pengadaaan barang atau jasa beranggota ganjil terdiri 3 orang atau lebih dengan minimal 1 anggotanya adalah perempuan. Untuk Tim Pengadaan Tingkat KP/PP dibentuk oleh Ketua KP/PP yang disepakati anggotanya. Untuk Tim Pengadaan Tingkat Desa dibentuk oleh para ketua KP/PP yang disepakati oleh BKM/TPK.

13. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya secara sehat dan aman tanpa membahayakan dirinya dan maupun masyarakat sekitar.

14. Relokasi Mandiri, adalah Kelompok Pemukim dimana anggota-anggota kelompok pemukim (AKP) tersebut membangun rumah BDR di lahannya sendiri-sendiri yang lokasinya tidak mengelompok atau tidak secara sengaja berkelompok.

15. Relokasi Berkelompok, adalah Kelompok Pemukim yang membangun rumah-rumah permukimannya secara berkelompok atau kolektif sehingga diperlukan perencanan siteplan terlebih dahulu sebelum mulai pembangunan masing-maisng rumah. Lahan permukiman bisa disediakan oleh a) Pemerintah, atau b) Dibeli secara oleh sekelompok warga, atau c) Hibah dari donor, atau kombinasi ketiganya.

16. Rencana detail teknis, atau detailed engineering design (DED) adalah rencana dan gambar kerja untuk pelaksanaan pembangunan rumah dan pemukiman.

17. Site plan, atau rencana tapak adalah rancangan tatap-tapak bangunan dan sarana prasarana serta tata ruang & lingkungan rumah dan pemukiman yang memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan disusun melalui proses rembug warga.

Page 11: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 6

BAB II

PERSYARATAN RUMAH SEDERHANA SEHAT DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

2.1 Tipe dan Model Rumah

Tipe rumah yang dibangun adalah rumah sederhana sehat yang layak huni berlantai satu (1 lapis) mempunyai minimal luas lantai bangunan 36 m2 atau Tipe 36 dengan fasilitas kamar mandi (KM) & WC, jaringan air bersih, instalasi listrik PLN baik secara individu maupun komunal. Ada beberapa tipe dan model rumah yang bisa diterapkan oleh warga mengacu kepada bentuk arsitektur dan luas lantai bangunan, namun persyaratan-persyaratan yang disebutkan dan diuraikan disini berlaku untuk semua tipe/model rumah yang akan dipilih.

Mengacu kepada pengalaman dalam pembangunan rumah-rumah tahan gempa pasca bencana gempa di DIY dan Jawa Tengah yang telah berjalan, ternyata rumah-rumah yang dibangun bentuknya seragam dan kurang memperhatikan kearifan lokal dan langgam arsitektur lokal. Pada pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa pasca erupsi GN.Merapi ini maka model pembangunan rumah diusahakan cukup fleksibel dengan mempertimbangkan ciri/langgam/karakter arsitektur lokal serta lanscape lingkungan dimana rumah atau kelompok rumah akan dibangun.

2.2 Arsitektur Bangunan

2.2.1 Tata Bangunan

1. Pembangunan rumah harus berada pada lahan peruntukannya sesuai ketentuan tata ruang.

2. Luas lahan persil/kaveling per-rumah diusahakan minimal seluas 150m2, termasuk untuk porsi fasilitas umum da fasilitas sosial.

3. Lebar muka kavelling minimal 6 m atau 7,5 meter

4. Untuk mengantisipasi kebakaran panjang deretan kaveling maksimum 75 m

5. Koefisien Dasar Bangunan/KDB maksimum 60%

6. Koefisien Lantai Bangunan/KLB sama dengan = 0,6.

7. Jarak antar bangunan minimal 3 m atau sama dengan ketinggian bangunan

8. Jarak sempadan rumah terhadap jalan lingkungan minimal 2 m atau ½ lebar jalan.

9. Jarak sempadan rumah terhadap sungai mengikuti ukuran sungai dimana sungai besar sempadan minimal 100 m dan sungai kecil minimal 50 m. Khusus untuk sungai-sungai yang berhulu ke puncak Merapi dan berpotensi bencana yang sudah ditetapkan dalam peta KRB (kawasan rawan bencana) atau masuk KRB 1, sempadan mengikuti batas-batas dalam peta (sempadan minimal 300 m).

Page 12: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 7

2.2.2 Tata Ruang Dalam

1. Tata ruang dalam harus mempertimbangkan fungsi ruang dan arsitektur bangunan.

2. Tata ruang dalam terkait dengan fungsi ruang mencakup:

a. Pemenuhan kebutuhan minimal jumlah ruang untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah:

- 1 ruang tidur - 1 ruang utama (dapat digunakan sebagai ruang tamu, ruang keluarga,

dan/atau ruang makan dan dapur); - 1 ruang servis (KM/WC dan dapur).

b. Pengembangan dan perubahan ruang dapat dilakukan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan ruang sepanjang tidak melanggar KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisien lantai bangunan).

3. Tata Ruang Rumah dengan Struktur Tahan Gempa

a. Untuk mengantisipasi keamanan struktur, sudah harus dipikirkan bentuk struktur rencana perluasan atau pengembangan ruangan yang terpisah dengan rumah inti.

b. KM/WC dapat dibuat menyatu di dalam rumah jika bangunan utama rumah terbuat dari beton dan bata.

c. KM/WC terletak di belakang rumah induk dimana jarak resapan septictank yang cukup aman dari sumur, minimal 10 m .

d. Dapur dapat dibuat di dalam rumah induk atau dibuat terpisah secara struktural, sesuai dengan tipe struktur dan tingkat bahaya terhadap kebakaran.

2.2.3 Penghawaan (Ventilasi) 1. Bangunan rumah tinggal sederhana sehat untuk memenuhi persyaratan sistem

penghawaan harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik sesuai dengan fungsinya.

2. Bangunan rumah tinggal sederhana sehat harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan.

3. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi alami mengikuti standar baku dan ketentuan teknis.

2.2.4 Pencahayaan 1. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana harus mempunyai bukaan untuk

pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.

2. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi masing-masing ruang.

Page 13: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 8

3. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi.

4. Tata cara perencanaan, pemasangan, operasi dan pemeliharaan sistem pencahayaan buatan pada bangunan rumah tinggal sederhana sehat mengikuti pedoman atau standar teknis.

2.2.5 Air Bersih dan Sanitasi 1. Sistem penyediaan air bersih

a. Harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya.

b. Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya serta yang memenuhi persyaratan kesehatan.

c. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.

d. Penampungan air bersih dalam rumah tinggal sederhana sehat diupayakan agar menjamin kualitas air dan memenuhi syarat kelaikan fungsi.

e. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem penyediaan air bersih, mengikuti pedoman standar teknis yang berlaku

2. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah

a. Sistem pembuangan air kotor atau air limbah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis air kotor atau air limbah.

b. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pembuangan air kotor dan air limbah pada bangunan rumah tinggal sederhana mengikuti pedoman standar teknis.

3. Sistem Penyaluran Air Hujan

a. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan.

b. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.

c. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan.

d. Bila belum tersedia jaringan drainase lingkungan ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.

e. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.

f. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan rumah tinggal sederhana mengikuti pedoman standar teknis yang berlaku, seperti:

Page 14: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 9

1) SNI 03-2453 Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.

2) SNI 03-2459 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.

4. Sistem Pengelolaan Sampah

a. Sistem pembuangan kotoran limbah padat dan sampah direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.

b. Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan rumah tinggal sederhana, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, volume kotoran dan sampah.

c. Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni dan lingkungan.

d. Ketentuan pengelolaan sampah 1) Kriteria besaran timbulan sampah untuk rumah tinggal adalah 2,1

ltr/orang/hari, sedangkan untuk non-rumah tinggal 24 ltr/unit/hari.

2) Setiap bangunan rumah tinggal sederhana dilengkapi dengan fasilitas pewadahan yang memadai, sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni dan lingkungan

3) Bagi pengembang perumahan yang membangun ± 80 unit rumah wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedang pengangkutan dan pembuangan akhirnya bergabung dengan sistem yang sudah ada.

4) Sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) harus dikelola mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pengolahan sampah mengikuti pedoman atau standar teknis yang berlaku, seperti: SNI 19-2454 Penentuan Tempat Penampungan Sementara Sampah.

5. Sistem Komunal

Hidran Umum (HU) atau Keran Umum (KU)

Sistem penyediaan air bersih komunal perlu disediakan pada permukiman bila tidak tersedia sistem penyediaan air bersih individual. Penyediaan air bersih secara komunal dilayani melalui hidran umum atau keran umum.

2.2.6 Instalasi Listrik 1. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana yang dilengkapi dengan instalasi listrik

termasuk sumber daya listriknya harus dijamin aman, andal, dan akrab lingkungan.

2. Pemasangan instalasi listrik harus dilakukan oleh petugas atau instansi yang berpengalaman serta bersertifikat sesuai ketentuan berlaku.

3. Persyaratan teknis mengenai instalasi listrik mengikuti : SNI 04-0225 Persyaratan Umum Instalasi Listrik.

Page 15: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 10

2.2.7 Jalur Penyelamatan Bencana Gempa dan Erupsi Gunung Api

1. Bangunan Lokasi Evakuasi

Bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan, perkantoran dan bangunan lainnya dapat dipergunakan sebagai bangunan penyelamat apabila memiliki konstruksi yang kokoh, dapat dicapai dalam waktu cepat dan dapat menampung orang banyak.

2. Jalur Evakuasi

a) Untuk mempercepat evakuasi penduduk jika terjadi bencana perlu disediakan jalur evakuasi berupa jalan lingkungan menuju kearah tempat evakuasi.

b) Jalur evakuasi tersebut harus terhubung secara baik dengan jalan lokal, kolektor maupun arteri.

c) Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke arah jalan lokal dan kolektor yang tanpa hambatan.

d) Pada jalur evakuasi harus dilengkapi dengan rambu-rambu pertandaan dan arah evakuasi penyelamatan, yang mudah terlihat, kuat dan terpelihara.

2.2.8 Jalur Penyelamatan Bencana Kebakaran

1. Untuk penanggulangan kebakaran setiap bangunan rumah tinggal sederhana dan lingkungan perumahan perlu disediakan:

1) atau sumber air yang memadai untuk sarana pemadam kebakaran;

2) Kantong-kantong pasir yang diletakkan pada tiap unit bangunan rumah tinggal;

2. Jalur Evakuasi Kebakaran

1) Dalam lingkungan perumahan harus disediakan jalur evakuasi kebakaran berupa jalan lingkungan dengan lebar perkerasan jalan minimal 4 m tanpa hambatan.

2) Akses jalan lingkungan minimal 45 m masuk kedalam lingkungan dari jalan masuk utama, harus mudah diakses oleh kendaraan pemadam kebakaran dan sirkulasi petugas pemadam kebakaran.

3) Ketentuan mengenai akses evakuasi kebakaran pada lingkungan mengacu pada Kepmeneg PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan

2.3 Struktur Bangunan Rumah Tahan Gempa

2.3.1 Persyaratan Umum Persyaratan struktur bangunan rumah tahan gempa yang dibangun bertujuan untuk: o Memperkecil kemungkinan terjadinya keruntuhan bangunan.

o Meminimalkan risiko kehilangan nyawa dan kerugian harta benda apabila terjadi keruntuhan struktur akibat beban gempa yang timbul melampaui pembebanan maksimum yang direncanakan.

Page 16: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 11

1. Persyaratan Perencanaan Struktur

1) Struktur bangunan rumah tinggal sederhana direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan keselamatan (safety), kelayanan (serviceability), dan keawetan (durability).

2) Struktur bangunan rumah direncanakan mampu memikul semua beban dan atau pengaruh luar yang mungkin bekerja selama kurun waktu umur layanan bangunan, termasuk kombinasi pembebanan yang kritis (antara lain: beban gempa yang terjadi sesuai dengan zona gempa), dan beban-beban lainnya yang secara logis dapat terjadi pada struktur (angin, debu vulkanik).

3) Struktur bangunan rumah direncanakan sedemikian rupa sehingga apabila kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan benar-benar tercapai, keruntuhan yang terjadi akan menimbulkan kondisi struktur yang masih dapat mengamankan penghuni, harta benda dan masih dapat diperbaiki.

2. Zonasi Wilayah Gempa

Untuk keperluan perencanaan struktur, zonasi wilayah gempa di Indonesia dibagi dalam 6 wilayah, yaitu : Zona 1 sd Zona 6, dimana Zona 6 adalah kondisi percepatan di batuan/tanah paling besar jika terjadi gempa. Adapun desa-desa yang terkena dampak erupsi Merapi di wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah berada pada Zona 3.

3. Persyaratan Bahan Bangunan

1) Bahan bangunan, semaksimal mungkin menggunakan bahan baku dengan memanfaatkan kandungan lokal.

2) Bahan bangunan yang dipakai sudah memenuhi semua persyaratan keamanan dan keselamatan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis SNI (Standar Nasional Indonesia),

3) Dalam hal belum diatur dalam SNI, maka bahan bangunan tersebut harus memenuhi ketentuan teknis yang sepadan dari produsen yang bersangkutan.

4) Bahan bangunan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, diproses sesuai dengan standar tata cara yang baku.

5) Untuk rumah yang dibangun dengan bahan pre-fabrikasi, sistem hubungannya harus dirancang secara baik dan mampu bertahan terhadap gaya-gaya yang terjadi pada saat pemasangan/pelaksanaan dan gaya-gaya yang mungkin bekerja selama masa layanan struktur.

2.3.2 Tata Letak Bangunan Terhadap Gempa

a. Tata letak bangunan diusahakan sederhana, simetris, seragam, satu kesatuan.

Gambar 1.1. Tata Letak Bangunan Yang Simetris

Page 17: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 12

b. Bentuk bangunan yang tidak beraturan, diperbolehkan sepanjang tidak ada tonjolan/coakan yang melebihi 25 % dari panjang sisi di arah tonjolan/coakan. Dalam hal tonjolan/coakan tersebut melebihi 25 %, diupayakan terdiri atas beberapa bagian dengan siar dilatasi.

c. Denah bangunan sebaiknya simetris dan sederhana.

Gambar 1.3. Denah Bangunan yang Dianjurkan

2.3.3 Perencanaan struktur bangunan rumah tinggal sederhana Persyaratan detail struktur bangunan rumah sederhana tahan gempa adalah sebgai

berikut:

1. Jumlah lantai maksimum 1 lapis. 2. Bangunan didirikan di atas tanah yang stabil. 3. Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela

diusahakan simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan.

Gambar 1.4 Penempatan Dinding Bangunan

Pemisahan struktur

Pemisahan struktur

Gambar 1.2. Perletakan Dilatasi

Page 18: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 13

4. Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk ruang tertutup

Gambar 1.5. Penempatan Bidang-Bidang Dinding

5. Penggunaan bahan atap dan dinding diusahakan yang ringan tapi kokoh dengan kemiringan cukup.

Gambar 1.6. Atap Bangunan

6. Kolom pengaku pada bangunan rumah tinggal sederhana dipasang dan diikat secara kaku pada struktur pondasi untuk setiap: i) Luasan dinding 6 m2 untuk di zona 5 dan 6; ii) Luasan dinding 9 m2 untuk di zona 4; iii) Luasan dinding 12 m2 untuk di zona 3.

Gambar 1.7 Penempatan Kolom Pengaku

Kolom Pengaku

(a) Kurang Baik (b) Baik

Page 19: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 14

Ø minimum 8mmjarak minimum 150mm

Ø minimum 8mmjarak minimum 100mm

sloof (beton tulang)

kolom penga-ku dinding(beton tulang)

Ø minimum 12mm

Ø minimum 12mm

kolom pengaku dinding(beton tulang)

sloof(beton tulang)

pondasi

TAMPAK SAMPINGPOTONGAN MELINTANG

Gambar 1.8. Hubungan Kolom Pengaku Beton Bertulang dengan Pondasi

7. Lubang/bukaan pada dinding (jendela/pintu) > 1,5 m diberi sistem perkuatan horisontal berupa balok lintel/latai. Balok latai diikat secara kaku ke kolom pengaku dinding.

d = diameter tulangan lintel

Ø minimum 12mm

lintel(beton tulang)

lintel(beton tulang)

Ø minimum 12mmkolom pengaku dinding (beton tulang)

40

d

Gambar 1.9. Hubungan Balok Latai dengan Kolom Pengaku

8. Struktur pondasi (termasuk pondasi dinding pengisi) sebaiknya dibuat menerus tanpa terputus mengelilingi bangunan. Untuk pondasi perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut. Pondasi-pondasi setempat perlu dipasang sloof untuk menyatukan struktur pondasi tersebut.

Page 20: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 15

9. Dipasang balok keliling (ring balk) yang diikat secara kaku dengan kolom.

d = diameter tulangan lintel

Ø minimum 12mm

lintel(beton tulang)

lintel(beton tulang)

Ø minimum 12mmkolom pengaku dinding (beton tulang)

40 d

Gambar 1.10. Hubungan Ring Balk dengan Kolom Pengaku

Ø minimum 12mm

Ø minimum 12mm

kolom pengaku dinding

d = diameter tulangan

ring balkbeton tulang

40 d

kolom pengaku dinding(beton tulang)

Gambar 1.11. Tampak Atas Pertemuan Ring Balk

10. Seluruh kerangka bangunan dari atap sampai pondasi terikat secara kaku dan kokoh sebagai satu kesatuan struktur baik dalam arah vertikal maupun horizontal.

11. Bila memakai kayu, gunakan bahan kayu yang kering.

12. Bila dinding memakai pasangan bata/batako, pasang angkur dengan diameter minimum 8 mm untuk setiap jarak vertikal 30 cm yang dijangkarkan secara baik ke kolom.

13. Antara tembok dengan kusen pintu/jendela juga perlu diadakan pengikatan dengan jangkar-jangkar.

14. Rangka atap/kuda-kuda perlu dijangkarkan pada dinding dengan besi berdiameter minimum 12 mm.

Page 21: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 16

minimum 12mmØ

kuda-kuda atap

dinding bata

ring balk beton tulang

baut Ø minimum 12mm

baut angker

Gambar 1.12. Hubungan Kuda-Kuda dengan Ring Balk

seng BWG 28atau lebih tebal

mur plat

ring balk kayu

dinding bata

kuda2 atap

TAMPAK SAMPING

murplat

pasak kayu

pasak kayu

(a)

ring balk beton tulang

Kuda2 atap

murplat

TAMPAK SAMPING

ALTERNATIF BENTUK PENAMPANGDAN TULANGAN RING BALK

Ø minimum 14mm

mur plat

baut Ø minimum 12mm

ring balk beton tulang

kuda-kuda atap

baut angker

Ø minimum 12mm

(b) Gambar 1.13. Alternatif Bentuk Penampang dan Tulangan Ring Balk

Page 22: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 17

15. Komposisi campuran beton dan spesi/adukan adalah sebagai berikut :

a) Beton (1 semen : 2 pasir : 3 kerikil).

b) Spesi/siar (1 semen : 4 pasir)

16. Dimensi dan penulangan yang diperlukan untuk sloof, balok latai, kolom utama dan kolom pengaku dinding dapat dilihat pada persyaratan struktur dalam Pedoman Teknis Kementerian Pekerjaan Umum.

2.3.4 Pembebanan Analisa Struktur dilakukan dengan memeriksa tanggap struktur terhadap beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, dengan memperhitungkan beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus (material vulkanik). 2.3.5 Konstruksi Struktur Bangunan Atas

Konstruksi bangunan atas dari bangunan rumah atau gedung yang akan dibangun, terdiri struktur :

a. Konstruksi Beton b. Konstruksi Baja c. Konstruksi Kayu d. Konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus (misal: baja ringan)

2.3.6 Konstruksi Struktur Bangunan Bawah

1) Jenis Pondasi dan Tanah Dasar

a. Jenis Pondasi : - Pondasi dangkal, jika D/B < 4. - Dikatakan setempat, bila L/B<10 dan menerus bila L/B>10 - Pondasi semi dalam, jika 4 < D/B < 10 - Pondasi dalam, jika D/B > 10

b. Jenis Tanah : - Lempung (clay) : ∅ < 0.002 mm - Lanau (silt) : 0.002 mm < ∅ < 0.075mm - Pasir (sand) : 0.075 mm < ∅ < 2 mm - Kerikil (gravel) : 2 mm < ∅ < 76.2 mm

Lempung (clay) dan Lanau (silt) tergolong cohesive soil, sedangkan pasir (sand) dan kerikil (gravel) tergolong cohesionless soil.

Gambar 1.14 Jenis Pondasi dan Dimensinya

D

B

D

BD

B

Page 23: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 18

Gambar 1.15 Differential Settlement Keterangan Gambar 3.15 dan 3.16 : L = panjang dasar pondasi dangkal B = lebar atau diam pondasi D = kedalaman dasar pondasi dari muka tanah ∅ = diameter butiran solid tanah δ = differential settlement s = bentang antar pondasi atau kolom

2) Dimensi dan Material Pondasi

Dimensi dan material pondasi tergantung pada : a. Beban kerja, b. Jenis dan kepadatan tanah, c. Angka keamanan (Safety factor) terhadap daya dukung.

Kedalaman dan lebar dasar pondasi dangkal minimum untuk kategori rumah tingga : i. Pada tanah berkohesi : D = 1.50 m dan B = 1.0 m. ii. Pada tanah tak berkohesi : D = 0.70 m dan B = 0.70 m

3) Persyaratan Pondasi Dangkal

a. Antar kolom dan atau antar pondasi diberi balok beton sloof. b. Ada koneksi antara sloof dan pondasi dengan pemberian sejumlah angkur

besi, dengan jarak antar angkur < 60 cm pada pondasi menerus. c. Sekeliling pondasi diberi lapisan pasir padat yang bergradasi baik dan berbutir

kasar dengan ketebalan pasir dibawah pondasi 10 cm. d. Dimensi pondasi diperhitungkan terhadap aspek bearing capacity dan

kekuatan material pondasi. e. Differential settlement antar pondasi tidak boleh terjadi.

4) Penentuan Jenis Pondasi Dangkal :

a. Pondasi Menerus : a) Pondasi Batu Kali b) Pondasi Beton

b. Pondasi Setempat : a) Pondasi Batu Kali b) Pondasi Beton

δ

s

Page 24: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 19

BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN RUMAH

DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

Langkah-langkah pembentukan Kelompok Pemukim (KP), perencanaan dan penyusunan usulan kegiatan, pengadaan material serta administrasi & keuangan termasuk pengamanan lingkungan dan sosial (safeguard) dalam pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa mengikuti prosedur operasional yang tertuang pada:

o SOP Pembentukan Panitia Pembangunan (PP)/Kelompok Pemukim (KP) o SOP Penyusunan Dokumen Teknis Pembangunan Perumahan (DTPP) o SOP Pembangunan Rumah Tahan Gempa o SOP Pembersihan & Pembuangan Puing o SOP Keamanan & Kesehatan Kerja/K3 o SOP Tata Cara Pengadaan Barang & Jasa o SOP Safeguard (Pengamanan Lingkungan dan Sosial), o SOP Pengelolaan Perkayuan, 3.1 Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis untuk pelaksanaan pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa pasca erupsi Gn.Merapi adalah sebagai berikut :

1) Pembangunan pondasi rumah diatas tanah yang stabil, diusahakan tidak pada tanah urugan. Jika berada diatas tanah urugan harus dipadatkan terlebih dahulu.

2) Galian tanah pondasi minimal kedalaman 60 cm atau sampai tanah keras.

3) Membuat pondasi menggunakan batu belah (minimal mempunyai 3 sisi terbelah)

4) Besi beton tulangan untuk struktur minimal diameter ǿ 12 mm dan besi untuk sengkang/ beugel minimal diameter ǿ 8 mm. Meliputi : sloof, kolom, ringbalk, kuda-kuda/gunungan, balok penyokong/miring kuda-kuda, dan balok latai/lintel.

5) Tulangan kolom harus menerus sampai masuk kedalam pondasi, minimal 20 cm.

6) Sloof diangkur ke pondasi dengan jarak tiap 60 cm memakai besi beton ǿ 12 mm

7) Dipasang ringbalok (balok ring) yang diikat kaku dengan kolom.

8) Seluruh kerangka bangunan harus terikat secara kokoh dan kaku

9) Dinding pasangan batu bata/batako, dipasang angkur setiap jarak vertikal 30 cm yang dijangkarkan ke kolom.

10) Setiap luasan dinding 12 m2 harus dipasang kolom praktis.

11) Rangka kuda-kuda gantung dari kayu, pada titik simpul sambungan kayu diberi baut dan plat pengikat.

Page 25: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 20

12) Bahan adukan siar/spesi campuran 1: 4, untuk beton bertulang campuran 1:2:3 dan beton rabat campuran 1:3:5.

13) Material kayu yang digunakan untuk pembangunan rumah harus :

i. Kayu yang sudah kering dgn klas minimal kualitas no.2. Jika menggunakan kayu bekas harus diperiksa terlebih dulu oleh tenaga ahli pendamping.

ii. Kayu yang yang dibeli dan digunakan harus mempunyai SKSHH atau dokumen sejenis SAKO, FAKO.

iii. Jika menggunakan kayu lokal harus mempunyai surat SKSHH.

14) Perhatian: Material bangunan yang sudah terkena awan panas suhu tinggi tidak boleh digunakan untuk struktur bangunan.

15) Asbes dan/atau bahan material yang mengandung asbes dilarang digunakan dalam pembangunan rumah.

16) Pilih bahan atap yang ringan, licin dan kokoh sehingga mampu menahan material vulkanik yang jatuh diatap. Sudut kemiringan atap diatas 30 derajat agar material vulkanik mudah jatuh ke tanah.

17) Pelaksanaan konstruksi oleh tukang berpengalaman. 3.2 Perencanaan Detail

Perencanaan detail atau detail engineering design (DED) yang akan menjadi pegangan dalam pelaksanaan pembangun rumah mengacu kepada Dokumen Teknis Pembangunan Permukiman (DTPP) yang telah disusun sesuai SOP DTPP, meliputi :

a. Gambar-gambar desain (denah tampak, potongan dan detail) b. Syarat-syarat teknis & spesifikasi c. Syarat-syarat Administrasi. d. Volume dan tenaga kerja e. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

3.3 Pengukuran dan survey lapangan

Pengukuran dan survey kondisi tapak lokasi lahan calon rumah BDR dilaksanakan sebagai berikut:

a. Mengukur dan mempertegas batas-batas kavling dan mengukur luas kavling. b. Menentukan tipe dan jenis model rumah yang paling memberikan manfaat

diharapkan dan sesuai keinginan calon penghuni. c. Menetapkan arah posisi rumah dan mengukur tapak rencana bangunan d. Dari hasil survey kondisi lahan harus tidak mempunyai masalah teknis yang berat

untuk pelaksanaan pembangunan konstruksinya. e. Catatan: Tipe dan jenis model rumah dapat dipilih dari beberapa gambar desain

yang ditawarkan Rekompak, warga dapat mengedakan perubahan-perubahan desain dan arsitektur rumah dengan syarat tetap memenuhi kaidah teknis rumah sederhana, sehat dengan struktur tahan gempa.

3.4 Pelaksanaan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Pekerjaan Persiapan i. Mempersiapkan dan membersihkan lahan serta menetapkan batas-batas

patok rencana tapak bangunan rumah. ii. Memasang bouwplank dan menentukan batas galian (Uittzet)

Page 26: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 21

b. Membuat Pondasi

i. Galian tanah pondasi atau sampai tanah keras.

ii. Melapisi dasar tanah dengan pasir urug setebal 10 cm.

iii. Membuat pondasi dengan menggunakan batu belah campuran 1:4.

iv. Pemasangan angkur sloof & besi kolom sesuai tempat yang sudah ditentukan. Dipasang pada saat proses membuat pondasi berlangsung, sehingga besi angkur maupun besi kolom dapat terbenam dgn sempurna dalam pondasi.

v. Pada saat memasang pondasi kamar mandi dan WC serta dapur sediakan lubang pada pondasi untuk pipa pralon pembuangan

c. Membuat Sloof dan Kolom

i. Menentukan titik + 0.00 merupakan permukaan atas sloof, kemudian tarik benang selanjutnya pemasangan besi sloof.

ii. Pemasangan kolom diberi penahan agar tidak goyang.

iii. Memasang begisting sloof kemudian sloof di cor.

iv. Memasang angkur dinding jarak 30 cm, pada kolom kemudian memasang begisting kolom dan kolom dicor. Kolom di cor bertahap, pertama 2/3 tinggi kolom atau setinggi 2 m.

v. Beugel untuk kolom dipasang lebih rapat pada daerah dekat sloof dan ring.

vi. Selimut beton berkisar 2 cm s/d 2.5 cm.

d. Membuat dinding penutup atau tembok

i. Gunakan bata/batako yang baik dan matang, serta ukuran yang sama.

ii. Perhatikan prinsip hubungan bata/batako (bata dipasang zig-zag/ tidak segaris) dan di dinding bata harus lurus rata, pada saat pemasangan ditarik benang.

iii. Adukan siar/spesi 1:4 dan siar/spesi dipasang tidak terlalu tebal (1.5 cm)

iv. Pemasangan bata/batako tidak boleh di ketok-ketok tetapi di tekan. Untuk material bata saat akan dipakai, sebelum dipasang diberi air sampai jenuh air.

v. Pemasangan kusen pintu dan jendela ditarik benang vertikal dan horizontal serta lurus rata dinding, kusen dipasang angkur terhadap dinding tembok.

vi. Untuk kusen pintu/jendela dengan bentang 1,5 m atau lebih harus dipasang balok lintel/latai.

e. Membuat Ringbalk dan Kuda-kuda beton bertulang

i. Pembesian ringbalk dipasang bersama pembesian tulangan untuk kuda-kuda atap serta balok sokong tegak/miring.

ii. Beugel untuk ringbalok & balok dipasang lebih rapat pada daerah dekat kolom.

iii. Bila dinding bata belum terpasang pada saat pelaksanaan pekerjaan ringbalk, maka begisting diberi tiang-tiang penyangga (steger).

iv. Antar kuda-kuda atap/gunungan yang dipinggir dan di tengah setelah pengecoran selesai kering harus dipasang balok ikatan angin bersilangan.

Page 27: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

SOP PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA Hal - 22

f. Memasang Atap

i. Jika kuda-kuda atap menggunakan konstruksi kayu, memilih kayu yang baik kering, tidak cacat, tidak bengkok (minimal kualitas-2) dan sambungan balok kayu tidak boleh lurus, harus bergigi.

ii. Ikatan kuda-kuta dengan kolom dan ringbalk memakai angkur baja panjang minimal 50 cm.

iii. Pemasangan usuk dan reng harus lurus dan rata serta sambungan usuk tidak boleh terletak pada gording terakhir/terbawah.

g. Finishing

i. Plester dinding dengan adukan 1:4 kemudian di aci setelah plester mengeras.

ii. Pengecatan dilakukan setelah permukaan yang akan di cat telah kering dan dibersihkan dari kotoran /debu yang menempel.

iii. Pembersihan lahan dan membereskan serta merapikan peralatan kerja.

iv. Pembuatan septictank dan resapan serta perpipaan air bersih mengacu pada pedoman standar desain teknis water & sanitasi Rekompak.

Dalam pembangunan rumah dengan struktur tahan gempa, setiap tahapan harus dilaksanakan sesuai desain dan spesifikasi agar ketahanan struktur terhadap beban gempa tercapai. Selama pelaksanaan konstruksi harus memperhatikan rekomendasi dari kerangka pengamanan lingkungan dan sosial (safeguard) serta rekomendasi hasil kajian lingkungan dan sosial yang tercantum dalam DTPP.

Page 28: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 1

LAMPIRAN-1 Tipologi Jenis Model Rumah Dengan Struktur Tahan Gempa

Page 29: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 2

Contoh Rumah Tipe 36 Dinding Kayu & Bata/Batako dengan Atap Pelana

Contoh Rumah Tipe 36 Dinding Kayu & Bata/Batako dengan Atap Pelana

Page 30: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 3

Contoh Rumah Tipe 36 Dinding Kayu & Bata/Batako dengan Atap Limasan

Contoh Rumah Tipe 36 Dinding Kayu & Bata/Batako dengan Atap Limasan

Contoh Rumah Konstruksi Tembok - Kopel

Page 31: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 4

Contoh Tampak Rumah Tipe 45 Dinding Bata/Batako dengan Atap Limasan (plus pengembangan teras depan)

Contoh Tampak Rumah Tipe 36 ( tampak perspektif interior dan perspektif depan )

Page 32: Tata Cara Pembangunan Rumah Tahan Gempa RTG

TATA CARA PEMBANGUNAN RUMAH DENGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 5